positivisme comte

4
Paradigma Positivisme Menurut August Comte dan 1. August Comte Menurut Comte, postivisme merupakan kajian ilmiah dan suatu tingkatan dalam perkembangan pikiran manusia. Pikiran berkembang melalui 3 tahap perkembangan yaitu yang pertama tahap teologik, kemudian berkembang ke tahap metafisika, dan akan berkembang ketahap yang terakhir yaitu tahap positif. Dan kesemua hal itu akan dijelaskan lebih lanjut dengan beberapa pernyataan dibawah ini: a. Tahap Teologik Zaman di mana manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam, terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut Zaman teologis ini dibagi lagi atas tiga periode : 1) Periode pertama, di mana benda-bend dianggap berjiwa (animisme). 2) Periode kedua ketika manusia percaya pada Dewa-dewa (politeisme). 3) Periode ketiga ketika manusia percaya pada satu Allah sebagai Yang Maha Kuasa (monoteisme). Ini adalah abad monarkhi dan kekuasaan mutlak. Ini menurutnya adalah abad kekanak-kanakan. b. Tahap Metafisik

Upload: andika-setiawan-pambudi

Post on 11-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas prof erlyn

TRANSCRIPT

Paradigma Positivisme Menurut August Comte dan1. August ComteMenurut Comte, postivisme merupakan kajian ilmiah dan suatu tingkatan dalam perkembangan pikiran manusia. Pikiran berkembang melalui 3 tahap perkembangan yaitu yang pertama tahap teologik, kemudian berkembang ke tahap metafisika, dan akan berkembang ketahap yang terakhir yaitu tahap positif. Dan kesemua hal itu akan dijelaskan lebih lanjut dengan beberapa pernyataan dibawah ini:

a. Tahap Teologik Zaman di mana manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam, terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut Zaman teologis ini dibagi lagi atas tiga periode :1) Periode pertama, di mana benda-bend dianggap berjiwa (animisme).2) Periode kedua ketika manusia percaya pada Dewa-dewa (politeisme). 3) Periode ketiga ketika manusia percaya pada satu Allah sebagai Yang Maha Kuasa (monoteisme).

Ini adalah abad monarkhi dan kekuasaan mutlak. Ini menurutnya adalah abad kekanak-kanakan. b. Tahap Metafisik Tahap metafisik sebenarnya merupakan suatu masa dimana disini adalah masa perubahan dari masa teologik, dimana pada masa teologik tersebut seseorang hanya percaya pada satu doktrin saja dan tidak mencoba untuk mengkritisinya. Dan ketika manusia mencapai tahap metafisika ia mulai bertanya-tanya dan mulai untuk mencari bukti-bukti yang nyata terhadap pandangan suatu doktrin. Tahap metafisik menggunakan kekuatan atau bukti yang nyata yang dapat berhubungan langsung dengan manusia. Pada tahap ini eksplanasi dijelaskan dalam konsep yang abstrak, kekuatan-kekuatan personifikasi dalam alam seperti hukum moral Ini adalah abad nasionalisme dan kedaulatan umum sudah mulai tampak, atau sering kali tahap ini disebut sebagai abad remaja. c. Tahap PositifTahap positif berusaha untuk menemukan hubungan seragam dalam gejala. Pada tahap ini usaha mencapai pengenalan yang mutlak, baik pengetahuan teologis ataupun metafisi dipandang tak berguna, menurutnya, tidaklah berguna melacak asal dan tujuan akhir seluruh alam; melacak hakikat yang sejati dari segala sesuatu. Yang penting adalah menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta dengan pengamatan dan penggunaan akal. Pada tahap positivis eksplanasi dinyatakan dalam konteks hukum-hukum yang menghubungkan fakta satu sama lainDi sini, yang dimaksud dengan positif adalah segala gejala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman obyektif. Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-fakta tersebut diatur sedemikian rupa agar dapat memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan. Sebenarnya, tokoh-tokoh aliran ini sangat banyak. Namun begitu, Auguste Comte dapat dikatakan merupakan tokoh terpenting dari aliran filsafat Positivisme. Menurut Comte, dan juga para penganut aliran positivisme, ilmu pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta karena positivisme menolak metafisisme. Bagi Comte, menanyakan hakekat benda-benda atau penyebab yang sebenarnya tidaklah mempunyai arti apapun. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan dan juga filsafat hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. 3 tahap ini menurut Comte adalah suatu tahap yang berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, bahkan berlaku bagi setiap masing-masing individu itu sendiri. Ketika seorang masih perpandangan teologis berarti ia masih berfikiran kuno/ ketinggalan zaman walaupun ia hidup dizaman yang modern. Dan ketika orang berfikiran realitas/nyata maka dia dapat sebagai seorang yang modern walaupun dimana saja mereka berada. Pendapat ini jika dilihat dari sudut pandangnya akan lebih menjurus kepada tahap dalam keyakinan hati manusia.

Dengan demikian, kaum positivis membatasi dunia pada hal-hal yang bisa dilihat, diukur, dianalisa dan yang dapat dibuktikan kebenarannya. Dapat disimpulkan aliran Comte mengenai paradigma positivisme ini termasuk ontologi yang real dan dapat dipahami