presentation 1

Upload: hendyas

Post on 15-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Sistem Peringatan Dini Peringatan dini adalah fenomena keberadaan bahaya yang mengganggu dan atau mengancam terhadap manusia. Sistem peringatan dini merupakan subsistem awal dalam kegiatan kesiapsiagaan, agar masyarakat dan jajaran kesehatan di Provinsi dan Kabupaten atau Kota terutama pda daerah potensi bencana lebih dapat mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Sistem Peringatan Dini dapat pula diartika sebagai sistem (rangkaian proses) pengumpulan & analisis data serta desiminisi informasi tentang keadaan darurat atau kedaruratan.

  • Adanya sistem peringatan dini mempunyai tujuan umum yaitu untuk meningkatkan kualitas penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana melalui pelaksanaan sistem peringatan dini, adapun tujuan khusus dari sistem peringatan dini yaitu :Meningkatkan kualitas informasi secara lintas program & sektor dalam penanggulangan bencana. Meningkatnya pengetahuan, sikap & perilaku masyarakat terhadap adanya ancaman & bahaya.Meningkatnya peran serta lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) / Non Government Organization (NGO`s).

  • Ada 2 (dua) faktor yang berperan dalam kerangka kerja Sistem Peringatan dini :Masyarakat, ada 3 (tiga) unsur yg menentukan bagaiman masyarakat bereaksi terhadap Sistem Peringatan Dini (Pengetahuan , Sikap dan perilaku)Pengambil Keputusan Di Indonesia melalui Kepres Nomor 111/2001 : bahwa penanggulangan bencana & penanganan pengungsi dikoordinasikan oleh :Bakornas PBP di tingkat Nasional, Satkorlak PBP di tingkat Provinsi Satlak PBP di tingkat Kabupaten/Kota.

  • Tahap Persiapan (Penilaian Resiko)Pengumpulan Data data primer (pemantauan terus menerus pada daerah potensi bencana dg menggunakan bahan laporan dari sumber informasi pemerintah, petugas, penduduk dan berkunjung ke daerah potensi bencana), data sekunder (hasil laporan yg lalu)Analisis data Data yang diolah dan dianalisis adl data dasar penduduk termasuk kelompok rawan (bayi-balita dan lansia), pola penyakit dan status gizi masyarakat, sarana kesehatan dan tenaga kesehatanPeragaan/display Pemetaan daerah potensi menampilkan peta risiko kejadian bencana yg dilengkapi dengan peta rawan bencanaDiseminasi informasi Penyebarluasan informasi tentang penilaian risiko melalui radio,media cetak / elektronik.

  • Tahap Pelaksanaan Peringatan DiniPenerimaan informasiDiseminasi informasi Penyebar luasan informasi tentang adanya ancaman bencana dilakukan o/ petugas melalui radio, telex, TV dan media elektronikPenerimaan dan pencatatan Penerimaan informasi mengenai kejadian kedaruratan akibat bencana dilakukan pusat informasi, pencatatan informasi dilakukan tiap jam / beberapa jamPenilaian / analisis uji silang (cross check) terhadap informasi yang sama dari dua sumber yang berbeda atau dari dua informasi yang mempunyai kesamaan untuk dinilai keakuratanyaPenetapan peringatan dini ditetapkan berdasarkan kondisi geografis daerah, gejala dan tanda awal dari kedaruratan akibat bencana, prakiraan besarnya korban dan kerugian yang akan diakibatkan oleh kedaruratan akibat bencana

  • Tahap Pelaksanaan Tindak Lanjut (Rencana Kontigensi)Digunakan untuk menyusun rencana kontijensi. Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan rencana tindak lanjut : Tahap pra bencanaBerdasarkan skenario yang ditetapkanKeterlibatan mitra kerjaFokus perencanaan berdasarkan pengembangan skenario Jadwal waktu yang mengambang (tidak tetap)Empat point penting yang terkait dengan sistem peringatan dini terpadu adalah (1). Pengetahuan tentang resiko, (2). Pemantauan dan layanan peringatan, (3).Penyebarluasan dan komunikasi (4). Kemampuan merespon atau penanggulangan.

  • Sistem Peringatan Dini Pada Daerah Rawan Bencana Gunung MeletusPeringatan dini merupakan salah satu tahapan managemen bencana yang dilakukan saat potensi bencana sudah terlihat. Peringatan dini pada daerah rawan bencana gunung meletus dilakukan ketika aktivitas gunung berapi normal hingga memperlihatkan tanda-tanda aktivitas yang tidak biasa, peringatan ini di bagi menjadi empat, yaitu:NormalAktivitas gunung berapi dikatakan normal bila tidak ada gejala aktivitas tekanan magma dan aktivitas gunung berapi beara pada tingkat dasar. Pada situasi seperti ini yang dilakukan oleh petugas adalah pengamatan rutin dan survey penyidikanWaspadaGunung berapi mendapatkan status waspada bila terdapat kenaikan aktivitas diatas level normal, peningkatan aktivitas seismik (kegempaan) dan kejadian vulkanis lainnya, sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidro-termal. Pada kondisi seperti ini petugas melakukan penyuluhan/ sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di darah rawan bencana tersebut, penilaian bahaya terhadap aktivitas tidak normal gunung berapi yang sudah tampak, penecekan sarana serta pelaksanaan piket atau penjagaan terbatas.

  • SiagaStatus siaga menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana, peningkatan aktivitas seismik (kegempaan), semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana jika peningkatan berlanjut maka letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu. Pada keadaan siaga, petugas melakukan sosialisasi di wilayah terancam bencana, penyiapan sarana darurat sebagai sarana evakuai warga yang tempat tinggalnya terkena letusan gunung berapi, melakukan koordinasi secara harian serta melakukan piket atau penjagaan penuh

  • AwasGunung berapi mendapatkan status awas bila gunung berapi tersebut menandakan segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana, ketika sudah ada letusan pemukaan dimulai dengan abu dan asap dan letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam. Ketika gunung berapi berstatus awas maka wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan, koordinasi dengan pihak-pihak terkait dilakukan secara harian serta dilakukannya piket atau penjagaan penuh.

  • Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa proses peringatan dini terhadap daerah rawan bencana gunung meletus dilakukan sejak gunung berapi dalam kondisi normal, yaitu dilakukannya pengamatan rutin, survey dan penyidikan, tahap pelaksanaan peringatan dini dilakukan ketika gunung berapi berstatus waspada dan siaga dan terakhir tahap pelaksanaan tindak lanjut dilakukan ketika gunung berstatus awas