perkembangan dan peran muhammadiyahe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2766/1... · perkembangan...
TRANSCRIPT
2
PERKEMBANGAN DAN PERAN MUHAMMADIYAH
DI SALATIGA TAHUN 2000-2015
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S. Hum.)
Oleh:
INGKAN DHIKA PRATIWI
NIM. 216 13 004
PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
3
4
5
6
MOTTO
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
(Winston Chuchill)
Sebelum menolong orang lain, saya harus dapat menolong diri sendiri.
Sebelum menguatkan orang lain, saya harus bisa menguatkan kehidupan diri
sendiri dahulu.
(Petrus Claver)
7
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya yang
tercinta Bapak Prasetyo dan Ibu Siti Haniah yang tidak pernah lelah
dalam menasehati, mendidik, dan memotivasi setiap perjuangan saya.
Tanpa dorongan mereka saya bukan apa-apa.
Teruntuk Bapak Sutrisna dan Bapak Haryo aji yang telah membantu
di setiap kesulitan dan memberi pengetahuan baru dalam
menyelesaikan tugas akhir saya.
Teruntuk saudari kandung saya Nabila Min Fadhila yang selalu
mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir saya.
Teruntuk sepupu saya Lutfia ulfa Dwi Yanti dan Miftakul Nur Alifah
yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir saya
Teruntuk teman spesial saya Muhammad Ichlas W.P.U yang selalu
memotivasi dan mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir
saya.
Teruntuk sahabat-sahabat Sejarah Peradaban Islam Angkatan pertama
tahun 2013.
8
ABSTRAK
Ingkan, Dhika Pratiwi. 2017. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga Tahun 2000-1015.
Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing : Sutrisna, S.Ag., M.Pd.
Kata Kunci: Perkembangan, Peran, Muhammadiyah, Salatiga.
Penelitian ini merupakan analisis mengenai Perkembangan Muhammadiyah di
Salatiga. Adapun permasalahan yang ada yaitu (1) Bagaimana sejarah Muhammadiyah di
Indonesia? (2) Bagaimana perkembangan Muhammadiyah di salatiga Tahun 2000-2015? (3)
Bagaimana peran Muhammadiyah bagi masyarakat di salatiga?
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif naratif sejarah. Sumber data diperoleh
langsung dari sumbernya melalui wawancara. Penelitian ini menggunakan metode sejarah
yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan skripsi ini lebih
mengarah pada perkembangannya, dalam mengembangkan sebuah organisasi Islam di
Salatiga tidak terlepas dari para pemimpinnya yang ada di Pimpinan Daerah
Muhammadiyah di Salatiga pada periode 2000-2015. Perkembangan Muhammadiyah di
Salatiga yang diteliti oleh peneliti ialah dari tahun 2000. Pembatasan ini dikarenakan pada
tahun 2000 merupakan perkembangan Muhammadiyah Pasca Reformasi Muhammadiyah
mengalami pasang surut kejayaannya di Salatiga dalam bidang pendidikan yang hampir
jatuh (kolap). Pembatasan selanjutnya yaitu tahun 2015 dikarenakan pada tahun tersebut
Muhammadiyah memiliki banyak peranan yang menojol di bidang pendidikan, ekonomi,
dan tabligh (dakwah).
Adapun hasil penelitian ini jika ditarik kesimpulan dari semua pembahasan, peneliti
melihat bahwa perkembangan Muhammadiyah di Salatiga sangat berpengaruh terhadap
berbagai bidang seperti pendidikan, sosial-ekonomi dan tabligh di Salatiga. Kemudian
memunculkan berbagai peran dalam perkembangannya, Muhammadiyah mengambil
peranan di Salatiga pada periode 2000-2015 dalam mengambil peran yang meningkat dari
tahun ketahun adalah bidang pendidikan yang dapat menunjang kemajuan pendidikan di
khususnya di Kota Salatiga.
9
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari zaman jahiliyan hingga zaman terang benderang. Skripsi ini disusun sebagai
syarat mencapai Gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Fakultas Ushuludin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan
Humaniora.
3. Bapak Haryo Aji selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam. Serta yang telah
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Sutrisna., S. Ag, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi dan membantu
memberikan banyak masukan yang sangat berguna bagi penulis.
10
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...............................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................................iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................vi
ABSTRAK ....................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................13
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..........................................................................17
C. Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................18
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................19
E. Kerangka Konseptual Dan Pendekatan ...............................................................23
F. Metode Penelitian ...............................................................................................24
G. Sistematika Penulisan ..........................................................................................31
BAB II SEJARAH LAHIRNYA MUHAMMADIYAH
A. Lahirnya Muhammadiyah ....................................................................................34
12
B. Periodesasi Muhammadiyah ................................................................................40
BAB III MUHAMMADIYAH DI SALATIGA DARI TAHUN 2000-2015
A. Profil Salatiga .......................................................................................................53
B. Lahirnya Muhammadiyah di Salatiga ..................................................................61
C. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga
2000 Sampai Tahun 2005 .....................................................................................63
D. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga
2005 Sampai Tahun 2010 .....................................................................................65
E. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga
2010 Sampai Tahun 2015 .....................................................................................73
BAB IV PERAN MUHAMMADIYAH DI SALATIGA
A. Peran Muhammadiyah di Bidang Pendidikan .......................................................82
B. Peran Muhammadiyah di Bidang Sosial-Ekonomi ...............................................84
C. Peran Muhammadiyah di Bidang Tabligh ............................................................87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................................88
B. Saran .....................................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran Muhammadiyah dapat dilacak dari konteks sosial, politik, dan
keagamaan umat Islam pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Aktivitas
pribadi K.H. Ahmad Dahlan dapat menjadi sumber untuk memahami
kelahirannya, demikian pula dengan kebijakan politik pemerintah Hindia Belanda
yang diskriminatif terhadap umat Islam. Secara umum, Muhammadiyah lahir
dalam rangka merespon kondisi sosio-politik umat Islam akibat kebijakan
pemerintah Hindia Belanda.1 Hindia Belanda menciptakan kelas sosial di dalam
masyarakat Jawa, orang-orang Belanda memiliki kasta paling tinggi yang kedua
ialah orang Cina sedangkan masyarakat pribumi terdapat pada kasta terendah.
Pada masyarakat Jawa sendiri juga tercipta kasta-kasta yang berlaku seperti
priayi, Santri dan abangan. Strata sosial tersebut mengakibatkan praktek
keagamaan masyarakat Jawa di Kauman masih bercampur pada tradisi-tradisi
Jawa yang tidak sesuai dengan nilai ajaran agama Islam. Dengan tradisi Jawa
yang mengarah pada batu besar sehingga mengusik K.H. Ahmad Dahlan untuk
mengubah pandangan masyarakat mengenai beribadah pada Allah.
Pada masa itu umat Islam tidak mempraktikkan agama secara murni,
bertaburnya mistisme dalam ritual keagamaan, akal tidak berdaya menghadapi
tradisi yang penuh dengan kestatisan dan kepasifan. Sementara faktor di luar umat
1 Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 58
14
Islam juga memberi tekanan khususnya kebijakan pemerintah kolonial Belanda
yang membuka luas bagi tumbuh dan berkembangnya agama resmi Negara
Kolonial, mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk menemukan metode yang tepat
bagi pemebebasan umat Islam dari kestatisannya dan membentengi umat dari
masyarakat untuk pengaruh luar dengan cara-cara rasional.2 Gerakan utama K.H.
Ahmad Dahlan ialah mengikis kepercayaan-keperyaan mistisme yang mengarah
pada kemusyrikan, metode yang digunakan ialah dengan memberi ilmu
pengetahuan dan membuka wawasan umat muslim dan mencoba memberi
pengajaran dengan cara-cara rasional. K.H. Ahmad Dahlan membuka jalan bagi
umat muslim dengan mendidik para muslim untuk berpikir maju dan terbuka serta
membentengi diri dari tradisi-tradisi yang mengarah pada kemusyrikan.
Pendidikan merupakan jalan bagi masyarakat untuk bebas dari belenggu
penjajahan.
Kelahiran Muhammadiyah merupakan titik balik bagi umat Islam sebagai
refleksi terhadap kesadaran beragama, K.H. Ahmad Dahlan berperan memberi
pemahaman pada umat Islam di Yogyakarta khususnya Desa Kauman bahwa
perlu adanya gerakan pemurnian terhadap ajaran agama Islam. K.H. Ahmad
Dahlan berupaya untuk mengikis praktek-praktek mistisme dalam tata
melaksanakan tata cara beribadah. Dalam masyarakat Jawa agama Islam telah
mengalami akulturasi dengan Budaya Jawa sehingga kemurnian agama Islam
terkontaminasi dengan kepercayaan-kepercayaan mistisme. Pemurnian ajaran
agama Islam menjadi motto gerakan organisasi Muhammadiyah.Cara-cara
2 Prof. Dr. Abdul munir Mulkhan, 1 Abad Muhammadiyah, (Jakarta : Kompas, 2010),
hal.XII.
15
rasional yang digunakan Muhammadiyah untuk mengikis praktek-praktek
mistisme. K.H. Ahmad Dahlan tetap tegak dalam pendiriannya dalam melakukan
gerakan pemurnian ajaran agama Islam walaupun banyak tentangan dari
masyarakat serta ulama-ulama dengan pemikiran dan gerakan yang dilakukan
K.H. Ahmad Dahlan.
Muhammadiyah memang behasil meningkatkan partisipasi umat Islam
Indonesia terhadap pendidikan modern dan menyadarkan fungsi dan hak
sosialnya. Namun gerakan ini kemudian terperangkap pada tradisonalisasi
birokrasi dan perutinan amal-usaha. Akibatnya, pembaharuan K.H. Ahmad
Dahlan tidak berlanjut dan generasi sesudahnya menjadi cukup puas dan bangga
terhadap apa yang sudah dicapai pendirinya. Ketika masyarakat telah sampai pada
suatu tahap perubahan yang nampak paralel dengan tradisi keagamaan yang
ditumbuhkan Muhammadiyah, menyebabkan gerakan ini kehilangan daya tarik
publik dan ruh pembaharuan pun melemah kalau bukan telah hilang.3
Kurang lebih pada tahun 1930-an sederet tokoh Muhammadiyah
berkumpul dan bekerjasma untuk membentuk sebuah organisasi yakni
Muhammadiyah untuk wilayah Kab. Semarang dan Kodia Salatiga.
Muhammadiyah sudah ada di Salatiga sebelum kemerdekaan RI, yang ditandai
dengan adanya sekolah HIS (Holland Inlandsche school) Muhammadiyah, kini
berubah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Para tokoh pendiri
Muhammadiyah Salatiga kala itu tidak hanya sebatas berkumpul dan bersepakat
mendirikan Muhammadiyah, sebagai bentuk kongretnya mereka bersegera
3Ibid, hal. 96.
16
melakukan gerakan dakwah amar makruf nahi munkar dengan mendirikan amal
usaha sebagai bukti aktivitasnya. Amal usaha pertama yang didirikan adalah
mendirikan dan mengelola Pendidikan formal yakni HIS (Hollands Inlandsche
School) Muhammadiyah pada tahun 1932 yang merupakan cikal bakal
perkembangan lembaga pendidikan bahkan kiprah Muhammadiyah di Salatiga
sampai saat ini.4 Muhammadiyah memberi pengaruh cukup besar di kawasan
Salatiga, berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dalam yayasan
Muhammadiyah menjadi bukti bahwa keberadaan Muhammadiyah memberi
pengaruh dalam dunia pendidikan serta pembentukan moral generasi muda yang
sesuai dengan ajaran Islam yang benar.
Pada periode pra dan awal berdirinya hingga 1945, Muhammadiyah
mengusung ide dan gagasan transformasi sosial keagamaan bagi umat Islam.
Gagasan transformasi iu muncul dari kesadaran K.H. Ahmad Dahlan bahwa umat
Islam hampir berada dalam keterpurukan yang sempurna, pengalaman ajaran
Islam tidak lagi didasarkan pada nilai-nilai otentik dan banyaknya praktek
peribadatan yang tidak berdasarkan pada Al-Qur‟an dan As-sunnah.5
Dengan gagasan transformatif yang mengubah paradigma umat muslim
mengenai kemurnian ajaran agama Islam mengubah pemikiran yang sempit pada
umat Islam. Dengan konsep pemikiran keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan
dan sikap kritis terhadap ilmu pengetahuan mendorong Muhammadiyah
mengalami perkembangan. Dalam aspek pemahaman keagamaan dapat
4Buhtari, S.Si, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga :
Perda Muhammadiyah Salatiga, 2010), hal. 2. 5 Dr. Abdul Munir Mulkhan SU, Menggugat Muhammadiyah, (Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru, 2000), hal XV.
17
mendorong sikap kritis umat Islam yang dapat memicu kemajuan dalam hal
pemikiran. Peran Muhammadiyah terhadap mengembangkan pemikiran umat
muslim mendorong penulis untuk mengangkat tema “Perkembangan Dan Peran
Muhammadiyah Di Salatiga Tahun 2000-2015”.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
Peneliti ini bermaksud untuk menguraikan dan mendeskripsikan mengenai
Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga Tahun 2000-2015. Agar proses
pendeskripsian ini terarah maka peneliti ini harus dibatasi dan dirumuskan. Pokok
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini menitik beratkan pada Seajarah
Muhammadiyah di Salatiga.
Perkembangan dan Peran Muhammadiyah di Salatiga yang diteliti oleh
peneliti ialah dari tahun 2000. Pembatasan ini dikarenakan pada tahun 2000
merupakan perkembangan Muhammadiyah Pasca Reformasi Muhammadiyah
mengalami pasang surut kejayaannya di Salatiga dalam bidang pendidikan yang
hampir jatuh (kolap). Pembatasan selanjutnya yaitu tahun 2015 dikarenakan pada
tahun tersebut Muhammadiyah memiliki banyak peranan yang menojol di bidang
pendidikan, ekonomi, dan tabligh (dakwah).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dikemukakan inti
permasalahan dari penelitian ini, yaitu mengenai Sejarah Muhammadiyah di
Salatiga. Permasalahan tersebut dapat dikemukakan dalam beberapa pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah Lahirnya Muhammadiyah?
18
2. Bagaimana Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari tahun 2000
Sampai 2015?
3. Bagaimana Peran Muhammadiyah bagi Masyarakat Salatiga?
C. Tujuan Dan Ruang Lingkup Penelitian
Pada proses pembahasannya peneliti berusaha untuk menyusunnya secara
sistematis, yang didasari dengan tujuan dan kegunaan penelitian ini sendiri.
Tujuan dan kegunaan penelitian, berguna sebagai patokan untuk menentukan
kearah mana penelitian ini dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Arti penting
penelitian ini adalah tema penelitian ini belum pernah ada yang meneliti.Hal ini
menjadi celah kajian penting bagi peneliti.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Menguraikan Gambaran Sejarah Lahirnya Muhammadiyah.
2. Menjelaskan Proses Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari tahun
2000 Sampai 2015.
3. Menguraikan Pengaruh Muhammadiyah bagi Masyarakat Salatiga.
Dengan adanya penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Secara praktis akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
mengenai Sejarah Perkembangan Muhammadiyah Di Salatiga.
2. Dapat memberikan koleksi pustaka bagi jurusan Sejarah Peradaban Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
19
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini menggunakan sumber berupa pustaka-pustaka,
sumber-sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : yang
pertama buku dari Syarifuddin Jurdi6
dalam bukunya yang berjudul
Muhammadiyah Dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006 yang menjelaskan
tentang keterlibatan Muhammadiyah dalam proses politik Indonesi dari periode
ootoroter (1966-1998) dan periode transisi demokrasi pasca Orde Baru (1998-
2006). Sebagian dari keluhan memperoleh ruang penjelasan dalam buku ini,
khususnya bagaimana menata ulang peran politik Muhammadiyah dalam
kehidupan politik Indonesia di masa depan.
Yang kedua, buku dari Abdul Munir Mulkhan7 dalam bukunya yang
berjudul 1 Abad Muhaamadiyah tentang Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan
yang memaparkan tentang eksistensi Muhammadiyah secara utuh, sejak gerakan
ini berdiri pada 1912 hingga saat ini, ketika usianya telah mencapai satu abad.
Hampir semua bidang yang menjadi perhatian Muhammadiyah sepanjang
sejarahnya, sejak bidang pendidikan, kesehatan, sosial kemanusiaan, hingga
politik, memperoleh ruang penjelasan yang memadai. Melalui bidang-bidang
amal, Muhammadiyah terbukti telah secara aktif dan proaktif ikut menyelesaikan
persoalan-persoalan sosial kemanusiaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat,
bangsa dan Negara. Keistimewaan buku ini terletak pada periodesasi dan urutan
6 Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Februari 2010). 7 Munir Mulkhan, Abdul, 1 Abad Muhammadiyah, (Jakarta : Kompas, Juni 2010).
20
eksistensinya, sehingga dengan mudah akan memeperoleh gambaran mengenai
gagasan-gagasan besar dan aktivitas Muhammadiyah.
Yang ketiga, buku dari Abdul Munir Mulkhan8 dalam bukunya yang
berjudul Marhaenis Muhammadiyah yang menjelakan tentang fakta yang
menunjukkan bahwa Muhammadiyah bukanlah kesatuan entitas yang seragam
atau homogeny. Keberagaman model kepengikutan itu muncul karena adanya
gesekan manakala doktrin tarjih Muhammadiyah pasca kepemimpinan K.H.
Ahmad Dahlan diberlkukan secara kaku. Konsep Islam murni syariahistis itu
akibat dari mendominasinya elite ahli syariah yang ingin memusnahkan tradisi
TBC (Takhayul, Bid‟ah, dan c(k)hurafat), bahkan jarang cara-cara kekerasan
ditempuh demi menegakkan syariah. Gerakan pemurnian Islam seperti itu jelas
bersebrangan dengan latar belakang kultural masyarakat desa yang mayoritas
bermata pencaharian petani. Mereka tertarik bergabung dengan Muhammadiyah
manakala gerakan yang menawarkan pembaruan ini meluas pedesaan. Mereka
justru merasa nyaman dengan pola pemurnian Islam yang dibawa oleh K.H.
Ahmad Dahlan yang mengedepankan kesalehan spiritual. Marhaenis
Muhammadiyah ibarat “teologi petani” atau “jalan baru” Islam yang bisa
mendorong etos kerja produktif serta mengembangkan pemikiran Islam yang
inklusif. Dari sinilah, kehidupan masyarakat pluralis demokrasi tumbuh dengan
subur.
8 Munir Mulkhan, Abdul, Marhaenisme Muhammadiyah, (Yogyakarta : Galang Press,
2010).
21
Yang keempat, buku dari H. Harmoko9 dalam bukunya yang berjudul
Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah memuat tentang amanat lengkap Bapak
Presiden Soeharto pada waktu pembukaan Muktamar, dan pengarahan Menko
Polkam Bapak Surono, Menko Kesra Bapak H. Alamsyah Ratu Perwiranegara,
Menteri Dalam Negeri Bapak Soepardjo Rustam, Menteri Agama Bapak Munair
Syadzali dan Menteri Penerangan Bapak H. Harmoko dihadapan Muktamar
pemuda Muhammadiyah bertempat di Universitas Muhammadiyah Surakarta
serta pidato pembukaan Ketua Umum K.A.R. Fakhruddin di Stadion Sriwedari.
Disamping sambutan dan ulasan dari para Duta Besar Negara sahabat dan tamu-
tamu luar negeri yang menyatakan kekagumannya pada kebesaran
Muhammadiyah, dihalaman lain mengetengahkan beberapa keputusan penting
muktamar. Buku ini sangat besar artinya bukan saja bagi warga Muhammadiyah
dalam menggerakkan roda organisasinya dan tugas mulia pembangunan mental
dan spiritual bangsa, juga bagi segenap lapisan masyarakat untuk lebih mengenal
Muhammadiyah.
Yang kelima, skripsi Fitri Apriliyanti10
dari Universitas Pendidikan
Indonesia dalam skripsinya yang berjudul Peranan K.H. Mansur dalam
Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942) memuat tentang gambaran mengenai
K.H. Mansur yang merupakan salah seorang pemimpin Islam yang mempunyai
latar belakang pendidikan agama yang bagus. Dalam perjuangan kemerdekaan,
kehadiran K.H. Mansur telah memberikan sumbangan yang tidak sedikit untuk
9
A.Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen
Penerangan RI, 1986). 10
Skripsi Fitri Apriliyanti, Peranan K.H. Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah
(1937-1942), Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.
22
bangsa Indonesia khususnya dalam gerakan Muhammadiyah bahkan beliau
memberikan kontribusinya dengan membangun kemajuan Islam. Yang
membedakan dengan penelitian penulis adalah perbedaan mengenai salah satu
tokoh besar di Muhammadiyah, dan penulis meneliti tentang perkembangan
Muhammadiyah di Salatiga tahun 2000-2015. Penulis menitik beratkan pada
perkembangan yang ada di Kota Salatiga periode 2000-2015.
Yang keenam, skripsi Ninin Karlina11
dari Universitas Muhammadiyah
Surakarta dalam skripsinya yang berjudul Sejarah Perkembangan Muhammadiyah
cabang Blimbing Daerah Sukoharjo yang memmuat tentang sejarah dan peranan
Muhammadiyah cabang Blimbing Sukoharjo terhadap masyarakat Islam.
Perkembangan Muhammadiyah cabang Blimbing Sukoharjo terdapat berbagai
kegiatan dakwah dan amal usahanya dan Muhammadiyah cabang Blimbing
Sukoharjo merupakan fenomena ormas yang mampu membangun basis dari
tingkat bawah sampai tingkat elit Pimpinan cabang. Yang membedakan dengan
penelitian ini adalah perbedaan pada tempat penelitian di cabang Kota Salatiga
dan penelitian menitik beratkan pada perkembangan yang ada di Kota Salatiga.
Yang ketujuh, buku dari Buhtari12
dalam bukunya yang berjudul Sejarah
Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga yang berisi tentang sebuah
kenang-kenangan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga periode
muktamar 2005-2010 di akhir masa jabatannya. Dalam membuat buku tersebut
dengan mencari referensi dari ringkasan para tokoh generasi pendatang di era
11
Skripsi Ninin Karlina, Sejarah Perkembangan Muhammadiyah cabang Blimbing
Daerah Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014. 12
Buhtari, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga : Perda
Muhammadiyah Salatiga, 2010).
23
orde baru, terdapat juga ringkasan dan catatan pribadi Bapak Sutjipto mengenai
perkembangan amal usaha di bidang pendidikan terutama sekolah dasar dan
menengah serta informasi dari pimpinan AUM seperti sekolah, panti, Lazim dan
Koperasi. Dalam buku ini juga memuat periode kepemimpinan Muhammadiyah
Salatiga dari masa ke masa.
E. Kerangka Konseptual
Perkataan sejarah dalam bahasa Indonesia adalah sama dengan History
(Inggris), Geschichte (Jerman) atau geschiedenis (Belanda). Sama berarti kurang
lebih sama, sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan searah,
history dan sebagian banyak itu banyak sekali. Menurut kamus umum bahasa
Indonesia Sejarah diartikan Kesusastraan lama : silsilah; asal usul; kejadian dan
peristiwa yang benar-benar telah terjadi pada masa yang lampau; ilmu
pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar
telah terjadi pada masa yang lampau.13
Dari sisi lain, kata sejarah berasal dari kata “Syajarah” yakni dari bahasa
Arab yang berarti pohon. Kata ini masuk ke Indonesia sesudah terjadi akulturasi
antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Dalam kaitan tersebut,
ternyata bermacam-macam pengertian “sejarah” yaitu silsilah, riwayat, babad,
tambo ataupun tarikh.14
13
R. Moh Ali, Pengantar Ilmu sejarah, (Yogyakarta : LKIS, Februari 2005), hal. 11-12. 14
Prof. Drs. H. Rustam E. Tamburaka, M.A, Pengantar Ilmu sejarah, Teori Filsafat
Sejarah, Sejarah Filsafat, dan Iptek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hal. 2.
24
Muhammadiyah adalah sebuah perserikatan (organisasi) yang didirikan
pada tanggal 08 Dzulhijjah 1338 H/18 November 1912 Masehi di Kauman
Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan. Organisasi ini mengedepankan konsep
perjuangan untuk menegakkan “amar ma‟ruf nahi munkar” dan sumber
gerakannya adalah Al Qur‟an dan as-sunnah.15
Muhammadiyah merupakan gerakan sosial Islam, aktivitasnya hanya
berkaitan dengan bidang agama, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, tetapi
juga dengan wilayah politik kenegaraan.16
F. Metode Penelitian
Metodologi penelitian sejarah tidak bisa lepas dari definisi sejarah secara
umum, yaitu bahwa sejarah merupakan gambaran pengalaman manusia pada masa
lalu. Adapun tujuan seorang sejarawan adalah untuk memperoleh pengetahuan
tentang masa lampau kemudian menyajikannya. Metode penulisan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yaitu penyelidikan yang
mengklasifikasikan metode pemecahan masalah ilmiah dari perspektif historis
suatu masalah. Proses awal yang dilalui oleh sejarawan untuk menulis sejarah
dengan menentukan tema sesuai dengan minat dan keyakinan peneliti. Hal ini
diharapkan dapat memacu semangat peneliti untuk meneliti secara sungguh-
sungguh, jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh maka akan mendapatkan hasil
yang lebih baik.
15 Syarifuddin Jurdi, Negara Muhammadiyah, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005), hal.
3. 16 Ahmad Syafii Maarif, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 1.
25
Metode penelitian sejarah dalam penulisan proposal ini di bagi menjadi 4
langkah yaitu sebagai berikut:
a. Heuristik
Tahap pertama adalah heuristik atau pengumpulan sumber.
Heuristik adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber atau
mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.17
Sejarawan bekerja berdasarkan berbagai dokumen. Dokumen adalah
jejak pikiran dan perbuatan yang telah ditinggalkan oleh orang-orang
zaman dulu. Namun, pikiran dan perbuatan ini sangat sedikit
meninggalkan jejak yang terlihat, dan jejak ini, kalaupun ada, jarang
yang tahan lama, musibah dan bencana sering menghapus jejak
tersebut.18
Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan
manusia yang menunjukan segala aktifitasnya di masa lampau, baik
berupa peninggalan-peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber ini
dapat ditemukan di perpustakaan-perpustakaa, dari internet, dan untuk
arsip dapat diperoleh di kantor-kantor atau instansi-instansi tertentu
dalam penulisan ini peneliti menggunakan sumber yang berupa buku-
buku dan internet.
Adapun proses heuristik dilakukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yakni :
1. Penelitian Lapangan
17
Philippe Carrard, Poetics The New History (Frenchhistorical Discourse From
BraudelTto Chartier, Baltimore And London: The Johns Hopkins University Press, 1992), hal. 2-
4 18
Ch. V. Langlois & Ch. Seignobos, Instroduction To The Study Of History, New York :
Henry Holt And Company, 1904), hal. 25.
26
Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti
serta mencari data dan informasi yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan informasi atau
bukti data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data dan informasi penelitian lapangan, yaitu:
- Pengamatan (observasi)
Adalah suatu teknik yang dilakukan peneliti untuk
mengamati secara langsung objek yang berkaitan dengan
penelitian dan bukti-bukti tentang Perkembangan
Muhammadiyah di Salatiga. Penulis mendapatkan sebuah buku
tentang sejarah dan perkembangan Muhammadiyah di Salatiga
tahun 2000-2010 sebagi penguat penelitian.
- Tradisi lisan / Wawancara
Adalah suatu teknik yang dilakukan dalam pengumpulan
data dengan mencermati penuturan-penuturan informasi yang
sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan keterangan
terhadap masalah yang akan diteliti untuk mewujudkan fakta-
fakta dalam rangka penyusunan sejarah lokal tersebut, misalnya
dengan mengadakan wawancara langsung dengan orang-orang
yang mengetahui tentang hal-hal yang berkenaan sejarah
Muhammadiyah, Peneliti akan mengadakan wawancara kepada
Bapak Imam Sutomo, M.A selaku ketua Muhammadiyah
27
periode 2010-2015 karena beliau mempunyai peran penting
dalam Muhammadiyah pada tahun 2000-2005 dan tahun 2005-
2010 menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Salatiga, peneliti juga akan mengadakan
wawancara kepada Bapak Amar Ma‟ruf selaku Sekretaris II dan
Bendahara Muhammadiyah di salatiga periode 2010-2015 dari
beliau penulis mendapatkan berbagai rancangan kerja
Muhammadiyah di Salatiga, selanjutnya peneliti juga
melakukan wawancara kepada Bapak Hamam selaku sekretaris
Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Salatiga tahun 2010-
2012, alasan penulis mewawancari Bapak Hamam adalah
karenan beliau termasuk pengurus dalam Pimpinan Daerah
Muhammadiyah di Kota Salatiga.
2. Penelitian Kepustakaan
Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian
yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk
hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan.
Dalam kajian kepustakaan ini peneliti akan mengadakan penelitian
kepustakaan untuk mendapatkan informasi-informasi serta data-data
yang berkaitan dengan peristiwa sejarah tersebut.
Melalui penelitian kepustakaan ini sumber-sumber buku yang
dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.
sumber kepustakaan yang akan dikaji adalah perpustakaan Daerah
28
Salatiga dari situ penulis mendapat berbagai buku yaitu A.Harmoko
Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, Abdul Munir Mulkhan
Marhaenisme Muhammadiyah, Dr. Abdul Munir Mulkhan SU
Menggugat Muhammadiyah, Abdul munir Mulkhan 1 Abad
Muhammadiyah, Syarifuddin Jurdi MUHAMMADIYAH dalam
Dinamika Politik Indonesia 1966-2006, Teddy Sulistio Memory
Masa Jabatan DPRD Kota Salatiga 2009-2014, perpustakaan
Percik Kampoeng Percik Salatiga, dari situ penulis mendapatkan
sumber buku dari Syarifuddin Jurdi, Negara Muhammadiyah,
Ahmad Adaby Darban Sejarah Kauman (Menguak Identitas
Kampung Muhammadiyah). Dari BPS Kota Salatiga penulis
mendapatkan sumber data BPS Kota Salatiga dalam Angka 2016.
b. Kritik sumber / Verifikasi
Penulisan sejarah dikenal dua macam sumber yaitu sumber
primer dan sumber skunder.sumber primer adalah kesaksian dari
seseorang dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indra
yang lain atau dengan alat mekanisme. Sumber kedua adalah sumber
skunder, sumber skunder adalah merupakan kesaksian dari siapapun
yang bukan saksi mata, yakni dari orang yang tidak hadir pada
peristiwa yang dikisahkan. Kritik sumber merupakan verifikasi sumber
yaitu pengujian kebenaran atau ketetapan dari sumber sejarah. Kritik
29
sumber ada dua yaitu kritik eksteren dan kritik intern untuk menguji
kredibilitas sumber.
- Kritik eksternal
Hal ini berguna untuk menetapkan keaslian atau
auntentitas data, dilakukan kritik eksternal. Menurut Helius
Sjamsuddin kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau
pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah.
Apakah fakta peninggalan atau dokumen itu merupakan yang
sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan
untuk menguji keaslian tersebut, misalnya untuk menetapkan
umum dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas,
cat, bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain.19
- Kritik Internal
Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik
eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Kritik internal
harua menguji motif, keberpihakan dan keterbatasan si penulis
yang mungkin melebih-lebihkan sesuatu atau sebaliknya
mengabaikan sesuatu.20
Walaupun dokumen itu asli, tetapi
apakah mengukapkan gambaran yang benar, Bagaimana
mengenai penulis dan penciptanya, Apakah ia jujur, adil dan
19
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hal.104. 20
Sumanto, Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, (Yogyakarta: Buku Seru, 2014), hal.
176.
30
benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan
yang bisa muncul seperti diatas. Sejarawan harus benar-benar
yakin bahwa datanya antentik dan akurat. Hanya jika datanya
autentik dan akuratlah sejarawan bisa memandang data tersebut
sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah secara
serius.
c. Interpretasi
Tahap keempat adalah interpretasi atau penafsiran sejarah
penulisan. Menurut Daliman, interpretasi adalah. Dalam tahap ini
dilakukan analisis berdasarkan data-data yang diperoleh yang akhirnya
dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penulisan yang utuh disebut
dengan historiografi.21
Setelah penulis mengkomunikasikan hasil
penelitiannya maka disebut tulisan atau karyai sejarah.Interpretasi
adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga
menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi
fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan
struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur
logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu
penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi
sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum
cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk
mencari landasan penafsiran yang digunakan.
21
Prof. A. Daliman, M.Pd. Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak,2012), hal.
81.
31
d. Historiografi
Setelah melakukan proses analisis dan sintesis, proses kerja
mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses
penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu
sama lain dapat disatukan sehingga menjadi satu perpaduan yang logis
dan sistematis dalam bentuk narasi kronologis.22
Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan
berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan
sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada,
sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk
kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang lain. Oleh karena
itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisannya.
Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat
mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
G. Sistematika Penelitian
Sistematika ini disusun sebagai penjabaran dari daftar isi atau outline.Bab
Ipendahuluan yang memiliki tujuh sub bab antara lain : Latar Belakang, berisi
tentang penjelasan penulis mengenai pemilihan pokok permasalahan, didalamnya
terdapat penjelasan pemilihan tema Perkembangan dan Peran Muhammadiyah di
Salatiga Tahun 2000-2015. Batasan dan Rumusan Masalah, didalamnya berisi
tentang pembatasan penbahasan penelitian serta rumusan masalah. Tujuan dan
22
Paul Veyne, Writing History, Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina moore-
rinvolucri, (Middletown,connect: Wesleyan Univercity Press, 1984), hal. 121.
32
Ruang Lingkup Penelitian, berisi tentang uraian tentang tujuan secara
akademis/keilmuan. Kegunaan penelitian berisi tentang sumbangan penelitian
bagi perkembangan keilmuan. Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan kritis
terhadap hasil penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji dalam
penelitian. Hasil penelitian orang terdahulu antara lain buku dan skripsi, dan
didalamnya terdapat penegasan bahwa tema penelitian yang diangkat belum
pernah diteliti oleh orang lain. Kerangka Konseptual, bagian ini berisi kerangka
berpikir yang dibuat oleh peneliti tentang permasalahan yang dikaji. Metode
Penelitian, bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah atau tahapan
yang dilakukan dalam penelitian sejarah. Sistematika Penulisan, bagian ini
memuat alur penulisan skripsi yang dotuangkan dalam bab-bab yang saling
berkaitan.
Bab II Sejarah Muhammadiyah di Indonesia, dengan sub bab diantaranya
:Sejarah Lahirnya Muhammadiyah, Periodesasi Muhammadiyah.
Bab III Muhammadiyah di Salatiga Dari tahun 2000 Sampai 2015 dengan
sub bab diantaranya : Profil Salatiga, Lahirnya Muhammadiyah di Salatiga,
Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2000 Sampai 2005,
Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2005 Sampai Tahun 2010,
Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2010 Sampai Tahun 2015.
Bab IV Peran Muhammadiyah Di Salatiga dengan sub bab diantaranya :
Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan, Peran Muhammadiyah dalam
Bidang sosial-Ekonomi, Peran Muhammadiyah dalam bidang Tabligh.
33
Bab V penutup dengan sub bab yakni kesimpulan, didalamnya berisi
kesimpulan seluruh pembahasan dalam skripsi, dan saran. Kemudian terdapat
Daftar Pustaka, lalu halaman selanjutnya lampiran-lampiran.
34
BAB II
SEJARAH LAHIRNYA MUHAMMADIYAH
A. Lahirnya Muhammadiyah
Pendiri persyarikatan Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan.Kyai
Dahlan, begitu ia biasa dipanggil, adalah salah seorang ketib di Masjid Agung
Yogyakarta. Ia mendapat julukan sebagai Ketib Amin. K.H. Ahamad Dahlan
berkesempatan menunaikan ibadah Haji dua kali, yang terakhir pada tahun 1902.
Disamping beribadah haji ia juga bermukim di Makkah untuk mempelajari agama
Islam. Di sana, K.H. Ahmad Dahlan mengkaji lebih dalam ajaran agama Islam
dari berbaga sumber, diantaranya adalah karya para pembaharu Mesir, seperti
Syaikh Muhammad „Abduh. 23
K.H. Ahmad Dahlan berangkat ke Makkah untuk
melakukan ibadah haji pertama kali pada umur 15 tahun, beliau berangkat ke
Mekkah pada tahun 1883, K.H. Ahmad Dahlan berguru di Mesir selama lima
tahun hingga tahun 1888. Syaikh Muhammad „Abduh memberi peran penting
dalam pemikiran dari K.H. Ahmad Dahlan yakni membentuk karakter untuk
beribadah pada Allah sesuai dengan Alqur‟an dan Hadist serta Sunnah. Pemikiran
pembaharu yang dimiliki oleh K.H. Ahmad Dahlan tidak lepas dari gurunya yang
tidak lain adalah Syekh Muhammad Abduh.
Syeikh Muhammad „Abduh wafat pada tahun 1905. Di Asia Timur terjadi
peristiwa sejarah yang amat penting bagi kebangunan bangsa Asia. Peristiwa itu
ialah kemenangan Jepang di Port Athur dalam peperangan melawan tentara Rusia
untuk pertama kalinya membuktikan bahwa tidak selamanya bangsa berwarna
23
Ahmad Adaby Darban, Searah Kauman (Menguak Identitas Kampung
Muhammadiyah), Yogyakarta : Tarawang, 2000), hal 30.
35
dapat dikalahkan oleh bangsa berkulit putih. Maka bangunlah bangsa Asia
mengatur organisasi penggerak kemerdekaan di Negara masing-masing,
dipelopori oleh bangsa Mesir di bawah pimpinan Sa‟ad Zaghlul Pasya, murid
Jamaluddin Al-Afghani dan teman Muhammad „Abduh.24
Kemenangan bangsa
Asia itu menjadi cambuk penggugah semangat kemerdekaan bangsa-bangsa
terjajah agar dapat membuktikan bahwa kemenangan mereka bukan karena
identitas warna kulit saja.
Bangsa Indonesia tidak ketinggalan. Pada tanggal 20 Mei 1908 Dokter
Soetomo dan Dokter Wahidin Soedirosodo mendirikan perkumpulan dengan
nama Boedi Oetomo yang bercita-cita mendidik mencerdaskan rakyat serta
menghidupkan semangat kemerdekaan. Oleh pemerintah Republik Indonesia
kemudian hari tanggal tersebut dijadikan Hari Kebangkitan Nasional yang
diperingati setiap tahun. Lalu pada tahun 1911 Mas Haji Samanhoedi di Laweyan
Surakarta mendirikan persyarikatan bernama Sarekat Dagang Islam, dengan
tujuan mula-mula untuk menghadapi tindakan orang Cina oleh pemerintah
penjajahan setempat diberi hak monopoli atas penjualan bahan pebatikan,
sehingga mereka dengan sewenang-wenang member harga yang amat mahal yang
mengancam kehidupan pengusaha-pengusaha batik bangsa Indonesia. Kemudian
pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijjah 1330 bertepatan dnegan nama
Muhammadiyah, yang maknanya ialah gerakan yang bermaksud mengamalkan
ajaran Nabi Muhammad SAW.
24
Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen Penerangan
RI, 1986), hal 122.
36
Apabila Boedi Oetomo kebanyakan anggotanya terdiri dari kaum priyayi,
pegawai dan intelektual, dan jika Sarikat Dagang Islam kebanyakan
pendukungnya terdiri dari pengusaha, buruh dan pedagang, maka Muhammadiyah
pada umumnya beranggotakan rakyat awam, para santri dan kaum pengusaha.
Dengan begitu jika kebangkitan nasional diumpamakan sebuah bulatan yang
mencerminkan seluruh rakyat, maka Muhammadiyah telah menggenapi bulatan
itu dengan sektor yang luas terdiri dari rakyat awam, pengusaha, dan santri.25
Dengan demikian sejarah mencacat bahwa kebangkitan nasional bangsa Indonesia
itu ditandai dengan berdirinya tiga pergerakan yakni Boedi Oetomo, Sarikat
Dagang islam dan Muhammadiyah.
Timbulnya gagasan K.H. Ahmad Dahlan untuk membentuk organisasi
tersebut adalah karena memahami firman Allah Surah Ali „Imran ayat 104
sebagai perintah untuk melaksanakan dakwah dengan perorganisasian yang rapih.
Ayat tersebut berbunyi :
“waltakun minkum ummatun yad‟uuna ilal khairi wa
yakmuruuna bil ma‟ruufi wa yanhauna „anil munkari wa
ulaaika humul muflihuun”.
“adakanlah dari antara kamu sekalian suatu umat yang mnyeru
kepada keutamaan dan memerintahkan kepada kebaikan serta
mencegah terjadinya emunkaran dan mereka itulaha orang-
orang yang Berjaya”.
Pengertian kata “ummah” ialah beberapa atau segolongan orang yang
mempunyai persamaan, maksud dan tujuan yang akan dicapai dengan kerja sama.
Maka guna pemantapan maksud dan tujuan serta pengaturan kerjasama itulah
diperlukan organisasi. Perintah Allah untuk menyeru manusia kepada keutamaan
25
Ibid, hal 123
37
yakni agama dan moral luhur, serta menggerakkan manusia dapat dilaksanakan
dengan baik jika melalui organisasi yang rapih. Untuk itulah K.H. Ahmad Dahlan
menegakkan persyarikatan Muhammadiyah.26
Berdasarkan itulah tujuan Muhammadiyah dirumuskan sebagai berikut :
1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada
penduduk Bumi Putera di dalam Resindensi Yogyakarta.
2. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.
Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit, menurut Alwi Shihab faktor
penyebab terpenting dan tujuan dari lahirnya Muhammadiyah adalah upaya
merspons dan membendung penetrasi misi Kristen di Indonesia.27
Kelahiran Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dengan pendirinya K.H.
Ahmad Dahlan, sebab inilah yang menjadi faktor utama dari kelahirannya. Itulah
sebabnya, dalam menjelaskan kelahiran Muhammadiyah, tentu yang perlu
diperhatikan adalah kehidupan sang pendirinya. Segala aktivitas sosial keagamaan
yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan menjadi bagian dari analisis kelahiran
Muhammadiyah. Gerakan ini telah berperan dalam memecahkan problem sosial,
terutama dibidang pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.Bagian ini menjelaskan
26
Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen Penerangan
RI, 1986), hal 123-124.
27 Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen Dan Islam Di Indonesia,
(Jakarta : PT. Bpk Gunung Mulia, 2004), hal 162.
38
latar belakang kelahiran Muhammadiyah dan upayanya untuk memperoleh legal
formal dari pemerintah Hindia Belanda.28
Sejalan dengan perkembangan Muhammadiyah yang sangat pesat itu,
peranannya juga sangat besar dalam perjuangan politik Islam, karena organisasi
ini merupakan perintis pendidikan politik berlandaskan kepada cinta pada tanah
air dan agamanya. Walaupun Muhammadiyah bukan organisasi politik, namun
mereka juga menaruh perhatian besar pada perjuangan politik Islam untuk
mencapai kemerdekaan bangsanya.Bersama dengan Sarekat Islam (SI) dan
Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah berpartisipasi dalam membentuk MIAI
tahun 1937.
Alfian mencatat peranan Muhammadiyah pada periode 1912-1942 dalam
tiga hal yaitu :
1. Muhammadiyah merupakan gerakan pembaruan Islam dan karena itu
menjadi satu dari unsur-unsur penting perpolitikan Indonesia.
2. Muhammadiyah telah tampil menghadapi berbagai ancaman ideologi
politik modern seperti kolonialisme dan sekularisasi.
3. Muhammadiyah tetap bertahan dan memiliki akar kuat dalam masyarakat,
walaupun sering timbul masalah-masalah internal.29
Wilayah yang diizinkan pemerintah kepada Muhammadiyah bersifat
terbatas hanya mencakup Yogyakarta. Oleh pengurus wilayah tersebut dianggap
terlalu terbatas. Maka pada tanggal 20 Desember 1912, pengurus mengirim surat
28
Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Februari 2010), hal.72.
29 Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen Dan Islam Di Indonesia,
(Jakarta : PT. Bpk Gunung Mulia, 2004), hal 163.
39
kepada Gubernur Jendral yang berisi permohonan agar ruang aktivitas
Muhammadiyah diperluas yang meliputi Hindia Belanda. Usaha ini tidak berjalan
mulus dan harus melalui proses yang panjang karena pemerintah Hindia Belanda
merespons dengan hati-hati surat permohonan Muhammadiyah agar wilayah
aktivitasnya lebih luas dari izin awalnya.
Berdasarkan AD/ART yang diajukan kepada pemerintah ruang
lingkup itu dianggap terlalu luas. Kendati tidak langsung menolak, Gubernur
Jendral meminta masukan dari berbagai pihak, seperti Directeur van Justitie,
Adviseur voor Indlandsche Zaken, Residen Yogayakarta, dan Sri Sultan
Hamengku Buwono. Semua pihak yang diminta pertimbangan menolak
menyetujui perluasan wilayah kerja Muhammadiyah.Akan tetapi, penolakan ini
hanya wilayah kerja semata. Residen Yogyakarta, Liefrink, melalui surat yang
ditujukan kepada Gubernur Jendral 21 April 1913 menyetujui wilayah aktivitas
Muhammadiyah hanya wilayah Yogyakarta dengan No.4073/21a tanggal 21 April
1913, Mailrapporten 1728/14. Saran serupa disampaikan oleh Rinkes, Adviseur
voor Indlandsche Zaken, melalui suratnya kepada Gurbernur Jendral 26 Januari
1914. Rinkes juga menegaskan apabila diajukan permohonan lagi, demikian juga
pendapat directeur van Justitie tanggal 19 Maret 1914.30
Setelah melalui proses panjang serta saran yang diberikan Residen
Yogyakarta agar mengganti kata Hindia Nederland dengan Residen Yogyakarta
yang terdapat dalam artikel 2,4 dan 7, AD Muhammadiyah dipenuhi setelah
melakukan rapat 15 Juni 1914. Akhirnya, berdasarkan besluit pemerintah No. 81
30
Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Februari 2010), hal. 82-83.
40
tanggal 22 Agustus 1914, pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah
sebagai sebuah badan hukum yang melaksanakan kegiatan dikalangan umat Islam
di wilayah Residen Yogyakarta.31
B. Periodesasi Muhammadiyah
Muhammadiyah yang semula didirikan di tengah kampung Kauman itu, di
samping mendapat tantangan dari para kyai dan orang yang belum mengerti, juga
berangsur-angsur memperoleh perhatian dan dukungan dari para santri, baik dari
Kauman maupun dari kampong lain. Ketekunan dan kegigihan K.H. Ahmad
Dahlan dan kawan-kawannya telah berhasil, secara lambat namun pasti,
membawa Muhammadiyah seluruh daerah karisidenan Yogyakarta. Mereka
berhasil mendirikan ranting-ranting (pada waktu itu dinamakan grup atau
gerombolan) Muhammadiyah di desa-desa. Pada waktu-waktu tertentu para
pengurus ranting-ranting itu datang ke kota untuk menerima pengajian dari K.H.
Ahmad Dahlan.32
Banyak masyarakat serta pemuka agama yakni Kyai di Kauman
yang tidak sepaham dengan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan. Banyak terjadi kritik
keras dari masyarakat serta para kiai di Kauman Yogyakarta. Berbagai upaya
dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan demi mewujudkan umat Islam yang taat
melaksanakan ibadah Islam tanpa terkontaminasi dengan kepercayaan mistisme.
Gerakan pemurnian ajaran agama Islam difokuskan melalui dunia pendidikan.
Upaya-upaya yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan salah satunya adalah
31
Ibid, Syarifuddin Jurdi, hal. 83. 32
Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen Penerangan
RI, 1986), hal 129.
41
dimasukinya desa-desa itu untuk memberikan pengajian agama serta keterangan
mengenai hal-hal yang erat hubungannya dengan organisasi Muhammadiyah.
Memasuki tahun 1914 Muhammadiyah mulai berkembang ke luar
Yogyakarta. Pengajian agama yang didirikan oleh H.Misbah dengan nama Kursus
Islam pada tahun 1914 berjalan dengan banyak mendapat perhatian dari kaum
muslimin di Surakarta. Karena kemajuan kursus itu dan disebabkan kekurangan
guru maka diundanglah K.H. Ahmad Dahlan untuk menjadi mubaligh tetap.
Kemudian namanya diubah menjadi pengajian Shidiq Amanah Tabligh Vathanah
(SATV). Pengajian ini akhirnya menjelma menjadi Muhammadiyah Cabang
Surakarta. Sewaktu K.H. Ahmad Dahlan sering ke Surakarta itu, dilihatnya anak-
anak pandu berbaris dengan tegap dan rapih di halaman Istana Mangkunegaran.
Maka terlintas dalam pikirannya untuk mendirikan kepanduan semacam itu dalam
Muhammadiyah. Akhirnya sekitar tahun 1917 terbentuklah organisasi kepanduan
dalam Muhammadiyah dengan nama Hizbul-Wathan atau “Pembela Tanah Air”.
Dengan sangat cepat kepanduan itu berkembang.Dimana berdiri cabang
Muhammadiyah disana dibentuk kepanduan Hizbul-Wathan.33
Perkembangan
Muhammadiyah ke arah kemajuan menunjukkan bahwa pemikiran K.H. Ahmad
Dahlan dalam gerakan pemurnian ajaran agama Islam perlahan diterima oleh
masyarakat. K.H. Ahmad Dahlan memilih organisasi sebagai alat untuk
menyalurkan pemikiran-pemikiran beliau selain itu organisasi juga menjadi
sarana K.H. Ahmad Dahlan untuk memperluas pengaruhnya.
33
Ibid, hal 129.
42
Dengan pelan menyusullah cabang-cabang berdiri di luar Yogyakarta,
seperti cabang Surakarta, Purwokerto, Pekalongan, Pekajangan, Purbolinggo,
Klaten, balapulang, Blora, Klaten, Surabaya, Kepajen, Garut dan Betawi
(Jakarta). Cabang-cabang itulah yang telah berdiri pada tahun 1923, tahun
wafatnya K.H. Ahmad Dahlan. Bagian yang telah dibentuk baik di pusat (waktu
itu disebut Pengurus Besar) maupun di cabang-cabang itu ialah : bagian Tabligh,
BAgian Sekolahan, Bagian Taman Pustaka, Bagian Penolong sengsaraan Umum,
dan Bagian Yayasan yakni bagian yang mengerjakan pembangunan pergedungan.
Pada tahun itu di Yogyakarta berhasil didirikan Rumah Sakit P.K.U
Muhammadiyah dan Rumah Yatim Putra yang keduanya lestari berdiri hingga
sekarang.34
Dengan semakin luasnya cabang-cabang organisasi Muhammadiyah
menunjukkan luasnya jaringan yang terbentuk. Jaringan tersebut akan memberi
kekuatan pada organisasi Muhammadiyah untuk menggalang masa serta
memperluas gerakan pemurnian ajaran agama Islam. Mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut membangun intelektual umat muslim dengan ilmu pengetahuan
yang luas serta dilandasi oleh ilmu agama yang sesuai dengan Al-qur‟an, Hadist
serta Sunnah Nabi.
Perhatian K.H. Ahmad Dahlan tidak hanya tertuju kepada pembinaan
kaum pria.Kaum ibu dikampungnya dikumpulkan pada hari-hari tertentu dan
diberinya pengajian agama. Lama-kelamaan anggota pengajian itu dibentuk
menjadi semacam perkumpulan wanita dengan Sapa Tresna yang maknanya ialah
perkumpulan orang-orang yang menaruh kasih saying. Ini terjadi sejak tahun
34
Ibid, hal 130.
43
1914 yang kemudian pada tahun 1917 diganti namanya menjadi „Aisyiyah yang
maksudnya ialah perkumpulan kaum wanita yang akan mencontoh akhlaq dan
kecerdasan Siti Áisyiyah, istri Nabi Muhammad SAW. Ketua dipegang oleh Nyai
H. Ahmad Dahlan sendiri. Kemudian Áisyiyah ini merupakan ahagian dalam
Muhammadiyah yang mengurusi dan membina anggota Muhammadiyah wanita.
K.H. Ahmad Dahlan mempunyai gagasan untuk membangun masjid khusus kaum
putri. Gagasannya ini terlaksana dengan berdirinya Masjid Putri yang indah untuk
ukuran pada masa itu.Saying Kyai tidak sempat melihatnya karena masjid itu
selesai sesudah beliau wafat.35
Dalam pandangan K.H. Mahfud Ridwan
kedudukan wanita sama pentingnya seperti laki-laki. Kesadaran bahwa penting
untuk kaum wanita memiliki pemikiran yang maju untuk mendidik anak-anaknya
sehingga tercipta generasi yang dapat membawa bangsa ini ke arah yang lebih
baik serta lepas dari belenggu penjajahan.
Dari pembabagan sejarah Muhammadiyah di Indonesia dibagi menjadi
tiga periode yaitu :
a. Periode Sebelum Kemerdekaan
Syeikh Muhammad „Abduh wafat pada tahun 1905. Di Asia Timur terjadi
peristiwa sejarah yang amat penting bagi kebangunan bangsa Asia. Peristiwa
itu ialah kemenangan Jepang di Port Athur dalam peperangan melawan tentara
Rusia yang untuk pertama kalinya membuktikan bahwa tidak selamanya
bangsa berwarna dapat dikalahkan oleh bangsa berkulit putih. Kemenangan
Jepang itu menjadi cambuk penggugah semangat kemerdekaan bangsa-bangsa
35
Ibid, hal 130.
44
terjajah. Maka bangunlah bangsa Asia mengatur organisasi penggerak
kemerdekaan di Negara masing-masing, dipelopori oleh bangsa Mesir di
bahwa pemimpin Sa‟ad Zaghlul Pasya, murid Jamaluddin al-Afghani dan
teman Muhammad „Abduh.36
Syekh Muhammad Abduh ialah guru dari K.H.
Ahmad Dahlan yang berperan membentuk paradigma dari K.H. Ahmad
Dahlan sehingga membentuk karakter beliau menjadi kukuh dan tetap
memegang teguh pendirian beliau untuk menjalankan ibadah sesuai dengan
Al-qur‟an, Hadist dan Sunnah serta mengikis kepercayaan tentang mistisme
yang menjerumus pada kemusyrikan. Lahirnya gerakan pemurnian ajaran
agama Islam serta upaya mengikis kepercayaan mistisme oleh K.H. Ahmad
Dahlan tidak lepas dari peran Syekh Muhammad Abduh sebagai guru beliau.
Bangsa Indonesia tidak ketinggalan. Pada tanggal 20 Mei 1908 Dokter
Soetomo dan Dokter Wahidin Soedirohoesodo mendirikan perkumpulan
dengan nama Boedi Oetomo yang bercita-cita mendidik mencerdaskan rakyat
serta menghidupkan semangat kemerdekaan. Oleh Pemerintah Republik
Indonesia kemudian hari tanggal tersebut dijadikan Hari Kebangkitan Nasiona
yang diperingati setiap tahun. Lalu pada tahun 1911 Mas Haji Samanhoedi di
Laweyan Surakarta mendirikan persyarikatan bernama Sarekat Dagang Islam,
dengan tujuan mula-mula untuk menghadapii tindakan orang Cina yang oleh
pemerintah penjajahan setempat diberi hak monopoli atas penjualan bahan
pembatikan, sehingga mereka dengan sewenang-wenang member harga yang
amat mahal yang mengancam kehidupan pengusaha-pengusaha batik bangsa
36
Ibid, hal 122.
45
Indonesia. Kemudian pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijjah 1330 bertepatan
dengan 18 November 1912 di Yogyakarta K.H.A. Dahlan mendirikan
persyarikatan bernama Muhammadiyah, yang maknanya ialah gerakan yang
bermaksud mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW.37
Fokus dari
organisasi Muhammadiyah terletak pada aspek pendidikan. Pandangan K.H.
Ahmad Dahlan adalah pendidikan merupakan dasar bagi manusia untuk
mengenal Tuhannya serta mengenal segala aspek di dunia. Melalui pendidikan
seorang manusia dapat mengenal Tuhannya yakni Allah dengan mempelajari
cara beribadah serta mempelajari ajaran agama Islam dari Al-qur‟an, Hadist
serta Sunnah yang nantinya seorang manusia dalam melakukan ijtihad.
Melalui pendidikan seseorang bisa mendapatkan ilmu yang berguna untuk
menjalankan kehidupan di dunia.
Perkembangan Muhammadiyah selama kurun waktu 1924-1933 terjadi
didalam maupun luar Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, secara jelas hal tersebut
diperhatikan oleh table berikut ini :
Tahun Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Madura Jumlah
1923 2 12 1 0 15
1926 4 24 18 5 51
1932 7 112 26 8 153
8
H. Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen
penerangan RI, 1986), hal. 123.
46
Dari table diatas tampak jelas bahwa Muhmmadiyah telah berkembang
dari 15 cabang di Jawa pada tahun 1923 menjadi 51 cabang di tahun 1926,
dan menjadi 153 di tahun 1932. Angka-angka untuk tahun 1932 itu dikutip
dari sumber-sumber Muhammadiyah itu sendiri, yang melaporkan bahwa
pada tahun yang sama sudah tercatat sejumlah 283 cabang untuk seluruh
Indonesia, dengan anggota keseluruhan sebangyak 44.879, sebagian besar
berasal dari Jawa.
Perbedaan-perbedaan angka dalam table diatas menunjukkan beberapa hal
penting yang agaknya menggambarkan latar belakang perkembangan
Muhammadiyah di Jawa.38
b. Pasca Kemerdekaan Sampai Era Orde lama
Dalam zaman Jepang ada beberapa pemimpin Muhammadiyah yang
diangkat menjadi anggota Tyuo Sangi-in untuk mewakili golongan Islam,
anatara lain Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Mas Mansur, Abdul Kahar
Mudzakir dan Dokter Soekiman Wiryosandjojo bersama dengan H. Sanoesi,
Abikoesno Cokrosoeyoso, H. Agus Salim dan Ahmad Soebardjo, K.H. Wahid
Hasyim dan beberapa orang lagi dari golongan Islam.
Setelah Jepang merasa akan kalah perang, maka diundanglah Ir. Soekarno,
Drs. Moh Hatta dan Ki Bagus Hadikusumo untuk menghadap kaisar di Tokyo
guna menerima janji kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu terjadi bernama
Badan penyelidik Usaha-Usaha Persiapan kemerdekaan atau Doku Ritsu
38
Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, 1 Abad Muhammadiyah, (Jakarta : Kompas, 2010),
hal. 68.
47
Zyunbi Tyoosakai yang anggotanya terdiri dari para anggota Tyou Sangi-in
ditambah dengan anggota lainnya. Badan ini telah mengadakan rapat-rapat
pleno, rapat komisi dan panitia-panitia mulai tanggal 29 Mei sampai
pertengahan bulan Juli 1945 dan telah menghasilkan satu Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia lengkap dengan pembukaan dan
penjelasannya.39
Pada tanggal 16 Agustus 1945 di Jakarta dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang seluruhnya beranggotakan 27 orang, deengan
ketua Ir. Soekarno dan wakil ketua Drs. Moh. Hatta. Esok harinya yakni
tanggal 17 Agustus Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Maka esok harinya tanggal 18 diadakan rapat Panitia Persiapan
kemerdekaan Indonesia untuk bermusyawarah menyelesaikan pendirian
Negara Republik Indonesia dan harus selesai pada waktu itu juga, sebab
tentara sekutu dapat mendarat setiap waktu untuk menerima penyerahan tanah
Indonesia dari Jepang, dan sudah dapat diketahui bahwa Belanda pasti ikut
datang bersama sekutu untuk menerima kembali tanah jajahannya. Maka jika
itu terjadi sedang Negara republik Indonesia belum berdiri maka pasti akan
dapat menelantarkan proklamasi yang baru kemarin dikumandangkan.
Tetapi untuk mengadakan rapat panitia itu agar sukses perlu diselesaikan
hal-hal yang timbul yang sangat dikhawatirkan dapat mengganggu dan
mengulur-ulur jalannya rapat. Hal itu ialah tuntutan sementara pihak dan
terutama dari wilayah Indonesia timur agar “tujuh kata” dalam Sila pertama
39
H. Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen
penerangan RI, 1986), hal 141.
48
Pancasila dihilangkan yaitu yang berbunyi “....... dengan kewajiban
menjalankan syari‟at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”40
Maka sebelum rapat dimulai Ir. Soekarno menugaskan Drs. Moh. Hatta
dan Mr. Teuku Moh. Hasan untuk bermusyawarah dengan Ki Bagus
Hadikusumo agar tujuh kata itu dihapus atau dicoret saja. Hampir dua jam
mereka bermusyawarah namun Ki Bagus Hadikusumo sangat tidak setuju.
Akhirnya Ir. Soekarno memerintahkan Mr. Kasman untuk berunding Ki
Bagus, yang ternyata berhasil meyakinkan dia untuk merelakan kalimat itu
dihapus demi kesatuan bangsa dan demi segera berdirinya Negara Republik
Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Ki Bagus setuju tetapi menambahkan
kata-kata “.... Yang Maha Esa” sesudah “Ketuhanan”, sehingga Sila pertama
berbunyi : Ketuhanan Yang Maha Esa dan dijelaskan bahwa kalimat itu
berbunyi tauhid.41
Setelah berhasil dicapai kesepakatan itu maka lancarlah jalan rapat pleno
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang mengambil tempat di gedung
Pejambon itu. Undang-undang dasar 1945 beserta Pembukaannya dapat
disahkan dan Negara republik Indonesia dapat didirikan di bawah pimpinan
Presiden Soekarno dan wakil Presiden Drs. Moh. Hatta dalam waktu satu hari
itu juga. Hal itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya persetujuan dan usaha
keras penuh kesadaran dari tokoh-tokoh pemimpin tersebut.42
40
Ibid, hal 141. 41
Ibid, hal 142. 42
Ibid, hal 142.
49
c. Era Orde Baru sampai Reformasi
Pancasila sebagai dasar dan Falsafah Negara Republik Indonesia mampu
berjalan dan bertahan sebagai Negara merdeka dan berdaulat, sampai akhirnya
diancam oleh pemberontakan komunis yang diwujudkan dalam Gestapu/PKI
tanggal 30 Sepetember 1965. Banyak rakyat menjadi korban keganasan PKI,
termasuk para jenderal pimpinan ABRI yang gugur dan menjadi Pahlawan
Revolusi. Negara berada dalam tebing jurang keruntuhan namun dapat
diselamatkan oleh ABRI dan rakyat yang terbukti dengan kerjasama yang
tegar dan mantap mampu menindas pemberontakan PKI itu. Dibawah
pimpinan Mayjen Soeharto Panglima KOSTRAD, satuan-satuan ABRI antara
lain dibawah komando Sarwo Edi Wibowo turun sampai ke desa-desa untuk
menumpas sisa-sisa Gestapu/PKI.
Barisan-barisan pemuda Islam ikut giat membantu ABRI dalam gerakan
itu. Antara lain Barisan KOKAM dari Muhammadiyah yang dibentuk di
Jakarta oleh H. Prodjokusumo dan Lukman Harun tanggal 1 Oktober 1965
malam. Barisan KOKA ini dengan cepat meluas keseluruh tanah air.
Dukungan terhadap gerakan ABRI telah disampaikan kepada Mayjen
Soeharto di markas KOSTRAD pada tanggal 27 Oktober 1965 jam 2 tenggah
malam oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang diwakili oleh ketuanya
K.H.A. Badawi dan wakil ketua III H. Djarnawi Hadikusumo dengan diantar
oleh Brigjen Rahardjodikromo. 43
43
Ibid,hal. 143.
50
Dalam pertemuan singkat itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengharap
agar kepada pemuda-pemuda Muhammadiyah dapat diberi pinjam senjata
untuk digunakan ikut menumpas sisa-sisa Gestapu/PKI. Oleh Pak Harto
dijawab bahwa ABRI masih cukup kuat.Bila Muhammadiyah membantu,
cukup bantuan dirupakan pelayanan yang baik terhadap satuan ABRI yang
sedang bertugas.44
Pada tanggal 4 Oktober 1965 Muhammadiyah bersama-sama partai-partai
dan ormas lainnya mendirikan Kesatuan Aksi Penggannyangan Gestapu/PKI
(KAP Gestapu) yang kemudian menjadi Front Pancasila. Lukaman Harun
mewakili Muhammadiyah duduk sebagai sekretaris merangkap Ketua
Pengerahan Massa.
Pengurus besar Nahdlatul Ulama menyatakan bahwa pembubaran PKI
hukumnya wajib.Muhammadiyah menetapkan bahwa pembubaran PKI adalah
ibadah. Ketetapan itu berdasarkan keputusan Musyawarah Kerja Nasional
Muhammadiyah pada bulan November 1965 yang berlangsung di asrama haji
di Jalan Kemakmuran Jakarta yang merupakan musyawarah nasional yang
pertama diadakan oleh organisasi setelah terjadi Gestapu/PKI. Keputusan itu
oleh Ketua K.H.A. Badawi yang disertai H. Djarnawi Hadikusumo kepada
Presiden Soekarno yang pada waktu itu masih berkuasa. Secara kebetulan
bersamaan dengan delegasi Nahdlatul Ulama yang terdiri dari K.H. Abdul
44
Ibid, Hamoko, hal 143.
51
Wahab Hasbullah dan K.H Maskur yang juga akan menyampaikan hukum
wajibnya membubarkan PKI.45
Sementara itu pada tanggal 25 Oktober 1965 telah dibentuk kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMMI) yang kemudian diikuti dengan pembentukan
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI). Kedua kesatuan aksi itu
bersama dengan partai-partai serta organisasi massa membentuk Front
Pancasila. Mereka mengadakan demonstrasi-demonstrasi serta pidato-pidato
yang menyemangatkan rakyat untuk mengumandangkan tritura atau Tri
Tuntutan Rakyat, yakni Bubarkan PKI, Retool Kabinet Dwikora dan
Turunkan harga/perbaikan ekonomi. Dari Muhammadiyah yang selalu tampil
dengan sangat giat antara lain Lukman Harun. Dalam gerakan demonstrasi
yang berkali-kali itu di Jakarta telah gugur seorang Mahasiswa Universitas
Indonesia bernama Arief Rahman Hakim, yang kemudian ditetapkan menjadi
Pahlawan Ampera. Di Yogyakarta telah pula gugur dua orang pelajar
Muhammadiyah yaitu Aris Munandar dan Margono.46
Dengan dikeluarkannya surat perintah Sebelas Maret yang diusahakan
oleh tiga orang Jenderal yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat, Brigjen
Jenderal M. Yusuf dan Brigadir Jendral Amirmachmud atas izin Jenderal
Soeharto yang pada waktu itu menjabat Panglima Komando Operasi
Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, maka terbukalah pintu untuk secara
bertahap dan pasti menegakkan Pemerintah Orde Baru yang antara lain
bertugas meluruskan kembali penyelewengan dari Pancasila dan UUD 1945.
45
Ibid, Hamoko, hal.143. 46
Ibid, Hamoko, hal.144.
52
Demikianlah Pemerintah Orde Baru telah berhasil menertibkan dan
membina stabilisas masyarakat seta membangun Negara, Pelita demi Pelita
berturut-turut. Seluruh masyarakat telah menikmati hasilnya. Kebangkitan
Orde Baru tidak mungkin dilepaskan dari perjuangan serta pengorbanan
partai-partai, organisasi massa, gerakan muda serta rakyat pada umumnya
yang telah ikut berjuang. Diantara organisasi itu terdapat persyarikatan
Muhammadiyah serta diantara pelaku-pelaku itu terdapat orang-orang
Muhammadiyah.Semoga Allah tetap melindungi bangsa Indonesia.47
47
Ibid, Hamoko, hal.144.
53
BAB III
MUHAMMADIYAH DI SALATIGA DARI TAHUN 2000-2015
A. Profil Salatiga
Kota Salatiga merupakan salah satu daerah otonomi di Jawa Tengah yang
memiliki 4 kecamatan dari 23 kelurahan. Kota Salatiga terletak di daerah
pedalaman kaki Gunung Merbabu, Gunung Gajah Mungkur, Gunung Telomoyo
dan Gunung Sumbing, Kota Salatiga beriklim tropis dengan udara yang sejuk,
sebagai Kota Pendidikan. 48
Penduduk Kota Salatiga belum menyebar secara
merata di seluruh wilayah Kota Salatiga. Mereka banyak menumpuk di daerah
perkotaan dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Pada tahun 2006, jumlah
penduduk Kota Salatiga sebesar 176.795 jiwa atau naik 0,40 persen. Dari jumlah
tersebut prosentase jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah
penduduk laki-laki. Hal ini terlihat dari rasio jenis kelamin (rasio jumlah
penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan sebesar 97,74.49
Kota
Salatiga memiliki keberagaman agama dalam masyarakatnya. Kota Salatiga
merupakan kota penting pada masa pendudukan Belanda di Jawa Tengah, Kota
Salatiga menjadi persinggahan bagi pejabat-pejabat Belanda pada masa
Pemerintahan Hindia-Belanda. Maka tidak heran bila ditemui berbagai arsitektur
bangunan Belanda di sudut-sudut Kota Salatiga.
48
M. Teddy Sulistio, SE. Memory Masa Jabatan DPRD Kota Salatiga 2009-2014,
(Salatiga : DPRD Salatiga, 2014), hal. 2. 49
https://mikolei.wordpress.com/profil-kota-salatiga/diakses pada tanggal 13 September
2017, Pukul 09.32 WIB.
54
Kehidupan beragama yang harmonis sangat didambakan masyarakat, hal
ini terlihat dari tempat-tempat peribadatan yang ada di sekitar warga, seperti
masjid, gereja, dan pesantren-pesantren. Banyak tempat peribadatan di Kota
Salatiga pada tahun 2015, mencapai 604 buah, yang terdiri dari 85, 60% Masjid
dan Langgar, dan 13,25 persen Gereja Kristen dan Khatolik dan sisanya berupa
Pura.50
Bangunan rumah ibadah dari berbagai agama mencerminkan kehidupan
masyarakat Salatiga yang hidup dalam keberagaman serta hidup berdampingan di
tengah perbedaan. Keberagaman agama tidak menjadi curang pemisah antar umat
beragama karena terjadi jalinan sosial yang harmonis antar umat beragama.
B. Lahirnya Muhammadiyah di Salatiga
Kelahiran sebuah organisasi tidak bisa terlepas dari tiga pilar yakni adanya
manusia (jumlah lebih dari satu), kerja sama, dan tujuan. Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan dilahirkan atas dasar tiga
pilar tersebut, baik dari tingkat pusat maupun ranting. Dalam setiap tingkatan
organisasi Muhammadiyah baik Ranting, Cabang, Daerah proses awal berdirinya
selalu diikuti oleh tokoh-tokoh pendiri sebagai founding father-nya dari latar
belakang sosial ekonomi dan ppendidikan yang beragam dengan komitmen untuk
bekerja sama dan mempunyai tujuan yang sama.
Tokoh-tokoh pendiri saat itu adalah Tirto Husodo (Pekalongan/ Kakak
bapak H. Asrori/ Pengusaha), H. Asnawi, H. Abdul Mu‟in, Kyai Irsyam dan Kyai
hasyim, KH. Dachlan (Suruh), KH. Mansyur (Ambarawa), H. Qulyubi, H.
50 BPS, Kota Salatiga dalam Angka 2016, (Salatiga : BPS Salatiga, 2016), hal 75.
55
Syamsul Hadi (Suruh), H. Suwiryo dan Suryani. Para tokoh tersebut semuanya
sudah almarhum.51
Proses kelahiran Muhammadiyah di Kota Salatiga juga tidak
terlepas dari tokoh-tokoh yang berkiprah saat itu, dari merekalah sejarah
Muhammadiyah Kota Salatiga terukir dan berkibar hingga saat ini.
Muhammadiyah sudah ada di Salatiga sebelum kemerdekaan RI, yang
ditandai dengan adanya sekolah HIS (Hollands inlandsche school)
Muhammadiyah, kini berubah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Para
tokoh pendiri Muhammadiyah Salatiga kala itu tidak hanya sebatas berkumpul
dan bersepakat mendirikan Muhammadiyah, sebagai bentuk kongretnya mereka
bersegera melakukan gerakan dakwah amar makruf nahi munkar dengan
mendirikan amal usaha sebagai bukti aktivitasnya. Amal usaha pertama yang
didirikan adalah mendirikan dan mengelola Pendidikan formal yakni HIS
Muhammadiyah pada tahun 1932 yang merupakan cikal bakal perkembangan
lembaga pendidikan bahkan kiprah Muhammadiyah di Salatiga sampai saat ini.
Keberadaan HIS (Hollands inlandsche school) Muhammadiyah yang
bangunannya didirikan di atas tanah wakaf almarhum Bapak Tirtohusodo
(Sekarang di Jl. Adisucipto 13 Salatiga) saat itu sangat strategis dalam rangka
kaderisasi dan dakwah Muhammadiyah karena ia berada di tengah-tengah
masyarakat Salatiga yang kental dengan nuansa Kristen. Hal ini nampak jelas dari
tata-kota dimana tidak ada masjid di sekitar alun-alun kota dan banyak lembaga-
lembaga Kristen di tempat-tempat strategis. 52
Dilihat dari tata-kotanya Salatiga
51 Buhtari,S.Si, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga :
PDM Kota Salatiga, 2010), hal. 1&2. 52
Ibid, Buhtari S.Si, hal.3
56
memang terlihat sebagai kota yang memiliki sifat toleransi beragama antar umat
agar tidak terjadi adanya perbedaan diantara agama-agama lainnya.
Demikian pula tidak ada lembaga pendidikan Islam kecuali pondok-
pondok pesantren kecil/tradisional di pinggiran kota. Untuk menjaga kualitas
pendidikannya, HIS Muhammadiyah Salatiga pada saat itu merasa perlu
mengangkat direkturnya yang berbobot yang diambilkan tokoh Muhammadiyah
dari Yogyakarta yaitu R. Muh Djamil. Kalau waktu itu diantara siswanya ada
yang beragama Kristen, maka kemungkinan sekolah tersebut dianggap bermutu
oleh masyarakat Kristen, atau mungkin biayanya lebih murah dibandingkan
dengan sekolah-sekolah Kristen dan sekolah Gubernurmen (pemerintah). Terlepas
dari dugaan semacam itu, yang jelas sekolah tersebut telah menghasilkan kader
Muhammadiyah, di antaranya Bapak Mayor (Purnawirawan) Karnoto BA
(Jambu).53
Amal usaha lain yang segera mengiringi gerakan dakwah Muhammadiyah
Salatiga kala itu adalah :
- Pengajian dari rumah ke rumah.
- Shalat Ied pertama kali dilaksanakan di Lapangan Kridanggo yang hanya
diikuti 11 orang, pada tahun 1933.
- Mengikuti kongres Muhammadiyah pada tahun 1935.
- Mendirikan Mushola Muhammadiyah di Pungkursari 1947 diatas tanah
wakaf Bapak Kyai Irsyam sebagai pusat pengajian dan mendirikan Pandu
HW tahun 1949.
53
Ibid, Buhtari S.Si, hal.3
57
- Shalat „Idul Fitri – „Idul Adha di Lapangan dan pelaksanaan Qurban yang
dipelopori oleh Muhammadiyah Salatiga kini telah memasyarakat dan
sudah ditangani oleh PHBI sejak 15 tahun yang lalu. Dan apabila terjadi
perbedaan pendapat tentang awal bulan Ramadhan/Syawal (ru‟yah-hisab),
Muhammadiyah melaksanakan ibadah shalat „Idul Fitri sendiri di tempat
yang berbeda, seperti di GOR.
- Demikian juga bulan Ramadhan hampir seluruh masjid dan mushola telah
melaksanakan shalat Tarawih 11 rekaat.
- Shalat „Idul Fitri – „Idul Adhha telah dilaksanakan oleh Muhammadiyah
Salatiga di Lapangan sejak tahun 1933 oleh 11 orang jamaah di Lapangan
Kridanggo sampai dengan tahun 1973. Kemudian Pemda Salatiga
mengizinkan untuk menggunakan Lapangan Tennis di Tamansari
(sekarang Mall Tamansari) pada tahun 1974-1978 dengan jamaah
sebanyak 36 orang. Karena semakin banyak jamaahnya pada tahun1979
dipindah di 2 Lapangan tennis belakang rumah dinas Walikota sampai
jalan besar. Pada tahun-tahun berikutnya karena semakin banyak
jamaahnya Pemda Salatiga mengizinkan menggunakan Lapangan Alun-
alun Salatiga. Pada saat itu seorang tokoh Muhammadiyah, Bapak Odje
Zaenuddin, BA (Majlis tabligh dan Dakwah pada saat itu) menyerahkan
pelaksanaan atau penyelenggaraan Shalat „Idul Fitri/Adha diserahkan
kepada PHBI Salatiga sejak tahun 1980-an sampai sekarang.
Muhammadiyah sudah pindah-pindah tempat untuk melaksanakan Shalat
„Id di beberapa tempat seperti Kridanggo, Lapagan Tennis Tamansari,
58
Lapangan Tennis Langensari (belakang rumah dinas Walikota), Lapangan
Alun-alun, Halaman SMA Negeri 3, Lapangan GOR Salatiga dan
akhirnya kembali lagi ke halaman Mall Tamansari.54
Sejarah Muhammadiyah Salatiga tidak bisa dilepaskan dari sejarah
perkembangan wilayah administrasi kota Salatiga itu sendiri. Kota Salatiga
sebelum pemekaran hanya mempunyai satu kecamatan, sedang syarat berdirinya
Pimpinan Daerah Muhammadiyah minimal harus mempunyai tiga pimpinan
cabang. Cabang Muhammadiyah kala itu kebanyakan dari Kabupaten Semarang,
yakni Cabang Muhammadiyah Suruh, Susukan, Tuntang, Ambarawa, dan Salatiga
sebagai pusatnya maka Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga digabung
dengan Kabupaten semarang dengan nama Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Semarang dan Kodia Salatiga.
Periode kepemimpinan ini mulai dari pasca kemerdekaan sampai dengan
orde baru dengan tokoh-tokoh generasi penerus sebelumnya antara lain : H.
Azinar Ismail, H. Sugiyo. H. Mudoko, H. Shaleh Sudimin, K.H Mahasin, Mukri,
Djaelani, H. Asrori Arif, H. Sofwan Ahmadi BA, H.M Bilal, Mahrus Anwar BA,
Heru Pramono BA, dan Sukarman BA, H. Sholehun, Nur Hamidi. Diantar mereka
yang pernah menjabat sebagai ketua PDM Kabupaten Semarrang dan Kota Madya
Salatiga yaitu : H. Mudoko, H. Azinar ismail (asal Padang Sumatera Barat), H.
Shaleh Sudimin, BA.55
54
Ibid, Buhtari S.Si, hal. 4-6. 55
Ibid, Buhtari S.Si, hal 7&8.
59
Aktivitas Muhammadiyah Masih meneruskan amal usaha sebelumnya
yaitu pengajian dan mengelola SR (sekolah Rakyat) atau SD Muhammadiyah
yang semula HIS Muhammadiyah. Amal usaha lainnya adalah mendirikan panti
Asuhan Muhamadiyah (1950) di Jl. Pahlawan yang didanai oleh keluarga
Sangidu, seorang pengusaha batik dari Surakarta. Panti tersebut dipimpin oleh
Bapak Suryani. Sekarang panti tersebut sudah tidak ada.
Lembaga pendidikan relatif tidak banyak berkembang kecuali pendidikan
TK „Aisyiyah 1 dan pemanfaatan SD Muhammadiyah untuk Madrasah Diniyah
sore hari. Kalau pada tahun 1965 merupakan akhir era Orde Lama maka antara
tahun 1966 sampai 1970 boleh dikatakan masa transisi memasuki era Orde Baru.
Pada masa transisi ini tidak banyak yang berubah dalam kiprah
Muhammadiyah, kecuali ditandai dengan beberapa kegiatan, antara lain :
KOKAM sebagai wujud semangat militerisasi kepemudaan, dan berdirinya
pemancar radio amatir sebagai sarana dakwah, yang menggunakan nama PTDI
yang bertempat di rumah Bapak H. Ansori Arif. Setelah memasuki Orde Baru,
tepatnya mulai tahun 1971 berdatangan tokoh-tokoh muda Muhammadiyah
berpendidikan akademis (umumnya di Yogyakarta).
Sejalan degan semangat pembangunan dan pembaharuan era tersebut,
Muhammadiyah Salatiga mulai menggeliat kepemimpinan Muhammadiyah.
Akhirnya konsolidasi dapat terwujud berkat adanya tantangan yang harus
dihadapi bersama yaitu “peringatan Pemerintah Daerah kepada Muhammadiyah
yang akan menarik kembali pemberian sebidang tanah seluas 1500 m² di Jl.
60
Cempaka Salatiga manakala Muhammadiyah tidak dapat memanfaatkannya.”
Menghadapi tantangan tersebut para pemimpin Muhammadiyah berkumpul dan
menyatukan sikap dan langkah dengan meninggalkan prasangka buruk terhadap
kelompok yang dianggap berbeda paham dan akan berhidmat sepenuhnya pada
Muhammadiyah sesuai dengan khittahnya. Selanjutnya bersama-sama mencari
solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Tanah tersebut dapat diselamatkan
yang dikemudian hari dapat dibangun diatasnya gedung Sekolah Muhammadiyah
(SMP Muhammadiyah).
Tokoh-tokoh muda Muhammdiyah yang datang dari luar Salatiga antara
lain : achmadi (Yogyakarta), Hadits (Batam), Sucipto DS (Klaten), Masyhuri
(Kalaten), M. syatibi (Solo), Ahmad Muhdi (Klaten), H. M. Bilal (Klaten), H.
Sardjito (Boyolali), dll. Mereka bersinergi dengan tokoh-tokoh tua dan tokoh-
tokoh muda dari Salatiga seperti Djumadi, Machrus Anwar, Imam Sumarno, M.
Bilal, HM. Tohari, Muhadi, Muinun, Suhudi, M. Syafi‟I, bersama-sama
mengembangkan Muhammadiyah Salatiga. Diantaranya yang pernah menjabat
sebagai Ketua PDM adalah H. Djumadi, BA dan H. Achmadi.56
Peristiwa penting yang perlu dicatat adalah pemisahan kepemimpinan
Muhammadiyah, yang semula satu pimpinan daerah yaitu PDM Kab. Semarang
dan Kodia Salatiga menjadi PDM Salatiga pada tahun 1995 yang terdiri dari
empat cabang (PCM Sidorejo, PCM Sidomukti, PCM Argomulyo, PCM Tingkir)
sedangkan PDM Kab. Semarang berdiri sendiri. Pemisahan ini sebagai
konsekuensi logis pemekaran wiyah kota Salatiga menjadi empat kecamatan
56
Ibid, Buhatari S.Si, hal. 8-10
61
tersebut. Berkat sinergi seluruh tokoh Muhammadiyah, muali tahun 1970-an
Muhammadiyah Salatiga menunjukkan perkembangan yang signifikan ditinjau
upaya mengembangkan sarana dan prasarana amal usaha dan pengembangan amal
usahanya. Setelah itu disusul generasi muda berikutnya yaitu H. M. Zulfa, Ali
Muhson, H.M. Zuhri, Badwan, H. Usman Haryono, M. Thoha, Imam Sutomo,
Sutjipto dll. Diantara tokoh-tokoh tersebut yang menjadi ketua PDM Salatiga
selama era Orde Baru sampai era Reformasi adalah : Achmadi Periode 1981-1995
(Tiga Periode), M. Zulfa Periode 1995-2001, dan Badwan Periode 2001-2010
(Dua Periode).57
C. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2000 Sampai Tahun
2005
Perkembangan dari tahun 2000-2005 Bapak Amar memaparkan bahwa :
“secara khusus pada tahun 2000-2005 di bidang pendidikan SD kita hampir
kolap di kalicacing karena siswannya sendiri dari panti asuhan Muhammadiyah
siswanya hanya 50 orang, pendidikan jadi menurun dan hampir mati karena
kebanyakan anak panti asuhan.”58
Dari paparan tersebut dijelaskan bahwa kurangnya siswa dapat
mempengaruhi perkembangan Muhammadiyah di bidang pendidikan,
Muhammadiyah berupaya meningkatkan ketertarikan siswa-siswinya agar dapat
sekolah di SD Muhammadiyah agar perkembangannya semakin berkembang dengan
baik dan dapat meamjukan pendidikan khususnya Islam di Salatiga. Keterlambatan
57
Ibid, Buhtari S.Si, hal.11. 58
Amar Ma‟ruf, Wawancara Mengenai Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga,
Salatiga, Jum‟at 08 september 2017 Pukul 13:15 WIB
62
lainnya ialah belum berkembangnya koperasi di bidang ekonomi, Muhammadiyah
berusaha mendirikan koperasi agar keungan di Muhammadiyah dapat dikelola
melalui koperasi tersebut. Dari keterlambatan tersebut semestinya sudah ada
pengembangan di bidang LAZIZ Muhammdiyah dan LAZIZ Muhammadiyah belum
berkembang pada saat itu juga.
Menurut pemaparan dari Bapak Hamam selaku pengurus Muhammadiyah di
Salatiga mengenai kekuatan dan kelemahan dalam perkembangan Muhammadiyah
yaitu :
“kekuatan Muhammadiyah di Salatiga itu sekaligus menjadi kelemahan di
Salatiga, karena Salatiga itu kecil maka dia dinamis dan terorganisir menjadi baik
terus SDM relative pendidikan menengah keatas kebanyakan sarjana, kelemahannya
justru karena kita kecil maka kalau ada pemilihan dari suara terbanyak tentu kita
kalah tapi dari segi aspek pemikiran dan gagasan itu relatif baik jadi menurut saya
kekuatan muhammadiyah itu di SDM dan organisasinya. Kelemahannya dalam
kegiatan politik yang melibatkan massa disitu muhammadiyah menjadi lemah.”59
Dalam pemaparan tersebut dapat diartikan bahwa kurangnya SDM tidak
menghambat untuk meningkatkan perkembangan Muhammadiyah di Salatiga karena
sifatnya yang dinamis dan terorganisir tersebut Muhammadiyah dapat mengatasi
setiap kendala yang dilaluinya dengan baik. Tetap dilihat dari segi pemikiran dan
gagasan dalam organisasi Muhammadiyah menjadi kuat dengan memperhatikan
kemampuan dan potensi Muhammadiyah dan bagiannya, perlu ditetapkan langkah
kebijaksanaan yang tepat. Kiprah Muhammadiyah tersebut menunjukkan bukti nyata
kepada masyarakat bahwa misi gerakan Islam yang diembannya bersifat amaliah
59
Hamam, Wawancara Mengenai Kekuatan dan Kelemahan Muhammadiyah di
Salatiga, Salatiga, kamis 15 September 2017 Pukul 10.00 WIB.
63
untuk kemajuan dan pencerahan yang membawa pada kemaslahatan masyarakat yang
seluas-luasnya.
D. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2005 Sampai Tahun
2010
Susunan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Salatiga, SK PWM
Jawa tengah No. 75/ 2006 tanggal 19 Mei 2006 :
Ketua : Drs. Badwan, M.Ag.
Sekretaris : Drs. Imam Sutomo, M.Ag.
Bendahara : Drs. Mahfud AN
Pembina Cabang : Drs. H. Ali Muhson, MH
Pembina MKKM : Drs. Usman Haryono, Apt
Pembina Tarjih : Drs. Mubasirun, M.Ag
Pembina Dikdas : Sutjipto, S.Pd
Pembina tabligh : Toha. Ar, BA
Pembinan ekonomi : Machasin
Wk. Sekretaris : Hammam. M.Pd
Wk. Bendahara : Amar Ma‟ruf Fakhrudin, S.Pd
64
Perkembangan Muhammadiyah di tahun 2005-2010 menurut pemaparan
Bapak Amar yaitu :
“perkembangannya sudah mulai maju di tahun 2007 sampai sekarang ingin
terus memajukan pendidikan mulai tahun 2005 LAZIZ muh mulai ada, ekonomi
belum ada koperasi dan meningkat koperasi berdiri pada tahun 2005 setiap tahun ada
RAT rapat anggota tahunan.“60
Terlihat dari kemajuannya dari tahun 2005-2010 Muhammadiyah mulai
berkiprah meningkatkan pengembangan di bidang ekonomi seperti koperasi dan
LAZIZ Muhammadiyah yang dari tahun ketahun mulai meningkat dan menghasilkan
kurang lebih Rp. 25.000.000,- per bulannya, Muhammadiyah senantiasa berikhtiar
untuk meningkatkan mutunya penyelenggaraan amal-usaha, tersebut merupakan
sebagian ikhtiar Muhammadiyah untuk mencapai keyakinan dan cita-cita hidup yang
bersumberkan ajaran Islam dan bagi usaha untuk terwujudnya masyarakat utama, adil
dan makmur yang diridlai Allah SWT.
Dalam melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas prinsip
gerakannya, seperti yang dimaksud di dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah. Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah itu senantiasa
menjadi landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta dalam
bekerjasama dengan golongan Islam lainnya.
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebabkan oleh daya
dinamik dari dalam ataupun karena persentuhan dengan kebudayaan dari luar, telah
menyebabkan perubahan tertentu. Perubahan itu menyangkut seluruh segi kehidupan
60
Amar Ma‟ruf, Wawancara Mengenai Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga,
Salatiga, Jum‟at 08 september 2017 Pukul 13:15 WIB
65
masyarakat, diantaranya bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, yang
menyangkut perubahan struktural dan perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam
hubungan antar manusia. Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti
perkembangan dan perubahan itu, senantiasa mempunyai kepentingan untuk
melaksanakan amar ma'ruf nahi-mungkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal
usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya ialah masyarakat, sebagai usaha
Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya: "menegakkan dan menjunjung tinggi
Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai
Allah SWT.
E. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2010 Sampai Tahun
2015
Dalam perkembangannya terdapat SK Penetapan Susunan Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Salatiga Periode Tahun 2010-2015 sebagai berikut :
NO NAMA NBM JABATAN
1 Dr. H. M. Zulfa, M. Ag 428206 Penasihat
2 Drs. H. Hadits 428203 Penasihat
3 Dr. Imam Sutomo, M. Ag 801527 Ketua
4 Dr. Adang Kuswaya, M. Ag 1084853 Sekretaris I
5 Hammam, M. Pd 803712 Sekretaris II dan Pembina
Majelis Pendidikan Kader
6 H. Machasin 978780 Bendahara I dan Pembina
Lembaga Zakat Infak dan
66
Shadaqah
7 Amar Ma‟ruf Fakhrudin, S.
Pd., M.M.
975468 Bendahara II dan Pembina
Majelis Ekonomi dan
Kewirausahaan
8 Drs. Badwan, M, Ag 711716 Pembina Majelis
Pelayanan Sosial dan
Pembina Lembaga
Pengemb. Cabang dan
Ranting
9 Drs. H. Ali Muchson, M.H. 886057 Pembina Majelis Tabligh
dan Pembina Majelis
Wakaf dan
Kehartabendaan
10 Drs. H. Usman Haryono 711717 Pembina Majelis
Pelayanan Kesehatan
Umum dan Pembina
Lembaga Pembina dan
Pengawasan Keuangan
11 Drs. Sir Samsuri, M. Hum 1094951 Pembina Majelis
Dikdasmen
12 Drs. Juz‟an, M. Hum 617254 Pembina Majelis
Pemberdayaan
Masyarakat dan Pembina
Majelis Pustaka dan
Informasi
13 Ust. Yahya, S. Ag 1094948 Pembina Majelis Tarjih
dan Tajdid
Pasca muktamar ke 46 perkembangan dari tahun 2010-2015 terdapat
berbagai macam rancangan program kerja Muhammadiyah di Salatiga dan
pengembangannya pada periode tersebut diantaranya sebagai berikut :
67
a. Majelis Tabligh
Intensifikasi pengajian tingkat Ranting dengan kurikulum inti Tafsir Al-
Qur'an dan Hadis, Himpunan Putusan Tarjih (HPT), dan Pedoman Hidup
Islami (PHI). Menghidupkan pesantren Muhammadiyah sebagai wadah
pembinaan kepribadian dan kaderisasi anggota agar memiliki basis keilmuan
agama yang kokoh dan mampu mengaplikasikannya dalam konteks kehidupan
modern, Mengintensifkan pembinaan umat melalui paket-paket tabligh yang
terprogram secara profesional, seperti kursus-kursus keislaman, kursus bahasa
Arab, kursus Qiraat Al-Qur'an, TPQ, dan sebagainya, Menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan dai/mubaligh dalam berbagai jenis, sesuai kepentingan dan
sasaran tabligh.
b. Majelis Tarjih Dan Tajdid
Mengintensifkan pembinaan akidah, ibadah dan akhlak di kalangan warga
Muhammadiyah melalui pengajian-pengajian, kursus-kursus, buku-buku paket
dan berbagai kegiatan lainnya yang lebih efektif dan tepat sasaran, Menyusun
buku pedoman/paket tuntunan ibadah, doa-doa dan aspek-aspek pembinaan
ajaran Islam lainnya yang bersifat praktis dan mudah dipahami oleh
masyarakat sebagai media memperluas jangkauan pengamalan Islam pada
umumnya dan warga Muhammadiyah pada khususnya, Menyelenggarakan
diskusi, pertemuan ilmiah yang membahas masalah-masalah keagamaan
(bahsul masail) dalam berbagai aspek, terutama yang terkait dengan masalah-
68
masalah aktual, sebagai pedoman pemahaman dan pengamalan Islam bagi
warga Muhammadiyah maupun kaum muslimin.61
c. Majelis Pendidikan Dasar Dan Menengah
Memprioritaskan peningkatan kualitas pendidikan dasar sebagai basis bagi
pengembangan kualitas pendidikan menengah dan pendidikan tinggi yang
memberikan peluang bagi subjek didik untuk berkembang, baik kepribadian
maupun intelektual dan keterampilannya dengan dasar keimanan dan akhlak
yang kokoh, Memberikan bobot untuk peningkatan kualitas kurikulum
pendidikan Al-Qur'an dan kemuhammadiyahan, bahasa Arab dan Inggris,
matematika, dan humaniora, budi pekerti yang dapat menjadi faktor
keunggulan pengembangan sumber daya manusia di masa depan,
Memperkuat, memberikan fasilitas, dan membina keberadaan serta peranan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di sekolah-sekolah Muhammadiyah
sebagai wahana kaderisasi Persyarikatan.
d. Majelis Kesehatan Dan Kesejahteraan Masyarakat
Mengembangkan Jaringan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) dan pembinaan kesehatan umat yang dirasakan langsung oleh
masyarakat, Menyelenggarakan kajian-kajian tentang masalah-masalah
kesehatan yang berkaitan dengan aktualisasi hukum Islam bekerja sama
61
Amar Ma‟ruf, Wawancara program kerja Muhammadiyah, Salatiga, Jum‟at 8
September 2017, Pukul 13.15 WIB.
69
dengan majelis terkait, Mengembangkan program pembinaan masyarakat
sejahtera, panti asuhan, dan anak jalanan.
e. Majelis Wakaf Dan Kehartabendaan
Melaksanaan pendataan kembali (her inventarisasi) dan sertifikasi seluruh
tanah milik persyarikatan Muhammadiyah pada seluruh tingkatan (ranting,
cabang, dan daerah), Melaksanakan penyuluhan, bimbingan, pembinaan serta
pelatihan mengenai sistem inventarisasi dan sertifikasi tanah wakaf dan non
wakaf milik persyarikatan Muhammadiyah secara terprogram dan
terkoordinasi, Pengembangan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM)
seperti KATAM, MARKAZ, BMT, UKM dan sebagainya.
f. Majelis Ekonomi Dan Kewirausahaan
Pendirian dan pengembangan koperasi di daerah, Pembinaan dan
pengembangan usaha kecil dan menengah di lingkungan warga persyarikatan
Muhammadiyah, Pembinaan dan pengembangan program santunan sosial di
lingkungan warga Muhamma-diyah melalui ASSADAS (Amal Usaha Dana
Santunan Sosial), Pengembangan santunan dan dana hari tua bagi
karyawan/pegawai, guru, pengurus persyarikatan di lingkungan unit amal
usaha usaha Muhammadiyah melalui SIMAPAN (Simpanan Masa Depan),
70
Mewujudkan sistem JAMAAH (Jaringan Ekonomi Muhammadiyah) sebagai
realisasi gerakan dakwah secara menyeluruh.62
g. Majelis Pembinaan Kader
Menyelenggarakan pelatihan instruktur, Menyelenggarakan
seminar/sarasehan tentang kaderisasi Muhammadiyah, Membuat panduan
pengelolaan Darul Arqam, Menyelenggarakan dialog AMM, Pendataan kader
Muhammadiyah, Menerbitkan publikasi dan pedoman-pedoman yang
berkaitan dengan kepentingan pengembangan kader Muhammadiyah,
Mengoptimalkan dukungan fasilitas, sarana dan prasarana untuk
pengembangan kualitas kader dan sumber daya insani di lingkungan
Muhammadiyah, Mengintensifkan pembinaan siswa di sekolah sebagai
wahana khusus pembentukan kader persyarikatan, Mengembangkan
pembinaan kader melalui Hizbul Wathon (HW) Muhammadiyah.
h. Majelis Pembina Kesehatan Umum
Meningkatkan sistem penyelenggaraan/pengelolaan amal usaha bidang
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (AUMKESSOS) yang unggul dan
berbasis PKO (Penolong Kesengsaraan Omoeom) / Al-Ma‟un dengan
manajmen terpadu, tatakelola, pengawasan standar pelayanan dan mutu, dan
pengelolaan IPO (Input-Proses-Output) yang berkualitas utama sehingga
mampu bersaing dan menjangkau masyarakat luas, Mengembangkan
62
Amar Ma‟ruf, Wawancara program kerja Muhammadiyah, Salatiga, Jum‟at 08
September 2017, Pukul 13.15 WIB.
71
kesadaran bencana di lingkungan Muhammadiyah, kampanye kesadaran
menghadapi bencana di masyarakat, advokasi sistem penanggulangan
bencana, dan usaha-usaha lain dalam program rehabilitasi pasca tanggap
darurat yang tersistem dengan program dan prinsip-prinsip gerakan
Muhammadiyah, Mengoptimalkan lembaga panti asuhan Muhammadiyah
menjadi tempat penyemaian kader Muhammadiyah.
i. Majelis Pustaka Dan Informasi
Mengembangkan dokumentasi sejarah, karya intelektual, dan sistem
pustaka termasuk di dalamnya mengembangkan E-Library (perpustakaan
digital) dan distribusi kepustakaan di seluruh jenjang pimpinan
Muhammadiyah, Mengembangkan sistem informasi Muhammadiyah yang
unggul dan lengkap disertai pemanfaatan multimedia dan teknologi informasi
untuk menopang aktivitas persyarikatan meliputi media elektronik, dalam hal
ini radio dan televisi, media internet dan mobile devices, media cetak,
integrasi database personal/kader, kantor maya, sistem aplikasi profil
Muhammadiyah, digitalisasi dokumen, Distro Linux Muhammadiyah, dan
lain-lain.63
63
Amar Ma‟ruf, Wawancara program kerja Muhammadiyah, Salatiga, Jum‟at 08
September 2017, Pukul 13.15 WIB.
72
j. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
Mengaplikasikan konsep-konsep gerakan seperti implementasi
Teologi/Fikih Al-Ma‟un dan model pemberdayaan masyarakat lainnya yang
terpadu dengan sistem gerakan Muhammadiyah, Meningkatkan advokasi dan
pendampingan terhadap kelompok miskin, buruh, dan kelompok
dhua‟afa/mustadh‟afin lainnya untuk memiliki akses, usaha, dan kekuatan
kemandirian.Meningkatkan perhatian, kepedulian, dan advokasi kepada
kelompok difabel untuk memperoleh hak-hak dasar dan kesejahteraan dalam
kehidupannya.Meningkatkan kapasitas keahlian, modal, produksi, dan
distribusi usaha-usaha di bidang pertanian, perikanan, peternakan, dan usaha-
usaha lainnya yang mampu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat.
k. Lembaga Pengembangan Cabang Dan Ranting
Inventarisasi dan pembuatan data base Cabang dan Ranting, Intensifikasi
pembinaan pengajian Cabang dan Ranting, Kunjungan ke tokoh masyarakat
Muslim Kelurahan dan Kecamatan, Pengembangan dakwah jamaah pada
semua Cabang dan Ranting.64
64
Amar Ma‟ruf, Wawancara program kerja Muhammadiyah, Salatiga, Jum‟at 8
September 2017, Pukul 13.15 WIB.
73
BAB IV
PERAN MUHAMMADIYAH DI SALATIGA
A. Peran Muhammadiyah bagi Masyarakat Salatiga di Bidang Pendidikan
Menurut Bapak Imam Sutomo, Muhammadiyah sebagaimana ormas Islam
lainnya mempunyai peran signifikan dalam membangun kekuatan rohaniah
masyarakat kota Salatiga. Aktivitas yang langsung membantu pemerintah kota
Salatiga adalah bidang pendidikan. Muhammadiyah ikut membantu pemerintah
kota Salatiga dalam mencerdaskan warga melalui penyediaan lembaga pendidikan
dari tingkat SD sampai SMA dan SMK.65
Adapun berbagai peran dalam
pendidikan yang dapat mengambil peran dalam perkembangan sebagai berikut :
a. Taman Kanak – Kanak „Aisyiyah (TK ABA)
Amal usah pendidikan untuk mendidik dan mengajar anak usia
prasekolahan muhammadiyah adalah taman kanak-kanak yang dikelola oleh
ibu-ibu „aisyiyah. Sekolah tersebut diberi nama Taman Kanak-kanak „aisyiyah
bustamul atfal (TK ABA). TK ABA ada di kota salatiga terdiri dari empat
sekolah yakni.
1. TK ABA Pembina kecamatan sidomukti
2. TK ABA 03 Nanggulan
3. TK ABA 04 Tegalrejo
65
Imam Sutomo, M. Ag, Wawancara Mengenai Peran Muhammadiyah di Salatiga,
Salatiga, Rabu 23 Agustus 2017 Pukul 17:15 WIB.
74
4. TK ABA 05 Dliko Indah 66
b. SD Muhammadiyah (plus) Salatiga
Berdiri sekitar 1932 dengan nama HIS Muhammadiyah dan
Direktur (Belum Kepala Muhammadiyah) pertamanya adalah R.Muh.
Djamil dari Yogyakarta.Pada saat itu murid-muridnya terdiri dari berbagai
agama Islam dan Kristen. Pada sore hari digunakan untuk Madrasah
Diniyah Muhammadiyah sampai dengan taun 1970-an. Pewakaf tanah
untuk bangunan HIS Muhammadiyah sudah berkali-kali direhabilitas, baik
dari dana swadana /pribadi seperti dari Bapak H. Sugiyono , Bapak H.
Abdul Karim Oie Ching Hin ( Bapak dari Ibu Dr. Oen Jos Sujoso ),
Bapak H. Muhadi, dan lain-lain, maupun proyek-proyek dari pemerintah,
khususnya Pemerintah Daerah Salatiga maupun dari Diknas. Terakir
dibongkar total untuk bangungan tingkat taun 2002 untuk SD
Muhammadiyah (plus). Tercatat beberapa nama yang pernah menjabat
sebagai Kepala Sekolah ,antara lain :
1. Raden Muhammad Djamil (Masih HIS Muhammadiyah pada awal
1937
2. Tidak tercatat dalam dokumen.
3. Tidak tercatat dalam dokumen
4. Tidak tercatat dalam dokumen
66
Buhtari, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga : Perda
Muhammadiyah Salatiga, 2010), hal. 40.
75
5. Djamastik.( Tahun 1965-1970)
6. Sartin.(Tahun 1970-1973)
7. Hj. Retno Jamilah (1973-1982)
8. Nur Chalis (1982 s.d 16 juli 1984)
9. H. Sutjipto, S.Pd (16 juli1984 s.d 1 oktober 1985)
10. Hj. Musidah (1 Oktober 1985 s.d 1 0ktober 1989)
11. M.Fauzan (1 Oktober 1989 - 1 November 1990)
12. Timah (1 November 1990 – 1 Juli 1992)
13. Pasti Hariyanto (1 Juli 1992 - 1 Juli 1994)
14. Drs. Slamet Bajuri (1 Juli 1994 – 1 Januari 2001)
15. Siti Ngumrotun ( 1 Januari 2001 – 1 Juli 2004)
16. H. Sutjipto, S.Pd (1 Juli 2004 – 4 September 2010
17. Drs. Djumadi (4 September – sekarang)67
SD muhammadiyah yang dulunya HIS Muhammadiyah merupakan
amal usaha monumental sebagai cikal bakal perkembangan
Muhammadiyah di Salatiga.Tempo dulu sekolah ini telah melahirkan
banyak kader. Namun setelah memasuki era Orde Baru, sejak taun 80-an
ketika Pemerintah mengembangkan SD Inpres sekolah sekolah tersebut
mulai mundur dan secara berlahan menuju kematian karena kehabisan
siswa dan kurang ada animo dari masyarakat untuk menyekolahkan
67
Ibid, Buhtari, hal. 44-45
76
anaknya kesekolahan tersebut. Sejak tahun 90-an Pimpinan Daerah sudah
memikirkan solisinya tetapi selalu gagal.
Menyikap kondisi semacan itu akirnya pada tahun 2002 PDM
bersama mantan pemimpin mengadakan rapat untuk mengabil keputusan
di antara dua pilihan yaitu ditutup atau di kembangkan revolusioner
dengan menggubahnya SD Unggulan. Kebijakan jatuh ke pilhan ke dua,
yang senjutnya di bentuk tim pengembang Lembaga Pendidikan
Muhammadiyah dan pakar pendidikan , yang di ketuai oleh Bapak
Achmadi. Dari kerja tim kemudian diputuskan SD Muhammadiyah
tersebut menjadi SD MUhammadiyah (Plus).
Selanjutanya melihat perkembangan SD Muhammadiyah (Plus)
selama 3 tahun terakir cukup besarnya animo dari orangtua murid untuk
dapat diterima diu SD Muhammadiyah (Plus) ini. Dimana pada tahun
pelajaran 2006 pendaftaran hanya di buka secar relatif singkat sudah
menolak pendaftaran, maka Tim Pengembang merasa perlu untuk
mengembangkan lokasi baru yang cukup memadai.68
Saat ini harapan tersebut sudah terkabul dengan membeli tanah di
daerah togaten, Mangunsari, Kecamatan sidomukti, Salatiga (sebagaimana
disebutkan di atas seluas 1800 meter persegi ) dan isya‟allah dalam waktu
dekat diperluas dengan tanah yang ada di sekitar lokas seluas 1800 meter
68
Ibid, Buhtari, hal. 45-46
77
persegi. Perlu diketahui untuk biaya pembelian tanah tersebut dengan
harga murah dari para pemilik, Rp. 475.000.000; (1800 meter) dan
Rp.50.000; (180 meter sumbangan dari Ibu Dr. Hj Supartinah. Dan di
lokasi ini akan dibangun sebanyak 26 lokal untuk SD Muhammadiyah
(Plus) dan 6 untuk TK/BA „Aisyiyah 1 Salatiga (yang memang belum
memiliki gedung sendiri ) semuanya berlantai 2.
Pada Ahad, 9 Juli 2006 telah diresmikan dan dimulai
pembangunan 6 lokal SD Muhammadiyah (Plus). Dana yang tersedia
untuk itu baru ada sekitar Rp.185.000.000; dan dalam waktu dekat
dibangun pula Gedung TK/BA Áisyiyah 1 (lengkap) berupa paket /
bantuan pemerintah sebesar Rp.450.000.000.69
Sedangkan dana yang dihimpun dari warga dan simpatisan
Muhammadiyah bar terkumpul sebesar RP.77.000.000; lebih.
Alhamdulilah berkat prtolongan allah semata pada 27 Rajab 1482 H 11
Agustus 2007 M SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga diresmikan oleh
Bapak Prof. Dr. H Amin Rais, MA (PP Muhammadiyah dan Walikota
Salatiga John Manoppo, SH. Pada kesempatan acara peresmian tersebut
Bapak Amin Rais menyampaikan sumbangan Rp. 100.000.000; demikan
pula Bapak Walikota sebesar Rp.100.000.000;. tercatat perhitungan dana
keseluruhan biaya pembangunan hampir mencapai Rp.1.300.000.000.;
pembangunan seluruh rencana pergedungan sudah 100% selesai. Sampai
69
Ibid, Buhtari, hal. 47
78
saat ini telah baiaya sebesar Rp.1.8750.000.000; Sd Muhammadiyah
(Plus) Salatiga sampai saat ini sudah meluluskan 2 kal yakni tahun
pelajaran 2008/2009 dan 2009/2010 dan prestasi cukup memadai.
c. SMP Muhammadiyah Salatiga
Berdiri pada tahun 1975 sumbangan seluruhnya dari GKBI
(Gabungan Koperasi Batik Indonesia) sebesar Rp.50.000 (nominasi
sekarang Rp.50.0000.000;). Atas asbes dan seluruhnya kayu jati terdiri
dari 6 lokal belajar dan 2 kantor. Tanah hibah dari Pemerintah Daerah
Salatiga. Seperti halnya SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah
Salatiga juga mengalami beberapa kali rehabilitas bangunan fisik hingga
sekarang berlantai dua dan pertambahan kelas/murid yang menggebirakan
. tercatat kepala sekolah adalah : H. Sholeh Sudiman , BA, Masruri , Bsc.,
Suharto BA dan sekarang Yudhi Hayono, S.Pd. diharapkan dalam waktu
dekat mampu mempersiapkan Kelas Unggulannya untuk menampung
kelulusan SD Muhammadiyah (Plus). Tahun pelajaran 2006 SMP
Muhammadiyah Salatiga menolak lebih dari 2 kelas baru karena
terbatasnya sarana dan tenaga Guru yang ada. 70
Dengan semakin banyaknya peminat untuk masuk ke SMP
Muhammadiyah, yang saat ini hanya mampu menampung sebanyak 15
kelas, walaupun seluruh bangunan sudah berlantai dua, tetap sulit untuk
70
Ibid, Buhtari, hal. 50
79
dikembangakan karena terbatasnya lokasi yang sangat sempit. Usaha satu-
satunya hanya harus mencari tanah yang lebih luas atau terpaksa harus ada
ruang kelas yang terpisah, alternatif yang ada hanya panti asuhan
Muhammadiyah, jalan Kauman , Salatiga. SMP Muhammadiyah Salatiga
sudah beberapa kali di rehabilitas,.
Tidak hanya merahbilitas pisik prasarananya, SMP
Muhammadiyah sudah saatnya merahbilitas program peningkatan mutu
pembelajaran, misalnya mengandakan kelas unggulan lainnyaa. SMP
Muhammadiyah Salatiga saat ini mempunyai dua kelas unggulan/khusus
untuk setiap levelnya yakni VII A , VII B , VIII A , VIII B , XI A , dan XI
B. Kelas kelas tersebut memang di maksudkan untuk menampung anak-
anak dengan kualitas akademis yang baik karena input dari sekolah ini
sangat bervariasi.71
d. SMU Muhammadiyah Salatiga
Berdiri pada tahun 1979 dengan dana pinjaman dari PP
Muhammadiyah Yogyakarta sebesar Rp.3.750.000; .banguna pertama
terdiri dari 4 lokal.
Tercatat sebagai Kepala Sekolah Muhammadiyah pertama kali
adalah Riyanto, BA., H, Sholeh Sudimin, Sururi, BSc., Parman
Partodjidjoyo, BSc., Drs. R. Soempeno dan Drs. Amin Hartawan, M.Pd.
71
Ibid, Buhtari, hal. 52.
80
sekarang bangunan pertama sudah direhabilitasi berlantai dua. Harga
tanah pada saat itu baru Rp.375,-/m.
Walaupun mengalami pasang surut namun tetap stabil sampai
sekarang setelah mendapatkan berbagai bantuan perlatan dan sarana
lainnya seperti lapangan olah raga yang cukup memadai.
Dan perlu diketahui pada saat itu peresmian yang dihadiri oleh
Bapak A.R. Fachruddin dan Walikota Salatiga atas usul Bapak Hadits
(Sekretaris PDM pada waktu itu) agar Walikota berkenan mengaspalkan
jalan sampai ke SMA Muhammadiyah (karena pada saat itu jalan yang
meuju ke SMA Muhammadiyah berupa jalan setapak dan sulit dilalui
kendaraan apalagi waktu musim hujan) dan berkenaan pula member nama
jalan tersebut dengan nama Jalan KH. Ahmad Dahlan dan harapan
tersebut terkabul abadi sampai sekarang.72
e. SMK Muhammadiyah Salatiga
Berdiri pada tahun 1991 atas saran Kepala Kantor Wilayah Dep.
Pendidikan Nasional Jawa Tengah, Bapak Suwardi, BA. Secara
administratif bantuan beliau cukup lancar sampai dengan berdirinya STM
Muhammadiyah Salatiga.
Unit produksi SMK Muhammadiyah cukup menghasilkan dan
produksinya telah mendapatkan pasaran baik dari perorangan khususnya
72
Ibid, Buhtari, hal. 54.
81
warga Muhammadiyah maupun perusahaan-perusahaan tertentu.sedikit
banyak dengan Unit Produksi ini telah dapat menghasilkan tambahan dana
karena seringnya mengikuti pameran-pameran yang diadakan oleh dinas
maupun swasta, hasil produksi Unit Produksi SMK Muhammadiyah
Salatiga makin dikenal kualitasnya. Predikat Peringkat Nasional ke-76
yang disandang oleh SMK Muhammadiyah Salatiga semoga dapat terus
ditingkatkan minimal dapat dipertahankan. 73
Menurut pendapat bapak Hamam jadi peran itu sangat dibutuhkan
untuk kalangan muslim, muslim pendidikan ada lomba kepala sekolah teladan
tingkat nasional alhamdulilah yang juara dari SD Muhammadiyah plus tentu itu
tidak hanya membawa nama Muhammadiyah tapi kebetulan dia muslim karena
Muhammadiyah itu bisa mewakili orang-orang Islam yang kedua jika ditanya
mana pendidikan islam yang baik, kita bisa memberi contoh itu sekolah yang
baik, disitu menurut beliau Muhammadiyah sangat dibutuhkan dalam aspek
pendidikan meskipun sekarang sudah banyak bermunculan diantara kita dari
teman-teman di NU yang lain seperti SDIT sekolah yang berbasis IT bahkan AL-
Azhar, tapi secara kualitas kita masih yang terbaik diantara sekolah-sekolah itu
indikatornya misalnya nilai UN Muhammadiyah masih terbik diantara sekolah
islam lainnya.74
Respon masyarakat Salatiga terhadap Muhammadiyah ialah tercermin
pada kepercayaan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di lembaga-lembaga
73
Ibid, Buhtari, hal. 59. 74
Hamam, Wawancara Mengenai Peran Muhammadiyah di Salatiga, Salatiga, kamis 15
September 2017 Pukul 10.00 WIB.
82
pendidikan dibawah yayasan Muhammadiyah di Salatiga. Dengan pendirian
sekolah-sekolah di Salatiga dengan tingkat SD hingga SMA yang bernaung
dibawah yayasan Muhammadiyah memungkin masyarakat untuk mempercayakan
pendidikan anaknya pada pengajaran dalam ilmu pengetahuan serta ilmu
keagamaan yang disusun oleh yayasan Muhammadiyah.
B. Peran Muhammadiyah Di Bidang Sosial-Ekonomi
Menurut Bapak Amar peran Muhammadiyah di Salatiga selama sebagai
figur ormas Muhammadiyah ingin memajukan Islam di Salatiga dan berperan
penting dalam pengembangan Pendidikan dan berbagai bidang lainnya seperti
Keagamaan, Sosial-Ekonomi, bagi masyarakat Salatiga. Muhammadiyah
mengambil tiga peran dalam pengembangannya diantaranya sebagai berikut :
a. Panti Asuhan Muhammadiyah
Panti Asuhan Muhammadiyah Abu Hurairah Kota Sakatiga sejak
berdiri tahun 1988 telah bergerak dalam pelayanan sosial berupa
menyantuni, mendidik, dann menyekolahkan anak-anak yatim piatu,
miskin dan terlantar dari SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Kemudian
didalamnya mereka dibekali keterampilan dan ilmu pengetahuan yang
dapat menunjang kemandirian mereka kelak bila sudah dewasa.Panti
Asuhan tersebut berusaha maksimal mencukupi kebutuhan mereka baik
83
jasmani dan rohani secara Cuma-Cuma baik berupa pendidikan, konsumsi,
pakaian, kesehatan, dan lain-lain.75
b. Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZIM)
LAZIM adalah lembaga nrlaba tingkat daerah yang berkhidmat
dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayungan secara produktif
dan zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari
perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
Berdirinya LAZIM dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat
dengan menejemen modern yang dapat mengantarkan zakat menjadi
bagian dari penyelesaian masalah kondisi kebangsaan yang terus
berkembang. Program penyaluran LAZIM Kota Salatiga adalah Bea
siswa, Usaha Ekonomi Produktif, Program Usaha Peternakan Kambing,
Bantuan Bea Hidup Dhuafa, Bantuan Panti Asuhan, TPA Binaan,
Pesantren Liburan Sekolah.
c. Koperasi Surya Utama
Pimpinan daerah Muhammadiyah Salatiga pada tahun 2006 dalam
rangka pengembangan di bidang ekonomi membentuk Koperasi serba
usaha yang bernama “Koperasi Surya Utama”.Anggotanya terdiri dari
pimpinan dan simpatisasi Muhammadiyah Kota Salatiga.Bidang usaha
saat ini dikembangkan adalah simpan pinjam, antar jemput anak sekolah,
75
Buhtari, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga : Perda
Muhammadiyah Salatiga, 2010). Hal. 59.
84
pelayanan catering untuk anak SD Muhammadiyah Plus, penyediaan
seragam dan alat tulis sekolah.Bidang usaha saat ini masih terfokus di SD
Muhammadiyah Plus dan harapan kedepan koperasi ini bisa memfasilitasi
semua warga Muhammadiyah beserta amal usahanya untuk menjadi
anggota dan meningkatkan kesejahteraan warganya.76
C. Peran Muhammadiyah Di Bidang Tabligh
Menurut pendapat Bapak Imam Sutomo tentang perkembangan dakwah
Muhammadiyah Kota Salatiga yaitu :
“Dinamika kota Salatiga sangat relevan dengan corak pandang pemikiran
keagamaan Muhammadiyah. Masyarakat muslim yang ingin maju pada akhirnya
akan melihat sisi keserasian dengan pemikiran Muhammadiyah. Makin meningkat
dinamika pembangunan dengan kehidupan modern makin membutuhkan cara
pandang Muhammadiyah berkemajuan.”77
Muhammadiyah dalam melakukan kiprahnya di berbagai bidang tabligh
untuk kemajuan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan dilandasi oleh keyakinan
dan pemahaman keagamaan bahwa Islam sebagai ajaran yang membawa misi
kebenaran Ilahiah harus didakwahkan sehingga menjadi rahmatan lil-„alamin di
muka bumi ini. Bahwa Islam sebagai Wahyu Allah yang dibawa para Rasul
hingga Rasul akhir zaman Muhammad SAW adalah ajaran yang mengandung
hidayah, penyerahan diri, rahmat, kemaslahatan, keselamatan, dan kebahagiaan
hidup umat manusia di dunia dan akhirat. Keyakinan dan paham Islam yang
fundamental itu diaktualisasikan oleh Muhammadiyah dalam bentuk gerakan
76
Ibid, Buhtari, hal. 63 & 67. 77
Imam Sutomo, M. Ag, Wawancara Mengenai Perkembangan Muhammadiyah di
Salatiga, Salatiga, Rabu 23 Agustus 2017 Pukul 17:15 WIB.
85
Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk kemaslahatan hidup
seluruh umat manusia.
Misi dakwah Muhammadiyah yang mendasar itu merupakan perwujudan
dari semangat awal Persyarikatan ini sejak didirikannya yang dijiwai oleh pesan
Allah dalam Al-Quran Surat Ali-Imran 104, yang artinya: ”Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang
beruntung”.
Kewajiban dan panggilan dakwah yang luhur itu menjadi komitmen utama
Muhammadiyah sebagai ikhtiar untuk menjadi kekuatan Khaira Ummah sekaligus
dalam membangun masyarakat Islam yang ideal seperti itu sebagaimana pesan
Allah dalam Al-Quran Surat Ali-Imran ayat 110, yang artinya: ”Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Dengan merujuk pada Firman Allah dalam Al-Quran Surat Ali Imran 104
dan 110, Muhammadiyah menyebarluaskan ajaran Islam yang komprehensif dan
multiaspek itu melalui dakwah untuk mengajak pada kebaikan (Islam), al-amr bi
al-ma‟ruf wa al-nahy „an al-munkar (mengajak kepada yang ma‟ruf dan
mencegah dari yang munkar), sehingga umat manusia memperoleh
keberuntungan lahir dan batin dalam kehidupan ini. Dakwah yang demikian
mengandung makna bahwa Islam sebagai ajaran selalu bersifat tranformasional;
86
yakni dakwah yang membawa perubahan yang bersifat kemajuan, kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan nilai-nilai keutamaan lainnya untuk kemaslahatan serta
keselamatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan,
agama, dan lain-lain.78
Dapat dituangkan dalam sereangkaian kegiatan
Muhammadiyah di Salatiga dalam bidang Tabligh seperti pengadaan kelompok
pengajian dari rumah ke rumah dan mendirikan HIS Muhammadiyah dan Diniyah
sore hari. Hal tersebut menjadi kegiatan yang berangsur-angsur dilaksanakan
setiap ahad pagi.
Pemikiran yang dibentuk Muhammadiyah ialah bagaimana seorang
muslim dapat bertahan hidup dengan beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta
dengan modal keilmuan yang mempuni. Sehingga bagi kaum Muhammadiyah
untuk dapat mengembangkan diri dan dapat melakukan mobilisasi untuk
mendapatkan stratifikasi yang tinggi dalam masyarakat maka harus memiliki
bekal ilmu yang cukup sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut KH. Ahmad Dahlan agama merupakan keindahan apabila dapat
menemukan cara untuk beribadah kepada Allah secara benar. Menemukan jalan
yang benar untuk beribadah pada Allah ialah melalui pembelajaran dengan kata
lain melalui aspek dakwah.
78
Amar Ma‟ruf, Wawancara Mengenai dakwah Muhammadiyah di Salatiga, Salatiga, Jum‟at 08
september 2017 Pukul 13:15 WIB
87
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Kelahiran Muhammadiyah merupakan titik balik bagi umat Islam sebagai
refleksi terhadap kesadaran beragama, K.H.Ahmad Dahlan berperan memberi
pemahaman pada umat Islam di Yogyakarta khususnya Desa Kauman bahwa
perlu adanya gerakan pemurnian terhadap ajaran agama Islam. K.H. Ahmad
Dahlan berupaya untuk mengikis praktek-praktek mistisme dalam tata
melaksanakan tata cara beribadah. Dengan gagasan transformatif yang mengubah
paradigma umat muslim mengenai kemurnian ajaran agama Islam mengubah
pemikiran yang sempit pada umat Islam. Dengan konsep pemikiran keterbukaan
terhadap ilmu pengetahuan dan sikap kritis terhadap ilmu pengetahuan
mendorong Muhammadiyah mengalami perkembangan.
Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dapat ditinjau dalam hasil
muktamar ke 44-46 selama periode 2000-2015. Perkembangan yang dapat dilihat
pada tahun 2000-2005 yaitu dalam bidang pendidikan yang hampir kolap dan
pengatasannya. Perkembangan selanjutnya pada tahun 2005-2010 mulai
didirikannya Koperasi dan LAZIZ Muhammadiyah dan pada tahun 2010-2015
kegiatan Muhammadiyah berkembang dengan adanya kemajuan serangkaian
program kerja yang dilakukan Muhammadiyah demi memajukan Islam di
Salatiga. Dari situlah Muhammadiyah dapat berkembang secara signifikan
88
ditinjau upaya mengembangkan sarana dan prasarana amal usaha dan
pengembangan amal usahanya.
Peran Muhammadiyah dalam masyarakat terlihat dengan berdirinya
lembaga-lembaga pendidikan yang berdiri di Salatiga dibawah yayasan
Muhammadiyah. Perkembangan Muhammadiyah paling signifikan dalam aspek
pendidikan. Pendidikan digunakan sebagai ujung tombak untuk mengembangkan
Muhammadiyah di Salatiga.
B. SARAN
- Perlu menambahkan SDM demi menggalang massa yang lebih banyak.
- Perlu adanya strategi perluasan jaringan untuk menggalang massa.
Kekurangan Muhammadiyah dalam hal massa perlu adanya pergantian khusus
mengenai strategi memperluas jaringan.
- Perlu menjangkau masyarakat awam yang belum mengetahui metode dan
strategi yang dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat awam.
- Perlu melaksanakan aktivitas yang dapat menunjang kreativitas masyarakat
awam.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Adaby Darban, Searah Kauman (Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah),
(Yogyakarta : Tarawang, 2000).
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak,2012).
A.Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen Penerangan
RI, 1986).
BPS, Kota Salatiga dalam Angka 2016, (Salatiga : BPS Salatiga, 2016).
Buhtari, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga : Perda
Muhammadiyah Salatiga, 2010).
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012).
http://salatiga-kota.muhammadiyah.or.id/galeri-foto.html diakses pada tanggal 20
September 2017, Pukul 12.45 WIB.
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/33/name/jawa-
tengah/detail/3373/kota-salatiga diakses pada tanggal 13 september 2017
09.11 WIB.
https://mikolei.wordpress.com/profil-kota-salatiga/ diakses pada tanggal 13 September
2017, Pukul 09.32 WIB.
H. Rustam E. Tamburaka, M.A, Pengantar Ilmu sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
Filsafat, dan Iptek, (Jakarta : Rineka Cipta, Juli 1999).
Munir Mulkhan, Abdul, 1 Abad Muhammadiyah, (Jakarta : Kompas, Juni 2010).
Munir Mulkhan, Abdul, Marhaenisme Muhammadiyah, (Yogyakarta : Galang Press,
2010).
Munir Mulkhan, Abdul, Menggugat Muhammadiyah, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru,
Juli 2000).
M. Teddy Sulistio, SE. Memory Masa Jabatan DPRD Kota Salatiga 2009-2014,
(Salatiga : DPRD Salatiga, 2014).
90
Paul Veyne, Writing History, Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina moore-
rinvolucri, (Middletown,connect: Wesleyan Univercity Press, 1984).
Philippe Carrard, Poetics The New History (Frenchhistorical Discourse From BraudelTto
Chartier, Baltimore And London: The Johns Hopkins University Press, ,1992).
R. Moh Ali, Pengantar Ilmu sejarah, (Yogyakarta : LKIS, Februari 2005).
Sumanto, Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, (Yogyakarta: Buku Seru. 2014).
Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Februari 2010).
Syarifuddin Jurdi, Negara Muhammadiyah, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, Juni 2005).
William Lucey, history : method and interpretation, garland publishing,inc, (New York
and London, 1984).
Wawancara :
Bapak Imam sutomo (Ketua PDM Kota Salatiga), Salatiga, Rabu 23 Agustus 2017 Pukul
17:15 WIB
Bapak Amar Ma‟ruf (Sekretaris dan Bendahara PDM Kota Salatiga, Salatiga, Jum‟at 08
september 2017 Pukul 13:15 WIB
Bapak Hamam (Sekretaris PDM Kota Salatiga), Salatiga, kamis 15 September 2017, Pukul
10.00 WIB.
91
LAMPIRAN
A. PELANTIKAN PENGURUS PDM KOTA SALATIGA
B. PELANTIKAN PENGURUS PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH
SALATIGA
92
C. SD MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA
93
D. KEGIATAN PENGAJIAN AHAD PAGI
E. TK AISYIYAH PEMBINA SALATIGA
94
SURAT KEPUTUSAN
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA
NOMOR 01/KEP/III.0/D/2011
TENTANG
PENETAPAN SUSUNAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH
KOTA SALATIGA PERIODE TAHUN 2010-2015
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA
Menimbang : a. bahwa untuk menjaga ketertiban dan memperlancar jalannya organisasi serta untuk
menjamin keberlangsungan tugas-tugas kepemimpinan Persyarikatan, maka perlu
segera mengangkat dan menetapkan susunan Pimpinan Daerah Mu-hammadiyah Kota
Salatiga periode tahun 2010-2015;
b. bahwa nama-nama yang tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini meme-nuhi
syarat untuk diangkat dan ditetapkan sebagai Pimpinan Daerah Muhamma-diyah Kota
Salatiga periode tahun 2010-2015.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 13 dan 26;
2. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 12 dan 25;
3. Surat Keputusan PWM Nomor 02/KEP/II.0/D/2011 Tanggal 01 Shafar 1432 H
06 Januari 2011 M.
Memperhatikan : Hasil Keputusan Rapat Pleno Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga pada
tanggal 28 Shafar 1432 H / 2 Februari 2011 M.
M E M U T U S K A N
Menetapkan : Surat Keputusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga tentang Pene- tapan
Susunan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga Periode Tahun 2010-2015;
Pertama : Menetapkan nama-nama yang tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini seba-gai
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga Periode Tahun 2010-2015;
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan ditinjau kembali dan
dibetulkan sebagaimana mestinya.
95
Kutipan Surat Keputusan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan sesuai de-
ngan peraturan yang berlaku di Persyarikatan.
Ditetapkan di : Salatiga
Pada tangga : 28 Shafar 1432 H
2 Februari 2011 M
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga Ketua Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M. Ag Dr. Adang Kuswaya, M. Ag
NBM 801527 NBM 1084853
Tembusan
PWM Jawa Tengah di Semarang
96
Lampiran
Surat Keputusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Salatiga
Nomor : 01/KEP/III.0/D/2011
Tanggal : 28 Shafar 1432 H / 2 Februari 2011 M
TENTANG
PENETAPAN SUSUNAN PIMPINAN DAERAH
MUHAMMADIYAH
KOTA SALATIGA PERIODE TAHUN 2010-2015
NO NAMA NBM JABATAN
1 Dr. H. M. Zulfa, M. Ag 428206 Penasihat
2 Drs. H. Hadits 428203 Penasihat
3 Dr. Imam Sutomo, M. Ag 801527 Ketua
4 Dr. Adang Kuswaya, M. Ag 1084853 Sekretaris I
5 Hammam, M. Pd 803712 Sekretaris II dan Pembina Majelis
Pendidikan Kader
6 H. Machasin 978780 Bendahara I dan Pembina Lembaga
Zakat Infak dan Shadaqah
7 Amar Ma’ruf Fakhrudin, S. Pd., M.M. 975468 Bendahara II dan Pembina Majelis
Ekonomi dan Kewirausahaan
8 Drs. Badwan, M, Ag 711716 Pembina Majelis Pelayanan Sosial dan
Pembina Lembaga Pengemb. Cabang
dan Ranting
9 Drs. H. Ali Muchson, M.H. 886057 Pembina Majelis Tabligh dan Pembina
Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
10 Drs. H. Usman Haryono 711717 Pembina Majelis Pelayanan Kesehatan
Umum dan Pembina Lembaga
Pembina dan Pengawasan Keuangan
97
11 Drs. Sir Samsuri, M. Hum 1094951 Pembina Majelis Dikdasmen
12 Drs. Juz’an, M. Hum 617254 Pembina Majelis Pemberdayaan
Masyarakat dan Pembina Majelis
Pustaka dan Informasi
13 Ust. Yahya, S. Ag 1094948 Pembina Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga Ketua Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M. Ag Dr. Adang Kuswaya, M. Ag
NBM 801527 NBM 1084853