produk kreatif dan kewirausahaan perhotelan …...perusahaan jasa merupakan jenis badan usaha yang...
TRANSCRIPT
PRODUK KREATIF DAN
KEWIRAUSAHAAN PERHOTELAN
KELAS XII
i
DAFTAR ISI
BAB 1 HARGA POKOK PRODUKSI DAN ANALISIS BREAK EVEN POINT ........................... 1
A. Harga Pokok Produksi .......................................................................................... 2
B. Analisis Break Even Point (BEP) ............................................................................. 8
C. Cara Menghitung Break Even Point (BEP) .............................................................. 11
D. Manfaat Analisis Break Even Point (BEP) ............................................................... 18
E. Batas Analisis BEP ................................................................................................ 18
F. Kelemahan BEP .................................................................................................... 19
Pelatihan/Tugas .......................................................................................................... 20
Rangkuman ................................................................................................................. 20
Uji Kompetensi ............................................................................................................ 21
BAB 2 PEMASARAN PRODUK
A. Mengenal Konsumen dan Pesaing ........................................................................ 25
B. Strategi Pemasaran .............................................................................................. 27
C. Pemasaran Produk ............................................................................................... 29
D. Pemasaran Jasa .................................................................................................... 37
Pelatihan/Tugas .......................................................................................................... 45
Rangkuman ................................................................................................................. 46
Uji Kompetensi ........................................................................................................... 47
BAB 3 LAPORAN KEUANGAN SEDERHANA ...................................................................... 50
A. Definisi dan Fungsi Laporan Keuangan .................................................................. 52
B. Langkah Pembuatan Laporan Keuangan .............................................................. 60
C. Penggolongan Akun ............................................................................................. 65
D. Menganalisis Transaksi-Transaksi Bisnis dan Mencatat ke Jurnal Umum ............... 70
Pelatihan/Tugas ........................................................................................................... 75
Rangkuman ................................................................................................................. 76
Uji Kompetensi ........................................................................................................... 77
BAB 4 EVALUASI HASIL KEGIATAN USAHA ...................................................................... 80
A. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Evaluasi Hasil Kegiatan Usaha ........................... 81
B. Tahap-Tahap Pelaksanaan Evaluasi Hasil Usaha ................................................... 85
C. Permasalahan Usaha dan Solusinya ...................................................................... 87
ii
D. Evaluasi Hasil Usaha ............................................................................................. 90
E. Perencanaan Tindak Lanjut Hasil Evaluasi ............................................................ 95
Pelatihan/Tugas ........................................................................................................... 97
Rangkuman ................................................................................................................. 98
Uji kompetensi ............................................................................................................ 99
iii
PRAKATA
Sungguh sebuah kebahagiaan dan rasa syukur yang mendalam bagi penulis karena
dapat menyelesaikan buku ini.Buku ini ditulis sebagai salah satu sumber belajar siswa
SMK/MAK Kelas XII untuk mempelajari dan memperdalam materi Produk Kreatif dan
Kewirasahaan Perhotelan.
Buku Produk Kreatif dan Kewirasahaan Perhotelan ini disajikan dalam tujuh bab,
sebagai berikut:
BAB 1 : Harga Pokok Produksi dan Analisis Break Even Point (BEP)
BAB 2 : Pemasaran Produk
BAB 3 : Laporan Keuangan Sederhana
BAB 4 : Evaluasi Hasil Kegiatan Usaha
BAB 5 : Media Promosi Pemasaran Online
BAB 6 : Pemasaran Online
BAB 7 : Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Setiap bab dalam buku ini dilengkapi dengan Kompetensi Dasar dan Tujuan
Pembelajaran yang telah disesuaikan dengan Revisi K-13. Pembahasan materi disajikan
dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, dari pembahasan umum ke pembahasan
secara khusus.Untuk menunjang pembelajaran yang aktual, buku ini sudah menerapkan
STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics) serta soal-soal evaluasi berbasis
HOTS.
Semoga buku Produk Kreatif dan Kewirasahaan Perhotelan SMK/MAK Kelas XII ini
bermanfaat bagi siswa dan seluruh pembaca dalam memperoleh pengetahuan. Penulis
menerima saran dan kritik yang membangun. Selamat belajar, semoga sukses!
Penulis
1
BAB I
HARGA POKOK PRODUKSI DAN ANALISIS BREAK EVEN POINT
Kompetensi Dasar
3.8 Menghitung harga pokok produksi dan Analisis BEP.
4.8 Menentukan BEP dan keuntungan usaha.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi harga pokok produksi dan analisis BEP, peserta didik
diharapkan dapat:
1. Menghitung Harga Pokok Produksi (Cost of Revenuw).
2. Menganalisis Break Even Point (BEP).
3. Melakukan perhitungan Break Even Point (BEP).
4. Menjelaskan manfaat analisis Break Even Point (BEP).
5. Menjelaskan batas analisis Break Even Point (BEP).
6. Menyebutkan kelemahan Break Even Point (BEP).
Apakah keluarga kamu memiliki perusahaan atau memiliki bisnis? Dalam setiap bisnis
tentunya perusahaan menginginkan adanya keuntungan. Nah, keuntungan ini bisa didapat
dari penjualan barang atau jasa yang sebelumnya telah diproduksi atau dikerjakan,
dengan menghitung besaran harga pokok produksi dan harga jualnya. Harga pokok
produksi dibutuhkan untuk memperhitungkan harga jual, memperkirakan keuntungan,
serta mengatur strategi perusahaan. Tapi bagi kamu para pemilik bisnis, kamu sudah tahu
belum bagaimana cara menghitung harga pokok produksi?
Selain menghitung harga pokok produksi, perusahaan juga harus menghitung analisis
Break Even Point (BEP). Hal ini dikarenakan analisis Break Even Point (BEP) sangat
penting untuk pelaporan keuangan perusahaan. Harga pokok produksi dan analisis Break
Even Point (BEP) nantinya akan digunakan untuk membandingkan dengan pendapatan
dan disajikan dalam laporan laga rugi perusahaan. Untuk memahami lebih jelas tentang
Harga pokok produksi dan analisis Break Even Point (BEP) simaklah materi berikut
dengan seksama.
2
A. Harga Pokok Produksi
1. Pengertian Harga Pokok Produksi
Pengertian Harga pokok produksi dikemukakan oleh Mulyadi (2009:17), harga
pokok produksi adalah biaya-biaya yang di keluarkan dalam pengolahan bahan
baku menjadi sebuah produk.
Menurut Utami (2019),harga pokok produksi adalah semua biaya langsung dan
tidak langsung yang dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi sehingga
barang atau jasa tersebut bisa dijual.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Harga Pokok Produksi
(HPP) adalah biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi yang terdiri dari
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. .
Lalu apa manfaat perusahaan harus menghitung harga pokok produksi suatu
barang? Menghitung harga pokok sangat penting untuk pelaporan keuangan
perusahaan. Penentuan harga pokok produksi dilakukan sebelum perusahaan
menentukan harga jual. Harga ini nantinya akan digunakan oleh manajemen untuk
membandingkan dengan pendapatan dan disajikan dalam laporan laba rugi. Selain
itu, perusahaan juga akan lebih mudah melakukan pengontrolan produksi jika
mengetahui harga pokoknya. Banyak perusahaan yang salah dalam penentuan
harga pokok produksi karena mengira harga pokok produksi sama dengan harga
jual. Sebenarnya keduanya berbeda, karena harga jual telah ditambah dengan
keuntungan yang diinginkan perusahaan sedangkan harga pokok produksi tidak.
Harga pokok produksi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan
harga pokok perusahaan manufaktur dan jasa. Harga pokok produksi dikeluarkan
untuk tujuan mendapatkan barang dagangan atau menghasilkan produk jadi
karena harga pokok produksi terjadi dalam usaha mendapatkan aktiva maka
pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan atau laba. Sedangkan harga
pokok produksi pada perusahaan jasa mempunyai komponen berupa biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, ongkos kirim dan komisi penjualan.
Perusahaan jasa merupakan jenis badan usaha yang dalam segala aktivitas
bisnisnya adalah untuk menjual jasa sebagai ganti produk dalam perusahaan
manufaktur dan juga dagang. Contoh perusahaan jasa yang berhubungan dengan
perhotelan adalah mencakup seputar jasa hotel, jasa laundry, jasa cleaning service,
3
dan juga masih banyak lagi jasa-jasa yang lainnya. Perusahaan jasa merupakan
jenis badan usaha yang dalam segala aktivitas bisnisnya adalah untuk menjual jasa
sebagai ganti produk dalam perusahaan manufaktur dan juga dagang.
Namun, apa yang sebenarnya membedakan untuk perhitungan harga pokok
produksi perusahaan jasa dengan jenis perusahaan dagang serta manufaktur?
Istilah Harga pokok produksi perusahaan manufaktur atau Cost Of Goods Sold
(COGS) seperti ini tidak terlalu dikenal dalam hal pelaporan keuangan perusahaan
jasa. Pada perusahaan jasa, perhitungan Harga pokok produksi memang lebih
dikenal dengan istilah Cost of Revenue (COR). COR (Cost of Revenue) mirip namun
tidak sama dengan COGS.
Sebenarnya apa itu yang dimaksud dengan COR? Mengutip dari Investopedia,
COR sendiri merupakan total biaya yang muncul dari berbagai proses manufaktur
dan pengiriman dari suatu produk. Informasi Cost of Revenue (COR) akan muncul di
dalam laporan laba-rugi perusahaan jasa. Info COR tersebut akan disusun sebagai
sebuah representasi dari biaya langsung yang terkait dengan jasa yang sudah
disediakan oleh perusahaan. Komponen biaya tidak langsung seperti gaji pegawai
juga tidak termasuk dalam pos COR ini (Groedu,2018)
2. Komponen Harga Pokok Produksi Perusahaan Jasa/ Cost of Revenue (COR)
Mungkin di antara kita ada yang pernah berfikir bahwa jasa yang kita sediakan
tidak mempunyai harga pokok, mungkin karena ada yang berfikir bahwa harga
pokok dan persediaan itu hanya terdapat pada perusahaan dagang dan manufaktur,
kalau ada yang pernah berfikir demikian maka saya sarankan untuk secapatnya
merubah cara berfikir demikian.
Pada perusahaan dagang dan manufaktur terdapat komponen-komponen biaya
yang merupakan bagian dari harga pokok penjualan misalnya saja biaya pembelian
bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead, biaya-biaya tersebut di katakan
sebagai komponen-komponen biaya yang ikut menentukan besarnya harga pokok
produksi dan harga pokok penjualan karena ada tidak-nya komponen-komponen
tersebut akan sangat mempengaruhi proses produksi suatu perusahaan, lalu
bagaimana dengan perusahaan jasa?.
Untuk perusahaan jasa sendiri terdapat dua kemungkinan, kemungkinan yang
di maksud adalah ketika proses pemberian jasa, akan mengkonsumsi bahan baku,
tenaga kerja dan overhead, apabila ketiga biaya tersebut di keluarkan oleh
perusahaan pemberi jasa, maka perhitungan harga pokok jasa akan meliputi ketiga
biaya tersebut.
4
Kemungkinan kedua adalah ketika tidak terdapat bahan baku dan overhead,
maka harga pokok jasa hanya akan meliputi besar-nya biaya tenaga kerja yang di
gaji untuk menyiapkan jasa tersebut, kenapa pada kemungkinan kedua hanya
terdapat biaya tenaga kerja.
Suatu perusahaan jasa bisa beroperasi tanpa menggunakan bahan baku dan
overhead, namun beroperasi tanpa menggunakan tenaga kerja sangat lah mustahil,
sebagai contoh. Konsultan hukum, apakah jenis usaha jasa yang satu ini
menggunakan bahan baku, dan overhead, konsultan keuangan, konsultan
manajemen, pajak, dan masih banyak jenis usaha yang memang dalam memberikan
jasa tidak menggunakan bahan baku. Dengan demikian maka harga pokok jasa
hanya akan meliputi biaya tenaga kerja untuk memberikan jasa saja (Umar, 2015).
Lalu, apa saja yang menjadi komponen-komponen yang termasuk ke dalam COR
ini? Berikut adalah pembahasan yang lebih mendetail mengenai berbagai
komponen-komponen yang termasuk dalam COR. Komponen biaya tersebut antara
lain:
a. Biaya Bahan Baku.
Perusahaan jasa biasanya tidak pernah dan tidak akan mengenal komponen
semacam ini. Namun lain halnya jika Anda menjalankan jenis perusahaan yang
bergerak dalam bidang manufaktur “produk”.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL).
BTKL yang harus dimasukkan ke dalam komponen COR ini adalah seperti
contoh BTKL adalah ketika Anda sedang mempekerjakan para pekerja lepas
(freelancer) dalam suatu proyek khusus. Upah yang nanti akan dibayarkan pada
jenis pekerja tersebut akan masuk ke dalam BTKL.
c. Biaya Pengiriman (Ongkos Kirim).
Sebagai contoh jika Anda sedang menjalankan bisnis Jasa laundry terdapat
keperluan untuk mengirimkan cucian yang telah dikerjakan, maka untuk biaya
pengiriman cucian (ongkos kirim) tersebut akan masuk ke dalam komponen
COR. Atau biaya transportasi seperti halnya bensin juga bisa masuk ke dalam
komponen biaya seperti ini.
d. Komisi penjualan atau sebagai biaya marketing.
Segala biaya yang berhubungan dengan pemasaran jasa bisnis Anda akan masuk
ke dalam komponen komisi penjualan atau biaya marketing. Salah satu contoh
konkritnya adalah untuk biaya iklan. Atau dari prosentase pembagian upah
kepada para karyawan pemasaran yang memang bertugas untuk
mempromosikan bisnis jasa Anda ke pada banyak orang juga termasuk ke
dalam jenis biaya seperti ini.
5
3. Tujuan Harga Pokok Produksi Perusahaan Jasa/ Cost of Revenue (COR)
Perhitungan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya
produksi yang dikeluarkan dalam menyediakan jasa layanan. Pada umumnya unsur
biaya produksi tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
ongkos kirim dan komisi penjualan. Penentuan harga pokok sangat penting dalam
suatu perusahaan jasa layanan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat
digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan dalam
mengambil keputusan dalam menentukan harga jasa layanan yang dijual.
Adapun tujuan dari penentuan harga pokok produksi:
a. Sebagai alat pengendali biaya agar tidak ada kesalahan dalam mengalokasikan
biaya sehingga harga pokok produksi menjadi akurat dan harga jual produk
dapat bersaing dengan kualitas yang lebih baik.
b. Sebagai alat untuk menentukan harga jual barang jadi dan menetapkan
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan jika menjual barang tersebut.
c. Sebagai dasar penetapan tindakan/cara produksi pada suatu perusahaan jasa
layanan.
4. Cara Menghitung Harga Pokok Produksi untuk Bisnis Laundry
Setelah anda mengetahui apa itu harga pokok produksi, anda perlu tahu
tahapan untuk menghitungnya. Ketika Anda sudah mendeterminasi atau
mengategorikan biaya-biaya yang termasuk dalam komponen HPP perusahaan jasa,
maka selanjutnya Anda bisa menghitung biaya HPP perusahaan jasa per unit.
Sebagai contoh, Anda menjalankan sebuah bisnis pengolahan laundry. Dalam
mengelola bisnis usaha laundry perlu sebuah ketelitian ketika mengatur biaya
produksi demi tercapainya tujuan kalkulasi biaya yang bisa memberikan
keuntungan. Cara perhitungan yang teliti harus dilakukan untuk pengendalian
biaya dan pengambilan keputusan.
Cara perhitungan biaya yang umum pada perusahaan jasa bisnis laundry:
a. Dalam menghitung biaya produksi laundry sebelum proses produksi dilakukan,
biaya produksi laundry ditetapkan berdasarkan pengeluaran yang sudah terjadi
di masa lalu sebagai dasar perhitungan.
b. Perhitungkan kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang, missal
terjadinya kenaikan harga bahan baku deterjen, parfum, plastik, PDAM, listrik
dan gas.
6
c. Perhitungkan kemungkinan kenaikan ongkos kerja dan kemungkinan lainnya.
Perhitungan ini berguna untuk menentukan harga pokok produksi setiap
kilogram cucian. Sebagai contoh perhatikan ilustrasi berikut:
a. Deterjen cair harga Rp10.000,00/liter
Harga per liter deterjen : 1000ml= Rp10,00/ml
Penggunaan 1 kg pakaian membutuhkan 15ml deterjen maka perhitungan biaya
deterjen adalah 15ml x Rp10,00= Rp150,00/kg laundry
b. Parfum laundry
Harga parfum laundry Rp25.000/liter untuk menyelesaikan 100kg pakaian
maka perhitungan biaya parfum laundry adalah Rp25.000,00 : 100 kg=
Rp250,00/kg
c. Gas LPG 3 kg untuk setrika uap broiler
Harga LPG Rp20.000,00 untuk menyelesaikan 150kg setrikaan maka
perhitungan biaya untuk setrika adalah Rp20.000,00 : 150kg = Rp133,33/kg
d. Gas LPG untuk mesin pengering kapasitas 10 kg.
Harga LPG Rp20.000,00 untuk menyelesaikan 14 kali proses penegringan
dengan kapasitas 10kg maka perhitungan biaya untuk proses pengeringan
adalah Rp20.000,00 : 114 kali proses = Rp1.429,00/10kg. Biaya proses
pengeringan perkilo adalah Rp1.429,00 : 10kg = Rp 143,00/kg
e. Plastik packing ukuran standar laundry (40x60 tipe PP harga Rp17.000,00 isi 50
lembar.
Rp17.000,00 : 50 lembar = Rp340,00/lembar
Rp340,00/lembar : 4kg (kapasitas plastik)= Rp85,00/ kg
f. Plastik kresek/ jinjing harga Rp17.000,00 isi 30 lembar (asumsi 1 plastik untuk
kapasitas 5kg cucian).
Rp17.000,00 : 30 = Rp 566,00/lembar
Rp 566,00/lembar : 5kg = Rp114,00/kg
g. Air+daya listrik 2200 kapasitas produksi 1 bulan 3000kg=Rp600.000,00
(asumsi dalam 1 hari menyelesaikan 100kg cucian).
Rp600.000,00 : 30 = Rp20.000,00/hari
Rp 20.000,00 : 100kg cucian= Rp 200/kg
h. Gaji karyawan perorang (asumsi 26 hari kerja dalam satu bulan dan harga
laundry kiloan yang ditawarkan adalah Rp5.000,00/kg dan dalam 1 hari
mengerjakan 25kg cucian).
Rp 800.000,00 : 26 hari= Rp30.770,00
Rp30.770,00 : Rp5.000,00 = 6,154 kg = 6kg/hari untuk gaji karyawan
Rp30.770,00 : 25kg cucian= Rp1.230,00/kg cucian
7
i. Sewa tempat (asumsi mengerjakan 100kg laundry/ hari).
Rp12.000.000/th : 12 bulan = Rp 1.000.000,00/ bulan
Rp1.000.000,00/ bulan : 30 hari = Rp33.333,00
Rp33.333,00 : 100kg= Rp333,33 kg untuk budget sewa tempat
Berdasarkan contoh ilustrasi tersebut bisa dihitung biaya perkilo untuk laundry
sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan biaya laundry per kilo
No Jenis biaya Biaya/ kg
1. Deterjen Rp 150,00
2. Parfum laundry Rp 250,00
3. Gas LPG (setrika) Rp 133,33
4. Gas LPG (pengering) Rp 143,00
5. Plastik packing Rp 85,00
6. Plastik kresek/jinjing Rp 114,00
7. Air dan listrik Rp 200,00
8. Gaji karyawan/ kg cucian Rp1.230,00
9. Sewa tempat Rp 333,33
Jumlah total biaya per 1 kg cucian Rp 2.638,66
Sumber: Erna Sulistiyan (2019)
Berdasarkan analisis biaya produksi laundry per 1kg cucian tersebut bisa
disimpulkan bahwa harga pokok produksi untuk 1kg cucian adalah Rp2.638,66.
Jadi sebagai pemilik usaha laundry kita bisa menentukan harga jual jasa laundry
kiloan yang kita jalani berdasarkan analisis harga pokok produksi tersebut.
Perhitungan tersebut berdasarkan fakta yang dialami pada usaha laundry dimana
penghematan LPG bisa dilakukan dengan cara pengeringan manual menggunakan
proses menjemur di bawah terik matahari.
Ketika membuka usaha laundry tanpa adanya perhitungan harga pokok
produksi perkilonya yang tepat dan benar, maka usaha laundry yang akan Anda
jalankan tidak akan bisa mengetahui dengan pasti keuntungan yang diperolehnya.
Maka dari itu kita sebagai seorang wirausaha laundry merasa perlu untuk
memperhitungkan biaya produksi dengan detail. Untuk memperkecil biaya
produksi, maka dalam pemilihan bahan baku operasional laundry diperlukan
ketelitian dan kecerdasan dalam membagi keuangan dan mendapat harga bahan
baku seperti chemical laundry, peralatan laundry dan lain sebagainya.
8
B. Analisis Break Even Point (BEP)
Sebagai seorang pebisnis, tentu Anda akan membuat keputusan terkait investasi
untuk pengembangan pemasaran. Untuk menghitung berapa tahun perusahaan dapat
menghasilkan keuntungan atau untuk memastikan kapan usaha Anda mengalami balik
modal, Anda membutuhkan perhitungan Break Even Point . Break Even Point atau
nama lain dari analisis titik impas diartikan sebagai suatu keadaan atau titik di mana
perusahaan dalam kegiatan operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian juga. Singkatnya, Break Even Point adalah titik impas antara besar
jumlah laba dan biaya suatu perusahaan dalam posisi yang sama atau seimbang,
sehingga dalam prosesnya tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian.
Gambar 1.1: Ilustrasi Break Even Point (BEP)
(Sumber: Astel Design/www.freepik.com)
1. Pengertian Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP) adalah titik di mana perusahaan belum
memperoleh keuntungan, tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Adapun analisis
Break Even Point (BEP) merupakan suatu teknik mempelajari hubungan antara
biaya tetap, biaya variable, keuntungan, dan volume biaya variabel dan biaya tetap.
Suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian
dikarenakan penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan
hanya bisa menutup sebagian kecil biaya tetap(Widayati, 2019:72). Dan sebaliknya
akan memperoleh keuntungan bila penjualan melebihi biaya variable dan biaya
tetap yang harus dikeluarkan.
Break Event Point atau BEP juga merupakan suatu analisis untuk menentukan
dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada
harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan atau profit (Guru Ekonomi, 2019).
9
2. Tujuan Analisis Break Even Point (BEP)
Tujuan dari analisis Break Even Point (BEP) yaitu untuk mengetahui
pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai
laba tertentu. Selanjutnya dengan adanya analisis Break Even Point (BEP) tersebut
akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan, dan
produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan
kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi tentang
keuntungan yang diharapkan melalui penentuan harga jual per satuan, produksi
minimal, pendesainan produk dan lain-lain.
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui dulu hal-hal berikuy agar Break
Even Point (BEP) dapat ditentukan dengan tepat (Widayati, 2019:73):
a. Tingkat laba yang ingin dicapai dalam satu periode.
b. Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan.
c. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya
variabel.
3. Asumsi Dasar dan Sasaran Analisis Break Even Point (BEP)
Mudah tidaknya perhitungan atau penutupan titik Analisis Break Even
Point (BEP) tergantung pada konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan
di dalamnya. Dasar yang digunakan dalam Analisis Break Even Point (BEP), sebagai
berikut (Widayati, 2019:72):
a. Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan ke dalam biaya
tetap dan biaya variabel.
b. Biaya variabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume,
sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.
c. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan
biaya tetap per unit berubah-ubah.
d. Harga jual per unit konstan selama periode yang dianalisis.
e. Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.
f. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat
atau menjual lebih dari satu produk, maka perimbangan hasil penjualan setiap
produk akan tetap.
Sasaran analisis Break Even Point (BEP) yaitu untuk mengetahui titik pulang
pokok atau titik impas berada. Dalam kondisi lain, analisis Break Even Point (BEP)
digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan
10
mengidentifikasi produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses
yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan.
Gambar 1.2: Analisis Break Even Point (BEP)
(Sumber: Octa Merita/www.merytaocta.blogspot.com)
Keterangan :
1. Sumbu datar (sumbu x) menyatakan unit atau volume penjualan yang dapat
dinyatakan dalam satuan kuantitas atau rupiah pendapatan penjualan.
2. Sumbu tegak (sumbu y) menyatakan pendapatan penjualan dan biaya dalam
rupiah.
3. BEP/Impas adalah terletak pada perpotongan garis pendapatan penjualan
dengan garis biaya. Bila dari titik perpotongan tersebut ditarik garis tegak ke
sumbu x, akan diketahui pencapaian impas berdasarkan volume penjualan. Jika
dari titik impas ditarik garis tegak lurus ke sumbu y, akan diketahui pencapaian
impas berdasarkan pendapatan penjualan.
4. Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis total biaya dengan
garis pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena pendapatan
penjualan lebih rendah dari total biaya. Sedangkan daerah di sebelah kanan titik
impas yaitu, bidang diantara garis pendapatan penjualan dengan garis total
biaya merupakan daerah laba, karena pendapatan penjualan lebih tinggi dari
total biaya.
11
C. Cara Menghitung Break Even Point (BEP)
1. Break Even Point (BEP) pada Perusahaan Manufaktur
Jika ingin mengetahui total cost atau total penerimaan dari penjualan maka yang
diperlukan adalah hanya volume penjualan dalam unit (Q). Dengan mengetahui Q
maka kita dapat menghitung sales (penjualan), total cost (total biaya) dan juga
laba/rugi. Namun dalam Analisis Break Even Point (BEP) yang menjadi pegangan
bagi kita adalah titik dimana perusahaan tidak mengalami laba dan tidak
mengalami rugi atau istilahnya titik impas. Menurut Widayati (2019:73) titik impas
terjadi apabila :
TR (sales) = P.Q
TC = FC + VC
Dengan demikian, konsep biaya tetap, biaya variabel, total biaya dan total
pendapatan perlu diketahui.
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Total cost (Total biaya)
TVC = Total Variable Cost (Total biaya variabel)
TFC = Total Fixed Cost (Total biaya tetap)
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total Revenue (total pendapatan)
P = Price (harga)
Q = Quantity (jumlah unit yang dihasilkan atau dijual)
Setelah menguasai konsep total biaya dan total pendapatan, maka seseorang
dapat mencari titik pertemuan antara total biaya dengan total pendapatan (TR=TC).
Titik ini yang dinamakan titik pulang pokok, titik impas atau Analisis Break Even
Point (BEP).
12
Untuk menentukan Analisis Break Even Point (BEP) dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
TR = TC
P x Q = TFC + TVC
P x Q = TFC + (Q x AVC)
Keterangan :
TVC = Total Variable Cost (Total biaya variabel)
TFC = Total Fixed Cost (Total biaya tetap)
P = Price (harga)
Q = Quantity (jumlah unit yang dihasilkan atau dijual)
AVC = Average Variable Cost (biaya variabel rata-rata )
Laba atau profit didapatkan ketika penerimaan lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan (TR > TC), namun ketika TC > TR maka perusahaan mengalami
kerugian.
Contoh:
1. PT Endrasena memproduksi produk vas bunga kualitas standar hotel dengan
jumlah biaya tetap Rp3.000.000, dan biaya variabel Rp500.000,00 per unit. Jika
jumlah vas yang diproduksi adalah 100 unit, maka berapakah harga yang harus
ditetapkan untuk mencapai Break Even Point (BEP)?
Jawab :
TR = TC
P x Q = FC + VC
P x 100 = Rp3.000.000,00 + (100x Rp500.000,00)
100 P = Rp3.000.000,00 + Rp50.000.000,00
100 P = Rp53.000.000,00
P = Rp53.000.000,00
100
P = Rp530.000,00
Jadi harga vas bunga yang harus ditetapkan untuk mencapai BEP adalah
Rp530.000,00
2. PT Citra Furniture memproduksi produk kursi kayu untuk melayani pesanan
restoran dan kafe dengan biaya tetap Rp8.000.000,00 dan biaya variabel
Rp60.000,00 per unit. Jika harga jual Rp100.000,00, maka berapa jumlah yang
harus diproduksi untuk mencapai keuntungan Rp2.000.000,00 ?
13
Jawab:
TR – TC = 2.000.000
(PxQ) – (FC+(Qx AVC)) = 2.000.000
100.000Q – (8.000.000 + 60.000Q) = 2.000.000
100.000Q – 60.000Q – 8.000.000 = 2.000.000
40.000Q = 2.000.000 + 8.000.000
Q = 10.000.000
40.000
Q = 250
Jadi jumlah kursi kayu yang harus diproduksi untuk mencapai keuntungan Rp
2.000.000,00 adalah 250 unit.
3. PT Makmur Sukses memproduksi produk kaca hias untuk suplay restoran
dengan biaya tetap Rp6.000.000,00 dan biaya variabel Rp100.000,00 per unit.
Jika jumlah barang yang diproduksi 100 buah, maka berapakah harga yang
harus ditetatpkan untuk mencapai keuntungan Rp2.000.000,00 ?
Jawab:
TR – TC = 2.000.000
(PxQ) – (FC +(QxAVC)) = 2.000.000
100P – (6.000.000 +(100x 100.000)) = 2.000.000
100P – 16.000.000 = 2.000.000
100P = 2.000.000 + 16.000.000
100P = 18.000.000
P = 18.000.000
100
= 180.000
Jadi harga yang harus ditetapkan oleh PT Makmur Sukses untuk mencapai
keuntungan Rp20.000,00 yaitu Rp180.000,00
Setelah kamu mengetahui cara dan penerapan dari contoh kasus di atas,
sekarang kamu sudah setidaknya mendapat gambaran seperti apa fungsi dari Break
Even Point (BEP). Seorang manajer produksi yang baik akan terus memperhatikan
biaya yang diperlukan dalam proses produksi. Terutama biaya tetap dan biaya
variabel. Dari contoh tersebut Anda bisa melihat jika perusahaan meningkatkan
harga jual produknya maka akan merubah margin kontribusi, yang akhirnya akan
14
mempengaruhi jumlah atau nilai Break Even Point (BEP) yang dibutuhkan
perusahaan.
2. Break Even Point (BEP) pada Perusahaan Jasa Restoran
Break Even Point (BEP) pada dasarnya merupakan total penjualan dalam
periode tertentu yang digunakan untuk menutupi kebutuhan operasional.
Mengetahui nilai Break Even Point (BEP) akan membantu menakar kemungkinan
risiko saat membuka restoran, dan menentukan batas minimal supaya restoran
bertahan. Angka dalam Break Even Point (BEP) akan menunjukkan berapa banyak
profit yang akan terealisasi. Break Even Point (BEP) dalam bisnis restoran akan
merujuk pada jumlah dari total pendapatan yang dibutuhkan untuk menutup
pengeluaran. Formula dasar dari Break even point (BEP) yaitu fixed cost dibagi 1
dikurangi persentase variable cost.
Menentukan BEP penjualan penting untuk kelangsungan restoran, dan
merupakan langkah penting untuk mendapat profit. Menurut Freddy (2018)
Perhitungannya sangat mudah, cukup pisahkan menjadi dua kategori utama, fixed
cost atau variable cost :
a. Fixed cost
Fixed cost tak akan berubah nilainya, tak masalah berapa banyak makanan
diproduksi dalam restoran. Beberapa yang masuk kategori fixed cost seperti
biaya sewa lahan, sewa gedung, pajak, asuransi, dan penurunan nilai alat.
Kadang upah karyawan juga dimasukkan sebagai fixed cost.
Beberapa staf yang nilai upahnya dapat diprediksi tetap sesuai dalam
perjanjian kerja juga masuk dalam hitungan fixed cost. Staff lain seperti kasir,
manajer, juru masak, termasuk cleaning service, juga dihitung sebagai fixed
cost. Tapi untuk staff yang dipekerjakan karena kebutuhan bisnis yang
meningkat, secara teknis tak masuk hitungan fixed cost.
Fasilitas lain berupa pemanas dan lampu dihitung sebagai fixed cost,
dengan menghitung kebutuhan minimal pemakaian tergantung dari jumlah
penjualan. Semisal pemakaian pemanas dan lampu di atas kisaran kebutuhan
minimal karena bisnis yang meningkat, dua hal ini tak dianggap sebagai fixed
cost.
Secara umum fixed cost dibagi dua, yaitu controllable dan uncontrollable.
Controllable fixed cost dapat berubah dalam jangka pendek. Misalnya,
meskipun petugas cleaning service sudah dianggarkan upah yang tetap, akan
ada kemungkinan mengurangi service, yang berarti ada pemotongan
anggaran.
15
Uncontrollable fixed cost merupakan biaya yang tidak dapat diubah secara
cepat oleh manajemen. Satu contoh umum dari uncontrollable cost yaitu biaya
sewa lahan, pembayaran leasing, juga depresiasi nilai alat. Dalam hitungan
dasar, yang benar-benar fixed cost yaitu overhead cost.
b. Variable cost
Variable cost merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan
penjualan. Satu contoh, kebutuhan tisu makan akan bervariasi tergantung dari
peningkatan atau penurunan penjualan. Yang termasuk variable cost yaitu
terkait makanan, sayur, dan upah pekerja.
Variable cost merupakan biaya yang dapat dikontrol. Harga bumbu dan
bahan dasar yang mahal masih bisa dibeli, takaran porsi penyajian bisa
diubah, dan beberapa pekerja bisa dikurangi jam kerjanya dengan beberapa
pertimbangan. Untuk hitungan dasar, secara umum variable cost hanya
menghitung seputar makanan.
Upah pekerja kadang dimasukkan dalam golongan semi-variable cost
karena beberapa sudah tetap dan beberapa tidak. Pada kebanyakan, gaji
pekerja bisa dikontrol dengan menentukan berapa banyak karyawan dalam
satu shift, juga berapa jam karyawan harus bekerja dalam satu shift.
Tapi untuk perhitungan dasarnya, pekerja sering dibuat kategori sendiri.
Tapi dalam konteks ini, gaji pekerja dimasukkan dalam biaya semi-variable.
Dalam menjalankan restoran, biaya yang diperlukan pasti akan bervariasi
tergantung pada banyaknya tingkat penjualan.
Gambar 1.3 Restoran
(Sumber: Kaboompics (Pexels)/www.unsplash.com)
Satu-satunya cara menutupi pengeluaran yaitu lewat penjualan. Saat tingkat
penjualan sudah seimbang dengan upah pekerja, biaya overhead, dan makanan,
maka BEP sudah tercapai. Untuk formulasinya, BEP akan akan tercapai jika:
16
Penjualan = gaji pekerja + biaya overhead + biaya makanan
Semisal gaji karyawan tiap minggu adalah Rp3.000.000,00, biaya overhead
adalah Rp2.000.000,00, dan biaya makanan adalah Rp4.000.00,00. Jika dikalkulasi
sesuai formula di atas, BEP akan terjadi saat penjualan mencapai Rp9.000.000,00.
Artinya, untuk bisa bertahan dalam bisnis restoran, setidaknya dibutuhkan
pendapatan minimal Rp9.000.000,00 dalam satu minggu. Segala bentuk kelebihan
di atas angka ini bisa dipertimbangkan sebagai profit (keuntungan).
Keuntungan ini bisa dihitung dari hasil penjualan dikurangi semua biaya.
Keuntungan = Penjualan – (gaji pekerja + biaya overhead + biaya makanan)
Contoh Persentase Biaya
Satu lagi yang penting dalam industri restoran yaitu menghitung persentase
biaya secara umum, dan persentase biaya pembelian bahan makanan secara
khusus. Dalam suatu restoran yang berjalan baik, persentase biaya relatif tak
banyak berubah meski nilai tukar sering berubah dari hari ke hari.
Bagaimanapun juga, semisal volume penjualan mengalami kenaikan, maka
akan terjadi efisiensi anggaran sehingga biaya produksi akan menurun dan
meningkatkan profit. persentase biaya dihasilkan dari membagi total biaya
dengan tingkat penjualan. Secara umum formulanya adalah:
Persentase biaya = total biaya / total penjualan
Persentase biaya makanan = biaya pembelian bahan makan / total penjualan
persentase biaya overhead = biaya overhead / total penjualan
Persentase biaya pekerja = biaya upah pekerja / total penjualan
17
Semisal satu restoran mempunyai total penjualan Rp35.000.000,00 Biaya
pembelian bahan makanan adalah Rp12.500.000,00, gaji pekerja adalah
Rp8.000.000,00, dan biaya overhead adalah Rp7.000.000,00. Untuk menentukan
persentase biaya, ingat bahwa persentase selalu diekspresikan dengan porsi 100.
Itu sebabnya, pecahan desimal hasil dari biaya dibagi dengan total penjualan
harus dikali dengan 100.
persentase biaya makanan = biaya pembelian bahan makan / total penjualan
= Rp12.500.000,00 / Rp35.000.000,00
= 0.357
= 35.7% (0.357 x 100)
persentase biaya pekerja = biaya upah pekerja / total penjualan
= Rp8.000.000,00 / Rp35.000.000,00
= 0.2285
= 22.9% (0.2285 x 100)
persentase biaya overhead = biaya overhead / total penjualan
= Rp7.000.000,00 / Rp35.000.000,00
= 0.2
= 20% (0.2 x 100)
Profit = sales – (gaji pekerja + biaya overhead + biaya makanan)
= Rp35.000.000,00 – (Rp8.000.000,00 + Rp7.000.000,00 + Rp. 12.500.000,00)
= Rp35.000.000,00 – Rp27.500.000,00
= Rp7.500.000,00
persentase profit berdasarkan total penjualan
= Rp7.500.000,00 / Rp35.000.000,00
= 0.214
= 21.4% (0.214 x 100)
18
Profit dalam persentase = 100% - persentase biaya
= 100% - (35.7% + 22.9% + 20%)
= 100% - 78.6%
= 21.4%
Persentase profit sebelum pajak lebih dari 20% dalam contoh ini. Kebanyakan
restoran kemungkinan tak akan mencapai persentase profit tinggi seperti ini. Dari
contoh di atas, hasil kalkulasi dari BEP juga dapat dihitung dari persentase secara
langsung.
D. Manfaat Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP) secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan tentang pola hubungan antara volume penjualan, biaya dan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis Break Even
Point (BEP) digunakan untuk menganalisis unit berapa atau omzet penjualan berapa,
perusahaan tidak rugi dan tidak menerima keuntungan.
Analisis Break Even Point (BEP) dalam dapat membantu pengambilan keputusan
tentang (Widayati, 2019:75):
1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu
3. Jumlah maksimal berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
E. Batas Analisiis BEP
Analisis Break Even Point (BEP) dapat dirasakan manfaatnya apabila titik Analisis
Break Even Point (BEP) dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini
dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik
turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik Analisis Break Even Point
(BEP). Dalam kenyataan analisis Analisis Break Even Point (BEP) ini sulit diterapkan.
Oleh karena itu, analisis ini mempunyai batasan tertentu.
Batasan dalam analisis BEP adalah (Widayati, 2019:75):
1. Fixed cost haruslah konstan selama periode tertentu
19
2. Variable cost dalam hubungan nya dengan penjualan haruslah konstan
3. Variable price per unit tidak berubah dalam periode tertentu
4. Variable mix tidak berubah
Berdasarkan batasan tersebut, Analisis Break Even Point (BEP) akan bergeser atau
berubah apabila:
1. Perubahan Fixed Cost, terjadi akibat bertambahnya kapasitas produksi, di mana
perusahaan ini ditandai dengan naik turunnya garis Fixed Cost (FC) dan Total Cost
(TC) meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC
naik maka BEP akan bergeser ke atas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada Variable cost ratio atau VC per unit, di mana perusahaan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis TC. Naiknya biaya VC per unit akan
menggeser BEP ke atas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit (harga). Perubahan ini akan mempengaruhi
miringnya garis total revenuw (TR). Naiknya harga jual per unit pada level
penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser ke
bawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi
lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu
produk dengan produk yang lainnya (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi
perubahan misalnya naik 20% pada produk A, sedangkan pada produk B tetap,
maka BEP pun berubah.
F. Kelemahan BEP
Dalam pemakaian analisis BEP kita harus menyadari keterbatasan yang terdapat
pada analisis ini. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan adalah kenyataan harga ini kadang
harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran pasar.
2. Asumsi terhadap Cost, penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga
mengandung kelemahan. Dalam hal ini untuk memenuhi volume penjualan biaya
tetap tidak bisa berubah karena pembelian mesin atau peralatan lainnya. Dengan
demikian, perhitungan biaya variable perunit dapat dipengaruhi perubahan ini.
3. Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis
4. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas
5. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
20
Pelatihan / Tugas
Lembar kerja siswa (praktik siswa)
1. Bentuklah kelompok kerja siswa @4 orang siswa
2. Setelah mempelajari materi tentang HPP dan BEP, cobalah untuk merancang suatu
usaha yang mungkin akan dijalankan dalam waktu dekat.
3. Analisis rancangan usaha kelompok kalian dan buatlah perhitungan harga pokok
produksi nya
4. Tetapkan harga jual dari barang tersebut
5. Komunikasikan hasil kerja kelompok kalian di depan kelas !
Rangkuman
1. Harga pokok produksi adalah semua biaya langsung dan tidak langsung yang
dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi sehingga barang atau jasa
tersebut bisa dijual.
2. Analisis Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari
hubungan antara Biaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas.
Jika ingin mengetahui total cost atau total penerimaan dari penjualan maka yang
diperlukan adalah hanya volume penjualan dalam unit (Q).
3. Manfaat yang bisa diambil dengan menggunakan konsep Break Even Point yaitu
sebagai berikut : Perencanaan Penjualan atau Produksi, Perencanaan Harga Jual
Normal, Perencanaan Metode Produksi, Titik Tutup Pabrik.
4. Batasan dalam analisis BEP adalah :
a. Fixed cost haruslah konstan selama periode tertentu
b. Variable cost dalam hubungan nya dengan penjualan haruslah konstan
c. Variable price per unit tidak berubah dalam periode tertentu
d. Variable mix tidak berubah
5. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan adalah kenyataan harga ini
kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran
pasar.
b. Asumsi terhadap Cost, penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga
mengandung kelemahan.
c. Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis
d. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas
e. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
21
Uji kompetensi
A. Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Semua biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan perusahaan
untuk proses produksi sehingga barang atau jasa tersebut bisa dijual disebut
….
a. Harga pokok pesanan
b. Harga pokok proses
c. Harga pokok produksi
d. Harga produksi minimal
e. Harga produksi maksimal
2. Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi total biaya dengan ….
a. Total unit yang dipesan
b. Biaya produksi per satuan
c. Nilai jual produk
d. Biaya overhead pabrik
e. Biaya langsung
3. Harga pokok produksi pada perusahaan jasa disebut ….
a. Cost of Good Sold
b. Cost of Revenuw
c. Variable cost
d. Fixed cost
e. Marginal Revenue
4. Istilah lain bagi BEP adalah ….
a. Untung
b. Rugi
c. Titik impas
d. Laba
e. Potongan harga
5. Laba/ profit didapatkan ketika …
a. TR = TC
b. AR = AC
c. AR < AC
d. TR > TC
e. TC > TR
6. Perusahaan merugi apabila, ….
a. Biaya > pendapatan
22
b. Biaya = pendapatan
c. Biaya < pendapatan
d. Biaya tetap > biaya variable
e. Biaya tetap < biaya variable
7. Penerimaan produsen dari hasil penjualan setiap barang, disebut ….
a. Penerimaan marginal
b. Penerimaan rata-rata
c. Penerimaan total
d. Marginal revenue
e. Average revenue
8. Penerimaan total dirumuskan ….
a. TR = Q x P
b. TR = AR x P
c. TR = AQ x P
d. AR = TR : Q
e. MR = TR : Q
9. Biaya yang tidak berubah walaupun terjadi perubahan jumlah produk yang
diproduksi adalah biaya ….
a. Tetap
b. Variabel
c. Pemasaran
d. Bahan baku
e. Tenaga kerja
10. Rumus yang benar untuk biaya variabel tiap produk adalah ….
a. TR = TC
b. TR = Q x P
c. TC = FC + VC
d. VC = Q x AVC
e. AVC = VC / Q
11. Penerimaan total (TR) dapat dihitung dengan cara mengalikan jumlah
seluruh produk yang dihasilkan dengan …..
a. Biaya rata-rata (AC)
b. Biaya marginal (MC)
c. Total penerimaan (TR )
d. Penerimaan marginal (MR)
e. Harga jual produk (P)
12. Rumus untuk mencari nilai rata-rata marjinal / average revenuw adalah ….
23
a. TR = Q xP
b. MR = TR/Q
c. Q x P
d. AR = TR/ Q
e. AC = P x Q
13. Sebuah perusahaan kue bolu setiap hari mengeluarkan biaya tetap total
sebesar Rp50.000,00. Berdasarkan pengalaman, diketahui bahwa biaya
variabel rata-rata Rp50,00 per buah. Harga jual kue bolu Rp100,00 per buah.
Untuk mencapai BEP, berapa buah kue bolu yang harus dihasilkan dalam satu
hari dalam perusahaan itu ….
a. 500 buah
b. 1.000 buah
c. 1.500 buah
d. 50.000 buah
e. 100.000 buah
14. Salah satu batasan analisis Break Even Point, yaitu ….
a. total cost mengalami perubahan setiap periode
b. fixed cost haruslah konstan selama periode tertentu
c. variable cost dalam hubungannya dengan penjualan naik turun
d. variable price per unit berubah dalam periode tertentu
e. variable mix mengalami penurunan
15. Penerimaan tambahan dari hasil penjualan setiap unit barang, disebut ….
a. Penerimaan marginal
b. Penerimaan rata-rata
c. Penerimaan total
d. Marginal revenue
e. Average revenue
B. Soal Esai
Jawablah dengan tepat dan benar.
1. Semua biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan
disebut ….
2. Harga pokok per satuan adalah biaya produksi selama periode tertentu
dibagi dengan ….
3. Nama lain Break Even Point adalah ….
4. Biaya dalam BEP digolongkan dalam biaya tetap dan ….
5. Biaya variable secara total dapat berubah sesuai dengan ….
24
6. Apabila TR > TC maka perusahaan tersebut ….
7. Apabila TC > TR maka perusahaan tersebut ….
8. Tujuan analisis BEP adalah untuk mengetahui pada volume penjualan atau
produksi berapakah suatu perusahaan mencapai ….
9. BEP digunakan untuk mengetahui bagamana efek perubahan harga jual,
biaya dan volume penjualan terhadap ….
10. Total revenue adalah ….
C. Soal Esai Uraian
Jawablah dengan ringkas dan benar.
1. Jelaskan tentang harga pokok produksi !
2. Bagaimana perubahan FC berdasarkan batasan analisis BEP ?
3. Bagaimana keadaan suatu perusahaan apabila TC > TR ?
4. PT Endrasena memproduksi produk dengan biaya tetap Rp 5.000.000,00 dan
biaya variable Rp 40.000,00 per unit. Jika harga jual Rp 80.000,00 maka
berapakah jumlah produk yang harus diproduksi agar mencapai BEP ? HOTS
5. Mengapa dalam mengambil keputusan melalui titik impas memerlukan
kehati-hatian ? HOTS