profil keanekaragaman hayati kabupaten...
TRANSCRIPT
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten Semarang
TAHUN 2017
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya
Laporan Akhir Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten Semarang Tahun 2017.
Laporan ini disusun sebagai bagian dari pekerjaan Analisis potensi keanekaragaman
hayati lokal Kabupaten Semarang sebagai dasar Pemanfaatan dan Pelestariannya.
Laporan Akhir Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten Semarang memberikan
gambaran umum wilayah Kabupaten Semarang beserta keanekaragaman hayati di
dalamnya, Kondisi keragaman flora maupun fauna yang ada di wilayah Kabupaten
Semarang.
Sesuai dengan Permen LH Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi
Keanekaragaman Hayati di Daerah dapat memberikan nilai penting bagi daerah sebagai
data dasar, kekuatan tawar pada saat komponen keanekaragaman hayati akan di akses
oleh pemohon, dan pendukung pengambilan keputusan perumusan kebijakan,
penyusunan strategi dan rancang tindak pengelolaan keanekaragaman hayati daerah.
Penyusunan laporan Akhir Profil Keanekaragaman Hayati ini masih sangat
terbuka terhadap saran dan masukan dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Laporan ini
menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan informasi keanekaragaman hayati yang
baik, benar dan terus-menerus akan dapat menjadikan keberlanjutan lingkungan dalam
menopang pembangunan
Penyusun
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 iii
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................... ̀ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan dan Sasaran ................................................................. 3
C. Dasar Hukum .......................................................................... 4
BAB II KEADAAN UMUM
A. Lokasi ..................................................................................... 7
B. Letak Geografis ........................................................................ 7
C. Batas Wilayah Administrasi ....................................................... 7
D. Aksesibilitas .............................................................................. 8
E. Kependudukan .......................................................................... 8
F. Kondisi Sosial Ekonomi .............................................................. 15
G. Kondisi Budaya ......................................................................... 18
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA
A. Identifikasi Dan Inventarisasi Data/Informasi Status dan kondisi
Bentang Alam dan Keanekaragaman Hayati ............................... 20
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 iv
B. Identifikasi Dan Inventarisasi Data/Informasi Keanekaragaman
Hayati di Berbagai Lembaga di Daerah ....................................... 24
BAB IV KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN
HAYATI
A. Kebijakan ................................................................................. 26
B. Kelembagaan ............................................................................ 28
C. Rencana Tata Ruang Wilayah ..................................................... 33
BAB V KERAGAMAN HAYATI
A. Bentang Alam ........................................................................... 48
a. Kondisi Geografis Kawasan ................................................... 48
b. Sumber Daya Air .................................................................. 51
B. Keragaman Ekosistem ............................................................... 58
a. Ekosistem Dataran Tinggi ..................................................... 58
b. Ekosistem Perairan ............................................................... 61
C. Keanekaragaman Spesies dan Genetik ....................................... 63
a. Jenis Liar yang tidak Bernilai Ekonomi ................................... 63
b. Jenis Liar yang sudah diketahui nilai Ekonominya .................. 77
c. Jenis yang Sudah di Budidayakan ......................................... 81
D. Pengetahuan Tradisional............................................................ 91
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan .................................................................................. 93
B. Rekomendasi ............................................................................ 95
Daftar Pustaka ........................................................................................ 96
Lampiran ................................................................................................ 98
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan
Kepadatan per Kecamatan Tahun 2016 ................................... 9
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut tingkat
pendidikan penduduk Kabupaten Semarang ............................ 13
Tabel 2.3 Laju Perkembangan PDRB Tahun 2016 .................................. 16
Tabel 2.4 Kondisi Budaya Kabupaten Semarang ..................................... 18
Tabel 3.1 Daftar Lembaga Pengelola Keanekaragaman Hayati ............... 18
Tabel 3.2 Kawasan Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Wilayah
Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031 ................................. 35
Tabel 3.3 Kawasan Konservasi (in situ) Kabupaten Semarang ................. 46
Tabel 3.4 Kawasan Konservasi (ex situ) Kabupaten Semarang ................ 47
Tabel 3.5 Luas Kawasan Hutan dan Perairan MenurutKabupaten/Kota
Provinsi jawa Tengah ............................................................. 47
Tabel 3.6 Daerah Aliran Sungai (DAS) diWilayah Kabupaten Semarang .... 52
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Semarang ............................. 8
Gambar 2.2 Kepadatan Penduduk Kabupaten semarang Tahun 2016 .... 11
Gambar 2.3 Bagan Pengelompokan Keanekaragaman hayati ................. 21
Gambar 2.4 Gambar Lokasi Cagar alam di Kabupaten Semarang ........... 28
Gambar 2.5 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Semarang Tahun 2016 ...... 46
Gambar 2.6 Ekosistem Dataran Tinggi di Kabupaten Semrang ............... 58
Gambar 2.7 Ekosistem Rawa Pening .................................................... 63
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keanekaragaman hayati merupakan issue strategis yang penting menjadi
prioritas pemerintah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai
perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat sifat yang
terlihat pada berbagai tingkatan. Keanekaragaman hayati dibedakan menjadi
tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan
keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman gen (genetic diversity)
merujuk kepada berbagai macam informasi genetik yang terkandung di
dalam individu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang mendiami
bumi. Keanekaragaman jenis (species diversity) merujuk kepada
keanekaragaman organisme hidup di bumi (diperkirakan berjumlah 5 – 50
juta tetapi hanya 1,4 juta yang baru dipelajari). Keanekaragaman ekosistem
(ecosystem diversity) berkaitan dengan keanekaragaman habitat, komunitas
biotik, dan proses ekologi di biosfer. Issue tersebut muncul akibat hilangnya
keragaman genetik, jenis dan ekosistem dunia pada akhir abad ke 20. Kurun
waktu dua setengah abad diperkirakan 25% kehidupan akan hilang dari
permukaan bumi, rata-rata 100.000 telah punah setiap tahunnya.
Keanekaragaman hayati mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas manusia yang
mengarah pada kerusakan habitat maupun pengalihan fungsi lahan. Kondisi
tersebut sangat mengkhawatirkan karena seperti kita ketahui
keanekaragaman hayati mempunyai peranan penting sebagai penyedia
bahan makanan, obat-obatan dan berbagai komoditi lain penghasil devisa
negara, juga berperan dalam melindungi sumber air, tanah serta berperan
sebagai paru-paru dunia dan menjaga kestabilan lingkungan.
Namun keanekaragaman hayati saat ini terancam oleh kegiatan manusia
pula. Seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan di semua
sektor, semakin marak pula kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 2
aktivitas manusia itu sendiri. Penurunan keragaman hayati di Indonesia
terutama disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk, kemiskinan,
dan kebijakan politik lokal (Jepson, et al 2002) yang merangsang terjadinya
kerusakan dan fragmentasi habitat, pemanfaatan berlebih dan introduksi
spesies asing, (Diamond, 1998). Kegiatan manusia dalam memanfaatkan
hutan secara tidak bijaksana dimana banyaknya penebangan liar, penjarahan
hutan dan perubahan hutan menjadi lahan pertanian, hal ini terutama
berkaitan dengan adanya pemnfaatan sumber daya hayati yang berlebih
tanpa mengindahkan kaidah konservasi (Vane-Wright, 1999). Salah satu
kasus lokal di kabupaten Semarang yang menyangkut perusakan habitat
adalah alih fungsi lahan hutan, perburuan liar di G. Ungaran, penangkapan
dan penembakan burung.
Perhatian terhadap konservasi keragaman hayati pada saat ini telah
berubah dari pelestarian spesies tertentu yang mempunyai kharisma dan
menuju kepunahan menjadi konservasi terhadap habitat (Myers, 2000). Pada
saat ini telah dikembangkan pemahaman pemanfaatan keragaman hayati
bagi kehidupan masyarakat, hal ini disebabkan oleh adanya kenyataan
bahwa konservasi tanpa keterlibatan masyarakat tidak akan berhasil. Selain
itu upaya konservasi keragaman hayati harus dilakukan berdasarkan pada
masalah yang ada di suatu tempat (Gaston, 1999).
Profil keanekaragaman hayati daerah merupakan gambaran
keanekaragaman hayati yang terdapat atau dimiliki oleh daerah.
Keanekaragaman hayati ini mencakup tingkatan ekosistem, spesies, dan
tingkatan di dalam spesies atau genetik, baik yang alami maupun yang telah
dibudidayakan. Pemanfaatan komponen keanekaragaman hayati ini sangat
beragam, tidak hanya terbatas sebagai bahan pangan atau untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia lainnya, tetapi lebih luas lagi mencakup aspek
lainnya. Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa
pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui
kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dan
pemanfaatan jenis tumbuhan serta satwa liar. Pemanfaatan kondisi
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 3
lingkungan kawasan pelestarian alam dapat dilakukan dengan cara tidak
melakukan degradasi dan fragmentasi habitat asli kawasan tersebut.
Sedangkan untuk pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar, dilakukan
dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang bersangkutan.
Keberhasilan upaya konservasi keragaman hayati, sangat didukung
oleh kebijakan politik lokal, baik pemahaman, kemauan maupun praktik.
Para penentu kebijakan publik perlu memahami bahwa dalam konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) keberhasilan
ekonomi harus didukung oleh keberlanjutan sumber daya hayati yang
dimiliki suatu wilayah. Data keragaman hayati dan pemanfaatannya sebagai
komponen dasar upaya konservasi keragaman hayati di Kabupaten
Semarang masih sangat minim. Sehingga perlu dilakukan penyusunan data
dan Informasi tentang keragaman hayati lokal suatu wilayah dalam
mendukung upaya pelestarian keragaman hayati secara global (Norton,
1998). Informasi tersebut meliputi jenis, jumlah, lokasi, dan manfaat bagi
manusia baik langsung maupun tidak langsung serta nilai ekonomis sumber
daya hayati yang ada.
B. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan
a). Menyediakan data dasar tentang jumlah spesies, kelimpahan,
lokasi, potensi ekonomis dan pemanfaatannya oleh masyarakat lokal
b). Menyediakan data dasar tentang status spesies tertentu untuk
kebijakan pelestarian
2. Sasaran
Menyusun dokumen profil/ data keanekaragaman hayati daerah
Kabupaten Semarang yang meliputi jenis informasi persebaran
ekologi dan geografi, kondisi ekosistem berdasarkan/mengikuti
waktu atau musim, kondisi umum tiap tife ekosistem meliputi
keunikan, species dominan, spesies penting
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 4
(langka/endemik/dilindungi), potensi pengembangan ekosistem serta
upaya-upaya pemangku kepentingan didaerah dalam pelestarian dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati.
C. DASAR HUKUM
Kegiatan Inventarisasi keragaman hayati lokal Kabupaten Semarang ini
disusun berdasarkan pada peraturan-peraturan sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; (Lembaran Negara Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi
Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati.
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman.
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Cartagena Protocol On Biosafety To The Convention On Biological
Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati atas Konvensi
tentang Keanekaragaman Hayati).
9. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, memberikan dasar hukum untuk
melakukan dan melaksanakan pencadangan sumber daya alam, agar
makhluk hidup mendapat jaminan untuk melangsungkan
kehidupannya meskipun dimanfaatkan untuk kemakmuran
masyarakat.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 5
12. Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan
Convention on International Trade in Endangered Species (CITIES) of
Wild Fauna and Flora.
13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan jenis
Tumbuhan dan Satwa.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan
Hayati Produk Rekayasa Genetika.
18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.
19. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar.
20. Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2012 Tentang Taman
Keanekaragaman Hayati
21. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009
tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.
23. Peraturan Menteri Pertanian No. 67/ Permentan/OT.140/12/2006
tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman.
24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Pert/SR.120/2/2006 tentang
Syarat Penamaan dan Tata Cara Pendaftaran Varietas Tanaman.
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya.
26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009
tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 6
27. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2012 tentang lembaga konservasi.
28. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2013 tentang Ketentuan Ekspor Tumbuhan Alam dan Satwa Liar yang
Tidak dilindungi Undang-undang dan Termasuk dalam Daftar CITES.
29. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 09. 1 /Kpts – II /2000 Tentang
Kriteria Dan Status Standar Pengelolaan Hutan Produksi Secara
Lestari.
30. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun
2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Mangrove.
31. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 355/Kpts-II/2003 tentang
Penandaan Tumbuhan dan Satwa Liar.
32. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Semarang Tahun 2005-2025.
33. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wialayah Kabuaten Semarang
Tahun2011-2031
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 7
BAB II KEADAAN UMUM A. Lokasi
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah
B. Letak Geografis
Letak Kabupaten Semarang secara geografis terletak pada
110°14’54,75’’ sampai dengan 110°39’3’’ Bujur Timur dan 7°3’57” sampai
dengan 7°30’ Lintang Selatan. Keempat koordinat bujur dan lintang
tersebut membatasi wilayah seluas 950,21 Km². Wilayahnya sebagian
besar merupakan daratan tinggi dengan ketinggian rata-rata 544,21
meter diatas permukaan air laut. Kecamatan dengan ketinggian tertinggi
yaitu Kecamatan Getasan, Sumowono dan Bandungan, sedangkan
Kecamatan Bancak mempunyai rata rata ketinggian terendah.
C. Batas Wilayah Administrasi
Secara administratif letak geografis Kabupaten Semarang berbatasan
langsung dengan 8 Kabupaten/Kota, selain itu di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Semarang terdapat Kota Salatiga dan Danau Rawa Pening.
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Semarang
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 8
Kabupaten Semarang secara administratif terdiri dari 19 wilayah
kecamatan, 208 desa, dan 27 kelurahan. Wilayah terluas di Kabupaten
Semarang adalah Kecamatan Pringapus dengan luasan 8,25 % dari
keseluruhan luas wilayah Kabupaten Semarang sedangkan wilayah terkecil
adalah Kecamatan Ambarawa (2,97%).
D. Aksesibilitas
Posisi Kabupaten Semarang yang dekat dengan ibukota Provinsi yaitu
Kota Semarang serta pada jalur tranportasi Semarang – Solo dan Semarang –
Jogjakarta menjadikan daerah ini sangat strategis. Hal ini menjadikan
Kabupaten Semarang menjadi salah satu pusat perkembangan perekonomian
di segala bidang. Kegiatan pembangunan akan terus berlangsung seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan kebutuhan
semakin besar sehingga menimbulkan tekanan terhadap ketersediaan lahan
sesuai dengan fungsinya. Menurut Luntungan (1998:1) Ketersediaan Lahan
dalam menunjang kegiatan pembangunan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
(1) Lahan tersedia dari segi fisik dan (2) Lahan tersedia dari segi hukum.
E. Kependudukan
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang
Tahun 2016 tercatat jumlah penduduk Kabupaten Semarang sebanyak
1.014.198 jiwa yang tersebar di 19 (sembilan belas) kecamatan yang ada di
Kabupaten Semarang dengan total luas wilayah sebesar 950,02 Km2. Jumlah
ini meningkat 52.777 orang atau 5,49% dibanding tahun 2015. Peningkatan
Batas Wilayah :
Sebelah Utara : Kota Semarang
Sebelah Timur : Kabupaten Grobogan, Kabupaten Demak
Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali
Sebalah Barat : Kabupaten Kendal, Kabupaten Temanggung dan
Kabupaten Magelang
Selain itu di tengah Kabupaten Semarang terdapat Kota Salatiga.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 9
cukup tinggi ini disebabkan perubahan sumber data, pada tahun sebelumnya
data kependudukan berdasarkan data registrasi penduduk.
Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan per
Kecamatan Tahun 2016
No Kecamatan Luas
(km2) Jumlah
Penduduk Pertumbuhan Penduduk (%)
Kepadatan Penduduk
(%)
-1 -2 -3 -4 -5 -6
1 Getasan 6.580 50 625 4,99% 769
2 Tengaran 4.730 70 273 6,93% 1 486
3 Susukan 4.887 43 955 4,33% 899
4 Kaliwungu 2.995 26614 2,62% 899
5 Suruh 6.402 65 286 5,94% 942
6 Pabelan 4.797 39 486 3,89% 823
7 Tuntang 5.624 65 008 6,41% 1.156
8 Banyubiru 5.441 42 681 4,21% 784
9 Jambu 5.163 38 876 3,83% 753
10 Sumowono 5.563 30 625 3,02% 551
11 Ambarawa 2.822 62 025 6,12% 2 198
12 Bandungan 4.823 56 667 5,59% 1 175
13 Bawen 4.657 61 240 6,04% 1 315
14 Bringin 6.189 42 804 4,22% 692
15 Bancak 4.385 20 205 1,99% 461
16 Pringapus 7.835 56 452 5,57% 721
17 Bergas 4.733 82 412 8,13% 1 741
18 Ungaran Barat
3.596 83 875 8,27% 2 332
19 Ungaran Timur
3.799 80 089 7,9% 2.108
Total 95.018 1.014.198 100% 1 067
Sumber : BPS Kabupaten Semarang, 2017
Populasi manusia merupakan ancaman terbesar dari masalah
lingkungan hidup di Indonesia dan bahkan dunia. Setiap orang memerlukan
energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup. Jika
populasi dapat bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara
lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Tetapi kenyataannya
adalah populasi tumbuh lebih cepat daripada kemampuan bumi dan
lingkungan untuk memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 10
akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berimbas pada kualitas
hidup manusia yang rendah.
Pertambahan penduduk di Kabupaten Semarang yang semakin pesat
membutuhkan sarana dan prasarana pemukiman yang lebih banyak dan
tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Semarang. Jumlah penduduk
dan kebutuhan akan perumahan yang terus meningkat dari waktu ke waktu,
serta ditunjang dengan keberadaan Kabupaten Semarang yang berada
diantara lintas kota besar yaitu Semarang – Jogjakarta dan Semarang – Solo.
Posisi strategis tersebut merupakan kekuatan yang dapat dijadikan sebagai
modal pembangunan daerah, dimana pembangunan tersebut akan
menjadikan kondisi lingkungan yang semakin terpuruk apabila tidak kita
antisipasi sedemikian rupa dan tidak mempertimbangkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan.
2. Kepadatan Penduduk
Tabel 2.1 tentang luas wilayah, jumlah penduduk, laju pertumbuhan
penduduk dan kepadatan penduduk Kabupaten Semarang, menunjukan
jumlah penduduk paling banyak di Kabupaten Semarang adalah Kecamatan
Ungaran Barat dengan jumlah penduduk 83.875 jiwa atau 8,27% dari jumlah
penduduk Kabupaten Semarang. Dengan luas wilayah 35,96 km2 serta
dengan jumlah penduduk paling banyak, Kecamatan Ungaran Barat memiliki
kepadatan penduduk paling padat dengan jumlah kepadatan penduduk 2.332
jiwa/km2.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 11
Gambar 2.2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Semarang tahun 2016
Sehubungan dengan keberadaaan Kecamatan Ungaran Barat sebagai
daerah/kawasan lindung sesuai dengan dokumen RTRW Kabupaten
Semarang tahun 2011 - 2031, serta potensi keberadaanya yang cukup
strategis sebagai kawasan hunian, kondisi populasi dan kepadatan penduduk
di Kecamatan Ungaran Barat akan menjadi suatu pertimbangan serius untuk
diantisipasi. Tekanan lingkungan yang terjadi berupa perubahan penggunaan
lahan untuk daerah tangkapan air akibat meningkatnya peruntukan lahan
untuk pemukiman, potensi limbah seperti limbah cair dan sampah, serta
limbah dari aktivitas perekonomian mereka seperti ternak yang mereka
pelihara, serta pupuk anorganik yang digunakan untuk kepentingan
pertaniannya. Sesuai dengan fungsinya sebagai daerah tangkapan air di DAS
Garang, kualitas dan kuantitas/persediaan air sangat tergantung dengan
kondisi kecamatan Ungaran Barat, oleh karena itu perlu dijaga
kelestariannya baik vegetasi maupun sumber daya alam lainnya.
Kecamatan lain yang memiliki jumlah penduduk banyak dengan
kepadatan tinggi adalah kecamatan Ambarawa meski jumlah penduduk
hanya sebanyak 62.065 jiwa namun kepadatan penduduknya mencapai 2.198
jiwa/km2.. Kecamatan Bancak memiliki jumlah penduduk paling sedikit
dengan jumlah penduduk 20.205 jiwa atau 1,99 % dari jumlah penduduk
Kabupaten Semarang dengan kepadatan terkecil juga yaitu 461 jiwa/km2.
0
500
1000
1500
2000
2500
Get
asan
Ten
gara
n
Susu
kan
Kal
iwu
ngu
Suru
h
Pab
elan
Tun
tan
g
Ban
yub
iru
Jam
bu
Sum
ow
on
o
Am
bar
awa
Ban
du
nga
n
Baw
en
Bri
ngi
n
Ban
cak
Pri
nga
pu
s
Ber
gas
Un
gara
n B
arat
Un
gara
n T
imu
r
Kepadatan Penduduk
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 12
Kecamatan dengan kepadatan tinggi seperti Ungaran Barat, Ungaran timur
dan Ambarawa berada di pusat perkotaan dan keramaian serta berada
dilintas Semarang-Jogjakarata dan Semarang-Solo. Sebagai daerah yang ada
di pusat keramaian tentunya banyak fasilitas umum dan fasilitas pendukung
perekonomian serta kemudahan aksesnya merupakan salah satu yang
menyebabkan daerah tersebut menjadi incaran bagi penduduk untuk
bermukim.
Gambar 2.2 menunjukan terjadi persebaran penduduk yang tidak
merata di Kabupaten Semarang, hal ini perlu dikhawatirkan terkait dengan
dampak yang ditimbulkan. Di daerah yang mempunyai kepadatan penduduk
tinggi akan menimbulkan ketidakseimbangan antara daya dukung
lingkungan dengan peningkatan populasi penduduk. Kepadatan penduduk
dapat mempengaruhi kualitas penduduknya. Pada daerah yang
kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas penduduk lebih sulit
dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan sosial ekonomi, keamanan,
kesejahteraan, ketersediaan lahan dan air bersih,kebutuhan pangan, dan
dapat berdampak pada kerusakan lingkungan. Permasalahan tersebut
diantaranya pengangguran, pemukiman kumuh, meningkatnya timbulan
sampah dan limbah. Sedangkan untuk daerah yang mempunyai kepadatan
rendah akan menyebabkan kurangnya tenaga kerja produktif didaerahnya.
Menurut jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibanding jumlah penduduk laki-laki, yakni 515.874 orang penduduk
perempuan dan 498.324 orang penduduk laki-laki. Hal ini juga ditunjukkan
dengan angka sex rasio di bawah 100%. Kecamatan dengan angka ex rasio di
atas 100% terdapat di 4 kecamatan yakni Kecamatan Tengaran, Kecamatan
Banyubiru, Kecamatan Sumowono, dan Kecamatan Bandungan. Angka ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di 4 kecamatan tersebut
lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan.
Secara rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Semarang sebesar
1.067 orang/km2, kecamatan dengan kepadatan penduduk terbesar adalah
Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan Ungaran
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 13
Timur, masing-masing dengan kepadatan penduduk mencapai 2.332
orang/km2, 2.198 orang/km2 dan 2.1083 orang/km2.
Menurut Tingkat Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam
pembangunan sumber daya manusia. Kemajuan suatu bangsa banyak
ditentukan oleh kualitas pendidikan penduduknya. Beberapa faktor yang
mendukung penyelenggaraan pendidikan adalah ketersediaan sekolah yang
memadai dengan sarana dan prasarananya, pengajar dan keterlibatan anak
didik, maupun komite sekolah.
Peran khusus pendidikan berkenaan dengan pembangunan
berkelanjutan, penting untuk memahami apa area-area kunci konsep ini,
sebagaimana digambarkan oleh wacana internasional. Terdapat tiga area
yang saling terkait dan paling sering dikenali dalam pembangunan
berkelanjutan. Yaitu: masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Tiga unsur ini,
ditegaskan kembali dalam Konferensi Tingkat Tinggi Johannesburg sebagai
tiga pilar pembangunan berkelanjutan, memberi bentuk dan isi pada
pembelajaran yang berkelanjutan di sekolah.
Tabel 2.2 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Menurut Tingkat
pendidikan Tahun 2017
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah 1
Tidak/Belum Pernah Bersekolah 5,962 20,645
26,607
2
Tidak Punya Ijazah SD 95,386 108,913
204,299
3 SD/MI/Sederajat
160,010 147,653
307,663 4
SLTP/MTS/Sederajat 75,975 89,445
165,420
5 SLTA/MA/Sederajat
69,298 66,790
136,087 6
SMK 44,021 23,587
67,608
7 Program DI/II
2,862 1,618 4,480
8 Program DIII/Sarjana Muda
4,102 9,268
13,370 9
Program DIV/S1 17,980 21,675
39,655
10 S2/S3 1 335 785 2 120
Sumber: Semarang dalam angka 2017, BPS Kabupaten Semarang
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 14
Dari Tabel diatas teridentifikasi bahwa pendidikan tertinggi
penduduk baik wanita maupun pria masih didominasi lulusan
SLTP/MTS/Sederajat. Pada penduduk wanita hampir sebagian merupakan
lulusan SD dan tidak sekolah dari keseluruhan penduduk wanita, hal tersebut
juga hampir setara dengan penduduk pria. Hal ini menunjukan bahwa usia
tenaga kerja yang dibutuhkan yang biasanya lulusan SLTP maupun SLTA
sampai dengan pendidikan diatasnya masih minimal.
Data BPS Kabupaten Semarang berdasarkan Survei Angkatan Kerja
Nasional tahun 2015, banyaknya penduduk umur 15 tahun ke atas yang
bekerja sebanyak 564.211 orang atau 97,43% dari jumlah angkatan kerja.
Lapangan usa yang banyak menyerap tenaga kerja, berturut-turut yakni
sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan sebesar 35,89%,
sektor industri pengolahan sebesar 22,25%, sektor perdagangan, rumah
makan dan akomodasi sebesar 16,04%, sektor jasa kemasyarakatan, sosial
dan perorangan sebesar 13,52%, sedangkan ke enam sektor lainnya
menyerap tenaga kerja di bawah 10%.
Selain hal tersebut jumlah penduduk yang semakin meningkat
berpengaruh terhadap lingkungan, diantaranya Menurut Soemarwoto
(1991:230-250) dampak kepadatan penduduk sebagai akibat laju
pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian lingkungan
lingkungan adalah sebagai berikut:
a) Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah
domestik. Dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang
persatuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah per-
satuan luas juga bertambah. Daerah dengan kepadatan penduduk
yang tinggi seperti Ungaran Barat, Ungaran Timur dan Ambarawa,
terjadi peningkatan konsentrasi produksi limbah padahal didaerah
tersebut juga terdapat sungai-sungai yang memungkinkan tercemari
dengan pembuangan limbah seperti sampah dan limbah cair domestik
tidak pada tempatnya .
b) Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang melahirkan industri dan
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 15
sistem transport modern. Industri dan transport menghasilkan
berturut-turut limbah industri dan limbah transport berupa limbah
padat, cair dan emisi. Di daerah industri seperti kecamatan Pringapus,
Bawen dan Bergas juga terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan
transport yang ramai sehingga akan menghasilkan produksi limbah
domestik, limbah industri dan limbah dari transportasi.
c) Akibat pertambahan penduduk juga mengakibatkan peningkatan
kebutuhan pangan. Kenaikan kebutuhan pangan dapat dipenuhi
dengan intensifikasi lahan pertanian, antara lain dengan mengunakan
pupuk pestisida, yang merupakan sumber pencemaran yang
menyebabkan tekanan terhadap lahan berupa krisis unsur hara.
d) Makin besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan sumber
daya. Untuk penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya
ini terutama lahan dan air. Dengan berkembangnya teknologi dan
ekonomi, kebutuhan akan sumber daya lain juga meningkat, yaitu
bahan bakar dan bahan mentah untuk industri. Dengan makin
meningkatnya kebutuhan sumber daya itu, terjadilah penyusutan
sumber daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan
pencemaran. Makin besar pencemaran sumber daya, laju penyusutan
makin besar dan pada umumnya makin besar pula pencemaran.
F. Kondisi Sosial Ekonomi
Pembangunan yang terjadi di Kabupaten Semarang yang didukung oleh
beberapa sektor unggulan seperti pertanian, industri dan pariwisata
disamping telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian dan
dampak yang positif juga memberikan dampak negatif yang berupa tekanan
terhadap lingkungan. Laju perkembangan PDRB Tahun 2016 adalah 5,27. Hal
tersebut dikarenakan pembangunan yang kurang memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan setempat yang pada akhirnya
menyebabkan kerusakan lingkungan.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 16
Tabel 2.3 Laju Perkembangan PDRB Tahun 2016
PDRB Lapangan Usaha PDRB Serie 2010 Menurut Lapangan Usaha
(Juta Rupiah)
Harga Konstan 2010
2015 2016
A. Pertanian,Kehutanan & Perikanan 3271956.35 3413319.7
B. Pertambangan dan Penggalian 65774.74 68644.12
C. Industri Pengolahan 11315869.84 11851522.05
D. Pengadaan Listrik dan Gas 37156.53 39177.24
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
22765.87 23527.39
F. Konstruksi 3773720.96 3922258.01
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
3346965.55 3538465.19
H. Transportasi dan Pergudangan 627641.35 661785.48
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 879115.43 944976.35
J. Informasi dan Komunikasi 1123116.9 1214599.01
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 963902.77 1040508.63
L. Real Estate 919515.52 978682.79
M,N. Jasa Perusahaan 129157.37 137817.87
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
815548.02 857350.02
P. Jasa Pendidikan 952500.17 1037144.9
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 192069.34 207632.61
R,S,T,U. Jasa lainnya 332901.24 348969.45
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 28769677.95 30286380.79
Sumber: PDRB Seri 2010 Menurut Lapangan Usaha","GRDP at 2010 version by Industrial
Origin, BPS 2016
Pertanian masih menjadi salah satu sektor/potensi unggulan yang
menyumbang PDRB di kabupaten Semarang diluar potensi pariwisata dan
industri. Hal ini disebabkan posisi geografis Kabupaten Semarang yang
mempunyai letak strategis serta anugerah potensi sumber daya alam yang
melimpah serta didukung kondisi lahan dan iklim yang sesuai bagi
pengembangan pertanian. Beberapa kegiatan perekonomian lainnya adalah
Pertambangan. Kegiatan penambangan potensi galian golongan C tersebut
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 17
dengan seiring berjalannya waktu, akan tetap mengganggu kestabilan
lingkungan jika tidak dijaga dan diawasi dalam produktivitasnya. Ancaman
bahaya erosi merupakan momok yang harus diwaspadai serta akan
berpengaruh terhadap siklus hidrologi.
Sedangkan bahan galian golongan B terutama berupa gambut terdapat di
rawapening dengan potensi sebesar 10 juta ton. Rawapening dengan luas
kurang lebih 2.700 Ha, selain mengandung potensi bahan galian golongan B,
dimanfaatkan sebagai sumber air untuk air baku, pengairan, pembangkit
tenaga listrik, perikanan, pariwisata dan pertanian di lahan pasang surut
rawa. Namun kondisi saat ini, memperlihatkan bahwa di Rawapening
mengalami masalah terkait dengan sedimentasi, pertumbuhan eceng gondok
dan penurunan kualitas air. Kondisi lahan di sekitar Rawapening yang
cenderung berpotensial menjadi lahan kritis diakibatkan oleh pemanfaatan
lahan secara berlebihan karena peruntukan lahan adalah untuk tanaman
semusim terutama untuk lahan – lahan yang berada di kemiringan lebih dari
30 %, lahan tidak dimanfaatkan secara optimal sebagai fungsi lindung, dan
adanya pengambilan bebatuan dari lahan untuk bahan bangunan.
Berdasarkan analisis terhadap kondisi aktifitas pertambangan tersebut,
memberikan tekanan terhadap lingkungan berupa ancaman bahaya erosi,
sedimentasi dan lahan kritis. Untuk pertambangan di beberapa wilayah
Kabupaten Semarang, kondisi penambangan dinyatakan telah merubah
bentang alam dan akan mempengaruhi siklus hidrologi di wilayah Kabupaten
Semarang.
Sedangkan penambangan di wilayah konservasi seperti kaki Gunung
Ungaran dan sekitar Rowopening, tekanan yang paling besar berupa
sedimentasi terhadap danau Rawapening, sungai-sungai dan kerusakan
lereng-lereng sungai. Kondisi tersebut akan mempengaruhi ekosistem di
wilayah tersebut.
Namun beberapa kegiatan ekonomi yang cukup rendah menimbulkan
dampak bagi kehati adalah jasa. Potensi sumber daya alam Kabupaten
Semarang sangat menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan
kepariwisataan daerah secara kompetitif diharapkan mampu memiliki daya
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 18
saing dan nilai lebih dibandingkan daerah lain. Potensi alam telah menjadi
daya tarik tersendiri yang akhirnya berkembang menjadi obyek wisata yang
banyak diminati pengunjung. Di sisi lain, kondisi alam yang secara alamiah
bersih dan sehat dapat memudar dikarenakan telah terkontaminasi oleh
aktivitas manusia yang berwisata. Namun seringkali keberadaan manusia
telah mengganggu keseimbangan lingkungan dikarenakan adanya perubahan
lingkungan hidup sebagai imbas atau efek samping dan kegiatan yang tidak
terencana sebelumnya. Hal tersebut menjadi semakin memperjelas bahwa
pengelolaan lingkungan dalam pembangunan pariwisata harus berupaya
memasukkan dampak kegiatan yang positif terhadap lingkungan ke dalam
pembangunan pariwisata sebagai nilai tambah yang riil. Serta perhatian juga
harus secara khusus diberikan sebagai upaya mencegah dan/atau
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dapat berpengaruh
buruk terhadap pembangunan pariwisata dalam lingkup yang luas berbagai
akibat yang saling mempengaruhi, termasuk dampak sosial terhadap
perilaku, sikap dan persepsi pengunjung terhadap kualitas lingkungan dan
kehati beberapa objek wisata tertentu.
G. Kondisi Budaya
Peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan harus ditunjukan
dengan adanya upaya dari masyarakat dalam menjaga rutinitas/ kebiasaan
atau kearifan lokal penyadaran pentingnya menjaga kelestarian fungsi
lingkungan.
Tabel 2.4 Kondisi Budaya Kabupaten Semarang
No. Kegiatan Masyarakat Penggiat Penyebaran Keterangan
1 Budaya Merti desa Masyarakat
Desa
Tersebar diseluruh
desa di Kabupaten
Semarang
Dilaksanakan
satu tahun
sekali
2 Nyadran (doa untuk
leluhur)
Masyarakat
Desa
Tersebar diseluruh
desa di Kabupaten
Semarang
3 Sukwangan (bersih-bersih
saluran irigasi desa)
Masyarakat
Desa
Tersebar diseluruh
desa di Kabupaten
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 19
Semarang
4 Sedekah rowo Masyarakat
Desa
Tersebar diseluruh
desa di Kabupaten
Semarang
Sumber: hasil survey, 2017
Dengan keterlibatan masyarakat nguri-uri budaya dalam pengelolaan
lingkungan, maka pengelolaan lingkungan semakin baik dan tujuan untuk
melestarikan fungsi lingkungan dapat tercapai. Keterlibatan tersebut
dapat melalui lembaga dan organisasi atau berperan secara individu
(sukarelawan) atau melalui kelompok kecil dalam pengelolaan
lingkungan.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 20
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kabupaten Semarang dengan 6 type
ekosistem yang terdiri atas hutan alam, hutan tanaman, hutan rakyat,
sungai/rawa, kolam , kebun dan tegalan serta pekarangan.
B. Jenis Data
Jenis data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
dilakukan dengan survei lokasi. Sedangkan data sekunder diambil dari dinas
instansi terkait maupun pustaka yang ada. Data mengenai pemanfaatan oleh
masyarakat dilakukan dengan wawancara langsung dengan masyarakat.
C. Tahapan Kegiatan
Secara umum, penyusunan Kajian profil keanekaragaman hayati daerah
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi Dan Inventarisasi Data/Informasi Status dan kondisi
Bentang Alam dan Keanekaragaman Hayati
Pengambilan data dilakukan dengan mengidentifikasi data Primer dan
Sekunder. Sumber Data diperoleh dari menghimpun data dari OPD
terkait, hasil wawancara atau penyebaran quesioner keanekaragaman
hayati, dan sampling yang dilakukan dibeberapa tempat di Kabupaten
Semarang.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 21
Gambar 2.3 Bagan Pengelompokan Keanekaragaman Hayati
1. Keadaan Bentang Alam
Bentang alam adalah hamparan lahan yang berisi bermacam-macam
ekosistem atau habitat yang menjadi tempat hidup berbagai makhluk
hidup. Jadi selain keadaan fisik, keadaan bentang alam ditentukan juga
Kabupaten Semarang
Keanekaragaman hayati
Fauna Flora
PENGELOMPOKAN
( Didasarkan pada PP no 7 th
1999, IUCN, dan CITES)
Dilindungi Endemik yang
populasinya
rendah
Potensial untuk ketahanan pangan
Potensial untuk pengembangan komoditas daerah
Berperan penting dalam ekosistem
Rencana
Pengelolaan
Rencana
Pengelolaan
Rencana
Pengelolaan
Rencana
Pengelolaan
Rencana
Pengelolaan
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 22
oleh kandungan hayati di dalamnya. Masing-masing daerah memiliki
bentang alam yang berbeda, khas menurut daerahnya. Dengan
diketahuinya bentang alam di suatu daerah akan dapat diketahui pula
keberadaan berbagai ekosistem dan spesies yang merupakan kandungan
hayati di dalam bentang alam. Dengan cakupan seperti itu, keberadaan
bentang alam dapat dimanfaatkan, baik dari segi fisik maupun dari segi
hayatinya. Identifikasi bentang alam diperlukan untuk mengemukakan
informasi yang berkaitan dengan:
1) Status dan kondisinya, dengan menginventarisasi Data dan informasi
untuk mengungkapkan gambaran bentang alam dari segi:
a. Topografi atau keadaan permukaan lahan yang ada dalam lingkup
bentang alam.
b. Fisiografi, yaitu keadaan fisik wilayah.
c. Keadaan DAS.
d. Sumber daya air.
e. Tanah (struktur fisik dan sifat kimiawinya).
f. Sifat geologinya.
g. Iklim.
h. Kandungan bahan tambang dan mineral penting.
i. Populasi manusia (kependudukan), sosial budaya.
j. Keanekaragaman biota: dalam tingkat ekosistem (alami dan buatan),
spesies, dan sumber daya genetik.
2) Potensi bentang alam sebagai sumber daya untuk pembangunan
daerah, dilihat dari segi penyediaan barang dan/atau jasa, misalnya:
daerah wisata, produksi air minum, produksi tambang, hasil hutan
dan produksi pertanian.
3) Upaya pemangku kepentingan dalam mengelola bentang alam,
khususnya unsur-unsur hayati yang terkandung di dalamnya, yaitu
apa yang telah dikerjakan oleh sector-sektor terkait dalam pelestarian
dan pemanfaatan unsur-unsur hayati dan pelaku aktifnya.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 23
2. Keanekaragaman Ekosistem
Jenis informasi keanekaragaman Ekosistem yang perlu disajikan adalah:
a. Persebaran (geografi, ekologi), yaitu jenis informasi yang
menggambarkan persebaran setiap tipe ekosistem secara geografis di
daerah yang bersangkutan. Informasi ini sebaiknya disajikan dalam
peta.
b. Kondisi ekosistem berdasarkan/mengikuti waktu atau musim. Karena
di Indonesia terdapat dua musim, data dan informasi mengenai
kondisi ekosistem dalam dua musim yang berbeda perlu diungkapkan
sehingga pengelolaannya didasarkan fenomena yang terjadi dalam
dua musim.
c. Jenis informasi yang dapat menggambarkan kondisi umum setiap tipe
ekosistem yang terdapat di daerah, yang meliputi keunikan, spesies
yang dominan, spesies penting (langka/endemik/dilindungi) yang
ditemukan dalam ekosistem atau habitat yang bersangkutan, serta
tingkat ancaman terhadap masing-masing ekosistem.
d. Potensi pengembangan ekosistem, yang menggambarkan potensi
setiap tipe ekosistem untuk dikembangkan dalam konteks
pembangunan wilayah, baik berbasis barang maupun jasa lingkungan.
Orientasi pengembangan harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.
e. Upaya pemangku kepentingan di daerah dalam pelestarian dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati. Jenis informasi ini
menggambarkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh berbagai
pihak dalam pelestarian dan pemanfaatan setiap tipe ekosistem yang
ada di daerah, dirinci menurut sektor, pelaku, karakteristik, kinerja,
dan intensitas dampak negatif/positif.
3. Keanekaragaman Spesies
Yang dimaksud dengan spesies adalah kumpulan individu makhluk
hidup yang mempunyai ciri-ciri genetik yang sama sehingga satu
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 24
dengan yang lain dapat melakukan reproduksi. Sebagai contoh dapat
disebutkan hubungan ayam kampung, ayam hutan merah, ayam hutan
hijau, dan bekisar. Jenis data dan informasi keanekaragaman spesies
yang perlu disajikan dalam profil adalah:
a. Nama ilmiah dan nama lokal spesies yang ada di daerah
bersangkutan.
b. Persebaran spesies berdasarkan geografi dan ekologi, jenis
informasi ini mengambarkan persebaran setiap spesies secara
geografi dan ekologi di daerah yang bersangkutan.
c. Persebaran spesies berdasarkan waktu atau musim dalam tahun;
informasi ini penting sehubungan dengan efisiensi pemanfaatan
dan pelestariannya; dengan mengetahui musim munculnya, dapat
diketahui waktu melimpahnya populasi spesies yang
bersangkutan untuk dilakukan pemanfaatan secara efisien dan
berkelajutan, terutama yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memulihkan diri dalam menjamin kelestariannya.
d. Kondisi umum setiap spesies yang terdapat di daerah, antara lain
endemisme, kelangkaan/kelimpahan (berdasarkan CITES
dan/atau IUCN dan/atau penjelasan pakar), dilindungi/tidak
dilindungi (berdasarkan PP No.: 7 Tahun 1999 Tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
2. Identifikasi Dan Inventarisasi Data/Informasi Keanekaragaman
Hayati Di Berbagai Lembaga Di Daerah
Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk pengumpulan dan penyediaan
data/informasi keanekaragaman hayati yang terdapat di berbagai lembaga
yang ada di daerah (data sekunder). Lembaga-lembaga di daerah yang
menangani atau memiliki informasi keanekaragaman hayati, meliputi:
1) Lembaga Pemerintah Daerah,
Badan Pusat Statistik (BPS)
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang,
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 25
Dinas Perikanan dan Peternakan,
Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata
Dinas Pendidikan
Badan Perancanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah,
2) Lembaga Pemerintah Pusat yang ada di daerah,
Badan Pengelola Kawasan Hutan (BKPH)/PERHUTANI
Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
3) Perguruan Tinggi di daerah, baik swasta maupun negeri seperti
Universitas Negeri Semarang,
UNDARIS,
UNW
4) Industri dan Perusahaan yang menggunakan bahan baku keanekaragaman
hayati, dan
PT. Sidomuncul
PT. Nyonya Meneer
5) Lembaga Swadaya Masyarakat
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 26
BAB IV KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
A. KEBIJAKAN
Dalam pelaksanaan penyusunan profil keanekaragaman hayati di wilayah
Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kota Semarang dan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa peraturan
dan kebijakan yang meliputi : 1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Kua!itas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Lintas
Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Propinsi
Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 132). 2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung Di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 134). 3. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Limbah. 4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang
Garis Sempadan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004
Nomor 46 seri E Nomor 7) sebagaimana telah diubah dengan peraturan
daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2013 tentang perubahan
atas peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2014
tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Provionsi Jawa Tengah
Tahun 2004 Nomor 46 seri E Nomor 7) 5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Nomor 9, tambahan lembaran
daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 55)
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 27
6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9). 7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Irigasi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 8,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 23).
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa tengah Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Jawa
Tengah.
9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6,
tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2008).
10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara Di Provinsi Jawa
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Nomor 10,
Tambahan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 36)
11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Provinsi Jawa
Tengah.
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan di Provinsi Jawa Tengah.
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014-2034.
14. Peraturan Gubernur Nomor 84 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas
Pokok Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 84)
sebagaimana telah diubah dengan peraturan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 77 Tahun 2012 tentang perubahan atas peraturan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 84 Tahun 2008 tentang penjabaran tugas pokok, fungsi,
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 28
dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah (berita
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Nomor 77).
15. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 48 Tahun 2012 tentang
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah Tahun
2012 – 2032.
16. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 06 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang 2011-2031.
B. KELEMBAGAAN
Dalam upaya menjaga kelangsungan keanekaragaman hayati
lembaga Pemerintah Daerah dan Lembaga Pemerintah Pusat memiliki
peran yang penting dalam melaksanakan perlindungan, pengelolaan,
pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Berikut ini adalah
beberapa Lembaga Pemerintah Daerah dan Lembaga Pemerintah Pusat
yang terkait dengan keanekaragaman hayati di Kota Semarang
Gambar 2.4 Gambar Lokasi Cagar alam di Kabupaten Semarang
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 29
Tabel 3.1 Daftar Lembaga Pengelola Keanekaragaman Hayati Kabupaten Semarang
NO. Nama
Organisasi Luas (Ha)
Tupoksi Jenis KEHATI
1
BPTP Jateng Jl. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran.
800 m²
Melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
1) Analisis kimia pakan ternak/makanan
2) Analisis kimia tanah
3) Analisis kimia pupuk organik
4) Analisis kimia pupuk an-organik
5) Analisis kimia jaringan tanaman
2
Setiya Aji Flower Farm Dusun Ngasem, Desa Jetis, Kec. Bandungan, Kabupaten Semarang
Destinasi wisata bunga Bunga Krisan
3
Perum Perhutani (Wana Wisata penggaron) Desa Susukan, Kecamatan Ungaran, Kabupaten semarang
hutan binaan Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha Lain (KBM WBU I) Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
Potensi berupa keaneka ragaman jenis burung di dalamnya serta jalur migrasi raptor dari belahan bumi utara tersebut, diharapkan mampu membuat Wana Wisata Penggaron bukan hanya dikenal sebagai hutan wisata yang biasa saja, namun juga mampu menjadi ekoeduwisata (wisata alam yang berwawasan lingkungan dan pendidikan).
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 30
4
PT. Industri Jamu dan farmasi Sidomuncul. TBK
1,5 Ha
Mengoleksi tanaman obat, terutama di prioritaskan pada tanaman langka atau hampir punah. Sebagian besar koleksinya terdiri dari tanaman untuk bahan jamu yang dipergunakan oleh para industri dan lainnya masih dieksplorasi dari alam
400 spesies termasuk tanaman yang didatangkan dari luar negeri antara lain Echinacea purpurea, Tribulus Terrestris, Mintha Piperita, Sybilum Marianum dan Jamur Ganoderma Lucidum. 27 jenis satwa, di antaranya Harimau Sumatra dan Siberia, Buaya, Kelompok kera (OwaJawa, Lutung Kelabu, Si Amang, Kera Jawa), Orang Utan Kalimantan, Kasuari, Merak, Burung Kakaktua, Elang, Ular, Kuda, dan sebagainya.
5
Dinas Pertanian, Perkebunan Kabupaten Seamarng
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang peternakan dan perikanan;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan sub bidang peternakan dan perikanan
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang peternakan dan perikanan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati
6 Kampung Kopi Banaran (PTPN IX)
Divisi Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan menghasilkan produk- produk dari tanaman karet, kopi,dan teh. Kedua, Divisi Tanaman Semusim (Pabrik Gula) yang menghasilkan produk-produk dari tanaman tebu.
7
Hortimart JalanGatot Subroto No 55 Bawen,Kabupaten Semarang
Agrowisata Buah buahan seperti melon, kelengkeng, terutama durian dengan 100 varietas
8
Taman Jamoe Ibu Meneer (Nyonya Meneer) Jl. Raya Semarang - Bawen KM. 28 Kelurahan Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang,
3 Ha kelestarian aneka jenis tanaman jamu Indonesia.
koleksi tanaman pribadi beliau,yakni Laos (Alpinia Galanga), Salam (Eugeniapolyantha Wight) dan Sereh (Andropogoncitratus), dan 600 spesies lainnya
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 31
9
Cagar Alam Gebugan Desa Gebugan Kec Ungaran Barat
1,8
Flora Jamuju (Dacrycarpus imbricatus), Berangan (Castanopsis argentea), Pakis galar (Cyathea contaminans), Gondang (Vicus variegata), Waru Gunung (Hibiscus macrophyllus), Kantil (Magnolia champaca), Cemplongan, Rengas (Gluta tourtour), Malelo, Kina (Chinchona spec.), Kaliandra (Calliandra sp.), Kayu Manis (Cinnamomum burmanii). Fauna Kijang (Muntiacus muntjak), Babi Hutan (Sus scrofa), Trenggiling (Manis javanica), Luwak (Lariscus insignis), hingga reptil seperti Ular Sawo. Juga berbagai jenis burung seperti beberapa jenis Alap-alap (Falconidae), Elang (Accipitridae), Raja Udang (Alcedinidae), dan Rangkong(Bucerotidae). Juga burung Prenjak (Prinia subflava), Gelatik Gunung (Padda orryzivora), Dederuk (Streptopelia sp.), Burung Paok Pancawarna (Pitta guajana)
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 32
10
Cagar Alam Sepakung Desa Sepakung kec. Banyubiru
10 Ha Cagar Alam Sepakung ditunjuk sebagai kawasan cagar alam
tipe ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah , dengan flora penyusun Walik angin (Croton argyratus), Pakis Galar, Dadap (Erytrina sp.), Kerinyuh, dan Pampung. Keragaman fauna yang ada di Cagar Alam Sepakung antara lain Kijang (Muntiacus muntjak), Babi Hutan (Sus sp.), Landak (Hystrix brachyura), Kucing Hutan (Felis badia), Trenggiling (Manis javanica), Jalak Hitam (Sturnus sp), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Alap-alap (Accipitridae), Kepodang (Oriolus chinensis), Platuk (Threskiornic sp), Dederuk (Streptopelia sp), Penthet, Tulungtumpuk (Megalaimajavensis), Prenjak (Prinia subflava), Ayam Hutan (GaIlus sp.), Betet (Psittacula alexandri), Ular Sawo, LJlar Edor, dan Ular Welang (Bun garus candidus).
11
TWA Tuk Songo Kopeng Kecamatan Kopeng
6,2 Wana wisata air terjun
Air terjun ini diapit oleh Telomoyo , Andong dan gunung merbabu, yang berjarak 54 Km dari kota Semarang dan berjarak 23 Km dari kota Magelang.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 33
12
Taman Nasionel Gunung Merbabu Kabupaten Magelang, SemarangDan Boyolali, Provinsi Jawa Tengah
+ 5.725 (Lima Ribu Tujuh Ratus DuaPuluh Lima) Hektar
Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan bawah (1.000 – 1.500 m dpl), yang sebagian besar terdiri dari vegetasi sejenis yang merupakan hutan sekunder dengan jenis tanaman Pinus (Pinus merkusii) dan Puspa (Schima noronhae). b. Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan tinggi (1.500 - 2.400 m dpl), yang ditumbuhi jenis-jenis vegetasi antara lain, Puspa (Schima noronhae), Sengon gunung (Albizia falcataria), dll. c. Ekosistem hutan tropis musim sub-alpin (2.400 – 3.142 m dpl) terletak pada pada puncak Gunung Merbabu yang ditumbuhi rumput dan tanaman edelweis. Potensi Flora, Fauna
C. RENCANA TATA RUANG WILAYAH
Berdasarkan Perda No. 06 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Semarang 2011 – 2031, RTRW Kabupaten Semarang
memiliki ruang lingkup wilayah yang mencakup seluruh wilayah daerah yang
meliputi ruang darat seluas 95.020,67 Hektar (950,21 km2) yang terdiri dari
19 kecamatan. Batas-batas daerah adalah sebelah utara berbatasan dengan
Kota Semarang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan
Kabupaten Grobogan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali
dan Kabupaten Magelang, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Kendal dan Kabupaten Temanggung dan di tengah – tengah Kabupaten
Semarang terdapat Kota Salatiga. Ruang lingkup materi RTRW Kabupaten
Semarang mencakup :
1) Tujuan, kebijakan dan strategi rencana tata ruang wilayah;
2) Rencana struktur ruang wilayah;
3) Rencana pola ruang wilayah;
4) Penetapan kawasan strategis;
5) Arahan pemanfaatan ruang wilayah;
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 34
6) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah;
7) Hak, kewajiban dan peran masyarakat.
1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi
a) Tujuan
Tujuan penataan ruang wilayah adalah terwujudnya Daerah sebagai
penyangga Ibukota Provinsi Jawa Tengah dan kawasan pertumbuhan
berbasis industri, pertanian dan pariwisata yang aman, nyaman,
produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
b) Kebijakan
Kebijakan penataan ruang wilayah meliputi :
1) penyediaan ruang wilayah dan prasarana wilayah sebagai penyangga
perekonomian utamanya dengan pengembangan kawasan untuk
fungsi permukiman perkotaan, industri, pertanian, pariwisata yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
2) pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
3) pemerataan sarana dan prasarana permukiman, jasa pendukung dan
prasarana wilayah lainnya di seluruh wilayah; dan
4) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
c) Strategi
Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup meliputi :
1) mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai pendukung sistem
penyangga kehidupan;
2) mempertahankan fungsi kawasan resapan air di seluruh wilayah;
3) mempertahankan fungsi lindung dan meningkatkan pengelolaan
kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar Rawa Pening, dan
kawasan sempadan sekitar mata air dari bahaya kerusakan ekologi;
4) mempertahankan fungsi lindung dan meningkatkan pengelolaan
kawasan cagar budaya; dan
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 35
5) meningkatkan penanganan pada kawasan rawan banjir terutama pada
kawasan sekitar Rawa Pening, kecamatan Ungaran Timur dan Bancak,
kawasan rawan gerakan tanah dan longsor, serta kawasan rawan
bencana letusan gunung berapi.
2. Rencana Pola Ruang Wilayah
Rencana pola Ruang di Kabupaten Semarang merupakan gambaran
sebaran rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dalam hal rencana
kawasan pengelolaan keanekaragaman hayati termasuk pada kawasan
lindung. Dimana diejawantahkan pada kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam.
a. Kawasan lindung
Kawasan lindung di Kabupaten Semarang terdiri dari beberapa kawasan
diantaranya pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Wilayah Kabupaten
Semarang Tahun 2011 - 2031
NO. Kawasan Lindung Keterangan
1. Kawasan hutan
lindung
Tersebar di kawasan Gunung Ungaran dan Gunung
Telomoyo, seluas 1.593 Ha
2.
Kawasan yang
memberikan
perlindungan terhadap
kawasan bawahannya
perlindungan
terhadap kaw
Kawasan resapan air di daerah meliputi wilayah Kecamatan
Getasan, Banyubiru, Jambu, Sumowono, Bandungan, Bergas
dan Ungaran Barat, seluas 6.045 Ha
3. Kawasan perlindungan setempat, meliputi:
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 36
NO. Kawasan Lindung Keterangan
a. Kawasan sempadan sungai
Sekurang-kurangnya:
- 3 (tiga) meter dari tepi kiri - kanan tanggul pada sungai bertanggul di kawasan perkotaan;
- 5 (lima) meter dari tepi kiri - kanan tanggul pada sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;
- 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri - kanan sungai tidak bertanggul dengan kedalaman kurang dari 3 (tiga) meter di kawasan perkotaan;
- 15 (lima belas) meter dari tepi kiri - kanan sungai tidak bertanggul dengan kedalaman 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter di kawasan perkotaan;
- 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri - kanan sungai tidak bertanggul dengan kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter di kawasan perkotaan;
- 50 (lima puluh) meter dari tepi kiri - kanan sungai tidak bertanggul yang berada di luar kawasan perkotaan.
b. Kawasan perlindungan setempat sekitar waduk atau danau
- kawasan sepanjang tepian waduk atau danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk atau danau sepanjang 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah daratan kecuali pada daerah yang telah terbangun diperlukan penanganan fisik tersendiri yang tidak mengganggu fungsi lindung.
- ditetapkan pada daerah sekitar Rawa Pening seluas kurang lebih 24 (dua puluh empat) hektar
c. Kawasan sekitar mata air
meliputi kawasan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air pada 125 (seratus dua puluh lima) mata air yang tersebar di seluruh Kecamatan sebagaimana tercantum pada Lampiran IV Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011
d. Kawasan RTH Perkotaan
berupa ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dengan luas paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan perkotaan seluas kurang lebih 2.067 (dua ribu enam puluh tujuh) hektar
4. Kawasan Suaka Alam
adalah cagar alam yang meliputi Cagar Alam Gebugan di Kecamatan Ungaran Barat dan Kecamatan Bergas seluas kurang lebih 2 (dua) hektar dan Cagar Alam Sepakung di Kecamatan Banyubiru seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar.
5. Kawasan Pelestarian
Alama
kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu di Kecamatan Getasan seluas kurang lebih 1.270 (seribu dua ratus tujuh puluh) hektar.
6. Kawasan Cagar Budaya, meliputi:
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 37
NO. Kawasan Lindung Keterangan
a. Lingkungan
bangunan non gedung
Terdiri dari 28 bangunan non gedung yang tercantum dalam pasal 27ayat (4) Perda Nomor 6 Tahun 2011
b. Lingkungan
bangunan gedung dan halamannya
Terdiri dari 26 bangunan gedung yang tercantum dalam pasal 27ayat (5) Perda Nomor 6 Tahun 2011
7. Kawasan Rawan Bencana, meliputi:
a. Kawasan rawan banjir
kawasan di sekitar Rawa Pening di Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Bawen, dan dataran sekitar Sungai Gung di Ungaran Timur, serta di dataran sekitar Sungai Bancak di Kecamatan Bancak.
b. Kawasan rawan longsor
tersebar di seluruh Kecamatan seluas kurang lebih 7.576 (tujuh ribu lima ratus tujuh puluh enam) hektar dengan konsentrasi terutama pada wilayah Kecamatan Sumowono, Ungaran Barat, Bergas, Bandungan, Bawen, Jambu, Banyubiru, Tuntang, Ambarawa, Getasan, Suruh dan Susukan.
8. Kawasan Lindung Geologi, meliputi:
a. Kawasan rawan bencana alam letusan gunung berapi
- kawasan kerucut Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu - kawasan sangat rawan yaitu daerah pada jarak 0 (nol)
kilometer sampai 5 (lima) kilometer dari puncak gunung dan kawasan agak rawan yaitu daerah pada jarak lebih dari 5 (lima) kilometer dari puncak gunung
b. Kawasan perlindungan terhadap air tanah
- Cekungan Air Tanah Ungaran; - Cekungan Air Tanah Sidomulyo; - Cekungan Air Tanah Rawapening; - Cekungan Air Tanah Salatiga; - Cekungan Air Tanah Karanganyar-Boyolali; - Cekungan Air Tanah Semarang-Demak; dan - Cekungan Air Tanah Magelang-Temanggung.
Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031
b. Kawasan Budidaya
Sedangkan Kawasan budidaya di Kabupaten Semarang terdiri dari :
a. kawasan peruntukan hutan produksi dan hutan rakyat;
1) Kawasan peruntukan hutan produksi terbagi menjadi hutan
produksi tetap dan hutan produksi terbatas.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 38
2) Luas keseluruhan kawasan peruntukan hutan produksi kurang
lebih 9.301 (sembilan ribu tiga ratus satu) hektar, meliputi :
3) hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 1.690 (seribu enam
ratus sembilan puluh) hektar yang tersebar di Kecamatan
Sumowono, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Bergas, Kecamatan
Ungaran Barat, Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan Pringapus,
dan Kecamatan Banyubiru, dan
4) hutan produksi tetap seluas kurang lebih 7.612 (tujuh ribu enam
ratus dua belas) hektar yang tersebar di Kecamatan Bergas,
Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan
Pringapus, Kecamatan Bringin, dan Kecamatan Bancak.
5) Kawasan peruntukan hutan rakyat tersebar di seluruh Kecamatan
di Kabupaten Semarang, dengan luas keseluruhan kurang lebih
15.618 (lima belas ribu enam ratus delapan belas) hektar.
b. kawasan peruntukan pertanian;
1) Kawasan peruntukan pertanian meliputi :
kawasan pertanian tanaman pangan;
kawasan holtikultura;
kawasan perkebunan; dan
kawasan peternakan.
2) Kawasan pertanian tanaman pangan tersebar di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Semarang, dengan luas keseluruhan
kurang lebih 24.340 (dua puluh empat ribu tiga ratus empat
puluh) hektar.
3) Luas kawasan pertanian tanaman pangan yang diperuntukkan
untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah kurang lebih
22.896 (dua puluh dua ribu delapan ratus sembilan puluh enam)
hektar, tersebar di seluruh Kecamatan di Daerah kecuali di
Kecamatan Getasan.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 39
4) Kawasan holtikultura tersebar di seluruh Kecamatan di Daerah,
dengan luas keseluruhan kurang lebih 9.046 (sembilan ribu empat
puluh enam) hektar.
5) Kawasan perkebunan tersebar di seluruh Kecamatan di Daerah,
dengan luas keseluruhan kurang lebih 12.140 (dua belas ribu
seratus empat puluh) hektar.
6) Kawasan peternakan meliputi peternakan skala besar dan
peternakan skala kecil.
7) Kawasan peternakan skala besar dapat berlokasi pada seluruh
Kecamatan di luar kawasan perkotaan dan kawasan pariwisata
sesuai ketentuan yang berlaku.
8) Kawasan peternakan skala kecil diarahkan dalam bentuk sentra
peternakan di kawasan perdesaan yang diarahkan di seluruh
Kecamatan yang dikelola secara terpadu dengan kegiatan
pertanian lainnya.
c. kawasan peruntukan perikanan;
1) Kawasan peruntukan perikanan meliputi kawasan peruntukan
untuk penangkapan dan budidaya perikanan darat yang
dikembangkan di kolam, sungai dan waduk, serta pengembangan
kawasan perikanan terpadu minapolitan.
2) Kawasan peruntukan budidaya perikanan kolam dapat dilakukan
di seluruh Kecamatan sesuai ketentuan yang berlaku.
3) Kawasan peruntukan perikanan tangkap berbasis budidaya pada
perairan waduk dan sungai diarahkan di perairan Rawa Pening
dan sungai di Kecamatan Tuntang, Kecamatan Ambarawa,
Kecamatan Banyubiru, dan Kecamatan Bawen.
4) Kawasan meliputi kawasan minapolitan pada Kecamatan
Banyubiru, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan
Jambu dan Kecamatan Tuntang.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 40
d. kawasan peruntukan pertambangan;
1) Kawasan peruntukan pertambangan meliputi :
a) kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan
batuan;
b) kawasan peruntukan pertambangan panas bumi; dan
c) kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.
2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan
batuan terdapat pada :
a) kawasan Bakalrejo dan Karangsalam di Kecamatan Susukan;
b) kawasan Gunung Mergi di Kecamatan Bergas dan Kecamatan
Ungaran Timur;
c) kawasan Kandangan dan Polosiri di Kecamatan Bawen;
d) kawasan Delik di Kecamatan Tuntang;
e) kawasan Pucung di Kecamatan Bancak;
f) kawasan sekitar Sungai Senjoyo di Kecamatan Bringin dan
Kecamatan Bancak;
g) kawasan sekitar Sungai Gading di Kecamatan Suruh;
h) kawasan kawasan Boto dan Plumutan di Kecamatan Bancak;
i) kawasan di seluruh Kecamatan khusus untuk pengambilan
material tanah urug dengan ketentuan tidak pada kawasan
lindung dan tidak merusak lingkungan; dan
j) kawasan Rawa Pening.
3) Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi terdapat di
kawasan Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo.
4) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi
terdapat di Kecamatan Bringin dan Bancak.
5) (Kegiatan pertambangan pada kawasan peruntukan
pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan hidup secara berkelanjutan sesuai dengan Peraturan
Perundangan-undangan.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 41
e. kawasan peruntukan industri;
1) Kawasan peruntukan industri meliputi :
a. kawasan peruntukan industri;
b. kawasan industri; dan
c. kawasan peruntukan industri kecil.
2) Kawasan peruntukan industri berlokasi di Kecamatan Ungaran
Barat, Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan Bawen, Kecamatan
Tengaran, Kecamatan Pringapus, Kecamatan Susukan, Kecamatan
Kaliwungu dan Kecamatan Bergas.
3) Kawasan peruntukan industri yang menggunakan bahan baku dan
/ atau proses produksinya memerlukan lokasi khusus dapat
didirikan di seluruh Kecamatan sesuai Ketentuan Perundangan
yang berlaku.
4) Kawasan industri direncanakan di Kecamatan Pringapus,
Kecamatan Bawen, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Susukan dan
Kecamatan Kaliwungu.
5) Kawasan peruntukan industri dan kawasan industri keseluruhan
ditetapkan seluas kurang lebih 1.234 (seribu dua ratus tiga puluh
empat) hektar.
6) Kawasan peruntukan industri diwajibkan mengelola sampah,
limbah dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
7) Kawasan peruntukan industri kecil diarahkan di seluruh
Kecamatan terpadu dengan kawasan permukiman dengan syarat
melakukan pengelolaan lingkungan sesuai
f. kawasan peruntukan pariwisata; dan
1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 huruf f diarahkan pada pembentukan WPP yang dapat
memenuhi kebutuhan wisatawan sesuai potensi dan daya tarik
wisata wilayah tersebut.
2) Pembentukan WPP meliputi :
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 42
a. WPP 1 meliputi Kecamatan Ungaran Barat, Ungaran Timur,
Bergas, Pringapus dan Bawen dengan pusat pengembangan di
Kota Ungaran dengan potensi daya tarik wisata meliputi :
1) Wana Wisata Penggaron;
2) Tirtoargo;
3) Air Terjun Semirang;
4) Cagar Alam Puncak Suroloyo;
5) Gunung Kalong;
6) Makam dan Masjid Nyatnyono;
7) Benteng Williem II Ungaran;
8) Makam Ibu Isriati Munadi;
9) Makam Jendral Gatot Subroto;
10) Taman Batas Kota;
11) Curug Lawe;
12) Makam Ki Gedhe Ungaran;
13) Candi Ngempon;
14) Air Panas Diwak;
15) Agrowisata Asinan;
16) Gunung Kendalisodo;
17) Pemandian Air Panas Samban;
18) Wisata industri di Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan
Bergas, Kecamatan Pringapus dan Kecamatan Bawen;
19) Kampung Kopi Banaran;
20) Kampung Seni Lerep;
21) Desa Wisata Lerep dan Keji;
22) RTH Ungaran Timur;
23) Makam Mount Carmel; dan
24) Petirtaan Derekan.
b. WPP 2 meliputi Kecamatan Bandungan, Sumowono, dan Jambu
dengan pusat pengembangan di Kawasan Bandungan dengan
potensi daya tarik wisata meliputi :
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 43
1) Candi Gedongsongo;
2) Wisata Geologi sumber panas bumi Gedongsongo;
3) Mata Air Masam Banyukuning;
4) Taman Safari Sumowono;
5) Pereng Putih;
6) Pendakian Gunung Ungaran;
7) Budidaya Bunga Bandungan;
8) Pemancingan Jimbaran;
9) Gua dan Air Terjun Panglebur Gongso;
10) Air Terjun Tujuh Bidadari;
11) Sumber Api Abadi Losari;
12) Puncak Wana Kasihan;
13) Gua Gunung Watu dan Kampung Batik Gemawang;
14) Kopi Eva Restoran;
15) Kopi Banaran Bedono;
16) Agrowisata Brongkol;
17) Agrowisata Umbul Sidomukti; dan
18) Desa Wisata Genting.
c. WPP 3 meliputi Kecamatan Ambarawa, Banyubiru, Tuntang
dan Getasan dengan pusat pengembangan di Kawasan Kopeng
dan Ambarawa dengan potensi daya tarik wisata meliputi :
1) Monumen Palagan;
2) Makam Dr. Cipto Mangunkusumo;
3) Benteng Williem I Ambarawa;
4) Museum Kereta Api Ambarawa;
5) Gua Maria Kerep;
6) Taman wisata Rawa Pening
7) Bukit Cinta;
8) Situs Brawijaya;
9) Pemandian Muncul;
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 44
10) Bukit Candi Dukuh;
11) Taman Rekreasi Langen Tirto Muncul;
12) Agrowisata Tlogo;
13) Taman Rekreasi Rawa Permai;
14) Pasar Kriya Lopait;
15) Kerajinan Perahu Asinan;
16) Air Terjun Pager Gedhog;
17) Pemandian Kopeng;
18) Wana Wisata Umbul Songo;
19) Air Terjun Kalipancur Nagasaren;
20) Puncak Gunung Gajah;
21) Pendakian Gunung Merbabu;
22) Kopeng Treetop;
23) Curug Kembar Bolodhewo Wirogomo;
24) Gua Maria Mustika Banyu Urip Tuntang;
25) Taman Rekreasi Kelinci Kalibeji;
26) Cagar Alam Sepakung;
27) Wisata Kereta Api Tuntang-Bedono
28) Gua Rong Tlogo Tuntang; dan
29) Desa Wisata Ngrapah
d. WPP 4 meliputi Kecamatan Tengaran, Susukan, Suruh,
Pabelan, Bringin, Bancak dan Kaliwungu dengan pusat
pengembangan di kawasan Tengaran dengan potensi daya
tarik wisata meliputi :
1) Mata Air Senjoyo;
2) Candi Klero;
3) Sumber Api Abadi Boto;
4) Makam Ki Ageng Cukilan; dan
5) Umbul Ngrancah Udanwuh Kaliwungu.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 45
g. kawasan peruntukan permukiman.
1) Kawasan peruntukan permukiman meliputi kawasan permukiman
perdesaan dan kawasan permukiman perkotaan.
2) Permukiman perdesaan meliputi permukiman perdesaan yang
tersebar di seluruh Kecamatan, dikembangkan dengan berbasis
perkebunan, agrowisata, pertanian tanaman pangan, perikanan
darat dan peternakan disertai pengolahan hasil atau agroindustri.
3) Permukiman perkotaan meliputi kawasan-kawasan dengan
cakupan administrasi Desa/Kelurahan sebagaimana dijelaskan
dalam Lampiran V Peraturan Daerah ini.
4) Kawasan peruntukan permukiman seluas kurang lebih 19.839
(sembilan belas ribu delapan ratus tiga puluh sembilan) hektar
yang tersebar di seluruh Kecamatan, meliputi kawasan
permukiman perkotaan seluas lebih kurang 6.887 (enam ribu
delapan ratus delapan puluh tujuh) hektar dan kawasan
permukiman perdesaan seluas kurang lebih 12.953 (dua belas ribu
sembilan ratus lima puluh tiga) hektar.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 46
Gambar 2.5 Peta TutupanLahan Kabupaten Semarang Tahun 2016
Kawasan Suaka Alam di Kabupaten Semarang terdiri atas Cagar Alam
Gebugan dan Cagar Alam Sepakung dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kawasan Konservasi (In situ) Kabupaten Semarang
No Nama Lokasi Luas Keterangan
1 Taman Nasional
Gunung Merbabu
Kabupaten
SemarangDan
Provinsi Jawa
Tengah
5.725
2 Cagar Alam Gebugan
Desa Gebugan Kec
Ungaran Barat
1,8 Ha
3 Cagar Alam
Sepakung
Desa Sepakung
kec. Banyubiru
10 Ha
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 47
Tabel 3.4 Kawasan Konservasi (Ex situ) Kabupaten Semarang
No Nama Lokasi Luas Keterangan
1 Taman Jamoe Ibu
Meneer (Nyonya
Meneer)
Kelurahan Bergas
Kidul, Kecamatan
Bergas, Kabupaten
Semarang,
3 Ha
2 PT. Industri Jamu
dan farmasi
Sidomuncul. TBK
Bergas, Kabupaten
semarang
1,5 Ha
Tabel 3.5 Luas Kawasan Hutan dan Perairan Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah (hektar), 2015
No Klasifikasi Luas
1 Hutan Lindung 1899.96
2 Suaka Alam dan Pelestarian Alam/
Sanctuary Reserve and Nature
Conservati-on Area
-
3 Hutan Produksi/ Production Forest
a. Terbatas/ Limited
b. Tetap/ Permanent
c. Dapat Dikonversi/ Convertible
2325.15
6676.41
-
4 Jumlah Luas Hutan dan Perairan/ Total
Forest and Water Area
10901,52
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 48
BAB V KEANEKARAGAMAN HAYATI
A. Bentang Alam
1. Kondisi Geografis Kawasan
Letak Kabupaten Semarang secara geografis terletak pada
110°14’54,75’’ sampai dengan 110°39’3’’ Bujur Timur dan 7°3’57” sampai
dengan 7°30’ Lintang Selatan. Keempat koordinat bujur dan lintang tersebut
membatasi wilayah seluas 950,21 Km². Wilayahnya sebagian besar
merupakan daratan tinggi dengan ketinggian rata-rata 544,21 meter diatas
permukaan air laut. Kecamatan dengan ketinggian tertinggi yaitu Kecamatan
Getasan, Sumowono dan Bandungan, sedangkan Kecamatan Bancak
mempunyai rata rata ketinggian terendah. Secara administratif letak
geografis Kabupaten Semarang berbatasan langsung dengan 8
Kabupaten/Kota, selain itu di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang
terdapat Kota Salatiga dan Danau Rawa Pening.
1) Jenis Tanah Berdasarkan jenis tanahnya, wilayah Kabupaten Semarang
memiliki keragaman jenis tanah, baik jenis tanah secara murni maupun
jenis tanah yang merupakan asosiasi atau kompleks dari beberapa jenis
tanah. Jenis tanah berada di Kabupaten Semarang adalah sebagai
berikut :
a) Tanah aluvial coklat tua, tersebar di Kecamatan Susukan
b) Tanah regosol kelabu di Kecamatan Susukan
c) Tanah komples regosol kelabu dan grumosol kelabu tua di
Kecamatan Beringin dan Suruh.
d) Tanah andosol coklat pada Kecamatan Bawen, Ambarawa,
Sumowono, Getasan, Tengaran, Bergas, dan Pringapus
e) Tanah asosiasi andosol coklat dan latosol coklat kemerahan di
Kecamatan Jambu, Banyubiru, dan Getasan
f) Tanah kompleks andosol kelabu tua litosol di Kecamatan
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 49
Getasan
g) Tanah mediteran coklat tua di Kecamatan Bringin, Bawen,
Pringapus, Bergas, dan Suruh
h) Tanah grumosol pada Kecamatan Sumowono, Jambu,
Ambarawa, dan Banyubiru.
i) Tanah latosol coklat pada Kecamatan Ungaran, Pringapus,
Bergas, Bawen, Ambarawa, Sumowono, Bringin, Tuntang, dan
Suruh.
j) Tanah latosol coklat tua dan kemerahan Ungaran, Pringapus,
Bergas, Bawen, Banyubiru, Tengaran, dan Suruh.
k) Tanah kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat tua
dan litosol di Kecamatan Sumowono dan Jambu
l) Tanah latosol coklat kemerahan di Kecamatan Tengaran
2) Batuan Secara umum litologi merupakan ilmu yang mempelajari batuan.
Lapisan unsur penyusun bumi yang dipelajari dalam litologi adalah
litosfer, yang merupakan lapisan terluar kerak bumi. Bahan-bahan
penyusun litosfer dimulai dari lapisan kerak (sial) yang tersusun atas
unsur Silisium dan Magnesium, lebih ke dalam lagi
(Asthenosfer/mantel) yang tersusun atas unsur persenyawaan logam
Sulfida dan pada bagian inti (Barisfer) tersusun atas unsur besi dan
nikel. Ilmu ini penting dalam geologi lingkungan yaitu untuk
mengetahui sifat fisik batuan dan tanah yang mendukung segala
aktivitas manusia. Berdasarkan uraian diatas, litologi yang ada di
Kabupaten Semarang yaitu batuan sedimen. Batuan Sedimen disebut
juga batuan endapan, karena batuan sedimen terbentuk akibat beku
yang lapuk bagian-bagiannya akan terlepas dan mudah diangkut oleh
air, angin, atau es, kemudian batuan tersebut mengendap di suatu
tempat.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 50
3) Klimatologi
Berdasarkan peta curah hujan di Kabupaten Semarang, maka
daerah Kabupaten Semarang rata-rata memiliki total curah hujan
tahunan berkisar dari 1500 - 3000 mm. Kondisi demikian menunjukkan
wilayah Kabupaten Semarang memiliki curah hujan dalam katagori
sedang hinggga sangat tinggi. Dengan adanya keterbatasan pengukuran
data unsur iklim terutama data curah hujan dan sebarannya, maka
sampai saat ini untuk perencanaan dan penelitian masih banyak
menggunakan data yang dikumpulkan Schmidt-ferguson. Data iklim
yang tercatat oleh Schmidt-Ferguson (1971) pada pengamatan 20-30
tahun menunjukkan di wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya
memiliki curah hujan tinggi hingga sangat tinggi (2000 mm hingga
>3000 mm), bulan kering terlama sekitar selama 1,8 bulan dan bulan
basah terlama sekitar selama 9,4 bulan dengan dominasi tipe iklim
(Schmidt-Ferguson) adalah C dan B. Tipe iklim C menunjukkan wilayah
agak basah, vegetasi asli berupa hutan, yang diantaranya terdapat jenis
vegetasi yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Sementara itu tipe iklim B adalah daerah dengan kelembaban tinggi,
vegetasi asli utama dalah pohon atau hutan hujan tropis.
4) Topografi
Kondisi topografi wilayah Kabupaten Semarang mempunyai
bentuk topografi yang bervariasi antara lain dataran, berombak,
bergelombang, agak berbukit, dan pegunungan, dan mencakup elevasi
topografi antara El + 300 m - El + 2050 m di atas permukaan laut.
Elevasi tertinggi di wilayah Kecamatan Getasan dan sebagian wilayah
Kecamatan Ungaran, serta elevasi terendah berada di Kecamatan
Ungaran. Elevasi atau ketinggian topografi di tiap kecamatan adalah
sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 51
Kecamatan Tengaran : + 729 m dpl
Kecamatan Susukan : + 497 m dpl
Kecamatan Getasan : + 1500 m dpl
Kecamatan Pabelan : + 584 m dpl
Kecamatan Suruh : + 660 m dpl
Kecamatan Tuntang : + 480 m dpl
Kecamatan Banyubiru : + 470 m dpl
Kecamatan Jambu : + 580 m dpl
Kecamatan Sumowono : + 900 m dpl
Kecamatan Ambarawa : + 514 m dpl
Kecamatan Bawen : + 547 m dpl
Kecamatan Bringin : + 357 m dpl
Kecamatan Bergas : + 400 m dpl
Kecamatan Pringapus : + 400 m dpl
Kecamatan Ungaran : + 318 m dpl
2. Sumber Daya Air
1) Daerah Aliran Sungai
Terdapat tiga sungai utama di Kabupaten Semarang yaitu: Kali
Garang yang melalui sebagian wilayah Kecamatan Ungaran dan Bergas,
Kali Tuntang yang melalui sebagian dari wilayah Kecamatan Bringin,
Tuntang, Pringapus dan Bawen, dan Kali Senjoyo yang melalui sebagian
wilayah Kecamatan Tuntang, Pabelan, Bringin, Tengaran dan Getasan.
Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Semarang sebagaimana terlihat
dalam tabel III.2.
Sungai-sungai tersebut merupakan sumber air permukaan dengan
jumlah aliran sungai sebanyak 51 sungai dan dengan panjang
keseluruhan 350 KM serta memiliki debit total sebesar 2.668.480 l/dt.
Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Semarang sebagaimana terlihat
dalam Gambar 3.1.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 52
Tabel 3.6 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Semarang
No. Nama DAS/Sub DAS Luas (Ha)
1. DAS Bodri DS 4.397,85
a. Sub DAS Bodri Hilir 3.479,03
b. Sub DAS Putih 918,82
2. DAS Garang DS 10.411,36
a. Sub DAS Garang Hulu 5.683,04
b. Sub DAS Gung 2.761,56
c. Sub DAS Kreyo 706,11
d. Sub DAS Kripik 580,57
e. Sub DAS Pengkol 680,07
3. DAS Jragung DS 13.634,90
a. Sub DAS Lana Ds 2.814,13
b. Sub DAS Jragung/Wonokerto 7,42
c. Sub DAS Klampok 6.321,34
d. Sub DAS Trimo 4.492,00
4. DAS Progo 2.782,54
5. DAS Serang DS 12.862,94
a. Sub DAS Gading 9.832,61
b. Sub DAS Karangboyo 1.637,97
c. Sub DAS Laban 1.392,36
6. DAS Solo 4.383,62
a. Sub DAS Solo 4.383,62
7. DAS Tuntang 51.608,24
a. Sub DAS Bancak 9.117,74
b. Sub DAS Rowopening 24.584,82
c. Sub DAS Senjoyo 9.305,40
d. Sub DAS Tuk Bening/T.Hulu 8.600,24
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang
Selain itu terdapat Rawa Pening di wilayah Kabupaten
Semarang yang meliputi sebagian dari wilayah Kecamatan Jambu,
Banyubiru, Ambarawa, Bawen, Tuntang dan Getasan. Rawa Pening
merupakan satu-satunya waduk yang dimiliki Kabupaten Semarang
yang memiliki volume air + 65 juta m3 dengan luas genangan 2.770
Ha pada ketinggian muka air maksimal, dan memiliki volume + 25
juta m3 dengan luas genangan 1.760 Ha pada ketinggian permukaan
air minimal
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 53
2) Mata Air
Sumber mata air yang berada di Kabupaten Semarang
sebanyak 125 (seratus dua puluh lima) buah yang tersebar di 15
(limabelas) kecamatan. Mata air ini digunakan untuk keperluan
hidup sehari-hari oleh penduduk sekitarnya, irigasi dan
dimanfaatkan oleh PDAM. Namun, dari data yang ada di PDAM
menunjukan terjadi penurunan ketersediaan air dari mata air,
khususnya mata air yang digunakan sebagai sumber air PDAM. Hal
ini disebabkan rendahnya tingkat resapan air karena berkurangnya
luasan daerah tangkapan air baik yang disebabkan oleh semakin
luasnya peruntukan lahan untuk kebutuhan pemukiman maupun
fasilitas umum serta tingkat eksploitasi air yang tinggi baik untuk
kebutuhan rumah tangga maupun industri yang ada di Kabupaten
Semarang dan sekitarnya.
3) Danau Danau yang dimiliki Kabupaten Semarang adalah Danau Rawa
Pening yang memiliki volume air sebesar ± 65 juta m3 dengan luas
genangan 2.770 Ha pada ketinggian muka air maksimal, sedangkan
pada ketinggian muka air minimum mempunyai volume sebesar ± 25
juta m3 dengan luas genangan 1.760 Ha.
Berdasarkan topografi Danau Rawapening terletak di daerah
yang rendah dan merupakan lembah yang dikelilingi oleh daerah
yang tinggi (pegunungan dan perbukitan) serta terbendung di Kali
Tuntang. Kondisi ini menyebabkan jumlah air di danau mengalami
penambahan terus-menerus, sementara air yang keluar hanya
sedikit. Namun penambahan air juga membawa material-material
yang diendapkan di danau sehingga memberi sumbangan endapan
yang cukup besar. Jenis tanah atau jenis endapan di danau adalah
kedap air, sehingga danau mampu menampung air. Vegetasi yang
ada disekeliling danau cukup banyak sehingga mampu untuk
menyimpan air dan mengeluarkannya melalui beberapa mata air
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 54
yang mengalir ke danau melalui sungai dan mata air. Dengan
demikian jumlah air di Danau Rawapening dipengaruhi langsung
oleh banyaknya curah hujan, air tanah yang muncul sebagai mata air
(spring) dan aliran permukaan (air sungai) dan secara tidak
langsung oleh kondisi topografi dan aktifitas manusia. Oleh karena
sedimentasi terjadi secara terus-menerus, maka sejak tahun 1970
pada saat musim penghujan danau ini sering di landa banjir
terutama di DAS Tuntang Hilir, yaitu di Kabupaten Demak dan
Grobogan.
Aliran air sungai yang masuk ke Danau Rawapening berasal
dari pemasukan air tanah yang terdapat di tempat yang lebih tinggi.
Ada 9 sub das dan 13 sungai yang bermuara di Danau Rawa Pening.
Sub das dan Sungai-sungai yang mengalir ke Danau Rawapening
terdiri dari:
a. Sub-DAS Galeh, terdiri dari Sungai Galeh dan Sungai Klegung
Sub DAS Galeh melewati wilayah di Kecamatan Banyubiru (Desa
Wirogomo, desa Kemambang, Desa Rowoboni, Desa Tegaron, desa
Kebondowo, Desa Banyubiru dan desa Ngrapah) dan Kecamatan
Jambu (Desa Bedono, Kelurahan, Brongkol, Rejosari dan Desa
Banyukuning). Luas sub DAS Galeh mencapai 6.121 ha.
b. Sub-DAS Torong, yaitu Sungai Torong
Sub DAS Torong melewati wilayah di Kecamatan Ambarawa dan
Bandungan (desa Ngampin, Panjang dan Pojoksari). Berdasarkan
letaknya sub DAS Torong berada di sebelah barat danau Rawapening,
dengan luas wilayah 2.687 ha. Sub DAS Torong juga melewati wilayah
Kecamatan Jambu (Desa Jambu, Gondoriyo, Kuwarasan, Kebondalem
dan Genting). DAS Torong berada di sebelah barat danau Rawapening,
dengan luas wilayah 2.687 ha.
c. Sub-DAS Panjang, terdiri dari Sungai Panjang dan Sungai Kupang
Sub DAS Panjang melewati wilayah di Kecamatan Ambarawa dan
Bandungan (Kelurahan Bejalen, Desa Lodoyong, Kranggan, Pasekan,
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 55
Baran, Jetis, Duren, Bandungan, Kenteng dan Candi). Berdasarkan
letaknya sub DAS Panjang berada di sebelah utara danau Rawapening,
dengan luas wilayah 4.893,24 ha.
d. Sub-DAS Legi, yaitu Sungai Legi
Sub DAS Legi melewati wilayah di Kecamatan Banyubiru (Desa
Sepakung dan sebagian desa Rowoboni) yang wilayahnya memanjang
dari bagian hulu di lereng gunung Telomoyo hingga bermuara ke
danau Rawapening.
e. Sub-DAS Parat, yaitu Sungai Parat
Sub DAS Parat melewati wilayah di Kecamatan Banyubiru (Desa
Gedong dan desa Kebumen), Kecamatan Tuntang (Desa Gedangan,
Desa Kalibeji dan desa Rowosari). Sub DAS Parat berada di sebelah
selatan danau Rawapening, dengan luas wilayah 4.638,35 ha yang
meliputi 16 desa dari 3 Kecamatan (Banyubiru, Getasan dan Tuntang)
Kabupaten Semarang. Sungai utamanya adalah sungai Parat dan
sungai Muncul dengan mata air di punggung Gunung Merbabu dan
Gunung Gajah Mungkur. Kecamatan Getasan menjadi wilayah sub-DAS
Parat yang wilayahnya meliputi Desa Kopeng, Polobogo, Manggihan,
Getasan, Wates, Tolokan, Ngrawan, dan Desa Nogosaren.
f. Sub-DAS Sraten, yaitu Kali Sraten
Sub DAS Sraten hanya melewati wilayah di Kecamatan Getasan, yaitu;
Desa Batur,Tajuk, Jetak, Samirono, dan Desa Sumogawe.
g. Sub-DAS Rengas, terdiri dari Sungai Rengas dan Sungai Tukmodin
Sub DAS Rengas hanya melewati wilayah di Kecamatan Ambarawa
dan Bandungan meliputi kelurahan Tambakboyo, Kelurahan Kupang
dan desa Mlilir. Berdasarkan letaknya sub DAS Rengas berada di
sebelah utara Danau Rawapening, dengan luas wilayah 1.751 ha.
h. Sub-DAS Kedung Ringin, yaitu Sungai Kedung Ringin
Sub DAS Kedungringin melewati wilayah Kecamatan Tuntang (Desa
Kesongo, Lopait dan Desa Tuntang). Sub DAS Kedungringin berada di
sebelah timur Danau Rawa Pening, dengan luas catchment area
774,86 ha. Di sub-sub DAS Kedungringin mengalir sungai Ngreco,
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 56
Ndogbacin dan sungai Praguman, yang ketiganya bermuara di Danau
Rawapening. Sub DAS Kedungringin merupakan sub DAS yang paling
kecil dengan mata air di sekitar Gunung Kendil.
i. Sub-DAS Ringis, yaitu Sungai Tengah dan Sungai Tapen
Sub DAS Ringis melewati wilayah Kecamatan Tuntang tepatnya di
Desa Jombor, Kesongo dan Desa Candirejo serta Kecamatan Sidorejo
(Kelurahan Sidorejo, Blotongan), dan Kecamatan Argomulyo
(Kelurahan Pulutan dan Mangunsari) Kota Salatiga. Sub DAS Ringis
berada di sebelah timur Danau Rawapening luas catchment area
1.584,84 ha yang terdiri dari 7 desa/Kelurahan 3 Kecamatan (Tuntang
Kabupaten Semarang, Sidomukti dan Sidorejo Kota Salatiga). Di sub-
sub DAS Ringis mengalir Sungai Tengah dan Sungai Tapen, yang
keduanya bermuara di danau Rawapening.
Fungsi utama dari Danau Rawapening untuk menahan laju
aliran air permukaan dan menampung aliran permukaan yang
kemudiaan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat.
Hingga tahun 2013, Danau Rawapening dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan, diantaranya :
Supplai air untuk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Timo dan
Jelok dimana PLTA Jelok merupakan bagian dari interkoneksi listrik
Jawa Bali.
Irigasi pertanian bagi sawah di Kabupaten Semarang, Kabupaten
Demak dan Kabupaten Grobogan.
Pengendali banjir daerah hilir terutama di Kabupaten Demak dan
Kabupaten Grobogan.
Kegiatan pariwisata yaitu untuk Wisata Air maupun Agro Wisata.
Kegiatan perikanan darat baik perikanan alami maupun perikanan
budidaya.
Penyedia air baku dan air untuk industry.
Persawahan pasang surut.
Cinderamata.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 57
Penambang gambut sebagai bahan dasar pupuk organik dan sarana
budidaya jamur.
Pengrajin enceng gondok/bahan baku kerajinan enceng gondok.
Pelestarian kearifan berdaya local, seperti sedekah rawa.
4) Cekungan Air Tanah
Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti
proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah
berlangsung. Beberapa cekungan air tanah yang terdapat di
Kabupaten Semarang meliputi ;
a. Cekungan Air Tanah Ungaran;
b. Cekungan Air Tanah Sidomulyo;
c. Cekungan Air Tanah Rawapening;
d. Cekungan Air Tanah Salatiga;
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 58
B. Keanekaragaman Ekosistem
a. Tipe Ekosistem
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. (UU, No 32
Tahun 2009) ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Menurut Susanto, (2000) ekosistem adalah suatu unit lingkungan hidup yang
didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik antara sesama
makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan komponen lingkungan
abiotik. Secara bentang lahan kabupaten Semarang merupakan daerah
dataran Ekosistem di Kabupaten Semarangl terdiri atas:
1. Ekosistem dataran tinggi
Ekosistem dataran tinggi Kabupaten Semarang meliputi wilayah yang
berbukit, meliputi wilayah kecamatan Bergas, Gedong songo, Bendungan,
Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo dan terletak pada ketinggian 1050 m
diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/th.
Gambar 2.6 Ekosistem Dataran tinggi di Kabupaten Semarang (a) Gunung
Ungaran, (b) Gunung Merbabu, (c) Gunung Telomoyo
Wilayah yang berbukit ini merupakan perbukitan struktural yang telah
mengalami pelapukan. Penggunaan lahan yang masih alami dan sebagian
besar merupakan kawasan hutan rakyat. Tingkat keanekaragaman hayati
pada ekosistem dataran tinggi mempunyai tingkat keragaman yang lebih
beragam karena penggunaan lahan yang masih alami.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 59
Beberapa Wilayah Dataran Tinggi di Kabupaten Semarang:
a) Gunung Ungaran
Gunung Ungaran merupakan salah satu gunung yang berada di
kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia dengan ketinggian 2050
mdpl. Gunung tersebut mempunyai komposisi keanekaragaman jenis
flora yang sangat bervarias dan umumnya dapat dibedakan dari
kondisi dataran rendah yang ada di sekitarnya karena batas
ketinggian yang jelas. Kondisi iklim yang berbeda pada setiap
ketinggian juga mengakibatkan adanya pembagian zonasi yang
menampilkan formasi dan struktur vegetasi yang berbeda di setiap
ketinggian (Tivy, 1993). Demikian pula dengan karakteristik
morfologi luar yang ada di sepanjang gradient ketinggian berubah
dengan semakin tingginya tempat (Setyawati, 1998).
b) Gunung Merbabu
Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato (lihat Gunung
Berapi) yang terletak secara geografis pada 7,5 LS dan 110,4 BT.
Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten
Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng
sebelah timur dan selatan, Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang di
lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah. Gunung Merbabu dikenal
melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung
atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan
terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15.
Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru"
(gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan
Belanda.
Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan
juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan
konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu
berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.
Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan diantaranya:
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 60
a. Hutan Dipterokarp Bukit adalah kawasan hutan yang terdapat
di ketinggian antara 300 sampai 750 meter.
b. Hutan Dipterokarp Bukit 300 sampai 750 meter
c. Hutan Dipterokarp Atas ketinggian 750 sampai 1,200 meter
d. Hutan Montane 1,200 sampai 1,500 meter
e. Hutan Ericaceous > 1,500 meter.
Gunung Merbabu (3.142 m dpl), merupakan gunung yang tergolong
dalam gunung api tua yang terletak bersebelahan dengan Gunung
Merapi yang merupakan salahsatu gunung api aktif. Gunung Merbabu
mempunyai banyak puncak-puncak bayangan (bukan puncak asli).
Karena banyaknya puncak ini seringkali para pendaki mengeluh dan
jenuh tapi justru hal inilah yang menjadikan gunung ini menantang
untuk di daki. Puncak Gunung Merbabu terdiri atas dua puncak yaitu
Puncak Sarip yang terletak pada ketinggian 3.120 m dpl dan Puncak
Kenteng Songo dengan ketinggian 3.142 m dpl. Kedua puncak ini
mempunyai panorama alam yang berbeda. Untuk menuju ke puncak
Gunung Merbabu ada 2 (dua) jalur utama; lewat Selo/Boyolali dan
lewat Tekelan/Kopeng. Kedua jalur mempunyai medan perjalanan
yang berbeda. Kalau kita lewat Selo jaraknya lebih jauh tapi
mempunyai panorama yang indah. Pohon pohon pinus di sepanjang
jalan terasa menciptakan kenyamanan selama perjalanan dan bisa
memandang lereng Gunung Merapi lebih dekat. Perjalanan lewat
Tekelan/Kopeng jalurnya lebih landai tetapi karena erosi oleh aliran
air hujan menyebabkan rute penjalanan menjadi dua yaitu jalur lama
dan jalur baru. Kawasan di sekitar lereng Gunung Merbabu banyak di
tanami oleh sayuran pada musim penghujan dan waktu musim
kemarau ditanami tembakau. Kualitas tembakau di sini terkenal baik
dan menjadi tumpuan penghasilan utama penduduk Selo. Hutan di
lereng Gunung Merbabu banyak didominasi oleh pohon cemara dan
akasia, dan dihuni oleh Kijang dan monyet.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 61
c) Gunung Telomoyo
Gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Gunung ini memiliki ketinggian 1.894
m dpl dan merupakan gunung api yang berbentuk strato (kerucut)
tetapi belum pernah tercatat meletus. Ia terlihat dari kota-kota
sekitar, seperti Salatiga, Ambarawa, dan Secang, Magelang. Gunung ini
diapit oleh Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Sumbing,
dan Gunung Ungaran. Ia terbentuk dari sisi selatan Gunung Soropati
yang telah tererosi dan runtuh sejak Pleistosen. Akibat runtuhan ini,
terbentuk cekungan berbentuk U. Gunung Telomoyo muncul di
sebelah selatan depresi ini setinggi 600 m dari dasar cekungan.
Orang-orang dapat naik hingga ke puncak Gunung Telomoyo dengan
menggunakan kendaraan maupun jalan kaki.Terdapat air terjun kecil
disaat menapaki jalan menuju puncak gunung. Pemandangan di
sekitar gunung ini sangat bagus. Di puncak gunung ini sekarang
banyak didirikan menara penerus sinyal radio.
2. Ekosistem perairan
Ekosistem perairan rawa merupakan salah satu perbedaan Kabupaten
Semarang dibandingkan dengan wilayah lainnya, Rawapening merupakan
salah satu danau alam yang ada di wilayah Kabupaten Semarang, Kapasitas
tampungan air danau ini, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Jateng, Desember 2004, sebesar 8 juta meter kubik pada elevasi plus
464. sebanyak 60 persen air tersebut berasal dari sembilan sungai yang
bermuara di Rawapening, yaitu Sungai Galeh, Torong, Panjang, Muncul, Parat,
Legi, Pitung, Praginan, dan Rengas. Rawapening menjadi sumber irigasi
39,277 hektar sawah di Kabupaten Semarang, Grobogan, dan Demak (Arika,
2005). Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang
sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan pH sekitar 6,
kondisi permukaan air tidak selalu tetap, ada kalanya naik turun, bahkan
suatu ketika dapat pula mengering (Irwan, 1997).
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 62
Gambar 2.7 Ekosistem Rawa pening
Menurut Eko (2004), rawa merupakan sebutan untuk semua daerah
yang tergenang air yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun
permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Rawa adalah perairan
yang cukup luas terdapat di dataran rendah dengan sumber air berasal dari
air hujan atau air laut dan berhubungan atau tidak berhubungan dengan
sungai, relatif tidak dalam, mempunyai dasar lumpur atau tumbuhan
membusuk, terdapat vegetasi baik yang mengapung atau mencuat maupun
tenggelam. Biasanya dalam ekosistem rawa air tawar tersebut tidak terdapat
banyak jenis. Jenis pohon cenderung berkelompok membentuk komunitas
yang miskin jenis ( Irwan, 1997). Ekosistem yang ada di rawa condong ke
arah ekosistem yang subur, fluktuasi ketinggian air dapat menjaga stabilitas
dan fertilitas air. Nutrisi yang terlarut dalam air meningkatkan produktivitas.
Bila terjadi pendangkalan, maka rawa cenderung untuk ditumbuhi vegetasi
berkayu. Oleh karena itu peranan manusia penting didalam mengendalikan
pendangkalan rawa ini (Hadisubroto, 1989). Tingkat keanekaragaman hayati
khususnya flora masih relatif mempunyai tingkat keragaman cukup tinggi.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 63
C. Keanekaragaman Spesies dan Genetik
Data dan informasi yang ditampilkan meliputi:
a. Jenis Liar Yang Tidak Bernilai Ekonomi (Tidak Diperdagangkan
Secara Ekonomi Pasar).
1) Daratan
Jenis Tumbuhan liar yangtidakbernilai ekonomi di Kabupaten Semarang
terdapat 119 jenis yang teridentifikasi berada di wilayah Kabupaten
Semarang.
No Nama lokal Nama ilmiah Status Status perlindungan Habitat
1 Beringin Fiscus benjamina melimpah
Tidak dilindungi Hutan alami, pekarangan, dll
2 Dadap Erythrina lithoperma Miq.
melimpah Tidak dilindungi
Hutan alami, pekarangan, dll
3 Mindi Melia azedarach melimpah
Tidak dilindungi Hutan alami, pekarangan, dll
4 Mimba Azadirachta indica melimpah
Tidak dilindungi Hutan alami, pekarangan, dll
5 Pucung Margaritaria indica melimpah
Tidak dilindungi Hutan alami, pekarangan, dll
6 Cangkring Erythrina fusca Lour melimpah
Tidak dilindungi Hutan alami, pekarangan, dll
7 Lo Ficus racemose melimpah
Tidak dilindungi Hutan alami, pekarangan, dll
8 Bungur Lagerstroemia sp melimpah
Tidak dilindungi Hutan alami, pekarangan, dll
9 Tapak Dara Catharanthus roseus melimpah
Tidak dilindungi Hutan alami, pekarangan, dll
11
Polypodium persiciofolium Desv.
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
12
Polypodium subauriculatum Bl
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
13
Phymatodes scolopendria(Burm.)
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
14
Phymatodes nigrescens (Bl.) J.Sm
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
15
Aglaomorpha heraclea Kze.
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
16
Drynaria Quercifolia (L.)J.Sm.
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
17
Crypsinus trilobus Houtt.
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
18
Crypsinus taeniatus (Sw.) Copel.
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
19
Selliguea sp. melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
20
Selliguea heterocarpa melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
21
Belvisia revoluta (Bl.) melimpah Tidak dilindungi hutan alami yang
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 64
Copel. lembab
22
Belvisia mucronata (Fee.)
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
23
Pyrrosia adnascens (Sw.).
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
24
Drymoglossum piloselloides (L.)
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
25
Pyrrosia nummularifolia (Sw.)
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
26
Lindsaya macrena melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
27
Humata repens melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
28
Davallia denticulata melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
29
Davallia tryphylla melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
30
Oleandra pistillaris melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
31
Histiopteris incisa melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
32
Blechnum orientale melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
33
Dryopteris sparsa melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
34
Tectaria crenata melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
35
Lastreopsis parishii melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
36
Stenochlaena palustris
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
37
Microlepia speluncae melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
38
Pleocnemia conjugata melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
39
Arcypteris irregularis melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
40
Agalomorpha heraclea
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
41
Angiopteris evecta melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
42
Asplenium tenerum melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
43
Colysis pedunculata melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
44 Athyrium subserratum
melimpah Tidak dilindungi
hutan alami yang lembab
45 Dicranopteris curranii melimpah
Tidak dilindungi hutan alami yang lembab
46 Dicranopteris linearis melimpah
Tidak dilindungi hutan alami yang lembab
47 Dipteris conjugata melimpah
Tidak dilindungi hutan alami yang lembab
48 Gleicenia linearis melimpah
Tidak dilindungi hutan alami yang lembab
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 65
49 Pyrrosia longifolia melimpah
Tidak dilindungi hutan alami yang lembab
50 Sellaginela sp. melimpah
Tidak dilindungi hutan alami yang lembab
51 Alsophila glauca melimpah
Tidak dilindungi hutan alami yang lembab
52 Paku air Hydropterides melimpah
Tidak dilindungi hutan alami yang lembab
53
Acriopsis javanica Reinw. Ex
terancam Appendix II Hutan alami
54
Agrostophymallum laxum J.J.Sm.
terancam Appendix II Hutan alami
55
Agrostophyllum bicuspidatum J.J.Sm.
terancam Appendix II Hutan alami
56
Appendicula alba Bl. terancam Appendix II Hutan alami
57
Appendicula cornuta Bl
terancam Appendix II Hutan alami
58
Appendicula sp. terancam Appendix II Hutan alami
59
Appendicula ramose terancam Appendix II Hutan alami
60
Bulbophyllum angustifolium (Bl.) Lindl
terancam
Appendix II Hutan alami
61
Bulbophyllum flavidiflorum Carr.
terancam Appendix II Hutan alami
62
Bulbophyllum obtusipetalum J.J.Sm
terancam Appendix II Hutan alami
63
Bulbophyllum pahudii (De Vriese)
terancam Appendix II Hutan alami
64
Bulbopyllum binnendijkii J.J.Sm.
terancam Appendix II Hutan alami
65
Bulbophyllum sp. terancam Appendix II Hutan alami
66
Bulbophyllum flavescens
terancam Appendix II Hutan alami
67
Calanthe flava (Bl.) Morren in Hort
terancam Appendix II Hutan alami
68
Calanthe speciosa (Bl.) Lindl.
terancam Appendix II Hutan alami
69
Calanthe ceciliae Rchb.f.
terancam Appendix II Hutan alami
70
Cerastolistys backeri J.J.Sm.
terancam Appendix II Hutan alami
71
Cerastolistys sp. terancam Appendix II Hutan alami
72
Chrysoglossum ornatum Bl.
terancam Appendix II Hutan alami
73
Coelogyne sp. terancam Appendix II Hutan alami
74
Coelogyne speciosa (Bl.) Lindl
terancam Appendix II Hutan alami
75
Corymborkis veratrifolia (Reinw.) Bl
terancam Appendix II Hutan alami
76
Cryptostylis javanica J.J.Sm.
terancam Appendix II Hutan alami
77
Cymbidium terancam Appendix II Hutan alami
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 66
lancifolium Hook.
78
Dendrobium hymenophyllum Lindl
terancam Appendix II Hutan alami
79
Dendrobium lobulatum (Bl.)
terancam Appendix II Hutan alami
80
Dendrobium mutabile (Bl.) Lindl
terancam Appendix II Hutan alami
81
Dendrochilum pallidevlavens Bl.
terancam Appendix II Hutan alami
82
Dendrobium sp. terancam Appendix II Hutan alami
83
Dendrochillum simile Bl.
terancam Appendix II Hutan alami
84
Diglyphosa latifolia Bl.
terancam Appendix II Hutan alami
85
Mycaranthes latifolia terancam Appendix II Hutan alami
86
Eria compresa Bl. terancam Appendix II Hutan alami
87
Eria multiflora (Bl.) Lindl.
terancam Appendix II Hutan alami
88
Eria oblitterata terancam Appendix II Hutan alami
89
Eria sp. terancam Appendix II Hutan alami
90
Flickingeria sp. terancam Appendix II Hutan alami
91
Hylophila lanceolata (Bl.) Miq
terancam Appendix II Hutan alami
92
Hylophila sp. terancam Appendix II Hutan alami
93
Liparis rhedii (Bl.) Lindl
terancam Appendix II Hutan alami
94
Malaxis latifolia J.E.Smith
terancam Appendix II Hutan alami
95
Malaxis obovata (J.J.Sm.) Ames &
terancam Appendix II Hutan alami
96
Malaxis ridleyi (J.J.Sm.) Bakh.f. in
terancam Appendix II Hutan alami
97
Phaius callosus (Bl.) Lindl.
terancam Appendix II Hutan alami
98
Phaius pauciflorus Bl. terancam Appendix II Hutan alami
99
Phaius tankervilleae (Bank ex I’Herit)
terancam Appendix II Hutan alami
100
Phaius sp. terancam Appendix II Hutan alami
101
Pholidota articulate Lindl
terancam Appendix II Hutan alami
102
Plocoglottis acuminate Bl.
terancam Appendix II Hutan alami
103
Spathoglottis affinis De Vriese
terancam Appendix II Hutan alami
104
Spathoglottis plicata Bl.
terancam Appendix II Hutan alami
105
Tainia elongata J.J.Sm. in Bull.
terancam Appendix II Hutan alami
106
Oberonia similis terancam Appendix II Hutan alami
107
Pholidota camelostalix var. vaginata
terancam Appendix II Hutan alami
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 67
108
Pholidota globosa (Bl.) Lindl.
terancam Appendix II Hutan alami
109
Saccolabium sigmoideum J.J.Sm.
terancam Appendix II Hutan alami
110
Tainia elongate J.J.Sm. terancam Appendix II Hutan alami
111
Trichotosia ferox Bl terancam Appendix II Hutan alami
112
Trixpermum arachnites
terancam Appendix II Hutan alami
113
Macodes petola terancam Appendix II Hutan alami
114
Arachnis floshaeris terancam Appendix II Hutan alami
115
Phalaenopsis amabilis terancam Appendix II Hutan alami
116
Dendrombium crumenatum
terancam Appendix II Hutan alami
117 Sarangan Castanopsis argentea melimpah Tidak dilindungi Hutan alami
118 Jumuju Dacrycarpus imbricatus
melimpah Tidak dilindungi Hutan alami
119 kantungsemar Nepentes reinwardii Endemik jawa Appendix II
Hutan
DataranTinggi
Jenis Hewan Tidak Bernilai ekonomi di Kabupaten Semarang dijumpai
sejumlah 253 jenis
No Nama lokal Nama ilmiah Status Status perlindungan Habitat
1 alap-alap capung Microhierax fringillarius Terancam Appendix II hutan alami
2 anis siberia Zoothera sibirica
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
3 ayam hutan merah
Gallus gallus Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
4 brinji gunung Iole virescens
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
5 bubut besar Centropus sinensis
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
6 cabai bunga api Dicaeum trigonostigma
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
7 cabai gunung Dicaeum sanguinolentum
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
8 cabai jawa Dicaeum trochileum
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
9 cabai panggul kelabu
Dicaeum monticolum Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
10 cekakak jawa Halcyon cyanoventris
Terancam Tidak dilindungi
wilayah perairan
11 cekakak cina Halcyon pileata
Terancam Tidak dilindungi
wilayah perairan
12 cekakak sungai Todirhampus chloris
Terancam Tidak dilindungi
wilayah perairan
13 cica daun sayap biru
Chloropsis cochinchinensis Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
14 cinenen jawa Orthotomus sepium terancam Tidak hutan alami
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 68
dilindungi
15 cinenen kelabu Orthotomus ruficeps
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
16 cinenen pisang Orthotomus sutorius
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
17 cingcoang biru Brachypteryx montana
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
18 cingcoang coklat Brachypteryx leucophrys
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
19 cucak gunung Pycnonotus bimaculatus
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
20 cucak kutilang Pycnonotus aurigaster
Melimpah Tidak dilindungi hutan alami
21 delimukan zamrud
Chalcophaps indica Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
22 elang hitam Ictinaetus malayensis Terancam Appendix II hutan alami
23 elang jawa Nizaetus bartelsi Endemik Appendix II hutan alami
24 elang ular bido Spilornis cheela Terancam Appendix II hutan alami
25 gagak hutan Corvus enca
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
26 jingjing batu/ciung batu
Hemipus hirundinaceus Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
27 kadalan birah Phaenicophaeus curvirostris
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
28 kangkok ranting Cuculus saturatus
Terancam Tidak dilindungi
hutan alami, tegalan
29 kapinis rumah Apus affinis
terancam Tidak dilindungi hutan alami
30 kepudang sungu kecil
Coracina fimbriata terancam
Tidak dilindungi hutan alami
31 kerakbasi besar Acrocephalus orientalis
terancam Tidak dilindungi hutan alami
32 kicuit batu Motacilla cinerea
terancam Tidak dilindungi hutan alami
33 kehicap ranting Hypothymis azurea
terancam Tidak dilindungi hutan alami
34 kipasan ekor merah
Rhipidura phoenicura terancam
Tidak dilindungi hutan alami
35 luntur harimau Harpactes oreskios
terancam Tidak dilindungi hutan alami
36 Burung-madu belukar
Anthreptes singalensis terancam
Tidak dilindungi hutan alami
37 Burung-madu ekor merah
Aethopyga temminckii terancam
Tidak dilindungi hutan alami
38 Burung-madu gunung
Aethopyga emimia terancam
Tidak dilindungi hutan alami
39 Burung-madu jawa
Aethopyga mytacalis terancam
Tidak dilindungi hutan alami
40
Burung-madu polos
Anthreptes simplex Melimpah
Tidak dilindungi
hampir semua ekosistem
41 Burung-madu sepah raja
Aethopyga siparaja terancam
Tidak dilindungi hutan alami
42 Burung-madu Cinnyris jugularis terancam Tidak hutan alami
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 69
sriganti dilindungi
43 meninting kecil Enicurus velatus
terancam Tidak dilindungi hutan alami
44 merbah mata merah
Pycnonotus brunneus terancam
Tidak dilindungi hutan alami
45 munguk beledu Sitta frontalis
terancam Tidak dilindungi hutan alami
46 munguk loreng Sitta azurea
terancam Tidak dilindungi hutan alami
47 opior jawa Lophozosterops javanicus
terancam Tidak dilindungi hutan alami
48 pekaka emas Pelargopsis capensis
terancam Tidak dilindungi hutan alami
49 pelanduk asia Malacocincla abboti
terancam Tidak dilindungi hutan alami
50 pelanduk bukit Pelorneum pyrrogenys
terancam Tidak dilindungi hutan alami
51 pelatuk kundang Reinwardtipicus validus
terancam Tidak dilindungi hutan alami
52 pentis pelangi (pengantin)
Prionochilus maculatus terancam
Tidak dilindungi hutan alami
53 pergam punggung hitam
Ducula lacernulata terancam
Tidak dilindungi hutan alami
54 pijantung besar Arachnothera robusta
terancam Tidak dilindungi hutan alami
55 pijantung kecil Arachnothera longirostra
terancam Tidak dilindungi hutan alami
56 prenjak coklat Prinia polychroa
terancam Tidak dilindungi hutan alami
57 punai gading Treron vernans
terancam Tidak dilindungi hutan alami
58 punai gagak Treron sphenura
terancam Tidak dilindungi hutan alami
59 julang emas Rhyticeros undulatus terancam Appendix II hutan alami
60 sepah gunung Pericrocotus miniatus
Melimpah Tidak dilindungi hutan alami
61 sepah hutan Pericrocotus flammeus
Melimpah Tidak dilindungi hutan alami
62 sikatan bubik Muscicapa dauurica
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
63 sikatan dada merah
Ficedula dumetoria Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
64 sikatan kepala abu
Culicicapa ceylonensis Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
65 sikatan mugimaki Ficedula mugimaki
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
66 sikatan ninon Eumiyas indigo
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
67 sikatan rimba dada coklat
Rhinomyas olivacea Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
68 srigunting hitam Dicrucus macrocercus
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
69 srigunting kelabu Dicrucus leucophaceus
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 70
70 takur bultok Megalaima lineata
Melimpah Tidak dilindungi hutan alami
71 takur bututut Megalaima corvina
Melimpah Tidak dilindungi hutan alami
72 takur tulung tumpuk
Megalaima javensis Melimpah
Tidak dilindungi hutan alami
73 tekukur biasa Streptopelia chinensis
Melimpah Tidak dilindungi
ekosistem urban
74 tepus leher putih Stachyris thoracica orientalis
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
75 tepus pipi perak Stachyris melanothorax
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
76 tesia jawa Tesia superciliaris
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
77 tukik tikus (ketere)
Sasia abnormis Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
78 uncal buau Macropygia emiliana
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
79 uncal loreng Macropygia unchall
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
80 walet linchi Collocalia esculenta linchi
Melimpah Tidak dilindungi
semua ekosistem
81 walet sarang putih
Collocalia fuchipaga Terancam
Tidak dilindungi hutan alami
82 walik kepala ungu Ptilinopus porphyreus
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
83
wiwik uncuing Cuculus sepulcralis
Terancam Tidak dilindungi
tegalan, hutan primer dan skunder
84
bondol jawa Lonchura leucogastroides
Melimpah Tidak dilindungi
persawahan, tegalan, ekosistem urban
85 bubut teragop Centropus rectunguis
terancam Tidak dilindungi hutan alami
86 berencet berkening
Napothera epilepidota terancam
Tidak dilindungi hutan alami
87 walet gunung Collocalia vulcanorum
terancam Tidak dilindungi hutan alami
88 cica matahari crocias albonotatus
terancam Tidak dilindungi hutan alami
89 elang brontok spizaethuz chirratus terancam Appendix II hutan alami
90 trinil semak Tringa glareola
Resiko rendah
Tidak dilindungi hutan alami
91 Mliwis Cairina moschata Resiko rendah
Tidak dilindungi hutan alami
92 Mandar besar Porphyrio porphyrio Resiko rendah
Tidak dilindungi hutan alami
93 Lutung hitam Trachypithecus auratus terancam Appendix II hutan alami
94 Surilli Presbytis comata
terancam Tidak dilindungi hutan alami
95 Monyet ekor panjang
Macaca fascicularis Endemik Appendix II hutan alami
96 Macan tutul Panthera pardus Endemik LC hutan alami
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 71
97 Kijang Muntius muntjak Endemik LC hutan alami
98 Bajing terbang Petaurista elegans
terancam Tidak dilindungi hutan alami
99 Linsang Prionodon lingsang
terancam Tidak dilindungi hutan alami
100 Sigung Mydaus javanenesis
terancam Tidak dilindungi hutan alami
101 Landak Hystrix brachiura terancam LC hutan alami
102 Sero ambrang Amblonyx cinera
terancam Tidak dilindungi hutan alami
103 Babi hutan Sus sacrofa
Melimpah Tidak dilindungi hutan alami
104 Trenggiling Manis javanicus Endemik Appendix II, LC hutan alami
105 Musang luwak Paradoxurus hermaphroditus
terancam Tidak dilindungi hutan alami
106 Rase Paradoxurus hermaphroditus
terancam Tidak dilindungi hutan alami
107 Ular sawah Ptyas korros
terancam Tidak dilindungi hutan alami
108 Ular Jali Ptyas mucosus terancam Appendix II hutan alami
109 Ular pucuk daun Dryophi spassinus
Terancam Tidak dilindungi hutan alami
110 Ular sendok Naja sputatrix
Terancam Appendix II
hutan, sawah, tegalan
111
Ular taliwangsa kuning
Boiga dendrophila Terancam
Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
112
Ular taliwangsa putih
Boiga sp Terancam
Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
113 Ular kadut Homalopis bucata
Terancam Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
114 Ular pelangi Xenopeltis unicolor
Terancam Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
115 Ular welang Bungarus fasciatus
Terancam Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
116 Ularkisik Xenochrophis vittatus
Terancam Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
117 Ular kopi Oligodon purpurascens
Terancam Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
118 ular tikus
Ptyas karrata Terancam Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
119 Kadal Mabuya multifasciata
Terancam Tidak dilindungi
hutan, sawah, tegalan
120 Biawak Varanus salvator Terancam Appendix II pertegalan
121 Katak hijau Fajervarya cancrivora Terancam Tidak
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 72
dilindungi
122 Katak pohon hijau Rana chaleonata Terancam Tidak dilindungi
123 Katak pohon kuning Huaia massoni Terancam
Tidak dilindungi
124 Katak pohon cokltat Rana erythraea Terancam
Tidak dilindungi
125 Bangkong Duttaphrynus melanostictus Terancam Tidak dilindungi
126 Kintel Kaloula baleata Terancam Tidak dilindungi
127
Abisara kausanbi. jarang Tidak dilindungi
128
Abisara savitri. jarang Tidak dilindungi
129
Amathusia taenia. jarang Tidak dilindungi
130
Amnosia decora . Doubleday jarang Tidak dilindungi
131
Amonisia endamia. Grose-Smith jarang
Tidak dilindungi
132
Appias cardena. Fruh jarang Tidak dilindungi
133
Appias libythea. Fruhstorfer jarang Tidak dilindungi
134
Arhopala muta. Hewitson jarang Tidak dilindungi
135
Arhopala overdijkinki. Corbet. jarang
Tidak dilindungi
136
Athropaneura coon .Fabricius jarang Tidak dilindungi
137
Athropaneura nox Swainson jarang Tidak dilindungi
138
Athropaneura priapus Boisduval jarang
Tidak dilindungi
139
Athyma cama. De Niceville jarang Tidak dilindungi
140
Athyma pravara. Fruh jarang Tidak dilindungi
141
Cathopsilia florella. Fabricius jarang Tidak dilindungi
142
Cathopsilia pomona catilla jarang Tidak dilindungi
143
Cathopsilia pyranthe. Linneaus jarang
Tidak dilindungi
144
Centhosia hypsea munjava. Fruh jarang
Tidak dilindungi
145
Centhosia penthesilea jarang Tidak dilindungi
146
Chersonesia peraka. Distad jarang Tidak dilindungi
147
Chilasa paradoxa . Zinken jarang Tidak dilindungi
148
Cirrochra clagia. Godart jarang Tidak dilindungi
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 73
149
Cirrochroa emalea Guerin jarang Tidak dilindungi
150
Cupha arias . Fruh jarang Tidak dilindungi
151
Cynitia iapsis. Fruhstorfer jarang Tidak dilindungi
152
Cyrestis lutea. Zinken -Sommer jarang
Tidak dilindungi
153
Dacalana vidura. Horsfield jarang Tidak dilindungi
154
Danaus aspasia. Fabricus jarang Tidak dilindungi
155
Danaus vulgaris .Fruhstorfer jarang Tidak dilindungi
156
Delias belisam. Cramer jarang Tidak dilindungi
157
Delias crithoe Boisduval jarang Tidak dilindungi
158
Delias descombesi.Biosduval jarang Tidak dilindungi
159
Delias hyparete. Lin jarang Tidak dilindungi
160
Delias pesithoe. Cramer jarang Tidak dilindungi
161
Delias periboea. Godt jarang Tidak dilindungi
162
Discolampa ethion. Westwood jarang
Tidak dilindungi
163
Drupadia scaeva. Hewitson jarang Tidak dilindungi
164
Elymnias casiphone. Hubner jarang Tidak dilindungi
165
Elymnias ceryx ceryx. Boisduval jarang
Tidak dilindungi
166
Elymnias hypermestra.Lin jarang Tidak dilindungi
167
Elymnias nesea . Lin jarang Tidak dilindungi
168
Eulaceura osteria. Westwood jarang Tidak dilindungi
169
Euploea climenea. Butler jarang Tidak dilindungi
170
Euploea eleusina. Cramer jarang Tidak dilindungi
171
Eurema ada.Fruh jarang Tidak dilindungi
172
Eurema andersoni.Fruhstorfer jarang
Tidak dilindungi
173
Euthalia monina . Moore jarang Tidak dilindungi
174
Faunis canens Hübner jarang Tidak dilindungi
175
Gandaca harina Horsfield jarang Tidak dilindungi
176
Graphium aganemon. Lin jarang Tidak dilindungi
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 74
177
Graphium sarpedon .Lin jarang Tidak dilindungi
178
Heliophorus epicles Godart jarang Tidak dilindungi
179
Hypolimas anomala. Wallace jarang Tidak dilindungi
180
Hypolimas missipus .Lin. jarang Tidak dilindungi
181
Jamides alecto . Felder jarang Tidak dilindungi
182
Jamides alecto Felder jarang Tidak dilindungi
183
Jamides celeno. Cramer jarang Tidak dilindungi
184
Jamides cunilda purpura . Snellen jarang
Tidak dilindungi
185
Jamides cyta vardusia. Fruh jarang Tidak dilindungi
186
Jamides pura. Moore jarang Tidak dilindungi
187
Junonia almana almana jarang Tidak dilindungi
188
Junonia atlites . Lin jarang Tidak dilindungi
189
Junonia hedonia ida . Cramer jarang Tidak dilindungi
190
Junonia orithya minagara. Fruh jarang
Tidak dilindungi
191
Lasippa heliodore. Eliot jarang Tidak dilindungi
192
Lasippa tiga tiga. Moore. jarang Tidak dilindungi
193
Leptosia nina chlorographa. Hübner jarang
Tidak dilindungi
194
Lethe europa jarang Tidak dilindungi
195
Melanitis leda jarang Tidak dilindungi
196
Melanitis zitenius . Moore jarang Tidak dilindungi
197
Mycalesis moorei. Felder jarang Tidak dilindungi
198
Nacaduba angusta . Fruhstorfer jarang
Tidak dilindungi
199
Nacaduba kurava. Moore jarang Tidak dilindungi
200
Nacaduba pendleburyi. Cobert jarang
Tidak dilindungi
201
Neotina chrisna . Westwood jarang Tidak dilindungi
202
Neptis nisea . De Niceville jarang Tidak dilindungi
203
Papilio acheron .Grose-Smith jarang Tidak dilindungi
204
Papilio demolion. Cramer jarang Tidak dilindungi
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 75
205
Papilio helenus Doherty jarang Tidak dilindungi
206
Papilio memnon f.achates .Lin jarang
Tidak dilindungi
207
Papilio memnon memnon. Linneaus jarang
Tidak dilindungi
208
Papilio paris arjuna. Horsfield jarang
Tidak dilindungi
209
Papilio polytes javanus. Felder jarang
Tidak dilindungi
210
Parantica albata Zinken jarang Tidak dilindungi
211
Parantica pseudomelaneus. Moore jarang
Tidak dilindungi
212
Poritia eryconoides Felder jarang Tidak dilindungi
213
Prosotas dubiosa . Semper jarang Tidak dilindungi
214
Ragadia makuta. Fruh. jarang Tidak dilindungi
215
Rhinopalpa polynice elpenice. Felder jarang
Tidak dilindungi
216
Rohana javana. Fruh jarang Tidak dilindungi
217
Spalgis epius . Westwood jarang Tidak dilindungi
218
Stibochiona coresia. Hübner jarang Tidak dilindungi
219
Stiboges calycoides. Fruh jarang Tidak dilindungi
220
Surendra vivarna. Horsfield jarang Tidak dilindungi
221
Symbrenthia anna Semper jarang Tidak dilindungi
222
Symbrenthia hypselis.Godart jarang Tidak dilindungi
223
Tanaecia pelea. Fabricius. jarang Tidak dilindungi
224
Thaumantis odana . Frustorfer jarang
Tidak dilindungi
225
Troides helena. Lin jarang Appendix II
226
Vagrans egista macromalayana jarang
Tidak dilindungi
227
Vanessa cardui. Lin. jarang Tidak dilindungi
228
Ypthima nigricans. Snellen jarang Tidak dilindungi
229
Zemeros flegias javanus . Moore jarang
Tidak dilindungi
230
Zeuxidia luxerii luxerii. Hübner jarang
Tidak dilindungi
231
Ngengat jarang Tidak dilindungi
232
Spodoptera litura jarang Tidak dilindungi
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 76
233
Heliothis armigera jarang Tidak dilindungi
234
Plutella xylostela jarang Tidak dilindungi
235
Croccidolomia binotalis jarang Tidak dilindungi
236 Lalat rumah Musca domestica
melimpah Tidak dilindungi
237 Lalat buah Drosophila melanogaster
melimpah Tidak dilindungi
238 Lalat hijau Lucilia sericata
melimpah Tidak dilindungi
239 Lalat kandang Stomoxis calcitrans
melimpah Tidak dilindungi
240 Culex Culex sp.
melimpah Tidak dilindungi
241 Aedes Aedes aegypti
melimpah Tidak dilindungi
242 Anopheles Anophelles aconitus
melimpah Tidak dilindungi
243 Agriocnemis femina
melimpah Tidak dilindungi
244 Acisoma panorpoides
melimpah Tidak dilindungi
245 Brachitermis contaminata
melimpah Tidak dilindungi
246 Crocothemis servilia
melimpah Tidak dilindungi
247 Brachydiplax chalybea
melimpah Tidak dilindungi
248 Ictinogomphus decoratus
melimpah Tidak dilindungi
249 Orthetrum sabina
melimpah Tidak dilindungi
250 Pantala flavescens
melimpah Tidak dilindungi
251 Rhodothermis ruva
melimpah Tidak dilindungi
252 Rhyothemis phyllis
melimpah Tidak dilindungi
253 Ceriagrion praetermissum
melimpah Tidak dilindungi
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 77
b. Jenis Liar Yang Sudah Diketahui Nilai Ekonominya (Sudah
Diperdagangkan Secara Ekonomi Pasar)
1) Daratan
Jenis Tumbuhan yang sudah diketahui nilai ekonominya terdapat 61
Jenis di Wilayah Kabupaten Semarang
No Nama Lokal Nama Ilmiah Status
Status perlindungan Habitat
Nilai ekonomis
1 Patikan kebo Euphorbia hirta berlimpah Appendix III
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
2 Nephrolepis acuminate berlimpah tidak dilindungi
Hutan dataran tinggi
Tumbuhan hias
3 Nephrolepis bisserata berlimpah tidak dilindungi
Hutan dataran tinggi
Tumbuhan hias
4 Asplenium nidus berlimpah tidak dilindungi
Hutan dataran tinggi
Tumbuhan hias
5 Cyatea contaminans terancam tidak dilindungi
Hutan dataran tinggi
Tumbuhan hias
6 Pakis haji Cycas rumpii
berlimpah tidak dilindungi Hutan dataran tinggi
Tumbuhan hias
7 Supplir
Adiantum cuneatum langs.& fisch berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tumbuhan hias
8 Suket jarem
Desmodium triflorum DC berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
9 Temuwiyang
Emilia sonchifolius (L.) DC berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
10 Pegagan
Centella asiatica (L.) Urban berlimpah LC (IUCN redlist)
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
11 Sambang getih
Hemigraphis colorata Hall berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
12 Sembukan
Paederia foetida L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
13 Pakis urang
Helminthostachys zeylanica L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
14 Alang-alang
Imperata cylindrical (L.) berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
15 Bayem duri
Amaranthus spinosus L berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
16
Semanggi gunung
Hydrocotyle sibthorpioides Lam berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
17
Daun merdeka
Cromolaena odorata (L.) R.M./ berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
18 begonia
Begonia maculate L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
19 tolod
Lourentia longiflora (L.) berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 78
20 teki
Cyperus rotundus L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
21 kucingan
Acalypha indica L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
22 meniran
Phyllanthus urinaria L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
23 Rumput bambu
Lophatherum gracile Brongn. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
24 Rumput ekor kuda
Setaria faberii Herrm. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
25 borokan Urena lobata L.
berlimpah tidak dilindungi pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
26 sidaguri Sida rerusa L.
berlimpah tidak dilindungi pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
27 tumpang
Borreria laevis (Lamk.) Gr berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
28 Eceng-eceng Celosia sp.
berlimpah tidak dilindungi pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
29 kiapu
Pistia strtiotes (L.) Schott berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
30 Keladi tikus
Typhonium trilobatum (L.) Schott berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
31 Orang aring
Eclipta prostrate L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
32 genjer
Limnochris flava (L.) Buchenau berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
33
Cleome rutidosperma D.C. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
34 tembeking
Cleome viscose L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
35 petungan
Commelina benghalensis L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
36 brambangan
Commelina diffusa Burm.f. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
37 Sawi lemah
Rorippa indica (L.) Hiern berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
38 Suket teki
Cyperus compactus Retz. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
39 mendongan
Cyperus distans L.f. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
40 Umbot-umbot
Cyperus halpan L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
41 Dekeng wangi Cyperus iria L.
berlimpah tidak dilindungi pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
42
Cyperus pulcherimus Willd. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
43 bawangan Fimbristylis sp.
berlimpah tidak dilindungi pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
44 Scirpus sp
berlimpah tidak dilindungi pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 79
45 krekesan
Brachiaria reptans L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
46 jangkung
Digitaria longiflora (Restz.) Pers. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
47 tuton
Echinochloa colonum L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
48 jawan
Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
49 tambangan
Ischaemum timorense Kunth berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
50 Leptochloa sp.
berlimpah tidak dilindungi pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
51 timunan
Berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
52 Semanggi
Marsilea crenata Presl berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
53 krambangan
Polygonum barbatum L. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
54 Eceng gondok
Eichornia crassipes (Mart.) Solms berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
55 wewehan
Monochoria vaginalis (Burm.f.) berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
56 kiambang
Salvinia molesta D.S. Mitchell/ berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
57 kayambang
Salvinia natans (L.) All berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
58 gunda
Sphenoclea zeylanica Gaertn. berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
59 gandasuli
Hedychium coronarium berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
60 kecombrang
Nicolaia speciosa berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
61 Kecombrang wulung
Etlingera elatior berlimpah tidak dilindungi
pertanaman, sebagai gulma
Tanaman Obat
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 80
Jenis Hewan yang memiliki nilai ekonomi dijumpai 4 jenis di
Kabupaten Semarang
No Nama lokal
Nama ilmiah Status
Status perlindungan Habitat
Nilai ekonomi
1 bentet kelabu
Lanius schach terancam tidak dilindungi
hutan alami
hewan peliharaan
2
empuloh janggut
Alophoixus bres terancam tidak dilindungi
hutan alami
hewan peliharaan
3
prenjak jawa
Prinia familiaris terancam tidak dilindungi
hutan alami
hewan peliharaan
4
merbah cerukcuk
Pycnonotus goiavier terancam tidak dilindungi
hutan alami
hewan peliharaan
2) Perairan
Tumbuhan yang bernilai ekonomi di wilayah perairan Kabupaten
Semarang dijumpai 6 spesies
No Nama Lokal
Nama Ilmiah Status
Status perlindungan Habitat
Nilai ekonomis
1 Eceng gondok Eichornia melimpah
tidak dilindungi
rawa - rawa
Bahan kerajinan
2 kangkung Ipomoea aquatica melimpah
tidak dilindungi
tanah basah
bahan pangan
3 enceng padi
Monochoria vaginalis melimpah
tidak dilindungi
tanah basah
sebagai obat
4 Genjer Limnocharis flava melimpah
tidak dilindungi
tanah basah
sebagai sayuran
5 Salvinia cucullata
6 Salvinia cucullata
Hewan yang bernilai ekonomi di perairan Wilayah Kabupaten Semarang
terdapat 12 jenis
No Nama Lokal Nama Ilmiah Status
Status perlindungan Habitat
Nilai ekonomis
1 Glyptothorax platypogon terancam tidak dilindungi
perairan tawar
sumber pangan
2 Hampala macrolepidota terancam tidak dilindungi
perairan tawar
sumber pangan
3 Hypostomus pardalis
terancam tidak dilindungi perairan tawar
sumber pangan
4 Macrognathus aculeatus terancam tidak dilindungi
perairan tawar
sumber pangan
5 Mastacambelus terancam tidak dilindungi perairan sumber
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 81
unicolor tawar pangan
6 belut Monopterus albus
terancam tidak dilindungi perairan tawar
sumber pangan
7 Poecilia reticulta
terancam tidak dilindungi perairan tawar
sumber pangan
8 Puntius binotatus,
terancam tidak dilindungi perairan tawar
sumber pangan
9 Tilapia mossambica
terancam tidak dilindungi perairan tawar
sumber pangan
10 Cyprinus carpio
terancam tidak dilindungi perairan tawar
sumber pangan
11 Dermogenys pusilla
terancam tidak dilindungi perairan tawar
sumber pangan
12 Rasbora argyrotaeni
terancam tidak dilindungi perairan tawar
sumber pangan
c. Jenis Yang Sudah Dibudidayakan (Keanekaragaman, Persebaran)
1) Tanaman pangan diantaranya terdapat 4 jenis yang dibudidayakan
No Jenis Nama Latin Keterangan
1 Padi Oryza sativa
2 Ubi jalar Ipomoea batatas
3 Kentang Solanum
4 Jagung Zea mays
2) Perkebunan
Terdapat 7 Jenis Tanaman Perkebunan yang dikembangkan di
Wilayah Kabupaten Semarang
No Jenis Nama latin Keterangan
1 Kelapa Cocos nucifera L. 2 Kopi robusta Coffea robusta 3 Kopi Arabica Coffea arabica 4 Karet Hevea brasiliensis 5 Coklat Theobroma caccao 6 cengkeh Syzigium aromaticum 7 teh Camelia sinensis
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 82
3) Hortikultura
Jenis Tanaman Holtikultura diantaranya dijumpai 122 spesies
No jenis Nama ilmiah Keterangan
1 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L.
2 Aglaonema Aglaonema costatum cv. Foxii
3 Aglaonema Aglaonema commutatum cv.
4 Aglaonema silver Aglaonema sp
5 Aglaonema Aglaonema elegans
6 Aglaonema Aglaonema crispum
7 Aglaonema Aglaonema nitidum cv. Curtisii
8 Aglaonema Aglaonema pseudo-bracteatum
9 Aglaonema Aglaonema siamense
10 Aglaonema Aglaonema sitiform
11 Alternantera Alternanthera sessilis
12 Alternantera Alternanthera philoxeroides
13 Alternantera Alternanthera aurea
14 Alternantera Alternanthera dentata
15 Alternantera Alternanthera porrigen
16 Alternantera Alternanthera ficoidea
17 Alternantera Alternanthera repens
18 Alternantera Alternanthera sp
19
Wijaya kusuma Hylocreus undatus (haw.)Britt.et rose
20 Bng. Kaki seribu Pedilanthus tithymaloides
21 Kembang sore Mirabilis jalapa L.
22 Anggur hijau Vitis vinifera L.
23 Gel. cinta Anthurium sp
24 Kuping gajah Anthurium andreanum linden
25 Keladi Caladium bicolor (w.ait.vent)
26 Simbal Platycerium bifurcatum c.chr
27 Kamboja Plumeria rubra L.
28 Kamboja Plumeria obtuse
29 Kamboja Plumeria acuminate
30 Kamboja Plumeria sp. Cv mary
31 Kamboja Plumeria sp. cv. Cerise
32 Kamboja Plumeria sp. cv. Japanese Lantern
33 Pisang hias Heliconia colinsiana
34 Iler Coleus sp.
35 Andong jepang Cordyline fruticosa (l.)A.chev.
36 Tanduk rusa Platycerium bifurcatum
37 Suplir Adiantum cuneatum langs.& fisch
38 Bambu jepang Bambusa arundiacea
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 83
39 Soka Ixora coccinea L.
40 Palem merah Cyrtostachys lakka
41 Palem botol Hyophorbe lagenicaulis (Bailey)
42 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens
43 Palem kol Licuala grandis Wendl.
44 Palem manila Veitchia merrillii (Becc)
45 Palem Phoenix Phoenix roebelenii O’Brien
46 Palem raja Roystonea regia
47
serdang Livistona rotundifolia (Lamk.) Mart.
48 Palem ekor tupai Wodyetia bifurcate Irvine
49 Palem segitiga hijau Neodypsis decaryi Jum
50 sadeng Livistona saribus Merr
51 waregu Rhapis excelsa (Thumb.) Henry
52 kaktus Cactacae sp.
53 melati Jasminum sambac (l.)W.ait
54 gardenia Gardenia augusta merr
55 euphorbia Euphorbia milii
56 andong Cordylin terminalis
57 Bamboo air Hydropterides
58 Kemuning Muraya paniculta
59 Sente Wulung Alocasia sp.
60 Adenium Adenium sp
61 Bambu cina Bambusa multiplex
62 Lidah mertua Sansevieria trifasciata Prain
63 Lidah mertua Sansevieria parva
64 Lidah mertua Sansevieria aethiopica
65 Lidah mertua Sansevieria cylindrica
66 Lidah mertua Sansevieria singularis
67 Bunga September Haemanthus muftiflorus
68 Begonia Begonia glabra Kurz
69 Ginseng Panax sp
70 Wali songo Brassaea actinophylea
71 Dahlia Dahlia hibrida
72 Aster Callistepus chinensis
73 Walikuta
74 Kuping gajah Anthurium cristalianum
75 Cocor bebek berbunga merah Christmaskalanchoe
76 Lavender Lavender
77 Bunga tasbih Canna indica
78 Sinona makan sirih Clerodendrum thomsonae
79 Cemara lilin Araucaria sp
80 Cemara lilin Araucaria sp
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 84
81 Sri rejeki Oieffenbachia seguine
82 bougenvile Bougainvillea glabra chois
83 mawar Rosa chinensis jacq
84 kenikir Tagetes erecta L
85 Cinta air Pleomele angustifolia
86 Andong merah Cordyline roxburghiana
87 bunga Lili Lilium longiforum
88 Bunga kolong Hydrangea hortensis
89 Kupu-kupu Bauhinia purpurea
90 Puring Codiaeum variegatum
91 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa
92 Hartek Asparagus plumasus
93 Cemara Araucaria heterophylla (Salisb.)
94 Andong besi Dracaena fragrans
95 Sambar menjangan
Platycerium coronarium(Koenig)
96 Parijotho Medinella speciosa L.
97 Sente Alocasia macrorrhiza Schott
98 Rosela Hibiscus sabdariffa
99 Kenanga Cananga odorata
100 Pare Momordica charantia
101 Bunga kertas Zinnia elegans
102 Arbei Morus albus
103 Krisan Crysantenum sp.
104 Kara Dolichos lablab
105 Kangkung Ipomoea aquatica
106 kecipir Psophocarpus tetragonolus
107 Bayam Amaranthus sp.
108 Kacang tanah Arachis hypogaea L
109 Kecipir Psophocarpustetragonolobus Dc
110 Cakla cikli Polyscias fruticosa (L) Harms
111 Bawang Allium cepa
112 seledri Apium graveolens L
113 leunca Solanum nigrum L.
114 cengkongkak Solanum torvum
115 muncang Aleurites moluccana (L.) Willd
116 Welok Cucurbita sp.
117 Cabe Capsicum sp.
118 terong Solanum melongena
119 Turi Sesbania grandiflora
120 Daun bawang Allium cepa
121 cesin Brassica sp.
122 Tomat Lycopercicum esculentum
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 85
4) Tanaman obat dan rempah
Tanaman obat dan rempah yang teridentifikasi sejumlah 26 jenis
No Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan
1 sirih Piper betle L.
2 lada Piper nigrum L.
3 kemukus Piper cubeba L.f.
4 Sirih wulung Piper crocatum Ruiz & Pav
5 Cabe jawa Piper retrofractum Vahl.
6 Lempuyang Emprit Zingiber amaricans Bl./
7 Lempuyang gajah Zingiber zerumbet (L.) J.E.Smith
8 bengle Zingiber cassumunar Roxb.
9 bluntas Pluchea indica L. Less
10 Ginseng jawa Talinum paniculatum (Jacq.)
11 Gynura segetum (lour) Merr
12 Kunir putih Kaempferia rotunda L
13 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa (Scheff.)
14 Pace Morinda citrifolia L.
15 Saga thungteng Abrus precatorius L
16 Dringo Acorus calamus L.
17 Kencur Kaempferia galangan L
18 Kunir Curcuma domestica L.
19 Lempuyang Zingiber zerumbet (L.)
20 Adas Foeniculum vulgare Mill
21 Pulasari Alyxia reinwardtii Bl.
22 Keji beli Strobilantus crispus Bl.
23 Remujung Orthosiphon aristtus (Bl.)
24 Sambirata Andrographis paniculata(Burm.f.)
25 Sembung Blumea balsamifera (L.)
26 Temu lawak Curcuma xanthorrhiza Roxb.
5) Industri
Terdapat 89 jenis tanaman industry di wilayah Kabupaten Semarang
yang dibudidayakan
No Nama lokal Nama ilmiah Ket
1 Kayu manis Cinnamomum burmanii Bl. 2 Nilam/ndilem Pogostemon cablin benth 3 Kapok randu Ceiba pentadra 4 Panili Vanilla planifolia Andrew 5 Lada Piper nigrum L. 6 Pala Myristica fragrans
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 86
7 Pandan duri Pandanus furcatus 8 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius 9 Penjalin Calamus adspersus 10 Rotan Calamus ciliaris 11 Rotan cacing Calamus javensis 12 Jarak pagar Jatropa curcas 13 Pinus Pinus merkusii 14 Damar Agathis damara 15 Anacardium sp Mete 16 Aren Arenga catecu
17
Rubecens/ kelapa hijau
Cocos nucifera L.
18 Albasia Albizia falcataria (L.) 19 Jati Tectona grandis 20 Bayur Pterospermum javanicum
21 Suren Toona sureni
22 Nagasari Mesua ferrea 23 Mandalika Catalya indica 24 Wijaya kusuma Epiphyllum anguliger
25 Waru Hibiscus similis bl 26 Akasia Acasia mangium 27 Wuni Antidesma bunius 28 Rasamala Altingia excelsa 29 Randu alas Bombax ceiba L
30 Jati sabrang Peronema canescens
31 Asam Jawa Tamarindus indicus
32 Jengkol Archidendron pauciflorum
33 Pete Parkia speciosa
34 Ketapang Cassia alata
35 Kelor Moringa oleifera. Lam
36 Bambu apus Gigantochloa apus 37 Bambu hitam Gigantochloa atter
38 Bambu gombong/belo
Gigantochloa verticillata
39 Bambu ampel Bambusa vulgaris var. ampel 40 Bambu kuning Bambusa vulgaris var. kuning 41 Bambu betung Dendrocalamus asper 42 Bamboo andong Gigantochloa verticillata 43 Tamiang Schizostachyum blumei Nees 44 Temen Gigantochloa verticillata (wild.) 45 Uncul Phyllostachys aurea A&Ch.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 87
46 Buluh Schizostachyum brachycladum 47 Kemiri Aleurites moluccana Wild 48 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq 49 Puspa Schima noronhoe Reinw 50 Kaliandra Calliandra calothyrsus 51 Angsana keling Pterocarpus indicus Willd. 52 Kemlandingan Leucaena glauca Benth. 53 Lamtoro gung Leucaena leucocephala 54 Secang Caesalpinnia sappan Linn. 55 Jenitri Elaeocarpus ganitrus roxb
56 Pinus Pinus merkusii 57 Damar Agathis damara 58 Gaharu Aetoxyllon sympetallum 59 Wewe Abarema clypearia 60 Wuru Acer niveum 61 Bengang Actino glomerata 62 Ande-ande Antidesma tetandrum 63 Sarangan Castanopisis argenta 64 Wuru watu Cinnamomum porectum 65 Wuru kuning Elaeocarpa floribundus 66 Jerakah Elaeocarpa glaber 67 Wilada Ficus variegate
68 Nyangkuh Glochidion sp 69 Kendung Helicia javanica Blume 70 Kemoceng Litsea vulva Blume
71 Pasang
Lithocarpus sundaicus ( Blume) Rehd
72 Tutup Macaranga rhizinoides Muell.Arg
73 Umbelan Saurauia bracteosa DC 74 Jirak Symplocos fasciculata Zoll 75 Wuru bancet Turpinia sphaeocarpa Hass 76 Jurang Villebrunea rubescens Blume 77 Dryomina Weinmanniana blumei. Planch 78 Tembagan Acmena acuminatissima. MetP 79 Aji puru Aglaia argentea Blume 80 Kembirit Alstonia spectabilis R. Br. 81 Wuru mangkreng Litsea roxburghii 82 Wuru dapung Mastixia trichoimata Blume 83 Kemiri sapat Ostodes paniculata 84 Kala pucung Parartocarpus venenosus Becc 85 Vermonia Polyosma longipes K et V
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 88
86 Antap Sterculia oblongata R, Br. 87 Rekisi Michelia montana 88 Wuru janggel Machilus rimosa 89 Cendana Santalum album
6) Peternakan
Terdapat 15 jenis hewan ternak yang dibudidayakan
No jenis Nama ilmiah persebaran Ket.
1 sapi potong Bos taurus melimpah,budiday, pekarangan
2 sapi perah
melimpah,budiday, pekarangan
3 kerbau Bubalus bubalis
jarang
4 kuda Equus ferus caballus
jarang, budidaya,pekarangan
5 kambing Capra aegagrus hircus
melimpah,budidaya, pekarangan
6 domba Ovis aries
melimpah,budidaya, pekarangan
7 babi Sus sp
jarang
8 ayam buras
Gallus gallus domesticus
melimpah,budidaya, pekarangan
9
ayam ras petelur
Gallus sp
melimpah,budidaya,
pekarangan, TGL
10
ayam ras pedaging
Gallus sp
melimpah,budidaya,
pekarangan, TGL
11 Itik
melimpah,budidaya, pekarangan
12 Kelinci Leporidae
jarang, budidaya,pekarangan
13 burung puyuh Coturnix ypsilophoa
melimpah,budidaya, pekarangan
14 Entog
melimpah,budidaya, pekarangan
15 Angsa Cygnus olor
melimpah,budidaya, pekarangan
melimpah,budidaya, pekarangan
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 89
7) Kehutanan
Terdapat 71 Jenis tumbuhan hasil kegiatan dibidang kehutanan sudah
memiliki nilai ekonomi yang dapat di manfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
No Jenis Nama Latin Keterangan
1 Albasia Albizia falcataria (L.)
2 Jati Tectona grandis
3 Bayur Pterospermum javanicum
4 Suren Toona sureni
5 Wuru janggel Machilus rimosa
6 Cendana Santalum album
7 Nagasari Mesua ferrea
8 Waru Hibiscus similis bl
9 Akasia Acasia mangium
10 Wuni Antidesma bunius
11 Rasamala Altingia excels
12 Randu alas Bombax ceiba L
13 Jati sabrang Peronema canescens
14 Asam Jawa Tamarindus indicus
15 Jengkol Archidendron pauciflorum
16 Pete Parkia speciose
17 Ketapang Cassia alata
18 Kelor Moringa oleifera L
19 Bambu apus Gigantochloa apus
20 Bambu hitam Gigantochloa atter/
21
Bambu gombong/belo
Gigantochloa verticillata
22 Bambu ampel Bambusa vulgaris var. ampel
23 Bambu kuning Bambusa vulgaris var. kuning
24 Bambu betung Dendrocalamus asper
25 Bamboo andong Gigantochloa verticillata
26 Tamiang Schizostachyum blumei Nees
27 Temen Gigantochloa verticillata (wild.)
28 Uncul Phyllostachys aurea A&Ch.
29 Buluh Schizostachyum brachycladum
30 Kemiri Aleurites moluccana Wild
31 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq
32 Puspa Schima noronhoe Reinw
33 Kaliandra Calliandra calothyrsus
35 Angsana keling Pterocarpus indicus Willd.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 90
36 Kemlandingan Leucaena glauca Benth.
37 Lamtoro gung Leucaena leucocephala
38 Secang Caesalpinnia sappan Linn.
39 Jenitri Elaeocarpus ganitrus roxb
40 Pinus Pinus merkusii
41 Damar Agathis damara
42 Gaharu Aetoxyllon sympetallum
43 Wewe Abarema clypearia
44 Wuru Acer niveum
45 Bengang Actino glomerata
46 Ande-ande Antidesma tetandrum
47 Sarangan Castanopisis argenta
48 Wuru watu Cinnamomum porectum
49 Wuru kuning Elaeocarpa floribundus
50 Jerakah Elaeocarpa glaber
51 Wilada Ficus variegate
52 Nyangkuh Glochidion sp
53 Kendung Helicia javanica Blume
54 Kemoceng Litsea vulva Blume
55 Mandalika Catalya indica
56 Tutup Macaranga rhizinoides Muell.Arg
57 Umbelan Saurauia bracteosa DC
58 Jirak Symplocos fasciculata Zoll
59 Wuru bancet Turpinia sphaeocarpa Hass
60 Jurang Villebrunea rubescens Blume
61 Dryomina Weinmanniana blumei. Planch
62 Tembagan Acmena acuminatissima. MetP
63 Aji puru Aglaia argentea Blume
64 Kembirit Alstonia spectabilis R. Br.
65 Wuru mangkreng Litsea roxburghii
66 Wuru dapung Mastixia trichoimata Blume
67 Kemiri sapat Ostodes paniculata
68 Kala pucung Parartocarpus venenosus Becc
69 Vermonia Polyosma longipes K et V
70 Antap Sterculia oblongata R, Br.
71 Rekisi Michelia montana
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 91
8) Perairan air tawar
Terdapat 16 jenis ikan perairan tawar di wilayah Kabupaten Semarang
yang dibudidayakan
No Jenis Nama Latin Keterangan
1 Tawes Puntius javanicus 2 Nilem Osteochillus hasselti 3 Nila Oreochromis niloticius
4
Karper
Cyprinus carpio
5 Gurami Ospronemus gourami 6 Lele Clarias batrachus 7 Sepat siam
8 Tambakan Helostoma temmincki 9 Mujahir Oreochromis mossambicus 10 Bawal
11
Macrobrachium idae
12
Macrobrachium oenone 13
Macrobrachium colewsi
14
Macrobrachium lancestri 15
Macrobrachium esculentum
16 Udang galah Macrobrachium rosenbergii
d. Pengetahuan Tradisional
Kearifan Tradisional merupakan tata nilai dalam tatanan kehidupan sosial-
politik-budaya-ekonomi serta lingkungan yang hidup di tengah-tengah
masyarakat lokal. Ciri yang melekat dalam kearifan tradisional adalah
sifatnya yang dinamis, berkelanjutan dan dapat diterima oleh komunitasnya.
Dalam komunitas masyarakat lokal, kearifan tradisional mewujud dalam
bentuk seperangkat aturan, pengetahuan dan juga ketrampilan serta tata
nilai dan etika yang mengatur tatanan sosial komunitas yang terus hidup dan
berkembang dari generasi ke generasi. Beberapa kearifan tradisional yang
terdapat di Kabupaten Bantul adalah :
1). Merti Dusun/Desa
Bagi masyarakat Kabupaten Semarang acara merti dusun/desa masih terasa
kental dan dilaksanakan setiap tahun yang mempunyai arti untuk menjaga
dan melestarikan lingkungan serta rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 92
karena masih diberi kemelimpahan anugerah. Acara merti dusun/desa telah
dilaksanakan sejak leluhur mereka dan masih tetap dilaksanakan lestari
sampai sekarang.
2). Larangan menebang pohon di sekitar mata air
Beberapa masyarakat di sekitar mata air mempercayai secara turun temurun
bahwa tanaman/pohon yang tumbuh di sekitar mata air ada yang menunggu
sehingga masyarakat tidak berani untuk menebang pohon. Mitos ini
sebenarnya mengandung makna bahwa masyarakat berupaya untuk
melestarikan lingkungan dan hal tersebut meskipun tidak ada aturan tertulis
masih dipercaya sampai sekarang.
3). Sukwangan
Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat terutama denganmata pencaharian
sebagai Petani.Sukwangan adalah kegiatan bersih-bersih saluran irigasi
untuk mengalirkan air dari mata air atau sungai menuju sawah penduduk.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 93
BAB V PENUTUP A. Simpulan
Keanekaragaman hayati telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak berabad-
abad silam, seperti penyediaan pangan, papan, obat-obatan, dan bahan hayati
lainnya. Selain itu, masyarakat juga telah mengenal jasa yang dihasilkan oleh
hutan, seperti ketersediaan air bersih, udara bersih, penekan tingkat erosi,
sedimentasi, dan lain-lain. Keanekaragaman hayati juga menjadi pendukung
utama kegiatan perekonomian dunia, yaitu sekitar 40% perekonomian dunia
merupakan kegiatan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Berdasarkan
penyusunan dokumen Profil Kehati Kabupaten Semarang telah
teridentifikasi:
1. Jenis Keanekaragaman hayati yang tidak bernilai ekonomi
a. Tabel Jenis Tumbuhan di Kabupaten Semarang terdapat 118 jenis
yang teridentifikasi berada di wilayah Kabupaten Semarang. 65
spesies tercatat dalam CITES dan termasuk kategori Appendix II
dimana spesies tersebut yang tidak selalu terancam punah, namun
perdagangannya harus dikontrol untuk menghindari pemanfaatan yang
membahayakan kelangsungan hidupnya. salah satunya terdapat spesies
kantung semar (Nepentes reinwardi) merupakan jenis endemik jawa yang
perlu di lindungi keberadaannya karena banyak di eksploitasi dan
diperdagangkan untuk tanaman hias.
b. Jenis Hewan Tidak Bernilai ekonomi di Kabupaten Semarang dijumpai
sejumlah 253 jenis. Terdapat 15 spesies yang masuk dalam CITES dan
termasuk kategori Appendix II spesies tersebut yang tidak selalu
terancam punah, namun perdagangannya harus dikontrol untuk
menghindari pemanfaatan yang membahayakan kelangsungan hidupnya
seperti Elang jawa (Nizaetus bartelsi), Julang Emas (Rhyticeros undulatus),
spesies kupu-kupu Troides helena. Lin dan jenis lainnya seperti
Trenggiling(Manis javanicus) yang tercantum dalam IUCN Least concern.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 94
2. Jenis Keanekaragaman hayati bernilai ekonomi
a. Jenis Tumbuhan yang sudah diketahui nilai ekonominya terdapat 61
Jenis di Wilayah Kabupaten Semarang dandijumpai jenis Centella
asiatica (L.) Urbanatau daun Pegagan yang banyak dijumpai diwilayah
hutan alami dan termasuk IUCN least concern dan spesies Patikan
Kebo (Euphorbia hirta) termasuk dalam CITES Appendix III dimana
spesies tersebut dilindungi oleh paling sedikit satu negara dan pihak
tersebut meminta bantuan CITES untuk mengendalikan perdagangannya.
b. Jenis Hewan yang memiliki nilai ekonomi dijumpai 4 jenis di
Kabupaten Semarang
c. Tumbuhan yang berada diwilayah perairan tawar dan bernilai
ekonomi di Kabupaten Semarang dijumpai 6 spesies diantaranya
adalah enceng gondok (Eichornia crasipes) dimana merupakan jenis
yang sangat melimpah terutama di Perairan Rawa Pening yang banyak
difungsikan sebagai bahan kerajinan.
d. Hewan yang bernilai ekonomi di perairan Wilayah Kabupaten
Semarang terdapat 12 jenis di antaranya jenis ikan yang paling
melimpah adalah Poecilia reticulta, Puntius binotatus, dan Tilapia
mossambica. Sedangkan ikan yang jarang dijumpai adalah Cyprinus
carpio, Dermogenys pusilla, dan Rasbora argyrotaeni.
3. Jenis keanekaragaman hayati yang di budidayakan
a. Tanaman pangan diantaranya terdapat 4 jenis yang dibudidayakan
dimana pertanian di wilayah Kabupaten Semarang sebagian
merupakan peralihan padi dan palawija.
b. Terdapat 7 Jenis Tanaman Perkebunan yang dikembangkan di
Wilayah Kabupaten Semarang
c. Jenis Tanaman Holtikultura diantaranya dijumpai 122 spesies
d. Tanaman obat dan rempah yang teridentifikasi sejumlah 26 jenis
e. Terdapat 89 jenis tanaman industry di wilayah Kabupaten Semarang
yang dibudidayakan
f. Terdapat 15 jenis hewan ternak yang dibudidayakan
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 95
g. Terdapat 71 Jenis tumbuhan hasil kegiatan dibidang kehutanan sudah
memiliki nilai ekonomi yang dapat di manfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
h. Terdapat 16 jenis ikan perairan tawar di wilayah Kabupaten
Semarang yang dibudidayakan
Pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan akan
mengakibatkan peningkatan kebutuhan bahan hayati dan lahan untuk
pengembangan pertanian serta kegiatan pembangunan lainnya. Apa bila hal
tersebut tidak disertai dengan upaya konservasi yang memadai, maka akan
menyebabkan kemerosotan keanekaragaman hayati. Faktor-faktor yang
menyebabkan kemerosotan keanekaragaman hayati meliputi antara lain:
konversi lahan, eksploitasi yang berlebihan, praktik teknologi yang merusak,
pencemaran, introduksi jenis asing, dan perubahan iklim.
B. Rekomendasi
Untuk mewujudkan kelestarian keanekaragaman hayati dan pengembangan
nilai manfaat secara berkelanjutan, perlu disusun suatu perencanaan yang
terpadu/komprehensif, efektif dan partisipatif di setiap daerah provinsi dan
daerah kabupaten/ kota, maka sebagai tindak lanjut setelah penyusunan
profil, Pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Induk Pengelolaan
Keanekaragaman Hayati (RIP Kehati). RIP Kehati adalah dokumen kerangka
perencanaan strategik untuk periode 5 (lima) tahun yang digunakan sebagai
dasar bagi pengelolaan terpadu keanekaragaman hayati kabupaten yang
melibatkan seluruh stakeholder yang ada di kabupaten Semarang.
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 96
DAFTAR PUSTAKA
Arika, Y. 2005. Rawapening dan Berubahnya Ekosistem. http://www.
Kompas. Com/kompas-cetak/0505/27/tanah air/1767459.htm
Barnes, B.V., D. R. Zak, S. R. Denton, S. H. Spurr. 1997. Forest Ecology. 4th
Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Barbour M. G., J. H. Burk, W. D. Pitts. 1987. Terrestrial Plants Ecology. Menlo
Park: The Banjamin.
BPS Kabupaten Semarang, 2017, Kabupaten Semarang dalam angka Tahun
2017, Kabupaten Semarang
BLH Kabupaten Semarang, 2016, Laporan KLHS RTRW Review Kabupaten
Semarang” Ungaran
Diamond, D, 1998. The Evil Quartet. Conservastion Biology. 14. 171-174
Eko. 2002. Rawa. http://www.lablink.or.id/Eko/wetland/lhbs-rawa.thm.
Gaston, J,A, 2003. Species Richness. Measure and Measurenment. Blackwell
Sience. London.
Indrawan, M., R. B. Primack, J. Supriyatna. Biologi Konservasi. Jakarta: Obor
Indonesia.
Irwan, D. 1997. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem &
Komunitas Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jepson.P.,Jarve, J.K, Mc Kinnon and K.A.Monk, 2002. The end for Indonesian
Lowland Forest?Sience 292.859.
KKP3K. 2015 Profil Kawasan Konservasi Jawa Tengah Jakarta
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wialayah Kabuaten Semarang Tahun 2011-
2031
Setyawati, T. 1998. Studi fisiognomi vegetasi hutan di kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Buletin Penelitian
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 97
Hutan No. 612. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam. Bogor.
Soerjani, Mohamad & Tjitrosoepomo, Gembong. 1987. Weeds of Rice in
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sulistyowati, et all. 2014.Keanekaragaman Marchantiophyta Epifit Zona
Montana di Kawasan Gunung Ungaran Jawa Tengah. BIOMA, Juni
2014 ISSN: 1410-8801 Vol. 16, No. 1, Hal. 26-32
Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Myers, N., Mittermeler, R.A., Mittermeler, C.G., Gustavo, B., and Kent, J., 2000.
Biodiversity Hotspots for Consevation Priorities. Nature, vol.403.
853-857.
Norton, D.A. 1998. Indigenous Biodiversity Conservation and plantation
Forestry. New Zealand Forestry 43(2) 34-39.
Tivy, J. 1993. Biogeograhy. A study of Plants in the Ecosphere. 3rd. Eds. John
Willey & Sons Inc. New York.
Vane-Wright, 1999. Systematic Biological Criteria within a sociopolitical
framework. Blackwell Sience. London.
Yuyun,D. 2005. Skripsi. Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Ekosistem
Perairan Rawa pening Kabupaten Semarang. Semarang.
Universitas Negeri Semarang
https://alamendah.org/2012/10/07/flora-dan-fauna-asli-dan-endemik-
ungaran-jawa-tengah/
http://bio.undip.ac.id/sbw/location/lok_penggaron.html
http://jateng.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/1431
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 98
LAPORAN AKHIR
Profil Keanekaragaman Hayati Kabupaten SemarangTahun 2017 99
LAMPIRAN
1. Jenis Liar Yang Tidak Bernilai Ekonomi (Tidak Diperdagangkan Secara
Ekonomi Pasar).
a. Daratan
Tumbuhan
Phaius pauciflorus Calanthe triplicata
Coelogyne speciosa
Hewan
Lutung Jawa (Trachypitechus auratus) Trenggiling (Manis javanica)
Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) Kodok Bangkong (Duttaphrynus melanostictus)
b. Perairan
Sicyopterus cynocephalus Sidat (Anguila bicolor)
2. Jenis Liar Yang Sudah Diketahui Nilai Ekonominya (Sudah Diperdagangkan
Secara Ekonomi Pasar)
a. Daratan
Tumbuhan
Pegagan (Centella asiatica) Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Daun merdeka (Eupatorium odoratum) Orang aring (Eclipta prostrata)
Hewan
Bentet Kelabu (Lanius scach) Empuloh janggut (Alophoixus bres)
Prenjak Jawa (Prinia familiaris) Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
b. Perairan
Tumbuhan
Enceng gondok (Eichornia crasipes) Kangkung (Ipomoea aquatica)
Genjer (Limnocharis flava) Enceng padi (Monochoria vaginalis)
Salvinia cucullata Salvinia cucullata
Hewan
Glyptothorax platypogon Hampala macrolepidota
Hypostomus pardalis Monopterus albus
3. Jenis Yang Sudah Dibudidayakan (Keanekaragaman, Persebaran)
a. Kehutanan
Jati (Tectona grandis) Bambu apus (Gigantichloa apus)
Petai (Parkia speciosa)
b. Hewan Ternak
Kambing Ayam
Kerbau
c. Holtikultura
Mawar (Rosa hibrida) Kamboja hias (Plumeria rubra)
Cabai rawit (Capsicum frutescens)
d. Industri
Pala (Myristica fragrans) Rasamala (Altingia excelsa)
Suren (Toona sureni) Pinus (Pinus merkusii)
e. Makanan Pokok
Padi (Oryza sativa) Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Jagung (Zea mays) Kentang (Solanum tuberosum)
f. Obat dan rempah
Sirih (Piper betle) Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza)
g. Perkebunan
Cengkeh (Syzigium aromaticum) Cokelat (Theobroma cacao)
Karet (Hevea brasiliensis)
h. Perairan Tawar
Karper Gurami
Tilapia mossambica Poecilia reticulta
Puntius binotatus Ctenopharyngodon idella
Lele