perkembangan ekonomi, kinerja perbankan dan · pdf filedan saran serta kerjasama dari semua...
TRANSCRIPT
LAPORAN TRIWULANAN
PERKEMBANGAN EKONOMI, KINERJA PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
Telp. 62-921-21217, 21218, Fax : 24017
LAPORAN TRIWULANAN
PERKEMBANGAN EKONOMI, KINERJA PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
Telp. 62-921-21217, 21218, Fax : 24017
TRIWULAN III-2008
VISI BANK INDONESIA
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan
stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”
TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 21217, 21218 Fax : (0921) 24017
i
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran serta
mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah
merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai
pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,
Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan
suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan Sistem
Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan informasi di
daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan
diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah.
Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi, moneter dan
Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih
baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, November 2008 BANK INDONESIA TERNATE
Endih santosa Pemimpin
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK vi INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN KBI TERNATE vii RINGKASAN EKSEKUTIF viii BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1 1.1 Gambaran Umum …………………………………………………………. 1 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Lapangan Usaha..................................... 4 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Permintaan........................................ 11 BOKS 1 Pengembangan Perkebunan di Halmahera Utara 16 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 20 2.1 Gambaran Umum………………………………………………………….. 20 2.2 Inflasi Menurut Berdasarkan Kelompok Komoditas …........................... 21 2.3 Inflasi Berdasarkan Sub Kelompok Komoditas …………………………... 22 BAB III PERKEMBANGAN MONETER DAN PERBANKAN ................................... 27 3.1 Perkembangan Moneter …………………………………………………... 28 3.2 Perkembangan Perbankan ……………………………….……………….. 29 a. Perkembangan Aset Bank Umum ………………………………..... 31 b. Penghimpunan Dana Bank Umum ..……………………………... 33 c. Penyaluran Kredit ……………………...…………………………… 36 c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor …................. 36 c.2 Persetujuan Kredit Baru ..………………………………….... 39 d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum …………..…….……… 41 e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum …………..…….……. 42 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH …………………………………... 45 4.1 Pendapatan Daerah ……………………………………............................ 46 4.2 Belanja Daerah ..................................................................................... 47 4.3 Surplus (Defisit) …………….………………………...………………….… 48 BAB V PERKENBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ……………….….……………… 50 5.1 Aliran Uang Kartal ( outflow / inflow) ..................………………………. 52 5.2 Pemusnahan Uang Kartal ..................................................................... 56 5.3 Perkembangan Kliring Lokal ................................................................. 58 5.4 Uang Palsu …………………………………………………………………. 59 5.5 Perkembangan Transaksi RTGS ………………………………................. 60 Boks II Program “Maitaraku” Bank Indonesia Ternate ……………………………… 61 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH ………………………… 65 6.1 Kondisi Umum…................ …………………………………………........ 65 6.2 Angkatan Kerja Dan Pengangguran........................................................ 67 6.3 Lapangan Pekerjaan Utama................................................................... 70
iii
6.4 Status Pekerjaan Utama ........................................................................ 72 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH................................................ 74 7.1 Kondisi Umum...................................................................................... 74 7.2 Prospek Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 74 7.3 Prosoek Inflasi Daerah........................................................................... 75 Boks III Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Perekonomian Maluku Utara.. 76
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 PDRB Maluku Utara Sektor Pertanian ................................................... 5
Tabel 1.2 Perubahan No. Telepon di Wilayah Maluku Utara ................................. 9
Tabel 1.3 PDRB Sektoral maluku Utara ADHK 2000 ............................................ 11
Tabel 1.4 PDRB Penggunaan Maluku Utara ADHK 2000 ...................................... 15
Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Komoditas .…………………….................................. 21
Tabel 2.2 Ranking Inflasi Sub Kelompok Komoditas Triwulan III-2008 .................. 22
Tabel 2.3 Laju Inflasi Terendah Berdasarkan Sub Kelompok Komoditas ................ 23
Tabel 2.4 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan makanan ................... 23
Tabel 2.5 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Rokok dan Tembakau ...........................................................................................
24
Tabel 2.6 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ……………………………………………. ...................
24
Tabel 2.7 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ……….................... 24
Tabel 2.8 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ............................ 25
Tabel 2.9 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga ............................................................................................
25
Tabel 2.10 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan .....................................................................................
26
Tabel 3.1 Indikator Perbankan di Maluku Utara ……............................................ 28
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Perbankan di Wilayah BI Ternate ……………. 29
Tabel 3.3 Perkembangan Perbankan di Wilayah Kerja KBI Ternate ……………… 30
Tabel 3.4 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara………..….... 33
Tabel 3.5 Perkembangan DPK Perbankan …………………................................ 35
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Perbankan …………………................................ 39
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Bermasalah Pada Perbankan Daerah …………. 44
Tabel 4.1 Realisasi APBD Tahun 2008 .................................................................. 46
Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan Daerah ............................................................. 47
Tabel 5.1 Perkembangan DPK dan Kredit Perbankan di Provinsi Maluku Utara .... 53
Tabel 5.2 Perkembangan Penukaran Uang Kecil di Bank Indonesia Ternate …….. 53
Tabel 5.3 Realisasi RDU Tahun 2008 ………………………………………………... 56
Tabel 5.4 Jumlah Peracikan Uang Kertas di BI Ternate ......................................... 56
Tabel 5.5 Perbandingan Penemuan Uang Palsu di KKBI ....................................... 60
v
Tabel 6.1 Penduduk MU Usia 15 tahun keatas Menurut Kegiatan ....................... 65
Tabel 6.2 Perkembangan garis Kemiskinan Provinsi Maluku Utara ....................... 66
Tabel 6.3 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Maluku Utara .................... 67
Tabel 6.4 Penduduk MU Usia 15 tahun keatas Menurut Lap. Pekerjaan Utama .... 71
Tabel 6.5 Penduduk MU Usia 15 tahun keatas Menurut Status Pekerjaan Utama . 73
vi
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara …………………………………………. 2
Grafik 1.2 Perkembangan Sektor Ekonomi Terhadap PDRB di Maluku Utara ................. 3
Grafik 1.3 Proporsi Sektor ekonomi Terhadap Perekonomian Daerah ............................ 4
Grafik 1.4 Perkembangan PDRB Penggunaan Triwulan III-2008 ..................................... 11
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Nasional ........................... 20
Grafik 3.1 Perkembangan Besaran Moneter di Maluku Utara ………........…….............. 29
Grafik 3.2 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara .......….............………………. 32
Grafik 3.3 Proporsi DPK Perbankan Berdasarkan Produk Bank .......................………..... 34
Grafik 3.4 Proporsi DPK Perbankan Berdasarkan Golongan Debitur ...............………..... 34
Grafik 3.5 Proporsi Pemberian Kredit Baru Triwulan III-2008 ......................................... 41
Grafik 3.6 Perkembangan LDR Bank Umum .................................................................. 42
Grafik 3.7 Perkembangan NPL’s Perbankan ………..................................…………...... 43
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara ……...........…………............................ 45
Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Kas di KBI Ternate …..……...………………………….. 51
Grafik 5.2 Perkembangan Penukaran Uang Kecil di Bank Indonesia Ternate .................. 54
Grafik 5.3 Perbandingan Jml. Kas Keliling dengan Uang Masuk Ke BI Ternate ………… 55
Grafik 5.4 Perkembangan Peracikan Uang di BI Ternate .….............…………………….. 57
Grafik 5.5 Perkembangan Kegiatan Kliring .................................................................... 59
Grafik 6.1 Perbandingan Penduduk Bekerja dan Menganggur .…………….............….. 70
Grafik 6.2 Lapangan Kerja Utama Penduduk Malut .…….................................……….. 72
vii
Trw. I Trw. II Trw. III
Besaran Moneter (miliar Rp) -54.91% 127.93% -1.34%
- Uang Giral 910.69 1016.178 955.34 919.08
- Uang Kuasi 1,709.37 1,650.77 1,737.06 1,737.31
Jumlah Bank dan Kantor Bank
- Jumlah Bank Umum 8 8 9 9
- Jumlah Kantor Bank Umum (tdk termasuk BRI Unit)20 20 36 36
- Jumlah BPR 1 1 1 1
- Jumlah Kantor BPR 1 1 1 1
Asset Bank Umum (Miliar Rp) 2,747.14 2743.878 2793.594 2818.853
Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) -54.91% 127.93% -1.34%
- Giro 910.69 1,016.18 955.34 919.08
- Tabungan 1,296.38 120.02 1,272.13 1,247.26
- Deposito 412.99 45.05 464.93 490.05
- Total 2,620.06 1,181.26 2,692.40 2,656.39
y-o-y -45.91% 25.35% 20.19%
Kredit q-t-q 6.16% 14.65%
- Kredit (miliar Rp) 865.08 918.34 1,052.83 1,187.04
- KUK (% Kredit) 16.13% 20.09% 14.50% 0.00%
- NPL Gross (%) 3.38% 3.73% 3.47% 3.41%
- Rasio Kredit thd DPK (LDR) 33.02 77.74 39.10 44.69
Cash Flow KBI (miliar Rp)
- Posisi Kas 109.02 216.60 198.42 357.95
- Inflow 200.27 95.86 22.63 25.19
- Outflow 1,034.71 134.06 233.28 321.47
Net Inflow (+)/Net Outflow (-) (834.45) (38.20) (210.65) (296.28)
- MRUK 140.41 30.28 28.89 28.09
Rasio MRUK dgn Inflow (%) -416.67% 31.59% 127.65% 111.51%
- Jumlah Uang Palsu (lbr) - - - -
Kliring (rata-rata harian)
- Jumlah Warkat (lembar) 34 48.81 47.7 48.6
- Nominal Kliring (miliar Rp) 1.61 1.92 2.43 2.1
- Jumlah Cek/BG ditolak dgn Alasan Kosong (lembar)0.20 0.68 0.41 0.51
- Nominal Cek/BG ditolak dgn Alasan Kosong (juta Rp)17.51 14.84 484.47 36.33
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (miliar Rp)
- Penerimaan
- Belanja
PDRB (Harga Konstan, dlm juta Rp) *) *) **)
- Nilai (juta $) 2501.175 637.896 655.304 680.08
6.01% -0.69% 2.73% 3.78%
Kliring
- Jumlah Warkat (lembar) 8,448 3.026 3.005 3.063
- Nominal Kliring (miliar Rp) 404.36 118.76 152.93 132.33
- Jumlah Cek/BG ditolak dgn Alasan Kosong (lembar)49 42 26 32
- Nominal Cek/BG ditolak dgn Alasan Kosong (juta Rp)4,396 920.24 30,521.42 2,288.88
- Jumlah Hari Kliring 251 62 63 63
Catt.: Data perbankan termasuk Bank Syariah
2007
501.72
2008I N D I K A T O R
516.71621.47
636.47
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif viii
Ringkasan Eksekutif
GAMBARAN UMUM
Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-
2008 yang tergambar pada PDRB atas dasar harga konstan
tahun 2000 menunjukkan perkembangan positif sebesar
3,78% (q-t-q)1 bila dibandingkan dengan kinerja
perekonomian pada triwulan II-2008. Bila dihitung secara
nominal pada triwulan laporan aktivitas ekonomi sebesar
Rp680,08 miliar.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan III-
2008 diikuti oleh peningkatan harga barang dan jasa. Secara
tahunan, pada bulan September 2008 inflasi di Kota Ternate
sebagai kota di Maluku Utara yang disurvey oleh Badan
Pusast Statistik (BPS) menunjukkan terjadinya inflasi tahunan
sebesar 16,63% (y-o-y). Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi
bila dibandingkan dengan inflasi Nasional yang tercatat
sebesar 12,14 % (y-o-y).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Pertumbuhan ekonomi daerah tercermin dari
peningkatan sebagian besar sektor ekonomi. Seiring dengan
membaiknya situasi kemananan di Maluku Utara serta
peningkatan aktivitas masyarakat dalam menyambut HUT
kemerdekaan RI serta bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri
memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan
beberapa sektor ekonomi. Lesunya perekonomian global
tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap aktifitas
Pertumbuhan ekonomi daerah tercermin dari peningkatan kinerja sebagian besar sektor ekonomi ...
Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2008 tumbuh sebesar 3,78% (q-t-q) ...
Tingkat inflasi di Ternate sebesar 16,63% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional ...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif ix
ekonomi masyarakat. Hal ini terkait dengan aktivitas
masyarakat Maluku Utara yang didominasi oleh ekonomi
Mikro, kecil dan menengah. Kebutuhan masyarakat sebagian
besar dipasok oleh daerah di sekitar Maluku Utara, hanya
sektor pertambangan yang memiliki keterkaitan langsung
dengan dunia internasional.
Terjadinya dinamika pertumbuhan secara sektoral
pada triwulan III-2008 belum mampu menggeser komposisi
sektor ekonomi yang mendominasi perekonomian daerah.
Sektor ekonomi unggulan (leading sector) di Provinsi Maluku
Utara antara lain: sektor pertanian; perdagangan, hotel dan
restoran; serta pengangkutan dan komunikasi masih
mendominasi aktivitas masyarakat.
Ditinjau dari sisi permintaan (penggunaan),
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara ditopang
oleh aktivitas internal Maluku Utara. Kegiatan konsumsi
masih mendominasi aktivitas masyarakat dengan tingkat
pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi rumah tangga.
Disamping itu kegiatan investasi di wilayah Maluku Utara
juga memberikan kontribusi positif terhaap pertumbuhan
triwulan laporan. Kegiatan ekonomi yang melibatkan pelaku
ekonoi dari daerah lain seperti rkspor dan impor justru
mengalami penurunan. Pada kedua kategori tersebut, hanya
sub kategori ekspor antar pulau yang mengalami
peningkatan. Meskipun demikian penurunan pada beberapa
sub sektor yang lain tidak mampu dibendung oleh
peningkatan tersebut.
Perkembangan ekonomi tahunan Maluku Utara
memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi bila kita
mengamati dan melakukan perbandingan data secara
tahunan. Pada triwulan III-2008 perekonomian Maluku Utara
mengalami pertumbuhan sebesar 6,94% bila dibandingkan
dengan kondisi perekonomian pada triwulan III-2007.
1 Suber: BPS, 22 Juli 2008, data sangat sementara
Sektor pertanian, PHR dan pengangkutan dan komunikasi masih mendominasi ...
Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara secara tahunan tahunan sebesar 6,94% ...
Secara umum kegiatan konsumsi masih menjadi mesin pertumbuhan ...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif x
Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak
tahun 2007.
INFLASI REGIONAL
Mulai tanggal 1 Juli 2008, perhitungan Indeks Harga
Konsumen (IHK) menggunakan tahun dasar 2007 = 100
(sebelumnya 2002 = 100) yang didasarkan pada hasil Survey
Biaya Hidup (SBH) 2007. Perubahan tersebut berdampak
pada bertambahnya cakupan kota dari 45 kota menjadi 66
kota, peningkatan keranjang/paket komoditas yang disurvey
dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 pada tahun 2007.
Pada Triwulan III 2008 inflasi tahunan (y.o.y) kota
Ternate mencapai 16,63% lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun lalu yang hanya tercatat sebesar 6,78% dan
inflasi yang dicatat triwulan II 2008 sebesar 12,25%.
Pada triwulan laporan secara tahunan semua
kelompok barang dan jasa mengalami inflasi terutama
didominasi oleh kelompok bahan makanan, kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan, dan kelompok
makanan jadi yang rata-rata mengalami laju inflasi diatas
10%. Laju pertumbuhan inflasi tertinggi di daerah terjadi
pada kelompok bahan makanan baik secara tahunan,
kumulatif, triwulanan maupun bulanan yang masing-masing
mencatat angka 35,41% (y.o.y), 37,24% (y.t.d), 15,20%
(q.t.q), 3,25% (m.t.m).
PERKEMBANGAN MONETER DAN PERBANKAN
Pertumbuhan ekonomi triwulanan yang terjadi di
daerah Maluku Utara pada triwulan III-2008 yang tercatat
sebesar 3,78% (q-t-q) diiringi oleh perbaikan beberapa
indikator utama kinerja perbankan daerah. Secara triwulanan
jumlah uang beredar secara total menunjukkan adanya
penurunan sebesar minus 1,34%. Total uang beredar dalam
Inflasi tahunan daerah Maluku Utara sebesar 16,63% ...
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi ...
Jumlah uang beredar di daerah mengalami penurunan sebesar 1,34% ...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xi
perekonomian daerah pada triwulan laporan tercatat sebesar
Rp2,66 trilyun.
Pada Triwulan III-2008, kinerja perbankan di daerah
Maluku Utara terus menunjukkan peningkatan. Membaiknya
kinerja perbankan tersebut dapat dilihat dari membaiknya
kemampuan bank dalam menyalurkan dana kepada
masyarakat dalam bentuk kredit, peningkatan asset
perbankan serta kualitas kredit yang diberikan. Stau-satunya
indikator perbankan yang mengalami penurunan adalah dana
masyarakat yang dikelola perbankan (DPK).
Total asset perbankan di Provinsi Maluku Utara
pada akhir Triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp2,82 trilyun
atau mengalami peningkatan sebesar 0,90% (q-t-q).
Penyebaran asset bank umum masih didominasi di Kota
Ternate dengan porsi aset sebesar 73,53%, diikuti oleh
Halmahera Tengah sebesar 16,24% sedangkan sisanya
(10,23%) terdapat didaerah lain di daerah Maluku Utara.
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan
di Maluku Utara selama Triwulan III-2008 mengalami
penurunan sebesar minus 1,34% (q-t-q). Berdasarkan pada
kelompok bank, Kontribusi DPK pada triwulan laporan,
didominasi oleh bank pemerintah sebesar 86,72%,
sedangkan bank swasta nasional mempunyai porsi mencapai
13,28%.
Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dalam
bentuk kredit perbankan di Provinsi Maluku Utara pada
Triwulan III-2008 mengalami kenaikan sebesar 12,75% (q-t-
q). Pertemuan antara pihak perbankan dengan pelaku usaha
di Maluku Utara yang semakin intensif baik melalui forum
Semiloka, penyelenggaraan bantuan tenis kepada pelaku
usaha oleh Bank Indonesia yang melibatkan pihak perbankan
dan kegiatan ekspo produk UKM diperkirakan menjadi
pemicu meningkatnya kredit perbankan terhadap UKM di
daerah. Disamping itu budaya sebagian masyarakat Maluku
Pertumbuhan ekonomi daerah diiringi perbaikan indikator perbankan ...
Asset perbankan tumbuh sebesar 0,9% (q-t-q) ...
DPK perbankan turun sebesar minus 1,34% (q-t-q) ...
Kredit perbankan meningkat sebesar 12,75% (q-t-q) ...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xii
Utara yang merasa malu/tidak enak hati bila memiliki
tunggakan kepada perbankan turut mempengaruhi
membaiknya kualitas penyaluran kredit di daerah.
LDR perbankan Provinsi Maluku Utara pada Triwulan
III-2008 mengalami pertumbuhan dari 39,10% pada triwulan
II-2008 menjadi 44,69%. Rasio kredit bermasalah (NPL’s)
pada triwulam III-2008 mengalami penurunan dari 3,47%
pada triwulan II-2008 menjadi 3,41% pada triwulan laporan.
KEUANGAN DAERAH
Dalam susunan APBD Provinsi Maluku Utara pada
tahun 20082 dapat diketahui bahwa pendapatan daerah
Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar Rp621,47 miliar
sedangkan belanja daerah dianggarkan sebesar Rp636,47
miliar. Dengan demikian anggaran pembangunan daerah
pada tahun 2008 mengalami dfisit sebesar Rp15 miliar. Baik
pendapatan maupun belanja daerah pada tahun 2008
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan dana
yang dianggarkan pada tahun sebelumnya dengan
pendapatan diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar
23,87% sedangkan belanja daerah mengalami kenaikan
sebesar 34,70%.
Dalam APBD tahun 2008, pendapatan daerah provinsi
Maluku Utara diperkirakan mengalami peningkatan sebesar
23,87% dari pendapatan daerah pada tahun 2007 yang
tercatat sebesar Rp501,72 miliar. Peningkatan pendapatan
tersebut didominasi oleh penerimaan yang bersumber dari
dana perimbangan pemerintah pusat dibandingkan dengan
sumber pendapatan yang berasal dari PAD Maluku Utara.
Share dana perimbangan terhadap total penerimaan daerah
sebesar 90,57%.
2 Sumber: Biro Keuangan Provinsi
Realisasi APBD sampai triwulan III-2008 masih rendah ...
LDR perbankan meningkat diikuti penurunan NPL’s...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xiii
Realisasi belanja daerah tahun 2008 cukup
memprihatinkan. Sampai bulan Mei 2008 tingkat realisasinya
baru mencapai 21,52% dari target tahun 2008. Realisasi
anggaran belanja sebesar Rp136,989 miliar menurut
informasi yang diterima oleh Bank Indonesia Ternate
merupakan belanja pemerintah untuk pegawai/pembayaran
gaji. Kondisi ini tentu sangt merugikan bagi masyarakat
daerah karena kegiatan belanja modal pemerintah daera
yang notabene memiliki efek bergulir yang leibih besar bagi
masyarakat justru masih sangat minim.
SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan III-2008 secara umum sistem
pembayaran di wilayah Maluku Utara mengalami
peningkatan. Sistem pembayaran tunai mengalami
peningkatan baik dalam jumlah uang yang masuk maupun
keluar dari kas Bank Indonesia Ternate bila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu meskipun secara
nominal mengalami sedikit penurunan tetapi volume
transaksi non-tunai mengalami peningkatan.
Pada triwulan III-2008, total aliran uang kartal keluar
dan masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp346,66
miliar atau mengalami kenaikan sebesar 35,46% bila
dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 255,91 miliar. Pada triwulan laporan,
aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Ternate
(inflow) sebesar Rp25,19 miliar, sedangkan aliran uang kartal
keluar (outflow) dari Bank Indonesia pada Triwulan III-2008
sebesar Rp321,47 miliar. Pada triwulan III-2008,
perbandingan antara nilai nominal uang yang masuk dan
yang keluar dari Bank Indonesia Ternate adalah 1 : 13.
Sampai dengan akhir triwulan laporan tidak terdapat
pengaduan ditemukannya uang palsu yang beredar di
masyarakat. Dengan demikian selama triwulan III-2008 di
Sistem pembayaran mengalami peningkatan ...
Penemuan dan pelaporan uang palsu nihil ...
Aliran uang kartal mengalami net outflow ...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xiv
wilayah kerja Bank Indonesia Ternate tidak ditemukan kasus
uang palsu. Kondisi tersebut memperpanjang catatan tidak
adanya penemuan maupun pengaduan mengenai uang palsu
sejak tahun 2006 yang lalu.
TENAGA KERJA
Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara sampai
bulan Februari 2008 diperkirakan mengalami perbaikan.
Kondisi tersebut terlihat dari beberapa indikasi
ketenagakerjaan, misalnya jumlah angkatan kerja di daerah
sampai bulan Februari 2008 mencapai 417,45 ribu orang
mengalami kenaikan sebanyak 12,65 ribu orang
dibandingkan dengan data bulan Februari 2007; jumlah
penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak
17,08 ribu orang sedangkan jumlah pengangguran
mengalami penurunan sebanyak 4,43ribu orang.
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir (Februari
2007 – Februari 2008) peningkatan jumlah angkatan kerja
laki-laki jauh lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah
angkatan kerja penduduk perempuan. Angkatan kerja
berjenis kelamin laki-laki pada Februari tercatat sebesar 258,9
ribu orang, mengalami peningkatan sebesar 3,40% (y-o-y)
sedangkan angkatan kerja perempuan berjumlah 158,55 ribu
orang atau mengalami peningkatan sebesar 2,67% (y-o-y).
Tingkat pengangguran terbuka di Maluku Utara pada
Februari 2008 sebesar 7,03% atau mengalami penurunan
bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka
pada Februari 2007 yang tercatat sebesar 8,34%. Meskipun
sama-sama mengalami penurunan, tingkat pengangguran
terbuka penduduk perempuan di Maluku Utara lebih tinggi
bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka
laki-laki. Tingkat pengangguran terbuka kaum laki-laki
sebesar 5,72% sedangkan kaum perempuan tercatat sebesar
9,16%.
Terjadi peningkatan angkatan kerja diiringi penurunan pengangguran ...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif xv
Lapangan pekerjaan utama yang digeluti oleh
penduduk di wilayah Maluku Utara adalah pertanian,
perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Data bulan Februari
2008 menunjukkan bahwa sebanyak 60,44% penduduk
Maluku Utara menggeluti pekerjaan di sektor pertanian,
12,56% bekerja di sektor perdagangan dan 10,68%
menggeluti pekerjaan di sektor jasa.
PROSPEK EKONOMI REGIONAL
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan IV-2008
diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang
positif dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan
sebesar 1,75 ± 0,5% (q-t-q). Beberapa event yang
diperkirakan akan mampu menjadi pemicu pertumbuhan
ekonomi daerah antara lain penyelenggaraan lPOPWIL
Sulampua, kegiatan bazar UMKM dalam rangka menyambut
HUT Kota Ternate serta liburan pada masa pergantian tahun
baru. Disamping itu penetapan Gubernur Definitif di Provinsi
Maluku Utara diharapkan mampu menjadi pemicu bagi
peningkatan kinerja perekonomian daerah
Tingkat harga barang dan jasa di Maluku Utara pada
triwulan IV-2008 diperkirakan akan mengalami kenaikan
yang melambat dan berada pada kisaran 4,37 ± 0,5% (q-t-q).
Bahan makanan dperkirakan masih akan mengalami
pertumbuhan inflasi tertinggi disusul kenaikan harga pada
transportasi dan komunikasi.
Beberapa faktor yang dapat memperlambat laju inflasi
daerah diantaranya: penurunan harga komoditas pertanian
seiring dengan pelaksanaan panen raya, semakin gencarnya
perang tarif murah antar operator telepon seluler sehingga
biaya percakapan maupun pengiriman pesan akan semakin
murah, serta isu positif seputar penurunan harga BBM.
Lapangan kerja utama yang ditekuni tenaga kerja lokal adalah sektor pertanian ...
Perekonomian daerah diperkirakan tetap tumbuh...
Tingkat harga akan tumbuh melambat ...
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 1
Perkembangan Ekonomi Makro
1.1 Gambaran Umum
Di tengah kelesuan peekonomian global akibat kasus sub prime mortgage,
geliat perekonomian di daerah masih terus berlangsung. Kinerja perekonomian
Maluku Utara pada triwulan III-2008 yang tergambar pada PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2000 menunjukkan perkembangan positif sebesar 3,78% (q-t-q)1
bila dibandingkan dengan kinerja perekonomian pada triwulan II-2008. Bila dihitung
secara nominal pada triwulan laporan aktivitas ekonomi masyarakat sebesar
Rp680,08 miliar. Perkembangan yang terjadi pada kegiatan ekonomi riil seiring
dengan membaiknya perkembangan yang terjadi pada perbankan daerah. Dengan
demikian dua motor utama penggerak perekonomian daerah dapat saling bersinergi
dalam menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan.
Pertumbuhan ekonomi daerah tercermin dari peningkatan sebagian besar
sektor ekonomi. Seiring dengan membaiknya situasi kemananan di Maluku Utara
serta peningkatan aktivitas masyarakat dalam menyambut HUT kemerdekaan RI
serta bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri memberikan kontribusi yang positif
terhadap perkembangan beberapa sektor ekonomi. Lesunya perekonomian global
tidak memiliki pengaruh yang siginikan terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Hal
ini terkait dengan aktivitas masyarakat Maluku Utara yang didominasi oleh ekonomi
mikro, kecil dan menengah. Kebutuhan masyarakat sebagian besar dipasok dari
daerah di wilayah Maluku Utara dan sekitarnya, hanya sektor pertambangan dan
sebagian kecil pertanian yang memiliki keterkaitan langsung dengan dunia
internasional.
Sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama masyarakat
Maluku Utara mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor
ekonomi lainnya. Sementara sektor pertambangan dan penggalian serta bangunan;
sektor dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap perekonomian di luar
daerah mengalami pertumbuhan yang negatif. Disamping aktivitas pertambangan
Bab I
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 2
dan pembangunan infrastruktur yang relatif lebih rendah menjelang perayaan HUT
kemerdekaan dan bulan Ramadhan, penurunan kinerja juga dipengaruhi oleh
berkurangnya pelaku yang bergerak dalam sektor tersebut.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara
0
1
2
3
4
5
6
7
8
560,000
580,000
600,000
620,000
640,000
660,000
680,000
700,000
I II III IV I II III
2007 2008
PDRB (kiri) q-t-q (kanan)Rp. juta %
Terjadinya dinamika pertumbuhan secara sektoral pada triwulan III-2008
belum mampu menggeser komposisi sektor ekonomi yang mendominasi
perekonomian daerah. Sektor ekonomi unggulan (leading sector) di Provinsi Maluku
Utara antara lain: sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; serta
pengangkutan dan komunikasi masih mendominasi aktivitas masyarakat.
Ditinjau dari sisi permintaan ekonomi (penggunaan), pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Maluku Utara ditopang oleh aktivitas internal Maluku Utara.
Kegiatan konsumsi masih mendominasi aktivitas masyarakat dengan tingkat
pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi rumah tangga. Disamping itu kegiatan
investasi di wilayah Maluku Utara juga memberikan kontribusi positif terhaap
pertumbuhan triwulan laporan. Kegiatan ekonomi yang melibatkan pelaku ekonomi
1 Sumber: BPS, 20 Oktober 2008, data sangat sementara
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 3
dari daerah lain seperti ekspor dan impor justru mengalami penurunan. Pada kedua
kategori tersebut, hanya sub kategori ekspor antar pulau yang mengalami
peningkatan. Meskipun demikian penurunan pada beberapa sub sektor yang lain
tidak mampu dibendung oleh peningkatan tersebut.
Perkembangan ekonomi tahunan Maluku Utara memiliki tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi bila kita mengamati dan melakukan perbandingan
data secara tahunan. Pada triwulan III-2008, perekonomian Maluku Utara
mengalami pertumbuhan sebesar 6,94% (y-o-y) bila dibandingkan dengan kondisi
perekonomian pada triwulan III-2007. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan
tertinggi sejak tahun 2007. Bila diamati secara tahunan, semua sisi permintaan
ekonomi daerah mengalami pertumbuhan positif. Kegiatan konsumsi pemerintah
mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi sedangkan pertumbuhan terendah
dialami oleh konsumsi swasta. Sementara dari sisi penawaran pertumbuhan
tertinggi dialami oleh sektor angkutan dan komunikasi serta pertumbuhan terendah
dialami oleh sektor industri pengolahan.
Grafik 1.2 Perkembangan Sektor Ekonomi Maluku Utara
Triwulan III-2008
-15
-10
-5
0
5
10
15
20y-o-y q-t-q%
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 4
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Lapangan Usaha
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan ditandai oleh meningkatnya
kinerja sebagian besar sektor ekonomi di Maluku Utara. Akan tetapi bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sektor ekonomi yang mengalami
pertumbuhan yang minus lebih banyak. Pertumbuhan sebagian besar sektor
ekonomi yang ada didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat menghadapi
peringatan HUT kemerdekaan Indonesia serta pelaksanaan ibadah bulan Ramadhan
dan persiapan menjelang Idul Fitri. Adapaun penurunan kinerja pada beberapa
sektor ekonomi disebabkan oleh dampak kelesuan ekonomi dunia, kendala
transportasi antar daerah serta preferensi musiman masyarakat.
Pada triwulan III-2008 pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara didorong
oleh sektor unggulan di daerah, yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor angkutan dan komunikasi. Ketiga sektor ekonomi tersebut
memberikan kontribusi terhadap perekonomian di daerah sebesar 70,26%. Seiring
dengan kontribusi yang diberikan, pertumbuhan ketiga sektor ekonomi tersebut
relatif terjaga dari periode ke periode laporan.
Grafik 1.3 Proporsi Sektor Ekonomi Terhadap Perekonomian Daerah
37%
4%12%1%2%
26%
8%3%
7%
Pertan ian Pertambangan Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bangunan PHR
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan Jasa-jasa
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 5
a. Sektor Pertanian
Seperti periode-periode sebelumnya, sektor pertanian masih memberikan
kontribusi terbesar bagi perkembangan perekonomian di Maluku Utara, yaitu
sebesar 36,83%. Kondisi ini didukung oleh fakta bahwa wilayah Maluku Utara
sudah sejak zaman dahulu dikenal sebagai penghasil rempah-rempah yang nota
bene merupakan salah satu produk sektor pertanian. Sampai periode laporan,
sektor pertanian masih merupakan sektor unggulan di Maluku Utara.
Sub sektor tanaman perkebunan merupakan sub sektor yang paling
dominan dengan share terhadap kinerja sektoral sebesar 48,68%, sementara sub
sektor peternakan dan hasil-hasilnya memiliki share terendah dalam sektor
pertanian, yaitu sebesar 3,61%. Kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari visi dan
misi beberapa daerah yang ada di Maluku Utara yang ingin menjadikan daerahnya
sebagai sentra produksi pertanian, khusunya perkebunan. Misalnya Kabupaten
Halmahera Utara sebagai kabupaten kelapa. Masyarakat Maluku Utara juga kurang
memiliki ketertarikan dengan usaha peternakan, kalaupun ada sebagian besar masih
bersifat sub sistem. Hal ini didukung oleh isu yang berkembang di masyarakat
bahwa kegiatan peternakan lebih merepotkan dan membutuhkan perhatian dan
tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan berkebun.
Sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 7,38% (q-t-q) bila
dibandingkan dengan kondisi pada triwulan II-2008. pertumbuhan di sektor
pertanian merupakan pertumbuhan tertinggi diantara sembilan sektor ekonomi.
Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub sektor kehutanan sebesar 22,50% (q-t-q)
diikuti oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 20,53% (q-t-q). Meskipun
memiliki share terbesar, pertumbuhan sub sektor perkebunan sebesar 0,45% (q-t-q)
merupakan pertumbuhan terendah diantara seluruh sub sektor pertanian.
Pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan dipengaruhi oleh musim panen
yang mulai dilaksanakan di beberapa daerah di Maluku Utara. Hal tersebut
tercermin dari nilai kredit perbankan kepada sektor pertanian yang pada periode
yang sama mengalami penurunan sebesar minus 3,28% (q-t-q).
Tabel 1.1
PDRB Maluku Utara Sektor Pertanian
III IV I II III 1. PERTANIAN 224,699.07 222,555.83 222,898.37 233,269.07 250,479.30 a. Tanaman Bahan Makanan 54,299.70 56,957.73 55,650.13 62,305.23 75,098.69 b. Tanaman Perkebunan 115,778.70 114,651.84 115,996.09 121,390.12 121,932.85 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 8,431.78 8,576.82 8,603.75 8,742.95 9,046.46 d. Kehutanan 14,619.62 13,468.55 13,824.46 11,073.42 13,565.09 e. Perikanan 31,569.27 28,900.90 28,823.95 29,757.36 30,836.21
2007 2008LAPANGAN USAHA
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 6
Sementara secara tahunan pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III-
2008 tercatat sebesar 11,47% (y-o-y). Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub
sektor tanaman bahan makanan (38,30%). Sementara sub sektor kehutanan dan
perikanan justru mengalami pertumbuhan minus sebesar minus 7,21% dan minus
2,32%. Penurunan tersebut disebabkan menurunnya jumlah perusahaan yang
bergerak di sub sektor kehutanan dibandingkan dengan periode triwulan III-2007
dan menurunnya aktivitas penangkapan dan hasil tangkapan ikan oleh nelayan
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Pertumbuhan Sektor Pertambangan & Penggalian pada triwulan III-2008
tercatat mengalami perlambatan sebesar minus 10,36% (q-t-q). Penurunan kinerja
tersebut tercermin dari penurunan kinerja sub sektor yang ada, yaitu sub sektor
pertambangan sebesar minus 10,25% dan sub sektor penggalian sebesar minus
11,45%. Penurunan tersebut terkait dengan penutupan perusahaan tambang PT.
Kemakmuran serta penurunan aktivitas penggalian pada saat pelaksanaan puasa
Ramadhan.
Sementara jika diamati secara tahunan, sektor pertambangan dan
penggalian mengalami pertumbuhan negatif yang lebih rendah, yaitu sebesar minus
2,54%. Penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian juga terjadi pada
seluruh sub sektor yang ada.
c. Sektor Industri Pengolahan
Setelah mengalami pertumbuhan yang negatif pada triwulan sebelumnya,
pada triwulan laporan sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan
triwulanan sebesar 4,09% (q-t-q). Hal ini disebabkan oleh naiknya produksi di sub
sektor industri tanpa migas menjelang hari besar yaitu bulan puasa dan lebaran
demikian pula dibagian makanan, minuman dan tembakau mengalami kenaikan
sebesar 5,26%. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan jumlah kebutuhan aneka pangan
menjelang hari raya Idul Fitri 1429 H, sementara komoditi barang, kayu dan hasil
hutan lainnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,68%.
Pertumbuhan yang positif pada sektor industri pengolahan secara dominan
dipengaruhi oleh perbaikan kinerja sub sektor kayu dan hasil hutan lainnya yang
pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar minus 13,315 (q-t-q)
peningkatan tersebut dipengaruhi oleh mogok kerja para sopir truk angkutan di
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 7
pulau Halmahera sudah tidak terjadi lagi pada triwulan laporan sehingga
transportasi kayu dan hasil hutan yang sebagian besar berada di pulau Halmahera
menjadi lebih lancar.
d. Sektor Listrik, Gas & Air bersih
Pemadaman listrik masih menjadi kejadian harian bagi sebagian besar
masyarakat di Maluku Utara. Demikian pula dengan pelayanan air bersih dari PDAM
setempat yang masih sering mengalami kemacetan. Meskipun demikian bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor listrik, gas dan air bersih
mengalami pertumbuhan sebesar 3,01% (q-t-q).
Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja PLN di daerah
dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus
0,72% menjadi 3,04% (q-t-q) pada kondisi tersebut dipengaruhi oleh perbaikan
beberapa pembangkit listrik yang sudah mulai terasa manfaatnya, disamping
penambahan pembangkit listrik baru, seperti pembangkit listrik tenaga hibrid (surya
dan diesel) di Pulau Meti, Halmahera Utara. Sementara kinerja sub sektor air bersih
relatif stabil pada kisaran 2 – 3 % (q-t-q).
e.Sektor Bangunan
Sektor bangunan pada periode laporan mengalami kontraksi sebesar minus
10,21% (q-t-q). Penurunan tersebut sejalan dengan penurunan kinerja sektor
pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor terkait. Beberapa faktor
yang diduga turut menurunkan kinerja sektor konstruksi adalah meningkatnya
harga bahan bangunan, meningkatnya biaya transportasi/pengiriman barang, serta
aktivitas pembangunan oleh pemerintah maupun swasta dan rumah tangga pada
saat pelaksanaan ibadah puasa dan hari raya.
Peningkatan harga bahan bangunan dapat diamati dengan peningkatan
kredit perbankan kepada sektor tersebut sedangkan kinerja sektor pada periode
yang sama justru mengalami kontraksi. Secara triwulanan kredit konstruksi
mengalami peningkatan sebesar 52,44% (q-t-q).
e. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Selama triwulan III-2008 mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,69% (q-
t-q). Pertumbuhan yang terjadi diikuti oleh pertumbuihan seluruh sub sektor yang
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 8
ada. Perdagangan besar dan eceran mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar
4,73% diikuti oleh pertumbuhan sub sektor hotel dan restoran masing-masing
sebesar 2,98% dan 1,35%. Membaiknya kinerja di sektor perdagangan, hotel dan
restoran diduga terkait dengan peningkatan kinerja di sektor pertanian serta
membaiknya kinerja angkutan dan komunikasi di daerah.
Peningkatan kinerja di sektor perdagangan tercermin pula dalam
peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat secara umum, kegiatan ekspor antar
pulau di Maluku Utara serta transportasi di daerah.
f. Sektor Pengangkutan dan komunikasi
Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi pada triwulan III-2008
sebesar 4,92%(q-t-q). Peningkatan kinerja tersebut tercermin dari peningkatan
seluruh sub sektor yang ada. Sub sektor pengangkutan memiliki nilai pertumbuhan
sebesar 4,28% sedangkan sub sektor pos dan telekomunikasi sebesar 6,25%.
Seluruh sarana angkutan yang ada juga mengalami pertumbuhan dengan
pertumbuhan tertinggi terjadi pada moda angkutan sungai, danau dan
penyeberangan sebesar 20,33% dan pertumbuhan terendah terjadi pada angkutan
jalan raya yang tercatat hanya mengalami pertumbuhan sebesar 1,79%.
Peningkatan kinerja seluruh angkutan transpotasi yang ada diperkirakan terjadi
akibat kenaikan permintaan terutama karena datangnya waktu liburan sekolah pada
saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri serta dibukanya jalur baru kapal fery dengan
rute pelayanan Daruba - Tobelo.
Disisi lain, sub sektor komunikasi mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,25%
(q-t-q). Semakin gencarnya promosi tarif murah baik untuk pengiriman pesan
singkat (sms) maupun biaya percakapan telepon serta semakin maraknya merk alat
komunikasi dan sarana pendukung turut menjadi pemicu meningkatnya permintaan
masyarakat terhadap telepon seluler. Beroperasinya telepon tetap yang mobile
(flexy) diwilayah kotamadya Ternate semakin menarik minat masyarakat untuk
menggunakan sarana telepon tersebut. Peningkatan kinerja pos dan telekomunikasi
juga dipengaruhi oleh peningkatan pengiriman melalui jasa posindo serta
meningkatnya silaturahmi melalui sarana komunikasi baik melalui pesan singkat
maupun sambungan langsung.
Sehubungan dengan Peraturan Pemerintah; Menteri Komunikasi dan
Informatika No. 06/M.KOMINFO/5/2005 bahwa nomor telepon di Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 9
selain kode area harus terdiri dari 7 angka (digit), maka PT. Telkom melakukan
perubahan semua nomor telepon yang berlaku mulai tanggal 1 November 2008.
Tabel 1.2 Perubahan Nomor Telepon di Wilayah Maluku Utara
Lokasi Nomor Lama Nomor Baru
Ternate 21.xxx
22.xxx
23.xxx
24.xxx
25.xxx
326.xxx
327.xxx
328.xxx
3121.xxx
3122.xxx
3123.xxx
3124.xxx
3125.xxx
3126.xxx
3127.xxx
3128.xxx
Soa Siu 61.xxx
62.xxx
3161.xxx
3162.xxx
Jailolo 21.xxx 2221.xxx
Morotai 21.xxx 2221.xxx
Tobelo 21.xxx 2621.xxx
Galela 611.xxx 2611.xxx
Labuha 21.xxx
22.xxx
2321.xxx
2322.xxx
Sanana 21.xxx 2221.xxx
Mangole 61.xxx 2261.xxx
Sumber: PT. Telkom cabang Ternate
g. Sektor Keuangan
Pada triwulan III-2008 sektor keuangan mengalami pertumbuhan sebesar
2,62% (q-t-q) atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,34%. Meskipun
pertumbuhan yang terjadi di sektor keuangan cukup moderat, tetapi sektor ini
mampu menjaga trend kenaikan yang sudah terjadi dari awal tahun 2007.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pertumbuhan sub sektor perbankan
sebesar 6,02% dan lembaga keuangan non bank sebesar 6,20%. Peningkatan
jumlah kantor layanan nasabah maupun sarana transkasi keuangan yang ada di
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 10
Maluku Utara semakin mendekatkan dunia perbankan kepada masyarakat. Dengan
demikian masyarakat akan lebih merasakan manfaat dari produk dan jasa layanan
yang disediakan oleh perbankan. Kondisi ini juga sejalan dengan membaiknya
beberapa indikator utama kinerja perbankan seperti tingkat kredit, aktiva perbankan
serta kualitas kredit yang disalurkan. Sementara kehadiran beberapa lembaga
asuransi baru di wilayah Maluku Utara turut mendongkrak kinerja lembaga
keuangan non bank.
Pertumbuhan terendah dialami oleh sub sektor sewa bangunan sebesar
1,14% (q-t-q). Kondisi tersebut sejalan dengan penurunan kinerja di sektor
bangunan sehingga harga sewa bangunan menjadi relatif lebih mahal. Disamping
itu semakin banyaknya hotel yang beroperasi di wilayah Maluku Utara membuat
harga sewa kamar yang ditawarkan menjadi semakin kompetitif.
h. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa meliputi jasa pemerintahan, jasa hiburan, jasa sosial
kemasyarakatan dan jasa swasta termasuk jasa perorangan. Pada triwulan III-2008
sektor ini mengalami kontraksi tingkat pertumbuhan sebesar minus 3,96% (q-t-q).
Penurunan tersebut dipengaruhi oleh penurunan kinerja jasa administrasi
pemerintahan dan pertahanan sebesar minus 6,55% (q-t-q). Beberapa faktor yang
diduga menurunkan kinerja pemerintahan umum adalah berakhirnya tugas aparat
BKO dari jakarta sebagai penambahan pengamanan di Maluku Utara, kondisi
keamanan di daerah yang relatih terkendali serta menurunnya aktivitas pelayanan
administrasi pemerintahan selama bulan puasa.
Di sisi lain kinerja jasa-jasa swasta justru mengalami peningkatan sebesar
3,31% (q-t-q). Jasa perorangan dan rumah tangga mendominasi pertumbuhan jasa
swasta sebesar 5,08%.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 11
Tabel 1.3 PDRB Sektoral Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
I II III IV I II III 1. PERTANIAN 210,638.09 212,298.67 224,699.07 222,555.83 222,898.37 233,269.07 250,479.30 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 29,323.07 31,890.69 31,089.36 31,105.75 32,762.13 33,801.59 30,298.50 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 92,959.86 92,287.22 92,814.57 93,419.29 90,272.95 81,173.75 84,496.83 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,112.98 3,140.80 3,171.91 3,199.79 3,157.16 3,176.49 3,272.15 5. BANGUNAN 9,522.63 9,885.55 10,591.71 10,704.06 10,084.06 11,526.55 10,349.63 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 148,972.46 151,570.57 157,031.85 161,714.46 158,838.76 165,951.24 173,735.71 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 44,749.03 45,455.24 46,698.22 48,734.98 49,125.14 51,102.31 53,618.60 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 20,507.71 20,636.84 20,994.91 21,555.82 21,760.73 22,923.25 23,524.17 9. JASA-JASA 47,404.00 48,540.08 48,831.71 49,366.35 48,996.66 52,379.84 50,304.79 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 607,189.83 615,705.67 635,923.31 642,356.32 637,895.95 655,304.09 680,079.67
2007 2008LAPANGAN USAHA
1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Permintaan
Dilihat dari sisi permintaan terhadap barang dan jasa, pertumbuhan
ekonomi daerah pada triwulan III-2008 sebesar 3,78% (q-t-q) tercermin dari
peningkatan interaksi antar pelaku ekonomi di daerah. Pertumbuhan tertinggi
dialami oleh konsumsi rumah tangga yang tercatat sebesar 4,79%. Peningkatan
kinerja beberapa komponen permintaan di masyarakat sedikit tertahan dengan
penurunan kinerja pelaku ekonomi antar daerah. kontraksi terbesar dialami oleh
kegiatan ekspor barang dan jasa sebesar minus 3,79% (q-t-q).
Grafik 1.4 Perkembangan PDRB Penggunaan
Triwulan III-2008
-5
0
5
10
15
20
Kons. RT Kon. SWS Kons. Pemth Invest Ekspor Impor Inventory
y-o-y q-t-q%
Rp juta
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 12
a. Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga selama triwulan III-2008 mengalami peningkatan
sebesar 4,79% (q-t-q) sehingga pada triwulan laporan secara nominal tercatat
sebesar Rp520,49 miliar. Konsumsi masyarakat terhadap barang makanan dan non
makanan mengalami peningkatan dengan besaran masing-masing 4,97% dan
4,51%. Peningkatan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain peningkatan kinerja sektor pertanian yang merupakan sumber pendapatan
utama sebagian besar penduduk Maluku Utara, peningkatan kebutuhan masyarakat
menjelang hari raya Idul Fitri, relatif lancarnya distribusi barang dengan perbaikan
kinerja transportasi di daerah serta peningkatan kredit konsumsi perbankan.
Konsumsi rumah tangga memiliki porsi sebesar 76,53% dari total
penggunaan sumber daya pada triwulan laporan. Bila diamati lebih mendalam
meskipun tingkat pertumbuhan kedua komponen konsumsi hampir sama besar
akan tetapi konsumsi masyarakat terhadap barang makanan memiliki porsi sebesar
61,60% dari total konsumsi rumah tangga. Hal ini mengindikasikan bahwa
masyarakat Maluku Utara masih memiliki orientasi utama pada pemenuhan
kebutuhan pokok.
b. Pengeluaran Pemerintah dan Lembaga Swasta Nirlaba
Nilai konsumsi pemerintah pada triwulan III-2008 menunjukkan peningkatan
sebesar 4,57% (q-t-q) sedangkan konsumsi lembaga swasta hanya mengalami
kenaikan sebesar 1,97%(q-t-q). Peningkatan konsumsi pemerintah selain didukung
oleh peningkatan anggaran belanja dalam APBD 2008 juga didukung oleh kenaikan
gaji pegawai negeri sipil, penerimaan CPNS serta pembayaran gaji ke-13 yang
dibayarkan di tengah triwulan laporan. Pelaksanaan beberapa proyek pembangunan
yang sempat tertunda pada triwulan sebelumnya juga turut mendongkrak kinerja
konsumsi pemerintah.
Lembaga swasta nirlaba yang tercatat di kantor BPS Provinsi Maluku Utara
sampai akhir triwulan laporan masih belum mengalami perubahan, yaitu berjumlah
137 buah. Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua lembaga yang tercatat
tersebut memiliki aktivitas yang rutin (intensitas kegiatanya tidak terjaga). Bebrapa
lembaga tersebut menggantungkan kegiatan yang dilaksanakan pada
pengalokasian dana sumbangan dari pemerintah daerah ataupun dari instansi lain.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 13
Dengan tingkat kemandirian finansial yang masih rendah maka perkembangan
konsumsi lembaga swasta tersebut juga relatif rendah.
Secara tahunan konsumsi pemerintah daerah mengalami pertumbuhan
sebesar 10,18% sementara konsumsi lembaga swasta hanya tumbuh sebesar
1,64%. Kondisi ini menunjukkan agresifitas pengembangan lembaga swasta masih
belum banyak mengalami perubahan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Disisi
lain peningkatan konsumsi pemerintah yang cukup tinggi perlu memdapatkan
perhatian serius. Apalagi di era reformasi sekarang banyak temuan kasus korupsi di
lembaga pemerintahan.
c. Investasi
Kegiatan investasi di daerah yang tergambar dari nilai pembentukan modal
tetap bruto pada triwulan III-2008 mengalami peningkatan sebesar 3,54% atau
secara nominal tercatat sebesar Rp39,82 miliar. Meskipun sektor pertambangan dan
penggalaian pada periode yang sama mengalami penurunan kinerja, pertumbuhan
investasi di sektor lainnya masih mampu mendorong peningkatan investasi daerah.
Secara triwulanan kredit perbankan daerah guna membiayai kegiatan
investasi pada triwulan III-2008 juga mengalami peningkatan. Disamping biaya
investasi yang semakin meningkat peningkatan nilai kredit tersebut juga
mengindikasikan terjadinya investasi baru di daerah.
Secara tahunan kegiatan investasi di daerah pada triwulan III-2008
mengalami pertumbuhan sebesar 9,23% bila dibandingkan dengan kegiatan
investasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Kepastian hukum yang
semakin ditingkatkan baik ditingkat nasional maupun daerah, pelayanan
pengurusan izin investasi di daerah yang semakin cepat dengan dilaksanakannya
program pelayanan satu atap (Sintap) serta meningkatnya kepercayaan masyarakat
dan kalangan pengusaha terhadap prospek perekonoian Maluku Utara diperkirakan
menjadi penggerak pertumbuhan investasi tahunan.
d. Ekspor dan Impor
Pada triwulan III-2008 kinerja ekspor dan impor Provinsi Maluku Utara secara
umum menunjukkan adanya penurunan. Kondisi tersebut sedikit berbeda dengan
pertumbuhan yang terjadi pada sektor pengangkutan, perdagangan, hotel dan
restoran serta pertanian.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 14
Pada triwulan laporan kegiatan ekspor secara umum mengalami kontraksi
sebesar minus 3,79% (q-t-q). Penurunan kinerja ekspor tersebut dipicu oleh
kegiatan ekspor ke luar negeri yang tercatat mengalami kontraksi sebesar minus
4,94% sementara kegiatan ekspor antar pulau justru mengalami peningkatan
sebesar 1,37%. Penurunan ekspor ke luar negeri dipengaruhi oleh penurunan
permintaan terhadap barang tambang sebagai komoditas yang mendominasi kinerja
ekspor daerah. hal ini sejalan dengan penurunan kinerja sektor pertambangan dan
penggalian pada periode yang sama.
Secara tahunan ekspor Maluku Utara mengalami kenaikan sebesar 6,12%
(y-o-y). Berbeda dengan perkembangan triwulanan, ekspor luar negeri secara
tahunan justru mengalami peningkatan sedangkan ekspor antar pulau yang
mengalami penurunan.
Kegiatan impor yang dilakukan pelaku ekonomi di daerah pada triwulan
laporan mengalami kontraksi sebesar minus 2,33% (q-t-q). Penurunan kinerja impor
terjadi pada semua sub kegiatan impor yang ada. Penurunan tertinggi dialami oleh
kegiatan impor luar negeri, yaitu sebesar minus 4,67% sedangkan impor antar
pulau hanya mengalami kontraksi sebesar minus 2,06%. Kelesuan di sektor
bangunan memberikan andil besar terhadap penurunan kegiatan impor antar
daerah karena sebagian besar bahan bangunan didatangkan dari luar daerah.
Berdasarkan data BPS Maluku Utara, Ekspor Maluku Utara pada Triwulan III-
2008 mencapai sebesar Rp251,04 miliar, sedangkan nilai impor mencapai sebesar
Rp154,23 miliar sehingga terjadi net ekspor sebesar Rp96,82 miliar. Kondisi net
ekspor ini dipengaruhi oleh komoditas ekspor utama Maluku Utara yang berupa
barang tambang (nikel dan emas) sementara kegiatan impor yang dilakukan
sebagian besar hanya mendatangkan barang kebutuhan pokok yang secara
ekonomis nilainya jauh dibawah komoditas ekspor tersebut.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro 15
Tabel 1.4 PDRB Penggunaan Maluku Utara
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
I II III IV I II IIIKons. RT 458,720.61 464,018.46 473,969.00 494,149.55 489,736.35 496,693.68 520,491.48 Kon. SWS 6,027.18 6,056.68 6,078.59 6,047.98 5,986.47 6,058.68 6,178.22 Kons. Pemth 138,075.00 140,498.57 156,848.78 160,237.89 147,216.88 165,256.56 172,815.47 Invest 32,586.19 32,983.94 36,458.16 37,357.25 35,267.89 38,464.28 39,824.61 Ekspor 238,339.67 240,167.20 236,573.43 242,142.89 247,033.91 260,927.59 251,041.33 Impor 136,093.82 138,340.60 140,256.90 148,442.22 148,746.97 157,913.14 154,226.20 Inventory (130,465.00) (129,678.57) (133,747.75) (149,137.02) (138,598.58) (154,183.56) (156,045.24) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 607,189.83 615,705.67 635,923.31 642,356.32 637,895.95 655,304.09 680,079.67
PENGGUNAAN2007 2008
Rp JUTA
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
16
BOX 1
PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DI HALMAHERA UTARA
Halmahera Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Maluku
Utara yang dimekarkan pada tanggal 31 Mei 2003. Kabupaten Halmahera Utara
terdiri dari 9 kecamatan dan 173 desa dengan Tobelo sebagai ibukota kabupaten.
Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari sebagian Halmahera
bagian utara dan beberapa pulau besar dan kecil disekitarnya seperti Kao, Galela,
Morotai Utara, Morotai Selatan, Loloda dan Malifut.
Meskipun tergolong kabupaten yang baru, Halmahera Utara sudah
memiliki pandangan ke depan mengenai perekonomian daerah. Halmahera Utara
memiliki visi untuk menjadi kabupaten kelapa di Indonesia, dengan misi
mewujudkan Halmahera Utara sejahtera dan berbudaya. Penetapan visi dan misi
tersebut didukung oleh ketersediaan lahan pertanian di daerah serta besarnya
produksi dari masing-masing komoditas.
Tabel 1.5 Perbandingan Luas Areal dan Produksi
Beberapa Komoditas Perkebunan Di Halmahera Utara
Komoditas Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
kelapa 55,764 71,324 kakao 6,465 299 pala 2,582 958 cengkeh 3,180 367 kopi 507 94 lada 16 2 panili 273 3
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
17
Penetapan visi dan misi Kabupaten Halmahera Utara sebagai kabupaten
kelapa tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan komoditas lain di
wilayah Halmahera Utara. Ir. Hein Namotemo MSP selaku Bupati Halmahera Utara
memandang bahwa pengembangan komoditas lain sebagai komoditas
pendamping sangat mungkin dikembangakan. Salah satu komoditas yang saat ini
mulai dikembangkan adalah jagung.
Pada tahun 2008 pemerintah daerah menargetkan realisasi penanaman
jagung seluas 2500 Ha. Pada rencana musim tanam I ditergetkan seluas 382 Ha
dengan luas panen tahap I diprediksikan mencapai 187,5 Ha di daerah Kusuri,
kemudian disusul pelaksanaan panen di tiga kecamatan yaitu: Malifut seluas 20
Ha, Kao seluas 10 Ha dan Galela seluas 33 Ha. Dengan perkiraan sementara
bahwa produktivitas per hektar mencapai 8 ton jagung kering pipil dan harga jual
mencapai Rp1.250/kg maka petani akan memperoleh pendapatan kotor sebesar
Rp10.000.000/hektar. Pada panen perdana di daerah Kusuri bulan Juli 2008
produktivitas jagung ternyata melebihi perkiraan semula. Sesuai penjelasan dari Ir.
Johni Banne selaku Kepala Dinas Pertanian Halut bahwa produktivitas panen
jagung di Kususri mencapai 11,34 ton/Ha.
Selain mendapat dukungan dari pemerintah daerah, hal lain yang tak
kalah menggembirakan adalah PT. Comexindo International, Jakarta yang
merupakan pembeli berkunjung ke Halmahera Utara. Lebih jauh lagi panen
jagung di wilayah Halmahera Utara dinilai memiliki produktivitas tertinggi di
wilayah Indonesia.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
18
Kebijakan pengembangan jagung di Halmahera Utara mengedepankan
pengembangan pembangunan sistem dan usaha agrobisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Sampai saat ini telah terdapat
beberapa sentra produksi di wilayah Halmahera Utara, diantaranya sentra produksi
Tobelo dengan pusat pengembangan Kususri; sentra produksi Kao dengan pusat
pengembangan HTI Gamlaha; sentra produksi Malifut dengan pusat
pengembangan KM 9 Desa Tafasoho; sentra produksi Galela dengan pusat
pengembangan Global Ngidiho dan sentra produksi Morotai Selatan dengan pusat
pengembangan KM 4 Desa Daruba.
Dengan program pengembangan jagung sebagai pendamping komoditas
kelapa, masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan dan meningkatkan
kesejahteraannya terutama para petani.
Grafik 1.5
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Di wilayah Maluku Utara
Tahun 2008
91
92
93
94
95
96
97
98
99
Jan Feb mar Apr May Jun Jul
%
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
19
Upaya peningkatan sub sektor tanaman perkebunan turut meningkatkan
kinerja sektor pertanian daerah. Kondisi tersebut tergambar dari peningkatan
kinerja sektor pertanian dalam PDRB Maluku Utara dari triwulan ke triwulan.
Akan tetapi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
pengembangan pertanian tersebut masih mengalami beberapa kendala.
Pengembangan pemasaran produk pertanian, proses pengeringan jagung yang
sebagian besar masih tergantung pada sinar matahari (ketergantungan terhadap
cuaca), semangat petani di daerah yang relatif labil serta penanganan pasca
produksi guna meningkatkan nilai ekonomis produk masih perlu ditingkatkan.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
20
Perkembangan Inflasi Regional
2.1 Gambaran Umum
Tekanan inflasi kota Ternate pada Triwulan III 2008 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan II 2008 maupun periode yang
sama pada tahun 2007. Kondisi tersebut terjadi sebagai akumulasi kenaikan harga
komoditas dunia, kenaikan harga BBM, buruknya jalur distribusi dari daerah
pasokan serta buruknya cuaca yang terjadi di dua triwulan terakhir. Laju inflasi
tahunan yang dicatat kota Ternate pada dua triwulan terakhir lebih tinggi
dibandingkan dengan laju inflasi Nasional. Hal ini berbeda dengan laju inflasi yang
dicatat pada periode tahun 2007 yang rata-rata masih dibawah nasional. Kondisi ini
menunjukan bahwa pengaruh shock gejolak harga secara global dan nasional
mempunyai dampak yang lebih besar terhadap inflasi karena faktor-faktor
pembentuk harga di kota Ternate yang lebih variatif dibandingkan dengan daerah
lainnya di Indonesia terutama permasalahan biaya distribusi.
Grafik 2.1
Pada Triwulan III 2008 inflasi tahunan (y.o.y) kota Ternate mencapai 16,63%
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya tercatat sebesar
6,78% dan inflasi yang dicatat triwulan II 2008 sebesar 12,25%. Dengan tingginya
Bab II
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2004 2005 2006 2007 2008
YoY Nas
YOY Ternate
PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN KOTA TERNATE DAN NASIONAL
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
21
tekanan terhadap inflasi dari sisi eksternal berupa kenaikan harga-harga komoditas
dan dari sisi internal berupa kegagalan panen komoditas tanaman bahan makanan
seperti sayur-sayuran dan rendahnya produksi ikan tangkap perlu mendapatkan
perhatian pemerintah daerah. Meskipun sangat sulit mencapai besaran inflasi dalam
kisaran 6% ±1% hingga akhir tahun sebagaimana yang terjadi pada tahun 2007
diharapkan dalam waktu 3 bulan kedepan diharapkan inflasi dapat ditekan pada
kisaran 15% ±1%. Hal ini mungkin saja terjadi melihat kondisi musim yang sudah
mulai kondusif sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan produksi komoditas
sayur-sayuran dan ikan segar sehingga dapat menekan laju inflasi pada akhir tahun.
2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas
Pada triwulan laporan secara tahunan semua kelompok barang dan jasa
mengalami inflasi terutama didominasi oleh kelompok bahan makanan, kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan, serta kelompok makanan jadi yang rata-
rata mengalami laju inflasi diatas 10%.
Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Komoditas
Kelompok Pengeluaran m-t-m q-t-q y-t-d y-o-y
UMUM 1.55 4.30 12.29 16.63Bahan makanan 3.85 7.48 21.55 38.73Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1.31 4.54 9.18 9.95Perumahan, listrik, gas, air, dan bahan bakar 0.90 1.83 12.47 13.78Sandang 1.81 2.15 4.18 5.41Kesehatan -1.13 0.16 1.04 -0.57Pendidikan, Rekreasi dan olah raga 0.03 13.40 12.93 12.72Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0.01 2.02 6.01 6.73
Laju pertumbuhan inflasi tertinggi di daerah terjadi pada kelompok bahan
makanan baik secara tahunan, kumulatif, triwulanan maupun bulanan yang masing-
masing mencatat angka 38,73% (y.o.y), 21,55% (y.t.d), 7,48% (q.t.q), 3,85%
(m.t.m). Tingginya laju inflasi pada kelompok ini terjadi lebih diutamakan oleh
buruknya musim akibat hujan yang terjadi sepanjang triwulan laporan sehingga
menyebabkan penurunan produksi ikan tangkap dan tanaman bahan makanan
terutama sub kelompok sayur-sayuran dan kacang-kacangan ditambah oleh
terganggunya jalur distribusi di Trans Halmahera sebagai pemasok utama
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
22
kebutuhan komoditas sayur-sayuran kota Ternate. Kelompok selanjutnya yang
mengalami laju inflasi tertinggi setelah kelompok bahan makanan adalah kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mencatat laju inflasi sebesar
16,32%(y.o.y). Laju inflasi pada kelompok ini terjadi karena kenaikan harga BBM
bersubsidi pada bulan Mei 2008 yang sangat berpengaruh pada sub kelompok
transpor yang pada bulan September 2008 mencatat laju inflasi sebesar 29,16%
(y.o.y) sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan dengan yang dicatat pada
bulan Juni dan Juli 2008 sebesar 29,19%.
2.3 Inflasi Berdasarkan Sub Kelompok Komoditas
Berdasarkan sub kelompok, komoditas sayur-sayuran mencatat laju
pertumbuhan tertinggi secara tahunan (y.o.y) yakni sebesar 87,55%. Tingginya
inflasi pada sub kelompok komoditas ini terjadi karena buruknya cuaca sehingga
mengakibatkan gagal panen dari daerah pemasok komoditas tersebut di kota
Ternate.
Tabel 2.2
Ranking Inflasi Sub kelompok Komoditas Triwulan III 2008
Sub Kelompok Komoditas YOY SubKelompok Komoditas YTD
Sayur-sayuran 87.55 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 158.74Ikan Segar 78.90 Sayur-sayuran 44.16Kacang - kacangan 44.09 Ikan Diawetkan 43.09Ikan Diawetkan 40.20 Kacang - kacangan 40.98Buah - buahan 30.95 Ikan Segar 34.98Daging dan Hasil-hasilnya 30.48 Buah - buahan 28.93Pendidikan 24.02 Pendidikan 24.02Lemak dan Minyak 22.65 Daging dan Hasil-hasilnya 17.39Bumbu - bumbuan 20.17 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 16.77Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 17.46 Transpor 15.26Transpor 16.28 Biaya Tempat Tinggal 14.29Biaya Tempat Tinggal 15.29 Lemak dan Minyak 12.20Sarana dan Penunjang Transpor 13.80 Makanan Jadi 11.77Makanan Jadi 13.54 Penyelenggaraan Rumahtangga 11.49Bahan Bakar, Penerangan dan Air 13.17 Sarana dan Penunjang Transpor 10.19Penyelenggaraan Rumahtangga 9.43 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 10.16Sandang Laki-laki 8.14 Tembakau dan Minuman Beralkohol 8.19Tembakau dan Minuman Beralkohol 8.07 Kursus-kursus / Pelatihan 7.01Barang Pribadi dan Sandang Lain 7.34 Perlengkapan Rumahtangga 5.30Perlengkapan Rumahtangga 7.26 Sandang Laki-laki 5.23Sumber: BPS
Sub kelompok ikan segar selanjutnya mencatat laju pertumbuhan tertinggi
(y.o.y) dengan laju pertumbuhan sebesar 78,90%.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
23
Pada Sub kelompok transpor yang terkena dampak kenaikan Bahan Bakar
Minyak (BBM) bersubsidi pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi
sebesar 16,28% (y.o.y) dan 15,26% (y.t.d).
Sub kelompok komoditas komunikasi dan pengiriman adalah sub kelompok
yang mengalami pertumbuhan terendah baik secara tahunan maupun secara
kumulatif yakni tercatat sebesar minus14,34%(y.o.y) dan minus 14,34% (y.t.d).
Perang tarif komunikasi antara operator penyelenggara GSM yang terjadi saat ini
menjadi penyebab rendahnya laju inflasi pada sub kelompok komunikasi.
Tabel 2.3
Laju inflasi terendah berdasarkan Sub kelompok Komoditas Triwulan III 2008
Pada kelompok komoditas bahan makanan tercatat inflasi sebesar 38,73%
(y.o.y) dengan sub kelompok sayur-sayuran dan ikan segar mencatat pertumbuhan
tertinggi.
Tabel 2.4
IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan
m-t-m q-t-q y-t-d y-o-yPadi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0.10 -0.04 3.82 6.10Daging dan Hasil-hasilnya 9.82 15.32 17.39 30.48Ikan Segar 5.60 12.65 34.98 78.90Ikan Diawetkan 14.48 17.86 43.09 40.20Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1.92 6.21 16.77 17.46Sayur-sayuran 10.66 16.85 44.16 87.55Kacang - kacangan -2.57 2.53 40.98 44.09Buah - buahan 5.67 9.06 28.93 30.95Bumbu - bumbuan -2.15 0.72 3.27 20.17Lemak dan Minyak -3.04 -6.07 12.20 22.65Bahan Makanan Lainnya -0.23 0.37 0.99 5.03Bahan Makanan 3.85 7.48 21.55 38.73Sumber: BPS
Sub Kelompok September 2008
Sub Kelompok Komoditas YOY SubKelompok Komoditas YTDKomunikasi Dan Pengiriman -14.34 Komunikasi Dan Pengiriman -14.34Olahraga -11.08 Olahraga -3.25Obat-obatan -4.66 Jasa Kesehatan -1.14Jasa Kesehatan -3.65 Jasa Perawatan Jasmani -0.76Jasa Perawatan Jasmani -1.87 Obat-obatan 0.07Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0.64 Bahan Makanan Lainnya 0.99Sumber: BPS
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
24
Pada kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sub kelompok makanan jadi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 13,54%.
Tabel 2.5
IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
m-t-m q-t-q y-t-d y-o-yMakanan Jadi 2.22 4.52 11.77 13.54Minuman yang Tidak Beralkohol 1.08 2.96 3.02 2.62Tembakau dan Minuman Beralkohol 0.00 5.28 8.19 8.07Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.31 4.54 9.18 9.95Sumber: BPS
Sub Kelompok September 2008
Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sub kelompok
biaya tempat tinggal mencatat pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 15,29% (y.o.y).
Tabel 2.6 IHK dan Perkembangan Inflasi
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
m-t-m q-t-q y-t-d y-o-yBiaya Tempat Tinggal 1.05 2.39 14.29 15.29Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0.05 0.00 10.16 13.17Perlengkapan Rumahtangga 1.33 1.24 5.30 7.26Penyelenggaraan Rumahtangga 1.52 2.39 11.49 9.43Perumahan, Listrik Air, Gas & BB 0.90 1.83 12.47 13.78Sumber: BPS
Kelompok September 2008
Pada Kelompok sandang sub kelompok barang pribadi dan sandang laki-laki
mencatat pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 8,14% (y.o.y).
Tabel 2.7 IHK dan Perkembangan Inflasi
Kelompok Sandang
m-t-m q-t-q y-t-d y-o-ySandang Laki-laki 1.25 1.80 5.23 8.14Sandang Wanita 3.43 3.84 4.73 1.80Sandang Anak-anak 1.87 3.50 2.99 4.04Barang Pribadi dan Sandang Lain 0.49 -1.08 2.69 7.34Sandang 1.81 2.15 4.18 5.41Sumber: BPS
Kelompok September 2008
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
25
Pada kelompok kesehatan semua sub kelompok mengalami deflasi, sub
kelompok obat-obatan mencatat deflasi terendah yaitu sebesar minus 4,66%
(y.o.y).
Tabel 2.8 IHK dan Perkembangan Inflasi
Kelompok Kesehatan
m-t-m q-t-q y-t-d y-o-yJasa Kesehatan 0.00 -1.06 -1.14 -3.65Obat-obatan -5.37 -1.23 0.07 -4.66Jasa Perawatan Jasmani 0.00 -0.38 -0.76 -1.87Kesehatan -1.13 0.16 1.04 -0.57Sumber: BPS
Kelompok September 2008
Pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sub kelompok pendidikan
mencatat pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 24,02% (y.o.y).
Tabel 2.9 IHK dan Perkembangan Inflasi
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
m-t-m q-t-q y-t-d y-o-yPendidikan 0.00 24.01 24.02 24.02Kursus-kursus / Pelatihan 2.56 7.01 7.01 7.00Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0.00 0.33 1.14 0.64Rekreasi 0.00 4.89 3.01 3.19Olahraga 0.00 -5.20 -3.25 -11.08Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0.03 13.40 12.93 12.72Sumber: BPS
Kelompok September 2008
Pada kelompok transpor, komunikasi dan Jasa Keuangan mencatat inflasi
tahunan sebesar 6,73%(y-o-y). Sub kelompok transport mencatat pertumbuhan
tertinggi yakni sebesar 16,28% (y.o.y) dan 15,26% (y.t.d). Tingginya laju inflasi
pada kelompok ini dapat ditekan oleh deflasi pada sub kelompok komunikasi dan
pengiriman mencatat pertumbuhan terendah yakni sebesar minus 14,63% (y.o.y)
dan minus 14,34% (y.t.d). Rendahnya inflasi pada sub kelompok ini disebabkan
oleh penurunan permintaan terhadap fixed telephone dan rendahnya tarif
telephone selular terutama GSM akibat persaingan tarif antar operator.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
26
Tabel 2.10 IHK dan Perkembangan Inflasi
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
m-t-m q-t-q y-t-d y-o-yTranspor 0.02 2.84 15.26 16.28Komunikasi Dan Pengiriman 0.00 0.00 -14.34 -14.34Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 10.19 13.80Jasa Keuangan 0.00 2.55 5.17 5.17Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.01 2.02 6.01 6.73Sumber: BPS
Kelompok September 2008
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 27
Perkembangan Moneter dan Perbankan
Pertumbuhan ekonomi triwulanan yang terjadi di daerah Maluku Utara pada
triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 3,78% (q-t-q) diiringi adanya perbaikan
beberapa indikator utama kinerja perbankan daerah. Secara triwulanan jumlah uang
beredar secara total menunjukkan adanya penurunan, akan tetapi bila dilihat lebih
rinci melalui pendekatan uang giral dan uang kuasi terjadi pertumbuhan yang lebih
bervariasi. Pada triwulan laporan uang giral menunjukkan adanya pertumbuhan
yang negatif sementara uang kuasi mengalami pertumbuhan yang positif.
Kinerja perbankan daerah (Bank umum konvensional dan Syariah serta BPR)
secara umum juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Nilai
aset perbankan, nilai intermediasi perbankan (penyaluran kredit) serta kualitas kredit
(NPL’s) mengalami perbaikan meskipun dana pihak ketiga yang dikelola oleh
perbankan mengalami penurunan. Pertumbuhan kredit yang lebih besar dari
pertumbuhan penghimpunan dana tercermin dari rasio kredit terhadap dana
masyarakat yang berhasil diterima oleh pihak perbankan atau LDR (loan to Deposit
Ratio) pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Perkembangan penyaluran
kredit oleh perbankan juga diiringi dengan membaiknya kualitas pendanaan yang
dilakukan. Kondisi tersebut tercermin dari rasio NPL’s (Non Performing Loans)
perbankan secara umum yang menunjukkan adanya penurunan.
Penggunaan jasa perbankan oleh masyarakat guna menyelesaikan transaksi
ekonomi baik secara tunai maupun non tunai juga mengalami peningkatan. Salah
satu indikatornya adalah meningkatnya nilai kliring perbankan melalui sistem kliring
nasional yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia serta aliran uang kartal melalui
perbankan. Kondisi tersebut cukup realistis mengingat pertumbuhan ekonomi
daerah juga mengalami peningkatan sehingga dapat diasosiasikan dengan
peningkatan nilai transaksi keuangan. Meskipun demikian, penyelesaian transaksi
keuangan melalui perbankan di wilayah Maluku Utara juga menunjukkan kualitas
transaksi yang cukup baik. Hal ini tercermin dari tidak adanya laporan/temuan
transaksi ekonomi yang menggunakan uang palsu di wilayah Maluku Utara selama
Bab III
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 28
beberapa tahun terakhir. Penemuan penyelesaian transaksi tunai dengan
menggunakan uang palsu terakhir kali ditemukan di Provinsi Maluku Utara pada
tahun 2005.
Tabel 3.1 Indikator Perbankan di Maluku Utara
DPK (Rp.Triliun) Kredit LDR NPL's
I 2.15 0.70 32.44% 4.29%II 2.21 0.78 35.17% 4.15%III 2.29 0.84 36.73% 3.51%IV 2.62 0.86 32.89% 3.38%I 2.67 0.92 34.43% 3.73%II 2.69 1.05 39.10% 3.47%III 2.66 1.19 44.69% 3.41%
S umber: Bank Indones ia
2007
2008
Periode
3.1 Perkembangan Moneter
Perkembangan moneter di wilayah Maluku Utara pada triwulan III-2008
dapat diamati dengan melihat indikator jumlah uang beredar dalam perekonomian
setempat yang dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan uang giral dan
uang kuasi. Secara keseluruhan, jumlah uang beredar di Provinsi Maluku Utara
secara triwulan (q-t-q) mengalami penurunan sebesar minus 1,34%. Total uang
beredar dalam perekonomian daerah pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,66
trilyun.
Pada triwulan III-2008 jumlah uang giral mengalami penurunan sebesar
minus 3,80% (q-t-q) atau mengalami penurunan sebesar Rp36,26 miliar.semenara
jumlah uang kuasi pada triulan laporan mengalami peningkatan sebesar 0,01%
atau sebesar Rp0,25 miliar. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama triwulan
laporan tidak tercermin dalam perkembangan uang giral dan kuasi di wilayah
Maluku Utara. Penurunan jumlah uang beredar (uang giral dan uang kuasi) secara
keseluruhan dipengaruhi oleh preferensi masyarakat lebih menyukai pembayaran
secara tunai (menggunakan uang kartal).
Pembayaran gaji ke 13 pada triwulan III-2008 tidak mampu mendongkrak
jumlah besaran moneter. Menigkatnya kebutuhan uang tunai menjelang perayaan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 29
ibadah puasa maupun hari raya Idul Fitri yang terjadi pada triwulan laporan serta
pembayaran dana kompensasi BBM yang dilakukan secara tunai kepada masyarakat
turut mempegaruhi perkembangan besaran moneter pada triwulan laporan.
Grafik 3.1 Perkembangan Besaran Moneter Daerah
-200 400 600 800
1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
I II III IV I II III
2007 2008
Uang Giral Uang KuasiRp. Miliar
3.2 Perkembangan Perbankan
Pada Triwulan III-2008, kinerja perbankan di daerah Maluku Utara terus
menunjukkan peningkatan. Membaiknya kinerja perbankan tersebut dapat dilihat
dari membaiknya kemampuan bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat
dalam bentuk kredit, peningkatan asset perbankan serta kualitas kredit yang
diberikan. Satu-satunya indikator perbankan yang mengalami penurunan adalah
dana masyarakat yang dikelola perbankan (DPK).
Tabel 3.2
Perkembangan Indikator Utama Perbankan Di Wilayah Kerja Bank Indonesia Ternate
Indikator Satuan TW III-2008
Aset Miliar 2,818.85 0.90%
DPK Miliar 2,656.39 -1.34%
Kredit Miliar 1,187.04 12.75%
LDR % 44.69 14.28%
NPL's % 3.41 -1.67%
qtq
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 30
Selama Triwulan III-2008 terdapat penambahan jumlah kantor pelayanan
bank umum yang beroperasi di Maluku Utara khusunya kota Halteng. Tetapi
kemungkinan terjadinya penambahan pada triwulan mendatang sangat besar
karena masih ada beberapa bank yang masih dalam proses permohonan izin dari
Bank Indonesia baik penambahan bank baru maupun penambahan kantor
pelayanan nasabah. Data yang dimiliki Bank Indonesia Ternate menunjukkan bahwa
sampai dengan Bulan September 2008 terdapat sebanyak 9 (sembilan) bank umum
(konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR yang beroperasi di wilayah Maluku
Utara. Dari seluruh Bank yang ada di Maluku Utara, pelayanan kepada nasabah
dilakukan oleh perbankan melalui 48 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan
Kantor Kas / Setara Kas dan 1 BPR, serta beberapa ATM dan payment point yang
masih terpusat kota Ternate.
Tabel 3.3
Perkembangan Perbankan Di Wilayah Kerja Bank Indonesia Ternate
September
Ternate Tidore Kep
Halut Halbar Halteng Haltim Halsel Kep. Sula
1 PT.B.Mandiri (persero) KC 1 - - - - - - - 1KCP - - - - - 1 - - 1
KK 1 - - - - - - - 12 PT.BNI (persero) Tbk KC 1 - - - - - - - 1
KCP - 1 1 - - - - - 2KK - - - - - - - - -
3 PT.BRI (persero) KC 1 1 - - - - - - 2KCP - - 1 - - - - - 1Unit 3 2 2 1 1 2 1 1 13KK - - - - - - - - -
4 PT.BPDM KC 1 - 1 - - - 1 1 4KCP - 1 - 1 - - - - 2KK 1 - - - - - - - 1
5 PT.BDI KC 1 - - - - - - - 16 PT.Bank Artha Graha KC 1 - - - - - - - 17 PT. Bank Tabungan Negara KC 1 - - - - - - - 1
KK 3 1 2 2 2 2 1 1 148 PT. Bank Muamalat Ind. KC 1 - - - - - - - 19 PT. Bank Mega Tbk. KC 1 - - - - - - - 1
KC 9 1 1 - - - 1 1 13KCP - 2 2 1 - 1 - - 6KK 5 1 2 2 2 2 1 1 16Unit 3 2 2 1 1.00 2 1 1 13
Jumlah 17 6 7 4 3 5 3 3 48
1 PT.BPR Malifut Danatama KP 1 - - - - - - - 1
TOTAL 18 6 7 4 3 5 3 3 49
Status KantorNo Nama Bank
Kotamadya KabupatenTotal
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 31
Dari 9 Bank umum yang beroperasi di Maluku Utara, sebanyak 69,23%
kantor cabangnya beroperasi di wilayah kota Ternate mengalami peningkatan dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 66,67%. Dengan persebaran perbankan
yang demikian, perkembangan sektor keuangan dalam menopang kegiatan
ekonomi masyarakat masih didominasi di Kota Ternate. Bila rencana kepindahan
ibukota Provinsi maluku Utara ke Sofifi pada awal tahun 2009 maka persebaran
perbankan diperkirakan akan menjadi lebih merata ke wilayah Halmahera dan
Tidore Kepulauan.
a. Perkembangan Aset Bank Umum
Total asset perbankan (bank umum) di Provinsi Maluku Utara selama
Triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp2,82 trilyun atau mengalami peningkatan
sebesar 0,90% (q-t-q) bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp2,79 trilyun. Peningkatan asset perbankan di Maluku Utara dialami oleh
perbankan swasta sebesar 8,64% sedangkan asset bank pemerintah justru
mengalami penurunan sebesar minus 0,15% (q-t-q). Hal ini dipengaruhi oleh
keberadaan bank swasta yang relatif baru yang sedang berkembang sedangkan
perbankan pemerintah relatif tetap. Bila dilihat dari denominasi asset, maka asset
perbankan dalam valas mengalami kenaikan yang signifikan bila dibandingkan asset
yang berdenominasi rupiah. Secara umum asset valas perbankan mengalami
pertumbuhan triwulanan sebesar 85,62% (q-t-q) sementara asset dalam rupiah
hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,32% (q-t-q). meskipun demikian, asset
perbankan didominasi oleh mata uang rupiah sebesar 98,75 dari total asset
perbankan.
Secara tahunan (y-o-y) asset perbankan masih mengalami pertumbuhan
sebesar 18,02% dari Rp2,39 trilyun pada triwulan III-2007. Pertumbuhan aset bank
swasta sebesar 37,97% (y-o-y) lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan
aset bank pemerintah yang tercatat sebesar 15,55% (y-o-y). Bila dilihat
denominasinya, aset dalam mata uang rupiah mengalami kenaikan sebesar 18,55%
sedangkan aset dalam valas mengalami penurunan sebesar minus 12,82% (y-o-y).
Penurunan asset perbankan dalam valas tersebut dipengaruhi oleh penurunan
aktivitas ekspor daerah dan ketatnya likuiditas perbankan akibat krisis keuangan
global.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 32
Seiring dengan penurunan asset perbankan pemerintah, dominasi
kepemilikan asset bank pemerintah juga mengalami penurunan, yaitu dari sebesar
88,04% menjadi 87,12% pada triwulan laporan.
Grafik 3.2 Perkembangan Aset Perbankan di Maluku Utara
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
I II III IV I II III
2007 2008
Rp miliar
TOTAL ASSET GROWTH (q-t-q)
Penyebaran asset bank umum masih didominasi di Kota Ternate dengan
porsi aset sebesar 73,53%, diikuti oleh Halmahera Tengah sebesar 16,24%
sedangkan sisanya (10,23%) terdapat didaerah lain di daerah Maluku Utara.
Pembagian daerah tersebut masih mengikuti pembagian yang lama karena kondisi
riil saat ini di Maluku Utara terbagi atas 9 (delapan) Dati II yaitu 2 (dua) kotamadya
dan 7 (enam) Kabupaten. Kondisi ini dipengaruhi oleh persebaran perbankan yang
tidak merata dalam artian di suatu Dati II ada yang baru terdapat 1 (satu) buah bank
sehingga tidak dapat dilakukan eksposure data perbankan secara detail.
Ditinjau per Dati II, pertumbuhan aset tertinggi terjadi di luar kota Ternate
dan Halmahera Tengah dengan tingkat pertumbuhan mencapai 13,48% (q-t-q) dari
Rp488,54 miliar pada triwulan II-2008 menjadi Rp288,24 miliar pada triwulan
laporan. Aset perbankan di wilayah Halmahera Tengah justru mengalami penurunan
sebesar minus 6,27% (q-t-q). Penurunan tersebut seiring dengan penurunan jumlah
DPK yang dihimpun di wilayah tersebut sebesar minus 7,27% (q-t-q).
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 33
Tabel 3.4 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan
Di Maluku Utara
Rp miliar
I II III IV I II IIIJenis Bank 2,211.25 2,291.93 2,388.48 2,747.14 2,743.88 2,793.59 2,818.85 Bank Pemerintah 1,978.06 2,030.88 2,125.45 2,414.41 2,452.78 2,459.54 2,455.95 Bank Swasta 233.19 261.05 263.03 332.73 291.10 334.05 362.91 Jenis Valuta 2,139.76 2,291.93 2,388.48 2,747.14 2,743.88 2,793.59 2,818.85 Rupiah 71.49 2,228.84 2,347.93 2,702.60 2,641.28 2,774.55 2,783.50 Valas 71.49 63.10 40.55 44.54 102.60 19.05 35.36 Sumber data : LBU diolah
2007KETERANGAN 2008
b. Penghimpunan Dana Bank Umum
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan di Maluku Utara
selama Triwulan III-2008 mengalami penurunan sebesar minus 1,34% (q-t-q) bila
dibandingkan dengan dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh perbankan
pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp2,69 trilyun menjadi Rp2,66 trilyun.
Penurunan tersebut terkat dengan kebutuhan masyarakat akan uang tunai yang
mengalami peningkatan dalam ranga perayaan HUT Kemerdekaan RI, pelaksanaan
ibadah puasa dan perayaan hari raya Idul Fitri. Akan tetapi secara tahunan DPK bank
umum masih mengalami kenaikan sebesar 16,01% (y-o-y) dibandingkan posisi
triwulan III-2007 yang tercatat sebesar Rp2,29 triliun.
Berdasarkan pada kelompok bank, Kontribusi DPK selama triwulan
laporan, didominasi oleh bank pemerintah sebesar 86,72%, sedangkan bank swasta
nasional mempunyai porsi mencapai 13,28%. Produk perbankan yang relatif
diminati masyarakat daerah adalah tabungan. Produk tersebut menjadi sumber
utama pengumpulan dana dari masyarakat dengan proporsi sebesar 46,95%
sementara giro dan deposito masing-masing hanya memiliki proporsi sebesar
34,60% dan 18,45% terhadap total DPK. Jika dilihat dari golongan debitur
perbankan maka debitur perorangan memiliki porsi terbesar yaitu 72,14% disusul
pemerintah daerah sebesar 19,04%.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 34
Grafik 3.3 Proporsi DPK Perbankan Triwulan III-2008
Berdasarkan Produk Bank
34.60
46.95
18.45
Giro
Tabungan
Deposito
Grafik 3.4 Proporsi DPK Perbankan Triwulan III-2008
Berdasarkan Golongan Debitur
19%2%
72%
7%
Pemda Bdn/Lemb. Pemerintah
Perorangan Lainnya
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 35
Peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) mencapai 9,5%
belum berpengaruh secara signifikan terhadap penarikan dana nasabah di daerah.
Dengan kondisi keamanan di Maluku Utara yang realtif lebih baik; berkurangnya
aktivitas demonstrasi serta dimulainya masa kepemimpinan Guberbur yang baru
diharapkan dapat menjadi stimulus peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat
termasuk kegiatan perbankan di daerah.
Secara tahunan seluruh komponen DPK mengalami perkembangan posistif
dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada produk tabungan sebesar 23,48% (y-o-
y) sedangkan giro mencatatkan pertumbuhan terendah yaitu tercatat sebesar
4,24% (y-o-y). Secara keseluruhan DPK perbankan mengalami pertumbuhan secara
tahunan sebesar 16,01% (y-o-y).
Berdasarkan daerah penghimpunan DPK, Kota Ternate masih menjadi
penghimpun DPK perbankan terbesar dengan nilai nominal sebesar Rp1,96 trilyun
atau sebesar 73,8% dari total dana yang dihimpun perbankan. Kabupaten
Halmahera Tengah menduduki peringkat kedua dengan nilai Rp448,15 miliar
(16,87%), sisanya tersebar di Kabupaten lainnya di Maluku Utara dengan proporsi
terhadap total DPK sebesar 9,33%. Kondisi tersebut cukup rasional karena sesuai
dengan kegiatan perekonomian dan perputaran uang di provinsi Maluku Utara yang
masih terpusat di kota Ternate. Pembagian Dati II di Maluku Utara tersebut masih
berpedoman pada pembagian yang lama karena persebaran bank yang belum
merata di seluruh Kota/Kab yang sekarang ada (di beberapa kabupaten baru
terdapat 1 bank sehingga datanya tidak dapat dieksposure secara individu).
Tabel 3.5 Perkembangan DPK Perbankan
(Rp. Miliar)
I II III IV I II IIIKomponen 2,147.88 2,210.20 2,289.77 2,620.06 1,181.26 2,692.40 2,656.39 Giro 880.96 866.55 881.71 910.69 1,016.18 955.34 919.08 Tabungan 858.75 928.86 1,010.11 1,296.38 120.02 1,272.13 1,247.26 Deposito 408.17 414.79 397.95 412.99 45.05 464.93 490.05165.08 1,737.06
Dati II 2,147.88 2,210.20 2,289.77 2,620.06 2,666.95 2,692.40 2,656.39 Kota Ternate 1,634.44 1,645.33 1,672.16 1,968.46 1,983.78 2,006.43 1,960.40 Kab. Maluku Utara 231.78 239.95 266.32 215.02 241.36 202.67 247.84 Kab. Halteng 281.66 324.92 351.30 436.57 441.81 483.30 448.15 Kab/Kota LainnyaJenis Bank 2,147.88 2,210.20 2,289.77 2,620.06 2,666.95 2,692.40 2,656.39 Bank Pemerintah 1,917.76 1,959.85 2,036.70 2,299.32 2,380.93 2,365.97 2,303.75 Bank Swasta 230.13 250.36 253.08 320.74 286.02 326.42 352.64Jenis Valuta 2,147.88 2,210.20 22,513.67 2,620.06 2,666.95 2,692.40 2,656.39 Rupiah 2,075.83 2,146.37 22,471.00 2,575.11 2,561.17 2,667.65 2,614.19 Valas 72.05 63.84 42.67 44.95 105.78 24.75 42.20
2007 2008Keterangan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 36
Penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan dalam bentuk rupiah di
Maluku Utara secara triwulan mengalami penurunan sebesar minus 2,00% (q-t-q)
menjadi Rp2,61 trilyun atau memiliki porsi sebesar 98,41% dari total DPK. Kondisi
DPK perbankan dalam valas pada triwulan laporan mengalami perkembangan yang
signifikan yaitu sebesar 70,50% (q-t-q) sehingga share terhadap total DPK naik
menjadi sebesar 1,59%.
c. Penyaluran Kredit
c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor
Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit
perbankan di Provinsi Maluku Utara pada Triwulan III-2008 mengalami kenaikan
sebesar 12,75% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,05
triliun. Pertumbuhan yang terjadi pada sisi pemberian kredit secara keseluruhan
diikuti dengan pertumbuhan kredit perbankan kepada usaha kecil di daerah
(UMKM) baik yang tergolong dalam KUK maupun non KUK sebesar 12,29% (q-t-q)
sehingga pada triwulan laporan tercacat sebesar 1,11 triliun atau memiliki porsi
sebesar 93,40% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Besarnya proporsi
pembiayaan perbakan daerah terhadap usaha rakyat UMKM merupakan dukungan
nyata perbankan terhadap usaha pembangunan ekonomi daerah yang berbasis
kerakyatan, disamping jumlah pengusaha besar di Maluku Utara yang relatif sedikit
dan wewenang memberikan kredit oleh pimpinan perbankan daerah yang relatif
kecil. Meskipun penyaluran kredit didominasi oleh sektor UKM akan tetapi kualitas
kredit yang diberikan dapat dipertahankan, bahkan mengalami perbaikan dari
triwulan sebelumnya.
Pertemuan antara pihak perbankan dengan pelaku usaha di Maluku Utara
yang semakin intensif baik melalui forum Semiloka, penyelenggaraan bantuan tenis
kepada pelaku usaha oleh Bank Indonesia yang melibatkan pihak perbankan dan
kegiatan ekspo produk UKM diperkirakan menjadi pemicu meningkatnya kredit
perbankan terhadap UKM di daerah. Disamping itu budaya sebagian masyarakat
Maluku Utara yang merasa malu bila memiliki tunggakan kepada perbankan turut
mempengaruhi membaiknya kualitas penyaluran kredit di daerah.
Secara tahunan, intermediasi perbankan di wilayah Maluku Utara tumbuh
sebesar 41,19% (y-o-y) bila dibandingkan dengan posisi pada triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp840,74 miliar. Sejalan dengan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 37
pertumbuhan kredit (total) secara tahunan, kredit kepada sektor UKM juga
mengalami pertumbuhan sebesar 42,59% (y-o-y). Pertumbuhan kredit tersebut
secara langsung maupun tidak turut mendorong peningkatan ekonomi masyarakat
pada periode laporan. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa perbankan di
Maluku Utara tetap konsisten dalam memajukan sektor riil di daerah. Mengutip
pernyataan Gubernur Bank Indonesia dalam acara Banker’s Dinner tahun 2008
bahwa ”Meningkatnya kegiatan sektor moneter/perbankan dan sektor riil
diibaratkan sebagai sinergi positif dari dua mesin pertumbuhan ekonomi”.
Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan pada triwulan laporan tetap
mengindahkan kaidah kehati-hatian. Disamping itu penerapan managemen kredit
yang lebih baik juga ditunjukkan oleh perbankan di Maluku Utara pada periode
laporan yang mana kondisi politik dan keamanan relatif membaik turut mendukung
perbaikan kualitas kredit perbankan daerah. Kondisi tersebut tercermin dari nilai
kredit perbankan yang semakin besar ternyata diikuti dengan penurunan rasio kredit
bermasalah (NPL’s) perbankan menjadi 3,41% pada periode laporan dari 3,47%
pada triwulan sebelumnya. Kredit lancar perbankan mengalami kenaikan sebesar
12,75% (q-t-q) sedangkan kredit dalam kategori macet mengalami penurunan
sebesar minus 1,64% (q-t-q). Akan tetapi seiring dengan kondisi perekonomian
dunia yang mengalami kelesuan akibat krisis global, perbankan di daerah perlu
meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan meningkatnya kredit macet.
Hal ini terlihat dari peningkatan kredit perbankan daerah yang masuk dalam
kategori kurang lancar dan diragukan pada triwulan laporan yang besarnya
mencapai lebih dari 50% dari triwulan sebelumnya.
Bila ditinjau dari sisi penggunaan kredit, proporsi penyaluran kredit masih
menunjukkan trend yang sama. Kredit Konsumsi masih mendominasi intermediasi
perbankan di triwulan laporan dengan proporsi sebesar 57,21% dari total kredit
yang disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja dan investasi dengan porsi masing-
masing sebesar 33,56% dan 9,23%. Meskipun demikian pertumbuhan kredit
investasi pada triwulan III-2008 tercatat memeiliki nilai tertinggi bila dibandingkan
jenis penggunaan kredit lainnya. Kredit investasi tumbuh sebesar 62,37% (q-t-q)
kredit konsumsi tumbuh sebesar 16,02% sedangkan kredit modal kerja tumbuh
sebesar 4,62%. Dengan perbandingan pertumbuhan kredit tersebut, kita bisa
berharap perekonomian ke depan akan lebih baik karena kegiatan investasi akan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 38
memiliki efek berganda dalam perekonomian (antara lain: pendapatan pekerja,
produksi, pajak daerah).
Secara sektoral, pada triwulan III-2008 Pertumbuhan pembiayaan/ kredit
perbankan tertinggi terjadi pada sektor konstruksi yaitu sebesar 52,44% (q-t-q)
kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa dunia usaha dengan pertumbuhan sebesar
42,96%. Tingginya kredit kepada sektor konstruksi dipengaruhi oleh tingginya
harga barang-barang bangunan seperti semen, pasir dan cat tembok karena
kebutuhan domestik hampir seluruhnya didatangkan dari luar Provinsi Maluku
Utara. Disamping itu budaya sebagian masyarakat daerah yang berupaya untuk
melakukan renovasi/perbaikan menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI maupun
dalam menyambut hari raya Idul Fitri membuat lonjakan permintaan bahan
bangunan semakin tinggi sedangkan ketersediaan barang relatif tetap atau bahkan
berkurang dengan terganggunya sistem transportasi antar wilayah di Maluku Utara.
Kondisi ini tercermin dari pertumbuhan sektor bangunan dalam struktur PDRB
Maluku Utara pada triwulan laporan yang mengalami penurunan.
Pemberian kredit oleh perbankan daerah kepada sektor pertanian dan
industri pada triwulan laporan justru mengalami penurunan masing-masing sebesar
minus 3,28% (q-t-q) dan minus 22,67% (q-t-q). Penurunan kredit pada kedua
sektor tersebut dipengaruhi oleh masa tanam di sektor pertanian yang sudah
berlangsung pada triwulan sebelumnya bahkan sudah memasuki musim panen,
antisipasi peningkatan kebutuhan pangan masyarakat yang sudah diantisipasi oleh
pemerintah beserta pihak terkait, maraknya industri makanan yang bermodal sendiri
pada saat bulan Ramadhan serta demonstrasi supir angkutan (truk) di Halmahera
yang sudah berakhir membuat transportasi hasil hutan menjadi relatif lebih lancar
dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan demikian meskipun kredit perbankan
mengalami penurunan, kinerja kedua sektor dalam PDRB maluku Utara justru
mengalami peningkatan.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 39
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Perbankan
(Miliar rupiah)
I II III IV I II IIIJenis Penggunaan 710.75 777.40 840.74 865.08 918.34 1,052.83 1,187.04 Modal Kerja 249.44 282.54 316.42 317.04 336.65 380.82 398.41 Investasi 54.06 61.23 67.47 67.85 68.71 86.68 109.55 Konsumsi 407.25 433.64 456.85 480.19 512.98 585.33 679.08Golongan Kredit (jt) 710.75 777.40 840.74 865.08 918.34 1,052.83 1,187.04 UKM - KUK (inc. PKT) 138.73 171.24 156.32 154.24 167.24 199.00 192.44 UKM - Non KUK 525.02 555.96 621.21 639.80 68.24 788.37 916.26 Non UKM 47.00 50.20 63.21 71.04 68.69 65.46 78.33Jenis Bank (jt) 710.75 777.40 840.74 865.08 918.34 1,052.83 1,187.04 Bank Pemerintah 649.74 703.76 765.06 788.71 841.11 968.45 1,095.49 Bank Swasta 61.02 73.64 75.68 76.37 77.23 84.38 91.55Sektor Ekonomi (jt) 710.75 777.40 840.74 865.08 918.34 1,052.83 1,187.04 Pertanian 44.92 52.15 56.18 55.62 58.08 61.69 59.66 Pertambangan Perindustrian 2.79 3.74 0.77 6.16 1.67 1.75 1.35 Listrik, Gas, Air 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Konstruksi 16.25 22.03 25.72 23.20 31.90 58.18 88.69 Perdag, Resto & Hotel 202.31 223.04 254.39 261.62 274.51 305.00 313.11
Pengaktan, Pergud & Kom 15.14 15.84 15.59 13.79 14.31 12.85 13.47 Jasa-jasa Dunia Usaha 4.46 8.33 6.14 7.35 7.49 7.80 11.14 Jasa-jasa Sos/Masyarakat 15.94 16.95 15.85 15.13 15.65 17.40 17.58 Lain-lain 408.92 435.31 459.11 482.18 514.69 588.14 682.00
2007Keterangan 2008
Sedikit berbeda dengan tingkat pertumbuhan kredit, share penyaluran kredit
tertinggi justru dimiliki oleh sektor lain-lain (diluar sembilan sektor ekonomi) sebesar
57,45%. Dari sembilan sektor ekonomi yang ada, sektor perdagangan, hotel dan
restoran memiliki share tertinggi yaitu sebesar 26,38% sedangkan sektor jasa-jasa
dunia usaha yang notabene mengalami pertumbuhan kredit triwulanan tertinggi
hanya memiliki share sebesar 0,94% dari total kredit perbankan. Kondisi tersebut
secara dominan dipengaruhi oleh relatif lebih mahalnya kegiatan investasi di sektor
PHR dibandingkan sektor lainnya. Sementara kredit kepada sektor pertambangan
nilai kreditnya nol karena para investor di sektor ini sebagian besar menggunakan
dana dari luar Maluku Utara karena keterbatasan wewenang kantor cabang
perbankan yang ada di Maluku Utara dalam memberikan kredit kepada nasabah.
c.2 Persetujuan Kredit Baru
Nilai persetujuan kredit baru pada triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp79,35
miliar atau secara triwulanan mengalami penurunan sebesar minus 63,75% (q-t-q)
dibandingkan total persetujuan kredit baru pada triwulan sebelumnya.
Memburuknya perekonomian global, penyelesaian / penetapan pemenang Pilkada
Maluku Utara yang baru dilaksanakan pada akhir triwulan III-2008 mempengaruhi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 40
persepsi masyarakat dalam mencari sumber pembiayaan serta kalangan perbankan
lebih cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kreditn. Sejalan dengan
penyebaran bank yang masih terkonsentrasi di Kota Ternate, penurunan
persetujuan kredit baru didominasi di Kota Ternate.
Penurunan tersebut didorong oleh penurunan persetujuan kredit konsumsi
dan investasi masing-masing sebesar minus 72,90% dan minus 47,19%. Sementara
kredit modal kerja masih menunjukkan penigkatan sebesar 24,07% (q-t-q). Dilihat
dari jenis bank pemberi kredit, bank swasta mengalami penurunan yang tajam
sebesar minus 95,94%. Penurunan kredit baru perbankan daerah sedikit tertahan
dengan kinerja pemberian kredit baru oleh bank pemerintah yang tercatat
mengalami peningkatan sebesar 9,94% (q-t-q). Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan oleh Bank Indonesia, petugas (Account officer) bank milik pemerintah
lebih intensif dalam mengikuti kegiatan pertemuan dengan pelaku usaha UKM, baik
dalam bentuk seminar, dengar pendapat maupun program bantuan teknis yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Dalam kegiatan tersebut dihadirkan pelaku usaha
(UKM) yang belum memperoleh kredit dari perbankan. Setelah berlangsungnya
kegiatan beberapa UKM langsung ditinjau oleh petugas bank dan tidak jarang yang
akhirnya memperoleh fasilitas kredit.
Penurunan persetujuan kredit baru tidak terjadi bila kita melakukan
perbandingan secara tahunan. Nilai persetujuan kredit baru mengalami
pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 113,08% (y-o-y). Hal ini
mengindikasikan bahwa masyarakat semakin bank minded dari tahun ke tahun.
Disamping itu peningkatan ini juga memberikan gambaran bahwa kebutuhan
masyarakat akan sumber dana di luar pendapatan semakin meningkat, baik untuk
kegiatan ekonomi produktif maupu konsumtif. Dana perbankan yang diberikan
untuk kredit konsumsi mengalami pertumbuhan terendah, dengn tingkat
pertumbuhan sebesar 90,10% sementara kredit investasi meningkat dengan laju
sebesar 453,19%. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi pada periode yang
akan datang diharapkan mengalami pergeseran dari pertumbuhan karena konsumsi
menuju ke pertumbuhan investasi.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 41
Grafik 3.5 Proporsi Pemberian Kredit Baru
Triwulan III-2008
27%
8%
65%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum
LDR perbankan Provinsi Maluku Utara pada Triwulan III-2008 mengalami
pertumbuhan dari sebesar 39,10% pada triwulan II-2008 menjadi 44,69%. Bila
diperbandingkan secara tahunan, rasio LDR perbankan menunjukkan peningkatan
yang lebih besar, yaitu dari sebesar 36,72% pada triwulan III-2007. Peningkatan
rasio tersebut menandakan ekspansi kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan
melebihi dana yang berhasil diserap perbankan. Tingkat inflasi di daerah yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan pendapatan masyarakat maka untuk
memenuhi kebutuhan yang sama masyarakat membutuhkan dana yang lebih besar.
Salah satu sumber dana yang menjadi pilihan adalah perbankan, disamping
lembaga keuangan non bank maupun para pemberi pinjaman uang informal di
masyarakat.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 42
Grafik 3.6 Perkembangan LDR Bank Umum
Di maluku Utara
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
0
1
1
2
2
3
3
I II III IV I II III
2007 2008
TriliunRp DPK Kredit LDR
Peningkatan rasio LDR pada triwulan laporan ditopang oleh kenaikan rasio
LDR yang terjadi pada bank pemerintah, sementara itu LDR pada bank swasta relatif
stagnan. Pada triwulan III-2008, rasio LDR bank pemerintah sebesar 47,55%
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 40,93%.
sementara bank swasta mencatat nilai LDR sebesar 25,96% sedikit lebih tinggi bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,85%. Kondisi
tersebut searah dengan tingginya persetujuan kredit baru yang dilakukan oleh
perbankan.
e. Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum
Jumlah kredit bermasalah (yaitu kredit dengan kategori kolektibilitas kurang
lancar, diragukan dan macet) pada perbankan Maluku Utara di Triwulan III-2008
menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar minus 10,86% dari triwulan
sebelunya sehingga pada triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp40,52 miliar.
Sementara jumlah kredit yang tergolong lancar mengalami peningkatan sebesar
11,52% (q-t-q) sehingga pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,06 triliun.
Dengan kondisi yang demikian maka rasio kredit bermasalah (NPL’s) pada triwulam
III-2008 mengalami penurunan dari sebesar 3,47% pada triwulan II-2008 menjadi
3,41% pada triwulan laporan.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 43
Grafik 3.7 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
I II III IV I II III
NPL's
Peningkatan kualitas kredit tersebut ikut dipengaruhi oleh membaiknya
kondisi keamanan dan politik di daerah dan perkembangan perekonomian daerah
pada umumnya. Disamping itu penerapan prinsip kehati-hatian perbankan melalui
kebijakan KYC (know your customer’s) serta pemeliharaan/pemantauan nasabah
turut meningkatkan kualitas pengembalian kredit perbankan.
Secara tahunan (y-o-y), NPL’s masih menunjukkan penurunan dengan nilai
NPL’s pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,51%. Kultur masyarakat
Maluku utara yang masih menjunjung tinggi kejujuran dan budaya malu bila tidak
menepati janji (cicilan kredit) yang masih kuat serta kesadaran bahwa kredit
merupakan suatu kewajiban bukan pemberian cuma-cuma yang semakin meningkat
membuat penyaluran kredit semakin membaik meskipun nilai kreditnya juga
mengalami peningkatan.
Secara triwulanan komponen kredit bermasalah yang mengalami
peningkatan hanya terjadi pada kredit modal kerja sebesar 24,07%. Sedangkan bila
dilihat dari jenis bank, komponen kredit bermasalah didominasi oleh bank
pemerintah sebesar 84,53%. Kondisi tersebut cukup rasional karena jumlah
keseluruhan kredit sebagian besar juga disumbangkan oleh perbankan milik
pemerintah.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Moneter dan Perbankan 44
Table 3.7 Perkembangan Kredit Bermasalah
Pada Perbankan Daerah Tahun 2008
Rp jutaKeterangan TW I TW II TWIII
Jenis Penggunaan 34,209 36,548 40,517 Modal Kerja 19,479 20,209 25,074 Investasi 5,447 7,273 6,860 Konsumsi 9,283 9,066 8,583Jenis Bank 34,209 36,548 40,517 Bank Pemerintah 28,739 30,623 34,251 Bank Swasta 5,470 5,925 6,266
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Keuangan Daerah 45
Perkembangan Keuangan Daerah
Pembahasan perkembangan keuangan derah dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Pelaksanaan anggaran di Maluku Utara pada tahun 2008 mengikuti sistem
anggaran defisit. Dalam susunan APBD Provinsi Maluku Utara pada tahun 20081
dapat diketahui bahwa pendapatan daerah Provinsi Maluku Utara ditargetkan
sebesar Rp621,47 miliar sedangkan belanja daerah dianggarkan sebesar Rp636,47
miliar. Dengan demikian anggaran pembangunan daerah pada tahun 2008
mengalami defisit sebesar Rp15 miliar. Baik pendapatan maupun belanja daerah
pada tahun 2008 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan dana yang
dianggarkan pada tahun sebelumnya dengan pendapatan diperkirakan akan
mengalami kenaikan sebesar 23,87% sedangkan belanja daerah mengalami
kenaikan sebesar 34,70%.
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara
(40.000)(20.000)-20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000
-100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000
2005 2006 2007 2008Pendapatan Belanja Surplus/Defisit
miliar miliar
1 Sumber: Biro Keuangan Provinsi
Bab IV
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Keuangan Daerah 46
Peningkatan nilai APBD tersebut merupakan sinyal awal bahwa pemerintah
daerah siap mendukung perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat. Akan tetapi
peningkatan anggaran tersebut perlu diiringi dengan peningkatan efektifitas
pelaksanaan/realisasi anggaran sehingga diharapkan dapat memberikan dorongan
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Disamping itu, transparansi data mengenai
realisasi anggaran secara berkala (misalnya triwulanan) perlu dilakukan guna
melakukan evaluasi kinerja yang telah dicapai terhadap target tahunan.
Tabel 4.1 Realisasi APBD Tahun 2008
Provinsi Maluku Utara
TW II* %I Pendapatan Daerah 621.473 247.473 39,82
I.1 Pendapatan Asli Daerah 58.612 21.732 37,08 I.2 Dana Perimbangan 562.861 225.741 40,11 I.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - -
II Belanja daerah 636.473 136.989 21,52 Surplus/Defisit (15.000) 110.484
* data sampai Mei 2008
Rp Juta
Sumber: Biro Ekonomi Provinsi Maluku Utara
Realisasi AnggaranUraianNo.
4.1 Pendapatan Daerah
Dalam APBD tahun 2008, pendapatan daerah provinsi Maluku Utara
diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 23,87% dari pendapatan daerah pada
tahun 2007 yang tercatat sebesar Rp501,72 miliar. Peningkatan pendapatan
tersebut didominasi oleh penerimaan yang bersumber dari dana perimbangan
pemerintah pusat dibandingkan dengan sumber pendapatan yang berasal dari PAD
Maluku Utara. Share dana perimbangan terhadap total penerimaan daerah sebesar
90,57% sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan share pada tahun 2007
tercatat sebesar 91,01% dari total penerimaan daerah Maluku Utara. Pendapatan
Asli Daerah di Maluku Utara pada tahun 2008 diperkirakan mengalami
pertumbuhan sebesar 29,95% sehingga menjadi Rp58,61 miliar yang didominasi
oleh pendapatan dari pajak dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kedua
sumber pendapatan asli daerah tersebutmemerikan sumbangan sebesar 81,12%
dari total pendapatan asli daerah yang ditargetkan selama tahun 2008 sebesar
Rp47,54 miliar.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Keuangan Daerah 47
Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan Daerah
(RP juta)
sumber: Biro Keuangan Provinsi, diolah
Pelaksanaan anggaran daerah yang tepat dan sesuai dengan perencanaan
dapat memicu perkembangan ekonomi masyarakat dengan transfer dana maupun
lapangan pekerjaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Pelaksanaan APBD Maluku Utara tahun 2008 terkesan tidak dimaksimalkan oleh
pemerintah daerah. Salah satu indikasinya adalah tingkat realisasi penerimaan
daerah sampai bulan Mei 2008 baru mencapai sebesar 39,82% sedangkan tingkat
penggunaan APBD yang dilaksanakan baru mencapai 21,52%. Tingkat realisasi
pendapatan daerah yang baru mencapai 37,08% dari targt yang ditetapkan dalam
APBD sebesar Rp21,732 miliar. Sumber pendapatan asli daerah tertinggi
disumbagkan oleh pajak daerah yaitu sebesar Rp12,358 miliar meskipun tingkat
realisasinya baru mencapai 36,46% dari target tahun 2008. Disisi lain, pendapatan
daerah yang berasal dari dana perimbangan baru mencapai sebesar 40,11% atau
nominal Rp225,74 miliar. Sejumlah pendapatan tersebut seluruhnya berasal dari
50% realisasi dana alokasi umum sedangkan Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi
Khusus belum direalisasikan.
4.2 Belanja Daerah
Guna mendukung perekonomian daerah yang memiliki trend positif dalam
beberapa triwulan terakhir, pemerintah menetapkan dana untuk kegiatan belanja
daerah sebesar Rp636,47miliar pada tahun 2008. Anggaran untuk belanja
pemerintah daerah tersebut mengalami peningkatan sebesar 34,7% bila
dibandingkan dengan anggaran pada pos yang sama pada tahun 2007. Efektifitas
DBH DAU DAK Total Dana Perimbangan
Total Penerimaan Daerah
SHARE THD PENERIMAAN DERAH
PAD
36,126 224,000 - 260,126 383,278 68 20,953 55,990 338,605 - 394,595 426,598 92.50 32,002 70,893 370,724 15,000 456,617 501,719 91.01 45,103
2008 74,928 451,481 36,452 562,861 621,473 90.57 58,612
2007
Th
2005
2006
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Keuangan Daerah 48
peggunaan dana belanja daerah sangat diharapkan oleh masyarakat sehingga
keberadaan/peranan pemerintah semakin dirasakan manfaatnya.
Tingkat realisasi belanja daerah tahun 2008 cukup memprihatinkan. Sampai
bulan Mei 2008 tingkat realisasinya baru mencapai sebesar 1,52% dari target tahun
2008. Realisasi anggaran belanja sebesar Rp136,989 miliar menurut informasi yang
diterima oleh Bank Indonesia Ternate merupakan belanja pemerintah untuk
pegawai/pembayaran gaji. Kondisi ini tentu sangat merugikan bagi masyarakat
daerah karena kegiatan belanja modal pemerintah daerah yang notabene memiliki
efek bergulir yang leibih besar bagi masyarakat justru masih sangat minim.
Kondisi APBD yang masih minim tersebut akan mempengaruhi pencapaian
realisasi anggaran tahunan. Bila pemerintah daerah hanya mengejar realisasi pada
akhir tahun maka ada kemungkinan pelaksanaan kegiatan/proyek pembangunan
yang dianggarkan terkesan asal jalan atau peningkatan peluang terjadinya
pelanggaran, misalnya terjadinya beberapa proyek fiktif, pencairan anggaran yang
sudah mencapai sebesar 100% tetapi realisasi pembangunan belum selesai
dikerjakan ataupun realisasi anggaran yang jauh berada dibawah nilai yang
dianggarkan. Pendapat berbagai kalangan mengenai berbagai faktor yang menjadi
penyebab rendahnya tingkat realisasi anggaran daerah antara lain belum
ditetapkannya pemenang Pemilihan Kepala Daerah (Gubernur Definitif) yang
mempengaruhi tingkat realisasi proyek/kegiatan yang sifatnya strategis dan jangka
panjang, kondisi keamanan daerah yang akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat
baik di daerah maupun di tingkat nasional seiring seringnya demonstrasi yang
berjalan kurang simpatik serta kurang efektifnya kegiatan penyelenggara
pemerintahan yang ada serta minimnya sarana pendukung dan infrastruktur di
daerah.
4.3 Surplus (Defisit)
Baik sisi penerimaan maupun belanja daerah Maluku Utara pada tahun 2008
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan anggaran tahun sebelumnya.
Disamping prosentase peningkatan belanja yang lebih besar dari peningkatan
penerimaan daerah, nilai nominal belanja pemerintah daerah yang dianggarkan
dalam APBD 2008 juga melebihi nilai pendapatan yang direncanakan. Dengan
demikian pada tahun 2008 Pemerintah menganut sistem anggaran yang defisit
dengan nilai sebesar Rp15 milair.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Keuangan Daerah 49
Penyelenggaraan anggaran yang defisit menuntut pemerintah daerah
sebagai unsur penyelanggara anggaran untuk lebih berhati-hati dalam
menggunakan anggaran dan lebih kreatif dala mencari sumber-sumber pendapatan
daerah yang sah guna menutupi tingkat defisit yang direncanakan. Bila hal itu tidak
dijlankan dengan baik maka akibat terburuknya adalah pemerintah daerah tidak
mampu mendanai pengeluarannya dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini akan
menggiring pemerintah masuk dalam jebakan hutang (debt trap) ataupun
ketergantungan yang tinggi terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 50
Perkembangan Sistem Pembayaran
Sistem Pembayaran dapat didefinisikan sebagai sistem yang
mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai
untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban
yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi1. Perkembangan ekonomi dan
peradaban manusia membuat kebutuhan akan alat pembayaran semakin meningkat
dan kompleks. Pada zaman pra modern, masyarakat mengakui dan melaksanakan
pertukaran antar barang (barter) sebagai alat pembayaran. Alat pembayaran
selanjutnya berkembang menjadi satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran
(uang). Perkembangan selanjutnya adalah penggunaan alat pembayaran tanpa
mengunakan uang secara langsung (non cash). Penggunaan uang (cash based)
sebagai alat pembayaran masih mendominasi kegiatan ekonomi di masyarakat
dibandingkan alat pembayaran non tunai (paper based, card based, digital).
Sesuai dengan Undang-Undang Bank Indonesia, salah satu tugas pokok
Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Secara umum, kebijakan Bank Indonesia dalam mendukung sistem
pembayaran tunai adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di
masyarakat baik secara nominal, jenis pecahan yang sesuai, ketepatan waktu
distribusi dan kondisi fisik uang yang layak edar (clean money policy). Sementara
kebijakan dalam sistem pembayaran non tunai diarahkan untuk menyediakan sistem
pembayaran yang efektif, efisien, handal dengan tetap memperhatikan aspek
perlindungan terhadap konsumen.
Sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, penyelesaian transaksi
tunai dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran yang sah (uang kartal,
dalam hal ini uang rupiah untuk Indonesia) sedangkan penyelesaian transaksi non
tunai dapat dilakukan menggunakan cek, giro, kartu kredit, dll. Pemantauan
perkembangan penyelesaian transaksi pembayaran tunai dapat dilakukan dengan
mengamati aliran uang yang masuk dan keluar dari kas Bank Indonesia, sedangkan
1 www.bi.go.id
Bab V
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 51
untuk transaksi pembayaran non tunai dipantau melalui kegiatan kliring dan RTGS
(Real Time Gross Settlement).
Pada triwulan III-2008 secara umum sistem pembayaran di wilayah Maluku
Utara mengalami peningkatan. Sistem pembayaran tunai mengalami peningkatan
baik dalam jumlah uang yang masuk maupun keluar dari kas Bank Indonesia
Ternate bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Aliran uang tunai pada
triwulan laporan mengalami nilai tertinggi sejak awal tahun 2008. Kondisi tersebut
terkait dengan perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, menjelang bulan
puasa dan perayaan Idul fitri serta pencairan dana kompensasi kenaikan BBM (BLT)
dan pembayaran gaji ke 13 kepada pegawai negeri sipil. Sementara itu meskipun
secara nominal mengalami sedikit penurunan tetapi volume transaksi non-tunai
mengalami peningkatan. Hal ini terkait dengan budaya dan preferensi masyarakat
yang masih lebih menyukai melaksanakan transaksi secara tunai bila dibandingkan
dengan transaksi non tunai. Disamping itu ketersediaan dan distribusi sarana
pendukung pembayaran non tunai (ATM, EDC, dll) relatif lebih minim bila
dibandingkan dengan sarana tunai.
Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Kas Bank Indonesia Ternate
(600)
(400)
(200)
-
200
400
600
I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008
Miliar Rp
Inflow Outflow Net (inflow/outflow)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 52
5.1. Aliran Uang Kartal (Outflow / Inflow)
Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.3 Tahun 2004, BI
menyelenggarakan pelayanan perkasan di setiap satuan kerja kas Kantor Bank
Indonesia. Selain itu BI memberikan pelayanan kas di luar kantor berupa kas keliling,
kas titipan dan kerjasama penukaran dengan pihak ketiga.
Aliran uang kartal di Bank Indonesia pada triwulan III-2008 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut
menggambarkan kebutuhan uang masyarakat Maluku Utara mengalami
peningkatan guna penyelesaian transaksi ekonomi yang dilakukan secara tunai (cash
based). Pada triwulan III-2008, total aliran uang kartal keluar dan masuk ke Bank
Indonesia tercatat sebesar Rp346,66 miliar atau mengalami kenaikan sebesar
35,46% bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
255,91 miliar.
Pada triwulan laporan, aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia
Ternate (inflow) sebesar Rp25,19 miliar atau mengalami peningkatan sebesar
11,34% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp22,63 miliar. Disisi
lain, aliran uang kartal keluar (outflow) dari Bank Indonesia pada Triwulan III-2008
sebesar Rp321,47 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 37,80% (q-t-q) dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp233,28 miliar. Dengan demikian,
aliran uang kartal secara keseluruhan masih terjadi net outflow. Kondisi net
outflow terjadi di setiap bulan di triwulan III-2008. Pada triwulan III-2008,
perbandingan antara nilai nominal uang yang masuk dan yang keluar dari Bank
Indonesia Ternate adalah 1 : 13.
Bila diamati secara tahunan (y-o-y) kegiatan perkasan di bank indonesia
Ternate pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 18,36% (y-o-y) atau
sebesar Rp 53,77 miliar bila dibandingkan dengan kondisi pada triwulan yang sama
tahun lalu yang tercatat sebesar Rp292,89 miliar.
Secara triwulanan, lebih dari 90% data aliran uang kartal di Bank Indonesia
Ternate menunjukkan terjadinya net outflow. Relatif lebih tingginya nilai outflow
bila dibandingkan dengan nilai inflow di Bank Indonesia Ternate kemungkinan
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: terjadinya perkembangan kegiatan
ekonomi yang membutuhkan dana langsung/tunai lebih tinggi; kenaikan tingkat
inflasi; daya jangkau perbankan di daerah yang tidak merata (terkonsentrasi di pulau
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 53
Ternate); tingkat kelusuhan uang di masyarakat yang relatif lama serta pengetahuan
masyarakat tehadap perbankan yang masih rendah sehingga menimbulkan
keengganan untuk melakukan transaki uang lusuh dengan perbankan.
Perkembangan kegiatan perkasan di Bank Indonesia juga terkait dengan
aktivitas masyarakat terhadap perbankan secara umum. Pada triwulan laporan,
kenaikan kredit perbankan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan
DPK perbankan. Dengan demikian aliran dana masyarakat ke bank lebih kecil
dibandingkan dengan aliran dana perbankan ke masyarakat atau inflow perbankan
lebih rendah bila dibandingkan dengan outflow dana perbankan.
Tabel 5.1 Perkembangan DPK dan Kredit Perbankan
Di Provinsi Maluku Utara
Keterangan 2007:I 2007:II 2007:III 2007:IV 2008:I 2008:II 2008:IIIDPK Total 2,147,882 2,210,204 2,289,774 2,620,055 2,666,948 2,692,396 2,656,388Kredit Total 710,752 777,404 840,739 865,082 918,336 1,052,831 1,187,038
Pada saat bulan September, aliran uang di Bank Indonesia mencapai nilai
tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas umat muslim selama
bulan Ramadha dan persiapan perayaan hari raya Idul Fitri. Kegiatan penukaran
uang pecahan kecil2 di Bank Indonesa selama bulan Septemer mencapai Rp6,28
miliar. Secara nominal, penukaran uang pecahan kecil oleh masyarakat tertinggi
adalah pecahan Rp5.000,00 sebesar Rp2miliar. Sedangkan bila dilihat dari
volumenya, penukaran uang pecahan kecil oleh masyarakat didominasi oleh
pecahan Rp1.000,00 sebanyak 1,68 juta lembar.
Tabel 5.2
Perkembangan Penukaran Uang Kecil Di Bank Indonesia Ternate
Bulan September 2008
Pecahan TE Nominal (Rp Juta)
volume (lembar)
20,000 2004 1,080 54,00010,000 2005 1,520 1,520
5,000 2001 1,995 399,0001,000 2000 1,684 1,684,000
2 Uang pecahan kecil berdenominasi antara Rp1.000,00 – Rp20.000,00
Rp Juta
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 54
Grafik 5.2 Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil
Di Bank Indonesia Ternate Bulan September 2008
Disamping membuka penukaran uang pecahan kecil secara langsung
kepada masyarakat melalui Kantor Bank Indonesia, Bank Indonesia juga
melaksanakan kas keliling ke berbagai daerah yang dianggap strategis bagi kegiatan
ekonomi masyarakat, seperti pasar-pasar dan kawasan pemukiman yang relatif
padat penduduk. Sampai akhir triwulan III-2008 telah dilaksanakan kas keliling di
wilayah Maluku Utara sebanyak 3 (tiga) kali berbagai pecahan kecil dengan jumlah
total sebanyak Rp3,70 miliar.
0
50
100
150
200
250
300
1 4 8 11 15 16 17 18 19 22 23 24 25 26 29
20,000 10,000 5,000 1,000
Rp Juta
Tgl.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 55
Grafik 5.3 Perbandingan Jumlah Kas Keliling Dengan Uang Yang Masuk Ke BI
-
20
40
60
80
100
120
0
1
2
3
4
5
6
7
I II III IV I II III
2007 2008
Jml. Kas Keliling inflow (kanan)
Miliar Rpsatuan
Guna memenuhi kebutuhan uang tunai di daerah, Kantor Bank Indonesia
Ternate juga berkoordinasi dengan Kantor Bank Indonesia lainnya. Salah satu
bentuk kerjasamanya adalah dengan dilaksanakannya pengiriman uang cetakan
sempurna (HCS) dari/ke Kantor Bank Indonesia Ternate. Sejak triwulan II-2006
Kantor Bank Indonesia Ternate selalu mendapat pengiriman uang dari Bank
Indonesia Manado, dalam artian Bank Indonesia Ternate tidak lagi mengambil
sejumlah uang yang dibutuhkan sendiri. Hal ini terkait erat dengan ketersediaan
sumber daya manusia yang masih belum memenuhi seluruh struktur jabatan yang
ada di Bank Indonesia Ternate. Pada triwulan III-2008, Bank Indonesia Ternate
mendapat pasokan uang HCS sebesar Rp264,28 miliar atau mengalami kenaikan
bila dibandingkan dengan triwulan II-2008 yang tercatat sebesar Rp220,47 miliar.
Secara keseluruhan, realisasi kegiatan remise Kantor Bank Indonesia Ternate
telah mencapai 100%. Hal ini disebabkan realisasi remise triwulan IV-2008 telah
dilaksanakan pada Bulan September 2008 dengan nilai sebesar Rp219,62 miliar.
Dengan demikian selama tahun 2008 telah dilaksanakan kegiatan remise sebesar
Rp881,31 miliar atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp971,62 miliar.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 56
Tabel 5.3 Realisasi RDU Tahun 2008
Kantor Bank Indonesia Tenate
Uang Uang J umlahKartal Logam Total
Triwulan I 176,900 50 176,950
Triwulan II 220,300 166 220,466 Triwulan III 264,200 76 264,276
Triwulan IV 219,400 219 219,619
Tahun 2008 880,800 511 881,311
(R p J uta)
Keterangan
5.2. Pemusnahan Uang Kartal
Sistem pembayaran yang baik didukung oleh kelayakan alat pembayaran
yang dipakai selain ketersediaan alat dan sarana penunjang pembayaran itu sendiri.
Oleh karena itu, sebagai lembaga yang bertindak sebagai Otoritas Moneter di
wilayah NKRI, Bank indonesia senantiasa menjaga uang yang beredar di masyarakat
berada dalam kondisi yang layak edar (fit for circulation). Uang yang sudah tidak
layak edar (UTLE) akan dihancurkan/diracik dengan menggunakan mesin racik uang
kertas (MRUK).
Tabel 5.4
Jumlah Pemusnahan Uang Kertas dan Persentase Pemusnahan Terhadap Uang Masuk
Jumlah uang kartal yang sudah tidak layak edar di Maluku Utara bersumber
dari setoran dari perbankan, dari counter penukaran uang dan kegiatan kas di luar
kantor (kas keliling) di beberapa tempat seperti pasar-pasar baik di wilayah
Nomial (miliar) %
I 78.65 40.06 50.94II 35.38 37.74 106.66III 34.17 36.97 108.21IV 52.07 25.64 49.25I 95.86 30.28 31.59II 22.63 28.89 127.67III 25.19 28.09 111.48
Sumber : Bank Indonesia
Pemusnahan UangInflow
2008
TRIWULAN
2007
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 57
kotamadya Ternate maupun dibeberapa kota lain di Maluku Utara. Dengan
diberlakukannya kebijakan setoran bayaran (uji coba cash centre) kepada perbankan
di Maluku Utara maka bank hanya menyetorkan uang dengan kategori tidak layak
edar, sementara uang yang masih masuk dalam kategori layak edar harus diedarkan
kembali kepada nasabahnya.
Jumlah uang yang dimusnahkan di Bank Indonesia tidak harus sama dengan
jumlah uang yang masuk ke kas BI. Hal ini disebabkan karena uang tidak layak edar
tidak serta merta dimusnahkan di BI akan tetapi masuk dahulu dalam kas 014
(UTLE). Pada triwulan laporan, jumlah uang yang diracik di Bank Indonesia Ternate
sebesar Rp28,09 miliar lebih besar dibandingkan dengan inflow yang terjadi pada
triwulan yang sama sebesar Rp25,19 miliar. Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang
yang dimusnahkan mengalami penurunan dari Rp28,89 miliar pada triwulan
sebelumnya.
Pada triwulan laporan, rasio jumlah peracikan uang dibandingkan dengan
jumlah inflow uang kartal sebesar 111,48%, mengalami penurunan dari rasio pada
triwulan II-2008 yang tercatat hanya sebesar 127,67%. Dengan jumlah inflow
mengalami kenaikan sedangkan jumlah uang tidak layak edar pada kas 014 yang
lebih rendah dari triwulan sebelumnya membuat perbandingan uang yang
dimusnahkan terhadap uang yang masuk kas BI mengalami penurunan. Disamping
itu, selama bulan Juli - September 2008 Bank Indonesia Ternate hanya
melaksanakan pemusnahan uang kertas sebanyak 8 kali atau dua kali lebih sedikit
bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Grafik 5.4
Perkembangan Pemusnahan Uang Di Bank Indonesia Ternate
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III
2007 2008
miliar Rp
0
20
40
60
80
100
120
140%
Inflow Pemusnahan Uang (nominal) Pemusnahan Uang (%)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 58
5.3. Perkembangan Kliring Lokal
Salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai yang diselenggarakan
oleh Bank Indonesia adalah kliring. Secara triwulanan, kegiatan perbankan dalam
mengikuti sistem kliring (SKN BI) di Maluku Utara pada Triwulan III-2008 megalami
peningkatan dari sisi jumlah transaksi namun mengalami penurunan bila dilihat dari
sisi nimonal. Pada triwulan laporan tercatat nilai nominal transaksi kliring sebesar
Rp132,33 miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 13,47% bila
dibandingkan dengan nilai nimonal transaksi yang tercatat pada triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar Rp152,93 miliar. Sementara itu, volume kliring pada
triwulan laporan tercatat sebanyak 3.065 lembar atau mengalami peningkatan
sebesar 19,30% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 3.005 lembar.
Bila diamati lebih teliti, peningkatan volume kliring hanya terjadi pada sarana
pembayaran berupa cek sedangkan bilyet giro mengalami penurunan baik dari sisi
jumlah maupun nominal. Kegiatan kliring dengan bilyet giro tercatat sebesar
Rp65,79 miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 2,02% (q-t-q) dengan
jumlah bilyet sebanyak 1.942 lembar sedangkan cek mengalami penurunan yang
lebih besar yaitu 22,32% (q-t-q) atau mengalami penurunan sebesar Rp19,12 miliar
dengan jumlah cek yang dipakai sebanyak 1.121 lembar. Kegiatan ekonomi
masyarakat yang masih didominasi oleh kegiatan yang bersfat lokal dan preferensi
serta sarana pendukung pembayaran tunai yang lebh baik merupakan beberapa
penyebab masih rendahnya penggunaan sarana pembayaran non unai.
Kondisi yang terjadi pada perputaran kliring juga tercermin dari rata-rata
harian perputaran kliring pada triwulan III-2008. Volume rata-rata perputaran
warkat kliring per hari pada triwulan laporan mengalami peningktan sedangkan
secara nominal rata-rata perputaran warkat kliring per hari mengalami penurunan.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 59
Grafik 5.5 Perkembangan Kegiatan Kliring
Bank Indonesia Ternate
-80
-60
-40
-20
0
20
40
-
5
10
15
20
25
30
35 %
ribu Rp
Lbr q-t-q y-o-y
-100-50050100150200250300
020406080
100120140160180
I II III IV I II III
2007 2008%
Miliar Rp
Nom q-t-q y-o-y
5.4. Uang palsu
Sejalan dengan kebijakan yang diterapkan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia
dalam menjaga kualitas uang beredar, maka Kantor Bank Indonesia Ternate
berupaya menerapkan kebijakan clean money policy serta pemberantasan uang
palsu di masyarakat. Atas dasar laporan yang masuk di Bank Indonesia dan pihak
berwajib, sampai dengan akhir triwulan laporan tidak terdapat pengaduan
ditemukannya uang palsu yang beredar di masyarakat. Dengan demikian selama
triwulan III-2008 di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate tidak ditemukan kasus
uang palsu. Kondisi tersebut memperpanjang catatan tidak adanya penemuan
maupun pengaduan mengenai uang palsu sejak tahun 2006 yang lalu.
Bank Indonesia Ternate tetap berupaya melakukan pencegahan terhadap
peredaran uang palsu dengan melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang
rupiah berbagai pecahan dan edisi kepada masyarakat, baik masyarakat umum,
pegawai pemerintahan maupun kalangan akademisi.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sistem Pembayaran 60
Tabel 5.5 Perbandingan Persentase Penemuan Uang Palsu
di KKBI Seluruh Indonesia
Kantor Pusat
KKBI Medan
KKBI Padang
KKBI Bandung
KKBI Semarang
KKBI Surabaya
KKBI Banjarmasin
KKBI Makasar
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
I 33.59 2.91 0.56 6.04 11.25 29.35 2.13 14.16II 45.05 0.1 0.6 5.15 14.53 33.94 0.13 0.5III 61.04 0 0.19 6.5 1.13 22.76 6.32 2.06IV 20.97 4.57 0 6.56 18.92 48.26 0.61 0.11I 67.99 0 0.38 0.94 0.88 27.8 2.01 0II 57.74 0.31 0.64 3.99 15.69 19.82 1.37 0.46
Jul-08 22.36 1.69 0.8 50.79 12.59 11.34 0.36 0.07Aug-08 41.85 0.66 8.15 15.46 11.26 21.79 0.1 0.73
Keterangan:KKBI = Kantor Koordinator Bank Indonesia
20082007
Periode
Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa persentase penemuan atau
pelaporan kasus uang palsu di wilayah Sulampua relatif rendah, bahkan pada
triwulan I-2008 presentase penemuan uang palsu di Sulampua 0%. Pada awal
triwulan III-2008 penemuan uang palsu di Sulampua hanya mencapai 0,07% yang
merupakan tingkat terendah bila dibandingkan dengan KKBI lainnya. Akan tetapi
dengan kondisi geografis wilayah yang didominasi oleh kepulauan, tingkat akses
dengan perekonomian internasional yang relatif lebih mudah, tingkat pendidikan
masyarakat yang relatif rendah, kontrol pemerintah yang relatif rendah serta
persiapan menjelang pemilu maka kewaspadaan terhadap kemungkinan
penggunaan uang palsu perlu ditingkatkan. Kegiatan edukasi perbankan sebagai
langkah awal edukasi system keuangan kepada masyarakat perlu ditingkatkan.
5.5. Perkembangan Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)
Analisa mengenai perkembangan penyelesaian transaksi ekonomi melalui
sarana RTGS di Bank Indonesia untuk triwulan III-2008 tidak dapat disajikan secara
menyeluruh karena ketersediaan data yang tidak lengkap.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
61
BOX 2
PROGRAM “MAITARAKU” BANK INDONESIA TERNATE
Dewasa ini sistem pembayaran non tunai menunjukkan perkembangan
yang cepat seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi di pasar uang.
Namun demikian, keberadaan uang kertas dan uang logam yang disebut dengan
uang kartal masih memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Uang kartal masih merupakan alat pembayaran yang efisien khususnya untuk
transaksi yang bersifat retail dan bernilai nominal relatif kecil.
Sebagai Otoritas Moneter, salah satu tugas yang dilaksanakan oleh Bank
Indonesia adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana
pembayaran. Disamping itu Bank Indonesia juga melaksanakan tugas memberikan
edukasi kepada masyarakat. Salah satu bentuk edukasinya adalah sosialisasi
keaslian uang rupiah. Salah satu tujuan program tersebut adalah meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap pemberantasan uang palsu dan meminimalisir
kemungkinan masyarakat menjadi korban peredaran uang palsu.
Pada tahun 2008, kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah Bank Indonesia
Ternate dikemas dengan nama “Maitaraku”. Salah satu alasan yang mendasari
pengambilan nama tersebut adalah Pulau Maitara sebagai salah satu aset Maluku
Utara telah diabadikan dalam uang kertas pecahan seribu rupiah memberikan
kebanggaan tersendiri bagi masyarakat pulau Maitara khususnya dan seluruh
masyarakat Maluku Utara.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
62
Sebagai program kegiatan yang berkesinambungan, Bank Indonesia
Ternate menargetkan melaksanakan sosialisasi keaslian uang rupiah minimal 2
(dua) kali dalam satu tahun. Adapun target utama daripelaksanaan kegiatan
tersebut adalah masyarakat umum dengan asumsi pengatahuan mereka terhadap
keaslian rupiah masih minim dan sebagian besar korban peredaran uang palsu
adalah masyarakat melalui transaksi retail. Akan tetapi dalam pelaksanaannya
tidak menutup kemungkinan komponen masyarakat lain seperti pegawai, pelajar,
maupun unsure pemerintahan untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Idealnya pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di seluruh daerah yang
masuk dalam wilayah kerja Bank Indonesia Ternate. Akan tetapi dengan berbagai
keterbatasan dan hambatan/tantangan yang dihadapi, sampai tahun 2008 belum
seuruh wilayah kerja BITernate disosialisasikan. Beberapa faktor tersebut antara
lain: keterbatasan sumber daya manusia, anggaran pelaksanaan setia tahun,
kondisi geigrafis di Maluku Utara serta prioritas pelaksanaan tugas yang ada.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah KBI Ternate tahun 2008
telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali yakni:
1. Di kota Labuha Kabupaten Halmahera Selatan pada tanggal 5 Juli
2008 dengan jumlah peserta ± 70 Orang.
2. Di Pulau Maitara Kota Tidore Kepulauan pada tanggal 30 Agustus
2008 dengan jumlah peserta 112 Orang.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
63
Pada saat pelaksanaan kegiatan sosialisasi, Bank Indonesia dan masyarakat
menjadikan moment tersebut untuk dapat berinteraksi dan saling bertukar
informasi mengenai peran dari uang rupiah di masyarakat. Terjadi dialog dan
diskusi menarik yang tentunya sangat bermanfaat bagi Bank Indonesia untuk
dapat menerima berbagai masukan, tanggapan dan informasi-informasi penting
lainnya dari masyarakat secara langsung.
Dalam 2 (dua) tahun terakhir ini, jika melihat tingkat peredaran uang palsu
di Maluku Utara dari sisi penemuan maupun pengaduan dari masyarakat dan
perbankan baik kepada Bank Indonesia maupun kepada aparat penegak hukum
masih sangat minim serta belum memberikan dampak negatif yang signifikan
terhadap perekonomian di Maluku Utara.
Grafik 5.6 Perkembangan Penemuan Uang Palsu
di KKBI Makassar
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
64
Dengan demikian perekonomian Maluku Utara menjadi bumper atau
peredam perkebangan penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Koordinator
Bank Indonesia Makassar (wilayah Sulampua; Sulawesi, Maluku dan Papua).
Meskipun demikian kewaspadaan pelaku ekonomi di daerah terhadap
kemungkinan peredaran uang palsu tidak boleh berkurang. Salah satu yang
mendasarinya adalah wilayah geografis Maluku Utara yang merupakan daerah
kepulauan, akses terhadap perekonomian dari luar provinsi maupun luar negeri
yang cukup terbuka serta tingkat pendidikan masyarakat daerah yang relatif
rendah.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 65
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
6.1 Kondisi Umum
Perkembangan penduduk di suatu daerah merupakan fenomena yang
menarik untuk dibicarakan dan ditelaah lebih lanjut baik dari sisi Pemerintah
maupun ketenagakerjaan. Bagi pemerintah perkembangan jumlah penduduk akan
mempengaruhi kebijakan yang akan diambil, misalnya kebijakan subsidi, kebijakan
penyediaan sarana pendidikan dan kesehatan, pengembangan wilayah maupun
kebijakan pengendalian populasi penduduk. Sementara dari kalangan akademisi
dinamika kependudukan memberikan beberapa topik yang menarik untuk dipelajari
lebih lanjut, misalnya masalah pengangguran, tingkat melek huruf, pemerataan
pendapatan dan fenomena sosial lainnya. Kondisi ketenagakerjaan di Povinsi
Maluku Utara diwarnai dengan perubahan beberpa indikator utama.ke arah yang
lebih baik.
Tabel 6.1 Penduduk Maluku Utara
Usia 15 tahun keatas Menurut Kegiatan (ribu orang)
Februari Februari Februari573,43 583,03 624,44
405,83 404,79 417,45
Bekerja 371,18 371,03 388,11
Penganggur 34,65 33,77 29,34
167,59 178,23 206,99
75,80% 69,43% 66,85%
8,50% 8,34% 7,03%
2007 2008
Angkatan kerja
Bukan angkatan kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja
Tingkat pengangguran terbuka
2006Kegatan Utama
Penduduk usia 15 tahun ke atas
Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2006 berdasarkan
data hasil proyeksi SUPAS 2005 sebesar 919,16 ribu jiwa. Berdasarkan publikasi
data statistika Indonesia, penduduk di Maluku Utara pada tahun 2007 berjumlah
Bab VI
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 66
922,2 ribu jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,33% dibandingkan data
tahun 2006. Sementara pada tahun 2008 diperkirakan pertumbuhan penduduk di
Provinsi Maluku Utara sebesar 1,47% sehingga pada akhir tahun 2008 jumlah total
penduduk diperkirakan sebesar 935,80 ribu jiwa. Lapangan pekerjaan utama
penduduk di Maluku Utara diperkirakan masih belum mengalami perubahan yang
drastis. Sebagian besar penduduk Maluku Utara bekerja di sektor pertanian serta
perdagangan dan jasa-jasa. Dari data pada tahun 2007, jumlah penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki lebih masih lebih besar dibandingkan dengan jumlah
penduduk perempuan di Maluku Utara. Kondisi ini tercermin dari angka sex ratio
antara penduduk laki-laki dan perempuan yang nilainya lebih dari 1.
Penentuan penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh kriteria yang
ditetapkan sebagai pedoman pembatas penduduk misklin (garis kemiskinan). Secara
umum penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Dari periode Maret
2007 sampai dengan Maret 2008, garis kemiskinan di Provinsi Maluku Utara
mengalami peningkatan sebesar 13,71%. Dengan kenaikan tersebut pada tahun
2008 garis kemiskinan di daerah ditetapkan sebesar Rp187.671,00 per kapita per
bulan.
Tabel 6.2 Perkembangan garis Kemiskinan
Provinsi Maluku Utara
MakananBukan
MakananTotal Jml (rb) %
Perkotaan
140.30 51.99 192.29 11.70 4.29
72.96% 27.04% 100.00%
157.07 56.43 213.51 9.00 3.27
73.57% 26.43% 100.00%
122.88 30.64 153.53 98.20 15.22
80.04% 19.96% 100.00%
142.37 34.39 176.76 96.00 14.67
80.54% 19.46% 100.00%
128.06 36.98 165.04 109.90 11.97
77.59% 22.41% 100.00%
146.73 40.94 187.67 105.00 11.28
78.19% 21.81% 100.00%
Sumber: Diolah dari data Susenas, Panel Maret 2007 dan Panel Maret 2008.
Penduduk MiskinGaris Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Maret 2008
Perkotaan
Perdesaan
Kota+Desa
Maret 2008
Maret 2007
Maret 2007
Maret 2008
Maret 2007
Daerah/ Tahun
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 67
Sementra itu, jumlah maupun presentase penduduk miskin di Maluku
Utara pada periode 2005 – 2008 terus mengalami penurunan. Selama tiga tahun
terakhir jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 13,5 ribu orang. Pada tahun
2008 telah terjadi penurunan sebesar 11,28% meskipun belum berakhir satu tahun.
Pengurangan kemiskinan yang terjadi tidak merata di seluruh wilayah aik
kota maupun desa. Selama periode tahun 2005-2008, jumlah dan persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan terus mengalami penurunan yaitu dari 29,3
ribu orang (10.99 persen) pada tahun 2005 menjadi 9.0 ribu orang (3,27 persen)
pada tahun 2008. Sedangkan daerah perdesaan menunjukkan kenaikan dari 89.3
ribu orang (14,17 persen) pada tahun 2005 menjadi 96.0 ribu orang (14.67 persen)
pada tahun 2008. Kondisi tersebut dipengaruhi tingkat pendidikan, persebaran
lapangan pekerjaan serta fasilitas dan infrastruktur yang jauh berbeda antara kota
dan desa.
Table 6.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Di Maluku Utara Tahun 2005 – 2008
K D K+D K D K+D K D K+D2005 29.30 89.30 118.60 24.70 75.30 100.00 10.99 14.17 13.23
2006 20.70 96.10 116.80 17.72 82.28 100.00 7.53 14.95 12.732007 11.70 98.20 109.90 10.65 89.35 100.00 4.29 15.22 11.97
2008 9.00 96.00 105.00 8.57 91.43 100.00 3.27 14.67 11.28
Sumber: BPS Provisi Maluku Utara
Ket: K = perkotaan; D = perdesaan; K+D = Perkotaan + Perdesaan
Tahun
Persentase Penduduk Miskin (%)
Keberadaan / Posisi Penduduk Miskin (%)
Jumlah Penduduk Miskin (rb)
6.2 Angkatan Kerja dan Pengangguran
Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara sampai bulan Februari 2008
diperkirakan mengalami perbaikan. Kondisi tersebut terlihat dari beberapa indikasi
ketenagakerjaan, misalnya jumlah angkatan kerja di daerah sampai bulan Februari
2008 mencapai 417,45 ribu orang mengalami kenaikan sebanyak 12,65 ribu orang
dibandingkan dengan data bulan Februari 2007; jumlah penduduk yang bekerja
mengalami peningkatan sebanyak 17,08 ribu orang sedangkan jumlah
pengangguran mengalami penurunan sebanyak 4,43ribu orang.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 68
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir (Februari 2007 – Februari 2008)
peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki jauh lebih besar dibandingkan
peningkatan jumlah angkatan kerja penduduk perempuan. Angkatan kerja berjenis
kelamin laki-laki pada Februari tercatat sebesar 258,9 ribu orang atau mengalami
peningkatan sebesar 3,40% (y-o-y) sedangkan angkatan kerja perempuan
berjumlah 158,55 ribu orang atau mengalami peningkatan sebesar 2,67% (y-o-y).
Meskipun demikian, dari sejumlah angkatan kerja tersebut jumlah penduduk
perempuan yang bekerja mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan
jumlah angkatan kerja laki-laki yang bekerja. Jumlah angkatan kerja perempuan
yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 5,25% (y-o-y) sehingga pada Februari
2008 tercatat sebanyak 144,03 ribu orang sedangkan jumlah angkatan kerja laki-
laki yang bekerja hanya mengalami peningkatan sebesar 4,23% (y-o-y) sehingga
pada periode yang sama tercatat sebesar 244,08 ribu orang. Fenomena tersebut
diperkirakan didukung oleh semakin terbukanya kesempatan kerja di berbagai
sektor yang banyak menampung tenaga kerja perempuan di Maluku Utara seperti
pertanian, pertambangan, andustri, keuangan dan jasa perusahaan. Adanya
penerimaan pegawai pada beberapa sektor usaha yang berkomitmen menggunakan
dan memajukan tenaga kerja perempuan di daerah turut memicu peningkatan
jumlah wanita yang bekerja di daerah. Disamping itu, kondisi ekonomi yang
semakin sulit membuat kaum perempuan merasa terpanggil untuk dapat
membantu menambah penghasilan keluargaguna menjaga kelangsungan
perekonomian keluarga.
Dengan mengatahui data angkatan kerja dan penduduk usia kerja (usia 15
tahun keatas) maka kita dapat mengatahui tingkat pertisipasi angkatan kerja. Secara
umum, tingkat partisipasi angkatan kerja di Maluku Utara pada bulan Februari 2008
sebesar 66,85% atau mengalami penurunan sebesar 3,71% bila dibandingkan
dengan kondisi setahun yang lalu. Kondisi tersebut mengindikasikan pertumbuhan
lapangan pekerjaan di daerah yang lebih rendah dari tingkat pertambahan angkatan
kerja. Hal ini semakin diperburuk dengan kerusuhan-kerusuhan antar pendukung
yang mewarnai proses pemilihan kepala daerah di Maluku Utara serta kondisi
ekonomi secara global yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Bila diamati
secara lebih detail, tingkat partisipasi kaum laki-laki masih lebih besar dibandingkan
dengan tingkat partisipasi perempuan. Data bulan Februari 2008 menunjukkan
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 69
tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki sebesar 81,62% sedangkan TPAK kaum
perempuan baru mencapai 51,61%.
Dari sejumlah angkatan kerja yang terdapat di Maluku Utara tidak semuanya
memiliki kesempatan untuk dapat menikmati pekerjaan atau yang sering kita sebut
dengan golongan pengangguran. Jumlah penduduk angkatan kerja yang masuk
kategori menganggur pada Februari 2008 tercatat sebanyak 29,34 ribu orang.
Secara tahunan jumlah penganggur di Maluku Utara mengalami penurunan sebesar
13,12%. Kondisi tersebut sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di
Maluku Utara yang terus mengalami pertumbuhan secara tahunan. Dengan
demikian terjadi peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat di daerah yang
membuka peluang usaha baru yang membutuhkan tenag kerja tambahan. Secara
tahunan penurunan jumlah penganggur perempuan lebih besar dibandingkan
penurunan jumlah penganggur berjenis kelamin laki-laki. Penganggur perempuan
pada Februari 2008 tercatat sebanyak 14,52 ribu orang atau mengalami penurunan
sebesar 17,36% (y-o-y) sedangkan jumlah penganggur laki-laki berjumlah 14,82
ribu orang atau mengalami penurunan sebesar 8,52 (y-o-y).
Dengan membandingkan jumlah penganggur yang ada dengan jumlah
angkatan kerjanya kita dapat mengetahui tingkat pengangguran terbuka selama
periode tertentu. Dengan membandingkan data tersebut dapat diketahui bahwa
tingkat pengangguran terbuka di Maluku Utara pada Februari 2008 sebesar 7,03%
atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran
terbuka pada Februari 2007 yang tercatat sebesar 8,34%. Meskipun sama-sama
mengalami penurunan, tingkat pengangguran terbuka penduduk perempuan di
Maluku Utara lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka
laki-laki. Tingkat pengangguran terbuka kaum laki-laki sebesar 5,72% sedangkan
kaum perempuan tercatat sebesar 9,16%.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 70
Grafik 6.1 Perbandingan Penduduk Bekerja dan Menganggur
0
50
100
150
200
250
agustus februari agustus februari
2006 2007 2008
laki-laki bekerja laki-laki penganggur wanita bekerja wanita penganggur
6.3 Lapangan Pekerjaan Utama
Pertambahan jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja di
wilayah Maluku Utara pada bulan Februari 2008 sampai saat ini tidak mengubah
lapangan pekerjaan utama di daerah. Dari tahun 2004 hingga tahun 2008,
lapangan pekerjaan utama yang digeluti oleh penduduk di wilayah Maluku Utara
adalah pertanian, perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Data bulan Februari 2008
menunjukkan bahwa sebanyak 60,44% penduduk Maluku Utara menggeluti
pekerjaan di sektor pertanian, 12,56% bekerja di sektor perdagangan dan 10,68%
menggeluti pekerjaan di sektor jasa. Dominasi ketiga sektor ekonomi tersebut
diperkirakan masih akan terjadi sampai akhir triwulan II-2008. Lapangan pekerjaan
di sektor listrik, gas dan air memiliki porsi tenaga kerja yang terendah dengan porsi
0,11% dari total penduduk yang bekerja diikuti oleh sektor keuangan dan jasa
sebesar 0,58%. Kondisi tersebut sejalan dengan tingkat pendidikian yang relatif
masih rendah di wilayah Maluku Utara dan sejarah yang ada bahwa Maluku Utara
termasyur dengan hasil rempah-rempahnya.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 71
Tabel 6.4 Penduduk Usia 15 tahun keatas
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang)
februari februari februaripertanian 263,67 228,56 234,57pertambangan 0,22 9,45 7,84industri 5,63 16,13 16,70listrik, gas, air 0,33 0,75 0,43bangunan 13,29 14,62 12,78perdagangan 48,50 50,01 48,76angkutan & pergudangan 16,83 22,69 23,36keuangan dan jasa perusahaan 0,62 0,30 2,23jasa kemasyarakatan 22,10 28,52 41,45
371,19 371,03 388,12
lapanga pekerjaan
total
200820072006
Bila ditinjau dari lapangan pekerjaannya, selama setahun terakhir
peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tertinggi terjadi pada sektor keuangan
dan jasa perusahaan sebesar 643,33% (y-o-y) dari 0,3 ribu orang pada Februari
tahun 2007 menjadi 2,23 ribu orang pada Februari 2008. Pertumbuhan di sektor ini
dipengaruhi oleh beroperasinya beberapa bank baru dan pembukaan kantor
layanan nasabah di wilayah Maluku Utara. Preferensi masyarakat untuk bekerja di
sektor jasa kemasyarakatan juga mengalami peningkatan dalam setahun terahkhir.
Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut
sebesar 45,34% (y-o-y) sehingga pada Februari2008 tercatat sebesar 41,45 ribu
orang. Perkembangan jumlah tenaga kerja di beberapa sektor ekonomi justru
mengalami penurunan. Penurunan jumlah tenaga kerja terbesar terjadi di sektor
listrik, gas dan air yaitu sebesar 42,67% (y-o-y) diikuti sektor pertambangan dan
bangunan masing-masing sebesar 17,04% dan 12,58%. Meskipun demikian bila
dikaitkan dengan kinerja perekonomian, ketiga sektor yang mengalami penurunan
tenaga kerja tersebut kinerja tahunannya tetap mengalami peningkatan.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 72
Grafik 6.2 Lapangan Kerja Utama Penduduk Maluku Utara
6.4 Status Pekerjaan Utama
Dari seluruh penduduk usia kerja yang bekerja di sektor ekonomi tertentu
secara umum dapat dibedakan menjadi tujuh kategori status pekerjaan. Ketujuh
kategori tersebut adalah: usaha sendiri, usaha dibantu buruh tidak tetap, usaha
dibantu buruh tetap, buruh/karyawan, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di
non pertanian, dan pekerja yang tak dibayar (relawan). Dari ketujuh kategori
tersebut dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua yaitu pekerjaan formal dan non
formal. Pekerjaan formal terdiri dari kelompok pekerjaan dengan status berusaha
dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, sedangkan lima status pekerjaan lainnya
masuk dalam kategori pekerjaan non formal.
Berdasarkan kategori pekerjaannya, jumlah penduduk usia kerja yang
bekerja di sektor formal sebanyak 17,44% atau sejumlah 67,68 ribu orang
sementara sisanya sebesar 82,56% atau sebanyak 320,43 ribu orang menggeluti
pekerjaan dengan kategori non formal. Pekerja di sektor formal didominasi oleh
pekerja dengan status sebagai buruh/karyawan sebanyak 57,8 ribu orang
sedangkan pekerja pada usaha yang dibantu buruh tetap sebanyak 9,88 ribu orang.
Sementara pekerjaan di sektor non formal didominasi oleh pekerja dengan status
usaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 111,39 ribu orang diikuti oleh pekerja
yang tak dibayar serta pekerja yang memiliki usaha sendiri masing-masing sebanyak
60%
1%
4%4%
14%
7%9%
1%
pertanian
pertambangan
industri
bangunan
perdagangan
angkutan & pergudangan
jasa
lainnya (listrik & keuangan)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 73
94,44 ribu orang dan 89,08 ribu orang. Persebaran pekerja di daerah sesuai dengan
status pekerjaan tersebut secara dominan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
pekerja di daerah yang rata-rata memeliki pendidikan yang rendah, sedangkan
tuntutan pekerjaan sektor formal memiliki beban tugas dan tuntutan pekerjaan
yang tinggi guna memenangi persaingan yang semakin tinggi, disamping itu budaya
daerah dan sejarah juga turut mempengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih
bidang pekerjaan yang ditekuni.
Pereknomian yang semakin global membuat persaingan usaha dengan
pelaku usaha sejenis dari daerah lain semakin sulit untuk dihindari. Disamping itu
kekuatan modal dalam menjalankan usaha cukup mendominasi kelangsungan
usaha ditengah harga barang dan jasa yang terus mengalami peningkatan. Kondisi
tersebut tercermin dari jumlah pekerja yang menjalankan usaha sendiri secara
tahunan mengalami penurunan sebesar 15,43% (y-o-y). Demikian pula
perkembangan jumlah pekerja bebas non pertanian juga mengalami penurunan
dengan tingkat penurunan sebesar 1,15% (y-o-y) yang pada Februari 2008 tercatat
sebanyak 8,23 ribu orang. Sementara pekerja bebas di pertanian jumlahnya justru
mengalami lonjakan yang cukup tajam yaitu sebesar 77,17% (y-o-y) . jumlah
pekerja yang tak dibayar secara tahunan juga mengalami peningkatan sebesar
12,24% pada Februari 2008 yang tercatat sebanyak 94,44 ribu orang.
Tabel 6.5 Penduduk Usia 15 tahun keatas
Menurut Status Pekerjaan Utama (ribu orang)
2008
februari agustus februari agustus februariusaha sendiri 111,7 140,65 105,33 98,31 89,08usaha dibantu buruh tidak tetap 101,4 86,77 105,7 83,12 111,39usaha dibantu buruh tetap 12,13 9,53 7,96 11,99 9,88buruh/karyawan 36,37 50,39 47,74 73,45 57,8pekerja bebas di pertanian 8,68 14,88 7,14 14,65 12,65pekerja bebas di non pertanian 9,41 8,05 13,02 8,23 12,87pekeja tak dibayar 91,5 79 84,14 82,59 94,44
371,18 389,28 371,03 372,34 388,11
status pekerjaan
total
20072006
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Prospek Perekonomian Daerah 74
Prospek Perekonomian Daerah
7.1 Kondisi Umum
Perkembangan ekonomi di Maluku Utara yang terjadi pada triwulan III-2008
memiliki arah sesuai dengan yang perkiraan pada triwulan II-2008. Akan tetapi,
pertumbuhan sebesar 3,78% (q-t-q) melebihi perkiraan sebelumnya sekitar 1,6 ± 0,5% (q-t-q). Pertumbuhan tersebut memberikan harapan baru akan kondisi
ekonomi daerah pada periode yang akan datang. Dari sisi penawaran (sektoral),
sebagian besar sektor ekonomi pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan
yang positif meskipun ada beberapa sub sektor yang mengalami perlambatan
pertumbuhan. Demikian pula dari sisi permintaan/penggunaan sumber daya
ekonomi di daerah.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan III-2008 diikuti oleh
peningkatan harga barang dan jasa. Secara tahunan, pada bulan September 2008
inflasi di Kota Ternate sebagai kota di Maluku Utara yang disurvey oleh BPS
menunjukkan terjadinya inflasi tahunan sebesar 16,63% (y-o-y). Tingkat inflasi
tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi Nasional yang tercatat sebesar
12,14 % (y-o-y).
Inflasi yang terjadi di Maluku Utara didominasi oleh kenaikan tingkat harga
pada kelompok bahan makanan. Fluktuasi harga pada kelompok bahan makanan
tergolong cukup besar di kota Ternate. Sebagian besar kebutuhan bahan makanan
masyarakat kota Ternate didatangkan dari luar daerah seperti padi dari Wasile dan
Subaim, pisang dari Tobelo, sayur-sayuran dari Tidore dan Jailolo. Tidak hanya itu,
sebagian bahan makanan juga didatangkan dari Gorontalo, Manado dan Makassar.
7.2 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan kondisi ekonomi dan politik serta keamanan yang terjadi pada
triwulan III-2008, perekonomian Maluku Utara pada triwulan IV-2008 diperkirakan
masih akan mengalami pertumbuhan yang positif dan diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan sebesar 1,75 ± 0,5% (q-t-q). Beberapa event yang diperkirakan akan
Bab VII
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Prospek Perekonomian Daerah 75
mampu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi daerah antara lain penyelenggaraan
POPWIL Sulampua, kegiatan bazar UMKM dalam rangka menyambut HUT Kota
Ternate serta liburan pada masa pergantian tahun baru. Disamping itu penetapan
Gubernur Definitif di Provinsi Maluku Utara diharapkan mampu menjadi pemicu
bagi peningkatan kinerja perekonomian daerah
Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang
diperkirakan masih akan didorong oleh pertumbuhan produksi terutama di sektor
pertanian, perdagangan hotel & restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi
sebagai sektor unggulan daerah. pasokan energi listrik dan air bersih pada akhir
tahun juga akan mengalami peningkatan seiring selesainya pemeliharaan pada
beberapa pembangkit yang ada.
Dari sisi pengeluaran, kegiatan konsumsi diperkirakan masih akan menjadi
motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah. Konsumsi pemerintah
diperkirakan akan mengalami kenaikan seiring dengan realisasi target pelaksanaan
APBD tahun 2008.
7.3 Prospek Inflasi Daerah
Tingkat harga barang dan jasa di Maluku Utara pada triwulan IV-2008
diperkirakan akan mengalami kenaikan yang melambat dan berada pada kisaran
4,37 ± 0,5% (q-t-q). Bahan makanan dperkirakan masih akan mengalami
pertumbuhan inflasi tertinggi disusul kenaikan harga pada transportasi dan
komunikasi.
Beberapa faktor yang dapat memperlambat laju inflasi daerah diantaranya:
penurunan harga komoditas pertanian seiring dengan pelaksanaan panen raya,
semakin gencarnya perang tarif murah antar operator telepon seluler sehingga biaya
percakapan maupun pengiriman pesan akan semakin murah, serta isu positif
seputar penurunan harga BBM.
Sedangkan beberapa faktor yang diprediksi dapat meningkatkan tingkat
inflasi daerah antar lain cuaca yang relatif kurang stabil menjelang pergantian
musim akan mengganggu kelancaran transportasi barang dan jasa, peningkatan
konsumsi dan mobilitas masyarakat menjelang pergantian tahun serta penerimaan
CPNS pada akhir tahun yang dapat meningkatkan kemampuan / daya beli
masyarakat.
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
BOX 3
DAMPAK KRISIS FINANSIAL GLOBAL TERHADAP
PEREKONOMIAN MALUKU UTARA
Krisis ekonomi yang terjadi di USA akan berdampak pada dua hal secara
umum pada kinerja perekonomian nasional, yakni pengeringan likuiditas dan
pelambatan ekonomi global. Seretnya likuiditas global dapat berpengaruh pada
kondisi neraca pembayaran Indonesia. Akibatnya volatilitas nilai tukar Rupiah
akan lebih tinggi. Tingginya volatilitas nilai tukar Rupiah ini diperkirakan akan
berlangsung selama enam bulan. Sementara pemulihan ekonomi global akibat
krisis diperkirakan akan memerlukan waktu selama dua tahun. Selama bulan
November 2008 kurs rupiah masih berada diatas nilai psikologis Rp.10.000/USD
yaitu diatas Rp.11.000,-/USD.
76
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Pada indikator inflasi secara nasional, krisis ekonomi juga turut mengerek inflasi menjadi 11,77% (y-o-y) posisi Oktober 2008, dimana hal ini diakibatkan oleh faktor ketidakpastian harga komoditas dunia yang berimbas pada proyeksi inflasi di dalam negeri.
Indikator inflasi di Maluku Utara sendiri pada bulan Oktober 2008 tercatat
minus 0,64% (m-t-m) atau mengalami deflasi yang dominan disumbang oleh
bahan makanan (bumbu-bumbuan, ikan segar, sayur-mayur dan daging) sebesar
minus 2,97% dimana hal ini disebabkan oleh mulainya masa panen hasil bumi
sehingga pasokan melimpah. Laju inflasi tahun 2008 (y-t-d) tercatat 11,57%.
77
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Secara umum inflasi di Maluku Utara dominan dipengaruhi oleh volatile
food yang bersifat seasonal. Dampak krisis finansial global yang berimbas pada
perlambatan ekonomi termasuk penurunan harga komoditi telah dirasakan oleh
Maluku Utara. Lihat saja beberapa komoditi unggulan berbasis rempah dan
pertanian telah mengalami kemerosotan harga jual antara lain Kakao dan Kopra.
Pada indikator kinerja Ekspor-impor di Maluku Utara, berdasarkan data KPBC terjadi penurunan kinerja ekspor sebesar minus -51,33% (posisi Juli 2008 = USD 26.770 ribu). Penurunan ini dipicu oleh menurunnya permintaan komoditi ekspor oleh beberapa Negara (USA, Korea, Taiwan, dan beberapa Negara Eropa), namun kontinuitas permintaan masih ditunjukkan oleh Jepang dan RRC.
78
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Kinerja Ekspor-impor Maluku Utara masih menunjukkan net export, dimana komoditi
ekspor masih didominasi oleh hasil mineral / penggalian (nikel) sedangkan hasil /
produk hewani (ikan) terjadi penurunan permintaan. Selain itu pada komoditi kayu
dan olahannya sudah tidak terdapat permintaan ekspor sejak awal tahun 2008
dimana hal ini ditenggarai oleh tutupnya sejumlah industri pengolahan kayu (PT.
Mangoli Timber dan PT. Taiwi).
-10,000
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
Dec Ja
nFe
bM
arA
prM
ay Jun
Jul
Aug
Sep Oct
Nov
Dec Ja
nFe
bM
arA
prM
ay Jun
Jul
2006 2007 2008
USD
(rib
u)
MineralHew ani/perikanankayu
79
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Kinerja perbankan menunjukkan gejala yang sama dengan kondisi nasional, dimana
terjadi penurunan DPK (posisi September 2008) sebesar minus 1,34% (q-t-q), dimana
penurunan DPK perbankan Maluku Utara lebih didominasi oleh isu lokal seperti
kebutuhan masyarakat menjelang Lebaran, realisasi APBD, realisasi program sosial
(BLT Tahap I dan Tahap II) dan biaya menjelang kampanye PEMILU 2009 (biaya
iklan/poster). Perbankan Maluku Utara tidak mengalami pengeringan likuiditas dalam
denominasi valas karena motif spekulasi dan instrumen derivatif masih sangat minim.
Dari sisi kredit terus terjadi peningkatan intermediasi perbankan kepada sektor
ekonomi unggulan (pertanian/perikanan, PHR, konstruksi dan Jasa usaha & lainya).
Peningkatan kinerja intermediasi tercatat 12,75% yaitu menjadi Rp.1,18 trilyun (posisi
September 2008). Salah satu pendorong meningkatnya intermediasi adalah minat
sektor riil yang tinggi dan makin bankable sektor usaha yang akan dibiayai serta
program-program pemerintah yang mendukung intermediasi perbankan seperti KUR,
Sertifikasi tanah UMK oleh BPN dan dana bergulir lainnya dengan chanelling melalui
perbankan. Dari sisi manajemen resiko kredit yaitu indikator NPLs menunjukkan
rentang yang aman (dibawah 5%) yaitu terjadi penurunan kredit non lancar sebesar -
1,67% sehingga NPLs perbankan Maluku Utara yaitu 3,41%.
Berdasarkan survey Bank Indonesia Ternate kepada perbankan terkait dampak
krisis finansial global di Maluku Utara terdapat beberapa poin kondisi terkini menurut
persepsi perbankan, yaitu :
80
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
1. Aktivitas (kinerja) perbankan di daerah belum merasakan dampak krisi global
yang terjadi (pengaruhnya tidak signifikan).
2. Kredit perbankan masih menunjukkan trend peningkatan, dengan kualitas
kredit yang relatif lebih baik (Rasio NPL’s perbankan masih mengalami
penurunan).
3. Penurunan DPK perbankan terutama disebabkan oleh penarikan giro
pemerintah cukup dominan, sementara DPK masyarakat masih menunjukkan
peningkatan.
4. Beberapa upaya menghadapi krisis keuangan global yang dilaksanakan oleh
perbankan daerah antara lain:
a. Menginformasikan kepada nasabah bahwa perekonomian dan perbankan
daerah maupun nasional masih cukup kuat dalam menghadapi krisis yang
terjadi.
b. Menginformasikan kepada nasabah mengenai kebijakan yang telah
ditempuh baik oleh pemerintah, otoritas moneter maupun lembaga
terkait guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap keamanan
asetnya di perbankan
c. Meningkatkan monitoring terhadap debitur-debitur yang potensial
d. Melakukan upaya efisiensi biaya maupun waktu serta peningkatan
pelayanan terhadap nasabah dan diharapkan langkah serupa juga
dilakukan oleh Pemda dengan mendukung sektor riil – UMKM melalui
relaksasi fiskal (kemudahan perizinan dan keringanan pajak).
e. Menanggapi keluhan nasabah dengan lebih arif guna meminimalisir isu
negatif yang mungkin timbul.
Disamping itu perbankan di daerah menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan
koordinasi dengan Bank Indonesia setempat. Selain itu, di tingkat pusat antisipasi
dampak krisis terus ditingkatkan oleh Bank Indonesia dengan tetap berkoordinasi
dengan Pemerintah dalam memilih kebijakan moneter. Bank Indonesia di daerah juga
akan senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah daerah untuk memberikan
informasi dan advisory langkah-langkah meminimalisir dampak krisis finansial global
di daerah.
81