(plan a) makalah seminar
DESCRIPTION
Perbandingan analisis finansialTRANSCRIPT
PERBANDINGAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN
IKAN MENGGUNAKAN JARING DOGOL DAN MINI PURSE SEIN DI
PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BATU KABUPATEN JEPARA
Seminar
(PIM 4085)
OLEH:
Hari Setyo Budi
12/331538/PN/12677
Manajemen Sumberdaya Perikanan
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Jepara memiliki garis pantai sepanjang 72 km dan luas wilayah
penangkapan laut mencapai 1500 km2 dengan potensi perikanan laut berupa ikan pelagis,
ikan demersal, dan udang. Salah satu daerah pesisir di Kabupaten Jepara yang memiliki
potensi di bidang perikanan adalah Kelurahan Ujungbatu, dimana di daerah tersebut potensi
perikananya didukung dengan adanya pelabuhan perikanan dengan fasilitas pendukung
seperti tempat pendaratan ikan yaitu TPI Ujungbatu yang merupakan pangkalan pendaratan
ikan terbesar di Kabupaten Jepara. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Ujungbatu
mengandalkan mata pencaharianya sebagai nelayan dengan menggunakan berbagai macam
alat tangkap seperti jaring insang (gillnet), dogol, bubu, rawai, cantrang, dan mini purse seine
(Pujianto dkk, 2013).
Purse Seine disebut juga Pukat Cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan
cincin untuk mana tali cincin atau tali kerut di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali
kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya
tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir
penangkapan. Prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah melingkari gerombolan ikan
dengan jaring sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal, dengan demikian
gerakan ikan kearah horizontal dapat dihalangi. Setelah itu, bagian bawah jaring dikerucutkan
untuk mencegah ikan lari ke bawah jaring. Di PPI Ujungbatu adalah alat tangkap mini purse
seine merupakan alat tangkap yang dianggap paling produktif dalam menangkap ikan-ikan
pelagis, dimana untuk meningkatkan pemanfaatan potensi yang ada dilakukan dengan
menambah ukuran panjang dan lebar jaring pada alat tangkap mini purse seine, sehingga
menambah biaya atau modal yang harus dikeluarkan oleh nelayan.
Dogol merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang
dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring.
Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring,
tali penarik (warp), pelampung dam pemberat. Dogol merupakan alat tangkap yang dominan
di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Batu jumlah 15 dengan trip One Day Fishing. Hal
ini membuktikan tidak ada perubahan jumlah yang terjadi pada alat tangkap tersebut. Alat
tangkap dogol dengan trip yang hanya sehari/one day fishing membutuhkan modal yang
nilainya cukup besar dan pendapatan yang diperoleh belum pasti jumlahnya besar, sehingga
perlu menganalisa dari tingkat pendapatan yang di peroleh hingga usahanya.
Sebagai suatu unit ekonomi yang melakukan suatu usaha tentunya tidak terlepas dari
prinsip-prinsip usaha pada umumnya, dimana semua tindakan yang dilakukan hendaknya
dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan matang antara biaya yang akan dikeluarkan
dengan keuntungan yang akan diperoleh. Sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu dengan
mengeluarkan modal atau biaya yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar- besarnya (Winardi 1998). Kegiatan usaha perlu dilihat secara jelas tingkat kelayakan
dari sisi finansial supaya dapat diketahui apakah mampu memberikan keuntungan bagi
pelaku usahanya (layak) atau sebaliknya (tidak layak). Usaha peangkapan ikan juga harus
melihat dari jenis alat tangkap yang digunakan untuk mengetahui yang paling produktif dan
memberikan keuntungan terbaik, sehingga perbandingan analisis kelayakan finansial
penggunaan alat tangkap purse sein dan dogol perlu dilakukan dan diketahui.
B. Tujuan
Seminar ini bertujuan untuk membandingkan dan menganalisa kelayakan usaha
secara finansial penangkapan ikan antara menggunakan jaring dogol dan purse sein serta
memberikan rekomendasi penggunaan alat tangkap terbaik dalam melakukan usaha
penangkapan ikan di PPI Ujung Batu Kabupaten Jepara.
C. Sumber Data dan Referensi
Data dan referensi yang digunakan dalam penyusunan makalah ini diperoleh melalui
metode studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang
diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen yang dapat mendukung dalam proses penulisan.
Data diperoleh dari hasil penelitian yang tersaji dalam jurnal ilmiah sedangkan sumber
bacaan berupa jurnal ilmiah, buku serta berita atau informasi terbaru yang diperoleh melalui
media elektronik (internet).
II. PEMBAHASAN
Aspek Teknis
1. Konstruksi alat tangkap
Purse sein merupakan alat tangkap sejenis jaring dengan konstruksi berbentuk empat
persegi panjang yang dilengkapi dengan cincin pada bagian bawahnya. Bagian spesifik alat
tangkap ini terdiri dari kantong, badan jaring, sayap, selvedge, tali ris atas, tali pelampung,
tali ris bawah, tali pemberat, tali kerut, pelampung, pemberat dan cincin. Berikut adalah
rincian alat tangkap purse sein yang digunakan :
Tabel 1. Konstruksi alat tangkap purse sein dengan panjang 450 m (lebar 90 m)
Bagian Jaring Bahan/ukuran
Kantong Nylon (PA)/210 D/12,210 D/9
Badan Jaring Nylon (PA)/210 D/9
Sayap Nylon (PA)/210 D/6
Selvedge Nylon (PE)/380 D/15
Bagian Tali Bahan/Ukuran
Tali ris atas 450 m PE Ø 10 mm
Tali pelampung 450 m PE Ø 10 mm
Tali ris bawah 480 m PE Ø 10 mm
Tali pemberat 480 m PE Ø 10 mm
Tali kerut 800 m PE Ø 26 mm
Perlengkapan Bahan Berat (gr/grf)
Pelampung Karet sintetis 840
Pemberat Timah (Pb) 200
Cincin Kuningan (Br) 500
Sumber : Pujianto, dkk (2013)
Menurut Subani dan Barus (1989) dogol merupakan alat tangkap jaring memiliki
kantong yang berfungsi menampung hasil tangkapan dengan konstruksi tali selambar dan
sayap yang panjang, hampir menyerupai payang namun ukuranya lebih kecil. Konstruksi alat
tangkap dogol adalah sebagai berikut :
1. Kantong (Cod End), merupakan bagian jaring yang berfungsi sebagai tempat hasil
tangkapan
2. Badan (Body), merupakan bagian yang terletak antara sayap dan kantong
3. Sayap (Wing), merupakan sambungan atau perpanjangan badan samapai tali salambar
4. Mulut (Mouth), terdiri dari bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama
5. Tali penarik (Warp), merupakan bagian yang berfungsi untuk menarik jaring selama
dioperasikan
2. Cara pengoperasian
Alat tangkap purse sein memiliki 4 tahap mekanisme pengoperasian yaitu penuruan
lampu, tahap setting, tahap hauling, dan pengumpulan hasil tangkapan. Pada tahap penurunan
lampu, posisi bangkrak lampu harus berada di bagian tengah area lingkar jaring. Proses
setting (penurunan jaring) dimulai dengan melempar pelampung tanda diikuti dengan tali
selambar pertama di bagian lambung kanan kapal. Juru mudi melakukan pelingkaran ke arah
kiri kapal dengan kecepatan + 9 knot sambil melakukan penurunan pelampung utama, jaring,
cincin, dan pemberat oleh ABK. Selanjutnya tahap hauling atau penerikan jaring dilakukan
dengan menarik tali kolor, badan jaring dan pemberat. Penarikan dilakukan terus-menerus
hingga bagian jaring membentuk kantong kemudian bagian tengah tali kolor dililitkan pada
roller sebagai alat bantu untuk menaikkan cincin ke geladak. Akhir hauling adalah bagian
dasar jaring akan menutup dan ikan-ikan akan terkumpul pada bagian kantong. Tahap
terakhir adalah pengumpulan hasil tangkapan dengan cara mengangkat ikan dengan alat
bantu serok dan diletakkan pada basket.
Teknik pengoperasian dogol memiliki tahapan yang serupa dengan purse sein, namun
alat ini dioperasikan pada bagian dasar perairan. Tahapan tersebut antara lain persiapan,
setting, hauling, dan pengambilan ikan. Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah
keadaan terang. Setelah ditentukan fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi
penangkapan dengan meneliti bagian-bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan
sayap jaring.pada tahap Setting, sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu
diperhatikan arah mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin
akan mempengaruhi pergerakan kapal, sedangkan arus akan mempengaruhi pergerakan ikan
dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus
menentang pergerakan dari ikan.
Strategi untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin dilakukan dengan menebar
jaring membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan
penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar
pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali
salambar kanan diturunkan lalu sayap sebelah kanan, kemudian badan sebelah kanan, lalu
kantong, setelah itu badan sebelah kiri, kemudian sayap sebelah kiri, lalu salah satu ujung tali
salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat
melakukan setting kapal bergerak melingkar menuju pelampung tanda.
Tahap hauling dilakukan setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring
dibiarkan selam ± 10 menit untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar
perairan. Kapal pada saat hauling tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan
agar pada saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan
alat tangkap dibantu dengan alat gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu
keseimbangan antara badan kapal sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena
kecepatan penarikan tali salambar sama dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya
penarikan ini maka kedua tali penarik dan sayap akan bergerak saling mendekat dan
mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk kedalam kantong jaring.
Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat
mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal, lalu tali
salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan,
kemudian mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga
kapal bergerak berlahan-lahan, setelah itu jaring mulai ditarik, kemudian tali salambar
digulung dengan baik saat setelah naik keatas kapal, sayap jaring naik keatas kapal, lalu
mesin gardan dimatikan dan bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal,
jaring ditarik keatas kapal,badan jaring, dan kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan
keatas kapal. Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan
dan jaring kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting
selanjutnya tidak mengalami kesulitan. Untuk lama pengoperasian alat tangkap ini dari tahap
persiapan sampai mengambil hasil tangkapan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit
hingga 1 jam.
3. Daerah Penangkapan
Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap baik purse sein maupun dogol berada di
sekitar perairan Jepara, Karimunjawa, dan perairan Demak. Perbedaan pengoperasian terletak
pada bagian perairan sebagai area penebaran jaring. Purse sein digunakan untuk menangkap
ikan-ikan yang berada dibagian permukaan air (pelagis) sedangkan dogol ditujukan untuk
ikan demersal (dasar perairan).
Musim penangkapan ikan yang terjadi di daerah PPI Ujungbatu terbagi kedalam 3
musim yaitu paceklik, sedang, dan puncak. Musim paceklik terjadi pada bulan Desember
sampai bulan Februari, hal ini berkaitan erat dengan keadaan iklim dimana angin bertiup dari
arah barat sangat kencang dan terjadi gelombang yang cukup besar pula serta dibarengi
dengan terjadinya hujan. Pada bulan tersebut (musim paceklik) kebanyakan nelayan tidak
melakukan penangkapan. Musim sedang terjadi pada bulan Maret sampai bulan Agustus.
Pada musim ini ditandai oleh angin dan gelombang yang tidak begitu besar, pada musim ini
nelayan sudah mulai melakukan operasi penangkapan. Musim puncak terjadi pada bulan
September sampai bulan November, pada musim ini para nelayan mulai aktif dalam
melakukan penangkapan. Pada musim ini gelombang, angin, arus laut besar tetapi tidak
terjadi secara terus menerus dan bersifat halus. Pada musim ini harga ikan menurun drastis
dikarenakan jumlah produksi ikan yang meningkat.
4. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama purse sein sebagian besar adalah ikan-ikan pelagis kecil. Ikan
lain yang ikut tertangkap ialah sebagian kecil ikan demersal dan cumi-cumi. Jenis ikan yang
tertangkap antara lain ikan kembung (Rastrelliger sp.), tembang jui (Sardinella sp.), bentong
(Selar sp.), layang (Decapterus sp.), dorang (Parastromateus sp.). tenggiri (Scomberomerus
sp.), dan cumi-cumi (Loligo sp.).
Tabel 2. Komposisi Hasil Tangkapan Per Trip Mini Purse Seine Panjang 450 m di PPI
Ujungbatu
No. Jenis ikan Volume (kg) Persentase (%)
1. Kembung 235 25
2. Tembang 450 47
3. Bentong 75 8
4. Layang 40 4
5. Dorang 55 6
6. Tenggiri 60 6
7. Cumi-cumi 35 4
Jumlah 950 100
Sumber : Pujianto, dkk (2013)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Antika, dkk (2013), penangkapan
menggunakan dogol menghasilkan hasil tangkapan berupa ikan layur, ikan petek, cumi-cumi,
teri seret, dan teri nasi.
Aspek Ekonomi
1. Modal
Pada usaha perikanan tangkap, modal merupakan sarana utama yang harus dimiliki
oleh seorang pengusah atau investor. Modal yang dibutuhkan dalam usaha perikanan
tangkap mini purse seine adalah besarnya uang yang diinvestasikan dalam bentuk kapal,
mesin penggerak utama, mesin bantu,alat tangkap,dan peralatan lainnya. Modal usaha
penangkapan ikan dengan alat tangkap mini purse seine dengan panjang jaring 450 m (lebar
90 m) berkisar antara Rp.353.000.000,- sampai Rp.445.000.000,-. Modal yang diperlukan
dalam usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap dogol berupa barang-barang yang
diinvestasikan untuk menjalankan suatu usaha penangkapan ikan yaitu kapal, mesin kapal,
alat tangkap, dan peralatan lainnya. Modal usaha alat tangkap dogol rata rata Rp 76.766.667
yang berkisar anatara Rp 70.000.000 – Rp 84.000.000. Besarnya modal dapat dilihat dalam
tabel 2.
Tabel 3. Rata-Rata Modal Alat Tangkap Dogol
No.
Uraian Nilai modal
1 Minimal Rp. 70.000.000
2 Maksimal Rp. 84.000.000
Rata-rata Rp. 76.766.667
Sumber : Antika, dkk (2014)
2. Biaya
Biaya pada usah perikanan tangkap dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya tetap dan tidak
tergantung pada tingkat produksi yang dihasilkan. Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang
selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan (Sutawi,
2002). Biaya tetap yang dihitung pada usaha penangkapan purse sein adalah biaya
penyusutan, biaya perawatan, biaya perijinan, dan biaya sedekah laut. Biaya tetap untuk
usaha penangkapan ikan dengan dogol adalah biaya penyusutan dan perawatan atas kapal,
alat tangkap, dan mesin.
Tabel 4. Biaya tetap usaha penangkapan menggunakan alat tangkap purse sein dan dogol
No. Uraian biaya tetap Nilai biaya tetap
purse sein
Nilai biaya tetap
dogol
1 Biaya penyusutan Rp. 52.020.000 Rp. 9.493.334
2 Biaya perawatan Rp. 20.160.000 Rp. 5.483.333
3 Biaya perizinan Rp. 1.500.000 -
4 Biaya sedekah laut Rp. 100.000 -
Jumlah Rp. 73.780.000 Rp. 14. 338.889
Sumber : Pujianto, dkk (2013) dan Antika, dkk (2014) yang telah dioalah kembali
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap atau (variable cost) adalah biaya yang secara langsung tergantung
pada tingkat out put yang dihasilkan. Biaya tidak tetap merupakan jenis-jenis biaya yang
naik turun (berfluktuasi) bersama-sama dengan volume kegiatan. Rincian biaya tidak tetap
adalah biaya operasional atau biaya perbekalan, biaya lelang, dan biaya tenaga kerja
(Sutawi, 2002). Biaya tidak tetap pada usaha mini purse seine dengan panjang jaring 450 m
(lebar 90 m) dan dogol dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Biaya tidak tetap usaha penangkapan menggunakan alat tangkap purse sein dan
dogol
No.
Uraian biaya tetap Nilai biaya tidak
tetap purse sein
Nilai biaya tidak
tetap dogol
1. Biaya operasional Rp. 156.667.500 Rp. 118.772.000
2. Biaya lelang Rp. 3.422.500 -
3. Biaya tenaga kerja Rp. 188.392.500 Rp. 64.479.840
Jumlah Rp. 348.482.500 Rp. 183.251.000
Sumber : Pujianto, dkk (2013) dan Antika, dkk (2014) yang telah dioalah kembali
c. Biaya total
Biaya total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produksi yaitu penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
Biaya total pada usaha mini purse seine dengan panjang jaring 450 m (lebar 90 m) dan
dogol dapat dilihat pada tabel 11 :
Tabel 6. Biaya total usaha penangkapan menggunakan alat tangkap purse sein dan dogol
No.
Uraian biaya total Nilai biaya total
purse sein
Nilai biaya total
dogol
1. Biaya tetap Rp. 73.780.000 Rp. 14.338.889
2. Biaya tidak tetap Rp. 348.482.500 Rp. 183.251.000
Jumlah Rp. 422.262.500 Rp. 198.230.000
Sumber : Pujianto, dkk (2013) dan Antika, dkk (2014) yang telah dioalah kembali
3. Pendapatan
Pendapatan nelayan adalah hasil penjualan ikan langsung ke bakul/pengepul atau
merupakan selisih antara penerimaan kotor dengan biaya operasional. Nilai pendapatan yang
diterima oleh nelayan bergantung pada hasil tangkapan (produksi) dan harga dari komoditas
tersebut. Jumlah hasil tangkapan nelayan bergantung pada teknologi yang digunakan,
faktor utamanya bukan karena kekuatan modal untuk mengakses teknologi, namun ternyata
lebih banyak disebabkan oleh kurangnya aktivitas penyuluhan atau teknologi dan rendahnya
lembaga penyedia teknologi.
Tabel 7. Pendapatan per tahun alat tangkap purse sein
No.
Uraian pendapatan Nilai pendapatan
1 Minimal Rp.531.450.000
2 Maksimal Rp.686.700.000
Rata-rata Rp.593.235.000
Sumber : Pujianto, dkk (2013)
Tabel 8. Penerimaan per tahun alat tangkap dogol
No.
Uraian Jumlah
1 Penerimaan Musim Puncak Rp. 87.333.000
2 Penerimaan Musim Biasa Rp. 105.867.000
3 Penerimaan Musim Paceklik Rp. 33.038.000
Penerimaan Per Tahun Rp. 226.238.000
Penerimaan Per Trip Rp. 1.475.181
Sumber : Antika, dkk (2014)
Tabel 9. Rata-rata pendapatan per tahun alat tangkap dogol
No.
Uraian Jumlah
1 Penerimaan Per Tahun Rp. 226.238.000
2 Biaya Operasional Rp. 118.772.000
3 Pendapatan Per tahun Rp. 138.963.853
Sumber : Antika, dkk (2014)
4. Keuntungan
Keuntungan usaha penangkapan ikan diperoleh setelah penerimaan atau pendapatan
dari penjualan hasil tangkapan dikurangi dengan biaya total. Nelayan berusaha memperoleh
hasil tangkapan sebanyak - banyaknya dan menjaga harga jual agar tetap tinggi, sehingga
keuntungan yang diperoleh maksimal.
Tabel 10. Keuntungan usaha penangkapan menggunakan alat tangkap purse sein dan dogol
No.
Uraian Nilai (Rp) per tahun
Purse sein
Nilai (Rp) per tahun
Dogol
1 Pendapatan Rp.593.235.000 Rp. 138.963.853
2 Biaya total Rp.422.262.500 -
3 Biaya produksi - Rp. 216.488.996
4 Keuntungan Rp.170.972.500 Rp. 28.007.893
5 Minimal - Rp. 26.503.333
6 Maksimal - Rp. 29.887.333
Sumber : Pujianto, dkk (2013) dan Antika, dkk (2014) yang telah dioalah kembali
Berdasarkan tabel diatas maka alat tangkap purse sein memberikan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan Dogol. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
besarnya keuntungan antara lain ukuran jaring, jenis ikan yang ditangkap, biaya yang
dikeluarkan, volume hasil tangkapan dan lain sebagainya.
Aspek Kelayakan Usaha
1. Payback Periode
Payback Periode merupakan periode waktu yang diperlukan untuk menutup kembali
modal yang diinvestasikan dengan hasil yang diperoleh dari investasi tersebut. Perhitungan
periode kembali menggunakan perbandingan antara modal investasi dengan keuntungan yang
diperoleh selama satu tahun. Jika nilai PP kurang dari 3 tahun berarti tingkat pengembalian
modal pada usaha tersebut tergolong cepat, jika nilai PP lebih dari 3 tahun dan kurang dari 5
tahun berarti tingkat pengembalian modalnya sedang, dan jika nilai PP lebih dari 5 tahun
berarti tingkat pengembalian modalnya lambat (Riyanto, 1998).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, alat tangkap purse sein
memberikan Payback Periode 2,22 tahun (discount rate 14%). Sedangkan alat tangkap dogol
memiliki Payback Periode rata-rata sebesar 2,74 tahun (discount rate 19%). Kedua usaha
tersebut memiliki tingkat pengembalian investasi dalam kategori cepat, karena unit usaha
tersebut payback periode-nya kurang dari 3 tahun. Purse sein memiliki PP yang lebih rendah
daripada dogol sehingga pengembalian investasinya lebih cepat.
2. R/C Ratio
R/C ratio digunakan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan antara
penerimaan dan biaya produksi yang digunakan. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai
R/C ratio > 1 berarti usaha menghasilkan keuntungan, R/C = 1 berarti usaha tersebut tidak
untung dan tidak rugi (impas), dan jika R/C < 1 maka usaha tersebut mengalami kerugian
(Hernanto, 1998). Hasil perhitungan R/C ratio usaha purse seine dengan panjang jaring 450
m (lebar 90 m) adalah 1,17. Nilai tersebut menunjukkan usaha layak untuk dijalankan.
Analisi Kelayakan usaha alat tangkap dogol tidak menggunakan R/C Ratio namun dengan
B/C Ratio.
3. B/C Ratio
Benefit/Cost Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya
yang dikeluarkan. B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan
total pengeluaran. Semakin besar B/C Ratio maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo et
al, 1995). Pedoman angka yang digunakan adalah 1. Jika B/C Ratio > 1 maka usaha dapat
dikatakan efisien, sama dengan (=) 1 berarti usahanya berada pada titik impas dan < 1 maka
usaha dikatakan tidak efisien. Usaha penangkapan ikan menggunakan dogol memiliki B/C
Ratio rata-rata sebesar 1,022 atau lebih besar dari 1. Usaha ini dapat dikatakan efisien namun
perlu diperhatikan lagi karena nilainya sangat mendekati dengan angka 1.
4. Net Present Value
Net present value (NPV) merupakan selisih antara present value kas bersih dengan
present value investasi selama umur investasi. Analisis yang dilakukan usaha penangkapan
dengan mini purse seine ini, NPV diperoleh dengan membandingkan besarnya arus kas
masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) yang telah di present value-kan. Discount rate
faktor yang digunakan adalah sebesar 14% sesuai tingkat suku bunga bank rata-rata yang
berlaku di bank Jawa Tengah. Menurut Burhan dan Nitisemoto (2004), suatu proyek
dikatakan layak jika nilai tunai (NPV) proyek lebih besar daripada nol atau NPV sama
dengan nol, dimana NPV merupakan nilai tunai bersih.
Hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai NPV usaha penangkapan mini purse seine
dengan panjang 450 m (lebar 90 m) dan dogol masing-masing adalah Rp.454.423.108,64
(discount rate 14%) dan Rp. 84.997.365 (discount rate 19%). NPV pada kedua usaha
penangkapan ikan dengan mini purse seine dan dogol tersebut bernilai positif, menunjukkan
bahwa usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap tersebut layak (feasible) diusahakan.
5. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit
(penerimaan) yang telah dipresent valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent
valuekan sama dengan nol, dengan kata lain IRR merupakan suatu tingkat discount rate yang
membuat nilai NPV sama dengan nol. IRR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk
menghasilkan returns atau tingkat keuntungan yang dapat dicapai. Kriteria investasi IRR ini
memberikan pedoman bahwa usaha akan dipilih apabila IRR > discount rate. Begitu pula
sebaliknya, jika di peroleh IRR < discount rate, maka usaha sebaiknya tidak dijalankan
(Mulyadi, 1998).
Hasil perhitungan diperoleh besar nilai IRR usaha penangkapan mini purse seine
dengan panjang 450 m (lebar 90 m) dan IRR rata-rata dogol masing-masing adalah 38,56%
dan 35,53 %. Berdasarkan kriteria perhitungan IRR, kedua usaha penangkapan ikan dengan
mini purse seine tersebut memiliki nilai IRR yang masing-masing lebih besar dari discount
factor 14% untuk purse sein dan 19% untuk dogol yang digunakan dalam penelitian, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua usaha mini purse seine tersebut layak untuk diusahakan.
III. KESIMPULAN
1. Aspek ekonomi berupa modal, biaya total, pendapatan dan keuntungan dari mini purse
sein panjang jaring 450 m adalah sebesar Rp. 378.800.000, Rp. 422.262.500/tahun, Rp.
593.235.000/tahun, dan Rp. 170.972.500/tahun. Sedangkan pada usaha menggunkan alat
taangkap dogol, besaran masing-masing komponen tersebut adalah Rp. 70.000.000 – Rp.
84.000.000, Rp. 198.230.000/tahun, Rp. 138.963.853/tahun, dan Rp. 28.007.893/tahun.
2. Hasil analisis finansial menunjukkan penangkapan ikan menggunakan jaring dogol
diperoleh nilai rata-rata NPV yaitu sebesar Rp 74.590.529 - Rp 123.765.164, nilai rata-rata
IRR yaitu sebesar 30% - 50%, nilai rata-rata B/C Ratio yaitu sebesar 1,090 - 1,098, dan
Payback Periode 2 tahun. Sedangkan hasil analisis finansial yang diperoleh atas usaha
penangkapan menggunakan mini purse seine dengan panjang jaring 450 m (lebar 90 m)
yaitu nilai rata-rata Payback Periode 2,22 tahun, R/C ratio 1,17, NPV Rp.454.423.108,64,
dan IRR 38,56 %.
3. Berdasarkan kriteria penilaian aspek kelayakan suatu usaha maka kedua usaha mini purse
seine dengan dogol tersebut layak untuk diusahakan.
4. Komponen analisis kelayakan usaha penangkapan dengan menguunakan mini purse sein
memberikan nilai yang lebih besar daripada dogol sehingga rekomendasi usaha yang tepat
di PPN Ujung Batu adalah menggunakan alat tangkap mini purse sein.
DAFTAR PUSTAKA
Antika, M., K. Abdul., dan B. Herry. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perikanan
Tangkap Dogol di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujungbatu Jepara. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology 3: 200-207
Burhan, U. Dan A. Nitisemoto. 2004. Wawassan Studi Kelayakan dan Evaluasi
Proyek (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Jakarta.
Hernanto F. 1998. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Karo - Karo, S., Junias Sirait and Henk Knipsheer. 1995. Farmers Shares, Marketing Margin
and Demand for Small Ruminant In North Sumatera. Working Paper No.150
November.
Mulyadi, Pudjosumarto. 1998. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta.
Pujianto, B. Herry., dan W. Dian. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial
Penangkapan Mini Purse Sein dengan Ukuran Jaring yang Berbeda di PPI
Ujungbatu Kabupaten Jepara. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology 2: 124-133.
Riyanto.1998. Metode Riset dan Aplikasinya dalam Riset Pemasaran. Biro Statistika. Jakarta.
Sutawi. 2002. Manajemen Agribisnis. Bayu Media dan UMM Press. Malang.