plagiarism checker x originality...

17
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 20% Date: Rabu, Agustus 28, 2019 Statistics: 867 words Plagiarized / 4313 Total words Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- Lokalitas dan kontekstualitas dalam tafsir sastra di Indonesia (Sebuah upaya deradikalisasi) Oleh: Mohamad Nuryansah Benny Ridwan Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk menggali dimensi lokalitas dan kontekstualitas tafsir Al-Azhar, sebagai upaya untuk mengikis faham radikalisme yang sedemikian mengakar di Indonesia. Lokalitas sebagai sebuah pertimbangan dan kontekstualitas sebagai sebuah cara menafsirkan benar-benar diterapkan oleh Hamka dalam menafsirkan al-Qur‟an, terutama terkait ayat yang disalah fahami oleh sebagian kaum radikalis, seperti ayat yang menjelaskan tentang menjaga eksisitensi umat beragama dan tempat ibadah mereka serta tentang Jihad menuju jalan Allah swt. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan kemajemukan yang ada di Indonesia, yang menganut banyak keyakinan, menjadikan Hamka mengutuk keras fanatisme buta terhadap agama, sebab fanatisme yang berlebihan akan menjadi pemantik onar dan peperangan diantara anak bangsa sendiri, sebab ketika seseorang sudah merasa Agamanya sendiri yang benar, maka akan melahirkan tindakan represif yang berujung pada penindasan dan pertikaian, sehingga hal tersebut bukanlah sebagai tujuan dari Islam, demikian pula Hamka mendorong untuk menjaga eksistensi umat beragama dan tempat ibadah mereka, baik Masjid, Gereja, Sinagog dan tempat ibadah agama lain. Umat Islam harus menjaga umat beragama dan tempat ibadah Agama manapun sebagai bentuk politik luhur Islam. Adapun Jihad diartikan sebagai sebuah “perang” hanya dalam rangka mempertahankan diri dari musuh yang hendak merusak Agama dan Negara, selain kondisi tersebut, Jihad harus diartikan sebagai sebuah kesungguhan untuk mencari jalan Allah dengan menjalankan tugas sesuai dengan kapasitas masing-masing sebaik mungkin, baik sebagai pengajar, pedagang, petani dan pejabat. Kata kunci: Tafsir al-Azhar, lokalitas, dan kontekstualitas.

Upload: others

Post on 10-Feb-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 20%

Date: Rabu, Agustus 28, 2019

Statistics: 867 words Plagiarized / 4313 Total words

Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Lokalitas dan kontekstualitas dalam tafsir sastra di Indonesia (Sebuah upaya

deradikalisasi) Oleh: Mohamad Nuryansah Benny Ridwan Abstrak Tulisan ini bertujuan

untuk menggali dimensi lokalitas dan kontekstualitas tafsir Al-Azhar, sebagai upaya

untuk mengikis faham radikalisme yang sedemikian mengakar di Indonesia. Lokalitas

sebagai sebuah pertimbangan dan kontekstualitas sebagai sebuah cara menafsirkan

benar-benar diterapkan oleh Hamka dalam menafsirkan al-Qur‟an, terutama terkait ayat

yang disalah fahami oleh sebagian kaum radikalis, seperti ayat yang menjelaskan

tentang menjaga eksisitensi umat beragama dan tempat ibadah mereka serta tentang

Jihad menuju jalan Allah swt.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan kemajemukan yang ada di Indonesia, yang

menganut banyak keyakinan, menjadikan Hamka mengutuk keras fanatisme buta

terhadap agama, sebab fanatisme yang berlebihan akan menjadi pemantik onar dan

peperangan diantara anak bangsa sendiri, sebab ketika seseorang sudah merasa

Agamanya sendiri yang benar, maka akan melahirkan tindakan represif yang berujung

pada penindasan dan pertikaian, sehingga hal tersebut bukanlah sebagai tujuan dari

Islam, demikian pula Hamka mendorong untuk menjaga eksistensi umat beragama dan

tempat ibadah mereka, baik Masjid, Gereja, Sinagog dan tempat ibadah agama lain.

Umat Islam harus menjaga umat beragama dan tempat ibadah Agama manapun

sebagai bentuk politik luhur Islam. Adapun Jihad diartikan sebagai sebuah “perang”

hanya dalam rangka mempertahankan diri dari musuh yang hendak merusak Agama

dan Negara, selain kondisi tersebut, Jihad harus diartikan sebagai sebuah kesungguhan

untuk mencari jalan Allah dengan menjalankan tugas sesuai dengan kapasitas

masing-masing sebaik mungkin, baik sebagai pengajar, pedagang, petani dan pejabat.

Kata kunci: Tafsir al-Azhar, lokalitas, dan kontekstualitas.

Page 2: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Pendahuluan Al-Quran sebagai sumber primer ajaran Islam mengandung nilai-nilai

dalam membangun peradaban manusia (al-tamaddun al-insani),_ oleh karena itu minat

kajian terhadap al-Qur‟an terus berkembang dengan pesat. Dari klasik hingga

kontemporer, dari sarjana Muslim maupun sarjana Barat. Kajian al-Qur‟an yang

sedemikian pesat tidak hanya terjadi di dunia Arab maupun Barat, tetapi juga di

Indonesia -sebagai Negara dengan jumlah muslimnya terbesar di dunia.

Berbagai pendekatan telah ditawarkan, mulai dari Linguistik (sastra), Ushul Fiqh,

Hermeneutik, dan pendekatan integratif, telah mengalami perkembangan signifikan

dalam memproduksi dan mereproduksi ide-ide dan gagasan al-Qur‟an secara terus

menerus dan berkesinambungan. Berbagai pendekatan dalam berinteraksi dengan

al-Quran merupakan sebuah keniscayaan yang harus terus dikembangkan, sebab

Al-Qur‟an merupakan teks statis, sedangkan zaman dan berbagai persoalan manusia

terus bertambah dan berkembang, dengan demikian kebutuhan akan penafsiran yang

selaras dengan perkembangan zaman amatlah sangat penting agar al-Qur‟an senantiasa

menjadi guidance (way of life) bagi umat Islam, al-Qur‟an menjadi solusi terhadap

problematika manusia serta al-Qur‟an akan tetap salih li kulli zaman wa al-makan.

Al-Qur‟an dapat menjadi solusi terhadap persoalan manusia manakala al-Qur‟an

tersebut sudah ditafsirkan oleh penafsir, sebab al-Qur‟an tak mampu berbicara

(menjelaskan sendiri) tanpa adanya refleksi manusia (penafsir). Sebagaimana ungkapan

dari sahabat Ali Ibn Abi Thalib “Al-Qur‟an merupakan teks, tak mampu menjelaskan

dirinya sendiri, mufasirlah yang dapat menjelaskannya.

Dari berbagai pendekatan yang ada, pendekatan Adabi Ijtima‟i_ (sastra-kemasyarakatan)

mengalami kemajuan yang signifikan, terutama di Indonesia, sebagaimana tafsir

Al-Azhar karya Buya Hamka. Tafsir ini menempatkan al-Qur‟an sebagai petunjuk

universal sehingga dapat dijadikan pedoman dan solusi dalam masyarakat. Karakteristik

tafsir dengan corak semacam ini merupakan inovasi dari berbagai pendekatan tafsir

pada era sebelumnya, dimana para penafsir hanya menafsirkan al-Quran dengan cara

menganalisa susunan kalimatnya atau mengungkap sisi kebahasaannya atau bahkan

hanya memaparkan pendapat para ulama yang saling berbeda, sehingga kurang

memberikan kontribusi yang signifikan bagi persoalan kemasyarakatan._

Dengan demikian sudah barang tentu kita akan menemukan pemikiran revolusioner

Hamka dalam membangun gagasan keislaman, dimana ia berani menerjang batas-batas

dogma yang dipegang oleh umat Islam kebanyakan. Hal ini sangat penting sebagai

upaya untuk membangun Islam rahmah dalam konteks kekinian dan sebagai sebuah

upaya dalam membendung arus radikalisme yang mulai mengakar di Indonesia. Tafsir

Page 3: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

ini merupakan tafsir yang unik, yang berbeda dengan karya-karya tafsir Nusantara yang

lainnya.

Aspek lokalitas dalam tafsir ini begitu kentara, baik berkaitan dengan sejarah, suku,

budaya dan perjuangan bangsa Indonesia termaktub dalam tafsir ini. Terlebih Tafsir

dengan pendekatan sastra kemasyarakatan menjadi pilihan utama dalam memahami

al-Qur‟an, sebab pendekatan ini dianggap terbebas dari fanatisme idiologi, madzhab

dan kepentingan dari penafsirnya sendiri, demikian pula al-Qur‟an disusun dalam

bahasa yang sastrawi.

Nur Khalis Setiawan mengungkapkan bahwa Al-Qur‟an merupakan kitab sastra terbesar

di dunia, hal ini bukan berarti membandingkan al-Qur‟an dengan berbagai produk

sastra ataupun menyamakannya, namun ungkapan ini lebih tepatnya sebagai usaha

menjelaskan bahwa al-Qur‟an memiliki keistimewaan dalam aspek kesusastraan dan

kebahasaan. Islam merupakan Agama yang rahmah (mengasihi), baik seagama maupun

berbeda Agama, sebab Al-Qur‟an sebagai pedoman telah menjelaskan moral

kemanusiaan yang bersifat universal, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan

keadilan.

Namun terkadang dijumpai berbagai macam tindakan yang tidak manusiawi dan

menciderai terhadap keadilan dengan justifikasi ayat-ayat Al-Qur‟an. terutama terkait

faham radikalisme yang kian menguat dan mengakar di bumi Indonesia. Adapun upaya

yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut diantaranya adalah tawaran

lokalitas dan kontekstualitas dalam membaca teks keagamaan –al-Qur‟an dan Hadis.

Kedua aspek ini nampak jelas dalam Tafsir Al-Azhar ini.

Kontekstualitas berupaya mengambil makna teks secara proporsional dengan

memperhatikan sosio historis dari teks, sedangkan lokalitas berupaya menghasilkan

pemahaman yang selalu memperhatikan nilai-nilai lokalitas dari suatu bangsa, khusunya

Indonesia, yaitu Kebhinekaan. Upaya membendung radikalisme berdasarkan penafsiran

yang menonjolkan aspek lokalitas dan kontektualitas tentu sangat relevan untuk dikaji

dengan seksama, sebab secara normative al-Qur‟an memiliki fungsi moral-sosial

disamping fungsi teologis. Fungsi teologis mengandung fungsi al-Qur‟an sebagai

Mu‟jizat, Burhan dan Bayinah.

Kemukjizatan al-Quran diantaranya adalah berkaiatan dengan aspek bahasa dan

susunan redaksinya. Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Arab pada saat turunnya

al-Quran memiliki peradaban yang maju dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah),

kesempurnaan menyampaikan penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun

kata-kata, serta kelancaran logika._

Page 4: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Oleh karena bangsa Arab maju dalam aspek bahasa dan seni sastra, karena sebab itulah

al-Quran menantang mereka. Padahal mereka memiliki kemampuan bahasa yang tidak

bisa dicapai orang lain seperti kemahiran dalam berpuisi, syi‟ir atau prosa (natsar).

Namun walaupun begitu mereka tetap dalam ketidakberdayaan ketika dihadapkan

dengan al-Quran._

Jikalau pekerjaan tidak bisa dilakukan oleh mereka yang ahli dalam bidangnya tentu

sangat mustahil itu bisa dilakukan oleh mereka yang tidak ahli dibidangnya._ Dalam

konteks moral sosial diantaranya al-Qur‟an sebagai Al-Huda (petunjuk)_, Asy-Syifa'

(obat/penyembuh)_, Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat)_, Al-Busyra (kabar gembira)_ dan

Rohmah.

Konteks moral sosial yang sedemikan menggembirakan terkadang terlupakan oleh

sebagian umat Islam sendiri karena tidak mengkaji al-Qur‟an secara seksama dan

komprehensif. Sekilas tentang Hamka dan Tafsir al-Azhar Hamka lahir pada 13

Muharram 1362 H, atau 16 Februari 1908 M. di desa Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang.

Ayah Hamka bernama Syekh Abdul Karim bin Amrullah mempunyai hasrat besar agar

anaknya kelak mengikuti jejak dan langkah yang telah diambilnya sebagai seorang

ulama‟._

Sebagai seorang ulama‟ Hamka adalah seorang sastrawan, budayawan, Mubaligh,

pendidik, bahkan menjadi politisi. Adapun pendidikan formalnya, Hamka kecil hanya

sampai pendidikan SD, Namun keahliannya dalam Islam diakui dunia internasional

sehingga kemudian mendapat gelar kehormatan dari Universitas Al-Azhar (1955) dan

dari Universiti Kebangsaan Malaysia (1976).

Perjalanan intelektual Hamka dimulai pada Tahun 1924 ditandai dengan kepergiannya

ke tanah Jawa untuk belajar antara lain kepada HOS Cokroaminoto, dan aktif dalam

organisasi Muhammadiyah. Selain konsen dalam dunia keislaman, Hamka juga menjadi

seorang redaktur pada majalah Pedoman Masyarakat dan Pedoman Islam (1938-1941).

Pada waktu itu ia mulai banyak menulis roman, seperti Di Bawah Lindungan

Ka‟bah (1938), Merantau ke Deli (1940), Di Dalam Lembah Kehidupan (1940; kumpulan

cerita pendek), Ayahku (1949; merupakan riwayat hidup dan kisah perjuangan ayahnya).

Di zaman Orde Lama Hamka pernah mearasakan dinginnya tembok penjara karena

sebuah Fitnah, Namun justru itu disyukuri ole Hamka, sebab di dalam penjara itulah Ia

mampu menyelesaikan karya monumentalnya, yaitu Tafsir Al-Azhar. Diantara

karya-karya Hamka antara lain: Di Bawah Lindungan Ka‟bah Adab

Minangkabau dan Agama Islam Si Sabariyah Kepentingan Tabligh Agama dan

Page 5: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Perempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Islam Falsafah Hidup Pembela Islam:Tarich Sayyidina Abu Bakar Tenggelamnya Kapal

Van Der Wijk Tuan Direktur Kenang-kenangan Hidup Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H.

Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatra Tafsir al-Azhar Adapun

penulisan tafsir al-Azhar di mulai sejak tahun 1958, yang pada awalnya berupa uraian

dalam kuliah subuh bagi jama‟ah mesjid Agung al-Azhar._ Hasil uraian Hamka setiap

subuh tersebut di muat dalam majalah Gema Islam sejak tahun 1969, dan Hamka

menyelesaikan penuliasn Tafsirnya komplit tiga puluh juz saat berada dalam rumah

tahanan politi Mega Bandung tanggal 11 Agustus 1964.

Selanjutnya Hamka melakukan penyempurnaan terhadap karya tafsirnya ketika Hamka

setelah keluar dari penjara. Interaksi Hamka terhadap penafsiran al-Qur‟an dimulai sejak

ia belajar tafsir al-Qur‟an kepada KI Bagus Hadikusumo di Yokyakarta tahun 1924-1925.

Dari sinilah muncul minat Hamka untuk mendalami lebih dalam tentang al-Qur‟an,

sebab Hamka hendak meninggalkan pusaka yang bermanfaat atau punya nilai bagi

bangsa dan umat muslim Indonesia jika kelak kembali ke hadirat Allah swt.

Tafsir al-Azhar merupakan tafsir dengan metode tahlili, yaitu menafsirkan al-Qur‟an

mengikuti sistem al-Qur‟an sebagaimana yang ada dalam mushaf, dibahas dari berbagai

segi mulai dari asbab al-nuzul, munasabah, kosa kata, susunan kalimat dan sebagainya.

Tafsir ini layak disebut tafsir al-Qur‟an,_ karena memenuhi kriteria sebuah tafsir, di

antaranya ialah seorang mufasir menjelaskan lafaz, kalimat atau ayat dengan

menggunakan sumber dan menerapkan prinsip-prinsip penafsiran yang berlaku.

Tafsir Al-Azhar ditulis dalam suasana yang baru, yaitu di Negara yang penduduk

muslimnya lebih besar jumlahnya dibanding dengan pemeluk agama yang lain,

sedangkan mereka haus akan bimbingan Agama. Sehingga perbedaan madzhab dan

fanatisme pada suatu faham idiologi hampir tidak akan dijumpai dalam tafsir ini._

Madzhab yang dianut penafsir ini adalah madzhab salaf, yaitu madzhab Rasulullah,

sahabat dan para ulama penerus Nabi.

Dalam persoalan aqidah, Hamka bersifat taslim, artinya menyerah tanpa banyak

bertanya lagi, Namun bukan taklid buta, tetapi meninjau mana yang lebih dekat dengan

kebenaran untuk diikuti dan mana yang menyimpang untuk ditinggalkan._ Tafsir yang

dijadikan rujukan oleh hamka dalam menulis tafsirnya adalah Tafsir Al-manar karya

Sayyid Rasyid Ridha, menurut Hamka tafsir ini layak dijadikan sebagai rujukan sebab

selain menguraikan persoalan Agama, mengenahi hadis, fiqih, sejarah Islam, juga

menafsirkan ayat-ayat tersebut sesuai dengan perkembangan politik dan

kemasyarakatan, sehingga tafsir al-Azhar pun demikian, hanya saja berbeda dalam

Page 6: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

aspek perkembangan politik dan kemasyarakatan, hal tersebut karena berbeda waktu

dan temapat antara Tafsir Al-Manar dan Tafsir al-Azhar.

Selain Al-Manar, tafsir yang dijadikan sebagai rujukan oleh Hamka adalah Tafsir

al-Maraghi, Tafsir al-Qasimi, dan Tafsir Fi Dhilal Al-Qur‟an. Adapun sumber penafsiran

Hamka; 1) Otoritas Al-Qur‟an; 2) Otoritas Hadis Nabi; 3) Ucapan Sahabat; 4) Akal; dan 5)

Realitas (lokalitas). kontektualitas dan lokalitas dalam tafsir: sebuah upaya deradikalisasi

Al-Qur‟an sebagai sumber utama ajaran Islam harus mampu difahami dengan sekasama,

sehingga mampu mengahadirkan solusi yang tepat terhadap berbagai tantangan

zaman, sebagaimana tantangan kultural dan sosiologis yang saat ini dihadapi, tentu

berbeda dengan dengan tantangan yang ada pada zaman Nabi, Sahabat, dan Tabiin.

Kebutuhan akan kreatifitas dalam memahami al-Qur‟an inilah yang tidak dapat

dinafikan, salah satu jalan yang dapat dilakukan adalah dengan cara kontekstualitas dan

mengetengahkan nilai-nilai lokalitas/kultural yang ada dalam menafsirkan al-Qur‟an.

Salah satu tantangan yang ada di depan mata ialah faham-faham radikalisme yang

sudah mewabah di Negara ini.

Berbagai survei menegaskan tentang virus radikalisme sudah akut di Indonesia, Direktur

Wahid Institute, Yenny Wahid dalam diskusi Simposium Nasional (14/8/2017) di Balai

Kartini menyebutkan, sebanyak 11 juta orang bersedia melakukan tindakan radikal, 0,4

persen penduduk Indonesia pernah bertindak radikal, sedangkan 7,7 persen mau

bertindak radikal kalau memungkinkan. Tindakan ini diakibatkan oleh kesenjangan

ekonomi dan terprovokasi oleh ceramah-ceramah ustad yang berisi kebencian._

Demikian juga Setara Institute telah melakukan survey pada tahun 2015, tentang

persepsi siswa atas toleransi beragama dan radikalisme, dan hasilnya sangat

mengejutkan, satu dari 14 siswa SMA setuju dengan ISIS (Islamic State of Iraq and

Suriah). _ Demikian pula pada penelitaian sebelumnya, yaitu pada tahun 2011 oleh

Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) yang dipimpin oleh Prof. Dr.

Bambang Pranowo-Guru Besar sosiologi di UIN Syarif hidayatullah Jakarta,

menyebutkan bahwa hampir 50% pelajar mendukung cara-cara keras dalam

menghadapi masalah moralitas dan konflik keagamaan._ Pada tahun yang sama,

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lazuardi Biru menjelaskan bahwa Indonesia masih

rawan terhadap aksi radikalisme dan terorisme, dengan indeks kerentanan radikalisme

di Indonesia sebesar 43,6, dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, terdapat tiga daerah

yang paling rentan tindakan radikalisme, yakni Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Barat,

dan Banten.

Page 7: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Komponen indeks kerentanan radikal tersebut terdiri dari tindakan radikal, keanggotaan

organisasi radikal, aliensi-deprivasi, intoleransi terhadap non-muslim, persamaan tidan

aman, dan perasaan terancam dari masyarakat._ Kondisi psikologis masyarakat yang

sedemikian rentan oleh tindakan radikal tentu harus segera dicarika solusi, salah satunya

dengan upaya mengkontektualisasikan teks-teks keagamaan secara proporsional.

Penafsiran tekstual dan kontekstual sudah ada pada zaman Nabi.

Hal itu dapat dibuktikan dari perdebatan antar sahabat, misalnya Umar ibn Khatab yang

terkenal dengan ijtihadnya._dengan perkembangan dan perluasan wilayah maka

perbedaan kedua pola dan metode ini semakin nampak, didukung pula legitimasi

teologis sosiologis oleh masing-masing pengikutnya, bahkan kedua pola ini

berkembang menjadi sebuah paradigma, dimana terkadang antara keduanya saling

menyerang.

Secara historis, masyarakat Mekkah dan Madinah cenderung melakukan pendekatan

tekstual, disamping tipikal masyarakat di Mekkah yang homogen, banyaknya sumber

hukum (Hadis) juga menjadi penyebab masyarakat Mekkah lebih tekstual, karena ketika

terjadi persolan, mereka dapat langsung merujuk pada hadis-hadis tersebut. Namun

kekurangan pendekatan ini dapat berpotensi menimbulkan paham dan gerakan yang

reaksioner terhadap perkembangan zaman._

Sedangkan pola pendekatan kontekstual didominasi oleh masyarakat Irak dan

sekitarnya. Disamping masyarakat Irak terbatas ketersediaan sumber hukum (hadis),

tipikal masyarakat di Irak juga heterogen, sehingga lebih cenderung menggunakan rasio

ketika terdapat perbedaan antara teks dan akal._

Pendekatan kontekstual lebih berorientasi pada konteks pembaca (penafsir) dimana ia

hidup dan berada, dengan pengaruh budaya, sejarah dan sosialnya sendiri._ Sehingga

kontekstualitas merupakan sebuah pendekatan yang relevan pada saat ini untuk

mengikis faham radikalisme di masyarakat. Menurut Nasaruddin Umar, radikalisme

muncul dari tekstualisme sehingga dia menawarkan pendekatan kontekstual Maqasidi

dalam memahami teks keagamaan.

Lokalitas (locality) dalam sebuah tafsir merupakan sebuah diktum yang menarik untuk

ditelaah secara mendalam. Sebab meskipun Al-Qur‟an itu diperuntukkan untuk semua

umat manusia secara universal, namun pelaksanaan ajarannya (tafsir) itu sendiri

menuntut pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan kultural (lokalitas)

masyarakat tertentu, termasuk di Indonesia, _ dalam bahasa yang sederhana adanya

dialog anatara realitas manusia dan al-Qur‟an.

Page 8: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Dengan demikian maka dapat difahami mengapa al-Qur‟an sama namun dalam praksis

pengamalannya berbeda-beda._ Sehingga maksud lokalitas dalam tafsir disini diartikan

sebagai wacana kultural yang ada dalam sebuah tafsir, baik terkait peristiwa maupun

gagasan yang dibangun oleh seorang mufasir untuk menjelaskan makna ayat.

Dengan adanya lokalitas konteks keindonesiaan ini diharapkan sebuah tafsir dapat

memberikan sumbangsih atas keberagaman dan kebinekaan umat Islam Indonesia

sehingga tidak mudah tersulut oleh faham radikalisme. Lokalitas dalam Tafsir Al-Azhar:

sebagai pertimbangan Negara Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai

suku, Agama, ras dan golongan.

Kemajemukan ini menjadi sebuah keunikan –lokalitas yang hanya dimiliki oleh Indonesia

yang patut disyukuri sekaligus dibanggakan. Sebab hanya Indonesialah yang memiliki

kekayaan peradaban semacam ini. Namun tidak dapat dipungkiri, keunikan yang

sedemikian indah terkadang menimbulkan persoalan di lain pihak, terutama terkait isu

Agama.

Fanatisme keagamaan yang sudah akut diderita oleh sebagian pemeluk Agama

menjadikan keharmonisan umat beragama menjadi goyah, banyak teror di Masjid,

Gereja dan tempat ibadah yang lain. Fanatisme, termasuk dalam beragama menurut

Hamka dapat menghilangkan ketentraman dalam jiwa dan membawa onar dan

peperangan, sebab truth claim, aksi radikal pasti terjadi ketika seseorang mengalami

fanatisme buta._ Argumen semacam itu dikemukakan oleh Hamka saat menafsirkan

surah al-Baqarah ayat 62._

Penafsiran semacam itu menurut penulis merupakan sebuah penafsiran yang berani dan

progresif dengan mempertimbangkan lokalitas Indonesia, yang terdiri dari berbagai

Agama, Ras, Suku dan Budaya. Penjelasan yang termaktub dalam tafsir al-Azhar ini

sangat representatif untuk diketengahkan, karena akhir-akhir ini ujaran kebencian atas

nama Agama, aksi radikal menjadi musuh yang nyata bagi kelangsungan berbangsa dan

bernegara.

Demikian atensi terhadap lokalitas keindonesiaan juga tampak ketika Hamka

menafsirkan surat al-Baqarah ayat 114, ayat ini membicarakan tentang perilaku orang

dhalim yang senantiasa menghalangi umat Islam untuk beribadah di masjid. Dalam

menafsirkan ayat ini, nampaknya Hamka mempertimbangkan lokalitas masyarakat

Indonesia yang menganut berbagai macam Agama.

Sehingga Hamka menegaskan bahwa Islam mengutuk keras terhadap perilaku yang

menghambat seseorang untuk beribadah ditempat ibadahnya sendiri. Baik di masjid

Page 9: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

ataupun ditempat ibadah Agama lain, seperti di Gereja bagi orang Kristen, Sinagog bagi

orang Yahudi, demikian pula umat diharuskan menjaga keamanan umat beragama baik

Islam, Kristen, Hindu, Budha serta membela tempat ibadah agama manapun baik Masjid,

Gereja, Sinagog dll, Sebab menurut Hamka menjaga dan membela tempat-tempat

ibadah (Masjid, Gereja, Sinagog) merupakan bagian dari politik luhur Agama Islam._

Demikian pula aspek lokalitas dalam tafsirnya, dapat dilihat dari penyebutan Hamka

terkait nama benda, daerah, suku yang yang ada di Indonesia. Dalam sebuah Tafsir,

seorang penafsir pasti dipengaruhi oleh latar belakang dan kondisi daerah dimana

penafsir tersebut hidup. Hal tersebut menjadi wajar ketika dalam menafsirkan menyebut

nama benda, nama daerah, atau nama suku yang ada disekeliling penafsir, termasuk

Hamka.

Dalam tafsirnya Al-Azhar, Hamka banyak menyebut nama-nama tersebut dalam

tafsirnya sebagai upaya memperjelas atau memperkokoh penafsirannya. Ini sangat

menarik, sebab jarang penafsir Indonesia yang sebegitu banyaknya menyebutkan dan

mengelaborasi konteks keindonesiaan dalam tafsirnya. Seperti suku Jawa, Batak,_

Minangkabau,_ Mandailing,_ Sunda, Aceh dll; Jihad dalam berbagai perspektif Jihad

secara umam diartikan sebagai tindakan yang mengandung makna kekerasan ataupun

tindakan damai bergantung pada konteks penggunaan kata tersebut.

Atau dalam bahasa yang sederhana jihad dapat masuk dalam konteks keagamaan

ataupun bukan keagamaan._ Namun konteks Jihad yang demikian luas dan fleksibel

seperti ini terkadang difahami sebagai embrio radikalisme yang berkembang pada

akhir-akhir ini, hal itu memang dipengaruhi oleh tidndakan radikal oleh sebagian kecil

umat Islam yang ada di dunia, Indonesia khususnya.

Nasharuddin Umar mengutip perkataan Dawam Raharjo, menjelaskan bahwa ada lima

sarjana barat yang telah mengulas konsep jihad dalam Agama Islam, diantaranya

Andrean Reland (1718) yang mengulas hukum Jihad melawan agama Kristen, Snouck

Hurgronje dalam bukunya De Achehers (1894), menguraikan tentang doktrin jihad

dalam lingkungan masyarakat Aceh. Demikian juga gagasan dari H. TH. Obbrink (1901)

yang meneliti tentang gerakan Cheragh “Ali di India” kajian ini fokus pada doktrin jihad.

A.J.

Wensinck (1930) menulis buku hadis yang dalam versi Inggrisnya berjudul The

Handbook of Early Muhammadan Tradition. Buku ini juga memuat banyak uraian

tentang jihad dengan menggunakan kata kunci “perang”. Sarjana berikutnya Rudolf

Peters dari Universitas Amsterdam, dalam bukunya yang berjudul Islam and Colonialism:

The Doctrine of Jihad in Modern History (1979) menitikberatkan pada relasi antara Islam

Page 10: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

dan kolonialisme Barat, khususnya dampak kolonialisme terhadap Islam._ Selanjutnya

Mark A.

Gabriel, _ dalam karyanya yang berjudul Islam and Terrorism (2002) secara lugas

mengukuhkan terjadinya relasi antara Islam dan terorisme, mulai dari akar terorisme

dalam Islam hingga perkembangan jihad di era kontemporer. Sebagaimana Gabriel

menyoroti eksistensi surah al-Qital sebagai nama lain dari surah Muhammad (47), dan

surah al-Qital yang bernuansa perang sedangkan tidak ada surah lainnya yang

bernuansa perdamaian.

Berdasar pada penamaan surah ini, Gabriel dengan tegas menyatakan bahwa jihad dan

perang merupakan ajaran paling utama dalam Islam._ Atas dasar itu juga, Gabriel

menilai sejarah Islam sebagai “sungai darah” (a river of blood). lebih dari itu, ia

menyatakan bahwa (doktrin) Islam lah agama yang berada di balik segala tindakan

terorisme._

Gabriel berpandangan bahwa motif utama dari jihad adalah untuk membinasakan

manusia yang tidak menerima Islam sebagai agamanya. Ia memahami bahwa praktik

jihad di zaman Nabi Muhammad Saw, adalah memerangi warga kristen dan Yahudi

ataupun orang-orang yang menyembah berhala._ salah satu ayat al-Qur‟an yang

dijadikan legitimasi pandangan pandangan Gabriel terhadap Islam adalah QS.

Al-Anfal (8): 39: dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu

semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya

Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Dalam ayat ini, istilah Jihad sebagai

sebuah struggle yaitu memerangi orang yang menghalangi penyebaran Islam, atau

memerangi orang yang menolak untuk masuk Islam.

Demikian juga Gabriel menjelaskan bahwa wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad

SAW yang menceritakan perihal Yahudi tidak pernah bernilai positif, tetapi setelah

Muhammad berhijrah ke Madinah, wahyu al-Qur‟an yang menyebut term “Ahlul Kitab”

bahkan menjadi sangat dimusuhi. Diantara ayat yang dimaksud adalah QS. Al-Anfal

(8):39 di atas.

Gabriel memandang bahwa doktrin jihad dalam Islam lebih memprioritaskan

membunuh musuh katimbang menjadikannya tawanan perang, sebagaimana termktub

dalam QS Al-Anfal (8):67: tidak patut bagi seorang Nabi SAW, mempunyai tawanan

sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta

benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah

Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana.

Page 11: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Menurut pandangan Nasaruddin Umar pandangan Mark A. Gabriel ini merupakan

paradigma yang banyak dipahami oleh mayoritas orientalis, terutama terkait dengan

doktrin jihad dan perang dalam Islam._ Kontekstualisasi makna Jihad dalam Tafsir

al-Azahar Ayat yang berkaitan tentang Jihad diturunkan dalam fase Makiyah dan Fase

Madaniyah.

diantara ayat al-Qur‟an yang memuat kata jihad dengan segala derivasinya yang

tergolong makkiyah, yaitu 1) QS Al-‟Ankabut (29):6. dan barangsiapa yang berjihad

maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah

benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. 2) QS. Al-

„Ankabut (29): 8.

dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan

jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak

ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya

kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

3) QS. Luqman (31): 15.

dan jika keduanya memaksamu untuk memeprsekutukan dengan Aku sesuatu yang

tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan

pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutlah jalan orang yang kembali

kepada_Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu

apa yang telah kamu kerjakan. 4) QS. Al-Furqon (25): 52. maka janganlah kamu

mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur‟an

dengan jihad yang besar.

5) QS. An-Nahl (16):10. dan sesungguhnya Allah (pelindung) bagi orang-orang yang

berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar,

sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun Lagi Maha

Penyayang. 6) QS. Al-‟Ankabut (29): 69.

dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami

tunjukkan Kepad merekaa jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar

beserta orang-orang yang berbuat baik. Menurut penafsiran Hamka perintah Jihad

dalam ayat-ayat makiyah seyogyanya dikontekstualisasikan secara proporsional, sebab

Jihad dalam fase ini tidak memiliki kaitan dengan peperangan fisik, melainkan

perjuangan mempertahankan ketauhidan dari kemusyrikan dan keimanan dari

kekufuran.

Page 12: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Orang muslim yang lemah tetap dengan keimanannya meskipun dianiaya oleh kafir

Qurais sampai para perempuan di bunuh, dan laki-laki diseret-seret di pasir yang panas,

dipaksa memaki-maki Nabi dan memuji berhala mereka seperti Ammar bin Yasir.

Namun Nabi selalu memberikan semngat kepada mereka agar sungguh-sungguh dan

sabar menghadapi penderitaan pahit itu,_ jangan ada yang berganti keimanannya

“kembali musyrik” hanya mengharap kehidupan dunia.

Sampai Abu Sufyan kagum dengan kesungguhan umat Islam dalam mempertahankan

keimanan mereka, dihadapan Heraclius Raja Romawi yang memerintah negeri Syam,

Abu Sufyan bercerita bahwa belum pernah pengikut Muhammad itu kembali kepada

agamanya yang lama, betapapun penderitaan mereka._ Dengan demikian maka Hamka

berpendapat bahwa Jihad dalam konteks mekah adalah jihad dalam rangka

mempertahankan keimanan dan bersabar dalam mengahadapi penyiksaan kaum kafir.

Hal ini nampaknya selaras dengan Sa‟id Al- Asymawi yang menegaskan bahwa jihad di

Mekah berarti berusaha untuk selalu berada dalam jalan keimanan yang benar dan

bersabar dalam mengahdapi penyiksaan kaum kafir. Dengan kata lain, jihad dalam

periode ini bermakna moral dan spiritual. Penafsiran Jihad dengan pengertian semcam

ini menurut penulis merupakan gagasan yang penting di tengah glombang globalisasi

yang terus menggerus keimanan seperti kemiskinan dan kesenjangan yang begitu jauh

antara si miskin dan si kaya.

Adapun Ayat Al-Qur‟an yang menyebut kata jihad dan segenap derivasinya dan

tergolong madaniyah diantaranya: 1) QS. Al-Baqarah (2): 218. sesungguhnya

orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah,

mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha

Penyayang. 2) QS. Ali Imran (3): 142.

apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah

orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. 3)

QS. An-Nisa; (4): 95. tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut

berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan

Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad

ddengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk saatu derajat.

Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah

melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang

besar. 4) QS. Al-Maidah (5): 35. hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada

Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada

jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.

Page 13: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

5) QS. Al-Maidah (5): 54. hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu

yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatngkan suatu kaum yang

Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut

terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang

berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.

Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha

Luas (Pemberian-Nya) Lagi Maha Mengetahui. 6) QS. Al-Anfal (8):72. sesungguhnya

oerang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya

pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan

perttolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu sama lain saling

lindung-melindungi.

Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada

kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan

tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama,

maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada

perjanjian antara kamu dan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Jihad pada masa Madinah di definisikan sebagai sebuah kesungguhan

(sungguh-sungguh) dan bekerja keras menuju jalan Allah, dalam konteks ini orang

dapat melaksanakan Jihad sesuai dengan keahlian masing-masing, segala macam

pekerjaan yang baik dan tujuan yang baik termasuk menuju jalan Allah, maka semua

pekerjaan itu dilaksanakan dengan semangat yang sungguh-sungguh “jihad”.

Sehingga mengajar, menjadi arsitek (membuat bangunan yang bermanfaat), bertani,

berniaga, bahkan menjadi pejabat juga termasuk dalam koridor Jihad, sehingga wajib

dilaksanakan dengan semangat Jihad pula. Adapun Jihad dalam pengertian perang

„hanya” dalam konteks melawan musuh yang hendak merusak Agama dan Negara._ Jadi,

makna jihad sebagai sebuah peperangan manakala untuk mempertahankan diri dari

penganiayaan dan serangan musuh, sehingga peperangan yang terjadi antara umat

Islam dengan musuh-musuh Islam merupakan sebuah reaksi atas agresi dari musuh

terhadap umat Islam.

Dengan demikian Hamka menegaskan bahwa perang dalam Islam merupakan sebuah

pertahanan diri. Penutup Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tafsir

Al-Azhar merupakan sebuah tafsir yang mempertimbangkan aspek lokalitas dan

kontekstualitas dalam penafsirannya. Ini merupakan sebuah karya yang patut untuk

diekspos pada konteks saat ini, dimana terkadang dijumpai sebagian penganut Agama

Page 14: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

Islam yang terlepas dari konteks keindonesiaan dalam memahami al-Qur‟an, sehingga

al-Qur‟an tidak menjadi solusi atas persoalan kemasyarakatan.

Sudah tentu hal tersebut tidak bijaksana, sebab al-Qur‟an sebagai hujjah dan petunjuk

bagi umat Islam, yang tentunya dapat menjadi solusi atas persoalan yang dihadapi umat

Islam sampai hari kiamat.

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

<1% - https://thebigfakesmile.blogspot.com/2012/09/jihad-dalam-islam.html

<1% - https://afiafiafiafiafiafi.blogspot.com/#!

<1% -

http://10259697.siap-sekolah.com/2011/11/30/sejarah-pemikiran-al-qur%E2%80%99an-

klasik-tengah-modern/

<1% - https://chayyo-ukh.blogspot.com/2012/11/al-adabul-ijtimai.html

<1% -

http://digilib.uin-suka.ac.id/20610/1/11120115_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

<1% -

https://masthoni.wordpress.com/2009/08/01/islam-yang-rahmatan-lil-%e2%80%98alam

in/

<1% - https://atajularifin.wordpress.com/author/atajularifin/

<1% - https://www.ayokbelajar.com/nilai-nilai-pancasila-dasar-negara/

<1% - https://issuu.com/tifafoundation/docs/14x21.5cm_mengelola_toleransi_dan_k

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/313226537_PANDANGAN_HAMKA_TERHADA

P_AYAT-AYAT_EMBRIOLOGI_DALAM_TAFSIR_AL-AZHAR

<1% - https://caklombox.blogspot.com/

<1% - https://www.rwblog.id/2015/05/ijaz-quran-dan-mukjizat-al-quran.html

<1% - https://viecenut.blogspot.com/2012/

<1% -

https://numberquran.blogspot.com/2017/11/ijaz-al-lughawi-dan-ijaz-al-tasyrii.html

<1% - https://ekosupiyan.blogspot.com/2011/12/ijaz-al-lughawi-dan-ijaz-al-tasyrii.html

<1% -

https://tangamesyu.blogspot.com/2018/05/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html

<1% - https://www.academia.edu/12659162/Hamka_Ulama_Pujangga...

<1% - http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/syahadah/article/view/81/77

1% -

https://derysmono.blogspot.com/2013/05/metodologi-penulisan-tafsir-al-azhar_14.html

1% -

https://andiuripurup.wordpress.com/2013/06/06/tafsir-al-azhar-karya-prof-dr-hamka/

Page 15: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

<1% - https://blogminangkabau.wordpress.com/category/sejarah/

<1% - https://kampoeng-pasir.blogspot.com/

<1% -

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42969/1/ANGGA%20ANJAYA

-FSH.pdf

<1% - https://kajianbersama.blogspot.com/2012/12/tafsir-al-maraghi.html

<1% -

https://afifulikhwan.blogspot.com/2011/02/ontologi-epistemologi-aksiologi-ilmu.html

<1% - https://permatapc.blogspot.com/2015/04/prinsip-prinsip-manajemen.html

<1% -

https://syafieh74.blogspot.com/2013/06/pemikiran-hamka-tentang-perkawinan.html

<1% -

https://islamuna-adib.blogspot.com/2010/04/pemikiran-hamka-tentang-politik-telaah.h

tml

<1% -

https://www.academia.edu/30346044/Telaah_Kitab_Tafsir_al-Azhar_Karya_HAMKA.pdf

<1% -

https://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-metodologi-hamka-yang-digunakan.h

tml

<1% -

https://safaruddinufe.blogspot.com/2013/11/sejarah-pemikiran-pada-masa-tabiin.html

<1% -

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170814172156-20-234701/survei-wahid-insti

tute-11-juta-orang-mau-bertindak-radikal

<1% -

https://www.kaskus.co.id/thread/5969c6f76208818e658b4568/waspadalah-riset-setara-s

ebut-belasan-juta-orang-simpati-pada-isis/2

<1% -

https://www.scribd.com/document/360290142/Adil-Mastjik-Dahsyatnya-Abi-Buku

<1% -

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/04/110426_surveiradikalisme

1% -

https://imaduddin-syukra.blogspot.com/2011/10/ancaman-dan-gangguan-terhadap.ht

ml

<1% -

https://www.liputanaceh.com/gempa-5-sr-guncang-wilayah-jawa-barat-dan-banten/

<1% -

https://kolomyusufbahtiyar.blogspot.com/2016/08/dinamika-fiqih-indonesia-sebuah.ht

ml

<1% - https://inicunda.blogspot.com/2012/11/metode-konstektual-dan-tekstual.html

Page 16: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

<1% -

https://ramadhanap72.blogspot.com/2015/11/ayat-ayat-kontekstual-tentang-iman.html

<1% -

https://www.kiblat.net/2017/11/17/janji-kemenangan-dan-syarat-meraih-kejayaan-islam

/

<1% - https://imamaufa.blogspot.com/2009/04/etika-berdakwah-dalam-surat-al.html

<1% - https://toko-bukubekas.blogspot.com/2013/07/

<1% -

https://www.academia.edu/33214638/Kontekstualisasi_Makna_Jihad_di_Era_Kontempore

r_Reinterpretasi_Hadist-Hadist_tentang_Jihad

<1% - https://islam-rahmah.com/tag/kristen/

<1% - https://prupangjati.blogspot.com/2015/11/

<1% - https://www.arrahmah.com/isu-terorisme-dan-serangan-terhadap-islam/

<1% - https://ustadzkholish.wordpress.com/2010/12/18/ayat-ayat-tentang-fitnah/

<1% - https://hobirsoleh.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/

<1% - https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110819113953AAqHsva

<1% - https://almanhaj.or.id/3756-ghanimah-dan-tawanan-perang-badar.html

<1% - https://quranhaditsknowledge.blogspot.com/2013/11/

<1% - https://alquran5.blogspot.com/2014/03/perintah-untuk-berjihad_20.html

<1% - https://tafsiranmanusia.blogspot.com/2013/02/surat-al-ankabut-1-10.html

<1% -

https://salmanfadhly.blogspot.com/2012/05/anak-durhaka-kepada-orang-tua.html#!

<1% - https://tafsirweb.com/7234-surat-al-ankabut-ayat-8.html

<1% -

https://rsnpelajarannn.blogspot.com/2014/03/makalah-bta-tentang-qs-al-luqman-ayat_

5643.html

<1% -

https://kesalahanquran.wordpress.com/2012/01/22/anggota-keluarga-kerajaan-kuwait-

menjadi-pengikut-kristus/

<1% -

https://www.fiqihmuslim.com/2016/09/teks-bacaan-surat-al-furqan-terjemah.html

<1% - https://risalahmuslim.id/quran/an-nahl/16-10/

<1% -

https://nuryahman-al-hidayah.blogspot.com/2013/04/ayat-alquran-tentang-sabar.html

<1% - https://tafsiranmanusia.blogspot.com/2012/04/huud-41-50.html

<1% -

https://www.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-ahmad-yani-ketua-lppd-kh

airu-ummah-allah-bersama-kita.htm

1% - https://www.risalahislam.com/2014/08/pengertian-jihad-yang-sebenarnya.html

<1% - https://mutiara-islamku.blogspot.com/2012/03/qs-ali-imran.html

Page 17: Plagiarism Checker X Originality Reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6060/1/lokalitas.pdfPerempuan Ayat-ayat Mi‟raj Merantau ke Deli Tasawwuf Modern Ringkasan Tarikh Umat

<1% - https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-142

<1% - https://my-bukukuning.blogspot.com/2011/11/jihad-dan-teroris.html

<1% -

https://dangdosmanah.wordpress.com/2011/02/11/jalan-mendekatkan-diri-kepada-alla

h-swt/

<1% - http://sayahafiz.com/index/9/5/48/AL%20MAIDAH.html

<1% - https://islamkajian.wordpress.com/2015/01/19/bersikap-lemah-lembut/

<1% -

https://peribadirasulullah.wordpress.com/2013/03/04/jangan-takut-dengan-celaan-dan-

jangan-pula-mencela/

<1% -

https://helmdahl.blogspot.com/2010/11/cara-allah-menyayangi-hamba-nya-yang.html

1% -

https://www.kompasiana.com/mustafaali/30-ayat-alquran-dilarang-baca-mengandung-

seruan-jihad_55546ac8b67e616f14ba5463

<1% -

https://kuliahdiawangawang.blogspot.com/2013/06/kinerja-dan-etos-kerja-islam.html