presentasi hiu bahan workshop bali 25 agustus 2014
DESCRIPTION
PresentasiTRANSCRIPT
Kebijakan Pengelolaan Perikanan Hiu dan Sistem Basis data di Indonesia
DIREKTORAT SUMBERDAYA IKAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Oleh : Ir. Erni Widjajanti, M.Ag.Buss.
Kasubdit SDI Laut Teritorial dan Perairan Kepulauan
Shark (ikan cucut atau hiu ) termasuk kedalam sub kelompok (sub group) Elasmobranchii dari kelompok (grup) ikan Cartilagionous
Tercatat ada lebih 200 spesies ikan hiu di dunia dan 84 spesies diantaranya telah dikenali di Indonesia
Habitat ikan hiu bervariasi mulai dari perairan pantai (inshore) hingga laut dalam (trench)
Fekunditasnya rendah, ikan hiu dewasa pada umur relatif tua, masa mengandung yang cukup lama serta memiliki umur yang panjang
Bernilai ekonomis
FAKTA TENTANG IKAN HIU
Perikanan hiu pada umumnya merupkan by-catch namun sebagian nelayan telah menjadikan target utama penangkapan
Hiu umumnya ditangkap dengan alat tangkap long line, jaring insang, pukat udang, pukat ikan dsb
Jenis hiu di Indonesia berjumlah 200 jenis dan merupakan hasil tangkapan komersial
Secara tradisional semua bagian tubuh hiu dimanfaatkan baik bagian sirip, hati, tulang, kulit, daging dsb. Namun ada indikasi telah terjadi praktek finning
Disetiap provinsi terdapat pendaratan untuk perikanan hiu
Ada kecenderungan penurunan produksi dari tahun ke tahun
KONDISI PERIKANAN HIU SAAT INI
Tingginya permintaan pasar terhadap produk hiu
Masih terbatasnya informasi terkait pemanfaatan dan pengelolaan perikanan hiu
Telah berlangsungnya cara-cara menangkap hiu yang tidak berkesinambungan sehingga membuat populasi hiu semakin terancam punah
Adanya isu penjualan/ eksport sirip hiu melalui bandara Soekarno Hatta
BEBERAPA PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERIKANAN HIU DI INDONESIA
Peraturan Internasional:
International Plan of Action For the Conservation and Management of Sharks (IPOA) tahun 1999
IOTC
a. Resolution 05/05 concerning the Conservation of Sharks Caught in Association with Fisheries Managed by IOTC
b. Resolusi 12/09 On the Conservation of Thresher Sharks (Family Alopiidae) Caught in Association With Fisheries in the IOTC Area of Competence
CCSBT
a. Recommendation to Mitigate the Impact on Ecologically Related Species of Fishing for Southern Bluefin Tuna
WCPFC : CMM 2009-04 on Conservation and Management for Sharks
CITES : LIST OF SHARK SPECIES (2014)
REGULASI PENANGKAPAN HIU
Peraturan Pemerintah Nomor: 7/1999 tentang Jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang dilindungi
Permen KP Nomor Per.18/Men/2010 Tentang Log Book Penangkapan Ikan
Permen KP Nomor Per.12/Men/2012 Tentang Usaha
Perikanan Tangkap Di Laut Lepas
Permen KP Nomor 26/Permen-kp/2013 Tentang Perubahan Atas Permen KP Nomor Per.30/Men/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
REGULASI PENANGKAPAN HIU
INDIAN OCEAN TUNA COMMISSION (IOTC)
Resolution 05/05 concerning the Conservation of Sharks Caught in
Association with Fisheries Managed by IOTC
Setiap Contracting Party wajib melaporkan tangkapan sharks, termasuk juga jika ada melaporkan historical catch;
Setiap kapal dilarang untuk menyimpan diatas kapal, memindahkan dari/ke kapal lain atau mendaratkan tangkapan sirip hiu (sharks) yang bertentangan dengan Resolusi 05/05;
Setiap Negara wajib melepaskan tangkapan hiu yang hidup terutama juvenile dan hiu yang sedang hamil;
Setiap Negara wajib melakukan penelitian terhadap alat tangkap yang selektif.
Resolusi 12/09 On the Conservation of Thresher Sharks (Family
Alopiidae) Caught in Association With Fisheries in the IOTC Area of Competence
Setiap kapal DILARANG untuk menahan diatas kapal, memindahkan dari/ke kapal lain, mendaratkan, menyimpan, menjual atau menawarkan untuk menjual bagian manapun atau seluruh bangkai semua spesies hiu thresher dari family Alopiidae KECUALI untuk kegiatan Scientific observers.
Setiap kapal harus segera melepaskan hiu thresher yang tertangkap tanpa melukainya.
Resolusi 12/09 On the Conservation of Thresher Sharks (Family
Alopiidae) Caught in Association With Fisheries in the IOTC Area of Competence
Setiap kapal harus mencatat dan melaporkan hiu thresher yang tidak sengaja tertangkap dan yang dilepaskan.
Dalam kegiatan rekreasi dan olahraga memancing, thresher shark yang tertangkap harus dilepas hidup – hidup dan harus dilengkapi dengan alat untuk melepaskan binatang.
CPCs jika dimungkinkan melakukan penelitian mengenai hiu spesies Alopias spp. Di area konvensi IOTC untuk mengidentifikasi nursery area.
Resolusi 12/09 On the Conservation of Thresher Sharks
(Family Alopiidae) Caught in Association With Fisheries in the IOTC Area of Competence
Scientific observer diperbolehkan untuk mengumpulkan sampel biologis hiu thresher yang sudah mati sebagai bagian dari kegiatan yang disetujui oleh Scientific Committee.
Setiap Contracting Party wajib melaporkan tangkapan sharks ke Sekretariat IOTC.
Thresher Sharks (Family Alopiidae)
Mudah dikenali dengan ciri – ciri sirip ekor yang panjang.
Terdapat 3 jenis spesies dari genius Alopias, yaitu: Pelagic thresher, Alopias
pelagicus (Nakamura, 1935) Bigeye thresher, Alopias
superciliosus (Lowe, 1841) Common thresher, Alopias
vulpinus (Bonnaterre, 1788)
Jenis keturunan hiu besar yang dapat hidup sepanjang 18 kaki.
Biasanya hidup di perairan laut beriklim sedang dan tropis di dunia.
Dapat mencapai berat hingga 498.95 kg.
SHARK (GENUS ALOPIIDAE)
Common thresher, Alopias vulpinus
COMMISSION FOR THE CONSERVATION OF
SOUTHERN BLUEFIN TUNA (CCSBT)
Recommendation to Mitigate the Impact on Ecologically Related Species of Fishing for Southern Bluefin Tuna
CCSBT telah memberlakukan Recommendation to Mitigate the Impact on Ecologically Related Species of Fishing for Southern Bluefin Tuna yang mengatur hal-hal sebagai berikut:
Setiap negara anggota wajib mengimplementasikan IPOA-Sharks, IPOA Seabirds dan FAO Sea Turtles;
Setiap negara anggota wajib mematuhi peraturan mengikat maupun rekomendasi mengenai perlindungan dari ecological related species yang diberlakukan oleh IOTC dan WCPFC;
Setiap negara anngota wajib mengumpulkan dan melaporkan data tangkapan ERS serta melaporkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan dalam hal penanganan ERS.
WESTERN AND CENTRAL PACIFIC FISHERIES COMMISSION
(WCPFC)
Conservation and Management Measure (CMM) 2009-04 on Conservation and Management for
Sharks
Setiap Negara wajib mengimplementasikan IPOA Sharks dan status pelaksanaan National Plan of Action Sharks serta menyampaikannya dalam laporan tahunan ke WCPFC;
Setiap Negara wajib melaporkan dalam laporan tahunan tangkapan sharks spesies blue shark, silky shark, oceanic whitetip shark, mako sharks dan thresher sharks, termasuk juga tangkapan yang dipertahankan dan dibuang serta penelitian dan pengembangan yang dilakukan untuk mengurangi tangkapan shark
(CITES)
Interpretation Of Appendices I, II and III CITES
As none of the species or higher taxa of FLORA included in Appendix I is annotated to the effect that its hybrids shall be treated in accordance with the provisions of Article III of the Convention, this means that artificially propagated hybrids produced from one or more of these species or taxa may be traded with a certificate of artificial propagation, and that seeds and pollen (including pollinia), cut flowers, seedling or tissue cultures obtained in vitro , in solid or liquid media, transported in sterile containers of these hybrids are not subject to the provisions of the Convention.
The names of the countries in parentheses placed against the names of species in Appendix III are those of the Parties submitting these spec ies for inclusion in this Appendix.
When a species is included in one of the Appendices, all parts and derivatives of the species are also included in the same Appendix unless the species is annotated to indicate that only specific parts and derivatives are included. The symbol # followed by a number placed against the name of a species or higher taxon included in Appendix II or III refers to a foot note that indicates the parts or derivatives of plants that are designated as 'specimens' subject to the provisions of the Convention in accordance with Article I, paragraph (b), subparagraph (iii).
CITES LIST OF SHARK SPECIES (2014)
Appendix I Appendix II
1. Sphyrnidae Hammerhead sharks
2. Cetorhinidae Basking shark
3. Rhincodontidae Whale shark
4. Pristidae Sawfishes (13/09/2007)
5. Pristidae spp. (Except the species included in Appendix II)
1. Cetorhinus maximus Basking shark (13/02/2003) 2. Carcharodon carcharias Great White shark
(12/01/2005) 3. Rhincodon typus Whale Shark (13/02/2003) 4. Lamna nasus Porbeagle Shark (14/09/2014) 5. Carcharinus longimanus Oceanic whitetip shark
(14/09/2014) 6. Sphyrna lewini Scalloped hammerhead (14/09/2014) 7. Sphyrna mokarran Great hammerhead shark
(14/09/2014) 8. Sphyrna zygaena Smooth hammerhead shark
(14/09/2014) 9. Pristis microdon (For the exclusive purpose of
allowing international trade in live animals to appropriate and acceptable aquaria for primarily conservation purposes)
1) Kementerian Kelautan dan Perikaanan telah menyusun NPOA shark yang merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap IPOA untuk konservasi beberapa jenis ikan hiu
2) Penyuluhan dan pemasangan BALIHO di kawasan Indonesia Timur melalui kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Jakarta Animal Aid Network (JAAN). Pemasangan baliho telah dilakukan di Provinsi Bali dan NTB
Tindak lanjut Pengelolaan Hiu yang telah dilakukan:
Pasal 39
Setiap kapal penangkap ikan yang melakukan penangkapan ikan di laut lepas
yang memperoleh hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang secara ekologis
terkait dengan (ecologically related species) perikanan tuna berupa hiu, burung
laut, penyu laut, mamalia laut termasuk paus, dan hiu monyet wajib
melakukan tindakan konservasi.
Pasal 40
(1) Hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang secara ekologis terkait dengan
(ecologically related species) perikanan tuna sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 berupa hiu dengan ketentuan:
a. bukan hiu juvenile dan hiu dalam kondisi hamil; dan
b. harus didaratkan secara utuh.
(2) Hasil tangkapan sampingan (bycatch) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaporkan oleh Nakhoda kepada kepala pelabuhan pangkalan sesuai
dengan SIPI.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan menggunakan
bentuk dan format log book penangkapan ikan.
Permen KP Nomor Per.12/Men/2012 Tentang
Usaha Perikanan Tangkap Di Laut Lepas
Pasal 73
(2) a. ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch) berupa hiu monyet (thresher shark), penyu laut, dan mamalia laut termasuk paus; dst.
(3) Tindakan konservasi terhadap ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (a) meliputi:
a. melepaskan ikan yang tertangkap jika masih dalam keadaan hidup;
b. melakukan penanganan dan/atau menyiangi ikan yang tertangkap dalam keadaan mati dan mendaratkannya dalam keadaan utuh;
c. melakukan pencatatan jenis ikan yang tertangkap dalam keadaan mati, dan melaporkannya kepada Direktur Jenderal melalui kepala pelabuhan pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI.
Permen KP Nomor 26/Permen-kp/2013 Tentang Perubahan Atas Permen KP Nomor Per.30/Men/2012
Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
SISTEM BASIS DATA DI INDONESIA
Tahapan Perolehan Data Statistik
2
8
PENENTUAN
TUJUAN
PEROLEHAN
DATA
PENENTUAN
JENIS DATA
PENYUSUNAN
METODE, DEFINISI
& KLASIFIKASI
PENGUMPULAN
DATA
PENENTUAN DESAIN
SURVEI & ORGANISASI
PELAKSANA PELATIHAN PEMERIKSAAN
DATA
PENGOLAHAN
DATA
VALIDASI
DATA
ANALISA
DATA
PENYAJIAN
STATISTIK PUBLIKASI
JENIS DATA Survei Produksi Perikanan Tangkap
URAIAN JENIS DATA YANG DIKUMPULKAN
UNIT EKONOMI
RTP/PP menurut kategori besarnya usaha
INPUT
• Kapal penangkap ikan menurut jenis dan ukuran • Unit penangkapan Ikan menurut jenis alat dan ukuran
kapal • Trip penangkapan Ikan menurut jenis alat dan ukuran
kapal
OUTPUT
• Produksi menurut jenis alat penangkapan ikan dan jenis ikan
• Nilai Produksi menurut jenis alat penangkapan ikan dan jenis ikan
• Produksi menurut jenis alat penangkapan benih ikan dan jenis ikan
• Nilai Produksi benih ikan menurut jenis alat penangkapan benih ikan jenis ikan 2
9
Alur Data Statistik Perikanan Tangkap
Perusahaan
DJPT
Kab/Kota
Buku Tahunan Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia
Pelabuhan
/Perikanan Desa
Sampel
Tahunan RTP,Kapal &
Unit
Kuartalan Produksi
dan Trip
Kuartalan Produksi
dan Trip Tahunan RTP,Kapal &
Unit
Kuartalan Estimasi
Produksi&Trip
Bulanan Produksi
dan Trip Bulanan
Produksi dan Trip
Bulanan Produksi
dan Trip Bulanan
Produksi dan Trip
Validasi tingkat
provinsi
Validasi tingkat
Nasional
Volume produksi perikanan tangkap di laut menurut jenis ikan, 2002 - 2012
Jenis ikan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kenaikan rata-rata ( % )
2002-2012
2011-2012
Cucut tikus, Cucut monyet
56 906 58 100 50 717 13 274 14 474 13 767 9 385 8 210 12 890 18 240 8 792 -7.79 -51.80
Cucut lanyam ... ... ... 12 971 25 530 29 687 26 000 28 378 26 454 23 934 28 116 - 17.47
Mako ... ... 250 272 1 363 497 461 830 733 632 350 - -44.62
Cucut martil, Capingan
... ... ... 253 99 1 423 2 366 3 112 3 438 3 394 1 497 - -55.89
Cucut botol ... ... ... 16 536 14 472 12 066 5 413 5 302 2 585 4 014 3 281 - -18.26
Volume produksi perikanan tangkap di laut menurut jenis ikan, 2002 - 2012
...
10 000
20 000
30 000
40 000
50 000
60 000
70 00020
02
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
2010
2011
2012
Cucut botol
Cucut martil,Capingan
Mako
Cucut lanyam
Cucut tikus,Cucut monyet
33
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 - Jakarta Pusat