problematika guru dalam mengelola kelas di …

102
1 PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL YAQQIN SIMPANG SUNGAI DUREN KECAMATA JALUKO KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan NOER HELIZA NIM. TPG. 161931 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

1

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS

DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL YAQQIN SIMPANG

SUNGAI DUREN KECAMATA JALUKO KABUPATEN

MUARO JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

pendidikan

NOER HELIZA

NIM. TPG. 161931

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2020

Page 2: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

ii

Page 3: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

iii

Page 4: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

iv

Page 5: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

v

Page 6: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

vi

ABSTRAK

Nama : Noer Heliza

Nim : TPG.161931

Judul : Problematika Guru Dalam Mengelola Kelas Di Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kecamatan

Jaluko Kabupaten Muaro Jambi

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan problematika guru mengelola

kelas di MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten

Muaro Jambi,Meliputi bagaimana menciptakan iklim belajar yang tepat,mengatur

ruangan belajar,dan mengelola intiraksi kegiatan belajr mengajar. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif jenis deskkriptif. Subjek dalam penelitian ini

adalah guru kelas IV. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode

observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan

pedoman observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pengelolaan kelas guru kelas IV 1)

menciptakan iklim blajar yang tepat guru lebih cenderung pada penekanan hal

positif. 2) pengaturan ruang belajar guru cenderung hanya merubah format tempat

duduk per dua bulan sekali. 3) mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar

cenderung terlihat saat guru melakukan kegiatan membuka dan menutup

pelajaran.

Kata kunci : Mengelola Kelas, Problematika Guru, Iklim belajar

Page 7: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

vii

ABSTRACT

Nama : Noer Heliza

Nim : TPG.161931

Judul : Teacher Problems In Managing Classes In Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Yaqin Simpang River Duren Jaluko Subdistrict

Muaro Jambi District

This study aims to describe the problematics of teachers managing classes

in MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren, Jaluko District, Muaro Jambi District,

covering how to create an appropriate learning climate, organize learning spaces,

and manage the intiraction of teaching learning activities. This research is a

descriptive qualitative research. The subjects in this study were class IV teachers.

Dayta collection techniques used are the method of observation, interviews and

documentation. The research instrument used observation and interview

guidelines. Data analysis techniques used are data reduction, data presentation,

and drawing conclusions. The data validity technique uses source triangulation

and technique triangulation. The results showed that in carrying out classroom

teacher management class IV 1) creating an appropriate learning climate the

teacher was more inclined to emphasize the positive things. 2) the arrangement of

the teacher's learning space tends to only change the format of seating every two

months. 3) managing the interaction of teaching and learning activities tends to be

seen when the teacher does the activity of opening and closing the lesson.

Keywords: Manage Classes, Teacher Problems, Learning Climate

Page 8: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

viii

MOTTO

“Manajemen adalh efisiensi dalam mendaki tangga kesuksesan, kepemimpinan

agar tangga tersebut bersandar pada tembok yang benar”

(Stephen Covery)

Guru yang menganggap manajemen kelas sebagai proses dalam membangun dan

mempertahankan lingkungan belajar yang efektif

Cenderung lebih berhasil dari pada guru yang lebih menekankan perenan mereka

sebagai figur otoritas atau pendisiplin.

(Thomas L. Good dan Jere Brophy)

Page 9: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

ix

“PERSEMBAHAN"

Kusimpuhkan kedua belah kakiku Ku sujudkan kepalaku ke arah kiblatku

Ku haturkan do’a kepada ALLAH SWT, Rabb-Kukerena-Nya lah akhir karya

kecil ini terselesaikan sebagai ungkapan rasa puji syukur dan ku untai shalawat

serta salam kepada Nabi Muhammad SAW merangkai pengharapan bagi

syafaatnya.

Ku persembahkan skripsi ini untuk :

Ayahanda Kasned Dan Ibunda Alm. Azizah untuk curahan do’a cinta

dan kasih sayang yang tak terhingga serta kakak ku Indra Feni serta sahabat-

sahabat karibku FERI SAPUTRA. SE, Resi Juliana, Nurjannah Safitri,

Mustika Putri, Mesan Despa, Aulia, serta teman-teman kukerta posko 20 di

Desa Gelanggang Kec, Sungai Manau Kab Merangin yang tidak bisa saya

sebutkan nama nya satu persatu serta teman-teman PPL di Mi Nurul Ittihad, dan

tak lupo juga teman-teman PGMI, Angkatan 2016 Khususnya PGMI C, terima

kasih atas semua perhatian saran dan nasehat selama ini yang teramat sangat

berharga.

Saudara saudariku seiman, maha suci Allah SWT yang telah

mempertemukan kita dikampus UIN STS JAMBI yang menjadi kembagaan kita,

biarlah nama-nama kalian semua tertulis dilembaran hati ini, kutemuklan arti ke

ikhalasan perjuangan.

Bersama kalian “terima kasih ya Allah SWT atas nikmat ukhuwah yang

kami rasakan hingga hari ini AMIN..........

“ Allah itu maha pengasih dan maha penyayang, maka berdo’a lah

kepadanya, yakin lah atas janji dan takdirnya”

(INSYAALLAH)

Page 10: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

x

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya

sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip

dari hasil karya orang lain telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan

hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku.

Jambi, 02 Maret 2020

Noer heliza

TPG. 161931

Page 11: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat rahmat

dan rhido-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan

penelitian Kualitatif ini dengan baik. Pelaksanaan penulisan ini merupakan salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar Serjana Strata Satu (S1) dalam bidang

ilmu pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, di fakultas Tarbiyah dan keguruan

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi, penelitian ini berjudul

“Problematika Guru Dalam Mengelola Kelas d Di MI Nurul Yaqin Simpang

Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi”. penelitian ini

penulis gunakan untuk mengetahui pengelolaan kelas di kelas IV MI Nurul Yaqin.

Penulisan penelitian Kualitatif ini dapat terwujud berkat bantuan dan jasa

dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak prof. Dr. H. Suaidi Asyari, M.A, Ph,D selaku rektor UIN Sulthan

Thaha Saifuddi Jambi.

2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE, M.EI selaku wakil rektor I UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr, Asad Isma M.Pd selaku wakil rektor II UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag selaku wakil rektor III UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr,Hj Fadilah Husen, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Ibu Dr. Risnita, M.Pd Selaku wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan

keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Dr. Najmul Hayat, M.Pd.I Selaku wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah

dan keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Ibu Dr Yusria S.Ag. M.Ag Selaku wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan

keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 12: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

xii

9. Ibu Ikhtiati M.Pd Selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha

Saifudin Jambi

10. Ibu Nasyariah Siregar M.Pd.I Selaku Sekretaris Jurusan Program Studi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi

11. Dr,H Armida, M.Pd..i Selaku Dosen Pembimbing I dan bapak Amirul

Mukminin M,Pd.i Selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Ibu Kariem. S.Pd.i Kepala sekolah MI Nurul Yaqqin yang telah

memeberikan kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data di

lapangan.

13. novalisa S.Pd.I Selaku guru kelas IV yang telah memberikan banyak

informasi guna mempermudah penulis memperoleh data di kelas.

14. Sahabat-sahabat Mahasiswa PGMI yang telah menjadi patner diskusi

dalam penyusunan skripsi ini.

15. Sahabat-sahabat yang memberikan penulis motivasi dan dukungan dari

awal hingga akhir sampai skripsi ini selesai.

Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

dan amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Jambi, 03 februari 2020

Penulis

Noer Heliza

NIM:TPG.161931

Page 13: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

NOTA DINAS ............................................................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................................ iv

PERSEMBAHAN .......................................................................................................... v

MOTTO ......................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................................... ix

ABSTRACK .................................................................................................................. x

DAFTAR ISI .................................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................................. 6

C. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6

D. Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ........................................................ 6

1.Tujuan Penelitian . ........................................................................................... 6

2. kegunaan Penelitian ........................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Kelas .............................................................................................. 8

1. pengertian pengelolaan kelas.......................................................................... 8

2. Kegiatan utama dalam pengelolaan kelas ...................................................... 10

B. Penelitian yang relavan ..................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ..................................................................... 26

B. Setting dan Subjek Penelitian ............................................................................. 26

C. Jenis Dan Sumber Data ...................................................................................... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 27

Page 14: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

xiv

E. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 28

F. Teknik Pemeriksaan Data ................................................................................... 29

G. Jadwal Penelitian ................................................................................................ 30

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................................. 31

1.Sejarah madrasah ............................................................................................. 31

2. Letak geografis madrasah ............................................................................... 31

3. Visi dan misi madrasah .................................................................................. 32

B.Struktur organisasi sekolah ................................................................................ 32

C.Tenaga pendidik .................................................................................................. 34

D.Struktur kurikulum madrasah .............................................................................. 35

E.Siswa madrasah ................................................................................................... 37

F.Sarana dan prasarana ........................................................................................... 37

G.Sarana prasarana.................................................................................................. 38

H.Temuan penelitian ............................................................................................... 39

a. menciptakan iklim belajar yang tepat ................................................................. 38

1. kehangatan dan antusias ................................................................................. 38

2. tantangan ........................................................................................................ 40

3. bervariasi ........................................................................................................ 41

4. keluwesan dan penekanan hal positif ............................................................. 42

5. penanaman disiplin diri .................................................................................. 42

B. Mengatur ruangan belajar ................................................................................... 43

1. Pengaturan tempat duduk ............................................................................... 43

2. Pengaturan media pendidikan ........................................................................ 43

3. Pemberian aromaterapi ................................................................................... 44

C. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar .................................................. 42

1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran ............................................ 44

2. Keterampilan menjelaskan ............................................................................ 45

3. Keterampilan bertanya ................................................................................... 46

4. Keterampilan memberi penguatan ................................................................. 46

5. keterampilan membimbing diskusi ................................................................ 47

I.Pembahasan .......................................................................................................... 47

Page 15: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

xv

a. Menciptakan iklim belajar yang tepat ............................................................ 47

b. Mengatur ruangan belajar ............................................................................... 48

c. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar .............................................. 49

d. Keterbatasan penelitian .................................................................................. 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 54

B. Saran ................................................................................................................... 54

C. Penutup ............................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

Page 16: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Guru Mi Nurul Yaqqin .......................................................................... 34

Tabel 2.1 Data nama Guru Wali Kelas .......................................................................... 35

Tabel 3.1 Mata Pelajaran................................................................................................ 36

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Per Kelas ................................................................................. 37

Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana ..................................................................................... 38

Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana ..................................................................................... 39

Page 17: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Hasil Wawancara

Lampiran II : Hasil Wawancara

Lampiran III : Hasil Wawancara

Lampiran IV: Dokumentasi Penelitian

Page 18: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

xviii

Page 19: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara.

(UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab I Pasal I Ayat (1). (Fitri Mahdalena, 2017). Noer Aly,1999, hlm. 20).

Secara faktual, “Pendidikan yaitu suatu kegiatan pendidikan yang

dilakukan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pendidikan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota

masyarakat, sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan

pribadi seseorang yang memungkinkan tumbuh dan berkembang potensi

dan kemauannya”.

Upaya untuk mengaktifkan dan menghidupkan ruang kelas dalam rangka

melaksanakan pengelolaan kelas yang efektif untuk diarahkan pada tercapainya

tujuan pembelajaran, tentu membutuhkan sikap yang simultan dari berbagai

elemen yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dalam keseharian guru

dituntut agar dapat berkembang secara dinamis dalam meningkatkan

kekreativitasannya guna menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dan

memungkinkan para peserta didik dapat berekspresi dengan bebas,

menyenangkan, dan penuh gairah dalam belajar untuk mempelajari dan

memahami esensi berbagai hal yang mereka pelajari.

Mengatur lingkungan fisik bagi pembelajaran merupakan titik mula yang

logis untuk melaksanakan pengelolaan kelas, karena hal ini merupakan sebuah

tugas yang dihadapi semua guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Oleh

karena itu, guru tidak hanya cukup memahami tentang kondisi peserta didik

semata namun juga harus dapat memahami dan mengenal tentang lingkungan fisik

yang akan digunakan sebagai tempat kegiatan pembelajaran. Melaksanakan

kegiatan pembelajaran di kelas merupakan salah satu tugas guru sebagai pendidik

profesional. Bahkan sebagian besar tugas guru sering dihabiskan untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran di ruang kelas,sehingga wajar kiranya jika

Page 20: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

guru memberikan perhatian lebih terhadap ruang kelas sebagai tempat belajar

yang lebih sering digunakan oleh peserta didik.Itulah sebabnya seorang guru

dikatakan harus memiliki keterampilan dalampengelolaan kelas. (Novan Ardy

Wiyani, 2013, hlm. 129).

Disadari bersama memang tren perkembangan dan kemajuan pendidikan

yang modern adalah kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan secara

outdoor atau pembelajaran di luar ruang kelas. Namun hal itu walaupun sebagai

tren perkembangan pembelajaran yang dinilai baik, tidak semerta-merta harus

dilasanakan setiap hari, karena apa pun itu jika dilaksanakan secara terlalu sering

frekuensi dan jarak pelaksanaannya peserta didik tentu akan merasa bosan juga.

Maka pembelajaran di ruang kelas walaupun terkesan konvensional masih tetap

eksis untuk dilaksanakan dimana pun dan kapan pun. Pembelajaran di ruang kelas

yang terkesan konvensional harus dapat dilakukan pengelolaan kelas yang baik

oleh guru sebagai agen pendidikan, agar pembelajaran di dalam ruang kelas yang

terkesan konvensional tersebut dapat menjadi lebih menarik dan menantang

peserta didik untuk terus aktif dan antusias mempelajari berbagai hal dalam

kegiatan pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan salah satu aspek dari

pengelolaan proses pembelajaran yang paling rumit, tetapi menarik perhatian,

baik oleh guru yang sudah berpengalaman maupun guru-guru muda yang baru

bertugas. Dikatakan rumit karena pengelolaan kelas merupakan hal yang

memerlukan berbagai kriteria keterampilan, pengalaman, dan juga sikap serta

kepribadian guru memiliki pengaruh terhadap pengelolaan kelas yang

dilaksanakan. (Mulyadi, 2009. hlm. 18).

Pengelolaan kelas yang dilaksanakan dengan baik maka akan dapat

berimplikasi pada kegiatan pembelajaran yang bermutu, pembelajaran bermutu

yang dapat terlaksana akan dapat pula berpengaruh pada keberhasilan suatu

pembelajaran yang dilaksanakan dengan indikator dapat tercapainya tujuan

pembelajaran oleh guru dan para peserta didik. Semua komponen lain dalam

pembelajaran mulai dari kurikulum yangideal, sarana dan prasana yang lengkap,

gedung yang baik, pembiayaan yang memadai, dan sebagainya tidak akan banyak

berarti dalam peningkatan mutu pendidikan atau pembelajaran apabila esensi

pembelajaran yaitu dalam interaksi yang dibangun antara guru dan peserta didik

Page 21: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

dalam pembelajaran tidak berkualitas. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran

yang berkualitas, seorang guru mutlak diharuskan menguasai kompetensi

paedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

sosial. Berbagai kompetensi tersebut di atas juga dapat dilihat dari bagaimana

kemampuan seorang guru di dalam melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator

dalam pembelajaran, aktualisasinya dalam kegiatan pembelajaran, interaksinya

dalam menjalin komunikasi dalam pembelajaran dan antar warga sekolah, dan

dalam mengambil keputusan sebagai sebuah kebijakan tertentu terkait dengan

jalannya kegiatan pembelajaran. Pemerintah dalam meningkatkan mutu

pembelajaran, terus melakukan pembenahan melalui berbagai cara seperti melalui

penetapan kebijakankebijakan atau perundang-undangan yang terkait dengan

kegiatan pembelajaran.

Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 20 poin

(a) disebutkan “bahwa tugas guru adalah merencanakan pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan

mengev aluasi hasil pembelajaran. Tugas-tugas guru tersebut merupakan

tugas-tugas yang akan membawa kegiatan pembelajaran menjadi bermutu

jika hal-hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik”. (Arif Rahman,

2009, hlm. 240).

Sebenarnya jalannya pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak sekedar

hanya membutuhkan para guru yang memiliki kemampuan lebih dalam hal

intelektualnya saja, dalam artian guru yang pintar untuk memahami atau menjiwai

segala jenis materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik namun

dalam jalannya kegiatan pembelajaran juga membutuhkan guru yang memiliki

skill atau keterampilan. Skill atau keterampilan yang dimaksud adalah para guru

memiliki keterampilan dalam membuat alat peraga yang bervariasi, mencari

media atau sumber-sumber belajar pada lingkungan tempat tinggal peserta didik

yang relevan dengan materi yang akan dipelajari oleh peserta didik, keterampilan

dalam berbahasa atau berkomunikasi yang baik, dan keterampilan dalam

pengelolaan kelas yang baik, berupa dapat melakukan penataan lingkungan fisik

ruang kelas, membangun komunikasi yang baik, dan pengendalian tingkah laku

para peserta didik, dan lain sebagainya. Keterampilan-keterampilan di atas sangat

menentukan dalam membangun interaksi antara guru dengan peserta didik serta

peserta didik dengan peserta didik lain yang efektif dan efisien selama

pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung. Interaksi antara guru dengan

Page 22: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik lainnya yang terjalin dengan

baik, akan berdampak pada semakin baiknya kualitas pembelajaran yang

dihasilkan. Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses

pembelajarannya dapat berlangsung dengan menarik dan menantang. Terkait

dengan hal itu, salah satunya yang diperlukan dalam sistem pendidikan adalah

inovasi dalam pengelolaan kelas sehingga diperolehlah suasana belajar yang baru

dan bervariasi, yang pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan pembelajaran

yang menarik dan menantang sesuai dengan perkembangan para peserta didik.

(Radno Harsanto, 2007, Hlm. 9).

Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan oleh guru untuk

mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta dapat

memotivasi peserta didik untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Segala

usaha yang dilakukan untuk memperlancar kegiatan pembelajaran adalah

tanggung jawab guru. Usaha-usaha yang dilakukan melalui upaya pemanfaatan

segala sumber daya yang ada dan tersedia di dalam kelas. Selain itu, pengelolaan

kelas memang berfungsi untuk mengelola tingkah laku peserta didik dalam kelas,

menciptakan iklim yang kondusif emosional, dan mengelola proses belajar

kelompok yang efektif.

Sedangkan menurut penulis yang dimaksud dengan pengelolaan kelas

adalah salah satu tugas guru dalam upayanya menciptakan dan mempertahankan

kondisi belajar yang menarik dan menantang, sehingga peserta didik dapat belajar

dengan senang untuk mempelajari materi-materi pelajaran. Oleh karena itu,

sangat penting untuk dapat direncanakan, dikelola/dilaksanakan, dan dievaluasi

secara baik oleh setiap individu guru selaku agen pendidikan. Pengelolaan kelas

dilaksanakan dengan tidak mengutamakan berbagai sumber daya yang dinilai

modern untuk kelancaran pembelajaran, namun pengelolaan kelas dilaksanakan

dengan mengedepankan berbagai sumber daya yang ada baik yang sengaja dibuat

atau yang bersumber dari alam.

Pengelolaan kelas dapat dilaksanakan dalam berbagai cara sesuai dengan

keadaan setiap tempat belajar yang tersedia, sehingga pengelolaan tempat belajar

nantinya akan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan

menantang untuk para peserta didik mempelajari berbagai hal yang belum mereka

Page 23: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

ketahui. Hal lain dari itu dan tidak kalah pentingnya yaitu akan dapat pula

memperlancar dan mempermudah guru dan para peserta didik dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. (Ahmad Sulaiman, 1995)

http://perencenaan.blogspot.co.id/, diakses pada hari senin, 29 Juli 2019 pukul

13:29 WIB).

Sekolah merupakan lembaga formal yang berkewajiban menanggulangi

masalah pendidikan. Kaitannya dengan hal tesebut dalam dunia pendidikan,

proses belajar mengajar pada intinya bertumpu pada suatu persoalan, yaitu

bagaimana guru memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar

mengajar yang efektif atau mencapai hasil dengan tujuan yang telah ditentukan.

Peran guru dalam dunia pendidikan sangat strategis, karena sampai kapanpun

kehadiran guru tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Oleh karena itu,

profesinalisme guru sangat dituntut dalam dunia pendidikan guna tercapainya

tujuan Pendidikan Nasional sesuai dengan yang tercantum dalam

Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1

Ayat (1) yaitu : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran antara peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”. Dari uraian di atas maka sangat diharapkan kepada semua pihak,

terutama guru sebagai unsur pokok yang ada di sekolah, agar mampu

memahami perkembangan dan pertumbuhan siswa, dengan demikian dapat

diterapkan berbagai strategi dan metode pendidikan yang efektif dan

sistem penilaian yang memadai. Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dalam proses belajar

mengajar yang paling sulit dilakukan oleh seorang guru, bahkan seorang

guru berpengalaman sekalipun adalah bagaimana seorang guru mampu

mengelola kelas dengan baik, karena sampai saat ini dalam proses belajar

mengajar tidak ada satupun pendekatan dalam pengelolaan kelas yang

dianggap paling baik”.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada hari jumat tanggal 05

juli 2019 di kelas IV MI Nurul Yaqin. Pada saat guru kelas dalam menyampaikan

materi ada beberapa siswa asik mengobrol dan berjalan-jalan di dalam kelas

sehingga membuat suasana kelas kurang kondusif.. Selain itu terdapat juga

beberapa tempat duduk yang kosong dan tidak terpakai hal ini menyebabkan

beberapa siswa berpindah-pindah tempat duduk pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

Page 24: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Mengacu dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa kemampuan

guru dalam mengelola kelas tentunya sangat bermanfaat untuk merangsang

aktivitas siswa dalam hal pembelajaran. Berdasarkan gambaran awal tersebut,

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Problematika Guru

Dalam Mengelola Kelas d Di MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren

Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi”.

A. Fokus Penelitian

Untuk menjaga terjadinya pembahasan yang terlalu luas dan

menyimpang dari rumusan masalah, maka penulis membatasi pembahasan

peneliti mengenai Problematika Guru dalam mengelola Kelas di Kelas IV MI

Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

Berdasarkan fokus masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

1. Mengapa problematika guru dalam mengelola kelas IV di MI Nurul

Yaqin ?

2. Apa saja penyebab kendala guru dalam Mengelola kelas di MI

Nurul Yaqqin ?

3. Solusi problematika guru dalam mengatasi kendala dalam mengelola kelas

di MI Nurul Yaqqin ?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan kegunaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

Berdasarkan rumusan masalah yang diperoleh tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Untuk mendeskripsikan problematika guru dalam mengelola kelas IV

di MI Nurul Yaqin ?

2. Untuk mengatahui kendala guru dalam mengelola kelas di MI Nurul

Yaqqin ?

3. Untuk mengatahui problematika guru dalam mengatasi kendala dalam

mengelola kelas di MI Nurul Yaqqin ?

Page 25: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah

a. Bagi siswa : agar tercipta suasana kelas yang lebih kondusif pada siswa kelas

IV MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muari Jambi.

b. Bagi guru : Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk lebih

memperhatikan dalam hal mengelolaan kelas. Jadi diharapkan guru dapat

memberikan pembelajaran yang baik dan dapat meningkatkan kualitas

pendidikan.

c. Bagi sekolah : meningkatkan mutu sekolah melalui seminar dalam rangka

peningkatan minat belajar pada mata pelajaran tematik.

d. Bagi kepala sekolah: Sebagai bahan pertimbangan atau pengawasan agar guru

dalam mengelola kelas bisa berjalan maksimal.

e. Bagi peneliti : Penelitian ini digunakan sebagai penambah wawasan,

pengetahuan serta pengalaman berharga yang bermanfaat sebelum benar-

benar terjun langsung menjadi seorang guru

Page 26: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan

kelas.pengelolaan itu sendiri katanya adalah “kelola”, ditambahkan awalan “pe”

dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”.

Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu “managemen”,

yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan (Syaiful dan Aswan,

2002, hlm. 195-196). Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yakni kata

pengelolaan dan kata kelas.Untuk mendefenisikan istilah pengelolaan kelas

perlu melacak defenisi kedua kata tersebut. Kata pengelolaan memiliki makna

yang sama dengan management dalam bahasa Inggris, selanjutnya dalam

bahasa Indonesia menjadi manajemen. Menurut Saiful Sagala manajemen

adalah serangkaian kegiatan pendayagunaan segala sumber daya secara efektif

untuk mencapai suatu tujuan (Saiful Sagala, 2010, hlm. 52).

Menurut (Moh. Uzer Usman, 2006, hlm.97) pengelolaan kelas adalah

keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang

optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar

mengajar. Sedangkan Djamarah (Sugihartono dkk, 2007, hlm. 86) seorang guru

hendaknya bisa mengelola kelas dengan baik karena kelas merupakan tempat

berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan pengelolaan kelas

yang baik diharapkan siswa memiliki motivasi tinggi dan dapat mencapai hasil

belajar optimal.

Page 27: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

9

Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk

mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta

dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan

kemampuannya (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, hlm. 106) Mulyasa

mengemukakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika

terjadi gangguan dalam pembelajaran (E. Mulyasa, 2007, hlm. 91). Sedikitnya

terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan iklim

pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan yaitu ruang belajar, pengaturan

sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum

masuk materi yang akan dipelajari, dan bina suasana dalam belajar (Abdul

Majid, 2012, hlm. 165).

Menurut Barbara L. Wilt (Alben Ambarita, 2006, hlm. 35)

mendefinisikan manajemen kelas sebagai penggunaan tata cara untuk

memastikan sebuah lingkungan mendukung terlaksananya pembelajaran dengan

sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar bagaimana mengatue ruang kelas

dengan segala sarana-prasarana, tetapi juga menyangkut interaksi dari pribadi-

pribadi yang ada di dalamnya. Menurut (Novan Ardy Wiyani, 2013, hlm. 59)

pengertian pengelolan kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader

sekaligus manajer dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih

keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Pengelolaan kelas diperlukan karena

dari hari ke hari dan bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan

anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan

tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam

kelompok, di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. kelas

selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan emosional

anak didik. Menurut Winarno Hamiseno yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto.

Pengelolaan adalah subtantifa dari mengelola. Sedangkan mengelola

berarti suatu tindakan yang dimulai dari menyusun data, merencana,

mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan, dan penilaian.

Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu

Page 28: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

10

itu dapat menjadi sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan

selanjutnya.

Sedangkan Suharsimi, memisahkan kegiatan pengawasan dan

penilaian, serta mengganti istilah “penyusunan data” dengan “pengumpulan

data”. Dalam pengelolaan, kegiatan dimulai dari pengumpulan data, merencana,

mengorganisasikan, dan melaksanakan. Kegiatan pengawasan dilakukan

terhadap keempat kegiatan. Berdasarkan pengawasan, dilakukan kegiatan

penilaian yang memberikan umpan balik untuk semuanya (Suharsimi Arikunto,

1996, hlm. 8).

Nasrul mengartikan pengelolaan kelas sebagai suatu proses mengatur

tingkah laku peserta didik. Dalam hal ini guru beroeran menciptakan dan

memertahankan situasi disiplin dalam kelas. Di dalamnya terdapat kekuasaan

yang berbentuk norma untuk ditaati anggota kelas (Nasrul, 2014, hlm.72).

Sedangkan menurut James H Stronge praktik pengelolaan kelas harus

membangun lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran. Mengarahkan

lingkungan yang menunjang pembelajaran ini agar menghasilkan efek yang

diinginkan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

kelas adalah upaya guru dalam menciptakan dan mempertahankan suasana

kelas yang menunjang progam pengajaran, yang meliputi penciptaan iklim

belajar yang tepat, pengaturan ruang belajar, dan mengelola interaksi belajar

mengajar.

2. Kegiatan Utama dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan proses pemberdayaan sumber daya yang ada

di dalam kelas, sehingga memberikan kontribusi dalam pencapaian efektivitas

pembelajaran. Sebagai sebuah proses, maka dalam pelaksanaanya pengelolaan

kelas memiliki berbagai kegiatan yang harus dilakukan. Kegiatan pengelolaan

kelas meliputi dua kegiatan yang secara garis besar terdiri dari: (Euis Karawati &

Donni Juni Priansa 2014, hlm. 23-26)

a. Pengaturan peserta didik

Peserta didik adalah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas

yang ditempatkan sebagai objek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan dan

Page 29: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

11

kesadaran manusia, maka peserta didik bergerak kemudian menduduki fungsi

sebagai subyek. Artinya peserta didik bukan barang atau objek yang hanya

dikenai akan tetapi juga merupak objek yang memiliki potensi dan pilihan untuk

bergerak.

Pergerakan yang terjadi dalam konteks pencapaian tujuan tidak

sembarangan, artinya dalam hal ini fungsi guru tetap memiliki proporsi yang besar

untuk dapat membimbing, mengarahkan, serta memandu setiap aktivitas yang

harus dilakukan peserta didik. Oleh karena itu pengaturan orang atau peserta didik

adalah bagaimana mangatur atau menempatkan peserta didik dalam kelas sesuai

dengan potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Peserta didik

diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan

minat dan keinginannya. Menurut (tim Dosen AP 2010,hlm.50) manajemen

peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang

berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar

dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik tidak semata pencatatan data peserta

didik tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya

pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengaturan peserta

didik merupakan layanan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk dapat

membimbing, mengarahkan, serta memandu setiap aktivitas yang harus dilakukan

peserta didik.

b. Pengaturan Fasilitas

Aktivitas yang dilakukan guru maupun peserta didik di dalam kelas sangat

dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu,

lingkungan fisik kelas berupa sarana dan prasarana harus dapat memenuhi dan

mendukung interaksi yang terjadi di ruang kelas, sehingga harmonisasi kehidupan

kelas dapat berlangsung dengan baik, dari permulaan masa kegiatan belajar

mengajar sampai akhir masa belajar mengajar. (Wahyuningrum, 2004, hlm. 4)

menyatakan bahwa fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan

melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Fasilitas disini merupakan sarana dan

prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu kegiatan.

(Moh. Uzer Usman, 2006,

Page 30: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

12

hlm. 10) berpendapat bahwa sebagai pengelola kelas guru bertanggung jawab

memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk

belajar dan mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial di dalam

kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi

juga mengembangkan kebiasaan bekerja sama dengan siswa lainnya. Kriteria

minimal yang perlu diciptakan di kelas adalah aman, memiliki nilai estetis, bersih,

sehat, dan nyaman, selain itu adalah bahwa fasilitas yang ada di kelas dapat diatur

dengan baik sehingga dapat memiliki nilai guna yang optimal.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengaturan

Fasilitas merupakan guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik

kelasnya agar senantiasa menyenangkan, aman, memiliki nilai estetis, bersih,

sehat, dan nyaman, selain itu adalah bahwa fasilitas yang ada di kelas dapat diatur

dengan baik sehingga dapat memiliki nilai guna yang optimal untuk belajar dan

mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.

Sementara itu menurut (Novan Ardy Wiyani , 2013, hlm. 65), setidaknya ada tiga

kegiatan inti pada manajemen kelas atau pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut :

c. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

Menciptakan iklim belajar yang tepat diarahkan untuk mewujudkan

suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar dapat memotivasi peserta

didik untuk dapat belajar dengan baik sesuai dengan perkambangan dan

kemampuannya. Iklim belajar yang aman dan tertib akan membuat proses belajar

mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (Agus Wibowo, 2003, hlm. 120).

Untuk menciptakan iklim belajar yang tepat, seorang guru sebagai manajer

diantaranya harus menguasai prinsip-prinsip manajemen kelas. Kegiatan

pengelolaan kelas bukan tugas yang ringan, berbagai faktor mempengaruhi

pengelolaan kelas termasuk faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa. Faktor

tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kegiatan pembelajar. Oleh

karena itu, guru dalam pengelolaan kelas harus menguasai prinsip-prinsip

pengelolaan kelas yang digunakan untuk menangani atau memperkecil gangguan

dalam kelas. (Moh. Uzer Usman,

Page 31: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

13

2006, hlm. 97-98) berpendapat dalam mengelola kelas seorang guru harus

mempunyai 6 prinsip, yaitu kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi,

keluwesan, penekanan pada hal-hal yang positif, dan penanaman disiplin diri.

1) Hangat dan antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang

hangat dan akrab pada peserta didik selalau menunjukkan antusias pada

tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan

pengelolaan kelas.

2) Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang

menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga

mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3) Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya mengajar, pola interaksi antara guru dan

peserta didik akan mengurangi munculnya gangguan, dan meningkatkan

perhatian peserta didik. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya

pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

4) Keluwesan (Rusdiana, 2015, hlm. 168-169)

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta

menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran

dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan peserta didik, tidak

ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya.

5) Penekanan

Hal yang positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus

menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan

perhatian pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal positif yaitu

penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku peserta didik yang

positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif.

6) Penanaman kedisiplinan

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah peserta didik dapat

mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi

Page 32: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

14

teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru

harus disiplin dalam segala hal bila ingin peserta didiknya ikut disiplin

dalam segala hal.

d. Mengatur ruang belajar

Ruang belajar dalam hal ini ruang kelas harus didesain sedemikian rupa

sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat memunculkan

semangat serta keinginan untuk belajar dengan baik seperti pengaturan meja,

lemari, kursi, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya peserta didik yang

berpretasi, berbagai alat peraga, media pembelajaran dan iringan musik yang

sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan atau nuansa musik yang dapat

membangun gairah belajar peserta didik.

Pengaturan ruang kelas dapat didefiniikan sebagai mengurus dan menata

segala sarana belajar yang terdapat di dalam ruang kelas oleh guru. Barbagai

sarana belajar yang ada di dalam kelas seperti meja dan kursi, papan tulis,

penghapus, penggaris, papan absensi, rak buku, dan lain sebagainya. Kegiatan

terkait pengaturan ruang kelas adalah sebagai berikut:

1) Pengaturan tempat duduk peserta didik

Sesuai dengan Permendiknas No. 24 tahun 2007, standar kursi peserta

didik di tingkat SD/MI dideskripsikan kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan

oleh peserta didik. Ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik dan

mendukung pembentukan postur tubuh yang baik, minimum dibedakan menjadi 2

yaitu, kelas rendah (kelas 1-3) dan kelas tinggi (kelas 4-6). Selain itu, desain

dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar (Barnawi & M.

Arifin, 2012, hlm. 106). Sejalan dengan pendapat tersebut, (Novan Ardy Wiyani,

2013, hlm. 131)

juga menyatakan bahwa tempat duduk peserta didik harus bagus, tidak

terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tidak terlalu beasar dan tidak terlalu kecil,

tidak terlalu berat, dan sesuai dengan postur peserta didik. Selain standar tempat

duduk, pengaturan posisi tempat duduk peserta didik di kelas juga sangat penting.

Pengatura tempat duduk sangat berpengaruh bagi peserta didik, interaksi antara

mereka, dan interaksi dengan guru. (Radino Harsanto, 2007, hlm. 59) menyatakan

Page 33: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

15

bahwa tata letak tempat duduk siswa dalam kelas formal di sekolah pada

umumnya berbentuk format kolom dan baris.

2) Pengaturan media pendidikan

Istilah media pendidikan ini sering kali disamakan dengan alat pendidikan,

yang mana keduanya merupakan sarana yang digunakan untuk membantu

kegiatan belajar-mengajar terutama yang berkaitan dengan panca indra

pendengaran dan pengelihatan. Keberadaan media pendidikan tersebut diyakini

dapat menciptakan berbagai situasi kelas, serta dapat menciptkan iklim yang

emosionaldan sehat antara guru dengan peserta didiknya dan antar peserta didik.

Bahkan dengan media dunia yang luas ini dapat dibawa ke dalam kelas. Sesuatu

yang abstrak dan asing sifatnya dapat menjadi nyata atau kongkret dan mudah

dimengeri oleh peserta didik dengan bantuan media pendidikan. Jika media

pendidikan difungsikan , peserta didik akan banyak terlibat dalam kegiatan belajar

mengajar sehingga aktifitas dan kreativitas peserta didik dapat tercipta yang pada

gilirannya akan menciptakan kelas yang kondusif. (Novan Ardy Wiyani, 2013,

hlm. 145).

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah

sekumpulan fisik yang digunakan oleh seorang guru untuk menyajikan materi

pelajaran ataupun pesan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Alat

dalam konteks media tersebut bisa bersifat materi maupun nonmateri. Media

pendidikan yang bersifat materi dapat disebut sebagai alat keras (hardware)

pendidikan. Sementara media pendidikan yang bersifat nonmateri dapat disebut

sebagai alat (software) pendidikan. Dalam konteks penelitian ini peneliti hendak

membahas tentang pengaturan media pendidikan yang merupakan alat keras

(hardware) pendidikan dikelas. Pada umumnya alat keras (hardware) pendidikan

yang digunakan oleh guru di kelas seperti papan tulis, gambar maupun poster, dan

LCD.

Media pendidikan yang dimaksud adalah media yang digunakan oleh guru

di kelas seperti papan tulis, gambar, maupun poster. Menurut Permendiknas No

24 tahun 2007, standar papan tulis di tingkat SD/MI dideskripsikan kuat, stabil,

aman, ukuran minimum 90 cm x 200 cm, serta penempatanya harus pada posisi

yang memungkinkan seluruh peserta didik dapat melihatnya dengan jelas. Begitu

Page 34: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

16

juga terkait dengan gambar maupun poster yang digunakan di kelas, penempatan

harus di tempat yang strategis agar seluruh peserta didik dapat melihatnya dengan

mudah dan mudah dijangkau guru untuk dipindahkan. Hal ini sesuai dengan

pendapat (Novan Ardy Wijayani, 2013, hlm. 151) yang mengatakan bahwa guru

hendaknya meletakan gambar atau poster pada tempat yang mudah dilihat oleh

peserta didik dan dijangkau oleh guru agar tidak merepotkan guru jika hendak

memindahkannya.

3) Pengaturan media pendidikan

Penggunaan aromaterapi di kelas sangatlah sederhana yaitu dengan cara

menyemprotkan aromaterapi tersebut kedalam kelas, dengan demikian

peserta didik diharapkan dapat lebih rileks dan nyaman sehingga akhirnya

peserta didik bisa fokus dan konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.

e. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar

Dalam interaksi belajar mengajar, guru dan peserta didik harus aktif. Akti

dalam arti sikap, mental, dan perbuatan. (Mar‟at, 1991, hlm. 54) berpendapat

bahwa interaksi social adalah suatu proses dimana individu memperhatikan dan

merespon terhadap individu lain sehinga dibalas dengan suatu tingkah laku

tertentu. Reaksi yang timbul ini berati bahwa individu memperhatikan orang yang

memberi stimulus, sehingga dengan adanya perhatian terhadap stimulus tersebut

terjadi suatu hubungan yang disebut sebagai interaksi sosial. (Soerjono soekanto,

1992, hlm. 194) mengemukakan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan akan

mungkin terjadi apabila tidak memenuhi 2 (dua) syarat yaitu:

1) Adanya kontak sosial (social-contact)

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-

sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Secara fisik, kontak baru terjadi

hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berati hubungan

badaniah karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa

menyentuhnya. Bahwa dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa

menyentuhnya. Bahwa dapat dikatakan hubungan badaniah tidak perlu menjadi

syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga

bentuk yaitu: antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu

Page 35: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

17

kelompok manusia atau sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan

kelompok manusia lainnya.

2) Adanya komunikasi

Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsir pada

perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak badaniah atau sikap

perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Evertt M Rogers (Euis

Karawati & Donni Juni Priansa, 2014, hlm. 95) komunikasi sebagai proses yang

didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima

dengan tujuan untuk mengubah perilakunya.

Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert (Euis Karawati &

Donni Juni Priansa, 2014, hlm. 95) komunikasi merupakan proses yang

didalamnya menunjukan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada

orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.

Sedangkan menurut Wilbur Schramm (Euis Karawati & Donni Juni Priansa, 2014,

hlm. 95) komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim

dan penerima, dengan bantuan pesan , pengirim dan penerima memiliki beberapa

pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan symbol yang dikirim oleh

pengirim, dan di terima serta ditafsirkan oleh penerima.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi

dengan adanya tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima,

dengan bantuan pesan. Untuk menciptakan interaksi belajar mengajar yang

efektif, setidaknya guru harus menguasai dan mempraktikan berbagi keterampian

dasar mengajar. Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar antara lain:

keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan,

keterampilan bertanya, keterampilan member penguatan, keterampilan

membimbing diskusi kelompok kecil. Menurut (Euis Karawati & Donni Juni

Priansa, 2014, hlm. 32-34) komponen keterampilan mengajar guru yaitu:

a) Keterampilan bertanya

Guru perlu memiliki keterampilan dasar dalam bertanya kepada peserta didik

dan mampu memotivsi peserta didik untuk bertanya kepada guru. Sehingga

aliran komunikasi, pengetahuan dan proses transfer keilmuan akan semakin

Page 36: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

18

cepat dan tepat. Dalam memberikan pertanyaan hendaknya guru

mengungkapkan secara jelas dan singkat. Sehingga mudah dimengerti oleh

peserta didik. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu,

sehingga peserta didik berfikir (memikirkan jawabanya), setelah itu

pertanyaan disebar untuk memberikan kesempatan pada semua peserta didik.

b) Keterampilan memberikan penguatan

Keterampilan guru dalam memberi penguatan bagi peserta didik menjadi

perhatian yang sangat penting, hal tersebut disebabkan karena penguatan

lebih penting dilakukan guru dari pada guru memberikan hukuman bagi

peserta didik. Penguatan dari guru dapat dilakukan secara verbal (misalnya

ungkapan bagus, bagus, pintar, ya, cerdas) maupun non verbal (misalnya

gerakan, isyarat, sentuhan, elusan, pendekatan yang menyatakan bahwa guru

memberikan respon yang positif).

Pemberian penguatan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang

guru dalam proses belajar mengajar, yang dimaksudkan untuk membesarkan

hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar

mengajar. Penguatan mempunyai pengaruh yang positif bagi siswa terhadap

proses belajarnya dan bertujuan sebagai berikut:

(1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.

(2) Merangsang dan meningkatkan minat belajar.

(3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang

produktif (Moh.Uzer Usman, 2010, hlm. 80).

c) Keterampilan menjelaskan

Guru yang terampil adalah guru yang mampu melaksanakan kegiatan

transfer keilmuan melalui keterampilan menjelaskan. Keterampilan menjelaskan

ini berkaitan dengan stimulus guru agar peserta didik mampu terlibat dalam

eksplorasi dan elaborasi materi pembelajaran. Penjelasan hendaknya diberikan

dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh peserta

didik, hindari penggunaan kata-kata yang kompleks dan tidak perlu.

d) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi

Page 37: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

19

bagi peserta didik agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan

dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif

terhadap kegiatan belajar. Keterampilan membuka pelajaran bisa dilakukan

dengan cara memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari) sehingga materi yang dipelajari merupakan

satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah. Sedangkan keterampilan

menutup pembelajaran ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam

menutup pembelajaran. Kegiatan ini terkait dengan kemampuan guru untuk

mengambil intisari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Komponen penting dalam penutupan pembelajaran menurut Permendiknas

Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses satuan pendidikan dasar dan

menengah:

(1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/ atau sendiri membuat kesimpulan

pembelajaran.

(2) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial,

pengayaan, layanan bimbingan, memberikan tugas baik individu maupun

kelompok.

(3) Melakukan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatn yang telah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

(4) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

e) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik

yang satu dengan peserta didik yang lainnya dalam satu kelompok. Dalam

kelompok tersebut, peserta didik bisa berbagi informasi dan solusi atas berbagai

hal yang terjadi pada proses pembelajaran. Guru berfungsi sebagai pembimbing

yang menjadi pengarah sekaligus melaksanakan kegiatan supervisi keefektifan

kelompok tersebut.

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai

pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah

(Moh.Uzer Usman, 2010, hlm. 94). Dari pengertian ini, berarti siswa berdiskusi

Page 38: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

20

dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk

berbagi informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan.

Diskusi tersebut berlangsung secara terbuka. Setiap siswa bebas untuk

mengemukakan ide-ide tanpa merasa ada tekanan dari guru ataupun dari

temannya, dan setiap siswa harus mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan.

f) Komponen – komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

(Euis Karawati & Donni Juni Priansa, 2014, hlm. 32-34), berpendapat

bahwa komponen keterampilan mengelola kelas dibagi menjadi dua bagian, yaitu

keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi

belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan

dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.

1) Menunjukan sikap tanggap.

Guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku yang muncul dari

peserta didik dan memberikan berbagai tanggapan secara proporsional

terhadap perilaku tersebut, dengan maksud tidak menyudutkan kondisi

peserta didik, perasaan tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang

kurang baik.

2) Membagi perhatian

Kelas diisi oleh peserta didik yang bervariasi, akan tetapi sejumlah peserta

didik memiliki keterbatasan tertentu yang membutuhkan perhatian khusus

dari guru. Namun demikan, perhatian guru tidak hanya terfokus pada satu

peserta didik atau satu kelompok tertentu saja yang dapat menimbulkan

kecemburuan, perhatian guru harus berbagi dengan merata kepada setiap

peserta didik yang ada di dalam kelas.

3) Memusatkan perhatian kelompok

Munculnya kelompok informal dikelas, atau pengelompokan karena di

sengaja oleh guru dalam kepentingan pembelajaran membutuhkan

kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya, terutama ketika

kelompok perhatiannya harus terpusat pada tugas yang harus diselesaikan.

4) Memberikan petunjuk dengan jelas

Untuk mengarahkan kelompok ke dalam pusat perhatian seperti dijelaskan

sebelumnya, serta untuk memudahkan peserta didik menjalankan tugas yang

Page 39: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

21

dibebankan kepadanya, maka tugas guru adalah menyampaikan setiap

pelaksanaan yang harus dilaksanakan peserta didik secara bertahap dan jelas

5) Menegur

Permasalahan bisa terjadi dalam hubungan yang terbangun, baik antar peserta

didik, mupun antara guru dengan peserta didik. Permasalahan dalam

hubungan tersebut bisa terjadi dalam konteks pembelajaran, sehingga guru

sebagai pemegang kendali kelas harus mampu memberikan teguran yang

sesuai dengan beban permasalahan yang terjadi serta menyesuaikan dengan

tugas dan perkembangan peserta didik tidak memberikan efek penyerta yang

dapat menimbulkan ketautan bagi peserta didik, namun memberikan

kesadaran kepada peserta didik tentang masalah yang terjadi.

6) Memberikan penguatan Penguatan merupakan upaya yang diarahkan guru

agar prestasi dan perilaku yang baik dapat dipertahankan oleh peserta didik

atau bahkan mungkin ditingkatkan dan dapat ditularkan kepada peserta didik

lainnya. Penguatan yang dimksud dapat berupa pemberian hadiah (reward)

yang bersifat moril maupun materil namun tidak berlebihan.

g) Keterampilan pengendalian kondisi belajar

(1). Memodifikasi tingkah laku

Memodifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah laku

ke dalam tuntutan kegiatan pembelajarn sehingga tidak muncul prototype

pada diri peserta didik tentang peniruan perilaku yang kurang baik.

(2). Pengelolaan Kelompok

Kelompok belajar di kels merupakan bagian dari pencapaian tujuan

pembelajaran dan strategi yang diterapkan oleh guru. Kelompok juga bisa

muncul secara informal seperti teman bermain, teman seperjalanan, teman

karena gender dan lain-lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaian

tujuan pembelajaran, maka kelompok yang ada di kelas itu harus di kelola

dengan baik oleh guru.

(3) Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan Masalah

Permasalahan memiliki sifat akan selalu ada (perennial) dan memberikan efek

berkelanjutan (nurturan effect), oleh karena itu permasalahan akan muncul di

dalam kelas, yang berkaitan dengan interaksi dan akan diikuti oleh dampak

Page 40: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

22

pengiring yang besar bila tidak diselesaikan secepatnya. Guru harus dapat

mendeteksi permasalahan yang muncul serta secepatnya mampu mengambil

langkah-langkah penyelesaian, sehingga permasalahan tersebut akan cepat

teratasi.

Sejalan dengan Euis Karawati & Donni Juni Priansa, menurut (Moh. Uzer

Usman, 2006, hlm. 98-100) juga berpendapat bahwa dalam mengelola kelas,

dibagi menjadi dua, yaitu 1Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan

dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, meliputi mununjukan sikap

tanggal, memberi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan

petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi penguatan. 2) Keterampilan

yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, meliputi

memodifikasi tingkah laku, menemukan dan memecahkan tingkah laku yang

menimbulkan masalah, pendekatan pemecahan masalah kelompok.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Komponen – komponen

dalam keterampilan mengelola kelas dibagi menjadi dua yaitu: 1) Keterampilan

penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar meliputi : Menunjukan sikap

tanggap, Membagi perhatian, Memusatkan perhatian kelompok, Memberikan

petunjuk dengan jelas, Menegur, Memberikan penguatan. 2) Keterampilan

pengendalian kondisi belajar meliputi: Memodifikasi tingkah laku, Pengelolaan

Kelompok, Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan

Masalah.

3. Tujuan Pengelolaan Kelas

(Euis Karawati & Donni Juni Priansa, 2014, hlm. 27-28) berpendapat

bahwa dalam proses mengelola kelas keberhasilan dapat dilihat dari tujuan apa

yang ingin dicapainya, oleh karena itu guru harus menetapkan tujuan apa yang

hendak dicapai dengan kegiatan mengelola kelas yang dilakukannya. Mengelola

kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut (Rusdinal & Elizar, 2005, hlm. 12) berpendapat bahwa tujuan

dari pengelolaan kelas adalah untuk menciptakan suasana kelas yang

menyenangkan bagi anak dalam melakukan sejumlah aktivitas yang dirancang

bagi kepentingan pembelajaran melalui pendekatan sambil bermain, dengan

Page 41: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

23

demikian kegiatan pengelolaan kelas akan membantu proses perkembangan anak

secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut

Arikunto dalam (Rusdinal & Elizar, 2005, hlm. 13) tujuan pengelolaan kelas ialah

agar setiap anak dikelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai

tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Tertib menurut Arikunto, bukanlah

suasana kaku dan tegang dalam melaksanakan aktifitas, melainkan adanya

keberaturan yang didasarkan oleh adanya perencanaan dan pengorganisasian kelas

secara sistematis. Keadaan inilah yang menghasilkan perilaku tertib yang

didukung oleh rasa gembira, senang, termotivasi yang dimiliki anak untuk

berinteraksi dengan lingkungan belajar. Ketercapaian tujuan mengelola kelas

dapat dideteksi atau dilihat dari:

a. Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan yang sopan

dan penuh perhatian dari orang dewasa. Artinya bahwa perilaku yang

diperlihatkan peserta didik seberapa tinggi, seberapa baik dan seberapa besar

terhadap pola perilaku yang diperlihatkan guru kepadanya di dalam kelas.

b. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan

tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya. Perilaku yang diperlihatkan

guru berupa kinerja dan pola perilaku orang dewasa dalam nilai dan norma

balikannya akan berupa peniruan dan percontohan oleh peserta didik atau

buruknya sangat bergantung kepada bagaimana perilaku itu diperankan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen kelas ialah

adanya respon yang setimpal terhadap perlakuan yang sopan dan penuh perhatian

dari apa yang diperlihatkan guru kepadanya di dalam kelas. Mereka akan bekerja

dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai

dengan kemampuannya sehingga tujuan yang telah di tetapkan oleh guru bisa

dicapai.

B. Penataan Ruangan Kelas

1. Pengaturan tempat duduk

Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk

mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduk bagus, tidak terlalu

rendah, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, persegi panjang dan sesuai dengan

postur tubuh siswa maka siswa dapat belajar dengan baik dan tenang. Bentuk dan

Page 42: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

24

ukuran tempat duduk yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu

tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang siswa, ada pula yang hanya

dapat diduduki oleh dua orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu tidak

berukuran terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasi sesuai dengan keinginan.

Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.

Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat

duduk sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode

ceramah, tempat duduk sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Menurut Novan

Ardy Wiyani(2013:133) ada beberapa bentuk formasi.

1) Formasi tradisional (konvensional)

Formasi tradisional merupakan formasi yang pada umumnya hampir di

setiap kelas pada sekolah-sekolah di indonesia. Formasi ini dikatakan tradisional

karena memegang penggunaan formasi ini sudah menjadi tradisi dari masa ke

masa. Pada formasi tradisional siswa duduk berpasang-pasangan dalam satu meja

dengan satu kursi panjang atau dua kursi. Tempat duduk pada formasi ini berderet

memanjang ke belakang. Biasanya siswa perempuan berada pada barisan barisan

depan, sedangkan siswa laki-laki di barisan belakang atau siswa yang berpostur

tubuh pendek duduk di barisan depan, sedangkan yang berpostur tubuh tinggi di

bagian belakang. Formasi tradisional ini sangat tepat sekali dibentuk jika guru

hendak menggunakan metode ceramah pada saat mengajar.Kelebihannya adalah

dalam proses pembelajaran siswa yang duduk berpasang-pasangan dapat

bekerjasama, sedangkan kelemahannya siswa yang duduk pada barisan belakang

belum tentu mengikuti pembelajaran secara efektif karena guru biasanya kurang

memperhatikan siswa yang ada dibelakang.

2) Formasi auditorium

Formasi aunditorium hampir sama dengan formasi tradisional,

perbedaannya pada formasi ini posisi tempat duduk siswa berderet memanjang ke

samping bukan ke belakang seperti pada formasi tradisional. Formasi auditorium

ini memungkinkan semua siswa untuk mudah melihat pergerakan guru. Hal ini

mejadikan guru menajdi orang yang menajadi pusat perhatian siswa. dalam

formasi ini guru juga dapat melihat ataupun mengamati siswa aecara menyeluruh

Page 43: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

25

saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metode ceramah dan metode tanya

jawab yang bersifat interaktif sangat tepat sekali digunakan dengan formasi kelas

auditorium ini. Adapun kelebihan dari formasi auditorium adalah dapat

mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara

konvensional, selain itu guru juga menjadi pusat perhatian peserta didik sehingga

dalam proses pembelajran guru dapat melihat ataupun mengamati siswanya secara

menyeluruh, sedangkan kekurangan dari formasi auditorium adalah lingkungan

yang sangat terbatas untuk belajar aktif.

3) Formasi chevron

Diakui ataupun tidak pada kondisi tertentu formasi kelas tradisional

kurang memadai untuk menjadikan kegiatan belajar efektif yaitu kegiatan belajar

yang menjadikan siswa aktif, apalagi jika jumlah siswa melebihi standar yang

telah ditentukan atau terlalu banyak. Tentunnya hal tersebut menuntut guru untuk

lebih kreatif dalam menjadikan siswa untuk tetap aktif. Formasi tempat duduk

chevron bisa digunakan sebagai solusinya. Hal ini disebabkan dalam formasi

chevron jarak antar siswa dan jarak siswa dengan guru dapat terkurangi. Dengan

demikian formasi ini menjadikan guru dan siswa mempunyai pandangan yang

lebih baik terhadap lingkungan kelas dan dapat berperan secara aktif dalam

kegiatan belajar mengajar.

Formasi chevron ini membuat interaksi guru dengan siswa dan antar siswa

lebih intensif sehingga siswa dapat menjalani kegiatan belajar mengajar dengan

antusias, menyenangkan, dan fokus. Formasi ini cocok digunakan oleh guru jika

guru hendak menyampaikan materi dengan metode ceramah interaktif, tanya

jawab, dan diskusi kelompok. Adapun kelebihan dari formasi chevron yaitu dapat

mengurangi jarak diantara siswa maupun siswa dengan guru, sehingga siswa dan

guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan

mampu aktif dalam pembelajaran.

Page 44: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

26

4) Formasi kelas bentuk U

Formasi kelas bentuk U ini sangat menarik dan mampu mengaktifkan para

siswa sehingga mampu membuat siswa antusias dalam mengikuti kegiatan belajar.

Dengan demikian harapan keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat

Page 45: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

27

tercapai. Dalam formasi ini guru merupakan orang yang paling aktif bergerak

dinamis ke segala arah serta langsung berinteraksi secara berhadap-hadapan

dengan siswa. Gerakan yang dilakukan seperti gerakan maju ketengah dan

kembali lagi ke tempat semula serta menyamping ke kanan dan ke kiri kemudian

melakukan gerak mundur (kembali ketempat semula) guru tidak boleh berbalik

kebelakang tetapi harus berjalan mundur dan tetap memfokuskan pandangannya

kepada siswa.

Formasi kelas bentuk U sangat tepat dilakukan kegiatan belajar yang

dilakukan dengan diskusi, presentasi, dan kerja tim. Pada formasi ini guru dapat

memindahkan siswa yang di deretan bangku kanan kederetan bangku kiri dan

sebaliknnya tergantung kreativitas guru dalam menempatkan siswa. dengan begitu

siswa dapat lebih memaksimalkan potensi alat indra mereka dalam mengikuti

kegiatan belaajr menagajar dan mampu berinteraksi secara langsung sehingga

akan mendapatkan respon dari guru secara langsung pula.

Adapun kelebihan dari formasi later U yaitu guru dapat menjangkau

seluruh siswa sehingga pembelajaran dapat maksimal, sedangkan kekurangannya

adalah kondisi ini digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu

banyak.

5) Formasi meja pertemuan

Formasi meja pertemuan ini umumnya diselengarakan di tempat-tempat

pertemuan dan seminar. Formasi ini dapat digunakan dengan cara membagi siswa

menjadi beberapa kelompok di dalam kelas yang mana guru biasanya memberikan

tugas kelompok untuk diselesaikan secara kolektif. Kemudian hasil dari

pembahasan tersebut dibahas atau diplenokan oleh guru. Selanjutnya guru

memberikan klarifikasi terhadap persoalan yang telah dibahas oleh masing-

masing kelompok. Pada pelaksanaan formasi meja pertemuan sebuah kelompok

bisa terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang dibentuk manjadi 5 hingga 6 kelompok

tergantung dari jumlah siswa di dalam kelas tersebut. Kelebihan dari formasi meja

pertemuan ialah.

Page 46: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

28

6) Formasi konferensi

Formasi konferensi dapat membaut siswa menajdi lebih aktif di dalam

kelas karena siswa akan menguasai jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan

guru pada formasi ini hanya melontarkan tema yang harus dibahas kemudian

mengawasi dan sesekali mengarahkan siswa untuk bisa menjalankan kegiatan

belajar. Formasi konferensi ini sangat baik digunakan ketika guru hendak

menggunakan metode diskusi, debat aktif, dan tim kuis. Untuk bisa membentuk

formasi konferensi meja yang harus digunakan adalah meja panjang yang

didekatkan satu per satu dalam bentuk memanjang sehingga berbentuk kumpulan

meja berbentuk persegi panjang. Kemudian para siswa duduk di kursi yang

mengelilingi meja-meja persegi panjang tersebut.

Formasi konferensi juga bisa diubah atau dimodifikasi dengan menepatkan

guru di tengah-tengah kursi siswa sehingga memungkin guru untuk berperan seta

dalam kegiatan diskusi yang dibahas oleh siswa. walaupun demikian tugas guru

tetaplah mengawasi dan mengarahkan siswa saja serta membiarkan jalannya

kegiatan diskusi tersebut. Kemudian formasi konferensi juga dapat dibentuk

dengan cara menggabungkan beberapa meja kemudian di tengah-tengah cara

menggabungkan beberapa meja kemudian di tengah-tengah meja tersebut di

kosongkan.

Kelebihan dari formasi konverensi adalah menjadikan permasalahan yang

dianggap susah menjadi mudah karena di diskusikan secara bersama, sedangkan

kekurangannya adalah dapat mengurangi peran penting siswa.

7) Formasi pengelompokan terpisah (breakout groupings)

Jika ruang kelas memungkinkan atau cukup besar, guru dapat meletakan

meja-meja dan kursi yang mana kelompok kecil dapat melakukan aktivitas belajar

yang dipecah menjadi beberapa tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan-

pecahan kelompok tersebut secara berjauhan sehingga kelompok yang satu tidak

menggangu kelompok yang lain. Tetapi guru hendaknya menghindari penempatan

ruangan kelompok-kelompok kecil yang terlalu jauh dari ruang kelas supaya

mudah diawasi. Kemudian di samping kelompok kecil yang letaknya agak saling

Page 47: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

29

berjauhan ada sekelompok siswa yang tetap berada dalam bimbingan guru yang

berada dalam formasi huruf U. Hal tersebut disesuaikan dengan tema pengajaran

yang cocok dengan formasi ini. Tujuannya yaitu berusaha untuk memberikan

upayan pendalaman pada sebagian siswa dalam bentuk kelompok-kelompok kecil.

Sementara itu yang masih membutuhkan bimbingan dari guru tetap berada dalam

pengawasan guru.

8) Formasi tempat kerja

Formasi tempat kerja ini sangat tepat jika dilakukan di dalam laboratorium

yang mana setiap siswa duduk satu tempat untuk mengerjakan tugas seperti

mengoperasikan komputer, mesin, atau melakukan praktik di laboratorium.

Mejanya dibedakan menurut bagiannya masing-masing tempat yang saling

berhadapan mendorong partner belajar untuk menempatkan dua siswa pada

tempat yang sama.

9) Formasi kelompok untuk kelompok

Formasi kelompok untuk kelompok ini merupakan formasi yang mana terdapat

beberapa kelompok yang duduk dalam satu meja persegi berukuran besar (bisa

juga dengan membuat beberapa meja dijadikan satu membentuk meja besar)

sehingga setiap kelompok duduk saling berhadapan. Susunan formasi kelompok

untuk kelompok sangat memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau

menyusun permainan peran, berdebat, atau observasi pada kegiatan kelompok.

Adapun kelebihan dari formasi kelompok untuk kelompok ialah siswa secara aktif

dapat bekerja sama dalam kelompok dan meningkatkan semangat kompetisi

dalam diri siswa serta memungkinkan guru melakukan diskusi atau menyusun

permainan peran, berdebat atau observasi pada kegiatan kelompok sedangkan

kekurangannya ialah siswa kurang memperhatikan guru karena siswa lebih asik

bermain dengan teman kelompoknya, dan jika dalam kelompok ada yang lebih

pintar maka anggota kelompok dalam kelompok tersebuttidak mau berfikir karena

bergantung pada siswa yang pintar.

10) Formasi Lingkaran

Page 48: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

30

Formasi lingkaran ini merupakan pengaturan tempat duduk yang disusun

melingkar tanpa menggunakan meja dan kursi. Formasi lingkaran ini biasanya

digunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dalam satu kelompok yang

mana guru sebagai seorang manajer kelas memiliki peran untuk membimbing dan

mengarahkan jalannya kegiatan belajar mengajar tersebut. Formasi lingkaran ini

tentunya merupakan formasi yang efektif bagi sebuah kelompok karena siswa

siswa akan dapat berinteraksi secara langsung dengan guru dan siswa lainnya

guna membahas atau mengkaji materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Adapun kelebihn dari formasi lingkaran ialah sistem ini dapat menyelesaikan

permasalahan kelompok secara bersama dengan siswa yang junlahnya banyak,

dapat menjadikan mudah permasalahan yang dianggap sulit. Kekurangannya ialah

pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas karena siswa

umum nya lebih suka bermain.

11) Formasi peripheral

Seorang guru mengiginkan siswanya memiliki tempat untuk menulis guru

menggunakan formasi tempat duduk peripheral yaitu meja ditempatkan di

belakang siswa guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya secara

melingkar saat guru mengiginkan diskusi kelompok.

2. Gaya penataan

a. Gaya auditorium, gaya susunan kelas di mana semua murid duduk

menghadap guru

b. Gaya tatap muka, gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap

c. Gaya off-sett, gaya susunan kelas di mana sejumlah (biasanya tiga atau

empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapn langsung satu

sama lain.

d. Gaya seminar, gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepulh

atau lebih duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk

U.

Page 49: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

31

e. Gaya klaster, gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat

sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.

3. Prinsip penataan kelas

Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas

yang dikemukakan dalam buku John W. Santrock (Evertson, Emmer & Worsham,

2003).

a. Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. Gangguan dapat terjadi di daerah

yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku

murid, meja guru, dan lokasi penyimpanan pensil, rak buku, komputer,

dan lokasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin dan pastikan

mudah di akses

b. Pastikan bahwa dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas

manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk

itu, harus bisa melihat semua murid. Pastilkan ada jarak pandang yang

jelas dari meja guru, lokasi instruksional, meja murid, dan semua murid.

Jangan sampai ada yang tidak kelihatan

c. Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses. Ini akan

meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan

dan gangguan aktivitas.

d. Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.

Tentukan dimana anda dan murid anda akan berada pada saat presentasi

kelas diadakan. Untuk aktvitas ini murid, murid tidak boleh memindahkan

kursi atau menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid

dapat melihat dari tempat mereka, duduklah dikursi mereka.

4. Manajemen Kelas

Ada beberapa ragam manajemen kelas yang dikemukakan John Afifi

(2014:14-78) :

a. Manajemen Kelas Spatial Learning (Penataan Ruang Belajar)

Page 50: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

32

Berbicara tentang kegiatan mengajar, satu hal yang pasti bahwa tujuan dari

proses pengajaran tidak akan tercapai bilamana kegiatan mengajar dilkukan di

dalam ruangan kelas yang tidak tertata rapi, berantakan, dan tidak dapat membuat

siswa merasa nyaman. Oleh karena itu, merupakan sebuah syarat wajib bagi setiap

sekolah untuk memiliki ruangan kelas yang memadai. Bagaimanapun ruangan

kelas sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini tidak dapat

dibantah, karena ruangan kelas merupakan sarana utama dalam kegiatan belajar

mengajar. Di ruangan kelas, guru manyampaikan materi pelajaran sesuai dengan

kompetensi dasar yang telah ditentukan, sementara siswa mengambil pemahaman

secara langsung, bertanya jawab, berdiskusi, dan belajar berkelompok bersama

teman-temannya terkait materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.

Pada prinsipnya ruangan kelas merupakan sentral untuk menyerap

pengetahuan-pengetahuan baru bagi siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang

telah disampaikan oleh guru. Karena begitu pentingnya fungsi ruangan, maka

ruangan kelas harus tertata rapi, tidak berantakan, dan mampu membuat siswa

yang belajar di dalamnya merasa nyaman.

b. Manajemen kelas Determination of regulation in the room (Penataan

peraturan di dalam Ruangan)

Keberhasilan seorang guru bergantung pada kemampuan guru dalam

mengelola kelas dan menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa untuk belajar

di dalam kelas. Karena itu, sangat penting bagi seorang guru untuk menerapkan

manajemen kelas Determination of regulation in the room guna mendukung

terciptakannya keberhasilan tersebut. Penenerapan manajemen kelas

Determination of regulation in the room ini tidak bertujuan untuk membatasi

gerak siswa, melainkan sebagai penjelas perilaku mereka yang mengajarah pada

visi dan misi kelas. Lebih jauh dari itu, manajemen kelas ini juga merupakan

syarat bagi terciptanya kelas yang baik, karena berfungsi sebagai pengatur kelas

agar siswa dapat belaajr dengan nyaman dan gurupun mengajar dengan baik.

Oleh karena itu dalam melaksanakan manajemen kelas Determination of

regulation in the room, seorang guru tidak boleh menajadi hakim yang berhak

menentukan segalanya, karena peraturan kelas harus dibuat berdasarkan

Page 51: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

33

kesepakatan semua siswa. namun apabila dalam penetapannya ada beberapa siswa

yang tidak setuju, makan seorang guru harus tegas dalam mengambil suatu

keputusan dengan tetap mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya.

c. Manajemen kelas Beginning of Effective Teaching (Permulaan Pengajaran

yang Efektif)

Permulaan pengajaran yang efektif merupakan bagian tertpenting dalam

pengelolaan kelas, karena siswa akan mempelajari sikap, perilaku, dan kebiasaan

yang harus mereka terapkan di sekolah setiap hari. Maka dari itu, sangat penting

bagi guru untuk melaksanakan manajemen kelas Beginning of Effective Teaching

guna memperkuat keyakinan para siswa bahwa kesuksesan belajar itu harus

dikejar. Semangat belajar siswa masih sangat tinggi dan terjaga dengan baik.

Sehingga dapat dikatakan bahwa permulaan pengajaran yang efektif dapat

menajadi kunci bagi kegiatan belajar mengajar yang sukses.

Keberhasilan dalam melaksanakan manajemen kelas Beginning of

Effective Teaching bergantung pada kemampuan dalam menerapkan strategi

pengajaran yang efektif. Oleh karena itu perlu dipahami bahwa pengajaran

merupakan sarana yang dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide

keterampilan, cara berfikir, dan cara-cara belajar sebagaimana mestinya. Di sisi

lain pengajaran merupakan upaya untuk menagajarkan sesuatu hal kepada siswa,

maka dari itu kita harus menyesuaikan dengan kondisi seberapa jauh siswa dapat

menyerap dan memahami materi pelajaran yang diajarkan. Kegiatan pengajaran

merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Itulah sebabnya

dalam kegiatan belajar mengajar siswa berinteraksi dengan guru sebagai penyaji

sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang

mungkin digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran.

d. Manajemen Kelas Implementation of Effective Learning (Pelaksanaan

Pembelajaran yang Efektif)

Belajar merupakan tugas terpenting yang harus dilakukan oleh setiap

siswa di sekolah. Namun dalam faktanya siswa memiliki perbedaan cara belajar

dalam hal proses berfikir dan menyerap materi pelajaran. Sebuah terori

Page 52: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

34

pendidikan mengatakan bahwa setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing dalam mengikuti kegiatan belajar yang efektif. Oleh karena itu

setelah memastikan bahwa manajemen-manajemen kelas yang sudah diterapkan

dapat berjalan dengan lancar, guru perlu menyempurnakannya dengan

menerapkan manajemen kelas Implementation of Effective Learning. Pelaksanaan

manajemen kelas Implementation of Effective Learning ini ditujukan untuk

mengelola metode pembelaajran agar menemui titik temu dengan cara belaajar

siswa. tak dapat dipungkiri, ada berbagai jenis kepribadian siswa yang masing-

masing membutuhkan penanganan dengan metode pembelajaran yang berbeda.

Namun dengan adanya manajemen kelas ini, diharapkan dapat memenuhi semua

kebutuhan belaajar siswa mengingat jumlah mereka di dalam kelas yang terlalu

banyak. Dengan melaksanakan manajemen kelas ini secara baik, akan membantu

guru dalam setiap mengajarkan setiap materi pelajaran dengan lebih efektif.

e. Manajement kelas Study Groups (Kelompok Belajar)

Manajemen kelas Study Groups merupakan salah satu manajemen kelas

yang bisa diandalkan untuk meningkatkan pemahaman siswa terkait materi

pelajaran. Selain itu manajemen kelas ini juga difungsikan untuk menunjang

kemampuan siswa dalam belajar. Sebab didalam kelompok belajar siswa

diajarkan untuk saling bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai permasalahan-

permasalahan yang muncul terkait materi pelajaran. Pada dasarnya ada banyak

sekali kelompok belajar yang bisa dibentuk di dalam kelas. Namun yang paling

sering digunakan dalam strategi mengajar selama ini adalah kelompok kooperatif

kecil, kelompok kooperatif heterogen, dan kelompok pasangan siswa. tentu saja

setiap jenis kelompok belajar memiliki kelebihan dan kekurangan namun

semuanya tergantung bagaimana guru menggunakannya.

Pembentukan kelompok belajar siswa dinilai efektif bilamana dapat

memaksimalkan hasil belajar siswa dengan kemampuan dan minat siswa sementara

itu disisilain pembentukan kelompok belajar dinilai berhasil bilamana dapat

membantu guru untuk menerangkan sekaligus menanamkan pemahaman terkait

materi pelajaran kepada siswa.

Page 53: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

35

C. Penelitian yang Relevan

Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa kegiatan penelitian

yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain yang memiliki persamaan dan

perbedaan tertentu dengan konteks peneliti ini. Diantara hasil penelitian terdahulu

yang menurut peneliti terdapat kemiripan diantaranya :

1. Fitri Mahdalena (2017). Dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul “ Peran

Wali Kelas Dalam Pengelolaan Kelas Di Smp Negeri 14 Banda Aceh “.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui peran wali kelas dalam

pengelolaan kelas di SMPN 14. Persamaan penelitian ini dengan peneliti

adalah sama-sama meneliti guru dalam pengelolaan kelasnya. Sedangkan

perbedaanya adalah penelitian ini meneliti pada sekolah menengah dan peneliti

meneliti di tingkat sekolah dasar.

2. Ahmad Jakfar (2017) Dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul “ Strategi

Guru Dalam Mengelola Kelas Inklusif di SDN kiduldalem 1 Malang “

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi guru dalam mengelola kelas

inklusif. Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti

strategi guru dalam pengelolaan kelasnya. Sedangkan perbedanya adalah

penelitian ini meneliti di tingkat sekolah dasar inklusif dan peneliti meneliti di

sekolah dasar biasa.

3. Fila Nurkhotijah (2016) dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul “

Keterampilan Guru dalam Pengelolaan Kelas pada pembelajaran Tematik

Kelas V Ali Bin Abi Thalib di MIN Purwokerto “. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahu keterampilan guru dalam pengelolaan kelasnya. Persamaan

penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang guru dalam

pengelolaan kelasnya. Sedangkan perbedaanya adalah penelitian ini meneliti di

MIN Purwokerto Kelas V pada pembelajaran tematik dan peneliti meneliti di

Sekolah Dasar pada Kelas III.

4. Nelawati (2016) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Pengelolaan Kelas

dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda, Kediri . Merupakan penelitian

korelasional dengan teknik analisis korelasi product moment dan teknik

analisis korelasi ganda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan

Page 54: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

36

pengelolaan kelas dan motivasi belajar dengan prestasi belajar. Hasil dalam

penelitian ini adalah terdapat hubungan yangyang positif dan signifikan antara

pengelolaan kelas dengan prestasi belajar, terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, serta terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara pengelolaan kelas dan motivasi

belajar dengan prestasi belajar. Persamaan penelitian Nelawati dengan

penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengelolaan kelas yang

dilakukan oleh guru. Perbedaannya yaitu terletak pada metode penelitian dan

teknik analisa yang digunakan.

5. Dheni purwanti (2015), dalam karya tulis ilmiah nya yang berjudul

“Manajemen kelas di kelas V sekolah dasar negeri Se-kecamatan Danurajen

Yogyakarta”, menyimpulkan bahwa manajemen kelas memegang peranan

penting dalam pencapaian keberhasilan proses pembelajaran. Tujuan

pembelajaran kelas adalah menciptakan dan memelihara suatu kondisi kelas

yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar, sehinggga siswa bisa belajar

dengan efektif dan guru juga bisa mengajar dengan efektif. Pengelolaan

kelas tidak hanya terkait dengan pengaturan ruang kelas saja, tetapi juga

menyangkut pengelolaan interaksi yang ada di dalamnya serta membangun

iklim kelas yang positif. Baik buruknya pengelolaan kelas yang dilakukan

guru, bisa dilihat dari ketiga aspek tersebut.

Berdasarkan penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ketercapaian

tujuan pembelajaran yang telah di tentukan tidak lepas dari bagaimana seorang

guru dalam melaksanakan pengelolaan kelasnya. Pengelolaan kelas tidak hanya

terkait dengan pengaturan ruang kelas saja, melainkan bagaimana seorang guru

menciptakan iklim belajar yang tepat dan mengelola interaksi kegiatan ngajar

mengajar.

Page 55: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Desain penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif

kualitatif. Moleong mengemukakan bahwa penelitian kualitatif antara

lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata

atau gambar dari pada angka-angka. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain yang sudah disebutkan yang

hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010).

Rancangan penelitian ini penulis gunakan untuk mengetahui pengelolaan kelas

di kelas IV MI Nurul Yaqin Tahun Pelajaran 2018/2019 yang terdiri atas

prinsip-prinsip pengelolaan kelas, keterampilan guru dalam mengelola kelas,

dan penataan ruang kelas IV MI Nurul Yaqin.

Melalui desain penelitian ini, data yang telah dikumpulkan selanjutnya

di identifikasi, dianalisis, dideskripsikan, dan diorientasikan untuk mencapai

tujuan dari penelitian. Selanjutnya, pendeskripsian ditulis dalam bentuk narasi

dan argumentasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa yang

terjadidalam peristiwa yang dilaporkan. Penulis melakukan

pendeskripsian dengan menyeimbangkan antara analisis dan interpretasi.

Analisis digunakan untuk mengorganisasi deskripsi agar dapat

dikendalikan sehingga dapat membantu pembaca memahami interpretasi

penulis.

B. Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV MI Nurul Yaqin. Subjek

penelitian ini adalah guru kelas IV yang bernama Novalisa S Pd.I. Kegiatan

penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019.

C. Jenis dan Sumber Data

Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar

kajian (analisis atau kesimulan), untuk itu jenis data harus di ungkapkan dalam

Page 56: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

38

bagian ini. Dalam data penelitian kualitatif kualitatif berupa kata-kata, tindakan

atau perilaku dan selebihnya adalah data tambahan sepert dokumen dan lain-

lain. Adapun jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang bersumber dari informasi secara langsung

yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Data primer ini adalah data yang

hanya di gunakan digunakan dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif.

Data primer diperoleh dari wawancara terbuka dan mendalam yang berpedoman

pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Seperti yang dikatakan Moelong

bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama

dan data primer dalam suatu penelitian. Adapun data primer dalam penelitian

ini adalah kepala sekolah, waka kurikulum, dan guru kelas IV di MI Nurul

Yaqin.

2. Data Sekunder

Data sekunder biaasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-

dokumen. Data ini diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh dari

subjek penelitian. Data sekunder atau data tangan kedua biasanyan berwujud

data dokumentasi atau data yang telah tersedia.

Data sekunder yang diperoleh selama penelitian berupa data-data

dokumentasi hal yang berkaitan dengan manajemen kelas yang dilakukan

peneliti di kelas IV MI Nurul Yaqin berupa dokumen yang berisi karakteristik

kelas baik dari lokasi kelas, fasilitas kelas sampai sarana prasarana yang

terdapat di kelas IV MI Nurul Yaqin.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik

observasi, dokumentasi, dan wawancara.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan penulis adalah

observasi terhadap ruang kelas IV MI Nurul Yaqin. Sebelum pengamatan di

kelas peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap kelas, selain itu

observasi juga dilakukan terhadap aktivitas belajar pada pelaksanaan

Page 57: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

pembelajaran, yaitu aktivitas guru mengajar di dalam kelas. Tujuan penulis

melakukan observasi yaitu untuk mengetahui situasi ruang kelas IV MI Nurul

Yaqin.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan

mengumpulkan data-data otentik berupa dokumen-dokumen atau rekaman

yang sudah bersifat tersedia untuk langsung dianalisis.

3. Wawancara

Wawancara atau interview,(Nurgiyantoro, 1988,hlm. 53). menyatakan

wawancara atau interview merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk

mendapatkan informasi dari responden dengan melakukan tanya jawab

sepihak. Wawancara ini dilakukan oleh penanya kepada guru (responden)

dengan memberikan beberapa pertanyaan kemudian guru menjawab pertanyaan

yang diberikan. Tujuan penulis melakukan wawancara dengan guru kelas IV

yaitu sebagai data tambahan yang mendukung pembahasan mengenai

pengelolaan kelas IV.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain Bogdan (Sugiyono, 2013, hlm. 244). Dalam menganalisis

data, peneliti melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.

1. Melaksanakan observasi partisipan pasif, peneliti berada di lokasi

penelitian ketika berlangsung, namun tidak ikut andil dalam pembelajaran.

Peneliti hanya mengamati aktivitas yang dilakukan oleh guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai peserta didik.

2. Melakukan wawancara tidak berstruktur terhadap guru kelas IV yang

dijadikan subjek penelititan terkait dengan pengelolaan kelas di kelas IV

MI Nurul Yaqin.

3. Mengamati dan melakukan dokumentasi terhadap aktivitas proses

belajar mengajar di kelas.

Page 58: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

4. Menganalisis kesesuaian pengelolaan kelas dengan acuan penilaian

indikator pengelolaan kelas.

5. Mendeskripsikan semua hasil pengamatan yang telah dianalisis.

6. Menyimpulkan bagaimana pengelolaan kelas guru kelas IV dalam

pengelolaan kelas, keterampilan guru dalam meneglola kelas, dan penataan

ruang kelas IV MI Nurul Yaqin.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengecekan

keabsahan data, seperti perpanjangan pengamatan, dan peningkatan

ketekunan.

1. Uji Kredibilitas

(Sugiyono, 2012, hlm.121). berpendapat bahwa uji kredibilitas data

dilakukan dengan cara memperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan

dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, dan member check. Peneliti memilih triangulasi dengan

mengecek data dari berbagai sumber yaitu observasi, wawancara dan

dokumentasi. Dengan pembandingan tersebut akan menghasilkan suatu

kesimpulan.

2. Perpanjangan Pengamatan

(Sugiyono, 2010, hlm. 369). menyatakan bahwa lama waktu perpanjangan

pengamatan yang dilakukan akan sangat tergantung pada kedalaman,

keluasan, dan kepastian data. Perpanjangan pengamatan pada penelitian ini

adalah dengan cara memperpanjang waktu pengamatan.

3. Peningkatan Ketekunan

(Sugiyono, 2010, hlm. 371). menyatakan bahwa meningkatkan ketekunan

berarti melakukan pengecekan kembali apakah data-data yang telah

ditemukan salah atau tidak. Peningkatan ketekunan dengan cara

perpanjang pengamatan maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang

terkait dengan temuan yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan mengamati

dengan cermat dan teliti.

Page 59: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Sekolah

Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin ini berlokasi di RT.02 jalan

jambi Km.17 Simpang Sungai Duren kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten

Muaro Jambi. Berdirinya Madrasah ini merupakan Jawaban dari tuntutan

masyarakat akan pentingnya pendidikan agama di desa Simpang Sungai Duren

ini. Pada awalnya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin ini berdiri atas swadaya

masyarakat yang memang berkeinginan untuk mendirikan suatu lembaga

pendidikan agama di desa ini.

Yayasan Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi didirikan

pada tahun 2006. Selain mengikuti Kurikulum KTSP yayasan ini juga mengikuti

kurikulum yang diselenggarakan oleh kementerian agama dan keberadaan Yayasan Nurul

Yaqin Simpang Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi ini dalam rangka untuk

mencerdaskan bangsa dan agar generasi muda mendapatkan motivasi serta bimbingan

terutama dibidang agama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Yayasan tersebut pada awalnya masih memakai gedung Puskesmas lama

yang sudah tidak dipakai lagi, namun sudah dihibahkan oleh Kepala Desa untuk

Madrasah dan pada tahun 2009 sudah membangun gedung baru sebanyak tiga

kelas. Dananya diperoleh dari Pemerintah yaitu dana blockgreen yang diperoleh

dari Kantor Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jambi melalui Kantor

Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi.

2. Letak Geografis Madrasah

Sekolah itu bernama MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren dan

terletak di jalan Prof, Dr. Seomatri Pall 111 Sungai Duren Kecamatan MI

Nurul Yaqin Merupakan daerah yang strategis, karena lokasi ini berada dipusat

kota jambi dan tidak jauh dari sarana pendidikan lainya. Madrasaha MI Nurul

Yaqin Simpang Sungai Duren Kota Jambi terletaknya juga bersebelah dengan

Page 60: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren dan juga sekolah menengah pertama

di MI Nurul Yaqin.

3. Visi dan Misi Madrasah

Visi “Terwujud peserta didik yang cakap ,terampil beriman dan

bertaqwa serta Berakhlak Mulia”.

Misi MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren

1. Membina dan membimbing peserta agar cakap dan trampil berakhlak

Mulia dan berbudi luhur.

2. Meningkat Kedisplinan dankualitifikasi tenaga pendidikan dan

kependidikan agar tercapai siswa aktif bermain dan bertaqwa.

3. Melaksanakan program gemar mengaji setiap hari dan tahfis juz amma

agar peserta didik terhindar buta aksara ,menjadi sholeh dan sholeh.

B. Struktur Organisasi Madrsah

Sekolah merupakan suatu organisasi yag mempunyai visi dan misi,

oleh karena itu dibutuhkan suatu struktur dimana setiap bagian pada struktur

itu mempunyai fungsi dan sosialisasi kerja sehingga sekolah teroganisasi

dengan baik. Adapun struktur organisasi MI Nurul Yaqin adalah sebagai

berikut :

Page 61: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH IBTIDAYAH

NURUL YAQIN TAHUN AJARAN 2018/2019

Gambar : 1.1 Struktur Organisasi

C. Tenaga Pendidikan

Tabel 1.1

Tata Usaha

Ulyani, S.Pd.I

Bendaharawan

Mardiana, S.Pd.I

Kepala madrasah

Kariem, S.Pd.I

Komite madrasah

Wan jang ning

Guru kelas 1A

Mardiana, S.Pd.I

Guru kelas IV

Novalisa,S.Pd.I

Guru kelas III

Hasnah, S.Pd.I

Guru kelas 1B

Marnis

Guru kelas V1

Aisar,S.Pd.I

Coordinator

Aisar, S.Pd.I Pustakawan

Dela Miranti,

S.Pd.I

Guru Kelas II B

Irawati, S.Pd.I

Guru kelas IIA

Dela Miranti, S.Pd.I

Guru kelas V

Rinta Murti,S.Pd.I

Siswa Penjaga

Page 62: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Data Guru MIS Nurul Yaqin Kota Jambi

NO NAMA NIP GOL

PENDIDIKA

N

TERKAHIR

KET

1. Kariem,S.Pd.I 197312312005012020 III.a SI Kepala sekolah

2. Irawati,S.Pd.I 197603121999032003 IV.a SI Guru kelas

3. Novalisa,S.Pd.I 198011152005012009 III.c SI Guru kelas

4. Hasnah,S.Pd.I 198003012005011020 III.b SI Guru kelas

5. RintaMurti,S.Pd.I 197810032005012005 III.b SI Guru kelas

6. Aisar, S.Pd.I 197107032005011006 III.b SI Guru kelas

7. Marnis 196603032006042011 II.d PGA Guru kelas

8. Ulyani, S.Pd.I - - SI Guru kelas

9. Eli Rosita, S.Pd.I - - SI Guru mapel

10. Yulianti, S.Pd - - SI Guru mapel

11. Muhammad

Taufik,S.Pd.I

197207172005011007 III.a SI Guru mapel

12. Mardiana, S.Pd.I - - SI Guru kelas

13. a Dela Mianti, S.Pd.I - SI Guru kelas

14. Ambo Asnan - SI Guru mapel

15. M. Atib - SI Guru mapel

Keadaan guru

Guru mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan siswanya dan

tanggung jawab dalam proses pembelajaran disekolah. Keberhasilan guru dalam

mengajar tergantung dari sejauh mana guru tersebut menjelaskan peranan dan

tanggung jawab..daftar nama guru dan bidang studinya sebagai berikut.

Page 63: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Tabel 2.1

Daftar nama guru wali kelas

NO KELAS NAMA

1 I A Mardiana, S.Pd.I

2 I B Marnis

3 II A Dela Miranti,S.Pd.I

4 II B Irawati, S.Pd.I

5 III A Hasnah, S.Pd.I

6 III B Eli Rosita, S.Pd.I

6 IV Novalisa , S.Pd.I

7 V Rinta Murti, S.Pd.I

8 VI Aisar , S.Pd.I

D. Struktur kurikulum Madrasah

Struktur kurikulum 2013 bagi Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebenarnya tidak

terlalu menimbulkan polemik, berbeda dengan kurikulum kombinasi (KTSP dan

K13) yang diberlakukan untuk MI yang kemudian menimbulkan beragam

kegamaan bagi sebagian pihak:

Kurikulum 2013 terlah diberlakukan kepada berbagai madrasah di

Indonesia mulai dari MI, MTs, hingga MA.madrasah-madrasah penyelanggara

kurtilas ini telah dittetapkan berdasarkan SK Dirjen pendidikan Islam. SK dirjen

Nomor 5114 Tahun 20144 tentang penetapan Madrasah pelaksana kurikulum

2013 dan lampiran SK Dirjen Nomor 5114 Tahun 2014.

Pelaksanaan kurikulum 2013 dan penentuan struktur kurikulum 2013

dimadrasah Ibtidaiyah berdasarkan pada peraturan menteri pendidikan dan

kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulu

sekolah dasar/madrasah Ibtidaiyah yang kemudian pelaksanaan kurikulum 2013

dan penetuan struktur kurikulum 2013 dimadrasah ibtidaiyah.yang kmudian

ditegaskan melalui keputusan menteri RI Nomor 117 Tahun 2014 tentang

implementasi kurikulum 2013 dimadrasah dan keputusan menteri agama Nomor

Page 64: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

165 Tahun 2014 tentang pedoman kurikulum madrasah 2013 mata pelajaran

pendidikan agama islam dan bahasa arab.

Tabel 3.1

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER

MINGGU

I II III IV V VI

Kelompok A (Umum)

1. Pendidikan Pancasila 4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan pancasila 5 5 6 5 5 5

3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7

4. Matematika 5 6 6 6 6 6

5. Ilmu pendidikan alam - - - 3 3 3

6. Ilmu pendidikan social - - - 3 3 3

Kelompok B(Umum)

1. Pendidikanbudaya 4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan Jasmani 4 4 4 4 4 4

Jumlah jam pelajaran 30 32 36 36 36 36

E. Siswa Madrasah

Siswa MI Nurul Yaqin Kota Jambi adalah siswa yang diterima melalui

proses seleksi yang telah diterapkan melalui ketentuan sekolah. Jumlah siswa

yang ada berjumlah orang. Berikut ini keadaan siswa yang distribusinya untuk

setiap kelas.

Page 65: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Tabel 3.2

No Kelas Jumlah

1. 1A 27

2. 1B 23

3. 2A 24

4. 2B 23

5. 3A 23

6. 3B 23

7. 4 30

8. 5 31

9. 6 23

F. Sarana dan Prasarana

Keadaan sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin

Simpang Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi memang masih mimim,

terdapat banyak kekurangan sarana penunjang pendidikan hal

tersebutdikarenakan Madrasah ini baru berdiri selama tiga belas tahun oleh

karena itu keadaan sarana dan fasilMIS Nurul Yaqin Muaro Jambisarana

pembelajaran masih kurang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

tersebut:

G.Sarana dan prasarana

1. Keadaan Gedung dan Meubelair

Tabel 3.3

No Sarana Jumlah Kondisi

1. Gedung 1 Baik

2. Lokal 6 Baik

3. Kantor 1 Baik

4. Perpustakaan 1 Baik

Page 66: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

5. Ruang UKS 1 Baik

6. Ruang Bimbingan 1 Baik

7. Konseling 1 Baik

8. Wc Guru 1 Baik

9. Wc Siswa 1 Baik

Tabel 3.4

No Sarana Kondisi

1. Meja Baik

2. Kursi Baik

3. Papan Tulis Baik

4. Komputer Baik

5. Listrik Baik

6. Air Baik

7. Lapangan Basket Kurang Ada

H. Penelitian Temuan

a. Menciptakan iklim belajar yang tepat

1). Kehangatan dan antusias

Kehangatan dan antusias guru bisa terlihat dengan cara guru berbicara dan

menasehati para siswa. Informasi tentang cara guru berbicara dan menasehati para

siswa diperoleh peneliti dengan teknik observasi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 12 – februari

2020 diketahui bahwa cara guru kelas IV berkomunikasi dan respon dari siswa

saat guru menasehati para siswa dengan cara guru mendekati siswa yang

bersangkutan sehingga siswa tidak akan merasa takut saat berinteraksi langsung

dengan guru kelas.

Saat melakukan wawancara dengan akbar selaku siswa kelas IV

mengatakan, Saya tidak takut saat ibu guru bertanya

(akbar,wawancara 14 februari 2020) ,

Page 67: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Saat melakukan wawancara dengan pidia selaku siswa kelas IV

mengatakan, Saya berani dan senang saat ibu guru bertanya kepada

saya (pidia,wawancara 14 februari 2020)

Nova lisa selaku guru kelas 4 terlihat akrab dengan siswanya. Hal ini

dikarenakan dalam berbicara maupun menegur siswa ibu nova menggunakan kata-

kata yang tidak kasar.

Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu nova

mengatakan,

Terkadang saya memanggil siswa untuk maju ke depan meja guru

tapi lebih sering langsung mendekat kepada siswa yang

bersangkutan dan memagang bahu nya kemudian saya bicara

langsung kepada siswa tersebut karna biasanya kalo saya panggil

untuk maju ke depan siswa malah merasa takut seperti akan

mendapatkan hukuman jadi saya lebih sering lebih memilih untuk

mendekati siswa (Novalisa,wawancara,14 februari 2020).

Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai kehangatan dan antusias, yaitu

guru dalam berkomunikasi dengan siswa secara individu yaitu dengan cara guru

mendekati siswa yang bersangkutan sehingga siswa merasa akrab dengan guru kelas dan

tidak merasa takut untuk bertanya maupun berinteraksi langsung dengan guru kelas.

2) Tantangan

dalam hal ini ialah guru kelas mengajak belajar di luar kelas untuk

mengamati lingkungan sekolah dan sekitarnya. Guru kelas MI Nurul yaqin selalu

mengajak para siswanya belajar di luar kelas untuk mengamati lingkungan

sekolah dan sekitarnya jika materi yang di ajarkan mengharuskan untuk belajar di

luar kelas, seperti yang dikatakan oleh novalisa selaku guru kelas IV. ya biasanya

kalo materi mengharuskan untuk belajar di luar kelas ya saya ajak para siswa

untuk belajar di luar kelas, Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV

yaitu ibu novalisa mengatakan,

Kalau memang materi pelajaran mengharuskan untuk belajar di

luar kelas ya saya ajak siswa belajar di luar kelas, tapi karena nama

nya juga anak-anak kalau sudah di ajak belajar diluar kelas agak

susah di kondisikan. (novalisa,wawancara, 14 februari 2020).

Page 68: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Gambar :1.2 Guru dan siswa belajar di luar kelas

(Dokumentasi pribadi)

Dari paparan wawancara observasi serta dokumentasi diatas dapat

disimpulkan bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar guru tidak hanya

mengajar di dalam kelas saja tetapi bias juga mengajak siswa nya untuk belajar

diluar kelas untuk mengamati lingkungan sekolah dan sekitar nya, jika materi

yang di ajarkan mengharuskan untuk belajar di luar kelas, namun saat proses

belajar mengajar diluar kelas guru agak susah mengkondisikan siswanya.

3). Bervariasi

Guru dalam mengajar menggunakan media pembelajaran (gambar, alat

atau benda) ketika mengajar. Penggunaan media pembelajaran bagi siswa

tentunya akan membuat para siswa lebih tertarik dan akan lebih antusias dalam

mengikuti setiap kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan peneliti di kelas IV, novalisa selaku guru kelas IV dalam

menyampaikan materi dengan menunjukan contoh gambar.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa kelas IV. Naura selaku

siswa kelas IV mengatakan .

Tidak kak, kadang bu nova menunjukan contoh gambar

Sedangkan sarifa selaku siswa kelas IV mengatakan ,

Tidak kak bu nova menggunakan buku tambahan dan kadang

membawa gambar sebagai contoh.

Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu bu nova

mengatakan,

Saya membawa benda kongkrit untuk siswa sebagai contoh,

kadang kalo contoh ada diluar saya ajak siswa nya keluar

(novalisa,wawancara,14 februari 2020),

Page 69: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Gambar : 1.3 Guru menunjukkan media benda kongkrit

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Dari paparan wawancara observasi serta dokumentasi diatas dapat di

simpulkan, bahwa guru dalam memberi contoh kepada siswa guru membawa

benda kongkrit, dalam prinsip penggunaan variasi sudah terlaksana namun dalam

pelaksaaan nya masih banyak kekurangan. Seperti media yang seharusnya di

tempel, hal ini di karenakan ruangan dinding kelas yang sudah penuh dengan

gambar-gambar. Dan seharus nya sekolah menyediakan fasilitas yang memadai

seperti proyektor. Menunjukkan video agar siswa lebih paham dengan

menggunakan proyektor.

4). Keluwesan Dan Penekanan Hal Positif

14 Februari 2020 peneliti melihat ketika terjadi kegaduhan di dalam kelas

IV, Guru mengajak siswa berfokus kepada tepuk-tepuk sepaya mereka bisa diam

dan konsentrasi. Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu

novalisa mengatakan,

ya saya biasanya mengajak siswa difokuskan dengan bertepuk-

tepuk supaya anak-anak tersebut bisa diam dan kembali

berkonsentrasi,karna anak seusia itu kan sulit untuk diam karna

mereka sehat ,jadi ketika mulai kegaduhan saya suruh tepuk-tepuk

supaya anak-anak bisa fokus kembali. (novalisa,wawancara,14

februari 2020).

Dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan tindakan saat terjadi

kegaduhan di dalam kelas, yaitu dengan guru mengajar siswa berfokus dengan

bertepuk tangan. Supaya siswa bias fokus kembali pada kegiatan pembelajaran.

5). Penanaman disiplin diri

Penanaman disiplin diri disini ialah bagaimana tindakan guru dalam

menanamkan disiplin kepada para siswa. Pada saat peneliti melakukan observasi

di kelas 4 setiap pagi bu nova selaku guru kelas 4 setiap pagi jam pertama masuk

Page 70: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

selalu mengecek kebersihan kelas dan menanyakan siapa saja yang tidak

melakukan piket sesuai jadwal. Saat wawancara dengan guru kelas 4 yaitu ibu

nova mengatakan,

Kalau saya untuk menanamkan disiplin ke siswa biasanya setiap

hari jam pertama saya cek kebersihan kelas dan siapa saja yang

piket hari ini, jika ada siswa yang ketahuan tidak piket saya suruh

untuk menuliskan catatan kecil yang saya namakan janji siswa.

(novalisa,wawancara,14 februari 2020).

Saat melakukan wawancara dengan diva selaku siswa kelas 4

mengatakan, Peraturan piket kelas kak, kalo ada siswa yang

ketahuan tidak piket bu nova menyuruh untuk buat janji siswa.

Berdasarkan hasil penelitian observasi pada beberapa pertemuan peneliti

melihat dalam melakukan tindakan penanaman disiplin diri melakukan dengan

cara mengajak siswa agar bertanggung jawab atas kebersihan kelas kepada siswa

yang piket setiap hari nya. Tidak hanya itu ibu novalisa juga memberikan

kebiasaan-kebiasaan kepada siswa nya agar selalu tertib dan bertanggug jawab

dalam segala hal.

B. Mengatur ruangan belajar

1). Pengaturan tempat duduk

Saat melakukan observasi peneliti mendapatkan bahwa untuk pengaturan

tempat duduk para siswa, guru kelas 4 menerapkan format leter U. Untuk ukuran

tempat duduk sendiri, Saat wawancara dengan guru kelas 4 yaitu ibu nova

mengatakan,

Untuk format tempat duduk bulan lalu saya bikin format tempat

duduk nya perkelompok yang terdiri dari 6 kelompok,nah yang

sekarang saya ubah lagi menjadi leter U,perubahan format tempat

duduk bisa di bilang 2 bulan sekali,kalau pun misal nya tempat

tidak berubah kadang anak-anak nya yang saya putar.

(novalisa,wawancara,14 februari 2020)

Dari hasil paparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam pengaturan

tempat duduk menggunakan format leter U, sedangkan untuk perubahan format

tempat duduk di robah dalam waktu sekitaran 2 bulan satu kali.

2. Pengaturan media pendidikan

Saat melakukan observasi peneliti mendapatkan bahwa untuk pengaturan

media pendidikan.guru kelas 4 peneliti melihat untuk penempatan papan tulis

Page 71: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

seperti pada umumnya yaitu di depan kelas samping meja guru, Sedangkan untuk

pemasangan media pendidikan berupa gambar maupun poster guru menempelkan

di bagian samping dinding kelas sehingga semua siswa bisa melihatnya dengan

jelas, Saat melakukan wawancara dengan guru kelas 4 yaitu ibu nova mengatakan,

Seperti pada umumnya untuk penempatan papan tulis saya

letakkan di depan samping meja saya,sedangkan untuk gambar

atau poster saya tempel mengelilingi dinding kelas agarsiswa bisa

melihat dengan jelas kadang saya tempel di lemari karena bisa dilihat

dinding dikelas ni sudah penuh. (novalisa,wawancara,14 februari 2020).

Untuk mendapatkan keabsahan data peneliti menyajikan gambar dari hasil

observasi dari beberapa pertemuan.

Gambar: 1.4 Guru mengajar di kelas

(sumber Dokumentasi pribadi)

Dari hasil paparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa untuk pengaturan

media pendidikan bias di bilang cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari cara

guru meletakkan media pendidikan berupa papan tulis, gambar maupun poster.

3. Pemberian aromaterapi

Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 14 januari 2020 , di dalam kelas

IV udaranya terasa tepengap ini dikarenakan ruang kelas yang kecil dan dengan

siswa yang banyak. Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu

nova mengatakan,

Pada saat proses belajar agar udara kelas tidak terasa pengap saya

selalu membuka jendela dan menyalakan kipas angin, dikarenakan

kelas yang kecil maka dari itu saya selalu membuka jendela kelas

dan menyalakan kipas angin yang ada di ruang kelas.

(wawancara,novalisa,14 februari 2020)

Page 72: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Dari hasil paparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa untuk membuat

udara kelas terasa tidak pengap guru kelas selalu menyalakan kipas angina dan

membuka jendela kelas.

c. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar

1). Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Saat melakukan observasi di kelas 4 peneliti mendapatkan sebelum

pembelajaran dimulai ibu nova selaku guru kelas 4 melakukan ice breking

sebelum memulaikan pembelajaran dan menanyakan kepada siswa terkait materi

pelajaran terahir sebelumnya dan menyuruh para siswa mengumpulkan tugas

pekerjaan rumah. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran ibu nova selalu

memberikan pertanyaan. Saat melakukan wawancara dengan guru kelas 4 yaitu

ibu nova mengatakan,

Untuk pengkondisian sebelum kegiatan belajar dimulai saya ajak

siswa untuk berdoa terlebih dahulu, setelah itu saya cek siswa yang

tidak berangkat dengan memanggil satu per satu berdasarkan

presensi siswa. Setelah itu baru saya ajak siswa icebreking sekitar

5 menit, Setelah itu baru saya tanya tentang materi terakhir dan

menyuruh siswa untuk mengumpulkan pekerjaan rumahnya. untuk

mengakhiri kegiatan pembelajaran biasanya saya berikan soal

pengayaan jika waktunya masih cukup. (novalisa,wawancara 14

februari 2020)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam

mengkondisikan siswa ketika akan memulai dan mengakhiri kegiatan

pembelajaran, guru selalu mengajak siswa berdo’a dan mengecek siswa yang

tidak berangkat terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan belajar mengajar baru

setelah itu guru menanyakan terkait materi pembelajaran sebelumnya.dan untuk

mengakhiri kegiatan pembelajaran guru memberikan soal pengayaan dan

memberikan kegiatan tinjak lanjut yaitu dengan pemberian pekerjaan rumah

kepada siswa untuk mengatahui seberapa paham siswa terhadap materi yang

disampaikan oleh guru kelas.

2).Keterampilan menjelaskan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa guru kelas dalam menjelaskan agar

siswa lebih mudah paham akan pelajaran guru kelas 4 menjelaskan menggunakan

bahasa formal akan tetapi guru juga menggunakan bahasa daerah agar beberapa

Page 73: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

siswa lebih mengerti dan paham akan materi pelajaran yang disampaikan oleh

guru. Saat melakukan wawancara dengan guru kelas 4 yaitu ibu nova mengatakan.

Ya saya selain menggunakan bahasa formal juga menggunakan

bahasa daerah supaya meraka lebih paham, intinya dalam

tranformasi ilmu itu dengan menggunakan bahasa yang tepat agar

siswa lebih mengerti apa yang saya jelaskan.

(novalisa,wawancara,14 februari 2020).

Dari hasil wawancara dapat di tarik kesimpulan bahwa guru kelas IV Mi

Nurul Yaqqin dalam menjelaskan materi nya menggunakan bahasa formal dan

bahasa daerah.

3).Keterampilan bertanya

Saat melakukan observasi peneliti mendapatkan bahwa guru kelas IV

dalam bertanya kepada siswa pertanyaan awal diberikan kepada seluruh siswa

kelas setelah itu baru guru menerapkan sistem acak dalam penyebarannya. Saat

melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu nova mengatakan.

Awalnya pertanyaan saya tanyakan kepada seluruh siswa, tapi jika

belum ada siswa yang mau menjawab saya baru pilih acak, yang

kira-kira saya melihat ada siswa yang konsentrasinya agak

terganggu langsung saya kasih pertanyaan. (novalisa,wawancara,14

februari 2020)

Dapat disimpulkan bahwa untuk keterampilan bertanya guru lebih memilih

secara acak, namun sebelum memilih acak guru memberikan pertanyaan kepada

seluruh siswa kelas terlebih dahulu. Guru kelas lebih memilh penyebaran secara

acak dikarenakan saat guru kelas memberikan tugas kepada siswa ada beberapa

siswa yang malah tidak konsentrasi dan malah bermain sendiri. Cara ini dipilih

agar siswa bias kembali berkonsentrasi saat mengikuti kegiatan belajar mengajar

didalam kelas.

4).Keterampilan memberi penguatan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 februari 2020

diketahui bahwa dalam memberikan penguatan guru kelas IV selalu memberikan

apresiasi kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dan berani bertanya

kepada guru dengan mengajak para siswa lain untuk bertepuk tangan. Saat

melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu nova mengatakan.

Page 74: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Untuk penguatan biasanya saya mengajak para siswa lain untuk

bertepuk tangan kepada siswa yang mau bertanya dan bisa

menjawab pertanyaan dari saya,biasa nya saya memberi motivasi

kepada siswa yang takut akan bertanya” kamu pasti bisa

nak”(novalisa.wawancara 14 februari 2020).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpukan bahwa dalam memberikan

penguatan siswa yang berani bertanya dan bisa menjawab pertanyaan guru yaitu

dengan mengucapkan bagus atau selamat kepada siswa tersebut dan mengajak

siswa lain untuk bertepuk tangan bersama, namun ketika siswa yang takut akan

bertanya guru memberi penguatan nya dengan berkata “kamu pasti bisa nak”.

5).Keterampilan membimbing diskusi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 februari 2020

diketahui bahwa guru kelas IV dalam membimbing diskusi selalu di dalam kelas

membimbing para siswa, mulai dari pembagian kelompok sampai

mempresentasikan hasil/tugas kelompok di depan kelas. Saat melakukan

wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu nova mengatakan.

Saya bimbing para siswa mulai dari pembagian kelompok sampai

mempresentasikan hasil tugas/diskusinya di depan kelas,

mengingat siswa jika berkelompok pasti akan lebih rame.

(novalisa,wawancara,14 februari 2020)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan guru dalam membimbing

diskusi selalu berada didalam kelas, guru kelas juga berperan dalam penentuan

pembagian kelompok sampai kelompok mana saja yang maju untk

memprentasikan hasil kelompok nya didepan kelas.

I. PEMBAHASAN

a. Menciptakan iklim belajar yang tepat

Dalam kegiatan mengelola kelas hendaknya seorang guru harus mampu

menciptakan iklim belajar-mengajar yang tepat. Seperti yang dijelakan oleh

(Novan Ardy Wiyani,2013,hlm.65) bahwa kegiatan mengelola kelas diarahkan

untuk mewujudkan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar dapat

memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik sesuai dengan baik dan

sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya.

Saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas IV Mi Nurul Yaqin.

guru dan siswa terlihat akrab seperti yang dijelaskan oleh Djamarah dalam (Euis

Page 75: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Karawati & Donni Juni Priansa. 2014,hlm. 26) Guru yang hangat dan akrab pada

peserta didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya

akan berhasil dalam mengimplementasikan mengelola kelas. Oleh karena itu guru

kelas IV saat berkomunikasi dengan siswanya menggunakan kata-kata yang tidak

kasar hal tersebut terlihat saat proses belajar mengajar berlangsung para siswa

santai tidak merasa takut untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang sedang

diajarkan oleh guru. Ketika terjadi kegaduhan di dalam kelas, guru kelas IV

mempunyai cara agar kondisi kelas bisa fokus seperti yang dijelaskan oleh

Djamarah dalam (Euis Karawati & Donni Juni Priansa.2014.hlm. 26) Keluwesan

pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan peserta didik,

tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. Saat terjadi

kegaduhan guru kalas IV akan melakukan tepuk-tepuk. Untuk pemusatan

perhatian setelah terjadi kegaduhan guru memberikan tepuk satu, tepuk dua,

supaya anak-anak bisa fokus kembali.

Guru kelas IV Mi Nurul Yaqin dalam proses pembelajaran juga sering

menggunakan media tersebut agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar seperti

yang dijelaskan oleh Djamarah dalam (Euis Karawati & Donni Juni Priansa,

2014.hlm.26) Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya mengelola kelas

yang efektif dan menghindari kejenuhan. Guru mengajak para siswa untuk belajar

di luar kelas seperti yang dijelaskan oleh Djamarah dalam (Euis Karawati &

Donni Juni Priansa .2014.hlm.26) Penggunaan bahan-bahan, atau cara kerja yang

menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga

mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyinggung. Tidak

hanya belajar di dalam kelas saja guru juga mengajak siswa untuk belajar di luar

kelas jika materi mengharuskan belajar di luar kelas atau di lingkungan sekolah.

b. Mengatur ruangan belajar

Ruang belajar dalam hal ini ruang kelas harus didesain sedemikian rupa

sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat memunculkan

semangat serta keinginan untuk belajar dengan baik Mengatur ruangan belajar

menurut Novan Ardy Wiyani (2013: 140) Pengaturan ruang kelas dapat

didefiniikan sebagai mengurus dan menata. segala sarana belajar yang terdapat di

Page 76: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

dalam ruang kelas oleh guru. Barbagai sarana belajar yang ada di dalam kelas

seperti meja dan kursi, papan tulis, penghapus, penggaris, papan absensi, rak

buku, dan lain sebagainya. Saat melakukan penelitian, peneliti mendapatkan

bahwa untuk pengaturan tempat duduk para siswa, guru kelas 4 Mi Nurul Yaqin

menerapkan format leter U. Seperti yang dijelaskan oleh. Sedangkan untuk

penempatan media pendidikan yaitu berupa papan tulis, gambar maupun poster,

seperti yang dijelaskan oleh (Novan Ardy Wijayani ,2013, hlm.151) Bahwa guru

hendaknya meletakan media pendidikan berupa papan tulis, gambar maupun

poster, hendaknya di tempatkan pada tempat yang mudah dilihat oleh peserta

didik dan dijangkau oleh guru agar tidak merepotkan guru jika hendak

memindahkannya. Untuk penempatan papan tulis guru kelas 4 dalam

penempatannya seperti pada umumnya yaitu di depan kelas samping meja guru.

Sedangkan untuk pemasangan media pendidikan berupa gambar maupun poster

guru menempelkan di bagian samping mengelilingi dinding kelas sehingga semua

siswa bisa melihatnya dengan jelas. Sebagai pengelola kelas guru juga harus

memperhatikan udara di dalam kelas yaitu pemberian aromaterapi seperti yang di

jelaskan oleh (Novan Ardy Wiyani ,2013,hlm, 153) Penggunaan

aromaterapi di kelas sangatlah sederhana yaitu dengan cara menyemprotkan

aromaterapi tersebut kedalam kelas, dengan demikian peserta didik diharapkan

dapat lebih rileks dan nyaman sehingga akhirnya peserta didik bisa fokus dan

konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Udara di dalam kelas 4 terasa sedikit

pengap ini dikarenakan kipas angin hanya satu dengan jumlah siswa yang rame.

Pada saat proses belajar guru kelas selalu menyalakan kipas angin yang ada di

ruang kelas IV.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, guru kelas IV Mi Nurul Yaqin dalam

mengatur ruangan belajar kedua guru kelas tersebut dalam penempatan tempat

duduk siswa guru kelas IV Mi Nurul Yaqin menerapkan format leter U. Untuk

penempatan papan tulis guru kelas IV Mi Nurul Yaqin dalam penempatannya

seperti pada umumnya yaitu di depan kelas samping meja guru. Sedangkan untuk

pemasangan media pendidikan berupa gambar maupun poster guru menempelkan

di bagian samping mengelilingi dinding kelas sehingga semua siswa bisa

melihatnya dengan jelas.

Page 77: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

c. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar

Dalam interaksi belajar mengajar, guru dan peserta didik harus aktif. Aktif

dalam arti sikap, mental, dan perbuatan. Untuk menciptakan interaksi belajar

mengajar yang efektif, setidaknya guru harus menguasai dan mempraktikan

berbagi keterampian dasar mengajar. Menurut (Euis Karawati & Donni Juni

Priansa .2014.hlm. 32-34) Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar

antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan

menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan member penguatan,

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Saat melakukan penelitian,

peneliti mendapatkan bahwa guru kelas IV Mi Nurul Yaqin tidak langsung

memulai kegiatan belajar melainkan ada beberapa hal yang harus dilaksanakan

terlebih dahulu seperti yang dijelaskan oleh (Euis Karawati & Donni Juni Priansa

,2014,hlm, 33) Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi

bagi peserta didik agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan

dipelajarinya. Guru kelas IV Mi Nurul Yaqin selalu mengajak siswa berdoa dan

mengecek siswa yang tidak berangkat terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan

belajar mengajar baru setelah itu guru menanyakan terkait materi pembelajaran

sebelumnya dan menanyakan pekerjaan rumah terkait

materi pelajaran sebelumnya. Dan untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran guru kelas IV memberikan soal pengayaan dan memberikan

kegiatan tindak lanjut yaitu dengan pemberian pekerjaan rumah kepada para siswa

untuk mengetahui seberapa paham siswa terhadap materi yang di sampaikan oleh

guru kelas.

Sedangkan saat menjelaskan materi pelajaran guru kelas IV Mi Nurul

Yaqin. guru dalam menjelaskan materi pembelajaran guru menggunakan bahasa

formal mengingat siswa kelas 4 adalah warga asli sekitar Mi Nurul Yaqin guru

juga menggunakan bahasa daerah agar beberapa siswa lebih mengerti dan paham

akan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut seperti yang di

jelaskan oleh( Euis Karawati & Donni Juni Priansa .2014.hlm. 33) dalam

menjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti dan dipahami oleh peserta didik, hindari penggunaan kata-kata yang

Page 78: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

kompleks dan tidak perlu. Dalam penyebaran pertanyaan guru kelas IV lebih

memilih secara acak namun sebelum memilih acak guru memberikan pertanyaan

keseluruh siswa kelas terlebih dahulu. Guru kelas lebih memilih penyebaran

secara acak dikarenakan saat guru kelas memberikan tugas kepada siswa ada

beberapa siswa yang malah tidak konsentrasi malah bermain sendiri. Cara ini

dipilih agar siswa bisa kembali berkonsentrasi saat mengikuti kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas. Hal tersebut seperti yang di jelaskan oleh (Euis Karawati

& Donni Juni Priansa .2014,hlm .32) Dalam memberikan pertanyaan hendaknya

guru mengungkapkan secara jelas dan singkat. Sehingga mudah dimengerti oleh

peserta didik. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu, sehingga

peserta didik berfikir (memikirkan jawabanya), setelah itu pertanyaan disebar

untuk memberikan kesempatan pada semua peserta didik. Saat ada siswa yang

berhasil menjawab pertanyaan guru kelas IV Mi Nurul Yaqin memberikan

penguatan kepada siswa tersebut dengan mengajak para siswa lain untuk bertepuk

tangan. Hal tersebut seperti yang di jelaskan oleh ( Euis Karawati & Donni Juni

Priansa .2014, hlm 32) Keterampilan guru dalam memberi penguatan bagi peserta

didik menjadi perhatian yang sangat penting, hal tersebut disebabkan karena

penguatan lebih penting dilakukan guru dari pada guru memberikan hukuman

bagi peserta didik. Penguatan dari guru dapat dilakukan secara verbal (misalnya

ungkapan bagus, bagus, pintar, ya, cerdas) maupun non verbal (misalnya gerakan,

isyarat, sentuhan, elusan, pendekatan yang menyatakan bahwa guru memberikan

respon yang positif).

Sedangkan dalam membimbing diskusi guru kelas IV Mi Nurul Yaqin

selalu berada di dalam kelas membimbing siswanya, guru kelas juga berperan

dalam penentuan pembagian kelompok sampai kelompok mana saja yang maju

untuk mempresentasikan hasil kelompoknya di depan kelas. Untuk pembagian

kelompok dalam satu kelompoknya terdiri dari 5 siswa namun ada 2 kelompok

yang terdiri dari 6 siswa mengingat jumlah siswa kelas 4 sama yaitu 32 siswa. Hal

tersebut seperti yang di jelaskan oleh( Euis Karawati & Donni Juni Priansa,

2014,hlm.34) Guru berfungsi sebagai pembimbing yang menjadi pengarah

sekaligus melaksanakan kegiatan supervisi keefektifan kelompok tersebut.

Page 79: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Jadi dapat disimpulkan bahwa, guru kelas IV dan Mi Nurul Yaqin dalam

melaksanakan interaksi belajar mengajar guru tersebut sudah mempunyai

keterampilan dasar mengajar seperti yang di ungkapkan (Euis Karawati & Donni

Juni Priansa, 2014, hlm.32-34) Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar

antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan

menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan member penguatan,

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.

Untuk keterampilan membuka dan menutup pelajaran guru kelas IV Mi

Nurul Yaqin tidak langsung memulai kegiatan belajar melainkan ada beberapa hal

yang harus dilaksanakan terlebih dahulu yaitu dengan mengajak siswa berdoa,

mengecek siswa yang tidak berangkat, guru menanyakan terkait materi

pembelajaran sebelumnya dan menanyakan pekerjaan rumah terkait materi

pelajaran sebelumnya. Dan untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran guru

memberikan soal pengayaan dan memberikan kegiatan tindak lanjut yaitu dengan

pemberian pekerjaan rumah kepada para siswa untuk mengetahui seberapa paham

siswa terhadap materi yang di sampaikan oleh guru kelas. Sedangkan untuk

keterampilan menjelaskan guru kelas IV Mi Nurul Yaqin. guru dalam

menjelaskan materi pembelajaran guru menggunakan bahasa formal mengingat

siswa kelas IV adalah warga asli sekitar Mi Nurul Yaqin guru juga menggunakan

bahasa daerah agar beberapa siswa lebih mengerti dan paham akan materi

pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk keterampilan bertanyaan guru

kelas IV lebih memilih secara acak namun sebelum memilih acak guru

memberikan pertanyaan keseluruh siswa kelas terlebih dahulu. Untuk

keterampilan memberikan penguatan ditunjukan saat ada siswa yang berhasil

menjawab pertanyaan guru kelas IV Nurul Yaqin memberikan penguatan kepada

siswa tersebut dengan mengajak para siswa lain untuk bertepuk tangan.

Sedangkan keterampilan membimbing diskusi guru kelas IV Mi Nurul Yaqin

selalu berada di dalam kelas membimbing siswanya, guru kelas juga berperan

dalam penentuan pembagian kelompok sampai kelompok mana saja yang maju

untuk mempresentasikan hasil kelompoknya di depan kelas.

J. Keterbatasan Penelitian

Page 80: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Dalam penelitian yang berjudul Problematika Guru Dalam Mengelola

Kelas d Di MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko

Kabupaten Muaro Jambi”. ini masih terdapat banyak kekurangan karena

keterbatasan penelitian. keterbatasan tersebut adalah :

1. Peneliti belum dapat meneliti kegiatan belajar mengajar secara

berkelanjutan di kelas yang berbeda hal ini dikarenakan peneliti melakukan

kegiatan penelitian disatu kelas saja yaitu kelas IV Mi Nurul Yaqin.

2. Terdapat beberapa siswa yang tidak mau di mintai keterangan terkait

kemampuan guru dalam mengelola kelas.

Page 81: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan problematika guru

dalam mengelola kelas di madrasah Ibtidaiyyah Nurul Yaqin menganalisis

Problematika Guru Dalam Mengelola Kelas Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul

Yaqin Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi

1. Karena Guru kelas IV MI Nurul Yaqin dalam menciptakan iklim

belajar yang tepat guru lebih cenderung pada penekanan hal positif,

dimana guru akan menghitung 1 sampai 3 saat ada siswa yang

gaduh/ribut, untuk pemusatan kembali guru mengajak siswanya

untuk tepuk-tepuk supaya siswa bisa fokus kembali.

2. Penyebab Guru kelas IV MI Nurul Yaqin dalam mengatur ruangan

guru cenderung hanya Untuk format tempat duduk nya

perkelompok yang terdiri dari 6 kelompok,lalu di ubah lagi

menjadi leter U,perubahan format tempat duduk bisa di bilang 2

bulan sekali,kalau pun misal nya tempat tidak berubah kadang

anak-anak nya yang hanya di putar

3. Solusi Guru kelas IV MI nurul yaqin dalam mengelola interaksi

belajar mengajar cenderung terlihat saat guru melakukan kegiatan

membuka dan menutup pelajaran, dimana siswa memberikan

respon kepada guru mulai dari guru mengajak siswa berdoa,

mengecek siswa yang tidak berangkat, menanyakan materi terakhir

dan pekerjaan rumahnya. Saat mengakhiri kegiatan pembelajaran

guru memberikan soal pengayaan dan pekerjaan rumah.

B. Saran

Guru kelas hendaknya meningkatkan intensitas dalam melakukan

perubahan format tempat duduk siswa untuk mengganti suasana kelas,

sehingga tidak terasa membosankan, strategi pengelolaan kelas IV di Mi

Nurul Yaqin belum bisa dikatakan efektif dan maksimal, karena masih ada

banyak kekurangn, baik dari sarana maupun kemampuan guru , oleh

karena itu guru kelas IV dengan kemampuan nya sebaik nya dapat

memanfaatkan pasilitas dan alat pembelajaran dengan maksimal dan

Page 82: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

berkoordinasi dengan kepala sekolah bidang sarana maupun prasarana

untuk melengkapi sarana pembelajaran.

Hal ini dimaksud agar strategi pembelajaran kelas dapat di

terapkan dengan maksimal untuk membuat peserta didik tidak bosan

dalam mengikuti proses pembelajaran yang berkesan dan nyaman

sehingga akan berdampak pada motivasi dan prestasi belajar peserta didik.

C. Penutup

Dengan menngucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada

Allah SWT bahwa penulis telah dapat menyelesaikan penelitian kualitatif

ini, namun dalam penulisan karya ilmiah ini tentunya masih terdapat

kekurangan-kekurangan, baik dalam sistematika penulisan mauopun

bentuk kata-kata.

Untuk itu keritik dan saran sangat di harapkan penulis demi

perbaikan penulisan penelitian kualitatif ini. Kemudian penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia

memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pada guru di madrasah

Ibtidaiyyah Nurul Yaqqin simpang sungai Duren.

Page 83: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sulaiman, (1995) http://perencenaan.blogspot.co.id/, diakses pada hari

senin, 29 Juli 2019 pukul 13:29 WIB).

Albertus Heriyanto dan Sandjaja. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta:

PrestasiPustaka

Ametembun. (1974). Management Kelas. Bandung: IKIP Bandung.

Ana Nurhayati. (2012). Kliping Prestasi dan Kegiatan SD Muhammadiyah

SapenYogyakarta. Yogyakarta: SD Muhammadiyah Sapen Kota

Yogyakarta.

Andi Prastowo. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Ar-Ruzz

Media.

Arif Rahman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:

Laksbang

Djunaidi Ghony dan Fa Uzan Almanshur. (2012). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa. (2014). Manajemen Kelas: Guru

rofesional yang Insiparif, Kreatif, Menyenangkan, dan

Berprestasi.Bandung: Alfabeta.

Ibrahim Bafadal. (2009). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari

Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta.

Imam Gunawan. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Jane Bluestein. (2013). Manajemen Kelas. Jakarta

Lexy J. Moleong. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung

Maman Rachman. (1999). Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan

Tinggi.

Mar‟at. (1991). Sikap Manusia Perubahan dan Pengukurannya. Bandung:

Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran

Page 84: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Martinis Yamin dan Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta :

GP Press.

Mary Underwood. (2000). Pengelolaan Kelas yang Efektif. Jakarta : Arcan.

Novan Ardy Wiyani (2013). Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk

Menciptakan Kelas yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Radino Harsanto. (2005). Pengelolaan kelas yang dinamis. Yogyakarta: Kanisius

Radno Harsanto, .( 2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta:

Kanisius.

Rusdinal & Elizar. (2005). Pengelolaan kelas di taman kanak-kanak. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Direktorat Ketenagaan.

Soerjono Soekanto. (1992) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit

Universitas Indonesia

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suharsimi Arikunto. (2006). prosedur penelitian suatu pendekatan praktek,

Cetakan Ketigabelas.Jakarta.

Usman Moh. Uzer. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung.

Page 85: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …
Page 86: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Lampiran I

HASIL WAWANCARA

Informan : Pidia Putri Pratiwi

Jabatan : Siswa Kelas IV (Empat)

Hari/Tanggal : Jum’at 14 februari 2020

Tempat : Ruangan Kelas IV

Peneliti : Bagaimana perasaan (takut, berani) adik-adik saat

dipanggil dan berbicara atau bertanya pada ibu guru?

Informan : Berani dan senang

Peneliti : dalam belajar apa ibu hanya mengajar kalian di dalam

kelas saja?

Informan : tidak, terkadang diluar

neliti : saat mengajar apakah ibu hanya menggunakan buku

cetak?

Informan : Tidak

Peneliti : jika ada teman yang gaduh atau bermain sendiri di dalam

kelas bagaimana ibu guru menegurnya?

Informan : mengingatkan agar diam

Peneliti : peraturan apa saja yang sudah menjadi kebiasaan didalam

kelas?

Informan : Jangan ribut, tulisan nya rapi

Peneliti : Apakah setiap hari posisi tempat duduk adik-adik sama

setiao hari? Dan apa setiap hari adik-adik duduk di kursi

dan meja yang sama?

Informan : Setiap bulan berpindah-pindah tempat duduk.

Peneliti : Bagaimana tulisan ibu di papan tulis? Terlihat jelas?

Informan : Jelas

Peneliti : Menurut adik-adik bagaimana udara di dalam kelas?

informan : Panas

Page 87: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

peneliti : Sebelum pelajaran dimulai, apakah ibu guru mengaitkan

materi yang akan dipelajari dengan materi yang sudah

dipelajari dan di akhir pelajaran, guru menyampaikan

kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari?

informan : Iya, menanyakannya berulang-ulang

peneliti : Menurut adik-adik saat ibu guru menjelaskan pelajaran

sudah menggunakan bahasa dan kalimat yang jelas?

informan : Iya

peneliti : Saat ibu guru memberikan pertanyaan kepada adik-adik,

dipilih secara acak atau berdasarkan daftar hadir?

Informan : Secara acak

Peneliti : Apa penghargaan yang diberikan oleh guru ketika adik-

adik mau bertanya dan bisa menjawab pertanyaan guru?

Informan : Tepuk tangan

Peneliti : apakah saat melakukan diskusi, ibu guru berada di dalam

kelas dan membimbing adik-adik?

Informan : Iya

Page 88: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Lampiran II

HASIL WAWANCARA

Informan : Sarifa Aini

Jabatan : Siswa Kelas IV (Empat)

Hari/Tanggal : Jum’at 14 februari 2020

Tempat : Ruangan Kelas IV

Peneliti : Bagaimana perasaan (takut, berani) adik-adik saat

dipanggil dan berbicara atau bertanya pada ibu guru?

Informan : Berani dan senang

Peneliti : dalam belajar apa ibu hanya mengajar kalian di dalam

kelas saja?

Informan : tidak

neliti : saat mengajar apakah ibu hanya menggunakan buku

cetak?

Informan : Tidak, ada buku tambahan

Peneliti : jika ada teman yang gaduh atau bermain sendiri di dalam

kelas bagaimana ibu guru menegurnya?

Informan : Jangan Ribut

Peneliti : peraturan apa saja yang sudah menjadi kebiasaan didalam

kelas?

Informan : Saat belajar jangan main

Peneliti : Apakah setiap hari posisi tempat duduk adik-adik sama

setiao hari? Dan apa setiap hari adik-adik duduk di kursi

dan meja yang sama?

Informan : Posisi tetap, tapi waktu kerja kelompok saja yang

berpindah

Peneliti : Bagaimana tulisan ibu di papan tulis? Terlihat jelas?

Informan : Terlihat jelas

Peneliti : Menurut adik-adik bagaimana udara di dalam kelas?

informan : Panas

Page 89: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

peneliti : Sebelum pelajaran dimulai, apakah ibu guru mengaitkan

materi yang akan dipelajari dengan materi yang sudah

dipelajari dan di akhir pelajaran, guru menyampaikan

kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari?

informan : Iya

peneliti : Menurut adik-adik saat ibu guru menjelaskan pelajaran

sudah menggunakan bahasa dan kalimat yang jelas?

informan : Jelas

peneliti : Saat ibu guru memberikan pertanyaan kepada adik-adik,

dipilih secara acak atau berdasarkan daftar hadir?

Informan : Acak

Peneliti : Apa penghargaan yang diberikan oleh guru ketika adik-

adik mau bertanya dan bisa menjawab pertanyaan guru?

Informan : Di kasih tepuk tangan

Peneliti : apakah saat melakukan diskusi, ibu guru berada di dalam

kelas dan membimbing adik-adik?

Informan : Membimbing.

Page 90: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Lampiran: III

HASIL WAWANCARA

Informan : Novalisa S.pd.I

NIP : 198011152005012009

Jabatan : Guru Kelas IV

Hari/Tanggal : Jum’at 14 februari 2020

Tempat : Ruangan Guru

Peneliti : bagaimana cara ibu dalam berkomunikasi kepada para

siswa saat menegur atau menasehati siswa ?

Informan : Saya kadang memanggil siswa untuk maju ke depan meja

guru tapi lebih sering langsung mendekat kepada siswa

yang bersangkutan dan memagang bahu nya kemudian

saya bicara langsung kepada siswa tersebut karna

biasanya kalo saya panggil untuk maju ke depan siswa

malah merasa takut seperti akan mendapatkan hukuman

jadi saya lebih sering lebih memilih untuk mendekati

siswa

Peneliti : selain belajar di dalam kelas apa ibi mengajak siswa

belajar di luar kelas?

Informan : ya biasanya kalo materi mengharuskan untuk belajar di

luar kelas ya saya ajak para siswa untuk belajar di luar

kelas

Peneliti : bagaimana ibu dalam menunjukan contoh kepada siswa?

Informan : Saya membawa benda kongkrit untuk siswa sebagai

contoh, kadang kalo contoh ada diluar saya ajak siswa nya

keluar

Peneliti : bagaimana tindakan ibu apabila terjadi kegaduhan atau

keributan didalam kelas ? dan bagaimana cara ibi

memusatkan perhatian siswa agar berkonsentrasi

mengikuti pelajaran ?

Informan : ya saya biasanya mengajak siswa difokuskan dengan

bertepuk-tepuk supaya anak-anak tersebut bisa diam dan

kembali berkonsentrasi,karna anak seusia itu kan sulit

untuk diam karna mereka sehat ,jadi ketika mulai

kegaduhan saya suruh tepuk-tepuk supaya anak-anak bisa

fokus kembali

Page 91: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Peneliti : bagaimana cara atau tindakan ibu untuk menanamkan

disiplin diri kepada siswa?

Informan : saya untuk menanamkan disiplin ke siswa biasanya setiap

hari jam pertama saya cek kebersihan kelas dan siapa saja

yang piket hari ini, jika ada siswa yang ketahuan tidak

piket saya suruh untuk menuliskan catatan kecil yang saya

namakan janji siswa

Peneliti : bagaimana penempatan tempat duduk untuk siswa?

Apakah ibu merubah format tempat duduk siswa?

Informan : Untuk format tempat duduk bulan lalu saya bikin format

tempat duduk nya perkelompok yang terdiri dari 6

kelompok,nah yang sekarang saya ubah lagi menjadi leter

U,perubahan format tempat duduk bisa di bilang 2 bulan

sekali,kalau pun misal nya tempat tidak berubah kadang

anak-anak nya yang saya putar

Peneliti : bagaimana cara ibu untuk menempat kan media

pendidikan (papan tulis,gambar/poster) yang ada di kelas ?

Informan : Seperti pada umumnya untuk penempatan papan tulis saya

letakkan di depan samping meja saya, , sedangkan untuk

gambar atau poster saya tempel mengelilingi dinding kelas

agar siswa bisa melihat dengan jelas kadang saya tempel

di lemari karena bisa dilihat dinding dikelas ni sudah

penuh

Peneliti : bagaimana cara ibu agar udara kelas tidak terasa pengap

dan panas ?

informan : Pada saat proses belajar agar udara kelas tidak terasa

pengap saya selalu membuka jendela kelas dan

menyalakan kipas angin yang ada di ruang kelas 4

peneliti : bagaimana cara ibu dalam mengkondisikan siswa ketika

akan memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran ?

informan : Untuk pengkondisian sebelum kegiatan belajar dimulai

saya ajak siswa untuk berdoa terlebih dahulu, setelah itu

saya cek siswa yang tidak berangkat dengan memanggil

satu per satu berdasarkan presensi siswa. Setelah itu baru

saya ajak siswa icebreking sekitar 5 menit, Setelah itu baru

saya tanya tentang materi terakhir dan menyuruh siswa

untuk mengumpulkan pekerjaan rumahnya. untuk

mengakhiri kegiatan pembelajaran biasanya saya berikan

soal pengayaan jika waktunya masih cukup

Page 92: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

peneliti : agar siswa lebih paham tentang materi pelajaran ibu

menggunakan bahasa formal atau bahasa daerah ?

informan : Ya saya selain menggunakan bahasa formal juga

menggunakan bahasa daerah supaya meraka lebih paham,

intinya dalam tranformasi ilmu itu dengan menggunakan

bahasa yang tepat agar siswa lebih mengerti apa yang saya

jelaskan

peneliti : dalam memberikan pertanyaan biasanya ibu menanyakan

keseluruhan siswa terlebih dahulu atau langsung

menentukan dengan memilih acak atau menggunakan

daftar hadir siswa?

Informan : Awalnya pertanyaan saya tanyakan kepada seluruh siswa,

tapi jika belum ada siswa yang mau menjawab saya baru

pilih acak, yang kira-kira saya melihat ada siswa yang

konsentrasinya agak terganggu langsung saya kasih

pertanyaan

Peneliti : bagaimana cara ibu dalam memberikan penguatan kepada

siswa yang mau bertanya dan bisa menjawab pertanyaan

ibu?

Informan : Untuk penguatan biasanya saya mengajak para siswa lain

untuk bertepuk tangan kepada siswa yang mau bertanya

dan bisa menjawab pertanyaan dari saya,biasa nya saya

memberi motivasi kepada siswa yang takut akan bertanya”

kamu pasti bisa nak”

Peneliti : bagaimana peran atau tindakan ibu dalam membimbing

diskusi ?

Informan : Saya bimbing para siswa mulai dari pembagian kelompok

sampai mempresentasikan hasil tugas/diskusinya di depan

kelas, mengingat siswa jika berkelompok pasti akan lebih

rame.

Page 93: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Lampiran V: Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi Penelitian Di MI Nurul Yaqin

Foto saat guru menjelaskan pembelajaran

Page 94: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Foto saat belajar di luar kelas

Foto saat diskusi kelompok

Page 95: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Foto brrsama wali kelas IV

Ibu Novalisa S.Pd.I

Ibu n

Page 96: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …
Page 97: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Foto Saat wawancara siswa

Foto saat wawancara wali kelas IV

Ibu Novalisa S.Pd.I

Page 98: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …
Page 99: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …
Page 100: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …
Page 101: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …
Page 102: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS DI …

Daftar Riwayat Hidup

(Corriculum Vitae)

Nama : Noer Heliza

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl. Lahir : Sarolangun, 15 September 1998

Alamat : Sarolangun

Email : [email protected]

No. Hp : +628-5357-166658

Pengalaman Pendidikan :

2004-20010 : SDN 139 Sarolangun

2010-2013 : MTS N Sarolangun

2013-2016 : SMA N 7 Sarolangun

Sekarang : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah