pertimbangan etis, perilaku machiavellian, gender, dan love of money terhadap pembuatan keputusan...

47
PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERILAKU MACHIAVELLIAN, GENDER, DAN LOVE OF MONEY TERHADAP PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIKA MAHASISWA AKUNTANSI ( Studi Kasus Pada Universitas di Surakarta ) Nathanael Yoga S.

Upload: yoga1314

Post on 07-Nov-2015

166 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Pengaruh pertimbangan etis

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERILAKU MACHIAVELLIAN,

    GENDER, DAN LOVE OF MONEY TERHADAP PEMBUATAN

    KEPUTUSAN ETIKA MAHASISWA AKUNTANSI

    ( Studi Kasus Pada Universitas di Surakarta )

    Nathanael Yoga S.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Setiap manusia memiliki nilai atau norma yang dijunjung bersama

    dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai yang dimaksud merupakan nilai etika

    yang dapat meminimalisasi suatu permasalahan dan suatu tindakan yang

    merugikan seseorang. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi telah

    meningkat setelah adanya beberapa kasus manipulasi laporan keuangan yang

    melibatkan akuntan, yang mengakibatkan para pemakai laporan keuangan

    (investor dan kreditur) mulai tidak percaya terhadap akuntan publik sebagai

    pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan. Perhatian

    terhadap pentingnya etika perlu dilakukan karena kasus-kasus tersebut terjadi

    karena adanya pelanggaran terhadap etika profesi. Banyaknya kasus

    pelanggaran etika sebenarnya bisa dihindari apabila setiap akuntan

    mempunyai pengetahuan, pemahaman dan kemauan untuk menerapkan nilai-

    nilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan

    profesionalnya (Tikolah dkk, 2006)

    Etika juga menjadi suatu isu yang penting dalam bidang akuntansi di

    dunia pendidikan karena dunia pendidikan memiliki andil dalam membentuk

    perilaku mahasiswa untuk menjadi seorang yang professional. Dunia

    pendidikan, khususnya perguruan tinggi, merupakan penghasil sumber daya

    manusia yang profesional diharapkan dapat memenuhi tenaga profesional

  • yang memiliki kualifikasi keahlian sesuai bidang ilmunya dan juga memiliki

    perilaku etis yang tinggi (Hastuti, 2007). Perguruan tinggi akuntansi perlu

    mengasah kemampuan keputusan etis mahasiswa melalui diskusi maupun

    simulasi penuntasan kasus yang berkaitan dengan etika, sehingga para

    mahasiswa nantinya akan menjadi para professional dalam bidang akuntansi

    yang mempunyai kemampuan mengambil keputusan etis yang baik karena

    sudah terbiasa untuk mengambil keputusan etis. Richmond (2001)

    menyatakan bahwa pemahaman yang lebih baik dalam proses-proses

    pertimbangan etis dan perilaku moral dari mahasiswa akuntansi dapat

    meningkatkan kesadaran etis mahasiswa yang memungkinkan mahasiswa

    punya persiapan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan dalam dunia

    kerja.

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan etis antara lain

    perilaku Machiavellian, pertimbangan etis, gender, dan Love of Money.

    Perilaku Machiavellian merupakan persepsi yang akan membentuk suatu

    kepribadian yang mendasari sikap dalam berhubungan dengan orang lain.

    Christie dan Geis (dalam Purnamasari, 2006) mendefinisikan perilaku

    Machiavellian sebagai suatu proses dimana manipulator mendapatkan

    imbalan lebih ketika mereka memanipulasi, sementara orang lain

    mendapatkan kurang tanpa melakukan manipulasi, setidaknya dalam konteks

    langsung. Perilaku Machiavellian dapat berpengaruh dalam pengambilan

    keputusan etis seseorang karena seseorang yang mempunyai karakter

    Machiavellian cenderung untuk melakukan manipulasi, mendapatkan

  • keuntungan pribadi dan lebih memiliki keinginan untuk tidak taat pada

    aturan. Individu yang memiliki perilaku Machiavellian yang tinggi cenderung

    melakukan tindakan tidak etis dibandingkan dengan individu dengan perilaku

    Machiavellian rendah.

    Pertimbangan etis adalah pertimbangan-pertimbangan yang harus

    dilakukan untuk mengantisipasi dilema etis (Wibowo, dalam Suliani dan

    Marsono 2010). Pertimbangan etis menyangkut penilaian tentang tindakan

    yang secara moral lebih dibenarkan. Pertimbangan etis dapat digunakan untuk

    menentukan keputusan etis saat seseorang dihadapkan pada dilema etis

    karena pertimbangan etis meliputi pemikiran etis dari pertimbangan

    profesional dalam sebuah pemecahan yang ideal untuk sebuah dilema etis

    (Thorne, dalam Suliani dan Marsono 2010).

    Gender menurut Ferijani dan Mareta (dalam Suliani dan Marsono,

    2010) adalah interprestasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin

    dan hubungan antara laki laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial

    maupun budaya. Perbedaan nilai dan sifat secara gender dapat mempengeruhi

    pria dan wanita dalam membuat keputusan dan praktik. Pria cenderung untuk

    melanggar aturan saat bersaing untuk mencapai sukses, sedangkan wanita

    lebih menekankan pada pelaksanaan tugas yang baik dan hubungan kerja

    yang harmonis. Perbedaan secara gender tersebut juga dapat mempengaruhi

    perbedaan dalam mengambil suatu keputusan etis.

    Uang merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan

    sehari-hari. Love of money (cinta uang) adalah konsep yang diperkenalkan

  • oleh Tang yang berusaha mengukur perasaan subjektif seseorang tentang

    uang (Suliani, 2010). Seseorang yang memiliki tingkat love of money yang

    tinggi akan melakukan segala cara agar kebutuhannya terpenuhi bahkan bisa

    melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan etika. Hal itu dapat

    mempengaruhi seseorang dalam mengambil suatu keputusan etis.

    Beberapa penelitian tentang pengaruh pertimbangan etis, sifat

    Machiavellian, gender, dan Love of Money terhadap keputusan etis yang

    dilakukan oleh Purnamasari (2006), Chrismastuti dan Purnamasari (2004),

    Muchlis (2012), Suliani dan Marsono (2010), Yeltsinta (2013),

    Widyaningrum dan Sarwono (2012). Penelitian Christmastuti dan

    Purnamasari (2004) menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari

    sifat Machiavellian pada perilaku etis akuntan dan mahasiswa akuntansi

    sedangkan variabel lain seperti gender, status dan pendidikan tidak

    menunjukkan pengaruh yang signifikan. Penelitian Purnamasari (2006)

    menyatakan bahwa Sifat Machiavellian berhubungan negatif dengan

    independensi dan perilaku etis auditor. Artinya auditor yang memiliki sifat

    Machiavellian tinggi akan cenderung lebih menyetujui penyimpangan

    terhadap independensi dan cenderung berperilaku tidak etis, namun

    pertimbangan etis tidak berpengaruh terhadap perilaku etis auditor.

    Suliani dan Marsono (2010) meneliti tentang pengaruh pertimbangan

    etis, perilaku Machiavelian dan gender dalam pembuatan keputusan etis

    mahasiswa. Hasil penelitian menyatakan bahwa pertimbangan etis dan gender

    tidak berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis, sedangkan perilaku

  • Machiavellian berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Berbeda

    dengan penelitian Suliani dan Marsono (2010), penelitian yang dilakukan

    oleh Muchlis (2012) menyatakan bahwa pertimbangan etis, perilaku

    Machiavellian dan gender berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis.

    PenelitianWidyaningrum dan Sarwono (2012) mendukung penelitian-

    penelitian sebelumnya di atas. Penelitian Widyaningrum dan Marsono (2012)

    menyatakan bahwa sifat Machiavellian mempengaruhi sikap etis akuntan dan

    mahasiswa akuntansi. Penelitian Yeltsinta (2013) menyatakan bahwa love of

    money dan perilaku Machiavellian berpengaruh terhadap pengambilan

    keputusan etis.

    Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menemukan beberapa

    perbedaan dalam beberapa hasil penelitian maka peneliti ingin meneliti

    kembali pengaruh faktor-faktor pertimbangan etis, perilaku Machiavellian,

    gender, dan Love of Money terhadap keputusan etis.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut

    1. Apakah pertimbangan etis berpengaruh signifikan terhadap pembuatan

    keputusan etika mahasiswa akuntansi?

    2. Apakah perilaku Machiavellian berpengaruh signifikan terhadap

    pembuatan keputusan etis mahasiswa akuntansi?

  • 3. Apakah Gender berpengaruh signifikan terhadap pembuatan keputusan

    etis mahasiswa akuntansi?

    4. Apakah Love Of Money berpengaruh signifikan terhadap pembuatan

    keputusan etis mahasiswa akuntansi?

    5. Apakah pertimbangan etis, perilaku Machiavellian, Gender, dan Love Of

    Money secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pembuatan

    keputusan etis mahasiswa akuntansi?

    C. Batasan Masalah

    Penelitian ini hanya fokus pada pengaruh pertimbangan etis, perilaku

    Machiavellian, Gender dan Love of Money terhadap pembuatan keputusan

    etis mahasiswa akuntansi. Sedangkan aspek-aspek lain yang mungkin juga

    berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis mahasiswa akuntansi tidak

    ikut diteliti. Penelitian ini hanya terbatas pada mahasiswa akuntansi di

    Surakarta.

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui dan memberikan bukti empiris :

    a. Bagaimana pengaruh tingkat pertimbangan etis terhadap

    pengambilan keputusan etis pada mahasiswa akuntansi.

  • b. Bagaimana pengaruh tingkat perilaku machiavellian terhadap

    pengambilan keputusan etis pada mahasiswa akuntansi.

    c. Bagaimana pengaruh gender terhadap pengambilan keputusan etis

    pada mahasiswa akuntansi.

    d. Bagaimana pengaruh Love Of Money terhadap pengambilan

    keputusan etis pada mahasiswa akuntansi.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk memberikan

    kontribusi bagi dunia pendidikan agar lebih mengembangkan

    kurikulum etika dalam ilmu akuntansi.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

    dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan

    mengadakan kajian lebih luas dalam bahasan ini.

    c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong dosen untuk

    meningkatkan pemahaman dan kesadaran pada mahasiswa akuntansi

    akan pentingnya dalam berperilaku etis.

    E. Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada Bab I diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan

    masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    dan sistematika penulisan

  • BAB II LANDASAN TEORI

    Pada Bab II ini memuat pengertian pertimbangan etis, perilaku

    Machiavellian, gender, Love of Money dan keputusan etis

    mahasiswa. Selain itu juga memuat penelitian terdahulu, hipotesis

    dan kerangka penelitian.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini memuat tempat, objek dan waktu penelitian, penentuan

    populasi dan sampel, jenis dan sumber data yang digunakan. Selain

    itu juga membahas tentang metode pengumpulan data, definisi

    variabel, instrumen penelitian, dan metode analisis data.

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    Bab ini memberikan deskripsi objek penelitian dan menyajikan

    hasil analisis data serta pembahasan atas pengaruh pertimbangan

    etis, perilaku Machiavellian, Gender, dan Love Of Money terhadap

    pembuatan keputusan etis mahasiswa akuntansi.

    BAB V PENUTUP

    Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pengolahan data

    yang dilakukan dan saran-saran yang direkomendasikan.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Keputusan Etis

    B. Pertimbangan Etis

    Ditinjau dari sudut bahasa, sikap dalam Kamus Lengkap Bahasa

    Indonesia didefinisikan sebagai perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan

    pendirian, pendapat atau keyakinan (Dani, 2002). Menurut Ika (2010), sikap

    dapat didefinisikan sebagai reaksi individu terhadap suatu obyek yang

    merupakan konstelasi kognitif, afektif, dan konatif yang disebabkan oleh

    suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (pendirian).

    Menurut Griffin dan Ebert (dalam Maryani dan Ludigdo, 2001), sikap

    dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma-

    norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-

    tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan. Kaitan dengan etika

    profesi, sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai

    dengan etika profesi tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut,

    sikap etis mahasiswa akuntansi adalah sikap atau respon mahasiswa akuntansi

    terhadap kejadian yang mengandung situasi dilematis berdasarkan etika

    profesi akuntansi.

  • Perubahan perilaku etis oleh Rest (dalam Utami, 2005:3) meliputi

    proses sebagai berikut :

    1. The person must be able to identify alternative actions and how those

    alternatives will effect the welfare of interested parties.

    2. The person must be able to judge which course of action ought to be

    undertaken in that situation because it is morally right (or fair or just

    morally good).

    3. The person must intend to do what is morally right by giving priority to

    moral value above other personal values.

    4. The person must have sufficient perseverance, ego strenght and

    implementation skills to be able to follow through on his/her intention to

    behave morally, to withstand fatigue and flagging will, and to overcome

    obstacles.

    Empat hal tersebut berkaitan dengan moral perception, moral judgement,

    moral intention, dan moral action. Moral perception dan moral judgement

    berkenaan dengan bagaimana seseorang memikirkan isu-isu etika dan

    bagaimana kedua hal tersebut menilai pengaruh eksternal dan internal

    terhadap pengambilan keputusan etis. Moral perception dan moral judgement

    berkaitan erat dengan intelektual (akal). Moral intention dan moral action

    merupakan unsur psikologis dari diri manusia untuk berkehendak berperilaku

    etis.

    Kohlberg (Darmaputera, 1985:26) mengatakan bahwa kesadaran etis

    manusia itu bertumbuh dalam tiga tingkatan, yang setiap tingkatnya ditandai

  • oleh dua tahap. Kohlberg melihat sikap manusia yang semakin terbuka

    kepada sekitarnya dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Semakin dewasa

    pertumbuhan kesadaran etis seseorang, semakin terbuka dia kepada orang lain

    (Darmaputera, 1085:26). Tingkatan kesadaran etis dapat dilihat dalam tabel

    berikut

    Tabel 2.1

    Tingkatan Kesadaran Etis Kohlberg

    Level Stages Disposition

    3. Post

    Conventional

    6 Based on universal moral principles.

    5 Impartial, with a concern for everyones interest

    2. Conventional 4 Informed by societys laws

    3 Conforming to group norms

    1. Pre

    Conventional

    2 Self interest is the primary motivation

    1 Avoid punishment

    Sumber : McPhail (2006:11)

    Kita dapat lihat dari tabel di atas bahwa pada tingkatan prakonvensional

    individu mempersepsikan aturan dan ekspektasi sosial sebagai hal-hal di luar

    dirinya; rasa takut akan hukuman adalah motivasi utama untuk mengikuti

    aturan-aturan sosial pada tahap ini. Pada tingkat konvensional, individu

    mengidentifikasi dirinya dengan suatu kelompok sosial dan menginternalisasi

    aturan-aturan kelompok serta ekspektasi-ekspektasi dari orang lain di dalam

    kelompok, terutama orang yang memiliki autoritas. Pada tingkat

    pascakonvensional, seseorang mendiferensiasi self-esteem-nya dari aturan-

    aturan dan ekspektasi orang lain serta menentukan nilai-nilai pribadi terkait

    dengan prinsip-prinsip yang dipilihnya sendiri.

  • Sikap etis penting dalam sebuah masyarakat karena berfungsi sebagai

    cara untuk menjaga ketertiban dan dapat menjadi perekat yang dipegang oleh

    semua anggota masyarakat. Pentingnya etika membuat banyak nilai-nilai etis

    yang dijabarkan secara eksplisit dalam sebuah peraturan atau undang-undang,

    walaupun juga ada nilai-nilai etis yang tidak dapat dijabarkan dalam sebuah

    peraturan atau undang-undang karena sifat judgemental yang menyertai nilai

    tersebut. Misalnya kejujuran, loyalitas, toleransi, tanggung jawab, keadilan

    dan lain-lain.

    C. Perilaku Machiavellian

    Etika menurut Bertens (dalam Ludigdo, 2007) adalah nilai-nilai dan

    norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

    kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Menurut Agoes dan Ardana

    (2011), etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang perilaku manusia,

    mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan

    manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan

    alam. Lebih lanjut, Agoes dan Ardana (2011) mengatakan bahwa arti etika

    setidaknya dapat dilihat dari dua hal yaitu :

    a. Etika sebagai praksis, sama dengan moral atau moralitas yang berarti

    adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam

    kelompok atau masyarakat.

    b. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral.

    Taraf ini, ilmu etika dapat saja mencoba merumuskan suatu teori, konsep,

    asas, atau prinsip-prinsip tentang perilaku manusia yang dianggap baik

  • atau tidak baik, mengapa perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik,

    mengapa menjadi baik itu sangat bermanfaat, dan sebagainya.

    Akuntansi keuangan (financial accounting) adalah sebuah proses

    pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan, pengklasifikasian dan

    pelaporan transaksi keuangan yang berakhir pada pembuatan laporan

    keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan oleh

    berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Pemakai laporan keuangan

    meliputi investor, kreditur, manajer, serikat pekerja, dan badan-badan

    pemerintah. Terdapat Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) yang

    berguna untuk menyeragamkan sajian informasi di dalam akuntansi keuangan

    sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat

    dibandingkan dengan lebih mudah. Standar dalam pembuatan laporan

    keuangan sudah ditetapkan di Indonesia sebagai dasar bagi penyajian laporan

    keuangan bertujuan umum yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan

    (SAK). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan

    Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan

    Akuntan Indonesia (IAI), yang terdiri dari : (a) Pernyataan Standar Akuntansi

    Keuangan (PSAK); (b) Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).

    Penyusunan laporan keuangan harus memperhatikan beberapa syarat

    yang disebutkan dalam PSAK yaitu :

    a. Penyusunan laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi

    keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas

    perusahaan sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai.

  • b. Penyusunan laporan keuangan harus berdasarkan asumsi kelangsungan

    usaha.

    c. Laporan keuangan disusun atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.

    Dalam akuntansi akrual, aktiva, kewajiban, ekuiti, penghasilan dan

    beban diakui pada saat kejadian bukan saat kas atau setara kas diterima

    dan dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan pada periode

    terjadinya.

    Berdasarkan definisi di atas, muatan etika dalam pengajaran akuntansi

    keuangan adalah pengajaran tentang Prinsip Akuntansi Berterima Umum

    (PABU) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dapat menjadi

    pegangan bagi mahasiswa akuntansi. Pengajaran etika dalam akuntansi ini

    disajikan sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi, bukan sebagai

    mata kuliah tersendiri atau terpisah (Loebs, dalam Utami dan Indriawati

    2006). Menurut Ludigdo (2007) saat ini sudah berkembang mata kuliah Etika

    Bisnis dan Profesi di pendidikan tinggi akuntansi, bahkan pada tahun 2003

    perkembangan mata kuliah etika bisnis (dan profesi) secara nasional

    berlangsung semenjak dibukanya Program Pendidikan Akuntansi (PPAk).

    International Federation of Accountants (IFAC) pada tahun 2003

    telah menerbitkan 7 standar pendidikan akuntansi internasional (International

    Education Standars/IES). Dari tujuh standar tersebut, Standar nomor 4 (IES

    4) menyebutkan bahwa program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan

    kerangka nilai, etika dan sikap profesional untuk melatih judgement

  • profesional calon akuntan sehingga dapat bertindak secara etis di tengah

    kepentingan profesi dan masyarakat (Utami, 2005:9).

    Kurikulum pendidikan akuntansi di Indonesia memberikan muatan

    etika pada mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan dan etika. Namun

    muatan etika dalam mata kuliah tersebut dirasakan masih kurang. Kurangnya

    muatan etika dalam kurikulum akuntansi diungkapkan oleh Wulandari dan

    Sularso (dalam Utami, 2005:9) dalam penelitian yang dilakukan kepada

    mahasiswa dan akuntan pendidik di Surakarta. Hasil penelitian Wulandari

    dan Sularso menunjukkan bahwa 15,62% menyatakan kurikulum program

    studi akuntansi sudah cukup memberikan muatan etika dan 84,38%

    menyatakan belum cukup.

    Hasil penelitian Wulandari dan Sularso (dalam Utami, 2005:9) lebih

    lanjut menyatakan bahwa responden yang menyatakan tidak cukup muatan

    etika dalam pendidikan akuntansi (84,38%) menyatakan agar pemberian

    muatan etika:

    1. diperluas dengan mengintegrasikan ke mata kuliah tertentu (46%)

    2. diperluas dengan mengintegrasikan ke semua mata kuliah (29,01%)

    3. ditambahkan sebagai mata kuliah tersendiri (18,52%)

    4. memberikan pendapat lain (5,56%)

    Mata kuliah yang mempunyai kemungkinan besar untuk

    diintegrasikan dengan muatan etika adalah kelompok mata kuliah akuntansi

    keuangan yaitu mencakup pengantar akuntansi, akuntansi keuangan

    menengah, akuntansi keuangan lanjutan, teori akuntansi dan seminar

  • akuntansi. Pentingnya muatan etika pada kelompok mata kuliah akuntansi

    keuangan didasarkan pada kenyataan bahwa masalah kecurangan akuntansi

    banyak dilakukan oleh perusahaan, yang merupakan wadah sebagian besar

    sarjana akuntansi bekerja (Utam, 2004:10)

    Teknik pengajaran yang dianggap efektif dalam pengintegrasian

    muatan etika dalam kurikulum akuntansi adalah dengan diskusi dan simulasi.

    Langenderfer and Rockness (dalam Utami,2004:11) memberikan beberapa

    langkah dalam memberikan pengajaran kasus sebagai berikut :

    1. Select a case with an ethical dilemma that is relevant to the accounting

    issues being discussed in class.

    2. Distribute copies of short cases (one or two pages) at the start of

    discussion.

    3. In discussing the case in the class, raise the following questions and

    issues :

    a) What are the fact of the case

    b) What are the ethics issues in the case

    c) What are the norms, principles, and value related to the case

    d) What are alternatif coursers of action

    e) What is the best course of action that consistent with the norms,

    principles, and value indentified in (c)

    f) What are the consequences of each possible course of action

    g) What is decision

    4. Conclude the case by summarizing the different point of view.

  • Tujuan pengajaran etika diharapkan dapat tercapai jika tahap tersebut di atas

    dapat direalisasikan.

    D. Gender

    E. Love Of Money

    Pengertian aspek adalah sudut pandangan (Poerwodarminto, 1995).

    Pengertian individual adalah berhubungan dengan manusia secara pribadi;

    bersifat perseorangan (Poerwodarminto, 1995). Berdasarkan kedua definisi

    tersebut maka aspek individual adalah sudut pandang yang berhubungan

    dengan manusia secara pribadi. Penelitian Tikollah (2006) menyebutkan

    aspek individual yang mempengaruhi perilaku etis adalah :

    a. Kecerdasan Intelektual

    Kemampuan intelektual merupakan logika deduktif dan pemikiran

    abstrak, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dan sanggup

    menyelesaikan dilema etis. Intelligent Quotient (IQ) dihitung

    berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental

    age) dengan tingkat usia (chronological age), merentang mulai dari

    kemampuan dengan kategori idiot sampai dengan genius (Syaodih, dalam

    Lisda 2009). Menurut Dwijayanti (2009) kecerdasan intelektual adalah

    kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan

    menerapkannya dalam menghadapi masalah.

  • Ada 7 dimensi yang membentuk kemampuan intelektual seseorang,

    yaitu: kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perseptual,

    penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan

    (Lisda, 2009). Sedangkan menurut Stenberg (dalam Dwijayanti, 2009)

    dimensi kecerdasan intelektual terdiri dari kemampuan memecahkan

    masalah, intelegensi verbal dan intelegensi praktis

    b. Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang secara mendalam

    mempengaruhi seluruh kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun

    menghambat kemampuan-kemampuan tersebut (Goleman, 1996:112).

    Lebih lanjut, Goleman (2001) mendefinisikan kecerdasan emosional

    sebagai kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang

    lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola

    emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan

    orang lain.

    Kecerdasan emosi tidak hanya berarti bersikap ramah melainkan

    bersikap tegas yang walaupun tidak menyenangkan tetapi

    mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kecerdasan emosi

    bukan berarti memberi kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa

    melainkan mengelola perasaan sehingga terekspresikan secara tepat dan

    efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar menuju

    sasaran bersama (Goleman, 2001). Goleman membagi kecerdasan

  • emosional ke dalam lima komponen yaitu pengenalan diri, pengendalian

    diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.

    c. Kecerdasan Spiritual

    Kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia

    yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna,

    nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama

    makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga

    membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif

    dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki

    (Rachmi, 2010). Menurut Ginting (2011) kecerdasan spiritual adalah

    kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadi kreatif ketika

    dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang

    terkandung didalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar

    memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Kecerdasan spiritual adalah

    kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan

    nilai, yaitu untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam

    konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan

    atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang

    lain (Zohar danMarshall, 2002)

    Indikasi dari SQ yang telah berkembang dengan baik menurut

    Zohar & Marshall (2002) mencakup: a) Kemampuan untuk bersikap

    fleksibel, b) Adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi, c) Kemampuan

    untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, d) Kemampuan untuk

  • menghadapi dan melampaui perasaan sakit, e) Kualitas hidup yang

    diilhami oleh visi dan nilai-nilai, f) Keengganan untuk menyebabkan

    kerugian yang tidak perlu, g) Kecenderungan untuk berpandangan

    holistik, h) Kecenderungan untuk bertanya mengapa atau bagaimana

    jika dan berupaya untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, i)

    Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

    F. Kerangka Pikir

    Pengaruh antara variabel muatan etika dalam pengajaran akuntansi

    keuangan dan aspek individual yang meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan

    emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi

    dalam kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :

    Sumber :

    1. Utami dan Indriawati, 2006

    2. Tikollah dkk, 2006

    G. Hipotesis

    Muatan Etika dalam

    Pengajaran Akuntansi

    Keuangan

    Aspek

    Individual

    Sikap Etis

    Mahasiswa

  • Mata kuliah yang berisi ajaran moral dan etika sangat relevan

    diajarkan kepada mahasiswa dan keberadaan pendidikan etika ini memiliki

    peranan sangat penting dalam perkembangan profesi di bidang akuntansi di

    Indonesia (Sari dkk, 2010). Hasil penelitian Utami & Indriawati (2006)

    menyatakan bahwa muatan etika dalam pengajaran akuntansi tidak berpengaruh

    terhadap persepsi etika mahasiswa, namun adanya interaksi antara muatan etika

    dengan prestasi mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap persepsi etika

    mahasiswa. Utami & Indriawati menyatakan lebih lanjut bahwa pemberian

    muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum dapat meningkatkan

    sensitivitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. Agustina & Susilawati (2012) juga

    meneliti dampak muatan etika dalam pengajaran akuntansi terhadap persepsi etika

    mahasiswa. Hasil penelitian Agustina & Susilawati (2012) menyatakan bahwa

    muatan etika berpengaruh terhadap persepsi etika. Adanya interaksi antara muatan

    etika, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi berpengaruh signifikan

    terhadap persepsi etika.

    Selain aspek lingkungan, ada penelitian yang melihat aspek individu

    dalam perilaku etis. Penelitian Tikollah dkk (2006) serta Lisda (2009) menguji

    faktor kecerdasan individu yang memengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang.

    Penelitian yang dilakukan Tikollah dkk (2006) menekankan dimensi kecerdasan

    intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial kecerdasan intelektual

    berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis, sedangkan kecerdasan emosional

    dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap perilaku etis. Berbeda dengan

  • penelitian Tikollah dkk, hasil penelitian Lisda (2009) menunjukkan bahwa secara

    parsial kecerdasan intelektual tidak berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis,

    sedangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap

    perilaku etis. Hasil penelitian Tikollah dkk (2006) serta Lisda (2009) sama-sama

    menunjukkan bahwa secara simultan kecerdasan intelektual, kecerdasan

    emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap perilaku etis seseorang.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa muatan etika

    dalam pengajaran akuntansi keuangan, dan aspek individual yang meliputi

    kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual berpengaruh

    terhadap sikap etis mahasiswa. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini

    adalah:

    H1 : Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan berpengaruh signifikan

    terhadap sikap etis mahasiswa.

    H2 : Aspek individual yang meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan

    emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap sikap

    etis mahasiswa.

    H3 : Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual

    yang meliputi: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan

    spiritual berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa secara

    simultan.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

    mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

    untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000:61).

    Penelitian ini, populasi yang diambil adalah mahasiswa akuntansi yang sudah

    mengambil mata kuliah akuntansi keuangan di Surakarta.

    Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

    oleh populasi (Sugiyono, 2000:62). Teknik sampling yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Convenience Sampling. Penelitian ini dilakukan di 5

    universitas dan Sekolah tinggi di Surakarta yaitu : STIE AUB Surakarta,

    Universitas Surakarta (UNSA), STIE Atma Bakti, STIE Pignatelli,

    Universitas Setia Budi dan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

    Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 dengan

    masing-masing universitas sebanyak 20.

    B. Jenis dan Sumber Data

    Data yang diperlukan untuk menganalisis penelitian ini dapat

    diperoleh dari Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung dari sumber

    atau objek peneliti dan data sekunder. Data primer ini diperoleh melalui

    kuesioner. Kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

  • mengajukan lembaran angket yang berisi daftar pertanyaan kepada

    responden. Data sekunder berupa data jumlah mahasiswa akuntansi, jurnal,

    buku dan referensi lain yang mendukung.

    C. Definisi Operasional Variabel

    Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap

    etis mahasiswa. Sedangkan untuk variabel independen terdapat 2 variabel,

    yaitu: muatan etika dalam akuntansi keuangan dan faktor individual. Masing-

    masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut:

    1. Sikap Etis Mahasiswa

    Sikap etis mahasiswa akuntansi adalah sikap atau respon mahasiswa

    akuntansi terhadap kejadian yang mengandung situasi dilematis

    berdasarkan etika profesi akuntansi. Variabel ini diukur dengan

    menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 item pertanyaan tentang

    moralitas dan perilaku etis yang dikembangkan oleh Ratdke dan telah

    dimodifikasi oleh Risa (2011) dengan menggunakan skala interval.

    Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah :

    a. Sikap etis dalam mengerjakan tugas dengan kemapuan sendiri

    b. Tidak melanggar aturan dalam mengerjakan soal ujian

    c. Tidak menyuap atau mengancam dosen untuk meningkatkan nilai

    mata kuliah

    d. Mempersiapkan diri sendiri saat mengahadapi soal ujian

  • 2. Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan

    Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan adalah memasukkan

    aspek tentang nilai-nilai, asas, norma-norma, dan prinsip-prinsip dalam

    mata kuliah akuntansi keuangan yang dapat menjadi pegangan bagi

    mahasiswa akuntansi. Variabel ini diukur dengan memodifikasi

    kuesioner dari penelitian Utami dan Indriawati (2006) dengan

    menggunakan skala interval. Indikator yang digunakan untuk mengukur

    variabel ini adalah :

    a. Mahasiswa memahami materi akuntansi keuangan

    b. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara menyusun laporan keuangan

    yang benar

    c. Mahasiswa memahami prosedur pembuatan laporan keuangan yang

    sesuai dengan standar akuntansi keuangan (SAK)

    3. Aspek Individual

    Aspek Individual adalah sudut pandang yang berhubungan dengan

    manusia secara pribadi. Aspek individual yang mempengaruhi perilaku

    etis adalah :

    a. Kecerdasan Intelektual

    Kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk

    menjalankan kegiatan mental, berpikir, menalar dan memecahkan

    masalah. Kecerdasan intelektual diukur dengan kuesioner yang

  • dibuat oleh Ode (2011) yang terdiri dari 10 pertanyaan. Indikator

    empiris dalam variabel ini adalah :

    1) Kemahiran dalam berhitung

    2) Pemahaman verbal

    3) Pemahaman visualisasi ruang

    4) Kemampuan dalam memecahkan masalah

    5) Kemampuan dalam ingatan

    b. Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang secara mendalam

    mempengaruhi seluruh kemampuan lainnya, baik memperlancar

    maupun menghambat kemampuan-kemampuan tersebut. Kecerdasan

    emosional diukur dengan kuesioner yang dibuat oleh Safaria (2004)

    dalam bukunya yang berjudul tes kepribadian untuk seleksi

    pekerjaan. Indikator empiris dalam variabel ini adalah :

    1) Kemampuan pengenalan diri

    2) Kemampuan pengendalian diri

    3) Kemampuan memotivasi

    4) Mempunyai rasa empati

    5) Memiliki keterampilan sosial.

    c. Kecerdasan Spiritual

    Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan

    memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu untuk menempatkan

    perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas

  • dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang

    lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual

    diukur dengan kuesioner yang dibuat oleh Safaria (2004) dalam

    bukunya yang berjudul tes kepribadian untuk seleksi pekerjaan.

    Indikator empiris dalam variabel ini adalah :

    1) Kedekatan dengan Tuhan

    2) Pemahaman kehidupan spiritual

    3) Perbuatan baik

    4) Kemampuan menyelesaikan masalah.

    D. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan memberikan atau

    menyebarkan kuesioner kepada responden lalu menanyakan kesediaannya

    untuk mengisi kuesioner. Daftar pertanyaan yang digunakan adalah

    pertanyaan terstruktur dan responden tinggal memberi tanda () pada jawaban

    yang dipilih, kemudian responden langsung mengembalikan daftar

    pertanyaan setelah diisi.

    E. Metode Analisis Data

    1. Uji Kualitas Kuesioner

    a. Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

    suatu kuesioner, suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan

  • pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan

    diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005).

    Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

    menggunakan Teknik Korelasi Pearsons Product Moment. Sebuah

    instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung > r table, sedangkan

    dinyatakan tidak valid apabila r hitung < r table dengan tingkat

    kepercayaan 0,05.

    b. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

    merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan

    reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan

    adalah konsisten dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui reliabel

    atau tidaknya suatu variabel dilakukan uji statistik dengan melihat

    nilai Cronbach Alpha. Kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai

    berikut ini: (Ghozali, 2005).

    a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka pertanyaan-pertanyaan

    yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah

    reliabel

    b. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,60 maka pertanyaan-pertanyaan

    yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah tidak

    reliabel

  • 2. Uji Asumsi Klasik

    Menurut Setyadharma (2010:1), model regresi linear berganda (multiple

    regression) dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut

    memenuhi Kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE

    dapat dicapai bila memenuhi Asumsi Klasik. Uji asumsi klasik yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Uji Normalitas Data

    Menurut Ghozali (2011:160) uji normalitas bertujuan apakah dalam

    model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen

    (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Normalitas data dihitung

    dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan level of

    significant (tingkat signifikan) 5% ( = 0,05). Kriteria yang

    digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak

    adalah jika nilai :

    Asymp. Sig < tingkat signifikasi () maka data berdistribusi

    normal

    Asymp. Sig > tingkat signifikasi () maka data tidak berdistribusi

    normal (Sulaiman, 2004:91)

    b. Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi bertujuan untuk mendeteksi gejala korelasi antara

    data yang satu dengan data yang lain. Uji autokorelasi dalam

    penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson (DW).

  • Kriteria yang digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya

    autokorelasi adalah (Setyadharma, 2010:4):

    1) Jika dU DW (4-dU) maka dapat disimpulkan tidak terjadi

    gejala autokorelasi

    2) Jika DW < dL atau DW > (4-dL) maka dapat disimpulkan terjadi

    autokorelasi.

    3) Jika dL DW dU atau (4-dU) DW (4-dL) maka tidak dapat

    disimpulkan terjadi autokorelasi atau tidak.

    c. Uji Multikolinearitas

    Uji multikolinearitas bertujuan untuk mendetaksi gejala korelasi

    antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain.

    Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat

    nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 maka dapat

    disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinearitas (Setyadharma,

    2010:6).

    d. Uji Heterokedastisitas

    Uji Heterodektisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

    ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Uji

    heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji

    Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel

    independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi

    antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05

  • maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Setyadharma,

    2010:9).

    3. Pengujian Hipotesis

    a. Analisis Regresi Linier Berganda

    Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

    (muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek

    individual) terhadap variabel dependen yaitu sikap etis mahasiswa

    akuntansi. Alat analisis regresi berganda dengan derajad kepercayaan

    95% ( = 5%) dan pengolahan data dengan menggunakan program

    SPSS. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

    Y = a + 1X1 + 2X2+ e ( Djarwanto, 2001: 186)

    Keterangan :

    Y = Sikap etis mahasiswa

    a = konstanta

    1, 2= koefisien regresi

    X1 = Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan

    X2 = Aspek Individual

    e = Faktor Error/Disturbance

    Test hipotesis yang dirumuskan adalah Ho dan Ha sebagai berikut :

    Ho1 : 0, tidak ada pengaruh antara variabel muatan etika dalam

    pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual

    terhadap variabel sikap etis mahasiswa.

  • Ha1 : = 0, ada pengaruh antara variabel muatan etika dalam

    pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual

    terhadap variabel sikap etis mahasiswa.

    b. Uji t

    Uji t digunakan untuk menguji apakah model regresi variabel

    independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

    dependen. Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

    pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

    terhadap variabel dependen.

    Kriteria pengujian pada uji t adalah sebagai berikut :

    Daerah Tolak Daerah Tolak

    Daerah Terima

    Pengambilan kesimpulan pada pengujian hipotesis dilakukan sebagai

    berikut :

    Jika : nilai Sig. < (5%) maka Ho ditolak

    Nilai Sig. (5%) maka Ho diterima (Sulaiman, 2004:82)

  • c. Uji F

    Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau

    bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

    bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali,

    2009:88). Uji F digunakan untuk melihat pengaruh signifikan semua

    variabel independen secara bersama-sama atau serentak terhadap

    variabel dependen.

    Kriteria pengujian pada uji t adalah sebagai berikut :

    Daerah Tolak Daerah Tolak

    Daerah Terima

    Pengambilan kesimpulan pada pengujian hipotesis dilakukan sebagai

    berikut :

    Jika : nilai Sig. < (5%) maka Ho ditolak

    Nilai Sig. (5%) maka Ho diterima (Sulaiman, 2004:81)

    d. Koefisien Determinasi (

    Koefisien determinasi ( digunakan untuk mengukur seberapa jauh

    kemampuan model dalam menerangkan variabel yang terikat. Nilai

    koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai yang kecil

  • berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

    variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu

    berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

    informasi yang dibutuhkan memprediksi variabel-variabel dependen.

  • BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASANNYA

    A. Gambaran Proses Pengumpulan Data

    Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari

    penyebaran kuesioner kepada mahasiswa . Jumlah kuesioner yang disebarkan

    sebanyak 100 kuesioner dan kembali 100%. Dari 100 kuesioner yang

    disebarkan dan kembali, semua dapat dipergunakan untuk melakukan analisis

    data dalam penelitian ini.

    B. Uji Validitas dan Reliabilitas

    Sebelum melakukan analisis data, langkah yang harus dilakukan

    adalah pengujian terhadap asumsi-asumsi statistika terhadap data agar didapat

    hasil dan kesimpulan yang realibel, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

    Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya jika

    kevalidan suatu instrumen rendah menunjukkan bahwa instrumen tersebut

    kurang valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap

    data dari variabel yang diteliti secara tepat, yaitu apabila butir-butir yang

    membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen.

    Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

    Teknik Korelasi Pearson,s Product Moment, suatu item pertanyaan dianggap

    valid bila nilai r hitung > r table, sedangkan dinyatakan tidak valid apabila r

    hitung < r table dengan tingkat kepercayaan 0,05.

  • Dengan melihat nilai r hitung dari lampiran dapat dilihat bahwa setiap

    item-item pertanyaan kuesioner memiliki nilai r hitung di atas nilai r tabel

    sebesar 0.1966. Untuk variabel Muatan Etika dalam Akuntansi Keuangan,

    nilai r hitung berada diantara 0.301 0.584 Variabel Aspek Individual

    memiliki nilai r hitung 0.324 0.672 Sedangkan variabel Sikap Etis memiliki

    nilai r hitung 0.337 0.753. Melihat nilai r hitung setiap item-item pertanyaan

    yang memiliki nilai r hitung di atas nilai t tabel (0.1966) maka dapat

    disimpulkan bahwa semua item-item pertanyaan kuesioner dapat dikatakan

    valid.

    Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau

    keterpercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran.

    Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya

    untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

    sudah baik. Untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

    teknik Cronbach Alpha. Jika nilai Cronbach Alpha di atas 0.6 maka

    instrumen dapat dikatakan reliabel (handal).

    Dengan melihat nilai koefisien Cronbach Alpha pada tabel 4.1, maka

    dapat dinyatakan bahwa semua instrumen tersebut reliabel karena memiliki

    nilai koefisien Cronbach Alpha di atas 0.6.

    Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas

    Nilai Crobach

    Alpha

    Muatan Etika Aspek Individual Sikap Etis

    0.758 0.907 0.883

    Sumber : Data primer diolah, 2014

  • C. Uji Asumsi Klasik

    1. Uji Normalitas Data

    Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

    berdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan

    uji kolmogorov-smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5%

    (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) diatas nilai signifikan 5%

    artinya variabel residual berdistribusi normal.

    Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data

    Variabel residual

    Asymp.Sig. (2-tailed) 0.214

    Sumber : Data primer diolah, 2014

    Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) untuk

    variabel residual ternyata > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa data

    sampel berdistribusi normal dan asumsi dalam statistik parametrik dapat

    dipenuhi sehingga analisa regresi berganda dapat dilakukan.

    2. Uji Multikolinearitas

    Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada

    hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Hal ini

    merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi berganda.

    Jika terjadi korelasi, maka terdapat persoalan multikolinearitas, karena

    seharusnya tidak boleh terjadi korelasi antar variabel independennya. Uji

  • multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan Variance Inflation

    Factor (VIF). Hasil multikolinearitas dapat dilihat dalam tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas

    Variabel Nilai VIF

    Muatan Etika dalam Akuntansi Keuangan 1.182

    Aspek Individual 1.182

    Sumber : Data primer diolah, 2014

    Dari tabel 4.3, terlihat bahwa nilai VIF untuk setiap variabel tidak lebih

    dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

    multikolinearitas antarvariabel bebas. Dengan kata lain dinyatakan

    bahwa tidak ada hubungan linear atau korelasi antarvariabel independen

    dalam model regresi pada data yang akan kita uji ini sebagai salah satu

    syarat mutlak yang harus dipenuhi.

    3. Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

    penyimpangan asumsi klasik autokolerasi, yaitu korelasi yang terjadi

    antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada

    model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya

    autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian pada penelitian ini

    adalah dengan Uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai

    berikut:

  • 1) Jika dU DW (4-dU) maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala

    autokorelasi

    2) Jika DW < dL atau DW > (4-dL) maka dapat disimpulkan terjadi

    autokorelasi.

    3) Jika dL DW dU atau (4-dU) DW (4-dL) maka tidak dapat

    disimpulkan terjadi autokorelasi atau tidak.

    Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson,

    diperoleh nilai Durbin-Watson 1.760. Dari tabel Durbin Watson dengan n

    (jumlah data) = 100 dan k (jumlah variable independen) = 2, diperoleh

    nilai dL sebesar 1.6337 dan nilai dU sebesar 1.7152. Dari hasil

    pengujian, nilai Durbin Watson yang diperoleh (1.760) berada diantara

    nilai du (1.7152) dan 4 dU (2.2848) sehingga dapat diambil kesimpulan

    bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi.

    4. Uji Heterokedastisitas

    Uji Heterodektisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

    ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Uji

    heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji

    Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen

    dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel

    independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi

    masalah heteroskedastisitas (Setyadharma, 2010:9).

  • Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser,

    diperoleh nilai Sig.0.785 dan 0.460 yang lebih besar dari 0.05 sehingga

    dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heterokedastisitas.

    D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

    Untuk dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel independen

    terhadap variabel dependen maka digunakan analisis regresi berganda dengan

    bantuan program SPSS 15.0. Variabel-variabel independen tersebut adalah

    konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan dan lingkungan keluarga

    sedangkan variabel minat berwirausaha sebagai variabel dependen.

    Dari hasil penghitungan regresi berganda maka dapat dibentuk

    persamaan regresi berganda sebagai berikut :

    Y = 10.138 + 0.232 X1 + 0.410 X2 + e

    Keterangan :

    Y = Sikap Etis Mahasiswa

    X1 = Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi

    X2 = Aspek Individual

    e = Error

    Interpretasi hasil estimasi dari persamaan regresi linier berganda yang

    telah diperoleh dapat dilihat bahwa:

  • 1. Konstanta sebesar 10.138 berarti bahwa jika variabel independen

    dianggap konstan atau nol, maka sikap etis mahasiswa sebesar 10.138.

    2. Koefisien regresi variabel muatan etika dalam pengajaran akuntansi

    keuangan sebesar 0.232 menunjukkan bahwa variabel muatan etika

    dalam pengajaran akuntansi keuangan berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap sikap etis mahasiswa, artinya setiap peningkatan variabel

    muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan sebesar satu satuan

    maka sikap etis mahasiswa akan meningkat sebesar 0.232.

    3. Koefisien regresi variabel aspek individual sebesar 0.410 menunjukkan

    bahwa variabel aspek individual berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap sikap etis mahasiswa, artinya setiap peningkatan variabel aspek

    individual sebesar satu satuan maka sikap etis mahasiswa akan

    meningkat sebesar 0.410.

    Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis

    regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%, Perhitungannya dilakukan

    dengan bantuan program SPSS 15.0.

    Dalam menganalisa pengaruh secara bersama-sama dari variabel

    muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual

    terhadap sikap etis mahasiswa maka perlu dilakukan uji F. Dengan

    membandingkan nilai signifikansi F dengan nilai alpha. Penerimaan terhadap

    hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. F > 0.05 dan penolakan hipotesis nol

    terjadi jika nilai Sig. F < 0.05. Untuk menguji pengaruh variabel muatan etika

    dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual secara parsial

  • terhadap sikap etis mahasiswa maka digunakan uji t. Penerimaan terhadap

    hipotesis nol terjadi jika nilai signifikansi t > 0.05 dan penolakan hipotesis

    nol terjadi jika nilai signifikansi t < 0.05.

    Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Berganda

    Variabel Nilai t hitung Sig. Keterangan

    Muatan Etika dalam Akuntansi 2.504 0.014 Ha diterima

    Aspek Individual 4.427 0.000 Ha diterima

    Sumber: Data primer diolah, 2014

    Dari hasil olah data regresi berganda, dapat dilihat bahwa nilai Sig. F

    sebesar 0.000 yang lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak dan Ha

    diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa muatan etika dalam pengajaran

    akuntansi keuangan dan aspek individual secara bersama-sama terhadap sikap

    etis mahasiswa.

    Pada tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa untuk masing-masing

    variabel muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek

    individual secara parsial terhadap sikap etis mahasiswa. Hal itu ditunjukkan

    dengan nilai Sig. t masing-masing variabel yang kurang dari 0.05.

    Pengujian dengan menggunakan uji koefisien determinasi (R2), yaitu

    untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen yaitu muatan etika

    dalam pengajaran akuntansi (X1), dan aspek individual (X2) terhadap

    variabel dependen yaitu sikap etis mahasiswa (Y). Nilai R-Square atau nilai

    determinan (R2) mendekati satu berarti pengaruh variabel muatan etika dalam

  • pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual terhadap sikap etis

    mahasiswa adalah besar dan sebaliknya

    Dari hasil olah data regresi berganda dengan menggunakan SPSS 15.00,

    dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R2

    sebesar 0.282. Hal itu berarti variabel

    independen yaitu muatan etika dalam pengajaran akuntansi (X1), dan aspek

    individual (X2) terhadap variabel dependen yaitu sikap etis mahasiswa (Y)

    sebesar 28.2%, sedangkan sisanya 72.8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak

    dimasukkan dalam penelitian ini.

  • Daftar Pustaka

    Agoes, Sukrisno dan Ardana, I Cenik. 2011. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan

    Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta : Salemba Empat.

    Agustina, Lidya dan Susilawati, Christine.D.K. 2012.Dampak Muatan Etika

    Dalam Pengajaran Akuntansi Keuangan Dan Audit Terhadap Persepsi

    Etika Mahasiswa Yang Dimoderasi Oleh Kecerdasan Kognisi Dan

    Kecerdasan Emosional: Studi Eksperimen Semu. Jurnal Akuntansi

    Vol.4 No. 1 Mei : 22-32.

    Dani, K. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Putra Harsa,

    Surabaya.

    Dwijayanti, Arie Pangestu. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan

    Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial Terhadap

    Pemahaman Akuntansi. Skripsi tidak dipublikasikan.Jakarta : FE

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran

    Lisda, Afria. 2009. Pengaruh Kemampuan Intelektual, KecerdasanEmosional,

    Dan Kecerdasan Spiritual TerhadapPerilaku Etis Auditor Serta

    Dampaknya Pada Kinerja(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik

    Di Jakarta). Skripsi tidak dipublikasikan.Jakarta :Jurusan

    AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Ilmu SosialUniversitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah

    Djarwanto, 2001, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: BPFE.

    Ginting, Mahdalena S. 2011. Hubungan Kecerdasan Intelektual,

    KecerdasanEmosional Dan Kecerdasan Spiritual TerhadapPrestasi

    Belajar Siswa Dalam Mata PelajaranEkonomi Kelas X(Studi Kasus

    Sma Stella Duce 2 Yogyakarta ). Skripsi tidak

    dipublikasikan.Yogyakarta :Program Studi Pendidikan

    AkuntansiJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP

    Universitas Sanata Dharma

    Goleman, Daniel.2001. Working With Emotional Intellegence (Terjemahan Alex

    Tri Kantjono W). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

    Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika.Jakarta : Erlangga.

    Ika, Desi. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan SpiritualTerhadap Sikap

    Etis Mahasiswa AkuntansiDipandang Dari Segi Gender (Studi

    PadaPerguruan Tinggi Negeri Di Kota Medan). Tesis tidak

  • dipublikasikan.Medan :Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera

    Utara.

    Ludigdo, Unti. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    Maryani dan Ludigdo, Unti. 2001. Survei atas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan , Jurnal TEMA 2, Hal: 4962.

    Poerwodarminta, W.J.S. 1995. Kamus besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai

    Pustaka.

    Rachmi, Filia. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan

    Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi(Studi

    Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro

    Semarang Dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta) Skripsi tidak

    dipublikasikan Semarang : FE UNDIP.

    Santosa, Singgih. 2003. SPSS 10: Mengolah data statistik secara professional.

    Jakarta : PT. Elex Media Computindo.

    Setyadarma, Andryan. (2010). Uji Asumsi Klasik Dengan SPSS 16.0.Semarang :

    FE Universitas Negeri Semarang.

    Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS

    19, Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Dip. Semarang.

    Sugiyono. 2000. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : CV. ALFABETA.

    Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS.Yogyakarta :

    Penerbit ANDI.

    Supramono dan Utami, Intiyas.2003. Desain Proposal Penelitian. Salatiga: FE

    UKSW.

    Tikollah, M. Ridwan, Triyuwono, Iwan dan Ludigdo, H. Unti. 2006. Pengaruh

    Kecerdasan Intelektual,Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan

    Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi(Studi Pada

    Perguruan Tinggi Negeri Di Kota MakassarProvinsi Sulawesi

    Selatan). Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23 26 Agustus.

    Utami, Wiwik dan Indriawati, Fitri. 2006. Muatan Etika dalam Pengajaran

    Akuntansi Keuangan dan Dampaknya Terhadap Persepsi Etika

    Mahasiswa : Studi Eksperimen Semu. Simposium Nasional Akuntansi

    9 Padang, 23 26 Agustus.

  • Zohar, Danah dan Marshall, Ian, 2002.SQ :Memanfaatkan SQ dalam

    BerpikirHolistik untuk Memaknai Kehidupan,Alih Bahasa: Rahmani

    Astuti, AhmadNadjib Burhani dan Ahmad Baiquni,Cetakan Kelima,

    Penerbit Mizan,Bandung.

    Gozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan

    Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

    Hastuti, S. (2007). Perilaku Etis Mahasiswa Dan Dosen Ditinjau dari Faktor

    Individual Gender dan Locus of Control. Jurnal Riset Ekonomi dan

    Bisnis, Vol.7 No.7 Maret: 58-73.

    Kosyah & Indriantoro, N. (1998). Pengaruh Orientasi Etike Terhadap Komitmen

    dan Sensitifitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta. Jurnal Riset

    Akuntansi Indonesia, Vol.1 (Januari): 13-28.

    Reiss, M. C., & Mitra, K. 1998. The Effect of Individual Difference Factors on

    the Acceptability of Ethical and Unethical Workplace Behaviors.

    Journal of Business Ethics, Vol.17, No. 12: 1581-1593.

    Sari, Riza S. N., dkk. 2010. Tafsir Perilaku Etis Menurut Mahasiswa Akuntansi

    Berbasis Gender. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

    Ikatan Akuntan Indonesia.