pilsafat mayavada

30
PILSAFAT MAYAVADA ADALAH ASAT-SASTRA I. ASAL-USUL PILSAFAT MAYAVADA Pilsafat mayavada disebutkan dalam Veda bahwa pilsafat ini diajarkan oleh Deva Siva dalam inkarnasinya sebagai Acarya Sankara atau Sankaracarya. Dikatakan bahwa bahwa Siva memberitahu istrinya Durgadevi sebagai berikut. mayavadam asac chastram pracchannam baudham ucyate mayaiva kalpitam devi kalau brahmana rupena (Wahai Devi istriku, pada jaman Kali saya akan lahir sebagai seorang brahma - na dan menjelaskan Veda dengan pilsafat palsu mayavada yang mirip dengan pilsafat Buddhisme) Padma-Purana Uttara-Kanda 25.7. II. ARTI KATA MAYAVADA Kata “mayavada” terdiri dari kata maya dan vada . Maya berarti tenaga materi-

Upload: gung-ngara

Post on 26-Jun-2015

100 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PILSAFAT MAYAVADA

PILSAFAT MAYAVADAADALAH

ASAT-SASTRA

I. ASAL-USUL PILSAFAT MAYAVADA

Pilsafat mayavada disebutkan dalam Veda bahwa pilsafat ini diajarkan oleh

Deva Siva dalam inkarnasinya sebagai Acarya Sankara atau Sankaracarya.

Dikatakan bahwa bahwa Siva memberitahu istrinya Durgadevi sebagai berikut.

mayavadam asac chastram

pracchannam baudham ucyate

mayaiva kalpitam devi

kalau brahmana rupena

(Wahai Devi istriku, pada jaman Kali saya akan lahir sebagai seorang brahma-

na dan menjelaskan Veda dengan pilsafat palsu mayavada yang mirip dengan

pilsafat Buddhisme) – Padma-Purana Uttara-Kanda 25.7.

II. ARTI KATA MAYAVADA

Kata “mayavada” terdiri dari kata maya dan vada. Maya berarti tenaga materi-

Page 2: PILSAFAT MAYAVADA

BRAHMA SATYAM

(HANYA BRAHMAN

YANG SEJATI)

JAGAN MITHYA

(ALAM MATERIAL DAN

SEGALA ISINYA TIDAK

NYATA/PALSU

JIVO BRAHMAIVA NA APARAH

(MAKHLUK HIDUP/JIVA SAMA

ATAU IDENTIK DENGAN BRAH-

MAN/TUHAN)

(1) (2) (3)

-al yang mengkhayalkan, dan vada berarti paham pemikiran atau pilsafat. Jadi

mayavada berarti pilsafat tentang maya, tenaga yang mengkhayalkan atau pil-

safat tentang khayalan.

III. PONDASI PILSAFAT MAYAVADA

1. Pondasi pilsafat mayavada adalah pernyataan Sankara berikut

2. Ketiga pernyataan pilosofis tersebut tercantum dalam kitab Sariraka Bhasya

yang ditulis oleh Sankara sendiri dan merupakan penjelasan/komentar atas

kitab Vedanta Sutra (yang juga disebut Sariraka Sutra) karya sa-

ng penyusun Veda yaitu Rishi Dvaipayana Vyasa. Dan Vyasa sen

diri, atas nasehat Devarishi Narada,sebelumnya telah menulis ki-

tab Srimad Bhagavatam sebagai penjelasan/komentar Vedanta-

Sutra yang telah ditulisnya.

IV. PANDANGAN TENTANG TUHAN

Menurut pilsafat mayavada, Brahman adalah Tuhan tanpa wu-

jud (nirakara), tanpa sifat apapun (nirguna) dan tanpa ciri apa-

pun (nirvisesa). Sebab, kata Sankara,jika Tuhan berwujud,ma-

Page 3: PILSAFAT MAYAVADA

ka Ia tidak mungkin menjadi sumber segala sesuatu. Bila sesuatu itu telah

menjadi banyak beraneka-ragam, wujudnya itu akan brobah dan tidak ada la

gi. Hal ini berlawanan (tidak cocok) dengan pernyataan Veda bahwa Tuhan

(Brahman) kekal-abadi, satu tiada dua, tidak terbagi-bagi dan tidak

pernah berobah.

Contoh, sebatang kayu tidak akan ada lagi karena telah berobah

menjadi rak, meja dan korsi. Berdasarkan logika dan argumen ma-

terialistik ini Sankara berani menyatakan bahwa Rishi Vyasa telah

secara keliru menjelaskan tentang Tuhan seraya ber-kesimpulan

bahwa Brahman impersonal (tanpa wujud, sifat dan ciri) inilah ya-

yang satyam, sungguh benar, nyata, sejati sebagai sumber segala sesuatu.

V. PANDANGAN TENTANG ALAM DUNIA

Menurut Sankara, jagat (alam dunia) yang terwujud ini adalah sesungguhnya

mithya, tidak nyata, tidak sejati alias palsu,sebab ia adalah produk

maya, ilusi/khayalan. Menganggap dunia sebagai nyata atau seja-

ti adalah sama saja dengan meng-anggap se-utas tali sebagai se-

ekor ular. Atau menganggap kulit kerang yang berkilauan (diterpa

cahaya matahari) sebagai sekeping perak.

VI. PANDANGAN TENTANG MAKHLUK HIDUP

Menurut pilsafat mayavada, sang jiva (makhluk hidup) adalah

sama dan identik dengan Brahman (Tuhan). Fakta ini sesuai

Page 4: PILSAFAT MAYAVADA

dengan pernyataan sloka-sloka Veda Sruti berikut. “Aham brahmasmi, sa-

ya adalah Brahman (Brhad Aranyaka Up.1.4.10). Tat tvam asi, anda adalah

Brahman itu pula (Chandogya Up.6.14.3). Ayam atma brahman, sang Atma

adalah Brahman itu juga (Mandukya Up. sloka 2). So’ ham asmi, diriku ada

lah Ia (Brahman) itu (Isa Up. sloka 16).

Berdasarkan sloka-sloka tersebut, disimpulkan,”Atman

braman aikyam, atman adalah sama dengan Brahman”.

Atau sang makhluk hidup (jiva) adalah sama dengan Tu

han (Brahman).

VII. NAMA LAIN PILSAFAT MAYAVADA

1. Oleh karena menganggap sang makhluk hidup (jiva) yang kecil, remeh dan

tidak berdaya sama dengan Tuhan (Brahman) yang maha-kuasa, maka pil-

safat mayavada ini disebut Advaita-Vada, pilsafat non dualistik yakni pilsa

fat yang tidak mengakui adanya perbedaan antara jiva

(makhluk hidup) dengan Tuhan (Brahman).

2. Oleh karena menganggap Brahman (Tuhan) bisa ditu-

tupi (=dikhayalkan) oleh maya, dan segala wujud mate

rial di dunia fana sebagai illusi/khayalan yaitu penam-

pakan Brahman yang ditutupi maya, maka pilsafat ma-

yavada ini di-sebut pula Vivarta-Vada, pilsafat tentang

illusi/khayalan.

SAYA ADALAH TUHAN

Page 5: PILSAFAT MAYAVADA

VIII. TEORI TENTANG DUA MACAM BRAHMAN

1. Untuk menjelaskan hakekat Tuhan yang turun ke dunia fana dan disebut

Avatara, Sankara mengemukakan teori adanya dua Brahman.

NIRGUNA-BRAHMAN = BRAHMAN TRANSCENDENTAL, TANPA WUJUD, SIFAT DAN CIRI, MUTLAK, SPIRITU-

AL, TIDAK DITUTUPI/DIKHAYALKAN MAYA DAN BUKAN PRODUK MAYA

SAGUNA-BRAHMAN = BRAHMAN IMMANENT DENGAN WUJUD SIFAT DAN CIRI MATERAIL, RELATIP, DI-

TUTUPI/DIKHAYALKAN MAYA DAN MERUPAKAN PRODUK MAYA

2. Para Avatara Tuhan adalah Saguna Brahman yang terwujud dari sifat alam

sattvam (kebaikan). Sedangkan para makhluk hidup (jiva) adalah Saguna

Brahman yang ter-wujud dari sifat alam alam rajas (kenafsuan) dan tamas

(kegelapan/kebodohan). Oleh karena sifat sattvam, rajas dan tamas adalah

unsur-unsur maya, maka baik para Avatara Tuhan maupun para jiva di du-

nia fana adalah produk maya.

3. Menurut orang-orang Mayavadi (=penganut pilsafat mayavada), konsep Tu-

han berpribadi (Personal God) yang berada dimana-mana pada tingkat vi-

suddha-sattvam (kebai-

ikan murni/spiritual) ada

lah kebodohan. Sebab,

kata mereka, visuddha-

sattvam adalah transfor

masi sifat alam sattvam

= SAGUNA BRAHMAN

Page 6: PILSAFAT MAYAVADA

yang tetap merupakan unsur maya.

IX. HAKEKAT MAYA

Para pilosof mayavadi tidak bisa menjelaskan apa sebenarnya maya itu yang

mampu menutupi/mengkhayalkan Tuhan (Brahman) sehingga menjadi berwu

jud Avatara, para makhluk hidup dan bermacam-macam wujud material lain.

Mereka mengatakan bahwa maya adalah semacam tenaga misterius yang di-

mengerti dengan analogi berikut.

SINAR MATAHARI PRISMA MENJADIBERANEKA MACAM

SINAR BERWARNA WARNIDITUTUPI

BRAHMAN DITUTUPI MAYA MENJADI BERANEKA MACAM WUJUD

MATERIAL

MAYA ITU APA?

X. CARA ORANG-ORANG MAYAVADI MEMAHAMI VEDA

1. Mereka menafsirkan langsung sloka-sloka Veda Sruti (ke-empat Veda dan

kitab-kitab Upanisad) dan Vedanta Sutra tanpa memperdulikan perintah Ve-

da bahwa untuk mengerti Veda Sruti dan Vedanta, seseorang harus mene-

rima penjelasan Veda Smrti (yaitu Itihasa dan kitab-kitab Purana).

Contoh, sloka Rg Veda 1.1164.46, Indram mitram varunam agnim ahuh atha

divyah ... ekam sad vipra bahudha vadanti, orang-orang bijaksana menye-

but Ia (Brahman) dengan banyak nama seperti Indra, Mitra, Varuna dan Ag-

Page 7: PILSAFAT MAYAVADA

ni... Dengan langsung membaca sloka ini tanpa perduli pada penjelasan Ve-

da Smrti, para pilosof mayavadi membuktikan kebenaran pilsafatnya bahwa

deva-deva itu adalah Brahman (Tuhan) pula.

2. Mereka memahami sloka-sloka Veda Smrti secara gauna-vrtti,

pengertian tidak langsung atau secara metaporik (kiasan). Con

toh, medan perang Kuruksetra adalah lambang badan jasmani.

Pihak Kaurava adalah lambang kejahatan dan pihak Pandava

adalah lambang kebajikan.

3. Mereka hanya mau mengutip sloka-sloka Veda yang dianggap

membenarkan pilsafatnya. Contoh, mereka senang mengutip

sloka Bg.6.29,”Sarva bhuta-stham atmanam sarva bhutani catmani ... sarva-

tra sama darsanah, Yogi sejati melihat sang Atma ada dalam badan jasmani

segala makhluk dan juga melihat segala makhluk dalam Atma. Sungguh, ia

yang telah insyaf diri melihat Atma dimana-mana”.

Tetapi mereka tidak mau perduli pada sloka Bg.18.66,”Sarva dharman pari-

tyajya mam ekam saranam vraja, tinggalkan segala kegiatan lain dan berse

rah diri saja kepadaku”, kata Sri Krishna kepada bhaktaNya Arjuna.

XI. SEPULUH KEPALSUAN PILSAFAT MAYAVADA

Sebagaimana telah dikutip dimuka, Veda menyatakan,”Mayavadam asac chas-

tram,,mayavada adalah pilsafat rohani palsu”(Padma Purana Uttara Kanda 25.7

dan ini terkait dengan sloka 62.31 dalam Purana yang sama).

Page 8: PILSAFAT MAYAVADA

Dikatakan demikian karena pilsafat mayavada ini berlawanan dari pilsafat Ve

danta. Berikut diuraikan secara ringkas 10 (sepuluh) kepalsuan pilsafat ma-

yavada.

1. Tuhan sejati adalah Brahman impersonal (Brahma satyam).

2. Dunia fana/alam material adalah palsu (jagan mithya).

3. Makhluk hidup identik dengan Tuhan (jivo brahmaiva na

aparah).

4. Nirguna Brahman menjadi Saguna Brahman.

5. Mukti berarti lebur bersatu dengan Brahman impersonal.

6. Dunia rohani/alam spiritual adalah ketiadaan/kehampaan/

kekosongan (sunya).

7. Jiva dan Brahman sebagai satu substansi spiritual sama

non individual adalah konsep spiritual sejati.

8. Tat tvam asi adalah maha-vakya paling utama.

9. Tuhan (Brahman) hanya bisa di-insyafi dan dicapai deng-

an jnana (pengetahuan spiritual).

10. Mayavada adalah pilsafat paling tinggi.

XII. KEPALSUAN PERTAMA: TUHAN ADALAH BRAHMAN IMPERSONAL

1. Menurut pilsafat Vedanta karya Rishi Vyasa, Brahman adalah Tuhan ber-

wujud spiritual dengan sifat, ciri dan tenaga (energy) tak ter-batas dan di-

sebut Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan YME.

Page 9: PILSAFAT MAYAVADA

2. Tuhan (Brahman) didefinisikan sebagai,“Janmady asya yatah, Ia dari ma-

na segala sesuatu berasal” (VS.1.1.1). Segala sesuatu men-cakup wujud,

sifat, ciri, kepribadian dan beraneka-macam penomena lain. Itu ber-arti

Tuhan pasti me-miliki wujud, sifat dan ciri spiritual. Atau Tu-

han pasti memiliki personalitas/kepribadian. Dan Veda me-

nyebut Tuhan pribadi Sri Bhagavan.

3. Tuhan pribadi/Kepribadian Tuhan YME adalah Ia yang maha

kuat/perkasa, maha terkenal/termasyur,maha kaya, maha me

ngetahui/berpengetahuan,maha indah/tampan dan maha be-

bas/merdeka (Visnu Purana 6.5.47). Dan sebagai yang maha

kuat/perkasa, Tuhan memiliki energi (sakti) yang tak terbatas.

4. Dikatakan bahwa tenaga (sakti) Tuhan yang tak terbatas itu dikelompok-

kan menjadi 3 (tiga) macam yaitu: (a) Tenaga spiritual (para sakti), (b) Te-

naga marginal (ksetrajna-sakti), (c) Tenaga material (avidya-sakti) Visnu-

Purana 6.7.61.

5. Analogi pilosofis.

PENGUSAHA/DE-

VELOPER

TENAGANYA BERUPA

- KEAKHLIAN

- UANG/MODAL

- TENAGA KERJA

MEMBUAT/MENCIP-

TAKAN JALAN TOL,

JEMBATAN, MALL

SEKOLAH DSB.

IA TETAP SEBAGAI

SEORANG PENGUSA-

HA/DEVELOPER

Apabila seorang manusia mampu menciptakan berbagai-ragam fasilitas

kehidupan dengan tenaga yang dimilikinya dan tetap sebagai manusia se

Page 10: PILSAFAT MAYAVADA

SRI BHAGAVAN,

KEPRIBADIAN TU-

HAN YME SPIRI-

TUAL ABADI

TENAGA SPI-

RITUAL (PARA

SAKTI)

DUNIA ROHANI/

ALAM SPIRITUAL

TENAGA MATE-

RIAL (AVIDYA-

SAKTI)

DUNIA FANA/

ALAM MATERIAL

TENAGA MARGI-

NAL (KSETRAJ-

NA-SAKTI)

PARA MAKHLUK

HIDUP (JIVA)

TETAP SEBAGAI SRI BHAGA-

VAN, KEPRIBADIAN TUHAN

YME SPIRITUAL ABADI

(Isa Upanisad mantra pembukaan dan Brhad Aranyaka Upanisad 5.5.1,

”Purnasya purnam adaya purnam eva vasisyate, oleh karena Tuhan ada-

lah mutlak maha sempurna, meskipun segala sesuatu berasal dari diri-

Nya, namun Beliau sendiri tetap lengkap sempurna”)

4. Jadi Tuhan mencipta dan memperbanyak diri dengan tenaga (sakti) Nya.

Tidak mungkin segala sesuatu dengan ke-aneka-ragaman wujud, sifat-si

fat dan ciri berasal dari Tuhan (Brahman) tanpa wujud, sifat dan ciri apa-

telah menciptakan semua itu, lalu mengapa Tuhan Pribadi (Bhagavan)

harus dinyatakan tidak mampu menciptakan dunia fana ini dengan ber-

kata,”Brahman impersonal lah yang menciptakan dunia fana ini melalui

maya yang misterius”?.

Page 11: PILSAFAT MAYAVADA

pun. Veda menyatakan bahwa Brahman adalah salah satu aspek Tuhan di-

samping Paramatma dan Bhagavan.

5. Dengan menyatakan bahwa Tuhan adalah Brahman impersonal, para pilo-

sof mayavadi meniadakan ke-agungan/kebesaran/keperkasaan/kehebatan

/kemaha-kuasaan Tuhan.

XIII. KEPALSUAN KEDUA : ALAM MATERIAL/DUNIA FANA

ADALAH PALSU (MITHYA).

1. Veda menyatakaan bahwa pilsafat mayavada lah yang

palsu (mayavadam asac chastram), bukan alam materi-

rial/dunia fana ini. Alam material terwujud dari tenaga

material (avidya-sakti) Tuhan (Bhagavan) yang nyata (satyam), sehingga

ia tidak bisa dikatakan palsu (mithya). San mulah sammyenah prajah sad

ayatanah sat pratisthah, dunia fana beserta para makhluk hidupnya ada-

lah perwujudan yang terpisah dari Tuhan dan semuanya ber-

hakekat nyata selamanya dan bukan palsu (Chandogya Up.6.

8.4).

2. Jika alam material ini dianggap palsu, mengapa Veda menya-

takan bahwa orang yang berbuat bajik selama hidupnya kelak

lahir di alam sorgawi, dan orang yang berbuat jahat selama hi-

dupnya kelak jatuh ke neraka? Jika dunia fana ini palsu, maka

semua prinsip-prinsip dharma sebagai aturan moral men-jadi

tidak berguna.

Page 12: PILSAFAT MAYAVADA

3. Kendi berasal dari tanah dan kelak akan kembali jadi tanah. Tetapi sela-

ma tanah itu berwujud kendi, ia adalah nyata karena dapat digunakan me

ngangkut air. Begitu pula, badan jasmani dan alam material ini yang ber-

asal dari prakrti akan kembali jadi prakrti. Tetapi selama ber-

wujud badan jasmani dan alam dunia, keduanya bisa diman-

faatkan sebagai sarana dan tempat melakukan pelayanan

bhakti kepada Tuhan (Bhagavan).

4. Analogi tali dan ular (yang tercantum dalam Manduka Upa-

nisad) sebenarnya untuk menunjukkan khayalan (maya) ya-

ng menyelimuti setiap orang, sehinga tiap orang ber-pikir

bahwa badan jasmaninya yang dipanggil si Anu adalah diri

nya sendiri yang sejati.

5. Orang bisa mengetahui suatu benda secara benar dengan me-mahami

wujud, sifat dan cirinya. Khayalan timbul karena dia tidak mengerti deng-

an benar wujud, sifat dan ciri bendanya, sehingga ketika melihat seutas

tali atau sekeping kulit kerang, dia meng-anggap benda itu

sebagai ular atau perak.

6. Begitu pula, orang-orang mayavadi meng-anggap dunia fa-

na ini palsu (mithya), sebab mereka sendiri tidak mau tahu

tentang wujud, sifat dan ciri spiritual Tuhan beserta tenaga

material (avidya-sakti) dan tenaga marginal (ksetrajna-sakti)

Nya yang mewujudkan dunia fana beserta segala makhluk

penghuninya.

Page 13: PILSAFAT MAYAVADA

XIV. KEPALSUAN KETIGA : MAKHLUK HIDUP (JIVA) SAMA DENGAN TUHAN

(BRAHMAN)

1. Sloka-sloka Veda Sruti (yaitu,“Aham brah-

masmi, ayam atma brahma, so’ham, sarva

khalu idam brahman, tat tvam asi) yang di

kutip oleh para pilosof mayavadi, bukan

berarti bahwa sang makhluk hidup (jiva) sa-

ma/identik dengan Tuhan (Brahman) dalam segala hal dan aspek. Sloka-

sloka tersebut hanya menunjukkan kesamaan jiva dan Brahman secara

kwalitatip.

PILSAFAT ACINTYA

BHEDA-ABHEDA TATTVA

MAKHLUK HIDUP (JIVA) SECARA KWALITATIP SAMA DENGAN TUHAN

(BRAHMAN) YAITU SAMA SAMA BERHAKEKAT SPIRITUAL

MAKHLUK HIDUP SECARA KWANTITATIP TIDAK SAMA DENGAN TUHAN

(BRAHMAN) KARENA BERBEDA POTENSI

2. Perbedaan secara kwantitatip karena berbeda potensi ditunjukkan oleh se-

butan mereka sebagaimana tercantum dalam daftar dihalaman berikut.

3. Banyak sekali sloka-sloka Veda yang menyatakan bahwa sang makhluk hi-

dup (jiva) bukan Tuhan (Brahman), melainkan bawahan/abdi/pelayan kekal

Tuhan. Perhatikan Svetasvatara Up.6.7, tam isvaram paramam mahesva-

ram... Mundaka UP.3.1.1-2, dvasuparna sayujya sakhaya samanam vrksah

..... Katha Up.2.2.13, nityo nityanam cetanas cetananam eko bahunam yo

vidadhati kaman, dsb.

=

Page 14: PILSAFAT MAYAVADA

MAKHLUK HIDUP (JIVA) TUHAN (BRAHMAN)

- ATMA- PURUSA- BRAHMAN- ISVARA- ANU-ATMA- TITIK BUNGA API- OMBAK- KECIL- REMEH/LEMAH- POTENSI TERBATAS

- PARAMATMA- PURUSOTTAMA- PARAMBRAHMAN- PARAMESVARA- VIBHU-ATMA- API UNGGUN BESAR- SAMUDRA- MAHA BESAR- MAHA KUASA- POTENSI TAK TERBATAS

(Kata atma, purusa, brahman dan isvara bisa menunjuk makhluk hidup (jiva)

atau Tuhan karena kesamaan mereka yang berhakekat spiritual).

4. Dalam Bhagavad-Gita (Bg.15.16-17) dijelaskan tentang makhluk ksara dan

aksara dan Paramatma. Bg.13.23, Tuhan sebagai Paramatma bertindak se-

bagai saksi (upadrsta) dan pengatur (anumanta) kegiatan para makhluk hi-

dup (jiva). Bg.15.15, Tuhan sebagai sumber pengetahuan dan kelupaan ba-

gi para makhluk hidup. Bg.7.5 dan 9.10, sang jiva tergolong para-prakrti

(tenaga margimanl Tuhan) yang dikendalikan oleh Tuhan sendiri. Bg.4.14,

9.9 dn 13.22, Tuhan tidak tunduk pada hukum karma, tetapi makhluk hidup

harus tunduk. Bg.7.12, 7.14, 13.15 dan 14.9, Tuhan tidak di-ikat (= diceng-

ram maya (dengan jerat halusnya tri-guna). Dan Bg.3.27, 3.29, 14.15, 18.40,

Perbedaan secara kwantitatip karena berbeda potensi adalah sebagai

berikut.

Page 15: PILSAFAT MAYAVADA

makhluk hidup (jiva) tidak berdaya di-ikat/dicengkram maya, dan seba-

gainya.

XV. KEPALSUAN KE-EMPAT : NIRGUNA BRAHMAN MENJADI SAGUNA BRAH-

MAN

1. Apakah sebabnya Nirguna Brahman (Tuhan spiritual) bisa ditutupi (=di

khayalkan) oleh maya dan menjadi Saguna Brahman (Tuhan material)

dan jatuh ke dunia fana? Mengapa Tuhan yang maha kuasa bisa dikha-

yalkan oleh maya lalu hidup sengsara di dunia fana? Para

pilosof mayavadi tidak bisa memberikan jawaban logis dan

rasional terhadap pertanyaan ini!

2. Sri Krishna yang merupakan salah satu Avatara dikatakan

sama dengan makhluk hidup (jiva) biasa yaitu tergolong Sa-

guna Brahman, Tuhan berhakekat material. Hal ini berlawa-

nan dari pernyataan Beliau berikut,”Sambhavamy atma ma-

yaya, Saya menjelma ke dunia fana ini dalam wujud rohani-

Ku nan asli (Bg.4.6). Janma karma ca me divyam, kelahiran

dan kegiatanKu semuanya bersifat rohani. Evam yo vetti tat

tvatah tyaktva deham, siapapun yang memahami (= ingat)

fakta ini pada saat ajal, punar janma naiti, dia tidak akan la-

hir lagi di dunia fana tetapi mam eti, mencapai alam rohani

tempat tinggalKu (Bg.4.9)”. Perhatikan pula Bg.7.24.

Page 16: PILSAFAT MAYAVADA

3. Orang-orang mayavadi yang menyatakan bahwa Sri Krishna ada-

lah manusia biasa, disebut mudha, manusia tolol. “Avajananti mam

mudha manusim tanum asritam param bhavam ajananto mama bhu-

ta mahesvaram, orang-orang bodoh menghina diriKu ketika

Saya turun ke dunia fana dalam wujud makhluk manusia.Me-

reka tidak mengetahui hakekatKu yang rohani dan kemaha-

kuasaanKu atas segala sesuatu”, begitu Sri Krishna me-

ngatakan kepada bhaktaNya Arjuna (Bg.9.11).

4. Sebutan Saguna Brahman adalah “temuan” Sankara sendiri

untuk membenarkan pilsafat monistik Advaita-Vada nya bah-

wa jivo brahmaive na aparah, sang makhluk hidup (jiva) sama/identik

dengan Tuhan (Brahman).

XVI. KEPALSUAN KE-LIMA : MUKTI BERARTI LEBUR BERSATU DENGAN

BRAHMAN

1. Kesamaan si makhluk hidup (jiva) dengan Tuhan

(Brahman) berdasarkan logika udara di dalam kendi

dan udara di luar kendi, dan makna mukti adalah le-

bur dan bersatunya jiva dengan Brahman ber-dasar-

kan logika air sungai ber-satu dengan samudra; bu-

kanlah argumen dan analogi tepat untuk menggam-

barkan kedudukan dan hakekat sang makhluk hidup

dan Tuhan yang berkesadaran dan bersifat spiritual.

Page 17: PILSAFAT MAYAVADA

2. Menurut Veda, sang makhluk hidup (jiva) dan Tuhan (Brahman) adalah

pribadi-pribadi spiritual yang sadar (abhijnah) dan memiliki kebebasan

(svarat) dan kekal abadi (sanatanah). Mereka tidak bisa disamakan deng-

an unsur-unsur materi alam fana yaitu udara dan air yang

tidak sadar dan tidak hidup (Perhatikan Bg.2.12, na tu eva-

ham jatu nasam na tvam neme janadhipah ... Dan Bg.2.16,

na sato vidyate bhavo na bhavo vidyate satah ...).

3. Menurut Veda, Brahman impersonal itu adalah sesungguh-

nya cahaya (energy) Kepribadiann Tuhan YME (Bhagavan)

dan disebut Brahmajyoti. Sang jiva yang dikatakan bersatu

dengan Brahman adalah sesungguhnya masuk ke dalam

Brahmajyoti itu. Disana ia tidak bisa melakukan kegiatan apapun,sebab

disana tidak ada apa-apa kecuali cahaya berkilauan di segala penjuru.

4. Sang jiva adalah individu rohani yang hidup dan hidup berarti harus pu-

nya kegiatan yang dilakukan. Oleh karena dalam Brahmajyoti tidak bisa

melakukan kegiatan apapun, maka sang jiva jadi bosan tinggal disana

dan jatuh lagi ke dunia fana. Karena itu dikatakan,”Aruhya kr-

cchrena param padam tatah patanty adho’ nadrta yusmad an-

ghrayah, meskipun para rohaniawan itu (yang tidak mengakui

adanya wujud pribadi rohani Tuhan) telah melakukan pertapa-

an ketat dan keras sehingga mencapai mukti (dengan bersatu

ke dalam Brahman impersonal), namun pada akhirnya mere-

Page 18: PILSAFAT MAYAVADA

ka jatuh lagi ke dunia fana karena tidak mau memuja kaki padma Kepriba

dian Tuhan YME” (Bhag.10.2.32).

XVII. KEPALSUAN KE-ENAM : ALAM ROHANI ADALAH KEKOSONGAN (SUNYA)

1. Dengan menyatakan bahwa Brahman impersonal adalah kesunyataan (sa-

tyam) satu-satunya dan alam material adalah palsu (mithya), para pilosof

mayavadi menyimpulkan bahwa alam spiritual (dunia rohani) adalah su-

nya, ketiadaan/kehampaan/kekosongan. Sebab, kara mereka, ia (alam ro-

hani) adalah Brahman itu sendiri.

2. Penjelasan Veda Smrti (Itihasa dan

Purana) tentang alam spiritual yang

penuh dengan ke-aneka-ragaman,

dianggap oleh orang-orang mayava-

di masih berhakekat material. Sebab,

kata mereka, alam rohanin itu ada-

lah perwujudan sifat alam sattvam (kebaikan), salah satu unsur maya yang

mewujudkan dunia material. Dan uraian kitab-kitab Veda Smrti tentang du-

nia rohani, katanya, harus dianggap bersifat metaporik (kiasan).

3. Dengan menganggap penjelasan Veda Smrti sebagai kiasan, orang-orang

mayavadi menafsirkan setiap nama pribadi, tempat kegiatan, hubungan, si-

fat dan penomena yang (oleh Veda dikatakan) ada di alam spiritual; berda-

sarkan silat-lidah, permainan kata-kata dan olah-otak yang semuanya ber-

muara pada kesimpulan bahwa Brahman lah realita spiritual ter tinggi seja-

Page 19: PILSAFAT MAYAVADA

ALAM MATERIAL/DUNIA FANA ALAM SPIRITUAL/DUNIA ROHANI

a. Terwujud dari tenaga material (avidyasakti) Tuhan.

b. Terwujud sementara karena mengalamipenciptaan dan peleburan.

c. Berhakekat relatip dan terbatas.

d. Menyengsarakan.

e. Para makhluk hidup menderita dalamkerja keras agar bisa bertahan hidup.

f. Para makhluk hidup berkegiatan kare-na dorongan nafsu.

g. Para makhluk hidup harus mengalamiusia tua, terkena penyakit, menjadi tua

dan akhirnya mati.

a. Terwujud dari tenaga spiritual (para-sakti) Tuhan.

b. Terwujud selamanya (kekal) dan adasejak Tuhan ada.

c. Berhakekat absolut dan tak terbatas.

d. Membahagiakan.

e. Para makhluk hidup berbahagia dalamhubungan cinta-kasih (bhakti) denganTuhan (Bhagavan).

f. Para makhluk hidup berkegiatan kare-cinta-kasih (bhakti) kepada Tuhan.

g. Para makhluk hidup selamanya sehat,segar, muda, amat tampan dan menyenagkan.

ti, bukan Bhagavan (Kepribadian Tuhan YME) dan alam rohani Vaikuntha

loka tempat tinggalNya.

4. Dalam Bhagavad-Gita 15.1-2, dikatakan bahwa alam material adalah bagai

kan pohon terbalik yang akar dan batangnya mengarah ke-atas, sedang-

kan cabang, ranting dan daunnya mengarah kebawah. Dikatakan demiki-

an karena alam fana adalah refleksi (pantulan/bayangan) alam rohani tem-

pat tinggal Kepribadian Tuhan YME (Bhagavan).

Page 20: PILSAFAT MAYAVADA

XVIII. KEPALSUAN KETUJUH : JIVA DAN BRAHMAN SEBAGAI SATU SUBSTANSI

SPIRITUAL SAMA NON INDIVIDUAL ADALAH KONSEP SPIRITUAL SEJATI

1. Pernyataan bahwa sang makhluk hidup (jiva) identik dengan Tuhan ( jivo

brahmaiva na aparah atau brahman atman aikyam) dianggap kebenaran

tertinggi ketiga oleh para pilosof mayavadi setelah Brahma satyam (hanya

Brahman yang nyata/sejati) dan jagan mithya (alam dunia ini palsu).

Bahwa Brahman/Jiva adalah nirguna (tanpa sifat),

nirvisesa (tanpa ciri), nirakara (tanpa wujud) dan

anirvacaniyam (tak teruraikan dengan kata-kata),

begitu kata mereka, di benarkan oleh Brhad-Ara-

nyaka Up.3.9.26 bahwa Brahman adalah neti-neti,

bukan ini dan bukan pula itu.

2. Selanjutnya, dengan mengutip sloka Vedanta Sutra 1.1.12 bahwa Brahman

adalah anandamayo’ bhyasat, senantiasa berbahagia atau penuh kebaha-

giaan, orang-orang mayavadi berkata bahwa hanya dengan kembali menja-

di Brahman impersonal sajalah (dengan bersatu-lebur kepadaNya) sang

manusia menjadi sungguh bahagia. Selama anda berwujud, bersifat dan ju

ga berciri tertentu, selama itu anda tetap menderita, kata mereka. Jadi me-

nurut orang-orang mayavadi, berwujud berarti menderita dan tanpa wujud

berarti bahagia.

3. Pendapat-pendapat orang mayavadi tersebut diatas adalah kepalsuan bela-

=

Page 21: PILSAFAT MAYAVADA

ka. Sebab, ketiga pondasi pilosofisnya (yaitu a. Brahman satyam, b. Ja-

gan mithya dan c. jivo brahmaiva na aparah) telah dinyatakan sebagai

kepalsuan oleh Veda (Padma Purana Uttara Kanda 25.7).

4. Orang-orang mayavadi tidak perduli pada penjelasan Veda

Smrti bahwa: a. Jiva dan Brahman berwujud spiritual (Bha-

gavan) adalah individu-individu spiritual kekal abadi. b. Ada

nya hubungan cinta-kasih (bhakti) timbal balik antara jiva

dengan Bhagavan dalam ke-aneka-ragaman suasana spiri-

tual. Dan c. Hubungan timbal-balik dan ke-aneka-ragaman

adalah pondasi kebahagiaan.

5. Pendapat bahwa berbahagia dengan

menjadi tidak ada, tiada, hampa atau kosong seba-

gai Brahman impersonal adalah paham pilosofis

keliru dan palsu.

XIX. KEPALSUAN KEDELAPAN : TAT TVAM ASI ADALAH

MAHA VAKYA PALING UTAMA

1. Maha-vakya adalah kata/mantra utama yang menunjukkan/melambangkan

Tuhan. Menurut Veda, OM atau Pranava Omkara adalah maha-vakya pali-

ng utama, bukan Tat Tvam Asi. Pranavah sarva vedesu, Saya adalah suku

kata OM dalam semua mantra Veda (Bg.7.8). Vedyam pavitram omkara,

Saya adalah suku kata OM dalam pustaka suci Veda yang mensucikan ha-

Page 22: PILSAFAT MAYAVADA

ti (Bg.9.17) Demikian Sri Krishna menjelaskan.

2. Tetapi tanpa alasan jelas Sankara menyatakan bahwa ada banyak maha-

vakya dan yang paling utama adalah Tat Tvam Asi. Menurut Sankara,

Tat = Brahman, Tvam = anda dan Asi = adalah. Jadi Tat Tvam Asi berarti

“Anda adalah Brahman (Tuhan). Dengan pengertian demikian,

para pilosof mayavadi memakai ungkapan Tat Tvam Asi seba-

gai bukti kebenaran pilsafat mayavada nya (yaitu jivo brahma-

iva na aparah atau atman brahman aikyam) disamping sloka-

sloka Veda Sruti, “Aham brahmasmi, So’ham, Ayam atma brah

ma”, dsb.

3. Sebenarnya Tat Tvam Asi bukan maha-vakya, melainkan satu

pernyataan Veda yang mengungkapkan sedikit pengetahuan

rohani tentang kebenaran paling pokok. Ia adalah peringatan kepada se

tiap orang,”Anda masing-masing adalah sang jiva rohani-abadi”. Disini

kata Tat = jiva atau atman. Pernyataan, “So’ham dan Aham brahmasmi”

yang juga dianggap maha-vakya oleh orang-orang mayavadi, sesung-

guhnya mengandung makna sama, “Diriku adalah

sang atma (roh) kekal-abadi (yang tidak punya hu-

bungan apapun dengan badan jasmani ini)”.

XX. KEPALSUAN KESEMBILAN : TUHAN HANYA BISA DICA-

PAI DENGAN JNANA

Page 23: PILSAFAT MAYAVADA

XX. KEPALSUAN KESEMBILAN : TUHAN HANYA BISA DICAPAI DENGAN JNANA

1. Menurut para pilosof mayavadi, maya (khayalan) berupa badan jasmani) ya-

ng memisahkan sang jiva dari Brahman (Tuhan) dapat ditiadakan dengan

menekuni jnana-yoga. Karena itu, mereka menyibukkan diri mempelajari Ve

danta Sutra berdasarkan Sariraka Bhasya untuk mengerti dan

mencapai Brahman. Brahman vid apnoti param, orang yang me-

ngetahui Brahman mencapai tujuan tertinggi (yaitu bersatu de-

nganNya) – Taittiriya Up.2.11. Brahma vid brahmani sthitah, or-

ng yang memahami Brahman, berkedudukan (=menjadi) Brah-

man (Bg.5.20). Begitu mereka membenarkan pendapatnya.

2. Orang-orang mayavadi ber-kata bahwa mengerti Brahman ada-

lah sesulit mencari jejak burung terbang di langit biru. Secara

praktis, ini adalah suatu hal yang tidak mungkin bisa dilakukan.

Dan oleh karena secara teoritis dan rasionalitas tidak mungkin

mengerti Brahman yang tanpa wujud, sifat dan ciri, lalu mereka

berkata bahwa untuk mengerti Brahman, orang harus berpikir

diluar logika dan rasionalitas. Mereka tidak perduli bahwa pe-

ngetahuan tanpa logika dan rasionalitas adalah tidak lain dari pada khaya-

lan belaka.

3. Mengenai kesimpulan Veda (Brhad Aranyaka Up.3.9.26) bahwa Brahman

adalah neti-neti, bukan ini dan bukan itu (karena tidak terpikirkan), orang-

orang mayavadi ber-kata bahwa Brahman dapat di-pahami dengan jnana

Page 24: PILSAFAT MAYAVADA

absolut yaitu pengetahuan Veda yang dimengerti melalui perenungan (me-

ditasi) yang melahirkan ilham misti gaib (mysterious mystical inspiration).

Tetapi pada kenyataannya, ilham mistik gaib ini dalam proses jnana hanya

lah berupa silat lidah, permainan kata-kata dan olah otak (angan-angan pi-

kiran) belaka dalam menjelaskan tentang hakekat Brahman.

4. Menurut orang-orang mayavadi, Brahman bukanlah ketiadaan/kehampaan/

kekosongan. Tetapi Ia adalah substansi berhakekat sempurna yang meng-

andung segala sesuatu yang benar-benar membahagiakan, namun Ia tidak

teruraikan dengan kata-kata dan dibayangkan dengan pikiran.

Jika demikian, lalu apa gunanya berdiskusi tentang Brahman?

5. Selanjutnya orang-orang mayavadi berkata bahwa jnana abso-

solut mereka yang di-sebut para-vidya bebas dari logika dan

rasionalitas. Tetapi mereka selalu berusaha membenarkan te-

ori pilosofisnya dengan berbagai logika, rasionalitas dan argu

men. Ini adalah kemunafikan.

6. Dengan berteori bahwa Brahman (Tuhan) hanya bisa di-capai

dengan proses jnana, para pilosof mayavadi men-campakkan kata - kata

Sri Krishna dalam Bhagavad-Gita,,”Vedais ca sarvair aham eva ved-

yah, tujuan seluruh pengetahuan Veda adalah untuk mengerti tentang diri

Ku (Bg.15.15). Mattah parataram nanyat kincid asti, tidak ada suatu apa-

pun yang kedudukannya lebih tinggi dariKu (Bg.7.7). Brahmano hi pratisth

ham, Saya adalah pondasi Brahman impersonal (Bg.14.29). Aham sarva-

sya prabhavo matah sarvam pravartate, Saya adalah sumber segala sesu-

Page 25: PILSAFAT MAYAVADA

suatu dan segala sesuatu berasal dariKu (Bg.10.8). Bhaktya mam abhijana

ti yavan yas casmi tattvatah, orang dapat mengerti Saya dengan sebenar-

nya hanya dengan proses bhakti (Bg.18.55 dan lihat pula Bg.8.22 dan 11.

54). Jnanavan mam prapadyante, orang yang sungguh-sungguh berpenge

tahuan berserah diri kepadaKu (Bg.7.9)”. Dan sebagainya.

XXI. KEPALSUAN KE-SEPULUH : MAYAVADA ADALAH PILSAFAT PALING TINGGI

1. Mayavada yang juga disebut Advaita Vada bukan pilsafat paling tinggi, te-

tapi pilsafat palsu tentang Tuhan. Hanya mereka yang ber-watak atheistik

dan materialistik menyatakan bahwa mayavada

adalah pilsafat paling tinggi karena ia cocok de-

ngan pandangan empiris mereka bahwa Tuhan

ber-wujud pribadi (Bhagavan) tidak ada karena

tidak bisa dilihat dan dibuktikan ada.

2. Dengan menyatakan bahwa hanya Brahman sa

ja yang sejati (satyam) dan alam material ada-

lah palsu (mithya), manusia diajarkan mencari kebenaran, bukan kepalsu-

an. Dan dengan menyatakan bahwa makhluk hidup (jiva) = Tuhan (Brah-

man), manusia diajarkan untuk meng-insyafi hakekat sejati dirinya yang

spiritual amat luhur dan mulia. Begitu kata para pilosof mayavadi. Tetapi

semua pernyataan mereka ini adalah kepalsuan belaka.

3. Dengan menyatakan bahwa Brahman adalah neti-neti, kata orang - orang

Page 26: PILSAFAT MAYAVADA

mayavadi, pilsafat mayavada bebas dari paham lokal, sekste, agama, ke-

lompok, negeri, golongan dan aliran kekeprcayaan beraneka-ragam, dan

menjadi ajaran yang cocok untuk mempersatukan umat manusia. Selama

ini, kata mereka, manusia tidak hidup tentram dan damai karena pilsafat

hidup mereka berada pada tingkat dvaita, pilsafat materialis-

tik dualistik dengan beraneka-macam pandangan, nama, wu-

sifat, ciri, hubungan dan penomena. Ke-aneka-ragam inilah

sumber pertentangan dan perpecahan.

4. Dengan berkata begitu, para pilosof mayavadi tidak perduli

pada rumus perdamaian yang diberikan oleh Sri Krishna

dalam Bhagavad-Gita,”Bhoktaram yajna tapasam sarve loka

mahesvaram suhrdam sarva bhutanam jnatva mam santim

rcchati, mereka yang mengerti bahwa Saya adalah tujuan uta

ma segala yajna (kurban suci) dan pertapaan, penguasa ter-

tinggi atas segala planet beserta para deva pengendali nya

dan sahabat terbaik segala makhluk, men-capai kedamaian

dalam hidupnya” (Bg.5.29).

5. Menurut orang-orang mayavadi, perbedaan antara Brahman

(Impersonal God) dengan Bhagavan (Personal God) adalah

sebagaimana tercantum pada daftar terlampir. Kesimpulan

mereka adalah : Brahman hanya bisa dipahami oleh mereka

yang cerdas,sedangkan Bhagavan adalah konsep keTuhan-

an bagi mereka yang bodoh.

Page 27: PILSAFAT MAYAVADA

BRAHMAN (IMPERSONAL GOD) BHAGAVAN (PERSONAL GOD)

(1). BERHAKEKAT SPIRITUAL MURNI, SEJATI.

(2). PARA-RUPA, HAKEKAT TUHAN TERTINGGI.

(3). PENGETAHUAN TENTANG BRAHMAN ADA-LAH PARA-VIDYA, PENGETAHUAN SPIRITU-AL TINGKAT TINGGI.

(4). DIMENGERTI DENGAN JNANA ABSOLUT DI-LUAR LOGIKA, ARGUMEN DAN RASIONALI-TAS MELALUI PERENUNGAN (MEDITASI) YANG MELAHIRKAN ILHAM MISTIK GAIB.

(5). KONSEP BRAHMAN BERSIFAT UNIVERSAL,AJARAN PEMERSATU UMAT MANUSIA.

(6). KONSEP BRAHMAN ILMIAH, COCOK DENG-NGAN ILMU PENGETAHUAN MODERN.

(7). HANYA BISA DIPAHAMI OLEH ORANG CER-DAS DAN TELAH MAJU DIBIDANG ROHANI.

(1). BERHAKEKAT MATERIAL, PRODUK MAYA.

(2). APARA-RUPA, HAKEKAT TUHAN TINGKATRENDAH.

(3). PENGETAHUAN TENTANG BHAGAVAN ADA-LAH APARA-VIDYA, PENGETAHUAN MATE-RIAL TINGKAT RENDAH.

(4). DIMENGERTI DENGAN JNANA RELATIP YA-NG PENUH DENGAN LOGIKA, ARGUMEN,ANALOGI DAN RASIONALITAS.

(5). KONSEP BHAGAVAN BERSIFAT LOKAL/SEKTE/KELOMPOK/GOLONGAN, AJARAN YANGHANYA MENIMBULKAN KONFLIK.

(6). KONSEP BHAGAVAN TIDAK ILMIAH, TIDAKCOCOK DENGAN PENGETAHUAN MODERN.

(7). HANYA COCOK BAGI ORANG KURANG CER-DAS DAN BELUM MAJU DIBIDANG ROHANI.

XXII. TUHAN BERWUJUD, BERSIFAT DAN BERCIRI SPIRITUAL

1. Pernyataan Veda bahwa Brahman (Tuhan) adalah tidak berwujud (nirakara),

tanpa sifat (nirguna) dan tanpa ciri (nirvisesa) apapun, sesungguhnya ber-

arti bahwa Tuhan tidak berwujud, bersifat dan ber-ciri material, melainkan

spiritual.

2. Kata amurtah (dalam Mundaka Up.2.1.2) yang berarti tidak berwujud dan ka-

Page 28: PILSAFAT MAYAVADA

ta arupam (dalam Svetasvatara Up.3.10) yang berarti tanpa bentuk, sesu-

ngguhnya berarti bahwa Brahman (Tuhan) tidak berwujud dan ber-bentuk

material tetapi spiritual. Bgitu pula, pernyataan Kena Upanisad 1.5.8, “Tu-

han tidak terungkapkan dengan kata-kata, tidak terpahami oleh pikiran, ti-

dak terdengar oleh telinga dan tidak terlihatoleh

mata”, sesungguhnya berarti:

(a) Tuhan tidak bisa diungkapkan dengan kata-ka-

ta yang keluar dari silat-lidah dan angan-angan

pikiran orang-orang mayavadi.

(b) Tuhan tidak terpahami oleh pikiran orang-ora-

ng mayavadi yang penuh khayalan, dan

(c) Tuhan tidak bisa dilihat dan didengar dengan mata dan telinga badan

jasmani yang terbatas, tidak sempurna, kotor nafsu dan didikte oleh po-

la pikir pilsafat mayavada.

3. Veda menyatakan, “Nayam atma pravacanena labhyo na medhaya na bahu

na srutena, Tuhan dapat dipahami bukan dengan banyak berdiskusi tenta-

ng Beliau, bukan dengan kecerdasan hebat da bukan pula dengan banyak

belajar kitab suci. Yam evaisa vrnute tena labhyas tasyaiva atma vivrnute

tanum svam, tetapi Beliau terpahami oleh orang yang dipilih olehnya” (Ka-

tha Up.1.2.23). Disini kata atma menunjuk Tuhan.

4. Selanjutnya dikatakan, “Apani pado javano grahita, Ia (Tuhan) tidak punya

tangan atau kaki, namun Beliau bisa bergerak dan menerima persembah-

an yang dihaturkan kepadaNya” (Svetasvatara Up.3.19). Ia (Tuhan) adalah

Page 29: PILSAFAT MAYAVADA

adrstah, tidak punya mata, tetapi Beliau drstah, bisa melihat. Ia adalah

asrutah, tidak bertelinga, tapi Beliau srutah, bisa mendengar. Ia (Tuhan)

adalah amanta, tidak punya pikiran, tetapi Beliau mantah, berpikir. Dan Ia

(Tuhan) adalah avijnatah, tidak berpengetahuan, tetapi Beliau vijnatah,

maha mengetahui” (Brhad Aranyaka Up.7..2.3).

Semua pernyataan paradok ini mennjukkan bah-

wa Tuhan tidak ber-wujud material, melainkan

berwujud spiritual.

XXIII. PILSAFAT YANG MENGHINA TUHAN

1. Dengan menyatakan bahwa Brahman imper-

sonal adalah Kebenaran Mutlak (Tuhan), pilsafat mayavada mencampak-

kan kehebatan/keagungan/kemaha-kuasaan Tuhan dan dengan demikian

secara rasional menghina Tuhan.

2. Dengan menyamakan Tuhan (Brahman berwujud spiritual yaitu Bhaga-

van) yang maha perkasa dan maha-kuasa dengan potensi (sakti) tak ter-

batas, dengan makhluk hidup (jiva) kecil, remeh dan tidak berdaya, ora-

ng - orang mayavadi secara bodoh meng-hina

Tuhan.

3. Dengan menyatakan bahwa Tuhan (Bhagavan)

ditutupi (=dikhayalkan oleh) maya sehingga Ia

jatuh kedunia fana dan menjadi berhakekat ma-

=

Page 30: PILSAFAT MAYAVADA

terial, sama dengan makhluk hidup (jiva) biasa; orang-orang mayavadi

secara tolol menghina Tuhan.

4. Selanjutnya, dengan menyatakan bahwa Tuhan (Bhagavan) adalah trans-

formasi sifat alam sattvam (kebaikan) yang merupakan unsur maya sehi-

ngga Beliau adalah produk maya, orang-orang mayavadi secara sesat

menghina Tuhan.

5. Menganggap Brahman (Tuhan) adalah tidak berwujud, tidak

bersifat dan berciri apapun adalah sama saja dengan secara

tidak langsung menolak adanya Tuhan.

6. Tuhan tidak berwujud, bersifat dan berciri apapun = Tuhan

tidak punya mata, telinga, mulut, tangan dan kaki, sehingga

Tuhan tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa

bicara, dan Tuhan tidak bisa bergerak dan bekerja. Dengan

kata lain, Tuhan itu buta, tuli, bisu, lumpuh dan tidak berda-

ya. Sungguh ini merupakan penghinaan yang amat jahat kepada Tuhan.

XXIV. PENUTUP

Demikianlah saya telah jelaskan secara ringkas tentang pilsafat mayavada

yang oleh Veda disebut asac-chastra, pilsafat rohani palsu.

INIKAH TUHAN?