potret kota padang menuju 2014

4
POTRET KOTA PADANG MENUJU 2014 Padang merupakan kotanya orang rantau Minangkabau, bisa kita lihat bahwa yang berada di Padang tersebut sebagian besar bukanlah asli warga Padang. Mereka yang berdomisili di Padang banyak yang berasal dari luar Padang seperti, Solok, Pariaman, Batusangkar, Bukittinggi dll. Berbicara mengenai kota Padang tentu tidak terlepas berbicara mengenai Sumatera Barat. Karena Padang merupakan ibu kota provinsi Sumatera Barat. Sekarang sudah masuk pertengahan tahun 2013, ada hal yang mesti dilihat dari kota Padang baik dari sosial maupun kulturnya. Ini sekedar dari apa yang saya pikirkan sebagai masyarakat kota Padang. Kota Padang sebagai ibu kota mestinya menjadi cerminan bagi kota-kota lain. Dimulai dari adat, budaya atau kearifan lokal minangkabau. Masyarakat minangkabau terkenal dengan filosofinya yaitu adat basandi syarak’’ syarak basandi kitabullah. Ini mengisyaratkan jika masyarakat minangkabau adalah masyarakat berbudaya yang menjunjung nilai-nilai islami dan memiliki norma, dimana perilaku diatur berdasarkan aturan adat dan tentunya sejalan dengan bimbingan wahyu. Namun filosofis ini wujud nyatanya hanya dalam teks maupun pengucapan saja tapi sangat jauh dari pengamalan. Padahal wujud nyata dari pengamalan nilai-nilai adat yang Islami ini akan berefek pada tata krama, etika dan sopan santun. Setidaknya warga padang memunculkan image sebagai warga yang ramah dan memiliki attitude (sikap) yang baik tidak hanya kaum tua namun juga kaum muda. Jika dilihat dari beberapa kasus seolah mengindikasikan bahwa yang harus paham dan tahu dengan adat ini hanyalah masyarakat

Upload: 08526380

Post on 27-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Potret Kota Padang Menuju 2014

POTRET KOTA PADANG MENUJU 2014

Padang merupakan kotanya orang rantau Minangkabau, bisa kita lihat bahwa yang berada di Padang tersebut sebagian besar bukanlah asli warga Padang. Mereka yang berdomisili di Padang banyak yang berasal dari luar Padang seperti, Solok, Pariaman, Batusangkar, Bukittinggi dll. Berbicara mengenai kota Padang tentu tidak terlepas berbicara mengenai Sumatera Barat. Karena Padang merupakan ibu kota provinsi Sumatera Barat.

Sekarang sudah masuk pertengahan tahun 2013, ada hal yang mesti dilihat dari kota Padang baik dari sosial maupun kulturnya. Ini sekedar dari apa yang saya pikirkan sebagai masyarakat kota Padang. Kota Padang sebagai ibu kota mestinya menjadi cerminan bagi kota-kota lain.

Dimulai dari adat, budaya atau kearifan lokal minangkabau. Masyarakat minangkabau terkenal dengan filosofinya yaitu adat basandi syarak’’ syarak basandi kitabullah. Ini mengisyaratkan jika masyarakat minangkabau adalah masyarakat berbudaya yang menjunjung nilai-nilai islami dan memiliki norma, dimana perilaku diatur berdasarkan aturan adat dan tentunya sejalan dengan bimbingan wahyu. Namun filosofis ini wujud nyatanya hanya dalam teks maupun pengucapan saja tapi sangat jauh dari pengamalan. Padahal wujud nyata dari pengamalan nilai-nilai adat yang Islami ini akan berefek pada tata krama, etika dan sopan santun. Setidaknya warga padang memunculkan image sebagai warga yang ramah dan memiliki attitude (sikap) yang baik tidak hanya kaum tua namun juga kaum muda. Jika dilihat dari beberapa kasus seolah mengindikasikan bahwa yang harus paham dan tahu dengan adat ini hanyalah masyarakat pedesaan/perkampungan. Lantas bagaimana dengan penduduk kota khususnya masyarakat kota Padang??.. sungguh realitas yang pahit jika masyarakat kota Padang kehilangan identitas keminangannya.

Jauh dari itu semua mesti ada upaya dalam rangka menimbulkan kebanggaan atas budaya lokal itu sendiri. Dan hendaknya melibatkan seluruh masyarakat kota Padang. Sehingga memunculkan masyarakat kota yang sadar akan budaya lokal. Setidaknya ada suatu ciri khas yang membedakan masyarakat Minang khususnya di kota Padang dengan budaya masyarakat kota lainnya. Akankah pada tahun mendatang kota Padang menjadi kota yang asing bagi masyarakatnya dimana terkenal dengan masyarakat yang berbudaya namun dikikis oleh budaya asing??

Tidak hanya budayanya, kota Padang memiliki objek wisata yang tak kalah hebat dari kota-kota lainnya. Tentunya untuk menarik para wisatawan ke Padang mesti ada semacam

Page 2: Potret Kota Padang Menuju 2014

kreatifisasi atau terobosan baru sehingga objek wisata kota Padang menjadi objek wisata yang cukup dilirik para wisatawan.

Selanjutnya kita beralih ke jalanannya. Dari tahun ke tahun kota padang semakin menjadi kota yang padat penduduk, dan yang sangat terasa dari waktu kewaktu beberapa ruas jalan yang macet. Dan ini sangat terasa disaat pagi jam-jam pergi dan sore saat pulang kuliah,sekolah maupun bekerja. Semakin padatnya penduduk kota padang dari tahun ke tahun mungkinkah Padang akan menjadi Jakarta kedua yang rawan akan macet bahkan melebihi macetnya kota-kota metropolitan lainnya??

Disamping itu meskipun pemerintah kota Padang sudah mengeluarkan perda yang mengatur tentang larangan mengemis/meminta-minta, mengamen dan juga MUI pun mengeluarkan fatwa yang agaknya memiliki redaksi yang sama, tapi masih juga kita melihat para pengemis dan pengamen yang bertengger di persimpangan lampu merah. maraknya para pencari nafkah di jalanan kota Padang tidak hanya mengganggu namun sebagian juga meresahkan. Apalagi tingkat pengemis meningkat berkali lipat jumlahnya menjelang bulan Ramadhan. Padahal Memberi bukan berarti mengasihi, jika ingin mensedekahkan uang lebih tepatnya disumbangkan kepada organisasi sosial resmi yang terpercaya atau minimal selektif dalam memberi artinya memberi kepada orang yang pantas untuk menerima uluran tangan. Budaya memberi bukan lagi suatu budaya yang baik jika mudharatnya lebih besar. Hal ini sama saja mendidik para Pengemis maupun anak jalanan untuk tetap meminta karena dari meminta-minta inilah mereka akan mendapat keuntungan besar ketimbang bekerja. Namun jauh dari itu semua tidak cukup hanya dengan melarang dan mengusir pengemis di jalanan tapi juga memberikan solusi alternatif kepada anak jalanan ini, seperti diberi pelatihan, kursus dan terlebih pembinaan mental yang baik, setidaknya mereka ditampung oleh pemerintah. Bercerita mengenai pengemis seolah-olah ini sebuah lingkaran setan yang tak habis-habisnya. Lantas bagaimana untuk tahun-tahun selanjutnya di kota Padang, akankah lingkaran ini tetap akan berlanjut??

Mengenai kebersihan lingkungan, beberapa kali piala adipura luput dari gengaman kota padang. Ini tidak terlepas dari faktor manusia yang sadar akan lingkungan itu sendiri. Andai kata “kebersihan sebagian dari iman” itu benar-benar diterapkan, tidak mustahil jika masyarakat kota padang akan menjadi masyarakat yang sadar dan peduli akan lingkungan nya dan bahkan menjadikan peduli lingkungan sebagai budaya ditengah masyarakat. Banyaknya tulisan-tulisan terpampang seperti, “Buanglah sampah ada tempatnya”, “kebersihan sebagian dari iman””Budayakan lingkungan bersih dan sehat”, namun tulisan-tulisan ini sayang wujud nyata nya hanya di dalam tulisan namun kerap tak didengar oleh yang melihatnya. Disamping itu sebenarnya juga mesti ada fasilitas tempat pembuangan yang layak . jika dilihat didaerah pasar memang untuk kebersihan akan sulit mengontrolnya. Namun akankah Padang untuk tahun kedepan akan menjadi kota yang memiliki lingkungan yang bersih atau sebaliknya??

Melihat kenyataan ini, kota Padang ibarat sebuah rumah yang hendaknya menjadi rumah yang nyaman untuk ditinggali dan itu semua tidak terlepas dari berbagai pihak yang ada didalamnya. Tidak semuanya yang saya tulis disini. Namun, besar harapan kota Padang

Page 3: Potret Kota Padang Menuju 2014

menjadi rumah yang nyaman untuk ditinggali. Tidak hanya nyaman namun kita yang berada didalamnya pun tidak merasa asing dengan rumah sendiri. jika tamu pun berkunjung ke rumah ini akan merasa nyaman dan otomatis menimbulkan kesan yang baik dari rumah ini.

Bangkitlah kota ku Padang, kota tercinta, yang ku jaga dan ku bela!!.

Oleh : Alfred, Ketua Umum HMJ Aqidah Filsafat 2012-2013

Mahasiswa Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin, IAIN “IB” Padang