DESCRIPTION
asiTRANSCRIPT
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntikan Depo Medroksi Progresteron Asetat dan Kenaikan Berat Badan
Depo medroksiprogesteron asetat ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang
digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesteron yang
kuat dan sangat efektif. Progesteron merupakan progestin yang paling penting. Pada
wanita normal yang tidak hamil, progesteron disekresi dalam jumlah cukup banyak
hanya selama separuh akhir dari setiap siklus ovarium. Progesteron disintesis di
dalam ovarium terutama dari kolesterol yang berasal dari darah,juga,walaupun
dalam jumlah kecil, diperoleh dari asetil koenzim A, suatu molekul multipel yang
dapat berkombinasi untuk membentuk inti steroid yang tepat.2,1
Medroksiprogesteron asetat (MPA) memiliki khasiat antiandrogen melalui
penghambatan aktifitas enzim 5-α-reduktase, sehingga terjadi penurunan kadar
testosteron serum. Pada penggunaan MPA tidak perlu ditakuti terjadinya efek
maskulinisasi baik pada ibu maupun pada bayi dalam kandungan. Pada penggunaan
MPA tidak dijumpai penurunan estradiol serum yang berarti. Penurunan yang
terjadi masih dalam batas-batas normal untuk fase folikuler. Hal ini membuktikan
bahwa MPA menekan ovulasi tanpa mengganggu fungsi ovarium dan sintesis
steroid seks.7
1) Farmakokinetik
Progesteron cepat diabsorbsi setelah pemberian dengan cara apapun. Waktu
paruhnya dalam plasma kira-kira 5 menit, dan sejumlah kecil disimpan sementara di
dalam lemak badan. Progesteron dimetabolisme hampir lengkap pada satu jalan
melalui hati, dan dengan alasan ini progesteron tidak efektif bila diberikan per
oral.13 Medroksiprogesteron asetat intramuskular memiliki masa kerja empat sampai
dua belas minggu. Kebanyakan preparat ini dimetabolisme menjadi produk yang
tidak aktif yang terutama diekskresikan melalui urin.14
2) Mekanisme Kerja
DMPA bekerja dengan cara menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan
menekan pembentukan Releasing Factor dari hipotalamus. Progesteron
menurunkan frekuensi keluaran gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang
menurunkan pengeluaran follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) oleh hipofisis anterior. Penurunan FSH menghambat perkembangan
folikel yang mencegah peningkatan kadar estradiol. Negative feedback dari
progesteron dan sedikitnya positive feedback dari estradiol pada pengeluaran LH
mencegah peningkatan LH. Inhibisi perkembangan folikel dan tidak adanya LH
akan mencegah ovulasi. Selain itu, DMPA juga bisa menyebabkan lendir serviks
bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri.
Inhibisi dari fungsi ovarium selama penggunaan DMPA menyebabkan endometrium
menjadi tipis dan atropik. Perubahan ini secara teoritis dapat mencegah
implantasi.2,13
3) Waktu Pemberian dan Dosis
DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intragluteal atau intradeltoid.
Injeksi pertama diberikan pada hari kelima siklus haid dengan tujuan untuk menyingkirkan
bahwa wanita tersebut sedang tidak hamil. Suntikan berikutnya diberikan setiap 90 hari,
tidak perduli, apakah wanita tersebut haid atau tidak. DMPA dapat segera diberikan segera
setelah melahirkan, tanpa takut mempengaruhi produksi ASI dan tanpa mengganggu
involusio uteri. Untuk program postpartum, DMPA disuntikkan sebelum ibu meninggalkan
rumah sakit; sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai ke-
5. DMPA disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc.2,12
Indikasi pemakaian DMPA antara lain jika klien menghendaki pemakaian kontrasepsi
jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum
siap untuk kontrasepsi mantap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki
tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan senggama, atau klien
dengan kontraindikasi pemakaian estrogen, dan klien yang sedang menyusui.12
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontraindikasi pemakaian
suntikan DMPA. Ibu dikatakan tidak boleh menggunakan kontrasepsi DMPA jika hamil
atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, dan menderita diabetes mellitus disertai komplikasi.12
4) Efek Samping
Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau
perarahan bercak (spotting), dan tidak haid sama sekali. Selain itu juga seringkali
berat badan bertambah rata-rata 2,3-2,9 kg setiap tahun, terlambatnya kembali
kesuburan setelah penghentian pemakaian, terjadi perubahan lipid serum pada
penggunaan jangka panjang, menurunkan kepadatan tulang, dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, dan
menimbulkan jerawat.1,15
5) Pengaruh Progestogen Terhadap Peningkatan Berat Badan
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi massa tubuh. Faktor-faktor itu dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor-faktor hereditas seperti
gen, regulasi termis, dan metabolisme. Faktor eksternal mencakup aktivitas fisik, dan
asupan makanan.8
a. Faktor internal
Faktor internal yang bertanggung jawab terhadap massa tubuh adalah suatu faktor
yang tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh orang-orang yang melakukan diet.
i. Faktor genetik
Penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Medis Universitas Boston menemukan bahwa
gen bernama INSIG2 bertanggung jawab terhadap obesitas. Gen INSIG2 bertanggung
jawab dalam sintesis asam lemak dan kolesterol. Beberapa produk protein dari varian
gen INSIG2 memiliki daya inhibisi yang rendah sehingga orang-orang dengan varian
gen ini akan cenderung lebih banyak menumpuk lemak di dalam tubuhnya. Sekitar
satu dari sepuluh orang (10%) diduga membawa varian gen ini.
ii. Manusia pada dasarnya adalah makhluk berdarah panas yang menghabiskan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Selain membutuhkan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya (rata-rata 37 oC), sejumlah energi juga diperlukan untuk mempertahankan aktivitas organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru. Energi yang diperlukan ini berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.
iii. MetabolismeMetabolisme secara singkat adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Metabolisme lemak merupakan salah satu
faktor penentu dalam diet. Seseorang dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan massa otot di dalam tubuh. Ketika massa otot meningkat, metabolism makanan akan meningkat. Proses ini akan meningkatkan nilai BMR (basal metabolic rate) dan kebutuhan kalori.
b. Faktor Eksternal Dua faktor eksternal yang sangat dominan adalah aktivitas fisik dan
asupan nutrisi. Seseorang dapat dengan mudah mengurangi berat badannya tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan pembakar lemak dan semacamnya dengan meningkatkan aktivitas serta mengurangi asupan makanan ke dalam tubuhnya.i. Aktivitas Fisik
Untuk melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan sejumlah energi. Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak cukup, maka energi diperoleh dari hasil pemecahan lemak di dalam tubuh.
ii. Asupan NutrisiBerat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara membatasi asupan nutrisi. Faktor pengali untuk energi yang umum diterima oleh banyak orang adalah sebagai berikut: 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal. Dengan menjumlahkan nilai BMR dengan kebutuhan kalori peraktivitas, seseorang dapat dengan mudah memprediksi hasil dietnya.Peningkatan berat badan terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung energi yang
melebihi kebutuhan yang bersangkutan (positive energy balance). Peningkatan berat badan
dapat berupa hasil meningkatnya jumlah cairan di dalam tubuh (peningkatan berat basah),
massa otot, ataupun karena adanya penumpukkan lemak.16
Peningkatan berat badan adalah efek samping yang paling sering dikeluhkan
oleh akseptor kontrasepsi suntik DMPA. DMPA mempermudah perubahan
karbohidrat menjadi lemak sehingga lemak bawah kulit bertambah. Progesteron
dalam DMPA memiliki efek metabolik sehubungan dengan salah satu sifat
progesteron yang mempunyai ikatan reseptor yang relatif kuat terhadap reseptor
glukokortikoid dan aldosteron (mineralokortikoid). Khasiat glukokortikoid ini baru
akan terlihat pada pemberian dosis tinggi. Glukokortikoid adalah hormon steroid
yang mempunyai efek pada metabolisme karbohidrat dan protein. Progesteron akan
mengaktifkan reseptor dan meningkatkan aktifitas glukokortikoid sehingga terjadi
peningkatan katabolisme protein serta glikogenesis dan glukoneogenesis di hepar,
sehingga sering kali efek samping yang timbul adalah penumpukan lemak karena
pembentukan lemak di beberapa jaringan tubuh yang berlangsung lebih cepat
daripada mobilisasinya dan oksidasinya. Peningkatan aktifitas glukokortikoid
menyebabkan peningkatan sekresi hormon kortisol dimana kortisol dapat
merangsang proses glukoneogenesis (pembentukan karbohidrat dari protein dan
beberapa zat lain) di hati. Salah satu efek peningkatan glukoneogenesis adalah
sangat meningkatnya penyimpanan glikogen dalam sel-sel hati (glikogenesis). Bila
glukosa tidak segera dibutuhkan untuk energi, glukosa ekstra yang masuk secara
kontinu ke dalam sel akan disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak.
Bila sel penyimpan glikogen (terutama sel hati dan otot) mendekati saturasi
glikogen, glukosa tambahan akan diubah menjadi lemak di sel hati dan sel lemak
serta disimpan sebagai lemak di dalam sel lemak.1,7,17
Selain dikarenakan adanya penumpukan lemak, peningkatan berat badan yang
terjadi pada akseptor kontrasepsi suntikan DMPA juga bisa disebabkan oleh adanya
penambahan berat basah. Aldosteron adalah hormon yang berperan dalam
meningkatkan reabsorpsi natrium dari urine, keringat, air ludah, dan usus besar.
Peningkatan reabsorpsi natrium di ginjal menyebabkan peningkatan cairan ekstrasel
sehingga berat badan pun bertambah karena retensi cairan.7,17
Sedangkan menurut hipotesa para ahli, DMPA merangsang pusat pengendali
nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari
biasanya.18
Defekasi yang sulit dan nyeri
Takut untuk defekasi Massa feses terakumulasi di rektum
Bayi terbiasa menahan defekasi
Konstipasi fungsional
Susu Formula dan Konstipasi
Konstipasi adalah pelannya pergerakan feses melalui kolon, dan sering disebabkan
oleh sejumlah besar feses yang kering karena absorpsi cairan yang berlebihan.
Kelainan patologi apapun pada usus yang menghambat peristaltik usus, seperti tumor,
perlekatan yang menyempitkan usus, atau ulkus, dapat menyebabkan konstipasi.
Konstipasi fungsional paling sering disebabkan oleh kebiasaan buang air besar yang
tidak teratur, yang berkembang selama masa kehidupan akibat penghambatan reflex
defekasi normal. Konstipasi pada anak banyak terjadi setelah anak mengalami
defekasi yang menyakitkan kemudian mereka mulai untuk mempertahankan feses
agar tidak defekasi karena mereka takut jika terasa sakit. Patofisiologi ini terangkum
pada bagan 2.
Bagan 2. Patofisiologi konstipasi fungsional13
Penatalaksanaan pemeliharaan13
Jenis obat Usia Dosis
Osmotics
- Magnesium
hydroxide
- Laktulosa atau
sorbitol
> 1 bulan
> 1 bulan
1-3 ml/kg/hari dalam 1-2 dosis
1-3 ml/kg/hari dalam 1-2 dosis
AnamnesisPemeriksaan fisikOccult blood (bila terindikasi)
Apakah pengeluaran mekonium terlambat ?Biopsy rektal
Penyakit Hirscshprung
Sweat test Surgical
Evaluasi lebih lanjutKonsultasi spesialis
Apakah ada tanda-tanda red flags?Demam, muntah, diare berdarah, gagal tumbuh, stenosis ani, impaksi, distensi ?
Mendapat ASI eksklusif > 2 minggu ?
Kemungkinan normalKonstipasi Fungsional
Treatment :Edukasi
diet
Treatment efektif atau tidak ?
Obat-obatan :Laktulosa / sorbitolEkstrak gandumSirup jagungGliserin suppositori
Treatment efektif atau tidak ?
ya
ya
ya
ya
ya
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
- Polietilen glikol
3350 tanpa
elektrolit
> 1 bulan 0.7 g/kg/hari daam 1-2 dosis
Lubrikan
- Mineral oil > 12 bulan 1-3 ml/kg/hari dalam 1-2 dosis
Algoritma penatalaksanaan konstipasi terdapat pada bagan 3.
Bagan 3. Algoritma penatalaksanaan konstipasi pada anak usia < 1 tahun1
Konstipasi: Tertunda / sulit defekasi selama > 2minggu
Reassessment Nilai kepatuhanRe-edukasi
Maintenance treatment
RelapsTreatment efektif atau tidak?
Periksa T4, TSH, Kalsium, antibody celiac disease, sweat test- Henti pengobatan
- observasi
Abnormal T4, TSH, Ca ?
Konsultasi dengan gastroenterology anak
Evaluasi lebih lanjut
Apakah penatalaksanaan sebelumnya sesuai ?Tatalaksana lebih ketat
Treatment efektif atau tidak?Periksa T4, TSH, Kalsium, antibody celiac disease, sweat test(bila belum dikerjakan)
Hirschsprung disease ?
Rektal manometri dan atau biopsi rektal
Positif Hirschsprung disease ?Surgical
Pemeriksaan penunjang lainBarium enema, MRI, pemeriksaan metabolik Abnormal ?
Re-evaluasi
Tatalaksana sesuai kelainan
ya
ya
ya
ya
ya
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidaktidak
tidak
ya
Kandungan ASI
Kandungan protein ASI sekitar 0,8-0,9 g/dL, 80% diantaranya berupa protein
whey yang lebih mudah dicerna daripada protein kasein (protein susu sapi).
Konsentrasi protein whey ASI akan menurun bertahap sejak awal menyusui.
Penurunan konsentrasi ini menyebabkan perubahan rasio protein whey : kasein dari
90:10 pada hari pertama menyusui menjadi 55:45 pada saat ASI matur. Protein ASI
juga mengandung laktalbumin alfa, suatu komponen enzim yang penting dalam
mensintesis laktosa.16,17
Sumber energi utama bayi adalah lemak, sekitar 50% kalori ASI berasal dari
lemak. Kandungan lemak ASI sekitar 3-5 g/dL yang terdiri dari triggliserida, asam
lemak jenuh dan tak jenuh.16 Selain energi dari lemak, laktosa yang merupakan
disakarida terbanyak juga menyumbang 40% kebutuhan energi dalam ASI. ASI
mengandung lebih dari 130 jenis oligosakarida dengan konsentrasi 15-23 g/L pada
kolustrum dan 8-12 g/L pada ASI transisi dan ASI matur berperan dalam
meningkatkan absorpsi ion kalsium dan besi serta merangsang pertumbuhan koloni
Lactobacillus.
Kandungan vitamin dan mikronutrien pada ASI bervariasi tergantung pada
diet ibu. Kandungan mineral ASI lebih rendah daripada susu formula namun aktivitas
biologisnya tinggi sehingga daya absorpsinya juga tinggi. Seperti tingkat absorpsi besi
dalam ASI hingga 70% sedangkan susu formula hanya 10%.17
2.2.3. Pola defekasi bayi yang mendapat ASI
Pola defekasi anak dipengaruhi oleh faktor organik (fungsi organ dan sistem
serabut syaraf ) dan pola makanan serta usianya. Pola makan sangat berperan pada
fungsi organ dan sistem saraf. Frekuensi defekasi pada bayi baru lahir lebih sering
dibandingkan dengan anak yang lebih tua usianya. Hal ini disebabkan oleh beberapa
organ dan enzim yang berperan dalam proses pencernaan zat makanan (karbohidrat,
lemak, dan protein) belum berfungsi secara optimal. Aktivitas enzim ini akan
bertambah sesuai dengan bertambahnya usia. Aktivitas amilase yang optimal akan
tercapai pada usia 12 bulan, lipase mencapai kadar seperti orang dewasa pada usia 24
bulan, sedangkan aktivitas tripsin pada bayi baru lahir sudah sama dengan orang
dewasa. 17
Aktivitas laktase meningkat pada trimester ketiga kehamilan dan mencapai
puncaknya beberapa minggu setelah lahir. Bayi normal lebih mudah mencerna dan
menyerap lemak yang berasal dari ASI dibandingkan lemak susu sapi atau susu
formula, disebabkan ASI mengandung lipase. ASI juga mengandung amilase dan
protease, oleh karena itu sangat penting dan bermanfaat untuk tetap memberikan ASI
pada bayi. Bayi baru lahir umumnya mempunyai aktivitas laktase yang belum optimal
sehingga kemampuan menghidrolisis laktosa yang terkandung di dalam ASI maupun
susu formula juga terbatas. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
osmolaritas di dalam lumen usus halus yang mengakibatkan peningkatan frekuensi
defekasinya.17
Oligosakarida yang terkandung didalam ASI memberi efek osmotik pada usus
yang meningkatkan kandungan air dalam feses. Peningkatan kandungan air dalam
feses ini akan mempengaruhi motilitas usus dan merangsang peristaltis kolon
sehingga feses menjadi lebih lunak dan frekuensi defekasi lebih sering. Hormon
motilin, suatu hormon polisakarida yang disekresi oleh sel enterokromatin usus, juga
terbukti dapat membantu meningkatkan motilitas usus sehingga meningkatkan
frekuensi defekasi. Hal ini yang membuat frekuensi defekasi pada bayi usia muda
lebih sering.17
Bayi yang mendapat ASI, kolostrum berperan sebagai laksatif alami yang
membantu mendorong mekonium keluar dari tubuh. Kolostrum mulai diproduksi pada
akhir kehamilan dan tetap bertahan hingga empat hari setelah kelahiran. Selanjutnya
kolostrum akan diganti oleh ASI peralihan yang berlangsung selama 7-14 hari, pada
saat ini warna tinja berubah menjadi coklat dan tidak lagi lengket sehingga bila
mengenai kulit mudah dibersihkan. Saat ASI transisi berubah menjadi ASI matur,
warna feses cenderung berubah menjadi kuning dengan konsistensi lunak.17
2.3.2. Kandungan susu formula
Susu formula mengandung lipid yang berbeda dengan kandungan lipid pada
ASI. Asam palmitat susu formula ditemukan 88-94% pada posisi sn-1 dan sn-3
molekul triasigliserol, sedangkan pada ASI 70-85% asam palmitat berada pada posisi
sn-2. Lipolisis dari triasigliserol oleh enzim lipase pankreas secara predominan pada
posisi sn-1 dan sn-3, enghasilkan asam lemak bebas dan 2-monoasigliserol.
Selanjutnya asam palmitat bebas akan menjadi bentuk sabun asam lemak kalsium
yang diekskresikan melalui feses dan menjadi bentuk feses yang keras.17
Susu formula yang ditambahkan kandungan palm dan palm olein bertujuan
untuk menambah kadar asam palmitat sehingga sama dengan ASI. Namun distribusi
asam lemak yang tersaturasi rantai panjang dalam trigliserida minyak nabati susu
formula ini adalah pada posisi sn-1 dan sn-3, berbeda dengan ASI yang terdapat pada
posisi sn-2. Konsekuensinya adalah terjadinya penyabunan kalsium sehingga
meningkatkan kekerasan konsistensi feses.17
Laktosa merupakan salah satu komponen karbohidrat yang terkandung dalam
semua jenis susu dan produk olahannya, termasuk dalam ASI, susu sapi, susu
kambing dan susu formula. Kandungan laktosa dalam susu formula lebih rendah
dibandingkan dengan ASI. Pemberian susu formula pada bayi dengan defisiensi
enzim laktase akan menyebabkan laktosa tidak akan diabsorpsi sehingga
menimbulkan keluhan kram perut, kembung, flatulensi, muntah, dan diare. Bayi
tersebut harus diberikan susu formula dengan kadar laktosa rendah atau susu formula
bebas laktosa.17
Prebiotik dalam susu formula, terutama dari golongan galaktooligosakarida
dan inulin, dibuat dengan hidrolisis polisakarida atau melalui generasi enzimik.
Penambahan prebiotik ke dalam susu formula dapat meingkatkan bakteri
menguntungkan pada saluran cerna menyerupai bayi yang mendapatkan ASI.
Pemberian galaktooligosakarida dan fruktooligosakarida dengan konsentrasi 0,8 g/dl
dalam susu formula merangsang pertumbuhan Bifidobacteria lebih banyak daripada
konsentrasi Fruktooligosakarida 0,4 g/dl. Pemberian oligosakarida menyebabkan
konsistensi feses lebih lunak dan meningkatkan frekuensi defekasi, namun efek ini
tergantung pada dosis pemberian. Komisi Eropa merekomendasiakn pemakaian
prebiotik pada susu formula sebesar 0,8 g/100 ml dengan kombinasi GOS:FOS=9:1.17
2.3.3. Pola defekasi bayi yang mendapat susu formula
Bayi yang mendapat pengganti ASI (PASI), feses yang terbentuk biasanya
lebih kental dan warnanya lebih kehijauan. Bayi yang mendapat PASI, frekuensi
defekasinya lebih sedikit dibandingkan bayi yang mendapat ASI. Penurunan frekuensi
defekasi juga dihubungkan dengan peningkatan waktu singgah makanan di dalam
saluran cerna. Waktu singgah makanan di saluran cerna meningkat secara bermakna
sesuai dengan bertambahnya usia.17
Penelitian yang membandingkan konsistensi feses bayi dengan susu formula
dan ASI eksklusif menunjukkan lebih dari 75% bayi yang diberi ASI eksklusif
mempunyai feses yang lunak. Feses bayi susu formula lebih keras dibandingkan bayi
yang diberi ASI karena mempunyai kadar mineral dan lipid yang lebih tinggi, serta
kadar prebiotik yang lebih rendah. Perbedaan terletak pada asam lemak susu formula
yang diekskresikan sebagai sabun asam lemak kalsium. Sabun asam lemak ini
tersaturasi yang terdapat pada hampir sepertiga berat feses dan berkorelasi dengan
kerasnya konsistensi feses. Keadaan ini menyebabkan kecenderungan untuk terjadi
konstipasi pada bayi susu formula dibandingkan dengan bayi yang minum ASI.17
Bayi yang mendapat susu formula dengan penambahan prebiotik atau
probiotik mempunyai feses yang lebih lunak dan mirip dengan bayi yang diberi ASI
dibandingkan susu formula tanpa tambahan. Pernyataan yang dikutip dari ESPGHAN
(2004) yaitu galaktooligosakarida/FOS dalam susu formula dengan konsentrasi 0,8
g/dl tetap tidak dicerna saat masuk saluran cerna, seperti yang terjadi pada
oligosakarida dalam ASI. Hal ini menyebabkan konsistensi feses lebih lunak dan
meningkatkan frekuensi defekasi. Susu formula dengan predominan protein whey
memiliki beberapa keuntungan antara lain membuat bentuk susu menjadi lebih lembut
dan mudah dicerna dibandingkan susu formula dengan predominan protein kasein,
sehingga kecepatan pengosongan lambung menjadi lebih cepat menyerupai yang
terjadi pada bayi ASI.17