praktikum sedasi

21

Click here to load reader

Upload: istiqomah-kalalla

Post on 12-Jun-2015

8.585 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum sedasi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidur merupakan suatu fenomena fisiologis penting dalam menjaga

keseimbangan regulasi sistem tubuh, juga merupakan suatu proses otak yang

dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik.

Fisiologi tidur merupakan proses yang kompleks dan melibatkan

berbagai macam neurotransmiter. Dengan adanya tidur, maka manusia dapat

memelihara kesegarannya, kebutuhan, dan metabolisme seluruh tubuhnya.

Tidur memiliki fungsi restorasi yang penting untuk termoregulasi dan

cadangan energi tubuh.Pada saat tidur tenaga yang hilang dipulihkan dan

terjadi pelemasan otot.

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.

Setiap tahun di dunia, diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa

melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan

tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu

sekitar 67 %. Di Indonesia belum diketahui angka pastinya, namun prevalensi

pada orang dewasa mencapai 20%.2 Apabila orang mengalami insomnia

selama tiga hari, maka kemampuan tubuhnya dalam memproses glukosa akan

menurun drastis sehingga dapat meningkatkan risiko mengidap diabetes.

Selain itu, sebuah hasil riset di Inggris menyebutkan bahwa orang yang kurang

tidur memiliki peluang dua kali lebih besar mati karena penyakit jantung.

Obat golongan sedatif-hipnotik dapat digunakan untuk mengobati

insomnia. Pada dasarnya semua obat yang mempunyai kemampuan hipnotik

bekerja dengan menekan aktifitas Ascending Reticular Activating System

(ARAS) diotak. Salah satu contoh obat yang mempunyai kemampuan hipnotik

adalah golongan Barbiturat. Barbiturat berikatan dengan reseptor

GABA(neurotransmiter inhibitorik) di otak dan memfasilitasi kerja GABA.

1.2 Tujuan PercobaanUntuk mengetahui efek obat sedative dan senyawa hipnotik.

Page 2: Praktikum sedasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu

mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas

moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah

substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan

onset serta mempertahankan tidur. Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik

digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat

seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penatalaksanaan

kejang, serta insomnia. Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3

kelompok, yakni:

1. Benzodiazepin

2. Barbiturat

3. Golongan obat nonbarbiturat – nonbenzodiazepin.

Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi

sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medula

spinalis, dan amnesia retrograde. Benzodiazepine banyak digunakan dalam

praktik klinik. Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya

tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman

yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom di

hati. Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturat sebagai

premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitorng anestesi.

Dalam masa perioperative, midazolam telah menggantikan penggunaan

diazepam. Selain itu, benzodiazepine memiliki antagonis khusus yaitu flumazenil.

Struktur Kimia Benzodiazepin

Benzodiazepine disusun sebuah ring benzene bergabung menjadi sebuah

diazepine ring yang berisi tujuh molekul.

Mekanisme Kerja

Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi

gammaaminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat di otak.

Page 3: Praktikum sedasi

Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA melainkan meningkatkan

kepekaan reseptor GABA terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal

klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan

mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini menghasilkan

efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan

relaksasi otot skeletal. Efek sedatif timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub unit

alpha-1 yang merupakan 60% dari resptor GABA di otak (korteks serebral,

korteks serebelum, thalamus). Sementara efek ansiolotik timbul dari aktifasi

GABA sub unit aplha-2 (Hipokampus dan amigdala).

Perbedaan onset dan durasi kerja diantara benzodiazepine menunjukkan

perbedaan potensi (affinitas terhadap reseptor), kelarutan lemak (kemampuan

menembus sawar darah otak dan redistribusi jaringan perifer) dan farmakokinetik

(penyerapan, distribusi, metabolisme dan ekskresi). Hampir semua

benzodiazepine larut lemak dan terikat kuat dengan protein plasma.

Sehinggakeadaan hipoalbumin pada cirrhosis hepatis dan chronic renal disease

akan meningkatkan efek obat ini. Benzodiazepin menurunkan degradasi adenosin

dengan menghambat tranportasi nuklesida. Adonosin penting dalam regulasi

fungsi jantung (penurunan kebutuhan oksigen jantung melalui penurunan detak

jantung dan meningkatkan oksigenasi melalui vasodilatasi arteri korener) dan

semua fungsi fisiologi proteksi jantung

Efek Samping

Kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang biasa pada

penggunaan lama benzodiazepine. Sedasi akan menggangu aktivitas setidaknya

selama 2 minggu. Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan mengganggu

tekanan darah, denyut jantung, ritme jantung dan ventilasi. Namun

penggunaannya sebaiknya hati-hati pada pasien dengan penyakit paru kronis.

Penggunaan benzodiazepine akan mengurangi kebutuhan akan obat anestesi

inhalasi ataupun injeksi. Walaupun penggunaan midazolam akan meningkatkan

efek depresi napas opioid dan mengurangi efek analgesiknya. Selain itu, efek

antagonis benzodiazepine, flumazenil, juga meningkatkan efek analgesik opioid.

Page 4: Praktikum sedasi

Diazepam

Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut lemak dan memiliki

durasi kerja yang lebih panjang dibanding midazolam. Diazepam dilarutkan

dengan pelarut organik (propilen glikol, sodium benzoate) karena tidak larut

dalam air. Larutannya pekat dengan pH 6,6-6,9.Injeksi secara IV atau IM akan

menyebabkan nyeri.

Farmakokinetik

Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya

dalam 1 jam (15-30 menit pada anak-anak). Kelarutan lemaknya yang tinggi

menyebabkan Vd diazepam besar dan cepat mencapai otak dan jaringan terutama

lemak. Diazepam juga dapat melewati plasenta dan terdapat dalam sirkulasi fetus.

Ikatan protein benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak.

Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan protein

plasma yang kuat. Sehingga pada pasien dengan konsentrasi protein plasma yang

rendah, seperti pada cirrhosis hepatis, akan meningkatkan efek samping dari

diazepam.

Metabolisme

Diazepam mengalami oksidasi N-demethylation oleh enzim mikrosom hati

menjadi desmethyldiazepam dan oxazepam serta sebagian kecil temazepam.

Desmethyldiazepam memiliki potensi yang lebih rendah serta dimetabolisme

lebih lambat dibanding oxazepam sehingga menimbulkan keadaan mengantuk

pada pasien 6-8 jam setelah pemberian. Metabolit ini mengalami resirkulasi

enterohepatik sehingga memperpanjang sedasi. Desmethyldiazepam diekskresikan

melalui urin setelah dioksidasi dan dikonjugasikan dengan asam glukoronat.

Waktu Paruh

Waktu paruh diazepam orang sehat antara 21-37 jam dan akan semakin panjang

pada pasien tua, obese dan gangguan fungsi hepar serta digunakan bersama obat

penghambat enzim sitokrom P-450. Dibandingkan lorazepam, diazepam memiliki

waktu paruh yang lebih panjang namun durasi kerjanya lebih pendek karena

Page 5: Praktikum sedasi

ikatan dengan reseptor GABAA lebih cepat terpisah. Waktu paruh

desmethyldiazepam adalah 48-96 jam. Pada penggunaan lama diazepam dapat

terjadi akumulasi metabolit di dalam jaringan dan dibutuhkan waktu lebih dari

seminggu untuk mengeliminasi metabolit dari plasma.

Efek pada Sistem Organ

Diazepam hampir tidak menimbulkan efek depresi napas. Namun, pada

penggunaan bersama dengan obat penekan CNS lain atau pada pasien dengan

penyakit paru obstruktif akan meningkatkan resiko terjadinya depresi napas.

Diazepam pada dosis 0,5-1 mg/kg IV yang diberikan sebagai induksi anestesi

tidak menyebabkan masalah pada tekanan darah, cardiac output dan resistensi

perifer. Begitu juga dengan pemberian anestesi volatile N2O setelah induksi

dengan diazepam tidak menyebabkan perubahan pada kerja jantung. Namun

pemberian diazepam 0,125-0,5 mg/kg IV yang diikuti dengan injeksi fentanyl 50

μg/kg IV akan menyebabkan penurunan resistensi vaskuler dan penurunan

tekanan darah sistemik.

Pada otot skeletal, diazepam menurunkan tonus otot. Efek ini didapat

dengan menurunkan impuls dari saraf gamma di spinal. Keracunan diazepam

didapatkan bila konsentrasi plasmanya > 1000ng/ml.

Penggunaan Klinis

Penggunaan diazepam sebagai sedasi pada anestesi telah digantikan oleh

midazolam. Sehingga diazepam lebih banyak digunakan untuk mengatasi kejang.

Efek anti kejang didapatkan dengan menghambat neuritransmitter GABA.

Dibanding barbiturat yang mencegah kejang dengan depresi non selektif CNS,

diazepam secara selektif menghambat aktivitas di sistem limbik, terutama di

hippokampus.

Page 6: Praktikum sedasi

BAB IIIMETODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat

1. Dispo mL

2. Kandang tikus

3.1.2 Bahan1. Tiga dosis Diazepam (injection) (0.5%)

2. Kapas

3. Alkohol70%

3.1.3 SubjekTikus

3.2 Prosedur

1. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok.

2. Setiap kelompok mahasiswa bekerja pada tiga tikus.

i) Tikus 1: akan menerima dosis I diazepam (0,05 mL/25g BW)

ii) Tikus 2: akan menerima dosis II diazepam (0,1 mL/25g BW)

iii) Tikus 3: akan menerima dosis III diazepam (0.2 mL/25g BW)

3. Bersihkan perut (kiri bawah) dengan air hangat dan kemudian dengan

alkohol 70% (memakaikapas).

4. Injeksikan secara intraperitoneal dosis masing-masing diazepam pada

setiap tikus.

5. Amati dan membuat catatan waktu interval antara pemberian obat dan

sedasi (onsetsedasi obat), antara pemberian obat dan tidur (onset

hipnotis obat), waktu sedasi, dan waktutidur masing-masing tikus.

6. Tikus dalam efek sedasi jika tikus tampak tidak aktif. Membangunkan

tikus dengan cara memutarnya, tikus masih dalam efek sedatif jika tikus

bergerak kembali lagi ke posisi awal. Tikus telah tidur jika tikus tidak

bergerak kembali ke posisi awal atau tikus memiliki telah tertidur.

7. Waktu tidur adalah interval waktu antara mulai tidur dan bangun.

Page 7: Praktikum sedasi

BAB IVHASIL PERCOBAAN

4.1 Tabel HasilTabel 1. Onset and duration sedation effect and hypnotic effect of diazepam on

mice

Grup Mencit Sedation (minutes) Hypnotic (minutes)Onset Duration Onset Duration

Diazepam(dose I)

17 Menit 25 detik

42 menit35 detik

60 menit 70 menit

Diazepam(dose II)

3 menit35 detik

16 menit15 detik

19 menit 50 detik

28 menit4 detik

Diazepam(dose III)

46 detik 1 menit5 detik

1 menit51 detik

> 1 jam

4.2 Grafik Hasil

0,25 mg 0,5 mg 1 mg0

50010001500200025003000

127 215 46

2555

975

65

Graph 1

OnsetDuration

Figure 1 onset and duration of sedation effect of diazepam on mice

wak

tu (

seco

nd)

0,25 mg 0,5 mg 1 mg0

10002000300040005000

3600

1190111

4200

1684

> 1 jam

Graph 2

OnsetDuration

Figure 1 onset and duration of hipnotic effect of diazepam on mice

wak

tu (

seco

nd)

Page 8: Praktikum sedasi

BAB VPEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami ingin mengetahui efek sedative dan hipnotik diazepam yang diuji pada hewan coba. Pada hewan coba pertama dengan berat mencit 21g diberikan dosis diazepam sebesar 0,042 ml dengan onset sedasi 17 Menit 25 detik, durasi sedasi 42 menit 35 detik, onset hipnotis 60 menit, dan durasi hipnotis yaitu 70 menit. Pada hewan coba kedua dengan berat mencit 22,8g diberikan dosis diazepam 0,0912 ml dengan onset sedasi 3 menit 35 detik, durasi sedasi 16 menit 17 detik, onset hipnotis 19 menit 50 detik dan durasi hipnotis 28 Menit 4 detik. Pada hewan coba ketiga dengan berat mencit 22,5g diberikan dosis diazepam 0,18 ml dengan onset sedasi 48 detik, durasi sedasi 1 menit 5 detik, onset hipnotis 1 menit 51 detik, dan durasi hipnotis lebih dari 1 jam.

Hasil praktikum yang didapatkan sudah sesuai teori. Dimana pada hewan coba pertama diberikan dosis 0,042 ml mempunyai hasil onset dan durasi sedasi serta onset hipnotis dengan waktu yang lama tetapi mempunyai durasi hipnotis dengan waktu yang cepat. Dikarenakan pada hewan coba pertama dosis yang diberikan lebih sedikit dibandingkan hewan coba kedua dan hewan coba ketiga.

Pada hewan coba kedua diberikan dosis 0,0912 ml mempunyai hasil onset dan durasi sedasi serta onset hipnotis dengan waktu yang lebih cepat, tetapi mempunyai durasi hipnotis yang lebih lama dibandingkan dengan hewan coba pertama. Hal ini dikarenakan perbedaan dosis yang diberikan dimana hewan coba kedua diberikan dosis yang lebih besar dari dosis hewan coba pertama.

Pada hewan coba ketiga diberikan dosis 0,18 ml. Dosis ini lebih besar dibandingkan dosis yang diberikan pada hewan coba pertama dan kedua. Dimana hasil yang didapatkan mempunyai onset dan durasi sedasi serta onset hipnotis yang lebih cepat dibandingkan keduanya. Tetapi pada hewan coba ini durasi sedasi yang didapatkan sangatlah lama dibandingkan kedua hewan percobaan.

5. What is the clinically use of diazepam as sedative and hypnotic? Give the recommended dose!Jawab

- Meredakan ansietas- Insomnia- Sedasi dan amnesia sebelum dan selama tindakan medis dan bedah- Pengobatan epilepsi dan keadaan bangkitan kejang- Sebagai komponn anastesi yang seimbang (pemberian intravena)- Mengendalikan keadaan putus-obat etanol atau hipnotik-sedatif lain

Page 9: Praktikum sedasi

- Relaksasi otot pada kelainan neuromuskular spesifik- Bantuan diagnostik atau terapi dalam bidang psikiatri

Dosis diazepam untuk efek sedasi adalah 5 mg 2 kali sehari. (Katzung, farmakologi dasar & klinik, 2010)Dosis diazepam untuk efek sedasi adalah 5-10 mg, diberikan 3-4 kali per hari (KLL) (Farmakologi dan terapi, FKUI)

6. Please mention some sedative and hypnotic drugs which are used in clinic (except diazepam, minimum 5 drugs), and how are their mechanism action (please give interpretation briefly)?Jawab:a. Midazolam

Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincin imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat. Obat ini telah menggantikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih kuat. Selain itu affinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat dibanding diazepam.FarmakokinetikModazolam diserap dari saluran cerna dan dengan cepat melalui sawar darah otak. Namun waktu equilibriumnya lebih lambat dibanding propofoldan thiopental. Hanya 60% dari obat yang diserap akan masuk ke sirkulasi sistemik karena metabolisme porta hepatik yang tinggi. Sebagian besar midazolam yang masuk plasma akan berikatan dengan protein. Waktu durasi yang pendek dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat distribusi dari otak ke jaringan yang tidak aktif begitu juga dengan klirens hepar yang cepat. Waktu paruh midazolam adalah antara 1-4 jam, lebih pendek dari pada waktu paruh diazepam. Waktu paruh ini dapat mengikat pada pasien tua dan gangguan fungsi hati. Pada pasien dengan obesitas, klirens midazolam akan lebih lambat karena obat banyak berikatan dengan sel lemak. Akibat eliminasi yang cepat dari midazolam, maka efek pada CNS akan lebih pendek dibanding diazepam.MetabolismeMidazolam dimetabolisme dengan cepat oleh hepar dan enzim cystochrome P-450 usus halus menjadi metabolit yang aktif dan tidak aktif. Metabolit utama yaitu 1-hidroksimidazolam yang memiliki separuh efek obat induk. Metabolit ini dengan cepat dikonjugasi dengan asam glukoronat menjadi 1-hidroksimidazolamglukoronat yang disekresikan melalui ginjal. Metabolit lainnya yaitu 4-hidroksimidazolam tidak diperlambat tidak terdapat dalam plasma pada pemberian IV. Metabolisme midazolam akan diperlambat oleh obat-obat penghambat enzim sitokrom P-450 seperti simetidin, eritromisin, calsium channel blocker, obat anti jamur. Kecepatan klirens hepatic midazolam lima kali lebih besar daripada lorazepam dan sepuluh kali lebih besardaripada diazepam.

Page 10: Praktikum sedasi

b. Lorazepam Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda pada adanya klorida ekstra pada posisi orto 5-phenyl moietry. Lorazepam lebih kuat dalam sedasi dan amnesia dibanding midazolam dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama.FarmakokinetikLorazepam dikonjugasikan dengan asam glukoronat di hati menjadi bentuk inaktif yang diekskresikan di ginjal. Waktu paruhnya lebih lama yaitu 10-20 jam dengan ekskresi urin > 80% dari dosis yang diberikan. Karena metabolismenya tidak dipengaruhi oleh mikrosom di hati, maka metabolismenya tidak dipengaruhi oleh umur, fungsi hepar dan obat penghambat enzim P-450 seperti simetidin. Namun onset kerja lorazepam lebih lambat dibanding midazolam dan diazepam karena kelarutan lemaknya lebih rendah.

c. KloralhidratKloralhidrat ialah derivat monohidrat dari kloral (2,2,2-tri kloroasetaldehid). Metabolitnya, trikloroetanol juga adalah hipnotik yang efektif. Kloral sendiri berupa minyak, tetapi hidratnya merupakan kristal yang menguap secara lambat di udara dan larut dalam minyak, air dan alkohol. Rasanya tidak enak.Kloralhidrat adalah hipnotik yang efektif. Seperti barbiturat, obat ini sedikit memperlihatkan efek analgetik, gejala eksitasi dan delirium dapat ditimbulkan oleh adanya nyeri. Obat ini tidak dapat digunakan sebagai anastesi umum karena jarak keamanannya terlalu sempit. Pada dosis terapi, kloraldehidrat hanya sedikit mempengaruhi pernapasan dan tekanan darah. Kloralhidrat dan triklroroetanol didistribusikan singkat secara luas ke seluruh tubuh. Kloralhidrat direduksi menjadi trikloroetanol oleh enzim alkohol dehidrogenase di hati. Etanol meningkatkan reaksi reduksi ini. Trikloroetanol terutama dikonjugasi oleh asam glukuronat dan hasilnya diekskresikan sebagian besar lewat urin. Waktu paruh trikloroetanol berkisar antara 4-12 jam.

d. EtklorvinolEtklorvinol digunakan sebagai hipnotik jangka panjang.FarmakokinetikSecara oral diabsorbsi cepat (bekerja dalam waktu 50-30 menit), kadar puncak dalam darah dicapai dalam 1-1,5 jam, dan didistribusi secara meluas. Waktu paruh eliminasi 10-20 jam. Sekitar 90% obat dirusak di hati. Etklorvinol dapat memacu metabolisme hati obat-obat seperti antikoagulan oral.

Page 11: Praktikum sedasi

e. MeprobamatObat ini pertama kali diperkenalkan sebagai anti-ansietas, namun saat ini juga dipakai sebagai hipnotik-sedatif, dan digunakan pada pasien insomnia usia lanjut.FarmakodinamikSifat farmakologi obat ini dalam beberapa hal menyerupai benzodiazepin. Tidak dapat menimbulkan anastesi umum. Konsumsi obat ini secara tunggal dengan dosis yang sangat besar yang dapat menyebabkan depresi napas yang berat hingga fatal, hipotensi, syok dan gagal jantung. Meprobamat tampaknya memiliki efek analgesik ringan pada pasien nyeri tulang-otot, dan meningkatkan efek obat analgetik yang lain.FarmakokinetikAbsorpsi per oral baik, kadar puncak dalam plasma tercapai 1-3 jam. Sedikit terikat protein plasma. Sebagian besar dimetabolisme di hati, terutama secara hidroksilasi, kinetika eleminasi dapat bergantung kepada dosis. Waktu paruh meprobamat dapat diperpanjang selama penggunaan kronik, sebagian kecil obat dieksresikan utuh lewat urin.

7. What is the side effect of those drugs which are mentioned on question on question no.6 ?Jawab :

a. MidazolamEfek samping yang paling umum adalah pusing dan sakit kepala; namun suatu penelitian terkontrol menunjukkan bahwa frekuensi terjadinya gejala tersebut tidak berbeda secara bermakna dengan plasebo. Efek samping halusinasi, bingung dan amnesia anterograd telah dilaporkan, tapi sangat jarang terjadi.Pemakaian bersama-sama dengan depresan SSP lain meningkatkan efek sedasi. Jarang menyebabkan intoksikasi akut. Takar jalak terutama ditandai dengan depresi napas, hipotensi dan koma.

b. LorazepamEfek samping lorazepam yang paling umum ialah : sedasi (15,9%), pusing (6,9%), lesu (4,2%), dan ataksia (3,4%). Reaksi ini terjadi pada 50% penderita selama pemberian obat; sebagian lagi biasanya bereaksi terhadap dosis yang lebih rendah. Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada wanita hamil dan yang menyusui, dan pada anak-anak di bawah 12 tahun.

c. KloralhidratKloralhidrat menyebabkan rasa iritasi yang tidak enak, nyeri epigastrik, mual kadang-kadang muntah. Efek SSP yang tidak diinginkan meliputi pusing, lesu, ataksia dan mimpi buruk. Hangover mungkin terjadi, walaupun tidak sesering oleh barbiturat atau beberapa benzodiazepin. Idiosinkrasi berupa gejala disorientasi dan tingkah laku paranoid dilaporkan terjadi. Reaksi alergi, termasuk

Page 12: Praktikum sedasi

eritema, urtikaria dan dermatitis; eosinofilia dan leukopenia dapat juga terjadi.

d. EtklorvinolEfek samping yang paling umum adalah aftertaste seperti mint, pusing, mual, muntah, hipotensi, dan rasa kebal (numbness) di daerah muka. Reaksi idiosinkrasi dapat merupakan rangsangan ringan hingga sangat kuat, dan histeria. Reaksi hipersensitivitas meliputi urtikaria. Intoksikasi akut menyerupai barbiturat.

e. MeprobamatPada dosis sedatif, efek samping utama ialah kantuk dan ataksia; pada dosis yang lebih besar sangat mengurangi kemampuan belajar dan koordinasi gerak, dan memperlambat waktu reaksi. Meprobamat meningkatkan efek depresi depresan SSP lain. Gejala efek samping lain yang mungkin timbul antara lain: hipotensi, alergi pada kulit, purpura nontrombositopenik akut, angioedema, dan bronkospasme.

Page 13: Praktikum sedasi

BAB VIPENUTUP

6.1 Kesimpulan 1. Hasil praktikum yang didapatkan sudah sesuai teori.2. Semakin besar dosis yang diberikan semakin cepat waktu onset sedasi,

durasi sedasi, dan onset hipnotis yang terjadi. Tetapi durasi sedasi yang terjadi menjadi semakin lama.

3. Golongan barbiturat bekerja pada seluruh SSP

6.2 SaranSebaiknya dalam praktikum ini alat yang disediakan terutama

disposible set, obat dan stopwatch harus dilengkapi dan cukup untuk semua kelompok pada semua percobaan.

Page 14: Praktikum sedasi

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Goodman Gilman, 2006, Goodman & Gilman’s The Pharmacological

Basis of Therapeutics 11th Edition (electronic Version), Mc-Graw

Hill Medical Publishing Division, New York).

Nelson., M.H, 2006. Sedative Hipnotic Drugs. (accessed from :

http://pharmacy.wingate.edu/faculty/mnelson/PDF/

Sedative_Hypn

otics.pdf on 2nd November 2012).

Stoelting RK, Hillier SC. 2006. Opioid Agonists and Antagonists. In :

Pharmacology & Physiology in Anestetic Practice 4th Edition.

Philadelphia :Lipincott William & Wilkins

Rothfles, Petel. 2011. Opioid and sedative-hypnotic coverage: An update.

(accessed from: http://www.bcmj.org/worksafebc/opioid-and-

sedative-hypnotic-coverage-update on 2nd November 2012).

Tjay TH, Rahardja K. 2002. Sedativa dan Hipnotika: Obat-obat Penting

Edisi Ke-5. Jakarta : Gramedia.