preeklampsia

7
GEJALA DAN TANDA 1. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalamkehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien 2. Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolic 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih 3. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam: Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudahkehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu (Djoko, 2005) HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN 1. Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejakimplantasi, sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti dengansindroma inflamasi. 2. Risiko meningkat pada: Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast) Hidramnion Diabetes mellitus Isoimunisasi rhesus Faktor herediter Autoimun: SLE

Upload: aiiu-lonelyy

Post on 01-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

preeklampsi

TRANSCRIPT

GEJALA DAN TANDA1. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalamkehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien2. Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolic 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih3. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam: Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudahkehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu (Djoko, 2005)

HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN1. Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejakimplantasi, sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti dengansindroma inflamasi.2. Risiko meningkat pada: Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast) Hidramnion Diabetes mellitus Isoimunisasi rhesus Faktor herediter Autoimun: SLE3. Hipertensi karena kehamilan: Hipertensi tanpa proteinuria atau edema Preeklampsia ringan Preeklampsia berat Eklampsia

4. Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala, kecuali peningkatan tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeklampsia.5. Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:- Tekanan darah diastolik > 110 mmHg Proteinuria > 2+ Oliguria < 400 ml per 24 jam Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa Hiperrefleksia Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP Pertumbuhan janin terhambat Otak: edema serebri Jantung: gagal jantung (Djoko, 2005)

DIAGNOSIS BANDING Hipertensi kronik,jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulituntuk membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam haldemikian, tangani sebagai hipertensi karena kehamilan. Proteinuria, sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehinggaterdapat proteinuria Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus lama juga dapat menyebabkan proteinuria Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria positif palsu (Djoko, 2005)

KOMPLIKASI1. Iskemia uteroplasenter Pertumbuhan janin terhambat Kematian janin Persalinan prematur Solusio plasenta2. Spasme arteriolar Perdarahan serebral Gagal jantung, ginjal dan hati Ablasio retina Thromboemboli Gangguan pembekuan darah Buta kortikal3. Kejang dan koma Trauma karena kejang Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan4. Penanganan tidak tepat Edema paru Infeksi saluran kemih Kelebihan cairan Komplikasi anestesi atau tindakan obstetric (Djoko, 2005)

PENCEGAHAN1. Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegahhipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin2. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karenakehamilan belum sepenuhnya terbukti3. Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harusditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamanaharus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal4. Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru. (Djoko, 2005)

PENATALAKSANAAN1. Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan: Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin Lebih banyak istirahat Diet biasa Tidak perlu pemberian obat Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:a. Diet biasab. Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kalisehari-c. Tidak memerlukan pengobatand. Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut: Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:a. Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklampsia beratb. Periksa ulang 2 kali semingguc. Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali Jika tidak terdapat tanda perbaikan, tetap dirawat Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkanterminasi kehamilan Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat.

2. Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 5 IU dalam 500 ml Ringer Laktat/Dekstrose 5% IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin- Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateterFoley, atau lakukan terminasi dengan bedah Caesar. (Djoko, 2005)

DAFTAR PUSTAKA:Djoko, Waspodo. 2005. Buku Acuan Pelatihan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar. Depkes RI. Jakarta