perilaku biaya sumber daya manusia dan pengaruhnya …
TRANSCRIPT
Vol. 13 No. 2 Agustus 2017 ISSN : 1693-9549
97 | P a g e
PERILAKU BIAYA SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENGARUHNYA PADA
KINERJA PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Industri Bahan Baku Kemasan Terbuka)
Retno Ryani Kusumawati
Dosen Bidang Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten
ABSTRACT
This study aims to describe the human resource’s behavior cost and the effect of human resourc’s
cost to the company’s performance. The cost of human resource is the cost that issued by the company
to pay the human resources itself, such as salary, allowance, and welfare facility. This had been
measured by using company’s financial data.
By using regression method, human resource’s behavior cost being analyzed by the number of
employees and production. This study shows that the pattern of human resource’s behavior cost decreased from left to right, which means the higher the human resource’s cost, the less the number of
the employees. As for the amount of production, it’s tend to be flat. This could means the pattern of
human resource’s behavior cost couldn’t support the existing theories.
This study continued to find the correlation of human resource’s cost with the company performance. The results show that human resource’s cost didn’t have any effect to the company’s
performance, such as productivity and profitability, but it did have a positive effect to bankruptcy, that is
the bigger the human resource’s cost, the smaller the level of company’s bankruptcy.
Then, to give another evidence, classification of 19 components of human resource’s cost was
done by using cluster analysis. All the components had been classified to 4 groups, such as basic salary
& medication, allowance & welfare facility, income tax and bonus. The 4 groups are the independent variable and along with the dependent variable, such as productivity, profitability, and bankcruptcy, are
being measured to find a correlation between each of them using stepwise regression. The results
showed that Basic Salary & Medication could be used to predict Human Resource’s Productivity, as for
Income Tax and Allowance & Welfare Facility could be used to predict the Profitability, and as for Allowance & Welfare Facility could be used to predict Bankcruptcy. All of the 4 independent variables
along with the 3 dependent variables are being correlated using canonical analysis, the results showed
that Productivity, Profitability, and Bankcruptcy Prediction had a high correlation to Basic Salary &
Medication and Allowance & Welfare Facility.
Therefore, this study concluded that not all components of human resource’s cost could
give a postive effect to company’s performance.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku biaya sumber daya manusia dan pengaruh
biaya sumber daya manusia pada kinerja perusahaan. Biaya sumber daya manusia adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai sumber daya manusianya, yaitu berupa gaji, tunjangan, dan
fasilitas kesejahteraan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan data keuangan perusahaan.
Dengan menggunakan metode regresi dianalisis perilaku biaya sumber daya manusia dengan jumlah karyawan dan produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perilaku biaya sumber daya
manusia menurun dari kiri ke kanan yang berarti semakin tinggi biaya sumber daya manusia, semakin
sedikit permintaan jumlah sumber daya manusianya. Sedangkan dengan jumlah produksi cenderung
datar. Artinya pola perilaku biaya sumber daya manusia tidak dapat mendukung teori yang ada.
Pengujian dilanjutkan guna mencari hubungan biaya sumber daya manusia dengan kinerja
Vol. 13 No. 1 Februari 2017 ISSN : 1693-9549
98 | P a g e
perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya sumber daya manusia tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan, yaitu produktivitas dan profitabilitas, tetapi mempunyai pengaruh
positif pada kebangkrutan usaha, yaitu semakin besar biaya sumber daya manusia maka semakin kecil
tingkat kebangkrutan usahanya.
Kemudian untuk membuktikan lebih lanjut, dilakukan pengklasifikasian 19 komponen biaya
sumber daya manusia dengan menggunakan analisis cluster menjadi 4 kelompok, yaitu gaji pokok &
pengobatan, tunjangan & fasilitas kesejahteraan, pajak penghasilan dan bonus. Empat kelompok tersebut
dijadikan variabel independen dan diuji hubungannya dengan variabel dependen produktivitas, profitabilitas, dan kebangkrutan usaha satu-persatu dengan menggunakan stepwise regression dan
hasilnya Gaji Pokok & Pengobatan dapat dijadikan prediksi Produktivitas Sumber Daya Manusia, Pajak
Penghasilan, dan Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan dapat dijadikan prediksi profitabilitas usaha dan Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan dapat dijadikan prediksi kebangkrutan usaha. Secara bersama-
sama keempat variabel independen dihubungkan dengan ketiga variabel dependen, dengan
menggunakan analisis canonical, maka baik produktivitas, profitabilitas, dan prediksi kebangkrutan
usaha mempunyai korelasi tinggi dengan gaji pokok & pengobatan dan tunjangan & fasilitas kesejahteraan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua komponen biaya sumber daya manusia
dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan kinerja perusahaan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan upah minimum telah menjadi
isu penting dalam masalah ketenagakerjaan. Isu ini dirasa semakin penting seiring dengan
berkembangnya industrialisasi khususnya di
Indonesia. Isu ini berdampak pada peningkatan taraf hidup segolongan masyarakat, khususnya
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas.
Di sisi lain ada pendapat yang menyatakan bahwa industrialisasi tidak memberikan dampak
signifikan terhadap kehidupan karyawan atau
sumber daya manusia, padahal sumber daya
manusia inilah yang memberikan kontribusi paling besar terhadap perkembangan sebuah
industri.
Paradigma lama industrialisasi sudah tidak relevan lagi digunakan saat ini. Paradigma
sumber daya manusia sebagai faktor produksi
dan merupakan sumber utama efisiensi
perusahaan melalui penghematan Biaya Sumber Daya Manusia tidak akan mampu menjamin
industri tersebut dapat berjalan secara
berkesinambungan (going concern). Hal ini membuat posisi tawar karyawan menjadi lebih
tinggi dan memaksa pengusaha untuk duduk
bersama dalam merumuskan besaran upah. Paradigma baru yang memandang sebuah
industri sebagai kesatuan sistem yang harus
saling menunjang, menekankan perlunya
memasukkan unsur kesejahteraan di dalam komponen upah. Kesejahteraan disini
didefinisikan bahwa semua kebutuhan minimum pekerja dan keluarganya harus dapat terpenuhi
secara layak. Dengan demikian, tujuan pemberian
upah minimum harus dapat menjamin
penghasilan karyawan sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat tertentu, meningkatkan
produktivitas pekerja dan mengembangkan dan
meningkatkan perusahaan dengan cara-cara
produksi yang lebih efisien.
Penekanannya di sini adalah keuntungan
perusahaan ditingkatkan melalui cara produksi yang lebih baik dan peningkatan produktifitas
karyawan, di mana di dalamnya terkandung unsur
keseimbangan antara beban kerja dan tingkat
upah.
Perkembangan di bidang akuntansi pun
saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup
pesat, saat ini akuntansi dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang positif terhadap para
pemakai dan penggunanya. Pihak-pihak yang
berkepentingan diantaranya investor dan kreditor
menggunakan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan
mereka. Karena itu, agar kepentingan mereka
bisa terpenuhi, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus mencakup penjabaran
yang lengkap. Dengan demikian, investor dan
kreditor dapat mengandalkan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan mereka. Terkait
erat dengan paradigma baru tersebut, sudah
selayaknya Perusahaan merumuskan kebijakan
Biaya Sumber Daya Manusia yang berkeadilan
Vol. 13 No. 2 Agustus 2017 ISSN : 1693-9549
99 | P a g e
sekaligus menjaga tingkat keuntungan
perusahaan dalam jangka panjang.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku biaya sumber daya
manusia jika dihubungkan dengan jumlah
sumber daya manusia dan jumlah produksi
perusahaan? 2. Seberapa jauh peranan biaya sumber daya
manusia di dalam menentukan kinerja
perusahaan?
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Biaya
Istilah biaya bisa diartikan bermacam-
macam dan pengertiannya dapat berubah-ubah tergantung pada bagaimana biaya tersebut
digunakan. Gudono (1993) mengklasifikasikan
biaya ke dalam lima, yaitu klasifikasi fungsional, klasifikasi berdasarkan keterkendalian biaya,
klasifikasi berdasarkan relevansi, klasifikasi
berdasarkan hubungan dengan objek biaya, dan
klasifikasi berdasarkan perilaku. Penelitian ini berfokus pada klasifikasi biaya berdasarkan
perilaku. Perilaku itu sendiri adalah reaksi biaya
terhadap perubahan volume kegiatan bisnis. Sesuai dengan perilakunya, biaya dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu biaya
variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel. Pengelompokkan tersebut didasarkan atas reaksi
atau perubahan jumlah total cost, bukan rata-
ratanya sebagai akibat perubahan volume
kegiatan. Berikut adalah penjelasan masing-
masing macam biaya.
1. Biaya tetap
Mulyadi (1990) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya
tetap dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu. Biaya tetap per satuan
berubah dengan adanya perubahan volumen kegiatan. Biaya tetap atau biaya kapasitas
merupakan biaya untuk mempertahankan
kemampuan beroperasi perusahaan pada kapasitas tertentu. Biaya tetap dipisahkan
menjadi Committed Fixed Cost dan
Discretionary Fixed Costs (Mulyadi, 1994). Committed Fixed Cost merupakan biaya-
biaya yang tetap dikerluarkan jika
seandainya perusahaan tidak melakukan
kegiatan sama sekali dan akan kembali ke kegiatan normal. Sedangkan, Discretionary
Fixed Costs adalah biaya yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara
berkala yang secara langsung mencerminkan
kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum yang diizinkan untuk
dikeluarkan dan tidak dapat menggambarkan
hubungan yang optimum antara masukan
dan keluaran (yang diukur dengan volume penjualan, jasa, atau produk).
2. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan (Mulyadi,
1994). Biaya variabel menjadi dua, yaitu
engineered variable costs dan discretionary variable costs. Engineered variable costs
merupakan biaya yang memiliki hubungan
fisik tertentu dengan ukuran kegiatan tertentu. Sedangkan, discretionary variable
costs berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan karena manajemen memutuskan demikian.
3. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel memiliki beberapa
karakteristik menurut Supriyono (1999), yaitu jumlah totalnya berubah sesuai dengan
perubahan volume kegiatan dan biaya semi
variabel per satuan berubah terbalik dihubungkan dengan volume kegiatan tetapi
sifatnya tidak sebanding.
Penentuan Pola Perilaku Biaya
Dalam menjelaskan perilaku biaya, rentang
waktu dan rentang kapasitas yang relevan
seharusnya dinyatakan secara spesifik. Karena periode waktu, biaya tetap bisa mengalami
perubahan meskipun tidak ada perubahan volume
kegiatan dan biaya tersebut masih digolongkan biaya tetap. Hal yang sama dapat terjadi pada
biaya variabel.
Dalam penentuan perilaku suatu biaya,
periode waktu harus dinyatakan secara spesifik, dianggap tertentu dan tidak boleh mempengaruhi
jumlah biaya yang dianalisis. Yang dilihat adalah
kaitan langsung antara total biaya dan volume kegiatan. Yang dimaksud rentang relevan adalah
batas-batas volume kegiatan atau rentang
kegaitan di mana biaya tetap tidak bereaksi atas
perubahan volume kegiatan.
Analisis yang lebih mendalam untuk
menemukan adanya dua jenis biaya variabel,
yaitu proportionate variable cost dan step variable cost. Proportionate variable cost adalah
Vol. 13 No. 1 Februari 2017 ISSN : 1693-9549
100 | P a g e
biaya variabel yang berubah sebanding langsung dengan perubahan volume kegiatan. Sedangkan,
dalam step variable cost, setiap perubahan
volume kegiatan tidak selalu secara langsung
mengakibatkan perubahan biaya variabel.
Pengukuran Biaya Sumber Daya Manusia
Terdapat dua cara untuk mengukur biaya melalui akuntansi sumber daya manusia sebagai
biaya historis (historical cost) atau sebagai biaya
pengganti (replacement cost). Pendekatan biaya historis paralel dengan praktek akuntansi yang
berlaku. Orang-orang dinilai berdasarkan biaya
perolehan aktualnya. Hal ini berarti menelusuri
semua biaya yang berkaitan dengan rekrutmen, seleksi, pengangkatan, orientasi, serta pelatihan
dan pengembangan, biaya-biaya tidak langsung
juga dapat dimasukkan. Dua tipe dasar biaya historis adalah biaya perolehan (acquisition cost)
dan biaya belajar (learning cost), dan setiap
jenisnya meliputi baik pengeluaran langsung dan yang dapat dilihat wujudnya, dan juga biaya tidak
langsung yang lebih tidak begitu kelihatan
wujudnya. Konsep biaya historis ini memerlukan
penjumlahan segenap biaya yang dihubungkan dengan suatu investasi dalam sumber daya
manusia, lalu mendepresiasikan investasi ini
sepanjang waktu. Dengan demikian, biaya perputaran karyawan akan lebih diukur secara
lebih komprehensif karena memasukkan segenap
biaya yang dikeluarkan dalam perolehan dan pengembangan karyawan, dan tidak hanya biaya
penggantian mereka belaka.
Financial Accounting Standards Board
(FASB) dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 5,
“Recognition and Measurement in Financial
Statements of Business Enterprises” mendefinisikan pengakuan (recognition) sebagai
berikut: “Recognition is the process of formally
recording or incorporating an item into the
financialstatements of an entity as an asset, liability, revenue, expense, or the like. A
recognized item is depictedin both words and
numbers, with the amount included in the statements totals”. Sumber daya manusia harus
memenuhi kriteria pengakuan (recognition) yang
ada dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 5, “Recognition and
Measurement in Financial Statements of Business
Enterprises’ untuk dapat disajikan sebagai
elemen laporan keuangan. Kriteria pengakuan tersebut adalah definisi (definitions), keterukuran
(measurability), relevansi (relevance), dan
keandalan (reliability).
Kinerja Perusahaan
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi
keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu
baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas,
dan profitabilitas (Jumingan, 2006:239). Kinerja
keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu
yang mencerminkan tingkat kesehatan
perusahaan tersebut (Sutrisno, 2009:53). Kinerja
keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan
telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-
aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja
dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal
dalam menghadapi perubahan lingkungan
(Fahmi, 2011:2).
Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian kinerja.
Pengukuran kinerja (performing measurement)
adalah kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas
perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Adapun penilaian kinerja
menurut Srimindarti (2006:34) adalah penentuan
efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya secara periodik.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk
melakukan perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan
merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap
keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Banyak metode yang telah dikembangkan
untuk melakukan pengukuran kinerja seorang
pegawai. Dalam manajemen tradisional, ukuran
kinerja yang biasa digunakan adalah ukuran
Vol. 13 No. 2 Agustus 2017 ISSN : 1693-9549
101 | P a g e
keuangan, karena ukuran keuangan ini mudah dilakukan. Kinerja lain, seperti peningkatan
kepercayaan customer terhadap layanan jasa
perusahaan, peningkatan kompetensi dan komitmen personal, kedekatan hubungan
pegawai dengan pemasok, dan peningkatan cost
effectiveness proses bisnis digunakan untuk
melayani customer, diabaikan oleh manajemen
karena sulit pengukurannya.
Penilaian dengan pengukuran kinerja
tradisional berdasarkan kinerja keuangan atau yang biasa disebut pengukuran kinerja tradisional
menekankan pengukuran kinerja perusahaan
melalui perhitungan rasio-rasio keuangan
menurut (Horne dan Wachowicz, 1997) yaitu: 1. Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Utang, yaitu rasio yang menunjukkan
batasan dimana perusahaan didanai oleh utangnya.
3. Rasio Pencakupan, merupakan rasio yang
menghubungkan biaya keuangan perusahaan
dengan kemampuan untuk membayar biaya tersebut.
4. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur
keefektifan perusahaan dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya.
5. Rasio Laba, merupakan rasio yang
menghubungkan laba dengan penjualan dan
investasi.
Menurut Anthony dan Govindarajan
(2003), mengandalkan aspek finansial saja tidak
cukup, bahkan bisa jadi tidak berguna karena
beberapa alasan, yaitu:
1. Hal itu mendorong kegiatan jangka pendek
yang tidak termasuk kepentingan jangka panjang perusahaan.
2. Manajer unit bisnis mungkin tidak
melakukan tindakan yang berguna untuk
jangka panjang, untuk memperoleh laba jangka pendek.
3. Menggunakan profit jangka pendek sebagai
satu-satunya tujuan dapat mengganggu komunikasi antara manajer unit bisnis dan
manajer senior.
4. Pengendalian finansial yang ketat bisa memotivasi manajer untuk memanipulasi
data.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel yang digunaka untuk meneliti perilaku Biaya Sumber Daya Manusia yaitu
Jumlah Sumber Daya Manusia (X1) dan produksi
(X2) sebagai variabel independen dan Biaya
Sumber Daya Manusia sebagai variabel dependen (Y). Sedangkan untuk kinerja perusahaan,
variabel-variabel yang mendukung proses
kalkulasi sebagai variabel dependen (X). Sedangkan Biaya Sumber Daya Manusia diambil
sebagai variabel independen (Y).
Kinerja perusahaan terdiri dari
produktivitas (Y1), profitabilitas (Y2) dan prediksi kebangkrutan usaha (Y3). Biaya-Biaya Sumber
Daya Manusia terdiri gaji pokok, tunjangan
manajemen/operasi, tunjangan shift, lembur, tunjangan pajak penghasilan (PPh) 21, tunjangan
transport, tunjangan perumahan, iuran pensiun,
iuran BPJS, asuransi jiwa, tunjangan cuti, makanan dan minuman, pakaian kerja,
pengobatan, rekreasi dan olah raga, penerimaan
dan pelepasan karyawan, listrik, telepon, air dan
gas, biaya sumber daya lainnya serta bonus.
Sumber Data Penelitian
Data Biaya Sumber Daya Manusia dan kinerja keuangan perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini sepenuhnya diolah dari data-
data yang diperoleh dari perusahaan dan laporan keuangan perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari dokumentasi, observasi,
wawancara dan studi kepustakaan.
Metode Analisis
Analisis Cluster
Analisis cluster digunakan untuk
mereduksi objek-objek dalam satu kelompok yang memiliki kemiripan karakteristik tertentu
dan dapat dipisahkan dari kelompok objek yang
lain. Analisis Cluster adalah teknik statistik yang berguna untuk mengelompokkan objek ataupun
variable ke dalam beberapa kelompok tertentu di
mana setiap objek atau variable yang terbentuk memeiliki sifat dan karakteristik yang berdekatan
tersebut. Ciri-ciri suatu cluster yang baik yaitu
mempunyai:
a. Homogenitas internal (within cluster); yaitu kesamaan antar anggota dalam satu cluster.
Vol. 13 No. 1 Februari 2017 ISSN : 1693-9549
102 | P a g e
b. Heterogenitas external (between cluster); yaitu perbedaan antara cluster yang satu
dengan cluster yang lain.
Langkah pengelompokan dalam
analisis cluster mencakup 3 hal berikut:
1. Mengukur kesamaan jarak
2. Membentuk cluster secara hirarkis
3. Menentukan jumlah cluster.
Adapun metode pengelompokan dalam
analisis cluster meliputi:
1. Metode Hirarkis; memulai pengelompokan dengan dua atau lebih objek yang
mempunyai kesamaan paling dekat.
Kemudian diteruskan pada objek yang lain
dan seterusnya hingga cluster akan membentuk semacam ‘pohon’ dimana
terdapat tingkatan (hirarki) yang jelas antar
objek, dari yang paling mirip hingga yang paling tidak mirip. Alat yang membantu
untuk memperjelas proses hirarki ini
disebut “dendogram”. 2. Metode Non-Hirarkis; dimulai dengan
menentukan terlebih dahulu jumlah cluster
yang diinginkan (dua, tiga, atau yang lain).
Setelah jumlah cluster ditentukan, maka proses cluster dilakukan dengan tanpa
mengikuti proses hirarki. Metode ini biasa
disebut “K-Means Cluster”. K-mean kluster sangat efektif dan efisien jika
digunakan untuk mengelompokkan objek
yang berjumlah besar. K-mean cluster digunakan untuk objek yang berjumlah
lebih dari 100.
Asumsi yang harus dipenuhi dalam
Analisis Cluster, yaitu sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasi yang ada
(representativeness of the sample)
Regresi Linier Majemuk
Analisis Regresi Linier Majemuk adalah
salah satu teknik multivariat yang digunakan
untuk mengestimasi hubungan antara satu variabel dependen metrik dengan satu himpunan
variabel independen metrik atau nonmetrik.
Dengan analisis ini dapat mengestimasi dan atau memprediksi nilai rata-rata (populasi) satu
variabel dependen berdasarkan dua atau lebih
variabel independen. Pada analisis ini yang dianalisis adalah seberapa besar pengaruh suatu
variabel (selanjutnya disebut variabel
independen) terhadap variabel lainnya
(selanjutnya disebut variabel dependen).
Regresi Stepwise
Regresi Stepwise adalah salah satu metode
untuk mendapatkan model terbaik dari sebuah analisis regresi. Secara definisi adalah gabungan
antara metode forward dan backward, variabel
yang pertama kali masuk adalah variabel yang
korelasinya tertinggi dan significant dengan variabel dependent, variabel yang masuk kedua
adalah variabel yang korelasi parsialnya tertinggi
dan masih significant, setelah variabel tertentu masuk ke dalam model maka variabel lain yang
ada di dalam model dievaluasi, jika ada variabel
yang tidak significant maka variabel tersebut
dikeluarkan.
Korelasi Kanonikal
Analisis korelasi kanonikal adalah model statistika multivariat yang memungkinkan
identifikasi dan kuantifikasi hubungan antara dua
himpunan variabel. Karena titik perhatian analisis ini adalah korelasi (hubungan) maka kedua
himpunan tidak perlu dibedakan menjadi
kelompok variabel tidak bebas dan variabel
bebas. Pemberian label Y dan X kepada kedua variat kanonikal hanya untuk membedakan kedua
himpunan variabel. Fokus analisis korelasi
kanonikal terletak pada korelasi antara kombinasi linier satu set variabel dengan kombinasi linier
set variabel yang lain.
Langkah pertama adalah mencari kombinasi linier yang memiliki korelasi terbesar.
Selanjutnya, akan dicari pasangan kombinasi
linier dengan nilai korelasi terbesar di antara
semua pasangan lain yang tidak berkorelasi. Proses terjadi secara berulang, hingga korelasi
maksimum teridentifikasi. Pasangan kombinasi
linier disebut sebagai variat kanonikal sedangkan hubungan di antara pasangan tersebut disebut
korelasi kanonikal. 2 Jenis data dalam variat
kanonikal yang digunakan dalam analisis korelasi
kanonikal dapat bersifat metrik maupun nonmetrik. Bentuk umum fungsi kanonikal
adalah sebagai berikut:
Y1 + Y2 + Y3 . . . Yn = X1 + X2 + X3 . . . Xn
Uji Asumsi Klasik Model Regresi
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi, variabel terikat (dependent)
dan variabel bebas (independent) memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah
Vol. 13 No. 2 Agustus 2017 ISSN : 1693-9549
103 | P a g e
jika distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah data terdistribusi
normal atau tidak dapat dilakukan dengan uji
statistik. Uji statistik menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Pada uji statistik one-sample Kolmogorov-
Smirnov dapat dilihat probabbilitas signifikan
terhadap variabel. Jika probabilitas signifikan di atas 0.05, maka variabel tersebut terdistribusi
normal.
Uji Multikolinearitas
Adalah suatu keadaan dimana satu atau
lebih variabel independen dapat dinyatakan
sebagai kontribusi linear dari variabel independen lainnya, untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas seringkali dapat dilihat pada
koefisien determinan ( R2 ) yang tinggi (umumnya diatas 0,90). Tetapi tidak satupun atau
sangat sedikit koefisien regresi parsial yang
signifikan, cara lain untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan besarnya VIF
(Variance Inflation Factor ) dan tolerance. Jika
mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 - 10 dan
angka tolerance mendekati 1, disimpulkan model regresi tidak terdapat problem multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas ada atau
tidaknya pola yang terjadi pada nilai residu pada
model. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dalam data silang tempat dari pada
runtun waktu, maupun juga sering muncul dalam
anlisis yang menggunakan data rata-rata. Metode
yang dapat digunakan untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dengan scatter plot.
Jika dalam scatter plot ada pola tertentu, seperti
titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu (bergelombang melebar, kemudian
menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar secara acak diatas
dan dibawah angka nol, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series, sehingga
menggunakan pengujian autokorelasi. Uji
autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Uji Autokorelasi
dapat dilakukan dengan Uji Durbin-Watson (DW test). DW Test digunakan untuk autokorelasi
tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variable lag diantara variabel independen.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Perilaku Biaya Sumber Daya Manusia
Biaya Sumber Daya Manusia dalam pencatatannya diperlakukan sebagai biaya tetap.
Walaupun dicatat sebagai biaya tetap, Biaya
Sumber Daya Manusia sebenarnya juga dipengaruhi oleh peningkatan atau penurunan
Jumlah Sumber Daya Manusia. Dalam
hubungannya dengan pengukuran variabilitas Biaya Sumber Daya Manusia maka yang
dimaksud variabel dependen adalah besarnya
Biaya Sumber Daya Manusia sedangkan variabel
independen adalah jumlah Biaya Sumber Daya
Manusia.
Perilaku Biaya Sumber Daya Manusia dengan
Jumlah Sumber Daya Manusia
Kecenderungan yang terjadi Jumlah
Sumber Daya Manusia mengalami penurunan,
produksi mengalami penurunan dan Biaya Sumber Daya Manusia mengalami peningkatan.
Hal ini membuktikan bahwa perusahaan terus
memberikan perhatian pada peningkatan kompensasi sehingga Biaya Sumber Daya
Manusia meningkat dari tahun ke tahun.
Hasil pengolahan data perilaku Biaya Sumber Daya Manusia (Y) dihubungkan dengan
Jumlah Sumber Daya Manusia (X), dihasilkan
sebagai berikut:
1. Besarnya biaya variabel satuan atau b
Vol. 13 No. 1 Februari 2017 ISSN : 1693-9549
104 | P a g e
adalah -133.73 2. Besarnya total biaya tetap atau a adalah
63.625
3. Pola perilaku sumber daya manusia adalah Y = 63625 - 133.73X
4. Korelasi antara Biaya Sumber Daya
Manusia dengan Jumlah Sumber Daya
Manusia adalah -0.492 atau tingkat korelasi sedang dan mempunyai korelasi
negatif artinya jika Jumlah Sumber Daya
Manusia turun, maka Biaya Sumber Daya Manusia naik dan sebaliknya Jumlah
Sumber Daya Manusia naik, maka Biaya
Sumber Daya Manusia turun.
5. Koefisien determinasi (r2) atau persentase penyimpangan = 0.2425 atau 24.25%
artinya variasi yang terjadi dari Biaya
Sumber Daya Manusia 24,25% dapat dijelaskan melalui variasi Jumlah Sumber
Daya Manusia.
Perilaku Biaya Sumber Daya Manusia dengan
jumlah produksi
Hasil pengolahan data perilaku Biaya
Sumber Daya Manusia (Y) dihubungkan dengan
jumlah produksi (X), dihasilkan sebagai berikut:
1. Besarnya biaya variabel satuan atau b
adalah 0.020 2. Besarnya total biaya tetap atau a adalah
2.017
3. Pola perilaku sumber daya manusia adalah Y = 2.017 + 0.020X
4. Korelasi antara Biaya Sumber Daya
Manusia dengan jumlah produksi adalah
0.034 atau tingkat korelasi rendah. 5. Koefisien determinasi (r2) atau persentase
penyimpangan = 0.001 atau 0.01% artinya
hanya 0.01% Biaya Sumber Daya Manusia dapat dijelaskan oleh jumlah produksi.
Perilaku Biaya Sumber Daya Manusia dengan
Jumlah Sumber Daya Manusia dan jumlah
produksi
Hasil pengolahan data perilaku Biaya
Sumber Daya Manusia (Y) dihubungkan dengan Jumlah Sumber Daya Manusia dan jumlah
produksi (X), dihasilkan sebagai berikut:
1. Besarnya biaya variabel satuan atau b1 adalah -163.33 dan b2 = 0.141
2. Besarnya total biaya tetap atau a adalah
78,153
3. Pola perilaku sumber daya manusia adalah Y = 78.153 – 163.33X1 + 0.141X2
4. Korelasi antara Biaya Sumber Daya Manusia dengan Jumlah Sumber Daya
Manusia dan jumlah produksi adalah 0.536
atau sedang. 5. Koefisien determinasi (r2) atau persentase
penyimpangan = 0.2879 atau 28.79%
artinya hanya 0.01% Biaya Sumber Daya
Manusia dapat dijelaskan oleh Jumlah Sumber Daya Manusia dan jumlah
produksi.
Pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia Pada
Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan diukur melalui biaya,
produktivitas dan profitabilitas. Selain itu untuk mengetahui kondisi keuangan, kinerja diukur
melalui prediksi kebangkrutan usaha.
Pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia pada
Produktivitas
Hasil pengolahan data untuk mengetahui pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia (X)
dengan produktivitas (Y), memberikan gambaran
bahwa nilai r untuk hubungan variabel Biaya
Sumber Daya Manusia dan produktivitas sebesar 0.050 artinya hubungan antara Biaya Sumber
Daya Manusia dan produktivitas menunjukkan
hubungan yang lemah. Selanjutnya nilai r2
sebesar 0.003 atau 0.3% dengan P-value 0.771 >
0.05 artinya variasi produktivitas hanya 0.3%
yang dipengaruhi oleh Biaya Sumber Daya Manusia dengan kata lain Biaya Sumber Daya
Manusia tidak berpengaruh pada produktivitas.
Pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia pada
profitabilitas usaha
Hasil pengolahan data untuk mengetahui
pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia (X) dengan profitabilitas (Y), memberikan gambaran
bahwa nilai r untuk hubungan variabel Biaya
Sumber Daya Manusia dan profitabilitas sebesar
0.258 artinya hubungan antara Biaya Sumber Daya Manusia dan profitabilitas menunjukkan
hubungan yang lemah. Selanjutnya nilai r2
sebesar 0.066 atau 6.6% dengan P-value 0.129 > 0.05 artinya variasi profitabilitas hanya 6.6%
yang dipengaruhi oleh Biaya Sumber Daya
Manusia dengan kata lain Biaya Sumber Daya Manusia tidak berpengaruh pada profitabilitas
usaha.
Pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia pada
Vol. 13 No. 2 Agustus 2017 ISSN : 1693-9549
105 | P a g e
kebangkrutan usaha
Hasil pengolahan data untuk mengetahui
pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia (X)
dengan kebangkrutan (Y), memberikan gambaran bahwa nilai r untuk hubungan variabel Biaya
Sumber Daya Manusia dan kebangkrutan sebesar
0.342 artinya hubungan antara Biaya Sumber
Daya Manusia dan kebangkrutan menunjukkan hubungan yang rendah. Selanjutnya nilai r2
sebesar 0.117 atau 11.7% dengan P-value 0.041 >
0.05 artinya prediksi kebangkrutan dipengaruhi oleh Biaya Sumber Daya Manusia sebesar 11.7%
dengan kata lain Biaya Sumber Daya Manusia
dapat berpengaruh pada kebangkrutan usaha
dalam hal ini semakin meningkat Biaya Sumber Daya Manusia dapat memberikan pengaruh pada
semakin survivenya perusahaan.
Pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia Pada
Produktivitas, Profitabilitas dan
Kebangkrutan Usaha secara bersama-sama
Hasil pengolahan data untuk mengetahui
pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia (X)
dengan produktivitas (Y1), profitabilitas (Y2)
dan kebangkrutan usaha (Y3) secara bersama-sama dengan menggunakan analisis korelasi
kanonikal, menghasilkan angka Canonical
Correlation sebesar 0.672 > 0.5 artinya Biaya Sumber Daya Manusia dapat dianalisis lebih
lanjut untuk memberikan gambaran mengenai
pentingnya Biaya Sumber Daya Manusia.
Analisis Cluster Komponen Biaya Sumber
Daya Manusia
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh Biaya Sumber Daya Manusia dengan kinerja
perusahaan tersebut Biaya Sumber Daya Manusia
tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan baik untuk produktivitas,
profitabilitas dan prediksi kebangkrutan usaha.
Hal ini menjadi pertanyaan karena secara
kualitatif dan pernyataan sumber daya manusianya Biaya Sumber Daya Manusia
memberikan pengaruh terhadap peningkatan
produktivitas dan profitabilitas. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan dengan cara membuka
komponen/kelompok Biaya Sumber Daya
Manusia kemudian mengklasifikasikannya.
Pengelompokan data dilakukan dengan
analisis cluster. Komponen Biaya Sumber Daya
Manusia yang terdiri dari 19 jenis biaya hasilnya
dikelompokkan menjadi 4 cluster. Hasilnya
sebagai berikut:
Tabel
Hasil Analisis Cluster Biaya Sumber Daya Manusia
No. Keterangan Cluster
1. Gaji Pokok 1
2. Tunjangan
Manajemen/Operasi
2
3. Tunjangan shift 2
4. Lembur 2
5. Tunjangan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21
3
6. Tunjangan Transport 2
7. Tunjangan Perumahan 2
8. Iuran Pensiun 2
9. Iuran BPJS 2
10. Asuransi Jiwa 2
11. Bonus 4
12. Tunjangan cuti 2
13. Makanan dan minuman 2
14. Pakaian kerja 2
15. Pengobatan 1
16. Rekreasi dan olah raga 2
17. Penerimaan dan pelepasan
karyawan
2
18. Listrik, telepon, air dan gas 2
19. Biaya Sumber Daya
Manusia lainnya
2
Selanjutnya untuk keperluan analisis, data-data dalam kelompok dijumlahkan dan dijadikan
menjadi 4 variabel independen X, yaitu:
X1 = Gaji Pokok & Pengobatan X2 = Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan
X3 = Pajak Penghasilan
X4 = Bonus
Pengaruh Perilaku Biaya Sumber Daya
Manusia dengan Kinerja Perusahaan
Setelah dilakukan analisis cluster sehingga 19 Biaya Sumber Daya Manusia dapat
dikelompokkan menjadi 4 variabel X yaitu Gaji
Pokok & Pengobatan (X1), Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan (X2), Pajak Penghasilan (X3) dan
Bonus (X4) serta pengujian terhadap 3 variabel
kinerja perusahaan yaitu produktivitas (Y1), profitabilitas (Y2) dan kebangkrutan usaha (Y3),
hasil analisisnya sebagai berikut:
Pengaruh Gaji Pokok & Pengobatan,
Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan, Pajak
Penghasilan dan Bonus dengan Produktivitas
Vol. 13 No. 1 Februari 2017 ISSN : 1693-9549
106 | P a g e
Dengan menggunakan metode pemilihan variabel stepwise regression atas Gaji Pokok &
Pengobatan (X1), Tunjangan & Fasilitas
Kesejahteraan (X2), Pajak Penghasilan (X3) dan Bonus (X4) dengan variabel dependen
Produktivitas (Y) terseleksi 1 komponen Gaji
Pokok & Pengobatan untuk dijadikan prediksi
Produktivitas.
Korelasi antara Gaji Pokok & Pengobatan
dengan Produktivitas adalah 30.3% atau sedang
artinya dengan tidak ada masalah multikolinieritas dan autokorelasi variasi
produktivitas dapat dijelaskan oleh Gaji Pokok &
Pengobatan.
Dari analisis ragam (analysis of variance) nilai F sebesar 14.770 lebih besar nilai F0.05 (1.34) =
4.13 dengan probabilitas 0.01 (lebih kecil dari
taraf nyata 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Gaji Pokok & Pengobatan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan
Produktivitas.
Pengaruh Gaji Pokok & Pengobatan,
Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan, Pajak
Penghasilan dan Bonus dengan Profitabilitas
Dengan menggunakan metode pemilihan
variabel stepwise regression atas Gaji Pokok &
Pengobatan (X1), Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan (X2), Pajak Penghasilan (X3) dan
Bonus (X4) dengan variabel dependen
Profitabilitas (Y) terseleksi 2 komponen Pajak Penghasilan dan Tunjangan & Fasilitas
Kesejahteraan untuk dijadikan prediksi
Profitabilitas.
Korelasi antara Pajak Penghasilan dan Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan dengan
Profitabilitas adalah sangat kuat (dengan tidak
ada masalah multikolinieritas dan autokorelasi), 71.5% variasi profitabilitas perusahaan dijelaskan
oleh Pajak Penghasilan dan Tunjangan &
Fasilitas Kesejahteraan.
Dari analisis ragam (analysis of variance) nilai F sebesar 41.392 lebih besar nilai F0.05 (2.33) =
5.30 dengan probabilitas 0.000 (lebih kecil dari
taraf nyata 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan dan
Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan mempunyai
hubungan yang signifikan dengan Profitabilitas.
Pengaruh Gaji Pokok & Pengobatan,
Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan, Pajak
Penghasilan dan Bonus dengan Prediksi
Kebangkrutan Usaha.
Dengan menggunakan metode pemilihan
variabel stepwise regression atas Gaji Pokok &
Pengobatan (X1), Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan (X2), Pajak Penghasilan (X3) dan
Bonus (X4) dengan variabel dependen
Kebangkrutan (Y) terseleksi 1 komponen
Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan untuk
dijadikan Prediksi Kebangkrutan Usaha.
Korelasi antara Tunjangan & Fasilitas
Kesejahteraan dengan prediksi Kebangkrutan Usaha Z-score adalah sangat kuat (dengan tidak
ada masalah multikolinieritas dan autokorelasi),
69.6% variasi prediksi kebangkrutan z-score
dijelaskan oleh Tunjangan & Fasilitas
Kesejahteraan.
Dari analisis ragam (analysis of variance)
nilai F sebesar 77.886 lebih besar nilai F0.05 (1.34) = 4.13 dengan probabilitas 0.000 (lebih kecil dari
taraf nyata 0.05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan mempunyai hubungan yang
signifikan dengan Prediksi Kebangkrutan Usaha.
Pengaruh Gaji Pokok & Pengobatan,
Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan, Pajak
Penghasilan dan Bonus dengan Produktivitas,
Profitabilitas dan Prediksi Kebangkrutan
Usaha.
Apabila Gaji Pokok & Pengobatan (X1),
Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan (X2), Pajak Penghasilan (X3) dan Bonus (X4) dengan
Produktivitas (Y1), Profitabilitas (Y2) dan
Kebangkrutan Usaha (Y3) dianalisis
hubungannya antara bersama-sama dengan menggunakan analisis kanonikal maka dihasilkan
canonical correlation untuk function 1 adalah
0.872 untuk function 2 adalah 0.348. jika dilihat dari sig of f, yang menguji signifikansi canonical
function, hasilnya untuk function 1 angka
signifikan 0.000 sedangkan untuk function 2
angka signifikan adalah 0.000 dan function 3 adalah 0.135. Oleh karena hanya signifikan
function 3 yang ada di atas 0.05, maka function 3
tidak signifikan.
Canonical correlation function 1 sebesar
0.872 berarti korelasi kumpulan variabel
dependen variabel (variate dependent) dengan kumpulan variabel independen variabel (variate
independent) adalah relatif kuat, karena angka
korelasi di atas 0.5. Begitu juga canonical
correlation function 2 sebesar 0.853 berarti
Vol. 13 No. 2 Agustus 2017 ISSN : 1693-9549
107 | P a g e
korelasi kumpulan variabel dependen (variate dependent) dengan kumpulan variabel
independen variabel (variate independent) adalah
relatif kuat, karena angka korelasi di atas 0.5. Pada function 1, dependen variabel, hanya
angka korelasi variabel profitabilitas yang cukup
tinggi (sebesar -0.730). Sedang untuk variabel
independen (covariates), angka koefisien di atas 0.5 adalah Pajak Penghasilan dan Bonus.
Sedangkan pada function 2, baik Produktivitas,
Profitabilitas maupun Prediksi Kebangkrutan Usaha mempunyai korelasi yang tinggi dan untuk
variabel independen (covariates), angka koefisien
di atas 0.5 adalah Gaji Pokok & Pengobatan dan
Tunjangan & Fasilitas Kesejahteraan.
Implikasi dan Pembahasan
Dari hasil penelitian, perilaku Biaya Sumber Daya Manusia tidak dipengaruhi oleh
Jumlah Sumber Daya Manusia dan jumlah
produksi. Namun demikian apabila Jumlah Sumber Daya Manusia dan jumlah produksi
secara bersama-sama mempunyai korelasi
dengan Biaya Sumber Daya Manusia. Apabila
sumber daya manusia dikorelasikan dengan kinerja perusahaan, maka Biaya Sumber Daya
Manusia tidak mempunyai pengaruh pada
produktivitas sumber daya manusia, Biaya Sumber Daya Manusia tidak mempunyai
pengaruh pada profitabilitas usaha. Namun
demikian Biaya Sumber Daya Manusia mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan
hidup perusahaan.
Hasil penelitian tersebut tidak dapat
sepenuhnya mendukung hipotesis dan teori yang berlaku. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut,
maka perilaku Biaya Sumber Daya Manusia yang
mempunyai pengaruh terhadap produktivitas karyawan adalah gaji pokok dan pengobatan.
Perilaku Biaya Sumber Daya Manusia yang
mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan adalah pajak penghasilan (PPh Pasal 21); tunjangan manajemen/operasi; tunjangan
shift; lembur; tunjangan transport; tunjangan
perumahan; iuran pensiun; iuran BPJS; asuransi jiwa; tunjangan cuti; makanan dan minuman;
pakaian kerja; rekreasi dan olah raga; penerimaan
dan pelepasan karyawan; listrik, telepon, air dan gas; Biaya Sumber Daya Manusia lainnya.
Perilaku Biaya Sumber Daya Manusia yang
mempengaruhi pengaruh terhadap tingkat
kelangsungan hidup perusahaan adalah tunjangan manajemen/operasi; tunjangan shift; lembur;
tunjangan transport; tunjangan perumahan; iuran
pensiun; iuran BPJS; asuransi jiwa; tunjangan cuti; makanan dan minuman; pakaian kerja;
rekreasi dan olah raga; penerimaan dan pelepasan
karyawan; listrik, telepon, air dan gas; Biaya Sumber Daya Manusia lainnya.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
tidak sepenuhnya dapat diteliti secara kuantitatif.
Faktor lain tersebut adalah regulasi pemerintah, intervensi serikat pekerja juga inovasi teknologi.
Strategi yang ditempuh manajemen dalam hal ini
adalah meningkatkan kinerja perusahaan dapat disesuaikan dengan tujuan. Tidak semua
komponen perilaku Biaya Sumber Daya Manusia
digerakkan tetapi melalui komponen Biaya
Sumber Daya Manusia yang disesuaikan arah kebijakan yang disesuaikan dengan tujuannya.
Strategi yang dapat dilakukan antara lain
mengendalikan Biaya Sumber Daya Manusia terutama meninjau pemberian fasilitas
kesejahteraan, kenaikan gaji pokok juga
pemberian bonus. Keinginan perusahaan menekan Biaya Sumber Daya Manusia untuk
meningkatkan kinerja keuangan bukanlah strategi
yang tepat.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penelitian ini menemukan bukti bahwa
perilaku Biaya Sumber Daya Manusia
mempunyai kecenderungan untuk
meningkat. Sebaliknya, Jumlah Sumber Daya Manusia mempunyai kecenderungan
terjadi penurunan.
2. Perluasan dari hasil penelitian perilaku Biaya Sumber Daya Manusia, ternyata
Biaya Sumber Daya Manusia secara global
tidak berperanan di dalam peningkatan
kinerja perusahaan. 3. Pengulangan dengan menggunakan aplikasi
metode stepwise, ditemukan bahwa:
a. Gaji pokok dan pengobatan mempunyai pengaruh sedang di dalam peningkatan
produktivitas.
b. Pajak penghasilan (PPh Pasal 21); tunjangan manajemen/operasi;
tunjangan shift; lembur; tunjangan
transport; tunjangan perumahan; iuran
pensiun; iuran BPJS; asuransi jiwa; tunjangan cuti; makanan dan minuman;
pakaian kerja; rekreasi dan olah raga;
Vol. 13 No. 1 Februari 2017 ISSN : 1693-9549
108 | P a g e
penerimaan dan pelepasan karyawan; listrik, telepon, air dan gas; Biaya
Sumber Daya Manusia lainnya
mempunyai pengaruh kuat di dalam peningkatan profitabilitas perusahaan.
Hal ini dapat digunakan untuk strategi
jangka pendek.
4. Tunjangan manajemen/operasi; tunjangan shift; lembur; tunjangan transport; tunjangan
perumahan; iuran pensiun; iuran BPJS;
asuransi jiwa; tunjangan cuti; makanan dan minuman; pakaian kerja; rekreasi dan olah
raga; penerimaan dan pelepasan karyawan;
listrik, telepon, air dan gas; Biaya Sumber
Daya Manusia lainnya mempunyai pengaruh yang kuat untuk kelangsungan hidup
perusahaan, Hal ini dapat digunakan untuk
strategi jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Irham, Fahmi. 2011, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Alfabeta Bandung
Jumingan, (2006), Analisis Laporan Keuangan,
Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate
dengan Program SPSS 19. Edisi Kelima.
Semarang: Penerbit Universitas
Diponegoro. Govindarajan, V. 2003. Sistem Pengendalian
Manajemen. Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Empat. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen; Konsep,
Manfaat dan Rekayasa, Cetakan Keempat.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Sutrisno. (2001). Akuntansi Biaya Untuk Manajemen Edisi 2. Yogyakarta : Ekonisia
Fakultas Ekonomi UII Condong Catur
Sutrisno Edy (2009) Manajemen Sumber Daya Manusia, Kencana, Jakarta.
Van Horne, James C dan Wachowicz, John M.
1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta
Gudono (1993)