profil five star doctor

11
Profil Five Star Doctor Paradigma tentang profil Five Star Doctor atau dokter yang baik, ternyata telah dirumuskan sejak 400 tahun SM oleh Filsuf Yunani Kuno Hippocrates. Hippocrates berfatwa tentang pentingnya pendekatan menyeluruh dari seorang dokter kepada pasiennya, tidak sebatas pada pengamalan ilmu kesehatan, seorang dokter dituntut untuk mengamati pasiennya secara mendetil dan mendalam dari berbagai aspek. "Barang siapa yang ingin melakukan pelayanan dan penelitian kedokteran dengan baik dan seksama, pertama-tama ia harus memperhatikan musim (cuaca) pada tahun itu Selanjutnya tengoklah arah tiupan angin Hal yang sama, apabila ia sebagai orang asing yang sedang mendatangi sebuah kota, perhatikanlah tentang situasi Air yang digunakan oleh penduduknya, cara hidup dan apa yang mereka kerjakan" ujar Hippocrates kepada murid-muridnya untuk menjadi dokter yang baik. Dokter, harus menjadi "agent of change" di zamannya, untuk menjadikan masyarakat berperilaku sehat, dapat menjaga dan memelihara kesehatannya, lingkungannya, agar mereka dapat menjadi individu, keluarga, dan masyarakat yang produktif. Nasihat ini sangat sederhana, tetapi padat akan makna dan luas akan arti. Pemaknaan wejangan Hippocrates akan berubah jika mencoba memaknakan dan mengejawantahkannya dalam arti kekinian. Paradigma Hippocrates ternyata dapat diejawantahkan dalam dalam bentuk kosa kata: "Paradigma Sehat". Paradigma Sehat pada hakekatnya dapat berkembang dalam ilmu Kedokteran, Genetika, dan ilmu-ilmu lain, seperti tersebut : ilmu-ilmu Perilaku, Lingkungan, Kebijakan Publik, dan Kesisteman; Hukum dan Perundangan, Kemasyarakatan, Pendidikan, Ekonomi, Manajemen, dan Pembiayaan; Ketahanan Nasional, dan Pengetahuan Budaya. Dalam ikhwal kesehatan-kedokteran, dalam kondisi makro, dan dalam kondisi mikro. Konotasi menjadi keliru, terjebak, apabila pengejawantahannya hanya dipencilkan, dinafikan dalam "Ilmu Kedokteran" dan Ilmu Kesehatan Masyarakat saja. Pengejawantahannya dalam ilmu Kesehatan Masyarakat, paradigma ini dapat berkembang dalam model atau kesisteman dalam mengembangkan dan pengembangan kesehatan wilayah atau dalam bentuk lain.

Upload: lydia-sylvia

Post on 27-Dec-2015

143 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

five star doctor

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Five Star Doctor

Profil Five Star Doctor Paradigma tentang profil Five Star Doctor atau dokter yang baik, ternyata telah dirumuskan sejak 400 tahun SM oleh Filsuf Yunani Kuno Hippocrates. Hippocrates berfatwa tentang pentingnya pendekatan menyeluruh dari seorang dokter kepada pasiennya, tidak sebatas pada pengamalan ilmu kesehatan, seorang dokter dituntut untuk mengamati pasiennya secara mendetil dan mendalam dari berbagai aspek.

"Barang siapa yang ingin melakukan pelayanan dan penelitian kedokteran dengan baik dan seksama, pertama-tama ia harus memperhatikan musim (cuaca) pada tahun itu Selanjutnya tengoklah arah tiupan angin Hal yang sama, apabila ia sebagai orang asing yang sedang mendatangi sebuah kota, perhatikanlah tentang situasi Air yang digunakan oleh penduduknya, cara hidup dan apa yang mereka kerjakan" ujar Hippocrates kepada murid-muridnya untuk menjadi dokter yang baik.

Dokter, harus menjadi "agent of change" di zamannya, untuk menjadikan masyarakat berperilaku sehat, dapat menjaga dan memelihara kesehatannya, lingkungannya, agar mereka dapat menjadi individu, keluarga, dan masyarakat yang produktif. Nasihat ini sangat sederhana, tetapi padat akan makna dan luas akan arti.

Pemaknaan wejangan Hippocrates akan berubah jika mencoba memaknakan dan mengejawantahkannya dalam arti kekinian. Paradigma Hippocrates ternyata dapat diejawantahkan dalam dalam bentuk kosa kata: "Paradigma Sehat". Paradigma Sehat pada hakekatnya dapat berkembang dalam ilmu Kedokteran, Genetika, dan ilmu-ilmu lain, seperti tersebut : ilmu-ilmu Perilaku, Lingkungan, Kebijakan Publik, dan Kesisteman; Hukum dan Perundangan, Kemasyarakatan, Pendidikan, Ekonomi, Manajemen, dan Pembiayaan; Ketahanan Nasional, dan Pengetahuan Budaya. Dalam ikhwal kesehatan-kedokteran, dalam kondisi makro, dan dalam kondisi mikro. Konotasi menjadi keliru, terjebak, apabila pengejawantahannya hanya dipencilkan, dinafikan dalam "Ilmu Kedokteran" dan Ilmu Kesehatan Masyarakat saja.

Pengejawantahannya dalam ilmu Kesehatan Masyarakat, paradigma ini dapat berkembang dalam model atau kesisteman dalam mengembangkan dan pengembangan kesehatan wilayah atau dalam bentuk lain.

Isu lain berkembang dan melebar bahwasanya Kesehatan dan "Pelayanan Kedokteran" yang adil dan merata adalah merupakan hak "(rights)" dalam hidup dan kehidupan manusia "Hak Asasi Manusia" pengejawantahan ilmu Kedokteran, dokter yang baik diminta untuk menjadi pelindung, pengawal hak hidup, kehidupan manusia. Pengetahuan dan pengertian hak asasi dalam bentuk ini telah pula bergeser bukan terutama dan hanya pada kajian terhadap kekerasan pada tubuh manusia semata. Ia telah merupakan hak "(rights)" untuk hidup dalam kehidupan yang layak, sehat yang produktif, tidak perlu lagi bebas dari kecacatan jasmani saja bagi tiap-tiap individu dan keluarga.

Page 2: Profil Five Star Doctor

Gangguan, intervensi, ketidak adilan, ketidak acuhan, apapun bentuknya yang mengakibatkan ketidak sehatan tubuh manusia, kejiwaan, lingkungan alam dan lingkungan sosial, pengaturan dan hukumnya serta ketidak adilan dalam manajemen sosial yang mereka terima, merupakan pelanggaran hak mereka. Dokter ini diminta pula sebagai "the agent of change" dalam pergeseran dan pengertian ini. Dokter kini diminta untuk mempromosikan kesehatan manusia, bersamaan dengan melindungi dan mempromosikan hak-hak manusia tersebut.

Kesehatan juga mempunyai nilai ekonomi. Investasi dalam pengertian makro dan mikro merupakan kata lain untuk sehat. Seperti halnya Maslow menyampaikannya dalam teori tentang berjenjang dalam kebutuhan manusia. Mulai dari kebutuhan biologi dan material, sampai pada kebutuhan akan aman dalam diri, dan aktualisasi diri yang dikemukakan dalam berbagai bentuk produk, kondisi sosial dan budaya pada waktunya. Investasi pun berlanjut, bukan hanya untuk pribadi atau keluarga, namun lebih banyak berkembang dalam keuntungan hubungan kerja antar buruh, pegawai dan majikan dalam suatu usaha. Cabang ilmu akan kesehatan kerja, ekonomi-kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan antara ilmu kedokteran, ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kebijakan Publik dan Pembiayaan Kesehatan dalam bentuk Health Care System "serta kebijakan dan Kesisteman Ekonomi Kesehatan dalam bentuk Health-Economics Policies and Systems" dari negara atau daerah tertentu. Sebagian dalam bentuk trans-disiplin dalam keilmuan yang relatif baru. Lebih lanjut investasi ini menjadi tolak ukur ekonomi daerah atau negara yang bersangkutan pada daya beli dan kapital serta kemakmuran.

Demikianlah ilmu kedokteran mengadakan interaksi dan inter-relasi, bersinergi dan kadang kala tidak dapat dihindari berparadoks dengan suatu kepentingan tertentu. Demikian pula paradigma di atas akan berkedalaman dan berkelanjutan di masanya, di zamanya dan di dalamnya tetap hidup dalam harapan adanya "dokter yang baik" itu; dengan peran, kewajiban serta tugasnya sebagai "the agent of change"untuk kebaikan dan kesehatan manusia sebagai haknya.

"Paradigma Sehat sebagai Kesisteman"

Paradigma sehat bukan wacana semata, "paradigma sehat" adalah sebuah sistem, kesisteman terbuka yang dinamis. Mengikuti peradaban, budaya manusia. Budaya juga adalah sebuah kesisteman antar manusia dan sistem-sistem lain; agama, sosial, ekonomi, pendidikan, teknologi, bahasa dan seni yang dilingkari oleh kedinamisanya. "The Mandala of Health" memperlihatkan pula kesisteman, interaksi dan inter-relasi tersebut. Dengan pola pikir tersebut maka paradigma sehat menjadi bagian dari budaya dan peradaban manusia. Sedangkan peradaban sendiri sesungguhnya berkorelasi dengan hukum, hukum berkorelasi dengan demokrasi dan ilmu pengetahuan yang ada di masyarakat, demokrasi berkorelaso dengan hak manusia. Hidup sehat adalah hak manusia, hak manusia adalah bagian dari kemanusiaan "(humanisme)". Bagian dari prinsip etika kedokteran yang kita miliki.

Page 3: Profil Five Star Doctor

Prinsip dokter yang baik di masa kini, tidak lepas dari nilai-nilai dan norma-norma Keagamaan, Kemanusiaan, Etika, Hukum dan Peraturan, dan Idealisme, yang tersusun dalam sistem-sistem Ekonomi, Kebijakan Publik, manajemen (termasuk sistem pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dan kedokteran dan pendanaannya) yang berkeadilan merata serta sistem pendidikan bermutu, pada suatu lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dinamis. "Dokter yang baik" sebagai "the agent of change"akan berada dalam kesisteman tersebut dan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan kesistemannya. Kesisteman yang buruk, tidak akan pernah melahirkan "dokter yang baik".

"Human Development Index (HDI)" yang dikembangkan oleh "United nation Development Program (UNDP)" juga suatu kesisteman, dari domain-domain Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi (in-come penduduk), dengan sub-sub sistemnya. Indonesia saat ini berada pada tingkat di antara 100 - 110 dari 180 negara dunia yang diukur oleh UNDP tiap tahunya. Terendah setelah Vietnam, namun saat ini kita berada di atas Vietnam sedangkan Canada pada peringkat pertama. Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia masih termasuk SDM yang sakit dari pada pandangan teori Talcott Person.

Kembali ke paradigma sehat. Paradigma ini dapat melahirkan model dalam bentuk kesisteman. Model-model Sistem Pelayanan Kedokteran Tingkat Pertama dan Tiongkat kedua, sebagai sistem pelayanan Dokter Keluarga; sebagai sebutan generik; dan "Model-model Sistem Pengembangan Kesehatan Wilayah" yang memerlukan legitimasi baru untuk Indonesia dalam bentuk kesisteman baru. Saya sebut sebagai "Sistem Kesehatan Nasional Baru". Sebagai antisipasi dari perubahan dan pergeseran ketatanegaraan kita (desentralisasi dan otonomi). sebagai revisi dan reposisi Sistem Kesehatan Nasional Kita yang sudah berusia lebih dari 15 tahun. Sebagai Pengejawantahan Undang-undang Kesehatan Nasional yang perlu merevisi dirinya pula dalam mangantisipasi kekiniannya, pergeseran pada zamannya.

Kemanusiaan, Pemberdayaan dan Kemandirian; Adil dan Merata, Pengutamaan dan Manfaat, 4 hal tersebut merupakan prinsip-prinsip sebagai dasar-dasar yang perlu digaris bawahi dalam penyempurnaan Model-model dalam kesisteman-kesisteman tersebut. Adalah mimpi kita bersama, bahwasanya nanti pada waktunya setiap individu keluarga-keluarga Indonesia mempunyai "dokter keluarga" yang baik, yang dapat memelihara, menjaga dan memberi pelayanan yang layak pada kesehatan mereka. Dokter Keluarga sebagai "pengawal" kesehatan mereka, keluarga-keluarga Indonesia ! Seperti yang diajarkan oleh Hippocrates kepada murid-muridnya 400 tahun SM, dalam bentuk kekinian. Untuk tetap menjadi dokter yang baik sebagai "the agent of change" di zamannya.

Dokter Keluarga sebagai "the five star doctors"

Sistem pelayanan dokter keluarga, sesungguhnya merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang perlu diatur dalam Undang-undang.

Page 4: Profil Five Star Doctor

Disinilah sesungguhnya tumbuh kembangnya "the five stars doctors", sebagai "the agent of change", yang berkemampuan dan berfungsi sebagai "care provider" (sebagai bagian dari kelurga, sebagai pelaksana pealyanan kedokteran komprehensif, terpadu, berkesinambungan, pada pelayanan dokter tingkat pertama; sebagai pelapis menuju ke pelayanan kedokteran tingkat kedua), sebagai "decicion maker" (sebagai penentu pada setiap tindakan kedokteran, dengan memperhatikan semua kondisi yang ikut mempengaruhinya), sebagai "communicator" (sebagai pendidik, penyuluh, teman, mediator dan sebagai penasehat keluarga dalam banyak hal dan masalah: gizi, narkoba, keluarga berencana, seks, HIV, AIDS, sters, kebersihan, pola hidup sehat, olah raga, olah jiwa, kesehatan lingkungan), sebagai "community leader" (membantu mengambil keputusan dalan ikhwal kemasyarakatan, utamanya kesehatan dan kedokteran keluarga, sebagai pemantau, penelaah ikhwal kesehatan dan kedokteran keluarga), dan sebagai "manager" (ia berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan, dalam ikhwal penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga). Inilah wujud dari Dokter Keluarga, the Five Star Doctor", sebagai "the Agent of Change!" Dokter yang baik di masanya, di masa kini.

Di University of Califonia at Irvine, Medical Center, Medical Group, Dokter keluarga, "the five star doctors" (dokter keluarga di Amerika Serikat biasanya berbasis hospital) dilukiskan sebagai: para dokter yang bekerja dan terlatih khusus untuk pelayanan kedokteran tingkat pertama (front lines) dalam hal-hal pencegahan, diagnosis dan pengobatan. Mereka adalah para dokter yang pandai-cerdas, senantiasa mendengarkan dengan seksama, mengerti akan ucapan, keinginan dan keluhan pasiennya. Mereka dapat bercakap-cakap dalam bahasa pasiennya dalam suasana kekeluargaan dan senantiasa siap melayani kebutuhan pasiennya. Baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit. Mereka dapat merujuk pasiennya ke pelayanan dokter tingkat kedua, pada saat yang tepat atau atas kehendak pasiennya. Mereka bekerja dengan sistem pencatatan dokter yang baik, mempunyai staf yang terlatih untuk hal-hal demikian.

Demikian dokter keluarga di dalam sistem ini, diharapkan dapat menjadi "ujung tombak" dalam sistem pelayanan kedokteran yang berhadapan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kedokteran tingkat pertama, dan pada saat yang tepat bekerja sama dengan pelayanan kedokteran tingkat kedua. Tugas, fungsi dan wewenang di atas dijabarkan dalam bentuk kompetensi-kompetensi (competency-based), yang dimiliki oleh mereka masing-masing dalam suatu sistem pendidikan yang terancang dan terencana. Sesungguhnya apa yang saya lukiskan ini merupakan sistem dokter keluarga generik, yang tidak dapat dipisahkan dengan sistem atau sub sistem lain yang ikut mempengaruhinya. Seperti sistem pendanaan yang cukup rumit dan unik, sistem pendidikan kedokteran dan sistem lain seperti yang dilukiskan di dalam the Mandala of Health.

Peran masyarakat termasuk perwakilannya di DPR dan DPRD, peran profesi, institusi pendidikan kedokteran dan peran pemerintah sangat banyak

Page 5: Profil Five Star Doctor

mempengaruhi terwujudnya/terbentuknya kesisteman ini dengan terencana dan nyata. Di dalam kesisteman inilah "the five star doctor" itu berpamrih/berdedikasi dalam dan dengan kemartabatannya itu.

Kita belum sempurna memiliki daftar tingkat kemampuan, kompetisi yang terbakukan dalam pendidikan kedokteran yang diperuntukkan bagi dokter dalam pelayanan tingkat pertama dan kedua. Konsesus perlu dibuat bersama dalam penyusunan kurikulum pendidikan kedokteran antara profesi kedokteran, institut pendidikan dan pengguna (stakeholders). Pendekatan dalam pendidikan dokter keluarga di beberapa negara berincikan: "student centered, learner centered learning" (kemandirian peserta didik); "integrated" (antara ilmu kedokteran dasar, klinik dan kedokteran keluarga); "problem-based" (pembelajaran berdasarkan masalah); "evidence-based" (pembelajaran berdasarkan kebenaran informasi kedokteran mutakhir) dan "famili/community oriented learning" (individu, keluarga sebagai subyek dan sebagai obyek pelayanan).

kita belum memliki sistem pembiayaan kesehatan dan kedokteran yang mantap. Hampir lebih dari 80% penduduk Indonesia belum memiliki jaminan atau asuransi kesehatan bagi dirinya. Pembiayaan kesehatan keluarga belum merata dan kita perlu membenahinya.

Di Prancis, sistem pembiayaan kesehatan dan kedokteran masuk dalam "Securite Sociale" (termasuk kesehatan kerja, jaminan hari tua dan kematian) yang berasal dari pajak penduduk yang bisa mencapai 50 - 60% dari jumlah pendapatan per tahun. Subsidi pemerintah masih tetap ada, terutama untuk penduduk yang sangat miskin. Dengan demikian pemeliharaan dan pelayanan kedokteran gratis bagi penduduk. SIstem kendali mutu tetap diperhatikan dan dipertahankan. Tiap dokter mendapatkan pembayaran yang layak, hampir standar dengan perhitungan khusus. Tiap individu atau keluarga mendapat sebuah kartu sehat elektronik yang terakses antara bidan, dokter keluarga, rumah sakit, apotik, laboratorium dan tentunya dengan keadministrasian dari Securite Sociale itu sendiri. Asuransi kesehatan swasta tetap ada san tetap diijinkan apabila ia atau mereka ingin mendapat kenyamanan yang lebih dari apa yang telah dibakukan. di Inggris dan belanda sistem pembiayaan juga hampir tidak dengan di Prancis.

Di Amerika Serikat, sistem pembiayaan kesehatan dan kedokteran lebih liberal. Sistem asuransi kesehatan sudah mengakat sejak zaman dahulu. Namun saat ini telah mulai bergeser ke sistem "manage care", yaitu sistem asuransi kesehatan dan kedokteran lazimnya, membuat pembiayaan kesehatan dan kedokteran masa kini semakin tinggi, dan pada suatu saat dianggap tidak dapat dijangkau lagi oleh pendapatan (in-come) penduduk. Sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang sedang kita kembangkan, hampir tidak berbeda jauh dengan sistem "manage care".

Kebijakan yang mantap tentang ikhwal di atas belum ada di Indonesia. Seperti yang saya katakan sebelumnya hampir lebih dari 80% penduduk belum

Page 6: Profil Five Star Doctor

dilindungi dengan asuransi kesehatan atau apapun bentuknya. Diharapkan di dalam Sistem Kesehatan Nasional Baru, dan yang telah diuraikan diatas, akses kepada pemeliharaan dan pelayanan kesehatan menjadi lebih baik, lebih adil dan lebih merata untuk dapat dijangkau dan diperoleh oleh masyarakat sebagai haknya. Haknya sebagai manusia yang berbudaya dan bermartabat!

"Purnawacana"

Di dalam kuliah ini saya belum sempat mengutarakan lebih lanjut tentang "Kesehatan Wilayah", dalam bentuk, model dan pengembangan kesistemanya yang merupakan bagian dari paradigma yang saya sampaikan. Domain ini lebih banyak merupakan pengejawantahan ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu kemasyarakatan lainnya: ilmu kebijakan publik, ilmu ekonomi, ilmu manajemen, ilmu hukum, ilmu pengetahuan budaya; meskipun tidak lepas dari domain ilmu kedokteran dalam bentuk kesisteman pula.

Sebagai abstraksi dari yang telah di sampaikan dapat dipetik beberapa poin penting, bahwasanya di saat ini, ekspresi dokter yang baik itu sebagian ingin dicerminkan, disebutkan sebagaimana : "the five star doctors" dan sebagai "the agent of change". Saya melihat antusiasme ini dari pancaran sinar mata para dokter muda, para asisten dan para mahasiswa yang senantiasa teguh dengan kesederhanaannya, yakni ingin menjadi dokter-dokter Indonesia, "dokter-dokter yang baik", Dokter yang baik di zamannya. Sebuah pribadi yang mulai, saya meyakini semua ini, selama mereka tahu benar akan "ilmu kedokteran", bukan hanya tahu akan ilmu penyakit.

Di dalam pergeseran norma, perilaku kemanusiaan, pengetahuan dan kesisteman masyarakat di masa kini dan di masa akan datang, bukan hanya pada ilmu kedokteran, genetika dan biologi tetapi juga di dalam ilmu-ilmu sosial, hukum, ekonomi, komunikasi, informasi, sosial dan pengetahuanbudaya; di dalam suasana, bentuk dan lingkungan yang dinamis, kompleks, cepat berubah, dan kadang tidak menentu, seolah sebutan "dokter yang baik" sebagai "the agnet of change" itu tetap dituntut dalam keabadiannya. Entah apa nama atau sebutannya nanti.

Tuntutan sebagai "pengawal" hak kemanusiaan (human rights) merupakan suatu kehormatan, kewajiban dan tanggung jawab tambahan bagi sebutan, nama "dokter yang baik", "the five star doctor" dan sebagai "the agent of change" di masa kini.

Paradigma sehat sebagai bentukdan tuntutan budaya dan peradaban, dapat melahirkan model-model dalam bentuk kesisteman masyarakat. Dalam pengejawantahan ilmu kedokteran, paradigma ini dapat melahirkan "sistem dokter keluarga". Dokter keluarga sebagai bentuk kekinian dalam pelayanan kedokteran, sebagai "the five of star doctor", sebagai "the agent of change". Dokter keluarga diharapkan sebagai ujung tombak dalam pelayanan kedkteran tingkat pertama yang dapat berkolaborasi dengan pelayanan kedokteran tingkat kedua dan yang bersinergi dengan kesisteman lain: sistem pendidikan

Page 7: Profil Five Star Doctor

kedokteran, sistem pembiayaan kesehatan dan kedokteran; dan dituntut pula sebagai pengawal kesehatankeluarga-keluarga Indonesia yang berkeadilan dan merata.

Sistem Kesehatan nasional Baru diharapkan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang dinamis ini, disamping UU Kesehatan Nasional yang perlu merevisi dirinya dalam kedinamisan ini. Adalah waktunya yang tepat pula dalam penyempurnaan, amandemen Undang-undang Dasar Negara kita. Dapat digaris bawahi dengan jelas, bahwasannya sehat adalah bagian dari hak manusia "(human rights)" yang berbudaya dan bermartabat, yang perlu dihormati, sebagai sebutan: "Sehat adalah Hak Asasi Manusia"

Disinilah sesungguhnya tumbuh kembangnya "dokter yang baik itu", "the five of star doctors", sebagai "the agent of change", yang bercirikan kemanusiaan itu dan yang berkemampuan sebagai "care provider", "decicion maker", "communicator", "community leader", dan "manager" berdedikasi dalam kemartabatannya.

disarikan dari bahan kuliah umum F. A. Moeloek dalam pertemuan akbar Iluni FKUI di Jakarta April 2002

“ Basic Soft Skill Mahasiswa Kedokteran “ Diposkan oleh danfer di 16.02

Dokter adalah seorang cendikiawan yang dalam menjalankan profesinya langsung berhadapan atau berada di tengah masyarakat. Dalam menjalankan profesinya ini, dokter dibekali nilai profesi yang menjadi arahan dalam melakukan segala tindakannya. . Nilai profesi itu antara lain adalah kemanusiaan (humanism), etika (ethics) dan kompetensi (competence).

WHO sendiri pada tahun 1994 telah memperkenalkan konsep dokter ideal yang dikenal dengan five stars doctor atau dokter berbintang lima. Dalam dunia militer saja, kita ketahui bahwa pangkat tertinggi adalah jenderal berbintang empat. Maka konsep five stars doctor sebenarnya ingin menunjukan bahwa dokter harus memiliki kualifikasi dengan standar tinggi melebihi profesi lain karena tanggung jawabnya yang sangat berat.

Konsep five stars doctor mencakup kriteria dokter sebagai health provider, decision maker, community leader, manager dan communicator. Untuk mewujudkan kriteria-kriteria tersebut, selain diperlukannya kemampuan analitis (hard skill) yang didapat dari ruang kuliah, diperlukan juga kemampuan interaksi sosial (soft skill ), yaitu kemampuan-kemampuan tak terlihat yang juga diperlukan untuk meraih kesuksesan.

Adapun soft skill yang perlu dimiliki mahasiswa kedokteran untuk mencapai hal tersebut , diantaranya ialah komunikasi, karena pada umumnya orang yang kita hadapi tidak mempunyai kemampuan

Page 8: Profil Five Star Doctor

telepati. Jadi, mereka tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran kita. Maka diperlukan komunikasi untuk menyampaikan pendapat, juga untuk mengerti apa yang diinginkan oleh orang lain. Komunikasi adalah kebutuhan mutlak dalam setiap sisi kehidupan. Profesi apapun, pasti membutuhkan komunikasi dengan orang lain, terutama dokter. Komunikasi penting untuk memberikan informasi kepada pasien, memberikan instruksi kepada perawat, mengurangi ketidakpuasan & stress pasien, serta memberikan emotional support kepada pasien. Dengan terciptanya komunikasi yang baik, maka akan menguntungkan kedua belah pihak. Kemampuan berkomunikasi yang diperlukan tidak hanya komunikasi verbal saja, melainkan dalam bentuk tertulis juga. Di bangku perkuliahan ada beberapa soal dalam bentuk esai, dan kita dituntut pula untuk menulis tugas akhir. Dalam dunia kerja, resep adalah salah satu bentuk komunikasi tertulis bagi seorang dokter.

Berfikir logis, adalah soft skill lain yang harus dimiliki karena untuk menyelesaikan masalah diperlukan kemampuan logika yang baik. Permasalahan (kasus) yang dihadapi di dunia nyata, berbeda dengan soal perkuliahan. Hal ini bukan berarti perkuliahan bukan bagian dari dunia nyata, namun perlu disadari bahwa soal-soal dalam perkuliahan telah di desain untuk belajar. Bobotnya telah ditentukan dalam kurikulum. Sedangkan permasalahan yang nanti dihadapi di dunia kerja cenderung lebih kompleks dan tidak terduga.

Kemampuan bekerja sama, juga diperlukan. Dalam dunia nyata, kita akan sangat sering dituntut untuk bekerja sama.Kerja sama antara dokter dan perawat, serta petugas kesehatan lain, serta kerja sama dalam sebuah tim operasi contohnya. Bekerja sama dengan orang lain tidaklah sederhana, amat penting bagi kita untuk belajar bersinergi dengan orang lain.

Etika adalah hal lain yang diperlukan. Etika adalah belajar membedakan yang benar dan salah, lalu melakukan apa yang benar. Etika kerja adalah keyakinan, nilai dan prinsip yang akan membimbing individu berinteraksi dalam kaitannya dengan pekerjaan dan tanggung jawab akan suatu tugas, yang akan membimbing bagaimana berprilaku. Di dunia kedokteran sendiri ada yang dinamakan kode etik kedokteran.

Kemampuan organisasi pun perlu dimiliki oleh mahasiswa kedokteran, dimulai dari manajemen waktu (karena terlambat beberapa menit saja, nyawa seseorang sudah tidak dapat diselamatkan) hingga kepemimpinan. Kepemimpinan mampu menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling ketergantungan dengan membangkitkan motivasi dan inspirasi. Kepemimpinan menyelaraskan gerak, agar semua potensi berintegrasi, menyatu menuju satu arah dengan komitmen yang tinggi.

Dunia kedokteran adalah dunia yang berubah dengan cepat, tak jarang seorang dokter dituntut untuk menyelesaikan banyak hal dalam waktu yang sebenarnya nyaris mustahil mencukupi. Oleh karena itu mahasiswa kedokteran dituntut untuk memiliki ketahanan menghadapi tekanan. Ilmu kedokteran yang terus berkembang menuntut seorang dokter untuk melakukan pembelajaran seumur hidupnya. Dalam bidang apapun seseorang berkarir , sedikit banyak akan ada hal yang harus dipelajari. Oleh karena itu kemampuan & kemauan belajar harus dimiliki mahasiswa kedokteran.

Dua komponen penting sebenarnya yang mendasari pencapaian karakter tersebut yang dapat mengarahkan pada nilai profesi, yaitu profesionalisme dan kepemimpinan atau manajerial. Profesionalisme menuntut terpenuhinya pelayanan kedokteran yang sesuai dengan standar operating prosedur atau standar pelayanan medis dan standar etika profesi sedangkan kepemimpinan menuntut kemampuan dokter dalam mempengaruhi klien (individu atau komunitas) dengan komunikasi efektif supaya bisa bekerja sama dalam program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dengan tercapainya hal diatas, maka diharapkan seorang lulusan fakultas kedokteran memiliki

Page 9: Profil Five Star Doctor

kompetensi mampu berfikir analitis, berkomunikasi tertulis, bekerja dalam tim, berfikir logis, berkomunikasi lisan, bekerja mandiri, serta memiliki ilmu pengetahuan & teknologi. Yang dengan kompetensi yang dimilikinya itu diharapkan seorang dokter selain melakukan intervensi fisik, juga harus berperan dalam intervensi mental dan sosial di tengah masyarakat. Dokter dalam kiprahnya seyogianya menerapkan trias peran dokter: sebagai agent of treatment, agent of change dan agent of development.

Dani FerdianFakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran