poltekkes malang-profesionalisme bidan dalam meningkatkan kualitas layanan
TRANSCRIPT
5/16/2018 Poltekkes Malang-Profesionalisme Bidan Dalam Meningkatkan Kualitas Layana...
http://slidepdf.com/reader/full/poltekkes-malang-profesionalisme-bidan-dalam-meningkatkan-k
Profesionalisme Bidan dalam Meningkatkan Kualitas Layanan
Istilah profesionalisme mengandung makna dua istilah, yaitu profesional dan profesi. Profesional
adalah keahlian dalam suatu bidang. Dengan demikian, seseorang dikatakan profesional
bila ia memiliki keahlian dalam suatu bidang yang ditandai dengan kemampuannya dalam
menawarkan suatu jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang
dijalaninya serta mendapatkan gaji dari jasa yang telah diberikannya. Selain itu, dia juga
merupakan anggota dari suatu entitas atau organisasi yang didirikan sesuai dengan hukum di
sebuah negara atau wilayahnya. Meskipun demikian, tidak semua orang yang ahli dalam suatu
bidang bisa dikatakan profesional, karena profesional memiliki karakteristik yang harus dipenuhi,
yaitu: memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dihasilkan melalui pendidikan formal dan non
formal yang cukup untuk memenuhi kompetensi profesionalnya.
Sedangkan yang disebut dengan profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki
asosiasi/perkumpulan profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk
bidang profesi tersebut. Meskipun profesi merupakan sebuah pekerjaan, namun tidak semua
pekerjaan adalah profesi. Profesi memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan
pekerjaan yang lain, yaitu: keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoretis; asosiasi
profesional; pendidikan yang ekstensif; menempuh ujian kompetensi; mengikuti pelatihaninstitutional; lisensi; otonomi kerja; memiliki kode etik; mampu mengatur diri; layanan publik dan
altruisme; meraih status dan imbalan yang tinggi.
Bidan Sebagai Tenaga Kesehatan
Definisi bidan terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di
Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta
memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan. ( 50 Tahun IBI, 2006: 15)
Sedangkan kebidanan sendiri merupakan ilmu sintesa berbagai disiplin ilmu (multidisiplin) yang
terkait dengan pelayanan kebidanan, meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial,
ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen untuk dapat
memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsespsi masa hamil, ibu bersalin, post
partum, bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu
dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat (50 Tahun IBI, 2006: 125).
Dari paparan diatas maka jelas bahwa bidan merupakan suatu profesi yang profesional, dimana
seorang bidan bisa menjalankan pekerjaanya jika telah menyelesaikan program pendidikan
kebidanan, yang diakui Negara tempatnya berada, dan memenuhi kualifikasi yang diperlukanuntuk dapat terdaftar dan / atau izin resmi untuk melakukan praktik kebidanan.
Page 1
5/16/2018 Poltekkes Malang-Profesionalisme Bidan Dalam Meningkatkan Kualitas Layana...
http://slidepdf.com/reader/full/poltekkes-malang-profesionalisme-bidan-dalam-meningkatkan-k
Profesionalisme Bidan dalam Meningkatkan Kualitas Layanan
Dengan mengikuti pendidikan kebidanan maka seorang bidan terus dilatih dan dituntut untuk
mampu serta menguasai kompetensi yang dibutuhkan dalam bidang pekerjaannya. Dari situlah
maka ilmu yang diperoleh akan diaplikasikan secara terus-menerus, terutama ketika terjun
langsung di masyarakat. Hal inilah yang menjadikan bidan semakin ahli dalam bidangnya.
Bermula dari anggapan masyarakat yang mengakui keahlian bidan, maka seorang bidan disebutprofessional.
Dari sejarah perkembangan kebidanan di dunia, bidan merupakan wanita yang dipercaya untuk
mendampingi ibu-ibu ketika dalam proses persalinan sampai sang ibu dapat merawat bayinya
dengan baik. Hal ini yang menjadikan bidan sebagai suatu profesi yang diakui dan dihormati oleh
masyarakat karena tugasnya yang mulia. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak beberapa abad yang
lalu. Yang ditandai dengan dimulainya pendidikan formal untuk bidan di amerika serikat pada
tahun 1765, dibukanya pendidikan bidan pertama kali di Australia pada tahun 1862, serta
terbitnya buku tentang praktik kebidanan di inggris pada tahun 1902. (Dwana Estiwidani, dkk.,
2000: 30-48)
Di Indonesia sendiri perkembangan pendidikan bidan mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan
Belanda, yaitu sejak tahun 1851 oleh dokter W.Bosch. Dengan berbagai proses yang panjang,
pada tahun 1981 berhasil dibuka program D1 kebidanan, namun program ini tidak bertahan lama.
Sampai pada akhirnya diadakan berbagai progam pendidikan bidan seperti PPB, PPB-A, PPB-B,
dan PPB-C. Pada 1996 dibuka Program D-III Kebidanan atau Akademi Kebidanan dikota
– kota besar di Indonesia. Awalnya program ini hanya menerima peserta didik dari
lulusan bidan yang disebut dengan program khusus, dengan lama pendidikan 5 semester.
Program inilah yang masih berkembang dan diakui hingga saat ini. Pendidikan bidan pun
berkembang pesat dengan dibukanya Pendidikan D-IV Bidan pendidik di UniversitasGadjah Mada Yogyakarta yaitu pada tahun 2000 dan Pendidikan S-2 Kebidanan di Universitas
Padjadjaran Bandung dengan peserta didik dari lulusan D-IV Bidan Pendidik dan lama
pendidikan selama 2 Tahun pada tahun 2006. Dan dengan dibukanya Pendidikan S-1
Kebidanan pada tahun 2009 semakin menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan Kebanan
di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. ( Dwana Estiwidani, dkk., 2000: 24-30)
Perkembangan pendidikan Kebidanan yang sedemikian rupa menunjukkan profesionalisme
bidan sebagai tenaga kesehatan. Meskipun dalam prosesnya sering mengalami pasang surut,
namun pada akhirnya pembentukan jenjang pendidikan yang lebih tinggi pun dapat terealisasi.
Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan penerapan ilmu kebidanan melaui asuhan kebidanan kepada
klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,
keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Namun agar seorang bidan diakui keberadaanya dan dapat menjalankan praktiknya
maka bidan harus mampu untuk memenuhi tahap legislasi. Legislasi adalah proses pembuatan
undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan
penyelenggaraan kewenangan). Peran legislasi ini, diantaranya: menjamin perlindungan pada
masyarakat pengguna jasa
profesi dan profesi sendiri. Legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan professional.
Pada tahap sertifikasi, ditempuh calon bidan melalui proses pendidikan formal dan non formal
Page 2
5/16/2018 Poltekkes Malang-Profesionalisme Bidan Dalam Meningkatkan Kualitas Layana...
http://slidepdf.com/reader/full/poltekkes-malang-profesionalisme-bidan-dalam-meningkatkan-k
Profesionalisme Bidan dalam Meningkatkan Kualitas Layanan
untuk memperoleh dua bentuk pengakuan kelulusan yang berupa ijazah dan sertifikat. Dari tahap
sertifikasi ini kemudian berlanjut ke tahap registrasi.
Tahap registrasi Tahap registrasi ditempuh bidan guna memperoleh SIB (Surat Izin Bidan).
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui. SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atasdasar ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya, tidak mendaftar
ulang, dan atas permintaan sendiri. SIB sendiri merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik
kebidanan atau SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan). Dan menurut Kepmenkes
No.900/Menkes/SK/VII/2002, SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan
dapat diperbaharui kembali.
Tahap lisensi.
Bidan yang praktik harus memiliki SIPB, dan untuk memperoleh SIPB seorang bidan harus
mendapatkan Rekomendasi dari organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan
melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang
diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus
SIPB atau lisensi. Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji coba di beberapa
wilayah, namun terdapat beberapa propinsi yang menerapkan kebijaksanaan daerah untuk
penyelenggaraan Uji Kompetensi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan,
misalnya propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta dan beberapa propinsi lainnya, dengan
menempatkan Uji Kompetensi pada tahap pengajuan SIB. Uji Kompetensi masih dalam
pembahasan termasuk mengenai bagaimana dasar hukumnya. Dengan diselenggarakannya Uji
Kompetensi diharapkan bahwa bidan yang menyelenggarakan praktik bidan adalah bidan yang
benar-benar kompeten. Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan, mengurangi Medical Error atau malpraktik dalam tujuan untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Anak.
Dalam rancangan Uji Kompetensi apabila bidan tidak lulus Uji Kompetensi, maka bidan tersebut
menjadi binaan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) setempat. Materi Uji Kompetensi sesuai 9 area
kompetensi dalam standar profesi bidan Indonesia. Namun demikian Uji Kompetensi belum
dibakukan dengan suatu dasar hukum, sehingga baru pada tahap draft atau rancangan. (Heni
Puji Wahyuningsih, 2008: 41-47).
Dalam menjalankan praktiknya, bidan memiliki beberapa area dalam memberikan pelayanan
kebidanan, area tersebut didasari pada standar pelayanan kebidanan serta kewenangan bidan
dalam memberikan pelayanan. Bertitik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada
tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas
area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi: safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir
dan perawatan abortus; family planning; penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat
reproduksi; kesehatan reproduksi remaja; kesehatan reproduksi pada orang tua.
(http://bidanshop.blogspot.com).
Adapun sasaran pelayanan kebidanan ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat
yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Pelayanan
kebidanan dapat dibedakan menjadi : Layanan Primer yaitu layanan bidan yang sepenuhnya
menjadi anggung jawab bidan. Layanan Kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari
sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. Layanan Rujukan yaitu layanan yang dilakukanoleh bidan dalam rangka rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong
Page 3
5/16/2018 Poltekkes Malang-Profesionalisme Bidan Dalam Meningkatkan Kualitas Layana...
http://slidepdf.com/reader/full/poltekkes-malang-profesionalisme-bidan-dalam-meningkatkan-k
Profesionalisme Bidan dalam Meningkatkan Kualitas Layanan
persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta
bayinya.(http://bidanshop.blogspot.com)
Pelayanan kebidanan ini akan terlaksana pada saat bidan melakukan suatu asuhan
kebidanan. Asuhan kebidanan ini dilaksanakan berdasarkan pedoman menejemen kebidanan(pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis) yang disebut dengan 7 langkah Varney, yaitu:
pengkajian data; merumuskan, menganalisa, menginterpretasikan, mengidentifikasi diagnosa dan
masalah bedasarkan pengkajian data; merumuskan diagnosa dan masalah potensial;
menetapkan kebutuhan tindakan segera; menyusun rencana asuhan secara menyeluruh;
implementasi; dan evaluasi. (Hellen Varney, dkk. 2006: 26-27)
Untuk memberikan suatu pelayanan kebidanan yang profesional, bidan harus memahami serta
mengimplementasikan standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan oleh profesi, yaitu:
STANDAR I : FALSAFAH DAN TUJUAN Pelayanan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan
filosofi bidan STANDAR II : ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengelolaan, standar pelayanan dan
prosedur tetap. Pengelolaan pelayanan yang kondusif, menjamin praktik pelayanan kebidanan
yang akurat.
STANDAR III : STAF DAN PIMPINAN
Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program pengeloaan sumber daya manusia, agar
pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.
STANDAR IV : FASILITAS DAN PERALATAN
Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan pelayanan kebidanan
sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi institusi pelayanan.
STANDAR V : KEBIJAKAN DAN PROSEDURPengelola pelayanan kebidanan memiliki kebijakan penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan
personil menuju pelayanan yang berkualitas.
STANDAR VI : PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staf dan perencanaan
pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
STANDAR VII : STANDAR ASUHAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang
diterapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
STANDAR VIII : EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU Pengelola pelayanan kebidanan
memiliki program dan pelaksanaan dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan
yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 369/MENKES/SK/III/2007)
Dengan adanya standar pelayanan kebidanan ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan di Indonesia. Peningkatan pelayanan kebidanan sendiri dapat dimulai dari
aspek pendidikan. Dari pendidikan formal, bidan memperoleh standar kompetensi kebidanan,
yang di dalamnya mengandung sembilan kompetensi yang harus dipenuhi oleh bidan, yaitu:
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,
kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya; Bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua; Bidan memberi asuhan antenatal
bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini,
Page 4
5/16/2018 Poltekkes Malang-Profesionalisme Bidan Dalam Meningkatkan Kualitas Layana...
http://slidepdf.com/reader/full/poltekkes-malang-profesionalisme-bidan-dalam-meningkatkan-k
Profesionalisme Bidan dalam Meningkatkan Kualitas Layanan
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu; Bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir; Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
mneyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat; Bidan memberikanasuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan;
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan balita sehat (1
bulan – 5 tahun); Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif
pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat; Melaksanakan
asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi. (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 369/MENKES/SK/III/2007)
Tidak hanya dari pendidikan formal bidan dapat mengembangkan pelayanan kebidanan, tetapi
juga dari pendidikan non formal yang berupa pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan
yang diselanggarakan oleh profesi. Dengan adanya pelatihan-pelatihan ini diharapkan bidan
dapat mengembangkan diri dan kemampuannya, sehingga bidan dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas.(Editor : A.Zani Pitoyo) Daftar Pustaka
Estiwidani, Dwana, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya Febrina.
Sejaraqh Perkembangan Pelayanan Kebidanan. (Online:
http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/sejarah-kebidanan-di-indonesia.html, diakses tanggal 10
Februari 2011) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA No.
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan Kurnia, S. Nova. 2009. Etika Profesi
Kebidanan. Yogyakarta: Panji Pustaka Sofyan, Mustika dkk. 2006. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP
IBI Indonesia Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Jogyakarta: Fitramaya
Varney, Hellen, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC
(Politeknik Kesehatan Malang)
Page 5