persepsi masyarakat berziarah ke coppo petta bulu sebagai tempat yang dikeramatkan di desa lempong...

32
i KARYA TULIS ILMIAH PERSEPSI MASYARAKAT BERZIARAH KE COPPO PETTA BULU SEBAGAI TEMPAT YANG DIKERAMATKAN DI DESA LEMPONG KECAMATAN BOLA KABUPATEN WAJO Oleh: Andi Hasri Tri Wulandari Karvina Damayanti Nurul Aulia Ananda SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NURMILAD BOARDING SCHOOL Jl. H. Andi Baso Paria No. 1 Lempong Kab. Wajo Sulawesi-Selatan 2012

Upload: nur-milad-boarding-school

Post on 30-Jul-2015

296 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

i

KARYA TULIS ILMIAH

PERSEPSI MASYARAKAT BERZIARAH KE COPPO

PETTA BULU SEBAGAI TEMPAT YANG

DIKERAMATKAN DI DESA LEMPONG KECAMATAN

BOLA KABUPATEN WAJO

Oleh:

Andi Hasri Tri Wulandari

Karvina Damayanti

Nurul Aulia Ananda

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) NURMILAD BOARDING SCHOOL

Jl. H. Andi Baso Paria No. 1 Lempong Kab. Wajo

Sulawesi-Selatan

2012

ii

LEMBAR PENGESAHAAN

JUDUL

PERSEPSI MASYARAKAT BERZIARAH KE COPPO PETTA BULU SEBAGAI

TEMPAT YANG DIKERAMATKAN DI DESA LEMPONG KECAMATAN

BOLA KABUPATEN WAJO

Oleh:

Andi Hasri Tri Wulandari

Karvina Damayanti

Nurul Aulia Ananda

Telah disetujui untuk mengikuti Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) Tingkat

Nasional di Banjarmasin Tahun 2012

Mengetahui,

Kepala sekolah Pembimbing

Dra. Rugaiyah A. Arfah M.Si S u r i a n t i, S. Pd

iii

ABSTRAK

“Coppo Petta Bulu” yang berarti bukit sang Raja, konon di atas bukit ini tempat menghilangnya seorang raja Bola yakni Raja Mawellang yang bernama “La Tenri Gau”, karena tidak diketahui meninggalnya dimana hanya saja ia memberikan mimpi kepada

seseorang bahwa”Apabila ada anak cucunya ingin bertemu dengannya maka datanglah ke bukit terletak di dusun wele’E Desa Lempong Kecamatan Bola”. Banyak masyarakat

berbondong-bondong datang ke Coppo Petta Bulu, sebagai tempat yang dikeramatkan, karena mereka percaya bahwa tempat ini mempunyai kelebihan yang dapat mengabulkan segala permintaan, karena itu kami selaku sisiwa SMP Nurmilad Boarding School, dimana

lembaga pendidikan ini adalah lembaga yang berbasis Islam, tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai

tempat yang dikeramatkan di Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo”. Jenis penelitian ini, menggunakan jenis penelitian deskriptif yakni penelitian yang

berusaha mengungkap fenomena yang terdapat dalam objek yang diteliti. Dimana peneliti

melakukan observasi dan wawancara kepada masyarakat Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo.

Adapun yang menjadi Permasalahan : 1). Bagaimana persepsi masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat yang dikeramatkan?; 2). Apakah tujuan masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu?; 3). Bagaimana tata cara masyarakat berziarah di Coppo

Petta Bulu?; 4). Apakah ziarah yang dilakukan masyarakat itu sesuai dengan ajaran Islam? Hasil penelitiannya adalah : 1). Persepsi masyarakat datang berziarah, karena mereka

percaya bahwa leluhur yang mereka sanjung dan hormati akan menolong atau dapat mewujudkan segala keinginannya; 2). Masyarakat berziarah dengan tujuan dan berniat mengajukan permohonan, seperti kelancaran rizki, kedudukan atau jabatan, jodoh dan

lain sebagainya; 3) Tata cara berziarah yakni masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu, setelah apa yang mereka inginkan tercapai, mereka akan kembali dengan membawa

sesajen berupa makanan, seperti pisang, beras ketan (sokko), ayam, kambing, maupun sapi untuk dimakan bersama sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang mereka peroleh, Kemudian sesajen itu diserahkan ke juru kunci untuk didoakan di depan kuburan tersebut.

Selesai acara doanya kemudian makanan itu di bawa turun ke kaki bukit untuk dimakan bersama. Apabila mereka ingin menemui Petta Rajamawellang mereka datang pada hari

senin dan kamis; 4). Banyak masyarakat berziarah dengan cara yang betentangan dengan ajaran Islam, sehingga bisa disebut bid’ah bahkan musyrik, karena disamping berdo’a dan meminta sesuatu kepada orang yang telah meninggal dunia dan orang yang telah

meninggal dunia tersebut dijadikan juga sebagai perantara untuk minta sesuatu kepada Allah SWT serta bila berhasil datang kembali dengan membawa sesajen dalam bentuk

makanan. Saran kami antara lain adalah masyarakat agar tidak menggantungkan nasib pada

kuburan atau tidak menyalah gunakan keberadaan kuburan. Masyarakat agar menghindari

perbuatan-perbuatan yang mengundang unsur bid’ah, syirik, tetapi mendalami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar sesuai dengan yang dibawa Rasulullah SAW..

Kata Kunci: Persepsi, berziarah, Coppo Petta Bulu

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa,karena dengan

pertolongannya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Persepsi masyarakat

berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat yang dikeramatkan di Desa Lempong

Kecamatan Bola Kabupaten Wajo”.

Dalam penulisan karya ilmiah ini banyak rintangan dan hambatan yang kami alami

tetapi semua itu dapat diatasi karena dorongan serta bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami

menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dra. Rugaiyah A. Arfah, M.Si selaku kepala Sekolah SMP Nurmilad Boarding School

atas dukungannya kepada kami.

2. Ibu Surianti selaku pembimbing kami yang dengan sabar dan ikhlas membimbing kami.

3. Bapak dan ibu guru kami di Nurmilad Boarding School serta teman-teman kami yang

selalu setia memberi dukungan dan informasi di dalam dan di luar kelas.

4. Masyrakat Desa Lempong pada umumnya, khususnya masyarakat dusun Wele’E yang

turut membantu dalam memberikan informasi kepada kami.

Kami menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena

itu kami berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman serta masyarakat pada umumnya.

Talaga’E, 2 Agustus 2012

Penyusun

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

PENGESAHAN .........................................................................................................ii

ABSTRAK .................................................................................................................iii

KATA PENGANTAR ...............................................................................................iv

DAFTAR ISI..............................................................................................................v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................2

C. Tujuan Penelitian......................................................................................2

D. Manfaat Penelitian....................................................................................3

BAB II. TELAAH PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi Masyarakat, Berziarah, dan Keramat.......................4

B. Kepercayaan Animisme ...........................................................................5

C. Coppo Petta Bulu .....................................................................................6

D. Ziarah Kubur Menurut Islam .............................................................. .....6

BAB III. METODE PENULISAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan...............................................................9

B. Lokasi Penelitian ......................................................................................9

C. Sumber Data .............................................................................................9

D. Proses Pengumpulan Data ........................................................................10

E. Analisis Data ............................................................................................10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan.............................................................12

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................18

B. Saran .........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................20

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam budaya yang melahirkan etnis yang

berbeda tiap suku, perbedaan ini membawa warna sesuai dengan budaya daerahnya

masing-masing. Namun karena warisan kebudayaan ini merupakan peninggalan dari

kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum agama Islam masuk berkembang di

Indonesia, maka nampaknya berpengaruh dalam perilaku kehidupan umat Islam di

Indonesia, baik dalam keyakinan maupun pengamalannya, yang pada akhirnya

bermunculan praktek keagamaan yang menyimpang atau bahkan merusak aqidah umat

aIslam, seperti berkembang dan bermunculan berbagai macam bid’ah atau ajaran yang

tidak dicontohkan oleh Rasulullah SWT.

Salah satu pengaruh animisme dan dinamisme yang masih melekat bagi umat

Islam di Indonesia adalah mendatangai tempat-tempat keramat dengan membawa sesajen

guna meminta kemudahan datangnya rejeki, jodoh, bahkan jabatan, seperti halnya yang

terjadi di Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo, sebagai salah satu kabupaten

di wilayah Provinsi Sulawesi-Selatan. Kabupaten Wajo ini memiliki 14 kecamatan

dengan 176 desa/kelurahan, salah satu kecamatannya adalah Kecamatan Bola. Kata Bola

diambil dari nama kerajaan Bola. Rajanya bergelar “Arung Bola” yang berlokasi di

daerah Wajo bagian timur, Arung Bola pertama Raja Mawellang Tomanurung, kini

kecamatan Bola terdiri dari 11 (sebelas) desa.

Pengaruh animisme atau dinamisme ini terjadi juga di Kabupaten Wajo, tepatnya

di kecamatan Bola Desa Lempong Dusun Wele’E. Masyarakat berbondong-bondong

datang ke Coppo Petta Bulu karena mereka percaya bahwa tempat ini mempunyai

kelebihan yang dapat mengabulkan suatu permintaan. Konon di atas bukit ini tempat

menghilangnya seorang raja Bola yakni Raja Mawellang yang bernama “La Tenri Gau”,

karena tidak diketahui meninggalnya dimana hanya saja ia memberikan mimpi kepada

seseorang bahwa”Apabila ada anak cucunya ingin bertemu dengannya maka datanglah ke

bukit yang terdapat di dusun wele’E desa lempong”. Maka dari itu bukit tersebut diberi

nama “Coppo Petta Bulu” yang berarti bukit sang Raja.

2

Atas dasar dalih ini maka masyarakat di desa lempong bahkan dari luar kota

datang berbondong-bondong ke Coppo Petta Bulu untuk meminta berkah agar apa yang

mereka niatkan atau inginkan segera tercapai, Ketika apa yang mereka inginkan sudah

tercapai maka mereka akan datang ke Coppo Petta Bulu dengan membawa sesajen

sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang mereka peroleh.

Berdasar uraian di atas, maka kami sebagai siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Nurmilad Boarding School di Desa Lempong Kecamatn Bola Kabupaten Wajo, dimana

lembaga pendidikan ini dirancang sebagai pusat unggulan terdepan percontohan nasional

yang berbasis pesantren yang dirancang atau sebagai sekolah Rintisan ”Sekolah

Bertaraf Internasional (SBI)” dan cyber school, dengan penguasaan 3 (tiga) bahasa

asing yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang, sehingga kami atau siswa

tertarik dan ingin meneliti “Persepsi masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu

sebagai tempat yang dikeramatkan di Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten

Wajo”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan berdasarkan latar belakang masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat yang

dikeramatkan di Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo?

2. Apakah tujuan masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu?

3. Bagaimana tata cara masyarakat berziarah di Coppo Petta Bulu?

4. Apakah ziarah yang dilakukan masyarakat itu sesuai dengan ajaran Islam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat

yang dikeramatkan di desa Lempong kecamatan Bola kabupaten Wajo.

2. Untuk mengetahui tujuan masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu.

3. Untuk mengetahui tata cara masyarakat berziarah di Coppo Petta Bulu.

3

4. Untuk mengetahui ziarah kubur yang dilakukan masyarakat apakah sesuai dengan

ajaran Islam.

D. Manfaat Penelitian

Bagi Siswa atau SMP Nurmilad Boarding School

1. Sebagai bahan informasi dalam menambah pengetahuan bagi siswa khususnya di

SMP Nurmilad Boarding School;

2. Sebagai tambahan dokumentasi di Perpustakaan SMP Nurmilad Boarding School.

4

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi Masyarakat, Ziarah, dan Keramat

Manusia sebagai mahluk sosial yang sekaligus juga mahluk individual, maka

terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolbreg, 1967).

Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang

menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek

tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku

dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang

terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas

mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik

maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan

stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan

diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu

berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain- lain.

Sedangkan menurut Wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan

proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran

sehingga membentuk proses berpikir.

Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian

terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negative, senang atau tidak senang

dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu

kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam

situasi yang tertentu pula.

(http://www.pengertian persepsi.com/persepsi.html)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia persepsi memilki dua makna, bisa

berarti tanggapan dan juga berarti pula proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui panca inderanya, sedangkan pengertian masyarakat adalah sejumlah manusia

dalam arti seluas- luasnya dan terikat oleh suatu budaya yang mereka anggap wajar.

Oleh karena itu yang dimaksud dengan persepsi masyarakat di sini adalah tanggapan

5

atau pendapat sekelompok manusia ( masyarakat) sekitar SMP Nurmilad Boarding

School tentang berziarah ke Coppo Petta Bulu.

Pengertian Ziarah, di dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa Ziarah

adalah kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam), berziarah

adalah berkunjung ke tempat yang dianggap keramat atau mulia seperti makam untuk

berkirim doa.

Sedangkan pengertian keramat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena

ketakwaannya kepada Tuhan tentang orang yang bertakwa atau keramat adalah suci

yang bertuah yang dapat memberikan efek magis dan psikologis kepada pihak lain

tentang barang atau tempat suci.

B. Kepercayaan Animisme

Kepercayaan merupakan suatu keadaan psikologis pada saat seseorang

menganggap suatu premis benar. Kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa

sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata (kepada mahluk halus masih kuat sekali),

sesuatu yang dipercayai, harapan dan keyakinan (akan kejujuran, kebaikan, dan

sebagainya). Atau kepercayaan merupakan sebutan bagi sistem religi di Indonesia

yang tidak termasuk salah satu dari kelima agama yang resmi

(http://www.artikata.com/arti-373712-kepercayaan.html)

Animisme berasal dari kata anima, dari bahasa latin animus dan bahasa Yunani

anepos, dalam bahasa sansekerta disebut prana, dalam bahasa ibrani ruah. Arti secara

umum adalah napas atau jiwa. Animisme adalah ajaran/doktrin tentang realitas jiwa,

paham animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini seperti laut, gunung,

hutan, gua, atau tempat-tempat lain mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar jiwa

tersebut tidak mengganggu manusia, malah bahkan membantu mereka dalam

kehidupan ini. Animisme dapat diartikan sebagai kepercayaan manusia pada roh

leluhur, mereka meyakini bahwa leluhur mereka yang telah meninggal dianggap

sebagai maha tinggi menentukan nasib dan mengontrol perbuatan manusia.

C. Coppo Petta Bulu

Coppo Petta Bulu adalah bahasa bugis yang artinya bukit sang Raja, konon

nama bukit ini dicetuskan karena ada seorang raja yang tidak diketahui wafatnya

6

dimana, beliau memberikan mimpi kepada seseorang, bahwa apabila ada anak cucunya

yang ingin bertemu dengannya maka datanglah ke bukit yang berada di dusun wele’E

desa Lempong pada hari senin dan kamis, karena pada hari tersebut La Tenri Gau atau

Raja Mawellang berada di bukit tersebut, dan pada hari- hari lain beliau berada di

Mekkah.

Coppo Petta Bulu ditetapkan oleh seorang raja yang bernama ‘La Tenri Gau’

atau Raja Mawellang. Konon apabila ada orang namanya sama dengan raja tersebut

atau memberi nama anaknya dengan ‘La Tenri Gau’ maka umurnya tidak akan

panjang, karena ia pernah berkata “ De’ gaga datu ri oloku na de’ to gaga datu ri

monrikku” yang artinya” Tidak ada raja sebelumku dan tidak ada pula raja setelahku”.

Coppo Petta Bulu merupakan tempat kunjungan masyarakat lempong untuk

berziarah agar lebih mudah mendapatkan rejeki (harta, jodoh, dan jabatan). Dan juga

coppo petta bulu mempunyai waktu khusus untuk kunjungan masyarakat, karena

seiring dengan kondisi Coppo Petta Bulu yang tidak terlalu luas dan memadahi untuk

dikunjungi oleh banyak orang maka, dibentuklah pembagian waktu, yaitu pada hari

senin kunjungan untuk masyarakat lempong dan hari kamis kunjungan untuk

masyarakat bola, dan untuk hari – hari lain di gunakan untuk masyarakat yang datang

dari luar daerah, tapi pada hari senin dan kamis juga ada masyarakat datang dari luar

daerah berkunjung ke Coppo Petta Bulu.

D. Ziarah Kubur Menurut Islam

Dalam kebudayaan atau tradisi Islam, ziarah kubur merupakan bagian dari ritual atau

upacara ke agamaan. Pada zaman permulaan Islam berkembang Nabi Muhammad

SAW melarang kaum muslimin menziarahi kuburan. Larangan ini lantaran

kekhawatiran terjadi kesyirikan dan pemujaan terhadap keburan tersebut. Di samping

itu keimanan para sahabat masih lemah dan membutuhkan pembinaan dari

Rasululullah SAW.

Peringatan tersebut tidak hanya ditujukan kepada para sahabat saat itu, tetapi juga

kepada umat sekarang ini. Ternyata apa yang dikhawatirkan Rasulullah SAW memang

terjadi saat ini. Di zaman ini banyak kaum muslimin yang salah dalam menerapkan

ziarah kubur. Mereka melakukan ziarah kubur hanya sekedar mengikuti adat dan

tradisi daerah. Sehingga syariat Islam bercampur tradisi yang kadang-kadang

bertentangan dengan ajaran Islam.

7

Ziarah kubur itu ada dua macam:

1. Ziarah syar’iyah atau yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, dengan tujuan,

pertama bagi yang melakukan ziarah akan dapat mengambil pelajaran dan peringatan,

yang kedua bagi mayit ia akan mendapatkan ucapan salam dan doa dari orang yang

berziarah.

2. Ziarah bid’ah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana

yang tersebut di atas atau tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, di antaranya

untuk memohon kepada penghuni kubur agar dapat memberi pertolongan, kelancaran

rizki, jabatan, kesehatan, keturunan atau agar dapat melunasi hutang dan terbebas dari

segala petaka dan marabahaya.

Manfaat Ziarah Kubur

Adapun manfaat ziarah kubur, yang benar adalah ;

1. Dapat memberi pelajaran, karena dapat menjadikan hati tersentuh dan menjadi lunak

dan dapat menyampaikan do’a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita

memasuki alam kubur.

2. Dapat memberi pelajaran, karena dapat menjadikan hati tersentuh dan menjadi lunak

dan dapat menyampaikan do’a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita

memasuki alam kubur.

3. Ketika ziarah kubur disertai dalam hati rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-

Nya dan hanya bertujuan mencari keridhaan-Nya semata.

4. Mengucapakan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar mendapatkan

rahmat, ampunan dan afiyah (kekuatan).

Bid'ah dalam ziarah kubur

Sebelum penulis uraikan tentang bid’ah dalam ziarah kubur, maka yang dimaksud bid’ah

dalam agama Islam adalah sebuah perbuatan yang tidak pernah diperintahkan maupun

dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi banyak dilakukan oleh masyarakat

8

sekarang ini, sehingga hukum dari bid’ah adalah haram, karena berlawanan dengan

sunnah atau bahkan berlawanan dengan wajib.

Jadi bid’ah dalam ziarah kubur adalah :

1. Minta perlindungan kepada penghuninya atau kepaya orang yang meninggal tersebut,

karena hal ini termasuk syirik.

2. Membagikan makanan atau mengadakan acara makan-makan di kuburan.

3. Mempunyai persangkaan bahwa berdo’a dikuburan itu mustajab.

4. Menjadikan kuburan sebagai tempat berkumpul untuk menyelenggarakan acara-acara

ibadah.

BAB III

METODE PENULISAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

9

Jenis penilitian ini adalah penelitian deskriptif yakni penelitian yang berusaha

mengungkap fenomena yang terdapat dalam objek yang diteliti. Jenis penelitian ini

menggunkan instrument observasi dan wawancara.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian kami tepatnya di dusun Wele’E, dimana dusun Wele’E

merupakan salah satu dusun yang ada di desa Lempong adalah salah satu desa yang

berada di dalam wilayah kecamatan Bola, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.

Radius atau jarak desa Lempong dengan ibu kota kabupaten Wajo sekitar 30 km, dengan

jarak tempuh 60 menit dari kota kabupaten. Desa Lempong terletak sekitar 200 km dari

pusat kota provinsi atau bisa ditempuh selama kurang lebih 5 jam .

C. Sumber Data

Sumber data:

1. Hasil wawancara dengan juru kunci Coppo Petta Bulu

2. Hasil wawancara dengan 8 orang:

a. Responden 1

b. Responden 2

c. Responden 3

d. Responden 4

e. Responden 5

f. Responden 6

g. Responden 7

h. Responden 8

Adapun jumlah yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan informasi bagi

peneliti yang menyangkut dengan kedalaman dan ketajaman permasalahan.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan pedoman wawancara sebagai

berikut:

1. Mengapa bukit tersebut dinamakan Coppo Petta Bulu?

2. Siapakah yang pertama kali mencetuskan nama Coppo Petta Bulu?

10

3. Apakah tujuan masyarakat datang berziarah ke Coppo Petta Bulu?

4. Bagaimana persepsi masyarakat pada saat berkunjung ke Coppo Petta Bulu?

5. Apakah benar semua permintaan terkabulkan ketika berniat di Coppo Petta Bulu?

6. Sejak kapan masyarakat mulai berziarah ke Coppo Petta Bulu?

7. Apakah ada hari khusus untuk kunjungan masyarakat ke Coppo Petta Bulu?

8. Apakah masyarakat yang pergi berziarah ke Coppo Petta Bulu menganut kepercayaan

animisme ?

9. Apakah ada pengaruh kepercayaan masyarakat ketika berkunjung ke Coppo Petta

Bulu?

10. Masyarakat yang datang berziarah ke Coppo Petta Bulu menganut agama apa ?

Selain itu wawancara ini bertujuan untuk menjaga agar pokok-pokok yang

diinginkan dapat tercakup seluruhnya. Dengan cara ini kemungkinan melebarnya

wawancara ke masalah-masalah lain yang tidak berhubungan dengan masalah

penelitian dapat diatur dengan baik. Sedangkan yang menjadi sasaran dalam

wawanacara ini adalah masyarakat desa Lempong yang berada di sekitar dusun

Wele’E atau masyarakat desa Lempong yang biasanya datang ke Coppo Petta Bulu

untuk berziarah.

E. Analisis Data

Secara umum analisis data bersifat deskriptif (menggambarkan atau hanya

menguraikan). Kemudian dicari hubungan antara sub tema dengan sub tema yang lain,

untuk diperoleh pemahaman yang utuh. Analisis terakhir ini merupakan analisis deskriptif

atas hasil temuan dan dirumuskan dalam benuk kesimpulan yang bersifat umum.

Dalam menganalisis data kami melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Memilah data

Memilih data merupakan tahap pertama yang aharus dilakukan dan kami

memilah data dengan melakukan wawanacara kepada masyarakat desa Lempong dan

hasil wawancara tersebut akan kami kumpulkan untuk dijadikan referensi

2. Mengecek kebenaran data

11

Setelah semua data yang kita perlukan sudah terkumpulkan maka tahap

selanjutnya yang akan kami lakukan adalah mengecek kebenaran data, dengan cara

membandingkan jawaban responden dengan fenomena yang terjadi masyarakat.

3. Menjabarkan data

Setelah semua data yang sudah kami cek kebenarannya maka kita akan pindah

pada tahap ketiga yaitu menjabarkan data. Penjabaran data merupakan tahap dimana

kita akan membuat data itu dalam bentuk data mentah.

4. Menyajikan data

Setelah menyelesaikan tahap ketiga maka kita akan sajikan data tersebut dalam

bentuk hasil sementara yang bisa akan berubah.

5. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap dimana kita akan menarik kesimpulan

dari sekian banyaknya data yang kita peroleh, yang artinya kita telah menemukan apa

yang kita teliti.

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Persepsi masayarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat yang

dikeramatkan di desa Lempong kecamatan Bola kabupaten Wajo.

Tabel 1.1. Hasil wawancara tentang persepsi masyarakat berziarah ke Coppo

Petta Bulu sebagai tempat yang dikeramatkan di desa Lempong kecamatan Bola

kabupaten Wajo.

NO Nama Persepsi

1. Responden 1 Kami datang ke Coppo Petta Bulu dengan tujuan berziarah

ke kuburan kemudian kami berniat untuk mendapatkan apa

yang kami inginkan, ketika hal tersebut terwujud maka

kami akan kembali ke Coppo Petta Bulu dengan membawa

makanan (sesajen) untuk dimakan bersama. Sebelumnya

ada prosesi penyerahan yang dibimbing oleh juru kunci

Coppo Petta Bulu.

2. Responden 2 Saya biasa kesana hanya sekedar ikut dengan keluarga

yang lain, keluarga saya biasanya datang ketika sesudah

lebaran. Kami membawa makanan jadi untuk dimakan

bersama di sana, namun ada juga yang potong kambing

atau ayamnya di sana dan dimasak di sana juga.

3. Responden 3 Kami kesana untuk menepati janji, karena pada berniat

kami akan kembali kesini ketika apa yang kami inginkan

sudah tercapai.

4. Responden 4 Kebanyakan orang yang selalu kesana itu memang kehidu-

pan ekonominya memang terjamin, usaha-usahanya selalu

berhasil

13

5. Responden 5 Ikatan- ikatan yang banyak di pohon-pohon itu dan banyak-

nya bendera merah putih biasanya diikat oleh para gadis

atau jejaka yang minta jodoh

6. Responden 6 Orang yang datang kesana bukan hanya dari Lempong atau

kecamatan Bola saja melainkan dari daerah lain, misalnya

dari Sumatra, Kalimantan, dan Jawa

7. Responden 7 Pohon yang di batangnya terdapat tempat air (sumur) kecil

itu, biasanya masyarakat mengambil airnya digunakan

untuk membasuh muka agar dapat mempercantik wajah

dan juga menarik simpati seseorang.

8. Responden 8 Orang tidak boleh pergi ke Coppo Petta Bulu pada saat

bulan ramadhan dan juga tidak boleh masuk apabila

memakai peci (songko).

Masyarakat Lempong, khususnya dusun Wele’E desa lempong kabupaten

wajo terdapat suatu tempat dikenal oleh masyarakat dengan Coppo Petta Bulu.

Biasanya masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu bertujuan untuk berziarah agar

mendapatkan rejeki, seperti yang telah dijelaskan oleh responden 1 yaitu “ Kami

datang ke Coppo Petta Bulu dengan tujuan berziarah ke kuburan kemudian kami

berniat untuk mendapatkan apa yang kami inginkan, ketika hal tersebut terwujud maka

kami akan kembali ke Coppo Petta Bulu dengan membawa makanan (sesajen) untuk

dimakan bersama. Sebelumnya ada prosesi penyerahan yang dibimbing oleh juru kunci

Coppo Petta Bulu ”.

Biasanya ketika masyarakat membawa makanan atau sesajen ke Coppo Petta

Bulu dan setelah prosesi penyerahan yang dibimbing oleh juru kunci Coppo Petta

Bulu, setelah itu baru makanan tersebut di makan bersama–sama di tempat tersebut,

dan setelah makan tempat tersebut harus dibersihkan kembali, karena Raja Mawellang

tidak suka jika Coppo Petta Bulu kotor dan apabila tempat tersebut tidak dibersihkan

maka orang yang sudah makan di coppo petta bulu akan mendapat kejadian yang

tidak

14

Makanan atau sesajen yang dibawa ke Coppo Petta Bulu berupa buah

pisang,pinang, daun sirih, kambing, daging sapi, ayam, telur, nasi dan sokko. Tetapi

ada juga orang yang membawa hewan lalu dipotong dan dimasak disana, dan biasanya

orang pergi ke Coppo Pettta Bulu setelah lebaran, karena orang tidak boleh datang ke

Coppo Petta Bulu ketika bulan ramadhan seperti yang telah dijelaskan oleh responden

2 yaitu “ Saya biasa kesana hanya sekedar ikut dengan keluarga yang lain, keluarga

saya biasanya datang ketika sesudah lebaran Kami membawa makanan jadi untuk

dimakan bersama di sana, namun ada juga yang potong kambing atau ayamnya di sana

dan dimasak di sana juga”, dan setelah lebaran biasanya masyarakat yang datang

mencapai 200 orang bahakan lebih Masayarakat datang ke Coppo petta Bulu untuk

menepati janji, karena saat pertama kali mereka ke Coppo petta Bulu mereka berniat

atau berdoa dan apabila doa mereka sudah terkabul maka ia akan datang kembali ke

Coppo Petta Bulu untuk berziarah, dan apabila doa mereka sudah terkabul tetapi

mereka tidak pergi berziarah kesana ataupun mereka lupa akan niat mereka, maka

mereka akan mendapat kejadian yang tidak baik atau mereka akan sakit. Konon ada

cerita yang mengatakan bahwa ada seseorang yang berniat atau berdoa di Coppo Petta

Bulu dan setelah doanya terkabulkan dia tidak pergi berziarah ke Coppo Pettta Bulu

dan beberapa hari kemudian orang tersebut kecelakaan dan kepala orang tersebut

terputar ke belakang dikarenakan dia tidak menepati janjinya untuk pergi berziarah ke

Coppo Petta Bulu setelah doanya terkabul. Seperti yang telah dijelaskan oleh

responden 3 yaitu “Kami kesana untuk menepati janji, karena pada berniat kami akan

kembali kesini ketika apa yang kami inginkan sudah tercapai.

Masyarakat yang datang ke Coppo Petta Bulu itu kebanyakan memang

ekonominya terjamin dan usahanya selalu berhasil karena setelah doa mereka terkabul

mereka selalu menepati janji untuk datang kembali ke Coppo Petta Bulu dan tidak

hanya datang saja melainkan membawa sapi untuk di potong lalu dimaasak di Coppo

Pettta Bulu, seperti yang telah dijelaskan oleh responden 4 yaitu “Kebanyakan orang

yang selalu kesana itu memang kehidupan ekonominya memang terjamin, usaha-

usahanya selalu berhasil “.

Selain kuburan Petta Raja Mawellang yang berada di Coppo Petta Bulu juga

ada beberapa pohon dimana pohon tersebut digunakan oleh masyarakat atau anak

gadis yang ingin minta jodoh dengan menggantungkan benda – benda seperti bendera,

botol plastik, pembungkus makanan ringan dan lain- lain. Dan memang apabila kita

15

berdoa dengan sungguh – sungguh maka pasti akan terkabulkan. Seperti yang telah

dijelaskan oleh responden 5 yaitu “Ikatan- ikatan yang banyak di pohon-pohon itu dan

banyaknya bendera merah putih biasanya diikat oleh para gadis atau jejaka yang minta

jodoh”.

Masyarakat yang datang baik untuk minta jodoh ataupun meminta harta tidak

hanya datang dari lempong dan kecamatan bola saja melainkan ada yang datang dari

luar daerah seperti datang dari Sumatra, Kalimantan dan jawa. Selain pohon yang di

gunakan untuk menggantung benda–benda agar mendapatkan jodoh juga terdapat

sebuah pohon yang dimana pada batang pohon tersebut mempunyai tempat air (sumur)

dimana air dari sumur pohon tersebut digunakan untuk membasuh muka yang

bertujuan untuk mempercantik wajah dan menarik simpati seseorang.

Pada saat bulan suci ramadhan masyarakat dilarang pergi berkunjung ke Coppo

Petta Bulu karena pada saat bulan suci ramadhan masyarakat berpuasa, sedangkan

masyarakat pergi berkunjung ke Coppo Petta Bulu untuk membawa sesajen berupa

makanan. Dan masyarakat dilarang berkunjung apabila memakai peci(songko), seperti

yang dijelaskan oleh responden 8 yaitu “Orang tidak boleh pergi ke Coppo Petta Bulu

pada saat bulan ramadhan dan juga tidak boleh masuk apabila memakai peci

(songko)“.

2. Tujuan masyarakat berziarah ke Copppo Petta Bulu sebagai tempat yang dikeramatkan

di desa Lempong kecamatan Bola kabupaten Wajo dan tata cara berziarah.

Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan masyarakat yang biasa datang

berziarah ke Coppo Petta Bulu begitupun dengan masyarakat yang tidak pernah datang

ke tempat tersebut, bahkan kami melakukan wawancara dengan juru kunci Coppo

Petta Bulu dalam bahasa bugis dikenal dengan sebutan “Sanrona” yang bernama Pak

Ummareng. Kami mendapatkan informasi bahwa Pada zaman penjajahan Belanda

Petta Rajamawellang yang bernama La Tenri Jojjo ditembak oleh penjajah Jepang di

bawah sebuah pohon, namun tidak ada satupun yang menemukan jazadnya dengan

kata lain jazad Petta menghilang. Kemudian sang Raja memberikan petunjuk kepada

seseorang dalam mimpi bahwa “Narekko engka ana eppoku maelo mewaka sita fada

suroi lao ri bulu engkae ri tana Lempong bulu natudangi tapparenna, nangkalungi

tanetena, nalusereng galunna”. Yang artinya “Jika ada anak cucuku yang ingin

16

bertemu dengan saya maka datanglah ke bukit yang ada di lempong, bukit tersebut

terletak diantara daratan yang di bawahnya terdapat danau dan sawah.

Kemudian sejak saat itu konon masyarakat datang kesana namun dulu susah

sekali untuk menjangkau tempat tersebut karena dikelilingi oleh hutan belantara,

namun sekarang tempat tersebut sudah mudah dijangkau, kemudian bagi masyarakat

yang percaya mereka datang kesana berziarah dan berniat di sana dengan membuat

suatu permohonan, jika permohonan mereka sudah terkabulkan maka mereka akan

kembali ke Coppo Petta Bulu dengan membawa sesajen sebagai bentuk rasa syukur

atas apa yang mereka peroleh. Permintaan mereka bermaca-macam, seperti yang

diungkapkan salah satu responden kami bahwa “kadang kami memohon untuk

dimudahkan rejeki baik itu berupa harta, jabatan, jodoh dan lain sebagainya.” Ketika

apa yang mereka inginkan terkabulkan dan mereka lupa dengan janjinya maka banyak

yang diberi peringatan, bentuknya bermacam-macam ada yang sakit dan penyakitnya

tidak bisa dideteksi oleh tim medis, dan lain sebagainya.

3. Tata cara masyarakat berziarah di Coppo Petta Bulu.

Adapun tata cara berziarah yakni masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu

membawa sesajen sesuai dengan niat masing-masing baik itu pisang, beras ketan

(sokko), ayam, kambing, maupun sapi. Kemudian sesajen itu diserahkan ke juru kunci

untuk didoakan di depan kuburan tersebut. Selesai acara doanya kemudian makanan

itu di bawa turun ke kaki bukit untuk dimakan bersama.

Dari hasil wawancara dengan Pak Umar yang sudah bekerja sebagai juru kunci

selama 9 tahun beliau mengatakan bahwa kami tetap meminta ke Allah SWT, hanya

saja kuburan Petta Rajamawellang yang dijadikan perantara, hanya kami percaya

bahwa dengan mengucapkan permohonan melalui Petta Rajamawellang akan cepat

terkabulkan. Semua masyarakat yang datang ke Coppo Petta Bulu menganut agama

Islam.

4. Ziarah kubur yang dilakukan masyarakat menurut ajaran Islam.

Dari uraian tentang tujuan dan tata cara yang dilakukan masyarakat berziarah

ke Coppo Petta Bulu,dapat disimpulkan bahwa:

a. Pada umumnya yang dilakukan dalam ziarah kubur tersebut bertentangan dengan

apa yanag dicontohkan Rasulullah SWT, seperti dengan niat atau bertujuan supaya

17

rezekinya lancar, ingin memperoleh jabatan dan juga jodoh, sehingga dapat disebut

perbuatan bid’ah’

b. Pada umumnya tatacara yang dilakukan dalam ziarah kubur juga bertentangan

dengan ajaran Islam yang dibawa Rasulullah SAW, karena dalam permohonannya

menggunakan perantara atau melalui orang yang sudah meninggal dunia yaitu

Petta Rajamawellang dan berkeyakinan dengan perantara Petta Rajamawellang itu

akan cepat terkabul, sekalipun permohonannya kepada Allah SWT, bahkan minta

kepada orang yang telah meninggal dunia, hal tersebut dapat dikatagorikan

perbuatan bid’ah, karena tidak ada contoh dari Rasulullah SAW.

c. Tatacara yang dilakukan dalam ziarah kubur, bila tercapai akan kembali dengan

membawa sesajen dalam bentuk makanan juga bertentangan dengan ajaran Islam,

karena hal tersebut tidak pernah dilakukan dan tidak ada dalam ajaran Islam yang di

bawa Rasulullah SAW.

18

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian kami adalah sebagai berikut:

1. Persepsi masyarakat datang berziarah ke Coppo Petta Bulu mengunjungi kuburan

beliau atau berziarah karena mereka percaya bahwa leluhur yang mereka sanjung dan

hormati ada di Coppo Petta Bulu, akan menolong atau dapa t mewujudkan segala

keinginannya.

2. Masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu kebanyakan dengan tujuan untuk berziarah

dan berniat dengan mengajukan permohonan, seprti kelancaran rizki, kedudukan atau

jabatan, jodoh dan lain sebagainya.

3. Tata cara berziarah yakni masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu, setelah apa yang

mereka inginkan tercapai, maka mereka akan kembali dengan membawa sesajen

berupa makanan, seperti pisang, beras ketan (sokko), ayam, kambing, maupun sapi

untuk dimakan bersama sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang mereka peroleh.

Kemudian sesajen itu diserahkan ke juru kunci untuk didoakan di depan kuburan

tersebut. Selesai acara doanya kemudian makanan itu di bawa turun ke kaki bukit

untuk dimakan bersama. Apabila mereka ingin menemui Petta Rajamawellang mereka

datang kesana pada hari senin dan kamis.

4. Banyak masyarakat datang berziarah ke Coppo Petta Bulu, yang dilakukan dengan

cara yang betentangan dengan ajaran Islam yang dibawa Rasulullah SAW, sehingga

bisa disebut bid’ah bahkan syirik, karena disamping berdo’a dan meminta sesuatu

kepada orang yang telah meninggal dunia dan orang yang telah meninggal dunia

tersebut dijadikan juga sebagai perantara untuk minta sesuatu keinginan kepada Allah

SWT serta bila berhasil datang kembali dengan membawa sesajen dalam bentuk

makanan.

B. SARAN

19

Adapun saran kami dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat/Umat Islam, khususnya Kecamatan Bola, yaitu :

a. Hendaklah lebih mendalami ajaran Islam yang benar yaitu yang dibawa oleh

Rasulullah SAW;

b. Hendaknya segala permintaaan langsung kepada Allah SWT, tanpa melalui

perantara kepada oang yang telah meninggal dunia, sebagaima yang d iajarkan

Rasulullah SAW;

c. Praktek kebudayaan bisa terjadi menyimpang dari ajaran Islam (bid,ah), apabila

tidak sesuai dengan ajaran Islam yang benar, sehingga dapat merusak aqidah atau

bahkan bisa menjadi syirik.

d. Kepada masyarakat khususnya masyarakat yang sering pergi berkunjung ke

Coppo Petta Bulu agar tidak menggantungkan nasib pada kuburan Petta

Rajamawellang, atau dengan kata lain tidak menyalahgunakan keberadaan

kuburan di Coppo Petta Bulu.

2. Bagi Pemerintah (Pejabat Berwenang)

a. Hendaknya pemerintah, khususnya Kementerian Agama Kabupaten Wajo, harus

lebih ditingkatkan untuk membimbing masyarakat, khususnya umat Islam dalam

memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang benar.;

b. Hendaknya pemerintah, khususnya Kementerian Agama dan Dinas Kebudayaan

Kabupaten Wajo, untuk memberikan peringatan dalam bentuk tulisan di tempat

makam atau ziarah ke Coppo Petta Bulu, seperti mintalah hanya kepada Allah

SWT,

20

DAFTAR PUSTAKA

Danim Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia

(http://www.animisme.com/2012/07/animismehtml)

(http://www.artikata.com/2012/08/arti-373712-kepercayaan.html)

(http://www.pengertian persepsi.com/2012/08/persepsi.html)

Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

21

LAMPIRAN BIODATA

BIODATA PENELITI

Peneliti 1

Nama : Andi Hasri Tri Wulandari

Alamat : Lempong kec. Bola, kab. Wajo Sul-Sel

Tempat, Tanggal Lahir : Palopo, 11 Agustus 1998

Agama : Islam

No. HP : 082 346 063 072

Riwayat Pendidikan : SDN 80 Lalebbata Palopo

SMP Nurmilad Boarding School kab. Wajo

Hobby : Main musik dan bulu tangkis

Cita-cita : Dokter Ahli Saraf

Peneliti 2

Nama : Karvina Damayanti

Alamat : Lempong kec. Bola, kab. Wajo Sul-Sel

Tempat, Tanggal Lahir : Watampone, 29 Maret 1999

Agama : Islam

No. HP : 085 396 369 356

Riwayat Pendidikan : SD Inpres 12/79 Biru II

SMP Nurmilad Boarding School kab. Wajo

Hobby : Main musik dan membaca

Cita-cita : Pramugari

Peneliti 3

Nama : Nurul Aulia Ananda

Alamat : Lempong kec. Bola, kab. Wajo Sul-Sel

Tempat, Tanggal Lahir : Sentani, 3 September 1999

22

Agama : Islam

No. HP : 082 346 064 415

Riwayat Pendidikan : SDN 229 Lamunre Belopa

SMP Nurmilad Boarding School kab. Wajo

Hobby : Main musik dan bulu tangkis

Cita-cita : Dokter Spesialis Anak

23

LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. Wawancara dengan masyarakat dusun Wele’E

Gambar 2. Satu ikatan pada pohon berarti satu permintaan dan bendera sebagai tanda

permintaan jodoh.

24

Gambar 3. Lubang pada pohon berisi air diberi julukan “sumur air suci”

Gambar 4. Peneliti saat melakukan observasi di Makam Petta Rajamawellang

25

Gambar 5. Makam Petta Rajamawellang

Gambar 6. Pintu gerbang Coppo Petta Bulu

26

Gambar 7. Coppo Petta Bulu

Gambar 8. Wawancara dengan pak Ummareng (juru kunci Coppo Petta Bulu)

27

Gambar 9. Wawancara dengan masyarakat Lempong yang tidak pernah berkunjung ke

Coppo Petta Bulu

Gambar 9. Perjalanan peneliti menuju Coppo Petta Bulu