plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · i sintesis senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis...
TRANSCRIPT
SINTESIS SENYAWA
2,2´-(1,4 FENILENA bis (METANILILIDENA)) DISIKLOHEKSADION
DARI 1,3-SIKLOHEKSANADION DAN TEREPHTHALALDEHID
DENGAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fandri Astika Maranantan
NIM : 078114139
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
SINTESIS SENYAWA
2,2´-(1,4 FENILENA bis (METANILILIDENA)) DISIKLOHEKSADION
DARI 1,3-SIKLOHEKSANADION DAN TEREPHTHALALDEHID
DENGAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fandri Astika Maranantan
NIM : 078114139
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
There is one thing even more vital to science than intelligent methods and that
is, the sincere desire to find out the truth, whatever it may be
(Ada satu hal yang tetap lebih penting bagi ilmu pengetahuan daripada
metode-metode cemerlang, yakni kemauan keras untuk menemukan
kebenaran, apa pun itu)
Charles Sanders Pierce
Karya Ini Kupersembahkan Kepada :
Mama, Papa, dan Segenap Keluarga Tercinta
Teman2, My Someone Special Fifi
Dan Almamater2Ku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sintesis Senyawa
2,2´-(1,4 Fenilena bis (Metanililidena)) Disikloheksadion dari 1,3-
Sikloheksanadion dan Terephthalaldehid dengan Katalis Kalium
Hidroksida”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen pembimbing atas kesediaannya dalam
memberikan arahan, dukungan, dan masukan dalam penelitian dan
penyusunan sekripsi ini.
3. Prof. Dr. Sri Noegrohati. Apt. selaku dosen penguji atas masukan kritik
dan saran kepada penulis dan masukan selama dalam penelitian.
4. Dra. M. M. Yetty Tjandrawati, M.Si. selaku dosen penguji atas masukan
kritik dan saran kepada penulis.
5. Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. atas izin yang diberikan kepada penulis
dalam penggunaan laboratorium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
6. Bu Phebe dan Pak Pudjono, atas masukan yang telah diberikan selama
berjalannya penelitian.
7. Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo, dan segenap laboran fakultas Farmasi
yang telah membantu selama bekerja di laboratorium.
8. Staf Laboratorium Kimia Organik fakultas MIPA Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, atas kesediaannya mengujikan GC-MS dan FT-IR.
9. Mama, Papa, dan segenap keluarga besar penulis atas dukungan, doa, dan
semangat yang diberikan.
10. Wiwid, Ardi, Anin, dan Andy terima kasih atas bantuan, kerjasama, suka
dan duka selama perjuangan di laboratorium.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bgi semua pihak
dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI v
PRAKATA vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
INTISARI xvii
ABSTRACT xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
1. Permasalahan 5
2. Keaslian Penelitian 5
3. Manfaat Penelitian 5
B. Tujuan Penelitian 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA 6
A. Kanker dan Tumor 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
B. Angiogenesis dan Antiangiogenesis 7
C. Kurkumin 9
D. Senyawa 2,2´-(1,4 Fenilena bis (Metanililidena))
Disikloheksanadion 10
E. Sintesis Senyawa 2,2´-(1,4 Fenilena bis (Metanililidena))
Disikloheksanadion 12
F. Uji Pendahuluan 15
1. Pemeriksaan Organoleptis 15
2. Pemeriksaan Kelarutan 15
3. Pemeriksaan Titik Lebur 16
4. Uji Kemurnian Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 17
5. Kromatografi Gas 18
G. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis 19
1. Spektrofotometri Inframerah 19
2. Spektroskopi Massa 19
H. Landasan Teori 20
I. Hipotesis 20
BAB III METODE PENELITIAN 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 21
B. Definisi Operasional 21
C. Bahan Penelitian 21
D. Alat Penelitian 22
E. Tata Cara Penelitian 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. Sintesis 2,2’-(1,4 Fenilena bis (Methanilidena)) Disikloheksanadion
dengan Katalis KOH 1,0 N 22
2. Uji Pendahuluan 23
a. Organoleptis 23
b. Uji Kelarutan Senyawa Hasil Sintesis 23
c. Uji Titik Lebur 23
d. Uji Kemurnian Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis 23
e. Kromatografi Gas 24
3. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis 24
a. Spektrofotometri Inframerah 24
b. Spektroskopi Massa 25
F. Analisis Hasil 25
1. Crude Product 25
2. Analisis Pendahuluan 25
3. Elusidasi Struktur 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27
A. Sintesis 2,2’-(1,4 Fenilena bis (Metanililidena)) Disikloheksanadion
dengan Katalis KOH 1,0 N 27
B. Uji Pendahuluan 33
1. Uji Organoleptis 33
2. Uji Kelarutan Senyawa Hasil Sintesis 34
3. Uji Titik Lebur Senyawa Hasil Sintesis 35
4. Uji Kemurnian Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
5. Kromatografi Gas 38
C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis 40
1. Pengujian Senyawa Hasil Sintesis dengan Spektroskopi
Massa 40
2. Pengujian Senyawa Hasil Sintesis dengan Spektroskopi
IR 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 48
A. Kesimpulan 48
B. Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 53
BIOGRAFI PENULIS 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Organoleptis Senyawa Hasil Sintesis; 1,3-Sikloheksanadion;
dan Terephthalaldehid 33
Tabel 2. Data Kelarutan Senyawa Hasil Sintesis; 1,3-Sikloheksanadion;
dan Terephthalaldehid 35
Tabel 3. Data Titik Lebur Senyawa Hasil Sintesis; 1,3-Sikloheksanadion;
dan Terephthalaldehid 35
Tabel 4. Interpretasi Pita Vibrasi Senyawa Hasil Sintesis 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Kurkumin 9
Gambar 2. Tautomeri Keto-Enol Kurkumin 9
Gambar 3. Analisis Diskoneksi 2,2´-(1,4 Fenilena bis (Metanililidena))
Disikloheksanadion 14
Gambar 4. Reaksi Umum Sintesis Senyawa 2,2´-(1,4 Fenilena bis
(Metanililidena)) Disikloheksanadion 20
Gambar 5. Enam Hidrogen Alfa pada 1,3-Sikloheksanadion 27
Gambar 6. Reaksi Pembentukan Ion Enolat dari 1,3-Sikloheksanadion 28
Gambar 7. Dua Gugus Aldehid pada Terephthalaldehid 29
Gambar 8. Reaksi Adisi 1,3-Sikloheksanadion Menghasilkan Produk
Aldol 29
Gambar 9. Reaksi Cannizaro pada terephthalaldehid 30
Gambar 10. Self Condensation dari 1,3-Sikloheksanadion 31
Gambar 11. Hasil Uji KLT 36
Gambar 12. Interaksi Senyawa Hasil Sintesis dengan Fase Diam
Silika Gel 37
Gambar 13. Uji KLT Hasil Replikasi dengan Fase Gerak n-Heksan:Etil
Asetat (1:1) 37
Gambar 14. Kromatogram Kromatografi Gas Senyawa Hasil
Sintesis 38
Gambar 15. Spektra Massa Senyawa Hasil Sintesis 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 16. Usulan Mekanisme Fragmentasi Senyawa Hasil
Sintesis Menjadi Fragmen C, E, dan F 41
Gambar 17. Usulan Mekanisme Fragmentasi Senyawa Hasil
Sintesis Menjadi Fragmen B dan D 42
Gambar 18. Spektra Massa Senyawa Hasil Reaksi Samping 42
Gambar 19. Kemungkinan Senyawa Hasil Reaksi Samping 43
Gambar 20. Spektra IR Senyawa Hasil Sintesis dalam KBr Pelet 43
Gambar 21. Spektra IR 1,3-Sikloheksanadion dengan KBr Pelet 45
Gambar 22. Spektra IR Terephthalaldehid dengan KBr Pelet 46
Gambar 23. Serbuk Kering Hasil Sintesis 55
Gambar 24. Senyawa Hasil Sintesis 55
Gambar 25. Rangkaian Alat 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penimbangan Bahan dan Perhitungan Bobot Teoritis
Senyawa Hasil Sintesis 53
Lampiran 1. Data Perhitungan Crude Product 54
Lampiran 2. Foto Senyawa Hasil Sintesis dan Rangkaian Alat 55
Lampiran 3. Perhitungan Kepolaran Fase Gerak 56
Lampiran 4. Perhitungan Rf Senyawa Hasil Sintesis 57
Lampiran 5. Perhitungan Rf Senyawa Hasil Replikasi 58
Lampiran 6. Kondisi Alat Kromatografi Gas-Spektrometri Massa 59
Lampiran 7. Kromatogram GC Senyawa Hasil Sintesis 60
Lampiran 8. Spektra Massa Senyawa Hasil Sintesis 61
Lampiran 9. Spektra Massa Senyawa Hasil Reaksi Samping 62
Lampiran 10. Spektra IR Senyawa Hasil Sintesis dengan KBr Pelet 63
Lampiran 11. Spektra IR dari 1,3-Sikloheksanadion dengan KBr Pelet 64
Lampiran 12. Spektra IR dari terephthalaldehid dengan KBr Pelet 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Salah satu senyawa turunan kurkumin yang berpotensi sebagai inhibitor
angiogenesis adalah senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion. Senyawa ini memiliki dua sisi aktif (dua gugus β diketon) dan sebuah cincin aromatik sehingga diharapkan memiliki aktivitas inhibitor angiogenesis yang lebih baik dibanding kurkumin. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental deskriptif non analitik yang dilakukan dengan mereaksikan 7,46 mmol 1,3-sikloheksanadion dan 3,73 mmol terephthalaldehid berdasarkan reaksi kondensasi aldol silang dengan katalis kalium hidroksida. Senyawa hasil sintesis diuji organoleptis, kelarutan, serta analisis kemurnian dengan uji titik lebur, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi gas. Dilakukan juga elusidasi struktur dengan cara spektrofotometri infra merah, dan spektrometri massa.
Hasil sintesis berupa serbuk putih berbau khas dari tiga kali replikasi sebesar 0,695 g; 0,735 g; dan 0,783 g. Senyawa hasil sintesis mudah larut dalam piridin; larut dalam dimetil sulfoksida; agak sukar larut dalam aseton; sukar larut dalam kloroform dan etanol; praktis tidak larut dalam air. Hasil uji KLT menunjukkan senyawa hasil sintesis memiliki bercak tunggal. Uji kemurnian senyawa hasil sintesis dengan kromatografi gas menunjukkan kemurnian 94,06 % dan mempunyai titik lebur 218-220°. Elusidasi struktur dengan spektrofotometri IR dan hasil MS menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis adalah 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion.
Kata kunci: 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion, inhibitor
angiogenesis, aldol silang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
One of curcumin derivates having angiogenesis inhibitor potential is 2,2'-(1,4 phenylene bis (methanylylidene)) dicyclohexanedione. The activity of this compound due to is two β diketon’s attached to aromatic ring so that the activity of angiogenesis inhibitor are expected have a better than curcumin. This research included non experimental descriptive non analytic research. It is expected that this kind of compound can be synthesized based on cross aldol condensation reaction of 1,3-cyclohexanedione and terephthalaldehyde with potassium hydroxide as catalyst. The synthesis product tested by organoleptic, solubility, and also purity analysis with melting point test, thin layer chromatography, and gas chromatography. The structure of the compound synthesized determined by structure elucidation with infrared spectrophotometry and mass spectrometry. The calculated moles was 7,46 mmol and 3,73 mmol respectively.
The product resulting from this reaction was white powder with specific smell. It’s crude product was 0,695 g; 0,735 g; dan 0,783 g. The compound synthesized easily soluble in pyridine; soluble in dimethyl sulfoxide; rather difficult soluble in aceton; difficult soluble in chloroform and ethanol; practically not soluble in water. However, based on TLC analysis, there is no side product and reagent left was detect. It is narrow melting point support the purity of this resulted compound. Similarly, the chromatogram of GC showed 94,06% purity. Structure elucidation based on revealed infrared spectrophotometry and mass spectrometry that the compound was 2,2'-(1,4 phenylene bis (methanylylidene)) dicyclohexanedione. Key words: 2,2'-(1,4 phenylene bis (methanylylidene)) dicyclohexanedione,
angiogenesis inhibitors, cross aldol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah salah satu penyakit penyebab kematian utama di dunia,
terutama di negara berkembang. WHO melaporkan sekitar 7,4 juta (13%) orang
meninggal pada tahun 2007 dikarenakan penyakit kanker (Anonim, 2009).
Penyakit ini pada dasarnya disebabkan karena adanya mutasi pada DNA sel yang
menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma (tumor) sehingga terdapat
gangguan pada proses regulasi homeostasis. Neoplasma ialah kumpulan sel
abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak
terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi
tubuh. Pertumbuhan yang tidak terkontrol dan terjadi dengan cepat dapat
mengarah ke pertumbuhan jinak (benign) maupun ganas (malignant atau kanker).
Tumor jinak biasanya tidak menginvasi dan tidak menyebar ke jaringan lain
sekitarnya. Sedangkan tumor ganas atau kanker dapat menginvasi jaringan lain
dan beranak sebar ke tempat jauh (metastasis) bahkan dapat menimbulkan
kematian (Chrestella, 2009).
Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru, yang
berperan penting dalam kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan penyebaran sel
tumor (Folkman, 1990). Sel tumor memerlukan pembentukan pembuluh darah
baru untuk mensuplai nutrisi dan oksigen, serta mengeluarkan sisa metabolisme
agar dapat tumbuh lebih dari 2-3 mm (Carmeliet, 2001). Dari hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
memperlihatkan bahwa sel tumor tidak dapat membesar lebih dari 1-2 mm kecuali
tumor ini memiliki vaskularisasi yang baik. Pembentukan pembuluh darah baru
merupakan jalur utama tumor primer untuk berkembang menjadi sel kanker
(malignant cell) dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik untuk beranak sebar ke
tempat jauh (metastasis) (Bisacchi, Benelli, Vanzetto, Ferrari, Tosetti, Albini,
2003). Pada tahun 1976 Gullino memperlihatkan bahwa sel pre-malignant
memperoleh faktor angiogenik dengan kapasitas yang besar sebagai bagian dari
transformasi menjadi sel malignant (Gullino, 1978). Jadi pada dasarnya
pertumbuhan tumor untuk berkembang menjadi sel kanker dan dapat beranak
sebar (metastasis) dipengaruhi oleh keseimbangan faktor angiogenik dan faktor
yang menghambat faktor angiogenik.
Kurkumin (1,7-bis (4´-hidroksi-3´-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-
dion) merupakan komponen aktif dari rhizoma Curcuma longa L. Senyawa ini
dapat menghambat inisiasi, promosi, dan metastasis tumor. Senyawa ini juga telah
diteliti dan berpotensi sebagai antiangiogenesis (Gururaj, Belakavad, Venkatesh,
Marm, Salimatha, 2002). Robinson et.al. (2003) merancang senyawa-senyawa
enon aromatik dan dienon aromatik yang merupakan analog kurkumin sebagai
inhibitor angiogenesis. Senyawa-senyawa tersebut dilaporkan aktif sebagai
inhibitor angiogenesis dengan penghambatan antara 87,1-98,2% pada konsentrasi
3 µg/mL dan antara 90,4-98,1% pada konsentrasi 6 µg/mL. Dua cincin aromatis
baik simetris maupun tidak simetris menentukan potensi ikatan antara senyawa
obat dengan reseptor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Gugus yang berperan dalam efek inhibitor angiogenesis pada kurkumin
dan turunannya adalah gugus α,β tak jenuh diketon (Moos et al., 2004). Jika
dilihat maka dalam strukturnya kurkumin memiliki dua gugus α,β tak jenuh
diketon. Tetapi kedua gugus tersebut kemungkinan tidaklah aktif seluruhnya, hal
ini karena kurkumin cenderung akan mengalami tautomerisasi keto-enol.
Kurkumin memiliki bentuk enol yang dominan pada keseimbangan tautomerisasi
keto-enol dibandingkan bentuk keto nya (sekitar 95%) dimana diketahui bahwa
bentuk keto lah yang bertanggug jawab terhadap peningkatan aktivitas turunan
kurkumin (Supardjan, 2005). Untuk meningkatkan aktifitas antiangiogenesis
kurkumin diperlukan modifikasi pada strukturnya. Senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis
(metanililidena)) disikloheksanadion merupakan senyawa turunan kurkumin yang
berpotensi sebagai inhibitor angiogenesis yang lebih poten. Hal ini karena pada
strukturnya memiliki dua gugus α,β tak jenuh diketon yang mana keduanya
diprediksi akan memiliki bentuk tautomerisasi keto yang lebih dominan. Adanya
dua gugus α,β tak jenuh diketon yang memiliki bentuk tautomerisasi keto berarti
memiiki dua sisi aktif yang dapat bekerja sebagai inhibitor angiogenesis.
Sehingga diharapkan aktivitasnya sebagai inhibitor angiogenesis akan lebih baik
dibanding kurkumin.
Stabilitas kurkumin sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan. Dalam
larutan berair, kurkumin mengalami reaksi hidrolisis dan degradasi yang
disebabkan oleh adanya gugus metilen aktif pada senyawa tersebut. Reaksi
tersebut sangat dipengaruhi oleh pH lingkungannya (Tonnesen and Karlsen,
1985). Pada senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dalam strukturnya sudah tidak memiliki gugus metilen aktif sehingga diharapkan
stabilitasnya juga meningkat dibandingkan dengan kurkumin.
Senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
dapat disintesis dari starting material 1,3-sikloheksanadion dan terephthalaldehid
dengan katalis basa seperti kalium hidroksida (KOH). Reaksi yang digunakan
dalam sintesis senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
adalah reaksi kondensasi aldol silang, di mana reaksi kondensasi aldol silang
merupakan suatu reaksi antara sebuah aldehida tanpa hidrogen alfa dengan suatu
keton atau aldehid yang memiliki hidrogen alfa. Prinsip reaksi kondensasi aldol
silang adalah reaksi adisi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu
molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil.
Produk reaksi kondensasi aldol silang adalah senyawa enon berkonjugasi alfa-
beta (Fessenden dan Fessenden, 1994).
Pada sintesis 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
ini digunakan katalis basa kuat yaitu Kalium Hidroksida (KOH), hal ini karena
dengan katalis basa akan dihasilkan intermediet ion enolat yang lebih reaktif
daripada intermediet enol yang dihasilkan dari katalis asam. (Fessenden dan
Fessenden, 1994). Sedangkan basa yang digunakan berupa basa kuat, hal ini
dikarenakan letak hidrogen alfa pada 1,3-sikloheksanadion yang cukup terintangi
sehingga diperlukan basa yang kuat untuk mengambil hidrogen alfa tersebut
untuk membentuk ion enolat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1. Permasalahan
Apakah senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
dapat disintesis dari 1,3-sikloheksanadion dan terephthalaldehid dengan
katalis kalium hidroksida (KOH) ?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran peneliti, senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis
(metanililidena)) disikloheksanadion belum pernah disintesis sebelumnya.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Untuk memberikan informasi mengenai sintesis 2,2´-(1,4 fenilena bis
(metanililidena)) disikloheksanadion dari 1,3-sikloheksanadion dan
terephthalaldehid dengan katalis kalium hiroksida (KOH).
b. Manfaat metodologi
Untuk memberikan pengetahuan tentang cara sintesis 2,2´-(1,4 fenilena
bis (metanililidena)) disikloheksanadion dengan menggunakan reaksi
kondensasi aldol silang.
c. Manfaat praktis
Untuk memberikan informasi adanya senyawa yang berpotensi sebagai
inhibitor angiogenesis.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sintesis senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena))
disikloheksanadion dari 1,3-sikloheksanadion dan terephthalaldehid dengan
katalis kalium hidroksida (KOH).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kanker dan Tumor
Kanker adalah salah satu penyakit penyebab kematian utama di dunia,
terutama di negara berkembang. WHO melaporkan sekitar 7,4 juta (13%) orang
meninggal pada tahun 2007 dikarenakan penyakit kanker (Anonim, 2009).
Penyakit ini pada dasarnya disebabkan karena adanya mutasi pada DNA sel yang
menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma (tumor) sehingga terdapat
gangguan pada proses regulasi homeostasis. Neoplasma ialah kumpulan sel
abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak
terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi
tubuh. Pertumbuhan tak terkontrol yang seringnya terjadi dengan cepat itu dapat
mengarah ke pertumbuhan jinak (benign) maupun ganas (malignant atau kanker).
Tumor jinak biasanya tidak menginvasi dan tidak menyebar ke jaringan lain
sekitarnya. Sedangkan tumor ganas dapat menginvasi jaringan lain dan menyebar
ke tempat jauh (metastasis) bahkan dapat menimbulkan kematian (Chrestella,
2009).
Sel-sel kanker dapat melepaskan molekul untuk mengaktifkan proses
angiogenesis (Chrestella, 2009). Hal ini barguna untuk mensuplai nutrisi dan
oksigen, serta mengeluarkan sisa metabolisme sel kanker sehingga sel tersebut
dapat tumbuh dan berkembang (Carmeliet, 2001). Pembentukan pembuluh darah
baru merupakan jalur utama tumor primer untuk berkembang menjadi sel kanker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(malignant cell) dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik untuk beranak sebar ke
tempat jauh (metastasis) (Bisacchi et al., 2003). Pada tahun 1976 Gullino
memperlihatkan bahwa sel pre-malignant memperoleh faktor angiogenik dengan
kapasitas yang besar sebagai bagian dari transformasi menjadi sel malignant
(Gullino, 1978).
B. Angiogenesis dan Antiangiogenesis
Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru, yang
berperan penting dalam kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan penyebaran sel
kanker (Folkman, 1990). Sel tumor memerlukan pembentukan pembuluh darah
baru ini untuk mensuplai nutrisi dan oksigen, serta mengeluarkan sisa
metabolisme agar dapat tumbuh lebih dari 2-3 mm (Carmeliet, 2001). Dari hasil
penelitian memperlihatkan bahwa sel tumor tidak dapat membesar lebih dari 1-2
mm kecuali tumor ini memiliki vaskularisasi yang baik. Zona 1-2 mm merupakan
jarak maksimal nutrisi dan oksigen yang berasal dari pembuluh darah dapat
berdifusi ke jaringan sekitarnya. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai ukuran
yang lebih besar, maka diperlukan neovaskularisasi guna mendukung nutrisi
jaringan tumor baru, yaitu dengan menstimulus sekresi polipeptida seperti Insulin
like Growth Factor (IGF), Platelet Derived Growth Factor (PDGF), Granulosit
Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan Interleukin-1 (IL-I)
(Chrestella, 2009).
Pertumbuhan tumor dikontrol oleh keseimbangan faktor angiogenik dan
penghambat faktor angiogenik. Angiogenesis memerlukan stimulasi sel-sel
endotelial pembuluh darah oleh faktor angiogenik di antaranya vascular
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
endothelial growth factor (VEGF) yang paling poten (Sledge and Miller, 2003).
Ketika angiogenic growth factor (AGF) dihasilkan lebih banyak daripada
angiogenik inhibitor maka akan cenderung mengalami pembentukan pembuluh
darah baru. Sedangkan ketika angiogenesis inhibitor lebih dominan maka proses
angiogenesis akan terhenti (Zetter, 1998).
Menurut National Cancer Institute, dua protein yang memainkan peran
dalam pembentukan pembuluh darah yang paling penting dalam mempertahankan
pertumbuhan tumor adalah vascular endothelial growth factor (VEGF) dan basic
fibroblast growth factor (bFGF). VEGF dan bFGF diproduksi oleh beberapa jenis
sel kanker serta sel-sel normal (Anonim, 2003).
Terapi anti angiogenesis mengusung satu konsep bahwa pertumbuhan
tumor dapat dihambat dan dijinakkan ke tahap dormant melalui pemblokiran
proses angiogenesisnya yaitu proses pembentukan pembuluh darah baru.
Perawatan anti angiogenesis merupakan mekanisme pemberian penghambat
angiogenesis dari luar yang diarahkan untuk sel normal yaitu sel endhothelial.
Sehingga salah satu keuntungan dari perawatan ini adalah dapat menghindari
terjadinya acquired drug resistance, yang merupakan suatu gejala yang sering
terjadi pada sebagian besar pengobatan kanker. Acquired drug resistance
merupakan kemampuan sel tumor untuk menahan efek obat yang mematikan
sebagian besar anggota spesiesnya. Sehingga dalam keadaan ini, sel tumor tadi
akan resisten terhadap pengobatan (Putri, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C. Kurkumin
Gambar 1. Struktur Kurkumin
Kurkumin (1,7-bis (4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion)
yang merupakan komponen aktif dari rhizoma Curcuma longa L. Senyawa ini
dapat menghambat inisiasi, promosi, dan metastasis tumor. Senyawa ini juga telah
diteliti dan berpotensi sebagai antiangiogenesis (Gururaj et al., 2002). Gugus β
diketon dan ikatan rangkap telah dibuktikan berperan pada aktivitas antikanker
dan antimutagenik kurkumin (Majeed et al., 1995).
Gambar 2. Tautomeri Keto-Enol Kurkumin
Gugus α,β tak jenuh diketon kurkumin merupakan gugus yang
bertanggung jawab terhadap penekanan aktivitas nuclear factor kappa B (NF-κB)
(Moos et al., 2004). NF-κB merupakan faktror transkripsi yang diperlukan untuk
ekspresi gen-gen yang terlibat pada proses proliferasi, invasi sel, metastasis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
angiogenesis dan dapat pula menekan proses apoptosis pada berbagai sel tumor
(Aggarwal et al., 2003). Dalam larutan, kurkumin diketahui ada dalam
kesetimbangan tautomeri keto-enol tetapi lebih dari 95% nya adalah bentuk enol
(Stankovic, 2004). Bentuk tautomeri tersebut berpengaruh terhadap sebaran
muatan positif struktur kurkumin dan turunannya. Semakin bertambah sebaran
muatan positif, menunjukkan aktivitas yang semakin meningkat. Stabilisasi
struktur keto bertanggung jawab terhadap peningkatan aktivitas turunan kurkumin
(Supardjan, 2005).
Robinson et.al. (2003) merancang senyawa-senyawa enon aromatik dan
dienon aromatik yang merupakan analog kurkumin sebagai inhibitor
angiogenesis. Senyawa-senyawa tersebut dilaporkan aktif sebagai inhibitor
angiogenesis dengan penghambatan antara 87,1-98,2% pada konsentrasi 3 µg/mL
dan antara 90,4-98,1% pada konsentrasi 6 µg/mL. Dua cincin aromatis baik
simetris maupun tidak simetris menentukan potensi ikatan antara senyawa obat
dengan reseptor.
D. Senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
Kurkumin telah diteliti dan berpotensi sebagai inhibitor angiogenesis.
Diketahui juga senyawa-senyawa enon dan dienon aromatik yang merupakan
analog kurkumin juga memiliki aktivitas sebagai inhibitor angiogenesis. Gugus
yang berperan dalam efek inhibitor angiogenesis pada kurkumin dan turunannya
adalah gugus α,β tak jenuh diketon (Moos et al., 2004). Jika dilihat maka dalam
strukturnya kurkumin memiliki dua gugus α,β tak jenuh diketon. Tetapi kedua
gugus tersebut kemungkinan tidaklah aktif seluruhnya, hal ini karena kurkumin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
cenderung akan mengalami tautomerisasi keto-enol. Kurkumin memiliki bentuk
enol yang dominan pada keseimbangan tautomerisasi keto-enol dibandingkan
bentuk keto nya (sekitar 95%) dimana diketahui bahwa bentuk keto lah yang
bertanggug jawab terhadap peningkatan aktivitas turunan kurkumin (Supardjan,
2005).
Dalam modifikasi molekul untuk meningkatkan aktivitas suatu senyawa
dikenal istilah duplikasi dimana dilakukan penggabungan gugus atau molekul
yang identik melalui pembentukan ikatan kovalen atau jembatan gugus tertentu
(Siswandono & Soekarjo, 1998). Senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena))
disikloheksanadion merupakan senyawa turunan kurkumin yang berpotensi
sebagai inhibitor angiogenesis yang lebih poten. Hal ini karena pada strukturnya
memiliki dua gugus α,β tak jenuh diketon yang mana keduanya diprediksi akan
memiliki bentuk tautomerisasi keto yang lebih dominan. Adanya dua gugus α,β
tak jenuh diketon yang memiliki bentuk tautomerisasi keto berarti memiiki dua
sisi aktif yang dapat bekerja sebagai inhibitor angiogenesis. Sehingga diharapkan
aktivitasnya sebagai inhibitor angiogenesis akan lebih baik dibanding kurkumin.
Stabilitas kurkumin sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan. Dalam
larutan berair, kurkumin mengalami reaksi hidrolisis dan degradasi yang
disebabkan oleh adanya gugus metilen aktif pada senyawa tersebut. Reaksi
tersebut sangat dipengaruhi oleh pH lingkungannya (Tonnesen and Karlsen,
1985). Pada senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
dalam strukturnya sudah tidak memiliki gugus metilen aktif sehingga diharapkan
stabilitasnya juga meningkat dibandingkan dengan kurkumin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
E. Sintesis Senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena))
disikloheksanadion
Senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion dapat
disintesis dari starting material 1,3-sikloheksanadion dan terephthalaldehid
dengan katalis basa seperti kalium hidroksida (KOH). Terephthalaldehid
merupakan senyawa berbentuk kristal putih, dengan rumus molekul C8H6O2 dan
berat molekul 134,13 g/mol. Senyawa ini memiliki titik lebur 114-116°C dan titik
didih 245-248°C. Terephthalaldehid larut dalam air panas, alkohol, dan eter (Lide,
2004). Sedangkan 1,3-sikloheksanadion atau biasa disebut dihidroresorsinol
berbentuk kristal berwarna abu-abu kecoklatan dengan rumus molekul C6H8O2
dan berat molekul 112,12 g/mol dan titik didih 235,1°C. Senyawa ini memiliki
titik lebur 103-105°C. 1,3-sikloheksanadion larut dalam air, alkohol dan
kloroform (Lide, 2004).
Reaksi yang mendasari sintesis senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis
(metanililidena)) disikloheksanadion adalah reaksi kondensasi aldol silang. Reaksi
yang digunakan dalam sintesis senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena))
disikloheksanadion adalah reaksi kondensasi aldol silang, di mana reaksi
kondensasi aldol silang merupakan suatu reaksi antara sebuah aldehida tanpa
hidrogen alfa dengan suatu keton atau aldehid yang memiliki hidrogen alfa.
Prinsip reaksi kondensasi aldol silang adalah reaksi adisi dimana dua molekul atau
lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa
hilangnya suatu molekul kecil. Produk reaksi kondensasi aldol silang adalah
senyawa enon berkonjugasi alfa-beta (Fessenden dan Fessenden, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dalam suasana basa, hidrogen alfa pada 1,3-sikloheksanadion akan
terdeprotonasi membentuk ion enolat yang berperan sebagai nukleofil.
Pembentukan ion enolat akan meningkatkan nukleofilisitas dari C alfa 1,3-
sikloheksanadion yang kemudian akan menyerang atom C karbonil dari
terephthalaldehid. Dari reaksi tersebut akan terbentuk produk senyawa β-hidroksi
keton. Senyawa ini mudah mengalami dehidrasi sehingga menghasilkan senyawa
ikatan rangkap dua antara atom karbon α dan karbon β yaitu 2,2´-(1,4 fenilena bis
(metanililidena)) disikloheksanadion.
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi tanpa mengubah tahap
reaksi secara keseluruhan. Pada sintesis 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena))
disikloheksanadion ini digunakan katalis basa kuat yaitu kalium hidroksida
(KOH), hal ini karena dengan katalis basa akan dihasilkan intermediet ion enolat
yang lebih reaktif daripada intermediet enol yang dihasilkan dari katalis asam.
(Fessenden dan Fessenden, 1994). Basa yang digunakan berupa basa kuat,
dikarenakan letak hidrogen alfa pada 1,3-sikloheksanadion yang cukup terintangi.
Diharapkan dengan digunakannya katalis basa kuat maka hidrogen alfa yang
diapit dua gugus keton dapat diambil dan dapat membentuk ion enolatnya. Kalium
hidroksida, berbentuk batang, pelet, atau bongkahan, berwarna putih, sangat
mudah meleleh. Titik lebur 360-380°C, larut dalam 1 bagian air, 3 bagian etanol
(95 %) P, atau sangat mudah larut dalam etanol mutlak P mendidih (Direktorat
jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Analisis diskoneksi senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
Gambar 3. Analisis Diskoneksi 2,2´-(1,4 Fenilena bis (Metanililidena))
Disikloheksanadion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
F. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik dari
senyawa hasil reaksi, biasanya meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan
kelarutan, pemeriksaan titik lebur, dan uji kemurnian menggunakan kromatografi
lapis tipis (KLT).
1. Pemeriksaan organoleptis
Uji ini merupakan uji yang paling sederhana dan memuat paparan
mengenai suatu zat secara umum meliputi bentuk, warna, dan bau. Pernyataan
dalam pemeriksaan organoleptis tidak cukup kuat dijadikan syarat baku.
Namun secara tidak langsung dapat membantu dalam penilaian pendahuluan
terhadap zat yang bersangkutan (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, 1995).
2. Pemeriksaan Kelarutan
Pemeriksaan kelarutan dilakukan untuk mengidentifikasi atau
mengetahui sifat fisik suatu zat. Pemeriksaan kelarutan zat padat dalam cairan
dilakukan dengan melarutkan suatu zat hingga larutan tepat jenuh pada suhu
yang terkontrol, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar. Hasil
pemeriksaan kelarutan diharapkan sesuai dengan yang tercantum dalam
standar. Dalam setiap pemeriksaan kelarutan, kemurnian zat dan pelarut harus
terjamin karena adanya sedikit pengotor dapat menyebabkan terjadinya
variasi hasil (Jenkins, 1965)
Kelarutan suatu zat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari
pelarut yaitu oleh momen dipolnya. Pelarut polar dapat melarutkan zat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
terlarut ionik dan zat polar lain. Pelarut semipolar seperti alkohol dapat dapat
menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul non polar,
sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol. Maka pelarut semipolar ini dapat
bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya
cairan polar dan nonpolar. Pelarut nonpolar dapat melarutkan zat terlarut non
polar melalui interaksi dipol induksi. Selain momen dipol, faktor lain yang
berpengaruh terhadap kelarutan zat antara lain tetapan dielektrik, asosiasi,
solvasi, tekanan dalam, reaksi asam-basa dan faktor-faktor lainnya (Martin
dan Bustamante, 1993).
3. Pemeriksaan titik lebur
Titik lebur adalah proses perubahan fisika pada suhu tertentu yang
mengakibatkan padatan mulai berubah menjadi cair pada tekanan atsmosfer.
Jika suhu dinaikkan, terjadi penyerapan energi oleh molekul senyawa
sehingga bila energi yang diserap cukup besar maka akan terjadi vibrasi dan
rotasi dari molekul tersebut. Bila suhu tetap dinaikkan terus maka molekul
akan rusak dan berubah menjadi cairan. Pada keadaan cair, molekul masih
terikat satu dengan lainnya tetapi sudah tidak teratur lagi (Bradstatter, 1971).
Pemeriksaan titik lebur merupakan aspek yang sangat penting, yang
seringkali dilakukan dalam penelitian sintesis. Penelitian titik lebur dapat
memberikan informasi mengenai kemurnian dari suatu produk hasil sintesis.
Pada umumnya suatu senyawa mempunyai kemurnian yang baik bila jarak
leburnya tidak lebih dari 2°C. Rentangan lebih besar dari harga ini dapat
dikatakan senyawa kurang murni (MacKenzie, 1967).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4. Uji kemurnian menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mengidentifikasi
komponen tertentu. Teknik ini sering dilakukan dengan lempeng kaca atau
plastik yang dilapisi dengan fase diam. Senyawa yang akan dianalisis
ditotolkan pada dasar lempengan yang dilapisi fase diam dan dielusi dengan
fase gerak yang akan bergerak naik oleh karena gaya kapilaritas (Bresnick,
1996).
Jika fase diam bersifat polar maka senyawa yang bersifat polar akan
melekat lebih kuat pada lempeng daripada senyawa non polar akibat interaksi
tarik-menarik dipol-dipol. Senyawa non polar kurang melekat pada fase diam
polar sehingga terelusi lebih cepat. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa jarak rambat senyawa pada lempengan dapat digunakan
sebagai cerminan polaritas suatu senyawa (Bresnick, 1996).
Identifikasi adalah suatu proses mendapatkan identitas dari senyawa
yang dianalisis. Identifikasi dari komponen yang dianalisis memiliki prinsip
bahwa setiap komponen memiliki kondisi dan karakteristik pada
kromatogram yang disebut sebagai harga Rf. Variasi harga Rf dapat
dibandingkan antara senyawa yang dicari dengan senyawa standarnya dalam
kromatogram yang sama (Gasparic dan Churacek, 1978).
Untuk mengidentifikasi bercak yang ada pada lempeng KLT dapat
dilakukan dengan menempatkan lempeng KLT dibawah sinar UV atau
dengan menyemprotkan larutan yang dapat bereaksi dengan senyawa
sehingga dapat menimbulkan warna (Bresnick, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kromatografi lapis tipis (KLT) dapat digunakan untuk menguji
kemurnian secara kualitatif dari campuran suatu senyawa. Hal ini berkaitan
untuk pembuktian ada atau tidaknya komponen yang dicari dan apakah
komponen tersebut murni atau tidak. (Gasparic dan Churacek, 1978).
5. Kromatografi Gas
Kromatografi gas merupakan instrumen analitis yang memberikan
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif mengenai komponen suatu
sampel. Sampel akan mengalami proses pemisahan dalam kolom, kemudian
dideteksi dan direkam sebagai pita elusi (Day and Underwood, 1996).
Data kromatografi gas biasanya terdiri atas waktu tambat atau retensi
berbagai komponen campuran. Waktu retensi diukur mulai dari titik
penyuntikan sampai titik maksimum puncak dan sangat khas untuk senyawa
tertentu pada kondisi tertentu (kolom, suhu, gas pembawa, laju aliran)
(Gritter, 1991).
Metode kromatografi gas dan spektrometri massa memberikan
keuntungan saat keduanya digunakan secara bersamaan. Proses pemisahan
dilakukan oleh kromatografi gas, sedangkan proses identifikasi dan
kuantitatif dilakukan oleh spektrometri massa. Keuntungan dari kromatografi
gas-spektrometri massa antara lain metode ini dapat digunakan untuk hampir
semua jenis analit, memiliki batas deteksi yang rendah, dan memberi
informasi penting tentang spektra massa dari suatu senyawa organik (Dean,
1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
G. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis
1. Spektrofotometri Inframerah
Spektrofotometri inframerah biasanya digunakan untuk mengetahui
gugus fungsional yang terdapat dari suatu senyawa. Namun demikian,
spektrofotometri ini tidak memberikan informasi mengenai struktur sebanyak
yang diberikan spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (spektroskopi
NMR).
Semua ikatan kimia memiliki frekuensi khas yang dapat membuat
ikatan mengulir (stretch) atau menekuk (blend). Bila frekuensi energi
elektromagnetik inframerah yang dilewatkan pada suatu molekul sama
dengan frekuensi mengulur atau menekuknya ikatan maka energi tersebut
akan diserap. Serapan inilah yang dapat direkam oleh detektor pada
spektrofotometer inframerah (Bresnick, 1996).
2. Spektroskopi Massa
Prinsip dalam spektroskopi massa adalah terjadinya tabrakan antara
sebuah molekul organik dengan salah satu elektron berenergi tinggi yang
menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul tersebut dan membentuk
ion positif organik. Ion positif organik yang dihasilkan dari penembakan
elektron berenergi tinggi ini tidak stabil dan pecah menjadi fragmen kecil,
baik berbentuk radikal bebas maupun ion-ion lain. Dalam sebuah
spektrometer massa, hanya fragmen bermuatan positif yang akan terdeteksi.
Spektra massa merupakan grafik antara kelimpahan relatif fragmen
bermuatan positif terhadap perbandingan massa/muatan (m/z). Muatan ion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dari partikel yang terdeteksi dalam spektra massa adalah +1. Nilai m/z ion
semacam ini sama dengan massanya. Dari segi praktis, spektra massa adalah
rekaman dari massa partikel terhadap kelimpahan relatif partikel tersebut.
Pecahnya suatu molekul atau ion menjadi fragmen-fragmen
bergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh
karena itu, struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai
struktur molekul induknya. Selain itu, spektra massa digunakan juga untuk
menentukan bobot molekul suatu senyawa (Fessenden and Fessenden, 1994).
H. Landasan Teori
Reaksi kondensasi aldol silang adalah reaksi antara suatu senyawa
karbonil dengan sedikitnya satu hidrogen α dengan senyawa karbonil lain yang
tidak memiliki hidrogen α dalam suasana basa. Oleh karena itu dengan
mereaksikan 1,3-sikloheksanadion yang memiliki hidrogen α yang diapit oleh dua
gugus keton dan terephthalaldehid yang merupakan karbonil tanpa hidrogen α
dengan katalis basa kuat yaitu KOH akan menghasilkan senyawa 2,2´-(1,4
fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion.
Gambar 4. Reaksi Umum Sintesis Senyawa 2,2´-(1,4 Fenilena bis (Metanililidena)) Disikloheksanadion
I. Hipotesis
Senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion dapat
disintesis dari 1,3-sikloheksanadion dan terephthalaldehid dengan katalis KOH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-eksperimental deskriptif non-
analitik. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan pada subjek uji dan hanya
dipaparkan fenomena yang terjadi yang tidak terdapat hubungan sebab akibat.
B. Definisi Operasional
1. Reaktan adalah bahan yang digunakan untuk penelitian. Reaktan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah terephthalaldehid dan 1,3-
sikloheksandion.
2. Katalis adalah suatu senyawa yang digunakan dalam reaksi untuk
meningkatkan laju reaksi kimia. Dalam penelitian ini digunakan katalis
kalium hidroksida.
3. Senyawa target adalah senyawa yang diharapkan terbentuk dari reaksi.
Senyawa target yang diharapkan terbentuk adalah senyawa 2,2´-(1,4 fenilena
bis (metanililidena)) disikloheksanadion.
C. Bahan Penelitian
terephthalaldehid (p.a., Nacalai); 1,3-sikloheksanadion (p.a., Nacalai);
aquades; etanol (p.a., Merck); kalium hidroksida (p.a., Merck); etil asetat (p.a.,
Merck); kloroform (p.a., Merck); n-heksan (p.a., Merck); aseton (p.a., Merck);
piridin (p.a., Merck); dimetil sulfoksida (p.a., Merck); silika gel GF254; es batu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
D. Alat Penelitian
Pengaduk magnetik, pengering (Memmert Oven Model 400), neraca
analitik (Mextler PM 100), thermophan (Electrothermal 9100), Seperangkat alat
gelas, klem, statif, termometer, corong Buchner, spektrofotometer IR (IR
Shimadzu Prestige-21), kromatografi gas-spektrometer massa (Shimadzu QP
2010S), lampu UV254 nm, mikropipet, baskom, chamber, kertas saring, dropple
plate.
E. Tata Cara Penelitian
1. Sintesis 2,2’-(1,4 fenilena bis (methanilidena)) disikloheksanadion dengan
katalis KOH 1,0 N
1,3-Sikloheksanadion 7,46 mmol (0,84 g) dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer 500 mL dan dilarutkan dalam etanol 20 mL. Terephthalaldehid
3,73 mmol (0,50 g) di tambahkan dalam larutan tersebut. Kalium hidroksida
1,0 N sebanyak 2 mL dilarutkan dalam 10 mL aquadest kemudian
ditambahkan ke dalam campuran tersebut. Campuran digojog hingga
terephthalaldehid larut seluruhnya kemudian diaduk dengan pengaduk
magnetik pada kecepatan 500 putaran per menit pada suhu di bawah suhu
kamar selama 60 menit. Aquadest ditambahkan hingga volume 400 mL.
Kristal yang diperoleh kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 100°C
selama 3 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Uji Pendahuluan
a. Organoleptis
Uji organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau senyawa hasil
sintesis. Kemudian hasil pengamatan dibandingkan dengan reaktan yang
digunakan dalam penelitian yaitu 1,3-sikloheksanadion, dan
terephthalaldehid.
b. Uji kelarutan senyawa hasil sintesis
Senyawa hasil sintesis sebanyak 10 mg dimasukkan ke dalam
beberapa tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan akuades tetes
demi tetes, amati kelarutannya. Pelarut lain yaitu aseton, dimetil
sulfoksida, etanol, piridin dan kloroform dilakukan dengan prosedur yang
sama. Kemudian dibandingkan dengan reaktan yang digunakan dalam
penelitian yaitu 1,3-sikloheksanadion, dan terephthalaldehid.
c. Uji titik lebur
Sejumlah kristal hasil sintesis dimasukkan ke dalam
electrothermal capillary tubes, kemudian dimasukkan ke dalam alat
pengukur titik lebur (thermophan). Amati peleburan kristalnya dan catat
suhu waktu pertama kali melebur hingga kristal melebur seluruhnya
dengan kenaikan suhu 0,2°C tiap menitnya.
d. Uji kemurnian menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)
Senyawa hasil sintesis dan starting material masing-masing
dilarutkan dalam aseton. Masing-masing larutan tersebut ditotolkan
dengan menggunakan pipa kapiler pada lempeng silika gel GF254 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sudah diaktifkan pada suhu 1000C selama 30 menit. Pengembangan
dilakukan dengan jarak rambat 10 cm. Fase gerak yang digunakan yaitu
kloroform:etil asetat (1:9); dan n-heksan:etil asetat (1:1).
e. Kromatografi gas
Pemisahan dan pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis
dilakukan menggunakan instrumen kromatografi gas dengan kondisi alat:
suhu injektor 310°C, jenis kolom Rastek RXi-5MS, panjang kolom 30
meter, suhu kolom diprogram 100-305°C, gas pembawa helium, tekanan
22,0 kPa, kecepatan alir fase gerak 0,50 mL/menit, dan detektor TCD.
Cuplikan senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam dimetil sulfoksida,
kemudian diinjeksikan kedalam injektor pada alat kromatografi gas.
Aliran gas dari gas pengangkut helium akan membawa cuplikan yang
sudah diuapkan masuk kedalam kolom RXi-5MS yang dilapisi fase cair
dimethylpolysiloxane. Selanjutnya cuplikan diukur oleh detektor hingga
diperoleh suatu kromatogram.
3. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis
a. Spektrofotometri inframerah
Senyawa hasil sintesis sebanyak kurang lebih 0,5-1 mg
dicampur homogen dengan kurang lebih 10 mg KBr, kemudian dikempa
dan dibuat tablet. Cahaya inframerah dari sumber dilewatkan melalui
cuplikan, kemudian dipecah menjadi frekuensi-frekuensi individunya
dalam monokromator dan intensitas relatif dari frekuensi individu diukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
oleh detektor hingga didapat spektra inframerah dari senyawa yang
bersangkutan. Bilangan gelombang yang digunakan 400-4000 nm.
b. Spektrometri massa
Uap cuplikan senyawa hasil sintesis yang keluar dari kolom
kromatografi gas dialirkan ke dalam kamar pengion pada spektromoter
massa untuk ditembak dengan seberkas elektron hingga terfragmentasi.
Jenis pengionan yang digunakan adalah EI (Electron Impact) 70 eV.
Fragmen-fragmen akan melewati lempeng mempercepat ion dan
didorong menuju tabung analisator, dimana partikel-partikel akan
dibelokkan dalam medan magnet dan menimbulkan arus pada kolektor
yang sebanding dengan kelimpahan relatif setiap fragmennya.
Kelimpahan relatif setiap fragmen akan dicatat dan menghasilkan data
spektra massa.
F. Analisis Hasil
1. Crude Product
Perhitungan crude product ini dilakukan setelah didapatkan serbuk kering
hasil sintesis. Berat serbuk kering hasil sintesis ditimbang dan ditetapkan
sebagai crude product.
2. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan senyawa hasil sintesis berdasarkan data organoleptis,
data kromatografi lapis tipis, kelarutan, titik lebur, dan data kromatografi gas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Elusidasi Struktur
Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis berdasarkan data spektra inframerah,
dan spektra massa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sintesis 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion
Sintesis senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena))
disikloheksanadion dilakukan dengan mereaksikan 1,3-sikloheksanadion dan
terephthalaldehid dalam pelarut etanol melalui reaksi kondensasi aldol silang.
Terephthalaldehid memiliki dua gugus aldehid aromatik sedangkan 1,3-
siklokeksanadion memiliki 2 gugus keton dengan enam hidrogen alfa, kedua
senyawa tersebut memungkinkan untuk bereaksi melalui reaksi kondensasi aldol
silang membantuk 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion. Hal
ini karena reaksi kondensasi aldol silang adalah reaksi antara suatu senyawa
karbonil dengan sedikitnya satu hidrogen α (1,3-sikloheksanadion) dengan
senyawa karbonil lain yang tidak memiliki hidrogen α (terephthalaldehid) dalam
suasana basa (kalium hidroksida).
Gambar 5. Enam Hidrogen Alfa pada 1,3-Sikloheksanadion
Hidrogen alfa pada 1,3-sikloheksanadion bersifat asam sehingga dengan
adanya katalisator yang bersifat basa, hidrogen alfa akan dilepaskan dan
menyebabkan atom karbon alfa bermuatan negatif dengan membentuk karbanion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
(ion enolat) yang distabilkan oleh resonansi. Hidrogen alfa yang diapit oleh dua
gugusan karbonil pada 1,3-sikloheksanadion memiliki kasaman yang lebih tinggi
dibandingkan hidrogen alfa yang tidak diapit oleh gugusan karbonil, sehingga
hidrogen alfa diapit oleh dua gugus karbonil akan lebih mudah dilepas dengan
adanya katalis basa. Walaupun hidrogen alfa yang diapit oleh dua gugus karbonil
tersebut memiliki keasaman yang tinggi, tetapi hidrogen ini cukup terintangi
(halangan sterik) karena adanya dua gugus karbonil yang mengapitnya. Sehingga
pada penelitian ini digunakan katalis basa kuat yaitu kalium hidroksida (KOH)
dengan tujuan agar hidrogen alfa tersebut dapat diambil dan terbentuk ion enolat.
Hal ini akan menyebabkan 1,3-sikloheksanadion bertindak sebagai nuklofil.
Pembentukan ion enolat ini mula-mula diawali dengan penyerangan ion
hidroksi yang berasal dari ionisasi kalium hidroksida (KOH) terhadap hidrogen
alfa 1,3-sikloheksanadion. Kemudian terbentuk ion enolat 1,3-sikloheksanadion
yang terstabilkan oleh adanya resonansi yang akan bertindak sebagai nukleofil
terhadap terephthalaldehid.
Gambar 6. Reaksi Pembentukan Ion Enolat dari 1,3-Sikloheksanadion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 7. Dua Gugus Aldehid pada Terephthalaldehid
Terephthalaldehid memiliki dua gugus aldehid pada strukturnya, hal ini
menyebabkan ion enolat dari 1,3-sikloheksanadion yang bersifat nukleofil akan
menyerang karbon karbonil pada terephthalaldehid yang bertindak sebagai
elektrofil. Hal ini karena adanya induksi dari atom oksigen yang lebih
elektronegatif daripada atom karbon menyebabkan atom karbon pada gugus
karbonil aldehid menjadi bermuatan parsial positif. Dua gugus karbonil pada
terephthalaldehid memiliki muatan parsial positif yang sama, sehingga ion enolat
pada 1,3-sikloheksanadion akan menyerang kedua gugus karbonil tersebut.
Gambar 8. Reaksi Adisi 1,3-Sikloheksanadion Menghasilkan Senyawa 2,2´-(1,4
Fenilena bis (Metanililidena)) Disikloheksanadion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Penyerangan dua gugus karbonil terephthalaldehid oleh ion enolat 1,3-
sikloheksanadion ini akan menghasilkan ion alkoksida. Ion alkoksida yang
terbentuk akan terprotonasi membentuk senyawa intermediet β-hidroksi karbonil,
yang kemudian mengalami dehidrasi membentuk senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis
(metanililidena)) disikloheksanadion.
Dalam pelaksanaan sintesis, katalis dibuat dengan melarutkan KOH dalam
aquadest, hal ini dikarenakan KOH agak sukar larut dalam etanol. Katalis dibuat
berupa larutan KOH encer, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya reaksi
Cannizaro yaitu reaksi oksidasi-reduksi dari terephthalaldehid. Katalis
ditambahkan terakhir dengan tujuan untuk mencegah terjadinya self condensation
antara 1,3-sikloheksanadion sendiri, hal ini karena 1,3-sikloheksanadion juga
memiliki gugus karbonil yang bermuatan parsial positif yang dapat diserang oleh
ion enolat yang bersifat nukleofil.
Gambar 9. Reaksi Cannizaro pada terephthalaldehid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Gambar 10. Self Condensation dari 1,3-Sikloheksanadion
Pada penelitian ini digunakan etanol sebagai pelarut hal ini karena etanol
dapat melarutkan kedua starting material. Selain itu karena, etanol cenderung
untuk tidak bereaksi dengan gugus karbonil. Walaupun dapat membentuk asetal,
hemiasetal, ketal ataupun hemiketal dengan gugusan karbonil hal ini dapat
dihindari karena reaksi ini dikatalisis oleh asam kuat sedangkan dalam penelitian
ini digunakan katalis basa kuat.
Dipilih aquadest sebagai kosolven KOH, hal ini karena aquadest
cenderung untuk tidak bereaksi dengan gugus karbonil. Walaupun dapat
membentuk hidrat dengan gugusan karbonil tetapi kemungkinannya sangat kecil
untuk dapat membentuk hidrat yang stabil dan reaksi ini bersifat reversibel
sehingga akan kembali ke bentuk karbonilnya.
Dalam pelaksanaan sintesis, campuran 1,3-sikloheksanadion dan
terephthalaldehid diletakkan dalam wadah berisi es. Tujuan dari langkah ini
adalah untuk mencegah terjadinya reaksi samping yaitu reaksi Cannizaro. Selain
itu juga pendinginan diperkirakan berperan dalam pembentukan inti kristal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion, hal ini karena
krisal baru muncul sesaat setelah dimasukkan ke dalam wadah berisi es.
Pada sintesis ini, dilakukan pengadukan dengan kecepatan 500 rpm.
Fungsi dari pengadukan adalah untuk mempermudah terjadinya reaksi antar
starting material. Adanya pengadukan akan meningkatkan pergerakan molekul
starting material sehingga kemungkinan terjadi tumbukan antar starting material
semakin besar. Dengan demikian kemungkinan terjadi reaksi antar starting
material semakin besar. Pengadukan dilakukan selama 60 menit, diharapkan
semua starting material telah bereaksi membentuk senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis
(metanililidena)) disikloheksanadion.
Hasil yang didapat berupa cairan kental berwarna putih seperti susu,
kemudian ke dalam erlenmeyer ditambahkan sebanyak 400 mL aquadest.
Penambahan aquadest ini bertujuan untuk mendesak kristal yang telah terbentuk
yang masih terlarut dalam etanol. Hal ini karena senyawa hasil sintesis jika dilihat
dari strukturnya memiliki banyak bagian hidrokarbon sehingga diperkirakan akan
bersifat hidrofob. Kristal yang ada kemudian disaring menggunakan kertas saring
dengan corong buchner. Setelah itu serbuk kristal yang didapat dipanaskan dalam
oven pada suhu 100°C selama 1 jam untuk menghilangkan air yang masih ada
dalam serbuk tersebut sehingga didapatkan serbuk kering hasil sintesis.
Perhitungan Crude Product dilakukan terhadap serbuk hasil sintesis yang
telah dikeringkan di oven pada suhu 100°C selama 3 jam. Hasilnya menunjukkan
bahwa berat serbuk yang didapat dari 3 kali replikasi adalah sebesar 0,695 g;
0,735 g; dan 0,783 g. Hasil Crude Product yang didapat relatif cukup besar, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
hal ini masih perlu analisis lebih lanjut untuk memastikan apakah kristal yang
didapat merupakan senyawa target yaitu 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena))
disikloheksanadion. Hal ini disebabkan pada 1,3-sikloheksanadion terdapat enam
hidrogen alfa sehingga memungkinkan untuk terjadinya reaksi samping, yaitu
hidrogen alfa yang mengalami reaksi kondensasi bukan yang diapit oleh dua
gugusan karbonil. Selain itu juga tidak melepas kemungkinan terjadinya reaksi
samping dimana hanya satu gugus aldehid dari terephthalaldehid yang diserang
atau adanya reaksi staring material dengan pelarut yang digunakan.
B. Uji Pendahuluan
1. Uji organoleptis
Uji organoleptis dilakukan terhadap serbuk hasil sintesis. Dari uji
organoleptis yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel I. Data Organoleptis Senyawa Hasil Sintesis; 1,3-Sikloheksanadion; dan Terephthalaldehid
Pengamatan Senyawa Hasil
Sintesis Terephthalaldehid 1,3-
sikloheksanadion Bentuk serbuk kristal Serbuk Warna putih putih putih kekuningan
Bau khas khas Khas Gambar
Serbuk hasil sintesis yang diperoleh memiliki warna yang sama
dengan warna terephthalaldehid tetapi bentuknya berbeda yaitu berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
serbuk bukan kristal. Sedangkan 1,3-sikloheksanadion berbentuk serbuk
tetapi memiliki warna yang berbeda yaitu putih kekuningan. Sedangkan
masing-masing senyawa baik hasil sintesis maupun starting material
memiliki bau yang khas. Berdasarkan data organoleptis yang diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis bukan merupakan starting
material.
2. Uji kelarutan Senyawa Hasil Sintesis
Uji kelarutan dilakukan pada suhu kamar. Data kelarutan
memperlihatkan bahwa senyawa hasil sintesis mempunyai sifat relatif
asam karena dapat larut dalam piridin yang merupakan basa lemah. Sifat
asam ini disebabkan adanya empat gugus keton dalam strukturnya. Selain
itu dapat dilihat bahwa senyawa yang terbentuk bersifat kurang polar hal
ini terlihat dari kelarutan senyawa yang lebih baik pada pelarut-pelarut
yang kurang polar. Dari tabel terlihat bahwa senyawa hasil sintesis dan
starting material memiliki kelarutan yang berbeda. Hal ini semakin
memperkuat bahwa serbuk hasil sintesis adalah bukan starting material.
Uji kelarutan ini juga dilakukan untuk memilih pelarut yang sesuai untuk
uji selanjutnya yaitu GC-MS. Pelarut yang dipilih adalah dimetil
sulfoksida (DMSO), hal ini karena senyawa hasil sintesis memiliki
kelarutan yang baik dan memiliki kemungkinan untuk bereaksi yang lebih
kecil dibandingkan piridin yang merupakan basa.
Tabel II. Data kelarutan senyawa hasil sintesis; 1,3-sikloheksanadion;
dan terephthalaldehid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pelarut Kelarutan Senyawa
Hasil Sintesis
Terephthalaldehid1,3-
Sikloheksanadion Aquadest praktis tidak larut agak sukar larut Larut Dimetil
sulfoksida larut larut Larut
Etanol sukar larut larut mudah larut Aseton agak sukar larut larut Larut Piridin mudah larut larut mudah larut
Kloroform sukar larut larut Larut
3. Uji Titik Lebur Senyawa Hasil Sintesis
Dari pengujian titik lebur diketahui bahwa jarak lebur senyawa
hasil sintesis adalah 218-220°C. Jarak titik lebur sebesar 2°C
menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa murni.
Selain itu, dari data ini dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis
sudah bukan merupakan terephthalaldehid atau 1,3-sikloheksanadion
karena memiliki titik lebur yang berbeda. Titik lebur senyawa hasil
sintesis yang jauh lebih besar dibandingkan terephthalaldehid atau 1,3-
sikloheksanadion disebabkan karena ukuran molekul senyawa hasil
sintesis yang jauh lebih besar dibandingkan starting material. Hal ini
karena semakin besar ukuran molekul, titik lebur semakin tinggi.
Tabel III. Data titik lebur senyawa hasil sintesis; 1,3-sikloheksanadion; dan terephthalaldehid
Senyawa Jarak Lebur (°C)
Senyawa Hasil Sintesis 218-220 Terephthalaldehid 114-116
1,3-sikloheksanadion 103-105
4. Uji Kemurnian Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terhadap senyawa hasil
sintesis dapat digunakan untuk mengetahui apakah senyawa hasil sintesis
berbeda dengan starting material (sudah terbentuk senyawa baru). Uji KLT
pada penelitian ini menggunakan fase diam silika gel GF254 dengan fase
gerak n-heksan:etil asetat (1:1) dan fase gerak kloroform : etil asetat (9:1).
Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:
I II
Gambar 11. Hasil Uji KLT dengan Fase Gerak n-Heksan:Etil Asetat (1:1) pada gambar I dan Fase Gerak Etil Asetat:Kloroform (9:1) pada gambar II,
dimana A (1,3-sikloheksanadion standar); B (terephthalaldehid standar); dan C (senyawa hasil sintesis)
Dari hasil uji KLT dapat dilihat bahwa masing-masing totolan
menghasilkan bercak tunggal. Pada pengamatan di bawah sinar UV 254
nm, bercak senyawa hasil sintesis tidak berflouresensi (berwarna ungu)
dan merupakan bercak tunggal. Dimana bercak A adalah 1,3-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sikloheksanadion standar, bercak B adalah terephthalaldehid standar, dan
bercak C adalah senyawa hasil sintesis.
Dari hasil uji KLT terlihat senyawa hasil sintesis lebih terbawa oleh
fase gerak n-heksan:etil asetat (1:1) dibanding fase gerak kloroform:etil
asetat (1:9). Hal ini kemungkinan karena interaksi senyawa hasil sintesis
dengan fase gerak kloroform:etil asetat (1:9) lebih lemah dibandingkan
interaksi dengan n-heksan:etil asetat (1:1). Hal ini karena banyaknya
bagian hidrokarbon pada senyawa hasil sintesis yang memungkinkan
terjadinya interaksi van der wall’s dengan n-heksan lebih kuat dibanding
kloroform. Sedangkan empat gugusan keton pada senyawa hasil sintesis
memungkinkan interaksi berupa ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil
pada fase diam pada kedua jenis fase gerak.
Gambar 12. Interaksi Senyawa Hasil Sintesis dengan Fase Diam Silika Gel
Dari hasil tersebut terlihat Rf yang berbeda antara senyawa hasil
sintesis dengan starting material pada kedua jenis fase gerak yang
digunakan. Tetapi nilai Rf dari fase gerak kloroform:etil asetat (1:9) terlalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kecil yaitu 0,2 (Harga Rf kurang ideal), sehingga untuk analisis pada
replikasi selanjutnya digunakan fase gerak n-heksan:etil asetat (1:1).
Gambar 13. Uji KLT Hasil Replikasi dengan Fase Gerak n-Heksan:Etil Asetat (1:1)
Dari hasil uji KLT pada tiga kali replikasi diperoleh harga Rf yang
sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis
merupakan senyawa yang sama dengan senyawa pada sintesis sebelumnya
dan metode yang digunakan reproduksibel.
5. Kromatografi Gas
Pada penelitian ini, pemeriksaan kemurnian hasil sintesis
menggunakan instrumen kromatografi gas yang dikombinasikan dengan
spektrometri massa (GC-MS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 14. Kromatogram Kromatografi Gas Senyawa Hasil Sintesis
Dari kromatogram terlihat adanya satu puncak dominan dan tajam
dengan waktu retensi 27,932 menit dengan luas area 94,06 %. Hal tersebut
membuktikan bahwa serbuk hasil sintesis mengandung senyawa tunggal
yang dominan dengan kemungkinan kecil terjadinya reaksi samping
ataupun adanya pengotor. Kromatogram kromatografi gas ini memperkuat
data uji titik lebur yang telah dilakukan sebelumnya. Sedangkan pada
waktu retensi 23,022 menit terdapat peak dengan luas area 4,35 %. Peak
ini kemungkinan merupakan hasil reaksi samping yang terjadi. Selain dua
peak tersebut terlihat juga tiga peak lain yang memiliki luas area berturut-
turut 0,49; 0,85; dan 0,24. Ketiga peak ini kemungkinan merupakan
pengotor ataupun noise karena luas areanya yang sangat kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis
1. Pengujian Senyawa hasil Sintesis dengan spektroskopi Massa
Gambar 15. Spektra Massa Senyawa Hasil Sintesis pada Waktu Retensi 27,932 Menit
Dari gambar di atas dapat dilihat profil fragmentasi senyawa hasil
sintesis peak dengan waktu retensi 27,932 menit. Peak A yang merupakan
ion molekuler dari senyawa hasil sintesis muncul pada m/z=322. Peak ini
sesuai dengan berat molekul senyawa hasil sintesis. Hal ini semakin
mendukung bahwa senyawa hasil sintesis adalah 2,2´-(1,4 fenilena bis
(metanililidena)) disikloheksanadion karena berat molekul senyawa ini
adalah 322 g/mol sesuai dengan rumus kimianya C20H18O4. Di sebelah
kanan peak A terdapat peak-peak kecil yang merupakan isotop yang dapat
berasal dari isotop atom oksigen, hidrogen, maupun karbon yang terdapat
dalam struktur senyawa hasil sintesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
O
OO
O
m/e = 322
OO
O O
m/e = 294
+ C
C
HH
HH
OO
O
+ CO
m/e = 266
O
OO
O
m/e = 322
O
OO
O
m/e = 322
O
OO
O
m/e = 322H
O
OO
O
m/e = 322
OO
O
m/e = 266
+ C
C
CH
HH
O
m/e = 55
O
OO
O
EI 70eV
Gambar 16. Usulan Mekanisme Fragmentasi Senyawa Hasil Sintesis Menjadi Fragmen C, E, dan F
Ion C20H18O4
+ mengalami fragmetasi dengan melepaskan molekul
C3H3O yaitu peak F pada m/z=55. Ion molekuler juga dapat terfragmentasi
melalui jalur lain yaitu dengan dengan melepaskan C2H4 menghasilkan
peak C pada m/z=294 dan dilanjutkan dengan melapaskan CO
menghasilkan peak E pada m/z=266. Selain itu ion molekuler dapat
terfragmentasi dengan melepaskan satu radikal hidrogen yaitu peak B pada
m/z=321, kemudian melepaskan CO menghasilkan peak D pada m/z=293.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Gambar 17. Usulan mekanisme fragmentasi Senyawa Hasil Sintesis Menjadi Fragmen B dan D
Data-data tersebut mendukung bahwa senyawa hasil sintesis
merupakan senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena))
disikloheksanadion. Tetapi hal ini perlu didukung IR untuk melihat gugus-
gugus fungsional yang terdapat dalam senyawa tersebut.
Gambar 18. Spektra Massa Senyawa Hasil Reaksi Samping
Peak pada GC dengan waktu retensi 23,022 menit kemungkinan
merupakan hasil reaksi samping yang terjadi. Senyawa dengan bobot
molekul 302 yang terbentuk kemungkinan merupakan senyawa asetal yaitu
2-(4-(dietoksimetil)bensiliden) sikloheksana-1,3-dion. Senyawa ini
terbentuk sebagai hasil reaksi antara pelarut yaitu etanol dengan gugus
karbonil pada terephthalaldehid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 19. Kemungkinan Senyawa Hasil Reaksi Samping
2. Pengujian Senyawa hasil Sintesis dengan spektroskopi IR
Pengujian senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi FT-IR
dilakukan di laboratorium Farmasi UGM. Dari pengujian tersebut
didapatkan spektra IR yang menunjukkan gugus fungsi yang terdapat pada
senyawa hasil sintesis.
Gambar 20. Spektra IR Senyawa Hasil Sintesis dengan KBr Pelet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel IV. Interpretasi Pita Vibrasi Senyawa Hasil Sintesis
Peak Literatur
Intensitas Gugus
1720,50 (Pretsch, 2009) Kuat
(C=O streching) β diketon bentuk keto
1720,50 (Mistry, 2009) Kuat (C=O streching) keton 6 cincin
1604,77 (Mistry, 2009) Kuat (C=C streching) Alkena terkonjugasi dengan C=O
1604,77 (Mistry, 2009) Kuat (C=C in plane bending) Aromatik homosiklik
3086,11 (Mistry, 2009) Medium (=C-H) C-H streching Aromatik homosiklik
833,25 (Mistry, 2009) Sedang (C-H out of plane bending) Alkena trisubstitusi
Pada spektra IR senyawa hasil sintesis terdapat 6 pita representatif yang
menunjukkan gugus-gugus yang terdapat pada struktur senyawa hasil sintesis. Pita
dengan bilangan gelombang di sekitar 1720 cm-1 menunjukkan adanya β diketon
bentuk keto (Pretsch, 2009) dan adanya keton cincin 6 (Mistry, 2009) yang
terdapat pada senyawa hasil sintesis. Hal ini diperkuat dengan adanya pita serapan
berbentuk doublet yang merupakan profil pita serapan yang sering tampak pada
gugus β diketon (Pretsch, 2009). Jika dibandingkan dengan spektra starting
material yang didapat dari literatur, dimana pada 1,3-sikloheksanadion serapan
karbonil diketon yang melebar terlihat pada bilangan gelombang 1570 cm-1
(Bruno and Svoronos, 2006), hal ini karena pada 1,3-sikloheksanadion lebih
cenderung berbentuk enol dimana terdapat hidrogen alfa yang mudah dilepaskan
karena diapit oleh dua gugusan keton. Bentuk enol akan menaikkan karakteristik
ikatan tunggal pada ikatan C=O, sehingga nilai k akan menurun dan frekuensinya
juga menurun. Hal ini diperkuat dengan adanya serapan gugus OH bentuk enol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yang melebar pada bilangan gelombang 2550 cm-1 (Pretsch, 2009). Sedangkan
pada spektra IR senyawa hasil sintesis tidak terlihat serapan yang melebar di area
tersebut. Dari kedua hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil
sintesis tidak memiliki hidrogen alfa yang diapit oleh dua gugusan keton. Dimana
reaksi kondensasi yang terjadi yakni pada hidrogen alfa yang diapit oleh dua
gugusan keton. Pada terephthalaldehid tidak memiliki gugusan beta diketon,
tetapi pada spektra terlihat pita pada bilangan gelombang 1696 cm-1 dimana
spektra tersebut merupakan pita serapan karbonil aromatik dari aldehid yaitu pada
1685-1710 cm-1 (Pretsch, 2009).
Gambar 21. Spektra IR 1,3-Sikloheksanadion dengan KBr Pelet (Anonim, 2011 a)
Hasil kondensasi diperlihatkan dengan adanya serapan pada 1604,77 cm-1
yaitu adanya alkena terkonjugasi dengan karbonil. Serapan alkena (C=C)
terkonjugasi ini tidak terlihat pada spektra terephthalaldehid yaitu dengan tidak
adanya serapan kuat pada bilangan gelombang 1660-1580 cm-1. Serapan kuat
pada terephthalaldehid terlihat pada 1696 cm-1 yang merupakan serapan dari
karbonil aromatik aldehid. Serapan kuat juga terlihat pada bilangan gelombang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
1570 cm-1 dari spektra 1,3-sikloheksanadion merupakan pita serapan dari C=O
bentuk enolnya. Adanya pita pada 833,25 cm-1 juga memperkuat hasil kondensasi
yang terjadi yaitu adanya C-H dari alkena dengan tiga substitusi. Trisubstitusi
alkena seharusnya terlihat juga pada bilangan gelombang 3040-3010 cm-1 dengan
intensitas medium, tetapi kemungkinan terjadi overlap dengan serapan gugus
aromatik sehingga kurang dapat terlihat.
Gambar 22. Spektra IR Terephthalaldehid dengan KBr Pelet (Anonim, 2011 b)
Sedangkan adanya gugus aromatik homosiklik diperlihatkan dengan
adanya serapan pada 1625-1575 cm-1 dengan intensitas kuat. Hal ini diperkuat
dengan adanya peak pada 3086,11 cm-1 yang merupakan pita serapan dari C-H
aromatik homosiklik dengan intensitas sedang. Pada dareah antara 1667-2000
cm-1 merupakan daerah untuk melihat jumlah dan jenis substitusi pada cincin
benzen, dari gambar terlihat adanya tonjolan pita pada daerah 1800-1900 cm-1
yang memiliki bentuk pita disubstitusi para tetapi ini kurang representatif karena
adanya konjugasi dengan gugus karbonil. Serapan gugus asetal pada spektra IR
tidak terlihat jelas, hal ini kemungkinan karena kadar senyawa hasil reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
samping yang sangat rendah yaitu 4,35 % dan sensitifitas spektrometer IR yang
rendah jika dibandingkan dengan GC-MS.
Data-data tersebut mendukung bahwa senyawa hasil sintesis mempunyai
gugus-gugus fungsional seperti yang diharapkan, bahwa senyawa hasil sintesis
adalah senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian disimpulkan bahwa senyawa 2,2´-(1,4
fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion dapat disintesis dari 1,3-
sikloheksanadion dan terephthalaldehid menggunakan katalis kalium hidroksida
(KOH) dengan besarnya crude product dari tiga replikasi sebesar 0,695 g; 0,735
g; dan 0,783 g dan kemurnian 94,06 % berdasarkan hasil kromatografi gas.
B. Saran
Setelah 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion dapat
disintesis, diharapkan dilakukan optimasi waktu, selain itu perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengenai uji aktifitas biologi senyawa tersebut yang diduga
mempunyai aktifitas sebagai antiangiogenesis dan antikanker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Daftar Pustaka
Aggarawal, BB., Kumar, A. Aggarawal, MS., and Shishodia, S., 2003, Curcumin derived from Turmeric (Curcuma longa): A Spice for All Seasons, Phytochemical in cancer chemoprevention, 8 (28), 1-9.
Anonim, 2003, Fight Blood Cancer: Angiogenesis, The Leukemia & Lymphoma
Society, New York. Anonim, 2009, Cancer, http://www.who.int/cancer/en/, diakses tanggal 23
November 2010 Anonim, 2011 a, 1,3-cyclohexanedione, http://riodb01.ibase.aist.go.jp/sdbs/cgi-
bin/cre_frame_disp.cgi?spectrum_type=ir&sdbsno=10165, diakses tanggal 12 Januari 2011
Anonim, 2011 b, terephthalaldehyde, http://riodb01.ibase.aist.go.jp/sdbs/cgi-
bin/cre_frame_disp.cgi?spectrum_type=ir&sdbsno=3580, diakses tanggal 12 Januari 2011
Anwar, C., Pranowo, H. D., dan Wahyuni, T. D., 1994, Pengantar Praktikum Kimia Organik, UGM Press, Yogyakarta, pp. 73, 189.
Bisacchi, D., Benelli, R., Vanzetto, C., Ferrari, N., Tosetti, F., Albini, A., 2003,
Anti-angiogenesis and angioprevention: mechanisms, problems and perspectives, Cancer Detection and Prevention, 27, 229–238.
Bradstatter, M. K., 1971, Thermomicroscopy’s Analysis of Pharmaceutical,
Pergamon Press, London, pp. 1-10. Bresnick, S. D., 1996, Intisari Kimia Organik, Hipokrates Jakarta, pp. 96-97,
101-107. Bruno, T.J. and Svoronos, P.D.N., 2006, CRC Hanbook of Fundamental
Spectroscopic corelation Chart, CRC Press, New York, pp. 29. Carmeliet, P., 2001, Cardiovascular biology, Creating unique blood vessel, Nature
412, 868-869. Chrestella, J., 2009, Neoplasma, Departemen Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, pp. 2-6. Day, Jr., R. A. And Underwood, A. L., Analisis Kimia Kuantitatif, diterjemahkan
oleh Pudjaatmaka, A. H., Edisi IV, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 519.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Dean, J. A., 1995, Analytical Chemistry Handbook, McGraw-Hill, Inc., New York, pp. 13, 26.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979, Farmakope
Indonesia, jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 689.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 589.
Fessenden, R.J, Fessenden, J.S., 1994, Kimia Organik, Jilid 2, Penerbit Erlangga,
Jakarta, pp. 179-183. Folkman, J., 1990, What is the envidence that tumor are angiogenesis dependent?,
J. Natl Cancer Inst. 82, 4-6. Gasparic, J., and Churacek J., 1978, Laboratory Handbook of Paper and Thin
Layer Chromatography, Ellis Horwood Limited, England, pp. 63. Gritter, R.J., Robbitt, J.M., Schwarting, A.E., 1985, Inrtoduction to
Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, hal. 151-157.
Gullino, P.M., 1978, Angiogenesis and Oncogenesis, J.Natl Cancer Inst.,61, 43-
639. Gururaj, A. E., Belakavadi M., Venkatesh, D. A., Marm, D., and Salimatha, B. P.,
2002, Molecular mechanisms of anti-angiogenic efect of curcumin, Biochem. Biophys. Res. Commun., 297, 934–942.
Ireson, C. R., Orr, S., Jones, D. J. L., Verschoyle, R., Lim, C., Luo, J., Howells,
L., Plummer, S., Jukes, R., Williams, M., Farmer, P. B., Steward, W. P., and Gescher, A., 2001, Characterization of metabolites of the chemopreventive agent curcumin in human and rat hepatocytes and in the rat in vivo, and evaluation of their ability to inhibit phorbol ester-induced prostaglandin E2 production, Cancer Research, 61, 1058-1064.
Jenkins, G.L., Knevel, A. M., Digangi, F. E., 1965, Quantitative Pharmaceutical
Chemistry, Sixth Edition, McGraw-Hill Book Company, New York. Lide, D.R., 2004, Handbook of Chemistry and Physics, 84th edition, CRC Press,
pp. 38, 138. MacKenzie, 1967, Experimental Organic Chemistry, 3rd Edition, Prentice-Hall
Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Majeed, M., Badmaev, V., Shirakumar U., and Rajendran, R., 1995, Curcuminoids antioxidant phytonutrients, NutriScience Publisher Inc., PisCataway, New Jersey, pp. 3-80.
Martin, A., and Bustamante, P., 1993, Physical Pharmacy Chemical Principles in
the Pharmaceutical Sciences, 4th Edition, Lea and Febriger, Philadelphia. Mistry, B.D., 2009, A Handbook of Spectroscopy Data Chemistry, Oxford Book
Company, Jaipur, pp. 38, 40, 41, 46. Moos, PJ., Edes, K., Mullally, J.E., and Fitzpatrick, FA., 2004, Curcumin impairs
tumor suppressor p53 function in colon cancer cells, Carcinogenesis, 25(9), 1611-1617.
Putri, W. D. R., 2009, Kontrol Optimal Pada Model Tumor Anti Angiogenesis,
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-6932-1205100019-Bab1.pdf, diakses tanggal 19 Agustus 2010.
Pretsch, E., Buhlmann, P., Badertscher, M., 2009, Structure Determination of
Organic Compound, 4th Edition, Springer, Verlag Berlin Heidelberg, pp. 310, 312.
Robinson, T. P., Ehlers, T., Hubbard IV, R. B., Bai, Xianhe, Arbiser, J. L.,
Goldsmith, D. J, and Bowen, J.P., 2003, Design, Synthesis, and Biological Evaluation of Angiogenesis Inhibitors: Aromatic Enone and Dienone Analogues of Curcumin, Bioorg. Med. Chem. Lett., 13, 115-117.
Sastrohamidjodjo, H., 2001, Spektroskopi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, pp. 11,
99-100, 163-164. Siswandono, Soekarjo, B., 1998, Prinsip-Prinsip Rancangan Obat, Airlangga
University Press, Surabaya, pp. 145-147. Sledge Jr., G.W. and Miller, K.D., 2003, Review exploiting the hallmarks of
cancer: the future conquest of breast cancer, Eur. J. Cancer, 39, 1668–1675.
Stankovic, I., 2004, Curcumin, The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food
Additives, 61 (8), 4. Supardjan, A.M., 2005, Hubungan struktur dan aktivitas sitotoksik turunan
kurkumin terhadap sel Myeloma, Majalah Farmasi Indonesia, 16 (2), 100 – 104.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tonnesenn H.H., and Karlsen, J., 1985, Studies on curcumin and curcuminoids, VI: Kinetics of Curcumin Degradation in Aqueous Solution, Original Paper, Z. Lebensm. Unters. Fosch, 402-404.
Zetter, B. R. 1998, Angiogenesis and Tumor Metastasis, Annual Review Inc., 49,
407-24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penimbangan Bahan dan Perhitungan Bobot Teoritis
Senyawa Hasil Sintesis
Awal :7,46 mmol 3,73 mmol
Reaksi :7,46 mmol 3,73 mmol 3,73 mmol
Sisa : - - 3,73 mmol
Bobot Teoritis : 3,73 mmol x 322 = 1201,06 mg = 1,2010 gram
Data Penimbangan 1,3-sikloheksanadion
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Berat Kertas 0,244 gram 0,432 gram 0,427 gram Berat Kertas + Zat
1,089 gram 1,280 gram 1,270 gram
Berat Kertas + Sisa
0,246 gram 0,434 gram 0,428 gram
Berat Zat 0,843 gram 0,846 gram 0,842 gram
Data Penimbangan Terephthalaldehid
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Berat Kertas
0,261 gram 0,432 gram 0,431 gram
Berat Kertas + Zat
0,768 gram 0,939 gram 0,932 gram
Berat Kertas + Sisa
0,262 gram 0,434 gram 0,431 gram
Berat Zat 0,506 gram 0,505 gram 0,501 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 2. Data Perhitungan Crude Product
Replikasi I
Penimbangan Crude Product :
Berat Kertas + Zat : 1,125 gram
Berat Kertas : 0,430 gram
Berat Zat : 0,695 gram
Replikasi II
Penimbangan Crude Product :
Berat Kertas + Zat : 1,247 gram
Berat Kertas : 0,512 gram
Berat Zat : 0,735 gram
Replikasi III
Penimbangan Crude Product :
Berat Kertas + Zat : 1,290 gram
Berat Kertas : 0,501 gram
Berat Zat : 0,789 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 2. Foto Senyawa Hasil Sintesis dan Rangkaian Alat
Gambar 23. Serbuk Kering Hasil
Sintesis
Gambar 24. Senyawa Hasil Sintesis
Gambar 25. Rangkaian Alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 3. Perhitungan Kepolaran Fase Gerak
Fase Gerak Kode Indeks Polaritas
n-heksan:Etil Asetat (1:1) F1 2,2
Kloroform:Etil Asetat (1:9) F2 4,3
Rumus perhitungan kepolaran senyawa :
P′ AB = ΦAPA + ΦBPB
Keterangan : ΦA = fraksi pelarut A
ΦB = fraksi pelarut B
P = polaritas fraksi
P′ = polaritas campuran pelarut
Dimana : n-heksan : 0,0
Etil asetat : 4,4
Kloroform : 4,1
1. Perhitungan Polaritas n-heksan:Etil Asetat (1:1) :
Polaritas = 0,5 x 0,0 + 0,5 x 4,4
= 2,2
2. Perhitungan Polaritas Kloroform:Etil Asetat (1:9) :
Polaritas = 0,1 x 4,1 + 0,9 x 4,4
= 4,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 4. Perhitungan Rf Senyawa Hasil Sintesis
Pada lempeng silika gel GF254 ditotolkan senyawa hasil sintesis dan
starting material yaitu 1,3-sikloheksanadion dan terephthalaldehid. Setelah dielusi
dengan jarak pengembangan 10 cm diperoleh semua bercak berwarna ungu.
Dengan menggunakan rumus perhitungan Rf, didapat nilai Rf masing-masing
bercak:
Rf =
1,3-
sikloheksanadion
Terephthalald
ehid
Senyawa Hasil
Sintesis
F1 F2 F1 F2 F1 F2
Jarak Bercak
Hasil Elusi (cm) 1,5 5,8 1,0 6,3 6,3 2,0
Jarak Elusi (cm) 10 10 10 10 10 10
Rf 0,15 0,58 0,1 0,63 0,63 0,20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 5. Perhitungan Rf Senyawa Hasil Replikasi
Pada lempeng silika gel GF254 ditotolkan senyawa hasil sintesis pertama
dan senyawa hasil replikasi. Setelah dielusi dengan jarak pengembangan 10 cm
diperoleh semua bercak berwarna ungu.
Senyawa Hasil Sintesis
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Jarak Bercak Hasil
Elusi (cm) 6,3 6,3 6,3
Jarak Elusi (cm) 10 10 10 Rf 0,63 0,63 0,63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 6. Kondisi Alat Kromatografi Gas-Spektrometri Massa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 7. Kromatogram GC Senyawa Hasil Sintesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 8. Spektra Massa Senyawa Hasil Sintesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 9. Spektra Massa Senyawa Hasil Reaksi Samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 10. Spektra IR Senyawa Hasil Sintesis dengan KBr Pelet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 11. Spektra IR dari 1,3-Sikloheksanadion dengan KBr Pelet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 12. Spektra IR dari Terephthalaldehid dengan KBr Pelet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BIOGRAFI PENULIS
Fandri Astika Maranantan, penulis skripsi berjudul “Sintesis Senyawa 2,2´-(1,4 Fenilena bis (Metanililidena)) Disikloheksadion dari 1,3-Sikloheksanadion dan Terephthalaldehid dengan Katalis Kalium Hidroksida”, lahir di Purwokerto pada tanggal 1 Februari 1989. Penulis adalah putra dari Bapak Tandri Astika dan Ibu Lani. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Karitas pada tahun 1995, SD Santo Yoseph pada tahun 2001, SMP Bruderan Purwokerto pada tahun 2004, dan SMA Negeri 2 Purwokerto pada tahun 2007. Penulis melanjutkan studi di program S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
menjadi mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Praktikum Farmakognosi Fitokimia II pada semester genap 2009-2010, dan menjalankan penelitian PKM internal berjudul “Alat Pembagi Serbuk untuk Memenuhi Keseragaman Bobot dan Keseragaman Dosis Puyer dalam Skala Apotek dan Rumah Sakit”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI