plagiarism checker x originality reporte-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4970/2/pcx... ·...
TRANSCRIPT
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 36%
Date: Rabu, Oktober 02, 2019
Statistics: 9229 words Plagiarized / 25726 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------
PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA DI NEGARA MUSLIM
? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim
Sanksi pelanggaran Pasal 72: Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 Pasal 44 Tentang Hak Cipta
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait,
sebagaimana dimaksud ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) _
SINOPSIS Keinginan kuat umat Islam untuk menerapkan syariat adalah lumrah karena
Islam adalah agama yang mereka yakini kebenarannya.
Dalam perspektif global, kecenderungan untuk menjalankan ajaran agama menjadi
mainstream setelah berakhirnya perang dingin pada akhir 1980 yang mengakibatkan
memudarnya ikatan-ikatan ideologis dan kembali pada simpul-simpul primordial seperti
agama. Dunia Islam mempunyai pengalaman beragam mengenai berbagai upaya guna
mempertahankan eksistensi hukum-hukum agamanya, mulai dari ‗ekstrim kiri‘ yang
meleburkan hukum agama dalam hukum sekular bahkan pada tingkat tertentu
menggantikannya dengan hukum sekular hingga ‗ekstrim kanan‘ yang menerapkan
hukum Islam secara rigid sebagaimana tertulis dalam teks keagamaan disertai pressure
struktur keagamaan.
Tantangan modernitas telah mengarahkan negara-negara Muslim untuk melakukan
pembaharuan berupa upaya positifisasi hukum keluarga dengan metode dan
pendekatan yang disesuaikan dengan pengalaman keberagamaan dan kultur
masing-masing. Namun demikian secara garis besar dapat ditarik benang merah bahwa
metode eklektik telah menjadi pilihan terlaris dalam kerangka mempertemukan antara
divine law dan man-made law secara harmonis.
Moh Khusen, M.A.
? xi
BAB IV METODE PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA; SEBUAH ANALISIS KOMPARATIF
~ 89 Dinamika Hukum Islam dalam Tantangan Modernitas ~ 89 Metode Pembaharuan
Hukum Keluarga ~ 99 DAFTAR PUSTAKA ~ 109 TENTANG PENULIS ~ 115 _Moh Khusen,
M.A. PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA DI NEGARA MUSLIM
? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim
Moh Khusen, M.A.
PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA DI NEGARA MUSLIM —Salatiga: 2012 xii + 118 hal.;
14,5 x 20,5 Hak Cipta dilindungi undang-undang © 2013 Dilarang memperbanyak atau
memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara
elektris maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem
penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.
Penulis _: _Moh Khusen, M.A. _ _Editor _: _Mochlasin _ _Desain Cover _: _Alazuka _
_Desain Isi _: _djanoerkoening _ _Cetakan I _ _September 2013 _ _ISBN _:
978-979-3549-18-7 _ _Penerbit _: _STAIN Salatiga Press _ _ _ _Jl. Tentara Pelajar No. 2
Salatiga _ _ _ _Jawa Tengah. Telp. (0298) 323706 _ _Percetakan _: _CV. Orbittrust Corp. _ _
_ _Jl.
Palagan Tentara Pelajar Km. 0,5 Gg. Jengger 01 _ _ _ _Jongkang,Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta 55581 _ _ _ _Telp. +62 328 230 858, +62 274 4463799 _ _ _ _e-mail:
[email protected] _ __ DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ~ v DAFTAR ISI ~ ix BAB I
HUKUM KELUARGA; URGENSI DAN PERKEM BANGANNYA ~ 1 Urgensi Hukum Keluarga
di Negara Muslim ~ 1 Metodologi Penulisan ~ 5 A. Hukum Perkawinan ~ 9 BAB II
REFORMASI HUKUM KELUARGA DI INDONESIA ~ 9 Hukum Kewarisan ~ 15 Hukum
Perwakafan ~ 26 A.
Pembaharuan Hukum Keluarga di India ~ 35 BAB III KASUS PEMBAHARUAN HUKUM
KELUARGA DI DUNIA MUSLIM ~ 35 Pembaharuan Hukum Keluarga di Pakistan ~ 49
Pembaharuan Hukum Keluarga di Malaysia ~ 60 Pembaharuan Hukum Keluarga di Turki
~ 74 Dinamika Hukum Islam dalam Tantangan Modernitas ~ 89
Moh Khusen, M.A. ? ix
KATA PENGANTAR Hampir seluruh Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah PTAIN/S
memasukkan mata kuliah Perbandingan Hukum Keluarga Islam di kurikulumnya.
Hal ini dapat dipahami karena mata kuliah ini mem berikan pengayaan pengetahuan
mahasiswa tentang variasi penerapan hukum keluarga di berbagai belahan dunia
sekaligus mengenalkan kepada mereka ‗versi modern‘ dari Fiqh Munakahat, Mawaris,
dan Wakaf yang secara riil diberlakukan di negara-negara tersebut. Karena muatan
kajiannya yang melampaui wilayah Indonesia, maka bahan referensi yang digunakan
berbahasa asing, Arab dan Inggris.
Di STAIN Salatiga misalnya, mata kuliah ini diajarkan dengan referensi utama dua buah
buku karya Tahir Mahmood yaitu Personal Law in Islamic Countries (1987) dan Family
Law Reform in The Muslim World (1972). Oleh karena itu rintisan buku Bunga Rampai
Pembaharuan Hukum Keluarga Islam ini akan menjembatani penguasaan mahasiswa
dalam mata kuliah ini di samping juga sangat bermanfaat untuk memberikan data-data
baru tentang hukum keluarga yang berlaku di masing-masing negara mengingat dua
referensi karya Tahir Mahmood di atas sudah out of date.
viii ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? v
Buku ini akan mengkaji tentang pemberlakuan hukum keluarga Islam di negara-negara
modern mulai dari Asia hingga Timur Tengah. Sasaran utama buku ini adalah
pembahasan tentang produk per undang-undangan yang mengatur tentang keluarga
meliputi per kawinan, perceraian, pemeliharaan anak, kewarisan, dan lain-lain yang telah
diundangkan di negara tersebut.
Pembahasan ini juga akan menyentuh aspek sejarah pemberlakuannya mulai dari awal
pembentukan hingga perkembangan terakhir yang terjadi. Di tengah-tengah
penyusunan buku ini penulis berkesempatan mengikuti Refresher Program yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama.
Program ini telah memfasilitasi penulis untuk melakukan kunjungan ke India, salah satu
Negara yang kebijakan pembaharuan hukum keluarganya penulis bahas dalam buku ini.
Meskipun program ini lebih difokuskan untuk mendalami tentang manajemen
pengelolaan perguruan tinggi, namun pengalaman satu bulan berada di beberapa
wilayah India cukup memberikan tambahan pemahaman kondisi Negara tersebut,
khususnya dalam konteks kehidupan social keagamaan dan system hukumnya.
Oleh karena itu, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada Prof. Dr. Muhammad Ali sebagai Dirjen Pendidikan Islam waktu itu,
Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Dr. M. Ishom Yuski
selaku Kasubdit Ketenagaan, dan Ketua STAIN Salatiga atas rekomendasinya.
Tidak ketinggalan penulis menyampaikan terima kasih juga kepada Pusat Ilmiah dan
Penerbitan (PIP) STAIN Salatiga dan STAIN Salatiga Press, tanpa dukungan dan
bantuannya buku ini tidak akan dapat diterbitkan. _Seiring dengan rasa syukur atas
selesainya penulisan buku ini, penulis berharap buku ini bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya dari kalangan akademisi pemerhati hukum Islam. Buku ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis membuka pintu seluas-luasnya untuk menerima
kritik, saran, dan masukan konstruktif lainnya.
Salatiga, 27 Maret 2012 Moh Khusen
vi ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? vii
29 Desember 1989 disahkan dan di undangkan Undang-undang No. 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama.7 Kedua produk perundang-undangan itu merupakan satu
paket legislasi yang saling berhubungan secara timbal balik dan saling melengkapi.
Kompilasi Hukum Islam disusun dan dirumuskan untuk mengisi kekosongan hukum
yang bersifat substansial (mencakup hukum perkawinan, kewarisan, dan perwakafan),
sedangkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 mengatur tentang prosedur beracara di
Pengadilan Agama yang meliputi: kekuasaan Pengadilan Agama di bidang perkawinan,
kewarisan, perwakafan, dan Shadaqah, khususnya untuk orang yang beragama Islam.
Penerapan hukum Islam dalam proses pengambilan keputusan di Pengadilan itu selalu
menjadi masalah, karena rujukan yang digunakan oleh Pengadilan senantiasa
berkeanekaragaman yang terdiri atas beragam kitab fikih dari bebagai aliran pemikiran,
yang berakibat munculnya keragaman keputusan Pengadilan terhadap perkara yang
serupa. Hal ini sangat merisaukan para petinggi hukum, terutama dari kalangan
Mahkamah Agung dan Departemen Agama.
Dengan diberlakukannya Kompilasi Hukum Islam kekosongan hukum itu telah terisi, dan
kerisauan para petinggi hukum teratasi. Penyusunan Kompilasi Hukum Islam dapat
dipandang sebagai suatu proses transformasi hukum Islam dalam bentuk tidak tetulis ke
dalam peraturan perundang-undangan. Dalam penyusunan itu dapat dirinci pada dua
tahapan, yaitu sebagai berikut: Pengumpulan bahan baku, yang digali dari berbagai
sumber baik tertulis maupun tidak tertulis.
Pengumpulan bahan baku Cik Hasan Bisri, et. al, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan
Agama di Indo- nesia: Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), hlm. 1. _ BAB I HUKUM KELUARGA; URGENSI DAN PERKEMBANGANNYA A.
Urgensi Hukum Keluarga di Negara Muslim Upaya untuk melaksanakan hukum Islam di
berbagai kawasan yang paling menonjol adalah dalam bidang hukum keluarga.
Meskipun dalam bidang-bidang lain seperti hukum muamalah atau tata perekonomian
yang berdasakan syari‘ah juga sedang diperjuangkan, hukum pidana Islam (jinayah)
serta politik hukum Islam (siyasah syar‘iyah). Hukum ekonomi Islam mengembangkan
sistem ekonomi yang berdasar syari‘ah; sistem bagi hasil.
Hukum pidana Islam (jinayah) merupakan hukum publik yang berdasarkan syari‘ah
Islam. Dari segi orisinalitasnya, hukum keluarga Islam memiliki kelebihan dibandingkan
dengan produk hukum lain. Kelebihan itu terletak pada kemampuan hukum keluarga
untuk bertahan dari pengaruh ideologi luar, baik dari agama lain maupun dari faham
sekularisme maupun komunisme.
Fenomena ini senada dengan tesis Herbert Lieberny sebagaimana dikutip oleh An-Na‘im
yang dikenal dengan nama ―paradigma lima teori konsentris‖. Paradigma itu
mengatakan bahwa bagian hukum yang paling awal dan paling total digantikan oleh
hukum Eropa
16 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 1
adalah dalam bidang perdagangan, kemudian diikuti hukum pidana, pertanahan, hukum
kontrak dan gangguan.
Sedangkan hukum keluarga dan waris yang berada dalam lingkaran paling dekat, paling
sedikit terkena pengaruh hukum Eropa.1 Dengan sedikit berbeda Norman D. Anderson
mengemukakan bahwa ada dua pola reformasi hukum di dunia Islam. Pertama, syari‘ah
lambat laun semakin terabaikan dari kehidupan sehari-hari seperti dalam hukum
dagang, pidana dan sebagainya untuk kemudian mengikuti hukum ―asing‖.
Kedua, bahkan hukum keluarga yang dianggap sakral mengalami sejumlah perubahan
signifikan dengan jalan menginterpretasikan ulang.2 Kemampuan resistensi yang besar
dari hukum keluarga ini semakin kentara dengan adanya fenomena penerapan hukum
keluarga dan waris di sebagian besar negara Islam maupun di negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam yang tidak menampakkan keberanjakan yang cukup jauh
dari ketentuan dalam Fikih klasik kecuali pada beberapa negara seperti Turki, Tunisia
dan Somalia.
‗Keberanian‘ hukum keluarga Turki dan Somalia, misalnya, tampak dalam ketentuannya
yang memberikan bagian yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam menerima
warisan, sedangkan dalam hukum keluarga Tunisia hal itu terlihat dalam aturan tentang
perkawinan dan perceraian. Dunia Islam mempunyai pengalaman yang sangat beragam
mengenai berbagai upaya yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi
―hukum-hukum‖ agamanya, mulai dari yang paling ―ekstrim kiri‖ sampai yang ―ekstrim
kanan‖.
Ekstrim kiri yang Abdullahi Ahmad An-Na‘im, Toward an Islamic Reformation: Civil
Liberties, Human Right and International Law, (New York: Syracuse University Press,
1990), hlm. Lihat juga Noel J. Coulson, A History of Islamic Law (Edinburgh: Edinburgh
University Press, 1964), hlm. 161. Norman D. Anderson, Law Reform in The Modern
World (London: Athlone Press, 1967), hlm. 1-2.
_untuk mengangkat status wanita dan memberikan perlindungan kepada mereka, suatu
hal yang sejalan dengan semangat Alquran dan Sunnah Rasul. Meskipun kini
perkawinan poligami telah dan agaknya akan menjadi hal yang jarang terjadi di
Indonesia, namun efektifas hukum yang mengatur poligami kelihatannya masih
diragukan. Di antara faktor penyebabnya adalah sanksi hukum atas pelanggaran UU ini,
denda Rp. 7.500,- atau penjara 3 bulan, sudah dianggap tidak sesuai kondisi saat ini.
Hukuman tersebut tidak cukup keras mencegah pelanggaran hukum tersebut.
Selain itu masih terjadinya dualisme hukum di Indonesia: Hukum Islam tradisional versus
hukum negara, mengakibatkan para pelaku poligami lebih memilih berlindung pada
hukum Islam tradisional yang mengabsahkan poligami tanpa khawatir akan dijatuhi
hukuman seperti yang diberlakukan oleh Hukum Islam ―produk negara‖. Sedangkan
pemberlakuan sanksi bagi PNS meskipun cukup berat namun disayangkan hanya untuk
kalangan terbatas.
Hukum Kewarisan Pada akhir dekade 1980-an terdapat dua peristiwa penting berkenaan
dengan perkembangan hukum dan Peradilan Islam di Indonesia. Pertama, pada tanggal
25 Pebruari 1988, ulama Indonesia telah menerima tiga rancangan buku Kompilasi
Hukum Islam. Namun rancangan itu baru tiga tahun kemudian, tepatnya tanggal 10 Juni
1991, mendapat legalisasi dari pemerintah dalam bentuk Instruksi Presidan kepada
Menteri Agama untuk digunakan oleh Instansi Pemerintah dan oleh masyarakat yang
memerlukannya. Instruksi itu dilaksanakan dengan keputusan Menteri Agama No.
154 tanggal 22 Juli 1991. Kedua, pada tanggal
2 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 15
atasan/pejabat, kecuali Pegawai Bulanan di samping pensiunan, dijatuhi salah satu
hukuman disiplin berat berdasarkan PP No.30/1980 tentang Peraturan Disiplin PNS,
apabila melakukan salah satu/lebih perbuatan berikut: Tidak melaporkan perkawinannya
yang kedua/ketiga/keempat kepada Pejabat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1
tahun setelah perkawinan dilangsungkan.
Setiap atasan yang tidak memberi pertimbangan dan tidak meneruskan permintaan
izin/pemberitahuan adanya gugatan perceraian untuk melakukan perceraian, dan atau
untuk beristri lebih dari seorang dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 bulan
setelah ia menerima permintaan izin/ pemberhentian adanya gugatan perceraian.
Pejabat yang tidak memberikan putusan terhadap permintaan izin perceraian/tidak
memberikan surat keterangan atas pemberitahuan adanya gugatan perceraian dan atau
tidak memberikan keputusan terhadap permintaan izin untuk beristri lebih dari seorang
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 bulan setelah ia menerima permintaan izin/
pemberitahuan adanya gugatan perceraian. Berbagai ketentuan dalam UU Perkawinan
No.
1/1974 maupun dalam KHI mengenai poligami di atas pada dasarnya tidak
bertentangan dengan konsep mazhab-mazhab konvensional, termasuk mazhab Syafi‗i.
Hampir sama dengan Hukum Keluarga Malaysia, persyaratan bagi seorang suami yang
ingin berpoligami juga dihubungkan dengan kewajiban suami yang diatur dalam
konsepsi fikih tradisional, yakni kemampuan memberi nafkah dan dapat berlaku adil
kepada para istri.
Begitu pula dengan kondisi darurat istri yang dimadu tampaknya dikaitkan dengan
alasan fasakh. Lebih jauh produk hukum ini juga diorientasikan _dimaksud adalah
negara-negara muslim yang sangat kental dengan faham sosialismenya dalam
menerapkan hukum Islam dalam ranah kehidupan negara.
Sedangkan ekstrim kanan me rupakan kekuatan Islam yang tumbuh dan berkembang
dengan visi dan misi menerapkan syariat Islam sebagai paradigma hukum yang
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga sistem sosial yang dibangun
berlandaskan kepada hukum Islam. Menurut J. N. D. Anderson tipologi pembaharuan
Hukum Islam di kawasan dunia muslim ada tiga corak, yaitu (1) negera-negara yang
masih menganggap Syari‘ah sebagai hukum dasar dan masih dapat diterapkan
seluruhnya, (2) Negara yang membatalkan hukum Syari‘ah dan telah menggantinya
dengan hukum yang seluruhnya sekuler (Hukum Barat) dan (3).
Negara yang menempuh jalan kompromi antara Syari‘ah dan Hukum sekuler . Adapun
negara yang termasuk kategori pertama adalah Saudi Arabia, kategori kedua adalah
Turki dan kategori yang ketiga negara seperti Mesir, Tunisia, Pakistan dan Indonesia.
Politik hukum Islam merupakan strategi dalam memper juangkan hukum Islam dan
pelaksanaannya melalui sistem hukum dan sistem peradilan di kawasan tertentu.
Di beberapa kawasan yang paling menonjol adalah dalam bidang hukum keluarga.
Sebab hukum keluarga dirasakan sebagai garda terdepan dalam pembinaan masyarakat
muslim yang diawali dari pembentukan keluarga sakinah. Pembinaan masyarakat
muslim yang paling awal berasal dari keluarga, dengan asumsi bahwa keluarga yang
sejahtera dan berhasil membina seluruh anggotanya akan mem berikan kontibusi
kepada kemajuan di tengah masyarakat serta dalam komunitas yang lebih besar.
Perkembangan hukum Islam di negara modern terutama yang berhubungan dengan
ahwal al syakhsiyah (nikah, cerai,
14 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 3
rujuk, warisan, wakaf, hibah dan shadaqah) dapat disebutkan sebagai format baru yang
mengakomodasikan gagasan-gagasan pembaharuan pemikiran Hukum Islam yang
relatif fenomenal.
Yordania, misalnya merumuskan Jordanian Law of Family Right tahun 1951, Syiria
dengan Syirian Law of Personal Status tahun 1953, Maroko mengundangkan Family Law
of Marocco tahun 1957, Pakistan dengan Family Law of Pakistan pada tahun 1955, Irak
mengundangkan Law of Personal Status for Iraq tahun 1955, Tunisia dengan Code of
Personal Status tahun 1957 dan Sudan dengan Sudan Family Law tahun 1960 .
Beberapa hal yang baru dalam produk perundang-undang an tersebut adalah dalam
Hukum perkawinan yang me liputi pencatatan perkawinan, pembatasan usia
perkawinan, persetujuan kedua calon mempelai, izin poligami, perceraian harus
dilakukan di depan sidang pengadilan, dan tindakan hukum yang merupakan upaya
untuk mewujudkan perkawinan dengan segala akibatnya.
Hal baru dalam hukum keluarga tersebut bisa dapat dilihat dari keberanjakannya dari
hukum fikih menuju hukum positif yang berupa perundang-undangan di negara muslim
tersebut. Untuk melaksanakan hukum keluarga atau perundang-undangan hukum
perseorangan (personal status), maka ke beradaan suatu sistem peradilan juga
merupakan dua sisi dari mata uang, keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari legislasi
Islam melalui perundang-undangan dan pendirian pengadilan.
Di beberapa kawasan untuk menyebutkan sistem peradilan Islam yang melaksanakan
hukum keluarga dengan beraneka nama; di Indonesia dengan nama Peradilan Agama,
Mahkamah Syari‘ah, Kerapatan Qadhi, Peradilan Ugama, Raad Agama, Family Court,
Peradilan Surambi, Pristeraad, Majelis Syara‘ dan lain-lain. _Ketentuan yang sama tetap
dipertahankan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang ditetapkan pada tahun 1991.4
Pengadilan dalam hal ini memainkan peran penting dalam pemberian izin kepada suami
untuk berpoligami. Meskipun demikian baik UU No. 1 /1974 maupun KHI tidak
mencantumkan sanksi hukum terhadap pihak yang melakukan pelanggaran. Sanksi
poligami diatur dalam Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU
No.1/1974, disebutlkan bahwa pelaku poligami tanpa izin Pengadilan dapat dijatuhi
hukuman denda Rp. 7.500,-.5
Sanksi hukum juga dikenakan kepada petugas pencatat yang melakukan pencatatan
perkawinan seorang suami yang berpoligami tanpa izin Pengadilan dengan hukuman
kurungan maksimal 3 bulan atau denda maksimal Rp. 7.500,-.6 Di samping itu, hukuman
yang relatif berat dijatuhkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang berpoligami di luar
ketentuan yang ditetapkan.
Disebutkan dalam Surat Edaran No.48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan PP No.
45/1990 tentang perubahan atas PP No. 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian
Pegawai Negeri Sipil, bahwa PNS dan atau atasan/pejabat, kecuali Pegawai Bulanan di
samping pensiunan, dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan PP
No.30/1980 tentang Peraturan Disiplin PNS. Dalam Surat Edaran No.48/SE/1990 tentang
Petunjuk Pelaksanaan PP No.
45/1990 tentang perubahan atas PP No. 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian
Pegawai Negeri Sipil, bagian VII perihal Sanksi, disebutkan bahwa PNS dan atau Dalam
KHI persoalan poligami diatur dalam pasal 55-59, dari segi substansi pasal-pasal
tersebut mengacu dan selaras dengan ketentuan yang diatur oleh UU No. 1/1974 Pasal
3, 4, dan 5.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 1975 Pasal 45 ayat (1) Ibid., Pasal 45 ayat (2)
4 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 13
ketentuan hukum tersebut (Pasal 3); dan memang salah satu tujuan utama dari UU
Perkawinan adalah untuk menekan tingkat perkawinan poligami. Di sisi lain, UU tersebut
memperkenankan laki-laki untuk mempunyai lebih dari seorang istri jika ia mampu
memenuhi persyaratan dari sejumlah ketentuan UU tersebut, diperbolehkan oleh
agamanya, dan memperoleh izin dari Pengadilan Agama.
Disebutkan dalam Pasal 4 : (1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang,
sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat 2 Undang-undang ini, maka ia wajib
mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Pengadilan
yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang suami
yang akan beristri lebih dari seorang apabila istri tidak dapat menjalankan kewajibannya
sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
atau istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Sedangkan pada Pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa untuk dapat mengajukan
permohonan kepada Pengadilan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1
Undang-Undang ini, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) adanya
persetujuan dari istri/istri-istri; (1) adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup istti-istri dan anak-anak mereka; (3) adanya jaminan bahwa
suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka.
Meskipun hak tersebut tetap dipertahankan, namun secara prosedur administratifnya
tidaklah mudah. Jadi, secara umum ketentuan ini membatasi kemungkinan terjadinya
penggunaan hak tersebut secara sewenang-wenang.3 Simon Butt, ―Polygamy and Mixed
Marriage in Indonesia: The Application of The Marriage Law in Courts,‖ dalam Timothy
Lindsey (Ed.), Indonesia: Law and Society, The Federation Press, Leichhardt, 1999, hlm.
132. _B.
Metodologi Penulisan Buku ini membahas tentang kasus pembaharuan hukum keluarga
di Negara-negara Muslim. Sebagai sebuah studi kasus buku ini lebih ditekankan untuk
mengungkap faktor-faktor yang menjadi pertimbangan diundangkannya aturan-aturan
hukum keluarga yang ternyata tidak sama dan sebangun dengan aturan dalam Fikih
klasik. Adapun pemilihan kepada Negara-negara yang dibahas untuk edisi ini
dikhususnkan kepada wilayah Asia.
Malaysia merupakan representasi dari Asia Tenggara, India dan Pakistan mewakili Asia
Selatan, dan Turki mewakili Negara yang secara geografis berada di Asia namun
kebudayaan dan pergaulan lebih dekat kepada Eropa sehingga bergabung dengan Uni
Eropa. Di samping itu juga mempertimbangkan keterwakilan dari aspek afiliasi madzhab
hukumnya, seperti sunni dan syi‘ah; misalnya Turki dihuni oleh penduduk bermadzhab
Hanafi, India dan Pakistan mayoritas Hanafi namun minoritas Syi‘ah Ja‘fariyah, dan
Malaysia bermadzhab Syafi‘i.
Pembahasan dalam buku ini juga akan dicoba dikaitkan dengan sistem peradilan yang
berlaku dalam konteks pelaksanaan hukum keluarga Islam di beberapa negara. Metode
yang digunakan ialah dengan mengkaji naskah undang-undang mengenai hukum
keluarga yang kini berlaku di negeri-negeri muslim itu, khususnya mengenai berbagai
pasal yang berhubungan dengan sistem peradilan hukum keluarga dan mencoba
membandingkan antar beberapa negara.
Mengapa setiap ada komunitas muslim, maka pelaksanaan hukum keluarga menjadi
sebuah kebutuhan bagi keberadaan masyarakat tersebut? Bagaimana hukum keluarga
dilaksanakan secara kelembagaan oleh negara sebagai pemegang kekuasaan dalam
bidang pemerintahan dan kehakiman?
12 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 5
Pertanyaan di atas dibahas dengan cara mendeskripsikan sistem peradilan hukum
keluarga di negara-negara muslim modern.
Untuk menjawab permasalahan di atas disusun sistematika pembahasan sebagai
berikut: Pendahuluan akan membahas tentang sejarah berdirinya negara-negara
tersebut; hal ini dimaksudkan melihat gambaran secara global tentang negara-negara
tersebut. Kemudian akan dikemukakan masalah sketsa politik di negara-negara tersebut;
hal ini dimaksudkan sebagai bahan analisis tentang pengaruh politik terhadap hukum
keluarga di sana. Selanjutnya dikemukakan tentang potret hukum keluarga di setiap
negara serta sistem peradilan dan hukum keluarganya.
Hal ini dimaksudkan sebagai bahan analisis apakah hukum keluarga itu sesuai dengan
madzhab fikih, terutama mazhab yang dominan di ketiga negara tersebut. Studi ini akan
ditutup dengan analisis komparatif. Bagian analisis buku ini mengetengahkan tiga
tingkat analisis perbandingan; pertama, analisis perbandingan antara
perundang-perundangan di sebuah negara dengan aturan baku dalam kitab Fikih.
Analisis ini menghasilkan gambaran tentang perbedaan ketentuan yang ada dalam
keduanya, sejauhmana produk per undang-undangan tersebut bergeser dari
ketentuan-ketentuan Fikih, dan argumentasi yang mendasari pergeseran tersebut.
Kedua, analisis perbandingan antara produk perundang-undangan satu negara dengan
produk perundang-undangan di Indonesia yang meliputi UU Perkawinan, Kompilasi
Hukum Islam, dan UU Wakaf. Latar belakang madzhab yang berlaku di sebuah negara
tentu menjadi diskusi awal dalam analisis ini.
Tahapan selanjutnya memperlihatkan corak pembaharuan yang terjadi dalam bingkai
madzhab masing-masing negara dan sejauhmana madzhab tersebut ikut mewarnai
reformasi hukum keluarga di sana. _warga Indnesia yang beragama kristen di Jawa,
Minahasa dan Ambon; Kitab Undag-undang Hukum Perdata bagi warga negara
Indonesia keturunan Eropa dan Cina; dan peraturan Perkawinan Campuran bagi
perkawinan campuran.
Setelah UU Perkawinan, upaya pembaharuan berikutnya terjadi pada masa Menteri
Agama Munawir Syadzali yang di tandai dengan lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI)
pada 10 Juni 1991 yang materinya mencakup aturan perkawinan, kewarisan dan
perwakafan. Jadi, dalam konteks pembaharuan hukum keluarga Islam pada khususnya
dan hukum Islam pada umumnya, maka Indonesia termasuk yang telah melakukan
pembaharuan relative lebih luas, yakni meliputi urusan per kawinan, perceraian,
hadhanah, nafkah, waris dan wakaf, poligami.
Di bidang perwakafan, usaha positifisasi telah dilakukan melalui UU No 41 tahun 2004
tentang Wakaf yang merupakan tindak lanjut dari PP No 28/ 1977 tentang perwakafan
tanah milik. Ini menunjukkan bahwa di Indonesia selain mengatur wakaf dalam
Kompilasi Hukum Islam, juga mengaturnya secara tersendiri dalam UU No. 41/2004
yang sifatnya lebih mengikat.
Implikasi dari pembaharuan yang telah dilakukan sangat jelas terlihat pada beberapa
aspek penerapan hukum Islam, misalnya praktik poligami. Sebelum pemberlakuan UU
Per kawinan No. 1/1974 di Indonesia, seorang laki-laki muslim cukup mudah untuk
melakukan perkawinan poligami. Ia hanya diminta untuk melaporkan perkawinan
barunya kepada petugas pencatat perkawinan dan bersikap adil kepada para istrinya.
Secara substansial Hukum Perkawinan merubah keadaan ini, walaupun sesungguhnya
masih bersifat mendua. Di satu sisi, prinsip yang menyatakan bahwa perkawinan yang
merupakan institusi monogami dianggap telah mendasari ketentuan-
6 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 11
warisan Belanda, dan hukum-hukum lain, berdasarkan asas konkordansi, adanya
pengaruh hukum Barat yang tidak bisa dinafikan begitu saja. Seperti halnya bidang
pencatatan dalam perkawinan, kewarisan, perwakafan, wasiat dan sebagainya. Persoalan
pencatatan perkawinan dalam fikih klasik dinilai sebagai sesuatu yang tidak signifikan
untuk dilakukan karena pola pikir dan kehidupan yang masih tradisional.
Padahal apabila ideal moral yang dikandung dalam al Qur‘an sangat jelas me-
merintahkan perlunya sistem administrasi yang rapi dalam urusan hutang piutang
maupun transaksi perjanjian, sehingga masalah yang berhubungan dengan perbuatan
hukum seseorang seperti perkawinan, kewarisan, perwakafan yang mempunyai akibat
hukum lebih kompleks, pencatatan mempunyai peran yang lebih penting.
Upaya konkret pembaruan hukum keluarga di Indonesia di mulai sekitar tahun 1960-an
yang berujung dengan lahirnya Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Namun demikian, jauh sebelum itu sesungguhnya telah ada upaya-upaya pembaruan
hukum keluarga yang berlaku. Misalnya pada tanggal 1 oktober 1950, Menteri Agama
membentuk suatu panitia penyelidik yang bertugas meneliiti kembali semua peraturan
mengenai perkawinan serta menyusun RUU perkawinan yang sesuai dengan
perkembangan zaman. RUU itu selanjutnya diajukan ke DPR oleh pemerintah pada
tahun 1958.
Sayangnya DPR ketika itu lalu dibekukan melalui dekrit presiden 5 Juli 1959.
Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 merupakan Undang-undang pertama di
Indonesia yang mengatur soal perkawinan secara nasional. Sebelum itu urusan
perkawinan diatur melalui beragam hukum, yaitu: hukum adat bagi warga negara
Indonesia asli; hukum Islam bagi warga negara yang beragama Islam; Ordinansi
Perkawinan Indonesia Kristen bagi _Ketiga, analisis perbandingan antara produk
perundang-undangan tentang hukum keluarga yang pertama kali diberlakukan di
sebuah negara dengan perundang-undangan baru yang diberlakukan belakangan.
Setiap peraturan membutuhkan evaluasi dan revisi ketika dinilai sudah tidak sesuai lagi
dengan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan mem bandingkan produk
perundangan yang lama dengan yang baru diperoleh gambaran tentang dinamika
sosial, politik, dan hukum di negara tersebut. Di samping itu juga tergambar
sejauhmana isu-isu kontemporer di dunia mempengaruhi penetapan hukum di Negara
tersebut.
10 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 7
BAB II REFORMASI HUKUM KELUARGA DI INDONESIA A. Hukum Perkawinan Indonesia
merupakan negara yang jumlah mayoritas pen duduknya beragama Islam, namun
konstitusi negaranya tidak menyatakan diri sebagai negara Islam tetapi sebagai negara
yang mengakui otoritas agama dalam membangun karakter bangsa.
Sehingga Indonesia mengakomodir hukum-hukum agama sebagai sumber legislasi
nasional, selain Hukum Adat, dan Hukum Barat. Apabila menggunakan tipologi
pembaharuan hukum Islam merupakan tipologi yang ketiga, sebab menempuh jalan
kompromi antara syariah dan hukum sekuler. Hukum keluarga di Indonesia dalam upaya
perumusannya selain mengacu pada kitab-kitab fikih klasik, fikih modern, himpunan
fatwa, keputusan pengadilan (yurisprudensi), juga ditempuh wawancara kepada seluruh
ulama Indonesia.
Pengambilan terhadap Hukum Barat sekuler memang tidak secara langsung dapat
dibuktikan, tetapi karena di Indonesia berjalan cukup lama Hukum Perdata (Burgelijk
Wetbook) yang diterjemahkan menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Hukum
Acara Perdata (Reglemen Indonesia yang diperpaharui)
8 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 9
maksimal dapat dilakukan.
Harta wakaf yang dinilai kurang menguntungkan secara ekonomis maupun secar
strategis, seperti lahan pertanahan yang sangat jauh dari lokasi di mana Nadir berada
justru hanya akan menyulitkan dan besar kemungkinan akan terbengkalai. Sebagai
solusinya, adalah si wakif dapat menjual harta yang akan diwakafkan tersbut lebih
dahulu, kemudian uang hasil penjualan itulah yang diwakafkan kepada Nadzir.
Kelima, sertifikasi tanah wakaf menjadi harga mati demi legalitas hukum dalam
pengelolaanya. Lagi-lagi ini merupakan pembaharuan dari pradigma lama bahwa wakaf
hanya cukup dan sudah sah dilakukan secara lisan tanpa adanya pencatatan resmi oleh
pemerintah. Fakta sejarah mencatat bahwa praktik perwakafan secara tradisional telah
berujung pada masalah-masalah baru, seperti hilangnya benda wakaf, perebutan harta
wakaf oleh ahli waris, ketidakjelasan status harta wakaf, dan lain-lain yang berujuang
pada tidak terurusnya harta wakaf secara baik.
Oleh karena itu, pola sertifikasi tanah wakaf dan hart wakaf secara umum merupakan
upaya pembaharuan bagi manajemen perwakafan di Indonesia. Keenam, perlunya
persyaratan ketat bagi seorang Nazdir. Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf telah
memberikan ketentuan tentang Nadzir sebagai berikut: (1) Selain mengatur Nadzir
perseorangan, UU juga mengatur Nadzir yang berupa organisasi dan Badan Hukum.
Inovasi tentang Nadzir organisasi dan Badan Hukum merupakan langkah tepat berpijak
pada pengalaman sebelum adanya UU bahwa Nadzir perseorangan telah banyak
membuka peluang terjadinya penyelewengan dan atau pengabaian tugas-tugas Nadzir.
(2) Penetapan persyaratan seorang Nadzir diarahkan kepada kinerja professional. Hal ini
_ dalam penyusunan Kompilasi Hukum Islam dilakukan melalui beberapa jalur.
Diantaranya sebagai berikut: Penelaahan 38 kitab fikih dari berbagai madzhab, men
cakup 160 masalah hukum keluarga. Penelaahan kitab fikih itu dilakukan para pakar di
tujuh IAIN Wawancara dengan 181 ulama yang tersebar di sepuluh daerah hukum
Pengadilan Tinggi Agama waktu itu (Aceh Medan, Padang, dan Mataram) Penelaahan
produk Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama yang terhimpun dalam 16 buah
buku.
Ia terdiri atas empat jenis, yakni himpunan putusan Pengadilan Tinggi Agama, himpunan
fatwa Pengadilan, himpunan yurisprudensi Pengadilan Agama, dan law report tahun
1977 sampai tahun 1984 Kajian perbandingan hukum keluarga yang berlaku di Maroko,
Mesir dan Turki. Di samping itu, memperhatikan aspek-aspek historis dan kemajemukan
masyarakat bangsa Indonesia, baik secara vertikal maupun horizontal.8
Perumusan yang didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
sumber hukum Islam yakni al-Qur‘an dan Sunnah Rasul. Selain itu, para perumus mem
perhatikan perkembangan yang berlaku secara global serta memperhatikan tatanan
hukum Barat tertulis dan tatanan hukum Adat yang memiliki titik temu dengan tatanan
hukum Islam.
Berkenaan dengan hal itu, dalam beberapa hal, maka terjadi adaptasi dan modifikasi
tatanan hukum lainnya itu ke dalam Kompilasi Hukum Islam. Dengan demikian,
Kompilasi Hukum Islam merupakan suatu perwujudan hukum Islam yang khas di
Indonesia atau dengan kata lain, Kompilasi Ibid, hlm. 8.
32 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 17
Hukum Islam merupakan wujud hukum Islam yang bercorak keindonesiaan.9
Nampak jelas dalam paparan di atas bahwa sampai saat ini belum terdapat
undang-undang tersendiri yang mengatur tentang hukum kewarisan di Indonesia
sebagaimana Undang-undang Perkawinan. Aturan kewarisan baru diatur dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI), khususnya buku II dan sekaligus menjadi salah satu
rujukan bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam dalam bidang
perkawinan, kewarisan, dan perwakafan.
Dalam Bab I, pasal 171 Kompilasi Hukum Islam tentang Ketentuan Umum, dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan: Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pe waris, menentukan
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.10
Pada dasarnya pengertian hukum kewarisan menurut Kompilasi hukum Islam sama
dengan pengertian warisan menurut fikih.
Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal
berdasarkan putusan Pengadilan ber agama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta
peninggalan. Pengertian ini juga tidak jauh bebeda dengan pengertian pewaris menurut
fikih. Hanya saja di dalam Kompilasi Hukum Islam orang yang meninggal dunia tersebut
bedasarkan putusan Pengadilan. Hal ini untuk mempermudah pembuktian.
Karena pada dasarnya hukum di Pengadilan berdasarkan pembuktian. Bukti yang
dimaksud adalah surat kematian. Ibid, hlm. 9. Departemen Agama, Undang-Undang
Perkawinan di Indonesia; Dilengkapi Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Surabaya:
Arkola, t.t.), hlm. 239. _Kedua, system ikrar wakaf yang dilakukan oleh para calon wakif
diarahkan kepada bentuk ikrar wakaf untuk umum, bukan untuk kepentingan khusus
seperti yang selama ini terjadi. Kebijakan ini harus dimaknai dalam rangka
mempermudah dalam pengelolaannya oleh Nadzhir.
Tanah wakaf yang berada di kaki gunung, misalnya, tidak perlu dibatasi dalam ikrarnya
hanya untuk membangun pesantren karena boleh jadi menurut analisis riilnya tanah
tersebut hanya cocok untuk perkebunan atau pertanian. Dengan penyebutan ikrar
secara lebih umum maka pengelolaan harta wakaf oleh Nadzir dapat dilakukan secara
lebih maksimal sesuai dengan kondisi harta wakaf dan kebutuhan umat secara umum.
Ketiga, UU No.
41 Tahun 2004 Bab IV Pasal 41 memberikan legalitas terhadap penukaran benda wakaf
selama mendapatkan izin dari Menteri Agama RI dengan dua alasan yakni karena sudah
tidak sesuai lagi dengan tujuan utama wakaf dan sepenuhnya demi kepentingan umum.
Pemberdayaan harta wakaf menjadi tujuan paling utama dari manajemen pengelolaan
wakaf, oleh karena itu secara substansial kalau pemberdayaan itu baru dapat
dilaksanakan dengan syarat adanya penukaran harta wakaf, maka dibolehkan dan
mendapatkan legalitas hukum.
Aturan pembolehan ini dengan demikian merupakan pembaharuan dari paradigma Fikih
madzhab Syafi‘iyah yang telah mengakar kuat dalam praktik umat Islam Indonesia
bahwa harta wakaf adalah untuk Allah yang karenanya tidak boleh diutak-atik lagi
dengan alasan apapun. Keempat, perlunya Nadzir menerapkan seleksi terhadap harta
yang akan diwakafkan oleh wakif atas pertimbangan man faatnya.
Seleksi harta wakaf ini sangat penting dilakukan oleh Nadzir dalam rangka memastikan
bahwa pengelolaannya secar
18 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 31
tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang
pelaksanaannya. Keduanya memiliki arti penting dalam pengembangan pengellaan
harta wakaf, yakni tidak hanya untuk kepentingan ibadah mahdah, melainkan untuk
kepentingan produktif guna menunjang kepentingan social. Regulasi peraturan
perundangan perwakafan tersebut sesungguhnya telah lama didambakan dan
dinantikan oleh masyarakat Muslim Indonesia.
Pengelolaan wakaf secara pro duktif untuk kesejahteraan umat menjadi tuntutan yang
tidak bisa dihindari lagi. Ditambah lagi dengan kondisi Negara Indonesia yang
mengalami krisis ekonomi yang membutuhkan partisipasi dari berbagai pihak. Kedua
peraturan peprundangan perwakafan tersebut memiliki nilai lebih dalam hal: pertama,
benda yang diwakafkan (mauquf bih).
Dalam peraturan wakaf sebelumnya, benda wakaf hanya dibatasi benda yang tidak
bergerak dan lebih banyak digunakan untuk kepentingan yang tidak produktif seperti
masjid, madrasah, makam, yayasan yatim piatu, pesantren, sekolah, dan lain-lain
sedangkan dalam UU dan PP Wakaf diatur juga tentang benda wakaf yang bergerak
seperti uang, (cash waqf), saham, surat-surat berharga lainnya dan hak intelektual.
Ini adalah terobosan yang luar biasa karena wakaf seperti uang, saham atau surat
berharga lainnya merupakan variable penting dalam pengembangan ekonomi. Namun
demikian, pembaharuan paradigma wakaf dengan harta bergerak tersebut perlu
diberikan penegasan bahwa kebolehannya bukan dalam arti untuk dibelanjakan secara
konsumtif, melainkan untuk kepentingan produktif guna menunjang kesejahteraan
umat.
Aspek kemanfaatana yang diharapkan dari barang-barang bergerak ini bukan terletak
pada dzat dari barang tersebut, melainkan pada manfaatnya itu sendiri. _ Ahli waris
adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau
hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena
hukum untuk menjadi ahli waris. Seseorang yang beragama Islam bisa dilihat dari kartu
iden titas, pengakuan, perbuatan, maupun pelaksanaan ibadah.
Sedangkan bagi bayi yang baru lahir beragama menurut ayah nya atau lingkungannya.
Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta
benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. Harta warisan adalah harta bawaan
ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama
sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan
pemberian untuk kerabat.11 Di sini terjadi perbedaan konsep; dalam fikih tidak ada
perbedaan antara pengertian harta peninggalan dan harta warisan.
Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam harta peninggalan dan harta warisan
dibedakan, karena yang dimaksud dengan harta peninggalan belum tentu harta warisan.
Harta peninggalan sifatnya menyeluruh karena belum dikurangi
tanggungan-tanggungan yang harus diselesaikan dari sebelum dan sesudah si pewaris
meninggal dunia. Wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain
atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia.
Selanjutnya, di dalam Kompilasi Hukum Islam juga dijelas kan sebab-sebab menerima
warisan yang sedikit berbeda dengan sebab-sebab menerima warisan dalam perspektif
fikih. Di dalam Ibid, hlm. 239.
30 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 19
fikih sebab-sebab menerima warisan ada tiga, diantaranya sebab nasab, pernikahan, dan
wala‘.
Wala‘ yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-laki atau perempuan, dengan dia
memerdekakannya, maka kekerabatan tersebut menjadi miliknya. Sedangkan di dalam
pasal 175 Kompilasi Hukum Islam sebab-sebab menerima warisan hanya ada dua, yaitu
karena sebab nasab dan sebab pernikahan. Dan istilah wala‘ tidak dikenal dalam
Kompilasi Hukum Islam Mengingat bahwa Kompilasi Hukum Islam merupakan hukum
Islam yang bercorak keindonesiaan.
Dan di Indonesia tidak mengenal perbudakan atau wala‘ sebagaimana di negara Arab
zaman dahulu di mana hukum kewarisan Islam pertama kali dibangun.12
Halangan-halangan menerima warisan juga dijelaskan dengan sedikit perbedaan dalam
dalam perspektif fikih. Halang an-halangan menerima warisan dalam fikih ada lima, yaitu
karena kekafiran, pembunuhan, perbudakan, zina dan li‘an.
Sedangkan dalam pasal 173 Kompilasi Hukum Islam halangan-halangan menerima
warisan ada dua, yaitu yang dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh
atau menganiaya berat pada pewaris, dan yang dipersalahkan karena memfitnah
dengan mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang
diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.13 Kompilasi
Hukum Islam sebagai hukum materiil di Pengadilan Agama telah mengintrodusir
beberapa model pembagian waris yang belum pernah dijelaskan dalam Fikih, khususnya
Madzhab Syafi‘i, yang dianut oleh sebagian besar umat Muslim Indonesia. Di antaranya
adalah sistem kewarisan kolektif.
Dalam pasal 189 Fathur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: PT. Al-Ma‘arif), hlm. 390.
Departemen Agama, op.cit, hlm. 240. _kepada seseorang yang dianggap tokoh
masyarakat seperti kyai, ulama, ustadz, ajengan, dan lain-lain. Mereka inilah yang
kemudian bertindak sebagai nadzir wakaf, meskipun si wakif belum mengetahui secara
persis kemampuan para tokoh tersebut dalam mengelola harta wakaf.
Dalam kenyataannya, banyak para tokoh tersebut yang tidak memiliki kemampuan
memadai dalam hal pengelolaan harta wakaf, sehingga harta wakaf tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal bagi masyarakat sekitar. Praktik perwakafan semacam ini
pada nantinya terbukti lebih banyak memunculkan persoalan khususnya mengenai
validitas dan legalitas harta wakaf yang tidak sedikit berujung pada persengketaan.
Persengketaan ini terjadi lebih banyak di sebabkan oleh ketiadaan bukti autentik bahwa
benda tertentu telah diwakafkan.
Minimnya kemampuan pengelolaan juga mengakibatkan banyaknya bharta wakaf yang
terbengkalai tidak terurus. Tidak terbantahkan lagi, bahwa dalam sejarah Islam wakaf
merupakan sarana dan modal yang sangat penting dalam memajukan perkembangan
agama. Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf,
perwakafan di Indonesia diatur dalam PP.
Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik dan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Namun, peraturan perundangan
tersebut hanya mengatur benda-benda wakaf yang tidak bergerak dan peruntukannya
lebih banyak untuk kepentingan ibadah mahdlah, seperti pembangunan masjid,
musholla, pesantren, makam dan lain-lain.
Agar lebih bermakna dalam memberdayakan harta wakaf, maka peraturan perundangan
dalam perwakafan tersebut ditinjau ulang dan diperbaharui dengan UU Nomor 41
Tahun 2004
20 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 29
Problem akan mulai muncul ketika, misalnya, si anak yang di tunjuk sebagai pemegang
amanat wakaf sudah meninggal dunia; siapa yang akan memanfaatkan harta wakaf
tersebut. Paradigma perwakafan tradisional lainnya adalah terkait ketidakbolehan
menukar harta wakaf.
Madzhab Syafi‘yah me nyatakan bahwa harta wakaf tidak boleh ditukarkan denga alasan
apapun.26 Sebuah masjid, misalnya, meskipun kondisinya yang sudah akan roboh tidak
boleh dijual secara mutlak. Sebagai perbandingan, Imam Ahmad bin Hanbal justru
membolehkan menjual harta wakaf untuk ditukar denngan harta lainnya.
Artinya, dalam kasus masjid tersebut, bagi Imam Ahmad boleh dijual apabila masijd itu
sudah tidak lagi sesuai dengan tujuan wakaf sebagaimana diniatkan oleh orang yang
berwakaf (wakif). Namun demikian hasil penjualannya harus digunakan untuk
membanun masjid lain yang lebih representative dan dapat dimanfaatkan secara
maksimal.27 Ulama Hanafiyah membolehkan menukar benda wakaf dengan syarat: 1)
apabila wakif member isyarat akan kebolehan menukar harta tersebut ketika
mewakafkannya; 2) apabila benda wakaaf tidak dapat dipergunakan lagi; 3) apabila
manfaat benda pengganti wakaf itu lebih besar daripada harta wakaf.28 Jadi, perubahan
peruntukan harta wakaf pada prinsipnya tidak dibolehkan kecuali apabila harta wakaf
tersebut sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi sesuai dengan tujuan wakaf semula.
Kebiasaan terakhir sebagai manifestasi dari paradigma wakaf tradisional adalah tradisi
masyarakat Muslim Indonesia yang lebih suka mewakafkan hartanya dengan
mempercayakan Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998). Hlm. 519. Abu Zahrah, Muhadharah fi al-Waqf, t.tp., 1971. Ahmad Rofiq,
op.cit., hlm. 519.
_KHI disebutkan bahwa jika harta warisan yang akan dibagi berupa lahan pertanian
seluas kurang dari dua hektar dapat diwarisi secara bersama-sama dengan cara
dipertahankan sebagaimana semula dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama para
ahli waris. Namun jika hal ini tidak mungkin maka lahan tersebut dapat dimiliki seorang
atau lebih ahli waris yang berhak sesuai dengan bagiannya masing-masing, dengan cara
yang memiliki lahan manggantikan atau memberikan kompensasi sebesar atau senilai
bagian ahli waris yang membutuhkannya.14 Selain itu KHI juga memperkenalkan
konsep gono-gini atau harta bersama dalam pembagian waris.
Pembagian gono-gini dilaksanakan dengan cara membagi harta lebih dahulu menjadi
dua atau lebih sesuai jumlah istri sebanding dengan durasi waktu masing-masing isteri
menjalani perkawinan dengan pewaris (suaminya). Ketentuan ini disebutkan dalam pasal
190 KHI.15 Nampak bahwa konsep pembagian ini dipengaruhi oleh hukum waris Adat
yang telah dipraktekkan dalam masyarakat.
Istilah gono-gini itu sendiri sesungguhnya telah dikenal di Jawa Timur, sedangkan di
Jawa Barat dikenal guna kaya, di Mingangkabau dikenal harta suarang dan di Aceh
dikenal hareuta seuhareukat.16 KHI juga memperkenalkan sistem pembagian waris
dengan cara damai. Pasal 183 KHI menyatakan bahwa para ahli waris dapat bersepakat
melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan setelah asing-masing
menetahui bagiannya.17 Sebagaimana dalam sistem gono-gini, pembagian secara
damai ini juga merupakan bentuk akomodasi terhadap adat yang berlaku.
Departemen Agama, Undang-Undang Perkawinan di Indonesia; dilengkapi Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia, Arkola, Surabaya, t.t., hlm. 241. Ibid. Ahmad Rofiq,
Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media, 2001), hlm. 123.
Departemen Agama, op.cit, hlm. 237.
28 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 21
Masyarakat Muslim Indonesia telah terbiasa membagi harta waris berdasarkan
perdamaian antar keluarga, bahkan sering juga dilakukan secara hibah ketika pewaris
masih hidup. Satu lagi yang diperkenalkan oleh KHI adalah tentang sistem penggantian
kedudukan ahli waris (mawali/plaatsvervullings). Sistem ini diatur dalam pasal 185 KHI
bahwa ahli waris yang meninggal dunia lebih dahulu daripada pewaris kedudukannya
dapat digantikan oleh anaknya dengan syarat bagian ahli waris pengganti tersebut tidak
boleh melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.18 Penerapan
sistem ini dapat dikatakan sebagai pengaruh dari KUH Perdata yang mengenal
plaatsvervullings.
Apapun pengaruh yang muncul, sistem yang merupakan pembaharuan dari Fikih Sunni
ini diterapkan dalam rangka menegakkan keadilan bagi ahli waris dzawil arham yang
senantiasa terhalang oleh keberadaan ahli waris ashab al-furud. Eksistensi Kompilasi
Hukum Islam sebagai hukum materiil di Pengadilan Agama ini sesungguhnya hingga
tahun 2006 belum sepenuhnya diakui oleh komunitas penegak hukum di Indonesia. Hal
ini disebabkan adanya pembatasan kekuasaan Pengadilan Agama dalam menangani
kasus kewarisan.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam penjelasan umum huruf b Undang-undang No. 7
Tahun 1989, bahwa ―para pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untuk
memilih hukum apa yang akan dipergunakan dalam pembagian warisan‖.19 Penjelasan
ini me nunjukkan adanya hak opsi.
Adanya hak opsi ini karena kondisi masyarakat Indonesia yang sifatnya plural dan
berbagai sistem hukum di Indonesia juga bermacam-macam, sehingga hak opsi Ibid.
Departemen Agama, Undang-Undang No. 7 Tahun 1989, Tentang Peradilan Agama,
hlm. 21 _senantiasa memiliki nilai mulia di mata Tuhan tanpa harus melalui prosedur
administratif, dan harta wakaf dianggap milik Allah sehingga siapa saja tidak akan berani
menggugatnya.
Secara garis besar, praktik perwakafan tradisional umat Islam Indonesia yang merujuk
kepada madzhab Syafi‘iyah ini jelas terlihat dari isu sentral, yakni ikrar wakaf, harta yang
boleh diwakafkan, kedudukan harta setelah diwakafkan, peruntukan dan penukaran
harta wakaf. Dalam hal ikrar wakaf, pendapat madzhab Syafi‘iyah menyatakan bahwa
pernyataan lisan yang jelas (sharih) merupakan syarat sebuah ikrar wakaf yang sah.
Pernyataan itu harus menggunakan kata yang jelas seperti waqaftu, habastu, atau
sabbaltu atau kata-kata kiasan yang dibarengi dengan niat wakaf secara tegas. Dari
pandangan Imam Syafi‘I tersebut selanjutnya dipahami bahwa pernyataan wakaf cukup
dengan lisan saja, tanpa harus disertai dengan bukti tertulis. Dalam hal harta yang boleh
diwakafkan (mauquf bih), pen dapat madzhab hanya membolehkan wakaf terhadap
harta yang tidak bergerak dan peruntukannya pun untuk kepentingan yang tidak
produktif, misalnya untuk pembangunan masjid, madrasah, makam, yayasan yatim
piatu, pesantren, sekolah dan lain-lain.
Paradigma seperti ini menyebabka wakaf belum dapat dikembangkan secara maksimal.
Selanjutnya, paradigma fikih madzhab dalam hal wakaf juga diwarnai dengan banyaknya
praktik wakaf yang diperuntukkan bagi kalangan keluarga (wakaf ahli), selain yang
diperuntukkan bagi kepentingan umum.
Di satu sisi wakaf ahli ini bermanfaat ganda bagi si wakif karena dia akan mendapatkan
pahala dari amal ibadah wakafnya dan pahala dari silaturrahminya dengan orang yang
diberii amanat wakaf. Namun demikian, di sisi lain, wakaf ahli ini sering menimbulkan
masalah dari segi keberlanjutannya.
22 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 27
ayahnya atau lingkungannya.
Adapun identitas pewaris dijelaskan pada pasal 171 huruf b yaitu orang yang pada saat
meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan,
beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. Posisi ‗mengambang‘
KHI dalam hal ini jelas terlihat dalam penjelasannya tentang halangan-halangan
menerima warisan yang sedikit berbeda dengan perspektif fikih.
Halangan-halangan menerima warisan dalam fikih ada lima, yaitu karena kekafiran,
pembunuhan, perbudakan, zina dan li‘an. Sedangkan dalam pasal 173 Kompilasi Hukum
Islam halangan-halangan menerima warisan ada dua, yaitu yang dipersalahkan telah
membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat pada pewaris, dan yang
dipersalahkan karena memfitnah dengan mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah
melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau
hukuman yang lebih berat.25 C.
Hukum Perwakafan Sejak awal perkembangan Islam di Indonesia, perwakafan dijalankan
oleh umat Islam berdasarkan faham keagamaan yang popular, yakni madzhab Syafi‘iyah
yang dipadukan dengan adat kebiasaan setempat. Sebelum adanya UU No. 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria dan PP No. 28 Tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik, masyarakat Islam Indonesia masih menjalankan kebiasaan
perwakafan secara tradisional seperti melaksanakan perjanjian ikrar wakaf hanya secara
lisan dan sepenuhnya berdasarkan rasa saling percaya, kebiasaan memandang wakaf
sebagai lading amal shalih yang Departemen Agama, op.cit, hlm. 240. _merupakan jalan
tengah untuk memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk memilih sistem hukum
yang dikehendaki.
Baru setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 wewenang PA dalam
kasus kewarisan bagi orang Islam menjadi sempurna. Dalam Pasal 2 Undang-undang
No.3 Tahun 2006 disebutkan bahwa Pengadilan Agama adalah salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai
perkara tertentu yang meliputi perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,
shadaqah dan ekonomi Syari‘ah.20 Undang-undang No.
3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama menegaskan kembali pemberlakuan hukum
Islam sebagai hukum yang harus di tegakkan oleh masyarakat Muslim. Sehingga hak
opsi yang ada dalam Penjelasan Umum Undang-undang No. 7 Tahun 1989 di hapus.21
Ini berarti masyarakat muslim memang benar-benar telah diberikan tempat untuk
menyelesaikan perkara perdata hanya ke Pengadilan Agama.
Adapun kekuasaan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama di bidang kewarisan
mencakup 4 hal, yaitu : Penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris Penentuan
mengenai harta peninggalan (tirkah) Penentuan bagian masing-masing ahli waris dari
harta peninggalan itu Melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut.22
Pemberian kewenangan Pengadilan Agama di bidang kewarisan, wasiat, dan hibah
merupakan pemulihan kembali ke Lembaran Negara, Undang-Undang, No.
3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, Pasal 43. Lembaran Negara, Op. Cit, Penjelasan
Umum hlm. 1. Cik Hasan Bisri, Op. Cit, hlm. 210.
26 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 23
kuasaan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura. Sebagaimana diatur dalam staatsblad
1882 No. 152, yang kemudian diubah dengan Staatsblad 1937 No.
116 dan 610, atau ia merupakan usaha mempositifkan hukum kewarisan Islam tanpa
harus diresepsi oleh hukum yang hidup sebagaimana tercermin dalam Peraturan
Pemerintah No. 45 Tahun 1957. Hal itu berarti terjadi penambahan kekuasaan
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama, atau sebaliknya merupakan
pengurangan kekuasaan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dalam perkara
perdata tertentu.23 Peran Peradilan Agama di Indonesia, sebagai salah satu mata rantai
peradilan yang tumbuh dan berkembang sejak masa Rasulullah SAW, dapat dilihat
sebagai wujud Peradilan Islam dalam struktur dan kultur masyarakat bangsa Indonesia.
Identifikasi Peradilan Agama sebagai Peradilan Islam dapat dilihat dari sudut pandang:
Filosofis, yaitu Peradilan dibentuk dan dikembangkan untuk menegakkan hukum dan
keadilan. Hukum yang dimaksud adalah hukum Allah yang telah disistematisasi oleh
manusia. Sedangkan keadilan yang ditegakkan adalah keadilan Allah. Yuridis, yaitu
hukum Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, dan shadaqah berlaku di
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
Historis, yaitu Peradilan Agama merupakan salah satu mata rantai Peradilan Islam yang
berkesinambungan sejak masa Rasulullah SAW Sosiologis, yaitu Peradilan Agama
didukung dan dikembangkan oleh dan di dalam masyarakat Islam.24 Ibid, hlm. 210. Cik
Hasan Bisri, Op. Cit, hlm. 26. _Di sinilah peran Kompilasi Hukum Islam sebagai hukum
materiil di Pengadilan Agama, meskipun merupakan langkah pembaharuan, ternyata
masih memiliki beberapa kelemahan.
Salah satu celah kelemahan tersebut misalnya ketika berbicara tentang hak waris antara
orang berlainan agama, KHI masih terlihat mengambang. Sebelum lahirnya Kompilasi
Hukum Islam (KHI), Biro Peradilan Agama melalui surat edarannya No. B./1/735 tanggal
18 Pebruari 1958 menganjurkan kepada para Hakim Pengadilan Agama atau Mahkamah
Syariyah untuk mempergunakan 13 kitab sebagai pedoman bagi para hakim Pengadilan
Agama dalam memeriksa dan memutuskan perkara. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh kepastian hukum Islam.
Ketiga belas kitab tersebut adalah adalah al-Bajuri, Fath al-Muin, Syarqawi ala at-Tahrir,
Qolyubi/Mahalli, Fath al-Wahhab dengan Syarahnya, Tuhfah, Targib al-Musytaq,
Qawanin Syariyyah li as-Sayyid ibn Yahya, Qawanin Syariyyah li as-Sayyid Sadaqah
Dahlan, Syamsuri fi al-Faraid, Bugyah al-Musytarsyidin, al-Fiqh ala al-Mazahib al-Arbaah,
Mugni al-Muhtaj. Namun pada kenyataannya, keputusan yang dihasilkan tetap saja
beragam, karena tidak adanya rujukan yang pasti untuk dijadikan pedoman.
Dalam KHI pasal 171 huruf c dijelaskan bahwa ahli waris harus beragama Islam pada
saat meninggalnya pewaris. Pasal ini menjelaskan bahwa ahli waris harus beragama
Islam pada saat meninggalnya pewaris sehingga berimplikasi bahwa jika tidak beragama
Islam maka tidak dianggap sebagai ahli waris dari pewaris muslim.
Adapun untuk mengidentifikasikan seorang ahli waris beragama Islam pasal 172 KHI
menjelaskan bahwa ahli waris dipandang beragama Islam diketahui dari kartu
identitasnya atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan untuk bayi yang
baru lahir atau anak yang belum dewasa, agamanya menurut
24 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 25
muka pengadilan, bentuk-bentuk perceraian lainnya tidak diberlakukan.33 Sebagai
implikasinya, dalam hal kewarisan, pasangan yang melakukan pernikahan beda agama
juga tidak diberlakukan kepadanya hukum kewarisan Islam, melainkan hukum kewarisan
yang juga diatur tersendiri dalam the Succession Act 1925.
Dalam pelaksanaannya, undang-undang hukum keluarga di India masih banyak
mengalami kendala; masih banyak aturan yang belum dapat dilaksanakan sesuai
harapan. Misalnya, aturan baru menyebutkan tentang hak istri untuk mencantumkan
dalam ta‘lik talaq bahwa apabila suami melakukan poligami maka istri dapat
mengajukan perceraian. Sebuah penelitian oleh Pearl, sebagaimana dikutip oleh
Khoiruddin Nasution, menyebutkan bahwa hanya terdapat 1 kasus yang menjadikan
poligami sebagai alasan perceraian dan hanya 6 kasus, sejak pemberlakuan The Muslim
Family Law Ordinance, yang secara riil menggunakan hak taklik talaq dengan alasan
poligami tersebut.34 Sejalan dengan temuan ini, Anderson menyatakan bahwa
Peraturan tentang Perceraian Tahun 1939 yang telah mengamanatkan perceraian yang
sah hanya yang diucapkan di muka siding pengadilan ternyata juga tidak berjalan efektif
sehingga kasus talak semena-mena oleh suami di luar siding pengadilan masih
merajalela.35 Ibid., hlm.
178. Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap
Perundang-undangan Perkawinana Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia
(INIS, 2002), hlm. 271. J. N. D. Anderson, Hukum Islam di Dunia Modern, terjemahan
oleh Machnun Husein, (Surabaya: Amarpress, 1990), hlm. 70.
_juga dalam rangka perbaikan persyaratan yang telah dimuat dalam aturan sebelumnya
yakni PP No. 28 Tahun 1977 yang hanya bersifat normative. (3) UU Wakaf yang
kemudian di tegaskan dalam PP-nya mengatur tnetang pembatasan masa jabatan
Nadzir. Pembatasan ini menjadi poin penting dalam rangka untuk memantau kinerja
Nadzir melalui tahapan-tahapan periode tuganya.
Adapun masa bakti Nadzir ditetapkan lima tahun dan dapat diangkat lagi sesudahnya.
(4) UU Wakaf memberikan perhatian lebih terhadap hak-hak Nadzir. Hak Nadzir
sesungguhnya telah diatur dalam aturan perwakafan sebelumnya di samping
pencantuman kewajiban-kewajibannya secara rigid. Hadirnya ketentuan tentang
hak-hak Nadzir dalam tidak lain untuk memberikan penegasan bahwa pekerjaan
pengelolaan harta wakaf bukanlah pekerjaan yang remeh sehingga hanya dijadikan
sebagai sambilan, melainkan adalah pekerjaan yang mulia karena terkait langsung
dengan umat Islam khususnya sehingga harus dijalankan secara professional.
Distribusi hak-hak kepada Nadzir juga harus dilakukan secar professional. UU
menetapkan reward yang diberikan kepada Nadzir adalah 10% dari pendapatan hasil
bersih dari pengelolaan harta wakaf. Ketujuh, sebagai upaya menjamin keberlangsungan
penge lolaan wakaf, UU Wakaf mengamanatkan pemberdayaan, pengembangan, dan
pembinaan.
Aspek pemberdayaan dan pengembangan harta wakaf yang potensial dilakukan dengan
system dan arah manajemen ekonomi sesuai syariat Islam. Sudah saatnya pengelolaan
harta wakaf yang masih menggunakan system ribawi digantikan dengan system yang
Islami. Dalam aspek pembinaan, UU Wakaf menekankan pentingnya sebuah lembaga
wakaf nasional yang kemudian disebut Badan Wakaf Indonesia (BWI).
Pembentukan badan ini ditujukan untuk
48 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 33
menyelenggarakan administrasi pengelolaan secara nasional untuk membina para
Nadzir yang ada agar lebih professional. _ Dalam beberapa aspek dari hukum keluarga,
seluruh penduduk India apapun agamany harus tunduk kepada peraturan tertentu yang
berlaku secara nasional.
Seluruh peraturan lain yang bertentangan dengannya dianggap tidak berlaku. Salah satu
aturan tertentu tersebut adalah peraturan pelarangan pernikahan di bawah umur (the
Child Marriage Restraint Act) tahun 1929. Peraturan ini secara tegas melarang akad
nikah yang dilakukan oleh mempelai di mana pihak laki-laki bberusia kurang dari 18
tahun dan pihak perempuan berusia kurang dari 15 tahun.32 Pernikahan yang terjadi
dengan tidak sesuai dengan ketentuan batas usia ini dihukumi tidak sah dan sangsi
hanya akan diberikan kepada orang-orang yang bertanggung jawab atas terjadinya
pernikahan tersebut. e.
Pernikahan Beda Agama Di samping aturan yang bersifat umum dan berlaku bagi
seluruh pemeluk agama, beberapa aturan khusus juga diberlakukan di India. Aturan ini
bukan dimaksudkan untuk menghapus aturan umum yang ada, melainkan sebagai
tawaran yang dapat dipilih oleh penduduk India yang secara sukarela menundukkan
dirinya terhadap aturan tersebut. Salah satu aturan tersebut adalah the Special Act 1954
yang mengatur tentang pernikahan beda agama.
Secara tegas peraturan ini membuka kesempatan bagi dua orang yang berbeda agama
untuk melangsungkan pernikahan dengan syarat mereka sanggup memenuhi seluruh
ketentuan yang berlaku, di antaranya tidak boleh berpoligami. Aturan ini juga hanya
membolehkan satu bentuk perceraian yakni yang dilangsungkan di Ibid.
34 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 47
tradidi pencatatan yang telah ada tersebut, melainkan menegaskan sekaligus
memberikan tambahan fasilitas bagi orang Islam lokal. Sepenuhnya ditujukan untuk
kepentingan mereka. Selain itu, aturan pencatatan dalam tidak hanya untuk pernikahan,
melainkan juga untuk perceraian. Beberapa peraturan tentang pencatatan yang berlaku
adalah The Bengal Muhammadan Marriages and Divorces Registration Act 1876 di
Negara bagian Bihar dan Bengal Barat; di wilayah Negara bagian Assam juga
diberlakukan peraturan yang sama dengan sedikit perubahan dan diberi nama the
Assam Moslem Marriages and Divorces Registration Act 1935; Di Negara bagian Orissa,
diberlaku kan peraturan yang sama dengan di Bengal dan diberi nama the Orissa
Muhammadan Marriages and Divorces Registration Act 1949.
Secara umum keempat peraturan pencatatan nikah di atas memiliki kesamaan klausul
dalam hal: 1) Tidak dicatatkannya sebuah perkawinan atau per ceraian tidak otomatis
berarti tidak sah selama telah dibuktikan sah secar hukum Islam 2) Sebaliknya,
pencatatan juga tidak berimplikasi kepada pengesahan pernikahan dan perceraian yang
telah dibuktikan tidak sah menurut hukum Islam 3) Adanya pencatatan tidak akan
mempengaruhi pelak sanaan ritual keagamaan apapun.31 d.
Pembatasan Usia dalam Pernikahan Tahir Mahmood, Family Law Reform in the Muslim
World, (Bombay: N.M. Tripathi PVT. LTD., 1972), hlm. 177. _ BAB III KASUS
PEMBAHARUAN HUKUMKELUARGADIDUNIMUSLIM A. Pembaharuan Hukum Keluarga
di India Pendahuluan India adalah sebuah negara di Asia yang mempunyai jumlah
penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu milyar jiwa, dan
adalah negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis dengan luas
wilayah 3.287.590 km².
Jumlah penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. Ekonomi India adalah
terbesar keempat di dunia dalam PDB, diukur dari segi paritas daya beli, dan salah satu
pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. India, negara dengan sistem demokrasi liberal
terbesar di dunia, juga telah muncul sebagai kekuatan regional yang penting, memiliki
kekuatan militer terbesar dan mempunyai kemampuan senjata nuklir. India terletak di
Asia Selatan dengan garis pantai se panjang 7.000 km, dan bagian dari anak benua
India, India merupakan bagian dari rute perdagangan penting dan bersejarah.
Dia membagi perbatasan dengan Pakistan, Republik Rakyat Cina, Myanmar. Banglades,
Nepal, Bhutan,
46 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 35
dan Afganistan. Sri Lanka, Maladewa, dan Indonesia adalah negara kepulauan yang
bersebelahan. Di sebelah timur India berbatasan dengan Myanmar yang dibatasi oleh
kaki Pegunungan Himalaya. Pada bagian ini India mengelilingi hamper seluruh bagian
negara Bangladesh.
Di sebelah barat India berbatasan dengan Pakistan dan laut barat. Di bagian utara, India
berbatasan dengan Nepal, Rusia, dan China. Di sebelah selatan, negara ini berbatasan
dengan Samudra Hindia. Sungai-sungai penting di India antara lain sungai Gangga yang
bersumber dari pegunungan Himalaya dan merupakan sungai terpenting di India,
sungai Brahmaputra yang mengalir dari timur laut India serta sungai Indus yang berasal
dari Ladakh India.
Himlaya merupakan himpunan dari beberapa pegunungan yang terdiri dari sejumlah
lembah yang besar antara lain Lembah Hullu dan Lembah Kathmandu. Gunung tertinggi
di India adalah gunung Kanchenjunga (8598 m) yang termasuk dalam gugusan
pegunungan Himalaya. Sungai Gangga merupakan sungai utama di India dan
merupakan salah satu sungai terpanjang di dunia.
Berjuta-juta ummat Hindu, Gangga Mai atau sungai induk merupakan sungai suci.
Airnya dianggap dapat membersihkan jiwa dari segala dosa dan menyembuhkan badan
dari segala macam penyakit. Setiap tahun beribu-ribu ummat Hindu datang berziarah ke
Sungai Gangga untuk mandi.
Banyak Kuil Hindu berdiri di sepanjang pinggir Sungai Gangga, karena Gangga
merupakan sungai penting di dalam upacara keagamaan Hindu. Disamping agama
Hindu, dua agama besar India lainnya yaitu Budha dan Jainisme lahir dan dibesarkan di
Gangga. _India kecuali untuk wilayah Jammu dan Kasymir yang memberikan ketentuan
lebih ringan.
Apabila jumlah mahar yang dipersyaratkan dalam sebuah akad pernikahan melebihi
kemampuan si suami, maka pengadilan berhak menentukan jumlah mahar tersebut
sesuai dengan kemampuan si suami dan status si isteri. Aturan ini berlaku baik
pembayaran mahar tersebut dilakukan ketika masih hidup maupaun ketika setelah
meninggal dunia. Klausul yang identik dengan klausul di atas juga ditemukan di bab 2
Peraturan tentang Mahar bagi Muslim di Negara bagian Jammu dan Kasymir tahun
1920.
Berdasarkan peraturan di atas, keinginan atau kesanggupan suami untuk menentukan
mahar harus diperhitungkan dan suami juga tidak dwajiban untuk merealisasikannya
ketika masih dalam masa pernikahan. Apabila mahar belum juga dibayarkan shingga si
suami meninggal, maka hak istri tetap harus diambilkan lebih dahulu dari harta warisan
tinggalan suaminya. c.
Pencatatan Pernikahan dan Perceraian Adalah sudah menjadi adat kebiasaan bagi
orang-orang Muslim di India untuk mempersiapkan sebuah dokumen tertulis tentang
pernikahan yang berisikan data lengkap akad nikah. Dokumen ini dinamakan
Nikah-Nama. Salinan dari nikah-nama ini disimpan oleh hakim yang melaksanakan
upacara perkawinan untuk kemudian dicatat dalam lembar registrasi yang mereka miliki
sebagai dokumen yang dapat digunakan sebagai pembuktian di kemudian hari.
Pencatatan nikah yang digariskan oleh Undang-Undang tidak menggantikan dan
menghapus
36 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 45
India mengesahkan peraturan resmi tentang perceraian perempuan Muslim (the
Dissolution of Muslim Marriages Act). Argumentasi hukum yang ditonjolkan dalam
peraturan ini adalah bahwa tidak ada aturan dalam madzhab Hanafi yang membolehkan
seorang Muslim perempuan untuk mengajukan perkara perceraiannya ke pengadilan
dengan alasan mengabaikan tanggung jawabnya, melakukan penganiayaan
terhadapnya, atau alasan lain yang dibenarkan.
Ketiadaan aturan tersebut menyebabkan para perempuan India terbelenggu dalam
ketidakberdayaan. Namun demikian, di sisi lain, sesungguhnya para mujtahid madzhab
Hanafi telah secara jelas menerangkan bahwa dalam hal ijtihad mereka tidak dapat
diterapkan secara mudah di tengah-tengah masyarakat, sangat dibolehkan untuk
menerapkan atur an dari madzhab yang lain seperti Maliki, Syafi‘I atau Hanbali.
Aturan tentang perceraian perempuan Muslim 1939 ini diterapkan kepada seluruh
Muslim di India yang mengikuti madzhab Hanafi, Maliki, Syafi‘I, Itsna Asyari atau Ismaili.
Dengan demikian aturan ini diberlakukan di seluruh wilayah India kecuali Jammu dan
Kasymir. b. Hukum Mahar Menurut hukum Islam, meskipun seorang suami tetap
berkewajiban membayarkannya, mahar dalam pernikahan tidak harus dissebutkan
dalam akad nikah.
Menurut hukum Adat, apabila mahar telah ditentukan dalam sebuah akad pernikahan
maka suami harus membayarnya, meskipun baginya jumlah itu terlalu berlebihan.
Ketetnuan ini berlaku secara umum di _Sungai Indus merupakan salah satu sungai besar
di Asia. Di sekitar dataran rendah yang dialiri oleh Sungai Indus ini teradpat Kitab Suci
Weda yaitu kitab suci ummat Hindu.
Sungai Indus dalam sejarahnya berarti penting bagi India, baik untuk alasan ekonomi
maupun militer. Sungai Indus berguna sebagai penghalang terhadap penyerbuan asing,
sedangkan airnya menyuburkan lahan di India barat laut dan yang sekarang adalah
Pakistan. Lembah Indus merupakan daerah yang amat subur dengan menghasilkan
gandum, jagung, padi dan aneka buah-buahan dan sayuran.
India adalah letak dari peradaban kuno seperti Budaya Lembah Indus dan merupakan
tempat kelahiran dari empat agama utama dunia: Hindu, Buddha, Jainisme, dan
Sikhisme. Negara ini merupakan bagian dari Britania Raya sebelum meraih kemerdekaan
pada 1947.29 India dibagi kepada 28 negara bagian (yang kemudian dibagi kepada
distrik), enam Wilayah Persatuan (Union Territory) dan Wilayah Ibu Kota Nasional
(National Capital Territory) Delhi.
Negara-negara bagian mempunyai pemerintah yang dilantik sendiri, sementara
Wilayah-wilayah Persatuan diperintah seorang pengurus yang dilantik pemerintah per
satuan (union government), meski beberapa di antaranya mempunyai pemerintah yang
dilantik. Populasi India diperkirakan sekitar 1.13 milyar jiwa, yang merupakan 1/6 dari
penduduk dunia. Populasi India diperkirakan melebihi Tiongkok tahun 2030 dan akan
menjadi negara terpadat di dunia.
India memiliki lebih dari dua ribu etnis, dan agama-agama utama ada di India.
Penduduk India menunjukkan perbedaan yang besar di segi keturunan dan ―India‖
dalam http://id.wikipedia.org/wiki/India
44 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 37
kehidupan kebuayaan mereka.
Dipercaya bahwa penduduk asli India berwarna kulit hitam, berpostur pendek dan
berhidung lebar. Bahasa di India juga sangat beragam. Di India terdapat 18 bahasa
resmi yang diakui oleh kons titusi dan terbagi atas dua kelompok besar. Pertama adalah,
Indo-Arya yang merupakan cabang dari kelompok bahasa Indo-Eropa dan merupakan
bahasa yang digunakan oleh masyarakat Asia Tengah yang sekarang dikenal dengan
India. Kedua, Dravida yang merupakan bahasa asli India Selatan dan dipengaruhi oleh
Sanskrit dan Hindi.
Di India terdapat 1600 bahasa dan dialek berdasarkan sensus tahun 1991. Bagi kalangan
terpelajar di India, bahasa Inggris merupakan bahasa utama, sedangkan bagi sebagian
besar masyarakat India lainnya Bahasa Inggris merupakan bahasa kedua setelah bahasa
daerah. India pada awalnya (dan masih terdapat di pedesaan pada masa sekarang)
mempunyai sitem kasta (Caste).
Masya rakat Hindu dibagi-bagi ke dalam kelompok kasta yang keanggotaannya
ditentukan berdasarkan kelahiran. Orang akan menjadi kelompok kasta tertentu
sepanjang hayatnya, kecuali kalau dia diusir karena melanggar aturan-aturan kasta.
Keanggotaan kasta dalam anggota kasta biasanya berarti menunjuk pada profesi atau
pekerjaan tertentu.
Posisi kasta pertama dan tertinggi ditempati oleh Kasta Brahmana yang terdiri dari para
pendeta sebagai penentu terhadap apa yang benar dan apa yang salah dalam hal ke
agamaan dan kasta. Yang kedua adalah kasta Ksatria yang terdiri dari prajurit pegawai
negeri. Yang ketiga Waisha yang terdiri dari para seniman, pedagang, dan pemilik Bank.
Yang keempat adalah kasta Sudra yang dianalogikan sebagai para _Adapun kodifikasi
yang terkait hukum pernikhan dan perceraian dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Perceraian oleh Lembaga Peradilan Prinsip penyelesaian perceraian di muka sidang
peng adilan telah disahkan sebagai aturan yang mengikat pada tahun 1939. Teknik
penyelesaian perceraian di muka siding pengadilan ini sesungguhnya sama dengan
aturan yang diadopsi di Mesir dan beberapa Negara lainnya dengan cara
memberlakukan aturan dalam madzhab hukum Islam tertentu untuk diberlakukan
secara me nyeluruh bagi umat Islam.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Hanafi memiliki konsep paling kaku dalam hal
penerapan hak perempuan untuk mengusulkan perceraian di muka pengadilan. Sebagai
madzhab yang paling banyak diikuti oleh Muslim India, maka menjadi kesulitan
tersendiri bagi banyak kaum perempuan yang telah menikah untuk dapat mengusulkan
perceraian atas berbagai alasan yang memungkinkan kecuali murtad.
Akhirnya, dengan terpaksa karena kondisi rumah tangga yang tidak bisa lagi
diselamatkan banyak perempuan yang murtad supaya terbebas dari ikatan pernikahan.
Seorang cendekiawan terkemuka ketika itu, Ashraf Ali Thanavi merasa prihatin dengan
keadaan tersebut dan mulai memperkenalkan madzhab alternative yakni Maliki yang
memiliki konsep perceraian dengan inisiatif istri yang dapat diputuskan melalui
mekanisme siding pengadilan.
Ide ini dituangkan dalam bentuk proposal detil kepada pemerintah dan mendapatkan
banyak dukungan dari berbagai ulama di India dan sekitarnya. Berdasarkan proposal ini,
pada tahun 1939 pemerintah
38 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 43
akan memberikan status anak yang diadopsi sebagaimana status anak kandung.
Ayat al-Qur‘an telah sangat jelas dalam hal ini, bahwa seorang anak hasil adopsi tidak
akan pernah mendapatkan status seperti anak kandung hanya dengan sebuah
pengakuan. Namun demikian, di India kebiasaan mengadopsi anak telah berlangsung di
beberapa komunitas umat Islam di Punjab dan sekitarnya. Berdasarkan the Muslim
Personal Law (shari‘at) Application Act 1937, selama seorang Muslim yang
melaksanakan adopsi tersebut tidak menyata kan tunduk terhadap hukum Islam,
sebagaimana diatur ddalam pasal 3 aturan ini, maka dia terikat dengan tradisi
pengangkatan anak yang telah berlangsung turun temurun di wilayahnya.
Adapun jika dia membuat pernyataan untuk tunduk terhadap aturan hukum Islam, maka
hukum Islamlah yang berlaku baginya dalam hal adopsi anak. Hingga saat ini, sangat
sedikit porsi hukum Islam yang telah dikodifikasikan di India. Legislasi yang terkaiit
dengan hukum Islam baru dilakukan dalam hal aturan administrasi perwakafan dan
beberapa aspek dari hukum pernikahan dan perceraian.
Ada beberapa pengaturan pokok tentang administrasi perwakafan harta milik secara
umum yang tercantum dalam: Central Wakf Act 1954 The Mussulman Wakf Validating
Acts of 1013 and 1930 The Bengal Wakfs Act 1934 The Bihar Wakfs Act 1947 The Uttar
Pradesh Muslim Wakfs Act 1960 The Madras Wakf (Supplementary Act 1961) The
Dargah Khwaja Saheb Act 1955. _petani dan buruh. Namun, pada saat sekarang ini,
sistem kasta tidak lagi berpengaruh namun masih dianut oleh orang-orang yang
berpendidikan rendah.
Sistem Kasta telah banyak menimbulkan permasalahan bagi pembangunan India. Para
pemimpin India dewasa ini telah menentukan bahwa India akan menjadi sebuah negara
yang demokratis, sosialis dan sekuler. Menurut undang-undang, ada pemisahan antara
agama dan negara. Tindakan penghinaan atau pen diskriminasian terhadap seseorang
berdasarkan kastanya sangat dilarang.
Kebudayaan India penuh dengan sinkretisme dan pluralism budaya. Kebudayaan ini
terus menyerap adat istiadat, tradisi, dan pemikiran dari penjajah dan imigran sambil
terus mempertahankan tradisi yang sudah mapan dan menyebarluaskan budaya India
ke tempat-tempat lain di Asia. Kebudayaan tradisional India memiliki hirarki sosial yang
relatif ketat.
Sejak usia dini, anak-anak diajari tentang peran dan kedudukan mereka dalam
masyarakat. Tradisi ini diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa-dewa dan roh yang
dianggap berperan penting dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Dalam sistem
kasta ditetapkan stratifikasi sosial dan pembatasan dalam kehidupan sosial di anak
benua India.
Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok masyarakat yang mempraktikkan,
yang umum disebut jati atau kasta. Orang India sangat menghargai nilai-nilai
kekeluargaan tradisional. Walaupun demikian, rumah-rumah di perkotaan sekarang
lebih sering hanya didiami oleh keluarga inti.
Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi dan sosial untuk hidup bersama dalam sebuah
keluarga besar. Di kawasan pedesaan
42 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 39
masih umum dijumpai anggota keluarga dari tiga hingga empat generasi yang tinggal
di bawah satu atap.
Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga sering diselesaikan secara patriarkhisme.
Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tua mereka atau
anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuan pengantin pria dan
pengantin wanita. Pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup, dan angka
perceraian sangat rendah.
Walaupun demikian, pernikahan dini masih merupakan tradisi yang umum. Separuh dari
populasi wanita India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usia
dewasa menurut hukum.30 Potret Hukum Keluarga di India India adalah sebuah Negara
yang berpenduduk multi relijius.
Mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu, sedangkan Islam menjadi agama
minoritas yang paling popular. Agama-agama lain yang hidup di India adalah Kristen,
Budha, Jain, dan Sikh. Ketika masa pendudukan Inggris di India, mereka menerapkan
kebijakan yang men jamin keberlangsungan berbagai aturan hukum keluarga sesuai
dengan keragaman afiliasi keagamaan penduduknya.
Kebijakan ini terus berlanjut hingga saat ini dan semua komunitas yang ada juga
menerapkan aturan hukum keluarga masing-masing tanpa ada kendala politik. Dalam
konteks corak keberagamaan Muslim di India, juga diwarnai oleh keberagaman dalam
pilihan madzhab hukum nya. Madzhab Hanafi tercatat sebagai madzhab yang paling
popular di kalangan orang-orang Muslim Sunni di India.
Madzhab Syafi‘I banyak diikuti oleh orang-orang Islam di ―India‖ dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/India _belahan selatan India. Selain komunitas sunni, di India
juga diwarnai komunitas Syi‘I, khususnya Madzhab Syi‘ah Isna Asy‘ariyah. Namun
demikian di belahan Barat India juga dapat ditemui sejumlah Muslim yang menganut
madzhab Syi‘ah Isma‘iliyah.
Istilah ―personal law‖ sebagaimana digunakan di India tidak sepenuhnya sama dengan
dua istilah lain yang biasa digunakan di Negara-negara berpenduduk Muslim, yakni
huquq al-a‘ila (hukum keluarga) dan ahwal al-syakhshiyyah (hukum perdata Islam).
Istilah tersebut memiliki makna yang lebih luas dan meliputi perkawinan, perceraian, hak
milik pribadi, zakat, dan wakaf.
Tema-tema ini dan sejenisnya yang berlaku bagi Muslim di India biasanya diurusi oleh
peraturan syari‘ah yang dalam konteks internal mereka disebut dengan ―Muslim
personal law‖ (hukum perdata Islam). Sejak tahun 1937, penerapan hukum perdata Islam
di India telah diatur dengan disahkannya aturan pelaksanaannya yang bernama the
Muslim Personal Law (shari‘at) Application Act.
Pasal 2 dari the Muslim Personal Law (shari‘at) Application Act ini menyatakan bahwa
aturan syari‘ah akan diterapkan kepada seluruh Muslim di India dalam kasus-kasus: (a)
Per kawinan, perceraian dalam segala bentuknya, mahar, per walian, dan pemeliharaan
anak; (b) Warisan, dan (c) Hibah, serta wakaf. Adapun berkaitan dngan adopsi dan
wasiat, peraturan ini memberikan hak kepada setiap Muslim yang kompeten sesuai
dengan peraturan perjanjian India (the Indian Contract Act) tahun 1872 untuk
menundukkan diri terhadap aturan syari‘ah bagi dirinya, keluarga dan keturunannya.
Adopsi sesungguhnya tidak dikenal dalam hukum Islam.
Apabila seseorang mengadopsi anak, hukum Islam tidak
40 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 41
untuk menikah di luar alasan yang diizinkan hukum syara‗, menurut Hukum Keluarga
Malaysia, dapat dijatuhi hukuman denda maksimal 1000 ringgit atau penjara maksimal 6
bulan atau kedua-duanya.71 Di samping itu, menurut ketentuan Hukum Keluarga di
Malaysia, penjatuhan talak di luar dan tanpa izin pengadilan dapat dikenakan denda
1000 ringgit; atau penjara maksimal 6 bulan; atau keduanya sekaligus.72 Sedangkan di
Mesir, berdasarkan Law on Personal Status 1929 yang dipertegas lagi dalam
amandemennya UU No.100 1985 Pasal 23 A, suami yang tidak melakukan pendaftaran
perceraian dapat dijatuhi hukuman penjara hingga 6 bulan; atau denda 200 pound; atau
keduanya sekaligus.
Begitu pula petugas pencatatan yang menolak atau tidak melaksanakan tugas
pencatatan perceraian dapat dikenakan sanksi penjara maksimal 1 bulan & denda
minimal 50 pound Mesir.73 Mengenai pengaturan poligami dalam hukum positif di
Malaysia, antara lain tergambar dalam UU Hukum Keluarga Islam Wilayah Federal 1984
(UU 304 tahun 1984).
Dalam pasal 123 disebutkan: Any man who, during the subsistence of a marriage,
contracts another marriage in any place without the prior permission in writing of the
court commits an offence and shall be punished with a fine not exceeding one thousand
ringgit or with imprisonment not exceeding six months or with both such fine and
imprisonment.74 Ibid. Islamic Family Law (Federal Teritory) Act 1984 (Act 304 of 1984)
Pasal 124 Law on Personal Status 1929 dan Amandemennya UU No.100 1985 Pasal 23 A
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries: History, Text and Com-parative
Analysis, (New Delhi: Academy of Law and Religion, 1987), hlm. 235.
_B. Pembaharuan Hukum Keluarga di Pakistan Pendahuluan Negara Pakistan terletak di
Asia Selatan dan berbatasan dengan Iran di sebelah barat, Afghanistan di sebelah barat
laut, India di sebelah tenggara, dan Kashmir di sebelah timur laut. Menurut statistic
tahun 1993 populasinya berjumlah 122,8 juta jiwa.
Pakistan merupakan Negara Muslim terbesar kedua di dunia.36 Negara ini dihuni oleh
beragam kolempok etnis yang seluruhnya hidup berdampingan secara damai di bawah
panji agama yang beragam pula. Islam tercatat sebagai agama terbesar yang dianut
oleh 97 % penduduk Pakistan.
Pakistan beribukota di Islamabad, dan adalah bekas jajahan Inggris ketika menjadi
bagian dari wilayah India. Sejarah kontemporer anak benua India dan Pakistan bermula
dari hancurnya imperium Mughal dan pendudukan Inggris di India.37 Sejarah Pakistan
diawali ketika Inggris menguasai anak benua India selama hampir 200 tahun, dari 1756
hingga 1947.
Reformasi politik pada akhir abad ke-19 memungkinkan dibentuknya partai-partai
politik. Indian National Congress, yang mewakili mayoritas penduduk Hindu didirikan
pada 1885. Muslim League dibentuk pada 1906 untuk mewakili dan melindungi posisi
minoritas Muslim.
Seorang penyair dan filsuf bernama Sir Muhammad Iqbal mengusulkan agar
provinsi-provinsi India Inggris di sebelah barat laut serta negara bagian Jammu dan
Kashmir sebaiknya digabung menjadi sebuah negara. John L. Esposito (ed.), The Oxford
Encyclopaedia of the Modern Islamic World, (New York: Oxford University Press, 1995),
hlm. 225.
Khalid bin Sayeed, Pakistan The Formative Phase, (Karachi: Pakistan Publish-ing House,
1960), hlm. 252.
64 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 49
Berkaitan dengan nama, Pakistan memiliki kisah yang menarik. Nama Pakistan yang
digunakan untuk menyebut penggabungan ini, merupakan singkatan dari nama-nama
provinsi tersebut, yaitu Punjab, Afghania (Provinsi North West Frontier), Kashmir,
Indus-Sind, dan Baluchistan. Ber dasarkan sejarah Pakistan, nama negara Pakistan
artinya tanah yang murni dalam bahasa Urdu ataupun bahasa Persia.
Sejarah Pakistan juga mengatakan bahwa nama negara Pakistan diusulkan oleh seorang
tokoh gerakan Pakistan, Choundry Rahmat Ali. Menjelang akhir 1930, Muhammad Ali
Jinnah, pemimpin Muslim League yang dianggap sebagai pendiri Pakistan, menyatakan
bahwa satu-satunya cara untuk menghindarkan Muslim India dari dominasi Hindu
adalah dengan mendirikan negara Muslim tersendiri. Sejarah Pakistan memang sangat
beragam, termasuk masalah kemerdekaan.
Pada 1940, Muslim League secara resmi mendukung pembagian India Inggris serta
pendirian Pakistan. Inggris kemudian memutuskan untuk membagi bekas jajahannya
tersebut dan pada 15 Agustus 1947, menyerahkan kekuasaan secara terpisah kepada
India dan Pakistan. Sejarah Pakistan berlanjut dengan pembagian wilayah Pakistan
menjadi dua, yaitu Pakistan Barat dan Pakistan Timur.
Pakistan Barat adalah negara Pakistan saat ini, sedangkan Pakistan Timur saat ini dikenal
sebagai negara Bangladesh . Kedua bagian tersebut dipisahkan wilayah India sepanjang
1.600 kilometer. Pembagian anak benua India menyebabkan perpindahan penduduk
secara besar-besaran. Sekitar 6 juta pemeluk Hindu dan Sikh keluar dari Pakistan
menuju India, dan sekitar 8 juta umat Muslim bermigrasi dari India ke Pakistan.
_pertama berlangsung pada tahun 1976-1980 yang berisi tentang perkawinan dan
perceraian. Sedangkan pembaharuan kedua dilaksanakan pada tahun 1983-1985 yang
diberi nama Islamic Family Law Act. Hukum baru ini berlaku pada tahun 1983 di
Kelantan, Negeri Sembilan, dan Malaka.
Kemudian tahun 1984 dilaksanakan di Kedah, Selangor, dan wilayah Persekutuan, serta
tahun 1985 dilaksanakan di Penang.69 Dalam perkembangan terakhir pembaharuan
juga terjadi di Trengganu (1985), Pahang 1987 (No. 3), Selangor 1989 (No.2), Johor
(1990), Sarawak (1991), Perlis, dan terakhir Sabah melalui UU No. 18 tahun 1992.70
Secara umum Hukum Keluarga Malaysia tampaknya masih berpegang pada konsepsi
mazhab-mazhab Sunni, utamanya mazhab Syafi‗i, dalam hal kebolehan poligami.
Ditetapkannya sejumlah alasan poligami terlihat diinspirasi oleh konsepsi fikih mengenai
kewajiban suami atas istri dan alasan terjadinya fasakh. Sementara peran pengadilan
dalam pemberian izin poligami dan kriminalisasi poligami merupakan bagian dari
bentuk siyasah syariah yang bertujuan mengantisipasi dan memberi daya jera terhadap
penyalahgunaan poligami.
Di samping itu penafsiran baru terhadap pesan Alquran terkait masalah poligami dan
langkah perlindungan pada kaum wanita juga menjadi bagian inheren dari alasan dasar
ditetapkankannya pasal-pasal tersebut. Malaysia adalah satu-satunya Negara yang
secara eksplisit menerapkan hukuman dalam hal ketundukan kepada hukum syara‘
dalam perkawinan.
Siapapun yang mencegah seseorang Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries:
History, Text and Com-parative Analysis, (New Delhi: Academy of Law and Religion,
1987), hlm. 221. Khoiruddin Nasution, ―Sejarah Singkat Pembaruan Hukum Keluarga
Muslim‖ dalam M. Atho‘ Mudzhar dan Khairuddin Nasution (Ed.s), op. cit., hlm. 21-22.
50 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 63
Dilanjutkan wilayah negara-negara Melayu Bersekutu (Perak, Selangor, Negeri Sembilan,
dan Pahang) melalui Registration of Muhammadan Marriages and Divorces Enactment
1885, kemudian bagi negara-negara Melayu tidak bersekutu atau negara-negara
Bernaung (Kelantan, Trengganu, Perlis, Kedah, dan Johor), yang dipelopori oleh Kelantan
adalah The Divorce Regulation Tahun 1907.68 Orang-orang Melayu di Negeri sembilan,
melaka meng ikuti UU Mahkamah Melayu Serawak yang mengatur masalah perkawinan
dan perceraian.
UU Islam di Malaysia adalah batu surat di Trengganu yang berisi tentang hutang
piutang, hukuman bagi pelaku zina dan wanita kurang sopan. UU pertama yang
berhubungan dengan Islam yang diperkenalkan oleh Inggris di Malaysia adalah
Mohammedan Marriage Ordinance, No. V tahun 1880, setelah Malaysia merdeka maka
Malaysia mempunyai hukumnya sendiri mengenai masalah-masalah perkawinan
disetiap Negeri di Malaysia yang ditetapkan dalam Enakmen atau Pentadbiran Agama
Islam.
Dari sub bahasan Enakmen, maka dapat kita ketahui bahwa negara malaysia melakukan
pembaharuan bukan hanya dalam bidang perkawinan dan perceraian, akan tetapi juga
dalam masalah keuangan, baitul mal, zakat, wakaf, masjid, pindah agama, nafkah, nazar,
amanah dan pungutan khairat. Namun demikian, jika dilihat dari era pasca berakhirnya
kolonialisme dan imperialisme di seluruh Dunia, perundang-undangan Malaysia telah
mengalami beberapa kali pem baharuan. Tahir Mahmood mencatat bahwa
pembaharuan Khoiruddin Nasution, ―Sejarah Singkat Pembaruan Hukum Keluarga
Muslim‖ dalam M.
Atho‘ Mudzhar dan Khairuddin Nasution (Ed.s), Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern:
Studi Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-kitab Fikih, (Jakarta:
Ciputat Press, 2003), hlm. 20. _Sejarah Pakistan yang cukup kelam terjadi ketika per
pindahan penduduk disertai kekerasan antarkelompok etnik berskala besar yang
menguatkan rasa permusuhan di antara kedua negara.
Permusuhan tersebut makin bertambah dengan adanya perselisihan mengenai
masuknya negara-negara bagian pribumi ke dalam salah satu di antara kedua negara
tersebut. Penguasa Hindu Jammu dan Kashmir, yang 85 persen penduduknya Muslim,
memutuskan bergabung dengan India. Pakistan kemudian menuntut hak atas Jammu
dan Kashmir, sehingga terjadi perang antara Pakistan dan India.
Meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa kemudian mengeluarkan resolusi agar diadakan
plebisit di bawah pengawasan PBB untuk menentukan masa depan Kashmir, India tetap
menduduki sekitar dua pertiga wilayah tersebut dan menolak diadakannya plebisit.
Sejarah Pakistan juga menyebutkan bahwa pemerintahan Pakistan pertama kali
dipimpin oleh Perdana Menteri Liaquat Ali Khan.
Muhammad Ali Jinnah menjadi gubernur jenderal hingga meninggal pada 1948. Dari
1947 hingga 1951, Pakistan berada dalam kondisi tidak stabil. Setelah Liaquat terbunuh
pada 1951, Khwaja Nazimuddin dari Pakistan Timur menggantikannya sebagai perdana
menteri. Pada 1953, Nazimuddin digantikan oleh Muhammad Ali Bogra. Bogra
mengundurkan diri pada 1955 dan Chaudhuri Muhammad Ali ditunjuk sebagai perdana
menteri keempat.
Pada tahun yang sama Gubernur Jenderal Ghulam Muhammad juga mengundurkan diri.
Iskander Mirza, yang berasal dari militer, menjadi gubernur jenderal keempat dan
terakhir. Pada 23 Maret 1956 Pakistan diproklamasikan sebagai republik Islam. Iskander
Mirza menjadi presiden pertama. Sementara Huseyn
62 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 51
Shaheed Suhrawardy menjadi perdana menteri kelima.
Proklamasi ini dianggap sebagai salah satu sejarah Pakistan yang berkesan bagi seluruh
rakyatnya.38 Penjajahan Inggris telah menghancurkan posisi politika tertinggi yang
dimiliki umat Islam di Pakistan. Kehidupan kaum pribumi, pedagang kecil, pengrajin dan
kaum buruh sangat menderita.
Tidak hanya kerugian di bidang ekonomi dan politik, penjajahan ini juga mempunyai
dampak yang lebih jauh terhadap budaya di mana pada awalnya mereka bersikap
simpatik terhadap program pendidikan tradisional Muslim dan budaya klasik India,
namun lambat laun mereka mulai melakukan penindasan terhadap praktek keagamaan
di mana mereka sering menjatuhkan hukuman secara sadis dan kejam.
Bentuk lain dari penindasan ini adalah dipergunakannya Bahasa Inggris sebagai bahasa
pemerintahan dan pengajaran, sedangkan Bahasa Mughal dihapus sebagai bahasa
resmi.39 Islam merupakan agama mayoritas di Pakistan. Dalam kehidupan
keagamaannya, umat Islam Pakistan diwarnai dengan perbedaan aliran madzhab yaitu
madzhab Hanafi sebagai mazhab mayoritas dan madzhab-madzhab lain seperti Syafi‘i
dan Hambali sebagai madzhab minoritas.40 Sungguhpun terdapat banyak agama dan
aliran keagamaan, toleransi antar umat beragama terjalin baik di Pakistan.
Kehidupan keberagamaaan di Pakistan pada dasarnya tidak berbeda dengan kehidupan
keberagamaan di Negara-negara Muslim lainnya. Islam menjadi jalan hidup (way of life)
Anne Ahira, Selayang Pandang Sejarah Pakistan, dalam www.anneahira.com/
sejarah-pakistan.htm. Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies, (Cambridge:
Cambridge Uni-versity Press, 1988), hlm. 292. John L. Esposito (ed.), The Oxford
Encyclopaedia of the Modern Islamic World, III, hlm. 286.
_yang berhubungan dengan fungsi-fungsi negara, keberadaan dan prosesi lembaga
peradilan Syariah untuk menerapkan hukum Islam dan regulasi adiministrasi institusi
social-legal Islam diberlakukan di seluruh negeri tersebut, seperti hukum perkawinan,
hukum perceraian, dan hukum waris. Kondisi ini terus berlanjut di saat Malaysia
memperoleh kemerdekaannya.66 Setelah Malaysia memperoleh kemerdekaannya, kons
titusi federal Malaysia tahun 1957 begitu juga konstitusi federal tahun 1963
mendeklarasikan agama Islam sebagai agama resmi negara.
Di negeri yang bermazhab Syafi‘i ini, hukum Islam dan administrasinya diberlakukan
secara resmi di seluruh wilayah negara Malaysia meliputi Perak, Selangor, Negeri
Sembilan, Pahang, Kelantan, Trengganu, Kedah, dan Johor. Pada dua negara bagian,
Sabah dan Sarawak, penduduk Muslim merupakan minoritas. Sabah yang memiliki
jumlah penduduk Muslim lebih sedikit dari Sarawak, memakai adiministrasi hukum Islam
pada tahun 1971.
Sedangkan Sarawak masih menerapkan Undang-Undang Mahkamah Melayu tahun
1915. Hukuman negara-negara bagian di Malaysia memuat ketetapan hukum keluarga
melalui peng adilan-pengadilan kathis.67 Dalam konteks reformasi Hukum Keluarga
khususnya di rantau Asia Tenggara sebetulnya Malaysia tercatat sebagai negara
pertama yang melakukan langkah ini, ditandai oleh lahirnya Mohammedan Marriage
Ordinance, No. V Tahun 1880 di negara-negara Selat (Pulau Pinang, Malak, dan
Singapura).
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries: History, Text and Com-parative
Analysis, (New Delhi: Academy of Law and Religion, 1987), hlm. 219. Tahir Mahmood,
Family Law Reform in the Muslim World, (Bombay: N.M. Tripathi PVT. LTD., 1972), hlm.
198-205.
52 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 61
pertama, pencatatan perkawinan di Pakistan ternyata tidak mempengaruhi keabsahan
perkawinan itu sendiri. Kedua, hukuman bagi orang yang tidak mencatatkan
perkawinannya ternyata terlalu rendah, yakni hanya tiga bulan penjara. Ketiga, pihak
pengadilan ternyata tetao mengakui keberadaan perkawinan yang tidak didaftarkan.
Semua alasan tersebut selanjutnya didukung oleh belum siapnya pihak pegawai dan
perangkat pencatat perkawinan untuk memberlakukan aturan tersebut secara
konsisten.63 C. Pembaharuan Hukum Keluarga di Malaysia Pendahuluan Malaysia
merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan wilayah territorial berada di
bagian Selatan semenan jung Melayu dan bagian Utara pulau Kalimantan.
Negara federasi dengan ibu kota Kuala Lumpur ini meliputi 13 negara bagian: 11 negara
bagian Semenanjung Melayu dan 2 negara bagian Sarawak dan Sabah di Kalimantan,
dengan populasi penduduk 21.169.000 jiwa (sensus 1996) terdiri dari 58 % etnis Melayu
dimana hampir keseluruhannya adalah beragama Islam, 27 % etnis Cina, 8 % etnis India,
dan sisanya etnis pribumi (suku asli).64 Sebelum kehadiran penjajah, hukum yang
berlaku di Malaysia adalah hukum Islam bercampur hukum adat.65 Namun selama masa
pemerintahan kolonial Inggris, nafas Islam telah mewarnai berbagai kebijakan legislatif
lokal Ibid. Felix V.
Gagliano, ―Malaysia‖ dalam Bernard S. Cayne, The Encyclopedia Americana International
Edition, vol. 18, Grolier Incorporated, 2001. David C. Buxbaum (Ed.), Family Law and
Customary Law in Asia: a Contem-porary Legal Perspective, (The Hague: Martinus
Nijhoff, 1968), hlm.107. _yang mereka anut secara mendalam. Pandangan hidup mereka
adalah Islam, sementara tradisi dan budaya tidak berpengaruh pada karakteristik Islam
secara esensial.41 Potret Hukum Keluarga di Pakistan Secara historis, jauh sebelum
pemisahan India dan Pakistan pada tahun 1947, poligami sudah menjadi budaya dan
tradisi umum yang banyak dipraktikkan oleh umat Islam di sana.42 Di Pakistan masalah
poligami, misalnya, diatur dalam Peraturan (Ordonansi) tentang Hukum Keluarga
Pakistan tahun 1961.
Peraturan poligami yang tercantum dalam pasal 6 tersebut menyatakan: Selama masih
terikat perkawinan, tidak seorang lelakipun yang boleh melakukan perkawinan dengan
orang lain kecuali ia telah mendapatkan izin tertulis dari Dewan Arbitrasi. Permohonan
izin (1) akan diserahkan kepada ketua dengan cara yang ditentukan sekaligus dengan
biaya yang ditetapkan dan melampirkan alasan-alasan untuk mengajukan perkawinan
dengan menerangkan apakah izin tertulis dari isteri atau isteri-isterinya sudah diperoleh.
Dalam hal penerimaan permohonan (2) ketua akan meminta kepada pemohon dan isteri
atau isteri-isterinya yang sah untuk mengajukan wakil masing-masing dan Dewan
Arbitrase akan member izin poligami apabila dewan memandang perkawinan tersebut
―perlu dan adil‖ sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan kesehatan. Dalam
memutuskan permohonan tersebut, Dewan I. H. Quraeshi, The Foundation of Pakistan
Culture, dalam The Muslim World, No. 44 tahun 1954, hlm. 3.
Rubya Mehdi, The Islamization of The Law in Pakistan (Surrey: Curzon Press, 1994), hlm.
162.
60 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 53
Arbitrasi mencatat alasan-alasana terhadap putusan tersebut dan pihak pemohon boleh
melebihkan surat permohonan untuk revisi surat keterangan tersebut dan
menyerahkannya kepada kolektor dan putusannya akan berlaku serta tidak akan
dipertanyakan lagi di pengadilan.
Seseorang yang melakukan perkawinan yang lain tanpa izin dari Dewan Arbitrasi akan
(a) membayar seluruh mahar dengan segera kepada isteri atau isteri-isterinya, baik tunai
maupun secara ditangguhkan dan jika tidak maka ia akan diperoleh sebagai tunggakan
atas sewa tanah, (b) dihukum penjara maksimal satu tahun atau denda maksimal 5000
rupee atau kedud-duanya.
Dalam pasal ini, poligami dapat dilakukan dengan syarat bahwa diperlukan izin tertulis
dari Dewan Arbitrasi (Hakim) sebelum seseorang dapat menikahi isteri kedua. Izin
tersebut hanya dapat diberikan bila Dewan Arbitrasi itu yakin bahwa perkawinan yang
diajukan itu memang diperlukan dan benar. Dalam hal ini diperlukan adanya
persetujuan dari isteri ter dahulu kecuali kalau dia sakit ingatan, cacat jasmani, atau
mandul.43 Hal ini menegaskan bahwa apapun yang terjadi izin dari Dewan Hakim harus
didapatkan sebelum melangsungkan perkawinan kedua.
Orang yang melanggarnya akan mendapat kan hukuman penjara paling lama satu
tahun atau membayar denda sampai 5000 rupee atau bahkan kedua-duanya. Apabila
maharnya ditunda, dia tetap harus membayarnya dengan semestinya sedangkan isteri
yang ada berhak me Abdur Rahman I. Doi, Shari‘ah: the Islamic Law, diterjemahkan oleh
Basri Iba Asghary & Wadi Masturi, Perkawinan dalam Syari‘at Islam, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1992), hlm. 54.
_dalam membatasi kemungkinan melakukan poligami, dan begitu pentingnya Badan
Penasehat untuk menentukan boleh tidaknya seseorang berpoligami, namun dalam
prakteknya badan ini sama sekali belum berjalan efektif.61 Selain itu, fakta menyebutkan
bahwa aturan baru tentang perceraian yang diberlakukan di Pakistan ternyata juga
gagal membatasi praktek talak sepihak oleh suami.
Aturan baru tersebut terbukti hanya dipahami secara formalitas belaka tanpa ada
pelaksanaan riil dalam kehidupan nyata. Di sisi lain, pihak pengadilan juga bersikap tidak
tegas terhadap pasangan yang melanggar aturan tentang keharusan pencatatan per
kawinan. Dalam beberapa kasus, pencatatan perkawinan menjadi factor penting dalam
proses pembuktian, namun dalam kasus lain ada atau tidaknya pencatatan perkawinan
tidak memiliki perbedaan implikasi hukum.
Pihak peradilan tidak melakukan penolkana terhadap perkawinan yang tidak dicatatkan
sepanjang para pihak dapat membuktikan terjadinya perkawinan tersebut. Segala
urusan yang terkait dengan perkawinan, perceraian, waris, maupun harta oleh pasangan
yang perkawinanya tidak dicatatkan tetap bisa dilayani di pengadilan. Penelusuran lebih
jauh tentang hal ini memberikan data baru bahwa prosedur pencatatan per kawinan
yang diberikan kewenangannya kepada pegawai pencatat perkawinan di Pakistan masih
lekat dengan budaya korupsi.
Oleh karena itu, dapat dimaklumi kalau banyak sekali pasangan suami istri yang
emnikah tanpa dicatatkan, meskipun aturan baru mengharuskannya.62 Kegagalan
penerapan aturan tentang pencatatan per kawinan ini, menurut Mehdi, disebabkan
beberapa alasa; Rubya Mehdi, op.cit., hlm. 166. Ibid.., hlm. 160.
54 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 59
(hak) berhubungan badan dengan perempuan-perempuan yang dilarang syara‗ untuk
dinikahi.57 Hukuman yang sama juga berlaku bagi wanita muslim (berusia di atas 12
tahun) yang secara sengaja melakukan perkawinan, atau mengizinkan untuk
berhubungan badan dengan pria yang dilarang syara‗ untuk menikahinya.58 Hukum
Srilanka juga memberlakukan sanksi terhadap setiap wanita muslimah yang selama
masa iddahnya mengikat tali pernikahan atau ikut serta sebagai pengantin dalam suatu
upacara perkawinan, dan setiap orang yang mendukung atau membantu
terselenggaranya ikatan perkawinan atau per laksanaan upacara perkawinan tersebut.
Para pelaku tersebut dapat dijatuhi hukuman denda maksimal 100 rupee.59 Sebuah
penelitian tentang hukm keluarga di Pakistan oleh David Pearl, sebagaimana dikutip
oleh Khoiruddin Nasution, menyimpulkan bahwa aturan baru dalam hukum keluarga
Pakistan yang mempersempit poligami dalam praktiknya masih jauh dari yang
diharapkan.
Masyarakat Muslim Pakistan masih mempraktikkan poligami meskipun tidak sejalan
dengan Undang-Undang Perkawinan yang baru.60 Sejalan dengan Pearl, Verma dan
Rubya Mehdi melalui penelitiannya juga menemukan fakta bahwa persyaratan poligami
yang harus dilengkapi dengan izin Badan Arbitrase/ Penasehat hanya ada dalam dataran
teori undang-undang, tidak ada dalam praktek riilnya.
Mereka menyatakan bahwa meskipun Pakistan menetapkan aturan yang sangat ketat
Muslim Marriage and Divorce Act 1951 Pasal 80 ayat (1). Ibid., Pasal 80 ayat (2). Ibid.,
Pasal 87 Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap
Perundang-undangan Perkawinana Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia
(INIS, 2002), hlm. 270. _nuntut cerai.
Selain semua pembatasan ini, jika telah di jalin perkawinan kedua tanpa izin dewan
hakim, maka perkawinan itu dapat dianggap batal secara hukum.44 Pada hakikatnya,
ketentuan yang diperketat ini merupakan upaya untuk mengurangi atau membatasi
praktik poligami beserta implikasi-implikasi negative yang ditimbulkannya, terutama
ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Selain itu, dalam Muslim Family Law
Ordinance tahun 1961, Paksitan mengharuskan pendaftaran dan pencatatan
perkawinan.
Aturan ini didasarkan pada ayat al-Qur‘an yang menyuruh mencatat transaksi penting.
Ulama tradisio nal Pakistan juga setuju dengan keharusan pencatatan perkawinan
dengan syarat tidak mempengaruhi keabsahan perkawinan. Kalau perkawinan
dilaksanakan di luar Pakistan, maka salinan surat nikah harus dikirimkan kepada pegawai
pencatat perkawinan untuk dicatat.
Pelanggaran terhadap aturan ini dihukum dengan penjara selama tiga bulan dan atau
denda 1000 rupee.45 Di sini terlihat bahwa aturan pencatatan perkawinan di Pakistan
muncul sebagai bentuk kompromi antara kelompok tradisionalis yang menganggap
pencatatan hanya sebagai syarat administrative dan kelompok modernis yang
menghendaki pencatatan sebagai syarat sah.
Di Pakistan, terhadap pria (berumur di atas 18 tahun) yang menikahi anak di bawah usia
nikah, dapat dihukum pen jara maksimal 1 bulan; atau denda maksimal 1000 rupee; atau
keduanya sekaligus.46 Sanksi yang sama juga akan dijatuhkan kepada pihak yang
menyelenggarakan; memerintahkan; atau Ibid. Tahir Mahmood, Family Law Reform in
the Muslim World, (Bombay: N.M. Tripathi PVT. LTD., 1972), hlm. 259.
Child Marriage Restraint Act 1929 (Act 29 /1929) dan amandemennya (Or-donansi No.8
/1961) Pasal 4.
58 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 55
memimpin pernikahan mempelai di bawah umur (nikah).47 Demikian pula terhadap
mereka (setiap pria baik sebagai orang tua atau wali atau pihak lain yang punya
kapasitas/ berhak menurut hukum atau tidak) yang menganjurkan; atau mengizinkan
dilangsungkannya pernikahan; atau lalai mencegah terjadinya pernikahan di bawah
umur.48 Sedangkan terhadap setiap pihak (pria) yang enggan mematuhi keputusan
yang dikeluarkan Pengadilan (terkait pernikahan di bawah umur) sementara ia tahu
keputusan tersebut melarang per buatan yang dilakukannya dapat dijatuhi hukuman
penjara maksimal 3 bulan.49 Di Pakistan, menceraikan istri tanpa mengajukan per
mohonan tertulis ke Pejabat (chairman) berwenang; atau dan tanpa memberikan
salinannya kepada istri, dapat dihukum penjara maksimal 1 tahun; atau denda maksimal
1000 rupee; atau keduanya sekaligus.50 Dalam pada itu, Yordania mem berlakukan
hukuman menurut UU Hukum Pidana negara itu terhadap suami yang menceraikan istri
(di luar Pengadilan) tanpa melakukan langkah registrasi.51 Sementara di Srilanka,
membuat data palsu pada pencatatan, buku, izin, dokumen, salinan (copy) sekitar
perceraian dapat dikenakan hukuman penjara maksimal 3 tahun52 Di Pakistan,
pelanggaran atas UU dalam masalah mas kawin/mahar, biaya dan hadiah (hantaran)
perkawinan (Dowry and Bridal Gifts [Restriction] Act 1976) dapat dihukum Ibid., Pasal 5.
Ibid., Pasal 6 ayat (1). Ibid., Pasal 12 ayat (5). The Muslim Laws Ordinance 1961
(Ordinance No.8/1981) dan amandemennya (Ordonansi No.
21 & 30/1961) Pasal 7 (2) The Code of Personal Status 1976 dan amandemennya (UU
No.25/1977) Pasal 101. Muslim Marriage and Divorce Act 1951 Pasal 79 _penjara
maksimal 6 bulan; atau denda minimal setara batas maksimum yang diatur UU ini; atau
keduanya sekaligus. Dalam pada itu apabila mas kawin, berbagai barang hantaran dan
hadiah yang diberi atau diterima tidak sesuai dengan ketentuan UU ini maka akan
diserahkan kepada Pemerintah federal untuk digunakan bagi perkawinan gadis-gadis
miskin sebagaimana diatur dalam UU ini.53 Sebagai pembanding, di Bangladesh,
seseorang yang menikahi anak di bawah umur dapat dijatuhi hukuman penjara
maksimal 1 bulan; atau denda maksimal 1000 taka; atau kedua sekaligus.54 Sedangkan
di Iran, siapa pun yang menikahi atau menikahkan seseorang yang di bawah usia nikah
minimal dapat dikenakan hukuman penjara 6 bulan hingga 2 tahun.55 Di Bangladesh
juga, memberi atau mengambil atau bersekongkol memberi atau mengambil hantaran
kawin diancam dengan hukuman penjara maksimal 1 tahun; atau denda maksimal 5000
taka; atau keduanya sekaligus.
Hukuman yang sama juga berlaku bagi siapa pun yang meminta hantaran kawin kepada
orang tua atau wali dari pihak mempelai wanita atau pria.56 Di Srilanka memberlakukan
hukuman penjara maksimal 3 tahun bagi setiap pria muslim yang secara sengaja
melakukan perkawinan, atau telah atau berupaya untuk mendapatkan Dowry and Bridal
Gifts [Restriction] Act 1976) dan amandemennya Ordonansi No.36 /1980 Pasal 9 ayat (1).
Disebutkan dalam pasal ini bahwa Jika orang tua dari pihak mempelai pria melanggar
atau gagal memenuhinya tersebut terdiri dari ayah dan ibunya maka yang dikenakan
hukuman adalah sang ayah saja. Sedangkan jika pihak orang tua pria hanya ibunya
maka cukup dikenakan denda, bukan hukuman penjara. Child Marriage Testraint Act
1929 dan Amandemennya (Ordonansi No. 28/1984) Pasal 4. The Marriage Law
1931-1937 Pasal 3.
Dowry Prohibition Act 1980 dan Amandemennya (Ordonansi No. 64/ 1984) Pasal 3 dan
4.
56 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 57
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan
situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan
semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil
unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan.
Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut
kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai
akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat
kecendrungan dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem
pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.
92 Diantara beberapa tokoh pembaharuan di Turki adalah Sultan Salim III, Sultan
Mahmud II, Tanzimat, Kelompok Usmani Muda, Turki muda, dan Mustafa Kemal.
Sebelum Sultan Mahmud II gerakan pembaharuan sudah dimulai akan tetapi belum
banyak perubahan yang terjadi, seperti pada tahun 1644-1702 Husen Koprulu dan
Damad Ibrahim (1719-1730 M) keduanya menjadi Wajiz Agung mengadakan
pembaharuan akan tetapi mendapat tantangan dari Feyzullah sebagai syaikh al-Islam
yang menyebabkan konflik internal di Negara tersebut.93 Potret Hukum Keluarga di
Turki Sejarah Turki modern dapat dibedakan menjadi dua fase.
Fase pertama antara tahun 1921 sampai 1950 merupakan fase kediktatoran presidensial,
reformasi agama dan merupakan tahap awal program industrialisasi. Fase kedua antara
tahun Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 50-51. Jaih Mubarok, op.cit., (Bandung: Pustaka
Islamika, 2008), hlm. 208.
_Pasal di atas menegaskan bahwa seorang pria yang masih terikat dalam suatu
perkawinan hanya dapat berpoligami jika telah mendapat izin tertulis dari pengadilan,
bagi mereka yang melanggar ketentuan ini akan dijatuhi hukuman denda maksimal
1000 ringgit; atau dipenjara maksimal 6 bulan; atau dijatuhi hukuman keduanya
sekaligus. Pemberian izin poligami oleh pengadilan amat terkait dengan hasil
pertimbangan institusi tersebut terhadap ke terangan yang diberikan pemohon dan
para istri yang lebih dahulu dinikahinya. Dasar pertimbangan pengadilan untuk
memberikan izin poligami berkaitan dengan kondisi/prilaku istri dan suami.
Dari sudut istri adalah: Kemandulan Keuzuran jasmani Tidak layak dari segi jasmani
untuk bersetubuh Sengaja tidak mau memulihkan hak-hak persetubuhan, atau Sakit
jiwa/ gila. Adapun pertimbangan dari sudut suami adalah: Mampu secara ekonomi
untuk menanggung istri-istri dan anak keturunan Mampu berlaku adil kepada para istri
Perkawinan itu tidak menyebabkan darar syar‗i (bahaya bagi agama, nyawa, badan, akal
pikiran atau harta benda) istri yang telah lebih dahulu dinikahi, atau Perkawinan itu tidak
akan menyebabkan turunnya mar tabat istri-istri atau orang-orang yang terkait dengan
perkawinan, langsung atau tidak.75 UU Hukum Keluarga Islam [Wilayah Federal] 1984
(UU 304) tahun 1984 Pasal 23 ayat (4). Lihat Ibid., hlm.
225; Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap
Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, INIS,
Leiden-Jakarta, 2002, hlm. 112.
80 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 65
Sebagai bahan perbandingan, Irak dan Malaysia me rupakan negara yang
mencantumkan sanksi hukum dalam Hukum Keluarga mereka dalam persoalan ini.
Di Irak, ke tentuan hukum dirinci menurut pelakunya. Sebagai contoh, setiap pihak yang
mengawinkan secara paksa, selain keluarga garis pertama, dapat dijerat dengan
hukuman penjara maksimal 3 tahun beserta denda; jika pelakunya adalah pihak keluarga
garis pertama maka hukumannya adalah penjara maksimal 3 tahun tanpa denda; apabila
pelakunya adalah salah satu calon mempelai maka dapat dijatuhi hukuman penjara
maksimal 10 tahun atau kurungan minimal 3 tahun.76 Sanksi yang sedikit lebih ringan di
berlakukan oleh Malaysia.
Berdasarkan Hukum Keluarga di sana, siapa saja yang memaksa seseorang untuk
menikah di luar alasan yang diizinkan hukum syara‗ dapat dikenakan hukuman denda
maksimal 1000 ringgit atau penjara maksimal 6 bulan atau kedua sekaligus.77 Potret
Hukum Keluarga di Malaysia Menurut Khoiruddin Nasution bahwa setelah terjadinya
pembaharuan UU Keluaraga Malaysia maka apabila di kelompokan maka
Undang-Undang keluarga Islam yang berlaku di Malaysia akan lahir dua kelompok
besar:78 UU yang mengikuti akta persekutuan yakni Selangor, Negeri Sembilan, pulau
Pinang, Pahang, Perlis, Trengganu, Serawak dan Sabah.
Kelantan, Johor, Malaka, dan Kedah meskipun dicatat banyak persamaannya tetapi ada
perbedaan yang cukup menyolok, The Code Personal 1959 Pasal 9 (2). Islamic Family
Law (Federal Teritory) Act 1984 (Act 304 of 1984) Pasal 37. Khoiruddin Nasution, Hukum
Keluarga di Dunia Islam Modern, Studi Per-bandingan dan Keberanjakan UU Modern
dari Kitab-Kitab Fiqih, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 22. _cara meniru pola
pendidikan yang dikembangkan oleh Barat. Proses imitasi ini harus dilakukan secara
total mulai dari sistem maupun isi pendidikannya.89 Jadi intinya, Islam harus meniru
Barat agar bisa maju. Kelompok kedua adalah golongan yang berorientasi pada sumber
Islam yang murni.
Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari ke
majuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Sebab-sebab
kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran
Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi
digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan.
Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan
Muhammad Abduh.90 Kelompok ketiga berusaha melakukan pembaharuan dengan
berorientasi kepada Nasionalisme. Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini
timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga
mengalami kemajuan yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan
ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk
mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing.
Yang mendorong berkembangnya nasionalisme adalah karena kenyataannya mereka
terdiri dari berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan
kebudayaan yang berbeda satu sama lain.91 Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm. 118. Edi Yusrianto, op.cit., hlm. 53. Zuhairini dkk.,
op.cit., hlm. 124.
66 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 79
pada masa sebelumnya.
Langkah pembaharuan dilakukan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan
kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa. Secara garis besar terdapat tiga pola
pemikiran pembaharuan dalam pendidikan Islam di Turki. Ketiga pola tersebut adalah:
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di
Eropa.
Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni. Usaha yang berorientasi
pada Nasionalisme. Jadi, pola pembaharuan pendidikan Islam dilaksanakan dengan
berorientasi pada pendidikan modern di Barat. Mereka berpandangan, pada dasarnya
kekuatan dan kesejah teraan yang dialami Barat adalah hasil perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai.
Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan
pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di
dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber
kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah melalui
pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus
meniru pola Barat yang sukses itu.
Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad
ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur
pada masa itu.88 Kelompok ini berpendapat bahwa pendidikan Islam dapat meraih
kualitas setara dengan Barat hanya dengan Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan
Islam, (Pekanbaru : Intania Grafika), hlm. 51. _yakni dari 134 pasal yang ada terdapat
perbedaan sebanyak 49 kali.
Sebelum penjajahan Inggris, hukum yang berlaku adalah hukum Islam yang masih
bercampur dengan hukum adat, menurut Abdul Munir Yaacob mengatakan bahwa
undang-undang yang berlaku dinegara-negara bagian sebelum campur tangan inggris
adalah adat pepatuh untuk kebanyakan orang-orang Melayu di Negarasembilan dan
beberapa kawasan di Malaka, dan adapt Temenggung dibagian semenanjung.
Sedangkan orang Melayu di Serawak mengikuti Undang-undang Mahkamah Melayu
Serawak.
Undang-undang ter sebut sangat dipengaruhi oleh hukum Islam dan utamanya dalam
masalah perkawinan, perceraian dan jual beli.79 Pada tahun 1880 Inggris mengakui
keberadaan hukum perkawinan dan perceraian Islam dengan memperkenalkan
Mohammedan Marriage Ordinance, No.V Tahun 1880 untuk diberlakukan di
Negara-negara selat (Pulau Pinang, Malaka, dan Singapore) yang isinya:80 BAB I
Pendaftaran Perkawinan dan perceraian ( Pasal 1 sd 23) BAB II Pelantikan Qadi ( pasal 24
s.d
26) BAB III Harta Benda dalam Perkawinan (Pasal 27) BAB IV Ketentuan Umum ( Pasal 28
s,d 33) Sementara untuk Negara-negara Melayu bersekutu (Perak, Selangor,
Negerisembilan, dan Pahang) diberlakukan Registration of Muhammadan Marriages and
Divorces Enactment 1885. dan untuk Negara-negara Melayu tidak bersekutu atau Abdul
Monir Yacob, Pelaksanaan Undang-Undang dalam Mahkamah Syariyah dan Mahkamah
Sipil di Malaysia, (Kuala Lumpur: Institut Kefahaman Malaysia (IKIM), 1995), hlm. 8.
Nasution Khoiruddin, Status Wanita di Asia Tenggara; Studi Terhadap
Perun-dang-Undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia
(Jakarta: INIS, 2002), hlm. 62-65.
78 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 67
Negara-negara bernaung (Kelantan, Trengganu, Perils, Kedah dan Johor) diberlakukan
The Divorce Regulation tahun 1907.81 Setelah Malaysia merdeka upaya pembahruan
hukum keluarga sudah mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan perkawinan
dan perceraian, bukan hanya pendaftaran perkawinan dan perceraian seperti pada
undang-undang sebelumnya.
Usaha tersebut dimulai pada tahun 1982 oleh Melaka, Kelantan dan Negeri sembilan
yang kemudian diikuti oleh Negara-negara bagian lain. Undang-undang perkawinan
Islam yang berlaku sekarang di Malaysia adalah undang-undang perkawinan yang
sesuai dengan ketetapan undang-undang masiang negeri. Undang-undang Keluarga
tersebut diantaranya:82 UU Keluarga Islam Malaka 1983, UU Kelantan 1983, UU Negeri
Sembilan 1983, UU Wilayah Persekutuan 1984, UU Perak 1984 ( No.1), UU Kedah 1979,
UU Pulau Pinang 1985, UU Trengganu 1985, UU Pahang 1987, UU Selangor 1989, UU
Johor 1990, UU Serawak 1991, UU Perlis 1992, dan UU Sabah 1992.
Adapun materi Hukum Keluarga Islam di Malaysia dapat dibahas dari berbagai isu
sentral yang selalu menjadi obyek pembaharuan, yaitu: a. Pencatatan Perkawinan
Hukum Perkawinan di Malaysia juga menharuskan adanya pendaftaran atau pencatatan
perkawinan. Proses pencatatan secara prinsip dilakukan setelah Akad Nikah.
Hanya saja dalam prakteknya proses pencatatan ada tiga jenis diantaranya: Pertama;
Untuk yang tinggal Khoiruddin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, Studi
Per-bandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-Kitab Fiqih, (Jakarta: Ciputat
Press, 2003), hlm. 20. Ibid., hlm. 20-21. _beratus-ratus tahun lamanya. Ini merupakan
suatu indikasi tentang betapa pentingnya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki.
Secara politis setiap orang yang bertempat tingal di Turki, tetapi secara kebudayaan
orang Turki adalah hanya orang Islam.86 Langkah-langkah pembaharuan yang
dilakukan adalah, pertama mengirim para pelajar ke luar negeri, kedua pe ngiriman duta
besar ke Eropa, ketiga mendatangkan guru dari Eropa, mendirikan selokah teknik militer,
pembentukan badan penerjemah, menulis beberapa buku matematika, geografi,
kedokteran, sejarah dan agama, pendirian penerbitan dan percetakan. Pembaharuan
yang terjadi di Turki terdapat tiga aliran: aliran Barat, aliran Islam dan aliran nasionalis.
Menurut tokoh yang beraliran Barat, Turki mundur karena kebodohan dikarenakan
penerapan syariah di seluruh kehidupan bangsa Turki, solusinya Barat harus dijadikan
guru, tokohnya Tewfik Fikret. Kedua menurut Aliran Agama, Syariat Islam tidak menjadi
penghalang kemajuan; Turki mundur karena tidak menjalankan syariat Islam, sehingga
Syariat Islam harus dijalankan di Turki, tokohnya Mehmed Akif.
Ketiga aliran nasionalis berpendapat kemunduran Turki disebabkan karena Umat Islam
yang enggan mengakomodir perubahan-perubahan, tokohnya Zia Gokalp.87 Demikian
juga, Pembaharuan Pendidikan Islam dilakukan dengan lebih dahulu memperhatikan
berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak
Ajid Tohir: Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009), hlm. 218.
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Islamika, 2008), hlm. 215.
68 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 77
Turki baru didominasi oleh kaum muslim dengan jumlah kaum non-muslim hanya 2,6
persen dari jumlah penduduk pada tahun 1927. Pada saat dimulainya revolusi,
pemerintahan Mustofa Kemal Attaturk memang mendeklarasikan akan diberlakukannya
undang-undang baru yang bersumber dari warisan Islam Turki, tetapi setelah program
tersebut berjalan beberapa bulan, perbedaan pendapat di antara anggota komite
(legislatif) tidak habis-habisnya untuk merumuskan tujuan ini, pemerintah kehilangan
kesabarannya. Pada saat inilah mereka menetapkan untuk membawa negaranya ke
dunia Barat bukan ke Timur.
Secara drastis mereka mengambil alih Hukum Eropa. Pada tahun 1926 Hukum Swiss
ditetapkan sebagai pengganti Syari‘ah termasuk hukum keluarga; monogami ditetapkan
sebagai pengganti poligami, dan perceraian atas ketetapan hakim, berdasarkan
alasan-alasan tertentu yang sama bagi suami atau isteri yang berperkara diterapkan
sebagai pengganti talak yang dijatuhkan secara sepihak oleh pihak suami atau yang
dijatuhkan atas kesepakatan kedua suami isteri yang bersangkutan.
Lebih dari itu sekularisasi di Turki bukan saja dalam bidang institusi, tetapi juga dalam
bidang kebudayaan. Pada tahun 1924 jabatan khalifah dihilangkan, jabatan syaikhul
Islam dihapuskan, dan kemudian disusul dengan penghapusan mahkamah-mahkamah
Islam. Dengan kata lain yurisdiksi peradilan agama dibatasi. Turki adalah bekas jantung
tempat salah satu kekhalifahan terbesar Islam, yakni Turki Usmani.
Oleh karena itu keter ikatan bangsa Turki dengan Islam berlangsung sangat kuat sebab
mereka bangsa terkemuka di dunia Islam selama _di Negara masing-masing pada
dasarnya pencatatan dilakukan segera setelah selesai akad nikah, kecuali Kelantan yang
menetapkan tujuh hari setelah akad nikah dan pencatatan tersebut disaksikan oleh wali
dan dua orang saksi dan pendaftar.
Sebagaimana dalam UU Pulau Pinang Pasal 22 Ayat 1 dinyatakan bahwa setelah akad
nikah dilakukan, Pendaftar hendaklah mencatat butir-butir yang ditetapkan dan ta‘liq
yang ditetapkan atau ta‘liq lain bagi perkawinan dalam daftar perkawinan. Kedua; Orang
asli Malaysia yang melakukan per kawinan di kedutaan Malaysia yang ada diluar negeri.
Untuk kasus ini proses pencatatan secara prinsip sama dengan proses orang Malaysia
yang melakukan per kawinan di negaranya. Perbedaanya adalah hanya pada petugas
pendaftar, yakni bukan oleh pendactar asli yang angkat di Malaysia, tetapi pendaftar
yang diangkat di kedutaan atau konsul Malaysia di Negara yang ber sangkutan.
Sebagimana dalam UU Pulau Pinang Pasal 24 Ayat 1 dinyatakan: (1) Tertakluk kepada
subsyksen (2) Perkahwinan boleh diakadkan mengikuti hukum syara oleh pendaftar
yang dilantik dibawah seksyen. Ketiga; Orang Malaysia yang tinggal di luar negeri dan
melakukan perkawinan tidak di kedutaan atau konsul Malaysia yang ada di Negara
bersangkutan.
Proses untuk kasus ini adalah bahwa pria yang melakukan perkawinan dalam masa
enam bulan setelah akad nikah, mendaftarkan kepada pendaftar yang diagkat oleh
kedutaan dan konsul terdekat. Apabila yang bersangkutan pulang ke Malaysia sebelum
habis masa enam bulan maka boleh juga men daftar di Malaysia. Ketentuan ini
berdasarkan UU
76 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 69
Serawak pasal 29 ayat 1, UU Kelantan dan UU Negara sembilan.
b. Pembatasan Usia Perkawinan Dalam peraturan perundang-undangan Malaysia
membatasi usia perkawinan minimal 16 tahun bagi mem pelai perempuan dan 18 tahun
bagi mempelai laki-laki.
Ketentuan ini berdasarkan UU Malaysia yang berbunyi: Had umur perkahwinan yang
dibenarkan bagi perempuan tidak kurang dari 16 tahun dan laki-laki tidak kurang
daripada 18 tahun. Sekiranya salah seorang atau ke dua-dua pasangan yang hendak
berkahwin berumur kurang daripada had umur yang diterapkan, maka perlu
mendapatkan kebenaran hakim syariah terlebih dahulu. c. Perceraian Adapun alasan
perceraian dalam undang-undang keluarga di Malaysia adalah sama dengan alasan ter
jadinya fasakh.
Sebagaimana dalam UU Perak dan UU Pahang disebutkan ada lima alasan yang
menyebabkan terjadinya perceraian, yaitu: suami gila atau mengidap penyakit kusta,
suami impotent, izin atau persetujuan perkawinan dari istri tidak sah, mungkin karena
paksaan, pada saat perkawinan istri sakit jiwa, atau alasan-alasan yang sah untuk fasakh
menurut syari‘ah.
Sementara yang berlaku di Negarasembilan, Per sekutuan Pulau Pinang dan Selangor,
tercatat beberapa alasan yang sama seperti di Perak dan Pahang tetapi ada beberapa
tambahan, yaitu: Tidak diketahui tempat tinggal suami selama satu tahun. Suami tidak
memberi nafkah selama tiga bulan. _Sebagai sebuah negara pengganti yang tercipta
dari reruntuhan Kesultanan Usmaniyah pasca Perang Dunia I, Turki menjadi negara
sekular pertama di Dunia Muslim.
Pem batalan syariat dan pengambilan sebuah sistem hukum sekular berdasarkan
aturan–aturan hukum Barat, serta pendeklarasian sebuah republik sekular pada 1928,
merupakan penyimpangan radikal dari tradisi.84 Sebelum lahirnya kebijakan legislasi
undang-undang, yang dikodifikasi secara eklektikal, mazhab Hanafi merupakan mazhab
utama yang mendasari kehidupan keberagamaan tradisional Turki hingga tahun 1926.
Adalah Undang-Undang Sipil Islam yang dikenal dengan Majallat al-Ahkam al-‗Adliyyah,
sebagian materinya didasarkan pada mazhab Hanafi yang telah dipersiapkan di Turki
sejak tahun 1876, sekalipun belum memuat hukum keluarga dan hukum waris di
dalamnya. Hukum mengenai perkawinan dan perceraian sebagian dibuat pada tahun
1915 dan dikodifikasi pada tahun 1917.
Revolusi politik di negara tersebut menyebabkan kehancuran Dinasti Ottoman sekaligus
menghapus kekhalifahannya. Baik UU Sipil Islam 1876, berbagai hukum keluarga yang
diberlakukan pada tahun 1915 dan tahun 1917, maupun hukum waris mazhab Hanafi
non-kodifikasi, semuanya diganti oleh UU Sipil baru yang komprehensif yang
diberlakukan pada tahun 1926.85 Turki mengadopsi Hukum Sipil Swiss, yang
disesuaikan dengan kondisi Turki, menggantikan hukum syariat pada 17 Januari 1926
sehingga memisahkan para ulama dari sumber pengaruh tradisional mereka.
Kemudian, pada April 1928, Majelis memutuskan untuk menghilangkan kalimat ―Agama
negara Turki adalah Islam― dari Pasal 2 konstitusi negara menuntaskan penyingkiran
Islam. Lihat Feroz Ahmad, ―Turkey‖ dalam John L. Esposito (Ed.), The Oxford
Encyclopaedia of the Modern Islamic World, jld IV, (Oxford: Oxford University Press,
1991).
Tahir Mahmood, Family Law Reform in the Muslim World, (Bombay: N.M. Tripathi PVT.
LTD., 1972), hlm.15.
70 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 75
1976 sebagaimana disebutkan: ―Jika salah satu pihak kepada suatu perkahwinan telah
masuk Islam, pihak yang satu tidak masuk Islam boleh untuk perceraian.
Dengan syarat bahwa tiada suatu permohonan di bawah syeksen boleh diserahkan
sebelum tamat tempo tiga bulan dari tarikh masuk Islam itu‖. D. Pembaharuan Hukum
Keluarga di Turki Pendahuluan Secara geografis, Republik Turki (Turkiye Cumhuriyeti)
yang didirikan pada 29 Oktober 1923 ini terletak di kawasan Asia Kecil (97%) dan Eropa
Tenggara. Di bagian barat ber batasan dengan Laut Aegean dan Yunani, dan di bagian
Barat Laut berbatasan dengan wilayah Bulgaria.
Di utara berbatasan dengan Laut Hitam. Di bagian Timur Laut berbatasan dengan
Georgia, di bagian timur berbatasan dengan Armenia, dan di bagian tenggara
berbatasan dengan Iran dan Irak. Sedangkan di selatan berbatasan dengan Syria dan
Laut Tengah. Luas wilayah Turki meliputi 755.693 km2 di Asia Kecil (semenanjung
Anatolia) dan 23.763 km2 di Eropa Tenggara, sehingga luas keseluruhan Turki adalah
779.456 km2. Berdasarkan sensus 21 Oktober 1990, populasi pen duduknya mencapai
56.473,035 jiwa yang menempati wilayah seluas 779, 456 km2.
Mayoritas penduduk Turki adalah Muslim, sebagian besar beraliran Sunni, namun
diperkirakan di sana juga terdapat sekitar 10 hingga 20 juta Muslim Syi‘ah. Sedangkan
sisanya adalah Yahudi, Ortodok Yunani, Ortodok Armenia, dan Kristen Assyria.83 83
David Waldner, ―Turkey‖, dalam Reeva S. Simon, Philip Mattar, Richard W. Bul-liet (Ed.s),
Encyclopedia of the Modern Middle East, vol.4, (New York: Simon & Schuster Macmillan,
1996).
_Suami dipenjara selama tiga tahun atau lebih. Suami tidak memberikan nafkah batin
selama satu tahun. Isteri dinikahkan bapak sebelum berumur enam belas tahun menolak
perkawinan tersebut dan belum disetubuhi suami. Suami menganiaya isteri. Dari
beberapa alasan tersebut diatas ada tiga hal yang perlu dperhatikan.
Pertama, meskipun semua undang-undang menjadikan unsur gila sebagai alasan
perceraian, namun Undang-undang Negeri sembilan, Pulau Pinang, Selangor dan
Serawak mensyaratkan sakitnya minimal 2 tahun. Sementara UU Kelantan, Pahang, Perak
tidak mensyaratkan batas minimal. Kedua, semua undang-undang mencantumkan
alasan-alasan lain untuk fasakh.
Ketiga, Undang-undang kelantan, Negeri sembilan, persekutuan Pulau Pinang, Selangor
dan Serawak mencantumkan perkawinan paksa sebagai salah satu alasan perceraian. d.
Poligami Undang-undang Perkawinan di Malaysia juga mengatur tentang boleh atau
tidaknya seorang laki-laki melakukan poligami. Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi
seseorang yang hendak melakukan poligami adalah adanya izin tertulis dari Hakim,
ketentuan ini hampir tercantum di semua undang-undang perkawinan Negara bagian.
Namun demikian ada beberapa berbedaan yang secara garis besar dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu: Pertama, yang merupakan kelompok mayoritas (UU Negeri Sembilan
Pasal 23 ayat 1, UU Pulau Pinang
74 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 71
Pasal 23 ayat 1, UU Selangor pasal 23 ayat 1, UU Pahang Pasal 23 ayat 1, UU Wilayah
Persekutuan Pasal 21 ayat 1, UU Perak Pasal 21 ayat1 dalam pasal-pasal tersebut
dinyatakanbahwa seorang laki-laki tidak boleh menikah dengan seorang lain dalam
keadaan masih beristri kecuali dengan terlebih dahulu mendapatkan izin secara tertulis
dari hakim syari‘ah, dan jika dia perkawinan terjadi tanpa izin tersebut maka perkawinan
itu tidak boleh didaftarkan ke Enakmen.
Dalam UU Perak pasal 21 ayat 1 ada tambahan kalimat: ―mendapat pengesahan lebih
dahulu dari Hakim bahwa ia akan berlaku adil terhadap isteri-isterinya‖. Kedua, Poligami
tanpa adanya izin dari pengadilan boleh didaftarkan dengan syarat lebih dahulu
membayar denda atau menjalani hukuman yang telah ditentukan. Ketentuan ini berlaku
di Negara-negara seperti Serawak dan Kelantan. Pertimbangan pengadilan memberi izin
atau tidak dilihat dari pihak isteri dan suami.
Adapun beberapa alasan yang dapat dikemukakan suami di antara nya karena
kemandulan, udzur jasmani, tidak layak dari segi jasmani untuk bersetubuh, isteri gila.
Sedangkan beberapa alasan yang dapat dikemukakan suami diantara nya, kemampuan
secara ekonomi, berusaha untuk bisa berbuat adil, perkawinan yang dilakukan tidak
mem bahayakan agama, nyawa, badan, akal, atau harta benda isteri yang lebih dahulu
dinikahi.
Ketentuan Pidana dalam UU Perkawinan Ketentuan piadana UU Perkawinan di Malaysia
secara tegas diatur dalam perundang-undangannya, seperti dalam beberapa masalah
seperti berikut: _Poligami Suami yang melakukan poligami tidak sesuai dengan aturan
perundang-undangan yang ditetapkan, secara umum dapat dikenakan hukuman berupa
hukuman denda maksimal seribu ringgit atau kurungan mak simal 6 bulan atau
kedua-duanya sekaligus.
Demikian juga bagi suami yang tidak mampu berlaku adil terhadap isteri-isterinya dapat
digolongkan sebagai orang yang melanggar hukum dapat dikenakan sangsi hukuman
denda maksimal seribu ringgit atau kurungan maksimal 6 bulan atau kedua-duanya.
Pencatatan Perkawinan Bagi orang yang melakukan perkawinan di luar Malaysia dan
tidak sesuai dengan aturan yang ada adalah perbuatan melanggar hukum maka dapat
dihukum dengan membayar denda sebesar seribu ringgit atau penjara maksimal 6
bulan atau kedua-duanya.
Perceraian Bagi orang yang malanggar peraturan tentang per ceraian, baik suami atau
isteri, misalnya melakukan perceraian di luar pengadilan dan tidak mendapatkan
pengesahan atau pengakuan dari pengadilan, atau membuat surat pengakuan palsu
bias dihukum dengan hukuman denda sebesar seribu ringgit atau penjara maksimal
enam bulan atau kedua-duanya.
Perkawinan Beda Agama Larangan perkawinan beda Agama di Malaysia di dasarkan
pada ketentuan yang termuat dalam seksyen 51 Akta pembaharuan UU (Perkawinan dan
Perceraian)
72 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 73
Adalah Richard C. Martin seorang ahli studi keislaman dari Arizona University dalam
bukunya Approaches to Islam in Religious Studies116 dan Muhammad Arkoun dari
Sorbonne Paris dalam bukunya Tarikhiyyat al-Fikr al-‗Araby al-Islamy serta Nasr Hamid
Abu Zayd dari Mesir dalam bukunya Naqd al-Khitab al-Diny dengan tegas ingin
membuka kemungkinan interaksi antara tradisi berpikir keilmuan dalam Islam dengan
tradisi ber pikir keilmuan dalam religious studies kontemporer yang telah
memanfaatkan teori dan metodologi yang digunakan oleh ilmu-ilmu sosial dan
humanities yang berkembang sekitar abad ke-18 dan 19.
Interaksi kedua tradisi pola pikir keilmuan tersebut kemudian menghasilkan sebuah
kerangka teori, metode dan epistemologi yang baru yang berbeda dengan sebelumnya.
Kerangka teori yang digunakan Fazlur Rahman misalnya, menganggap bahwa tidak lagi
cukup memadai untuk menggunakan teori fikih, usul fikih yang ada yaitu ―qath‘iyyat‖
dan ―zanniyat‖. Rahman kemudian memodifikasikannya dalam formula ―ideal moral‖
al-Qur‘an dan ―legal spesifik‖ fikih dan syari‘at.117 Selanjutnya Rahman menawarkan
teori double movement (gerak ganda) dalam menafsirkan ayat al-Qur‘an sebagai basis
dalam membangun ushul fikih.
Teori ini mengajarkan akan perlunya pembacaan serius tentang hubungan timbal balik
antara wahyu ketuhanan (divine revelation) yang suci dan sejarah kemanusiaan (human
history) yang profane. Pendekatan hermeneutika al-Qur‘an yang dibangun Rahman
merupakan respon terhadap model penafsiran dilihat pada oleh Charles Kurzman (ed.),
Liberal Islam: A Sourcebook (New York: Oxford University Press, 1988). Richard C. Martin
(ed.), Approaches to Islam in Religious Studies (Tucson: The University of Arizona Press,
1985), hlm. 1-18.
Fazlur Rahman, Islam dan Modernity: Transformation of an Intellectual Tradi-tion
(Chicago: The University of Chicago Press, 1982), hlm. 13-42. _ 1950 sampai dengan
sekarang.94 Periode Kemalis bermula dari tahun 1921 dengan The Law Fundamental
Organization yang menegaskan pemerintahan bangsa Turki. Perang ke merdekaan pada
tahun 1919 di bawah pimpinan Mustafa Kemal bertujuan menciptakan sebuah negara
nasional di Turki.
Sekalipun Mustafa Kemal pada mulanya mendasarkan perjuangannya pada Islam, tetapi
tujuannya di samping mengusir imperialisme Barat juga membangun negara sekuler
yang modern, bukan untuk membangun kembali imperium Islam. Agama dan kultur
Islam tidak ditolak, tetapi dasar negara baru dari ―people of Turki‖ adalah kesadaran
nasional dan kedaulatan nasional.95 Kebijakan rezim Kemalis yang paling penting
adalah revolusi kultural.
Semenjak diangkat sebagai presiden seumur hidup pada tahun 1923 hingga
meninggalnya pada tahun 1938, Mustafa Kemal melakukan serangkaian pembaharuan
yang bersifat sekuler yang secara tuntas menciptakan negara bercirikan pemisahan
agama dan negara. Mustafa Kemal berusaha memasukkan massa ke dalam framework
ideologis dan kultural rezim republik, merenggangkan keterikatan mereka dengan Islam
dan mengarahkan mereka kepada pola hidup Barat yang sekular. Kesultanan
dihapuskan pada tahun 1922. Dua tahun kemudian (1924) khilafah juga dihapuskan oleh
Majlis Nasional Turki.
Pada tahun yang sama Syaikh al-Islam beserta Departemen Urusan Agama dan Waqaf
dihilangkan. Pada bulan April tahun yang sama sistem Mahkamah Syari‘ah dihapuskan
dan digantikan oleh sistem hukum Swiss dan Italia. Tujuan akhir orientasi program Ira M.
Lapidus, A History of Islamic Societies, (Cambridge: Cambridge Uni-versity Press, 1988),
hlm. 88. John L.
Esposito, Islam and Politics (Syracuse: Syracuse University Press, 1987), second edition,
hlm. 95.
96 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 81
Kemal dirumuskan dalam amandemen konstitusional pada tahun 1928 dengan
menghapuskan kalimat ―Agama resmi dalam negara Turki adalah Islam‖.
Selanjutnya konstitusi menyebutkan bahwa Republik Turki adalah negara sekuler.96
Usaha sekulerisasi itu bertujuan menggantikan Islam Arab yang dianggap konservatif
dan merosot dan lebih berorientasi masa lalu daripada masa kini dengan Islam Turki
yang modern. Pembaharuan dimulai dengan mewajibkan penggunaan bahasa Turki
sebagai bahasa agama menggantikan bahasa Arab.
Penyalinan al-Qur‘an ke dalam bahasa Turki dilakukan secara besar-besaran dan
digunakan dalam setiap kegiatan keagamaan. Bahasa Turki menggantikan bahasa Arab
bagi muazzin dan dalam khutbah jum‘at.97 Watak yang radikal dari perombakan itu
tercermin dalam hukum baru tentang wanita dan keluarga. Praktek poligami yang
berlaku sepanjang tradisi dan diizinkan dihapuskan.
Hak unilateral pihak suami untuk menceraikan isterinya dibatasi secara radikal dengan
ketentuan bahwa seluruh perceraian harus melalui lembaga peradilan. Wanita
memperoleh hak suara dalam pemilihan umum beserta hak penuh untuk menduduki
jabatan-jabatan pemerintahan. Selanjutnya kaum wanita diberikan kesempatan yang
luas untuk memperoleh pendidikan dan menjalankan berbagai profesi.98 Selama
beberapa hari setelah kemerdekaan, penguasa kesultanan Turki tetap mempertahankan
hukum dan per undang-undangannya yang berdasarkan syari‘ah Islam madzhab Hanafi.
Kemudian pada abad ke-19 pemerintah Ibid., hlm. 134. Pembahasan panjang lebar
tentang sekularisme di Turki lengkap dengan penilaian dan komentar lihat A.
Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern (Ja-karta: Djambatan, 1994). Ibid.
Bandingkan dengan Ira M. Lapidus, op.cit., hlm. 91. _yang disampaikan oleh kedua tokoh
tersebut tergambar adanya keinginan memberi warna atau nilai agamis pada
pengetahuan. Gagasan Islamisasi pengetahuan sampai sekarang masih me rupakan
gagasan dasar dan cenderung kontroversial yang me merlukan waktu yang panjang
untuk mencapai kesepakatan tentang apa yang dikehendaki dengan ―sains yang Islami‖.
Ketiga solusi alternatif di atas masing-masing mengandung karakter yang berbeda.
Rekayasa peradaban Islam cenderung eksklusif, sedangkan spiritualisme Nasr dan
Islamisasi ilmu pe ngetahuan cenderung moderat dengan memadukan antara ilmu
pengetahuan dengan nilai-nilai Islam. Adapun persamaan ketiga gagasan tersebut
adalah posisinya yang sama-sama menjadikan krisis peradaban modern sebagai
orientasi nilai-nilai Islam.
Berbeda dengan kelompok modernis di atas, para pemikir kontemporer lebih menyoroti
secara tajam kepada paradigma keilmuan Islam, khususnya paradigma keilmuan Fikih.
Fikih dan implikasinya pada pranata sosial dalam Islam dianggapnya terlalu kaku
sehingga kurang responsif terhadap tantangan dan tuntutan perkembangan zaman,
khususnya dalam hal-hal yang terkait dengan persoalan hak asasi manusia, hukum
publik, wanita dan pandangan tentang non-Muslim.
Meskipun pintu ijtihad telah dibuka, tetapi tetap saja bidang ilmu-ilmu keislaman,
khususnya ilmu Syari‘ah atau Fikih tidak dan belum berani mendekati apalagi
memasukinya. Tegasnya, ilmu-ilmu Fikih yang berimplikasi pada tatanan pranata sosial
dalam masyarakat Muslim belum berani dan selalu menahan diri untuk berinteraksi dan
berdialog langsung dengan ilmu-ilmu lain, seperti sosiologi, antropologi, psikologi,
filsafat, fisika dan sebagainya.115 Lihat juga Naquib al-Attas, Islam dan Sekularisme
(Bandung: Pustaka, 1986).
Kegelisahan akademik para pemikir Muslim kontemporer ini sebagian dapat
82 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 95
Bersama-sama dengan Hossen Nasr, Sardar menilai bahwa peradaban Barat telah
menghancurkan dan melepaskan nilai-nilai sakral dan spiritual Islam. Kemajuan
teknologi yang tidak terkendali telah menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan
peradaban manusia, karena kehidupan modern Barat telah kehilangan visi transendental
(ilahiyah). Dalam hal ini Nasr memilih spiritualisme sebagai solusi alternatif upaya
pembebasan manusia modern.
Nasr sangat optimis dengan solusi sufistik ini. Menurutnya sufisme akan memuaskan
manusia modern dalam pencarian Tuhan.112 Ketika masyarakat modern Barat hampir
bosan dengan tradisi teknologi yang kering dan mereka tidak menemukan pemuasnya
dalam ajaran Kristen dan Budha, maka upaya memperkenalkan sufisme Islam kian
mendesak.113 Dalam konteks Islam, menurutnya, spiritualitas mengandung beberapa
dimensi seperti tercermin dalam istilah ruh dan sikap batin.
Inilah yang membedakannya dengan spiritual dalam konteks Barat yang dipahami
sekedar sebagai fenomena psikologis. Menurutnya, krisis peradaban Barat modern ber
sumber dari penolakan ruh dan pengingkaran maknawiyah dalam kehidupan. Manusia
Barat membebaskan diri dari Tuhan dan mereka menjadi tuan bagi mereka sendiri
sehingga terputus dari spiritualitasnya (desakralisasi).
Alam hanya difungsikan sebagai obyek dan sumber daya untuk dieksploitasi semaksimal
mungkin. Fenomena inilah yang dianggap paling penting oleh Nasr untuk dicarikan
solusinya melalui spiritualisme Islam. Solusi lainnya yang dikembangkan oleh sejumlah
pemikir modernis adalah Islamisasi ilmu pengetahuan yang pertama kali disuarakan oleh
Ismail Raji al-Faruqi dan Naquib al-Attas.114 Dari dua konsep Syed Hossein Nasr, Man
and Nature (London: 1976), hlm. xi. Ibid., hlm. 47.
Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Bandung: Pustaka, 1984); _ merasakan
perlunya sistematisasi dan kodifikasi hukum akibat kondisi sosial masyarakat yang
berubah. Pada tahun 1839 sebuah keputusan pemerintah ―Hatt-i-Sharif‖ memberikan
landasan untuk sebuah rezim pemerintahan modern. Undang-Undang Pidana dan
Perdagangan yang baru diundangkan oleh dewan legislatif secara berturut-turut pada
tahun 1850 dan tahun 1858.
Sistem peradilan disekularkan dan peradilan non agamis dibentuk guna mengurusi
bermacam-macam persoalan hukum. Pada tahun 1876 diundangkan sebuah
undang-undang pidana baru dengan nama Majallah al-Ahkam al-Adliyah.
Undang-udang yang berdasarkan sebagian pada ketentuan-ketentuan berbagai
madzhab hukum Islam dan sebagian pada materi-materi hukum Barat ini adalah
undang-undang pidana modern pertama di dunia Islam. Undang-undang ini tidak
mengatur tentang hukum keluarga dan waris yang seluruhnya belum terkodifikasikan
dan belum diperbaharui.99 Pada tahun 1915 hukum perkawinan yang bermadzhab
Hanafi yang masih berlaku diperbaharui oleh dua keputusan pemerintah tentang
hak-hak perempuan untuk mengajukan fasakh. Ketentuan di dalamnya diambil dari
madzhab Hanbali dan dari pendapat-pendapat yang kurang terkenal dari madzhab
Hanafi.
Prinsip takhayyur diperkenalkan dalam hukum keluarga. Di bawah dua keputusan tahun
1915 itu perempuan dapat mengajukan fasakh dengan dua alasan, yaitu pertama suami
tidak bertanggung jawab dan kedua suami menderita penyakit yang berbahaya.100
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries: History, Text and Com-parative
Analysis, (New Delhi: Academy of Law and Religion, 1987), hlm. 263-264. Ibid.
Lihat juga Tahir Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World (Bombay: N.M.
Tripathi PVT. LTD., 1972), hlm. 16.
94 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 83
Dua tahun kemudian sebuah undang-undang perkawinan yang telah dikodifikasikan
dengan nama ―Qanun-i Qarar Huquq al-A‘ilah al-Uthmaniyah‖ (Undang-Undang
Hak-Hak Keluarga Turki 1917) diundangkan oleh pemerintah.
Undang-undang yang berisi 156 pasal ini juga hanya mengatur tentang hukum
perkawinan dan perceraian tanpa mengatur tentang waris. Ketentuan-ketentuannya
diambil dari ber bagai madzhab hukum Islam (takhayyur). Pengundangan
undang-undang ini merupakan sebuah prestasi besar dalam hal kodifikasi dan
pembaharuan hukum keluarga di dunia Islam.
Meskipun demikian, undang-undang ini dicabut berlakunya di Turki pada tahun 1919.
Pada tahun 1923 sebuah komisi pembaharuan hukum dibentuk di Turki guna menyusun
sebuah draft hukum perdata dan pidana baru yang komprehensif dan berdasarkan pada
sumber-sumber hukum Islam. Namun sebelum komisi ini berhasil menyusun draft,
khalifah Islam dihapuskan dan Turki memproklamirkan diri sebagai negara republik.
Di bawah pemerintahan Mustafa Kamal Pasha, Turki mengalami perubahan total. Pada
tahun 1924 sebuah konstitusi nasional yang baru diberlakukan disertai dengan adopsi
sistem hukum dan peradilan Barat.101 Pada tahun 1926 undang-undang pidana dan
perdata yang baru diundangkan di Turki.Undang-undang pidana itu diambil dari
Undang-Undang Kriminal Italia 1889, sedangkan undang-undang perdata diambil dari
undang-undang Swiss 1912.
Adopsi terhadap undang-undang perdata asing itu menandakan keputusasaan Mustafa
Kamal Pasha terhadap Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries: History, Text
and Com-parative Analysis, (New Delhi: Academy of Law and Religion, 1987), hlm. 265.
Tahir Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World (Bombay: N.M. Tripathi PVT.
LTD., 1972), hlm. 17.
_emansipasi wanita merupakan fenomena lain sebagai akibat dari meningkatnya
kesadaran akan hak asasi manusia yang telah dimulai sejak periode sebelumnya.
Globalisasi zaman modern dalam wujud interaksi sosial antar kebudayaan
bangsa-bangsa semakin mempercepat laju perubahan sosial. Perubahan sosial ini selain
menciptakan kesenjangan antara nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru, juga
menciptakan kesenjangan antara hukum Islam yang telah dianggap mapan (Fikih)
dengan kenyataan sosial yang terus mengalami perubahan.
Semua ini merupakan permasalahan baru ditambah dengan masalah lama yang belum
terselesaikan oleh modernisme klasik yang menuntut kerja pikir modernis-modernis
kontemporer. Ide-ide kreatif yang dimunculkan oleh kebanyakan modernis kontemporer
pada umumnya tidak jauh berbeda dengan pe mikiran modernis klasik. Mereka
mencarikan konsep-konsep baru dalam bidang-bidang tertentu secara lebih sistematis.
Adalah Ziauddin Sardar, pakar fisika Pakistan, bersama dengan Ali Syari‘ati (1933-1977),
seorang intelektual sosial Iran, mencoba menampilkan ide pembaharuan peradaban
yang Islami atau dikenal dengan Islamisasi peradaban. Keduanya menolak alih teknologi
Barat karena teknologi yang dipinjam dari Barat selalu tidak cocok dengan masyarakat
Muslim.
Alih teknologi tidak hanya menyebabkan ketergantungan dunia Islam kepada Barat,
melainkan juga merusak kebudayaan dan lingkungan Muslim.111 Solusi yang
disampaikan Sardar adalah membangun kerangka pengetahuan kini dan membangun
teknologi yang mencerminkan norma-norma budaya Islam dalam aspek sejarah,
ekonomi, pendidikan dan pemerintahan. Ziauddin Sardar, ―Teknologi dan Kemandirian
Domestik: Sebuah Alternatif Islam‖, dalam Ulumul Qur‘an No.
8 1991; Ali Syari‘ati, Membangun Masa Depan Islam (Bandung: Mizan, 1988), hlm. 59.
84 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 93
change‖ justru sering menjadi penghalang. Sekadar contoh adalah kasus Ali Abd
al-Raziq yang mengalami serangan dari ulama-ulama al-Azhar. Baru pada perempat
pertama abad ke-20 muncul pemikiran filsafat yang dipelopori oleh Muhammad Iqbal
(1876-1938 M.)
dengan karyanya The Reconstruction of Religious Thought in Islam. Dengan demikian
modernisme intelektual pada periode klasik banyak diwarnai oleh semangat rasional
dan adopsi pengetahuhan Barat guna mencari solusi bagi kemacetan intelektual
masyarakat Muslim.
Pada sekitar pertengahan abad ke-20 di mana negeri-negeri Muslim memperoleh
kedaulatan politiknya (sekitar tahun 1945-1963) terjadi peralihan nuansa modernisme
dari periode klasik kepada periode modern. Periode ini ditandai dengan beberapa
situasi baru yang sebagian merupakan produk atau konsekuensi logis dari modernisasi
klasik. Kemerdekaan dan kedaulatan politik sendiri mengandung makna perubahan
yang sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Rakyat dari negara-negara muslim yang merdeka atau melalui penguasanya
berkesempatan menetapkan langkah-langkah kebijakan yang akan ditempuh, baik
dalam hal kebijakan ideologis, politis, pendidikan, ekonomi, hukum, dan lain-lain.
Sehingga dalam jangka waktu yang singkat telah menghasilkan perubahan yang besar.
Program pembangunan pada umumnya lebih ditujukan secara eksklusif untuk kemajuan
ekonomi atau materiil, yang pada akhirnya menjadikan nilai-nilai moral merosot tajam.
Alih teknologi Barat juga turut menciptakan kesenjangan nilai-nilai lama dengan
nilai-nilai baru yang menyertai alih teknologi tersebut. Pembangunan sebagai ekspansi
ekonomi dan alih teknologi menciptakan pola kehidupan yang materialistis. Tuntutan _
kegagalan para praktisi hukum Islam untuk menyusun sebuah undang-undang yang
berdasarkan hukum Syari‘ah.
Undang-undang perdata Turki itu mengatur tentang perkawinan, perceraian dan
hubungan keluarga di samping kontrak dan obligasi. Di dalamnya juga dimuat satu bab
(bab III) yang secara komprehensif mengatur tentang waris.102 Dengan berlakunya
undang-undang ini, maka ketentuan hukum keluarga dan waris sebelumnya yang
beradzhab Hanafi tidak berlaku lagi.
Bab III dari Undang-Undang Perdata Turki itu mem perkenalkan sebuah pola pembagian
waris yang seluruhnya baru yang diadopsi dari undang-Undang Perdata Swiss. Salah
satu ketentuan pokok yang menyimpang dari ketentuan dalam hukum Islam adalah
prinsip persamaan bagian waris antara laki-laki dan perempuan.103 Penerapan hukum
keluarga Turki dapat dilihat misalnya dalam kasus poligami.
Berdasarkan the Turkish Civil Code 1926, poligami sama sekali dilarang dan jika terjadi
maka perkawinan tersebut dinyatakan tidak sah. UU Turki tersebut melarang perkawinan
lebih dari satu selama perkawinan pertama masih berlangsung. Pasal 93 menegaskan
bahwa seorang tidak dapat menikah, jika dia tidak dapat membuktikan bahwa
perkawinan yang pertama bubar karena kematian, perceraian, atau pernyataan
pembatalan.
Kemudian dalam pasal 112 (1) dikemukakan bahwa perkawinan yang kedua dinyatakan
tidak sah oleh pengadilan atas dasar bahwa orang tersebut telah berumah tangga saat
menikah.104 Ibid. Tahir Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World (Bombay:
N.M. Tripathi PVT. LTD., 1972), hlm. 24. Ibid., hlm. 21.
92 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 85
Ketentuan di atas juga dipertegas dalam the Turkish Family (Marriage and Divorce) Law
of 1951. Dalam pasal 8 disebutkan:105 No person shall marry again unless he proves to
the satisfaction of the Court that the former marriage has been declared invalid or void
or has been dissolved by divorce or the death of the other party.‖
Selanjutnya dalam pasal 19 (a) dinyatakan: ―A marriage shal be declared invalid where:
a) the date of the marriage one of parties is already married. Meskipun Turki tidak
secara eksplisit menyebutkan bentuk sanksinya, namun secara implisit UU Turki mene
gaskan bahwa perkawinan poligami adalah tidak sah dan akan dikenai ancaman
hukuman (penalty).106 Ketentuan ini selangkah lebih tegas daripada aturan poligami
sebelumnya yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Hak-hak Keluarga (The
Ottoman of Family Rights) di mana disebutkan bahwa seorang suami boleh berpoligami
dengan syarat harus dpaat berlaku adil terhadap para istrinya.
Namun, pada saat yang sama, undang-undang juga mem berikan hak kepada istri untuk
membuat taklik talaq pada waktu akad nikah yang menyatakan bahwa suaminya tidak
boleh menikah lagi. Kalau suami melanggar item taklik talaq tersebut, maka istri berhak
mengajukan cerai. Dari ketentuan poligami ini tampak jelas bahwa hukum positif yang
berlaku di Turki telah mencitrakan deviasi yang signifikan dari ketentuan mazhab Hanafi
bahkan hukum Islam (konvensional) dari berbagai mazhab yang ada.
Ketidakabsahan poligami merupakan hal baru yang belum Tahir Mahmood, Personal
Law in Islamic Countries: History, Text and Com-parative Analysis, (New Delhi: Academy
of Law and Religion, 1987), hlm. 263-267. Ibid., hlm 267. _secara umum. Selanjutnya
menjadi tugas Muhammad Abduh (1261-1323 H./1845-1905 M.) di Mesir dan Sayyid
Ahmad Khan (1232-1316 H./1817-1898 M.)
di India untuk membuktikan pernyataan al-Afghani bahwa akal dan ilmu pengetahuan
tidak bertentangan dengan Islam. Muhammad Abduh dan Sayyid Ahmad Khan yang
sama-sama lahir dan dibesarkan dalam tradisi madrasah, dalam pembaharuannya
menitikberatkan kepada lembaga pendidikan sebagai basis penerapan rasionalisme dan
free will dalam Islam.
Muhammad Abduh memasukkan pengetahuan modern dalam kurikulum Al-Azhar
sedangkan Ahmad Khan mendirikan perguruan tinggi Aligarh yang sekuler.109 Sampai
pada akhir periode ini pembaharuan intelektual masih berupa upaya
sepotong-sepotong dan dalam kasus-kasus tertentu serta tidak sistematis. Semangat
ijtihad dan seruan reinterpretasi belum menampakkan bentuknya.
Satu hal yang menarik untuk digarisbawahi adalah bahwa sekalipun gerakan
modernisme intelektual ini menyerukan semangat rasionalisme, namun kenyataannya
mereka tidak mengembangkan warisan filsafat Islam, sehingga pembaharuan periode ini
cenderung lamban geraknya. Hal ini disebabkan tidak munculnya pemikiran filsafat
secara sistematis yang dijiwai sepenuhnya oleh al-Qur‘an, khususnya di kalangan
ortodoks.
Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam tidak mengalami perubahan kecuali
hanya pada segi penataan pengajarannya, tidak dalam semangat dan substansi
pengajaran.110 Oleh karena itu tidak mengherankan jika al-Azhar yang oleh Abduh
diharapkan sebagai ―agent of Fazlur Rahman, Islam and Modernity Transformation of an
Intellectual Tradi-tion (Chicago: Chicago university Press, 1982), hlm. 64-67. Ibid., hlm.
64.
86 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 91
mereka berhasil menghadapi tantangan tersebut dengan cara asimilasi-kreatif. Faktor
keberhasilan tersebut adalah di samping adanya dominasi politik Islam di mana praktis
Islam pada saat itu adalah penguasa politik terbesar dunia, juga faktor kondisi dan
situasi Islam waktu itu yang beum terbebani oleh tradisi agama yang semi-mati.
Hal ini berbeda dengan kondisi dan situasi Islam pada abad ke-17 M dan lebih khusus
pada akhir abad ke-18 M. Akibat kekalahan dan penyerahan politik, menjadikan ummat
Islam secara psikologis tidak mampu merumuskan kembali warisannya secara
konstruktif, sehingga upaya modernisasi yang berkembang pada saat itu terkesan
sekedar meminjam dan mengoper kemajuan peradaban Barat.
Bagaimanapun juga ummat Islam yang baru bangkit belum siap untuk membangun
modernisasi yang lebih besar dan mendasar. Untuk ke arah sana diperlukan proses yang
panjang dan waktu yang panjang. Kondisi obyektif masyarakat Islam yang mengalami ke
macetan tidak hanya di bidang lahiriyah tetapi juga di bidang intelektual, maka
dominasi politik dan teknologi penjajah Barat segera mendapat tanggapan dari
tokoh-tokoh modernis, sehingga ide-ide yang berkembang adalah modernisme
intelektual dan politik.
Untuk mengatasi kemacetan di bidang intelektual, semua pembaharu klasik
menekankan arti penting rasio (pikiran) dan paham rasionalisme, sekalipun dalam
tatanan yang berbeda-beda. Dimulai oleh Jamaluddin al-Afghani (1255-1315
H./839-1897 M.) yang menyerukan peningkatan standar moral dan intelektual untuk
menanggulanngi bahaya ekspansionisme Barat.
Walaupun ia sendiri tidak melakukan modernisasi intelektual, namun seruannya telah
menggugah masyarakat Muslim untk mengembangkan dan menyebarkan
disiplin-disiplin filosofis, dan dia hanya mengadakan sedikit upaya pembaharuan
pendidikan _ pernah diwacanakan oleh kalangan ulama klasik. Pembolehan poligami
oleh al-Qur‘an dalam kondisi tertentu telah dirubah oleh Muslim Turki.
Alasannya, sebagaimana dinyatakan oleh beberapa tokoh intelektual Turki, bahwa
legalisasi al-Qur‘an atas poligami merupakan ―sebuah perbaikan besar terhadap praktik
poligami tak terbatas pada masa Arab pra-Islam melalui cara monogami.‖ Perubahan
kondisi sosial dan ekonomi di Turki telah membuat kondisi qur‘ani poligami tidak dapat
direalisasikan.107 Tahir Mahmood, Family Law Reform in the Muslim World, (Bombay:
N.M. Tripathi PVT. LTD., 1972), hlm. 21.
90 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 87
BAB IV METODE PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA; SEBUAH ANALISIS KOMPARATIF
Dinamika Hukum Islam dalam Tantangan Modernitas Guna mengantarkan kepada
pemahaman terhadap upaya reformasii hukum keluarga di negara modern, penjelasan
tentang perkembangan modernisme akan sangat membantu.
Penelitian sejarah Islam pada umumnya menggarisbawahi bahwa gerakan modernisme
Islam timbul dari dampak penetrasi Barat sejak abad ke-17 M/12 H. Keunggulan militer
dan sains Barat menyadarkan akan keterbelakangan masyarakat Islam, lalu
menumbuhkan semangat kebangkitan Islam. Gambaran masyarakat Islam pada saat itu
ibarat sebuah masyarakat yang semi-mati yang menerima pukulan-pukulan destruktif
atau pengaruh-pengaruh Barat yang menekan.
Sebetulnya krisis intelektual dan benturan klutural semacam ini pernah dihadapi oleh
masyarkat Muslim pada abad ke-2 H/8 M sampai dengan abad ke-4 H/10 M. Mereka
pada saat itu dihadapkan pada tantangan intelektual ―Hellenis‖.108 Namun Hellenisme
adalah nama untuk kebudayaan, cita-cita dan cara hidup orang Yunani, sebagaimana
yang terjadi di Athena pada masa keemasan Pericles.
―Hellen‖ pada abad ke-4 SM dirubah dengan kebudayaan Yunani tetapi sekarang ini
setiap usaha menghidupkan kembali cita-cita Yunani, di zaman modern disebut
―Hellenisme‖. Lihat A.G. Pringgodigdo dkk., Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius,
1977), hlm. 402.
88 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 89
dan pemahaman al-Qur‘an yang akan dapat menggali Qur‘anic weltanschauung secara
seutuhnya.
Sesungguhnya teori Rahman ini sangat menjanjikan, namun demikian hingga meninggal
Rahman belum mampu menghasilkan metodologi hukum Islam yang operasional.
Sama-sama berangkat dari kritik terhadap konsep qath‘i dan zanni, al-Syatibi muncul
pada abad keempat dengan pendekatan maslahah yang dikembangkan dan melahirkan
konsep maqasid al-syari‘ah.
Kelemahan konsep qath‘I zanni, menurut al-Syatibi, adalah konsep tersebut membuka
kesempatan seorang ahli hukum untuk memilih teks dengan sewenang-wenang sesuai
dengan yang dikehendaki. Untuk itu al-Syatibi menganjurkan untuk menggunakan
metode penalaran induktif terhadap teks dan praktek. Metode induktif ini menghasilkan
sebuah prinsip bahwa hukum Islam didasarkan kemaslahatan bagi manusia.
Guna mempermudah cara kerja teori maqasidnya, al-Syatibi membangun tiga lingkaran
konsentris.118 Lingkaran paling dalam memuat hukum-hukum esensial yang berkaitan
dengan lima kepentingan pokok (maqasid al-khamsah).119 Lingkaran kedua meliputi
hukum dan praktek yang tidak secara langsung berhubungan dengan hukum,
melainkan diasimilasikan ke dalam syari‘ah dengan mempertimbangkan kemaslahatan
umum.
Lingkaran yang paling luar terdiri atas hukum-hukum yang diisi dengan praktek social
yang lebih halus seperti kesopanan, kebersihan dan norma budaya lainnya. Syari‘ah
mengadopsi unsur-unsur tersebut karena semua ini mencerminkan kepatutan dan
pilihan-pilihan budaya dalam suatu masyarakat. Muhammad Khalid Mas‘ud, ―Pencarian
Landasan Normatif Syari‘ah Para Ahli Hukum Muslim‖, dalam Dinamika Kontemporer
dalam Masyarakat Islam, (Jakarta: INIS, 2003), hlm. 9. Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul
al-Syari‘ah, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), hlm. 10.
Moh Khusen, M.A.
? 97
Selain mereka adalah Abdullahi Ahmed an-Na‘im yang mempertanyakan teori
nasikh-mansukh yang selama ini dipegangi para ulama usul fikih dengan mengajukan
tesis bahwa ayat-ayat Makkiyah yang lebih menekankan pada bobot nilai universal
kemanusiaan tidak dapat dihapus begitu saja oleh ayat-ayat Madaniyyah yang lebih
berorientasi kepada persoalan partikular- spesifik.120 Selanjutnya adalah Fatima
Mernissi, Riffat Hassan dan Amina Wadud Muhsin yang mempertanyakan keabsahan
hadis-hadis misoginik dengan menggunakan perangkat analisis gender121 yang jika
analisis mereka benar dan diterima secara luas oleh kalangan praktisi dalam masyarakat,
maka dampaknya akan luas sekali.
Deretan pemikir Muslim kontemporer berikutnya adalah Muhammad Syahrur. Dengan
menjadikan fakta empirik kehidupan modern sebagai sentral obyek gagasan, Syahrur
menjadikan al- Qur‘an sebagai sentral penelitian untuk membangun konsep- konsep
metodologis dan rumusan metodis interpretasi al-Qur‘an.
Pemahaman al-Qur‘an dengan konteks kemodernan merupakan tujuan yang hendak
disumbangkan oleh Syahrur melalui usaha keras dalam membangun konsep dan
merumuskan pemikirannya. Kemunculan Muhammad Syahrur memberikan harapan
baru dengan membawa metodologi yang lebih operasional daripada para
pendahulunya yang tersusun dalam Teori Batas (nazariyat al-hudud).
Teori ini menyatakan bahwa seluruh ayat-ayat hukum dalam al-Qur‘an mengandung
batasan aktifitas manusia, baik batas maksimal (al-hadd al-a‘la) maupun batas minimal
(al-hadd al-adna). Semua perbuatan hukum yang belum memenuhi batas minimal tidak
boleh dilakukan dan sebaliknya yang melebihi batas Abdullahi Ahmed al-Na‘im, op.cit.
Fatima Mernissi, Beyond the Veil: Male-Female Dynamics in the Modern Muslim Society
(Bloomingtoon: Indian University Press, 1987).
98 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim
maksimal harus dilarang. Ketika batasan minimal dan maksimal tersebut dilampaui maka
hukuman harus dijatuhkan sesuai kadar pelanggarannya. Di sini, manusia diberikan
ruang gerak secara kreatif dan dinamis di antara batas minmal dan maksimal yang telah
ditetapkan.
Teori ini terlihat lebih operasional dalam membangun ketentuan-ketentuan hukum
Islam.122 B. Metode Pembaharuan Hukum Keluarga Keinginan kuat umat Islam untuk
menerapkan syariat Islam adalah hal yang lumrah karena muncul dari pemahaman Islam
sebagai agama yang mereka yakini kebenarannya.
Secara sosiologis, sebagaimana disinyalir oleh Gibb, orang yang sudah beragama Islam
akan menerima otoritas hukum Islam sebagai ajaran yang harus ditaatinya.123 Dalam
perspektif global, kecenderungan untuk menjalankan ajaran agama menjadi mainstream
setelah berakhirnya perang dingin pada akhir 1980. Dengan berakhirnya perang dingin,
maka pudarlah ikatan-ikatan ideologis masyarakat sehingga mereka kembali pada
simpul-simpul primordial seperti agama.124 Kecenderungan serupa ternyata juga terjadi
di Negara secular sebesar Amerika Srikat yang mana, menurut Phillips, tengah menuju
kea rah Negara teokrasi, yakni Negara di mana agama (gereja) menjadi penguasanya.
Hal ini ditandai dengan tiga cirri dominan; pertama, presidan meyakini bahwa ia
berbicara atas nama Tuhan; kedua, menguatnya sayap kanan Kristen terhadap Gedung
Putih; dan ketiga, Gedung Putih mengambil kebijakan Muhammad Syahrur, al-Kitab wa
al-Qur‘an; Qira‘ah Mu‘asirah, (Damaskus: Dar Ahali, 1990), hlm. 447-449. H.A.R. Gibb,
Aliran-Aliran Modern dalam Islam, terjemahan oleh Machnun Husein, (Jakarta: Rajawali,
1992), hlm. 145.
Sudirman Tebba, Islam Pasca Orde Baru, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hlm. 64.
118 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 99
domestic dan luar negeri atas motivasi-motivasi keagamaan dan pandangan dunia
biblical (biblical worldview).125 Sebagaimana telah sedikit disinggung dalam
pendahuluan, dunia Islam mempunyai pengalaman yang sangat beragam mengenai
berbagai upaya yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi hukum-hukum
agamanya, mulai dari yang paling ‗ekstrim kiri‘ sampai yang ‗ekstrim kanan‘.126 ‗Ekstrim
kiri‘ yang dimaksud di sini adalah pola pembaharuan yang meleburkan sama sekali
hukum-hukum agama ke dalam hukum sekular, bahkan pada tingkat tertentu hukum
agama hampir hilang dan digantikan oleh hukum sekular.
Sedangkan yang dimaksud dengan ‗ekstrim kanan‘ adalah pola penerapan hukum Islam
secara rigid, apa adanya sebagaimana tertulis dalam teks keagamaan dan diterap kan
melalui pressure struktur keagamaan.127 An-Na‘im secara lebih rinci memetakan
teknik-teknik pembaharuan hukum Islam, terutama hukum keluarga dan waris di dunia
Islam ke dalam lima model.
Pertama, Takhshis al-Qadli (hak penguasa untuk memutuskan dan menguatkan
keputusan pengadilan), digunakan sebagai prosedur untuk membatasi penerapan
syari‘ah bagi umat Islam. Misalnya undang-undang Mesir tahun 1931 menolak prosedur
pengadilan untuk mengesahkan perkawinan yang belum cukup umur. Kedua, Kevin
Phillips, American Theocracy; The Peril and Politic of Radical Religion, Oil and Borrowed
Money in the 21st Century, (New York: Viking, 2006), hlm.
5. Marzuki Wahid & Rumadi, Fikih Madzhab Negara, Kritik Atas Politik Hukum Islam di
Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm. 89. M. Atho Mudzhar menambahkan satu kutub
lagi di antara dua kutub ini yaitu negara yang berusaha memberlakukan hukum Islam
tetapi setelah mengadakan pembaharuan di sana sini. Lihat M. Atho Mudzhar, Membaca
Gelombang Ijtihad, Antara Tradisi dan Liberasi (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998),
hlm.174-175.
Kategorisasi kedua kutub ekstrim dengan penjelasan seperti ini jelas belum teruji dan
adalah sangat tergantung pada selera penulisnya karena bisa jadi bagi pen-gamat di
luar justru terbalik, kubu yang seharusnya dinamai kanan sebenarnya adalah kiri dan
sebaliknya. _Fiqh Madzhab Salatiga; Menelusuri Pola Pembagian Waris oleh Umat Islam
Kota Salatiga, Penelitian Individual STAIN Salatiga, 2008.
‖From Shari‘a ‗Ayniyya to Shari‘a Hududiyya: Shahrour‘s Interpretation On Qur‘anic Legal
Verses‖, Paper presented in Workshop on International Scientific Paper Writing, DP2M
Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional Jakarta 6-9 September 2007. Theory of
Limits in Islamic Jurisprudence, Salatiga: STAIN Salatiga Press & Tiara Wacana, 2005.
―Contending Identity in the Islamic Ritual: the Slametan among Surinamese Javanese
Muslims in the Netherlands‖ (Artikel Jurnal Al-Jami‘ah Volume 43 Nomor 2 2005/1426).
―Sejarah Politik Hukum Islam di Indonesia (Analisis terhadap Teori Berlakunya Hukum
Islam)‖, Ijtihad, Nomor 1 Tahun VI / Januari - Juni 2006. ―Implikasi Konsep Baik dan
Buruk (al-Husn wa‘l-Qubh) dalam Maqashid al-Syari‘ah‖, Ijtihad, Nomor 2 Tahun
V/Juli-Desember 2005.
100 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 117
Pendidikan: S.Ag. Fakultas Syari‘ah Jurusan Peradilan Agama, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, 1998. M. Ag. Jurusan Hukum Islam Konsentrasi
Hukum Keluarga, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
M. A.
Islamic Studies Department of the Faculty of Theology and Arts, Leiden University the
Netherlands, 2005. Pengalaman Mengajar: Sebagai tenaga pengajar di STAIN Salatiga
sejak tahun 1999 hingga sekarang. Bertanggung jawab penuh atas pengelolaan kelas,
penyusunan syllabus, pelaksanaan ujian dan evaluasi akhir.
Mata kuliah yang diampu adalah Ushul Fiqh, Fiqh, Masail Fiqhiyah, Perbandingan
Hukum Keluarga Muslim, dan Penulisan Karya Ilmiah. Karya Ilmiah: Pertarungan
Identitas dan Pengalaman Diaspora dalam Ritual Slametan Komunitas Muslim Jawa
Suriname di Belanda, Paper dipresentasikan pada The 11th Annual Conference on
Islamic Studies di Bangka Belitung, 10-13 Oktober 2011.
Zakat Profesi PNS, Kesadaran atau Paksaan?; Menelusuri Potensi dan Pelaksanaan Zakat
Profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Kota Salatiga, Penelitian Individual STAIN Salatiga,
2010. ―Apostasy in Indonesian Islamic Courts‖, paper presented in the International
Conference on Islam, Democracy, and Good Governance in Indonesia, IAIN Walisongo
Semarang Indonesia 6-8 October 2009. Metodologi Penetapan Hukum Islam (Ushul
Fiqh), Modul Kuliah, 2009. _ Takhayyur atau Talfiq.
Misalnya negara Sudan yang membolehkan pengadilan mengambil keputusan yang
menyimpang dari madzhab Hanafi sebagai madzhab negara. Ketiga, melakukan
reinterpretasi terhadap teks-teks keagamaan. Misalnya Undang-Undang No. 1 tahun
1974 yang mengharuskan perceraian di depan pengadilan. Keempat, siyasah syar‘iyyah
(kebijakan penguasa untuk menetapkan aturan-aturan administratif yang bermanfaat
dan tidak bertentangan dengan syari‘ah); misalnya untuk memaksakan prinsip umum
syari‘ah yang mengharuskan istri mentaati suami, pemerintah mengizinkan suami untuk
memaksa istri mentaatinya.128 Menurut Anderson, terdapat empat metode umum yang
digunakan para intelektual dalam melakukan pembaharuan hukum keluarga, yakni
pertama melalui aturan yang bersifat prosedural administratif; metode ini disebut
takhshish al-qadha‘ atau siyasah syar‘iyyah.
Kedua, dengan cara memilih salah satu dari sekian pendapat madzhab Fikih yang ada,
baik dari empat madzhab yang masyhur maupun dari madzhab yang lain termasuk
pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah; metode ini disebut dengan
takhayyur. Metode ini juga dalam penerapannya dapat dilakukan dengan cara
menggabungkan pendapat sejumlah madzhab dalam satu kasus tertentu; upaya ini
disebut dengan talfiq.
Ketiga, dengan cara reinterpretai atau menafsirkan kembali teks-teks syari‘ah tentang
suatu kasus tertentu; metode ini masuk kaegori ijtihad. Keempat, dengan menggunakan
aturan yang bersifat administrative untuk menghukum setiap orang yang melanggar
tetapi tidak didasarkan pada alasan syar‘i.129 Abdullahi Ahmed An-Na‘im, op.cit., hlm.
89-91. Norman Anderson, Law Reform in the Muslim World, (London: The Athlone Press,
1976), hlm. 42-77.
116 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 101
Penerapan dari masing-masing metode tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut.
Metode siyasah syar‘iyah misalnya diterapkan di Mesir dalam ketentuan yang
mengurangi bahkan melarang perkawinan anak di bawah umur, meskipun dalam
undang-undang Mesir tidak secara eksplisit melarangnya. Hal ini dikarenakan Nabi
sendiri melakukannya.
Adapun variasi pe larangan perkawinan di bawah umur di Negara Muslim adalah; di
India dan Pakistan ditetapkan dengan menghukum pelanggarnya, di Mesir dengan
menolak mencatat perkawinan di bawah umur sekaligus tidak mengakui akibat-akibat
hukum yang timbul dari perkawinan tersebut, sedangkan di Timur Tengah secara umum
dengan cara tetap membolehkannya tetapi harus dengan izin pengadilan. Contoh lain
tampak dalam kebijakan hukum Keluarga di Somalia.
Berbeda dengan Turki, negara Somalia tidak mengadopsi undang-undang negara lain
guna diterapkan di dalam negeri, melainkan melakukan pembaharuan terhadap
beberapa ke tentuan yang dinilai tidak relevan lagi dengan kecenderungan ideologi
negara (baca: penguasa) saat itu. Dari sketsa sosio-politik Somalia juga tampak bahwa
kecenderungan Presiden Siyad Berre kepada ideologi sosialis telah berdampak pada
terciptanya hukum keluarga yang ‗menyimpang‘ dari ketentuan dalam Fikih madzhab
Syafi‘i sebagai madzhab negara.
Dari proses terbentuknya hukum keluarga yang baru juga dapat diketahui bahwa tipe
reinterpretasi dipadu dengan siyasah syar‘iyyah lebih mewarnai lahirnya ‗Fikih baru‘ di
Somalia. Mengamati proses pembaharuan hukum keluarga di negara Somalia dengan
berbagai variasinya di atas tampak adanya kekuatan super power yang berupa negara
yang begitu dominan dalam menentukan berlaku atau tidak berlakunya sebuah _
TENTANG PENULIS Nama: Moh Khusen Tempat, Tanggal Lahir: Kudus, 12 Desember
1974 Alamat Rumah: Perum.
Garuda Kav. 8, Jl. Nakula Sadewa III, RT 01/03 Kembangarum, Dukuh, Sidomukti,
Salatiga. Email: [email protected] Telp: +628156528564 Kantor: Pusat Penelitian
dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) STAIN Salatiga Jl. Nakula Sadewa VA No. 9
Kembangarum Salatiga Phone: +622983419400; Fax: +62298323433
102 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 115
Syah, Djalinus, Mengenal ASEAN dan Negara-negara Anggotanya, (Jakarta: P.T. Kreasi
Jaya Utama, 1988). Syahrur, Muhammad, al-Kitab wa al-Qur‘an; Qira‘ah Mu‘asirah,
(Damaskus: Dar Ahali, 1990). Tebba, Sudirman, Islam Pasca Orde Baru, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2001). The Code of Personal Status 1976 dan amandemennya (UU No.25/1977)
Pasal 101. The Muslim Laws Ordinance 1961 (Ordinance No.8/1981) dan
amandemennya (Ordonansi No.
21 & 30/1961) Pasal 7 (2) Turabi, Hasan, Fikih Demokratis; Dari Tradisionalisme Kolektif
menuju Modernisasi Populis, terjemahan oleh Abdul Haris dan Zainul A., (Bandung:
ar-Rasy, 2003). Hukum Keluarga Islam [Wilayah Federal] 1984 (UU 304) tahun 1984 Pasal
23 ayat (4). Wahid, Abdurrahman, ―Menjadikan Hukum Islam sebagai Penunjang
Pembangunan‖, dalam Eddi Rudiana Ariel (ed.), Hukum Islam di Indonesia;
Perkembangan dan Pembentukan, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 1991).
Wahid, Marzuki Wahid & Rumadi, Fikih Madzhab Negara, Kritik Atas Politik Hukum
Islam di Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2001). Yacob, Abdul Monir, Pelaksanaan
Undang-Undang dalam Mahkamah Syariyah dan Mahkamah Sipil di Malaysia, (Kuala
Lumpur: Institut Kefahaman Malaysia (IKIM), 1995). Zahrah, Abu, Muhadharah fi al-Waqf,
t.tp., 1971. _produk undang-undang.
Di Turki kekuatan itu menjelma dalam sosok Presiden Mustafa Kamal Pasha dengan
berbagai usaha sekularisasinya dan di Somalia ada dalam diri Presiden Siyad Berre
dengan faham sosialismenya. Dengan demikian menjadi terbukti bahwa karakter suatu
produk hukum senantiasa dipengaruhi oleh konfigurasi politik yang melahirkannya
artinya konfigurasi politik tertentu dari suatu kelompok dominan (penguasa) selalu
melahirkan karakter produk hukum tertentu sesuai dengan visi politiknya.130 Metode
takhayyur diterapkan misalnya oleh Negara Turki dalam mengatur tentang ta‘liq talaq
yang berkaitan dengan poligami.
Dalam Undang-Undang tahun 1917 pasal 38 disebut kan bahwa seorang istri berhak
mencantumkan dalam ta‘liq talaq bahwa apabila suami melakukan poligami maka hal
itu dapat dijadikan alasan baginya untuk mengajukan perceraian. Namun demikian, dari
pemaparan tentang sketsa sosio-politik dan pembaharuan hukum keluarganya, terlihat
bahwa Turki termasuk negara ‗ekstrim kiri‘ karena adopsi secara menyeluruh yang
dilakukannya terhadap Undang-Undang Perdata Swiss telah menggantikan hukum
keluarga bermadzhab Hanafi yang berlaku sebelumnya.
Dengan demikian pertanyaan berikutnya tentang pola pembaharuan apa yang
digunakan Turki menjadi tidak relevan lagi karena pemberlakuan undang-undang Swiss
di Turki adalah bukan lagi dalam kerangka reformasi hukum keluarga, melainkan lebih
luas dari pada itu yakni sebagai konsekuensi perubahan bentuk dan dasar negara dari
Islam menjadi sekular. Dengan kata lain prinsip takhayyur yang dikatakan selalu di
gunakan sebagai metode pembaharuan hukum keluarga di Moh. Mahfud MD.,
―Perkembangan Politik Hukum: Studi tentang Pengaruh Konfigurasi Politik terhadap
Produk Hukum di Indonesia‖, disertasi dalam ilmu hukum pada UGM (Yogyakarta: tidak
diterbitkan, 1993), hlm. 675.
114 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 103
Turki hanya berlaku sebelum pemerintahan Mustafa Kamal mengumumkan berlakunya
undang-undang perdata yang baru tahun 1926.
Selanjutnya penerapan metode talfiq terjadi dalam ke tentuan pembagian waris di
Mesir. Ketentuan ini mengatur tentang pembagian untuk saudara laki-laki atau
perempuan apabila bersama dengan kakek. Dinyatakan bahwa saudara laki-laki dan
perempuan tetap mendapatkan bagian warisan dengan jalan berbagi bersama kakek.
Padahal menurut ulama Hanafiyah yang juga diikuti oleh ulama Syafi‘iyah, saudara
laki-laki dan perempuan sekandung atau sebapak tidak mendapat bagian apabila
bersama dengan kakek. Ketentuan Mesir ini didasarkan kepada perpaduan antara
pendapat Zaid bin Tsabit yang menyatakan bahwa penerimaan bagian warisan oleh
saudara laki-laki atau perempuan tersebut adalah kondisional dan Ali bin Abi Thalib
yang secara jelas memberikan bagian kepada saudara sebapak apabila bersama dengan
kakek.131 Adapun penerapan metode reinterpretasi dapat dilihat dalam ketentuan
tentang poligami di Tunisia.
Tunisia melalui Keluarga Nomor 66 tahun 1956 (Code of Personal Status/ Majallat
al-Ahwal al-Syakhsiyah) yang ditetapkan pada tahun 1957 melarang poligami secara
mutlak sekaligus menetapkan sanksi bagi yang melanggar. Bahkan pada tahun 1964
pelaku poligami bukan saja dapat dikenai hukuman, melainkan juga dinyatakan
perkawinannya tidak sah.
Adapun alasan yang digunakan Tunisia melarang poligami adalah: pertama, institusi
budak dan poligami hanya boleh dilakukan pada masa perkembangan Islam, tetapi
Khoiruddin, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap Perundang-undangan
Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, (Leiden-Jakarta: INIS, 2002),
hlm. 279. _Nasr, Syed Hossein, Man and Nature (London: 1976). Nasution, Khoiruddin,
―Sejarah Singkat Pembaruan Hukum Keluarga Muslim‖ dalam M.
Atho‘ Mudzhar dan Khairuddin Nasution (Ed.s), Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern:
Studi Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-kitab Fikih, (Jakarta:
Ciputat Press, 2003). Nasution, Khoiruddin, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern,
Studi Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-Kitab Fiqih, (Jakarta:
Ciputat Press, 2003).
Nasution, Khoiruddin, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap
Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia (INIS,
2002). Phillips, Kevin, American Theocracy; The Peril and Politic of Radical Religion, Oil
and Borrowed Money in the 21st Century, (New York: Viking, 2006). Quraeshi, I. H., The
Foundation of Pakistan Culture, dalam The Muslim World, No. 44 tahun 1954. Rahman,
Fathur, Ilmu Waris, (Bandung: PT. Al-Ma‘arif).
Rahman, Fazlur, Islam dan Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition
(Chicago: The University of Chicago Press, 1982). Rofiq, Ahmad, Pembaharuan Hukum
Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media, 2001). Sardar, Ziauddin, ―Teknologi dan
Kemandirian Domestik: Sebuah Alternatif Islam‖, dalam Ulumul Qur‘an No.
8 1991; Ali Syari‘ati, Membangun Masa Depan Islam (Bandung: Mizan, 1988).
104 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 113
Lembaran Negara, Undang-Undang, No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, Pasal
43. Martin, Richard C.(ed.), Approaches to Islam in Religious Studies (Tucson: The
University of Arizona Press, 1985). Mahfud, Moh.,
―Perkembangan Politik Hukum: Studi tentang Pengaruh Konfigurasi Politik terhadap
Produk Hukum di Indonesia‖, disertasi dalam ilmu hukum pada UGM (Yogyakarta: tidak
diterbitkan, 1993). Mahmood, Tahir, Family Law Reform in the Muslim World, (Bombay:
N.M. Tripathi PVT. LTD., 1972). Mahmood, Tahir, Family Law Reform in the Muslim
World, (Bombay: N.M. Tripathi PVT. LTD., 1972).
Mahmood, Tahir, Personal Law in Islamic Countries: History, Text and Comparative
Analysis, (New Delhi: Academy of Law and Religion, 1987). Mas‘ud, Muhammad Khalid,
―Pencarian Landasan Normatif Syari‘ah Para Ahli Hukum Muslim‖, dalam Dinamika
Kontemporer dalam Masyarakat Islam, (Jakarta: INIS, 2003). Mehdi, Rubya, The
Islamization of The Law in Pakistan (Surrey: Curzon Press, 1994).
Mernissi, Fatima, Beyond the Veil: Male-Female Dynamics in the Modern Muslim Society
(Bloomingtoon: Indian University Press, 1987). Mudzhar, M. Atho, Membaca Gelombang
Ijtihad, Antara Tradisi dan Liberasi (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998). Muslim Marriage
and Divorce Act 1951 Pasal 79. _dilarang setelah terbentuk masyarakat yang berbudaya.
Kedua, surat al-Nisa‘ ayat 3 menetapkan bahwa syarat poligami adalah suami harus
berlaku adil terhadap istri-istrinya, sementara fakta sejarah membuktikan bahwa hanya
Nabi yang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya.132 Tahir Mahmood sendiri
menyimpulkan terdapat dua kelompok metode yang digunakan dalam pembaharuan
hukum keluarga.
Kelompok pertama, sebagaimana telah disimpulkan oleh para peneliti sebelumnya yaitu
ijtihad, qiyas deduktif, ijma‘, takhayyur, dan talfiq. Namun demikian Mahmood
menambahkan beberapa pendekatan lain sebagai tambahan, yakni: 1) perlakuan yang
setara terhadap semua madzhab hukum Islam; 2) mene kankan pada istihsan; 3)
memprioritaskan juga pendekatan maslahah mursalah; dan 4) menerapkan istidlal.133
Segenap upaya pembaharuan yang dilakukan oleh Negara-negara Muslim tersebut
sesungguhnya dalam banyak hal dapat dimaknai sebagai sebuah upaya positifisasi
hukum Islam.
Artinya, pembaharuan hukum keluarga berjalan seiring dengan upaya menjadikannya
sebagai hukum yang berlaku efektif dalam masyarakat, memiliki daya paksa, dan
dilengkapi dengan aturan sanksi bagi yang melanggar dan penegakannya (law
enforcement). Penegakan aturan ini selanjutnya diselenggarakan oleh lembaga formal,
dalam hal ini Negara.
Hal ini muncul dari sebuah kesadaran bahwa hukum Islam yang selama ini eksis
bukanlah hukum yang sebenarnya. Dalam kategorisasi John Austin (1790-1859), seorang
ahli hukum Inggris, secara umum hukum terbagi dua, yaitu hukum yang dibuat oleh
Tuhan (Divine Law) dan Norman Anderson, Law Reform in the Muslim World, (London:
The Athlone Press, 1976), hlm. 110.
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries: History, Text and Com-parative
Analysis, (New Delhi: Academy of Law and Religion, 1987)
112 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 105
hukum yang dibuat manusia (man-made Law). Hukum yang dibuat manusia
dikelompokkan menjadi dua, yakni hukum yang sebenarnya dikenal dengan nama
hukum positif, dan hukum yang bukan sebenarnya.
Hukum positif memiliki karakteristik mendasar yaitu mengandung perintah, sanksi,
kewajiban dan kedaulatan.134 Mengacu pada teori Austin tersebut, maka satu-satunya
upaya untuk menjadikan hukum Islam dapat berlaku efektif bagi umat Islam adalah
dengan cara menjadikannya sebagai hukum positif yang dikawal langsung oleh Negara.
Dalam redaksi yang berbeda Coulson menyatakan bahwa meskipun hukum dalam
perspektif Islam bersumber dari Tuhan, tetapi pada akhirnya manusia harus
merumuskan sendiri dan menerapkannya. Tuhan yang bertitah, sementara manusia
yang merumuskan melalui penalarannya. Nalar demikian telah berkembang selama
kurun 150 tahun periode pertama umat Islam dan telah membangkitkan kebebasan
pemikiran hukum dalam rangka memecahkan berbagai masalah.135 Oleh karena itu,
menjadi tidak tepat apabila mempertentangkan antara wahyu (divine law) dan akal
(man-made law); keduanya harus diposisikan secara eklektis dan saling mendukung
serta saling melengkapi.
Dengan demikian, pendekatan eklektis sebagaimana telah diprak tekkan oleh berbagai
Negara dalam upaya pebaharuan hukum keluarga, sesunguhnya adalah upaya untuk
mengawinkan teks dan konteks secara harmonis. Perubahan bentuk hukum Islam
menjadi hukum positif ini juga pada saat yang sama akan menutupi kelemahan hukum
Islam yang selalu terlambat untuk memberikan jawaban terhadap W. Friedmann, Legal
Theory, (London: Steven&Sons, 1975), hlm. 149. Noel J.
Coulson, Konflik dalam Yurisprudensi Islam, terjemahan oleh Fuad Zein, (Yogyakarta:
NAvila, 2000), hlm. 3. _Dowry and Bridal Gifts [Restriction] Act 1976) dan
amandemennya Ordonansi No.36 /1980 Pasal 9 ayat (1). Dowry Prohibition Act 1980
dan Amandemennya (Ordonansi No. 64/ 1984) Pasal 3 dan 4. Esposito, John L. (ed.), The
Oxford Encyclopaedia of the Modern Islamic World, (New York: Oxford University Press,
1995).
Esposito, John L. (ed.), The Oxford Encyclopaedia of the Modern Islamic World, III.
Friedmann, W., Legal Theory, (London: Steven&Sons, 1975). Gagliano, Felix V., ―Malaysia‖
dalam Bernard S. Cayne, The Encyclopedia Americana International Edition, vol. 18,
Grolier Incorporated, 2001. Gibb, H.A.R., Aliran-Aliran Modern dalam Islam, terjemahan
oleh Machnun Husein, (Jakarta: Rajawali, 1992). Hashim, M.Yusuf, Kesultanan Melayu
Malaka (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementrian Pendidikan
Malaysia,1990). Hisyam, M.,
Pemetaan Wacana Hubungan Agama dan Negara Masa Kontemporer, (Jakarta: LIPI,
2002). Islamic Family Law (Federal Teritory) Act 1984 (Act 304 of 1984) Pasal 124.
Kurzman, Charles (ed.), Liberal Islam: A Sourcebook (New York: Oxford University Press,
1988). Lapidus, Ira M., A History of Islamic Societies, (Cambridge: Cambridge University
Press, 1988). Law on Personal Status 1929 dan Amandemennya UU No.100 1985 Pasal
23 A
106 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A.
? 111
Bin Sayeed, Khalid, Pakistan The Formative Phase, (Karachi: Pakistan Publishing House,
1960). Bisri, Cik Hasan, et. al, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama di Indonesia:
Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999). Butt, Simon,
―Polygamy and Mixed Marriage in Indonesia: The Application of The Marriage Law in
Courts,‖ dalam Timothy Lindsey (Ed.), Indonesia: Law and Society, The Federation Press,
Leichhardt, 1999. Buxbaum, David C. (Ed.), Family Law and Customary Law in Asia: a
Contemporary Legal Perspective, (The Hague: Martinus Nijhoff, 1968).
Child Marriage Restraint Act 1929 (Act 29 /1929) dan amandemennya (Ordonansi No.8
/1961) Pasal 4. Coulson, Noel J., A History of Islamic Law (Edinburgh: Edinburgh
University Press, 1964). Coulson, Noel J., Konflik dalam Yurisprudensi Islam, terjemahan
oleh Fuad Zein, (Yogyakarta: NAvila, 2000). Departemen Agama, Undang-Undang No. 7
Tahun 1989, Tentang Peradilan Agama.
Departemen Agama, Undang-Undang Perkawinan di Indonesia; Dilengkapi Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia, (Surabaya: Arkola, t.t.). Doi, Abdur Rahman I., Shari‘ah: the
Islamic Law, diterjemahkan oleh Basri Iba Asghary & Wadi Masturi, Perkawinan dalam
Syari‘at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992). _problematika hukum yang muncul
dalam masyarakat.
Upaya menumbuhkan watak dinamis hukum Islam ini hanya dapat berhasil apabila
fuqaha‘ mampu meletakkan perhatiannya pada soal-soal duniawi yang dengan
demikian harus mampu merubah proses ijtihad dan istimbat hukum Islam menjadi
sebuah proses yang bersifat cair (fluid situation) dan tidak hanya terikat pada teori yang
telah tercipta pada masa lampau.136 Hal ini mutlak karena, secara filosofis, apabila
status quo hukum Islam terjadi maka jurang antara dunia idealitas dan dunia realitas
akan semakin lebar dan lambat laun akan membuat umat menjadi frustasi.137 Untuk itu
diperlukan upaya rekonstruksi bukan hanya pada produk (fiqh), melainkan juga pada
metodologi (ushul fiqh) untuk dapat menghasilkan tatanan yang capable.
Satu hal lagi, dalam rangka membangun epistemologi yang paling sesuai dalam rangka
positifisasi hukum Islam dalam masyarakat yang plural, maka syariat harus dilihat dari
dua perspektif; pertama, syariat inklusif, yaitu syariat yang dapat merangkul kepentingan
seluruh bangsa tanpa memandang per bedaan agama; misalnya perjuangan melawan
korupsi, menjaga kelesarian lingkungan, jaminan Negara terhadap orang miskin.
Syariat seperti tersebut tentu ditemukan dan dibenarkan oleh semua agama, bahkan
oleh moralitas manusia secara keseluruhan. Kedua, syariat yang bersifat particular, yaitu
syariat yang hanya ada di syariat Islam seperti hukum potong tangan, cambuk, dan
lain-lain. Dalam hal ini maka syariat inklusif harus diprioritaskan untuk diperjuangkan
dalam sistem hukum nasional suatu Negara.
Abdurrahman Wahid, ―Menjadikan Hukum Islam sebagai Penunjang Pem-bangunan‖,
dalam Eddi Rudiana Ariel (ed.), Hukum Islam di Indonesia; Perkembangan dan
Pembentukan, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 6. Amin Abdullah, Studi
Agama; Normatifitas dan Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 223.
110 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 107
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Amin, Studi Agama; Normatifitas dan Historisitas,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996). Ahira, Anne, Selayang Pandang Sejarah Pakistan,
dalam www.anneahira. com/sejarah-pakistan.htm. Al-Attas, Naquib, Islam dan
Sekularisme (Bandung: Pustaka, 1986).
Al-Faruqi, Ismail Raji, Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Bandung: Pustaka, 1984). Al-Syatibi,
al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari‘ah, (Beirut: Dar al-Fikr, tt). Anderson, J. N. D., Hukum Islam
di Dunia Modern, terjemahan oleh Machnun Husein, (Surabaya: Amarpress, 1990).
Anderson, Norman D., Law Reform in The Modern World (London: Athlone Press, 1967).
Anderson, Norman, Law Reform in the Muslim World, (London: The Athlone Press,
1976).
An-Na‘im, Abdullahi Ahmed, Toward an Islamic Reformation: Civil Liberties, Human
Right and International Law, (New York: Syracuse University Press, 1990).
108 ? Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim Moh Khusen, M.A. ? 109
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% -
https://berbagilmublog.blogspot.com/2014/01/hukum-keluarga-di-negara-muslim.html
<1% - http://www.forda-mof.org/files/Ekosistem_Gunung.pdf
<1% -
http://repository.lppm.unila.ac.id/2700/1/buku%20dasar-dasar%20spektrofometri__uplo
ad.pdf
<1% -
http://pbsi.pps.uny.ac.id/sites/pbsi.pps.uny.ac.id/files/Edit%20Manajemen%20Bengkel.p
df
<1% -
http://febi.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/LAYOUT-pedoman-magang-D.
3-PBS1.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/58867075/JURNAL-30
<1% -
https://www.researchgate.net/profile/Andi_Kaharuddin/publication/323243018_SYLLABU
S_DESIGN_FOR_ENGLISH_LANGUAGE_TEACHING/links/5a8821790f7e9b1a955003b0/SY
LLABUS-DESIGN-FOR-ENGLISH-LANGUAGE-TEACHING.pdf
<1% -
http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2199/2/Psikologi%20Belajar%20pdf.pdf
1% -
https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2014/11/trend-kriminalisasi-dalam-huku
m.html
<1% - https://www.iclrs.org/content/blurb/files/Tahir%20Mahmood%20publications.pdf
<1% - http://kuliahmultikultur.blogspot.co.id/feeds/posts/default
<1% - https://alif-kleyang.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://kajianagama.wordpress.com/tulisan-terbaru/page/2/
<1% - http://repository.unair.ac.id/65191/1/DIS.H.13-17%20Yus%20p%20ABSTRAK.pdf
<1% -
https://docplayer.info/113836583-Tinjauan-formalisasi-syariat-islam-di-banten-dalam-k
onteks-negara-bangsa-di-indonesia.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/yj7gn4ky-buku-pegangan-guru-semua-agama-smp-k
elas-9-kurikulum-2013-3.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/240109461/12-Pendidikan-Kewarganegaraan-Kelas-12
<1% - https://ikhwanmr.blogspot.com/2016/02/tasyri-di-indonesia-studi-terhadap.html
<1% -
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18426/1/BUDI%20SUSANTO-
FSH.pdf
<1% -
https://berandaagama.blogspot.com/2012/08/perkembangan-hukum-islam-kontempor
er-di.html
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1525/2/05210082_Indonesia.pdf
<1% - https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/download/16229/10775
<1% -
https://www.academia.edu/36539812/Makalah_Bagaimana_Islam_Menghadapi_Tantang
an_Modernisasi
2% -
https://asosperkawinan.blogspot.com/2013/06/hukum-keluarga-di-dunia-islam-modern
.html
<1% -
https://kuliahhukumkeluargaislam12.blogspot.com/2012/03/hukum-keluarga-di-dunia-i
slam-modern.html
<1% - https://www.academia.edu/35265019/Jtptiain_gdl_s1_2004_nn2100049_203_bab
<1% -
https://arifindbkosmik.blogspot.com/2018/12/wacana-islam-dan-negara-dalam-bayang.
html
<1% - https://issuu.com/ptabanjarmasin/docs/majalah_peradilan_agama_edisi_8
<1% - https://fizali.wordpress.com/
<1% - https://id.scribd.com/doc/36256605/Hak2-Pempuan-Di-Syria
<1% -
https://id.scribd.com/doc/263739355/Abdul-Aziz-Muchammad-Syariah-Dan-Tafsir-Al-Q
uran-Elaborasi-Maqashid-Dlm-Tafsir-Ibn-Asyur
1% -
https://iptekresiproduktif.blogspot.com/2015/05/pengertian-poligami-dan-dasar-huku
mnya.html
3% - https://gocampus.blogspot.com/2010/01/trend-kriminalisasi-dalam-hukum.html
<1% -
https://my-dock.blogspot.com/2014/01/hukum-poligami-di-negara-indonesia-dan.html
?m=1
<1% -
https://my-dock.blogspot.com/2014/01/hukum-poligami-di-negara-indonesia-dan.html
<1% - https://takhulhakim25.blogspot.com/2014/03/kompilasi-hukum-islam.html
<1% - https://www.jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/367/353
<1% - https://www.scribd.com/doc/172946438/Disiplin-Pns
<1% - https://asnri.com/perkawinan-dan-perceraian-pns/
<1% - http://asnri.com/perkawinan-dan-perceraian-pns/
<1% -
https://mohdfajrin.blogspot.com/2011/07/syarat-syarat-mengajukan-gugatan-cerai.html
<1% -
https://id.scribd.com/presentation/347236924/12-izin-Perkawinan-Dan-Perceraian
<1% -
https://stitattaqwa.blogspot.com/2012/03/hukum-keluarga-di-dunia-islam-modern.html
<1% -
https://ashabulcoffee.blogspot.com/2014/02/makalah-kawasan-perdata-islam-peran.ht
ml
<1% - https://issuu.com/kabarbushido/docs/buku_hukum_islam_dua_negara
<1% - http://iainsalatiga.ac.id/web/2018/10/
<1% - https://pendewasaanusiaperkawinan.blogspot.com/
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/320103049_Nafkah_Madliyah_Anak_Pasca_Per
ceraianStudi_Putusan_Mahkamah_Agung_Republik_Indonesia_Nomor_608KAG2003
<1% - https://id.scribd.com/doc/294953792/Laporan-Praktik-Industri
<1% -
https://351999.blogspot.com/2015/11/perbedaan-peraturan-pemerintah-no-10.html
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66153/Chapter%20III-V.pdf?seq
uence=3&isAllowed=y
<1% -
https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_1_Tahun_19
74
<1% - https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091226185610AAdoXEz
<1% -
https://jogja.tribunnews.com/2017/11/27/pns-boleh-beristri-lebih-dari-satu-ini-jawaban
-versi-kemenag
<1% - http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/6765/2/BAB%20I.pdf
<1% -
https://manunggalkusumawardaya.wordpress.com/2010/08/09/marriage-law-in-indone
sia-and-australia-a-comparative-analysis/
<1% -
https://hartantowae.blogspot.com/2012/02/transformasi-pemerintahan-siprus.html
<1% -
https://kuliahhukumonline.blogspot.com/2012/06/status-dan-kedudukan-anak-hasil.ht
ml
<1% -
https://choe-roel.blogspot.com/2014/09/hukum-keluarga-kontemporer-di-negara.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/49438932/Hukum-Islam-Di-Indonesia-1
<1% - https://kholisrifai.blogspot.com/2010/
<1% -
https://media-zulkarnaen.blogspot.com/p/wakaf-dan-pemberdayaan-ekonomi-umat.ht
ml
<1% - https://menujuhukum.blogspot.com/2012/03/
1% -
https://kholisrifai.blogspot.com/2010/09/pembaharuan-hukum-keluarga-muslim-dan.ht
ml
<1% -
https://developmentcountry.blogspot.com/2010/01/kriminalisasi-praktik-poligami-dala
m_05.html
<1% - http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/syariah/article/download/3207/5040
<1% - https://kholisrifai.blogspot.com/
<1% -
https://www.academia.edu/3797838/SEJARAH_HUKUM_PERKAWINAN_DI_INDONESIA_P
ENDAHULUAN
<1% - https://muhammad-nurjani.blogspot.com/2015/02/
<1% -
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/2539_JURNAL%20LEGISLASI%20INDONE
SIA%20VOL%2010%20No.%203pdf.pdf
<1% -
https://nurhaditok.blogspot.com/2013/11/pendidikan-pramuka-dalam-membangun.ht
ml
<1% -
https://muhammad-almansur.blogspot.com/2012/05/dinamika-legislasi-hukum-islam-di
-masa.html
<1% -
https://perubahanabadi.blogspot.com/2013/03/undang-undang-republik-indonesia-no
mor_23.html
<1% -
https://sulaimanthahir.blogspot.com/2015/06/hukum-kewarisan-dalam-kompilasi-huku
m.html
<1% -
https://www.academia.edu/9789572/Makalah_Hukum_Perkawinan_dan_Waris_Berdasark
an_Buku_I_dan_II_Kompilasi_Hukum_Islam
<1% -
https://ilmukuliah2016.blogspot.com/2016/09/yurisprudensi-sebagai-sumber-hukum-isl
am.html
<1% -
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4510/1/ILHAM%20ISMAIL-FS
H.pdf
<1% -
https://shalehsuratmin.blogspot.com/2013/07/konsiderasi-pembaruan-hukum-dalam-k
hi.html
<1% -
https://sarjanahukumasli.blogspot.com/2018/04/peradilan-agama-sebagai-institusi.html
<1% -
https://raja1987.blogspot.com/2009/04/hukum-waris-islam-serta-perdata-barat.html
<1% - http://repository.unpas.ac.id/27463/4/G.%20BAB%20II.pdf
<1% -
https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016426436/konsultasi-hukum-cuma-
cuma-prodeo-bagi-masyarakat-pencari-keadilan/3
<1% - https://jeritansangpenyair.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://id.scribd.com/doc/266126226/BAB-20I-2C-20BAB-20IV-2C-20DAFTAR-20PUSTA
KA-pdf
<1% -
http://m-notariat.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/PERUBAHAN-STATUS-KE
PEMILIKAN-HARTA-BENDA-WAKAF-YANG-TIDAK-DILAKUKAN-DENGAN-TUKAR-MENU
KAR.doc
<1% -
https://www.academia.edu/19604793/Urgensi_Kaidah_Fikih_dan_Aplikasinya_Terhadap_
Masalah-Masalah_Sosial
<1% - https://laskarmujahid-syahidmaulana.blogspot.com/2009/06/
<1% -
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4901/1/Imam%20Saputra-FS
H_NoRestriction.pdf
<1% - https://skripsiiain.blogspot.com/2015/02/sejarah-wakaf-di-indonesia.html
<1% - https://ernandablog.blogspot.com/2018/03/regulasi-wakaf-di-indonesia.html
<1% - http://www.jadipintar.com/2013/04/Klasifikasi-Ahli-Waris-Dalam-Keluarga.html
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57783/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=3
<1% - http://repository.unpas.ac.id/29753/1/G.%20BAB%20II.pdf
<1% - https://slideplayer.info/slide/11972214/
<1% -
https://aldarisidris.blogspot.com/2011/10/perbedaan-yuridis-hukum-kewarisan.html
<1% -
https://kabarislam24jam.blogspot.com/2017/04/harta-warisan-ini-dia-sebab-sebab.html
<1% -
https://mafiadoc.com/reformasi-hukum-kewarisan-dalam-kompilasi-hukum-_59ffa6521
723dd3065db13ec.html
<1% -
https://magister-kenotariatan.blogspot.com/2012/08/jika-ada-ahli-waris-yang-tidak-set
uju.html
<1% - https://anthyscrub.blogspot.com/2014/03/makalah-tentang-ahli-waris.html
<1% - https://asep250277.blogspot.com/2014/
<1% - https://www.academia.edu/19214376/biasa
<1% -
https://jayusmanfalak.blogspot.com/2015/06/perubahan-perubahan-dalam-perwakafan.
html
<1% -
https://alfitri-johar.blogspot.com/2011/08/perkembangan-wakaf-di-indonesia.html
<1% -
http://lkbh.uny.ac.id/sites/lkbh.uny.ac.id/files/PP%20No%2024%20Tahun%201997.pdf
<1% - https://isefid.id/potensi-dan-kontribusi-wakaf-di-indonesia/
<1% - http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/view/subjects/300.html
<1% - https://mystory-afnie.blogspot.com/2012/10/wakaf.html
<1% -
https://alimpolos.blogspot.com/2015/01/makalah-hukum-kewarisan-dalam-kompilasi.ht
ml
<1% -
https://id.123dok.com/document/oz12m6py-konsep-nusyuz-suami-dalam-perspektif-h
ukum-perkawinan-islam.html
<1% - https://ahwalussyakhshiyyahsalatiga.blogspot.com/
<1% -
https://masbembengs.blogspot.com/2011/12/ahli-waris-pengganti-dalam-kewarisan.ht
ml
<1% - https://jessitaputridhiary.wordpress.com/category/uncategorized/page/5/
<1% - https://widhiyuliawan.blogspot.com/2013/02/hukun-islam.html
<1% -
https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_1_Tahun_19
58
<1% -
https://badilag.mahkamahagung.go.id/pengadilan-agama/profil-peradilan-agama-1/ke
wenangan-pengadilan-agama
<1% -
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42254/1/REZZA%20FAZRIYA
NSYAH-FSH.pdf
<1% - https://rezaryzaldi.blogspot.com/2016/05/penyelesaian-sengketa-wakaf.html
<1% - http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/1262
<1% - https://menwih-hukum.blogspot.com/2011/
<1% -
https://millamantiez.blogspot.com/2013/04/rukun-syarat-dan-sebab-menurut-waris.htm
l
<1% - https://ardiprastiyo2.blogspot.com/
<1% - https://alghif.wordpress.com/category/iii-hak-atas-perumahan/
<1% - https://issuu.com/ptabanjarmasin/docs/majalah_peradilan_agama_edisi_5
<1% - https://mhasbimaulana.wordpress.com/2014/03/27/pengadilan-agama/
<1% - https://issuu.com/cholilunaachmad/docs/majalah_peradilan_agama_edisi_9_jun
<1% -
https://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/kedudukan-dan-kewenangan-peng
adilan.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/323384178_KEWENANGAN_PENGADILAN_AG
AMA_DALAM_MEMUTUS_PEMBATALAN_AKTA_HIBAH_ANALISIS_PUTUSAN_MAHKAMA
H_AGUNG_NOMOR_78_PKAg2013
<1% - https://aliranim.blogspot.com/2010/04/sistem-peradilan-dalam-islam.html
<1% - https://jdih.kotaserang.com/undang-undang-no-45-tahun-1957
<1% - https://andruhk.blogspot.com/2012/07/hukum-perdata-indonesia.html
<1% - https://humaniorahukum.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby=updated
<1% -
https://www.kompasiana.com/dwiky_agil_ramadhan/penerapan-undangundang-perkawi
nan-dalam-transformasi-struktur-dan-kultur-masyarakat-indonesia-menuju-masyarakat
-yang-madani_552af9a1f17e61bf5bd623f2
<1% - https://ahan-kzk.blogspot.com/2012/06/peradilan-agama-di-indonesia.html
<1% -
https://sina-na.blogspot.com/2016/10/makalah-hukum-acara-peradilan-agama.html
<1% -
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/ahkam/article/download/394/326
<1% - http://www.damang.web.id/2012/09/h-u-k-u-m-c-r-peradilan-agama.html
<1% -
https://www.scribd.com/document/326105963/PEMBAHARUAN-HUKUM-WARIS-ISLAM
-DI-INDONES-pdf
<1% -
https://fakultashukumdarussalam.blogspot.com/2013/02/pembaharuan-hukum-waris-isl
am-oleh.html
<1% -
https://menwih-hukum.blogspot.com/2011/10/perlakuan-waris-islam-non-muslim.html
<1% - https://jaya39.blogspot.com/2012/05/hukum-islam-di-negara-republik-arab.html
<1% - https://sojoro.wordpress.com/2012/06/03/
<1% - https://www.academia.edu/22466112/Makalah_Jalilah
<1% - https://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/
<1% - https://www.jurnalperempuan.org/wacana-feminis/previous/10
<1% - https://kbpa-uinjkt.blogspot.com/2010/11/
<1% -
https://www.academia.edu/23720614/PENCATATAN_PERKAWINAN_DALAM_UNDANG-
UNDANG_HUKUM_KELUARGA_DI_DUNIA_ISLAM
<1% -
https://makalahlengkapterbaru.blogspot.com/2018/12/makalah-pembaharuan-islam-di-
india.html
<1% - https://deviapriyanti158.blogspot.com/2013/05/india.html
1% - https://www.academia.edu/9948225/Ekonomi_India
<1% -
https://tempatwisatatop.blogspot.com/2013/10/tempat-wisata-di-negara-india.html
1% - https://rahayudevani.blogspot.com/
<1% - https://id.m.wikipedia.org/wiki/India
<1% -
https://www.lyceum.id/berikut-ini-15-negara-dengan-waktu-puasa-terlama-di-dunia/
<1% - https://www.academia.edu/19838142/Makalah_india
<1% -
https://www.kopi-ireng.com/2016/01/fakta-dan-informasi-menarik-tentang-sungai-gan
gga.html
<1% -
http://materihukum.com/2018/05/02/pembuktian-dalam-hukum-acara-perdata-indones
ia/
<1% - http://ahmadfauzinasutionpemulungilmu.blogspot.co.id/feeds/posts/default
<1% - https://lintasbantenselatan.blogspot.com/2011/
<1% - https://youchenkymayeli.blogspot.com/2013/10/sejarah-india-kuno.html
<1% - https://mohamadsteven.blogspot.com/2012/10/profil-negara-india.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/40628845/Profil-Negara-India
<1% - https://mutiaraputriarina.blogspot.com/2012/
<1% -
https://inzpirasikuw.blogspot.com/2010/12/keadaan-ekonomi-india-pada-tahun-2003.h
tml
<1% -
https://salsabillaaieda.blogspot.com/2014/10/kebudayaan-dan-tradisi-negara-india.html
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/11209/6/Bab%203.pdf
<1% -
https://hinduismedila.blogspot.com/2012/12/periodisasi-sejarah-agama-hindu-zaman_2
720.html
<1% - https://akusulaemaneman.blogspot.com/feeds/posts/default
2% - https://amirsabri.blogspot.com/2013/02/trend-kriminalisasi-dalam-hukum_9.html
<1% - https://ibnu-mq.blogspot.com/2012/03/poligami-di-negara-negara-islam.html
<1% -
http://www2.esyariah.gov.my/esyariah/mal/portalv1/enakmen2011/Eng_enactment_Upd
.nsf/100ae747c72508e748256faa00188094/1a1bc61a7470052648256f3b00113683
<1% -
https://vairuzabadie.blogspot.com/2014/06/Perkembangan-Islam-asia-selatan.html
<1% - https://resa2d.blogspot.com/2011/03/
<1% -
https://syariahalauddin.files.wordpress.com/2011/10/studi-atas-hukum-keluarga-negara
-negara-muslim1.pdf
<1% -
https://rahmatyudistiawan.wordpress.com/2013/01/23/hukum-keluarga-islam-di-pakista
n/
1% - https://isnarohmatin.blogspot.com/
<1% -
https://septianpieterz.blogspot.com/2014/03/sejarah-lengkap-negara-pakistan.html
<1% - https://www.rsisinternational.org/journals/ijriss/digital-library/volume-iii-issue-i/
<1% - https://fenipangestu.wordpress.com/2016/06/
<1% - https://alif-kleyang.blogspot.com/2012/
1% -
https://link24share.blogspot.com/2012/05/hukum-keluarga-islam-di-negara-negara.htm
l
<1% -
https://www.scribd.com/document/369007624/Buku-4-Argumen-Islam-Untuk-Pluralism
e
<1% - https://hasanbasyarudin.blogspot.com/
<1% - http://repository.unissula.ac.id/2820/4/daftar%20pustaka.pdf
<1% - https://rahmatyudistiawan.wordpress.com/2013/01/23/
<1% - https://jurnaltahkim.wordpress.com/category/vol-i-no-2-tahun-2006/1-la-jamaa/
<1% -
https://atajularifin.wordpress.com/2012/03/17/fiqih-lintas-agama-respon-ulama-solo-te
rhadap-pernikahan-beda-agama/
<1% - https://tugasmakalahmuamalah.blogspot.com/2013/03/akutansi.html
<1% - https://issuu.com/waspada/docs/waspada__senin_29_maret_2010
<1% - https://developmentcountry.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby=updated
<1% - https://docobook.com/heterogeneous-perundang-undangan-hukum.html
<1% -
https://alisarjuni.blogspot.com/2013/05/tren-kriminal-hukm-keluarga-di-negara.html
<1% -
https://jorjoran.wordpress.com/2011/02/28/pembaharuan-islam-di-mesir-dan-turki-ma
kalah/
1% -
https://wartasejarah.blogspot.com/2015/06/pembaharuan-pendidikan-islam-di-turki.ht
ml
<1% - https://nursia-chya.blogspot.com/2015/
<1% - https://relasigender10.blogspot.com/2014/12/reponding-paper-5.html
<1% - https://dhaichi.blogspot.com/2011/08/mustafa-kemal-at-taturk.html
<1% - https://tgkghofur.blogspot.com/#!
<1% - https://www.academia.edu/35554606/Makalahislammasamodernok
<1% -
https://aliranim.blogspot.com/2009/12/makalah-hambali-ibnu-ranim-hidayatullah.html
<1% -
https://bahaskata.blogspot.com/2016/05/kenampakan-alam-dan-keadaan-sosial.html
<1% - https://kuliahhukumkeluargaislam12.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://hardjasapoetra.blogspot.com/2010/03/judul-pendidikan-islam-pada-masa.html
<1% -
https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/makalah-islam-pada-masa-mod
ern/
<1% -
http://bsd.pendidikan.id/data/SMA_11/Sosiologi_2_Menyelami_Fenomena_Sosial_di_Ma
syarakat_Kelas_11_Bagja_Waluya_2009.pdf
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/1867/4/092211007_Bab3.pdf
<1% -
https://kuliahhukumkeluargaislam12.blogspot.com/2012/03/malaysia-wali-dalam-huku
m-keluarga.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/68554967/makalah-perwalian
2% - https://www.academia.edu/5350697/Hukum_Keluarga_Islam_di_Malaysia
<1% - https://madrifa-jogja.blogspot.com/2010/03/fiqh-jinayah_08.html
<1% -
https://makalahtarbiyah7s.blogspot.com/2014/11/makalah-pembaharuan-islam-di-turki.
html
<1% - https://pt.scribd.com/document/45991018/Pencatatan-Perkawinan-HKDI
<1% - https://sumberrujukansemua.blogspot.com/2012/05/akta-341-bm.html
<1% - https://fathudincorner.blogspot.com/
<1% - https://kuliahhukumkeluargaislam12.blogspot.com/
<1% -
https://alisarjuni.blogspot.com/2013/05/kriminalisasi-poligami-dalam-hukum_20.html
<1% - http://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/almazahib/article/download/1402/1222
<1% - https://panemiko.blogspot.com/
<1% - https://brainly.co.id/tugas/23235352
<1% -
https://alisarjuni.blogspot.com/2013/05/kriminalisasi-poligami-dalam-hukum.html
<1% -
https://tausyiahaditya.blogspot.com/2013/01/bagaimanakah-poligami-dalam-islam.html
<1% -
https://newrupa.blogspot.com/2011/02/pemberlakuan-sanksi-hukum-dalam-hukum.ht
ml
<1% -
https://mabadik.wordpress.com/2010/07/10/memahami-pendekatan-kajian-islam/
<1% - https://sochehsatriabangsa.wordpress.com/2012/08/
<1% - https://aluralim.blogspot.com/
<1% - https://darmanto-lintau.blogspot.com/2012/01/
<1% - https://muqowim.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://solusinews.blogspot.com/2016/02/blog-post.html
<1% -
https://erikabdulkarim.blogspot.com/2011/05/perkembangan-modern-islam-di-turki.ht
ml
<1% - http://alhassanain.org/indonesian/?com=book&id=219
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/10377/4/Bab1.pdf
<1% - https://riopermanakrook.blogspot.com/2014/11/bab-i-pendahuluan-a.html#!
<1% -
https://cyonsa91.blogspot.com/2012/04/jurnal-sosiologi-agama-dan-perubahan.html
<1% -
https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2014/10/pembaharuan-pendidikan-islam
-studi-atas.html
<1% - https://hasanalkhos.blogspot.com/2011/07/pembaharuan-pendidikan-islam.html
<1% -
https://www.academia.edu/36195648/INTERNALISASI_NILAI-NILAI_AGAMA_ISLAM_DAL
AM_PEMBINAAN_AKHLAK_MULIA
1% -
https://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/04/studi-pemikiran-pembaharuan-pen
didikan-islam_-fazlur-rahman/
<1% - https://zakarialombok.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://silumanqomaruddin.blogspot.com/#!
<1% -
https://myalderado.blogspot.com/2016/07/jurnal-pendidikan-islamisasi-ilmu.html
<1% -
http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-fakultas/entry/memahami-ag
ama-mitos-dan-islam-kejawen
<1% -
https://www.scribd.com/document/390183487/Sejarah-Pemikiran-Modern-Dalam-Islam
<1% - https://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/turki-usmani.html
<1% -
https://etiqa-maryam.blogspot.com/2010/03/produk-etiqa-suri-istimewa-utk-wanita.ht
ml
<1% -
https://thanushahsoniyasee96.blogspot.com/2015/06/nota-sejarah-semester-2-tingkata
n-6.html
<1% - https://kemenpppa.go.id/index.php/page/view/140
<1% -
https://www.referensimakalah.com/2012/05/islam-sebagai-objek-kajian_6244.html
<1% - https://www.academia.edu/10176244/proses_perumusan_kebijakan_publik
<1% -
https://mansaripayalinteung.blogspot.com/2011/04/hukum-keluarga-islam-di-turki.html
#!
<1% - https://docobook.com/buku-saku-gender-islam-dan-budaya.html
<1% - https://www.jmichaelclay.com/annulments.html
<1% -
https://newrupa.blogspot.com/2011/02/kriminalisasi-praktik-poligami-dalam_27.html
<1% - https://mazalahmakalah.blogspot.com/2016_04_06_archive.html
<1% -
https://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2013/09/b-m-rachman-islam-dan-liberalis
me.pdf
<1% - https://kismawadi.blogspot.com/2011/11/
<1% - https://alkautsarkalebbi.wordpress.com/page/4/
<1% - https://zeqjs.wordpress.com/category/pustaka/sosial-politik/page/2/
<1% - https://awirhusni.blogspot.com/2011/10/islam-dan-barat-tinjauan-pengaruh.html
<1% - https://pustakasamudra.wordpress.com/ilmu-tauhid/
<1% -
https://www.academia.edu/26696004/HUKUM_ISLAM_DI_DUNIA_ISLAM_MODERN
<1% - https://anansaputra.blogspot.com/2012/08/filsafat-ilmu.html
<1% - https://islamicreform.blogspot.com/
<1% -
https://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2018/09/28/151423/kritik-dekonstr
uksi-syariah-menggunakan-konsep-maqasid-al-syariah-di-indonesia.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/195256667/Pemikiran-Ekonomi-as-Syatibi
<1% -
https://www.academia.edu/11661571/Membangun_Teori_Politik_Hukum_Islam_di_Indon
esia_Constructing_a_Political_Theory_of_Islam_Law_in_Indonesia
<1% - https://slideplayer.info/slide/4869957/
<1% -
https://m-arif-am.blogspot.com/2011/02/pakaian-perempuan-menurut-muhammad.ht
ml
<1% - https://aminabd.files.wordpress.com/2010/06/makalah-24-25-nop-20021.pdf
<1% -
https://www.eramuslim.com/umum/pakai-sayyidina-dalam-shalawat-bagaimana-hukum
nya.htm
<1% - https://idristunru.wordpress.com/2015/12/page/2/
<1% - https://walangjurnal.wordpress.com/page/2/
<1% -
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-syafaat210-3952-1-21020
91-_.pdf
<1% -
https://syariah.iain-surakarta.ac.id/1550/profil-dosen-muhammad-julijanto-s-ag-m-ag/
<1% - https://en.wikipedia.org/wiki/Tariq_Ramadan
<1% - https://www.scribd.com/document/384988215/PEDOMAN-AKADEMIK-2017-pdf
<1% -
https://terompah9.wordpress.com/2011/10/21/menghidupkan-mozaik-islam-nusantara/
<1% - https://www.academia.edu/3582076/Islam_Democracy_and_Good_Governance
<1% -
https://mafiadoc.com/jurnal-penelitian-islam-empirik-p3m-stain-kudus_59d33bf61723d
da536a7f628.html
<1% - https://referensidunia.blogspot.com/2011/03/tata-cara-sholat.html
<1% -
https://s2hukum.blogspot.com/2009/12/kumpulan-tugas-makalah-mhs-s2-hukum-uid_
13.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/5988157/Postur-Militer-Negara-negara-Asia-Tenggara
<1% - http://jiis.uinsby.ac.id/index.php/JIIs/article/download/100/100
<1% -
https://perpushibah.blogspot.com/2014/04/uud-1945-penetapan-sebagai-konstitusi.ht
ml
<1% - https://abdulahanaa.blogspot.com/
<1% -
https://www.academia.edu/35620714/NUSYUZ_ANTARA_KEKERASAN_FISIK_DAN_SEKSU
AL
<1% - http://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/Ahwal/article/view/08102
<1% -
https://sutricahyokusumosutri.blogspot.com/2011/10/sap-pemikiran-modern-dalam-isla
m.html
<1% -
https://id.scribd.com/doc/250058477/Kementerian-Negara-Dan-Sistem-Penyelenggaraa
n-Pemerintahan
<1% - https://zombiedoc.com/buku-1.html
<1% -
https://www.academia.edu/9835453/RESISTENSI_ULAMA_ZAYTUNAH_DAN_PARTAI_AN-
NAHDA_DALAM_PELARANGAN_POLIGAMI_DI_TUNISIA
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/506/6/10210053%20Bab%202.pdf
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43381/Reference.pdf;sequence
=1
<1% - http://www.muslimphilosophy.com/ip/Bibliography.htm
<1% - https://poligamiallabout.blogspot.com/2008/08/
<1% -
https://youchenkymayeli.blogspot.com/2015/04/al-ayyam-mengenal-historiografi-arab.
html
<1% -
https://muhamadsyahwanode.blogspot.com/2013/09/penegakan-hukum-islam-dalam-s
istem.html
<1% -
https://misterrakib.blogspot.com/2013/06/disertasiku-tentang-memukul-anak-yang.htm
l
<1% -
https://www.academia.edu/34877926/Realisme_Hukum_Pada_Pemikiran_Filsafat_Hukum
_Hukum_Ekonomi_Sore_A_Legal_Realism_adalah_suatu_gerakan_intelektual_pada_tahun
_1920_dan_1930_di
<1% - https://lunayahasna.wordpress.com/
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/376/7/072111012_Bibliografi.pdf
<1% - http://studentsrepo.um.edu.my/5288/8/8._Bibliografi.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/30894174/A_History_Of_Islamic_Law_DOWNLOAD_HERE
<1% - https://issuu.com/kruntil/docs/islam__kemodernan_dan_keindonesiaan
<1% -
https://rumahpintar964.wordpress.com/2016/07/24/politik-hukum-islam-pada-masa-or
de-baru/
<1% - https://msitadriskimia.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://www.academia.edu/29852434/PENDEKATAN-PENDEKATAN_DALAM_ISLAMIC-ST
UDIES-By-Syamsul-Bakri1.pdf
<1% - https://muse.jhu.edu/chapter/405280
<1% - http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/karsa/article/view/732