plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - usd … · ... jawa tengah. ketujuh wujud basa-basi...
TRANSCRIPT
i
BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA JUNGGUL,
BANDUNGAN, JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Angela Yohana Mentari Adistin NIM: 111224013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA JUNGGUL,
BANDUNGAN, JAWA TENGAH
Oleh:
Angela Yohana Mentari Adistin
NIM: 111224013
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Tanggal Jumat, 15 Januari 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA
PENDIDIK DI DESA JUNGGUL,
BANDUNGAN, JAWA TENGAH
Oleh:
Nama: Angela Yohana Mentari Adistin
NIM: 111224013
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
Pada tanggal 1 Februari 2016
dan telah dinyatakan menyatakan memenuhi syarat.
Susunan Pantian Penguji
Nama Penguji Tanda tangan
Ketua Dr. Yuliana Setiyaningsih, M. Pd. ........................
Sekretaris Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ........................
Anggota 1. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ........................
2. Prof. Dr. Pranowo, M. Pd. .......................
3. Dr. B. Widharyanto , M. Pd. .......................
Yogyakarta, 1 Februari 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ungkapan penuh syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang
telah memberikan berkat serta kelancaran dalam setiap langkah saya.
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Bapak Daniel
Totok Suryanto dan Ibu Anastasia Budiningsih yang selalu membimbing,
memotivasi, mendukung, membantu dalam penelitian, serta medoakan dalam
setiap langkah saya.
Mas Dandy, Mbak Siska, Dek Ayu, Dek Taufan dan Rama selaku kakak-
kakak dan adik saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang tak
berkesudahan.
Mas Bimo yang tidak pernah lalai memberikan semangat dan dukungan
kepada saya. Yang selalu ada untuk saya mendengarkan keluh kesah saya.
Sahabat-sahabat saya, Vita, Binta, Agatha, Arery, Putri yang selalu
memberikan semangat kepada saya, tidak akan pernah lupa untuk saling
mendoakan.
Selaku teman sepayung skripsi ini, Desty, Christa, Yuli, dan Bungsu yang
sudah melewati perjalanan kuliah bersama kurang lebih empat tahun ini, terima
aksih selalu siap membantu dan memberikan dukungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Jangan buang waktumu untuk hal-hal yang tidak bernilai, buatlah setiap dalam detik
kehidupanmu menjadi sesuatu yang bermakma, dan janganlah kau melupakan doa
Ibumu..
Find three hobbies you love:
One to make you money,
One to keep you in shape,
And one to be creative.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 1 Februari 2016
Penulis
Angela Yohana Mentari Adistin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Angela Yohana Mentari Adistin
Nomor Mahasiswa : 111224013
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA
DI DESA JUNGGUL,
BANDUNGAN, JAWA TENGAH”
Dengan demikian saya menyerahkan kepada Universitas Sanata Dharma hak
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasi-
kannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal : 1 Februari 2016
Yang menyatakan,
Angela Yohana Mentari Adistin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Adistin, Angela Yohana Mentari. 2015. Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas tentang wujud dan maksud basa-basi berbahasa di ranah anggota keluarga pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa dan mendeskripsikan maksud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pendidik di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah.
Penelitian basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran basa-basi anggota keluarga pendidik yang diperoleh langsung di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Metode pengumpulan data dengan menggunakanmetode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara dan kuisioner. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami fenomena basa-basi yang digunakan oleh penutur maupun mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh sebab itulah, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi.
Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Peneliti menemukan 7 wujud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Ketujuh wujud basa-basi tersebut ialah basa-basi menerima, basa-basi menolak, basa-basi berterimakasih, basa-basi meminta maaf, basa-basi memberi salam, basa-basi mengucapkan selamat, dan basa-basi mengundang. (2) Maksud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik adalah untuk memulai, mempertahankan atau mengukuhkan, menjalin relasi antara penutur dan mitra tutur, serta untuk menyampaikan berbagai maksud. Selain itu, basa-basi digunakan untuk mengekspresikan perasaan penutur terhadap suatu tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur.
Kata kunci: basa-basi, basa-basi murni, basa-basi polar, acknowledgments, wujud
basa-basi, maksud basa-basi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Adistin, Angela YohanaMentari, 2015. The Phatic Communication in Using Language between Educator’s Family Member at Junggul, Bandungan, Central Java. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
This research discusses about the appearance of the phatic communication in language communication and the aim of the phatic communication in teachers family. The purpose of this research to describe the appearance and the aim of the phatic communication in language communication among teachers family at Junggul, Bandungan, Central Java. The subjects of this research are teachers family members in Junggul, Bandungan, Central Java. The Phatic communication in language communication research at Junggul, Bandungan, Central Java includes in descriptive qualitative research, as this research consists of the portrait teachers family having the phatic communication in language communication which directly achieved. The data collection uses conversation method as well as interview and questioner method. At this research, the writer tries to figure out the phenomenon of the phatic communication that uses by the subject speaker or object speaker to deliver the purpose of the conversation. Thus, the aim of this research is as an understanding on the using of the phatic communication mainly the using of bahasa as an communicative action. The summaries of this research are (1) the writer finds 7 kinds of basabasi among the teachers family in Junggul, Bandungan, Central Java. Those are acceptance, refusal, gratitude, apologizing, greeting, congratulating, inviting. (2) The purposes of basabasi among the teachers family are to start, to maintain or to strengthen, to build relationship among subject speaker and object speaker, and also to state some perception. Beside, the phatic communication uses to express the speaker’s feeling about the object speaker says.
Key word: phatic communication, nature phatic communication, polar phatic communication, acknowledgements, forms of phatic communication, the meaning of phatic communication.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Basa-basi
dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan,
Jawa Tengah dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik
secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan
dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma;
2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsihselaku ketua Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan memberikan dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum, selaku dosen Pembimbing yang
telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
4. Para dosen PBSI yang telah mendidik dan memberikan berbagai pegetahuan
dalam proses perkuliahan;
5. Sekretariat PBSI yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis.
6. Bapak Daniel Totok Suryanto dan Ibu Anastasia Budiningsih yang selalu
mendampingi, memberi dukungan dan doa yang tiada habisnya.
7. Mas Dandy, Mbak Siska, dan Adik saya Taufan yang selalu memberikan
semangat dan kasih sayang.
8. Mas Bimo yang tidak pernah lalai memberikan dukungan, semangat dan doa
kepada saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Dek Ayu yang selalu memberikan dorongan untuk tidak kawatir menghadapi
ujian, selalu memberikan semangat dan dukungan.
10. Para sahabat putih abu-abu, Vita, Binta, Agatha, Arery, Putri yang selalu
memberikan semangat dan dukungan.
11. Sahabat-sahabat sepayung basa-basi Desty, Christa, Yuli, dan Bungsu terima
kasih untuk dukungan dan kerja sama dalam mengerjakan skripsi.
12. Teman-teman PBSI angkatan 2011 kelas A yang selalu memberikan semngat.
13. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk
bantuan dan dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan
dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari
berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Angela Yohana Mentari Adistin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN MOTTO v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR BAGAN xvi
DAFTAR TABEL xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah… 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 6
1.5 Batasan Istilah 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 9
2.1 Penelitian yang Relevan 9
2.2 Kajian Teori 15
2.2.1 Pragmatik
2.2.2 Konteks
2.2.3 Fenomena pragmatik
2.2.3.1 Deiksis
15
17
20
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.3.2 Praanggapan
2.2.3.3 Implikatur
2.2.3.4 Tindak Ujaran
21
23
24
2.2.4 Basa-basi sebagai Fenomena Pragmatik 27
2.4 Kerangka Berpikir 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 37
3.2 Data dan Sumber Data 39
3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 39
3.4 Metode Analisi Data ................................................................................ 41
3.5Trianggulasi............................................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN 44
4.1 Deskripsi Data ......................................................................................... 44
4.1.1 Salam............................................................................................. 45
4.1.2 Terima Kasih…………………………………………………….
4.1.3 Meminta/ Mengundang
4.1.4 Menolak
4.1.5 Menerima
4.1.6 Meminta Maaf
4.1.7 Selamat
46
47
49
51
52
53
4.2 Analisis Data .......................................................................................... 54
4.2.1.1 Salam……................................................................................. 55
4.2.1.2 Terima Kasih ............................................................................ 57
4.2.1.3 Menolak………………............................................................ 59
4.2.1.4 Menerima …………………………… .................................... 61
4.2.1.5 Meminta/ Mengundang ……………………………..………. 64
4.2.1.6 Menyatakan Maaf …………………………………………... 66
4.2.1.7 Selamat ……………………………………............................ 68
4.3 Pembahasan ……………………………………………... ……………. 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.3.1 Wujud Basa-basi Berbahasa…………………………………………..
4.3.1.1 Salam………………………………………...............
4.3.1.2 Terima Kasih………………………………………...
4.3.1.3 Meminta/Mengundang……………………………....
4.3.1.4 Menerima……………………………………………
4.3.1.5 Menolak…………………………………………….
4.3.1.6 Menyatakan Maaf……………………………………
4.3.1.7 Selamat………………………………………………
4.3.2 Maksud Basa-basi Berbahasa…………………………………………
4.3.2.1 Salam………………………………………………..
4.3.2.2 Terima Kasih………………………………………..
4.3.2.3 Meminta/Mengundang……………………………..
4.3.2.4 Menolak…………………………………………….
4.3.2.5 Menerima……………………………………………
4.3.2.6 Menyatakan Maaf…………………………………..
4.3.2.7 Selamat……………………………………………..
71
72
76
81
77
87
97
101
105
106
110
113
116
120
123
126
BAB V PENUTUP 130
5.1 Simpulan ................................................................................... 130
5.2 Saran ........................................................................................ 132
5.2.1 Bagi Peneliti Lain……………………………………… 132
5.2.2 Bagi Keluarga Pendidik ………………………………. 132
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 134
LAMPIRAN ................................................................................................. 137
Lampiran 1. Trianggulasi Basa-basi ………………………………………. 138
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Berpikir 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan, tanpa adanya bahasa
kita belum dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Bahasa dapat
didefinisikan sebagai (i) ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
(bdk.Sudaryanto, 1983:19) atau (ii) setiap penyampaian maksud (lih. Pei, 1971:3-4).
Bila menerima pengertian bahasa yang (i), sudah tentu hanya terdapat satu jenis
bahasa, yaitu bahasa manusia.Sebaliknya, bila yang diterima adalah pengertian
bahasa yang (ii), sudah tentu isyarat, sikap, dan bunyi binatang dapat pula dianggap
sebagai bahasa.
Menurut KBBI edisi keempat (2008:721), komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Menurut Onong Uchjana (2007:9)
istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi,
misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung
selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa
yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan
makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Menurut KBBI edisi keempat (2008: 143), basa-basi adalah (1) adat sopan
santun; tata krama pergaulan, (2) ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan
santun dan tidak untuk menyampaikan informasi, misalnya kalimat “apa kabar?”
yang diucapkan apabila kita bertemu dengan kawan, (3) perihal menggunakan
ungkapan semacam itu.
Di Indonesia masyarakat yang sedang berkomunikasi dengan orang yang
dikenal pada awalnya akan saling menanyakan kabar, tujuan, dari mana, dan
sebagainya. Hal tersebut bertujuan untuk memelihara hubungan sosial antara penutur
dan lawan tuturnya.
Contoh 1:
Binta: Hai Vita,sudah makan belum?
Kalau belum ayok sini makan dirumah
Vita : Oh sudah kok Binta, lain kali saja ya.
Pada contoh 1 di atas konteksnya Vita dan Binta adalah orang Jawa. Sore hari
ketika Vita pulang dari sekolah. Binta pulang dari minimarket di depan gang yang
kebetulan melihat Vita turun dari angkutan umum. Binta mengajak Vita untuk makan
di rumah Binta. Ungkapan menanyakan “sudah makan belum”, dilanjutkan “kalau
belum ayok sini makan di rumah” menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya karena
secara kebetulan Binta melihat Vita di depan gang. Tuturan “sudah kok Binta, lain
kali saja” menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya karena tuturan Vita bukan
bermaksud untuk menolak secara langsung, melainkan menolak dengan sopan. Dari
contoh 1 diatas, dapat dikatakan bahwa keduanya merupakan basa-basi. Seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dalam budaya Jawa, untuk menjalin hubungan dengan lawan tutur, penutur
menyampaikan ungkapan basa-basi. Percakapan itu dikatakan sebagai ungkapan
basa-basi, karena dalam dialog tersebut memiliki fungsi untuk menjaga hubungan
antara penutur dan lawan tutur.
Contoh 2:
Vita: Re, dari mana? Mampir dulu, barusan aku masak kue nih.
Rery: Oh ini barusan dari kampus, kue apa? Bolehlah aku icip.
Pada contoh 2 diatas konteksnya Vita baru saja dari warung membeli kismis
untuk bahan tambahan kue yang sedang dibuatnya. Vita memiliki tetangga yang
bernama Rery, Rery adalah orang Batak. Pada saat Vita hendak menutup pagar di
depan rumahnya, Vita melihat Rery sedang berjalan lewat depan rumahnya. Dengan
langsung Vita bertanya kepada Rery dan menawarkan kue yang dibuatnya. Tidak
menunggu lama, Rerypun menjawab tawaran Vita. Dalam contoh 2 tersebut terlihat
bahwa Vita adalah orang Jawa yang bertetangga dengan orang Batak. Dari perbedaan
suku tersebut, terlihat pula perbedaan dari contoh 1. Bahwa Rery memiliki respon
yang berbeda dengan Binta, dikarenakan perbedaan suku diantara keduanya. Jika
Rery diberikan tawaran dari Vita, Rery akan langsung menerima tawaran tersebut
tanpa waktu yang lama. Ungkapan “Bolehlah aku icip” dari Rery menunjukkan
bahwa Rery akan mampir kerumah Vita dan makan kue yang dibuat Vita. Pada
contoh 2, ungkapan Vita dikatakan sebagai basa-basi, karena secara tidak sengaja
Vita melihat Rery yang sedang berjalan di depan rumahnya, dan langsung
menawarkan kue yang dibuatnya. Sedangkan ungkapan Rery bukan merupakan basa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
basi, karena Rery menganggap ungkapan Vita merupakan tawaran yang diberikan
kepada Rery.
Dari dontoh 1 dan contoh 2 dapat disimpulkan bahwa basa-basi sering terjadi
di kalangan masyarakat. Tetapi dengan adanya contoh 2, kita dapat melihat bahwa
tidak semua basa-basi dapat diterima oleh semua suku bangsa Indonesia. Bisa jadi
penutur (contoh 1) mengungkapkan sebuah tuturan basa-basi, dan lawan tutur juga
menganggap bahwa penuturnya hanya basa-basi kepada lawan tutur sehingga
keduanya akan saling memberikan basa-basi yang hanya merupakan batas menjaga
sopan santun antar keduanya.
Penggunaan basa-basi digunakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat,
pada keluarga pendidik juga sering ditemukan adanya basa-basi. Basa-basi pada
keluarga pendidik merupakan salah satu bentuk dari kesantunan berbahasa, baik
antara suami dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak, anak dan anak, serta antar
anggota keluarga pendidik dalam satu rumah. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan
suatu penelitian dengan judul “Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota keluarga
Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah”.
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah
dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Dalam penelitian
ini peneliti mengambil subjek keluarga pendidik yaitu keluarga guru maupun dosen
yang ada di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Peneliti mengambil topik basa-
basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik karena penelitian yang berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dengan basa-basi juga penting digunakan dan dikaitkan dengan budaya khususnya
budaya jawa yang termasuk juga dalam keluarga pendidik karena basa-basi
mempunyai tujuan untuk menjalin komunikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di
Desa Junggul, Bandungan?
2. Apa saja maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga
pendidik di Desa Junggul, Bandungan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian
ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga
pendidik di Desa Junggul, Bandungan.
2. Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga
pendidik di Desa Junggul, Bandungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian basa-basi dalam berbahasa antar keluarga pendidik ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang
dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan pragmatik
khususnya yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa sebagai fenomena pragmatik.
Penelitian ini dapat dikatakan memiliki manfaat teoritis karena dengan memahami
teori yang telah dikemukakan oleh para ahli. Penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai referensi atau acuan dalam melakukan kegiatan komunikas untuk mempererat
hubungan sosial penutur dan lawan tutur khususnya pada keluarga pendidik.
2. Manfaat Praktis
Penelitian basa-basi berbahasa ini juga diharapkan dapat memberi masukan
kepada para praktisi terutama bagi dosen, guru, anak, dan anggota keluarga yang lain
untuk mengetahui pentingnya basa-basi berbahasa dalam keluarga pendidik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Batasan Istilah
1. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau
penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini
lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang
dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang
digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.
(Yule, 2006: 3)
2. Maksud Basa basi
Maksud Basa-basi ialah sesuatu yang sungguh-sungguh ingin disampaikan
oleh penutur dan hanya bersumber dari penutur. (Arimi, 1998)
3. Basa- basi
Basa-basi adalah (1) adat sopan santun, (2) ungkapan yang dipergunakan
hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi. (Arimi, 1998)
4. Basa-basi Murni
Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis
sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan penutur
selaras dengan kenyataan. (Arimi, 1998)
5. Basa-basi Polar
Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana
orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang
lebih sopan. (Arimi, 1998)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
6. Konteks
Konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan
(background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami
bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur
atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur.
(Arimi, 1998)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan
kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-
topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi
tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang
terdiri atas teori pragmatik, fenomena-fenomena pragmatik, kategori fatis, basa-basi
sebagai fenomena pragmatik, teori maksud, dan uraian tentang konteks. Kerangka
berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan
landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.
2.1 Penelitian Relevan
Basa-basi dalam kajian ilmu pragmatik saat ini memang belum banyak dikaji
oleh peneliti. Penelitian tentang basa-basi dalam ranah keluarga pendidik sejauh yang
diketahui oleh peneliti belum pernah dilakukan. Namun, terdapat penelitian yang
relevan dengan penelitian yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa dalam ranah
bangsawan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitri Apri Susilo (2014), Sailal Arimi
(1998), dan Maria Ulfa T.R. (2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul Basa-basi dalam Berbahasa antar
Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.Dalam penelitian tersebut
terdapat dua rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaituapa sajakah wujud
Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran
2013/2014, apa sajakah maksud Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru Di SMP N 12
Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis
terhadap kedua permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: peneliti
menemukan delapan wujud Basa-basi Berbahasa antar Guru Di SMP N 12
Yogyakarta yang ditinjau dari kategori Acknowledgment-nya terdiri dari delapan
subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi tersebut adalah (1) Apologize
(meminta maaf), (2) Condole (belasungkawa), (3) Congratulate (mengucapkan
salam), (4) greet (memberi salam), (5) thanks (berterimakasih), (6) bid
(meminta/mengundang), (7) accept (menerima), (8) reject (menolak).
Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
penyesalan. Condole (bela sungkawa) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Congatulate
(mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena
ada kabar baik. Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa
senang karena bertemu seseorang. Thanks (berterima kasih) yaitu fungsi tuturan
untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Bid (meminta) yaitu fungsi
tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dengan masa depan seseorang akan terjadi. Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan
untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. Reject (menolak) yaitu
fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur.
Penelitian Sailal Arimi (1998) berjudul “Basa-Basi Dalam Masyarakat
Bahasa Indonesia”. Penelitian ini bertujuan: (1) mendapatkan gambaran tentang
etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan
yang memadai tentang aturan, atau kaidah penyampaian basa-basi dalam bahasa
Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi basa-basi, (3) menemukan
jenis-jenis basa-basi, distribusinya dalam wacana interaktif, beserta hubungannya
dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan (4) menemukan kekhasannya dalam
bahasa Indonesia.
Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sailal Arimi,
menghasilkan beberapa kesimpulan. Basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak
mementingkan informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal untuk
bertegur sapa, bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan
solidaritas dan harmonisasi antar penutur. Masyarakat penutur membutuhkan basa-
basi dikaitkan dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina dan/atau
mempertahankan hubungan sosial antar penutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur
yang dihasilkan (outcome), bagi penutur basa-basi merupakan upaya untuk
memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi
hakiki bahasa, basa-basi merupakan sejemput fenomena bahasa yang berfungsi
sebagai pemelihara kerja sama dan sangat reflektif. Basa-basi dalam masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-
basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang
dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa
yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan
menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan
basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan
realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk
menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-
basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Basa-basi bersifat universal sehingga
menghasilkan kekhasan-kekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan
sistem bahasa. Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari
satu bahasa ke bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa inggris atau
sebaliknya) dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi.
Penelitian Maria Ulfa T.R. (2012) berjudul Tipe Basa-Basi Dalam Dialog
Sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Dalam penelitian tersebut terdapat beberapa
masalah yaitu (1) dialog mana saja yang tergolong basa-basi, (2) apa saja topik basa-
basi yang dipergunakan pada dialog sinetron “SDAS”, (3) bagaimanakah tipe
penggunaan basa-basi dalam sinetron “SDAS” berdasarkan suasana, dan (4)
bagaimana efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinteron “SDAS”. Dari
beberapa rumusan masalah tersebut, maka peneliti ingin mengetahui dialog mana saja
yang tergolong basa-basi, mendapatkan kejelasan tentang topik basa-basi yang
dipergunakan pada sinetron “SDAS”, menemukan tipe penggunaan basa-basi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sinetron “SDAS” berdasarkan suasana, dan menemukan efek basa-basi terhadap
interaksi sosial dalam sinetron “SDAS”.
Dari penelitian tersebut tuturan basa-basi pada sinetron “SDAS” memiliki
topik yang khas, seperti topik keadaan, topik aktifitas, topik julukan, topik
keselamatan, topik tujuan, topik kehadiran, topik jasa, topik perilaku, topik
perpisahan, topik kesepakatan, topik waktu, dan topik identitas. Selain itu, basa-basi
dalam sinetron “SDAS” juga memiliki tipe yang juga memiliki karakteristik yang
khas. Tipe basa-basi yang berhasil dianalisis yaitu (1) basa-basi apologi, (2) basa-basi
salam untuk suasana santai, (3) basa-basi perhatian untuk suasana sibuk, (4) basa-basi
persilahan untuk suasana sepi, dan (5) basa-basi pujian untuk suasana gembira.
Peneliti juga menemukan empat efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam
sinetron “SDAS”, yaitu (1) efek eksistensi, (2) efek akrab, (3) efek nyaman, dan (4)
efek dihargai.
Penelitian Rawinda Fitrotul Mualafina (2013) berjudul Basa-Basi Dalam
Interaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. Dalam penelitian tersebut
terdapat tiga rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu bagaimana
bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan jual beli di
pasar tradisional Kertek, apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan
bentuk, jenis, dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek,
dan bagaimana fungsi dari penggunaan basa-basi dalam percakapan jual beli di pasar
tradisional Kertek. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap ketiga
permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: (1)basa-basi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
digunakan dalam komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda dengan basa-
basi yang digunakan di tempat lain, (2) melalui pembahasan mengenai bentuk dan
jenis, diperoleh fakta bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan maksud yang
berbeda dengan bentuk fisik kalimat tersebut, (3)ujaran basa-basi yang digunakan di
Pasar Kertek ini hadir pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual beli terjadi,
yaitu rangkaian pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan atau insertion
sequences, dan rangkaian penutup atau closing sequences, (4)sebagai salah satu
bentuk bahasa dalam masyarakat, penggunaan basa-basi tidak dapat terlepas dari
sejumlah faktor sosial tertentu yang berpengaruh terhadap bentuk, jenis, dan
distribusi basa-basi yang digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, (5) melalui
enam fungsi yang ditemui dalam penggunaan basa-basi diketahui bahwa meskipun
kehadirannya manasuka dan tidak mengandung informasi yang baru, kedudukan
penggunaan basa-basi dalam percakapan tetaplah penting dalam kaitannya dengan
fungsi secara sosial.
Dari keempat penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kesamaaan dengan
penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya terletak pada objek yang sama yaitu
basa-basi berbahasa. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Fiti Apri Susilo terdapat
rumusan masalah yang hampir sama dengan peneliti yaitu mengkaji tentang bentuk
basa-basi berbahasa. Akan tetapi, tentu terdapat perbedaan dengan penelian-
penelitian yang sudah ada sebelumnya. Perbedaan ini yakni terletak pada subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penelitian. Penelitian yang berudul “Basa-basi dalam berbahasa antaranggota
keluarga pendidik di desa junggul, bandungan, jawa tengah” menggunakan subjek
keluarga pendidik yang tinggal di Desa Junggul, dalam penelitiannya. Hal inilah yang
membedakan dengan dengan peneliti-peneliti sebelumnya, dimana penelitian yang
terdahulu belum ada yang menggunakan subjek yang sama dengan peneliti.
2.2 Kajian teori
2.2.1 Pragmatik
Rahardi (2003:10) mengatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari
linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur
bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan sang mitra
tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau
luar bahasa. Dari definisi beberapa ahli tersebut, dapatlah dikatakan bahwa pragmatik
merupakan ilmu kebahasaan yang mengkaji maksud sebuah tuturan dengan mengacu
dari unsur luar bahasa, dalam hal ini adalah konteks situasi dan lingkungan di mana
tuturan itu terjadi. Kajian ilmu pragmatik sangat dipengaruhi oleh konteksnya.
Sebagai cabang ilmu linguistik, pragmatik sangatlah penting dalam kajian ilmu
kebahasaan.
George (1964) dalam Rahardi (2003:12) telah menunjukkan bahwa ilmu
bahasa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa,
dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau
lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Terhadap tanda atau lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bahasa yang mencuat di sekelilingnya itu, manusia akan selalu akan bereaksi dengan
aneka kemungkinan sikap dan variasi tindakan atau perilakunya.
Kemudian Yule (2006:3-4) mengatakan bahwa pragmatik merupakan studi
tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar.
Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa
yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah
dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik melibatkan
penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks dan
bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Pragmatik
merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam situasi tertentu.
Cruse (2000:16) dalam Cummings (2007:2) memaparkan bahwa pragmatik
dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui
bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam
bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, tetapi yang juga muncul secara alamiah
dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvesional dengan
konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut.
Levinson (1977) dalam Sudaryanto (2010:118) memaparkan beberapa definisi
pragmatik antara lain: Pragmatics is the study of those relations between language
and context that are gramaticalized, or encoded in the structure of language
(Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang
digramatikalisasikan atau dikodekan di dalam struktur bahasa). Pragmatics is the
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
study of relations between language and context that a basic to an account of
language understanding (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan
konteks yang merupakan dasar bagi penjelasan tentang pemahaman bahasa).
Pragmatics is study of the ability of language users to pair sentences with thw context
in which they whould be appropriate (Pragmatik adalah kajian ihwal kemampuan
pengguna bahwa bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga
kalimat itu patut atau tepat diujarkan.
2.2.2 Konteks
Istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai
salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa. Situasi itu dapat
formal dan informal. Kata konteks lebih luas jangkauannya. Konteks itu mencakup
pengertian situasi tetapi ditambah dengan pengertian lain. Konteks dari sebuah kata
atau bicara dapat meliputi seluruh latar belakang sosial dari masyarakat bahasa itu.
Bila kita membaca kata-kata tertentu dalam sebuah buku, kadang-kadang kita kurang
kurang memahami kata itu tanpa memahami isi buku itu secara keseluruhan. Dapat
dikatakan bahwa konteks daripada kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata yang
digunakan dalam buku itu. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, kedua-
duanya dapat mempengaruhi arti bahasa. (Anwar, 1984: 44-45)
Cumming (2005:5) mengatakan bahwa kita tidak dapat mendapatkan definisi
pragmatik yang lengkap bila konteksnya tidak disebutkan. Gagasan tentang konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya
suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik, sosial dan epistemis. Meskipun
peran konteks dalam bahasa sudah lama diketahui, akan tetapi baru sekaranglah
kontribusi faktor-faktor konteks terhadap proses argumentasi diselidiki secara serius
oleh para ahli pragmatik.
Rahardi (2003:20) mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan
sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang
diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur,
serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si
penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur.
Konteks sangat penting dalam memahami suatu tuturan, ia tidak menelaah
struktur bahasa secara internal melainkan secara eksternal. Konteks itu bisa berupa
bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa itu.Istilah
konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu
petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa (Anwar, 1984: 44). Gumperz
dan Hymes (dalam FX Nadar, 2009:7) menyatakan bahwa aspek tutur ada delapan
yang dapat dibuat akronim menjadi SPEAKING yaitu settings, participants, ends, act
of sequence, keys, instrumentalities, norms, dangenres (tempat, peserta tutur, tujuan
tuturan, urutan tuturan, cara, media, norma yang berlaku, dan genre).
• Settings adalah tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya
kondisi psikologis dan cultural yang menyangkut pertuturan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
• Participant menyangkut peserta tutur.
• Ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur.
• Acts of sequence menunujuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan
maupun tertulis.
• Key menunujukkan cara dari pertuturan yang dilangsungkan.
• Instrumentalities menunjukkan penggunaan kaidah berbahasa dalam
pertuturan.
• Norms adalah norma atau tuturan dalam berinteraksi.
• Genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan
sebagainya.
Leech (1983) dalam Sudaryanto (2010:119) menjelaskan konteks sebagai
salah satu komponen dalam situasi tutur. Menurut Leech, konteks didefinisikan
sebagai aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah
tuturan. Leech menambahkan dalam definisinya tentang konteks yaitu sebagai suatu
pengetahuan latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur, dan konteks ini membantu petutur manfsirkan atau menginterpretasikan
maksud tuturan penutur.
Yule (1996) dalam Sudaryanto (2010:120) membahas konteks dalam
kaitannya dengaan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi referen-referen
yang bergantung pada satu atau lebih pemahaman orang itu terhadap ekspresi yang
diacu. Berkaitan dengan penjelasan tersebut. Yule membedakan konteks dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
koteks. Konteks ia definisikan sebagai lingkungan fisik dimana sebuah kata
dipergunakan.
Cutting (2008) dalam Sudaryanto (2010:122) menjelaskan konteks adalah
pengetahuan ihwal dunia fisik dan sosial serta faktor-faktor sosio-psikologis yang
memengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan waktu dan tempat di dalam kata-
kata yang dituturkan atau dituliskan. Konteks merupakan pengetahuan yang dimiliki
bersama penutur dan petutur. Cutting membagi konteks menjadi tiga macam, yaitu
konteks situasional, konteks pengetahuan latar, dan koteks. Konteks situasional
berkaitan dengan situasi tempat interaksi tuturan, apakah penutur mengetahui ihwal
apa yang dapat mereka lihat di sekelilingnya. Konteks pengetahuan latar berkaitan
dengan apakah penutur dan petutur saling mengetahui ihwal budaya dan
interpersonal.
2.2.3 Fenomena-fenomena Pragmatik
Dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah
disepakati, yaitu (1) deiksis, (2) praanggapan (presupposition), (3) implikatur
percakapan (conversational implicature), dan (4) tindak ujaran (speech acts), (Purwo,
1990:17).
2.2.3.1 Deiksis
Menurut Yule (2006: 13) deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani)
untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Salah satu hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti ‘penunjukkan’ melalui
bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukkan’ disebut
ungkapan deiksis.
Yule (2006:13-15) membagi deiksis menjadi tiga, yaitu deiksis persona (kata
ganti orang pertama ‘saya’, orang kedua ‘kamu’, dan orang ketiga ‘dia laki-laki’, ‘dia
perempuan’, atau ‘dia barang/ sesuatu’), deiksis tempat (‘di sini’ dan ‘di sana’), dan
deiksis waktu (‘pekan depan, ‘pekan yang lalu’, ‘pekan ini’, ‘kemarin’, ‘hari ini’,
‘nanti malam’, ‘sekarang’, dan ‘kemudian’).
Purwo (1990:17) menjelaskan bahwa kata seperti saya, sini, sekarang adalah
kata-kata yang deiktis. Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda
halnya dengan kata rumah, kertas, kursi, di tempat manapun, pada waktu kapan pun,
referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang
barukah dapat diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata
itu diucapkan.
Kushartanti (2005:111) menjelaskan bahwa deiksis adalah cara merujuk pada
suatu hal yang berkaitan dengan erat dengan konteks penutur. Dengan demikian, ada
rujukan yang berasal dari penutur, dekat dengan penutur, dan jauh dari penutur. Ada
tiga jenis deiksis, yaitu deiksis ruang, deiksis persona, dan deiksis waktu.
2.2.3.2 Praangaapan
Sebuah tuturan dapat dikatakan praanggapan tuturan yang lain apabila
ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang
berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali. Mempraanggapkan adanya
seseorang mahasiswa yang berparas sangat cantik. Apabila pada kenyataannya
memang ada seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik di kelas itu, tuturan di
atas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di dalam kelas itu tidak ada
seorang mahasiswa yang berparas cantik, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan
benar atau salahnya. (Rahardi, 2005: 42) periksa di dalam Wijana (1996) dan
Kaswanti Purwo (1990).
Preposisi merupakan kajian dalam lingkup semantik, namun dalam
perkembangannya para linguis cenderung berpendapat bahwa kajian preposisi dalam
lingkup semantik saja tidak dapat memuaskan mereka, sehingga kajian presuposisi
bergeser ke wilayah pragmatik (Nadar, 2009:63). Levinson dalam Nadar (2006:64-
65) menyatakan bahwa preposisi pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang
sangat sensitif terhadap faktor-faktor konteks, dan membedakan terminologi preposisi
menjadi dua macam. Pertama, kata “presuposisi” sebagai terminologi umum dalam
penggunaan bahasa inggris sehari-hari, serta kata “presuposisi” sebagai terminologi
teknis dalam kajian pragmatik. Di bandingkan dengan luasnya makna preposisi secara
umum dalam penggunaan sehari-hari, makna preposisi dalam pragmatik relatif lebih
sempit. Preposisi dapat dijelaskan sebagai berbagai inferensi atau asumsi pragmatik
yang nampaknya dibangun menjadi ungkapan linguistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.2.3.3 Implikatur
Di dalam pertuturan yang sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara
lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar
belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan
mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis bahwa apa yang
sedang dipertuturkan itu saling dimengerti. Grice (1975) di dalam artikelnya yang
berjudul “Logic and Conversation” menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat
mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut.
Proposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut dengan implikatur percakapan.
Tuturan yang berbunyi Bapak datang, jangan menangis! Tidak semata-mata
dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari tempat
tertentu. Si penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa sang ayah yang
bersikap keras dan sangat kejam itu akan melakukan sesutau terhadapnya apabila ia
masih terus menangis. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa
sang ayah adalah orang yang keras dan sangat kejam dan sering marah-marah pada
anaknya yang sedang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang
sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan itu bersifat tidak mutlak.
Inferensi maksud tuturan itu harus didasarkan pada konteks situasi tutur yang
mewadahi munculnya tuturan tersebut. (Rahardi, 2005: 42-43), periksa Bambang
Kaswanti (1990) dan Wijana (1996).
Menurut Levinson (183) dalam Hamid Hasan (2011:73), ada empat faedah
konsep implikatur, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
a) Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan
yang tak terjangkau oleh teori linguistic;
b) Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah
dari yang dimaksud si pemakai bahasa;
c) Dapat memberikan pemerian semantic yang sederhana tentang
hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama;
d) Dapat memerikan bebagai fakta yang secara lahiiah kelihatan tidak
berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora).
2.2.3.4 Tindak Ujaran
Tindak tutur diklasifikasikan menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu deklarasi,
presentatif, ekspresi, direktif, dan komisif (Yule, 2006: 92-94). Deklarasi adalah jenis
tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Contoh 1: Wasit: Anda ke luar!
Seperti contoh 1 menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus,
dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu
menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata.
Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini
penutur kasus atau bukan. Contoh 2: Bumi itu datar. Pernyataan suatu fakta,
penegasan, kesimpulan, dan pendeskrisian, seperti yang digambarkan dalam contoh 2,
merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur yang
menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur
mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tindak tutur selanjutnya yaitu ekspresif. Ekspresif adalah jenis tindak tutur
yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu
mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan
kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh
3: Sungguh, saya minta maaf. Seperti yang digambarkan dalam contoh 3, tindak tutur
mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi
semuanya menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif
penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya).
Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh
orang lain mengatakan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi
keinginan penutur. Tidak tutur ini meliputi; perintah, pemesanana, permohonan, dan
pemberian saran. Contoh 4: Jangan menyentuh itu! Seperti yang digambarkan dalam
contoh 4, bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu
menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat
pendengar).
Tindak tutur berikutnya ialah komisif. Komisif adalah jenis tindak tutur yang
dapat dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan
di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan
oleh penutur. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur.
Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Contoh 5: Kami
tidak akan melakukan itu. Seperti ditunjukkan dalam contoh 5, dapat ditampilkan
sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota kelompok. Pada waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-
kata (lewat penutur).
Dengan mendasarkan gagasan pendahulunya, yakni Austin (1962), John R.
Searle (1969) dalam buku Speech Acts: An Essay in The Philisophy of Language
menyatakan bahwa pada praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat
tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur atau speech acts itu secara
berturut-turut dapat disebutkan seperti berikut ini: (1) tindak lokusioner (locutionary
acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusioner
(perlocutionary acts).
1. Tindak Lokusioner (locutionary acts)
Tindak tutur lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan
kalimat, sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat
itu sendiri. Adapun tindak tutur lokusioner itu dapat dinyatakan dengan
ungkapan the act of saying something. Di dalam tindak lokusioner itu sama
sekali tidak dipermasalhkan dalam ihwal maksud tuturan yang idsampaikan
oleh penutur. Jadi sekali lagi perlu dikatakan bahwa tindak tutur lokusioner itu
adalah tindak menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penutur.
2. Tindak Ilokusioner (illocutionary acts)
Tindak ilokusioner ini merupakan tindak melakukan sesuatu dengan
maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya.
Tindak tutur ilokusioner dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Inggris, the act of doing something. Jadi, ada semacam daya atau force di
dalamnya yang dicuatkan oleh makna dari sebuah tuturan.
3. Tindak perlokusioner (perlocutionary acts)
Tindak perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan pengaruh
kepada sang mitra tutur oleh penutur. Tindak perlokusioner dapat dinyatakan
dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of affecting someone. (cf.
Wijana, 1996); Rahardi, 2004;, dan Rahardi; 2006). Rahardi, 2009:17.
2.2.4 Basa-basi sebagai Fenomena Pragmatik
Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004:16) menjelaskan bahwa ungkapan-
ungkapan yang digunakan dalam fatik atau yang dikenal dengan basa-basi, biasanya
sudah berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa, pamit, membicarakan cuaca, atau
menanyakan keadaan keluarga. Ungkapan-ungkapan yang digunakan tidak dapat
diartikan atau diterjemahkan secara harfiah. Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada
ungkapan seperti Apa kabar?, Bagaimana kabar keluarga di rumah?, Mau kemana
nih?, dan sebagainya. Oleh karena itu, penggunaan suatu bahasa tidak akan lepas dari
basa-basi, namun hanya berbeda kadar penggunaannya. Penggunaan paling besar
dalam percakapan yang bertujuan untuk memelihara komunikasi, dimana ungkapan
itu hanya uuntuk bersopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi.
Malinowski dalam tesis Arimi (1998) mengatakan basa-basi digunakan
sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata contrived , dibuat-buat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
atau yang tidak alamiah. Akan tetapi, istilah basa-basi justru mengacu pada
pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah (naturally occuring language) yang
meresap pada konteks sosial-budaya Indonesia. Malinowski mempertegas fungsi
basa-basi (phatic communion), untuk mengikat antara pembaca dan pendengar.
Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah merupakan alat pencerminan bahasa tetapi
sebagai modus tindakan (antarpenutur). Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut:
“ it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal
communion of these people. But this is in fact achieved by speech, and the situation in
all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which
form convivial gregariousness, by the give and take of utterances which make up
ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to
speaker sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as
isntrument of reflection but a mode of action. “
Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic
communion sebagai “a type of speech in which ties of union are created by a mere
exchange of word“. Phatic communion mempunyai fungsi sosial. Phatic communion
digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta
komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam
pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang
menyenangkan. Masyarakat modern melakukan ramah-tamah secara tulus (pure
sociabilities) dan bercakap-cakap dengan ringan (gossip) sama seperti suku primitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Menurut Malinowski phatic communion yang digunakan suku primitif dan
masyarakat modern berfungsi memantapkan ikatan personal diantara perserta
komunikasi semata-mata karena adanya kebutuhan akan kebersamaan, dan tidak
bertujuan mengomunikasikan ide. Malinowski dalam tesis Arimi mengatakan basa-
basi digunakan sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata
contrived , dibuat-buat atau yang tidak alamiah. Akan tetapi, istilah basa-basi justru
mengacu pada pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah (naturally occuring
language) yang meresap pada konteks sosial-budaya Indonesia. Malinowski
mempertegas fungsi basa-basi (phatic communion), untuk mengikat antara pembaca
dan pendengar. Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah merupakan alat pencerminan
bahasa tetapi sebagai modus tindakan (antarpenutur). Lengkapnya ia mengatakan
sebagai berikut:
“ it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal
communion of these people. But this is in fact achieved by speech, and the situation in
all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which
form convivial gregariousness, by the give and take of utterances which make up
ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to
speaker sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as
isntrument of reflection but a mode of action“.
Arimi (1998) dalam tesisnya membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam
masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-
ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul,
maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi
murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-
basi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang
berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak
sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi
dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Berikut ini contoh
pemakaian basa-basi murni dan basa-basi polar.
Contoh:
17. Pak Ahmad : Selamat pagi, pak.
Silakan mampir dulu?
Pak Andi : Selamat pagi juga, pak Ahmad.
Iya pak, terima kasih lain kali saja.
Pada dialog (17) konteksnya ketika Pak Andi sedang berjalan di depan rumah
Pak Ahmad dan Pak Ahmad sedang duduk-duduk di depan rumah. Tuturan tersebut
termasuk basa-basi karena digunakan ketika Pak Ahmad bertemu dengan Pak Andi.
Ungkapan “selamat pagi” dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang
menandai realitas siang dan ungkapan tersebut merupakan basa-basi murni.
Kemudian pada tuturan “silakan mampir dulu?” menunjukkan tuturan yang tidak
sebenarnya karena Pak Ahmad melihat Pak Andi sedang berjalan di depan rumahnya.
Tuturan “iya pak, terima kasih lain kali saja” menunjukkan tuturan yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
sebenarnya, karena tuturan Pak Andi bukan bersungguh-sungguh menyakinkan tuan
rumah bahwa dia akan mampir, melainkan hanya untuk sopan santun menolak untuk
mampir di rumah Pak Ahmad dan tuturan tersebut merupakan basa-basi polar.
Penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul Basa-basi dalam Berbahasa antar
Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam penelitian tersebut
terdapat tuturan yang termasuk acknowledgements adalah sebagai berikut:
a) Apologize (meminta maaf)
Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
penyesalan sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menyesal telah melakukan
kesalahan terhadap mitra tutur.
b) Condole (belasungkawa)
Condole (belasungkawa) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan rasa
simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur sehingga mitra tutur percaya
bahwa penutur bersimpati dengan mitra tutur yang mengalami musibah.
c) Congratulate (mengucapkan selamat)
Congratulate (mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan
kegembiraan karena adanya kabar baik sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur
senang dengan sesuatu yang diraih oleh mitra tutur.
d) Greet (memberi salam)
Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang
karena bertemu seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
e) Thanks (berterimakasih)
Thanks (berterimakasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih
karena mendapat bantuan sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur benar-benar
mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur.
f) Bid (meminta/mengundang)
Bid (meminta) yaitu fungsi tuturan untuk mengekpresikan harapan baik ketika
sesuatu yang berhubungan dengan masa depan sesorang akan terjadi sehingga mitra
tutur percaya bahwa penutur berharap dengan yang dilakukan mitra tutur akan baik
atau menyenangkan.
g) Accept (menerima)
Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-
basi dari mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menghargai dengan
apa yang dilakukan oleh mitra tutur.
h) Reject (menolak)
Reject (menolak) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi
dari mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur kurang menghargai apa
yang diharapkan oleh mitra tutur.
Komponen dan klasifikasi tindak tutur ilokusi komunikatif tersebut dapat
digunakan sebagai faktor pendukung dalam melakukan analisis basa-basi bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.2.5 Kerangka Berpikir
Basa-basi merupakan sebuah fenomena baru dalam studi pragmatik. Basa-basi
berbahasa muncul dari perkembangan pengguna bahasa yang digunakan untuk
memulai atau mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur dalam
kehidupan sehari-hari. Basa-basi berbahasa biasanya muncul di dalam masyarakat,
bahkan pada keluarga pendidik. Sekarang, dalam ranah keluarga pendidik, basa-basi
banyak digunakan untuk memperkokoh dan mempertahankan hubungan antar penutur
dan lawan tutur di ranah keluarga pendidik. Hal inilah yang menjadi fenomena baru
dalam studi pragmatik dan menjadi kajian dari penelitian ini, yaitu basa-basi
berbahasa dalam ranah keluarga pendidik, khususnya basa-basi dalam berbahasa
antaranggota keluarga pendidik di Desa junggul, Bandungan, Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan beberapa teori basa-basi serta teori-teori yang
mendukung untuk menguraikan tuturan basa-basi antarkeluarga pendidik. Pertama,
Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic
communion sebagai “a type of speech in which ties of union are created by a mere
exchange of word“.
Kedua, Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15) mendefinisikan
bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai ,
mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya
saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar
kawan bicara tetap memperhatikan. Menurut Jakobson (1980:81) dalam tesis Waridin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(2008:16), mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk
memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi untuk memastikan
berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau
menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Ketiga, Searle (1976 : 1-24)
mengatakanan bahwa jenis tindak tutur yang merupakan salah satu fenomena teori
pragmatik. Dalam fenomena tindak tutur, terdapat tiga bagian yaitu tindak tutur
lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Keempat, Geoffrey Leech
(1983: 8 ) menyatakan bahwa pragmatik adalah ilmu tentang maksud dalam
hubungannya dengan situasi-situasi (speech situation). Kelima, Anwar (1984:46)
menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk
sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya,
sehingga bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran,
untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk, merayu dan sebagainya.
Keenam, Arimi (1998: 95) secara praktis basa-basi didefinisikan sebagai fenomena
bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi secara sadar pula tidak
diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Ketujuh, Harimurti Kridalaksana
(1986:111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan
untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara
dan kawan bicara.
Berdasarkan teori basa-basi tersebut, data yang diperoleh dengan
menggunakan metode simak dan cakap ini dideskripsikan dan diinterpretasikan.
Metode simak adalah metode dengan menyimak pertutuan langsung maupun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
langsung di dalam ranah pendidikan. Metode cakap adalah metode penyediaan data
yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan. Penggunaan dua metode
pengambilan data tersebut, peneliti diharapkan dapat memperoleh data yang
memadai.
Tuturan sebagai data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
menggunakan metode dan teknik kontekstual. Metode dan teknik analisis kontekstual
ini artinya adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan dan
mengaitkan dengan konteks (Rahardi, 2009:36). Setelah proses analisis data selesai,
penelitian ini menghasilkan wujud basa-basi antara guru dan guru serta maksud basa-
basi antara guru dan guru dalam ranah pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Berikut ini adalah bagan dari kerangka berpikir yang sudah dipaparkan di atas:
FENOMENA BASA-BASI DALAM KAJIAN PRAGMATIK
TEORI BASA-BASI
MALINOWSKI (1923)
JAKOBSON (1980)
LEECH (1983)
KRIDALAK-SANA (1986) ANWAR
(1984)
ARIMI (1998)
HASIL PENELITIAN
WUJUD BASA-BASI DALAM RANAH KELUARGA
PENDIDIK
MAKSUD BASA-BASI DALAM RANAH KELUARGA
PENDIDIK
SEARLE (1969)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Bab III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang
berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) subjek
penelitian (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrument penelitian, (5)
metode dan teknik analisis data, (6) sajian analisis data dan (7) triangulasi.
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini termasuk
dalam penelitian kualitatif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan data-
data tuturan antara orang tua dan anak di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah,
yang mencerminkan fenomena basa-basi.
Hal ini berdasarkan definisi Arikunto (2009:234) mengenai penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada
saat penelitian dilakukan (Arikunto,2009:234). Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik, dan dengan cara deskripsi (dalam bentuk kata-kata dan bahasa), pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(Moleong, 2006:6). Sejalan dengan definisi tersebut, dalam penelitian ini peneliti
berusaha untuk memahami tuturan basa-basi yang dituturkan oleh subjek penelitian,
kemudian mengkonfirmasikan maksud tuturan tersebut dan mendeskripsikannya
secara jelas dan apa adanya.
Penelitian Basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di desa
junggul, bandungan, jawa tengah. Ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif,
karena penelitian ini berisi gambaran basa-basi antaranggota keluarga pendidik yang
diperoleh langsung di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Dalam penelitian ini,
peneliti mencoba memahami fenomena basa-basi yang digunakan oleh penutur
maupun mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh sebab itulah,
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap
penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi.
Subjek penelitian ini adalah Keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan,
Jawa Tengah. Hal itu dikarenakan di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah dirasa,
dapat mewakili tuturan basa-basi dari berbagai status sosial. Latar belakang budaya
antar keluarga pendidik tersebut juga dapat menjadikan penelitian ini semakin baik
karena dapat mengakomodasi bentuk-bentuk basa-basi berbahasa yang mewakili
berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan suatu
penelitian dengan judul “Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga
Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.2 Data dan Sumber Data
Data dan sumber data penelitian ini adalah keluarga pendidik di Desa
Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Hal itu dikarenakan di Desa Junggul, Bandungan,
Jawa Tengah dirasa dapat mewakili tuturan basa-basi dari beberapa keluarga
pendidik. Latar belakang budaya antarkeluarga pendidik yang berbeda-beda tersebut
juga dapat menjadikan penelitian ini semakin baik. Dalam penelitian ini, data yang
ditemukan oleh peneliti menggunakan bahasa Jawa yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia oleh peneliti. Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan suatu
penelitian dengan judul Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga
Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah.
3.3 Metode pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Peneliti berusaha
menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan secara apa adanya.
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan menguji hipotesis tertentu.Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi
pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
Penelitian deskriptif ini menjadi dasar untuk menguraikan basa-basi berbahasa karena
peneliti akan menguraikan peritiwa tutur antaranggota keluarga pendidik di Desa
Junggul, Bandungan, Jawa Tengah.
Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode simak dan
metode cakap. Mahsun (2005:92) mengungkapkan, metode simak adalah cara yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa, dimana
dalam penelitian ini peneliti menyimak keluarga pendidik dalam mengucapkan
sebuah tuturan. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap.
Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada
hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Artinya dalam upaya
mendapatkan data, peneliti melakukannya dengan menyadap penggunaan bahasa
keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan yang menjadi informan. Dalam
praktik teknik sadap diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat
cakap, simak bebas libat cakap, catat, dan teknik rekam. Teknik simak libat cakap
maksudnya si peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil
menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Peneliti
dalam penelitian ini menggunakan teknik sadap diikuti dengan teknik lanjutan yang
berupa teknik catat.
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode cakap. Metode cakap
ialah cara penyediaan data yang berupa percakapan antara peneliti dengan informan
(Mahsun, 2005:95). Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing,
karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya
dimunculkan jika peneliti memberi stimulasi (pancingan) pada informan untuk
mengetahui maksud kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti.Teknik dasar tersebut
dijabarkan dalam teknik lanjutan, yaitu teknik cakap lanjutan cakap semuka.
Pada pelaksanaan teknik cakap semuka peneliti langsung melakukan
percakapan dengan penggunaan bahasa sebagai informan dengan bersumber pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pancingan yang sudah disiapkan (berupa daftar tanya) atau spontanitas, maksudnya
pencingan dapat muncul ditengah-tengah percakapan. Dalam mengaplikasikan teknik
ini, peneliti memberikan stimulus pada guru dan guru (informan) sesuai dengan
konteks yang mendukung untuk memperoleh sebuah data tuturan basa-basi.Teknik ini
dapat dilengkapi dengan pencatatan atau perekaman.
3.4 Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode
analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam
menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan
diklasifikasikan.Metode analisis kontekstual ini dapat disejajarkan dengan metode
analisis padan.Metode padan itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode padan
yang sifatnya intralingual dan metode padan yang sifatnya ekstralingual (cf. Mahsun,
2005 melalui Rahardi 2009: 36).
Metode analisis data secara linguistik menggunakan metode padan
intralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur
yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa
bahasa yang berbeda (Mahsun, 2005: 118). Teknik yang digunakan adalah teknik
dasar hubung banding yang bersifat lingual.Dalam menerapkan teknik intralingual
ini, peneliti menggunakan partikel fatis menurut Harimurti Kridalaksana (1986) untuk
menganalisis tuturan basa-basi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Metode analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan
ekstralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur
yang bersifat ekstralingual, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi,
konteks tuturan, dan lain-lain. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar teknik
hubung banding yang bersifat ekstralingual.
Seiddel dalam buku Arikunto (2009) analisis data kualitatif prosesnya
berjalan sebagai berikut:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat iktisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-
temuan umum.
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1. Peneliti mengumpulkan tuturan yang termasuk ke dalam basa-basi berbahasa.
2. Peneliti mentranskrip tuturan yang telah didapatkan.
3. Peneliti membuat triangulasi dan mengkonfirmasikan pada ahli.
4. Peneliti mendeskripsikan data dan melakukan pembahasan secara pragmatik
dan linguistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
5. Peneliti menyimpulkan hasil pembahasan ke dalam teori basa-basi dalam
kajian pragmatik.
3.5 Trianggulasi
Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di desa
junggul, bandungan, jawa tengahmenggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa
keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexy J. Moleong
(1989:195), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini, peneliti membuat trianggulasi
dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan
hasil temuan.Trianggulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan
yang memanfaatkan peneliti atau pakar dalam penelitian basa-basi untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data.Pemanfaatan pengamat lainnya
membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data.Peneliti lainnya yang
melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini ialahDr. Y. Karmin. M. Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian (1) deskripsi data dan (2) pembahasan. Deskripsi data
berupa tuturan lisan antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan,
Jawa Tengah. Pada bagian pembahasan berisi uraian atau bahasan dari data yang
telah dideskripsikan ada bagian deskripsi data. Kedua hal tersebut akan dipaparkan
sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Data
Data tuturan yang di dalamnya terkandung basa-basi dalam penelitian ini
seluruhnya berjumlah 42 tuturan. Keempat puluh dua tuturan yang mengandung basa-
basi itu diperoleh dari perbincangan antaranggota keluarga dalam lingkup keluarga
pendidik. Data dikumpulkan mulai pertengahan April hingga awal Mei 2015 dengan
cara mencatat tuturan langsung dan kuisioner. Data yang telah dikumpulkan
selanjutnya diklasifikasikan menurut basa-basinya yakni, basa-basi dalam kategori
salam 5 tuturan, terima kasih 6 tuturan, meminta/ mengundang 10 tuturan, menolak 7
tuturan, menerima 7 tuturan, menyatakan maaf 3 tuturan, simpati/ empati - tuturan,
dan selamat 4 tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4.1.1 Salam
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
salam (greeting). Subkategori fatis acknowledgment salam (greeting) terdapat 2
tuturan. Kode (A) digunakan untuk menunjuk tuturan subkategori memberi salam.
Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan A1
P: Selamat pagi, Bapak mangkat sik ya!
(Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!)
MT: Ya Pak, ati-ati!
(Ya Pak, hati-hati)
Tuturan A2
P: Kulanuwun, kula pun mantuk nggih!
(Permisi, saya sudah pulang ya!)
MT: Oh iyo le, leren sik!
(Oh iya le, istirahat dulu!)
Tuturan A3
P: Ibu, Bapak wis kondur ya!
(Ibu, Bapak sudah pulang ya!)
MT: Oh,iya, Pak!
Tuturan A4
P: Bapak mangkat sik ya!
(Bapak berangkat dulu ya!)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
MT: Ya Pak, ati-ati!
(Ya Pak, hati-hati!)
Tuturan A5
P: Pak, aku meh metu, arep nitip apa?
(Pak, aku mau keluar, mau titip apa?)
MT: Nitip foto kopi sisan Nok ya!
(Nitip foto kopi sekalian Nakya!)
4.1.2 Terima Kasih
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
terima kasih. Subkategori fatis acknowledgment terima kasih terdapat 8 tuturan. Kode
(B) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori terima kasih.Contoh
tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan B1
P: Do, Aldo… Bapak nggawa panganan iki. Aldo purun boten?
(Do, Aldo… Bapak bawa makanan ini. Aldo mau atau tidak?)
MT: Mau Pak…
P: *Sambil memberikan bingkisan kepada Aldo* Matur apa hayo?
(Bilang apa hayo?)
MT: Matur nuwun Bapak, *sambil berlari membawa makanan dari Bapak
Tuturan B2
P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seka murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid) MT: Ya ampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(Ya ampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gawa mulih” (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iya,ta. Makasih lho! (woalah, iyakah? Makasih lho!)
Tuturan B3
P: Le, mau esuk Ibu masak sego goreng, kowe wes maem?
(Nak,tadi pagi Ibu masak nasi goreng, kamu sudah makan?)
MT: Uwis Bu.
(Sudah Bu.)
P: Lho, kok ora matur apa-apa, karo Ibu?
(Lho kok tidak bilang apa-apa sama ibu?)
MT: Oh iya, nuwun Bu, sego gorenge enak.
(Oh iya, terima kasih Ibu, nasi gorengnya enak)
Tuturan B4
P: Nok, suwun lho Ibu wis didamelke teh.
(Nak, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.)
MT: Tapi ora kelegen ta Bu?
(Tapi tidak kemanisan kan Bu?)
Tuturan B5
P: Ris, mbok bapak ditulungi
(Ris,tolong bantu bapak)
MT: Ya
(Ya)
P: Nah mbok ngono, nek dijaluki tulung langsung menyat!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
(Gitu dong, kalau diminta tolongi langsung datang!)
Tuturan B6
P: Tan, tulung jupukna teh-e bapak nang mburi kae!
(Tan, tulung ambilkan teh bapak di belakang itu!)
MT: Ya pak
(Ya pak)
P: Suwun ya Nok
(Terima kasih ya Nak)
4.1.3 Meminta/Mengundang
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 9 tuturan. Kode (C)
digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan
tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan C1
P: Alga, dina iki nang gereja lho, mengko latihan koor karo Bapak.
(Alga, hari ini ke gereja lho, nanti latihan koor dengan Bapak.)
MT: Ya Pak, dilit neh tak adus.
(Iya Pak, sebentar lagi saya mandi.)
Tuturan C2
P: Ayo Pak, wis jam pira iki, lek adus, jarene arep nang gereja?
(Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?)
MT: Iya kosik sedilit neh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(Iya sebentar lagi.)
Tuturan C3
P: Le, mengko ki ana ngaji lho nang nggone Pak Imam.
(Nak, nanti itu ada ngaji lho di tempat Pak Imam.)
MT: Iyo Bu, mengko aku mangkat kok, wis dikandani Agil.
(Iya Bu, nanti aku berangkat kok, sudah diberitahu Agil.)
Tuturan C4
P: Nis, mbok kae adine digoleki sik, wis sore iki, kok durung mulih-mulih. (Nis, tolong adiknya dicari dulu, ini sudah sore, kok belum pulang juga.)
MT: Ya Bu, bar iki, nek iklan.
(Ya Bu, setelah ini, kalau iklan.)
Tuturan C5
P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan?
(Ayo Nak, katanya mau beli jajan?)
MT: (Lari menghampiri penutur)
Tuturan C6
P: “Ga, Alga… Wis awan iki, meh tangi jam piro?”
(Ga, Alga… Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa?”
MT: “Iyo Pak, iki lagi ngeempit kemul”.
(Iya Pak, ini baru melipat selimut)
P: “Ayo cepet, iki Senin lho, ana upacara!”
(Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!)
Tuturan C7
P: “Bu, ngko sore lunga apa ora ?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(Bu, nanti sore pergi atau tidak?)
MT: “Ora kok ketoke, ngapa Sar?”
(Tidak kok sepertinya, kenapa Sar?)
P: “Mengko nang gereja berarti Bu ya”
(Nanti ke gereja berarti Bu ya)
Tuturan C8
P:“Nok, ora njaluk sangu?”
(Nak, tidak minta uang saku?)
MT: “Ya njaluk Pak, kan ngenteni Bapak. Hehe”
(Ya minta Pak, kan nungguin Bapak)
P: “Iki sangune”
(Ini uang sakunya)
MT: (Menerima uang yang diberikan sambil tersenyum)
P: “Tapi mengko Bapak diajari ngetik lho!”
(Tapi nanti Bapak diajarkan ngetik lho!)
Tuturan C9
P: Le, lampune nang ngarep kae wis urip?
MT: Durung Pak.
(Belum Pak)
P: Tulung diuripke lampune, mengko peteng.
(Tolong dihidupkan lampunya, nanti gelap)
Tuturan C10
P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?)
MT: Ora kok Pak.
(Tidak kok Pak)
P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ana rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi)
MT: Oh iya Pak
4.1.4 Menolak
Tuturan di bawah ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
menolak. Subkategori fatis acknowledgment menolak terdapat 7 tuturan. Kode (D)
digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menolak. Contoh tuturan
tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan D1
P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anakke Pak Agus apa ora?
(Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anaknya Pak Agus atau tidak?)
MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu.
(Duh, Pak, saya dinas siang besok Minggu.)
Tuturan D2
P: Sar, Sari… Ayo maem!
(Sar, Sari… ayo makan)
MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg.
(Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.)
Tuturan D3
P: Pak, mengko ra teka sanja nang nggone Mas Dedy?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
(Pak, nanti tidak datang sonjo di tempatnya Mas Dedy?)
MT: Ora sik ah Bu, kesel aku.
(Tidak dulu ah Bu, aku capek.)
Tuturan D4
P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip ya? Mbok tulung iki.
(Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.)
MT: Kae lho ana Bapak.
(Itu lho ada Bapak.)
Tuturan D5
P: Le, kene bapak ndelok biji ulangane wingi
(Nak, sini bapak lihat nilai ulangannya kemarin)
MT: Sik ah Pak, lagi nggarap PR ki!
(Nanti ah Pak, sedang mengerjakan PR!)
Tuturan D6
P: Le, mbok tulung aku terke nang pasar sedilit.
(Le, tolong antarkan ke pasar sebentar)
MT: Sik ah!
(Sebentar ah!)
Tuturan D7
P: Tan, tulung Ibu dipethuk, Ibu bar sembayangan nang nggone mbah Nah!
(Tan, tolong Ibu dijemput, Ibu tadi sembayangan di tempat mbah Nah!)
MT: Mbok Mas Pandu wae to Pak!
(Mas Pandu saja Pak!)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4.1.5 Menerima
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 5 tuturan. Kode (E)
digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan
tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan E1
P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki.
(Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.)
MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang.
(Ya Bu, pagi saja ya, biar bisa lama renangnya.)
Tuturan E2
P: Sar, dadakan iki, mumpung kowe bali, kowe ngko ngewangi tugas koor gelem apa ora?
(Sar, ini dadakan, mumpung kamu pulang, kamu nanti tugas koor mau apa tidak?)
MT: Nggone dewe to le tugas Bu? Yo ngkolah tak melu.
(Tempat kita yang tugas Bu? Ya nantilah aku ikut)
Tuturan E3
P: Le, iki Ibu nggawa bakso, gelem apa ora?
(Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?)
MT: Gelem Bu
(Mau Bu.)
P: Ya rene.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
(Ya sini.)
Tuturan E4
P: Bu, iki mau entuk undangan.
(Bu, ini tadi dapat undangan.)
MT: Oh iya, mau Bapak wis ngomong Nis.
(Oh iya, tadi Bapak sudah bilang Nis.)
Tuturan E5
P: Ga, mbok nonton TV-ne ditinggal sik, Ibu diewangi disik kae.
(Ga, nonton TV-nya nanti lagi, Ibu dibantu dulu itu)
MT: Oh iya Pak.
(Oh iya Pak)
Tuturan E6
P: Le, sesuk prei ora nang ngendi-ngendi to?
(Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?)
MT: Ora kok Pak.
(Tidak kok Pak)
P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi.
(Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi)
MT: Oh iya Pak
Tuturan E7
P: Pak, Alga mengko bali sore ya.
(Pak, Alga nanti pulang sore ya)
MT: Loh, ana kegiatan apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(Loh, ada kegiatan apa?
P: Mengko meh nang kerja kelompok Pak, nang sekolahan.
(Nanti mau kerja kelompok Pak, di sekolahan)
4.1.6 Meminta Maaf
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan.
Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf.
Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan F1
P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak teles kae.
(Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.)
MT: Lah ya wis, diangin-anginke sik wae, ngko kan ya garing.
(Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.)
Tuturan F2
P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon.
(Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.)
MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi disik kok.
(Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tuturan F3
P: Bu, la klambiku ndak wes dijipukke?
(Bu, apa bajuku sudah diambilkan?)
MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku.
(Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.)
4.1.7 Selamat
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat
terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi
subkategori mengucapkan selamat. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan G1
P: Bu, lumayan lho aku wes iso ngelesi murid meneh.
(Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi)
MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet yo Sar, muga-muga tambah lancar.
(Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.)
Tuturan G2
P: Bu, lumayan lho aku wis isa ngelesi murid meneh.
(Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi)
MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar.
(Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.)
Tuturan G3
P: La kowe ki ngetung dhuite sapa Le?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?)
MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok
(Ya uangku Bu, Aku kan nabung)
P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe.
(Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.)
Tuturan G4
P: Le, piye? Wis ana kabar seka sekolahan durung?
(Nak, bagaimana? Sudah ada kabar dari sekolah belum?)
MT: Oh iya Pak, Puji Tuhan aku ketampa kok.
(Oh iya Pak, puji Tuhan aku diterima kok.)
P: Wah, selamet ya le, muga-muga lancar.
(Wah, selamat ya Nak, semoga lancar)
4.2 Analisis Data
Di dalam subbab analisis data ini akan dibicarakan dua hal, yakni (1) wujud
basa-basi dan (2) maksud basa-basi. Urutan pembahasan tersebut sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah disampaikan pada bagian
pendahuluan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode
analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam
menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan
diklasifikasikan. Metode analisis kontekstual ini dapat disejajarkan dengan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
analisis padan. Metode padan itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode padan
yang sifatnya intralingual dan metode padan yang sifatnya ekstralingual (cf. Mahsun,
2005 melalui Rahardi 2009: 36).
Metode analisis data secara linguistik menggunakan metode padan
intralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur
yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa
bahasa yang berbeda (Mahsun, 2005: 118). Teknik yang digunakan adalah teknik
dasar hubung banding yang bersifat lingual.
Metode analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan
ekstralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur
yang bersifat ekstralingual, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi,
konteks tuturan, dan lain-lain. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar teknik
hubung banding yang bersifat ekstralingual.
4.2.1 Salam
Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgement. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah beberapa
analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan A1 P: Selamat pagi, bapak mangkat sik ya!
(Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
MT: Ya pak, ati-ati! (Ya pak, hati-hati) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan A1 menggunakan dua bahasa, yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan kepada mitra tutur. Makna pada tuturan A1: Penutur memberi salam dan berpamitan kepada mitra tutur. Informasi: Penutur memberikan salam kepada mitra tutur dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
Tuturan A2
P: Kula nuwun, kula pun mantuk!
(Permisi, saya sudah pulang!)
MT: Oh iyo le, leren sik! (Oh iya nak,istirahat dulu!) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan A2 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tamu pada siang hari, saat penutur pulang dari sekolahan. Penutur seorang guru SDN Jubelan 1, Kecamatan Sumowono, berusia 26 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah ibu dari penutur. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah sampai rumah, yang ditandai dengan kata kula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
nuwun.Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai dan kondusif.
Makna pada tuturan A2: PAda saat pulang sekolah, penutur memberi salam kepada mitra tutur. Informasi: Penutur memberikan salam kepada mitra tutur dan memberitahukan bahwa penutur sudah pulang.
Tuturan A3 P: Ibu, Bapak wis kondur ya!
(Ibu, Bapak sudah pulang ya!)
MT: Oh iya Pak! Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan A3 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Tuturan terjadi pada saat penutur pulang dari sekolah. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur bermaksud menyapa istri ketika penutur sudah pulang dari sekolah dengan menyatakan Ibu, Bapak sudah pulang ya! Makna pada tuturan A3: Pada siang hari saat pulang sekolah, penutur memberitahu mitra tutur. Informasi: Penutur memberikan salam kepada mitra tutur dan memberitahukan bahwa penutur sudah pulang.
4.2.2 Terima kasih
Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah
beberapa analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan B2
P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seko murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid) MT: Yaampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar (Yaampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gowo mulih (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iya to. Makasih lho! (Woalah, iyakah? Makasih lho!)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan B2 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu dari Penutur. Suasana ketika terjadi tuturan santa dan kondusif. Mitra tutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur, yang ditandai dengan kata makasih lho! Makna pada tuturan B2: Pada siang hari saat pulang sekolah, penutur memberikan oleh-oleh untuk mitra tutur. Informasi: Penutur memberikan memberikan oleh-oleh kepada mitra tutur yang didapat dari salah satu murid di sekolahannya.
Tuturan B4 P: Nok, suwun lho Ibu wes didamelke teh.
(Nak, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
MT: Tapi ora kelegen to Bu?
(Tapi tidak kemanisan kan Bu?)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan B4 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur yang ditandai dengan kata Nok, terima kasih lho! Makna pada tuturan B2: Pada sore hari, penutur berterimakasih kepada mitra tutur. Informasi: Penutur berterimakasih kepada mitra tutur karena telah membuatkan teh.
Tuturan B6 P: Tan, tulung jupukna teh-e bapak nang mburi kae!
(Tan, tulung ambilkan teh bapak di belakang itu!)
MT: Ya pak
(Ya pak)
P: Suwun ya Nok
(Terima kasih ya Nak)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan B6 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur. Makna pada tuturan B6: Pada malam hari, penutur berterimakasih kepada mitra tutur. Informasi: Penutur berterimakasih kepada mitra tutur karena telah mengambil teh.
4.2.3 Meminta/Mengundang
Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgment.Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah
beberapa analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan C2 P: Ayo Pak, wis jam pira iki, lek adus, jarene arep nang gereja?
(Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?)
MT: Iya kosik sedilit neh.
(Iya, sebentar lagi)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan C2 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur adalah seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ayah penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi ke gereja. Makna pada tuturan B6: Pada siang hari, penutur mengingatkan mitra tutur. Informasi: Penutur mengingatkan mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tuturan C5 P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT:”Lari menghampiri penutur”
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan C5 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan. Makna pada tuturan C5: Pada sore hari, penutur mengundang mitra tutur. Informasi: Penutur mengingatkan mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja.
Tuturan C6
P: “Ga, Alga… Wis awan iki, meh tangi jam pira?”
(Ga, Alga… Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa?”
MT: “Iya Pak, iki lagi ngelempit kemul”.
(Iya Pak, ini baru melipat selimut)
P: “Ayo cepet, iki Senin lho, ana upacara!”
(Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan C6 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya menggunakan bahasa Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana 1 Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi agak tergesa-gesa. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah. Makna pada tuturan C6: Pada pagi hari, penutur mengundang mitra tutur. Informasi: Penutur mengundang mitra tutur agar segera bersiap ke sekolah, karena pada hari Senin di sekolah diadakan upacaa bendera.
4.2.4 Menerima
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 5 tuturan. Kode (D)
digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Beberapa
tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan D1 P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anake Pak Agus apa ora?
(Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anak Pak Agus atau tidak?)
MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu.
(Duh Pak, saya dinas siang besok Minggu.)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan D1 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya menggunakan bahasa Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Ekstralingual
Konteks tuturan:tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana tuturan yang sedang terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur. Makna pada tuturan D1: Pada sore hari, mitra tutur menolak ajakan penutur. Informasi: Penutur mengajak mitra tutur untuk datang ke acara pernikahan rekan penutur, tetapi mitra tutur menolak dikarenakan mendapatkan dinas siang di tempat kerja.
Tuturan D2 P: Sar, Sari… Ayo maem!
(Sar, Sari… ayo makan)
MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg.
(Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan D2 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur adalah ibu mitra tutur yang berusia 49 tahun. Mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang Semarang., berusia 29 tahun, perempuan. Suasana tuturan yang terjadi ketika itu dalam situasi santai. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg. Makna pada tuturan D2: Pada malam hari, mitra tutur menolak ajakan penutur. Informasi: Penutur mengajak mitra tutur untuk makan malam, tetapi mitra tutur menolak ajakan penutur karena mitra tutur merasa masih kenyang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tuturan D4 P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip yo? Mbok tulung iki.
(Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.)
MT: Kae lho ana Bapak.
(Itu lho ada Bapak.)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan D4 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Negeri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki perutur yang berusia 11 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan tidak langsung dan melemparkannya kepada orang lain, ditandai dengan kalimat kae lho ana Bapak. Makna pada tuturan D4: Pada sore hari, mitra tutur menolak permintaan penutur. Informasi: Penutur memanggil mitra tutur untuk menghidupkan televisi, tetapi mitra tutur menolak permintaan mitra tutur.
4.2.5 Meminta/Mengundang
Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgment.Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah
beberapa analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan E1 P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki.
(Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.)
MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(Ya Bu, pagi saja ya, biar lama renangnya.)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan E1 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresia Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu. Makna pada tuturan E1: Pada sore hari, penutur meminta tolong ke mitra tutur. Informasi: Penutur meminta tolong ke mitra tutur untuk mengantar anak-anaknya pergi berenang. Tuturan E3 P: Le, iki Ibu nggowo bakso, gelem apa ora?
(Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?)
MT: Gelem Bu
(Mau Bu.)
P: Ya rene. (Ya kesini.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan E3 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP N 1 Sumowono, berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Makna pada tuturan E3: Pada sore hari, penutur memanggil mitra tutur. Informasi: Penutur memanggil mitra tutur karena penutur membawa bakso. Tuturan E6 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to?
(Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?)
MT: Ora kok Pak.
(Tidak kok Pak)
P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi.
(Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi)
MT: Oh iya Pak Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan E6 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh iya Pak. Makna pada tuturan E6: Pada sore hari, penutur memanggil mitra tutur. Informasi: Penutur memanggil mitra tutur, dan meminta untuk mengantarkan penutur ke acara rekoleksi.
4.2.6 Menyatakan maaf
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf.
Beberapa tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan F1 P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeyane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak do teles kae.
(Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.)
MT: Lah ya wes, diangin-anginke sik wae, ngko lak ya garing.
(Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan F1 menggunakan bahasa Jawa, tetapi penutur menggunakan satu kata bahasa Inggris yaitu “sorry”, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari, siang hari hujan. Penutur adalah istri mitra tutur yang berusia 37 tahun. Mitra tutur adalah guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur ditandai dengan kata sorry lho.
Makna pada tuturan F1: Pada sore hari, penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Informasi: Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena lupa mengangkat jemuran.
Tuturan F2 P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon.
(Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.)
MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi dhisik kok.
(Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan F2 menggunakan bahasa Jawa, tetapi penutur menggunakan satu kata bahasa Inggris yaitu “sorry”, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan mitra tutur adalah ibu dari peutur yang berusia 49 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada mitra tutur.
Makna pada tuturan F1: Pada pagi hari, penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Informasi: Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena lupa membangunkan mitra tutur.
Tuturan F3 P: Bu, lha klambiku ndak wes dijipukke?
(Bu, apa bajuku sudah diambilkan?)
MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku.
(Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan F3 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Mitra tutur adalah guru SD Kanisius Jimbaran, mitra tutur berusia 49 tahun, perempuan. Penutur adalah suami penutur yang berusia 57 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak. Makna pada tuturan F3: Pada pagi hari, penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Informasi: Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena lupa mengambil baju yang ada ditempat penjahit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.2.7 Mengucapkan selamat
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat
terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi
subkategori mengucapkan selamat. Beberapa tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan G1 P: Pak, Aldo mau wes isa ngitung nang ngarep kelas lho…!
(Pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho…!)
MT:Weh, apa iya? Selamet ya dek.
(Weh, apa iya? Selamat ya dek)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan G1 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual
Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 5 tahun. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan yang berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana saat tuturan terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek. Makna pada tuturan G1: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur sudah dapat belajar berhitung di depan kelas pada saat di sekolahan.
Tuturan G2 P: Bu, lumayan lho aku wes isa ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi)
MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan G2 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat ya Sar. Makna pada tuturan G2: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur mendapatkan murid les.
Tuturan G3 P: Lha kowe ki ngitung duite sapa Le?
(Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?)
MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok
(Ya uangku Bu, Aku kan nabung)
P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe.
(Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.)
Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan G3 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur adalah guru SMPN 1 Sumowono berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Makna pada tuturan G3: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena sudah bias menyisihkan uang jajannya sendiri dengan cara menyanjungnya.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Wujud Basa-basi Berbahasa
Menurut Anwar (1984:46) sejemput kata-kata bukan hanya untuk menyampaikan
perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk dan
merayu dan sebagainya namun dapat dipakai untuk sekedar memecahkan kesunyian,
untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya.
Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15) mendefinisikan bahwa basa-
basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan
untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap
memperhatikan.
Arimi (1998) dalam tesisnya membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam
masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atau dua
jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-
ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul,
maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi
murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi keniscayaan, basa-basi
keteralamian, dan basa-basi keakrabam. Basa-basi murni keniscayaan topiknya telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
terpolakan secara bersama dalam kesadaran penutur dan dipilih secara tepat dan
dipakai secara spontan berdasarkan situasi tutur tertentu. Basa-basi polar adalah
tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi
polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal.
Basa-basi polar sosial tuturan dan realitasnya tidak bersesuaian tetapi tersosialisasi
dalam perilaku berbahasa masyarakat sebagai sopan santun dan ramah tamah.
4.3.1.1 Salam
Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgement. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah analisis
tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan A1 P: Selamat pagi, bapak mangkat sik ya!
(Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!)
MT: Ya pak, ati-ati! (Ya pak, hati-hati) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan kepada mitra tutur.)
Tuturan (A1) merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks
tuturannya. Tuturan tersebut terjadi pagi hari di ruang tamu. Penutur merupakan
seorang guru laki-laki yang berusia 53 tahun dan mitra tutur adalah istri penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Suasana di ruang tamu tersebut santai dan kondusif. Penutur menyapa mitra tutur
untuk memulai pembicaraan.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (A1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori salam. Hal
tersebut dikarenakan tuturan penutur digunakan untuk memulai pembicaraan.
Selain itu, tuturan (A1) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan
tersebut digunakan oleh penutur untuk memulai pembicaraan. Pada saat itu mitra
tutur sedang membuka pintu rumah dan penutur menghampiri mitra tutur. Tuturan
“Selamat pagi! Bapak mangkat sek ya!” pada tuturan (A1) digunakan penutur untuk
memulai pembicaraan. Hal tersebut sesuai dengan teori Harimurti Kridalaksana
(1986:111) yang menjelasakan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang
dipergunakan utuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembiaran antara
pembicara dan kawan bicara. Hal ini juga sesuai dengan teori Jadi, tuturan (A1)
tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin memulai pembicaraan kepada mitra tutur.
Tuturan A2
P: Kula nuwun, kula pun kondur!
(Permisi, saya sudah pulang!)
MT: Oh iyo le, leren sik! (Oh iya le, istirahat dulu!) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tamu pada siang hari, saat penutur pulang dari sekolahan. Penutur seorang guru SDN Jubelan 1, Kecamatan Sumowono, berusia 26 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah ibu dari penutur. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah sampai rumah, yang ditandai dengan kata kula nuwun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai dan kondusif.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tuturan (A2) merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks
tuturannya itu. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah rumah. Penutur
merupakan seorang guru SD berusia 26 tahun, laki-laki dan mitra tutur adalah ibu
dari penutur. Suasana di ruang tengah santai karena pada saat itu keluarga sedang
menonton televisi di ruang tengah. Penutur bermaksud untuk menyapa mitra tutur
bahwa penutur sudah pulang.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (A2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori salam. Hal itu
dikarenakan tuturan tersebut digunakan mengawali pembicaraan dengan mitra tutur.
Selain itu, tuturan (A2) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan
tersebut digunakan untuk menunjukkan rasa sopan penutur terhadap mitra tutur yang
tidak lain adalah ibu penutur. Pada saat itu mitra tutur sedang menonton televisi di
ruang tengah bersama dengan cucunya. Tuturan tersebut juga bertujuan untuk
mengawali sebuah pembicaraan hal tersebut sejalan dengan teori Harimurti
Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan
antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan “Kula nuwun” muncul otomatis dalam situasi tutur karena pada saat
itu penutur sedang melihat mitra tutur yang sedang duduk di ruang tengah pada siang
hari. Hal tersebut merujuk pada teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang
mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan
bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang
muncul. Jadi, tuturan (A2) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin memecah
suasana rumah yang sepi untuk mengawali pembicaraan dengan menyapa mitra tutur
yang sedang duduk di ruang tengah.
Tuturan A3 P: Ibu, Bapak wis kondur ya!
(Ibu, Bapak sudah pulang ya!)
MT: Oh iya Pak! (Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Tuturan terjadi pada saat penutur akan pergi ke sekolah. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur bermaksud menyapa istri ketika peutur sudah pulang dari sekolah dengan menyatakan Ibu, Bapak sudah pulang ya!)
Tuturan (A3) merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks
tuturannya itu. Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tengah rumah. Penutur
merupakan seorang guru SD berusia 53 tahun, laki-laki dan mitra tutur adalah istri
dari penutur. Suasana di ruang tengah santai karena pada saat itu keluarga sedang
bersiap-siap untuk melakukan aktifitas. Penutur bermaksud untuk menyapa mitra
tutur bahwa penutur akan segera berangkat ke sekolah.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (A3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori salam. Hal itu
dikarenakan tuturan tersebut digunakan mengawali pembicaraan dengan mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Selain itu, tuturan (A3) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan
tersebut digunakan untuk memecahkan keadaan yang sepi terhadap mitra tutur. Pada
saat itu mitra tutur sedang menjahit di ruang tengah. Tuturan tersebut juga bertujuan
untuk mengawali sebuah pembicaraan hal tersebut sejalan dengan teori Harimurti
Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan
antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan “Bapak, wis kondur ya!” muncul otomatis dalam situasi tutur karena
pada saat itu penutur sedang melihat mitra tutur yang sedang menjahit di ruang
tengah pada siang hari. Hal tersebut merujuk pada teori Arimi (1998:340) dalam
tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai
secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu
dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur
yang muncul. Jadi, tuturan (A3) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin memecah
suasana rumah yang sepi untuk mengawali pembicaraan dengan menyapa mitra tutur
yang sedang menjahit di ruang tengah.
4.3.1.2 Terima kasih
Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah
analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tuturan B2
P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seko murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid) MT: Yaampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar (Yaampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gowo mulih (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iya to. Makasih lho! (Woalah, iyakah? Makasih lho!) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu dari Penutur. Suasana ketika terjadi tuturan santa dan kondusif. Mitra tutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya kepda penutur, yang ditandai dengan kata makasih lho!)
Tuturan (B2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur
merupakan seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru SMA berusia 29 tahun
dan mitra tutur merupakan ibu penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi
dalam keadaan santai. Mitra tutur mengucapkan terima kasih kepada penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (B2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori terima kasih.
Hal ini dikarenakan tuturan tersebut merupakan bentuk ekspresi rasa terima kasih dari
penutur terhadap bantuan yang telah diberikan oleh mitra tutur. Mitra tutur
menyampaikan rasa terima kasihnya kepada penutur sesaat setelah menerima oleh-
oleh.
Selain itu, pada tuturan (B2) terdapat tuturan “Makasih lho!” yang
memperkuat bahwa tuturan (B2) merupakan wujud basa-basi subkategori terima
kasih. Tuturan (B2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang
menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (B2) terjadi secara spontan karena pada saat itu mitra tutur langsung
menyampaikan rasa terima kasihnya kepada penutur setelah menerima oleh-oleh.
Merujuk pada tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni
merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis
dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai
dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Oleh karena itu, tuturan (B2) merupakan
wujud basa-basi murni karena tuturan tersebut dipakai secara otomatis sesuai dengan
peristiwa yang terjadi dan sesuai dengan kenyataan bahwa mitra tutur telah menolong
penutur. Jadi, pada tuturan (B2) terlihat bahwa mitra tutur ingin mengucapkan rasa
terima kasihnya kepada penutur.
Tuturan B4 P: Nok, suwun lho Ibu wes didamelke teh.
(Nak, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.)
MT: Tapi ora kelegen to Bu?
(Tapi tidak kemanisan kan Bu?)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur yang ditandai dengan kata Nok, terima kasih lho)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tuturan (B4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari. Penutur
merupakan seorang guru SMP yang berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan anak
perempuan dari penutur. Suasana di ruang makan ketika tuturan terjadi dalam
keadaan santai dan kondusif. Penutur menyatakan terima kasih kepada mitra tutur
karena sudah membuatkan teh.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (B4) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori terima kasih.
Hal ini dikarenakan tuturan tersebut merupakan bentuk ekpresi rasa terima kasih dari
penutur karena mitra tutur membuatkan teh. Selain itu, pada tuturan (B4) terdapat
tuturan “Suwun lho” yang memperkuat bahwa tuturan (B4) merupakan wujud basa-
basi subkategori terima kasih.
Tuturan (B4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan “Suwun lho” yang
disampaikan penutur secara langsung. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan
yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan
antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan “Suwun lho” dikatakan penutur untuk menunjukkan sikap
menghargai mitra tutur karena sudah membuatkan teh. Hal ini sejalan dengan teori
Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni
merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai
gejala peristiwa tutur yang muncul.
Tuturan B6 P: Tan, tulung jupukna teh-e bapak nang mburi kae!
(Tan, tulung ambilkan teh bapak di belakang itu!)
MT: Ya pak
(Ya pak)
P: Suwun ya Nok
(Terima kasih ya Nak)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur).
Tuturan (B6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur
merupakan seorang guru SD yang berusia 53 tahun dan mitra tutur merupakan anak
perempuan dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam
keadaan santai dan kondusif. Penutur menyatakan terima kasih kepada mitra tutur
karena mitra tutur telah mengambilkan teh seperti yang penutur minta.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (B6) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori terima kasih.
Hal ini dikarenakan tuturan tersebut merupakan bentuk ekpresi rasa terima kasih dari
penutur karena mitra tutur membuatkan teh. Selain itu, pada tuturan (B6) terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
tuturan “Suwun ya nok” yang memperkuat bahwa tuturan (B6) merupakan wujud
basa-basi subkategori terima kasih.
Tuturan (B6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan “Suwun ya nok” yang
disampaikan penutur secara langsung. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan
yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan
antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan “Suwun ya nok” dikatakan penutur untuk menunjukkan menyatakan
rasa terima kasih kepada mitra tutur karena sudah mengambilkan teh. Hal ini sejalan
dengan teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi
murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan
mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu
pula sesuai gejala peristiwa tutur yang muncul.
4.3.1.3 Meminta/Mengundang
Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgment.Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah
analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan C2 P: Ayo Pak, wis jam piro iki, lek adus, jarene arep nang gereja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?)
MT: Iya kosik sedilit neh.
(Iya, sebentar lagi)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur adalah seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ayah penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi ke gereja.)
Tuturan (C2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada siang hari. Penutur
merupakan seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru SMA berusia 29 tahun
dan mitra tutur merupakan ayah dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan
terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur menyampaikan ajakannya untuk
segera bersiap ke gereja.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (C2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori meminta. Hal
ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur meminta agar mitra tutur segera bersiap
untuk ke gereja.
Wujud basa-basi pada tuturan (C2) terlihat dari tuturan yang mengatakan
bahwa penutur meminta mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja. Mitra tutur
menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan
mengucapkan “Iya kosik, sedilit neh.” Yang menandakan mitra tutur langsung
menanggapi permintaan dari penutur.
Tuturan (C2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk memecahkan suasana dengan memulai pembicaraan mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan antara penutur dan mitra
tutur menjadi semakin akrab. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara
pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (C2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur
menginginkan mitra tutur berkenan menghadiri pesta pernikahan bersama penutur.
Jadi, tuturan (C2) terlihat bahwa penutur menyampaikan permintaannya agar mitra
tutur segera bersiap ke gereja.
Tuturan C5 P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT:”Lari menghampiri penutur” (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan.)
Tuturan (C5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur
merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMA berusia 52 tahun dan
mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 11 tahun. Suasana di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur
mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk membeli sesuatu.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (C5) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengundang.
Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur mengajak mitra tutur pergi jajan ke
warung.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (C5) terlihat dari tuturan yang
mengatakan bahwa penutur langsung mengajak mitra tutur untuk pergi ke warung
membeli sesuatu. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan
oleh penutur dengan langsung pergi menghampiri penutur.
Tuturan (C5) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra
tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (C5) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur
menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
tuturan (C5) terlihat bahwa penutur mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk
membeli sesuatu.
Tuturan C6 P: “Ga, Alga… Wis awan iki, meh tangi jam piro?”
(Ga, Alga… Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa?”
MT: “Iya Pak, iki lagi ngelempit kemul”.
(Iya Pak, ini baru melipat selimut)
P: “Ayo lek cepet, iki Senin lho, ana upacara!”
(Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana 1 Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi agak tergesa-gesa. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah)
Tuturan (C6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur
merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMP berusia 48 tahun dan
mitra tutur adalah anak perempuan dari penutur yang berusia 14 tahun. Suasana di
kamar mitra tutur ketika tuturan terjadi agak tergesa-gesa. Penutur mengajak mitra
tutur untuk segera bangun dan segera bersiap-siap ke sekolah.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (C6) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengundang.
Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur mengajak mitra tutur untuk segera
bersiap-siap ke sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (C6) terlihat dari tuturan yang
mengatakan bahwa penutur mengingatkan bahwa hari Senin di sekolahan ada upacara
terlebih dahulu, jadi penutur meminta mitra tutur segera bersiap ke sekolah agar tidak
terlambat. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh
penutur dengan langsung pergi menjawab penutur.
Tuturan (C6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra
tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (C6) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur
menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi,
tuturan (C6) terlihat bahwa penutur mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk
membeli sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
4.3.1.4 Menerima
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 5 tuturan. Kode (D)
digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan
tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan D1 P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anake Pak Agus apa ora?
(Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anak Pak Agus atau tidak?)
MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu.
(Duh Pak, saya dinas siang besok Minggu.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana tuturan yang sedang terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.)
Tuturan (D1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur
merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMP berusia 48 tahun dan
mitra tutur merupakan istri dari penutur yang berusia 37 tahun. Suasana di ruang
tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur ingin
mengajak mitra tutur menghadiri acara pernikahan, tetapi mitra tutur menolak karena
ada acara lain.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (D1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak ajakan penutur menghadiri
acara pernikahan karena ada acara lain.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D1) terlihat dari tuturan yang
mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan
merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Duh Pak,
aku dinas awan sesuk Minggu.” yang menandakan mitra tutur tidak dapat ikut
meghadiri acara pernikahan bersama penutur.
Tuturan (D1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra
tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (D1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur
menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi,
tuturan (D1) merupakan basa-basi menolak terlihat bahwa mitra tutur menolak ajakan
penutur karena ada acara lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tuturan D2 P: Sar, Sari… Ayo maem!
(Sar, Sari… ayo makan)
MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg.
(Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur adalah ibu mitra tutur yang berusia 49 tahun. Mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang Semarang., berusia 29 tahun, perempuan. Suasana tuturan yang terjadi ketika itu dalam situasi santai. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg.)
Tuturan (D2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur
merupakan ibu dari mitra tutur dan mitra tutur merupakan seorang perempuan yang
berprofesi sebagai gurur SMA berusia 29 tahun. Suasana di ruang tengah ketika
tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur ingin mengajak mitra tutur
makan malam, tetapi mitra tutur menolak karena masih kenyang.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (D2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal
ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak ajakan penutur untuk
makan malam.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D2) terlihat dari tuturan yang
mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan
merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Ora Bu, ra
maem aku, isih wareg” yang menandakan mitra tutur tidak mau ikut makan malam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tuturan (D2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra
tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (D2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (D2)
terlihat sebagai basa-basi menolak karena mitra tutur menolak ajakan penutur.
Tuturan D4 P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip yo? Mbok tulung iki.
(Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.)
MT: Kae lho ana Bapak.
(Itu lho ada Bapak.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Negeri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki perutur yang berusia 11 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan tidak langsung dan melemparkannya kepada orang lain, ditandai dengan kalimat kae lho ana Bapak.)
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (D4) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan
melemparkan kepada orang lain.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D4) terlihat dari tuturan yang
mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan
merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Kae lho ana
Bapak” yang menandakan mitra tutur tidak ingin datang menolong penutur dan
melemarkannya kepada orang lain.
Tuturan (D4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra
tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (D4) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (D4)
terlihat sebagai basa-basi menolak karena mitra tutur menolak ajakan penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
4.3.1.5 Meminta/Mengundang
Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgment.Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah
analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan E1 P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki.
(Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.)
MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang.
(Ya Bu, pagi saja ya, biar lama renangnya.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresia Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu.)
Tuturan (E1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur
adalah seorang guru SMP berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan istri dari
penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan
kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (E1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal
ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk
mengajak anak-anak berenang keesok harinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E1) terlihat dari tuturan yang
mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan
merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Ya Bu, esuk
wae to ben isa suwe le renang.” yang menandakan mitra tutur menerima tawaran
penutur.
Tuturan (E1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra
tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah
tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan
komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik
perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan.
Tuturan (E1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (E1)
terlihat sebagai basa-basi menerima karena mitra tutur menerima tawaran penutur.
Tuturan E3 P: Le, iki Ibu nggowo bakso, gelem apa ora?
(Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?)
MT: Gelem Bu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
(Mau Bu.)
P: Ya rene. (Ya kesini.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP N 1 Sumowono, berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.)
Tuturan (E3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah
seorang guru SMP berusia 34 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki dari
penutur berusia 11 tahun. Suasana di ruang makan ketika tuturan terjadi dalam
keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (E3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal
ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk
mengajak anak-anak berenang keesok harinya.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E3) terlihat dari tuturan yang
mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan
merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Gelem bu.”
yang menandakan mitra tutur menerima tawaran penutur.
Tuturan (E3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra
tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (E3) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (E3)
terlihat sebagai basa-basi menerima karena mitra tutur menerima tawaran penutur.
Tuturan E6 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to?
(Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?)
MT: Ora kok Pak.
(Tidak kok Pak)
P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi.
(Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi)
MT: Oh iya Pak (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh iya Pak.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tuturan (E6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah
seorang guru SD berusia 53 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki dari
penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan
kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya,
tuturan (E6) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal
ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk
mengantar ke wisma acara rekoleksi.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E6) terlihat dari tuturan yang
mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan
merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Oh iya
Pak.” yang menandakan mitra tutur menerima tawaran penutur.
Tuturan (E6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra
tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah
tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan
komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik
perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tuturan (E6) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul.
4.3.1.6 Menyatakan maaf
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan.
Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf.
Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan F1 P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeyane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak do teles kae.
(Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.)
MT: Lah ya wes, diangin-anginke sik wae, ngko lak ya garing.
(Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah istri mitra tutur yang berusia 37 tahun. Mitra tutur adalah guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur ditandai dengan kata sorry lho.)
Tuturan (F1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah
istri penutur dan mitra tutur merupakan guru SMP berusia 48 tahun. Suasana di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur
menyatakan maaf kepada mitra tutur karena lupa mengangkat jemuran.
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
(F1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menyatakan maaf. Hal
ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur
karena lupa mengangkat pakaian milik mitra tutur.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (F1) terlihat dari tuturan yang
menyatakan maaf kepada mitra tutur. Penutur menyatakan maaf yang disampaikan
dengan mengucapkan “Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeyane, aku ora ngerti nek
mau awan udan, klambine Bapak do teles kae” yang menandakan penutur
menyatakan maaf kepada mitra tutur.
Tuturan (F1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul.
Tuturan F2 P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon.
(Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.)
MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi dhisik kok.
(Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan mitra tutur adalah ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
dari peutur yang berusia 49 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada mitra tutur.)
Tuturan (F2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah
guru SD, mitra tutur adalah ibu dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan
terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur menyatakan maaf kepada mitra
tutur karena lupa membangunkan mitra tutur.
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
(F2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menyatakan maaf. Hal
ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur
karena lupa membangunkan mitra tutur.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (F2) terlihat dari tuturan yang
menyatakan maaf kepada mitra tutur. Penutur menyatakan maaf yang disampaikan
dengan mengucapkan “Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon.”
yang menandakan penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur.
Tuturan (F2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul.
Tuturan F3 P: Bu, lha klambiku ndak wes dijipukke?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
(Bu, apa bajuku sudah diambilkan?)
MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku.
(Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Mitra tutur adalah guru SD Kanisius Jimbaran, mitra tutur berusia 49 tahun, perempuan. Penutur adalah suami penutur yang berusia 57 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak.)
Tuturan (F3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah
suami mitra tutur dan mitra tutur merupakan guru SD berusia 49 tahun. Suasana di
ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur
menyatakan maaf kepada penutur karena lupa mengambil baju penutur yang ada di
penjahit.
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
(F3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menyatakan maaf. Hal
ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (F3) terlihat dari tuturan yang
menyatakan maaf kepada penutur. Mitra tutur menyatakan maaf yang disampaikan
dengan mengucapkan “Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku.” yang
menandakan mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur.
Tuturan (F3) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (F3)
terlihat sebagai basa-basi menyatakan maaf karena mitra tutur menyatakan maaf
kepada penutur.
4.3.1.6 Mengucapkan selamat
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat
terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi
subkategori mengucapkan selamat. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan G1 P: Pak, Aldo mau wes isa ngitung nang ngarep kelas lho…!
(Pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho…!)
MT:Weh, apa iya? Selamet ya dek.
(Weh, apa iya? Selamat ya dek)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 5 tahun. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan yang berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana saat tuturan terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek.)
Tuturan (G1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah
istri mitra tutur dan mitra tutur merupakan guru SMP berusia 48 tahun. Suasana di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur
memberikan ucapan selamat kepada anaknya dengan pancingan dari penutur.
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
(G1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengucapkan selamat.
Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur mengucapkan selamat kepada
anaknya.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (G1) terlihat dari tuturan yang
penutur memberikan pancingan agar mitra tutur mengucapan selamat kepada
anaknya. Mitra tutur mengucapkan selamat kepada anaknya yang disampaikan
dengan mengucapkan “Weh, opo iyo? Selamet ya dek..” yang menandakan mitra tutur
mengucapkan selamat kepada anaknya.
Tuturan (G1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (G1)
terlihat sebagai basa-basi mengucapkan selamat, karena mitra tutur mengucapkan
selamat kepada anaknya dengan pancingan yang diberikan oleh penutur.
Tuturan G2 P: Bu, lumayan lho aku wes isa ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi)
MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
(Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat ya Sar.)
Tuturan (G2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur guru
SMA berusia 29 tahun dan mitra tutur merupakan ibu dari penutur. Suasana di ruang
tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur
memberikan ucapan selamat kepada penutur.
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
(G2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengucapkan selamat.
Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur mengucapkan selamat kepada
penutur.
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (G2) terlihat dari tuturan mitra tutur
memberikan ucapan selamat kepada penutur. Mitra tutur mengucapkan selamat
kepada penutur yang disampaikan dengan mengucapkan “Ya syukur Puji Tuhan,
selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar.” yang menandakan mitra tutur
mengucapkan selamat kepada penutur.
Tuturan (G2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul.
Tuturan G3 P: Lha kowe ki ngitung duite sapa Le?
(Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?)
MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok
(Ya uangku Bu, Aku kan nabung)
P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe.
(Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur adalah guru SMPN 1 Sumowono berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian.)
Tuturan (G3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari
konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur guru
SMP berusia 34 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki dari penutur.
Suasana di kamar ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur
memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur.
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
(G3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengucapkan selamat.
Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur mengucapkan selamat kepada
penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (G3) terlihat dari tuturan penutur
memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur. Penutur mengucapkan selamat
kepada mitra tutur yang disampaikan dengan mengucapkan “Wah, pinter men,
lumayan isa nggo jajan dhewe”.
Tuturan (G3) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu
dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan
bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,
teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul.
4.3.2 Maksud Basa-basi Berbahasa
Rahardi (2003: 16-17) dalam bukunya telah berbicara maksud dan makna ini.
Rahardi mengawali dengan memaparkan bahwa ilmu bahasa pragmatik
sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan
sosial-budaya tertentu. Karena yang dikaji di dalam pragmatik adalah maksud penutur
dalam menyampaikan tuturannya, maka dapat pula dikatakan bahwa pragmatik dalam
berbagai hal sejajar dengan semantik, yakni cabang ilmu bahasa yang dikaji makna
bahasa, tetapi makna bahasa itu dikaji secara internal.
Menurut Abdul Chaer (2009: 35) bahwa informasi dan maksud sama-sama
sesuatu yang luar-ujaran. Hanya bedanya kalau informasi itu merupakan sesuatu yang
luar-ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan; sedangkan maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
dilihat dari segi pengujarnya, orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran
entah berua kalimat maupun frasa, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan
makna lahiriah ujaran itu sendiri.
4.3.2.1 Salam
Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa
acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi.
Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi
kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam
subkategori tersebut.
Tuturan A1 P: Selamat pagi, Bapak mangkat sek ya!
(Selamat pagi, Bapak beragkat dulu ya!)
MT: Ya pak, ati-ati! (Ya pak, hati-hati) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan dengan mitra tutur.) Maksud basa-basi tuturan (A1) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan
terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari
02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur
bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan kepada mitra tutur.
Maksud basa-basi tuturan (A1) memperlihatkan bahwa penutur bermaksud
menyapa mitra tutur dengan berpamitan. Penutur mengucapkan salam untuk
mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Tuturan (A1) merupakan tuturan yang
termasuk tindak tutur direktif, karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud
memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur memulai pembicaraan dengan
mengucapkan salam dan berharap mitra tutur menanggapi salam tersebut. Adanya
suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan yang
disampaikan oleh penutur merupakan indicator dalam tindak tutur direktif. Hal ini
sejalan dengan Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur merupakan tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang
disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam hal ini mitra tutur menanggapi salam yang
disampaikan oleh penutur.
Tuturan A2
P: Kulanuwun, kula pun kondur!
(Permisi, saya sudah pulang!)
MT: Oh iyo le, leren sik! (Oh iya le, istirahat dulu!) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tamu pada siang hari, saat penutur pulang dari sekolahan. Penutur seorang guru SDN Jubelan 1, Kecamatan Sumowono, berusia 26 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah ibu dari penutur. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah sampai rumah, yang ditandai dengan kata kulanuwun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai dan kondusif.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Maksud basa-basi tuturan (A2) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan
terjadi pada siang hari di ruang tamu. Penutur merupakan seorang guru SDN Jubelan,
Kecamatan Sumowono, berusia 26 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah ibu
penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur
bermaksud memulai pembicaraan dengan menyapa kepada mitra tutur bahwa penutur
sudah pulang.
Maksud basa-basi tuturan (A2) memperlihatkan bahwa penutur bermaksud
menyapa mitra tutur. Penutur mengucapkan salam untuk mengawali pembicaraan
dengan mitra tutur. Tuturan (A2) merupakan tuturan yang termasuk tindak tutur
direktif, karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud memulai pembicaraan
dengan mitra tutur. Penutur memulai pembicaraan dengan mengucapkan salam dan
berharap mitra tutur menanggapi salam tersebut. Adanya suatu tindakan yang
dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan yang disampaikan oleh penutur
merupakan indicator dalam tindak tutur direktif. Hal ini sejalan dengan Searle (1969)
yang mengatakan bahwa tindak tutur merupakan tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu.
Dalam hal ini mitra tutur menanggapi salam yang disampaikan oleh penutur.
Tuturan A3
P: Ibu, Bapak wis kondur ya!
(Ibu, Bapak sudah pulang ya!)
MT: Oh iya Pak! (Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Tuturan terjadi pada saat penutur akan pergi ke sekolah. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur bermaksud menyapa istri ketika peutur sudah pulang dari sekolah dengan menyatakan Ibu, Bapak sudah pulang ya!)
Maksud basa-basi tuturan (A3) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan
terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari
02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah istri
penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur
bermaksud memulai pembicaraan dengan menyapa kepada mitra tutur.
Maksud basa-basi tuturan (A3) memperlihatkan bahwa penutur bermaksud
menyapa mitra tutur dengan berpamitan. Penutur mengucapkan salam untuk
mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Tuturan (A3) merupakan tuturan yang
termasuk tindak tutur direktif, karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud
memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur memulai pembicaraan dengan
mengucapkan salam dan berharap mitra tutur menanggapi salam tersebut. Adanya
suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan yang
disampaikan oleh penutur merupakan indicator dalam tindak tutur direktif. Hal ini
sejalan dengan Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur merupakan tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang
disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam hal ini mitra tutur menanggapi salam yang
disampaikan oleh penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
4.3.2.2 Terima Kasih
Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa
acknowledgement. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi.
Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi
kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam
subkategori tersebut.
Tuturan B2 P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seka murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid) MT: Yaampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar (Yaampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gawa mulih (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iyo to. Makasih lho! (Woalah, iyakah? Makasih lho!) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu dari Penutur. Suasana ketika terjadi tuturan santa dan kondusif. Mitra tutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur, yang ditandai dengan kata makasih lho!) Maksud basa-basi tuturan (B2) termasuk dalam subkategori terima kasih.
Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SD
Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah ibu dari
penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra
tutur bermaksud mangucapkan terima kasih kepada penutur.
Maksud basa-basi tuturan (B2) ialah mitra tutur bermaksud mengekspresikan
rasa terima kasihnya kepada penutur karena telah membawakan oleh-oleh yang
penutur dapat dari muridnya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “lho”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
yang menegaskan rasa terima kasih mitra tutur kepada penutur. Mitra tutur
mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur untuk mempererat relasi
dengan penutur. Tuturan terima kasih merupakan tindak tutur ekspresif yang
dimaksudkan oleh mitra tutur untuk mengahrgai pemberian yang diberi oleh penutur.
Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur
ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan mitra
tutur.
Tuturan (B4)
P: Nok, suwun lho Ibu wes didamelke teh.
(Nok, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.)
MT: Tapi ora kelegen to Bu?
(Tapi tidak kemanisan kan Bu?)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur yang ditandai dengan kata Nok, terima kasih lho) Maksud basa-basi tuturan (B4) termasuk dalam subkategori terima kasih.
Tuturan terjadi pada sore hari di ruang makan. Penutur merupakan seorang guru SMP
Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah anak perempuan
dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.
Penutur bermaksud mangucapkan terima kasih kepada mitra tutur.
Maksud basa-basi tuturan (B4) ialah penutur bermaksud mengekspresikan
rasa terima kasihnya kepada penutur karena telah membawakan oleh-oleh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
penutur dapat dari muridnya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “lho”
yang menegaskan rasa terima kasih penutur kepada mitra tutur. Penutur
mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi
dengan penutur. Tuturan terima kasih merupakan tindak tutur ekspresif yang
dimaksudkan oleh mitra tutur untuk mengahrgai pemberian yang diberi oleh penutur.
Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur
ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan mitra
tutur.
Tuturan B6 P: Tan, tulung jupukna teh-e Bapak nang mburi kae!
(Tan, tulung ambilkan teh-nya Bapak di belakang itu!)
MT: Ya pak
(Ya pak)
P: Suwun ya Nok
(Terima kasih ya Nak)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur). Maksud basa-basi tuturan (B6) termasuk dalam subkategori terima kasih.
Tuturan terjadi pada malam hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru
SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah anak
perempuan dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan
santai. Penutur bermaksud mangucapkan terima kasih kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Maksud basa-basi tuturan (B6) ialah penutur bermaksud mengekspresikan
rasa terima kasihnya kepada penutur karena telah membawakan oleh-oleh yang
penutur dapat dari muridnya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “ya”
yang menegaskan rasa terima kasih penutur kepada mitra tutur. Penutur
mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi
dengan penutur. Tuturan terima kasih merupakan tindak tutur ekspresif yang
dimaksudkan oleh mitra tutur untuk mengahrgai pemberian yang diberi oleh penutur.
Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur
ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan mitra
tutur.
4.3.2.3 Meminta/Mengundang
Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan
basa-basi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan
tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang
termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan C2
P: Ayo Pak, wis jam piro iki, lek adus, jarene arep nang gereja?
(Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?)
MT: Iyo kosik sedilit neh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
(Iya, sebentar lagi)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur adalah seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ayah penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi ke gereja.) Maksud basa-basi tuturan (C2) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan
terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SD
Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah ayah dari
penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur
bermaksud meminta mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja.
Maksud basa-basi tuturan (C2) ialah penutur bermaksud meminta mitra tutur
untuk segera bersiap untuk pergi ke gereja. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat
partikel “ayo” yang menegaskan permintaan penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur
dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal itu dikarenakan melalui tuturan tersebut,
penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar segera bersiap-siap untuk
pergi ke gereja. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa
tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang meminta orang lain untuk
melakukan sesuatu.
Tuturan C5 P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT: (Lari menghampiri penutur) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Maksud basa-basi tuturan (C5) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan
terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMA Negeri
1 Ambarawa, berusia 52 tahun, dan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang
berusia 11 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.
Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi ke warung.
Maksud basa-basi tuturan (C5) ialah penutur bermaksud mengundang mitra
tutur untuk pergi ke warung. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “ayo”
yang menegaskan permintaan penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur dari tuturan
tersebut adalah direktif. Hal itu dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur
memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar cepat pergi ke warung bersama. Hal ini
sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif
merupakan jenis tindak tutur yang meminta orang lain untuk melakukan sesuatu.
Tuturan C6
P: “Ga, Alga… Wes awan iki, meh tangi jam piro?”
(Ga, Alga… Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa?”
MT: “Iyo Pak, iki lagi ngelempit kemul”.
(Iya Pak, ini baru melipat selimut)
P: “Ayo lek cepet, iki Senin lho, ana upacara!”
(Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana 1 Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi agak tergesa-gesa. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Maksud basa-basi tuturan (C6) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan
terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMP
Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah anak
perempuan dari penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut
terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk
cepat bersiap-siap ke sekolah.
Maksud basa-basi tuturan (C6) ialah penutur bermaksud meminta mitra tutur
untuk segera bersiap-siap pergi ke sekolah karena ada upacara di sekolah. Selain itu,
pada tuturan tersebut terdapat partikel “ayo” yang menegaskan permintaan penutur
kepada mitra tutur. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal itu
dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra
tutur agar cepat bersiap-siap ke sekolah. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969)
yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang
meminta orang lain untuk melakukan sesuatu.
4.2.2.4 Menolak (Reject)
Basa-basi menolak merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa
acknoledgments. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi.
Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi
kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk kategori
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Tuturan D1
P: Bu, sesuk Minggu isa teko nikahan anakke pak Agus apa ora?
(Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anak Pak Agus atau tidak?)
MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu.
(Duh Pak, saya dinas siang besok Minggu.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana tuturan yang sedang terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.)
Maksud basa-basi tuturan (D1) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan
terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMP
Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah istri
penutur yang berusia 37 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam
keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.
Maksud basa-basi tuturan (D1) ialah mitra tutur menolak ajakkan penutur.
Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “duh” yang menegaskan penolakan
mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra tutur menolak ajakkan
penutur secara halus sehingga hubungan mitra tutur dan penutur tidak terganggu. Hal
ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur direktif
merupakan tindak tutur yang dimaksudkan mitra tutur tidak mengajak penutur untuk
datang ke acara pernikahan di hari Minggu, karena mitra tutur ada dinas pagi di
rumah sakit. Oleh karena itu, tuturan tersebut bermaksud menolak secara halus agar
hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Tuturan D2 P: Sar, Sari… Ayo maem!
(Sar, Sari… ayo makan)
MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg.
(Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur adalah ibu mitra tutur yang berusia 49 tahun. Mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Suasana tuturan yang terjadi ketika itu dalam situasi santai. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg.) Maksud basa-basi tuturan (D2) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan
terjadi pada malam hari di ruang tengah. Penutur merupakan ibu dari mitra tutur yang
berusia 49 tahun, dan mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang yang berusia 29
tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur
mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.
Maksud basa-basi tuturan (D2) ialah mitra tutur menolak ajakkan penutur.
Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “tidak Bu” yang menegaskan
penolakan mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra tutur menolak
ajakkan penutur secara halus sehingga hubungan mitra tutur dan penutur tidak
terganggu. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak
tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan mitra tutur tidak mengajak
penutur makan malam, karena mitra tutur masih merasa kenyang. Oleh karena itu,
tuturan tersebut bermaksud menolak secara halus agar hubungan antara penutur dan
mitra tutur tetap baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Tuturan D4 P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip yo? Mbok tulung iki.
(Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.)
MT: Kae lho ana Bapak.
(Itu lho ada Bapak.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Negeri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki perutur yang berusia 11 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan agak keras. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan tidak langsung dan melemparkannya kepada orang lain, ditandai dengan kalimat kae lho ana Bapak.) Maksud basa-basi tuturan (D4) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan
terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah seorang guru SMP Negri 1
Ambarawa, berusia 48 tahun, dan mitra tutur adalah anak dari penutur. Suasana
ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur
mengungkapkan penolakan panggilan penutur.
Maksud basa-basi tuturan (D4) ialah mitra tutur menolak panggilan penutur.
Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “itu lho ada Bapak” yang
menegaskan penolakan mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra
tutur menolak panggilan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang
mengatakan bahwa tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang dapat dipahami
oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, tuturan tersebut bermaksud menolak dengan cara
melemparkan panggilan penutur kepada orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
4.2.1.5 Menerima
Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi
berbahasaacknowledgment.Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah
analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Tuturan E1 P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki.
(Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.)
MT: Ya Bu, esuk wae to ben do katok le renang.
(Ya Bu, pagi saja ya, biar mereka puas renangnya.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresia Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Penutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu.)
Maksud basa-basi tuturan (E1) termasuk dalam subkategori menerima.
Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Mitra tutur adalah seorang guru SMP
Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, dan penutur adalah istri mitra tutur.
Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur
menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya.
Maksud basa-basi tuturan (E1) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur.
Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Ya Bu” yang menegaskan mitra
tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh
penutur.
Tuturan E3 P: Le, iki Ibu nggowo bakso, gelem apa ora?
(Le, ini ibu bawa bakso, mau tidak?)
MT: Gelem Bu
(Mau Bu.)
P: Ya rene. (Ya kesini.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP N 1 Sumowono, berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.) Maksud basa-basi tuturan (E3) termasuk dalam subkategori menerima.
Tuturan terjadi pada sore hari di ruang makan. Mitra tutur adalah seorang guru SMP
Negri 1 Sumowono, berusia 34 tahun, dan penutur adalah anak laki-laki penutur.
Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.
Maksud basa-basi tuturan (E3) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur.
Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Mau Bu” yang menegaskan mitra
tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang
mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh
penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Tuturan E6 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to?
(Le, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?)
MT: Ora kok Pak.
(Tidak kok Pak)
P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi.
(Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi)
MT: Oh iya Pak (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh iya Pak.) Maksud basa-basi tuturan (E6) termasuk dalam subkategori menerima.
Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah seorang guru SDN
Pagersari 02, dan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana ketika terjadi
tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.
Maksud basa-basi tuturan (E6) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur.
Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Oh Iya Pak” yang menegaskan
mitra tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969)
yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang
dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang
dikatakan oleh penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
4.2.1.6 Menyatakan maaf
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan.
Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf.
Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan F1 P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak do teles kae.
(Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.)
MT: Lah ya wes, diangin-anginke sek wae, ngko lak yo garing.
(Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah istri mitra tutur yang berusia 37 tahun. Mitra tutur adalah guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur ditandai dengan kata sorry lho.)
Maksud basa-basi tuturan (F1) termasuk dalam subkategori menyatakan maaf.
Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Mitra tutur adalah seorang guru SMP
Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, dan penutur adalah istri mitra tutur.
Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.
Maksud basa-basi tuturan (F1) ialah penutur menyatakan maaf kepada mitra
tutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Pak maaf lho” yang
menegaskan penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan
teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap
sesuatu yang dikatakan oleh penutur.
Selain itu, maksud tersebut dapat terlihat dari penggunaan diksi oleh penutur.
Harimukti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori
yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan partikel fatis
pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan yaitu “lho”. Partikel fatis “lho”
bertugas untuk menekankan adanya pernyataan maaf dari penutur.
Tuturan F2 P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon.
(Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.)
MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi disik kok.
(Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan mitra tutur adalah ibu dari peutur yang berusia 49 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada mitra tutur.)
Maksud basa-basi tuturan (F2) termasuk dalam subkategori menyatakan maaf.
Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tengah. Penutur adalah seorang guru SD,
berusia 29 tahun, dan mitra tutur adalah ibu dari penutur. Suasana ketika terjadi
tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.
Maksud basa-basi tuturan (F2) ialah penutur menyatakan maaf kepada mitra
tutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Bu maaf lho” yang
menegaskan penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap
sesuatu yang dikatakan oleh penutur.
Selain itu, maksud tersebut dapat terlihat dari penggunaan diksi oleh penutur.
Harimukti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori
yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan partikel fatis
pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan yaitu “lho”. Partikel fatis “lho”
bertugas untuk menekankan adanya pernyataan maaf dari penutur.
Tuturan F3 P: Bu, la klambiku ndak wes dijipukke?
(Bu, apa bajuku sudah diambilkan?)
MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku.
(Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Mitra tutur adalah guru SD Kanisius Jimbaran, mitra tutur berusia 49 tahun, perempuan. Penutur adalah suami penutur yang berusia 57 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak.) Maksud basa-basi tuturan (F3) termasuk dalam subkategori menyatakan maaf.
Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tengah. Mitra tutur adalah seorang guru SD,
berusia 49 tahun, dan penutur adalah suami mitra tutur. Suasana ketika terjadi tuturan
tersebut terjadi dalam keadaan santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Maksud basa-basi tuturan (F3) ialah mitra tutur menyatakan maaf kepada
penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “yaampun Pak, aku lupa,
maaf Pak” yang menegaskan mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur. Hal ini
sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif
merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan
perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.
4.3.1.6 Mengucapkan selamat
Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori
mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat
terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi
subkategori mengucapkan selamat. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
Tuturan G1 P: Pak, Aldo mau wes iso ngitung nang ngarep kelas lho…!
(Pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho…!)
MT:Weh, opo iyo? Selamet yo dek.
(Weh, apa iya? Selamat ya dek)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah anak laki-laki mitra tutur yang berusia 5 tahun. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan yang berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana saat tuturan terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek.) Maksud basa-basi tuturan (G1) termasuk dalam subkategori mengucapkan
selamat. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah anak laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
dari mitra tutur, dan mitra tutur adalah guru SMP. Suasana ketika terjadi tuturan
tersebut terjadi dalam keadaan santai.
Maksud basa-basi tuturan (G1) ialah mitra tutur menggucapkan selamat
kepada penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Selamat ya Dek”
yang menegaskan mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur. Hal ini sejalan
dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan
tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya
terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.
Tuturan G2 P: Bu, lumayan lho aku wes iso ngelesi murid meneh.
(Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi)
MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet yo Sar, muga-muga tambah lancar.
(Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamet ya Sar.) Maksud basa-basi tuturan (G2) termasuk dalam subkategori mengucapkan
selamat. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah anak laki-laki
dari mitra tutur, dan mitra tutur adalah guru SMP. Suasana ketika terjadi tuturan
tersebut terjadi dalam keadaan santai.
Maksud basa-basi tuturan (G2) ialah mitra tutur menggucapkan selamat
kepada penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Selamat ya” yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
menegaskan mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur. Hal ini sejalan dengan
teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap
sesuatu yang dikatakan oleh penutur.
Selain itu, maksud tersebut dapat terlihat dari penggunaan diksi oleh penutur.
Harimukti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori
yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan partikel fatis
pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan yaitu “ya”. Partikel fatis “ya” bertugas
untuk menekankan adanya ucapan selamat dari mitra tutur.
Tuturan G3 P: La kowe ki ngitung duite sapa Le?
(Kamu itu menghitung uangnya siapa Le?)
MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok
(Ya uangku Bu, Aku kan nabung)
P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dewe.
(Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.)
(Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur adalah guru SMPN 1 Sumowono berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian.) Maksud basa-basi tuturan (G3) termasuk dalam subkategori mengucapkan
selamat. Tuturan terjadi pada sore hari di kamar mitra tutur. Penutur adalah guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
SMP, mitra tutur adalah anak dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut
terjadi dalam keadaan santai.
Maksud basa-basi tuturan (G3) ialah mitra tutur menggucapkan selamat
kepada penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Wah, pinter
sekali,lumayan bisa buat jajan sendiri” yang menegaskan mitra tutur mengucapkan
selamat kepada penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan
bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya
untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi dua hal, yaitu (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan meliputi
rangkuman atas keseluruhan penelitian ini. Saran meliputi hal-hal relevan yang
kiranya perlu diperhatikan, baik untuk mahasiswa jurusan pendidikan bahasa maupun
penelitian lanjutan.
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian dalam bab IV mengenai tuturan fatis atau basa-basi dalam
pragmatik berbahasa yang digunakan untuk komunikasi dalam ranah antaranggota
keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa tengah, dapat disimpulkan hal-
hal berikut ini.
Peneliti menemukan delapan wujud basa-basi berbahasa antaranggota
keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah yang ditinjau dari
kategori Acknowledgment-nya. Wujud tuturan basa-basi kategori Actknowlegment
terdiri dari delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi terebut
ialah (1) salam, (2) terima kasih, (3) meminta/ mengundang, (4) menolak, (5)
menerima, (6) meminta maaf, (7) simpati/ empati dan (8) mengucapkan selamat.
Memberi salam yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena
bertemu seseorang. Terima kasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
karena mendapat bantuan. Meminta/ mengundang yaitu fungsi tuturan untuk
mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan
seseorang akan terjadi. Menolak yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar)
basa-basi dari mitra tutur. Basa-basi polar sering muncul pada subkategori reject
(menolak). Hal ini dikarenakan sebagian besar penutur menolak permintaan mitra
tutur secara tidak langsung dan lebih halus agar mitra tutur tidak tersinggung dengan
penolakan yang dilakukan oleh penutur. Menerima yaitu fungsi tuturan untuk
menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. Meminta maaf yaitu fungsi tuturan
untuk mengekspresikan penyesalan. Simpati/ empati yaitu fungsi tuturan untuk
mengekspresikan rasa simpati atau empati karena musibah yang dialami oleh mitra
tutur. Mengucapkan selamat yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan
karena adanya kabar baik.
Peneliti menemukan beberapa maksud basa-basi dalam berbahasa
antaranggota keluarga pendidik di desa junggul, bandungan, jawa tengah.
Berdasarkan interaksinya basa-basi dimaksudkan untuk membina dan/atau
mempertahankan hubungan social antara penutur dan mitra tutur. Kemudian dari
sudut relasi sosial yang dihasilkan, bagi penutur basa-basi merupakan upaya untuk
memperoleh rasa solidaritas dengan mitra tutur. Pemakaian basa-basi dimaksudkan
untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, seperti membahasa suatu masalah,
membujuk, merayu dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberi beberapa saran
bagi peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik yang serupa dengan penelitian ini.
Berikut adalah saran-saran dari peneliti:
5.2.1 Bagi Peneliti Lain
1. Penelitian ini hanya meneliti tentang wujud dan maksud basa-basi berbahasa
antaranggota keluarga dalam ranah keluarga pendidik saja. Bagi peneliti lain,
penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan subjek dan ranah yang
berbeda.
2. Penelitian ini menemukan satu kategori dan delapan subkategori. Diharapkan
peneliti lanjutan dapat menemukan kategori dan subkategori wujud basa-basi
berbahasa yang lain sehingga teori tentang basa-basi berbahasa semakin
lengkap.
3. Selain bidang ilmu pragmati, data tuturan yang dianalisis dari segi wujud dan
maksud tuturan basa-basi berbahasa dapat dianalisis pula dari beberapa bidang
ilmu lain maupun dari segi yang lain.
5.2.2 Bagi keluarga Pendidik
Fenomena basa-basi berbahasa merupakan fenomena baru dalam kajian ilmu
pragmatik. Dengan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diharapkan dengan
adanya penelitian tentang basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga dalam
ranah keluarga pendidik mampu membuat relasi antaranggota keluarga pendidik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
semakin erat. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau gambaran
umum mengenai wujud dan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dipergunakan
untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan sosial antara penutur
dan mitra tutur sehingga relasi antara penutur dan mitra tutur semakin erat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
DAFTAR PUSTAKA
Arimi, Sailal. 1998. Basa-basi dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. (Tesis). Yogyakarta: UGM.
Anwar, Khaidir. 1984. Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: RinekaCipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chumming, Louise. 2005. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisikeempat. Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama.
Effendy, Ontong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Efeendy, OntongUchjana. 1986. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: PT Alumni.
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lubis, A. Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualtatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Mualafina, Rawinda Fitrotul. 2013. Basa-basi dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. (Skripsi). Yogyakarta: UGM.
Nadar FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purwo, Bambang Kaswanri. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma Malang.
_____________. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
_____________. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.
_____________.2012. “Penelitian Kompetensi: Ketidaksantunan Pragmatik dan Linguistik Berbahasa dalam Ranah Keluarga (Family Domain)”. Presentasi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.
Sudaryanto. 1990. Menguak Fungsi Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Ulfa, Maria. 2012. Tipe Basa-basi dalam Dialog Sinetron Si Doel Anak Sekolahan.(Skripsi).Yogyakarta: UGM.
Waridin.2008. Ungkapan Fatis dalam Acara Temu Wicara Televisi . Jakarta: FIB UI.
Wijana, I DewaPutu. 1996. Dasar-dasarPragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: PustakaPelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DATA ANALISIS TRIANGULASI
Dibawah ini merupakan triangulasi data dari penelitian yang berjudul “Basa-basi berbahasa Antaranggota Keluarga di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah”. Tanda (V) pada kolom, berarti tringulator setuju atau tidak setuju.
A. BASA-BASI SALAM
NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR
LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK
1.
Tuturan A1
P: Selamat pagi, Bapak mangkat sik ya! (Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!)
MT: Ya Pak, ati-ati! (Ya Pak, hati-hati)
Penggunaan frasa fatis selamat pagi, ya
Percakapan antara suami dan istri. Suami yang berperan menjadi guru SD, sedangkan istri adalah ibu rumah tangga. Tuturan terjadi pada pagi hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud menyapa dan berpamitan kepada mitra tutur, yang ditandai dengan kata selamat pagi
V
2. Tuturan A2
P: Kula nuwun, kula pun kondur! (Permisi, saya sudah pulang!)
Penggunaan kata fatis kula nuwun, oh, ya
Percakapan antara anak dan Ibu. Anak yang berperan sebagai guru SD, sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga.
Penutur bermaksud menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah sampai di rumah, yang ditandai dengan kata
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MT: Oh iya Le, leren sik! (Oh iya Nak, istirahat dulu!)
Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah.
kula nuwun.
3. Tuturan A3
P: Ibu, Bapak wis kondur ya! (Ibu, Bapak sudah pulang ya!)
MT: Oh,iya, Pak!
Penggunaan kata fatis oh, ya
Percakapan antara suami dan istri. Suami sebagai guru SD, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud menyapa istri ketika peutur sudah pulang dari sekolah dengan menyatakan Ibu, Bapak sudah pulang ya!
V
4. Tuturan A4
P: Bapak mangkat sik ya! (Bapak berangkat dulu ya!)
MT: Ya Pak, ati-ati! (Ya Pak, hati-hati!)
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan antara suami dan istri. Suami dan istri sama-sama merupakan guru. Tutura terjadi pada pagi hari, di ruang tamu.
Penutur bermaksud menyapa mitra tutur dengan berpamitan pergi ke sekolah.
V
5. Tuturan A5
P: Pak, aku meh metu, arep nitip apa? (Pak, aku mau keluar, mau titip apa?)
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan antara Bapak dan anak. Bapak yang berperan sebagai guru, sedangkan anak sebagai pelajar. Tuturan terjadi pada sore hari, di
Penutur bermaksud menyapa mitra tutur yang sedang menonton televisi.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MT: Nitip foto kopi sisan Nok ya! (Nitip foto kopi sekalian Nak ya!)
ruang tengah.
B. BASA-BASI TERIMA KASIH
NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR
LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK
1. Tuturan B1
P: Do, Aldo… Bapak nggawa panganan iki. Aldo purun boten? (Do, Aldo… Bapak bawa makanan ini. Aldo mau atau tidak?)
MT: Mau Pak…
P: *Sambil memberikan bingkisan kepada Aldo* Matur apa hayo? (Bilang apa hayo?)
MT: Matur nuwun Bapak, *sambil berlari membawa
Penggunaan kata fatis –
Percakapan antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah.
Penutur memancing mitra tutur untuk mengucapkan terima kasih.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
makanan dari Bapak*
2. Tuturan B2
P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seka murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid)
MT: Ya ampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar (Ya ampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar)
P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gawa mulih” (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang)
MT: Woalah, iya,ta. Makasih lho! (woalah, iyakah? Makasih lho!)
Penggunaan kata fatis lho, iya
Percakapan antara Ibu dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah.
Mitra tutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya kepda penutur, yang ditandai dengan kata makasih lho!
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tuturan B3
P: Le, mau esuk Ibu masak sego goreng, kowe wes maem? (Nak, tadi pagi Ibu masak nasi goreng, kamu sudah makan?)
MT: Uwis Bu. (Sudah Bu.)
P: Lho, kok ora matur apa-apa, karo Ibu? (Lho kok tidak bilang apa-apa sama ibu?)
MT: Oh iya, nuwun Bu, sego gorenge enak. (Oh iya, terima kasih Ibu, nasi gorengnya enak)
Penggunaan kata fatis lho, oh, iya
Percakapan antara Ibu dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari, dia ruang tengah.
Mitra tutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada penutur, yang ditandai dengan kata terima kasih Ibu
V
4. Tuturan B4
P: Nok, suwun lho Ibu wis didamelke teh. (Nak, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.)
Penggunaan kata fatis lho
Percakapan antara Ibu dan anak. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah.
Penutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur yang ditandai dengan kata Nok, terima
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MT: Tapi ora kelegen ta Bu? (Tapi tidak kemanisan kan Bu?)
kasih lho
5. Tuturan B5
P:Ris, mbok bapak ditulungi (Ris,tolong bantu bapak)
MT: Ya
P: Nah mbok ngono, nek dijaluki tulung langsung menyat! (Gitu dong, kalau diminta menolong langsung datang!)
Penggunaan kata fatis nah
Percakapan terjadi antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari di dapur.
Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih dengan memberi pujian kepada mitra tutur, yang ditandai dengan sebuah pujian.
V
6. Tuturan B6
P: Tan, tulung jupukna teh-e bapak nang mburi kae! (Tan, tulung ambilkan teh bapak di belakang itu!)
MT: Ya pak (Ya pak)
P: Suwun ya Nok (Terima kasih ya Nak)
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan terjadi antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada malam hari di ruang tengah.
Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. BASA- BASI MEMINTA/ MENGUNDANG
NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR
LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK
1. Tuturan C1
P: Alga, dina iki nang gereja lho, mengko latihan koor karo Bapak. (Alga, hari ini ke gereja lho, nanti latihan koor dengan Bapak.)
MT: Ya Pak, dhilit neh tak adus. (Iya Pak, sebentar lagi saya mandi.)
Penggunaan kata fatis lho, ya
Percakapan antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi ke gereja.
V
2. Tuturan C2
P: Ayo Pak, wis jam pira iki, lek adus, jarene arep nang gereja? (Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke
Penggunaan kata fatis ayo, iya
Percakapan terjadi antara Anak dan Bapak. Tuturan terjadi pada sore hari, di kamar mitra tutur.
Penutur bermaksud untuk mengajak mitra tutur pergi ke gereja.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gereja?)
MT: Iya kosik sedhilit neh. (Iya sebentar lagi.)
3. Tuturan C3
P: Le, mengko ki ana ngaji lho nang nggone Pak Imam. (Nak, nanti itu ada ngaji lho di tempat Pak Imam.)
MT: Iyo Bu, mengko aku mangkat kok, wis dikandani Agil. (Iya Bu, nanti aku berangkat kok, sudah diberitahu Agil.)
Penggunaan kata fatis lho
Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di kamar mitra tutur.
Penutur bermaksud untuk mengundang dan mengingatkan mitra tutur untuk pergi ke pengajian.
V
4. Tuturan C4
P: Nis, mbok kae adine digoleki sik, wis sore iki, kok durung mulih-mulih. (Nis, tolong adiknya dicari dulu, ini sudah sore, kok belum pulang
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud untuk mengundang mitra tutur untuk menjemput adik laki-lakinya.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
juga.)
MT: Ya Bu, bar iki, nek iklan. (Ya Bu, setelah ini, kalau iklan.)
5.
Tuturan C5
P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?)
MT: (Lari menghampiri penutur)
Penggunaan kata fatis ayo
Percakapan terjadi antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah.
Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan.
V
6. Tuturan C6
P: “Ga, Alga… Wis awan iki, meh tangi jam piro?” (Ga, Alga… Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa?”
MT: “Iyo Pak, iki lagi ngeempit kemul”. (Iya Pak, ini baru melipat selimut)
P: “Ayo cepet, iki Senin lho, ana upacara!” (Ayo cepat-
Penggunaan kata fatis ayo
Percakapan terjadi antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi padapagi hari, di kamar penutur.
Penutur bermaksud meminta mitra tutur segera bersiap-siap ke sekolah agar tidak terlambat.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!)
7. Tuturan C7
P: “Bu, ngko sore lunga apa ora ?” (Bu, nanti sore pergi atau tidak?)
MT: “Ora kok ketoke, ngapa Sar?” (Tidak kok sepertinya, kenapa Sar?)
P: “Mengko nang gereja berarti Bu ya” (Nanti ke gereja berarti Bu ya)
Penggunaan kata fatis ya
• Penutur adalah seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan.
• Mitra tutur adalah Ibu dari penutur yang berusia 48 tahun.
• Tuturan terjadi pada siang hari, di kamar mitra tutur.
Penutur bertanya ke mitra tutur untuk meminta pergi ke gereja.
V
8. Tuturan C8
P:“Nok, ora njaluk sangu?” (Nak, tidak minta uang saku?)
MT: “Ya njaluk Pak, kan ngenteni Bapak. Hehe” (Ya minta Pak,
Penggunaan kata fatis lho, ya
Percakapan antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada pagi hari, di ruang tengah.
Penutur meminta mitra tutur agar mengajarkan mengetik menggunakan komputer usai pulang sekolah nanti dengan cara penutur menawarkan uang saku
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kan nungguin Bapak)
P: “Iki sangune” (Ini uang sakunya)
MT: (Menerima uang yang diberikan sambil tersenyum)
P: “Tapi mengko Bapak diajari ngetik lho!” (tapi nanti Bapak diajarkan ngetik lho!)
terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.
9. Tuturan C9
P: Le, lampune nang ngarep kae wis urip? MT: Durung Pak. (Belum Pak) P: Tulung diuripke lampune, mengko peteng. (Tolong dihidupkan lampunya, nanti gelap)
Penggunaan kata fatis -
Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud meminta mitra tutur menyalakan lampu dengan mengatakan Tolong dihidupkan lampunya, nanti gelap!
V
10. Tuturan C10
P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to? (Nak, besok libur tidak
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di
Penutur bermaksud meminta kepada mitra tutur untuk mengantarkan
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pergi kemana-mana kan?)
MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak)
P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ana rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi)
MT: Oh iya Pak
ruang tengah. rekoleksi besok pagi dengan mengatakan Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi
D. BASA-BASI MENOLAK
NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR
LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK
1. Tuturan D1
P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anakke Pak Agus apa ora? (Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anaknya Pak Agus
Penggunaan kata fatis duh
Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakan penutur dengan memberikan alas an bahwa tidak bisa menerima ajakan penutur.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau tidak?)
MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu. (Duh, Pak, saya dinas siang besok Minggu.)
2. Tuturan D2
P: Sar, Sari… Ayo maem! (Sar, Sari… ayo makan)
MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg. (Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.)
Penggunaan kata fatis ayo
Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah.
Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg.
V
3. Tuturan D3
P: Pak, mengko ra teka sanja nang nggone Mas Dedy? (Pak, nanti tidak datang sonjo di tempatnya Mas Dedy?)
Penggunaan kata fatis ah
Percakapan terjadi antara suami dan istri. Tuturaan terjadi pada malam hari, di ruang tengah.
Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan mengatakan tidak dulu ah Bu, aku capek.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MT: Ora sik ah Bu, kesel aku. (Tidak dulu ah Bu, aku capek.)
4. Tuturan D4
P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip ya? Mbok tulung iki. (Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.)
MT: Kae lho ana Bapak. (Itu lho ada Bapak.)
Penggunaan kata fatis lho
Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tegah.
Mitra tutur menekankan penolakan kepada penutur dengan tidak langsung.
V
5. Tuturan D5
P: Le, kene bapak ndelok biji ulangane wingi (Nak, sini bapak lihat nilai ulangannya kemarin)
MT: Sik ah Pak, lagi nggarap PR ki! (Nanti ah Pak, sedang mengerjakan PR!)
Penggunaan kata fatis ah
Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah.
Mitra tutur menekankan penolakan kepada penutur dengan mengatakan nanti ah Pak, sedang mengerjakan PR!
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Tuturan D6
P: Le, mbok tulung aku terke nang pasar sedilit. (Nak, tolong antarkan ke pasar sebentar)
MT: Sik ah! (Sebentar ah!)
Penggunaan kata fatis ah
Percakapan antara Anak dan Ibu. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Mitra tutur menekankan penolakan kepada penutur yang ditandai dengan kata sebentar ah!
7. Tuturan D7
P: Tan, tulung Ibu dipethuk, Ibu bar sembayangan nang nggone mbah Nah! (Tan, tolong Ibu dijemput, Ibu tadi sembayangan di tempat mbah Nah!) MT: Mbok Mas Pandu wae to Pak! (Mas Pandu saja Pak!)
Penggunaan kata fatis -
Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah.
mitra tutur mengungkapkan penolakan kepada penutur dengan menyatakan Mas Pandu saja Pak!
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. BASA-BASI MENERIMA
NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR
LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK
1. Tuturan E1
P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki. (Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.)
MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang. (Ya Bu, pagi saja ya, biar bisa lama renangnya.)
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan antara suami dan istri. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu.
V
2. Tuturan E2
P: Sar, dadakan iki, mumpung kowe bali, kowe ngko ngewangi tugas koor gelem apa
Penggunaan kata fatis –lah, ya
Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah.
Mitra tutur menerima tawaran dari penutur. Yang ditandai dengan jawaban Ya.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ora? (Sar, ini dadakan, mumpung kamu pulang, kamu nanti tugas koor mau apa tidak?)
MT: Nggone dhewe to le tugas Bu? Yo ngkolah tak melu. (Tempat kita yang tugas Bu? Ya nantilah aku ikut)
3. Tuturan E3
P: Le, iki Ibu nggawa bakso, gelem apa ora? (Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?)
MT: Gelem Bu (Mau Bu.)
P: Ya rene. (Ya sini.)
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan terjadi antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang makan.
Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.
V
4. Tuturan E4
P: Bu, iki mau entuk undangan. (Bu, ini tadi dapat undangan.)
MT: Oh iya, mau
Penggunaan kata fatis oh iya
Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Mitra tutur menerima informasi yang diberikan penutur.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bapak wis ngomong Nis. (Oh iya, tadi Bapak sudah bilang Nis.)
5. Tuturan E5
P: Ga, mbok nonton TV-ne ditinggal sik, Ibu diewangi disik kae. (Ga, nonton TV-nya nanti lagi, Ibu dibantu dulu itu)
MT: Oh iya Pak. (Oh iya Pak)
Penggunaan kata fatis oh iya
Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud untuk meminta mitra tutur membantu Ibunya.
V
6. Tuturan E6
P: Le, sesuk prei ora nang ngendi-ngendi to? (Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?)
MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak)
P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk
Penggunaan kata fatis oh iya
Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bapak ono rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi)
MT: Oh iya Pak
iya Pak.
7. Tuturan E7
P: Pak, Alga mengko bali sore ya. (Pak, Alga nanti pulang sore ya)
MT: Loh, ana kegiatan apa? (Loh, ada kegiatan apa?
P: Mengko meh nang kerja kelompok Pak, nang sekolahan. (Nanti mau kerja kelompok Pak, di sekolahan)
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada pagi hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud menyapa mitra tutur dengan meminta izin kepada mitra tutur.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. BASA-BASI MENYATAKAN MAAF
NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR
LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK
1. Tuturan F1
P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak teles kae. (Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.)
MT: Lah ya wis, diangin-anginke sik wae, ngko kan ya garing. (Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.)
Penggunaan kata fatis lho
Percakapan antara suami dan istri. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur ditandai dengan kata sorry lho.
V
2. Tuturan F2
P: Bu, sorry lho aku
Penggunaan kata fatis lho
Percakapan antara Ibu dan anak. Tuturan
Penutur bermaksud menyatakan
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mau lali nggugah, lha aku ya keturon. (Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.)
MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi disik kok. (Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.)
terjadi pada pagi hari, di ruang tengah.
maaf kepada mitra tutur.
3. Tuturan F3
P: Bu, la klambiku ndak wes dijipukke? (Bu, apa bajuku sudah diambilkan?)
MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku. (Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.)
Penggunaan kata fatis lho
Percakapan antara suami dan istri. Tuturan terjadi pada pagi hari, di ruang tengah.
Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. BASA –BASI MENGUCAPKAN SELAMAT
NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR
LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK
1. Tuturan G1
P: Pak, Aldo mau wis isa ngetung nang ngarep kelas lho…!(Pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho…!)
MT:Weh, apa iya? Selamet ya dik. (Weh, apa iya? Selamat ya dik)
Penggunaan kata fatis selamat dan ya
Percakapan terjadi suami dan istri. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek.
V
2. Tuturan G2
P: Bu, lumayan lho aku wis isa ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi)
MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar. (Ya
Penggunaan kata fatis selamat, lho dan ya
• Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan.
• Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun.
• Tuturan
Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamet ya Sar.
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.)
terjadi pada sore hari, di ruang tengah.
3. Tuturan G3
P: La kowe ki ngetung dhuite sapa Le? (Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?)
MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok (Ya uangku Bu, Aku kan nabung)
P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe. (wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.)
Penggunaan kata fatis ya
Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di kamar mitra tutur.
Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian.
V
4. Tuturan G4
P: Le, piye? Wis ana kabar seka sekolahan durung? (Nak, bagaimana? Sudah ada kabar dari sekolah
Penggunaan kata fatis oh, iya.
Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah.
Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur karena sudah diterima menjadi guru di salah satu
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belum?)
MT: Oh iya Pak, Puji Tuhan aku ketampa kok. (Oh iya Pak, puji Tuhan aku diterima kok.)
P: Wah, selamet ya le, muga-muga lancar. (Wah, selamat ya Nak, semoga lancar)
sekolahan dengan mengatakan wah, selamat ya Nak, semoga lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA PENULIS
Angela Yohana Mentari Adistin lahir di Bandungan, Jawa Tengah, tanggal
28 Januari 1994. Ia menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD
Pangudi Luhur Ambarawa, pada tahun 2005. Kemudian ia melanjutkan
studinya di SMP Pangudi Luhur Ambarawa dan tamat pada tahun 2008.
Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta, yang selesai pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah
atas, ia melanjutkan studi S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir
pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota
Keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI