peta kognitif pendekatan pada bk

57
Nama : Baeni Ikhwati Kelas : 4a NPM : 1113500044 Peta Kognitif Pendekatan Rational Emotif Theraphy No Aspek Keterangan 1 Tokoh Albert Ellis 2 Konsep Dasar Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata- kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-

Upload: baeniikhwati

Post on 19-Aug-2015

95 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peta kognitif pendekatan pada bk

Nama : Baeni Ikhwati

Kelas : 4a

NPM : 1113500044

Peta Kognitif Pendekatan Rational Emotif Theraphy

No Aspek Keterangan1 Tokoh Albert Ellis2 Konsep Dasar Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang

memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.

Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.

Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.

Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional

Page 2: Peta kognitif pendekatan pada bk

sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.

Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.

Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.

3 Hakekat Manusia

Neurosis, yang didefinisikan sebagai “ berfikir dan bertingkah laku irasional “, adalah sesuatu keadaan alami yang pada taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia-manusia lain dalam masyarakat.Psikopatologi pada mulanya dipelajari dan diperhebat oleh timbunan keyakinan-keyakinan irasional yang berasal dari orang-orang yang berpengaruh pada masa kanak-kanak. Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berfikir buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk.

TRE menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita harus menghentikan peyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang tersebut.

TRE berhipotesis bahwa karena kita tumbuh dalam masyarakat, kita cenderung menjadi korkan dari gagasan-gagasan yang keliru. Beberapa gagasan irasional yang menonjol yang terus-menerus diinternalisasi dan tanpa dapat dihindari mengakibatkan kekalahan diri. Ellis berpendapat sebagai berikut :

1. gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap orang yang berarti dimasyarakatnya;

2. gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten,layak, dan berprestasi dalam segala hal;

3. gagasanbahwa orang-orang tertentu buruk, keji, atau jahat

Page 3: Peta kognitif pendekatan pada bk

dan harus dikutuk dan dihuum atas kejahatannya;4. gagasan bahwa lebih mudah menghindari daripada

menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan tanggung jawab pribadi;

5. gagasan bahwa merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti yang diharapkan;

6. gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan kesusahan-kesusahan dan gangguannya;

7. gagasan bahwa masa lampau adalah determinan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang.

4 Hakekat Konseling

Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur

yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan

untuk mengubahtingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun

secara bersama-sama oleh konselor dan klien.

5 Tujuan Konseling

Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam terapi rasional emotif yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : " meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik". Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri merka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.Ringkasnya, proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidakbhagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi, karenanya sebagian besar adalah proses belajar-mengajar. Menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan membantu klien dalam memperoleh pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional.Tujuan dari Rational Emotive Theory adalah:

Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.

Menghilangkan gangguan emosional yang merusak. Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance,

Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.

6 Karakteristik Konseling

Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :

1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.

2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang

Page 4: Peta kognitif pendekatan pada bk

dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.

3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.

4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

7 Peran dan Fungsi Konselor

Operasionalisasi tugas konselor : lebih edukatif-direktif kepada

klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan,

khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien

secara langsung; menggunakan pendekatan yang dapat memberi

semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian

memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan

gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah

yang menyebabkan hambatan emosional pada klien; mendorong

klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya;

menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan

humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir

secara irasional.

8 Asumsi Perilaku Bermasalah

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.

Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu; (c) menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif

Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional : (a) individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan dan imajinasi; (b) individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain; (c) orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b) banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia

Page 5: Peta kognitif pendekatan pada bk

senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.

9 Hubungan Konselor dengan Konseli

Terapis menunjukkan sikap penerimaan mereka secara penuh dengan jalan menolak untuk mengevaluasi konselinya sebagai pribadi sementara pada saat yang bersamaan menunjukkan kesediaannya untuk tiada hentinya berkonfrontasi dengan pemikiran konselinya yang tidak masuk akal serta perilaku yang bersifat merusak diri sendiri. Tidak seperti terapis yang berorientasi pada hubungan, TRE tidak memberikan arti utama pada kehangatan hubungan pribadi dan pengertian empatik, dengan asumsi bahwa hubungan yang terlalu hangat dan pengertian yang terlalu empatik bisa menjadi kontra produktif karena bisa memupuk rasa ketergantungan akan persetujuan dari pihak terapis. Sebenarnya, terapis TRE bisa menerima konselinya sebagai orang yang tidak sempurna tanpa harus menunjukkan kehangatan hubungan antar pribadi, melainkan berbagai teknik non personal bisa digunakan, seperti mengajar,biblioterapi, serta modifikasi perilaku (Ellis dalam Gerald Corey, 1995) tetapi selalu memberi contoh serta juga mengajarkan penerimaan secara penuh tanpa syarat.

Meskipun demikian, beberapa praktisi TRE memberikan penekanan pada pentingnya membangun hubungan saling mengerti dan hubungan kerjasama yang kadarnya lebih kuat daripada yang diberikan Ellis. Weslerdan Wesler dalam Geral Corey (1995:475) sepakat bahwa kondisi terapeutik Rogers (pertimbangan positif tanpa syarat, empati, dan keaslianterapis) memang bisa menjadi fasilitator pada perubahan, namun mereka menambahkan: “Kita juga percaya bahwa kondisi untuk bisa berubah ini adalah penting, tetapi kesemuanya itu dapat dilakukan dalam situasi yang direktif maupun tidak direktif. Namun, kalau semuanya itu tidak dilakukan, teknik apapun yang ada di dunia nampaknya tidak akan mampu menghasilkan sesuatu”. Berkembangnya hubungan saling mengerti yang baik antara konseli dan konselor dipandang Walen, DiGiuseppe, dan Wessler dalam Geral Corey(1995:475-476) sebagai ramuan kunci dalam hal memaksimalkan keuntungan terapeutik. Seperti halnya Wesler dan Wesler, mereka menekankan bahwa menjadi aktif dan direktif bukanlah tidak sesuai dengan

Page 6: Peta kognitif pendekatan pada bk

pengembangan hubungan profesional berdasarkan kompetensi,kredibilitas, saling menghormati, dan komitmen untuk menolong konseli agar bisa berubah.

Terapis rasional emotif seringkali terbuka dan langsung dalam mengungkapkan keyakinan dan nilai mereka sendiri. Ada beberapa orang yang sedia untuk berbagi ketidak sempurnaan dirinya dengan konseli sebagai cara untuk mempertanyakan pendapat konseli yang tidak realistik, yaitu bahwa terapis adalah manusia yang pribadinya “utuh”. Dalam hal ini,transferensi tidaklah dianjurkan, dan kalaupun itu sampai terjadi maka terapis mungkin akan menyerangnya. Terapis ingin menunjukkan bahwa hubungan transferensi itu didasarkan pada keyakinan yang irasional, yaitu bahwa konsseli haruslah disenangi dan dicintai oleh terapis (atau sosok orangtua) (Ellis dalam Gerald Corey, 1995).

10 Tahap Konseling

Tiga tingkatan insight (wawasan) yang perlu dicapai klien dalam

konseling dengan pendekatan rasional-emotif:Pertama insight

dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri

yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian

besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang

diterima (antecedent event/kejadian sebelumnya) pada saat yang

lalu.Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk

memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah

karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang

diperoleh sebelumnya. Ketiga, insight dicapai pada saat konselor

membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada

jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan

mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.

11 Teknik Konseling

1. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

a. Assertive adaptiveTeknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan konseli untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli.

b. Bermain peranTeknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c. ImitasiTeknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.

2. Teknik-teknik Behavioristik

Page 7: Peta kognitif pendekatan pada bk

a. ReinforcementTeknik untuk mendorong konseli ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada konseli dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka konseli akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

b. Social modelingTeknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada konseli. Teknik ini dilakukan agar konseli dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

3. Teknik-teknik Kognitifa. Home work assigments,

Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, konseli diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikanPelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh konseli dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri konseli dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

b. Latihan assertiveTeknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah :

mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya;

membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;

mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan

meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.

12 Kelebihan Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang klien anut.

Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan

Page 8: Peta kognitif pendekatan pada bk

pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.

Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan eklektik.

Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukanterapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.

13 Kelemahan Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.

Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.

Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benar menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.

Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.

Page 9: Peta kognitif pendekatan pada bk

Peta Kognitif Konseling Realitas

No Aspek Keterangan1 Tokoh William Glasser2 Konsep Dasar Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang memiliki

kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha

memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi

kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai dan dicintai (love

and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement),

kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan

kesenangan (fun) (Corey, 2005).Glesser (2000) meyakini bahwa di

antara kebutuhan dasar tersebut kebutuhan mencintai dan dicintai

merupakan yang utama dan paling sukar pemenuhannya.

Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya

akan memberikan identitas berhasil pada dirinya, sedangkan

kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu

mengembangkan identitas gagal (Rasjidan, 1994). Individu yang

memiliki identitas berhasil akan menjalankan kehidupannya sesuai

dengan prinsip 3 R, yaitu right, responsibility, dan reality (Ramli,

1994). Right merupakan nilai atau norma patokan sebagai

pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau

salah. Responsibility merupakan kemampuan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain.

Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi

logis dan alamiah dari suatu perilaku.

Individu, dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara langsung.Individu berusaha melakukan

sesuatu yang dapat membuat mereka merasa nyaman.Hal ini yang

disebut “kehidupan yang berkualitas” (quality world).Dunia yang

berkualitas merupakan “surga pribadi” yang diharapkan setiap

individu. Jadi bisa diartikan Quality World adalah cara pandang

yang unik untuk memenuhi kebutuhan. Kehidupan yang berkualitas

didasarkan atas kebutuhan dasar, tetapi dunia yang berkualitas

berbeda dengan kebutuhan.Dunia yang berkualitas bersifat umum,

sedangkan dunia yang berkualitas bersifat khusus. Agar individu

Page 10: Peta kognitif pendekatan pada bk

dapat memperoleh dunia yang berkualitas dengan baik maka

individu harus berhubugan dengan orang lain; yakni orang-orang

yang dekat dengan kita dan nyaman bila didekatnya. Ada dua pokok

inti dalam konseling realitas yang dijadikan sebagai titik tolak

kegiatan pada konseling Realitas dalam menganalisis masalah-

masalah klein, antara lain :

1.      1. Right : adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan

standar norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum, dan lain-

lain.

2.     2. Reality : adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai

dengan kenyataan yang ada.

3.      Responbility:adalah bertanggung jawab, yaitu tingkah laku dalam memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak merugikan orang lain.

3 Hakekat Manusia

Glasser tidak memaparkan idenya menjad pokok pikiran, namun ide-idenya dapat disaripatikan menjadi sejumlah pokok pikiran sebagai berikut ini:

1. Konselor umumnya memandang individu atas dasar tingkah lakunya. Pendekatan realita memandang tingkah laku berdasar pengukuran obyektif, yang disebut realita. Ia berupa realitas praktis dari realitas moral.

2. Manusia memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan merasa adanya keunikan, perbedaan dan kemandirian.

3. Dasar konseling realita adalah membantu konseli mencapai kebutuhan untuk dicintai dan mencintai serta kebutuhan untuk merasa bahwa kita berharga bagi diri sendiri dari pada orang lain.

4. Manusia memiliki 3 kekuatan untuk tumbuh yang mendorong menuju identitas sukses, yaitu: mengisi dan memuaskan identitas sukses, menampilkan tingkah laku yang bertanggungjawab dan memiliki hubungan interpersonal yang baik.

5. Sejalan dengan nomor 4, kekuatan tumbuh bukanlah pembawaan. Dengan kata lain, kekuatan untuk memenuhi kebutuan dilakukan dengan belajar sejak dini.

6. Konseling realita tidak terikat pada filsafat deterministik dala memandang manusia, tetapi membuat asumsi bahwa pada akhirnya manusia mengarahkan diri sendiri. Prinsip ini berarti mengakui tanggungjawab setiap orang untuk menerima akibat dari tingkah lakunya. Dengan kata lain, orang akan tumbuh bukan ditentukan oleh penentu-penentu yang telah ada.

Page 11: Peta kognitif pendekatan pada bk

7. Realisasi untuk tumbuh dalam rangka memuaskan kebutuhan harus dilandasi oleh prnsip 3R: Right, Responsibility, reality.

4 Hakekat Konseling

Hakekat konseling realita adalah membantu individu mencapai otonomi.Otonomi merupakan keadaan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal).Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan oleh konseli.

5 Tujuan Konseling

1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri,

supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam

bentuk nyata.

2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta

memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan

dan keinginannya dalam perkembangan dan

pertumbuhannya.

3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian

kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan

nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya

sendiri.

5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas

kesadaran sendiri.

6 Karakteristik Konseling

Karakteristik pendekatan konseling realitas secara khusus

menekankan pada akuntabilitas. Aspek lain dari pendekatan

konseling realitas yang disokong Corey (1985) termasuk ide-idenya

yang tidak menerima alas an dari gagalnya pelaksanaan kontrak dan

menghindari hukuman atau menyalahkan.

7 Peran dan Fungsi Konselor

Peran Konselor

Tugas dasar konselor adalah melibatkan diri dengan konseli dan

kemudian membuatnya untuk menghadapi kenyataan. Yang antara

lain sebagai berikut :

1. Bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar

bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.

Page 12: Peta kognitif pendekatan pada bk

2. Berperan sebagai moralis.

3. Motivator. (Menyampaikan dan meyakinkan kepada klien

bahwa seburuk apapun suatu kondisi masih ada harapan)

4. Sebagai guru. (Mengajarkan klien untuk mengevaluasi

perilakunya, misalnya dengan bertanya, “Apakah perilaku

Anda    (atau nama) saat ini membantu Anda untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda?)

5. Memberikan kontrak.

6. Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan

hubungan baik dengan klien.

Fungsi utama konselor adalah menjadi terlibat dengan konselinya dan kemudia menghadapi konseli dengan mengusahakan agar konseli mengambil keputusan.Konselor bertuas melayani sebagai pembimbing untuk membantu konseli menaksir tingkahlaku mereka secara realistis. Konselor diharapkan memberi hadiah bila konseli berbuat dalam cara yang bertanggungjawab dan tidak menerima setiap penghindaran atas kenyataan atau tidak mengarahkan konseli menyalahkan setiap hal atau setiap orang. Beberapa kualitas pribadi yang harus dimiliki konselor adalah kemampuan untuk sensitif, untuk mencapai kebutuhan mereka secara terbuka, tidak untuk menerima ampunan, menunjukkan dukungan yang terus menerus dalam membantu konseli, untuk memahami dan mengempati konseli, dan untuk terlibat dengan tulus hati.

8 Asumsi Perilaku Bermasalah

Pribadi bermasalah/ tingkah laku salah/tidak tepat

Individu disimpulkan memperoleh identitas gagal ketika individu gagal memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar dan gagal terlibat dengan orang lain sebagai prasyarat biologis memuaskan kebutuhan dasar.

9 Hubungan Konselor dengan Konseli

Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara konseli dan konselor.Konselor dengan kehangatan, pengertian, penerimaan dan kepercayaan pda kapasitas orang untuk mengembangkan identitas berhasil, harus mengkomunikasikan dirinya kepada konseli bahwa dirinya membantu.Melalui keterlibatan ini, konseli belajar mengenai hidup daripada memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkah laku yang tidak bertanggungjawab.Kunci konseling realita adanya kesepakatan/komitmen dalam membuat rencana dan melaksanakannya. Perencanaan yang telah dilakukan oleh konseli dinilai positif  jika ditulis dalam kontrak. Dalam konseling realita ditekankan tidak adanya ampunan/ no excuses ketika konseli tidak melaksanakan rencananya.

10 Tahap Konseling

Tahapan konseling realita adalah:

Page 13: Peta kognitif pendekatan pada bk

1. Keterlibatan2. Anda adalah tingkah laku (berpusat pada tingkah laku

sekarang)3. Belajar kembali (pertimbangan nilai, perencanan tingkah

laku yang bertanggungjawab, kesepakatan)4. Evaluasi (tiada ampunan dan membatasi hukuman)

11 Teknik Konseling

Teknik-teknik yang digunakan dalam proses konseling realita adalah:

1. Memperkuat tingkah laku

–          Shaping, adalah metode mengajarkan tingkahlaku dengan terus-menerus melakukan aproksimasi dan membuat rantai hubungan.

–          Behavioral contract, syarat mutlak untuk memantapkan kontrak behavioral adalah batasan yang cermat mengenai masalah konseli, situasi dimana hal itu diekspresikan dan kesediaan konseli untuk mencoba prosedur itu.

–          Assertive training, dapat diterapkan pada situasi-situasi interpersonal dimana individu yang mempunyai kesulitan perasaan sesuai atau tepat untuk menyatakannya.

1. Modeling

Modeling digunakan untuk tujuan: mempelajari tingkahlaku baru, memperlemah atau memperkuat tingkahlaku yang siap dipelajari, dan memperlancar respon.

–          Proses mediasi, proses mediasi melibatkan atensi, retensi, reproduksi motorik dan insentif.

–          Live model dan symbolic model, Live model artinya model hidup, dan symbolic model artinya tingkah laku model ditunjukkan melalui film, video dan media rekaman lain.

–          Behavior rehearsal, dilakukan dalam suasana yang mirip dengan lingkungan nyata konseli.

–          Cognitive restructuring. Proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negative pemikiran tertentu terhadap tingkah laku dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistic dan cocok.

–          Covert reinforcement, yaitu memakai imaji untuk menghadiahi diri sendiri.

Page 14: Peta kognitif pendekatan pada bk

1. Melemahkan tingkah laku

–          Extinction, adalah mengurangi frekuensi terjadinya suatu tingkah laku dengan menghilangkan reinforcement.

–          Reinforcing incompatible behavior, memperkuat tingkah laku positif sehingga tingkah laku negative terkurangi dna hilang.

–          Relaxation training, biasanya digunakan untuk mengatasi tekanan/stress.

–          Systematic desensitization, prosedur ini digunakan untuk berbaga keadaan yang berhubungan dengan kecemasan, ketakutan dan reaks pobia.

–          Satiation, adanya reinforcement yang berlebihan sehingga menghilangkan fungsi sebagai penguat, melainkan sebaliknya.

12 Kelebihan 1. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.2. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan

dan kematangan.3. Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru

sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku malasuai.

13 Kelemahan 1. Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu dan factor genetic lain.

2. Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor dan konseli, hanya sekedarnya.

3. Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan kecanduan/ketergantungan.

Page 15: Peta kognitif pendekatan pada bk

Peta Kognitif Pendekatan Analisis Transaksional

No Aspek Keterangan1 Tokoh Eric Berne2 Konsep

DasarMenurut Lutfi Fauzan (1994:51) Analisis transaksional didasarkan

pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.

Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.

Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :

a. Status ego orang tua ( SEO )Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).\

b. Status ego dewasa ( SED )Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.

c. Status ego anak ( SEA )Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan.Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :a). I’m OK – You’re OKPosisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena secara transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-

Page 16: Peta kognitif pendekatan pada bk

sama menyetujui.Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.b). I’m OK – You’re not OKPosisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK.Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu merasa benar dan orang lain salah.c). I’m not OK – You’re OKPosisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan, mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior ( bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari yang lain.Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.d).  I’m not OK – You’re not OKPosisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK.Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa memelihara dirinya.Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh diri atau pembunuhan.

3 Hakekat Manusia

Eric Berne sebagai pendiri dan pengembang utama, konseling analisis transaksional memiliki pandangan yang optimis tentang hakikat manusia yaitu manusia pada dasarnya baik. Pandangan ini dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut :

a. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri.Meskipun pengalaman-pengalaman masa lalu terutama perkembangan awal ketika SEO dan SEA mulai terbentuk atau orang tua/orang penting lainnya banyak pegang peran bagi kehidupan anak sangat mempengaruhi kehidupannya pada masa sekarang. Namun Berne yakin bahwa manusia memiliki potensi untuk mengelola dirinya, termasuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya sehingga ia menjadi individu yang otonom dan mandiri-terlepas dari ketergantungan terhadap yang lain.

b. Berkaitan dengan pandangan dasar diatas, Berne meyakini bahwa

Page 17: Peta kognitif pendekatan pada bk

manusia mempunyai kemampuan untuk membuat rencana-rencana kehidupan kemudian memilih dan memutuskan rencana-rencana terbaik bagi dirinya rencana-rencana yang telah dibuatnya itu terus dimiliki sesuai dengan irama perkembangan hidupnya ia dapat memutuskan rencana yang lebih baik lagi bagi kehidupan selanjutnya. Berdasarkan keyakinan ini, Berne beranggapan bahwa klien yang ,mengalami masalah tanpa pemperhatikan tingkat kesulitan emosionalnya tidak hanya Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk membuat keputusan.dapat dibantu melainkan dapat disembuhkan secara total.

c. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawabManusia bukan hanya mampu hidup mandiri atau membuat keputusan untuk dirinya, namun ia dapat juga mampu bertanggung jawab atas pilihan dan putusan yang diambilnya dan konsekuensi yang diakibatkannya.

4 Hakekat Konseling

Hakikat Konseling dalam pendekatan Analisis transaksional yaitu

perancangan status ego klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu

mempromosikan dirinya dengan tepat.serta berupaya untuk merangsang

rasa tanggung jawab pribadi klien atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran

yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan

terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.

Konseling dalam pendekatan ini cenderung ke arah aspek-aspek kognitif

dan behavioral dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam

mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan

sekarang.

5 Tujuan Konseling

a. Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.

b. Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya sertamenghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.

c. Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.

6 Karakteristik Konseling

Karakteristik konselingKonseling analisis transaksional merupakan pendekatan konseling yang tergolong berorientasi kognitif. Sebagai suatu pendekatan konseling, analisis transaksional memiliki karakteristik antara lain:

Konseling analisis transaksional lebih menitik beratkan perhatiannya pada faktor insight dan pemahaman dalam membantu klien mencapai perubahan tingkah lakunya.

Proses konseling analisis transaksional bersifat aktif, direktif dan didaktif. Dalam hal ini konseling merupakan proses belajar mengajar dimana konselor sebagai pembelajar dan klien sebagai pelajar. Dalam proses tersebu konselor aktf mengajukan

Page 18: Peta kognitif pendekatan pada bk

pertanyaan- pertanyaan tentang diri klin dan interaksinya dengan orang lain, disamping itu ia mengarahkan proses tersebut agar tujuan yang telah disepakati tercapai.

Konseling analisis transaksional pada dasarnya merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam konseling individual akan tetapi sangat cocok untuk konseling kelompok.

Konseling analisis transaksional menekankan pentingnya kontrak dalam proses konseling, yaitu kesepakatan antara konselor dengan klien yang mencerminkan adanya persamaan hak dan kewajiban antara keduanya dalam mengelola proses konseling untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

7 Peran dan Fungsi Konselor

Peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamat dengan terlibat secara penuh dengan konseli. Konselor berperan sebagai guru yang menjelaskan teknik-teknik seperti analisis struktural, analisis transaksional, naskah hidup, dan analisis game.

Di dalam analisis transaksional konselor berperan sebagai : membantu klien menemukan kemampuan diri untuk berubah dengan membuat keputusan saat sekarang., membantu klien memperoleh alat yang digunakan untuk mencapai perubahan, mendorong dan mengajar klien mendasarkan diri pada SED-nya sendiri dari pada SED konselor, menciptakan lingkungan yang memungkinkan klien dapat membuat keputusan-keputusan baru dalam hidupnya dan keluar dari rencana kehidupan yang menghambat perkembangannya.

8 Asumsi Perilaku Bermasalah

Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, dewasa, anak. Sifat kontraktual proses terapeutik analisis transaksional cenderung mempersamakan kedudukan konselor dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Pada dasarnya, analisis transaksional  berasumsi bahwa manusia itu:

Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya (Manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihanya). Ada tiga hal yang membuat manusia selalu berubah, yaitu :

Manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.

Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan berkecukupan.

Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.

Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada mulanya tidak mau atau tidak tahu dengan perubahan, tetapi dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru yang membuka cakrawala barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan.

Manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemprograman awal (manusia dapat berubah asalkan ia mau). Perubahan manusia

Page 19: Peta kognitif pendekatan pada bk

itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now). Berbeda dengan psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana sesuatu yang terjadi pada manusia sekarang ditilik dari masa lalunya. Bagi AT, manusia sekarang memiliki kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang adalah persoalan sekarang dan di sini. Kendatipun ada hubungannya dengan masa lalu, tapi bukan seluruhnya perilaku hari ini ditentukan oleh pengalaman masa lalunya.

Manusia bisa belajar mempercayai dirinya dirinya sendiri , berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-persaannya.

Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.

Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang-orang lain

Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.

9 Hubungan Konselor dengan Konseli

Konseling Analisis Transaksional pada dasarnya merupakan upaya pemberian bantuan yang diarahkan untuk mencapai perubahan menurut kontrak yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara SED klien dan SED konselor baik mengenai tujuan maupun psikis konseling.

Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dalam hal ini konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai tujuan konseling. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa konselor dan klien memiliki kedudukan sejajar dalam proses konseling sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai kesejahtaraan klien sebagaimana tertera dalam kontrak. Kontrak dalam analisis transaksional melipuyi pernyataan tentang : a. Harapan yang ingin dicapai klien dalam prosen konseling. b. Apa yang ingin dikerjakan konselor untuk membantu menfasilitasi kemajuan klien. c. Kondisi-kondisi yang perlu dipenuhi agar kontrak yang ditetapkan dapat tercapai.

Kontrak dalam proses konseling analisis tramsaksional berfungsi untuk memelihara arah konselingagar tetap berpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses konseling, membantu membebaskan SED klien dari kontaminasi, dan memperjelas hubungan konselor dengan klien.

10 Tahap Konseling

Menurut Harris, proses konseling AT ada beberapa tahapan: pada bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama Klien ( Shertzer & Stone, 1980 : 209), kemudian membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis. Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan klien – konselor untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk saling bertangung jawab.

Page 20: Peta kognitif pendekatan pada bk

Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.

11 Teknik Konseling

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pendekatan Analisis Transaksional ini adalah :

1. Analisis TransaksionalAnalisis Transaksional memperhatikan interaksi antara berbagai

status ego. Ada tiga macam tipe transaksi ;a. Transaksi komplementer ( melengkapi )

Yaitu bila stimulus yang diberikan mendapat respon yang diharapkan.Jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antar pribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadiantara dua sikap yang sama, sikapdewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tuadansikapanak-anak. Komunikasi antar pribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna. Contoh :

Saya kesal sekali. Ingin rasanya membuang dan melempar semua barang-barang ini.

Ada hal yang membuat kamu marah, sehingga kamu ingin merusak semuanya? Begitukah?

b. Transaksi silang ( crossed )Yaitu bila respon terhadap stimulus tidak seperti yang diharapakan.

Hal ini terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antar pribadi karena kesalahan dalam memberikan maknapesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.Contoh :

Aduh, rasanya sebel sekali jika ada orang yang selalu bicara terus-menerus seperti sekarang ini.

Begitu saja mengeluh.c. Transaksi tersembunyi/terselubung ( ulterior )

Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Maksudnya adalah bila stimulus yang tampaknya dewasa seharusnya diarahkan pada dewasa.Tetapi dalam terselubung adalah menyembunyikan maksud yang sebenarnya yaitu sikap dewasanya malah justru mengarah lain bukan ke dewasa, tetapi dewasa ke anak atau orang tua ke anak. Dalam transaksi tersembunyi/terselubung ini biasanya diikuti oleh bahasa non verbal (pergantian tinggi nada suara, ekspresi wajah, sikap badan).Contoh :

Jam berapa kita latihan dan meeting hari ini selesai? Jam 21:00. Masih ada waktu untuk nonton ke bioskop.

Page 21: Peta kognitif pendekatan pada bk

2. Analisis StrukturalTeknik ini di kutip dalam Dikutip dalam Lutfi Fauzan (1994: 28)

dapat dikatakan sebagai alat untuk mendorong seseorang menjadi sadar terhadap isi dan fungsinya dari ego statusnya masing-masing. Dalam proses analisis transaksional klien belajar bagaimana mengidentifikasi dirinya dengan status egonya sendiri. Analisis struktural membantu klien memecahkan kembali pola-pola status ego yang dimunculkannya dalam proses transaksional. Dalam kaitan ini analisis struktural mendasarkan pada dua masalah yang berhubungan dengan struktur kepribadian yakni :  Kontaminasi dan Eksklusi

a. KontaminasiTerjadi bilamana isi dari salah satu status ego bercampur dengan status ego yang lain seperti :

SEO berkontaminasi dengan SEDContoh refleksi pernyataan :Anda tidak dapat menghargai kelompok minoritas yang terkutuk itu. Pernyataan ini menunjukkan sikap dan ide prasangka yang merupakan ciri utama dari jenis kontaminasi ini.

SEA berkontaminasi dengan SEDContoh refleksi pernyataan :Setiap orang selalu mencari saya, tak seorang pun yang berbuat baik. Pernyataan ini menunjukkan gangguan persepsi tentang realitas yang merupakan ciri dari jenis kontaminasi ini.

SEO dan SEA berkontaminasi dengan SEDRefleksi pernyataan jenis kontaminasi ini lebih bersifat mengklonkusikan tipe-tipe pernyataan pada kontaminasi orang tua dan anak. Pernyataannya lebih bersifat depensif dan rasional.

b. EksklusiTerjadi bilamana SEO, SED, dan SEA menjadi eksklusif (membengkak). Ada tiga hal:

SEO yang konstan, maka akan mengeksklusif SED dan SEAOrang yang selalu berorientasi dalam pekerjaan dan tugas. Dia menjadi orang yang moralistis, judgemental, dan demand (selalu membutuhkan orang lain). Namun perilakunya mendominasi dan otoriter.

SED yang konstan, maka akan mengeksklusif SEO dan SEAOrang yang objektif, yang selalu bekerja dengan mempertimbangkan pernyataan-pernyataan fakta, kurang memiliki perasaan dan kurang spontan.

SEA yang konstan, maka akan mengeksklusif SEO dan SEDOrang yang memperlihatkan perilaku anak, selalu bersifat bergantung, lari dari tanggung jawab, ingin mencoba-coba, tidak stabil dalam perilaku, kurang mampu untuk berpikir, dan mengatasi permasalahan sendiri.

3. Analisis ScriptAnalisis Script ini didasarkan pada konseppsikologi seseorang.

Teknik ini didasarkan agar setiap individu untuk mengungkapkan posisinya dalam kehidupannya (life script) untuk menghadapi suatu peristiwa tertentu kemudian di analisis apakah ia berada dalam posisi :

I’m OK – You’re OK

Page 22: Peta kognitif pendekatan pada bk

I’m not OK – You’re OK I’m OK – You’re not OK I’m not OK – You’re not OK

Dari posisi diatas dapat dianalisis tentang sifat, karakteristik, serta kondisi psikologi yang dimiliki seseorang. Jika individu sadar akan life script nya maka posisi itu dapat diubah dan diprogramkan. Karena Analisis Script ini membuka alternatif baru bagi seseorang dalam memilih dan menentukan tindak lanjut kehidupannya.

4. Role Playing (bermain peranan)Prosedur transaksional dapat juga dikombinasikan teknik psikodrama atau role playing. Dalam terapi kelompokini situasi role playing dapat melibatkan berbagai peran yang diharapkan dari anggota-anggota, termasuk peran tertentu yang menunjuk ego tertentu yang diharapkan.Melalui role playing ini klien kita tempatkan pada peran tertentu yang harus ia mainkan. Melalui permainan yang diciptakan ini diharapkan klien dapat mengubah perilakunya. Contoh :Dalam interaksi dengan konselor ia selalu mengemukakan bahwa ia tidak bisa mengerjakan pekerjaan si A yang selalu dapat mengatsi masalah dengan dewasanya, sedangkan dirinya merasa masih belum bisa seperti si A tapi masih belum bisa mengatasi masalahnya dengan sikap yang dewasa.Maka dalam role playing, konselor justru akan menjadikan anak tersebut untuk berperan sebagai si A. Disamping itu tanpamelibatkan suatu peran tertentu klien dapat belajar dari anggota yang lainnya, bagaimana ia harus bisa berorientasi dengan status ego yang diharapkan.

5. Family ModelingTeknik ini digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam analisis struktural, khususnya untuk melihat model SEO, SED, SEA. Melalui teknik ini, klien diminta untuk berimajinasi terhadap posisi tertentu. Contoh :Bagaimana kalau ia menjadi seorang direktur, aktor atau profesor. Selanjutnya imajinasi itu dan bayangannya ini digantikan (disubstitusikan) dalam situasi kelompok model ( dalam lingkungan anggota keluarganya ).

12 Kelebihan Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.

Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka. Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan

konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary dan almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan

Page 23: Peta kognitif pendekatan pada bk

untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan berubah.

Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri

13 Kelemahan

Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.

Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.

Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya.

Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.

Page 24: Peta kognitif pendekatan pada bk

Peta Kognitif Pendekatan Trait and Factor

No Aspek Keterangan1 Tokoh Williamson2 Konsep Dasar Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system atau factor

yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperament. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor (trait and faktor) adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Pencapaian penemuan diri menghasilkan kepuasan intrinsik dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri. (Surya, Mohamad. 2003 : 3)

3 Hakekat Manusia

1. Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk.

Williamson berbeda dengan Rouseau yang menganggap manusia pada dasarnya baik dan masyarakat atau lingkungan lah yang membentuknya menjadi jahat. Menurut Williamson, kedua potensi itu, baik dan buruk, ada pada setiap manusia. Tidak ada individu yang lahir membawa potensi baik semata dan sebaliknya juga tidak ada individu yang lahir semata-mata penuh dengan muatan yang buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang akan berkembang tergantung pada interaksinya dengan manusia lain atau lingkungannya.

2. Manusia bergantung dan hanya akan berkembang secara optimal ditengah-tengah masyarakat.

Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan potensi dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam hubungannya dan atau dengan bantuan orang lain, manusia tidak dapat hidup sepenuhnya dengan melepaskan diri dari masyarakat.

3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik (good live)Memperoleh kehidupan yang baik dan lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang. Salah satu dimensi kebaikan adalah “arête”. Manusia berjuang mencapai arêteyang menghasilkan kekayaan atau kebesaran diri. Konsep arête diambil dari bahasa Yunani yang dapat diartikan kecemerlangan (axcelent)

4. Manusia banyak berhadapan dengan “pengintroduksi” konsep hidup yang baik, yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan.

Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep hidup yang baik dari orang tuanya. Disekolah dia memperolehnya dari guru, selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang lain.

5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta (The Universe), Williamson menyatakan bahwa konsep alam semesta dan hubungan manusia terhadapnya sering terjadi salah satu dari: 1. Manusia menyendiri, ketidakramahan alam semesta. 2. Alam semesta bersahabat dan menyenangkan atau menguntungkan bagi manusia dan perkembangannya.

Selain konsepsi pokok tentang manusia sebaimana dikemukakan Williamson, terdapat cakupan penting untuk dikemukakan karakteristik atau hakiki yang lain tentang manusia, yaitu:

Page 25: Peta kognitif pendekatan pada bk

Manusia merupakan individu yang unik. Manusia memiliki sifat-sifat yang umum. Manusia bukan penerima pasif bawaan dan lingkungannya.

4 Hakekat Konseling

Konseling merupakan suatu proses belajar yang menekankan

hubungan rasional antara klien dan konselor, konseling merupakan

hubungan yang bersifat pribadi antara konselor dan klien yang

ditujukan untuk membantu klien memahami diri, menerima diri,

mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri, konseling

diupayakan sebagaimana pendidikan membantu klien

mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan nilai-

nilai masyarakat, konsep konseling lebih luas dari pada konsep

psikoterapi.

5 Tujuan Konseling

Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan Trait and Factor (Lutfi Fauzan 2004:91) , dapat disebutkan yaitu:

1. Self-clarification (kejelasan diri)2. Self-understanding (pemahaman diri)3. Self-accelptance (penerimaan diri)4. Self-direction (pengarahan diri)5. Self-actualization (perwujudan diri)

6 Karakteristik Konseling

Karakteristik konseling: fokus utama adalah kemampuan individu

memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah, lebih

mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek, masa kini lebih

banyak diperhatikan dari pada masa lalu, pertumbuhan emosional

terjadi dalam hubungan konseling, proses terapi merupakan

penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan

pengalaman diri yang sesungguhnya.

Karakteristik Konselor: dapat menempatkan diri sebagai guru,

berusaha mengarahkan klien kearah yang lebihbaik, menerima

sebagian tanggungjawab atas masalah klien, yakin terhadap asumsi

konseling yang efektif, tidak netral sepenuhnya, memiliki keahlian

dan teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah,

mempunyai keahlian melaksanakan proses konseling secara

fleksibel, dapat melaksanakan strategi pengubahan tingkah laku,

mempunyai ketrampilan yang seharusnya dimiliki oleh konselor.

Karakter Klien: bisa datang secara sukarela untuk konseling, bersedia belajar memahami dirinya dan mengarahkan diri, menggunakan kemampuan berfikir untuk lebih memperbaiki dirinya, mau bekerjasama dengan konselor.

Page 26: Peta kognitif pendekatan pada bk

7 Peran dan Fungsi Konselor

Sikap/peran konselor Dapat menempatkan diri sebagai seorang guru Menerima sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien Bersedia mengarahkan klien kearah yang lebih baik Tidak netral, sepenuhnya terhadap nilai (value) Yakin terhadap asumsi-asumsi konseling yang efektif.

Keterampilan dan fungsi konselor Memiliki pengalaman, keahlian dalam teori perkembangan

manusia dan pemecahan masalah Dapat memanfaatkan teknik-teknik pemecahan individu baik

teknik testing maupun teknik non testing Dapat melaksanakan proses konseling secara fleksibel Dapat menerapkan strategi pengubahan tingkah laku beserta

teknik-tekniknya Menjalankan peranan utamanya secara terpadu

8 Asumsi Perilaku Bermasalah

Asumsi perilaku bermasalah / malasuai adalah individu yang tidak mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga individu tersebut tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal. Pribadi bermasalah menurut kategori Bordin (Fauzan, Lutfi.2004. 83):

Depcelence (ketergantungan) Lach of information (kurang informasi) Self conflict (konflik diri) Chose anxicty (cemas memilih) No Problem (bukan permasalah selain diatas) Kategori Pepinsky Lack of assurance (kurang percaya diri) Lack of skill (kurang keterampilan) Depcelence (ketergantungan) Lach of information (kurang informasi) Self conflict (konflik diri) Chose anxicty (cemas memilih)

9 Hubungan Konselor dengan Konseli

Konseling merupakan suatu thinking relationship yang lebih mementingkan peranan berfikir rasional, tetapi tidak meninggalkan sama sekali aspek emosional seseorang.Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat pribadi, bersahabat, akrab, dan empatik.Konseling yang berlangsung dapat bersifat remediatif maupun developmental.Setiap pihak (konselor-klien) melakukan perannya secara proporsional.

10 Tahap Konseling

1) AnalisisAnalisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian klien, seperti kemempuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya yang dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri pada umumnya.Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:1. Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut

Page 27: Peta kognitif pendekatan pada bk

atas:Data Fisik: kesehatan, cirri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dsb.Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dsb.2. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dsb.

2) SintesisSintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien. Rumusan diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi.

3) DiagnosisDiagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :Identiffikasi masalah, Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal). Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

4) Prognosis (tahap ke-4 dalam konseling)Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, jika intelegensinya rendah, kemungkinan nanti tdak dapat diterima dalam sipenmaru.

5) Konseling (Treatment)Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh terapiutik atau kuratif.

Page 28: Peta kognitif pendekatan pada bk

Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.

6) Follow UpTindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setela mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.

11 Teknik Konseling

1. Establishing rapport (menciptakan hubungan baru)Untuk cepat menciptakan hubungan baru yang baik, konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersifat ramah dan akrab dan menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat mengancam.Ada beberapa hal yang terpenting, dan terkait dengan keperluan penciptaan rapport tersebut:

Reputasi konselor, khususnya reputasi dan kompetensi (competency repulation), konselor harus memiliki nama baik dimata siswa.

Penghargaan dan perhatian konselor kepada individu. Kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia

(confidentiality) termasuk kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu.

Untuk memenuhi maksud di atas, maka dalam prosesnya konselor dapat melakukan tindakan-tindakan yang membuat siswa merasa aman dan dihargai sejak penyambutan. Oleh karena itu, konselor perlu: menyebut nama siswa begitu ia muncul, menjabat tangan, menghindarkan kesan segan, menolak atau tidak sabar dan muka cemberut, mempesilahkan duduk, dan mengawali pembicaraan dengan topic-topik netral.

2. Cultivating self-understanding (mempertajam pemahaman diri)

Konselor perlu berusaha agar klien atau siswa lebih mampu memahami dirinya yang mencakup segala kelebihan maupun kekurangannya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatan dan mengatasi kekurangannya. Untuk itu, dapat dimengerti kalau misalnya onselor dituntut untuk menginterprestasikan data klien, termasuk data hasil testing.

3. Advising or planning a program of action (membari nasehat atau membantu merencanakan program tindakan)

Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian mengemukakan alternasi-alternasi untuk dibahas segi-segi positif dan negatifnya, manfaat dan kerugiannya. Oleh karena itu, klien perlu didorong untuk menyampaikan ide-idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan konselor memberikan saran-saran pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.Ada tiga cara dalam memberikan nasehat, yaitu:

Direct advice (nasehat langsung), secar jelas dan terbuka konselor mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang tidak mengetahui langsung apa yang

Page 29: Peta kognitif pendekatan pada bk

harus diperbuat atau diinginkan. Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukkan

alas an yang logis atas pilihan-pilihannya, tetapi belum mampu menentukan pilihan.

Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat mengajukan pilihannya termasuk pertimbangan baik buruknya. Konselor memberikn nasehat dengan menjelaskan implikasi-implikasi putusan klien.

4. Carrying out the plan (melaksanakan rencana)Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat memberikan bantuan langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya. Bantuannya, antara lain berupa rencana atau program pendidikan dan pelatihan atau usaha-usaha perbaikan lainnya yang lebih dapat menyempurnakan keberhasilan tindakan. Contoh/; apabila dalam keputusannya, klien akan menemui gurunya, maka klien diajak mendiskusikan kapan hal itu dilakukan, dimana, dengan cara apa, dengan siapa dan sebagainya.

5. Refferal (pengiriman pada ahli lain)Pada kenyataannya tidak ada konselor yang ahli dalam memecahkan segala permasalahan siswa, yang karena itu konselor perlu menyadari keterbatasan dirinya. Apabila konselor tidak mampu, janganlah memaksakan diri atau berbuat coba-coba. Konselor perlu mengirimkan kliennya pada ahli lain yang lebih mampu.

12 Kelebihan Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana utama

dalam mengubah kepribadian Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan

penemuan kuanitatif Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling

13 Kelemahan Konseling terpusat pada pribadi dan dianggap sederhana Terlalu menekankan aspek afektif emosional, perasaan

sebagai penentu perilaku tetapi melupakan factor intelektual, kognitif dan rasional

Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori

Tujuan untuk sikap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit menilai individu

Sulit bagi konselor untuk bersikap netral dalam situasi hubungan interpersonal.

Page 30: Peta kognitif pendekatan pada bk

Peta Kognitif Pendekatan Gestalt

No Aspek Keterangan1 Tokoh Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka2 Konsep Dasar Pendekatan konseling Gestalt  berpandangan bahwa manusia dalam

kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunyaSetiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu, (3) aktor bukan reaktor, (4) berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, (5) dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan Konseling Gestalt memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.Dalam pendekatan Konseling Gestalt ini, kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.

3 Hakekat Manusia

Hakekat manusia menurut konseling Gestalt adalah sebagai berikut: Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat

dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu Aktor bukan reaktor Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi,

persepsi, dan pemikirannya

Page 31: Peta kognitif pendekatan pada bk

Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.

4 Hakekat Konseling

Dalam buku yang di baca penulis (M. A Subandi dalam bukunya Psikoterapi dan Menurut Gerald Corey dalam bukunya Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi) dapat di simpulkan bahwa focus utama konseling adalah bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya.

Tugas konselor adalah mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya, klien bisa diajak untuk memilih dua alternative, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang. Selain itu konselor diharapkan menghindari diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi, maupun memberi nasihat.

Konselor sejak awal sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang maupun menyingkirkan hambatan-hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri. Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap factor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien. Pada saat klien mengalami ketersesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh atau gila. Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.

5 Tujuan Konseling

Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya. Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.

Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi,

memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.

Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya

Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)

Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi

Page 32: Peta kognitif pendekatan pada bk

bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

6 Karakteristik Konseling

Konseling bersifat aktif, konfrontatif, yang menekankan apa dan bagaimana  keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Konselor tidak membuat penafsiran terhadap tingkah laku klien tetapi mengembangkan cara-cara membuat penafsiran sendiri. Klien mengenal dan menemukan urusan yang tidak terselesaikan yang menghambat fungsi dirinya sekarang.Melibatkan hubungan pribadi dengan pribadi. Konselor menghindarkan diri dari keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun berkhotbah. Konselor merupakan instrument bukan teknisi.

7 Peran dan Fungsi Konselor

PERAN KONSELOR :Dalam pendekatan teori Gestalt ini, peran konselor adalah:1. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang berjalan, serta hambatan terhadap kesadaran.2.  Menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka sepenuhnya dan berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.3.  Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunjuk non verbal.4.  Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong mereka menjadi sadar akan akibat dari bahasa mereka.

FUNGSI KONSELOR :Konselor membantu klien untuk menganalisis dan memahami

apa yang ada / terjadi sekarang ini dan bagaimana berbuat sekarang ini, konselor bukan hanya menanalisis saja, tetapi lebih ditekankan untuk mengintregasi perhatian dan kesadaran klien.Yang dimaksud dengan perhatian disini adalah mendengarkan apa yang diangan – angankan atau apa yang tidak disenangi sedangkan apa yang dimaksud dengan kesadaran adalah apa yang sedang dialaminya menyentuh pribadinya dan dunianya

8 Asumsi Perilaku Bermasalah

Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).

Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran,

perasaan, dan tingkah lakunya Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi : Kepribadian kaku (rigid) Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung Menolak berhubungan dengan lingkungan

Page 33: Peta kognitif pendekatan pada bk

Memeliharan unfinished bussiness Menolak kebutuhan diri sendiri Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”.

9 Hubungan Konselor dengan Konseli

Praktek konseling Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke pribadi antara konselor dengan klien. Yang penting adalah konseling secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman sekarang ketika ia menghadapi klien disini dan sekarang. Disamping itu, konseling memberi umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya. Konselor harus menghadapi klien tanpa menolak klien sebagai pribadi             Proses membangkitkan perasaan pada klien dapat dicapai dengan cara mengembangkan hubungan atau aliansi terapeutik yang kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek personal konseli. Karena jika konseli dapat memperoleh kesadaran tentang masalah-masalah yang tak terselesaikan, maka mereka akan menemukan jalan yang mudah menuju pemecahan masalah dan mencapai perkembangan dan aktualisasi diri. Hubungan yang ditekankan dalam proses konseling gestalt adalah hubungan yang unik yang mereka sebut “saya dan kamu” hubungan ini menuntut konselor dan klien untuk sepenuhnya menghayati keadaan pada tataran “disini dan sekarang”. Konselor bekerja dengan tulus denga menyadari sepenuhnya perasaan, pengalaman, dan persepsi mereka sendiri, serta membangun aklim yang dapat mendorong klien mengembangkan kepercayaan, kesadaran, dan kesediaan untuk mencoba cara-cara baru dalam merasa, berpikir, dan bertindak.

10 Tahap Konseling

Tahap-tahap pada proses konseling Gestalt adalah:a. Tahap pertama (the beginning phase)

Konselor menggunakan metode fenomologi untuk meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi (personal support) dan lingkungannya (Joyce and still 2001 dalam safari 2005)Secara garis besar proses yang dilalui dalam konseling tahap pertama adalah:

Menciptakan tempat yang aman dan nyaman (safe container) untuk proses konseling

Mengembangkan hubungan kolaboratif ( working alliance) Mengumpulkan data, pengalaman konseli, dan keseluruhan

gambaran kepribadiannya dengan menggunakan pendekatan fenomenologis

Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi koseli Membangun sebuah hubungan yang dialogis Membuat prioritas dan kesimpulan diagnosis terhadap

konselib. Tahap kedua ( clearing the ground)

Pada tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik. Konselor mengeksplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang dilakukan dan unfinished business.

Page 34: Peta kognitif pendekatan pada bk

Disini peran konselor adalah secara berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian konseli mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan memahami unfinished business.

c. Tahap ketiga ( the existensial encounter)Pada tahap ini ditandai dengan aktifitas yang dilakukan konseli dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan secara signifikan. Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada saat ini konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri, ketidakpastian dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam dalam diri. Selain itu, konseli menghadapi perasaan terancam yang kuat disertai dengan perasaan kehilangan harapan untuk hidup yang lebih mapan, pada fase ini konselor memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu mengadapi masalahnya.

d. Tahap keempat (integration)Pada tahap ini konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru. Konseli telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan dan ketakutannya serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri, tahap ini terdiri dari beberapa langkah sbb:

Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman baru dan insight baru

Memfokuskan pada pembuatan kontak relasi yang memuaskan

Berhubungan dengan masyarakat dan komonitas secara luas, menerima ketidakpastian dan kecemasan yang dapat menghasilkan makna-makna baru

Menerima tanggung jawab untuk hidup barue. Tahap kelima (ending)

Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervise konselor, yang ditandai oleh proses-proses berikut:

Berusaha untuk melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan konseling yang telah selesai

Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada Merayakan apa yang telah dicapai Menerima apa yang belum tercapai Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisis dimasa

depan Membiarkan pergi dan melanjutkan kehidupan

11 Teknik Konseling

1. Permainan DialogTeknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa

Page 35: Peta kognitif pendekatan pada bk

bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” (d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemahMelalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.

2. Latihan Saya Bertanggung JawabMerupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.Misalnya :“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.

3. Bermain ProyeksiProyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

4. Teknik PembalikanGejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.

5. Tetap dengan PerasaanTeknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk

Page 36: Peta kognitif pendekatan pada bk

bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

12 Kelebihan 1. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.

2. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.

3. Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.

4. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.

5. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.

13 Kelemahan 1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh

2. Terapi Gestalt cenderung anti intelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.

3. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.

4. Terapi Gestalt bisa menjadi berbahaya karena terapis memiliki kekuatan untuk memanipulasi klien melalui teknik-teknik yang digunakannya.

5. Para klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dirinya dianggap tolol.