pilsafat mayavada
TRANSCRIPT
PILSAFAT MAYAVADAADALAH
ASAT-SASTRA
I. ASAL-USUL PILSAFAT MAYAVADA
Pilsafat mayavada disebutkan dalam Veda bahwa pilsafat ini diajarkan oleh
Deva Siva dalam inkarnasinya sebagai Acarya Sankara atau Sankaracarya.
Dikatakan bahwa bahwa Siva memberitahu istrinya Durgadevi sebagai berikut.
mayavadam asac chastram
pracchannam baudham ucyate
mayaiva kalpitam devi
kalau brahmana rupena
(Wahai Devi istriku, pada jaman Kali saya akan lahir sebagai seorang brahma-
na dan menjelaskan Veda dengan pilsafat palsu mayavada yang mirip dengan
pilsafat Buddhisme) – Padma-Purana Uttara-Kanda 25.7.
II. ARTI KATA MAYAVADA
Kata “mayavada” terdiri dari kata maya dan vada. Maya berarti tenaga materi-
BRAHMA SATYAM
(HANYA BRAHMAN
YANG SEJATI)
JAGAN MITHYA
(ALAM MATERIAL DAN
SEGALA ISINYA TIDAK
NYATA/PALSU
JIVO BRAHMAIVA NA APARAH
(MAKHLUK HIDUP/JIVA SAMA
ATAU IDENTIK DENGAN BRAH-
MAN/TUHAN)
(1) (2) (3)
-al yang mengkhayalkan, dan vada berarti paham pemikiran atau pilsafat. Jadi
mayavada berarti pilsafat tentang maya, tenaga yang mengkhayalkan atau pil-
safat tentang khayalan.
III. PONDASI PILSAFAT MAYAVADA
1. Pondasi pilsafat mayavada adalah pernyataan Sankara berikut
2. Ketiga pernyataan pilosofis tersebut tercantum dalam kitab Sariraka Bhasya
yang ditulis oleh Sankara sendiri dan merupakan penjelasan/komentar atas
kitab Vedanta Sutra (yang juga disebut Sariraka Sutra) karya sa-
ng penyusun Veda yaitu Rishi Dvaipayana Vyasa. Dan Vyasa sen
diri, atas nasehat Devarishi Narada,sebelumnya telah menulis ki-
tab Srimad Bhagavatam sebagai penjelasan/komentar Vedanta-
Sutra yang telah ditulisnya.
IV. PANDANGAN TENTANG TUHAN
Menurut pilsafat mayavada, Brahman adalah Tuhan tanpa wu-
jud (nirakara), tanpa sifat apapun (nirguna) dan tanpa ciri apa-
pun (nirvisesa). Sebab, kata Sankara,jika Tuhan berwujud,ma-
ka Ia tidak mungkin menjadi sumber segala sesuatu. Bila sesuatu itu telah
menjadi banyak beraneka-ragam, wujudnya itu akan brobah dan tidak ada la
gi. Hal ini berlawanan (tidak cocok) dengan pernyataan Veda bahwa Tuhan
(Brahman) kekal-abadi, satu tiada dua, tidak terbagi-bagi dan tidak
pernah berobah.
Contoh, sebatang kayu tidak akan ada lagi karena telah berobah
menjadi rak, meja dan korsi. Berdasarkan logika dan argumen ma-
terialistik ini Sankara berani menyatakan bahwa Rishi Vyasa telah
secara keliru menjelaskan tentang Tuhan seraya ber-kesimpulan
bahwa Brahman impersonal (tanpa wujud, sifat dan ciri) inilah ya-
yang satyam, sungguh benar, nyata, sejati sebagai sumber segala sesuatu.
V. PANDANGAN TENTANG ALAM DUNIA
Menurut Sankara, jagat (alam dunia) yang terwujud ini adalah sesungguhnya
mithya, tidak nyata, tidak sejati alias palsu,sebab ia adalah produk
maya, ilusi/khayalan. Menganggap dunia sebagai nyata atau seja-
ti adalah sama saja dengan meng-anggap se-utas tali sebagai se-
ekor ular. Atau menganggap kulit kerang yang berkilauan (diterpa
cahaya matahari) sebagai sekeping perak.
VI. PANDANGAN TENTANG MAKHLUK HIDUP
Menurut pilsafat mayavada, sang jiva (makhluk hidup) adalah
sama dan identik dengan Brahman (Tuhan). Fakta ini sesuai
dengan pernyataan sloka-sloka Veda Sruti berikut. “Aham brahmasmi, sa-
ya adalah Brahman (Brhad Aranyaka Up.1.4.10). Tat tvam asi, anda adalah
Brahman itu pula (Chandogya Up.6.14.3). Ayam atma brahman, sang Atma
adalah Brahman itu juga (Mandukya Up. sloka 2). So’ ham asmi, diriku ada
lah Ia (Brahman) itu (Isa Up. sloka 16).
Berdasarkan sloka-sloka tersebut, disimpulkan,”Atman
braman aikyam, atman adalah sama dengan Brahman”.
Atau sang makhluk hidup (jiva) adalah sama dengan Tu
han (Brahman).
VII. NAMA LAIN PILSAFAT MAYAVADA
1. Oleh karena menganggap sang makhluk hidup (jiva) yang kecil, remeh dan
tidak berdaya sama dengan Tuhan (Brahman) yang maha-kuasa, maka pil-
safat mayavada ini disebut Advaita-Vada, pilsafat non dualistik yakni pilsa
fat yang tidak mengakui adanya perbedaan antara jiva
(makhluk hidup) dengan Tuhan (Brahman).
2. Oleh karena menganggap Brahman (Tuhan) bisa ditu-
tupi (=dikhayalkan) oleh maya, dan segala wujud mate
rial di dunia fana sebagai illusi/khayalan yaitu penam-
pakan Brahman yang ditutupi maya, maka pilsafat ma-
yavada ini di-sebut pula Vivarta-Vada, pilsafat tentang
illusi/khayalan.
SAYA ADALAH TUHAN
VIII. TEORI TENTANG DUA MACAM BRAHMAN
1. Untuk menjelaskan hakekat Tuhan yang turun ke dunia fana dan disebut
Avatara, Sankara mengemukakan teori adanya dua Brahman.
NIRGUNA-BRAHMAN = BRAHMAN TRANSCENDENTAL, TANPA WUJUD, SIFAT DAN CIRI, MUTLAK, SPIRITU-
AL, TIDAK DITUTUPI/DIKHAYALKAN MAYA DAN BUKAN PRODUK MAYA
SAGUNA-BRAHMAN = BRAHMAN IMMANENT DENGAN WUJUD SIFAT DAN CIRI MATERAIL, RELATIP, DI-
TUTUPI/DIKHAYALKAN MAYA DAN MERUPAKAN PRODUK MAYA
2. Para Avatara Tuhan adalah Saguna Brahman yang terwujud dari sifat alam
sattvam (kebaikan). Sedangkan para makhluk hidup (jiva) adalah Saguna
Brahman yang ter-wujud dari sifat alam alam rajas (kenafsuan) dan tamas
(kegelapan/kebodohan). Oleh karena sifat sattvam, rajas dan tamas adalah
unsur-unsur maya, maka baik para Avatara Tuhan maupun para jiva di du-
nia fana adalah produk maya.
3. Menurut orang-orang Mayavadi (=penganut pilsafat mayavada), konsep Tu-
han berpribadi (Personal God) yang berada dimana-mana pada tingkat vi-
suddha-sattvam (kebai-
ikan murni/spiritual) ada
lah kebodohan. Sebab,
kata mereka, visuddha-
sattvam adalah transfor
masi sifat alam sattvam
= SAGUNA BRAHMAN
yang tetap merupakan unsur maya.
IX. HAKEKAT MAYA
Para pilosof mayavadi tidak bisa menjelaskan apa sebenarnya maya itu yang
mampu menutupi/mengkhayalkan Tuhan (Brahman) sehingga menjadi berwu
jud Avatara, para makhluk hidup dan bermacam-macam wujud material lain.
Mereka mengatakan bahwa maya adalah semacam tenaga misterius yang di-
mengerti dengan analogi berikut.
SINAR MATAHARI PRISMA MENJADIBERANEKA MACAM
SINAR BERWARNA WARNIDITUTUPI
BRAHMAN DITUTUPI MAYA MENJADI BERANEKA MACAM WUJUD
MATERIAL
MAYA ITU APA?
X. CARA ORANG-ORANG MAYAVADI MEMAHAMI VEDA
1. Mereka menafsirkan langsung sloka-sloka Veda Sruti (ke-empat Veda dan
kitab-kitab Upanisad) dan Vedanta Sutra tanpa memperdulikan perintah Ve-
da bahwa untuk mengerti Veda Sruti dan Vedanta, seseorang harus mene-
rima penjelasan Veda Smrti (yaitu Itihasa dan kitab-kitab Purana).
Contoh, sloka Rg Veda 1.1164.46, Indram mitram varunam agnim ahuh atha
divyah ... ekam sad vipra bahudha vadanti, orang-orang bijaksana menye-
but Ia (Brahman) dengan banyak nama seperti Indra, Mitra, Varuna dan Ag-
ni... Dengan langsung membaca sloka ini tanpa perduli pada penjelasan Ve-
da Smrti, para pilosof mayavadi membuktikan kebenaran pilsafatnya bahwa
deva-deva itu adalah Brahman (Tuhan) pula.
2. Mereka memahami sloka-sloka Veda Smrti secara gauna-vrtti,
pengertian tidak langsung atau secara metaporik (kiasan). Con
toh, medan perang Kuruksetra adalah lambang badan jasmani.
Pihak Kaurava adalah lambang kejahatan dan pihak Pandava
adalah lambang kebajikan.
3. Mereka hanya mau mengutip sloka-sloka Veda yang dianggap
membenarkan pilsafatnya. Contoh, mereka senang mengutip
sloka Bg.6.29,”Sarva bhuta-stham atmanam sarva bhutani catmani ... sarva-
tra sama darsanah, Yogi sejati melihat sang Atma ada dalam badan jasmani
segala makhluk dan juga melihat segala makhluk dalam Atma. Sungguh, ia
yang telah insyaf diri melihat Atma dimana-mana”.
Tetapi mereka tidak mau perduli pada sloka Bg.18.66,”Sarva dharman pari-
tyajya mam ekam saranam vraja, tinggalkan segala kegiatan lain dan berse
rah diri saja kepadaku”, kata Sri Krishna kepada bhaktaNya Arjuna.
XI. SEPULUH KEPALSUAN PILSAFAT MAYAVADA
Sebagaimana telah dikutip dimuka, Veda menyatakan,”Mayavadam asac chas-
tram,,mayavada adalah pilsafat rohani palsu”(Padma Purana Uttara Kanda 25.7
dan ini terkait dengan sloka 62.31 dalam Purana yang sama).
Dikatakan demikian karena pilsafat mayavada ini berlawanan dari pilsafat Ve
danta. Berikut diuraikan secara ringkas 10 (sepuluh) kepalsuan pilsafat ma-
yavada.
1. Tuhan sejati adalah Brahman impersonal (Brahma satyam).
2. Dunia fana/alam material adalah palsu (jagan mithya).
3. Makhluk hidup identik dengan Tuhan (jivo brahmaiva na
aparah).
4. Nirguna Brahman menjadi Saguna Brahman.
5. Mukti berarti lebur bersatu dengan Brahman impersonal.
6. Dunia rohani/alam spiritual adalah ketiadaan/kehampaan/
kekosongan (sunya).
7. Jiva dan Brahman sebagai satu substansi spiritual sama
non individual adalah konsep spiritual sejati.
8. Tat tvam asi adalah maha-vakya paling utama.
9. Tuhan (Brahman) hanya bisa di-insyafi dan dicapai deng-
an jnana (pengetahuan spiritual).
10. Mayavada adalah pilsafat paling tinggi.
XII. KEPALSUAN PERTAMA: TUHAN ADALAH BRAHMAN IMPERSONAL
1. Menurut pilsafat Vedanta karya Rishi Vyasa, Brahman adalah Tuhan ber-
wujud spiritual dengan sifat, ciri dan tenaga (energy) tak ter-batas dan di-
sebut Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan YME.
2. Tuhan (Brahman) didefinisikan sebagai,“Janmady asya yatah, Ia dari ma-
na segala sesuatu berasal” (VS.1.1.1). Segala sesuatu men-cakup wujud,
sifat, ciri, kepribadian dan beraneka-macam penomena lain. Itu ber-arti
Tuhan pasti me-miliki wujud, sifat dan ciri spiritual. Atau Tu-
han pasti memiliki personalitas/kepribadian. Dan Veda me-
nyebut Tuhan pribadi Sri Bhagavan.
3. Tuhan pribadi/Kepribadian Tuhan YME adalah Ia yang maha
kuat/perkasa, maha terkenal/termasyur,maha kaya, maha me
ngetahui/berpengetahuan,maha indah/tampan dan maha be-
bas/merdeka (Visnu Purana 6.5.47). Dan sebagai yang maha
kuat/perkasa, Tuhan memiliki energi (sakti) yang tak terbatas.
4. Dikatakan bahwa tenaga (sakti) Tuhan yang tak terbatas itu dikelompok-
kan menjadi 3 (tiga) macam yaitu: (a) Tenaga spiritual (para sakti), (b) Te-
naga marginal (ksetrajna-sakti), (c) Tenaga material (avidya-sakti) Visnu-
Purana 6.7.61.
5. Analogi pilosofis.
PENGUSAHA/DE-
VELOPER
TENAGANYA BERUPA
- KEAKHLIAN
- UANG/MODAL
- TENAGA KERJA
MEMBUAT/MENCIP-
TAKAN JALAN TOL,
JEMBATAN, MALL
SEKOLAH DSB.
IA TETAP SEBAGAI
SEORANG PENGUSA-
HA/DEVELOPER
Apabila seorang manusia mampu menciptakan berbagai-ragam fasilitas
kehidupan dengan tenaga yang dimilikinya dan tetap sebagai manusia se
SRI BHAGAVAN,
KEPRIBADIAN TU-
HAN YME SPIRI-
TUAL ABADI
TENAGA SPI-
RITUAL (PARA
SAKTI)
DUNIA ROHANI/
ALAM SPIRITUAL
TENAGA MATE-
RIAL (AVIDYA-
SAKTI)
DUNIA FANA/
ALAM MATERIAL
TENAGA MARGI-
NAL (KSETRAJ-
NA-SAKTI)
PARA MAKHLUK
HIDUP (JIVA)
TETAP SEBAGAI SRI BHAGA-
VAN, KEPRIBADIAN TUHAN
YME SPIRITUAL ABADI
(Isa Upanisad mantra pembukaan dan Brhad Aranyaka Upanisad 5.5.1,
”Purnasya purnam adaya purnam eva vasisyate, oleh karena Tuhan ada-
lah mutlak maha sempurna, meskipun segala sesuatu berasal dari diri-
Nya, namun Beliau sendiri tetap lengkap sempurna”)
4. Jadi Tuhan mencipta dan memperbanyak diri dengan tenaga (sakti) Nya.
Tidak mungkin segala sesuatu dengan ke-aneka-ragaman wujud, sifat-si
fat dan ciri berasal dari Tuhan (Brahman) tanpa wujud, sifat dan ciri apa-
telah menciptakan semua itu, lalu mengapa Tuhan Pribadi (Bhagavan)
harus dinyatakan tidak mampu menciptakan dunia fana ini dengan ber-
kata,”Brahman impersonal lah yang menciptakan dunia fana ini melalui
maya yang misterius”?.
pun. Veda menyatakan bahwa Brahman adalah salah satu aspek Tuhan di-
samping Paramatma dan Bhagavan.
5. Dengan menyatakan bahwa Tuhan adalah Brahman impersonal, para pilo-
sof mayavadi meniadakan ke-agungan/kebesaran/keperkasaan/kehebatan
/kemaha-kuasaan Tuhan.
XIII. KEPALSUAN KEDUA : ALAM MATERIAL/DUNIA FANA
ADALAH PALSU (MITHYA).
1. Veda menyatakaan bahwa pilsafat mayavada lah yang
palsu (mayavadam asac chastram), bukan alam materi-
rial/dunia fana ini. Alam material terwujud dari tenaga
material (avidya-sakti) Tuhan (Bhagavan) yang nyata (satyam), sehingga
ia tidak bisa dikatakan palsu (mithya). San mulah sammyenah prajah sad
ayatanah sat pratisthah, dunia fana beserta para makhluk hidupnya ada-
lah perwujudan yang terpisah dari Tuhan dan semuanya ber-
hakekat nyata selamanya dan bukan palsu (Chandogya Up.6.
8.4).
2. Jika alam material ini dianggap palsu, mengapa Veda menya-
takan bahwa orang yang berbuat bajik selama hidupnya kelak
lahir di alam sorgawi, dan orang yang berbuat jahat selama hi-
dupnya kelak jatuh ke neraka? Jika dunia fana ini palsu, maka
semua prinsip-prinsip dharma sebagai aturan moral men-jadi
tidak berguna.
3. Kendi berasal dari tanah dan kelak akan kembali jadi tanah. Tetapi sela-
ma tanah itu berwujud kendi, ia adalah nyata karena dapat digunakan me
ngangkut air. Begitu pula, badan jasmani dan alam material ini yang ber-
asal dari prakrti akan kembali jadi prakrti. Tetapi selama ber-
wujud badan jasmani dan alam dunia, keduanya bisa diman-
faatkan sebagai sarana dan tempat melakukan pelayanan
bhakti kepada Tuhan (Bhagavan).
4. Analogi tali dan ular (yang tercantum dalam Manduka Upa-
nisad) sebenarnya untuk menunjukkan khayalan (maya) ya-
ng menyelimuti setiap orang, sehinga tiap orang ber-pikir
bahwa badan jasmaninya yang dipanggil si Anu adalah diri
nya sendiri yang sejati.
5. Orang bisa mengetahui suatu benda secara benar dengan me-mahami
wujud, sifat dan cirinya. Khayalan timbul karena dia tidak mengerti deng-
an benar wujud, sifat dan ciri bendanya, sehingga ketika melihat seutas
tali atau sekeping kulit kerang, dia meng-anggap benda itu
sebagai ular atau perak.
6. Begitu pula, orang-orang mayavadi meng-anggap dunia fa-
na ini palsu (mithya), sebab mereka sendiri tidak mau tahu
tentang wujud, sifat dan ciri spiritual Tuhan beserta tenaga
material (avidya-sakti) dan tenaga marginal (ksetrajna-sakti)
Nya yang mewujudkan dunia fana beserta segala makhluk
penghuninya.
XIV. KEPALSUAN KETIGA : MAKHLUK HIDUP (JIVA) SAMA DENGAN TUHAN
(BRAHMAN)
1. Sloka-sloka Veda Sruti (yaitu,“Aham brah-
masmi, ayam atma brahma, so’ham, sarva
khalu idam brahman, tat tvam asi) yang di
kutip oleh para pilosof mayavadi, bukan
berarti bahwa sang makhluk hidup (jiva) sa-
ma/identik dengan Tuhan (Brahman) dalam segala hal dan aspek. Sloka-
sloka tersebut hanya menunjukkan kesamaan jiva dan Brahman secara
kwalitatip.
PILSAFAT ACINTYA
BHEDA-ABHEDA TATTVA
MAKHLUK HIDUP (JIVA) SECARA KWALITATIP SAMA DENGAN TUHAN
(BRAHMAN) YAITU SAMA SAMA BERHAKEKAT SPIRITUAL
MAKHLUK HIDUP SECARA KWANTITATIP TIDAK SAMA DENGAN TUHAN
(BRAHMAN) KARENA BERBEDA POTENSI
2. Perbedaan secara kwantitatip karena berbeda potensi ditunjukkan oleh se-
butan mereka sebagaimana tercantum dalam daftar dihalaman berikut.
3. Banyak sekali sloka-sloka Veda yang menyatakan bahwa sang makhluk hi-
dup (jiva) bukan Tuhan (Brahman), melainkan bawahan/abdi/pelayan kekal
Tuhan. Perhatikan Svetasvatara Up.6.7, tam isvaram paramam mahesva-
ram... Mundaka UP.3.1.1-2, dvasuparna sayujya sakhaya samanam vrksah
..... Katha Up.2.2.13, nityo nityanam cetanas cetananam eko bahunam yo
vidadhati kaman, dsb.
=
MAKHLUK HIDUP (JIVA) TUHAN (BRAHMAN)
- ATMA- PURUSA- BRAHMAN- ISVARA- ANU-ATMA- TITIK BUNGA API- OMBAK- KECIL- REMEH/LEMAH- POTENSI TERBATAS
- PARAMATMA- PURUSOTTAMA- PARAMBRAHMAN- PARAMESVARA- VIBHU-ATMA- API UNGGUN BESAR- SAMUDRA- MAHA BESAR- MAHA KUASA- POTENSI TAK TERBATAS
(Kata atma, purusa, brahman dan isvara bisa menunjuk makhluk hidup (jiva)
atau Tuhan karena kesamaan mereka yang berhakekat spiritual).
4. Dalam Bhagavad-Gita (Bg.15.16-17) dijelaskan tentang makhluk ksara dan
aksara dan Paramatma. Bg.13.23, Tuhan sebagai Paramatma bertindak se-
bagai saksi (upadrsta) dan pengatur (anumanta) kegiatan para makhluk hi-
dup (jiva). Bg.15.15, Tuhan sebagai sumber pengetahuan dan kelupaan ba-
gi para makhluk hidup. Bg.7.5 dan 9.10, sang jiva tergolong para-prakrti
(tenaga margimanl Tuhan) yang dikendalikan oleh Tuhan sendiri. Bg.4.14,
9.9 dn 13.22, Tuhan tidak tunduk pada hukum karma, tetapi makhluk hidup
harus tunduk. Bg.7.12, 7.14, 13.15 dan 14.9, Tuhan tidak di-ikat (= diceng-
ram maya (dengan jerat halusnya tri-guna). Dan Bg.3.27, 3.29, 14.15, 18.40,
Perbedaan secara kwantitatip karena berbeda potensi adalah sebagai
berikut.
makhluk hidup (jiva) tidak berdaya di-ikat/dicengkram maya, dan seba-
gainya.
XV. KEPALSUAN KE-EMPAT : NIRGUNA BRAHMAN MENJADI SAGUNA BRAH-
MAN
1. Apakah sebabnya Nirguna Brahman (Tuhan spiritual) bisa ditutupi (=di
khayalkan) oleh maya dan menjadi Saguna Brahman (Tuhan material)
dan jatuh ke dunia fana? Mengapa Tuhan yang maha kuasa bisa dikha-
yalkan oleh maya lalu hidup sengsara di dunia fana? Para
pilosof mayavadi tidak bisa memberikan jawaban logis dan
rasional terhadap pertanyaan ini!
2. Sri Krishna yang merupakan salah satu Avatara dikatakan
sama dengan makhluk hidup (jiva) biasa yaitu tergolong Sa-
guna Brahman, Tuhan berhakekat material. Hal ini berlawa-
nan dari pernyataan Beliau berikut,”Sambhavamy atma ma-
yaya, Saya menjelma ke dunia fana ini dalam wujud rohani-
Ku nan asli (Bg.4.6). Janma karma ca me divyam, kelahiran
dan kegiatanKu semuanya bersifat rohani. Evam yo vetti tat
tvatah tyaktva deham, siapapun yang memahami (= ingat)
fakta ini pada saat ajal, punar janma naiti, dia tidak akan la-
hir lagi di dunia fana tetapi mam eti, mencapai alam rohani
tempat tinggalKu (Bg.4.9)”. Perhatikan pula Bg.7.24.
3. Orang-orang mayavadi yang menyatakan bahwa Sri Krishna ada-
lah manusia biasa, disebut mudha, manusia tolol. “Avajananti mam
mudha manusim tanum asritam param bhavam ajananto mama bhu-
ta mahesvaram, orang-orang bodoh menghina diriKu ketika
Saya turun ke dunia fana dalam wujud makhluk manusia.Me-
reka tidak mengetahui hakekatKu yang rohani dan kemaha-
kuasaanKu atas segala sesuatu”, begitu Sri Krishna me-
ngatakan kepada bhaktaNya Arjuna (Bg.9.11).
4. Sebutan Saguna Brahman adalah “temuan” Sankara sendiri
untuk membenarkan pilsafat monistik Advaita-Vada nya bah-
wa jivo brahmaive na aparah, sang makhluk hidup (jiva) sama/identik
dengan Tuhan (Brahman).
XVI. KEPALSUAN KE-LIMA : MUKTI BERARTI LEBUR BERSATU DENGAN
BRAHMAN
1. Kesamaan si makhluk hidup (jiva) dengan Tuhan
(Brahman) berdasarkan logika udara di dalam kendi
dan udara di luar kendi, dan makna mukti adalah le-
bur dan bersatunya jiva dengan Brahman ber-dasar-
kan logika air sungai ber-satu dengan samudra; bu-
kanlah argumen dan analogi tepat untuk menggam-
barkan kedudukan dan hakekat sang makhluk hidup
dan Tuhan yang berkesadaran dan bersifat spiritual.
2. Menurut Veda, sang makhluk hidup (jiva) dan Tuhan (Brahman) adalah
pribadi-pribadi spiritual yang sadar (abhijnah) dan memiliki kebebasan
(svarat) dan kekal abadi (sanatanah). Mereka tidak bisa disamakan deng-
an unsur-unsur materi alam fana yaitu udara dan air yang
tidak sadar dan tidak hidup (Perhatikan Bg.2.12, na tu eva-
ham jatu nasam na tvam neme janadhipah ... Dan Bg.2.16,
na sato vidyate bhavo na bhavo vidyate satah ...).
3. Menurut Veda, Brahman impersonal itu adalah sesungguh-
nya cahaya (energy) Kepribadiann Tuhan YME (Bhagavan)
dan disebut Brahmajyoti. Sang jiva yang dikatakan bersatu
dengan Brahman adalah sesungguhnya masuk ke dalam
Brahmajyoti itu. Disana ia tidak bisa melakukan kegiatan apapun,sebab
disana tidak ada apa-apa kecuali cahaya berkilauan di segala penjuru.
4. Sang jiva adalah individu rohani yang hidup dan hidup berarti harus pu-
nya kegiatan yang dilakukan. Oleh karena dalam Brahmajyoti tidak bisa
melakukan kegiatan apapun, maka sang jiva jadi bosan tinggal disana
dan jatuh lagi ke dunia fana. Karena itu dikatakan,”Aruhya kr-
cchrena param padam tatah patanty adho’ nadrta yusmad an-
ghrayah, meskipun para rohaniawan itu (yang tidak mengakui
adanya wujud pribadi rohani Tuhan) telah melakukan pertapa-
an ketat dan keras sehingga mencapai mukti (dengan bersatu
ke dalam Brahman impersonal), namun pada akhirnya mere-
ka jatuh lagi ke dunia fana karena tidak mau memuja kaki padma Kepriba
dian Tuhan YME” (Bhag.10.2.32).
XVII. KEPALSUAN KE-ENAM : ALAM ROHANI ADALAH KEKOSONGAN (SUNYA)
1. Dengan menyatakan bahwa Brahman impersonal adalah kesunyataan (sa-
tyam) satu-satunya dan alam material adalah palsu (mithya), para pilosof
mayavadi menyimpulkan bahwa alam spiritual (dunia rohani) adalah su-
nya, ketiadaan/kehampaan/kekosongan. Sebab, kara mereka, ia (alam ro-
hani) adalah Brahman itu sendiri.
2. Penjelasan Veda Smrti (Itihasa dan
Purana) tentang alam spiritual yang
penuh dengan ke-aneka-ragaman,
dianggap oleh orang-orang mayava-
di masih berhakekat material. Sebab,
kata mereka, alam rohanin itu ada-
lah perwujudan sifat alam sattvam (kebaikan), salah satu unsur maya yang
mewujudkan dunia material. Dan uraian kitab-kitab Veda Smrti tentang du-
nia rohani, katanya, harus dianggap bersifat metaporik (kiasan).
3. Dengan menganggap penjelasan Veda Smrti sebagai kiasan, orang-orang
mayavadi menafsirkan setiap nama pribadi, tempat kegiatan, hubungan, si-
fat dan penomena yang (oleh Veda dikatakan) ada di alam spiritual; berda-
sarkan silat-lidah, permainan kata-kata dan olah-otak yang semuanya ber-
muara pada kesimpulan bahwa Brahman lah realita spiritual ter tinggi seja-
ALAM MATERIAL/DUNIA FANA ALAM SPIRITUAL/DUNIA ROHANI
a. Terwujud dari tenaga material (avidyasakti) Tuhan.
b. Terwujud sementara karena mengalamipenciptaan dan peleburan.
c. Berhakekat relatip dan terbatas.
d. Menyengsarakan.
e. Para makhluk hidup menderita dalamkerja keras agar bisa bertahan hidup.
f. Para makhluk hidup berkegiatan kare-na dorongan nafsu.
g. Para makhluk hidup harus mengalamiusia tua, terkena penyakit, menjadi tua
dan akhirnya mati.
a. Terwujud dari tenaga spiritual (para-sakti) Tuhan.
b. Terwujud selamanya (kekal) dan adasejak Tuhan ada.
c. Berhakekat absolut dan tak terbatas.
d. Membahagiakan.
e. Para makhluk hidup berbahagia dalamhubungan cinta-kasih (bhakti) denganTuhan (Bhagavan).
f. Para makhluk hidup berkegiatan kare-cinta-kasih (bhakti) kepada Tuhan.
g. Para makhluk hidup selamanya sehat,segar, muda, amat tampan dan menyenagkan.
ti, bukan Bhagavan (Kepribadian Tuhan YME) dan alam rohani Vaikuntha
loka tempat tinggalNya.
4. Dalam Bhagavad-Gita 15.1-2, dikatakan bahwa alam material adalah bagai
kan pohon terbalik yang akar dan batangnya mengarah ke-atas, sedang-
kan cabang, ranting dan daunnya mengarah kebawah. Dikatakan demiki-
an karena alam fana adalah refleksi (pantulan/bayangan) alam rohani tem-
pat tinggal Kepribadian Tuhan YME (Bhagavan).
XVIII. KEPALSUAN KETUJUH : JIVA DAN BRAHMAN SEBAGAI SATU SUBSTANSI
SPIRITUAL SAMA NON INDIVIDUAL ADALAH KONSEP SPIRITUAL SEJATI
1. Pernyataan bahwa sang makhluk hidup (jiva) identik dengan Tuhan ( jivo
brahmaiva na aparah atau brahman atman aikyam) dianggap kebenaran
tertinggi ketiga oleh para pilosof mayavadi setelah Brahma satyam (hanya
Brahman yang nyata/sejati) dan jagan mithya (alam dunia ini palsu).
Bahwa Brahman/Jiva adalah nirguna (tanpa sifat),
nirvisesa (tanpa ciri), nirakara (tanpa wujud) dan
anirvacaniyam (tak teruraikan dengan kata-kata),
begitu kata mereka, di benarkan oleh Brhad-Ara-
nyaka Up.3.9.26 bahwa Brahman adalah neti-neti,
bukan ini dan bukan pula itu.
2. Selanjutnya, dengan mengutip sloka Vedanta Sutra 1.1.12 bahwa Brahman
adalah anandamayo’ bhyasat, senantiasa berbahagia atau penuh kebaha-
giaan, orang-orang mayavadi berkata bahwa hanya dengan kembali menja-
di Brahman impersonal sajalah (dengan bersatu-lebur kepadaNya) sang
manusia menjadi sungguh bahagia. Selama anda berwujud, bersifat dan ju
ga berciri tertentu, selama itu anda tetap menderita, kata mereka. Jadi me-
nurut orang-orang mayavadi, berwujud berarti menderita dan tanpa wujud
berarti bahagia.
3. Pendapat-pendapat orang mayavadi tersebut diatas adalah kepalsuan bela-
=
ka. Sebab, ketiga pondasi pilosofisnya (yaitu a. Brahman satyam, b. Ja-
gan mithya dan c. jivo brahmaiva na aparah) telah dinyatakan sebagai
kepalsuan oleh Veda (Padma Purana Uttara Kanda 25.7).
4. Orang-orang mayavadi tidak perduli pada penjelasan Veda
Smrti bahwa: a. Jiva dan Brahman berwujud spiritual (Bha-
gavan) adalah individu-individu spiritual kekal abadi. b. Ada
nya hubungan cinta-kasih (bhakti) timbal balik antara jiva
dengan Bhagavan dalam ke-aneka-ragaman suasana spiri-
tual. Dan c. Hubungan timbal-balik dan ke-aneka-ragaman
adalah pondasi kebahagiaan.
5. Pendapat bahwa berbahagia dengan
menjadi tidak ada, tiada, hampa atau kosong seba-
gai Brahman impersonal adalah paham pilosofis
keliru dan palsu.
XIX. KEPALSUAN KEDELAPAN : TAT TVAM ASI ADALAH
MAHA VAKYA PALING UTAMA
1. Maha-vakya adalah kata/mantra utama yang menunjukkan/melambangkan
Tuhan. Menurut Veda, OM atau Pranava Omkara adalah maha-vakya pali-
ng utama, bukan Tat Tvam Asi. Pranavah sarva vedesu, Saya adalah suku
kata OM dalam semua mantra Veda (Bg.7.8). Vedyam pavitram omkara,
Saya adalah suku kata OM dalam pustaka suci Veda yang mensucikan ha-
ti (Bg.9.17) Demikian Sri Krishna menjelaskan.
2. Tetapi tanpa alasan jelas Sankara menyatakan bahwa ada banyak maha-
vakya dan yang paling utama adalah Tat Tvam Asi. Menurut Sankara,
Tat = Brahman, Tvam = anda dan Asi = adalah. Jadi Tat Tvam Asi berarti
“Anda adalah Brahman (Tuhan). Dengan pengertian demikian,
para pilosof mayavadi memakai ungkapan Tat Tvam Asi seba-
gai bukti kebenaran pilsafat mayavada nya (yaitu jivo brahma-
iva na aparah atau atman brahman aikyam) disamping sloka-
sloka Veda Sruti, “Aham brahmasmi, So’ham, Ayam atma brah
ma”, dsb.
3. Sebenarnya Tat Tvam Asi bukan maha-vakya, melainkan satu
pernyataan Veda yang mengungkapkan sedikit pengetahuan
rohani tentang kebenaran paling pokok. Ia adalah peringatan kepada se
tiap orang,”Anda masing-masing adalah sang jiva rohani-abadi”. Disini
kata Tat = jiva atau atman. Pernyataan, “So’ham dan Aham brahmasmi”
yang juga dianggap maha-vakya oleh orang-orang mayavadi, sesung-
guhnya mengandung makna sama, “Diriku adalah
sang atma (roh) kekal-abadi (yang tidak punya hu-
bungan apapun dengan badan jasmani ini)”.
XX. KEPALSUAN KESEMBILAN : TUHAN HANYA BISA DICA-
PAI DENGAN JNANA
XX. KEPALSUAN KESEMBILAN : TUHAN HANYA BISA DICAPAI DENGAN JNANA
1. Menurut para pilosof mayavadi, maya (khayalan) berupa badan jasmani) ya-
ng memisahkan sang jiva dari Brahman (Tuhan) dapat ditiadakan dengan
menekuni jnana-yoga. Karena itu, mereka menyibukkan diri mempelajari Ve
danta Sutra berdasarkan Sariraka Bhasya untuk mengerti dan
mencapai Brahman. Brahman vid apnoti param, orang yang me-
ngetahui Brahman mencapai tujuan tertinggi (yaitu bersatu de-
nganNya) – Taittiriya Up.2.11. Brahma vid brahmani sthitah, or-
ng yang memahami Brahman, berkedudukan (=menjadi) Brah-
man (Bg.5.20). Begitu mereka membenarkan pendapatnya.
2. Orang-orang mayavadi ber-kata bahwa mengerti Brahman ada-
lah sesulit mencari jejak burung terbang di langit biru. Secara
praktis, ini adalah suatu hal yang tidak mungkin bisa dilakukan.
Dan oleh karena secara teoritis dan rasionalitas tidak mungkin
mengerti Brahman yang tanpa wujud, sifat dan ciri, lalu mereka
berkata bahwa untuk mengerti Brahman, orang harus berpikir
diluar logika dan rasionalitas. Mereka tidak perduli bahwa pe-
ngetahuan tanpa logika dan rasionalitas adalah tidak lain dari pada khaya-
lan belaka.
3. Mengenai kesimpulan Veda (Brhad Aranyaka Up.3.9.26) bahwa Brahman
adalah neti-neti, bukan ini dan bukan itu (karena tidak terpikirkan), orang-
orang mayavadi ber-kata bahwa Brahman dapat di-pahami dengan jnana
absolut yaitu pengetahuan Veda yang dimengerti melalui perenungan (me-
ditasi) yang melahirkan ilham misti gaib (mysterious mystical inspiration).
Tetapi pada kenyataannya, ilham mistik gaib ini dalam proses jnana hanya
lah berupa silat lidah, permainan kata-kata dan olah otak (angan-angan pi-
kiran) belaka dalam menjelaskan tentang hakekat Brahman.
4. Menurut orang-orang mayavadi, Brahman bukanlah ketiadaan/kehampaan/
kekosongan. Tetapi Ia adalah substansi berhakekat sempurna yang meng-
andung segala sesuatu yang benar-benar membahagiakan, namun Ia tidak
teruraikan dengan kata-kata dan dibayangkan dengan pikiran.
Jika demikian, lalu apa gunanya berdiskusi tentang Brahman?
5. Selanjutnya orang-orang mayavadi berkata bahwa jnana abso-
solut mereka yang di-sebut para-vidya bebas dari logika dan
rasionalitas. Tetapi mereka selalu berusaha membenarkan te-
ori pilosofisnya dengan berbagai logika, rasionalitas dan argu
men. Ini adalah kemunafikan.
6. Dengan berteori bahwa Brahman (Tuhan) hanya bisa di-capai
dengan proses jnana, para pilosof mayavadi men-campakkan kata - kata
Sri Krishna dalam Bhagavad-Gita,,”Vedais ca sarvair aham eva ved-
yah, tujuan seluruh pengetahuan Veda adalah untuk mengerti tentang diri
Ku (Bg.15.15). Mattah parataram nanyat kincid asti, tidak ada suatu apa-
pun yang kedudukannya lebih tinggi dariKu (Bg.7.7). Brahmano hi pratisth
ham, Saya adalah pondasi Brahman impersonal (Bg.14.29). Aham sarva-
sya prabhavo matah sarvam pravartate, Saya adalah sumber segala sesu-
suatu dan segala sesuatu berasal dariKu (Bg.10.8). Bhaktya mam abhijana
ti yavan yas casmi tattvatah, orang dapat mengerti Saya dengan sebenar-
nya hanya dengan proses bhakti (Bg.18.55 dan lihat pula Bg.8.22 dan 11.
54). Jnanavan mam prapadyante, orang yang sungguh-sungguh berpenge
tahuan berserah diri kepadaKu (Bg.7.9)”. Dan sebagainya.
XXI. KEPALSUAN KE-SEPULUH : MAYAVADA ADALAH PILSAFAT PALING TINGGI
1. Mayavada yang juga disebut Advaita Vada bukan pilsafat paling tinggi, te-
tapi pilsafat palsu tentang Tuhan. Hanya mereka yang ber-watak atheistik
dan materialistik menyatakan bahwa mayavada
adalah pilsafat paling tinggi karena ia cocok de-
ngan pandangan empiris mereka bahwa Tuhan
ber-wujud pribadi (Bhagavan) tidak ada karena
tidak bisa dilihat dan dibuktikan ada.
2. Dengan menyatakan bahwa hanya Brahman sa
ja yang sejati (satyam) dan alam material ada-
lah palsu (mithya), manusia diajarkan mencari kebenaran, bukan kepalsu-
an. Dan dengan menyatakan bahwa makhluk hidup (jiva) = Tuhan (Brah-
man), manusia diajarkan untuk meng-insyafi hakekat sejati dirinya yang
spiritual amat luhur dan mulia. Begitu kata para pilosof mayavadi. Tetapi
semua pernyataan mereka ini adalah kepalsuan belaka.
3. Dengan menyatakan bahwa Brahman adalah neti-neti, kata orang - orang
mayavadi, pilsafat mayavada bebas dari paham lokal, sekste, agama, ke-
lompok, negeri, golongan dan aliran kekeprcayaan beraneka-ragam, dan
menjadi ajaran yang cocok untuk mempersatukan umat manusia. Selama
ini, kata mereka, manusia tidak hidup tentram dan damai karena pilsafat
hidup mereka berada pada tingkat dvaita, pilsafat materialis-
tik dualistik dengan beraneka-macam pandangan, nama, wu-
sifat, ciri, hubungan dan penomena. Ke-aneka-ragam inilah
sumber pertentangan dan perpecahan.
4. Dengan berkata begitu, para pilosof mayavadi tidak perduli
pada rumus perdamaian yang diberikan oleh Sri Krishna
dalam Bhagavad-Gita,”Bhoktaram yajna tapasam sarve loka
mahesvaram suhrdam sarva bhutanam jnatva mam santim
rcchati, mereka yang mengerti bahwa Saya adalah tujuan uta
ma segala yajna (kurban suci) dan pertapaan, penguasa ter-
tinggi atas segala planet beserta para deva pengendali nya
dan sahabat terbaik segala makhluk, men-capai kedamaian
dalam hidupnya” (Bg.5.29).
5. Menurut orang-orang mayavadi, perbedaan antara Brahman
(Impersonal God) dengan Bhagavan (Personal God) adalah
sebagaimana tercantum pada daftar terlampir. Kesimpulan
mereka adalah : Brahman hanya bisa dipahami oleh mereka
yang cerdas,sedangkan Bhagavan adalah konsep keTuhan-
an bagi mereka yang bodoh.
BRAHMAN (IMPERSONAL GOD) BHAGAVAN (PERSONAL GOD)
(1). BERHAKEKAT SPIRITUAL MURNI, SEJATI.
(2). PARA-RUPA, HAKEKAT TUHAN TERTINGGI.
(3). PENGETAHUAN TENTANG BRAHMAN ADA-LAH PARA-VIDYA, PENGETAHUAN SPIRITU-AL TINGKAT TINGGI.
(4). DIMENGERTI DENGAN JNANA ABSOLUT DI-LUAR LOGIKA, ARGUMEN DAN RASIONALI-TAS MELALUI PERENUNGAN (MEDITASI) YANG MELAHIRKAN ILHAM MISTIK GAIB.
(5). KONSEP BRAHMAN BERSIFAT UNIVERSAL,AJARAN PEMERSATU UMAT MANUSIA.
(6). KONSEP BRAHMAN ILMIAH, COCOK DENG-NGAN ILMU PENGETAHUAN MODERN.
(7). HANYA BISA DIPAHAMI OLEH ORANG CER-DAS DAN TELAH MAJU DIBIDANG ROHANI.
(1). BERHAKEKAT MATERIAL, PRODUK MAYA.
(2). APARA-RUPA, HAKEKAT TUHAN TINGKATRENDAH.
(3). PENGETAHUAN TENTANG BHAGAVAN ADA-LAH APARA-VIDYA, PENGETAHUAN MATE-RIAL TINGKAT RENDAH.
(4). DIMENGERTI DENGAN JNANA RELATIP YA-NG PENUH DENGAN LOGIKA, ARGUMEN,ANALOGI DAN RASIONALITAS.
(5). KONSEP BHAGAVAN BERSIFAT LOKAL/SEKTE/KELOMPOK/GOLONGAN, AJARAN YANGHANYA MENIMBULKAN KONFLIK.
(6). KONSEP BHAGAVAN TIDAK ILMIAH, TIDAKCOCOK DENGAN PENGETAHUAN MODERN.
(7). HANYA COCOK BAGI ORANG KURANG CER-DAS DAN BELUM MAJU DIBIDANG ROHANI.
XXII. TUHAN BERWUJUD, BERSIFAT DAN BERCIRI SPIRITUAL
1. Pernyataan Veda bahwa Brahman (Tuhan) adalah tidak berwujud (nirakara),
tanpa sifat (nirguna) dan tanpa ciri (nirvisesa) apapun, sesungguhnya ber-
arti bahwa Tuhan tidak berwujud, bersifat dan ber-ciri material, melainkan
spiritual.
2. Kata amurtah (dalam Mundaka Up.2.1.2) yang berarti tidak berwujud dan ka-
ta arupam (dalam Svetasvatara Up.3.10) yang berarti tanpa bentuk, sesu-
ngguhnya berarti bahwa Brahman (Tuhan) tidak berwujud dan ber-bentuk
material tetapi spiritual. Bgitu pula, pernyataan Kena Upanisad 1.5.8, “Tu-
han tidak terungkapkan dengan kata-kata, tidak terpahami oleh pikiran, ti-
dak terdengar oleh telinga dan tidak terlihatoleh
mata”, sesungguhnya berarti:
(a) Tuhan tidak bisa diungkapkan dengan kata-ka-
ta yang keluar dari silat-lidah dan angan-angan
pikiran orang-orang mayavadi.
(b) Tuhan tidak terpahami oleh pikiran orang-ora-
ng mayavadi yang penuh khayalan, dan
(c) Tuhan tidak bisa dilihat dan didengar dengan mata dan telinga badan
jasmani yang terbatas, tidak sempurna, kotor nafsu dan didikte oleh po-
la pikir pilsafat mayavada.
3. Veda menyatakan, “Nayam atma pravacanena labhyo na medhaya na bahu
na srutena, Tuhan dapat dipahami bukan dengan banyak berdiskusi tenta-
ng Beliau, bukan dengan kecerdasan hebat da bukan pula dengan banyak
belajar kitab suci. Yam evaisa vrnute tena labhyas tasyaiva atma vivrnute
tanum svam, tetapi Beliau terpahami oleh orang yang dipilih olehnya” (Ka-
tha Up.1.2.23). Disini kata atma menunjuk Tuhan.
4. Selanjutnya dikatakan, “Apani pado javano grahita, Ia (Tuhan) tidak punya
tangan atau kaki, namun Beliau bisa bergerak dan menerima persembah-
an yang dihaturkan kepadaNya” (Svetasvatara Up.3.19). Ia (Tuhan) adalah
adrstah, tidak punya mata, tetapi Beliau drstah, bisa melihat. Ia adalah
asrutah, tidak bertelinga, tapi Beliau srutah, bisa mendengar. Ia (Tuhan)
adalah amanta, tidak punya pikiran, tetapi Beliau mantah, berpikir. Dan Ia
(Tuhan) adalah avijnatah, tidak berpengetahuan, tetapi Beliau vijnatah,
maha mengetahui” (Brhad Aranyaka Up.7..2.3).
Semua pernyataan paradok ini mennjukkan bah-
wa Tuhan tidak ber-wujud material, melainkan
berwujud spiritual.
XXIII. PILSAFAT YANG MENGHINA TUHAN
1. Dengan menyatakan bahwa Brahman imper-
sonal adalah Kebenaran Mutlak (Tuhan), pilsafat mayavada mencampak-
kan kehebatan/keagungan/kemaha-kuasaan Tuhan dan dengan demikian
secara rasional menghina Tuhan.
2. Dengan menyamakan Tuhan (Brahman berwujud spiritual yaitu Bhaga-
van) yang maha perkasa dan maha-kuasa dengan potensi (sakti) tak ter-
batas, dengan makhluk hidup (jiva) kecil, remeh dan tidak berdaya, ora-
ng - orang mayavadi secara bodoh meng-hina
Tuhan.
3. Dengan menyatakan bahwa Tuhan (Bhagavan)
ditutupi (=dikhayalkan oleh) maya sehingga Ia
jatuh kedunia fana dan menjadi berhakekat ma-
=
terial, sama dengan makhluk hidup (jiva) biasa; orang-orang mayavadi
secara tolol menghina Tuhan.
4. Selanjutnya, dengan menyatakan bahwa Tuhan (Bhagavan) adalah trans-
formasi sifat alam sattvam (kebaikan) yang merupakan unsur maya sehi-
ngga Beliau adalah produk maya, orang-orang mayavadi secara sesat
menghina Tuhan.
5. Menganggap Brahman (Tuhan) adalah tidak berwujud, tidak
bersifat dan berciri apapun adalah sama saja dengan secara
tidak langsung menolak adanya Tuhan.
6. Tuhan tidak berwujud, bersifat dan berciri apapun = Tuhan
tidak punya mata, telinga, mulut, tangan dan kaki, sehingga
Tuhan tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa
bicara, dan Tuhan tidak bisa bergerak dan bekerja. Dengan
kata lain, Tuhan itu buta, tuli, bisu, lumpuh dan tidak berda-
ya. Sungguh ini merupakan penghinaan yang amat jahat kepada Tuhan.
XXIV. PENUTUP
Demikianlah saya telah jelaskan secara ringkas tentang pilsafat mayavada
yang oleh Veda disebut asac-chastra, pilsafat rohani palsu.
INIKAH TUHAN?