praktikum ahp
DESCRIPTION
lecturesTRANSCRIPT
Aplikasi Analytic Hierarchy ProcessEvaluasi strategi manajemen proyek irigasi
Studi kasus ini diadaptasi dari Tiwari, D.N., Loof, R., and Paudyal, G.N. 1999. Environmental-economic decision-making in lowland irrigated agriculture using multi-criteria analysis techniques. Agricultural Systems, 60: 99-112.
1. Pendahuluan
Pertanian berkelanjutan adalah proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan, telah menimbulkan kekhawatiran yang luas terhadap integrasi aspek lingkungan dan ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya lahan.
Tulisan ini mengembangkan sebuah kerangka kerja dalam pengambilan keputusan pengelolaan dan pengembangan pertanian lahan irigasi dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan dan ekonomi, dan preferensi masyarakat lokal terhadap sistem pertanian dataran rendah beririgasi. Proses pengambilan keputusan dilakukan menggunakan model multi-kriteria. Beberapa kriteria, seperti kemampuan lahan/kesesuaian, energi input/output rasio, kebutuhan air dan biaya lingkungan. Seluruh kriteria yang dimaksud dianggap sebagai kriteria yang dapat melestarikan lingkungan. Keberlanjutan ekonomi diukur dari petani, pemerintah dan sudut pandang masyarakat berdasarkan analisis biaya-manfaat. Keterlibatan masyarakat lokal di berbagai tingkat proses pengambilan keputusan dilakukan menggunakan survei lapangan. Hasil dari analisis multi-kriteria menggabungkan kriteria keberlanjutan lingkungan dan ekonomi untuk intensifikasi pertanian berkelanjutan pada dataran rendah beririgasi.
2. Sasaran
Sasaran dari proyek ini adalah mendapatkan alternatif strategi manajemen yang terbaik dalam pengembangan pertanian lahan irigasi.
3. Metoda Analytic Hierarchy Process
Metoda AHP adalah suatu metoda yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya (Saaty, T.L., 1993). Proses ini juga memungkinkan orang menguji kepekaan hasil terhadap perubahan informasi dari berbagai kriteria yang diberikan. Metoda ini juga dirancang untuk lebih mengakomodir sifat alamiah manusia ketimbang memaksa untuk berpikir yang mungkin justru berlawanan dengan yang seharusnya ingin diputuskan.
Dalam memecahkan persoalan menggunakan AHP, ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan:
1
a. Prinsip menyusun hirarkiManusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda dan gagasan, mengidentifikasinya, dan mengkomunikasikannya apa yang diamati. Untuk memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini ke dalam bagian-bagian lebih rinci lagi, dan seterusnya secara hirarki.
b. Prinsip PrioritasManusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi hubungan antara hal-hal yang mereka amati, membandingkan sepasang benda atau hal yang serupa berdasarkan kriteria tertentu dan membedakan kedua anggota pasangan itu dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibandingkan dengan yang lainnya. Lalu mereka mensintesis penilaian mereka melalui imajinasi, atau, dalam hal menggunakan AHP melalui suatu proses logis yang baru dan memperoleh pengertian yang lebih baik tentang keseluruhan system.
c. Prinsip konsistensi logis.Manusia mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi antara objek atau antara pemikiran sedemikian sehingga koheren, yaitu objek-objek atau pemikiran yang saling terkait dengan baik dan keterkaitannya menunjukkan konsistensi. Konsistensi berarti dua hal, yang pertama, bahwa pemikiran atau objek yang serupa dikelompokkan menurut homogenitas dan relevansinya. Arti konsistensi yang kedua adalah bahwa intensitas relasi antar gagasan atau antar objek yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu, saling membenarkan secara logis. Dalam mempergunakan prinsip ini, proses AHP memasukkan aspek kualitatif maupun aspek kuantitatif pemikiran manusia. Aspek kualitatif untuk mendefenisikan persoalan dan hirarkinya, dan aspek kuantitatif mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat.
AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relative dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan. Dengan demikian metoda ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan.Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarkiterdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di dalamstruktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matrik dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor utama atau fungsi-eigen. Matrik tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni aij = 1/ aji.Gambar 1 menunjukkan stuktur hirarki dari kasus permasalahan yang diteliti yakni Evaluasi strategi manajemen proyek irigasi berdasarkan enam faktor.
2
Gambar 1. Struktur Hirarki
Garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak antar level merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan berpasangan dengan arah ke level yang lebih tinggi. Level 1 merupakan sasaran dari penelitian yakni memilih alternatif strategi manajemen yang terbaik dalam pengembangan pertanian lahan irigasi yang tertera pada level 3. Faktor faktor pada level 2 diukur dengan perbandingan berpasangan berarah ke level 1. Misalnya didalam memilih alternatif, mana yang lebih penting antara faktor Tingkat kesesuaian lahan atau Pendapatan petani? Mana yang lebih penting antara Biaya Lingkungan dan Rasio output/input energi, dan seterusnya. Mengingat faktor-faktor tersebut diukur secara relatif antara satu dengan yang lain, skala pengukuran relatif 1 hingga 9, seperti yang tertera dalam tabel 1, diusulkan untuk dipakai oleh Saaty.
3
4. Kriteria
1. Tingkat kesesuaian lahan. Tujuannya adalah memaksimalkan luas lahan berdasarkan tingkat kesesuaiannya
2. Rasio output/input energi. Tujuannya adalah untuk maksimalkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.
3. Kebutuhan air. Tujuannya adalah meminimalkan kebutuhan air (terutama yang berasal dari irigasi)
4. Biaya lingkungan (environmental cost). Tujuannya adalah meminimasi biaya karena degradasi lingkungan, misalnya karena penggunaan pestisida, pupuk anorganik, dll.
5. Pendapatan petani. Tujuannya adalah memaksimalkan pendapatan petani, melalui pengurangan iuran air pada musim kering.
6. Pendapatan daerah. Tujuannya adalah memaksimalkan pendapatan daerah, melalui iuran air di wilayah irigasi
5. Alternatif strategi manajemen
A1: Melanjutkan pola pertanaman yang adaA2: Memberikan prioritas pada pertanaman padiA3: Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuaiA4: Pola pertanaman mengikuti keinginan petaniA5: Memberikan prioritas pada pengurangan pengunaan air
6. Matriks Evaluasi
Tabel 2. Matriks EvaluasiKriteria Tujuan Satuan A1 A2 A3 A4 A5Kesesuaian lahan Max Ha 27190 34765 33775 34757 20965Efisiensi energy Max Rasio 4.8 5.5 6.1 5.6 5.6Peggunaan air Min m3 x 106 271 252 205 239 144Environmental cost Min NPV Rp (x 106) 21.47 12.56 5.98 10.89 6.39Pendapatan petani Max NPV Rp (x 106) 66.85 516.92 645.63 684.89 30.57Pendapatan daerah Max NPV Rp (x 106) 705.3 1056.4 1051.1 1175.9 346.1
E : Tentukan derajat kepentingan (bobot) dari kriteria yang adaF : Sintesis – yakni melakukan analisis terhadap alternatif dalam pencapaian tujuan G : Lakukan analisis sensitivitasH : Simpan hasilnya, sehingga dapat didiskusikan dan direkomendasikan
7. Metode Penyelesaian Masalah
Langkah 1
Menentukan bobot kriteria (prosedur ‘E’) , dimana jumlah keseluruhan bobot harus sama dengan 1 :
4
Tabel 3. Nilai pembobotan untuk setiap kriteriaExpert Choice Kriteria BobotSUAI Kesesuaian lahan 0.354ENERGI Efisiensi energy 0.118AIR Peggunaan air 0.051LINGK Environmental cost 0.024LABA Pendapatan petani 0.291PEMER Pendapatan daerah 0.161
Pembahasan : Kesesuaian lahan menjadi prioritas utama dalam menajemen lahan.
Bagaimanapun upaya yang dilakukan jika lahan tidak mendukung maka hasilnya tidak maksimal.
Pendapatan petani menjadi pertimbangan yang ke dua. Jika pendapatan petani tinggi maka beberapa kendala bisa diatasi.
Dukungan pemerintah dibutuhkan sehingga pendapatan pemerintah menjadi prioritas ke tiga.
Efesiensi energi dianggap lebih penting dari penggunaan air dan biaya kerusakan lingkungan.
Penggunaan air menjadi pilihan kedua dari terakhir dengan asumsi bahwa jika ada biaya maka air dapat diusahakan.
Biaya lingkungan menjadi pilihan terakhir. Meskipun keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan menjadi perhatian, akan tetapi dalam masalah ini jika ekonomi menonjol maka biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menekan masalah lingkungan dapat diatasi.
Langkah 2
Buka program Expert Coice, kemudian tentukan sasaran, kriteria, and selanjutnya pilih Assessment/WhatIf dari menu dan masukkan bobot yang telah anda rekam di atas.
Node: 0Data with respect to: GOAL
Abbreviation Definition
Goal Strategi Manajemen terbaikSUAI Kesesuaian Lahan ENERGI Efisiensi Energi AIR Penggunaan Air LINGK Environmental cost LABA Pendapatan Petani PEMER Pendapatan Pemerintah
SUAI .354
ENERGI .118
AIR .051
LINGK .024
LABA .291
PEMER .161
Inconsistency Ratio =0.0
Strategi Manajemen terbaik
Samsu
5
Gambar 2. Penentuan bobot Kriteria menggunakan Assessment-WhatIf
Langkah 3
Masukkan alternative, dan data untuk setiap alternative. Jangan lupa untuk meng-INVERT prioritas untuk criteria penggunaan air dan environmental cost (karena yang menjadi tujuannya adalah meminimasi nilai).
a. Alternatif Kesesuaian Lahan
Node: 10000Data with respect to: SUAI < GOAL
A1 27190.A2 34765.A3 33775.A4 34757.A5 20965.
Abbreviation Definition
Goal Strategi Manajemen terbaikSUAI Kesesuaian Lahan A1 Melanjutkan pola pertanaman yang ada A2 Memberikan prioritas pada pertanaman padi A3 Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuai A4 Pola pertanaman mengikuti keinginan petani A5 Memberikan prioritas pada pengurangan penggunaan air
A1 .180
A2 .230
A3 .223
A4 .229
A5 .138
Inconsistency Ratio =0.0
Strategi Manajemen terbaik
Samsu
Gambar 3. Penentuan bobot Alternatif berdasarkan Kesesuaian Lahan menggunakan Assessment-Data
b. Alternatif Efesiensi Energi
Node: 20000Data with respect to: ENERGI < GOAL
A1 4.8A2 5.5A3 6.1A4 5.6A5 5.6
Abbreviation Definition
Goal Strategi Manajemen terbaikENERGI Efisiensi Energi A1 Melanjutkan pola pertanaman yang ada A2 Memberikan prioritas pada pertanaman padi A3 Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuai A4 Pola pertanaman mengikuti keinginan petani A5 Memberikan prioritas pada pengurangan penggunaan air
A1 .174
A2 .199
A3 .221
A4 .203
A5 .203
Inconsistency Ratio =0.0
Strategi Manajemen terbaik
Samsu
6
Gambar 4. Penentuan bobot Alternatif berdasarkan Efisiensi Energi menggunakan Assessment-Data
c. Alternatif Penggunaan Air
Node: 30000Data with respect to: AIR < GOAL
A1 271.A2 252.A3 205.A4 239.A5 144.
Abbreviation Definition
Goal Strategi Manajemen terbaikAIR Penggunaan Air A1 Melanjutkan pola pertanaman yang ada A2 Memberikan prioritas pada pertanaman padi A3 Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuai A4 Pola pertanaman mengikuti keinginan petani A5 Memberikan prioritas pada pengurangan penggunaan air
A1 .156
A2 .168
A3 .206
A4 .177
A5 .293
Inconsistency Ratio =0.0
Strategi Manajemen terbaik
Samsu
Gambar 5. Penentuan bobot Alternatif berdasarkan Penggunaan Air menggunakan Assessment-Data
d. Alternatif Environmental cost
7
Node: 40000Data with respect to: LINGK < GOAL
A1 21.47A2 12.56A3 5.98A4 10.89A5 6.39
Abbreviation Definition
Goal Strategi Manajemen terbaikLINGK Environmental cost A1 Melanjutkan pola pertanaman yang ada A2 Memberikan prioritas pada pertanaman padi A3 Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuai A4 Pola pertanaman mengikuti keinginan petani A5 Memberikan prioritas pada pengurangan penggunaan air
A1 .086
A2 .147
A3 .309
A4 .170
A5 .289
Inconsistency Ratio =0.0
Strategi Manajemen terbaik
Samsu
Gambar 5. Penentuan bobot Alternatif berdasarkan Environmental Cost menggunakan Assessment-Data
e. Alternatif Pendapatan Petani
Node: 50000Data with respect to: LABA < GOAL
A1 66.85A2 516.92A3 645.63A4 684.89A5 30.57
Abbreviation Definition
Goal Strategi Manajemen terbaikLABA Pendapatan Petani A1 Melanjutkan pola pertanaman yang ada A2 Memberikan prioritas pada pertanaman padi A3 Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuai A4 Pola pertanaman mengikuti keinginan petani A5 Memberikan prioritas pada pengurangan penggunaan air
A1 .034
A2 .266
A3 .332
A4 .352
A5 .016
Inconsistency Ratio =0.0
Strategi Manajemen terbaik
Samsu
Gambar 6. Penentuan bobot Alternatif berdasarkan Pendapatan Petani menggunakan Assessment-Data
f. Alternatif Pendapatan Daerah
8
Node: 60000Data with respect to: PEMER < GOAL
A1 705.3A2 1056.4A3 1051.1A4 1175.9A5 346.1
Abbreviation Definition
Goal Strategi Manajemen terbaikPEMER Pendapatan Pemerintah A1 Melanjutkan pola pertanaman yang ada A2 Memberikan prioritas pada pertanaman padi A3 Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuai A4 Pola pertanaman mengikuti keinginan petani A5 Memberikan prioritas pada pengurangan penggunaan air
A1 .163
A2 .244
A3 .242
A4 .271
A5 .080
Inconsistency Ratio =0.0
Strategi Manajemen terbaik
Samsu
Gambar 7. Penentuan bobot Alternatif berdasarkan Pendapatan Pemerintah menggunakan Assessment-Data
Langkah 4
Sekarang, pilih Synthesis/From Goal dari menu, dan evaluasi alternative yang ada (prosedur ‘F’ dalam proses pengambilan keputusan). Catat rekor dari masing-masing alternative berikut. Nilai yang tinggi merupakan ranking terbaik berdasarkan analisis fungsi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai !!!!.
Synthesis of Leaf Nodes with respect to GOALIdeal Mode
OVERALL INCONSISTENCY INDEX = 0.0
A4 .256
A3 .251
A2 .231
A1 .141
A5 .122
Abbreviation DefinitionA4 Pola pertanaman mengikuti keinginan petani A3 Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuai A2 Memberikan prioritas pada pertanaman padi A1 Melanjutkan pola pertanaman yang ada A5 Memberikan prioritas pada pengurangan penggunaan air
Strategi Manajemen terbaik
Samsu
Gambar 8. Hasil perhitungan menggunakan Synthesis/From Goal
9
Alternatif strategi manajemen BobotA1 : Melanjutkan pola pertanaman yang ada 0.141
A2 : Memberikan prioritas pada pertanaman padi 0.231
A3 : Memberikan prioritas selain padi jika areal sesuai 0.251
A4 : Pola pertanaman mengikuti keinginan petani 0.255
A5 : Memberikan prioritas pada pengurangan pengunaan air 0.122
JUMLAH 1.0
Penjelasan: Penulis berpendapat bahwa keinginan petani dalam mengelola lahannya
mendapat perhatian yang paling besar. Meskipun dalam soal tidak dijelaskan tentang kepemilikan lahan, tapi petani sebagai pelaku langsung dilapangan menjadi prioritas sukses tidaknya program yang ingin dicapai (A4).
Jika terdapat areal yang sesuai selain padi, maka itu merupakan priorits ke dua dalam rangka menghemat penggunaan air (A3).
Prioritas ke tiga adalah tanaman padi (A2). Melanjutkan pola pertanaman yang ada (A1) menjadi prioritas ke empat,
dengan alasan bahwa pilihan ini tidak memberikan inovasi-inovasi baru dalam mengelola lahan, terutama terkait pola pertanaman.
Prioritas terakhir adalah pengurangan penggunaan air (A5). Ini merupakan pilihan terakhir, selama masih ada upaya-upaya lain yang bisa dilakukan maka pengurangan penggunaan air tidak perlu dilakukan apalagi jika produksi dapat ditingkatkan.
Langkah 5
Lakukan analisis sensitivitas (prosedur ‘G’) melalui Sensitivity Analysis pada menu, dengan merubah bobot yang ditetapkan di muka. Ingat bahwa proses pengambilan keputusan selalu tidak lepas dari bias, sehingga analisis sensitivitas ini dapat memberikan seberapa besar bias tersebut. Makin banyak perubahan hasil akhir dari perubahan bobot criteria, maka makin sensitive model tersebut.
10
Performance Sensitivity w.r.t. GOAL for nodes below GOAL
Gambar 9. Grafik Sensitifitas
Diantara semua kriteria, Environmental Cost memilik sensitifitas tertinggi, artinya dengan merubah sedikit nilai (5%). Environmental Cost, maka skenario dari strategi terbaik akan berubah urutannya. Sementara yang memiliki sensitifitas terendah adalah Kesesuaian lahan, perubahan yang tidak terlalu besar (25%) tidak mengubah scenario.
8. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisa di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Faktor utama yang mempengaruhi alternatif strategi manajemen yang terbaik dalam pengembangan pertanian lahan irigasi adalah Pola pertanaman mengikuti keinginan petani. Sedangkan alternative terakhir adalah memberikan prioritas pada pengurangan penggunaan air.
b. Kriteria kesesuaian lahan memberikan sensitifas yang rendah, sedangkan kriteria Environmental Cost memberikan sensitifitas yang tinggi.
11