plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · jurusan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA DAN
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM EVALUASI
PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI IPA SMA
(STUDI KASUS DI SMA P YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Maria Hesti Dwi K
NIM: 111424027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PEMBIMBING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN
PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala perkara dapat kutanggung
di dalam DIA
yang memberi kekuatan kepadaku.
Filipi 4 : 13
Si pemalas dibunuh oleh keinginannya karena
tangannya enggan bekerja.
Amsal 21 : 25
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Yesus Kristus dan Bunda Maria;
Orang tua yang sangat kucintai:
Heru Nugraha dan Woro Endang;
FX. Heri Rahardiyanto dan BM Tri Nugrahaningsih;
Kakak-kakak yang sangat kusayangi:
Maz Rezza, Mbak Rini, Mbak Lintang,
dan Mas Suryo;
Pendidikan Fisika 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAE PERNYATAAN PERSETUJUAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Maria Hesti Dwi Kristiani. 2016. Analisis Evaluasi Pembelajaran Fisika dan
Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Evaluasi Pembelajaran Fisika
Kelas XI IPA SMA (Studi Kasus di SMA P Yogyakarta). Skripsi. Program
Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan
pada pembelajaran fisika yang menggunakan pendekatan saintifik, dan (2) untuk
mengetahui sejauh mana evalusi tersebut dilakukan pada pembelajaran fisika
dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 di SMA P
Yogyakarta. Subjek pada penelitian ini adalah seorang guru mata pelajaran fisika
yang mengajar di kelas XI IPA 1 yang berjumlah 26 orang. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa rekaman wawancara, rekaman video pembelajaran,
dan fieldnotes.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Guru melakukan evaluasi pada
mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA P dengan memperhatikan 3 aspek,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evaluasi pada ketiga aspek tersebut
dilakukan dengan cara yang terpisah. Penilaian kemampuan kognitif dilakukan
dalam bentuk ulangan, kemampuan afektif dilakukan dengan melihat sikap siswa
selama PBM berlangsung dan dicatat dalam sebuah jurnal, dan kemampuan
psikomotorik dilakukan dengan mengadakan kegiatan praktikum; (2) Dalam
pelaksanaan evaluasi, guru sudah melakukannya dengan cukup baik. Guru
melakukannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh sekolah dan guru
pun mengadakan remedial sampai siswanya mencapai nilai KKM. Namun, dalam
perencanaan evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pelaporan dan
pemanfaatan hasil evaluasi, guru belum melakukannya dengan cukup baik.
Kata Kunci: Evaluasi Pembelajaran, Pembelajaran Fisika, Pendekatan Saintifik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Maria Hesti Dwi Kristiani. 2016. “Analysis of The Evaluation on Physic
Learning and The Implementation of Scientific Method in The Evaluation of
Physic Learning in Class XI IPA SMA (A Case Study in SMA P Yogyakarta)”.
Thesis. Physic Education Study Program. Department of Mathematics and
Natural Science Education. Faculty of Teachers Training and Education.
Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to (1) know the evaluation done in physic learning
which uses scientific method, and (2) to evaluate the evaluation which has done in
physic learning using scientific method.
This research was done in April-May 2015 in SMA P Yogyakarta. The
subject of this research was a physic teacher who taught XI IPA 1 in which the
students were 26 students. This was a qualitative research. The instrument to
gather the data used in this research was interview record, video of teaching and
learning, and field notes.
The result showed that (1) the teacher did the evaluation in 3 aspects:
cognitive, affective, and psychomotoric. Those 3 aspects were done in different
ways. The cognitive assessment was done in a test, the affective ability was done
through observation in the teaching-learning process which was noted in a
journal, and the psychomotor ability was done in a practicum; (2) in the
performance evaluation, teacher already do quite well. Teacher do it according to
the schedule set by school and ever hold a remedial for students to reach of
standard point in the school. However, in the planning of the evaluations, the
development of evaluation instruments, reporting, and utilization of evaluation
results, teacher don’t do it quite well.
Key words: The evaluation of learning, Physic, Scientific method
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“ANALISIS EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA DAN
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM EVALUASI
PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI IPA SMA (STUDI KASUS DI SMA
P YOGYAKARTA)” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran,
dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu, membimbing, memberi masukan, dan saran yang
bermanfaat dalam penyusunan skripsi.
2. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
dan Dosen Pembimbing Akademik Pendidikan Fisika angkatan 2011 yang
telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
3. SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bapak Pur, Bruder, dan siswa-siswi kelas XI
IPA 2 yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi
Pendidikan Fisika yang telah memberikan pengalama, pengetahuan, dan
bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
5. Segenap Staf Sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala keperluan
administratif selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma.
6. Orang tua tercinta Bapak Heru Nugraha dan Mama Woro Endang, serta kakak
ku Mas Rezza dan Mbak Rini yang selalu mendampingi, membimbing, dan
memberikan semangat kepada penulis.
7. Elisabeth Anindita Arjanggi, Helen Puspitaningrum, dan Theresia Indah. P,
yang sudah berjuang bersama-sama selama proses pembuatan skripsi.
8. Teman-teman yang selalu mendukung, membantu, dan mengingatkan penulis
selama proses penulisan skripsi ini: Marjuki, Johan, Jejen, Heri, Yoana, Tika,
Hudan, Gina, dan seluruh teman-teman Pendidikan Fisika 2011.
9. Serta semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu atas dukungan dan semangat.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dan dalam
bidang ilmu pengetahuan pada umumnya.
Yogyakarta, 26 Februari 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 5
A. Pembelajaran Fisika ..................................................................................... 5
B. Pendekatan Saintifik .................................................................................... 6
C. Evaluasi Pembelajaran ............................................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
D. Evaluasi Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Saintifik .......... 21
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 26
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 27
C. Subyek Penelitian ....................................................................................... 27
D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 27
BAB IV DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN .......................................... 32
A. Data ............................................................................................................ 32
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 34
1. Aspek Evaluasi ....................................................................................... 34
2. Teknik Evaluasi ...................................................................................... 44
3. Mekanisme dan Prosedur Evaluasi ........................................................ 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 62
A. Kesimpulan ................................................................................................ 62
B. Saran .......................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
LAMPIRAN .......................................................................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin ...................................................................... 66
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian .................................................. 67
Lampiran 3 Analisis Soal ...................................................................................... 68
Lampiran 4 Laporan Praktikum ............................................................................ 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan di Indonesia semakin berkembang dalam
berbagai hal, baik dari materi, media, model pembelajaran, dan metode
pembelajaran. Dulu kebanyakan guru hanya mengajar dengan metode
ceramah yang sangat membosankan bagi siswa, namun sekarang banyak guru
yang melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran agar siswa
semakin bersemangat dalam belajar. Hal ini dilakukan untuk semakin
meningkatakan mutu pendidikan di Indonesia.
Pada hakekatnya, belajar adalah memahami sesuatu dengan percobaan
berulang-ulang hingga seseorang dapat paham, mengerti, dan menguasai suatu
hal dengan baik. Begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Siswa akan lebih menguasi materi pelajaran jika siswa menemukan dan
menggali sendiri pengetahuannya tersebut, sehingga hasilnya pemahaman
siswa diharapkan lebih mendalam.
Fisika adalah ilmu yang memahami fenomena alam. Dalam
pembelajaran di sekolah, khususnya jenjang SMP dan SMA/SMK, siswa
diharapkan dapat aktif membentuk pemikiran mereka sehingga dapat
menjelaskan gejala fisis di kehidupan sekitarnya secara logis. Dalam hal ini
siswa dituntut untuk dapat berpikir secara induktif. Menurut Suparno, dalam
pembelajaran fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar (2007: 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dengan siswa aktif, siswa dapat menemukan sesuatu sendiri, karena dengan
menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara mendalam (Suparno,
2007: 72).
Berdasarkan hal di atas, guru seharusnya menggunakan model
pembelajaran yang mendukung kegiatan siswa untuk menemukan sendiri
pengetahuannya tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah pendekatan saintifik. Pendekatan ini pertama kali dicetuskan
oleh Galileo Galilei, seorang fisikawan yang memiliki banyak sumbangan
pada zamannya dan digunakan sampai saat ini. Pendekatan saintifik atau
pendekatan ilmiah sendiri sudah akrab dikenal pada pembelajaran fisika
sebagai metode ilmiah. Pendekatan saintifik ini menerapkan metode ilmiah
pada proses pembelajaran fisika. Pada metode ilmiah, siswa dituntut untuk
lebih mengedepankan penalaran induktif. Penalaran induktif melihat
fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan
kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Pendekatan saintifik ini bertujuan agar siswa mampu menemukan dan
mengembangkan secara mandiri pengetahuan yang didapatnya agar siswa
tersebut dapat lebih memahami materi yang dipelajarinya, tidak hanya sekedar
tahu saja.
Dalam suatu pembelajaran perlu diadakan evaluasi yang bertujuan untuk
mengukur sampai di mana tingkat kemampuan siswa selama proses
pembelajaran yang telah berlangsung dan mengetahui tingkat keberhasilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
program pengajaran. Karena pendekatan saintifik lebih menitikberatkan pada
proses penemuan pengetahuan oleh siswa, maka diperlukan evaluasi yang
tidak hanya menilai pada hasil belajar siswa saja, tapi juga menilai dalam
proses belajar-mengajar. Teknik evaluasi yang dipakai pun harus disesuaikan
dengan pendekatan saintifik itu sendiri yang sesuai dengan metode ilmiah.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS EVALUASI PADA
PEMBELAJARAN FISIKA DAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN
SAINTIFIK DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA KELAS
XI IPA SMA (STUDI KASUS DI SMA P YOGYAKARTA)”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan bahwa:
1. Bagaimana evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran fisika yang
menggunakan pendekatan saintifik?
2. Sejauh mana evaluasi dilakukan pada pembelajaran fisika dengan
meggunakan pendekatan saintifik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran fisika yang
menggunakan pendekatan saintifik.
2. Mengetahui sejauh mana evaluasi dilakukan pada pembelajaran fisika
dengan menggunakan pendekatan saintifik.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Guru
Memberikan masukan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran mata
pelajaran fisika yang menggunakan pendekatan saintifik.
2. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran fisika.
b. Memberikan masukan untuk melihat betapa pentingnya evaluasi
pembelajaran pada mata pelajaran fisika.
3. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran fisika
yang menggunakan model pembelajaran pendekatan saintifik dan seberapa
penting evaluasi tersebut dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Fisika
Menurut Suparno, yang terpenting dalam pembelajaran fisika adalah siswa
yang aktif belajar fisika. Maka semua usaha guru harus diarahkan untuk
membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika sendiri. Guru
membimbing siswa untuk menemukan sendiri kebenaran atau pengetahuan
barunya dengan menghubungkan fenomena-fenomena yang terjadi di
sekitarnya dengan teori yang ia miliki sejak awal. Siswa dibimbing untuk
menghubungkan hal tersebut dengan menggunakan penalaran induktif,
sehingga siswa dapat menemukan kesimpulan yang baik. Dengan siswa
menemukan sendiri pengetahuannya, siswa akan mengerti lebih dalam dan
tidak cepat lupa akan pengetahuan yang baru didapatkannya tersebut.
Adapun tujuan umum pembelajaran fisika seperti (Suparno, 2007: 3):
1. Mengerti dan menggunakan metode ilmiah
2. Menguasai pengetahuan fisika (konsep)
3. Menggunakan sikap ilmiah
4. Memenuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat
5. Kesadaran akan karir masa depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Pendekatan Saintifik
Menurut Daryanto (2014: 55), pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah
adalah proses pembelajaran yang dapat dipadankan dengan suatu proses
ilmiah. Pada proses ilmiah, para ilmuwan menggunakan penalaran induktif, di
mana penalaran ini memandang suatu fenomena dengan kajian spesifik dan
detail untuk menarik kesimpulannya secara umum. Metode ilmiah sendiri
terdiri dari serangkaian kegiatan pengumpulan data melalui observasi atau
eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian
memformulasi dan menguji hipotesis. Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan
(Daryanto, 2014: 51). Keterampilan proses sains sebagai keterampilan dasar
harus dimiliki oleh setiap siswa sebelum mereka menggunakan metode ilmiah.
Oleh karena itu, proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada
pengembangan keterampilan proses. Dalam pembelajaran IPA dengan
mengembangkan keterampilan proses, siswa dapat menemukan fakta-fakta,
membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah yang akhirnya dapat
berpengaruh positif terhadap proses maupun produk pendidikan (Trianto,
2012: 143).
Adapun prinsip-prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan belajar
(Daryanto, 2014: 58):
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Pembelajaran membetuk students selfconcept
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru
Berikut adalah tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut
Daryanto (2014: 54):
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahawa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi
5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah
6. Untuk mengembangkan karakter siswa
Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 Tahun 2013
dibahas bahwa untuk memperkuat pendekatan saintifik diterapkan
pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Adapun langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran
sebagai berikut:
1. Mengamati (observasi)
Pada kegiatan ini siswa diharapkan mampu menemukan fakta bahwa
ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran
yang diajarkan oleh guru. Dengan mengamati sendiri siswa diharapkan
lebih dapat memahami konsep-konsep fisika yang diajarkan. Pada
kegiatan ini guru memfasilitasi dan membimbing siswa untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
2. Menanya
Setelah mengamati suatu obyek, siswa diberi kesempatan dan
dibimbing untuk dapat mengajukan pertanyaan terkait dengan obyek
tersebut. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Pertanyaan tersebut menjadi dasar siswa untuk mencari
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru
sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal amapai
sumber yang beragam. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa
ingin tahu peserta didik.
3. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Aktivitas
mengumpulkan informasi itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
cara, seperti melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku
teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan narasumber
dan sebagainya.
4. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar
Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, kegiatan
mengasosiasi/mengolah informasi/menalar dalam kegiatan pembelajaran
adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan pola dari keterkaitan informasi-informasi yang telah
dikumpulkan.
5. Menarik Kesimpulan
Setelah menemukan keterkaitan antara informasi-informasi yang
telah dikumpulkan dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan
tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam kelompok atau secara
individu membuat kesimpulan. Dalam pembuatan kesimpulan ini siswa
dapat dibimbing untuk menyimpulkannya secara induktif agar dapat
memperoleh kesimpulan secara umum keseluruhan.
6. Mengkomunikasikan
Pada kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan apa
yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau menceritakan apa yang telah mereka dapatkan dari hasil
pengamatan dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
C. Evaluasi Pembelajaran
Menurut Mehrens dan Lehman (1978, dalam Purwanto, 2012: 3), evaluasi
adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Sedangkan menurut Norman E. Gronlund (1976, dalam Purwanto, 2012: 3)
dalam hubungannya dengan kegiatan pengajaran, evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Berdasarkan dua
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang direncanakan secara sistematis
untuk memperoleh informasi pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran oleh
siswa.
Prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil
evaluasi yang lebih baik (Arifin, 2010: 31), yaitu:
1. Kontinuitas
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu,
evaluasi pun harus dilakukan secara kontinu. Kegiatan evaluasi harus
dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung, dan pada akhir
program setelah program itu dianggap selesai, sehingga dapat diperoleh
gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan peserta didik.
2. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil
seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Guru tidak hanya menilai yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menyangkut kognitif siswa saja, tapi juga harus menyangkut afektif dan
psikomotorik siswa.
3. Adil dan Objektif
Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus bersikap adil tanpa pilih kasih.
Semua siswa harus diberlakukan sama tanpa pandang bulu. Guru juga
hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan
kemampuan siswa. Oleh sebab itu, evaluasi harus didasarkan atas
kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau
rekayasa.
4. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua
pihak, baik orang tua siswa, sesama guru, kepala sekolah, maupun dengan
siswa itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dan
dihargai dengan hasil evaluasi.
5. Praktis
Dalam menyusun alat evaluasi, sebaiknya guru menyusunnya dengan
memperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal, agar alat evaluasi
tersebut mudah digunakan baik oleh guru tersebut maupun orang lain yang
akan menggunakannya.
Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, kegiatan evaluasi harus mencakup
(Asep dan Abdul, 2012: 64):
1. Proses belajar, yaitu seluruh pengalaman belajar yang dilakukan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Hasil belajar, yaitu ketercapaian setiap kemampuan dasar, baik kognitif,
afektif, maupun pskimotorik, yang diperoleh siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran tertentu.
Menurut Sudjana (2010: 22), dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, klasifikasi belajar menggunakan teori Benyamin Bloom
dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
1. Kognitif
Aspek kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Menurut
taksonomi Bloom, aspek kognitif terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yaitu:
a. Pengetahuan (C1)
Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang
paling rendah. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan
untuk mengenal atau mengingat kembali suatu objek, ide, prosedur,
prinsip atau teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman.
b. Pemahaman (C2)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami segala
pengetahuan yang diajarkan seperti kemampuan mengungkapkan
dengan struktur kalimat lain, membandingkan, menafsirkan, dan
sebagainya. Pemahaman dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
1) Pemahaman terjemahan, yaitu kemampuan untuk mengubah
simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2) Pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian
terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dan yang bukan pokok.
3) Pemahaman ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi diharapkan
seseorang mampu melihat di balik yang tertulis.
c. Aplikasi (C3)
Aplikasi adalah penggunaan konsep pada situasi kongkret atau
situasi khusus. Konsep tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk
teknis. Menerapkan konsep ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
Mengulang-ngulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih
menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Seseorang menguasai
kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan,
mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan, dan
mengidentifikasi.
d. Analisis (C4)
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Secara rinci
Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu
menganalisis unsur, menganalisis hubungan, dan menganalisis prinsip-
prinsip organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
e. Sintesis (C5)
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke
dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan salah satu
terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif
merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.
f. Evaluasi (C6)
Evaluasi adalah pemberian keputusan/penilaian tentang sesuatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan, metode, materil, dan lain-lain.
2. Afektif
Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas aspek
penerimaan, tanggapan, penilaian, pengelolaan, dan penghayatan
(karakterisasi). Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan belajar, dan
hubungan sosial.
3. Psikomotorik
Hasil belajar psikomorik tampak dalam bentuk keterampilan fisik
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Tipe hasil belajar ranah
psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak
setelah menerima pengalaman belajar tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Menurut Arifin (2010: 88) pengembangan evaluasi pembelajaran terdiri
atas:
1. Perencanaan evaluasi
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan penilaian
hasil belajar, yaitu:
a. Menentukan tujuan penilaian
Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas, karena
menjadi dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, dan
karakter alat penilaian. Rumusan tujuan penilaian harus
memperhatikan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik
siswa. Dalam penilaian hasil belajar, terdapat empat jenis tujuan
penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran
(formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif),
untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran (diagnostik), dan untuk menempatkan posisi peserta
didik sesuai dengan kemampuannya (seleksi).
b. Mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Peserta
didik dianggap kompeten apabila ia memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu setelah
mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar, dilihat dari
tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi
item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang
kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi
penilaian betul-betul representatif dan relevan dengan materi pelajaran
yang sudah diberikan oleh guru kepada siswa. Kisi-kisi soal yang baik
harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain:
1) representatif, yaitu harus mewakili isi kurikulum sebagai sampel
perilaku yang akan dinilai
2) komponen-komponennya harus terurai/terperinci, jelas, dan mudah
dipahami
3) soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan
d. Mengembangkan draft instrumen
Instrumen penilaian dapat disusun dalam bentuk tes maupun nontes.
Dalam bentuk tes, berarti guru harus membuat soal. Penulisan soal
adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan
harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif, baik
bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Dalam bentuk nontes,
guru dapat membuat angket, pedoman observasi, pedoman wawancara,
studi dokumentasi, skala sikap, penialaian bakat, minat, dan
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
e. Uji coba dan analisis instrumen
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan.
Tujuannya untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu diubah,
diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali. Soal yang baik adalah soal
yang sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi.
f. Merakit instrumen baru
Setelah soal diuji coba dan dianalisis, ada soal yang masih dapat
diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus direvisi total, baik
yang menyangkut pokok soal maupun alternatif jawaban. Berdasarkan
hasil revisi soal ini, barulah dilakukan perakitan soal menjadi suatu
instrument yang terpadu.
2. Pelaksanaan evaluasi
Pelaksanaan evaluasi bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan.
Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru dapat menggunakan tes
(tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan) maupun non tes (angket,
observasi, wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, dan sebagainya).
Dalam pelaksanaan tes maupun nontes berbeda sesuai dengan tujuan dan
fungsinya.
Pelaksanaan nontes dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap
dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
pendapat peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran, kesulitan belajar,
minat belajar, motivasi belajar, dan sebagainya. Selain itu guru juga dapat
menilai hasil kerja peserta didik dengan cara memberikan tugas atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
proyek dan menganalisis semua hasil kerja dalam bentuk portofolio.
Dalam penilaian, guru tidak hanya menilai kognitif siswa saja, tapi juga
perlu diperhatikan non-kognitif siswa, seperti pengembangan pribadi,
kreativitas, dan keterampilan interpersonal sehingga mendapat gambaran
yang komprehensif dan utuh.
3. Pengolahan data dan analisis
Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan
menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil
evaluasi, ada yang berbentuk kualitatif, ada juga yang berbentuk
kuantitatif. Dalam penilaian hasil belajar, data yang diperoleh adalah
tentang prestasi belajar. Dengan demikian, pengolahan data tersebut akan
memberikan nilai kepada siswa berdasarkan kualitas hasil pekerjaannya.
4. Pelaporan hasil evaluasi
Hasil evaluasi yang telah dilakukan harus dilaporkan ke berbagai pihak
yang terkait, seperti orang tua/wali, kepala sekolah, pengawas, pemerintah,
mitra sekolah, dan siswa itu sendiri agar proses pembelajaran termasuk
proses dan dan hasil belajar yang dicapai siswa serta perkembangannya
dapat diketahui oleh berbagai pihak. Laporan kemajuan belajar peserta
didik merupakan sarana komunikasi anatar sekolah, siswa, dan orang tua
dalam upaya mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang
harmonis. Isi laporan hendaknya memuat hal-hal seperti profil belajar
siswa di sekolah, peran serta siswa dalam kegiatan di sekolah, kemajuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
hasil belajar siswa dalam kurun waktu belajar tertentu, dan imbauan
terhadap orang tua.
5. Pemanfaatan hasil evaluasi
Tahap akhir dari prosedur evaluasi adalah penggunaan atau
pemanfaatan hasil evaluasi. Salah satu penggunaan hasil evaluasi adalah
laporan. Laporan dimaksudkan untuk memberikan feedback kepasa semua
pihak yang terkait dalam pembelajaran, seperti siswa, guru, kepala
sekolah, orang tua, penilik, dan pemakai lulusan.
Tes hasil belajar digunakan untuk menilai kompetensi peserta didik yang
mencakup pengetahuan dan keterampilan tertentu sebagai hasil belajar
mengajar fisika. Tes dapat dikelompokkan ke dalam tes objektif dan tes non
objektif. Bentuk soal tes objektif yang dapat digunakan adalah: pilihan ganda,
jawaban singkat, menjodohkan, dan uraian objektif. Sedangkan bentuk soal tes
non objektif yang dapat digunakan adalah: uraian bebas, unjuk kerja atau
observasi, dan portofolio atau proyek.
Bentuk soal tes pilihan ganda dapat mencakup banyak materi pelajaran
penyekoran objektif. Tes pilihan ganda dapat mengukur tingkat kemampuan
berpikir yang tinggi dan hal ini tentunya tergantung pada kompetensi pembuat
soal. Berikut kaidah-kaidah penulisan soal tes pilihan ganda:
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
3. Bahasa yang digunakan harus komunikatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
4. Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.
5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pertanyaan
yang diperlukan saja.
6. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
7. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
8. Pokok soal jangan menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat
negative ganda.
9. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
10. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
11. Pilihan jawaban berbentuk angka harus disusun berdasarkan besar-
kecilnya.
12. Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi.
13. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar.
14. Butir soal jangan tergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Menurut Mundilarto, tes uraian objektif adalah tes yang bentuknya soal
uraian tetapi jawabannya sudah tertentu. Butir soal tes uraian objektif
bermanfaat dalam mengembangkan kompetensi berpikir tingkat tinggi,
khususnya aspek analisis sintesis dan evaluasi. Bentuk soal uraian objektif
sangat tepat digunakan untuk bidang matematika dan sains, karena kunci
jawabannya hanya satu. Berikut kaidah-kaidah penulisan soal tes uraian
objektif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1. Soal harus mengacu pada indikator.
2. Menggunakan bahasa yang baku dan komunikatif.
3. Apabila terdapat gambar, grafik, tabel harus disajikan secara benar, jelas,
dan komunikatif.
4. Hanya mengadung variable-variabel, informasi-informasi, dan besaran-
besaran fisis yang relevan saja.
5. Pertanyaan harus dirumuskan secara jelas agar tidak menimbulkan
perbedaan penafsiran di antara peserta didik.
6. Untuk setiap soal hanya mengandung satu pertanyaan saja.
7. Siapkan jawaban secara lengkap.
8. Tetapkan pedoman penyekoran.
Berdasarkan pada Permendiknas No. 20 Tahun 2007, perancangan strategi
penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus yang
penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Sehingga segala bentuk evaluasi hasil belajar peserta didik tercantum
di dalam RPP berikut pedoman penyekorannya.
D. Evaluasi Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Saintifik
Seperti yang telah dikatakan di atas, pendekatan saintifik erat kaitannya
dengan metode ilmiah. Di mana metode ilmiah itu sendiri terdiri dari
serangkaian kegiatan pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menguji hipotesis. Serangkaian kegiatan tersebut menggunakan penalaran
induktif, di mana penalaran ini memandang suatu fenomena secara spesifik
untuk menarik kesimpulannya secara umum.
Untuk menilai seluruh kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi
tersebut, maka dibutuhkan suatu penilaian yang dapat menilai seluruh kinerja
siswa di dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan saintifik
tersebut. Penilaian yang dilakukan harus mampu menggambarkan peningkatan
hasil belajar siswa, baik dalam mengobservasi, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan. Salah satu
penilaian yang cocok dengan pendekatan saintifik adalah penilaian autentik.
Hal ini pun tercantum dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013, bahwa
penilaian proses pembelajaran menggunakan penilaian autentik (authentic
assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara
utuh. Menurut Mundilarto (2012: 24), penilaian adalah proses interpretasi dan
membuat judgment terhadap informasi hasil pengukurannya. Suatu penilaian
dikatakan autentik jika melibatkan peserta didik dalam tugas-tugas yang
bermanfaat, signifikan, dan berarti. Penilaian autentik adalah penilaian kinerja
yang orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran yang melibatkan
peserta didik. Penilaian autentik dilakukan secara komprehensif untuk menilai
masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Menurut
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian, cakupan
penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata
pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
semacam ini dapat menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik dalam mengobservasi, menalar, mencoba, mengkomunikasikan, dan lain-
lain. Penilaian autentik memungkinkan siswa untuk menunjukkan kompetensi
mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian, yaitu pengukuran
langsung keterampilan siswa, penilaian atas tugas-tugas, dan analisis proses
yang digunakan untuk menghasilkan respon siswa atas perolehan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Berikut teknik-teknik yang digunakan
menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013:
1. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, penilaian antar peserta didik, dan jurnal. Instrumen yang
dilakukan dapat berupa daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik,
sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
2. Penilaian kompetensi pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui:
a. Tes tulis
Instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
b. Tes lisan
Instrumen yang digunakan dapat berupa daftar pertanyaan.
c. Penugasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Instrumen yang digunakan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau
proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok.
3. Penilaian kompetensi keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan
penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan dapat berupa daftar cek
atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik.
Berikut hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam mekanisme dan
prosedur penilaian berdasarkan Permendikbud No. 66 Tahun 2013:
1. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk:
a. Penilaian autentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan.
b. Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum
ulangan harian.
c. Penilaian proyek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau
tema pelajaran.
d. Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses
pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.
e. Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester dilakukan oleh
pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.
2. Perencanaan ulangan harian dan pemberian proyek oleh pendidik sesuai
dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
3. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Menyusun kisi-kisi ujian
b. Mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen
c. Melaksanakan ujian
d. Mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta
didik
e. Melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian
4. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum
diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai
KKM harus mengikuti pembelajaran remedial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif
dengan tujuan memperoleh gambaran bagaimana cara mengevaluasi
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran pendekatan saintifik
dan keefektifan evaluasi tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bersifat deskriptif dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,
keadaan daripada bilangan termasuk juga data transkrip interview, fieldnotes,
foto, videotapes, dokumen pribadi dan ofisial, memo, dan record lain.
Penelitian kualitatif lebih tertarik pada proses daripada hasil akhir (Suparno,
2010: 154). Bentuk penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nonparticipant observation. Dalam penelitian ini, peneliti tidak terlibat
dalam kegiatan yang diteliti, tetapi lebih melihat dari luar (Suparno, 2010:
154). Penelitian ini menggunakan sampel yang sedikit, dengan meneliti kasus
tertentu saja (Suparno, 2010: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA SMA P Yogyakarta
2) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015.
C. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seorang guru fisika kelas XI IPA SMA P
Yogyakarta dan 2 siswa kelas XI IPA 2 SMA P Yogyakarta.
D. Instrumen Penelitian
Instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data. Termasuk
di dalamnya bagaimana memilih atau mendesain instrument dan menentukan
keadaan agar instrument itu dapat digunakan/dipraktikkan. Pengertian
intrumen sendiri adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Bentuknya dapat berupa: tes tertulis, angket, wawancara,
dokumentasi, dan observasi (Suparno, 2010: 56).
Penelitian ini menggunakan 4 (empat) buah instrumen, yaitu
wawancara/interview, observasi/pengamatan, dokumentasi, dan fieldnotes.
1. Wawancara/interview
Interview adalah semacam kuesioner lisan, suatu dialog yang
dilakukan oleh peneliti untuk memperleh informasi yang diperlukan
(Suparno, 2010: 62). Penelitian ini menggunakan interview bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
terpimpin dimana interview ini merupakan kombinasi antara interview
bebas yang dapat mengajukan pertanyaan secara bebas sesuai yang
diperlukan dan interview terpimpin yang mengajukan pertanyaan sesuai
dengan daftar pertanyaan lengkap yang telah disusun.
Interview/wawancara dilakukan pada guru mata pelajaran fisika dan 2
(dua) siswa kelas XI IPA yang masing-masing dilakukan sebanyak 2 (dua)
kali. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti sudah membuat daftar
pertanyaan yang akan ditanyakan pada narasumber guna menarik
sebanyak-banyak informasi yang terkait dengan penelitian ini. Berikut
daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada guru dan siswa:
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan untuk Instrumen Wawancara Penelitian
tentang Implementasi Pendekatan Saintifk dalam Evaluasi pada Mata
Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA
NARASUMBER DAFTAR PERTANYAAN
1) GURU 1) Teknik penilaian apa saja yang dilakukan
dalam penilaian terhadap proses dan hasil
belajar siswa?
2) Bagaimana caranya Anda menyusun soal?
Aspek apa saja yang harus diperhatikan?
3) Dalam bentuk apa Anda memberikan tugas
kepada siswa?
4) Seberapa sering Anda memberikan tugas
kepada siswa? Bagaimana respon siswa
dalam mengerjakan tugas tersebut?
5) Bagaimana caranya Anda menilai proses
belajar siswa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
NARASUMBER DAFTAR PERTANYAAN
6) Bagaimana caranya Anda menilai aspek
sikap, pengetahuan, keterampilan, dan
spiritual siswa?
7) Menurut Anda, bagaiman hasil belajar
siswa selama ini?
8) Menurut Anda, bagaimana proses belajar
siswa selama ini?
9) Kesulitan apa saja yang Anda temui dalam
melakukan penilaian pada siswa?
2) SISWA 1) Menurut Anda, bagaimana cara gurumu
mengajar di dalam kelas? Apakah Anda
senang dengan cara mengajar gurumu
tersebut?
2) Apakah kamu dapat mengikuti kegiatan
belajar dengan baik?
3) Apa yang kamu lakukan jika diberi tugas
oleh gurumu?
4) Dalam mengerjakan tugas, apakah kamu
mengerjakannya secara individu atau
berkelmpok?
5) Seberapa sering gurumu memberikan tugas?
Dalam bentuk apa saja tugas yang
diberikan?
6) Menurut Anda, apakah tugas-tugas tersebut
dapat membantu Anda dalam memahami
materi?
7) Menurut Anda, soal-soal yang diberikan
oleh guru Anda susah atau tidak?
8) Apakah soal-soal tersebut sudah sesuai
dengan materi pelajaran yang diberikan
oleh guru Anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
NARASUMBER DAFTAR PERTANYAAN
9) Menurut Anda, bagaimana hasil belajar
Anda selama ini?
2. Observasi/pengamatan
Menurut Suparno, pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera
(penciuman, pendengaran, peraba, pengecap, rekaman gambar, rekaman
suara, dll). Pada penelitian ini menggunakan observasi sistematis, dimana
observasi yang dilakukan menggunakan pedoman (daftar kegiatan dalam
pengamatan). Observasi/pengamatan dilakukan pada saat proses
pembelajaran di kelas berlangsung dan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali.
Fokus pengamatan diarahkan pada bagaimana guru mengajar di dalam
kelas dan ativitas siswa di dalam kelas ketika proses belajar mengajar
menggunakan pendekatan saintifik berlangsung.
3. Catatan Lapangan/Fieldnotes
Menurut Bogdan dan Biklen di dalam buku Moeloeng, catatan
lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif (2009: 209). Pada proses
pengamatan di dalam kelas, peneliti akan mencatat secara singkat hal-hal
yang dianggap penting pada proses pengamatan tersebut. Catatan itu
nantinya akan diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
catatan lapangan. Proses ini dilakukan setiap selesai melakukan
pengamatan dan wawancara agar tidak tercampur dengan informasi lain
dan ingatan sesorang itu sifatnya terbatas.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data-data lewat pengumpulan
benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, notulen catatan
harian, daftar nilai, foto-foto, dll (Suparno, 2010: 64). Pada penelitian ini
dokumen yang dikumpulkan berupa perangkat pembelajaran berupa soal-
soal latihan dan soal-soal ulangan yang digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Data
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah menengah atas di
Yogyakarta yaitu SMA P. Pembelajaran di sekolah ini menggunakan
kurikulum KTSP. Peneliti mengambil data pada kelas XI IPA 1 yang
berjumlah 27 siswa, dengan materi Fluida dan Termodinamika.
Pada penelitian ini, subjeknya adalah guru fisika sedangkan objeknya
adalah evaluasi pembelajaran fisika pada pendekatan saintifik dalam
pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fisika. Penelitian ini dilakukan
pada satu sekolah dan satu guru agar penelitian ini fokus dalam
mengetahui evaluasi pembelajaran fisika pada pendekatan saintifik dalam
pelaksanaan pembelajaran fisika.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi di
sekolah sebanyak 2 kali. Hal ini dilakukan untuk melihat situasi siswa dan
kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, serta untuk
membiasakan siswa dengan keberadaan peneliti di dalam kelas.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 2 bentuk, yaitu observasi
di dalam kelas dan wawancara dengan guru dan siswa. Pelaksanaan
observasi di dalam kelas dilakukan pada tanggal 4, 8, dan 11 Mei 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pada pelaksanaan penelitian hari pertama, dilakukan di Ruang
Laboratorium IPA disebabkan pada waktu tersebut siswa melakukan
eksperimen terkait dengan materi tegangan permukaan. Pada pelaksaan
observasi hari kedua dan ketiga, penelitian dilakukan di dalam kelas.
Peneliti melakukan observasi dengan merekam proses pembelajarann
dengan menggunakan Handycam. Wawancara guru dilaksanakan
sebanyak 2 (dua) kali, yaitu sebelum pelaksanaan penelitian di dalam kelas
(24 April 2015) dan sesudah pelaksanaan penelitian di dalam kelas (23
Mei 2015). Wawancara ini dilakukan di ruang tamu sekolah pada jam
kosong guru agar guru merasa nyaman ketika diberi pertanyaan oleh
peneliti. Sedangkan wawancara siswa dilakukan terhadap 2 (dua) siswi
kelas XI IPA 1 pada tanggal 19 Mei 2015 di asrama kedua siswi itu tingga.
Berikut rincian pelaksanaan penelitian:
Tabel 4.1 Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Observasi
Pertemuan I
Senin, 4 Mei 2015 pukul 12.00-
13.30
Praktikum Tegangan Permukaan
Pertemuan II
Jumat, 8 Mei 2015 pukul
Membahas materi tentang Teori
Kinetik Gas
Pertemuan III
Senin, 11 Mei 2015 pukul 12.00-
13.30
Latihan soal untuk mempersiapkan
ulangan harian
Kegiatan Wawancara
Wawancara Guru
Sesi I Jumat, 24 April 2015 pukul
Sesi II Sabtu, 23 Mei 2015 pukul
Wawancara Siswa Selasa, 19 Mei 2015 pukul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Setelah proses perekaman data di dalam kelas dan wawancara
selesai, peneliti kemudian mendeskripsikan dan mengananalisis evaluasi
pemebelajaran yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, kemudian
mentranskripnya.
2. Data Penelitian
Data penelitian yang didapat dari rekaman wawancara dan
rekaman video disalin dalam bentuk tulisan. Pembuatan transkripsi
dilakukan peneliti dengan mengamati rekaman video pembelajaran dan
rekaman wawancara terhadap guru dan siswi. Peneliti mengamati
aktifitas guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Transkrip wawancara
terhadap guru dan siswa, serta transkirp rekaman video dapat dilihat
pada lampiran 3, 4, dan 5.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Aspek Evaluasi
Sebagaimana disebutkan dalam Bab 2, implementasi pendekatan
saintifik dalam evaluasi pembelajaran fisika dilakukan dalam 3 (tiga)
aspek, yaitu kompetensi sikap (afektif), kompetensi pengetahuan
(kognitif), dan kompetensi keterampilan (psikomotorik). Di dalam
penelitian ini, guru memahami tentang hal tersebut. Hal ini dapat terlihat
dari pernyataan guru sebagai berikut:
“Kan penilaian fisika itu ada koginitif, sikap, dan
psikomotorik. Ada 3.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Berikut uraian pemahaman guru tentang aspek-aspek yang dinilai pada
siswa:
a. Kompetensi pengetahuan (kognitif)
Guru menilai kompetensi kognitif siswa dari ulangan, baik ulangan
harian, ulangan tengah semester, maupun ulangan akhir semester.
Berikut kutipan pernyataan guru:
“Kalau kognitifkan ulangan to nak.“
Ulangan harian sendiri dilakukan setiap satu KD (Kompetensi Dasar)
selesai dipelajari. Berikut kutipan pernyataan guru yang menyatakan
hal tersebut:
“Tetapi ketika ulangan, sudah banyak rumus. Karena satu
KD harus ulangan.”
Menurut guru, mata pelajaran fisika adalah yang paling sering
mengadakan ulangan harian. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara
guru untuk memaksa siswanya belajar ditengah keaktifan siswa yang
semakin tahun semakin menurun.
Berikut merupakan hasil analisis soal-soal yang diberikan oleh
guru kepada siswa menurut taksonomi Bloom:
Tabel 4.2 Rekap Analisis Soal berdasarkan Taksonomi Bloom
NO TINGKATAN BANYAKNYA SOAL
1 Mengingat (C1) 3
2 Memahami (C2) 19
3 Menerapkan (C3) 8
4 Menganalisis (C4) 0
5 Mengevaluasi (C5) 0
6 Mencipta (C6) 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dalam pembuatan soal, guru
hanya membuat kemampuan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi
siswa. Di mana menurut taksonomi Bloom, ketiga kemampuan
tersebut berada dalam tingkatan yang lebih rendah.
Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa dalam melakukan
evaluasi, guru tidak melakukan evaluasi secara mendalam pada
kemampuan kognitif siswa. Hal ini terlihat dari penilaian yang hanya
dilakukan dalam bentuk ulangan dan soal-soal yang dibuat oleh guru
pun memiliki tingkatan yang rendah. Hal ini mengakibatkan, guru
tidak mampu menilai kemampuan siswa secara mendalam dan siswa
pun tidak bisa mengetahui dan mengasah kemampuannya dalam mata
pelajaran fisika. Padahal bisa saja siswa memiliki tingkat kemampuan
yang lebih tinggi, di atas tingkatan kemampuan menerapkan (C3).
b. Kompetensi sikap (afektif)
Guru menilai kompetensi sikap siswa pada saat praktikum dengan
mengacu pada 3 (tiga) hal, yaitu A bila sikap siswa sangat baik, B bila
sikap siswa baik, dan C bila sikap siswa cukup. Pada saat praktikum,
guru menilai sikap kedisiplinan pada siswa. Siswa yang melakukan
praktikum sesuai dengan prosedur yang telah disepakati, masuk dalam
kriteria sikap siswa yang sangat baik. Sedangkan siswa yang
melakukan praktikum tidak sesuai dengan prosedur yang telah
disepakati maka masuk dalam kriteria sikap siswa yang cukup. Berikut
kutipan wawancara terkait dengan hal tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
P :…….. Penilaian afektifnya itu seperti apa?
G : penilaian sikap itu kan kita hanya mengacu pada A
itu sangat baik B baik C cukup. Hanya itu nilainya.
P : yang termasuk kriteria baik, kurang baik itu seperti
apa dalam mata pelajaran fisika?
G : kriteria anak dikatakan, maaf ya nak, ketika anak
praktek dikatakan baik atau sangat baik atau cukup,
kriterianya, , ketika anak mengerjakan sesuai
prosedur. Loh, ya baik. Di kelas 2 pertama kali masuk
sudah diterangkan kalau praktikum, ruangannya
dalam keadaan bersih, jika nanti meninggalkan juga
dalam keadaan bersih. Alat ditata rapi, itukan sudah
perjanjian di awal. Nanti ditinggalkan ya rapi. Tidak
boleh dikumpulkan, diletakkan di meja masing-
masing. Itu kan sudah perjanjian di awal ya nak. Pak
Guru kan nanti, anak meninggalkan ruangan Pak
Guru kan masih di sana, kan bisa melihat, oh ini ….
Itu mengenai sikap.
Selain sikap kedisiplinan siswa, guru juga memperhatikan motivasi
siswa dalam belajar. Dalam hal ini, guru menilai bahwa motivasi siswa
dalam belajar saat ini sangat kurang. Hal ini terlihat ketika siswa diberi
soal yang agak sulit, maka siswa akan menyerah begitu saja. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan wawancara dengan guru sebagai berikut:
“Maka saya mengamati ketika anak-anak tidak mau
mencoba, hanya sebatas yang diberikan guru, itu ya
sangat amat kurang. Padahal yang diberikan guru itu
hanya seberapa ya, P? Sedikit. Maka, belajar paling
banyak itu dari anak mencoba, kekurangannya, yang
tidak tahu baru ditanyakan, tapi sebaliknya. Belum
pernah mencoba, bahkan – maaf ya – diberi soal sedikit
berbeda, soal mudah anak mau mengerjaakan, tetapi
ketika sulit sedikit anak tidak mau mencoba. Nah,
kelemahannya di situ. Tidak mau mencoba. Kalau yang
dulu-dulu itu, kalau ada yang sulit itu adalah tantangan.
Ngotak-atik ngotak-atik. Sekarang enggak. Di tinggal,
rame. Begitu pula dengan soal ulangan, padahal untuk
mencari nilai. Ketika mudah dikerjakan, tetapi ketika
sulit ya tidak dikerjakan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Selain motivasi belajar siswa, guru pun sangat memperhatikan
keaktifan siswa pada saat PBM. Menurut guru, ketika siswa sudah
memiliki sifat apatis, maka untuk meningkatkan keaktifan siswa pun
sulit. Salah satu cara yang digunakan oleh guru adalah dengan
memaksa siswa belajar dengan mengadakan ulangan. Ketika akan
menghadapi ulangan, maka mau tidak mau siswa menyiapkan ulangan
tersebut dengan belajar. Berikut kutipan hasil wawancara dengan guru
terkait dengan hal tersebut:
P : Kira-kira kegiatan bapak, untuk mengaktifkan siswa
bagaimana caranya bapak ?
G : Cara mengaktifkan siswa itu ya ketika anak tidak
apatis sulit betul tetapi ketika anak memang punya
keinginan untuk maju itu lebih enak.
P : Lalu bagaimana cara bapak untuk mengaktifkan
siswa?
G : loh kita liat bagaimana mengaktifkan kan situasional
menurut saya lo ya, tidak bisa misalkan harus menjadi
sama semua caranya. ……. Tetapi menjadi ketika
anak sudah mulai apatis sudah mulai jenuh atau anak
nah,,,, ya,,, diberi semangat. Mengaktifkan itu
menurut saya gini ya liat kondisi kemudian kalo anak
biarkan anak mau belajar fisika ya harus di paksa
jujur, harus dipaksa. Anak kalau tidak dipaksa untuk
belajar maaf ya nanti gak mau belajar saya itu sampe
jelek. Fisika tu ulangan paling sering harapannya ya
satu memaksa anak untuk mau belajar.
Selain sikap kedisiplinan, motivasi belajar, dan keaktifan siswa,
dalam menilai kompetensi afektif siswa, guru pun memperhatikan
perhatian siswa ketika belajar di kelas. Guru menilai sikap perhatian
siswa ketika belajar dengan memberikan penghargaan kepada siswa
yang benar-benar memperhatikan pada saat pelajaran dan mau
mengerjakan tugas di depan kelas. Namun, lama kelamaan cara seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
itu tidak efektif dalam menilai sikap siswa karena yang maju ke depan
kelas hanya beberapa siswa saja dan siswa yang itu-itu saja. Berikut
kutipan wawancara dengan guru terkait dengan hal tersebut:
“ Kalo saya lebih baik ulangan atau yang kedua, Pak
Guru juga menghormati tugas anak, artinya ada tugas ya
kita hormati. Ketika tugas tidak pernah dihormati atau
tidak pernah dinilai yakin, tidak bakal dikerjakan anak.
Kadang malah menjadi, ketika mengerjakan apapun ya
harus dihormati, bahkan harus dinilai. Anak yang maju
pun saya beri nilai, tetapi lama kelamaan gak praktis.
Karena yang mau maju itu ya anak-anak yang pintar, ya
hanya itu-itu saja. Dulu pernah saya lakukan model itu
anak yang maju saya nilai, tapi itu saya beri kesepakatan
awal, anak yang maju saya hormati saya beri nilai benar
saya beri nilai 100.”
Guru pun memperhatikan sikap kejujuran siswa ketika anak
mengerjakan ulangan. Ketika siswa ketahuan menyontek, maka siswa
tersebut mendapat nilai afektif yang jelek. Sedangkan siswa yang
mengerjakan dengan jujur, maka siswa tersebut mendapat nilai afektif
yang bagus pula. Dalam penilaian, guru memperhatikan aspek
kemampuan afektif siswa sebagai salah satu upaya dalam pembentukan
karakter siswa. Namun, tuntutan dari orang tua untuk mendapat nilai
yang baik (dalam bentuk angka) menjadikan siswa melakukan kegiatan
menyontek untuk mendapatkan nilai yang selalu bagus, sehingga siswa
pun tidak memperdulikan penilaian afektif. Berikut kutipan hasil
wawancara dengan guru terkait dengan hal tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
“Anak ulangan jujur, ya afektifnya bagus. Ulangan
nyontek, afektifnya sudah jelek kok. Tapi kadang anak
kan tidak senang kalau nilai kognitif jelek. Yang
dipampangkan nilai kognitifnya, 80, 90, 100. Lupa kalau
afektif itu kan sangat penting sekali untuk pembentukan
karakter. Ulangan tidak diamati, semua jujur. Ya lebih
bagus begitu, dibandingkan nilainya 10-10 tapi sikapnya
jelek. Makanya begitu nak. Afektifnya pentingya di situ.
Tapi ya orang tua dan anak, oh lebih penting nilainya
100.”
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa menilai aspek
kemampuan afektif siswa, guru memperhatikan sikap kedisiplinan
siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa ketika PBM
berlangsung, perhatian siswa ketika belajar, dan sikap kejujuran siswa.
c. Kompetensi keterampilan (psikomotorik)
Guru menilai kompetensi psikomotorik siswa dari kegiatan
praktikum. Praktikum diadakan agar guru tidak hanya menilai siswa
dari aspek kognitif saja, namun juga dari aspek psikomotorik siswa.
Karena berdasarkan analisis guru, terdapat beberapa siswa yang rendah
nilainya pada penilaian kompetensi kogintif, namun ketika mengikuti
kegiatan praktikum, siswa tersebut dapat melakukan kegiatan
praktikum dan mengikuti PBM dengan baik. Melihat hal ini guru pun
sangat menghargai usaha siswa yang bersungguh-sungguh pada saat
praktikum. Berikut kutipan wawancara terkait dengan hal tersebut:
G : kalau dalam pembuatan nilai itu kan kalau
praktikum itu ranahnya masuk ketrampilan.
P : hmm…masuknya psikomotorik?
G : he’e psikomotorik. Maka psikomotorik itu diambil
dari yang praktek. Kemudian kalau nilai pengetahuan,
kognitif itu kan ulangan harian itu. nah,… Karena ada
begini, bisa anak itu nanti yang pandai tetapi ga suka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
praktek. Ada anak IPA sini tu kalau fisika harian itu
jelek, tapi kalau praktikum sungguh-sungguh. Loh
maka yang terjadi adalah bahwa nilai kognitifnya
rendah, psikomotoriknya bisa lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang pandai. Pak Guru
akan menghormati itu. loh betul noh, pada saat
praktek sungguh-sungguh, loh bagus betul kok.
Guru berharap bahwa dengan adanya kegiatan praktikum dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap kritis di dalam diri siswa,
sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri. Dari rasa
ingin tahu itu diharapkan muncul pertanyaan-pertanyaan yang
membuat siswa penasaran. Dalam hal ini, guru membantu siswa
menjawab pertanyan tersebut dengan membimbing siswa dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan umpan agar siswa dapat menjawab
pertanyaan tersebut dengan sendirinya. Hal ini membantu siswa dalam
membangun pengetahuannya sendiri. Dengan menjawab pertanyaan
yang muncul dari rasi ingin tahu, siswa dapat lebih mengingat materi
yang dipelajarinya tersebut.
Selain membangun rasa ingin tahu pada siswa, guru juga berharap
bahwa dapat tumbuh sikap kritis pada siswa atas peristiwa yang terjadi
pada saat melakukan kegiatan praktikum. Namun pada kenyataannya
sikap kritis itu tidak muncul pada siswa saat kegiatan praktikum
berlangsung. Peneliti melihat, siswa hanya melakukan kegiatan
praktikum sesuai dengan langkah kerja yang tertulis pada LKS
(Lembar Kerja Siswa) dan menuliskannya dalam laporan. Dalam
menjawab pertanyaan, kebanyakan siswa hanya mencari jawabannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
lewat buku lalu menyalinnya. Berikut kutipan wawancara dengan guru
terkait dengan harapannya dalam kegiatan praktikum:
“Sebenernya yang saya inginkan ke anak itu adalah
mengapa kok tidak tenggelam padahal logikanya massa
jenis jarum lebih besar. Saya membaca beberapa anak
ternyata adalah sebelum belajar ke tegangan permukaan
massa jenis jarum tu lebih kecil daripada massa jenis air.
Konsep itu masih melekat pada diri anak-anak ketika
bicara benda mengapung, melayang dan tenggelam. Nah
kadang-kadang itu mengecoh betul konsep yang sudah
diterima mengapung, melayang dan tenggelam ternyata
apa kadang-kadang pada diri anak bisa terkecoh pada
tegangan permukaan. Beberapa anak sebenarnya pak guru
ingin menggali kekritisan anak. Apakah betul teori
mengapung itu, saya juga beralasan kalo seperti itu teori
mengapung, melayang itu patah dalam praktik anak-anak.
Tetapi kan anak kadang-kadang susah penasaran.
Sebenernya Pak P hanya ingin mengajarkan dengan
percobaan sederhana itu anak berpikir kritis tidak ada
faktor menerima.”
Dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada saat
kegiatan praktikum berlangsung, guru mendampingi siswa dengan
mendatangi setiap kelompok. Dalam masing-masing kelompok, guru
mengkonfirmasi dan membimbing siswa dalam membentuk
pengetahuannya. Seperti, guru menanyakan mengapa peristiwa jarum
mengapung bisa terjadi. Ketika siswa menjawabnya dengan salah,
guru mengarahkan siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarah pada jawaban yang sebenarnya. Guru pun
menyarankan siswa untuk mencari jawabannya dengan mencari bahan
referensi lain lewat internet. Dengan cara tersebut, peneliti melihat
siswa pun dapat memberikan alasan yang tepat atas peristiwa yang
terjadi pada saat praktikum. Namun, ada beberapa siswa pula yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
hanya mencari jawabannya di buku lalu menyalinnya. Peneliti pun
melihat dari hasil laporan praktikum yang telah dibuat siswa, terdapat
satu kelompok yang masih salah konsep dalam menjawan pertanyaan.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa siswa belum memiliki sikap kritis
ketika menemukan suatu gejala fisika. Dalam kegiatan praktikum,
siswa hanya melakukan kegiatan sesuai dengan langkah kerja yang
tertulis pada LKS, menuliskan apa yang terjadi pada saat kegiatan
praktikum, dan menjawab pertanyaan dengan hanya mencari
jawabannya dari buku cetak.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa guru menilai
kemampuan psikomotorik siswa lewat kegiatan praktikum. Dalam
kegiatan tersebut, guru melihat bagaimana siswa memiliki rasa ingin
tahu yang lebih atas gejala fisika yang terjadi pada saat kegiatan
praktikum berlangsung dan bagaimana siswa mencari jawaban yang
tepat atas rasa ingin tahunya tersebut. Selain itu, guru pun melihat dan
mencoba membangun sikap kritis pada siswa dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang memancing. Dengan cara tersebut
diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri.
Walaupun pada kenyataanya, peneliti tidak melihat tumbuh sikap
seperti itu pada siswa, hanya beberapa siswa saja yang memiliki rasa
ingin tahu dan sikap kritis namun belum begitu dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2. Teknik Evaluasi
Di dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 sudah diatur teknik-teknik
yang harus diperhatikan pada penilaian seperti yang sudah dijelaskan pada
Bab 2. Berikut teknik-teknik penilaian yang dilakukan guru SMA P di
dalam proses belajar mengajar fisika di kelas:
a. Penilaian kompetensi pengetahuan (kognitif)
Guru melakukan penilaian kompetensi kognitif siswa hanya dalam
bentuk penilain, yaitu ulangan. Ulangan yang diberikan pun dalam
bentuk pilihan ganda dan uraian. Dalam hal ini guru kurang dapat
mengeksplorasi kemampuan siswa. Padahal dalam penilaian
kompetensi kognitif siswa, guru bisa melakukannya dalam bentuk lain
selain tes tertulis. Selain guru dapat melihat kemampuan kognitif siswa
secara keseluruhan, hal tersebut juga dapat mendorong siswa untuk
meingkatkan kemampuannya. Berikut kutipan wawancara yang terkait
dengan hal tersebut:
P : kalo suruh mecahin masalah gitu, suruh buat proyek
apa kira-kira kayak seumpama eee suruh buat essay
tentang pemanasan global atau apa gitu?
S 1 : gak pernah.
P : buat makalah gitu?
S 2 : enggak.
S 1 : Cuma laporan doang.
S 2 : laporan abis praktek.
P : PR PR gitu?
S 2 : PR di pak X jarang kok ngasih PR mbak.
P : berarti tugas-tugas tuh jarang ya?
S 2 : tugas tuh palin g satu nomor dia bacain, abis itu
suruh kerjain, nah udah gitu, paling langsung ulangan
ulangan harian dia sistemnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Selain itu, guru pun jarang memberikan tugas baik secara individu
maupun kelompok. Menurut pengakuan siswi yang telah
diwawancarai, guru pernah mengadakan diskusi ketika semester 1,
pada saat itu sedang diberlakukan Kurikulum 2013 yang menuntut
sistem pembelajarannya seperti itu. Setelah semester 2 dan kurikulum
yang digunakan kembali ke KTSP, guru tidak pernah lagi mengadakan
diskusi kelompok. Padahal dengan dengan adanya diskusi kelompok,
siswa mengaku lebih dapat mengikuti PBM dengan baik dan lebih
memahami materi dengan baik. Berikut hasil wawancara dengan siswa
terkait hal tersebut:
P : Suka ada belajar kelompok kah?
S2 : Dulu ya?
S1 : Dulu sih sempet berapa kali belajar kelompok ya.
Pas itu, pas sistem kurikulum 2013. Nah itu belajar
S1 : Ya semester 1.
P : Itu belajar kelompok?
S1 : Karena memang sistemnya kan belajar kelompok
mbak.
P : Nah pas itu malah kalian lebih ngerti?
S1 : Iya. Lebih paham. Maksudnya, oh kaya gini.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, guru terkadang
memberikan beberapa soal latihan ketika PBM berlangsung. Soal
latihan tersebut langsung dikerjakan dan dibahas pada saat itu juga.
Ketika ada siswa yang bisa mengerjakan, maka siswa itu ditunjuk
untuk mengerjakannya di papan tulis tanpa membahasnya lagi
bersama-sama dengan siswa yang lain. Namun tidak jarang siswa
sama sekali tidak ada yang bisa mengerjakannya. Akhirnya guru pun
langsung mengerjakan soal latihan tersebut di depan kelas sambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menjelaskannya kepada para siswa. Berikut hasil wawancara dengan
siswa terkait hal tersebut:
P : kemaren kan dikasih soal latihan, trus itu misalkan
itu ehh, yang ngerjaain itu, misalnya itu suka dibahas
gak?
S2 : dibahas...
S1 : Dibahas. Jadi misalnya anak ini maju, misal saya
maju, yaudah gitu. Ya itu jawabannya.
P : temen-temen kalian yang ngerjain di depan? Atau
bapaknya yang malah ngerjain sendiri.
S1 : Kadang kalau ada yang tau ya?
S2 : He.eh…
S1 : Paling si R yang maju. Kalau enggak…
S2 : Misalkan kami nanya. “Pak, ini bagaimana pak?”
“Jadi gini, nak” Akhirnya dia yang ngerjain di depan.
Sebelum memberikan ulangan harian, biasanya guru memberikan
beberapa soal latihan dulu kepada siswa. Soal latihan tersebut
dikerjakan oleh siswa baik secara individu maupun kelompok, setelah
itu dibahas bersama-sama di kelas. Soal-soal ulangan harian yang
digunakan diambil beberapa dari soal latihan yang telah dikerjakan
siswa sebelumnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada saat ulangan
harian saja, pada saat ulangan tengah semester dan ulangan akhir
semester pun berlaku hal yang sama. Dengan sistem seperti ini, siswa
sangat dimudahkan untuk memperoleh nilai yang bagus ketika
ulangan. Tapi mereka juga merasa tetap tidak mengerti dengan materi
yang dipelajarinya karena ketika mengerjakan ulangan hanya
mengandalkan hafalan saja atas apa yang sudah dikerjakan di soal
latihan sebelumnya tanpa mengerti konsep yang sesungguhnya.
Berikut hasil wawancara dengan siswa terkait dengan hal tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
P : Terus, Bapak kan sebelum ngasih ulangan
selalu ngasih latihan soal.
S1 & S2 : Kadang.
S1 : Kadang kalau lagi rajin dia mungkin ngasih 20
nomor. Kadang ngerjain ini, nak. Nanti saya
kasih 8 soal di ulangan.
P : Tapi 8 soal itu pasti keluar dari situ?
S1 : Iya keluar. Pak X itu enaknya, sistemnya dia
ulangan, UKK, UTS, kaya ulangan-ulangan
harian dia ngasih soal, pasti keluar dari situ.
Paling beda angka.
S2 : He.eh iya. Kadang dia ngasih latihan, terus
keluar.
S1 : Kalau UKK itu dia cuma jiplak dari tahun lalu,
terus kita disuruh ngerjain.
P : Enak ya kalau gitu?
S2 : Ya enak mbak. Tapi tetep aja gak ngerti.
Hafalan kan jadinya. Oh ini, jawaban tadi malam
ini. Yaudah kertas buramnya bersih.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menilai
kemampuan kognitif siswa, guru hanya menggunakan 1 teknik
penilaian saja, yaitu tes tertulis. Tes tertulis tersebut digunakan dalam
ulangan harian, UTS, dan UAS. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
variasi atau pengembangan dalam penggunaan instrumen penilaian
yang dilakukan oleh guru dalam menilai kemampuan kognitif siswa.
Penilaian kemampuan kognitif siswa, bisa dilakukan dalam bentuk
lain, seperti tes lisan dan penugasan. Dengan melakukan variasi pada
instrumen penilaian, guru dapat lebih menilai kemampuan siswa secara
mendalam dan siswa pun dapat lebih meningkatkan kemampuan
kognitifnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Penilaian kompetensi sikap (afektif)
Guru menilai kemampuan afektif siswa dengan melihat sikap siswa
yang paling ekstrem (yang tertinggi dan terendah) selama proses
belajar mengajar (PBM) berlangsung. Dengan kriteria, siswa yang
paling serius/aktif akan diberi nilai A dan siswa yang paling usil akan
diberi nilai C. Sedangkan siswa yang biasa-biasa saja (tidak terlalu
menonjol pada saat PBM berlangsung) maka akan diberi nilai B.
Berikut hasil wawancara dengan guru terkait tentang bagaimana guru
menilai kompetensi sikap (afektif) siswa ketika proses belajar
mengajar berlangsung:
G : Penilaian sikap seperti itu. Sikap itu ya tidak semua
dinilai, hanya yang usil dan yang paling serius.
P : dicari yang paling ekstremnya ya Pak.
G : betul.
Selain itu, guru pun menilai kompetensi afektif siswa dengan
menggunakan jurnal dengan mencatat sikap-sikap siswa ketika PBM
berlangsung. Di dalam jurnal tersebut diisi dengan berbagai catatan
tentang sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Namun tidak semua sikap siswa dan keaktifan siswa ketika proses
belajar mengajar pun dicatat di dalam jurnal tersebut, hanya yang “luar
biasa” saja menurut guru. Baik buruknya sikap siswa dicatat di dalam
buku tersebut. Hal ini dilakukan agar guru mempunyai alat bukti dalam
menilai kompetensi afektif siswa dan ketika proses memasukan nilai
ke dalam buku rapot tidak hanya sekedar mengira-ngira saja. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dilakukan juga untuk menghindari penilaian yang bersifat subjektif.
Jika guru mencatat semua sikap siswa di dalam jurnal tersebut dan
memakainya menjadi patokan dalam menilai kompetensi sikap siswa,
maka diharapakan penilaian guru menjadi lebih objektif. Berikut
kutipan wawancara dengan guru terkait dengan hal tersebut:
G : Dan penilaian afektif itu yang dinilai yang aneh-
aneh kok nak. Jadi guru itu punya alat bukti ketika
guru itu memutuskan anak itu mendapat nilai A.
Bukan masalah suka dan tidak suka. Tetapi ada alat
buktinya sungguh.
P : Alat buktinya itu apa pak?
G : Nah itu tadi, alat buktinya itu berarti catatan. Tidak
sembarang, karena kalau begitu jatuhnya berdasarkan
suka atau tidak suka. Hafalan. Jadi masa sekarang
kalau rapotan Pak Guru harus eling-eling. Ya lucu.
Jadi buka aja buku catatan. Jika banyak plusnya,
sering maju. Maka tadi dikatakan, keaktifan tadi
misalkan.
P : Jadi di sini guru itu semacam punya catatannya
siswa ya pak?
G : Iya punya. Tapi yang dicatat itu itu tidak semuanya
anak dicatat. Hanya yang luar biasa.
P : hahahah… Yang luar biasa baik dan luar biasa jelek
ya pak?
G : Nah ya itu. Tidak semuanya dicatat. Saya yakin pasti
semua guru punya catatan yang luar biasa itu nak.
Baik dan minusnya itu mesti dicatat. Agar nilainya
nanti tidak hanya mengira-ngira. Lah masa nilai
dikira-kira? Ya kan lucu.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan, bahwa dalam menilai
kompetensi afeksi siswa, guru menggunakan 2 (dua) macam teknik
penilaian, yaitu observasi selama PBM berlangsung dan jurnal.
Observasi dilakukan dengan melihat sikap siswa yang ekstrem (terbaik
dan terendah). Jurnal diisi dengan berbagai macam catatan tentang
sikap siswa selama PBM, baik sikap yang positif maupun yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
negatif. Namun yang dicatat hanya sikap siswa yang menurut guru
“luar biasa” saja. Jadi guru hanya mengambil sikap siswa yang paling
baik dan paling buruk.
c. Penilaian kompetensi keterampilan (psikomotorik)
Guru menilai kemampuan psikomotorik siswa lewat kegiatan
praktikum. Hal ini dilakukan karena menurut guru kemampuan setiap
siswa berbeda-beda. Ada beberapa siswa yang pandai ketika belajar di
dalam kelas namun tidak pandai ketika melakukan kegiatan praktikum
dan ada pula siswa yang tidak terlalu pandai belajar di dalam kelas
namun pandai dalam melakukan kegiatan praktikum. Hal ini lah yang
mendasari guru melakukan kegiatan praktikum dan mengambil nilai
praktikum tersebut sebagai nilai kemampuan psikomotorik siswa.
Karena dalam kegiatan praktikum, siswa tidak hanya dituntut dapat
mencapai tujuan praktikum dengan hasil yang bagus, namun juga
sangat diperhatikan dalam proses praktikumnya (pada saat
pengambilan data). Berikut hasil wawancara dengan guru terkait hal
tersebut:
P : Nah, itu bagaimana cara bapak menilainya?
G : he’em. Ya kalau anak praktikum kemudian saya
nilai, nilai praktek masuk nilai psikomotorikkan nak?
……………………………………………………………
…..
P : kalau misalkan dari LKS pas praktikumnya itu ga
dinilai juga, dari laporannya?
G : kalau dalam pembuatan nilai itu kan kalau
praktikum itu ranahnya masuk ketrampilan.
P : hmm…masuknya psikomotorik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
G : he’e psikomotorik. Maka psikomotorik itu diambil
dari yang praktek. Kemudian kalau nilai pengetahuan,
kognitif itu kan ulangan harian itu. nah, …karena ada
begini, bisa anak itu nanti yang pandai tetapi ga suka
praktek. Ada anak IPA sini tu kalau fisika harian itu
jelek, tapi kalau praktikum sungguh-sungguh. Loh
maka yang terjadi adalah bahwa nilai kognitifnya
rendah, psikomotoriknya bisa lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang pandai. Pak Guru
akan menghormati itu. loh betul no, pada saat praktek
sungguh-sungguh, loh bagus betul kok.
Ketika kegiatan praktikum berlangsung, guru pun berkeliling
kelas untuk memperhatikan cara kerja siswa dalam melakukan
praktikum. Menurut guru, terdapat beberapa hal yang sederhana yang
seharusnya diperhatikan oleh siswa pada saat kegiatan praktikum.
Namun menurut guru, banyak siswa yang tidak memperhatikan hal
tersebut karena siswa hanya mengikuti langkah kerja yang tertulis di
dalam LKS tanpa berpikir kritis, seperti yang telah dibahas
sebelumnya.
Dalam kegiatan praktikum tersebut, siswa diminta oleh guru
untuk membuat laporan praktikum seperti pada lampiran 8.
Berdasarkan analisis peneliti, guru menilai laporan praktikum siswa
dengan melihat bagaimana siswa menganalisis hasil dari kegiatan
praktikum yang telah dilakukan pada bagian pembahasan. Berikut
hasil penilaian laporan praktikum yang telah dilakukan oleh guru:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 4.3 Daftar Nilai Laporan Praktikum
NO. KELOMPOK NILAI
1. A 79
2. B 80
3. C 85
4. D 85
5. E 82
6. F 80
7. G 82
Berdasarkan tabel 4.3, bisa dilihat bahwa yang mendapatkan nilai
terkecil adalah Kelompok A. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh
peneliti, Kelompok A mendapat nilai terkecil karena pada laporan
praktikum, pembahasan yang ditulis tidak begitu lengkap. Kelompok
A hanya menjelaskan apa yang terjadi tanpa mengaitkannya dengan
teori yang dipelajari. Berbeda dengan Kelompok C dan D yang
mendapatkan nilai tertinggi. Berdasarkan analisis peneliti, pada bagian
pembahasan, Kelompok C dan D tidak hanya menjelaskan apa yang
terjadi pada saat melakukan praktikum, tapi juga mengaitkannya
dengan teori yang dipelajari. Hal lain terjadi pada Kelompok F yang
mendapatkan nilai 80. Di dalam pembahasan, Kelompok F
menganalisis apa yang terjadi pada saat praktikum dengan mengaitkan
teori yang salah. Dapat disimpulkan, bahwa dalam menilai laporan
praktikum, guru melihat tingkat pemahaman siswa atas apa yang telah
dilakukannya pada kegiatan praktikum dan bagaimana siswa
mengaitkannya dengan teori dengan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 2, dalam melakukan
penilaian harus dilakukan secara kontinu agar mendapat gambaran
yang jelas tentang perkembangan kemampuan siswa. Dalam hal ini,
berarti dalam melakukan penilaian kemampuan psikmotorik dalam
bentuk kegiatan praktikum, guru seharusnya melakukan kegiatan
praktikum berkali-kali. Namun pada kenyataannya, guru hanya
melakukan kegiatan praktikum dalam 1 semester hanya beberapa kali
(1-2 kali). Guru jarang mengadakan kegiatan praktikum karena
keterbatasan ketersediaan alat di sekolah. Namun hal itu sudah dapat
diatasi dengan adanya bantuan alat-alat praktikum dari pemerintah
pada saat Kurikulum 2013 diadakan. Selain itu, alasan sikap
kedisiplinan siswa pada saat kegiatan praktikum berlangsung menjadi
bahan pertimbangan guru dalam mengadakan kegiatan praktikum.
Guru khawatir kalau-kalau siswa malah bermain-main ketika
melakukan kegiatan praktikum dan mengakibatkan kondisi kelas yang
kotor dan berantakan. Jika sudah seperti itu, waktu yang terbatas pun
malah akan terbuang sia-sia. Padahal guru sangat menginginkan
kegiatan praktikum tersebut sering diadakan, agar menjadi bahan
dalam menghadapi Ujian Nasional (UN), di mana soal-soal dalam
kegiatan praktikum tersebut sering keluar pada saat UN, namun tidak
pernah dilakukan sendiri oleh siswa. Sehingga, siswa pun hanya dapat
membayangkan seadanya saja sesuai dengan imajinasi mereka masing-
masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
P : tapi itu Pak, kalu misalkan ada beberapa siswa yang
kayak gitu. Terus berarti intensitas pemberian
praktikumnya itu lebih diseringinkah atau misalkan
tiap 1 materi pasti ada praktikumnya, atau
bagaimana?
G : oo, tidak. Kalau kita jujur saja yang ada alatnya
apa, ya kita gunakan. Tapi sekarang ada bantuan
banyak dari pemerintah pada saat kurikulum 2013
…berarti itu bisa dipergunakan ke depan. Di kelas 11
semester ini untuk materi fluida ya hanya ada itu.
satunya viskositas saya juga ingin, alatnya ga ada.
Sederhana sebenarnya. Saya juga ingin, apa, mencari
pralon yang dilubang bawah atas dan atasnya lagi,
mancurnya yang paling jauh. Tapi logika anak-anak
mungkin membuat rejek di kelas. ……………
Pralon ada kan yang dilubangi, nanti pakai jarum
kecil, ukur letak jarum…nanti mancurnya yang paling
jauh …loh dalam hitungan nyata, sering keluar dalam
UN, tapi kita ga pernah praktek. Saya sebenarnya
ingin itu. tapi resikonya nanti kelas bisa jadi sangat
kotor.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menilai
kemampuan psikomotorik siswa, guru menggunakan teknik penilaian
kerja lewat kegiatan praktikum dan laporan praktikum. Hal ini sudah
baik dilakukan, karena dalam kegiatan praktikum guru benar-benar
memperhatikan bagaimana kinerja siswa dalam melakukan kegiatan
praktikum tersebut. Namun, kegiatan praktikum hanya dilakukan 2-3
kali saja selama satu tahun pembelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan
prinsip penilaian yang seharusnya dilakukan secara kontinu. Jika guru
menilai kemampuan psikomotorik siswa lewat kegiatan praktikum
saja, lalu menjadi tidak jelas ketika guru tidak mengadakan kegiatan
praktikum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3. Mekanisme dan Prosedur Evaluasi
Dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian,
telah dijelaskan bagaimana mekanisme dan prosedur evaluasi yang
seharusnya dilakukan di sekolah. Berikut adalah hasil perbandingan
(komperasi) mekanisme dan prosedur evaluasi berdasarkan Permendikbud
dan hasil analisis yang telah dilakukan selama penelitian:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 4.4 Mekanisme dan prosedur penilaian berdasarkan Permendikbud No. 66 Tahun 2013
Implementasi Pendekatan
Saintifik dalam Evaluasi
Pembelajaran Fisika
Teori Hasil Penelitian
a. Bentuk penilaian hasil
belajar
Penilaian dilakukan oleh guru secara
berkelanjutan
Guru mengadakan ulangan harian setiap kali
selesai mempelajari satu Kompetensi Dasar
(KD).
Guru melakukan penilaian afektif pada
setiap pertemuan dengan menggunakan
teknik observasi dan jurnal.
Guru mengadakan praktikum hanya
beberapa kali saja, dilihat dari kondisi
siswanya sendiri.
Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik
tiap kali sebelum ulangan harian
Penilaian diri tidak pernah dilakukan oleh
guru.
Penilaian proyek dilakukan oleh pendidik
tiap akhir bab atau tema pelajaran
Guru dan siswa menyatakan bahwa tidak
pernah diadakan penilaian proyek tiap
selesai mempelajari satu materi.
Ulangan harian dilakukan oleh guru dengan
proses terintegrasi dengan proses
pembelajaran dalam bentuk ulangan atau
penugasan.
Ulangan harian diadakan oleh guru setiap
selesai pembelajaran satu Kompetensi Dasar
(KD).
Bentuk ulangan harian yang diberikan
biasanya berupa pilihan ganda dan uraian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Implementasi Pendekatan
Saintifik dalam Evaluasi
Pembelajaran Fisika
Teori Hasil Penelitian
b. Perencanaan ulangan
harian
Sesuai dengan silabus dan dijabarkan dalam
RPP
Karena pada dasarnya dalam mengajar guru
tidak berpedoman pada RPP, maka dalam
perencanaan ulangan harian pun guru tidak
berpedoman pada RPP.
c. Langkah-langkah
melakukan kegiatan
ujian sekolah
Menyusun kisi-kisi ujian Peneliti tidak melakukan penelitian secara
mendalam terkait dengan hal ini.
Mengembangkan instrument Instrumen yang digunakan oleh guru hanya
berupa tes tertulis (pilihan ganda dan isian)
dan tes praktek (penilaian kinerja dan
laporan praktikum).
Melaksanakan ujian Guru mengadakan ujian sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan oleh sekolah
(UTS dan UKK).
Mengolah dan menentukan kelulusan siswa Kelulusan siswa ditentukan dengan adanya
nilai KKM yang telah ditentukan oleh
sekolah, yaitu 78.
Melaporkan dan memanfaatkan hasil
penilaian
Hasil penilaian dilaporkan guru pada setiap
pembagian rapot kepada orang tua/wali
murid di setiap semesternya.
Menurut pengakuan siswa, nilai yang
tertulis di rapot tersebut kadang tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Implementasi Pendekatan
Saintifik dalam Evaluasi
Pembelajaran Fisika
Teori Hasil Penelitian
dengan nilai yang diperoleh oleh siswa.
Ketika ulangan siswa mendapat nilai jelek,
namun di rapot nilai yang didapat siswa
baik-baik saja (di atas KKM).
d. Menginformasikan hasil
penilaian
Hasil ulangan harian diinformasikan kepada
peserta didik sebelum diadakan ulangan
harian berikutnya.
Guru menyatakan bahwa beliau selalu
mengembalikan ulangan harian siswa yang
telah dikoreksi.
Sedangkan siswa menyatakan, bahwa guru
tidak pernah mengembalikan hasil ulangan
harian ataupun laporan praktikum yang
telah dikerjakan.
Peserta didik yang belum mencapai KKM
harus mengikuti pembelajaran remedial.
Guru dan siswa menyatakan bahwa selalu
diadakan remedial jika terdapat beberapa
siswa tidak mencapai nilai KKM pada UH
dan UTS. Guru mengadakan remedial
sampai berkali-kali hingga siswanya bisa
mencapai nilai KKM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dalam beberapa hal guru sudah
melakukan evaluasi dengan baik, seperti dalam pelaksanaan ujian, guru
melakukannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh sekolah (UTS
dan UAS). Guru pun mengadakan UH setiap kali selesai mempelajari 1 KD.
Selain itu, guru mengadakan remedial bagi siswa yang belum bisa mencapai
nilai KKM. Dalam hal ini, guru mengadakan kegiatan remedial berkali-kali
sampai siswanya bisa mencapai nilai KKM dalam suatu materi. Guru juga
tidak hanya melakukan evaluasi pada satu aspek saja, tapi juga keseluruhan
aspek, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Walaupun dalam penilaian
psikomotorik belum dilakukan dengan frekuensi yang sering, dalam 1 tahun
hanya 2-3 kali saja dilakukan kegiatan praktikum.
Namun, dari tabel 4.4 pun dapat dilihat bahwa guru kurang perencanaan
dalam melakukan evaluasi. Hal ini terlihat dari perencenaan ulangan harian
yang tidak sesuai dengan RPP, yang memang pada kenyataannya dalam
melakukan PBM guru tidak berpedoman pada RPP yang telah dibuat. RPP
seharusnya menjadi dasar bagi guru dalam merencanakan PBM dan evaluasi
yang baik, namun hal ini tidak berlaku bagi guru. Hal ini pun berpengaruh
pada instrumen yang digunakan oleh guru dalam melakukan evaluasi.
Instrumen yang digunakan oleh guru tidak berkembang, guru hanya
menggunakan tes tertulis dan tes praktek saja. Tidak berkembangnya
instrumen yang digunakan pun berpengaruh pada kurang mendalamnya guru
dalam melakukan evaluasi pada siswa. Hal ini menyebabkan guru tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mengetahui kemampuan siswa yang lebih mendalam dan siswa pun tidak
dapat meningkatkan kemampuannya.
Selain itu, dalam tabel 4.4 pun terdapat ketidaksesuaian pernyataan anatara
guru dan siswa dalam hal pelaporan dan pemanfaatan hasil penilaian. Menurut
pernyataan guru, beliau selalu mengembalikan ulangan harian yang telah
dikoreksi kepada guru, namun siswa menyatakan bahwa guru tidak pernah
mengembalikan ulangan harian yang telah dikoreksi. Hal ini menimbulkan
kebingungan pada siswa tentang bagaimana sistem penilaian yang dilakukan
oleh guru. Pasalnya, berdasarkan pernyataan siswa, nilai yang tertulis pada
buku rapot pun kadang kala tidak sesuai dengan nilai yang diperoleh siswa
dalam ulangan harian. Padahal seharusnya semua hasil evaluasi yang
dilakukan selalu diinformasikan kembali kepada para siswa sebelum evaluasi
berikutnya dilakukan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat melihat kembali hasil
pekerjaan mereka dan memperbaikinya dikemudian hari agar mendapatkan
hasil yang lebih baik. Dalam pelaksanaan evaluasi pun, guru seharusnya
melakukan dengan bersifat terbuka. Siswa memiliki hak untuk mengetahu
hasil evaluasinya dan bagaimana sistem evaluasi yang digunakan.
Berdasarkan hasil komperasi pada tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa
dalam melakukan evaluasi guru belum melakukannya dengan cukup baik
dalam beberapa hal, seperti perencanaan evaluasi, pengembangan instrumen
evaluasi, pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi. Perencanaan evaluasi,
pengembangan instrumen evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi yang
kurang baik menyebabkan guru tidak dapat melakukan penilaian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mendalam pada siswa dan siswa pun tidak dapat meningkatkan
kemampuannya. Selain itu, pelaporan hasil evaluasi yang kurang baik kepada
siswa pun menimbulkan kebingungan pada siswa tentang bagaimana guru
melakukan penilaian. Seharusnya hal ini dapat dikomunikasikan dengan baik,
agar siswa pun dapat mengetahui kemampuannya yang sebenarnya dari hasil
evaluasi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Guru melakukan evaluasi pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA
P dengan memperhatikan 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Evaluasi pada ketiga aspek tersebut dilakukan dengan cara
yang terpisah. Penilaian kemampuan kognitif dilakukan dalam bentuk
ulangan, kemampuan afektif dilakukan dengan melihat sikap siswa selama
PBM berlangsung dan dicatat dalam sebuah jurnal, dan kemampuan
psikomotorik dilakukan dengan mengadakan kegiatan praktikum.
2. Dalam pelaksanaan evaluasi, guru sudah melakukannya dengan cukup
baik. Guru melakukannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh
sekolah dan guru pun mengadakan remedial sampai siswanya mencapai
nilai KKM. Namun, dalam perencanaan evaluasi, pengembangan
instrumen evaluasi, pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi, guru belum
melakukannya dengan cukup baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa
saran, yaitu:
1. Bagi guru dan calon guru, perlu perencanaan yang baik dalam melakukan
evaluasi pembelajaran fisika dan mengembangkan instrument evaluasi,
agar evaluasi yang dilakukan pun dapat mencakup ketiga aspek (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) secara kesuluruhan.
2. Bagi penelitian berikutnya, dapat melakukan penelitian tentang evaluasi
pembelajaran fisika yang lebih detail lagi dengan disertai data-data yang
lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta:
Bumi Aksara
Dahar, Ratna. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mundilarto. 2012. Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sudjana, Nana.2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika: Konstruktivistik dan
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suparno, Paul. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Ak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 3 Analisis Soal
Analisis Soal
NO. Soal Tingkatan Keterangan
FLUIDA 1
1.
Sebuah balok mengapung di dalam zat
cair, bila 1/10 bagian balok terapung,
massa jenis zat cair 1 gr/cm3,
berapakah massa jenis balok tersebut
………....kg/m3
C2 & C3
Soal ini menunjukan
pemahaman siswa tentang
konsep massa jenis dan
kemampuan siswa
menerapkan konsep tersebut
dalam suatu kondisi. Di mana
kondisi yang ditunjukan
dalam soal tersebut adalah
hanya 1/10 bagian balok yang
terapung.
2.
Sebuah dongkrak hidrolik memiliki
piston kecil dan besar dengan
diameter 20 cm dan 1 cm, bila pada
piston yang besar diberi beban 100 N,
berapakah gaya yang bekerja pada
piston yang kecil………….N
C1
Soal ini menunjukan
kemampuan pengetahuan.
Siswa dituntut untuk
mengingat rumus yang
digunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut
dan memasukan angkanya
sesuai dengan rumus dan
kondisi yang disebutkan pada
soal tersebut.
3.
Sebuah benda memiliki berat 1200 N
di udara dan massa jenis 1,2 gr/cm3,
berapakah berat benda jika dicelupkan
dalam air ………………N
C1
Soal ini menunjukan
kemampuan pengetahuan.
Siswa dituntut untuk
mengingat rumus yang
digunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut
dan memasukan angkanya
sesuai dengan rumus dan
kondisi yang disebutkan pada
soal tersebut.
4.
Sebuah benda ketika ditimbang di
udara beratnya 10 N dan ketika
ditimbang di air beratnya menjadi 8
N, berapakah massa jenis benda
tersebut ………..gr/cm3
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
NO. Soal Tingkatan Keterangan
5.
Sebuah pipa mengalirkan air dengan
debit 12 m3/s, berapakah massa air
yang keluar dari pipa selama 1 sekon
………..kg
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
6.
Sebuah dongkrak hidrolik memiliki
piston kecil dan besar dengan
diameter 10 cm dan 1 cm, bila pada
piston yang besar diberi beban 50 N,
berapakah gaya yang bekerja pada
piston yang kecil………….N
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
7.
Sebuah selang dengan luas
penampang 8 cm2 mengalirkan air
dengan kecepatan 4 m/s, selang
tersebut diarahkan vertikal ke atas dan
ujungnya diperkecil hingga luas
penampangnya menjadi ¼ kalinya,
tinggi maksimum yang dapat dicapai
air tersebut adalah……..m
C2 & C3
Soal ini menunjukan
pemahaman siswa tentang
konsep massa jenis dan
kemampuan siswa
menerapkan konsep tersebut
dalam suatu kondisi tertentu.
Di mana kondisi yang
ditunjukan dalam soal
tersebut adalah luas
penampangnya diperkecil ¼
kali dari semula dan
diarahkan vertical ke atas.
8.
Sebuah balok mengapung di dalam zat
cair, bila ¼ bagian balok terapung,
massa jenis zat cair 1000 kg/m3,
berapakah massa jenis balok tersebut
................gr/cm3
C2 & C3
Soal ini menunjukan
pemahaman siswa tentang
konsep massa jenis dan
kemampuan siswa
menerapkan konsep tersebut
dalam suatu kondisi. Di mana
kondisi yang ditunjukan
dalam soal tersebut adalah
hanya ¼ bagian balok yang
terapung.
9.
Sebuah benda memiliki berat 300 N di
udara dan massa jenis 1,2 gr/cm3,
berapakah berat benda jika dicelupkan
dalam air ……………N
C1
Soal ini menunjukan
kemampuan pengetahuan.
Siswa dituntut untuk
mengingat rumus yang
digunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
NO. Soal Tingkatan Keterangan
dan memasukan angkanya
sesuai dengan rumus dan
kondisi yang disebutkan pada
soal tersebut.
10.
Pada gambar di bawah d2=1/10 d1,
besar kecepatam v1=20 m/s,
berapakah kecepatan pada pipa yang
kecil ……… m/s
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan. Selain itu,
soal tersebut pun menunjukan
kemampuan siswa dalam
menjelaskan gambar pada
soal dengan kejadian.
FLUIDA 2
1.
Sebuah bak berbentuk kubus dengan
panjang rusuk 50 cm, berisi air 80
liter. Massa jenis air 1000 kg/m3, gaya
gravitasi bumi 10 m/s2, berapa
tekanan hidrostatik pada dasar bak?
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep yang
terdapat dalam soal dan
menghubungkan konsep yang
telah dipelajarinya terlebih
dahulu dengan bagian-bagian
yang terdapat dalam soal
tersebut.
2.
Sepotong kayu terapung dengan 1/5
bagian tercelup di dalam air. Jika
masa jenis air 1000 kg/m3, berapa
masa jenis kayu tersebut?
C2 & C3
Soal ini menunjukan
pemahaman siswa tentang
konsep massa jenis dan
kemampuan siswa
menerapkan konsep tersebut
dalam suatu kondisi. Di mana
kondisi yang ditunjukan
dalam soal tersebut adalah
hanya 1/5 bagian balok yang
tercelup.
3.
Sebuah pipa U berisi air dengan massa
jenis 1gr/cm3, kemudian pada salah
satu kaki di isi minyak setinggi 10 cm,
hingga selisih permukaan air pada
kedua kaki 8 cm, berapakah massa
jenis minyak tersebut
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
NO. Soal Tingkatan Keterangan
4.
Sebuah pompa hidrolik dengan jari
jari penghisap kecil dan besar masing
masing 5 cm, dan 40 cm, jika pada
penghisap kecil dikerjakan gaya 200
N, berapakah gaya yang dihasilkan
pada penghisap besar
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
5. Berilah contoh manfaat dari Hukum
Archimides C3
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep yang
telah dipelajarinya dalam
situasi tertentu yang dapat
dilihat dalam kehidupan
sehari-hari.
6.
Sebatang pipa kapiler dengan jari-jari
penampang 1 mm dicelupkan dalam
air, jika tegangan permukaan air 0,07
N/m, dengan sudut kontak 370,
hitunglah kenaikan air dalam pipa
kapiler (massa jenis air 1gr/cm3)
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
7.
Batang jarum yang panjangnya 5 cm,
diletakan perlahan-lahan di atas
permukaan air, apabila tegangan
permukaan air 7 x 10-2 N/m,
tentukanlah besarnya gaya tegangan
permukaan pada jarum tersebut.
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
8.
Sebuah patung kuno memiliki massa
80 kg tergeletak didasar laut, volume
patung 4 x 104 cm3, berapakah gaya
yang diperlukan untuk mengangkat
patung tersebut, massa jenis air laut
1,025 kg/m3, g = 9,8 m/s2
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan. Selain itu,
dalam soal ini pun siswa
dituntut kemampuannya
dalam membedakan hal yang
pokok dan yang bukan pokok.
TERMODINAMIKA
1.
Kelajuan sebuah pratikel gas ideal
pada suhu T Kelvin adalah v, jika
suhu diturunkan menjadi ¼ T,
berapakah kelajuannya sekarang
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
NO. Soal Tingkatan Keterangan
…………v berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
2.
Pada tekanan P suatu partikel gas
ideal memiliki kelajuan v, pada
tekanan 4P dan suhu yang sama, maka
kelajuannya ………v
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
3.
Dua partikel gas ideal memiliki massa
molekul masing-masing Ma dan Mb,
jika partikel a dan b berturut-turut
memiliki kelajuan 2v dan 3v, maka
Ma:Mb pada suhu yang sama adalah
……….
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
4.
Gas ideal menempati sebuah tabung
yang bocor dengan volume 0,6 m3,
gas tersebut tidak keluar dari tabung
karena suhu dan tekanannya sama
dengan suhu dan tekanan lingkungan,
jika gas dalam tabung dipanaskan dari
suhu 27°C hingga 77°C, berapakah
volume gas yang keluar …. m3
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
5.
Kecepatan partikel suatu gas ideal
pada suhu 87°C adalah v, jika
suhunya turun hingga 18,6°C,
berapakah kecepatanya sekarang …..
v
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
6.
Suatu gas ideal mempunyai volume
100 cm3 pada suhu °C pada tekanan 1
atm, bila suhunya menjadi 50°C
sedangkan tekanannya menjadi 2 atm,
berapakah volume gas sekarang …
cm3
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
7.
Jika tetapan Boltzman 1,38 x 10-23
J/K, berapakah besarnya energi
kinetik sebuah gas atom helium pada
suhu 27°C ……………Joule
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
NO. Soal Tingkatan Keterangan
8.
Sepuluh liter gas ideal bersuhu 127° C
mempunyai tekanan 110,4 Pa, bila
pada tetapan Boltzman 1,38 x 10-23
J/K, berapakah banyaknya
partikel……...
C2
Soal tersebut menunjukan
kemampuan siswa dalam
memahami konsep dan
menyelesaikan soal tersebut
berdasarkan konsep yang
telah diajarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 4 Laporan Praktikum
KELOMPOK A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
KELOMPOK C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
KELOMPOK F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI