priayi dan wong cilik lebaran di karet, di karet ... · bukan karena aku ingin lari ... ayahku wiji...

88
i MEMAKNAI LEBARAN DARI SUDUT PANDANG PRIAYI DAN WONG CILIK DALAM KUMPULAN CERPEN LEBARAN DI KARET, DI KARET… KARYA UMAR KAYAM TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Oleh Kenas Witriasari NIM: 014114042 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006

Upload: truongdieu

Post on 06-May-2019

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

i

MEMAKNAI LEBARAN DARI SUDUT PANDANG

PRIAYI DAN WONG CILIK DALAM KUMPULAN CERPEN

LEBARAN DI KARET, DI KARET… KARYA UMAR KAYAM

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Kenas Witriasari

NIM: 014114042

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2006

Page 2: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

ii

Page 3: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

iii

Page 4: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

iv

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:

• Ayahku Wiji Rusmanto dan ibukku Yayik Ismiyati

• Adikku Yunas

• Seluruh keluarga besarku

• Aseffaku Petrus Rudy Eppata

Page 5: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

v

Kita jatuh untuk bangkit

Kita menangis untuk tertawa

Dan kita datang untuk pergi...

(Astuti Yudhiasari)

Bukan karena aku pengecut

Bukan karena aku ingin lari

Bukan karena aku ingin sembunyi

Tapi hanya karena aku butuh waktu...

(Astuti Yudhiasari)

Page 6: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur karena Tuhan Yesus Kristus telah selalu memberi berkat dan kuasa-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Memaknai

Lebaran Dari Sudut Pandang Priayi Dan Wong Cilik Dalam Kumpulan Cerpen Lebaran

Di karet, Di Karet… karya Umar Kayam Suatu Tinjauan Sosiologis”

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada.

1. Bpk. Drs. B. Rahmanto, M. Hum selaku dosen Pembimbing I, terima kasih atas

bimbingan dan dukungannya selama ini berupa nasihat, kritik membangun,

pengertian serta kesediaan Bapak meluangkan waktu sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu S. E. Peni Adji, S.S., M. Hum selaku dosen Pembimbing II, terima kasih atas

bimbingan dan dukungannya selama ini berupa petunjuk, dorongan serta

koreksinya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen program studi Sastra Indonesia yang telah mendidik dan

membimbing saya dalam menempuh pendidikan di Jurusan Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma.

4. Pegawai dan Staf Sekretariat Fakultas Sastra atas bantuannya memberikan

informasi yang dibutuhkan penulis sebagai penunjang dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Page 7: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

vii

5. Pegawai dan Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas bantuannya

dalam mencari buku-buku sebagai referensi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, terima kasih atas kasih sayang,

doa serta dorongan baik moral maupun material untuk penulis segera

menyelesaikan skripsi ini.

7. Adikku Yunas Isdwiantoro, sepupu-sepupuku Sinta, Berta, Yason, Glory, dan

Priskaku yang lucu serta seluruh keluarga besarku, terima kasih untuk semuanya.

8. Petrus Ruddy Eppata, kekasih hatiku sekaligus teman terbaik dalam suka dukaku,

thank’s for everything. Kata-katamu selalu memberi arti buat semangatku bahwa

“KEYAKINAN akan sesuatu hal akan mendatangkan suatu KEBENARAN”.

9. Thank,s to Mas Febby yang telah membantuku disaat aku mengalami kekritisan

10. Novi, Kingkin, dan Sherly terima kasih atas dukungan dan semangat buatku untuk

mengejar ketinggalan ini. Keceriaan dan kebersamaan yang terjalin sangat indah

dan penuh makna telah mewarnai hari-hariku.

11. Teman-teman seperjuanganku, Yuni, Atik, Martina, Indah, Zhita, Antok, Dwik,

Gogon, Parto, dan seluruh teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2001 yang

tidak bisa kusebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

12. Anak-anak kos Gatotkaca 4B (Anggi, Feni, Celsi, Nancy, dan Itin), terima kasih

atas persahabatan yang sudah terjalin.

13. Semua pihak (tanpa terkecuali) yang telah membantu dan mendukung sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak…

Page 8: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

viii

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

segala saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan senang hati.

Harapannya penulis dapat lebih meningkatkan dan menyempurnakan penelitian ini.

Penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 24 November 2006

Penulis

Page 9: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan sepenuh hati dan sesungguhnya, saya menyatakan bahwa skripsi yang

saya tulis ini tidak memuat karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 November 2006

Penulis

Kenas Witriasari

Page 10: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

x

ABSTRAK

Witriasari, Kenas. 2006. Memaknai Lebaran dari Sudut Pandang Priayi dan Wong Cilik

dalam Kumpulan Cerpen Lebaran di Karet, di Karet… Karya Umar Kayam

Tinjauan Sosiologi Sastra. Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana memaknai Lebaran

dari sudut pandang priayi dan wong cilik dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di

Karet… karya Umar Kayam. Metode yang digunakan adalah metode kepustakaan dan

deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis.

Dalam menganalisis permasalahan, tahap pertama yang diambil adalah

mendeskripsikan alur dan tokoh. Kemudian alur dan tokoh tersebut dideskripsikan

melalui priayi dan wong cilik dalam memaknai Lebaran.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, terdapat

perbedaan antara priayi dan wong cilik dalam memaknai Lebaran. Kedua, dari sudut

pandang priayi dapat diketahui bahwa pemahaman terhadap makna Lebaran sudah

semakin luntur. Lebaran tidak lagi menjadi penanda religiusitas, melainkan telah menjadi

simbol kesepian, kehampaan, kerepotan rumah tangga. Ketiga, dari sudut pandang wong

cilik, Lebaran menyisakan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan lain-lain. Lebaran bagi

wong cilik bukan hanya sekadar mudik/pulang kampung sebagai kebahagiaan, melainkan

tempat segala persoalan muncul, seperti kemelaratan, kemiskinan, dan duka sebelum

maupun sesudah Lebaran.

Page 11: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

xi

ABSTRACT

Witriasari, Kenas. 2006. The Significance of Lebaran From The Point of View of The

Priayi And Wong Cilik As Seen In The Collection of Short Stories Lebaran di

Karet, di Karet… By Umar Kayam, A Review of Literature Sociology. S1.

Yogyakarta: Indonesian Literature, Faculty of Literature, Sanata Dharma

University .

The objective of this study is to knowing the significance of Lebaran from the

point of view of the priayi and wong cilik as seen in the collection of short stories

Lebaran di Karet, di Karet… by Umar Kayam. Meanwhile, the approach used in this

study is sociology approach.

In analyzing the problems, the writer firstly describes the plot and the characters

in the collection of short stories Lebaran di Karet, di Karet…. Subsequently, the writer

describes the plot and the characters in the story through priayi and wong cilik in viewing

Lebaran. .

The result of this study can be concluded as follows. First, there are differences

between priayi and wong cilik in understanding Lebaran. Second, the comprehension

priayi towards Lebaran has been undermining. Lebaran is no longer valued as sign of

religiosity; instead it has symbolized loneliness, emptiness, and household bustle.

Meanwhile, the Third is Lebaran from the understanding wong cilik has left problems in

economic, social and others. They have not viewed Lebaran as the happy annual

returning home to their village again, but it has also been the time when problem, such as

poverty is arising.

Page 12: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……………………………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….. iv

MOTTO …………………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR …………………………………………….. vi

PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………….. ix

ABSTRAK …………………………………………………………….. x

ABSTRACT …………………………………………………………….. xi

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………… 3

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………... 3

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………... 4

1.5 Tinjauan Pustaka ……………………………………………... 4

1.6 Landasan Teori ……………………………………………... 6

1.6.1 Sosiologi Sastra …………………………….. 6

1.6.2 Sosiologi Kebudayaan …………………….. 8

1.6.2.1 Priayi dan Wong Cilik …………………….. 8

1.6.2.2 Makna Lebaran …………………………….. 10

Page 13: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

xiii

1.6.3 Alur ……………………………………………... 11

1.6.4 Tokoh ……………………………………………... 14

1.7 Metode Penelitian ………………………………………… 16

1.7.1 Sumber Data ……………………………………........ 16

1.7.2 Metode Penelitian ……………………………........ 16

1.7.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……………........ 16

1.8 Sistematika Penyajian ………………………………………… 17

BAB II ANALISIS ALUR DAN TOKOH DALAM KUMPULAN CERPEN

LEBARAN DI KARET, DI KARET… KARYA UMAR KAYAM

2.1 “Ke Solo, Ke Njati” …………………………………….. 19

2.1.1 Alur ……………………………………………... 19

2.1.2 Tokoh ……………………………………………... 23

2.2 “Ziarah Lebaran” ……………………………………… 25

2.2.1 Alur ……………………………………………... 25

2.2.2 Tokoh ……………………………………………… 29

2.3 “Menjelang Lebaran” ……………………………………… 31

2.3.1 Alur ……………………………………………… 31

2.3.2 Tokoh ……………………………………………… 32

2.4 “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” ……………………… 33

2.4.1 Alur ……………………………………………… 33

2.4.2 Tokoh ……………………………………………… 37

Page 14: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

xiv

2.5 “Marti” ………………………………………………………. 39

2.5.1 Alur ………………………………………………. 39

2.5.2 Tokoh ………………………………………………. 41

2.6 “Mbok Jah” ……………………………………………… 42

2.6.1 Alur ……………………………………………….. 42

2.6.2 Tokoh ……………………………………………….. 45

` 2.7 “Lebaran di Karet, di Karet”…………………………………… 46

2.7.1 Alur ……………………………………………….. 46

2.7.2 Tokoh ……………………………………………….. 48

2.8 “Sardi” ……………………………………………………….... 50

2.8.1 Alur ………………………………………………… 50

2.8.2 Tokoh ………………………………………………… 51

BAB III MEMAKNAI LEBARAN DARI SUDUT PANDANG PRIAYI DAN WONG

CILIK DALAM KUMPULAN CERPEN LEBARAN DI KARET, DI KARET…

KARYA UMAR KAYAM ………………………………………… 53

3.1 Lebaran dari Sudut Pandang Priayi ………………………… 55

3.1.1 Kehampaan dan Kesepian ………………………… 55

3.1.2 Kerepotan Rumah Tangga/ Pembantu Mudik ………… 59

3.2 Lebaran dari Sudut Pandang Wong Cilik ………………………… 62

3.2.1 Pulang Kampung ………………………………… 62

3.2.2 Kemelaratan ………………………………………… 65

3.2.3 Duka Lebaran ………………………………………… 68

Page 15: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

xv

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………… 70

4.1 Kesimpulan ………………………………………………… 70

4.2 Saran ………………………………………………………… 71

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 72

DAFTAR RIWAYAT ………………………………………………… 74

Page 16: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan media penyampaian yang sifatnya universal artinya

karya sastra dapat menggambarkan keadaan sosial masyarakat atau penyampaian

suatu pokok permasalahan dalam bentuk cerita. Sebagai karya fiksi, cerpen lebih

menggambarkan sebuah cerita serba ringkas tidak sampai pada detail-detail khusus

yang “kurang penting”. Segala hal dikemukakan secara implisit. Karya sastra fiksi

menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu bersifat rekaan, khayalan,

sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh, sehingga ia tidak perlu dicari

kebenarannya (Nurgiyantoro, 1995: 2).

Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya

dengan lingkungan dan sesama. Karya sastra merupakan hasil dialog, kontemplasi,

dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Karya sastra merupakan

karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas

sebagai karya seni. Oleh karena itu, bagaimanapun, fiksi merupakan sebuah cerita,

dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada

pembaca di samping adanya tujuan estetik (Nurgiyantoro, 1995: 3).

Hampir setiap majalah, juga majalah yang tidak ada sangkut-pautnya dengan

kesusastraan ataupun kebudayaan umumnya memuat cerpen setiap terbit, atau bahkan

Page 17: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

2

mempunyai ruangan untuk cerpen, walaupun sering cerpen yang dimuatnya bukanlah

cerpen yang berkadar sastra sama sekali. Minat yang berlebih-lebihan terhadap

cerpen ini, bisalah diartikan sebagai tanda bahwa cerpen adalah bentuk sastra yang

paling digemari, lagi pula lapangan pembacanya lebih, bahkan jauh lebih luas

daripada puisi (Rosidi via Eneste, 1983: 15).

Bentuknya yang pendek dan selalu berbicara secara prosaik, di samping

pesona yang diberikannya, mengakibatkan cerita pendek mudah dibaca, mudah

diikuti dan mudah dinikmati (Sumardjo via Eneste, 1983: 29). Dalam penelitian ini,

penulis mengangkat cerita dari kumpulan cerpen karya Umar Kayam yang berjudul

Lebaran di Karet, di Karet... . Ada tigabelas cerpen di dalam kumpulannya, namun

peneliti hanya mengambil delapan cerita saja dalam kumpulan ini. Delapan cerpen

yang akan diteliti mempunyai keterkaitan cerita yang hampir sama, yaitu sama-sama

menceritakan mengenai lebaran. Delapan cerpen dalam kumpulan cerpen Lebaran di

Karet, di Karet... berkisah seputar Lebaran dengan segala liku-likunya. Segala liku-

liku dalam memaknai Lebaran dari sudut pandang priayi dan wong cilik.

Ada beberapa faktor mengapa penulis memilih kumpulan cerpen Lebaran di

Karet, di Karet... karya Umar Kayam. Pertama, dalam cerpen-cerpennya, Umar

Kayam senantiasa menunjukkan simpatinya yang besar terhadap nyaris semua

tokohnya. Ia mencoba memahami dan bertepa selira dengan nasib serta situasi tokoh-

tokohnya. Berbagai peristiwa juga disajikan dalam urutan tertentu, dan peristiwa yang

diurutkan itu membangun tulang punggung cerita yaitu alur. Kedua, penulis ingin

mengungkapkan secara rinci situasi dan kondisi saat lebaran tiba dari sudut pandang

Page 18: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

3

priayi dan wong cilik dalam kumpulan cerpen karya Umar Kayam. Priayi dan wong

cilik tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam lingkungan kebudayaan Jawa. Priayi

adalah lapisan atas dalam masyarakat Jawa, dan fungsinya baru jelas jika di

sekelilingnya ada wong cilik. Ini sekaligus mengisyaratkan adanya suatu hal dalam

kebudayaan Jawa, yaitu terlihat garis batas (yang sering sangat tegas) antara priayi

dan wong cilik. Penulis ingin mengungkapkan antara priayi dan wong cilik dari segi

mereka memaknai Lebaran dalam kumpulan cerpen ini.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian dan merumuskan penelitian ini, penulis akan

merumuskan masalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen

Lebaran di Karet, di Karet... karya Umar Kayam?

1.2.2 Bagaimanakah priayi dan wong cilik memandang dan memaknai Lebaran

dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet... karya Umar Kayam?

1.3 Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.3.1 mendeskripsikan alur dan tokoh cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen

Lebaran di Karet, di Karet... karya Umar Kayam,

1.3.2 mendeskripsikan priayi dan wong cilik memandang dan memaknai Lebaran

dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet... karya Umar Kayam.

Page 19: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

4

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik itu manfaat

secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut sebagai

berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet... karya Umar Kayam dapat

memberikan gambaran mengenai priayi dan wong cilik memaknai lebaran dalam

kebudayaan Jawa. Penelitian ini adalah pengkajian mengenai bagaimana priayi dan

wong cilik memaknai, memahami, menghayati, serta menyiasati Lebaran. Hasil

penelitian ini dimaksudkan untuk menambah dan memperkaya khasanah penelitian

sastra Indonesia khususnya analisis kumpulan cerpen dengan pendekatan sosiologi

sastra.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan apa saja yang

melatarbelakangi bagaimana cara priayi dan wong cilik memaknai, menghayati, serta

menyiasati Lebaran dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet... karya

Umar Kayam. Manfaat praktis ini dapat dijadikan cermin dalam diri pembaca apabila

menghadapi keadaan tersebut.

1.6 Tinjauan Pustaka

Mengutip ulasan kupas buku oleh Sjaiful Masri, Pengelola Situs Sriti.com

dengan judul “Di Setiap Lebaran....” (Matabaca, November 2005) yang mengatakan

bahwa Kayam menyimpan puasa dan Lebaran sebagai hal yang menghadirkan

Page 20: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

5

problem sosial. Kendati dengan cara yang sederhana, Kayam menyentuh Lebaran

dengan kepekaannya sebagai pencerita ulung.

Damono dengan “Glenyengan Umar Kayam” dalam buku Umar Kayam

“Sugih Tanpa Banda: Mangan Ora Mangan Kumpul 2”, mengatakan bahwa

priyagung adalah lapisan atas dalam masyarakat Jawa. Dalam gleyengannya,

priayagung fungsinya baru jelas jika disekelilingnya ada wong cilik. Ini

mensyaratkan kehadiran wong cilik, sebab glenyengan baru terasa kekhasan dan daya

gunanya hanya jika berlangsung antara priayi dan wong cilik.

Sobary dengan tulisannya “Ki Ageng Memandang Dunia” dalam buku Umar

Kayam “Madhep Ngalor Sugih; Madhep Ngidul Sugih: Mangan Ora Mangan

Kumpul 3”, mengatakan bahwa tema dalam kolom-kolomnya sederhana. Tema,

umumnya menyangkut perkara biasa dalam hidup sehari-hari. Tulisan-tulisannya

menggambarkan model masyarakat dua kelas yaitu kelas priayi, yang menghuni

struktur atas, dan kelas kawula, orang biasa, penghuni struktur bawah dalam

masyarakat.

Fahrizal dalam esainya “Para Priyayi Dalam Para Priyayi” (Horison-

XXXIV/3/2001) menjelaskan tentang siapakah priayi itu? Kayam mendefinisikan

priyayi sebagai orang Jawa yang berhasil duduk dalam jenjang pemerintahan, tidak

peduli apakah pemerintahan gupermen atau kerajaan Jawa. Pada galibnya, bagi wong

cilik, di balik sebutan priyayi itu ada sejumlah obsesi dan ambisi, di samping sebuah

kata kunci: pencapaian.

Page 21: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

6

Rahman dalam esainya “Representasi Priyayi Dalam Dua Novel Kita”

(Horison XXXIV/3/2001) menyimpulkan adanya dunia priayi dan wong cilik.

Pertama, cita ideal priyayi adalah pengangkat derajat wong cilik. Sebagai kelas sosial

yang lebih tinggi, secara moral, priayi bertanggungjawab untuk menyelamatkan

lapisan sosial di bawah mereka, yang sangat tertinggal baik secara ekonomi maupun

pendidkan. Kedua, kelas sosial priayi bukanlah monopoli orang-orang berdarah biru,

melainkan dimungkinkan tumbuh dari keluarga berdarah non-biru, meskipun dalam

hal ini “hanyalah” priayi rendah. Dengan begitu , priayi meliputi lingkup yang lebih

luas, mencakup orang-orang terdidik.

Rahmanto dalam bukunya yang membahas “Umar Kayam: Karya Dan

Dunianya”, mengatakan bahwa ada hubungan antarmanusia dalam Lebaran Di Karet,

Di Karet...

1.7 Landasan Teori

1.7.1 Sosiologi Sastra

Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam

masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencoba mencari

tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan

bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala

masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain yang kesemuanya itu

merupakan struktur sosial-kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses

Page 22: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

7

pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing

(Damono, 1979: 7).

Tentang hubungan antara sosiologi dan sastra, (Swingewood via Damono

1972: 15) mengetengahkan pandangan yang lebih positif. Ia tidak berpihak pada

pandangan yang menganggap sastra sebagai sekadar bahan sampingan saja.

Swingewood menyadari bahwa sastra diciptakan pengarang dengan menggunakan

seperangkat peralatan tertentu, dan seandainya sastra memang merupakan cermin

masyarakatnya, apakah pencerminan itu tidak rusak oleh penggunaan alat-alat sastra

itu secara murni? (Damono, 1979: 14).

Pengarang besar tentu saja tidak sekadar menggambarkan dunia sosial secara

mentah. Ia mengemban tugas yang mendesak: memainkan tokoh-tokoh ciptaannya itu

dalam suatu situasi rekaan agar mencari “nasib” mereka sendiri-untuk selanjutnya

menemukan nilai makna dalam dunia sosial. Sastra karya pengarang besar

melukiskan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia; oleh karena itu barangkali, ia

merupakan salah satu barometer sosiologis yang paling efektif untuk mengukur

tanggapan terhadap kekuatan-kekuatan sosial. Selain itu, karena sastra juga akan

selalu mencerminkan nilai-nilai dan perasaan sosial, dapat diramalkan bahwa

semakin sulit nantinya mengadakan analisis terhadap sastra sebagai cermin

masyarakatnya sebab masyarakat semakin sulit (Damono, 1979: 14).

1.7.2 Alur

Plot dalam cerpen umumnya tunggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa

yang diikuti sampai cerita berakhir (bukan selesai, sebab banyak cerpen, juga novel,

Page 23: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

8

yang tidak berisi penyelesaian yang jelas, penyelesaian diserahkan kepada

interprestasi pembaca). Urutan peristiwa dapat dimulai dari mana saja, misalnya dari

konflik yang telah meningkat, tidak harus bermula dari tahap perkenalan (para) tokoh

atau latar. Kalaupun ada unsur perkenalan tokoh dan latar, biasanya tak

berkepanjangan. Berhubung berplot tunggal, konflik yang dibangun dan klimaks

yang akan diperoleh pun, biasanya, bersifat tunggal pula (Nurgiyantoro, 1995: 13).

Pengertian plot itu sendiri adalah hubungan antarperistiwa yang dikisahkan itu

haruslah bersebab akibat, tidak hanya sekadar berurutan secara kronologis saja.

Berbagai pengertian tentang plot yang dikemukakan orang pun, walau berbeda dalam

hal perumusan, biasanya mempergunakan kata “kunci” peristiwa-peristiwa yang

berhubungan sebab akibat itu (Nurgiyantoro, 1995: 112-113).

Peristiwa, konflik, dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial

dalam pengembangan sebuah plot cerita. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan

oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula halnya dengan masalah kualitas dan kadar

kemenarikan sebuah cerita fiksi. Ketiga unsur itu mempunyai hubungan yang

mengerucut : jumlah cerita dalam sebuah karya fiksi banyak sekali, namun belum

tentu semuanya mengandung dan atau merupakan konflik, apalagi konflik utama.

Jumlah konflik juga relatif masih banyak, namun hanya konflik(-konflik) utama

tertentu yang dapat dipandang sebagai klimaks (Nurgiyantoro, 1995: 116-117 ).

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang

lain (Luxemburg dkk via Nurgiyantoro, 1995: 117). Berdasarkan pengertian itu, kita

Page 24: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

9

akan dapat membedakan kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa

dengan yang tidak. Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam karya fiksi pastilah

banyak sekali, namun tidak semua peristiwa tersebut berfungsi sebagai pendukung

plot. (Nurgiyantoro, 1995: 117).

Konflik (conflict), yang notabene adalah kejadian yang tergolong penting

(jadi, ia akan berupa peristiwa fungsional, utama, atau kernel) merupakan unsur yang

esensial dalam pengembangan plot. Pengembangan plot sebuah karya naratif akan

dipengaruhi-untuk tidak dikatakan: ditentukan-oleh wujud dan isi konflik, bangunan

konfik yang ditampilkan. Misalnya, peristiwa-peristiwa manusiawi yang seru, yang

sensasional, yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan menyebabkan

munculnya konflik(-konflik) yang kompleks, biasanya cenderung disenangi pembaca.

Peristiwa dan konfik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya

satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan peristiwa. Ada

peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya konflik. Sebaliknya, karena

terjadi konfik, peristiwa-peristiwa lain pun dapat bermunculan, misalnya yang

sebagai akibatnya. Konfik utama biasanya berhubungan erat dengan makna yang

ingin dikemukakan pengarang: tema (utama) cerita. Usaha menemukan dan

memahami konfik utama sebuah cerita, dengan demikian, amat membantu untuk

menemukan dan memahami makna yang dikandungnya (Nurgiyantoro, 1995: 122-

124).

Konflik dan klimaks merupakan hal yang amat penting dalam struktur plot,

keduanya merupakan unsur utama plot pada karya fiksi. Klimaks hanya

Page 25: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

10

dimungkinkan ada dan terjadi jika ada konflik. Namun, tidak semua konflik harus

mencapai klimaks-hal itu mungkin sejalan dengan keadaan bahwa tidak semua

konflik harus mempunyai penyelesaian (Nurgiyantoro, 1995: 126-127).

Klimaks menurut (Stanton via Nurgiyantoro 1995: 127), adalah saat konflik

telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu merupakan sesuatu yang

tak dapat dihindari kejadiannya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita,

peristiwa dan saat itu memang harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks sangat

menentukan (arah) perkembangan plot. Klimaks merupakan titik pertemuan antara

dua (atau lebih) hal (keadaan) yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana

permasalahan (konflik itu) akan diselesaikan (Nurgiyantoro, 1995: 127).

Klimaks berbeda dengan yang ada pada cerita pendek. Pada cerpen,

berhubung hanya menampilkan satu konflik utama, peristiwa mana yang dapat

dipandang sebagai klimaks secara relatif lebih mudah ditentukan atau disepakati.

Namun, sebagai bahan perhatian dan pertimbangan, klimaks (utama) sebuah cerita

akan terdapat pada konflik utama, dan hal itu akan diperani oleh tokoh(-tokoh) utama

cerita. Peristiwa-peristiwa-konflik itu biasanya tak mudah untuk dibedakan mana

yang lebih penting (baca: lebih tepat untuk dinyatakan sebagai klimaks) dari yang

lain, sehingga semuanya mempunyai peluang yang sama untuk dianggap sebagai

klimaks. Dalam hal ini kejelian kita dituntut untuk menentukan konflik mana yang

lebih penting dalam hubungannya dengan bangunan plot secara keseluruhan

(Nurgiyantoro, 1995: 127-128).

Page 26: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

11

1.7.3 Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan

dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16). Semua unsur cerita

rekaan, termasuk tokohnya, bersifat rekaan semata-mata. Tokoh itu ada di dalam

dunia nyata tidak ada. Boleh jadi ada kemiripan dengan individu tertentu di dalam

hidup ini; artinya, ia memiliki sifat-sifat yang sama dengan seseorang yang kita kenal

di dalam hidup kita. Memang, supaya tokoh dapat diterima pembaca, ia hendaklah

memiliki sifat-sifat yang dikenal pembaca, yang tidak asing baginya, bahkan yang

mungkin ada pada diri pembaca itu sendiri. Dengan kata lain harus ada relevansi

tokoh itu dengan pembaca (Sudjiman, 1988: 17).

Dilihat dari segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita,

dibagi menjadi dua bagian, yaitu tokoh utama (main character) dan tokoh tambahan

(peripheral character). Tokoh utama (main character) adalah tokoh yang diutamakan

penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling sering diceritakan. Sedangkan tokoh

tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya dimunculkan beberapa kali

saja dan dalam porsi pendek (Nurgiyantoro, 1995: 176).

Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan

dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara

keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik,

penting yang mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, pemunculan tokoh-

Page 27: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

12

tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan

kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama (Nurgiyantoro,

1995: 177).

1.7.4 Priayi dan Wong Cilik

Konsep priayi yang menunjuk kepada golongan sosio-kultural mengandung

pengertian bahwa golongan itu perlu diidentifikasikan dengan lapisan atau kelas Di

sini konsep pribumi jelas menunjukkan perbedaan antara priayi dan wong cilik.

Kedudukan priayi sebagai golongan elit perlu ditinjau dalam konteks struktur sosial

masyarakat tradisional-kolonial (Kartodirdjo, 1987: 1-2).

Menurut van Niel (via Kartodirdjo, 1987: 4), golongan priayi sebagai

kelompok sosial di sekitar tahun 1900 adalah golongan elit, yaitu siapa saja yang

berdiri di atas rakyat jelata, yang dalam beberapa hal memimpin, memberi pengaruh,

mengatur dan menuntun masyarakat. Administratur, pegawai pemerintahan dan

orang-orang yang berpendidikan dan berkedudukan lebih baik, mereka adalah priayi.

Keturunan tidak menjadi unsur penting; unsur yang terutama bagi golongan priayi

adalah fungsi pada administrasi pemerintahan tertentu. Sedangkan menurut Greertz

(via Kartodirdjo 1987: 9), priayi adalah kelompok sosial – dari mana asal warganya

tidak menjadi soal – yang mempunyai tingkah laku dan mempunyai nilai-nilai hidup

sendiri.

Dalam bukunya Kebudayaan Jawa, Koentjaraningrat (via Kartodirdjo, 1987:

9-10) mengatakan bahwa pegawai-pegawai negeri sebelum Perang Dunia II

dinamakan priyayi. Pada waktu itu dibedakan antara priayi pangrehpraja dan priayi

Page 28: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

13

bukan pangrehpraja. Golongan priayi pangrehpraja adalah pejabat-pejabat

Pemerintahan Daerah, yaitu orang-orang yang terpenting dan yang paling tinggi

gengsinya di antara priayi lainnya, yang disebabkan karena sifat kebangsawanan

mereka. Golongan priayi yang kedua adalah golongan orang-orang terpelajar, yang

berasal dari daerah pedesaan atau daerah golongan tiyang alit di kota yang berhasil

mencapai kedudukan pegawai negeri melalui pendidikan (Mujiran,2006).

Setiap kali Lebaran, pengalaman wong cilik saat masih tinggal di desa, sangat

sederhana. Saat sebelum wong cilik belum mengadu nasib dan bekerja di Jakarta.

Pengalamanan hidup di desa, hidup berdampingan dengan sesama saudara secara

damai, penuh kebersamaan dan kekeluargaan. Kesederhanaan wong cilik sebagai

orang desa tetap terlihat saat wong cilik bekerja di kota (Mujiran, 2006).

Lebaran seperti ini biasanya dimulai dengan puasa Ramadhan yang dihormati

semua kalangan. Kesederhanaan wong cilik sebagai orang desa, dan tantangan alam

yang keras menyebabkan mereka harus survive bekerja di Jakarta. Wong cilik

menghadapi kerasnya hidup, sukarnya bertahan hidup dalam kondisi sulit pada saat

Lebaran tiba. Dalam kacamata wong cilik, semua masalah bisa dipecahkan, dicari

jalan pemecahan yang berguna dalam hidup bersama (Mujiran, 2006).

Sudah menjadi ciri masyarakat Jawa, kecenderungan menengok ke belakang,

memandang masa lampau, dan menatap ke dalam sangat kuat. Koentjaraningrat

(1969), membagi ciri mental manusia Indonesia menjadi dua, yaitu mental petani

(wong cilik) dan priayi. Mental petani itu dicirikan dari anggapan bahwa hidup itu

buruk, penuh dosa, dan kesengsaraan, tetapi wajib menyadari keburukan itu dengan

Page 29: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

14

berlaku prihatin, dan wajib berbuat sebaiknya dengan usaha dan ikhtiar (Subandriyo,

2005).

1.7.5 Makna Lebaran

Sesudah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, umat Islam

merayakan hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Kira-kira seminggu sampai beberapa

hari sebelum hari raya, banyak orang pulang kampung untuk merayakan Idul Fitri

bersama dengan keluarga dan kerabat dekat. Tradisi pulang kampung ini disebut

mudik. Karena kebanyakan orang Indonesia mudik dengan transportasi umum

sebelum dan sesudah hari raya.

Fenomena mudik yang telah berlangsung puluhan tahun ini juga menunjukkan

bahwa hubungan emosional masyarakat dengan tempat kelahiran masih sangat kuat,

tidak pernah terkikis oleh perjalanan waktu. Di negara maju, seperti Amerika Serikat

(AS) juga terdapat tradisi semacam mudik seperti yang dilakukan masyarakat

Indonesia dan dikenal dengan istilah home-coming. Fenomena mudik masyarakat

Indonesia, utamanya masyarakat Jawa, juga dilatarbelakangi oleh kecenderungan

inward-looking yang sangat kuat (Subandriyo, 2005).

Momen Lebaran mampu menyedot perhatian semua kelompok dan lapisan

masyarakat sehingga kedatangannya senantiasa dinanti-nanti. Daya tarik Lebaran

bagi semua kelompok dan lapisan masyarakat ada dua hal. Pertama, momen Lebaran

mampu menciptakan kembali suasana kehidupan yang penuh dengan rasa solidaritas

sosial. Bagi masyarakat di abad milenium yang berhari-hari terbiasa hidup soliter,

egois, dan tak saling menyapa, mereka niscaya akan merasakan kerinduan yang sama

Page 30: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

15

untuk membangun kembali suasana perjumpaan sosial yang pernah mereka rasakan

ketika kecil atau pada saat mereka masih tinggal di desa. Untuk itulah, bisa kita

pahami mengapa setiap kali Lebaran hendak tiba, puluhan juta penduduk tanpa kenal

lelah dan tanpa berhitung panjang rela menghabiskan sebagian tabungannya yang

telah susah payah dikumpulkan untuk biaya mereka pulang. Kedua, hal ini

disebabkan pada hari Lebaran interaksi sosial yang terbangun layaknya sebuah zona

sosial yang relatif netral (Suyanto,2004).

Di hari Lebaran, tidak peduli apakah seseorang disebut santri, priayi, atau

abangan, mereka semua memiliki kesempatan untuk saling menyapa dan

bercengkerama layaknya kerabat dekat yang sudah sekian puluh tahun tak ketemu.

Bahkan, orang yang berbeda ideologi dan berbeda partai politik, ketika Lebaran tiba,

maka tiba-tiba saja batas itu menjadi lenyap. Hakikat Lebaran di sini memang bukan

hanya berarti tercerahkannya kembali fitrah manusia. Namun, secara sosiologis,

Lebaran juga bermakna terjalinnya kembali tali persaudaraan dan tumbuhnya

semangat pluralisme (Suyanto, 2004).

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupa kumpulan cerpen, dengan spesifikasi

sebagai berikut :

a. Judul Buku : Lebaran di Karet, di Karet...

b. Pengarang : Umar Kayam

Page 31: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

16

c. Terbitan : Penerbit Buku Kompas, Jakarta November 2002

d. Tebal Buku : 99 halaman

1.8.2 Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diperoleh melalui gabungan dua metode, dengan

syarat kedua metode tidak bertentangan. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan

cara mendeskripsikan sesuatu hal yang kemudian disusul dengan analisis. Secara

etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Analisi yang berasal dari

bahasa Yunani analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai), telah diberikan arti

tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman

dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2004: 53).

1.8.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah seluruh cerpen dalam

kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet... karya Umar Kayam. Kumpulan cerpen

terdiri dari tiga belas cerpen yang pernah dimuat dalam surat kabar kecuali “Sardi”

yang belum pernah dipublikasikan, yaitu “Ke Solo, ke Njati” (Kompas, 21 April

1991), “Ziarah Lebaran” (Kompas, 20 Maret 1994) “Menjelang Lebaran” (Kompas,

25 Januari 1998), “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” (Kompas, 17 Januari 1999),

“Marti” (Kompas, 5 Maret 1995), “Mbok Jah” (Republika, 20 Maret 1994),

“Lebaran di Karet, di Karet” (Kompas, 24 Desember 2000), “Sardi” (belum pernah

dipulikasikan), “There Goes Tatum” (Kompas, 23 Maret 1970), “Sphinx” (Kompas,

15 September 1996), “Raja Midas”(Kompas, 22 Desember 1996), “Parta Krama”

(Kompas, 23 Feruari 1997), “Drs Citraksi & Drs Citraksa” (Kompas, 2 Maret 1997).

Page 32: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

17

Sampel dalam penelitian ini adalah delapan cerpen dari seluruh populasi. Delapan

cerpen ini diambil penulis karena mempunyai keterkaitan cerita mengenai Lebaran.

Delapan cerpen ini mengisahkan seputar Lebaran dengan segala liku-likunya. Liku-

liku Lebaran dialami oleh priayi dan wong cilik dalam memaknai Lebaran.

Kehampaan, kebahagiaan, kegalauan, kemelaratan, dan kemiskinan yang dialami oleh

priayi dan wong cilik saat memaknai Lebaran diceritakan dalam kumpulan Lebaran

di Karet, di Karet... karya Umar Kayam ini. Berikut judul delapan cerpen karya Umar

Kayam yang menjadi sampel dalam penelitian ini, “Ke Solo, ke Njati” (Kompas, 21

April 1991), “Ziarah Lebaran” (Kompas, 20 Maret 1994), “Menjelang Lebaran”

(Kompas, 25 Januari 1998), “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” (Kompas, 17 Januari

1999), “Marti” (Kompas, 5 Maret 1995), “Mbok Jah” (Republika, 20 Maret 1994),

“Lebaran di Karet, di Karet” (Kompas, 24 Desember 2000), “Sardi” (belum pernah

dipublikasikan).

1.9 Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan disajikan dalam beberapa bab. Bab pertama berupa

pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, landasan teori dan sistematika penyajian. Bab

kedua berisi analisis alur dan tokoh dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di

Karet… karya Umar Kayam. Bab ketiga berisi analisis priayi dan wong cilik dalam

memaknai Lebaran dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet… karya Umar

Kayam. Bab keempat berupa penutup yaitu berisi kesimpulan hasil penelitian dan

Page 33: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

18

saran. Bagian terakhir penelitian ini terdiri dari daftar pustaka yang menjadi acuan

dalam penelitian ini.

Page 34: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

19

BAB II ANALISIS ALUR DAN TOKOH DALAM KUMPULAN CERPEN

LEBARAN DI KARET, DI KARET… KARYA UMAR KAYAM

Kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet… karya Umar Kayam terdiri

atas tigabelas judul. Namun, penulis hanya mengambil delapan dari tigabelas cerpen

karya Umar Kayam ini. Delapan cerpen tersebut ialah “Ke Solo, Ke Njati”, “Ziarah

Lebaran”, “Menjelang Lebaran”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Marti”,

“Mbok Jah”, “Lebaran di Karet, di Karet”, “Sardi”. Delapan cerpen tersebut

mempunyai keterkaitan cerita mengenai Lebaran dari sudut pandang priayi dan wong

cilik. Delapan cerpen tersebut akan dianalisis alur dan tokoh dengan menceritakan

kehidupan setiap tokoh beserta peristiwa-peristiwa dan konflik-konflik yang terjadi.

2.1. “Ke Solo, ke Njati”

2.1.1 Alur

Cerpen ini menceritakan wong cilik dalam menyambut Lebaran. Banyak

orang pulang kampung untuk merayakan Lebaran bersama keluarga dan kerabat

dekat. Tradisi pulang kampung inilah disebut dengan mudik. Di Indonesia, orang

mudik menggunakan angkutan umum. Sehingga alat transportasi menjadi masalah

umum pada saat sebelum dan sesudah Lebaran.

Cerpen “Ke Solo, ke Njati”, cerita diawali dengan penggambaran tokoh ibu

dengan kedua anaknya yang hijrah ke Jakarta. Tokoh ibu bekerja sebagai pembantu

rumah tangga di Jakarta. Ia dan kedua anaknya menempati kamar sewaan yang

Page 35: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

20

kumuh di bilangan Kali Malang Jakarta. Pada saat Lebaran, tokoh ibu dalam cerpen

“Ke Solo, ke Njati” dengan kedua anaknya juga akan mudik ke Jawa.

Pada saat Lebaran, tokoh ibu dan dua anaknya (Ti dan si bungsu) sudah

memiliki karcis bus menuju Wonogiri. Namun, mereka tidak bisa mudik karena tak

pernah mampu masuk bus yang akan mereka tumpangi karena sangat banyak calon

pemudik di terminal bus pada hari pertama Lebaran. Mereka mencobanya lagi pada

saat hari kedua Lebaran. Namun, hari kedua Lebaran justru malah semakin penuh

sesak dan berjubel. Peristiwa demi peristiwa disuguhkan pengarang dalam cerpen ini.

Ternyata pada hari pertama dan kedua Lebaran masih banyak orang yang mudik.

Logikanya, mudik dilakukan sebelum Lebaran tiba karena pada saat Lebaran mereka

harusnya melakukan ritual Lebaran, seperti, sholat Ied dan sungkeman. Celakanya,

tokoh ibu dan dua anaknya (Ti dan si bungsu) mengalami kesemrawutan saat mudik,

itu terjadi bukan beberapa hari menjelang Lebaran, tetapi justru pada hari pertama

dan kedua Lebaran.

Dari serangkaian peristiwa di atas, tokoh ibu dan kedua anaknya (Ti dan si

bungsu), dengan ber-gentenyong-an barang, tidak mampu berdempet-dempetan

dengan orang lain dan selalu terpinggirkan alias selalu gagal untuk bisa dapat masuk

ke dalam bus.

Pada bagian berikutnya digambarkan suami tokoh ibu sudah meninggal.

Secara flash back dikemukakan peristiwa akan kematian suaminya yang meninggal

saat bekerja sebagai buruh bangunan. Terjadi pergolakan batin tokoh ibu yang

kehilangan suaminya tiga tahun lalu saat bekerja sebagai buruh bangunan.

Page 36: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

21

Seandainya suami dari tokoh ibu tidak meninggal saat bekerja sebagai buruh

bangunan, si ibu mungkin tidak kerepotan dengan dua anak yang masih kecil-kecil

yang akan mudik menggunakan bus. Akhirnya mereka terpaksa “pulang ke kamar

sewaan yang terselip di tengah kampung agak kumuh di bilangan Kali Malang”

(halaman. 2).

Setelah berbagai peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan oleh pengarang

dalam cerpen “Ke Solo, Ke Njati” ini, konflik muncul dan berkembang. Tokoh ibu

yang gagal mudik karena tak bisa masuk dalam bus jurusan Wonogiri yang penuh

sesak, jelas tak mau mengecewakan kedua anaknya (Ti dan si bungsu) yang sudah

mencoba mudik di hari pertama dan kedua Lebaran , meskipun akhirnya gagal.

Tokoh ibu berjanji akan mengajak kedua anaknya (Ti dan si bungsu) ke Kebun

Binatang, esoknya. Namun, ia bingung akan memakai uang apa untuk dapat pergi

kesana bersama anak-anaknya. Uangnya ludes, habis tak tersisa karena dipakai untuk

membeli karcis dari calo, jajan, oleh-oleh, dan ongkos bolak-balik naik bajaj.

Pengarang diakhir cerita memberikan dua penyelesaian sekaligus dari

berbagai peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya, konflik (pergolakan batin) ibu dan

juga klimaks. Pengarang melakukan penyelesaian simbolik, dengan, antara lain,

menciptakan suatu dunia imajiner tempat masalah yang mereka hadapi dapat hilang

dan terselesaikan. Pertama, kegagalan dan kekecewaan kedua anaknya (Ti dan si

bungsu) yang masih kecil-kecil diselesaikan dengan menciptakan sebuah lagu. Lagu

ini ciptaan mereka yang telah gagal mudik di hari pertama dan kedua Lebaran. Lagu

ciptaan mereka yang mereka beri judul “Solo, Solo, Solo. Njati, Njati, Njati…..”

Page 37: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

22

(hlm. 7), dapat menggambarkan bahwa mereka seolah-olah sedang atau sudah pulang

kampung. Kedua, tokoh ibu yang juga gagal mudik bersama dua orang anaknya,

akhirnya menyelesaikan semua masalahnya dengan memutuskan kembali ke rumah

majikannya. Itulah sebabnya, nyonya rumah dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati”

sangat senang ketika pembantunya (tokoh ibu) itu tidak jadi mudik karena tak bisa

masuk ke bus yang akan mengangkutnya ke Wonogiri. “To , saya bilang apa. Saya

bilang apa. Sokur tidak dapat bis kamu. Ayo sini bantu kami sini. Tuh piring-piring

kotor masih menumpuk di dapur. Sana….” (hlm. 7).

Jika dilihat dari keseluruhan jalan cerita dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati”,

maka alur dalam cerpen ini adalah alur sorot balik atau flash back. Urutan peristiwa

yang diceritakan tidak kronologis. Penceritaan di awali peristiwa tokoh Ibu yang

mempunyai dua anak yang masih kecil-kecil (Ti dan si bungsu), ingin mudik

Lebaran. Alat transportasi (bus) yang digunakan Ibu dan kedua anaknya untuk mudik

penuh sesak dan berjejal pada hari pertama dan kedua Lebaran. Pada bagian

berikutnya digambarkan secara flash back tentang suami dari tokoh ibu. Sang suami

yang bekerja sebagai buruh bangunan, meninggal tiga tahun lalu karena kecelakaan

saat bekerja. Kemudian cerita kembali ke masa kini, konflik mulai muncul dan

berkembang. Oleh-oleh yang sudah dibeli, karcis beli dari calo, jajan, ongkos bolak-

balik bajaj dan semua uang habis terkuras. Akhirnya, mereka benar-benar batal mudik

dan memutuskan kembali pulang ke kamar sewaan yang kumuh di bilangan Kali

Malang. Sang Ibu berjanji pada kedua anaknya, ia akan menggantinya dengan pergi

ke Kebon Binatang, meski ia tak tahu akan pakai uang apa nanti untuk pergi ke

Page 38: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

23

Kebon Binatang. Pengarang diakhir cerita memberikan dua penyelesaian sekaligus.

Pertama, kegagalan dan kekecewaan kedua anaknya (Ti dan si bungsu) , diselesaikan

dengan menciptakan sebuah lagu. Kedua, tokoh ibu yang hanya bisa nrimo dan

pasrah, akhirnya menyelesaikan semua masalahnya dengan kembali ke rumah

majikannya.

2.1.2 Tokoh

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita,

Nurgiyantoro (1995: 176) membagi tokoh menjadi dua bagian, yaitu tokoh utama

(main character) dan tokoh tambahan (peripheral character). Yang termasuk tokoh

utama (main character) dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati” adalah tokoh Ibu. Tokoh

ibu dalam cerpen ini merupakan tokoh penting yang paling sering diceritakan dan

selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh ibu ditampilkan terus menerus

dari awal cerita, tengah, maupun diakhir cerita sehingga mendominasi hampir seluruh

bagian dalam cerita.

Tokoh ibu digambarkan sangat kuat dalam cerpen ini. Tokoh ibu dengan dua

anak (Ti dan si bungsu) yang masih kecil-kecil harus hidup dengan serba keterbatasan

dikota besar yaitu Jakarta. Mereka bisa disebut sebagai wong cilik karena tokoh ibu

bekerja banting tulang sebagai pembantu rumah tangga untuk menyambung hidup.

Sang suami meninggal saat bekerja tiga tahun lalu. Karakter dari tokoh ibu yang

nrimo dan pasrah dalam menghadapi dan memeperjuangkan hidup sangat kuat.

Misalnya, saat ia dan dua anaknya gagal naik bus saat hari pertama Lebaran, mereka

mencobanya lagi di hari kedua Lebaran meskipun gagal. Dengan kegagalan ini, tokoh

Page 39: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

24

ibu tetap tegar menghadapi semua permasalahan Tokoh ibu tidak berdiam diri, ia

akhirnya memutuskan kembali ke rumah majikannya.

Tokoh ibu diceritakan melalui peristiwa demi peristiwa secara terus menerus

dan juga mendominasi diawal cerita. Dalam peristiwa yang diceritakan, terdapat juga

tokoh tambahan yang mendukung cerita. Tokoh tambahan adalah Ti (berumur enam

tahun) dan si bungsu. Berikut kutipannya.

“Bis jurusan Wonogiri mulai bergerak meninggalkan terminal. Habis sudah harapannya untuk ikut dan terangkut. Orang begitu berjejal, berebut masuk. Tidak mungkin dia akan dapat peluang, betapa pun kecil itu, untuk dapat menyeruak masuk di antara desakan berpuluh manusia yang mau naik. Bawaannya ber-genteyong-an di pundak dan punggungnya, belum lagi tangannya yang mesti menggandeng kedua anak-anaknya yang masih kecil.” “Bu, kita jadi mudik ke Njati, ya, Bu?Anaknya yang besar, yang berumur enam tahun, bertanya.” “Wah nampaknya susah, Ti. Lihat tuh penuhnya orang.” “Kita nggak jadi mudik, ya, Bu.” (halaman 1-2)

Setelah tidak berhasil naik bus untuk mudik, tokoh ibu sebagai tokoh utama

tetap diceritakan secara terus menerus sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai

kejadian.

“Pulang. Itu berarti pulang ke kamar sewaan yang terselip di tengah kampung yang agak kumuh di bilangan Kali Malang. Anak-anaknya yang sudah lelah menurut saja digandeng ibunya dan kemudian didorong masuk ke sebuah bajaj yang pada sore hari itu memungut biaya entah berapa kali lipat daripada biasa. Anaknya yang kecil langsung tidur begitu bajaj bergerak. Anaknya yang besar diam, entah membayangkan atau memikirkan apa.” (halaman 3)

Page 40: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

25

Tokoh utama dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati” senantiasa hadir dalam setiap

kejadian dan peristiwa. Diakhir cerita pun, tokoh utama masih ditampilkan dan

menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.

“Di gedong, nyonya rumah berteriak waktu melihat dia masuk rumah lewat pintu samping.” “To, saya bilang apa. Saya bilang apa. Sokur tidak dapat bis kamu. Ayo sini bantu kami sini. Tuh pring-piring kotor masih menumpuk di dapur. Sana…..” (halaman 7) Tokoh tambahan (peripheral character) juga ada dalam cerpen “Ke Solo, ke

Njati” karya Umar Kayam ini. Tokoh tambahan, menurut Nurgiyantoro (1995: 176)

adalah tokoh yang hanya dimunculkan beberapa kali saja dan dalam porsi pendek.

Tokoh tambahan (peripheral character) dalam cerpen ini adalah kedua anak dari

tokoh ibu yaitu Ti dan si bungsu, serta majikan (si nyonya rumah) tokoh ibu. Mereka

hadir sebagai pendukung tokoh utama cerita.

2.2. “Ziarah Lebaran”

2.2.1 Alur

Cerpen ini menceritakan tentang Yusuf, seorang duda beranak satu. Istrinya

yang bernama Siti telah meninggal dunia, sedangkan anaknya (Eko) tinggal bersama

mertuanya. Pada saat Lebaran, Yusuf mudik kerumah mertuanya atau Eyang dari

Eko anaknya. Acara Lebaran yang dialami Yusuf dari tahun ke tahun selalu sama

yaitu sembahyang Ied, sungkem kepada keluarga atau ke tetangga-tetangga, saling

bermaaf-maafan, makan pagi bersama, ziarah ke makam ayah mertuanya dan makam

Siti (istrinya).

Page 41: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

26

Peristiwa dimulai saat Yusuf yang bekerja di Jakarta memutuskan untuk

mudik pada saat Lebaran ke rumah mertuanya. Di sana hanya tinggal mertuanya dan

Eko, anak semata wayangnya dari Siti (istrinya) yang sudah meninggal. Saat Lebaran

tiba, Yusuf, Eko (anaknya), dan mertuanya melakukan ritual Lebaran sama seperti

Lebaran tahun-tahun yang lalu. Mulai dari makan hidangan khas yang dimasak eyang

putri yaitu opor ayam, sambal goreng ati, dendeng ragi, dan lontong, beserta bubuk

ragi. Kemudian ritual Lebaran dilanjutkan dengan mengunjungi makam Siti (istrinya)

dan ayah mertuanya.

Penceritaan berikutnya secara flash back menampilkan peristiwa Yusuf

bersama Yati. Yusuf sering bertemu Yati. Mereka biasanya berkencan dengan

melihat film, makan di restoran, dan bahkan sekali dua kali menginap di hotel. Yusuf

berbicara dengan Yati dari hati ke hati. Yusuf mengungkapkan keinginannya untuk

menikah dengan Yati. Yusuf meminta Yati menjadi istri dan ibu dari Eko

Cerita kembali ke ke masa kini, masa Yusuf sedang berada di rumah

mertuanya untuk merayakan Lebaran sekaligus bertemu dengan Eko. Konflik mulai

muncul saat Yusuf bimbang untuk mengungkapkan keinginannya akan menikah lagi

kepada mertuanya. Jauh hari sebelum Lebaran, Yusuf sudah punya teman dekat

wanita yang bernama Yati, teman sejawatnya di Jakarta. Yusuf ingin mengakhiri

masa dudanya dan sudah berjanji akan menikahi Yati. Akan tetapi, Yusuf tidak punya

keberanian untuk mengemukakan niat hatinya kepada mertuanya pada saat Lebaran.

Hal ini di sebabkan jika Yusuf jadi menikah dengan Yati, otomatis Eko akan dibawa

serta ke Jakarta. Namun, karena mertuanya juga sudah menjanda, dan Eko adalah

Page 42: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

27

cucu satu-satunya, Yusuf tidak tega untuk mengungkapkan perasaannya kepada ibu

mertuanya. Dalam cerpen ini terlihat konflik batin tokoh Yusuf yang tidak tega

mengungkapkan keinginannya kepada mertuanya dan di satu sisi, Yusuf sudah

berjanji akan menikahi wanita pilihannya yaitu Yati. Pengarang menceritakan tokoh

Yusuf mengalami konflik dengan batinnya sendiri karena tidak dapat memutuskan

bagaimana cara terbaik untuk mengungkapkannya kepada mertuanya. Keadaan yang

dilematis dialami Yusuf dalam cerita ini.

Cerita sampai pada klimaksnya, saat Yusuf memutuskan untuk kembali

bekerja di Jakarta setelah Lebaran. “Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, di kereta api

yang penuh sesak orang-orang yang baru pulang dari mudik, Yusuf mendesah. Udara

pengap, gerah, keringat di tubuhnya terasa lengket, bau apak dan penguk lagi”

(halaman 11-12). Yusuf, dalam “Ziarah Lebaran”, memutuskan untuk menunda

usahanya menyampaikan keinginannya untuk menikah lagi dengan Yati dan

mengambil Eko dari mertuanya di tahun depan. Sampai akhirnya, Yusuf kembali ke

Jakarta menggunakan alat transportasi kereta api yang penuh sesak dengan segala

macam kegalauan hatinya.

Pengarang, dalam “Ziarah Lebaran” tidak mengungkapkan penyelesaian dari

semua peristiwa-peristiwa, konflik yang muncul, dan klimaks yang dialami oleh

tokoh Yusuf. Pengarang seakan-akan memberikan ruang kosong bagi pembaca untuk

menafsirkan sendiri akhir dari cerita dalam cerpen ini. Cerita kisah Yusuf dalam

cerpen ini terkesan mengambang tanpa memberikan penyelesaian yang konkret.

Akhir dari cerita dalam cerpen “Ziarah Lebaran” yaitu saat Yusuf di dalam kereta

Page 43: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

28

api menatap jendela. Ia membayangkan dapat menatap sekilas senyum Yati yang dia

harap dapat merangsang birahinya. Tetapi Yusuf tidak menemukan senyum Yati

dalam bayangannya. “Yang terlihat hanya sawah-sawah kebanjiran, jembatan-

jembatan putus, dan jalan-jalan yang semrawut oleh bus dan mobil” (halaman 12).

Yusuf pun kembali ke Jakarta menggunakan kereta api dengan membawa segala

kegalauan, kebimbangan, kegelisahan, kegundahan yang terendap di hatinya.

Keseluruhan cerita dalam cerpen “Ziarah Lebaran” ini beralur sorot balik/

flash back. Urutan peristiwa tidak kronologis dan tidak dimulai dari awal. Cerita

diawali tokoh Yusuf yang mudik ke rumah mertuanya pada saat Lebaran tiba. Anak

Yusuf yang bernama Eko, tinggal bersama mertuanya. Sedangkan istri Yusuf yang

bernama Siti telah meninggal dunia, begitu juga ayah mertuanya. Penceritaan

berikutnya secara flash back menampilkan peristiwa Yusuf bersama Yati saat berada

di Jakarta. Kemudian cerita kembali ke masa kini dan konflik muncul. Konflik

muncul sebelum Lebaran tiba, Yusuf sudah mempunyai seorang kekasih bernama

Yati. Konflik semakin berkembang takkala Yusuf tidak berani mengutarakan niatnya

kepada sang mertua, bahwa ia akan menikahi Yati. Yusuf tidak tega melihat

mertuanya yang tinggal sendiri. Kalau Yusuf menikah dengan Yati, otomatis Eko,

anaknya akan dibawa ke Jakarta, padahal selama ini Eko tinggal bersama eyangnya.

Sampai pada klimaksnya, Yusuf memutuskan kembali pulang ke Jakarta setelah

merayakan Lebaran di rumah sang mertua dengan kegalauan hatinya. Cerita selesai

begitu saja tanpa adanya tahap penyelesaian.

Page 44: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

29

2.2.2 Tokoh

Tokoh utama dalam cerpen “Ziarah Lebaran” adalah tokoh Yusuf. Tokoh

Yusuf mendominasi seluruh bagian dalam cerita. Mulai dari awal, tengah dan akhir

cerita, tokoh Yusuf selalu diceritakan dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.

Tokoh Yusuf sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh

Yusuf selalu diceritakan sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik.

Tokoh Yusuf dalam cerpen ini digambarkan sebagai priayi atau golongan

menengah ke atas. Yusuf mempunyai pekerjaan tetap di sebuah perusahaan di

Jakarta dan berpenghasilan lumayan. Yusuf cukup lama menduda karena istrinya

(Siti) sudah meninggal. Namun, sifat dan karakter Yusuf yang tidak tega dan tidak

berani mengungkapkan sesuatu hal, akhirnya menjadi bumerang dalam hidupnya.

Berikut kutipan tokoh Yusuf sebagai tokoh utama. Tokoh Yusuf mendominasi

mulai dari awal cerita dalam cerpen “Ziarah Lebaran”. Meskipun di pihak lain, ada

pemunculan tokoh-tokoh tambahan antara lain, ibu mertua Yusuf (ibu dari Siti,

istrinya yang sudah meninggal), Eko (anak tunggalnya dengan Siti, istrinya yang

sudah meninggal), dan kehadiran tokoh-tokoh tambahan ini mempunyai keterkaitan

dengan tokoh utama.

“Yusuf selalu senang setiap kali dia datang menginap di rumah mertua perempuannya itu. Selain dia senang dapat melepas rindunya kepada Eko, anak tunggalnya itu, dia juga senang merasa ikut dimanja dengan berbagai hidangan dan penganan oleh mertuanya. Seakan hidup, bagi mertuanya itu, hanyalah memanjakan cucu tunggal dan menantunya. Kenapa tidak, desah Yusuf. Sejak Siti, istrinya , dan jauh sebebelum mertua laki-lakinya, meninggal, apalah kesibukan dan dan perhatian ibu tua itu selain tertumpu kepada cucu tunggal dan menantu yang menduda itu.” (halaman 8)

Page 45: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

30

Tokoh Yusuf sebagai tokoh utama juga dapat dilihat saat Yusuf ber-flash

back. Flash back-nya adalah ketika Yusuf teringat masa-masa saat bersama Yati

(teman sejawatnya sekaligus sebagai kekasihnya). Berikut kutipannya.

“Pelan-pelan, bertahap, Yusuf menyatakan cintanya kepada Yati. Diyakinkannya perempuan itu bahwa dia tidak mau hit and run dalam hubungan cinta mereka. Dia ingin mengawini Yati. Dia ingin Yati menjadi ibu Eko. Dan waktu Yati akhirnya menjawab: mau, mau,… Yusuf memutuskan untuk mengakhiri masa dudanya dan menggendong kembali Eko ke rumahnya.” (halaman 10)

Tokoh Yusuf mempunyai sifat dan karakter tidak tega dan tidak berani

mengungkapkan sesuatu hal seperti keinginannya untuk mengungkapkan kepada

mertuanya. Keinginannya adalahuntuk menikah lagi di tahun depan. Berikut

kutipannya.

“Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, di kereta api yang penuh sesak orang-orang yang baru pulang dari mudik, Yusuf mendesah. Udara pengap, gerah, keringat di tubuhnya tersa lengket. Bau apak dan penguk lagi. Mungkin tahun depan , pada Lebaran lagi, dia akan lebih punya nyali, punya keberanian yang lebih mantap lagi untuk mengemukakan itu semua kepada ibu-mertuanya, kepada Eko. Bahwa dia akan mengawini Yati, bahwa dia akan menggendong Eko ke Jakarta. Ya, tahun depan. Pasti, tekadnya.” (halaman 12)

Tokoh tambahan (peripheral character) juga dijumpai dalam cerpen “Ziarah

Lebaran” karya Umar Kayam ini. Tokoh tambahan yang dimunculkan untuk

mendukung tokoh utama adalah Eko (anak Yusuf), ibu mertua Yusuf, dan Yati.

Pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit.

Page 46: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

31

2.3. “Menjelang Lebaran”

2.3.1 Alur

Cerpen “Menjelang Lebaran” ini pernah diterbitkan di Harian Kompas, 25

Januari 1998. Kemudian cerpen ini dikumpulkan ke dalam sebuah buku yang diberi

judul Lebaran di Karet, di karet… karya Umar Kayam. Cerpen ini lahir saat

Indonesia tengah mengalami krisis moneter. Cerpen ini menceritakan tokoh Kamil

yang baru saja terkena PHK saat menjelang Lebaran. Ia terpaksa menggagalkan ritual

mudiknya bersama keluarga yang selalu dilakukannya dari tahun ke tahun. Ia bekerja

dan tinggal keluarganya di Jakarta.

Cerita diawali dari peristiwa kepulangan Kamil sekitar pukul lima sore

menjelang waktu berbuka puasa. Kamil pulang dari tempatnya bekerja dengan

murung. Hanya Sri (istrinya) yang dapat melihat gelagat murung dari suaminya,

maklum mereka sudah lima belas tahun hidup berumah tangga. Kamil, istrinya (Sri),

dan kedua anaknya (Mas dan Ade) memang sudah berencana mudik dari jauh-jauh

hari. Mereka sekeluarga berencana akan mudik ke Jawa dengan menggunakan alat

transportasi kereta api. Kedua anaknya malah sudah menyiapkan ransel dan

membayangkan akan naik kereta api saat mudik nanti.

Cerita berikutnya mengemukakan peristiwa lain yang dialami oleh Kamil.

Peristiwa itu adalah ia terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di tempatnya

bekerja. Peristiwa itu terjadi pada saat menjelang Lebaran tiba.

Ternyata memang benar feeling Sri (istrinya), Kamil termasuk salah satu

karyawan yang di-PHK. PHK yang dialami Kamil juga berimbas pada rencana

Page 47: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

32

keluarga mudik ke Jawa, sehingga batallah rencana mudik keluarga Kamil. Persoalan

demi persoalan tidak berhenti di situ saja. Pasalnya PHK itu juga menyisakan imbas

dan kesedihan bagi pembantunya. Untuk sementara, Kamil tidak bisa membayar gaji

pembantunya yang bernama Nah. Nah sudahbekerja hampir sepuluh tahun pada

keluarga Kamil.

Pengarang mulai memunculkan sebuah konflik dalam cerita ini. Konflik

dialami oleh Kamil dan Sri (istrinya) dengan Nah (pembantunya). Nah, terpaksa tidak

digaji oleh Kamil lagi, namun ia boleh tetap tinggal di rumah itu (Kamil dan

keluarga). Gaji yang biasa diterima oleh Nah dari keluarga Kamil sebesar seratus lima

puluh ribu rupiah, tidak bisa diberikan lagi oleh Kamil yang terkena PHK.

Cerpen ini beralur padat. Peristiwa-peristiwanya terjadi saling susul menyusul

dengan cepat. Akhir dari cerita ini adalah mereka sekeluarga (Kamil, Sri, Mas, dan

Ade), akhirnya tidak jadi mudik ke Jawa dengan sebuah peristiwa yang

memprihatinkan. Hal ini merupakan sebuah penyelesaian yang diberikan pengarang

dalam cerpen “Menjelang Lebaran”

2.3.2 Tokoh

Kamil adalah tokoh utama dalam cerpen “Menjelang Lebaran” karya Umar

Kayam. Tokoh Kamil merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan dan

senantiasa hadir dalam setiap kejadian. Tokoh Kamil bisa dikatakan menjalankan

seluruh cerita, meskipun didukung juga dengan adanya tokoh-tokoh tambahan.

Berikut kutipan penceritaan tokoh Kamil.

Page 48: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

33

“Seperti hari-hari sebelumnya, Kamil sampai di rumahnya dari tempat kerjaannya pada sekitar pukul lima sore menjelang waktu berbuka puasa bersama keluarganya. Sri, istrinya, Mas dan Ade, anak-anaknya, termasuk Nah, pembantu rumahnya, sore-sore begitu selalu membalas uluk-salam Kamil dengan wassalamu-alaikum yang gembira.” (halaman 13) Kamil merupakan tokoh utama dan pelaku yang menimbulkan berbagai

peristiwa maupun konflik. Berikut kutipannya.

“Bu, saya termasuk yang kena PHK.” “Saya sudah merasa.” “Kok tahu?” “Tidak tahu juga. Cuma merasa…” “Feeling to…” “Entah. Rasanya sore ini kamu lain saja.” “Kena PHK, dijanjikan gaji penuh bulan ini dan hadiah Lebaran separuh gaji.” “Terus bagaimana enaknya, Sri?” “Apanya?” “Yah, semuanya. Rencana Lebaran ke Jawa, Nah mau diapakan, lantas sesudah itu kita sendiri mau apa?” (halaman 15) Tokoh tambahan yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam

cerpen “Menjelang Lebaran” antara lain, Sri (istrinya), kedua anak Kamil (Mas dan

Ade), dan Nah (pembantu Kamil). Pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam

keseluruhan cerita lebih sedikit dibanding dengan pemunculan tokoh utama. Namun,

kehadiran tokoh tambahan memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

2.4. “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”

2.4.1 Alur

Dalam cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” karya Umar Kayam

menceritakan tentang Lebaran. Pada saat Lebaran, banyak pembantu rumah tangga

ingin mudik ke kampung halamannya. Tokoh Nem (pembantu rumah tangga) ingin

Page 49: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

34

mudik setelah bekerja selama dua puluh tahun. Namun, mudiknya kali ini berbeda.

Nem ingin mudik untuk seterusnya dan tidak kembali bekerja lagi. Berikut

kutipannya.

“Saya ini sudah semakin tua dan terus terang semakin capek, Lebaran ini pokoknya saya harus pulang untuk seterusnya” (halaman 28). Cerpen ini menceritakan tentang tokoh Nem. Ia mencari peruntungan di kota

besar yaitu kota Jakarta dengan menjadi pembantu rumah tangga. Tokoh Nem sudah

dua puluh tahun bekerja di salah satu keluarga yang berdomisili di Jakarta. Saat Nem

meninggalkan desa untuk mencoba bekerja di Jakarta, anak-anaknya sudah menikah

dan mengikuti suaminya. Konflik muncul diawal cerita dalam cerpen ini. Pada saat

Nem ingin mengemukakan niatnya untuk mudik Lebaran pada sang majikannya.

Lebaran tahun ini, Nem ingin pulang mudik ke desanya. Tidak hanya mudik yang

diinginkan oleh Nem, tetapi Nem ingin pulang ke desanya untuk selamanya dan tidak

kembali lagi bekerja di Jakarta. Akan tetapi, saat Nem mengemukakan keinginannya

yaitu meminta izin mudik kepada majikannya, selalu dialihkan ke pembicaraan yang

lain. Nem dan majikan yang sedang “ber-konflik” mencoba untuk menemukan solusi

yang tepat. Masalah yang sedang mereka diskusikan yaitu Nem diizinkan atau tidak

untuk mudik sekalian pulang kampung seterusnya. Akhirnya pembicaraan antara

Nem dan majikan itu berakhir pada diskusi tetek-bengek lainnya. Nem mencoba

untuk terus berusaha membujuk majikan perempuannya dengan menggelesot di dekat

kaki sang majikan dan kemudian memijit sambil bercerita mengenai masa lalunya

yang menyedihkan.

Page 50: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

35

Nem secara flash back menggambarkan tentang berbagai peristiwa di masa

lalunya saat ia masih tinggal di desa. Cerita mulai kembali kebelakang, ke masa lalu

tokoh Nem. Nem menceritakan peristiwa mengapa suaminya meninggal. Suami Nem

meninggal karena penyakit tipus yang dideritanya. Dua tahun ditinggal suaminya,

Nem bingung sendirian di desa. Anak-anak Nem juga sudah menikah dan

meninggalkannya sendirian di desa. Nem tinggal bersama kemenakan-

kemenakannya, si Djan dan si Min yang sudah berkeluarga dan tinggal dalam satu

atap. Ini yang menyebabkan, Nem tidak kerasan tinggal di desa pada waktu itu. Dan

pada akhirnya, Nem mencari pekerjaan. Secara kebetulan, teman si Djan datang dari

Jakarta mencari tenaga pembantu rumah tangga untuk ditempatkan di Jakarta. Nem

nekat mencoba mencari peruntungan di Jakarta, dan di keluarga inilah Nem

mengabdikan hidupnya selama dua puluh tahun menjadi pembantu rumah tangga.

Peristiwa demi peristiwa masa lalu yang dialami oleh Nem terus diceritakan

susul menyusul dalam cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”. Dua tahun lalu,

Nem pernah pulang mudik ke desanya. Nem teringat bagaimana susah dan repotnya

saat perjalanan menuju ke desanya. Transportasi kereta api waktu itu padat dan sangat

berjubel dengan banyaknya penumpang. Keadaan di desa pada waktu itu juga

semakin mengenaskan. Istri Djan sudah mengandung anaknya yang kelima, sedang

istri Min sudah hamil untuk anak yang kelima juga. Djan dan Min menjelaskan

bahwa uang kiriman dari Nem telah dibelikan kerbau sebanyak empat ekor, dan

sudah beranak dua ekor. Sawah sepetak peninggalan suaminya sudah dijual

separuhnya karena hama wereng.

Page 51: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

36

Setelah Nem menceritakan masa lalunya pada sang majikan, cerita kembali ke

masa kini, masa Nem berada di rumah majikannya Akhirnya, Nem merasa lega

setelah majikan perempuannya mengizinkannya mudik. Akan tetapi, malam harinya,

di kamarnya yang sempit, ia gelisah membayangkan keadaan desanya. Dua tahun

lalu, ketika mudik, kemenakannya mengatakan bahwa sebagian dari kerbau dan

sawahnya sudah dijual. Nem ikhlas, tetapi cerita-cerita yang didengarnya dari

tetangga sangat mencemaskan. Desa-desa sudah semakin rusuh dan melarat

keadaannya. Sisa kerbau dan sawahnya sudah dijual oleh kemenakannya untuk biaya

sehari-hari. Nem tak berani membayangkan lagi. Apalagi umurnya semakin tua, kaki-

kakinya yang sudah digerogoti encok, terasa ngilu malam itu.

Sebuah konflik batin kembali ditampilkan setelah Nem menceritakan satu

persatu peristiwa yang pernah dialami Nem dalam cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus

Pulang”. Nem sangat tahu bahwa pulangnya dia ke kampung halamannya pastilah

akan membawanya pada sebuah kemiskinan dan kemelaratan. Sama seperti dulu

sebelum ia mencoba peruntungan bekerja di Jakarta, Nem tetap melarat dan miskin.

Penyelesaian dalam cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” adalah saat

Nem mencoba melupakan bayangan-bayangan kelam akan desanya dengan tidur.

“Dalam tidur itu, ajaib, mulut Nem masih kelihatan menyungging senyum” (hlm. 29).

Pengarang seakan-akan memberikan sebuah gambaran tokoh Nem tidur dengan

tersenyum sebagai sebuah penyelesaian akhir. Dalam cerpen ini, pengarang memang

mencoba memberikan ruang kepada pembaca menginterprestasikan makna dari tidur

Nem yang menyungging senyum. Apakah arti dari tidur Nem dengan senyum itu?

Page 52: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

37

Mungkin dengan tidur, Nem bisa menghilangkan bayangan buruk akan kemelaratan

desanya. Senyum yang tersungging dalam tidurnya, mungkin dapat mengisyaratkan

bahwa dalam hatinya ada semacam kelegaan telah diizinkan oleh majikannya untuk

kembali lagi ke desanya. Itulah akhir dan juga sebuah penyelesaian dari cerpen

“Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”.

Cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” mempunyai alur sorot balik atau

alur flash back. Cerita dimulai dari seorang pembantu rumah tangga bernama Nem

yang ingin mudik. Nem ingin pulang ke desa pulang dan minta ijin pensiun dari

pekerjaannya. Sebelum permintaannya dikabulkan, Nem menceritakan masa lalunya

sang majikan. Nem mulai menceritakan tentang masa lalunya, yaitu sudah berapa

lama ikut sang majikan, mengapa suaminya bisa meninggal. Nem juga teringat

tentang desanya yang dari dulu dan mungkin sampai sekarang tetap rusuh dan masih

dalam kondisi melarat. Timbul adanya konflik dalam cerita ini. Saat Nem mulai

merayu sang majikan, muncul adegan-adegan konflik antara Nem dan majikan (saling

beradu pendapat). Dan akhirnya, Nem boleh mudik selamanya oleh majikan tanpa

syarat.

2.4.2 Tokoh

Yang termasuk tokoh utama (main character) adalah tokoh Nem. Nem sudah

dua puluh tahun bekerja di Jakarta sebagai pembantu rumah tangga di salah satu

keluarga. Sedangkan tokoh tambahan (peripheral character) dalam cerpen “Lebaran

Ini, Saya Harus Pulang” adalah majikan Nem (Bu, Pak, dan Mbak), kemenakan

Nem (Djan dan Min), dan Giman (cucu Nem).

Page 53: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

38

Nem hadir sebagai tokoh utama yang mendominasi cerita. Nem mempunyai

karakter yang mandiri dalam hidupnya. Ia mampu bekerja sebagai pembantu rumah

tangga hingga dua puluh tahun untuk penghidupannya dan keluarga di desa. Sebagai

wong cilik, Nem tampak ingin bisa mudik saat Lebaran untuk bertemu dengan

keluarga dan tetangga di desa. Lebaran kali ini, Nem merasa sudah tua dan tidak kuat

untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga. Nem ingin

berhenti dan kembali ke desa pada Lebaran kali ini. Namun, Nem sudah tahu apa

yang akan dialaminya di desa nanti. Kemelaratan, kesengsaraan, kemiskinan

merupakan sebuah citraan wong cilik bagi Nem. Berikut kutipannya.

“Eh, kok tumben, tidak dipanggil dan diminta, kok jam masih sore begini mijit kaki saya. Nem tersenyum, merasa siasatnya berhasil.”

“Begini lho, Bu, Pak, Mbak. Lebaran ini saya mau pulang mudik.” “Oh, ada maunya to, tidak diminta, sore-sore datang mijit kaki saya!” (halaman 25) Tokoh Nem sebagai tokoh utama hadir dari awal, tengah dan akhir cerita.

Intensitas penceritaan tokoh Nem lebih banyak dibandingkan dengan tokoh tambahan

yang hanya muncul sekali atau beberapa kali sebagai pendukung tokoh utama. Tokoh

Nem ini juga sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Berikut

kutipannya.

“Jadi sudah, Nem, kamu Lebaran ini ikhlas betul meninggalkan kami?” “Lha, bagaimana lagi Bu, Pak, Mbak. Saya ini kan sudah semakin tua dan terus terang semakin capek, Lebaran ini, pokoknya saya harus pulang untuk seterusnya.” “Terus di desa kamu mau kerja apa, Nem?” “Ya, belum tahu, Pak. Mungkin Cuma momong cucu-cucu, anak-anak Djan dan Min.” “Lho, apa mereka cucumu?”

Page 54: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

39

“Ya cucu-cucu saya to, Bu. Wong Djan dan Min itu kemenakan-kemenakan saya. Anak-anaknya, ya, cucu saya.” “Lha, anak-anakmu sendiri apa kabarnya, Nem?” “Wah, ya tidak tahu, Bu. Sudah hilang dibawa suami mereka.” “Ya sudah, Nem, kalau kemauanmu sudah keras begitu. Tapi sebelum pergi, paling tidak kamu harus berbakti kepada kami, masak kaehlianmu rawon iga-sapi dan sop-buntut kacang merah.” “Jadi, Bu!Dados!” (halaman 28) Jadi bisa dikatakan tokoh utama (Nem) sangat penting dan ditampilkan terus

menerus sehingga menimbulkan cerita. Tokoh Nem didukung oleh tokoh-tokoh

tambahan yang muncul. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian

dan konflik sehingga mempengaruhi jalannya cerita dalam cerpen “Lebaran Ini, Saya

Harus Pulang”

2.5. “Marti”

2.5.1 Alur

Dalam cerpen ini, kisah yang dialami Marti seakan-akan menyimpan sebuah

endapan persoalan-persoalan dalam situasi yang berbeda. Lebaran dan hotel bukanlah

suatu hal yang biasa. Lebaran biasanya pulang ke kampung halaman, di rumah

kerabat dan saudara, saling bermaaf-maafan dan sebagainya. Dalam cerita ini,

pengarang menceritakan lain, Lebaran dijalani di hotel bersama sang suami.

Diceritakan, ada seorang suami yang berasal dari kalangan priayi, meskipun

hanya priayi kelas menengah. Tokoh suami ini menduduki jabatan penting dalam

pekerjaannya. Suami ini mempunyai istri yang bernama Marti. Suami Marti ini

memandang Lebaran sebagai sebuah rutinitas yang selalu sama setiap tahunnya. Ia

Page 55: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

40

ingin ada yang berbeda untuk Lebarannya kali ini. Menurutnya, Lebaran itu repot dan

rebyek.

Saat suaminya mengajak Marti berlebaran di sebuah hotel berbintang di

pinggir laut. Marti sangat terkejut dan menganggap suaminya tidak senang

berkumpul dengan keluarganya. Konflik sudah terlihat di awal cerpen “Marti”. Marti

dan suami terlibat konflik yang cukup hebat. Marti dan suami mencoba mencari

bagaimana solusi yang tepat untuk menengahi perbedaan pendapat mereka. Mereka

berselisih paham tentang makna Lebaran. Konflik tetap berkepanjangan antara Marti

dan suaminya. Tetapi akhirnya, Marti mengalah dengan menjawab: “Oke, oke,

terserah maumulah” (hlm 31).

Akhirnya mereka melewatkan hari-hari Lebaran di suatu hotel berbintang

empat di pinggir pantai. Hotel itu memang bagus dan luas. Kamarnya adem karena

ada AC-nya yang disetel pas. Pagi menjelang siang, Marti pamit pada suaminya

untuk jalan-jalan di pantai, dan berjanji akan segera pulang karena mereka akan

makan siang di coffe shop. Ternyata, Marti malah berjalan menuju arah pantai tempat

keluarga-keluarga masyarakat kelas bawah sedang merayakan Lebaran. Disini,

peristiwa demi peristiwa mulai terjalin dalam cerpen ini. Marti seperti menjalin

hubungan batin dengan semua suasana pantai, seakan-akan sebagai ganti kegagalan

untuk bertemu dengan keluarganya dalam perayaan Lebaran itu. Marti mengisi

Lebarann kali ini hanya dengan menyaksikan suasana pantai. Marti melihat banyak

keluarga berjubel, berdesakan, berebut untuk naik ke perahu layar. Marti akhirnya

Page 56: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

41

ikut naik ke perahu. Peristiwa lain, saat Marti menyempatkan diri untuk makan di

warung sederhana, kotor dan banyak lalatnya.

Namun, Marti segera ingat akan suaminya setelah berbagai peristiwa ia

rasakan dengan kebahagiaan tersendiri. Hanya Marti yang tahu bagaimana

bahagianya Marti saat itu.. Saat itu terdengar pelan adzan yang menandakan bahwa

asar sudah tiba. Suaminya pasti bingung dan marah besar terhadapnya. Namun, di

tengah kekhawatirannya akan sang suami, Marti merasa puas karena bisa berlebaran

bersama keluarga-keluarga sederhana dari kelas bawah yang baru saja diakrabinya.

Klimaks mulai muncul dalam cerpen “Marti” . Klimaksnya adalah Marti sangat puas

dengan berbagai peristiwa yang baru saja dialaminya. Tidak ada penyelesaian yang

diberikan pengarang dalam cerpen “Marti” ini.

2.5.2 Tokoh

Tokoh utama (main character) dalam cerpen “Marti” adalah tokoh Marti.

Tokoh Marti dalam cerpen ini sangat terlihat mendominasi cerita. Intensitas

kehadirannya juga lebih banyak dibanding dengan tokoh-tokoh tambahan yang hanya

muncul sesekali saja. Berbagai peristiwa yang muncul juga dijalankan oleh tokoh

Marti. Jadi bisa dikatakan, tokoh Marti sangat menentukan dan mempengaruhi

perkembangan jalan cerita dalam cerpen “Marti”.

Berbagai peristiwa yang dijalankan tokoh Marti sebagai tokoh utama terlihat

dari awal, tengah dan akhir cerita. Berikut kutipannya.

“Ini ide yang absurd, Pa. Masak Lebaran kok di hotel?” “Why not?”

Page 57: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

42

“ Ya aneh. Lebaran itu untuk kumpul-kumpul sama sanak saudara. Bermaaf-maafan, sungkem dan kangen-kangenan sama ibu, keluarga Yu Lies, makan enak, jalan-jalan sama kemenakan-kemenakan. Ini kita malah mau berdua-duaan, nyepi di pinggir laut.” “Kamu itu belum bosan to dengan kumpul-kumpul Lebaran. Repot, rebyek, sungkem sini, sungkem sana, makan, makan, dan makan, untuk kemudian jatuh K.O. karena terlalu capek dan banyak makan makanan yang enggak-enggak. Sekali-sekali kita berdua saja Lebaran kenapa sih?” (halaman 30-31) Tokoh-tokoh tambahan yang muncul juga penting untuk mendukung tokoh

utama dalam menjalankan cerita. Tokoh tambahan (peripheral character) dalam

cerpen “Marti” adalah suami Marti (sering Marti sebut dengan panggilan Pa,

kependekan dari Papa). Tokoh ini dianggap kemunculannya karena mendukung tokoh

utama. Berikut kutupannya.

“Lho Mam, kamu kok sudah siap tempur untuk menaklukkan pantai.” “Ya, Pa. Saya jalan-jalan sebentar melihat pantai. Kau tunggu aku di kamar. Nanti kita makan siang di coffee-shop.” “Wong panas-panas begini kok mau jalan-jalan di pantai. Nanti kena sengat panas Matahari baru tahu kau, Mam. Mbok di sini saja. Rileks, rileks dulu.” “Enggaklah, Pa. Panas ya, biar. Aku niat mau jalan-jalan, kok. Dah, Pa.” (halaman 33)

2.6. “Mbok Jah”

2.6.1 Alur

Berbicara seputar Lebaran, mau tak mau kita pun berbicara seputar pembantu

rumah tangga dan majikan. Lazimnya, rumah tangga yang punya pembantu akan

kerepotan menghadapi persiapan bila Lebaran tiba. Pasalnya, banyak pembantu yang

mudik pada saat Lebaran tiba.

Page 58: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

43

Cerpen “Mbok Jah” ini juga menceritakan hubungan antara majikan dengan

pembantu. Tokoh Mbok Jah lahir di Jawa tepatnya di Tepus, Gunungkidul. Mbok Jah

adalah seorang janda tua yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada sebuah

keluarga Mulyono diJakarta. Keluarga Mulyono bisa disebut sebagai keluarga yang

sederhana atau sedang-sedang saja kondisi ekonominya.

Mbok Jah juga sudah dua puluh tahun bekerja pada keluarga Mulyono di

Jakarta. Namun, akhirnya Mbok Jah ingin berhenti bekerja untuk seterusnya dan

kembali ke desa Tepus, Gunungkidul. Mbok Jah ingin berhenti karena ia “merasa

semakin renta. Tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya menjadi beban

keluarga itu” (halaman 39).

Permintaan Mbok Jah dikabulkan oleh keluarga Mulyono, tetapi dengan

syarat. Syaratnya adalah Mbok Jah datang dua kali dalam setahun, yaitu pada waktu

Sekaten dan waktu Idul Fitri. Namun sudah dua kali Lebaran, Mbok Jah tidak datang

ke Jakarta. Itulah sebabnya, keluarga Mulyono mengunjungi Mbok Jah di desa Tepus,

Gunuingkidul.

Shabis Lebaran, keluarga Mulyono mencari rumah Mbok Jah di Tepus,

Gunungkidul. Menjelang sore, mereka akhirnya menemukan rumah Mbok Jah yang

kecil, miring, dan terbuat dari gedek dan kayu murahan. Mbok Jah semakin terlihat

sangat tua. Hal inilah membuat keluarga Mulyono ingin mengajak Mbok Jah kembali

ke rumah mereka di Jakarta. Kalian anak-anakku yang baik. Tapi tidak, gus-den rara.

Rumah si mbok di hari tua ya di sini ini. Nanti Sekaten dan Lebaran akan datang saya

pasti akan datang. Betul” (halaman 44)

Page 59: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

44

Semua keluarga Mulyono mengerti betul akan keputusan Mbok Jah yang tetap

ingin di desa Tepus, Gunungkidul untuk hari tuanya. Keputusan Mbok Jah memang

tidak bisa ditawar lagi. Keluarga Mulyono, pamit untuk pulang. Namun, saat pamit,

diluar hujan deras.

Keseluruhan cerita ini, beralur lurus. Dari perkenalan tokoh-tokohnya, muncul

konflik, konflik berkembang, klimaks dan penyelesaian. Dimulai dari perkenalan

tokoh, Mok Jah yang berasal dari Jawa, tepatnya di Tepus, Gunungkidul bekerja

sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga Mulyono, Jakarta. Ia sudah dua

puluh tahun bekerja disana. Saat Lebaran tiba, Mok Jah ingin mudik serta ‘pensiun’

dari pekerjaannya. Ia sudah tidak kuat dan sudah tua untuk tetap bekerja. Konflik

mulai muncul dalam cerita ini, saat Mbok Jah minta ijin pada keluarga Mulyono

mengenai rencananya itu. Berkembangnya konflik juga terlihat dari cerita ini,

keluarga Mulyono akhirnya mengabulkan permintaan Mbok Jah tetapi dengan satu

syarat. Syaratnya adalah Mbok Jah harus ‘turun gunung’ dua kali dalam setahun yaitu

saat Sekaten dan Idul Fitri. Klimaksnya, sudah dua kali Lebaran Mok Jah tidak ‘turun

gunung’, hingga akhirnya keluarga Mulyono mendatangi rumah Mbok Jah yang

berada di Tepus, Gunungkidul untuk sekedar memastikan bagaimana keadaannya.

Rumah Mbok Jah yang sangat sederhana sekali sudah menunjukkan bahwa hidupnya

setelah berhenti dari pekerjaannya (pembantu di keluarga Mulyono) masih sangat

melarat. Maka dari itu, setelah tiba di rumah Mbok Jah, keluarga Mulyono ingin

membawanya kembali ke Jakarta, bersama mereka. Penyelesaiannya adalah saat Mok

Page 60: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

45

Jah menolak secara halus keinginan dari keluarga Mulyono, yakni Mbok Jah ingin

menghabiskan masa tuanya di desanya, di Tepus, Gunungkidul.

2.6.2 Tokoh

Dilihat dari segi peranan tokoh atau tingkat pentingnya, tokoh dibagi menjadi

dua bagian, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Yang termasuk tokoh utama

(main character) adalah tokoh Mbok Jah yang sudah dua puluh tahun mengabdi atau

bekerja di keluarga Mulyono yang berdomisili di Jakarta. Pada Lebaran tiba, ia ingin

mudik ke Tepus, Gunung Kidul serta berhenti bekerja karena alasan sudah tua. Tokoh

Mbok Jah selalu hadir dan diceritakan secara terus menerus sehingga dapat

menentukan jalannya sebuah cerita. Sedangkan tokoh tambahan (peripheral

character) dalam cerpen “Mbok Jah” adalah keluarga Mulyono (Mulyono, istrinya,

Kedono, dan Kedini). Tokoh tambahan jaga penting kehadirannya untuk mendukung

tokoh utama dalam menentukan jalannya cerita. Meskipun kehadiran tokoh tambahan

hanya muncul beberapa kali saja.

“Silakan Ndoro, makan seadanya. Tiwul Gunung Kidul dan sambel-nya Mbok Jah tidak pakai terasi karena kehabisan terasi dan temannya Cuma daun singkong yang direbus.” “Lha, Lebaran begini apa mereka tidak datang to, Mbok?Mbok Jah tertawa.” “Lha, yang dicari di sini itu apa lho, Ndoro. Ketupat sama opor ayam?” “Anakmu?” “Saya itu punya anak to, Ndoro?” “Kedono dan Kedini tidak tahan lagi. Diletakkan piring mereka dan langsung memegang bahu embok mereka.” (halaman 44)

2.7. “Lebaran di Karet, di Karet…”

2.7.1 Alur

Page 61: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

46

Cerpen ini menceritakan kehidupupan seorang priayi yang bernama Is. Is

berasal dari golongan menengah atas. Pada saat Lebaran, Is menjalaninya dengan

kesendirian. Is sebagai tokoh protagonis dalam cerpen “Lebaran di Karet, di

Karet…”. Is adalah mantan diplomat dalam nenegeri di Deparlu. Is tinggal seorang

diri. Is hidup sendirian di sebuah rumah besar dan mewah di Jakarta. Istrinya (Rani)

sudah meninggal karena sakit. Sakit yang diderita Rani adalah kanker payudara.

Ketiga anaknya yang bernama Nana, Jon, dan Suryo bekerja di luar negeri.Mereka

tersebar di Geneva, Amsterdam dan New York.

Lebaran bagi Is justru mengecewakan karena ketiga anaknya bekerja di luar

negeri. Pada saat Lebaran, Is yang ditinggal mati istrinya (Rani) sangatlah

mengharapkan kabar dari ketiga anaknya. Kabar yang diharapkan Is adalah surat

panjang dari ketiga anaknya. Namun, yang muncul hanya kartu pos bergambar

dengan sedikit kata-kata. Is merasa kecewa.

Pada hari Lebaran, Is yang pernah bekerja di Markas Besar PBB, New York,

itu tidak pergi ke makam istrinya (Rani). Dengan menggunakan mobil dinasnya,

Toyota Deparlu, Is “mengebut keluar jalan raya. Dengan tegas berhenti sebentar

kemudian membanting stirnya ke arah jurusan kiri. Ke Karet, ke Karet-tidak ke Jeruk

Purut ke tempat Rani, melainkan ke Karet, ke Karet…Rani pasti setuju dan senang”

(halaman 52)

Di puncak kesepiannya,Is memutuskan pergi ke Karet, bukan ke Jeruk Purut.

Pertama, Karet adalah pemakaman khas Jakarta. Semua orang-orang terkenal Jakarta

dimakamkan di sana, seperti, Umar Ismail, Djayakusuma dan Chairil Anwar. Kedua,

Page 62: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

47

pemakaman Karet merupakan sebuah simbol kesunyian dan kehampaan Is saat

Lebaran. Is, pada saat Lebaran merasakan kesunyian dan kehampaan tanpa kehadiran

keluarga memutuskan untuk ke Karet. Is tidak berziarah ke makam istrinya, tetapi

pergi mengunjungi masa lalunya, sebuah masa ketika kedamaian keluarga sempat

diraihnya. Ke Karet, bukan ke Jeruk Purut merupakan tahap akhir penyelesaian dari

cerita ini yang diberikan pengarang untuk memecahkan persoalan dari semua

peristiwa-peristiwa yang terjadi. Semua peristiwa dan konflik yang dialami tokoh Is

dengan kesendirian dan kehampaan hatinya, akhirnya menemukan keteduhan jiwa

saat Is berada di Karet.

Cerpen “Lebaran di Karet, di Karet…” ini mempunyai alur lurus. Is sebagai

tokoh protagonis dalam cerita ini. Is yang mantan diplomat, merasa hari Lebaran

demikian menyakitkan. Is hidup sendirian di sebuah rumah besar dan mewah di

Jakarta. Dua anaknya, Nana dan Suryo berada di luar negeri. Timbul adanya konflik

dan konflik juga semakin berkembang dalam cerita ini. Kedua anaknya tidak bisa

pulang pada saat Lebaran tiba. Kesepian Is kian terlihat jika Lebaran tiba. Sebagai

orang tua Jawa, disadari atau tidak, Is, di hari Lebaran ternyata juga membutuhkan

kedatangan anak-anaknya untuk sekedar sungkem padanya. Tapi tidak satu pun dari

kedua anaknya yang datang pada saat Lebaran. Mereka hanya mengirimkan kartu pos

bergambar dengan sedikit tulisan. Klimaksnya adalah saat Is teringat pada Rani

(istrinya). Rani sebelum meninggal pernah berpesan agar ia dimakamkan di Karet,

sebuah pemakaman terkenal di Jakarta. Rani memang tidak jadi dimakamkan di

Karet, melainkan di Jeruk Purut. Tapi dipuncak kesepiannya itu, Is memutuskan pergi

Page 63: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

48

ke Karet, bukan ke Jeruk Purut. Is tidak berziarah ke makam istrinya, tetapi pergi

mengunjungi masa lalunya, sebuah masa ketika kedamaian keluarga sempat

diraihnya. Pemakaman Karet memberikan simbol kesunyian dan kehampaan. Seperti

juga Is yang merasakan kesunyian dan kehampaan saat Lebaran. Ke Karet, bukan ke

Jeruk Purut merupakan tahap akhir penyelesaian dari cerita ini yang diberikan

pengarang untuk memecahkan persoalan dari semua peristiwa-peristiwa yang terjadi.

2.7.2 Tokoh

Tokoh utama (main character) yang ditampilkan dalam cerpen “Lebaran di

Karet, di Karet…” adalah tokoh Is. Disini tokoh Is digambarkan sebagai seorang

ayah yang tegar dan sudah menduda karena istrinya (Rani) sudah meninggal karena

penyakit kanker yang dideritanya. Kedua anaknya, Nana dan Suryo pun ditinggal

diLuar Negeri. Dan pada saat Lebaran tiba, tokoh Is yang menjadi tokoh utama

merasa hampa tanpa kehadiran istri dan anak-anaknya. Kehampaan sangat dirasakan

tokoh Is pada saat Lebaran tiba. Tokoh Is dalam cerita ini sangat mendominasi dan

intensitas kemunculannya hampir ada di seluruh cerita. Sehingga tokoh Is dianggap

penting dalam menentukan jalannya cerita.

Sebagai tokoh utama, Is seorang pekerja keras, gigih, serta ulet. Is dapat

dikatakan sebagai seorang priayi karena pekerjaannya sehingga dapat menghasilkan

kemewahan, seperti dua buah Impala, rumah mewah, menyekolahkan kedua anaknya

di luar negeri. Is sudah lama menduda. Ketegarannya mendidik anak-anaknya tanpa

di dampingi istrinya (Rani) yang sudah meninggal sangat terlihat jelas. Is tetap

Page 64: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

49

menduda dan tetap setia pada istrinya (Rani) sampai sekarang. Di saat Is kesepian

karena kedua anaknya tinggal di luar negeri, Is tetap bertahan pada kesendiriannya.

Karakter Is sangat kuat, padahal Is punya cukup banyak uang untuk melalukan apa

saja sesuai keinginannya.

“Rumah yang sekarang terasa besar itu dibeli Is dan istrinya waktu mereka pulang dari New York sesudah mereka bertugas dinas selama bertahun-tahun di markas besar PBB. Dengan tabungan uang yang mereka kumpulkan mereka membeli dua buah Impala dan berbagai perabotan mewah yang lengkap. Di rumah besar itulah Is dan istrinya bertahan dengan ulet dan liat mempertahankan kemakmuran dan sedikit kemewahan gaya hidup mereka sebagai diplomat dalam negeri di Deparlu.” (halaman 46-47)

Tokoh tambahan (peripheral character) yang dimunculkan dalam cerpen

“Lebaran di Karet, di Karet…” adalah secara tidak nyata, istri Is (Rani yang sudah

meninggal karena kanker), kedua anak Is (Nana dan Suryo). Mereka muncul untuk

mendukung tokoh Is dalam menjalankan cerita. Meskipun cerita yang ditampilkan

oleh tokoh tambahan hanya sedikit dan kehadirannya baru ada jika berkaitan dengan

tokoh Is. Namun secara tidak langsung, hadirnya tokoh utama dan tokoh tambahan

dapat menentukan perkembangan plot dalam cerpen “Lebaran di karet, di Karet…”

“Nana yang menulis dari Geneva minta maaf liburan winter tahun ini tidak jadi pulang ke Indonesia karena sudah janji sama si Jon (kakak si temanten baru ni ye), buat mengajari sky di Alpen. Opo ora hebat, Da. Maaf banget, nggih Dad?makam Mommy apa sudah ditutup nisan? Love kita semua. Kemudian surat dar Suryo, anaknya yang sulung, yang masih menetap di New York yang masih kerja magang di IBM yang juga minta maaf tidak bisa pulang ke bapaknya karena sudah terlanjur janji untuk libur dengan pacarnya anak Puerto Rico.” (halaman 48)

Page 65: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

50

Kutipan diatas menggambarkan bahwa tokoh tambahan mundukung tokoh

utama yaitu tokoh Is dalam menjalankan cerita. Meski kemunculannya hanya dalam

porsi yang sangat sedikit dan kemunculannya hanya jika ada kaitannya dengan tokoh

utama.

2.8. “Sardi”

2.8.1 Alur

Tokoh Sardi dalam cerpen “Sardi” (hlm. 53-59), cerpen yang baru pertama

kali dipublikasikan dalam kumpulan cerpen “Lebaran di Karet, di Karet…” karya

Umar Kayam ini memang menyedihkan. Cerita tokoh Sardi dari kelas bawah atau

wong cilik yang mencoba merantau bekerja di Jakarta.

Cerita diawali saat bulan puasa. Sardi adalah tokoh utama dalam cerpen ini.

Surat dari bapak untuk Sardi yang dititipkan ke Mas Joyo, yang memintanya untuk

pulang pada saat Lebaran tiba nanti. Mas Joyo sendiri adalah kenek bis jurusan

Jakarta-Wonogiri yang sangat baik. Ia suka menolong semua orang yang

membutuhkan bantuannya. Sardi sendiri saat ini bekerja di Jakarta dan tinggal di

gang sempit bilangan Kampung Sawah yang disewanya dari Pak Haji Sholeh.

Peristiwa dari sebuah surat yang baru diterima Sardi akan memunculkan sebuah

konflik baru bagi Sardi.

Konflik mulai muncul di tengah cerita dalam cerpen “Sardi” ini. Tokoh Sardi

dalam cerpen ini tidak punya uang untuk mudik Lebaran. Padahal isi surat yang baru

diterimanya dari bapaknya di desa, memintanya untuk pulang pada Lebaran kali ini.

Sardi pun bingung harus berbuat apa untuk dapat memenuhi keinginan bapaknya

Page 66: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

51

yang menyuruhnya untuk pulang saat Lebaran. Karena sudah tiga kali Lebaran, Sardi

melewatinya dengan tidak mudik ke kampung halamannya. Konflik mulai muncul

dan berkembang di tengah cerita dalam cerpen “Sardi”.

Pada Lebaran kali ini, karena tidak punya uang untuk biaya mudik Lebaran,

terpaksalah Sardi menilep uang majikannya. Cek yang dicairkan Sardi tidak

diserahkan kepada sang majikan, tetapi dia bawa ke kampung dan dibagi-bagikannya

ke handai tolan sebagai oleh-oleh. Akibatnya, Sardi tak berani lagi kembali ke Jakarta

atau lebih tepatnya ke tempat dimana ia bekerja dulu.

“Bapak, simbok, saya akan tinggal di desa saja. Mau membantu Bapak di

tegal dan bikin tikar sama embok” (hlm. 59). Inilah penyelesaian yang diberikan oleh

pengarang melalui tokoh Sardi yang memutuskan untuk tinggal di desa saja setelah

peristiwa itu. Ironis memang. Tempo hari, justru Sardi yang nekat mau ke Jakarta,

sementara kedua orangtuanya melarangnya. Kini kedua orangtuanya yang malah

heran, Sardi justru tidak ingin kembali ke Jakarta…

2.8.2 Tokoh

Tokoh utama yang ditampilkan dalam cerpen “Sardi” adalah tokoh Sardi.

Disini tokoh Sardi digambarkan sebagai anak lugu dari desa yang mengadu nasibnya

dikota Jakarta. Karena ingin bisa mudik, Sardi lugu berani menilep uang perusahaan

dimana ia bekerja. Meski pun uang yang di-tilep-nya bukan untuk dirinya sendiri, tapi

untuk dibagikan ke keluarganya dan tetangga-tetangga di desanya. Kemunculan Sardi

sebagai tokoh utama memeng mendominasi cerita dan sangat penting untuk

Page 67: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

52

menentukan jalannya cerita. Dari awal cerita, tengah hingga akhir, intensitas

kemunculan Sardi ada secara terus menerus. Berikut kutipannya.

“Wah, Sardi bolehnya cari makan di kota berhasil tenan.” “Wah, matur nuwun, Nak Sardi. Terima kasih buat oleh-oleh ini. Selendangnya bagus.” “Wah, terima kasih, lik Sardi, sudah diberi uang receh banyak buat jajan bakmi Anak Mas.” (halaman 58) Tokoh tambahan (peripheral character) dalam cerpen “Sardi” adalah bapak,

simbok, mas Joyo, Pak Haji Soleh.

Page 68: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

53

BAB III MEMAKNAI LEBARAN

DARI SUDUT PANDANG PRIAYI DAN WONG CILIK DALAM KUMPULAN CERPEN

LEBARAN DI KARET, DI KARET…

Umar Kayam menyimpan puasa dan lebaran sebagai hal yang menghadirkan

problem sosial. Delapan cerpen dari tigabelas kumpulan cerpen ini menghadirkan

cerpen yang bertema Lebaran. Dalam bab ini, penulis menganalisis dari sudut

pandang priayi dan wong cilik dalam memaknai Lebaran,

Yang segera terasa dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet…

karya Umar Kayam ini adalah kelancaran dalam bercerita. Bahasanya bersih, lancar,

dan enak dibaca. Caranya bercerita bahkan mendekati cara orang bergunjing

(ngerumpi), penuh dengan lanturan yang seolah tidak perlu tetapi justru membuat

cerpen-cerpannya memikat (Kakilangit, 1998).

Dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet, Umar Kayam senantiasa

menunjukkan simpatinya yang besar terhadap semua tokohnya. Umar Kayam

mencoba memahami dan bertepa seliro dengan nasib serta situasi tokoh-tokohnya.

Umar Kayam juga rupanya berdiri kuat dalam basis tradisinya sebagai seorang Jawa

yang menjadikan keluarga sebagai pusat kehidupan.

Sebagaimana yang setidaknya terlihat dalam delapan buah cerpen yang ada di

kumpulan ini, Umar Kayam mempunyai kepekaan yang tinggi dalam memilih

momentum yang menjadi ajang penting dari cara orang Jawa memahami, memaknai,

dan menghayati lingkungannya. Tampaknya, bagi dia, Lebaran merupakan satu

Page 69: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

54

momen kritis dan sekaligus ritus yang di dalamnya sikap batin orang Jawa terhadap

lingkungannya menjadi terbuka atau tampak dengan jelas (Faruk via Umar Kayam,

2002).

Priayi yang diceritakan dalam kumpulan cerpen karya Umar Kayam ini bukan

priayi keturunan (berdarah biru/ningrat). Priayi di sini dapat diperoleh karena faktor

pekerjaan/jabatan, faktor kekayaan dan jumlah uang. Faktor lain, misalnya rumah

yang ditempatinya, pakaian yang dikenakan, gaya hidup, makanan yang dikonsumsi,

dan lain-lain.

Kehidupan wong cilik juga tergambar dalam kumpulan cerpen karya Umar

Kayam ini. Kehidupan yang keras dan serba susah saat dan sesudah Lebaran tiba.

Mereka memandang dan memaknai Lebaran sebagai ritual yang harus dilakukan

setiap tahun yaitu pulang ke kampung halaman. Lebaran bagi wong cilik adalah suatu

momen yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga, sungkem kepada sanak

keluarga, saling bermaaf-maafan.

Di negeri ini ada yang tak berubah dari waktu ke waktu yaitu tradisi pulang

kampung . Tradisi pulang kampung ini disebut mudik. Setiap menjelang Lebaran, di

saat gema takbir, ada satu ritual yang tidak pernah hilan yaitu mudik. Mereka pulang

ke kampung halaman setelah sekian lama bekerja di kota dengan membawa oleh-

oleh, memakai pakaian bagus dan baru. Saat itulah kita menyaksikan atau turut

terlibat dalam arus mudik yang luar biasa. Kita menyaksikan melonjaknya permintaan

akan angkutan umum yang tajam

Page 70: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

55

Keadaan di atas jelas memperlihatkan dua hal mengenai priayi dan wong cilik

memaknai Lebaran. Pertama, pada diri mereka masih kuat adanya dunia tradisi,

dunia yang sebenarnya tak dapat mereka tinggalkan tanpa ada kesan ikatannya.

Kedua, pengalaman mungkin akan memberikan dimensi lain. Wong cilik adalah

sebuah kelompok dalam masyarakat tradisional Jawa yang mempunyai konsep sabar

dan tawakal untuk survive menghadapi kehidupan yang serba keras pada saat Lebaran

tiba. Sedangkan priayi dalam kumpulan cerpen ini adalah priayi pinggiran (dulu

pernah mengalami jadi wong cilik) yang memandang Lebaran dengan cara berbeda.

3.1 Lebaran dari Sudut Pandang Priayi

3.1.1 Kesepian dan Kehampaan

Sirnanya spiritualitas dan religiusitas Lebaran sedemikian makin tampak

dalam cerpen “Marti” . Dalam cerpen ini, suami Marti sudah tidak menyakini

kesakralan Lebaran. Ia tidak percaya bahwa lebaran dan silaturahmi bisa melebur

dosa dan membuat hati menjadi damai. Baginya, Lebaran adalah upacara yang

membosankan dan selalu sama dari tahun ke tahun. Berikut kutipan pembicaraan

suami Marti kepada Marti

“Kamu itu belum bosan to dengan kumpul-kumpul Lebaran. Repot, rebyek, sungkem sini, sungkem sana, makan, makan dan makan, untuk kemudian jatuh K.O. karena terlalu capek dan terlalu banyak makan makananyang enggak-enggak. Sekali-sekali kita berdua saja Lebaran kenapa sih”? (halaman 30-31) Suami Marti pun mengajak Marti merayakan Lebaran hanya berdua saja.

Mereka merayakannya di sebuah hotel mewah di tepi pantai. Marti tidak berdaya.

Marti hanya bisa mengikuti apa kata suaminya meski tidak sedikit pun merasa

Page 71: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

56

bahagia. Di hotel itu, Marti meninggalkan suaminya untuk sekadar berjalan-jalan

menyusuri pantai. Marti berjalan sendirian menyusuri pantai, menyaksikan begitu

banyak orang, terutama anak-anak yang menikmati suasana Lebaran bersama

keluarga. Marti larut dalam suasana hiruk-pikuk di pantai itu. Marti seakan-akan

menemukan kebahagiaan di tengah-tengah kesepian dan kehampaan yang sedang

dirasakannya. Kebahagiaan itu Marti temukan diantara wong cilik yang memaknai

Lebaran bersama masing-masing keluarganya di pantai itu. Marti sesungguhnya

kesepian. Marti merasa hidupnya hampa. Oleh sebab itu, ia mencari suasana lain di

atas suasana yang diciptakan suaminya.

Cerita ‘Marti’ dalam kumpulan cerpen karya Umar Kayam ini

memperlihatkan sikap seorang priayi dalam memaknai lebaran. Mereka cukup berani

mengambil keputusan untuk berlebaran di hotel yang mewah tanpa kehadiran sanak

saudara meski hanya untuk sekedar sungkem dan bermaaf-maafan saja. Hal ini

menunjukkan bahwa Lebaran bukan momen yang indah, wahana banyak orang

memanfaatkannya untuk berkumpul dengan sanak saudara yang lain. Marti dan

suaminya bisa dikatakan sebagai seorang priayi. Mereka punya cukup banyak uang

untuk memaknai Lebaran sesuai versinya sendiri. Mereka memaknai Lebaran hanya

dengan berdua saja di hotel bintang empat yang mewah.

Cerpen ‘Marti’ ini menggambarkan bagaimana sikap batin Marti yang mau

tidak mau harus menuruti keinginan suaminya untuk berlebaran di hotel saja. Marti

seperti menjalin hubungan batin dengan semua suasana pantai, seakan-akan sebagai

ganti kegagalan untuk bertemu dengan keluarganya dalam perayaan Lebaran itu.

Page 72: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

57

Marti memaknai Lebaran hanya dengan menyaksikan suasana pantai itu. Seperti

misalnya, ia senang melihat mereka berjubel, berdesakan, berebut untuk naik ke

perahu layar, dan akhirnya Marti pun ikut naik ke perahu. Marti juga menyempatkan

diri untuk makan di warung sederhana, kotor dan banyak lalatnya. Dengan cara

seperti itu, Marti akhirnya bisa memaknai Hari Besar Lebaran sendiri tanpa keluarga

besarnya.

Kesepian dan kehampaan Marti tersebut menimbulkan kesedihan yang luar

biasa. Dalam cerpen ini digambarkan bahwa Lebaran tanpa silaturahmi, tanpa

sungkem dengan keluarga, kerabat, maupun tetangga, tidaklah bermakna apa-apa.

Lebaran memang dari tahun ke tahun sama, mulai dari sungkeman, makan-makan,

dan lain-lain. Sungkeman barangkali memang upacara yang melelahkan, repot,

rebyek, dan menjengkelkan. Akan tetapi, di balik itu sungkeman mempunyai nilai dan

makna yang sangat berharga. Sungkeman mempunyai nilai dan makna yang tidak

dapat tergantikan oleh kemewahan duniawi, oleh kepriayian yang di miliki suaminya.

Marti menemukan kebahagiaan di tengah-tengah kebahagiaan bersama orang-orang

kaum bawah di pantai itu.

Kesepian dan kehampaan pada saat Lebaran juga terdapat dalam cerpen

“Lebaran di Karet, di Karet…”. Lebaran tanpa silaturahmi juga dirasakan oleh Is.

Sebagai tokoh utama, Is yang mantan diplomat dalam negeri di Deparlu memaknai

Lebaran dengan kesendirian. Is merasa hari Lebaran malah menyakitkan bagi

hidupnya. Is hidup sendirian di sebuah rumah besar dan mewah di Jakarta. Istrinya,

Rani sudah meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Dua anaknya, Nana

Page 73: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

58

dan Suryo, menetap dan tinggal di luar negeri. Nana dan Suryo dalam beberapa tahun

menyelesaikan studinya dan menyebar mencari nafkah di Geneva, Amsterdam, dan

New York. Pada saat Lebaran, kedua anaknya tidak bisa pulang ke Indonesia.

Kesepian Is sangat terasa pada saat Lebaran. Sebagai orang tua Jawa, disadari

atau tidak, di hari Lebaran, Is ternyata sangat merindukan anak-anaknya datang

sungkem kepadanya. Tapi apa mau dikata, kedua anaknya tidak bisa memenuhi

keinginan batinnya yang sepi dan hampa. Sebuah surat singkat yang mengabarkan

bahwa Nana dan Suryo tidak bisa datang pada hari Lebaran karena sesuatu hal.

Berikut kutipannya.

“Surat-surat itu mengecewakan Is karena pendeknya. Dengan bersungut-sungut dalam beberapa detik surat-surat itu telah selesai dibacanya.” (halaman 47) Is dalam kesepian dan kehampaannya lalu teringat almarhum istrinya, Rani.

Sebelum meninggal, Rani sempat berpesan agar ia dimakamkan di Karet, sebuah

pemakaman terkenal di Jakarta. Umar Ismail, Djayakusuma dan Chairil Anwar juga

dikuburkan di pemakaman Karet. Istrinya, Rani memang tidak dimakamkan di Karet,

melainkan di Jeruk Purut. Di puncak kesepian dan kehampaaan di hari Lebaran, Is

memutuskan untuk ke Karet, bukan ke Jeruk Purut. Is menganggap pemakaman Karet

sebagai sebuah masa lalunya. Sebuah masa lalu ketika kedamaian keluarga pernah

diraihnya.

“Dengan ketegasan sopir pribadi New York, mobil dinas Toyota Deparlu itu mengebut keluar jalan raya. Dengan tegas berhenti sebentar kemudian membanting stirnya ke arah jurusan kiri. Ke Karet, ke Karet – tidak ke Jeruk Purut ke tempat Rani, melainkan ke Karet, ke Karet… Rani pasti setuju dan senang”. (halaman 52)

Page 74: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

59

Jadi, cerpen “Lebaran di Karet, di Karet…” ini mengisahkan kesepian dan

kehampaan priayi pada saat Lebaran tiba. Keringnya hati tokoh Is pada saat Lebaran

tanpa silaturahmi dari anak-anak Is yang sudah tersebar di luar negeri begitu sangat

terasa dalam cerpen ini.

Cerpen “Ziarah Lebaran” juga menceritakan kisah kehampaan dan kesepian

seorang duda. Sebagai tokoh utama, Yusuf yang sudah lama menduda ingin

mengakhiri masa dudanya dengan meminang kekasihnya, Yati. Namun, pada saat

Lebaran, Yusuf yang telah memiliki anak (Eko) bersama Siti, istrinya yang sudah

meninggal, tidak berani mengungkapkan keinginannya untuk menikah kepada

mertuanya. Akhirnya, pada Lebaran kali ini, Yusuf harus menepis keinginannya

untuk menikahi Yati tahun depan. Kesepian dan kehampaan dirasakan Yusuf pada

saat Lebaran. Kesepian akan hadirnya perempuan pengganti istrinya tidak terwujud

pada Lebaran kali ini, begitu juga kehampaan juga sangat dirasakan Yusuf .

Ketiga cerpen di atas menggambarkan bahwa lebaran tidak lagi menjadi

penanda religiusitas, melainkan telah menjadi simbol kesepian.

3.1.2 Kerepotan Rumah Tangga/ Pembantu Mudik

Batur artinya pembantu rumah tangga; bisa juga berarti teman. Dalam konsep

Jawa, pembantu rumah tangga adalah teman yang diperlukan untuk melakukan

berbagai tugas dan diajak berembug untuk membantu memecahkan masalah (Kayam,

1994). Majikan dan pembantu (wong cilik) itu memang bagian yang tak terpisahkan

dari dunia priayi, bagian yang diperlukan, bagian yang memberikan kebahagiaan.

Page 75: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

60

Berbicara seputar Lebaran, mau tidak mau kita akan berbicara seputar

pembantu rumah tangga dan kerepotan majikan saat pembantu mudik. Banyak

keluarga yang punya pembantu akan kerepotan menghadapi Lebaran. Syukur kalau

masih kembali ke rumah majikan, kalau tidak, tentu harus mencari pembantu baru.

Dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati”, nyonya rumah sangat senang ketika

pembantunya tidak jadi mudik karena tidak bisa masuk ke dalam bus yang akan

mengangkutnya ke Wonogiri. Sebagai priayi, nyonya rumah yang ditinggal

pembantunya mudik akan sangat kerepotan mengerjakan pekerjaan rumah. Pada saat

Lebaran banyak tamu datang untuk bersilaturahmi ke rumah majikannya ini. Akan

banyak gelas dan piring-piring kotor seusai Lebaran. Itulah sebabnya, sang majikan

sangat senang saat tokoh ibu (pembantunya) kembali ke rumahnya karena gagal

mudik. Berikut kutipannya.

“To, saya bilang apa. Saya bilang apa. Sokur tidak dapat bis kamu. Ayo sini Bantu kami disini. Tuh piring-piring kotor masih menumpuk di dapur. Sana…” (halaman 7)

Dalam kumpulan cerpen ini juga terdapat dua cerita yang hampir sama dalam

dua judul, yaitu “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” dan “Mbok Jah”. Cerita

mengenai dua pembantu rumah tangga yang mudik untuk seterusnya dan tidak akan

kembali bekerja ke majikannya. Kedua pembantu yang bekerja di keluarga priayi

meminta berhenti bekerja dengan alasan yang hampir mirip.

Cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” menceritakan tentang seorang

wong cilik bernama Nem. Nem sudah bekerja selama dua puluh tahun di sebuah

Page 76: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

61

keluarga priayi di Jakarta. Pada Lebaran kali ini, Nem ingin berhenti bekerja dan

pulang kampung. Berikut kutipan mengapa Nem ingin berhenti bekerja.

“Saya sudah semakin tua dan terus terang semakin capek, Lebaran ini, pokoknya saya harus pulang untuk seterusnya.” (halaman 28). Permintaan Nem untuk mudik sekaligus berhenti bekerja, dikabulkan oleh

majikannya. Sebagai seorang priayi, majikan Nem memaknai Lebaran tanpa

pembantu. Lebaran, bagi majikan Nem hanya dilakukan dalam lingkup Jakarta saja.

Cerpen “Mbok Jah” ini mempunyai cerita yang hampir sama dengan cerpen

“Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”. Keluarga Mulyono yang berdomisili di kota

besar tepatnya di Jakarta, juga mengalami kerepotan saat pembantunya (Mbok Jah)

minta izin untuk berhenti bekerja pada saat Lebaran. Mbok Jah sudah bekerja selama

dua puluh tahun di keluarga Mulyono di Jakarta. Namun, seiring berjalannya waktu,

Mbok Jah berhenti seterusnya dan kembali ke kampung halamannya di Tepus,

Gunungkidul. Berikut kutipan mengapa Mbok Jah memutuskan berhenti bekerja pada

keluarga Mulyono.

“Merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya menjadi beban keluarga itu.” (halaman 39) Sebagai seorang priayi, bagi keluarga Mulyono, Mbok Jah sudah mereka

anggap sebagai keluarga sendiri. Keluarga Mulyono mengabulkan permintaan Mbok

Jah untuk pulang ke kampung halamannya seterusnya. Namun dengan satu syarat,

Mbok Jah harus kembali ke Jakarta setahun dua kali, yaitu pada waktu sekaten dan

Idul Fitri.

Page 77: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

62

Keluarga Mulyono ini memaknai Lebaran kali ini tanpa kehadiran

pembantunya (Mbok Jah) yang sudah mereka anggap sebagai keluarga sendiri.

Kelurga ini hanya merayakan Lebaran hanya dalam lingkup lingkungannya saja, yaitu

di Jakarta. Mereka seakan tidak melakukan ritual Lebaran seperti misalnya mudik,

sungkeman, ziarah ke makam, dan lain sebagainya.

Ketiga cerpen di atas yaitu “Ke Solo, ke Njati”, “ Lebaran Ini, Saya Harus

Pulang”, “ Mbok Jah” menggambarkan cerita tentang majikan (priayi) dan pembantu

(wong cilik). Dalam memaknai lebaran, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara

priayi dan wong cilik. Lebaran bagi priayi bukan sekadar mudik sebagai ritual

tahunan, melainkan kerepotan yang menyisakan berbagai masalah rumah tangga

karena pembatu mudik.

3.2 Lebaran dari Sudut Pandang Wong Cilik

3.2.1 Pulang Kampung

Dalam cerita “Ke Solo, Ke Njati” betapa susahnya bagi wong cilik pulang

kampung untuk merayakan lebaran dengan angkutan umum.

“Bis jurusan Wonogiri mulai bergerak meninggalkan terminal. Habis sudah harapannya untuk terangkut. Orang begitu berjejal, berebut masuk. Tidak mungkin dia akan dapat peluang, betapapun kecil itu, untuk menyeruak masuk diantara desakan puluhan manusia yang mau naik. Bawaannya ber-genteyong-an dipundak dan punggungnya, belum lagi tangannya yang mesti menggandeng kedua anak-anaknya yang masih kecil.” (halaman 1) Demikian alinea pertama cerpen “Ke Solo, ke Njati” karya Umar Kayam

dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet… karya Umar Kayam. Cerpen

tersebut berkisah tentang sekelumit kisah hiruk-pikuk umat Islam menyambut

Page 78: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

63

Lebaran. Mudik seakan menjadi bagian ritual wajib pada saat Lebaran tiba yang harus

dilalui dan dilakukan.

Tokoh Ibu ini berasal dari golongan bawah atau bisa disebut sebagai wong

cilik. Tokoh Ibu, seorang pembantu rumah tangga di Jakarta. Ia mempunyai dua

orang anak yang masih kecil-kecil. Pada saat mau mudik, si Ibu telah mencoba

berkali-kali dan selalu berusaha berdesakan dalam jejalan beratus bahkan beribu

orang untuk bisa menaiki bus yang akan di tumpanginya saat mudik. Ia hanya punya

satu tujuan yaitu mudik. Tapi, karena tubuhnya yang lemah ditambah dengan dua

anak yang masih kecil (yang sulung digandeng dan si bungsu digendong) dan bawaan

lain yang cukup banyak, si Ibu tak pernah berhasil. Si Ibu pun akhirnya memutuskan

kembali ke tempat tinggalnya, sebuah kamar sewaan yang kumuh di bilangan Kali

Malang, Jakarta.

Lewat kisah ini, Umar Kayam tampak tidak hendak menambah keramaian

mudik dan Lebaran di lapis permukaan, yakni mudik dan Lebaran sebagai

kemewahan ritual. Umar Kayam membidik satu hal yang di tengah hiruk-pikuk

tersebut mungkin kita lupakan. Dalam cerpen ini terlihat tergilasnya kaum lemah, dari

golongan bawah, atau bisa disebut juga wong cilik. Cerpen ini mengisahkan cerita

kekalahan wong cilik pada saat mudik Lebaran. Namun, dalam cerpen ini, tidak

berdayanya si Ibu adalah suatu ironi yang harus dijalani oleh wong cilik. Dalam

suasana Lebaran, setelah ibadah puasa terselesaikan, si Ibu yang hidupnya berada dari

kalangan wong cilik tetap saja tidak pernah berubah nasibnya. Nasibnya sama, lemah

meski sekalipun untuk bisa mudik saja.

Page 79: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

64

Ada cerpen dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet… karya Umar

Kayam yang juga patut untuk dikenang di hari baik ini, seperti “Lebaran ini Saya

Harus Pulang”. Dalam cerpen ini menyimpan simpul kisah manusia yang serba abu-

abu di keriaan Hari Raya dalam sebuah pesan humanistik citraan wong cilik.

Namun, dalam cerpen ini tetap menyimpan kisah tokohnya yaitu Nem. Nem

adalah wakil kaum wong cilik atau kaum pinggiran yang begitu mendambakan untuk

bisa pulang ke kampung halaman sekaligus pamit pensiun dari pekerjaannya sebagai

pembantu rumah tangga. Meskipun, Nem sudah bisa membayangkan, hari-hari

“pensiunnya” di desa yang belum tentu seindah yang diinginkannya. Karena, ia

dengar desanya semakin rusuh dan masih penuh dengan kemelaratan.

“Begini lho,Bu, Pak, dan Mbak. Lebaran ini saya mau pulang mudik.” “Oh, ada maunya to, tidak diminta, sore-sore datang mijit kaki saya!” (halaman 25) Betapa pun beratnya, jutaan orang setiap tahunnya tetap melakukan mudik

Lebaran. Padahal, rumah di desa, kampung halaman, belum tentu seindah yang

dibayangkan. Seperti halnya Nem sudah bisa membayangkan kesulitan-kesulitan

yang akan ditemui di desanya, dalam cerpen ini Nem berperan sebagai wong cilik.

Bagi wong cilik, dalam cerita ini Nem, kampung halaman menyimpan tragedi dan air

matanya sendiri. Selebihnya, para pemudik seperti Nem yang juga malah pensiun dari

pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga, akan disadarkan kembali oleh

kenyataan hidup yang juga berat saat di kampung halamannya. Tokoh Nem akhirnya

memilih kembali menjalani takdirnya yaitu sebagai wong cilik yang pernah mengais

rejeki di perkotaan. Jadi, keharuan kita dalam menghadapi kepolosan sikap Nem

Page 80: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

65

dalam menyikapi perjalanan mudiknya yang belum tentu happy ending saat tiba dan

menetap di desanya.

Dalam cerpen “Mbok Jah”, pulang kampung atau mudik pada saat Lebaran

adalah wajib bagi Mbok Jah. Mbok Jah adalah tokoh utama dalam cerpen ini. Sebagai

wong cilik, Mbok Jah menjalani kehidupan dengan serba keterbatasan dan

kemelaratan. Kisah hidup yang begitu berat harus di jalani oleh wong cilik seperti

Mbok Jah. Ia sudah dua puluh tahun menjadi pembantu rumah tangga di sebuah

keluarga Mulyono yang berada di Jakarta.

Dari sudut pandang wong cilik, ketiga cerpen diatas yaitu “Ke Solo, ke Njati”,

“Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “ Mbok Jah” menggambarkan bahwa memaknai

lebaran itu tidaklah mudah. Lebaran bagi wong cilik bukan sekadar mudik sebagai

kebahagiaan, melainkan tempat segala persoalan muncul, seperti kemelaratan,

kemiskinan.

3.2.2 Kemelaratan dan Kemiskinan

Lebaran meski bisa menyenangkan, juga bisa menyedihkan dan

mengecewakan. Kemelaratan dan kemiskinan mewarnai cerita mengenai Lebaran kali

ini, seperti “Ke Solo, ke Njati”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Mbok Jah”,

”Sardi”. Keempat cerpen ini sama-sama menceritakan kehidupan wong cilik dalam

memaknai Lebaran. Mudik bagi tokoh Ibu (Ke Solo, ke Njati), Nem (Lebaran Ini,

Saya Harus Pulang), Mbok Jah (Mbok Jah), Sardi (Sardi) merupakan keharusan

untuk sekadar bertemu sanak keluarga yang ada di desa. Keempat tokoh utama dari

masing-masing cerita akan disadarkan oleh kenyataan hidup yang juga berat saat tiba

Page 81: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

66

di kampung halaman. Kemelaratan dan kemiskinan dari dulu sampai sekarang tidak

pernah lepas dari kehidupan mereka sebagai wong cilik.

Dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati”, tokoh ibu dan kedua anaknya harus

berjuang masuk ke dalam bus jurusan Wonogiri. Faktor ekonomilah yang

melatarbelakangi tokoh ibu yang hanya mampu membeli karcis bus ekonomi. Tokoh

ibu dan kedua anaknya akhirnya pulang karena tidak dapat masuk ke dalam bus.

Kemelaratan juga terlihat dari kamar sewaan tokoh ibu. Sebuah kamar sewaan yang

berada di tengah kampung kumuh di bilangan Kali Malang Jakarta. Tokoh ibu karena

kemelaratannya, akhirnya kembali ke rumah majikannya setelah gagal mudik

bersama kedua anaknya.

Kedua cerpen ini, yaitu, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang” dan “Mbok Jah”

menceritakan kisah yang hampir mirip. Cerita tentang wong cilik yang menjadi

pembantu rumah tangga di Jakarta. Pada saat lebaran, Nem dan Mbok Jah ingin

berhenti bekerja dan kemudian mudik ke kampung halamannya. Bagi wong cilik,

lebaran malah menyisakan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan lain-lain. Berhenti

bekerja dan mudik ke kampung halaman bukan hal terbaik dalam memaknai lebaran.

Kemelaratan dan kemiskinan menjadi masalah utama bagi Nem dan Mbok Jah setelah

sampai kampung halamannya.

Cerpen “Sardi” menceritakan bahwa wong cilik memaknai lebaran dengan

segala kemelaratannya. Sardi merasa bingung saat kedua orangtua memintanya

pulang pada saat lebaran. Sardi tidak punya biaya untuk lebaran tahun ini. Sardi yang

lugu dan polos pun, akhirnya menilep uang kantor untuk berlebaran di kampung

Page 82: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

67

halaman. Namun, lebaran kali ini membuat Sardi merasa tertekan dan menderita.

Sardi melakukan ini karena kondisi ekonominya. Kemelaratan yang menjadi dasar

utama Sardi menilep uang kantor untuk berlebaran bersama keluarganya.

3.2.3 Duka Lebaran

Cerpen “Menjelang Lebaran” menceritakan duka menjelang Lebaran. Kamil

adalah tokoh utama dalam cerpen ini. Kamil terkena PHK menjelang Lebaran. Kamil

dan keluarga terpaksa menggagalkan ritual mudik bersama keluarganya. Sisa dari

“petaka” itu menyisakan masalah dengan pembantunya, Nah. Nah untuk sementara

tidak bisa dibayar gajinya, dan seterusnya oleh Kamil. Dalam cerpen “Menjelang

Lebaran” ini muncul sebuah ironik menjelang Hari Besar yang serba prihatin dan

menjadi duka bagi keluarga Kamil.

Menjelang Lebaran atau tepatnya saat berbuka puasa Kamil membawa berita

yang mengejutkan buat keluarganya. Krisis moneter yang melanda negeri ini

membawa pengaruh besar terhadap kelangsungan pekerjaan Kamil. Yah, Kamil di

PHK.

“Bu, saya termasuk yang kena PHK.” “Saya sudah merasa.” “Kok tahu?” “Tidak tahu juga. Cuma mersa…” “Feeling to…” “Entah. Rasanya sore ini kamu lain saja.” “Kena PHK, dijanjikan gaji penuh sebulan ini dan hadiah Lebaran separuh gaji.” (halaman 15) Ironik memang dengan tahun-tahun sebelumnya, sebelum Kamil kena PHK.

Menjelang Lebaran kali ini, imbas dari PHK sangatlah terasa sulit. Bagaimana tidak

Page 83: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

68

rencana Lebaran ke Jawa harus diperhitungkan dan dipertimbangkan lagi. Nah

pembantu keluarga ini harus di gaji dengan apa. Setelah Kamil terkena PHK,

berbagai masalah muncul dalam kehidupan yang serba prihatin itu. Berikut

kutipannya.

‘Terus bagaimana enaknya, Sri?” “Apanya?” “Yah, semuanya. Rencana Lebaran ke Jawa, Nah mau diapakan, lantas sesudah itu semua kita mau apa?” “Mestinya rencana untuk mudik ke Jawa diurungkan, to? Dan Nah yang kau gaji sertus lima puluh ribu rupiah sebulan plus makan dan tidur di dalam rumah kita, apakah masih kuat kita mempertahankan status itu. Dan kita, dan kita…” (halaman 15) Kamil memaknai Lebaran kali ini dengan serba prihatin karena PHK. Namun,

sikap optimis istri Kamil dalam mengatasi Lebaran membuatnya merasa lega. Istri

Kamil melihat semua persoalan yang dihadapi mudah diatasi. Seperti kutipan

dibawah ini.

“Mas, sesungguhnya kalau mudik ke Jawa dan Nah, teorinya, kita dapat mengatasi. Wong anggaran untuk itu sudah saya siapkan jauh hari., kok. Yang belum itu sesudah habis Lebaran kamu menganggur itu, lho. Tapi yah, masak kamu akan menganggur terus. Cepat atau lambat kamu akan bekerja lagi?” (halaman 16) Mudik, dengan begitu, tidak hanya menggambarkan sesuatu yang bersifat

religius saja, tetapi juga menyisakan berbagai permasalahan. Mulai dari masalah

ekonomi, sosial, dan lain-lain. Lebaran dalam cerpen “Menjelang Lebaran” ini

bukan hanya menampilkan kebahagiaan, melainkan tempat segala macam persoalan

ditumpahkan, khususnya bagi wong cilik.

Page 84: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

69

Duka Lebaran juga diceritakan dalam cerpen “Sardi” . Duka dan kesedihan

dialami oleh tokoh Sardi yang menjadi tokoh utama dalam cerpen ini. Cerpen yang

baru pertama kali dipublikasikan dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di

Karet… karya Umar Kayam. Sardi pada saat Lebaran juga ingin mudik ke kampung

halamnnya. Karena tidak punya biaya untuk mudik Lebaran, terpaksa Sardi menilep

uang majikannya. Cek yang dicairkan Sardi tidak diserahkan kepada bosnya,

melainkan membawanya pulang ke kampung. Cek yang sudah dicairkan, Sardi bagi-

bagikan kepada keluarga di desa.

“Bapak, simbok, saya akan tinggal di desa saja. Mau membantu Bapak di tegal dan bikin tikar sama embok.” (halaman 59) Lebaran kali ini, bagi Sardi justru menjadi duka bagi batinnya sendiri. Sardi

yang polos dan sopan berani menilep uang majikannya untuk bisa mudik Lebaran.

Dengan uang itu, Sardi sedikit bisa membahagiakan sanak saudaranya di hari Lebaran

dengan oleh-oleh yang dibawanya. Ironis memang, wong cilik seperti Sardi harus rela

menanggung konsekuensi atas perbuatannya untuk membahagiakan keluarganya yang

melarat dan miskin di kampung.

Page 85: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

70

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keseluruhan cerita dalam kumpulan cerpen “Lebaran di Karet, di Karet…”

karya Umar Kayam ini beralur tunggal. Sebagian besar beralur lurus, sebagian kecil

beralur sorot balik atau flash back. Bagian akhir dari cerpen-cerpen ini tidak selalu

disertai penyelesaian. Cerita berakhir bukan berarti selesai atau ada penyelesaian dari

semua peristiwa, konflik, dan klimaks yang disuguhkan pengarang. Cerita dibiarkan

mengambang atau ditutup dengan sebuah pertanyaan dari pengarang. Pengarang

seakan-akan memberikan ruang kosong yang harus diisi atau diinterprestasikan oleh

pembaca.

Dalam analisis tokoh, peneliti menganalisis tokoh utama (main character) dan

tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama paling sering diceritakan

karena dapat mempengaruhi perkembangan plot secara keseluruhan. Meski pun di

pihak lain, tokoh tambahan juga dimunculkan, namun hanya sesekali saja dan

kehadirannya ada jika berkaitan dengan tokoh utama. Tokoh-tokoh inilah yang

mengalami dan menyaksikan peristiwa demi peristiwa yang kemudian menyuguhkan

cerita kepada pembaca.

Melalui analisis priayi dan wong cilik dalam memaknai Lebaran, dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, terdapat perbedaan antara priayi dan

wong cilik dalam memaknai Lebaran. Kedua, dari sudut pandang priayi dapat

Page 86: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

71

diketahui bahwa pemahaman terhadap makna Lebaran sudah semakin luntur. Lebaran

tidak lagi menjadi penanda religiusitas, melainkan telah menjadi simbol kesepian,

kehampaan, kerepotan rumah tangga. Ketiga, dari sudut pandang wong cilik, Lebaran

menyisakan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan lain-lain. Lebaran bagi wong cilik

bukan hanya sekadar mudik/pulang kampung sebagai kebahagiaan, melainkan tempat

segala persoalan muncul, seperti kemelaratan, kemiskinan, dan duka sebelum maupun

sesudah Lebaran.

4.2 Saran

Penelitian ini memusatkan pada alur dan tokoh sebagai landasan teori yang

dipakai dalam menganalisis makna Lebaran dari sudut pandang priayi dan wong cilik.

Penulis hanya menganalisis beberapa hal dalam memaknai Lebaran dari sudut

pandang priayi dan wong cilik. Hal-hal tersebut antara lain, pertama, priayi

memaknai Lebaran dengan kesepian, kehampaan, kerepotan rumah tangga saat

pembantu mudik. Kedua, wong cilik memaknai Lebaran dengan mudik, kemiskinan,

kemelaratan, dan duka sebelum maupun sesudah Lebaran. Terdapat banyak

permasalahan lain dalam memaknai Lebaran yang belum diteliti. Sehubungan dengan

hal ini maka penulis mengharapkan dan menyadari agar peneliti selanjutnya dapat

meneliti secara lebih mendalam mengenai makna Lebaran dari sudut pandang priayi

dan wong cilik.

Page 87: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

72

DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Eneste, Pamusuk. 1983. Cerpen Indonesia Mutakhir: Antologi Esei Dan Kritik.

Jakarta: PT Garamedia.

Fahrizal. 2001. Para Priyayi Dalam Para Priyayi. Horison edisi XXXI/3/2001.

Kartodirdjo, Sartono dkk. 1987. Perkembangan Peradaban Priyayi. Gadjah Mada

University Press.

Kayam, Umar. 1994. Sugih Tanpa Banda: Mangan Ora Mangan Kumpul 2.

Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kayam, Umar. 1997. Madhep Ngalor Sugih; Madhep Ngidul Sugih: Mangan Ora

Mangan Kumpul 3. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Mujiran, Paulus. Makna Toleransi Dalam Idul Fitri. 20 Oktober 2006

<http://www.hawaii.edu/indolang/reader/Readings/Lebaran.pdf>

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University.

Rahmanto, B. 2004. Umar Kayam: Karya Dan Dunianya. Jakarta: Penerbit PT

Grasindo.

Page 88: PRIAYI DAN WONG CILIK LEBARAN DI KARET, DI KARET ... · Bukan karena aku ingin lari ... Ayahku Wiji Rusmanto dan Ibuku Yayik Ismiyati, ... 1.2.1 Bagaimanakah alur dan tokoh cerpen-cerpen

73

Rahman, Jamal D. 2001. Representasi Priyayi Dalam Dua Novel Kita. Horison edisi

XXXIV/3/2001

Ratna, Kutha Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari

Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif .

Penerbit Pustaka Pelajar

Subandriyo, Toto. Dimensi Sosial-Ekonomi Mudik. 7 November 2005.

<http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/07/opi03.htm>

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Suyanto, Bagong. Ketika Lebaran Makin Maya. 1 November 2004.

<http://www.kompas.com/kompas-cetak/0411/01/Lebaran>