potensi pupuk majemuk cair organik dalam …/potensi... · pada program studi agronomi muhammad...

35
POTENSI PUPUK MEMENUHI KEBUTU Untuk mem guna mempero Pada P M PROG UNIVER MAJEMUK CAIR ORGANIK DALA UHAN HARA PADI (Oryza sativa L.) SA TESIS menuhi sebagian persyaratan oleh derajat Magister Pertanian Program Studi Agronomi Oleh : Muhammad Fakhruddin S610907006 GRAM PASCASARJANA RSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 AM AWAH

Upload: phungcong

Post on 12-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

POTENSI PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK

MEMENUHI KEBUTUHAN HARA

Untuk memenuhi sebagian

guna memperoleh

Pada Program Studi Agronomi

Muhammad Fakhruddin

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN HARA PADI (Oryza sativa L.) SAWAH

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

emperoleh derajat Magister Pertanian

Pada Program Studi Agronomi

Oleh :

Muhammad Fakhruddin

S610907006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

DALAM

SAWAH

Magister Pertanian

POTENSI PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK

MEMENUHI KEBUTUHAN HARA

Untuk memenuhi sebagian

guna memperoleh

Pada Program Studi Agronomi

Muhammad Fakhruddin

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN HARA PADI (Oryza sativa L.) SAWAH

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

emperoleh derajat Magister Pertanian

Pada Program Studi Agronomi

Oleh :

Muhammad Fakhruddin

S610907006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

DALAM

SAWAH

Magister Pertanian

POTENSI PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN HARA PADI (Oryza sativa L.) SAWAH

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Muhammad Fakhruddin

S610907006

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal : .................

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Kedudukan penguji

Nama Tandatangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS NIP. 19590711984031002

Sekretaris Dr. Ir. Supriyadi, MS NIP. 195808131985031003

Anggota 1. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP NIP.19480426 197609 1001

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.Si

NIP. 19610717 198601 1001

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Agronomi

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS

NIP. 195708201985031004 NIP. 19590711984031002

POTENSI PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN HARA PADI (Oryza sativa L.) SAWAH

disusun oleh :

Muhammad Fakhruddin

S610907006

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama

Tandatangan Tanggal

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP NIP.19480426 197609 1001

Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.Si NIP. 19610717 198601 1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Agronomi

Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS.

NIP. 1959071 198403 1002

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Fakhruddin

NIM : S610907006

Progran Studi : Agronomi

Judul : Potensi Pupuk Majemuk Cair Organik dalam Memenuhi

Kebutuhan Hara Padi (Oryza Sativa .L) Sawah.

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini bener-benar karya saya

sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan yang semuanya sudah dijelaskan sumbernya.

Demikian pernyataan saya buat, jika di kemudian hari terbukti ada

ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab

sepenuhnya.

Surakarta, 6 Juli 2010

Yang membuat pernyataan

Muhammad Fakhruddin NIM. S610907006

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala nikmat

dan karunia-Nya. Sehingga penyusunan tesis dengan judul “ POTENSI PUPUK MAJEMUK

CAIR ORGANIK DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN HARA PADI (Oryza sativ L.)

SAWAH”. dapat diselesaikan.

Tersusunnya tesis ini tidak lepas bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak

yang sangat berarti bagi penulis, dengan rasa ikhlas penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Direktur Pogram Pascasarjana Universitas Sebelas maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir Supriyono, MS. Selaku Ketua Program Studi Agronomi yang memfasilitasi

perijinnan sehingga dapat terlaksana.

3. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP. Selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis.

4. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MSi. Selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan penulisan tesis

5. Dr. Ir. Supriyadi, MS. Selaku Dewan Penguji Program Studi Agronomi Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Ayah, ibu, istri dan keluarga yang telah memberikan restu dan do’a nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan hasil penelitian ini.

Penyusun telah berupaya maksimal dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis

ini semoga dapat bermanfaat.

Surakarta, 6 Juli 2010

Penulis

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas Daun Tanaman Padi pada Beberapa Konsentrasi dan Frekuensi

Pemupukan ............................................................................................. 14

Tabel 2. Jumlah anakan Produktif Tanaman Padi pada Beberapa Konsentrasi dan Frekuensi

Pemupukan ............................................................................. 16

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Biomassa Tanaman Padi pada umur 110 hst .....................................14

Gambar 2. Jumlah Anakan Produktif pad umur 90 hst ........................................15

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Analisis Ragam Luas Daun Tanaman Padi (Oryza sativa) ........................ 24

Lampiran 2. Analisis Ragam Biomassa Panen Tanaman Padi (Oryza sativa) ................ 24

Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi (Oryza sativa).. 25

Lampiran 4. Analisis Ragam Panjang Malai Tanaman Padi (Oryza sativa) ................. 25

Lampiran 5. Analisis Ragam Jumlah Gabah Bernas Per Malai Tanaman Padi ............ 26

Lampiran 6. Analisis Ragam Jumlah Gabah hampa Per Malai Tanaman Padi ............. 26

Lampiran 7. Analisis Ragam Berat 100 Butir Gabah Tanaman Padi (Oryza sativa) ..... 27

Lampiran 8. Tabel 2. Biomassa Padi pada Konsentrasi dan Frekuensi Pemupukan ... 28

Lampiran 9. Tabel 4. Panjang Malai Padi Konsentrasi dan Frekuensi Pemupukan …. 28

Lampiran 10. Tabel 5. Jumlah Gabah Bernas Per Malai pada Konsentrasi dan

Frekuensi Pemupukan ………………………………………………….. 29

Lampiran 11. Tabel 6. Jumlah Gabah Hampa Per Malai pada Konsentrasi dan

Frekuensi pemupukan ………………………………………………….. 29

Lampiran 12. Tabel 7. Berat 100 gabah pada konsentrasi dan frekuensi pemupukan .. 30

Lampiran 13. Diskripsi varietas ciherang ……………………………………………… 31

Lampiran 14. Diskripsi Pupuk Cair Organik…………………………………………… 32

Lampiran 15. Denah percobaan ………………………………………………………... 33

Lampiran 16. Hasil Analisa Tanah …………………………………………………… 34

ABSTRAK

Muhammad Fakhruddin. S610907006. 2010. Potensi Pupuk Majemuk Cair Organik dalam Memenuhi Kebutuhan Hara Padi (Oryza sativa L.) Sawah. Komisi Pembimbing 1: Prof.Dr.Ir. Djoko Purnomo, MP; Pembimbing II : Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MSi. Tesis Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Kelangsungan produktivitas padi terkendala akibat kelangkaan pupuk terutama Nitrogen. Penggunaan pupuk majemuk cair organik memberikan harapan untuk mengatasi hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi dan frekuensi yang tepat dalam Penggunaan pupuk majemuk cair organik tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap ( RAKL) yang disusun secara split plot. Dua faktor yang diujikan yaitu, Pertama konsentrasi pupuk majemuk cair organik terdiri 5 tingkat yaitu kontrol, 8, 12, 16, 20 ml/l air. Kedua frekuensi pemberian terdiri 3 tingkat yaitu 4, 5 dan 6 kali. Penelitian dilakukan di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora dan dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 hingga Mei 2009 pada jenis tanah grumusol. Variabel penelitian: luas daun, biomassa, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah bernas per malai, jumlah gabah hampa per malai, dan berat 100 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk cair organik meningkatkan namun untuk beberapa perlakuan menurunkan luas daun padi. Perlakuan yang dicobakan tidak mengubah biomassa, panjang malai, jumlah gabah bernas dan hampa per malai, dan berat 100 biji padi. Pemberian pupuk majemuk cair organik dengan konsentrasi 16 dan 20 ml/l air cenderung meningkatkan jumlah anakan produktif padi. Kata kunci: Pupuk Organik Cair - Padi

ABSTRACT

Muhammad Fakhruddin. S610907006. 2010. Potency of The Liquid Multiple Organic Fertilizer for Fulfilling Need of Paddy Nutrition. Commision 1: Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP and commision 2 : Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MSi. Thesis: Agronomy Study Program of Postgraduate Program, University of Sebelas Maret, Surakarta The sustainability of rice production will be limited by the available fertilizer mainly nitrogen. Liquid ognanic fertilizer (LOF) potencial for handling the problem. The objective of the research is determining about the frequency and concentration of LOF which suitable for paddy. The research was conducted by experiment with randomized completely design (CRD split plot). There are two factors treatment, those are: LOF concentration ( control, 8, 12, 16, 20 ml/l water) and 3 levels of LOF application frequency (4, 5, and 6 times ). The experiment has been conducted at Sumber village, Kradenan district, Blora regency from February until May 2009. The soil type is grumusol and 500 m elevation.The variable of research; the leaf area, biomass, length of panicle, full and empty grain number per panicle, and weight of 100 grains. The yield of the research show that the LOF application significantly different for the leaf area (but several treatment decreasing the leaf area). The biomass, length of panicle, full and empty grain number per panicle, weight of 100 grains, no significantly efect by fertilizer treatment. The LOF concentration 16 and 20 ml/l tend for increasing the number of productive tiller. Key Words : Liquid Organic Fertilizer- Rice.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

tanaman sehingga menentukan kualitas dan kuantitas hasil. Tanaman padi sebagai tanaman

pangan utama pada akhir-akhir ini terganggu dengan ketersediaan pupuk terutama N dan P

(anorganik) yang tidak menentu. Oleh karena hal tersebut petani mengalami kesulitan dalam

menjaga stabilitas produksi sehingga keuntungan yang diharapkan sering tidak tercapai.

Ketersediaan terbatas juga mengakibatkan dampak sosial terutama gangguan keamanan

didaerah pertanaman padi (penghadangan truk pengangkut pupuk dan unjuk rasa). Di

beberapa daerah petani telah mencari alternatif dengan menggunakan pupuk organik namun

keberhasilan belum jelas sehingga masih perlu diuji secara ilmiah. Salah satu diantaranya

petani Desa Sumber Kec. Kradenan, Kab. Blora yang menggunakan pupuk cair organik

dengan bahan tumbuhan dan kotoran hewan sebagai pengganti pupuk anorganik. Jumlah

pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik secara teoritis amat besar dan teknologi

penggunaan belum sepenuhnya tersedia. Berdasarkan hal itu penelitian tentang penggunaan

pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik sangat diperlukan.

Suatu pendekatan dalam budidaya perlu di upayakan dalam rangka mendapatkan acuan

yang tepat. Penentuan konsentrasi pupuk organik dan frekuensi pemberian memerlukan

kajian secara bertahap dan berkesinambungan dalam satu lokasi sehingga dapat ditemukan

konsentrasi dan frekuensi spsifikasi lokasi tertentu. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam

budidaya tanaman dilokasi tersebut. Setiap sistem budidaya tanaman dengan berbagai

alternatif pola tanamnya digerakkan kearah sasaran yang ingin dicapai yaitu: produksi yang

secara agronomis dapat mencapai hasil maksimum, secara ekonomis optimum dan secara

ekologis lestari.

B. Perumusan Masalah

Ketersediaan pupuk anorganik yang tidak menentu, terutama urea, akan berdampak

terhadap produksi padi yang merupakan sumber pendapatan sebagian besar petani dan

sumber pangan utama di Indonesia. Untuk mengatasi masalah tersebut diupayakan

pemenuhan nutrisi tanaman (padi) dari berbagai sumber. Salah satu diantara sumber nutrisi

adalah bahan organik yang berasal dari limbah ternak difermentasikan sehingga berupa

pupuk organik cair. Kandungan nutrisi pupuk organik relativ rendah sehingga harus dicari

teknologi agar efisien dan memenuhi ketersediaan nutrisi. Berdasarkan wacana diatas

penelitian ini berusaha mencari jawaban atas permasalahan :

1. Apakah pupuk majemuk cair organik dapat memberikan asupan hara yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi.

2. Berapakah nutrisi tanaman padi yang dibutuhkan dengan mengunakan pupuk majemuk

cair berdasar konsentrsi dan frekuensi pemberian.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

1. Dampak positif penggunaan pupuk mejemuk cair organik sebagai pengganti pupuk

anorganik pada tanaman padi.

2. Kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk majemuk cair organik yang

sesuai.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif terhadap kebutuhan pupuk

organik sebagai pengganti pupuk anorganik. Selain itu penggunaan pupuk organik sebagai

sarana pendukung pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah

Tanaman padi secara umum mempunyai tiga fase pertumbuhan yaitu vegetatif,

reproduktif, dan pematangan. Setiap fase mempunyai durasi yang berbeda sesuai dengan

varietas. Umur tanaman padi rata-rata 110-120 hari, terdiri atas masa vegetatif lebih

kurang antara 50-55 hari setelah tanam, dan masa generatif (malai sampai pembungaan)

lebih kurang 35 hari, ditambah masa pembungaan sampai dengan pematangan bulir lebih

kurang 30 hari. Fase vegetatif terdiri atas masa vegetatif aktif dan vegetatif lambat. Fase

vegetatif aktif dimulai dari awal tanam sesuai dengan peningkatan tinggi tanaman dan

jumlah anakan. Sedangkan fase vegetatif lambat dimulai dari pembentukan anakan

maksimum sampai pembentukan malai. Fase reproduktif atau fase generatif dimulai

dengan pembentukan malai sampai pembungaan. Secara umum beberapa varietas padi

mengalami fase generatif lebih kurang 35 hari, sedangkan fase pemasakan dan

pematangan lebih kurang 30 hari (Vergara,1979).

Tanaman padi adalah tanaman hidrofit sehingga mampu tumbuh dan berkembang

dalam keadaan tergenang. Akar memperoleh oksigen dari buluh batang sehubungan

adanya jaringan aerenchim yang dapat mendifusi oksigen ke daerah perakaran. Oksigen

yang masuk melalui daun berdifusi ke batang hingga akar melewati korteks. Proses

tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan akar tanaman. Akar yang berkembang dengan

baik menjamin pemenuhan kebutuhan hara.

2. Kebutuhan Nutrisi Tanaman Padi

Pertumbuhan tanaman merupakan fungsi lingkungan dan genotip tanaman.

Efisiensi penggunaan nutrisi oleh tanaman ditentukan oleh interaksi antara potensi

produksi tanaman dan lingkungan. Lingkungan meliputi tanah, iklim, teknologi

budidaya, dan organisme pengganggu tanaman. Ketersediaan hara yang mengakibatkan

pelandaian produktifitas lahan sawah intensif disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:

penurunan kualitas laju ketersediaan hara N, P, dan K dalam tanah, penimbunan

senyawa-senyawa toksik bagi tanaman, dan ketidak seimbangan penyediaan hara akibat

pemberian pupuk yang tidak sesuai kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam

tanah. Penyerapan hara pada padi sawah terbanyak pada fase pembibitan, pertunasan dan

primordia bunga sampai berbunga. Penyerapan pupuk terus meningkat dari fase

pembibitan sampai berbunga (Ribhan. 1975). Beberapa masalah yang dapat berasosiasi

dengan efisiensi pemupukan oleh tanaman anatara lain: 1) keseimbangan hara pada

lapisan perakaran, 2) ketersediaan hara bagi tanaman, 3) faktor fisik lahan, 4) varietas

atau sifat fisiologi tanaman, 5) kestabilan pupuk itu sendiri didalam sistem tanah dan

tanaman.

Penggunaan pupuk yang berlebihan selain tidak efisien ternyata juga dapat

mengganggu keseimbangan hara dalam tanah sehingga dapat menurunkan produktifitas

lahan dan mempengaruhi hasil padi. Fenomena dilapangan memperlihatkan bahwa

setelah pemakaian pupuk secara terus menerus peningkatan produksi sawah sulit

diharapkan lagi. Jumlah pupuk urea untuk wilayah Jawa Tengah berdasar kajian Pusat

Penelitian Tanaman Pangan Bogor secara umum adalah 250 kg/ha setara dengan 112,5

N/ha (Taslim et al., 1993). Namun fakta dilapangan penggunaan pupuk telah melampui

dosis anjuran karena telah mencapai 300 kg/ha bahkan sampai 500 kg/ha urea.

Penggunaan pupuk SP36 berdasar anjuran adalah 150 kg/ha dan KCL 100 kg/ha.

Berbeda dengan pupuk N, kedua pupuk ini sering diabaikan (tidak diberikan). Oleh

karena itu sering terjadi ketidak seimbangan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman

padi.

Absorpsi hampir seluruh kebutuhan hara dilakukan oleh akar tanaman sehingga

pertumbuhan akar sangat penting untuk pertumbuhan setelah biji berkecambah dan

tumbuh. Perkembangan akar pada tanaman padi umumnya berhenti pada umur 42 hari.

Hal ini harus dipahami dan diantisipasi karena sesudah semai kemudian pindah tanam

jumlah anakan produktif akan mencapai maksimum pada umur 49 – 50 hari sesudah

semai (hss) (Tjitrosoepomo, 2005). Pergerakan unsur hara kepermukaan akar terjadi

melalui tiga cara yaitu intersepsi akar, aliran massa dan difusi (Hakim et al., 1986).

Intersepsi merupakan pertukaran hara antara tempat tanaman tumbuh dan bulu

akar berupa persinggungan antara akar dengan ion hara tanaman. Bulu akar tumbuh

menembus pori agregrat tanah dan bersinggungan dengan ion yang ada. Apabila ion

berada dalam bentuk tersedia, maka akan terjadi pertukaran ion dan kemudian ion

tersebut masuk kedalam akar (Rosmarkam, 2001). Semakin banyak akar yang

bersentuhan dengan hara semakin banyak hara yang dapat diserap akar. Mekanisme

kedua yaitu aliran massa, dalam hal ini air akan bergerak keakar tanaman akibat

transpirasi (Hakim et al., 1986). Aliran massa membawa unsur-unsur hara yang terlarut

dalam air. Jumlah hara yang terserap tergantung pada tingkat aliran air atau konsumsi air

tanaman dan rata-rata konsentrasi hara dalam air (Yoshida, 1981). Mekanisme yang

ketiga yaitu difusi yang terjadi akibat selisih konsentrasi antara lingkungan akar dan sel

akar. Konsentrasi hara disekitar akar yang tinggi, hara akan berdifusi kepermukaan akar

(Hakim et al., 1986). Perimbangan jumlah hara hidrogen yang diserap dalam bentuk

intersepsi, aliran massa dan difusi dari hara tanaman adalah 1:99:0 (Rosmarkam, 2001;

Hadjowigeno, 1995). Pengambilan unsur hara dipengaruhi oleh metabolisme tanaman

karena berhubungan dengan energi yang dihasilkan (Hakim et al., 1986). Semua faktor

yang turut menunjang pernafasan seperti ketersediaan oksigen juga mempengaruhi

serapan hara.

Pertumbuhan akar pada bibit padi akan sedikit terganggu saat pindah tanam

karena perubahan suasana rhizosfer. Bibit padi dapat dipindah cepat (bibit muda) atau

lambat (bibit tua). Perlakuan sistem intensifikasi padi (SRI) telh dilakukan di

Masdagaskar melalui penerapan komponen teknologi . Hasil penelitian Sistem of Rice

Intensification (SRI) melalui penerapan komponen teknologi secara terpadu(Penanaman

bibit muda 8-15 hari, pengaturan jarak tanam, penanaman 1 tanaman /lubang, pengairan

intermitent, pengendalian gulma, sistem rotari) telah mampu meningkatkan hasil padi

antara 7-12 ton/ha (Stoop et al.,2000) umur bibit pindah tanam umur 7 dan 14 hari

ternyata bibit muda dapat menghasilkan anakan produktif lebih banyak (Masdar et al.,

2006).

3. Pupuk Organik

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan berlangsung apabila tersedia

unsur-unsur hara. Ada 15 unsur hara esensial baik makro maupun mikro yang dibutuhkan

oleh tanaman. Unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah C, H, O, N,

P, K, Ca, Mg dan S. Unsur hara mikro yang dibutuhkan dalah jumlah sedikit meliputi Fe,

B, MN, Cu, Zn, dan Mo. Unsur hara disebut esensial tersebut berperan dalam proses

metabolik tanaman (Ismunadji dan Roechan, 1988).Unsur hara esensial dibutuhkan

tanaman dalam komposisi yang seimbang. Kekurangan akan satu atau beberapa unsur

hara yang berlangsung secara terus-menerus, dapat menyebabkan tanaman mati. Gejala

saat tanaman kekurangan dua atau lebih unsur hara secara bersama-sama, tidak akan

mirip dengan saat tanaman kekurangan satu unsur hara (Kant dan Kafkafi, 2003).

Pupuk merupakan salah satu komponen teknologi yang telah terbukti memiliki

peranan penting dalam peningkatan produksi padi. Produktifitas padi di lahan sawah

belum optimal, antara lain disebabkan oleh efisiensi pemupukan rendah. Penambahan

pupuk NPK secara terus menerus telah mengkibatkan hasil tanaman cenderung turun,

terutama pada musim hujan. Fusuo dan Yuxin (2009), Mengemukakan dampak

kelebihan Nitrogen terhadap hasil padi di Cina menyebabkan pencemaran lingkungan,

Meningkatkan biaya tanam dan memperburuk pemanasan global. Hal ini dimungkinkan

karena telah terjadi ketidakseimbangan hara akibat kehilangan melalui hasil panen. Pada

saat hasil panen tinggi kehilangan hara juga tinggi, sehingga mempercepat berkurangnya

sejumlah hara seperti yang terjadi ketika musim hujan. Sebaliknya pada musim kemarau

hasil padi selalu lebih rendah dari musim hujan sehinggga keseimbangan hara realif lebih

stabil dan hasil relatif konstan dari musim kemusim.

Sistem budidaya memanfaatkan sumberdaya alam adalah sebuah solusi untuk

menghadapi permasalahan lingkungan dan penurunan produktifitas lahan. Bahan organik

yang ada di alam telah banyak dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan pupuk

organik, mulai dari seresah daun, sisa legume, sampah, dan kotoran hewan. Neera dan

geetanjili (2006), Mengemukakan Fiksasi Nitrogen secara biologi lebih ekonomis dan

secara ekologis mengurangi pemakaian pupuk buatan dan memperbaiki kualitas dan

kuantitas sumber pangan. Peran serta pemberian bahan organik ke dalam tanah

menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberi keuntungan bagi pertumbuhan

tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan gibberellin yang terbentuk melalui

dekomposisi bahan organik (Brady,1999). Dari hari hasil beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan produktifitas

meningkat antara 0,73 – 1,00 ton padi kering panen setiap hektar apabila dibandingkan

dengan produksi tanpa menggunakan pupuk organik.

Pemberian pupuk kandang sampai 1,5 ton/ha, tanpa pupuk meningkatkan kadar N

dan P dan Ca dalam jaringan tanaman. Pemberian azolla tiga kali yaitu sebelum tanam

dan dua kali setelah tanam atau kombinasi 30 kg N/ha + 3 kg azolla segar/m secara nyata

meningkatkan gabah kering. Pada setiap dosis sekam padi pemberian pupuk kandang

ayam sampai 30 ton/ha meningkatkan P tersedia dan K tersedia. Pemilihan varietas yang

tepat dengan teknik budidaya yang tepat akan dapat meningkatkan produksi.

B. Kerangka Berfikir

Padi merupakan bahan pangan utama penduduk Indonesia. Gangguan pada tanaman

padi tidak hanya berdampak pada ketersediaan pangan tetapi juga pada stabilitas politik.

Ketersediaan sarana produksi terutama pupuk yang tidak menentu berpotensi mengganggu

stabilitas produksi yang berakibat pada ketahanan pangan. Oleh karena itu kendala

ketersediaan pupuk harus diatasi, dicari jalan keluar sehingga stabilitas produksi padi tetap

terjaga. Pupuk dapat diperoleh melalui penggunaan sumberdaya yang tersedia di lingkungan

pertanaman padi. Melalui berbagai proses seperti pengomposan, penggunaan pupuk hijau,

dan fermentasi membuktikan bahwa sumberdaya organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

Kandungan hara pada bahan organik per satuan berat bahan relatif rendah. Oleh karena itu

untuk mencukupi kebutuhan nutrisi diperlukan jumlah yang amat besar. Hal itu dapat diatasi

bila efisiensi absorpsi ditingkatkan setinggi mungkin. Diantara ketiga jenis pupuk organik

penggunaan pupuk organik formula cair (telah terfermentasi) berpotensi memiliki taraf

efisiensi paling tinggi.

Berdasar kerangka berfikir di atas dapat diajukan beberapa kemungkinan:

1. Pupuk majemuk cair organik berpotensi memberikan asupan hara yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sebagai pemenuhan kebutuhan

sehubungan ketersediaan pupuk anorganik terganggu.

2. Kebutuhan nutrisi tanaman padi menggunakan pupuk majemuk cair terpenuhi bila tepat

konsentrasi dan frekuensi pemberian.

C. Hipotesis

Berdasar kajian pustaka, pengamatan visual tanaman petani di daerah penelitian diajukan

hipotesis:

1. Penggunaan pupuk mejemuk cair organik dapat digunakan sebagai alternatif pupuk

anorganik pada tanaman padi.

2. Konsentrasi pupuk rendah dengan frekuensi pemberian tinggi lebih menjamin dari pada

konsentrasi tinggi dengan freskuensi rendah dalam pemenuhan nutrisi.

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora dengan

ketinggian tempat 500 meter dari permukaan laut. Memiliki jenis tanah grumusol

pelaksanaan mulai bulan Pebruari 2009 sampai dengan Bulan Mei 2009.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan meliputi

1. Benih tanaman padi ciherang.

2. Lahan sawah yang telah dibagi petak-petak sesuai jumlah perlakuan.

3. Pupuk kompos yang siap untuk diaplikasikan secara merata di lahan penelitian.

4. Pupuk majemuk cair organik.

Alat meliputi :

Cangkul, Traktor, timbangan, oven, gembor, papan penelitian dan papan petak

C. Rancangan Percobaan

1. Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) petak

terbagi (split plot) yang terdiri atas dua factor. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk

(D) sebagai petak utama (main plot) sebanyak lima taraf dan faktor kedua adalah

frekuensi pemberian (F) sebagai anak petak (sub plot) sebanyak tiga taraf. Dengan

demikian kedua faktor diatas menghasilkan 15 kombinasi perlakuan, masing-masing

diulang tiga kali sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Rincian perlakuan sebagai

berikut:.

· Petak utama adalah knsentrasi pupuk terdiri atas:

D0: 0 ml/ l air

D1: 8 ml/ l air

D2: 12 ml/l air

D3: 16 ml/ l air

D4: 20 ml/l air

· Anak petak adalah frekuensi pemberian terdiri atas:

F1: 4x pemberian pada 15, 25, 35, dan 45 hst

F2: 5x pemberian pada 12, 20, 28, 36, dan 44 hst

F3: 6x pemberian pada 10, 17, 24, 31, 38, dan 45 hst.

2. Penanaman

Sebelum penanaman lahan telah disiapkan, diolah dengan cangkul dan traktor.

Setelah lahan percobaan siap tanam kemudian dibuat petakan dengan jarak 30 cm di

dalam blok dan jarak 50 cm antar blok. Penanaman padi menggunakan sistem pindah

tanam (dari pesemaian ke lahan) yang dilakukan pada umur 14 hari setelah sebar.

Tanaman ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm sebanyak 3 tanaman tiap lubang.

3. Pelaksanaan tanam meliputi:

a. Pengairan

Selama pertumbuhan vegetatif, kondisi air dalam keadaan macak-macak dan

dikondisikan merata untuk seluruh media. Sedangkan pada fase generatif, kondisi air

hanya diberikan untuk melembabkan tanah.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhan terhambat.

Bahan penyulaman telah disiapkan sebelumnya berupa bibit yang ditanam diember

khusus untuk keperluan itu. Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah tanam.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma yang tumbuh pada lahan secara

mekanis (dicabut) kemudian dibuang. Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 3 dan 6

minggu.

d. Pemupukan

Pemupukan diawali dengan pemberian pupuk dasar berupa kompos yang ditaburkan

di lahan sebelum tanam. Pemberian pupuk cair sesuai perlakuan (butir 1)

4. Panen

Panen merupakan tahap akhir penanaman padi sawah. Panen dilakukan jika biji padi

sudah cukup masak dan siap untuk dipanen. Pemanenan padi diusahakan dilakukan pada

waktu yang tepat untuk memperoleh jumlah dan mutu gabah serta beras. Panen dilakukan

jika 80% batang padi telah menguning.

D. Variabel Pengamatan

Data diperoleh melalui pengamatan secara destruktif maupun non destruktif.

1. Pengamatan secara destruktif dilakukan pada tanaman sampel umur 30, 60, dan 70 hari

setelah tanam (hst) berupa luas daun.

(biomassa diperoleh setelah brangkasan dikeringkan (sinar matahari atau oven pada 70°C

selama 48 jam) hingga mencapai berat konstan.

Pengukuran biomassa untuk menghitung: luas daun (secara gravimetri) kemudian

dinyatakan dalan indeks luas daun, laju tumbuh tanaman, laju tumbuh tanaman

relatif, harga satuan daun, luas daun spesifik dan massa luas daun.

2. Pengamatan non destruktif dilakukan saat panen meliputi:

a. Jumlah anakan produktif

Jumlah anakan produktif dihitung dalam satu rumpun pada anakan yang

menghasilkan malai.

b. Biomassa

Dihitung/ ditimbang pada saat panen sebelumnya dilakukan penjemuran sampai

beratnya konstan. Pengeringan dilakukan dengan dijemur matahari.

c. Panjang malai

Panjang malai dihitung atau ditimbang saat tanaman sudah dipanen dihitung dari 3

sampel tanaman kemudian di rata-rata.

d. Jumlah gabah bernas per malai

Jumlah gabah bernas ditimbang setelah panen dan dipisahkan dengan gabah

hampa diambil dari 3 sampel tanaman kemudian di rata-rata.

e. Jumlah gabah hampa per malai

Jumlah gabah hampa ditimbang setelah tanaman dipanen diambil dari 3 sampel

tanaman kemudian dirata-rata.

f. Berat 100 butir gabah

Berat butir 100 ditimbang setelah tanaman dipanen,kemudian diambil sampel dari

3 tanaman dan dirata-rata.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Anova) dengan

menggunakan uji F taraf 5%, apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak

Berganda Ducan (DMRT) pada taraf 5% dan regresi.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Luas Daun

Daun merupakan salah satu organ penting tanaman sebagai penyelenggara proses

fotosintesis. Cahaya dan CO2 sebagai unsur utama fotosintesis diabsorpsi oleh daun dari

atmosfer, oleh karena itu luas daun sebagai salah satu penentu laju fotosintesis. Peran

luas daun sebagai penangkap cahaya dapat dinilai bila dibandingkan dengan ruang

tumbuh tanaman (jarak tanam) yang disebut indeks luas daun (ILD). Pada penelitian ini

sebagai salah satu tolok ukur pertumbuhan tanaman, daun bertambah luas dari saat

tanam, kemudian meningkat pada umur 30, meningkat lagi pada umur 60 hst, kemudian

menurun pada umur 70 hst, masing-masing 50,66, 157,50 dan 86,78 cm2, yang setara

dengan ILD 0,125, 0,393 dan 0,216. Dengan demikian berarti sampai dengan umur 30,

60, dan 70 hst, laju pertumbuhan adalah 1,69, 3,50 dan 0,7 cm2/hari. Berarti pada

penelitian ini tanaman padi memiliki dinamika pertumbuhan yang semula lambat,

kemudian cepat, dan akhirnya melambat hingga mancapai umur 70 hst. Peningkatan

frekuensi pemupukan tanaman padi menunjukkan respon negatif terhadap luas daun,

ditunjukkan pada perlakuan tanpa pupuk (semprot air), yang semula tinggi kemudian

turun dan turun lagi (tabel1).Sebaliknya peningkatan frekuensi pemupukan menunjukkan

respon positif terhadap luas daun ditunjukkan pada pemberian 8, 12 dan 16 ml/l air. Luas

daun terus meningkat seiring dengan kenaikan frekuensi (4 s/d 6 kali). Meskipun

konsentrasi pemupukan 12 ml/l air dengan frekuensi (4 s/d 6 kali) luas daun meningkat,

namun peningkatan lebih rendah dari konsentrasi 8 ml/l air, demikian juga yang

disemprot dengan 16 dan 20 ml/l air. Dengan demikian terjadi perbedan nyata dan relatif

lebih tinggi pemupukan dengan konsentrasi 20 ml/l air dengan frekuensi 5 kali mencapai

luas daun lebih tinggi (74,93 cm2 ) dari pada yang lain.

Tabel.1. Luas daun tanaman padi pada beberapa konsentrasi dan frekuensi

pemupukan

Konsentrasi pupuk

(ml/l air)

Frekuensi (kali)

4 5 6

0

8

12

16

20

75,07 a

31,63ef

24,73f

53,10abcde

54,53abcde

45,57bcdef

42,23cdef

31,00ef

62,83abc

74,93a

35,53def

62,33abcd

48,93abcdef

71,73ab

45,73bcdef

Keterangan : - 4x : 15 hst, 25 hst, 35 hst, 45 hst

- 5x : 12 hst, 20 hst, 28 hst, 36 hst, 44 hst

- 6x : 10 hst, 17 hst, 24 hst, 31 hst, 38 hst, 45 hst

- Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata pada uji DMRT taraf 5%

2. Biomassa

Hasil fotosintesis dari daun sebagian digunakan sebagai pembentuk organ tanaman

yang tercemin dalam biomassa. Biomassa tanaman padi tidak berbeda nyata dari segi

konsentrasi pupuk maupun frekuensi pemupukan. Biomassa tanaman padi terbesar (21,33

g/rumpun) dihasilkan oleh tanaman padi yang dipupuk dengan konsentrasi 16 ml/l air.

Biomassa terendah dicapai pada perlakuan 12 ml/l air (15,33 g/rumpun).

Biomasa Umur 110 hst

3. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif adalah batang padi yang menghasilkan malai. Anakan padi

terbentuk pada awal pertumbuhan yang dipengaruhi oleh sifat suatu varietas (faktor

genetik). Tanaman padi tanpa pemupukan memiliki anakan produktif paling rendah.

Frekuensi penyemprotan air dari tiga kali sampai enam kali menurunkan jumlah anakan

produktif. Secara umum tanaman padi dipupuk dengan konsentrasi 12 hingga 20 ml/l air

meningkatkan jumlah anakan produktif. Namun terjadi perbedaan dalam hal frekuensi

pemberian. Peningkatan frekuensi pemupukan tanaman padi menunjukkan respon negatif

terhadap jumlah anakan produktif, ditunjukkan pada pelakuan tanpa pupuk dan 12 ml/l

air. Semula jumlah anakan produktif tinggi kemudian turun dan turun. Sebaliknya

peningkatan frekuensi pemupukan menunjukkan respon positif terhadap jumlah anakan

produktif ditunjukkan pada pemberian 20 ml/l air jumlah anakan poduktif meningkat

seiring dengan kenaikan frekuensi (4 s/d 6). Peningkatan jumlah anakan produktif

tanaman padi meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi pupuk. Peningkatan

jumlah anakan produktif yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi pupuk terjadi

pada semua perlakuan kecuali pada perlakuan tanpa pupuk dengan frekuensi 4 kali dan

20 ml/l air dengan frekuensi 4 kali. Jumlah anakan produktif pada perlakuan 16,20 ml/l

air ternyata menunjukkan peningkatan yang hampir sama, tetapi lebih tinggi 20 ml/l air

(8,83 batang).

Jumlah Anakan Produktif usia 90 hst

Tabel 2. Jumlah anakan produktif tanaman padi pada beberapa konsentrasi dan

frekuensi pemupukan

Konsentrasi pupuk

(ml/1 air)

Frekuensi (kali)

4 5 6

0

8

12

16

20

33abc

6,50cde

7,33abc

7,50abc

7,17bcd

5,67de

5,67de

7,00cde

7,33abc

8,33ab

5,50e

6,33cde

6,67cde

8,67ab

8,83a

Keterangan : - 4x : 15 hst, 25 hst, 35 hst, 45 hst

- 5x : 12 hst, 20 hst, 28 hst, 36 hst, 44 hst

- 6x : 10 hst, 17 hst, 24 hst, 31 hst, 38 hst, 45 hst

- Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata pada uji DMRT taraf 5%

4. Panjang Malai

Anakan produktif menentukan jumlah malai dengan potensi yang ditunjukkan oleh

panjangnya. Pemberian pupuk dengan berbagai konsentrasi menghasilkan panjang malai

yang relatif sama namun pemberian konsentrasi 12 ml/ l air menghasilkan panjang malai

tertinggi (25 cm). Dan panjang malai terendah adalah 21,83 pada perlakuan tanpa

pemupukan (Lampiran 4).

5 .Jumlah Gabah Bernas Per Malai

Saat tanaman memasuki fase generatif sebagian besar hasil fotosintesis

diremobilisasikan ke biji. Pada penelitian ini jumlah gabah bernas tidak berbeda nyata baik

antar konsentrasi maupun frekuensi pemupukan. (Pada lampiran 5). Tabel 5 menunjukkan

jumlah gabah bernas permalai yang terbanyak pada perlakuan 12 ml / l air (14,08 g) pada

semua frekuensi. Dan yang paling rendah mencapai 8,72 gram .

6. Jumlah Gabah Hampa Per Malai

Pengisian bulir padi masih sangat rendah disebabkan fisiologi dan ekologi berkaitan

erat dengan nutrisi asimilat ke bobot bulir karena adanya kompetisi yang kompetitif

terhadap asimilat. Perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemupukan terhadap jumlah gabah

hampa permalai tidak berbeda nyata. Jumlah gabah hampa permalai tertinggi pada

perlakuan konsentrasi pupuk organik cair 20 ml/l air (1,35 gabah). Jumlah gabah hampa

terendah pada konsentrasi 12 ml/l air (0,63).

7. Berat 100 Butir Gabah

Berat 100 biji gabah merupakan sifat genetik yang diturunkan induknya

mengambarkan besar dan kecilnya ukuran gabah atau bulir, dengan demikian dapat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang diterima . Perlakuan konsentrasi dan frekuensi

ternyata belum mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bulir atau biji

sehingga bobot 100 biji antar perlakuan yang dicobakan 5 konsentrasi dan 3 frekuensi

memiliki hasil yang sama tidak berbeda. Berat Bobot bulir padi 100 biji yang tertinggi

pada perlakuan 20 ml/l air (2,75 g) dengan frekuensi enam kali (Lampiran 6). Berat

bobot 100 biji rendah 20 ml/l air dengan frekuensi empat kali 2,10 g.

B. Pembahasan

Pertumbuhan dari organ penyimpan (strorage) dipengaruhi oleh faktor lingkungan

dan faktor genetik. Faktor-faktor ini secara langsung juga mempengaruhi lajunya

fotosintesis. Penggaruh faktor-faktor pembatas diatas bekerja melalui perubahan-

perubahan pada penggunaan hasil fotosintesis dan kemudian status hara pada tanaman

yang akhirnya menentukan laju fotosintesis. penelitian ini menunjukkan bahwa luas daun

pada umur 30 hari setelah tanam berpengaruh terhadap konsentrasi dan frekuensi

sedangkan umur 60 dan 70 hari setelah tanam tidak berpengaruh nyata terhadap

pemberian konsentrasi maupun frekuensi hal ini di mungkinkan pupuk organik cair yang

diberikan belum mampu menyediakan kebutuhan hara yang terkandung dalam pupuk

organik cair kandungan N-nya berkisar antara 19.68% yang harus tersedia untuk

pertumbuhan pada usia 60 dan 70 hari setelah tanam. Kekurangan hara nitrogen akan

mempengaruhi kandungan klorophyl pada daun dan mengurangi pertumbuhan generatif,

mengurangi aktifitas saurce yang pada gilirannya mempengaruhi laju fotosintesis per

satuan luas daun sedangkan pada usia 70 hari setelah tanam tidak berpengaruh nyata

karena pada usia tersebut unsur hara terjadi kompetisi untuk pemasakan bulir gabah.

Esensial akan pupuk N, bahwa pupuk nitrogen (N) merupakan input utama dalam

produksi padi sawah, karena mineral tanah tidak menyediakan N kecuali dari bahan

organik tanah dan adanya fiksasi N atmosfir oleh jazad renik penyemat N yang ada

dalam tanah. Hal ini didukung oleh Darajat et al., (1993) bahwa pemberian pupuk

nitrogen dalam beberapa tahap yang didasarkan pada kebutuhan tanaman adalah salah

satu upaya dalam meningkatkan efisien pemupukan, kalau pemberian pupuk urea lebih

dari 3 kali maka pengaruhnya tidak nyata terhadap total serapan nitrogen tanaman

dibanding dengan 2-3 kali aplikasi.

Selama hidupnya tanaman membentuk biomassa yang digunakan untuk

membentuk bagian-bagian organ tanaman perubahan akumulasi biomassa dengan umur

tanaman akan terjadi dan merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang paling sering

digunakan. Biomassa tanaman meliputi semua bahan tanaman yang secara kasar berasal

dari hasil fotosintesis, serapan unsur hara dan air yang diolah melalui proses biosintesis.

Perlakuan pemberian berbagai konsentrasi dan frekuensi pupuk organik cair belum

mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa tanaman padi yang

dicobakan, hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor yang berpengaruh selama

penelitian diantaranya: terjadi stres air sehingga hara tidak mampu terserap secara

sempurna oleh akar mengakibatkan terganggunya keserasian hubungan antara saurce dan

sink aktifitas saurce diperlukan selama siklus hidup tanaman terutama pada fase vegetatif.

Dan aktifitas sink penting bila tanaman sedang dalam fase pembentukan organ – organ

yang menghasilkan bunga/ buah (fase generatif)

Keserasian antara hubungan fase pertumbuhan vegetatif dan fase penyimpanan

(generatif storage) dari perkembangan tanaman karena adanya perubahan lingkungan

tumbuh, lama penyinaran, suhu, air dan sebagainya selama musim tumbuh adalah penting

untuk memperoleh hasil maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi keserasian

hubungan antara fase vegetatif dan fase generatif sama pentingnya dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi fotosintesa. Dari hasil penelitian ini terhadap jumlah anakan

berpengaruh nyata terhadap konsentrasi tetapi tidak berpengaruh terhadap frekuensi

pemberian. Hal ini sesuai dengan penelitian Makarim et al., (1998). Pemberian Urea pada

saat tanam berumur 12 dan 42 hst, efektif menghasilkan gabah karena merupakan saat

kritis bagi tanaman dalam perbanyakan anakan maupun pembentukan malai. Fusuo

danYuxin (2009), mengemukakan pemakaian pupuk nitrogen yang banyak sebaiknya

dilakukan pada fase vegetatif. Diperkuat Yoshida (1981) mengemukakan bahwa nitrogen

sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman dan dalam merangsang jumlah

anakan. Dan hasil penelitian sebelumnya bahwa pemberian pupuk lebih dari 2-3 kali

tidak memberikan pengaruh nyata Daradjat (2000). Secara fisiologi hasil padi ditentukan

oleh jumlah malai per m2, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi dan bobot 1000

butir (Dobermann and Fairhurst, 2000). Terhadap panjang malai jumlah gabah bernas

dan berat gabah 100 biji tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi dan frekuensi

pemberian pupuk hal tersebut dimungkinkan karena pada fase generatif panjang malai

pengisian gabah bernas dan berat gabah 100 biji terbentuk sejak tanaman padi memasuki

fase primordia mengalami gangguan pada fase vegetatif kandungan unsur N pupuk cair

berkisar 19,86% dan stres air bulir yang terbentuk pada tangkai malai tempat malai

menempel akibat tercukupinya fotosintat. Tercukupinya fotosintat yang di translokasikan

dari source dapat mempertahankan bulir yang menempel dan yang gugur lebih sedikit.

Pengisian bulir padi berkaitan erat dengan partisipasi asimilat ke bulir kenyataan itu

terjadi diduga karena adanya kompetisi asimilat saat memasuki fase reproduktif. Yaitu

pemanjangan batang atas bersamaan waktunya dengan perkembangan malai. Agar

fotosintesis berlangsung pada laju yang optimum, tanaman harus mempunyai suatu sink

yang cukup untuk menampung hasil fotosintesis. Pada gabah hampa pemberian

konsentrasi dan frekuensi pemupukan pada gabah hampa terjadi pengaruh tidak nyata hal

ini diduga karena fase reproduksi saat tanaman memasuki fase anthesis merupakan fase

kritis dan pada fase ini pengisian bulir di mulai sehingga frekuensi tidak berpengaruh.

Nitrogen adalah nutrisi yang paling sering membatasi produksi padi, padi yang

diproduksi membutuhkan 1 kg N untuk mendapatkan 15 – 20 kg dari bulir padi (Ladha

dan Reddy, 2001). Menurut (Baligar dan Fageria, 1997). Dalam ekosistem asia, padi

adalah hasil dominan dan N adalah kunci di dalamnya sebagian besar N untuk produksi

padi berasal dari tanah dan sumber bahan kimia.

Hasil Perhektar

Hasil tanaman padi pada penelitian sebesar 3.347 kg atau 3,35 ton per hektar

merupakan hasil yang rendah bila dibandingkan dengan tanaman padi pada lokasi yang

sama dengan hasil sebesar 7 ton per hektar. Hal ini dapat dijelaskan, pertama: pupuk

organik yang diberikan tidak efektif dan diabsopsi oleh tanaman, kedua: pemupukan

melalui daun tidak mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman,

ketiga: kemungkinan pemberian pupuk melewati daun tidak efektif karena siang hari

stomata akan menutup dan cairan pupuk akan menguap sebelum terserap oleh tanaman

(daun).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan pupuk organik cair sebagai jalan keluar untuk mengatasi kelangkaan

pupun N (urea) belum berhasil (hasil biji masih relatif rendah). Pemberian konsentrasi

dan frekuensi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap beberapa variabel yang

di cobakan pada penelitian ini meliputi luas daun dengan kombinasi antara 20 ml/l air

dan 5 kali pemupukan dan Jumlah anakan produktif (8,8 batang) dengan kombinasi 20

ml/l air dan 6 kali pemupukan. Namun pengaruh tidak nyata pada biomassa terbesar

(21,33 g), panjang malai (25,00 cm), jumlah gabah bernas (14,08 g), gabah hampa

(1,35 g) dan berat 100 biji (2,75 g).

Saran

Pada penelitian selanjutnya dilokasi penelitian tersebut perlu ditindaklanjuti

pemberian pupuk campuran anorganik dan organik misalkan pemakaian separuh dosis

anorganik dan organik, sehingga penurunan hasil tidak terlalu dratis menginggat

kondisi kesuburan tanah yang miskin unsur organik.

DAFTAR PUSTAKA

Baligar, U. C and N. K. Fageria.1997. Nutritient Us Effisiency In Acid Soil:Nutrien

Management and Plaint Use Effisiensi .(edt) Plant-Soil Intractions at Law Ph.75-

95.1997. Brazilian Soil Scierce Sosiety.

Brady, N.C. 1999. The Nature and Properties of soil. Mac millan Pub. Co, New York.

Darajat,A. A dan Utami, P. K. 1993. Kebutuhan Hara N Tanaman Padi di Lahan Sawah

Irigasi. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan 111. Puslitbangtan 3: 682

– 689.

Dobermann and Fairhurst, 2000. Future Intensifications of Irrigated Rice Systems. In

Redesigning Rice Photosynthesis to Increase yield. International Rice Research

Institute. Philippines. P: 229-247.

Fusuo, Z and M. Yuxin. 2009. Improving Nitrogen Fertilizer in Rice by Site-Specific N

Management. Agron. J.

Hakim, N., M. N. Hyakpa, A. M. Lubis, S. E. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H

Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.338 hal.

----------, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 448 hal.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 234 hal.

Ismunadji, M. dan S. Roechan. 1988. Hara Mineral Tanaman Padi. Hal 231-269. Dalam. M,

Ismunadji , S. Partohardjono, M. Syam, dan A. Widjono (eds), Padi Buku 1. Balai

penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Peneitian dan Pengembangan

tanaman Pangan Bogor. Bogor.

Kant, S.S and U. Kafkafi. 2003. Impact of Mineral Deficiency Stress (on-line). Faculty of

Agriculture The Hebrew University, Israil.

http://www.plantstress.com/Articels/min_diferency_i/impact.htm. diakses tanggal 18

Maret 2007.

Lindha, J. K. And P. M. Reddy. 2001. Nitrogen Fixation In Rice Systems:State of Knowlage

and Future Prospects. Agron. J. 252: 151-167.

Makarim, A. K., Ponimin, R. Sismiyati, Sutoro, S. Otjim dan A. Hidayat. 1993. Peningkatan

Efisiensi dan Efektivitas Pemupukan N pada Padi Sawah Berdasarkan Analisis

Sistem. dalam Simposium penelitian tanaman pangan. Bogor. Bogor: 23-25 Agustus

1993.

Masdar, Kasim, M., Rusman, B., Hakim, N dan Helmi. 2006. Tingkat Hasil dan Komponen

Hasil Sistem Intensifikasi Padi (SRI). Tanpa Pupuk Organik Di daerah Curah Hujan

Tinngi. Jurnal-jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 8 no 2. P. 132.

Neera, G and Geetanjali. 2001. Symbiotov Nitrogen Fixation in Legume Nodulus:Processand

Signaling. Agron J. 27: 59-68.

Raechan, S dan M. Ismunadji. 1988. Hara Mineral Tanaman Padi, hal. 231-269. dalam M.

Ismunadji, S. Partohardjono, M. Syam dan A. Widjono (edt). Padi Buku 1. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Bogor.

Ribhan, L. 1974. Unsur N dan P Pengambilannya oleh Tanaman Padi pada Bermacam-

macam Tingkat Pertumbuhan. Tesis sarjana FP Jit UGM. (unpublished ).

Rosmarkam, A. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta. 224

hal.

Pramono, J., S. Basuki dan Windarto. 2005. Upaya Peningkatan Produktifitas Padi Sawah

Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. dalam; Stoop,

2000. Agrosains 7 (1). 1-6,2005

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.

Taslim, H., S. Partohardjono dan Subandi. 1993. Pemupukan Padi Sawah. Hal 445-479. Padi

Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.

Vergara. 1979. Bercocok Tanam padi. Proyek Prasarana Fisik Bapenas Jakarta. 22/P

Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Crop Science. International Roce Research Institute

(IRRI). Los Banos. Laguna Philiphines.

Yoshida, S., D.A. Farno, J. Cock, and K.A. Gomez. 1976. Laboratory manual for

physiological Studies of Rice 3rd IRRI. Los Banos, Laguna Philiphines. Pp. 66.