prediksi kebangkrutan perusahaan property and real estate...
TRANSCRIPT
-
1
PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PROPERTY
AND REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS
DAN REGRESI LOGISTIK PERIODE 2007-2010
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
IMAS A. AISYAH
NIM : 109081000008
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
-
2
PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL
ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS DAN REGRESI
LOGISTIK PERIODE 2007-2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
IMAS A. AISYAH
NIM: 109081000008
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Dito Rinaldo, SE.,MM
NIP. 19690203 20112 1 003 NIP.-
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
-
3
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 09 April 2013telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Imas A. Aisyah
NIM : 109081000008
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Prediksi KebangkrutanPadaSektorProperty And Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan Discriminant
Analysis, dan Regresi LogistikPeriode 2007-2010
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 April 2013
1. Utami Baroroh, S.Pi., M.Si NIP: - (Ketua)
2. Leis Suzanawaty, SE., M.Si
NIP: 19720809 200501 2004 (Sekretaris)
3. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP: 19731221 200501 2002 ( Penguji Ahli)
-
4
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini 22 Juli 2013, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Imas A. Aisyah
NIM : 109081000008
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Prediksi KebangkrutanPada Sektor Property And Real Estate
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan
Discriminant Analysis, dan Regresi LogistikPeriode 2007-2010
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,Juli 2013
1. Prof. Abdul Hamid MS
NIP: 19570617 1985 03 1 002 (Ketua)
2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP: 19731221 2005 01 2002 (Sekretaris)
3. Amalia, SE., M.S.M
NIP: 19740821 2009 01 2 005 ( Penguji Ahli)
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 19690203 20112 1 003 ( Pembimbing 1)
5. Dito Rinaldo, SE.,MM
NIP :- (Pembimbing 2)
-
5
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Imas A. Aisyah
No. Induk Mahasiswa : 109081000008
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilih karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar peryataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, Mei 2013
Yang Menyatakan,
(Imas A. Aisyah)
-
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Imas A. Aisyah
2. Tempat tanggal lahir : Sumedang, 04 Mei 1991
3. Alamat : Jl. Alpukat 5 Blok E 18 No. 08 RT 004/018
Benda Baru, Pamulang
4. Telepon : 087808873734
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Sarua X Tahun 1997-2003
2. SMPN 2 Pamulang Tahun 2003-2006
3. SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Yeye Use
2. Ibu : Minarsyah
3. Alamat : Jl. Alpukat 5 Blok E 18 No. 08 RT 004/18 Benda
Baru, Pamulang
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2004:
Kepanitian Orientasi Siswa SMPN 2 Pamulang.
Anggota Kesehatan Organisai Intra Sekolah SMPN 2 Pamulang
2005: Ketua Palang Merah Remaja SMPN 2 Pamulang.
2006: Anggota Paskibraka SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
-
7
V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. 24 November 2002 : Kursus Bahasa Inggris New Concept English
Education Centre Level Introduction.
2. 21Desember 2003 : Kursus Bahasa Inggris New Concept English
Education Centre Level Pre Beginner.
3. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional Insurance Goes To Campus
Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi.
4. 11 Juni 2010 : Public Discussion Membangun Brand Image
Melalui Strategi Public Relation dan Event
5. 03 Agustus 2010 : Mata Kuliah Praktikum Qira`at dan Ibadah.
6. 10 Mei 2011 : CAFTA dan Tantangan Ekonomi Kerakyatan
dalam MenghadapiPerekonomian Global.
7. 8 Juni 2012 : A Training Course On: Sekolah Pasar Modal
Basic Training of Fundamental & Technical
Analysis.
8. 3 September 2012 : Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali (KKSBT)/
Magang
-
8
PREDICTION BANKRUPTCY IN SECTOR PROPERTY AND REAL
ESTATE WHICH LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE: USING
DISCRIMINANT ANALYSIS AND LOGISTIC REGRESSION PERIOD
2007-2010
ABSTRACK
This research objective is to predict the bankruptcy in sector property and
real estate which listed in Indonesia stock exchange: using discriminant
analysis and logistic regression period 2007-2010. Sampling methods used in
the research was purposive sampling. The hypothesis examination is tested by
discriminant analysis and logistic regression analysis to determine significant
differences in financial ratios such as current ratio, leverage ratio, net profit
margin, debt to equity, operating profit margin, total asset turnover to
distinguish a group of companies that are considered insolvent andnot
statistically bankrupt on listed companies in Indonesia stock exchanges in
sector property and real estate during the period of 2007-2010. The data source
of this research come from Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
The result of this research showed that the methodology using
Discriminant analysis and Logistic Regression Analysis where the accuracy of
the models was 64.35% and 66.2 %. In the logistic regression showed that the
significant debt to equity that could affect the company's bankruptcy prediction
Property and Real Estate sector in the period 2007 to 2010. As for the second
discriminant variable for financial ratio variables can beused that debt to
equity. The significant level used in this research is 5%
Key words: bankruptcy, current ratio, leverage ratio, net profit margin, debt to
equity, operating profit margin, total asset turnover, logistic regression.
discriminant analysis.
.
-
9
PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PROPERTY AND REAL
ESTATEYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA :
MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS, DAN REGRESI
LOGISTIKPERIODE 2007-2010
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan di sektor
properti and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia: menggunakan
analisis diskriminan dan regresi logistik periode 2007-2010. Metode sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengujian
hipotesis diuji dengan analisis diskriminan dan analisis regresi logistik untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan dalam rasio keuangan seperti current,
rasio leverage, net profit margin, debt to equity, operating profit margin, total
assets turnover untuk membedakan kelompok perusahaan yang dianggap
bangkrut dan tidak bangkrut secara statisik pada perusahaan yang terdaftar di
bursa efek Indonesia dalam sektor property dan real estate selama periode 2007-
2010. Sumber data penelitian ini berasal dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD).
Hasil penelitian ini menunjukan tingkat keakuratan penggunaan metode
Discriminant Analysis dan Regresi Logistik adalah sebesar 64.35% dan 66.2%.
Pada regresi logistik menunjukkan bahwa yang signifikan yaitu debt to equity
yang dapat mempengaruhi prediksi kebangkrutan perusahaan pada sektor
property and real estate periode tahun 2007 sampai dengan 2010. Sedangkan
untuk metode Discriminant Analysis menunjukkan variabel rasio keuangan yang
signifikan adalah debt to equity. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 5%.
Kata kunci :kebangkrutan , current ratio, leverage ratio, net profit margin, debt to
equity, operating profit margin, total asset turn over, regresi logistik.
diskriminan analisis.
-
10
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat hidayah dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Prediksi Kegagalan PadaSektorProperty And Real Estate Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan Discriminant Analysis, Regresi
LogistikPeriode 2007-2010. Penyususnan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Keuangan.
Pada kesempatan kali ini penyususn meyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
pengarahan, bimbingan serta memberikan dukungan semangat sehingga dapat
diajukan dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Allah SWT, Alhamdulillah yang selalu memberikan penulis kemudahan.
Terimakasih atas jalan terbaik-Nya.
2. Bapak Yeye Use dan Ibu Minarsyah selaku orang tua yang tidak pernah
berhenti membimbing dan memanjatkan do`a serta selalu mengiringi
langkahku dengan penuh keikhlasan. Karena restu merekalah penyusun
dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta untuk saudaraku Maya Lestari yang
selalu memberikan semangat agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, arahan kepada penulis dengan tegas dan
bijaksana sehingga terselesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dito Rinaldo, SE.,MM selaku pembimbing II, yang telah banyak
membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada
penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.
-
11
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan FEB UIN Jakarta, yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
7. Maulana Fattah yang selalu sabar dan tidak bosan untuk mendengar segala
keluh kesah yang dihadapi, serta terimakasih atas semangat dan
dukungannya yang diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman Manajemen A : Yessika Al Istiqomah, Ati Astuti, Rizanty
Amanda, Tsurumi Bunga, Selfi Stefani, Raissa Andrawina, Suci Ramida
dan Tria Raina Pangestu yang selalu memberikan warna kehidupan, dan
memberikan masukan selama hampir 3 tahun kita bersama dan selebihnya
sudah jarang bertemu. Walaupun begitu kita akan selalu berteman.
9. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi Ika Wulandari,
Fitria Saraswati, Ade Tiyar, dan Dety Inayati yang telah memberikan
dukungan serta semangat saat penulis menghadapi kesulitan.
10. Kepada semua pihak-pihak yang telah banyak membantu dari awal hingga
skripsi ini selesai dengan baik, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak segala
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu semua saran dan
kritik dari pembaca akan diterima guna memperbaiki dan mengembangkan
penelitian ini.
Wassaluamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Mei 2013
Penyusun
-
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTARGAMBAR........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. LatarBelakang .......................................................................... 1
B. PerumusanMasalah .................................................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 15
A. Laporan Keuangan ...................................................................... 15
1. Jenis Laporan Keuangan ....................................................... 17
2. Tujuan Laporan Keuangan .................................................... 22
3. Keterbatasan Laporan Keuangan .......................................... 24
4. Analisis Rasio Keuangan ...................................................... 25
5. Keterbatasan dari Analisis Rasio .......................................... 30
B. Teori Kebangkrutan .................................................................... 31
1. Pengertian Financial Distress ..............................................33
2. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan ......................................39
3. Masalah Keuangan Tanpa Kebangkrutan .............................42
4. Pengertian Multiple Discriminant Analysis ..........................43
5. Pengertian Regresi Logistik .................................................45
-
13
C. Penelitian Terdahulu .................................................................48
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................52
E. Hipotesis Penelitian ...................................................................53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 56
A. RuangLingkupPenelitian ............................................................. 56
B. Metode Pengambilan Sampel ...................................................... 57
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 59
D. Metode Analisis Data ................................................................. 60
1. Pengujian Statistik Deskriptif ............................................... 60
2. Uji Asumsi Diskriminan ........................................................ 61
3. Independent Sample t-Test .................................................... 62
4. Uji Linearitas ......................................................................... 63
5. Analisis Diskriminan ............................................................. 63
6. Analisis Regresi Logistik ...................................................... 66
E. Variabel Operasional ................................................................... 70
1. Variabel Dependen ................................................................. 70
2. Variabel Independen ............................................................. 71
a. Current Asset ................................................................... 71
b. Leverage Ratio ................................................................. 71
c. Net Profit Margin ............................................................ 72
d. Debt to Equity .................................................................. 72
e. Operating Profit Margin ................................................. 72
f. Total Assets Turnover ...................................................... 73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 74
A. GambaranUmum Pasar Modal .................................................... 74
B. Hakikat Pasar Modal ................................................................... 75
C. Pengembangan Pasar Modal ........................................................ 77
D. Gambaran Umum Aktivitas Industri Real Estate ........................ 81
E. Metode Analisis Data................................................................... 82
1. Statistik Deskriptif ................................................................... 82
2. Uji Asumsi Diskriminan .......................................................... 84
-
14
3. Analisis Diskriminan ............................................................... 87
4. Analisis Regresi Logistik ........................................................ 95
5. Ketepatan Dalam Model Prediksi ............................................ 97
6. Ketepatan Cox & Snell`s R Square and Negelkerke ................ 98
7. Uji Chi-square ......................................................................... 99
8. Ketepatan Prediksi Regresi Logistik ....................................... 100
9. Variabel in the Equation ......................................................... 101
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................... 107
A. Kesimpulan .................................................................................. 107
B. Implikasi & Saran ........................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 110
LAMPIRAN
-
15
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Net Profit Margin Perusahaan Property and Real Estate ............ 7
2.1 Titik cut-off points Altman ......................................................... 44
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 48
3.1 Sampel Perusahaan yang diteliti ................................................. 58
4.1 Pergerakan Pasar Modal di Dunia ............................................. 80
4.2 Perkembangan Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia .. 81
4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................... 83
4.4 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ..................... 84
4.5 Hasil Uji Independent Sample t-Test ......................................... 85
4.6 Hasil Uji Linearitas .................................................................... 86
4.7 Analysis Case Procassing Summary ......................................... 87
4.8 Hasil Uji Test Of Equality Of Group Means ............................. 88
4.9 Variables Entered ...................................................................... 91
4.10 Wilks` Lambda ......................................................................... 91
4.11 Eigenvalues ......................................................................... 92
4.12 Canonical Discriminant Function Coefficients ......................... 93
4.13 Penentuan titik cut-off ................................................................ 94
4.14 Hasil Ketepatan Prediksi Model MDA ...................................... 95
4.15 Hasil Uji Procassing Summary ................................................. 96
4.16 Hasil Uji Variabel Dependen ..................................................... 96
4.17 Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan (blok 0) .................... 97
4.18 Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan (blok 1) .................... 98
4.19 Hasil Cox & Snell`s and Negelkerke R Square.......................... 99
4.20 Hasil Uji Chi-Square ................................................................. 100
4.21 Hasil Prediksi Model Regresi Logistik ...................................... 100
4.22 Hasil Variables Uji Equation .................................................... 101
-
16
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Tahap Financial Distress .......................................................... 37
4.2 Kerangka Pemikiran .................................................................. 52
-
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Selama ini, perusahaan didirikan tidak luput dari harapan pemilik
bahwa perusahaan akan tetap eksis dalam jangka waktu yang lama. Hal
tersebut sesuai dengan asumsi going concern yang dianut oleh standar
akuntansi. Tetapi asumsi tersebut tidak selamanya benar. Perusahaan pada
suatu titik tertentu bisa mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan yang
dialami perusahaan dapat mengakibatkan kerugian bagi banyak pihak.
Maka dari itu, banyak penelitian yang dilakukan untuk memprediksi
kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kenyataannya, banyak perusahaan
yang diprediksi mengalami penurunan masih tetap eksis sampai sekarang.
Bahkan laporan keuangan mereka menunjukkan adanya peningkatan
prospek usaha yang dinyatakan sehat. Hal ini membuat ragu apakah
laporan keuangan itu menunjukkan keadaan perusahaan yang sebenarnya
(Agnes Widyaningdyah, 2009 : 19-20).
Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan
dalam menjalankan usahannya, distribusi aktiva, keefektifan penggunaan
aktiva, hasil usaha yang telah dicapai, kewajiban yang harus dilunasi dan
potensi kebangkrutan yang akan terjadi. Masalah keuangan yang dihadapi
suatu perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan
terjadinya kebangkrutan. Beberapa perusahaan yang mengalami masalah
keuangan mencoba mengatasi masalah tersebut dengan melakukan
-
18
pinjaman dan penggabungan usaha, atau sebaliknya ada yang menutup
usahanya (Wahyu Widarjo, 2009 : 108).
Kesulitan keuangan merupakan istilah dalam keuangan perusahaan
yang dipakai untuk menunjukkan kondisi dari harapan yang dapat
diberikan kepada kreditur sebuah perusahaan ketika perusahaan
menghadapi resiko kegagalan atau ditimpa kesulitan keuangan. Kadang-
kadang kesulitan keuangan dapat mendorong kearah kebangkrutan.
Kesulitan keuangan biasanya berasosiasi dengan berbagai biaya yang
dipikul perusahaan dan ini dikenal sebagai biaya dari kesulitan keuangan
(Haming & Imaduddin, 2011 : 24).
Kebangkrutan perusahaan dapat mempengaruhi yang memiliki
kepentingan dalam perusahaan termasuk para pemegang saham, pemasok,
kreditur pelanggan, karyawan, dan manajemen perusahaan itu sendiri.
Dalam insiden kebangkrutan perusahaan khususnya pada perusahaan yang
memperkerjakan banyak orang dapat secara signifikan mempengaruhi
mata pencaharian banyak orang dan perekonomian di mana perusahaan
tersebut berlokasi. Pemegang saham dan investor dapat menderita
kerugian ekonomi yang besar karena mereka adalah pihak terakhir yang
berkepentingan untuk melunasi dalam masalah likuidas perusahaan (Yap
et.al, 2012 : 332).
Pada prinsipnya kebangkrutan hanyalah mekanisme hukum yang
mengizinkan kreditor (yaitu, peminjam) mengambil alih perusahaan ketika
penurunan nilai asetnya memicu kegagalan pembayaran utang yang ada.
-
19
Jika perusahaan tidak membayarkan utangnya, perusahaan diambil alih
oleh kreditor, yang menjadi pemilik baru; pemegang saham lama tidak
mendapat apa-apa. Kebangkrutan bukan penyebab penurunan nilai
perusahaan. Kebangkrutan merupakan hasil penurunan nilai perusahaan
(Brealey et.al, 2008 : 19).
Selain itu, perekonomian Indonesia dinilai paling rentan terhadap
tekanan efek perekonomian terlalu panas atau overheating dan masuk
jebakan negara berpendapatan menengah alias middle income trap. Hal ini
dipengaruhi tingginya aktivitas kredit yang sebagian besar bersifat
konsumtif dan tingginya konsumsi domestik. Ketahanan Indonesia
terhadap perlambatan ekonomi global dan domestik telah menjadi magnet
bagi investasi asing dalam beberapa tahun terakhir. Namun, ekspor yang
lemah telah menekankan kuartal keempat produk domestik bruto (PDB)
sebesar 6,1 persen dari tahun lalu, lebih lemah dari yang diharapkan.
Middle income trap merupakan istilah bagi negara yang berpendapatan
menengah alias middle-income economies (MIE) yang terjebak diposisinya
yang tidak bisa melakukan lompatan untuk masuk menjadi negara baru.
Dengan kata lain, suatu negara telah mencapai suatu level pendapatan
perkapita tertentu yang relatif makmur, namun tidak mampu lagi
mempertahankan momentum pertumbuhan yang tinggi. Karena itu, negara
itu tak kunjung naik level masuk jajaran negara maju (Koran
Jakarta/Rabu,1 Mei 2013).
-
20
Sedangkan penelitian mengenai kebangkrutan pernah dilakukan
oleh Luciana dan Kristijadi (2003) menunjukkan bahwa rasio-rasio
keuangan dapat digunakan dalam memprediksi financial distress suatu
perusahaan. Rasio keuangan yang paling dominan dalam penelitian ini
adalah net income to sales (NI/S), current liabilities to total assets
(CL/TA), current asset to current liabilities (CA/CL). Dari hasil
persamaan logit ini juga diketahui bahwa variabel net income to sales
(NI/S) signifikan pada tingkat 5%. Koefisien regresi untuk variabel NI/S
sebesar -42.9435 dan bertanda negatif, yang menunjukkan bahwa variabel
NI/S berpengaruh negatif terhadap financial distress suatu perusahaan.
Variabel CL/TA signifikan pada tingkat 10%. Koefisien regresi untuk
variabel CL/TA sebesar -6.2406 dan bertanda negatif, yang menunjukkan
bahwa variabel CL/TA berpengaruh negatif terhadap financial distress
suatu perusahaan. Variabel CA/CL signifikan pada tingkat 5%. Koefisien
regresi untuk variabel CA/CL sebesar -10.2834 dan bertanda negatif, yang
menunjukkan bahwa variabel CA/CL berpengaruh negatif terhadap
financial distress suatu perusahaan. Variabel GROWTH NI/TA signifikan
pada tingkat 5%. Koefisien regresi untuk variabel GROWTH NI/TA
sebesar 0.5076 dan bertanda positif, yang menunjukkan bahwa variabel
GROWTH NI/TA berpengaruh positif terhadap financial distress suatu
perusahaan. Sedangkan variabel NFA/TA tidak signifikan baik pada
tingkat 5% ataupun 10%.
-
21
Bi-Huei Tsai (2012) sampel penelitian yang digunakan terdiri dari
perusahaan Taiwan yang terdaftar termasuk industri keuangan karena sifat
yang berbeda, dan perusahaan tanpa data yang memadai. Data pada tahun
2003 sampai 2006 sampel pelatihan, sedangkan data tahun 2007 dan 2008
adalah sampel uji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
perkiraan dari model multinomial logit, yang mengklasifikasikan peristiwa
kegagalan perusahaan sebagai perusahaan yang sedikit tertekan dan
kebangkrutan dan reorganisasi perusahaan, tidak lebih akurat
dibandingkan model logit biner yang mengkategorikan baik perusahaan
yang sedikit-tertekan dan perusahaan kebangkrutan dan reorganisasi
sebagai kegagalan perusahaan.
Wang dan Michael (2010) penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan model Ohlson, sampel data yang diteliti yaitu perusahaan-
perusahaan China yang go public dan mencangkup kisaran 11 tahun
(1998-2008). Prediksi model tingkat akurasi pada umumnya diatas 95%
tergantung titik cut off yang akan dipilih. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah TLTA, WCTA, CLCA, OENEG. Hasilnya
menunjukkan bahwa OENEG (jika total kewajiban melebihi total asset
maka nilainya 1,0 sebaliknya) dan INTWO (jika laba bersihnya negatif
selama dua tahun terakhir maka nilainya 1,0 sebaliknya) adalah dua
variabel yang paling berpengaruh dalam prediksi kegagalan dan signifikan
pada P < 0 .01.
-
22
Rayenda K. Brahmana (2007) penelitian yang digunakan
merupakan perusahaan manufaktur Indonesia. Sampel yang digunakan
adalah perusahaan yang delisting dari Bursa Efek Jakarta pada periode
2000-2003 dan semua perusahaan manufaktur yang terdaftar hingga saat
ini. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
keuangan disesuaikan memiliki tinggi daya klasifikasi dari rasio industri
relatif. Sorot penting lainnya adalah reputasi auditor memiliki hubungan
signifikan terhadap kondisi financial distress. Sebagai kesimpulan, ada 1%
dari perusahaan manufaktur Indonesia yang menunjukkan kondisi
financial distress. Pemegang Saham, Investor, Kreditor dan manajemen
harus memperhatikan fenomena ini.
Khania Vissiani Amrullah (2010) yaitu prediksi financial distress.
Hasil penelitian ini variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress yaitu Working Capital/Total Assets, Total Equity/Total
Asstes, Net Income/Total Assets, dan Total Liabilities/Total Assets.
Andi Pradana (2011) yaitu peranan analisis rasio keuangan model
Altman, Springate, dan Zmijewski penerapannya pada perusahaan
property dan real estate di BEI dari penelitian tersebut dalam model
Altman yang paling dominan dalam membedakan perusahaan yang sehat
dan tidak sehat berdasarkan hasil standartdized canonical discriminant
function coefficients yaitu rasio retained earnings to total assets (RETA),
pada model Foster yaitu rasio time interest expense (TIE), pada model
-
23
Springate yaitu rasio working capital to total asset (WCTA), dan pada
model Zmijewski yaitu rasio net income to total assets (NITA).
Analisa laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk
memprediksi kebangkrutan. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar
untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasiorasio keuangan
yang ada. Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menjalankan usahanya, distribusi aktivanya, keefektifan
penggunaan aktivanya, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai,
beban-beban tetap yang harus dibayar, serta potensi kebangkrutan yang
akan dialami (Brahmana, 2008:3). Dibawah ini merupakan data survey
untuk perusahaan sektor property and real estate.
Tabel 1.1
Net Profit Margin Perusahaan Property and Real Estate Tahun 2007-2010
KODE 2007 2008 2009 2010
ASRI 0.07 0.14 0.23 0.38
BAPA 0.02 0.01 0.14 0.23
BCIP 6.31 6.38 11.65 22.14
BSDE 0.07 0.16 0.24 0.16
COWL 0.09 0.08 0.14 0.08
CTRA 0.12 0.16 0.1 0.15
CTRP 0.27 0.58 0.22 0.44
DART 0.21 0.27 0.1 0.08
DGIK 0.08 0.04 0.05 0.05
DILD 0.08 0.04 0.07 0.42
DUTI 0.05 0.04 0.21 0.27
ELTY 0.17 0.26 0.13 0.13
GMTD 0.13 0.13 0.21 0.23
GPRA 0.09 0.04 0.1 0.11
JRPT 0.21 0.23 0.29 0.34
LAMI 0.03 0.08 0.09 0.15
LPCK 0.07 0.05 0.08 0.16
LPKR 0.17 0.15 0.15 0.17
-
24
MDLN 0.11 0.01 0.01 0.15
MKPI 40.99 43.11 34.74 37.01
PJAA 18.46 15.48 15.29 15.38
PNSE 0.1 0.13 0.17 0.15
PSAB 0.02 0.01 0.01 0.01
PUDP 0.1 0.08 0.12 0.17
SMRA 0.16 0.07 0.14 0.14
SSIA 0.01 -0.01 0.01 0.07
Maks 40.99 43.11 34.74 37.01
Min 0.01 -0.01 0.01 0.01
Rata 2.622692 2.604615 2.488077 3.029615
Sumber : Olah data ICMD 2011
Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi dari
keseluruhan tahun yaitu tahun 2010 dengan nilai rata-rata sebesar
3.029615 hal ini sama dengan yang dimiliki Badan Pusat Statistik,
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 mencapai 4,5% atau
turun sebesar 1,6% dari tahun 2008. Kondisi pertumbuhan ekonomi makro
yang membaik mulai semester pertama 2010 ditandai dengan
meningkatnya PDB semester pertama yang mencapai 5,8%. Hal ini
tampak pada mulai menguatnya ekonomi dan meningkatnya daya beli
masyarakat. Berdasarkan indikator ekonomi di atas, analis memprediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan bisa
mencapai 5,5% - 6,0%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga didorong
oleh meningkatnya nilai ekspor dan derasnya arus investasi yang masuk ke
Indonesia sepanjang awal tahun 2010. Iklim investasi yang semakin
kondusif di Indonesia pada tahun 2010 merupakan salah satu faktor
pendukung lainnya. Berdasarkan indikator tersebut, Analis memperkirakan
-
25
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan akan
mencapai 6,0 - 6,4% dan tingkat inflasi diperkirakan sebesar 6%, BI Rate
sebesar 6,5% dan kurs rupiah terhadap dollar diperkirakan akan stabil pada
Rp 9.000 s/d Rp 9.500. (www.bisnisrumah.co.id/newsbisnisproperti/2010).
Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti perusahaan pada
sektor property and real estate, jika dilihat dari net profit margin pada
perusahaan sektor property and real estate dari tahun 2007 sampai dengan
2010. Objek penelitian ini adalah seluruh pada perusahaan sektor property
and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007
sampai dengan 2010. Disini penulis memilih pada perusahaan sektor
property and real estate untuk dijadikan sampel penelitian ini karena
perkembangan bisnis property di Indonesia dinilai akan semakin pesat dan
memuncak di tahun 2014. Bahkan dari 15 kota di Asia Pasifik,
Jakarta termasuk menjadi salah satu kota terbaik untuk berbisnis property
(Tempo.com, 6/12/12). Alasan lainnya yang mendukung tumbuh pesatnya
bisnis property di Indonesia juga dilontarkan oleh seorang pengamat
property, Panangian Simanungkalit (Kompas.com, 20/01/12). Ia
menyatakan terdapat 3 alasan yang menjadikan investasi property di
Indonesia menjadi yang terbaik di dunia. Pertama, BI Rate yang
turun menjadi 6% pada November 2011 dan sekarang bertahan di angka
5,7% merupakan suku bunga terendah sepanjang sejarah. Kedua, masih
terdapat sekitar 14 juta dari 61 juta keluarga yang belum memiliki rumah
dengan permintaan 900.000 unit pertahun. Ketiga, semua segmen pasar
http://www.bisnisrumah.co.id/newsbisnisproperti/2010
-
26
property di Indonesia terbuka sebagai lahan investasi termasuk ke pasar
kelas paling bawah.melihat siklus perkembangan beberapa produk properti
saat ini diketahui arah perkembangannya kedepan sangat diperkirakan
lebih positif karena pertambahan penduduk di Indonesia yang tinggi
menyebabkan kebutuhan hunian yang akan terus meningkat dan akan
semakin tinggi persaingan antar perusahaan maka akan mengakibatkan
semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Apabila
usaha tersebut gagal dalam arti kalah dalam persaingan maka perusahaan
tersebut akan mengalami kerugian, yang pada akhirnya akan
memperngaruhi keuangan perusahaan yang akan menyebabkan perusahaan
tersebut mengalami financial distress.
Berdasarkan latar belakang mengenai prediksi kebangkrutan
peneliti tertarik untuk meneliti tentang kebangkrutan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu.
Penelitian ini dilakukan selama periode 4 tahun pada perusahaan yang
tidak mengalami kebangkrutan dan yang mengalami kebangkrutan. Rasio
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian
terdahulu. Dan pada perusahaan sektor property and real estate yang akan
diteliti sebagai perusahaan yang mengalami kebangkrutan yaitu
perusahaan yang memiliki net income (laba bersih) negatif dan tidak
melakukan pembayaran deviden selama dua tahun berturut-turut pada
tahun 2007 sampai dengan 2010 sebagai perusahaan yang mengalami
kebangkrutan diproksikan dengan nilai 0 dan perusahaan yang mengalami
-
27
kebangkrutan diproksikan dengan nilai 1 dengan indikasi : Beberapa tahun
mengalami laba bersih operasi (net operating income negatif) dan selama
lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden, digunakan
oleh Almilia dan Kristijadi (2003). Dengan adanya pernyataan-pernyataan
diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Prediksi Kegagalan Pada Perusahaan Sektor Property and Real Eestate
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia: Menggunakan Multiple
Discriminant Analysis, dan Regresi Logistik Periode 2007-2010.
-
28
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang yang telah dijelaskan di atas dalam
penelitian ini peneliti ingin menemukan bukti empiris dengan
menggunakan rasio keuangan. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah model prediksi kebangkrutan Multiple Discriminant
Analysis, dan Regresi Logistik, dapat mengetahui terjadinya
kebangkrutan pada perusahaan sektor property and real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).
2. Berapakah tingkat akurasi/ketepatan pada metode Multiple
Discriminant Analysis, dan Regresi Logistik pada perusahaan
sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode (2007-2010).
3. Manakah variabel yang signifikan dalam analisis prediksi
kebangkrutan metode Multiple Discriminant Analysis, dan
Regresi Logistik, pada pada perusahaan sektor property and
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
(2007-2010).
-
29
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang dilakukan penulis untuk penelitian ini
berdasarkan rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis dengan menggunakan metode
kebangkrutan Multiple Discriminant Analysis dan Regresi
Logistik agar dapat mengetahui terjadinya kebangkrutan
dimana tingkat akurasi metode Regresi Logistik sektor
property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode (2007-2010).
2. Untuk menganalisis tingkat akurasi/ketepatan pada metode
Multiple Discriminant Analysis dan Regresi Logistik pada
perusahaan sektor property and real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).
3. Untuk mengetahui variabel yang signifikan dalam analisis
prediksi kebangkrutan pada metode Multiple Discriminant
Analysis dan Regresi Logistik pada perusahaan sektor property
and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
(2007-2010).
Adapun manfaat dari penelitian ini yang diharapkan dari tujuan
peneliti yang dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan dari teori-teori yang didapat peneliti di
bangku kuliah dan mata kuliah yang sudah pernah diberikan
-
30
oleh dosen khususnya pada teori analisis kebangkrutan suatu
perusahaan dan sebagai pengetahuan tambahan bagi peneliti di
bidang manajemen keuangan
2. Bagi Pemberi pinjaman (seperti pihak Bank).
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil
keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian
bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
3. Bagi Investor.
Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan
model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi
kemungkinan tersebut.
4. Bagi Pihak Lain.
Sebagai bahan referensi untuk karya ilmiah atau penelitian yang
dilakukan selanjutnya.
-
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi
keuangan yang menyajikan berbagai informasi tentang aktivitas ekonomi
suatu perusahaan. Informasi tersebut ditunjukkan bagi semua pihak, baik
ekstren maupun intern, pihak ekstren perusahaan adalah pihak luar yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak ekstren terdiri atas para
pemegang saham, investor yang ingin menanamkan sahamnya dalam
perusahaan, dan pihak lain yang menggunakan laporan keuangan untuk
kepentingannya. Setiap pihak memiliki kepentingan yang berbeda terhadap
perusahaan. Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan keuangan perlu
didasarkan pada konsep dasar dan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum. IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) sebagai organisasi profesi
akuntan telah menyusun SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang
menjadi pedoman dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan
menggambarkan posisi keuangan perusahaan, pencapaian kinerja, dan
perubahan permodalan perusahaan selama periode berjalan. Laporan
keuangan merupakan salah satu sumber informasi utama dan penting bagi
investor dalam proses pengambilan keputusan investasi dimasa depan.
PSAK No. 1 (Revisi 1998) menyatakan bahwa:
tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
-
32
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka (IAI, 2002 : 1-2).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik
perusahaan yang memberikan informasi tentang aktivitas ekonomi
perusahaan selama satu periode tertentu dan merupakan salah satu sumber
informasi utama dan penting bagi para pengguna laporan dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi (Mustika Diah, 2008 : 7-8). Laporan
keuangan adalah sebagai alat yang paling baik untuk menyajikan kinerja
keseluruhan perusahaan, laporan keuangan yang sering digunakan sebagai
alat peringatan dan penilaian marabahaya keuangan (Shih, Kuang et.al,
2011 : 55).
Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi
manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang
memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat
oleh perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para
supplier. Ada beberapa pengertian laporan keuangan dari para ahli
diantaranya. Menurut Kieso, et.al (2008 : 2) laporan keuangan merupakan
sarana pengkomukasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak
diluar korporasi. Laporan keuangan (financial statement) yang sering
disajikan adalah neraca, laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas
pemilik atau pemegang saham dan catatan atas laporan keuangan atau
-
33
pengungkapan juga merupakan bagian intergral dari setiap laporan
keuangan.
Menurut Harahap (2007 : 105) laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
jangka waktu tertentu. Laporan keuangan yang akan menjadi bahan sarana
informasi (screen) bagi analisis dalam proses pengambilan keputusan.
Laporan keuangan dapat mengambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil
usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan
dalam periode tertentu. Dari laporan keuangan, akan tergambar kondisi
keuangan suatu perusahaan khususnya untuk mengantisipasi sinyal
financial distress.
1. Jenis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi
yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping
informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa
pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Ada tiga macam
laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan, (1) Neraca, (2) Laporan
Laba-Rugi, (3). Laporan Aliran Kas. Di samping ketiga laporan pokok
tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba yang
ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak
manajemen.
-
34
a. Neraca
Salah satu tujuan pelaporan keuangan biasanya dikatakan untuk
membantu investor, kreditur, dan pihak-pihak lain menaksir besar,
waktu (timing), serta tingkat ketidakpastian aliran kas suatu
perusahaan atau entitas. Tujuan yang lebih spesifik adalah untuk
memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban,
modal sendiri dari suatu entitas atau perusahaan.informasi tersebut
diringkas dalam neraca. Neraca dengan demikian meringkaskan posisi
keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca
menampilkan sumber daya ekonomis (aset), kewajiban ekonomis
(hutang), modal saham, dan hubungan antaritem tersebut. Neraca juga
menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban
(utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya
neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis)
harta, utang, dan modal perusahaan (Kieso et.al, 2008 : 190).
Neraca (balance sheet) melaporkan aktiva, kewajiban, dan
ekuitas pemegang saham pada suatu tanggal tertentu. Neraca
menggambarkan posisi keuangan. Dengan menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham, neraca dapat
dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat likuiditas, struktur
modal, dan efisiensi perusahaan, serta menghitung tingkat
pengembalian aktiva atas laba bersih (Hery, 2009 : 158).
-
35
Necara memperlihatkan gambaran tentang aktiva dan sumber-
sumber keuangan untuk membeli aktiva tersebut pada suatu saat.
Neraca terdiri atas 2 sisi: (1) aktiva yang menunjukkan aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan, dan (2) pasiva yang menunjukkan dari mana
dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Sisi aktiva terdiri atas aktiva
lancar (current assets) dan aktiva tetap (fixed assets). Sisi pasiva terdiri
atas hutang lancar (current liabilities), hutang jangka panjang (long-
term debt) dan modal sendiri pemegang saham (shareholders equity)
(Atmaja, 2008 : 411).
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba-rugi (income statement), yang sering disebut
statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang
mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu
tertentu. Kegunaan laporan laba-rugi untuk membantu pemakai laporan
keuangan memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara
(Kieso et.al, 2008 : 140).
Laporan laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama
jangka waktu tertentu. Berbeda dengan neraca yang merupakan snapsot,
Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh
tertentu.Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh
dan jumlah biaya yang dikeluarkan (Hanafi & Halim, 2009 : 15).
-
36
Menurut Brealey, et.al (2008 : 61) laporan laba rugi merupakan
laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan, beban, dan laba
bersih perusahaan selama periode tertentu.
Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang
menyajikan ukuran keberhasilan operasi perusahaan selama periode
waktu tertentu. Lewat laporan laba rugi, investor dapat mengetahui
besarnya tingkat profitabilitas yang dihasilkan investee. Lewat laporan
laba rugi, kreditur juga dapat mempertimbangkan kelayakan kreditur
debitur. Penetapan pajak yang nantinya akan disetorkan ke kas negara,
juga diperoleh berdasarkan jumlah laba bersih yang ditunjukkan lewat
laporan laba rugi. Ukuran laba menggambarkan kinerja manajemen
dalam menghasilkan profit untuk membayar bunga kreditur, deviden
investor, dan pajak pemerintah. Informasi laba juga dapat dipakai
untuk mengestimasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
di masa yang akan datang (memprediksi atau menafsir earning power),
menafsir resiko dalam berinvestasi, dan lain-lain (Hery, 2009 : 100).
c. Laporan Arus Kas
Fokus utama dari laporan keuangan adalah laba, dan informasi
mengenai laba merupakan indikator yang baik untuk menentukan atau
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas di masa yang
akan datang (Hery, 2009 : 201). Laporan arus kas dibutuhkan karena :
-
37
1. Kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya.
2. Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaa selama periode
tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini.
3. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas
perusahaan di masa mendatang.
Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk maupun arus kas
keluar perusahaan selama periode. Laporan arus kas ini memberikan
informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi
kewajiban, dan membayar deviden. Laporan arus kas digunakan oleh
manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah
berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di
masa yang akan datang. Laporan arus kas yang digunakan oleh kreditur
dan investor dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi
perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan). Dalam laporan arus
kas, penerimaan dan pembayaran kas dikualifikasikan menurut tiga
kategori utama, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan
(Hery, 2009 : 203).
PSAK No. 2 mengharuskan penyajian laporan arus kas sebagai tak
terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian.
Dalam hal ini arus kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan (IAI, 2002 : 2-1). Informasi dalam laporan arus
-
38
kas dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang
berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama sehingga
meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai
perusahaan (Mustika Diah, 2008 : 10).
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang memperlihatkan
penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu
periode waktu. Terdapat perbedaan antara arus kas dengan penghasilan
yang ada di laporan rugi laba. Perbedaan ini terjadi karena: (1) Laporan
rugi laba tidak mencatat pengeluaran modal sebagai biaya pada tahun
dimana terjadi pengeluaran, tetapi di bagi-bagi dalam bentuk biaya
depresiasi, dan (2) Laporan rugi laba menggunakan konsep accrual
accounting dimana pendapatan dan biaya dicatat saat terjadi, bukan saat
akan diterima atau dibayar (Atmaja, 2008 : 414).
2. Tujuan Laporan Keuangan
Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat
sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat
beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan
manajemen perusahaan. Di samping itu, tujuan laporan keuangan
disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Secara umum laporan keuangan
bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan,
baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.Laporan keuangan
-
39
juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan
maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu
memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar
perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini
beberapa tujuan atau penyusunan laporan keuangan yaitu :
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan
modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan
yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang
terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan
dalam suatu periode.
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan
keuangan.
h. Informasi keuangan lainnya.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan,
akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.
Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja,
-
40
tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan
perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan
melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan (Kasmir, 2012 :
10-11).
Menurut Harahap (2010 : 136) laporan keuangan menunjukkan
apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi.
3. Keterbatasan Laporan Keuangan
Dalam praktiknya hal-hal dan jumlah-jumlah yang dilaporkan
dalam neraca belum tentu menunjukkan nilai yang realisasi (likuiditas),
Hal ini disebabkan karena penyusunan laporan keuangan tidak terlepas
dari pendapat pribadi, baik oleh manajemen maupun akuntan. Laporan
keuangan juga bukan laporan final dan sifatnya hanya sementara waktu
saja. Anggapan yang digunakan bahwa perusahaan akan berjalan terus
sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis, harga
perolehan dan pengurangan aktiva tetap berdasarkan akumulasi
penyusutannya yang mengakibatkan angka atau jumlah yang tertera
dalam laporan keuangan terlihat pasti. Laporan keuangan belum
dikatakan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum atau tidak
-
41
tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Berikut ini beberapa
keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan.
a. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah
(historis), di mana data-data yang diambil dari masa lalu.
b. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang,
bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
c. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
d. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
situasi ketidak pastian.
e. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut
pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang
terjadi bukan kepada sifat formalnya.
Ketebatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai
keuangan secara langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar
dapat menunjukkan kejadian yang mendekati sebenarnya, meskipun
perubahan berbagai kondisi dari berbagai sektor terus terjadi (Kasmir,
2012 : 15-17).
4. Analisis Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne
merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.Rasio
keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
-
42
perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan
perusahaan yang bersangkutan. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk
menilai kinerja manajemen dalam satu periode apakah mencapai target
seperti yang telah ditetapkan (Kasmir, 2012 : 104).
Rasio keuangan adalah angka yang dperoleh dari hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.Rasio keuangan ini
hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan
antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita
dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat
membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh
informasi dan memberikan penilaian (Harahap, 2010 : 279).
Rasio keuangan telah digunakan untuk membandingkan data
keuangan perusahaan di berbagai titik dalam waktu atau dengan
perusahaan lain. Mereka sering digunakan untuk memberikan petunjuk
untuk sejumlah pertanyaan concering kesehatan keuangan perusahaan.
Secara umum, rasio keuangan memberikan informasi tentang
profitabilitas, leverage, likuiditas, dan efisiensi perusahaan. Rasio
profitabilitas membantu memberikan petunjuk untuk perusahaan
kemampuan untuk menghasilkan keuntungan per setiap unit penjualan.
Rasio leverage memberikan informasi mengenai sejauh mana perusahaan
mendanai investasi dengan menggunakan dana dari sumber selain
pemilik perusahaan. Rasio likuiditas memberikan indikasi apakah
-
43
perusahaan memiliki kas yang cukup atau uang tunai dekat untuk
membayar kewajibannya pada saat jatuh. Rasio efisiensi membantu
untuk menentukan sejauh mana perusahaan menggunakan sumber
dayanya untuk menghasilkan penjualan (Sulaiman et.al, 2001 : 100).
Hanafi & Halim (2009 : 79) mengkatagorikan analisis rasio kedalam
lima kelompok :
a. Rasio Likuiditas, mengukur kemampuan likuiditas jangka
pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
relative terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini
merupakan kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas terbagi
menjadi dua bagian :
1) Rasio Lancar, merupakan perbandingan antara aktiva lancar
dengan hutang lancar.
2) Rasi cepat (quick), dihitung dengan mengurangkan
persediaan dari aktiva lancar, kemudian membagi sisanya
dengan hutang lancar.
b. Rasio Aktivitas, rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian
menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut
pada tingkat kegiatan tertentu. Rasio ini juga mengukur seberapa
efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber daya
perusahaan. Rasio aktivitas meliputi: perputaran piutang,
perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap dan perputaram
total aktiva.
-
44
c. Rasio Solvabilitas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan
yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya
lebih besar dibandingkan total assetnya. Rasio Solvabilitas
terdiri dari :
1) Total debt to total assets, mengukur presentasi penggunaan
dana dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total
hutang dengan total aktiva.
2) Debt equity ratio, perbandingan antara total hutang dengan
modal.
3) Time interest earned, dihitung dengan membagi laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga.
Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa
menyulitkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
membayar bunga tahunan.
d. Rasio Profitabilitas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat
penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu atau digunakan
untuk mengukur seberapa efektif pengelolaan perusahaan
sehingga menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas terdiri
dari :
1) Profit margin and sale, dihitung dengan cara membagi laba
setelah pajak dengan penjualan.
-
45
2) Return on total asset, perbandingan antara laba setelah
pajak dengan total aktiva guna mengukur tingkat
pengembalian.
3) Return on net worth, perbandingan antara laba setelah pajak
dengan modal sendiri guna mengukur tingkat keuntungan
investasi pemilik modal sendiri.
e. Rasio Pasar, rasio yang mengukur harga pasar relative terhadap
nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan
sudut pandang investor atau mengukur kemampuan perusahaan
dalam menciptakan nilai terutama pada pemegang saham dan
calon investor. Rasio pasar terdiri dari :
1) Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan
laba per lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari rasio
industri sejenis, bisa menjadi indikasi bahwa investasi pada
saham perusahaan ini lebih beresiko dari pada rata-rata
industri.
2) Dividend yield, rasio antara deviden per lembar yang
diberikan perusahaan dengan harga pasar saham per lembar.
3) Dividen payout ratio, rasio ini melihat bagian earning
(pendapatan) yang dibayarkan sebagai kepada investor.
Rasio arus kas cukup menjadi hal yang diperhatikan dalam
pengukuran kesehatan, kesulitan dan kebangkrutan suatu usaha. Hal ini
wajar karena perusahaan memerlukan kas untuk membeli pabrik dan
-
46
mesin baru atau ketika membayar hutang dan deviden pada pemegang
saham (Yuliantika, 2011 : 17-20).
5. Keterbatasan dari Analisis Rasio
Dibawah ini beberapa kelemahan penting yang dapat ditemukan
dalam menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan :
a. Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri di
mana perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dengan
beberapa bidang usaha.
b. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
c. Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio
atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat
memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan rata-
rata dalam suatu industri.
d. Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam
kegiatan operasinya. Jadi pos neraca dan rasionya akan
berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan. Untuk
menghindari masalah tersebut, maka metode saldo rata-rata
haruslah digunakan (untuk beberapa bulan atau kuartal,
sepanjang tahun) dan bukan saldo total pada akhir tahun.
Di luar keterbatasannya, rasio keuangan dapat menjadi alat yang
sangat berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Namun kita
juga harus menyadari kelemahan yang potensial saat melakukan analisis
-
47
rasio. Manfaat sesungguhnya yang dihasilkan dari menganalisis rasio
keuangan adalah bahwa angka-angka tersebut memberitahukan kita
pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan (Keown et.al, 2001 :
105-107).
B. Teori Kebangkrutan
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan
dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan
perusahaan atau insolvabilitas. Kebangkrutan sebagai kegagalan
disefinisikan dalam beberapa arti (Adnan et al. 2000) :
a. Kegagalan Ekonomi (economic failure) dalam arti ekonomi
biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, hal ini
berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau
nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari pada
kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari
perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang
diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa
tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya
lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
b. Kegagalan Keuangan (financial failure), bisa diartikan
sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas
-
48
dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua
bentuk, yaitu :
1) Insolvensi teknis (tecnical ilnsovency), perusahaan
dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun
total aktiva melebihi total hutang atau terjadi bila suatu
perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih
kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva
lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau
rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang
disyaratkan.
2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dalam
penelitian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran
sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca
konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Menurut Hanafi & Halim (2009), analisis kebangkrutan
dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda
awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut,
semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa
melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak
pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi
-
49
berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut
dalam hal ini dilihat dalam menggunakan data-data akuntansi.
1. Pengertian Financial Distress
Menurut Rodoni & Ali (2010) Financial distress pada dasarnya
sukar untuk didefinisikan secara tepat. Hal ini disebabkan oleh
bermacam-macam kejadian kejatuhan perusahaan pada saat financial
distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang disebabkan financial
distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini : terjadinya
pengurangan deviden, penutupan perusahaan, kerugian-kerugian,
pemecatan, pengunduran direksi dan jatuhnya harga saham. dalam
penelitian terdahulu financial distress dapat diartikan sebagai berikut :
a. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih
operasi (net operating income) negatif, digunakan oleh
Hofer (1980) dan Whitaker (1999).
b. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill,
et al. (1996).
c. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban perusahaan, digunakan oleh Karen
Wruck (1990).
-
50
d. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif,
diguanakan oleh Asquith, et. al. (1991) dan Pindando, et. al.
(2006).
e. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, diguanakan
oleh John, et. al. (1992) dalam Platt (2004).
f. Stockbased insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan
nilai asset kurang dari nilai hutang dan flowbased
insolvency yaitu arus kas yang berjalan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman (1993).
g. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka
panjang saat ini digunakan Whitaker (1999).
h. Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang
pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk
melakukan perencanaan restrukturisasi, digunakan oleh
Tirapat dan Nittayagasetwat (1999).
i. Negatif EBITDA interest coverage, Negatif EBIT, Negative
Net Income digunakan oleh Platt (2004).
j. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net
operating income negatif) dan selama lebih dari satu tahun
tidak melakukan pembayaran deviden, digunakan oleh
Almilia dan Kristijadi (2003).
-
51
k. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai
buku ekuitas negatif berturut-turut, serta perusahaan
tersebut telah merger, digunakan oleh Almilia (2004).
Ketidak mampuan membayar hutang (insolvency), kondisi dari
asset atau milik kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi
tidak cukup untuk melunasi hutang. Definisi ini mempunyai dua bagian
yaitu Stock dan Flow. Keduanya menggambarkan mengenai
ketidakmampuan membayar hutang (insolvency) stock-based insolvency
terjadi ketika perusahaan memiliki kekayaan bersih yang negatif dan nilai
asset kurang dari nilai hutang. Flow-based insolvency terjadi ketika arus
kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban yang diminta
(Rodoni & Ali, 2010 : 176).
Flow-based insolvency mengacu pada ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar hutang. Hofer (1980) dalam Platt (2004)
mendefinisikan financial distress bilamana perusahaan mempunyai
negative Net Income. Whitaker (1999) menerangkan financial distress
sebagai penurunan kondisi perusahaan dari kondisi sebelumnya.
Penurunan kondisi perusahaan turun disebabkan economic distress,
penurunan industri operating income dan poor management, atau
penurunan kondisi perusahaan relative terhadap industri. Poor
management didefinisikan sebagai kecenderungan penurunan Operating
Income, selama lima tahun sebelumnya. Operating Income didefinisikan
sebagai net sales dikurangi cost of good sold dikurangi penjualan, biaya
-
52
umum dan administratif sebelum depresiasi dan sebelum gains dan losses
pada penjualan asset. Financial distress pada perusahaan dapat diatasi
dengan beberapa cara yaitu (Rodoni & Ali, 2010 : 175) :
1. Berhubungan dengan asset perusahaan, yaitu dengan
menjual aset-aset utama, melakukan merger dengan
perusahaan lain, menurunkan pengeluaran dan biaya
penelitian dan pengembangan.
2. Berhubungan dengan rekstrukturisasi aset ataupun
rekstrukturisasi keuangan.
-
53
Gambar 2.1 Tahap Financial Distress
49% 51%
53% 47%
3% 7% 10%
Sumber: Manajemen keuangan (Rodoni dan Ali, 2010 : 175)
Gambar 2.1 menjelaskan tahap-tahap financial distress
perusahaan sampai dengan kepada kebangkrutan. Sejumlah 49 persen
perusahaan mendapatkan manfaat dari financial distress dengan
merestrukturisasi aset mereka. Perusahaan yang tidak melakukan
restrukturisasi keuangan melakukan penyehatan terhadap hutang
sehingga mengubah perilaku perusahaan dan mendesak perusahaan untuk
membuang bisnis mereka yang tidak berhubungan (Rodoni & Ali, 2010 :
171-176).
Financial Distress
Tidak melakukan
rekstrukturisasi
keuangan
Melakukan
rekstrukturisasi
keuangan
Melaksanakan
atas perkara
sendiri
Melaksanakan atas
putusan pengadilan
Merger dengan
perusahaan lain
Likuidasi Melakukan
reorganisasi dan
berhasil bangkit
-
54
Restrukturisasi keuangan dapat dilakukan sendiri atau dilakukan
atas putusan pengadilan. Dalam gambar tersebut dijelaskan juga, bahwa
hampir separuh restrukturisasi atas perkara sendiri. Dan yang
melaksanakan restrukturisasi berdasarkan putusan pengadilan sejumlah
53 persen dapat melakukan reorganisasi dan meneruskan usahanya
(Rodoni & Ali,2010 : 171-176)
Lebih lanjut, dari kerugian yang terjadi akan mengakibatkan
defisiensi modal dikarenakan penurunan nilai saldo laba yang terpakai
untuk melakukan pembayaran dividen, sehingga total ekuitas secara
keseluruhan pun akan mengalami defisiensi. Jika hal ini terus terjadi,
maka tidak mustahil bahwa suatu saat total kewajiban perusahaan akan
melebihi total aktiva yang dimilikinya. Kondisi seperti yang telah
disebutkan di atas mengasosiasikan suatu perusahaan sedang mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) yang pada akhirnya jika
perusahaan tidak mampu keluar dari kondisi tersebut di atas, maka
perusahaan tersebut akan mengalami kepailitan. Untuk mendeteksi
kesulitan keuangan perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan.
Secara umum rasio-rasio seperti profitabilitas, likuiditas, leverage dan
cakupan arus kas berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam
memprediksi kesulitan keuangan maupun kebangkrutan (Andre, Orina.
2009 : 2-3).
-
55
2. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan pada suatu
perusahaan adalah (Akhyar, 2000:139) :
1. Faktor Umum
a. Sektor Ekonomi.
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor
ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga
barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan
devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya
dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau
defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar
negeri.
b. Sektor Sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan
cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang
mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa
ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan.
Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan
yang terjadi di masyarakat.
c. Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan
biaya yang ditanggung perusahaan membengkak
terutama untuk pemeliharaan dan implementasi.
-
56
Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi
informasi tersebut kurang terencana oleh pihak
manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer
pengguna kurang professional.
d. Sektor Pemerintah
Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan
pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan
dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang
berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan
atau tenaga kerja dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal Perusahaan
a. Faktor Pelanggan/Konsumen
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen,
karena berguna untuk menghindari kehilangan
konsumen, juga menciptakan peluang untuk menemukan
konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil
penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke
pesaing.
b. Faktor Kreditur
Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan
mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang
tergantung kepercayaan kreditur terhadap kelikuiditasan
suatu perusahaan.
-
57
c. Faktor Pesaing
Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena
menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada
konsumen, perusahaan juga jangan melupakan
pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima
oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan
konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.
3. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara
internal adalah sebagai berikut (Akhyar, 2000:140) :
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah
sehingga akan menyebabkan adanya penungkkan dalam
pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.
b. Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang
adanya kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap
inisiatif dari manajemen.
c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana
sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak
sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan
dengan keuangan perusahaan.
-
58
3. Masalah Keuangan Tanpa Kebangkrutan
Tidak semua perusahaan yang mendapat masalah menjadi
bangkrut. Sepanjang perusahaan dapat mengumpulkan cukup banyak
uang tunai untuk membayar bunga utangnya, perusahaan mungkin dapat
menunda kebangkrutan untuk bertahun-tahun lamanya. Pada akhirnya
perusahaan bisa pulih, sekaligus membayar utangnya dan tidak bangkrut
(Bearly et.al, 2008 : 20).
Jalan keluar yang sempit dari kebangkrutan tidak berarti bahwa
biaya masalah keuangan terhindarkan. Ketika perusahaan mendapat
masalah, pemasok khawatir bahwa mereka mungkin tidak dibayar,
pelanggan potensial takut bahwa perusahaan tidak akan mampu
memberikan jaminannya, dan karyawan mulai mencuri-curi waktu untuk
wawancara kerja. Baik pemegang obligasi maupun saham perusahaan
ingin perusahaan pulih, tetapi sebaliknya, kepentingan mereka mungkin
bertentangan. Dalam masa terjadinya masalah keuangan, pemegang
sekuritas mirip dengan partai-partai politik bersatu dalam hal umum
tetapi terancam menikam dari belakang dalam masalah-masalah khusus.
Masalah keuangan mahal harganya ketika konflik menghalangi jalannya
bisnis. Pemegang saham berusaha mengabaikan tujuan umum
pemaksimalan keseluruhan nilai pasar perusahaan dan sebagai gantinya
mengejar kepentingan diri sendiri yang lebih sempit (Bearly et.al, 2008 :
20-21).
-
59
4. Pengertian Multiple Discriminant Analysis
Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009) dalam Nugroho
(2012) Dalam menyusun model Z Altman mengambil sampel 33
perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1960 sampai 1965
dan 33 perusahaan tidak bangkrut dengan lini industri dan ukuran yang
sama. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5
tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyususn 22 rasio keuangan yang
paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori :
likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas, dan kinerja. Hasil studi
Altman ternyata mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95%
untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan, untuk data dua tahun
sebelum kebangkrutan sebesar 72%. Selain itu diketahui bahwa
perusahaan dengan profitabilitas yang rendah sangat berpotensi
mengalami kebangkrutan. Sampai saat ini, Z-score masih lebih banyak
digunakan oleh para peneliti, praktisi, dan serta para akademis di bidang
akuntansi dibandingkan model prediksi lainnya.
Menurut Jehan & Khan et al. (2012 : 43), Altman berpendapat
bahwa "analisis regresi diskriminan digunakan untuk mengklasifikasikan
atau membuat prediksi dalam masalah di mana variabel dependen
muncul dalam bentuk kualitatif, misalnya, laki-laki atau perempuan,
bangkrut atau tidak bangkrut ". dalam melakukan analisis diskriminan
ganda, pertama-tama diperlukan kelompok yang tepat untuk membuat
klasifikasi. Jumlah kelompok bisa lebih dari satu. Namun, banyak
-
60
peneliti menganggap analisis sebagai "analisis diskriminan multivariat"
hanya ketika jumlah kelompok melebihi dua, sementara itu mengacu
pada sifat multivariat analisis. Fungsi diskriminan, yang digunakan
dalam analisis diskriminan, adalah variabel laten yang dibentuk sebagai
pengaturan linear yang membedakan variabel (independen). Diskriminan
seperti fungsi, sebuah bentuk untuk mengubah nilai variabel individu
untuk diskriminan tunggal skor, atau nilai Z, yang kemudian digunakan
untuk mengklasifikasikan obyek.
Menurut Hanafi & Halim (2009), pada tahap berikutnya,
Altman menguji keandalan dari model diskriminan tersebut. Altman
menemukan cut-off points dari variabel Z sebagai berikut :
Tabel 2.1
Titik cut-off points Altman
Dengan Nilai Pasar Dengan Nilai Buku
Tidak Bangkrut
Jika Z >
Bangkrut
Jika Z <
Daerah Rawan
2.99
1.81
1.81-2.99
2.90
1.20
1.20-2.90
Sumber : Analisis Laporan Keuangan Hanafi & Halim (2009 : 275)
Z = 1Va + 2Vb +.+ nVn
-
61
5. Pengertian Regresi Logistik
Regresi logistik adalah model regresi yang digunakan untuk
menganalisis variabel dependen dengan kemungkinan diantara 0 dan 1.
Pada dasarnya logistic regression (reregresi logistik) sama dengan
analisis diskriminan, perbedaan ada pada jenis data dari variabel
dependen. Jika pada analisis diskriminan vaiabel dependennya adalah
data rasio, maka pada regresi logistik variabel dependen adalah data
nominal. Data nominal disini lebih khusus adalah data binary (Wing
Wahyu, 2007:6-10).
Dengan demikian, tujuan regresi logistik adalah pembuatan
sebuah model regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang
berupa sebuah variabel binary menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2010:206).
E (logit) = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 +.+ bnxn
Dimana :
a = konstanta ,
b = beta,
Pi = 1
1+
-
62
e = bilangan natural (2,71828),
x = variabel bebas yang akan digunakan
Analisis logit mencoba untuk menghitung probabilitas,
berdasarkan distribusi probabilitas. Seperti analisis diskriminan,
beratnya variabel independen dan memberikan skor dalam bentuk
probabilitas kegagalan untuk masing-masing perusahaan dalam sampel.
Prosedur statistik ini tidak hanya kelompok perusahaan baik untuk gagal
atau sehat tetapi murni berdasarkan faktor keuangan yang ada lainnya
faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis risiko
dan default, seperti peristiwa acak yang tak terduga, faktor makro-
ekonomi dan peraturan pemerintah dan peraturan baru. Keuntungan
dari analisis regresi logistik adalah bahwa hal itu tidak menganggap
normalitas multivariat dan matriks kovarians yang sama (Yap, et.al
2012:336).
Model logit menggunakan koefisien dari variabel independen
untuk memprediksi probabilitas variabel dependen gagal atau non-gagal.
Teknik bobot independen variabel dan menciptakan skor untuk masing-
masing perusahaan untuk mengklasifikasikan sebagai gagal atau tidak
gagal. Fungsi dipertimbangkan dalam regresi logistik disebut fungsi
logistik. Ukuran goodness of fit akan ditentukan melalui Pearson dan
nilai-nilai yang Deviance Chi-Square dan signifikansi dari variabel yang
-
63
digunakan. Jika nilai p> 0,05 maka nilai tidak signifikan dan model fit
yang baik (Yap, et.al 2012:337).
Sebuah uji rasio kemungkinan digunakan untuk melihat apakah
variabel yang dimasukkan dalam model akhir yang signifikan dalam
menjelaskan beberapa variabilitas dalam data. Chi Square statistik adalah
perbedaan -2 Log Likelihood (-2LL) antara model akhir dan model
berkurang. Menurunnya Model dibentuk dengan menghilangkan efek
dari model akhir. Hipotesis nol adalah bahwa semua parameter efek yang
0. Tes ini sebanding dengan uji F keseluruhan untuk regresi analisis.
Dalam regresi, R merupakan ukuran intuitif seberapa baik model
memprediksi nilai-nilai dari variabel dependen. Namun, dalam regresi
logistik, tidak ada tindakan serupa yang mudah ditafsirkan. The pseudo
Rsquare (Cox dan Snell dan Nagelkerke) merupakan upaya untuk
mengukur proporsi variasi dijelaskan dalam variabel dependen. Cox dan
Snell tindakan biasanya
-
64
C. Penelitian Terdahulu.
Beberapa penelitian untuk memprediksi kegagalan perusahaan
telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah
sebagai berikut :
No. Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Kesimpulan
1.
Hazem B .
Al-khatib
et.al (2011)
Predicting
Financial Distress
of Public
Companies Listed in
Amman Stock
Exchange
Current Ratio,
Curr