praktikum tphp2
DESCRIPTION
teknik penanganan hasil pertanianTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Termal Bahan Hasil Pertanian (Pengukuran Nilai Kapasitas Kalor
(Cp))
Oleh :
Nama : Ryansyah Pratama
NPM : 240110120061
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 30 September 2015
Waktu : 15.00 - 17.00 WIB
Assisten : 1. Nedia Cahyati M.
2. Riska Dwi W T.
LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menangani bahan hasil pertanian, pengetahuan dan pemahaman
mengenai karakteristik termal khususnya kapasitas kalor dari bahan hasil
pertanian tersebut sangatlah penting untuk diketahui. Tidak hanya dalam proses
penyimpanan, pada proses pengolahan lanjutan, nilai kapasitas kalor dari suatu
bahan akan membantu kita dalam menentukan pengolahan yang tepat bagi bahan
tersebut agar diperoleh produk pertanian yang lebih berkualitas. Adapun,
pengertian dari panas spesifik itu adalah jumlah energi panas yang diserap atau
dilepaskan oleh satuan massa bahan dalam suatu perubahan suhu, tanpa terjadinya
perubahan fase bahan. Panas spesifik sangat erat hubungannya dengan perubahan
suhu atau temperatur suatu bahan. Sehingga panas spesifik juga dapat disebut
sebagai jumlah panas per satuan massa yang dibutuhkan untuk menaikan suhu
sebesar satu derajat celcius. Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat
penting diketahui untuk membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil
pertanian yang berhubungan dengan penggunaan termal, misalnya untuk
perencanaan, pengendalian dan operasi dalam perlakuan pemanasan,
penggorengan dengan vacuum frying, pengeringan, pendinginan, dan pembekuan
dan lain-lain.
Karena hal tersebut maka pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran
atau penentuan panas spesifik (Cp) dari beberapa jenis bahan hasil pertanian.
Bahan yang diukur kapasitas kalornya adalah tomat dan jeruk nipis, praktikum ini
dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud
dengan panas spesifik dan mengetahui bagaimana cara menghitung panas spesifik
suatu bahan dari hasil pertanian tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan panas spesifik (Cp) dari beberapa jenis bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Penanganan Hasil Pertanian
Bahan-bahan pertanian, baik tanaman maupun hewan beserta produknya,
tidak lepas dari perlakuan panas. Proses-proses utama adalah pemanasan,
pendinginan, dan pembekuan. Tujuan perlakuan panas pada umumnya adalah
pengawetan atau pencegahan terhadap pengecambahan. Pemanasan dan
pendinginan bahan dapat dilakukan dengan konveksi, konduksi atau radiasi.
Untuk menghitung proses-proses tersebut, pengetahuan tentang sifat panas
seperti: panas spesifik, koefisien konduksi panas, koefisien difusi, koefisien
absopsi atau emisi, sangat diperlukan.
Dalam pemanasan dan pengeringan produk pertanian, sangat penting
mengetahui berapa suhu harus diberikan dan untuk waktu berapa lama supaya
tidak terjadi kerusakan. Sebagai contoh, kapasitas perkecambahan suatu benih
turun dengan drastis apabila terkena panas yang berlebihan, sementara kualitas
bahan-bahan lain mungkin memburuk (Purwantana, 2003).
Salah satu kelemahan pada rancangan proses sebuah produk, yaitu
kurangnya informasi tentang sifat termal. Sifat termal produk tidak dapat
diabaikan, karena mempengaruh komposisi produk dan perubahan komposisi
yang terjadi selama pengolahan. Perbedaan cara pengukuran sifat termal produk
merupakan hambatan untuk memperoleh data yang valid. Jumlah data sifat termal
semua produk dalam segala kondisi dan komposisi produk tidak terbatas.
Pemecahan dapat dilakukan dengan cara pendugaan sifat termal dari komponen
yang terdapat dalam produk (Heldman, 1981).
Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diketahui untuk
membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian yang berhubungan
dengan penggunaan termal, misalnya untuk penrencanaan, pengendalian dan
operasi dalam perlakuan pemanasan, penggorengan dengan vacuum frying,
pengeringan, pendinginan dan pembekuan dan lain-lain.
Panas adalah penyaluran energi panas antara dua benda yang berbeda
suhu. Unit SI untuk panas adalah joule. Panas bergerak dari area suhu tinggi ke
area suhu rendah. Seluruh objek ( benda ) memiliki energi internal yang
berhubungan dengan gerakan tak menentu dari atom-atom atau molekul mereka.
Panas spesifik dapat didefinisikan sebagai jumlah energi panas yang
diserap atau dilepaskan aleh satuan massa bahan dalam susatu perubahan suhu,
tanpa terjadi perubahan fase bahan. Persamaan umum dari panas spesifik adalah
sebagai berikut :
Cp = q / m ∆T……………………………………. (1)
Dimana :
Cp = panas spesifik (J/kg K)
q = energi panas (J)
m = massa bahan (kg)
∆T = perbedaan suhu (K)
2.2 Panas spesifik (specific heat)
Panas spesifik bahan hasil pertanian dapat diukur secara langsung dengan
menggunakan bomb calorimeter atau dengan pendekatan menggunakan
persamaan-persamaan sebagai berikut :
2.2.1 Persamaan Siebel
Siebel, menyatakan bahwa panas spesifik untuk buah-buahan, sayuran dan
konsentrat yang berasal dari tumbuhan yang tidak mengandung lemak memiliki
nilai yang bervariasi sesuai dengan kadar airnya sehingga dengan demikian panas
spesifik bahan merupakan rata-rata dari panas spesifik air dan panas spesifik
padatannya (Earle, R.L. 1983).
Persamaan panas spesifik bahan jika suhu bahan di atas titik beku adalah :
Cp = 3349M + 837,36……………………….. (2)
Sedangkan jika suhu bahan di bawah titik beku, persamaannya adalah:
Cp = 1256M + 837,36…………………………(3)
Dimana:
Cp = panas spesifik bahan (J/kg K)
M = fraksi massa air
Apabila bahan mengandung lemak maka panas spesifik bahan ditentukan
oleh fraksi massa lemak (F), fraksi massa padatan non lemak (SNF) dan fraksi
massa air (M). dengan demikian persamaannya adalah sebagai berikut:
Suhu diatas titik beku:
Cp = 1674,72 F + 837,36 SNF + 4186,8 M…………………….(4)
Suhu dibawah titik beku:
Cp = 1674,72 F + 837,36 SNF + 2093,4 M…………………….(5)
Tabel 1. Heat Capacity of Liquid Water at 101.325 kPa ( 1 atm)
Temperature Heat Capacity CpoC K Cal/groC kJ/kg K
0 273.15 1.0080 4.22
10 283.15 1.0019 4.195
20 293.15 0.9989 4.185
30 303.15 0.9987 4.181
40 313.15 0.9987 4.181
50 323.15 0.9992 4.183
60 333.15 1.0001 4.187
70 343.15 1.0013 4.192
80 353.15 1.0029 4.199
90 363.15 1.0050 4.208
100 373.15 1.0076 4.219
(Sumber : Heldman, Dennis. 1981)
Tabel 2. Thermal Data For Some Food Product
Food
product
Specific Heat kJ/kgoC
Above
Freezing
Below
Freezing
Fruit
Apples 3.6 1.88
Bananas 3.35 1.76
Grapefruit 3.81 1.93
Peaches 3.78 1.93
Strawberry 3.98 1.88
Watermelons 4.06 2.01
Oranges 3.77 1.8
(Sumber : Heldman, Dennis. 1981)
2.2.2 Persamaan Choi dan Okos
Berbeda dengan Siebel, Choi dan Okos lebih detail lagi dengan
memasukkan komposisi bahan non lemak. Panas spesifik (dalam J/kg K)
merupakan fungsi suhu (oC). berikut ini panas spesifik sebagai komponen bahan.
Protein: Cpp = 2008,2 + (1208,9 x 10-3 T) – (1312,9 x 10-6 T2)
Lemak: Cpf = 1984,2 + (1473,3 x 10-3 T) – (4800,8 x 10-6 T2)
Karbohidrat: Cpc = 1548,8 + (1962,5 x10-3 T) – (5939,9 x 10-6 T2)
Serat: Cpfl = 1845,9 + (1930,6 x 10-3 T) – (4650,9 x 10-6 T2)
Abu: Cpa = 1092,6 + (1889,6 x 10-3 T) – (3681,7 x 10-6 T2)
Air diatas titik beku :
Cpp = 4176,2 + (9,0862 x 10-5 T) – (5473,1 x 10-6 T2)…………. (6)
Panas spesifik campuran diatas titik beku adalah:
Cp = P(Cpp) + F(Cpf) + C(Ccpc) + Fi(Cpfi) + A(Cpa) + M(Cwaf)…… (7)
Dimana P, F, C, Fi, A, dan M merupakan fraksi massa dari protein, lemak,
karbohidrat, serat, abu, dan air
2.3 Konduktifitas Termal (Thermal Conductivity)
Jumlah energi panas yang dialirkan per satuan luas dan satuan ketebalan
dari suatu bahan dalam satuan waktu dengan perubahan sebesar satu satuan suhu
dikenal sebagai konduktifitas termal. Nilai konduktivitas termal suatu bahan hasil
pertanian ditentukan oleh komposisinya. Selain itu dipengaruhi juga oleh
persentase ruang kosong, bentuk, ukuran, dan susunan ruang kosong serta factor-
faktor lain yang membatasi aliran panas (Earle, R.L. 1983).
Menurut penemu, konduktivitas termal bahan hasil pertanian ditentukan
dengan persamaan:
k = Σ (ki.Xvi) ……………………… (8)
dimana:
k = konduktivitas termal (W/m.K)
ki = komponen penyusun bahan
xvi = fraksi volume setiap komponen
Persamaan konduktivitas termal produk, pada umumnya menganggap
bahwa produk merupakan sistem dengan dua fase dan memasukan pengaruh
konduktivitas termal air dan bahan padat pada produk. Persamaan tersebut telah
digunakan secara meluas untuk menduga perubahan konduktivitas termal produk
selama perubahan fase, misalnya selama pembekuan. Konduktivitas termal air
berubah nyata sebagai hasil perubahan cair menjadi padat. Persamaan empiris
untuk sari buah dan larutan gula, yaitu:
k = (326.575 + 1.0412 T – 0.00337 T2) (0.196 + 0.009346 (%air)) 10-3 dimana
suhu (T) dalam ºC. Sweat (1974) menentukan konduktivitas termal beberapa buah
dan sayuran melalui percobaan. Sweat memberikan persamaan regresi untuk
menduga konduktivitas termal buah dan sayuran dengan kadar air lebih besar dari
60%. Persamaan ini menduga konduktivitas termal di dalam selang 15% dari nilai
percobaan. Persamaan ini tidak berlaku untuk produk yang memiliki densitas
rendah dan ruang void, seperti apel.
k = 0.148 + 0.00493 (%air)
Disajikan tiga model untuk meneliti konduktivitas termal produk pangan, yaitu:
1. Sistem isotropik- dua komponen- tiga dimensi. Dua komponen dapat
membentuk dua fase. Satu komponen secara acak terdispersi dalam
komponen lainnya untuk membentuk fase yang tidak kontinyu. Contoh
mentega (air terdispersi dalam lemak) atau es krim (udara terdispersi
dalam cairan)
2. Sistem anisotropik berserat- dua komponen- dua dimensi. Dua komponen
membentuk dua fase. Serat paralel satu sama lain dan terdistribusi secara
acak. Komponen terdispersi kontinu pada satu arah dan dispersi acak
bersifat dua dimensi. Model ini khas bagi semua sistem berserat seperti
daging, kayu atau sayuran berserat. Sistem ini memiliki ciri, yaitu dua
konduktivitas termal, kII. Konduktivitas termal sejajar dengan arah serat
kI adalah konduktivitas termal pada arah tegak lurus terhadap serat
3. Sistem lapisan anisotropik- dua atau lebih komponen- satu dimensi.
Komponen memiliki kemungkinan untuk membentuk labih dari satu fase.
Komponen diatur dalam lapisan paralel untuk membentuk lapisan lemak
di atas daging (Heldman, 1981).
Panas spesifik adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg
bahan sebesar 1oC. Pengetahuan tentang panas spesifik sangat diperlukan untuk
perhitungan proses-proses pemanasan atau pendinginan. Panas spesifik bahan-
bahan pertanian sangat tergantung pada lengas bahan. Produk yang mempunyai
lengas rendah, cenderung memiliki panas spesifik yang rendah.
Laju atau kecepatan pemanasan dan pendinginan suatu bahan, sangat
tergantung pada konduktivitas termal atau penghantaran panas. Konduktivitas
termal tergantung pada kandungan lengas dan suhu, dan untuk bahan-bahan
berongga (porous). Bahan-bahan berserat memiliki arah aliran panas, sejajar atau
memotong serat.
2.4 Entalpi (Enthalpy)
Entalpi adalah kandungan energi panas dari suatu bahan. Secara umum
entalpi digunakan untuk mengukur energi dalam uap air, yaitu :
Q = m (h2 – h1)……………………………. (9)
dimana :
Q = jumlah energi panas (J)
m = massa (kg)
h2, h1 = entalpi pada suhu T2 dan T1 (J/kg)
Di dalam sebuah penukar panas, energi panas dipindahkan dari sebuah
benda atau aliran bahan cair ke bahan lain. Pada disain penukar, persamaan-
pesamaan pindah panas diterapkan untuk menghitung perpindahan energi ini
sedemikian rupa, sehingga efisiensi yang tinggi dan di bawah kondisi yang
terawasi. Peralatan ini terdapat dalam berbagai nama, seperti ketel uap, alat
pasteurisasi, ketel tertutup, pendingin, pemanas udara, alat pemasak, oven dan
sebagainya. Penukar panas sangat luas dijumpai dalam sebagian besar proses
industri.
2.5 Difusitas termal (termal diffusivity)
Difusivitas termal merupakan karakteristik termal yang digunakan untuk
menentukan laju aliran energi panas di dalam bahan hasil pertanian yang
berwujud padat pada berbagai bentuk. Karakteristik ini berhubungan dengan
kemampuan bahan untuk menyimpan energi panas.Difusivitas termal dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
α = k / (Cp x ρ)…………………………….(10)
dimana :
α = difusivitas termal (m2/s)
k = panas spesifik (J/kg.K)
Cp = konduktivitas termal (W/m.K)
Ρ = densitas massa (kg/m3)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Stopwatch
4. Timbangan analitik
5. Termos
6. Thermometer
7. Water heater
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Air
2. Jeruk limau
3. Tomat
3.2 Prosedur Percobaan
1. Memanaskan air dengan menggunakan water heater
2. Menimbang bahan dengan menggunakan timbangan analitik (mb) dan
mengukur suhu bahan awal (Tb1) dengan mengasumsikan Tb1 = T
ruangan
3. Menimbang air panas dengan menggunakan timbangana analitik (ma)
4. Setelah selesai menimbang, memasukkan air panas ke dalam termos dan
mengukur suhunya (Ta1)
5. Setelah mengukur suhu bahan awal dan suhu air awal, kemudian
memasukkan bahan ke dalam termos
6. Menutup termos dan membiarkan selama 15 menit
7. Setelah 15 menit, membuka tutup termos da mengukur kembali suhu air
(Ta2) dan suhu bahan (Tb2)
8. Menghitung Cp bahan dengan persamaan
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan akan membahas mengenai salah satu
karakteristik termal bahan hasil pertanian yakni nilai kapasitas kalor (Cp) pada
suatu bahan hasil pertanian. Kapasitas kalor disebut juga panas spesifik (Cp)
merupakan jumlah energi panas yang diserap atau dilepaskan oleh satuan massa
bahan dalam suatu perubahan suhu dengan tanpa terjadinya perubahan fase bahan
tersebut. Karena menentukan kapasitas kalor ini dianggap penting maka dilakukan
percobaan pengukuran panas spesifik pada bahan hasil pertanian. Bahan tersebut
adalah jeruk limau dan tomat ceri.
Tomat ceri dan jeruk limau memiliki bobot volume yang kecil sehingga
dapat dimasukan kedalam termos percobaan. Sesuai prosedur tomat ceri dan jeruk
limau diuji dengan dimasukan kedalam termos agar memiliki suhu bahan yang
lebih panas. Dengan proses ini praktikan telah mempelajari karakteristik termal
dari bahan pertanian. Mengetahui karakteristik termal ini sangat penting untuk
diketahui, karena untuk membangun suatu sistem pengolahan bahan hasil
pertanian yang berhubungan dengan termal baik perencanaan dan operasi dalam
perlakuan terhadap suatu proses seperti vacuum frying ataupun pengeringan,
penggorang, pendinginan dan juga pembekuan. Mengetahui panas spesifik juga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pada pengemasan, pengiriman atau
pendistribusian, kematangan dari suatu bahan hasil pertanian. Sehingga, bahan
hasil pertanian pun bertahan lama dengan kualitas yang tinggi.
Pada pembahasan kali ini, panas spesifik bahan berdasarkan literatur akan
dibandingkan dengan panas spesifik bahan hasil perhitungan. Panas spesifik yang
diuji pertama adalah pada tomat ceri. Diketahui bahwa nilai Cp minimal tomat
ceri dari literatur adalah sekitar 1.88 kJ/kg°K dan Cp maksimal 3.97 kJ/kg°K.
Apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan didapatkan hasil yang berbeda
beda dari setiap kelompokya, kelompok 1 yaitu sebesar 31,633 kJ/kg°K,
kelompok 2 yaitu sebesar 46,332 kJ/kg°K, kelompok 3 yaitu sebesar 23,431
kJ/kg°K, kelompok 4 yaitu sebesar 19,288 kJ/kg°K dan yang terakhir kelompok 5
adalah sebesar 17, 934 kJ/kg°K dan dari ke5 hasil yang didapatkan di atas, maka
didapatkan nilai Cp rata-rata dari ke 5 tomat tersebut yaitu sebesar 27,7256
kJ/kg°K. Selanjutnya untuk nilai Cp jeruk limau diketahui bahwa nilai Cp
minimal jeruk dari literatur adalah sebesar 1.8 kJ/kg°K dan Cp maksimal 3.77
kJ/kg°K. Nilai CP dari perhitungan yang didapatkan adalah sebagai berikut,
kelompok 1 yaitu sebesar 15,681 kJ/kg°K, kelompok 2 yaitu sebesar 17,402
kJ/kg°K, kelompok 3 yaitu sebesar 20,431 kJ/kg°K, kelompok 4 yaitu sebesar
25,538 kJ/kg°K dan yang terakhir kelompok 5 adalah sebesar 17,151 kJ/kg°K,
maka didapatkan nilai CP rata-rata dari ke 5 jeruk limau tersebut yaitu sebesar
19,2406 kJ/kg°K. Dari kedua pencarian nilai Cp tomat dan jeruk limau selisih
yang sangat jauh dari literatur yang ada. Nilai panas spesifik rata rata dari tomat
ceri dan jeruk limau telah melebihi nilai Cp maksimal dari masing-masing bahan
yaitu tomat sebesar 1.8 kJ/kg°K dan nilai Cp maksimal untuk jeruk limau adalah
sebesar 3.77 kJ/kg°K. Tentunya terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi terhadap hasil yang didapatkan pada pengamatan kali ini,
contohnya yaitu faktor alat yang digunakan sudah tidak akurat dalam penamilan
hasil yang didapatkann pada saat pengamatan suhu air dan Cp dari tomat ceri dan
jeruk limau tersebut
Berdasarkan hasil di atas, praktikan dapat mengetahui parameter yang
berpengaruh dalam menentukan spesifik panas (Cp) yaitu, massa bahan dan massa
air serta suhu. Dalam praktikum kali ini, praktikum tidak dilakukan pada kondisi
yang ideal (setimbang) dimana massa air tidak sama dengan massa bahan. Oleh
karena itu, hasil perhitungan nilai Cp tidak sesuai dengan nilai Cp pada literatur.
Selain dipengaruhi oleh massa air dan massa bahan, perbedaan panas spesifik dari
kedua bahan tersebut dapat dipengaruhi oleh kadar air, perubahan suhu yang
terjadi pada air dan pada bahan serta kandungan nutrisinya (protein, lemak,
karbohidrat, serat, dan lain-lain).
Karakteristik termal digunakan untuk membangun suatu sistem
pengolahan bahan hasil pertanian dengan mempelajari panas spesifik suatu bahan.
Panas spesifik dipengaruhi oleh massa bahan, kadar air, perubahan suhu yang
terjadi pada air dan pada bahan. Laju atau kecepatan pemanasan dan pendinginan
suatu bahan, sangat tergantung pada konduktivitas termal atau penghantaran panas
karena volume pada tomat ceri dan jeruk limau tidak begitu besar maka
pemanasannya hanya dengan menggunakan termos. Panas spesifik bahan-bahan
pertanian ini sangat tergantung pada lengas bahan. Apabila produk mempunyai
lengas rendah, maka bahan memiliki panas spesifik yang rendah. Panas spesifik
suatu bahan juga berbanding lurus dengan kandungan air bahan tersebut, sehingga
semakin tinggi kadar air suatu bahan hasil pertanian maka semakin besar pula
panas spesifik dari bahan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang
diperoleh bahwa panas spesifik pada jeruk limau lebih besar daripada tomat ceri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diketahui untuk
membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian.
2. Panas spesifik dipengaruhi oleh massa bahan, kadar air, perubahan suhu
yang terjadi pada air dan pada bahan.
3. Laju atau kecepatan pemanasan dan pendinginan suatu bahan, sangat
tergantung pada konduktivitas termal atau penghantaran panas.
4. Panas spesifik bahan-bahan pertanian sangat tergantung pada lengas
bahan. Apabila produk mempunyai lengas rendah, maka bahan memiliki
panas spesifik yang rendah.
5. Panas spesifik suatu bahan dipengaruhi oleh massa, selisih suhu dan kalor
atau energi panas.
6. Hasil Cp tomat ceri dari kelompok 1 yaitu sebesar 31,633 kJ/kg°K,
kelompok 2 yaitu sebesar 46,332 kJ/kg°K, kelompok 3 yaitu sebesar
23,431 kJ/kg°K, kelompok 4 yaitu sebesar 19,288 kJ/kg°K dan yang
terakhir kelompok 5 adalah sebesar 17, 934 kJ/kg°K dan dari ke5 hasil
yang didapatkan di atas, maka didapatkan nilai Cp rata-rata dari ke 5 tomat
tersebut yaitu sebesar 27,7256 kJ/kg°K tidak sesuai dengan Cp lieteratur
yaitu sebesar 1.88 kJ/kg°K dan Cp maksimal sebesar 3.97 kJ/kg°K
7. Hasil Cp jeruk limau yaitu kelompok 1 sebesar 15,681 kJ/kg°K,
kelompok 2 yaitu sebesar 17,402 kJ/kg°K, kelompok 3 yaitu sebesar
20,431 kJ/kg°K, kelompok 4 yaitu sebesar 25,538 kJ/kg°K dan yang
terakhir kelompok 5 adalah sebesar 17,151 kJ/kg°K, maka didapatkan nilai
CP rata-rata dari ke 5 jeruk limau tersebut yaitu sebesar 19,2406 kJ/kg°K
tidak sesuai dengan Cp literatur yaitu sebesar 1.8 kJ/kg°K dan nilai Cp
maksimal sebesar 3.77 kJ/kg°K
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah :
1. Sebelum melakukan pengukuran diharapkan praktikan sudah mengerti dan
memahin materi yang akan dilaksanakan
2. Melakukan pengecekan uji kelayakan alat yang akan digunakan pada saat
praktikum agar hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang ada
3. Menggunakan tingkat ketelitian yang tinggi pada saat melakukan
pembacaan nilai CP dari suatu bahan hasil pertanian, perhitungan dan
penulisan
4. Melakukan penambahan alat penunjang pelaksanaan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Desrosier, Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Earle, R.L. 1983. Unit Operation in Food Processing 2 nd Edition. Pergamon Press. New York. United States.
Heldman, Dennis. 1981. Food Process Engineering. Avi Publishing Company, Inc: Westport, Connecticut.
Purwantana, Bambang. 2003. Sifat Panas Bahan. Available at : http://bambang purwantana.staff.ugm.ac.id/PengetahuanBahan. (Diakses pada tanggal 25 September 2015 pada pukul 14.30 WIB)
Sarifah, Ir. M. App.Sc., R., Dadi Ir. M.Sc., Sudaryanto, Ir., MP., N., W., Asrii, S.T.P., Penuntun Praktikum MK TPHP 2013, FTIP, Universitas Padjajaran
LAMPIRAN
Gambar1 . Memasukkan bahan ke dalam termos
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 2 . Memasukkan air ke dalam termos
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 3. Alat dan bahan
(Sumber : Dokumen Pribadi)