pinworm infection

19
MAKALAH MINOR ILLNESS PINWORM INFECTION ( ENTEROBIASIS) Disusun oleh : Elva Asmiati 14/374164/FA/10192 Wistiani Tri Wardani 14/3741!/FA/10211 Wid"a #aris Alhasan" 14/374211/FA/10227 $ose%hine A&nes 'ur(a 14/374244/FA/10239 )hairunissa *rnanda 14/374!!1/FA/102!3 'risnu Tirtanirmala14/37!241/FA/10312 An&&it $ustitia PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2014

Upload: erin-kelly

Post on 04-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Swamedikasi untuk pinworm infection

TRANSCRIPT

MAKALAHMINOR ILLNESS

PINWORM INFECTION( ENTEROBIASIS)

Disusun oleh :Elva Asmiati14/374164/FA/10192Wistiani Tri Wardani 14/374185/FA/10211Widya Haris Alhasany 14/374211/FA/10227Yosephine Agnes Purba 14/374244/FA/10239Khairunissa Irnanda14/374551/FA/10253Prisnu Tirtanirmala14/375241/FA/10312Anggit Yustitia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKERFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS GADJAH MADA2014

I. PENDAHULUAN

A. DefinisiPinworm infection merupakan infeksi yang disebabakan oleh cacing/parasit berukuran sangat kecil. Infeksi kremi sering terjadi dan mudah menyebar, terutama pada anak-anak. Infeksi ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, dan produktivitas penderitanya karena menyebabkan kehilangan nutrisi karbohidrat dan protein serta kehilangan darah. Oleh karena itu, diperlukan treatment tertentu untuk menghilangkan parasit penginfeksi tersebut.

B. EtiologiPinworm infection disebabkan oleh parasit dengan nama ilmiah Enterobius vermicularis, sehingga infeksi cacing kremi sering disebut enterobiasis.Enterobius vermicularis merupakan parasit yang umumnya menginfeksi usus manusia. Cacing jantan berukuran panjang 2-5 mm, mampu hidup selama 2 minggu dan hidup di sistem gastrointestinal bagian bawah (tidak bermigrasi). Cacing betina berukuran dua kali lipat lebih panjang daripada cacing jantan, 8-13 mm, dan biasanya menyimpan 11.000 telur di dalam tubuhnya. Telur cacing umumnya dewasa selama 1-2 bulan pada saluran gastrointestinal dan menjadi cukup besar untuk bermigrasi. Cacing betina yang sedang mengandung telur biasanya bermigrasi ke area rektal untuk bertelur seringnya pada malam hari. Cacing betina biasanya akan mati setelah menyimpan telurnya. Cacing kremi akan menyimpan telur mereka sepanjang perineum dan bahkan di vagina. Larva akan menetas dari telur-telur tersebut setelah beberapajam dan mampu masuk kembali ke dalam kolon melalui anus (retroinfeksi). Kira-kira 2 6 minggu setelah telur masuk ke dalam tubuh seseorang, larva bisa menetas dan menjadi cacing dewasa. Manusia merupakan host alami, cacing kremi tidak hidup pada kucing dan anjing.Infeksi cacing kremi akan menyebabkan rasa gatal yang intens pada area perianal. Menggaruk dengan kuat akan menghasilkan ruam pada kulit. Efek yang tidak nyaman dari cacing kremi biasanya menyebabkan kurang tidur.

C. PrevalensiInfeksi cacing kremi terjadi diseluruh dunia dan sering terjadi. Angka kejadiannya cukup tinggi pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah. Walaupun infeksi pada orang dewasa sangat jarang terjadi, anak-anak dengan cacing kremi sering menginfeksi orang tua dan anggota keluarga lainnya.Faktor yang menyebabkan peningkatan resiko infeksi antara lain: usia (5-10 tahun), adanya anak-anak lain pada area tempat tinggal atau di area institusi, berbagi tempat tidur, dan tinggal pada lingkungan yang lembab.

D. TransmisiInfeksi cacing kremi bisa menyebar dengan berbagai cara, paling umum terjadi melalui kontak langsung dengan telur cacing. 1. Orang-orang dapat secara berkelanjutan terinfeksi kembali dengan dengan cara menggaruk area perianal dan menyentuh mulut mereka atau menyentuh objek yang selanjutnya dimakan atau ditempatkan didalam mulut.1. Cacing kremi juga tersebar melalui kontak tidak langsung ketika seseorang menyentuh pakaian, pakaian dalam, atau tempat tidur yang mengandung telur. Telur-telur ini selanjutnya dapat menyebar pada makanan, mainan, atau objek lain yang sering dimasukkan anak-anak kedalam mulut mereka. 1. Telur juga dapat menyebar disekitar ruangan ketika benda yang terkontaminasi digoyangkan, sehingga menyebabkan telur tersebar bersama debu. Pada kondisi yang ideal, telur dapat hidup sampai 3 minggu pada tempat tidur, pakaian, dan debu; namun setidaknya 1 dari 10 telur akan hidup setelah 2 hari pada suhu ruangan.1. Transmisi juga dapat terjadi melalui cara retro-infection. Hal ini terjadi ketika cacing kremi menginfeksi kembali host-nya dengan menetas didaerah perianal kemudian kembali lagi kedalam rektum.

E. EpidemiologiPenyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama. Penyebaran eneterobiasis biasanya terjadi di fasilitas-fasilitas child care, rumah sakit, dan keluarga. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak di sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian, dan tilam. Suatu hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3%-8%. Kelompok usia terbanyak menderita enterobiasis adalah kelompok usia 5 9 tahun.Cacing kremi tidak dapat hidup di tanah, air maupun feses hewan, tetapi telur inaktif dari cacing ini dapat menempel pada bulu hewan peliharaan. Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan. Anak yang mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alas kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit. Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.

F. DiagnosisGatal pada area perianal dan perineal terutama pada malam hari, serta insomnia merupakan keluhan utama dari infeksi cacing kremi. Namun, banyak infeksi cacing kremi terjadi tanpa gejala.Adanya cacing kremi dapat dikonfirmasi dengan 1-2 cara: Pertama, observasi secara langsung cacing dewasa pada area sekitar anus, perineum, atau jalur masuk kedalam vagina. setelah anak tidur atau bangun pada pagi hari. Penggunaan senter akan membantu pencarian tersebut. Kedua, observasi telur cacing yang memiliki ukuran sebesar kepala peniti dibawah mikroskop. Selotip sepanjang 2 inchi ditempelkan ke daerah perianal anak pada pagi hari sebelum anak bangun. Selotip tersebut selanjutnya dipindahkan ke glass slide untuk diuji lebih lanjut.Cacing kremi dapat diidentifikasi sekitar 50% setelah mengaplikasikan salah satu dari 2 cara tersebut. Tes-tes tersebut seharusnya diulangi 3-5 kali berturut-turut sebelum menghasilkan hasil negatif.

G. GejalaBeberapa individu dengan infeksi cacing kremi mungkin tidak merasakan gejala apapun. Namun, infeksi cacing kremi dapat diduga berdasarkan gejala berikut.1. Sering gatal pada daerah anal umumnya pada malam hari.1. Tidur gelisah karena gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina bergerak ke daerah anus dan meletakkan telurnya.1. Nyeri, ruam, atau iritasi kulit lainnya di sekitar anus.1. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang, tetapi dapat terjadi pada infeksi berat)1. Adanya kehadiran cacing kremi di daerah anus.

Sumber : http://www.medicinenet.com/pinworm_infection/page2.htm

H. Terapi1. Sasaran TerapiKecacingan adalah kondisi keberadaan cacing di dalam tubuh manusia. Sasaran terapi dalam pengobatan kecacingan adalah dengan menghilangkan keberadaan cacing serta mencegah terjadinya reinfeksi pada penderita dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan penderita.2. Tatalaksana TerapiTerapi Non Farmakologia) Saat infeksi terdeteksi pada anggota keluarga, seluruh anggota keluarga sebaiknya diberikan anthelmintik karena kemungkinan terdapat/terjadi tahap awal infeksi yang tidak memperlihatkan gejala.b) Infeksi mudah terjadi/menular karena kontak sehingga kebersihan harus diperhatikan/dijaga. Semua anggota keluarga sebaiknya mencuci tangan dengan sabun/air hangat sebelum mempersiapkan, menangani atau memakan makanan. Telur dapat tinggal pada kuku tangan, kuku sebaiknya dijaga agar tetap pendek dan digosok dengan sikat kuku saat mencuci tangan. Hilangkan atau kurangi kebiasaan menggigit-gigit kuku.c) Anak-anak yang terinfeksi sebaiknya menggunakan pakaian dalam sebelum menggunakan pakaian tidurnya untuk menghindari perpindahan telur ke tangan/jari mereka saat menggaruk saat tidur. Tidak menggaruk-garuk bagian yang gatal di sekitar anal saat tidur.d) Individu yang terinfeksi sebaiknya mandi setiap bangun pagi untuk membersihkan telur-telur yang ada pada malam hari. Diutamakan mandi dengan shower/pancuran untuk menghindari telur-telur pinworm masuk ke dalam bak mandi.e) Pakaian, mainan, sprei dan handuk hendaknya diganti/dicuci secara rutin dengan air hangat untuk menghancurkan telur-telurnya.f) Membuka gorden/tirai/jendela setiap hari karena cacing tersebut sensitif terhadap cahaya.g) Terapi Farmakologi KETPIPERAZINPIRANTEL PAMOATMEBENDAZOLALBENDAZOL

Indikasi Askariasis, oksiuriasis, enterobiasisAskariasis, oksiuriasis, enterobiasis, ankilostomiasis, dan nekatoriasisAskariasis, enterobiasis, ankilostomiasis, dan trikhuriasis.

Trikuriasis, askariasis, enterobiasis

MekanismeBlokade respon cacing terhadap asetilkolin (neuromuscular block leading), cacing mengalami paralisis, sehingga mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.Pirantel merupakan depolarizing neuromuscular agent yang dapat melumpuhkan cacing dewasa sehingga akan lepas dari usus dan dikeluarkan dari tubuh bersama kotoran. Pirantel diabsorbsi secara lemah dan diekskresikan dalam bentuk yang tak berubah di feses (Goad dan Mallari, 2009).Menghambat kerusakan struktur subselular, menghambat sekresi asetilkolin-esterase, dan menghambat ambilan glukosa secara irreversible sehingga terjadi deplesi glukosa pada cacing. Memiliki khasiat obat kecacingan yang mempunyai jangkauan luas terhadap cacing-cacing parasit.Menghambat transport glukosa pada cacing, menghambat sintesis protein dan energi sehingga menghambat sintesa ATP yang membuat cacing tidak menjadi parasit pada manusia.

KontraindikasiEpilepsi, alergi, kelainan fungsi ginjal atau hatiPenderita penyakit hati. Tidak boleh diberikan pada anak di bawah 2 tahun, atau yang berat badan < 12,5 kg. Kategori pada wanita hamil termasuk obat golongan C. Ibu menyusui, kehamilan trimester pertama.Ibu hamil, alergi, leukopenia, akpesia, dan balita.

Anak < 6 bulan, kehamilan trimester pertama

Efek sampingMual, muntah, diare, alergiTidak nafsu makan, mual, muntah, nyeri perut, diare, sakit kepala, keram, lemas.Nyeri perut, diare, sakit kepala, demam, gatal-gatal, dan ruam kulit.Gangguan saluran cerna, sakit kepala, pusing

Bentuk sediaanSirup piperazin sitrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml). Sirup piperazin heksahidrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)Tablet 125 mg dan 250 mgTablet 100 mg

Tablet

Dewasa dan anak-anaktunggal 3-4 gram, anak-anak 25 mg/kg BB Tablet 125 mg- 1 5 tahun : 1 tablet- 5 9 tahun : 2 tablet- 10 15 tahun : 3 tablet- diatas 15 tahun dan dewasa : 4 tablet Tablet 250 mg- 1 5 tahun : tablet- 5 9 tahun : 1 tablet- 10 15 tahun : 1 tablet- diatas 15 tahun dan dewasa : 2 tabletAnak > 6 bulan dan dewasa, dosis tunggal 100 mg. Anak > 6 bulan dengan BB < 10 Kg 50 dosis tunggal 50 mg.Dosis kedua setelah 2-4 mingguAnak > 6 bulan dan dewasa, dosis tunggal 400 mg. Anak > 6 bulan dengan BB < 10 Kg dosis tunggal 200 mg.Dosis kedua setelah 2-4 minggu

SumberAnonim, 2011Sukandar, dkk, 2011Depkes, 2006Depkes, 2006Sukandar, dkk, 2011

Algoritma Terapi Enterobiasis (Goad dan Mallari, 2009)

TidakTidakTidakYaYaYaPasien dengan keluhan nyeri perianal atau perinealTanyakan tentang kemungkinan hipersensitivitas terhadap pirantel pamoatApakah termasuk pengecualian untuk pengobatan diri sendiriInfeksi pinworm dibuktikan dengan tape swab atau inspeksi visual pada malam hariRekomendasikan pirantel pamoat untuk pasien yang tidak memiliki pengecualian untuk pengobatan sendiri. Instruksikan pasien dan keluarganya dalam penggunaan obat. Follow up dalam 2 mingguPeriksa ke dokterPeriksa ke dokter untuk menentukan penyebab atau gelaja yang lainGejala dapat diselesaikanNasehati pasien dengan treatment yang tidak lama digunakan untuk reinfeksi yang terjadiPeriksa ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan memungkinan terapi berulang

3. EVALUASI PRODUK PRODUKSEDIAANKOMPOSISIEVALUASI

TUNGGAL

1. AficitrinSirupPiperazin sitrat 1,25 g/5mLEfektif

AscaronSirupPiperazin sitrat 1 g/5mLEfektif

CombicetrineSirupPiperazin sitrat 1,25 g/5mLEfektif

DegezineSirupPiperazin sitrat 1,25 g/5mLEfektif

ErlixonSirupPiperazin sitrat 1 g/5mLEfektif

ImarcitrinSirupPiperazin sitrat 1 g/5mLEfektif

ItrazineSirupPiperazin sitrat 1 g/5mLEfektif

Neo UltraxonSirupPiperazin sitrat 1 g/5mLEfektif

UpixonSirupPiperazin sitrat 1 g/5mLEfektif

VascoxinSirupPiperazin sitrat 1 g/5mLEfektif

AscominSirupPiperazin heksahidrat 1 gEfektif

CombatrinSirupPirantel pamoat 50 mg/mLEfektif

TabletPirantel pamoat 125, 250 mgEfektif

CompyrantelTabletPirantel pamoat 125, 250 mgEfektif

KonvermexTabletPirantel pamoat 125, 250 mgEfektif

SirupPirantel pamoat 50 mg/mLEfektif

MedicomtrinTabletPirantel pamoat 125, 250 mgEfektif

PantrinTabletPirantel pamoat 125, 250 mgEfektif

WormetrinSirupPirantel pamoat 50 mg/mLEfektif

TabletPirantel pamoat 125, 250 mgEfektif

KOMBINASIEfektif

QuantrelTabletPirantel pamoat 150 mg dan Oksantel pamoat 150 mg Efektif

SirupPirantel pamoat 100 mg/5mLEfektif

4. Produk Pilihan1. Mebendazole merupakan treatment of choice untuk infeksi cacing. Cocok untuk pasien berumur lebih dari 2 tahun, dengan dosis tunggal yang sama untuk semua umur. Hampir tidak mempunyai efek samping dan aman untuk ibu hamil.1. Mebendazole tidak dianjurkan untuk diberikan tanpa resep pada anak kurang dari 2 tahun. Sedangkan piperazine dapat digunakan untuk anak mulai umur 1 tahun. Anak di bawah 1 tahun harus menggunakan resep dokter.1. Mebendazole dan piperazine harus diberikan dengan resep dokter pada wanita hamil.1. Piperazine boleh diberikan tanpa resep dokter untuk kasus roundworms, namun harus jelas diagnosisnya.1. Untuk mencegah terjandinya re-infeksi dan transmisi cacing kremi, harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan secara ketat.

II. PEMBAHASAN

1. KasusPada suatu hari di apotek X datang seorang ibu beserta anaknya yang berumur 4 tahun. Ibu itu menanyakan obat yang cocok buat anaknya. Saat ditanya oleh apoteker ibu itu kemudian menceritakan bahwa anaknya akhir-akhir ini terlihat lebih lemas, kurang aktif dan kurang nafsu makan, lalu hampir setiap malam pada 5 hari terakhir terasa gatal pada bagian anus. Saat diperiksa ternyata ada sesuatu berwarna putih dari duburnya. Awalnya sang ibu mengira benda putih tersebut merupakan parutan kelapa yang dikonsumsi anaknya pada siang harinya. Ibu tersebut sudah mulai melarang anaknya untuk makan parutan kelapa. Namun pada malam hari si anak masih merasa gatal pada anusnya. Akhirnya sang ibu mengetahui bahwa sesuatu yang berwarna putih itu adalah cacing kremi setelah menceritakan kejadian tersebut kepada temannya, sehingga ibu tersebut pergi ke apotek untuk membeli obat.

A. Analisa Kasus W : Who is it for? (Siapa yang sakit?)Nama pasien: SandraUsia: 4 tahunBerat badan: 25 Kg W : What arre the symtoms ? (Apa gejalanya?)Gejalanya : lemas, kurang aktif dan kurang nafsu makan, lalu hampir setiap malam pada 5 hari terakhir terasa gatal pada bagian anus H : How long have the symtoms? (Berapa lama gejala diderita?)Sejak 5 hari yang lalu A : Actions taken so far? (Tindakan apa yang sudah dilakukan?)Mengurangi konsumsi parutan kelapa M : Medication they are taking? (Obat apa yang sudah dilakukan?)Belum mengonsumsi obat

Setelah sesi bertanya dilakukan maka farmasis perlu melakukan penyelesaian kasus. Dalam hal ini farmasis dapat menggunakan metode SOAP dalam menyelesaikan kasus yang ada :1. S : Subjective1. gatal disekitar anus 1. tidak bisa tidur1. gelisah1. Terlihat seperti parutan kelapa berwarna putih 1. Usia : 4 tahun1. Berat badan: 15 kg1. O : Objective 1. 1. A : AssessmentDari keluhannya pasien yang mengalami infeksi cacing. Berdasarkan tanda-tanda yang disebutkan pasien tersebut terkena infeksi cacing kremi.1. P : PlanMenghilangkan keberadaan cacing

B. Rekomendasi produkPasien mengalami pinworm infection atau yang biasa disebut terinfeksi cacing kremi berdasarkan gejala yang yang dijelaskan oleh sang ibu, bahwa pasien mengalami gatal dimalam hari dan ditemukan beberapa cacing putih pada bagian dubur yang menyebabkan gatal. Obat antihelmintik yaitu mebendazole dan piperazin. Pada kasus pinworm infection obat yang dapat diberikan adalah mebendazole. Mebendazole efektif untuk mengobati pinworm dan roundworm, namun hanya pada kasus pinworm infection dapat diberikan tanpa resep dokter. Sebaiknya dilakukan konseling pada pasien untuk membiasakan cuci tangan sebelum makan, tidak menggaruk dubur saat gatal dan minum obat secara teratur. Obat-obat yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:NoNama ObatNama DagangDosis dan Bentuk SediaanHarga/tablet

1Mebendazole(OWA maks 6 tablet)Vermox 500Tablet500mgRp 14.400

2Albendazole(OWA 200mg maks 6 tablert, 400mg maks 3 tablet)HelbenTablet200mg ; 400mgRp 3000

3Pyrantel pamoat(OTC)Combantrin, CompyrantelTablet125mg & 250mg Sirup 25 mg/ml rasa jerukSirup 50 mg/ml rasa caramel125mg = Rp 650250mg = Rp 700

Sirup :Rp 8.200,00

Alasan Merekomendasikan:1. Pyrantel pamoat juga dapat digunakan untuk infeksi enterobius vermicularis yang merupakan golongan OTC dan harganya lebih murah2. First line terapi dari Guideline Handbook of Non Prescription Drug.3. Terapi yang efektif untuk penanganan infeksi E. vermicularis (Margono, 2006)4. Anak berumur 4 tahun belum bisa minum tablet sehingga pemberian sediaan sirup lebih tepat.

Obat yang dipilih oleh pasien:Combantrin Syrup Komposisi: Pirantel Pamoat 25 mg/mlIndikasi: Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichostrongylus colubriformis dan orientalis, sebagai infeksi tunggal atau ganda.Kontraindikasi: - Efek Samping: Tidak ada nafsu makan, kejang perut, mual muntah, diare, sakit kepala, pusing, rasa mengantuk, sukar tidur.Dosis: 10 mg/Kg BB x 15 Kg = 150 mg 6 mlFrekuensi: 1 kali, dapat diulang 2 minggu kemudian.Biaya : Rp 8.200,-

C. Monitoring dan Follow-Up 1. Monitoring gejala yang dialami oleh pasien apakah mengalami perbaikan atau tidak ? Jika tidak, pasien disarankan untuk periksa ke dokter.1. Monitoring efek samping dari obat yang digunakan (combantrin) yaitu anoreksia (nafsu makan hilang), mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, mengantuk, merah-merah pada kulit, keringat dingin, berkeringat, pruritus, urtikaria.

E. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)1. Edukasi gejala dan tanda-tanda cacingan2. Edukasi penyebab cacingan3. Edukasi pencegahan terjadinya reinfeksi4. Dosis yang digunakan untuk anak dibawah 5 tahun 250 mg dan frekuensi penggunaan adalah dalam dosis tunggal5. Cara penggunaan obat. 1 jam setelah makan6. Minum kembali obat setelah 2 minggu kemudian untuk membunuh parasit yang belum terbunuh sebelumnya karena masih dalam bentuk telur7. Semua keluarga diharapkan juga meminum obat cacing ini karena ada kemungkinan tertular8. Penyimpanan produk. Produk disimpan pada tempat kering dan terlindung dari cahaya

1. KESIMPULAN Sandra (4 tahun) terinfeksi cacing kremi. Obat yang digunakan adalah Combantrin sirup, dengan zat aktif pirantel pamoat 25mg/ml. Dosis penggunaan 6 ml. Obat dikonsumsi kembali setelah 2 minggu untuk membunuh cacing yang tersisa. Kebersihan diri dan lingkungan pasien harus dijaga agar tidak terjadi re-infeksi.

1. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Parasitologi Kedokteran, edisi 3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.Anonim, 2008, Epidemiology and Disease Control Programs: Pinworm Fact Sheet, Maryland Department of Health and Mental Hygiene: UK.Anonim, 2008, McKinley Health Center: Pinworm Infection, The Board of Trustees of the University of Illinois: US.Anonim, 2011, MIMS Petunjuk Konsultasi, edisi 11, InfoMaster, Jakarta.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 424/Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian CacinganDepartemen Kesehatan, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.Goad J.A dan Mallari, Joycellin. 2009. Handbook of Nonprescription Drugs An Interactive Approach to Self Care 16th Edition.American Pharmacist Associationhttp://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/Pinworm.pdfhttp://www.impcna.com/intranet/Nelson%20Pediatric/Infections/PinwormInfection%5B1%5D.pdfMargono, Sri S., 2006, Epidemiologi Soil Transmitted Helmints, dalam buku Parasitologi Kedokteran Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.Nathan, A., 2010, Non-Prescription Medicines, Ed. 4, Pharmaceutical Press: UK.OConnell, J. J., 2004, The Health Care of Homeless Persons: A Manual of Communicable Diseases and Common Problems in Shelters and on the Streets, Boston Health Care for the Homeless Program: US.Sukandar, dkk, 2011, ISO Farmakoterapi 2, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.