presentasi kasus bedah anak (1) - copy

10
BAB I STATUS PASIEN A. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS) 1. Identitas Pasien Nama : By. N Umur :1,5 bulan Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Wonogiri Agama : Islam No. RM : 01151663 Tanggal masuk : 24 September 2012 Tanggal periksa : 27 September 2012 Bangsa/ kamar : Melati 2/ 3A 2. Keluhan Utama Perut kembung 3. Riwayat Penyakit Sekarang Anamnesis didapatkan berdasarkan allo-anamnesis dengan ibu pasien. Kurang lebih 1 hari SMRS, pasien kembung. Kembung tersebut membuat perut pasien sangat besar. Pasien sudah berobat ke RSUD Kediri dikarenakan pasien selalu muntah. Berdasarkan cerita ibu pasien, semenjak lahir sering muntah dengan frekuensi 3-4 kali dalam sehari yang berwarna cairan bening (+). Awalnya pasien minum ASI namun sang ibu kuatir dengan tidak cukupnya gizi pada anaknya maka diberikan susu soya. Setelah diberikan susu tersebut, pasien diare sebanyak ±10 kali dalam sehari dengan warna cokelat muda hingga kuning sebanyak ± 3-4 sendok makan tiap BAB. Pada BAB ditemukan encer (+), darah (-), lendir (-). Oleh karena perut pasien semakin membesar dan terlihat kembung, ibu pasien memijatkan perut pasien 1 hari SMRS dan tidak didapatkan perubahan perut pasien. Pasien terlihat kehausan dan rewel. Oleh perut pasien semakin membesar, ibu pasien membawa ke RSDM untuk diperiksakan. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat mondok : (+) di RSUD Kediri selama 3 hari dikarenakan muntah 5. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit serupa : disangkal 6. Riwayat ANC dan Persalinan Umur kehamilan : 36 minggu + 3 hari Proses kelahiran : spontan Dibantu oleh : Bidan Berat badan lahir : 2900 gram Menangis saat lahir : langsung menangis kencang saat lahir B. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : KU sedang, CM, gizi kesan cukup Tanda vital :

Upload: titis-ummi-nur-jannati

Post on 06-Aug-2015

33 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Kasus Bedah Anak (1) - Copy

BAB ISTATUS PASIEN

A. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)1. Identitas Pasien

Nama : By. NUmur :1,5 bulanJenis kelamin : PerempuanAlamat : WonogiriAgama : IslamNo. RM : 01151663Tanggal masuk : 24 September 2012Tanggal periksa: 27 September 2012Bangsa/ kamar : Melati 2/ 3A

2. Keluhan UtamaPerut kembung

3. Riwayat Penyakit SekarangAnamnesis didapatkan berdasarkan allo-anamnesis dengan ibu pasien. Kurang lebih 1 hari

SMRS, pasien kembung. Kembung tersebut membuat perut pasien sangat besar. Pasien sudah berobat ke RSUD Kediri dikarenakan pasien selalu muntah. Berdasarkan cerita ibu pasien, semenjak lahir sering muntah dengan frekuensi 3-4 kali dalam sehari yang berwarna cairan bening (+). Awalnya pasien minum ASI namun sang ibu kuatir dengan tidak cukupnya gizi pada anaknya maka diberikan susu soya. Setelah diberikan susu tersebut, pasien diare sebanyak ±10 kali dalam sehari dengan warna cokelat muda hingga kuning sebanyak ± 3-4 sendok makan tiap BAB. Pada BAB ditemukan encer (+), darah (-), lendir (-). Oleh karena perut pasien semakin membesar dan terlihat kembung, ibu pasien memijatkan perut pasien 1 hari SMRS dan tidak didapatkan perubahan perut pasien. Pasien terlihat kehausan dan rewel. Oleh perut pasien semakin membesar, ibu pasien membawa ke RSDM untuk diperiksakan.

4. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat mondok : (+) di RSUD Kediri selama 3 hari dikarenakan muntah

5. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat sakit serupa : disangkal

6. Riwayat ANC dan PersalinanUmur kehamilan : 36 minggu+ 3 hari

Proses kelahiran : spontan Dibantu oleh : BidanBerat badan lahir : 2900 gramMenangis saat lahir : langsung menangis kencang saat lahir

B. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : KU sedang, CM, gizi kesan cukupTanda vital :

a. Tensi : 100/70 mmHgb. Nadi : 180 x / menit, ireguler, isi cukup.c. Respirasi : 37 x / menitd. Suhu : 38,5 0 C

Kepala : mesocephal, wajah tampak tua, UUB cekung (+)Kulit : turgor kurangMata : air mata (+/+), mata cowong (+/+)Telinga : sekret (-/-), darah (-/-)Hidung : napas cuping hidung (-/-), terpasang NGTMulut : mukosa basah (-), sianosis (-) Leher : kelenjar getah bening (-) membesarThoraks : retraksi (-), iga gambang (+)Pulmo : suara dasar napas (+/+), suara tambahan (-/-)Cor : bunyi jantung I-II, intensitas regular, bising (-)

Page 2: Presentasi Kasus Bedah Anak (1) - Copy

--

- -- -

--

AbdomenInspeksi : dinding perut ˃ dinding dadaAuskultasi : bising usus (+) meningkatPerkusi : timpaniPalpasi : distensi, hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Genitourinaria : BAK normal, BAK darah (-)Rectum : terpasang rectal tube dengan produk (+) warna kekuningan encerEkstermitas : Baggy pants (+)

Akral dingin Edema

C. ASSESMENT Suspek megacolon congenital

D. PLANNING1. Pemeriksaan darah dan elektrolit2. Pemeriksaan foto rontgen abdomen polos3. Pemeriksaan colon in loop

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

DefinisiPenyakit hirschprung di karakteristikan sebagai tidak adanya sel ganglion di pleksus myenterikus

(auerbach’s) dan submukosa (meissner’s).1,

InsidensiPenyakit hirschprung dapat terjadi dalam 1:5000 kelahiran. Risiko tertinggi terjadinya Penyakit

hirschprung biasanya pada pasien yang mempunyai riwayat keluarga Penyakit hirschprung dan pada pasien penderita Down Syndrome.1,4 Rectosigmoid paling sering terkena sekitar 75% kasus, flexura lienalis atau colon transversum pada 17% kasus.1

Anak kembar dan adanya riwayat keturunan meningkatkan resiko terjadinya penyakit hirschsprung. Laporan insidensi tersebut bervariasi sebesar 1.5 sampai 17,6% dengan 130 kali lebih tinggi pada anak laki dan 360 kali lebih tinggi pada anak perempuan. Penyakit hirschsprung lebih sering terjadi secara diturunkan oleh ibu aganglionosis dibanding oleh ayah. Sebanyak 12.5% dari kembaran pasien mengalami aganglionosis total pada colon (sindroma Zuelzer-Wilson). Salah satu laporan menyebutkan empat keluarga dengan 22 pasangan kembar yang terkena yang kebanyakan mengalami long segment aganglionosis.2

EtiologiPenyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis myentericus

dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.

Anatomi dan fisiologi colonRektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal

rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksasi, sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proximal; dikelilingi oleh sphincter ani (eksternal dan internal) serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum ke dunia luar. Sphincter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan .

Persarafan motorik spinchter ani interna berasal dari serabut saraf simpatis (N. hipogastrikus) yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut saraf parasimpatis (N. splanknicus) yang menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut saraf ini membentuk pleksus rektalis. Sedangkan muskulus levator ani dipersarafi

2

Page 3: Presentasi Kasus Bedah Anak (1) - Copy

oleh N. sakralis III dan IV. Nervus pudendalis mempersarafi sphincter ani eksterna dan m.puborektalis. Saraf simpatis tidak mempengaruhi otot rektum. Defekasi sepenuhnya dikontrol oleh N. N. splanknikus (parasimpatis). Akibatnya kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh N. pudendalis dan N. splanknikus pelvik (saraf parasimpatis).

Sistem saraf otonomik intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus :1. Pleksus Auerbach : terletak diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal2. Pleksus Henle : terletak disepanjang batas dalam otot sirkuler3. Pleksus Meissner : terletak di sub-mukosaPada penderita penyakit Hirschsprung, tidak dijumpai ganglion pada ketiga pleksus tersebut. 5

PatogenesisKelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon dan sphincter anus internal

sehingga terjadi obstruksi. Maka dari itu bagian yang abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian yang normal akan mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian aganglionik selalu terdapt dibagian distal rectum. 1

Dasar patofisiologi dari HD adalah tidak adanya gelombang propulsive dan abnormalitas atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus internus yang disebabkan aganglionosis, hipoganglionosis atau disganglionosis pada usus besar. 2

Hipoganglionosis 2

Pada proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis. Area tersebut dapat juga merupakan terisolasi. Hipoganglionosis adalah keadaan dimana jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali dari jumlah normal dan kerapatan sel berkurang 5 kali dari jumlah normal. Pada colon inervasi jumlah plexus myentricus berkurang 50% dari normal. Hipoganglionosis kadang mengenai sebagian panjang colon namun ada pula yang mengenai seluruh colon.Imaturitas dari sel ganglion 2

Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan pemeriksaan LDH (laktat dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki sitoplasma yang dapat menghasilkan dehidrogenase.Sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwann’s dan sel saraf lainnya. Pematangan dari sel ganglion diketahui dipengaruhi oleh reaksi succinyldehydrogenase (SDH). Aktivitas enzim ini rendah pada minggu pertama kehidupan. Pematangan dari sel ganglion ditentukan oleh reaksi SDH yang memerlukan waktu pematangan penuh selama 2 sampai 4 tahun. Hipogenesis adalah hubungan antara imaturitas dan hipoganglionosis.Kerusakan sel ganglion 2

Aganglionosis dan hipoganglionosis yang didapatkan dapat berasal dari vaskular atau nonvascular. Yang termasuk penyebab nonvascular adalah infeksi Trypanosoma cruzi(penyakit Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi kronis seperti Tuberculosis. Kerusakan iskemik pada sel ganglion karena aliran darah yang inadekuat, aliran darah pada segmen tersebut, akibat tindakan pull through secara Swenson, Duhamel, atau Soave.

Tipe Hirschsprung’s Disease:Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak colon yang terkena. Tipe Hirschsprun disease meliputi:1. Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari rectum.2. Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari colon.3. Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon.4. Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan kadang sebagian usus kecil.

DiagnosisAnamnesisDiagnosis penyakit ini dapat dibut berdasarkan adanya konstipasi pada neonatus. Gejala konstipasi yang sering ditemukan adalah terlambatnya mekonium untuk dikeluarkan dalam waktu 48 jam setelah lahir. Tetapi gejala ini biasanya ditemukan pada 6% atau 42% pasien. Gejala lain yang biasanya terdapat adalah: distensi abdomen, gangguan pasase usus, poor feeding, vomiting. Apabila penyakit ini terjdi pada neonatus

3

Page 4: Presentasi Kasus Bedah Anak (1) - Copy

yang berusia lebih tua maka akan didapatkan kegagalan pertumbuhan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah jika didapatkan periode konstipasi pada neonatus yang diikuti periode diare yang massif kita harus mencurigai adanya enterokolitis. Pada bayi yang lebih tua penyakit hirschsprung akan sulit dibedakan dengan kronik konstipasi dan enkoperesis. Faktor genetik adalah faktor yang harus diperhatikan pada semua kasus. Pemeriksaan barium enema akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Akan tetapi apabila barium enema dilakukan pada hari atau minggu awal kelahiran maka zone transisi akan sulit ditemukan. Penyakit hirschsprung klasik ditandai dengan adanya gambaran spastic pada segmen distal intestinal dan dilatasi pada bagian proksimal intestinal. 4

Gejala klinikPada bayi yang baru lahir, kebanyakan gejala muncul 24 jam pertama kehidupan. Dengan gejala yang timbul: distensi abdomen dan bilious emesis. Tidak keluarnya mekonium padsa 24 jam pertama kehidupan merupakan tanda yang signifikan mengarah pada diagnosis ini. Pada beberapa bayi yang baru lahir dapat timbul diare yang menunjukkan adanya enterocolitis. 1

Pada anak yang lebih besar, pada beberapa kasus dapat mengalami kesulitan makan, distensi abdomen yang kronis dan ada riwayat konstipasi. Penyakit hirschsprung dapat juga menunjukkan gejala lain seperti adanya periode obstipasi, distensi abdomen, demam, hematochezia dan peritonitis. 1

Kebanyakan anak-anak dengan hirschsprung datang karena obstruksi intestinal atau konstipasi berat selama periode neonatus. Gejala kardinalnya yaitu gagalnya pasase mekonium pada 24 jam pertama kehidupan, distensi abdomen dan muntah. Beratnya gejala ini dan derajat konstipasi bervariasi antara pasien dan sangat individual untuk setiap kasus. Beberapa bayi dengan gejala obstruksi intestinal komplit dan lainnya mengalami beberapa gejala ringan pada minggu atau bulan pertama kehidupan. 2

Beberapa mengalami konstipasi menetap, mengalami perubahan pada pola makan, perubahan makan dari ASI menjadi susu pengganti atau makanan padat. Pasien dengan penyakit hirschsprung didiagnosis karena adanya riwayat konstipasi, kembung berat dan perut seperti tong, massa faeses multipel dan sering dengan enterocolitis, dan dapat terjadi gangguan pertumbuhan. Gejala dapat hilang namun beberapa waktu kemudian terjadi distensi abdomen. Pada pemeriksaan colok dubur sphincter ani teraba hipertonus dan rektum biasanya kosong.2

Umumnya diare ditemukan pada bayi dengan penyakit hirschsprung yang berumur kurang dari 3 bulan. Harus dipikirkan pada gejala enterocolitis dimana merupakan komplikasi serius dari aganglionosis. Bagaimanapun hubungan antara penyakit hirschsprung dan enterocolitis masih belum dimengerti. Dimana beberapa ahli berpendapat bahwa gejala diare sendiri adalah enterocolitis ringan. 2

Enterocolitis terjadi pada 12-58% pada pasien dengan penyakit hirschsprung. Hal ini karena stasis feses menyebabkan iskemia mukosal dan invasi bakteri juga translokasi. Disertai perubahan komponen musin dan pertahanan mukosa, perubahan sel neuroendokrin, meningkatnya aktivitas prostaglandin E1, infeksi oleh Clostridium difficile atau Rotavirus. Patogenesisnya masih belum jelas dan beberapa pasien masih bergejala walaupun telah dilakukan colostomy. Enterocolitis yang berat dapat berupa toxic megacolon yang mengancam jiwa. Yang ditandai dengan demam, muntah berisi empedu, diare yang menyemprot, distensi abdominal, dehidrasi dan syok. Ulserasi dan nekrosis iskemik pada mukosa yang berganglion dapat mengakibatkan sepsis dan perforasi. Hal ini harus dipertimbangkan pada semua anak dengan enterocolisis necrotican. Perforasi spontan terjadi pada 3% pasien dengan penyakit hirschsprung. Ada hubungan erat antara panjang colon yang aganglion dengan perforasi. 2

Pemeriksaan penunjang Diagnostik utama pada penyakit hirschprung adalah dengan pemeriksaan:1. Barium enema. Pada pasien penyakit hirschprung spasme pada distal rectum memberikan gambaran

seperti kaliber/peluru kecil jika dibandingkan colon sigmoid yang proksimal. Identifikasi zona transisi dapat membantu diagnosis penyakit hirschprung. 1 Segmen aganglion biasanya berukuran normal tapi bagian proksimal usus yang mempunyai ganglion mengalami distensi sehingga pada gambaran radiologis terlihat zona transisi. Dilatasi bagian proksimal usus memerlukan waktu, mungkin dilatasi yang terjadi ditemukan pada bayi yang baru lahir. Radiologis konvensional menunjukkan berbagai macam stadium distensi usus kecil dan besar. Ada beberapa tanda dari penyakit Hirschsprung yang dapat ditemukan pada pemeriksaan barium enema, yang paling penting adalah zona transisi. Posisi

4

Page 5: Presentasi Kasus Bedah Anak (1) - Copy

pemeriksaan dari lateral sangat penting untuk melihat dilatasi dari rektum secara lebih optimal. Retensi dari barium pada 24 jam dan disertai distensi dari kolon ada tanda yang penting tapi tidak spesifik. Enterokolitis pada Hirschsprung dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen yang ditandai dengan adanya kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang disebabkan oleh oedem, spasme, ulserase dari dinding intestinal. Perubahan tersebut dapat terlihat jelas dengan barium enema. Nilai prediksi biopsi 100% penting pada penyakit Hirschsprung jika sel ganglion ada. Tidak adanya sel ganglion, perlu dipikirkan ada teknik yang tidak benar dan dilakukan biopsi yang lebih tebal. Diagnosis radiologi sangat sulit untuk tipe aganglionik yang long segmen , sering seluruh colon. Tidak ada zona transisi pada sebagian besar kasus dan kolon mungkin terlihat normal/dari semula pendek/mungkin mikrokolon. Yang paling mungkin berkembang dari hari hingga minggu. Pada neonatus dengan gejala ileus obstruksi yang tidak dapat dijelaska.Biopsi rectal sebaiknya dilakukan. Penyakit hirschsprung harus dipikirkan pada semua neonates dengan berbagai bentuk perforasi spontan dari usus besar/kecil atau semua anak kecil dengan appendicitis selama 1 tahun. 6

2. Anorectal manometry dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit hirschsprung, gejala yang ditemukan adalah kegagalan relaksasi sphincter ani interna ketika rectum dilebarkan dengan balon. Keuntungan metode ini adalah dapat segera dilakukan dan pasien bisa langsung pulang karena tidak dilakukan anestesi umum.Metode ini lebih sering dilakukan pada pasien yang lebih besar dibandingkan pada neonatus. 1

3. Biopsy rectal merupakan “gold standard” untuk mendiagnosis penyakit hirschprung. 1,4 Pada bayi baru lahir metode ini dapat dilakukan dengan morbiditas minimal karena menggunakan suction khusus untuk biopsy rectum. Untuk pengambilan sample biasanya diambil 2 cm diatas linea dentate dan juga mengambil sample yang normal jadi dari yang normal ganglion hingga yang aganglionik. Metode ini biasanya harus menggunakan anestesi umum karena contoh yang diambil pada mukosa rectal lebih tebal. 1

Diagnosis BandingDiagnosis banding dari Hirschprung harus meliputi seluruh kelainan dengan obstruksi pada distal usus kecil dan kolon, meliputi:Obstruksi mekanik Meconium ileus Simple Complicated (with meconium cyst or peritonitis) Meconium plug syndrome Neonatal small left colon syndrome Malrotation with volvulus Incarcerated hernia Jejunoileal atresia Colonic atresia Intestinal duplication Intussusception NECObstruksi fungsional Sepsis Intracranial hemorrhage Hypothyroidism Maternal drug ingestion or addiction Adrenal hemorrhage Hypermagnesemia Hypokalemia

TatalaksanaTerapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari diagnosis yang tepat dan

penanganan yang cepat. Keputusan untuk melakukan Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan tergantung dari

5

Page 6: Presentasi Kasus Bedah Anak (1) - Copy

kondisi anak dan respon dari terapi awal.. Decompresi kolon dengan pipa besar, diikuti dengan washout serial, dan meninggalkan kateter pada rektum harus dilakukan. Antibiotik spektrum luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan intravena. Pada anak dengan keadaan yang buruk, perlu dilakukan colostomy.

Diagnosis dari penyakit hirschsprung pada semua kasus membutuhkan pendekatan pembedahan klinik terdiri dari prosedur tingkat multipel. Hal ini termasuk kolostomi pada neonatus, diikuti dengan operasi pull-through definitif setelah berat badan anak >5 kg (10 pon). Ada 3 pilihan yang dapat digunakan, untuk setiap prosedurnya, prinsip dari pengobatan termasuk menentukan lokasi dari usus di mana zona transisi antara usus ganglionik dan aganglionik, reseksi bagian yang aganglionik dari usus dan melakukan anastomosis dari daerah ganglionik ke anus atau bantalan mukosa rektum. 3

Dewasa ini ditunjukkan bahwa prosedur pull-through primer dapat dilakukan secara aman bahkan pada periode neonatus. Pendekatan ini mengikuti prinsip terapi yang sama seperti pada prosedur bertingkat melindungi pasien dari prosedur pembedahan tambahan. Banyak dokter bedah melakukan diseksi intra abdominal menggunakan laparoskop. Cara ini terutama banyak pada periode neonatus yang dapat menyediakan visualisasi pelvis yang baik. Pada anak-anak dengan distensi usus yang signifikan adalah penting untuk dilakukannya periode dekompresi menggunakan rectal tube jika akan dilakukan single stage pull-through. Pada anak-anak yang lebih tua dengan kolon hipertrofi, distensi ekstrim, kolostomi dilakukan dengan hati-hati sehingga usus dapat dekompresi sebelum dilakukan prosedur pull-through. Namun, harus ditekankan, tidak ada batas umur pada prosedur pull-through. 3

Dari ketiga prosedur pull-through yang dilakukan pada penyakit Hirschsprung yang pertama adalah prosedur Swenson. Pada operasi ini rektum aganglionik diseksi pada pelvis dan dipindahkan ke anus. Kolon ganglionik lalu dianastomosis ke anus melalui pendekatan perineal. Pada prosedur Duhamel, diseksi di luar rektum dibatasi terhadap ruang retrorektal dan kolon ganglionik dianastomosis secara posterior tepat di atas anus. Dinding anterior dari kolon ganglionik dan dinding posterior dari rektum aganglionik dianastomosis menggunakan stappler. Walaupun kedua prosedur ini sangat efektif, namun keterbatasannya adalah adanya kemungkinan kerusakan syaraf parasimpatis yang menempel pada rektum. Untuk mengatasi masalah ini, prosedur Soave menyertakan diseksi seluruhnya dari rektum. Mukosa rektum dipisahkan dari mukosa muskularis dan kolon yang ganglionik dibawa melewati mukosa dan dianastomosis ke anus. Operasi ini dapat dilakukan sepenuhnya dari bawah. Dalam banyak kasus, sangat penting untuk menentukan dimana terdapat usus yang ganglionik. Banyak ahli bedah mempercayai bahwa anastomosis dilakukan setidaknya 5 cm dari daerah yang sel ganglion terdeteksi. Dihindari dilakukannya pull-through pada zona transisi yang berhubungan dengan tingginya angka komplikasi karena tidak adekuatnya pengosongan segmen usus yang aganglionik. Sekitar 1/3 pasien yang di pull-throughpada zona transisi akan membutuhkan reoperasi. 3

Komplikasi utama dari semua prosedur diantaranya enterokolitis post operatif, konstipasi dan striktur anastomosis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hasil jangka panjang dengan menggunakan 3 prosedur sebanding dan secara umum berhasil dengan baik bila ditangani oleh tangan yang ahli. Ketiga prosedur ini juga dapat dilakukan pada aganglionik kolon total dimana ileum digunakan sebagai segmen yang dipull-through. 3

Beberapa metode operasi biasa digunakan dalam penatalaksanaan penyakit hirschsprung:· Secara klasik, dengan melakukan insisi di bagian kiri bawah abdomen kemudian dalakukan identifikasi

zona transisi dengan melakukan biopsy seromuskuler.· Terapi definitive yang dilakukan pada penyakit hirschprung ada 3 metode:

1. Metode Swenson: pembuangan daerah aganglion hingga batas sphincter ani interna dan dilakukan anastomosis coloanal pada perineum

2. Metode Duhamel: daerah ujung aganglionik ditinggalkan dan bagian yang ganglionik ditarik ke bagian belakang ujung daerah aganglioner. stapler GIA kemudian dimasukkan melalui anus.

3. Teknik Soave: pemotongan mukosa endorectal dengan bagian distal aganglioner.Setelah operasi pasien-pasien dengan penyakit hirschprung biasanya berhasil baik, walaupun

terkadang ada gangguan buang air besar. Sehingga konstipasi adalah gejala tersering pada pascaoperasi. 1

6

Page 7: Presentasi Kasus Bedah Anak (1) - Copy

7