peternakan
DESCRIPTION
Fakultas peternakan UGMTRANSCRIPT
![Page 1: Peternakan](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/563db7cd550346aa9a8e18dd/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak
perusahaan yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Hal ini seakan menuntut setiap perusahaan harus menempatkan
orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Dewasa ini, semakin
banyak diyakini bahwa kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah
memberikan nilai (value) lebih kepada pelanggan melalui penyampaian
produk dan jasa yang berkualitas dengan harga bersaing. Jadi, untuk
memuaskan pelanggan dan membina hubungan yang baik dengan pelanggan,
suatu perusahaan harus membuat dirinya berbeda dengan para pesaingnya dan
yang terutama adalah menambahkan nilai (value) pada setiap pelayanan yang
diberikan.
Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar sukses dalam
persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan pelanggan (Levitt, 1987). Agar tujuan tercapai, maka setiap
perusahaan harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa
yang diinginkan konsumen dengan harga yang pantas (reasonable).
Sementara itu, dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan
sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat
yang dirasakan atas barang atau jasa yang diterima.
![Page 2: Peternakan](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/563db7cd550346aa9a8e18dd/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Perkembangan dunia saat ini sedang menghadapi era baru yang
ditandai dengan kecendrungan globalisasi dunia sebagai akibat semakin
banyaknya negara yang melaksanakan liberalisasi/reformasi ekonomi yang
ditunjang pula dengan majunya teknologi komunikasi dan transportasi.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka meningkat pula kebutuhan dan
keinginan manusia terutama dalam penggunaan sarana transportasi. Adanya
peningkatan kebutuhan terhadap sarana transportasi tidak terlepas dari
keinginan manusia untuk mendapatkan sarana transportasi umum yang baik
dengan kriteria bahwa sarana tersebut aman, cepat, dan tentunya nyaman.
Fenomena pertumbuhan bisnis transportasi udara di Indonesia luar
biasa potensinya dan semakin marak diperbincangkan. Semenjak model
deregulasi Aturan Penerbangan Niaga di RI diberlakukan pada bidang
penerbangan mulai tahun 1999 sejalan dengan era reformasi di negeri ini,
maka kelonggaran dunia bisnis penerbangan komersial terbuka lebar. Seiring
dengan keadaan tersebut lahirlah perusahaan-perusahaan baru, yaitu
perusahaan transportasi udara yang jumlahnya pun banyak. Awalnya jumlah
maskapai penerbangan di Indonesia yang mengisi lalu lintas penerbangan
hanya tujuh perusahaan, yakni Garuda Indonesia Airlines, Merpati Nusantara,
Mandala Airlines, Bouraq, Bayu, Sempati Air, Pelita Air. Namun, sejak tahun
2000 bertambah dan kini tercatat sedikitnya ada 29 perusahaan maskapai
penerbangan.
Persaingan antar maskapai penerbangan pun terjadi seiring dengan
meningkatnya jumlah maskapai yang mengisi industri penerbangan dalam
![Page 3: Peternakan](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/563db7cd550346aa9a8e18dd/html5/thumbnails/3.jpg)
3
negeri. Terutama dalam hal tarif rendah (low fare) yang diterapkan oleh
beberapa maskapai penerbangan nasional. Merebaknya fenomena maskapai
penerbangan dengan konsep berbiaya rendah (low cost carrier) yang
diwujudkan di Indonesia dalam pengenaan tarif rendah (low fare) kepada
penumpang, menjadi suatu fenomena yang tak lazim lagi untuk sekarang ini.
Konsep low cost carrier (LCC) pertama kali sebenarnya diperkenalkan
oleh Southwest Airlines (SA) di Amerika Serikat pada tahun 1971. Tetapi,
tidak hanya di Amerika saja di Eropa dan Australia juga menerapkan konsep
yang sama dalam industri penerbangannya. Konsep low cost carries (LCC) ini
pun kemudian melebar ke Asia termasuk juga di Indonesia. Dalam beberapa
situs penerbangan tercatat yang memulai konsep LCC pada akhir 2001, yaitu
maskapai penerbangan Air Asia. Persaingan penerbangan di belahan dunia
sana (Amerika Serikat, Eropa, juga Autralia) memang cukup ketat.
Kesuksesan mereka juga didukung oleh manajemen yang bagus dan
profesional.
Di Indonesia sendiri memang ada sisi positifnya dari kebangkitan
dunia penerbangan komersial sejak kehadiran beberapa maskapai low cost
carrier (LCC). Para pengguna jasa transportasi udara di Indonesia mengalami
peningkatan di tiap tahunnya. Hal ini didorong dengan diberlakukannya tarif
pesawat yang murah (low fare) pada setiap rute penerbangan di Indonesia.
Fenomena kebangkitan transportasi udara di Indonesia menyebabkan
kemerosotan atau menurunnya jumlah penumpang pada transportasi darat dan
laut. Tarif yang terjangkau mendorong masyarakat untuk menikmati
![Page 4: Peternakan](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/563db7cd550346aa9a8e18dd/html5/thumbnails/4.jpg)
4
transportasi udara. Jadi, tidak heran jika harga tiket pesawat nyaris menyamai
harga tiket kereta api dan kapal laut. Hal tersebut juga didukung dengan waktu
tempuh pesawat yang jauh lebih pendek, sehingga masyarakat lebih memilih
menggunakan pesawat dibanding transportasi darat dan laut. Fenomena ini
bertambah menarik lagi, sebab pesawat tak lagi dianggap sebagai transportasi
yang hanya ditumpangi oleh masyarakat yang berpenghasilan tinggi. Tetapi,
semua orang dari berbagai kalangan dan tingkatan juga sudah bisa menikmati
perjalanan menggunakan pesawat.
Persaingan industri penerbangan di Indonesia semakin ketat dengan
adanya penerapan tarif rendah (low fare). Dampak dari hal tersebut
menyebabkan terjadinya perang tarif antar operator maskapai penerbangan
terutama dalam memperebutkan penumpang. Tetapi, terkadang harga yang
ditawarkan oleh suatu maskapai lebih rendah dari operational cost pesawat itu
sendiri. Tentu tidak ada salahnya dengan harga tiket pesawat yang rendah,
selama maskapai tersebut menyeimbangkannya dengan kualitas pelayanan
yang baik.
Animo masyarakat yang semakin besar untuk menggunakan
transportasi udara sekarang ini sudah selayaknya diimbangi dengan jaminan
keselamatan yang lebih ditingkatkan lagi. Namun, murahnya harga tiket
pesawat saat ini tidak membuat rasa aman bertambah. Kekhawatiran
konsumen bahwa akibat dari terjadinya perang tarif dalam bisnis penerbangan
akan berdampak pada penurunan kualitas keselamatan yang seolah terbukti
dari berbagai kecelakaan pesawat yang terjadi belakangan ini. Trend bisnis
![Page 5: Peternakan](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/563db7cd550346aa9a8e18dd/html5/thumbnails/5.jpg)
5
penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) yang sudah berlangsung
kurang lebih dalam lima tahun terakhir, kembali dipertanyakan keadaannya.
Maskapai dengan konsep berbiaya murah (low cost carrier) dituding
mendorong angka kecelakaan pesawat di Indonesia menjadi tinggi karena
banyak mengurangi biaya perawatan pesawat.
Pemerintah Indonesia selaku pemegang Regulasi bisnis penerbangan
dinilai ikut berperan terhadap buruknya kualitas keselamatan dunia
penerbangan. Di tengah kompetisi tarif pesawat, pemerintah juga dinilai
kurang tegas dalam menentukan persyaratan dan aturan tarif pesawat yang
dikaitkan dengan aspek keselamatan. Oleh sebab itu, pemerintah
berkepentingan terhadap tarif yang terjangkau oleh kemampuan daya beli
masyarakat dengan tanpa mengabaikan keselamatan penumpang.
Menurut Kotler (1997), keunggulan atas pesaing yang didapatkan
dengan menyampaikan nilai pelanggan lebih besar, melalui harga yang lebih
murah atau dengan menyediakan lebih banyak manfaat yang sesuai dengan
penetapan harga yang lebih tinggi. Persaingan industri jasa transportasi udara
di Indonesia sudah semakin komleks dan tinggi terutama dalam penerapan
tarif rendah (low fare). Secara spesifik, para pengguna jasa penerbangan
menginginkan lebih dari sekedar harga murah, melainkan mereka seringkali
siap untuk membayar lebih dengan tujuan mendapatkan apa yang sungguh-
sungguh mereka inginkan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan jasa
penerbangan harus melihat nilai dari sudut pandang pelanggan dan tidak
mengasumsikan bahwa mereka mengetahui apa arti nilai bagi pelanggan.
![Page 6: Peternakan](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/563db7cd550346aa9a8e18dd/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Dengan demikian, berdasarkan fenomena yang terjadi pada
perkembangan industri jasa penerbangan di Indonesia dalam hal pengenaan
tarif rendah (low fare) oleh beberapa maskapai dengan konsep penerbangan
berbiaya murah atau LCC (low cost carrier) maka, dalam penelitian ini
penulis memilih judul skripsi “Analisis Fenomena Nilai Pelanggan
(Customer Value) Terhadap Low Fare Pada Perusahaan Airlines.”
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apakah ada nilai (value) yang dirasakan oleh para
pengguna jasa transportasi udara dengan adanya penerapan konsep
oleh beberapa maskapai penerbangan berbiaya murah atau LCC (low
cost carrier) dalam pengenaan tarif rendah (low fare) pada harga tiket
pesawat.
b. Untuk mengetahui apakah pelayanan, kenyamanan dan keselamatan
penumpang sebagai para pengguna jasa penerbangan tetap
diperhatikan oleh perusahaan jasa penerbangan khususnya bagi
maskapai penerbangan berbiaya murah atau LCC (low cost carrier).
c. Untuk mengetahui fenomena perkembangan industri jasa penerbangan
dengan diterapkannya konsep LCC (low cost carrier) terhadap
konsumen jasa penerbangan.
![Page 7: Peternakan](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/563db7cd550346aa9a8e18dd/html5/thumbnails/7.jpg)
7
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis merupakan suatu manfaat penerapan teori yang selama
ini didapatkan dari perkuliahan dan sekarang dapat diwujudnyatakan
dalam penelitian ini. Penulis sendiri berusaha mengarahakan seluruh
kemampuannya selama proses penelitian ini berlangsung dan dianggap
sebagai pengalaman yang berkesan yang tak terlupakan.
b. Bagi perusahaan merupakan suatu masukkan dan diharapkan dari hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi perusahaan untuk
dapat menerapkan konsep pemasaran yang lebih baik lagi, khususnya
mengenai persaingan pada industri jasa penerbangan.
c. Bagi pembaca, yaitu kiranya penelitian ini dapat menjadikan tambahan
pengetahuan, informasi, dan referensi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai pengenaan tarif pada industri jasa penerbangan.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya, yaitu
sebagai berikut:
1. Penulis melakukan penelitian mengenai suatu fenomena yang terjadi
pada industri jasa penerbangan. Lebih spesifik lagi mengenai
fenomena pertumbuhan maskapai penerbangan berbiaya murah atau
LCC (low cost carrier), yang memberikan dampak pada tarif rendah
(low fare).
![Page 8: Peternakan](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/563db7cd550346aa9a8e18dd/html5/thumbnails/8.jpg)
8
2. Penulis melakukan penelitian di kota Yogyakarta dan berlangsung
selama kurang lebih enam bulan, yaitu dari bulan Februari sampai
akhir bulan Juli.
3. Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth
interview) dilakukan oleh penulis terhadap para responden atau orang
yang bersedia diwawancarai (interviewer) sebanyak 10 orang.
4. Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan model penelitian grounded theory.