pressure safety valve to accident recur

30
Rangkuman Diskusi Mailing List Migas Indonesia Bulan April 2007 Pressure Safety Valve to accident recur ali topan Yth Rekan Milis Migas mohon bantuan yang bisa sharing, mengenai Pressure Safety Valve tentang data utama yang diperlukan untuk desain serta produk2 apa saja yang cukup reliable dan banyak dipakai di dunia oil & gas (dresser, ...., .....) terimakasih atas bantuannya feriansyah abubakar see this link http://www.directindustry.com/industrial-manufacturer/ safety-valve-72051.html [email protected] Cuma mengingatkan saja, hati-hati ketika PSV sudah dioperasikan....harus dilakukan reguler check dengan kondisi ter up-date, supaya kasus BP Texas City tidak terulang, yang membuat beberapa orang tewas sia-sia, yang memaksa CEO-nya dilengserkan sebelum waktunya......yang memaksa BP harus membayar banyak...... Jika tertarik, CSB USA sudah mengeluarkan initial final report pada tanggal 20 Maret 2007 untuk kasus ini, yang mengingatkan saya pada kasus Gas plant Explosion di Longford. Jika dicermati keduanya, ada kemiripan yang khas. Sayangnya, kenapa harus berulang.......(downsizing, cost cutting, workoverload, culture, Hazop, etc, dsb)

Upload: ginanjar-nur-rochman

Post on 27-Jun-2015

224 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pressure Safety Valve to Accident Recur

Rangkuman Diskusi Mailing List Migas Indonesia Bulan April 2007

Pressure Safety Valve to accident recur

ali topan

Yth Rekan Milis Migasmohon bantuan yang bisa sharing, mengenai Pressure Safety Valve tentang data utama yang diperlukan untuk desain serta produk2 apa saja yang cukup reliable dan banyak dipakai di dunia oil & gas (dresser, ...., .....)terimakasih atas bantuannya

feriansyah abubakar

see this linkhttp://www.directindustry.com/industrial-manufacturer/safety-valve-72051.html

[email protected]

Cuma mengingatkan saja,hati-hati ketika PSV sudah dioperasikan....harus dilakukan reguler check dengan kondisi ter up-date, supaya kasus BP Texas City tidak terulang, yang membuat beberapa orang tewas sia-sia, yang memaksa CEO-nya dilengserkan sebelum waktunya......yang memaksa BP harus membayar banyak......Jika tertarik, CSB USA sudah mengeluarkan initial final report pada tanggal 20 Maret 2007 untuk kasus ini, yang mengingatkan saya pada kasus Gas plant Explosion di Longford. Jika dicermati keduanya, ada kemiripan yang khas. Sayangnya, kenapa harus berulang.......(downsizing, cost cutting, workoverload, culture, Hazop, etc, dsb)Trevor Kletz quote: Organisation has no memory and accident recur DNV : in every incident, there is an element of management failure Is up to you, to accept or not!!Maaf jika ngelantur.

Dirman Artib

Rekan-rekan,Dulu saya tidak terlalu memperhatikan ucapan Trevor Kletz ini, tiba-tiba saja setelah tak sengaja membaca posting-an Mas Cahyo saya jadi penasaran, apakah interpretasi saya terhadap kalimat itu sudah benar atau justru selama ini salah terjemahan.

Kenapa incient yang sama bisa berulang ?Adakah yang bisa mengulas agak detail maksud dari Mr. Kletz ini ?Apakah juga incident sama dan penyebab sama juga akan mudah berulang ?

Page 2: Pressure Safety Valve to Accident Recur

[email protected]

Mas Dirman,

lama nih engga kedengeran...he..he..

Setahu saya, incident akan terjadi minimum pada kondisi double jeopardy.....he..he..padahal HAZOP study biasanya mengesampingkan hal ini dan selalu bilang,

HAZOP Plant XX. Assumption No. 1: No double jeopardy.....

dan selama masih ada aktivitas atau kegiatan, pasti akan ada accident....

Menurut saya, sikap BP di Texas City, memang mirip dengan sikap Exxon/Esso di Longford explosion. Contoh satu saja benang merah dari sini adalah, lack of competency to understand abnormal process situation, meski ini cuma immediate cause aja sih...sebab kalau tahu memang ada lack of competency, kenapa di biarin....yang biarin siapa.....?? dan Kalau diurut kacang, jadinya ...kena dech siapa yang kudu tanggung jawab.....

Message harusnya sudah jelas, kembali ke basic safety, plant safety. It is good to expand safety massively in lifting, occupational safety, etc, but, basic safety in plant operation, should be the first priority. Sound to me, BP Texas fail to understand this issue.....or they understand but hold by budget (?)

Anyway, memang enak kalau ngomogin orang lain, belon tentu kita sendiri bisa melakukannya looh...

Crootth Crootth

Mas Cahyo dan Uda Dirman,

Frankly speaking, dalam melakukan HAZOP, "double jeopardy" (jadi ingat nama sebuah filmnya action) perlu ditreatment secara khusus, kejadian seperti domino effek (yang notabene adalah double jeopardy) itu senyatanya ada, dan dalam beberapa kasus itu terjadi (terakhir di Texas City Refinery, di mana kok yah pas meledaknya tower berbarengan dengan adanya temporary camp di tempat tersebut)...

Saya pribadi selalu mempertimbangkan faktor ini dalam HAZOP, meski tidak semuanya "credible". Tahu mana yang credible dari mana? Nah inilah yang disebut sebagai wilayah "expert judgment" yang merupakan buah dari belajar dan pengalaman, dan tentu saja ditunjang dengan referensi referensi ilmiah yang memadai (jurnal, buku, dan korespondensi akademis)

N Leveson mengatakan bahwa sistem FMEA (failure mode and effect analysis) terbaik yang diaplikasikan oleh NASA pun hanya mampu memetakan 35% dari kegagalan aktual yang terjadi pada operasi operasi NASA, jadi jangan berharap muluk dengan mengatakan HAZOP yang dibuat bisa memetakan 90% hazard yang ada...

Page 3: Pressure Safety Valve to Accident Recur

Setelah Texas City Refinery, masih ada Buncefield yang meledak, sebuah pabrik di States juga meledak dst... kejadian kecelakaan proses akan terus terjadi, sepanjang process safety belum menjadi panglima.

gandi r setyadi

Mas Garonk yang baik atau Yang lain juga,

Kalo FMEA atau HAZOP hanya mampu memetakan kegagalan dengan tingkat keyakinan serendah itu, metode apa lagi yang bisa dilakukan u/ menaikkan level kepercayan kita akan safety design dari sistem yang kita kaji ya ?Atau paling tidak, parameter apa yang perlu kita ketahui agar kita paham safety pada level keyakinan tertentu ?

Mohon penjelasannya,

Alvin Alfiyansyah

Dear Mas Gandhi,

Apakah anda sudah memikirkan bagaimana cara membuat PSM, HSEQ atau Integrity Management yang baik ? Jika berbicara persepsi seperti yang dibicarakan saat ini, saya teringat pantun English sbb. :

(author unknown):We are measured not by what we are,but by the perception of what we seem to be;not what we say, but how we ar heard, and not what we do, but how we are appear to do it

An expert is one who learn through his own experience how painful and deep are the errors one can make even in the most limited field of research (Niels Bohr)

Human nature will instinctively modify what should be done into what can be done especially if this makes the job easier or keeps the job moving in some way (Anon, Loss Prevention Bulletin, 2000)

Taken from Roy E Sanders and Kletz book.

So, untuk mencapai sebuah ALARP level diperlukan sebuah proses terintegrasi agar decision frame work sebuah fasilitas atau unit dapat ditentukan, risk analisis hanyalah salah satu tools utk mencapai ALARP. Di beberapa perusahaan the next step from HAZOP/FMEA biasanya sudah ditentukan dari sejak HSE Plan dibuat termasuk keperluan design review lainnya termasuk safety study apa saja yang hendak dibuat agar tercapai confidence level yang maksimal (sebagai output persepsi), setidaknya sampai panglima tertinggi di perusahaan tersebut juga.

CMIIW.

Page 4: Pressure Safety Valve to Accident Recur

Cuma tambahan renungan. Saya yakin chemical engineer seperti anda sudah punya renungan yang lebih baik.

Sunarno

Dear Pak Gandi,

Saya sedikit menambahkan barangkali biasa membantu, gunakan metode risk assessment secara menyeluruh seperti Critical Task Analysis, Job Safety Analysis serta metode-metode yang lain tentunya pilih yang paling cocok.

Crootth Crootth

dik Gandi, (halah kalau lagi di ITB kita mah ga perlu panggil mas dan dik bukan?)

Yang saya maksud di sini, FMEA, itu umumnya secara ekstensif digunakan oleh perorangan (dengan model dan software yang sangat extensive juga), demikian juga HAZOP dalam beberapa kasus, disiapkan terlebih dahulu oleh HAZOP chairman untuk kemudian didiskusikan bersama-sama dengan tim lain. Semakin sedikit ornag yang mengidentifikasi hazard, semakin sedikit persentase pemetaan bahaya yang dilakukan. Meski tidak otomatis semakin banyak orang yang ikut HAZOP hasilnya akan bagus lho??

Pendekatan konvergen yang dimiliki oleh seorang HAZOP chairman dibutuhkan untuk menampung ide ide yang divergen selama HAZOP berlangsung. Saat ini saya sedang menyusun riset pribadi mengenai HAZOP ini, salah satunya adalah efektifitas HAZOP dalam memetakan kecelakaan / bahaya yang ada di suatu plant. Dalam pengamatan saya (sementara ini) terhadap puluhan report HAZOP yang ada di Indonesia, ternyata faktor HAZOP chairman ini sangat berpengaruh besar terhadap kualitas HAZOP yang dihasilkan.

Secara umum, HAZOP adalah metode yang cukup efektif dalam mengidentifikasi bahaya untuk unit process, lebih handal dibandingkan FMEA. Jadi kalau boleh dikatakan HAZOP yang baik akan memetakan antara 35 - 90 % bahaya yang sudah ada/akan terjadi.

IMHO, Level keyakinan akan naik jika:1. HAZOP Chairman merupakan personal yang capable dalam sisi pengetahuan proses, berpengalaman operasi di lapangan dan intouch dengan perkembangan teknologi baru (aktif berlangganan majalah dan jurnal, membaca buku buku terbaru tentang disiplin ilmu yang relevan)2. HAZOP team member merupakan peserta yang "aktif" dan "mumpuni" di bidangnya, mau membagi pengalaman di disiplinnya masing masing3. Dukungan manajemen yang kuat untuk tidak menghambat proses HAZOP (biasanya ada kecenderungan pihak manajemen yang konvensional untuk menutup-nutupi bahaya yang ada, atau mengatur wording (kata kata) dalam HAZOP report) 4. Akan lebih baik jika ada satu atau dua orang anggota tim yang berjiwa futuris (mampu melihat berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang)5. Didukung oleh referensi yang kuat dan pengetahuan tentang perkembangan teknologi mutakhir (laporan HAZOP sebelumnya di company yang sama, laporan HAZOP untuk unit operasi yang sama di tempat lain, Buku-buku HAZOP terbaru, Artikel-artikel tentang HAZOP di jurnal ilmiah terbaru)

Page 5: Pressure Safety Valve to Accident Recur

6. Tempat dan fasilitas penunjang lainnya yang sangat mendukung process curah ide selama diskusi (sesekali lakukan di Cafe atau tempat lain yang auranya berbeda dengan sebelumnya)7 dll.

Semoga membantu,

Nanang Jamil

Nambahin dikit,

Selain yang telah disebutkan mas Dar, seorang HAZOP Chairman (saya menyebutnya Hazop Leader) juga harus tahu (sedikit) tentang Biorhytmic.Kenapa ? Karena Hazop Leader harus bisa menjaga stamina team, semangat team dan kebugaran team.Tidak jarang HAZOP study bisa memakan waktu satu minggu (untuk plant yang sedang) dan mungkin satu bulan lebih (untuk plant yang besar).Beberapa HAZOP study yang menghasilkan "lubang-lubang" , bukan karena teamnya ndak jago, melainkan karena kelelahan dan kejenuhan.

Nah untuk hal hal seperti itu "jam terbang" Hazop Leader biasanya cukup membantu.

Dirman Artib

Rekan-rekan,Sebenarnya saya belum menemukan jawaban, atau paling tidak belum puas kenapa accident yang sama dampak dan penyebab langsung nya bisa terjadi berulang, apalagi di negara/distrik yang informasi-informasi kecelakaan sudah ikhlas di share secara terbuka untuk pembelajaran, pencegahan, keilmuan, penelitian, peningkatan,dll. Tapi......ya kita akan terus berusaha melakukan pencaharian tanpa batas waktu

Anywa,Menanyakan sedikit ulasan Mas Garonk soal HAZOP Chairman.

Kalau misalnya pada sebuah kebutuhan HAZOP, kita mempunyai seorang yang punya pengetahuan proses yang mature, berpengalaman operasional di lapangan, berpengetahuan up to date, banyak membaca dari jurnal, bullettin, majalah, artikel, dll. Dimana hal di atas punya kelebihan dibanding dengan calon member yang lain.Kemudian ada calon-calon members lain yang dengan kriteria di atas levelnya sedikit di bawah orang tersebut, tetapi tetap bukan bloon-bloon amat,gitu lho. Mana yang baik, jika si orang super tersebut kita jadikan Chairman atau ........justru kita jadikan participant/members biasa ?

Terus terang, instinct saya akan memilih dia jadi anggota biasa, karena kalau dia menjadi Chairman maka potensi untuk mengeksplorasi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan akan terhambat pada saat memimpin HAZOP. laha....dia sibuk mengatur-ngatur, mengorganise pendapat,mengadministrasikan ide dan lain-lain. Justru saat dia menjadi participants,dia akan leluasa mengembangkan imajinasinya, petualangan otaknya, daya nalar dan daya kritis nya untuk menemukan dan memburu sumber dan potensi HAZARD.

Mohon pendapat Mas garonk dan rekan-rekan ahli yang lain.

Page 6: Pressure Safety Valve to Accident Recur

Crootth Crootth

Mas Dirman... saya belum ahli kok, cuma seneng belajar sajah...

Pengamatan yang CERDAS !

"Secara psikologi seseorang yang terlepas dari beban moral dan beban jabatan akan lebih mudah mengeluarkan pendapatnya, sebaliknya seseorang yang terbelenggu jabatan memiliki tendensi untuk jadi fatalis" - Prof. Ami Pedahzur, Fakultas Psikologi - Universitas Haifa, Israel

Sebenarnya kerja sama tim adalah jawabannya. Pengalaman saya puluhan kali memimpin HAZOP mengatakan demikian. Membebaskan diri dari jeratan psikologis sebagai pimpinan HAZOP meeting kadang sulit kalau semua anggota tim merupakan "rebellion" orang orang yang susah diatur atau tipikal yang closed minded (ga mau mendengar pendapat orang lain). Kadang saya merasa lebih bebas untuk menjadi anggota saja... Namun tim yang utuh dan kuat adalah bangunan yang lebih penting dari pada kualifikasi sesseorang yang "masya Allah" bagusnya.

Kalau tim tidak mendukung, seorang yang dengan kualifikasi outstanding pun menjadi mubazir terlepas jabatannya sebagai ketua atau anggota tim HAZOP. Jadi pepatah WS Rendra, "sangkar besi tak kan mampu merubah rajawali menjadi burung nuri" ngga berlaku di sini.. hehehhe

Anyway dalam penyelenggaraan HAZOP itu ada aturan tak tertulis yang bunyinya:

1. Setiap anggota harus open minded dan fokus2. Kalau ada anggota yang tidak memenuhi kriteria cari anggota yang memiliki kriteria di atas

Hehehe

Gunawan Siregar

Rekan Dirman,

Rekan lama mau sedikit nimbrung nich.Kalau uda Dirman pernah pakai TapRooT software untuk Root Cause Tree analysis, salah satu jawaban untuk accident yang berulang-ulang ( Repeat Failure ) adalah akibat kegagalan Management System ( nggak ada MS, MS nggak jalan akibat prosedur terlalu ruwet, MS tidak diimplementasikan,etc, etc, ).

Mengenai HAZOP Chairman idealnya diambil orang yang sudah pernah jadi HAZOP Team Member AND Team Leader ( sudah berpengalaman gitu loch). Btw, ini untuk PROJECT HAZOPS atau OPERATIONAL HAZOPS yah.

Crootth Crootth

Alles,

Page 7: Pressure Safety Valve to Accident Recur

Wah kalau pernyataan di bawah ini bener bener dilakukan saya khawatir sampai kiamat tiba ngga akan pernah ada HAZOP Chairman baru karena selalu yang jadi Chairman adalah yang sudah berpengalaman sebelumnya... (ingat condition yang diperikan Pak Gunawan adalah AND, bukan OR) Saya kira secara profesional kalau memang dia sudah memenuhi kriteria (bisa dibaca di buku nya CCPS : Guidelines for Hazard Evaluation) yah dipersilahkan untuk beroleh kesempatan menjadi HAZOP Chairman.Fenomena ini umum di Indonesia, di mana salah satu iklan rokok lantas menangkapnya: "YANG MUDA YANG TIDAK DIPERCAYA"Menurut saya pribadi, mulai sekarang kasihlah kesempatan pada yang muda... kasih mereka kepercayaan, dalam hal saya pribadi, saya selalu mempercayakan yang menjadi Scribe saya pas saya memimpin HAZOP adalah yang muda dan memiliki kemampuan... harapan saya agar suatu saat dia juga dapat menjadi HAZOP Chairman seperti saya.

Warmest regards

Gunawan Siregar quotes:"Mengenai HAZOP Chairman idealnya diambil orang yang sudah pernah jadi HAZOP Team Member AND Team Leader ( sudah berpengalaman gitu loch)."

Gunawan Siregar

Rekan Garonk,

Sabar tho' mas. Kalau diperhatikan kalimat saya kepada Pak Dirman memakai kata IDEALNYA. Dalam kehidupan ini yang praktikal lebih kerap terjadi daripada yang ideal. Nggak ada yang AND yah pakai yang OR. Kami pribadi sangat mendukung agar yang muda lebih diberi kepercayaan oleh yang lebih tua ( yang lebih tua yah "tut wuri handayani" gitu lho ).Berikan mereka knowledge& tools yang tepat dan juga kesempatan membuktikan kemampuannya. Sewaktu bertugas di kilang ARUN LNG dulu, HAZOP Team terlebih dulu mendapat pelatihan HAZOPS, HAZOPS TEAM LEADER dan PROCESS SAFETY MANAMGEMENT dari Loss Prevention Department MOBIL EXPLORATION & PRODUCING Inc., sebelum diterjunkan untuk proyek ekspansi kilang LNG ( Train-4/5/6) ataupun proyek2 modifikasi.

Yang jadi HAZOP Chairman biasanya memang orang dari SAFETY Engineer ( kalau nggak salah ingat Pak Tursilo Prihandoko yang sekarang di EMOI Jakarta dan/atau Pak Paul Wijaya yang sekarang di ENI/VICO ), sedangkan yang memasukkan hasil temuan ke program HAZOP di PC biasanya Safety Engineer yang lebih muda (Edi Kun). Reference HAZOPnya bisa OSHA-3132/29 CFR Part-1910, CCPS, API RP-750/14J atau BS IEC-61882.

Dirman Artib

(Pak Gunawan,)Ah......rupanya udah punya email di yahoo kawan lama sejahtera ini, sehingga bisa "Positif Safety Precaution Intervention" :) :)

Page 8: Pressure Safety Valve to Accident Recur

Pendapat kawan ini jelas lah kita dukung, bahwa repeat failure itu adalah akibat kegagalan Management System (asalkan tidak salah mengartikan menjadi kegagalan Safety Manager ya ... :) :) )

Tapi khan area persoalan yang luas ini harus kita persempit dan isolasi lagi sehingga kita bisa mencari area biang keladi spesifik dalam Management System tersebut.

Anyway,Saya berpikir bahwa organisasi itu khan tidak individu manusia, walaupun dijalnkan dan dikendalikan oleh kelompok manusia. Sehingga sifat "manusiawi" tidak serta merta melekat pada organisasi. Maksud saya, jika individu manusia jelaslah otaknya akan menyimpan suatu kecelakaan yang menimpa dirinya, dan bahkan lebih jauh secara "manusiawi" akan berakibat trauma pada individu. Ke-trauma-an akan secara "manusiawi" pula menjadi cara/alat pencegah kejadian berulang. Contoh, kecelakaan putus cinta di saat remaja, ada yang secara permanent menjadi trauma, sehingga individu tak mau lagi jatuh cinta, bahkan mengikat diri dari lembaga perkawinan. Ini adalah mekanisme otomatis secara "manusiawi".

Sebuah organisasi, mencoba mendekatkan diri sdekat mungkin dengan "ke-manusiawi-an ini. Mereka berusaha membuat memori bagi organisasi dengan contohnya Daftar kecelakaan safety, daftar kecelakaan mutu produk, dafta kecelakaan penempatan pejabat, daftar kecelakaan proses produksi dan lain-lain. Ini diharapkan akan mengikuti cara manusiawi untuk mendkati traumatic positif, tetapi sayang sekali organisasi tidak dilengkapi mode-mode,knop, button, instinct, sensor seperti individu yang telah berkorrdinasi hampir sempurna.Dan manusia-manusia dalam organisasi banyak keluar masuk, rekruitment, resigning, pension,pindah profesi, pindah fungsi, divisi baru, dll.Akhirnya, kecelakaan bisa berpeluang berulang.

Tinggal kita dengan ke-manusiawi-an kita harus terus pula mencari cara-cara untuk paling tidak mempersempit peluang-peluang tersebut dengan cara-cara sistematik,terencana, terorganisasi, terukur, dan mampu untuk ditingkatkan.

[email protected]

Pak Darmawan dan rekan2 milister.Dalam melakukan HAZOP, ataupun risk assessment metode lainnya, ada dua hal yang selalu jadi pertanyaan.

Yaitu :1. Mengenai sejauh/sedalam mana yang Pak Darmawan sebut "Double Jeopardy" itu harus dipertimbangkan.Yang saya tangkap "double jeopardy" itu adalah ada "sebab ganda" yang terjadi secara bersamaan yang mengakibatkan suatu incident.

Mungkin jawabannya : tergantung pada "probability" kejadian itu dan "severity" akibat dari kejadian tsb.Maka pertanyaan berikutnya:

2. Dalam penentuan "probability" dan "Severity", selama ini yang saya dengar adalah berdasarkan/tergantung:

Page 9: Pressure Safety Valve to Accident Recur

- informasi dari fasilitas2 sejenis di tempat lain- failure history dari vendor yang mensupply alat yang sedang ditinjau- pengetahuan/pengalaman orang2 yang melakukan study.

Jika demikian, semuanya masih nisbi. Tidak heran jika assessment2 tersebut kualitasnya tidak terjamin.Adakah system/standard yang harus dipatuhi agar hasil assessment itu kualitasnya terukur, misalnya:- Syarat2 dari orang2 yang melakukan study tersebut, harus punya pegalaman2 yang tersertifikasi, dll.?- Tergantung jenis prosesnya, maka harus dilakukan study sampai "double jeopardy" atau bahkan "triple jeopardy"?(sorry istilahnya saya karang2, karena awam nih).

Sebagai contoh yang saya tahu dari rekan2 engineer di Jepang, untuk tiap jenjang karir engineer ada tuntutan harus lulus sertifikasi tertentu dari pemerintah (misalnya untuk Safety management, Environment management, dll.). Yang saya lihat kalau mereka sedang belajar dalam rangka menghadapi Ujian Sertifikasi tersebut, belajarnya sama seperti mahasiswa yang sedang kuliah. dan sayangnya tidak jarang gagal dan harus mengulang di tahun berikutnya.Hal ini mungkin bisa jadi salah satu tolok ukur, semakin tinggi karir seseorang, dapat lebih terukur bahwa dia minimal sudah punya pengetahuan2 seperti yang dituntut di sertifikasinya.

Apakah di kita juga ada system semacam itu? Mungkin ada, tapi sepertinya terbatas ke spesialisasi saja, pekerja radiasi, K3 untuk orang SHE, operator boiler, welding, crane, dll.Adakah aturan, misalnya untuk melakukan HAZOP harus punya seritifasi x,y,z?

Crootth Crootth

Pak Dadang,

Saya kira adalah kesalahan terbesar kalau menganggap "sertifikasi" adalah jalan keluar yang terbaik. Dari awal bangsa ini dibesarkan dengan berbagai bentuk ujian dan sertifikasi, yang saya kira kita semua tahu hasilnya, karena terlalu mengagungkan sertifikat maka banyak sekali praktek jual beli ijazah/sertifikat.

Mengajukan konsep jepang ini untuk Indonesia rasanya cukup prematur, bukan berarti tidak bagus lho!

Mengejar sertifikat saja seperti CMRT, CFSE, atau lainnya tanpa disertai process belajar yang kontinyu dan komprehensif yah sama saja seperti monyet yang dilatih untuk bisa memeragakan topeng monyet: secanggih apapun dia lulus dan bisa memeragakan topeng monyet, SEJATINYA DIA TETAP SEEKOR MONYET bukan?

Process belajar secara mandiri yang kontinyu ini jauh lebih valuable dibanding yang sesaat untuk mendapatkan CMRT, CFSE atau semacamnya.

Saya pribadi menghargai seorang yang sudah menulis tentang Reliability yang berguna bagi umat manusia dibanding seorang CMRT yang kikir ilmu, atau seorang yang menuliskan tentang HAZOP

Page 10: Pressure Safety Valve to Accident Recur

dalam bentuk artikel di jurnal atau buku di banding yang lulus sertifikat HAZOP dari Zimbabwe misalnya ...

Process belajar inilah yang saya amati umumnya berhenti ketika seseorang dikategorikan LULUS dan beroleh SERTIFIKAT... mungkin dia berpandangan bahwa belajar itu berhenti setelah lulus?

Tapi tentu saja mendapatkan sertifikat itu tidaklah buruk kok, tetap baik... namun dengan catatan seperti diatas panjang lebar saya utarakan.

semoga makin seru dan tajam diskusinya...

gandi r setyadi

Pertanyaan Lanjutan Rong (jg buat rekan lain)

Nah itu maksudku Rong, berdasarkan jawbanmu itu apakah ada suatu standar tertentu (seperti yang disampaikan Pak Dadang juga) dalam pelaksanaan HAZOP ? Tentu saja kalo requirement2 mendasar ttg melibatkan berbagai disiplin terkait, senior personel dll sudah inheren dalam tiap pelaksanaan HAZOP.Maksud pertanyaan ku adalah supaya ada pegangan secara obyektif atau acuan standar pada saat sedang melakukan/menyelesaikan aktivitas HAZOP yang menjawab asumsi-asumsi dasar kita misalnya mengenai hal 'Double Jeopardy' (terus terang selama ini asumsi Double Jeopardy dalam HAZOP tidak pernah saya alami dengan anggapan hal tersebut sangat kecil kemungkinannnya. Tapi seberapa kecil u/ bisa diabaikan ? Ini kan yang lebih penting dan atas itu ditentukan kan harus ada pegangannya. ) Jadi mungkin saja, dalam melakukan HAZOP kemudian memasukkan 'typical system review' / mengorek kembali cerita2 duka mengenai kecelakaan pada system yang mirip/typical yang ternyata pernah disebabkan oleh Double Jeopardy ini sebagai salah satu prosedur tetap misalnya.

Di akhir cerita, meskipun HAZOP hanya salah satu bagian layer2 safety dari HSE Plan secara keseluruhan, setidaknya dengan mengetahui sejauh mana hasil HAZOP yang kita lakukan bisa memberi perkiraan keyakinan kita akan safety design yang ada, hal ini buat saya akan selalu mengingatkan responsibility seorang engineer dalam tindak-tanduknya.

Maaf kalo nglantur,

Sekali lagi mohon dicerahkan terus menerus nih,

Crootth Crootth

Gandi,

Standar internasional untuk HAZOP sudah ada kalau ngga salah BS: EN - (lupa nomornya, ada di rumah file nya) namun tidak terlalu komprehensif, Beberapa standar perusahaan cukup bagus aturannya, rinci, dan komprehensif.

Page 11: Pressure Safety Valve to Accident Recur

Tentang double jeopardy, most likely merupakan wilayah expert judgment dari HAZOP Chairman yang bersangkutan (juga anggota tim, jika memiliki alasan yang objektif) . Karena namanya expert judgment yah tentu saja ditunjang oleh pengalaman dan data-data yang mendukung.

Misalnya: Kegagalan control valve mengendalikan level separator yang diikuti dengan kegagalan PSHH, secara sederhana --> Frequence kejadiannya = frekuensi kegagalan control valve x frekuensi kegagalan PSHH (yang ini pun masih bisa dirinci lebih jauh, lebih njelimet dengan angka angka yang didapat dari Gulf of Mexico lah, dari Nord See lah, dari tambang minyak tradisional di Cepu lah)

atau

Pecahnya tangki minyak karena proyektil yang melayang akibat ledakan vapor cloud pada High Pressure line di dekatnya. Secara sederhana, frequence kejadiannya = frekuensi terjadinya VCE x frekuensi pecahnya tangki karena proyektil (dst melibatkan angka angka detail)

Tapi persoalan terbesarnya adalah APAKAH HAZOP MAU SEDETAIL INI DALAM MEMERIKAN RISK RANKING??

Sejatinya HAZOP adalah HAZARD IDENTIFICATION yang objektif utamanya adalah memerikan apa saja sih bahaya proses dan operational yang ada atau akan timbul. Jangan terlalu fokus ke Frequence, Severity, atau Risk Rankingnya, meski yang tiga terakhir ini juga musti diketahui. Terlalu ngoyo pada frekuensi, severity, dan risk ranking maka Hazard Identification akan keteteran...

Semoga membantu

Nanang Jamil

Nambahin dikit,

Standard International tentang HAZOP (Process Hazard Analysis) bisa dilihat juga di :

1. API RP 750-19952. OSHA Standard 29 CFR1910.119http://www.osha.gov/pls/oshaweb/owadisp.show_document?p_table=STANDARDS&p_id=9760

Crootth Crootth

Mas Nanang

Setahu saya kedua standar tersebuttidak mengatur secara detail tentang penyelenggaraan HAZOP. Yang disebutkan pada kedua standard tersebut pun adalah Process Hazard Analysis: yang merupakan gabungan dari berbagai metode Hazard Identification seperti FMEA, What If, Check List, dsb termasuk tentu saja HAZOP... jadi mengatur cuma black box besarnya saja...

Kalau BS:EN XXXXX yang saya sebutkan tadi di awal mengatur khusus tentnag HAZOP.

Page 12: Pressure Safety Valve to Accident Recur

bonie satria

Pak Dadang BCK, masih seneng Hazop rupanya. ini konco lama.

Nimbrung soal hazop, hazop leader sebaiknya dari proses engineer yg familiar / berkecimpung langsung di proses itu,dan sebaiknya sudah tamat Hazop Leader. Perdebatan harus dihindari,hazop ini kan bisa disederhanakan pakai check list, kalau buntu ya di parking lot dulu.( ini tugas leader )

Recurence accident,ya diteliti lagi,apa waktu itu review nya sudah bener,lalu rekomendasi dan action nya juga bener. klau semuanya bener ya mungkin nge hazopnya ngak bener. Ingat eh sebaiknya orang yg terlibat study hazop dia harus sudah pernah ikut hazop training, dan terlibat dalam proses ( familiar ).

Sekali lagi salam untuk Kang Dadang BCK

Crootth Crootth

Alles

Ini ada beberapa pernyataan sumir kedua hari ini:

1. Bonie Satria quotes: "hazop ini kan bisa disederhanakan pakai check list"

Darmawan comments:

Sejak kapan HAZOP menggunakan check list, HAZOP itu sungguh berbeda dengan checklist, mungkin sebaiknya Mas Bonie membuka dulu buku CCPS AIChE, Buku HAZOP and HAZAN nya Trevor Kletz, dsb. Jika sudah dibuka dan dibaca, saya terbuka untuk melanjutkan diskusi.

2. Bonie Satria quotes: "sebaiknya orang yg terlibat study hazop dia harus sudah pernah ikut hazop training, dan terlibat dalam proses ( familiar )"

Darmawan comments: Beberapa kali saya memimpin HAZOP, orang yang belum pernah ditraining HAZOP malah jauh lebih capable di bandingkan dengan orang yang sudah pernah ditraining HAZOP.. sekali lagi jangan pro Status Quo lah, ini jaman udah berbeda, kalau memang secara profesional memang mampu mengikuti HAZOP, mengapa orang yang belum pernah ditraining tidak diperbolehkan ikut.. seperti komentar saya sebelumnya Sertifikat itu bagus, namun itu menjadi buruk kalau sudah dianggap sebagai "SEGALANYA" atau "PEMBEDA" atau "SEBAGAI SYARAT WAJIB"... tentu ngga perlu saya ulangi personifikasi tentang MONYET di email saya sebelumnya bukan?

3. Bonnie Satria quotes : "dan terlibat dalam proses ( familiar )"

Darmawan comments: "Lho apakah vendor tangki (seorang mechanical engineer) dan vendor insulation yang pernah saya libatkan dalam satu HAZOP itu perlu familiar terhadap proses? Pengetahuan atau familiarisasi terhadap proses yang ditinjau tidaklah wajib bagi vendor vendor

Page 13: Pressure Safety Valve to Accident Recur

atau engineer/technician lain yang terlibat HAZOP, yang paling penting adalah secara profesional dia bisa menyumbangkan kontribusinya sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya

Semoga diskusinya makin seru...

Wahyu Hidayat

Darmawan, Pak Bonie dan yang lain, Mengenai pemilihan HAZOP Team.Seorang HAZOP Leader sebaiknya memastikan bahwa teamnya punya "ukuran" dan komposisi yang memadai. Ukuran tergantung dari kompleksitas HAZOP. Minimumnya setidaknya terdiri dari HAZOP leader, scriber, dan dua orang lain yang punya pemahaman tentang design dan operasi dari proses yang di-HAZOP-kan. Dua yang terakhir ini biasanya diambil dari orang Operations/Maintenance dan orang Design. Pada kasus tertentu Subject Matter Expert harus dilibatkan misalnya Vendor, atau Specialist. Orang yang awam terhadap proses memang bisa sangat membantu brainstorming, berkat ketidaktahuannya terhadap proses, tapi leader mesti bisa memanage session agar tidak bertele-tele. Di lain pihak orang yang mengerti proses juga diperlukan untuk mengetahui deviasi yang credible, dan deviasi yang mungkin berdasar experiences. Pada perusahaan tertentu, persyaratan HAZOP leader dan team sudah ditentukan semata untuk menjaga kualitas. Seperti ini misalnya : "HAZOPs must be facilitated by qualified HES specialists and must include teams with engineering and operating credentials meeting the requirements contained in the Risk Management Procedure" Jadi in a nut shell, HAZOP team sebaiknya multidisciplinary team from knowledgable personnel. Anggota team sebaiknya dipilih berdasarkan atas pengetahuan prosesnya, pengalaman, dan kemampuannya memberikan kontribusi terhadap studi. Mengenai penggunaan checklist.Mungkin yang dimaksud adalah penggunaan prelimary list of deviations untuk membantu HAZOP leader memimpin HAZOP. Karena, pada dasarnya salah satu kekuatan dari pendekatan guide-word adalah kemampuannya untuk mengidentifikasi deviasi proses secara menyeluruh untuk setiap node. Sayangnya penggunaan membabi buta dari semua guideword malah akan menghasilkan daftar deviasi yang begitu banyak untuk dievaluasi. Di sinilah tugas HAZOP leader untuk membuat preliminary list of deviations sebelum session dimulai. Dua pendekatan bisa dipakai untuk membuat list ini. Library-based approach dan knowledge-based approach. Dua approach ini dapat dibaca lanjut di CCPS. Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa meskipun preliminary list ini sangat membantu menghemat waktu 20-50% (CCPS), HAZOP leader hendaknya menghindari menggunakan list tersebut sebagai satu-satunya deviasi yang perlu dipertimbangkan. Hal ini akan menghambat sinergi dan proses brainstorming dan dapat menghasilkan hilangnya deviasi lain karena faktor kepuasan sudah men-check off preliminary list tersebut. Saya pernah melihat Prosedure PHA suatu company yang mensyaratkan setidaknya list guidewords tertentu harus dipakai untuk setiap node.

Page 14: Pressure Safety Valve to Accident Recur

[email protected]

Looh,

jadi siapa yang menentukan kualitas hasil dari suatu HAZOP? Lalu bagaimana meyakinkan tidak ada yang terlewat?

Wahyu Hidayat

No single recipe. Kualitas HAZOP ditentukan oleh:1.Ukuran, komposisi, dan kemampuan team2. Kemampuan leader3. Persiapan (data, preliminary list, logistics, resources, support)4. Kemampuan mem-follow up hasil HAZOP Memastikan tidak ada yang terlewat? Kombinasi preliminary list dan kemampuan brainstorming team. But, HAZOP may not be able to identify all hazards.This is not the single recipe!

Anshori Budiono

Memang sebaiknya HAZOPS Leader mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik, cerdas, cepat tanggap, bisa membuat suatu yang complicated menjadi suatu yang sederhana, mengetahui metode HAZOP yang akan digunakan dan bisa mensosialisasikannya kepada peserta HAZOP tentang metode HAZOP yang digunakan, tahu tentang process dan issue operation, sadar bahwa posisinya itu adalah seorang moderator, dan sudah pasti sudah tahu tentang process yang sedang Di HAZOPS.

Kalau HAZOP Leader nya tidak memenuhi salah satu dari kriteria seperti yang disebutkan diatas..... saat jadi peserta HAZOPS saya merasakan suasa yang garing, monoton, membikin ngantuk terutama kalau sudah makan siang dan bikin bosen kalau sudah hari ketiga.

Crootth Crootth

Wahyu,

Mungkin bisa ditambahkan:

5. Kualitas report6. Mudah dijangkaunya report oleh semua parties yang terlibat (accessability and recordability)7. Komprehensivitas cakupan bahasan (musti meliputi juga faktor Inherently Safer, Facility Siting, Human Factors)8. Lain lain

Page 15: Pressure Safety Valve to Accident Recur

HAZOP was (Re: (Process Safety) Pressure Safety Valve to aCcident recur)

[email protected]

Pak Darmawan dan Pak Dirman, dll.Kalau yang dulu pernah saya rasakan, HAZOP itu berbeda nuansanya dalam dua kondisi berikut:1. HAZOP yang dilakukan dengan peserta sbb. :1. Chairman (independent)2. Process Lisensor3. EPC Contractor4. Client (project owner)5. Independent Engineer (Operation, etc.)2. HAZOP internal (artinya dilakukan oleh salah satu dari bagian di atas, misalnya hanya "Process Lisensor").

Pada kasus yang pertama, kepentingan dari masing2 fihak berbeda2. Jadi, bukan sekedar masalah "Open mind", tetapi masalah kepentingan. Jadinya, HAZOP itu serasa seperti sedang menjalani sidang di pengadilan. Misalnya, dari Client tentu ingin melaukan analisis sedalam-dalamnya. Tapi, dari pihak Contractor ingin secepat2nya selesai.Saya, yang kebetulan bertindak sebagai no. 5, rasanya seperti jadi saksi atau pengacara.

Pada kasus no. 2, kalau kita melakukan HAZOP misalnya mereview HAZOP untuk perusahaan sendiri, maka lebih leluasa melakukannya.

Itu sebabnya saya bertanya2, apakah ada standarisasi tingkat kepakaran / "expert" untuk member2 yang terlibat HAZOP.

Ganti topik :Sekedar urun rembug untuk Pak Dirman, mengenai kecelakaan yang berulang. (tanpa bermaksud mengajari burung terbang).

Memang ada pepatah "Hanya keledai yang jatuh dua kali ke lubang yang sama".Tapi, dalam kenyataan, manusia juga tidak selalu pandai belajar dari pengalaman.Contoh yang paling umum: Dari dulu sampai sekarang, perang tidak pernah ada hentinya.(apakah tidak belajar bahwa perselisihan itu tak bisa diselesaikan dengan kekerasan?)

Di lingkup yang spesifik, walaupun pengalaman2 lalu itu terdokumentasikan, apakah dokumen2 tersebut diajarkan ke orang2 baru di perusahaan?Apalagi misalnya, jika ada perubahah generasi yang mendadak dalam satu grup operational, maka siap2lah akan adanya berbagai trouble atau malah incident, karena kurangnya transfer pengalaman dari para senior ke unior.

Belum lagi masalah laten manusia, antara "pengetahuan" vs. "kemauan". Kalau dia tahu kejadian yang lalu, tapi tidak cukup kemauan untuk berdisiplin melaksanakan kaidah keselamatan hasil pembelajaran, ya tetap aja kecelakaan yang sama bisa berulang.Contoh : dokter yang merokok (ma'af ya untuk bapak2 dokter).

Singkatnya, agar kecelakaan tidak terulang, maka dua hal harus dipelihara yaitu :

Page 16: Pressure Safety Valve to Accident Recur

- Memberikan pengetahuan.- Memelihara kemauan.

Misalnya:- Untuk memberikan "pengetahuan" : dilakukan training2, sharing pengalaman, transfer ilmu, dll. (termasuk di mili ini).- Untuk memelihara "kemauan" misalnya : * Safety observasi (belajar dari Dupont) untuk orang2 yang sedang bekerja : -> observ : lakukan pemantauan atas orang2 yang sedang bekerja -> persuade : jika ada hal2 yang menyimpang, lakukan diskusi -> get correction : perbaiki hal2 yang menyimpang-> get commitment : pastikan pekerja faham potensi kecelakaan dari penyimpangan tsb, dan dia commit untuk tidak mengulangi.* Kampanye K3, * Safety sign board, Caution, dll.

Alvin Alfiyansyah

Dear Pak Dadang dan semua insan penikmat HAZOP dan tetek bengeknya,

Kok saya jadi tambah ngeri dengan kualitas HAZOP di Indonesia kalo memang orang yang diundang (baca : diminta atasan jadi member tim) semuanya merasa ikut sebuah sidang ...? 1. Apakah ini berarti ada inisiasi kegagalan chairman menginisiasi berbagai kepentingan ? 2. Apakah memang tidak ada pesan dari manajemen bahwa sebagai bagian tim ada tanggung jawab moral utk membawa plant/sistem operasi ke tingkat aman yang lebih baik ? 3. Apakah memang kompetensi tim kurang sehingga tim tidak "pede" utk menjadi Open mind,atau memang pada punya rebellion mental atau punya sejarah buruk satu sama lain orang yg terlibat dalam tim itu ?

Jika memang faktor diatas sangat signifikan, hmmm...pantes saja susah banget mendapat pembelajaran dari kejadian kecelakaan asli Indonesia. Selain chairman, kompetensi, mental, berarti pemahaman akan keperluan keselamatan masih menjadi barang yg sulit didapat di sini, termasuk pemahaman akan pesan manajemen.

CMIIW. Mohon informasi lainnya yg bisa membuat keadaan yg lebih baik....

Crootth Crootth

Pak Dadang,

Kok pengalaman saya berbeda yah? seumur hidup terlibat sebagai anggota atau memimpin HAZOP (lebih 20 kali) saya tak sekalipun merasa seperti berada di dalam lembaga persidangan. Sebaliknya suasananya selalu cair dan kondusif untuk open mind brain storming. Kadang beberapa "breakthru" dilakukan, seperti melakukannya di Cafe atau tempat selain di kantor.

Kalau ada anggota yang merasa seperti berada dalam persidangan, in my opininion itu bisa disebabkan oleh kesalahan sistem manajemen (misalnya dalam memilih HAZOP Chairman,

Page 17: Pressure Safety Valve to Accident Recur

memilih tempat/ruangan, memilih anggota, akomodasi, ketidakpedulian manajemen) atau memang dari gaya kepemimpinan HAZOP Chairman itu sendiri. Kalau orang seni murni bilang : TIDAK KREATIF dan TIDAK HIDUP

Dalam setiap memimpin HAZOP, biasanya (tidak 100% memang) saya meminta pihak manajemen untuk membuka meeting di hari pertama, untuk menunjukkan kepada semua anggota tim bahwa apa yang sedang dilakukan ini mendapat support penuh dari manajemen.

Dirman Artib

O....o....o....

Ibarat kapal, ini adalah Titanic yang sudah meninggalkan pelabuhan. Layar sudah kadung dikembangkan. Dari Safety Valve ke Incident Recurrence dan sekarang bergulir ke HAZOP approach.

Jangan-jangan sebenarnya HAZOP yang biasa kita diskusikan di milis ini,atau yang kita obrolkan di sore hari waktu ngupi-ngupi setelah jam kerja adalah kata yang sama tapi binatang yang berbeda.

Well,Saya sendiri akan mengartikulasikan HAZOP yang sedang bertengger di kepala saya. Mungkin setelah itu mohon rekan-rekan juga memprsentasikan bentuk, warna, rasa, size, dimensi dan lain-lain dari karater sebuah HAZOP yang ada dalam benak kita masing-masing.

Sederhana, HAZOP yang saya kenal bereferensi kepada Standard BS IEC 61882 (yang saya punya masih edisi 2001). Kemudian, tentunya adalah dokumen yang mengandung interpretasi dari standard tersebut yang sudah ditransformasikan bentuknya menjadi sebuah "Documented Procedure". Ini adalah hal umum dalam sebuah Sistem Manajemen jika ada sebuah code/standard yang direcognise, maka wujud dari interpretasi perusahaan untuk melaksanakan standard/code tersebut adalah dengan membangun prosedur tertulis. Kemudian jelas ada attachment-attachment dari prosedur tersebut yang berisi form-form sebagai tool untuk mencatat,mengadministrasikan, dan alat bantu lainnya untuk pelaksanaan prosedur/protokol HAZOP tsb.

Prosedur tertulis ini lah yang dijadikan acuan bagaimana, kapan dan siapa yang terlibat dalam HAZOP.Sehinnga dalam pelaksanaannya sesuai dengan standard BS IEC 61882 di atas, yaitu memenuhi principlesnya (clause 4.1, 4.2, 4.3.1, 4.3.2), menjangkau lingkup applikasinya (caluse 5.1, s/d 5 4), protokol, dokumentasinya, roles and responsibilities of personnel (clause 6.1, s/d 6.7) dst. nya

Seperti biasanya juga dalam Sistem Manajemen, maka HAZOP juga tak luput dari incaran aktivitas audit, karena memang semua proses-proses dan aktivitas yang didefinisikan dalam Sistem Manajemen harus diaudit untuk tujuan verifikasi sampai batas level mana efektifitasnya dan efisiensi nya dilakukan, agar jika ditemukan kekurangan, penyimpangan akan dapat dilakukan tindakan korektif atau peningkatan lainnya.

Lagipula, dalam standard BS IEC 61882 pada clause 7 juga dimandatkan agar audit dilakukan. Bagaimana teknik audit dilakukan, dikembalikan lagi ke organisasi masing-masing. Audit juga jelas ada standardnya toh ? ISO 19011 khan ?

Page 18: Pressure Safety Valve to Accident Recur

Btw.Ini lah yang saya maksudkan sebagai "Jebakan Terminology", di mana orang seakan-akan malu untuk bertanya lebih jauh lagi apa itu HAZOP yang dimaksud oleh lawan bicaranya, karena akan merasa dianggap sebagai orang yang tertinggal. Padahal tidak ada jaminan bahwa semua orang memiliki pemahaman yang sama tentang HAZOP dimaksud.

Saya juga punya pengalaman yang sama tentang terminology "AUDIT", padahal yang dimaksud dengan lawan biacara saya hanya "Safety Inspection" umum terhadap aktivitas "House Keeping" pada sebuah small workshop, padahal saya sudah bikin real Audit Plan selama 2 malam lengkap dengan method/technique/sequence dan audit kriterianya.

Akan kah hal-hal semacam ini juga akan men"trigger" sebuah incident ?Mungkin saja.

Anshori Budiono

Memang sebaiknya HAZOPS Leader mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik, cerdas, cepat tanggap, bisa membuat suatu yang complicated menjadi suatu yang sederhana, mengetahui metode HAZOP yang akan digunakan dan bisa mensosialisasikannya kepada peserta HAZOP tentang metode HAZOP yang digunakan, tahu tentang process dan issue operation, sadar bahwa posisinya itu adalah seorang moderator, dan sudah pasti sudah tahu tentang process yang sedang Di HAZOPS.

Kalau HAZOP Leader nya tidak memenuhi salah satu dari kriteria seperti yang disebutkan diatas..... saat jadi peserta HAZOPS saya merasakan suasa yang garing, monoton, membikin ngantuk terutama kalau sudah makan siang dan bikin bosen kalau sudah hari ketiga.

Crootth Crootth

Mas Anshori,

Persyaratan tak tertulis seperti yang diutarakan oleh Mas Anshori adalah benar. Sebagai konvensi tambahan, seorang Leader harus gaul dan kreatif, berpikiran terbuka, dan mudah berkomunikasi dengan siapa saja di luar pengetahuan teknis, pengalaman, dan aksesnya yang luas terhadap ilmu pengetahuan terbaru.

Tapi kalau bosan kenapa harus menunggu hari ketiga yah Pak yah?? bukannya dari hari pertama juga sudah ketahuan??