profil badan koordinasi penanaman modal dan … · pengelolaan unit yang bertanggung jawab terhadap...
TRANSCRIPT
I
PROFIL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DANPELAYANAN TERPADU
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
TAHUN 2014
II
KATA PENGANTARAssalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan YangMaha Esa atas Segala Rahmat dan karunia –Nya, sehingga Buku“Profil Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu”yang merupakan salah satu bentuk publikasi tentang informasikelembagaan penanaman modal daerah yang disusun akhir tahun2014 dapat diselesaikan dengan baik.
Menggambarkan ringkasan Rencana Strategis, tugas pokok,kondisi serta hasil pembangunan bidang penanaman modal yangdilaksanakan Pemerintah Provinsi Banten, Khusunya BadanKoordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu ProvinsiBanten. Sebagai Badan Publik, urgensi untuk mengenalkan dirimerupakan prioritas. Buku ini selain berisi gambaran umumlembaga, juga berisi gambaran tentang pelaksanaan penyelengaraanPemerintahan Provinsi di bidang Penanaman Modal.
Harapan kami dengan disusunnya Buku Profil BKPMPTPemerintah Provinsi Banten ini dapat Bermanfaat bagi semua pihak,baik untuk bahan pengambilan kebijakan, instansi laindilingkungan Provinsi Banten, Pemerintah Kota dan Kabupaten diBanten maupun Pemerintah Pusat serta pihak lain untukkepentingan penelitian. Penyusunan Buku Profil BKPMPT ini,disadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu untuk publikasiberikutnya kritik dan saran dari berbagai pihak guna perbaikanBuku Profil ini sangat diharapkan. Akhirnya, semoga Buku Profil inidapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Sekian, terima kasih.Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
KepalaBadan Koordinasi Penanaman Modal danPelayanan Terpadu Provinsi Banten
M A S H U R I
III
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ................................................. iKATA PENGANTAR ............................................... iiDAFTAR ISI .......................................... ……………. iiiI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kelembagaan...................... 1II. SEJARAH PEMBENTUKAN
A. Kebijakan & Pelaksana KebijakanPenanaman Modal Daerah.......................... 13
B. Dasar Hukum............................................. 21C. Visi, Misi, dan Motto Pelayanan................. 24D. Stuktur Organisasi dan Tupoksi................. 26E. Sumber Daya Manusia ............................... 43F. Sarana dan Prasarana ................................ 46
III. KINERJA PELAYANANA. Mekanisme Pelayanan ................................ 50B. Mekanisme Pengaduan ............................... 51C. Prestasi dan Penghargaan........................... 52D. Tantangan dan Kendala yang dihadapi ....... 53E. Realisasi Investasi PMA & PMDN ................ 54F. Penyerapan Tenaga Kerja.......................... . 57G. Perizinan Yang Diterbitkan Oleh
BKPMPT Tahun 2014.................................. 57H. Bagan Alur Permohonan Informasi Publik
BKPMPT Provinsi Banten............................ 61I. Rekapitulasi Permohonan Informasi
Publik Periode Tahun 2014......................... 62
IV. PENUTUPGALERI KEGIATAN ......................................... 63
IV
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kelembagaan
Menarik investasi domestik dan luar negeri menjadi
pilihan bagi daerah ketika kecenderungan keterbatasan dana
dari pusat dalam pengembangan ekonomi
daerahnya. Agar investasi itu datang maka daerah dituntut
melakukan dua hal, yaitu memperbaiki tata kelola
pengelolaan unit yang bertanggung jawab terhadap
keberadaan, kedatangan, dan keberlanjutan investasi di
daerah dan melakukan inventarisasi akan potensi lokal yang
bersifat khas untuk ‘dijual´ kepada investor luar daerah atau
luar negeri. Mengacu pada analisa SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, and Thread), pemanfaatan sumber
daya alam dan manusia harus dapat bersinergi untuk
memperoleh manfaat yang maksimal. Hal ini tentunya
memerlukan perencanaan yang sistematis, terarah dan
terpadu.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, tantangan
pembangunan di bidang penanaman modal daerah yang
diemban oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu (BKPMPT) Provinsi Banten secara umum
meliputi : pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintah Provinsi
di bidang Penanaman Modal; perumusan dan penyusunan
rencana kerja serta kebijakan teknis di bidang penanaman
modal di Provinsi Banten; penyelenggaraan pelayanan
penanaman modal daerah pada pemerintah Provinsi Banten;
pemberian perijinan/rekomendasi penanaman modal di
2
Provinsi Banten dalam rangka tugas pembantuan,
desentralisasi dan dekonsentrasi serta pelaksanaan
pelayanan umum lintas Kabupaten dan Kota; pelaksanaan
kerjasama di bidang penanaman modal dengan Kabupaten
dan Kota; pengindentifikasian sumber-sumber potensi daerah
secara menyeluruh untuk kepentingan perencanaan dan
pengendalian pembangunan di bidang penanaman modal
Provinsi; pengkoordinasian pelaksanaan promosi penanaman
modal; pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan
pengendalian atas pelaksanaan penanaman modal.
II. SEJARAH PEMBENTUKAN KELEMBAGAANSejarah Pembentukan
Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu (BKPMPT) Provinsi Banten pertama kali dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 29
Tahun 2002 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
(BKPMD) Provinsi Banten, selanjutnya diperbaharui dengan
Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Provinsi Banten. BKPMD Provinsi Banten
diubah menjadi BKPMPT Provinsi Banten berdasarkan
Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Nomor 3
Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat
Daerah Provinsi Banten yang merupakan unsur pendukung
tugas Gubernur di bidang penanaman modal.
3
Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pelaku
usaha, khususnya para investor yang akan menanamkan
modalnya di wilayah Banten, BKPMPT Provinsi Banten telah
melaksanakan pelayanan perizinan terpadu tingkat provinsi
seta mendorong dan pembina pelaksanaan PTSP di
kabupaten/kota. Pelaksanaan PTSP merupakan amanat
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang
PTSP di Bidang Penanaman Modal, Surat Edaran Bersama
Meteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan Apartur Negara
dan Reformasi Birokrasi, dan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 570/3727A/Sj, Nomor
SE/08/M.PAN-RB/2010, Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Sinkronisasi Pelaksanaan Pelayanan Penanaman Modal di
Daerah.
Menindaklanjuti Udang-Udang dan Peraturan tersebut
diatas, Pemerintah Provinsi Banten menerbitkan Peraturan
Daerah nomor 7 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal
Provinsi Banten. Kemudian untuk merespons berbagai
masukan dari Kementrian Sektoral terutama Kemendagri
bahwa seyogyanya penanganan pelayanan serta penerbitan
izin dan non izin dilaksanakan oleh satu badan ataupun
dinas yang berdiri sendiri, maka dilahirkan Peraturan Daerah
Nomor 3 tahun 2012 tentang perubahan nomenklatur Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) menjadi
Badan Koordinasi penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
(BKPMPT). Adapun secara teknis pelaksanaan diatur melalui
4
Peraturan Gubernur nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Banten pengganti dan
Peraturan Gubernur Nomor 26 tahun 2012 tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu di bidang penanaman modal serta
Keputusan Gubernur Nomor 503/kep.91-Huk/2013 tentang
Pelimpahan Kewenangan Penandatanganan Perizinan dan
Non Perizinan dari Gubernur kepada Kepala BKPMPT.
Jenis Perizinan dan non Perizinan yang dilayani PTSP
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2011 dan
Peraturan Gubernur Nomor 25 tahun 2012 adalah :
NO. BIDANGJENIS PERIZINAN
PERIZINAN NONPERIZINAN
1 Penanaman Modal 8
2Perindustrian dan
Perdagangan2
3 Kebudayaan dan pariwisata 13
4 Pendidikan 1
5 Koperasi 4
6 Tenaga Kerja 1
7 Pertambangan dan Energi 6 1
8 Kesehatan 24 8
9 Pertanian dan Peternakan 1
10 Kehutanan dan Perkebunan 11 7
11 Sosial 4
12 SDA dan permukiman 1
13 Bina Marga dan tata Ruang 1
Jumlah 69 24
5
NO BIDANGJENIS PELAYANAN
PERIZINAN NON PERIZINAN
1. PenanamanModal
1. Izin Prinsip Penanaman
Modal Baru;
2. Izin Prinsip Perluasan;
3. Izin Usaha;
4. Izin Usaha Perluasan;
5. Izin Perubahan:
a. Perubahan Pemegang
Saham;
b. Perubahan Bidang
Usaha;
c. Perubahan Alamat
Perusahaan;
d. Perubahan Nama
Perusahaan;
e. Perubahan Rencana
Penyelesaian Proyek;
f. Penyelesaian Proyek;
g. Perubahan Nilai
Investasi;
h. Perubahan Kapasitas
Produksi
6. Izin Usaha
Penggabungan( merger )
7. Izin Usaha Diluar
Kawasan Industri;
8. Izin Usaha Di Dalam
Kawasan Industri untuk
Penanaman Modal Dalam
Negeri.
2 Perindustrian 1. Izin Usaha Industri
6
danPerdagangan
Dengan Skala Investasi
di Atas Rp.
10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah
dan Bangunan tempat
kecuali jenis industri
yang menjadi
kewenangan menteri;
2. Izin Perluasan Industri
Dengan Skala Investasi
di Atas Rp.
10.000.000.000,00
(sepuluh milyard rupiah)
tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat
kecuali jenis industri
yang menjadi
kewenangan menteri..
3 Kebudayaandan Pariwisata
1. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa
Perjalanan
Wisata;
2. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa
Penyedia
Akomodasi;
3. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa
Makanan dan
7
Minuman;
4. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa
Kawasan
Pariwisata;
5. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa
Transportasi
Wisata;
6. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa Daya
Tarik Wisata;
7. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha
Penyelenggaraan
Kegiatan
Hiburan dan
Rekreasi;
8. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa
Pramuwisata;
9. Rekomendasi
Pendaftaran
Penyelenggaraan
Pertemuan,
Perjalanan,
Intensif,
Konferensi dan
Pameran;
8
10. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa
Konsultan
Pariwisata;
11. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha Jasa
Informasi
Pariwisata;
12. Rekomendasi
Pendaftaran
Usaha WisataTirta;
4 Pendidikan 1. Rekomendasi
Pendirian dan
Penutupan
Perguruan Tinggi
5 Koperasi 1. Rekomendasi
pengesahan akta
pendirian
koperasi;
2. Rekomendasi
pengesahan akta
perubahan
anggaran dasar
koperasi;
3. Rekomendasi
pembubaran
koperasi;
Rekomendasi
pembukaan
9
kantor cabang
koperasi
6 Tenaga kerja 1. Perpanjangan izin
memperkerjakan tenaga
kerja asing (IMTA) Lintas
Kab/Kota;
2. Perpanjangan rencana
penggunaan tenaga kerja
asing (RPTKA);
Izin Operasional Kantor
cabang Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia
Swasta (PPTKIS
7 Pertambangandan Energi
1. Izin Usaha Pertambangan
(IUP); operasi produksi
untuk mineral non logam
dan bantuan lintas
Kab/Kota
2. Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Operasi produksi
Mineral Non Logam dan
Bantuan paling jauh 12
(duabelas) mil laut diukur
dari garis pantai kearah
laut lepas dan/atau
kearah perairan
kepulauan.
3. Izin Usaha Pertambangan
(IUP) operasi produksi
khusus pengangkutan
mineral dan batubara
lintas Kab/Kota;
4. Izin
Pengangkutan/Penimbun
Rekomendasi
pembelian dan
penggunaan bahan
peledak
10
an dan pemakaian bahan
peledak (izin gudang
handak);
5. Kartu izin meledakkan
(KIM);
Pemberian izin badan
usaha jasa pertambangan
mineral, batubara dan
panas bumi dalam
rangka PMA dan PMDN
lintas Kab/Kota
8 Kesehatan 1. Izin bidan;
2. Izin perawat;
3. Izin perawat gigi (SIPG);
4. Izin Fisioterapis (SIF);
5. Izin Refraksionis Optisien
(SIRO);
6. Izin Asisten Apoteker
(SIAA);
7. Izin Terapis Wicara
(SITW);
8. Izin Radiografer (SIR);
9. Izin Prinsip Industri Kecil
Obat Tradisional (IKOT);
10. Izin Pendirian RSU
Pemerintah Kelas B Non
pendidikan.
11. Izin Penyelenggaraan RSU
Pemerintah Kelas B Non
pendidikan;
12. Izin Perpanjangan
penyelenggaraan RSU
Pemerintah Kelas B Non
Pendidikan;
1. Rekomendasi izin
Prinsip Industri
Obat Tradisional
(IOT);
2. Rekomendasi izin
usaha Industri
Obat Tradisional
(IOT);
3. Rekomendasi izin
Produksi
Kosmetika;
4. Rekomendasi
sertifikat
produksi alat
kesehatan
(Alkes);
5. Rekomendasi
Sertifikat
Produksi
Perbekalan
Kesehatan
Rumah Tangga;
6. Rekomendasi izin
11
13. Izin Pendirian RS khusus
pemerintah kelas B.
14. Izin Penyelenggaraan RS
khusus pemerintah kelas
B;
15. Izin perpanjangan
Penyelenggaraan RS
khusus pemerintah kelas
B;
16. Izin pendirian RSU
Swasta kelas B;
17. Izin Penyelenggaraan RSU
Swasta kelas B.
18. Izin perpanjangan
penyelenggaraan RSU
Swasta Kelas B;
19. Izin Pendirian RS khusus
swasta kelas B;
20. Izin Penyelenggaraan RS
Khusus Swasta Kelas B;
21. Izin perpanjangan
Penyelenggaraan RS
khusus swasta kelas B;
22. Izin perpanjangan
Penyelenggaraan RS
khusus swasta kelas B;
23. Izin Pedagang Besar
Farmasi cabang (PBF
Cab);
24. Izin Cabang Penyalur
Kesehatan;
pedagang Besar
Farmasi (PBF)
Pusat;
7. Rekomendasi izin
Pedagang Besar
Bahan Baku
Farmasi Penyalur
(PBBBF);
8. Rekomendasi izin
Penyalur Alat
Kesehatan (IPAK);
9 Pertanian danPeternakan
1. Izin usaha distributor
obat hewan;
12
10 Kehutanan danPerkebunan
1. Izin Industri
Penggergajian;
2. Izin industri serpih kayu
(wood chip);
3. Izin industri vinir
(veneer);
4. Izin industri kayu lapis
(plywood);
5. Leminated veneer lumber
(LVL);
6. Industri Hasil Hutan
Bukan Kayu;
7. Izin perluasan Industri
Primer Hasil Hutan Kayu;
8. Peremajaan mesin
(reengineering);
9. Usaha budidaya tanaman
perkebunan;
10. Usaha industri
pengolahan hasil
perkebunan;
Usaha budidaya dan
industri pengolahan hasil
perkebunan;;
1. Perluasan Lahan;
2. Perubahan Jenis
Tanaman;
3. Penambahan
Kapasitas;
4. Diversifikasi
Usaha;
5. Tempat
Penampungan
kayu Terdaftar
(TPT);
6. Rekomendasi
(pertimbangan
teknis) dalam
rangka tukar
menukar
kawasan hutan;
7. Rekomendasi
(pertimbangan
teknis) dalam
rangka pinjam
pakai kawasan
hutan;
11 Sosial 1. Rekomendasi
pengumpulan
uang atau
barang;
2. Rekomendasi
undian gratis
berhadiah;
3. Rekomendasi
pengumpulan
13
1. Kebijakan Penanaman Modal
Pembangunan bidang penanaman modal dalam
pembangunan daerah, telah menjadi agenda program kerja
Pemerintah Provinsi Banten. Hal ini nampak jelas didalam
proyeksi pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pada
RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017, yang menempatkan
kegiatan investasi sebagai lokomotif dalam menggerakan
perekonomian daerah.
Dalam upaya mewujudkan agenda pembangunan bidang
penanaman modal, Pemerintah Provinsi Banten, mempunyai visi
“Banten Gerbang Investasi di Indonesia”. Visi tersebut terkait
Rencana Startegis BKPMPT yg mengandung makna, bahwa
Banten adalah tempat berinvestasi yang ideal, yang memberikan
uang/barang;
4. Rekomendasi
Tanda
Pendaftaran
organisasi
sosial/yayasan/L
SM_UKS
12 SDA danPermukiman
1. Izin pengelolaan kawasan
sumber daya air.
13 Binamarga danTata Ruang
1. Izin pengelolaan kawasan
sumber daya air.
14
peluang dan prospek bisnis yang sangat menjanjikan bagi para
investor. maka makna penting pada visi tersebut adalah bahwa
Banten akan menjadi tempat yang sangat tepat bagi investor
asing maupun dalam negeri untuk menanamkan dan
mengembangkan modalnya di Indonesia
Untuk menjadikan Banten sebagai tujuan investasi yang
berdaya saing, Pemerintah Provinsi Banten berencana
memperkuat struktur ekonomi masyarakat melalui
pengembangan usaha agribisnis dan memperluas lapangan
kerja, mengembangkan dan menata ulang hubungan antar
industri dengan orientasi pada penciptaan iklim yang kondusif
bagi investasi, penggunaan bahan baku lokal unggulan dan
penciptaan peluang usaha, serta mengembangkan dan menata
ulang hubungan antar kawasan dengan dukungan infrastruktur
yang memadai melalui pengembangan tiga pintu keluar masuk
wilayah Banten.
Kebijakan penanaman modal di Provinsi Banten adalah :
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan pengembangan
penanaman modal daerah provinsi dalam bentuk rencana
umum penanaman modal daerah dan rencana strategis
daerah sesuai dengan program pembangunan daerah
provinsi, berkoordinasi dengan Pemerintah.
b. Merumuskan dan menetapkan pedoman, pembinaan, dan
pengawasan dalam skala provinsi terhadap
penyelenggaraan kebijakan dan perencanaan
pengembangan penanaman modal, berkoordinasi dengan
Pemerintah.
15
c. Mengkoordinasikan, merumuskan, menetapkan dan
melaksanakan kebijakan daerah provinsi di bidang
penanaman modal meliputi:
Penyiapan usulan bidang-bidang usaha yang perlu
dipertimbangkan tertutup.
Penyiapan usulan bidang-bidang usaha yang perlu
dipertimbangkan terbuka dengan persyaratan.
Penyiapan usulan bidang-bidang usaha yang perlu
dipertimbangkan mendapat prioritas tinggi dalam skala
provinsi.
Penyusunan peta investasi daerah provinsi dan potensi
sumber daya daerah terdiri dari sumber daya alam,
kelembagaan dan sumber daya manusia termasuk
pengusaha mikro, kecil, menengah, koperasi, dan besar
berdasarkan masukan dari daerah kabupaten/kota.
Usulan dan pemberian fasilitas penanaman modal di
luar fasilitas fiskal dan non fiskal nasional yang menjadi
kewenangan provinsi.
d. Menetapkan peraturan daerah provinsi tentang penanaman
modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pelaksanaan Kebijakan Penanaman ModalA. Pengembangan Penanaman Modal
a. Pengembangan penanaman modal daerah;
b. Mengkoordinasikan pengembangan infrastruktur dengan
instansi terkait dalam rangka peningkatan penanaman
modal daerah;
16
c. Mengkoordinasikan perencanaan pengembangan
penanaman modal daerah dan perumusan pemetaan
potensi penananam modal di sektor primer, sekunder dan
tersier dengan instansi terkait;
d. Menganalisa potensi dan peluang penanaman modal
daerah;
e. Merumuskan pengembangan kajian minat penanaman
modal daerah.
B. Promosi Penanaman Modal
a. Mengkaji, merumuskan, dan menyusun kebijakan teknis
pelaksanaan pemberian bimbingan dan pembinaan promosi
penanaman modal di tingkat provinsi.
b. Mengoordinasikan dan melaksanakan promosi penanaman
modal daerah Provinsi baik di dalam negeri maupun ke luar
negeri yang melibatkan lebih dari satu kabupaten/kota.
c. Mengoordinasikan, mengkaji, merumuskan dan menyusun
materi promosi skala Provinsi.
d. Mongoordinasikan, mengkaji, merumuskan dan menyusun
materi promosi skala Provinsi.
e. Mendorong, melaksanakan, mengajukan usulan meteri dan
memfasilitasi kerjasama dunia usaha di bidang penanaman
modal di tingkat provinsi.
f. Mendorong, melaksanakan, mengajukan usulan materi dan
memfasilitasi kerjasama internasional di bidang penanaman
modal di tingkat provinsi.
17
C. Pelayanan Penanaman Modal
a. Mengkaji, merumuskan, dan menyusun pedoman tata cara
dan pelaksanaan pelayananan terpadu satu pintu kegiatan
penanaman modal yang bersifat lintas kabupaten/kota
berdasarkan pedoman tata cara dan pelaksanaan pelayanan
terpadu satu pintu kegiatan penanaman modal yang
ditetapkan oleh Pemerintah
b. Pemberian izin usaha kegiatan penanaman modal dan non
perizinan yang menjadi kewenangan provinsi.
c. Melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu berdasarkan
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau
instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan
nonperizinan yang menjadi kewenangan provinsi.
d. Pemberian usulan persetujuan fasilitas fiskal nasional, bagi
penanaman modal yang menjadi kewenangan provinsi.
D. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
a. Mengkaji, merumuskan, dan menyusun kebijakan teknis
pengendalian pelaksanaan penanaman modal di provinsi.
b. Melaksanakan pemantauan, bimbingan, dan pengawasan
berkoordinasi dengan Pemerintah atau pemerintah
kabupaten/kota.
E. Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Penanaman Modal
a. Mengkaji, merumuskan, dan menyusun pedoman tata cara
pembangunan dan pengembangan sistem informasi
penanaman modal skala provinsi.
b. Membangun dan mengembangkan sistem informasi
penanaman modal yang terintegrasi dengan sistem informasi
18
penanaman modal Pemerintah dan pemerintah
kabupaten/kota.
c. Mengumpulkan dan mengolah data kegiatan usaha
penanaman modal dan realisasi proyek penanaman modal
skala provinsi.
d. Memutakhirkan data dan informasi penanaman modal
daerah.
F. Penyebar luasan, Pendidikan dan Pelatihan Penanaman Modal
a. Membina dan mengawasi pelaksanaan instansi penanaman
modal kabupaten/kota di bidang sistem informasi
penanaman modal.
b. Mengoordinasikan pelaksanaan sosialisasi atas kebijakan
dan perencanaan pengembangan, kerjasama luar negeri,
promosi, pemberian pelayanan perizinan, pengendalian
pelaksanaan, dan sistem informasi penanaman modal skala
provinsi kepada aparatur pemerintah dan dunia usaha.
c. Mengoordinasikan dan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan penanaman modal skala provinsi.
Bidang Penanaman Modal memiliki peran yang strategis
dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu
perlu ditata dan dikembangkan terus-menerus sehingga
terwujud perekonomian yang mapan untuk kesejahteraan
rakyat.
Sejalan dengan peranannya yang sangat strategis
tersebut, bidang penanaman modal di Provinsi Banten yang
terdiri dari penanaman modal dalam dan luar negeri, dari
19
waktu ke waktu perlu mendapatkan perhatian penanganannya
untuk menuju tingkat yang baik.
G. Aspek Strategis
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
RPJMN 2010-2014 telah menetapkan 11 prioritas nasional
yaitu :
1. reformasi birokrasi dan tata kelola;
2. pendidikan;
3. kesehatan;
4. penanggulangan kemiskinan;
5. ketahanan pangan;
6. infrastruktur;
7. iklim investasi dan usaha;
8. energi;
9. lingkungan hidup dan penanganan bencana;
10. daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik;
serta
11. kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
Mengacu pada poin ketujuh di atas dapat dilihat
bahwa, pengembangan “iklim penanaman modal dan iklim
usaha” yang kondusif menjadi salah satu dari sebelas prioritas
nasional (prioritas ketujuh) dalam RPJMN 2010-2014, dengan
tema prioritas adalah peningkatan investasi melalui perbaikan
kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan
sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK). Substansi Inti dari tema prioritas nasional ke 7
adalah :
20
1. Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di
tingkat nasional dan daerah sehingga terjadi harmonisasi
peraturan perundang-undangan yang tidak menimbulkan
ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya.
2. Penyederhanaan prosedur: Penerapan Sistem Pelayanan
Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di
beberapa kota yang dimulai di Batam, pembatalan perda
bermasalah dan pengurangan biaya untuk memulai usaha
seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Ijin
Usaha Perdagangan (SIUP).
3. Logistik nasional: Pengembangan dan penetapan Sistem
Logistik Nasional yang menjamin kelancaran arus barang
dan mengurangi biaya transaksi/ekonomi biaya tinggi.
4. Sistem informasi: Beroperasinya secara penuh National
Single Window (NSW) untuk impor (sebelum Januari 2010)
dan ekspor. Percepatan realisasi proses penyelesaian bea
cukai di luar pelabuhan dengan implementasi tahap
pertama Custom Advanced Trade System (CATS) di dry port
Cikarang.
5. KEK: Pengembangan KEK di 5 lokasi melalui skema Public-
Private Partnership sebelum 2012.
6. Kebijakan ketenagakerjaan: Sinkronisasi kebijakan
ketenaga kerjaan dan iklim usaha dalam rangka
penciptaan lapangan kerja.
Dalam situasi seperti diatas, BKPMPT Provinsi Banten
dihadapkan pada tuntutan peningkatan kinerja pelaksanaan
21
tugas dan fungsinya sesuai peraturan perundang-undangan.
Arah peningkatan iklim penanaman modal dan iklim usaha
sesuai prioritas nasional membawa pesan perlunya
peningkatan kualitas tata kelola dan kinerja BKPMPT (internal)
dan hubungan antar lembaga (eksternal). Lebih jauh RPJMD
2012-2017 mengamanatkan kegiatan prioritas dan prioritas
bidang dalam lingkup penanaman modal yang erat kaitannya
dengan upaya peningkatan koordinasi dan harmonisasi.
A. Dasar Hukum
Dasar Hukum penyusunan Buku Profile BKPMPT Provinsi
Banten Tahun 2014 dengan berlandaskan pada :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
22
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun
2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal;
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3952);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 Tentang
Tahapan Tatacara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
23
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009
Tentang Kawasan Industri;
12. Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993
tentang Tata Cara Penanaman Modal;
13. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Bidang Penanaman
Modal;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 Tahapan Tatacara Penyusunan Pengendalian, Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
15. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 7 Tahun 2011
tentang Pelayan Perijinan Terpadu Satu Pintu;
16. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012
tentang Pembentukan, Susunan Organisasi Perangkat
Daerah Provinsi Banten Badan Koordinasi Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu;
17. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Banten 2012 – 2017;
18. Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2013 tentang Rincian
Tugas, Fungsi dan Tatakerja Organisasi Perangkat Daerah
Provinsi Banten;
19. Peraturan Gubernur Banten Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
24
Kerja Perangkat Daerah dan Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah Provinsi Banten Tahun Anggaran 2014;
20. Keputusan Gubernur Banten Nomor 577/Kep.453-
Huk/2010 tentang Pelimpahan Kewenangan
Penandatanganan Perizinan dan Non Perizinan Bidang
Penanaman Modal pada Sektor Industri, Perdagangan, dan
Pariwisata Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten.
B. Visi, Misi dan Motto Pelayanan
BKPMPT Provinsi Banten untuk menjangkau keberhasilan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam rangka
pelaksanaan pembangunan bidang penanaman modal daerah
menentukan visi sebagai berikut :
“ Banten Gerbang Investasi Indonesia”
Sejalan dengan citra Banten Gerbang InvestasiIndonesia, maka makna penting pada visi tersebut adalah
bahwa Banten akan menjadi pintu masuk dan tempat yang
sangat tepat bagi investor asing maupun dalam negeri untuk
menanamankan dan mengembangkan modalnya di indonesia.
Maksud dari visi diatas adalah suatu harapan bahwa BKPMPT
Provinsi Banten selama 5 (lima) tahun bisa berbuat sesuai
dengan tugas dan fungsi serta kewenanganya untuk
mensinergikan segenap komponen pembangunan guna
mendorong peran strategis investasi dalam rangka
meningkatkan pembangunan ekonomi di Provinsi Banten.
25
Gerbang Investasi pengertianya adalah suatu rencana
keinginan atau hasrat dari para investor asing maupun
dalam negeri yang akan menanamkan modalnya di Indonesia
utamanya adalah di Provinsi Banten, mengingat kondisi, potensi
dan permasalahanya serta kemungkinan pengembangan
penanaman modalnya di Provinsi Banten akan lebih
menguntungkan.
Selanjutnya bahwa Provinsi Banten menjadi salah satu Provinsi
di Indonesia dalam kebijakan nasional yang diprioritaskan
sebagai pusat pertumbuhan industri didukung oleh Potensi
investasi sektor primer berbasis industri unggulan Banten
sesuai konsep MP3EI serta adanya daya dukung infrastruktur
dan penyediaan lahan investasi.
Investasi pengertianya adalah penanaman modal langsung baik
penanaman modal asing maupun dalam negeri.
Adapun Misi BKPMPT Provinsi Banten dalam rangka menunjang
keberhasilan visi yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan Kapasitas Kelembagaan yang berkualitas;
2. Meningkatkan iklim investasi yang kondusif dan berdaya
saing;
3. Meningkatkan daya tarik Penanaman Modal;
4. Meningkatkan pelayanan realisasi pelaksanaan penanaman
modal secara terpadu;.
26
C. STRUKTUR ORGANISASI DAN TUPOKSIStruktur Organisasi BKPMPT Provinsi Banten
SUB BIDANG DATAINFORMASIPOTENSIPENANAMANMODAL
SUB BIDANGPENGENDALIANDAN EVALUASI
SUB BAGIANPROGRAM
EVALUASI DANPELAPORAN
BIDANG PELAYANANTERPADU
PENANAMAN MODAL
SUB BIDANG DATAINFORMASI POTENSIPENANAMAN MODAL
SUB BIDANGPENGENDALIAN DANEVALUASI
KEPALA
UPT
KELOMPOK JABATANFUNGSIAONAL
SEKRETARIS
SUB BAGIANUMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIANKEUANGAN
BIDANG DATA,INFORMASI, PEMBINAAN
DAN PENGENDALIAN
BIDANG PROMOSI DANKERJASAMA
PENANAMAN MODAL
SUB BIDANG DATAINFORMASI POTENSIPENANAMAN MODAL
SUB BIDANGPENGENDALIAN DANEVALUASI
27
Uraian Tugas Satuan OrganisasiBerdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2013
tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Organisasi
Perangkat Daerah Provinsi Banten di BKPMPT Provinsi
Banten adalah sebagai berikut :
Kepala Badan
Kepala Badan mempunyai tugas pokok melaksanakan
koordinasi kebijakan di bidang penanaman modal serta
pelayanan perizinan dan non perizinan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Badan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah provinsi di
bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan dan
non perizinan;
b. perumusan dan penyusunan perencanaan penanaman
modal dan pelayanan perizinan dan non perizinan;
c. pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan penanaman
modal;
d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,
keuangan, hukum, kehumasan, kerasipan,
kepustakaan, perlengkapan dan rumah tangga serta aset
Badan.
e. pengelolaan data dan sistem informasi di bidang
penanaman modal serta pelaksanaan pembinaan dan
pengendalian atas pelaksanaan penanaman modal;
28
f. pelaksanaan promosi serta kerjasama penanaman
modal;
g. pengkoordinasian dan pelaksanaan pelayanan terpadu
satu pintu bidang penanaman modal;
h. penyusunan dan penyampaian laporan secara berkala
pelaksanaan penanaman modal;
i. pelaksanaan fungsi lain di bidang penanaman modal
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud, Kepala
Badan mempunyai tugas sebagai berikut:
a. memimpin, mengatur dan mengendalikan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Badan;
b. merumuskan dan menetapkan dokumen perencaan di
bidang penanaman modal;
c. merumuskan, menetapkan kebijakan teknis serta
kebijakan operasional, data, informasi, pembinaan dan
pengendalian, promosi, kerjasama dan pelayanan
perizinan serta non perizinan penanaman modal;
d. menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian atas
pelaksanaan penanaman modal;
e. melaksanakan promosi dan kerjasama bidang
penanaman modal;
f. menyelenggarakan pelayanan terpadu satu pintu
berdasarkan pendelegasian atau pelimpahan wewenang
dari Gubernur;
g. memberikan saran, pertimbangan dan rekomendasi
kepada Gubernur mengenai perkembangan penanaman
modal;
29
h. melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
simplifikasi dalam pelaksanaan tugas;
i. melaksanakan pembuatan laporan;
j. melaksanakan tugas lain di bidang penanaman modal
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Kepala Badan sebagaimana dimaksud membawahkan:
a. Sekretaris Badan;
b. Bidang Data, Informasi, Pembinaan dan Pengendalian;
c. Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal;
d. Bidang Pelayanan Terpadu Penanaman Modal;
e. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan;
f. Jabatan Fungsional.
Sekretaris BadanSekretaris Badan mempunyai tugas pokok membantu Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
dalam merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan
dan mengendalikan kegiatan administrasi umum,
kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program dan
keuangan serta evaluasi dan pelaporan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Sekretaris Badan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi di
lingkungan Badan;
b. pengkoordinasian perencanaan dan perumusan
kebijakan teknis Badan;
c. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
30
tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,
keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan,
perlengkapan, rumah tangga dan aset Badan;
d. pelaksanaan pelayanan informasi publik;
e. pengkoordinasian dalam penyusunan laporan,
pelaksanaan monitoring dan evaluasi Badan;
f. pelaksanaan tugas lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud,
Sekretaris Badan mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
a. mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja Badan;
b. mengkoordinasikan perencanaan dan perumusan
kebijakan teknis Badan;
c. melaksanakan pembinaan dan pelayanan administrasi
umum;
d. menyiapkan bahan kegiatan pengelolaan keuangan;
e. menyiapkan bahan administrasi kepegawaian Badan;
f. menghimpun, menata, menyimpan dan menyampaikan
informasi publik;
g. melaksanakan monitoring dan evaluasi;
h. melaksanakan pembuatan laporan pertanggungjawaban
Sekretariat;
Sekretaris Badan sebagaimana dimaksud membawahkan:
a. Kepala Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Kepala Sub-Bagian Keuangan;
c. Kepala Sub-Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.
31
Kepala Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian
Kepala Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai
tugas pokok membantu Sekretaris Badan dalam menyiapkan
administrasi surat menyurat, kearsipan, perlengkapan,
rumah tangga, kepustakaan, kehumasan, administrasi
kepegawaian dan pengelolaan inventaris barang dan aset
Badan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai
rincian tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub-Bagian;
b. melaksanakan administrasi ketatausahaan Badan;
c. melaksanakan urusan rumah tangga Badan;
d. melaksanakan kegiatan kearsipan dan pengelolaan
kepustakaan;
e. melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan barang
Badan;
f. melaksanakan pengelolaan inventaris barang dan aset
Badan;
g. melaksanakan pengelolaan kebersihan, ketertiban dan
keamanan kantor serta lingkungannya;
h. melaksanakan fungsi kehumasan;
i. melaksanakan pembuatan laporan pertanggungjawaban
Sub-Bagian;
32
Kepala Sub-Bagian Keuangan
Kepala Sub-Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok
membantu Sekretaris Badan dalam menyiapkan bahan
penyusunan rencana anggaran, pembukuan, verifikasi dan
perbendaharaan Badan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Sub-Bagian Keuangan mempunyai rincian tugas
sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub-Bagian;
b. menyiapkan rencana anggaran pembiayaan kegiatan di
lingkungan Badan;
c. menyiapkan bahan pembayaran dan pengeluaran
anggaran belanja Badan;
d. melaksanakan administrasi/penatausahaan keuangan
Badan yang mencakup pembayaran gaji pegawai,
pembukuan penerimaan dan pengeluaran, pengaturan
dan penyetoran pajak.
e. menyusun laporan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan Badan;
f. melaksanakan pembuatan laporan pertanggungjawaban
Sub Bagian Keuangan;
Kepala Sub-Bagian Program, Evaluasi dan PelaporanKepala Sub-Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan
mempunyai fungsi membantu Sekretaris dalam menyiapkan
perumusan program dan kegiatan, evaluasi dan pelaporan.
33
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan
mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub-Bagian;
b. menyiapkan bahan penyusunan dokumen perencanaan
serta kebijakan Badan;
c. menghimpun data dan menyiapkan bahan kronologi
penyusunan program kegiatan dan anggaran;
d. melaksanakan fasilitasi koordinasi penyusunan program
dan kegiatan serta anggaran Badan;
e. melaksanakan pengelolaan dan pelaporan pelaksanaan
program dan kegiatan Badan;
f. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
program atau kegiatan;
g. melaksanakan pembuatan laporan;
Kepala Bidang Data, Informasi, Pembinaan danPengendalianKepala Bidang Data dan Informasi Penanaman Modal
mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang data, informasi, pembinaan dan pengendalian.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Bidang Data dan Informasi Penanaman Modal
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan rencana dan rencana kerja Bidang;
34
b. pengumpulan, penyusunan, pengolahan,
pendokumentasian dan pendistribusian data atau
informasi penanaman modal;
c. penyelenggaraan Sistem Informasi Potensi Investasi
Daerah (SIPID);
d. penyelenggaraan pembinaan dan pengendalian
penanaman modal;
e. penyusunan dan penyampaian laporan pelaksanaan,
pengkoordinasian integrasi, sinkronisasi bidang data,
informasi, pembinaan dan pengendalian
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud, Kepala
Bidang Data, Informasi, Pembinaan dan Pengendalian
mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja Bidang;
b. merumuskan kebijakan teknis dan operasional Bidang;
c. mengumpulkan, menyusun, mengolah,
mendokumentasikan serta mendistribusikan data
potensi/informasi penanaman modal;
d. menyelenggarakan Sistem Informasi Potensi Investasi
Daerah (SIPID);
e. melaksanakan pembinaan, pengendalian dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal;
f. menyusun dan melaporkan perkembangan realisasi
penanaman modal;
g. melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplikasi dalam pelaksanaan tugas;;
h. melaksanakan pembuatan laporan bidang;
35
i. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Kepala Bidang Data Informasi, Pembinaan dan Pengendalian
sebagaimana dimaksud membawahkan:
a. Sub-Bidang Data dan Informasi Potensi Penanaman
Modal;
b. Sub-Bidang Pengendalian dan Evaluasi .
Kepala Sub-Bidang Data dan Informasi Potensi PenanamanModal
Kepala Sub-Bidang Data dan Informasi Potensi Penanaman
Modal mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang
Data, Informasi, Pembinaan dan Pengendalian dalam
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penetapan
kebijakan di Bidang Data dan Informasi Potensi Penanaman
Modal.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Sub-Bidang Data dan Informasi Potensi Penanaman
Modal mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub-Bidang;
b. melaksanakan pengumpulan, penyusunan, pengolahan,
dokumentasi dan distribusi/pelayanan data potensi
serta informasi penanaman modal daerah;
c. melaksanakan penyusunan data base penanaman
modal;
d. melakukan koordinasi pengelolaan data potensi
penanaman modal sektor primer, skunder dan tersier;
36
e. menyiapkan bahan rumusan kelayakan teknis dan
operasional pengembangan data dan informasi
penanaman modal;
f. menyusun dan mengembangkan Sistem Informasi
Potensi Investasi Daerah (SIPID);
g. menyusun dan mengembangkan sistem aplikasi data
penanaman modal;
h. melaksanakan pembuatan laporan;
Kepala Sub-Bidang Pengendalian dan Evaluasi
Kepala Sub-Bidang Pengendalian dan Evaluasi mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang Data, Informasi,
Pembinaan dan Pengendalian dalam menyiapkan bahan
perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengendalian
dan evaluasi;
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Sub-Bidang Pengendalian dan Evaluasi mempunyai
tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub Bidang;
b. menyusun bahan pengendalian dan evaluasi penanaman
modal
c. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengendalian
dan evaluasi
d. penanaman modal;
e. memfasilitasi permasalahan kegiatan penanaman modal;
f. menyiapkan bahan penyusunan mekanisme kemitraan
dengan dunia usaha
37
g. melaksanakan pembuatan laporan;
Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
mempunyai tugas pokok membantu Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu dalam
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang promosi dan kerjasama penanaman modal.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Kepala Bidang
Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. penyusunan rencana kerja Bidang;
b. penyusunan dan perumusan kebijakan promosi dan
kerjasama penanaman modal;
c. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan promosi dan
kerjasama penanaman modal;
d. penyediaan sarana dan prasarana promosi dan
kerjasama penanaman modal;
e. pelaksanaan dan peningkatan serta pembinaan
kerjasama penanaman modal;
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana di atas, Kepala
Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja Bidang;
b. mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan promosi
dan kerjasama penanaman modal;
38
c. mengkoordinasikan pelaksanaan program dan rencana
kerja Bidang;
d. menyiapkan materi, bahan dan media promosi
penanaman modal;
e. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan promosi dan
kerjasama penanaman modal;
f. melaksanakan kerjasama penanaman modal;
g. melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
simplifikasi dalam pelaksanaan tugas;
h. melaksanakan pembuatan laporan;
Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
sebagaimana dimaksud membawahkan:
a. Sub-Bidang Promosi Penanaman Modal;
b. Sub-Bidang Kerjasama Penanaman Modal.
Kepala Sub-Bidang Promosi Penanaman Modal
Sub-Bidang Promosi Penanaman Modal mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama
Penanaman Modal dalam menyiapkan bahan perumusan dan
kebijakan di bidang promosi penanaman modal.
Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, Kepala Sub-
Bidang Promosi Penanaman Modal mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub-Bidang;
b. menyiapkan bahan penetapan kebijakan teknis dan
operasional promosi penanaman modal daerah;
39
c. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kegiatan
promosi penanaman modal
d. melaksanakan kegiatan promosi penanaman modal;
e. melaksanakan pembuatan laporan;.
Kepala Sub-Bidang Kerjasama Penanaman Modal
Kepala Sub Bidang Kerjasama Penanaman Modal mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang Promosi dan
Kerjasama Penanaman Modal dalam menyiapkan bahan
perumusan dan penetapan kebijakan di bidang kerjasama
penanaman modal.
Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, Kepala Sub-
Bidang Kerjasama penanaman modal mempunyai tugas
sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub-Bidang;
b. menyiapkan bahan kerjasama penanaman modal
c. mengkoordinasikan dan memfasilitasi pelaksanaan
kerjasama penanaman modal
d. menyusun bahan rumusan evaluasi perkembangan
kerjasama penanaman modal;
e. melaksanakan pembuatan laporan;
Kepala Bidang Pelayanan Terpadu Penanaman Modal
Kepala Bidang Pelayanan Terpadu Penanaman Modal
mempunyai fungsi membantu Kepala Badan dalam
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pelayanan terpadu penanaman modal.
40
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Bidang Pelayanan Terpadu Penanaman Modal
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan rencana program dan rencana kerja Bidang;
b. pengkoordinasian dan perumusan kebijakan pelayanan
terpadu;
c. perumusan, penetapan kebijakan, standarisasi dan
pedoman teknis operasional pelaksanaan pelayanan
terpadu penanaman modal;
d. penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan pelayanan
penanaman modal ;
e. pengelolaan dokumen perizinan dan non perizinan;
f. penyelenggaraan pelayanan pengaduan masyarakat
tentang hambatan pelayanan penanaman modal;
g. penyelenggaraan Sistem Pelayanan Investasi Perizinan
Sistim Elektronik (SPIPSE);
h. penyelenggaraan pelayanan fasilitasi penanaman modal ;
i. pelaksanaan pelayanan penanaman modal ;
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud, Kepala
Bidang Pelayanan Terpadu Penanaman Modal mempunyai
tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Bidang;
b. menyiapkan bahan kebijakan di bidang pelayanan
penanaman modal ;
c. menyiapkan bahan standarisasi, pedoman, petunjuk
teknis dan petunjuk pelaksanaan pelayanan terpadu
penanaman modal;
41
d. melaksanakan penyelenggaraan Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE);
e. menyiapkan bahan dan menyelenggarakan fasilitasi
penanaman modal;
f. menyelenggarakan pelayanan perizinan dan non
perizinan
g. menyiapkan bahan dan menyelenggarakan pembinaan,
pemberdayaan dan mekanisme kerja pelayanan
penanaman modal;
h. menyiapkan bahan evaluasi, merumuskan dan
melaporkan perkembangan pelayanan penanaman
modal ;
i. melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplifikasi dalam pelaksanaan tugas;
j. melaksanakan pembuatan laporan.
Kepala Bidang Pelayanan Terpadu Penanaman Modal
sebagaimana dimaksud, membawahkan:
a. Kepala Sub-Bidang Pelayanan Perizinan dan Non
Perizinan;
b. Kepala Sub-Bidang Pelayanan Fasilitasi Penanaman
Modal.
Kepala Sub-Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
Kepala Sub Bidang Pelayanan Perijinan dan Non Perijinan
mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang Pelayanan
42
Terpadu Penanaman dalam penyusunan bahan perumusan
kebijakan di Bidang pelayanan perizinan dan perizinan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Sub-Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub Bidang;
b. menyiapkan bahan standarisasi, norma, pedoman,
petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan bidang
penanaman modal;
c. menyiapkan bahan pembinaan pelayanan perijinan dan
non perijinan penananaman modal ;
d. melaksanakan koordinasi pelayanan perizinan dan non
perizinan;
e. melaksanakan pengawasan pelayanan pelayanan
Perizinan dan Perizinan penanaman modal ;
f. menyiapkan bahan pembinaan pelayanan perizinan dan
non perizinan penanaman modal;
g. melaksanakan penyelenggaraan Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE);
h. menyusun bahan rumusan evaluasi perkembangan
pelayanan Perizinan dan Non Perizinan penananam
modal;
i. memverifikasi dokumen perizinan dan non perizinan;
j. melaksanakan pembuatan laporan;
43
Kepala Sub-Bidang Pelayanan Fasilitasi Penanaman ModalKepala Sub Bidang Pelayanan Fasilitasi Penanaman Modal
mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang Pelayanan
Terpadu Penanaman Modal dalam penyusunan bahan
perumusan kebijakan pelayanan fasilitasi penanaman modal.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Sub-
Bidang Pelayanan Fasilitasi Penanaman Modal mempunyai
tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja Sub Bidang;
b. memfasilitasi dan memproses kemudahan insentif
investasi;
c. menyiapkan surat rekomendasi fasilitasi penanaman
modal;
d. menyiapkan konsep surat persetujuan pemberian
fasilitas penanaman modal;
e. melaksanakan koordinasi dan pembinaan fasilitasi
penanaman modal;
f. menyusun bahan rumusan evaluasi perkembangan
fasilitas penanaman modal;
g. melaksanakan pembuatan laporan;
Sumber Daya Manusia
Penyelenggaraan tugas dan fungsi BKPMPT didukung oleh 70
orang aparatur yang terdiri dari 39 orang PNS, 12 orang
satpam, 8 orang pramubakti dan 4 orang pengemudi serta 7
orang pegawai PTSP, dengan klasifikasi sebagai berikut:
44
Jumlah dan Komposisi Pegawai menurutStatus dan Golongan
Pada BKPMPT Provinsi Banten Tahun 2014
NO Status Pegawai Golongan TOTAL %I II III IV
1. Pegawai Negeri Sipil
(PNS)1 6 26 7 39 61
2. Pegawai PTSP - - - - 7 9
3. SATPAM - - - - 12 14
4. Pramubakti - - - - 8 10
5. Pengemudi - - - - 4 6
JUMLAH 1 6 26 7 70 100%
Sumber : BKPMPT Provinsi Banten, 2014
Komposisi status kepegawaian Pegawai Negeri Sipil (PNS),
berdasarkan tingkat golongan kepegawaian di lingkungan BKPMPT
Provinsi Banten sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Komposisi PNS Berdasarkan Jabatan danGolongan Tahun 2014
N0. JABATANGOLONGAN
JUMLAHI II III IV
1. Kepala Badan 1 12. Sekretaris 1 1
3. Kepala Bidang Promosi danKerjasama 1 1
4. Kepala Bidang PelayananTerpadu Penanaman Modal 1 1
5. Kepala Bidang Data, Informasi,Pembinaan dan Pengendalian 1 1
45
N0. JABATANGOLONGAN
JUMLAHI II III IV
6. Kepala Subbag Umum &Kepegawaian 1 1
7. Kepala Subbag Keuangan 1 1
8. Kepala Subbag Program,Evaluasi & Pelaporan 1 1
9. Kepala Subbidang PromosiPenanaman Modal 1 1
10. Kepala Subbidang KerjasamaPenanaman Modal 1 1
11. Kepala Subbidang PelayananPerijinan dan Non Perijinan 1 1
12. Kepala Subbidang PelayananFasilitasi Penanaman Modal 1 1
13.Kepala Subbidang Data danInformasi Potensi PenanamanModal
1 1
14. Kepala Subbidang Pengendaliandan Evaluasi 1 1
15. Pelaksana 1 6 18 28TOTAL 1 6 26 7 39
% 2 14 67 17 100
Sumber : BKPMPT Provinsi Banten tahun 2014
Sedangkan kondisi komposisi kepegawaian sesuai dengan latar
belakang pendidikan di lingkungan BKPMPT Provinsi Banten sampai
dengan tahun 2014 paling banyak S1 (67%) dengan perincian
adalah sebagai berikut :
Komposisi Pegawai BKPMPT Tahun 2014
N0. JABATANTINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
S3 S2 S1 D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
1 Kepala Badan 1 1
2 Sekretaris 1 1
46
N0. JABATANTINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
S3 S2 S1 D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
3. Kepala Bidang 3 3
4. Kepala SubBagian/ KepalaSub Bidang
7 2 9
5. Pelaksana PNS 2 16 3 1 4 25
6. Pelaksana NonPNS 9 1 19 1 1 31
TOTAL 15 25 4 1 23 1 1 70
% 14 42 10 2 28 2 2 100
Sumber : BKPMPT Provinsi Banten Tahun 2014
SARANA DAN PRASARANASarana dan prasarana yang dimiliki oleh Badan koordinasi
Penanamanan Modal dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten :
1. Gedung Milik Pemerintah Provinsi Banten
2. Ruangan BKPMPT terdiri dari:
- Ruangan Kepala
- Ruangan Sekretariat
- Ruangan Bidang promosi dan kerjasama penanaman
modal
- Ruangan Pelayanan terpadu penanaman modal
- Ruangan Bidang Data, Informasi, Pembinaan dan
Pengendalian
- Ruangan Loby
3. Alat Penunjang Badan Koordinasi Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu antara lain :
47
- Banner
- Leaflet dan Booklet
- Buku Profil BKPMPT
- Billboard
- Formulir aplikasi berbagai jenis perizinan
- Formulir permohonan informasi publik
- CCTV
- AC
- Mesin ketik elektrik
- Mesin Penghancur kertas
- Telepon/Fax
- Internet
- perangkat komputer
- Infokus
- Ipad
- ATK
- Lemari
- Meja dan kursi kerja
- Mesin fotocopy
- Kendaraan Dinas (mobil/sepeda motor)
48
III. KINERJA PELAYANAN
Kinerja pelayanan BKPMPT Provinsi Banten merupakan
akumulasi kinerja pelayanan tahun-tahun sebelumnya yang
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yaitu membantu
Gubernur dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan dibidang Penanaman
Modal.
Capaian Realisasi Investasi
Iklim investasi di Banten dari tahun ke tahun terus membaik.
Dari tahun 2007 sampai dengan 2014, secara nasional, Banten
selalu masuk dalam peringkat lima besar, baik penanaman
modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri
(PMDM). Bahkan setiap tahunnya terjadi lonjakan realisasi
investasi yang signifikan, terkait dengan target yang
dicanangkan dalam RPJMD Provinsi Banten 2007 – 2012.
Realisasi investasi pada tahun 2008 yang hanya Rp. 6,7
trilyun, pada tahun 2009 naik tajam hingga mencapai Rp. 19,1
trilyun. Demikian halnya pada tahun 2010 realisasi investasi
PMA dan PMDN mencapai Rp. 19,7 trilyun jauh melebihi target
yang dicanangkan sebesar Rp 10,48 trilyun. Tahun 2011
kembali terjadi lonjakan investasi hingga mencapai Rp. 25,5
trilyun. Dan memasuki tahun 2012, realisasi investasi yang
masuk di Banten dengan nilai investasi sebesar Rp. 29,5
trilyun. Pada tahun pertama dari target RPJMD Provinsi
Banten Tahun 2012-2017 sebesar Rp. 12,19 trilyun. Total
realisasi investasi sebesar Rp. 29,7 trilyun pada tahun 2013.
49
Dan masuk tahun 2014 nilai realisasi investasi Januari s.d
September sebesar Rp. 24,93 trilyun. Terlihat tabel berikut :
Perkembangan Investasi PMA - PMDN di Provinsi BantenTahun 2007 – 2014
Tahun
PMDN PMATotal Investasi PMA& PMDN Investasi
(dalam rupiah)Proye
kInvestasi
(Jutarupiah)
Proyek Investasi(dalam US$.
Ribu)
2007 22 1.068,7 78 708,6 7.825.050.000.000
2008 31 1.989,1 99 477,8 6.788.306.105.417
2009 23 4.381,7 92 1.412,0 19.099.114.628.798
2010 76 5.852,5 280 1.544,2 19.710.000.000.000
2011 32 5.979,4 71 2.171,6 25.544.400.000.000
2012 66 5.117.535 402 2.710.718 29.513.997.000.000
2013 100 4.008.861,8 592 3.720.210,3 39.722.880.680.000
Jan s.d
Sep 201471 6.660.000 646 1,522,0 24.933.000.000.000
Catatan : (Asumsi nilai tukar USD mengikuti ketetapan BI pada masa tahun
laporan)
50
BerkasPemohon
PemeriksaanBerkas
Pemeriksaa
n
RapatPertimbangan
HasilLapang
Rekomendasi
Ditolak
DIterima
SK Perijinandiproses dan
ditandatanganu
Selesai
A. Mekanisme Pelayanan
Sebagaiman Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Republik Indonesia Nomer 5 Tahun 2013
tentang mekanisme Pedoman dan Tatacara Perizinan Non
Perizinan Penanaman Modal yang diselenggarakan BKPMPT
Provinsi Banten mengikuti alur sebagai berikut :
51
B. Mekanisme Pengaduan
PENGGUNA JASA
MENERIMARESI/No.
MENERIMAINFPRMASI
MENYAMPAIKANPUAS/TIDAK
LOKETPENGADUAN
ENTRY DATA
UNIT KERJAPENANGANAN
ANALISA PENYEBAB
MENETAPKANTINDAKAN
MELAKUKANTINDAKAN
VERIFIKASI
SELESAI
PUA
52
C. Prestasi dan Penghargaan
Mendapatkan penghargaan dari BKPM RI sebagai
penyelenggara pelayanan terpadu satu pintu terbaik tahun
2010 di Indonesia.
Penghargaan Tahun 2012
53
D. Tantangan dan Kendala yang dihadapi
BKPMPT Provinsi Banten dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya, dengan tujuan pencapaian visi dan misinya
untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif dan
berdaya saing, meningkatkan daya tarik penanaman modal
serta peningkatan pelayanan realisasi pelaksanaan
penanaman modal secara terpadu belum dapat tercapai
dengan optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
eksternal yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Regulasi Perizinan Penanaman Modal
Kewenangan perizinan penanaman modal belum
sepenuhnya secara terpadu dapat dilaksanakan
tingkat provinsi atau kabupaten/kota,
2. Ketersediaan Sumber Energi
Terjadinya krisis energi (listrik) dan kenaikan bahan
bakar akan menghambat dan menambah resiko
produksi.
3. Dukungan Infrastruktur Daerah
Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana jalan
(darat) dan sering terjadinya kemacetan, menambah
waktu tempuh dan resiko pendistribusian hasil
produksi.
4. Keamanan
54
Masih terdapat gangguan keamanan terhadap
kegiatan investasi, baik dalam proses produksi
maupun distribusi, sehingga tidak memberikan
kenyamanan bagi para investor.
5. Insentif Daerah
Belum adanya suatu peraturan daerah tentang
pemberian kemudahan tertentu kepada calon
investor untuk merangsang realisasi investasi baru
dan perluasan investasi.
E. Perkembangan Realisasi Investasi PMA & PMDN Juli-September Tahun 2014Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan lokasi di
Provinsi Banten Periode Juli s/d September Tahun 2014
adalah sebagai berikut:
a. Realisasi Investasi PMDN berdasarkan sektor di Provinsi
Banten Periode Juli / September Tahun 2014
PMDN
SEKTOR2014
Proyek Investasi (Rp.Juta)
Listrik, Gas dan Air 1 837.979,00Industri Logam Dasar,Barang Logam, Mesin danElektronik
4 369.478,10
Industri Kimia Dasar,Barang Kimia dan Farmasi 5 145.454,90
Industri Mineral Non Logam 5 42.460,00Industri Alat Angkutan danTransportasi Lainnya 1 -Industri Kertas, Barang darikertas dan Percetakan 1 -
55
Pertambangan 1 -Perumahan, KawasanIndustri dan Perkantoran 1 -
Peternakan 1 -JUMLAH 20 1.395.372
b. Realisasi Investasi PMA berdasarkan sektor di Provinsi
Banten Periode Juli / September Tahun 2014
PMA
SEKTOR2014
Proyek Investasi (US$. Ribu)Industri Makanan 14 132.031,20Industri Mineral Non Logam 12 128.241,60Industri Kimia Dasar, BarangKimia dan Farmasi
19 70.309,40
Listrik, Gas dan Air 7 30.153,90Industri Tekstil 11 29.422,30Transportasi, Gudang danTelekomunikasi
1 17.142,90
Industri Logam Dasar, BarangLogam, Mesin dan Elektronik
28 14.837,70
Industri Instrumen Kedokteran,Presisi, Optik dan Jam
1 7.016,00
Perdagangan dan Reparasi 31 5.149,60Industri Karet, Barang dari karetdan Plastik
13 4.802,90
Jasa Lainnya 13 3.677,00Industri Kertas, Barang darikertas dan Percetakan
6 1.928,20
Perumahan, Kawasan Industridan Perkantoran
4 1.171,40
Hotel dan Restoran 2 1.082,20Industri Lainnya 3 956,6Industri Kulit, Barang dari kulitdan Sepatu
14 530,3
Industri Alat Angkutan danTransportasi Lainnya
3 111
Konstruksi 3 15,5Pertambangan 2 -
JUMLAH 187 448.579,70
56
c. Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Lokasi di Provinsi
Banten Periode Juli s/d September Tahun 2014
g. Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Lokasi di ProvinsiBanten Periode Juli s/d September Tahun 2014
WILAYAH
2014
Proyek Investasi (Rp. Juta)
Kota Cilegon 4 1.105.108,2
Kabupaten Tangerang 10 152.233,8
Kabupaten Serang 4 138.030
Kabupaten Lebak 1 0
Kota Tangerang 1 0
JUMLAH 20 1.395.372
WILAYAH2014
Proyek Investasi (US$. Ribu)
Kabupaten Serang 27 199.400,4
Kabupaten Lebak 5 110.620,9
Kabupaten Tangerang 82 65.375,4
Kota Cilegon 17 60.206,7
57
F. Penyerapan Tenaga Kerja : Januari – September 2014
Januari – Desember 2013
PMDN 31.214
PMA 72.803
TOTAL 104.017
G. Perizinan yang diterbitkan oleh BKPMPT Tahun 2014
Perizinan yang dikeluarkan oleh BKPMPT Januari s.d
Desember tahun 2014 berdasarkan lokasi adalah sebagai
berikut:
Kota Tangerang 41 11.606,4
Kota Tangerang
Selatan15 1.369,9
JUMLAH 187 448.579,7
58
1. Izin Prinsip Penanaman Modal
NO.LOKASI
KABUPATEN/KOTA
JUMLAHPROYEK
PMDN
NILAI INVESTASI NILAI EKSPOR TENAGA KERJA(ORG)
Rp.(RUPIAH)US$.
(DOLAR)
RUPIAH US$.(DOLAR) TKA TKI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. KABUPATENSERANG 12 2.294.226.527.705 - - - - 1.153
2. KABUPATENTANGERANG 21 367.724.025.000 - -
87.000.87.000.0
00- 2.043
3. KOTATANGERANG 22 1.456.457.699.415 - - - - 4.111
4. KOTA CILEGON 4 2.062.868.999.999 - - - - 1.241
5. KABUPATENLEBAK 1 94.500.000.000 - - - - 20
6. KABUPATENPANDEGLANG - - - - - - -
7 KOTA SERANG 2 3.237.741.850.000 - - - - 15
8KOTATANGERANGSELATAN
1 10.475.000.000 - - - - 7
J U M L A H 63 9.792.994.102.119 0 087.000.00
00 8.590
2. Izin Prinsip Perluasan
NO.LOKASI
KABUPATEN/KOTA
JUMLAHPROYE
KPMDN
NILAI INVESTASI NILAI EKSPOR TENAGAKERJA (ORG)
Rp.(RUPIAH)US$.
(DOLAR)
Rp.(RUPIAH)
US$.(DOLAR)
TKA TKI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. KABUPATENSERANG 7 371.644.469.671 - - - - 1.012
2. KABUPATENTANGERANG 6 625.314.256.149 - -87.000. - - 1.020
3. KOTATANGERANG 2 3.443.609.831.514 - - - - 132
4. KOTA CILEGON 0 0.00 - - - - 0
5. KABUPATENLEBAK - - - - - - -
6. KABUPATENPANDEGLANG 1 64.110.000.000 - - - - 13
7 KOTA SERANG - - - - - - -
8KOTATANGERANGSELATAN
- - - - - - -
J U M L A H 16 4.504.678.557.334 0 0 0 0 2.177
59
3. Izin Prinsip Perubahan
NO.LOKASI
KABUPATEN/KOTA
JUMLAHPROYEKPMDN
NILAI INVESTASI NILAI EKSPOR TENAGA KERJA(ORG)
Rp.(RUPIAH)US$.
(DOLAR)
Rp.(RUPIAH)
US$.(DOLAR)
TKA TKI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. KABUPATENSERANG 3 89.098.682.000 - - - - -
2. KABUPATENTANGERANG 8 1.285.653.903.421 - -87.000. - - 803
3. KOTATANGERANG 2 33.335.000.000 - - - - -
4. KOTA CILEGON 1 000 - - - - -
5. KABUPATENLEBAK - - - - - - -
6. KABUPATENPANDEGLANG - - - - - - -
7 KOTA SERANG - - - - - - -
8KOTATANGERANGSELATAN
- - - - - - -
J U M L A H 14 1.408.087.585.421 0 0 0 0 803
4. Izin Usaha Industri
NO.LOKASI
KABUPATEN/KOTA
JUMLAHPROYEKPMDN
NILAI INVESTASI NILAI EKSPOR TENAGAKERJA (ORG)
Rp.(RUPIAH)US$.
(DOLAR)
Rp.(RUPIAH)
US$.(DOLAR)
TKA TKI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. KABUPATENSERANG 7 769.696.850.345 - - - - 638
2. KABUPATENTANGERANG 15 287.605.500.000 - -87.000. - - 1.46
6
3. KOTATANGERANG 13 755.434.026.914 - - - - 2.12
3
4. KOTA CILEGON 1 225.000.000.000 - - - - 50
5. KABUPATENLEBAK - - - - - - -
6. KABUPATENPANDEGLANG - - - - - - -
7 KOTA SERANG 2 23.200.000.000 - - - - 20
8KOTATANGERANGSELATAN
- - - - - - -
J U M L A H 38 2.060.936.377.259 0 0 0 04.29
7
60
5. Izin Usaha Perluasan
NO.LOKASI
KABUPATEN/KOTA
JUMLAHPROYEKPMDN
NILAI INVESTASI NILAI EKSPOR TENAGAKERJA (ORG)
Rp.(RUPIAH)US$.
(DOLAR)
Rp.(RUPIAH)
US$.(DOLAR)
TKA TKI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
-1. KABUPATENSERANG 4 167.300.185.269 - - - - 613
2. KABUPATENTANGERANG 10 704.108.248.158 - -87.000. - - 1.75
5
3. KOTATANGERANG 6 2.727.452.384.19
7 - - - - 461
4. KOTA CILEGON - - - - - -
5. KABUPATENLEBAK - - - - - - -
6. KABUPATENPANDEGLANG - - - - - - -
7 KOTA SERANG - - - - - - -
8KOTATANGERANGSELATAN
- - - - - - -
J U M L A H 203.598.860.817.6
240 0 0 0
2.829
6. Izin Usaha Perubahan
NO.LOKASI
KABUPATEN/KOTA
JUMLAHPROYEKPMDN
NILAI INVESTASI NILAI EKSPOR TENAGA KERJA(ORG)
Rp.(RUPIAH)US$.
(DOLAR)
Rp.(RUPIAH)
US$.(DOLAR)
TKA TKI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. KABUPATENSERANG 4 167.300.185.269 - - - - 613
2. KABUPATENTANGERANG 9 545.006.736.421 - -87.000. - - 1.60
3
3. KOTATANGERANG 6 2.727.452.384.197 - - - - 461
4. KOTA CILEGON - - - - - -
5. KABUPATENLEBAK - - - - - - -
6. KABUPATENPANDEGLANG - - - - - - -
7 KOTA SERANG - - - - - - -
8KOTATANGERANGSELATAN
- - - - - - -
J U M L A H 16 3.439.759.305.887- - - - -2.67
7
61
Bagan Alur Permohonan Informasi Publik pada BKPMPT Provinsi Banten
62
Relapitualsi Permohonan Informasi Publik Periode Tahun 2014
RINGKASAN LAPORAN PERMOHONAN INFORMASI TAHUN 2014
NO No . PENDAFTARAN TGL PEMOHON
PROSES
KETKEBERA
TANMEDIASI
AJUDIKASI
1 01/01-PPID.BKPMPT/2014 13/01/2014 M. Haris Albantany
(Koordinator LSM SOMASI) - - -
2 01/01.a -PPID.BKPMPT/2014 12/02/2014 PPID Provinsi Banten - - -
3 01/02-PPID.BKPMPT/2014 20/02/2014 LSM KARAT & LSM KP3B - - -
4 01/03-PPID.BKPMPT/2014 26/02/2014 Lembaga Kajian
Independen Banten - - -
5 01/04-PPID.BKPMPT/2014 24/03/2014 PPID Provinsi Banten - - -
6 01/05-PPID.BKPMPT/2014 26/03/2014 PPID Provinsi Banten - - -
7 01/06-PPID.BKPMPT/2014 17/04/2014 Tubagus Ustman
Sastradilaga - - -
63
8 01/07-PPID.BKPMPT/2014 23/05/2014 M.Suhardanu - - -
9 01/08-PPID.BKPMPT/2014 20/06/2014 Khutbi - - -
10 01/08.a-PPID.BKPMPT/2014 27/06/2014 Rendy Yanuar - - -
11 01/09-PPID.BKPMPT/2014 22/08/2014 Tb. Azhi Adha Okta Yana - - -
12 01/10-PPID.BKPMPT/2014 03/09/2014 Suherdi - - -
13 01/11-PPID.BKPMPT/2014 01/09/2014 Tb. Azhi Adha Okta Yana
Ö-
Ö
14 01/12-PPID.BKPMPT/2014 03/09/2014 DPP Brantas
15 01/12.a-PPID.BKPMPT/2014 12/09/2014 DPP Brantas
Ö
16 01/13-PPID.BKPMPT/2014 06/10/2014 LSM KMB
17 01/14-PPID.BKPMPT/2014 06/10/2014 LSM KMB
Ö
18 01/15-PPID.BKPMPT/2014 14/11/2014 Delly Suhendar
19 01/16-PPID.BKPMPT/2014 11/12/2014 JAMBAKK
20 01/17-PPID.BKPMPT/2014 18/12/2014 JAPATI
21 01/18-PPID.BKPMPT/2014 29/12/2014 JPMB - - -
III. PENUTUPGALERI KEGIATAN
GEDUNG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DANPELAYANAN TERPADU PROVINSI BANTEN
64
RUANG PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN
SERAH TERIMA JABATAN PEJABAT DI LINGKUNGAN BKPMPTPROVINSI BANTEN
65
66
FGD & BINTEK PENANAMAN MODAL
67
KP3MR 2014
68
69
FOTO KUNJUNGAN KERJA KE TAIPEH – CHINA
70
71
KUNJUNGAN KERJA BKPMPT PROVINSI BANTEN KE BPPTJAWA BARAT
72
KUNJUNGAN KERJA BKPMPT KE BPM SUMATERA UTAMA
73
74
SOSIALISASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENANAMAN MODAL
75
MUSYAWARAH KOORDINASI TEKNIS TIGA PROVINSI (DKI -BANTEN - JABAR)
76
77
PAMERAN BANTEN EXPO 2014
78
79
SEMINAR BANTEN INVESTMENT PARTNER
80
TALKSHOW - DIALOG PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL
81
BANTEN INVESTMENT BUSINESS FORUM
82
83