prin bu dian
DESCRIPTION
SFDRJTRANSCRIPT
[Type text]
A. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan setelah mahasiswa mengikuti seluruh kegiatan
praktikum.
Penilaian :
Keterangan
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan tapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus = 75 %
PERSONAL HYGIENE
Pemeliharaan kebutuhan fisik diperlukan untuk rasa nyaman, rasa aman
dan perasaan sehat dari individu. Tindakan tersebut meliputi usaha-usaha untuk
memelihara kebersihan personal dan penampilan yang baik. Kebutuhan
kebersihan diri dan lingkungan sangat penting karena akan berdampak pada
proses penyembuhan. Hal ini dapat dilihat pada klien yang mempunyai
lingkungan nyaman dan tenang, klien tersebut akan merasakan kedamaian
sehingga stes yang terdapat pada dirinya akan hilang dengan demikian proses
pemulihan tubuh akan lebih cepat dibandingkan dengan kondisi lingkungan yang
nyaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kebersihan diri:
Gambaran tubuh (penampilan secara umum klien)
Status sosial ekonomi (sumber-sumber ekonomi klien)
Pengetahuan (pengetahuan tentang pentingnya kebersihan dan implikasi
bagi kesehatan)
Budaya (keyakinan budaya, nilai-nilai pribadi dan praktek dalam keluarga
klien)
Kesenangan pribadi (petugas kesehatan sebaiknya memperhatikan
kesukaan klien dalam perawatan diri misalnya waktu dan produk yang
digunakan)
1
Nilai
=
Nilai yang didapat
X
100%
Jumlah aspek yang
dinilai
[Type text]
Macam-macam kebersihan diri:
Mandi
Perawatan oral
Perawatan mata
Perawatan rambut
Back rubs
MEMANDIKAN PASIEN
Definisi
Memandikan pasien merupakan tindakan perawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu mandi secara mandiri atau memerlukan bantuan.
Tujuan
Mempertahankan kebersihan kulit
Mencegah infeksi kulit
Memperlancar peredaran darah
Mempertahankan kenyamanan pasien
Macam
1. Mandi bersih
Complete bed bath
Partial bed bath
Assisted bed bath
Tub bath and shower
Morning or evening care
2. Mandi terapeutik
Whirlpool bath
Tepid Sponge Bath
Hasil yang diharapkan
Kulit bersih, kering, elastis, baik hidrasi dan tidak ada daerah yang
meradang
Tidak ada lesi baru, luka dekubitus dsb
Lesi yang bersih, tidak drainage dan lebih kecil dari sebelumnya
2
[Type text]
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN MEMANDIKAN
NO TINDAKAN NILAI
TAHAP PRE INTERAKSI 0 1 2
1. Baca catatan medis klien
2 Persiapkan alat dan bahan: handuk, perlak, selimut
mandi, gayung, ember, air hangat, sabun, waslap, bedak,
sisir, baju ganti, pispot, pasta gigi, sikat gigi, body lotion
3 Cuci tangan
TAHAP ORIENTASI
1 Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2 Jelaskan tujuan tindakan, prosedur dan lama tindakan
yang akan dilakukan
3 Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
TAHAP KERJA
1
2
Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya
sebelum kegiatan dimulai
Menanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada
pada klien
3 Memulai tindakan dengan cara yang baik
8 Berikan perawatan oral jika belum dilakukan
9 Atur posisi klien (bila mungkin angkat bantal dan
naikkan bagian kepala setinggi 300, letakkan handuk di
bawah kepala klien)
10 Mulai mandi
a. Letakkan handuk untuk wajah di atas dada klien,
masukkan ke bawah dagu
b. Buat sarung tangan dengan handuk
kecil/gunakan waslap
c. Bersihkan bagian mata klien tanpa menggunakan
sabun, gunakan bagian yang berbeda untuk tiap-
tiap mata. Usap mata dari kantus dalam ke
3
[Type text]
bagian kantus luar, kemudian keringkan.
d. Tanyakan pada klien apakah ingin menggunakan
sabun pada wajah. Bersihkan dan keringkan
wajah, leher, dan telinga klien.
e. Lepaskan pakaian klien, bila ekstremitas luka
mulai melepas pakaian dari bagian yang tidak
luka, bila klien memakai infus, lepaskan baju
dari lengan yang tidak terdapat infus ter;ebih
dahulu, kemudian turunkan flabot, pasang
kembali dan periksa kecepatan tetesan infus.
f. Letakkan handuk mandi arah memanjang di
bawah lengan klien (dahulukan lengan yang
jauh), bersihkan lengan dengan sabun dan air,
gunakan usapan memanjang dan tegas dari
daerah distal ke proksimal, bersihkan aksila
dengan baik.
g. Bersihkan dan keringkan aksila dengan baik.
Jika klien ingin menggunakan deodoran atau
bedak pakaikanlah.
h. Masukkan jari ke dalam waskom, rendam
beberapa saat, bersihkan dan keringkan.
Perhatikan daerah sela-sela jari.
i. Ulangi langkah (e-g) untuk lengan lainnya.
j. Tutupi dada klien dengan handuk dan lipat
selimut mandi ke bawah umbilikus klien.
k. Dengan satu tangan, angkat setiap satu ujung
handuk dan dengan tangan bersarung washlap,
bersihkan dada dengan usapan memanjang dan
tegas. Beri perhatian khusus untuk
membersihkan lipatan kulit di bawah payudara
pada klien wanita. Pelihara agar dada klien tetap
4
[Type text]
tertutup selama dibersihkan.
l. Letakkan handuk secara memanjang di atas
perut, lipat selimut ke arah pubis.
m. Dengan satu tangan angkat handuk dan dengan
tangan yang lain bersihkan perut, beri perhatian
khusus untuk membersihkan umbilikus dan
lipatan-lipatan pada perut. Pelihara agar perut
tetap tertutup selama dibersihkan. Bersihkan dan
keringkan dengan baik.
n. Buka kaki yang terjauh dengan selimut mandi ke
arah tengah. Tutup perineum.
o. Tekuk lutut klien dengan meletakkan tangan
Anda di atas tungkai. Angkat tangan di atas dan
pasang handuk secara memanjang di bawah
tungkai.
p. Letakkan waskom di atas handuk di tempat tidur
dan amankan posisinya dekat dengan kaki yang
dibersihkan.
q. Dengan satu tangan memegang tungkai, angkat
tungkai dan letakkan waskom di bawah kaki
yang terangkat. Pastikan bahwa kaki pada posisi
yang tetap di atas waskom. Biarkan kaki
terendam sementara bidan/perawat
membersihkan tungkai.
r. Gunakan usapan memanjang dan tegas pada
waktu membersihkan, dari tumit ke lutut dan
dari lutut ke paha. Keringkan dengan baik.
s. Bersihkan kaki dan pastikan untuk
membersihkan sela-sela jari. Keringkan dengan
baik
t. Ulangi langkah (n-s) untuk tungkai yang lainnya.
5
[Type text]
u. Tutup klien dengan selimut mandi dan ganti air
mandi. Ingatlah untuk memasang penghalang
tempat tidur bagi keamanan klien.
v. Bantu klien untuk miring/tengkurap, untuk
membersihkan punggung dan bokong, letakkan
handuk sepanjang punggung dan bokong klien.
w. Tutupi dengan menarik selimut mandi dari bahu
ke paha dan lipat di bawah paha.
x. Bersihkan dan keringkan punggung dari leher ke
bokong dengan usapan memanjang dan tegas.
Beri perhatian khusus pada lipatan di daerah
bokong dan anus
y. Ganti air dan waslap bila perlu.
z. Bantu klien untuk posisi terlentang dan miring.
Tutupi dada dan ekstremitas atas dengan selimut
mandi. Buka daerah genitalia dan bersihkan
daerah genetalia, berikan kesempatan pada klien
untuk membersihkan sendiri, jika klien tidak
dapat melakukan sendiri dan perlu bantuan
bidan/perawat, bidan/perawat harus
menggunakan sarung tangan bersih. Bersihkan
dan keringkan dengan baik.
11 Berikan body lotion untuk melembabkan kulit jika
diinginkan (berikan pilihan pada klien)
12 Bantu klien berpakaian
13 Sisirkan klien dan potong kuku
14 Rapikan tempat tidur
15 Bersihkan dan kembalikan peralatan mandi, rapikan
ruangan senyaman mungkin dan kembalikan alat-alat ke
tempat semula
6
[Type text]
TAHAP TERMINASI
1 Evaluasi hasil yang dicapai (subjektif-objektif)
2 Beri reinforcement positif pada klien
3 Kontrak untuk pertemuan selanjutnya
4 Mengakhiri pertemuan dengan baik
5 Cuci tangan
6 Dokumentasi: nama klien, tindakan, waktu, hasil yang
dicapai/evaluasi
Jumlah
BAD MAKING
Menyiapkan tempat tidur merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan diri dan
lingkungan dengan memberikan tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Bed making/merapikan tempat tidur adalah mengganti alat tenun kotor
dengan alat tenun bersih pada tempat tidur klien. Perawat/bidan dapat
merapikan tempat tidur setelah klien mandi, saat klien mandi atau saat klien
keluar untuk menjalani pemeriksaan diagnostik, namun hal ini tidak mutlak sesuai
dengan situasi dan kondisi masing-masing klien dan kebijakan rumah sakit.
Penggantian linen dapat dilakukan setelah klien mandi atau ketika alat tenun
basah dan kotor oleh sisa makanan atau dari cairan yang berasal dari tubuh klien
atau cairan lainnya.
Macam
Dengan klien di atas tempat tidur
Tanpa klien di tempat tidur
Tujuan
Memberikan lingkungan yang bersih, tenang, dan nyaman
Mencegah/menghindari iritasi kulit dengan menciptakan alas tempat tidur
dan selimut yang bebas dari kotoran/lipatan
7
[Type text]
Meningkatkan gambaran diri dan harga diri klien dengan menciptakan
tempat tidur yang bersih, rapi, dan nyaman
Mengontrol penyebaran mikroorganisme
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Ikuti prinsip asepsis dengan menjaga laken yang kotor jauh dari pakaian
perawat/bidan
Menghindari penyebaran mikroorganisme, jangan pernah mendekatkan
linen pada kipas angin
Jangan pernah meletakkan linen yang kotor di lantai untuk mencegah
infeksi
Jika linen bersih menyentuh lantai, segera ganti
Gunakan bodi mekanik yang sesuai selama bed making
Privasi, kenyamanan dan keamanan klien adalah penting saat bed making
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN BED MAKING
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI
1. Cek catatan klien terutama yang berhubungan dengan pergerakan dan posisi (lihat keadaan pasien)
2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat:
laken besar, laken kecil/stik laken, alas/perlak, selimutsarung bantal, bak/ember alat tenun kotor
TAHAP ORIENTASI1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan
dilakukanTAHAPKERJA
1. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya2. Menanyakan keluhan utama klien3. Memulai tindakn dengan cara yang baik4. Sediakan privasi bagi klien (pasang tirai)5. Susun peralatan dan letakkan pada kursi di samping tempat
8
[Type text]
tidur klien6. Turunkan penghalang tempat tidur. Atur tinggi tempat tidur
pada posisi yang memudahkan perawat bekerja. Atur posisi klien, bila perlu angkat bantal
7. Miringkan klien ke arah yang berlawanan dengan posisi perawat
8. Lepaskan lipatan alat tenun yang terdapat di bawah kasur dari kepala ke kaki tempat tidur. Lipat alat tenun tersebut ke arah klien, pertama-tama stik, perlak kemudian laken besar. Lipat sampai ke bawah bokong klien, punggung dan bahunya. Bila perlak akan dipakai kembali, jangan melipatnya
9. Letakkan alat tenun bersih di tengah kasur, arah memanjang10. Laken besar di bawah perlak, stik di atas perlak11. Buka lipatan laken besar kea rah perawat berdiri hingga
menutupi separuh dari tempat tidur, kemudian lipat/ masukkan laken pada ujung, kepala dan kaki tempat tidur ke bawah kasur
12. Tarik alat tenun dengan tepat sehingga tidak terdapat lipatan pada bagian tengahnya.
13. Bentuk sudut pada kepala tempat tidur dan kaki tempat tidur14. Angkat ujung laken sebelah atas dan bentuk segitiga dengan
satu sisi tempat tidur dari ujung laken paralel dengan ujung tempat tidur
15. Lipat bagian laken yang terdapat di sebelah bawah kasur16. Menurunkan ujung yang lainnya, masukkan ke bawah
kasur17. Lipat bagian lain yang tersisa dengan rapi18. Lakukan hal yang sama pada kaki tempat tidur19. Buka lipatan perlak dan stik laken ke arah perawat berdiri
kemudian lipat bagian yang menjuntai ke lantai ke bawah kasur. Lakukan dengan rapi
20. Pasang penghalang tempat tidur dan pindah ke sisi lain kemudian turunkan penghalang tempat tidur tersebut
21. Bantu klien bergeser ke posisi lain22. Lepas alat tenun yang kotor di bawah kasur dengan cara
menggulungnya dengan permukaan kotor di dalam. Masukkan ke dalam bak alat tenun kotor
23. Buka lipatan alat tenun yang bersih dari kepala ke kaki
9
[Type text]
24. Bentuk sudut laken seperti nomor 725. Buka lipatan perlak seperti nomor 826. Pasang selimut pada dada klien, beritahu klien untuk
memegang ujung selimut yang kotor. Kemudian perawat menarik lipatan selimut ke arah kaki tempat tidur dan klien menahan pegangan di ujung selimut.
27. Masukkan sisi selimut di kaki tempat tidur ke bawah kasur28. Ganti sarung bantal29. Angkat kepala klien dan letakkan bantal di bawahnya30. Kembalikan klien pada posisi semula dan pasang side rail
kembali31. Buka tirai32. Kembalikan alat-alat pada tempatnya
TAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyekif)2. Beri reinforcement positif pada klien3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu,
tempat)4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5. Cuci tangan
DOKUMENTASI1. Dokumentasi: nama klien, tindakan, waktu, hasil yang
dicapai/evaluasiJUMLAH
PERINEAL HIGIENE
Definisi
Perineal higiene (PH) merupakan tindakan yang dilakukan pada klien
yang tidak mampu secara mandiri dalam membersihkan perineum.
Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi pada daerah perineum
Meningkatkan kenyamanan klien
Indikasi
Klien post partum
Klien post operasi
Klien immobil (bedrest)
Klien yang terpasang kateter
10
[Type text]
Klien tidak sadar
Waktu Perawatan Perineum
Berdasarkan rasional tindakan perawatan perineum dilakukan tiap 8 jam
sekali. Perawatan perineum dilakukan pada setiap prosedur invasif di
daerah perineal, misalnya: pada saat akan dilakukan pemasangan kateter,
pemeriksaan dalam (vaginal tourch), pemasangan alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR).
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN PERINEAL HIGIENE
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan klien melalui rekam medis2. Persiapkan alat dan bahan:
Perlak, kapas desinfektan/kapas DDT, Pembalut3. Cuci tangan
TAHAP ORIENTASI4. Berikan salam, panggil klien dengan namanya5. Jelaskan tujuan tindakan, prosedur dan lama tindakan yang
akan dilakukan6. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
TAHAP KERJA7. Membawa peralatan ke dekat klien8. Pastikan privasi klien terjaga, sampiran ditutup9. Menganjurkan klien untuk melepas pakaian dalam / bagian
bawah10. Persilakan klien untuk berbaring di tempat tidur dan lutut
ditekuk (posisi dorsal recumbent)11. Pasang perlak di bawah pinggul/ bokong klien12. Pakai sarung tangan13. Bersihkan labia mayora (bagian terjauh dahulu setelah itu
bagian terdekat) dengan kapas DTT14. Bersihkan labia minora (bagian terjauh dahulu setelah itu
bagian terdekat) dengan kapas DTT15. Bersihkan vestibulum dengan kapas DTT16. Bersihkan perineum dengan kapas DTT17. Bersihkan anus dengan kapas DTT
11
[Type text]
18. Keringkan dengan kasa bersih dan kering19. Perhatikan tanda-tanda infeksi20. Berikan obat pada luka perineum21. Pasang celana dalam dan pembalut yang kering dan bersih22. Ambil alas bokong23. Rapikan klien24. Bereskan alat25. Informasikan hasil pemeriksaan
TAHAP TERMINASI26. Evaluasi hasil yang dicapai (subjektif-objektif)27. Beri reinforcement positif pada klien28. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya29. Mengakhiri pertemuan dengan baik30. Cuci tangan
DOKUMENTASI31. Dokumentasi: nama klien, tindakan, waktu, hasil yang
dicapaiJUMLAH
12
[Type text]
KEBUTUHAN ELIMINASI
Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi
(berhubungan dengan defekasi) dan kebutuhan eliminasi urin (berhubungan
dengan perkemihan). Kebutuhan eliminasi sangat diperlukan pengawasan
terhadap masalah yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan eliminasi,
seperti inkontinensia dan retensi urin.
KATETERISASI URIN
Pengertian
Kateterisasi urin atau kateterisasi saluran kencing adalah
dimasukkannya kateter melalui uretra ke dalam kandung kencing untuk
membuang urin. Kateter memungkinkan mengalirkan urine yang berkelanjutan
pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami
obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji haluaran urine per jam pada
klien yang status hemodinamiknya tidak stabil. Klien yang terpasang dalam
jangka waktu lama akan mengakibatkan risiko Urinaria Tractus Infection (UTI)
atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan trauma pada uretra, maka kateterisasi
dianjurkan untuk sementara.
Indikasi
Kateter Intermiten
o Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih,
o Mengambil spesimen urin yang steril
o Mengkaji residu urin setelah pengosongan kandung kemih
o Penatalaksanaan jangka panjang klien yang mengalami cedera medula
spinalis, degenerasi neuromuskular, atau kandung kemih yang tidak
kompeten.
Kateterisasi Menetap Jangka pendek
o Obstruksi pada aliran urin (misalnya, pembesaran prostat)
o Perbaikan kandung kemih, uretra, dan struktur di sekelilingnya melalui
pembedahan
13
[Type text]
o Mencegah obstruksi uretra akibat adanya bekuan darah
o Mengukur haluaran urin pada klien yang menderita penyakit kritis
o Irigasi kandung kemih secara intermitten atau secara berkelanjutan
Kateterisasi Menetap Jangka Panjang
o Retensi urin yang berat disertai ISK berulang
o Ruam kulit, ulkus, atau luka iritasi akibat kontak dengan urin
o Penderita penyakit terminal
Tujuan Pemasangan Kateter Urin, antara lain
Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing sebelum pembedahan
Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing setelah pembedahan
Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing sebelum bersalin
Untuk mendapatkan specimen urin steril
Jenis kateter
Kateter menetap
Keteter retensi/kateter foley
Ditinggalkan di dalam tubuh
Disambungkan dengan penampung
Terdapat 2 atau 3 lumen (salah satunya untuk mengembangkan balon)
Drainase terjadi karena gaya berat
Kateter langsung
Setelah urin keluar kateter dicabut
Memiliki satu lumen untuk keluarnya urin
Ukuran Kateter
Anak : 8-10 French (Fr)
Wanita : 14-16 Fr
Laki-Laki : 16-18 Fr
Rasional penggunaan kateterisasi
Kateter digunakan untuk drainage urine dan bladder atau untuk
memasukkan cairan ke dalam bladder. Bladder pasien yang dikateterisasi untuk
menentukan diagnosis dan alasan terapi. Hal ini merupakan tanggung jawab
14
[Type text]
bidan/perawat untuk mengerjakan ketrampilan ini atau dapat mendelegasikannya
pada staf yang sudah ditraining khusus. Karena disamping bladder adalah steril,
tindakan ini juga memberikan akses langsung pada ginjal, oleh karena itu penting
diperhatikan untuk mencegah kontaminasi bladder. Infeksi saluran kemih
merupakan hal yang sering terjadi pada tindakan kateterisasi bladder yang
menetap. Kateterisasi dapat menyebabkan bahaya pada uretra, bladder atau
keduanya. Selain infeksi bladder dapat mengakibatkan hal serius, kateterisasi juga
dapat meningkatkan infeksi ginjal, dimana jika hal ini terjadi dapat mengancam
kehidupan.
Perawat/bidan juga harus tahu anatomi sistem urinaria untuk mencegah
kerusakan uretra selama kateterisasi. Sekali kateter ditempatkan, harus dipastikan
bahwa drainage dilakukan secara benar. Perawat/bidan bertanggung jawab tidak
hanya pada prosedur ketrampilan secara efektif dan aman tetapi juga memberikan
penjelasan dan menurunkan kecemasan pasien.
Perawatan Kateter Rutin
Klien yang terpasang kateter menetap membutuhkan perawatan khusus.
Tindakan perawatan difokuskan pada pencegahan infeksi dan mempertahankan
kelancaran aliran urin pada sistem drainase kateter.
Asupan Cairan
Klien yang terpasang kateter harus mengkonsumsi cairan sebanyak 2.000-
2.500 ml/hari, jika tidak ada indikasi pembatasan intake cairan. Jumlah cairan
ini dapat diperoleh melalui asupan oral atau intravena. Asupan cairan dalam
jumlah besar dibutuhkan untuk menghasilkan volume urin yang besar untuk
membilas kandung kemih dan menjaga selang kateter bebas dari sedimen.
Higiene Perineum
Pembentukan sekresi atau krusta pada tempat insersi kateter merupakan
sumber iritasi dan potensial menyebabkan infeksi. Perawatan perineum
dilakukan minimal 2 kali sehari atau sesuai kebutuhan klien yang terpasang
kateter.
Perawatan Kateter
15
[Type text]
Perawatan kateter direkomendasikan untuk dilakukan untuk meminimalkan
rasa tidak nyaman dan mengurangi infeksi.
Melepas Kateter Menetap
Saat melepas kateter menetap, perawat/bidan meningkatkan fungsi normal
kandung kemih dan mencegah trauma pada uretra. Posisikan klien dalam posisi
yang sama dengan posisi kateterisasi. Letakkan bengkok dan perlak.
Perawat/bidan dengan perlahan menarik seluruh larutan untuk mengempiskan
balon secara total
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN KATETERISASI URIN
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan medis2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri3. Cuci tangan4. Menyiapkan alat:
Kasa steril, Selimut, Alas dan perlak, Sarung tangan steril, Kapas DTT, Kateter steril sesuai ukuran, Spuit, Aqua steril, Jelly, Bak instrument steril, Plester, Urine bag, Bengkok
5. Pilih tipe dan ukuran kateterSambungkan urin bag dengan kateterUntuk kateter tetap, ambil spuit dan tes balon dengan mengisi air steril dan kempeskan balon dengan menarikan air steril , biarkan spuit tertinggal
TAHAP ORIENTASI1. Memberikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan
namanya2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat pada klien/keluargaTAHAP KERJA1. Berikan privasi pada klien: tutup pintu kamar atau pasang tirai2. Atur posisi klien3. Beri pengalas pada bokong4. Dekatkan alat-alat5. Pakai sarung tangan steril
16
[Type text]
6. Gunkan tangan non dominan untuk mengekspos meastus7. Lakukan desinfeksi: gunakan kapas DTT dengan pinset secara
asepsis8. Gunakan gerakan sirkuler untuk laki-laki atau lakukan vulva
hygiene untuk wanita9. Jauhkan kapas bekas ke dalam bengkok dari area steril10. Tangan non dominan memegang penis atau membuka vulva11. Memasukkan jelly ke dalam uretra bila laki-laki dan auat
mengoles jelly pada kateter untuk wanita12. Masukkan kateter 20 cm pada pria pegang penis 45° sampai urin
keluar atau masukkan kateter 4-6,5 cm pada wanita13. Masukkan lagi kateter 2,5 cm14. Isi balon dengan air steril sejumlah yang tertera pada kateter15. Tarik kateter sampai ada tahanan16. Gunting plastik yang membungkus kateter17. Buka sarung tangan18. Fiksasi kateter ke bawah abdomen paasien pri atau pada paha
depan untuk wanita19. Menempatkan penampung dan saluran dengan benar20. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman21. Kumpulkan dan bereskan alat disposible22. Cuci tanganTAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang didapat:
Kateter tetap drainage dengan lancar atau kateter langsung masuk dan dilepas tanpa ketidaknyamananPasien nyaman
2. Menyimpulkan hasil kegiatan3. Memberikan reinforcement positif 4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan
tempat)5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan6. Rapikan alat7. Cuci tanganJumlahKEBUTUHAN MOBILITAS
Banyak kondisi patologi yang mempengaruhi kesejajaran dan mobilitas
tubuh. Abnormalitas postur kongenital dapat mempengaruhi efisiensi sistem
17
[Type text]
muskuloskeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan tubuh.
Sebelum melakukan tindakan yang berhubungan dengan mobilitas, perawat/bidan
harus mengkaji kekuatan otot, mobilitas sendi pasien, adanya paralisis atau
paresis, hipotensi ortostatik, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran tingkat
kenyamanan, dan kemampuan mengikuti instruksi.
PENGATURAN POSISI
Pemberian posisi yang tepat dan benar pada klien serta merubah posisi
secara teratur dan sistemik merupakan aspek yang penting dalam pemenuhan
kebutuhan mobilitas klien. Klien yang tidak mempunyai gangguan funsi gerak
dapat merubah posisi sendiri tanpa kesulitan dan memberi rasa nyaman pada klien
tersebut. Beberapa pasien kadang memerlukan bantuan yang minimal dari petugas
kesehatan dalam merubah posisi.
Pada klien dengan kondisi lemah, paralisis, nyeri hebat dan gangguan kesadaran
akan sangat membutuhkan bantuan untuk merubah posisi. Pemberian posisi
secara reguler dapat bermanfaat untuk mencegah ketidaknyamanan otot,
dekubitius, dan kontraktur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan pengaturan posisi adalah
sebagai berikut:
Kaji kulit dan lakukan perawatan kulit sebelum dan sesudah perubahan
posisi
Kaji kemampuan perawat/bidan untuk melakukan perubahan posisi
Yakinkan tempat tidur telah disiapkan
Yakinkan tempat tidur sudah tertutup sprei yang bersih, rapi, dan kering
Gunakan peralatan pendukung di area yang disesuaikan dengan posisi
klien seperti bantal, matras anti dekubitus, papan tempat tidur, trochanter
roll, chair bed, trapeze bar, dan pengaman tempat tidur
Peralatan digunakan sesuai kebutuhan dan bertujuan untuk
mempertahankan posisi yang benar dan mencegah stess otot dan sendi.
Jjika pasien mampu bergerak, peralatan yang berlebihan untuk membatasi
pergerakan/mobilitas dapat mengakibatkan kelemahan otot (atrofi)
18
[Type text]
Perhatikan respon pasien setelah perubahan posisi
Hindari penekanan pada daerah bony prominem, tekanan yang terus
menerus akan merusak vena dan memudahkan terjadinya trombus.
Tekanan pada daerah popliteal dapat merusak saraf dan pembuluh darah
pada daerah tersebut.
Dalam merencanakan pengaturan dan perubahan posisi, dapat dibuat jadwal
kegiatan perubahan posisi seperti di bawah ini:
Pk. 10.00 Lateral kiri
Pk. 12.00 Fowler
Pk.14.00 Lateral kanan
Pk. 16.00 Sims kiri
Pk. 18.00 Fowler
Pk. 20 00 Lateral kiri
Pk. 24.00 Sim’s kanan
Pk. 02.00 Lateral kiri
Pk. 04.00 Sim’s kiri
Pk. 06.00 Supinasi
Pk. 08.00 Fowler
Macam Pengaturan Posisi
1. Posisi Supinasi/Terlentang
Posisi terlentang pada klien dengan bagian antar tubuh sejajar. Matras harus
cukup kuat menyokong vertebra servikal, thorakal, dan lumbal. Penyokong kaki
digunakan untuk mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran.
Tujuan
Mempertahankan kenyamanan
Mengurangi cedera pada sistem vertebra
2. Posisi Pronasi/Telungkup
Klien berada dalam posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah
menghadap ke bawah. Bantal kepala harus cukup tipis untuk mempertahankan
kesejajaran spinal lumbal. Posisi ini disebut juga posisi pronasi.
Tujuan
Mempertahankan spinal lumbal
Lutut menjadi fleksi dan relaks
3. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk. Pada
posisi fowler, bagian kepala tempat tidur ditinggikan 45° sampai 60° dan lutut
19
[Type text]
klien sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi di tungkai
bawah.
Tujuan
Mempertahankan kenyamanan
Memfasilitasi fungsi pernafasan
Memberikan kesempatan bersosialisasi maupun istirahat
4. Posisi Lateral/Miring
Pada posisi lateral/ miring klien bersandar ke samping dengan sebagian
berat tubuh berada di pinggul dan bahu. Kesejajaran tubuh harus sama ketika
berdiri.
Tujuan
Untuk mempertahankan kenyamanan
Untuk membantu mobilisasi klien yang immobil
Posisi nyaman bagi wanita hamil tua
5. Posisi Sim’s
Posisi sims hampir sama dengan posisi lateral, tetapi berbeda pada distribusi
berat badan klien. Pada posisi sims berat badan berada pada tulang ileum anterior,
humerus, dan klavikula.
Tujuan
Memberikan kenyamanan
Melakukan huknah
Memberikan obat per anus (suppositoria)
Melakukan pemeriksaan daerah anus
6. Posisi Trendelenburg
Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari bagian kaki.
Tujuan:
Melancarkan peredaran darah ke otak
7. Posisi Dorsal Recumbent
20
[Type text]
Posisi dengan pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut
fleksi di atas tempat tidur.
Tujuan
Perawatan daerah genitalia
Pemeriksaan genitalia
Posisi pada proses persalinan
8. Posisi Litotomi
Pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki
dan di tarik ke atas abdomen.
Tujuan
Pemeriksaan alat genitalia
Proses persalinan
Pemasangan alat kontrasepsi
9. Posisi Genu Pektoral (Knee Chest)
Pada posisi ini, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan
Pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid.
Bagi ibu hamil dengan janin posisi sungsang
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PENGATURAN POSISI
SUPINASI
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2I. TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi
dilakukan pengaturan posisi2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat:
Tempat tidur, Bantal kecil dan besar, Papan kaki (Footboard), Trochanter Rolls, Kantong pasir (Jika ada fraktur), Hand Rolls, Restrains (jika diperlukan), Trapeze bar, Pengaman tempat tidur
II. TAHAP ORIENTASI1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya
21
[Type text]
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan
III. TAHAP KERJA1. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan2. Menanyakan keluhan utama pasien3. Jaga privasi pasien4. Memulai dengan cara yang baik5. Atur posisi pasien dengan langkah
Posisi kepala dan punggung rata/mendatar dengan tempat tidur
Letakkan gulungan handuk kecil di bawah lumbal Letakkan bantal di bawah bahu atas, leher, dan kepala Letakkan trochanter rolls atau kantung pasir secara
paralel pada permukaan lateral paha Letakkan bantal di bawah lutut Letakkan footboard/bantal besar di bawah telapak kaki Letakkan bantal di bawah lengan dan handrolls di bawah
tanganIV. TAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyekif)2. Beri reinforcement positif pada pasien3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu, tempat)4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5. Cuci tanganV. DOKUMENTASI (menuliskan hasil yang dicapai)Jumlah
22
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PENGATURAN POSISI
PRONASI
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2I. TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi dilakukan
pengaturan posisi2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat:
Tempat tidur, Bantal kecil dan besar, Pengaman tempat tidurII. TAHAP ORIENTASI1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukanIII. TAHAP KERJA1. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan2. Menanyakan keluhan utama pasien3. Jaga privasi pasien4. Memulai dengan cara yang baik5. Atur posisi pasien dengan langkah
Letakkan pasien dengan posisi tengkurap dan abdomen sebagai tumpuan dan rata dengan tempat tidur
Arahkan kepala pasien pada satu sisi (kanan/kiri) dan support dengan bantal
Letakkan bantal kecil di bawah abdomen di bagian diafragma Support lengan pada posisi fleksi sejajar dengan bahu Support kaki bawah dengan bantal untuk mengelevasi kaki
IV. TAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyekif)2. Beri reinforcement positif pada pasien3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu, tempat)4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5. Cuci tanganV. DOKUMENTASI (menuliskan hasil yang dicapai)Jumlah
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PENGATURAN POSISI
SIM’S
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2I. TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi dilakukan
pengaturan posisi2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat:
Tempat tidur, Bantal kecil dan besar, Pengaman tempat tidurII. TAHAP ORIENTASI1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukanIII. TAHAP KERJA1. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan2. Menanyakan keluhan utama pasien3. Jaga privasi pasien4. Memulai dengan cara yang baik5. Atur posisi pasien dengan langkah
Atur posisi kepala pasien ke arah salah satu sisi Beri posisi tubuh miring ke salah satu sisi Letakkan tangan yang tertindih tubuh ke belakang Letakkan tangan yang bebas dengan posisi fleksi sejajar dengan
bahu dan sokong dengan bantal Atur kedua kaki agak fleksi dan beri bantal di antara kedua
kaki tersebutIV. TAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyekif)2. Beri reinforcement positif pada pasien3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu, tempat)4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5. Cuci tanganV. DOKUMENTASI (menuliskan hasil yang dicapai)
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PENGATURAN POSISI
FOWLER
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2I. TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi dilakukan
pengaturan posisi
2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat:
Tempat tidur, Bantal kecil dan besar, Papan kaki (Footboard), Trochanter Rolls, Hand Rolls, Restrains (jika diperlukan), Trapeze bar, Pengaman tempat tidur
II. TAHAP ORIENTASI1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukanIII. TAHAP KERJA1. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan2. Menanyakan keluhan utama pasien3. Jaga privasi pasien4. Memulai dengan cara yang baik5. Atur posisi pasien dengan langkah
Atur pasien dengan posisi supinasi Naikkan tempat tidur di bawah leher dan kepala dan
sepanjang tulang belakang Letakkan bantal kecil di bawah paha sehingga lutut sedikit
fleksi Letakkan bantal kecil di bawah popliteal untuk
memperlancar sirkulasi Letakkan footboard di bawah telapak kaki Letakkan trochanter rolls atau hand rolls jika perlu
IV. TAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyekif)2. Beri reinforcement positif pada pasien3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu, tempat)4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5. Cuci tanganV. DOKUMENTASI (menuliskan hasil yang dicapai)Jumlah
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PENGATURAN POSISI
LATERAL
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2
I. TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi
dilakukan dilakukan pengaturan posisi2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat:
Tempat tidurBantal kecil dan besar, Guling, Pengaman tempat tidur
II. TAHAP ORIENTASI1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan
dilakukanIII. TAHAP KERJA1. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan2. Menanyakan keluhan utama pasien3. Jaga privasi pasien4. Memulai dengan cara yang baik5. Atur posisi pasien dengan langkah
Beri posisi miring ke salah satu sisi Letakkan bantal pada leher dan kepala Letakkan bantal guling di belakang punggung pasien Letakkan bantal di depan dada dan abdomen untuk
menahan ekstremitas atas Atur salah satu kaki (kanan/kiri tergantung arah miring
pasien) yang tidak tertindih dengan posisi fleksi dan beri bantal diantara kedua kaki
Tangan yang tertindih diberi posisi fleksi sejajar dengan bahu
IV. TAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyekif)2. Beri reinforcement positif pada pasien3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu,
tempat)4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5. Cuci tanganV. DOKUMENTASI (menuliskan hasil yang dicapai)Jumlah
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI0 1 2
I. TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi dilakukan
dilakukan pengaturan posisi2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat:
Tempat tidur, Sarung tangan, Bantal kecil dan besar, Bantal sedang, Gulungan handuk, Penyangga kaki
II. TAHAP ORIENTASI1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukanIII. TAHAP KERJA1. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan2. Menanyakan keluhan utama pasien3. Jaga privasi pasien4. Memulai dengan cara yang baik5. Atur posisi pasien dengan langkah
Beri posisi terlentang mendatar di tengah tempat tidur Letakkan bantal kecil pada spinal lumbal Letakkan bantal besar di bawah bahu atas, leher dan
kepala klien Fleksikan kedua lutut bersama dengan kaki menutup
pinggang, kedua kaki diregangkan,pertahankan pada posisi fleksi dan tempatkan di atas penyangga kaki
Letakkan bantal sedang di bawah lengan pronasi. Mempertahankan lengan atas sejajar dengan tubuh
Letakkan gulungan handuk pada tangan klienIV. TAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyekif)2. Beri reinforcement positif pada pasien3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu, tempat)4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5. Cuci tanganV. DOKUMENTASI (menuliskan hasil yang dicapai)Jumlah
FORMAT KETRAMPILAN PENGATURAN POSISI LITOTOMI
FORMAT KETRAMPILAN PENGATURAN POSISI KNEE CHEST/GENUPECTORAL
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2I. TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi dilakukan
dilakukan pengaturan posisi2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat:
Sarung tangan, Bantal besar dan kecilII. TAHAP ORIENTASI1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukanIII. TAHAP KERJA1. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan2. Menanyakan keluhan utama pasien3. Jaga privasi pasien4. Memulai dengan cara yang baik5. Atur posisi pasien dengan langkah
Tempatkan kedua lutut pada kasur/matras Atur posisi seperti orang sujud ketika sholat Posisi dada menempel pada kasur/matras
IV. TAHAP TERMINASI1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyekif)2. Beri reinforcement positif pada pasien3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu, tempat)4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5. Cuci tanganV. DOKUMENTASI (menuliskan hasil yang dicapai)Jumlah
FORMAT KETRAMPILAN PENGATURAN POSISI DORSAL RECUMBENT
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi dilakukan posisi
2 Cuci tangan3 Siapkan alat-alat :
Tempat tidur, Bantal, Selimut
TAHAP INTERAKSI1 Ucapkan salam dan panggil pasien dengan namanya2 Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan
dilakukanTAHAP KERJA
1 Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2 Menanyakan keluhan utama pasien 3 Jaga privasi pasien4 Memulai dengan cara yang baik5 Posisikan pasien tidur terlentang
Tekuk lutut dan renggangkan paha pasienLetakkan telapak kaki pada permukaan tempat tidur dan
renggangkan kedua kakiTAHAP TERMINASI
1 Evaluasi hasil yang dicapai 2 Beri reinforcement positif pada pasien3 Kontrak untuk pertemuan selanjutnya4 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik5 Cuci tangan
DOKUMENTASI1 Menuliskan hasil yang dicapaiTOTAL NILAI
FORMAT PENILAIAN PKETRAMPILAN PENGATURAN POSISI
TRENDELENBURG
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI
1. Cek catatan pasien terutama indikasi dan kontraindikasi dilakukan posisi
2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat :
Tempat tidur, Bantal, SelimutTAHAP ORIENTASI
4. Ucapkan salam dan panggil pasien dengan namanya5. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan
dilakukan
TAHAP KERJA6. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan 7. Menanyakan keluhan utama pasien 8. Jaga privasi pasien9. Memulai dengan cara yang baik10. Posisikan pasien tidur terlentang
Letakkan bantal di kepala dan bawah lipatan lutut pasien Atur posisi kaki pasien lebih tinggi daripada kepala
pasien dengan meletakkan balok penompang atau atur tempat tidur secara khusus dengan meninggikan kaki pasien
TAHAP TERMINASI11. Evaluasi hasil yang dicapai 12. Beri reinforcement positif pada pasien13. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya14. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik15. Cuci tangan
DOKUMENTASI16. Menuliskan hasil yang dicapai
JUMLAH
KEBUTUHAN OKSIGENASI
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional,
mengalami kemunduran atau bahkan dapat meninbulkan kematian. Kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
TERAPI OKSIGEN
DESKRIPSI
1. Pengertian
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernapasan dalam
mempertahankan oksigenasi
2. Tujuan
Mengatasi keadaan hipoksemia
Menurunkan kerja pernapasan
Menurunkan beban kerja otot jantung (miokard)
3. Indikasi
Kerusakan O2 jaringan yang diikuti gangguan metabolisme dan sebagai
bentuk hipoksemia, secara umum pada:
Penurunan kadar oksigen (PaO2)
Peningkatan kerja pernapasan yang ditandai dengan peningkatan laju
nafas, nafas dalam, dan penggunaan otot-otot tambahan
Peningkatan kerja otot jantung (miokard)
4. Indikasi Klinis
Henti jantung paru
Gagal nafas
Gagal jantung atau AMI
Syok
Meningkatnya kebutuhan O2 pada luka bakar, infeksi berat, multiple
trauma
Keracunan CO
Post operasi
5. Metode dan Peralatan minimal yang harus diperhatikan pada terapi
oksigen
Mengatur % fraksi O2 (%HO2)
Mencegah akumulasi kelebihan CO2
Resistensi minimal untuk pernapasan
Efisiensi dan ekonomis dalam penggunaan O2
PaO2 < 60 mmHg PaCO2 > 60 mmHg
6. Metode Pemberian Oksigen
No. Metode Pemberian FiO2 Keuntungan KerugianSistem Aliran Rendah1. Kateter dan kanul
Nasal1-6 liter/menit: 24-44%
Aman dan sederhana Mudah ditoleransi pasien Efektif untuk konsentrasi
Tidak dapat digunakan jika terjadi obstruksi
rendah Tidak mengganggu makan
dan bicara pasien Murah, disposibel
nasal Menyebabkan
membran mukosa kering
Iritasi kulit dan hidung
Nyeri sinus dan epistaksis
Distensi lambung2. Sungkup muka
sederhana5-8 liter/menit: 40-60%
Memberi konsentrasi oksigen lebih tinggi dibandingkan kateter/kanul nasal
Tidak menyebabkan membran mukosa kering
Aspirasi bila muntah
Penumpukan CO2 pada aliran O2 rendah
Empisema subkutan ke dalam jaringan mata pada aliran O2 tinggi dan nekrose apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat
Mengganggu makan dan bicara pasien
3. Sungkup muka “Rebreathing” dengan kantong /Rebreathing Mask (RM): Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi 1/3 bagian volume ekshalasi masuk kantong, 2/3 bagian volume ekshalasi melewati lubang-lubang di samping masker
8-12 liter/menit: 60-80%
Peningkatan FiO2 yang diberikan
Humidifikasi O2 yang relatif lebih mudah
Tidak menyebabkan membrane mukosa kering
Aspirasi bila muntah
Empisema subkutan ke dalam jaringan mata pada aliran O2 tinggi dan nekrose apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat
Mengganggu makan dan bicara pasien
4. Sungkup muka “Non Rebreathing” dengan kantong O2/Non
8-12 liter/menit: 90%
Peningkatan FiO2 yang diberikan
Humidifikasi O2 yang relatif
Aspirasi bila muntah
Empisema subkutan
Rebreathing Mask (NRM): terdapat kleb di samping untuk mencegah masukknya udara ruangan dan kleb di kantong reservoir untuk mencegah udara masuk ke kantong selama ekshalasi. Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi, udara luar tidakmempengaruhi
lebih mudah Tidak menyebabkan
membran mukosa kering
ke dalam jaringan mata pada aliran O2 tinggi dan nekrose apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat
Mengganggu makan dan bicara pasien
Sistem Aliran Tinggi1. Sungkup Muka
Venturi (Venturi Mask)
4-14 lt/menit: 30-55%
Dipakai pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur
Tidak menyebabkan membran mukosa kering
Aspirasi bila muntah
Nekrose bila pemasangan sungkup terlalu ketat
2. Sungkup Muka Aerosol (Ambu Bag)
Lebih dari 10 lt/menit: 100%
Memberikan konsentrasi oksigen tinggi 100% tanpa intubasi
Tidak menyebabkan membran mukosa kering
Penumpukan air pada aspirasi bila muntah serta nekrose karena pemasangan sungkup yang terlalu ketat
3. Oxyhood/Headbox (plastik bening yang ditutupkan mulai dari leher sampai kepala)
10-15 lt/menit: 100%
Cocok untuk bayi, kepala dapat bergerak bebas
Gas O2 yang dingin membuat stressor pada pasien, sehingga diperlukan penghangatan dan humidifikasi
7. Terapi Oksigen pada Pasien Hipoksia
Penilaian PaO2 pasien dengan udara bebas
Ringan: PaO2 antara 70-80mmHg
Terapi oksigen yang diberikan: nasal kanul/kateter mulai 2-3 liter/menit
Masker 6 liter/menit
Sedang: PaO2 antara 50-70mmHg
Masker 8-12 liter/menit atau venturi mask 50-60%
Gagal nafas: PaO2 50mmHg
Intubasi dan ventilasi mekanik (penggunaan ventilator)
8. Pemantauan Terapi Oksigen
Warna kulit: merah, pucat, pink
Keadaan klinis: sesak nafas, penggunaan otot tambahan pernapasan
Hasil laboratorium Analisa Gas Darah (AGD)
Saturasi oksigen
Pulse oxymeter
Penilaian sistem kardiovaskular: kesadaran, laju jantung, nadi
perifer, dan tekanan darah
9. Komplikasi
Iritasi pada hidung dan telinga, membran mukosa kering
Depresi pernapasan: gangguan ventilasi kronis (peningkatan CO2)
dan hipoksemia
Displasia bronkopulmunal: pada pemberian oksigen konsentrasi
tinggi
Retrolental fibroplasia, terutama pada bayi prematur
Penurunan mucociliary clearance
Kerusakan kapiler endoteal
Edema intersisial
Kerusakan pneumocytes
Fibrosis intersisial
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN TERAPI OKSIGEN
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang pasien2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri3. Menyiapkan alat yang diperlukan:
Jeli, Kateter nasal/kanul nasal, Sungkup Muka Kantong Non Rebreathing (NRM), Sungkup Muka Kantong Rebreathing (RM), Humidifier, Tabung oksigen/sentral oksigenTAHAP ORIENTASI
1 Berikan salam, panggil pasien dengan namanya2 Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan
dilakukanTAHAP KERJAKateter/Kanul Nasal
1. Cuci tangan2. Isi glas humidifier dengan water irigation setinggi batas yang
tertera3. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral
oksigen4. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur
konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam glas flow meter
5. Menghubungkan kateter/kanul nasal dengan flow meter6. Alirkan oksigen ke:
- Kateter nasal dengan aliran antara 1-6 liter- Kanul nasal dengan aliran antara 1-6 liter
7. Cek aliran keteter/kanul nasal dengan menggunakan punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen
8. Olesi ujung kateter nasal/kanul nasal dengan jeli sebelum di pakai
9. Pasang kateter/kanul nasal pada pasien10. Tanyakan pada pasien apakah oksigen telah mengalir sesuai
yang diinginkan11. Cuci tangan12. Rapikan peralatan kembali
Sungkup Muka Kantong Non Rebreathing (NRM)1. Cuci tangan2. Isi glas humidifier dengan water irigation setinggi batas yang
tertera3. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral
oksigen
4. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam glas flow meter
5. Menghubungkan NRM dengan flow meter6. Alirkan oksigen ke:
NRM dengan aliran 8-12 liter/menit7. Cek aliran NRM dengan menggunakan punggung tangan untuk
mengetahui ada tidaknya aliran oksigen8. Pasang NRM pada pasien9. Tanyakan pada pasien apakah oksigen telah mengalir sesuai
yang diinginkan10. Cuci tangan11. Rapikan peralatan kembali
Sungkup Muka Partial Rebreathing (RM)1. Cuci tangan2. Isi glas humidifier dengan water irigation setinggi batas yang
tertera3. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral
oksigen4. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur
konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam glas flow meter
5. Menghubungkan RM dengan flow meter6. Alirkan oksigen ke:
RM dengan aliran 8-12 liter/menit7. Cek aliran RM dengan menggunakan punggung tangan untuk
mengetahui ada tidaknya aliran oksigen8. Pasang RM pada pasien9. Tanyakan pada pasien apakah oksigen telah mengalir sesuai
yang diinginkan10. Cuci tangan11. Rapikan peralatan kembali
Head Box1. Cuci tangan2. Isi glas humidifier dengan water irigation setinggi batas yang
tertera3. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral
oksigen4. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur
konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam glas flow meter
5. Menghubungkan Headbox dengan flow meter6. Alirkan oksigen ke:
Headbox dengan aliran 10-15 liter/menit7. Pasang headbox pada pasien8. Beri penutup pada kepala pasien9. Cuci tangan10. Rapikan peralatan kembali
TAHAP TERMINASI1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
terapi oksigen2. Menyimpulkan hasil kegiatan3. Memberikan reinforcement positif 4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya, dan
tempat)5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan
DOKUMENTASIJumlah
KEBUTUHAN NUTRISI
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia
yang sangat penting. Dilihat dari kegunaanya nutrisi merupakan sumber energi
untuk segala kativitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal
dari dalam tubuh sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati atau
protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh.
Prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien yang tidak mampu
secara mandiri dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhinya melalui oral
(mulut), enteral (pipa lambung), atau parenteral.
PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)
Pemasangan NGT
Nasogastric tube adalah selang yang dimasukkan melalui nasopharing menuju ke
stomach/gaster.
Tujuan
Mengeluarkan cairan/isi lambung (lavage) dan gas yang ada dalam gaster
(decompression)
Mencegah atau mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan
antar trauma
Irigasi karena perdarahan atau keracunan dalam gaster
Untuk medikasi dan feeding (gavage) secara langsung pada
gastrointestinal (GI)
Pengambilan specimen pada gaster untuk studi laboratorium ketika terjadi
obstruksi pilorik atau intersinal
Indikasi
Pasien dengan gangguan menelan yang menyebabkan intake per oral tidak
adekuat
Pasien dengan penurunan kesadaran dengan fungsi GI nya bagus
Pasien yang mengalami perdarahan lambung
Kontraindikasi
Trauma wajah parah/cribriform plate disruption karena resiko masuk ke
intracranial, akan tetapi bisa dipasang orogastrik tube
Base of skull fracture
Esophagus abnormalities
Impaired airway
Komplikasi
Perdarahan hidung
Sinusitis
Radang tenggorokan
Perforasi esofagus
Aspirasi pulmonum
Intracranial placement
FORMAT PENIALAIAN KETRAMPILAN PEMASANGAN NGT
NO LANGKAH KERJANILAI
0 1 21. ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN :
1. NGT (No 14 or 16 f atau untuk infant biasa digunakan no.8 Fr). Dewasa ukuran 18. Feeding tube dapat menggunakan rubber silicone, polyurethane, polyethylene, atau polyvinylchloride. Polyurethane dan rubber silicon tube mempunyai diameter yang lebih kecil dan lebih fleksible dibandingkan yang lain. Tube ini merupakan tube dengan lubang atau caliber kecil.
2. Jelly3. Klem4. Pinset (jika perlu)5. Handuk, tissue, bengkok6. Segelas air putih dan sedotan7. Plester8. Spuit 20 cc atau 0 cc9. Stetoscope10. Spatel lidah11. Senter12. sepasang sarung tangan13. Kapas alcohol14. Pin
TAHAP PREINTERAKSI2. Cek catatan perawat dan medis3. Cuci tangan4. Siapkan peralatan
TAHAP ORIENTASI5. Berikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan
namanya6. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian pemasangan NGT
pada klienTAHAP KERJA
7. Memasang handuk pada dada klien, meletakkan tissue dan bengkok pada jangkauan klien
8. Memasang sarung tangan (prinsip bersih) 9. Berdiri sebelah kanan tempat tidur klien 10. Menganjurkan klien untuk relaks dan bernapas normal
denganmenutup sebelah hidung kemudian mengulangi dengan menutup sebelah hidung kemudian mengulanginya dengan menutup hidung yang lainnya
11. Memasang handuk pada dada klien, meletakkan tissue dan bengkok pada jangkauan klien
12. Memasang sarung tangan (prinsip bersih) 13. Berdiri sebelah kanan tempat tidur klien 14. Menganjurkan klien untuk relaks dan bernapas normal
denganmenutup sebelah hidung kemudian mengulangi dengan menutup sebelah hidung kemudian mengulanginya dengan menutup hidung yang lainnya
15. Mengukur panjang tube yang akan dimasukkan dengan menggunakan :
a. Metode tradisional : ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun Telinga bawah dan ke prosesus xifodeus disternum
b. Metode Hanson: Mula-mula tandai 50 cm pada tube kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Tube yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan tanda tradisional
16. Memberi jelly pada tube sepanjang 10-20 cm 17. Mengingatkan klien bahwa tube segera akan dimasukkan
dengan posisi kepala ekstensi, masukkan tube melalui lubang hidung yang telah ditentukan
18. Mengingatkan menekuk kepala klien ke dada (fleksi) setelah tube melewati nasopharinx.
19. Menekankan perlunya bernapas dengan mulut dan menelan selama prosedur berlangsung
20. Menganjurkan klien untuk menelan dengan memberikan air minum (dengan sedotan) jika perlu; mendorong tube sampai sepanjang yang dinginkan dengan memutarnya pelan-pelan bersamaan pada saat klien menelan. Tidak memaksakan tube masuk bila ada hambatan klien tercekik atau sianosis; menghentikan mendorong tube dan segera menarik tube mengecek posisi tube menggunakan spatel lidah dan senter
21. Mengecek letak tube:a. Memasang spuit pada
ujung NGT, memasang stethoscope pada perut bagian kiri atas (daerah gaster), kemudian masukkan 10-20 cc udara bersamaan dengan auskultasi abdomen
b. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung, Bila tube tidak dilambung, masukkan lagi 2,5-5 cm tubenya
22. Oleskan alkohol pada hidung klien dan tube, biarkan sampai kering
23. Fiksasi tube dengan plester dan hindari tekanan pada hidung, memotong plester 5–7,5 cm, membedah membelah menjadi 2 untuk salah satu ujungnya sepamjang 3,5 cm, memasang ujung lainnya di batang hidung. Tempelkan ujung NGT pada baju klien dengan memasang plester pada ujungnya dan penitikan pada baju
24. Merapikan alat-alatTAHAP TERMINASI
25. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif dan obyektif)26. Berikan reinforcement27. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya28. Akhiri kegiatan29. Cuci tangan
Dokumentasi30. Catat waktu pemasangan, warna cairan yang keluar saat
aspirasi.JUMLAH
PEMBERIAN NUTRISI PER NGT
Pemberian Nutrisi per NGT
Adalah : tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
melalui selang nasogastrik
Tujuan
Memberikan dukungan nutrisi dengan menggunakan selang yang ada di
saluran gastrointestinal
Indikasi
Pasien dengan gangguan menelan yang menyebabkan intake per oral tidak
adekuat
Pasien dengan penurunan kesadaran dengan fungsi GI nya bagus
Pasien malnutrisi
Pasien dengan ventilasi mekanik
Procedure
Persiapan :
Pengkajian
Pengkajian harus berfokus pada
Status nutrisi: turgor kulit, haluaran urine, berat badan, asupan kalori
Pola eliminasi : diare, konstipasi, tanggal terakhir defekasi
Respon terhadap dukungan nutrisi sebelumnya
Apabila klien menggunakan trakeostomi, periksa inflasi cuff trakeostomi.
Jika cuff kempes, kembungkan dan pertahankan selama 30 menit setelah
pemberian makanan untuk mencegah aspirasi
FORMAT KETRAMPILAN PEMBERIAN NUTRISI MELALUI NGT
NO Langkah kerjaNILAI
0 1 2Peralatan Suplemen nutrisi yang diprogramkan, Spuit, Gelas atau cangkir, Air putih, Sarung tangan tidak sterilTahap Preinteraksi
1. Cek catatan perawat dan medis2. Cuci tangan3. Siapkan peralatan
Tahap Orientasi1. Berikan salam, identifikasi klien dan panggil klien
dengan namanya2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian
pemasangan NGT pada klien Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan peralatan didekatkan
2. Jelaskan prosedur pada klien 3. Pastikan penempatan selang:
Gunakan sarung tangan Aspirasi dan periksa isi lambung (atau selang
pemberian makan yang lama jika dipasang ulang) atau
Isi spuit dengan 15-20ml udara dan dorong udara sambil mendengarkan suara gemuruh dengan stetoskop diatas area epigastrik
4. Sebelum pemberian makan: Periksa adanya residu: dengan perlahan aspirasi
isi lambung dan perhatikan jumlah residu. Jika residu lebih banyak daripada jumlah yang sebelumnya dimasukkan, masukkan kembali volume yang diaspirasi, hentikan pemberian makan dan beri tahu dokter. Jika ada residu kurang dari yang dimasukkan sebelumnya, masukkan nutrisi sesuai dengan sisanya, misalnya programnya 100 cc, residu 20 maka masukkan nutrisi 80 cc.
Pantau bising usus pada semua kuadran abdomen 5. Bantu klien ke posisi dengan kepala tempat tidur 30-
45 derajat dan pertahankan selama pemberian makanan
6. Sambungkan spuit ke selang NGT dan aspirasi isinya sedikit untuk mengisi selang dan rendahkan spuit
7. Masukkan makanan atau medikasi: Pegang spuit 15 cm diatas tempat insersi selang Isi spuit dengan makanan dan biarkan mengalir dengan perlahan ke dalam selang NGT sampai habis dan bilas dengan air 10 cc. jangan biarkan spuit kosong sampai pemberian makanan dan bilasan selesai
8. Klem selang nasogastrik dan tempatkan klien pada posisi semi-Fowler
9. Merapikan alat dan cuci tanganTahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan baik subyektif dan obyektif seperti adanya mual, muntah
2. Berikan reinforcement
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya4. Akhiri kegiatan
DOKUMENTASI
UNIVERSAL PRECAUTION
A. Infeksi Nosokomial (INOS)
Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam
fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu dari tempat yang
paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi
mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten
terhadap antibiotik.
Infeksi iatrogenic adalah jenis infeksi nosokomial yang diakibatkan oleh
prosedur diagnostic atau terapeutik, contoh : infeksi karena pemasangan
kateter.
Infeksi nosokomial dapat secara endogen maupun eksogen. Infeksi eksogen
didapat dari mikroorganisme ekternal terhadap individu, yang bukan
merupakan flora normal, contoh : infeksi dari Salmonella dan Clostridium
tetanii. Infeksi endogen dapat terjadi bila sebagian flora normal klien berubah
dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan, contoh : infeksi enterokokus dan
streptokokus.
B. Konsep Asepsis
Asepsis artinya adalah tidak adanya patogen yang menyebabkan sakit. Teknik
aseptik adalah usaha mempertahankan klien sebisa mungkin terbebas dari
mikroorganisme (Crow, 1989).
Asepsis medis atau teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk
mencegah penyebaran mikroorganisme, contoh : mencuci tangan, ganti sprei.
Asepsis bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme dari suatu daerah. Sterilisasi membunuh semua
mikroorganisme dan spora. Teknik steril harus digunakan saat melakukan
prosedur infasif.
C. Asepsis Medis
1. Kontrol atau Eliminasi Agen Infeksius
a. Pembersihan
Pembersihan adalah membuang semua material asing seperti kotoran
dan materi organik dari suatu obyek. Bila peralatan terkontaminasi
oleh materi organik seperti darah, feses, mukus atau pus, perawat
menggunakan masker , kacamata pelindung, dan sarung tangan kedap
air.
b. Desinfeksi dan Sterilisasi
Desinfeksi adalah proses yang memusnahkan banyak atau semua
mikroorganisme dengan pengecualian spora bakteri dari obyek yang
mati. Contoh desinfektan : alkohol, klorin, glutaraldehid, dan fenol.
Zat kimia ini dapat membakar dan toksis terhadap jaringan.
Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh
mikroorganisme termasuk spora. Contoh : penguapan dengan
tekanan, gas etilen oksida (ETO).
2. Kontrol atau Eliminasi Reservoar
Contoh: mandi, mengganti balutan, membuang atau mencuci berdih
menggunakan deterjen linen yang kotor, jarum terkontaminasi dibuang
tanpa manutup kembali dan dibuang dalam wadah yang tidak tembus
tusukan, dll.
3. Kontrol terhadap Portal Keluar
Contoh : perawat mengontrol organisme keluar dari saluran pernafasan,
dengan cara menghindari berbicara langsung dengan menghadap wajah
klien atau menghindari berbicara, bersin, atau batuk di atas luka bedah
atau area balutan steril. Perawat yang demam ringan harus memakai
masker khususnya bila mengganti balutan atau melakukan prosedur steril.
Perawat juga harus berhati-hati terhadap eksudat pada saat membuangnya.
4. Pengendalian Penularan
a. Mencuci tangan adalah menggosok seluruh kulit permukaan tangan
dengan sabun secara bersama dengan kuat dan ringkas yang
kemudian dibilas di bawah aliran air.
Tujuan : membuang kotoran dan organisme yang menempel di tangan
dan untuk mengurangi mikroba total pada saat itu.
Perawat mencuci tangan dalam keadaan sebagai berikut :
Jika tampak kotor
Sebelm dan setelah kontak dengan klien
Setelah kontak dengan sumber mikroorganisme
Sebelum melakukan prosedur infasif
Setelah melepaskan sarung tangan
b. Tindakan isolasi adalah penggunaan dengan tepat gown, sarung
tangan, masker dan kacamata serta peralatan dan pakaian pelindung
lainnya.
Gown
Tujuan : mencegah pakaian menjadi kotor selama kontak
dengan klien.
Masker
Tujuan : menghindari menghirup mikroorganisme dari saluran
pernafasan klien dan mencegah penularan patogen dari
saluran pernafasan perawat ke klien
Sarung Tangan
Tujuan : mencegah penularan patogen melalui cara kontak
langsung maupun tidak langsung.
Goggles / Kacamata Pelindung
Tujuan : mencegah perawat terkena percikan droplet, cairan
tubuh atau darah klien.
D. Asepsis Bedah
Asepsis bedah atau teknik steril mengharuskan tindakan menghilangkan atau
membunuh mikroorganisme, termasuk patoge dan spora dari suatu obyek
Indikasi penggunaan teknik steril :
1. Selama prosedur yang mengharuskan perforasi intens pada kulit, contoh
injeksi, pemasangan infus.
2. Pada saat integritas kulit rusak karena trauma, pembedahan, atau terbakar
3. Selama prosedur yang melibatkan tindakan invasif atau pemasukan alat-
alat bedah ke dalam rongga tubuh yang steril.
E. Cuci Tangan
Cuci tangan merupakan tindakan yang penting untuk dilakukan dengan tujuan
mencegah penyebaran mikroorganisme bagik dari petugas kesehatan ke pasien
ataupun sebaliknya. Menurut Larson (1982) dan Aylette (1992) pelaksanaan cuci
tangan tergantung pada:
Intensitas/frekuensi kontak dengan klien dan bahan yang terkontaminasi
Tingkat atau jumlah kontaminasi yang terjadi
Ketahanan klien dan tim kesehatan terhadap infeksi
F. Cuci tangan harus dilaksanakan pada saat:
Awal mulai shift
Sebelum dan sesudah kontak dengan klien
Sebelum melaksanakan prosedur invasif
Sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka
Setelah kontak dengan cairan tubuh, meskipun menggunakan sarung
tangan
Setelah selesai shift
Pelaksanaan cuci tangan minimal dilakukan 10-15 detik. Penggunaan
cairan antimikroba pada saat cuci tangan dapat menurunkan jumlah
mikroba.
G. Penggunaan Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk mencegah terjadinya transmisi patogen baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penggunaan sarung tangan menurut
Center for Disease Control and Prevention (CDC) dapat menurunkan:
Kemungkinan terjadinya kontak dengan mikroorganisme yang infeksius
Risiko penyebaran flora andogen dari petugas ke klien
Risiko penyebaran mikroorganisme dari klien ke petugac
H. Sarung tangan digunakan pada saat:
Mengalami luka pada kulit
Melakukan prosedur invasif
Berisiko untuk terpapar dengan darah dan cairan tubuh
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN CUCI TANGAN
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2
A CUCI TANGAN DENGAN PRINSIP BERSIH
I Tahap Pra Interaksi
1. Siapkan alat-alat, meliputi :
a. Sabun cair atau Hibiscrub
b. Air yang mengalir
c. Handuk kering pada tempatnya
2. Menjelaskan tujuan cuci tangan bila perlu
II Prosedur Cuci Tangan
1. Melaksanakan prosedur sesuai dengan ketentuan :
a. Kuku dipotong pendek
b. Lepaskan semua perhiasan
c. Periksa tangan apakah ada perlukaan atau lecet
2. Berdiri menghadap sink (wastafel) jangan menempel pada wastafel.
3. Basahi tangan dengan posisi tangan pada siku lebih tinggi daripada
ujung-ujung jari.
4. Menyabuni tangan, jika menggunakan sabun cair atau hibiscrub
5. Lakukan cuci tangan dengan tekhnik 7 langkah
6. Tutup kran dengan tisu, kassa, siku, lutut, atau kaki sesuai tempat kran
yang ada.
7. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk kering.
B CUCI TANGAN STERIL
I Tahap Pra Interaksi
1. Siapkan alat-alat, meliputi :
a. Sabun cair atau Hibiscrub
b. Air yang mengalir
c. Celemek atau scot
d. Handuk pada tempatnya
e. Sarung tangan steril
2. Menjelaskan tujuan cuci tangan steril bila perlu
II Prosedur Cuci Tangan Steril
1. Lihat kembali persiapan alat dan sarana apakah sudah komplit atau
belum.
2. Memakai celemek.
3. Buka kran
4. Basahi tangan dan busakan sabun dengan menggunakan telapak tangan
5. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari bagian luar
6. Gosok bagian dalam sela-sela jari
7. Gosok buku-buku jari
8. Gosok jempol dan lengkungannya dan lakukan pada tangan satunya
secara bergantian
9. Gosok ujung jari/kukuatau bersihkan denganpembersih kuku
10. Baguh pergelangan tangan sampai ke siku secara melingkar
11. Gunakan handuk untuk mengeringkan tangan mulai dari jari-jari kea rah
siku, lakukan gerakan melingkar.
12. Tutup kran
13. Pertahankan posisi tangan di bagian depan dengan jari-jari di bagian
atas.
C MEMAKAI SARUNG TANGAN STERIL
1. Cuci tangan dan keringkan tangan
2.Letakkan set sarung tangan steril pada tempat yang bersih, kering dan rata
setinggi atas pinggang
3.Buka pembungkus sebelah luar dengan hati-hati dengan hanya menyentuh
bagian luarnya saja dan Identifikasi tangan kanan dan kiri
4.
Dengan menggunakan tangan yang tidak dominant, ambil ujung sarung
tangan steril yang terlipat dan angkat dengan hati-hati dengan ujung jari
sarung tangan mengarah ke bawah. Hindari sarung tangan bersentuhan
dengan benda yang tidak steril
5.Masukkan tangan dominant ke dalam sarung tangan secara hati-hati dan
tarik secara hati-hati
6.Masukkan jari-jari tangan (kecuali ibu jari) yang bersarung ke dalam lipatan
sarung tangan yang belum terpasang dan angkat sarung tangan ke atas.
7.Masukkan tangan yang tidak dominant ke dalam sarung tangan. Atur sarung
tangan yang terpasang dengan hanya menyentuh daerah yang steril saja.
D MELEPAS SARUNG TANGAN
1.
Dengan menggunakan tangan yang dominant, ambil ujung sarung tangan
dan lepaskan dengan cara membalikkannya dengan daerah yang
terkontaminasi pada sebelah dalam. Pegang sarung tangan yang sudah
terlepas pada tangan yang dominant
2.
Masukkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan ke dalam
sarung tangan yang masih terpasang. Pegang bagian dalam sarung tangan
dan lepaskan dengan bagian dalam sarung tangan di sebelah luar.
3. Letakkan sarung tangan pada tempatnya dan cuci tangan kembali.
ISOLATION TECHNIC
I. Menggunakan Masker, Gown, dan Goggles
II. Prosedur Memasuki dan Keluar dari Ruang Isolasi
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2I Tahap Pra Interaksi
1. Siapkan alat-alat, meliputi :a. Maskerb. Gownc. Pelindung mata (goggles)d. Sarung tangan sekali pakaie. Peralatan lain yang tepat (peralatan bergantung pada asuhan
yang diberikan)2. Tinjau ulang hasil pemeriksaan laboratorium3. Cuci tangan
II Prosedur Mengenakan Masker1. Cari ujung atas masker, masker biasanya mempunyai lempengan
logam tipis di sepanjang pinggirnya.2. Pegang masker pada bagian atas kedua tali atau kait.3. Talikan kedua tali secara pas di belakang atas kepala, dengan tali
diatas telinga.4. Dua tali di bawah diikatkan secara pas di belakang leher leher,
maskernya pas di bawah dagu.5. Dengan lembut, tekan bagian atas logam di atas tonjolan hidung.
III Prosedur Memasuki Ruang Isolasi1. Gunakan gown, masker, dan sarung tangan dengan tepat.
a. Pakai gown, yakinkan pakaian ini menutupi semua pakaian luarb. Gunakan sarung tangan, bila digunakan dengan gown,
masukkan tepi gown ke dalam lipatan sarung tangan.c. Gunakan masker bedah mengitari mulut dan hidungd. Kenakan pelindung mata atau goggles
2. Masuki ruangan isolasi klien3. Kaji tanda vital klien4. Memberikan obat pada klien dan berikan penyuluhan pada klien
mengenai obat5. Berikan personal hygiene dan berikan penyuluhan pada klien
mengenai kebersihan dan alas an isolasi.
6. Kumpukan specimen dan berikan penyuluhan pada klien mengenai perlunya pengumpulan specimen. Gunakan teknik yang tepat dan aman dalam pengumpulan specimen dan pastikan bahwa wadah specimen ditutup rapat dan permukaan bagian luar wadah tidak kotor. Beri label identitas klien pada wadah specimen.
IV Tahap Terminasia. Evaluasi hasil yang telah dicapaib. Beri reinforcement positif pada klien1. Tinggalkan ruang isolasi
a. Lepaskan ikatan gown pada pergelangan tangan dan lepaskan sarung tangan
b. Lepaskan ikatan atau tarik masker dari telinga dan buang ke dalam wadah
c. Lepaskan gown, biarkan gown jatuh dari bahu, lepaskan tangan dari lengan gown tanpa menyentuh bagian luar. Pegang gown bagian dalam pada bahu dan lipat dari dalam ke luar. Buang dalam kantung cuci.
d. Lepaskan goggles2. Cuci tangan selama minimal 10-15 detik
V DokumentasiTOTAL NILAI
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara
melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi), dan mendengarkan.
Pengkajian Fisik sistem "head to toe" meliputi :
a. Sistem Syaraf Pusat
b. Sistem Jantung dan pembuluh darah
c. Sistem Pernafasan
d. Sistem Pencernaan
e. Sistem Perkemihan
f. Sistem Integumen
g. Sistem Muskuloskeletal
h. Sistem Physikososial
Ada 2 metode pendekatan dalam pemeriksaan fisik yaitu pendekatan
sistem tubuh dan pendekatan head to toe (ujung kepala – ke kaki). Sangat
direkomendasikan kita mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut Sangat baik
jika kita sebagai perawat/bidan memulai pemeriksaan fisik dari kepala dan leher,
kemudian ke dada, dan abdomen, daerah pelvis, genital area, dan terakhir di
ekstremitas (tangan dan kaki). Dalam hal ini dapat saja beberapa sistem tubuh
dapat dievaluasi sekaligus, sehingga pendokumentasiannya dapat dilakukan
melalui pendekatan sistem tubuh. Tehnik yang dilakukan meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Umumnya semua berurutan, kecuali pengakajian
fisik di abdomen yang auskultasi dilakukan setelah inspeksi. Inspeksi dilakukan
melalui pengamatan langsung, termasuk dengan pendengaran dan penciuman,
sedangkan palpasi dengan menggunakan tangan kita untuk merasakan tekstur
kulit, meraba adanya massa di bawah kulit, suhu tubuh dan vibrasi/getaran juga
dapat dipalpasi. Berbeda dengan perkusi yang digunakan untuk mendengar suara
yang dipantulkan jaringan tubuh di bawah kulit atau struktur organ. Suara yang
dihasilkan dari ketukan tangan kita dapat dinilai dari timpani atau resonan dan
dull atau flat, sedangkan auskultasi dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan suara organ tubuh, dan penting untuk mengkaji sistem pernapasan,
jantung dan sistem pencernaan.
Kriteria pemeriksaan fisik yang penting adalah meliputi :
a. Tanda-tanda vital / vital sign (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah)
b. Observasi keaadaan umum pasien dan perilakunya
c. Kaji adanya perubahan penglihatan dan pendengaran
d. Pengakajian head to toe seluruh sistem tubuh dengan memaksimalkan
tehnik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Berikut ini merupakan detail pemeriksaan fisik, yang meliputi head to toe dan
pendekatan sistem tubuh adalah :
Sistem syaraf pusat
1. Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran : dengan
melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap waktu,
tempat dan orang
2. Kaji status mental
3. Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi,
durasi, tipe dan pengobatannya.
4. Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami
gangguan. Kaji adanya hilang rasa, rasa terbakar/panas dan baal.
5. Kaji fungsi motorik seperti : genggaman tangan, kekuatan otot,
pergerakan dan postur
6. Kaji adanya kejang atau tremor
7. Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang
mempengaruhi SSP.
Sistem Kardiovaskular
1. Kaji nadi : frekuensi, irama, kualitas (keras dan lemah) serta tanda
penurunan kekuatan/pulse deficit
2. Periksa tekanan darah : kesamaan antara tangan kanan dan kiri atau
postural hipotensi
3. Inspeksi vena jugular seperti distensi, dengan membuat posisi semi
fowlers
4. Cek suhu tubuh dengan metode yang tepat, atau palpasi kulit.
5. Palpasi dada untuk menentukan lokasi titik maksimal denyut
jantung
6. Auskultasi bunyi jantung S1- S2 di titik tersebut, adanya bunyi
jantung tambahan, murmur dan bising.
7. Inspeksi membran mukosa dan warna kulit, lihat tanda sianosis
(pucat) atau kemerahan
8. Palpasi adanya edema di ekstremitas dan wajah
9. Periksa adanya jari-jari tabuh dan pemeriksaan pengisian kapiler di
kuku
10. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan (epistaksis, perdarahan saluran
cerna, phlebitis, kemerahan di mata atau kulit.
11. Kaji obat-obatan yang mempengaruhi sistem kardiovaskular dan
test diagnostik.
Sistem Respirasi (Pernapasan)
1. Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi
2. Kaji respiratory rate, irama dan kualitasnya
3. Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk diameter
anterior dan posterior thorax, dan adanya gangguan spinal
4. Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema
5. Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal (vesikular,
bronkovesikular, atau bronkial) dan kaji juga adanya bunyi paru patologis
(wheezing, cracles atau ronkhi)
6. Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya sputum/dahak, cek
warna, konsistensi dan jumlahnya dan apakah disertai darah
7. Kaji adanya keluhan SOB (shortness of breath)/sesak napas, dyspnea dan
orthopnea
8. Inspeksi membran mukosa dan warna kulit
9. Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi
pernapasan pasien
10. Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan berapa
lama telah merokok
11. Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test diagnostik
Sistem Pencernaan
1. Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna kulit dan pola
pembuluh vena (venous pattern)
2. Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus
3. Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau distensi, adanya nyeri
tekan, adanya massa atau asites
4. Kaji adanya nausea dan vomitus
5. Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet
6. Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien untuk menelan
7. Kaji adanya perubahan berat badan
8. Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flatus
9. Inspeksi adanya ileostomy atau kolostomi, yang nantinya dikaitkan dengan
fungsi (permanen atau temporal), kondisi stoma dan kulit disekitarnya, dan
kesediaan alat
10. Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien miliki terkait
sistem GI
Sistem Perkemihan
1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan
dan ada/tidaknya sedimen
2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria,
serta riwayat infeksi saluran kemih
3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)
4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau
urostomy atau supra pubik kateter
5. Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait
dengan sistem perkemihan
Sistem Integumen
1. Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum
kulit (jaundice, kering)
2. Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor
3. Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb
4. Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus
5. Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu
6. Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument
Sistem muskuloskeletal
1. Kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme
2. Kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi
3. Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion),
kekuatan otot
4. Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh
5. Kaji adanya tanda-tanda fraktur atau dislokasi
6. Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem
musculoskeletal
Sistem Physikososial
1. Kaji perasaan pasien tentang kondisinya dan penyakitnya
2. Kaji tingkat kecemasan, mood klien dan tanda depresi
3. Kaji pemenuhan support sistem
4. Kaji pola dan gaya hidup klien yang mempengaruhi status kesehatan
5. Kaji riwayat penyalah gunaan obat, narkoba, alkohol, seksual abuse,
emosional dan koping mekanisme
6. Kaji kebutuhan pembelajaran dan penyuluhan kesehatan
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA, MUKA, DAN LEHER
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2I. KEPALA
1. Cuci tangan2. Jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien3. Atur posisi pasien duduk atau berbaring4. Inspeksi kepala di semua sudut yang meliputi ukuran, bentuk, dan
kesimetrisan dengan urutan : tulang frontalis, parietalis oksipitalis, mastosides prosessus, mandibula, maksila, dan psikosomatik.
5. Palpasi kepala dan rasakan adanya benjolan-benjolan atau massa. Gunakan gerakan memutar yang lembut dengan ujung jari, lakukan mulai dari depan kemudian turun ke bawah melalui garis tengah kemudian palpasikan setiap sudut bagian kepala.
6. Palpasi nodus limfatikus pada bagian oksipital. Auskultasi diatas daerah oksipital, temporal, dan orbital dengan adanya bruits.
II. MUKA1. Cuci tangan2. Jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien
3. Atur posisi duduk atau berbaring4. Inspeksi kulit muka, lihat warnanya, distribusi, dan kondisi rambut,
dan struktur: alis mata, mata, hidung, mulut, dan telinga. Lihat ukuran dan kesimetrisan organ tersebut.
5. Perintahkan pasien untuk mengangkat alis mata6. Kerutkan dahi atau turunkan alis mata, urut mata secara kencang,
kembungkan pipi, kemudian tersenyum dengan menunjukkan gigi-gigi.
III. LEHER1. Inspeksi leher lihat apa berdiri tegak dan lihat otot-otot leher
(sternocleimastoid dan trapezius)2. Instruksikan pasien untuk :
a. Menggerakkan dagu ke arah dada (fleksi kepala)b. Mengangkat kembali kepala seperti semula kemudian tarik dagu
ke arah belakang (hiperekstensi kepala)c. Gerakkan kepala sehingga telinga mendekati bahu (fleksi lateral).
Dan lakukan di sisi lainnya. Putar kepala ke arah kanan dan ke kiri.
3. Instruksikan pasien untuk memutar kepala pada sisi dengan letakkan kedua tangan pemeriksa pada kepala pasien melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
4. Letakkan kedua tangan pemeriksa pada kedua bahu pasien kemudian tekan kedua bahu pasien.
5. Instruksikan pasien untuk mengangkat kedua bahu dengan melawan tahanan tangan pemeriksa.
IV. TRAKHEA1. Palpasi trachea, cek adanya defiasi lateral dengan : letakkan satu atau
dua ujung jari dan ibu jari pada trachea titik supra sternal.2. Kemudian gerakkan jari ke arah lateral ke sisi kiri dan kanan sampai
garis klavikula.V. KELENJAR TYROID
1. Inspeksi kelenjar tyroid dengan cara :a. Pemeriksa berdiri di depan pasienb. Observasi setengah bagian bawah dari leher dan garis kelenjar
tyroid lihat kesimetrisan kelenjar dan ada tidaknya pembesaran kelenjar massa.
c. Instruksikan pasien untuk hiperekstensi kepala dan lakukan gerakan memutar.
2. Atur posisi pemeriksa dengan berdiri di samping atau di depan pasien pada saat melakukan palpasi kelenjar tyroid.
3. Anjurkan pasien untuk merendahkan dagu secara perlahan-lahan.Untuk posisi pemeriksa di bagian belakang:
4. Tempatkan tangan pemeriksa melingkari leher pasien dengan ujung-ujung jari pada setengah bagian bawah leher di atas trachea . Anjurkan pasien untuk menelan dan rasakan adanya pembesaran kelenjar tyroid.
5. Untuk memeriksa kelenjar tyroid lobus kanan anjurkan pasien untuk merendahkan dagu secara perlahan-lahan kemudian putar kepala perlahan ke arah kiri (ke bagian yang akan diperiksa). Dengan jari-jari kanan pemeriksa gerakan dengan perlahan-lahan trachea ke arah kanan.
6. Dengan jari-jari tangan kanan pemeriksa palpasi lobus kanan kelenjar tyroid dan cek adanya pembesaran kelenjar, adanya massa atau benjolan-benjolan.
7. Anjurkan pasien untuk menelan saat pemeriksa melakukan palpasi.8. Ulangi tindakan no.5 untuk memeriksa kelenjar tyroid lobus kiri.
Untuk posisi pemeriksa di bagian depan:9. Tempatkan ujung dan pertengahan jari-jari pemeriksa di atas trachea,
palpasikan istmus tyroid. Anjurkan pasien untuk menelan pada waktu pemeriksaan ini.
10. Untuk memeriksa kelenjar tyroid lobus kanan anjurkan pasien untuk merendahkan dagunya perlahan-lahan dan putar kepala pasien kea rah kiri perlahan-lahan
11. Dengan jari-jari pemeriksa dorong trakea perlahan kea rah kanan pasien (kiri pemeriksa).
12. Dengan ujung jari kiri anda palpasikan lobus kanan kelenjar tyroid13. Untuk memeriksa lobus kiri kelenjar tyroid ulangi langkah 10.14. Jika diyakini pembesaran kelenjar tyroid auskultasikan daerah tyroid
cek adanya bunyi bruitsVI. NODUS LIMFATIKUS
1. Cuci Tangan2. Jelaskan prosedur dan tujuan pada pasien3. Atur posisi pasien duduk atau berbaring4. Untuk palpasi adanya kelenjar limfe pada leher, lakukan tindakan:5. Palpasikan seluruh kelenjar limfe6. Posisikan pasien dan pemeriksa saling berhadapan7. Palpasikan semua kelenjar limfe putar kepala pasien perlahan-lahan
ke depan atau kea rah sisi yang akan diperiksa8. Palpasi nodus/kelenjar dengan menggunakan ujung-ujung jari gerakan
ujung dengan lembut dengan pergerakan rotasi
9. Saat memeriksa nodus submental dan submandibula letakkan ujung jari di bawah mandibula, tekan kulit dan jaringan subkutan secara lateral ke atas permukaan mandibula, sehingga terbentuk gerakan-gerakan memutar-mutar di atas nodus
10. Saat memalpasi nodus subklavikula, anjurkan pasien untuk memutar kepala ke arah depan
11. Gunakan tangan anda yang terdekat untuk memeriksa12. Gunakan tangan pemeriksa yang bebas untuk memfleksikan kepala
pasien ke depan13. Kaitkan indeks anda dan ibu jari ketiga anda di atas lateral klavikula
untuk mempalpasi otot-otot sternocleidomastoid. Saat palpasi nodus cervikalis anterior da posterior gerakkan ujung jari anda secara perlahan-lahan dengan gerakan memutar terhadap otot-otot sternocleidomastoid dan trapezius. Untuk mempalpasi nodus servikalis bagian dalam putar atau tekan ujung jari anda di sekitar otot-otot sternoclidomastoid
VII. PENGKAJIAN HIDUNG DAN SINUS1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur dan tujuan pada pasien3. Palpasikan hidung luar secara perlahan-lahan4. lihat kedua lubang hidung dengan menggunakan speculum hidung5. Liat garis dari hidung (mukosa dan rambut hidung)6. Tulis jika garis terdapat kemerahan, bengkak, pertumbuhan ataupun
cairan7. Lihat posisi septum nasal diantara dua lubang hidung8. Lihat turbinates inferior dan tengah9. Lihat membrane mukosa, cek adanya cairan yang purulen atau polip
hidungVIII. PENGKAJIAN SINUS-SINUS
1. Palpasi sinus-sinus maxilla dan frontalis2. Transilluminate sinus-sinus frontalis dengan menempatkn pain light
ke dalam supraorbital ridge dari tulang frontalis, tindakan ini sangat baik dilakukan di ruang yang gelap
3. Transilluminate sinus-sinus maxilaris dengan menempatkan sebuah pen light di mulut pasien dengan menyinari pada sisi kanan dan kiri
4. Tulis pengkajian anda pada lembar keperawatan
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN MATA
No Aspek yang Dinilai Nilai
0 1 2I. PERGERAKAN EKSTRA OKULAR (Sixcardinal Fileds of Gaze/
Membedakan Koordinasi dan Pergerakan Mata)1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur dan tujuan3. Berdirilag secara berhadapan di depan pasien dan pegang penlight pada
jarak yang aman lebih kurang 30-an di depan mata pasien4. Mintalah pasien untuk memegangi kepalanya pada posisi muka yang
bermacam-macam dan ikuti pergerakan penlight dengan menggerakan mata saja
5. Gerakkan penlight secara perlahan-lahan utamanya melewati garis keenam garis lapang pandang. Dan garis tengah mata kea rah garis pinggir kemudian ke tengah
6. Hentikan pergerakan penlight secara periodicII. COVER DAN COVER PATCH TEST (Menentukan Kesejajaran Mata)
1. Pasien menatap ke depan pada “fixed point”, contoh pegang penlight 15 cm di depan mata.
2. Tutup satu mata pasien dengan penutup mata sementara mata yang tidak ditutup diobservasi.
3. Angkat penutup mata dan observasi pergerakan mata yang baru saja dibuka.
4. Ulangi tindakan 1-3 untuk mata yang lain.
III.TES REFLEKS CAHAYA CORNEAL (Menentukan Kesejajaran Mata)1. Gelapkan ruangan2. Anjurkan pasien untuk menatap lurus ke depan.3. Nyalakan penlight dari sisi samping ke arah hidung.4. Observasi refleks cahaya pada kedua kornea.
IV. LAPANG PANDANGMetode Konfrontasi Lapang Pandang Perifer (Untuk Menentukan Fungsi Retina, Jalur Neuron Visual ke Otak, dan Fungsi Syaraf Kranialis II/ Syaraf Opticus)1. Instruksikan pasien untuk duduk berhadapan langsung dengan pemeriksa
pada jarak 60-90 cm.2. Instruksikan pasien untuk menutup mata kiri dan instruksikan untuk
melihat secara langsung hidung pemeriksa.3. Tutup/ tutupi mata pemeriksa yang berlainan dengan mata yang ditutup
pasien dan lihat secara langsung hidung pasien.4. Pegan sebuah benda (penlight/ pensil) di tangan pemeriksa, rentangkan
tangan pemeriksa dan gerakkan benda tersebut dari lapang pandang dari
titik yang berbeda ke samping.5. Untuk mengetes lapang pandang temporal mata kanan, rentangkan dan
gerakkan tangan kiri pemeriksa dari arah kanan pasien.6. Untuk mengetes lapang pandang bagian atas dari mata kanan, rentangkan
dan gerakkan tangan kiri pemeriksa turun ke bawah dari pinggir atas.7. Untuk mengetes lapang pandang bagian bawah dari mata kanan,
rentangkan dan gerakkan mata kiri dari pinggir bawah normal lapang pandangnya 70 derajat.
8. Untuk mengetes lapang pandang nasal dari lapang pandang mata kanan, gerakkan tangan kanan anda dari perifer ke tengah Lapang pandang nasal, nilai normalnya 50 derajat dari titik poin/ sentral.
9. Ulangi langkah-langkah diatas untuk mata kiri pasien dengan cara yang terbalik.
V. STRUKTUR MATA EKSTERNAL1. Anjurkan pasien untuk duduk sejajar ketinggian mata di depan
pemeriksa.2. Inspeksi struktur mata eksternal pada : alis mata (inspeksi distribusi
rambut alis mata dan kesejajaran, kualitas kulit, dan pergerakannya)3. Anjurkan pasien untuk menaikkan dan menurunkan alis mata.4. Inspeksi bulu mata, lihat kesamaan distribusi dan kelecatannya.
VI. KELOPAK MATA1. Inspeksikan karakteristik kelopak mata (kualitas dan tekstur kulit),
posisi, kemampuan untuk menutup, mengedip, dan frekwensi untuk mengedip.
2. Untuk menginspeksi kelopak atas, minta pasien untuk menutup kedua mata. Angkat alis mata dengan ibu jari dan jari telunjuk anda. Tulislah warna kulit, tekstur kulit, dan penutupan kelopak mata.
3. Untuk inspeksi mata bawah, minta pasien untuk membuka kedua bola mata. Tulis karakteristik kelopak atas, kemampuan untuk mengedip, frakwensi untuk mengedip dan posisi kelopak mata hubungannya dengan kornea.
VII. KELENJAR LAKRIMAL1. Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimalis. Tulis jika ada edema atau
tegang.2. Inspeksi dan palpasi kantung lakrimal dan saluran nasolakrimal.
Observasi adanya edema diantara kelopak bawah dan hidung, lihat adanya peningkatan air mata dengan menggunakan ujung jari telunjuk. Palpasi bagian dalam bawah orbital Rim dekat cantus bagian dalam dan bukan bagian luar hidung.
VIII. BULBAR KONJUNGTIVA
1. Regangkan kelopak mata pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk. Beri tekanan diatas bagian atas dan bagian awah tulang orbital.
2. Minta pasien untuk melihat ke atas dan ke bawah dari sisi samping ke sampingnya.
3. Inspeksi konjungtiva lihat warna, tekstur, dan adanya lesi.IX. PALPEBRA KONJUNGTIVA
1. Pemeriksa memerlukan “Eversion” dari kelopak mata2. Evert kedua kelopak bawah. Perintahkan pasien untuk melihat ke depan
dan dengan lembut “retract” kelopak bawah dengan jari telunjuk anda. Lihat konjungtiva: warna, tekstur, dan ada tidaknya lesi.
3. Evert kelopak mata atas hanya jika dicurigai ada masalah :a. Perintahkan pasien untuk melihat ke bawah dan pertahankan mata
sedikit terbuka.b. Dengan lembut pegang bulu mata dengan jari telunjuk dan jempol
anda. Tarik bulu mata dengan lembut ke arah bawah.c. Tempatkan sebuah cotton bud 1 cm diatas pinggir kelopak dan
dorong cotton bud tersebut dengan lembut ke arah atas sementara anda tetap memegang bulu mata.
d. Pegang bagian pinggir dari everted lid atau kelopak mata, sentuhlah dari pinggir tulang orbit bagian atas dengan cotton bud atau jari telunjuk anda.
e. Inspeksi konjungtiva lihat warna, tekstur, lesi, dan adanya benda asing.
f. Dengan lembut tarik bulu mata dan minta pasien untuk melihat dan mengedip.
X.TEST SENSIVITAS KORNEA (Membedakan Fungsi dari Syaraf Cranial V Trigeminal)1. Minta pasien untuk tetap membuka kedua mata dan melihat ke depan.2. Dengan sebuah kapas (but lancip) dari belakang dan pinggir pasien
sentuh kornea dengan kapas tersebut.3. Respon mengedip normal terjadi jika kornea disentuh menandakan
syaraf trigeminal baik.XI. KORNEA
1. Minta pasien untuk melihat lulus ke depan2. Pegang penlight pada sudut oblique dari mata dan gerakan sinarnya
perlahan melintasi permukaan kornea3. Lihat kebeningan dan tekstur kornea
X. BILIK ANTERIOR1. Gunakan senter oblique yang sama untuk tes kornea2. Inspeksi bilik anterior lihat transparansi dan kedalaman. Normalnya
tidak ada bayangan dari sinar pada iris indikasi adanya bulging iris. Bengkaknya bilik anterior dan predisposisi glaucoma.
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PENGKAJIAN PENDENGARAN
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2I. SUARA BISIKAN
1. Berdirilah 30-60 cm dari pasien dengan posisi pasien tidak dapat membaca gerakan bibir anda.
2. Mintalah pasien untuk menutup salah satu telinga dengan menempelkan tangan atau jari-jari pada telinga.
3. Bisikkan beberapa angka-angka yang tidak berurutan dan mintalah pasien untuk mengatakan pada anda apa yang ia dengar. Naikkan (keraskan) suara bisikan sampai pasien dapat mengidentifikasi minimal 50% dari angka yang disebutkan.
4. Ulangi proses tersebut untuk telinga yang satunya.II. SUARA DETAK JANTUNG
1. Suara detak jam memiliki suara yang lebih tinggi dari suara manusia.2. Minta pasien untuk menutup satu telinga. Diluar penglihatan pasien
tempatkan detakan jam 2-5 cm dari kuping yang tidak ditutup.3. Tanyakan pada pasien apakah ia mendengar bunyi tersebut.4. Ulangi pada telinga yang satunya.
Keterangan: Test ini hanya bertujuan untuk screening.
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN JANTUNG
DAN PARU
I. Pemeriksaan Thorax Inspeksi
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2
1.Memberikan penjelasan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Melakukan inspeksi dari depan dan belakang penderita:a. Bentuk thorax depan dan belakang.b. Mencari adanya deviasic. Keadaan spatium intercostal pada waktu inspirasi dan ekspirasi
d. Mencari pulsasi iktus cordise. Mencari bendungan venosa
TOTAL NILAI
II. Pemeriksaan Thorax Palpasi
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 21. Memberikan penjelasan prosedur yang akan dilakukan
2.Merasakan perbandingan gerakan nafas kanan dan kiri dengan berdiri di belakang penderita meletakkan telapak tangan pada punggung penderita di kanan dan kiri thorax penderita.
3.Membandingkan fremitus suara kanan dan kiri dengan meletakkan kedua tangan pada punggung penderita di kanan dan kiri tulang belakang (pengucapan 99 atau 77)
4.Meraba iktus cordis dengan ke-4 jari tangan pada ruang intercostal 4 dan 5 dengan ibu jari pada line medio klafikularis kiri.
TOTAL NILAI
III.Pemeriksaan Thorax Auskultasi
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 21. Memberikan penjelasan prosedur yang akan dilakukan.2. Meminta penderita menarik nafas dengan pelan-pelan, mulut
terbuka.3. Melakukan auskultasi dengan urutan yang benar. 4. Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat yang
diperiksa.5. Melakukan auskultasi pada sisi samping dada kanan dan kiri.6. Melakukan auskultasi pada dinding punggung dengan urutan yang
benar7. Mencatat hasil yang didapat
IV. Pemeriksaan Thorax Perkusi
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 21. Memberikan penjelasan prosedur yang akan dilakukan.2. Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah
membandingkn kanan-kiri3. Melakukan perkusi dalam di daerah-daerah supra klavikula
4.Meminta penderita untuk mengangkut kedua tangan dan memperkusi mulai dari ketiak
5. Menentukan garis tepi hati
6.Melakukan perkusi untuk mencari batas paru dan hati dan memberi tanda
Perkusi Thorax Belakang7. Penderita diminta duduk
8.Melakukan perkusi dari atas ke bawah, membandingkan kanan-kiri
9. Menentukan batas pengembangan paruTOTAL NILAI
V. Menentukan Batas-Batas Jantung
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 21. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan2. Menyiapkan penderita (diminta berbaring dan membuka baju)3. Melakukan perkusi dengan teknik yang benar
4.Menentukan batas kiri jantung dengan melakukan perkusi dari sisi lateral kiri ke medial
5.Menentukan batas kanan jantung dengan melakukan perkusi dari sisi kanan ke kiri
6.Menentukan batas atas jantung dengan melakukan perkusi dari atas (fossa supraclavikula) ke bawah
7.Selama perkusi dapat menghasilkan perubahan suara dari sonar ke redup jantung
8.Dapat menyebutkan batas-batas jantung sesuai dengan pemeriksaan di atas.
TOTAL NILAI
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN PERUT
(ABDOMEN)
NoAspek yang Dinilai
Nilai0 1 2
Persiapan Alat :1. Stethoskop2. Arloji3. Meteran
A. Tahap Pra Interaksi1. Lakukan verivikasi order yang ada untuk pemeriksaan perut
(abdomen)2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi2. Memperkenalkan nama perawat3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarganya4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
C. Tahap Kerja1. Memberikan kesempatan bagi klien untuk bertanya sebelum
melakukan tindakan.2. Menanyakan keluhan utama saat ini3. Memulai kegiatan sesuai dengan prosedur4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana5. Pelaksanaan:a. Pemeriksaan Abdomen
InspeksiPerhatikan : Bentuk atau keadaan secara umum- distensi permukaan abdomen- adanya retraksi atau tonjolan- adanya asimetrisPerhatikan gerakan kulit sehubungan dengan pernafasan:
1) Letakkan telapak tangan pemeriksa pada abdomen di bawah iga terakhir kanan. Jari-jari menunjuk miring ke atas dan jadikan garis ini sebagai batas tekanan.
2) Pasien diminta melakukan nafas dalam 3) Pada saat itu perawat merasakan tepi dari hati mendorong
jari-jari tangan kanan.4) Apabila hal ini tidak terasakan, lakukan palpasi lebih ke atas
atau ke bawah5) Akan lebih jelas apabila pada saat inspirasi pemeriksa
menekan tangan kanan ke atas.6) Lakukan palpasi kandung empedu seperti palpasi hati
dengan letak normal pada garis line medioklavikularis. Tentukan lokasi tepi hati dan tunjukkan dengan jumlah jari dari bawah arkus kosta.
7) Tentukan kesan : permukaan, konsistensi, tepi, dan adanya benjolan, serta adakah nyeri tekan
b. Pemeriksaan LimpaTujuan : Mendapatkan kesan ukuran dan konsistensi dari limpa.Palpasi :1) Posisi perawat dan pasien tetap2) Letakkan telapak tangan kiri di sisi kiri belakang pasien
sebelah bawah iga terakhir.3) Tekankan tangan ke atas secara ringan.4) Letakkan telapak tangan kanan pada sisi kiri abdomen5) Pasien diminta nafas dalam6) Pada saat itu apabila ada pembesaran limpa akan terasakan
dorongan tepi limpa pada jari-jari tangan kanan7) Tentukan besarnya limpa8) Bila ada pembesaran, nyatakan konsistensinya.
c. Pemeriksaan Alat-Alat Lain1) Palpasi pada ginjal
- Pada keadaan normal ginjal tidak teraba - Lakukan palpasi ginjal kanan. Caranya sama dengan
palpasi liver, hanya penekanan tangan kanan agak lebih tegas dan dalam.
- Untuk palpasi ginjal, tangan kanan lebih condong membuat gerakan ke atas.
- Kemudian palpasi ginjal kiri, posisi tangan kiri lebih ke bawah pada daerah lumbal dibanding palpasi limpa. Tangan kanan lebih ke medial.
- Lakukan tes balotemen : Letakkan telapak tangan pada bagian kanan atau
kiri Dengan jari-jari tangan kiri di belakang pinggang
pasien, buatlah gerakan sentilan yang agak kuat ke atas
Tangan kanan akan merasakan gerakan sentilan tadi. Hal ini menyatakan balotemen ginjal positif.
2) Palpasi kandung kemih (vesica urinaria)- Lakukan palpasi di bawah pusat (umbilicus) ke arah
bawah mendekati simfisis.
- Usahakan menilai besar dari keregangan kandung kemih. Umumnya tepi kandung kemih berbentuk konveks.
- Jangan terkecoh dengan cairan intra abdominal (asites) atau kehamilan
3) Palpasi aorta dan arteri lainnya- Lakukan palpasi di atas pusat dan sedikit ke kiri dari
linea mediana- Rasakan adanya pulsasi aorta- Demikian juga pulsasi arteri iliaka komunis dapat
diraba lebih ke distal dari tempat di atas.4) Palpasi daerah lain
- Mulailah dari regio epigastrium- Lakukan palpasi secara sistemik untuk mendapatkan
kesan kontur dan kolon- Lanjutkan palpasi pada daerah inguinal, perhatikan
adanya benjolan, inflamasi, atau kelainan lainnya.PERKUSITujuan : Untuk mendapatkan kesan bentuk dan ukuran alat serta adanya kelainan intra abdominal.Pelaksanaan :1) Lakukan perkusi secara sistematis2) Dari perkusi dapat ditemukan :
- suara timpani di atas ruang-ruang udara- suara pekak di atas alat-alat rongga perut
3) Perhatikan perkusi pada daerah hati dan kantung empedu. Dengan perkusi dapat ditentukan batas paru, hati, dan tepi dari hati.
4) Adanya cairan intra abdominal dapat ditentukan dengan perkusi. Pasien diminta berbaring mula-mula ke sisi kanan lakukan palpasi dari atas ke bawah akan terdengar pekak di bagian bawah. Kemudian penderita beralih ke posisi kiri dan lakukan perkusi seperti tadi, suara pekak akan terdengar pada sisi kiri.
AUSKULTASITujuan mendapatkan kesan fungsi lambung (gaster), usus kecil (intestinum) dan pembuluh darah intra abdominal.Pelaksanaan:Letakkan stetoskop seperti pada gambar, lakukan auskultasi secara sistimatis, akan terdengar suara peristaltik usus dan bising pembuluh darah
D Tahap Terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak unutk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam pamitan
E DokumentasiCatat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN
GENITOURINARI PRIA
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2I. Tahap Pra Interaksi
1. Cek catatan pasien2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat yang diperlukan :
a. Sarung tanganb. Penghalang/ tirai penutupc. Kaind. Lampu penerang
II. Tahap Orientasi1. Berikan salam, panggil klien dengan nama yang disukainya.2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
III. Tahap Kerja1. Berikan privasi pada klien : tutup pintu kamar atau pasang tirai2. Instruksikan pada klien untuk mengosongkan kandung kemihnya,
tanggalkan pakaian bagian bawah dan terbaring terlentang pada tempat tidur atau meja pemeriksaan dengan dada, abdomen, dan tubuh yang lebih rendah ditutup dengan kain. Jika klien berlawanan jenis dengan perawat, minta perawat lain atau petugas kesehatan dengan jenis kelamin yang sama dengan klien untuk hadir selama pemeriksaan. Tawarkan pada klien apakah mau ditemani oleh keluarganya.
3. Pakai sarung tangan4. Turunkan kain sehingga hanya genitalia yang terekspose5. Inspeksi penis :
a. Distribusi rambut pubis dan pola tumbuhb. Observasi warna, keutuhan, adanya edema, peradangan dan lesi.
6. Tarik masuk kulup (foreskin) jika ada, dan observasi adanya lesi pada glands, peradangan, edema, atau keluaran (discharge). Catat lokasi dan penampilan meatus.
7. Kembalikan kulup (foreskin) pada posisi natural8. Palpasi batang penis : kelunakan/ lembut, atau indurasi, massa 9. Inspeksi skrotum :
a. Eksoriasi, ulser, keseragaman warnab. Bentuk dan kesimetrisan dua testis
10. Palpasi skrotum : (kedua tangan dari pangkal)a. Bentuk dan ukuran dua testisb. Kelembutan/ kelunakan/ tenderness atau adanya nodul/ massa.c. Spermatic cord, dari epididimis ke cincin inguinal
11. Instruksikan pasien untuk melakukan pemeriksaan testis sendiri secara teratur setelah mandi.
12. Inspeksi area inguinal, adanya bengkak, atau tonjolan/ adanya hernia.
13. Palpasi area inguinal : ukuran nodus limfatik, bentuk, pembengkakan, atau tenderness/ kelembutan/ lunak. Lakukan pemeriksaan rektal pada waktu ini, jika diinginkan.
14. Tutup kain di atas genitalia klien dan minta klien berpakaian, lakukan evaluasi dan terminasi
15. Buka sarung tangan dan cuci tanganTahap Terminasi1. Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan
dengan kondisi yang normal2. Dokumentasikan: nama, klien, waktu
pemeriksaan, hasil yang diharapakan.TOTAL NILAI
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN
GENITOURINARIA WANITA
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2I. Tahap Pra Interaksi
1. Cek catatan pasien2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat yang diperlukan :
a. Sarung tanganb. Penghalang/ tirai penutupc. Kaind. Lampu penerang
II. Tahap Orientasi1. Berikan salam, panggil klien dengan nama yang disukainya.2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
III.
Tahap Kerja
1. Berikan privasi pada klien : tutup pintu kamar atau pasang tirai di sekitar tempat tidur
2. Minta klien mengosongkan kandung kemihnya, menanggalkan pakaian bawah dan berbaring supine/ terlentang pada tempat tidur atau meja pemeriksaan dengan dada, abdomen, dan tubuh bagian bawah tertutup oleh kain. Jika klien berlawanan jenis dengan perawat, minta perawat lain atau petugas kesehatan dengan jenis kelamin yang sama dengan klien untuk hadir selama pemeriksaan. Tawarkan pada klien apakah mau ditemani oleh keluarganya.
3. Pakai sarung tangan4. Posisikan kain penutup dalam bentuk segitiga di atas tubuh bagian
bawah klien5. Minta klien untuk menekuk lututnya dan pinggulnya (fleksi),
rilekkan paha dan biarkan kaki berputar secara lateral dari tubuhnya (jika klien ada di meja pemeriksaan tempatkan kaki pada penginjak kaki)
6. Bungkus sekitar kaki dengan bagian pojok luar dari kain7. Angkat pojok kain yang menutup genital dan lipat ke belakang ke
atas abdomen klien8. Arahkan lampu pemeriksaan ke perineum9. Inspeksi genitalia eksternal :
a. Pertumbuhan rambut dan distribusinyab. Ukuran dan bentuk labia
10. Letakkan jari telunjuk dan jempol diantara labia dan tarik. Inspeksi :a. Ukuran dan warna klitoris
b. Adanya peradangan, edema, eksoriasi, urethal/ vagianal discharge atau massa
11. Minta klien untuk bertahan dan inspeksi pembukaan vagina dan jaringan sekitarnya.
12. Letakkan jari telunjuk ke dalam pembukaan vagina dan dengan jempol palpasi kelenjar Bartholin pada sisi dari lubang vainal. Lakukan pemeriksaan rektal pada waktu ini, jika diinginkan.
13. Kembalikan kain penutup di atas genitalia klien dan minta klien memakai pakaiannya.
14. Buka sarung tangan dan cuci tanganTahap Terminasi1. Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan dengan kondisi yang
normal2. Dokumentasikan: nama, klien, waktu pemeriksaan, hasil yang
diharapakan.TOTAL NILAI
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
I. TANDA VITAL
Tanda vital merupakan pengukuran fisiologis terhadap suhu, nadi, tekanan
dara, pernapasan, dan saturasi oksigen. Tanda vital diukur sebagai bagian dari
pemeriksaan fisik atau sebagai tinjauan kondisi aktual klien. Tanda vital paling
baik diukur ketika klien tidak aktif dan dalam lingkungan yang nyaman.
Perubahan dalam satu tanda vital dapat mempengaruhi karakteristik dari tanda
vital yang lain.
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawatn digunakan untuk
memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan
kegiata ruti pada klien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap
perubahan atau gangguan sistem tubuh.
1. Suhu Tubuh
Suhu inti adalah suhu jaringan dalam yang relatif konstan meskipun tubuh
dalam kondisi yang ekstrim dan aktivitas fisik meningkat. Tempat
pengukuran suhu inti adalah di rektum, membran timpanik, esofagus,
arteri pulmoner, dan kandung kemih.
Suhu permukaan adalah suhu yang dapat berfluktuatif bergantung pada
aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Tempat pengukuran suhu permukaan adalah di kulit, aksila, dan oral.
Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontrol produksi panas. Bila sel saraf di hipotalamus anterior
menjadi panas melebihi set point, impuls akan dikirim untuk menurunkan
suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat,
vasodilatasi pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Jika
hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point,
akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah mengurangi aliran darah ke
kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui
kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot.
Nilai hasil pemeriksaan suhu tubuh merupakan indikator untuk menilai
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Tujuan
Batas normal untuk dewasa = 36°-38°C Oral rata-rata : 37°CRektal rata-rata : 37,5°CAksilla rata-rata : 36,5°C
pengukuran suhu tubuh adalah untuk mengetahui rentang suhu tubuh dan
untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata yang representatif.
2. Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di berbagai
tempat pada suhu tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi.
Frekwensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, umumnya dilakukan
pengukuran pada arteri perifer yaitu arteri radialis dan arteri karotis.
Tempat pengukuran nadi adalah arteri perifer dan arteri apikal.
1. Arteri perifer macamnya adalah :
a. Arteri temporalis terletak di atas tulang tengkorak, lateral
terhadap mata, mudah digunakan untuk mengkaji nadi pada anak.
b. Arteri karotis terletak di sepanjang tepi medial otot
sternokleidomastoid di leher, bagian yang mudah digunakan untuk
mengkaji nadi pada saat shock atauhenti jantung atau pada saat
nadi yang lain tak teraba.
c. Arteri brakialis terletak diantara alur di antara otot bisep dan
trisep pada fossa antekubital, digunakan untuk mengkaji status
sirkulasi ke lengan bawah.
d. Arteri radialis terletak di radial atau sisi ibu jari dan jari telunjuk
pada pergelangan tangan, biasanya digunakan untuk mengkaji nadi
perifer dan mengkaji status sirkulasi ke tangan.
e. Arteri femoralis terletak di bawah ligamen inguinal di tengah
antara simfisis pubis dan SIAS, digunakan untuk mengkaji nadi
pada saat shock atau henti jantung pada saat nadi yang lain tak
teraba dan untuk mengkaji status sirkulasi ke tungkai.
f. Arteri popliteal terletak dibelakang tumit pada fossa popliteal,
digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke tungkai bagian
bawah.
g. Arteri tibia posterior terletak di bagian dalam pergelangan kaki
di bawah maleolus medial, digunakan untuk mengkaji status
sirkulasi ke kaki.
h. Arteri dorsalis pedis terletak di sepanjang bagian atas kaki
diantara tendon ekstensi dari jari kaki pertama dan besar,
digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke kaki.
2. Arteri apikal, terletak di rongga intercostal keempat sampai
kelima pada garis midklafikular kiri, digunakan untuk mengauskultasi nadi
apikal.
Frekwensi jantung normal:
Bayi : 120-160 denyut/menit
Todler : 90-140 denyut/menit
Prasekolah : 80-110 denyut/menit
Usia sekolah : 75-100 denyut/menit
Remaja : 60-90 denyut/menit
Dewasa : 60-100 denyut/menit
3. Pernapasan
Pernapasan adalah tanda vital yang paling mudah dikaji, namun perawat
tidak boleh menaksir pernapasan. Pengukuran yang akurat memerlukan
observasi dan palpasi gerakan dinding dada.
Frekwensi pernapasan rata-rata normal menurut usia
Bayi baru lahir : 36-40 x/menit
Bayi (6 bulan) : 30-50 x/menit
Todler (2 tahun) : 25-32 x/menit
Anak-anak : 20-30 x/menit
Remaja : 16-19 x/menit
Dewasa : 12-20 x/menit
Gangguan dalam pola pernapasan
1. Bradipnea, frekwensi bernapas teratur namun lambat secara tidak
normal (<12 x/menit)
2. Takipnea, frekwensi bernapas teratur namun cepat secara tidak
normal (>20 x/menit)
3. Hiperpnea, pernapasan sulit, peningkatan kedalaman, peningkatan
frekwensi (>20 x/menit). Secara normal terjadi setelah olah raga.
4. Apnea, pernapasan berhenti untuk beberapa detik, penghentian
persisten mengakibatkan henti napas.
5. Hiperventilasi, frekwensi dan kedalaman pernapasan meningkat.
Dapat terjadi hipokarbia.
6. Hipoventilasi, frekwensi dan kedalaman pernapasan abnormal,
ventilasi mungkin mengalami depresi. Dapat terjadi hiperkabnia.
7. Pernapasan Cheyne-Stokes, frekwensi dan kedalaman pernapasan
tidak teratur, ditandai dengan periode apnea dan hiperventilasi yang
berubah-rubah. Siklus pernapasan mulai dengan lambat, napas dalam
yang meningkat secara perlahan sampai frekwensi dan kedalaman
yang abnormal. Pola tersebut berbalik, bernapas lambat dan menjadi
dangkal, klimaksnya pada apnea sebelum kembali bernapas.
8. Pernapasan Kussmaul, pernapasan dalam secara tidak normal dalam,
frekwensi meningkat.
9. Pernapasan Biot, pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua
atau tiga kali napas diikuti periode apnea yang tidak teratur.
4. Tekanan Darah
Takanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah
yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan darah merupakan
indikator bagi kesehatan kardiovaskular. Tekanan darah arteri dapat diukur
secara langsung (infasif) maupun tidak langsung menggunakan alat
pengukur tekanan darah (sphygmomanometer). Pengukuran secara tidak
langsung ini menggunakan dua cara yaitu palpasi yang dapat mengukur
tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan
diatolik. Tujuan dilakukan pemeriksaan tekanan darah adalah untuk
mengetahui nilai tekanan darah.
Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa :
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Normal Tinggi
Hipertensi :
< 130
130-139
<85
85-89
DERAJAT 1 (Ringan)
DERAJAT 2 (Sedang)
DERAJAT 3 (Berat)
DERAJAT 4 (Sangat
Berat)
140-159
160-179
180-209
≥ 210
90-99
100-109
110-119
≥ 120
Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi
ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten. Diagnosa
hipertensi dibuat saat diastolik rata-rata dua kali atau lebih menunjukkan
angka 90 mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multipel sistolik
labih dari 140 mmHg. Hipertensi dihubungkan dengan pengerasan dan
hilangnya elastisitas dinding arteri. Tahanan vaskular perifer meningkat
dalam pembuluh yang mengeras dan tidak elastis.jantung harus memompa
melawan tahanan yang lebih besar secara kontinyu, akibatnya darah ke
organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal menurun.
Hipotensi adalah tekanan darah sistolik turun sampai 90 mmHg atau lebih
rendah. Meskipun pada beberapa orang secara normal tekanan darahnya
rendah namun bagi kebanyakan orang tekanan darah yang rendah
merupakan temuan yang tidak normal dan dihubungkan dengan keadaan
sakit. Hipotensi terjadi karena dilatasi arteri pada dasar vaskular,
kehilangan darah dalam volume yang banyak (cth: hemoragi), atau
kegagalan otot jantung memompa darah secara adekuat (cth: infark
miokard). Hipotensi dihubungkan dengan pucat, kulit belang, berkeringat,
atau penurunan kesadaran.
Hipotensi Orthostatik atau Hipotensi Postural adalah menurunnya
tekanan darah saat klien bergerak dari posisi duduk ke berdiri, sering
disertai dengan pusing, kunang-kunang, dan bahkan sinkope (pingsan).
Hipotensi orthostatik dapat merupakan gejala kekurangan volume cairan
atau kontrol neurovaskular yang tidak adekuat.
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PENGUKURAN TANDA VITAL
No Aspek yang Dinilai Nilai
0 1 2Persiapan Alat
- Stop Watch/ jam tangan- Stethoskop- Sphygmomanometer- Termometer- Tissue- Air Bersih - Air sabun- Air Disinfektan
A Tahap Pre Interaksi1. Lakukan verivikasi order yang ada untuk pemeriksaan.2. Cuci tangan.3. Siapkan alat-alat
B Tahap Orientasi1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi.2. Memperkenalkan nama perawat.3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga.4. Menjelaskan tentang kerahasiaan.
C Tahap Kerja1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya2. Menanyakan keluhan utama pada saat ini3. Memulai kegiatan sesuai dengan prosedur.4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencanaPelaksanaan :1. Menghitung Frekwensi Nadi
a. Menilai denyut nadi radialis: Atur posisi yang nyaman : duduk atau berbaring dengan
posisi tangan rileks. Menekan kulit dekat dengan arteri radialis dengan tiga
jari, dan meraba denyut nadi. Letakkan ketiga ujung jari-jari tangan (jari telunjuk, jari
tengah, jari manis) pada arteri /nadi yang akan diukur, tekan dengan lembut.
Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (0) selama 30 detik (kalikan dua kali untuk memperoleh frekuensi dalam satu menit). Jika ritme nadi tidak teratur, hitung selama satu menit.
i.
Informasikan / diskusikan hasil pengukuran dengan klienb. Menilai nadi brakialis:
Atur posisi yang nyaman : duduk atau berbaring dengan posisi tangan rileks.
Meraba mencari daerah pulse brakial (antara bisep dan trisep)
Letakkan ketiga ujung jari-jari tangan (jari telunjuk, jari tengah, jari manis) pada arteri /nadi yang akan diukur, tekan dengan lembut.
Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (0) selama 30 detik (kalikan dua kali untuk memperoleh frekuensi dalam satu menit). Jika ritme nadi tidak teratur, hitung selama satu menit.
Informasikan / diskusikan hasil pengukuran dengan klien2. Menghitung Respirasi Rate (Pernapasan)
a. Menjelaskan prosedur kepada pasien bila hanya khusus menilai pernafasan
b. Menutup tirai/ sampiranc. Membuka baju pasien bila perlu untuk menobservasi
gerakan dada.d. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi
kedalaman dan kesimetrisan gerakan.e. Menentukan irama pernafasanf. Menghitung jumlah pernafasan selama 60 detik. Bila
pernafasan teratur cukup 30 detik dikalikan 2g. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi
abnormalh. Informasikan / diskusikan hasil pengukuran dengan klien
3. Mengukur Tekanan Daraha. Memberi tahu posisi pasienb. Menyingsingkan lengan baju pasien ke atasc. Memasang manset sphymomanometer ± 1 inchi (2,5 cm)
di atas fossa cubitid. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air
raksa), yaitu menghubungkan pipe tensimeter dengan pipe manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci reservoir.
e. Meraba arteri brachiallis, memompa sampai 120-130 mmHg
f. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut
nadi tanpa menekang. Mengendorkan pompa 2-3 mmHg per denyuth. Mencatat bunyi Korotkoff I dan V atau bunyi detak
pertama (sistole) dan terakhir (diastole)i. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir hilangj. Jika pengukuran perlu diulang, tunggu 30 detik dan lengan
ditinggikan di atas jantung untuk mengalirkan darah dari lengan
k. Melepas mansetl. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkinm. Informasikan / diskusikan hasil pengukuran dengan klien
4. Mengukur Suhua. Pengukuran di Ketiak
- Memberi tahu pasien- Bersihkan thermometer yang diambil dari larutan
antiseptic, bersihkan/keringkan dari ujung ke pangkal thermometer. Kemudian turunkan air raksa sampai 35 C.
- Siapkan posisi yang nyaman bagi klien- Bantu klien membuka baju pada bagian bahu sampai
lengan- Bersihkan daerah aksila klien dengan tisu.- Pasang dan pastikan thermometer menempel pada
aksila. - Menyilangkan tangan klien pada dada.- Tunggu 5-10 menit.- Ambil thermometer dari aksila dan baca kenaikan air
raksa.- Bantu klien memakai baju kembali.- Turunkan air raksa pada thermometer sampai batas
minimal dan kemudian bersihkan dengan mengelap, mencelupkan pada air sabun, air bersih dan mengembalikan di tempatnya (air desinfektan).
- Informasikan hasil pengukuran pada klienb. Pengukuran di Oral
- Memberi tahu pasien- Turunkan raksa sampai 35 C- Siapkan posisi yang nyaman bagi klien- Memberi tahu pasien agar menbuka mulut dan
mengangkat lidah sedikit
- Memasukkan termometer pelan-pelan di bawah lidah sampai pentolan masuk
- Memberi tahu pasien agar menutup mulut dan jangan menggigit
- Tunggu sekitar 5 menit- Mengambil termometer sambil memberitahu pasien
untuk membuka mulut- Mengelap termometer- Membaca hasil pengukuran- Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas
dengan air bersih, mengerinkan, menurunkan kembali air raksa dan mengembalikan ke tempat semula
c. Pengukuran di Rektum- Memberi tahu pasien- Bersihkan thermometer yang diambil dari larutan
antiseptic, bersihkan/keringkan dari ujung ke pangkal thermometer. Kemudian turunkan air raksa sampai 35 C
- Mengatur posisi pasien dengan posisi SIM- Melumasi ujung pentolan termometer dengan vaselin
sesuai dengan kebutuhan- Membuka baian rektal pasien- Meraba spinkter dengan ujung pentolan- Memasukkan ujung pentolan secara hati-hati ke dalam
rektum- Memasang termometer selama 5 menit- Mengambil termometer dari anus- Mengelap termometer secara perlahan- Membersihkan rektum dengan kertas tissue- Membantu pasien kembali pada posisi yang nyaman- Membaca hasil pengukuran- Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas
dengan air bersih, meneringkan, menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat semula
D Tahap Terminasi1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
5. Mengakhiri kegiatan, memberi salam pamitan pada klien6. Cuci tangan
E Dokumentasi1. Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
TOTAL NILAI
MEDIKASI
Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktikum mahasiswa dapat melakukan pengelolaan obat-
obatan dengan tepat dan benar.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan praktikum mahasiswa dapat :
1. Menyiapkan obat injeksi dari ampul atau vial.
2. Memberikan injeksi subkutan, intra dermal/kutan, intra muscular dan intra
vena.
PENGANTAR
Pemberian medikasi yang aman dan akurat adalah tanggung jawab perawat.
Meskipun obat menguntungkan, obat bukan tanpa reaksi merugikan, sehingga
diperlukan perhatian khusus baik dalam hal persiapan, pemberian maupun
pendokumentasian.
Prinsip “Enam Benar” dalam pemberian medikasi adalah :
1. Benar Obat
Menetapkan keakuratan pesanan. Bila pesan medikasi tampak tidak benar
atau tidak tepat, konsul pada pemberi resep sebelum memberikan obat.
Pastikan bahwa obat generic sesuai dengan nama dagang obat, klien tidak
elergi pada kandungan obat yang didapat, memeriksa label obat dengan
catatan pemberian obat.
2. Benar Dosis
Harus dipastikan tentang penghitungan obat. Bila tidak yakin tentang
penghitungan obat minta perawat kedua untuk menghitung dosis obat.
Hitung dosis obat dengan memperhatikan berat badan dan umur klien,
periksa dosis pada label obat untuk membandingkan dengan dosis yang
tercata pada catatan pemberian obat, lakukan penghitungan dosis secara
akurat.
RUMUS
Dosis yang diinginkan X satuan obat = dosis yang benar (ml, tablet)
Dosis yang tersedia (ml, tablet)
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
87
3. Benar Klien
Memastikan identitas klien dan memintanya untuk menyebutkan nama bila
memungkinkan. Periksa nama klien, nomer RM, ruang, nama dokter yang
meresepkan pada catatan pemberian obat, catatan pobat, kartu obat, dan
label identitas klien.
4. Benar Cara
Berikan obat sesuai dengan cara yang ditetapkan. Apakah per-oral, injeksi,
supositoria atau lainnya. Gunakan medikasi dengan persiapan yang tepat
untuk cara yang telah ditetapkan.
5. Benar Waktu
Ikuti jadwal pemberian medikasi dengan tepat. Periksa waktu pemberian
obat sesuai dengan waktu yang tertera pada catatan pemberian obat
(misalnya obat yang diberikan 2 kali sehari, maka pada catatan pemberian
obat akan tertera waktu pemberian jam 6 pagi, dan 6 sore).
6. Benar Dokumentasi
Semua tindakan yang telah dilakukan oleh perawat harus
didokumentasikan dalam asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
agar tindakan perawat dapat dipertanggung jawabkan dan
dipertanggunggugatkan.
Jenis Obat-Obatan:
1. Cair : Larutan, Suspensi, Emulsi
2. Padat : Tablet, Tepung, Kapsul
3. Setengah Padat : Supositoria, Cream
Rute Pemberian Obat
1. Rute oral
2. Rute parenteral
3. Rute topikal
4. Inhalasi
5. Intraokuler
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
88
A. RUTE ORAL
1. Pemberian Per Oral
Rute pemberian melalui oral/mulut adalah yang paling mudah dan paling
umum digunakan. Obat diberikan melalui mulut dan ditelan.
2. Pemberian Sublingual
Obat diletakkan di bawah lidah dan kemudian dilarutkan, mudah diabsorbsi.
Obat yang diberikan di bawah lidah tidak boleh ditelan karena akan
mengurangi efeknya. Nitrogliserin umumnya diberikan secara sublingual.
3. Pemberian Bukal
Pemberian obat melalui bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di
mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan untuk menempatkan
dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri agar mukosa tidak iritasi,
anjurkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama
obat.
NO. KEUNTUNGAN KERUGIAN ATAU KONTRAINDIKASI1 Cocok dan Nyaman Dihindari pada klien dengan perubahan fungsi
saluran gastrointestinal (mual, muntah), motilitas usus menurun (setelah anestesi umum atau inflamasi lokal), dan reseksi bedah pada bagian saluran gastrointestinal
2 Ekonomis Obat dapat dirusak oleh asam lambung Kontraindikasi pada klien yang tidak dapat
menelan (gangguan neuromuskuler, striktur esofagus, lesi pada mulut)
3 Efek lokal maupun sistemik
Obat oral tidak dapat diberikan pada klien dengan suction lambung dan kontraindikasi pada klien yang akan menjalani beberapa tes diagnostik atau pembedahan
4 Tidak menimbulkan cemas
Obat oral tidak dapat diberikan pada klien yang tidak sadar atau gelisah yang tidak dapat menelan
5 Obat oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi, dan beberapa obat memiliki bau yang tidak enak
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam memberikan obat oral
Lindungi klien dari bahaya aspirasi
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
89
Posisikan klien pada posisi duduk untuk mencegah akumulasi cairan atau
tertinggalnya obat di belakang tenggorokan
Pada klien yang tidak dapat menelan secara cepat, berikan sejumlah air
tiap kali klien menelan
Klien seharusnya menelan hanya satu pil atau kapsul pada satu waktu
Jika klien mulai batuk saat pemberian obat, perawat menahan memberikan
obat yang berikutnya sampai klien dapat bernafas lebih mudah
Jika klien memiliki kesulitan menelan tablet, obat dalam bentuk lain perlu
pertimbangan untuk diberikan
B. PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIAL
Obat suppositoria memiliki bentuk seperti peluru dan mudah cair. Pada
pemberian obat suppositoria yang perlu diperhatikan adalah mencegah trauma
anus saat memasukkan obat. Obat suppositoria memiliki pengaruh lokal yaitu
meningkatkan defekasi, atau efek sistemik yaitu mengurangi mual. Obat
suppositoria disimpan dalam lemari es samapi obat tersebut akan diberikan.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemberian obat suppositoria
Perawat menempatkan obat suppositoria melewati spinter anal internal dan
melawan mukosa rektal
Obat suppositoria mungkin akan dikeluarkan oleh klien sebelum obat larut
dan diabsorbsi ke dalam mukosa
Perawat perlu mengenali sensasi rileksasi spinter klien saat perawat
memasukkan obat suppositoria
Obat suppositoria seharusnya tidak didorong ke dalam massa fekal, untuk
itu perlu membersihkan rektum dengan sedikit enema sebelum
memasukkan obat suppositoria
C. PEMBERIAN OBAT TOPIKAL
Obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya
menimbulkan efek lokal. Efek sistemik timbul jika kulit klien tipis, konsentrasi
obat tinggi, atau jika obat bersentuhan dengan kulit dalam jangka waktu yang
panjang. Jika tempat pemberian siap diberikan obat, obat dapat dengan mudah
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
90
diberikan. Jika tempat pemberian berupa rongga seperti hidung dan mata maka
perlu menggunakan alat mekanik sebelum memberikan obat.
NO. KEUNTUNGAN KERUGIAN ATAU KONTRAINDIKASI1 Efek lokal Pemberian obat yang luas dapat menyebabkan
kesulitan memberikannya2 Tidak menimbulkan
nyeriKlien dengan abrasi kulit berisiko mengalami absorbsi obat yang cepat dan menimbulkan efek sistemik
3 Efek samping minimal
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMBERIAN OBAT ORAL
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2Tahap Pra Interaksi1. Cek dokumentasi klien2. Observasi klien adanya kelemahan atau gangguan kemampuan menelan3. Cuci tangan 4. Siapkan alat :
Catatan pengobatan, sarung tangan disposible, obat yang diberikan, cangkir untuk tempat obat, sedotan, air minum, baki tempat obat, kertas tisu
Tahap Orientasi1. Berikan salam, panggil klien dengan nama yang disukainya.2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukanTahap Kerja1. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya2. Menanyakan keluhan utama klien3. Memulai tindakan dengan cara yang baik4. Jaga privasi klien5. Bantu klien ke posisi duduk atau fowler6. Pakai sarung tangan jika ada kemungkinan perawat terkontaminasi
sekret oral7. Buka pembungkus obat dan tempatkan 1 obat di tangan klien atau
tuangkan ke dalam cangkir obat dan berikan pada klien, beri bantuan jika dibutuhkan
8. Instruksikan klien untuk menempatkan tablet atau kapsul ke dalam
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
91
mulut dan ikuti dengan air9. Berikan pengobatan cair stelah pil, instruksikan klien untuk meminum
habis obat cair yang diberikan. Berikan bantuan jika diperlukan10. Tinggal dulu bersama klien sampai semua medikasi diberikan, cek
mulut klien jika klien bertanya apakah obat telah tertelan11. Kembalikan klien ke posisi semula12. Pasang said rail13. Bereskan alat-alat :
- jika klien menolak minum obat atau obat tidak diberikan karena beberapa alasan, jangan tinggalkan obat di meja klien
- simpan obat di rak pengobatan hanya jika bungkus obat belum dibuka
- jika obat telah dibuka masukkan ke dalam lemari es14. Cek klien 30-60 menit setelah pengobatan terhadap efek pengobatanTahap Terminasi1.2.3.4.5.
Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan dengan kondisi yang normalBeri reinforcement positifKontrak pertemuan selanjutnyaMengakhiri pertemuan dengan baikCuci tangan
Dokumentasi- nama, dosis, dan rute obat yang diberikan- tujuan pengobatan jika obat diberikan saat dibutuhkan- pengkajian data yang relevan dengna tujuan pengobatan - efek medikasi pada klien- pendidikan kesehatan tentang obat yang diberikan atau
teknik pemberian obat TOTAL NILAI
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMBERIAN OBAT TOPIKAL
No
Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2Tahap Pra Interaksi1. Cek dokumentasi klien2. Cuci tangan 3. Siapkan alat :
Catatan pengobatan, sarung tangan disposible dua buah, obat yang diberikan (krim, gel, lotion, salep), pengalas atau perlak, sabun lunak, handuk kecil, air hangat dalam baskom, tounge blade
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
92
Tahap Orientasi1. Berikan salam, panggil klien dengan nama yang disukainya.2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukanTahap Kerja1. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya2. Menanyakan keluhan utama klien3. Memulai tindakan dengan cara yang baik4. Jaga privasi klien5. Turunkan side rail6. Pakai sarung tangan disposible jika memberikan obat dalam bentuk gel,
krim, salep, atau lotion. Pakai sarung tangan steril jika pada luka terbuka atau insisi dan gunakan teknik steril selama prosedur.
7. Bersihkan area yang akan diberikan obat dengan air hangat, air sabun dan keringkan. Jika memberikan obat pada area kulit yang terbuka, gunakan cairan pembersih yang steril dan kasa yang steril untuk membersihkan area tersebut
8. Cuci tangan dan ganti sarung tangan 9. Tuangkan obat sejumlah yang diinstruksikan ke p[ermukaan telapak
tangan atau gunakan tounge blade untuk mengambilnya jika obat berada dalam botol
10.
Sebarkan dengan jari-jari yang lain obat yang ada di telapak tangan
11.
Oleskan pada area pengobatan, masage ringan sampai terabsorpsi
12.
Lepas sarung tangan
13.
Pasang side rail
14.
Bereskan alat-alat
Tahap Terminasi1.2.3.4.5.6.
Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan dengan kondisi yang normalBeri reinforcement positifKontrak pertemuan selanjutnyaMengakhiri pertemuan dengan baikCuci tangan
Dokumentasi- nama, dosis, dan rute obat yang diberikan- kondisi area yang diberikan obat
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
93
- efek medikasi TOTAL NILAI
FORM KETRAMPILAN PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIA
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2Tahap Pra Interaksi1. Cek dokumentasi klien2. Cuci tangan 3. Siapkan alat :
Catatan pengobatan, sarung tangan disposible, obat yang diberikan, pulpen, jelly/lubrikasi, pengalas/perlak
Tahap Orientasi1. Berikan salam, panggil klien dengan nama yang disukainya.2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukanTahap Kerja1. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya2. Menanyakan keluhan utama klien3. Memulai tindakan dengan cara yang baik4. Jaga privasi klien5. Turunkan side rail 6. Pakai sarung tangan 7. Bantu klien ke posisi prone atau posisi side laying (miring) dengan
kaki yang di atas ditekuk8. Tempatkan pengalas/ perlak di bawah bokong klien 9. Buka obat supositoria dari pembungkusnya dan inspeksi ujungnya10. Jika ujung obat supositoria tajam, gosok ujung yang tajam sampai
terasa ujung obat tidak begitu tajam dan tidak akan melukai membran rektum
11. Lubrikasi daerah sekitar ujung obat dengan lubrikan12. Regangkan bokong dengan tangan non-dominan 13. Instruksikan klien untuk rileks dan nafas dalam 14. Masukkan supositoria ke dalam rektum sampai cincin anal menutup
kembali 15. Keluarkan jari, bersihkan kulit dari lubrikan/ jelly yang berlebihan16. Instruksikan klien untuk menekan bokong 3-4 menit dan tetap
memepertahankan posisi prone atau side laying 15-20 menit (untuk menurunkan kemungkinan lepasnya obat supositoria)
17. Lepas sarung tangan
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
94
18. Pasang side rail19. Bereskan alat-alat Tahap Terminasi1.
2.3.4.
Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan dengan kondisi yang normalBeri reinforcement positifKontrak pertemuan selanjutnyaMengakhiri pertemuan dengan baikCuci tangan
Dokumentasi- nama, dosis, dan rute obat yang diberikan- kondisi anus dan area sekitarnya - efek medikasi pada klien
TOTAL NILAI
D. RUTE PARENTERAL
Pemberian obat melalui injeksi merupakan prosedur invasif menggunakan
jarum steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, sehingga teknik
aseptik harus dipertahankan karena klien berisiko infeksi bila jarum
menembus kulit. Karakteristik jaringan mempengaruhi kecepatan absorbsi
obat dan awitan kerja obat. Jadi sebelum menginjeksikan obat, perawat harus
mengetahui volume obat yang berikan, karakteristik obat, dan lokasi struktur
anatomi di bawah tempat injeksi.
Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara:
Subcutaneus (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jarinngan yang
berada di bawah lapisan dermis.
Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, di
bawah epidermis.
Intramuskular (IM) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot
tubuh
Intravenous (IV) yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena.
Selain cara tersebut juga digunakan cara pemberian intrathecal, intraspinal,
intracardial, intrapleural, intraarterial untuk pemberian obat parenteral.
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
95
Obat-obat yang diberikan melalui parenteral ini diabsorbsi lebih cepat
dibandingkan obat yang diberikan melalui sistem gastrointestinal, karena obat
tidak perlu melewati barier jaringan epitel pada organ gastrointestinal sebelum
akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah.
NO. KEUNTUNGAN KERUGIAN ATAU KONTRAINDIKASI
1 Absorbsi cepat melalui pembuluh darah
Klien, terutama anak-anak akan merasa cemas
2 Dapat diberikan pada klien yang tidak sadar, tidak kooperatif, dan tidak mau menelan obat oral
Menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman
3 Iritasi atau reaksi lokal dapat terjadi akibat efek obat pada jaringan
4 Dapat terjadi infeksi jika tidak menggunakan teknik steril
Perawat dapat meminimalkan rasa tidak nyaman atau nyeri yang dapat
ditimbulkan dari injeksi dengan:
Menggunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta
ukuran yang paling kecil, tetapi sesuai.
Memberi posisi senyaman mungkin untuk mengurangi ketegangan otot.
Pilih tempat injeksi yang tepat dengan penanda anatomis tubuh.
Kompres dengan es tempat injeksi untuk anestesi local sebelum jarum
diinsersi
Alihkan perhatian klien dengan mengajak klien berkomunikasi.
Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan kerusakan
jaringan.
Pegang spuit dengan mantap selama jarum dalam jaringan.
Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali
kontraindikasi.
1. PERSIAPAN OBAT
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
96
Ampul adalah wadah bening kaca dengan leher menyempit. Ampul berisi
dosis obat terukur dalam bentuk cairan. Untuk mengambil obat di dalamnya,
maka perawat harus mematahkan leher ampul. Ketika mengambil obat perlu
diperhatikan teknik aseptik (mencegah jarum menyentuh permukaan luar
ampul) untuk menjaga kesterilan. Cairan dapat diaspirasi dengan mudah ke
dalam spuit dengan menarik plunger spuit.
Vial adalah wadah kaca multi dosis dengan penutup karet pada bagian
atasnya, namun karet ini dilindung juga dengan penutup logam sampai vial
siap digunakan. Vial berisi cairan/bentuk obat kering (serbuk). Vial adalah
sistem tertutup, sehingga untuk memudahkan dalam pengambilan obat di
dalamnya perlu memasukkan udara terlebih dahulu.
a. MENYIAPKAN OBAT DARI VIAL
1. ALAT
Catatan pemberian obat
Vial obat
Spuit dan jarum yang sesuai dengan cara pemberian dan viskositas
larutan
Jarum ekstra
Kapas alkohol
Label obat atau plester
Baki obat/bak suntik
2. PROSEDUR
Cuci tangan
Siapkan peralatan
Periksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsip
6 benar
Hitung dosis yng diperlukan
Buka segel pada bagin tutup obat tanpa menyentuh karetnya
Olesi bagian karet tersebut dengan kapas alkohol
Masukkan udara pada spuit sejumlah obat yang akan diambil,
jangan menyentuh bagian plunger
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
97
Buka tutup jarum
Dengan sudut miring, masukkan jarum perlahan pada karet
penutup vial dengan bagian jarum yang runcing terlebih dahulu
Masukkan hingga jarum masuk seluruhnya tekan pluger
Pegang vial dengan tangan non dominan dan balikkan, pertahankan
jarum tetap didalamnya, kontrol spuit dengan tangan dominan dan
tahan plunger dengan ibu jari
Tarik jarum hingga berada di bawah cairan obat dan pertahankan
pada posisi tersebut
Tarik plunger perlahan hingga spuit terisi cairan sesuai dengan
dosis yang diinginkan
Jika terdapat gelembung air pada spuit, jentikkan dengan tangan
dominan
o Dorong plunger hingga udara keluar dari spuit
o Tambahkan larutan jika diperlukan
o Tarik jarum keluar dari botol dan pertahankan jari tetap pada
akhir plunger
Jika gelembung tetap ada:
o Pegang spuit dengn arah vertikal, dengn jarum menghadap ke
atas
o Tarik plunger dan jentikkan spuit dengan jari
o Dorong plunger perlahan untuk mengelurkan udara tetapi jaga
agar tidak mengeluarkn larutan
Periksa kembli jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan
dengan volume obat yang diperlukan
Bandingkan label obat dengn catatan obat
Ganti jarum jika obat diketahui dapat mengiritasi kulit
Beri label spuit tersebut dengan label obat, tuliskan nama dan dosis
obat
Buang atau simpan kembali peralatan yang sudah tidak diperlukan
Cuci tangan
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
98
b. MENCAMPUR OBAT DARI VIAL
Jika dua obat kompatibel maka keduanya dapat dicampur dalam satu
injeksi, dan jika dosis secara keseluruhan berada dalam batas-batas yang
dapat diterima.
Prinsip ketika mencampur obat dari dua vial
Jangan mengkontaminasi satu obat dengan obat lainnya
Pastikan bahwa dosis yang terakhir akurat
Pertahankan teknik aseptik
c. MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL
1. ALAT
Catatan pemberian obat
Ampul sesuai resep
Spuit dan jarum yang sesuai dengan cara pemberin dan viskositas
larutan
Jarum ekstra
Kapas alkohol
Label obat atau plester
Baki obat
Kertas tisu
2. PROSEDUR
Cuci tangan
Siapakan peralatan
Periksa label obat sesuai dengan catatan obat atau kartu obat sesuai
prinsip 6 benar
Hitung dosis yang diperlukan
Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan
menjentikkan leher ampul atau putar dengan cara merotasi
pergelangan tangan
Olesi sekeliling bagian ampul tersebut dengan kapas alkohol
Patahkan tutup ampul dengan menjauhkan diri dan orang yang ada
di dekat anda
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
99
Tempatkan tutup ampul pada kertas atau buang di tempat khusus
Buka tutup jarum
Tekan pluger hingga habis, jangan aspirasi udara dalam spuit
Tempatkan jarum ke dalam ampul, jaga agar jarum menyentuh sisi
potongan ampul
Aspirasi sejumlah cairan ke dalam spuit dan lepaskan jarum dari
ampul
Tempatkan ampul pada kertas atau buang di tempat khusus
Jika terdapat gelembung air pada spuit, jentikkan dengan tangan
dominan
o Dorong plunger hingga udara keluar dari spuit
o Tambahkan larutan jika diperlukan
o Tarik jarum keluar dari botol dan pertahankan jari tetap pada
akhir plunger
Jika gelembung tetap ada:
o Pegang spuit dengn arah vertikal, dengn jarum menghadap ke
atas
o Tarik plunger dan jentikkan spuit dengan jari
o Dorong plunger perlahan untuk mengeluarkan udara tetapi jaga
agar tidak mengeluarkn larutan
Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan
dengan volume obat yang diperlukan
Bandingkan label obat dengan catatan obat
Ganti jarum jika obat diketahui dpt mengiritasi kulit
Beri label spuit tersebut dengan menuliskan nama dan dosis obat
Buang atau simpan kembali peralatan yang sudah tidak diperlukan
Cuci tangan
d. MENCAMPUR OBAT DARI SATU VIAL DAN SATU AMPUL
Mencampur obat dari satu ampul dan satu vial merupakan hal yang
sederhana karena tidak perlu menambahkan udara untuk mengisap obat
dari sebuah ampul. Perawat mula-mula menyiapkan obat dari vial,
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
100
kemudian dengan menggunakan spuit dan jarum yang sama, isap obat
dari ampul. Teknik ini mencegah kontaminasi larutan dari jarum.
e. MENYIAPKAN INSULIN
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes. Obat
harus diberikan melalui injeksi karena obat tersebut merupakan protein
yang akan dicerna dan dihancurkan dalam saluran gastrointestinal.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Insulin dapat disimpan dengan aman selama sekitar satu bulan
pada ruangan temperatur, tetapi perlu didinginkan selama jangka
waktu yang lebih lama. Obat tidak boleh diberikan dalam keadaan
dingin, harus dibiarkan sampai suhu yang sama dengan ruangan.
Tidak boleh mengocok vial insulin karena akan terbentuk
gelembung dan busa yang membuat partikel insulin terperangkap
dan mengubah dosis.
Skala spuit dan dosis obat harus sesuai
2. INJEKSI INTRA DERMAL
Injeksi intradermal menginjeksikan obat kedalam jaringan dermis
sehingga obat akan diabsorbsi oleh pembuluh kapiler di dalam dermis. Injeksi
ini berguna antara lain untuk tes alergi pada obat jenis antibiotik tertentu, tes
kepekaan terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosa (TBC), dan untuk
memberikan vaksinasi BCG pada bayi usia 1 tahun.
Tempat-tempat untuk injeksi intra dermal adalah :
1. Lengan bawah bagian dalam.
2. Dada bagian atas
3. Punggung daerah scapula
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN INJEKSI INTRA DERMAL
No. ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan perawat dan medis: program pemberian obat melalui
intradermal2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
101
3. Cuci tangan4. Menyiapkan obat sesuai prinsip 6 benar:
Catatan pemberian obat Pulpen Kapas alkohol Sarung tangan non steril Baki obat
TAHAP ORIENTASI1. Memberikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan
namanya2. Jelaskan prosedur dan tujuaan pemberin obat pada klien/keluarga
TAHAP KERJA1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum
melakukan kegiatan 2. Menanyakan keluhan utama saat itu3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik4. Berikan privasi (pasang tirai)5. Gunaakan sarung tangan6. Pilih tempat penusukan pada lengan bawah, jika lengan bawah
tidak dapat digunakan, gunakan tempat alternatif7. Posisikan klien dengan lengan bawah menghadap muka perawat8. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan dilakukan terapi
intra dermal9. Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas alkohol10. Buka tutup jarum11. Tempatkan ibu jari tangan non dominan sekitar 1 inchi di bawah
penusukan dan tarik kulit12. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan
dominan, masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 10-15 derajat
13. Jika jarum telah masuk ke bawah kulit dan terlihat, masukkan lagi sekitar 1/8 inchi
14. Masukkan obat perlahan-lahan perhatikn adanya jendalan (jendalan harus terbentuk)
15. Cabut jarum dengan sudut yang sama saat disuntikkan16. Jika terdapt darah, usap dengan lembut menggunkn kapas alkohol
lain17. Observasi kulit adnya kemerahan atau bengkak. Jika tes alergi,
observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas,
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
102
berkeringat, pingsan, berkurangnya tekanan darah, muntah, sianosis)
18. Kaji kembali klien dan tempt injeksi setelah 5-15 menit selanjutnya secara periodik
19. Buat lingkaran 1 inci di sekeliling jendalan dan instruksikan klien untuk tidak menggosok daerah ini
20. Kembalikan posisi klien21. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukanTAHAP TERMINASI1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan2. Menyimpulkan hasil kegiatan3. Memberikan reinforcement positif 4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan tempat)5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan6. Rapikan alat7. Cuci tanganDOKUMENTASI
Catat waktu pemberian, obat yang diberikan, dosis dan cara pemberian, serta respon pasien terhadap tindakan
Jumlah
3. INJEKSI INTRA MUSKULAR
Rute intramuskular memberi absorpsi obat lebih cepat karena vaskularitas
otot. Bahaya kerusakan jaringan lebih kecil bila obat memasuki otot dalam.
Otot juga lebih sedikit sensitif pada obat yang mengiritasi atau kental. Namun,
ada resiko obat yang diinjeksikan secara sembrono ke dalam pembuluh darah
apabila perawat tidak hati-hati.
Tempat injeksi intramuskular antara lain pada tempat-tempat berikut ini;
1. Paha (vastus lateralis) : Klien dalam posisi berbaring terlentang dengan
lutut agak fleksi
2. Ventrogluteal : Klien dalam posisi berbaring miring, telentang, atau
telentang dengan lutut dan panggul miring dengan tepat yang diinjeksi
fleksi.
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
103
3. Lengan atas (deltoid) : Klien dalam posisi duduk atau berbaring datar
dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau
pangkuan.
Pembagian Kuadran
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
104
Tempat Penusukan dan Cara Penusukan Injeksi IM
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN INJEKSI INTRA
MUSCULAR
NO ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan perawat dan medis: program pemberian obat melalui
intramuscular2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri3. Cuci tangan4. Menyiapkan obat sesuai prinsip 6 benar:
Catatan pemberin obat Pulpen Kapas alkohol Sarung tangan non steril Obat yang telah disiapkan Spuit 3 ml dengan jarum 21, 22 atau 23 gauge (1:1,5; atau 2
inchi) Baki obat
TAHAP ORIENTASI1. Memberikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan
namanya2. Jelaskan prosedur dan tujuaan pemberin obat pada klien/keluargaTAHAP KERJA1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum
melakukan kegiatan 2. Menanyakan keluhan utama saat itu3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik4. Berikan privasi (pasang tirai)5. Gunaakan sarung tangan6. Pilih tempat penusukan 7. Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan mudah
untuk perawat melihat tempat tusukan8. Letakan alas dibawah bagian tubuh yang akan dilakukan injeksi
IM9. Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas alkohol10. Buka tutup jarum11. Tarik kulit tempat penusukan dengan cara:
Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan di atas
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
105
tempat penusukan (hati-hati jangan sampai mengenai daerah yang telah dibersihkan) hingga membentuk VTarik ibu jari dan jari telunjuk dengan arah berlawanan, memisah jari sepanjang 3 inchi
12. Cepat masukkan jarum dengan sudut 90 derajat dengan tangan yang dominan
13. Pindahkan ibu jari dan jari telunjuk jari non dominan dan kilut untuk mendukung barel spuit, jari sebaiknya ditempatkan pada barrel sehingga saat mengaspirasi, anda dapat melihat barel dengan jelas
14. Tarik pluger dan observasi adanya darah pada spuit15. Jika terdapat darah, tarik jarum keluarkan berikan tekanan pada
tempat tusukan dan ulangi langkah-lngkah sebelumnya. Jika tidak ada darah, dorong plunger dengan perlahan, ajak bicara klien
16. Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan17. Usap dan bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain
(kontra indikasi untuk obat18. Tempatkan jarum pada baki, jangan ditutup19. Buka sarung tangan20. Kembalikan posisi klien21. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukanTAHAP TERMINASI1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan2. Menyimpulkan hasil kegiatan3. Memberikan reinforcement positif 4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan
tempat)5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan6. Rapikan alat7. Cuci tanganDOKUMENTASI Catat waktu pemberian, obat yang diberikan, dosis dan cara pemberian, serta respon pasien terhadap tindakanJumlah
4. INJEKSI SUB CUTANEUS
Untuk injeksi subkutan, obat dideposisikan ke dalam jaringan
penyambung di bawah dermis. Karena jaringan subkutan tidak banyak
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
106
disuplai pembuluh darah, absorbsi obat kadang lebih lambat daripada injeki
intramuscular. Jaringan subkutan berisi reseptor nyeri, sehingga hanya dosis
kecil obat yang larut air dan tidak mengiritasi harus diberikan melalui rute ini.
Tempat-tempat yang bisa dipakai untuk injeksi subkutan antara lain di lengan
atas (deltoid), paha (vastus lateral), dan abdomen.
Tempat Injeksi Sub Cutaneus
Cara Penyuntikan
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN INJEKSI SUB CUTANEUS
No. ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan perawat dan medis: program pemberian obat melalui sub
cutaneus2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri3. Cuci tangan4. Menyiapkan obat sesuai prinsip 6 benar:
Catatan pemberian obat Pulpen Kapas alkohol Sarung tangan non steril Obat yang telah disiapkan Spuit 3 ml dengan jarum 21, 22 atau 23 gauge (1:1,5; atau 2
inchi)
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
107
Baki obatTAHAP ORIENTASI1. Memberikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan
namanya2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat pada klien/keluargaTAHAP KERJA1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum
melakukan kegiatan 2. Menanyakan keluhan utama saat itu3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik4. Berikan privasi (pasang tirai)5. Gunakan sarung tangan6. Pilih tempat penusukan pada lengan atas atau abdomen. Jika kedua
tempat tersebut tidak memungkinkan pilih tempat alternatif lainnya. Rotasikan tempat penusukan
7. Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
8. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan dilakukan terapi 9. Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas alkohol10. Buka tutup jarum11. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari non dominan12. Dengan tangan yang non dominan, masukkan jarum dengan sudut 45°
dan untuk orang gemuk 90°13. Lepaskan tarikan tangan non dominan14. Tarik plunger dan observasi adanya darah dalam spuit15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan16. Jika ada darah:
Tarik kembali jarum dari kulitTekan tempat penusukan selama 2 menitObservasi adanya hematom tau memarJika perlu berikan plesterSiapkan obat yang baru, mulai dengan langkah pilih tempat yang baru
17. Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan18. Bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain, tekan dengan
lembut. Setelah injeksi heparin jangan di tekan19. Jika perlu beri plester20. Tempatkan jarum pada baki21. Buka sarung tanan22. Kembalikan posisi klien
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
108
23. Buang peralatan yang sudh tidak diperlukanTAHAP TERMINASI1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan2. Menyimpulkan hasil kegiatan3. Memberikan reinforcement positif 4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan tempat)5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan6. Rapikan alat7. Cuci tanganDOKUMENTASI Catat waktu pemberian, obat yang diberikan, dosis dan cara pemberian, serta respon pasien terhadap tindakanJumlah
5. PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA
Pemberian medikasi yang pekat atau padat secara langsung ke dalam
vena merupakan metode pemberian obat yang sangat berbahaya. Obat terseut
akan bereaksi dengan cepat karena obat masuk ke dalam sirkulasi darah klien
secara langsung. Efek samping yang serius dapat terjadi dalam hitungan detik.
Oleh karena itu, masalah ini penting untuk diperhatikan bahwa pemberian
obat oleh perawat harus hati-hati dan memperhatikan reaksi obat tersebut
setelah dilakukan injeksi. Teknik pemberian terapi intra vena ini diunakan
juga untuk menghindari pencampuran medikasi yang tidak cocok.
Tempat injeksi intravena dapat dilakukan pada vena yang berada di
lengan, kaki, kepala (pada bayi) atau pada vena-vena yang besar dan terlihat
oleh mata.
FORMATPENILAIAN KETRAMPILAN PEMBERIAN OBAT
MELALUI INTRAVENA
No. ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI1. Cek catatan perawat dan medis: program pemberian obat melalui intravena2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
109
3. Cuci tangan4. Menyiapkan obat sesuai prinsip 6 benar:
Catatan pemberian obat Pulpen Kapas alkohol Sarung tangan non steril Obat yang telah disiapkan Tourniquet Spuit 3 ml dengan jarum 21, 22 atau 23 gauge (1:1,5; atau 2 inchi) Baki obat
TAHAP ORIENTASI1. Memberikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan namanya2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberin obat pada klien/keluargaTAHAP KERJA1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum melakukan
kegiatan 2. Menanyakan keluhan utama saat itu3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik4. Berikan privasi (pasang tirai)5. Gunaakan sarung tangan6. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine
Jika tidak memungkinkan7. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan dilakukan tindakan terapi
intra vena8. Bebaskan lengan pasien dari baju/kemeja9. Letakkan tourniquet 5 cm di atas tempat penusukan10. Kencangkan tourniquet11. Anjurkan pasien untuk mengepalkan telapak tangan dan membuknya
beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk12. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu ulangi
dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari dalaam kelur lokasi tusukan
13. Gunakn ibu jari untuk menekan jaringan dn vena 5 cm di bawah tempat tusukan
14. Pegang jarum dalam posisi 30° sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti
15. Rendahkan posisi jarum sejjar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena16. Lakukan aspirasi17. Lepaskan touniquet
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
110
18. Masukkana obat ke dalam pembulu darah vena perlahan-lahana19. Kelurkan jarum dari pembuluh vena20. Tutup tempat tusukan dengan kasa steril yang diberi betadin21. Buka sarung tanan22. Kembalikan posisi klien23. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukanTAHAP TERMINASI1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan2. Menyimpulkan hasil kegiatan3. Memberikan reinforcement positif 4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan tempat)5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan6. Rapikan alat7. Cuci tanganDOKUMENTASI Catat waktu pemberian, obat yang diberikan, dosis dan cara pemberian, serta respon pasien terhadap tindakanJumlah
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
TERAPI INTRAVENA
Adalah : memasukkan alat infus ke dalam vena untuk memberikan jalan masuk
bagi pengobatan secara parenteral.
Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan praktikum selama 2 jam, mahasiswa mampu melakukan
pemberian terapi intravena kepada pasien.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan praktikum selama 2 jam:
1. Menyebutkan pengertian dari kanulasi intravena
2. Menyebutkan indikasi pemberian terapi intravena
3. Menyebutkan kontraindikasi pemberian terapi intravena
4. Menyebutkan komplikasi pemberian intravena
5. Menyebutkan alat-alat yang diperlukan untuk melakukan pemberian terapi
intravena
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
111
6. Mendemostrasikan pemberian terapi intravena
Indikasi
Penggantian cairan
Pemberian darah/produk darah
Pemberian obat-obatan intravena
Pemilihan Vena
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan intravena, antara lain :
Riwayat kesehatan klien
Usia, kondisi umum, dan tingkatan/ kemampuan klien dalam beraktivitas
Kondisi vena
Jenis cairan yang akan diberikan
Rencana lamanya pemberian terapi intravena
Kemampuan perawat dalam melakukan vena pungsi
Prinsip Pemilihan Vena
Vena pada bagian distal terlebih dahulu
Vena pada tangan non-dominan
Vena besar, lupus, dan teraba
Vena yang Harus Dihindari
Vena pada jari, karena mudah terjadi komplikasi (flebitis, infiltrasi) dan
dekat dengan persyarafan
Vena yang terletak di bawah vena yang terajdi flebitis dan infiltrasi
Vena yang mengalami trombosis
Area kulit yang mengalami inflamasi, lebam, dan terluka
Lengan dimana dilakukan mastektomi radikal, edema, infeksi,
arteriovenous shunt, fistula.
Komplikasi
Flebitis (peradangan pembuluh vena), tanda-tanda: hangat, merah,
bengkak di daerah luka tusukan.
Penyebab: kurangnya aliran darah di sekotar kanula, gesekan dari kanula
di dalam vena, clotting pada ujung kanula.
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
112
Intervensi: ganti kanula, gunakan kompres hangat, gunakan krem heparin,
kolaborasi pemberian analgesik anti inflamasi.
Hematoma
Tanda-tanda: tenderness, memar.
Penyebab: vena tterembus, jarum tidak pada tempatnya dan darah
mengalir.
Intervensi: kanul dipindahkan, gunakan tekanan dan kompres, cek
kembali tempat keluar darah.
Infiltrat
Merupakan kebocoran cairan infus ke jaringan sekitar.
Tanda-tanda: kepucatan, bengkak, dingin, nyeri dan terhentinya tetesan
infus.
Intervensi: kaji tingkat keparahan, lepas infus, tinggikanekstremitas yang
terpasang infus.
Pemilihan Kanul
Pemilihan kanula, tergantung pada vena yang digunakan. Kanula
sebaiknya berukuran ¾-11/4 inchi. Pemilihan kateter juga harus
mempertimbangkan kondisi pasien dan jenis cairan yang akan diberikan. Di
bawah ini adalah ukuran kateter serta penggunaanya:
24-22 : untuk anak-anak dan lansia
24-20 : untuk klien penyakit dalam dan post operasi
18 : untuk pasien operasi dan diberikan transfusi darah
16 : untuk pasien yang trauma dan memerlukan rehidrasi yang cepat.
Cara Penghitungan Tetesan
Volume x drip faktor = tetesan/menit
Waktu (dalam menit)
Keterangan:
Drip factor: 10 tetes/menit, 15 tetes/menit, 20 tetes/menit
Makrodrip : 60 tetes/menit
Contoh soal:
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
113
If the requirement are 1000 ml in 8 hours (480 minutes) and drip factor is 20
drops/ml, the drops per minute should be:
1000 ml x 20 drops/ml = 41 drops/min
480 min
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
114
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2I. Tahap Pra Interaksi1. Cek catatan pasien dan program terapi cairan2. Cuci tangan3. Siapkan alat-alat yang diperlukan :
Sarung tanganSpuit sesuai dengan jenis pemeriksaan dan jumlah yang
diinginkanBengkokPengalasKapas AlkoholPlester dan GuntingPlester yang diberi tanggalCairan infusKasa steril 2 X 2 cmTourniket/ manset Infus setAbucat ukuran disesuaikan dengan kebutuhan
II. Tahap Orientasi1. Berikan salam, panggil klien dengan nama yang disukainya.2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukanIII. Tahap Kerja1. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya2. Menanyakan keluhan utama klien3. Memulai tindakan dengan cara yang baik4. Jaga privasi klien5. Letakkan pasien pada posisi fowler atau supine jika tidak
memungkinkan6. Bebaskan lengan pasien dari lengan baju atau kemeja7. Letakkan manset/ taurniquet 5 – 15 cm diatas tempat penusukan8. Letakkan alas plastik dibawah lengan klien9. Hubungkan cairan infus dengan infus set dan gantungkan10. Periksa label pasien sesuai dengan instruksi cairan yang akan
diberikan11. Alirkan cairan infus melalui selang infus sehingga tidak ada udara
di dalamnya12. Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan pertahankan
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
115
kesterilan sampai pemasangan pada tangan disiapkan13. Kencangkan taurniquet/ manset (tekanan dibawah tekanan
sistolik)14. Anjurkan apsien untuk mengepal dan membukanya beberapa kali,
palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk15. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu
diulangi dengan kapas betadin. Arah melingkar dari dalam ke luar lokasi tusukan
16. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan pena 5 cm diatas atau dibawah tusukan
17. Pegang jari atau abucat pada posisi 30 derajat pada vena yang akan ditusuk, setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan pasti
18. Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik iv catheter ke dalam vena
19. Tekan dengan jari ujung plastik iv catheter 20. Tarik jarum infus keluar21. Sambungkan plastik iv catheter dengan ujung selang infus22. Lepaskan manset23. Buka selang infus sampai cairan mengalir lancar24. Oleskan dengan salep betadin diatas penusukan, kemudian ditutup
dengan kapas steril25. Fiksasi posisi plastik iv catheter dengna plaster26. Atur tetesan infus sesuai ketentuan, pasang plaster yang sudah
diberi tanggalTahap Terminasi
1.
2.3.4.5.
Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan dengan kondisi yang normalBeri reinforcement positifKontrak pertemuan selanjutnyaMengakhiri pertemuan dengan baikCuci tanganDokumentasiDokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta respon klien
TOTAL NILAI
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA
Cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi mengandung informasi penting yang
berkaitan dengan keseimbangan fisiologis. Setiap cairan mempunyai elemen-
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
116
elemen tertentu yang tetap pada proporsi dan kuantitas yang relatif dalam keadaan
sehat. Pemeriksaan laboraturium atau analisa cairan dibutuhkan untuk
menentukan elemen-elemen yang biasanya ada menjadi tidak proporsional atau
elemen-elemen yang normalnya tidak ada ternyata ditemukan. Dengan demikian,
analisa laboraturium menentukan beberapa informasi: diagnosa medis klien,
perkembangan penyakit, terapi yang dibutuhkan, dan respon klien terhadap terapi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Gunakan alat proteksi diri (universal precaution)
Gunakan alat dan media pengambilan spesimen
Teknik yang benar
Perhatikan waktu dan suhu lingkungan
Kenyamanan pasien
Pemberian label
Pemberian support emosi dan motovasi klien untuk kooperatif
Lokasi
V. Basilika
V. Media ante-brakial
V. Cefalika
V. Media Cubiti
V. Cefalika Asesoria
V. Cefalika
V. Radialis
V. Basilika
V. Cefalika
V. Dorso Metacarpal
V. Savena Besar
Pleksus Dorsalis
Lengkungan Dorsalis
Syarat Pengambilan Darah Vena
Tidak ada kelainan kulit
Tidak pucat/sianosis
Tidak pada daerah pemasangan infus (kontra lateral)
Cara Pengambilan
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
117
Lakukan pembendungan dengan tourniket
Dilakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70%
Arah tusukan membentuk sudut 10-30 derajat
Bila sudah terkena, isap pelan-pelan darah supaya tidak terjadi hemolisis-
cabut jarum dengan sebelumnya melepas dan menekan daerah tusukan
Jarum dilepas kemudian dialirkan darah ke dalam penampung melalui
dinding penampung pelan-pelan
Bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah dengan
mengocok tabung seperti angka 8
Pada pemeriksaan hematologi digunakan antikoagulan
Na2EDTA/K2EDTA, sedangkan untuk Na Sitrat untuk pemeriksaan
hemostasis
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN PENGAMBILAN SAMPEL
DARAH VENA
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2Tahap Pra Interaksi1 Cek catatan pasien2 Cuci tangan3 Siapkan alat-alat yang diperlukan :
a. Sarung tanganb. Formulir Laboratoriumc. Spuit sesuai dengan jenis pemeriksaan dan jumlah yang diinginkand. Bengkoke. Pengalasf. Kapas Alkoholg. Plester dan Guntingh. Label spesimeni. Kasa steril 2 X 2 cmj. Tourniket
Tahap Orientasi1 Berikan salam, panggil klien dengan nama yang disukainya.2 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukanTahap Kerja1 Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
118
2 Menanyakan keluhan utama klien3 Memulai tindakan dengan cara yang baik4 Jaga privasi klien5 Dekatkan peralatan pada klien6 Atur posisi klien yang nyaman7 Identifikasi tempat penusukan8 Posisikan klien dengan lengan ekstensi dengan telapak tangan di atas
meja atau bantal9 Pasang tourniket sekitar 5-10 cm di atas daerah penusukan, cek adanya
denyut distal10 Letakkan pengalas11 Instruksikan pada klien untuk membuka dan mengepalkan tangan12 Disinfeksi daerah penusukan dengan kapas alkohol dengan gerakan
sirkuler dengan arah dari dalam ke luar atau usapan satu arah13 Tempatkan ibu jari tangan pada vena daerah distal dari tempat
penusukan (kurang lebih 3 cm), tekan sampai kulit di atas vena tersebut menegang
14 Masukkan jarum dengan sudut 30 derajat15 Bila sudah masuk ke dalam vena, tarik spuit dengan hati-hati dan
perhatikan adanya aliran darah yang ke luar16 Lanjutkan masukkan jarum dengan hati-hati jika aliran darah yang
keluar lambat. Jika sudah masuk ke dalam vena, pertahankan17 Lepaskan tourniket dengan tangan lain yang bebas18 Lakukan aspirasi, kemudian tarik jarum dengan cepat ketika volume
darah yang diinginkan tercapai19 Tempatkan kapas alkohol dan lakukan penekanan selama 1-2 menit
atau sampai darah berhenti (bila perlu diplester)20 Pindahkan darah spuit ke dalam spesimen. Putar tabung perlahan jika
terdapat zat tambahan (EDTA)21 Beri label pada tabung spesimen dengan benar22 Inspeksi daerah penusukan terhadap adanya perdarahan23 Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman24 Kembalikan peralatan
Buang spuit dan jarum yang telah digunakan ke dalam bengkokLepas sarung tanganBereskan alas
Tahap Terminasi1 Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan dengan kondisi yang normal
Beri reinforcement positif
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
119
2345
Kontrak pertemuan selanjutnyaMengakhiri pertemuan dengan baikCuci tangan
DokumentasiDokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta respon klien
TOTAL NILAI
KETRAMPILAN BEDAH SEDERHANA
HEACTING
DEFINISI
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
INDIKASI
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.
JENIS-JENIS BENANG
Benang yang dapat diserap (Absorbable Suture )
a. Alami (Natural)
Plain Cat Gut : dibuat dari bahan kolagen sapi atau domba. Benang ini
hanya memiliki daya serap pengikat selama 7-19 hari dan akan diabsorbsi
secara sempurna dalam waktu 70 hari. 2). Chromic Cat Gut dibuat dari
bahan yang sama dengan plain cat gut , namum dilapisi dengan garam
Chromium untuk memperpanjang waktu absorbsinya sampai 90 hari.
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
120
b. Buatan ( Synthetic )
Adalah benang- benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin
( merk dagang Vicryl atau Safil), Polyglycapron ( merk dagang Monocryl
atau Monosyn), dan Polydioxanone ( merk dagang PDS II ). Benang jenis
ini memiliki daya pengikat lebih lama , yaitu 2-3 minggu, diserap secara
lengkap dalam waktu 90-120 hari.
Benang yang tak dapat diserap ( nonabsorbable suture )
a. Alamiah (Natural)
Dalam kelompok ini adalah benang silk ( sutera ) yang dibuat dari protein
organik bernama fibroin, yang terkandung di dalam serabut sutera hasil
produksi ulat sutera.
b. Buatan ( Synthetic )
Dalam kelompok ini terdapat benang dari bahan dasar nylon ( merk dagang
Ethilon atau Dermalon ). Polyester ( merk dagang Mersilene) dan Poly
propylene ( merk dagang Prolene ).
MENGENAL JARUM
Ujung jarum bentuknya bermacam – macam :
- Jarum berujung “taper” dapat dipakai ujtuk menjahit jaingan lunak
(peritoneum)
- Jarum berujung “cutting” (mempunyai 3 sisi tajam”, dapat dipakai untuk
menjahit liat (kulit, tendo)
- Jarum berujung “tapercut” (tubuh ramping, mempunyai 3 sisi tajam), dipakai
pada jaringan liat dengan luka minimal
- Jarum taper berujung tumpul, dipakai untuk menjahit jaringan yang rapuh
(hepar, ginjal)
MEMBUAT SIMPUL
Dalam membuat simpul yang perlu diketahui adalah:
a. Jenis simpul, ada 3 yaitu: Square knot, Surgeon’s knot, dan Granny knot
b. Jika simpul terlalu ketat, luka akan terasa nyeri dan jahitan dapat
meninggalkan bekas
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
121
c. Simpul harus diletakkan ditepi luka, disisi yang mempunyai vaskularisasi
lebih baik.
TEKNIK PENJAHITAN KULIT
Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau jelujur.
- Jahitan sederhana dapat dibuat terputus atau jelujur
- Jahitan matras dapat berupa matras vertical, horizontal, terputus maupun
jelujur
Teknik penjahitan :
1. SIMPLE INTERUPTED SUTURE
Indikasi: pada semua luka
Kontra indikasi : tidak ada Teknik penjahitan
2. SUBCUTICULER CONTINUOS SUTURE
Indikasi : Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
Kontra indikasi : jaringan luka dengan tegangan besar.
3. JAHITAN PENGUNCI (FESTON)
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
122
Surgeon’s knot Square knot Granny knot
Indikasi : Untuk menutup peritoneum
Mendekati variasi kontinyu (lihat gambar)
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN HEACTING
ASPEK YAND DINILAINilai
0 1 2Prainteraksia. Cek dokumentasi untuk memverifikasi perlunya tindakan hectingb. Cuci tangan c. Menyiapkan alatOrientasi a. Berikan salamb. Panggil klien dengan namanyac. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan (membuat
kontrak)d. Beri kesempatan klien bertanyaKerja a. Bersihkan/ sterilisasi bagian tubuh yang akan dioperasi menggunakan
larutan antiseptic dengan gerakan dari dalam ke luar (simulasi dengan kedua tangan telah memakai sarung tangan bersih) dan jaringan luka sudah di anestesi local
b. Pakai sarung tangan steril
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
123
c. Pasang kain penutup/ duk bolong sterild. Gunakan pinset bergerigi halus untuk sedikit mengangkat tepi lukae. Pilihlah jarum dan benang yang cocok dan pasangkan benang pada
lubang jarum, potong benang secukupnya.f. Pasang jarum lengkung no. 3/0 pada klem pemegang jarum diantara
2/3 depan dan 1/3 belakang dan mengunci klemg. Tusukkan jarum pada kulit dengan posisi tegak lurus dengan posisi
tangan pronasi penuh, dengan siku membentuk 90 derajat dan bahu adduksi
h. Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka didekat tempat yang dijepit pinset dengan mengangkat kulit dan kulit dutegangkan
i. Dorong jarum maju dengan gerakan supinasi pergelangan tangan dan adduksi bahu yang serentak, dalam arah melengkung sesuai dengan kelengkungan jarum
j. Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung jarum ditarik dengan klem pemegang jarum dengan menarik benang sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
k. Tusukkan jarum ke tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama dan cara yang sama
l. Tangan kiri memegang benang yang lebih panjang dan tangan kanan memegang klem pemegang jarum
m. Buat lilitan benang panjang dengan klem pemegang jarumn. Jepit dan tarik benang panjang dengan klem pemegang jarumo. Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling bertemup. Simpul diletakkan ditepi lukaTerminasi a. Evaluasi hasil yang dicapai (subjektif & objektif)b. Berikan reinforcement positifc. Kontrak pertemuan selanjutnyad. Akhiri kegiatan dengan baike. Cuci tanganDokumentasi Catat waktu, nana klien, tindakan, hasil dan respon klien.
WOUND CARE
1. Definisi
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
124
Wound Care merupakan perawatan pada luka dengan menerapkan teknik-teknik
tertentu sesuai dengan jenis luka.
2. Macam
Open method
Merupakan teknik perawatan luka terbuka. Kekurangan pada metode ini
adalah paparan mikroorganisme eksternal yang dapat menyebabkan infeksi
pada luka.
Closed method
Merupakan perawatan luka tertutup dengan teknik dressing (mengganti
balutan). Tujuan dari teknik perawatan tertutup adalah:
Menyerap drainage dan menghilangkan jaringan mati atau debris
Melindungi luka dari kontaminasi microbial eksternal
Memfasilitasi homeostasis saat pembalutan
Mengurangi mobilitas dan trauma pada luka
Menjaga dari agen eksternal yang mengganggu penyembuhan luka
3. Tipe balutan
Dry Dressing
Merupakan teknik perawatan luka steril pada luka dengan drainage dan
kerusakan jaringan minimal, serta penyembuhan luka primer. Contoh pada
luka post operasi.
Keuntungan: melindungi luka, absorbsi drainase dan estetik bagi pasien serta
memberikan tekanan (jika diperlukan)
Wet Dressing
Perawatan pada luka yang mengalami kerusakan jaringan ekstensif dan
penyembuhan luka sekunder. Contoh pada luka baker, ulser, dan dekubitus.
Dibagi menjadi 2, yaitu:
Basah-Kering
Digunakan untuk luka yang tidak teratur atau terinfeksi yang
harus di debridement dan ditutup dengan penyembuhan sekunder.
Kasa dibasahi dengan normal saline atau larutan antimicrobial,
ditutupkan pada luka yang menghilangkan rongga mati.
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
125
Kassa basah ditutup dengan kassa kering. Jika telah kering,
jaringan nekrotik akan terabsorbsi oleh kassa.
Basah-Basah
Digunakan pada luka terbuka yang bersih atau permukaan yang
sedang bergranulasi. Normal saline dan agen mikrobial dapat
digunakan untuk membasahi luka.
Memberikan lingkungan yang fisiologis, yang dapat membantu
proses penyembuhan lokal dan meningkatkan rasa nyaman pada klien.
Kerugian: jaringan di sekitarnya menjadi lecet, risiko infeksi
semakin tinggi.
3. Hal-hal yang diperhatikan pada saat perawatan luka:
Inspeksi luka terhadap adanya drainage, panjamg luka, keadaan luka, dan
adanya tanda-tanda infeksi (RKTDF). Macam drainage antara lain:
Serous : serum dari pembuluh darah dan membrane serous seperti
peritoneum, pleura, dan meningen. Bentuk seperti gelembung blister.
Eksudat : material seperti cairan dan sel dari pembukuh darah
selama proses inflamasi yang tertumpuk dalam jaringan atau
permukaan jaringan.
Serousanguineous : biasanya terdapat pada luka post pembedahan
(serous dan eksudat)
Purulent : berisi leukosit, jaringan debris , dan bakteri hidup
maupun mati.
Gunakan teknik pembalutan luka yang tepat. Tujuan dari pembalutan:
Support pada luka, contoh luka pada fraktur
Immobilitas pada luka
Penerapan tekanan pada luka
Securing wound
Mengurangi nyeri
Retaining warmth
Gunakan prinsip pencegahan pada luka.
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
126
The Center for Diesase Control (CDC) prinsip yang harus diterapkan
dalam pencegahan luka:
Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan luka
Menyentuh peralatan steril hanya sesudah memakai sarung tangan
steril atau menggunakan forceps
Gunakan teknik perawatan luka yang benar dalam perawatan luka
Mengambil specimen drainage jika dicurigai adanya infeksi
Pencegahan HIV AIDS dalam perawatan luka:
Menggunakan sarung tangan jika menyentuh darah atau
cairan tubuh dan membrane mukosa
Cuci tangan setelah melepas sarung tangan atau ketika
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
Gunakan perlindungan untuk mencegah needles injury atau
benda-benda tajam
Jangan menggunakan teknik direk jika menutup lesi dan
dermatitis
Gunakan sarung tangan, masker, atau kaca mata untuk
mrnghindari percikan darah atau cairan tubuh
Lakukan irigasi luka jika diperlukan.
Irigasi luka merupakan tindakan mengalirkan cairan pada luka dengan
menerapkan prinsip steril. Tujuan dari irigasi luka adalah:
Membersihkan area yang luka
Penghangatan daerah luka yang dapat
mempercepat proses penyembuhan
Medikasi dengan menggunakan cairan
antimicrobial
Gunakan tipe cairan yang sesuai dengan kondisi luka dan tujuan dari
perawatan luka.
No.
Tipe Cairan Efek
1. Normal Salin Menghilangkan jaringan nekrotik2. Betadin 10% Pada luka yang terinfeksi Staphylococcus atau
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
127
bakteri aerobicDapat berefek membakar dan alergi
3. Asam asetik 0,25% Pada luka dengan infeksi pseudomonasBakteri gram positif dan negatif
4. Hidrogen Peroksida (3%)
Tidak digunakanDigunakan untuk jaringan matiMenghambat pertumbuhan pseudomonas
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
128
KASUS
1. Ny. Fitri (25 th) post operasi Sectio Caesarean (SC) hari ke 3. Luka post
operasi belum dilakukan perawatan luka. Hasil TTV adalah:
TD : 110/70 mmHg, Suhu: 36,3Oc, Nadi : 90 kali/menit, RR : 12 kali/menit
TUGAS
Lakukan perawatan luka post operasi pada Nn. Fitri!
Lakukan Health Education pada Nn. Fitri!
Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan!
2. An. Anti (22 th) mengalami luka post SC hari ke 7. Berdasarkan hasil
pengkajian luka didapatkan hasil sebagai berikut:
Panjang Luka: 10-15 cm, Drainage: warna kuning, jumlah 5-10 cc, bau (+),
Tanda-tanda infeksi: RKTDF pada luka (+)
TUGAS
Lakukan perawatan luka pada Ny. Anti!
Lakukan Health Education pada Nn. Fitri!
Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan!
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN “DRY DRESSING”
No. ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang pasien2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri3. Cuci tangan 4. Menyiapkan alat yang diperlukan:
Sarung tangan, Gunting, Pinset anatomis, Pinset sirurgis, Set steril, Klem, Kassa, Perban, Plester, Perlak, Laken kecil, Bengkok, Normal saline, Betadine, Kemicetin/sofratuleTAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam2. Kontak mata3. Memperkenalkan nama perawat4. Menanyakan nama/panggilan kesukaan pasien
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
129
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien6. Menjelaskan peran perawat dan pasien7. Menjelaskan tujuan/alasan dilakukannya perawatan luka8. Menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan9. Menjelaskan kerahasiaan
TAHAP KERJA1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum
melakukan kegiatan 2. Menanyakan keluhan utama saat itu3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik4. Berikan privasi (pasang tirai)5. Atur posisi yang nyaman6. Lepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung
tangan/pinset dan kapas alkohol7. Kaji kondisi luka8. Buka alat-alat steril dan pertahankan supaya tidak terkontaminasi,
tuangkan larutan antiseptik (betadin dan larutan normal salin), tambahkan alat dan bahan yang diperlukan
10. Gunakan sarung tangan steril11. Bersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dengan tetap
mempertahankan sterilitasBersihkan luka dengan normal salin, kemudian keringkanBerikan salep jika perlu, misalnya kemicetin, atau tutup luka dengan sofratule (tidak prinsip)
13. Tutup luka dengan kassa steril sesuai dengan kondisi luka14. Buka sarung tangan15. Fiksasi kassa dengan plester16. Kembalikan pasien ke posisi semula
TAHAP TERMINASI1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
perawatan luka2. Menyimpulkan hasil kegiatan3. Memberikan reinforcement positif 4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan tempat)5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan6. Rapikan alat7. Cuci tangan
DOKUMENTASIJumlah
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
130
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN “WET DRESSING”
No. ASPEK YANG DINILAINILAI
0 1 2TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang pasien2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri3. Cuci tangan4. Menyiapkan alat yang diperlukan:
Sarung tangan, Gunting, Pinset anatomis, Pinset sirurgis, Set steril, Klem. Kassa, Perban, Plester, Perlak, Laken kecil, Bengkok, Normal saline, RivanolTAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam2. Kontak mata3. Memperkenalkan nama perawat4. Menanyakan nama/panggilan kesukaan pasien5. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien6. Menjelaskan peran perawat dan pasien7. Menjelaskan tujuan/alasan dilakukannya perawatan luka8. Menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melalukan kegiatan9. Menjelaskan kerahasiaan
TAHAP KERJA1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum
melakukan kegiatan 2. Menanyakan keluhan utama saat itu3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik5. Berikan privasi (pasang tirai)6. Atur posisi yang nyaman7. Lepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung
tangan/pinset dan kapas alkohol8. Kaji kondisi luka9. Buka alat-alat steril dan pertahankan supaya tidak terkontaminasi,
tuangkan larutan antiseptik (larutan normal salin dan rivanol), tambahkan alat dan bahan yang diperlukan
10. Gunakan sarung tangan steril11. Bersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dengan tetap
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
131
mempertahankan sterilitas, dengan menggunakan larutan normal salin/rivanol
12. Perawatan Luka Basah-KeringKompres luka dengan kasa yang dibasahi rivanol/normal saline, kemudian di atasnya ditutup dengan kasa kering sesuai dengan kondisi luka Perawatan Luka Basah-BasahKompres luka dengan kasa yang dibasahi rivanol/normal saline, kemudian di atasnya ditutup dengan kasa basah sesuai dengan kondisi luka
13. Buka sarung tangan14. Fiksasi kassa dengan plester15. Kembalikan pasien ke posisi semula
TAHAP TERMINASI1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
perawatan luka2. Menyimpulkan hasil kegiatan3. Memberikan reinforcement positif 4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan tempat)5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan6. Rapikan alat7. Cuci tangan
DOKUMENTASIJumlah
FORMAT PENILAIAN KETRAMPILAN MENGANGKAT JAHITAN
PADA LUKA
No Aspek yang DinilaiNilai
0 1 2I. Tahap Pra Interaksi1. Cek dokumentasi klien2. Cuci tangan
Siapkan alat :Sarung tangan, Alas, Bengkok , Pinset chirugis dan anatomi, GuntingNaCl, Betadine, Set steril
II. Tahap Orientasi1. Berikan salam, panggil klien dengan nama yang disukainya.
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
132
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan serta ketidaknyamanan yang dialami
III. Tahap Kerja1. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya2. Menanyakan keluhan utama klien3. Memulai tindakan dengan cara yang baik4. Jaga privasi klien5. Mengatur posisi, pakaian maupun alat tenun agar luka lebih
jelas6. Membuka balutan dan membuangnya7. Memeriksa dan membersihkan luka sekitar jahitan dengan
betadine/NaCl8. Menarik simpul jahitan dengan pinset chirugis, mengangkat
simpul tersebut ke atas kulit kemudian digunting, benang ditarik keatas dan dikeluarkan dari kulit, letakkan kasa diatas
9. Melepaskan benang secara berselang seling dan pada waktu tertentu akan dilepaskan semua jahitan
10. Membersihkan daerah bekas jahitan dengan betadin atau NaCl11. Meletakkan kasa steril diatas luka 12. Manutup luka dengan kasa steril atau dilakukan perawatan luka
terbuka sesuai dengan kolaborasi dengan dokter13. Membereskan alat dan memposisikan klien pada posisi semula14. Cuci tangan
Tahap Terminasi1.
2.3.
Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan dengan kondisi yang normalBeri reinforcement positifKontrak pertemuan selanjutnya Mengakhiri pertemuan dengan baikCuci tanganDokumentasi
TOTAL NILAI
Buku Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)Program Studi DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
133