pewarisan / turun waris - ricco s yubaidi, s.h., m.kn
DESCRIPTION
Materi ini sangat umum terjadi ditengah masyarakat terutama secara khusus terhadap keluarga karena membahas pengaturan pembagian harta kekayaan dari pewaris yaitu seseorang yang telah meninggal kepada Ahli Waris.TRANSCRIPT
PEWARISAN / TURUN WARIS Ricco S. Yubaidi, S.H., M.Kn.
TURUN WARISPengertian ;Turun waris adalah sebuah prosedur pengalihan nama kepemilikan tanah dalam sertifikat (balik nama) dari pewaris (orang yang meninggal) ke ahli waris.
Golongan Ahli Waris :
Menurut KUH Perdata : Golongan IAnak dan
keturunannya serta suami/isteri yang
masih hidup
Gologan IIOrang tua, saudara laki-laki/perempuan,
keturunan dari saudara laki-
laki/perempuan tersebut
Golongan IIIKeluarga sedarah dalam garis lurus keatas sesudah
orang tua
Golongan IVPaman, bibi pewaris
dari pihak bapak/ibu,
keturunan dari paman dan bibi tsb sampai derajad ke 6 dihitung dari pewaris
ORANG YANG DIANGGAP TIDAK PANTAS UNTUK MENJADI AHLI WARIS
Seseorang yang telah dijatuhi hukuman karena membunuh atau mencoba membunuh orang yang meninggal itu
Seseorang yang mengancam Pewaris tersebut untuk menarik kembali wasiatnya atau dengan tindakan kekerasan
Seseorang yang telah menggelapkan, memusnahkan atau memalsukan wasiat Pewaris tersebut
Seseorang yang ditentukan bersalah oleh Hakim karena fitnah telah mengajukan tuduhan terhadap Pewaris
PEMBAGIAN HARTA WARISAN Dari PERKAWINAN PERTAMA
Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”) menyebutkan bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. Dengan demikian, harta bersama adalah harta yang diperoleh selama masa perkawinan, apabila tidak ada perjanjian perkawinan.
Dalam hal tanah objek waris merupakan harta bersama, maka harta tersebut harus dibagi menjadi 2 bagian terlebih dahulu, dimana 1/2 bagian menjadi hak suami (sesuai ketentuan pembagian harta bersama berdasarkan Pasal 35 UU Perkawinan jo. Pasal 128 KUH Perdata jo. Pasal 126 KUH Perdata).
Jika istri pertama masih hidup, maka menurut Pasal 852a KUH Perdata, disamakan bagiannya dengan anak, yakni 1/3 bagian untuk masing-masing.
Apabila isteri pertama meninggal dunia maka harta waris yang menjadi bagian istri pertama berhak jatuh kepada anak dari perkawinan pertama. Sedangkan untuk pembagian kepada 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan dari hasil perkawinan pertama dibagikan secara sama rata yakni ½ untuk masing-masing dari jumlah harta waris untuk perkawinan pertama sesuai ketentuan Pasal 852 KUH Perdata.
PEMBAGIAN HARTA WARISAN Akibat Terjadinya PERKAWINAN KEDUA
Pembagian warisan dari perkawinan kedua, terlepas ada atau tidaknya perjanjian pisah harta, isteri kedua tidak mendapat bagian harta bersama dari objek waris tersebut Karena merupakan HARTA BAWAAN suami (diperoleh sebelum pernikahan kedua)
Berdasarkan Pasal 852 dan Pasal 852a KUH Perdata harta waris dibagikan kepada istri yang masih hidup dan 1 anak laki-laki dengan porsi bagian yang sama yakni masing-masing mendapat ½ dari jumlah harta waris.
PEMBAGIAN HARTA WARIS Berdasarkan HUKUM ISLAM
pembagian harta waris menurut hukum Islam diatur di dalam Pasal 176-191 KHI. Yang termasuk ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam, dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
Kelompok AHLI WARIS Menurut KHI :
1. Menurut Golongan Darah :a. Golongan laki-laki terdiri dari ayah, anak/saudara laki-laki, paman dan kakek
b. Golongan perempuan terdiri dari ibu, anak/saudara perempuan dan nenek
2. Menurut Hubungan Perkawinan terdiri dari janda dan duda
Jika semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanyalah anak, ayah, ibu, janda atau duda
Besaran Bagian yang Didapatkan
Besaran bagian masing-masing ahli waris menurut KHI Pasal 176 sampai Pasal 182 adalah:
Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat 1/2 bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat 2/3 bagian, dan apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka perbandingan bagian anak laki-laki adalah 2:1 dengan anak perempuan.
Ayah mendapat 1/3 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada anak, ayah mendapat 1/6 bagian.
Ibu mendapat 1/6 bagian bila ada anak atau dua saudara atau lebih. Bila tidak ada anak atau dua orang saudara atau lebih, maka ia mendapat 1/3 bagian.
Ibu mendapat 1/3 bagian dari sisa sesudah diambil oleh janda atau duda bila bersama-sama dengan ayah.
Duda mendapat 1/2 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak, maka duda mendapat 1/4 bagian.
Janda mendapat 1/4 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak, maka janda mendapat 1/8 bagian.
*Lanjutan
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu masing-masing mendapat 1/6 bagian. Bila mereka itu dua orang atau lebih maka mereka bersama-sama mendapat 1/3 bagian.
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedang ia mempunyai satu saudara perempuan kandung atau seayah, maka ia mendapat 1/2 bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara perempuan kandung atau seayah dua orang atau lebih, maka mereka bersama-sama mendapat 2/3 bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara laki-laki kandung atau seayah, maka perbandingan bagian saudara laki-laki adalah 2:1 dengan saudara perempuan.
Maka, pada perkawinan pertama, apabila istri masih hidup, ia mendapat 1/8 bagian dari harta waris karena meninggalkan anak, dan untuk pembagian anak perempuan bersama-sama anak laki-laki, maka bagian anak yaitu sebesar 7/8 dengan bagian anak laki-laki 2:1 satu dengan anak perempuan.
Namun, jika istri dalam perkawinan pertama dinyatakan diduga meninggal dunia, maka pembagian harta waris berhak jatuh kepada anak dari perkawinan pertama, dan bagian anak laki-laki dengan anak perempuan berbanding 2:1 yakni 2/3 untuk anak laki-laki dan 1/3 untuk anak perempuan.
Pada perkawinan kedua, istri mendapat 1/8 bagian dari harta waris karena meninggalkan anak, dan sisanya untuk anak laki-laki.