pro dan kontra rekayasa genetika
DESCRIPTION
patogen terbawa benihTRANSCRIPT
MAKALAH
BIOTEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN
“REKAYASA GENETIK”
(Telaah atas Keuntungan dan Kerugian yang Ditimbulkan)
O L E H:
MUHAMAD SALAM HIDAYATULLAH
G2A113005
PROGRAM STUDI AGRONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi
juga pada ilmu terapan dan ilmu muri lainnya, seperti biokimia, biologi molekuler,
mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan fisika. Bioteknologi adalah cabang
biologi yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (enzim, alkohol, antibiotik,
asam organik) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat
digunakan oleh manusia.
Proses bioteknologi pada umumnya mencakup pengubahan suatu bahan baku
oleh aktivitas suatu organisme untuk menghasilkan suatu produk akhir yang
diinginkan. Bioteknologi dibagi menjadi dua macam yaitu bioteknologi tradisional
atau konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi tradisional memiliki ciri
semua hasil akhir dan produktivitasnya adalah sebagai proses alamiah, sesuai dengan
kemampuan dasar yang dimiliki oleh tiap mikroorganisme yang berperan.
Perkembangan genetika molekuler ini sangat pesat, sehingga pada tahun
1970-an telah dikenal teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA
rekombinan atau rekayasa genetika. Teknologi tersebut memungkinkan manusia
untuk melakukan suatu rekayasa terhadap susunan informasi dalam materi gentik
suatu organism untuk mendapatkan suatu organisme yang mereka impikan. Terlepas
dari semua dampak positif yang ada, ternyata teknologi rekayasa genetika juga
menghasilkan berbagai dampak negatif. Reaksi yang ditimbulkan masyarakat
terhadap rekayasa genetika ada bermacam-macam, baik pro, kontra maupun tidak
peduli.
Tujuan dari rekayasa genetika pada tanaman adalah untuk mempunyai target
dan tujuan antara lain peningkatan produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan
lama dalam penyimpanan pascapanen, peningkatan kandungan gizi, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit tertentu, tahan terhadap herbisida, stelrilitas dan fertilitas
serangga jantan, toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah,
kualitas aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi.
Sedangkan tujuan rekayasa genetika pada mikroba adalah bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi,
pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses
kompos dan pembuatan makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-
obatan dan kosmetika.
I.2. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengemukakan keuntungan
ataupun kerugian termasuk pro dan kontra di kalangan masyarakat dari penerapan
rekayasa genetik.
II. PEMBAHASAN
Pro Kontra Rekayasa Genetika
Publikasi penemuan bidang sains dan teknologi sering menimbulkan polemik
di kalangan masyarakat dunia. Sejak jaman pra-sejarah hingga renaissance, sejak
jaman renaissance hingga periode post-modern, polemik seputar penemuan bidang
sains dan teknologi selalu memancing perdebatan sengit, dus, suara pro dan kontra
yang keras dan meluas, terutama di negara-negara tempat penelitian ilmiah tersebut
dilakukan.
Pada awal abad 16, para pendeta Protestan mengecam keras Nicholas
Copernicus, yang meyakini bahwasanya bumi dan planet-planet lainnya mengelilingi
matahari -bukan sebaliknya, sebagaimana bunyi teori Ptolemaic yang berlaku umum
ketika itu. Di awal abad 17, ketika Gereja Katholik mencanangkan gerakan Kontra
Reformasi (gerakan kembali kepada kitab suci), semua karya tulis Copernicus
diberangus, dimasukkan ke dalam daftar hitam, orang dilarang untuk membacanya.
Dan jauh setelah Copernicus tiada, tepatnya tahun 1839, saat patungnya diresmikan di
salah satu pojok utama kota Warsawa, Polandia, tak satupun dari pendeta Katholik
yang sudi memberikan pemberkatan.
Menguatkan pendapat Copernicus, pada tahun 1632, Galilei Galileo
mengumumkan kesimpulan serupa: bumi hanya salah satu diantara banyak planet
yang mengitari matahari. Ensiklopedi “1001 Tokoh Penemu Paling Berjasa Bagi
Umat Manusia” suntingan Iwan Gayo mengemukakan bahwa pendapat Galileo
tersebut, bertentangan dengan kaidah “Benda Langit Yang Sempurna” dari Aristotles,
yang berlaku umum di Eropa pada abad ke 17, semasa Galileo hidup. Vatikanpun
bereaksi. Paus menuduh scientist kelahiran Pisa, Italia itu telah menyerangnya secara
pribadi lewat karya tulisnya: “Dialogue Concerning the Two Chief World Systems:
Ptolemaic and Copernican.” Pasca pernyataan Imam Besar Katholik sedunia itu,
Galileo kemudian dikenai hukuman tahanan rumah seumur hidup.
Menjelang New Millenium, dunia dikejutkan oleh ditemukannya sebuah cara
baru dalam hal proses berkembang-biaknya mahluk hidup. Proses kembang biak yang
dikenal dengan istilah Kloning itu dinyatakan bisa menghasilkan anakan yang persis
sama dengan induknya secara a-seksual (tanpa melalui pembuahan). Adalah
Professor Jerry L. Hall, yang pertama berhasil melakukan percobaan Kloning. Konon,
peneliti dari Washington University ini pernah membelah embrio manusia menjadi
beberapa bagian, sampai masing-masing bagian tersebut berhasil dibiakkan menjadi
embrio yang sama. Menyusul kemudian: Dr. Tim Cohen dari Inggris. Ia ditengarai
berhasil “membantu” Maureen Ott melahirkan seorang anak perempuan yang dinamai
Emma Ott, setelah sebelumnya melalui proses pengkloningan.
Disaat Dr. Ian Walmut, Direktur Tim Roslin Institute, mempublikasikan
keberhasilannya dalam mengkloning sel kelenjar susu domba ras dorset asal
Finlandia menjadi seekor domba normal, polemik yang sebelumnya hanya riak-riak
kecil saja, berubah meluap ke permukaan. Polemik mengenai teknologi kloning itu
semakin bertambah panas, ketika Dr. Martine Nijs, peneliti medik asal Belgia,
mengaku telah berhasil mengkloning bocah kembar sejak tahun 1993. Menurut Nijs,
ketika ia mempublikasikan hal tersebut, tepat pada 9 Maret 1997, klon bocah kembar
itu masih terus mengalami masa pertumbuhan.
Seperti yang terjadi pada Copernicus dan Galileo, reaksi masyarakat dunia
begitu keras menyoroti dampak, serta mempertanyakan etika teknologi rekayasa
genetika. Mayoritas masyarakat dunia memandang ide tersebut sebagai sesuatu yang
buruk, rubbish, dan mencampuri wilayah otoritas Tuhan. “Teknologi kloning
memperlihatkan betapa kita sudah kehilangan rasa hormat kepada makhluk
hidup,”ujar Paus Yohannes Paulus II dalam The Washington Post. “Ada banyak
makhluk hidup yang perlu dihormati, bukan hanya digunakan untuk memuaskan
nafsu tertentu saja,” tambah Douglas Bruce, direktur Church of Scotland, yang
berlokasi di propinsi tempat diumumkannya penemuan domba kloning Dolly. Dan di
Amerika Serikat, Gereja Katholik Detroit, mengeluarkan press release dalam The
Detroit News. “Manusia diciptakan dari citra Tuhan. Dan kloning hendak
mengotorinya,” tulis pernyataan itu.
Sesaat setelah Gereja Vatikan Roma mengeluarkan kecaman atas upaya
pengkloningan manusia yang marak dilakukan di negara-negara maju pasca publikasi
Dr. Ian Walmut, opini masyarakat barat, khususnya Amerika dan Eropa,
menunjukkan sentimen negatif. Hampir 90 % responden majalah Time, Newsweek,
BBC, atau CNN Television, menabukan rekayasa genetika. Masyarakat duniapun
masih tetap apriori terhadap teknologi kloning ini, kendati Advanced Cell Tecnology
(ACT) Inc. dari Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam percobaannya
berhasil membiakkan sel tunas (sel stem) menjadi sel tertentu pengganti jaringan
tubuh yang rusak sebab penyakit kronis. Meskipun pihak perusahaan bioteknologi itu
berusaha meyakinkan masyarakat luas bahwasanya teknologi kloning bisa berguna
untuk theurapeutic (proses penyembuhan penyakit), dunia tetap memandang sinis
terhadap ide rekayasa genetika tersebut.
Dari kalangan cendekiawan ataupun ulama-ulama dunia Islam, sikap kontra
terhadap teknologi kloning inipun sempat mengemuka. Rata-rata mereka
mengkhawatirkan keruntuhan institusi perkawinan dan putusnya rantai keturunan,
jika teknologi kloning ini dinyatakan halal untuk diterapkan. “Keberhasilan kloning
manusia akan mengakibatkan sendi kehidupan keluarga menjadi terancam hilang atau
hancur. Oleh karena manusia yang lahir melalui proses kloning tidak dikenal siapa
ibu dan bapaknya, atau dia adalah percampuran antara dua wanita atau lebih.
Sehingga, tak diketahui siapa ibunya, dan akan sulit dilacak keberadaan bapaknya,
ketika anak hasil pengkloningan itu membutuhkan salah satu dari figur ayah atau ibu,
ataupun figur keduanya. Dan kalau itu berulang terus, maka bagaimana kita dapat
membedakan seseorang dari yang lain, yang juga mengambil bentuk dan rupa yang
sama?” ujar Syaikh Muhammad Ali al-Juzu, seorang Mufti kelahiran Lebanon yang
beraliran Islam Sunni. Syaikh Farid Washil yang kini bermukim di Kairo, Mesir,
memang mendukung ide kloning untuk penyediaan organ tubuh bagi mereka yang
membutuhkan. Namun, ia juga menegaskan bahwa: “Kloning sebagai jalan keluar
dari kemandulan jelas tidak bisa dibenarkan. Lagipula, kloning reproduksi manusia
bertentangan dengan empat dari lima Maqashid asy-Syar’iah, yaitu: pemeliharaan
jiwa, akal, keturunan, dan agama.”
Disamping pendapat yang menentang, ada juga sebagian ulama dan kaum
cendekiawan yang sangat antusias mendukung diterapkannya teknologi kloning.
Salah satunya adalah Sayyid Muhammad Hasan Al-Amin. “Kalau kita berandai
kloning diterapkan pada manusia, maka menurut hemat saya ia merupakan suatu
keberhasilan yang besar dan agung untuk kemaslahatan manusia. Pandangan agama
secara umum dalam hal ini sejalan dengan pandangan agama terhadap semua
keberhasilan ilmiah yang besar dan yang dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan
manusia. Kita harus membedakan sisi moral, sosial, dan kemanusiaan dengan
pandangan agama menyangkut teori ilmiah tentang kloning.”ujarnya. ”Agama tidak
mungkin mengharamkan atau melarang ditemukannya satu teori ilmiah baru yang
dapat mengantar kepada pengungkapan rahasia dari sekian banyak rahasia kehidupan,
manusia, dan alam raya. Sebaliknya pun demikian. Karena, agama mengundang
manusia untuk berpikir, mengamati, menganalisis, dan mengambil kesimpulan.”
tambah ulama yang juga Hakim Agung di Mahkamah Tinggi al-Ja’fariyah Lebanon
itu.
Hampir sepuluh tahun dunia berpolemik soal teknologi kloning. Sampai
dengan Oktober 2008 tahun lalu, sidang Komite VI Majelis Umum PBB belum juga
menetapkan larangan terhadap pencangkokan sel pada manusia. Ada dua draft
resolusi yang satu sama lain memiliki perbedaan yang sangat signifikan, berkenaan
dengan batasan larangan pengembangan kloning. Delegasi Costa Rica mengajukan
draft resolusi yang melarang seluruh bentuk kloning, baik untuk tujuan reproduksi
atau untuk maksud kesehatan. Menurut delegasi-delegasi negara pendukung draft
resolusi tersebut, therapeutic cloning tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara etika.
Prediksi mereka: akan ada penyimpangan dalam pengembangan kloning yang tidak
bisa dikontrol sepenuhnya. Lagipula, proses kloning tersebut hanya akan
menguntungkan negara-negara besar saja.
Bertolak belakang dengan draft resolusi yang diajukan oleh delegasi Costa
Rica, delegasi Belgia mengajukan draft resolusi yang mengijinkan kloning untuk
maksud penelitian yang bakal berkontribusi untuk kesehatan (therapeutic cloning).
Dengan pengawasan yang ketat, therapeutic cloning bisa dikembangkan demi
menyelamatkan kehidupan manusia. “Para penderita kanker, AIDS, parkinson,
alzheimer bisa berharap banyak dari pengembangan kloning untuk maksud
kesehatan.” demikian pendapat Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan.” Secara pribadi
saya mendukung pengembangan therapeutic cloning”, ujarnya pula.
Menyimak berbagai polemik seputar teknologi kloning, ada kecenderungan
mayoritas opini memberi dukungan pada pengembangan kloning untuk kesehatan
(therapeutic cloning). Fatwa dari Majma’ Buhus Islamiyah Al-Azhar, yang
berkedudukan di Kairo, Mesir, memberikan pengecualian untuk therapeutic cloning.
Kendati fatwa yang ditanda-tangani oleh Syaikh Tanthawi itu kurang lebih berbunyi:
“kloning manusia itu haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai
cara”, namun fatwa tersebut membedakan antara pengembangan kloning untuk
maksud reproduksi pada manusia dengan pengembangan kloning untuk maksud
pembaharuan terhadap organ tubuh manusia yang rusak. Jika kerusakan organ tubuh
bisa diatasi dengan kloning, maka dipersilahkan untuk menempuh prosedur tersebut.
Sebab, fatwa itu menimbang manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya.
Terlepas dari pro dan kontra seputar rekayasa genetik pada manusia yang
populer dengan istilah kloning itu, sampai saat ini, belum ada ilmuwan yang berhasil
mengkloning primata -kloning yang dianggap bisa menjadi jembatan menuju kloning
manusia- yang paling dekat susunan genetiknya dengan manusia. Prof. Gerald
Schatten dari Pittsburgh University mengemukakan bahwasanya belum terdapat
kemajuan berarti dalam proses kloning primata, kendati upaya kloning primata ini
telah diujikan pada 700 sel telur monyet selama periode enam tahun ini. “Teknik
kloning yang digunakan saat ini memusnahkan unsur protein dalam sel telur primata.
Waktu nukleus sel telur diangkat untuk diganti dengan DNA sel lain, protein kunci
malah ikut terangkat. Padahal protein tersebut sangat dibutuhkan demi
keberlangsungan hidup embrio.” ucap Prof. Gerald Schatten, seperti dikutip oleh
Harian Kompas. Keterangan itu menjelaskan kematian domba Dolly- yang dianggap
monumental dalam Today History Of Science- pada 14 Februari 2003, karena Lung
Disease yang parah. Metode kloning yang diterapkan oleh Dr. Ian Walnut ketika
mengkloning Dolly, domba ras dorset Finlandia itu, ternyata malah membuat sel telur
primata cacat. Itulah sebabnya, tidak ada hasil kloning yang berumur panjang, yang
sehat seratus persen, dan tidak mengalami kerusakan genetik.
ETIKA REKAYASA GENETIKA
Sebagaimana abad 12 adalah abad keemasan bagi perkembangan komputer,
awal abad 12 adalah perkembangan DNA. Perkembangan silikon
membuat perubahan yang dramatis mengenai bagaimana kita sebagai spesies bekerja,
berpikir, berkomunikasi dan bermain. Inovasi dari revolusi komputer membantu
revolusi penting genetika, dimana menjanjikan apa yang dikerjakan untuk hidup
dengan komputer untuk informasi. Kita sampai pada ambang dari transformasi,
manipulasi dan membuat organisme untuk banyak kepentingan jumlah produktif.
Untuk pengobatan, untuk pertanian, untuk pembangunan dan juga komputer, kita
diluar jangkauan dari perkembangan ketika manipulasi dari kode genetik dari
bermacam organisme, atau tehnik organisme baru, menjanjikan perubahan jalan kita
yang menghubungkan dangan dunia alam.
Bioteknologi, khususnya rekayasa genetik, merupakan suatu sumber daya
yang bermanfaat, yang terkait dengan pengobatan, pabrik, dan pertanian. Dimulai
untuk mendapatkan hasil yang praktis dari rekayasa genetik seperti terapi pengobatan
baru dan penamahan hasil dari tanaman pangan dan sejauh ini hanya sedikit hal dari
kerugian yang ditimbulkan. Rekayasa genetika berpotensi untuk memperbaiki
kesehatan kita dan menjadi sesuatu yang lebih baik, revolusi cara hidup, membantu
untuk menjaa sumber daya yang terbatas, dan hasil kekayaan yang baru. Ketersediaan
ini adalah pengaturan yang tepat, sikap yang berfokus dengan pertimbangan etika
untuk martabat, onsekuensi bahaya, dan hukum, potensi manfaat lebih besar dari
keruguan rekayasa genetik.Penolakan terhadap rekayasa genetik tnpa alasan yang
pastimerpakan kebohongan yang tidak wajar. Ioteknologi apat dimengerti sebagai
suatu perpanjangan kombiasi dengan pengetahuan tentang evolusi dan teknik
genetika.
Sebagaimana revolusi teknologi, kegelisahan, ketakutan, dan keberatan moral
untuk produk rekyasa genetik. Orang ahli yang berpengalaman meberi kesan hati-
hati, sedankan pihak lainnya menentukan sikap berdasarkan dari informasi, prasangka
agama, atau ketakutan tanpa ilmu. Kemajuan teknologi untuk memperbaiki
kesejahteraan manusia, pertimbangan etika dengan didasari pemahaman mekanisme
rekayasa genetik menjamin peningkatan produk teknologi.
Sebagai beberapa implikasi mora pentig sebaiknya diambil dalam laporan
sebgaai peran utama dalam rekayasa genetik. Beberapa imlikasi moral yang menjadi
pertimbangan hai-hati diskusi yang mengikuti 3 elas. Pertama: berisis etika umum,
antara agama da sekler, mengenai kesusilaan dari rekyasa genetika; kedua: potens
manfaat dan konsekuensi bahaya reayasa genetik;ketiga isu hukum khuusnya jalan
masuk bagi terapi geetik untk pengobatan. Catatan yang diberika pada paper ini yaitu
beberapa isu etika lain yang tidak beralasan, sepert hak milik informasi genetika.
Fokus tulisan ini beronsentrasi pada penghormatan pada isi etika utama mengenai
rekayasa genetik.
Pengetahuan dasar DNA adalah molekul yang luar biasa mampu
mengembangkan pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme. Komponen
organisasi dari setiap bentuk kehidupan di bumi melibatkan struktur molekul DNA
doble stranded. Organisme dikendalikan metabolismenya oleh perintah DNA, yang
terkonformasi dalam nukleus. DNA yang sama pada sel organisme, digunakan dalam
reproduksi, sama dengan organisme lain yang terkait sel somatik.
Kode genetik pada organisme kompleks dengan sekitar 3 milyar nukleotid
dengan sekuen yang berbeda, memiliki sekitar 25000 gen, yang diantaranya
bertanggungjawab ada beberapa ciri pembawaan atau rupa organime, ketika
dikombinasikan dengan faktor lingkungan. Variasi dari kode-kode gen tersebut
menjdi ciri keunikan individu makhluk hidup. Selain menyampaikan informasi
mengenai fenotip seperti rambut dan warna mata, gen juga menyampaikan informasi
mengenai fungsi biologi yang penting. Mutasi pada sekuen genetik dapat
menyebabkan kelainan genetik.
Sekitar 4000 kelainan genetik telah diketahui, ada yang degeneratif maupun
laten dan kebanyakan resesif serta dipacu ekpresinya oleh faktor lingkungan dan
diturunkan dari orang tua pada keturunannya. Pada beberapa kasus kerusakan sekuens
DNA memberi ketahanan terhadap lingkungan seperti gen hemoglobin dengan
kerusakan sickle cel merupakan imunitas bagi penderita malaria (Leivin and Suzuki,
1993, pp 35-38).
Kebanyakan kesalahan pada replikasi DNA menghasilkan kesalahan pada
produksi protein. Sel somatik DNA adalah kode penting bagi protein yang
dimetabolisme langsung secara seluler seluruhnya pada organisme untuk mengontrol
produksi dari protein penting yang langsung terus menerus pada setiap organ tubuh
karena mekanisme jaringan yang berbeda, juga bagian dari instruksi set DNA.
Perbedaan tipe sel tubuh menghasilkan tipe protein yang berbeda.
Beberapa gen pada organ ini ada yang turn on dan yang lain turn off, sehingga
jaringan dan organ punya fungsi yang unik. Penyakit genetik berkembang
menghilang pada sekuen DNA organisme yang dihasilkan dari kerusakan pada
produksi normal pada beberapa protein. (Griffith et al 1997) Kanker merupakan
perkembangan kerusakan DNA sel somatik yang merusak reroduksi sel itu sendiri,
tidak hanya meabolisme atau produksi protein.
Walaupun mekanime dari kelainan genetik adalah kompleks, ilmuwan belajar
lebih mengenai penyebab dan bagaimana mendeteksinya. Beberapa berhubungan
dengan peubahan DNA paa gen yang menyebabakan penyakit, perubahan lain.
Walaupun mekanisme dari kelainan genetik adalah kompleks, ilmuan belajar
lebih mengenai penyebab dan bagaimana mendeteksinya. Beberapa berhubungan
dengan perubahan DNA pada gen yang menyebabkan penyakit; perubahan lain,
dimana sekarang tidak berhubungan langsung dengan gen, merubah fungsi dari gen;
ada 3 tipe perubahan, dimana tidak menyebabkan penyakit tertentu, indikasi bahwa
individu dengan sekuen khusus adalah lebih rentan untuk berkembang menjadi
penyakit. Banyak dari perubahan sekarang bisa dideteksi dan ilmuan terus
menghubungkan antara sekuen DNA khusus dan kelainan genetik. Dengan
pengetahuan hubungan ini, ilmuan dapat menguji untuk adanya bagian penyakit, atau
kerentanan pada penyakit tersebut, dan didasarkan pada pengetahuan kita dari
hubungan kekerabatan (Griffiths et al, 1997).
Kita berada pada pengetahuan yang jauh pada kompleksitas dari genom
manusia, tapi kita membuat kemajuan dalam pengetahuan bagaimana gen bekerja
pada manusia dan spesies lain, termasuk spesies yang berada pada sumber daya
makanan dan pengobatan.
Dibalik janji dari ciri pembawaan atau pengobatan kelainan genetik,
manipulasi DNA dapat memungkinkan ilmuan untuk mengembangkan organisme
dengan strain baru, termasuk tikus yang dipakai sebagai model dari penyakit manusia
yang dipakai untuk uji farmasi, atau domba yang mengandung pengobatan pada susu
mereka (Rebelo 2004). Strain baru pada tanaman pangan dengan suatu rekayasa,
dengan memasukkan gen dari binatang atau tanaman lain, menjadikan resistan
terhadap dingin, penyakit, atau pestisida (Myskja 2006, p. 228). Dalam hitungan, kita
belajar mengenai fungsi khusus dari gen pada variasi spesies, kita dapat membuat
pembaharuan, membentuk hidup yang bermanfaat; perusahaan pengobatan baru; dan
memperbaiki kehidupan manusia, kesehatan dan lingkungan.
Tetapi pengobatan, terapi, dan produk lain dari rekayasa genetika sekarang
mendapat tantangan etika. Untuk maksud dari pengetahuan pada tantangan ini, hal ini
dipakai untuk membedakan kategori berbeda dari campur tangan genetika (Allhoff
2005, p. 40). Mereka adalah: terapi gen somatik, dimana maksud dari perlakuan atau
pencegahan dari penyakit tanpa mempengaruhi generasi mendatang, dan ini sedikit
objektifitas moral; peningkatan genetik somatik, dimana dimaksudkan untuk
peningkatan fungsi dari individu; dan peningkatan germline genetika, dimana
dimaksudkan untuk pencegahan penyakit, tetapi berkembang gen; dan peningkatan
germline genetika, dimana untuk meningkatkan fungsi dari generasi mendatang.
peningkatan germline genetika, tidak diduga-duga, kebanyakan bentuk kontroversi
dari campur tangan genetika. Bioetika Ronald Green membuat poin yang kuat:
”Perbaikan selalu lebih kontroversial daripada terapi atau pencegahan, kurang disukai
untuk ditemukan oleh masyarakat, dan lebih disukai untuk pelarangan moral dan
legal jika kerusakan untuk individu atau masyarakat terlihat diluar jangkauan
mereka” (Green, 2005, p. 104). Sebagaimana tulisan ini yang akan mendiskusikan isu
etika yang berkembang keluar dari 4 tipe dari campur tangan genetika, pembaca dapat
berpikir tentang perbedaan kategori dari campur tangan.
Keprihatinan Etika
1. Pandangan Rekayasa Genetika sebagai Sesuatu yang Salah
Beberapa orang berpikir dengan kode genetik manusia, atau paling tidak
untuk semua bentuk kehidupan. Beberapa kritik agama menganggap bahwa rekayasa
genetika sebagai ”mempermainkan Tuhan” dan objek untuk ini bahwa hidup sakral
dan pengubahan oleh maksud manusia. Alasan lain dari prinsip sekuler, secara
terang-terangan dan berapi-api Jeremy Rifkin, yang mengklaim bahwa pelanggaran
yang melekat ”martabat” manusia dan bentuk kehidupan lain untuk mengubah DNA
dibawah beberapa keadaan (Rifkin 1991). Alasan ini, yang memiliki tujuan baik,
tidak didukung oleh suara logika atau fakta empiris, akan ditunjukkan disini (Epstein
1999). Asumsi pandangan agama ada beberapa kreator yang akan tersingkir oleh
rekayasa genetika, dan asumsi pandangan sekular bahwa hidup pada bagian ”alam”,
tidak berubah oleh maksud manusia, adalah tidak terganggu karena derajat yang
melekat.
a). Pandangan agama pada rekayasa genetik
Alasan yang didasarkan pada pandangan suci/sakral bahwa pengubahan
bentuk kehidupan akan melanggar pencipta (Ramsey 1966, p. 168), tapi mereka gagal
untuk bertindak tepat pada teori internal atau karena mereka berhenti untuk
menanyakan asumsi. Jika pencipta tidak keluar, kebanyakan ahli agama dan filosofis
setuju bahwa pencipta lainnya akan ada pada setiap segi dari penciptaan ini, atau
bahwa konsisten dengan pencipta-pencipta akan bebas diciptakan oleh umat manusia,
dimana termasuk kemampuan untuk teknologi mencipta (untuk pandangan kontra,
lihat Panther 1988, pp. 138-42). Kemudian, rekayasa genetika lain dapat dilihat dari
ekspresi dari keinginan pencipta – sejak kreasi dari bagian ini terbentuk atau pada
hasil yang kita punya dianugerahi dengan kebebasan keinginan.
Sekalipun, ada beberapa yang ingin mengklaim bahwa rekayasa
genetika merupakan penyalah gunaan dari kebebasan kita. Jadi, pengertian bahwa hal
ini adalah sebuah penyalah gunaan kebebasan dalam tantangan dari kepercayaan
petunjuk takdir pada interpretasi pada perkiraan petunjuk takdir. Ini merupakan
masalah dengan semua teori dasar moral pada petunjuk Tuhan: bahwa semua percaya
untuk petunjuk selalu percaya pada beberapa penafsiran manusia dari petunjuk ini.
”Menentang Kehendak Tuhan” selalu berarti menentang beberapa penafsiran manusia
dari penafsiran kehendak Tuhan. Kesulitan dari melihat sebuah anggapan ketuhanan
dalam konteks dari rekayasa genetika adalah hal tertutup dengan fakta bahwa tak ada
dari sakral agama kebanyakan ditulis pada isu ini. Pada Bibel, sebagai contoh, adalah
diam terhadap rekombinan DNA. Lainnya, bahwa ada anggapan bahwa rekayasa
genetik melanggar kehendak Tuhan harus juga termasuk dalam persilangan selektif
dari hasil pertanian, antara tanaman dan hewan, hal ini akan kontra dengan kehendak
Tuhan. Jika mereka tidak melakukan persilangan selektif sebagai pelanggaran
kehidupan sakral, lalu mereka harus menjelaskan bagaimana ini berbeda kualitatif
dari rekayasa genetika, dimana hal ini hanya merupakan hal kuantitatif atau proses
metodologi. Kecepatan dan kemungkinan dari perubahan yang ada pada rekayasa
genetika melebihi kecepatan dan kecepatan dari perubahan dengan menggunakan
tehnik persilangan selektif, tetapi hal ini terlihat miskin argumen untuk mengatakan
pada petani bahwa ini kontra dengan kehendak Tuhan, dimana hal ini kemudian dapat
diterima. Apakah kehendak Tuhan bahwa modifikasi alam dapat diterima, tetapi
hanya disediakan proses kita lamban dan sembrono?
Pintu budaya kita terbuka dengan kebaikan dari penemuan manusia dan
modifikasi dari alam. Sekalipun ada sebagian agama yang menolak tehnologi modern
meskipun mencakup beberapa tehnologi; dasar dari teknologi adalah untuk merubah
hubungan dengan alam. Busana, pertanian,dan persenjataan telah ada sejak sebelum
permulaan peradaban, dan perubahan lain pada hubungan kita dengan alam.
Teknologi ini menyatakan penolakan pada ”alam” diantara yang lainnya, dan hasil
dari kesadaran dan kesengajaan. Pada kenyataannya, cakupan teknologi ini merubah
evolusi manusia, memungkinkan kita untuk berspekulasi keluar savanah, dan hidup
pada variasi musim, mempertahankan diri kita darihingga yang kita lihat sekarang,
dan akan tetap secara relatif membatasi lingkungan sebaliknya dari enam populasi
hinggga menjadi tujuh (dan yang ketujuh merupakan batas). Sebagaimana
sebelumnya, sejarah dari pemikiran kita dengan alam sepanjang waktu, dan ini hasil
umum yang disuarakan oleh agama dan juga sekuler. Teknologi seperti antibiotik dan
kontrasepsi merupakan campur tangan dengan alam yang menghasilkan evolusi,
pencegahan kehamilan dari manusia, dan menjadikannya tetap bertahan dari yang lain
yang mungkin mati dikarenakan oleh penyakit. Teknologi ini tidak hanya berakibat
pada populasi manusia, tapi juga jumlah spesies dimana manusia berhubungan
dengan pengobatan, kontrasepsi, dan persilangan selektif. Ini adalah upaya dari
pengubahan dari genom dari manusia dan spesies lain yang didasarkan pada beberapa
negara yang merupakan proses alam yang harus sejalan dengan etika hukum yang
digunakan pada pengobatan, kontrasepsi, dan persilangan selektif dimana beberapa
mungkin bagian dari kesadaran, tujuan lebih dari perubahan pada level genetika.
Perbedaan tehnik antara rekayasa genetika dan mekanisme perubahan lain pada
evolusi alam dari variasi spesies adalah berbeda antara kesalahan dan latihan.
Pengenalan kesalahan kita diambil dari sejarah, dengan menggunakan kontrasepsi,
antibiotik, dan persilangan selektif, hasil dari konsekuensi yang tidak terantisipasi:
pengobatan dan masalah sosial mungkin hasil dari seleksi untuk menghasilkan
percobaan dengan persilangan, atau dengan menjamin ketahanan potensial dari
spesies yang menggunakan pengobatan, atau bahkan dengan pencegahan keturunan
yang berpotensi untuk menghasilkan spesies baru. Lebih jauh, tehnik ini tidak
selamanya menghasilkan seperti yang diharapkan. Sebagai kebalikannya, rekayasa
genetika merupakan latihan yang dapat menjadi fokus akurat pada target yang
diinginkan. Walaupun terkadang, rekayasa genetika dapat menghasilkan sisi efek
yang tidak diinginkan dengan baik, tetapi sebagai indikasi, tehnik ini tidak selamanya
merupakan metode yang diterima.
b). Pandangan sekuler pada rekayasa genetika
Pandangan sekuler pada rekayasa genetika didasarkan pandangan bahwa
setiap individu merupakan bagian dari spesies, atau spesies itu sendiri, berhubungan
secara tidak langsung dengan evolusi hingga saat ini (Rolson 2002). Pandangan ini
telihat sulit untuk dicari titik terang dikarenakan evolusi merupakan hasil dari banyak
kelainan genetik. Dimana ada yang tetap bertahan hidup atau mengalami kerusakan,
atau mati muda karena kerusakan genetika. Misalnya pada sindroma Lesch-Nyhan,
sebuah kerusakan genetik yang menyebabkan tidak mempunyai kontrol diri (Preston
2007). Ketahanan individu bergantung pada keadaan alam, tapi juga pada mengatasi
pendatang atau kesukaran.
Alam sendiri berbeda dengan keinginan kita, dan maka perubahan alam tidak
akan melanggar harkat kita. Pada kenyataannya, harkat kita dipakai sebagai bakat
untuk merubah lingkungan kita dan biologi kita untuk mengatur kehidupan kita dan
dari kerusakan. Tehnologi pada semua bentuk adalah merupakan perkembangan dari
kemampuan intelektual kita: secara benar, ini mengikuti perkembangan alam.
Pemanas ruangan dan AC merubah lingkungan yang sebenernya, dimana bila kita
mengikuti iklim maka kita tidak akan bertahan. Alasan yang kecil keluar sebagai
perubahan alam sebagaimana yang kita inginkan.
Kemudian alasan untuk melukis sebuah garis pada perubahan genom manusia
atau organisme lain harus memberi alasan bahwa penghormatan DNA sebagai
sesuatu yang spesial dan bagian dari bentuk alami dunia dan untuk memanipulasinya
adalah bertentangan dengan moral. Hal itu merupakan beberapa alasan yang
mendukung ”Genetika luarbiasa”, titik yang menganggap bahwa DNA adalah unik,
tetapi kemudian alasan ini tidak dapat diterapkan lagi: a) bahwa karena keunikan ini
maka hal ini tidak dapat dirubah; atau b) bahwa jika hal ini dapat diterima pada
pengubahan DNA non-human, sedangkan hal ini tidak dapat diterima pada
pengubahan pada manusia. Unik itu sendiri tidak dapat diterapkan pada semua moral.
Pada kenyataan, semua manusia adalah ”unik” dengan adanya DNA, lingkungan dan
latar belakang, tetapi moral kita tidak selalu berdasarkan pada keunikan. Asumsi
lainnya didukung oleh logika dan pemikiran empirik, dan, sebagai indikasi, kita
berpikir dengan gen pada tanaman, hewan, dan juga pada manusia, melalui
persilangan selektif selama berabad-abad. Kemudian keunikan DNA tidak terlepas
dari implikasi atau eksplikasi untuk memodifikasi apa yang sesuai dengan alam
(Myskja 2006,228).
Persilangan selektif, selama beberapa waktu, merupakan hasil dari percobaan
yang diinginkan dan menekan gen (dan kemudian fenotip mereka) yang tidak
diinginkan. Persilangan selektif memanipulasi genom sebuah spesies, atau subklas
dari spesies. Sebagian telah menjadi familiar dengan variasi persilangan dari hewan
domesti atau tanaman, persilangan juga untuk menghasilkan beberapa secara instan
baru dan kadang menghasilkan yang lemah. Rekayasa genetik mengikuti lebih
banyak seleksi pada percobaan pemilihan dan pada perkawinan diluar atau lemah.
Perdebatan ini hanya masalah pada tingkat lebih pada perbedaan kualitatif pada
banyak jenis persilangan selektif dan rekayasa genetika. Pertentangan dari rekayasa
genetik pada dasar moral harus dipakai pada kasus yang sepadanbahwa ini berbeda
kualitatif dari persilangan selektif, atau mereka harus menghubungkan pertentangan
persilangan selektif dimana kebanyakan merupakan aspek dari pertanian modern.
Satu dari masalah argumen evaluasi didasarkan pada ”harkat” pada konsep
ini. Banyak kemenangan pada kata ini tanpa adanya penjelasan dari artinya.
Penjelasan panjang dan tepat pada konsep ini adalah yang akan dibahas pada tulisan
ini. Hal ini cukup sebagai catatan bahwa dua filosofi dengan pandangan berbeda
sistem etika tidak akan dipahami untuk konsep harkat yang terlihat tidak sama pada
rekayasa genetika. Immanuel Kant, mengatakan dengan tegas bahwa moral yang
dibawa dari percobaab selain manusia adalah akhir dari mereka sendiri, dan tidak
berarti untuk menjadi berakhir. Pernyataan Kant ada pada Fundamental Principles of
the Metaphysic of Morals: Pada akhir kerajaan, semua akan dinilai atau dihargai.
Apapun nilai yang didapat dapat dirubah oleh sesuatu yang lain dimana ini
merupakan ekuivalen: apapun, ada pada tangan lain, semua nilai, akan diakui tidak
ekuivalen, adalah dihargai ([1785] 1949,p. 51).
John Stuart Mill memberikan teori kebebasan dari prinsip dasar autonomi
manusia dan pemilihan sendiri. Autonomi dan hak kita berada pada kita sendiri dan
mari berikan kita penghargaan pada manusia, kejelasan dari mahluk yang cakap dari
alasan dan maksud dari tindakan (Mill [1859], 1947). Pada yang lainnya pengetahuan
ternang menghargai, modifikasi gen kita untuk membersihkan diri kita sendiri dari
sesuatu yang lemah atau untuk memperbaiki kita sendiri adalah bukan sesuatu yang
salah.
Prinsop dari martabat manusia didukung lembaga demokrasi dan Negara dari
persamaan (Kurtz, 2000). Sebagai dasar prinsip empiris, kebohongan hokum
marupakan faktatidak kurang tidak lebih dari persamaan derajat manusia, ketika
pemenuhan pendidikan, keluarga, dana dukungan lembaga social, berhubungan
dengan hidup mereka dan membagi pada pemerintah sendiri, dukungan material, dan
perbaikan. Kita menghargai karena kita memiliki kemampuan hebat untuk kesadaran,
kreatifitas, perkembangan, dan pemenuhan emosi. Bangsa dari manusia mempunyai
sejarah tradisi yang panjang, dikarang dari filosofi semacam Kant dan Mill, dan
pandangan modern dan etika terus berkembang pada konsep penting, sebagai fakta
yang dikerjakan oleh John Rawls. Pandangan Rawls pada harkat manusia diterapkan
bahwa kita membuka kontrak percobaan social sebagai individu dari posisi yang
sama: “untuk situasi ini manusia memiliki persamaan pandangan sebagai moral
seseorang yang menghargai diri mereka sendiri diakhir dan prinsip mereka akan
diterima dengan rasional untuk melindungi diri mereka sendiri” (Rawls 1999, p. 157).
Kita memiliki martabat pada jalur ini dimana hewan tidak memilikinya, dimana
dikatakan bahwa binatang yang lain tidak memiliki martabat. (Setiap mahluk
memiliki martabat sendiri, sebagaimana kapasitas dan spesies mereka). Kita
merupakan mahluk yang disertai dengan seni, ilmu pengetahuan, kepustakaan,
arsitektur, dan mengubah lingkungan kita untuk mengakomodasi keterbatasan fisik
kita.
Konsep horkat manusia adalah kesempurnaan yang tepat dengan rekayasa
genetika. Pengubahan harkat manusia selalu berarti langkah dimana alam
menghalangi potensi manusia, potensi semua manusia mungkin dicapai untuk
pemenuhannya. Walaupun kerusakan dan kelemahan dapat mungkin terjadi, dan
konsisten dengan hasil akhir, untuk mencapai potensial mereka, konsisten dengan
prinsip dari menghindari kerusakan pada lainnya. Sesungguhnya, diakui harkat yang
melekat pada kitadiikuti oleh sugesti manusia bahwa kita adalah terpaksa untuk
mengejar riset rekayasa genetika, untuk tingkat bahwa ini dapat membantu
perkembangan terapi dan percobaan dari penderitaan atau perkembangan alam atau
kejadian keterbatasan (Bostrom 2003). Maupun mempertinggi harkat manusia.
Kemajuan sendiri adalah selalu dipuji, tidak dihukum.
Jelasnya, beberapa keterbatasan pada rekayasa genetika juga dapat
meningkatkan harkat manusia.Pebudakan adalah contoh yang ekstrim, tapi ektrim
pengurangan untuk harkat manusia. Percobaan lainnya berarti akhir dari perorangan,
untuk hal ini, daripada akhir pada mereka sendiri (juga kontra pada etika Kantian)
pengurangan harkat dari seseorang yang disandang, dan berakibat pada harkat yang
dipakai. Rekayasa genetika memerlukan perhatian khusus pada akses keseimbangan
dan bahkan beberapa pemutusan pada aplikasi ini dimana mereka dapat mengancam
kepentingan dari beberapa manusia. Beberapa penemuan digunakan untuk
mengurangi kritik kapasitas manusia, seperti fungsi sikap, akan menjadi diluar etika.
Kemudian, beberapa manusia mungkin dari ras kecil manusia rekayasa genetik akan
menjadi budak dengan kapasitas kekurangan mental hal ini akan diperjelas dan
melanggar harkat manusia (lihat, umum, Cooley, 2007). Bagaimanapun, pandangan
ini efektif membangun isu kerusakan dihasilkan dari isu rekayasa genetika, tidak pada
moral yang melekat pada rekayasa genetika dan bagian terakhir dari tulisan ini akan
dipaparkan masalah hukum yang berhubungan dengan rekayasa genetika.
2. Manfaat dan Kekurangan Rekayasa Genetika
a) Manfaat
Rekayasa genetika akan siap untuk membawa kita dengan hasil yang
meringankan penderitaan, membersihkan lingkungan, dan peningkatan hasil tanaman
pangan, diantara manfaat praktis lain untuk kemanusiaan dan ekosistem. Sebagai
contoh, pertama rekayasa genetik akan membentuk hidup menjadi membolehkan
perlindungan paten yang dibangun oleh Ananda Chakrabarty, dimana rekayasa
genetika yang berisi bakteri dimasukkan ke dalam Burkholderia cepacia, sebuah
varian yang akan memakan hasil minyak. Dia mengamati sebuah bentuk kehidupan
baru, dan membantu pabrik Supreme Court sebagai contoh, untuk sekarang, para
invetor mempatenkan bentuk kehidupan rekayasa genetika ini (Diamond v.
Chakrabarty 1980). Bakteri akan membersihkan tumpahan minyak dan hal ini aman
untuk digunakan. Sejak kejadian ini, 10 hingga 1000 dari isu paten dari bentuk
kehidupan rekayasa genetika.
Rekayasa genetika juga membantu membuat beribu organisme dan proses
yang digunakan dalam pengobatan, penelitian, dan perusahaan. Rekayasa genetika
bakteri yang dapat memproduksi insulin untuk pengobatan diabetes, produksi ini akan
jadi mahal tanpa adanya rekayasa genetika. OncoMouse (U.S. Patent #75797027)
adalah tikus pertama dalam rekayasa genetika yang digunakan sebagai model untuk
riset kanker. Sejumlah tikus yang lain akan mengikuti untuk dikeluarkan, sebagian
kehilangan gen yang penting, atau ekspresi penting dari penyakit genetika, juga pada
penelitian medis yang dapat menguji obat dan percobaan lain untuk penyakit genetika
tanpa kerusakan hidup pada subjek manusia, dan hasil dari sejumlah percobaan
hewan untuk proses kepentingan ilmu pengetahuan. Terapi gen, dimana
memanfaatkan virus yang membawa perbaikan pada se somatik dengan kelainan
genetik, menjadikan perbaikan pada penyakit genetika atau akibat lam perkembangan
penuh manusia.
Rekayasa genatika menghasilkan makanan yang tahan terhadap hama dan
menjadikan tanamana pangan yang resisten, mengurangi kebutuhan pestisida dan
fertilisasi, dan meningkatkan hasil di dunia dengan pertumbuhan yang memerlukan
makanan. Kebanyakan disebut ”revolusi hijau” dari pengurangan tehnologi kimia.
Pestisida baru dan kendali rasa mengurangi pemakaian bahan kimia yang akan
membuka ekosistem, dan diikutu petani yang akan memenuhi kebutuhan pangan pada
planet ini. Walaupun, serangga dan jamur, mengikuti dinamika evolusi, menghasilkan
resisten pada pestisida. Bagaimanapun, seberapa hebat pestisida modern akan
membuka rantai makanan dan ekosistem, kerusakan generasi manusia da hewan
misalnya. Bahkan di negara eropa misalnya Nederland, petani akan mengolah tanah
dengan hidroponik untuk mengakumulasi garam toksik dari fertilisasi dan pestisida
(Levine dan Suzuki 1993, p. 176). Janji dari teknologi rekayasa genetika baru
termasuk mengembangkan tanaman pangan yang tahan terhadap hama sehingga tidak
diperlukan pestisida, atau ketahanan resistensi tanaman yang dapat berkembang pada
lingkungan tanpa irigasi (Levine dan Suzuki 1993, pp. 185-86).
Rekayasa genetika juga menjanjikan kreasi baru, strain yang lebih produktif
dari hewan ternak untuk produksi daging dan susustrain ini mungkin lebih resisten
terhadap infeksi, memenuhi kebutuhan yang besar, yang sehat dengan antibiotik (Mc
Creath 2000, pp. 1068-69). Mereka juga dapat menghasilkan daging yang lebih
banyak, sehingga kita tidak butuh banyak hewan, atau dapat menghasilkan susu atau
hasil lain dengan nutrien penting yang tidak ditemukan pada hasil ini, pemenuhan
kesehatan akan nutrisi. Bagaimanapun, pandangan dalam Margaret Atwood’s Oryx
and Crake (2003), varian hewan sebagai sumber makanan mungkin hasil teknologi
tanpa apapun lebih dibanding sistem saraf otonomi, hal yang banyak berkembang
mengenai etika dari mamalia untuk makanan.
b). Kekurangan
Tentu, kita butuh persetujuan dari kegiatan kita dalam kejelasan cepat atau
lambat sebagai konsekuensi dari biosfer. Kebanyakan konsensus ilmuan bahwa sikap
sedikit pada rekayasa genetika, pada kebanyakan, pengujian pendek pada lingkungan,
pengujian panjang, diketahui atau tidak, harus menjadi pertimbangan bagi langkah
kita kedepan untuk riset dan tehnologi genetika.
Seperti disebutkan pada bagian pendahuluan pada garis besar ilmu
pengetahuan rekayasa genetika, somatik sel dan stem sel rekayasa genetika berbeda
pada jalur yang penting. Terapi somatik sel digunakan untuk memperbaiki kerusakan
sel tanpa adanya sel kelamin. Seseorang dengan penyakit genetik dapat ditolong
dengan terapi somatik sel, dan beberapa kemajuan terlihat. Satu prinsip pada proses
ini adalah kompleksitas. Perbaikan penuh organisme yang tumbuh berarti merubah
genetika dari se hidup.
Rekayasa genetika membuat banyak progres dalam sel tunas dimana gamet
dari organisme merubah DNA, dan kemudian keturunan organisme membawa hasil
perubahan ini.
Hal ini merupakan rekayasa dimana dihasilkan dekat dengan pemecahan
semua ilmu pengetahuan umum dan merupakan cabang tehnologi dari rekayasa
genetika (Myskja, 2006).
Pengubahan bakteria, menyempurnakan dan model-model hewan penelitian
lain, dan tanaman pangan komersial yang bermanfaat merupakan hasil dari sebuah sel
tunas rekayasa genetika.
Pengubahan sel tunas adalah proses yang memerlukan kehati-hatian.
Organisme yang fertil dirubah sel puncaknya sehingga dapat diperbanyak dibawah
kontrol kita. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa pengubahan genetik tanaman
pangan yang kita punya, pada beberapa hal, persilangan fertilisasi pada tanaman
pangan bukan rekayasa dan pengubahan gen mereka. Hal ini terjadi pada jagung
Monsanto ”Terminator”, dengan menghasilkan keturunan yang steril: petani yang
memakai jagung ini tidak bisa menggunakan biji Monsanto karena memiliki sifat
steril pada tanaman pangan dan tidak dapat memakai kembali bijinya tersebut
dikarenakan adanya jagung yang mengandung ”Terminator” (U.S. Patent # 5723765,
Control of Plant Expression).
Biji dari tanaman pangan bukan modifikasi genetika lainnya akan mengalami
penyerbukan silang, sehingga memiliki keterbatasan pada keturunan pertama (Ruiz-
Marerro 2002).
Lebih lanjut, karena kompleksnya dari kebanyakan genom, semua
konsekuensi dari pengubahan sebagian gen kadang tidak bisa diprediksi. Pada
kenyataannya, bagaimana modifikasi genetika tanaman atau hewan merupakan
interaksi dengan sesuatu kehidupan yang lain tidak dapat diketahui hingga kemudian
ditanam, dan, pada titik ini, kontrol efektif diluar interaksi ini menjadi hal yang tak
mungkin. Kontroversi pada ilustrasi jagung Bt beberapa memungkinkan bahaya dari
organisme hasil modifikasi genetika. Gen jagung Bt dari bakteri Bacillus
thuringiensis (Bt) dimasukkkan ke dalamnya. Pengubahan merupakan hal efektif dari
kebosanan jagung Eropa, yang terus memerlukan penggunaan pestisida. Jagung yang
dihasilkan akan aman bila dikonsumsi oleh manusia, tetapi harus punya konsekuensi
antisipasi dan tujuannya. Pada tahun 1999, sebuah penelitian Cornell yang
menghasilkan jagung yang mengandung toksin bagi larva kupu-kupu monarch dan
toksin ini dapat ditemukan pada polen jagung (Losey et al., 1999, p. 214). Kemudian,
pada beberapa kasus dengan tanaman liar, polen dari jagung Bt menyebar diseluruh
bagian tanaman, termasuk bagian akar, dimana merupakan makanan untuk larva
kupu-kupu. Untungnya, penelitian ini memperlihatkan bahwa toksin ini harus
mempunyai konsentrasi yang cukup untuk memberikan kondisi yang merusak
populasi kupu-kupu monarch (Sears et al., 2001). Bagaimanapun, tidak ada antisipasi
untuk masalah ini, dimana ilustrasi bagaiman sulitnya mengendalikan penyebaran
dari polen, pada beberapa kasus, gen yang telah dirubah menyebar.
Kejadian dramatis yang berpotensi merusak lingkungan dari rekayasa genetik,
khususnya dalam fase awal dimana kita selalu tidak dapat memprediksi konsekuensi
dari pengubahan genetik.
Pengubahan sel puncak, sebagai pengubahan somatik, mempengaruhi gamet
dan kemudian memperbanyak pengubahan, hal ini tidak dapat diprediksi, untuk
keturunan dari spesies yang dirubah. Sewaktu sel yang dirubah dimasukkan pada
sebuah spesies, evolusi akan menghasilkan generasi yang sukses. Evolusi,
sebagaimana kita ketahui, tidak dapat diprediksi. Kompleksitas dari kalkulasi potensi
generasi yang bertahan sekarang dapat diketahui mengenai gen dan interaksinya
bukan hanya lingkup genetika, dengan lingkungan, tetapi juga keturunannya, dengan
anggota lain pada spesies lain dengan keturunan yang dihasilkan. Harapan dari
ilmuan dan hasil komersil dari pengubahan genetika bentuk kehidupan mengambil
bagian dengan hati-hati untuk mengeksplorasi dengan semua kemungkinan efek dari
hasil tersebut, tidak hanya bagi manusia, tapi juga bagi kehidupan biosfer. Sekarang,
kita hanya mempelajari permintaan dan interpolasi dari contoh-contoh diatas dari
spesies pengubah genetika. Dalam pada itu, pengubahan sel puncak dapat dikenalkan
secara hati-hati untuk komunitas tertentu sehingga efek yang luas dapat diketahui dari
bahaya yang ditimbulkan dari perubahan organisme di alam.
Contoh dramatis lain dari kerusakan khusus dari rekayasa genetika pada kasus
Jesse Gelsinger, yang meninggal setelah penelitian gen terapi untuk penyakit liver
(Corzin and Kaiser 2005, p. 1028). Selama kasus tersebut berkembang riset
percobaan dari protokol percobaan, hal ini pada masa depan gen terapi akan
dikenalkan untuk memperbaiki kerusakan pada gen pool, tidak sedikit menghasilkan
kematian, tetapi mempengaruhi generasi mendatang. Pelajaran berharga dari hal ini
dan fakta kerusakan lainnya dikarenakan percobaan dan juga rekayasa genetika
secara komersil adalah bahwa hubungan antara gen dan fenotip lebih kompleks
dibanding yang kita ketahui. Hal ini menjadikan kita melakukan riset yang cukup
memadai dan menghitung kerusakan dari pengubahan sel yang mungkin dapat
berakibat pada semua suksesi keturunan pada suatu spesies.
Bioinformatika baru dan tehnologi model dapat dilakukan dengan kehati-
hatian. Uji laboratorium harus sebaik berjalannya percobaan yang dapat
memungkinkan terjadinya kerusakan pada biosfer. Perkiraan dari kerusakan yang
nyata dari tehnologi genetika sejauh ini menjadi perhatian utama para ilmuan yang
bekerja pada bidang ini.
Hal mendasar dari kerusakan umum GMO (genetically modified organism)
diketahui berbeda dari kumpulan kimia. Organisme modifikasi genetika merupakan
organisme hidup dan oleh karena itu, tidak seperti kimia yang dapat dicairkan, GMO
mempunyai potensi dikenalkan pada habitat baru, koloni pada sisi ini, dan yang
lainnya. Aktifitas mendatang, termasuk hasil dari produk metabolisme, enzim dan
toksin yang akan menjadi penjang pada metabolisme aktif GMO. Sejak berada,
kehidupan organisme tidak dapat ditarik kembali (Seidler et al 1998, p. 112).
Satu organisasi sukarela (LSM) penting mengkomplain dan menyebarkan dar
mengenai laporan kerusakan pada International Centre for Genetic Engineering and
Biotechnology (ICGEB) (www.icgeb.org). Organisasi dengan anggota 55 negara,
tidak termasuk US, yang merupakan riset yang berpusat di India, Afrika Selatan dan
Italia, dengan berpusat di Trieste. Organisasi yang memiliki databasdari hasil
modifikasi genetika yang kita pakai, laporan hasil kerugian, dan statistik yang
relevan, pelatihan biosafety yang baik dan laporan kerusakan yang ditimbulkan dari
ilmuan yang melakukan riset rekayasa genetika dan aplikasinya.
Pekerjaan untuk memperoleh data dan model untuk gen, organisme dan
populasi, sehingga dapat dipakai secara praktis terhindar dari kerusakan. Laporan
kerusakan yang tepat akan membantu meminimalkan konsekuensi mendatang.
3. Hukum dan Keadilan
Prinsip etika dan perhatian dari hukum yang akan mengecek kemajuan
tehnologi. Jelasnya dari ilmu pengetahuan, yang akan dengan bebeas dimasukkan
dalam semua bidang alam tanpa menimbulkan kerusakan, tehnologi memberi ilmuan
untuk memajukan yang menguntungkan manusia dan lingkungan planet untuk
kebaikan atau untuk penyakit. Bagian dari hal penting lainnya atau kerusakan yang
dihasilkan dari rekayasa genetika, dimana kita siap mengantisipasi, juda masalah
bagaimana rekayasa genetika dapat ditimbulkan dari distribusi dari masyarakat yang
baik dan politik yang baik. Seperti isu yang selalu didasarkan pada masalah hukum.
Tulisan ini tidak dapat mengambil definisi dan pembelaan dari teori hukum yang
komprehensif:; bagaimanapun; kita akan mengambil untuk memberikan hal yang
berlainan dari keterangan dan kekuatan, seperti hal yang lain untuk menjadi sama, hal
yang tak mungkin. Ada hal khusus yang tidak diinginkan jika mereka mempunyai
hasil yang berbeda dengan kekuatan politik.
Pada awal rekayasa genetika, ada perhatian pada campur tangan genetika,
khususnya perbaikan genetika-atau kebalikannya, kelainan genetika sengaja- dapat
siap membuat lebih buruk yang membawa ketidakadilan dengan baik pada seseorang.
Pada perhatian evaluasi ini, kitabekerja keras pada pemikiran rekayasa genetika yang
masih dini. Beberapa diskusi kemungkinan, seperti terbentuknya spesies baru dari
manusia super atau subhuman, sering terlihat tidak disukai, yang pada akhirnya dapat
diduga. Kita melalui jalan yang panjang dari perkembangan H.G. Wells-style
Morlocks yang melayani kita sebagai pelayan (Green, 2005, p. 101). Meskipun
demikian, selama ketakutan ilmuan pada contoh ekstrim yang terlihat, mereka
memakainya sebagai alasan moral yang digunakan pada rekayasa genetika, dan
karena banyak dari contoh ini dengn jangkauan tehnik kemungkinan, mereka dapat
memberikan gambaran untuk prinsip yang dipakai.
Diantara contoh fiksi ilmu pengetahuan, ada akses isu yang berkembang dan
tingkat sosial pada kepentingan negara dari hukum dan dapat dikemukakan pada
debat publik, barangkali perundang-undangan (Mwase, 2005). Dengan sesuatu yang
baru dan tehnologi pengobatan yang mahal, masyarakat non medis dimana intervensi
genetik membuat hasil yang disukai pada tingkat pelayanan dan manfaat. Akan ada
kelas yang akan menerima teknologi baru, dan ada yang tidak. Ini merupakan situasi
yang unik, untuk siap dengan sejumlah pilihan dan bahkan prosedur pengobatan
penting adalah tidak sesuai untuk segmen dari populasi yang tidak dapat diberikan,
atau tidak cukup atau untuk tidak menjamin kesehatan. Perkembangan penerimaan
pada masyarakat hukum dimana percobaab atau pelayanan dari pengobatan penting
dimana mungkin tidak sesuai untuk semuanya dikareanakan masalah biaya (Alhoff,
2005).
Sesuai dengan peningkatan kosmetik yang kini sesuai, peningkatan percobaan
genetika untuk membuat kelas antara yang punya dan yang tak punya. Bahkan kini,
pembedahan kecantikan beberapa pembuktian ekonmoni dan kepentingan masyarakat
pada siapa yang dapat melakukannya. Ketika sebuah kelas bawah genetika bekerja
keras terlihat sejauh ini, pertimbangan, untuk cepatnya, orang tua yang berharap anak
mereka untuk menjadi pemain NBA (National Basketball Association), sehingga
mereka akan memilih latihan yang membentuk tinggi, stamina dan atletis. Sebagai
mana peningkatan genetika individu akan senang dilakukan bahwa antara latihan
harus sesuai dengan motivasi seseorang, meningkatkan seseorang. Pada masa yang
akan datang, satu dari arti dimana orang dengan motivasi rendah kini melangkah dari
posisi bawah untuk ketahanan ekonomi dengan peningkatan genetika. Skenario yang
sama dapat menjadi pandangan yang luas bagi bakat, termasuk inteligensi, bakat
musik, aktifitas fisik, dan yang lainnya.
Walaupun memiliki latihan sekarang pada beberapa masyarakat dan ekonomi,
hasil sekarang untuk kesempatan dan evolusi (dengan besarnya hal yang tidak dapat
diprediksi). Pada dunia dimana peningkatan genetik adalah sesuai tetapi tidak siap,
hanya yang kaya yang dapat menerikma hal ini bagi anak mereka.
Tentunya kita punya kesamaan pada isu sosial dan etika dengan tehnologi
lain, tapi dengan adanya kenyataan dari modifikasi genetika, hal ini menjadi
kompleks. Peningkatan kecantikan tidak diturunkan, tapi kemungkinan dari
aristokrasi adalah dua tehnik kemungkinan dan permasalahan. Bagaimanapun, kita
seharusnya juga mengakui bahwa hal ini akan menjadi sulit untuk titik temu dan
membuat rasional kekeliruan dan pengaturan dari modifikasi gen pada manusia
dimana respek antara otonomi dan keinginan untuk melindungi masyarakat dalam
hukum. Ini adalah merupakan pandangan bahwa pengembangan diri adalah
dimungkinkan, jika tidak terpuji, hingga ketika seseorang dengan kompetitif yang
berkembang untuk dirinya dan keturunanya. Kita menghargai pada penolakan
undang-undangsehingga seseorang akan kesekolah hukum atau sekolah medis hanya
karena berasal dari informasi keluarga dan kemudahan pada hal ini. Jika memakai
salah satunya dengan uang untuk menguasai pendidikan adalah dibolehkan, dapatkah
kita kemudian mengatakan bahwa uang dapat mengubah gen seseorang yang
mempunyai IQ tinggi untuk dirinya sendiri dan juga anaknya dapat diterima?
Untuk sekarang, teknologi manapun dekat dengan pasar, sehingga setiap
waktu dapat membuat dialog tentang isu hukum masyarakat dengan modifikasi
genetika yang kita pilih.
Dan pada pandangan yang lebih luas bahwa kita tidak akan berhenti dan
membutuhkan pertimbangan. Beberapa penemu, seperti Mehlman, beralasan
melakukan lebih dulu, dijatuhkan dengan kerusakan pada peningkatan sel sebelum
mendapat tempat pijakan: Bekerja keras pada pikiran bahwa konsekuensi dari tidak
teratur berdasar keterangan mengenai peningkatan genetik dapat berarti kerusakan
dari kebebasan, hal ini akan menjadi perang yang lama akan ditunggu hingga
akhirnya…. konsekuensi didapatkan ditempat (Mehlman 2005, p. 81).
Lainnya memberi nasehat pada keputusan yang tergesa-gesa: ”saya
menentang untuk untuk meduduki penghentian pengenalan; hal ini digunakan pada
bidang bioteknologi sebagai sebagai masalah pada bidang hubungan internasional”
(Lindsay 2005, p. 32). Satu titik dimana penemu setuju bahwa penyaluran dari
kepentingan sebagai penentangan pada peningkatan alam adalah isu moral. Teknologi
harusnya tidak menjadi malapetaka atau pelarangan, tetapi harusnya diatur sebaik
mungkin hingga stabil dan sesuai dengan struktur masyarakat.ini akan menjadi kerja
untuk mengawasi antara pengembangan ilmuan dan pemerintahan yang dapat
memberi keuntungan pada masyarakat.
Kesimpulan
Bioengineering mempunyai potensi untuk mengubah hidup kita menjadi lebih
baik. Penolakan pada tehnologi baru ini didasarkan bahwa hal ini tidak alami atau
bertentangan dengan moral tidak dijamin dan terlihat pada dasar yang lebih kecil
lebih dari adanya reaksi.
Rekayasa genetika meliputi proses isolasi ddan emurnian gene spesifikm da
menyisipkan gen yang diinginkan ke genm lain dan kemudian memasukkan DNA
rekombinana yang terbentuk ke sel inang, kemudian dapat kloning gen.
Tahapan gen cloning:
Isolasi sumber DNA yang diinginkan dari: a) total genom organisme yang
diinginkan, b) DNA yang dibuat dari mRNA diisolasi dari jaringan tertentu yang
kemudian dibuat cDNA dengan enzim reverse transcriptase; c) cDNA dibuat secara
invitro dari nukleotida, pemotongan dan penyambungan/penyisipan fragmen DNA
yang diinginkan ke alat pembawa/cloning vector. Vektor dapat berupa plasmid,
bakteriofag, atau kosmid, memasukan DNA rekombinan yang terbentuk ke sel inang,
menyeleksi sel inang yang membawa DNA rekombinan.
Deklarasi Helsinki merupakan pedoman etik penelitian biomedis pada subyek
anusia yang diterima internasional. Pada tahun 1964, World Medical Association
menyusun suatu kode etik mengenai percobaan pada manusia. Kode ini ang dikenal
sebagai Deklarasi Helsinki, sebagaimana telah disempurnakan oleh World Medical
Assembly ke 29 Tokyo, pada tahun 1995 dan oleh World Medical Assemby ke 35i
Venesia, Italia. Dalam bidang riset iomedis perlu diketahui adanya perbedaan yang
mendasar antara riset kedokteran yang tujuan utamanya adalah diagnsis atau
terapeutik bagi pasien, dan riset kedokteran yang tujuan utamanya adalah ilmiah
murni tanpa nilai diagnostik maupun terapeutik untuk orang yang diteliti. Prinsip
dasar antara lain: pada dokter tidak boleh terlibat dalam proyek riset yang
menggunakan subyek manusia, kecuali jka mereka yakin bahayanya dapat
diramalkan, dan harus menghentikan penyelidikan jka diemukan bahanyana mebii
manfaat yang diperoleh, protokol riset harus kalau mencamtumkan pernataan entang
pertimbangan etik yang berhubungan dengan riset, dan menyatakan prinsip pada
deklarasi telah terpenuhi.
Biologi molekuler perkembangan peran dan masalahnya UGM pidato
pengukuhan Jabatan guru besar Fakultas Biologi UGM 16 september 2000 Sukarti
Moeljoprawiromenyatakan rekayasa genetik diartikan sebagai teknik untuk
menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru yang diinginkan atau kombinasi
gen-gen baru, atau dapat dikatakan sebagai manipulasi organisme.
Fleck Leonard pakar dari Center for Ethics and Humanities in the Life
Sciences, MSU, Michigan US pada symposium Advances in Gene Therapy 10
september 1994 menyimpulkan sebaiknya rekayasa germ line genetik jalan terus
hanya saja teknologi ini harus dikaji terus menerus sampai sempurna dan hanya
diaplikasikan pada situasi tertentu saja.
Selama 10 tahun terakhir ini telah banyak dilakukan pengubahan susunan gen
embrio kambing, babi, dan tikus dengan gen manusia sehingga dapat diproduksi
protein atau obat untuk penyembuhan penyakit kanker dan yang lain. Hal tersebut
merupakan contoh manfaat dari manipulasi gen termasuk kloning. Namun disamping
itu banyak masalah yang timbul jika kloning yaitu dilakukan secara besar-besaran
dalam mempengaruhi keanekaragaman hayati. Seandainya populasi ini
memenangkan kompetisi dialam maka populasi tersebut akan mampu menggeser
eksistensi organisme lain, sehingga akan membahayakan keanekaragaman hayati.
Dipandang dari segi ekologi kloning akan menganggu kemantapan ekosistem. Di
dalam ekologi dinyatakan bahwa keanekaragaman menjamin kemantapan ekosistem
dengan demikian jika kloning dilakukan besar-besaran maka kemantapan atau
kestabilan komunitas menjadi berkurang sehingga komunitas menjadi rentan terhadap
perubahan lingkungan, pada dasarnya alam cenderung pada keanekaragaman bukan
keseragaman. Moeljoprawiro, 2000 menyatakan dengan prokontra rekayasa genetik
maka sebagai biolog hendaknya memacu diri terus meneliti dan mematenkan hasil
rekayasa genetik penemuan ktan dengan memperhatikan mayoritas penduduk muslim
indonesia serta proses rekayasa genetik yang menghailkan produk tidak bertentangan
kemanusiaan, dan tidak bergantung pada negara maju, maka perlu dibentuk undang-
undang di indonesia yang mengatur pemasukan hasil rekayasa genetik dari negara
luar.
Pro dan kontra produk rekayasa genetika masih tetap hangat diperbincangkan.
Sebagian besar tulisan masyarakat yang juga didukung lsm menyuarakan nuansa
yang sama: produk rekayasa genetik berbahaya. Teknologi rekayasa genetik
sebenarnya bukanlah hasil orisinal para ilmuwan biotek, melainkan peniruan proses
alamiah yang sudah ada seperti proses sintesis protein antibodi IgG dalam sel tubuh
mamalia yang merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh dari serangan kuman
penyakit. Beratus jenis antibodi dalam tubuh manusia dikodekan oleh berbagai gen
DNA yang merupakan hasil potong dan tempel/rekombinasi alamiah berbagai
fragmen DNA dalam sel. Proses transfer gen antar kindom seperti
bakteri Agrobacterium tumifaciens ke dalam sel inangnya sudah terjadi sejak dulu
tanpa campur tangan manusia. Proses inilah yang mengilhami rekayasa genetika
tanaman dengan memanfaatkan plasmid Agrobacterium tumifaciens sebagai vektor
pembawa gen yang diinginkan untuk dicangkokkan pada suatu tanaman. Penanganan
antara yang pro dan kontra terhadap produ rekayasa genetik bisa dikatakan sebagai
perang berdasarkan dugaan, informasi berimbang adalah hal penting untuk
meluruskan ketimpangan opini yang ada. Untuk pangan transgenik tidak ada data
ilmiah yang merugikan manusia sebagai konsumen sampai saat ini, hanya saja yang
sangat hangat pro kontra tentang penelitian rekayasa genetik pada hewan dan
manusia, karena ada unsur kemanusiaan dan perikehewanan, dan ketidakalamian
hewan manuasia yang masih sulit diterima masyarakat awam, maka ilmuwan perlu
memberi penjelasan yang mudah dipahami masyarakat terhadap proses rekayasa
genetik keuntungan maupun resikonya, seperti kemungkinan hewan yang mungkin
mati pada saat seleksi rekombinan ataupun kesalahan peletakan gen insert sehingga
kestabilan genom terganggu dan akhirnya menggangu kesehatannya. Ketimpangan
opini akan berpengagruh besar terhadap perkembangan sains dan teknologi di tanah
air khususnya bioteknlogi yang sudah terhambat banyak masalah dana. Opini yang
bekembang dikhawatirkan akan mengurangi apresiasi masyarakat terpelajar terhadap
peneltian ini yang sebelumnya pun sudah rendah sehingga secara tidak langsung akan
memuat penelitian bioteknologi khususnya penelitian biomaterial seperti enzim
melalui rekayasa genetik menjadi stagnan. Di dalam agenda 21 departemen
lingkungan hidup indonesia disebutkan masih sangat kekurangan SDM dalam bidang
bioteknologi, apalagi rekayasa genetik. Perangsangan positif untuk menumbuhkan
SDM bidang tersebut sangat diperlukan. Indonesia kalah jauh dengan India dan
Thailand dalam hal partisipasi intenasional dalam proyek penelitian genome padi
Internasional Rice Genoms Sequence Project. Dapat dibayangkan jika peningkatan
jumlah SDM rekayasa genetik terhambat padahal kebutuhan akan hal tersebut sangat
mendesak. Jadilah Indonesia negara yang konsumtif buta tanpa mengetahui memilah
mana produk yang sesuai kondisi masyarakat dan ekosistem Indonesia. jadilah
Indonesia negara yang tidak produktif dalam produk dan penelitian rekayasa genetik,
dan yang lebih penting Indonesia tidak akan dapat menguasai teknologi tersebut
padahal sangat berguna untuk peningkatan kesejahteraan hidup mansia. Sudah
saatnya para peneliti dan ilmuwan eksakta khususnya bioteknologi
menunjukkan accountability-nya kepada publik memformulasikan pengetahuan dan
penelitiannya dalam bahasa yang mudah dimengerti orang awam lewat artikel atau
opini di media massa. Sudah saatnya para peneliti turun gunung dari menara gading
sehingga peneliti bisa menjadikan sains dan teknologi lebih dekat dan lebih
diapresiasi oleh masyarakat melalui pemberitaan yang seimbang is helianti perang
terhadap produk rekayasa genetik, haruskah? Peneliti post doktoral pada japan
advanced Institute of Science and Technology dan juga peneliti ISTECHS Jepang
bidang life ands ciences.
Mengantisispasi pangan transgenik kompas 2 Mei 2004 anonim produk transgenik
masuk Indonesia kompas 17 juli 2006.
Diskusi
Kasus tentang produk dan proses penelitian rekayasa genetik dapat muncul
beberapa pertanyaan yang dapat mengarahkan biolog bagaimana menentukan sikap
terhadap rekayasa genetik dan revolusi bioteknologi terutama kaitannya dengan efek
positif dan negatif bagi makhluk hidup:
1. produk rekayasa genetik telah masuk ke Indonesia. Bagaimanakah seorang
ilmuwan berlatar belakang biologi menyikapi hal ini? Pertimbangan-
pertimbangan relevan apa sajakah yang seharusnya dikemukakan baik sebagai
individu berlatar belakang ilmu biolog maupun bagi para pengambil kepuusan?
2. apakah argumen pihak yang pro dan kontra terhadap produk dan proses
penelitian rekayasa genetik?
3. Masalah apa sajakah yang mungkin tinmbul dengan masuknya produk transgenik
ke Indonesia?
4. Siapa yang paling berwenang atas masalah-masalah yang mungkin timbul terkait
masalah tersebut?
5. apakah pengalaman atau hal yang paling menganggu perhatian atau pikiran Anda
pada kasus ini?
Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika.?
Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika Telah Menjadi Kenyataan?
Domba Dolly yang lahir pada 5 Juli 1996 diumumkan pada 23 Februari 1997
oleh majalah Nature. Pada 4 Januari 2002 di hadapan para wartawan dinyatakan
domba itu menderita radang sendi di kaki belakang kiri di dekat pinggul dan lutut
atau menderita arthritis.
(Kompas, 5/1/02) Kelahiran domba Dolly berkat kemajuan teknologi rekayasa
genetika yang disebut kloning dengan mentransplantasikan gen dari sel ambing susu
domba ke ovum (sel telur domba) dari induknya sendiri.
Sel telur yang sudah ditransplantasi ditumbuhkembangkan di dalam
kandungan domba, sesudah masa kebuntingan tercapai maka sang domba lahir yang
diberi nama Dolly. Sehingga domba Dolly lahir tanpa kehadiran sang jantan domba,
seolah-olah seperti sepotong batang ubi kayu ditanam di tanah yang kemudian
tumbuh disebut mencangkok. Sejak lahir si domba Dolly tumbuh dan berkembang
dalam keadaan sehat tetapi sesudah hampir enam tahun mulai muncul penyakit
arthritis yang dijelaskan di hadapan wartawan.
Menjadi pertanyaan: Mengapa domba Dolly menderita arthritis saja
diumumkan ke seluruh muka Bumi?
Domba Dolly dihasilkan dari hasil transplantasi gen atau gen yang satu
dipindahkan ke gen yang lain. Diasosiasikan perpindahan gen. Dapat antarjenis
maupun lintas jenis yang kemudian ditumbuhkembangkan. Jenis penyakit yang
ditemukan oleh Prusiner SB, 1986 diklasifikasikan sebagai penyakit prion; pada
domba disebut penyakit Scrapie pada tahun 1787, dapat menular ke sapi yang disebut
penyakit Sapi-gila tahun 1986. Penyakit sapi gila dapat menular ke manusia menjadi
penyakit Creutzfeldt-Jakob varian baru (nv CJD) tahun 1996. Sedangkan CJD
tradisional dijumpai pada tahun 1922.
Ada satu jenis penyakit lagi pada manusia disebut penyakit kuru juga
disebabkan oleh prion, tahun 1957. Penyakit prion juga disebut “gangguan dari gen”,
dapat dicetuskan apabila adanya kanibalisme.
Kekhawatiran penyakit prion atau penyakit gen sesudah 200 tahun kemudian
baru menjadi kenyataan, Yaitu sejak tahun 1787 sampai 1986. Demikian pun halnya
dengan kekhawatiran penyakit arthritis yang diderita oleh domba Dolly sesudah enam
tahun baru muncul. Masa inkubasi penyakit Scrapie pada domba 1,5 sampai dengan
empat tahun, penyakit sapi gila empat sampai dengan delapan tahun, dan penyakit
kuru pada manusia delapan sampai dengan 20 tahun.
Apakah penyakit arthritis yang dijumpai pada domba Dolly sesudah enam
tahun juga merupakan suatu penyakit dari gen atau muncul dari penggunaan rekayasa
genetika?
Pertanyaan ini muncul sesudah adanya pengalaman pada penyakit prion
seperti penyakit sapi gila di Inggris yang dikemukakan oleh Prusiner S B di tahun
1986.
Kekhawatiran terhadap penyakit arthritis si domba Dolly disebabkan oleh
penggunaan rekayasa genetika didukung pula oleh beberapa hasil hewan percobaan:
Percobaan Guff B L (1985), penggunaan gen pertumbuhan manusia kepada embrio,
diharapkan akan muncul keadaan yang baik ternyata muncullah yang buta,
immunosupresif, arthritis, gangguan pencernaan, dan lain-lain.
Demikian pula penelitian Arfad Putzai (1998) menggunakan kentang
transgenik yang mentah diberikan kepada tikus percobaan memberikan gejala
gangguan pencernaan, imunosupresif, kekerdilan, serta adanya arthritis.
Apakah arthritis pada domba Dolly sesudah enam tahun dari kelahirannya
disebabkan oleh penggunaan teknologi rekayasa genetika? masih diragukan
kebenarannya. Walaupun percobaan Arfad Putzai ditentang oleh berbagai pakar di
seluruh dunia tentang keakuratan penelitian tersebut, tetapi Perdana Menteri Inggris
menyatakan agar meninjau kembali tentang peraturan penggunaan produk-produk
biotehnologi di Inggris. Kedua percobaan tersebut merupakan kenyataan dampak
negatif yang disebabkan oleh penggunaan GMO.
Satu-satunya gangguan kesehatan sebagai dampak negatif atau bentuk nyata
penggunaan hasil rekayasa genetika (GMO), pada manusia yang telah dapat
dibuktikan ialah reaksi alergis. Tetapi, baik diketahui bahwa gen tersebut
menimbulkan reaksi alergis maka seketika itu seluruh gen serta produk dari gen
tersebut ditarik dari peredaran, sehingga dikatakan sampai saat ini belum dijumpai
lagi adanya dampak negatif gangguan kesehatan yang ditimbulkan dalam penggunaan
GMO pada manusia.
Seperti dikemukakan oleh Wallase, 2000, bahwa tidak seorang pun di muka
Bumi ini ingin menjadi hewan percobaan terhadap penggunaan produk GMO.
Sedangkan untuk hewan dan beberapa hewan percobaan ada pula dijumpai di
lapangan seperti adanya penggunaan GMO pada tanaman yang digunakan sebagai
bahan pakan pokok larva kupu-kupu raja menimbulkan gangguan pencernaan,
menjadi kuntet akhirnya larva kupu-kupu mati.
Temuan di lapangan mengenai kasus kematian larva kupu-kupu yang
memakan bahan pakan produk GMO dan hasil penelitian Arfad Putzai memberikan
kekhawatiran terhadap pemberian hasil rekayasa genetika kepada hewan maupun
manusia dalam keadaan mentah. Bentuk nyata lainnya penggunaan hasil rekayasa
genetika yang telah pernah dijumpai ialah adanya gangguan lingkungan berupa
tanaman yang mempergunakan bibit rekayasa genetika menghasilkan pestisida.
Sesudah dewasa tanaman transgenik yang tahan hama tanaman menjadi mati dan
berguguran ke tanah. Bakteri dan jasat renik lainya yang dijumpai pada tanah
tanaman tersebut mengalami kematian. Kenyataan di lapangan bahwa hasil
trasngenik akan mematikan jasad renik dalam tanah sehingga dalam jangka panjang
dikhawatirkan akan memberikan gangguan terhadap struktur dan tekstur tanah.Di
khawatirkan pada areal tanaman transgenetik sesudah bertahun-tahun akan
memunculkan gurun pasir. Kenyataan di lapangan adanya sifat GMO yang disebut
cross-polination. Gen tanaman transgenetik dapat ber-cross-polination dengan
tumbuhan lainnya sehingga mengakibatkan munculnya tumbuhan baru yang dapat
resisten terhadap gen yang tahan terhadap hama penyakit. Cross-polination dapat
terjadi pada jarak 600 meter sampai satu kilometer dari areal tanaman transgenic.
Sehingga bagi areal tanaman transgenik yang sempit dan berbatasan dengan gulma
maka dikhawatirkan akan munculnya gulma baru yang juga resisten terhadap hama
tanaman tertentu.
Penggunaan bovinesomatotropine hormon yang berasal hasil rekayasa
genetika dapat meningkatkan produksi susu sapi mencapai 40 persen dari produksi
biasanya; demikian pula porcine somatotropin yang dapat meningkatkan produksi
daging babi 25 persen dari daily gain biasanya.
Tetapi, kedua ini akan menghasilkan hasil sampingan berupa insulin growth
factor I (IGF I) yang banyak dijumpai di dalam darah maupun di dalam daging, hati,
serta di dalam susu.
Mengonsumsi IGF I akan memberikan kekhawatiran risiko munculnya
penyakit diabetes, penyakit AIDS dan resisten terhadap antibiotika pada manusia
sedangkan pada sapi akan memberikan risiko munculnya penyakit sapi-gila serta
penyakit radang kelenjar susu (mastitis).
Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO terhadap
ekonomi bibit yang dihasilkan dengan rekayasa genetika merupakan final stok
bahkan disebut dengan suicide seed sehingga membuat kekhawatiran akan adanya
monopoli. Kekhawatiran terhadap efesiensi penggunaan GMO, misalnya, di Meksiko
penggunaan bovinesomatothropine kepada sapi meningkatkan produksi susu 25
persen tetapi penggunaan pakan meningkat sehingga tidak adanya efisiensi.
Demikian pula kekhawatiran penanaman kapas Bt di Provinsi Sulawesi
Selatan dapat meningkatkan produksi tiga kali lipat, tetapi bila subsidi supplier ditarik
apakah tetap efisien?
Kekhawatiran akan musnahnya komoditas bersaing apabila minyak kanola
diproduksi dengan rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi minyak goreng
beratus kali lipat maka akan punah penanaman tanaman penghasil minyak goreng
lainnya seperti kelapa dan kelapa sawit.
Demikian pula dengan teknologi rekayasa genetika telah diproduksi gula
dengan derajat kemanisan beribu kali dari gula biasanya, maka dikekhawatirkan
musnahnya tanaman penghasil gula.
Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO terhadap sosial
bersifat religi, bagi umat Islam penggunaan gen yang ditransplantasikan ke produk
makanan maka akan menimbulkan kekhawatiran bagi warga Muslim. Penggunaan
gen hewan pada bahan makanan hasil rekayasa genetika yang akan dikonsumsi
merupakan kekhawatiran bagi mereka yang vegetarian.
Kasus Ajinomoto di Indonesia di awal tahun 2001, penyedap rasa Ajinomoto
diduga menggunakan unsur babi di dalam memroses pembuatan salah satu enzimnya.
Pembuatan enzim ini dapat menggunakan teknologi rekayasa genetika menggunakan
gen. Seluruh produk Ajinomoto yang diduga menggunakan unsur babi di dalam
proses pembuatan enzimnya ditarik dari peredaran.
Kloning manusia seutuhnya merupakan kekhawatiran umat manusia yang
akan memusnahkan nilai-nilai kemanusiaan. Gen hewan disilangkan dengan gen
manusia yang akan memberikan turunan sebagai hewan, yang jelas-jelas menurunkan
nilai-nilai kemanusiaan.
Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO di Indonesia,
Indonesia telah mengimpor berbagai komoditas yang diduga sebagai hasil dari
rekayasa genetika maupun yang tercemar dengan GMO, berasal dari negara-negara
yang telah menggunakan teknologi rekayasa genetika. Mulai dari tanaman, bahan
pangan dan pakan, obat-obatan, hormon, bunga, perkayuan, hasil perkebunan, hasil
peternakan dan sebagainya diduga mengandung GMO atau tercemar GMO.
Kebiasaan akan mendorong kekhawatiran munculnya dampak negatif
penggunaan hasil rekayasa genetika.
Gangguan terhadap lingkungan
Pola tanam produk pertanian di Indonesia areal kecil dikelilingi oleh berbagai
gulma, dengan adanya sifat cross-polination dari GMO maka dikhawatirkan akan
bermunculan gulma baru yang lebih resisten.
Tanpa membakar sisa tanaman GMO akan memusnahkan jasad renik dalam
tanah bekas penanaman tanaman GMO akibat sifat dari sisa GMO yang bersifat
toksis. Jangka panjang akan merubah struktur dan tekstur tanah.
Sifat tanaman GMO yang dapat membunuh larva kupu-kupu, akan
memberikan kekhawatiran punahnya kupu-kupu di Sulawesi Selatan. Seperti
diketahui Sulawesi Selatan termasyhur dengan kupu-kupunya.
Gangguan terhadap kesehatan.
Satu-satunya gangguan kesehatan akibat penggunaan hasil rekayasa genetika
ialah reaksi alergis yang sudah dapat dibuktikan. Kebiasaan mengonsumsi daging, di
Indonesia memiliki kekhususan tersendiri dalam pola konsumsi daging, tidak ada
bagian tubuh sapi yang tidak dikonsumsi. Apabila sapi disuntik dengan
bovinesomatotropin, mengakibatkan kadar IGF I meningkat sangat tinggi dalam
darah dan hati. Bagi daerah yang menggunakan darah sebagai bahan pangan
demikian pula mengonsumsi hati (Indonesia mengimpor hati sejumlah lima juta kg
dari negara-negara yang menggunakan GMO) memberikan kekhawatiran munculnya
dampak negatif penggunaan GMO.
Kebiasaan di Indonesia mengonsumsi lalapan, mulai dari kol, kacang panjang,
terong, kemangi, dan sebagainya apabila berasal dari tanaman transgenik maka
dihawatirkan memunculkan dampak negatif seperti larva kupu-kupu.
Kebiasaan di Indonesia menggunakan tauge mentah, kemungkinan
dipergunakan kedele impor yang diduga kedele transgenik, maka dikhawatirkan
munculnya dampak negatif seperti percobaan Arfad Putzai.
Kebiasaan pakan ternak, dari gulma, sisa-sisa dari hasil pertanian apabila
berasal dari areal penanaman transgenik kemungkinan telah mengandung transgenik
akan memberikan kekhawatiran seperti percobaan Arfad Putzai.
Pakan ternak Indonesia didominasi bahan impor, baik bungkil kedele maupun
jagung berasal dari negara-negara menggunakan GMO sehingga diduga mengandung
bahan GMO. Penyakit ayam kuntet telah dijumpai di Indonesia, dikhawatirkan akibat
dari penggunaan jagung dan kedelai transgenik seperti percobaan Arfad Putzai.
Gangguan terhadap religi dan etika.
Penggunaan obat insulin yang diproduksi dari transplantasi sel pancreas babi
ke sel bakteri, serta xenotransplatation yang menggunakan katup jantung babi
ditransplantasikan ke jantung manusia memberikan kekhawatiran terhadap mereka
yang beragama Islam.
Indonesia telah mengimpor kedelai dua juta ton dan jagung 1,2 juta ton serta
berbagai komoditas lainnya pada tahun 2000 yang diduga mengandung GMO,
sehingga sudah dapat dipastikan Indonesia telah mengonsumsi hasil rekayasa
genetika. Tetapi, hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya dampak negatif dari
penggunaan GMO. Jangankan mendeteksi dampak negatif penggunaan GMO,
mendeteksi apakah komoditas yang diimpor mengandung GMO saja belum pernah
dilakukan di Indonesia. Justru untuk itulah kami memberanikan diri mengemukakan
dugaan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan dari produk rekayasa
genetika di Indonesia.
dr drh Mangku Sitepoe
Mantan Staf Dirjen Peternakan Bagian Pakan Konsentrat.
Catatan : Soal kematian Dolly, si kambing lahir sebagai rekayasa genetik menarik.
Dari sumber lain didapat juga informasi bahwa usia dolly yang lahir itu, sama dengan
usia dari sel sebenarnya. Jadi, meski baru terlahir, dia sesungguhnya sudah tua.
Rekayasa genetik juga menarik, bahwa sistem informasi dari dalam satu sel bersifat
holografis. Maksudnya memberikan informasi terhadap keseluruhan dari wujud
keseluruhannya. Sepotong sel daun, memberikan informasi lengkap tentang pohon itu
sendiri. Ini fakta pengetahuan yang menarik.