pola konsumsi makanan cepat saji (fast food), …eprints.ums.ac.id/52185/11/naskah publikasi...
TRANSCRIPT
POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD), STATUS GIZI DAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA FIK DAN
FT UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
NURUL NURLITA
J 310 151 022
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,
kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 04 April 2017
Penulis
NURUL NURLITA
J 310 151 022
1
POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD), STATUS GIZI DAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA FIK DAN FT UNIVERSITAS
MUHAMAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak Pendahuluan: Makanan cepat saji adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap untuk disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza. Seringnya mengkonsumsi fast food dan jarang berolahraga, akan menyebabkan penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang didapat dari mengkonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga dan menumpuk dalam tubuh kemudian mengakibatkan overweight. Tujuan : Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi fast fooddengan status gizi dan kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode : Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross sectional. Data frekuensi konsumsi fast food diperoleh dengan menggunakan form frekuensi makanan semikuantitatif (FFQ) dan data berat badan awal didapat saat mahasiswa masuk perkuliahan sedangkan berat badan akhir pada waktu penelitian. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil: Frekuensi konsumsi fast paling banyak pada Fakultas Teknik dengan kategori sering yaitu 73,7% dan rata-rata/minggu 3,44 x/minggu, status gizi lebih paling banyak pada mahasiswa Fakultas Teknik yaitu 51,4%, kenaikan berat badan paling banyak pada mahasiswa Fakultas Teknik yaitu 63,6% dan rata-rata kenaikan berat badan yaitu 0,489 kg. Kesimpulan : Ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (p=0,009) dan tidak ada hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi mahasiswa Fakultas Teknik (p=0,100). Ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (p=0,000) dan ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Teknik (p=0,000). Kata kunci : makanan cepat saji, kenaikan berat badan, status gizi, mahasiswa.
Abstrack Background : Fast food is a ready to eat food and available in quick service, such as fried chicken, hamburgers or pizza. Consumption of fast food frequently and less exercise will lead to unhealthy weight gain without exercise from consuming fast food. Will be stored and accumulate in the body and then lead to overweight. Purpose : To determine the relationship between the frequency of fast food consumption on nutritional status and weight gain in Faculty of Health Sciences and Faculty of Engineering students Universitas Muhammadiyah Surakarta. Methods : This study was an observational with cross sectional approach The frequency of fast food consumption obtained using a semiquantitative food frequency questionnaire (FFQ). The initial body weight obtained from the data when students enter the college while final body weight obtained during the research period. Analysis of data using Spearman rank correlation test. Results : The most frequent consumption of fast most was students from faculty of engineering (73.7%) and average / week 3.44 x / week. Overweight students were majority from faculty of engineering (51.4%). The most weight gain was on faculty of engineering students (63.6%) and the average weight gain is 0.489 kg..
2
Conclusion : The was no significant between association frequency of consumption of fast food and the nutritional status of faculty of health science students (p=0,009) and there was no association between the frequency of fast food consumption and nutritional status of faculty of engineering students (p=0,100). There was a significant association between the frequency of consumption of fast food and weight gain of faculty of health science students (p=0,000) and there was a relationship between the frequency of fast food consumption and weight gain of faculty of engineering students (p=0,000). Keywords: fast food, weight gain, nutritional status, student.
1. PENDAHULUAN
Mahasiswa termasuk golongan remaja yang rentan terhadap gizi. Mahasiswa baru mulai makan
pada siang hari. Hal tesrsebut dipilih dikarenakan jadwal kuliah atau aktivitas laboratorium
yang cukup pagi, telat bangun (kesiangan), malas untuk sarapan, dan lain-lain, yang
menyebabkan mahasiswa memilih fast food sebagai menu untuk makan siang. Makanan cepat
saji dipilih karena penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan
dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan
modern, juga makanan gaul bagi anak muda (Lutfi, 2011).
Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan
siap untuk disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza. Makanan cepat saji yang
mudah diperoleh di pasaran memberikan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli.
Pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang sangat sibuk
(Sulistijani, 2002). Mengkonsumsi fast food dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa
minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat
dari mengkonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak
berolahraga. Lemak inilah yang tersimpan dan menumpuk dalam tubuh kemudian
mengakibatnya overweight (Septiyani, 2011).
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi gizi lebih dan obesitas di Indonesa pada
kelompok usia >18 tahun mencapai 28,9% menurut indeks massa tubuh (IMT). Pemilihan
tempat penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan
dan Fakultas Teknik angkatan 2014 karena berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah
dilakukan pada mahasiswa angkatan tahun 2014 dilaporkan bahwa proporsi untuk mahasiswa
Fakultas Ilmu Kesehatan dengan kelebihan berat badan (overweight) sebesar 33,61%
sedangkan untuk proporsi mahasiswa Fakultas Teknik dengan kelebihan berat badan
(overweight) sebesar 24,9%. Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2013 bahwa kelebihan berat
badan terdapat selisih sebesar 4,71 % pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan sebesar 4%
3
pada mahasiswa Fakultas Teknik. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh saat mahasiswa
baru masuk ke perkuliahan yaitu tahun 2014.
2. METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional
karena penelitian ini akan mengukur hubungan konsumsi fast food terhadap status gizi dan
kenaikan berat badan dalam waktu bersamaan. Subjek penelitian berjumlah 38 responden untuk
masing-masing populasi. Subjek penelitian yang masuk sebagai sampel penelitian dengan
kriteria inklusi mahasiswa yang memiliki berat badan dan tinggi badan dan tidak mengalami
penyakit kronis.
Data frekuensi konsumsi fast food diperoleh dengan menggunakan form frekuensi
makanan semikuantitatif (FFQ). Data primer meliputi identitas responden (nama, umur, jenis
kelamin, berat badan dan tinggi badan), frekuensi konsumsi fast food sebulan terakhir, serta
pengukuran berat badan badan dan tinggi badan secara langsung. Data sekunder adalah data
berat badan awal didapat saat mahasiswa baru masuk perkuliahan, didapat dari biro
kemahasiswaan. mengisi formulir sesuai dengan jumlah frekuensi fast food yang dimakan
dalam sehari. Frekuensi fast food sering apabila ≥3x seminggu dan kategori jarang apabila 1-2x
seminggu. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh secara langsung dengan melakukan
pengukuran menggunakan timbangan injak dan mikrotoa. Penilaian antropometri meliputi
status gizi dan kenaikan berat badan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan computer program SPSS versi 17.
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Analisis bivariat
hubungan frekuensi konsumsi fast food, status gizi dan kenaikan berat badan mahasiswa FIK
dan FT dilakukan dengan mengunakan uji Rank Spearman sedangkan perbedaan frekuensi
konsumsi fast food dengan status gizi dan kenaikan berat badan mahasiswa FIK dan FT
menggunakan uji Mann Whitney.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Distribusi Subjek menurut Frekuensi Konsumsi Fast food
Data frekuensi konsumsi fast food diambil berdasarkan rata-rata frekuensi konsumsi fast
food selama seminggu. Hasil penelitian frekuensi konsumsi fast food pada mahasiswa FIK
dan FT dapat dilihat pad tabel 1.
4
Tabel 1
GambaranFrekuensiKonsumsiFast food Subjek
Kelompok Rata-rata/minggu Median Std. Deviasi Minimum Maksimum FIK 2.16 2.00 1.3 1.00 5.00 FT 3.44 4.00 1.35 1.00 6.00
Tabel 2
DistribusiSubjekmenurutFrekuensiKonsumsiFast food
Kelompok FIK FT
Frekuensikonsumsifast food
Jumlah Persentase (%)
jumlah Persentase (%)
Sering 10 26,3 28 73,7 Jarang 28 73,7 10 26,3 Total 38 100 38 100
Pada tabel 1 menunjukkan subjek dan FIK yang mengkonsumsi fast food minimal
adalah 1x/minggu dari konsumsi total per hari dan maksimal 5x/minggu dari konsumsi total
per hari. Rata-rata frekuensi konsumsi fast food adalah 2.16±1.3x/minggu dari konsumsi
total per hari. Subjek dari FT mengkonsumsi fastfood minimal adalah 1x/minggu dari
konsumsi total per hari dan maksimal 6x/minggu dari konsumsi total per hari. Rata-rata
frekuensi konsumsi fast food adalah 3.44±1.35x/minggu dari konsumsi total per hari. Pada
tabel 2 rata-rata subjek mengkonsumsi fast food pada FIK paling banyak pada kategori
jarang sebanyak 73,7% dan rata-rata subjek mengkonsumsi fast food pada Fakultas Teknik
paling banyak pada kategori sering sebanyak 73,7%. Frekuensi konsumsi fast food
dikatakan sering apabila konsumsi ≥ 3x seminggu dan kategori jarang apabila konsumsi 1-
2x seminggu (Imtihani, 2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Patricia dkk
(1996), bahwa mahasiswa yang tinggal diluar asrama kampus memiliki kadar kolesterol dan
trigliserida yang lebih tinggi dibanding mahasiswa yang tinggal di asrama kampus (rumah),
hal tersebut karena mahasiswa yang tingga diluar kampus (kos) cenderung lebih sering
makan makanan cepat saji.
3.2 Distribusi Subjek menurut Status Gizi
Makanan cepat saji seperti fried chicken dan French fries, sudah menjadi jenis makanan
yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam. Apabila makanan
tersebut sering dikonsumsi akan menyebabkan gizi lebih (overweight). Berdasarkan hasil
pengumpulan data karakteristik subjek, status gizi subjek dapat dilihat pada tabel 3.
5
Tabel 3
Distribusi Subjek menurut Status Gizi berdasarkan IMT
Berdasarkan tabel 3 dari kedua kelompok yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
dan Fakultas Teknik sebagian besar memiliki status gizi lebih yaitu sebanyak 51,2% pada
mahasiswa FIK dan 51,4% pada mahasiswa FT. Status gizi lebih apabila Indeks Massa
Tubuh > 25 dan tidak gizi lebih apabila Indeks Massa Tubuh ≤ 25 (Depkes, 2001).
3.3Distribusi Subjek menurut Kenaikan Berat Badan
Penyebab naiknya berat badan secara umum adalah asupan energi yang melebihi kebutuhan
untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, proses tumbuh kembang dan berbagai
aktivitas jasmani anak. Berdasarkan hasil pengumpulan data karakteristik subjek, yaitu
kenaikan berat badan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Gambaran Kenaikan Berat Badan Subjek
Kelompok Rata-rata (kg) Median Std. Deviasi Minimum Maksimum FIK -0.997 -2.00 3.017 -5.5 4.3 FT 0.489 1.400 2.633 -3.5 5.0
Tabel 5
Distribusi Subjek menurut Kenaikan Berat Badan
Kelompok FIK FT
Kenaikan berat badan
Jumlah Persentase (%)
jumlah Persentase (%)
Naik 12 36,4 21 63,6 Tidak naik 26 60,5 17 39,5
Total 38 100 38 100
Pada tabel 4 menunjukkan subjek FIK berdasarkan kenaikan berat badan minimal
adalah -5.5kg dan maksimal 4.3kg. Rata-rata kenaikan berat badan adalah -0.997±3.017 kg
dari total kenaikan berat badan selama 2 tahun. Subjek FT berdasarkan kenaikan berat badan
minimal adalah -3.5kg dan maksimal 5kg. Rata-rata kenaikan berat badan adalah
0.489±2.633 kg dari total kenaikan berat badan selama 2 tahun. Berdasarkan tabel 5 dari
Kelompok FIK FT
Status Gizi
Frekuensi Persentase (%)
Frekuensi Persentase (%)
Gizi lebih 21 51,2 20 51,4 Tidak gizi lebih 17 48,6 18 48,8
Total 38 100 38 100
6
kedua kelompok yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik, mahasiswa
Fakultas Teknik paling banyak mengalami kenaikan berat badan yaitu sebesar 63,6%
sedangkan untuk mahasiswa FIK sebagian besar tidak mengalami kenaikan berat badan
yaitu sebesar 60,5%. Subjek dikatakan mengalami kenaikan berat badan apabila >berat
badan awal dan tidak mengalami kenaikan apabila =berat badan awal/<berat badan awal.
3.4 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Status Gizi
Mahasiswa FIK
Kesalahan dalam memilih makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi akan
mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi
(Sediaoetama, 2000). Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food)
dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan
Status Gizi pada mahasiswa FIK
Status Gizi Total Gizi lebih Tidak gizi lebih
Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
p
Sering 9 90 1 10 10 100 Jarang 12 42,9 16 57,1 28 100
0,009
Sebagian besar mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food memiliki status gizi
lebih (90%), sedangkan mahasiswa yang jarang mengkonsumsi fast food sebagian besar
memiliki status gizi tidak lebih (57,1%). Hasil ini dapat dibuktikan dengan uji korelasi Rank
Spearman dengan nilai p sebesar 0,009 <0,05 artinya H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap
status gizi mahasiswa FIK.
Pada tabel 12 mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food akan mengalami gizi
lebih, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Leily (2014), bahwa ada hubungan
antara pola konsumsi fast food (berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi) dengan
kejadian overweight. Faktor utama penyebab overweight dikarenakan adanya
ketidakseimbangan antara asupan energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang
dikeluarkan tubuh. Perkembangan teknologi, tingkat sosial ekonomi dan faktor budaya
menyebabkan terjadinya perubahan pola makan yaitu lebih senang mengkonsumsi fast food
(Mahdiah, 2004).
7
3.5 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Kenaikan Berat
Badan Mahasiswa FIK
Makanan cepat saji akan mempengaruhi asupan tingkat total kalori, Orang yang
mengkonsumsi fast food akan bertambah berat badannya dan menyebabkan obesitas
(Anggraini, 2013). Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food)
terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan
Kenaikan Berat Badan pada mahasiswa FIK
Kenaikan Berat Badan Total
Naik Tidak naik Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
p
Sering 10 100 0 0 10 100 Jarang 2 7,1 26 92,9 28 100
0,000
Seluruh mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food mengalami kenaikan berat
badan (100%), sedangkan mahasiswa yang jarang mengkonsumsi fast food tidak mengalami
kenaikan berat badan sebesar (92,9%). Sampel yang memiliki frekuensi konsumsi makanan
cepat saji sering akan mengalami kenaikan berat badan. Hasil ini dapat dibuktikan dengan
uji korelasi Rank spearman yang didapatkan nilai p= 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan signifikan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food)
terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa FIK.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa mahasiswa yang sering
mengkonsumsi fast food mengalami kenaikan berat badan, hal ini sesuai dengan penelitian
yang diilakukan Bowman (2004), bahwa konsumsi fast food yang berlebihan akan
meningkatkan resiko kejadian kelebihan berat badan. Fast food berkontribusi terhadap
kinerja buruk dan obesitas. Fast food juga mengandung sejumlah besar lemak dan sebagian
lemak akan terakumulasi dalam tubuh. Orang yang mengkonsumsi fast food akan bertambah
berat badannya dan menyebabkan obesitas (Husein, 2012).
3.6 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Status Gizi
Mahasiswa FT
8
Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak
mengandung kalori, lemak dan kolesterol ditambah kehidupan yang disertai stress dan
kurangnya aktivitas fisik, terutama di kota besar mulai menunjukkan dampak dengan
meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas) (Khomsan, 2004). Hasil analisis hubungan pola
konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap status gizi pada mahasiswa Fakultas
Teknik dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food)
dengan Status Gizi pada mahasiswa FT
Status Gizi Total Gizi lebih Tidak gizi lebih
Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
p
Sering 17 60,7 11 39,3 28 100 Jarang 3 30 7 70 10 100
0,100
Persentase subjek yang memiliki status gizi lebih sebesar 60,7% dan hasil tersebut
berasal dari subjek yang sering frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering. Pada subjek
dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji jarang yang mengalami status gizi lebih
hanya sebesar 30%. Persentase subjek yang memiliki status gizi lebih memiliki jumlah yang
lebih besar dibanding subjek yang memiliki status gizi tidak lebih dengan frekuensi
konsumsi makanan cepat saji sering yaitu sebesar 60,7%, sedangkan yang tidak mengalami
gizi lebih sebesar 30%. Subjek yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering
belum tentu mengalami status gizi lebih begitu juga sebaliknya. Hasil ini dapat diperkuat
dengan uji korelasi Rank Spearman dengan nilai p sebesar 0,100 > 0,05 artinya H0 ditolak,
hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji
terhadap status gizi mahasiswa FT. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
Damopolii dkk, (2013), bahwa terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan status
gizi obesitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Myhre (2013), bahwa
mengonsumsi makanan di restoran (diluar rumah) memiliki kandungan gizi yang rendah
terutama serat dan tinggi kalori serta gula karena termasuk makanan cepat saji sehingga
menyebabkan konsumen mengalami gizi lebih bahkan obesitas.
Mahasiswa FT umumnya memiliki aktivitas fisik yang padat yaitu jam kuliah,
praktikum dan kegiatan ekstrakulikuler lainnya oleh karena itu mahasiswa FT memiliki
status gizi yang rata-rata tidak mengalami gizi lebih. Menurut Wahlqvist (1997), hal tersebut
karena aktivitas fisik merupakan salah satu komponen yang berperan dalam penggunaan
9
energi. Penggunaan energi di setiap aktivitas akan berbeda tergantung tipe, lamanya dan
berat orang yang melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas seperti olahraga jika dilakukan
remaja secara teratur dan cukup akan memberikan keuntungan, yaitu menjaga kesehatan dan
mencegah dari penyakit salah makan (eating disorders) dan obesitas.
3.7 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Kenaikan Berat
Badan Mahasiswa FT
Fast food mengandung sejumlah besar lemak dan sebagian lemak akan terakumulasi dalam
tubuh. Orang yang mengkonsumsi fast foodakan bertambah berat badannya dan
menyebabkan obesitas (Husein, 2012). Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan
cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Teknik dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel 9
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan
Kenaikan Berat Badan pada mahasiswa FT
Kenaikan Berat Badan Total Naik Tidak naik
Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
p
Sering 21 75 7 25 28 100 Jarang 0 0 10 100 10 100
0,000
Persentase subjek yang memiliki berat badan naik sebesar 75% dan hasil tersebut
berasal dari subjek yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering, dan
berbeda dengan sampel yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji jarang yaitu
sebesar 0%. Persentase pada sampel yang mengalami kenaikan berat badan memiliki hasil
lebih besar dibanding sampel yang tidak mengalami kenaikan berat badan dengan frekuensi
konsumsi makanan cepat saji yang sama-sama sering yaitu sebesar 75% sedangkan yang
tidak mengalami kenaikan berat badan sebesar 25%. Sampel yang memiliki frekuensi
konsumsi makanan cepat saji akan mengalami kenaikan berat badan. Hasil ini dapat
diperkuat dengan uji korelasi Rank Spearman dengan nilai p sebesar 0,000 < 0,05, artinya
bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji terhadap kenaikan berat
badan pada mahasiswa FT.
Beberapa makanan cepat saji seperti mie instan dan mie ayam yang sering
dikonsumsi mahasiswa FT yaitu dengan frekuensi >3 kali seminggu. Konsumsi makanan
cepat saji yang tinggi dikarenakan mahasiswa sibuk dengan jadwal kuliah dan praktikum
10
sehingga mendorong mahasiswa untuk mengkonsumsi makanan cepat saji dengan alasan
penyajian yang cepat dan memiliki rasa kenyang lebih lama karena tingginya kandungan
karbohidrat dan gula. Hal ini diperkuat oleh penelitian Oktaviani (2012), bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan kenaikan berat
badan. Kenaikan berat badan yang terus menerus maka akan mengakibatkan status gizi
lebih.
4. PENUTUP
Frekuensi fast food pada mahasiswa FIK dan FT paling banyak pada kategori sering sebanyak
73,7x/minggu yaitu pada mahasiswa FT.Status gizi paling banyak mengalami gizi lebih pada
mahasiswa FT yaitu 51,4%.Kenaikan berat badan paling banyak di alami pada mahasiswa FT
yaitu sebesar 63,6%. Ada hubungan signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast
food)dengan status gizi mahasiswa FIK (p<0,05) dan tidak ada hubungan antara frekuensi
konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi mahasiswa FT (p>0,05).Ada hubungan
signifikan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food)dengan kenaikan berat badan pada
mahasiswa FIK (p<0,05) dan ada hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan
kenaikan berat badan pada mahasiswa FT (p<0,05).
Diharapkan mahasiswa mulai mengurangi konsumsi makanan cepat saji (fast food) agar
tidak terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan dan berakibat pada status gizi lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A.K. 2013. Hubungan Kejadian Obesitas pada Anak dengan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap Saji di SDIT. Ulul Albab Bekasi. Jurnal Kesehatan.
Bowman S, Gortmaker S, Ebbeling, Pereira M, and Ludwig S. 2004. Effect of Fast Food
Consumption on Energy Intake and Diet Quality Among Children in a National Household Survey. Pediatrics Vol. 113 No.1
Damopolii W, Mayulu N, Masi G. 2013. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas
pada Anak SD di Kota Manado. Ejournal Keperawatan. 1(1): 1-7. Husein, S. 2012. Junk food Berkontribusi terhadap Kinerja Buruk dan
Obesitas.http://sumsel.tribunnews.com/m/index.php/2013/02/27/junkfoodbekontribusi-terhadap-kinerjaburuk-dan-obesitas.
Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
11
Lutfi, S. 2011. Makan Teratur Mahasiswa Tingkat Akhir. Dikutip dari http://lutiblurry.com/ (diakses 10 Mei 2016).
Mahdiah, Z dan Asih, EK. 2004. Peran Mahasiswa dalam Mengurangi Pola Konsumsi Fastfood
pada Remaja Kota. Karya Tulis Ilmiah. MahasiswaBidang Ilmu Pengetahuan Sosial. IPB. Bogor
Myhre B.J, Loken B.E, Wandel M dan Andersen F.L. 2013. Eating Location is Associated With
the Nutritional Quality of the diet in Norwegian Adults. Public Health Nutrition: 17(4).
Oktaviani, WD., Saraswati, LD., Rahfiludin, MZ. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2012).1(2):542-553.
Patricia B, Brevard, Crystal D dan Ricketts. 1996. Residence of College Students Affects Dietery
Intake, Physucal Activity, and Serum Lipid Levels. Journal of The Academy of Nutrition and Dietetics: 96(1).
Septiyani, R. 2011. Waspada Fast Food (Karya Tulis Ilmiah). Jakarta: Jurusan Teknik Industri
Universitas Mercu Buana.
Sulistijani. D.A. 2002. Maraknya Makanan Cepat Saji (Dilihat dari Aspek Epidemiologi) Karya Tulis Ilmiah. Diakses tanggal 03 Mei 2016.
Wahlqvist, M.L. 1997. Foodand Nutrition in Australia, Asia and The Pacific. National Library of
Australia