perjanjian terapeutik sebagai dasar bagi dokter...
TRANSCRIPT
HALAMAN JUDUL
PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR BAGI DOKTER
DALAM MELAKUKAN PENANGANAN MEDIS
Oleh
AFDHAL
B1110719
SKRIPSI
Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana
dalam Bagian Hukum Acara Program Studi Ilmu Hukum
Pada
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS HASANUDDIN
M A K A S S A R
MARET 2011
PENGESAHAN SKRIPSI
PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR BAGI DOKTER
DALAM MELAKUKAN PENANGANAN MEDIS
Disusun dan diajukan oleh
AFDHALNIM B11107119
Telah diperiksa di hadapan Panitia Ujian Skripsi yang DibentukDalam rangka Penyelesaian Studi Program SarjanaBagian Hukum Perdata Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddinpada hari Senin,
dan dinyatakan diterima
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Dr. Mas Bakar,S.H.,M.H. Zulkifli Aspan,S.H.,M.H.NIP. 130 878 523 NIP. 132 306 716
A.n DekanPembantu Dekan I,
Muhammad Ashri,S.H.,M.H.NIP. 131 862 972
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI
Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa
Nama : Afdhal
Nomor Induk : B11107119
Bagian : Hukum Perdata
Judul Skripsi : PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR BAGI
DOKTER DALAM MELAKUKAN PENANGANAN
MEDIS
Memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian skripsi sebagai ujian akhir program
studi
Makassar, 20 Februari 2005
A.n DekanPembantu Dekan I
Muhammad Ashri, S.H.,M.H.Nip. 131862972
ABSTRAK
ANDI TENRIAWARU (B11101180), Tinjauan Yuridis PelaksanaanPutusan Pengadilan Tata Usaha Negara di Bidang Pertanahan (dibimbing olehMas Bakar dan Kasman Abdullah).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pelaksanaanputusan Pengadilan TUN di bidang pertanahan dan hambatan-hambatan yangapa yang timbul dalam proses pelaksanaan putusan Pengadilan TUN tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Makassardan Kantor Pertanahan Kota Makassar dengan mengumpulkan data primer dandata sekunder yang ada di lapangan dengan mengambil beberapa sampel yangterdiri dari 5 orang Hakim Pengadilan TUN Makassar, 10 orang Pejabat KantorPertanahan Kota Makassar dan 5 orang Kuasa Penggugat yang kemudiandianalisis secara kelitatif dan kuantitatif.
Faktor yang sangat mempengaruhi penerbitan sertifikat yang diindikasibermasalah yang kemudian diajukan pada Pengadilan Tata Usaha Negaraadalah faktor manusianya yang terkait dengan budaya hukum masyarakat yangmasih kurang tertib, karena ada kecenderungan berkolusi dengan pejabat KantorPertanahan yang mencari keuntungan materil secara tidak wajar.
Keefektivan pelaksanaan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara sangatditentukan, apakah Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang TelahBerkekuatan Hukum Tetap tersebut dilaksanakan secara suka rela oleh pihakTergugat (Kepala Kantor Pertanahan) sebagai pihak yang kalah dalam prosespersidangan. Hasil penelitian ditemukan bahwa dari 253 perkara pertanahanyang masuk/terdaftar di Pengadilan Tata Usaha Negara, terdapat 66 perkarasengketa di bidang pertanahan yang putusannya telah berkekuatan hukum tetap,dimana hanya 29 putusan yang amar putusannya menyatakan gugatanPenggugat diterima. Namun, dari 29 putusan Pengadilan TUN tersebut terdapat5 putusan Pengadilan TUN yang tidak dilaksanakan pembatalannya atassertifikat hak atas tanah sebagaimana yang isi putusannya. Hal ini disebabkanoleh penerapan sanksi terhadap Pejabat TUN yang tidak secara suka relamelaksanakan putusan Pengadilan TUN tersebut belum berjalan sebagaimanatujuan peruntukkannya.
Terdapatnya hambatan-hambatan baik dari segi internal maupuneksternal dalam proses pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara,menambah panjang/lama waktu yang dibutuhkan oleh Pejabat KantorPertanahan untuk melakukan proses pembatalan sertifikat hak atas tanah yangdimohonkan berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukumtetap. Pelaksanaan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara ini sangatdipengaruhi oleh terpenuhinya kelengkapan berkas yang diajukan oleh pemohonbaik sebagian maupun seluruhnya serta kesigapan para pejabat KantorPertanahan merupakan faktor pendukung dalam menyelesaikan danmelaksanakan putusan tersebut, sehingga proses penegakan hukum dapatmemberikan jaminan kepastian hukum sebagaimana tujuan Badan Peradilanpada umumnya.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diterangkan bahwa usulan penelitian untuk penyusunan skripsi mahasiswa
Nama : Andi Tenriawaru
Nomor Induk : B11101180
Bagian : Hukum Acara
Judul Skripsi : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara di Bidang Pertanahan
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi sebagai ujian
akhir program studi.
Makassar, 20 Februari 2005
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Mas Bakar,S.H.,M.H. Kasman Abdullah,S.H.Nip. 130 878 523 Nip. 131 869 786
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
rahmat-Nya serta karunia-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis
menyadari bahwa hanya dengan petunjuk-Nya jugalah sehingga kesulitan dan
hambatan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Tak lupa pula penulis menghaturkan banyak terimakasih dan sembah sujud
kepada kedua orang tua tercinta (Andi Mappatunru & Hj. A. Suryati) serta
saudara-saudaraku yang telah banyak membantu baik lahir dan batin.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Radi A. Gani selaku Rektor Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Abd. Rasak S.H.,M.H selaku Dekan Fakultas Hukum, Bapak
Muhammad Ashri S.H.,M.H selaku Pembantu Dekan I, Bapak Musakkir
S.H.,M.H selaku Pembantu Dekan II, Bapak Faisal Abdullah S.H.,M.Si selaku
Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, terima kasih
atas segala perhatian Bapak selama ini.
3. Bapak Dr. Mas Bakar,S.H.,M.H selaku pembimbing I yang selalu memberikan
semangat, saran-saran dan kritikan yang sangat berarti kepada penulis.
4. Bapak Kasman Abdullah,S.H. selaku pembimbing II yang memberikan
petunjuk yang sangat bernilai.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang
telah banyak memberi ilmu dan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis.
6. Bapak Hakim Pengadilan TUN Makassar, dan staf Kepaniteraan Pengadilan
TUN, para kakak Calon Hakim (K’Ilo,K’Ali,K’Budi, khususnya buat K’Anis
trima kasih atas pinjaman bukunya), dan seluruh staf Pengadilan TUN tanpa
terkecuali.
7. Bapak Baharuddin,S.H.,M.H. dan Bapak Muhallis,S.H. dan seluruh staf Seksi
Penyelesaian Masalah Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Makassar yang
telah membimbing di lapangan selama proses penelitian dan memberikan
masukan yang sangat berharga.
8. Para staf dan tata usaha yang telah banyak memberi bantuan selama penulis
berada di Fakultas Hukum.
9. Buat kekasihku tersayang Muhammad Habibi atas cinta, kesabaran, dan
dorongannya yang telah membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Always Love you Honey…
10.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,
khususnya Narapidana’01 dan semua anak “Lobe-Lobe” crew ;aDede,Hadi,
Alam,Iccank,Pongky,IGo,Rendy,Andre,yupe,Acank,OntE,oMbenk, Ashar,..
11.Sahabat-sahabatku yang “always fun: Fatma,Tini,Yanti,Yonk,Ani,Rike,Unda,
Iin,Eni,Noe, terima kasih atas keceriaan dan kebersamaan kita selama ini.
12.Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada
penulis sehingga terselesainya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah penulis
sebutkan diatas.
Akhir kata, meskipun telah bekerja dengan maksimal mungkin, skripsi ini
tentunya tidak luput dari kekurangan. Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat
memberi manfaat kepada pembacanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, 20 Februari 2005
Penulis
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Perkara yang Masuk/Terdaftar di Pengadilan TUNMakassar Tahun 2000-2004 .......................................................... 54
Tabel 2 Jumlah Perkara di Pengadilan TUN Makassar Berdasarkan JenisObjek Sengketa Tahun 2000-2004................................................. 55
Tabel 3 Jawaban Responden Pejabat Kantor Pertanahan Kota MakassarTentang Kelibatkan Pihak-Pihak yang Terkait SaatPengukuran.................................................................................... 59
Tabel 4 Jumlah Perkara Pertanahan yang Telah Berkekuatan HukumTetap Tk. I Tahun 2000-2004......................................................... 62
Tabel 5 Putusan Pengadilan TUN yang Dilaksanakan dan TidakDilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kota Makassar Tahun2000-2004....................................................................................... 63
Tabel 6 Jumlah Pegawai Pada Kantor Pertanahan Kota MakassarMenurut Tingkat Pendidikannya..................................................... 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata UsahaNegara.
Lampiran 2 : Surat Keterangan Meneliti pada Pengadilan Tata Usaha NegaraMakassar.
Lampiran 3 : Surat Keterangan Meneliti pada Kantor Pertanahan KotaMakassar.
SKRIPSI
PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR BAGI DOKTER
DALAM MELAKUKAN PENANGANAN MEDIS
OLEH :
AFDHAL
B 111 07 119
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM
BAGIAN HUKUM PERDATA
MAKASSAR
2012
SKRIPSI
PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR BAGI DOKTER
DALAM MELAKUKAN PENANGANAN MEDIS
OLEH :
AFDHAL
B 111 07 119
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM
BAGIAN HUKUM PERDATA
MAKASSAR
2012
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR BAGI
DOKTER DALAM MELAKUKAN PENANGANAN MEDIS
Disusun dan diajukan oleh
afdhalB 111 07 119
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi yang Dibentukdalam rangka Penyelesaian Studi Program SarjanaBagian Hukum Perdata Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas HasanuddinPada hari Senin Tanggal 6 Mei 2012
Dan Dinyatakan Diterima
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Prof.Dr.Anwar Borahima,SH.MHNIP. 196010081987031001
Dr. Harustiati A. Moein,SH.SUNIP. 19641123 1990922 001
An. DekanWakil Dekan Bidang Akademik,
Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H.,M.H.NIP. 19630419 198903 1003
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diterangkan bahwa Skripsi mahasiswa :
Nama : AFDHAL
No. Pokok : B111 07 119
Program : ILMU HUKUM
Bagian : HUKUM PERDATA
Judul Skripsi : PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR
BAGI DOKTER DALAM MELAKUKAN
PENANGANAN MEDIS
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam seminar ujian skripsi
sebagai akhir ujian program studi.
Makassar, MEI 2012
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof.Dr.Anwar Borahima,SH.MH Dr. Harustiati A. Moein,SH.SUNIP. 196010081987031001 NIP. 19641123 1990922 001
v
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI
Diterangkan bahwa Skripsi mahasiswa :
Nama : AFDHAL
No. Pokok : B111 07 119
Program : ILMU HUKUM
Bagian : HUKUM PERDATA
Judul Skripsi : PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR
BAGI DOKTER DALAM MELAKUKAN
PENANGANAN MEDIS
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian skripsi akhir program studi
Makassar, MEI 2012
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H.
NIP. 196304191989031003
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : AFDHAL
NIM : B111 07 119
Program Studi : Ilmu Hukum / Hukum Perdata
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, MEI 2012
Yang membuat pernyataan,
AFDHAL
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanah
Wata’ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Sekalipun, penulis menyadari
bahwa di dalamnya masih banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan berbagai masukan atau saran
dari para penguji untuk penyempurnaannya.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan motivasi dari berbagai pihak, terutama oleh Bapak Prof.Dr.Anwar
Borahima,S.H.M.Hselaku Pembimbing I dan Ibu Dr.Harustiati A.Moein
,S.H.S.U.selaku Pembimbing II oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih yang tulus
kepada pembimbing I dan II, yang telah memberikan kesempatan lebih luas
bagi penulis untuk mengadakan kajian ilmiah yang sangat intensif dalam
pengerjaan skripsi ini.
Kepada keluarga penulis, yaitu kedua orang tua yang sangat saya
hormati ayahanda Dr. Sabir Alwy, S.H.M.Hdan ibundaIr.Syifa Achmad
serta saudara penulis Muh.Zaky dan Filzah Wajdi,S.E, M.Si yang tidak
henti-hentinya memberikan support dengan penuh kasih sayang
mendampingi hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada
ix
kesempatan ini pula penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan terima kasih yang tulus, serta terimalah hasil karya ilmiah ini
sebagai salah satu rahmat dan prestasi yang kelak dapat bermanfaat dalam
perjalanan kehidupan keluarga.
Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih yang terhingga
kepada :
1. Bapak Prof.Dr.dr. Idrus A Paturusi, Sp.B., Sp.Bo selaku Rektor
Universitas Hasanuddin Makassar beserta para pembantu rektor lain-nya.
2. Bapak Prof.Dr. Aswanto, S.H., M.H., DFM selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin beserta para pembantu dekan lain-nya.
3. Para penguji penulis Prof. Dr. Nurhayati Abbas, S.H., M.H., Prof. Dr.
Musakkir, S.H., M.H.,danDr. Nurfaidah Said, S.H., M.H
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H.selaku Penasihat Akademik
penulis selama mengikuti kegiatan perkuliahan.
5. Ibudrg. Nurhayati Habib, M.Kes., selaku Kepala bagian pendidikan dan
penelitian yang telah memberikanizin dan pemahaman penelitian di
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.
6. Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Prof.Dr. Slamet Sampurno,
SH.MH sebagai Mitra Pengendali Lapangan (MPL) KKN-PH Angkatan IV
Fakultas Hukum Unhas 2010 Mahkamah Agung
7. Teman-teman KKN-PH 2010 Lokasi Mahkamah Agung :Abhy Paca
Pato, Andi Baso Rikardi, Andi Muhammad Reza, Arandy Achmad,
x
Azrina Darwis, Cahaya Erna,Charisma B Lee, Dimas Djoko W
Dewantoro, Erwin Milanisti, Imam Agus Faisal, John Hery Austin,
Maidah Dwiyana, Muhlis, Qiya Dolphin,Soedharmanto Hood, Syahrul
Ramadhan, WhiWhie AprhyAny, Yan Pancana, Zziiaauull Muhammad.
8. Pegawai dan staf Mahkamah Agung yang telah memberikan bimbingan
ilmu kepada penulis sewaktu ber-KKN.
9. Para dosen dan staf akademik Fakultas Hukum Unhas yang telah banyak
membantu penulis selama mengikuti pendidikan .
10.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu dalam
lembaran ucapan terima kasih ini, penulis mengucapkan terima kasih atas
segala bantuannya.
Semoga Allah SWT, memberikan limpahan rahmat dan hidayah
kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Amin!
Makassar,
AFDHAL
A B S T R A C T
vi
Afdhal (B111 07 119), Perjanjian Terapeutik Sebagai Dasar BagiDokter Dalam Meakukan Penanganan Medis, (Dibimbing oleh AnwarBorahima dan Harustiati A. Moein)
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dokterdan pasien didalam perjanjian terapeutik, sesuai diatur dalam InformedConsent dan undang-undang praktik kedokteran agar dokter dan pasienmengerti kewajiban dan tanggungjawabnya serta memberikan wawasanbagi tenaga kesehatan khususnya dokter mengenai pentingnya perjanjianterapeutik dalam menciptakan pelayanan medis yang memadai kepadapasien.
Penelitian ini dilaksanakan pada dua rumah sakit yang berada di kotaMakassar yaitu Rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan Rumah sakitGrestelina. Instrumen pengumpulan data primer dilakukan denganwawancara dan data seknder dilakukan dengan studi pustaka sertapengumpulan data pada 2 instansi terkait. Data dianalisis secarakualitatif.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan Terapeutik yangterjadi antara dokter dan pasien saat ini berlangsung dengan baik dimanadokter rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan Grestelina telah mengertidengan jelas untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien baikdari tahapan anamnesis, diagnosis, hingga prgnosis yang semuanya dicatatdalam rekam medis. Pasien telah memiliki kemampuan untuk menyampaikankeluhan penyakitnya, tetapi pasien memiliki kecendrungan untuk bersifatpasrah sehingga nasehat yang berasal dari dokter tidak dilakukan. Dokterrumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan Grestelina telah melakukantanggungjawabnya dalam merawat pasien dengan selalu melakukanpemeriksaan rutin bagi pasien rawat inap dan besikap sopan sertamenghargai batas dari kompetensinya sesuai dengan sumpah dokter yangdiucapkannya. Pasien telah menghargai doter dengan berusaha untukmemberikan informasi secara jujur dimana fungsinya untuk menciptakankepercaayaan antara dokter dan pasien. Dokter rumah sakit WahidinSudirohusodo dan Grestelina telah melakukan pelayanan medis berupapenyuluhan terhadap pasien dalam memilih obat yang sesuai dengan kondisikeuanganya serta penanganan cepat bagi pasien gawat darurat ini sesuaidengan SOP (Standar Operating Procedure). SOP (Standar OperatingProcedure juga mengatur mengenai setiap dokter yang ingin berpraktekdirumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan Grestelina harus memilki STR (Surat tanda Registrasi) dan SIP ( Surat Izin Praktek) melalui ketentuan yangdibuat oleh Lembaga KONSIL (Komite Disiplin Dokter ) dan Organisasi Etik
A B S T R A C T
vii
Afdhal (B111 07 119), Agreement As a Basis For Therapeutic Doctor InMedical Treatment, (Supervised by Anwar Borahima AND Harustiati A. Moein)
This research aims to determine the relationship between doctor andpatient in a therapeutic agreement, as provided for in Informend Consent andthe law of medical practice for doctors and patients understand the obligationsand responsibilities as well as provide insights for health professionals,especially physicians about the importance of treaties in creating therapeuticmedical services appropriate to the patient.
The research was conducted at two hospitals in the city of Makassar isWahidin Sudirohusodo Hospitals and Hospitals Grestelina. Primary datacollection instruments and interview conducted with the data seknder done withliterature study and data collection at two institutions. Data were analyzedqualitatively.
From the results showed that the Therapeutic relationship that occursbetween doctor and patient is currently well underway with the hospital wheredoctors and Grestelina Wahidin Sudirohusodo been clearly understood toprovide information needed by patients from both phases of history, diagnosis,so that everything is recorded in prgnosis medical records. The patient has hadthe ability to complain of illness, but patients have a tendency to be resigned tothat advice from doctors is not done. Doctors and hospitals WahidinSudirohusodo Grestelina has done its responsibility in caring for patients withalways do a routine for inpatients and besikap polite and respect the limits of itscompetence in accordance with the oath that doctors say. Patients haveappreciated doter with trying to provide honest information in which the functionof creating kepercaayaan between doctor and patient. Sudirohusodo Wahidinhospital doctors and medical services Grestelina have done in the form ofcounseling to the patient in choosing the appropriate medication and treatmentconditions keuanganya quickly for emergency room patients are in accordancewith the SOP (Standard Operating Procedure). SOP (Standard OperatingProcedure also regulates every doctor who wants to practice in the hospital andGrestelina Wahidin Sudirohusodo must have the STR (letter of registration) andSIP (Permit Practice) through the provisions made by the Institute COUNCIL(Physician Discipline Committee) and the Organization of Ethics.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………..…....
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..................................................
HALAMAN PENGEAHAN....................................................................
PERSETUJUANPEMBIMBING…………………………........................
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI..................................
ABSTRAK.............................................................................................
ABSTRACT...........................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................
DAFTAR ISI TABEL.............................................................................
DAFTAR ISI SKEMA............................................................................
DAFTAR ISI GRAFIK..........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...... .........................................................
B. Rumusan Masalah.... ....................................................................
C. Tujuan Penelitian...........................................................................
D. Kegunaan Penelitian......................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar - Dasar Perjanjian...............................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiv
xv
xvi
1
6
7
7
9
xii
1.Pengertian Perjanjian ..............................................................
2. Syarat Sahnya Perjanjian.........................................................
3. Azas -Azas Perjanjian...............................................................
4. Pengertian Risiko......................................................................
B. Perjanjian Terapeutik.....................................................................
1. Akibat Hukum Perjanjian Terapeutik..........................................
2. Para Pihak Dalam Perjanjian Terapeutik...................................
C. Pengertian Informend Consent......................................................
1. Bentuk Informend Consent........................................................
2.Prosedur Penerapan Informend Consent...................................
D. Rekam Medis.................................................................................
1. Penyimpanan dan kerahasiaan Rekam Medis..........................
2. Kegunaan Rekam Medis............................................................
E. Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien..........................................
1. Profesi Dokter dalam Perjanjian Terapeutk...............................
2. Hak dan Kewajiban Pasien.......................................................
F. Malapraktik.....................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian...............................................................................
B. Jenis dan Sumber Data.....................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data................................................................
D. Analisis Data......................................................................................
9
10
13
16
18
21
22
26
27
30
32
33
35
37
37
45
50
53
53
54
55
xiii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hubungan Dokter dan Pasien Serta Kaitanya dengan Informend
Consent didalam Perjanjian Terapeutik............................................
1.Tujuan Pelaksanaan Informend Consent..............................................
B. Pengaturan Hak dan Kewajiban Dokter dalam perjanjian Perjanjian
Terapeutik..............................................................................................
C. Registrasi dokter dan Lembaga Kedokteran.............................................
D. Pengaduan Pelanggaran Disiplin Dokter..................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
56
68
74
78
84
88
89
xiv
xiv
DAFTAR ISI TABEL
Jenis Data Keterangan Halaman
Tabel 1 Hasil wawancara pengetahuan dokter mengenaiinformend consent yang diambil dari 10 RespondenDokter Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo yangterbagi dokter bedah, endokrin, umum dan ppds
60
Tabel 2 Hasil wawancara pengetahuan dokter mengenaiinformend consent yang diambil dari 10 respondenpasien Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo yangterbagi dokter bedah, endokrin, umum dan ppds 62
Tabel 3 Hasil wawancara pengetahuan dokter mengenaiinformend consent yang diambil dari 10 Respondendokter Rumah Sakit Grestelina yang terbagi dokterbedah, endokrin, umum dan ppds 64
Tabel 4 Hasil wawancara pengetahuan dokter mengenaiinformend consent yang diambil dari 10 RespondenPasien Rumah Sakit Grestelina yang terbagi dokterbedah, endokrin, umum dan ppds 66
Tabel 5 Hasil wawancara mengenai hubungan pasien dandokter saat ini dalam penanganan medis yang diambildari 10 responden dokter Rumah Sakit WahidinSudirohusodo yang terbagi dokter bedah, endokrin,umum dan ppds 71
Tabel 6 Data registrasi dan distribusi doker/dokter gigi diberbagai propinsi di Indonesia. 79
xv
DAFTAR ISI SKEMA
Jenis Data Keterangan Halaman
Skema 1 Penanganan Pelanggaran Disiplin Kedokteran 85
xvi
DAFTAR ISI GRAFIK
Jenis Data Keterangan Halaman
Grafik 1 Data registrasi dan distribusi doker/dokter gigi diberbagai propinsi di Indonesia 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah
Hukumadalahsaranauntukmenciptakankeserasian
antarahubungan
dokterdanpasiengunamenunjangkeberhasilanpelayanan
medis.Pembangunanjangkapanjangbidangkesehatan,yangmerupa
kanbagian dariSistem
KesehatanNasional,diarahkanuntukmencapaitujuanutamasektor
kesehatan.
Hubungan hukum antara dokter dan pasien saat ini dikenal
sebagai suatu transaksi medis yang disebut terapeutik yakni
pasien dan dokter saling mengikatkan dirinya melalui kata sepakat
dalam melaksanakan pengobatan bagi pasien. Pada pelaksanaan
perjanjian terapeutik antara dokter dan pasien, dokter tidak
menjanjikan kesembuhan pasien, tetapi yang dilakukan oleh
dokter adalah berupaya secara maksimal untuk menyembuhkan
pasien sesuai dengan kompetensi yang dilmilikinya.
Dahuludokterdianggaptahusegalanya,dandalampandangans
ehari-hari
seorangpasiensenantiasamenjalankansuatuperanyangsangatlema
h,pasif,dan sangat tergantung kepada pihak lain akibatsakit yang
2
dideritanya. Selain itu pasien jugadianggaptidakmempunyai
pengetahuanyangcukuptentangkesehatandan penyakit yang
dideritanya.
Hubunganyangsederajatmerupakantitikpangkaldarihubunganperja
njian
yangmeghendakiadanyakesepakatanantaraparapihakyangsalingm
emberikan prestasiataujasa.Masing-
masingpihakdianggapmempunyaipengetahuanyang
samatentangpenyakitdancara-
carapenyembuhannya,sehinggaapabilasalahsatu
pihakmerasatidaksesuaidenganapayangdiketahuinyaatautidakpua
sterhadap pelaksanaan perjanjian tersebut maka masing-masing
pihak mempunyai hak untuk membatalkan perjanjiansesuai
didalam Pasal 4 dan 12 undang-undang nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
Hubunganhukum antara pasien dengan dokter dapat terjadi
antara lain karena pasien sendiri yang mendatangi dokter untuk
meminta pertolongan mengobatisakityang
dideritanya,dalamkeadaansepertiiniterjadipersetujuan
kehendakantarakeduabelahpihak,danterjadihubunganhukumyang
bersumber darikepercayaanpasienterhadapdokter,sehingga
pasienbersediamemberikan persetujuan.
Kepatuhan pasien terhadap proses pengobatan dan
3
nasihat yang
diberikanolehdokterakantercapaibiladokterdapatmengadakanko
munikasi
timbalbalikyangbaikterhadappasiennya.Pendapatdankeluhanpa
sien,akanmenyebabkanpasienlebihbersediamematuhi
prosesupayapenyembuhan
sehinggatujuanperjanjianyaitukesembuhandapat tercapai.
Kerjasama antara dokter dan pasien sangat diperlukan
demi tercapainya pelayanan kesehatan yang memadai.
Pelayanankesehatanmerupakansetiapupayayangdiselenggarak
ansecara mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk meningkatkan dan
memeliharakesehatan,mencegahdanmenyembuhkanpenyakits
ertamemulihkan kesehatanperorangan,keluarga,
kelompokdanataupunmasyarakat.
Mutupelayanankesehatanberkaitandenganmutudantingkatk
epuasanpasien sebagai
konsumen.Jaminanataspelayanankesehatanyangbermutuadala
hsuatu
prosespemenuhanstandarmutupengelolaanpelayaankesehatan
secarakonsistendan berkelanjutansehinggakonsumen
memperolehkepuasan.
Keyataannya Yayasan Pemberdayaan Konsumen
4
Kesehatan Indonesia (YPKKI) mencatat 60 hingga 65 persen
kasus malapraktik bersumber dari dokter. Pernyataan Ketua
YPKKI, Dr Marius Widjajarta tersebut menjadi salah satu dasar
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sulsel tentang
praktek kedokteran atau kedokteran gigi dalam perlindungan
konsumen, Sementara Koordinator Umum YLKI Sulsel, Ambo
Masse, di Makassar, Minggu (2/8), mengungkapkan dalam
presentasinya pada seminar hukum kesehatan praktik dokter
gigi dan dokter gigi spesialis berdasarkan kompetensi ditinjau
perspektif hukum, masih banyak masyarakat beranggapan,
malpraktik yang dialaminya adalah takdir. Bahkan tidak
mengetahui kalau malpraktik bisa dilaporkan. Dewan
Penasehat Ikatan Dokter Indonesia, Prof Hasbullah Thabrany
mengatakan, dari seratus kejadian malpraktik mungkin cuma
sepuluh yang dilaporkan. Salah satu penyebabnya adalah
catatan medik di rumah atau tempat praktek tidak lengkap.
Akibatnya, sulit untuk melacak prosedur penanganan yang
dilakukan dokter. 1
Banyaknya masalah malapraktik di atas karena pada saat
ini Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran belum dapat terealisasi dengan baik, dimana
undang-undang ini diharapkan dapat mengatur praktik
1http://www.facebook.com/l/fb7c4;kompas.com. waktu akses 4-4-2011.12.44
5
kedokteran dengan tujuan agar dapat memberikan
perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan medis dan memberikan
kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter
gigi.Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran merupakan dasar sehingga perjanjian terapeutik
antara dokter dan pasien memiliki hubungan transaksi yang
diakui secara hukum dan medis. Undang- undang ini juga
mengatur tentang persyaratan dokter untuk dapat berpraktik
kedokteran, yang dimulai dengan keharusan memiliki sertifikat
kompetensi kedokteran yang diperoleh dari Kolegium selain
ijasah dokter yang telah dimilikinya, keharusan memperoleh
Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran Indonesia
dan kemudian memperoleh Surat ijin Praktik (SIP) dari Dinas
Kesehatan Kota / Kabupaten. Dokter tersebut juga harus telah
mengucapkan sumpah dokter, sehat fisik dan mental serta
menyatakan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi..
Pada bagian ini Undang-Undang juga mengatur tentang hak
dan kewajiban dokter dan pasien. Salah satu hak dokter yang
penting adalah memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standarprofesi dan standar
prosedur operasional, sedangkan hak pasien yang terpenting
6
adalah hak memperoleh penjelasan tentang penyakit, tindakan
medis, manfaat, risiko, komplikasi dan prognosisnya dan serta
hak untuk menyetujui atau menolak tindakan medis.
Pada bagian berikutnya Undang-Undang No 29/2004
mengatur tentang disiplin profesi. Undang-Undang mendirikan
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
yang bertugas menerima pengaduan, memeriksa dan
memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter. Sanksi yang
diberikan oleh MKDKI adalah berupa peringatan tertulis,
rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) ,Surat
Izin Praktek (SIP) dokter/dokter gigi, dan kewajiban mengikuti
pendidikan dan pelatihan tertentu.Dalam melakukan pelayanan
medis atau tindakan kedokteran yang telah disepakati kadang
terjadi kesalahan dan kelalaian yang mengakibatkan malpraktik
terjadi.Hasil dari perlakuan salah yang dilakukan oleh dokter
dalam hubungannya dengan upaya penyembuhan yang telah
diperjanjikan didalam kontrak terapeutik inilah yang
mengakibatkan kerugian perdata.
Berdasarkan hubungan yang terjadi antara pasien dan
dokter dalam perjajian terapeutik (transaksi terapeutik) inilah
yang menjadi dasar penulis memilih dan mengajukan penelitian
hukum dengan judul “Perjanjian terapeutik sebagai dasar
dokter dalam melakukan penanganan medis yang
7
berakibat malapraktek”.
B.RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah
penulis paparkan di atas, masalah yang akan diteliti adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah hubungan dokter dan pasien didalam
perjajian terapeutik?
2. Bagaimanakah pengaturan tanggungjawab dokter kepada
pasien, didalam perjanjian terapeutik?
3. Bagaimanamewujudkanpelayanankesehatan yang
memadaibagi pasien yang ditinjau dari lembaga profesi etik
dan lembaga pengaduan disiplin kedokteran yang ada di
Indonesia?
C.TujuanPenelitian
Berdasarkanlatarbelakangmasalah yang telahdiuraikan di
atasmakatujuanpenelitianiniadalah :
1. Untukmengetahuihubungandokterdanpasiendidalamperjanjia
nterapeutik.
2. Untukmengetahuitanggungjawabdokterdidalamperjajian
3. Untukmengetahuicara mewujudkan pelayanan kesehatan
yang memadai bagi pasien melalui pelasanaan etika dan
8
disiplin yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga
kedokteran yang beraa di Indonesia
D. KegunaanPenelitian
Adapunkegunaandaripenelitianinimencakupbeberapahalyait
u :
1. Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan bagian
hukum perdata khususnya pada pembuatan perjanjian,
2. Memberikanmasukankepada tenaga kesehatan dan rumah
sakit mengenai pentingnya perjanjian terapeutik dalam
menciptakan kesehatan yang memadai,
3. Dapatmemperluaswawasankhususnyamenyangkutpenulisan
karyailmiahini,
sertalebihmengetahuisejauhmanapenulismenerapkanilmu
yang telahdiperolehselama di bangkuperkuliahan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar - Dasar Perjanjian
Kitab Undang - undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
mengenai hukum perjanjian diatur dalam buku III tentang perikatan
,yang memuat hak dan kewajiban terhadap pihak-pihak tertentu.
1. Pengertian Perjanjian
Mariam Darus Badrulzaman berpendapat bahwa buku III
KUH Perdata tidak memberikan suatu rumus dari perikatan.
Menurut ilmu pengetahuan Hukum, dianut rumus bahwa perikatan
adlah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang
terletak di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu
berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi
tersebut. 2
Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perikatan
adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa
Belanda”verbitennis”. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam
literatur hukum di Indonesia. Perikatan artinya hal yang mengikat
orang yang satu terhadap orang lain3
Perjanjian merupakan sumber hubungan hukum perikatan
yang diadakan oleh 2 (dua) orang atau lebih. Dalam Pasal 1233
KUH Perdata yang mengatur bahwa :
2Mariam Darus Badrulzaman. 1983 K.U.H Perdata Buku III Hukum Perikatan dan
Penjelasan. Alumni. Bandung. Hlm.13Abdulkadir Muhammad. 1982.Hukum Perikatan. Alumni.Bandung,hlm 5
10
“Perikatan lahir karena suatu persetujuanatau karena undang -
undang.”
Hasanudin Rahman berpendapat bahwa Perikatan yang
muncul karena perjanjian, adalah mengikat para pihak yang
membuatnya, seperti halnya perjanjian sewa menyewa yang
mengikat pihak penyewa dan pihak yang menyewakan4
Perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata secara umum
yang mengatur bahwa :
“ Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimanasatu
orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain
atau lebih”
Menurut Subekti hubungan antara perikatan dan perjanjian
adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian
memunculkan akibat hukum , yang disebabkan karena timbulnya
hak dan kewajiban, dimana hak merupakan suatu kenikmatan,
sedangkan kewajiban merupakan beban.5
2. Syarat Sahnya Perjanjian
a. Kata Sepakat
Menurut Abdulkadir Muhammad Yang dimaksud
dengan persetujuan kehendak adalah kesepakatan,
antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian yang
4Hasanudin Rahman. 2000LegalDrafting. PTCitraadityaBakti.Bandung.
Hlm.45
Subekti. 1963. Hukum Perjanjian. PT Pembimbing Masa. hlm. 4
11
dibuat. Pokok-pokok perjanjian berupa objek
perjanjian dan syarat-syarat perjanjian. Pesetujuan
kehendak itu sifatnya bebas, artinya betul-betul atas
kemauan sukarela pihak-pihak, tidak ada paksaan
sama sekali dari pihak manapun, tidak ada kehilafan
dan tidak ada penipuan.6
b. Kecakapan Untuk Membuat Suatu Perikatan
Menurut Pasal II BW Setiap manusia telah menjadi
subjek hukum, sejak ia dilahirkan, dan bahkan jika
kepentingannya menghendaki sejak ia masih dalam
kandungan ia telah menjadi subjek hukum, kecuali jika ia
meninggal pada saat dilahirkan dan berhentinya manusia
sebagai subjek hukum, adalah ketika ia meninggal
didunia.7
Subjek hukum dinilai berdasarkan kecakapan dalam
bertindak khususnya didalam perjanjian terapeutik yaitu
dokter atau dokter gigi, perawat, dan pasien. Mengenai
kecakapan membuat perikatan Pasal 1329 KUH Perdata
menyebutkan bahwa setiap orang adalah cakap untuk
membuat perikatan, apabila oleh Undang-undang tidak
dinyatakan tidak cakap. Lebih lanjut
mengenaikecakapanini,Pasal1330KUHPerdatamenyebutk
6Abdulkadir Muhammad. 1982. Hukum Perikatan. Alumni.
Bandung. Hlm 907
Achmad.Ali. 2002.Menguak Tabir Hukum. PT. Toko GunungAgung Tbk.Jakarta .Hlm 24
12
anbahwakriteria orang-orang yang tidak cakap untuk
membuatPerjanjianmenurut undang-undang adalah:
1. Orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampunan
3. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
undang-undang telah melarang membuat perjanjian-
perjanjian tertentu.
c. Suatu Hal Tertentu
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan
kewajiban debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari
beberapa hal sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1234
yang mengatur bahwa:
“Perikatan ditunjukan untuk memberikan sesuatu,
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu”
Veronika Komalawati berpendapat bahwa Dalam
kaitan hubungan dokter dengan pasien prestasi yang
diutamakan adalah melakukan suatu perbuatan, baik
dalam rangka pencegahan (preventiv), penyembuhan
(curatif), pemulihan (rehabilitatif), maupun peningkatan
(Promotif).”8
8Veronika Komalawati.1989.Hukum dan Etika dalam Praktek
dokter.Pustaka Sinar Harapan.Jakarta.Hlm.84
13
d. Suatu Sebab yang Halal
Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan
menimbulkan akibat hukum dimana munculnya hak dan
kewajiban yang diatur didalam perjanjian ataupun yang
muncul melalui undang-undang. Dimana para pihak
wajib mengikuti hak dan kewajibanya ini sesuai yang
diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang mengatur
bahwa:
“semua persetujuan yang dibuat sesuai denganundang-undang berlaku sebagai undang-undang bagimereka yang membuatnya.Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selaindengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karenaalasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
3. Azas - Azas Perjanjian
Perjanjian tidak terlepas dari azas-azas yang mengikatnya,
fungsi azas hukum adalah landasan dari terciptanya kepastian
hukum untuk menciptakan tertib hukum. Azas-azas dalam
membuat perjanjian/kontrak wajib untuk dipenuhi apabila para
pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya dalam melakukan
perbuatan-perbuatan hukum. Didalam hukum perjanjian terdapat 5
(lima) azas yang dikenal menurut ilmu hukum perdata, yaitu:
a. Azas Kebebasan Berkontrak
14
Azas kebebasan berkontrak adalah azas yang
dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata
yang mengatur bahwa:
“semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan
undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.”
Azas ini merupakan suatu azas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk:
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian .
b. Mengadakan perjanjian dengan siapaun.
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan
persyaratanya
d. Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis
atau lisan
b. Azas Konsensualisme (concensualism)
Azas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal
1320 ayat (1) KUH Perdata. Pada pasal tersebut
ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
adlah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak.
Azas ini merupakan azas yang menyatakan bahwa
perjanjian pada umunya tidak diadakan secara formal,
melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara
15
kehendak dan peryataan yang dibuat oleh kedua belah
pihak.
c. Azas kepastian hukum
Azas kepastian hukum atau disebut juga dengan azas
pacta sunt servanda merupakan azas yang berhubungan
dengan akibat perjanjian. Azas pacta sunt servanda
merupakan azas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati subtansi perjanjian/kontrak yang dibuat oleh
para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-
undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhada
subtansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
d. Itikad Baik
Azas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3)
KUH Perdata yang mengatur bahwa:
“ Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Azas dimanaPihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan subtansi perjanjian/kontrak berdasarkan
kepercayaan dan keyakinan yang berasal dari kemauan
baik para pihak.
e. Azas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang
menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan
dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
16
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315
dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata
menegaskan:
“Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan
perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”
Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk
mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk
kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata
Menegaskan:
“Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang
membuatnya.”
Hal ini mengandung maksud bahwa perjanjian yang
dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang
membuatnya. Namun demikian, ketentuan itu terdapat
pengecualiannya sebagaimana dalam Pasal 1317 KUH
Perdata yang mengatur bahwa:
“Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentinganpihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untukdiri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain,mengandung suatu syarat semacam itu”.
4. Pengertian Risiko
Menurut Mariam Badrulzaman didalam Hukum Perikatan
istilah risiko mempunyai pengertian khusus, Risiko adalah suatu
17
ajaran tentang siapakah yang harus mengganti rugi apabila debitur
tidak memenuhi prestasi dalam keadaan force majeur.9
Suatu peijanjian dibuat untuk dilaksanakan oleh para pihak,
yang dimaksud dengan pelaksanaan disini adalah, realisasi atau
pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh
pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya. Jadi,
tujuan suatu perjanjian tidak dapat dicapai tanpa adanya
pelaksanaan perjanjian oleh para pihak, pelaksanaan isi perjanjian
bisa dilakukan sendiri oleh debitur, dilakukan dengan bantuan
orang lain atau dilakukan oleh pihak ketiga untuk kepentingan dan
atas nama debitur. Hal-hal yang wajib dilaksanakan oleh debitur
dapat dilihat dari beberapa sumber, yaitu : undang-undang sendiri,
akta atau surat perjanjian yang dibuat oleh para pihak dan melihat
tujuan (streking) serta sifat perjanjian yang dibuat.
Dalam pelaksanaan perjanjian, masing-masing pihak
diharapkan berusaha secara sempurna dan sukarela
melaksanakan isi perjanjian. Inti pelaksanaan perjanjian adalah
melaksanakan prestasi. Prestasi dalam perjanjian meliputi
memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat
sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata). Namun demikian adakalanya
salah satu pihak ingkar janji atau wanprestasi. Dalam Hukum
Perdata, seseorang dianggap melakukan wanprestasi apabila :
tidak melakukan prestasi sama sekali, melakukan prestasi yang
9Mariam Badrulzaman. 1983. K.U.H. Perdata Buku III Hukum Perikatan
Dengan Penjelas. Alumni. Hlm 39
18
keliru atau terlambat melakukan prestasi. Setiap wanprestasi yang
menimbulkan kerugian, mewajibkan debitur untuk membayar ganti
rugi (Pasal 1239 KUH Perdata).
Dalam hal terjadi wanprestasi, pihak yang dirugikan dapat
melakukan gugatan dengan kemungkinan tuntutan dengan cara :
peiaksanaan perjanjian meskipun terlambat, penggantian kerugian,
peiaksanaan perjanjian dan penggantian kerugian, dan
pembatalan perjanjian. Selain karena wanprestasi, pelaksanaan
perjanjian juga tidak dapat terwujud karena terjadinya risiko.
Menurut Subekti, risiko berarti kewajiban untuk memikul
kerugian jika ada suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak
yang menimpa benda yang dimaksud dalam
perjanjian10,sedangkan menurut Sri Redjeki Hartono risiko juga
merupakan suatu ketidakpastian di masa yang akan datang tentang
kerugian.11
Mengenai risiko dalam perjanjian, berlaku ketentuan sebagai
berikut : risiko dalam perjanjian sepihak ditanggung oleh kreditur
atau dengan kata lain debitur tidak wajib memenuhi prestasinya
(Pasal 1245 KUH Perdata), sedangkan risiko dalam perjanjian
timbal balik mengakibatkan hapusnya perjanjian.
B. Perjanjian Terapeutik
10Subekti.. Op. Cit. Hlm. 147-148
11Sri Redjeki hartono. Hukum Asuransi dan Perusaliaan Asuransi. P.T.Sinar
Grafika Jakarta
19
Terapeutik dapat diartikan sebagai hubungan hukum antara
dokter dan pasien dalam pelayanan medis secara profesional
didasarkan pada kompetensi yang sesuai dengan keahlian dan
keterampilan tertentu di bidang kesehatan .
Menurut Hermien Hadiati Koewadji Terapeutik adalah
terjemahan dari therapeutic yang berarti dalam bidang pengobatan, ini
tidak sama dengan therapy atau terapi yang berarti pengobatan12.
Salim, H.S mengatakan persetujuan yang terjadi antara
dokter dan pasien bukan hanya dibidang pengobatan tetapi juga
mencakup bidang diagnostik, preventif, rehabilitatif dan promotif,
persetujuan ini disebut perjanjian terapeutik atau transaksi terapeutik13
Perjanjian Terapeutik disamakan dengan
bentukinspaningsverbitenis karena dalam perjanjian ini dokter hanya
berusaha untuk menyembuhkan pasien dan upaya yang dilakukan
belum tentu berhasil. Hubungan dokter dan pasien dalam transaksi
terapeutik (perjanjian medis) bertumpu pada dua macam hak asasi
yang merupakan hak dasar manusia yaitu:
1. Hak untuk menentukan nasib sendiri (the right to self-
determinations
2. Hak atas dasar informasi (the right to information)14
Hak menentukan nasib sendiri merupakan hak manusiayang
telah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa atas diri seseorang. Hak
12HermienHadiatiKoeswadji.MakalahSimposiumHukumKedokteran(Medical
Law).Jakarta: BadanPembinaanHukumNasionHermien Hadiati Koeswadji al.Hlm. 14213
SalimHS. 2006.PerkembanganHukumKontrakdiLuarKUHPerdata,Rajawali Press, Jakarta.,Hlm.45
14Hermien Hadiati Koeswadji. Op.cit. Hlm 143
20
atas dasar informasi merupakan hak untuk memperoleh keterangan
yang berhubungan dengan kesehatan. Para pihak yang terlibat dalam
perjanjian/kontrak medis ini adalah dokter dan pasien
Dalam pengertiannya tersebut perjanjian terapeutik dapat
ditarik beberapa unsur, yaitu:
a. Adanya Subjek perjanjian, meliputi pasien dan tenaga
kesehatan/dokter/dokter gigi
b. Adanya objek perjanjian, yaitu upaya maksimal untuk
melakukan penyembuhan terhadap pasien
c. Kewajiban pasien,membaya biaya penyembuhan
Dalam pelaksanaanya perjanjian terapeutik ini harus
didahului oleh adanya persetujuan tindakan tenaga
kesehatan/dokter/dokter gigi terhadap pasien yang disebut Informend
consent. Istilah transaksi atau perjanjian terapeutik memang tidak
dikenal dalam KUH Perdata, akan tetapi unsur yang terkandung
dalam perjanjian terapeutik dapat dikategorikan sebagai suatu
perjanjian sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1319 KUH Perdata
yang menyatakan bahwa:
“Semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus ,maupun yang tidak dikenak dalam suatu nama tertentu,tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab inidan bab yang lalu”
Perjanjian Terapeutik adalah perikatan yang dilakukan
antara dokter dengan pasien, berupa hubungan hukum yang
melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Berbeda
21
dengan perjanjian pada umumnya, perjanjian terapeutik memiliki sifat
dan ciri-ciri khusus sebagaimana dimuat dalam deklarasi Helsinki
yang penyusunannya berpedoman pada The Nuremberg Code yang
semula disebut persetujuan sukarela , dikemukakan mengenai 4
(empat) syarat sahnya persetujuan yang harus diberikan secara
sukarela, yaitu:15
1. Persetujuan harus diberikan secara sukarela
2. Diberikan oleh yang berwenang dalam hukum
3. Diberitahukan
4. Dipahami.
Persetujuan dalam praktek kedokteran sangat dibutuhkan
untuk melindungi kepentingan pasien. Pada saat pasien melakukan
konsultasi, keempat hal persetujuan tersebut diperlukan karena
bentuk persetujuan pasien hanya dalam bentuk lisan sehingga
kesepakatan yang terjadi merupakan kesepakatan yang lahir
secara abstrak , dan pada saat dokter melakukan terapi maka
persetujuan pasien tersebut beruba menjadi suatu perjanjian yang
konkrit.
2. Akibat Hukum Perjajian Terapeutik
Menurut Hasanudin RahmanPemenuhan hak dan kewajiban
merupakan suatu suatu bentuk akibat dari suatu perjanjian. Hak
dan kewajiban inilah yang kemudian menimbulkan hubungan timbal
15http://www.webcitation.org/query?url=http://www.geocities.com/travbaile
y/Paul_Weindling_The_Origins_of_Informed_Consent_Nuremburg_Code.htm&date=. Waktu akses 2009-10-25+23: 15:42
22
balik antara para pihak, yaitu kewajiban pada pihak
pertamamerupakan hak bagi pihak kedua, begitu pula sebaliknya
kewajiban dari pihak kedua merupakan hak bagi pihak pertama16.
Para pihak dalam perjanjian saling mengikatkan dirinya
untuk melaksanakan suatu maksud dan tujuan. Dengan adanya
tanggung-jawab terhadap apa yang diperjanjikan maka para pihak
diharapkan seteliti mungkin dalam melaksanakan dan membuat
suatu perjajian sehingga tidak saling merugikan, sesuai dengan
Pasal 1339 KUH Perdata yaitu;
“Persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan tegasmengikat didalamnya, melainkan juga segala sesuatu yangmenrut sifat persetujuan dituntut berdasarkan keadilan,kebiasaan, atau undang-undang.”
3. Para pihak dalam perjanjian terapeutik
Dalam perjanjian terapeutik disebutkan bahwa objek
perjanjian terapeutik adalah pelayanan medis atau upaya
penyembuhan.Berdasarkan Permenkes RI No. 585/Men.Kes/pPer/
IX/1989 bahwa pelayanan medis/tindakan medis adalah tindakan
yang dilakukan terhadap pasien yang berupa tindakan
diagnosticatau terapeutik. Dari batasan itu dapat dipahami bahwa:
a. Tindakan medis yang berupa diagnosa dan terapeutik itu
adalah tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis
dalam hal ini meliputi dokter, bidan dan perawat.
b. Tindakan itu dilakukan terhadap pasien
16Hasanudin Rahman.
2000.LegalDrafting.PTCitraadityaBakti.Bandung.Hlm.7
23
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa tindakan medis
dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi dokter, bidan, dan
perawat dimana pasien merupakan seseorang subjek yang ditindak
sesuai peraturan tindakan medis tersebut, berikut penjelasan
mengenai tenaga medis yaitu:
a. Dokter
Dokter, merupakan salah satu tenaga medis
yang dapat diambil sebagai pihak yang melakukan
atau melaksanakan pelayanan kesehatan. Pengertian
dokter dapat dillihat pada ketentuan Pasal 1 angka 2
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran, yaitu:
“ Dokter dan Dokter gigi adalah dokter, dokterspesialis, dokter gigi, dan dan dokter gigispesialis lulusan pendidikan kedokteran ataukedokteran gigi baik di dalam maupun diluarnegeri yang diakui oleh Pemerintah RepublikIndonesia sesuai denga peraturan perundang-undangan”.
Dari penjelasan diatas maka dokter merupakan
sebagai pengemban profesi yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan keterampilan melalui pendidikan dibidang
kesehatan yang melakukan upaya kesehatan
b. Pasien
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa
Pasien adalah orang sakit yang dirawat oleh dokter
24
dan tenaga kesehatan lainnya ditempat praktek atau
rumah sakit17. Pasien adalah orang yang menjadi
sasaran dalam usaha-usaha penyembuhan yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainya .
Sebagai subjek hukum pasien mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dipahami baik oleh pasien,
dokter maupun rumah sakit sebagai salah satu tempat
diselenggarakanya profesi kedokteran demi
tercapainya tujuan upaya kesehatan sesuai dengan
ketentuan Undang-UndangNo. 44 Tahun 2009 Pasal
1 angka 1 Tentang Rumah Sakit yaitu:
“Pasien adalah setiap orang yang melakukankonsultasi masalah kesehatannya untukmemperoleh pelayanan kesehatan yangdiperlukan baik secara lansungmaupun tidaklansung di rumah sakit”.
c. Rumah Sakit
Rumah Sakit , dapat diartikan sebagai sarana
pelayanan kesehatan. Selain itu , rumah sakit juga
dapat merupakan suatu tempat bagi tenaga medis
berkumpul atau lokasi dimana berbagai tenaga ahli
atau padat karya dan juga merupakan lembaga padat
moral, padat teknologi dan padat waktu.
17Soerjono Soekanto. 1990. Segi-segi Hukum Hak Dan Kewajiban
Pasien (dalamKerangkaHukumKesehatan).MandarMaju.Jakarta.Hlm.63
25
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan medis atau
juga pelayanan kesehatan, sebagaimana sesuai
dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 tahun
2009 Pasal 1 angka 1 yaitu:
“Rumah Sakit adalah institusi pelayanankesehatan yang menyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan secara paripurna yangmenyediakan pelayanan rawat inap, rawatjalan,dangawat darurat”.
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan
medis atau juga pelayanan kesehatan, sebagaimana
menurut A. Azwar untuk terselanggaranya pelayanan
medis yang baik, banyak syarat yang harus dipenuhi,
mencakup 8 (delapan) hal pokok yaitu tersedia
(available), wajar (appropriate), berkesinambungan
(continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai
(accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien
(effecient), dan bermutu (quality).18
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan baik perseorangan, maupun
kelompok atatu masyarakat secara keseluruhan.
Pelayanan medis merupakan suatu bentuk upaya
yang diberikan oleh tenaga medis dokter/dokter gigi
18A.Azwar. 1994.StandarPelayananMedisMateri
PenerapanStandarPelayanan RumahSakit,MedisdanPengawasanEtik. UjungPandang.Hlm.1
26
dan perawat sesuai yang diatur dalam Pasal 1 angka
1 Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009
yaitu :
“Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan danatauu serangkaian kegiatan yang dilakukan secaraterpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untukmemelihara dan meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, danpemulihan kesehatan oleh pemerintah dan ataumasyarakat”
C. Pengertian Informend Consent
Persetujuan tindakan medik adalah terjemahan yang dipakai
untuk istilah informed consent. Informed dapat diartikan telah
diberitahukan, telah disampaikan atau telah diinformasikan.
Sedangkan consent adalah persetujuan yang diberikan kepada
seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian informed consent
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter setelah
diberi penjelasan.
Hal ini sesuai dengan pengertian informed consent dalam
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 dan Undang-Undang No. 29
Tahun 1945 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI
tahun 2008, yaitu Informed consent adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya
setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan kepada pasien tersebut.
“Jusuf Hanafiah mengemukakan bahwa maksud dari
informed atau memberi penjelasan adalah semua keadaan yang
27
berhubungan dengan penyakit pasien dan tindakan apa yang akan
dilakukan dokter serta hal-hal yang perlu dijelaskan dokter kepada
pasien dan keluarga “19
Informasi yang diberikan adalah informasi yang selengkap-
lengkapnya yaitu informasi yang akurat tentang perlunya tindakan
medis yang bersangkutan dan informasi tentang risiko yang dapat
ditimbulkan.
2. Bentuk Informed Consent
Informed consent merupakan dasar dokter dalam melakukan
penanganan medik terhadap pasien. Dalam sebuah informed
consent terdapat persetujuan yang harus ada, yang didalamnya
memuat tentang persetujuan pasien terhadap tindakan medik
yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya. Sedangkan dilihat
dari bentuknya, ada dua bentuk persetujuan tindakan medik atau
informed consent yaitu:
a. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent)
“Implied consent” adalah persetujuan yang diberikan pasien
secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini
ditangkap oleh dokter dari sikap dan tindakan pasien. Umumnya
tindakan dokter yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum.
Implied consent bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan
gawat darurat (emergency) sedang dokter memerlukan tindakan
segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan
19Jusuf Hanafiah dan Ari Amir. 1999. Etika kedokteran dan hukum
kesehatan. EGC. Jakarta.Hlm 68
28
persetujuan dan keluarga yang tidak berada ditempat, maka
dokter dapat melakukan tindakan medik ini sesuai dengan
Kepmenkes 290 Tahun 2008 Mengenai Pesetujuan Tindakan
Kedokteran Pasal 4 angka 1 yang mengatur bahwa:
“ Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien
dan atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan
tindakan kedokteran”
b. Express Consent (dinyatakan)
“Expressed consent” adalah persetujuan yang dinyatakan
secara lisan atau tertulis bila yang akan dilakukan lebih dari
prosedur pemeriksaan dan tindakan biasa”.20 Ini sesuai dengan
Kepmenkes 290 Tahun 2008 Pesetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 3 Ayat(1) yang mengatur bahwa:
“ Setiap tindakan dokter yang mengandung resiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan persetujuan.”
Dalam expressed consent persetujuan harus ada, persetujuan
dimana didalamnya terdapat informasi sebelum dilakukan
penanganan medis . bentuk dari persetujuan expressed consent
dapat berupa:
a. Dokter dalam melakukan penanganan medik hanya
memerlukan pernyataan lisan saja dalam hal ini terhdap
tindakan yang tidak invasif (tidak mengandung risiko yang
20Ibid.hlm. 70.
29
besar). Segi praktis dan kelancaran penanganan medis
yang dilakukan dokter merupakan alasan dari
penyampaian persetujuan secara lisan. Dokter dituntut
untuk membiasakan diri untuk menulis atau mencatat
persetujuan lisan pasien itu pada rekam medis atau rekam
kesehatan, karena segala kegiatan yang dilakukan oleh
dokter harus dicatat dalam rekam medis termasuk
persetujuan pasien secara lisan.
b. Dokter dalam melakukan penanganan medik harus
mendapat persetujuan secara tertulis dari pihak pasien.
Persetujuan dilakukan secara tertulis dilakukan terhadap
penanganan medik yang mengandung risiko seperti
tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan
pengobatan invasif (mengandung risiko yang besar).
Persetujuan tersebut dalam bentuk formulir-formulir
persetujuan bedah, operasi dan lain-lain yang harus diisi
(umummnya). Dari segi hukum positif, formulir persetujuan
ini sangat penting sebagai bukti tertulis yang dikemukakan
oleh para pihak kepada hakim bila terjadi kasus
malapraktek. Oleh karena itu, pengisian data pada formulir
itu harus tepat dan benar sehingga tidak menjadi masalah
dikemudian hari.
Dalam Pelaksanaan perjanjian medis antara tenaga
kesehatan (dokter, bidan, perawat) dengan pasien dahulu
30
merupakan hubungan yang tidak seimbang, karena pasien
sebagai pihak yang meminta pertolongan benar-benar pasrah
kepada tenaga medis (dokter, bidan, perawat) yang memberi
perawatan. Berdasarkan kemajuan masyarakat dan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan, hubungan yang bersifat tidak
seimbang ini secara perlahan-lahan mengalami perubahan.
Menurut Soerjono Soekanto Perubahan itu terjadi karena:
1) Kepercayaan tidak lagi pada dokter secara pribadi, akantetapi kepada ilmu kedokteran;
2) Adanya kecendrungan untuk menyatakan bahwakesehatan itu bukan lagi merupakan keadaaan tanpapenyakit, akan tetapi berarti kesejahteraan fisik, mentaldan sosial;
3) Semakin banyaknya peraturan yang memberikanperlindungan hukum kepada pasien21
3. Prosedur Penerapan Informed Consent
Pasien memiliki kedudukan yang sama dengan tenaga medis,
sehingga sebelum upaya penyembuhan dilakukan, tenaga
medisharus melaksanakan informe consent sebagai bentuk
perwujudan hak atas persetujuan dan hak atas informasi
pasiennya.
Penerapan ketentuan informed consent sangat penting
mengingat consent atau persetujuan yang terjadi hanya pada
saat sebelum terjadinya penanganan medik. Bila penanganan
medik sudah dilakukan dan consent belum diberikan maka hal
21SoerjonoSoekanto. 1987. Kontrak Terapeutik Antara Pasiendengan
Tenaga Medis.MediaHospital.Jakarta.Hlm.31
31
tersebut tentu secara otomatis sudah melanggar informed consent
dan hak pasien.
Dalam melaksanakan informed consent seorang dokter harus
mengikuti standar profesi medis, maksudnya setiap tindakan yang
akan dilakukan harus sesuai dengan prosedur medis yang
ditetapkan oleh ikatan profesi dan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam informed consentterdapat prosedur standar medis
sebagai berikut:
1) Memperkenalkan diri sebagai petugas yang akan menolong
pasien
2) Menjelaskan tentang diagnosis dan penanganan kala II
3) Menjelaskan setiap tindakan medis mempunyai risiko baik
yang telah diduga sebelumnya atau tidak.
4) Memastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti
semua aspek diatas.
5) Memberi kesempatan kepada pasien dan keluarganya
untuk mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu atau
belum mengerti.
6) Setelah pasien dan keluarganya mengerti memberikan
persetujuan untuk melakukan tindakan ini, memintakan
pesetujuan secara tertulis dengan mengisi dan
menandatangani formulir yang disediakan.
7) Memasukan lembar persetujuan tindakan medis yang telah
diisi dan ditanda tangani kedalam catatan medik pasien.
32
Ini sesuai dengan Kepmenkes 290 Tahun 2008 Pasal 7 ayat
(3) tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran yang menatur
bahwa:
“Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya mencakup
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukanc. Alternatif tindakan lain, dan risikonya;d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dane. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukanf. Perkiraan pembiayaan.
D. Rekam Medis
Rekam medis merupakan catatan/tulisan-tulisan yang
dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan
yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan
kesehatan. Sedangkan dokumen adalah catatan dokter, dokter
gigi, dan / atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil
pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan
harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar
pencitraan (imaging), dan rekaman elektro diagnostik. Penjelasan
tersebut sesuai dengan Permenkes No. 269 Tahun 2008 Pasal 1
Ayat(1), (6), dan (7)tentang Rekam Medis yang mengatur bahwa:
1) “Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catandan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,pengobatan, tindakan dan pelayanan lainyang telahdiberikan kepada pasien.”
6) Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter ataudokter gigi tentang segala tindakan yang dilakukankepada pasien dalam rangka pemberian pelayanankesehatan
7) Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atautenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan
33
penunjang, catan observasi dan pengobatan hariandan semua rekaman baik, baik berupa foto radiologi,gambar pencitraan (imaging), dan rekaman elektrodiagnostik.
Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas
serta dalam bentuk informasi elektronik. Rekam medis terdiri dari
catatan-catatan yang dianggap penting dan berhubungan
langsung dengan data serta informasi yang dibutuhkan oleh
dokter atau dokter gigi dalam menentukan keputusan baik berupa
pengobatan, penanganan, ataupun tindakan medis lainnya.
Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan
dan pedokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan,
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Setiap
pencatatan pada rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan
tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung. Bila
terjadi kesalahan dalam melakukan pencatan dalam rekam medis
dapat dilakukan pembetulan dengan cara pencoretan tanpa
menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter,
dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan ini
sesuai dengan Permenkes No 269 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 5 dan
6 Tentang Rekam Medis
a. Penyimpanan dan Kerahasiaan Rekam Medis
Masa simpan rekam medis disarana rumah sakit adalah
selama 5 (lima)terhitung sejak tanggal terakhir pasien
mendapat perawatan, kecuali ringkasan pulang dan
34
persetujuan tindakan selama 10 (sepuluh) tahun. Sedangkan
masa simpan disarana kesehatan selain rumah sakit adalah 2
(dua) tahun. Setelah Batas waktu tersebut, maka rekam medis
dapat dimusnahkan dengan mengikuti aturan yang telah
ditentukan untuk pemusnahan dokumen. Ketentuan mengenai
penyimpanan rekam medis dituangkan dalam Permenkes No
269 Tahun 2008 Pasal 8 Ayat(1) sampai dengan (4) Tentang
Rekam Medis yang mengatur bahwa:
1) Rekam medis pasien rawat inap dirumah sakit wajibdisimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima)tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat ataudipulangkan.
2) Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam media dapatdimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuantindakan medik.
3) Ringkasan pulang dan persetujuan tindakanmediksebagaimana dimaksud pada ayat (2) harusdisimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitungdari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.
4) Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulangsebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (3)dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinansarana pelayanan kesehatan.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat pemeriksaan
dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaanya
oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas
pengelola dan 2 pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
1. Untuk kepentingan kesehatan pasien
35
2. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum
dalam rangka penegakan hukum atas perintah
pengadilan;
3. Permintaan dan /atau persetujuan pasien sendiri;
4. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan;dan
5. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit
medis, sepajang tidak menyebutkan identitas pasien.
Permintaan rekam medis untuk tujuan tersebut diatas harus
dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
Berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan
kesehatan sedangkan isi rekam medis milik pasien. Apabila
pasien meminta isi rekam medis maka dapat diberikan dalam
bentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan rekam medis dapat
diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau orang yang
diberi kuasa atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga
pasien yang berhak untuk itu.
2. Kegunaan Rekam Medis
Rekam Medis mempunyai 2 (dua) bagian yang perlu
diperhatikan yaitu, bagian pertama adalah tentang kondisi
kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan yang sering
disebut patient record, dan bagian kedua mengenai manajemen
berupa pertanggung jawaban keuangan serta lingkungan
36
administratif pasien yang bersangkutan. Tujuan Rekam Medis
adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam
rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan
benar, maka tertib administrasi tidak akan berhasil22.
Rekam medis merupakan salah satu sumber data penting
yang nantinya akan diolah menjadi informasi yang mempunyai
kegunaan secara umum yaitu:23
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenagakesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalammemberikan pelayanan kesehatan;
b. Sebagai dasar merencanakan pengobatan/perawatanyang diberikan kepada pasien ;
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan,perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasienberkunjung/dirawat di Rumah Sakit;
d. Sebagai bahan yang berguna untuk dianalisa, penelitiandan evaluasi terhadap program pelayanan serta kualitaspelayanan;
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, saranakesehtan maupun tenaga kesehatan yang terlibat
f. Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untukkeperluan pengembangan program pendidikan danpenelitian;
g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaranpelayanan kesehatan;
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikanserta bahan pertanggujawaban laporan.
22Sharon Gondodiputro. 2007.Skripsi Rekam Medis dan Sistem
Informasi Kesehatan di Pelayanan Kesehatan Primer (Puskesmas).UniversitasPadjajaran Bandung. Hlm 2
23Ibid. hlm.3
37
E. Hak Dan Kewajiban Dokter dan Pasien
1. Profesi Dokter dalam Perjanjian Terapeutik
Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter,
merupakan suatu profesi. Menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri
pokok suatu profesi antara lain:
a) Warga masyarakat yang memerlukan bantuan atas jasa
profesional dan memintanya, biasanya berada dalam posisi
tergantung yang bersangkutan meminta bantuan
berdasarkan tujuan tertentu dalam fikirannya, misalnya agar
penyakitnya sembuh.
b) Hubungan antara warga masyarakat yang memerlukan
bantuan profesional dengan pihak yang memberikan jasa
profesional dengan pihak yang memberikan jasa profesional
dengan pihak yang memberikam jasa profesional didasarkan
pada kepercayaan. Artinya pihak pertama bersedia
memberikan segala informasi yang diperlukan oleh pihak
kedua, hal mana biasanya tidak dilakukan kepada pihak
lain.
c) Secara umum, apabila warga masyarakat meminta bantuan
jasa profesional atas dasar kepercayaan,tidak dapat menilai
kegiatan atau keterampilan profesional yang diterimanya.
d) Seseorang yang melaksanakan pekerjaan profesional yang
didasarkan pada kepercayaan hampir selalu berada pada
38
posisi mandiri walaupun yang bersangkutan bekerja pada
pihak lain. Walaupun ada taraf otonomi profesional tertentu,
akan tetapi atasan mempunyai wewenang untuk dalam
hal-hal tertentu memberikan petunjuk-petunjuk yang
bersifat korektif.
e) Sifat pekerjaan profesional mengakibatkan bahwa suatu
hasil yang pasti tidak selal dapat dijamin hanya ada
kewajiaban untuk melakukan pekerjaan sebaik-baiknya.
Akan tetapi pembuktian bahwa pekerjaan telah dilakukan
sebaik-baiknya tidak selalu dapat dibuktikan dengan
mudah.
f) Dokter sebagai profesi, merupakan orang yang memiliki
keahlian keilmuan dalam bidang kedokteran yang secara
mandiri mampu memenuhi kebutuhan anggota masyarakat
yang memerlukan pelayanannya. Dokter sendiri yang
memutuskan apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan
tindakan profesionalnya, dan secara pribadi bertanggung
jawab atas mutu pelayanan yang diberikannya. Jadi
hubungan yang terjadi antara pengemban profesi dengan
anggota masyarakat adalah hubungan yang sifatnya
pesonal, yaitu hubungan antara subjek pendukung hak yang
secara formal yuridis mempunyai kedudukan yang sama,
atau dengan kata lain hubungan dokter dengan pasien
39
merupakan hubunngan personal yang bersifat
horizontal.24
Surarjo Darsono Menghimpun dan mengemukakan bahwa
hak dan kewajiban dokter menurut hukum dan kepustakaan,
meliputi:25
Hak dokter :
a) Mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
b) Bekerja menurut standar profesi, berdasarkan hak
otonomi dan keyakinan menurut Etik Kedokteran.
c) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan profesi, etik kedokteran
dan hati nuraninya.
d) Menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien
apabila hubungan dengan pasien sudah berkembang
begitu buruk sehingga kerjasama yang baik tidak
mungkin diteruskan lagi, kecuali pasien dalam keadaan
gawat darurat dan setelah menyerahkan pasien kepada
dokter lain.
e) Hak atas privacy
24Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Kesehatan (Suatu Kumpulan
Catatan),Jakarta, 1989, h.166-16725
SurarjoDarsono.HakdanKcwajibanPasien,DokterdanRumahSakit,(Semarang:Makalah Seminar Hukum Kesehatan Konflik Antara Pasien, Dokter dan RumahSakit, FakultasHukum UnikaSoegijapranata,PERHUKI Cabang Semarang,don PERSIWilayah JawaTengah ,hal.3-5
40
f) Menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien
dengan ucapan atau tindakan yang mrlecahkan atau
memalukan.
g) Mendapat informasi lengkap dari pasien atau keluarga
yang dirawatnya.
h) Mendapat informasi atau pemberitahuan pertam
dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadap
pelayanannya.
i) Diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit
maupun pasien.
j) Mendapat imbalan jasa atas profesi yang diberikannya
berdasar perjanjian atau ketentuan/peraturan yang
berlaku dirumah sakit tertentu.
k) Menolak pasien yang tidak gawat darurat dan datang di
luar jam bicara / jam dinas rutin / jam dinas jaga dan
di luar daerah rayon atau dari spesialis lain yang
tersedia dengan mudah. Dokter tidak berkewajiban
menerima pasien untuk pengobatan dan boleh menolak
setiap orang untuk menjadi pasiennya dengan alasan
apapun maupun tanpa alasan sekalipun, kecuali pasien
dalam keadaan gawat darurat.
l) Meminta konsultasi kepada dokter lain yang lebih ahli,
setelah mendapat persetujuan dari pasien. Jika paien
dalam keadaan gawat darurat, tidak sadar dan tidak
41
ada keluarga terdekat yang dapat dihubungi, maka
persetujuan tersebut tidak diperlukan.
m) Hak undur diri dalam kewajibannya memberikan
keterangan yang sekiranya merugikan pasiennya dan
tidak merugikan orang lain atau kepentingan umum.
Kewajiban dokter :
a) Mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan
hubungan hukum antara dokter dan rumah sakit.
b) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan menghormati hak-hak pasien.
c) Merujuk pasien ke dokter lain atau ruamh sakit yang
mempunyai keahlian dan kemampuan yang lebih baik,
apabila dokter yang bersangkutan tidak mampu
melakukan sesuatu pemeriksaan atau pengobatan.
d) Memberi kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarganya dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
e) Merahasiakan segala sesuatu yang di ketahuinya
tentang seorang penderita, bahkan juga setelah
penderita tersebut meninggal dunia.
f) Melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
kemanusiaan kecuali bila dokter tersebut yakin ada
orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya.
42
g) Memberikan informasi yang adekuat tentang perlunya
tindakan medik yang akan dilakukan, serta resiko yang
dapat ditimbulkannya.
h) Membuat rekam medis yang baik secara
berkesimbungan berkaitan dengan keadaan pasien
i) menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi.
j) Memenuhi hal-hal yang telah disepakati dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
k) Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah
sakit.
l) Bekerjasama dengan profesidan pihak lain yang
terkait secara timbal balik dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
Kewajiban dokter yang terdiri dari kewajiban umum,
kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap teman sejawat
dan kewajiban terhadap diri sendiri dibahas dalam Bab 3
KODEKI, yaitu :
Kewajiban umum dokter (Pasal 1 sampai dengan Pasal 9
KODEKI), meliputi:
a) Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan Sumpah Dokter.
b) Setiap dokter harus senantiasa melakukan profesinya
menurut ukuran yang tertinggi.
43
c) Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang
dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan
keuntungan pribadi.
d) Setiap perbuatan atau nasehat yang mungkin
melemahkan daya tahan mahkluk insani, baik
jasmani maupun rohani hanya diberikan untuk
kepentingan penderita.
e) Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam
mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan
teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya.
f) Seorang dokter dalam melakukan pekerjaannya harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan
yang menyeluruh serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat.
g) Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat
di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-
baiknya.
Kewajiban dokter terhadap pasien (pasal 10 sampai dengan
pasal 14 KODEKI):
a) Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajibannya melindungi hidup mahkluk insani.
44
b) Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
menggunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk
kepentingan penderita.
c) Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada
penderita agar senantiasa dapat berhubungan dengan
keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau
dalam masalah lainnya.
d) Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan juga
setelah penderita itu meninggal dunia.
e) Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat
sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya (pasal 15 sampai
dengan pasal 16
KODEKI). Meliputi :
a) Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
b) Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari
teman sejawatnya, tanpa persetujuannya.
Kewajiban dokter terhadap diri sendiri (pasal 17 sampai
dengan pasal 18
KODEKI), adalah :
45
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat
bekerja dengan baik.
a) Setiap dokter hendaklah senanisa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap seti kepada
citaita luhur..
Penutup (pasal 19 KODEKI):
Setiap dokter harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
menghayati dan mengamalkan KODEKI dalam pekerjaanya
sehari-hari.
Kewajiban Pasien
2. Hak dan Kewajiban Pasien
Hubungan dari dua pihak, maka hak pihak yang satu akan
diimbangi oleh kewajiban pihak yang lain, demikian pula
sebaliknya. Selain hak-hak pasien yang dilindungi, pasien juga
mempunyai kewajiban-kewajiban yang atasnya dibebankan
kepada pasien karena ia merupakan subjek hukum.
Soekanto merumuskan kewajiban-kewajiban pasien
menurut hukum sebagai berikut:26
a) Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga
kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dan ahli
mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil
keputusan. Hal ini juga sangat penting, agar tenaga
26ChrisdionoM.Achdiat.Pernik-PernikHukumKedokteranMelindungi Pasien
DanDokter,WidyaMedika,Jakarta,1996h.7-9
46
kesehatan tidak melakukan kesalahan. Landasannya
adalah bahwahubungan antara tenaga kesehatan dengan
pasien merupakan hubungan hukum yang didasarkan
pada kepercayaan, sehingga sampai batas-batas tertentu
dituntut adanya suatu keterbukaan.
b) Kewajiban untuk melaksanakan nasihat-nasihat yang
diberikan tenaga kesehatan dalam rangka perawatan.
Kalau pasien meragukan manfaat nasihat itu, yang
bersangkutan mempunyai hak untuk meminta penjelasan
yang lebih mendalam.
c) Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban
tenaga kesehatan untuk menyimpan rahasia
kedokteran, serta kesendiriannya ("privacy").
d) Kewajiban untuk memberikan imbalan terhadap jasa-jasa
profesional yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.
e) Kewajiban untuk memberi ganti rugi, apabila
tindakan-tindakan pasien merugikan tenaga kesehatan.
Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul
masalah (dalam hubungan dengan tenaga kesehatan
dan rumah sakit, baik yang langsung maupun tidak
langsung).
Dalam hubungan Dokter dengan pasien, pasien memiliki hak-
haknya yang harus dihormati oleh dokter. Ini dikarenakan posisi
dokter yang lebih dominan karena keahlian dan pengetahuannya
47
dibandingakn dengan posisi pasien yang awam dalam bidang
kedokteran
a) Hakatasinformasimedik
Dalamhalinipasien berhakmengetahui
segalasesuatuyangberkaitan dengakeadaan penyakit, yakni
tentang diagnosis,tindakmedis yang dilakukan, resiko dari
dilakukan atau tidak dilakukannya tindak medik tersebut.
Informasi medik yang berhak
diketahuiolehpasien,termasukpulaidentitasdokteryangmerawat
sertaaturan-aturanyangberlakudirumahsakittempat
iadirawat(misalnya
tentangtarifdancarapembayaranpadarumahsakittersebut).Dokt
er
dapatmenahaninformasimedik,apabilahaltersebutakanmelem
ahkan dayatahanpasien.
b) Hak memberikan persetujuan tindak medik
Persetujuan tindak medik (atau yang lebih dikenal
sebagai informed consent) merupakan hal yang sangat prinsip
dalam profesi kedokteran, bila ditinjau dari sudut hukum perdata
maupun pidana
c) Hak untuk memilih dokter atau rumah sakit.
Walaupun pada dasarnya dianggap semua dokter
memiliki kemampuan yang sama untuk melakukan tindak medik
dalam bidangnya, namun pasien tetap berhak memilih dokter
48
atau rumahsakit yang dikehendakinya. Hal ini dapat
dilaksanakan oieh pasien tentu saja dengan pelbagai
konsekuensi yang harus ditanggungnya, misalnya masalah
biaya.
d) Hak atas rahasia medik
Rumusan rahasia medik seperti yang tercantum dalam
beberapa literatur ialah:
1) Segala sesuatu yang disampaikan oleh pasien (secara
sadar atau tidak sadar) kepada dokter.
2) Segala sesuatu yang diketahui oleh dokter sewaktu
mengobati dan merawat pasien.
3) Etika kedokteran menyatakan bahwa rahasia ini harus
dihormati oleh dokter, bahkan setelah pasien itu
meninggal.
e) Hak untuk menolak pengobatan atau perawatan serta tindakan
medik.
Beberapa penulis menyebut hak ini sebagai hak untuk
memutuskan hubungan dokter-pasien dan hal ini memberikan
keleluasaan kepada pasien untuk memperoleh alternatif tindak
medik yang lain. Hak ini merupakan perwujudan pasien untuk
menentukan nasibnya sendiri (The Right of Self-determination).
Dengan demikian dokter atau rumah sakit tidak boleh memaksa
pasien untuk menerima suatu tindak medik tertentu, melainkan
dokter harus menjelaskan resiko atau kemungkinan yang terjadi
49
bila tindak medik itu tidak dilakukan. Bila setelah menerima
penjelasan pasien tetap menolak,maka pasien harus
menandatangani penolakannya itu.
f) Hak atas second opinion.
Dalam usaha mendapatkan "second opinion" dari
dokter lain, maka dokter pertama tidak perlu tersinggung,
demikian pula dengan keputusan pasien setelah mendapatkan
"second opinion". Tentu saja akibat yang timbul dari perbuatan
pasien itu merupakan konsekuensi pasien itu sendiri.
g) Hak untuk mengetahui isi rekam medik.
Secara umum telah diketahui bahwa pasien adalah
pemilik isi rekam medik, tetapi dokter atau rumah sakit
adalah pemilik berkas rekam medik serta bertanggungjawab
sepenuhnya atas rekam medik tersebut. Apabila pasien
menghendaki keluarga atau pengacaranya untuk mengetahui isi
rekam tersebut, maka pasien harus membuat ijin tertulis atau
surat kuasa untuk itu.
Hak memperoleh informasi atau penjelasan medis
merupakan hak pasien yang paling utama. Penekanan
pemberian informasi ini berkaitan dengan persetujuan tindakan
medis (informed consent) yang akan menjadi dasar
penanganan medis sebagai upaya penyembuhan. Dalam
memberikan informasi kepada pasien, haruslah memperhatikan
informasi apa yang akan disampaikan, karena hal tersebut
50
akan sangat bergantung pada kondisi psikis dan mental
daripada pasien. Namun pada umumnya dapat dipedomani hal-
hal seperti :
1) Informasi yang diberikan harus menggunakan bahasa yang
dimengerti oleh pasien
2) pasien harus dapat memperoleh informasi tentang
penyakitnya, tindakan yang akan diambil, kemungkinan-
kemungkinan dan resiko yang akan ditimbulkan.
3) untuk anak-anak atau pasien penyakit jiwa , informasi
diberikan kepada orang tua atau walinya. 27
F. Malpraktik
Menurut Purwanto Malprakrik atau malpractice berasal dari
kata “mal” yang berarti buruk dan “practice” yang berarti suatu
tindakan atau praktik, dengan demikian malapraktik adalah suatu
tindakan medis yang buruk yang dilakukan dokter dalam
hubungannya dengan pasien28.
Menurut Black’s Law Dctionary Malapraktik yaitu:
1. Professional misconduct or unreasonable lack of skill2. Failure of one rendering professional service to exercise
that degree of skill3. Learning commonly applied under all circumtances in the
community by average prudent reputable member of theprofession with the result of injury, loss or damage to therecipent of those service ot to those entitled to rely uponthem.29
27Ibid
28Purwanto.2008.Mal Praktik dalam bidang
medis.www.Purwanto78.wordpress.blogspot. waktu akses 4-3-2011.29
Sampurna.Budi. Mendidik masyarakat dengan pemberitaan yangakurat.http://www.freewebs.com/pemberitaanmalpraktek. Waktu akses 3-4-2011. 14.30
51
Selain itu definisi malpraktik menurut world medical
association tahun 1992 adalah;
“medical malpractice involves the physician's failure toconform to the standard of care for treatment of the patient'scondition, or lack of skill, or negligence in providing care to thepatient, which is the direct cause of an injury to the patient."30
Dari pengertian diatas maka malapraktik dapat terjadi
karena tindakan yang disengaja (Intentional) seperti pada
missconduct tertentu, tindakan kelalaian, ataupun bentuk
kompetensi/keahlian.
Professional misconduct yang merupakan kesengajaan
dapat dilakukan dalam bentuk pelanggaran ketentuan etik,
ketentuan disiplin profesi, hukum administratif, serta hukum
pidana dan perdata, seperti melakukan kesengajaan yang
merugikan pasien, fraud, "penahanan" pasien, pelanggaran wajib
simpan rahasia kedokteran, aborsi ilegal, euthanasia,
penyerangan seksual, misrepresentasi atau fraud, keterangan
palsu, menggunakan iptekdok yang belum diterima, berpraktek
tanpa Surat Izin Praktek (SIP), berpraktek di luar
kompetensinya. Kesengajaan tersebut tidak harus berupa sengaja
mengakibatkan hasil buruk bagi pasien, namun yang penting lebih
ke arah deliberate violation (berkaitan dengan motivasi) ketimbang
hanya berupa error (berkaitan dengan informasi).
30WMA. Statement on Medical Malpractice. Sept 1992.adopted by the 4th World
Medical Assembly. Marbella.Spain.
52
Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu:31
1. malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggarhukum atau tidak tepat/layak (unlawful atau improper),misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yangmemadai (pilihan tindakan medis tersebut sudah improper)
2. Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yangtepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat (improperperformance), yaitu misalnya melakukan tindakan medisdengan menyalahi prosedur
3. Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan medis yangmerupakan kewajiban baginya.
Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malapraktik
medis, sekaligus merupakan bentuk malpraktik medis yang paling
sering terjadi. Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang
dengan tidak sengaja, melakukan sesuatu (komisi) yang
seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu (omisi)
yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki
kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama.
Perlu diingat bahwa pada umumnya kelalaian yang dilakukan
bukanlah merupakan perbuatan yang dapat dihukum, kecuali
apabila dilakukan oleh orang yang seharusnya (berdasarkan sifat
profesinya) bertindak hati-hati, dan telah mengakibatkan kerugian
atau cedera bagi orang lain.
31www.freewebs.com/malpratek/malpraktikkedokteran.htm. Malpraktik
Kedokteran. waktu akses 5-3-2011. 14.34 wit.
53
BAB IIII
METODE PENELITIAN
A. LokasiPenelitian
Penelitianini dilaksanakan di Makassar. Dari sejumlah rumah
sakit yang ada di kota Makassar, maka penulis hanya akan memilih
dua rumah sakit yaitu rumah sakit pemerintah Wahidin
Sudirohusodo dan rumah sakit swasta Grestelina
Dasar pertimbangan penulis karena pada rumah sakit tersebut
banyak terdapat hubungan antara dokter dan pasien yang berkaitan
langsung dengan perjanjian terapeutik di banding daerah lain,
karenaitupenelitimencobamenelitimasalahhukum yang ada di
lokasipenelitianberkenaandenganPerjanjianTerapeutikSebagaiDasar
BagiDokterDalammelakukanPenangananMedis.
B. JenisdanSumber Data
Jenis data adalah data perimer dan data sekunder.
1. Data primer diperoleh dari pada responden kalangan dokter
dan kalangan pasien dan atau keluarganyayaitu data yang
diperolehdarihasilwawancaralangsung, serta hasil
pengamatan langsung yaitu penangan medis yang dilakukan
oleh dokterkepada pasien ditempat penelitian
54
2. Data Sekunder merupakan data yang sah berasal dari rumah
sakit yaitu :
a. Jumlah dokter yang melakukan praktek di rumah sakit
(keseluruan spesialis dan umum)
b. Contoh dan isi rekam medis (cukup keterangan mengenai
isi rekam medis dan penjelasannya)
c. Bahan bacaan baik dalam bentuk literatur serta karya
ilmiah yang berkaitan dengan penelitiandan rumusan
masalah yang diangkat.
C. TeknikPengumpulan Data
Teknik pengumpulan datadilakukan sebagai berikut:
1. Studi lapangan, dengan cara peneliti langsung mendatangi
tempat penelitian dan melakukan langkah-langkah
a. Wawancara langsung dengan responden
Data ini didapatkan melalui Hasil wawancara yang
diambil dari 10 koresponden pasien dan10
Koresponden dokter/dokter gigi Rumah Sakit Dokter
Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit Grestlina yang
terbagi dokter bedah, endokrin, umum dan ppds
(program pendidikan dokter spesialis)
55
2. Studi Pustaka, dalam hal ini peneliti aktif mengidentifikasi data
sekunder dalam berbagai bahan bacaan:
a. Karya ilmiah dalam bentuk skripsi,makalah, dan
majalah
b. Peraturan perundang-undangan dan dokumentasi
c. Buku literatur.
D. Analisis Data
Data primerdan data sekunder yang telah terkumpul,
kemudiandiolahdandianalisis. Data
dideskripsikansecarakualitatifyaitudenganmenggambarkanapa yang
telahdinyatakanoleh responden
secaralisanatautertulismaupunperilaku yang nyata,
kemudianpadaakhirnyaditariksuatukesimpulan yang
meliputikeseluruhanhasilpembahasanatauanalisa data yang
telahdilakukan.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hubungan Terapeutik yang terjadi antara dokter dan pasien saat
ini berlangsung dengan baik dimana dokter rumah sakit Wahidin
Sudirohusodo dan Grestelina telah mengerti dengan jelas untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien baik dari
tahapan anamnesis, diagnosis, hingga prgnosis yang semuanya
dicatat dalam rekam medis. Pasien telah memiliki kemampuan
untuk menyampaikan keluhan penyakitnya, tetapi pasien memiliki
kecendrungan untuk bersifat pasrah sehingga nasehat yang
berasal dari dokter tidak dilakukan.
2. Dokter rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan Grestelina telah
melakukan tanggungjawabnya dalam merawat pasien dengan
selalu melakukan pemeriksaan rutin bagi pasien rawat inap dan
besikap sopan serta menghargai batas dari kompetensinya sesuai
dengan sumpah dokter yang diucapkannya. Pasien telah
menghargai doter dengan berusaha untuk memberikan informasi
secara jujur dimana fungsinya untuk menciptakan kepercaayaan
antara dokter dan pasien.
89
3. Dokter rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan Grestelina telah
melakukan pelayanan medis berupa penyuluhan terhadap pasien
dalam memilih obat yang sesuai dengan kondisi keuanganya serta
penanganan cepat bagi pasien gawat darurat ini sesuai dengan
SOP (Standar Operating Procedure). SOP (Standar Operating
Procedure juga mengatur mengenai setiap dokter yang ingin
berpraktek dirumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan Grestelina
harus memilki STR ( Surat tanda Registrasi) dan SIP ( Surat Izin
Praktek) melalui ketentuan yang dibuat oleh Lembaga KONSIL
(Komite Disiplin Dokter ) dan Organisasi Etik.
B. Saran
1. Dokter diharapkan tidak hanya memahami pentingnya Informend
consent di dalam perjanjian terapeutik tetapi juga memberikan
pemahaman kepada pasien agar pasien mengerti perbuatan medis
yang akan dilakukan serta konsekuensinya.
2. Perlunya sosialisasi peraturan serta tata cara berobat yang
dilakukan oleh pihak rumah sakit agar masyarakat mengerti hal-hal
yang harus dijelaskan kepada dokter mengenai kesehatannya.
3. Rumah sakit diharapkan mencatat pengaduan pasien yang di
tangani oleh seorang dokter dengan tujuan agar dapat menjadi
bahan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pelayanan
90
dokter dan menjamin hak-hak pasien untuk memperoleh perawatan
yang memadai.
PENELITIAN SKRIPSI
PERJANJIAN TERAPEUTIK SEBAGAI DASAR BAGI DOKTER
DALAM MELAKUKAN PENANGANAN MEDIS
Data-data yang dibtuhkan:
1. Jumlah dokter yang melakukan praktek di rumahsakit (keseluruhan spesialis dan
umum) 2011
2. Prosedur pelayanan rumah sakit yang dilakukan dalam pengobatan pasien
3. Jumlah pengaduan yang dilaporkan atas tindakan dokter kepada pasien dirumah
sakit dalam kurung waktu 5 tahun terakhir.
4. Contoh dan isi rekam medis (cukup keterangan mengenai subtansi rekam medis dan
pejelasannya)
TERIMAKASIH
Semoga penelitian ini berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam
menciptakan pelayanan medis yangefektif dan efisien.
Hasil Wawancara
Peneltian yang dilakukan pada tanggal 20– 28 Oktober dirumah sakit Wahidin
Sudirohusodo menghasilkan data wawancara dan daftar jumlah dokter yang ada dirumah
sakit tersebut. Penelitian ini didasarkan atas skripsi yng berjudul Tinjauan Yuridis sebagai
Dasar Bagi Dokter Dalam Melakukan Penanganan Medis. Bentuk pertayaan dibagi atas dua
koresponden yang berbeda. Bentuk pertayaan pertama untuk pasien adalah:
1. Apakah yang anda ketahui tentang informed consent?
2. Menurut anda bagaimanakah hubungan medis yang dilakukan antara pasien dan
dokter saat ini?
3. Apakah yang anda ketahui tentang perjanjian terapeutik antara dokter dengan
pasien?
4. Hambatan apa sajakah yang anda temukan ketika berkonsultasi pada dokter?
5. Menurut anda apa yang harus dilakukan oleh dokter dan pasien sehingga dapat
menciptakan komunikasi yang baik dalam pelayanan medis ?
Bentuk Pertayaan kedua diperuntukkan untuk dokter:
1. Apakah yang anda ketahui tentang informed consent?
2. Menurut anda bagaimanakah hubungan medis yang dilakukan antara pasien dan
dokter saat ini?
3. Apakah yang anda ketahui tentang perjanjian terapeutik antara dokter dengan
pasien?
4. Hambatan apa sajakan yang anda temukan ketika melakukan penanganan medis
kepada pasien?
5. Menurut anda apa yang harus dilakukan oleh dok
menciptakan komunikasi yang baik dalam pelayanan medis?
Hasil dari jawaban diaatas diambil dari 10 koresponden pasien Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo dan 10 Koresponden Dokter Wahidin Sudirohusodo yang terbagi dokter
bedah, endokrin, umum dan ppds.
Kesimpulan dari pertayaan diaatas:
1.
Kesimpulan:
0
3
2
pengetahuan dokter mengenaiInformend consent
pengetahuan pasien mengenai
Menurut anda apa yang harus dilakukan oleh dokter dan pasien sehingga dapat
menciptakan komunikasi yang baik dalam pelayanan medis?
Hasil dari jawaban diaatas diambil dari 10 koresponden pasien Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo dan 10 Koresponden Dokter Wahidin Sudirohusodo yang terbagi dokter
endokrin, umum dan ppds.
Kesimpulan dari pertayaan diaatas:
0
5
pengetahuan dokter mengenaiInformend consent
tidak tahu
cukup mengerti
mengerti dengan jelas
sangat mengerti
8
1
0
pengetahuan pasien mengenaiInformend consent
tidak tahu
cukup mengerti
mengerti dengan jelas
ter dan pasien sehingga dapat
Hasil dari jawaban diaatas diambil dari 10 koresponden pasien Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo dan 10 Koresponden Dokter Wahidin Sudirohusodo yang terbagi dokter
mengerti dengan jelas
cukup mengerti
mengerti dengan jelas
1. Informend Consent merupakan alat
dokter terlihat dari grafik diaatas dokter telah memenuhi kewajibanya dengan
mengetahui dengan jelas bentuk dari Informend consent yaitu persetujuan tindakan
kedokteran yang diterangkan dalam Kepmenkes No. 290 t
pengetahuan masyarakat khususnya pasien saat ini merupakan hal yang harus
ditindak lanjuti oleh lembaga kesehatan untuk mensosialisasikan pengetahuan
mengenai informend consent sehingga pasien mengerti dengan jelas bentuk
tindakan dan efeknya kepada diri pasien.
Saran:
Diharapkan kepada dokter untuk mensosialisasikan kepada pasien mengenai
Informend consent dengan bahasa yang sederhana sehingga pasien mudah untuk
mengerti hak dan kewajibannya
2. Hasil pertayaan dan kesimpulan:
Pasien
Dokter
Hubungan Pasien Dan Dokter
Informend Consent merupakan alat bagi komunikasi yang baik antara pasien dan
dokter terlihat dari grafik diaatas dokter telah memenuhi kewajibanya dengan
mengetahui dengan jelas bentuk dari Informend consent yaitu persetujuan tindakan
kedokteran yang diterangkan dalam Kepmenkes No. 290 tahun 2008 . kurangnya
pengetahuan masyarakat khususnya pasien saat ini merupakan hal yang harus
ditindak lanjuti oleh lembaga kesehatan untuk mensosialisasikan pengetahuan
mengenai informend consent sehingga pasien mengerti dengan jelas bentuk
n efeknya kepada diri pasien.
Diharapkan kepada dokter untuk mensosialisasikan kepada pasien mengenai
Informend consent dengan bahasa yang sederhana sehingga pasien mudah untuk
mengerti hak dan kewajibannya
Hasil pertayaan dan kesimpulan:
0
1
8
1
Hubungan Pasien Dan DokterSaat ini
buruk
cukup baik
baik
sangat baik
bagi komunikasi yang baik antara pasien dan
dokter terlihat dari grafik diaatas dokter telah memenuhi kewajibanya dengan
mengetahui dengan jelas bentuk dari Informend consent yaitu persetujuan tindakan
ahun 2008 . kurangnya
pengetahuan masyarakat khususnya pasien saat ini merupakan hal yang harus
ditindak lanjuti oleh lembaga kesehatan untuk mensosialisasikan pengetahuan
mengenai informend consent sehingga pasien mengerti dengan jelas bentuk
Diharapkan kepada dokter untuk mensosialisasikan kepada pasien mengenai
Informend consent dengan bahasa yang sederhana sehingga pasien mudah untuk
Kesimpulan:
Hubungan antara dokter dan paien saat ini cukup baik dilihat dari grafi responden
diatas yang memperlihatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban yang
dilakukan oleh dokter dan pasien. Diluar dari hasil diaatas peneliti mendpatkan
beberapa keluhan yang perlu diperhatikan oleh dokter dan pasien yaitu:
Dari pasien:
1. Pelayanan rumah sakit yang masih rumit/ tidak sederhana sehingga
membutuhkan waktu lebih untuk pada nantinya ditangani oleh dokter
2. Dokter yang lebih mengutamakan berprakte
poliklinik umum di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. Ini diutarakan oleh
beberapa pasien yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan dokter
diinginkan ketika berkonsultasi.
3. Kurangnya fasilitas rumah sakit sehingga pasien l
Dari dokter:
1. Banyaknya pasien yang ditangani kurang koorperatife ini dikarenakan sulitnya
pasien menyampaikan kondisi fisiknya ataupun keterbatasan bahasa yang
6
Hubungan Pasien Dan Dokter
Hubungan antara dokter dan paien saat ini cukup baik dilihat dari grafi responden
diatas yang memperlihatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban yang
dilakukan oleh dokter dan pasien. Diluar dari hasil diaatas peneliti mendpatkan
beberapa keluhan yang perlu diperhatikan oleh dokter dan pasien yaitu:
Pelayanan rumah sakit yang masih rumit/ tidak sederhana sehingga
membutuhkan waktu lebih untuk pada nantinya ditangani oleh dokter
Dokter yang lebih mengutamakan berpraktek diluar ketimbang berpraktek pada
poliklinik umum di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. Ini diutarakan oleh
beberapa pasien yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan dokter
diinginkan ketika berkonsultasi.
Kurangnya fasilitas rumah sakit sehingga pasien lambat penanganannya
Banyaknya pasien yang ditangani kurang koorperatife ini dikarenakan sulitnya
pasien menyampaikan kondisi fisiknya ataupun keterbatasan bahasa yang
0
31
Hubungan Pasien Dan DokterSaat ini
buruk
cukup baik
baik
sangat baik
Hubungan antara dokter dan paien saat ini cukup baik dilihat dari grafi responden
diatas yang memperlihatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban yang
dilakukan oleh dokter dan pasien. Diluar dari hasil diaatas peneliti mendpatkan
beberapa keluhan yang perlu diperhatikan oleh dokter dan pasien yaitu:
Pelayanan rumah sakit yang masih rumit/ tidak sederhana sehingga
membutuhkan waktu lebih untuk pada nantinya ditangani oleh dokter
k diluar ketimbang berpraktek pada
poliklinik umum di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. Ini diutarakan oleh
beberapa pasien yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan dokter yang
ambat penanganannya
Banyaknya pasien yang ditangani kurang koorperatife ini dikarenakan sulitnya
pasien menyampaikan kondisi fisiknya ataupun keterbatasan bahasa yang
dimiliki. Pasien yang berasal dari darah pedalaman yang kurang mengerti
prosedur pengobatan dan kewajibannya sebagai pasien.
2. Kurang patuhnya pasien atas nasihat yang diberikan oleh dokter sehingga
penyakit yang dalam kondisi penyembuhan/penanganan dokter tidak efektif.
3. Hasil pertanyaan dan kesimpulan:
Dokter
Paien:
Hasil pertayaan :
Dokter
3
pengetahuan dokter mengenaiperjanjian terapeutik
pengetahuan Pasien mengenaiperjanjian terapeutik
dimiliki. Pasien yang berasal dari darah pedalaman yang kurang mengerti
sedur pengobatan dan kewajibannya sebagai pasien.
Kurang patuhnya pasien atas nasihat yang diberikan oleh dokter sehingga
penyakit yang dalam kondisi penyembuhan/penanganan dokter tidak efektif.
Hasil pertanyaan dan kesimpulan:
6
1
0
pengetahuan dokter mengenaiperjanjian terapeutik
tidak tahu
cukup baik
baik
sangat baik
8
2
00
pengetahuan Pasien mengenaiperjanjian terapeutik
tidak tahu
cukup baik
baik
sangat baik
dimiliki. Pasien yang berasal dari darah pedalaman yang kurang mengerti
Kurang patuhnya pasien atas nasihat yang diberikan oleh dokter sehingga
penyakit yang dalam kondisi penyembuhan/penanganan dokter tidak efektif.
cukup baik
sangat baik
cukup baik
sangat baik
1. Bagi 3 dokter diaatas telah mengetahui bentuk perjanjian yang berbentuk tersurat
dari sebuah kontrak dimana yang diperjanjikan adalah (inspaningverbitenis)/usaha
dokter yang sesuai dengan keahliannya terbukti dengan penjelasan awal yang
diberikan oleh dokter tentang kondisi penyakit pasien serta prosedur penanganan
medis yang dilakukan oleh dokter. Bagi 6 dokter diatas belum menerapkan
penjelasan secara lengkap kepada pasien sebelum mendapatkan persetujuan
tindakan kdokteran yang mana diatur dalam Permenkes 290/MENKES/PER/III/2008
Pasal 1. sedangkan bagi pasien emergensy yang membutuhkan batuan segera diatur
dalam pasal Kepmenkes 290 Tahun 2008 Mengenai Pesetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 4 angka 1 yang mengatur bahwa:
“ Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran”
Pasien
1. Dari grafik diatas maka dianggap pasien belum memliki pengetahuan secara jelas
mengenai perjanjian terapeutik baik bentuk perjanjian dan subtansi perjanjian yang
ada ketika pasien datang kepada dokter. Pasien mempunyai kewajiban memberikan
informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dan ahli
mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal ini juga sangat
penting, agar tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan. Landasannya adalah
bahwahubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien merupakan hubungan
hukum yang didasarkan pada kepercayaan, sehingga sampai batas-batas tertentu
dituntut adanya suatu keterbukaan.
Saran
1. Perlunya keterbukaan informasi antara dokter dan pasien dimana dokter yang
mengerti akan menginformasikan penanganan medis baik dari tahap amnesis
hingga invasif yang mempengaruhi jaringan tubuh pasien serta dituntut kesabaran
pasien untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan, kewajiban dan
hak pasien tersebut.
2. Pelunya sosialisasi peraturan perundang-undangn dan penyedia informasi yang
dikhususkan bagi pasien dan dokter gar sebelum berobat pasien dapat mengerti
bahwa apa yang dilakukannya terangkum didalam perjanjian terapeutik ini diatur
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang mengatur bahwa:
“semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Registrasi Dokter dan Dokter gigi merupakan salah satu tugas dari KKI (Konsil
Kdokteran Indoesia) yang diamanahkan oleh UUPK. Registrasi adalah pencatatan resmi
sebagai pengakuan bagi dokter dan dokter gigi yang telah memiliki sertifikat kompetensi
dan telah memenuhi syarat tertentu linnya untuk melakukan tindakan medik terhadap
pasien di wilayah Indonesia.
Dalam melakukan registrasi KKI (Konsil Kedokteran Indonesia) menerbitkan Surat
tanda Registrasi (STR)Sejak tahun 2005 sampai dengan 3 Maret 2011, KKI telah menerbitkan
STR sejumlah 18.641 dengan rincian sebagai berikut:
Dokter Dokte Gigi DokterSpesialis
Dokter GigiSpesialis
Total
76.403 21.057 19.546 1.635 118.641
Dari data Registrasi dan distribusi dokter/dokter gigi dari berbagai propinsi di
Indonesia terlihat bahwa baik dokter/dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis
lebih banyak terkonsentrasi di pulau Jawa, sebagaimana tergambar di grafik berikut
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
NA
DSU
MU
TSU
MB
AR
RIA
UJA
MB
ISU
MSE
LB
ENG
KU
LULA
MP
UN
GK
EPR
IB
AB
ELJA
KA
RTA
JAB
AR
BA
NTE
NJA
TEN
GYO
GYA
JATI
MK
ALT
ENG
KA
LBA
RK
ALS
ELK
ALT
IMSU
LUT
GO
RO
NTA
LOSU
LTEN
GSU
LSEL
SULT
RA
SULB
AR
BA
LIN
TBN
TTM
ALU
KU
MA
LUT
PA
PU
AB
RT
PA
PU
A
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan Dokter dan Pasien Serta Kaitanya denganInformend Consent didalam Perjanjian Terapeutik
Hubungan medis yang terjadi antara pasien dan dokter dimulai
ketika seorang pasien mendatangi tempat dokter berpraktik pribadi
ataupun rumah sakit, ini sesuai dengan penjelasan Undang-undang
No. 44 tahun 2009 Pasal 1 Angka 4 Tentang Rumah Sakit disebutkan
bahwa:
“Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalahkesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yangdiperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung diRumah Sakit”.
Dokter yang memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP
(Surat Izin Praktik ) dianggap berhak melakukan pemeriksaan
terhadap diri pasien.Fungsi dari kelengkapan izin tersebut untuk
menjamin kualitas dan keprofesionalan dokter serta yang terpenting
adalah menjamin kepastian hukum dalam penanganan medis yang
dilakukan oleh seorang dokter, hal ini sesuai dengan undang-undang
No. 29 tahun 2004tentang Praktik kedokteran Pasal 3 Point C dimana
salah satu tujuan dari pengaturan sertifikasi praktik kedokteran adalah
memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan dokter/dokter
gigi.
57
Pasien yang datang kepada dokter dalam keadaan tidak sadar
merupakan pasien yang digolongkansebagai pasien yang
memerlukan bantuan segera atau disebut sebagai suatu keadaan
darurat, dimana dalam keadaan ini tidak diperlukannya penjelasan
oleh dokter karena keadaan pasien yang membutuhkan pertolongan
untuk mencegah kecacatan ataupun penyelamatan nyawa pasien, ini
diatur dalam undang-undang No. 44 tahun 2009 Pasal 1 angka 2
tentang rumah sakit.
Penanganan medis yang dilakukan oleh dokter merupakan
bagian dari perjanjian terapeutik dimana penjelasan mengenai
tindakan medis dokter yang disebut dengan Informenddiberikan
kepada pasien. Pasien merupakan seseorang yang mengambil
keputusan berdasarkan Informend yang diberikan oleh seorang
dokter, bagi pasien dalam keadaan tidak sadar maka informend
diberikan setelah sadar atau diberikan kepada keluarga pasien yang
sah dan berhak secara hukum.
Hasil dari keputusan untuk melakukan perawatan medis inilah
yang disebut dengan Consent atau persetujuan pasien tehadap
perawatan atau penaganan medis yang akan dilakukan oleh
dokter.Informend consent ini melahirkan perikatan sesuai dengan
KUH Perdata Pasal 1233 dan Pasal 1320 mengenai syarat-syarat
terjadinya persetujuan yang sah.
58
Didalam transaksi terapeutik, penerima palayanan medis terdiri
dari pasien orang dewasa yang cakap untuk bertindak, orang dewasa
yangbelum dinyatakan cakap sehingga memerlukan persetujuan dari
pengampunya dan anak dibawah umur yang memerlukan persetujuan
dari orang tuanya. Untuk hal tertentu suatu upaya penyembuhan yang
dalam pelaksanaannya memerlukan kerjasama yang berdasarkan
sikap saling percaya. Sedangkan yang dimaksud oleh sebab yang
halal adalah sesuatu yang tidak dilarang oleh Undang- Undang serta
tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Informed
consent harus tetap diberikan walaupun pada pemeriksaan dipoliklinik
rawat jalan, karena persetujuan medis akan timbul setelah pasien
diberi penjelasan mengenai penyakitnya dan akibat-akibatnya yang
dapat diperhitungkan menurut ilmu kedokteran dan kemudian pasien
menyetujuinya.
SuatuInformend Consent baru sah diberikan oleh pasien jika
memenuhiminimal 3(tiga)unsur sebagai berikut:
a) Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter
ini sesuai dengan Kepmenkes290/MENKES/PER/III/2008
Pasal 1 Angka 1 yang menyebutkan bahwa Persetujuan
pasien atau keluarganya diberikan kepada pasien setelah
adanya penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilaksanakan
59
b) Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan
sangat penting agar dapat membuat keputusan secara
sadar ini sesuai diterangkan dalam dengan Kepmenkes
290/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 Angka 7 mengenai
informend consent
c) Kesukarelaan (tanpa paksan atau tekanan) dalam
memberikan persetujuan.
Informasi/penjelasan yang diaturdidalam aturan
Kepmenkes290/MENKES/PER/III/2008 tentang “Persetujuan
Tindakan Medik atau Informed Consent, bahwa setiap tindakan medis
dan pengobatan, pasien harus diberi penjelasan kemudian
menandatangani blangko/formulir persetujuan tindakan medis yang
telah disediakan oleh Rumah Sakit.
Di Indonesia perkembangan “informed consent” secara yuridis
formal, melalui pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentang
“informed consent” melalui Kepmenkes
290/MENKES/PER/III/2008tentang “Persetujuan Tindakan Medik atau
Informed Consent”. Hal ini tidakberarti bahwa para dokter dan tenaga
kesehatan di Indonesia selama ini tidak mengenal dan melaksanakan
“informed consent” karena jauh sebelum keluarnya peraturan tersebut
telah ada kebiasaan pada pelaksanaan operatif, dokter selalu
meminta persetujuan tertulis dari pihak pasien atau keluarganya
sebelum tindakan operasi itu dilakukan.
60
Hasil wawancara dokteryang dilakukan pada tanggal 20 oktober
- 28 november dirumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan Grestelina
menghasilkan data wawancara.
Tabel 1:
Hasil wawancara pengetahuan dokter mengenai informendconsent
NO Bentuk pendapat populasi Persentase
1 Tidak tahu 0 0%
2 Cukup tahu 5 50%
3 tahu 3 30%
4 Sangat tahu 2 20%
Jumlah 10 100%
Sumber : Dokter Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (2011)
Hasil dari tabel menjelaskan bahwa pihak dokter sudah
menerapkan informend consent yang merupakan persetujuan yang
akan diberikan kepada pasien setelah adanya penjelasan dokter
dimana pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian antara dokter dan
pasien. Penjelasan informend consent memang telah diberikan tetapi
masih terdapat beberapa kekurangan dalam penjelasan tersebut, hasil
ini peneliti dapatkan melalui wawancara kepada 5 (lima) dokter yang
berada di poliklinik dan dokter umum dirumah sakit Wahidin
Sudirohusodo yang memberikan penjelasan mengenai penyakit
pasien tetapi tidak memberikan penjelasan mengenai pemeriksaan
darah serta riwayat penyakit yang dimiliki pasien sesuai
61
denganananmnesisyaitu informasi subjektif mengenai kehidupan dan
lingkungan pasien . Penjelasan mengenai informend consent kepada
pasien mampu diberikan oleh 3 dokter dengan jelas, ini dapat dilihat
dari pertayaan awal dokter mengenai kondisi pasien, riwayat penyakit,
serta mencatat tanggal , waktu, nama, pemberi penjelasan dan
penerima penjelasan didalam berkas rekam medis ini disebutkan
dalam kepmenkes290/MENKES/PER/III/2008 Mengenai Pesetujuan
Tindakan Kedokteran Pasal 9 ayat ,prognosis yang diberikan kepada
pasien telah lengkap sesuaiperkembangan penyakit pasien, ini sesuai
dengan kepmenkes290/MENKES/PER/III/2008 Mengenai Pesetujuan
Tindakan Kedokteran Pasal 8 ayat 1 mengenai penjelasan diagnosis
penyakit dan indikasi keadaan klinis pasien. Peneliti juga
mendapatkan 2 (dua) dokter spesialis bedah yang mampu
memberikan penjelasan kepada pasien mengenai pasien yang
dikategorikan tidak sadar atau gawat darurat sesuai yang disebutkan
dalam kepmenkes290/MENKES/PER/III/2008 Mengenai Pesetujuan
Tindakan Kedokteran Pasal 4 angka 1 yang mengatur bahwa:
“Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan
atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan
kedokteran”
62
Tabel 2:
Hasil wawancara pengetahuan pasien mengenai informendconsent
Pasien
NO Bentuk pendapat populasi Persentase
1 Tidak tahu 9 90%
2 Cukup tahu 1 10%
3 tahu 0 0%
4 Sangat tahu 0 0%
Jumlah 10 100%
Sumber : Pasien Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (2011)
Dari tabel diatas maka pasien belum memliki pengetahuan
yang cukup untuk mendeskripsikan secara jelas mengenai keputusan
yang akan diambil berdasarkan penjelasan dokter, hasil ini peneliti
dapatkan melalui wawancara kepada 9 (sembilan) orang pasien
poliklinik rumah sakit Wahidin Sudrohusodo dimana setelah diberikan
penjelasan agar melakukan pemeriksaan secara berkala selama
jangka waktu dalam 1 minggu 2 kali pemeriksaan poliklinik, ternyata
pasien hanya melakukan pemeriksaan sekali. Hasilnya dokter tidak
dapat menganalisa perkembangan penyakit pasiennya , pemeriksaan
ini penting agar pasien mengerti efek samping dari tindakan yang
diambil serta ketidaknyamanan yang akan terjadi melalui penanganan
medis , sebagaimana disebutkan dalam 290/MENKES/PER/III/2008
Mengenai Pesetujuan Tindakan Kedokteran Pasal 8 Ayat 2 Point B.
63
Pasien mempunyai kewajiban memberikan informasi kepada
tenaga kesehatan, sehingga dokter/dokter gigi mempunyai bahan
yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal ini juga sangat penting,
agar tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan. Landasannya
adalah bahwa hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien
merupakan hubungan hukum yang didasarkan pada kepercayaan,
sehingga sampai batas-batas tertentu dituntut adanya suatu
keterbukaan.
Hasil yang peneliti dapatkan dari 1 (satu) orang pasien yang
berada di ruangan pusat jantung Rumah Sakit Wahidin sudirohusodo
menghasilkan bahwa pasien jantung memiliki kesadaran terhadap
pemberian informasi kepada dokter ini dapat dilihat dari catatan rekam
medis yang lengkap pada pasien tersebut. Pasien jantung juga
memiliki kesadaran dalam menjalankan nasehat dokter untuk
melakukan olahraga secara teratur/terkontrol dan menjaga pola
makan sehari-hari
64
Tabel3:
Hasil wawancara pengetahuan dokter mengenai informendconsent
Dokter
NO Bentuk pendapat populasi Persentase
1 Tidak tahu 1 10%
2 Cukup tahu 3 30%
3 tahu 6 60%
4 Sangat tahu 0 0%
Jumlah 10 100%
Sumber : Dokter Rumah Sakit Grestlina (2011)
Dari tabel diatas terdapat 1 (satu) dokter yang tidak dapat
memberikan penjelasan yang lengkap tentang riwayat penyakit dan
tidak melakukan anamnesis, pentingnya anamnesis agar dokter
memiliki tolak ukur dalam menyampaikan informasi serta tolak ukur
terhadap biaya yang diberikan, sebagaimana disebutkan dalam
undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 Pasal 49
ayat 1. Penjelasan mengenai anamnesis merupakan penjelasan
mengenai informasi pasien, temuan klinis penyakit, diagnosa,
indikasi, dan efek dari penanganan medis yang akan diberikan
dokter, sebagaimana disebutkan dalam 290/MENKES/PER/III/2008
Mengenai Pesetujuan Tindakan Kedokteran Pasal 8 Ayat 1 Point
AAnamnesis dapat diberikan oleh 3 (tiga) dokter yang menjelaskan
diagnosa penyakit kepada keluarga pasien yang statusnya masih
65
anak dibawah umur, ini sesuai dengan Pasal 7 Ayat 2 kepmenkes
290/MENKES/PER/III/2008 Mengenai Pesetujuan Tindakan
Kedokteran. Bagi 6 (enam) dokter diatas yang dibagi 3 (tiga) dokter
spesialis bedah dan 3 (tiga) dokter spesialis anastesi telah
menerangkan diagnosa penyakit serta risiko dan komplikasi yang
mungkin tejadi terhadap diri pasien.
Bentuk dan penyampaian penerapan informend consent sangat
penting, karena berhubungan dengan kompetensi dokter dan
berkaitan langsung dengan kepercayaan pasien kepada dokter.
Dokter yang dapat menjelaskan informend consent kepada
pasien, dapat mengurangi risiko yang terjadi ketika melakukan
tindakan medis, serta memberikan rasa aman kepada pasien
sehingga pasien akan lebih terbuka dalam menyampaikan keluhan
mengenai penyakitnya.
Dokter diwajibkan untuk menganalisa tingkat pemahaman pasien
terhadap penjelasan yang pada nantinya akan diberikan, tujuannya
untuk memudahkan dokter dalam melakukan diagnosa dan mencatat
informasi penyakit pasien dalam rekam medis, ini disebutkan dalam
Kepmenkes No. 269 Tahun 2008 Pasal 6 tentang rekam medis.
66
Tabel 4:
Hasil wawancara pengetahuan pasien mengenai informendconsent
pasienNO Bentuk pendapat populasi Persentase
1 Tidak mengetahui 6 60%
2 Cukup 4 40%
3 Baik 0 0%
4 Sangat baik 0 0%
Jumlah 10 100%
Sumber : Pasien Rumah Sakit Grestelina (2011)
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan baik rumah sakit
pemerintah dan swasta tidak memiliki perbedaan dan sistem
penerapan informend consent, kedua-duanya memliki tanggung
jawab yang sama dalam penanganan pasien serta keprofesionalan
dokter yang dimiliki. Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk
yang unik, yang berbeda dengan organisasi lain pada umumnya.
Rumah sakit mempunyai kekhususan yang lahir dari adanya
hubungan yang terjadi antara Medical Staff ( kelompok dokter) dan
Administrator atau CEO ( manajemen) serta Governing Body.
Dokter dalam kaitannya sebagai profesional tidak tepat jika
ditempatkan secara hirarki piramidal dalam struktur organisasi
rumah sakit, namun mereka mempunyai sendiri strukturnya
dalam Medical Staff Organization
67
Informend Consent merupakan alat bagi komunikasi yang baik
antara pasien dan dokter terlihat dari grafik diatas dokter telah
memenuhi kewajibanya dengan mengetahui dengan jelas bentuk
dari Informend consent yaitu persetujuan tindakan kedokteran yang
diterangkan dalamKepmenkes 290/MENKES/PER/III/2008.
Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya pasien saat ini
merupakan hal yang harus ditindak lanjuti oleh lembaga kesehatan
untuk mensosialisasikan pengetahuan mengenai informend
consent sehingga pasien mengerti dengan jelas bentuk tindakan
dan efeknya kepada diri pasien.
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan
Pasienkepadapihak dokter untuk melakukan tindakan medis dapat
dibedakanmenjadi tiga bentuk, yaitu :
1) Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan
Kepmenkes 290/MENKES/PER/III/2008 Pasal 3 ayat(1), yaitu
intinya setiap tindakan medis yangmengandung resiko cukup
besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnyapihak pasien memperoleh informasi yang jelas
tentang perlunya tindakan medis serta resikoyang berkaitan
dengannya (telah terjadi informed consent);
2) Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis
yang bersifat non-invasif dantidak mengandung resiko tinggi,
yang diberikan oleh pihak pasien
68
3) Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat,
misalnya pasien yang akandisuntik atau diperiksa tekanan
darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tandamenyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
4) Persetujuan yang diberikan oleh undang-undang bagi pasien
yang dalam keadaan gawat darurat dan tidak sadarini sesuai
dengan Kepmenkes 290 Tahun 2008 Mengenai Pesetujuan
Tindakan Kedokteran Pasal 4 angka 1 yang mengatur bahwa:
“ Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien
dan atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan
tindakan kedokteran”
1. Tujuan Pelaksanaan Informed Consent
Dalam hubungan antara dokter dengan pasien, maka
pelaksanaan “informed consent”, bertujuan :
1) Melindungi Pasien (pasien) secara hukum dari segala tindakan
medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya, maupun
tindakan dokter yangsewenang-wenang.
2) tindakan malpraktik yang bertentangan dengan hak asasi
pasien dan standarprofesi medis.
3) penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya tinggi
atau overutilization” yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada
alasan medisnya;
69
4) Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan
medis dari tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar,
akibat tindakan medis yang tak terduga dan bersifat
negatif,misalnya terhadap “risk of treatment” yang tak mungkin
dihindarkan walaupun dokter telah bertindak hati-hati dan teliti
serta sesuai dengan standar profesi medis. Sepanjang hal itu
terjadidalam batas-batas tertentu, maka tidak dapat disalahkan,
kecuali jika melakukan kesalahanbesar karena kelalaian
(negligence) atau karena ketidaktahuan (ignorancy) yang
sebenarnya tidak akan dilakukan demikian oleh teman sejawat
lainnya.
Perlunya dimintakan informed consent dari pasien karena
informed consent mempunyaibeberapa fungsi sebagai berikut :
1) Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku
manusia
2) promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
3) untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam
mengobati pasien
4) menghindari penipuan dan misleading oleh dokter
5) mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
6) mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan
kesehatan
70
7) sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang
kedokteran dan kesehatan.
Pada prinsipnya informend consent diberikan di setiap
pengobatan oleh dokter, akan tetapi,urgensi dari penerapan prinsip
informed consent sangat terasa dalam kasus-kasus sebagai
berikut:
1) kasus-kasus yang menyangkut dengan pembedahan/operasi
2) Dalam kasus-kasus yang menyangkut dengan pengobatan
yang memakai teknologi baru yangsepenuhnya belum dpahami
efek sampingnya.
3) Dalam kasus-kasus yang memakai terapi atau obat yang
kemungkinan banyak efek samping,seperti terapi dengan sinar
laser, dll.
4) Dalam kasus-kasus penolakan pengobatan oleh klien
5) Dalam kasus-kasus di mana di samping mengobati, dokter juga
melakukan riset daneksperimen dengan objek pasien.
71
Tabel 5
Hasil wawancara mengenai hubungan pasien dan dokter saat inidalam penanganan medisDokter
NO Bentuk pendapat Populasi Persentase
1 Buruk 0 0%
2 Cukup Baik 1 10%
3 Baik 8 80%
4 Sangat baik 1 10%
Jumlah 10 100%
Sumber: Dokter Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (2011)
Dari tabel di atas 1 (satu) dokter mendeskripsikan bahwa
pasien telah memliki sikap yang sopan dalam memberikan keluhan
penyakitnya dan menaati peraturan rumah sakit untuk mengurus
jaminan kesehatan. Pengamatan penulis pasien mampu mengikuti
instruksi dokter untuk melakukan EKG
(Elektrokardiogram)danpemeriksaan darah yang akan digunakan
untuk proses diagnosa tetapi masih ada beberapa hal yang menjadi
hambatan dokter dalam melakukan anamnesisyang merupakan
keluhan informasi subjektif tentang penyakit pasien,ini disebabkan
oleh keterbatasan bahasa yang dimiliki pasien, dari 10 (sepuluh)
pasien yang diwawancarai 3 (tiga) diantaranya merupakan petani
dan 2 (dua) lainnya bekerja sebagai nelayan. Pasien-pasien
tersebut tidak berdomisili di Makassar, mereka adalah pendatang
72
yang dirujuk oleh rumah sakit daerah ke Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo untuk melanjutkan perawatannya karena fasilitas
rumah sakit didaerah tersebut yang terbatas, baik kelengkapan alat
kesehatan serta untuk mendapatkan dokter yang jauh lebih ahli, ini
termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 128 tahun 2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2008.
Dokter melakukan penangan medis berdasarkan kompetensi
dan tingkat pengetahuan yang mereka miliki sehingga setiap
tindakan yang dilakukan oleh seorang dokter muda harus mendapat
bimbingan oleh dokter yang jauh lebih ahli, contohnya dokter yang
telah mengambil PPDS (program pendidikan dokter spesialis).
Dokter dalam masa pendidikannya memiliki kurikulum yang khusus
untuk mempelajari psikologi pasien ini diutarakan oleh 8 (delapan)
dokter yang penulis wawancarai. Kesimpulan yang didapatkan oleh
penulis melalui pengamatan langsung ketika dokter menanyakan
informasi mengenai alamat, pekerjaan, usia, serta keluhan penyakit
pasien, hal tersebut ditanyakan untuk mengukur kemampuan pasien
dalam menyampaikan informasi mengenai keadaan kesehatannya
dan kemampuan ekonomi yang dimiliki pasien. Saran yang diberikan
oleh dokter adalah kelanjutan dari proses perawatan yang dilakukan
untuk mencegah komplikasi penyakit pasien, ini sesuai dengan
Kepmenkes 290 Tahun 2008 Mengenai Pesetujuan Tindakan
73
Kedokteran Pasal 8 Ayat 2 Point E mengenai perluasan tindakan dan
komplikasi.
Dokter merupakan profesi yang mulia dalam presepsi
masyarakat karena menurut pandangan penulis dokter tidak hanya
memiliki kewajiban menolong pasien di lingkungan rumah sakit atau
praktek pribadi tetapi dokter juga harus memiliki inisiatif ketika terjadi
suatu keadaan yang memerlukan bantuan dokter secara cepat
contohnya:
1) Kecelakaan lalu lintas yang memerlukan tindakan dan bantuan
dokter segera.
2) Kewajiban sosial dalam membantu korban bencana alam.
3) Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan
seperti bahaya merokok dan penjelasan mengenai indikasi
suatu obat
Hubungan antara dokter dan paien saat ini cukup baik dilihat
dari grafik responden diatas yang memperlihatkan keseimbangan
antara hak dan kewajiban yang dilakukan oleh dokter dan pasien.
Dokter harus menyadari bahwa “informedconsent” benar-
benar dapat menjamin terlaksananya hubungan hukum antara
pihak pasiendengan dokter, atas dasar saling memenuhi hak dan
kewajiban masing-masing pihak yangseimbang dan dapat
dipertanggungjawabkan. Masih banyak hal dari informed consentini
74
sifatnya relative, misalnya tidak mudah untuk menentukan apakah
suatu inforamsi sudah ataubelum cukup diberikan oleh dokter.
B. Pengaturan Hak dan Kewajiban Dokter dalam PerjanjianTerapeutik
Dalam hubungan hukum, dokter dan pasien bertindak sebagai
“subjek hukum ” yakni orang yang mempunyai hak dan kewajiban,
sedangkan pasien sebagai “objek hukum” yakni sesuatu yang bernilai dan
bermanfaat bagi orang sebagai subyek hukum, dan akan terjadi perbuatan
hukum yaitu jasa tindakan medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode
Etik Kedokteran Indonesia) bagi dokter, juga tetap tidak dapat melepaskan
diri dari ketentuan-ketentuan hukun perdata, hukum pidana maupun
hukum administrasi, sepanjang hal itu dapat diterapkan.
Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter tanpa adanya persetujuan dari pihak pasien, sedangkan pasien
dalam keadaan sadar penuh dan mampu memberikan persetujuan, maka
dokter sebagai pelaksana tindakan medis dapat dipersalahkan dan
digugat telah melakukan suatu perbuatan melanggar hukum
(onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer). Hal ini karena pasien mempunyai hak atas
tubuhnya, sehingga dokter harus menghormatinya.
Aspek Hukum Pidana, “informed consent” mutlak harus dipenuhi
dengan adanya Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
tentang penganiayaan. Suatu tindakan invasive (misalnya pembedahan,
tindakan radiology invasive) yang dilakukan dokter tanpa adanya izin dari
75
pihak pasien, maka dokter dapat dituntut telah melakukan tindak pidana
penganiayaan yaitu telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 351
KUHP
Kehormatan profesi kedokteran terletak pada kepercayaan pasien
terhadap profesi dokter, maka kedudukan yang lemah pada pasien tidak
boleh disalahgunakan. Agar mendapatkan kepercayaan dari pasien,
dokter harus berpegang pada standar etis yaitu KODEKI melalui Surat
Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia NO.
221/PB/A.4/04/2002 tentang penerapan kode etik kedokteran Indonesia
yang berfungsi sebagai pedoman bagi dokter dalam melakukan
penanganan medis dan menjadi dasar bagi pengetahuan dan
ketrampilan profesi yang dimilikinya, dengan asas-asasnya primum non
nocere yang artinya sejak dari awal tidak ada niat untuk menyakiti,
mencederai, merugikan atau mencelakakan pasien, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
Tindakan medis seorang dokter juga harus bersifat beneficence
artinya segala tindakan medis yang dilakukan itu untuk kebaikan sosial ,
agama, jenis kelamin, politik, dan jujur, yakni dokter menghargai hak
pasien, memahami batas kompetensinya ini sesuai dalam KODEKI (Kode
etik Kedokteran Indonesia) Pasal 10 sampai dengan Pasal 14. Pelayanan
kesehatan dalam pelaksanaan dokter haruslah didasarkan pada
penghargaan atas martabat manusia dan upaya pelayanan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan seutuhnya. Oleh karena itu,
76
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai satu-satunnya organisasi profesi
para dokter di Indonesia, terbentuk agar dapat memberikan pelayanan
kedokteran yang bermutu dan profesional, yang menjunjung tinggi etika
kedokteran serta peningkatan kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran, pemberdayaan dan kebebasan
profesi kedokteran.
Fungsi kode etik profesi antara lain sebagai alat kontrol sosial.Kode
etik memberikan suatu kriteria bagi para calon anggota kelompok
profesi dan membantu mempertahankan pandangan para anggota
lama terhadap prinsip profesional yang telah digariskan. Kode etik
profesi juga berfungsi untuk mencegah pengawasan ataupun campur
tangan yang dilakukan pemerintah atau masyarakat. Selain itu, kode etik
profesi penting untuk pengembangan patokan kehendak yang lebih tinggi.
Karena pada dasarnya, melalui kode etik pelaku profesi dianggap sebagai
prilaku yang sudah benar serta berdasarkan metode prosedur yang benar
pula.
Di dalam pelayanan medis, seorang dokter dapat dilihat dalam
kedudukannya selaku profesional di bidang medik yang senantiasa harus
berperan aktif, dan pasien dapat dilihat dalam kedudukannya sebagai
penerimapelayananmedik yang mempunyai penilaian terhadap
penampilan dan mutu pelayanan medik yang diterimanya. Hal ini
disebabkan, dokter bukan hanya melaksanakan pekerjaan melayani atau
77
memberi pertolongan serta melaksanakan pekerjaan profesi yang terikat
pada suatu kode etik.
Profesi dapat pula diartikan sebagi suatu pekerjaan yang
memerlukanpendidikan dan pelatihan tertentu, dalamjenjang kehidupan
bermasyarakat profesi mendapat kedudukan yang tinggi dalam
masyarakat, seperti dapat dicontohkan hakim, pengacara, notaris,
ataupun dokter. Berbeda dengan profesi pada umumnya,profesi
kedokteran merupakan profesi yang dianggap paling mulia karena
berhadapan langsung dengan masalah kesehatan dan kehidupan. Oleh
karena itu, profesi medis hakikatnya adalah merupakan panggilan jiwa,
yaitu panggilan untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan, berlandaskan
atas akhlak dan moral yang luhur. Karenanya dibutuhkan suatu standar
atau batasan kemampuan minimal (knowledge, skill, dan attitude) yang
harus dikuasai oleh seorang dokter
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi profesidokter
terintegrasi di dalam rumah sakit untuk memberikan pelayanan medis.
Upaya pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter di rumah sakit
pada prinsipnya karena adanya suatu hubungan kerja. Dengan
adannya hubungan perjanjian kerja, tenaga kesehatan menjadi staf
dari rumah sakit. Namun, demikian, dengan semakin banyaknya
spesialisasi dokter, maka tidaktertutup kemungkinan bagi yang bukan staf
medis dari rumah sakit yang bersangkutan dapat melakukan pelayanan
medis pada rumah sakit tersebut.
78
Pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter pada pasien
didasarkan pada suatu hubungan kepercayaan. Pasien percaya kapada
dokter, bahwa dokter mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang
pengobatan penyakit. Oleh karena itu, seorang dokter di dalam suatu
upaya pelayanan medis mempunyai hak dan kewajiban untuk berinisiatif
menentukan sendiri tindakan medis. Hak dan kewajiban dokter untuk
menentukan sendiri tindakan medis tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa dokter mempunyai kemampuan dan keahlian di
bidang kedokteran ini sesua dengan undang-undang No. 29 Tentang
Praktik Kedokteran Pasal 1 Angka 11 yang mengatur bahwa:
“Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaankedokteran atau kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatukeilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang,dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. “
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara dokter
dan rumah sakit adalah suatu hubungan kerja di dalam pelayanan medis.
C. Registrasi dokter dan Lembaga Kedokteran
Registrasi Dokter dan Dokter gigi merupakan salah satu tugas dari
KKI (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA) (Konsil Kdokteran Indoesia)
yang diamanahkan oleh Undang-Undang No. 29 tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran. Registrasi adalah pencatatan resmi sebagai
pengakuan bagi dokter dan dokter gigi yang telah memiliki sertifikat
kompetensi dan telah memenuhi syarat tertentu linnya untuk melakukan
tindakan medik terhadap pasien di wilayah Indonesia.
79
Dalam melakukan registrasi KKI (KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA) (Konsil Kedokteran Indonesia) menerbitkan Surat tanda
Registrasi (STR)Sejak tahun 2005 sampai dengan 3 Maret 2011, KKI
(KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA) telah menerbitkan STR sejumlah
18.641 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 5: Data registrasi dan distribusi doker/dokter gigi di berbagaipropinsi di Indonesia
Dokter Dokte Gigi DokterSpesialis
Dokter GigiSpesialis
Total
76.403 21.057 19.546 1.635 118.641Sumber : Bulletin KKI (Konsil Kedokteran Indonesia), Audiensi KKI
(KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA) Dengan President, 6Juni 2011, Hlm. 7
Dari data Registrasi dan distribusi dokter/dokter gigi dari berbagai
propinsi di Indonesia terlihat bahwa baik dokter/dokter gigi, dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis lebih banyak terkonsentrasi di pulau
Jawa ini disebabkan oleh jumlah penduduk di wilayah tersebut yang
mencapai 136 juta jiwa, pulau ini merupakan pulau berpenduduk terpadat
di dunia dan merupakan salah satu wilayah berpenduduk terpadat dengan
persentase 60% penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa27,
inilah yang menjadi dasar KONSIL (Komite Disiplin Indonesia)
menerbitkan Surat tanda Registrasi (STR) kepada dokter/dokter gigi lebih
banyak diberikan di wilayah tersebut, sebagaimana tergambar di grafik
berikut :
27http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa waktu akses 13 januari 2012
80
Grafik 4:
Data registrasi dan distribusi doker/dokter gigi di berbagai propinsidi Indonesia
Sumber: Bulletin KKI (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA) (KonsilKedokteran Indonesia), Audiensi KKI (KONSIL KEDOKTERANINDONESIA) Dengan President, 6 Juni 2011, Hlm. 8
Untuk mempermudah akses dokter dan dokter gigi melakukan
registrasi dan termonitornya dokter dan dokter gigi yang melakukan
praktik kedokteran di Indonesia, maka KKI (KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA) menyiapkan registrasi online secara komprehensif ke
seluruh Indonesia. Dalam melakukan pembinaan KKI (KONSIL
KEDOKTERAN INDONESIA) telah melakukan upaya-upaya sebagai
berikut :
1. Menerbitkan 5 (lima) buku Seri Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran yang Baik untuk dokter dan dokter gigidan masyarakat.
2. Bersama dengan stakeholders menyelenggarakan berbagai
kegiatan dalarangka terciptanya praktik kedokteran yang baik,
seperti bimbingan teknis kepada dokter dan doktergigi yang
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
NA
DSU
MU
TSU
MB
AR
RIA
UJA
MB
ISU
MSE
LB
ENG
KU
LULA
MP
UN
GK
EPR
IB
AB
ELJA
KA
RTA
JAB
AR
BA
NTE
NJA
TEN
GYO
GYA
JATI
MK
ALT
ENG
KA
LBA
RK
ALS
ELK
ALT
IMSU
LUT
GO
RO
NTA
LOSU
LTEN
GSU
LSEL
SULT
RA
SULB
AR
BA
LIN
TBN
TTM
ALU
KU
MA
LUT
PA
PU
AB
RT
PA
PU
A
81
bekerja di sarana pelayanan kesehatan dilakukan bersama
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSSI), Badan
Pertimbangan Kesehatan Nasional (BPKN) Media massa,
danLembaga swdaya masyarakat lainnya.
3. KKI (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA) telah menyusun “Buku
Acuan Monitoring danEvaluasi Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran” sebagai pedoman dalam penegakan isiplin bagi
seluruh stakeholders sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing
Dalam praktik kedokteran dan dokter gigiada tiga unsur norma yang harus
ditaati, yang terdiri dari :
1) Etika merupakan aturan penerapan etika kedokteran dan
kedokteran gigi. Etik kedokeran dan kedokteran dibuat dan
disepakati oleh organisasi profesi (IDI/PDGI) dalam bentuk Kode
Etik, bertujuan untuk mengatur norma prilaku pelaksanaan profesi
berupa saksi moral dan psikologis. Lembaga pengadil pelanggaran
kode etik kedokteran dan kedokteran gigi antara
lain:ikatan/Organisasi Profesi terkait, majelis Kehormatan Etik
Kedokteran (MKEK), Majelis Kehhormatan Etik Kedokteran Gigi
(MKEKG), Panitia Pertimbangan dan pembinaan Etik Kedokteran
(P3EKI), Panitia Pertimbangan dan pembinaan Etik Kedokteran
Gigi (P3EKG)
82
2) Disiplin yang meupakan aturan penerapan keilmuan kedokteran
dan kedokteran gigi. Disiplin kedokteran dan kedokteran gigi
disusun oleh Organisasi Profesi (OP). OP juga menyusun standar
Profesi . Disiplin ditegakkan untuk mengatur norma , prilaku
pelaksana profesi. Pelanggaran terhadap disiplin berupa
sanksimoral, psikologis, teguran dan pencabutan STR/SIP.
Lembaga pengadil disiplin kedokteran /kedokteran gigiyaitu Majelis
Kehormatan Disiplin Keddokteran Propinsi dan Majels Kehormatan
Disiplin Kedokteran Pusat.
3) Hukum yang merupan seperangkat aturan hukum kedokteran.
Hukum dibuat oleh pemerintah dan DPR dalam bentuk Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan President dan lain
sebagainya. Hukum tersebut ddibuat untuk mengatur norma prilaku
manusia pada umumnya. Sanksi terhadap pelanggaran hukum
berupa pidana, perdata, dan saksi administrasi.
Tujuan penegakan disiplin kedokteran dan kedokteran gigiyaitu
untuk menegakkan aturan-aturan dan atau ketentuan penerapan
keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter
dan dokter gigi.
Sesuai dengan Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun
2004, Tugas MKDKI Pasal 64 antara lain menerima pengaduan,
Pemeriksaan dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin kedokteran
dan dokter gigi yang diajukan, menyusun peddoman dan tata cara
83
penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi.Bentuk
pelanggaran disiplin kedokteran antara lain:
1) Tidak kompeten/tidak cakap
2) Tidak merujuk
3) Pendelegasian kepada nakes yang tidak kompeten
4) Doker/dokter gigi pengganti tidak diberitahukan ke pasien, tidak
punya SIP.
5) Tidak laik praktik karena tidak sehat fisik dan mental
6) Kelalain dalam penatalaksanaan pasien
7) Pemeriksaan dan pengobatan belebihan
8) Tidak memberikan informasi yang jujur
9) Tidak ada informeed consent
10)Tidak membuat/ menyimpan rekam medis
11)Penghentian kehamilan tanpa indikasi medis
12)Euthanasia
13)Menerapkaan pelayanan yang beum diterima kedokteran
14)Penelitian klinis tanpa persetujuan etis
15)Tidak memberi pertolongan darurat
16)Menolak/menghentikan pengobatan tanpa alasan yang sah
17)Membuka rahasia medis tanpa izin
18)Membuat keterangaan medis yang tidak benar
19)Ikut serta dalam tindakan penyiksaan
20)Memberikan resep obat psikotropia tanpa indikasi
84
21)Pelecehan seksual intimidasi, kekerasan
22)Penggunaan gelar akademik / sebutan profesi palsu.
23)Menerima komisi atas rujukan dan resepan.
24)Pengiklanan diri yang menyesatkan.
25)Ketergantungan Napsa
26)STR.SIP, SertifikatKomptensi tidak sah
27)Imbal jasa tidak sesuai tindakan
28)Tidk memberikan data/informasi atas permintaan MKDKI.
D. Pengaduan Pelanggaran Disiplin Dokter
Sesuai dengan Undang-Undang Praktik Kedokteran No.29 Tahun
2004 Pasal 66 yang mengatakan bahwa:
“ setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
dapat mengadukan secara tertulis kepada ketua MKDKI. Pengaduan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) satu dan (2) dua tidak
menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak
pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian
perdata ke pegadilan”.
Penanganan pelanggaran disiplin kedokteran oleh MKDKI
dilakukan melalui dua tahap. Tahap awal yaitu menerima dan memeriksa
pengaduanoleh ketua MKDKI. Tahap MPD (Majelis Pemeriksaan Disiplin)
yaitu membentuk MPD.
85
Skema 1: Penanganan Pelanggaran Disiplin Kedokteran
Sumber: Bulletin KKI (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA),Audiensi
KKI (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA) Dengan President,
6 Juni 2011, Hlm. 24
Sidang MKDKI bisa bersifat terbuka dan tertutup. Pada sidang
majelis pemeriksa bersifat tertutup, tetapi pada sidang pembacaan aamar
pemeriksaan majelis pemeriksa disiplin bersifat terbuka. Macam-macam
keputusan yang ditetapkan oleh MKDKI ssetiap kasus berbeda. Hasil
keputusannya dapat berupa:
1. Tidak melanggar disiplin
2. Bersalah atau melanggar disiplin
a. Peringatan tertulis
b. Rekommendasi pencabutan STR/SIP sementara (maksimal 1
(satu) tahun) atau selamanya
Tahap awal
pelanggaran
disiplinn
Penetapan
Majelis
pemeriksa
Pemeriksaan
proses
pembuktian
Keputusan
Bebas/tidak
bersalah
Peringatan
TertulisRekomendasi
Pencabutan
Mengikuti
pendidikan/pelatihan
PELAKSANA KEPUTUSAN
KKI (KONSIL
KEDOKTERAN
Sekretariat
MKDKI
Sekretariat
MKDKISekretariat
MKDKI
Sekretariat
MKDKI
DINKES
KAB/KOTA SIP
KKI (KONSIL
KEDOKTERAN
86
c. Mengikuti pendidikan ulang
3. Tidak bersalah
4. Bersalah dengan sanksi
Pengaduan yang bersumber dari masyarakat masuk ke MKDKI,
berdasarkan inisiatif untuk mengadu mengenai perlakuan dokter yang
diduga melakukan malpraktik. Wawancara yang dilakukan penulis
dirumah sakit Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 20 Oktober sampai 4
November bertempat di bagian HUMAS (hubungan masyarakat)
menghasilkan bahwa rumah sakit wahidin sudirohusodo tidak pernah
menghitung jumlah pasien yang mengadu tetapi pengaduan-pengaduan
tersebut tetap ada baik dari pasien maupun dokter.
Hasil wawancara yang dilakukan selanjutnya pada tanggal 3
Februari 2012 menyatakan bahwa apabila ada pengaduan maka pihak
rumah sakit berusaha untuk membuka forum komunikasi antara dokter
dan pasien agar masalah dapat diselsaikan dengan jalan musyawarah.
Pihak rumah sakit juga berusaha untuk menjaga hak pasien demi
kelancaran pengobatan dan yang terpenting menurut penulis adalah
menjaga citra rumah sakit tersebut dimasyarakat. Bentuk dari pengaduan
pasien berorientasi pada kurangnya komunikasi sehingga informasi yaitu
informend consent tidak didapatkan. Dokter yang menangani pasien
kadang mengambil tindakan sepihak tanpa persetujuan dan penjelasan
terlebih dahulu, contohnya dalam pemberian obat yang menyebabkan
87
komplikasi pada kesehatan pasien karena tidak sesuai dosis ataupun
pasien alergi terhadap salah satu kandungan obat tersebut.
Wawancara yang dilakukan dibagian bedah rumah sakit Wahidin
Sudirohsodo dari 3 dokter mengatakan bahwa obat yang diberikan harus
diteliti lebih lanjut secara berkala agar apabila terjadi komplikasi maka
dapat dengan cepat ditangani. Tindakan invasife merupakan tindakan
yang mengandung resiko tinggi, berdasarkan pengalaman penulis di
rumah sakit Harapat Kita Jakarta banyaknya obat bius yang diberikan
kepada pasien dosisnya berbeda-beda ini dikarenakan oleh keadaan fisik
dan kekebalan (antibodi) manusia yang berbeda oleh karena itu seorang
dokter harus menganalisa dengan cermat keadaan pasiennya. Setiap
perbuatan dan perkataan dokter menyangkut keadaan pasien harus jelas
terekam dalam rekam medis agar pasien dan dokter mengerti hak dan
tanggung jawabnya dalam menyampaikan informend consent.