petunjuk praktikum latihan 1
TRANSCRIPT
PETUNJUK PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK
PEMBUATAN STARTER PADAT DAN CAIR UNTUK PEMROSESAN LIMBAH ORGANIK PENGGANTI EM4
Oleh ;
Dodik Luthfianto, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIPUNIVERSITAS MHAMMADIYAH SURAKARTA
FEBRUARI 2013
PEMBUATAN STARTER PADAT DAN CAIR UNTUK PEMROSESAN LIMBAH ORGANIK PENGGANTI EM4
A. Tujuan
1. Mengetahui proses pembuatan starter dari berbagai limbah untuk produksi kompos
2. Mengetahui proses pembuatan starter cair dan padat
B. Manfaat
1. Setelah melakukan praktikum pengolahan limbah organik serasah kampus, mahasiswa
diharapkan mempunyai pengetahuan, ketrampilan dalam pembuatan starter untuk
mempercepat pembuatan limbah organik
2. Dengan mengetahui pembuatan starter, diharapkan mahasiswa mampu mengelola limbah
organik khususnya limbah serasah kampus menjadi lebih berdaya guna
3. Sebagai pengetahuan dan bahan untuk berwirausaha dalam upaya peningkatan ekonomi
masyarakat, khususnya dalam bentuk, sebagai bahan dasar pengembangan berwirausaha
lain
C. Dasar Teori
Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan penyusun tumbuhan
dan hewan yang diambil dari alam, atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau
yang lainnya Daur ulang limbah organic menjadi sesuatu yang lebih baik untuk mengurangi
dampak limbah terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Altenatif
mempercepat proses pendegradasi serasah melalalui pengomposan. Pengomposan secara
cepat dapat dilakukan dengan menggunakan mikroba perombak bahan organik atau
dekomposer.
Kompos adalah sumber bahan organik yang mengandung unsur hara yang siap
diserap akar tanaman. Kompos juga mengandung hara-hara mineral esensial bagi tanaman
(Setyorini et al. 2006).Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan
oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). proses aerobik, dimana mikroba menggunakan
oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik .
Pengomposan adalah proses dimana bahan organic mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organic sebagai
sumber energy. Teknologi pengombpsan bahan organic dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu secara aerob dan anaerob. Secara umum pengomposan secara aerob banyak
dilakuakn oleh masyarakat. Teknologi pengomposan secara aerob paling sering dilakukan
karena mudah, murah, dan tidak membutuhkan control proses yang rumit. ( Isroi, 2008).
Pengomposan secara anaerob meskipun lebih rumit namun memiliki keuntungan
dibandingkan pemrosesan secara aerob, hasil sampingan dari pemrosesan anaerob adalah
dihasilkannya biogas serta diperoleh pupuk dalam bentuk cair dan padat (Mahajoeno, 2007).
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan
bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi
secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah
banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan
teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan
teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara
alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat
berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat
penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk
mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian
dan perkebunan. Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik
secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes),
OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan
SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna mendapatkan
kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Proses pengomposan merupakan proses fermentasi. Suatu proses fermentasi terkendali suhu
akan meningkat secara bertahap. Peningkatan suhu akan menyebabkan proses fermentasi
mampu membunuh bakteri pathogen (Rusdi dan Kurnani, 1994). Pada bagian perombahan
bahan organic dibutuhkan starter untuk mempercepat pengomposan.
Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap
diinokulasikan pada media fermentasi. Starter mikroba dapat dijumpai dalam berbagai bentuk
salah satunya adalah ragi untuk pembuatan roti. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat
dan fermentasi segara terjadi. Mikroorganisme yang digunakan dalam ragi umumnya terdiri
atas bakteridan fungi ( khamir dan kapang), yaitu : Rhizopus, Aspergillus, Mucor,
Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Lactobacillus, Acetobacter, dan lain
sebagainya.
Starter merupakan sumber mikroorganisme yang sangat bermanfaat untuk mahluk hidup
(pertanian dan peternakan), starter probiotik sebenarnya bisa kita buat sendiri dari
pencampuran Bakteri Asam Laktat dan Indegenous Microorganisme (IMO) serta sumber air
sumur (tanpa kaporit) dengan dosis tertentu. Pembuatan starter buatan ini bertujuan untuk
penghematan biaya dalam proses pembuatan kompos organik. Peran starter itu sendiri sebagai
penyuplai nutrisi dan sebagai komponen yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman
secara optimal.
Dalam proses pengomposan peranan mikroba selulolitik dan lignolitik sangat penting,
karena kedua mikroba tersebut memperoleh energi dan karbon dari proses perombakan bahan
yang mengandung karbon. Proses pengomposan secara aerob, lebih cepat dibanding anaerob
dan waktu yang diperlukan tergantung beberapa faktor antara lain: ukuran partikel bahan
kompos, C/N rasio bahan kompos, keberadaan udara (keadaan aerobik), dan kelembaban.
Kompos yang sudah matang diindikasikan oleh suhu yang konstan, pH alkalis, C/N rasio <20,
Kapasitas Tukar Kation > 60 me/100g abu dan laju respirasi < 10 mg/g kompos, sedangkan
indikator yang dapat diamati secara langsung adalah jika berwarna coklat tua (gelap) dan
tidak berbau busuk (berbau tanah).
Pembuatan kompos dengan penambahan pupuk mikroba mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: bebas dari biji biji tanaman liar (gulma); bebas dari bakteri patogenik
(bakteri yang dapat menimbulkan penyakit); tidak berbau; tanaman tidak terbakar; mudah
digunakan serta menyediakan berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
D. Alat dan Bahan
N
o
Alat Bahan
1 Drum Rumen sapi
2 Blender Tepung kanji
3 Pisau Fermipan
4 Saringan Molase
5 Gelas Ukur Tepung ikan
6 Botol kemasan Trichoderma
7 Timba Dedak halus
8 Limbah buah
9 Bonggol pisang
10 Air
E. Cara Kerja
Pembiakan Bakteri untuk starter pembautan kompos pengganti EM4
Komposisi Bahan:
1. Romen sapi 5 liter
2. Fermipan 100 gram
3. Molase 3 liter
4. Tepung ikan 0,5 kg
5. Jamur Tricoderma 1 liter
6. Air perasan dedak 1 liter
7. Air limbah buah 1 liter
8. Air kran secukupnya
9. Air bonggol pisang 0,5 liter
Cara Kerja
a. pembuatan starter cair
1. Limbah buah dicacah sampai halus direndam selama 1 minggu, setelah 1 minggu
diambil airnya sebayak 1 liter
2. Bonggol pisang diiris halus kemudian direndam dalam 2 liter air selama 1
minggu, setelah 1 minggu diambil airnya 0,5 liter.
3. Rumen sapi diperas diambil airnya dan diencerkan sampai 5 liter
4. Dedak direndam air dan diambil air perasannya sebanyak 1 liter
5. Setelah bahan no 1-4 siap kemudian dijadikan satu dan .kemudian ditambahkan
molase 3 liter dan tepung ikan 0,5 kg. setelah bahan tercampur rata ditambahkan
air kran sampai volume 25 liter
6. Tempatkan didalam drum / ember volume 25 liter kemudian tutup dengan rapat
selama 1 minggu, jangan lupa tiap 2 hari tutup dibuka dan diaduk dengan rata.
7. Setelah difermentasi 1minggu starter biang siap digunakan, untuk pemakaiannya
1 liter starter untuk 250 kg bahan kompos.
b. Pembuatan starter padat
Setelah starter cair difermentasi selama 1 minggu diambil 5 liter cairan biang
dan dicampur dengan kanji 5 kg campur sampai homogen. Setelah tercampur bahan
dijemur matahari. Setelah benar-benar kering bahan tadi dihaluskan dengan diblender
dan siap digunakan untuk starter pengomposan. Pemakaiannya untul 1 kg bahan
starter kering diaplikasikan 250 bahan kompos.
F. Pengamatan
Amatilah selama 1 minggu proses fermentasi, perubahan apa yang terjadi selama proses
fermentasi berlangsung. Catat semua perubahan selama proses fermentasi.!!
G. Daftar pustaka
Hardjowigeno,S. 2004. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta
Kresnawaty, I., I. Susanti., Siswanto., dan Panji, T.. 2008. Optimasi produksi biogas dari
limbah lateks cair pekat dengan penambahan logam. Jurnal Menara Perkebunan. Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia : Bogor. 76 (1) : 23-35
Kurnia, U., Setyorini, T. Prihartini,S. Rochayati, Sutono, ddan H. Suganda. 2001.
Perkembangan dan Penggunaan Pupuk Organik Indonesia. Rapat Koordinasi Penerapan
Penggunaan Pupuk Berimbang dan Peningkatan Penggunaaan Pupuk Organik.
Direktorat Jendral Pupuk dan Pestisida. Direktorat Bina Sarana Pertanian . Jakarta
Nopember 2001.
Lingga dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk , Redaksi Agromedia. Jakarta
Mahajoeno, E. 2007. Energi Alternatif Pengganti BBM : Potensi Biomassa Sawit Sebagai
Sumber Energi Terbarukan. Jakarta : Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
Mahajoeno, Edwi, Lay, Bibiana Widiati, Sutjahjo, Suryo Hadi, dan Siswanto. 2008. Potensi
Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi Biogas. Jurnal Bioversitas 9
(1).