produktivitas primer perairan
DESCRIPTION
praktikum limnologi di waduk wonogiri dengan tujuan untuk mengetahui produktivitas perairan dekat kerambaTRANSCRIPT
KUALITAS DAN PRODUKTIVTAS PERAIRAN WADUK GAJAH
MUNGKUR WONOGIRI DI STASIUAN DEKAT KERAMBA
Disusun oleh:
Kenu Vita P. (M0409031)
Catharina Prastiwi (M0410010)
Dhimas Sandhiatma (M0410016)
Prabasthoro Fendy K (M0410047)
Rohmatul Laily A. S (M0410055)
Yan Bagus M. F (M0410068)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
LATAR BELAKANG
Waduk Gajah Mungkur merupakan waduk yang terbesar se- Asia Tenggara terdapat di
Kab. Wonogiri dengan tampungan air sebanyak 8.800 ha. Selain seabagai tempat penampung air
dan irigasi, perairan waduk Gajah Mungkur juga dimanfaatkan sebagai budidaya pembesaran ikan
nila dengan sistem keramba atau jaring apung. Produktivitas primer dapat diartikan sebagai
kandungan bahan-bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis oleh organisme
berklorofil dan mampu mendukung aktivitas biologi di perairan tersebut. Produktivitas primer
dapat diketahui nilainya dengan cara mengukur perubahan kandungan DO yang dihasilkan dari
proses fotosintesis. Produksi oksigen menjadi dasar pengukuran adanya kesetaraan yang kuat
anatara O2 dan pangan yang dihasilkan (Odum, 1970). Dengan mengetahui produktivitas perairan
stasiun keramba, kita dapat mengetahui pemberian perlakuan tambahan yang tepat agar
pembesaran ikan nila berjalan dengan baik.
Dalam produktivitas primer terjadi reduksi karbondioksida dengan atom hidrogen dari
air untuk menghasilkan gula sederhana dan selanjutnya membentuk molekul organik yang lebih
kompleks dengan menggunakan energi matahari yang ditangkap klorofil. Laju sintesis bahan
organik dan perubahan produktivitas primer dapat dihitung dengan teknik pengukuran laju
fotosintesis yang didasarkan pada reaksi fotosintesis. Produktivitas primer dapat dilukiskan
misalnya pada laju produksi oksigen, laju penggunaan CO2 atau air maupun perubahan konsentrasi
bahan organik yang terbentuk (Sumawidjaja, 1979).
Konsep produktivitas, produktivitas adalah laju penambatan atau penyimpanan energi
oleh suatu komunitas dalam ekosistem. Produktivitas dari suatu ekosistem adalah kecepatan cahaya
matahari yang diikat oleh vegetasi menjadi produktivitas kotor (produktivitas primer bruto), sesuai
dengan kecepatan fotosintesis. Sedangkan produktivitas bersih (produktivitas primer neto) dari
vegetasi adalah produksi dalam arti dapat dipergunakan oleh organisme lain, yaitu sesuai dengan
kecepatan fotosintesis (produksi bahan kering) dikurangi kecepatan respirasi. Oleh karena suhu dan
cahaya bervariasi sepanjang hari maka produktivitas tanaman dinyatakan dalam satuan berat kering
(gram/kilogram) per satuan luas permukaan tanah per musim pertumbuhan atau per tahun. Dalam
struktur jaringan makanan, peran fungsional zooplankton sangat penting sebagai vektor energi yang
mengalirkan energi ke tingkat trofik yang lebih tinggi. Fungsi ini banyak tergantung pada
kemampuan zooplankton berperan sebagai konsumen dari fitoplankton, yang merupakan
komponen dasar dalam struktur kehidupan pelagis. Dalam hubungan trofik ini, perubahan kuantitas
zooplankton banyak diperngaruhi oleh kuantitas fitoplankton. Hubungan trofik fitoplankton-
zooplankton dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti misalnya kondisi pertumbuhan;
intensitas pemakanan terhadap masing-masing trofik distribusi dan kondisi awal dari biomassa dari
masing-masing trofik. Akibat dari pengaruh faktor-faktor tersebut komponen fitoplankton dan
zooplankton dapat bervariasi secara ekstrim (Wiryanto, A P. 2001).
Metode pengukuran produktivitas primer yang sering dilakukan dan popular dibidang
limnologi menurut Sumawidjaja (1974) adalah metode oksigen botol gelap dan terang.
Pada metode botol gelap terang ini, perkiraan produktivitas dapatdiketahui dari perubahan oksigen
(Payne, 1986; Wetzel and Likens, 1991; Nybakken,1992), yang berisi contoh air setelah diinkubasi
dalam jangka waktu tertentu pada perairan yang mendapat sinar matahari. Pada botol gelap yang
tidak menerimacahaya matahari maka diduga hanya terjadi proses respirasi, sementara paada botol
terang terjadi baik proses fotosintesis maupun respirasi. Berdasarkan asumsi bahwa respirasi kedua
botol sama, maka perbedaan kandungan oksigen pada botol gelapdan terang, pada akhir percobaan
menunjukkan produktivitas kotor.
BAB. I
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui faktor fisika dan kimia perairan (suhu, kecerahan, salinitas, pH) di Waduk Gajah
Mungkur pada stasiun karamba.
2. Mengetahui keanekaragaman plankton dan bentos di Waduk Gajah Mungkur pada stasiun
karamba.
3. Mengetahui produktivitas primer ekosistem perairan di Waduk Gajah Mungkur pada stasiun
karamba.
BAB. II
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu-Minggu, tanggal 22-23 Juni 2013 bertempat di
waduk gajah Mungkur Wonogiri, untuk pengambilan sampel airnya. Sedangkan untuk
pengamatan plankton dilakukan pada hari Kamis, tanggal 27 Juni 2013 bertempat di
Laboratorium Biologi 5 dan 6 FMIPA UNS.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu thermometer, refaktometer, DO
meter, pH meter, plankton net, eigment grab, secchi disk, jeluk yang terdiri dari bagian yang
terang dan gelap, pipet tetes, botol plafon. Untuk pengamatan plankton alat-alat yang digunakan
yaitu mikroskop, pipet tetes, gelas benda dan gelas penutup.
Sedangkan untuk bahan-bahan yang digunakan yaitu sampel air yang diambil dari
masing-masing spot dan waktu sampling, aquaedes dan formalin.
C. Cara Kerja
Pengamatan dan pengambilan sampel air dilakukan pada 4 stasiun yang berbeda, yaitu:
a. Inlet
b. Dekat karamba
c. Daerah bebas
d. Bebas dekat inlet
Pengamatan dan pengambilan sampel air dilakukan berdasarkan perbedaan waktu, setiap 4 jam
sekali. Waktu yang dipakai untuk pengamatan yaitu :
Sabtu, 22 Juni 2013
• 11.00 WIB
• 15.00 WIB
• 19.00 WIB
• 23.00 WIB
Minggu, 23 Juni 2013
• 03.00 WIB
• 07.00 WIB
• 11.00 WIB
Pengamatan produktivitas air yang dilakukan di Waduk Gajah Mungkur, yaitu :
1. Jeluk disiapkan untuk masing – masing stasiun pengamatan.
2. Jeluk tersebut ditenggelamkan ke dalam perairan. Pada beberapa stasiun dan kedalaman
yang diinginkan (50 m, 100 m dan 150 m).
3. Waktu awal penempatan jeluk 11.00 WIB, dan waktu pengamatan jeluk setiap 4 jam
sekali.
4. Botol – botol (botol gelap dan terang) diangkat setelah waktu yang ditetapkan selesai.
5. Kadar oksigen terlarut diukur dengan alat DO meter.
Gambar alat berupa jeluk:
Penggunaan alat DO meter :
DO air diukur dengan menggunakan alat DO meter.
1. DO meter dikalibrasi dengan menggunakan aquades atau cairan kalibrasi.
2. Tombol power pada alat DO meter ditekan dan ujung sensor dimasukkan ke dalam
perairan yang akan diukur DO nya.
3. Angka yang tertera pada layar dilihat dan tunggu hingga angkanya stabil, kemudian hasil
yang didapat dicatat di table pengamatan.
4. Ujung sensor kembali dikalibrasi dengan menggunakan aquades atau cairan kalibrasi
5. Perlakuan no 1-4 dilakukan pada semua botol yang terdapat pada jeluk, baik botol terang
maupun botol gelap.
Gambar alat DO meter:
Parameter lain yang diukur yaitu :
1. pH
pH dikur dengan menggunakan alat pH meter, pengukuran pH dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. pH meter dikalibrasi dengan menggunakan aquades atau cairan kalibrasi.
2. Tombol power pada alat pH meter dinyalakan dan ujung sensor dimasukkan
kedalam perairan yang akan diukur pH nya.
3. Angka yang terdapat pada layar dilihat dan ditunggu hingga angkanya stabil,
kemudian hasil yang didapat dicatat di table pengamatan.
4. Ujung sensor kembali dikalibrasi dengan menggunakan aquades atau cairan kalibrasi
5. Perlakuan no 1-4 dilakukan pada semua botol yang terdapat pada jeluk, baik botol
terang maupun botol gelap.
Gambar alat pH meter
2. Salinitas
Salinitas atau kadar garam diukur dengan alat refatrokmeter.
1. Mengkalibrasi refraktometer dengan menggunakan aquades atau cairan kalibrasi.
2. Air sampel diteteskan ke kaca refrakto yang berwarna biru, dibersihkan dengan tissue
kemudian ditutup dengan kaca penutup.
3. Refrakto diliat/ditrawang sehingga didalam refrakto nanti akan muncul skala angka
yang menunjukkan hasil kadar garam.
4. Hasil yang didapatkan dicatat dan refraktometer dikalibrasi kembali dengan aquades
atau cairan kalibrasi.
Gambar refaktometer:
3. Suhu
Suhu air diukur dengan alat thermometer.
1. Thermometer dimasukkan ke dalam aquades untuk dikalibrasi kemudian dibersihkan
dengan tissue.
2. Bagian bawah thermometer dimasukkan ke dalam air waduk selama beberapa waktu
sampai garis merah menunjukkan angka yang stabil.
3. Hasil yang tertera di thermometer dicatat, kemudian thermometer dibilas lagi dengan
aquades dan dibersihkan dengan tissue.
Gambar thermometer:
4. Ketembus pandangan
Parameter ini diukur dengan menggunakan alat secchi disk.
1. Piringan secchi disk diturunkan ke dalam waduk sampai piringan tepat hilang dari
pandangan pengamat, kemudian dicatat hasil kedalamannya.
2. Kemudian secchi disk diturunkan sedikit lebih jauh, kemudian angkat berlahan-lahan
sampai muncul kembali dan dicatat hasil kedalamannya.
3. Hasil kedalaman dibuat rata-ratanya, hasil rata-rata ini yang disebut ketembus
pandangan.
Gambar secchi disk:
5. Pengamatan Plankton
Sampel air untuk pengamatan plankton diambil dengan alat planktonnet. Cara
pengambilan sampel air dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Serangkaian alat planktonnet disiapkan, sampel air sebanyak 10 L dimasukkan
dengan menggunakan ember plastik
2. Penutup ujung planktonnet dibuka dan disiapkan botol flakon untuk menampung
sampel airnya.
3. Sebanyak 2 – 3 tetes formalin dimasukkan ke dalam botol flakon dan diberi label
sesuaispot pengambilan dan waktunya.
4. Sampel air diambil dengan menggunakan ppet tetes, dan diletakkan di atas gelas
benda kemudian diamati dibawah mikroskop. Plankton yang ditemui dibandingkan
dengan literature.
Gambar planktonnet:
6. Pengamatan Benthos
Sampel air untuk pengamatan benthos diambil dengan menggunakan alat berupa eigmen
grap.
1. Penutup bawah eighment grab dibuka dengan mengaitkan kawat pada ujung atas
bagian eigment grab.
2. Eigment grap dimasukkan ke dalam perairan secara tegak lurus, hingga mencapai
dasar perairan dan pemberat (besi) yang terpasang pada tali dipegang agar tidak jatuh.
3. Setelah eigmentgrab sampai pada dasar perairan, pemberat tersebut dilepaskan. dan
tali pada eigment grab ditarik keatas.
4. Endapan dasar perairan yang terdapat didalam eigmengrab diambil dan diamati fauna
yang terdapat didalamnya dan ditentukan jenisnya.
Gambar eigment grab
BAB. III
HASIL PRAKTIKUM
TABEL DATA PENGAMATAN STASIUN KARAMBA
A. ABIOTIK (FISIKA DAN KIMIA)
JAM pH SUHU (oC) KECERAHAN
(cm)
SALINITAS
(ppt)
11.00 – 12.00 - 29,5 - 0
15.00 – 16.00 7,94 - 130 0
19.00 – 20.00 7,84 28,2 - 0
23.00 – 00.00 8,04 27 - 0
03.00 – 04.00 7,97 28,5 - 0
07.00 – 08.00 8,04 29,7 7,25 0
11.00 – 12.00 8,19 32,2 5,25 0
B. BIOTIK
JAM PLANKTON BENTOS
11.00 – 12.00 Plektonema -
Spirulina
15.00 – 16.00 Spirogira -
Pinullaria
Hantskia
19.00 – 20.00 Keltokampus -
Streptocefalus
Daphnia
23.00 – 00.00 Stepnosiris -
Keltokampus
03.00 – 04.00 Zignema sp. -
07.00 – 08.00 Pleurosigma -
M oina
Keltokampus
Zignema sp.
11.00 – 12.00 Spirulina -
Girosigma
Keltokampus
KADAR OKSIGEN TERLARUT
JAM KEDALAMAN BOTOL
DARI PERMUKAAN
DO
BOTOL HITAM BOTOL
TRANSPARAN
11.00 -12.00 50 cm
100 cm
150 cm
15.00 – 16.00 50 cm 3,87 6,85
100 cm 3,00 5,18
150 cm 3,87 6,68
19.00 – 20.00 50 cm 4,17 6,43
100 cm 3,69 6,16
150 cm 3,76 6,15
23.00 – 00.00 50 cm 4,41 4,94
100 cm 3,51 6,09
150 cm 3,50 4,09
03.00 – 04.00 50 cm 3,96 5,68
100 cm 3,78 6,04
150 cm 4,10 4,23
07.00 – 08.00 50 cm 4,09 4,48
100 cm 3,66 4,58
150 cm 3,96 4,05
11.00 – 12.00 50 cm Jeluk hilang Jeluk hilang
100 cm Jeluk hilang Jeluk hilang
150 cm Jeluk hilang Jeluk hilang
BAB. IV
KESIMPULAN
Produktivitas perairan Waduk Gajah Mungkur dalam keadaan baik. Hal ini dibuktikan
dengan daftar indikator yang dibuat Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2010:
1. Perairan di Waduk Gajah Mungkur dekat keramba pH air bersifat basa, hal ini
dikarenakan di dekat keramba terdapat aktifitas pemberian pakan ikan berupa pelet yg
bersifat basa. pH air dengan rasio 6,5 – 9,0 menandakan ikan dapat mengalami
pertumbuhan optimum.
2. Suhu Perairan di Waduk Gajah Mungkur dekat keramba sangat cocok bagi kehidupan ikan,
yaitu sekitar 28oC – 32oC.
3. Kecerahan air Perairan di Waduk Gajah Mungkur dekat keramba pada pagi – siang hari
yaitu < 30cm, menunjukkan kondisi yang optimum bagi kehidupan plankton. Dengan
kemelimpahan plankton yang banyak jumlah pakan alami ikan karamba terjamin. Bentos,
4. Perairan di Waduk Gajah Mungkur dekat keramba, tidak ditemukan bentos, hal ini terjadi
karena kedalaman air dekat keramba yang sangat dalam dan tidak memungkinkan bentos
untuk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Odum, E.D. 1970. Fundamentaly of Ecology 3th ed. W. B Sounsder Company. Philadelphia.
Sumawidjadja, K. 1979.Limnologi.Fakultas Perikanan IPB, Bogor
Wiryanto, A P. 2001. Peranan Plankton Di Dalam Ekosistem Perairan Indonesia, Lautan Red
Tide. Pusat Penelitian Oseanografi (POG) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Balai Karantina dan Kesehatan Ikan. 2010. Manajemen
Kualitas Air pada Kegiatn Budidaya. Semarang.