print miktek sadhly
DESCRIPTION
dewfefvdgegwegTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMMIKROTEKNIK TUMBUHAN
PEMBUATAN PREPARAT AKAR, BATANG DAN DAUNTUMBUHAN DIKOTIL DAN MONOKOTIL
NAMA : SADHLY SASTRAWAN
NIM : H411 12 903
KELOMPOK : VII (TUJUH) C
HARI/TGL PERCOBAAN : RABU / 08, 15, 22 APRIL 2015
ASISTEN : NURUL QALBY
LABORATORIUM BOTANIJURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada abat ke-17 yang penuh perubahan ,VAN LEEUWNHOEK, telah
melihat pembuluh-pembuluh kecil dan berdinding tipis yang kelak dinamakan
pembulu kapiler ( latin : capillus = rambut ). Kemudian dalam tahun 1665
Roberth hooke ( ahli fisika dan matematika,Inggris 1635-1703 ), sekretaris Royal
Society of London, menemukan bentuk-bentuk mikroskip dalam gabus (kulit
pohon Quercus suber dari daerah lautan tengah) Dan dalam batang bermacam –
macam tumbuhan. Dalam gabus ia melihat barisan-barisan rapi dari
kompartemen-kompartemen(latin;com = dengan, + partiri = membagi )
berdinding tebal yang mengingatkanya kepada sarang lebah,oleh karena itu
kompartemen-kompartemen ini disebut SEL (Sugondo, 2011).
Mengamati suatu jaringan baik itu jaringan hewan maupun tumbuhan
tentu perlu suatu sediaan karena dibutuhkan sayatan yang sangat tipis untuk
mengamatinya.Sediaan itu sendirinya dapat dibagi menjadi beberapa macam. Ada
sediaan untuk jaringan utuh (whole mounth), sediaan untuk jaringan cair (metode
apus), sediaan untuk jaringan beku (selonoid, beku dan parafin), sediaan untuk
jaringan rentang, sediaan untuk jaringan keras (Amanda, 2007).
Preparat irisan adalah preparat yang objeknya merupakan irisan dari
bagian objek yang diamati. Tujuan pembuatan preparat ini adalah untuk dapat
menyediakan preparat mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian
yang diiris secara lengkap seperti keadaan yang sebenarnya.Jika bahan yang
bersangkutan diiris secara langsung menggunakan silet tajam dengan bantuan
gabus atau hand mikrotom sebagai penahan bahan pada waktu proses pengirisan,
maka preparat tersebut juga disebut dengan preparat irisan bebas atau Non
Embeding (Rudyatmi, 2012).
Dari uraian di atas maka dilakukanlah percobaan ini dengan tujuan kita
dapat mengamati dan melihat preparat dengan menggunakan metode irisan
melintang dam mengamati sel jaringan dibawah mikroskop.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan
preparat melintang pada akar, batang dan daun tanaman Monokotil pada tanaman
Jagung Zea mays L. dan akar, batang dan daun tanaman dikotil pada tanaman
Gandarusa Justicia gendarussa Burm.f. Serta mengamati jaringan pengangkut
dibawah mikroskop.
1.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai pembuatan preparat melintang pada akar tanaman
Monokotil pada tanaman Jagung Zea mays L. dan akar tanaman dikotil pada
tanaman Gandarusa Justicia gendarussa Burm.f. Serta mengamati jaringan
pengangkut dibawah mikroskop, dilaksanakan pada hari Rabu, 08 April 2015,
pukul 14.00-17.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dapat di ketahui bahwa perbedaan yang mencolok antara tumbuhan dikotil
terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat
lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat
berkas pembuluh yang tidak teratur. Berkas pembuluh terdiri dari xylem atau
suatu alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sari makanan dan unsur
hara dari tanah keseluruh tubuh tumbuhan dan floem yaitu berkas yang berfungsi
sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan
(Aryuliana, 2004).
Ciri utama yang dipakai untuk mengelompokkan tumbuhan biji tertutup
ialah sifat dan keadaan bijinya. Biji pada kelompok tumbuhan ini memiliki
cadangan makanan yang dsiebut keeping biji (kotiledon). Keping biji ini
sesungguhnya merupakan daun pemula sebagai pertumbuhan awal jika biji
tumbuh (Irfan, 2015).
Sel Parenkimmemiliki fungsi untuk menyokong berdirinya tumbuhan, juga
merupakan dasar bagi semua struktur dan fungsi tumbuhan.Sel parenkim memiliki
dinding primer yang tipis, dan sitoplasma yang sangat fungsional.Sel ini hidup
saat dewasa, dan terhadap fungsi biokimia.Sel kolenkim tersusun sebagai berkas
atau silinder dekat permukaan korteks pada batang dan tangkai daun serta
sepanjang tulang daun besar.Kolenkim jarang ditemukan pada akar.Kolenkim
terspesialisasi sebagai penyokong dalam organ yang muda.Sel-sel kolenkim
memiliki dinding primer yang lebih tebal dibandingkan sel-sel parenkim.Dinding
tidak menebal secara merata dan itu merupakan ciri khasnya.Sel-sel parenkim
tidak memiliki dinding sekunder dan lignin (Botanika, 2008).
Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain
dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh matang
dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi
jaringan yang membedakan antara tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil
(Kimball, 1992).
Sel skelerenkim Sel sklerenkim membentuk kumpulan sel yang
berkesinambungan atau berupa berkas yang ramping. Selain itu, sklerenkim juga
terdapat tersendiri di antara sel-sel lain. Sklerenkim dapat berkembang dalam
tubuh tumbuhan primer ataupun sekunder.Dindingnya tebal, sekunder dan sering
berlignin, dan pada saat dewasa protoplasnya bisa hilang.Jaringan sklerenkim juga
termasuk tipe jaringan permanen sederhana (Botanika, 2008).
Ada dua tipe sel pada jaringan sklerenkin yaitu, serabut dan
sklereida.Kedua macam sel tersebut berdinding sangat tebal yang mengandung
selulosa dan lignin yang disekresikan oleh protoplas sel-sel itu.Protoplas mati
apabila dinding mencapai tebal maksimumnya.Serabut sangat panjang dengan
ujung sel lancip.memilikikekuatan dan fleksibilitas besar. sehingga digunakan
orang dalam pembuatan lilitan, tali, tikar dan berbagai tekstil. Sklereida seperti
serabut berdinding tebal dan keras, namun sel sklereida pendek dan tidak
sepanjang serabut.Sklerida dapat ditemukan misalnya pada buah apel, sklereida
membangun bagian penting pepagan pohon (Botanika, 2008).
Adapun tipe-tipe jaringan yaitu (Setjo,2014) :
Jaringan epidermis - jaringan paling luar yang membungkus tumbuhan.
Jaringan pengangkut - berperan dalam pengangkutan di dalam tubuh tumbuhan
Jaringan tanah - melakukan fotosintesis, penyimpanan makanan, dan
penyokong struktur.
Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain
dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh
matangdibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi
jaringan. Organ pokok pada tumbuhan yaitu akar, batang, dan daun (Kimball,
1992) :
1. Akar
Akar adalah organ tumbuhan yang masuk ke dalam tanah. Fungsi akar
pada tumbuhan, antara lain sebagai tempat melekatnya tumbuhan pada media
(tanah), menyerap air dan garam mineral dari tanah, memperkuat berdirinya
tumbuhan, tempat penyimpanan cadangan makanan, dan sebagai alat pernapasan.
Jaringan penyusun akar, antara lain epidermis, korteks, endodermis, stele (silinder
pusat), perisikel, xilem, floem, dan empulur.
2. Batang
Batang merupakan organ tumbuhan yang tumbuh di permukaan tanah.
Fungsi batang, antara lain menyalurkan air dan garam mineral dari akar ke daun,
menyalurkan zat makanan dari daun ke seluruh tubuh, tempat penyimpanan
cadangan makanan, serta tempat menempelnya daun, bunga, dan buah. Jaringan
penyusun batang, antara lain epidermis, korteks, stele, endodermis, perisikel,
empulur, xilem, floem, dan kambium.
3. Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari
cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi
tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme
autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi
energi cahaya menjadi energi kimia (Kimball, 1992).
Preparat irisan adalah preparat yang objeknya merupakan irisan dari
bagian objek yang diamati. Tujuan pembuatan preparat ini adalah untuk dapat
menyediakan preparat mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian
yang diiris secara lengkap seperti keadaan yang sebenarnya. Jika bahan yang
bersangkutan diiris secara langsung menggunakan silet tajam dengan bantuan
gabus atau hand mikrotom sebagai penahan bahan pada waktu proses pengirisan,
maka preparat tersebut juga disebut dengan preparat irisan bebas atau Non
Embeding (Rudyatmi, 2012).
Bersama-sama dengan tumbuhan paku tumbuhan biji telak merupakan
tumbuhan kormus sejati. Tubuh jelas dapat dibedakan dalam tiga bagian
pokoknya yaitu akar, batang, dan daun. Selain itu tubuh tumbuhan biji
mempunyai pula bagian-bagian lain yang merupakan metamorfosis bagian-bagian
pokok tadi di tambah lahi dengan berbagai macam organ-organ tambahan. Dari
bagian-bagian tubuh tumbuhan biji sporofilla yang telah mengalami
perkembangan sedemikian rupa, lagi pula sporofi-sporofil itu telah terangkai
dalam berbagai bentuk kumpulan sporofil, yang mencapai puncaknya dalam
bentuk organ yang kita sebut bunga. Itulah sebabnya golongan tumbuhan biji
tumbuhan biji ini disebut pula Antofita atau tumbuhan bunga. Pada organ inilah
pertama orang mengenal adanya seksualitas pada tumbuhan. Juga peristiwa
seksual pada tumbuhan, pertama-tama di kenal pada golongan tumbuhan ini,
sehingga melahirkan anggapan bahwa pada golongan ini, peristiwa perkawinan
tampak jelas walaupun sesungguhnya yang tampak dari luar pada tumbuhan ini
bukan perkawinan dalam arti peleburan sel-sel kelaminnya (yang kita sebut
pembuahan atau fertilisasi), melainkan jatuhnya mikroskopa (serbuk sari) pada
bakal biji atau kepala putik yang kita kenal dengan istilah penyerbukan, persarian
atau polinasi. Atas dasar peristiwa Eichler memberikan nama Phanergamae. Pada
golongan tumbuhan biji pada peristiwa seksual, mikrospora (serbuk sari) selalu
tumbuh menjadi badan yang berbentuk buluh untuk dapat mengantar gamet-gamet
ketempat tujuannya, yaitu untuk menemukan sel telur. Peristiwa inilah yang
menyebabkan golongan tumbuhan biji juga di sebut embriopita siphonogama,
yang berarti tumbuhan yang mempunyai embrio dan perkawinan terjadi melalui
pembentukan suatu buluh. Dalam hal ini ialah buluh serbuk sari (mikroprolium)
(dari bahasa yunani embryon = embio, lembaga: phyton = tumbuhan; siphon =
pipa, buluh; gamein = kawin) (Haeryn, 2012).
Sebenarnya Tumbuhan biji tertutup dibagi menjadi dua kelas berdasarkan
jumlah keping bijinya yaitu (Farid, 2012) :
1. Tumbuhan berkeping biji satu (Monocotyledonae)
2. Tumbuhan berkeping biji dua (Dicotyledonae)
Tumbuhan biji berkeping tunggal (atau monokotil) adalah salah satu dari
dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang secara klasik diajarkan; kelompok
yang lain adalah tumbuhan bijinya berkeping dua atau dikotil. Ciri monokotil
yang paling khas adalah bijinya tunggal karena hanya memiliki satu daun
lembaga,berakar serabut, daun berseling, tumbuhan biji berkeping satu, tulang
daun sejajar dan berbentuk pita. Kelompok ini diakui sebagai takson (sebagai
kelas maupun subkelas) dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan
mendapat berbagai nama, seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae
(Farid, 2012).
Berdasarkan analisis filogeni, kelompok ini diketahui bersifat monofiletik
atau holofiletik. Sistem klasifikasi APG II mengakui monokotil sebagai klad yang
disebut monocots. Kelompok tumbuhan ini mencakup berbagai tumbuhan paling
berguna dalam kehidupan manusia. Sebagai sumber pangan, sumber energi nabati,
sumber bahan baku industri, perumahan, dekorasi, pakaian, media penulisan, zat
pewarna, dan sebagainya (Farid, 2012).
Ada 2 macam preparat irisan yaitu preparat irisan bebas (non embeding)
dan preparat irisan (embedding).Preparat irisan bebas (non embeding) merupakan
preparat irisan yang dibuat yang dibuat secara langsung tanpa melakukan
penyelubungan terlebih dahulu sedangkan preparat dengan embedding merupakan
preparat dibuat dengan penyelubungan menggunakan paraffin (Rina, 2011).
Adapun struktur akar tumbuhan Dikotil terlihat seperti gambar di bawah ini.
Gambar 1 : irisan melintang akar dikotilSumber :http://ilushahab.blogspot.com/2013_04_01_archive.html
Perhatikan Gambar 1. Xilem dan floem pada tumbuhan Dikotil tersusun
radial atau membentuk jari-jari. Xilem berbentuk bintang di pusat dan floem
mengelilingi xilem. Di antara xilem dan floem terdapat kambium. Aktivitas
kambium ke arah luar membentuk unsur kulit dan ke arah dalam
membentuk unsur kayu (Farid, 2012).
Berdasarkan analisis filogeni, kelompok ini diketahui bersifat monofiletik
atau holofiletik. Sistem klasifikasi APG II mengakui monokotil sebagai klad yang
disebut monocots. Kelompok tumbuhan ini mencakup berbagai tumbuhan paling
berguna dalam kehidupan manusia. Sebagai sumber pangan, sumber energi nabati,
sumber bahan baku industri, perumahan, dekorasi, pakaian, media penulisan, zat
pewarna, dan sebagainya (Farid, 2012).
Kulit Biji (Testa) terletak paling luar. Testa berasal dari intergumen
ovule yang mengalami modifikasi selama pembentukan biji berlangsung. Seluruh
bagian intergumen dapat berperan dalam pembentukan kulit biji. Akan tetapi pada
kebanyakan biji sebagian besar dari jaringan intergumen itu dihancurkan dan
diserap oleh jaringan berkembang lain pada biji itu. Pada kulit biji beberapa
tumbuhan dapat dijumpai suatu lapisan sel memanjang secara radial, yang
menyerupai palisade tetapi tanpa ruang – ruang interseluler yang dinamakan sel
malpighi. Lapisan itu terdiri atas selulosa, lignin dan juga kitin (Farid, 2012).
Tumbuhan dikotil adalah tumbuhan berbiji belah atau berkeping dua.
Tumbuhan dikotil memiliki sepasang daun lembaga yang sudah terbentuk sejak
dalam tahap biji. Tumbuhan dikotil memiliki ciri-ciri khusus berikut ciri-ciri
tumbuhan dikotil (Ali, 2014) :
1. Bentuk akar tunggang.
2. Pola tulang daun dan bentuk sumsumnya menyirip atau menjari.
3. Tidak memiliki tudung akar.
4. Jumlah keping bijinya dua.
5. Pada akar dan batang, terdapat kambium dan dapat tumbuh serta berkembang
menjadi besar.
6. Batangnya bercabang-cabang.
7. Jumlah kelopak bunganya dua, empat, lima, atau kelipatannya.
8. Pembuluh pengangkutnya teratur dalam lingkaran/cincin.
9. Tipe berkas pengangkut kolateral terbuka
10. Pertulangan daun menyirip atau menjari
11. Bagian-bagian bunga berjumlah 4, 5 atau kelipatannya.
12. Memiliki 2 keping lembaga/kotiledon.
Menurut literatur pada akar tumbuhan dikotil, di antara xylem dan floem
terdapat kambium, sedangkan pada akar tumbuhan monokotil di antara xylem dan
floem tidak di jumpai kambium. Kambium merupakan titik pertumbuhan
sekunder kearah dalam membentuk xylem dan kearah luar membentuk floem.
Sedangkan pada batang monokotil memiliki ikatan pembuluh angkut dan anatomi
batang muda dan batang tua sama. Dan untuk batang dikotil memiliki ikatan
pembuluh angkut dan anatomi batang muda dan batang muda berbeda yaitu di
temukannya empelur pada batang muda dan sebaliknya pada batang tua
(Atinirmala, 2006).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Mikroskop pipet tetes,
kaca preparat, penutup kaca preparat dan silet.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akar, batang dan daun
tanaman Jagung Zea mays L., akar, batang dan daun tanaman Gandarusa Justicia
gendarussa Burm.f., Empelur Ubi Kayu Manihot utilisima, Aguades dan Tisu.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Akar
Cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mencuci sampai bersih masing-masing akar tanaman Jagung dan Gandarusa
sampai bersih.
3. Memotong masing-masing akar tumbuhan Jagung dan Gandarusa dengan
panjang 1 cm.
4. Memasukkan masing-masing potongan akar pada empelur Ubi Kayu.
5. Memotong atau menyayat masing-masing akar pada empelur ubi kayu dengan
silet.
6. Mendapatkan irisan setipis mungkin sehingga secara jelas dapat diamati
jaringan yag terdapat pada akar pada tumbuhan monokotil dan tumbuhan
dikotil.
7. Meletakkan masing-masing irisan akar pada kaca preparat lalu tutup dan
menetaskan sedikit aguades.
8. Mengamati jaringan dari masing-masing akar dan temukan irisan yang jelas
memperlihatkan jaringannya.
9. Mencatat hasil serta menyimpan hasil irisan.
III.3.2 Batang
Cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mencuci sampai bersih masing-masing batang tanaman Jagung dan Gandarusa
sampai bersih.
3. Memotong masing-masing batang tumbuhan Jagung dan Gandarusa dengan
panjang 1 cm.
4. Memasukkan masing-masing potongan batang pada empelur Ubi Kayu.
5. Memotong atau menyayat masing-masing batang pada empelur ubi kayu
dengan silet.
6. Mendapatkan irisan setipis mungkin sehingga secara jelas dapat diamati
jaringan yag terdapat pada batang pada tumbuhan monokotil dan tumbuhan
dikotil.
7. Meletakkan masing-masing irisan batang pada kaca preparat lalu tutup dan
menetaskan sedikit aguades.
8. Mengamati jaringan dari masing-masing batang dan temukan irisan yang jelas
memperlihatkan jaringannya.
9. Mencatat hasil serta menyimpan hasil irisan.
III.3.3 Daun
Cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mencuci sampai bersih masing-masing daun tanaman Jagung dan Gandarusa
sampai bersih.
3. Memotong masing-masing daun tumbuhan Jagung dan Gandarusa dengan
panjang 1 cm.
4. Memasukkan masing-masing potongan daun pada empelur Ubi Kayu.
5. Memotong atau menyayat masing-masing batang pada empelur ubi kayu
dengan silet.
6. Mendapatkan irisan setipis mungkin sehingga secara jelas dapat diamati
jaringan yag terdapat pada daun tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil.
7. Meletakkan masing-masing irisan daun pada kaca preparat lalu tutup dan
menetaskan sedikit aguades.
8. Mengamati jaringan dari masing-masing daun dan temukan irisan yang jelas
memperlihatkan jaringannya.
9. Mencatat hasil serta menyimpan hasil irisan.
III. 3. 4 Stomata Daun
Cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mencuci sampai bersih masing-masing daun tanaman Jagung dan Gandarusa
sampai bersih.
3. Oleskan kutek bening ke permukaan atas dan bawah daun tanaman Jagung dan
Gandarusa secara rata dan biarakan sampai kering.
4. Berikan selotip bening pada bagian daun yang telah diberi kutek, kemudian
ditarik.
5. Meletakkan masing-masing stomata daun pada kaca preparat lalu amati di
mikroskop.
6. Mengamati jaringan stomata dari masing-masing permukaan bagian atas dan
bawah daun yang jelas memperlihatkan stomatanya.
7. Mencatat hasil serta menyimpan hasil.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL
IV. 1. AKAR
A. Preparat Melintang Akar Gandarusa (dikotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Floem
B. Xilem
C. Endodermis
D. Korteks
B. Preparat Melintang Akar Jagung (monokotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Floem
B. Xilem
C. Endodermis
D. Korteks
A
B
C
D
A
B
C
D
IV. 2. BATANG
A. Preparat Melintang Batang Gandarusa (dikotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Floem
B. Xilem
C. Endodermis
D. Korteks
B. Preparat Melintang Batang Jagung (monokotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Floem
B. Xilem
C. Endodermis
A
B
C
D
A
B
C
IV. 3. DAUN
A. Preparat Melintang Daun Gandarusa (dikotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Floem
B. Xilem
C. Epidermis
B. Preparat Melintang Daun Jagung (monokotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Floem
B. Xilem
C. Epidermis
A
B
C
A
B
C
IV. 4. STOMATA DAUN
A. Preparat Stomata Daun Gandarusa Atas (dikotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Stomata
B. Preparat Stomata Daun Gandarusa bawah (dikotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Stomata
C. Preparat Stomata Daun Jagung Atas (Monokotil)
A
A
NO GAMBAR KET
1
A. Stomata
D. Preparat Stomata Daun Jagung Bawah (monokotil)
NO GAMBAR KET
1 A. Stomata
IV.2 Pembahasan
A
A
IV.2.1 Penampang Melintang Akar Tanaman Monocotyledoneae dan
Dicotyledoneae
Akar adalah bagian tumbuhan yang fungsi utamanya adalah untuk
menyerap air dan zat-zat yang terlarut dari dalam tanah , sebagai penunjang
tegaknya tumbuhan, dan sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Pada
umumnya akar tumbuhan Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae tersusun atas
bagian epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat (stele).
Pada percobaan akar tanaman gandarusa Justicia gandarusa dan jagung
Zea mays yang dipotong secara melintang dan diamati di bawah mikroskop
menunjukkan bahwa endodermis tanaman gandarusa Justicia gandarusa lebih
tipis daripada tanaman jagung Zea mays, berkas pembuluh (xylem dan floem)
pada tanaman gandarusa Justicia gandarusa tersusun seperti bintang, sedangkan
pada tanaman jagung Zea mays xylem dan floem tersusun bersilangan dan satu
lingkaran, dan pada akar tanaman gandarusa Justicia gandarusa terdapat
kambium, sedangkan pada tanaman jagung Zea mays tidak terdapat kambium.
IV.2.2 Penampang Melintang Batang Tanaman Monocotyledoneae dan
Dicotyledoneae
Batang merupakan organ tumbuhan yang membantu untuk menopang
tegaknya tumbuhan, sebagai tempat melekatnya daun dan akar, tempat
penyimpanan cadangan makanan, dan lain-lain. Jaringan pada batang tumbuhan
Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae terdiri dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan berkas pembuluh.
Pada percobaan batang tanaman gandarusa Justicia gandarusa dan jagung
Zea mays yang dipotong secara melintang dan diamati di bawah mikroskop
menunjukkan bahwa pada batang tanaman gandarusa Justicia gandarusa terdapat
kambium yang memisahkan antara xylem dan floem, sehingga pada batang dan
jagung Zea mays tidak terdapat kambium. Adanya kambium menyebakan berkas
pengangkut pada tanaman gandarusa Justicia gandarusa tersusun secara teratur,
sedangkan pada jagung Zea mays tersusun secara tidak teratur (terpencar).
Kambium pada batang menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekunder.
IV.2.3 Penampang Melintang Daun Tanaman Monocotyledoneae dan
Dicotyledoneae
Daun merupakan organ tumbuhan yang berperan dalam asimilasi
makanan, proses transpirasi, dan lain-lain. Jaringan penyusun daun tumbuhan
Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae meliputi epidermis, mesofil (parenkim),
dan berkas pembuluh.
Pada percobaan daun tanaman gandarusa Justicia gandarusa dan jagung
Zea mays yang dipotong secara melintang dan diamati di bawah mikroskop
menunjukkan bahwa anatomi daunnya terdiri dari epidermis, mesofil (parenkim),
dan berkas pembuluh. Perbedaan yang paling jelas terlihat pada berkas pembuluh.
Pada tanaman gandarusa Justicia gandarusa terdapat kambium yang membatasi
xylem dan floem, sedangkan pada tanaman jagung Zea mays, tidak terdapat
kambium yang membatasi xylem dan floem.
IV.2.4 Stomata Permukan Daun Atas dan Bawah Tanaman
Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae
Pada epidermis daun terdapat stomata, yaitu celah yang dibatasi oleh sel
penutup. Lapisan epidermis atas berfungsi melindungi bagian dibawahnya.
Stomata berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara dan dengan
menghubungkan ruang-ruang antar sel di dalam jaringan parenkim dengan
atmosfer. Pada tumbuhan darat, stomata terletak dipermukaan bawah daun,
sedangkan pada tumbuhan air terdapat di atas permukaan daun.
Pada percobaan digunakan tanaman gandarusa Justicia gandarusa dan
jagung Zea mays yang diolesi dengan kutex bening dan diselotip dengan selotip
bening agar stomata pada permukaan atas dan dan bawah daun dapat terikut pada
selotip dan diamati di bawah mikroskop. Di bawah mikroskop terlihat bahwa
pada permukaan bawah daun tanaman gandarusa Justicia gandarusa dan jagung
Zea mays lebih banyak terdapat stomata, dari pada pada permukaan atas daun. Hal
tersebut merupakan bentuk adaptasi kedua jenis tanaman tersebut untuk
mengurangi kehilangan air berlebih akibat proses transpirasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, 2014. Ciri-ciri Tumbuhan Dikotil. http://www.materisma.com/2014/03/ciri-ciri-tumbuhan-dikotil-dan.html, diakses pada tanggal 23 April 2015.
Amanda, 2007. Membuat Preparat Melintang Dengan Metode Parafin,http://monocotil.blogspot.com, Diakses pada tanggal 05 Maret 2015.
Aryuliana, Diah, 2004. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Atinirmala, Pratita, 2006. Bilologi Praktis. Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Botanika, 2008. Fixation, Embedding, Sectioning,http://botanika.biologija.org, Diakses pada tanggal 05 Maret 2015.
Farid, Miftah, 2012. Tumbuhan Monokotil Dan Dikotil. http://www.terlambat.info/2012/10/tumbuhan-monokotil-dan-dikotil-artikel.html, diakses pada tanggal 23 April 2015, Makassar
Haeryn, 2012. Makalah Botani Dikotil. https://haeryn.wordpress.com/makalah-botani-tingkat-tinggi-dikotil/, diakses pada tanggal 23 April 2015, Makassar.
Irfan, M., 2015. Ciri-ciri Tumbuhan Monokotil Dan Dikotil. http://www.pintarbiologi.com/2015/01/tumbuhan-monokotil-dan-dikotil.html, diakses pada tanggal 23 April 2015, Makassar.
Kimball, J.W., 1992. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Rina, 2011. Mikroteknik, http://rinaningtyas.blogspot.com, Diakses pada tanggal 08 April 2015.
Rudyatmi, Ely. 2012. Bahan Ajar Mikroteknik. Jurusan Biologi FMIPA UNNES. Semarang
Sugondo, 2011, Struktur Sel dan Preparat Melintang http://sugondopratikto.blogspot.com/2011/09/mengenal-struktur-sel-dan-pembuatan.html. diakses pada tanggal 10 April 2015.