print

18
Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntikan Depo Medroksi Progresteron Asetat dan Kenaikan Berat Badan Depo medroksiprogesteron asetat ialah 6-alfa- medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat efektif. Progesteron merupakan progestin yang paling penting. Pada wanita normal yang tidak hamil, progesteron disekresi dalam jumlah cukup banyak hanya selama separuh akhir dari setiap siklus ovarium. Progesteron disintesis di dalam ovarium terutama dari kolesterol yang berasal dari darah,juga,walaupun dalam jumlah kecil, diperoleh dari asetil koenzim A, suatu molekul multipel yang dapat berkombinasi untuk membentuk inti steroid yang tepat. 2,1 Medroksiprogesteron asetat (MPA) memiliki khasiat antiandrogen melalui penghambatan aktifitas enzim 5-α- reduktase, sehingga terjadi penurunan kadar testosteron serum. Pada penggunaan MPA tidak perlu ditakuti terjadinya efek maskulinisasi baik pada ibu maupun pada bayi dalam kandungan. Pada penggunaan MPA tidak dijumpai penurunan estradiol serum yang berarti. Penurunan yang terjadi masih dalam batas-batas normal untuk fase folikuler. Hal ini membuktikan bahwa MPA menekan ovulasi tanpa mengganggu fungsi ovarium dan sintesis steroid seks. 7 1) Farmakokinetik

Upload: winny-herya-utami

Post on 10-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

asi

TRANSCRIPT

Page 1: Print

Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntikan Depo Medroksi Progresteron Asetat dan Kenaikan Berat Badan

Depo medroksiprogesteron asetat ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang

digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesteron yang

kuat dan sangat efektif. Progesteron merupakan progestin yang paling penting. Pada

wanita normal yang tidak hamil, progesteron disekresi dalam jumlah cukup banyak

hanya selama separuh akhir dari setiap siklus ovarium. Progesteron disintesis di

dalam ovarium terutama dari kolesterol yang berasal dari darah,juga,walaupun

dalam jumlah kecil, diperoleh dari asetil koenzim A, suatu molekul multipel yang

dapat berkombinasi untuk membentuk inti steroid yang tepat.2,1

Medroksiprogesteron asetat (MPA) memiliki khasiat antiandrogen melalui

penghambatan aktifitas enzim 5-α-reduktase, sehingga terjadi penurunan kadar

testosteron serum. Pada penggunaan MPA tidak perlu ditakuti terjadinya efek

maskulinisasi baik pada ibu maupun pada bayi dalam kandungan. Pada penggunaan

MPA tidak dijumpai penurunan estradiol serum yang berarti. Penurunan yang

terjadi masih dalam batas-batas normal untuk fase folikuler. Hal ini membuktikan

bahwa MPA menekan ovulasi tanpa mengganggu fungsi ovarium dan sintesis

steroid seks.7

1) Farmakokinetik

Progesteron cepat diabsorbsi setelah pemberian dengan cara apapun. Waktu

paruhnya dalam plasma kira-kira 5 menit, dan sejumlah kecil disimpan sementara di

dalam lemak badan. Progesteron dimetabolisme hampir lengkap pada satu jalan

melalui hati, dan dengan alasan ini progesteron tidak efektif bila diberikan per

oral.13 Medroksiprogesteron asetat intramuskular memiliki masa kerja empat sampai

dua belas minggu. Kebanyakan preparat ini dimetabolisme menjadi produk yang

tidak aktif yang terutama diekskresikan melalui urin.14

2) Mekanisme Kerja

DMPA bekerja dengan cara menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan

menekan pembentukan Releasing Factor dari hipotalamus. Progesteron

menurunkan frekuensi keluaran gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang

Page 2: Print

menurunkan pengeluaran follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing

hormone (LH) oleh hipofisis anterior. Penurunan FSH menghambat perkembangan

folikel yang mencegah peningkatan kadar estradiol. Negative feedback dari

progesteron dan sedikitnya positive feedback dari estradiol pada pengeluaran LH

mencegah peningkatan LH. Inhibisi perkembangan folikel dan tidak adanya LH

akan mencegah ovulasi. Selain itu, DMPA juga bisa menyebabkan lendir serviks

bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri.

Inhibisi dari fungsi ovarium selama penggunaan DMPA menyebabkan endometrium

menjadi tipis dan atropik. Perubahan ini secara teoritis dapat mencegah

implantasi.2,13

3) Waktu Pemberian dan Dosis

DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intragluteal atau intradeltoid.

Injeksi pertama diberikan pada hari kelima siklus haid dengan tujuan untuk menyingkirkan

bahwa wanita tersebut sedang tidak hamil. Suntikan berikutnya diberikan setiap 90 hari,

tidak perduli, apakah wanita tersebut haid atau tidak. DMPA dapat segera diberikan segera

setelah melahirkan, tanpa takut mempengaruhi produksi ASI dan tanpa mengganggu

involusio uteri. Untuk program postpartum, DMPA disuntikkan sebelum ibu meninggalkan

rumah sakit; sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai ke-

5. DMPA disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc.2,12

Indikasi pemakaian DMPA antara lain jika klien menghendaki pemakaian kontrasepsi

jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum

siap untuk kontrasepsi mantap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki

tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan senggama, atau klien

dengan kontraindikasi pemakaian estrogen, dan klien yang sedang menyusui.12

Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontraindikasi pemakaian

suntikan DMPA. Ibu dikatakan tidak boleh menggunakan kontrasepsi DMPA jika hamil

atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat

menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker payudara atau

riwayat kanker payudara, dan menderita diabetes mellitus disertai komplikasi.12

4) Efek Samping

Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau

memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau

perarahan bercak (spotting), dan tidak haid sama sekali. Selain itu juga seringkali

Page 3: Print

berat badan bertambah rata-rata 2,3-2,9 kg setiap tahun, terlambatnya kembali

kesuburan setelah penghentian pemakaian, terjadi perubahan lipid serum pada

penggunaan jangka panjang, menurunkan kepadatan tulang, dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, dan

menimbulkan jerawat.1,15

5) Pengaruh Progestogen Terhadap Peningkatan Berat Badan

Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada

tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi massa tubuh. Faktor-faktor itu dikelompokkan menjadi dua,

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor-faktor hereditas seperti

gen, regulasi termis, dan metabolisme. Faktor eksternal mencakup aktivitas fisik, dan

asupan makanan.8

a. Faktor internal

Faktor internal yang bertanggung jawab terhadap massa tubuh adalah suatu faktor

yang tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh orang-orang yang melakukan diet.

i. Faktor genetik

Penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Medis Universitas Boston menemukan bahwa

gen bernama INSIG2 bertanggung jawab terhadap obesitas. Gen INSIG2 bertanggung

jawab dalam sintesis asam lemak dan kolesterol. Beberapa produk protein dari varian

gen INSIG2 memiliki daya inhibisi yang rendah sehingga orang-orang dengan varian

gen ini akan cenderung lebih banyak menumpuk lemak di dalam tubuhnya. Sekitar

satu dari sepuluh orang (10%) diduga membawa varian gen ini.

ii. Manusia pada dasarnya adalah makhluk berdarah panas yang menghabiskan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Selain membutuhkan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya (rata-rata 37 oC), sejumlah energi juga diperlukan untuk mempertahankan aktivitas organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru. Energi yang diperlukan ini berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.

iii. MetabolismeMetabolisme secara singkat adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Metabolisme lemak merupakan salah satu

Page 4: Print

faktor penentu dalam diet. Seseorang dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan massa otot di dalam tubuh. Ketika massa otot meningkat, metabolism makanan akan meningkat. Proses ini akan meningkatkan nilai BMR (basal metabolic rate) dan kebutuhan kalori.

b. Faktor Eksternal Dua faktor eksternal yang sangat dominan adalah aktivitas fisik dan

asupan nutrisi. Seseorang dapat dengan mudah mengurangi berat badannya tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan pembakar lemak dan semacamnya dengan meningkatkan aktivitas serta mengurangi asupan makanan ke dalam tubuhnya.i. Aktivitas Fisik

Untuk melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan sejumlah energi. Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak cukup, maka energi diperoleh dari hasil pemecahan lemak di dalam tubuh.

ii. Asupan NutrisiBerat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara membatasi asupan nutrisi. Faktor pengali untuk energi yang umum diterima oleh banyak orang adalah sebagai berikut: 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal. Dengan menjumlahkan nilai BMR dengan kebutuhan kalori peraktivitas, seseorang dapat dengan mudah memprediksi hasil dietnya.Peningkatan berat badan terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung energi yang

melebihi kebutuhan yang bersangkutan (positive energy balance). Peningkatan berat badan

dapat berupa hasil meningkatnya jumlah cairan di dalam tubuh (peningkatan berat basah),

massa otot, ataupun karena adanya penumpukkan lemak.16

Peningkatan berat badan adalah efek samping yang paling sering dikeluhkan

oleh akseptor kontrasepsi suntik DMPA. DMPA mempermudah perubahan

karbohidrat menjadi lemak sehingga lemak bawah kulit bertambah. Progesteron

dalam DMPA memiliki efek metabolik sehubungan dengan salah satu sifat

progesteron yang mempunyai ikatan reseptor yang relatif kuat terhadap reseptor

glukokortikoid dan aldosteron (mineralokortikoid). Khasiat glukokortikoid ini baru

akan terlihat pada pemberian dosis tinggi. Glukokortikoid adalah hormon steroid

yang mempunyai efek pada metabolisme karbohidrat dan protein. Progesteron akan

Page 5: Print

mengaktifkan reseptor dan meningkatkan aktifitas glukokortikoid sehingga terjadi

peningkatan katabolisme protein serta glikogenesis dan glukoneogenesis di hepar,

sehingga sering kali efek samping yang timbul adalah penumpukan lemak karena

pembentukan lemak di beberapa jaringan tubuh yang berlangsung lebih cepat

daripada mobilisasinya dan oksidasinya. Peningkatan aktifitas glukokortikoid

menyebabkan peningkatan sekresi hormon kortisol dimana kortisol dapat

merangsang proses glukoneogenesis (pembentukan karbohidrat dari protein dan

beberapa zat lain) di hati. Salah satu efek peningkatan glukoneogenesis adalah

sangat meningkatnya penyimpanan glikogen dalam sel-sel hati (glikogenesis). Bila

glukosa tidak segera dibutuhkan untuk energi, glukosa ekstra yang masuk secara

kontinu ke dalam sel akan disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak.

Bila sel penyimpan glikogen (terutama sel hati dan otot) mendekati saturasi

glikogen, glukosa tambahan akan diubah menjadi lemak di sel hati dan sel lemak

serta disimpan sebagai lemak di dalam sel lemak.1,7,17

Selain dikarenakan adanya penumpukan lemak, peningkatan berat badan yang

terjadi pada akseptor kontrasepsi suntikan DMPA juga bisa disebabkan oleh adanya

penambahan berat basah. Aldosteron adalah hormon yang berperan dalam

meningkatkan reabsorpsi natrium dari urine, keringat, air ludah, dan usus besar.

Peningkatan reabsorpsi natrium di ginjal menyebabkan peningkatan cairan ekstrasel

sehingga berat badan pun bertambah karena retensi cairan.7,17

Sedangkan menurut hipotesa para ahli, DMPA merangsang pusat pengendali

nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari

biasanya.18

Page 6: Print

Defekasi yang sulit dan nyeri

Takut untuk defekasi Massa feses terakumulasi di rektum

Bayi terbiasa menahan defekasi

Konstipasi fungsional

Susu Formula dan Konstipasi

Konstipasi adalah pelannya pergerakan feses melalui kolon, dan sering disebabkan

oleh sejumlah besar feses yang kering karena absorpsi cairan yang berlebihan.

Kelainan patologi apapun pada usus yang menghambat peristaltik usus, seperti tumor,

perlekatan yang menyempitkan usus, atau ulkus, dapat menyebabkan konstipasi.

Konstipasi fungsional paling sering disebabkan oleh kebiasaan buang air besar yang

tidak teratur, yang berkembang selama masa kehidupan akibat penghambatan reflex

defekasi normal. Konstipasi pada anak banyak terjadi setelah anak mengalami

defekasi yang menyakitkan kemudian mereka mulai untuk mempertahankan feses

agar tidak defekasi karena mereka takut jika terasa sakit. Patofisiologi ini terangkum

pada bagan 2.

Bagan 2. Patofisiologi konstipasi fungsional13

Penatalaksanaan pemeliharaan13

Jenis obat Usia Dosis

Osmotics

- Magnesium

hydroxide

- Laktulosa atau

sorbitol

> 1 bulan

> 1 bulan

1-3 ml/kg/hari dalam 1-2 dosis

1-3 ml/kg/hari dalam 1-2 dosis

Page 7: Print

AnamnesisPemeriksaan fisikOccult blood (bila terindikasi)

Apakah pengeluaran mekonium terlambat ?Biopsy rektal

Penyakit Hirscshprung

Sweat test Surgical

Evaluasi lebih lanjutKonsultasi spesialis

Apakah ada tanda-tanda red flags?Demam, muntah, diare berdarah, gagal tumbuh, stenosis ani, impaksi, distensi ?

Mendapat ASI eksklusif > 2 minggu ?

Kemungkinan normalKonstipasi Fungsional

Treatment :Edukasi

diet

Treatment efektif atau tidak ?

Obat-obatan :Laktulosa / sorbitolEkstrak gandumSirup jagungGliserin suppositori

Treatment efektif atau tidak ?

ya

ya

ya

ya

ya

ya

tidak

tidak

tidak

tidak

tidak

tidak

tidak

- Polietilen glikol

3350 tanpa

elektrolit

> 1 bulan 0.7 g/kg/hari daam 1-2 dosis

Lubrikan

- Mineral oil > 12 bulan 1-3 ml/kg/hari dalam 1-2 dosis

Algoritma penatalaksanaan konstipasi terdapat pada bagan 3.

Bagan 3. Algoritma penatalaksanaan konstipasi pada anak usia < 1 tahun1

Konstipasi: Tertunda / sulit defekasi selama > 2minggu

Page 8: Print

Reassessment Nilai kepatuhanRe-edukasi

Maintenance treatment

RelapsTreatment efektif atau tidak?

Periksa T4, TSH, Kalsium, antibody celiac disease, sweat test- Henti pengobatan

- observasi

Abnormal T4, TSH, Ca ?

Konsultasi dengan gastroenterology anak

Evaluasi lebih lanjut

Apakah penatalaksanaan sebelumnya sesuai ?Tatalaksana lebih ketat

Treatment efektif atau tidak?Periksa T4, TSH, Kalsium, antibody celiac disease, sweat test(bila belum dikerjakan)

Hirschsprung disease ?

Rektal manometri dan atau biopsi rektal

Positif Hirschsprung disease ?Surgical

Pemeriksaan penunjang lainBarium enema, MRI, pemeriksaan metabolik Abnormal ?

Re-evaluasi

Tatalaksana sesuai kelainan

ya

ya

ya

ya

ya

ya

tidak

tidak

tidak

tidak

tidaktidak

tidak

ya

Page 9: Print

Kandungan ASI

Kandungan protein ASI sekitar 0,8-0,9 g/dL, 80% diantaranya berupa protein

whey yang lebih mudah dicerna daripada protein kasein (protein susu sapi).

Konsentrasi protein whey ASI akan menurun bertahap sejak awal menyusui.

Penurunan konsentrasi ini menyebabkan perubahan rasio protein whey : kasein dari

90:10 pada hari pertama menyusui menjadi 55:45 pada saat ASI matur. Protein ASI

juga mengandung laktalbumin alfa, suatu komponen enzim yang penting dalam

mensintesis laktosa.16,17

Sumber energi utama bayi adalah lemak, sekitar 50% kalori ASI berasal dari

lemak. Kandungan lemak ASI sekitar 3-5 g/dL yang terdiri dari triggliserida, asam

lemak jenuh dan tak jenuh.16 Selain energi dari lemak, laktosa yang merupakan

disakarida terbanyak juga menyumbang 40% kebutuhan energi dalam ASI. ASI

mengandung lebih dari 130 jenis oligosakarida dengan konsentrasi 15-23 g/L pada

kolustrum dan 8-12 g/L pada ASI transisi dan ASI matur berperan dalam

meningkatkan absorpsi ion kalsium dan besi serta merangsang pertumbuhan koloni

Lactobacillus.

Kandungan vitamin dan mikronutrien pada ASI bervariasi tergantung pada

diet ibu. Kandungan mineral ASI lebih rendah daripada susu formula namun aktivitas

biologisnya tinggi sehingga daya absorpsinya juga tinggi. Seperti tingkat absorpsi besi

dalam ASI hingga 70% sedangkan susu formula hanya 10%.17

2.2.3. Pola defekasi bayi yang mendapat ASI

Pola defekasi anak dipengaruhi oleh faktor organik (fungsi organ dan sistem

serabut syaraf ) dan pola makanan serta usianya. Pola makan sangat berperan pada

fungsi organ dan sistem saraf. Frekuensi defekasi pada bayi baru lahir lebih sering

dibandingkan dengan anak yang lebih tua usianya. Hal ini disebabkan oleh beberapa

organ dan enzim yang berperan dalam proses pencernaan zat makanan (karbohidrat,

lemak, dan protein) belum berfungsi secara optimal. Aktivitas enzim ini akan

bertambah sesuai dengan bertambahnya usia. Aktivitas amilase yang optimal akan

Page 10: Print

tercapai pada usia 12 bulan, lipase mencapai kadar seperti orang dewasa pada usia 24

bulan, sedangkan aktivitas tripsin pada bayi baru lahir sudah sama dengan orang

dewasa. 17

Aktivitas laktase meningkat pada trimester ketiga kehamilan dan mencapai

puncaknya beberapa minggu setelah lahir. Bayi normal lebih mudah mencerna dan

menyerap lemak yang berasal dari ASI dibandingkan lemak susu sapi atau susu

formula, disebabkan ASI mengandung lipase. ASI juga mengandung amilase dan

protease, oleh karena itu sangat penting dan bermanfaat untuk tetap memberikan ASI

pada bayi. Bayi baru lahir umumnya mempunyai aktivitas laktase yang belum optimal

sehingga kemampuan menghidrolisis laktosa yang terkandung di dalam ASI maupun

susu formula juga terbatas. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan

osmolaritas di dalam lumen usus halus yang mengakibatkan peningkatan frekuensi

defekasinya.17

Oligosakarida yang terkandung didalam ASI memberi efek osmotik pada usus

yang meningkatkan kandungan air dalam feses. Peningkatan kandungan air dalam

feses ini akan mempengaruhi motilitas usus dan merangsang peristaltis kolon

sehingga feses menjadi lebih lunak dan frekuensi defekasi lebih sering. Hormon

motilin, suatu hormon polisakarida yang disekresi oleh sel enterokromatin usus, juga

terbukti dapat membantu meningkatkan motilitas usus sehingga meningkatkan

frekuensi defekasi. Hal ini yang membuat frekuensi defekasi pada bayi usia muda

lebih sering.17

Bayi yang mendapat ASI, kolostrum berperan sebagai laksatif alami yang

membantu mendorong mekonium keluar dari tubuh. Kolostrum mulai diproduksi pada

akhir kehamilan dan tetap bertahan hingga empat hari setelah kelahiran. Selanjutnya

kolostrum akan diganti oleh ASI peralihan yang berlangsung selama 7-14 hari, pada

saat ini warna tinja berubah menjadi coklat dan tidak lagi lengket sehingga bila

mengenai kulit mudah dibersihkan. Saat ASI transisi berubah menjadi ASI matur,

warna feses cenderung berubah menjadi kuning dengan konsistensi lunak.17

2.3.2. Kandungan susu formula

Susu formula mengandung lipid yang berbeda dengan kandungan lipid pada

ASI. Asam palmitat susu formula ditemukan 88-94% pada posisi sn-1 dan sn-3

molekul triasigliserol, sedangkan pada ASI 70-85% asam palmitat berada pada posisi

sn-2. Lipolisis dari triasigliserol oleh enzim lipase pankreas secara predominan pada

Page 11: Print

posisi sn-1 dan sn-3, enghasilkan asam lemak bebas dan 2-monoasigliserol.

Selanjutnya asam palmitat bebas akan menjadi bentuk sabun asam lemak kalsium

yang diekskresikan melalui feses dan menjadi bentuk feses yang keras.17

Susu formula yang ditambahkan kandungan palm dan palm olein bertujuan

untuk menambah kadar asam palmitat sehingga sama dengan ASI. Namun distribusi

asam lemak yang tersaturasi rantai panjang dalam trigliserida minyak nabati susu

formula ini adalah pada posisi sn-1 dan sn-3, berbeda dengan ASI yang terdapat pada

posisi sn-2. Konsekuensinya adalah terjadinya penyabunan kalsium sehingga

meningkatkan kekerasan konsistensi feses.17

Laktosa merupakan salah satu komponen karbohidrat yang terkandung dalam

semua jenis susu dan produk olahannya, termasuk dalam ASI, susu sapi, susu

kambing dan susu formula. Kandungan laktosa dalam susu formula lebih rendah

dibandingkan dengan ASI. Pemberian susu formula pada bayi dengan defisiensi

enzim laktase akan menyebabkan laktosa tidak akan diabsorpsi sehingga

menimbulkan keluhan kram perut, kembung, flatulensi, muntah, dan diare. Bayi

tersebut harus diberikan susu formula dengan kadar laktosa rendah atau susu formula

bebas laktosa.17

Prebiotik dalam susu formula, terutama dari golongan galaktooligosakarida

dan inulin, dibuat dengan hidrolisis polisakarida atau melalui generasi enzimik.

Penambahan prebiotik ke dalam susu formula dapat meingkatkan bakteri

menguntungkan pada saluran cerna menyerupai bayi yang mendapatkan ASI.

Pemberian galaktooligosakarida dan fruktooligosakarida dengan konsentrasi 0,8 g/dl

dalam susu formula merangsang pertumbuhan Bifidobacteria lebih banyak daripada

konsentrasi Fruktooligosakarida 0,4 g/dl. Pemberian oligosakarida menyebabkan

konsistensi feses lebih lunak dan meningkatkan frekuensi defekasi, namun efek ini

tergantung pada dosis pemberian. Komisi Eropa merekomendasiakn pemakaian

prebiotik pada susu formula sebesar 0,8 g/100 ml dengan kombinasi GOS:FOS=9:1.17

2.3.3. Pola defekasi bayi yang mendapat susu formula

Bayi yang mendapat pengganti ASI (PASI), feses yang terbentuk biasanya

lebih kental dan warnanya lebih kehijauan. Bayi yang mendapat PASI, frekuensi

defekasinya lebih sedikit dibandingkan bayi yang mendapat ASI. Penurunan frekuensi

defekasi juga dihubungkan dengan peningkatan waktu singgah makanan di dalam

Page 12: Print

saluran cerna. Waktu singgah makanan di saluran cerna meningkat secara bermakna

sesuai dengan bertambahnya usia.17

Penelitian yang membandingkan konsistensi feses bayi dengan susu formula

dan ASI eksklusif menunjukkan lebih dari 75% bayi yang diberi ASI eksklusif

mempunyai feses yang lunak. Feses bayi susu formula lebih keras dibandingkan bayi

yang diberi ASI karena mempunyai kadar mineral dan lipid yang lebih tinggi, serta

kadar prebiotik yang lebih rendah. Perbedaan terletak pada asam lemak susu formula

yang diekskresikan sebagai sabun asam lemak kalsium. Sabun asam lemak ini

tersaturasi yang terdapat pada hampir sepertiga berat feses dan berkorelasi dengan

kerasnya konsistensi feses. Keadaan ini menyebabkan kecenderungan untuk terjadi

konstipasi pada bayi susu formula dibandingkan dengan bayi yang minum ASI.17

Bayi yang mendapat susu formula dengan penambahan prebiotik atau

probiotik mempunyai feses yang lebih lunak dan mirip dengan bayi yang diberi ASI

dibandingkan susu formula tanpa tambahan. Pernyataan yang dikutip dari ESPGHAN

(2004) yaitu galaktooligosakarida/FOS dalam susu formula dengan konsentrasi 0,8

g/dl tetap tidak dicerna saat masuk saluran cerna, seperti yang terjadi pada

oligosakarida dalam ASI. Hal ini menyebabkan konsistensi feses lebih lunak dan

meningkatkan frekuensi defekasi. Susu formula dengan predominan protein whey

memiliki beberapa keuntungan antara lain membuat bentuk susu menjadi lebih lembut

dan mudah dicerna dibandingkan susu formula dengan predominan protein kasein,

sehingga kecepatan pengosongan lambung menjadi lebih cepat menyerupai yang

terjadi pada bayi ASI.17