pre eksitasi pada jalur mahaim.docx

Upload: zezen-ade-s

Post on 16-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Pre Eksitasi pada Jalur Mahaim Karena jalur mahaim dimulai dari berkas His, maka interval PR tidak terpengaruh. Jalur mahaim mengawali aktivasi pada sebagianventrikel, sehingga terjadi gelombang delta. Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom pre eksitasi melalui jalur Mahaim ialah 1) Interval PR normal; 2) Terdapat gelombang delta, kompleks QRS melebar.

Gambar 38 Pre-eksitasi jalur James: Sindrom Lown Ganong Levine. Impuls dari sinus menempuh dua jalur: jalur 1 ialah jalur normal, jalur 2 jalur melalui jalur James. Impuls melalui jalur 2 mencapai berkas. HIS lebih awal karena tidak mengalami perlambatan di simpul AV, sehingga interval PR memendek, sedangkan bentuk kompleks QRS normal. Aktivasi melalui jalur 2 tak mempunyai efek karena ventrikel dalam periode refakter mutlak.

Gambar 39. Pre-eksetasi jalur mahaim. Impuls dari sinus sehingga simpuls AV berjalan biasa, sehingga tak ada pengaruh terhadap interval PR. Impuls melalui jalur 2 yang berawal dari berkasi HIS, mencapai suatu daerah D di ventrikel (sedikit) lebih awal dari pada aktivasi ventrikel melalui jalur biasa (1), sehingga pada EKG terdapat golongan delta. Selanjutnya terjadi fusi dari aktivasi melalui kedua jalur tersebut. PENYAKIT JANTUNG KORONERElektrokardiografi ialah sarana diagnostik yang penting untuk penyakit jantung koroner. Yang dapat ditangkap oleh EKG ialah kelainan miokard yang disebabkan oleh terganggunya aliran koroner. Terganggunya aliran koroner menyebabkan kerusakan miokard yang dapat dibagi menjadi 3 tingkat 1) Iskemia kelainan yang paling ringan dan masih reversibel 2) Injuri, kelainan yang lebih berta, tetap[i masih reversibel 3) Nekrosis, kelainan yang sudar reversibel, karena kerusakan miokard sudah permanen. Masing-masing kelainan yang khas pada EKG. Pada umumnya iskemia dan injuri menunjukkan kelainan pada proses lepolarisasi miokard, yaitu segmen ST dan gelombang T. Nekrosis miokard menyebabkan gangguan pada proses depolarisasi, yaitu gelombang QRS.

Iskemia Depresi ST. Ini ialah ciri dasar iskemia miokard. Ada tiga macam jenis depresi ST, yaitu: a) Horizontal, b) Landai ke bawah c) Landai ke atas.

Yang dianggap spesifik ialah a dan b. Depresi ST dianggap bermkna bila lebih dari 1 mm, makin dalam makin spesifik. Intervensi T, gelombang T yang negatif (vektor T berlawanan arah dengan vektor QRS) bisa terdapat pada iskemia miokard tetapi tanda ini tidak terlau spesifik. Yang lebih spesifik ialah bila gelombang T ini simetris dan berujung lancip. Inversi U. Gelombang U yangnegatid (terhadap satu) yang cukup spesifik untuk iskemia miokard. InjuriCiri dasar injuri ialah evaluasi ST dan yang khas ialah konveks ke atas. Pada umumnya di anggap nbahwa elevasi ST menunjukkian injuri di daerah Subepikardial. Sedangkan injuri di daerah Suben dokordial menunjukkan depresi ST yang dalam

Gambar 44. Injuri miokarda. Elevasi ST cembung ke atas, spesifik untuk injuri (epikard)b. Elevasi ST cekung ke atas, tidak spesifikc. Depresi ST yang dalam, menunjukan injuri subendokardial

Gambar 45. Nekrosis miokard. Pada umumnya dianggap: Q menunjukan tebalnya nekrosis, R menunjukan sisa miokard yang masih hidupa. Bentuk qR: nekrosis dengan sisa miokard sehat yang cukupb. Bentuk Qr: nekrosis tebal dengan sisa miokard sehat yang tipisc. Bentuk QS: nekrosis seluruh tebal miokard, yaitu transmural

Gambar 46. Lokalisasi dinding ventrikel pada EKG

Gambar 47. Gambaran EKG pada infark miokard akut : evolusia. Fase hiperakutb. Fase ovulasi lengkapc. Fase infark lama

GAMBARAN EKG PADA INFARK MIOKARD AKUT Umumnya pada infark miokard akut terdapat gambaran iskemia, injuri dan nekrosis yang timbul menurut urutan tertentu sesuai dengan perubahan-perubahan pada miokard yang disebut evolusi EKG. Evolusi terdiri dari fase-fase sebagai berikut : Fase awal atau fase hiperakut : 1). Elevasi ST yang nonspesifik, 2). T yang tinggi dan melebar.Fase evolusi lengkap : 1.) elevasi ST yang spesifik, konveks ke atas, 2). T yang negatif dan simetris, 3). Q patologisFase infarks lama : 1.) Q patologis, bisa QS atau Qr. 2). ST yang kembali iso-elektrik, 3). T bisa normal atau negatif.Beberapa catatan tentang EKG pada infark miokard : 1). Timbulnya kelainan-kelainan EKG pada infark miokard akut bisa terlambat, sehingga untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard akut, diperlukan rekaman EKG serial; 2). Fase evolusi berlangsung sangat bervariasi , bisa beberapa jam hingga 2 minggu. Bila elevasi ST bertahan hingga 3 bulan, maka dianggap telah terjadi aneurisma ventrikel; 3). Selama evolusi atau sesudahnya, gelombang Q bisa hilang sehingga disebut infark miokard non-Q. Ini terjadi 20-30% kasus infark miokard; 4). Gambaran infark miokard subendokardial pada EKG tidak begitu jelas dan memerlukan konfirmasi klinis dan laboratoris. Pada umumnya dianggap bahwa Q menunjukan nekrosis miokard, sedangkan R menunjukan miokard yang masih hidup, sehingga bentuk Qr menunjukan nekrosis miokard, sedangkan R menunjukan miokard yang masih hidup, sehingga bentuk Qr menunjukan infark-non-transmural sedangkan bentuk QS menunjukkan infark transmural. Pada infark miokard-non Q, berkurangnya tinggi R menunjukkan nekrosis miokard; 6). Pada infark miokard dinding posterior murni, gambaran EKG menunjukkan bayangan cermin dari infark miokard anteroseptal terhadap garis horisontal, jadi terdapat R yang tinggi di V1, V2, V3 dan sertai T yang simentris. Gambar48 Contoh lokasi infark miokard a. Infark akut anteroseptal b. Infark akut posterior murni ANEKA KELAINAN ELEKTROKARDIOGRAFIHiperkalemia Bila kadar kalium darah meningkat, berturut-turut akan nampak kelainan. 1). T menjadi tinggi dan lancip 2) R menjadi lebih pendek 3). QRS menjadi lebar 4) QRS bersatu dengan T, sehingga segmen ST hilang 5). P mengecil dan akhirnya menghilang. Hipokalemia Bila kadar kalium darah menurun, berturut-turut akan tampak kelainan-kelainan; 1). U menjadi prominen 2) T makin mendatar dan akhirnya terbalik 3) Depresi ST, 4) Interval PR memanjang. Sering U yang prominen dikira T sehingga seolah-olah interval QT memanjang. Hiperkalsemia Kelainan EKG yang terpenting ialah interval QT yang memendek. Hipokalsemia Kelainan EKG yang terpenting ialah perpanjangan segmen ST, sehingga interval QT memanjang. DigitalisDigitalis dapat mempengaruhi bentuk QRS-T yang disebut efek digitalis. 1) Memperpendek interval QT 2) Depresi ST, mulai dengan menurun landai disusul bagian akhir yang naik dengan curam. 3) Sering menjadi rendah. Selain itu bisa terjadi gangguan pembentukan dan penghantar impuls. Gambar 49. Gambaran EKG pada hiperkalemia. Bila kadar K + makin meningkat. a. T meningkat dan lancip, R menjadi pendek b. QRS melebar dan bersatu dengan Tc. P merendah dan hilang Gambar 50. Gambar EKG pada hipokalemia. Bila K+ makin menurun.a. U prominen, T mendatar b. Depresi ST, T terbalik, PR memanjang Gambar 51 Gambar EKG pada hipo dan hiperkalemia Hipokalsemia : QT memanjang terutama karena perpanjangan ST Hiperkalsemia : QT memendek, terutama karena pemendekan STGambar 52 Efek digitalis, QT yang memendek, depresi ST yang menurun landai dan kemudian naik dengan curam dan T yang rendah. Gambar 53 Perikarditis Akut. Elevasi ST kurang dari 5 mm, bentuk cekung ke atas, tidak timbul Q. Perikaraditis Pada perikarditis, biasanya terjadi peradangan pada epikard, sehingga gambaran EKG menyerupai gambaran iniuri pada epikard berupa elevasi ST. Pada perikarditis yang hanya sedikit menimbulkan peradanagn pada epikard maka EKG bisa normal. Kelainan EKG yang khas untuk perikarditis ialah sebagai berikut :1. Elevasi segmen ST : a) Biasanya luas kecuali V1 dan Avr, b) Bentuk konkaf ke atas, c) Kurang dari 5 mm. 2. T menjadi terbalik, terutama setelah segmen ST kembali ke garis isoelektrik. 3. Tidak timbul Q. Pada efusi perikardial, tanpa adanay peradangan epikardial, tidak terdapat elevasi ST. Dalam hal ini gambaran EKG hanya menunjukkan voltase yang rendah pada QRS dan T.