plagiat merupakan tindakan tidak terpuji filev pernyataan keaslian karya saya menyatakan dengan...
TRANSCRIPT
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL
EKSTRAK METANOL
DENGAN METODE GELIAT
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL-HEKSAN
EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius
DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT GALUR SWISS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Silvia Dwi Puspa Susanti
NIM : 128114086
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
HEKSAN
Macaranga tanarius L.
MENCIT GALUR SWISS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL
EKSTRAK METANOL
DENGAN METODE GELIAT
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
i
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL-HEKSAN
EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius
DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT GALUR SWISS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Silvia Dwi Puspa Susanti
NIM : 128114086
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
HEKSAN
Macaranga tanarius L.
MENCIT GALUR SWISS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL-HEKSAN
EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius L.
DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT GALUR SWISS
Skripsi yang diajukan oleh:
Silvia Dwi Puspa Susanti
NIM : 128114086
telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. tanggal:
Pembimbing Pendamping
Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. tanggal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
UJI ANALGESIK FRAKSI ETANOL-HEKSAN
EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius L.
DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT GALUR SWISS
Oleh:
Silvia Dwi Puspa Susanti
NIM : 128114086
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal: ……………..…….
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D
Panitia Penguji : Tanda tangan
1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. ……………………...
2. Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. ………………………
3. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. ………………………
4. Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. ………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Opportunity follows struggle. It follows effort. It follows hard work. It doesn’t
come before.
-Shelby Steele-
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan Yesus sebagai sumber kekuatan dan anugerah dalam hidupku,
Santo Yudas Tadeus yang menjadi perantara doa dan mukjizat,
Kedua orang tuaku Bapak F.X. Suripto dan Ibu V.Y. Sulisti
yang telah memberikan doa, dukungan, perjuangan, serta kasih sayang,
Mbak Ivon, Surya, Christie, serta sahabat dan teman-teman, dan
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta,………………………..
Penulis
(Silvia Dwi Puspa Susanti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGANAKADEMIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat, kasih, dan penyertaan-Nya hingga penelitian dan penyusunan skripsi
berjudul “Uji Analgesik Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranga tanarius L. dengan Metode Geliat pada Mencit Galur Swiss” dapat
penulis selesaikan. Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran,
dukungan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Bapak Enade Perdana Istyatono, Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama menjalani
proses perkuliahan di Fakultas Farmasi hingga saat ini.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing Utama atas
bimbingan, semangat, bantuan, dan pengarahan selama proses penelitian
hingga penyusunan skripsi ini.
4. Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Pendamping atas bimbingan, pengarahan, saran, serta masukan selama proses
penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik hingga skripsi ini tersusun.
6. Ibu Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik hingga skripsi ini tersusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Bapak, Ibu, Mbak Ivon, Mas Theo, Surya, Christie, dan Mbah Marjono yang
selalu memberikan doa, dukungan, semangat, bantuan, dan kasih sayang.
8. Pak Heru, Pak Wagiran, Pak Suparjiman, dan Pak Kayatno yang telah
membantu dalam proses penelitian di laboratorium.
9. Sahabat yang setia membantu, mendukung, dan memberi semangat dalam
perjuangan menyelesaikan skripsi ini, Nurul Kusumawardani, Antonia Vidya
Kartika, dan Kristiyani Irawati. Terimakasih atas kesempatan berjuang
bersama kalian.
10. Teman-teman FSM B dan FKK B 2012.
11. Seorang sahabat sekaligus kekasih, Benediktus Prasetyo Adhi Kurniawan.
Terimakasih atas dukungan, pengertian, kesabaran, doa, saran, dan kasih
sayang yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat terbuka pada masukan dan kritik dari pembaca. Akhir
kata, semoga karya ini dapat berguna bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, November 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………………………... vi
PRAKATA …………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xv
INTISARI ………………………………………………………………….. xvii
ABSTRACT ............................................................................................. xviii
BAB I. PENGANTAR ……………………………………………………... 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 4
2. Keaslian Penelitian …………………………………………………. 4
3. Manfaat Penelitian …………………………………………………. 6
B. Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………... 7
A. Nyeri. …………………………………………………………………… 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
B. Analgesik ……..……………………………………………………….. 12
C. Asetosal ……………………………………………………………….. 15
D. Macaranga tanarius L ..……………………………………………….. 16
E. Senyawa Fenolik ……………………………………………………….. 21
F. Metode penyarian ..…………………………………………………….. 21
G. Proses penyarian senyawa aktif ...……………………………………… 23
H. Pelarut ……..…………………………………………………………… 26
I. Metode uji Analgesik …………………………….…………………….. 28
J. Asam asetat ..…………………………………………………………… 31
K. Landasan Teori …………………………………………………………. 32
L. Hipotesis ……………………………………………………………….. 33
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………... 34
A. Jenis dan Rancangan penelitian ………………………………………... 34
B. Variabel dan Definisi Operasional ……………………………………... 34
C. Bahan Penelitian ……………………………………………………….. 38
D. Alat Penelitian ………………………………………………………….. 39
E. Tata Cara Penelitian ……………………………………………………. 39
F. Analisis Hasil ………………………………………………………...… 50
G. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………… 52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….. 53
A. Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L. ………………………… 53
B. Pengumpulan dan Penyerbukan Daun macaranga tanarius L. ……….. 53
C. Penetapan Kadar Air …………………………………………………… 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
D. Pembuatan Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranga tanarius L. ………………………………………………… 56
E. Hasil Pengujian Senyawa Metabolit Sekunder ………………………… 62
F. Uji Pendahuluan ……………………………………………………….. 67
G. Uji Efek Analgesik Fraksi Daun Macaranga tanarius L. ……………… 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 83
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 83
B. Saran ……………………………………………………………………. 83
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 84
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 89
BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………….. 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Penelitian terkait daun Macaranga tanarius L. ………………. 4
Tabel II. Hasil pengujian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. ……………………………………….. 62
Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan
selang waktu pemberian asam asetat 50 mg/kg BB …………... 68
Tabel IV. Hasil uji T tidak berpasangan untuk data jumlah geliat pada
penentuan selang waktu …...………………………………….. 68
Tabel V. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat, rata-rata persen
proteksi, dan rata-rata perubahan persen proteksi pada
kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat
dosis fraksi daun Macaranga tanarius L. …………………….. 71
Tabel VI. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat pada kelompok
kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi
Macaranga tanarius L. ……………………………………….. 74
Tabel VII. Hasil uji Scheffe untuk persen proteksi pada kelompok kontrol
negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi
Macaranga tanarius L. ……………………………………….. 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur kimia Asetosal …………………………………… 15
Gambar 2. Macaranga tanarius L. …………………………………… 16
Gambar 3. Struktur senyawa dari daun Macaranga tanarius L. yang
memiliki aktivitas terhadap penangkapan radikal bebas
DPPH ……………………………………………………… 20
Gambar 4. Flowchart langkah pembuatan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. …………………………………… 41
Gambar 5. Flowchart langkah pembuatan fraksi etanol-heksan dari
ekstrak kental metanol-air daun Macaranga tanarius L. …. 42
Gambar 6. Skema perlakuan hewan uji ……………………………….. 49
Gambar 7. Fokus penelitian …………………………………………... 53
Gambar 8. (a) Histogram rata-rata jumlah kumulatif geliat (b)
Histogram rata-rata persen proteksi, dan (c) Histogram
rata-rata perubahan persen proteksi pada uji efek analgesik
kelompok uji yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dan 3
peringkat dosis fraksi daun Macaranga tanarius L. ……… 72
Gambar 9. Daun Macaranga tanarius L. ……………………………... 94
Gambar 10. Serbuk daun Macaranga tanarius L. ……………………... 94
Gambar 11. Hasil ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. …. 94
Gambar 12.
Hasil fraksi etanol-heksan dari ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. ………………………………….. 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 13. Sediaan fraksi etanol-heksan dari ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. …………………………………… 94
Gambar 14. Injeksi intraperitoneal ……………………………………... 95
Gambar 15. Geliat mencit yang memenuhi kriteria ……………………. 95
Gambar 16. Geliat mencit yang tidak memenuhi kriteria ………………
95
Gambar 17. Hasil uji Alkaloid dengan reagen Mayer …………………. 95
Gambar 18. Hasil uji Alkaloid dengan reagen Dragendorff …………..
96
Gambar 19. Hasil uji Flavonoid ……………………………………….. 96
Gambar 20. Hasil uji Terpenoid ……………………………………….. 96
Gambar 21. Hasil uji Fenolik ………………………………………….. 96
Gambar 22. Hasil uji Tanin ……………………………………………. 96
Gambar 23. Hasil uji Saponin …………………………………………. 96
Gambar 24. Hasil uji Glikosida ………………………………………… 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L. ……...... 90
Lampiran 2. Surat keterangan penetapan kadar air serbuk daun
Macaranga tanarius L. dari LPPT UGM ………………...... 91
Lampiran 3. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM ..... 92
Lampiran 4. Surat legalitas analisa data oleh Pusat Kajian CE&BU
Fakultas Kedokteran UGM ………………………………… 93
Lampiran 5. Daun dan serbuk daun Macaranga tanarius L.; hasil ekstrak
metanol-air dan hasil fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-
air daun Macaranga tanarius L., serta sediaan fraksi daun
Macaranga tanarius L……………………………………… 94
Lampiran 6. Injeksi intraperitoneal ……………………………………… 95
Lampiran 7. Kriteria geliat mencit ………………………………………. 95
Lampiran 8. Hasil pengujian fitokimia fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. ………………….. 96
Lampiran 9. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penentuan selang
waktu pemberian asam asetat 50mg/kg BB ………………... 97
Lampiran 10.
Hasil analisis statistik jumlah geliat pada uji efek analgesik
fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga
tanarius L. ………………………………………………….. 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Lampiran 11. Hasil analisis statistik % proteksi pada uji efek analgesik
fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga
tanarius L. …………………………………………………. 109
Lampiran 12. Perhitungan persen rendamen fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. ………………….. 117
Lampiran 13. Perhitungan konversi dosis 191,8 mg/kg BB mencit ke
manusia 70 kg BB ………………………………………….. 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman sehingga menyebabkan seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Oleh karena itu diperlukan analgesik untuk mengatasi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Dua puluh lima ekor mencit umur 2-3 bulan dan berat badan 20-30 gram dikelompokkan ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (Aquadest dosis 191,8 mg/kg BB), kelompok kontrol positif (Asetosal dosis 91mg/kg BB), dan kelompok fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dalam tiga peringkat dosis yaitu 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB. Kontrol dan bahan uji diberikan secara per oral, kemudian diberi asam asetat 1% secara intraperitoneal sebagai penginduksi nyeri dengan selang waktu pemberian selama 10 menit. Pengamatan geliat dilakukan setiap 5 menit selama 1 jam. Jumlah geliat digunakan untuk menghitung nilai % proteksi, dan nilai perubahan % proteksi. Hasil dianalisis dengan uji Shapiro Wilk, dilanjutkan uji One Way ANOVA dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik dengan % proteksi pada dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB secara berturut-turut adalah 57,83; 65,12; dan 79,24 dan perubahan % proteksi secara berturut-turut adalah -6,42; 5,35; dan 28,21. Tidak terdapat kekerabatan antara efek analgesik dan dosis fraksi yang diberikan.
Kata kunci: analgesik, fraksi etanol-heksan, ekstrak metanol-air, daun
Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Pain is an unpleasant sensory and emotional experience, causing a person to find medical help. Therefore it needs an analgesic to relieve pain. In this present study, the writer has investigated the analgesic effect of ethanol-hexane fraction from methanol-water extract of Macaranga tanarius L. leaves using models of acetic acid-induced writhing response in female Swiss mice.
This study is pure experimental with completely randomized design. Twenty-five mice aged 2-3 months and weighed 20-30 grams are grouped into 5 groups: negative control group (Aquadest dose of 191.8 mg / kg), a positive control group (aspirin dose of 91mg / kg), and the group of ethanol-hexane fraction of methanol-water extract of Macaranga tanarius L. leaves in three doses ie 47.95; 95.9; and 191.8 mg / kg. Aspirin and fraction are given orally, then given a 1% acetic acid intraperitoneally as an inducer of pain with an interval of administration for 10 minutes. Observation of writhing response is done every 5 minutes in 1 hour. The amount of writhing response is used to calculate the value of percent protection, that used to calculate change of percent protection to determine the analgesic effect writhing test compounds against asetosal. The results obtained were analyzed by Shapiro Wilk test, followed by One Way ANOVA test and Scheffe test with 95% confidence level.
The results showed that ethanol-hexane fraction of methanol-water extract of Macaranga tanarius L. leaves has an analgesic effect. Percent protection at doses of 47.95; 95.9; and 191.8 mg / kg respectively was 57.83; 65.12; and 79.24% and change of % protection was -6.42; 5.35; and 28.21. There is no kinship between the analgesic effect and dose fractions are given.
Keywords : Analgesic, ethanol-hexane fraction, methanol-water extract, leaves of Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan yang dapat disebabkan oleh
rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor dan listrik). Rangsangan tersebut
memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri, antara lain
histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin (Tjay dan Rahardja, 2007).
Nyeri menjadi masalah kesehatan yang menjadi alasan seseorang datang
untuk mencari pertolongan medis. Menurut Goldberg dan Summer (2011), secara
global diperkirakan 20% orang dewasa mengalami nyeri dan sebanyak 10% orang
dewasa terdiagnosa mengalami nyeri kronik setiap tahunnya.
Dalam pengatasan nyeri diperlukan analgesik yaitu zat-zat yang dapat
mengurangi atau menghalau rasa nyeri. Analgesik dapat diperoleh dari tanaman
obat yang dipercaya oleh masyarakat secara turun-temurun, maupun yang telah
terbukti dapat mengatasi nyeri. Menurut penelitian Musa, Aliyu, Yaro, Magaji,
Hassan dan Abdullahi (2009), pengobatan herbal masih digunakan sebagai
pengobatan utama di negara berkembang, yaitu sekitar 75-80% dari total jumlah
penduduk. Beberapa tahun terakhir, pengobatan herbal di negara maju mulai
meningkat.
Salah satu tanaman obat yang terbukti memiliki aktivitas terhadap proteksi
nyeri adalah Macaranga tanarius L. melalui penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari (2010) yang menyatakan bahwa infusa daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss. Selain itu, penelitian oleh
Andini (2010) juga membuktikan bahwa ekstrak metanol-air daun Macaranga
tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss. Penelitian
terkait kandungan senyawa yang bertanggung jawab untuk proteksi nyeri telah
dilakukan oleh Matsunami et al. (2006) dan Matsunami et al. (2009) yang
melaporkan adanya senyawa glikosida yang diisolasi dari daun Macaranga
tanarius L. yaitu mallophenol B, macarangioside A, B, C, dan E, serta
pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]-β-D-glucopyranoside yang tersari melalui fraksi
butanol dan menunjukkan aktivitas penangkapan radikal DPPH.
Penelitian oleh Puteri dan Kawabata, (2010) juga berhasil mengisolasi dan
mengidentifikasi empat senyawa ellagitannin dari ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. yang berperan sebagai antidiabetes melalui pemisahan
secara kromatografi sehingga diperoleh senyawa mallotinic acid, corilagin,
chebulagic acid, dan macatannins B dengan nilai koefisien partisi secara berturut-
turut adalah 1,65; 1,10; 2,30; dan 2,57. Koefisien partisi pada rentang ≤ 2 hingga
≤ 4 bersifat semipolar. Ellagitannin termasuk golongan polifenol kompleks yang
memiliki efek terhadap penangkapan radikal DPPH. Konsentrasi total ellagitannin
memiliki korelasi positif terhadap aktivitas antioksidan (Jordao, Correia,
DelCampo, dan SanJose, 2012).
Tjay dan Rahardja (2007) menyatakan bahwa ada kaitan antara
penangkapan radikal bebas dengan penghambatan mediator-mediator nyeri dan
peradangan. Adanya aktivitas antioksidan atau penangkapan radikal DPPH oleh
senyawa yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius L. memungkinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kemampuan senyawa tersebut dalam menangkap radikal bebas dalam tubuh yang
dilepaskan pada proses pembentukan mediator-mediator nyeri dan peradangan.
Radikal bebas akan dilepaskan ketika asam arakidonat diubah menjadi
endoperoksida dan asam hidroksiperoksida melalui jalur siklooksigenase dan
lipooksigenase. Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil sehingga
akan mengambil elektron dari molekul atau sel lain di dalam tubuh untuk
mestabilkan diri. Proses pengambilan elektron ini akan menyebabkan terjadinya
kerusakan jaringan dan pelepasan mediator-mediator nyeri. Apabila radikal bebas
tersebut dapat dihambat, maka terjadinya nyeri dapat terhambat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa ellagitannin
dalam daun Macaranga tanarius L. yang bersifat sebagai antioksidan dan telah
terbukti memiliki efek antidiabetes juga memiliki aktivitas sebagai analgesik.
Selain itu, penelitian efek analgesik daun Macaranga tanarius L. dari bentuk
sediaan fraksi belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian latar belakang ini,
penulis tertarik untuk melakukan penapisan efek analgesik fraksi etanol-heksan
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dengan metode geliat pada
mencit galur Swiss. Tujuan penyarian dengan metode fraksinasi adalah untuk
menyari secara spesifik dua senyawa ellagitanin dalam daun Macaranga tanarius
L. yaitu chebulagic acid dan macatannins B yang bersifat semipolar. Pemilihan
pelarut didasarkan pada prinsip like dissolve like, sehingga pelarut yang digunakan
adalah campuran pelarut etanol-heksan dengan nilai log p campuran 2,97 yang
memiliki rentang polaritas semipolar sehingga dapat menyari senyawa chebulagic
acid dan macatannins B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Rumusan masalah
a. Apakah pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit galur Swiss?
b. Berapa persen proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss?
c. Berapa perubahan persen proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss?
d. Apakah terdapat kekerabatan antara efek analgesik dan dosis fraksi etanol-
heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang telah dilakukan terkait daun Macaranga tanarius L. dapat
dilihat pada tabel I.
Tabel I. Penelitian terkait daun Macaranga tanarius L. Judul penelitian dan
peneliti Metode Hasil
Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius L. oleh Matsunami et al. (2006).
Fraksi butanol daun Macaranga tanarius L. dipisahkan melalui kromatografi kolom, silica gel, ODS, dan HPLC, selanjutnya dilakukan uji penangkapan radikal DPPH dari senyawa yang terisolasi.
Diperoleh 9 senyawa yaitu mallophenol B, lauroside, methyl brevifolin carboxylate, hyperin, isoquercitrin, dan macarangioside A-D. Macarangioside A-C dan mallophenol B memiliki aktivitas penangkapan radikal DPPH.
Absolute Configuration of (+)-Pinoresinol 4-O-[600-O-galloyl]- b-D-glucopyranoside, Macarangiosides E, and F Isolated from the Leaves of Macaranga tanarius L. oleh Matsunami et al. (2009).
Fraksi butanol daun Macaranga tanarius L. dipisahkan melalui kromatografi kolom selanjutnya dilakukan uji penangkapan radikal DPPH dari senyawa yang terisolasi.
Ditemukan 3 senyawa yaitu (+)-pinoresinol 4-O-[600-O-galloyl]-b-D-glucopyranoside, macarangiosides E dan F. (+)-pinoresinol 4-O-[600-O-galloyl]-b-D-glucopyranoside dan macarangiosides E dapat menangkap radikal DPPH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tabel I. Lanjutan Novel α-glucosidase Inhibitors from Macaranga tanarius L. Leaves oleh Puteri dan Kawabata (2010).
Ekstrak etanol daun Macaranga tanarius L. dianalisis dengan kromatografi (HPLC) untuk mengisolasi senyawa aktif yang memiliki aktivitas penghambatan α-glucosidase yang penting dalam pengobatan hiperglikemia.
Ditemukan 5 senyawa ellagitannin yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi. Senyawa tersebut adalah mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, dan dua senyawa baru yaitu macatannin A dan B.
Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss (Andini, 2010).
Pengujian efek analgesik menggunakan rangsang kimia yaitu asam asetat sebagai penginduksi nyeri.
Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik dengan persen proteksi pada dosis 711, 2.133, dan 6.400 mg/kg BB berturut-turut adalah 41,94; 76,94, dan 84,92%. Besar perubahan proteksi pada dosis 711, 2.133, dan 6.400 mg/kg BB berturut-turut adalah -48,1; 2,7; dan 35,9. Besar ED50 ekstrak metanol-air daun M.tanarius adalah 1.470 mg/kg BB.
Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss oleh Wulandari (2010).
Pengujian efek analgesik menggunakan rangsang kimia yaitu asam asetat sebagai penginduksi nyeri.
Infusa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik dengan persen proteksi pada dosis 666,68; 3333,4 dan 16667 mg/kg BB berturut turut adalah 57,6; 64,5; dan 73,7%. Besar perubahan persen proteksi pada dosis 666,68; 3333,4 dan 16667 mg/kgBB berturut turut adalah -9,7%, 1,2% dan 15,6%. ED50 infusa daun Macaranga tanarius L. adalah 154,88 mg/kg BB.
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian efek analgesik fraksi etanol-heksan
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. belum pernah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai khasiat daun Macaranga tanarius L. yang dapat digunakan
sebagai analgesik.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang ada tidaknya efek analgesik fraksi etanol-
heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pemberian sediaan fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit
galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui besar persen proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss.
b. Mengetahui besar perubahan proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss.
c. Mengetahui ada tidaknya kekerabatan antara efek analgesik dan dosis
fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan
subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Rasa
nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai
isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi
jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis,
kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.
Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator
nyeri, antara lain histamin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin (Tjay dan
Rahardja, 2007).
2. Ambang dan toleransi nyeri
Ambang nyeri adalah tingkat stimulus yang pertama kali dipersepsikan
sebagai nyeri (Corwin, 2009). Toleransi nyeri adalah kemampuan individu untuk
menahan stimulus nyeri tanpa memperlihatkan tanda fisik nyeri. Toleransi nyeri
bergantung pada pengalaman sebelumnya, harapan budaya, serta keadaan emosi
dan fisik individu. Faktor yang menurunkan toleransi nyeri adalah pajanan
berulang nyeri, kelelahan, kekurangan tidur, rasa cemas, dan ketakutan (Hartwig
dan Wilson, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan
pada tempat, berat ringannya, waktu lamanya serangan dan mekanisme terjadinya:
a. Nyeri berdasarkanA tempatnya:
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya
pada kulit, mukosa.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh viseral.
3) Refered pain, yatu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah
yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem
saraf pusat, spinal cord, batang otak, dan thalamus.
(Asmadi, 2008).
b. Nyeri berdasarkan berat ringannya:
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
(Asmadi, 2008).
c. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan:
1) Nyeri Akut
Nyeri akut berlangsung secara tiba-tiba dan umumnya
berhubungan dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru saja
terjadi. Sensasi dari nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan adanya
proses penyembuhan. Nyeri akut memiliki tujuan untuk memperingatkan
adanya suatu cedera atau masalah. Nyeri akut umumnya berlangsung
kurang dari enam bulan (Muttaqin, 2008).
2) Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara
konstan atau intermiten dan menetap sepanajang suatu periode waktu.
Keadaan ketidaknyamanaan yang dialami individu dapat berlangsung
selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis memiliki pola yang beragam.
Nyeri ada yang timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari
nyeri lalu nyeri akan timbul kembali, ada pula pola nyeri kronis yang
konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa dan semakin lama
intensitasnya meningkat walaupun telah diberikan pengobatan (Muttaqin,
2008).
d. Nyeri berdasarkan mekanismenya:
1) Nyeri nosiseptif
Terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga
merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan
mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin, leukotrien,
prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau
mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun tidak langsung.
Nosiseptor dapat menanggapi rangsangan berupa panas, dingin, getaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
stimulus untuk meregang, dan substansi kimia yang dilepaskan oleh
jaringan yang kehilangan oksigen, jaringan yang terganggu atau proses
inflamasi. Nyeri yang ditimbulkan dapat dibagi lagi menjadi nyeri somatik
yaitu nyeri yang disebabkan oleh aktivasi nosiseptor pada permukaan
jaringan misalnya kulit, mukosa pada mulut dan hidung; serta nyeri
viseral, yaitu nyeri yang disebabkan karena aktivasi nosiseptor pada organ
dalam tubuh seperti organ pada rongga perut atau rongga dada (WHO,
2012).
2) Nyeri neuropatik
Merupakan nyeri yang didahului dan disebabkan adanya kerusakan
dan disfungsi pada sistem saraf di perifer maupun di sistem saraf pusat
yang diakibatkan oleh trauma, kompresi, keracunan toksin, atau gangguan
metabolik. Akibat adanya lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada
Serabut Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam
keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara
neuron dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan gangguan
keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan
molekuler sehingga aktivasi SSA (mekanisme perifer) menjadi abnormal
yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral (WHO, 2012).
4. Mekanisme terjadinya nyeri:
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nosiseptor, merupakan ujung-
ujung saraf bebas yang memiliki sedikit myelin yang tersebar pada kulit dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mukosa. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau
rangsangan yang melebihi nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Stimulasi
tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis. Stimulasi
menyebabkan lepasnya histamine, bradikinin, prostaglandin, K+, leukotrien,
serotonin dan substansi P (Hidayat dan Hidayat, 2008).
Rangkaian proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan
sampai nyeri yang dapat dirasakan adalah suatu proses elektrofisiologi. Menurut
Timby (2009), ada 4 proses yang mengikuti proses nosiseptitif yaiu:
a. Transduksi. Transduksi adalah perubahan rangsangan nyeri (noxious stimuli)
menjadi aktivitas listrik pada ujung-ujung saraf sensoris. Mediator nyeri
seperti prostaglandin, serotonin, bradikinin, leukotrien, substansi P, histamine,
dan potassium akan mengaktifkan atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri.
Reseptor nyeri merupakan anyaman ujung-ujung bebas serat-serat afferent A-
delta dan C. Reseptor-reseptor ini banyak dijumpai di jaringan kulit,
periosteum, di dalam pulpa gigi dan jaringan tubuh yang lain. Serat saraf
afferent A-delta dan C adalah serat-serat saraf sensorik yang mempunyai
fungsi meneruskan sensorik nyeri dari perifer ke sentral ke sistem saraf pusat.
Interaksi antara mediator nyeri dengan reseptor nyeri menyebabkan
terbentuknya impuls nyeri. Transduksi adalah proses dari stimulasi dikonversi
menjadi bentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika
nosiseptor teraktivasi. Aktivasi nosiseptor merupakan bentuk respon terhadap
stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Transmisi. Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang
membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi
melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke
diameter sedang, serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan berakson
pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui
sistem contralateral spinothalamic melalui ventral lateral dari thalamus
menuju cortex serebral.
c. Modulasi. Proses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya
mengontrol jalur transmisi nosiseptor tersebut. Proses modulasi melibatkan
sistem neural yang komplek. Ketika terdapat impuls nyeri akan dikontrol oleh
sistem saraf pusat dan impuls nyeri ini ditransmisikan ke bagian lain dari
sistem saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan
ditransmisikan melalui saraf-saraf descenden ke tulang belakang untuk
memodulasi efektor.
d. Persepsi. Persepsi adalah proses yang subyektif. Proses persepsi ini tidak
hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi
juga meliputi pengenalan dan mengingat. Oleh karena itu, faktor psikologis,
emosional, dan perilaku juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan
pengalaman nyeri tersebut.
B. Analgesik
Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum. Berdasarkan potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kerja, mekanisme kerja dan efek samping, analgesik dibedakan dalam dua
kelompok:
1. Analgesik Nonopioid
Senyawa ini mengobati nyeri ringan sampai sedang dengan mempengaruhi
sintesis prostaglandin. Pada perifer, prostaglandin diproduksi oleh sel-sel
inflamasi yang mensensitisasi reseptor prostaglandin pada saraf perifer sehingga
membentuk stimulus nyeri. Pada nyeri sentral sitokin dilepaskan sebagai respon
inflamasi sehingga menginduksi produksi prostaglandin pada sumsum tulang
belakang. Prostaglandin ini mensensitisasi saraf nosiseptif sekunder sehingga
meningkatkan persepsi nyeri. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) menghambat
prostaglandin untuk sensitisasi saraf perifer dan sentral ketika terjadi proses
inflamasi (Goland, 2011).
Agen antiinflamasi nonsteroid menghambat aktivitas enzim
siklooksigenasi (COX-1 dan COX-2) yang dibutuhkan untuk produksi
prostaglandin. Penghambatan sistem siklooksigenase menyebabkan asam
arakhidonat dan asam-asam C20 tak jenuh lain tidak diubah menjadi
endoperoksida siklik. Endoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin
serta prazat dari tromboksan A2 dan prostasiklin (Goland, 2011).
NSAIDs mempengaruhi mekanisme nyeri melalui 3 cara. Pertama,
NSAIDs mengurangi aktifasi ambang pintu perifer pada saraf nosiseptor afferent
primer. dengan mengurangi pembentukan prostaglandin, NSAIDs dapat
menurunkan inflamasi hyperalgesia dan allodynia. Kedua, NSAIDs menurunkan
pengerahan leukosit sebagai mediator inflamasi. Ketiga, NSAIDs melewati blood-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
brain barrier dan mencegah prostaglandin yang bekerja untuk memproduksi
neuromodulator di sumsum tulang belakang (Goland, 2011).
2. Analgesik Opioid
Menurut Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya (2008), analgesik opioid adalah golongan obat penghilang
nyeri alamiah, semisintetis, dan sintetis yang sebagian sifat-sifatnya sama atau
hampir sama dengan opium atau morfin. Penggunaan utama opioid ini adalah
untuk mengatasi rasa nyeri yang tidak hilang dengan analgesik biasa. Analgesik
opioid bekerja dengan berikatan dengan reseptor stereospesifik di sistem saraf
pusat, dengan mengubah persepsi dan respons emosi terhadap nyeri.
Analgesik opioid menyerupai peptide opioid endogen (terutama dinorfin)
yang dilepaskan pada batang otak maupun medulla spinalis bersama input inhibisi
lainnya yaitu serabut enkefalinergik, noradrenergik, dan serotonergik desendens
sehingga dapat menurunkan aktivitas neuron relay kornu posterior yang berperan
menyampaikan informasi nyeri ke korteks sensoris melalui neuron dalam
thalamus sehingga dapat menyebabkan analgesia (Neal, 2006).
Efek peptide opioid diperantarai oleh reseptor opioid spesifik yang
terdistribusi luas dalam sistem saraf pusat dan sudah diklasifikasikan menjadi tiga
tipe utama. Reseptor µ mempunyai konsentrasi yang paling tinggi dalam daerah
otak yang terlibat dalam nosisepsi dan merupakan reseptor yang berinteraksi
dengan sebagian besar analgesik opioid untuk menghasilkan analgesia. Reseptor
δ dan κ masing-masing menunjukkan selektivitas untuk enkefalin dan dimorfin.
Aktivasi reseptor κ juga menghasilkan analgesia, tetapi berlawanan dengan agonis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
µ (misalnya morfin) yang menyebabkan euphoria, agonis κ (misalnya pentazosin,
nalbufin) berhubungan dengan disforia (Neal, 2006).
Morfin dan alkaloid opium alamiah diperoleh dari opium (candu) yang
merupakan getah kering tanaman
golongan zat kimia penting, yaitu golongan
golongan Benzyl-isokinolin
diturunkan morfin, kodein, dan berbagai analgesik semisintesis morfin, seperti
heroin, hodrokodon, oksikodon, dan antagonis opioid (Staf Pengajar Departemen
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008).
Gambar 1
Asam asetilsalisilat atau lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin
(gambar 1) merupakan ester salisilat dari asam, berbentuk kristal
batang atau jarum dan berbau. A
dalam alkohol. Asetosal termasuk dalam golongan analgesik non
indikasi sebagai pereda nyeri, sakit kepala, nyeri ringan yang berhubungan dengan
adanya inflamasi, nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, dan sakit gigi
(Dinkes, 2010).
µ (misalnya morfin) yang menyebabkan euphoria, agonis κ (misalnya pentazosin,
ubungan dengan disforia (Neal, 2006).
Morfin dan alkaloid opium alamiah diperoleh dari opium (candu) yang
merupakan getah kering tanaman Papaver somniferum. Dalam opium terdapat 2
golongan zat kimia penting, yaitu golongan fenantren (morfin dan kodein), da
isokinolin (papaverin dan noskapin). Dari golongan fenantren,
diturunkan morfin, kodein, dan berbagai analgesik semisintesis morfin, seperti
heroin, hodrokodon, oksikodon, dan antagonis opioid (Staf Pengajar Departemen
s Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008).
C. Asetosal
1. Struktur kimia Asetosal (Wilmana dan Gan, 2007
Asam asetilsalisilat atau lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin
merupakan ester salisilat dari asam, berbentuk kristal
batang atau jarum dan berbau. Asetosal sedikit larut dalam air dan
dalam alkohol. Asetosal termasuk dalam golongan analgesik non-
indikasi sebagai pereda nyeri, sakit kepala, nyeri ringan yang berhubungan dengan
nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, dan sakit gigi
15
µ (misalnya morfin) yang menyebabkan euphoria, agonis κ (misalnya pentazosin,
Morfin dan alkaloid opium alamiah diperoleh dari opium (candu) yang
. Dalam opium terdapat 2
(morfin dan kodein), dan
(papaverin dan noskapin). Dari golongan fenantren,
diturunkan morfin, kodein, dan berbagai analgesik semisintesis morfin, seperti
heroin, hodrokodon, oksikodon, dan antagonis opioid (Staf Pengajar Departemen
Wilmana dan Gan, 2007)
Asam asetilsalisilat atau lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin
merupakan ester salisilat dari asam, berbentuk kristal putih, seperti
setosal sedikit larut dalam air dan sangat larut
-narkotik dengan
indikasi sebagai pereda nyeri, sakit kepala, nyeri ringan yang berhubungan dengan
nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, dan sakit gigi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Asetosal adalah obat anti-nyeri tertua yang sampai saat ini paling banyak
digunakan di seluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat (antipiretik)
dan pada dosis rendah (80 mg) berdaya menghambat agregasi trombosit. Pada
dosis lebih besar dari normal (diatas 5 gram sehari) obat ini juga berkhasiat
antiradang akibat gagalnya sintesis prostaglandin-E (Tjay dan Rahardja, 2007).
Asetosal adalah prototip dari obat-obat antiinflamasi nonsteroid dan
bekerja dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase tetapi tidak enzim
lipooksigenase. Asetosal cepat dideasetilasi oleh esterase dalam tubuh,
menghasilkan salisilat, yang mempunyai efek anti-inflamasi, antipiretik, dan
analgesik (Mycek, Richard, dan Pamela, 2001).
Mekanisme asetosal dalam menekan rasa nyeri adalah dengan menurunkan
sintesis PGE2. Prostaglandin E2 (PGE2) akan mensensitisasi ujung saraf terhadap
efek bradikinin, histamine, dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara
lokal oleh proses inflamasi. Salisilat digunakan terutama untuk menanggulangi
rasa sakit intensitas ringan sampai sedang yang timbul dari struktur integumen
daripada yang berasal dari visera ( Mycek, Richard, dan Pamela 2001).
D. Macaranga tanarius L.
Gambar 2. Tanaman Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Maginoliophyta
Kelas : Maginoliospida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Sub Famili : Acalyphoides
Bangsa : Acalypheae
Sub Bangsa : Macaranginae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga tanarius (L.) Benth. Mull. Arg
(Magadula, 2014).
2. Nama lain
Tanaman Macaranga tanarius L. dikenal dengan beberapa nama daerah
antara lain Tutu Ancur (Jawa), Mapu (Batak), Mara (Sunda) (Ong, 2008).
3. Morfologi
Macaranga tanarius L. (gambar 2) merupakan pohon kecil sampai
sedang, dengan dahan agak besar. Daun berseling, agak membundar, dengan
stipula besar yang luruh. Perbungaan malai di ketiak, bunga ditutupi oleh daun
gagang. Buah kapsul berkokus 2, ada kelenjar kekuningan di luarnya. Biji
membulat dan menggelembur (Ong, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4. Ekologi penyebaran dan budidaya
Tumbuhan Macaranga tanarius L. umum dijumpai di daratan Asia
Tenggara (Thailand Selatan, Semenanjung Malaya), dan pada banyak pulau antara
lain Sumatera, Borneo, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Nugini, seluruh
kepulauan Filipina. Tumbuhan ini dapat ditemukan di sepanjang Asia Timur dan
Selatan, khususnya Cina Selatan, Koreaa dan Jepang (Ong, 2008).
5. Kandungan kimia
Daun Macaranga tanarius L. mengandung tanarifuranonol,
tanariflavanone C, dan tanariflavanone D bersama dengan 7 kandungan yang
telah diketahui yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanone
B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol) dan annuionone
E (Phommart Suthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, dan Suthivaiyakit, 2005).
Dilaporkan terdapat 4 kandungan dari fraksi butanol daun Macaranga tanarius L.,
yaitu macarangiosides A-D, mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin
carboxylate, hyperin dan isoquercitrin (Matsunami et al., 2006). Pada daun
Macaranga tanarius L. juga ditemukan tujuh senyawa flavonoid baru yaitu
macaflavanones A-G dari penelitian oleh Kawakami, Harinantenaina, Matsunami,
Otsuka, Shinzato, dan Takeda (2008) serta (+)-pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]-β-
D-glucopyranoside, macarangiosides E dan F, bersama dengan 15 komponen lain
yang telah dilaporkan terdapat pada daun Macaranga tanarius L. (Matsunami et
al., 2009). Penelitian oleh Puteri dan Kawabata (2009) membuktikan bahwa daun
Macaranga tanarius L. memiliki kandungan ellagitannin berupa mallotinic acid,
corilagin, chebulagic acid, macatannin A, dan macatannin B dengan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
koefisien partisi secara berturut-turut adalah 1,65; 1,10; 2,30; dan 2,57. Koefisien
partisi yang berada pada rentang ≤ 2 hingga ≤ 4 memiliki sifat semi polar.
6. Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas DPPH
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang
memiliki elektron yang tidak berpasangan di kulit terluarnya sehingga bersifat
tidak stabil, dan dapat menimbulkan peradangan. Untuk menetralisasi radikal
bebas, tubuh membutuhkan antioksidan untuk melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas dan meredam dampak negatifnya. Metode penentuan aktivitas
penangkapan radikal bebas adalah dengan menggunakan larutan 1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil (DPPH). Kemampuan penangkapan radikal berhubungan dengan
kemampuan komponen senyawa dalam menyumbangkan elektron atau hidrogen
yang akan bereaksi dan akan memudarkan DPPH (Toripah, Abidjulu, dan
Wehantouw, 2014).
Senyawa dalam daun Macaranga tanarius L. yang telah terbukti bersifat
poten terhadap penangkapan radikal bebas DPPH anatara lain adalah 4 senyawa
glikosida, yaitu mallophenol B, macarangioside A, macarangioside B, dan
macarangioside C (Matsunami et al., 2006); (+)-pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]-
β-D-glucopyranoside dan macarangioside E (Matsunami et al., 2009); dan
senyawa ellagitannin berupa mallonic acid, corilagin, chebulagic acid, dan
macatannin B (Puteri dan Kawabata, 2009). Struktur senyawa dalam daun
Macaranga tanarius L. yang bersifat poten terhadap penangkapan radikal bebas
DPPH dapat dilihat pada gambar 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Gambar 3. Struktur senyawa dari daun Macaranga tanarius L. yang
memiliki aktivitas terhadap penangkapan radikal bebas DPPH (Matsunami et al., 2006; Matsunami et al., 2009 dan Puteri dan Kawabata, 2009)
Mallophenol B Macarangioside A Macarangioside B
Macarangioside C
Macarangioside E
(+)-Pinoresinol 4-O-[6”-O-
galloyl]-β-D-glucopyranoside
Mallotinic acid : R2=R4= H, R3=R6= Valoneayl Corilagin : R2=R4= H, R3=R6= HHDP
Chebulagic acid : R2=R4= Chebuloyl, R3=R6= HHDP Macatainin B : R2=R4= Tanaroyl, R3=R6= HHDP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
E. Senyawa Fenolik
Fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih cincin aromatik
dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenolik merupakan senyawa
metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan pada tanaman, dengan lebih
dari 8000 struktur fenolik yang telah diketahui, mulai dari struktur yang sederhana
seperti asam fenolat, hingga senyawa yang sangat terpolimersasi seperti tannin
(Dai dan Mumper, 2010).
Fenolik pada tanaman terdiri dari asam fenolat, flavonoid, dan tannin, serta
sedikit ligan. Flavonoid adalah jenis polifenol yang paling sering dikonsumsi.
Flavonoid dibagi ke dalam 6 sub grup yaitu flavones, flafonols, flavanols,
flavanones, isoflavones, dan antosianin berdasarkan bagian oksidasi dari cincin C
pusat. Variasi struktur pada setiap sub grup dapat disebabkan karena tingkat dan
pola hidroksilasi, metoksilasi, prenilasi, atau glikosilasi (Dai dan Mumper, 2010).
Tannin merupakan kelompok utama lainnya dari polifenol yang terdiri dari
dua kelompok yaitu tannin terhidrolisis dan tannin terkondensasi. Tannin
terhidrolisis merupakan senyawa yang mengandung inti pusat dari glukosa atau
polyol lain yang teresterifikasi dengan gallic acid, yang biasa disebut dengan
gallotanins atau teresterifikasi dengan hexahydroxydiphenic acid yang biasa
disebut dengan ellagitanin (Dai dan Mumper, 2010).
F. Metode Penyarian
Menurut Departemen Kesehatan RI (1986), penyarian merupakan
peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari
tersebut. Secara umum metode penyarian dapat dibedakan menjadi:
1. Infundasi
Infundasi merupakan proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu, sari yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infusa adalah sediaan cair yang
dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama
15 menit.
2. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat
aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
dan di dalam sel.
3. Perkolasi
Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
adalah simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang di bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
melalui serbuk tersebut dan akan melarutkan zat aktif dari sel-sel yang dilalui
sampai mencapai keadaan jenuh.
4. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga baku yang telah ditetapkan.
G. Proses penyarian senyawa aktif
1. Pembuatan ekstrak
a. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya. Proses awal pembuatan
ekstrak adalah tahap pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan).
Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak karena makin halus
simplisia, proses ekstraksi makin efektif-efisien, namun makin halus
serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahap filtrasi.
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap
dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun
parameter standar umum :
1) Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis),
serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, dan transportasi).
2) Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai
obat tetap diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu-Aman-
Manfaat).
3) Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang
bertanggung jawab terhadap respon biologis harus mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan.
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
b. Cairan pelarut. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak merupakan
pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat
atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari
bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya
mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam
hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yaitu yang melarutkan hampir
semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk
pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai berikut:
1) Selektivitas
2) Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan ersebut
3) Ekonomis
4) Ramah lingkungan
5) Keamanan
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
c. Maserasi. Maserasi dihasilkan dengan merendam bahan tanaman dalam
suatu cairan, yang secara umum merupakan pelarut organik pada suhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ruangan. Pada proses ekstraksi ini, bahan tanaman direndam dengan
pelarut dalam wadah tertutup. Larutan diaduk untuk meningkatkan
penyarian senyawa aktif dari bahan tanaman. Setelah penyarian
berlangsung sempurna, bahan tanaman dipisahkan dari pelarutnya melalui
penyaringan. Bahan tanaman selanjutnya ditambah dengan pelarut yang
baru untuk merendam bahan tanaman tersebut. Langkah ini dapat diulang
selama beberapa kali untuk memastikan bahwa penyarian zat aktif dari
bahan tanaman berlangsung sempurna. Maserasi dapat membutuhkan
waktu dalam hitungan jam hingga hari untuk satu kali proses ekstraksi,
dan membutuhkan waktu hingga beberapa minggu untuk melakukan
remaserasi. Walaupun maserasi membutuhkan waktu yang relatif lama,
tetapi dapat digunakan untuk menyari senyawa yang bersifat tidak stabil
terhadap panas, karena prosesnya dilakukan pada suhu ruangan (Tiwari,
Brunton, dan Brennan, 2013).
d. Pemekatan/ Penguapan. Pemekatan berarti peningkatan jumlah senyawa
terlarut melalui penguapan pelarut, tetapi tidak sampai menjadi kering,
ekstrak hanya menjadi kental/pekat (Departemen Kesehatan RI, 2000).
e. Pengeringan ekstrak. Pengeringan berarti menghilangkan perarut dari
bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering rapuh, tergantung
proses dan peralatan yang digunakan. Ada berbagai proses pengeringan
ekstrak, yaitu dengan cara pengeringan evaporasi, vaporasi, sublimasi,
kontak, radiasi, dan dielektrik (Departemen Kesehatan RI, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
f. Rendemen. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh
dengan simplisia awal (Departemen Kesehatan RI, 2000).
2. Ekstraksi bertingkat
Menurut Damayanti dan Suparjana (cit Prasetyo, 2013), metode ekstraksi
bertingkat menggunakan sederet pelarut dengan kepolaran yang berbeda.
Penyarian menggunakan metode ekstraksi bertingkat yang dilakukan dengan
maserasi menggunakan beberapa cairan penyari disebut sebagai fraksinasi karena
cairan penyari yang digunakan berbeda kepolarannya sehingga senyawa dalam
fraksi yang didapat telah mengalami pemisahan bersadarkan kepolarannya.
Keuntungan metode ekstraksi bertingkat ini adalah semua senyawa yang berbeda
polaritasnya dapat diekstraksi berdasarkan kepolaran terhadap pelarut tertentu.
H. Pelarut
1. Metanol
Pelarut yang cocok digunakan untuk campuran dengan air (panas atau
dingin) adalah metanol, etanol, aseton, dan etil asetat. Metanol dan etanol telah
banyak digunakan untuk mengekstrak antioksidan (Sultana et al., 2009).
Metanol atau methyl alkohol memiliki rumus molekul CH4O, merupakan
cairan yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan bau yang menyengat
seperti etil alkohol, selain itu metanol dapat bercampur sempurna dengan air.
Metanol memiliki titik didih 650C dan nilai polaritasnya sebesar 5,1 sehingga
bersifat polar (National Center for Biotechnology Information, 2015).
Metanol banyak digunakan sebagai larutan penyari pada metode ekstraksi
maserasi, hal ini dikarenakan metanol diduga mampu melarutkan hampir semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
komponen baik yang bersifat polar, semi polar, maupun non-polar sehingga
metanol disebut sebagai pelarut universal (Al-Ash’ary, Supriyanti, dan Zackiyah,
2010). Metanol jika terhirup atau tertelan dapat menyebabkan gangguan
penglihatan, seperti kabur. (United States Environmental Protection Agency,
2013).
2. Etanol
Etanol atau ethyl alkohol dengan rumus molekul C2H6O dan titik didih
78,20C, merupakan cairan jernih tidak berwarna dapat dengan cepat diserap oleh
saluran pencernaan dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Etanol memiliki
aktivitas bakterisida dan sering digunakan sebagai desinfektan topikal, selain itu
juga banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam sediaan farmasi, dan
bahan utama minuman beralkohol (National Center for Biotechnology
Information, 2015).
Etanol di dalam tubuh akan mengalami oksidasi oleh suatu enzim hati
yaitu alkohol dehydrogenase. Hasil dari oksidasi etanol adalah asetaldehid dan
asam asetat. Namun, hasil oksidasi tersebut kurang toksik dibandingkan dengan
metanol yang menghasilkan toksik seperti formaldehid dan asam formiat (Stoker,
2010).
3. Heksan
Heksan atau N-Hexane memiliki rumus molekul C6H14 dengan titik didih
68,70C merupakan cairan jernih tidak berwarna dengan bau seperti minyak.
Heksan tidak dapat larut air dan banyak digunakan sebagai pelarut, thinner, reaksi
kimia dan sebagai agen pembersih (National Center for Biotechnology
Information, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Penggunaan heksan dalam proses fraksinasi adalah untuk memisahkan
senyawa-senyawa nonpolar seperti klorofil, triterpen, lemak dan senyawa
nonpolar lain. Hal ini dikarenakan heksan merupakan senyawa hidrokarbon yang
memiliki polaritas 0 sehingga dapat digunakan untuk menarik senyawa-senyawa
non polar yang tidak diinginkan dalam hasil proses ekstrak maupun fraksi (Agoes,
2009).
I. Metode Uji Analgesik
Pengujian efek analgesik dalam penemuan dan pengembangan agen
analgesik baru yang dilakukan pada hewan uji di laboratorium antara lain:
1. Golongan Analgesik Narkotik
a. Metode jentikan ekor. Pada uji ini ekor mencit atau tikus dicukur dan
dilapisi dengan cat penyerap panas berwarna hitam. Hewan uji
ditempatkan pada balok dengan lampu inframerah yang panas sehingga
ekor dapat menerima panas secara maksimum. Jarak antara waktu sebelum
hewan uji menjentikkan ekornya untuk keluar dari balok inframerah
dicatat. Prosedur pengujian diulangi dengan menggunakan hewan uji yang
sudah diberi dosis agen analgesik yang diteliti, dan perpanjangan waktu
selama ekor hewan uji masih berada pada balok yang panas dicatat
(Cannon, 2007).
b. Metode potensi petidin. Metode ini kurang baik untuk skrining awal,
karena dibutuhkan hewan uji dalam jumlah yang relatif besar untuk
melakukan uji ini, namun metode ini dapat digunakan untuk pengujian
lanjutan dari hasil skrining awal. Tiap kelompok terdiri dari 20 ekor tikus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
setengah dari kelompok dibagi menjadi 3 bagian dan diberi petidin dengan
dosis berturut-turut 2, 4, dan 8 mg/kg. Setengah kelompok yang lain diberi
petidin dengan senyawa uji dengan dosis 25% dari LD50. Persen analgesik
dihitung dengan bantuan metode rangsang panas. Pengujian ini
memanfaatkan seperangkat alat laboratorium yang berupa lempeng panas
dengan suhu yang telah ditentukan. Hewan uji diletakkan pada lempeng
panas dan jarak waktu sebelum hewan uji menunjukkan tanda
ketidaknyamanan dicatat. Prosedur uji ini diulang dengan menggunakan
hewan uji yang telah diberi dosis agen analgesik, kemudian diamati jarak
waktu selama hewan uji masih dapat tinggal pada lempeng panas sebelum
menunjukkan tanda ketidaknyamanan. Kurva antara dosis dan respon
dibuat dan dilakukan analisis secara statistik (Cannon, 2007).
2. Golongan Analgesik Non-narkotik
a. Metode rangsang kimia. Metode ini sering digunakan sebagai protokol
pada penapisan aktivitas analgesik perifer suatu bahan obat. Prinsip dalam
metode ini adalah senyawa uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau
menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara kimia. Rasa nyeri ini pada
hewan uji diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliatan. Frekuensi
gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang
dirasakannya. Pada metode ini hewan uji diberikan senyawa kimia yang
dapat menginduksi nyeri berupa fenilkuinon, benzokuinon atau asam
asetat, secara intraperitoneal (i.p). Selanjutnya dilakukan pengamatan pada
hewan uji selama 1 jam. Geliat didefinisikan sebagai gerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
meregangkan, gerakan pinggang yang memuntir, menarik kaki belakang,
dan penarikan abdomen sehingga bagian perut menyentuh lantai. Setiap
geliat yang terjadi dicatat sebagai respon positif. Pemberian analgesik akan
mengurangi jumlah geliat dalam jangka waktu tertentu. Penghambatan
geliat yang merupakan persen proteksi senyawa analgesik diukur dengan
persamaan Handerson- Forsaith yaitu:
%�������� = 100% − (�
�× 100%)
Keterangan : O = Jumlah kumulatif geliat hewan uji kelompok perlakuan K = jumlah kumulatif geliat hewan uji kelompok kontrol
(Turner, 1965).
b. Metode rektodolorimeter. Metode ini menggunakan tegangan listrik yang
dihubungkan dari voltmeter ke kandang tikus. Pada metode ini tikus
diletakkan dalam sebuah kandang yang dibuat khusus dengan lantai berupa
tembaga yang dihubungkan dengan sebuah penginduksi yang berupa
gulungan. Ujung gulungan tersebut dihubungkan dengan silinder elektroda
tembaga, sedangkan ujung yang lainnya lagi dihubungkan pada ekor
hewan uji. Sebuah voltmeter yang peka terhadap adanya perubahan
tegangan sebesar 0,1 volt selanjutnya dihubungkan dengan konduktor
yang berada di gulungan bagian atas. Tegangan yang dibutuhkan untuk
menimbulkan teriakan pada tikus adalah 1-2 volt. Respon teriakan hewan
uji dihitung setiap 10 menit selama 1 jam (Turner, 1965).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
J.Asam asetat
Asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) adalah golongan asam
karboksilat yang sering digunakan sebagai pemberi rasa asam pada makanan,
penurun pH pada industri makanan dan sebagai zat pengawet. Asam asetat murni
dikenal sebagai asam asetat glasial yang merupakan senyawa berbentuk cairan,
tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut dalam
air, alkohol, gliserol, dan eter, dan memiliki titik leleh 16,6o C (Sutresna, 2007).
Pada pengujian efek analgesik asam asetat glasial digunakan sebagai
senyawa kimia yang menginduksi nyeri. Asam asetat glasial dapat merusak
membran sel dan fosfolipid yang akan merangsang munculnya mediator nyeri
(Katzung, 2002).
Pada pengujian efek analgesik, asam asetat bekerja sebagai iritan yang
merusak jaringan secara lokal. Setelah pemberian secara intraperitoneal, asam
asetat mengubah pH di dalam rongga perut akibat pelepasan ion H+ dari asam
asetat yang menyebabkan luka pada membran sel. Fosfolipid dari membran sel
akan melepaskan asam arakidonat yang akan membentuk prostaglandin dan
menimbulkan nyeri (Wilmana dan Gan, 2007).
Prostaglandin yang dihasilkan pada cairan intraperitoneal terutama
prostaglandin E2 (PGE2) dan prostaglandin Fα2 (PGF α2). Prostaglandin ini akan
menyebabkan nyeri dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Oleh karena itu,
senyawa yang dapat menghambat geliat pada mencit merupakan analgesik yang
bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin (Muhammad, Saeed, dan
Khan, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
K. Landasan Teori
Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman
akibat adanya rangsangan baik berupa mekanis, kimiawi atau fisis (kalor dan
listrik) yang menyebabkan kerusakan jaringan sehingga terjadi pelepasan
mediator nyeri antara lain histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin yang
akan mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Untuk mengatasi nyeri diperlukan
analgesik yaitu senyawa yang dalam dosis terapeutik dapat menekan rasa nyeri.
Berdasarkan penelitian oleh Puteri dan Kawabata (2010), daun Macaranga
tanarius L. memiliki empat kandungan senyawa ellagitannin berupa mallotinic
acid, corilagin, chebulagic acid, dan macatannins B yang berperan sebagai
antidiabetes dan memiliki aktivitas terhadap penangkapan radikal bebas DPPH.
Adanya aktivitas penangkapan radikal DPPH oleh senyawa ellagitannin
yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius L. memungkinkan kemampuan
senyawa tersebut dalam menangkap radikal bebas dalam tubuh yang dilepaskan
pada proses pembentukan mediator-mediator nyeri dan peradangan. Radikal bebas
merupakan molekul yang tidak stabil sehingga akan mengambil elektron dari
molekul atau sel lain di dalam tubuh untuk mestabilkan diri. Proses pengambilan
elektron ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan pelepasan
mediator-mediator nyeri. Apabila radikal bebas tersebut dapat dihambat, maka
terjadinya nyeri dapat terhambat.
Penyarian senyawa ellagitannin dalam daun Macaranga tanarius L.
dilakukan secara spesifik melalui proses ekstraksi secara bertingkat dengan
menggunakan beberapa cairan penyari dengan kepolaran berbeda. Pelarut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
metanol-air merupakan campuran yang dapat larut sempurna dan banyak
digunakan sebagai larutan penyari pada proses maserasi karena diduga dapat
melarutkan hampir semua komponen baik yang bersifat polar, semi polar, maupun
non polar (Al-Ash’ary, Supriyanti, dan Zackiyah, 2010). Selanjutnya ekstrak yang
telah didapat difraksinasi menggunakan pelarut etanol-heksan yang memiliki nilai
log p campuran 2,97 sehingga dapat menyari dua senyawa ellagitannin berupa
chebulagic acid dan macatannins B yang memiliki rentang kepolaran yaitu
semipolar.
Pengujian efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. dilakukan dengan metode rangsang kimia yang
merupakan protokol pada penapisan aktivitas analgesik perifer. Senyawa
penginduksi nyeri yang digunakan adalah asam asetat yang dapat melepaskan ion
H+ sehingga akan mengubah pH dalam rongga perut dan menyebabkan luka pada
membran sel. Adanya kerusakan pada membran sel menyebabkan pelepasan asam
arakhidonat dan membentuk prostaglandin yang akan mensensitisasi reseptor
nyeri sehingga dapat menimbulkan nyeri.
L. Hipotesis
Sediaan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga
tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang
terinduksi asam asetat 1 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian eksperimental murni bertujuan
untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara memberi
perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.
Dalam penelitian eksperimental murni dilakukan randominasi yaitu penunjukan
subyek penelitian yang dilakukukan secara acak. Acak lengkap merupakan
rancangan penelitian dimana semua subyek uji yang digunakan memiliki kriteria
yang sama sehingga memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih ke dalam
kelompok kontrol maupun perlakuan, sedangkan pola searah merupakan
rancangan penelitian yang memiliki satu variabel bebas yang digunakan (Wasis,
2008). Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah dosis fraksi
etanol heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel utama
a. Variabel bebas, adalah dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b. Variabel tergantung, adalah jumlah geliat yang selanjutnya diolah sebagai
persen proteksi geliat.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali:
1) Galur, berat badan, dan umur dari hewan uji. Hewan uji yang
digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan berat badan 20-30
gram, dan berumur 2-3 bulan.
2) Bahan uji yang digunakan berupa daun Macaranga tanarius L.,
berasal dari lingkungan Kampus Universitas Sanata Dharma, Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
3) Waktu pemanenan daun Macaranga tanarius L. dilakukan pada bulan
April 2015 di pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB.
b. Variabel pengacau tak terkendali:
1) Keadaan patologi mencit, yaitu kondisi anatomi dan fisiologi mencit
yang abnormal.
2) Ketahanan mencit, yaitu kemampuan individu mencit dalam menahan
rasa sakit.
2. Definisi operasional
a. Daun Macaranga tanarius L. yang digunakan adalah daun yang berwarna
hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang
kecil. Daun diambil pada pukul 07.00-10.00 WIB di daerah Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b. Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. adalah ekstrak kental
yang pembuatannya didasarkan pada metode ekstraksi padat cair
(Matsunami et al, 2006) dengan cara mengekstraksi serbuk daun
Macaranga tanarius L. melalui proses maserasi menggunakan campuran
pelarut metanol-air.
c. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
merupakan fraksi kental daun Macaranga tanarius L. yang diperoleh
melalui proses ekstraksi bertingkat dari ekstrak kental metanol-air daun
Macaranga tanarius L., kemudian dimaserasi kembali dengan campuran
pelarut etanol-heksan. Metode fraksinasi ini didasarkan pada penelitian
Puteri dan Kawabata (2010) yang dimodifikasi melalui proses maserasi
bertingkat menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda.
d. Sediaan fraksi daun Macaranga tanarius L. yaitu fraksi etanol-heksan
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang dilarutkan dengan
CMC-Na 1% dalam labu takar 25 mL dan diberikan secara per oral.
e. Dosis pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanariius L. merupakan jumlah fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang diperoleh dari penetapan
konsentrasi terpekat fraksi sebesar 0,6 gram/25 mL atau 2,4 % dan hasil
konversi penggunaan pada tikus dengan dosis tertinggi 137 mg/kg BB.
f. Pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air secara peroral
merupakan pemberian tingkatan dosis fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. sebesar 47,95; 95,9; dan 191,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mg/kgBB dengan menggunakan spuit injeksi oral setelah injeksi asam
asetat 1% secara intraperitoneal dengan selang waktu pemberian 10 menit.
g. Metode induksi rangsang kimia. Metode yang digunakan untuk mengukur
efek analgesik zat uji terhadap subyek uji dengan cara memberi rangsang
nyeri berupa asam asetat 1% yang diberikan secara intraperitoneal
sehingga menimbulkan respon positif berupa geliat yang diamati setiap 5
menit selama 1 jam.
h. Penetapan kriteria geliat mencit. Kriteria geliat mencit yang diamati dan
dihitung adalah gerakan menggeliat dengan menarik kedua pasang kaki ke
depan dan ke belakang serta menempelkan perut pada alas tempat berpijak
mencit tersebut (kotak kaca pengamatan geliat).
i. Jumlah kumulatif geliat adalah banyaknya geliat yang terjadi akibat
pemberian rangsang kimia (asam asetat 1%) selama 1 jam.
j. Persen proteksi adalah seratus dikurangi jumlah kumulatif geliat kelompok
perlakuan dibagi rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol
negatif dikali 100 persen.
k. Perubahan persen proteksi adalah jumlah rata-rata persen proteksi
kelompok kontrol positif dikurangi persen proteksi kelompok perlakuan,
kemudian dibagi rata-rata persen proteksi kelompok kontrol positif dan
dikali 100 persen.
l. Efek analgesik adalah persen proteksi geliat oleh senyawa uji terhadap
rangsang nyeri dari asam asetat yang memenuhi kriteria ≥ 50% (Kelompok
Kerja Ilmiah Phyto Medica, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Hewan uji yang digunakan berupa mencit betina galur Swiss dengan
umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 g dan diperoleh dari Laboratorium
Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari daerah Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
2. Bahan kimia
a. Asetosal diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
b. Zat penginduksi nyeri, Asam asetat glasial diproduksi oleh Merck dan
diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
c. Carboxymethylcellulose-natrrium atau CMC-Na (Dai-Ichi Seiyaku Co.,
Ltd), sebagai pensuspensi asetosal dan fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
d. Aquadest diperoleh dari PT Brataco Chemika Yogyakarta.
e. Metanol diperoleh dari PT Brataco Chemika Yogyakarta.
f. Etanol diperoleh dari PT Brataco Chemika Yogyakarta.
g. Heksan diperoleh dari PT Brataco Chemika Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
h. Ketamin 0,5 ml diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Alat Penelitian
1. Alat pembuatan serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah oven (Memmert), mesin
penyerbuk (Retsch), dan ayakan.
2. Pembuatan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga
tanarius L.
Seperangkat alat gelas berupa gelas beaker, erlenmeyer, gelas ukur, labu
alas bulat, pipet ukur, glass firn, pipet tetes, cawan porselin, corong, corong
Buchner, batang pengaduk (Pyrek Iwaki Glass®), timbangan elektrik, pompa
vakum, shaker, vacuum rotary evaporator, waterbath dan oven.
3. Alat uji analgesik
Seperangkat alat gelas berupa gelas beaker, gelas ukur, labu ukur, pipet
ukur, glass firn, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan
analitik Mettler Toledo®, spuit Terumo®, needle, stopwatch, dan kotak kaca
tempat pengamatan geliat.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman Macaranga tanarius L. dilakukan secara benar
menggunakan buku acuan Flora untuk Sekolah di Indonesia (Steenis, 1975)
dengan membandingkan bagian tanaman berupa batang, daun, dan buah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Selanjutnya determinasi dilakukan dengan membandingkan simplisia tanaman
yang digunakan dengan herbarium tanaman Macaranga tanarius L. koleksi
Laboratorium Botani Farmasi. Determinasi dilakukan di Laboratorium Botani
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius L. yang
diperoleh dari tanaman Macaranga tanarius L. yang tumbuh di daerah Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Daun dipanen pada bulan April 2015
dengan kriteria daun yang masih segar, berwarna hijau, tidak terlalu tua atau
muda, dan tidak berlubang.
3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L.
Daun Macaranga tanarius L. yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air
mengalir, kemudian ditiriskan untuk meniadakan air pada daun. Selanjutnya daun
dikeringkan di bawah sinar matahari dengan bantuan kain, selanjutnya
dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 45˚C-50o C. Setelah daun benar-benar
kering, daun diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan nomor 40.
Penyerbukan daun dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Gravimetri dengan
menggunakan alat moisture balance. Sebanyak 5 gram serbuk Macaranga
tanarius L. dimasukkan ke dalam alat dan diratakan kemudian bobot serbuk
ditimbang sebagai bobot sebelum pemanasan. Serbuk dipanaskan pada suhu 105º
C selama 3 jam hingga berat konstan dan ditimbang bobot serbuk setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pemanasan. Selisih bobot serbuk sebelum dan setelah pemanasan merupakan
kadar air dar serbuk yang diselidiki. Persyarataan serbuk yang baik yaitu kurang
dari 10% (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).
5. Pembuatan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga
tanarius L.
a. Pembuatan ekstrak kental daun Macaranga tanarius L.
Gambar 4. Flowchart langkah pembuatan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
Oven suhu
400C ± 24
jam
Didapatkan
bobot tetap
ekstrak kental
daun
Macaranga
tanarius L.
Ekstrak cair
Ekstrak
Kental
Uapkan pada water
bath untuk
menghilangkan
aquadest
40 gram serbuk M.tanarius
Maserasi (140 rpm) selama 72 jam
Remaserasi 2x
Maserat
- Saring dengan corong buchner
- Dipekatkan dengan Rotary evaporator (3 rpm)
pada suhu 650C
100 mL metanol 70% dan 100 mL aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
Gambar 5. Flowchart langkah pembuatan fraksi etanol-heksan dari hasil ekstrak kental metanol-air daun Macaranga tanarius L.
6. Penetapan konsentrasi terpekat
Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi terpekat yang dapat dibuat
dan dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari sepuit oral 1 mL. Menurut
Purwiyanto (2013), konsentrasi terpekat merupakan jumlah maksimum zat terlarut
Fraksi cair M.tanarius
Uapkan pada water
bath untuk
menghilangkan
pelarut yang belum
dapat ikut menguap
seleuruhnya melalui
vaccum rotary
evaporator
Fraksi Kental
Hingga
Didapatkan
bobot tetap
Fraksi kental
daun
Macaranga
tanarius L.
Oven suhu
400C
Saring dengan corong Buchner. Dipekatkan dengan Rotary evaporator (3 rpm) pada suhu didih campuran etanol – heksan 58,60 ~ 60°C (Agoes,2009).
1 gram Ekstrak kental M.tanarius
Maserasi (140 rpm) selama 24 jam
Filtrat
Remaserasi 1x
Alkohol 95% atau etanol
dan heksan (ml)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dalam setiap satuan larutan pada temperatur tertentu. Berdasarkan penelitian
hepatoprotektif yang sedang dijalankan, telah didapatkan konsentrasi terpekat
dengan melarutkan sebanyak 0,6 gram fraksi larut ke dalam CMC-Na 1% pada
labu ukur 25 mL, sehingga didapatkan konsentrasi fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air sebesar 0,6 gram/25 mL atau 2,4 %.
7. Pembuatan larutan uji
a. Larutan Asam asetat
Larutan asam asetat 1 % dibuat dari larutan asam asetat glasial 100 % v/v
dengan menggunakan rumus V1.C1 = V2.C2.
V1. 100% = 25 mL . 1%
V1 = 0,25 mL
Asam asetat glasial 100 % diambil sebanyak 0,250 mL dimasukkan ke
dalam labu ukur 25 mL kemudian ditambahkan aquadest hingga batas
tanda.
b. Larutan CMC-Na 1%
Ditimbang sebanyak 1,0 gram CMC-Na, kemudian ditaburkan di atas
aquadest yang telah dipanaskan, diaduk hingga larutan mengembang dan
homogen. Larutan CMC-Na dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan aquadest hingga batas tanda kemudian digojog.
c. Suspensi asetosal
Suspensi asetosal 1 % dibuat dengan mensuspensikan 250,0 mg asetosal
dalam CMC-Na 1 % dengan menggunakan labu ukur 25,0 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
d. Sediaan fraksi daun Macaranga tanarius L.
Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
sebanyak 0,6 gram dilarutkan ke dalam larutan CMC-Na 1% kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL, ditambahkan dengan larutan
CMC-Na hingga batas tanda dan digojog hingga terbentuk larutan
homogen.
8. Penetapan dosis
a. Dosis asam asetat
Dosis optimum asam asetat untuk menginduksi nyeri adalah 50 mg/kg BB
(Andini, 2010; Wulandari, 2010; dan Tabalubun, 2013).
b. Dosis asetosal
Dosis asetosal yang digunakan adalah dosis lazim yaitu 0,5 g atau 500 mg
untuk berat badan manusia Indonesia 50 kg (Andini, 2010 dan Wulandari,
2010). Faktor konversi dengan pedoman manusia Eropa 70 kg ke mencit
20 g adalah 0,0026. Dosis asetosal untuk manusia 70 kg adalah (70 kg : 50
kg) x 500 mg = 700 mg. Konversi dosis untuk mencit 20 g adalah 0,0026 x
700 mg = 1,82 mg, maka dosis asetosal adalah 1,82 mg : 20 g = 0,091
mg/g BB atau 91 mg/kg BB.
c. Dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius
L.
Ditentukan berdasarkan konsentrasi terpekat fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. yaitu 0,6 gram/25 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Selanjutnya diperoleh dosis tertinggi untuk hewan uji tikus adalah 137
mg/kg BB melalui perhitungan sebagai berikut:
Dosis x BB tikus (g) = Konsentrasi terpekat fraksi × Volume pemberian
Dosis x 350 g BB = 0,6 gram/25mL x 2mL (�
� volume maksimal tikus)
Dosis x 0,350 kg BB = 600 mg/ 25 mL x 2 mL
Dosis fraksi = 137,1 mg/kg BB ≈ 137 mg/kg BB
Faktor konversi dosis untuk tikus 200 g ke mencit 20 g adalah 0,14.
1) Dosis tertinggi fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. pada tikus adalah 137 mg/kgBB, maka dosis
untuk tikus dengan BB = 200 g adalah 137 mg/kg BB x 0,2 kg = 27,4
mg/kg BB≈ 27,4 mg/ 200 g BB.
2) Dosis tertinggi untuk mencit 20 gram ditentukan dari nilai konversi
dosis dari tikus 200 gram ke mencit 20 gram yaitu 0,14; maka dosis
tertinggi untuk mencit 20 gram adalah 27,4 mg/200 gram x 0,14 =
3,836 mg/20 gram BB mencit ≈ 191,8 mg/kg BB.
3) Dosis terendah dan dosis menengah ditentukan dengan menurunkan
dua kelipatan dari dosis tertinggi sehingga diperoleh dosis untuk
mencit 20 gram sebagai berikut:
Dosis menengah = 1,918 mg/20 gram BB ≈ 95,9 mg/kg BB
Dosis terendah = 0,959 mg/20 gram BB ≈ 47,95 mg/kg BB
9. Pengujian kandungan senyawa metabolit sekunder
a. Pemeriksaan Alkaloid. Larutan ekstrak sebanyak 3 mL ditambah dengan
1ml HCl 2N dan 6 mL aquadest. Kemudian dipanaskan di atas penangas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Sebanyak 3 tetes filtrat
dipindahkan pada kaca arloji, kemudian ditambahkan pereaksi Mayer dan
Dragendorff, masing-masing sebanyak 2 tetes. Adanya alkaloid ditandai
dengan terbentuknya endapan putih dengan pereaksi Mayer dan endapan
merah dengan pereaksi Dragendorff (Departemen Kesehatan RI, 2000).
b. Pemeriksaan Flavonoid. Larutan ekstrak sebanyak 2 mL ditambah dengan
sedikit serbuk seng atau magnesium dan 2 mL HCl 2N. Senyawa
flavonoid akan menimbulkan warna jingga sampai merah (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
c. Pemeriksaan Saponin. Larutan ekstrak sebanyak 1 mL ditambahkan 10 mL
aquadest dan dikocok kuat selama 10 menit. Hasil dinyatakan positif
apabila buih yang terbentuk stabil selama tidak kurang dari 10 menit,
setinggi 1cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes HCl 2N, buih tidak
hilang (Departemen Kesehatan RI, 2000).
d. Pemeriksaan Triterpenoid/Steroid. Sebanyak 1 mL larutan ekstrak kental
diuapkan sampai kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-
Burchad. Jika warna berubah menjadi biru atau ungu, menandakan adanya
senyawa steroid. Jika warna berubah menjadi merah, menunjukkan adanya
senyawa terpenoid (Departemen Kesehatan RI, 2000).
e. Pemeriksaan Fenolik. Sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan dengan 10 mL
aquadest lalu didihkan selama 10 menit dalam tangas air mendidih.
Larutan kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 3 tetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
FeCl3 1%. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya fenolik
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
f. Pemeriksaan Tanin. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. sebanyak 1 mL dan dipindahkan ke atas plat tetes
lalu ditambah beberapa tetes FeCl3. Hasil positif dibuktikan dengan
perubahan warna larutan menjadi hijau sampai biru kehitaman (Azizah,
Suarsini, dan Prabaningtyas, 2014).
g. Pemeriksaan Glikosida. Sebanyak 0,1 mL fraksi daun Macranga tanarius
L. dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 mL aquadest, 5
tetes Molisch, dan 2 mL H2SO4 pekat secara hati-hati melalui dinding
tabung reaksi. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada
batas cairan (Azizah, Suarsini, dan Prabaningtyas, 2014).
10. Uji pendahuluan : Penetapan selang waktu pemberian asam asetat 1 %
v/v
Selang waktu pemberian asam asetat merupakan jeda antara pemberian zat
uji secara peroral dengan pemberian injeksi asam asetat secara intraperitoneal (ip).
Dalam saat selang waktu tersebut, zat uji diharapkan telah diabsorpsi sehingga
dapat memberikan efek analgesik secara optimal. Pada penentuan selang waktu
digunakan asetosal dosis 91 mg/kg BB. Selang waktu yang diujikan adalah 10 dan
15 menit. Selanjutnya dihitung rata-rata jumlah geliat pada berbagai selang waktu
tersebut. Selang waktu dengan jumlah geliat yang paling sedikit dipilih sebagai
selang waktu pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
11. Perlakuan hewan uji
Hewan uji sebanyak 25 ekor mencit betina galur Swiss berumur 2-3 bulan
dan memiliki berat badan 20-30 gram diberi perlakuan yang sama sebelum
digunakan yaitu diadaptasikan di lingkungan tempat penelitian selama 18-24 jam
dan dipuasakan selama 18-24 jam dengan hanya diberikan air minum saja.
Selanjutnya hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok secara acak dimana masing-
masing kelompok uji menggunakan 5 ekor mencit dengan rincian sebagai berikut:
a. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberikan CMC-Na dosis 191,8 mg/kg BB
b. Kelompok II sebagai kontrol positif diberikan Asetosal dosis 91 mg/kg BB
c. Kelompok III sebagai perlakuan diberikan fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB
d. Kelompok IV sebagai perlakuan diberikan fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB
e. Kelompok V sebagai perlakuan diberikan fraksi etil asetat ekstrak metanol-air
daun Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB
Setelah diberi perlakuan, setiap hewan uji dari masing- masing kelompok diberi
asam asetat 1% dengan dosis 50 mg/kg BB secara intraperitoneal dengan selang
waktu 10 menit. Respon geliat diamati dan dicatat setiap 5 menit selama 1 jam.
12. Perhitungan persen proteksi
Besarnya proteksi geliat dihitung dengan persamaan yaitu:
% proteksi = (100-[(P/K) x 100]%
Keterangan : P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian senyawa uji K = jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji kontrol negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Data persen proteksi geliat tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisa
variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95%.
13. Perhitungan perubahan persen proteksi
Perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif dihitung
menggunakan rumus:
Perubahan % proteksi = [(A-B)/B] x 100
Keterangan: A = %proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan B = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif
(Pudjiastuti, Dzulkarnain, dan Nuratmi, 2000).
Gambar 6. Skema perlakuan hewan uji
Dua puluh lima ekor mencit dikelompokkan secara acak ke dalam 5 kelompok
Kelompok
I
CMC-Na
Kelompok
II
Asetosal
91mg/kg
BB
Kelompok
III
FDM
dosis 47,95
mg/kg BB
Kelompok
IV
FDM
dosis 95,9
mg/kg BB
Kelompok
V
FDM
dosis 191,8
mg/kg BB
Pemberian asam asetat 1% dosis 50 mg/kg BB setelah 10 menit secara i.p
Pengamatan geliat setiap selang waktu 5 menit selama 1 jam
Perhitungan % proteksi dan perubahan % proteksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
F. Analisis Hasil
1. Uji pendahuluan untuk penentuan selang waktu pemberian senyawa uji
dan asam asetat
Hasil rata-rata jumlah geliat masing-masing kelompok uji yaitu
kelompok kontrol negatif CMC-Na dengan selang waktu pemberian 10 menit,
kelompok selang waktu pemberian 10 menit, dan kelompok selang waktu 15
menit diuji secara statistik untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
bermakna antar kelompok. Analisis menggunakan Shapiro-Wilk dipilih untuk
mengetahui distribusi data masing-masing kelompok. Uji Shapiro-Wilk dipilih
karena sampel yang digunakan kurang dari 50. Nilai probabilitas (p) > 0,05
menunjukkan data berdistribusi normal, sedangkan nilai p < 0,05
menunjukkan data berdistribusi tidak normal. Selanjutnya dilakukan analisis
varian data antar kelompok dengan uji Levene. Nilai probabilitas (p) > 0,05
menunjukkan data antar kelompok bervariansi homogen, sedangkan nilai p <
0,05 menunjukkan variansi berbeda.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna antar
kelompok maka dilakukan uji T tidak berpasangan. Uji ini dipilih untuk
membandingkan rata-rata jumlah geliat dari 1 kali pengukuran pada dua
kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif CMC-Na dengan selang
waktu 10 menit terhadap kelompok selang waktu 10 menit dan antara
kelompok selang waktu 10 menit terhadap kelompok selang waktu 15 menit
yang memiliki distribusi normal dan variansi homogen. Nilai probabilitas (p)
> 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata antardua kelompok,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
sedangkan nilai p < 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan rerata antardua
kelompok (Dahlan, 2014).
2. Uji analgesik fraksi etanol heksan ekstrak metanol air daun Macaranga
tanarius l.
Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat dan perhitungan persen proteksi
dianalisis secara statistik untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
bermakna antar kelompok. Analisis statistik diawali dengan uji Shapiro-Wilk
untuk mengetahui distribusi data masing-masing kelompok. Uji Shapiro-Wilk
dipilih karena sampel yang digunakan kurang dari 50, apabila nilai
probabilitas (p) > 0,05 menunjukkan data berdistribusi normal, sedangkan
nilai p < 0,05 menunjukkan data berdistribusi tidak normal. Selanjutnya
dilakukan analisis varian data antar kelompok dengan uji Levene. Nilai
probabilitas (p) > 0,05 menunjukkan data antar kelompok bervariansi
homogen, sedangkan nilai p < 0,05 menunjukkan variansi berbeda.
Karena data dari 5 kelompok uji memiliki distribusi normal dan
variansi homogen, maka dilanjutkan uji ANOVA satu arah dengan taraf
kepercayaan 95%. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata
antardua kelompok tidak berpasangan. Nilai probabilitas (p) < 0,05
menunjukkan paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai
perbedaan rerata yang bermakna, sedangkan nilai p > 0,05 menunjukkan tidak
terdapat perbedaan rerata yang bermakna antardua kelompok. Apabila nilai p
dari hasil uji ANOVA satu arah < 0,05 maka analisis statistik dilanjutkan
dengan analisis Post-Hoc untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fraksi etanol-heksan ekstrak metanoldosis 137; 68,5 dan 34,25 mg/kg BB tikus
secara bermakna. Analisis
Scheffe dipilih karena alternatif uji
yang relatif sama.
yang bermakna antara dua kelompok data, sedangkan nilai p > 0,05
menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna (Dahlan, 2014).
Penelitian ini merupakan penelitian payung yang meneliti pengaruh
pemberian fraksi etanol
terhadap efek hepatoprotektif, anti
digunakan dalam penelitian ini
Peneliti hanya fokus pada pengaruh pemberian fraksi etanol
metanol-air daun Macaranga tanarius
galur Swiss (gambar 7)
uji mencit menjadi 47,95; 95,9 dan 191,8 mg/kg BB mencit.
Gambar 7. Fokus penelitian
heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius dosis 137; 68,5 dan 34,25 mg/kg BB tikus
Efek hepatoprotektif
Efek anti-inflamasi
Efek analgesik
secara bermakna. Analisis Post-Hoc yang digunakan adalah uji
dipilih karena alternatif uji Post-Hoc manapun akan memberikan hasil
relatif sama. Jika diperoleh nilai p < 0,05 menunjukkan perbedaan rerata
yang bermakna antara dua kelompok data, sedangkan nilai p > 0,05
menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna (Dahlan, 2014).
G. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung yang meneliti pengaruh
pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius
terhadap efek hepatoprotektif, anti-inflamasi dan analgesik. Peringkat dosis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 137; 68,5 dan 34,25 mg/kg BB tikus.
Peneliti hanya fokus pada pengaruh pemberian fraksi etanol
Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit
(gambar 7). Oleh karena itu, dilakukan konversi dos
uji mencit menjadi 47,95; 95,9 dan 191,8 mg/kg BB mencit.
Gambar 7. Fokus penelitian
*
Keterangan:
Fokus penelitian
oleh peneliti*
52
Macaranga tanarius L.
yang digunakan adalah uji Scheffe. Uji
manapun akan memberikan hasil
diperoleh nilai p < 0,05 menunjukkan perbedaan rerata
yang bermakna antara dua kelompok data, sedangkan nilai p > 0,05
menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna (Dahlan, 2014).
Penelitian ini merupakan penelitian payung yang meneliti pengaruh
Macaranga tanarius L.
inflamasi dan analgesik. Peringkat dosis yang
adalah 137; 68,5 dan 34,25 mg/kg BB tikus.
Peneliti hanya fokus pada pengaruh pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak
L. terhadap efek analgesik pada mencit
. Oleh karena itu, dilakukan konversi dosis untuk hewan
Keterangan:
Fokus penelitian
oleh peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L.
Determinasi merupakan proses mengidentifikasi tanaman sehingga
diketahui ciri-ciri tumbuhan tersebut secara spesifik, kemudian data yang
diperoleh dibandingkan dengan acuan determinasi (Steenis, 1975) untuk
mengetahui klasifikasi tanaman. Tujuan determinasi adalah untuk memastikan
sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian benar yaitu berasal dari spesies
Macaranga tanarius L.
Tanaman Macaranga tanarius L. yang digunakan sebagai bahan simplisia
merupakan tanaman liar, yaitu tumbuhan yang tumbuh sendiri di pekarangan atau
pagar-pagar, sehingga identifikasi harus dilakukan untuk menjamin bahwa bagian
tanaman yang diambil berasal dari spesies tanaman yang diinginkan.
Hasil determinasi yang dilakukan di Laboratorium Botani Farmasi
membuktikan bahwa yang dideterminasi adalah benar tanaman Macaranga
tanarius L. (Lampiran 1) melalui determinasi yang dilakukan secara benar hingga
kategori jenis (spesies).
B. Pengumpulan dan Penyerbukan Daun Macaranga tanarius L.
Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
Macaranga tanarius L. Daun dipilih untuk diuji pada penelitian efek analgesik
karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumazawa, Murase, Momose,
dan Fukumoto (2014) terbukti bahwa daun Macaranga tanarius L. mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
senyawa flavonoid terprenilasi dan memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas
DPPH yang paling tinggi setelah bagian glandular trichoma yang cenderung lebih
sulit untuk dikumpulkan dalam jumlah yang banyak.
Daun Macaranga tanarius L. diambil pada saat tanaman telah dewasa
yang ditandai dengan perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif yaitu
munculnya bunga. Hal ini dilakukan karena pada saat itu penumpukan senyawa
aktif berada dalam kondisi optimal sehingga mempunyai mutu terbaik.
Pemanenan daun dilakukan antara pukul 07.00-10.00 WIB agar diperoleh
kandungan senyawa metabolit yang optimal. Kandungan antioksidan dalam daun
akan banyak hilang untuk digunakan sebagai proteksi terhadap sinar UV yang
merupakan salah satu sumber radikal bebas dari lingkungan jika pemanenan
dilakukan pada siang hari (Tjay dan Rahardja, 2007). Waktu pemanenan akan
mempengaruhi kuantitas dan kualitas kandungan senyawa metabolit dalam daun,
sehingga pemanenan harus dilakukan pada waktu yang tepat agar diperoleh
kandungan metabolit dalam jumlah optimal (Soegihardjo, 2013).
Pengumpulan daun Macaranga tanarius L. dilakukan pada daerah yang
sama yaitu di daerah Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta dengan
kriteria masih segar, berwarna hijau, tidak terlalu tua atau muda, dan tidak
berlubang untuk menjaga mutu bahan aktif dalam simplisia agar tetap atau tidak
bervariasi. Hal ini dilakukan karena kadar bahan aktif dalam simplisia juga
bergantung pada lingkungan tumbuh. Tempat tumbuh yang berbeda akan
memiliki kualitas tanah, kadar air, dan intensitas sinar matahari yang berbeda,
sehingga menyebabkan perbedaan kandungan senyawa aktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Daun yang telah dipanen selanjutnya dicuci dengan air mengalir agar
dapat memenuhi kriteria bahan baku simplisia yaitu bersih, tidak bercampur
dengan tanah, pasir, kerikil atau pengotor lainnya. Pembersihan simplisia dari
tanah juga dapat mengurangi jumlah kontaminasi mikrobiologi (Soegihardjo,
2013). Daun yang sudah dicuci kemudian ditiriskan dan dikeringkan di bawah
sinar matahari dengan bantuan penutup kain hitam. Tujuan penggunaan kain
hitam adalah untuk menghindari debu, dan mencegah simplisia yang sudah kering
agar tidak terbawa oleh angin sehingga akan mengurangi bahan baku simplisia,
serta menghindari terurainya kandungan kimia karena paparan sinar matahari
(UV) secara langsung. Pengeringan dilanjutkan dengan menggunakan oven pada
suhu 45˚C-50o C untuk menyerap kandungan air yang masih tersisa sehingga
simplisia tidak mudah rusak dan dapat bertahan lama karena dapat mencegah
pertumbuhan jamur atau mikroba, serta mencegah terjadinya hidrolisis kandungan
senyawa metabolit akibat reaksi enzimatik yang diperantarai oleh adanya air.
Simplisia daun yang telah benar-benar kering dihaluskan hingga berbentuk
serbuk kemudian diayak menggunakan ayakan nomor 40 mesh supaya didapatkan
ukuran serbuk yang seragam. Penyerbukan ini dilakukan agar luas permukaan
serbuk simplisia yang berkontak dengan cairan penyari semakin besar, sehingga
diharapkan senyawa metabolit yang terkandung didalamnya dapat berdifusi
dengan mudah ke dalam cairan penyari untuk mencapai kesetimbangan
konsentrasi antara senyawa aktif di dalam sel dan dalam cairan penyari.
Penyerbukan daun Macaranga tanarius L. dilakukan di LPPT UGM dengan hasil
yang diperoleh 1200 g serbuk kering.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
C. Penetapan Kadar Air
Kadar air ditetapkan dengan metode gravimetri, yaitu dengan
membandingkan selisih bobot serbuk daun Macaranga tanarius L. sebelum
pengeringan pada suhu 105°C selama 3 jam dengan bobot serbuk setelah
pengeringan. Tujuan penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan
maksimal tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Serbuk simplisia
dianggap aman jika memenuhi persyaratan serbuk yang baik yaitu memiliki kadar
air kurang dari 10%. Pada kadar air mencapai kurang dari 10%, dapat mencegah
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya, serta menghentikan reaksi
enzimatik. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa
aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih
mengandung kadar air tertentu (Prasetyo dan Endang, 2013).
Penetapan kadar air serbuk Macaranga tanarius L. dilakukan oleh LPPT
UGM dengan 2 kali replikasi. Hasil penetapan kadar air yang diperoleh adalah
kurang dari 10% dengan rata-rata sebesar 6,66% b/b (Lampiran 2). Hal ini
menunjukkan bahwa serbuk daun Macaranga tanarius L. telah memenuhi standar
kadar air serbuk yang baik.
D. Pembuatan Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol Daun Macaranga
tanarius L.
Pembuatan fraksi diawali dengan proses ekstraksi serbuk daun Macaranga
tanarius L. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi bahan tanaman akan melalui dua
proses yang terjadi secara paralel yaitu pelepasan bahan yang diekstraksi melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
proses dari sel yang telah dirusak, dan pelepasan bahan yang diekstraksi melalui
proses difusi (Agoes, 2009). Serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
ditimbang sebanyak 40 g kemudian dimaserasi menggunakan campuran pelarut
metanol dan air masing-masing sebanyak 100 ml. Total bobot serbuk kering daun
Macaranga tanarius L. yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1200 g.
Maserasi merupakan salah satu metode penyarian simplisia dengan menggunakan
beberapa macam pelarut pada suhu kamar dan dalam kurun waktu tertentu. Pada
tahap maserasi, pelarut akan berdifusi ke dalam sel dan selanjutnya zat aktif akan
larut di dalam pelarut hingga tercapai kesetimbangan antara solute dan solven.
Untuk mengambil senyawa aktif yang masih tersisa maka dilakukan proses
remaserasi sebanyak dua kali, hingga diperoleh warna larutan yang bening. Baik
proses maserasi maupun remaserasi dilakukan dengan bantuan shaker selama 72
jam agar solute dan solvent dapat berkontak secara homogen dan mencapai
kesetimbangan konsentrasi (Puteri dan Kawabata, 2010). Penggojogan dilakukan
secara konstan dengan kecepatan putaran 140 rpm agar kesetimbangan
konsentrasi antara solute dan solvent dapat lebih mudah tercapai. Lamanya waktu
maserasi selama 72 jam merupakan waktu yang optimal untuk mencapai
konsentrasi yang setimbang antara solute dan solvent dalam pengambilan senyawa
aktif.
Proses ekstraksi didasarkan pada prinsip like dissolves like atau kelarutan
senyawa aktif terhadap pelarutnya. Kandungan aktif dalam daun Macaranga
tanarius L. yang ingin disari adalah senyawa ellagitannin yang bersifat semipolar,
oleh karena itu penyari yang digunakan juga harus memiliki rentang polaritas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang sama, agar dapat menyari senyawa aktif yang diinginkan secara selektif.
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah metanol 70% dan air dengan
perbandingan 1:1. Pelarut ini dipilih karena campuran alkohol dan air memiliki
daya ekstraktif terbesar untuk semua bahan alam berbobot molekul rendah seperti
alkaloida, saponin, dan flavonoid (Agoes, 2009). Selain itu, pelarut yang
mengandung air akan meningkatkan proses difusi karena adanya perlakuan
dengan air akan menyebabkan terjadinya pengembangan sel sehingga terjadi
peningkatan permeabilitas atau pecahnya dinding sel. Perbandingan pelarut
metanol dan air 1:1 dipilih karena pada perbandingan tersebut dapat mencegah
terjadinya ekstraksi klorofil atau zat yang bersifat resin dan polimer yang pada
umumnya bukan merupakan bagian penting untuk ekstrak (Agoes, 2009). Metanol
digunakan pada konsentrasi 70% karena menurut penelitian Lim, Lim dan Yule
(2008) , metanol 70% dapat menyari senyawa polifenol dan senyawa antioksidan
secara efisien.
Hasil maserasi dan remaserasi disaring sehingga diperoleh ekstrak metanol-
air daun Macaranga tanarius L. Proses penyaringan dilakukan dengan
menggunakan kain mori dan kertas saring serta menggunakan bantuan corong
Buchner dan pompa vakum untuk mempercepat proses penyaringan. Penyaringan
dilakukan untuk memisahkan partikel serbuk dan kotoran dengan maserat yang
diperoleh. Adanya serbuk dan kotoran akan membentuk endapan ketika ekstrak
dikeringkan. Kain mori digunakan sebagai media penyaring untuk mempermudah
proses pemisahan serbuk dengan maserat yang akan diambil. Setelah penyaringan
dengan kain mori, dilanjutkan dengan menggunakan kertas saring untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menjamin tidak ada serbuk atau pengotor berukuran kecil yang tercampur dengan
maserat.
Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan bantuan rotary
evaporator. Pemekatan ini dilakukan untuk memisahkan kandungan aktif dengan
campuran pelarut metanol-air sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental
merupakan masa kental yang mengandung bermacam konsentrasi sisa
kelembaban dan kekuatan bahan berkhasiat yang diperoleh dari ekstrak cair yang
diuapkan larutan penyarinya secara hati-hati. Pada suhu kamar, ekstrak kental
tidak berbentuk cair (Agoes, 2009). Suhu yang digunakan untuk menguapkan
pelarut adalah 65°C. dengan kecepatan putar 3 rpm. Suhu penguapan yang lebih
rendah dibanding titik didih pelarut tetap dapat menguapkan pelarut karena
prinsip kerja rotary evaporator yang menggunakan bantuan tekanan dari pompa
vakum, sehingga titik didih pelarut di dalam sistem akan lebih rendah, selain itu
adanya putaran labu alas bulat menyebabkan panas yang diberikan pada sistem
lebih merata. Proses pemekatan dihentikan ketika sebagian besar pelarut telah
menguap, yang ditandai dengan tetesan pelarut pada labu penampung yang
semakin sedikit, sehingga hanya meninggalkan senyawa aktif yang dituju.
Ekstrak kental yang didapat selanjutnya dituang ke dalam cawan porselein
yang telah ditimbang sebelumnya. Cawan berisi ekstrak kental diletakkan pada
waterbath untuk menguapkan sisa pelarut air, selanjutnya cawan berisi ekstrak
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40°C selama ± 24 jam hingga didapatkan
bobot tetap penyusutan 0%. Hasil bobot tetap ekstrak kental yang diperoleh pada
penelitian adalah 126,240 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Ekstrak kental yang diperoleh difraksinasi dengan cara dimaserasi kembali
dengan campuran pelarut yang berbeda. Fraksinasi adalah proses pemisahan
berdasarkan kepolaran senyawa yang terkandung di dalam ekstrak kental daun
Macaranga tanarius L. (Damayanti dan Suparjana (cit Prasetyo,2013)). Ekstrak
tumbuhan biasanya masih mengandung berbagai senyawa yang tidak diinginkan,
antara lain karbohidrat atau senyawa lipid. Untuk mendapatkan senyawa aktif
secara selektif, maka dilakukan ekstraksi bertingkat dengan menggunakan pelarut
yang memiliki rentang kepolaran yang lebih sempit dibanding pelarut yang
digunakan pada proses ekstraksi. Dalam penelitian ini senyawa yang diinginkan
merupakan senyawa ellagitannin. Empat senyawa ellagitannin berupa mallotinic
acid, corilagin, chebulagic acid, dan macatannins B memiliki nilai koefisien
partisi (log P) secara berturut-turut adalah 1,65; 1,10; 2,30; dan 2,57. Koefisien
partisi merupakan perbandingan konsentrasi yang tetap suatu zat terlarut pada
campuran pelarut yang saling tidak bercampur. Zat terlarut akan mendistribusikan
dirinya sendiri di antara kedua pelarut berdasarkan afinitasnya pada masing-
masing fase.
Sama seperti proses ekstraksi, pemilihan pelarut pada proses fraksinasi juga
didasarkan pada kelarutan zat aktif pada pelarutnya. Dalam hal ini, kelarutan
ditentukan dengan kedekatan nilai log P senyawa aktif dengan pelarut yang
digunakan. Pelarut polar memiliki log P ≤ 2, pelarut semi polar memiliki rentang
log P 2-4, sedangkan pelarut nonpolar memiliki log P ≥ 4 (Holmbreg, 2003).
Pelarut yang digunakan dalam proses fraksinasi adalah campuran etanol (log P -
0,16) dan heksan (log P 3,13) dengan log P campuran 2,97 sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menyari senyawa aktif dengan rentang semi polar. Penggunaan campuran pelarut
etanol dan heksan diharapkan dapat menyari senyawa ellagitannin berupa
senyawa chebulagic acid dan macatannins B yang bersifat semi polar secara lebih
spesifik.
Tahap selanjutnya adalah proses maserasi dan remaserasi yang masing-masing
dilakukan selama 24 jam dengan bantuan shaker agar pelarut dapat berkontak
dengan senyawa aktif secara optimal. Remaserasi hanya dilakukan sebanyak 1
kali karena hasil remaserasi telah memberikan larutan berwarna bening sehingga
kemungkinan senyawa yang dituju sudah tidak tersari lagi pada pelarut. Larutan
hasil maserasi dan remaserasi kemudian disaring dengan bantuan kertas saring
dan corong Buchner sehingga didapatkan fraksi cair daun Macaranga tanarius L.
penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan fraksi yang didapat dengan
pengotor berupa partikel halus dari ekstrak kental. Filtrat hasil penyaringan
dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator untuk memisahkan antara
senyawa aktif dengan campuran pelarut etanol-heksan. Suhu yang digunakan
adalah 60°C karena titik didih campuran pelarut etanol dan heksan adalah 58,60 ~
60°C (Agoes,2009).
Fraksi yang telah dipekatkan kemudian dituang ke dalam cawan porselein
yang telah ditimbang sebelumnya lalu diletakkan pada waterbath untuk
menguapkan pelarut yang masih tersisa. Fraksi kental yang didapat kemudian
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40°C hingga diperoleh bobot tetap dengan
penyusutan 0%. Jumlah fraksi etenol-heksan ekstrak metanol-air yang diperoleh
pada penelitian ini adalah 30,508 gram. Bobot fraksi yang diperoleh digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
untuk menghitung nilai % rendemen yang merupakan perbandingan antara bobot
fraksi yang diperoleh dengan bobot serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
yang digunakan. Hasil perhitungan % rendemen adalah 2,55% (Lampiran 12).
E. Hasil Pengujian Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder
Sebelum dilakukan pengujian efek analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. perlu dilakukan pengujian secara
kualitatif untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit yang terkandung di
dalamnya. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia pada tanaman yang
bermolekul kecil. Dalam penelitian ini, pengujian kandungan senyawa metabolit
sekunder dilakukan dengan cara mereaksikan fraksi daun Macaranga tanarius L.
dengan suatu reagen tertentu di dalam tabung reaksi. Hasil pengujian kandungan
senyawa metabolit sekunder dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Hasil Pengujian Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L.
No Pengujian Fitokimia Hasil Pengujian Tanda Positif Hasil +/++/+++ / - 1 Alkaloid Reagen Dragendorff Endapan merah Endapan merah + Reagen Mayer Endapan putih Endapan putih + 2 Flavonoid Kuning-Jingga Jingga +++ 3 Terpenoid Merah Coklat - 4 Fenolik Hijau-Biru Hijau-biru +
5 Saponin Buih ≥ 1 cm bertahan selama 30 menit
Buih ≤ 1 cm -
6 Tanin Biru Kehitaman Biru Kehitaman +++
7 Glikosida Cincin warna biru-ungu pada batas cairan
Terdapat cincin wana ungu tua pada batas cairan
++
Keterangan: (+++) intensitas kuat, (++) intensitas sedang, (+) intensitas rendah, (-) tidak terdeteksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
1. Senyawa alkaloid
Pengujian kandungan senyawa alkaloid dilakukan dengan menggunakan 2
macam reagen/pereaksi yaitu Dragendorff dan Mayer. Prinsip penggunaan kedua
reagen ini untuk identifikasi kandungan alkaloid adalah pengendapan alkaloid
dengan logam-logam berat. Hasil positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan merah dengan reagen Dragendorff dan endapan putih dengan reagen
Mayer. Hasil pengujian kandungan senyawa alkaloid pada fraksi etanol-heksan
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. menunjukkan hasil positif
dengan intensitas rendah. Hal ini ditunjukkan dari endapan merah dan endapan
putih yang terbentuk tidak terlalu banyak.
Dalam tumbuhan, senyawa alkaloid dapat terbentuk pada daun, dimana
proses fotosintesis terjadi. Senyawa alkaloid sendiri digunakan pada tanaman
untuk mempertahankan diri dari serangan luar. Beberapa senyawa alkaloid yang
terisolasi dapat memberikan efek farmakologis sebagai analgesik, mempengaruhi
peredaran darah dan pernapasan, anaestetika lokal, dan antiparasit (Sirait, 2007).
2. Senyawa flavonoid
Pengujian senyawa flavonoid dilakukan dengan menambahkan logam
magnesium pada larutan fraksi Macaranga tanarius L., kemudian ditambahkan 2
mL HCl 2 N. Tujuan penambahan logam magnesium dan HCl pada pengujian
flavonoid adalah untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam struktur
flavonoid sehingga terjadi perubahan warna menjadi jingga atau merah.
Hasil uji flavonoid pada fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. memberikan hasil positif berupa terbentuknya warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
jingga, namun belum dapat diketahui secara pasti jenis senyawa flavonoid yang
terkandung dalam fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga
tanarius L.
3. Senyawa terpenoid
Pengujian senyawa terpenoid dilakukan dengan menggunakan reagen
Lieberman Buchard yang dibuat dari asam sulfat pekat dan anhidrida asetat.
Senyawa terpenoid akan mengalami dehidrasi dengan penambahan asam kuat dan
membentuk garam yang memberikan reaksi dengan terbentuknya warna biru atau
ungu untuk senyawa steroid dan warna merah untuk senyawa terpenoid.
Perubahan warna ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada golongan
terpenoid/steroid melalui ikatan rangkap terkonjugasi.
Hasil pengujian senyawa terpenoid menunjukkan hasil negatif dengan
tidak terbentuknya hasil reaksi berwarna coklat. Hasil negatif ini dikarenakan
senyawa terpenoid tidak tersari dengan pelarut yang digunakan dalam proses
penyarian. Pelarut yang digunakan pada pembuatan fraksi Macaranga tanarius L.
bersifat semi polar, sedangkan menurut Sirait (2007), sebagian besar terpenoid
mempunyai struktur siklik dengan satu atau lebih gugus fungsional seperti
hidroksi dan karbonil, sehingga terpenoid pada umumnya merupakan senyawa
yang larut dalam lipid.
4. Senyawa fenolik
Pengujian kandungan fenolik dilakukan untuk membuktikan adanya gugus
OH dari fenol pada fraksi daun Macaranga tanarius L. Adanya gugus fenolik
akan memberikan warna hijau hingga biru setelah penambahan FeCl3. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pengujian menunjukkan warna hijau kehitaman. Hal ini membuktikan bahwa
fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
mengandung senyawa fenolik.
Fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih cincin aromatik
dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Fenolik pada tanaman terdiri dari asam
fenolat, flavonoid, dan tannin, serta sedikit ligan (Dai dan Mumper, 2010). Oleh
karena itu, senyawa fenolik yang dapat terkandung dalam fraksi Macaranga
tanarius L. antara lain chebulagic acid dan macatannin B (Puteri dan Kawabata,
2010).
5. Senyawa saponin
Pengujian kandungan saponin dilakukan dengan menambahkan aquadest
pada fraksi Macaranga tanarius L. kemudian dikocok kuat selama 10 menit, hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih setinggi 1-10 cm selama 10 menit
dan dengan penambahan HCl buih tidak hilang. Saponin memiliki gugus polar
dan non-polar bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air dapat
terbentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan
gugus non polar menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti busa.
Pengujian menunjukkan hasil negatif karena buih yang terbentuk ≤ 1cm.
Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. tidak memiliki
kandungan senyawa saponin. Hal ini disebabkan karena senyawa yang tersari
merupakan senyawa dengan rentang polaritas semi polar, sehingga senyawa yang
bersifat non polar seperti saponin terpenoid/steroid tidak terkandung dalam fraksi
Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
6. Senyawa tanin
Pengujian kandungan senyawa tannin dilakukan dengan memindahkan
fraksi Macaranga tanarius L. ke dalam plat tetes, lalu ditambahkan FeCl3 1%.
FeCl3 akan bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa
tannin sehingga terbentuk warna biru kehitaman. Hasil pengujian menunjukkan
hasil positif dengan intensitas kuat, sehingga dapat disimpulkan bahwa fraksi
Macaranga tanarius L. memiliki kandungan senyawa tannin. Hal ini didukung
oleh penelitian Puteri dan Kawabata (2010) yang membuktikan bahwa daun
Macaranga tanarius L. memiliki kandungan ellagitannin berupa chebulagic acid,
dan macatannin B.
7. Senyawa glikosida
Pengujian senyawa glikosida dilakukan dengan menambahkan pereaksi
Molisch dan H2SO4 ke dalam tabung berisi larutan fraksi Macaranga tanarius L.
Prinsip dari pengujian ini adalah H2SO4 akan menghidrolisis ikatan glikosida
merubah monosakarida menjadi furfural dan derivat-derivatnya. Hasil hidrolisis
ini akan bergabung dengan α-naphtol yang merupakan komponen dalam pereaksi
Molisch dan menghasilkan kompleks berwarna ungu. Pengujian kandungan
senyawa glikosida menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya
cincin warna ungu tua pada batas larutan, namun belum dapat dipastikan jenis
senyawa glikosida yang terkandung di dalamnya, oleh karena itu dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan metode kromatografi untuk memastikan senyawa
glikosida yang terkandung dalam fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
F. Uji Pendahuluan
Penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Selang waktu adalah jarak antara pemberian asetosal atau fraksi etanol
heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L. dengan asam asetat.
Penentuan selang waktu dilakukan untuk memperkirakan waktu yang tepat untuk
menginjeksikan penginduksi nyeri berupa asam asetat. Pengujian dilakukan
dengan memberikan asetosal sebagai kontrol positif dengan dosis 91 mg/kg BB
secara per oral kemudian diberi asam asetat dengan dosis 50 mg/kg BB secara
intraperitoneal dengan selang waktu 10 dan 15 menit. Pengujian juga
menggunakan kontrol negatif CMC-Na untuk mengetahui apakah pada selang
waktu 10 dan 15 menit asetosal telah terabsorbsi dan dapat menimbulkan efek
analgesik. Hal ini diketahui dari perbandingan jumlah kumulatif geliat kontrol
negatif CMC-Na berbeda signifikan dibandingkan dengan selang waktu
pemberian 10 dan 15 menit.
Dari kedua selang waktu yang diujikan, dipilih selang waktu pemberian
yang memenuhi persyaratan, dimana pada selang waktu pemberian tersebut
asetosal sebagai kontrol positif telah diabsorbsi dengan baik pada saluran cerna
sehingga dapat bekerja sebagai analgesik dengan memberikan respon penurunan
jumlah geliat.
Hasil pengujian selang waktu pemberian asam asetat menghasilkan rata-
rata jumlah kumulatif geliat mencit pada kelompok kontrol negatif CMC-Na dan
kelompok selang waktu 10 dan 15 menit yang disajikan pada tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat 50 mg/kg BB.
Kelompok Kumulatif geliat
(Mean ± SE) Nilai p
Kontrol negatif CMC-Na selang 10 menit
92,00 ± 1,73 1,000(N)
10 menit 35,00 ± 0,57 1,000(N) 15 menit 32,66 ± 1,45 0,780(N)
Keterangan: Mean = rata-rata kumulatif geliat SE = Standard Error N = data berdistribusi normal (p > 0,05)
Hasil analisis statistik dengan uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai p >
0,05 (lampiran 9), sehingga dapat disimpulkan bahwa data rata-rata jumlah geliat
masing-masing kelompok memiliki distribusi normal. Hasil uji variansi dengan uji
Levene juga menujukkan nilai p > 0,05 (lampiran 9). Hal ini membuktikan bahwa
data rata-rata jumlah geliat antar kelompok bervariansi homogen.
Untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah kumulatif geliat antar
kelompok maka dilakukan uji T tidak berpasangan sehingga diketahui apakah
antar kelompok memiliki perbedaan yang bermakna (lampiran 9).
Tabel IV. Hasil uji T tidak berpasangan untuk data jumlah geliat pada penentuan selang waktu
Kelompok Nilai p Kontrol negatif CMC-Na Selang waktu 10 menit 0,000(BB)
Selang waktu 10 menit Selang waktu 15 menit 0,210(BTB)
Keterangan: BB = berbeda bermakna (p < 0,05) BTB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Hasil uji T tidak berpasangan (tabel IV) menunjukkan bahwa antara
kelompok kontrol negatif CMC-Na dengan selang waktu 10 menit memiliki
perbedaan rata-rata jumlah kumulatif geliat yang berbeda bermakna (p < 0,05).
Hal ini disebabkan karena CMC-Na tidak memiliki efek analgesik sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
memiliki jumlah geliat yang paling banyak. Dengan adanya perbedaan yang
bermakna tersebut dapat disimpulkan bahwa asetosal sebagai kontrol positif telah
dapat terabsorpsi dan bekerja dengan menurunkan jumlah geliat pada selang
waktu pemberian 10 menit. Hasil uji T tidak berpasangan untuk selang waktu 10
dan 15 menit menunjukkan nilai probabilitas 0,210; sehingga dapat disimpulkan
bahwa rata-rata kumulatif jumlah geliat antara kedua selang waktu tersebut
berbeda tidak bermakna (p > 0,05). Oleh karena itu, selang waktu 10 dan 15 menit
merupakan jarak waktu yang optimal pada pemberian asetosal dan senyawa uji
dengan asam asetat karena pada selang waktu tersebut asetosal telah diabsorbsi
pada saluran cerna. Selang waktu pemberian 10 menit lebih singkat dibanding
selang waktu 15 menit, sehingga dipilih sebagai selang waktu pemberian asetosal
dan sediaan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air dengan asam asetat pada
penelitian ini.
G. Uji Efek Analgesik Fraksi Daun Macaranga tanarius L.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efek analgesik fraksi etanol-
heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dengan mengukur
kemampuan senyawa uji dalam mengatasi sensasi nyeri. Sensasi nyeri muncul
dari pemberian asam asetat yang dapat menginduksi munculnya geliat pada
mencit sebagai respon nyeri. Larutan asam asetat 1% diinjeksi secara
intraperitoneal dengan dosis yang digunakan adalah 50 mg/kg BB. Berdasarkan
hasil uji pendahuluan, asam asetat diinjeksikan 10 menit setelah pemberian
senyawa uji secara per oral. Pada penelitian ini digunakan mencit betina galur
Swiss karena menurut McMahon (2013), mencit betina memiliki ambang nyeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
yang lebih rendah dibanding mencit jantan, sehingga lebih sensitif pada pengujian
nyeri nosiseptif. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh aktivasi G-protein yang
berkaitan dengan potassium channels yang memediasi inhibisi post sinaps oleh
neurotransmitter inhibisi. Inhibisi ini lebih efektif pada jenis kelamin jantan
dibanding betina, sehingga ambang nyeri mencit jantan lebih tinggi dibanding
mencit betina.
Fraksi Macaranga tanarius L. diberikan dalam tiga peringkat yaitu dosis
47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB. Kontrol positif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah asetosal dengan dosis 91 mg/kg BB. Asetosal digunakan
sebagai kontrol positif karena telah terbukti memiliki efek analgesik. Kontrol
negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah CMC Na 1% yang merupakan
pelarut sediaan fraksi dan asetosal dengan dosis pemberian 191,8 mg/kg BB.
Pengamatan dilakukan selama 1 jam dengan mencatat geliat yang terjadi
setiap selang waktu 5 menit. Hasil pengamatan memberikan data berupa jumlah
kumulatif geliat yang selanjutnya diolah menjadi data persen proteksi. Persen
proteksi merupakan besarnya kemampuan senyawa uji dalam mengatasi rasa
nyeri. Menurut Phytomedica (1991), suatu senyawa dikatakan memiliki efek
analgesik jika nilai persen proteksi memenuhi kriteria yaitu ≥ 50%. Nilai persen
proteksi yang diperoleh selanjutnya diolah menjadi nilai perubahan persen
proteksi. Perubahan persen proteksi dihitung untuk mengetahui besarnya daya
analgesik fraksi daun Macaranga tanarius L. setiap peringkat dosis terhadap
asetosal. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi dan rata-
rata perubahan persen proteksi pada tiap kelompok uji disajikan dalam tabel V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dan dan hasil pengolahan data dalam bentuk histogram dapat dilihat pada gambar
8.
Tabel V. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan persen proteksi pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif,
dan 3 peringkat dosis fraksi daun Macaranga tanarius L.
Kelompok
Jumlah kumulatif
geliat (Mean ± SE)
Persen proteksi
(Mean ± SE)
Perubahan persen
proteksi (Mean ± SE)
Nilai p
Kontrol negatif CMC-Na
90,60 ± 2,42 0,00 ± 2,67 -99,99 ± 4,32 0,260(N)
Kontrol positif asetosal
34,60 ± 1,28 61,80 ± 1,42 0,00 ± 2,30 0,199(N)
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
38,20 ± 2,43 57,83 ± 2,69 -6,42 ± 4,35 0,826(N)
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
31,60 ± 2,06 65,12 ± 2,27 5,35 ± 3,68 0,108(N)
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
18,80 ± 1,71 79,24 ± 1,89 28,21 ± 3,06 0,658(N)
Keterangan: Mean = rata-rata SE = Standard Error FDM = fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. N = data berdistribusi normal (p > 0,05)
(a)
90,60± 2,42
34,60 ± 1,28
38,20 ± 2,43
31,60 ± 2,06
18,80 ± 1,71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
(b)
(c)
Gambar 8. (a) Histogram rata-rata jumlah kumulaif geliat (b) Histogram rata-rata
persen proteksi dan (c) Histogram rata-rata perubahan persen proteksi pada uji efek analgesik kelompok uji yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dan peringkat
dosis fraksi daun Macaranga tanarius L.
0,00 ± 2,67
61,80 ± 1,42 57,83 ± 2,69
65,12 ± 2,27
79,24 ± 1,89
-99,99 ± 4,32 0,00 ± 2,30 -6,42 ± 4,35 5,35 ± 3,68
28,21 ± 3,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Dari data dan histogram yang dipaparkan, diketahui bahwa jumlah
kumulatif geliat berbanding terbalik dengan persen proteksi. Semakin besar rata-
rata jumlah kumulatif geliat maka persen proteksi akan semakin kecil. Data
jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi yang diperoleh selanjutnya dianalisis
secara statistik untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok (Lampiran 10
dan 11). Analisis secara statistik diawali dengan uji Shapiro-Wilk untuk
mengetahui distribusi data masing-masing kelompok. Uji Shapiro-Wilk dipilih
karena jumlah sampel yang digunakan < 50 sampel. Hasil pengujian menunjukkan
nilai probabilitas > 0,05 untuk semua kelompok, sehingga dapat disimpulkan data
pada masing-masing kelompok berdistribusi normal. Analisis secara statistik
dilanjutkan dengan menguji variansi data antar kelompok menggunakan uji
Levene. Hasil uji Levene menunjukkan nilai probabilitas > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan data bervariansi homogen. Untuk mengetahui perbedaan jumlah
kumulatif geliat dan persen proteksi antar kelompok maka dilakukan uji One way
ANOVA.
Uji One way ANOVA dipilih karena data berdistribusi normal dan
bervariansi homogen. Hasil uji One way ANOVA untuk jumlah kumulatif geliat
dan persen proteksi diperoleh nilai probabilitas 0,000 (p < 0,05), sehingga dapat
disimpulkan paling tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar dua kelompok.
Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan jumlah kumulatif
geliat dan persen proteksi yang bermakna maka dilakukan uji post hoc yaitu uji
Scheffe. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat disajikan dalam tabel VI
dan persen proteksi disajikan dalam tabel VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel VI. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L.
Kelompok Nilai probabilitas
Kontrol negatif dosis 191,8 mg/kg BB
Kontrol positif dosis 91 mg/kg BB
0,000(BB)
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
0,000(BB)
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
0,000(BB)
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
0,000(BB)
Kontrol positif dosis 91 mg/kg BB
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
0,812(BTB)
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
0,892(BTB)
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
0,001(BB)
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
0,297(BTB)
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
0,000(BB)
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
0,006(BB)
Keterangan: BB = Berbeda bermakna (p < 0,05) BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) FDM = Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
1. Kelompok kontrol negatif
Kontrol negatif CMC-Na memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat yaitu
90,60 ± 2,42, dengan nilai rata-rata persen proteksi 0,00 ± 2,67. Penelitian yang
dilakukan oleh Andini (2010) dan Octavianus, Fatimali, dan Lolo (2014) juga
membuktikan bahwa CMC-Na sebagai kontrol negatif pada pengujian efek
analgesik menghasilkan jumlah geliat paling banyak dibanding kelompok uji
lainnya. Persen proteksi yang sangat rendah menandakan bahwa CMC-Na yang
merupakan pelarut asetosal dan fraksi Macaranga tanarius L. tidak memiliki
kemampuan untuk mengatasi nyeri sehingga memiliki rata-rata jumlah kumulatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
geliat terbanyak dibanding kelompok uji lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
CMC-Na tidak mengandung zat aktif yang mampu memberikan daya hambat
terhadap nyeri.
Tabel VII. Hasil uji Scheffe untuk persen proteksi pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L.
Kelompok Nilai p
Kontrol negatif dosis 191,8 mg/kg
BB
Kontrol positif dosis 91 mg/kg BB
0,000(BB)
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
0,000(BB)
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
0,000(BB)
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
0,000(BB)
Kontrol positif dosis 91 mg/kg BB
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
0,812(BTB)
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
0,892(BTB)
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
0,001(BB)
FDM dosis 47,95 mg/kg BB
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
0,297(BTB)
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
0,000(BB)
FDM dosis 95,9 mg/kg BB
FDM dosis 191,8 mg/kg BB
0,006(BB)
Keterangan: BB = Berbeda bermakna (p < 0,05) BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) FDM = Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. 2. Kelompok kontrol positif
Asetosal sebagai kontrol positif memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat
sebesar 34,60 ± 1,28. Berdasarkan hasil uji Scheffe, jumlah kumulatif geliat dan
persen proteksi kontrol positif asetosal berbeda secara bermakna terhadap kontrol
negatif CMC-Na dengan nilai probabilitas < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian asetosal dapat memberikan proteksi terhadap rasa nyeri yaitu sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
61,80 ± 1,42 %, sedangkan kontrol negatif CMC-Na tidak dapat memberikan
proteksi terhadap rasa nyeri. Nilai persen proteksi asetosal ≥ 50% menandakan
bahwa asetosal terbukti memiliki efek analgesik yang ditandai dengan rata-rata
jumlah kumulatif geliat yang jauh lebih rendah dibanding kontrol negatif CMC-
Na.
3. Kelompok perlakuan fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB
Fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB memiliki rata-rata
jumlah kumulatif geliat 38,20 ± 2,43 dan rata-rata persen proteksi 57,83 ± 2,69.
Nilai persen proteksi ≥ 50% menandakan bahwa fraksi Macaranga tanarius L.
dosis 47,95 mg/kg BB terbukti memiliki efek analgesik. Hasil uji Scheffe untuk
jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda
bermakna (p < 0,05) (lampiran 10 dan 11) terhadap kelompok kontrol negatif
CMC-Na yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 90,60 ± 2,42 dan rata-
rata persen proteksi 0,00 ± 2,67. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat
dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna dengan nilai
probabilitas 0,812 (p > 0,05) (lampiran 10 dan 11) terhadap kontrol positif
asetosal yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 34,60 ± 1,28 dan rata-rata
persen proteksi 61,80 ± 1,42. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga
tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB memiliki kemampuan proteksi nyeri yang
setara dengan asetosal. Berdasarkan hasil perhitungan perubahan persen proteksi,
fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB memiliki daya analgesik
6,42 ± 4,35 lebih rendah dibanding asetosal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4. Kelompok perlakuan fraksi Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB
Fraksi Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB memiliki rata-rata
jumlah kumulatif geliat 31,60 ± 2,06 dan nilai rata-rata persen proteksi 65,12 ±
2,27. Nilai persen proteksi ≥ 50% menandakan bahwa fraksi Macaranga tanarius
L. dosis 95,9 mg/kg BB terbukti memiliki efek analgesik. Hasil uji Scheffe untuk
jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda
bermakna (p < 0,05) (lampiran 10 dan 11) terhadap kelompok kontrol negatif
CMC-Na yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 90,60 ± 2,42 dan rata-
rata persen proteksi 0,00 ± 2,67. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat
dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna dengan nilai
probabilitas 0,892 (p > 0,05) (lampiran 10 dan 11) terhadap kontrol positif
asetosal yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 34,60 ± 1,28 dan rata-rata
persen proteksi 61,80 ± 1,42. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga
tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB memiliki kemampuan proteksi nyeri yang setara
dengan asetosal. Berdasarkan hasil perhitungan perubahan persen proteksi, fraksi
Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mg/kg BB memiliki daya analgesik 5,35 ± 3,68
lebih tinggi dibanding asetosal.
5. Kelompok perlakuan fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB
Fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB memiliki rata-rata
jumlah kumulatif geliat 18,80 ± 1,71 dan nilai rata-rata persen proteksi 79,24 ±
1,89. Nilai persen proteksi ≥ 50% menandakan bahwa fraksi Macaranga tanarius
L. dosis 191,8 mg/kg BB terbukti memiliki efek analgesik. Hasil uji Scheffe untuk
jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
bermakna (p < 0,05) (Lampiran 10 dan 11) terhadap kelompok kontrol negatif
CMC-Na yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 90,60 ± 2,42 dan rata-
rata persen proteksi 0,00 ± 2,67. Hasil uji Scheffe untuk jumlah kumulatif geliat
dan persen proteksi menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan nilai
probabilitas 0,001 (p < 0,05) (lampiran 6 dan 7) terhadap kontrol positif asetosal
yang memiliki rata-rata jumlah kumulatif geliat 34,60 ± 1,28 dan rata-rata persen
proteksi 61,80 ± 1,42. Hal ini membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L.
dosis 191,8 mg/kg BB memiliki kemampuan proteksi nyeri yang lebih tinggi
dibanding asetosal. Berdasarkan hasil perhitungan perubahan persen proteksi,
fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB memiliki daya analgesik
28,21 ± 3,06 lebih tinggi dibanding asetosal.
6. Perbandingan antar kelompok perlakuan fraksi Macaranga tanarius L.
dosis 47,95 mg/kg BB, 95,9 mg/kg BB dan 191,8 mg/kg BB.
Fraksi Macaranga tanarius L. pada masing-masing peringkat dosis 47,95
mg/kg BB, 95,9 mg/kg BB, dan 191,8 mg/kg BB memiliki rata-rata jumlah
kumulatif geliat yang berbeda yaitu 38,20 ± 2,43; 31,60 ± 2,06; dan 18,80 ± 1,71.
Rata-rata jumlah kumulatif geliat ini semakin menurun seiring dengan
peningkatan dosis fraksi Macaranga tanarius L. Nilai persen proteksi ketiga
peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L. untuk dosis 191,8 mg/kg BB, 95,9
mg/kg BB, dan 47,95 mg/kg BB secara berturut-turut adalah 79,24 ± 1,89; 65,12
± 2,27; dan 57,83 ± 2,69. Hasil persen proteksi yang diperoleh ≥ 50 %
menandakan bahwa ketiga dosis fraksi Macaranga tanarius L. memiliki efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
analgesik. Data menunjukkan bahwa semakin besar dosis fraksi Macaranga
tanarius L. maka nilai persen proteksi akan semakin besar.
Untuk mengetahui perbedaan jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi
antar peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L., maka dilakukan pengujian
secara statistik. Hasil uji Scheffe menunjukkan jumlah kumulatif geliat dan persen
proteksi yang berbeda tidak bermakna antara dosis 47,95 mg/kg BB dan 95,9
mg/kg BB fraksi Macaranga tanarius L. dengan nilai probabilitas > 0,05. Hal ini
membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mg/kg BB dan
95,9 mg/kg BB memiliki kemampuan penghambatan nyeri yang setara.
Hasil uji Scheffe menunjukkan jumlah kumulatif geliat dan persen
proteksi yang berbeda bermakna antara dosis 47,95 mg/kg BB dan 191,8 mg/kg
BB fraksi Macaranga tanarius L. dengan nilai probabilitas p < 0,05. Hal ini
membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB
memiliki kemampuan penghambatan nyeri yang lebih besar dibanding dosis 47,95
mg/kg BB.
Hasil uji Scheffe menunjukkan jumlah kumulatif geliat dan persen
proteksi yang berbeda bermakna antara dosis 95,9 mg/kg BB dan 191,8 mg/kg BB
fraksi Macaranga tanarius L. dengan nilai probabilitas p < 0,05. Hal ini
membuktikan bahwa fraksi Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mg/kg BB
memiliki kemampuan penghambatan nyeri yang lebih besar dibanding dosis 95,9
mg/kg BB.
Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
47,95 mg/kg BB memiliki efek analgesik yang setara dengan dosis 95,9 mg/kg
BB, sedangkan dosis 191,8 mg/kg BB memiliki efek analgesik yang lebih besar
dibanding dua dosis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
kekerabatan antara peringkat dosis fraksi Macaranga tanarius L. dengan efek
analgesik yang ditimbulkan. Efek analgesik tidak mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan dosis fraksi Macaranga tanarius L.
Dari ketiga peringkat dosis, dosis 191,8 mg/kg BB memberikan efek
analgesik paling besar. Apabila dosis pada mencit 20 gram dikonversi ke dosis
pada menusia 70 kg maka diperoleh dosis 21,25 mg/kg BB (Lampiran 13),
sehingga fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
dosis 191,8 mg/kg BB mencit memungkinkan untuk diberikan pada manusia.
Penapisan aktivitas analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air
daun Macaranga tanarius L. dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode
pengujian efek analgesik narkotik yaitu metode rangsang panas. Hal ini perlu
dilakukan karena efek analgesik yang muncul dari pemberian fraksi daun
Macaranga tanarius L. dapat berasal dari penghambatan nyeri secara perifer
maupun secara sentral. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian analgesik
dengan metode rangsang panas untuk mengetahui apakah fraksi etanol-heksan
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. bekerja sebagai analgesik perifer
atau sentral.
Efek analgesik dari fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. diduga berasal dari senyawa ellagitannin yaitu chebulagic
acid dan macatananin B yang terkandung di dalamnya. Senyawa ellagitannin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
telah terbukti memiliki aktivitas dalam menangkal radikal bebas DPPH. Radikal
bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan elektronnya. Untuk
menjadi stabil, maka radikal bebas akan mengambil elektron dari molekul atau sel
lain di dalam tubuh. Radikal bebas akan menyerang tubuh terutama merusak
protein, sel, dan jaringan dalam organ tubuh dan menyebabkan terjadinya
kerusakan sel akibat proses pengambilan elektron dari sel-sel tubuh dalam upaya
radikal bebas untuk menstabilkan diri.
Kerusakan jaringan yang terjadi akibat adanya rangsangan secara mekanis,
kimiawi maupun fisis akan menyebabkan peningkatan jumlah radikal bebas di
dalam tubuh. Radikal bebas akan dilepaskan pada proses perubahan asam
arakidonat menjadi endoperoksida dan asam hidroksiperoksida pada proses
pembentukan prostaglandin sebagai mediator nyeri. Secara alamiah, tubuh akan
memproduksi antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas. Namun, apabila
radikal bebas berada dalam jumlah cukup banyak dan tidak seimbang dengan
antioksidan endogen yang tersedia, maka sel akan mengalami serangan oleh
radikal bebas dan menyebabkan kerusakan jaringan. Oleh karena itu dibutuhkan
senyawa antioksidan eksogen untuk mengatasi pembentukan radikal bebas yang
terlalu banyak. Dalam penelitian ini, diduga senyawa chebulagic acid dan
macatananin B yang terkandung dalam fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air
daun Macaranga tanarius L. berperan sebagai senyawa antioksidan eksogen yang
menghambat pembentukan radikal bebas pada proses perubahan asam arakidonat
menjadi endoperoksida dan asam hidroksiperoksida, sehingga tidak terjadi
kerusakan jaringan lebih lanjut yang disebabkan oleh radikal bebas. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mengetahui secara lebih spesifik senyawa aktif yang berperan sebagai analgesik
dapat dilakukan penegasan dengan menggunakan kromatografi kolom sehingga
dapat dilakukan isolasi senyawa yang berperan sebagai analgesik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis
47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB memiliki efek analgesik pada mencit betina
galur Swiss.
2. Persen proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. pada dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB secara
berturut adalah 57,83; 65,12; dan 79,24.
3. Perubahan proteksi geliat fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. pada dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mg/kg BB secara
berturut-turut adalah -6,42; 5,35; dan 28,21.
4. Tidak ada kekerabatan antara efek analgesik dan dosis fraksi etanol-heksan
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penapisan aktivitas analgesik fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. dengan menggunakan metode uji
analgesik narkotik.
2. Perlu dilakukan penegasan kandungan senyawa aktif dalam fraksi etanol-
heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang berperan
sebagai analgesik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR PUSTAKA Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2), Edisi revisi
dan perluasan, Penerbit ITB, Bandung, pp. 31-40, 174. Al-Ash’ary, M.N., Supriyanti, T.E.M., Zackiyah, 2010, Penentuan Pelarut Terbaik
dalam Mengekstraksi Senyawa Bioaktif dari Kulit Batang Artocarpus heterophyllus, Universitas Pendidikan Indonesia Al Wasel, A.H., and Bashandy, S.A., 2011, Carbon Tetrachloride-induced Hepatotoxicty and Nephrotoxicity in Rats: Protective Role Vitamin C, Journal of Pharmacology and Toxicology, 6(3), 283-292.
Andini, A.P., 2010, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga
tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, 10-11, 55, Universitas Sanata Dharma, Yogakarta.
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta, hal. 145-147. Azizah, N., Suarsini, E., dan Prabaningtyas, S., 2014, Analisis Kandungan Kimia
Infusa Tanaman Sangkaet (Basilicum polystachyon (L.) Moench) dan Uji Efektivitas Antifungal Infusa tanaman Sangket terhadap Penghambatan Pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro, Skripsi, 3, Universitas Negeri Malang, Malang.
Cannon, J.G., 2007, Pharmacology for Chemist, Second Edition, American
Chemical Society, New York, p. 192. Corwin, E.J., 2009, Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta, hal. 388-390. Dahlan, M.S. 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3, Salemba
Medika, Jakarta, hal. 53-58, 85-105. Dai, J., dan Mumper J.R., 2010, Plant Phenolics: Extraction, Analysis and Their
Antioxidant and Anticancer Properties, Molecules, 15, 7317-7352. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 8-25. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 9, 47, 772, dan 782.
Dinas Kesehatan, 2010, Informasi tentang Asetosal,
http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/220-asetosal.html, diakses tanggal 8 November 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 46.
Goland, D.E., 2011, Principles of Pharmacology: the Pathophysiologic Basis of
Drug Therapy, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 275-276.
Goldberg, D.S., and Summer J. McGee, 2011, Pain as A Global Public Health
Priority, BMC Public Health, 11, 770. Hartwig, M.S., dan Wilson, L.M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Vol. 2, EGC, Jakarta, hal. 1063-1064, 1073-1075. Hidayat, M., dan Hidayat A.A.A., 2008, Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta, hal. 121. Holmberg, K., 2003, Novel Surfactants, second edition vol.144, revised and
expanded, Marcel Dekker, Inc., United States of America, pp.101. Jordao, A. M., Correia, A.C., Delcampo, R., dan SanJose, M.L.G., 2012,
Antioxidant Capacity, Scavenger Activity, and Ellagitannins Content from Commercial Oak Pieces Used in Winemaking, Eur Food Res Technol, 235: 817-825.
Katzung, B.G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 8, Salemba Medika,
Jakarta, hal. 462. Kawakami, S., Harinantenaina, L., Matsunami, K., Otsuka, H., Shinzato, T., and
Takeda, Y., 2008, Macaflavones A-G, Prenylated Flavones from the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 71, 1872-1876.
Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica, 1991, Pedoman dan Pengembangan
Fitofarmakan, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Jakarta, pp.3,41, 259.
Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., dan Fukumoto, S., 2014, Analysis of
Antioxidant Prenylflavonoids in Different Parts of Macaranga tanarius L., the Plant Origin of Okinawan Propolis, Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 16-20.
Lim, T.Y., Lim, Y.Y., Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant, antibacterial
and anti-tyrosinase activities of four Macaranga species, Food Chemistry, 114, 594-599.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Magadula, J.J., 2014, Phytochemistry and Pharmacology of the genus Macaranga: A review, Academic Journal, 8, 489-503.
Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi,
K., et al., 2009, Absolute configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[600-O-galloyl]- b-D-glucopyranoside, macarangiosides E., and F isolated from the leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry 70 1277-1285.
Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H.,
et al, 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MUL(L.)-ARG., Chem. Pharm. Bul (L.), 54, 1403-1407.
McMahon, S.B., 2013, Wall and Melzack’s Textbook of Pain, Sixth edition,
Elsevier, Philadelphia, p. 286. Muhammad, N., Saeed, M & Khan, H., 2012, Antipiretic, Analgesic and Anti-
Inflammatory Activity of Viola betonicifolia Whole Plant, BMC Complementary and Alternative Medicine, 12 (59).
Musa, A.M., Aliyu, A.B., Yaro, A.H., Magaji, M.G., Hassan, H.S. and Abdullahi,
M.I., 2009, Preliminary Phytocemichal, Analgesik and Anti Inflamatory Studies of the Metanol Extract of Anisopus manii (N.E.Br) (Asclepiadaceae) in Rodents, African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3, 374-378.
Muttaqin, A., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan, Salemba Medika, Jakarta, hal. 502-504. Mycek, M.J., Richard A. H., dan Pamela C.C., 2001, Farmakologi : Ulasan
Bergambar, Edisi 2, Widya Medika, Jakarta, hal. 406-407. National Center for Biotechnology Information, 2015, Methanol, Neal, M. J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Ed. 5, Erangga, Jakarta, hal.
64-65. Octavianus, S., Fatimawali, dan Lolo, W.A., 2014, Uji Efek Analgetik Ekstrak
Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Putih Jantan (Mus muscculus), Pharmacon, 3, 87-92.
Ong, H.C., 2008, Tumbuhan Liar : Khasiat Ubatan dan Kegunaan Lain, PRIN-
AD SDN. BHD., Kuala Lumpur, hal. 124-125. Phommart, S., Suthivaiyakit, P., Chimnoi N., Ruchirawat, S., dan Suthivaiyakit,
S., 2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 68, 927-930.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Phytomedika, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Phytomedika, Jakarta, hal.49.
Prasetyo, dan Endang, I., 2013, Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan
(Bahan Simplisia), Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu, hal. 19.
Prasetyo, H.D., 2013, Aktivitas Antimikroba Fraksi Petroleum Eter, Kloroform,
Etanol Bunga Pulu (Chartamus tinctorius L.) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, pp.18.
Pudjiastuti, B., Dzulkarnain, dan B. Nuratmi, 2000, Uji analgetik infus rimpang
lempuyang pahit (Zingiber amaricans BL.) pada mencit putih, Cermin Dunia Kedokteran, 129: 39-41.
Puteri, M. D. P. T. G., dan Kawabata, J., 2010, Novel α- glucosidase inhibitors
from Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123, 384-389. Sirait, M., 2007, Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, Penerbit ITB, Bandung, hal.
54-62. Soegihardjo, 2013, Farmakognosi, Citra Aji, Parama, Yogyakarta, hal. 8. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, 2008, Kumpulan kuliah Farmakologi, Edisi 2, EGC, Jakarta, hal. 542-543.
Steenis, C.G.G.J.van., Hoed, D., Blommbergen, S., dan Eyma, P.J., 1992,
Flora:Untuk Sekolah di Indonesia, cetakan keenam, diterjemahkan oleh Moeso, S., dkk., PT Pradnya Paramita, Jakarta, pp.35,36,37,49,50.
Stoker, S.H., 2010, General Organik and Biological Chemistry, 5th edition,
Cengage Learning, Inc., USA, pp. 404-405. Sultana, B., Anwar, F., Ashraf, M., 2009, Effect of Extraction Solvent/Technique
on the Antioxidant Activity of Selected Medicinal Plant Extracts, Molecules, 14, 2168.
Sutresna, N., 2007, Cerdas Belajar Kimia, Grafindo Media Pratama, Bandung,
hal. 229. Tabalubun, E.M., 2013, Efek Analgesik Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus
L. Benth) dengan Metode Rangsang Kimia pada Mencit Betina, Skripsi, 26, Universitas Sanata Dharma, Yogakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tiwari, B.K., Brunton, N., Brennan, C.S., 2013, Handbook of Plant Food
Phytochemicals: Sources, Stability, and Extraction, John Wiley and Sons, Ltd., United Kingdom.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting: Khasiat Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi VI, Cetakan ke-1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 312.
Toripah, S.S., Abidjulu, J., Wehantouw, F., 2014, Aktivitas Antioksidan dan
Kandungan Total Fenolik Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.), Pharmacon, 3, 4.
Turner, R.A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Academic Press, New
York, pp. 100-107. United States Environmental Protection Agency, 2013, Hexane,
http://www.epa.gov/ttnatw01/hlthef/hexane.html, diakses pada tanggal 12 Agustus 2015.
United States Environmental Protection Agency, 2013, Methanol,
http://www.epa.gov/ttn/atw/hlthef/methanol.html, diakses pada tanggal 12 Agustus 2015.
Wasis, 2008, Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat, EGC, Jakarta, hal.
17-20. Wilmana, P.F., Gan, S., 2007, Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi
Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 230-233.
World Health Organization, 2012, WHO Guidelines on the Pharmacological
Treatment of Persisting Pain in Children with Medical Illnesses, WHO Press, Switzerland, pp 17-18.
Wulandari, D., 2010, Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L. pada
Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, 19-30, Universitas Sanata Dharma, Yogakarta. www. http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/methanol, diakses pada tanggal 12 Agustus 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
89
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Surat keterangan penetapan kadar air serbuk daun
tanarius L. dari LPPT UGM
Surat keterangan penetapan kadar air serbuk daun
L. dari LPPT UGM
91
Surat keterangan penetapan kadar air serbuk daun Macaranga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 3. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 4. Surat legalitas analisa data oleh Pusat Kajian CE&BU Fakultas
Kedokteran UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Daun dan serbuk daun metanol-air dan hasil fraksi etanolMacaranga tanarius
Gambar 11. Hasil ekstrak metanol-air daun
tanarius
Gambar 9. Daun Macaranga tanarius
an 5. Daun dan serbuk daun Macaranga tanarius L.; hasil ekstrak air dan hasil fraksi etanol-heksan ekstrak metanol
Macaranga tanarius L., serta sediaan fraksi daun Macaranga tanarius
. Hasil ekstrak air daun Macaranga tanarius L.
Gambar 12. Hasil fraksi etanoldari ekstrak metanol
Macaranga tanarius
Macaranga tanarius L. Gambar 10. Serbuk Macaranga tanarius
L.
Gambar 13. Sediaan fraksi etanol-heksan dari ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius
94
L.; hasil ekstrak heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L.
. Hasil fraksi etanol-heksan dari ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L.
Macaranga tanarius
. Sediaan fraksi heksan dari ekstrak
air daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Injeksi intraperitoneal
Lampiran 7. Kriteria geliat mencit
Lampiran 8. Hasil pengujian fitokimia fraksi etanolair daun
Gambar 15. Geliat mencit yang memenuhi
Gambar 17. Hasil uji Alkaloid dengan
reagen Mayer
Lampiran 6. Injeksi intraperitoneal
Lampiran 7. Kriteria geliat mencit
Lampiran 8. Hasil pengujian fitokimia fraksi etanol-heksan ekstrak metanolair daun Macaranga tanarius L.
Gambar 14. Injeksi intraperitoneal
. Geliat mencit yang memenuhi kriteria
Gambar 16. Geliat mencit yang tidak memenuhi kriteria
Hasil uji Alkaloid dengan
reagen Mayer
Gambar 18. Hasil uji Alkaloid
dengan reagen Dragendorff
95
heksan ekstrak metanol-
Geliat mencit yang tidak memenuhi kriteria
Hasil uji Alkaloid
dengan reagen Dragendorff
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 21. Hasil uji Fenolik
Gambar 19. Hasil uji Flavonoid
Gambar 23. Hasil uji Saponin
Hasil uji Fenolik Gambar 22. Hasil
. Hasil uji Flavonoid Gambar 20. Hasil uji Terpenoid
. Hasil uji Saponin Gambar 24. Hasil uji Glikosida
96
. Hasil uji Tanin
. Hasil uji Terpenoid
. Hasil uji Glikosida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 9. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penentuan selang
waktu pemberian asam asetat 50mg/kg BB.
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Geliat Kontrol Negatif
CMC-Na selang 10
menit
3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Selang waktu
pemberian 10 menit 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic
Std.
Error
Geliat Kontrol Negatif
CMC-Na selang 10
menit
Mean 92.0000 1.73205
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 84.5476
Upper Bound 99.4524
5% Trimmed Mean .
Median 92.0000
Variance 9.000
Std. Deviation 3.00000
Minimum 89.00
Maximum 95.00
Range 6.00
Interquartile Range .
Skewness .000 1.225
Kurtosis . .
Selang waktu
pemberian 10 menit
Mean 35.0000 .57735
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 32.5159
Upper Bound 37.4841
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
5% Trimmed Mean .
Median 35.0000
Variance 1.000
Std. Deviation 1.00000
Minimum 34.00
Maximum 36.00
Range 2.00
Interquartile Range .
Skewness .000 1.225
Kurtosis . .
1. Uji distribusi data kelompok kontrol negatif CMC-Na selang 10 menit dan
selang waktu pemberian 10 menit
Hipotesis : Ho = distribusi jumlah geliat normal
H1 = distribusi jumlah geliat tidak normal
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Geliat Kontrol Negatif CMC-
Na selang 10 menit .175 3 . 1.000 3 1.000
Selang waktu
pemberian 10 menit .175 3 . 1.000 3 1.000
Kesimpulan : Ho diterima, maka distribusi jumlah geliat normal
2. Uji varian data antar kelompok kontrol negatif CMC-Na selang 10 menit dan
selang waktu pemberian 10 menit
Hipotesis : Ho = data jumlah geliat bervariasi homogen
H1 = data jumlah geliat tidak bervariasi homogen
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Hasil :
Levene's Test for Equality of
Variances
F Sig.
Geliat Equal variances assumed 1.600 .275
Equal variances not assumed
Kesimpulan: Ho diterima, maka data bervariansi homogen.
3. Uji hipotesis T tidak berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
yang bermakna terhadap jumlah geliat antar kelompok tidak berpasangan yang
berdistribusi normal
Hipotesis :
Ho = jumlah geliat antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna
H1 = jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
t-test for Equality of Means
t Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Geliat
Equal variances assumed
31.22 4 0.000 57 1.82574 51.93093 62.06907
Equal variances not assumed
31.22
2.439 0.000 57 1.82574 50.35537 63.64463
Kesimpulan : Ho ditolak, maka jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Geliat Selang waktu 10
menit 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Selang waktu 15
menit 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic
Std.
Error
Geliat Selang waktu 10
menit
Mean 35.0000 .57735
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 32.5159
Upper Bound 37.4841
5% Trimmed Mean .
Median 35.0000
Variance 1.000
Std. Deviation 1.00000
Minimum 34.00
Maximum 36.00
Range 2.00
Interquartile Range .
Skewness .000 1.225
Kurtosis . .
Selang waktu 15
menit
Mean 32.6667 1.45297
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 26.4151
Upper Bound 38.9183
5% Trimmed Mean .
Median 33.0000
Variance 6.333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Std. Deviation 2.51661
Minimum 30.00
Maximum 35.00
Range 5.00
Interquartile Range .
Skewness -.586 1.225
Kurtosis . .
1. Uji distribusi data kelompok selang waktu pemberian 10 dan 15 menit
Hipotesis : Ho = distribusi jumlah geliat normal
H1 = distribusi jumlah geliat tidak normal
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Geliat Selang waktu 10 menit .175 3 . 1.000 3 1.000
Selang waktu 15 menit .219 3 . .987 3 .780
Kesimpulan : Ho diterima, maka distribusi jumlah geliat normal.
2. Uji varian data antar kelompok selang waktu pemberian 10 dan 15 menit
Hipotesis : Ho = data jumlah geliat bervariasi homogen
H1 = data jumlah geliat tidak bervariasi homogen
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Levene's Test for Equality of
Variances
F Sig.
Geliat Equal variances assumed 1.923 .238
Equal variances not
assumed
Kesimpulan: Ho diterima, maka data bervariansi homogen.
3. Uji hipotesis T tidak berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
yang bermakna terhadap jumlah geliat antar kelompok tidak berpasangan yang
berdistribusi normal
Hipotesis :
Ho = jumlah geliat antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna
H1 = jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Erro
r Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Geliat
Equal variances assumed 1.492 4 0.21
2.33333
1.56347 -2.00756
6.67423
Equal variances not assumed 1.492
2.616
0.245
2.33333
1.56347 -3.08186
7.74852
Kesimpulan : Ho diterima, maka jumlah geliat antar kelompok perlakuan
berbeda tidak bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 10. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada uji efek analgesik
fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Geliat Kontrol negatif CMC-
Na 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kontrol positif
Asetosal 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FDM dosis 47,95
mg/kg BB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FDM dosis 95,9
mg/kg BB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FDM dosis 191,8
mg/kg BB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic
Std.
Error
Geliat Kontrol
negatif CMC-
Na
Mean 90.6000 2.42074
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 83.8789
Upper Bound 97.3211
5% Trimmed Mean 90.8333
Median 92.0000
Variance 29.300
Std. Deviation 5.41295
Minimum 82.00
Maximum 95.00
Range 13.00
Interquartile Range 9.50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Skewness -1.227 .913
Kurtosis 1.071 2.000
Kontrol positif
Asetosal
Mean 34.6000 1.28841
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 31.0228
Upper Bound 38.1772
5% Trimmed Mean 34.6667
Median 35.0000
Variance 8.300
Std. Deviation 2.88097
Minimum 30.00
Maximum 38.00
Range 8.00
Interquartile Range 4.00
Skewness -1.008 .913
Kurtosis 2.550 2.000
FDM dosis
47,95 mg/kg
BB
Mean 38.2000 2.43721
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 31.4332
Upper Bound 44.9668
5% Trimmed Mean 38.2778
Median 39.0000
Variance 29.700
Std. Deviation 5.44977
Minimum 30.00
Maximum 45.00
Range 15.00
Interquartile Range 9.00
Skewness -.598 .913
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Kurtosis 1.455 2.000
FDM dosis
95,9 mg/kg
BB
Mean 31.6000 2.06398
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 25.8695
Upper Bound 37.3305
5% Trimmed Mean 31.4444
Median 29.0000
Variance 21.300
Std. Deviation 4.61519
Minimum 28.00
Maximum 38.00
Range 10.00
Interquartile Range 8.50
Skewness .808 .913
Kurtosis -1.958 2.000
FDM dosis
191,8 mg/kg
BB
Mean 18.8000 1.71464
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 14.0394
Upper Bound 23.5606
5% Trimmed Mean 18.8333
Median 19.0000
Variance 14.700
Std. Deviation 3.83406
Minimum 14.00
Maximum 23.00
Range 9.00
Interquartile Range 7.50
Skewness -.190 .913
Kurtosis -2.167 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
1. Uji distribusi data masing-masing kelompok
Hipotesis : Ho = distribusi data jumlah geliat normal
H1 = distribusi data jumlah geliat tidak normal
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Geliat Kontrol negatif
CMC-Na .208 5 .200* .868 5 .260
Kontrol positif
Asetosal .355 5 .038 .852 5 .199
FDM dosis 47,95
mg/kg BB .213 5 .200* .963 5 .826
FDM dosis 95,9
mg/kg BB .313 5 .122 .816 5 .108
FDM dosis 191,8
mg/kg BB .198 5 .200* .939 5 .658
Kesimpulan : Ho diterima, maka data berdistribusi normal
2. Uji varian data antar kelompok
Hipotesis : Ho = data jumlah geliat bervariasi homogen
H1 = data jumlah geliat tidak bervariasi homogen
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
Test of Homogeneity of Variances
Geliat
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.712 4 20 .593
Kesimpulan : Ho diterima, maka data bervariansi homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
3. Uji hipotesis one way anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
bermakna terhadap jumlah geliat antar kelompok tidak berpasangan yang
berdistribusi normal dan memiliki variansi homogen
Hipotesis :
Ho = jumlah geliat antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna
H1 = jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
ANOVA
Geliat
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 15373.360 4 3843.340 186.028 .000
Within Groups 413.200 20 20.660
Total 15786.560 24
Kesimpulan : Ho ditolak, maka jumlah geliat antar kelompok perlakuan
berbeda bermakna
4. Uji post hoc Scheffe untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat
perbedaan jumlah geliat yang bermakna
Hipotesis :
Ho = jumlah geliat antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna
H1 = jumlah geliat antar kelompok perlakuan berbeda bermakna
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
Multiple Comparisons
Geliat Scheffe
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Kontrol negatif
CMC-Na
Kontrol positif
Asetosal 56.00000* 2.87472 .000 46.2665 65.7335
FDM dosis 47,95
mg/kg BB 52.40000* 2.87472 .000 42.6665 62.1335
FDM dosis 95,9
mg/kg BB 59.00000* 2.87472 .000 49.2665 68.7335
FDM dosis 191,8
mg/kg BB 71.80000* 2.87472 .000 62.0665 81.5335
Kontrol positif
Asetosal
Kontrol negatif
CMC-Na -56.00000* 2.87472 .000 -65.7335 -46.2665
FDM dosis 47,95
mg/kg BB -3.60000 2.87472 .812 -13.3335 6.1335
FDM dosis 95,9
mg/kg BB 3.00000 2.87472 .892 -6.7335 12.7335
FDM dosis 191,8
mg/kg BB 15.80000* 2.87472 .001 6.0665 25.5335
FDM dosis
47,95 mg/kg
BB
Kontrol negatif
CMC-Na -52.40000* 2.87472 .000 -62.1335 -42.6665
Kontrol positif
Asetosal 3.60000 2.87472 .812 -6.1335 13.3335
FDM dosis 95,9
mg/kg BB 6.60000 2.87472 .297 -3.1335 16.3335
FDM dosis 191,8
mg/kg BB 19.40000* 2.87472 .000 9.6665 29.1335
FDM dosis
95,9 mg/kg BB
Kontrol negatif
CMC-Na -59.00000* 2.87472 .000 -68.7335 -49.2665
Kontrol positif
Asetosal -3.00000 2.87472 .892 -12.7335 6.7335
FDM dosis 47,95
mg/kg BB -6.60000 2.87472 .297 -16.3335 3.1335
FDM dosis 191,8
mg/kg BB 12.80000* 2.87472 .006 3.0665 22.5335
FDM dosis
191,8 mg/kg
BB
Kontrol negatif
CMC-Na -71.80000* 2.87472 .000 -81.5335 -62.0665
Kontrol positif
Asetosal -15.80000* 2.87472 .001 -25.5335 -6.0665
FDM dosis 47,95
mg/kg BB -19.40000* 2.87472 .000 -29.1335 -9.6665
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
FDM dosis 95,9
mg/kg BB -12.80000* 2.87472 .006 -22.5335 -3.0665
Kesimpulan :
a. Jumlah geliat kelompok kontrol negatif CMC-Na berbeda bermakna
terhadap kontrol positif Asetosal, FDM dosis 47,95 mg/kg BB, FDM dosis
95,9 mg/kg BB, dan FDM dosis 191,8 mg/kg BB.
b. Jumlah geliat kelompok kontrol positif Asetosal berbeda bermakna
terhadap kontrol negatif CMC-Na dan FDM dosis 191,8 mg/kg BB, dan
berbeda tidak bermakna terhadap FDM dosis 47,95 mg/kg BB dan FDM
dosis 95,9 mg/kg BB.
c. Jumlah geliat kelompok FDM dosis 47,95 mg/kg BB berbeda tidak
bermakna terhadap FDM dosis 95,9 mg/kg BB dan berbeda bermakna
terhadap FDM dosis 191,8 mg/kg BB.
d. Jumlah geliat kelompok FDM dosis 95,9 mg/kg BB berbeda bermakna
terhadap FDM dosis 191,8 mg/kg BB.
Lampiran 11. Hasil analisis statistik % proteksi pada uji efek analgesik
fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PersenProtek
si
Kontrol negatif
CMC-Na
5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kontrol positif
Asetosal 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FDM dosis 47,95
mg/kg BB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FDM dosis 95,9
mg/kg BB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FDM dosis 191,8
mg/kg BB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Descriptives
Kelompok
Statisti
c
Std.
Error
PersenProteks
i
Kontrol negatif
CMC-Na
Mean .0002 2.67175
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound -7.4178
Upper
Bound 7.4182
5% Trimmed Mean -.2573
Median -1.5450
Variance 35.691
Std. Deviation 5.9742
2
Minimum -4.86
Maximum 9.49
Range 14.35
Interquartile Range 10.48
Skewness 1.227 .913
Kurtosis 1.071 2.000
Kontrol positif
Asetosal
Mean 61.809
6 1.42209
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
57.861
2
Upper
Bound
65.758
0
5% Trimmed Mean 61.736
0
Median 61.368
0
Variance 10.112
Std. Deviation 3.1799
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Minimum 58.06
Maximum 66.89
Range 8.83
Interquartile Range 4.41
Skewness 1.008 .913
Kurtosis 2.551 2.000
FDM dosis 47,95
mg/kg BB
Mean 57.836
2 2.69007
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
50.367
4
Upper
Bound
65.305
0
5% Trimmed Mean 57.750
3
Median 56.953
0
Variance 36.182
Std. Deviation 6.0151
7
Minimum 50.33
Maximum 66.89
Range 16.56
Interquartile Range 9.93
Skewness .598 .913
Kurtosis 1.455 2.000
FDM dosis 95,9
mg/kg BB
Mean 65.120
8 2.27806
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
58.795
9
Upper
Bound
71.445
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
5% Trimmed Mean 65.292
5
Median 67.991
0
Variance 25.948
Std. Deviation 5.0939
0
Minimum 58.06
Maximum 69.09
Range 11.04
Interquartile Range 9.38
Skewness -.808 .913
Kurtosis -1.958 2.000
FDM dosis 191,8
mg/kg BB
Mean 79.248
8 1.89253
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
73.994
3
Upper
Bound
84.503
3
5% Trimmed Mean 79.212
0
Median 79.028
0
Variance 17.908
Std. Deviation 4.2318
2
Minimum 74.61
Maximum 84.55
Range 9.93
Interquartile Range 8.28
Skewness .190 .913
Kurtosis -2.167 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
1. Uji distribusi data masing-masing kelompok
Hipotesis : Ho = distribusi data % proteksi normal
H1 = distribusi data % proteksi tidak normal
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Statisti
c Df Sig.
PersenProteksi Kontrol negatif
CMC-Na .208 5 .200* .868 5 .260
Kontrol positif
Asetosal .355 5 .038 .852 5 .199
FDM dosis 47,95
mg/kg BB .213 5 .200* .963 5 .826
FDM dosis 95,9
mg/kg BB .313 5 .122 .816 5 .108
FDM dosis 191,8
mg/kg BB .198 5 .200* .939 5 .658
Kesimpulan : Ho diterima, maka data berdistribusi normal
2. Uji varian data antar kelompok
Hipotesis : Ho = data % proteksi bervariasi homogen
H1 = data % proteksi tidak bervariasi homogen
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
Test of Homogeneity of Variances
PersenProteksi
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.712 4 20 .593
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Kesimpulan : Ho diterima, maka data bervariansi homogen
3. Uji hipotesis one way anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
bermakna terhadap % proteksi antar kelompok tidak berpasangan yang
berdistribusi normal dan memiliki variansi homogen
Hipotesis :
Ho = % proteksi antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna
H1 = % proteksi antar kelompok perlakuan berbeda bermakna
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
ANOVA
PersenProteksi
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 18728.481 4 4682.120 186.032 .000
Within Groups 503.366 20 25.168
Total 19231.847 24
Kesimpulan : Ho diterima, maka % proteksi antar kelompok perlakuan
berbeda bermakna
4. Uji post hoc Scheffe untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat
perbedaan % proteksi yang bermakna
Hipotesis :
Ho = % proteksi antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna
H1 = % proteksi antar kelompok perlakuan berbeda bermakna
Kriteria uji :
Ho ditolak bila Sig. < 0,05
Ho diterima bila Sig. > 0,05
Hasil :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Multiple Comparisons
PersenProteksi
Scheffe
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol negatif
CMC-Na
Kontrol positif
Asetosal -61.80940* 3.17290 .000 -72.5525 -51.0663
FDM dosis
47,95 mg/kg
BB
-57.83600* 3.17290 .000 -68.5791 -47.0929
FDM dosis 95,9
mg/kg BB -65.12060* 3.17290 .000 -75.8637 -54.3775
FDM dosis
191,8 mg/kg
BB
-79.24860* 3.17290 .000 -89.9917 -68.5055
Kontrol positif
Asetosal
Kontrol negatif
CMC-Na 61.80940* 3.17290 .000 51.0663 72.5525
FDM dosis
47,95 mg/kg
BB
3.97340 3.17290 .812 -6.7697 14.7165
FDM dosis 95,9
mg/kg BB -3.31120 3.17290 .892 -14.0543 7.4319
FDM dosis
191,8 mg/kg
BB
-17.43920* 3.17290 .001 -28.1823 -6.6961
FDM dosis
47,95 mg/kg BB
Kontrol negatif
CMC-Na 57.83600* 3.17290 .000 47.0929 68.5791
Kontrol positif
Asetosal -3.97340 3.17290 .812 -14.7165 6.7697
FDM dosis 95,9
mg/kg BB -7.28460 3.17290 .297 -18.0277 3.4585
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
FDM dosis
191,8 mg/kg
BB
-21.41260* 3.17290 .000 -32.1557 -10.6695
FDM dosis 95,9
mg/kg BB
Kontrol negatif
CMC-Na 65.12060* 3.17290 .000 54.3775 75.8637
Kontrol positif
Asetosal 3.31120 3.17290 .892 -7.4319 14.0543
FDM dosis
47,95 mg/kg
BB
7.28460 3.17290 .297 -3.4585 18.0277
FDM dosis
191,8 mg/kg
BB
-14.12800* 3.17290 .006 -24.8711 -3.3849
FDM dosis
191,8 mg/kg BB
Kontrol negatif
CMC-Na 79.24860* 3.17290 .000 68.5055 89.9917
Kontrol positif
Asetosal 17.43920* 3.17290 .001 6.6961 28.1823
FDM dosis
47,95 mg/kg
BB
21.41260* 3.17290 .000 10.6695 32.1557
FDM dosis 95,9
mg/kg BB 14.12800* 3.17290 .006 3.3849 24.8711
Kesimpulan :
a. Persen proteksi kelompok kontrol negatif CMC-Na berbeda bermakna
terhadap kontrol positif Asetosal, FDM dosis 47,95 mg/kg BB, FDM dosis
95,9 mg/kg BB, dan FDM dosis 191,8 mg/kg BB.
b. Persen proteksi kelompok kontrol positif Asetosal berbeda bermakna
terhadap kontrol negatif CMC-Na dan FDM dosis 191,8 mg/kg BB, dan
berbeda tidak bermakna terhadap FDM dosis 47,95 mg/kg BB dan FDM
dosis 95,9 mg/kg BB.
c. Persen proteksi kelompok FDM dosis 47,95 mg/kg BB berbeda tidak
bermakna terhadap FDM dosis 95,9 mg/kg BB dan berbeda bermakna
terhadap FDM dosis 191,8 mg/kg BB.
d. Persen proteksi kelompok FDM dosis 95,9 mg/kg BB berbeda bermakna
terhadap FDM dosis 191,8 mg/kg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 12. Perhitungan persen rendemen fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L.
% Rendemen = �����������
����������� × 100%
= ��,��������
�.������� × 100% = 2,55 %
Lampiran 13. Perhitungan konversi dosis 191,8 mg/kg BB mencit ke manusia
70 kg BB
Faktor konversi mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9
Dosis dengan persen proteksi tertinggi pada mencit = 191,8 mg/kg BB
= 3,836 mg/20 g BB
Dosis pada manusia 70 kg BB = 3,836 mg/20 g BB × 387,9 = 1.487,98 mg
≈ 1.488 mg
≈ 21,25 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Silvia Dwi Puspa Susanti.
Dilahirkan di Lahat, sumatera Selatan pada tanggal 3
November 1994. Lahir dari pasangan Franciscus
Xaverius Suripto dan Vincentia Yoviniana Sulisti
sebagai anak kedua dari 4 bersaudara. Pada tahun 2000
masuk SD Santo Yosef Lahat. Pada tahun 2006
menempuh pendidikan di SMP Santo Yosef Lahat dan
pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMA Santo Yosef Lahat. Pada tahun
2012 penulis masuk Fakultas Farmasi Universitas sanata Dharma. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa kegiatan yang dilakukan kampus anatara
lain sebagai Bendahara pada kegiatan Desa Mitra, Pelayanan Kesehatan Gratis
dalam rangka Dies Natalis ke 59 Sanata Dharma, dan Pengobatan Gratis dalam
rangka Dies Natalis XIX Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis
juga pernah mengikuti kegiatan PKM didanai Dikti dengan judul MANG TOGA
(Memanfaatkan dan Mengolah Tanaman Obat Keluarga) sebagai Alternatif
Pengobatan bagi Keluarga Mandiri di Dusun Pundong, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI