plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/11503/1/129114028_full.pdffakultas...
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA LANSIA YANG
MENGKONSUMSI OBAT-OBATAN MEDIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Asvita Kharismaningrum
129114028
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Failing Forward” – John C. Maxwell
“Look up at the stars and not down at your feet” – Stephen Hawking
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini secara khusus kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Fakultas Psikologi
Bapak, Ibu, Via, Ghemma
Keluarga dan saudara-saudarku
Sahabat-sahabat terbaikku, Agy-Robin-Erik
Team Reserved Merch, Tita & Gede
Teman-teman seperjuangan Psikologi 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
GAMBARAN KONDISI PSIKOLOGIS LANSIA YANG
MENGKONSUMSI OBAT-OBATAN MEDIS
Studi Kualitatif
Asvita Kharismaningrum
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi psikologis pada lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis. Konsumsi obat-obatan medis dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak negatif secara fisik maupun psikologis. Dampak negatif secara fisik berakibat pada berkuranganya fungsi lambung dan ginjal. Sedangkan dampak negatif psikologis dapat menurunkan kualitas hidup. Informan penelitian ini adalah dua lansia panti wreda di Yogyakarta. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis naratif. Validitas pada penelitian ini menggunakan konfirmabilitas atas data hasil penelitian dan wawancara perawat panti. Hasil penelitian ini adalah kedua informan sering mengkonsumsi obat-obatan medis. Salah satu informan menjelaskan bahwa ia harus mengkonsumsi obat terus menerus dan tidak boleh telat. informan tersebut mengkonsumsi obat tidak hanya saat tekanan darah tinggi namun saat ia merasa banyak pikiran. Dimana obat hipertensi dapat membantu menenangkan pikirannya.
Kata Kunci: Kondisi psikologis, Lansia, Konsumsi obat-obatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PSYCHOLOGICAL CONDITIONS DEPICTION OF ELDERLY WHICH CONSUME MEDICINE
Qualitative Research
Asvita Kharismaningrum ABSTRACT
This research aimed to depict the psychological condition of elderly who
consume medicine. The medicine consumption in long term can negatively impact both physically and psychologically. The negative physical impact is reduced stomach and kidneys function. While the negative psychological impact could reduce quality of life. The informants were two elderlies at nursing home in Yogyakarta. This research used interviews for Method of data collection. The data analyzed using narrative analysis. The validity of this study used confirmability on research data and nursing homes' nurse interviewThe results of this study are both informants often consume medical drugs. One informant explained that he had to take drugs continuously and should not be late. The informant consumed the drug not only during high blood pressure but when he felt a lot of thought. Where hypertension drugs can help calm his mind. Keywords: Psychological conditions, elderly, consumption of medicine.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tahun Yesus karena penyertaan dan tuntunanNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kondisi
Psikologis Lansia yang Mengkonsumsi Obat-batan Medis”. Skripsi ini disusun
guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. DR. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi dan dosen
pembimbing akademik. Terimakasih atas kesediaan bapak dalam
mendampingi saya khususnya untuk masalah akademik dan membantu
dalam administrasi akademik.
2. P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku kepala program studi. Terimakasih atas
bantuannya dalam kelancaran proses pembuatan skripsi ini.
3. Alm. Dra. Lusia Pratidarmanastiti. Terimakasih atas bimbingan, masukan
dan teguran ibu di awal penulisan skripsi ini. Terimakasih juga untuk ide
dan cerita-cerita ibu selama ini yang sangat bermakna bagi saya pribadi.
4. Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari M.si selaku dosen pembimbing
skripsi saya. Terimakasih Bu Sylvi, untuk bimbingan, waktu, dan tenaga
dalam membantu saya menulis skripsi saya. Segala masukan dan ide-ide
yang ibu berikan sangat bermakna dan membantu saya. Sukses untuk studi
ibu dan karier kedepannya.
5. R. Landung Eko P, M.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi.
Terimakasih atas waktu, tenaga, dan bantuannya dalam kelancaran proses
pembuatan skripsi ini. Terimakasih juga Pak untuk ide-ide baru dalam
penulisan skripsi saya. Sukses untuk karier kedepannya Pak.
6. DR. T. Priyo Widiyanto, M.Si. dan Dr. Y.B. Cahya Widiyanto, M.Si.,
selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih atas saran dan bimbingannya
selama menyelesaikan revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang selama ini membimbing dan
memberikan wawasan yang luas mengenai ilmu psikologi selama proses
perkuliahan.
8. Karyawan sekretariat Fakultas Psikologi yang telah membantu dan
memfasilitasi berbagai keperluan perkuliahan dan pada saat proses
penyelesaian skripsi saya.
9. Bapak, Ibu, dan Via yang selalu mendukung dan memberikan semangat
dalam mengerjakan skripsi. Terimakasih atas doanya selama ini, Tuhan
memberkati.
10. Ghemma Fauzan Garay yang tidak pernah lelah untuk menyemangati saya
dan memberikan dukungan dalam mengerjakan skripsi.
11. Agy, Robin, Erik, Tita, dan Gede yang selalu ada untuk memberikan
semangat, terimakasih untuk keceriaannya selama ini.
12. Teman-teman satu bimbingan: Maria, Delvy, Deivi, Ema, Dara, dan teman-
teman yang lainnya. Terimakasih untuk dukungan dan semangatnya untuk
tidak pernah lelah mengerjakan skripsi. Sukses untuk kalian semua!
13. Teman-teman angkatan 2012 Teteh, Patrice, Yosua, Beni, Lona, Lintang,
Kenang, Edo, dan GM yang selama ini memberikan keceriaan, memberikan
waktunya untuk mendengar cerita-ceritaku, terimakasih yaa! Sukses juga
untuk kalian semua!
14. Kedua Informan saya yaitu M dan H terimakasih untuk pengalaman bisa
mendengar cerita dan banyak belajar dari kedua informan saya.
15. Perawat panti yang selalu menyambut dan memberikan ijin untuk sharing
dan memberikan informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING......................... ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO.................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... vi
ABSTRAK.................................................................................................... vii
ABSTRACK.................................................................................................. viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH................. ix
KATA PENGANTAR................................................................................. x
DAFTAR ISI................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvii
BAB I: PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian............................................................ 11
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................... 11
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................... 11
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................... 11
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA...................................................... 13
1.1 Kondisi Psikologis........................................................... 13
2.1.1 Kognisi.................................................................. 13
2.1.2 Afek...................................................................... 14
2.1.3 Perilaku................................................................. 15
2.2 Lansia............................................................................. 16
2.2.1 Perkembangan Fisik.............................................. 17
2.2.2 Perkembangan Psikososial.................................... 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.3 Obat-obatan medis.......................................................... 24
2.4 Kondisi Psikologis Lansia yang Mengkonsumsi Obat-
obatan medis...................................................................
24
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN......................................... 26
3.1 Jenis Penelitian............................................................. 26
3.2 Informan Penelitian...................................................... 26
3.3 Fokus Penelitian........................................................... 27
3.4 Peran Peneliti............................................................... 27
3.5 Metode Pengumpulan Data....................................... 28
3.6 Metode Analisis Data................................................... 30
3.5.1 Fase Deskriptif.................................................. 31
3.5.2 Fase Interpretatif............................................... 32
3.7 Validitas Penelitian...................................................... 32
3.7.1 Kredibilitas......................................................... 32
3.7.2 Konfirmabilitas.................................................. 33
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 35
4.1 Persiapan Penelitian..................................................... 35
4.2 Pelaksanaan Penelitian................................................ 36
4.3 Informan Penelitian.................................................... 37
4.3.1 Data Informan.................................................... 37
4.3.2 Latar Belakang Informan.................................. 37
4.4 Hasil Penelitian........................................................... 38
4.4.1 Narasi............................................................ 38
4.4.2 Intepretasi...................................................... 63
4.5 Pembahasan................................................................. 70
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 77
5.1 Kesimpulan.................................................................. 77
5.2 Keterbatasan Penelitian............................................... 77
5.3 Saran............................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 80
LAMPIRAN................................................................................................ 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Perilaku Orang-orang yang Memiliki Rasa Integritas dan
Rasa Putus Asa........................................................................................ 19
Tabel 2. Daftar Pertanyaan Penelitian................................................................... 29
Tabel 3. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 37
Tabel 4. Data Informan......................................................................................... 37
Tabel 5. Latar Belakang Informan........................................................................ 37
Tabel 6. Ringkasan Narasi Informan I dan II........................................................ 59
Tabel 7. Perbedaan Hasil Penelitian Sebelumnya.................................................. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ringkasan Narasi Informan I dan II.................................................. 62
Gambar 2. Ringkasan Hasil Penelitian................................................................ 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent........................................................................... 85
Lampiran 2. Tabel Verbatim Informan I............................................................ 86
Lampiran 3. Tabel Verbatim Informan II............................................................ 114
Lampiran 4. Tabel Verbatim Perawat Panti........................................................ 147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada setiap
kehidupan manusia. Setiap individu memiliki siklus kehidupan menuju tua, yang
dimulai dari proses kelahiran kemudian tumbuh menjadi dewasa dan
berkembang biak, selanjutnya menjadi tua dan meninggal dunia. Laslet (dalam
Suardiman, 2011) menyatakan bahwa proses menua (aging) merupakan proses
perubahan biologis secara terus menerus yang dialami oleh manusia. Lanjut usia
atau yang sering disebut dengan lansia adalah sebuah istilah untuk tahap akhir
dari proses penuaan. Terdapat beberapa pedekatan untuk mengidentifikasi kapan
seseorang dikatakan sebagai seorang lansia. Salah satunya berdasarkan usia
kronologis yaitu usia seseorang yang didasarkan pada hitungan umur kalender
yaitu 60 tahun (Suardiman, 2011).
Saat ini, telah terjadi peningkatan jumlah populasi lansia di dunia.
Ditinjau dari data statistik Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB, pada
tahun 2015 populasi individu berusia 60 tahun keatas mencapai 901 juta di dunia
(UNITED NATION, 2015). Diproyeksikan akan mengalami peningkatan pada
tahun 2030 menjadi 1,4 juta populasi. Sedangkan 64% populasi yang berumur
diatas 60 tahun saat ini tinggal di Negara-negara berkembang. Di Asia Tenggara,
jumlah populasi yang berumur 60 tahun keatas pada tahun 2015 adalah 81 juta
(UNITED NATION, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Di Indonesia, penduduk lansia terus meningkat pertahunnya pada tahun
2013 penduduk yang berusia 60 keatas telah berjumlah 20,04 juta jiwa atau 8,05
dari total penduduk di Indonesia (BPS, 2014). Sedangkan tahun 2014, penduduk
Indonesia yang berusia diatas 60 tahun telah mencapai 9,12% dari total
penduduk di Indonesia (BPS, 2015). Dari data diatas, tidak dipungkiri bahwa
jumlah penduduk lansia khususnya di Indonesia semakin bertambah setiap
tahunnya. Hal diatas merupakan dampak positif dari pembangunan di bidang
kesehatan, sosial, dan ekonomi. Keberhasilan pembangunan terutama pada
bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial, berdampak pada meningkatnya usia
rata-rata usia harapan hidup penduduk (Suardiman, 2011). Disisi lain, menurut
Notoatmojo bertambahnya jumlah lansia menimbulkan permasalahan terutama
pada segi kesehatan dan kesejahteraan lansia (dalam Sutikno, 2011). Oleh
karena itu, memahami permasalahan lansia memiliki arti yang penting dalam
memberikan perhatian dan pelayanan sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia (Suardiman, 2011).
Setiap individu yang diberikan panjang umur akan mencapai masa
perkembangan paling akhir yaitu masa dewasa akhir. Dimana individu yang
memasuki masa dewasa akhir mengalami perubahan fisik, sosial dan psikologis.
Perubahan fisik dapat dilihat dari pengamatan biasa dimulai dari kulit yang
mulai memucat dan kurang elastis. Selain itu rambut di kepala yang mulai
menipis dan menjadi putih (Papalia, 2008). Perubahan sosial, dapat diamati dari
penyesuaian diri terhadap perubahan kehidupan keluarga. Dukungan sosial baik
dari keluarga maupun dari masyarakat tidak dapat diharapkan sepanjang masa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Selain itu perubahan struktur keluarga atau extended family ke nucleus family
cenderung akan mengurangi dukungan keluarga kepada usia lanjut. Perubahan
yang dialami lansia di sisi fisik dan sosial dapat berdampak pada sisi psikologis
lansia. Kemunduran fisik dan berkurangnya dukungan keluarga dapat menjadi
akar permasalahan psikologis bagi lansia. Dimana lansia bisa mengalami
kesepian yang dapat memunculkan perasaan terasing dari lingkungan,
ketidakberdayaan, kurang percaya diri, perasaan tidak berguna, ketergantungan,
keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin, post power syndrome dan
sebagainya (Suardiman, 2011).
Keadaan fisik lansia yang semakin mengalami penurunan fungsi organ-
organ tubuh dapat meningkatkan risiko lansia terserang beberapa penyakit.
Keadaan ini membuat lansia menjalani pengobatan dan tidak jauh dari konsumsi
obat. Menurut Andria (2013), ada hubungan perilaku olah raga dan stres dengan
tingkat hipertensi pada lansia di posyandu lansia kelurahan Gebang Putih
kecamatan Sukolilo kota Surabaya. Stres merupakan masalah yang memicu
terjadinya hipertensi dimana ada hubungan antara stres dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis. Peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan
darah secara tidak menentu (Andria, 2013). Menurut Suhandak, hal tersebut
dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (dalam Andria, 2013).
Banyak faktor yang berperan pada terjadinya hipertensi. Menurut
Suhandak (dalam Andria, 2013) terdapat 2 faktor risiko yaitu risiko yang tidak
dapat dikendalikan (mayor) yaitu keturunan, jenis kelamin, ras, dan usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
sedangkan risiko yang dapat dikendalikan (minor) adalah obesitas, kurang olah
raga atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium
rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan, dan pola makan.
Menurut Sari (2013) ada hubungan antara konsumsi obat-obatan dengan
kualitas hidup dimensi kesehatan fisik (r= -0.299; p= 0,023). Nilai korelasi
Spearman sebesar -0,299 berarti bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan
korelasi yang lemah. Hal tersebut juga berarti bahwa konsumsi obat-obatan
menurunkan kualitas hidup dimensi kesehatan fisik. Dari penelitian diatas
penulis dapat menyimpulkan bahwa para lansia mengkonsumsi banyak obat-
obatan tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan namun dapat berdampak
pada penurunan kualitas hidup.
Kualitas hidup dalam penelitian yang dilakukan Sari (2013) dilihat dari
dimensi kesehatan fisik yaitu evaluasi kepuasan terhadap rasa sakit dan
ketidaknyamanan, kebugaran dan tenaga, kualitas tidur, serta ketergantungan
obat yang dialami oleh seorang individu. Hal ini sejalan dengan WHO yang
mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera meliputi fisik, mental, sosial
yang tidak hanya bebas dari penyakit atau cacat secara fisik tetapi mampu
merasa sejahtera, bahagia dalam kehidupan sehingga mampu mengatasi
tantangan hidup sehari-hari (Sari, 2013).
Mengkonsumsi obat-obatan kimia dalam jangka panjang sangat
berbahaya bagi lambung dan ginjal. Obat kimia bersifat asam, yang fungsinya
meredamkan syaraf namun tidak menyembuhkan. Jika penyakit sembuh
sebenarnya karena metabolisme tubuh yang berangsur-angsur membaik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
mampu memperbaiki sel yang rusak kembali (“Dampak Mengkonsumsi Obat
Kimia dalam Jangka Panjang”, 2012). Efek buruk keracunan obat kimia adalah
terjadi luka di lambung dan menurunya fungsi ginjal bahkan yang lebih parah
lagi dapat mengakibatkan kematian (“Dampak Mengkonsumsi Obat Kimia
dalam Jangka Panjang”, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Bauer (2006) meneliti mengenai
gangguan psikosomatis dengan tujuan penelitian untuk mengevaluasi hubungan
antara beban kerja dan tekanan psikologis dari guru yang masih bekerja.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian tersebut
menggunakan alat ukur berupa kuesioner kapasitas (Mecca) untuk menganalisis
psikopatologis dan gejala psikosomatik. Informan dalam penelitian tersebut
merupakan 408 guru dari sepuluh sekolah tata bahasa di selatan-barat Jerman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelelahan kerja secara signifikan
berkorelasi dengan gejala psikologis dan gangguan psikosomatis. Penelitian
mengenai psikosomatis juga dilakukan oleh Freund (2014). Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh konflik dan fasilitas antara
domain kehidupan (pekerjaan, keluarga, dan rekreasi) pada gejala gangguan
psikosomatis laki-laki dan perempuan setengah baya. Informan penelitian ini
adalah 227 orang dewasa dengan usia 30-55 tahun. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah modifikasi dari SCL-90-R versi Jerman yang terdiri
dari 28 item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki gejala
gangguan psikosomatis lebih besar daripada laki-laki. Informan perempuan
melaporkan bahwa gejala gangguan psikosomatis muncul ketika mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengalami konflik pada permasalahan keluarga. Pada informan laki-laki tidak
ada hubungan antara permasalahan keluarga dengan gejala gangguan
psikosomatis.
Penelitian mengenai psikosomatis menunjukkan bahwa gejala patologis
dan gangguan psikosomatis berkorelasi dengan kelelahan kerja. Selain itu, gejala
gangguan psikosomatis muncul ketika seseorang mengalami konflik pada
permasalahan keluarga dan hal ini cenderung dialami oleh jenis kelamin
perempuan. Lansia mulai mengalami penurunan fungsi fisiologisnya sehingga
tidak menutup kemungkinan bahwa lansia akan mudah terserang penyakit.
Lansia yang mengidap penyakit juga memiliki kecenderungan mengalami
penurunan kualitas hidup. Sehingga mengetahui kondisi psikologis pada lansia
dinilai penting untuk membantu lansia untuk menangani permasalahan-
permasalahan psikologis sehingga lansia dapat hidup lebih bahagia secara
fisiologis maupun psikologis.
Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti dengan
perawat di sebuah panti wreda di Yogyakarta, terdapat beberapa lansia yang
mengidap sejumlah penyakit. Penyakit yang diderita oleh lansia diantaranya
adalah hipertensi, kolesterol, asam urat, maag, diabetes dan epilepsi. Namun,
penyakit yang paling banyak ditemukan pada lansia adalah hipertensi. Berikut
ini adalah kutipan wawancara peneliti dengan perawat yang sehari-hari merawat
para lansia di panti wreda:
“Yang jelas satu itu hipertensi, terus kemarin kan kita dicek
kesehatan sama dokter kan, nah itu ada yang anu, kolesterolnya itu
agak tinggi. Itu memang dari dulu-dulu sampai 300, tetapi kemarin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
cuma 211. Itu karena pola makannya dia juga tidak bisa diatur, beli
obat dia juga tidak bisa diatur. Sakkarepe dewe. Nah dia minum
sendiri, cuma dia sering beli tanpa sepengetahuan kami, sakkarepe
dewe sing tuku. Contohnya beli CTM. karena terus terang antara
mbah H dan mbah M itu banyak sekali mengkonsumsi obat. Jadi
obat itu kayak makanan mungkin bagi dia. Wes sugesti sek, ndak
aku ngene dadi, nah obatnya itu Ranitidine. Sama Katopril, sama
Lacomin. Nah itu yang agak, meskipun sudah diberi pengertian
sama dokter dah tetep” (P, wawancara, 11 April, 2016)
Menurut keterangan perawat panti, lansia (H) sakit hipertensi
dikarenakan pola makan yang tidak teratur. Selain pola makan yang tidak teratur
perilaku membeli obat juga tidak bisa diatur. Perawat mendapati lansia (H) yang
membeli obat gatal/alergi (CTM) tanpa sepengetahuanya. Selain CTM dan
Ranitidin, obat lain yang dikonsumsi adalah Kaptopril dan Lacomin. Menurut
perawat panti, obat sudah seperti sebuah makanan bagi lansia (H) dan (M).
Perawat menjelaskan bahwa lansia (H) dan (M) sudah tersugesti jika tidak
minum obat takut ada sesuatu terjadi. Sampai saat ini, perawat, pengurus panti,
dan dokter belum bisa untuk menangani perilaku lansia tersebut. Berikut ini
merupakan kutipan wawancara peneliti dengan perawat di panti:
“Nek mbah H itu intine “aku kudu ngombe, mbendino kudu ngombe
ranitidine.” Sebenernya itu ndak masalah, “nek loro lagi diombeni,
nek ra loro ojo diombeni” tapi yo tetep. Nah wingi bar di tukokke
karo penguruse ranitidine, tak kei siji, kan seemplek, engko nek
entek tek kei meneh”. Eh tuku dewe. Pamite neng TPA tuku buku
renungan harian ki, eh tuku obat. Pas bali tak matke ngowo, kok ono
ranitidine, tas e kan semrawang ketok to. Nah, aku neng apotik,
“kemarin simbah?” “ho’o e mbak, aku yo bingung e”. Pengurus e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kewalahan, aku yo tambah kuwalahan. Nah terus dilokke karo
dokter “ndak boleh ya bu M, cukup minum katopril aja, tapi jangan
beli lainnya, efek e nanti ngak bagus. Kan bu M tensinya tinggi,
selalu tinggi, ini kolesterolnya juga tinggi,” tapi yowes kuwi mau,
wes angel, aku susah, nah wong tokone urung buka wae wes
ngenteni.” (P, wawancara, 11 April, 2016)
Lansia (H) mengatakan kepada perawat bahwa ia harus minum Ranitidin
setiap hari (Obat untuk sakit maag). Menurut perawat, obat tersebut diminum
ketika sakit saja. Terkadang lansia juga berbohong pada perawat untuk membeli
obat di apotik. Namun, perawat tetap saja mendapati lansia (H) dan (M) yang
membeli obat sendiri. Perawat dan pengurus panti sudah kuwalahan untuk
menangani permasalahan tersebut. Bahkan lansia (H) dan (M) sudah dijelaskan
oleh dokter panti, namun tetap mengkonsumsi obat berlebihan dan membeli
sendiri di apotik.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2013), lebih berfokus
pada hubungan konsumsi obat-obatan dengan kualitas hidup. Hasil penelitian
ditemukan bahwa 38 informan penelitian tidak mengkonsumsi obat-obatan dan
diantaranya memiliki kualitas hidup yang baik, sedangkan terdapat 7 informan
yang memiliki kualitas hidup kurang baik. Terdapat 5 informan penelitian yang
mengkonsumsi obat-obatan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013),
tidak dijelaskan lebih mendalam mengenai kondisi psikologis pada informan
yang mengkonsumsi obat-obatan. Sehingga, melalui penelitian ini peneliti
tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai kondisi psikologis pada
lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis. Melalui penelitian akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengeksplorasi mengenai aspek-aspek psikologis yang melatarbelakangi
perilaku konsumsi obat-obatan medis pada kedua informan, baik dalam aspek
kognitif, aspek afektif, dan bagaimana perilaku itu terbentuk. Seain itu, dalam
penelitian ini akan mengeksplorasi mengenai perilaku-perilaku lain yang
muncul pada lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis. Sehingga melalui
penelitian ini diharapkan mampu memaparkan gambaran kondisi psikologis
secara mendalam. Sehingga melalui penelitian ini baik keluarga, panti wreda
maupun perawat lansia dapat mulai untuk mengerti dan memberikan perhatian
khusus pada lansia tidak hanya pada sisi fisiologis namun dari sisi psikologis
lansia. Penelitian ini juga diharapkan bisa membantu lansia dapat hidup lebih
bahagia, sehat secara fisik maupun psikologis dan dapat mencapai succesful
aging.
Dalam penelitian ini, akan dijelaskan mengenai kondisi psikologis lansia
yang mengkonsumsi obat-obatan dengan melihat kembali sejarah ilmu
psikologi. Dimana para tokoh psikologi mengamati setiap kognisi, afek dan
perilaku manusia. Peneliti merefleksikan bagaimana para tokoh psikologis
mengamati manusia. Pertama adalah Piaget mengenai perkembangan kognitif,
dimana perkembangan kognitif merupakan interaksi antara kematangan
organisme dan hasil interaksi organisme dengan lingkungannya. Piaget
mengamati ketiga anaknya secara alamiah. Piaget mengamati apapun yang
dilakukan ketiga anaknya dari umur 0 sampai 2 tahun. Piaget tidak menggunakan
alat ukur, namun Piaget mencatat apapun yang dilakukan anak-anaknya dalam
waktu tertentu. Piaget mengamati bahwa setiap bayi terkadang memiliki inisiatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sendiri untuk menghisap jempolnya seperti sedang menyusui walaupun, tidak
sedang menyusui. Dimana, menurut Piaget bayi melakukan asimilasi fungsional.
Seorang bayi melatih diri supaya skema tentang menyusui yang ia miliki dapat
berfungsi dengan baik.
Selanjutnya adalah Skinner yang mengamati tingkah laku manusia
melalui percobaan dengan Skinner boxs. Pada percobaan tersebut terdapat
seekor tikus yang lapar dan sebuah tuas, ketika tuas ditekan oleh tikus akan
muncul makanan. Dalam keadaan tersebut, tikus akan memunculkan sebuah
perilaku. Tikus akan menekan tuas secara berulang untuk mendapatkan
makanan. Perilaku tersebut terulang dikarenakan adanya penguatan positif,
dimana tikus akan mendapatkan makanan setiap ia menekan tuas. Ketika ada
stimulus yang muncul, respon akan terjadi secara otomatis. Penguatan positif
dapat dikondisikan jika suatu stimulus terjadi berkali-kali dengan disertai
penguat positif, stimulus yang cenderung menguatkan perilaku. Stimulus
tersebut disebut dengan penguat positif terkondisi (Hill, 2009). Contoh umum
dari penguatan positif yaitu makanan, air, seks uang, persetujuan sosial, dan
kenyamanan fisik (Feist & Feist, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi
psikologis pada lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan
kondisi psikologis pada lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya
pengalaman serta informasi dalam ilmu psikologi perkembangan dan ilmu
psikogerontologi mengenai gambaran kondisi psikologis pada lansia yang
mengkonsumsi obat-obatan medis. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh lansia yang menggunakan obat-obatan
medis.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenai
gambaran kondisi psikologis pada lansia yang mengkonsumsi obat-obatan
medis, keluarga, perawat maupun pengurus panti wreda. Selain itu melalui
penelitian ini diharapkan baik keluarga, panti wreda maupun perawat lansia
dapat mulai untuk mengerti dan memberikan perhatian khusus pada lansia
tidak hanya pada sisi fisiologis namun dari sisi psikologis lansia. Selain itu,
melalui penelitian ini dapat membantu mencegah perilaku konsumsi obat-
obatan medis secara berlebihan dan menghindarkan dari dampak buruk
yang bisa terjadi baik dampak fisik maupun psikologis. Penelitian ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diharapkan bisa membantu lansia dapat hidup lebih bahagia, sehat secara
fisik maupun psikologis dan dapat mencapai succesful aging.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Psikologis
Dalam penelitian ini, akan menggunakan 3 aspek psikologis, yaitu
kognisi, afek, dan Perilaku.
2.1.1 Kognisi
Menurut Chaplin kognisi adalah suatu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan. Termasuk didalamnya adalah
mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, berpikir, mempertimbangkan,
menunda, dan menilai (Chaplin, 2011). Menurut Suharnan kognisi
merupakan proses-proses mental atau aktivitas pikiran manusia yang
menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan, ingatan dan
proses-proses berfikir bagi perilaku manusia. Proses-proses mental
tersebut meliputi bagaimana seorang individu mendapatkan informasi,
bagaimana informasi tersebut dapat dipresentasikan dan
ditransformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana penegetahuan itu
disimpan dan dimunculkan kembali, serta bagaimana pengetahuan
tersebut digunakan untuk mengarahkan sikap-sikap dan perilaku-
perilaku seorang individu (Dalam Rosita, Widodo, dan Purwanti, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.1.2 Afek
Menurut Chaplin afek adalah sebuah kesenangan atau
ketidaksenangan. Chaplin juga menjelaskan bahwa afek merupakan satu
tingkatan yang luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi,
suasana hati, dan tempramen (Chaplin, 2011). Menurut Urbayatun
(2016) afek adalah perasaan dan emosi yang berupa tingkat kesenangan
atau kesedihan, senang dan tidak senang, nyaman dan tidak nyaman yang
mewarnai perasaan. Lanjut usia atau lansia merupakan tahap
perkembangan manusia paling akhir, sehingga dapat dikatakan bahwa
lansia telah melalui berbagai kejadian hidup dan pengalaman-
pengalaman yang baik atau buruk sepanjang hidupnya. Menurut Charles
afek negatif dan afek positif pada lansia cenderung mengalami
intesitasnya jika dibandingkan dengan usia muda atau tengah baya. Hal
itu karena emosi pada lansia cenderung lebih banyak terkontrol dari pada
usia sebelumnya, sehingga cenderung tidak meledak-ledak (Dalam
Urbayatun, 2016).
Menurut Wade dan Travis, emosi terbagi menjadi dua elemen
yaitu emosi primer dan emosi sekunder. Elemen dari emosi primer
meliputi rasa takut (fear), marah (anger), sedih (sadness), senang (joy),
terkejut (surprise), jijik (disgust), dan sebal (contemp). Sebaliknya,
emosi sekunder meliputi dua variasi atau campuran berbagai emosi yang
bervariasi antara kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
berkembang secara bertahap sesuai kedewasaan kognitif (Wade &
Travris, 2007).
2.1.3 Perilaku
Menurut Sarwono, perilaku manusia adalah suatu hal yang
dilakukan individu sebagai hasil dari segala macam pengalaman, serta
interaksi manusia dengan lingkungannya. Selain itu Morgan membedakan
perilaku menjadi dua yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan
perilaku yang tidak tampak (innert behaviour) (dalam Nasution, 2007).
Skinner mengemukakan bahwa terdapat dua jenis perilaku, salah
satunya adalah perilaku responden yang dihasilkan oleh stimuli spesifik
(Hill, 2009). Ketika ada stimulus yang muncul, respon akan terjadi secara
otomatis. Perilaku responden ini mengikuti pola perilaku yang disebut
dengan pengkondisian klasik. Skinner berfokus pada penguatan positif
(Positive reinforcement) dan penguatan negatif (negative reinforcement).
Penguatan positif dan penguatan negatif keduanya dapat dikondisikan jika
suatu stimulus terjadi berkali-kali dengan disertai penguat positif, stimulus
yang cenderung menguatkan perilaku. Stimulus tersebut disebut dengan
penguat positif terkondisi (Hill, 2009). Contoh umum dari penguatan positif
yaitu makanan, air, seks uang, persetujuan sosial, dan kenyamanan fisik
(Feist & Feist, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2 Lansia
Menurut Papalia (2009) masa lansia merupakan tahapan perkembangan
dengan isu dan tugas khusus. Dimana seseorang mulai mengkaji ulang
kehidupan mereka, melengkapi urusan yang belum selesai, serta memutuskan
cara terbaik untuk menyalurkan energi dan menghabiskan sisa waktu mereka.
Menurut Santrock, masa dewasa akhir dimulai pada saat usia 60 tahun
dan diperluas sampai sekitar usia 120 tahun, memiliki rentan kehidupan yang
paling panjang dalam periode perkembangan antara 50 sampai 60 tahun
(Santrock, 2012). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun
1998 pasal 1 dijelaskan bahwa, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas.
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengidentifikasi kapan seseorang
dikatakan sebagai seorang lansia. Salah satunya berdasarkan usia kronologis
yaitu usia seseorang yang didasarkan pada hitungan umur kalender atau 60
tahun (Suardiman, 2011). Selain itu, menurut WHO lanjut usia adalah
seseorang yang berusia 60 tahun sampai 70 tahun (Adrianisah & Septiningsih,
2013). Charles & Bosman mengklasifikasikan lanjut usia menjadi tiga kategori
yaitu, tua-awal (65 hingga 74 tahun), tua-menengah (75 tahun atau lebih), dan
tua-akhir (85 tahun atau lebih) (dalam Santrock 2012).
Menurut Lafrancois (Dalam Suardiman, 2011) terdapat dua terori yang
menjelaskan lansia dalam kegiatannya yaitu teori pengunduran diri
(disengagement) dan teori aktivitas. Teori pengunduran diri menyatakan bahwa
semakin tingginya usia seorang individu akan diikuti dengan semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan lingkungan sekitar.
Sedangkan teori aktivitas menyatakan bahwa semakin seseorang bertambah
usia akan semakin memelihara hubungan sosial, baik fisik dan emosionalnya.
Teori aktivitas ini mendukung lansia untuk tetap aktif bekerja dan berkegiatan.
Menurut Atchley (Dalam Suardiman, 2011) mengemukakan teori
kontiunitas. Teori kontiunitas menekankan pada seorang individu memerlukan
untuk tetap memelihara hubungan antara masa lalu dan masa kini. Contohnya
seperti lansia yang sudah pensiun dapat tetap bahagia dalam mengikuti
pekerjaan atau aktivitas waktu luang saat ini sama dengan masa lalu.
Berikut ini adalah pemaparan mengenai perkembangan yang terjadi
ketika seorang individu mulai memasuki masa lanjut usia.
2.2.1 Perkembangan Fisik
Perubahan fisik diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas,
seperti kulit orang tua yang cenderung lebih pucat, dan kurang elastis;
dan karena lemak dan otot yang menyusut, maka kulit cenderung keriput.
Varises dapat muncul pada bagian kaki. Rambut menjadi berwarna abu-
abu kemudian putih dan menjadi lebih tipis, dan rambut di bagian badan
menjadi lebih jarang (Papalia, 2014).
Penglihatan dan pendengaran yang semakin menurun fungsinya
ketika seseorang menginjak usia lanjut. Pendengaran mulai berkurang
pada masa lanjut usia, dimana pendengaran kurang sensitif terhadap
frekuensi tinggi dan frekuensi menengah (Santrock, 2012). Mata mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
membutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat, lebih sensitif terhadap
cahaya silau, dan memiliki banyak kesulitan untuk menemukan dan
membaca tanda-tanda (Papalia, 2014). Menurut Dillon & Lindenberger
di masa dewasa akhir, kemunduran penglihatan yang sudah mulai
dialami orang di masa dewasa awal atau menengah, menjadi semakin
nyata di usia lanjut (dalam Santrock, 2012).
Sebagian besar orang dewasa kehilangan sebagian dari
kemampuan mencium atau merasakan, atau keduanya (Murphy dalam
Santrock, 2012). Penurunan penciuman dan cita-rasa pada orang usia
lanjut yang sehat, lebih kecil dibandingkan pada usia lanjut yang tidak
sehat (Santrock, 2012). Menurut Rolls, menurunnya kemampuan untuk
mencium dan merasakan dapat mengurangi nikmatnya makanan dan
kepuasan hidup (dalam Santrock, 2012).
Selain itu, sistem kekebalan tubuh juga mulai menurun
keberfungsiannya. Sistem kekebalan tubuh melindungi dari infeksi
melalui berbagai tanggapan yang menyerang dan menghancurkan virus
dan bakteri yang telah menginvasi tubuh. Sistem kekebalan tubuh juga
merupakan kunci pertahanan melawan kanker. Penurunan fungsi sistem
kekebalan tubuh mungkin memiliki konsekuensi penting untuk orang
dewasa yang lebih tua. Menurut Schneider konsekuensi ini dapat
meliputi peningkatan kerentanan terhadap penyakit menular seperti
Pneumonia dan flu, meningkatkan kemungkinan meninggal dunia,
meningkatkan risiko kanker akibat menurunnya pengawasan, perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dinding pembuluh darah yang mengakibatkan Arteriosclerosis, serta
peningkatan gangguan Autoimun (dalam Lemme, 1995).
2.2.2 Perkembangan Psikososial
Secara psikologis yang didasarkan pada tahap perkembangan
Erikson (Santrock, 2012), masa lanjut usia ini berada pada fase integritas
versus keputusasaan. Pada fase ini, merupakan fase dimana individu
melihat kembali apa yang telah dilakukan dalam kehidupan. Melalui
beberapa jalan yang berbeda, orang dewasa lanjut telah
mengembangakan harapan yang positif di setiap periode sebelumnya.
Berikut ini merupakan karakteristik perilaku seseorang yang memiliki
rasa akan integritas dan rasa akan keputusasaan (Lemme, 1995):
Tabel 1
Karakteristik Perilaku Orang-orang yang Memiliki Rasa Integritas
dan Rasa Putus Asa
Rasa Integritas Rasa Putus Asa
1. Mereka mencerminkan banyak
kualitas ego positif yang terkait
dengan tahap-tahap awal,
seperti kepercayaan, otonomi,
inisiatif, industri, dan identitas.
1. Mereka mencerminkan
banyak kualitas negatif yang
terkait dengan tahap-tahap
awal, seperti
ketidakpercayaan, rasa
malu, rasa bersalah, rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2. Mereka percaya bahwa siapa
diri mereka sebagian besar
merupakan konsekuensi dari
pilihan mereka sendiri.
3. Mereka menerima gagasan
bahwa ini adalah satu-satunya
kehidupan mereka dan bahwa
apa yang terjadi itu adalah
sebagian besar dari apa yang
telah mereka sendiri lakukan.
4. Mereka menerima kematian
sebagai bagian yang tak
terelakkan dari siklus hidup.
5. Mereka mampu mengakui pada
diri sendiri dan pada orang lain
bahwa untuk sebagian besar
permasalahan atau kegagalan
yang mereka alami adalah salah
mereka sendiri.
6. Mereka siap dan mampu
mempertahankan martabat gaya
hidup mereka sendiri terhadap
semua ancaman (fisik dan
diri, dan kebingungan
identitas.
2. Mereka cenderung percaya
bahwa siapa diri mereka
bukan sesuatu di mana
mereka telah memiliki
banyak kontrol.
3. Mereka memiliki kesulitan
menerima ide bahwa ini
adalah satu-satunya
kehidupan mereka dan
bahwa apa yang terjadi itu
adalah sebagian besar dari
apa yang telah mereka
sendiri lakukan.
4. Mereka menunjukkan
tanda-tanda takut kematian
dan tidak menerimanya
sebagai bagian dari siklus
hidup.
5. Mereka cenderung
menyalahkan orang lain atas
masalah apa pun atau
kegagalan yang mereka
alami.
6. Mereka menawarkan sedikit
perlawanan terhadap
ancaman fisik dan ekonomi
untuk gaya hidup yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
ekonomi). Mereka tidak mudah
dipermainkan.
7. Mereka mampu melihat
kembali kehidupan mereka
dengan perasaan senang,
bersyukur, dan apresiasi.
8. Mereka cenderung cukup
senang, orang optimis, puas
dengan kehidupan mereka.
9. Pendekatan mereka tahap akhir
dari kehidupan mereka dengan
rasa keutuhan pribadi.
10. Mereka mampu
mengintegrasikan pengalaman
masa lalu mereka dengan
realitas saat ini, dan dengan
cara ini menghasilkan jenis
kebijaksanaan tentang
bagaimana menjalani hidup
seseorang menjalani secara
sukses.
mereka yakini. Mereka
dengan mudah
dipermainkan.
7. Mereka cenderung melihat
kembali hidup mereka
dengan perasaan
ketidaksenangan,
penyesalan, dan perasaan
semakin tidak berharga.
8. Mereka cenderung cukup
bahagia, orang pesimis,
tidak puas dengan
kehidupan mereka.
9. Mereka mendekati tahap
akhir dari kehidupan mereka
dengan rasa fragmentasi
pribadi dan sebuah
ketidaklengkapan.
10. Mereka tampaknya terjebak
pada tingkat menyalahkan
dan kekecewaan, yang
membuat sulit bagi mereka
untuk belajar dari kesalahan
mereka.
Sikap Implisit Rasa Integritas
1. Saya memiliki banyak hal
yang patut disyukuri.
Sikap Implisit Rasa Putus Asa
1. Saya memiliki sedikit hal
yang patut disyukuri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Menurut Papalia (2014), seseorang akan cenderung bertahan ketika
menghadapi stres yang ada begitu juga dimasa lanjut usia. Bertahan
merupakan cara berfikir atau perilaku adaptif yang bertujuan mengurangi
atau menghilangan stres yang timbul dari kondisi berbahaya, mengancam,
dan menantang.
Menurut Lazaruz & Folkman (Dalam Papalia, 2014) individu secara
sadar memilih strategi bertahan dengan sadar bagaimana mereka
mempersepsikan dan menganalisis situasi. Bertahan meliputi seluruh hal
yang dipikirkan atau dilakukan individu dalam upaya beradaptasi terhadap
stres, terlepas dari berhasil atau tidaknya hal tersebut. Memilih strategi yang
sesuai membutuhkan penilaian yang berkelanjutan terhadap hubungan antar
orang dan lingkungannya. Strategi bertahan dapat terfokus pada masalah
atau terfokus pada emosi. Bertahan terfokus pada masalah melibatkan
penggunaan strategi instrumental, atau berorientasi pada tindakan untuk
menghilangan, mengatur, atau meningkatkan kondisi penyebab stress. Tipe
bertahan ini dapat muncul ketika seseorang melihat kesempatan yang
realistis untuk mengubah suatu situasi. Kedua adalah bertahan fokus pada
2. Saya mengendalikan hidup
saya.
3. Saya menerima diri saya
dan orang lain apa adanya.
2. Saya memiliki sedikit
kontrol atas apa yang
terjadi pada saya.
3. Saya tidak menerima diri
saya apa adanya, dan saya
berharap orang lain bisa
berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
emosi, ditujukan agar “merasa lebih baik” dengan mengelola respon emosi
pada situasi yang menimbulkan stres untuk mengurangi dampak fisik atau
psikologis. Tipe bertahan ini terjadi jika seseorang menyimpulkan bahwa
tidak ada hal yang bisa dilakukan mengenai situasi itu sendiri.
Teori psikologis mengenai kesejahteraan emosional menekankan
pada keyakinan tentang tingkat kontrol individu dalam kejadian dan
keadaan hidup mereka (Lemme, 1995). Salah satunya adalah lokus kontrol
internal dan eksternal. Menurut Rotter (Dalam Lemme, 1995) lokus kontrol
internal mengacu pada keyakinan bahwa kontrol atas hasil dalam kehidupan
seseorang berada dalam diri seseorang. Dihadapkan dengan masalah,
individu dengan rasa yang kuat dari pengendalian internal merasa bahwa
sesuatu dapat dilakukan untuk mengatasi situasi ini. Internalisasi lebih
mungkin untuk menghadapi masalah secara langsung dalam upaya untuk
menghadapinya, karena mereka mengharapkan perilaku mereka membuat
perbedaan. Mereka juga lebih mungkin untuk menerima tanggung jawab
atas apa yang terjadi pada mereka. Kedua adalah lokus kontrol eksternal
mengacu pada perasaan bahwa pengendalian (dan tanggung jawab untuk)
hasil-hasil dalam kehidupan seseorang berada diluar diri seseorang, namun
pada takdir, kesempatan, keberuntungan, Tuhan, atau orang lain. Ketika
dihadapkan dengan masalah, eksternalisasi merasa tak berdaya. Alih-alih
menggunakan koping langsung, individu ini lebih mungkin untuk
menanggapi masalah secara defensif dan lebih stres. Lebih lanjut, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mereka tidak mengambil tindakan yang efektif, dapat memperburuk
masalah yang sebenarnya.
2.3 Obat-obatan medis
Obat-obatan medis dalam penelitian ini adalah obat-obatan yang
merupakan resep dokter dan obat OTC atau over the counter. Obat OTC adalah
sebuah sebutan umum untuk obat yang tergolong obat bebas dan obat bebas
terbatas, yang digunakan untuk pengobatan sendiri (Fauzi, 2013). Obat-obatan
medis pada penilitian ini tidak mengacu pada Napza yaitu narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif.
Pada penelitian ini telah disebutkan beberapa obat yang dikonsumsi
oleh lansia yaitu; Kaptopril, Ranitidin, dan CTM. Kaptopril adalah obat untuk
mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Kaptopril bekerja dengan
menghambat enzim pengubah angiotensin yang kebudian menurunkan jumlah
angiotensin II (hormon yang meningkatkan tekanan darah) (Samiadi, 2017).
Ranitidin adalah obat untuk mengurangi jumlah asam lambung dalam perut
(Samiadi, 2016). Sedangkan CTM adalah obat yang digunakan untuk meredam
gejala alergi, demam, dan flu biasa (“Obat CTM: Kegunaan dan Efek
Samping”, mediskus.com).
2.4 Kondisi Psikologis Lansia yang Mengkonsumsi Obat-obatan Medis
Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti dengan
perawat di sebuah panti wreda di Yogyakarta, ditemukan bahwa terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
beberapa lansia yang mengidap sejumlah penyakit. Penyakit yang diderita oleh
lansia diantaranya adalah hipertensi, kolesterol, asam urat, maag, diabetes dan
epilepsi. Namun, penyakit yang paling banyak ditemukan pada lansia adalah
hipertensi. Terdapat dua lansia yang menjadi perhatian peneliti yaitu lansia
yang mengkonsumsi obat-obatan medis dalam jumlah banyak. Menurut
perawat panti obat-obatan tersebut sudah seperti makanan bagi lansia. Menurut
keterangan perawat panti, salah satu lansia sakit hipertensi dikarenakan pola
makan yang tidak teratur. Selain pola makan yang tidak teratur perilaku
membeli obat juga tidak bisa diatur. Perawat mendapati lansia (H) yang
membeli obat gatal/alergi (CTM) tanpa sepengetahuanya. Selain CTM dan
Ranitidin, obat lain yang dikonsumsi adalah Kaptopril dan Lacomin. Perawat
menjelaskan bahwa lansia (H) dan (M) sudah tersugesti jika tidak minum obat
takut ada sesuatu terjadi. Sampai saat ini, perawat, pengurus panti, dan dokter
belum bisa untuk menangani perilaku lansia tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hal ini karena tujuan
penelitian ini dicapai dengan mengeksplorasi secara mendalam berkaitan
dengan kondisi psikologis lansia yaitu kognitif, afek dan Perilaku.
Penelitian kualitatif merupakan suatu metode untuk mengeksplorasi
dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2012).
Dalam penelitian kualitatif menerapkan cara pandang yang bergaya
induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan
kompleksitas suatu persoalan (Creswell, 2012).
Metode penelitian studi kasus adalah pendekatan kualitatif dimana
peneliti mengeksplorasi sebuah kasus selama periode tertentu. Pengambilan
data secara mendetail dan mendalam. Sumber informasi dapat berupa
wawancara, observasi, materi video, dokumen, atau laporan (Creswell,
2007).
3.2 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang lansia berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Berdasarkan wawancara awal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
kedua informan selama ini mengkonsumsi obat-obatan medis dan
menjadi perhatian khusus pihak panti karena mengkonsumsi banyak obat.
Informan dalam penelitian ini termasuk dalam rentan usia tua-menengah
(65-74 tahun) dan tua-akhir (85 keatas). Lansia pada usia 70 tahun atau lebih
akan lebih rentan terhadap penyakit. Selain itu, kedua informan bersedia
untuk membagikan pengalaman hidupnya dalam penelitian ini dan masih
mampu berkomunikasi dengan baik.
3.3 Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada gambaran kondisi psikologis pada
lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis. Dalam penelitian ini, akan
di eksplorasi mengenai kondisi psikologis yang meliputi kognitif, afektif
dan perilaku konsumsi obat pada lansia yang mengkonsumsi obat-obatan
medis.
3.4 Peran Peneliti
Menurut Supratiknya (Supratiknya, 2015) keharusan peneliti berada
di lapangan dan menjalin kontak langsung secara intensif dengan informan
penelitian menuntut peneliti menafsirkan data penelitian yang berpotensi
menimbulkan sejumlah persoalan seperti persoalan etis terkait peran
peneliti. Latar belakang dan pengalaman peneliti dalam merawat lansia
diperoleh dari wawancara dengan perawat lansia di sebuah panti wreda.
Selain itu, orang tua peneliti yang sehari-hari bekerja sebagai perawat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dirumah sakit memiliki pengalaman merawat lansia dimana peneliti bisa
mendapatkan informasi mengenai merawat lansia.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan
data dengan teknik wawancara. Peneliti menggunakan metode wawancara
dikarenakan dapat menggali dan mengeksplorasi lebih dalam menegenai
pengalaman informan penelitian (Creswell, 2012). Metode ini dipilih oleh
peneliti karena bertujuan untuk mengetahui gambaran secara terperinci
mengenai gambaran kondisi psikologis pada lansia yang mengkonsumsi
obat-obatan medis. Sehingga, membutuhkan instrument yang lebih
fleksibel. Wawancara merupakan percakapan dan tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Poerwandari,
wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh
pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu
berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi
terhadap isu tersebut (Poerwandari, 1998).
Dalam penelitian ini menggunakan wawancara kualitatif, dimana
peneliti akan melakukan face-to face interview (wawancara berhadap-
hadapan) dengan informan penelitian (Creswell, 2012). Jenis wawancara
dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur (semistructure
interview) yang termasuk dalam in-dept interview dimana pelaksanaan
wawancara dilakukan untuk menemukan permasalahan dengan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
terbuka dan informan dalam penelitian ini akan dimintai untuk
menceritakan pengalaman-pengalaman yang terjadi (Sugiono, 2010).
Dalam wawancara yang akan dilakukan akan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang
dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari informan
penelitian. Interview guide atau panduan wawancara yang disusun
membantu dalam penggambilan data sehingga peneliti mempunyai
pedoman sesuai dengan konteks penelitian. Panduan wawancara membantu
peneliti untuk berfokus pada tujuan penelitian.
Tabel 2 Daftar Pertanyaan Penelitian
No. Pertanyaan Tujuan Pertanyaan 1 Obat apa saja yang nenek konsumsi
setiap hari? Mengetahui perilaku konsumsi obat
2 Apakah nenek rutin meminum obat tersebut setiap hari?
Mengetahui perilaku konsumsi obat
3 Sudah sejak kapan nenek mengkonsumsi obat tersebut (sejak tahun berapa)?
Mengetahui perilaku konsumsi obat
4 Pada awalnya nenek mengkonsumsi obat atas saran siapa?
Mengetahui perilaku konsumsi obat
5 Siapa yang selama ini memberi obat tersebut?
Mengetahui perilaku konsumsi obat
6 Apakah ada keluarga yang seperti itu (memiliki perilaku konsumsi obat yang sama)?
Mengetahui perilaku konsumsi obat
7 Bagaimana perasaan nenek setelah mengkonsumsi obat tersebut?
Mengetahui Afek pada lansia
8 Apa saja yang dialami setalah mengkonsumsi obat tersebut?
Mengetahui Afek dan kognisi pada lansia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
9 Bagaimana perasaan nenek jika nenek tidak mengkonsumsi obat tersebut?
Mengetahui Afek yang mendasari konsekuensi pada lansia
10 Apa saja yang nenek lakukan jika nenek tidak meminum obat tersebut?
Mengetahui perilaku, Afek dan kognisi pada lansia
11 Bagaimana hubungan nenek dengan keluarga? Bagaimana hubungan nenek dengan lingkungan sekitar panti: perawat, karyawan, dan teman-teman lansia yang lain?
Mengetahui gambaran psikososial lansia dengan lingkungan sekitar
12 Apa saja aktivitas nenek sehari-hari? Mengetahui gambaran aktivitas lansia
3.6 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis narasi. Riceour (Dalam Smith,
2013) berpendapat bahwa setiap manusia hidup di dunia hanya sementara
maka perlu menciptakan narasi-narasi yang menghasilkan sebuah tatanan
dan makna dari sebuah ketidakpastian yang selalu mengalami perubahan.
Perubahan dalam hidup sehari-hari terkadang mengganggu seperti,
perubahan mengenai permasalahan pribadi, keluarga, keuangan, dan
kesehatan. Hal-hal tersebut mendorong setiap individu untuk berupaya
mengatasinya. Narasi memiliki fungsi pokok yaitu untuk membawakan
ketidak teraturan dalam hidup seorang individu menjadi suatu dinamika
yang lebih teratur.
Gergen dan Gergen (dalam Smith, 2009) mengidentifikasi 3 (tiga)
struktur analisis dalam narasi, yaitu: struktur progesi, dimana informan
penelitian mengambil langkah maju ke arah suatu tujuan. Struktur regresi,
dimana dimana berlangsung hal sebaliknya informan mengambil langkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mundur dari suatu tujuan, dan struktur stabil, dimana hanya ada sedikit
perubahan dalam diri seorang individu.
Dalam menganalisis uraian narasi yang telah disampaikan oleh
informan penelitian melalui 2 (dua) fase, yaitu:
3.6.1 Fase Deskriptif
Setelah peneliti membaca narasi yang sudah di transkrip
secara menyeluruh, hal yang dapat dilakukan selanjutnya adalah
mempersiapkan rangkuman pendek yang terbagi menjadian 3 bagian
yaitu kejadian awal, tengah dan akhir. Namun, dalam penelitian ini
peneliti akan menyesuaikan dengan hasil penelitian. Dimana peneliti
membagi narasi berdasarkan kondisi psikologis pada lansia yaitu,
permasalahan yang terjadi (kejadian awal), kondisi afeksi dan kognisi
(kejadian tengah), dan perilaku konsumsi obat-obatan medis (kejadian
akhir). Setelah peneliti dapat menyoroti persoalan-persoalan utama
dalam teks dan mengidentifikasi jalinan naratif yang menghubungkan
berbagai bagian. Hal yang bisa dilakukan selanjutnya adalah
mengembangkan kerangka pengkodean. Kerangka pengkodean ini
dirancang untuk bisa menangkap makna keseluruhan narasi dan
berbagai permasalahan khusus yang ada pada masing-masing
informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3.6.2 Fase Interpretatif
Pada tahap ini, peneliti mengkaitkan narasi dengan literatur
teoritis yang lebih luas yang digunakan untuk mengintepretasi
permasalahan yang telah disampaikan oleh informan penelitian. Fase
ini bisa mengarahkan pada pelabelan atas penuturan tertentu sebagai
tipe khusus yang menggambarkan isi teoritisnya. Dalam narasi
informan penelitian menggambarkan berbagai permasalahan yang
dihadapinya, bagaimana mereka menggunakan sumber dukungan, dan
bagaimana mereka menyampaikan pengalaman-pengalaman itu.
Kemudian peneliti memperhatikan unsur-unsur khusus dalam narasi
yang saling terkait, isu-isu yang ditekankan dan metafora yang
digunakan.
3.7 Validitas Penelitian
3.7.1 Kredibilitas (Kepercayaan)
Kredibilitas merupakan istilah yang digunakan sebagai
pengganti konsep validitas dalam penelitian kualitatif. Kredibilitas
studi kualitatif terletak pada keberhasilan mencapai maksud
mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses,
kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi
mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-
aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi satu
ukuran kredibilitas penelitian kualitatif (Poerwandari, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Penelitian kualitatif yang memiliki kredibilitas harus
mampu mendemostrasikan kompleksitas hubungan antara aspek
dalam penelitian dan menjamin bahwa informan penelitian
diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat (Poerwandari,
1998).
Kredibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
validitas argumentatif. Validitas argumentatif tercapai bila
presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik
rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data
mentah (Poerwandari, 1998). Peneliti akan menganalisis hasil
wawancara dengan detail dan membahas analisis data sesuai
dengan pertanyaan penelitian. Selanjutnya, peneliti akan
menguraikan hasil wawancara dan analisisnya dengan bahasa yang
jelas tanpa mengurangi isi dari analisis tersebut. Hasil wawancara
dan analisis selanjutnya akan dikroscek kembali pada informan,
apakah sudah sesuai dengan cerita yang diungkapkan informan.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui akurasi hasil penelitian yang
disebut dengan member checking dan agar tidak terjadi salah
penafsiran (Creswell, 2012).
3.7.2 Konfirmabilitas
Teknik pemeriksaan data dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi. Triangulasi yaitu suatu cara untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
mendapatkan data yang benar-benar absah/valid dengan cara
memanfaatkan sesuatu di luar data itu sendiri (Bachtiar, 2010).
Dalam penelitian ini menggunakan Triangulasi sumber berarti
membandingkan dengan melihat ulang derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya
membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara;
membandingkan antara hasil wawancara dengan dokumen yang
ada. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil
penelitian dengan hasil wawancara dengan perawat dan data
kesehatan yang ada di Panti Wreda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Penelitian
Peneliti memulai mencari informan dengan mengunjungi salah satu
Panti Wreda di Yogyakarta. Selanjutnya peneliti melakukan proses screening.
Screening informan dilakukan dengan pengambilan data awal dengan tujuan
untuk mengetahui keadaan lansia di panti wreda. Informan yang diteliti dalam
penelitian ini adalah lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis dengan
frekuensi minum obat sering.
Dari wawancara awal didapatkan data bahwa sebagian besar lansia di
panti wreda mengalami beberapa penyakit. Namun, ada dua lansia yang
mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan didapati oleh perawat panti
sering membeli obat sendiri. Setelah itu, peneliti memilih dua lansia sebagai
informan penelitian. Peneliti selanjutnya berkenalan dengan informan untuk
menanyakan kesediaan untuk menjadi informan penelitian. Kemudian peneliti
dan informan menentukan jadwal dan tempat untuk melakukan wawancara.
Sebagai bentuk kesediaan, informan diminta untuk mengisi informed
consent yang telah disiapkan oleh peneliti pada hari wawancara. Sebelum
mengisi lembar informed consent peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada
informan secara singkat mengenai tujuan wawancara dan meminta izin
menggunakan alat perekam berupa handphone selama proses wawancara
berlangsung. Proses wawancara dilakukan pada waktu dan tempat yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
disepakati sebelumnya. Pada saat wawancara, peneliti menggunakan panduan
wawancara yang sebelumnya telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian.
Setelah peneliti melaksanakan wawancara dengan kedua informan,
peneliti mendapatkan data penelitian berupa verbatim. Peneliti selanjutnya
melakukan kroscek data hasil wawancara pada kedua informan. Selain
melakukan kroscek pada data wawancara peneliti juga melakukan
konfirmabilitas, dimana peneliti mencocokan data hasil wawancara dengan
hasil wawancara dengan perawat dan data/dokumen kesehatan yang ada di
panti. Melalui proses kroscek dan konfirmabilitas, peneliti mendapatkan
kesesuaian data wawancara dengan cerita yang disampaikan oleh kedua
informan. Setelah itu, peneliti memulai menulis hasil penelitian dengan cara
melakukan menarasikan (kejadian awal, tengah, dan akhir), melakukan
pengkodean dan mengintepretasi hasil penelitian.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Pada awal wawancara, peneliti memulai dengan raport kepada setiap
informan sehingga informan merasa nyaman. Setelah dirasa informan merasa
nyaman, peneliti memulai wawancara sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan
yang sudah disusun sebelumnya. Berikut ini merupakan waktu dan tempat
pelaksanaan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 3 Waktu dan Tempat Penelitian
Wawancara
Informan Tanggal Waktu Tempat
Pertama M 3 Juni 2016 10.00 – 10.55 Panti H 3 Juni 2016 11.10 - 12.05 Panti
Kedua M 21 Juli 2016 10.00 – 10.50 Panti H 5 Agustus
2016 11.00 – 12.10 Panti
Ketiga
M 4 Oktober 2016
10.15 – 10.30 Panti
H 4 Oktober 2016
10.35 – 11.05 Panti
4.3 Informan Penelitian
4.3.1 Data partisipan
Tabel 4 Data Informan
No. Keterangan Informan I Informan II 1. Inisial MK H 2. Jenis kelamin Perempuan Perempuan 3. Usia 77 Tahun 83 Tahun 4. Agama Kristen Kristen
4.3.2 Latar Belakang Informan
Berikut ini adalah tabel yang berisi latar belakang gambaran
konsumsi obat-obatan medis informan I dan II.
Tabel 5 Latar Belakang Informan
Informan I Informan II Pekerjaan M saat masih muda
berjualan barang-barang rumah tangga dan berjualan makanan.
H pernah menjadi guru SD honorer, tidak lama H mengundurkan diri untuk sekolah lagi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
namun tidak mengajar lagi, dan menjadi ibu rumah tangga.
Alasan tinggal di panti
M tinggal di panti karena tidak cocok tinggal dengan keluarga angkat sehingga M memutuskan untuk tinggal di Panti.
H tinggal di Panti karena sudah tidak memiliki sanak saudara. H masuk ke Panti dibantu oleh pihak gereja.
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Narasi
a. Informan I (M)
1. Gambaran Permasalahan yang Dihaapi
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa
permasalahan yang datang dari luar diri atau dari lingkungan M.
Pertama adalah M tidak memiliki kecocokan dengan orang tua
angkatnya. Dimana sejak usia 5 tahun, M sudah berpisah dari
orang tua kandungnya dan tinggal dengan orang tua angkat. Saat
tinggal dengan orang tua angkat, M memutuskan untuk pergi dari
rumah karena menurut M, ibu dan saudara angkatnya tidak
menyukai M. Hal-hal tersebut yang membuat M kepikiran, M
merasa sendiri walaupun ada orang tua angkat.
“Iya umur 20 tahun, ya karena pikirannya sudah umur 20 tahun keluar dari rumah, mamah angkat saya, ya gitu ya. Gimana ya, mamah saya gak seneng gitu, jadi saya ikut orang. Itukan pikiran, gimana kok saya hidup sendiri. Sampai sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
anak-anaknya sama saya masih gimana gitu, ya jadi saya masuk di panti.” (Baris 47-54)
“kan orang tua kita pensiun, papa angkat saya pensiun di Lampung. Terus saya sama anaknya, tapi anaknya direbut. Terus saya bilang, kalau saya tidak boleh disini saya ikut orang saja. Ya silahkan sana mamah saya bilang begitu. Gak lama saya bilang, saya mau ke Magelang, saya mau ke magelang mau cari saudara mama saya.” (Baris 293-300)
“Ya, itu ya dari saya keluar dari orang tua itu ya pikiran gitu. Kok saya hidup sendiri, ada orang tua angkat kok saya sendiri. Nah saya tinggal dirumah nggak cocok sama mamah.” (Baris 195-198)
Selain itu, M menyatakan bahwa ia ingin sekali bertemu
dengan orang tua kandungnya. Selain itu, M menyatakan bahwa
ia hidup sendiri tidak ada yang mendampingi dan tidak tempat
untuk bersandar seperti keluarga.
“Saya pernah merasa sakit hati pas liat ada anak yang digandeng sama mamah dan papanya. Saya ingin sekali mbak, bisa digandeng orang tua kandung. Tapi, saya pasti bertemu lagi dengan orang tua saya nanti ya mbak.” (Baris 621-625)
“Ya dengan berjalannya hari, karena pikirannya kacau ya naik. Gimana kok saya hidup sendiri begini. Ndak ada yang dampingin, nggak ada orang tua jadi kepikiran terus. Lama-lama naik dikit-dikit.” (Baris 65-69) “Nah begitulah penderitaan saya, karena itu saya banyak pikiran mulai disitu mulai naek. Masih muda pikir hidup saya gimana, orang tua seperti itu jadi mau nggak mau kepikiran saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
juga tidak berkeluarga njuk bersandar sama siapa?” (Baris 317-322)
2. Gambaran Kondisi Psikologis
a. Kognisi
Menurut hasil penelitian, permasalahan yang
dihadapi oleh M menimbulkan beban pikiran bagi M.
Menurut keterangan M beban pikiran tersebut menjadi salah
satu penyebab tekanan darahnya naik. Saat tekanan darah M
tinggi, ia menjadi bingung dan pikirannya menjadi kacau.
Salah satunya ketika M akan beristirahat, M gelisah dan
badanya gerah karena pikiran-pikiran. Selain itu, M merasa
tekanan darah naik saat tidak minum obat.
“Dulu waktu saya masih kecil ditinggal orang tua, saya tinggal dengan orang tua angkat. Jadi mungkin pikiran terus ya. Ya, jadi terus naik terus.” (Baris 41-43) “Nah begitulah penderitaan saya, karena itu saya banyak pikiran mulai disitu mulai naek.” (Baris 317-318) “Ya sekarang biasa aja, ndak pusing tapi pikirannya kacau gitu kayak bingung” (Baris 84-85) “iya mbak jadi linglung saya, banyak pikiran malah jadi linglung pas tinggi.” (Baris 107 dan 111) “Kalau mau tidur gelisah, seperti itu pikirannya, kayak gimana ya, nggak tenang gitu lho, kacau gitu lho. Sama sumuk, nah kalau sumuk seperti ini.” (Baris 153-162)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
“Iya tiap hari, ya kalau tidak minum naek terus.” (Baris 14-15)
b. Afek
Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang
dihadapi oleh M memberikan dampak afektif bagi M. M
merasa hidup sendiri dan tidak mendapat kasih sayang dari
orang tua angkatnya.
“Kok saya hidup sendiri, ada orang tua angkat kok saya sendiri.” (Baris 196-197) “Ya cuma itu pikirannya. Saya kok ada saudara ada, sekarang sama anak-anak juga saya, sama anak-anak juga mungkin sudah diomongin sama mamahnya ya. Hanya gimana ya, terima sih trima tapi, tapi kasih sayangnya tu ndak ada itu lho.” (Baris 205-210)
c. Perilaku
Permasalahan yang dihadapi M juga berdampak pada
perilaku konsumsi obat. Dimana M mengkonsumsi obat
medis untuk mengurangi dampak afektif dan kognitif dari
permasalahan yang dihadapi. M mengkonsumsi obat
hipertensi terus menerus. Latar belakang pertama M minum
obat setiap hari karena saran dokter untuk tidak berhenti
mengkonsumsi obat. Jika berhenti mengkonsumsi obat, akan
fatal akibatnya. Kedua, M juga menyatakan bahwa ia harus
mengkonsumsi obat terus menerus dan tidak boleh telat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Ketika ia telat untuk mengkonsumsi obat sehari saja, tekanan
darahnya langsung naik. Ketika obat habis, M akan langsung
membeli obat lagi.
“Jadi dokter bilang jangan berhenti minum Kaptopril nanti kalau berhenti fatal nanti, jadi minum terus sehari 2 kali pagi sore.” (Baris 21-23) “Kalau sakit aja. Kalau buat tensi saya minum terus ndak boleh telat. Telat sehari langsung naik. Minum Kaptopril itu untuk melancarkan darah saja, kalau menyembuhkan tidak bisa.” (Baris 94-98) “Nah terus sekarang minum terus Kaptopril. Abis beli, abis beli. Hehehe.” (Baris 143-144)
Ketika di cek tekanan darah, tekanan darah M bisa
mencapai 200 mmHg. Namun, M tidak selalu mengecek
tekanan darahnya. Terkadang menurut M hanya merasa
tekanan darahnya tinggi. Sehingga, M mengkonsumsi obat
tidak hanya saat tekanan darahnya tinggi.
“Naek itu minta di ukur mbak R ya sampe lho 200, iya tensinya sampai 200 lebih. Kalau biasa-biasa ya cuman 150 itu normal, tapi bawahnya sempet 100. Nah saya berusaha tidak berfikir apa-apa, tapi ya kok dateng aja pikirannya.” (Baris 156-162)
“Ndak, cuma perasaan saja.” (Baris 172)
Konsekuensi yang didapatkan dari perilaku
konsumsi obat bagi M adalah tekanan darah kembali normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dan pikiran menjadi tenang. Namun, jika M tidak
mengkonsumsi obat, pikiran menjadi tidak tenang.
“Lalu saya minum, turun ya biasa lagi.” (Baris 86) “Enggak, malah jadi bingung gitu. Tapi kalau minum obat lama-lama turun dan biasa lagi gitu.” (Baris 88-90)
“Terus kayak linglung gitu lho. Mau bilang pusing endak, tapi kayaknya ndak tenang gitu lho.” (Baris 123-125)
3. Gambaran Kondisi Fisik
Saat ini, M mengidap penyakit Hipertensi. Saat diperiksa
tekanan darah M 130 mmHg. Saat ini, tekanan darah M bisa
mencapai 200 mmHg. Mengenai sakit yang diderita dan obat yang
dikonsumsi oleh M telah dikonfirmasi dengan pihak perawat dan
buku kesehatan panti. M sudah menderita sakit Hipertensi sejak usia
20 tahun. M menyatakan bahwa ia sakit Hipertensi karena pikiran-
pikiran mengenai masa kecilnya yang ditinggal oleh orang tua.
Sampai pada akhirnya M merasa pusing dan pergi ke Puskesmas.
Saat diperiksa oleh dokter, M didiagnosa mengidap penyakit
Hipertensi dan dianjurkan untuk mengkonsumsi obat terus menerus.
“tapi dulu masih 130 mmHg gitu, tidak seperti sekarang. Kalau sekarang sampai 200 mmHg atau lebih tensinya.” (Baris 60-62) “Kalau saya hipertensi saya.” (Baris 6).
“Iya karena sudah lama, naik-naik terus jadi susah turun. Turun sedikit naik lagi” (Baris 30-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
“Iya umur 20 tahun.” (Baris 47).
M menjelaskan mengapa ia bisa didiagnosa sakit Hipertensi
pada usia 20 tahun, karena menurut M pada usia 20 tahun ia sudah
menghadapi beberapa permasalahan seperti ketidakcocokan
tinggal dengan orang tua angkat yang membuat M merasa sendiri.
M menyatakan bahwa ia sakit Hipertensi karena pikiran-pikiran
mengenai masa kecilnya yang ditinggal oleh orang tua. Sampai
pada akhirnya M merasa pusing dan pergi ke Puskesmas. Saat
diperiksa oleh dokter, M didiagnosa mengidap penyakit
Hipertensi dan dianjurkan untuk mengkonsumsi obat terus
menerus. Selain mengidap penyakit Hipertensi, M juga mengidap
penyakit alergi dan rematik.
“Iya umur 20 tahun, ya karena pikirannya sudah umur 20 tahun keluar dari rumah, mamah angkat saya, ya gitu ya. Gimana ya, mamah saya gak seneng gitu, jadi saya ikut orang. Itukan pikiran, gimana kok saya hidup sendiri. Sampai sekarang anak-anaknya sama saya masih gimana gitu, ya jadi saya masuk di panti.” (Baris 47-54)
“Dulu ya pusing gitu, ke Puskesmas, tapi dulu masih 130 mmHg gitu.” (Baris 58 dan 60) “Saya kalau makan apa saja gatel, alergi makanan. Sampe sekarang Saya ndak makan telur, ndak makan daging ayam. Kemarin saya dah Makan telur saja dah gatel. Saya juga rematik.” (Baris 242-246).
Obat yang dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah
Kaptopril. M mengkonsumsi Kaptopril 2 kali sehari. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
M juga mengkonsumsi obat Paracetamol dan obat gatal yang
dikonsumsi saat sakit saja.
“Saya minum Kaptopril” (Baris 8) “Iya, obat Hipertensi, Kaptopril. Itu diminum sehari dua kali.” (Baris 11-12) “Paracetamol kalau pusing, ndak setiap hari tapi” (Baris 92-93) “Ada, apa ya? Lupa saya.” “Iya, tapi kalau udah nggak gatel nggak minum saya.” (Baris 250 dan 252-253)
Saat ini ketika tekanan darah M tinggi, M sudah tidak
pusing dan tidak merasakan nyeri-nyeri di beberapa bagian tubuh.
“Ndak pusing mbak, mungkin karena sudah biasa tinggi ya jadi ndak pusing” (Baris 103-104) “iya mbak jadi linglung saya, banyak pikiran malah jadi linglung pas tinggi.” (Baris 107 dan 111) “Ndak nyeri-nyeri juga mbak.” (Baris 127)
4. Gambaran Aktivitas dan Relasi Sosial
Berdasarkan hasil penelitian, M masih bisa melakukan
aktifitas sehari-hari sendiri. M memiliki tugas di panti, seperti
menyapu dan bercocok tanam. Selain itu, M juga masih bisa
melakukan hobinya yaitu menjahit lampin.
“Saya dulu bikin-bikin cempal, buat angkat-angkat tu lho mbak, lampin.” (Baris 358-359)
“Ya, saya masih bisa beraktifitas seperti biasa.” (Baris 259)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
“Ya, bisa sendiri, ada lain-lain kerja lain. Bagian-bagiannya sendiri-sendiri. Bagian nyapu sendiri lain. Saya cuma nyapu diluar. Sama nanem-nanem. Saya seneng tanem-tanem.” (Baris 261-265)
M memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesama
lansia, perawat, dan pengurus panti. Terkadang terdapat
kesalahpahaman dengan sesama lansia, namun M dapat mengatasi
permasalahan itu. Selain itu, M juga memiliki seorang teman dekat
di panti, terkadang M juga bererita mengenai permasalahannya
kepada teman tersebut.
“Ya baik, kecentok-centok sedikit kan biasa.” (Baris 356) “Baik-baik saja, mbak perawat itu keras tapi nanti lama-lama baik lag. Ya kalau saya, saya terima itu mbak, ya dari Tuhan kuat ndak.” (Baris 362-365)
“Ya, kalau kecentok itu sering ya, tapi ya sudah tak ilangin, biasa aja gitu.” (Baris 369-370)
“Karena cerita-cerita njok gimana gitu. Kadang ada yang saya tegor, kalau pake baju ndak bener saya tegor, marah “Biar, karepku” hehehe, yasudah kalau ndak mau di tegor ya sudah. Tapi saya tetep ngomong.” (Baris 372-276)
“Ya sama simbah ini, ya saya yang deket, cerita itu de’e ngene-ngene...” (Baris 391-392)
Saat ini, M sudah jarang berkomunikasi dengan keluarga
orang tua angkat. Terkadang M mendapat kunjungan dari saudara
angkatnya setiap satu tahun sekali. M bersyukur ketika saudara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
angkatnya datang menjenguk, jika tidak datang M tidak
mempermasalahkan hal tersebut.
“Iya yang di sidoarum. Ah, paling satu tahun satu kali datang.” (Baris 16-17)
“Em, sana ndak pernah telepon, saya juga ndak pernah telepon. Kita kan cuma apa. Ada nomornya tapi saya ndak telepon. Kalau dateng ya syukur kalau ndak dateng ya ndak papa.” (Baris 420-424)
“Ya cuma cerita-cerita, terus dia ngasih jajan gitu. Ini udah lama dia ndak dateng, tapi saya ndak mau tanya. Saya pasrah kok mbak, mau dateng ya syukur, ndak juga ndak papa.” (Baris 433-436)
M memandang orang tua angkatnya sebagai seseorang yang
penuh curiga, hal tersebut membuat M takut kepada orang tua
angkatnya sendiri. Selain itu, M juga memandang orang tua angkat
sebagai seorang yang disiplin. Sehingga, dahulu M takut untuk
meminta ijin pergi bersama teman-teman. Selain tinggal dengan
orang tua angkat, M juga tinggal dengan tante. M memandang tante
sebagai seorang pelit, sehingga M harus bekerja sendiri untuk
membiayai kehidupannya.
“Ya gimana ya, ya mamah angkat saya sleng sih ya, gini sedikit ndak boleh, curiga. Jadi ketakutan saja saya.” (Baris 565-566) “Saya pengen kan pergi sama temen-temen, jualan. Saya ndak boleh. Nanti banyak-banyak bawa barang orang nanti ilang. Ndak percaya gitu sama saya. (Baris 571-574) “E, disiplin bener dia, ndak beli ini, ndak beli itu. Keluar dikit sangkanya mau ngapa. Ya baik sih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
baik, tapi ya gitu. Orang lain, ndak sama sih ya hehe...” (Baris 591-594)
“Itu tante saya pelit sekali, jadi saya mesti cari sendiri kan.” (Baris 474-475)
5. Perilaku unik yang ditemukan pada lansia yang
mengkonsumsi obat-obatan medis
Berdasarkan hasil penelitian M menjelaskan bahwa
ketika ia tidak mengkonsumsi obat hipertensi pikirannya akan
jadi tidak karuan, timbul rasa kesal dan jengkel. Selain itu, M
menjelaskan bahwa kehidupannya lebih banyak menderita,
walaupun M mendapatkan pertolongan Tuhan namum M tetap
menyatakan bahwa kehidupannya lebih banyak menemui
kesulitan.
“Nah kalau saya nggak minum obat ya, eh pikirannya nggak karuan. Nah, kayak kesel gitu jengkel.” (Baris 132-135)
“Mungkin Tuhan ndak tega karena hidup saya menderita. Ya dari kecil gitu terus. Seneng ya, he cuma seneng sedikit. Banyak susahnya mbak” (Baris 524-527) “Saya bilang, Tuhan ini mukjizat. Tuhan tolong saya. Saya mau jalan kemana saja musti doa, Tuhan tolong, Tuhan tu, percaya dalam doa. Itu saya senang sekali. Ya ada senengnya ada susahnya. Tapi, banyak susahnya saya, hehehe.” (Baris 555-560)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Informan II (H)
1. Gambaran permasalahan yang dihadapi
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa
permasalahan yang datang dari luar diri atau dari lingkungan H.
Pertama adalah H pengalaman merawat anak sulung. H mengatakan
bahwa anak sulungnya nakal, saat masih kecil suka mencuri dan
hasilnya dipakai untuk bermain judi. Saat H pulang dari
mengantarkan anak sulungnya bersekolah, H mengeluh badan dan
perutnya sakit. Saat di periksakan ke dokter ternyata sakit Maag.
“Nah kui nakal to bocah kui (anak H dari pernikahan pertama). Gawene nyolongi opo-opo didol nggo main, kui cah cilik wes iso main (judi). Jaman anakku sing mbarep gawan bojo pertama kui tekan SMP angger neng sekolah ora mbayar mung ngono wae bola bali ngono. Terus ibu, ibuku ngendika mbok diterke Jakarta wae nderek om arep mlebu SMP ki. Tak lebokke neng Solo, tak lebokke neng SMP Katolik lho wesan kui yo tetep ora mbayar. Aku nganti judeg. Melu adikku neng Jakartra nganti lulus SMP dibalekke neng Solo. Mergo nakale wes tobat, ora mari bocah iki nakale. Terus bocah kui tak lebokke neng STM swasta Solo, kui wae ning kono ijih nganu wae, dadi wiwit bocah kuwi SD to aku loro, pokok e ket bocah kuwi SD aku nduwe maag. Dadi tak terke neng Jakarta to bacah kuwi, pas mulih kok awakku lan wetengku loro banget, mutah-mutah. Nah terus tak priksakke dokter kok jebule maag. Nah kok seprene ora mari. Dokter jare wes kronis, wes luka ngono lho”. (Baris 91-112).
Permasalahan kedua yang dihadapi H adalah keadaan cucu
H saat ini. H memikirkan kedua cucunya, apakah sudah memeluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
agama kristen. Selain itu H juga kangen terhadap kedua cucunya
yang jarang menemuinya di panti karena keluarga terdekat H saat
ini adalah cucu-cucunya.
“Putuku kuwi kok pas ditinggal ibune, jane ya wes gede tapi sing gede iki (cucu ke 1) wes nderek gusti opo durung mbak. Meh takon tapi kok ya rapenak.” (Baris 544-547) “Kok winggi ndene “kula pun dangu mboten teng gereja kok mbah” “lha piye kok ra neng gereja” aku ya mung takon ngono tok ora wani takon werno-werno engko ndak malah bocah e tersinggung to, men karepe dewe.” (Baris 554-559) “Terus mikirke cucu, nah sok tinggi itu juga mikirke cucu, kangen cucu. Kan ada cucu dua to, tinggal di solo tapi sudah lama nggak kesini. Nah kelingan wae lho mbak, kangen. Nah duwek e kan tinggal putu kuwi to wes ga ono sopo-sopo dadi kangen.” (Baris 231-236)
Permasalahan ketiga adalah permasalahan dengan menantu.
Dimana H menyesal adalah ketika akan menjual rumahnya,
menantunya menawarkan untuk membelinya. H merasa bodoh,
kenapa ia menyetujui tawaran menantunya. Sampai sekarang belum
dibayarkan semua oleh menantu H. H merasa seperti di peras oleh
kedua menantu laki-lakinya karena sampai sekarang belum dilunasi
dan membuat H kepikiran.
“Yo kui, aku ki wong goblok. Kan aku ki neng Solo kui nganti ngedol omah peng 3 lho mbak, kui mantu bapak e bocah kui, anak-anak ku yo tak bagi nek aku ngedol omah. Tapi sing terakir, sing 2008 kui. Omah terakhir kui kan cilik, maune tipe 70 sakiki kari tipe 21. Kui kan arep tak dol wong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
aku wis ra duwe sopo-sopo karo bapak e bocah bocah kui mau ngomong “bu tinimbang didol wong liyo kula talangane mawon bu” aku ki goblok e yo iyoyo wong ora nyambut gawe aku ki yo “iyo” nganti seprene mung menehi duit 18juta seko 45 juta.” (Baris 651-663
2. Gambaran Kondisi Psikologis
a. Kognisi
Permasalahan yang dihadapi oleh H
menimbulkan beban pikiran bagi H. Beban pikiran H
mengenai kenangan anak-anak H dan cucunya. Menurut
keterangan M beban pikiran tersebut menjadi salah satu
penyebab tekanan darahnya naik.
“Itu kan nakal sekali anak saya yang sulung itu lha ya itu mulai memikirkan anak saya itu saya tu sakit maag itu. Lha nakal kan ya anak saya itu.” (Baris 22-25) “Yo kuiki yo mikirke je, masa lalu yo isih kepikir ki mbak. Arepo wes suwe le meninggal kae isih kepikir jaman cilik. Bocah-bocah isih sekolah isih kuliah ngumpul ki kepikiran terus, sok kelingan. Jane yo ora dieling-eling tapi kelingan. Iki senengane opo, iki sengengane opo. Neng ratau krengan lho anakku iki.” (Baris 143-149) “Nah sik gede kuwi ora ono sing ngarahke, ijih nderek gusti po ora. Pas cilik wes dibaptis, tapi pas gede wes dewe, ngekos mbak. Dadi pikiran ngono mbak aku kuwi. Putu kuwi wes ora ono sing ngarahke, kudune kan wes sidhi kan wes dewasa wong wis 21 tahun umure. Aku mikirke ngono kuwi mbak dadi bocah kuwi isih nderek gusti opo ora, makane mikirke mbak.” (Baris 256-263)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
b. Afek
Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang
dihadapi oleh H memberikan dampak afektif bagi H.
Dampak afektif adalah H merasa badan sakit setiap hari.
Selain itu, H juga merindukan cucu-cucunya yang jarang
menjenguknya di panti. Selain itu, H juga merasa belum
mengikhlaskan permasalahan dengan menantu.
“Keju kemeng itu biasanya saya kasih minyak Hotin itu kan panas tiap hari digosokin terus wong tiap hari awak e sakit terus. (Baris 71-73) “Yo mung mben dina ngelu karo maag kui.” (Baris 81) “Isih dadi pikiran wae mbak, hurung ikhlas klas ngono lho aku ki. Kabeh piyayi-piyayi wes kon ngikhlaske. Wong kabeh adiku sing neng jakarta “iklhaske wae yu, gusti malah mberkahi okeh”. Neng kok yo ndedel neng ati ora iso ikhlas les.” (Baris 738-74)
c. Perilaku
Permasalahan yang dihadapi H juga berdampak
pada perilaku konsumsi obat. Dimana H mengkonsumsi
obat medis untuk mengurangi dampak afektif dan
kognitif dari permasalahan yang dihadapi. M
mengkonsumsi obat hipertensi terus menerus. Berbeda
dengan M, Latar belakang H mengkonsumsi obat setiap
hari karena saran dokter untuk tidak berhenti
mengkonsumsi obat. Ketika obat habis, H tidak
memerlukan resep dokter lagi untuk membeli obat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sehingga H langsung membeli ke Apotik tanpa resep
dokter.
“Nah, dokternya juga bilang, jangan berhenti minum obat” (Baris 318-319) “Iya dari dokter, setelahnya nggak cek lagi tapi langsung. Beli tidak usah ke dokter, langsung beli aja.” (Baris 330-332)
Menurut hasil penelitian, H berganti-ganti obat
hipertensi karena anjuran dokter. Sampai pada akhirnya,
H memutuskan untuk berhenti konsumsi obat Maag
karena beberapa hal. H berhenti konsumsi obat Maag
karena takut dimarahi oleh perawat, karena bila
kebanyakan minum obat bisa kecanduan obat. Sehingga,
H berhenti membeli obat Maag sendiri di Apotik.
“Dulunya saya juga katopril terus saya periksa ke dokter A dikasih Farmalat ya sekarang ganti Farmalat.” (Baris 223-225) “Aku ra mangan obat, diseneni ndak kecanduan obat ndak aku wes ra tuku meneh.” (Baris 129-130) “Obat maag ranitidin tapi sekarang sudah nggak boleh ndak kecanduan obat ngono lho, wis ra tuku obat.” (Baris 338-340)
Saat ini H mengobati sakit Maag dengan
mengkonsumsi makanan setiap 2-3 jam sekali. Dalam
sehari, H dapat makan 5 kali untuk mengobati sakit
Maag.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
“Nah terus makan mbak, tiap 2jam 3jam saya makan mbak. Makannya saya 5x lho mbak disini saya.” (Baris 41-43) “Iya ilang mbak, tapi kalau sudah jamnya mbak, ya perih lagi. Kalau sudah jamnya itu kok perih.” (Baris 47-49) “Iya, makan saya nggak pake obat, kalo perut terasa perih saya terus makan itu saja.” (Baris 352-353)
Menurut hasil penelitian, ketika H
mengkonsumsi obat hipertensi, ia tidak merasakan
perubahan pada beban pikirannya. H merasa biasa saja
saat konsumsi obat.
“Biasa ki mbak.” (Baris 266) “Ora ono, wong karepe ki yo ojo mikir tapi yo kepikir wae kok karepe diloske tapi kok angger ngalamun tetep kelingan.” (Baris 269-271) “Yo biasa, biasa aja kalau saya malah ndak tiap hari. Kalau saya minum susu saya malah ndak minum itu. Paling hanya satu kali, pagi kalau endak ya nggak papa.” (Baris 383-386)
3. Gambaran Kondisi Fisik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa H saat ini
mengidap beberapa penyakit. Pertama adalah sakit maag. H
sudah mengidap sakit maag sejak masih muda saat merawat
anak sulung H. Dokter telah menyatakan bahwa sakit maag
yang diderita oleh H sudah kronis dan sudah tidak dapat
disembuhkan. Selain itu, saat ini H juga mengidap penyakit
hipertensi. H menjelaskan bahwa pada saat muda ia mengidap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
tekanan darah rendah, namun dimasa tua ia mengidap penyakit
tekanan darah tinggi (Hipertensi).
“Em, anu maag itu ranitidin.” (Baris 13) “Tensi saya 160mmHg – 170mmHg.” (Baris 303-304) “Em, masih muda, sudah puluhan tahun. Em, anak saya yang dulu tu baru SD kok sampai sekarang sudah meninggal, hehe sudah 54 tahun ini. Itu kan nakal sekali anak saya yang sulung itu lha ya itu mulai memikirkan anak saya itu saya tu sakit maag itu. Lha nakal kan ya anak saya itu.” (Baris 19-25) “Nah terus maag saya tidak bisa sembuh sampai sekarang kok belum sembuh total.” (Baris 38-40) “Umur piro yo, aku ki isih enom kok mbak lagi hurung eneng 60 kok mbak yo antara 60.” (Baris 85-86) “Dulu kan saya mudanya darah rendah lah kok tua kok darah tinggi, ee ya mikirke anak, anak-anak kuwi ya marai, dadi sok kelingan anak.” (Baris 225-228)
Dari kedua penyakit yang dialami oleh H, saat ini H
mengkonsumsi beberapa obat. H mengkonsumsi obat Ranitidin
untuk sakit maagnya dan obat Farmalat untuk sakit
Hipertensinya yang didapatkan dari dokter. Selain
mengkonsumsi obat maag setiap hari, H juga mengobati maag
dengan makan setiap 5 kali dalam sehari dengan selisih waktu 2
jam. Mengenai sakit yang diderita dan obat yang dikonsumsi
oleh H telah dikonfirmasi dengan pihak perawat dan buku
kesehatan panti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
“He’em obat maag, soalnya sudah kritis kok mbak. Sudah puluhan tahun.” (Baris 16-17) “Mung pisan lho sedino Ranitidin kui.” (Baris 130-131) “Iya, dari resep dokter.” (Baris 327-328)
Hal yang dirasakan H saat sakit Maag adalah setiap 2-3
jam sekali perut terasa perih. Sedangkan gejala sakit Hipertensi
yang dialami H adalah merasa sakit pada beberapa bagian
tubuh. Selain itu, H juga pusing sehingga pandangan menjadi
buram.
“Tiap 2-3 jam tu perih perut.” (Baris 40) “Ngelu, koyo cekot-cekot (kepala), rasane kemeng.” (Baris 211-212) “Ya hanya pusing itu.” (Baris 393) “Ya pusing tapi, itu saya merasa seperti darah rendah, rasanya mubeng-mubeng gitu. Kayak gluyar-gluyur mau jatuh itu lho mbak. Jane ya tensine dhuwur. Kok koyo pusing prepet-prepet, mau jatuh jadi ya saya pegangan mbak. (Baris 297-302)
4. Gambaran Aktivitas dan Relasi Sosial
Saat ini H masih dapat beraktifitas walaupun sudah tidak
sanggup melakukan pekerjaan berat. H masih bisa menyapu
ruangannya sendiri dan mencuci pakaiannya sendiri. Namun,
akhir-akhir ini H sudah tidak bisa melakukan pekerjaan yang
terlalu berat. Selain itu, kegiatan sehari-hari H adalah
menyulam, sebagai kegiatan supaya tidak hanya melamun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
“Kalau saya dulu nyulam bareng sama mbah J. Dulunya pertama kali itu dibantu mahasiswa dari UGM, terus kesini ngasih bahan sama benang terus diajari nyulam. Terus sama mbak perawat diteruske. Terus dilanjutke, nganggo kegiatan mbak ben ora ngalamun. Tapi iki pirang-pirang ndino lagi ora, mbak perawat e sakit. Nah kuwi didol barang mbak hasil e. yo nek apik mbak, wes tuwo isih iso nyulam kan yo.” (Baris 455-464) “Kalau nyuci itu kadang-kadang masih bisa, pakaian sendiri.” (Baris 468-469)
H memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesama
lansia, perawat, dan pengurus panti. H terkandang merasa berbeda
pendapat dengan sesama lansia, hal tersebut membuat adanya
perselisihan dengan sesama lansia. Namun, H dapat menyelesaikan
dan hubungan dengan sesama lansia dapat baik kembali.
“Ya baik-baik saja, ya biasa nek ada bedo (pendapat) mbak, biasa mbak sama temen. Wong sak kandung wae iso padu to mbak. Ketemune podo tuane yo biasa, kan Tuhan sudah mengetahui. (Baris 415-419) “Baik-baik saja, selalu baik wong diopeni kok. Kadang keras tapi malah nek ra ditokke malah dadi pikiran to mbak. Nek kiro-kiro ra nganu di tok ke wae. Reno-rono mbak sebab e, kleru titik mbak perawat ngene (sambil menunjuk) bar kuwi biasa (Baris 423-428)
5. Perilakup- unik yang ditemukan pada lansia yang
mengkonsumsi obat-obatan medis
Berdasarkan hasil penelitian H menjelaskan bahwa ia
sudah mulai mengurangi konsumsi obat maag. Saat ini, H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengurangi rasa sakit ketika maag dengan makan. Hal yang
menjadi perhatian adalah H menjelaskan bahwa perutnya saat ini
seperti memerintah untuk makan. Ketika H mulai merasakan
perih di perutnya, ia sudah mengetahui bahwa saat itulah ia harus
makan. Dalam sehari H dapat makan sebanyak lima kali setiap
dua sampai tiga jam.
“Aku ra mangan obat, diseneni ndak kecanduan obat ndak aku wes ra tuku meneh. Mung pisan lho sedino Ranitidin kui.” (Baris 129-131) “Iya ilang mbak, tapi kalau sudah jamnya mbak, ya perih lagi. Kalau sudah jamnya itu kok perih” (Baris 47-48) “Ya nggak tau mbak. Hahaha, itu gimana ya kok kerasa perih, nah saya lihat jam, lho ya sudah jamnya hahahaha. Lho kok keroso perih wetengku, lihat jamnya lho wes wektune mangan. Dadi wetenge malah merintah wes wektune kon makan.” (Baris 51-56) “Nah terus maag saya tidak bisa sembuh sampai sekarang kok belum sembuh total. Tiap 2-3 jam tu perih perut saya itu. Nah terus makan mbak, tiap 2jam 3jam saya makan mbak. Makannya saya 5x lho mbak disini saya.” (Baris 38-43)
c. Perawat Panti
1. Perilaku unik yang ditemukan pada lansia yang
mengkonsumsi obat-obatan medis
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat panti,
kedua lansia memperlihatkan suatu perilaku tertentu seperti,
menurut lansia obat sudah seperti makanan bagi dirinya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
lansia merasa harus mengkonsumsi obat tertentu setiap hari.
Bahwakan ketika obat habis lansia akan membeli obat sendiri ke
Apotik tanpa sepengetahuan pihak panti. Menurut penjelasan
perawat panti, jika lansia tidak mengkonsumsi obat sekali saja,
lansia takut suatu hal yang buruk bisa terjadi sehingga perilaku
konsumsi obat terus menerus.
“terus terang antara mbah harti dan mbah maria itu banyak sekali mengkonsumsi obat. Jadi obat itu kayak makanan mungkin bagi dia.” (Baris 21-24) “Nah wingi bar di tukokke karo penguruse ranitidin, tak kei siji, kan seemplek, engko nek entek tek kei meneh”. Eh tuku dewe. Pamite neng TPA tuku buku renungan harian ki, eh tuku obat. Pas bali tak matke ngowo, kok ono ranitidine, tas e kan semrawang ketok to. Nah, aku neng apotik, “kemarin simbah?” “ho’o e mbak, aku yo bingung e”. Pengurus e kewalahan, aku yo tambah kuwalahan.” (Baris 45-53) “Wes sugesti sek, ndak aku ngene dadi” (Baris 24-25)
Tabel 6
Ringkasan Narasi Informan I dan II
Informan I Informan II
Permasalahan • Ketidakcocokan
Informan 1 dengan
orangtua angkat: dari
luar diri
• Ingin sekali bertemu
dengan orang tua
kandungnya.
• Pengalaman merawat
anak sulung: dari luar diri
• Keadaan cucu saat ini:
dari luar diri
• Permasalahan dengan
menantu: dari luar diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
• Hidup sendiri tidak ada
yang mendampingi dan
tidak tempat untuk
bersandar seperti
keluarga.
Kognitif • Permasalahan menjadi
beban pikiran
• Permasalahan
mengakibatkan tekanan
darah naik
• Permasalahan menjadi
beban pikiran
• Permasalahan
mengakibatkan tekanan
darah naik
Afek • Merasa hidup sendiri
• Tidak mendapatkan
kasih sayang dari
orangtua angkat
• Merasa sakit setiap hari
• Rindu kepada cucu
• Menyesal
Perilaku • Konsumsi obat
hipertensi terus menerus
• Ketika obat habis,
langsung membeli obat
• Konsumsi obat
hipertensi tidak hanya
saat tekanan darah
sedang naik
• Mendapatkan
konsekuensi positif dari
konsumsi obat
• Konsumsi obat hipertensi
terus menerus
• Tidak mendapatkan
konsekuensi positif
ataupun negatif dari
konsumsi obat
Perilaku unik • Jika tidak
mengkonsumsi obat
hipertensi pikirannya
akan menjadi tidak
• Menurut H, perutnya saat
ini seperti memerintah H
untuk makan. H makan
untuk mengurangi rasa
perih akibat maag
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
karuan, timbul rasa kesal
dan jengkel.
• Kehidupannya lebih
banyak menderita
• Obat sudah seperti makanan bagi M dan H
• Ketika obat habis, M dan H akan langsung membeli
obat sendiri di apotik
• Jika M dan H tidak mengkonsumsi obat, akan timbul
rasa takut akan terjadia suatu hal yang buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4.4.2 Intepretasi
a. Informan I (M)
Berdasarkan hasil penelitian, M dapat melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa bantuan dari orang lain. Selain menyapu halaman dan bercocok
tanam, M masih bisa menjahit lampin sehingga kondisi fisik M masih
tergolong baik. Namun, saat ini M mengidap penyakit hipertensi (tekanan
darah tinggi) yang sudah diderita sejak lama. Tekanan darah M tergolong
tinggi yaitu 130 mmHg – 200 mmHg. Menurut keterangan M, ia sudah
didagnosa dokter sejak usia 20 tahun. Hal tersebut membuat M
mengkonsumsi obat hipertensi rutin setiap hari.
Dalam penelitian ini, M memiliki permasalahan-permasalahan
yang datang dari luar diri yaitu keluarga. Permasalahan tersebut bersumber
dari interaksi diantara informan dengan anggota keluarga. Permasalahan
pertama merupakan hubungan M dengan orang tua angkat. M menyatakan
bahwa ia tidak cocok tinggal dengan orang tua angkat. Menurut penjelasan
M, ketidakcocokan sudah dirasakan sejak awal M tinggal dengan orang
tua angkat hingga saat ia pergi meninggalkan orang tua angkatnya. M
menjelaskan bahwa dahulu ia merasa takut dengan orang tua angkatnya.
Selain tidak cocok dengan orang tua angkat, M juga tidak cocok tinggal
dengan tante. Hal tersebut membuat M pindah ke panti wreda.
Ketidakcocokan tersebut berpengaruh pada kehidupan M karena diperkuat
oleh penjelasan M berulang kali saat wawancara berlangsung. Seperti
pandangan-pandangan negatif akan orang tua angkat yang disampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
oleh M secara berulang. Selain itu, M ingin bertemu dengan orang tua
kandungnya. Saat ini, menurut pernyataan M, ia hidup sendiri, tidak ada
yang mendampinginya dan tidak ada tempat untuk bersandar. Walaupun
M pernah tinggal dengan orang tua angkat M tetap tidak merasakan
kehangatan keluarga, M menganggap bahwa orang tua angkat dan tante
merupakan saudara jauh. Dari pernyataan M, dapat dilihat bahwa M
merindukan sosok orang tua kandung yang memberikan perlindungan dan
kasih sayang.
Permasalahan diatas menimbulkan dampak afektif pada M yaitu,
merasa tekanan darah naik saat tidak minum obat. Selain itu, M merasa
hidup sendiri dan tidak mendapat kasih sayang dari orang tua angkatnya.
Selain dampak afektif yang dirasakan, timbul dampak kognitif pada diri
M dimana permasalahan yang dialami oleh M menimbulkan beban pikiran
bagi M. Menurut keterangan M beban pikiran tersebut menjadi salah satu
penyebab tekanan darahnya naik.
Dalam penelitian ini didapat hal unik yaitu, permasalahan yang
dialami oleh M memunculkan suatu perilaku mengkonsumsi obat untuk
mendapatkan ketenangan. Menurut pernyataan dari M, hipertensi muncul
karena pikiran-pikiran mengenai orang tua angkat yang membuat tekanan
darahnya tinggi. Saat tekanan darah M tinggi, ia hanya merasa bingung,
linglung dan merasa gerah di tubuhnya. Dari pengalaman tersebut, M
memiliki sebuah keyakinan bahwa ia tidak boleh telat untuk
mengkonsumsi obat hipertensi karena menurutnya bisa fatal akibatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dengan mengkonsumsi obat hipertensi, M tidak lagi merasa bingung dan
linglung. Saat itu M menjadi tenang, sehingga M tidak berhenti
mengkonsumsi obat hipertensi. Menurut M selain untuk menurunkan
tekanan darah tinggi, obat hipertensi dapat menghilangkan pikiran-pikiran
kacau yang dialaminya. Hal tersebut membuat perilaku konsumsi obat
berulang karena M mendapatkan konsekuensi yang positif.
Menurut hasil penelitian, M memiliki sebuah perilaku dimana ia
akan minum obat terus menerus. Hal tersebut juga di jelaskan oleh perawat
panti, bahwa M memang banyak sekali mengkonsumsi obat, obat sudah
seperti makanan. Jika tidak pikirannya akan jadi tidak karuan, merasa
kesal dan jengkel. Selain itu, M memberikan pernyataan bahwa
kehidupannya lebih banyak menderita dan banyak menemui kesulitan-
kesulitan dalam hidup. M memiliki sebuah keyakinan bahwa
kehidupannya penuh dengan penderitaan dan kesulitan, hal itulah yang
menjadi pikiran-pikiran M. pikiran-pikiran tersebut berpengaruh pada
perilaku konsumsi obat, setelah M mengkonsumi obat akan timbul rasa
tenang dalam pikirannya.
Peneliti merefleksikan bagaimana pola perilaku konsumsi obat
pada M dengan percobaan skinner box yang dilakukan oleh Skinner.
Dimana timbul respon berupa perilaku konsumsi obat hipertensi terhadap
stimulus yang muncul yaitu pikiran-pikiran mengenai permasalahan yang
sedang dihadapi. Perilaku konsumsi obat tersebut menjadi berulang-ulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
karena adanya penguatan potitif, dimana setelah mengkonsumsi obat
pikiran-pikiran mengenai permasalahan M hilang dan M menjadi tenang.
Selanjutnya, peneliti merefleksikan hasil penelitian dengan
pengamatan Piaget mengenai perkembangan kognitif. M memiliki pola
perilaku konsumsi obat-obatan yang terus menerus karena obat hipertensi
dapat menghilangkan pikiran-pikiran mengenai permasalahan yang
dihadapi sehingga M menjadi tenang, pola perilaku M merupakan sebuah
skema yang sudah dilakukan M terus menerus.
b. Informan II (H)
Berdasarkan hasil penelitian, H dapat melakukan aktivitas ringan
setiap harinya. Saat ini H hanya kuat menyapu kamarnya dan mencuci
pakaiannya sendiri karena kondisi kesehatan yang tidak menentu,
sehingga H membatasi aktivitasnya sehari-hari. Saat ini H mengidap
penyakit hipertensi yang sudah diderita sejak lama. Hal tersebut membuat
H mengkonsumsi obat hipertensi rutin setiap hari. Selain mengidap sakit
Hipertensi, H mengidap penyakit maag yang sudah dideritanya sejak
merawat anak sulungnya. Saat ini H sudah tidak mengkonsumsi obat
Maag, namun digantikan dengan makan setiap 5x dalam sehari untuk
mengurangi rasa perih. Engalaman merawat anak sulung.
Dalam penelitian ini, H memiliki permasalahan-permasalahan
yang datang dari luar diri yaitu keluarga. Permasalahan tersebut bersumber
dari interaksi diantara individu dengan anggota keluarga. Pertama adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kehilangan anak kandung, H kehilangan anak secara berturut-turut
dikarenakan mengidap suatu penyakit dan kecelakaan. Sampai saat ini, H
masih sering mengingat-ingat kenangan H dengan anak-anaknya.
Permasalahan kedua datang dari cucu yang jarang menemui H. Saat ini,
keluarga satu-satunya adalah cucu, karena anak dan suami H sudah tidak
ada. H menyatakan bahwa terkadang memikirkan cucunya membuat
kangen. Selain dari anak dan cucu, permasalahan juga datang dari
menantu. Dimana permasalahan H dengan menantunya masih menjadi
beban pikiran H. Permasalahan antara H dengan menantunya adalah
permasalahan ekonomi mengenai penjualan rumah yang sampai saat ini
hasilnya belum sepenuhnya diterima oleh H. Hal ini membuat H merasa
menyesal karena sudah mempercayakan masalah ini pada menantu H yang
tidak pasti pekerjaannya.
Permasalahan tersebut menimbulkan dampak afektif, dimana pada
H dampak afektif muncul saat H merasa badannya sakit setiap hari. Selain
dampak afektif yang dirasakan, timbul dampak kognitif pada diri H
dimana permasalahan yang dialami oleh H menimbulkan beban pikiran
bagi H. Beban pikiran H mengenai kenangan anak-anak H dan cucunya.
Menurut keterangan H beban pikiran tersebut menjadi salah satu penyebab
tekanan darahnya naik.
Permasalahan-permasalahan diatas menjadi beban pikiran H,
sehingga menurut H berpengaruh pada tekanan darahnya yang menjadi
naik. Berbeda dengan M, H tidak mendapatkan konsekuensi dari perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
konsumsi obat hipertensi. H merasa biasa-biasa saja saat mengkonsumsi
obat. Menurut pernyataan H, ia mengkonsumsi obat hipertensi karena
anjuran dari dokter untuk mengkonsumsi setiap hari.
Menurut hasil penelitian, H sudah mulai berhenti mengkonsumsi
obat maag, dikarenakan H takut dimarahi oleh perawat panti. Sehingga H
mengurangi rasa sakit di bagian perut dengan mengkonsumsi makanan.
Dalam sehari H dapat makan hingga lima kali setiap dua sampai tiga jam
sekali. Menurut keterangan dari perawat panti, H sangat banyak
mengkonsumsi obat, jika obat habis H akan membeli obat sendiri di
apotik. Hal tersebut berbeda dengan penjelasan dari H, menurut H ia hanya
mengkonsumsi obat hipertensi saja dan sudah berhenti mengkonsumsi
obat maag. Obat hipertensi hanya diminum setiap pagi saja. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan H sebagai berikut:” Sedina pisan kok, esuk.
Karo wahing pilek terus ngombe kui malah karo piayi-piayi iki okeh, aku
mangan tok lho iki, ora pendak kumat ngombe pendak kumat ngombe karo
pilek wahing wae aku. Ngelune mergo wahing wae kui aku lha aku
ngombe Paracetamol.” (Baris 214-219).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 2 Ingkasan Hasil Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.5 Pembahasan
Dalam penelitian ini, M dan H mengidap penyakit hipertensi. Dimana M
sudah mengidap penyakit hipertensi sejak usia 20 tahun sedangkan pada H
mengidap hipertensi pada usia tua. Berikut merupakan faktor-faktor yang
berpengaruh pada hipertensi. Faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap
hipertensi menurut penelitian yang dilakukan oleh Andria. Dimana lansia yang
berjenis kelamin perempuan memiliki resiko tinggi mengidap hipertensi di usia
lanjut atau setelah usia 55 tahun, ketika seorang wanita sudah mengalami
menopause. Sedangkan pada laki-laki penyakit hipertensi lebih tinggi terjadi
pada masa muda (Herlinah, 2013 dan Andria, 2013). Kedua adalah faktor usia,
bertambahnya usia seseorang bertambah juga risiko hipertensi. Kejadian
hipertensi semakin meningkat dengan bertambahnya usia (Andria, 2013).
Sehingga pada H terlihat wajar bila terjadi pada usia 50 tahun karena pada usia
tersebut resiko terkena penyakit hipertensi semakin meningkat. Berbeda
dengan M yang sudah mengidap sakit hipertensi sejak usia 20 tahun. Selain
faktor usia dan jenis kelamin, hipertensi juga berhubungan dengan tingkat
stres. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Andria ditemukan adanya
hubungan antara tingkat stres dengan tingkat hipertensi pada lansia di
Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Surabaya,
bahwa ada hubungan antara stres dengan terjadinya hipertensi pada lansia.
Penelitian yang dilakukan oleh Indriana (2013), menyebutkan adanya
faktor-faktor yang menyebabkan stres bagi lansia yang tinggal di panti wreda,
antara lain adalah perubahan dalam aktivitas sehari-hari, perubahan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
perkumpulan keluarga, kematian pasangan, kematian anggota keluarga, dan
perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olehraga maupun rekreasi, dan
perubahan dalam pekerjaan. Dalam penelitian ini, permasalahan yang dihadapi
oleh lansia bersumber masalah keluarga. adanya ketidakcocokan M terhadap
orang tua angkat dan tante M yang sampai saat ini masih menjadi beban pikiran
M. Hal unik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sumber permasalahan
tersebut telah berlangsung sejak M masih kecil. Sampai saat ini permasalahan
yang berkaitan dengan ketidakcocokan M terhadap orang tua angkat maupun
tantenya belum terselesaikan. Sehingga masih menjadi beban pikiran hingga
M berusia lanjut.
Pada H, sumber peramasalahan datang dari anak-anak kandung H. Rasa
kehilangan dan kenanggan akan anak-anak kandung H masih terasa hingga saat
ini, dimana H kehilangan anak-anaknya secara berurutan. Selain itu, keadaan
cucu yang jarang menjenguk H di panti dan keyakinan yang di anut oleh cucu
H selama ini menjadi sumber pikiran H karena cucunya merupakan satu-
satunya keluarga yang dimiliki H. H juga memiliki sumber permasalahan yang
datang dari permasalahan antara H dengan menantunya, dimana permasalahan
tersebut terkait dengan masalah ekonomi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Burr dan Klein (dalam Indriana, 2013) menjelaskan bahwa ada 6 stresor yang
datang dari dalam keluarga yaitu, stres keluarga karena keadaan ekonomi,
keadaan kesehatan anak ataupun kesulitan mendidik anak, ketidaksuburan
suami atau istri dan perubahan peran dalam rumah tangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Sumber stres yang dialami oleh M dan H menimbulkan pikiran sehingga
tekanan darah naik. Hal ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh
Andria (2013). Dimana lansia kebanyakan kesulitan tidur karena adanya
permasalahan keluarga, seperti dengan anak, suami atau anggota keluarga yang
lain. Kebanyakan setiap permasalahan tidak disampaikan kepada orang lain,
sehingga lebih memilih untuk diam dan memendam dalam hati. Hal tersebut
menjadi beban pikiran dan menimbulkan stres.
Berdasarkan hasil penelitian, M dan H memiliki beberapa stresor yang
berdampak pada beban pikiran. Beban pikiran tersbut membuat penyakit yang
diderita kambuh yaitu tekanan darah tinggi (Hipertensi) dan Maag. Untuk
menurunkan tekanan darah, kedua informan rutin mengkonsumsi obat
hipertensi. Keunikan yang ditemukan pada penelitian ini adalah pada M, hal
lain yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat tensi, beban pikiran juga ikut
hilang dan perasaan M menjadi tenang. Berbeda dengan H, ketika
mengkonsumsi obat tensi tidak ada perubahan dengan beban pikiran yang
dialaminya.
Menurut Chaplin kognisi adalah suatu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan. Termasuk didalamnya adalah mengamati, melihat,
memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan,
berpikir, mempertimbangkan, menunda, dan menilai (Chaplin, 2011). Menurut
hasil penelitian ini, M dan H memiliki sumber-sumber permasalahan yang
menjadi beban pikiran. Terjadi sebuah proses melihat, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, berfikir dan mempertimbangkan saat M dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
H dihadapkan pada sumber-sumber permasalahan. Selain proses berfikir,
adanya afek yang muncul dari diri M. Menurut Chaplin afek adalah merupakan
sebuah kesenangan atau ketidaksenangan. Chaplin juga menjelaskan bahwa
afek merupakan satu kelas yang luas dari proses-proses mental, termasuk
perasaan, emosi, suasana hati, dan temprament (Chaplin, 2011). Pada M
muncul perasaan takut akan orang tua angkat, selain itu M juga merasa sendiri
karena keputusannya tidak berkeluarga. Pada H, timbul perasaan-perasaan
rindu akan cucu-cucu yang jarang menjenguknya di panti. Selanjutnya pada M
timbul sebuah reaksi yang disebut dengan konasi. Menurut Chaplin konasi
adalah bereaksi, berbuat, berusaha. Aspek konatif ditandai dengan tingkah laku
yang bertujuan dan impuls untuk berbuat (Chaplin, 2011). Reaksi dari kognitif
dan afeksi yang muncul pada M adalah perilaku konsumsi obat yang
menimbulkan rasa tenang atau afek positif. Sehingga, pikiran-pikiran dan
perasaan takut yang sebelumnya dirasakan hilang ketika M mengkonsumsi
obat.
Skinner mengemukakan bahwa terdapat dua jenis perilaku, salah satunya
adalah perilaku responden yang dihasilkan oleh stimuli spesifik (Hill, 2009).
Ketika ada stimulus yang muncul, respon akan terjadi secara otomatis. Dalam
penelitian ini, stimulus yang muncul pada M adalah beban pikiran mengenai
permasalahan yang dihadapinya. Ketika mulai muncul pikiran-pikiran yang
menggaggu, M memunculkan perilaku konsumsi obat hipertensi. Setalah M
mengkonsumsi obat hipertensi, ia mendapatkan konsekuensi berupa rasa
tenang dalam dirinya. Skinner berfokus pada penguatan positif (Positive
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
reinforcement) dan penguatan negatif (negative reinforcement). Penguatan
positif dan penguatan negatif keduanya dapat dikondisikan jika suatu stimulus
terjadi berkali-kali dengan disertai penguat positif, stimulus yang cenderung
menguatkan perilaku. Stimulus tersebut disebut dengan penguat positif
terkondisi (Hill, 2009). Konsekuensi yang dirasakan oleh M yaitu rasa tenang
dapat dikatakan sebagai penguatan positif. Dalam penelitian ini, pada M
muncul stimulus yaitu beban pikiran mengenai permasalahan yang dihadapi,
sehingga muncul perilaku konsumsi obat hipertensi yang berulang karena
setalah mengkonsumsi obat hipertensi M mendapat penguatan positif berupa
rasa tenang.
Penelitian yang dilakukan oleh Bauer (2005) meneliti mengenai
gangguan psikosomatis dengan tujuan penelitian untuk mengevaluasi
hubungan antara beban kerja dan tekanan psikologis dari guru yang masih
bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelelahan kerja secara signifikan
berkorelasi dengan gejala psikologis dan gangguan psikosomatis. Penelitian
lain mengenai psikosomatis adalah penelitian yang dilakukan oleh Freund
(2014) mendapatkan hasil bahwa perempuan memiliki gejala gangguan
psikosomatis lebih besar daripada laki-laki. Informan perempuan melaporkan
bahwa gejala gangguan psikosomatis muncul ketika mereka mengalami
konflik pada permasalahan keluarga. Pada informan laki-laki tidak ada
hubungan antara permasalahan keluarga dengan gejala gangguan
psikosomatis. Pada penelitian ini, kedua lansia diketahui mengkonsumsi obat-
obatan medis dalam jumlah banyak mengkonsumsi obat, dimana pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
informan pertama yaitu M ditemukan bahwa ia mengkonsumsi obat hipertensi
terus menerus karena ada pikiran-pikiran yang menggaggu yang membuatnya
menjadi tidak nyaman. Selain itu M juga merasakan panas ditubuhnya ketika
mulai banyak pikiran menghampirinya. Sehingga ia menggunakan obat
hipertensi untuk mendapatkan rasa tenang. selain itu menurut Freund (2014)
informan lebih banyaj memiliki gejala gangguan psikomatis karena adanya
konflik dari permasalahan keluarga. Pada M permasalahan yang dihadapi saat
ini adalah permasalahan dengan keluarga, selain itu ditemukan juga bahwa ada
permasalahan dalam dirinya yaitu merasa hidup sendiri.
Pada H, ia akan merasakan rasa perih dibagian perutnya setiap dua
sampai tiga jam sekali. Menurut pernyataan H perutnya seperti memerintah
bahwa sudah waktunya untuk makan. Berbeda dengan M, H menyatakan
bahwa ia sudah berhenti mengkonsumsi obat maag dan hanya mengkonsumsi
obat hipertensi sehari sekali sehari. Namun perawat panti menjelaskan bahwa
H juga banyak mengkonsumsi obat. Sehingga saat ini H hanya makan untuk
mengurangi rasa sakit karena maag.
Perbedaan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Sari (2013), lebih berfokus pada hubungan konsumsi obat-obatan dengan
kualitas hidup. Hasil penelitian ditemukan bahwa 38 informan penelitian tidak
mengkonsumsi obat-obatan dan diantaranya memiliki kualitas hidup yang baik,
sedangkan terdapat 7 informan yang memiliki kualitas hidup kurang baik.
Terdapat 5 informan penelitian yangg mengkonsumsi obat-obatan. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013), tidak dijelaskan lebih mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
mengenai kondisi psikologis pada informan yang mengkonsumsi obat-obatan.
Dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa, perilaku konsumsi obat-obatan
pada lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis pada salah satu informan
yaitu M muncul dikarenakan adanya stimulus. Stimulus tersebut berupa beban
pikiran mengenai permasalahan yang dihadapi, sehingga muncul perilaku
konsumsi obat hipertensi yang berulang karena setalah mengkonsumsi obat
hipertensi M mendapat penguatan positif berupa rasa tenang.
Tabel 7
Perbedaan Hasil Penelitian Sebelumnya
Hasil Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian
Penelitian Sari (2013)
• Adanya hubungan antara
konsumsi obat-obatan dengan
kualitas hidup dimensi
kesehatan fisik
• Terdapat 7 informan yang
memiliki kualitas hidup kurang
baik. Terdapat 5 informan
penelitian yang mengkonsumsi
obat-obatan.
• Konsumsi obat-obatan medis
pada lansia dikarenakan karena
anjuran dari dokter, kedua karena
setalah mengkonsumsi obat
hipertensi pada salah satu
informan mendapat penguatan
positif berupa rasa tenang.
Sehingga perilaku konsumsi obat
berulang.
• Beban pikiran berupa
permasalahan keluarga.
• Permasalahan keluarga yang
dialami adalah permasalahan
yang dihadapi saat ini maupun
permasalahan yang sudah lama
terjadi namun masih menjadi
beban pikiran hingga saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, kedua informan sering mengkonsumsi
obat-obatan medis. Obat-obatan medis tersebut diantaranya adalah obat
hipertensi dan obat maag. Salah satu informan menjelaskan bahwa ia harus
mengkonsumsi obat terus menerus dan tidak boleh telat. Berdasarkan hasil
penelitian informan tersebut mengkonsumsi obat tidak hanya saat tekanan darah
tinggi namun saat ia merasa banyak pikiran. Dimana obat hipertensi dapat
membantu menenangkan pikiran yang sebelumnya kacau, beban pikirannya
menjadi hilang dan menjadi tenang.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi. Pertama dalam penelitian ini, peneliti
tidak mengambil data mengenai perilaku konsumsi obat pada lansia dengan
metode observasi. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, dimana adanya
batas jam kunjung di panti. Sehingga data hanya berdasarkan hasil wawancara
dengan perawat panti dan kedua informan penelitian saja. Kedua, dalam
penelitian ini tidak memperdalam mengenai dampak negatif pada fisik lansia
setelah mengkonsumsi obat-obatan medis dalam jumlah banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
5.3 Saran
5.3.1 Bagi penelitian selanjutnya
a. Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan verifikasi melalui
penelitian kuantitatif, bahwa penelitian ini berlaku pada populasi
lansia.
b. Penelitian berikutnya dapat meneliti pada informan yang lebih
bervariasi, seperti jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan usia.
c. Dalam penelitian ini kurang memperhatikan dampak fisik yang
terjadi pada lansia yang mengkonsumsi obat-obatan medis.
Sehingga, untuk penelitian selanjutnya dapat lebih diperdalam
mengenai dampak fisik yang terjadi.
5.3.2 Bagi lansia, keluarga, dan perawat lansia
a. Bagi lansia dapat lebih terbuka dengan orang terdekat mengenai
permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Selain itu, dapat
menggali informasi mengenai sakit yang diderita dan penggunaan
obat-obatan yang tepat.
b. Bagi keluarga dan perawat dapat lebih memberikan dukungan dan
waktu untuk mendengar permasalahan yang dialami oleh lansia.
Melalui penelitian ini, diharapkan baik keluarga, panti wreda
maupun perawat lansia dapat lebih mengerti dan memberikan
perhatian khusus pada lansia tidak hanya pada sisi fisiologis namun
dari sisi psikologis lansia. Selain itu, melalui penelitian ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
membantu mencegah perilaku konsumsi obat-obatan medis secara
berlebihan dan memberikan informasi sehingga lansia dapat
menghindarkan dari dampak buruk yang bisa terjadi baik dampak
fisik maupun psikologis lebih dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
DAFTAR PUSTAKA
Adrianisah, M.N. & Septiningsih, D.S. (2013). Penelitian Tentang Successful Aging
(Studi Tentang Lanjut Usia yang Anak dan Keluarganya Tinggal Bersama).
Psucho Idea, Tahun 11 No. 1, Februari 2013. Purwokerto: Universitas
Muhamadyah.
Andria, K.M. (2013). Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress dan Pola Makan
Dengan Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan
Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, Vol. 1
No. 2 Desember 2013 (111-117). Surabaya: Univeritas Airlangga.
Bachri, S. Bachtiar. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada
Penelitian Kualitatif. E-Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 10 No. 1, April
2010 (46-62). Surabaya: Unesa.
Badan Pusat Statistik (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta, Indonesia.
Diunduh dari https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/873
Badan Pusat Statistik (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta, Indonesia.
Diunduh dari https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/1117
Bauer, J., Stamm, A., Wissing, K. V. K., Muller, U., & Schaarschmidt, M. W. U.
(2006). Correlation Betneen Burnout Syndrome and Psychological and
Psychomatic Symptoms Among Teachers. Int Arch Occup Environ Health.
79. 199-204. Diunduh dari
http://www.academia.edu/download/42006774/iaoehschulstudiefreiburg2
006.pdf
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi (Kartono, K., trj). Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Creswell, John. W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing
Among Five Approaches (ed. Ke-2). London: Sage Publications.
Creswell, John. W. (2012). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed (Fawaid, A., terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Karya asli terbit
2009).
Fauzi. (2013). Klasifikasi obat. ilmu-kefarmasian.blogspot.co.id. Diunduh dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
http://ilmu-kefarmasian.blogspot.co.id/2013/02/klasifikasi-obat.html
Feist, J., & Feist, G.J. (2010). Teori Kepribadian: Theories of Personality (Ed.7,
Buku 2) (Sjahputri, S. P. terj.). Jakarta: Salemba Humanika.
Freund, A. M., Knecht, M., & Wiese, B.S. (2014) Multidomain Engagement and
Self-Reported Pychosomatic Symptoms in Middle-Aged Women and Men.
Departement of Pcychology and University Research Priority Program
Univercity Zurich, Switzerland dan Department of Psychology, Aachen
Univercity, Germany. DOI: 10.1159/000358756. Diunduh dari
https://www.researchgate.net/profile/Alexandra_Freund/publication/260610
436_Multidomain_Engagement_and_Self-
Reported_Psychosomatic_Symptoms_in_Middle-
Aged_Women_and_Men/links/54f449440cf24eb8794da171.pdf
Herlinah, L., Wiarsih, W., & Rekawati, E. (2013) Hubungan Dukungan Keluarga
dengan perilaku Lansia dalam Pengendalian Hipertensi. Jurnal Leperawatan
Komunitas, Vol 1 No. 2 November 2013 (108-115). Jakarta: Universitas
Muhamadiyah Jakarta dan Universitas Indonesia.
Hill, Winfred. F. (2009). Theories of Learning, Teori-teori Pembelajaran:
Konsepsi, Komparasi, dan Signifikansi. (M. Khozim terj.) Bandung: Penerbit
Nusa Media.
Indriana, Y, Kristiana, I.F., Sonda, A.A., dan Intanirian, A. (2010). Tingkat Stres
Lansia di Panti Wredha “Pucang Gading” Semarang. Jurnal Psikologi Undip,
Vol. 8 No. 2, Oktober 2010. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Lemme, B. H. (1995). Development in adulthood. America: Allyn & Bacon.
Nasution, I. K. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja (tidak diterbitkan),
Universitas Sumatra Utara, Medan, Indonesia
Papalia, Diane, E. (2008). Human Development, Perkembangan Manusia (Ed. 9,
A.K, Anwar, terj)). Jakarta: Salemba Humanika.
Papalia, Diane, E. (2009). Human Development, Perkembangan Manusia (Ed. 10,
Brian Marwensdy, terj)). Jakarta: Salemba Humanika. (Karya asli terbit
2008)
Papalia, Diane, E. (2014). Menyelami Pekembangan Manusia (Ed. 12, Herari, W.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
F., terj)). Jakarta: Salemba Humanika. (Karya asli terbit 2014)
Poerwandari, E. Kristi. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologis.
Jakarta: LPSP3 UI.
Rosita, M.D., Widodo, A., & Purwanti, O.S. (2012). Hubungan antara Fungsi
Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Kelurahan
mandan Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. Naskah Publikasi. Surakarta:
Universitas Muhamadyah
Samiadi, L. A. (2016). Fungsi Obat Ranitidine. Diunduh dari
https://hellosehat.com/obat/ranitidine/
Samiadi, L. A. (2017). Captopril obat apa? Diunduh dari
https://hellosehat.com/obat/captopril/
Santrock, J. W. (2012). Life-span development (Ed. 13, Widyasinta, N. I., terj).
Jakarta: Erlangga (Karya asli terbit 2012)
Sari, Novita Kurnia. (2013). Status gizi, penyakit kronis, dan konsumsi obat
terhadap kualitas hidup dimensi kesehatan fisik lansia. (Skripsi tidak
diterbitkan), Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.
Smith, A. J. (2013). Dasar-dasar Psikologi Kualitatif. (M. Khozim, terj.) Bandung:
Penerbit Nusa Media.
Suardiman, S.P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: UGM Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma
Sutikno, E. (2011). Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup lansia
(Tesis tidak diterbitkan), Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.
Urbayatum, Siti. (2006). Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan dengan Afek
Positif dan Afek Negatif pada Lansia. Humanitas: Indonesian Psychological
Journal, Vol.3 No. 1 Januari 2006 (63-72). Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.
Wade, Carole, & Tavris, Carol. (2007) Psikologi (Edisi Kesembilan, Jilid 2).
(Padang Mursalin dan Dinastuti terj.) Jakarta: Penerbit Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
World Health Statistic. (2015). World Heatlh Organization. Diunduh dari
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2015/en/
World Population Aging. (2015). Departement of Economic and Social Affairs
United Nation. Diunduh dari www.unpopulation.org
_______. (2012) Dampak Mengkonsumsi Obat Kimia dalam Jangka Panjang.
Diunduh dari http://www.kucoba.com/2012/08/dampak-mengkonsumsi-
obat-kimia-dalam.html
_______. (2017) Obat CTM: Kegunaan dan Efek Samping. Diunduh dari
http://mediskus.com/obat-ctm-kegunaan-efek-samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 1
Informed Consent
Pada kesempatan ini, saya Asvita Kharismaningrum mahasiswi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Saya
memohon bantuan dan kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui gambaran kondisi psikologis pada lansia
yang mengkonsumsi obat-obatan medis.
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan
metode wawancara. Peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan dan akan
meminta responden untuk menjawabnya sesuai dengan pengalaman hidup
responden. Pada saat wawancara peneliti akan menggunakan alat perekam untuk
merekam hasil wawancara. Selama proses penelitian berlangsung anda berhak
untuk mengundurkan diri apabila dirasa kurang nyaman. Proses wawancara akan
berlangsung selama 30 sampai 60 menit. Namun, peneliti akan menyesuaikan
ketersediaan waktu anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin. Peneliti tidak akan
membagikan hasil pengumpulan data kepada siapapun, kecuali dosen pembimbing.
Selain itu, nama akan dirahasiakan dan diganti dengan inisial. Selain itu, anda juga
berhak untuk menanyakan hal-hal seputar penelitian ini kepada peneliti.
Adapun manfaat yang anda peroleh adalah anda dapat merefleksikan
kembali pengalaman-pengalaman hidup anda. Partisipasi anda dalam penelitian ini
juga akan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi ilmu psikologis.
Anda secara sukarela membuat keputusan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Tanda tangan anda menyatakan bahwa anda telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Responden Penelitian, Peneliti,
_____________________ Asvita Kharismaningrum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 2
Tabel Verbatim Informan I
Informan 1 No. Verbatim Ringkasan Intepretasi Tema 1 2 3 4 5 6 7 8
Usianya berapa mbah? Saya, usianya 77… Nah ini mbah, saya mau bertanya tentang obat. Nah simbah ada obat yang rutin diminum sama simbah setiap hari? Kalau saya Hipertensi saya… Hipertensi ya mbah, itu obatnya apa mbah? saya minum Kaptopril…
M mengidap Hipertensi (Baris 6) M minum obat Kaptopril (Baris 8)
Mengidap Hipertensi (Baris 6) Mengkonsumsi obat Kaptopril (Baris 8)
• Sakit yang diderita (Baris 6)
• Obat yang dikonsumsi
(Baris 8)
9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tambahan Simbah konsumsi obatnya apa saja mbah? Iya, obat hipertensi, Kaptopril. Itu diminum sehari dua kali. Itu simbah minumnya setiap hari? Iya tiap hari, ya kalau tidak minum naek terus… Owh, itu simbah cek tensi? Setiap hari mbah?
M minum obat hipertensi, Kaptopril yang diminum sehari dua kali (Baris 11-12) M minum obat tiap hari, kalau tidak minum tekanan darah naik terus (Baris 14-15)
Mengkonsumsi obat hipertensi yaitu Kaptopril, 2 kali sehari (Baris 11-12) M minum obat setiap hari (Baris 14) Jika tidak minum obat tekanan darah naik terus (Baris 14-15)
• Obat yang dikonsumsi (Baris 11)
• Frekuensi minum obat (Baris 11-12)
• Frekuensi minum obat
(Baris 14) • Gamabran afektif (Baris
14-15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Ya, cek dokter, dokter dah bilang “mulai kapan mulai hipertensi”. Umur 20 sudah Hipertensi. Jadi dokter bilang jangan berhenti minum Kaptopril nanti kalau berhenti fatal nanti, jadi minum terus sehari 2 kali pagi sore… Dulu itu dokter yang disini atau dokter lain mbah yang menyarankan seperti itu? Ya saya mulai dari Magelang dipriksa ke dokter… Owh, dokter puskesmasnya yang bilang harus minum terus mbah? Iya karena sudah lama, naik-naik terus jadi susah mau turun. Turun sedikit naek lagi jadi gitu… Kalau selain ini ada lagi tidak mbah yang diminum setiap hari? Enggak ada, cuma Kaptopril aja… Itu obatnya dari mana ya mbah? Dari dokter, sama dokter disuruh minum terus. Waktu periksa dokter, iya disuruh minum terus. Owh dokter yang di panti ini? Iya disuruh minum terus. Dulu waktu saya masih kecil ditinggal orang tua, saya tinggal dengan orang tua angkat. Jadi mungkin pikiran terus ya. Ya, jadi terus naik terus…
M cek tekanan darah ke dokter puskesmas di Magelang, dokter bilang “mulai kapan mulai hipertensi”. Umur 20 sudah Hipertensi. Sehingga dokter bilang jangan berhenti minum Kaptopril nanti kalau berhenti fatal akibatnya, jadi M minum terus sehari 2 kali pagi dan sore (Baris 18-23 dan 26-27). M menjelaskan bahwa sakit Hipertensi sudah lama, tekanan darahnya naik terus jadi sudah susah turun. Turun sedikit naik lagi (Baris 30-31) M hanya minum obat Kaptopril saja (Baris 35) M mendapatkan obat dari dokter panti, sama dokter disuruh minum terus. Dulu
M sakit Hipertensi sejak usia 20 tahun (Baris 19-20) Dokter menyarankan untuk tidak berhenti minum obat. Jika berhenti fatal akibatnya (Baris 21-22) Sehingga M minum obat 2 kali sehari (Baris 22-23) M sudah lama sakit Hipertensi. Tekanan darah M cenderung tinggi (Baris 30-31) Minum obat Kaptopril (Baris 35) M Dianjurkan dokter untuk minum obat terus menerus.
• Diagnosa awal (Baris
19-20)
• Perilaku konsumsi obat
(Baris 21-22) • Frekuensi minum obat
(Baris 22-23) • Sakit yang diderita
(Baris 30-31) • Obat yang dikonsumsi
(Baris 35) • Perilaku konsumsi obat
(Baris 37-44)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
waktu M masih kecil ditinggal orang tua, M tinggal dengan orang tua angkat. Jadi mungkin M kepikiran terus, jadi tekanan darah M naik terus (Baris 37-44)
Beban pikiran membuat tekanan darah M naik terus (Baris 37-44)
• Gambaran kognitif (Baris 41-43)
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Nah, simbah menyidap Hipertensi pertama kali umur 20 tahun ya? Iya umur 20 tahun, ya karena pikirannya sudah umur 20 tahun keluar dari rumah, mamah angkat saya, ya gitu ya. Gimana ya, mamah saya gak seneng gitu, jadi saya ikut orang. Itukan pikiran, gimana kok saya hidup sendiri. Sampai sekarang anak-anaknya sama saya masih gimana gitu, ya jadi saya masuk di panti.
Pada usia 20 tahun M sudah mengidap Hipertensi karena pikiran M sudah umur 20 tahun keluar dari rumah, orang tua angkat M gak seneng gitu, jadi M ikut orang. Itukan pikiran, gimana kok M hidup sendiri. Sampai saudaranya masih tidak seneng, ya jadi M masuk di panti (Baris 47-54)
M mengidap Hipertensi sejak usia 20 tahun (Baris 47) Sakit pada usia 20 tahun karena beban pikiran mengenai orang tua angkat (Baris 47-54)
• Sakit yang diderita (Baris 47)
• Diagnosa awal (Baris 47)
• Gambaran Permasakahan (Baris 47-54)
55 56 57 58 59
Owh, ya mbah, dulu pertama kali didiagnosis terkena Hipertensi itu gimana mbah? Masih ingat mbah? Dulu ya pusing gitu Lalu simbah ke rumah sakit?
Dulu M pusing saat awal. M ke puskesmas tekanan darahnya saat itu 130 mmHg tidak seperti sekarang bisa sampai 20 mmHg lebih tekanan darah M (Baris 58 dan 60-62)
Diagnosa awal M pusing dan tekanan darah 130 mmHg (Baris 58 dan 60) Tekanan darah saat ini bisa mencapai 200 mmHg atau lebih (Baris 60-62)
• Diagnosa awal (Baris 58 dan 60)
• Sakit yang diderita
(Baris 60-62)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
60 61 62
Ke puskesmas, tapi dulu masih 130 mmHg gitu, tidak seperti sekarang. Kalau sekarang sampai 200 mmHg atau lebih tensinya
63 64 65 66 67 68 69
Pastinya sejak kapan mbah jadi 200 mmHg itu? Ya dengan berjalannya hari, karena pikirannya kacau ya naik. Gimana kok saya hidup sendiri begini. Ndak ada yang dampingin, nggak ada orang tua jadi kepikiran terus. Lama-lama naik dikit-dikit.
dengan berjalannya hari, tekanan darah M bertambah sedikit demi sedikit. Hal itu karena pikirannya kacau, jadi tekanan darah ya naik. Gimana kok M hidup sendiri begini. Ndak ada yang dampingin, nggak ada orang tua jadi kepikiran terus (Baris 65-69)
Tekanan darah meningkat hari demi hari karena pikiran kacau (Baris 65-69)
• Gambaran permasalahan (Baris 65-69)
70 71 72 73 74 75 76 77 78
Akhir-akhir ini masih tinggi juga mbah? Iya, kalau sudah tinggi musti obat terus mbak. Kalau saya periksa terus, dokter juga tanya naik mulai umur berapa. Mula-mula umur 20, naik dikit-dikit sampai sekarang. Jadi kata dokter ya jangan berhenti minum obat kalau nggak nanti drop dan tidak bisa tertolong. Nah sekarang kalau normalnya 140 mmHg sampai 150 mmHg.
Kalau sudah tinggi M musti minum obat terus. Dokter juga menyarankan jangan berhenti minum obat kalau nggak nanti drop dan tidak bisa tertolong. Nah sekarang kalau normalnya 140 mmHg sampai 150 mmHg (Baris 70-78)
M mengkonsumsi obat terus menerus, jika tidak bisa fatal akibatnya (Baris 71-76) Tekanan darah normal M saat ini adalah 140 – 150 mmHg (Baris 76-78)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 71 dan 72-76)
• Sakit yang diderita
(Baris 76-78)
79 80 81 82 83
Kalau akhir-akhir ini yang paling tinggi bisa sampai berapa mbah? Terakhir diperiksa 170-220 mmHg Kalau pas tensinya 220, gimana mbah keadaannya?
Pada pemeriksaan terakhir tekanan darah M 170-220 mmHg (Baris 81)
Terakhir tekanan darah M mencapai 170-220 mmHg (Baris 81)
• Sakit yang diderita (Baris 81)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
84 85 86 87 88 89 90
Ya sekarang biasa aja, ndak pusing tapi pikirannya kayak kacau gitu, kayak bingung. Lalu saya minum, turun ya biasa lagi. Malah nggak pusing mbah? Enggak, malah jadi bingung gitu. Tapi kalau minum obat lama-lama turun dan biasa lagi gitu.
M sekarang biasa, ndak pusing tapi pikirannya kayak kacau dan bingung. Setalah minum obat tekanan darahnya turun (Baris 84-90)
Saat M tekanan darahnya tinggi, ia tidak pusing namun pikirannya kacau dan bingung. Setelah minum obat tekanan darahnya turun kembali (Baris 84-90)
• Konsekuensi konsumsi obat (Baris 86 dan 88-90)
91 92 93 94 95 96 97 98
Kalau selain Kaptoril? Paracetamol kalau pusing, ndak setiap hari tapi. Kalau Simfastatin dan Piroksikam buat gatal. Kalau sakit aja. Kalau buat tensi saya minum terus ndak boleh telat. Telat sehari langsung naik. Minum Kaptopril itu untuk melancarkan darah saja, kalau menyembuhkan tidak bisa.
M mengkonsumsi obat Paracetamol kalau pusing. M juga minum Simfastatin dan Piroksikan untuk mengatasi gatal. Keduanya diminum saat sakit saja. Untuk obat Hipertensi M minum terus ndak boleh telat. Telat sehari tekanan darah langsung naik. Kaptopril hanya melancarkan darah saja, namun tidak menyembuhkan (Baris 92-98)
M minum Paracetamol, Simfastatin dan Piroksikan kalau sakit saja (Baris 92-94) M minum obat Hipertensi dengan teratur walaupun tidak menyembuhkan sakitnya (Baris 94-98)
• Obat yang dikonsumsi (Baris 92-93)
• Gambaran konasi (Baris
94-98)
99 100 101 102
Mbah, kalau setahu saya kalau sakit Hipertensi dan tekanan darahnya sedang tinggi kan pusing mbah, tapi kalau simbah enggak?
Ketika tekanan darah tinggi, M tidak pusing karena terbiasa (Baris 103-104)
M tidak pusing saat tekanan darahnya tinggi (Baris 103-104)
• Hal yang dirasakan saat sakit (Baris 103-104 dan 107-111)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
103 104 105 106 107 108 109 110 111
Ndak pusing mbak, mungkin karena sudah biasa tinggi ya jadi ndak pusing Ndak terasa pusing ya mbah hanya linglung gitu ya mbah? Iya mbak jadi linglung gitu saya Karena pikirannya banyak ya mbah? Setelah diminum simbah jadi biasa lagi ya mbah? Tidak bingung atau linglung? Banyak pikiran malah jadi linglung pas tinggi
Ketika tensi tinggi, M jadi linglung karena banyak pikiran (Baris 107 dan 111).
M linglung karena banyak pikiran (Baris 107 dan 111).
112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127
Owh jadi pas simbah naik tensinya itu malah jadi bingung, lalu diberi obat ini jadi Jadi tenang Tenangnya itu seperti apa mbah? Kayak ndak bingung lagi Pikirannya gitu? He’em Biasanya simbah bingung karena pikirannya banyak terus diminumin obat terus Terus kayak linglung gitu lho. Mau bilang pusing endak, tapi kayaknya ndak tenang gitu lho. Ada nyeri-nyeri gitu ga sih mbah? Ndak nyeri-nyeri juga mbak
Saat M minum obat tensi jadi tenang dan tidak bingung lagi (Baris 115 dan 117) M tidak pusing dan tidak nyeri saat tekanan darah naik (Baris 123-125 dan 127)
Hal yang dirasakan setelah minum obat (Baris 115 dan 117) Gejala yang dirasakan M saat tekanan darah tinggi (Baris 123-125 dan 127)
• Konsekuensi konsumsi obat (Baris 115 dan 117)
• Hal yang dirasakan saat
sakit (Baris 123-125 dan 127)
128 129
Owh ya mbah, nah tadi kan simbah mengkonsumsi obat penurun tensi ya, nah
Ketika tidak minum obat, pikiran M menjadi tidak
Pikiran M menjadi tidak karuan saat tidak minum
• Konsekuensi konsumsi obat (Baris 132-134, 147, dan 149)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 145 147 148 149
setelah simbah mengkonsumsi obat perasaannya gimana mbah? Nah kalau saya nggak minum obat ya, eh pikirannya nggak karuan. Nah, kayak kesel gitu jengkel. Dan di cek naik, jadi cek dokter, saya kalau nggak minum. Mau coba nggak minum gitu ya. “owh nggak boleh, ibu nggak boleh berhenti musti terus, ibukan sudah lama hipertensi jadi tidak apa-apa minum terus. Itu cuma nenangkan darah kok, katopril itu tidak apa-apa nenangkan darah supaya jalan lancar gitu nggak tersendat-sendat.” Nah terus sekarang minum terus Kaptopril. Abis beli, abis beli. Hehehe… Owh begitu ya mbah? Berarti simbah kalau nggak minum malah ada pikiran? Pikirannya kayak kacau gitu loh Kalau minum? Ndak. Jadi tenang kalau minum obat…
karuan, kesel jengkel (Baris 132-134, 147, dan 149) M mencoba berhenti minum obat Hipertensi namun tidak diperbolehkan dokter (Baris 135-142) Saat ini M minum obat terus, ketika habis langsung beli (Baris 143-144)
obat (Baris 132-134, 147, dan 149) M mencoba berhenti minum obat (Baris 135-142) Ketika obat habis, langsung beli (Baris 143-144)
• Perilaku konsumsi obat
(Baris 135-142 dan 143-144 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169
Berarti kalau simbah tidak minum obat, simbah mikirnya malah ke badannya simbah bagaimana gitu ya? Kalau mau tidur gelisah, seperti itu pikirannya, kayak gimana ya, nggak tenang gitu lho, kacau gitu lho. Sama sumuk, nah kalau sumuk seperti ini, naek itu minta di ukur mbak R ya sampe lho 200, iya tensinya sampai 200 lebih. Kalau biasa-biasa ya cuman 150 itu normal, tapi bawahnya sempet 100. Nah saya berusaha tidak berfikir apa-apa, tapi ya kok dateng aja pikirannya. Simbah beli sendiri gitu? Ke apotik mbah? Iya ke apotik. Saya sebenarnya pengen nggak minum obat. Tapi ndak bisa, kenapa ya terus naek. Naeknya tu terasanya pikirannya kacau, ndak tenang gitu lho. Terus sumuk, panas badannya terus ya naek begitu. Makannya saya minum lagi…
Kalau mau tidur M gelisah, pikirannya tidak tenang dan kacau. Badanya panas, minta di ukur perawat bisa 200 mmhg normalnya ya 100-150 mmHg. M mencoba untuk tidak berfikir apa-apa, namun tidak bisa (Baris 153-162) M membeli obatnya sendiri di Apotik (Baris 164) M sebenarnya tidak mau minum obat, tapi tidak bisa. Saat tekanan darah naik terasa pikiran kacau, tidak tenang, panas badannya sehingga minum obat lagi (Baris 164-169)
M gelisah dan tidak tenang ketika mau tidur (Baris 153-162) Membeli obat sendiri (Baris 164) M mau tidak mau harus mengkonsimsi obat (164-166) Hal yang dirasakan saat tekanan darah naik sehingga minum obat (Baris 166-169)
• Konsekuensi konsumsi obat (Baris 153-162 dan 166-169)
• Perilaku konsumsi obat
(Baris 164-166)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
170 171 172 173 174 175 176 177 178 179
Berarti simbah kalau mau minum, simbah tensi dulu kayak gitu? Ndak, cuma perasaan saja. Nah itu mbak, saya juga mau berhenti katopril saya tanya dokter “kalau saya ndak minum gimana pak boleh ya?” Owh ndak boleh kalau ngak minum fatal nanti, malah ndak bisa tertolong lagi. Berarti saya minum terus? Ndak papa kok itu obat ringan kok minum aja jangan takut.
Sebelum mengkonsumsi obat hipertensi, M tidak mengecek tekanan darahnya dulu (Baris 172) M mau berhenti minum obat namun menurut anjuran dokter M dianjurkan untuk tidak berhenti konsumsi obat karena fatal akibatnya (Baris 173-179)
M mengkonsumsi obat hipertensi tidak selalu di saat tekanan darah tinggi (Baris 172) Ingin berhenti minum obat (Baris 173-179)
• Gambaran konasi (Baris 172-179)
180 181 182 183
Tambahan Jadi yang memicu simbah sakit itu menurut simbah? Ya pikiran itu mbak,
Menurut M pikiran adalah pemicu sakit (Baris 183)
Pikiran adalah pemicu sakit (Baris 183)
• Gambaran Kognitif (Baris 183)
184 185 186 187 188 190 191 192 193 194 195 196
Jadi gini mbah, tadi kan sudah nanya-nanya sama simbah. Sekarang mau ada pertanyaan-pertanyaan lagi. Seputar simbah sih. Nah jadi yang pertama itu, kemarin kan simbah sudah bercerita kalau ada mengkonsumsi obat. Nah kalau simbah tidak minum obat, simbah merasa tidak enak gitu, terus ada pikiran-pikiran gitu, boleh tahu nggak mbah pikiran-pikirannya simbah itu dari… em, pikiran apa saja sih? Ya, itu ya dari saya keluar dari orang tua itu ya pikiran gitu. Kok saya hidup sendiri, ada orang
Saat M sakit imbul pikiran-pikiran mengenai orang tua, mengapa M hidup sendiri, walaupun ada orang tua angkat M tetap merasa sendiri (Baris 195-199)
Saat M sakit timbul pikiran-pikiran mengenai orang tua (Baris 195-196) Merasa sendiri walaupun ada orang tua angkat (Baris 196-197)
• Gambaran permasalahan (Baris 195-196)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
197 198 199 200 201 202
tua angkat kok saya sendiri. Nah saya tinggal dirumah nggak cocok sama mamah. Jadi saya pergi ya dia bilang “ya silahkan” ya saya pergi. Jadi simbah tidak cocoknya sama orang tua angkatnya simbah ya? Ya, tapi masih saudaranya papa juga.
203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224
Ada yang lain tidak mbah? Pikiran-pikiran apa gitu? Ya cuma itu pikirannya. Saya kok ada saudara ada, sekarang sama anak-anak juga saya, sama anak-anak juga mungkin sudah diomongin sama mamahnya ya. Hanya gimana ya, terima sih trima tapi, tapi kasih sayangnya tu ndak ada itu lho. Jadi ketimbang saya disitu didiemin saja yawes tak pergi. Saya pergi ikut orang. Hehe... Owh ya, terus ini tadi anak-anak itu anak-anaknya, mamahnya? Mamah angkat. Kalau saya sendiri. Disitu saya ikut orang, habis itu ikut dokter S, kayaknya orangnya baik, saya ikut sampe 6 tahun. Yang dimagelang mbah? Yang di lampung. Saya kumpul-kumpul uang, disitu saya juga… dulu kan gajinya cuma dikit kan. Dulu emas satu gram Rp 1000. Nah terus, “bu M ikut ibu ya biar cuman blanja-blanja, ada yang masak. Belanja dua hari sekali. Iya
M ada saudara, hanya gimana ya, terima sih trima tapi, tapi kasih sayangnya tu ndak ada itu lho. Jadi ketimbang M disitu didiemin saja yawes tak pergi. Saya pergi ikut orang (Baris 205-212) Terus M mau ke jawa, barang kali mau cari saudara mamah. Mamah bener, kalau masih ada. Tapi kalau mamah mungkin sudah tidak ada. Yaudah, M ke Magelang saya tanya-tanya terus ponakan-ponakan ada tapi kalau ketemu udah besar itu ndak enak ya. Dari kecil ngumpul ya lain ya. Kayaknya tu ndak enak gitu
Tidak mendapatkan kasih sayang dari saudara (Baris 205-210) Merasa tidak enak bertemu dengan saudara M (Baris 232-236)
• Gambaran afek (Baris 205-210)
• Gambaran relasi sosial
(Baris 232-236)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239
saya kasih gaji mbah M perbulan Rp 1500”. Nanti kalau kerjaannya bagus saya naikkan. Setiap 2 bulan atau 3 bulan sekali dia naikkan Rp 500. Terus saya kumpul-kumpul sampe Rp 60.000 tuh. Terus saya mau ke jawa bu, barang kali mau cari saudara mamah. Mamah saya bener, kalau masih ada. Tapi kalau mamah saya mungkin sudah tidak ada. Yaudah, bener saya ke magelang saya tanya-tanya terus ponakan-ponakan ada tapi kalau ketemu udah besar itu ndak enak ya. Dari kecil ngumpul ya lain ya. Kayaknya tu ndak enak gitu lho. Terus saya kembali ke tempat tante. Tante kok begini-begini ya, yaudah disini aja gitu. Nah ini adek saya ada di sidoarum.
lho. Terus saya kembali ke tempat tante. Tante kok begini-begini ya, yaudah disini aja gitu (Baris 229-239)
240 241 242 243 244 245 246
Simbah ada bagian-bagian tubuh yang sakit ndak mbah? Saya kalau makan apa saja gatel, alergi makanan. Sampe sekarang saya ndak makan telur, ndak makan daging ayam. Kemarin saya dah makan telur saja dah gatel. Saya juga rematik.
M kalau makan apa saja gatal-gatal karena alergi terhadap telur. Sampai sekarang ndak amakan telur dan daging ayam dan mengidap penyakit rematik (Baris 242-246)
Alergi telur dan ayam serta mengidap rematik (Baris 242-246)
• Sakit yang diderita (Baris 242-246)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
247 248 249 250 251 252 253 254 255 256
Terus tadi obat gatelnya ada nggak mbah? Simbah minum obat juga nggak kalau alergi? Ada, apa ya? Lupa saya Simbah minum obat ya berarti? Iya, tapi kalau udah nggak gatel nggak minum saya. Jadi kalau cuma gatel aja yang ini? Iya. Ini sampe gatel-gatel, ada lukanya tapi dah kering.
M juga mengkonsumsi obat gatal. Namun M lupa nama obat gatal yang dikonsumsi. Obat gatal hanya diminum M saat sakit saja, selebihnya tidak. Gatel-gatel yang dialami M sampe menimbulkan luka (Baris 250-256)
Mengkonsumsi obat gatal saat sakit saja (Baris 250-256)
• Obat yang dikonsumsi (Baris 250-256)
257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274
Tapi simbah masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa? Ya, saya masih bisa beraktifitas seperti biasa. Semuanya simbah sendiri? Atau dibantu? Ya, bisa sendiri, ada lain-lain kerja lain. Bagian-bagiannya sendiri-sendiri. Bagian nyapu sendiri lain. Saya cuma nyapu diluar. Sama nanem-nanem. Saya seneng tanem-tanem. Biasanya nanem apa aja mbah? Ya itu terong sampe, banyak loh itu terong. Sekarang sudah mati, dicabut semua. Berarti hobinya simbah suka bercocok tanam sama njahit ya? Iyaa. Itu kalau simbah lagi bercocok tanam sama menjahit perasaannya simbah gimana? Ya seneng lah ada hiburan. Ndak ngelamun.
M masih bisa beraktifitas seperti biasa (Baris 259) M bisa sendiri, yang lain (Lansia lain) mengerjakan pekerjaannya sendiri-sendiri. M mendapat bagian nyapu diluar dan bercocok tanam. M senang bercocok taman seperti nanem terong (Baris 261-265 dan 267-268) M senang bercocok tanam, menjahit dan bersih-bersih. Hal tersebut membuat senang M karena merupakan hiburan bagi M,
M bisa beraktivitas seperti biasa (Baris 259) Aktivitas M (Baris 261-265 dan 267-268) Akrivitas yang dilakukan M merupakan sebuah hiburan bagi M (Baris 274 dan 277-278)
• Gambaran Aktivitas (Baris 259, 261-265, 267-268, 274 dan 277-278)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
275 276 277 278
Itu setiap hari simbah lakuin? Ya kalau ada jahitan ya, setiap hari saya lakukan. Kalau endak ya saya tanem-tanem. Bersih-bersih situ.
ndak ngalamun (Baris 274 dan 277-278)
279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290
Owh ya, simbah disini sudah berapa tahun mbah? Saya disini sudah 7 tahun… Owh ya mbah, mbah dulu kesini mau sendiri atau karena keluarga mbah? Dulu saya dari orang tua saya cuma sendiri, saya punya ibu angkat. Nah saya mau sendiri kesini. Dulu saya masih umur 5 tahun orang tua sudah tidak ada jadi diambil saudara papa jadi mama angkat saya saudara papa saya, ponakannya. Nah itu saya ndak bisa bahasa jawa.
M sudah tinggal di panti selama 7 tahun dan masuk ke panti karena keinginan sendiri (Baris 281 dan 284) M dahulu punya ibu angkat, saat umur 5 tahun orang tua sudah tidak ada jadi diambil saudara papa jadi mama angkat saya saudara papa saya, ponakannya. Nah itu saya ndak bisa bahasa jawa (Baris 285-290)
Keputusan masuk ke Panti (Baris 281 dan 284) M tinggal di panti karena dahulu tinggal sendiri (Baris 285-290)
• Keputusan masuk Panti (Baris 281 dan 284)
• Alasan masuk Panti
(Baris 285-290)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316
Owh gitu mbah? Dulunya bagaimana mbah pas masuk kesini? Kan orang tua kita pensiun, papa angkat saya, pensiun di lampung, terus saya sama anaknya, tapi anaknya rebut. Terus saya bilang “kalau saya tidak boleh disini saya ikut orang saja” “silahkan, sana!” Mamah saya begitu gak lama saya bilang “saya mau ke magelang, saya mau ke magelang mau cari saudara mama saya “saudara kamu, mama kamu aku, disana sudah ngak ada” kata mamah saya nah saya digituin saya berangkat. Saya ndak bisa kok dikasarin gitu. Terus saya tinggal dirumah saudara papa saya di magelang. Ndak lama tante saya kok sama saya perhitungan gitu, pelit banget natal-natal kok ngak dikasih baju saya mesti cari sendiri, saya coba beli-beli makanan terus saya jual buat cari uang. Kalau begitu saya ke bank bikin buku tabung dikit-dikit. Ya dibantu gereja juga, tapi kan paling bantu 25 ribu setiap bulan. Lama-lama saya jualan kok tante iri gitu, terus saya cari jalan untuk jualan untuk dapet uang jajan.
M kan orang tua pensiun, papa angkat saya, pensiun di Lampung, terus M sama anaknya, tapi anaknya rebut. Terus M mau ke Magelang mau mencari saudara mama jika tidak diperbolehkan tinggal di rumah orang tua angkatnya, M di persilakan untuk pergi mencari saudara mama di Magelang. Namun, mama angkat M mengatakan bahwa M sudah tidak punya saudara lain, karena perkataan mama angkatnya M tetap berangkat ke Magelang karena M tidak bisa dikasarin. Terus M tinggal dirumah saudara papa di Magelang. Ndak lama tante M kok perhitungan gitu, pelit banget natal-natal kok ngak dikasih baju M mesti cari sendiri, M coba beli-beli makanan terus dijual buat cari uang. Kalau begitu M
M tidak bisa menerima perlakuan kasar sehingga M pergi dari rumah (Baris 293-316)
• Gambaran Permasalahan (Baris 293-316)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
ke bank bikin buku tabung dikit-dikit. Ya dibantu gereja juga, tapi kan paling bantu 25 ribu setiap bulan. Lama-lama M jualan kok tante iri gitu, terus saya cari jalan untuk jualan untuk dapet uang jajan (Baris 293-316)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
317 318 319 320 321 322
Nah begitulah penderitaan saya, karena itu saya banyak pikiran mulai disitu mulai naek. Masih muda pikir hidup saya gimana, orang tua seperti itu jadi mau nggak mau kepikiran saya juga tidak berkeluarga njuk bersandar sama siapa?
Itulah penderitaan M yang menjadi beban pikiran sampai saat ini dan menurut M mengakibatkan tekanan darahnya naik (Baris 317-318) Masih muda sudah memikirkan hidup, orang tua seperti itu mau ga mau kepikiran. M juga tidak berkeluarga sehingga tidak tahu bersandar kepada siapa (Baris 319-322)
M memandang kehidupan masa lalu sebagai penderitaan (Baris 317-322) Beban pikiran membuat tekanan darah naik (Baris 317-318)
• Gambaran permasalahan (Baris 317-322)
323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337
Tambahan Owh gitu mbah, yayaya. Terus, simbah kan nggak menikah ya mbah? Ndak menikah saya... Itu simbah kenapa? Memutuskan untuk tidak berkeluarga? Ndak tahu ya, dulu pernah punya pacar ya, tapi islam, orang tua ndak kasih. Terus ada lagi yang mau sama saya, satu agama tapi saya ndak seneng sama orangnya, hehehe. "lah kamu tu, orang ada dikasih kenalan satu agama, orang menado sama-sama" "aku ndak mau" " ya ndak usah kawin" terus ndak kawin gitu, hehehehe ya ndak kawin tenanan, hehehehe...
M tidak menikah, dulu pernah punya pacar ya, tapi islam, orang tua ndak kasih. Terus ada lagi yang mau, satu agama tapi M ndak seneng sama orangnya. Terus ndak kawin gitu, ya ndak kawin tenanan (Baris 326 dan 329-336) Jadi mesti umur-umur 30 ya namanya hati tu masih ada kemauan punya suami ya. Tapi kalau sudah 40 ya sudah ndak sama sekali. M memutuskan biarlah hidup
Keputusan M untuk tidak menikah (Baris 326, 342, 351)
• Keputusan untuk tidak berkeluarga (Baris 326, 342, 351)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353
Itu simbah sendiri yang memutuskan? Iya, jadi mesti umur-umur 30 ya namanya hati tu masih ada kemauan punya suami ya. Tapi kalau sudah 40 ya sudah ndak sama sekali. Saya putuskan biarlah saya hidup sendiri. Jadi kalau ada orang deket-deket. "bu m kok deket sama dia?" aku tak anggep dia itu adek saya, saya ndak. Owh ya, berarti waktu simbah berumur 40 tahun itu, simbah memutuskan untuk? Sudah memutuskan untuk hidup sendiri. Tapi simbah merasa ada rasa sesal gitu ndak? Ndak, kalau sudah saya putuskan ya ndak. Kalau masih 20 atau 30 tahun masih ada kepingin, "kapan aku punya jodoh".
sendiri dan tidak menyesal. Jadi kalau ada orang deket-deket. "bu kok deket sama dia?" hanya dianggap adek saya (Baris 339-345, 348, dan 351-353)
354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365
Owh ya mbah, kalau hubungannya sama sesama simbah disini itu bagaimana mbah? Ya baik, kecentok-centok sedikit kan biasa… Biasanya kegiatan setiap hari apa mbah? Saya dulu bikin-bikin cempal, buat angkat-angkat tu lho mbak, lampin… Owh ya mbah, mbah kalau hubungan simbah sama mbak perawat bagaimana? Baik-baik saja, mbak perawat itu keras tapi nanti lama-lama ilang baik lagi. Ya kalau saya saya terima itu mbak, ya dari Tuhan kuat ndak.
M memiliki hubungan yang baik dengan sesama lansia di panti. Walaupun terkadang kecentok-centok (salah paham) sedikit namun sudah biasa (Baris 356) Kegiatan sehari-hari M membuat cempal/lampin (Baris 358-359) Hubungan M dengan perawat baik-baik saja.
M memiliki hubungan yang baik dengan sesama lansia dan perawat (Baris 356 dan 362-365) Aktivitas sehari-hari M membuat lampin (Baris 358-359)
• Gambaran relasi sosial (Baris 356 dan 362-365)
• Gambaran aktivitas
(Baris 358-359)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Terkadang keras namun lama kelamaan akan baik lagi. M menerima karena menurutnya itu adalah cobaan dari Tuhan (Baris 362-365)
366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387
Tambahan Terus kalau ini mbah, simbah kalau disini sama temen gimana mbah? Ya, kalau kecentok itu sering ya, tapi ya sudah tak ilangin, biasa aja gitu. Kecentoknya biasanya karena apa mbah? Karena cerita-cerita njok gimana gitu. Kadang ada yang saya tegor, kalau pake baju ndak bener saya tegor, marah. "biar, karepku" hehehe yasudah kalau ndak mau di tegor ya sudah. Tapi saya tetep omong. Owh gitu mbah, kalau yang paling deket gitu ada mbah? Paling deket yang sudah tidur disini (simbah yang sudah bedrest). Dulu sekamar sama dia, mbah itu juga pensiun, anak-anaknya ndak cocok mungkin, makannya tinggal disini. Simbah sering cerita-cerita gitu ya mbah? Iya. Sering cerita gitu nggak mbah? Sering cerita gitu ndak, kalau simbah punya masalah?
Jika dengan lansia di Panti M sering kecentok (salah paham), tapi ya sudah tak hilangin jadi biasa aja (Baris 369-370) Subjek salah paham dengan lansia yang lain biasanya karena menegur. Walaupun tegurannya tidak diterima oleh temannya, M tetap memberanikan diri untuk menegur (Baris 372-276) M menceritakan bahwa, teman dekat di panti hanya ada satu. M menceritakan masalah-masalahnya kepada teman dekatnya tersebut (Baris 379-382, 391-393)
Permasalahan dengan lansia lain dapat diatasi oleh M (Baris 369-370 dan 372-276) M memiliki teman dekat di panti sebagai tempat bercerita (Baris 379-382 dan 391-393)
• Gambaran relasi sosial (Baris 369-370, 372-276, 379-382, dan 391-393)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
388 389 390 391 392 393 394 395 396
Ndak, ndak suka tanyak. Owh gitu, kalau simbah ada masalah, biasanya simbah ceritain ke siapa? Ya sama simbah ini (yang bedrest) ya saya yang deket, cerita "itu, de'e ngene-ngene" "ah, nengke wae, biasa itu" Owh berarti ceritanya sama simbah itu aja ya? He'em.
397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408
Owh iya mbah, hehehe. Simbah kerjanya apa ya mbah dulu? Cuma jual-jualan lah. Saya ikut di tempat tante, di magelang juga mbantu-bantu masak. Terus saya cari uang dikit-dikit jualan barang orang gitu. Di ping-ping kan ya 3 kali (harganya di kalilipatkan). Kalau orang lain kan dua kali bayar, saya bikin 3 kali, itu jalan. Terus tante bilang, itu betul tidak kamu ambilin? Iya betul kan di catet. Ya pokoknya keluarga tante itu pelit banget. Tante yang di magelang.
M dahulu menjual beberapa barang, membantu memasak, dan M menjual beberapa barang dan di kreditkan ke orang lain. Tante M menanyakan beberapa hal mengenai pekerjaan M. M memandang keluarga tante yang di Magelang sangat pelit dengan M (Baris 406-408)
Pekerjaan M (Baris 399-404) M memandang tante seorang yang pelit (Baris 405-408)
• Pekerjaan (Baris 399-404)
• Pandangan terhadap
orang tua angkat (Baris 405-408)
409 410 411 412 413 414 415
Kalau saudara yang di Sidoarum, itu saudara dari yang magelang? Itu saudara dari adik, em mamah angkat. Dia kerja di bank tapi sudah pensiun. Nah sekarang dia tinggalnya disitu. Berarti keluarga simbah yang masih sering simbah temui yang di sidoarum itu?
M memiliki saudara angkat yang tinggal di Sidoarum yang mengunjungi M satu tahun sekali. M tidak pernah berkomunikasi melalui telefon dengan saudaranya. M bersyukur
M masih memiliki saudara angkat, namun jarang bertemu (Baris 411-413, 416-417, 420-424, 426-431, dan 433-436)
• Gambaran relasi sosial (Baris 411-413, 416-417, 420-424, 426-431, 433-436, dan 433-444
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442
Iya yang di sidoarum. Ah, paling satu tahun satu kali datang. Ada hubungan lewat telfon? Atau apa gitu mbah? Em, sana ndak pernah telepon, saya juga ndak pernah telepon. Kita kan cuma apa. Ada nomornya tapi saya ndak telepon. Kalau dateng ya syukur kalau ndak dateng ya ndak papa. Biasanya datengnya kapan mbah? Biasanya dia dateng hari jumat. Kerja di bank tapi udah pensiun. Sekarang di tarik lagi di, apa, bank apa gitu, jadi dia ditarik lagi kerja jadi jarang-jarang pulang. Nah 3 bulan atau 4 bulan baru pulang ke sidoarum. Jadi yang di sidoarum istrinya. Anaknya 2 sudah kawin. Kadang kalau kesini ngapain aja mbah? Ya cuma cerita-cerita, terus dia ngasih jajan gitu. Ini udah lama dia ndak dateng, tapi saya ndak mau tanya. Saya pasrah kok mbak, mau dateng ya syukur, ndak juga ndak papa. Ini juga yang kunjungan disini, juga kasih macem-macem kadang ada yang ngasih amplop, ada yang ngasih Rp 100.000 ada yang ngasih Rp 50.000, ndak mesti sih. Kadang juga kata mbak R (perawat panti) “bu, itu didepan ada berkat” “owh ya, semua?” Di
jika saudaranya datang, kalau tidak datang juga tidak apa-apa. Saudara M datang biasanya hari jumat, dahulunya saudaranya bekerja di Bank namun sudah pensiun dan sekarang bekerja lagi namun di luar kota. Saat ini yang tinggal dirumah hanya istri dan anak saudara M. Saudara M saat mengunjungi M bercerita dan membawakan makanan. Saudara M sudah tidak datang lama, mau tanya namun sudah pasrah mau datang ya bersyukur, jika tidak ya tidak apa-apa (Baris 411-413, 416-417, 420-424, 426-431, dan 433-436) Selain itu, M mendapat kunjungan di panti. Terkadang M mendapatkan berkat berupa uang, M berterima kasih atas berkat tersebut (Baris 433-444)
Berterima kasih ketika mendapat kunjungan (Baris 433-444)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
443 444
kasih ada yang Rp 20.000 ada yang Rp 50.000 ya lumayan, ya terima kasih gitu.
445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464
Kalau tantenya simbah masih ada mbah? Tante masih ada, tante tu gimana ya, ya cuma ponakan papa saya nikah dapetnya ponakan tante itu. Jadi kayak piye ya, dibilang saudara bukan orang lain juga bukan ya. Kalau dia ngaku ya saudara ya gitu. Berarti sekarang sudah ndak komunikasi ya mbah, sama yang di magelang? Sukak komunikasi. Masih? Iya, tapi anak-anaknya sukak dateng. Dateng kesini ya mbah? Kunjungan? Iya, nengok. Simbah kalau di datengin saudaranya gitu, perasaanya gmn mbah? Ya seneng, hehehe... Terus inget minum obat nggak mbah? Ya inget, kalau ndak. Tetep inget ya mbah? Kalau ndak naik lagi.
Saat ini tante M masih ada di Magelang. M menjelaskan bahwa sampai saat ini masih sering berkomunikasi dengan tantenya. M merasa senang ketika saudara-saudara menengoknya (Baris 446-460) Saat M senang tetap ingat untuk minum obat. Menurut M, kalau tidak meminum obat, tensinya akan naik (Baris 462-464 )
Senang ketika mendapat kunjungan dari saudara M (Baris 446-460) Saat senang tetap ingat minum obat (Baris 462-464 )
• Gambaran relasi sosial (Baris 446-460)
• Perilaku konsumsi obat
(Baris 462-464 )
465 466 467 468
Kalau ini mbah, hal-hal apa saja sih yang membuat simbah selama hidup ini tuh seneng. Adakah mbah? Peristiwa-peristiwa atau hal-hal yang bikin simbah senang?
Hal-hal yang membuat M senang adalah ketika bisa jualan, mendapatkan uang sendiri. Dahulu M mendapatkan uang dari
Pandangan negatif terhadap orang tua angkat (Baris 474-477)
• Pandangan terhadap orang tua angkat (Baris 474-477)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490
Saya bisa jualan, dapet duit sendiri, saya seneng gitu. Dulu saya ndak ada duit. Saya ambil makanan, saya jual laku. Itu, apa kredit-kredit itu juga jadi. Simpen di bank duitnya, tak deposito. Itu tante saya pelit sekali, jadi saya mesti cari sendiri kan. Saya keluar dari tante itu, tante pelit njuk anaknya bilang begini, kan dia cuma kasih uang jajan 10 ribu, anaknya dateng, "kamu sudah nggak jualan?" "sudah nggak" "kenapa? Ini saya kirim saja kulkasnya kakak sudah nggak dipakai, bikin es jual es. Eh tante pulang lagi rame laku kan es nya, disebelahnya sekolahan. Tante itu sirik apa piye ya, terus " ndak usah jualan es, turunnya banyak." "terus saya liat kulkas saya sudah tidak dicolok, padahal isinya banyak." terus tante saya bilang "wah, terus saya rugi." ndak boleh lagi. Ya terus saya pergi dari situ. Simbah terus pergi ke panti ini? Iya, e, tempat tante saya terus ndak lama terus saya ke adik. Baru kesini.
ambil makanan, menjual, laku. Kredit-kredit itu juga jadi disimpen di bank duitnya (Baris 469-473) M memandang tantenya seorang yang pelit sekali karena hanya memberikan uang jajan 10 ribu (Baris 474-477) M pernah dibantu oleh saudaranya untuk membuka usaha berjualan es. Namun, tante M merasa sirik pada M dan tidak memperbolehkan untuk berjualan karena merasa rugi, sehingga M memutuskan untuk pergi ke adiknya lalu ke panti (Baris 477-490)
M masuk ke panti karena mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari tante (Baris 477-490)
• Alasan masuk panti (Baris 477-490)
491 492 495 496 497
Selain itu ada lagi nggak mbah yang bikin simbah seneng? Yang bikin saya senang ya? Yang bikin hati saya seneng kalau kebaktian temen-temen saya mampir. "ayok kebaktian." kebaktian
Hal yang membuat M senang, kalau dulu bisa kebaktian bersama teman-temannya. Seneng ada teman-teman (Baris 495-499)
Senang saat berada di panti (Baris 505 dan 507)
• Tinggal di panti (Baris 505 dan 507
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
498 499 500 501 502 503 504 505 506 507
dimana dia mampir. Ke gereja dia mampir. Seneng ada temen-temen. Temen-temen yang disini atau yang di magelang? Temen-temen yang di magelang. Kalau yang membuat seneng simbah disini apa? Saya disini dikasih semuanya, Apa saja mbah? Dikasih-kasih seperti baju, saya seneng disitu.
M juga merasa senang berada di panti karena panti dikasih semua seperti baju, jadi M senang (Baris 505 dan 507)
508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525
Owh ya, terus ada nggak mbah peristiwa, ini lebih ke kejadian sih mbah. Peristiwa atau kejadian apa yang paling terkesan dalam hidupnya simbah itu. Owh saya dulu pernah, kan adek itu kerja di surabaya. Jadi kalau pergi gereja, gereja di surabaya, dia hari sabtu, nah hari minggu anter dia ke kereta api. Dulu kan bisa masuk semua, kita juga ikut masuk semua, karena adek dan temen-temennya semua ada, udah mau turun, itu perkara tuhan, sudah mau turun kecantol bajunya dikereta, jatuh saya. Jatuh disebelah kereta api, untung tidak kena apa-apa loh. Ya itu Tuhan tolong, saya juga heran. Tapi itu keretanya masih berhenti mbah? Keretanya masih jalan terus, tapi Tuhan memang kasian sama saya. Mungkin Tuhan ndak tega karena hidup saya menderita. Ya
M menceritakan pengalamannya ketika akan berangkat ke gereja bersama adiknya di Surabaya. Ketika M akan turun dari kereta terjatuh. Namun, M dapat selamat dari kejadian itu. M heran akan pertolongan Tuhan. Tuhan tidak tega dengannya karena kehidupannya menderita, dari kecil senangnya sedikit, namun banyak susahnya. Tuhan menolongnya walaupun ia hidup sendiri.
M memandang kehidupannya dahulu lebih banyak menderita (Baris 523-527 dan 559-560)
• Gambaran permasalahan (Baris 523-527 dan 559-560)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553
dari kecil gitu terus. Seneng ya, he cuma seneng sedikit. Banyak susahnya mbak. Saya jatuh itu sebelah saya kereta, jalan itu, kan ndak boleh berhenti keretanya. Adek saya loncat, "ndak papa kok," "ke dokter" "ndak usah." kita kan mau ke gereja, ke gereja aja. Ndak ada yang robek, ndak ada yang sakit. Itu Tuhan tolong. Kalau udah kena tangan saya putus. Ya biarpun saya hidup sendiri, tapi Tuhan selalu tolong. Saya ambil makanan, pia itu satu tempat 10, terus saya beli peyek, saya jalan jualan. Sebelum jalan saya berdoa dulu, Tuhan tolong saya, saya ndak punya uang. Eh mujizat, begitu saya pulang, itu masih di jogja ya, eh masih di jakarta, di bekasi. Adik saya tinggal di perumahan itu, perumahan elite. Saya jualan disitu kan banyak yang kenal. "bu m jualan?" "iya,". Habis kasian adik saya kan suaminya sudah nggak ada, ndak ada pensiun, masak saya minta dia. Waktu saya pulang, ini uang pia, ini uang peyek, ini uang becak, kan masuk perumahan itu masuk ke dalem. "naik becak ya." sampai rumah, semua sudah habis peyek sama pia. Nah terus di telefon lagi "bu m, bawakan saya peyek 20 bungkus." "kapan bu?" "besok, eh lusa." "owh ya, saya kesana." itulah uang lebih banyak persenannya. Ini
Sebelum berangkat berjualan M selalu berdoa meminta pertolongan Tuhan. Menurut M mukjizat hadir dalam kehidupannya, Saat itu M tinggal dengan saudaranya di Jakarta, karena tidak mau merepotkan adiknya ia berjualan. Saat itu dagangannya laku terjual dan di beri bonus oleh pembeli, bahkan lebih banyak bonusnya. Menurut M kejadian seperti itu adalah mujizat dari Tuhan. Sebelum beraktivitas M selalu berdoa dan juga selalu percaya dalam doa. Hal itu membuat M senang, tapi banyak susahnya (Baris 512-560)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
554 555 556 557 558 559 560
harganya, ini persenannya kok banyak persenannya ya. Saya bilang, Tuhan ini mukjizat. Tuhan tolong saya. Saya mau jalan kemana saja musti doa, Tuhan tolong, Tuhan tu, percaya dalam doa. Itu saya senang sekali. Ya ada senengnya ada susahnya. Tapi, banyak susahnya saya, hehehe.
561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574
Em, ada nggak mbah hal-hal yang dulu dari kecil atau dari masa muda dulu simbah pengen lakuin tapi sampai sekarang belum terlaksana itu ada? Belum terlaksana? Ya gimana ya, ya mamah angkat saya sleng sih ya, gini sedikit ndak boleh, curiga. Jadi ketakutan saja saya. Itu apa mbah? Yang simbah pengen dulu tapi mamah angkat simbah? Hal apa yang simbah pengen? Saya pengen kan pergi sama temen-temen, jualan. Saya ndak boleh. Nanti banyak-banyak bawa barang orang nanti ilang. Ndak percaya gitu sama saya.
Hal yang belum terlaksana dari dulu hingga sekarang adalah di perbolehkan orang tua angkat pergi bersama teman-temannya untuk jualan karena orang tua angkat M curiga dan tidak percaya dengan M. Menurut mama angkat M, jika M membawa banyak barang nanti bisa hilang. Sehingga M takut dengan orang tuanya (Baris 565-567 dan 571-574)
Pandangan M terhadap mama (Baris 565-567 dan 572-574)
• Pandangan mengenai orang tua angkat (Baris 565-567 dan 572-574)
575 576 577 578 579 580 581
Tapi galaknya itu setiap saat atau cuma di waktu-waktu tertentu aja? Di waktu tertentu saja. Ya dia penting-pentingin anak perempuan, ya anak perempuannya cuma satu. E, lima perempuan satu, empat laki. Jadi dia kalau beli apa-apa kalau baju ya hampir sama. Kalau beli barang-
Di waktu tertentu saja mama galaknya. Ya dia penting-pentingin anak perempuan, ya anak perempuannya cuma satu. Lima anak, perempuan satu, empat laki. Jadi dia
M memandang orang tua angkat sebagai seorang yang galak di waktu tertentu saja (Baris 577) M memandang orang tua angkat lebih
• Pandangan mengenai orang tua angkat (Baris 577 dan 577-581)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
582 583 584 585 586
barang emas itu loh. Terus dia beliin anaknya. "kamu jangan iri ya." "kenapa sih mah?" "itu om itu ada persen untuk Y. Kamu ndak, nanti kalau mama ada uang beli ya." Sampai sekarang ndak pernah."
(mama angakat) kalau beli apa-apa kalau baju ya hampir sama. Kalau beli barang-barang emas itu loh. Terus dia beliin anaknya. "kamu jangan iri ya." "kenapa sih mah?" "itu om itu ada persen untuk Y (saudara perempuan M).” Kamu ndak, nanti kalau mama ada uang beli ya." Sampai sekarang ndak pernah (Baris 577-586)
mementingkan saudara angkat M (Baris 577-581)
587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600
Owh gitu ya mbah. Kalau simbah, memandang ibu angkatnya simbah seperti apa mbah? Ibu angkatnya simbah itu orang yang seperti apa menurut simbah? E, disiplin bener dia, ndak beli ini, ndak beli itu. Keluar dikit sangkanya mau ngapa. Ya baik sih baik, tapi ya gitu. Orang lain, ndak sama sih ya hehe... Kalau baik, baik dalam hal apa mbah? Ya kalau baik seperti dia kalau bikin, dia kan njahit to, kalau dibikinin baju pasti saya dan anak perempuannya. Nah itu dia bikin sama. "mah, kok bikin sama sih, lucu." "nanti sangkanya orang, cuma anak mama saja di
M memandang mamah angkatnya sebagai seorang yang sangat disiplin. M merasa tidak diperbolehkan untuk membeli beberapa barang. Ketika ingin keluar, mamah M menyangka yang tidak-tidak. Selain itu, M memandang mamahnya sebagai orang lain (Baris 591-594) M memandang mamahnya baik ketika membuatkan baju, walaupun tidak seperti yang diharapkan M
M memandang orang tua angkat sebagai seorang yang disiplin dan tidak percaya dengan M (591-592) M memandang orang tua angkat baik ketika dapat memenuhi kebutuhan M (Baris 596-602)
• Pandangan mengenai orang tua angkat (Baris 591-592 dan 596-602)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
601 602
urus, kamu ndak." cuma gitu. Jadi musti nurut kalau sama mama.
harus menurut dengan mamahnya (Baris 596-602)
603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620
Owh ya, kalau tantenya simbah? Tante magelang? We, Natal aja saya ndak pernah dibeliin baju saya. Kalau natal untungnya saya dah kumpul uang ya, saya pergi ke bank kan masukin lagi. Sampai sekarang ya kan sudah habis, cuma saya kalau deposito kan cuma 3 bulan sekali, ganti lagi to. Kalau sekarang saya ambil bulan ini, kasih setahun saja. Pokoknya saya ambil buat beli baju. Ada hal yang baik dari tantenya simbah yang di magelang apa? Baiknya dia? Ya baiknya, apa ya... Seperti aku ke gereja, kalau ada temennya boleh pergi, cuman gitu aja. Memperbolehkan simbah pergi gitu ya sama temen-temen? Iya
M menceritakan bahwa tantenya tidak pernah membelikan baju natal untuknya. Namun, M mengumpulkan uang sendiri untuk membeli baju Natal (Baris 604-612) M memandang tantenya seorang yang baik ketika memperbolehkan ia pergi dengan temannya (Baris 615-617)
Pandangan tentang tante M yang tidak membelikan baju natal untuk M dan tidak memperbolehkan M pergi dengan teman-teman (Baris 604-612 dan 615-617)
• Pandangan terhadap orang tua angkat Baris 590-606 dan 615-617)
621 622 623 624 625
Saya pernah merasa sakit hati pas liat ada anak yang digandeng sama mamah dan papanya. Saya ingin sekali mbak, bisa digandeng orang tua kandung. Tapi, saya pasti bertemu lagi dengan orang tua saya nanti ya mbak.
M pernah merasa sakit hati ketika melihat ada anak yang digandeng orang tuanya. M ingin sekali bisa digandeng orang tua kandung. Tapi, M percaya
Ingin bertemu orang tua kandung (Baris 621-625)
• Gambaran permasalahan (Baris 621-625)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
akan bertemu lagi dengan orang tua kandungnya (Baris 621-625)
626 627 628 629 630 631 632 633 634 635
Owh ya mbah, selanjutnya saya mau nanya, kalau pendapatnya simbah tentang kehilangan itu seperti apa mbah? Menurut saya ya, sedih pasti tapi sudah diambil yang punya jadi ndak terlalu sedih. Sekarang sudah senang disana Jadi memang ada perasaan sedih, cuma lama-lama ya pasrah gitu mbah? Iya pasrah sudah diambil sama yang punya kok
Menurut M kehilangan seseorang yang dikasihi awalnya pasti sedih sudah diambil yang punya jadi tidak terlalu sedih karena sudah senang disana (Baris 629-635)
Pasrah menghadapi kematian (Baris 629-635)
• Menghadapi kematian (Baris 629-635)
636 637 638 639 640 641 642 643 644 645
Owh ya mbah, kalau simbah memandang kematian itu seperti apa mbah? Memandang kematian? biasa aja tu Biasa bagaimana mbah? Takut endak? Siap? Iya, kalau siap ya siap. Sudah pasrah mbak. Memang sudah musti begitu mau apa? Berarti tidak takut ya mbah? Siap mbah? Siap (sambil tersenyum) walaupun belum tau kapan ya.
M biasa saja dalam memandang kematian. Kalau siap ya siap. Sudah pasrah karena sudah semestinya seperti itu, walaupun belum tahu kapan (Baris 638-645)
Siap dan pasrah menghadapi kematian (Baris 638-645)
• Menghadapi kematian (Baris 638-645)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 3
Tabel Verbatim Informan II
Informan II No. Verbatim Ringkasan Intepretasi Tema 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Mbah H ya? Iya, mbah H. Usianya berapa simbah? 84 tahun agustus nanti. Owh agustus nanti 84 ya mbah? Iya agustus nanti Sebentar lagi ulang tahun ya mbah? Masih lama ding ya mbah Hehe, iya ini uwis juni kurang rong sasi. Nah ini mbah saya mau bertanya tentang obat. Nah simbah ada obat yang rutin diminum sama simbah setiap hari? Em, anu maag itu ranitidin Owh kalau simbah ranitidine, obat maag ya mbah? He’em obat maag, soalnya sudah kritis kok mbak. Sudah puluhan tahun.
H berusia 84 tahun agustus nanti. Saat ini H mengidap sakit Maag dan mengkonsumsi obat Ranitidin. Ranitidin merupakan obat Maag, H juga menjelaskan kalau sakit Maag yang diderita sudah kritis dan sudah sakit sejak puluhan tahun (Baris 4, 13, dan 16-17)
Saat ini H mengidap penyakit Maag kritis dan mengkonsumsi obat obat Ranitidin (Baris 13 dan 16-17)
• Sakit yang diderita (Baris 13)
• Obat yang dikonsumsi (Baris 13 dan 16-17)
18 19 20 21 22
Sudah puluhan tahun? Sejak kapan mbah? Em, masih muda, sudah puluhan tahun. Em, anak saya yang dulu tu baru SD kok sampai sekarang sudah meninggal, hehe sudah 54 tahun ini. Itu kan nakal sekali anak saya yang sulung
H mengidap penyakit sudah sejak masih muda. Sejak anak sulung H SD sampai sekarang yang nakal.
H mengidap sakit Maag sejak merawat anak sulung (Baris 19-25 dan 38-40)
• Diagnosa awal (Baris 19-25 dan 38-40)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
itu lha ya itu mulai memikirkan anak saya itu saya tu sakit maag itu. Lha nakal kan ya anak saya itu. Owh, terus simbah jadi sakit? He’em, terus anak saya itu sampai umur berapa, 32 tahun meninggal ya gara-gara nakalnya itu. Hanya minum minuman (alkohol), main (judi) gitu lho kerjaannya anak yang sulung itu. Kalau masih ada sekarang sudah 50 piro ya, kelahiran lima Sembilan ki piro mbak? 57 tahun ya mbah? Iya, kalau masih ada. Itu meninggalnya umur 23 tahun itu kecelakaan ya karena mabuk. Nganu kendaraan itu buk di tabrak nah kena jan, eh hatinya itu terus pendarahan dirumah sakit sampai 39 hari lalu meninggal. Nah terus maag saya tidak bisa sembuh sampai sekarang kok belum sembuh total. Tiap 2-3 jam tu perih perut saya itu. Nah terus makan mbak, tiap 2jam 3jam saya makan mbak. Makannya saya 5x lho mbak disini saya.
H juga bercerita bahwa anaknya meninggal, sudah 54 tahun yang lalu. Anak suling H itu kan nakal sekali, mulai dari situ H memikirkan anaknya dan sakit Maag. Anak sulung H meninggal gara-gara kenakalannya. Hanya minum minuman (alkohol), main (judi) gitu lho kerjaannya anak yang sulung itu. Kalau masih ada sekarang sudah 50 piro ya. Anak H meninggal umur 23 tahun kecelakaan karena mabuk. Kendaraannya menabrak buk (tong), kena hatinya dan pendarahan, dibawa ke rumah sakit, dirawat sampai 39 hari lalu meninggal. Nah terus Maag H tidak bisa sembuh, sampai
Memikirkan anak sulung membuat sakit maag (Baris 22-25, 27-30, dan 34-38) Setiap 2-3 jam perut H perih (Baris 40) H mengobati Maag dengan makan setiap 2 sampai 3 jam sekali (Baris 41-43)
• Gambaran kognitif (Baris 22-25, 27-30, dan 34-38)
• Hal yang dirasakan
saat sakit (Baris 40) • Perilaku konsumsi
obat (Baris 41-43)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
sekarang kok belum sembuh total. Tiap 2-3 jam tu perih perut H itu. Nah terus makan, tiap 2jam 3jam H makan. Makannya sampai 5x disini (panti).
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Tambahan Kalau habis makan itu perihnya ilang nggak mbah? Iya ilang mbak, tapi kalau sudah jamnya mbak, ya perih lagi. Kalau sudah jamnya itu kok perih hahaha.... Kok bisa mbah? Ya nggak tau mbak. Hahaha, itu gimana ya kok kerasa perih, nah saya lihat jam, lho ya sudah jamnya hahahaha. Lho kok keroso perih wetengku, lihat jamnya lho wes wektune mangan. Dadi wetenge malah merintah wes wektune kon makan. Saya juga masak sendiri kan mbak, jadi hanya uyah, bawang gulo mbak. Jadi yo rasane wes ora enak mbak. Tapi yo meh piye meneh. Makan opo-opo ora wani. Sik rodo kecut titik, koyo pisang, ga bisa saya mbak. Kalau kecut setitik saya kasihkan teman saya, hehehehe. Nah kalau mie itu karna kan kesukaan saya mie goreng. Tapi kalau dari
Setelah makan, perihnya hilang. Namun, ketika sudah jamnya (sakit) terasa perih lagi (Baris 47-49) H tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Kok perih, saat H melihat jam, ternyata sudah waktunya makan. Kok terasa perih perutnya, lihat jam ternyata sudah waktunya makan. Jadi, perutnya malah merintah sudah waktunya untuk makan (Baris 51-56) H juga masak sendiri dengan bumbu garam,
Setalah makan, rasa perih hilang (Baris 47-49) Perut memerintah untuk makan (Baris 51-56) Pengganti obat Maag adalah makan (Baris 68)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 47-49, 51-56 dan 68)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
64 65 66 67 68
masakan umum kan pedes jadi ya ga berani makan, jadi nggak makan. Hehehehe, jadi pengganti obat maag ya makan itu ya mbah? Iya mbak, ya makan hehehhe.
bawang dan gula sehingga rasanya tidak enak tetapi mau bagaimana lagi (Baris 56-65) Menurut H pengganti obat maag adalah makan (Baris 68)
69 70 71 72 73 74 75 76 77
Kalau bagian-bagian tubuhnya simbah yang sakit itu apa saja mbah? Keju kemeng itu biasanya saya kasih minyak Hotin itu kan panas tiap hari digosokin terus wong tiap hari awak e sakit terus. Kalau gatel-gatel itu pake bedak Herosin. Simbah gatel gatel itu alergi? Enggak, itu kalau ada kringet gatel kalau engga ya engga. Ya pakai bedak Herosin itu.
Saat H pegal linu, H memberi minyak Hotin, setiap hari digosok di tubuh H karena setiap hari sakit terus. Kalau H gatal-gatal karena keringat diberi bedak Herosin (Baris 71-77)
H merasa badnnya sakit setiap hari (Baris 71-73)
• Gambaran afektif (Baris 71-73)
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
Sakniki bade tanglet kesehatane simbah sakniki. Simbah sakniki sing sakit paling parah nopo mbah? Yo mung mben dina ngelu karo maag kui. Maag niku simbah sejak kapan mbah? Wo wiwit ijih enom mbak. Umur pinten mbah? Umur piro yo, aku ki isih enom kok mbak lagi hurung eneng 60 kok mbak yo antara 60. Kui kan aku nikah dua kali mbak. Sing pertama umur satu setengah ditinggal bapake, bapake
H menjelaskan bahwa setiap hari linu dan sakit maag (Baris 81) H menceritakan bahwa ia menikah dua kali, suami yang pertama meninggal karena kecelakaan. Anak pertama H adalah seorang anak yang nakal, suka mencuri
Setiap hari linu dan sakit maag (Baris 81) H mengidap sakit Maag sejak masih muda (Baris 85-86) H sakit maag karena merawat anak sulungnya (Baris 91-112)
• Sakit yang diderita (Baris 81)
• Diagnosa awal
(Baris 85-86)
• Gambaran Permasalahan (Baris 91-112)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116
meninggal kecelakaan. Bapak e malah pegawai negeri. Bojo pertama malah pegawai negeri mbak. Nah kui nakal to bocah kui (anak H dari pernikahan pertama). Gawene nyolongi opo-opo didol nggo main, kui cah cilik wes iso main (judi). Jaman anakku sing mbarep gawan bojo pertama kui tekan SMP angger neng sekolah ora mbayar mung ngono wae bola bali ngono. Terus ibu, ibuku ngendika mbok diterke Jakarta wae nderek om arep mlebu SMP ki. Tak lebokke neng Solo, tak lebokke neng SMP Katolik lho wesan kui yo tetep ora mbayar. Aku nganti judeg. Melu adikku neng Jakartra nganti lulus SMP dibalekke neng Solo. Mergo nakale wes tobat, ora mari bocah iki nakale. Terus bocah kui tak lebokke neng STM swasta Solo, kui wae ning kono ijih nganu wae, dadi wiwit bocah kuwi SD to aku loro, pokok e ket bocah kuwi SD aku nduwe maag. Dadi tak terke neng Jakarta to bacah kuwi, pas mulih kok awakku lan wetengku loro banget, mutah-mutah. Nah terus tak priksakke dokter kok jebule maag. Nah kok seprene ora mari. Dokter jare wes kronis, wes luka ngono lho. Dokter kan kon ngemil, aku ra kulina ngemil mbak bengi barang ora kulina mangan angger wes sore mbengi ki mangan ora ngombe yo ra, ora kulina mangan mbengi. Yo nek awan delok delok mangan, pendak 2 jam
barang untuk dijual dan bermain judi. H menceritakan bahwa ia sudah bosan dengan kelakuan anaknya. Anaknya pernah disekolahkan di Jakarta dan dititipkan ke adik H, namun dipulangkan ke Solo karena anaknya nakal. Jadi sejak anaknya SD, H sudah sakit Maag. Ketika pulang dari mengantarkan anaknya ke Jakarta, badan H dan perutnya sakit dan diperiksakan ke dokter ternyata sakit Maag. Sampai sekarang belum sembuh, kata dokter sudah kronis. Saat ini diobati dengan makan 5 kali sehari sudah tidak dengan obat (Baris 85-126))
Setiap 2 jam sekali H makan untuk meredakan sakit Maag (Baris 115-126)
• Perilaku konsumsi
obat (Baris 115-126)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
117 118 119 120 121 122 123 124 125 126
mangan dadi peng 5 mangan sego. Peng 5 makane mergo nduwe loro maag iki to. Yo mung nek esuk tangi turu kae lak sok entuk wedang ngombe wedang entuk wedang karo panganan jam 7 opo setengah 8 kan sarapan. Engko jam 10 mangan meneh, jam 12 mangan meneh, jam 3 mangan meneh, engko jam 6 sore. Iki ojo diselani panganan mbak, peng 5 mangan ki dipangan panganan, neng yen bengi wes ora babar pisan.
127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140
Niku nek malam sakit mbah, dimaem mboten obat mbah? Aku ra mangan obat, diseneni ndak kecanduan obat ndak aku wes ra tuku meneh. Mung pisan lho sedino Ranitidin kui. Dadi tuku 3 emplek nggo sesasi. Wes pasrah Gusti, mati urip kersane Gusti ngono wae mbak. Nek sakit ditahan mawon? Yo mangan panganan opo onone. Mangan sego ora ngombe obat. Ngombe obate mung tensi kui karo dokter dikei terus dokter R kan diketahui mbak R, bungkuse reti to. Dadi sing nukokke pengurus, tuku dewe ratau mbak, wedi. Wes ratau tuku obat, wes pasrah mbak.
H tidak meminum obat karena dimarahi oleh perawat dan nanti bisa kecanduan obat sehingga tidak membeli obat maag lagi. H sudah pasrah kepada Tuhan, hidup dan mati Dipasrahkan kepada Tuhan (Baris 129-133) Kalau sakit Maag H makan apa yang ada. Makan nasi tidak minum obat. H hanya minum obat tensi. Obat tensi dibelikan oleh pengurus, jadi H tidak
H sudah tidak konsumsi obat Maag (Baris 129-130 dan 135-136) H hanya konsumsi obat Hipertensi (Baris 130-131 dan 136) H takut beli obat (Baris 139) H sudah pasrah dengan sakit yang diderita (Baris 139-140)
• Perilaku konsumsi obat (129-130, 135-136, dan 139)
• Obat yang
dikonsumsi (Baris 130-131 dan 136)
• Pasrah dengan sakit
yang diderita (Baris 139-140)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
membeli sendiri karena takut (dimarahi). H sudah pasrah (dengan sakit yang diderita) (Baris 135-140)
141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163
Berarti dulu simbah pertama kali sakit gara-gara mikirke anake simbah? Yo kuiki yo mikirke je, masa lalu yo isih kepikir ki mbak. Arepo wes suwe le meninggal kae isih kepikir jaman cilik. Bocah-bocah isih sekolah isih kuliah ngumpul ki kepikiran terus, sok kelingan. Jane yo ora dieling-eling tapi kelingan. Iki senengane opo, iki sengengane opo. Neng ratau krengan lho anakku iki. Pinten mbah anake simbah? Tiga? Telu anak sing keri, sing disik mau siji dadi papat. Lha matine we urut lho mbak. Aku nek rakuat imanku, anak telu iki tahun 1991 meninggale. Telu iki yo 26, 27, 28 2 tahun iki urut lho mbak, tiap tahun. Nah nek rakuat imanku, ono sing ditinggal bojone wae ambruk. Nek bojo kuwi kan katresna ne podo wae yo mbak. Bojo mbarep tahun 2000, amak mbarep 91. Nek anak seng 3 26, 27, 28 dadi urut mbak. Nek ora kuat imane po ra stress aku mbak, aku percaya Gusti. Wes kagungan e Gusti dipundut. Neng yo sok ijih kelingan ngono lho, yowes pasrah dipundut sing kagungan yo uwis. Wong
H memikirkan masa lalu, walaupun anaknya sudah lama meninggal, sampai sekarang H masih kepikiran jaman anaknya kecil. Saat, anak-anak H masih sekolah, masih kuliah, dan saat kumpul bersama. Sebenarnya tidak diingat tapi masih teringat-ingat. Apa saja kesukaan anak-anak H. Anak H juga tidak pernah bertengkar (Baris 143-149) H menceritakan bahwa anaknya meninggal berurutan. H menyatakan bahwa kalau kuat imannya. Kalau tidak kuat
H masih sering teringat anak-anaknya, hal tersebut membuat kepikiran (Baris 143-149 dan 162-167) H pasrah kepada Tuhan saat anak-anaknya meninggal (Baris 151-167)
• Gambaran kognitif (Baris 143-149 dan 162-167)
• Menerima kematian
anak (Baris 151-167)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
164 165 166 167
senengane jaman seneng mangan iki mangan iki ijeh kelingan. Anakku sing kedua kui senengane masak, lanang tapi seneng masak senengane ngrewangi masak. Kan lanang 2 wedok 2.
imannya, H bisa stress. H kuat imannya karena percaya kepada Tuhan. Sudah kepunyaannya tuhan jadi diambil. Ya masih sering teringat, ya sudah pasrah sudah dipanggil Tuhan. Masih sering teringat, makanan kesukaan anak H (Baris 151-167)
168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182
Tapi simbah pun menerima nggih mbah? Mpun mbak, pasrah Gusti karo nyuwun didongakke paringi kuat. Nek dipundut gampang ngono lho ojo gawe-gawe sakake mbak R, mbak R ngopeni wong pirang pirang. Aku nyuwun Gusti ben dipundut gampang. bojoku yo dipudut gampang wong bengi isih bengak-bengok jam sepuluh esuk wes raeneng. Bengak-bengok “arep pipis ning” mbiyen nik nyeluk aku nuning. Lha anake arep pamit piket (kerja) “aku arep piket pak, mengko nik aku mulih arep dimasakke apa pak? Dimasakke sop?” “yoh” mantuk (mengangguk) ngono kuwi. Mbalik mulih, anake mulih dimasakke “pak, sup e mateng ayo dahar” meneng wae gek
H sudah pasrah pada Tuhan dan meminta didoakan agar diberikan kekuatan. Kalau diambil (meninggal) mudah, karena H kasihan pada perawat panti karena sudah mungurusi banyak orang di panti. H meminta agar saat meninggal, mudah. Dahulu suami H saat meninggal dimudahkan, malam
H memasrahkan kehidupannya kepada Tuhan (Baris 169-198)
• Memasrahkan kehidupan pada Tuhan (Baris 169-198)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198
ora eneng. Dadi mbegi ijih iso mbengoki anake arep pipis jam 10 wes ora ono bapake. Aku nyuwun Gusti nek dipundut gampang ojo ngrekasani mbak R. Seumur-umor ora tau aku karo bojoku kuwi nesuan. Pisan tok til bojoku nesu. Aku ngantikke kasur bojoku nesu, mergo kasure kebak wes kakehan to digantikke (diberikan) tonggoku. Nesu aku nganti ditampar pisan tok kui. Ora ono ket tahun 1964 ngantek tekan 2008 kui lagi nesu sepisan kui tok, anake ngene-ngene ora tau nesu ra tau ngopo. Malah sing kerep nesu karo anak-anak aku iki nek bapake ki ratau nesu. Ning aku nek nesu karo bocah-bocah ratau nangani (main tangan) ratau opo-opo, aku mbantingi kaleng nek nesu hehe suarane pating grombyang.
masih berteriak, pagi sudah tidak ada. Saat anak H berpamitan untuk bekerja, saat anak H pulang suami H sudah tidak ada. H menyampaikan jika ia meninggal, meninggalnya gampang tidak merepotkan perawat panti. H juga menceritakan bahwa ia tidak pernah bertengkar dengan suaminya (Baris 169-198)
199 200 201 202 203 204
Tapi secara keseluruhan simbah tetep mensyukuri kehidupan simbah nggih? Iya iya, matur nuwun paringi Gusti nyuwun nek dipundut gampang, aku yo tumindak dawuh-dawuhe Gusti miturut kersane Gusti ojo nganti nerak uwale Gusti.
Secara keseluruhan H menyukuri kehidupannya, berterimakasih dan meminta kepada Tuhan supaya ketika meninggal mudah (Baris 201-204)
H menyukuri kehidupannya, berterimakasih dan dimudahkan ketika meninggal (Baris 201-204)
• Menghadapi kematian (Baris 201-204)
205 206
Simbah kan minum obat rutin obat tensi nggih mbah? Niku simbah minum terus?
Saat H rutin meminum obat tensi dari dokter
Rutin konsumsi obat Hipertensi degan rutin (Baris 207-208)
• Frekuensi minum obat (Baris 207-208 dan 214-219)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219
He’em. Dipriksa bu dokter aku matur kok tensine duwur yo mesti diparingi obat. Simbah nek tensine tinggi niku rasane pripun? Ngelu, koyo cekot-cekot (kepala), rasane kemeng. Niku simbah langsung minum obat? Sedina pisan kok, esuk. Karo wahing pilek terus ngombe kui malah karo piayi-piayi iki okeh, aku mangan tok lho iki, ora pendak kumat ngombe pendak kumat ngombe karo pilek wahing wae aku. Ngelune mergo wahing wae kui aku lha aku ngombe Paracetamol.
sehari sekali (Baris 207-208) Saat tekanan darahnya tinggi, H merasa linu dan cekot-cekot (bagian kepala) (Baris 211-212) Sehari H minum obat sekali setiap pagi. H minum obat jika sakit saja dan makan saat perut perih, tidak seperti lansia lainnya di panti yang minum banyak obat. Saat sakit karena flu H minum Paracetamol (Baris 214-219)
Saat tekanan darah tinggi H merasa linu dan pusing (Baris 211-212) Minum obat tensi sekali setiap pagi, minum Paracetamol saat pusing saja (Baris 214-219)
• Hal yang dirasakan
saat sakit (Baris 84-85 dan 88)
220 221 222 223 224 225 226 227 228 229
Farmalat ya mbah, itu setiap hari juga mbah? iya setiap hari, hanya separo dan itu dikit banget mbak. Dulunya saya juga katopril terus saya periksa ke dokter A dikasih Farmalat ya sekarang ganti Farmalat. Dulu kan saya mudanya darah rendah lah kok tua kok darah tinggi, ee ya mikirke anak, anak-anak kuwi ya marai, dadi sok kelingan anak. Pikirannya ya teringat anak-anak itu. Anak empat kan sudah
H setiap hari mengkonsumsi setengah obat Farmalat. Dahulu mengkonsumsi Kaptopril namun saat ini diberi resep oleh dokter obat Farmalat. Dahulu saat muda H mengidap tekanan
Setiap hari mengkonsumsi obat Hipertensi (Baris 222) H mengganti obat Hipertensi atas saran dokter (Baris 223-225)
• Frekuensi minum obat (Baris 207-208 dan 214-219)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 223-225)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257
tidak ada semua kan mbak. Jadi sudah ndak punya anak, satu aja tidak punya. Terus mikirke cucu, nah sok tinggi itu juga mikirke cucu, kangen cucu. Kan ada cucu dua to, tinggal di solo tapi sudah lama nggak kesini. Nah kelingan wae lho mbak, kangen. Nah duwek e kan tinggal putu kuwi to wes ga ono sopo-sopo dadi kangen. Jadi yang gede kan itu sudah kerja mau lulus STM nah karena nggak duwe wong tuwo ra ono sing ngeragati, jadi lulus STM terus kerja. Kuwi wes 8 tahun lho mbak ora ketemu dadi kangen banget mbak hehehe. Nek adiknya sudah kesini, kalau adiknya masih SMP, ujian ini baru ujian adeknya, adeknya sudah kesini, “nek uwis mlebu sekolah rene meneh karo mase yo nduk, niliki mbah, aku kangen banget, kowe meh mlebu sekolah endi nduk?” “SMK mbah” “yawes ora popo SMK, soale ora ono sing ngeragati mengko anger ewes entuk kerjaan wes ora popo” wong ibuk e wes mati bapak e nikah meneh. Dadi kuwi melu mbah e seko bapak e kuwi lho mbak. Nah mbah e muslim, nah putuku kuwi bulik e katolik, neng saomah karo mbah e. “lha kowe piye nduk? Kowe neng grejo po ora?” “nderek bulik kok mbah” “oh yo wes nderek bulik podo wae” “neng kowe tetep nderek Gusti”. Nah sik gede kuwi ora ono sing ngarahke, ijih nderek gusti po ora. Pas cilik wes
darah rendah, pada saat tua penderita tekanan darah tinggi ya karena memikirkan anak-anaknya. Anak empat sudah tidak ada semua, jadi saat ini tidak memiliki anak, satupun tidak punya. H menceritakan bahwa terkadang tekanan darahnya naik karena ia memikirkan cucunya, kangen dengan cucu. H memikirkan cucunya. Apakah cucunya masih nderek Gusti (memeluk agama Kristen/Katholik) (Baris 222-263)
H sakit Hipertensi di masa tua (Baris 225-228) H sakit Hipertensi karena memikirkan anak-anaknya yang sudah tidak ada (Baris 225-231) H sakit Hipertensi karena memikirkan cucu (Baris 231-263)
• Gambaran Kognitif (Baris 225-231 dan 231-263)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
258 259 260 261 262 263
dibaptis, tapi pas gede wes dewe, ngekos mbak. Dadi pikiran ngono mbak aku kuwi. Putu kuwi wes ora ono sing ngarahke, kudune kan wes sidhi kan wes dewasa wong wis 21 tahun umure. Aku mikirke ngono kuwi mbak dadi bocah kuwi isih nderek gusti opo ora, makane mikirke mbak.
264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283
Tapi obat niku membantu simbah meringankan beban pikian mboten? Biasa ki mbak Sing biasane saged meringankan beban pikirane simbah niku nopo? Ora ono, wong karepe ki yo ojo mikir tapi yo kepikir wae kok karepe diloske tapi kok angger ngalamun tetep kelingan. Teng gereja, ngidung, moco Alkitab niku tesih enten pikiran nggih mbah? Nggih, kula isih mbaca Alkitab karo bu A mbendina aku tuku renungan sing tuku renungan mung aku dewe neng TPA niku kula mesti tuku liyane ra ono sing tuku mbuh moco mbuh ora winggi diparingi seko wilayah nek kula nggih moco. Kula durung plong nek durung maca renungan esuk bar mangan. Kula kan jawa, tukune Wasita Adi iki diparinggi seko wilayah kok opo kabeh nganggo jawa ya. Niku kabeh wilayah oo wilayah 11 tok nggh, wilayah
Menurut H obat memberi efek biasa pada beban pikiran H. Menurut H tidak ada yang bisa meringankan beban pikiran H. H ingin tidak memikirkan masa lalunya, namun pikiran itu tetap datang saat melamun. Saat pergi ke gereja, bernyanyi dan membaca Alkitab H masih kerap kepikiran mengenai masa lalunya (Baris 266, 269-271, dan 274-285)
Obat tidak mempengaruhi beban pikiran H (Baris 266, 269-271, dan 274-285)
• Gambaran konasi (Baris 266, 269-271, dan 274-285)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
284 285
11 diparingi kabeh kalih warta jemaat niku kan enten to.
286 287 288 289 290 291 292 293
Jadi simbah minum obat karna udah sakit sama resep dari dokter ya, minum terus nggih mbah mboten mandeg. Mergane kan diparingi dokter niku dadi kan pengurus ngerti. Sing nukokke kan pengurus to niki mboten tuku dewe, nek tuku dewe mboten wani seko dokter diwenehi resep sing tuku pengurus panti. Mung 1 setiap hari.
H konsumsi obat karena diberi oleh dokter dan diketahui oleh pengurus panti. Pengurus panti yang membelikan obat, H tidak membeli obat sendiri. H tidak berani membeli obat sendiri. H mengkonsumsi obat Hipertensi sejar 1 (Baris 289-293)
Konsumsi obat karena anjuran dokter (Baris 289-292) Konsumsi obat Hipertensi sehari sekali (Baris 293)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 289-292)
• Frekuensi minum
obat (Baris 293)
294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307
Owh iya mbah, tadi kan simbah dapat obat dari dokter ya mbah? Pernah mbah obatnya habis? Pernah, tapi saya ya diam saja. Ya pusing tapi, itu saya merasa seperti darah rendah, rasanya mubeng-mubeng gitu. Kayak gluyar-gluyur mau jatuh itu lho mbak. Jane ya tensine dhuwur. Kok koyo pusing prepet-prepet, mau jatuh jadi ya saya pegangan mbak. Nah itu mbak, akhir-akhir ini ndak pernah rendah lho mbak. Tensi saya 160mmHg – 170mmHg. Saya itu waktu masih muda darah rendah, dulu rasanya kayak mubeng-mubeng terus tibo brek, sampai jam-jaman sadar sendiri mbak, kan saya dirumah
Obat hipertensi H pernah habis, namun H hanya diam saja, walaupun pusing. Saat tekanan darah H tinggi, H merasa seperti darah rendah, seperti berputar-putar mau jatuh. Rasanya seperti pusing, pandangannya buram, hampir jatuh, sehingga H selalu pegangan (kursi atau tempat tidur). Akhir-
Saat obat habis, H hanya diam saja (Baris 297) Saat tekanan darah H tinggi, H merasa pusing, pandangan buram sehingga merasa akan jatuh (Baris 297-302 dan 309-318) Tekanan darah H akhir-akhir ini 160 mmHg-170 mmHg (Baris 303-304)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 297)
• Hal yang dirasakan
saat sakit (Baris 84-85 dan 88)
• Sakit yang diderita
(Baris 303-304)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323
sendiri mbak, kan anak-anak sekolah ndak ada temennya di rumah. Dadi mumet e kok ra njamak to, tibo dan sadar sendiri mbak ndak ada yang mbantu mbak. Tapi anehnya tekanan darah tinggi ini saya ndak pernah sampai semaput, cuma pusing gitu mbak, ngluyur-ngulur mau jatuh gitu mbak. Tapi ndak pernah pingsan saya. Selama tensi tinggi ini ndak pernah pingsan. Kalau bangun tidur itu rasanya mubeng-mubeng gitu mbak kayak mau jatuh, jadi harus pegangan kalau mau jalan. Nah, dokternya juga bilang, jangan berhenti minum obat. Ya sudah mbak saya sudah pasrah, saya juga bilang dokter kalau saya takut nanti ndak obatnya double-double. Nanti kebanyaan obat mbak, jadi ya sudah salah satu saja. Pasrah sama Tuhan.
akhir ini tekanan darah H selalu tinggi, 160 mmHg-170 mmHg. Saat masih muda mengidap tekanan darah rendah, yang dirasakan pusing dan bisa sampai pingsan. Saat tekanan darah tinggi, tidak pernah pingsan. Saat bangun tidur rasanya seperti berputar-putar mau jatuh, sehingga harus pegangan saat mau jalan. Dokter menganjurkan untuk minum obat terus menerus. Saat ini H pasrah pada Tuhan dengan kesehatannya. (Baris 297-323)
Dokter menganjurkan untuk konsumsi obat Hipertensi terus menerus (Baris 318-319) H sudah pasrah dengan kesehatannya (Baris 319-323)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 318-319)
• Pasrah dengan sakit
yang diderita (Baris 319-323)
324 325 326 327 328
Owh ya mbah, berarti dulu waktu minum obat maag gara-gara sakit aja atau dikasih resep dokter? Iya, dari resep dokter. Terus selanjutnya beli kalau habis. Tidak usah pakai resep, sudah rutin.
H menjelaskan bahwa ia mendapatkan obat dari dokter (Baris 327-328).
Obat di dapatkan dari dokter (Baris 327-328)
• Obat yang dikonsumsi (Baris 327-328)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
329 330 331 332
Berarti dari dokter ya mbah? Iya dari dokter, setelahnya nggak cek lagi tapi langsung. Beli tidak usah ke dokter, langsung beli aja.
Setelah obat habis tidak cek ke dokter lagi, tapi langsung beli obat lagi (Baris 330-332)
Ketika obat habis, H akan langsung beli (Baris 330-332)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 330-332)
333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355
Tambahan Kemarin saya kan udah tanya ke simbah yang sama mbah M tanya tentang obat. Simbah sakit maag terus simbah konsumsi obat maag saja. Obat maag ranitidin tapi sekarang sudah nggak boleh ndak kecanduan obat ngono lho, wis ra tuku obat. Udah nggak beli lagi mbah? sejak kapan mbah? Wiwit iki, sudah nggak beli. Kemarin, diberi tau dokter kapan mbah? Dokter nggak ngasih tau, tapi dari sini aja, diberi tau ndak kecanduan obat kalau minum obat. Terus saya berhenti ndak beli. Itu kalau tensi tinggi itu tiap dokter R kesini saya dikasih obat Farmalat itu dikonsumsi setiap hari. Itu kalau tensi ya mbah? kalo untuk maagnya? Obatnya makan mbah? Iya, makan saya nggak pake obat, kalo perut terasa perih saya terus makan itu saja. Nggak pakai obat maag? jadi sekarang obat tensi saja ya mbah?
Saat ini H sudah berhenti mengkonsumsi obat Ranitidin (obat maag). H tidak diperbolehkan (perawat) karena bisa kecanduan obat sehingga H tidak membeli lagi (Baris 338-340 dan 343). H diberitahu oleh perawat panti jika minum obat bisa jadi kecanduan obat. Terus H berhenti, ndak beli. Kalau tensin tinggi, tiap doker R kesini H dikasih obat Farmalat dikonsumsi setiap hari. Untuk sakit Maag H makan saja tidak pakai obat, kalau perut terasa perih, H makan saja.
H sudah berhenti minum obat Maag, saat ini obat Maag di ganti dengan makan (Baris 338-340, 345-349 dan 352-353) H saat ini hanya mengkonsumsi obat HIpertensi setiap hari (Baris 347-349) H mengkonsumsi obat Paracetamol (obat pusing) jika sakit saja (Baris 356-359)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 338-340, 345-349 dan 352-353)
• Obat yang
dikonsumsi (Baris 347-349 dan356-359)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
356 357 358 359
Iya obat tensi sama parasetamol kalo pusing itu saya pakai parasetamol kalau pusing, kadang kadang tapi ngga setiap hari. Kalau pusing saja. Kalau parasetamol itukan obat ringan.
Saat ini H hanya mengkonsumsi obat tensi saja dan Parasetamol saat pusing saja kadang-kadang tidak setiap hari. Kalau pusing saja karena menurut H Paracetamol adalah obat ringan (Baris 345-349, 352-353, dan 356-359)
360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372
Simbah kan kemarin sempat cerita kalau simbah sudah berhenti minum obat maag Iya, sudah ndak minum, tapi ya itu tiap dua jam saya kan makan, perih kan jadi ya makan. Kalau yang diminum cuma obat tensi duwur itu mbak. Kemarin diperiksa dikasih obat tensi itu Amplodipine. Dulu tu dikasih Farmalat itu, terus diganti Niplodipin, nah kemarin di ganti lagi Amplodipine. Jadi diperiksa dokter berkali-kali jadi obatnya sampai ada 3. Amplodipine 10mg diminum 1 kali sehari mbak. Diminumnya setiap pagi mbah? Iya pagi,
H sudah ndak minum obat Maag, tapi ya itu tiap dua jam H makan, perih kan jadi ya makan. Kalau yang diminum cuma obat tekanan darah tinggi itu. Kemarin diperiksa dikasih obat tensi itu Amplodipine. Dulu tu dikasih Farmalat itu, terus diganti Niplodipin, nah kemarin di ganti lagi Amplodipine. Jadi diperiksa dokter
H Sudah tidak mengkonsumsi obat Maag, diganti dengan makan setiap 2 jam sekali (Baris 362-364) H pernah berganti obat tensi 3 kali (Baris 365-370) H konsumsi obat tekanan darah setiap hari (Baris 369-370 dan 372)
• Perilaku konsumsi obat (baris 362-364 dan 365-370)
• Frekuensi minum
obat (Baris 369-370 dan 372)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
berkali-kali jadi obatnya sampai ada 3. Amplodipine diminum 1 kali sehari setiap pagi (Baris 362-370 dan 372)
373 374 375 376 377 378 379 380
Nah kemarin itu simbah memutuskan untuk berhenti obat maag itu karena? Karena sudah ndak boleh, nanti ndak kecanduan obat gitu. Terus simbah memutuskan sendiri untuk berhenti minum obat. Iya sudah ndak mbak, pasrah kepada Tuhan. Terus saya sudah nggak beli.
H memutuskan untuk berhenti minum obat maag karena tidak dperbolehkan (perawat) karena bisa kecanduan. H memutuskan untuk berhenti minum dan membeli. Saat ini H pasrah kepada Tuhan (Baris 375-376 dan 379-380)
H berhenti konsumsi obat Maag karena tidak diperbolehkan (Baris 375-376) H sudah pasrah kepada Tuhan mengenai kesehatannya (Baris 379-380)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 375-376)
• Pasrah dengan sakit
yang diderita (Baris 379-380)
381 382 383 384 385 386 387 388 389 390
Mbah perasaan simbah setelah meminum obat gimana mbah? Yo biasa, biasa aja kalau saya malah ndak tiap hari. Kalau saya minum susu saya malah ndak minum itu. Paling hanya satu kali, pagi kalau endak ya nggak papa. Tapi kalau tiap dua jam tiga jam perih ya makan, makan nasi itu. Ndak makan obat. Nah sekarang saya tua ini kok tensinya tinggi. Nah baru-baru ini kan di periksa di dokter A. Nah itu dikasih Farmalat.
H menjelaskan bahwa perasaannya biasa saja ketika menggunakan obat (obat Maag), ia juga mengkonsumsi obat tidak setiap hari, hanya 1 setiap pagi, jika tidak mengkonsumsi tidak apa-apa. Setiap 2-3 jam
Perasaan H biasa saja saat konsumsi obat Maag (Baris 383-386) H mengganti obat Maag dengan makan (Baris 386-388)
• Konsekuensi konsumsi obat (Baris 383-386)
• Perilaku konsumsi obat (Baris 386-388)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
sekali H makan nasi tidak minum obat. Saat ini H menderita tekanan darah tinggi sehingga diberi obat Farmalat oleh dokter (Baris 383-390)
H Konsumsi obat Hipertensi (Baris 388-390)
• Obat yang dikonsumsi (Baris 388-390)
391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410
Tambahan Kalau pagi tensinya selalu naik mbah? Ya hanya pusing itu, nah dua jam kemudian perutnya perih terus saya makan. Nah jam 10.00 pagi kan saya makan mbak, nah nanti jam 11.30 atau jam 12.00 makan lagi. Terus jam 15.00 makan lagi, 17.30 itu makan mbak jadi lima kali saya makan lho mbak. Macam-macam ya mbah? Pusing, terus perutnya perih Iya, nah kalau malam bangun ya 4 sampai 5 kali bangunnya Karena perutnya perih itu mbah? Ya karena perih dan mau ke kamar mandi mbak. Nah kalau malam saya nggak suka makan saya mbak. Dokter menyarankan “nek bengi maem mbah, kudu ngemil.” Nah saya nggak biasa ngemil mbak. Kalau awan ya ono, tapi liyane sego wes ora mbak. Makan makanan cuma nek pagi pas minum obat nanti nek wancine makan
Kalau tekanan darah naik, H pusing, 2 jam kemudian perutnya perih terus H maan. Nah jam 10.00 pagi H makan, nanti jam 11.30 atau jam 12.00 makan lagi. Terus jam 15.00 makan lagi, 17.30 itu makan lagi, jadi makan 5 kali sehari. Kalau malam H terbangun 4-5 kali karena perut perih dan mau ke toilet. Kalau malam H tidak suka makan. Dokter menyarankan untuk ngemil namun H tidak biasa ngemil. Kalau makan siang, H hanya mau makan nasi. Kalau
Saat tensi tinggi H pusing (Baris 393) Setiap hari H makan 5 kali untuk mengobati sakit Maag (Baris 393-412)
• Hal yang dirasakan saat sakit (Baris 393)
• Perilaku konsumsi
obat (Baris 393-412)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
411 412
nasi ya nasi. Jadi nggak makan makanan ringan hehehe.
mau makan pas saatnya minum obat. Jadi H tidak makan-makanan ringan (Baris 393-412)
413 414 415 416 417 418 419
Owh ya mbah, kalau hubungannya sama sesama simbah disini itu bagaimana mbah? Ya baik-baik saja, ya biasa nek ada bedo (pendapat) mbak, biasa mbak sama temen. Wong sak kandung wae iso padu to mbak. Ketemune podo tuane yo biasa, kan Tuhan sudah mengetahui.
Hubungan H dengan sesama lansia di panti baik-baik saja. Ya sudah biasa kalau berbeda pendapat karena dengan teman, yang saudara kandung saja bisa berbeda pendapat. Bertemu saat tua ya biasa, kan Tuhan mengetahui (Baris 415-419)
Hubungan H dengan sesama lansia di panti baik (Baris 415-419)
• Gambaran relasi sosial (Baris 415-419)
420 421 422 423 424 425 426 427 428
Tambahan Owh ya mbah, mbah kalau hubungan simbah sama mbak perawat bagaimana? Baik-baik saja, selalu baik wong diopeni kok. Kadang keras tapi malah nek ra ditokke malah dadi pikiran to mbak. Nek kiro-kiro ra nganu di tok ke wae. Reno-rono mbak sebab e, kleru titik mbak perawat ngene (sambil menunjuk) bar kuwi biasa
Hubungan H dengan perawat baik-baik saja, karena H mendapat perawatan yang baik. Walaupun terkadang menurut H perawat dipanti keras saat memberitahu H hal yang seharusnya dilakukannya. Namun,
Memiliki hubungan yang baik dengan perawat (Baris 423-428)
• Gambaran relasi sosial (Baris 423-428)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
setelah itu bisa biasa lagi (Baris 423-428)
429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453
Relasi simbah kalih lingkungan ngriki? Yo biasa. Simbah lebih seneng tinggal dirumah atau tengriki? Yo nek dipikir seneng neng omahe dewe no gandeng wes randuwe opo-opo yowes nengkene seneng wes mantep. Wes randuwe omah, ra nduwe sanak sedulur nderek Gusti neng kene wes mantep, nderek Gusti. Nek teng riki onten tekanan-tekanan, pikiran, masalah mboten mbah? Eneng opo-opo yowes diilangke mbak, eneng suwara sing nganu yo rasah dirasakke ndak malah loro atine. wong amor wayah akeh, wong karo dulur kandung wae sering cek-cok ikikan wong liya to mbak ra iso podo pikire wes biasa yo intine memaklumi. Sing cacat kae ngeyel banget angel banget rame terus dikandani, karepe to mernahke soal apik leng nampa kurang anu yowes kui urusanmu dewe nek nyandang (berpakaian) ki sing patut, sandangane akeh apik-apik arep bujana suci kok nganggo rapatut dilokke mbak R kui mau yen dielokke “yoben yoben”. Yo karna wong akeh mbak.
Relasi H dengan lingkungan panti biasa saja. H lebih senang tinggal dirumah sendiri dari pada di panti. Namun, karena sudah tidak punya apa-apa, tidak punya rumah, sanak saudara, ya diterima di panti senang dan mantap. Terkadang ada cek-cok dengan teman lansia namun H dapat memaklumi. Sing cacat (salah satu teman di panti) keras kepala sekali, susah diberitahu. H pernah memberitahu mengenai cara berpakaian kepada teman lansia tersebut. Namun, teman lansia H tidak peduli (Baris
Relasi H dengan lingkungan panti biasa saja. Tekadang terjadi perbedaan pendapat dengan lansia lain (Baris 430, 433-437, dan 440-453)
• Gambaran relasi sosial (Baris 430, 433-437, dan 440-453)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
430, 433-437, dan 440-453)
454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464
Kegiatan simbah setiap hari apa saja mbah? Kalau saya dulu nyulam bareng sama mbah J. Dulunya pertama kali itu dibantu mahasiswa dari UGM, terus kesini ngasih bahan sama benang terus diajari nyulam. Terus sama mbak perawat diteruske. Terus dilanjutke, nganggo kegiatan mbak ben ora ngalamun. Tapi iki pirang-pirang ndino lagi ora, mbak perawat e sakit. Nah kuwi didol barang mbak hasil e. yo nek apik mbak, wes tuwo isih iso nyulam kan yo.
Kegiatan H sehari-hari menyulam, dahulu pertama kali dibantu oleh mahasiswa UGM dan dilanjutkan oleh perawat disini untuk kegiatan supaya tidak hanya melamun. Namun, sudah beberapa hari tidak dibuatkan pola oleh perawat panti karena sedang sakit. Nah, hasilnya dijual. Ya kalau bagus, bagus, sudah tua masih bisa nyulam (Baris 455-464)
Kegiatan H sehari-hari adalah menyulam, sebagai kegiatan supaya tidak hanya melamun (Baris 455-464)
• Gambaran aktivitas (Baris 455-464)
465 466 467 468 469 470 471
Tambahan Kalau aktifitas masih bisa ngerjain semua sendiri mbah? Kalau nyuci itu kadang-kadang masih bisa, pakaian sendiri. Kalau kegiatan sehari-hari apa mbah? Ya nyulam itu. Ndak ada apa-apa lagi
H terkadang masih bisa mencuci pakaiannya sendiri. Sehari-hari H menyulam. Terkadang H menyapu dan ngepel kamarnya sendiri. Kalau ngepel semua ruangan dipanti H
H masih bisa berkegiatan, seperti menyulam, menyuci baju dan menyapu kamar sendiri (Baris 468-469, 471, 474-476, 478-485, dan 489-491)
• Gambaran aktivitas (Baris 468-469, 471, 474-476, 478-485, dan 489-491)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491
Berarti masih bisa melakukan aktifitas sendiri ya mbah? Hanya itu, kalau nyapu ngepel dikamar sendiri. Kalau ngepel semua sudah capek, nggak sampai tenaganya. Karena banyak ruangan ya mbah? Iya itu, biasanya kan mbak R. jadi ya saya cuma nyapu di depan kamar sedikit. Itu juga ndak tentu kalau badan lagi nggak enak ya seminggu sekali kalau lagi enak dua kali seminggu kalau lagi nggak enak ya nggak ngepel. Tenaga tua e mbak. Dulu saya dirumah punya pembantu jadi nggak pernah kerja ya mung masak tok, masalah nyuci dan ngepel diurusin pembantu. Jadi walaupun simbah kadang nggak enak tetap nyulam kalau nggak nyuci membersihkan ruangannya simbah sendiri Iya, nyuci baju sendiri, nyulam juga kalau mbak R sudah ngasih polanya, ini baru mulai lima hari.
capek dan sudah tidak punya tenaga. H hanya menyapu sedikit, terkadang tidak tentu, kalau badan lagi tidak enak seminggu sekali atau bahkan tidak. Kalau enak dua kali seminggu karena sudah tua. Dahulu H memiliki pembantu jadi hanya memasak saja semua sudah diurus oleh pembantu (Baris 468-469, 471, 474-476, 478-485, dan 489-491)
492 493 494 495 496 497 498 499
Kalau dulu simbah masuk ke panti karena pengen atau di minta keluarga mbah? Kalau saya pengen sendiri. Karena kalau saya ya pengen ke panti karena sudah tidak ada siapa-siapa itu to. Dulunya saya ikut kakak saya di Klaten kakak saya meninggal terus saya bilang sama gereja untuk dicariin panti, kakak saya sudah meninggal kalau ikut ponakan ora
H menjelaskan bahwa H masuk ke panti karena keinginannya sendiri. H ya pengen ke panti karena sudah tidak ada siapa-siapa itu to. Dulunya H ikut kakak di Klaten kakak
Masuk ke panti karena keinginan sendiri dan karena tidak memiliki kerabat dekat lagi (Baris 494-502)
• Keputusan masuk panti (Baris 494-502)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
500 501 502
seneng. Saya masuk sini februari tahun 2012 mbak dibantu gereja saya dulu kesininya diantar majelis.
meninggal terus H bilang sama gereja untuk dicariin panti, kakak H sudah meninggal kalau ikut ponakan H tidak senang. H masuk sini Februari tahun 2012, dibantu gereja dulu kesininya diantar majelis (Baris 494-502)
503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518
Kalau boleh tau dulu simbah kerjanya apa ya mbah? Dulu? ibu rumah tangga saja. Ya pernah sekolahnya guru TK tapi saya nggak pernah ngajar. Sekolahnya setingkat SMA/SMK dulu namanya SGTK (Sekolah Guru Taman Kanak-kanak) kalau sekarang nggak tau apa namanya. Tapi nggak jadi guru mengajar ya mbah? Hanya ibu rumah tangga saja? Iya, ndak pernah ngajar. Pernah dulu lulus SMP, pernah ngajar jadi guru honorer SD. Terus berhenti mbah? Iya, Kenapa mbah? Ya terus sekolah lagi itu, nah lulus SMP itu ngajar SD, nah itu kan hanya guru tidak tetap,
Pekerjaan H dahulu adalah ibu rumah tangga. Dahulu H bersekolah di SGTK yang setingkat dengan SMA/SMK namun tidak pernah mengajar. Saat lulus SMP, pernah menjadi guru SD honorer namun berhenti untuk melanjutkan sekolah di SGTK. H berhenti karena H melanjutkan sekolahnya lagi (Baris
H bekerja sebagai ibu rumah tangga namun dahulu pernah mengajar sebagai guru SD honorer (Baris 505-509, 512-513, dan 517-533)
• Pekerjaan (Baris 505-509, 512-513, dan 517-533)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533
nah terus saya keluar, terus ngelanjutke di SGTK itu. Nah di SGTK itu malah ora ngajar. Ikut bapak saya, bapak saya kan di Kehutanan itu saya ikut. Ibu saya tinggal di Solo sama adik adik saya sekolah. Saya ikut bapak soalnya bapak nggak ada temannya. saya di solo mulai tahun 1952 sampai 2008 di Solo sekeluarga sama anak saya sampai meninggal semua. Terus 2008 saya ikut kakak saya di Klaten, kakak saya kan sudah janda. kakak saya kepala SD. Saya ikut kakak saya dari tahun 2008-2012, terus kakak saya meninggal saya jadi ikut disini. Ponakan-ponakan saya masih ada tapi saya nggak enak kalo ikut ponakan kan disini nderek Gusti.
505-509, 512-513, dan 517-533)
534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546
Berarti hubungan simbah dengan kakak dan adik simbah itu baik semua nggih mbah? Saudara saya itu muslim semua, adik-adik ponakan saya muslim semua. Cuman yang dikehutanan itu Katolik, tapi ya islam mung islam KTP mbak jaman kabeh di islam islamke. Adikku kan neng Realino, Realino kan kudu katholik makane adikku mlebu kuliah kuwi njuk Katolik. sing hamba Tuhan kuwi ya mung aku anakku, putuku karo adikku sing Katolik. Aku mung mikirke putuku. Putuku kuwi kok pas ditinggal ibune, jane ya wes gede tapi sing gede iki (cucu ke 1) wes nderek gusti opo durung
H menjelaskan bahwa ia memikirkan cucunya. H bertanya-tanya apakah cucunya sudah nderek Gusti (Memeluk agama tertentu) atau belum. Saat cucunya datang, cucu H mengatakan bahwa sudah lama tidak ke gereja. Namun H hanya bertanya saja kenapa tidak pernah ke
Terdapat pikiran-pikiran mengenai kedua cucunya yang belum memeluk agama tertentu (Baris 536-633)
• Gambaran permasalahan (Baris 536-633)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 572 573 574 575
mbak. Meh takon tapi kok ya rapenak. Nek sing cilik nderek mbahe lan bulikke. Nah Sak omah karo bulik e, bulik e katolik nek mbah e muslim “kowe piye nduk? Isih neng gereja?” “enggih mbah, kula nderek bulik” “yowes apik, podo wae” Katolik karo Kristen kan podo. Mung aku ki mikirke mas e, nyambut gawe wes ngekos dewe maune nderek mbah e. Kok winggi ndene “kula pun dangu mboten teng gereja kok mbah” “lha piye kok ra neng gereja” aku ya mung takon ngono tok ora wani takon werno-werno engko ndak malah bocah e tersinggung to, men karepe dewe. Lha bulik e sing katolik “budhe, wong pun dewasa ben karep e dewe. Pun mboten sah di anu. Nek dewasa kan pun iso mikir”. Aku yo ra nekoni kok mbak, aku yo ngomong ngono neng bulik e. Aku yo ra ngomong opo-opo, kan syukur nek do nderek gusti kabeh podo wae. Pokok e anger tumindak nderek gusti ojo tummindak sing larangane gusti kui, nek ora yo sak karep e. Angger ndene ngomong “kula pun dangu mboten teng gereja kok mbah” lha marai ora ono sing ngarahke to mbak. Ndek STM mbiyen melu mbah e bibi ya kuwi kristen, mbah e bibi seko bapak e, mbah e bibi kan kristen. Lha mbassan metu STM kok terus nyabut gawe kok muni wes suwe ora neng grejo kui lho mbak, lak mbiyen mestine didik
gereja, karena takut membuat cucunya tersinggung. H bersyukur ketika cucunya nderek Gusti. Menurutnya yang penting bertindak nderek Gusti jangan bertindak yang dilarangNya. Kalau tidak ya terserah. Menurut H cucunya tidak ada yang mengarahkan (jika tidak masuk agama tertentu). H juga memikirkan cucu perempuannya, saat itu H diberitahu bahwa cucunya sudah menggunakan jilbab dan diajari mengaji. H ingin cucunya beragama Kristen karena menurutnya masuk agama kristen membuat menjadi ayem tentrem. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603
nang ngreja to mbasan nyambut gawe kok ora neng greja, nyambut gawe ne neng perusahaan AC kui lho mbak. Kui wes urip dewe mbak, mangan dewe mbayar kos dewe syukur wes iso mandiri. Malah es iso kredit kendaraan barang brarti bocah iki kan setiti to mbak. “kula nyambut gawe sedinten mruput kok mbah, nggeh kesel” wiwit 2008 nganti sakiki lagi ketemu wingi kui lho mbak “kula niku kesel mbah, preine mung dinten minggu” tak takoni “lha AC kui neng perumahan opo neng perusahaan” “niku AC kendaraan” bis, mobil, kendaraan-kendaraan, dadi dudu AC sing neng omah. Aku ra tekon gajine piro sing penting iso urip dewe. Aku takon ‘lha kowe kos e kui karo mangan opo ora?’ “nggih sok mangan nggih sok mboten” pokok e sing penting iso urip. Umur e 21 tahun Mbak, adine ki 16 lagi mlebu SMA telat setahun. Mbiyen ki pas ibune meniggal, pakde ne Purwokerto ki muslim ora nduwe anak wedok lha kui dijak pakdene neng kono, pakdene kuwi pegawai Negeri Depsos sing putri yo depsos neng muslim lha kui diajari ngaji. Bendina ngebel bulik e, anakku sing ragil pokoke ra kerasan kakang e nakal-nakal. Wes tau di dilarak seko tingkat, ora ono wong sing ngerti. Ibune bapake do nyambut gawe. Kui sepatu sing dinggo sekolah kui deleboni beling
cucu H Nderek Gusti H senang sekali karena darah dagingnya beragama kristen semua karena keluarganya saat ini hanya kedua cucunya (Baris 536-633)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631
karo dom. Lha wes ngebel bulik e karo nangis to, aku ngebel bapak e “anakmu paranono neng kono disiksa karo kakang-kakang e kon bali mulih, mati urip melu wong tuane ”. Dibel bulik e dijawab agek sinau ngaji, dikirimi foto agek sinau. Nah wes nganggo jilbab mbak, waduh bocah cilik kan yo melu wae neng kono kan bocah kui tertekan to mbak dadi ora seneng. Aku mikirke bocah, yung ket wiwit cilik, kok wes koyo ngono. Yo mikirke to mbak wong-wong tuo mbak. Wong tuane nganti rampung kuliah e ketunggon bapak ibune to gek awake isih cilik. Nek seng gede kui arep ujian SD, ibune ora ono pas arep ujian SD neng yo wes rodo ngerti. Nek sing cilik kui kan rung patek reti yen ibune meninggal, kok koyo ora sedih. Retine pas wes rodo gede iki yen ibune ra ono. Kui kanca gereja, guru agama lha kui ngomong karo aku “mbah, menawi K (cucu ke 2) menika kula rewangi ngopeni. Mung arep ngrencangi, dadi ora ngepek. Wau kan simbah kepingin cucune kristen. Niku kenapa? Yo nderek gusti mau, ayem tentrem. Pokoke seneng derek Gusti Yesus. Nek iso kabeh putu-putuku kui dadi wong Kristen. Mantepku senengku ngono lho mbak, sing ngelakoni embuh. Aku seneng banget kui turunku, darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
632 633
dagingku dadi wong kristen kabeh. Kari putu loro tok kok, wis ora nduwe sopo sopo meneh.
634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648
Hal-hal sing mbuat simbah paling seneng niku nopo? Nopo ya mbak, hehe. Nderek kebaktian niku seneng, PA (Persekutuan Alkitab) niku seneng, kidungan niku seneng banget kula. Kejadian-kejadian yang paling berkesan? Yo kui, yo mung anak – anak kui. Kejadian nopo mbah sing bikin seneng? Yo seneng e pokok e nek melu kegiatan keagamaan kui lho mbak, iso sowan ning gusti kui seneng banget. Yo opo meneh mbak nek ora nderek Gusti, pokok e ora iso diganggu gugat. Tetep nderek gusti, mantep. Ndrek gusti kui sing paling marai seneng. Opo-opo kan sing maringi Gusti.
Menurut H hal yang membuat senang adalah saat kebaktian di gereja, mengikuti persekutuan Alkitab dan bernyanyi (ngidung). Menurut H ikut kegiatan keagamaan dan datang menghadap Tuhan membuatnya senang sekali. Menurut H kalau tidak nderek Gusti H akan mengikuti siapa lagi? H sudah mantap Nderek Gusti karena semua hal yang memberi Gusti. Selain itu, kebersamaan dengan anak-anak H merupakan kejadian-kejadian yang paling berkesan menurut H (Baris 636-638, 640, dan 642-648)
Mengikuti kebaktian di gereja merupakan hal-hal yang membuat H senang (Baris 636-638) Mengikut Gusti adalah hal yang paling membuat H senang (Baris 642-648)
• Kepercayaan kepada Tuhan (Baris 636-638 dan 642-648)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674 675 676
Kalo sing bikin simbah menyesal nopo mbah? Opo mbak, wes ora ono sing disesali. Yo kui, aku ki wong goblok. Kan aku ki neng Solo kui nganti ngedol omah peng 3 lho mbak, kui mantu bapak e bocah kui, anak-anak ku yo tak bagi nek aku ngedol omah. Tapi sing terakir, sing 2008 kui. Omah terakhir kui kan cilik, maune tipe 70 sakiki kari tipe 21. Kui kan arep tak dol wong aku wis ra duwe sopo-sopo karo bapak e bocah bocah kui mau ngomong “bu tinimbang didol wong liyo kula talangane mawon bu” aku ki goblok e yo iyoyo wong ora nyambut gawe aku ki yo “iyo” nganti seprene mung menehi duit 18juta seko 45 juta. kui sing ke 5 wae nggo balik nama aku sing ngragati, sing 10 juta mantuku sing ragil kui njaluk bagian dadi 10 kui mau tak kekke mantu ragil. Weh aku ki wuet-wuet kok diperes mantu, mantu lanag loro kok meres aku. Kui sing dadi pikiranku kui 27 juta durung digenepi. Ayu yo mung njaluk Gusti mbok bocah kui, A mbok eling nek nduwe tanggung jawab kui. Aku telfon tanggane “pun disade kok bu griyane” lho malah didol, hurung lunas wes didol. Duh gusti nyuwunpangapura bocah kok koyo ngono, lha didol kok seprene ora ngabari opo-opo soyo meneh niliki. Dadi aku ki mung tampa 3 juta, 45 mung tampa 3 juta. Lha kui sing
Hal yang membuat H menyesal adalah ketika akan menjual rumahnya, menantunya menawarkan untuk membelinya. H merasa bodoh, kenapa iya mengiyakan tawaran menantunya. Sampai sekarang hanya memberikan 18jt dari 45jt. H merasa seperti di peras oleh kedua menantu laki-lakinya karena sampai sekarang belum dilunasi dan membuat H kepikiran. H menceritakan bahwa menantunya meminta uang dan TV kepada H saat sudah berpisah dengan anaknya, namun sampai sekarang tidak ada kabar. H heran terhadap menantunya
Hal yang membuat menyesal ketika memiliki masalah dengan menantunya (Baris 651-735) H belum mengiklaskan apa yang diperbuat oleh menantu (Baris 738-750)
• Gambaran permasalahan (Baris 651-735 & 738-750)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704
10 dijaluk mantu ragil kui mau, kono njaluk bagian kan omah e sing tuku separo eding karo anakku sing ragil lha tak jenengke anakku sing ragil kui. Wong ki, ibune bocah kui yo ne wes jenengku ora njaluk bagian meneh ngono lho. Nah bojone sing ragil kui rumangsa jenenge bojone njaluk bagi seprene wes ra ngabari. Ki wes jaman pisah wes njaluk duwit lan eneng TV eneng opo, opo wes tak wenehke kok bocah kui. Kok ora ngabarke terusan to. Gusti Allah kui menungsa menungsa apa, jare wong Kristen. Kui sing ragil Kristen tenan, kok njuk malah ra kelingan morotuane. Kula kui ta ngumune kui yo wes njuk wiwit kui wes ra tau kabari opo-opo. Wong yo njaluk bagian karo aku to. Mantu loro edan kabeh. Kui nikah meneh to sing bapak e bocah-bocah iki, nikah entuk janda ngopeni anak e wong liyo lho malah anak e dewe titipke mbahne. Lha kui sing ragil yo nikah meneh wong rung nduwe anak yo rapopo yo isih enom. Ning kok terus lali morotuane aku ngumunku. Pancen kumpule rung suwe, 2 tahun wong 2006 nikah 2008 ra eneng bojone arepo 2 tahun kae yo awak e njaluk bagian, ndene muni-muni “mboten nopo-nopo niki tesih gadah sawah, omah jembar-jembar ora dibagehi”. Nah bapake bocah bocah kui mau nikah e nikah opo, wong yo Kristen ki sing dinikahi awake yo kristen,
karena setelah itu tidak pernah ada kabar dan memandang menantunya gila. H merasa bodoh karena memberikan hartanya kepada menantu yang tidak punya pekerjaan. H memiliki pikiran kok menantunya kebangetan dan tidak ada rasa takut akan Tuhan, punya hutang dengan orang tua, remuk hati H kok menantunya tega sekali. Namun H tidak berani menyumpahi. Sampai sekarang masih menjadi pikiran, belum iklas. Di hati masil membekas, masih belum ikhlas (Baris 651-735, 733-735, dan 738-750)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
705 706 707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 729 720 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 731 732
nek awakke kristene melu bojo maune muslim yo podo KTP, tapi kok yo ora kelingan karo moromertuane. Ngabar-ngabarke yowis ora sing cilik kuwi. Aku ki yo goblok wong ra nduwe bondo ra nduwe opo-opo kok tak lungke karo mantuku sing kui wong ora nyambut gawe opo-opo. Maune sarjana ekonomi kuliahe neng nyambut gawene. Nek sing cilik sarjana pendidikan, pancen wes sarjana tapi ora nyabut gawe wong bosenan. Bapake bocah bocah kui bosenan to nyambut gawe neng endi bosen ngalih-ngalih, dilokke bosen kok emoh. Yokan kudune nek dilokke bose lak lumrah, dadi le nyambut gawe ra ngenah wiwit bojone mati kui nyambut gawene ra ngenah lha kok aku ki yo tak lungke ngono lho kok iso ora nduwe blonjo ora nduwe opo. Lha kui jarene duit 15juta kui sing mantuku kongkonan ibune, “bu menawa estu dalemipun ibu dianu agus ” lha terus diparingi duit 15 nggo mbayar uang muka tapi seprene ora dibayar kurang 27jt. Aku yo mung kui sing dadi pikiran mbak, kok yo kebangeten ora nduwe pikiran ra kelingan ora wedi karo Gusti Allah. Wong nduwe utang karo wong tua¸ remuk atine kok kui malah anakku yo tegel nemen. Eh aku yo rawani yuwarani olo, arep kono tumindake ra bener aku ra wani nyetatani. Nyetatani niku nopo mbah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750
Misale ‘oh kowe uripmu sangsara” nyumpahi ho’o, wedi Gusti Allah. wes ben, kui lak Gusti Allah sing ngupahi. Sakniki simbah pun ikhlas nopo isih dadi pikiran? Isih dadi pikiran wae mbak, hurung ikhlas klas ngono lho aku ki. Kabeh piyayi-piyayi wes kon ngikhlaske. Wong kabeh adiku sing neng jakarta “iklhaske wae yu, gusti malah mberkahi okeh”. Neng kok yo ndedel neng ati ora iso ikhlas les. Aku nyuwun gusti supaya wong iki eling mbalekke ora ketang rong genep yo rapopo to neng mbok yo kelingan nduwe utang piro-piro, 27 juta kui lak yo okeh to, podo karo dikei 15 juta pirang sasi meneh aku njaluk dikei 3 juta mung 18 juta dadi kurang 27 wong 45 juta. Ijik rung patio plong dikarep karep dipun Gusti maringi berkah.
751 752 753 754 755 756 757 758 759
Simbah memandang kematian itu seperti apa? Apa ya mbak (berhenti sejenak), hehehehe. Ya sudah pasrah mbak, saya hanya mohon Tuhan kalau di panggil ya gampang, tidak menyusahkan yang merawat. Seperti suami saya dulu waktu di panggil gampang. Ya kehendak Tuhan sudah begitu, jadi pengennya tidak menyusahkan yang ditinggal.
H sudah pasrah, H hanya mohon Tuhan kalau di panggil ya gampang, tidak menyusahkan yang merawat. Seperti suami H dulu waktu di panggil gampang. Ya kehendak Tuhan sudah begitu, jadi pengennya
H pasrah memandang kematian karena sudah kehendak Tuhan (Baris 753-759)
• Menghadapi kematian (Baris 753-759)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
tidak menyusahkan yang ditinggal (Baris 753-759)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Lampiran 4
Tabel Verbatim Perawat Panti
No. Verbatim Ringkasan Intepretasi Tema 1 2 3 4
kalau keadaan fisik simbah itu rata-rata bagaimana mbak disini? Fisik? Kesehatannya to? Ha, disini kebanyakan hipertensi.
Disini kebanyakan sakit Hipertensi. (Baris 3-4)
Lansia di panti kebanyakan sakit Hipertensi. (Baris 3-4)
Sakit yang diderita lansia panti. (Baris 3-4)
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Selain hipertensi ada apa lagi mbak? Yang jelas satu itu hipertensi, terus kemarin kan kita di cek kesehatan sama dokter kan, nah itu ada yang anu, kolesterolnya itu agak tinggi. Itu memang dari dulu-dulu sampai 300mg/dL, tetapi kemarin cuma 211mg/dL (Mbah Maria). Itu karena pola makannya dia juga tidak bisa diatur, beli obat dia juga tidak bisa diatur. Sakkarepe dewe. Nah dia minum sendiri, cuma dia sering beli tanpa sepengetahuan kami, sakkarepe dewe sing tuku. Contohnya beli CTM.
Ada satu yang jelas Hipertensi, kemarin di cek kesehatannya sama dokter. Kolesterolnya juga tinggi dulu sampai 300mg/dL, tetapi kemarin 211mg/dL. Itu karena pola makan dia (lansia) juga tidak bisa diatur, Sakkarepe dewe. Nah dia minum sendiri, cuma dia sering beli tanpa sepengetahuan kami, semauya sendiri untuk membeli obat. Contohnya beli CTM. (Baris 6-15)
Ada satu lansia yang sakit Hipertensi dan Kolesterol. Hal itu terjadi karena pola makan tidak bisa diatur, semaunya sendiri. (Baris 6-10) Ada lansia yang minum obat sendiri, sering membeli obat tanpa sepengetahuan pihak panti. (Baris 10-15)
Sakit yang diderita lansia panti. (Baris 6-10) Lansia sering membeli obat sendiri tanpa sepengetahuan pihak panti. (Baris 10-15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kalau simbah ada yang sudah sudo rungon mbak? Yang pendengarannya berkurang? Itu ada beberapa, kayak bu maria itu sudah berkurang, mbah joyo itu juga sudah berkurang, mbah harti itu mulai berkurang, karena terus terang antara mbah harti dan mbah maria itu banyak sekali mengkonsumsi obat. Jadi obat itu kayak makanan mungkin bagi dia. Wes sugesti sek, ndak aku ngene dadi, nah obatnya itu Ranitidin. Sama Kaptopril, sama Lakomin. Nah itu yang agak, meskipun sudah diberi pengertian sama dokter dah tetep. Sudah sama dokternya langsung ya mbak? Heem, ya itu tetep sudah, jadi wes koyo sugesti sik Kalau nggak ini ya enggak gitu ya mbak? Heem
Beberapa lansia sudah berkurang pendengarannya sudah berkurang seperti bu Maria, mbah Joyo dan mbah Harti. Terus terang antara mbah Harti dan Mbah Maria itu banyak sekali mengkonsumsi obat. Jadi obat itu kayak makanan mungkin bagi dia. Sudah sugesti dulu. Obatnya Ranitidin, Kaptopril, dan Lakomin. Meskipun sudah diberi pengertian dokter dah tetep. (Baris 18-28)
Ada 3 lansia yang sudah berkurang pendengarannya. (Baris 18-21) Bu Maria dan mbah Harti banyak sekali mengkonsumsi obat (Ranitidin, Kaptopril, dan Lakomin). Obat seperti makanan. (Baris 21-28)
Lansia yang sudah berkurang pendengarannya. (Baris 18-21) Lansia yang banyak mengkonsumsi obat. (Baris 21-28)
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Oiya mbak, kalau yang minum obat tadi hanya 2 simbah ya? Iya, ya antara mbah harti dan bu maria. nek koyo mbah harni kan karna awak e keju-keju. Ming ngombe vitamin B kompeks kan ra masalah kan itungane vitamin. Nah nek iki kan kecanduan, wes kecanduan. Dadi nek kaptopril kan untuk menurunkan tensi. Nek mbah harti itu intine “aku kudu ngombe, mbendino kudu ngombe ranitidin.” Sebenernya itu ndak masalah, “nek
Kalau seperti mbah Harti badannya pegal-pegal. Hanya minum vitamin B kompleks kan tidak masalah. Nah kalau ini kan sudah kecanduan. Jadi kalau Kaptopril untuk menurunkan tensi. Kalau mbah Harti itu intinya harus minum
Mbah harti pegal-pegal dan minum vitamin B kompleks. (Baris 36-39) Menurut perawat, mbah Harti berkata bahwa ia harus minum
Kondisi fisik dan obat yang dikonsumsi lansia. (Baris 36-39) Perilaku konsumsi obat lansia. (Baris 41-43, 47-50, dan 53-62)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
loro lagi diombeni, nek ra loro ojo diombeni” tapi yo tetep. Nah wingi bar di tukokke karo penguruse ranitidin, tak kei siji, kan seemplek, engko nek entek tek kei meneh”. Eh tuku dewe. Pamite neng TPA tuku buku renungan harian ki, eh tuku obat. Pas bali tak matke ngowo, kok ono ranitidine, tas e kan semrawang ketok to. Nah, aku neng apotik, “kemarin simbah?” “ho’o e mbak, aku yo bingung e”. Pengurus e kewalahan, aku yo tambah kuwalahan. “itu lho yang rambut putih yang gemuk, minta CTM” padahal wes disengeni ojo ngombe lakomin, lakomin kan ada CTM e. “lha kok saiki tuku CTM?” “yo tak lok ke neng ngarepe dokter” “sopo sing lungo tuku CTM?” “enggak kok” soale raiso moco dee, neng ngeyel. Terus bu Maria, lha aku enggak, “lha kan ora oleh tuku CTM, lha lakomin kok saiki tuku CTM podo kuwi. Nah terus dilokke karo dokter “ndak boleh ya bu Maria, cukup minum katopril aja, tapi jangan beli lainnya, efek e nanti ngak bagus. Kan bu maria tensinya tinggi, selalu tinggi, ini kolesterolnya juga tinggi,” tapi yowes kui mau, wes angel, aku susah, nah wong tokone urung buka wae wes ngenteni.
Ranitidin. Sebenarnya tidak masalah kalau sakit baru minum obat, kalau tidak sakit jangan di minum, tapi ya tetap saja. Nah kemarin dibelikan oleh pengurus panti Ranitidin, saya beri satu nanti kalau habis saya beri lagi. Eh beli sendiri. Pamit pergi ke TPA (toko buku) membeli buku renungan harian, eh tuku obat.saat pulang saya melihat kok ada Ranitidin, tas nya kan transparan kelihatan kan. Nah saya ke apotik. Bertanya pada penjaga apotik dan dijawab bahwa simbah beli obat dan penjaga toko bingung. Pengurus panti kwalahan, saya juga kwalahan. Menurut penjaga apotik, ada simbah yang berambut putih agak gemuk minta CTM.
Ranitidin. (Baris 41-43) Sebenarnya tidak masalah (untuk tidak minum obat Hipertensi), kalau tidak sakit jangan di minum, namun mbah Harti tetap saja minum. (Baris 43-44) Perawat melihat mbah Harti membeli obat sendiri (Baris 47-50) Perawat melihat mbah Maria membeli obat sendiri di apotik. (Baris 53-62) Dokter mengingatkan untuk tidak
Pengetahuan tentang konsumsi obat Hipertensi. (Baris 43-44) Dokter sempat menegur lansia. (Baris 62-66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Padahal ya sudah dimarahin jangan minum Lakomin, Lakomin kan ada di CTM. Ya saya memberikan penjelasan di depan dokter. Bu Maria sempat berkata tidak, namun diberi penjelasan bahwa tidak boleh membeli obat. Setelah itu dokter membantu memberi penjelasan. Bahwa bu Maria tidak boleh membeli CTM, cukup kaptoril saja, tapi jangan beli lainnya, efek nya nanti tidak baik. Bu Maria kan tensinya tinggi, selalu tinggi, kolesterolnya juga tinggi. Tapi ya itu, sudah ngeyel, saya susah karena tokonya belum buka sudah nunggu di depan. (Baris 36-68)
banyak minum obat (CTM), karena efeknya tidak bagus. (Baris 62-66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI