praktikum 1 man pengadaan
TRANSCRIPT
Simulasi 1
“Menentukan Jumlah Permintaan Obat”
Deskripsi
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat. Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan awal yang
amat menentukan dalam perencanaan obat.
Manfaat perencanaan obat terpadu :
1. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran
2. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan
3. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran
4. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat
5. Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat
6. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal
Tujuan perencanaan obat adalah untuk :
a) Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan.
b) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
1) Data pemakaian obat periode sebelumnya.
2) Jumlah kunjungan resep.
3) Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
4) Sisa Stok.
Menghitung kebutuhan obat dengan cara :
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya.
SO = SK + SWK + SWT + SP
Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan rumus :
Permintaan = SO – SS
Keterangan :
SO = Stok optimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu ( Lead Time )
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
Perhitungan Kebutuhan Obat :
a. Pada tanggal 31 Maret 2009 di Puskesmas Latifah, Kabupaten Prasojo, sisa per
sediaan Amoksisilin kaplet 500 mg = nihil. Penerimaan selanjutnya diperkirakan
akan diperoleh pada bulan April 2009. Pemakaian Amoksisilin 500 mg kaplet per
triwulan selama ini di Puskesmas adalah 300 kotak @ 100 kaplet. Permintaan
obat pada periode April - Juni 2009 diajukan oleh Puskesmas ke IFK Kabupaten
pada akhir bulan Maret 2009. Terjadi kekosongan obat selama lima hari kerja,
dengan waktu tunggu 5 hari kerja.
b. Sementara di Puskesmas tersebut pada periode waktu yang sama, CTM tablet 4
mg sisa stoknya = 5 botol @1.000 tablet. Pemakaian CTM 4 mg per triwulan
selama ini di Puskesmas adalah 60 botol @1.000 tablet.
Latihan
a. Pada tanggal 31 Desember 2009 di Apotek Andra, sisa per sediaan Asam
Mefenamat kaplet 500 mg = 500 tablet. Penerimaan selanjutnya diperkirakan
akan diperoleh pada bulan April 2009. Pemakaian Amoksisilin 500 mg kaplet per
semester selama ini di Puskesmas adalah 500 kotak @ 100 kaplet. Permintaan
obat pada periode Januari - Juni 2010 diajukan oleh Puskesmas ke IFK
Kabupaten pada akhir bulan Desember 2009. Terjadi kekosongan obat selama
lima hari kerja, dengan waktu tunggu 8 hari kerja.
b. Sementara di Puskesmas tersebut pada periode waktu yang sama, Kalium
Diklofenak tablet 50 mg sisa stoknya = 3 kotak @100 tablet. Pemakaian Kalium
Diklofenak 50 mg per semester selama ini di Puskesmas adalah 50 kotak @100
tablet.
Simulasi 2
“Perhitungan Kebutuhan Obat Dengan Metode Konsumsi di Instalasi Farmasi”
Deskripsi
Menentukan kebutuhan obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang
harus dilakukan di Instalasi Farmasi. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk
pengadaan obat secara terpadu (termasuk obat program), maka diharapkan obat yang
direncanakan dapat tepat jenis, jumlah dan waktu serta mutu yang terjamin. Untuk
menentukan kebutuhan obat dilakukan pendekatan perhitungan melalui metode
konsumsi dan atau morbiditas.
Metode Konsumsi:
Didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung
jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metoda konsumsi perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Pengumpulan dan pengolahan data
b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
c) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
d) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu
dilakukan analisa trend (regresi linier) pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau
lebih. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode konsumsi :
a) Daftar nama obat g) Kekosongan obat
b) Stok awal h) Pemakaian rata-rata obat per tahun
c) Penerimaan i) Waktu tunggu (lead time)
d) Pengeluaran j) Stok pengaman (buffer stok)
e) Sisa stok k) Pola kunjungan
f) Obat hilang, rusak, kadaluarsa
Perhitungan dengan metoda konsumsi:
Selama tahun 2009 (Januari – Desember) pemakaian Parasetamol tablet sebanyak
2.500.000 tablet untuk pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan. Pernah terjadi
kekosongan selama 2 (dua) bulan. Sisa stok per 31 Desember 2009 adalah 100.000
tablet.
Latihan 1
Selama tahun 2009 (Januari – Desember) pemakaian Antalgin tablet sebanyak
2.000.000 tablet untuk pemakaian selama 7 (tujuh) bulan. Pernah terjadi kekosongan
selama 3 (tiga) bulan. Sisa stok per 31 Desember 2009 adalah 20.000 tablet.
Latihan 2
Selama tahun 2009 (Januari – Desember) pemakaian Amoksisilin tablet sebanyak
3.500.000 tablet untuk pemakaian selama 11 (sebelas) bulan. Pernah terjadi
kekosongan selama 1 (satu) bulan. Sisa stok per 31 Desember 2009 adalah 150.000
tablet.
Simulasi 3
“Perhitungan Kebutuhan Obat Dengan Metode Morbiditas di Instalasi Farmasi”
Deskripsi
Menentukan kebutuhan obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang harus
dilakukan di Instalasi Farmasi. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk
pengadaan obat secara terpadu (termasuk obat program), maka diharapkan obat yang
direncanakan dapat tepat jenis, jumlah dan waktu serta mutu yang terjamin. Untuk
menentukan kebutuhan obat dilakukan pendekatan perhitungan melalui metode
konsumsi dan atau morbiditas.
Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Adapun faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit dan lead
time. Langkah-langkah dalam metoda ini adalah:
a) Memanfaatkan pedoman pengobatan.
b) Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.
c) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit.
d) Menghitung jumlah kebutuhan obat.
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode morbiditas:
a) Perkiraan jumlah populasi
Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan berdasarkan jenis
kelamin untuk umur antara:
• 0 – 4 tahun
• 5 – 14 tahun
• 15 – 44 tahun
• > 45 tahun
• Atau ditetapkan berdasarkan kelompok dewasa (> 12 tahun) dan anak (1 – 12
tahun)
b) Menetapkan pola morbiditas penyakit
c) Masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang
ada.
d) Menghitung perkiraan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pedoman pengobatan
dasar di puskesmas.
e) Frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada
kelompok umur yang ada.
f) Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah kasus dikali jumlah obat
sesuai pedoman pengobatan dasar dipuskesmas.
g) Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekwensi dan lama pemberian obat dapat
menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
h) Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan mempertimbangkan
faktor antara lain:
• Pola penyakit
• Lead time
• Buffer stock
i) Menghitung kebutuhan obat tahun anggaran yang akan datang
Perhitungan dengan metoda morbiditas:
Menghitung masing-masing obat yang diperlukan perpenyakit. Sebagai contoh untuk
penyakit OMSK tipe maligna pada orang dewasa dan anak-anak antara lain pada
pedoman pengobatan digunakan obat Amoksisilin dengan perhitungan sebagai berikut:
Anak-anak:
Standar pengobatan dengan Amoksisilin adalah 10 mg/kg BB dalam dosis terbagi 3 x
sehari selama 14 hari. Jumlah episode 10.000 kasus. Bila berat badan anak
diasumsikan adalah 12½ kg.
Dewasa
Standar pengobatan dengan Amoksisilin adalah 500 mg dalam dosis terbagi 3 x sehari
selama 14 hari. Jumlah episode 15.000 kasus.
Bagaimana perhitungan untuk penyakit Faringitis (Eritromisin, Amoksisilin,
Penisilin VK), Sinusitis (Doksisiklin, Klaritromisin).
Simulasi 4
“Rencana Pengadaan Obat Dengan Analisa ABC”
Deskripsi
Dengan melaksanakan penyesuaian perencanaan obat dengan jumlah dana
yang tersedia, maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana
pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan
untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang.
Analisa ABC
Berdasarkan berbagai observasi dalam inventori manajemen, yang paling
banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili oleh
relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap
pengadaan obat dijumpai bahwa sebagian besar dana obat (70%) digunakan
untuk pengadaan 10% dari jenis / item obat yang paling banyak digunakan,
sedangkan sisanya sekitar 90% jenis / item obat menggunakan dana sebesar
30%. Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item obat berdasarkan
kebutuhan dananya, yaitu:
Kelompok A:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat
keseluruhan.
Kelompok B:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
Kelompok C:
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat
keseluruhan.
Langkah-langkah menentukan Kelompok A, B dan C:
a) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan
cara mengalikan kuantum obat dengan harga obat.
b) Tentukan peringkat mulai dari yang terbesar dananya sampai yang
terkecil.
c) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
d) Hitung akumulasi persennya.
e) Obat kelompok A termasuk dalam akumulasi 70%
f) Obat kelompok B termasuk dalam akumulasi >70% s/d 90% (menyerap
dana ± 20%)
g) Obat kelompok C termasuk dalam akumulasi > 90% s/d 100% (menyerap
dana ± 10%)
Simulasi 5
“Rencana Pengadaan Obat Dengan Analisa VEN”
Deskripsi
Dengan melaksanakan penyesuaian perencanaan obat dengan jumlah dana
yang tersedia, maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana
pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan
untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang.
Analisa VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
terbatas dengan mengelompokkan obat berdasarkan manfaat tiap jenis obat
terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut:
Kelompok V:
Adalah kelompok obat-obatan yang sangat esensial (vital), yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain:
a. Obat penyelamat (life saving drugs)
b. Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (obat anti diabet, vaksin dan lain-
lain)
c. Obat untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
Kelompok E:
Adalah kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada
sumber penyebab penyakit.
Kelompok N:
Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa
dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi
keluhan ringan.
Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk:
a. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia.
Obat yang perlu ditambah atau dikurangi dapat didasarkan atas
pengelompokan obat menurut VEN.
b. Penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok V agar
diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.
Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu criteria penentuan
VEN yang sebaiknya disusun oleh suatu Tim. Dalam menentukan kriteria
perlu dipertimbangkan kondisi dan kebutuhan masing-masing wilayah.
Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain:
a) klinis
b) konsumsi
c) target kondisi
d) biaya
Langkah-langkah menentukan VEN:
a) Menyusun analisa VEN
b) Menyediakan data pola penyakit
c) Merujuk pada pedoman pengobatan
Simulasi 6
“Penerimaan, Pencatatan dan Pelaporan Obat”
1. Deskripsi
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola
obat atau petugas lain yang diberi kuasa.
Pencatatan dan pelaporan data obat di Apotek dan Instalasi Farmasi
merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan
secara tertib, baik obatobatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan. Apotek dan Instalasi Farmasi bertanggung jawab atas
terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta
tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan obat.
2. Tujuan
Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :
1. Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan.
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
3. Sumber data untuk perencanaan kebutuhan.
4. Sumber data untuk pembuatan laporan.
3. Kegiatan
Setiap penyerahan obat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan.
Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik,
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat berikut
kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat wajib
melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi
kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi
dokumen (LPLPO), dan ditanda tangani oleh petugas penerima. Petugas
penerima dapat menolak apabila terdapat kekurangan dan kerusakan obat.
Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan
obat dan kartu stok.
Pemeriksaan meliputi:
a. Nama Obat
b. Jumlah
c. Kemasan
d. Bentuk Sediaan
e. Batch Number
f. Expire Date
g. No. Faktur
h. Tanggal Jatuh Tempo
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Apotek dan
Instalasi Farmasi adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas atau karyawan
harus tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan
diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis
penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan
pembuatan laporan pengelolaan obat.
Administrasi pencatatan dan pelaporan:
1. Kartu stok obat
2. LPLPO
3. Catatan harian penggunaan obat
Simulasi 7
“Penyimpanan Obat”
1. Deskripsi
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
2. Tujuan
Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan
terjamin mutu dan keamanannya.
3. Kegiatan
1) Persyaratan gudang
a) Luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang
disimpan.
b) Ruangan kering dan tidak lembab.
c) Memiliki ventilasi yang cukup.
d) Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan
berteralis.
e) Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang tidak
memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain. Harus diberi alas
papan (palet).
f) Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
g) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
h) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
i) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
j) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang
selalu terkunci dan terjamin keamanannya.
k) Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
2) Pengaturan penyimpanan obat
a) Obat di susun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
b) Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO.
c) Obat disimpan pada rak.
d) Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet.
e) Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.
f) Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.
g) Sera, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
h) Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya.
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan kondisi penyimpanan sebagai
berikut :
a) Kelembaban
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga mempercepat
kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan
upaya-upaya berikut :
a) Ventilasi harus baik, jendela dibuka.
b) Simpan obat ditempat yang kering.
c) Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka.
d) Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin panas
udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab.
e) Biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul.
f) Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.
b)Sinar Matahari
Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar
matahari. Sebagai contoh, Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari
akan berubah warna
menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa. Cara mencegah
kerusakan karena sinar matahari antara lain:
• Jendela-jendela diberi gorden.
• Kaca jendela dicat putih.
Simulasi 8
“Penyusunan Neraca”
Deskripsi
Neraca merupakan tahap terakhir dari laporan keuangan yang menjelaskan posisi
keuangan perusahaan dilihat dari pos Aktiva/Harta, Utang dan Modal. Untuk mengisi
neraca ini, maka kita berpatokan pada Neraca Saldo yang telah disusun sebelumnya,
akan tetapi untuk pos Pendapatan dan Beban tidak dicantumkan (dihapuskan). Tuliskan
semua akun-akun yang berada pada pos Aktiva, Utang dan Modal (modal akhir yang
telah disusun sebelumnya pada laporan perubahan modal)
Aktiva adalah harta yang dimiliki perusahaan yang merupakan sumber ekonomi.
Contoh: kas, piutang, peralatan, perlengkapan, gedung, tanah, kendaraan
Utang adalah kewajiban yang menjadi beban perusahaan. Contoh: hutang pembelian
kredit.
Modal adalah hak atau klaim pemilik atas aktiva perusahaan. Contoh: setoran modal oleh pemilik.
INGAT!!! Total AKTIVA harus sama dengan UTANG + MODAL
SUSUN NERACA DARI TRANSAKSI DIATAS !!!
Simulasi 9
“Penyusunan Laporan Laba Rugi”
Deskripsi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang akan menyajikan posisi keuangan dalam hal
laba atau rugi nya. Dalam laporan ini, terdapat 2 (dua) pos yang akan disajikan yaitu pos
Pendapatan dan Beban. Laporan yang menggambarkan apakah
perusahaan/organisasi mendapat keuntungan/laba(profit) atau menderita kerugian
(loss). Laporan laba Rugi terdiri dari:
Penjualan bersih (net sales)
Harga pokok penjualan (cost of goods sold)
Biaya-biaya operasi (operating expense)
Biaya dan pendapatan lain-lain (other expense and other income)
Pajak (taxes)
SUSUN LAPORAN LABA RUGI DARI TRANSAKSI DIATAS !!!
Simulasi 10
“Perhitungan Pajak Penghasilan”
1. Deskripsi
Pajak Penghasilan diatur dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2000. Pajak
penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subyek pajak di sini dapat berupa
orang pribadi atau badan misal PT dan Koperasi.
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun. Bentuk-bentuk penghasilan yang dikenai pajak misalnya gaji, honorarium,
bonus, laba usaha, bunga simpanan di bank, hadiah dan lain-lain
Dalam perhitungan pajak terdapat perbedaan antara pajak untuk orang pribadi
dan badan. Untuk orang pribadi dasar pengenaan penerapan tarif bagi wajib pajak
disebut dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). Penghasilan kena pajak merupakan
penghasilan kotor setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh penghasilan tersebut dan setelah dikurangi PTKP (Penghasilan Tidak
Kena Pajak).
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah batas minimum penghasilan yang
tidak dikenakan pajak, artinya jika wajib pajak berpenghasilan tidak lebih dari PTKP,
maka tidak dikenakan pajak. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diberikan sebesar:
a) Rp 13.200.000,00 untuk diri wajib pajak yang bersangkutan
b) Rp 1.200.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang berstatus kawin
c) Rp 13.200.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung
dengan suami
d) Rp 1.200.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya
Wajib Pajak, paling banyak 3 orang.
Tarif pajak orang pribadi dibedakan dengan tarif pajak badan. Tarif pajak orang
pribadi dan tarif pajak badan dapat kita lihat dalam Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini:
Tabel 1. Tarif Pajak Pribadi
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak1. Rp 0 – Rp 25.000.000,00 5 %2. Rp 25.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 10 %3. Rp 50.000.000,00 – Rp 100.000.000,00 15 %4. Rp 100.000.000,00 – Rp 200.000.000,00 25 %5. Di atas Rp 200.000.000,00 35 %
Tabel 2. Tarif Pajak Badan
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak1. s/d Rp 50.000.000,00 10 %2. Di atas Rp 50.000.000,00 – Rp 100.000.000,00 15 %3. Di atas Rp 100.000.000,00 30%
Perhitungan Pajak Penghasilan
Tuan Jusuf berstatus kawin dengan 3 anak adalah seorang pengusaha yang
memperoleh penghasilan bersih pada tahun 2005 sebesar Rp 100.000.000,00
penghasilan tersebut merupakan selisih antara penjualan sebesar Rp 300.000.000,00
dan biaya sebesar Rp 200.000.000,00.
Pertanyaan : Berapa pajak yang harus dibayarkan oleh Tuan Jusuf pada tahun
2005.
PKP = Penghasilan – Biaya - PTKP
Daftar Pustaka
Anonim, 2010, Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi
Kabupaten / Kota, DEPKES RI bekerjasama dengan JICA.
Anonim, 2010, Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas, DEPKES RI
bekerjasama dengan JICA.
Anonim, 2006, Drug Management Manual, UNHCR.
Haryono Yusuf. 1999. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN.
Soemarso SR. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.