perhitungan skor awal kepercayaan diri belajar matematika...
TRANSCRIPT
1 7 8 15 16 19 23 5 9 12 24 25 4 20 2 6 10 11 17 22 14 21 3 13 18 26
S1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0
S3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S4 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S5 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S7 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
S8 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S9 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S10 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S11 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S12 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
S13 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
S14 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
S15 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
S16 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
S17 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
S18 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
S20 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S21 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S22 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0
S23 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
S24 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
S25 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
S26 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
S27 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
S28 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0
S29 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S30 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
S31 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
S32 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
S33 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1
48.93%
Perhitungan Skor Awal Kepercayaan Diri Belajar Matematika Siswa
Siswa
Dimensi Dimensi 2 Dimensi 3
Indikator 1 Indikator 2 Insikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 1
56.28% 49.09% 42.42% 71.21% 72.73% 50.76%
PEMBELAJARAN BERBASIS DAP
UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA
DALAM BELAJAR MATEMATIKA
(Penelitian Tindakan Kelas di SDI RUHAMA Cirendeu)
Disusun Oleh:
SITI CHODIJAH
104017000527
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ABSTRAK
Siti Chodijah (104017000527), Pembelajaran Berbasis
Developmentally Appropriate Practice (DAP) Untuk Meningkatkan Percaya
Diri Siswa Dalam Belajar Matematika (Penelitian Tindakan Kelas di SDI
RUHAMA Cirendeu). Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Maret 2010.
Latar belakang pelaksanaan penelitian ini adalah adanya permasalahan
rendahnya rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Rendanya rasa
percaya diri ini dapat menghambat siswa untuk mencapai prestasi yang optimal.
Guru dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar
matematika dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan konsep
Developmentally Appropriate Practice (DAP). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika.
Penelitian ini dilakukan di SDI RUHAMA Cirendeu pada bulan
Nopember 2009 sampai dengan bulan Januari 2010 dikelas V-B dengan subjek
penelitian berjumlah 34 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus
terdiri dari 5 kali pertemuan. Adapun pokok bahasan yang dipelajari adalah
persen, desimal dan operasi pada pecahan. Pengumpulan data dilakukan melaui
observasi, wawancara dan penyebaran angket kepercayaan diri.
Hasil yang diperolah dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran yang
sesuai dengan konsep DAP dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam
belajar matematika.
Kata kunci: Developmentally Appropriate Practice (DAP), Percaya diri, Belajar
matematika.
ABSTRACT
SITI CHODIJAH (104017000527), Learning Based on
Developmentally Appropriate Practice (DAP) To Enhance Self-Confidence of
Student In Learning Mathematics (Classroom Action Research in SDI
RUHAMA Cirendeu). Minithesis, of Math Education Department in Tarbiya and
Teaching Science Faculty, State Islamic University of Syarif Hidayatullah
Jakarta, March 2010.
Background of the implementation of this research is the problem of low
self–confidence of students in learning mathematics. Low self-confidence can
hamper students’ learning to achieve optimal performance. Teacher can help to
increase self-confidence of students in learning mathematics by applying lessons
learned in accordance with the concept of Developmentally Appropriate Practice
(DAP). The purpose of this research is to increasing self confidence of students in
learning mathematics.
The study conducted at SDI RUHAMA Cirendeu in November 2009 to
January 2010 in V-B class with 34 students. The method used in this study is
Classroom Action Research (CAR) which consists of two cycles and each cycle
consists of five sessions. Percent, decimals dan operation of fraction are the
subject was studied. Collecting data is carried out through observation, interviews
and questionnaires distribution of self-confidance.
The results of this study is learning in accordance with the concept of
DAP can enhance students’ confidence in learning mathematics
Keyword: Developmentally Appropriate Practice, self-confidence, Math Learning.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, yang telah memberikan petunjuk, taufik dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Strata 1 Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan motivasi baik moril maupun materiil. Ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.
3. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi, dosen pembimbing I dalam
menyusun skripsi ini. Terima kasih atas semua bimbingan, arahan, nasehat dan
semangat yang telah diberikan kepada penulis.
4. Ibu Gelar Dwirahayu, M.Pd, dosen pembimbing II dalam menyusun skripsi
ini. Terima kasih atas semua bimbingan, arahan, nasehat dan semangat yang
telah diberikan kepada penulis.
5. Semua dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan
bimbingan dan semangat baik ketika kuliah maupun dalam menyelesaikan
skripsi penulis. Terima kasih semoga Allah SWT membalas semua jasa baik
Bapak dan Ibu.
6. Bapak Hamidi, S.Pd.I, Kepala Sekolah SDI RUHAMA Cirendeu yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian disekolah tersebut.
7. Bapak Fiki Hidayat, S.Pd, guru matematika kelas V SDI RUHAMA Cirendeu
yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
8. Keluargaku terima kasih atas dukungan, semangat dan do’a yang telah kalian
berikan.
9. Semua teman-temanku di Jurusan Pendidikan Matematika terima kasih atas
bantuan kalian.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan ketulusan yang telah mereka
berikan.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangsih
pemikiran bagi dunia pendidikan.
Jakarta, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Fokus Penelitian ...................................................... 6
D. Perumusan Masalah Penelitian .................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teoritis ......................................................................... 9
1. Pembelajaran Matematika ...................................................... 9
2. Percaya Diri ........................................................................... 12
3. Developmentally Appropriate Practice (DAP) ……………. 18
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................... 24
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan…………………. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 26
B. Metode Penelitian ........................................................................ 26
C. Subjek Penelitian ......................................................................... 29
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ................................. 29
E. Tahapan Intervensi Tindakan ...................................................... 29
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan .............................. 32
G. Data dan Sumber Data ................................................................. 32
H. Instrumen-Instrumen Penelitian .................................................. 32
I. Tehnik Pengumpulan Data .......................................................... 34
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Truswothiness) Studi ...... 35
K. Analisis Data ................................................................................ 36
L. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan ............... 37
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ............................................... 38
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................................... 79
C. Analisis Data ................................................................................ 80
D. Interpretasi Hasil Analisis ............................................................ 85
E. Pembahasan Temuan Penelitian ...................................................86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 88
B. Saran ............................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Diagram desain penelitian tindaka kelas ..................................... 28
Tabel 3.2 Tahapan penelitian kegiatan pendahuluan .................................. 30
Tebel 3.3 Tahapan penelitian siklus I .......................................................... 30
Tabel 3.4 Tahapan penelitian siklus II ........................................................ 31
Tabel 3.5 Kisi-kisi tes siklus I .................................................................... 33
Tabel 3.6 Kisi-kisi tes siklus II .................................................................... 33
Tabel 3.7 Kisi-kisi angket percaya diri .........................................................34
Tabel 4.1 Rekapitulasi prosentase aktifitas belajar siswa pada
pembelajaran siklus I ...................................................................56
Tabel 4.2 Nilai tes akhir siklus I ...................................................................59
Tabel 4.3 Prosentase percaya diri belajar matematika siswa siklus I ...........63
Tabel 4.4 Refleksi tindakan pembelajaran siklus I .......................................64
Tabel 4.5 Rekapitulasi prosentase aktifitas belajar siswa pada
pembelajaran siklus II ..................................................................72
Tabel 4.6 Nilai tes akhir siklus II .................................................................74
Tabel 4.7 Prosentase percaya diri belajar matematika siswa siklus II .........78
Tabel 4.8 Hasil analisis lembar observasi aktifitas belajar matematika ......81
Tabel 4.9 Prosentase percaya diri ............................................................... 82
Tabel 4.10 Persentase tingkat penguasaan belajar setiap siklus .................... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Percent grids 100.......................................................................... 43
Gambar 2 Percent grids 80........................................................................... 44
Gambar 3 Percent grids 50............................................................................ 44
Gambar 4 Percent grids 20............................................................................ 44
Gambar 5 Hasil kerja siswa yang kesulitan menyelesaikan perhitungan...... 48
Gambar 6 Hasil kerja siswa yang belum bisa membagi batang
pecahan dengan benar................................................................... 52
Gambar 7 Hasil kerja siswa yang sudah bisamembagi batang pecahan
dengan benar……………………………………………………. 53
Gambar 8 Hasil kerja siswa yang dapat membandingkan dua pecahan
tanpa menggunakan batang pecahan……………………………. 54
Gambar 9 Hasil jawaban siswa tes siklus I yang masih menggunakan
percent grids……………………………………………………. 61
Gambar 10 Hasil jawaban siswa tes siklus I………………………………… 62
Gambar 11 Jawaban siswa yang belum bisa memahami soal dengan
baik pada soal nomor 3 pada tes sikluus II................................... 75
Gambar 12 Jawaban siswa yang salah menentukan KPK untuk soal
nomor 3 pada tes siklus II............................................................. 76
Gambar 13 Jawaban siswa yang belum dapat menentukan KPK dengan
tepat untuk soal nomor 4 pada tes siklus II................................... 77
Gambar 14 Jawaban siswa yang belum memahami soal dengan baik
untuk soal nomor 4 pada tes siklus II............................................ 77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua
siswa mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA). Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,
metematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para
siswa, namun mata pelajaran ini sangat penting dan harus dipelajari. Ada
banyak alasan yang dikemukakan oleh para ahli mengapa matematika penting
dipelajari oleh setiap siswa, menurut Cockroft matematika harus diajarkan
kepada siswa disetiap jejang pendidikan karena:1
1. Matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan.
2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika
yang sesuai.
3. Matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat
dan jelas.
4. Matematika dapat digunakan untuk menyajikan informasi
dalam berbagai cara.
5. Matematika dapat maningkatkan kemampuan logis, ketelitian,
dan kesadaran keruangan.
6. Matematika dapat memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Banyak manfaat yang akan diperoleh siswa dari pelajaran
matematika, namun berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru
matematika yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa sekolah dasar, yaitu
MI Miftahul Umam dan SDI Ruhama banyak siswa yang mengeluh, merasa
takut, malas dan cemas masuk ke sekolah bila hari itu ada pelajaran
matematika dan banyak sekali siswa yang tidak menyukai pelajaran
matematika, mereka menganggap matematika itu pelajaran yang sulit,
1. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999), cet. Ke-1, hal.253.
matematika pelajaran yang menakutkan, dan tidak menyenangkan, ketika
pelajaran matematika berlangsung suasana kelas menjadi tegang, semua siswa
menjadi diam dan hanya duduk pasif mendengarkan penjelasan guru
kemudian mengerjakan soal yang diberikan secara individu.Guru menjelaskan
dengan metode yang tidak menarik, sehingga membuat siswa menjadi bosan
dan tidak tertarik, dan ada juga guru yang memberikan hukuman kepada siswa
jika mereka tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan. Hal ini membuat
mereka menjadi malu bertanya kepada guru bila ada penjelasan yang tidak
dimengerti, malu mengerjakan soal di depan kelas, takut menjawab pertanyaan
karena khawatir mendapat hukuman bila jawaban mereka salah, malas
membuat tugas dan pekerjaan rumah, dan mencontek ketika ujian, hal ini
menggambarkan rendahnya rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan
dirinya. Suasana belajar seperti itu sangatlah tidak baik terutama untuk siswa
sekolah dasar. Dalam buku yang berjudul ”Pendidikan Karakter”,
Megawangi menjelaskan bahwa guru yang terlalu sering memberikan
hukuman kepada siswa, disadari atau tidak disadari akan memberikan
pengaruh yang buruk terhadap perkembangan psikologis siswa, karena
hukuman bisa sangat menjatuhkan harga diri siswa dan sangat mempengaruhi
rasa percaya diri siswa.
Menurut teori J. Piaget atau yang dikenal dengan teori kognitif,
siswa sekolah dasar diklasifikasikan masih berada pada tahap operasional
konkret. Pada tahap ini proses berpikir logis siswa masih didasarkan atas
manipulasi fisik objek-objek, siswa masih belum bisa berpikir formal karena
orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret.2 Menurut Kohlberg-
Gilligan yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang sulit
bagi siswa sekolah dasar adalah karena pengajaran yang dilakukan pendidik
tidak tepat, pada masa ini yang dapat dipikirkan oleh siswa masih terbatas
pada benda-benda konkret yang dapat dilihat dan diraba, mereka masih sulit
memikirkan benda-benda abstrak yang tidak tampak dalam kenyataan,
2 Ratna Megawangi, Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan, (Jakarta: Indonesia Heritage
Foundation, 2004), cet. Ke-1, hal.9
sementara pada tahapan ini pendidik sudah mengupayakan pengajaran dengan
materi yang abstrak kepada siswa, inilah yang menyebabkan siswa sulit
menerima dan memahami konsep matematika.3
Selain itu suasana emosi siswa juga sangat menentukan efektifitas
belajar, suasana belajar yang tidak menyenangkan dan kaku akan menghambat
perkembangan emosi siswa. Sedangkan suasana belajar yang menyenangkan,
aman dan nyaman dapat meningkatkan fungsi otak sehingga dapat
mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Seringkali orang tua dan pendidik tidak mengetahui cara-cara
mendidik anak yang tepat. Pendidikan yang tepat adalah pendidikan yang
sesuai dengan umur, perkembangan psikologis serta kebutuhan spesifik anak.
Jika ketiga hal ini tidak diperhatikan, maka anak akan merasa tidak nyaman
berada di lingkungannya. Situasi tersebut dapat menyebabkan anak menderita
stres, sakit dan mengalami kegagalan di sekolah. Apabila anak-anak sudah
merasa tidak mampu atau gagal, maka rasa percaya dirinya akan sirna dan
perasaan tersebut akan terbawa terus sampai usia dewasa. 4
Rendahnya rasa
percaya diri yang dialami siswa akan memberikan dampak yang sangat buruk,
siswa tidak lagi memiliki semangat dan motivasi untuk belajar, siswa merasa
tidak berdaya yang mengakibatkan prestasi siswa dapat merosot jauh dibawah
kemampuan siswa yang sebenarnya, selain itu karena rendahnya rasa percaya
diri yang dialami dapat mendorong siswa berperilaku buruk.5 Oleh karena itu
rendahnya rasa percaya diri dan kesulitan yang dialami siswa harus segera
diatasi mengingat pelajaran matematika di sekolah dasar merupakan landasan
untuk memahami matematika pada jenjang berikutnya. Menurut Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah 1993/1994 : 516
3 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan…, hal.171.
4 Ratna Megawangi, Pendidikan Yang Patut...,hal.3.
5 Adi W Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), cet
ke-3, hal.49 6 http://analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=22576:tak-perlu-takut-
belajar-matematika&catid=371:28-juli-2009&itemid=218
Tujuan khusus pengajaran matematika dijenjang sekolah dasar
adalah untuk:
a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan
melalui kegiatan matematika.
c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai
bakal lebih lanjut di SLTP.
d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.
Bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar mencakup tiga cabang, yaitu
aritmatika, aljabar dan geometri.
Agar pengajaran matematika dapat berhasil dengan baik, pendidik
harus dapat menentukan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat
dengan menyusun strategi belajar mengajar atau memilih alat peraga/media
belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran sehingga dapat
memudahkan siswa dalam menerima materi yang disampaikan. Selain itu
pendidik juga harus memperhatikan tahap perkembangan dan kesiapan mental
anak untuk mampu belajar.
Menurut Abdurrahman ada empat pendekatan yang sangat
berpengaruh dalam pengajaran matematika, yaitu: 7
1. Urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning
sequences).
2. Belajar tuntas (mastery learning).
3. Strategi belajar (learning strategies).
4. Pemecahan masalah (problem solving).
Pendekatan belajar yang bersifat perkembangan merupakan suatu pendekatan
belajar yang menekankan pada pengukuran kesiapan belajar siswa, karena
setiap siswa memiliki kemampuan kognitif yang berbeda dalam setiap tahap
perkembangannya. sehingga dalam memberikan materi pelajaran harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.
7 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan…, hal.255.
Developmentally Appropriate Practice (DAP) merupakan suatu
konsep yang menitikberatkan pada pembelajaran yang sesuai dengan taraf
perkembangan anak. Menurut konsep DAP dalam proses pembelajaran
pendidik tidak hanya memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan
kepada siswa, tetapi pendidik juga harus memperhatikan tingkatan usia dan
kondisi psikologis siswa karena ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan dan
kematangan siswa untuk belajar. Banyak kelebihan yang akan diperoleh siswa
yang belajar dalam kelas yang memperhatikan taraf perkembangan jika
dibandingkan dengan siswa yang belajar dalam kelas yang tidak
memperhatikan taraf perkembangan, siswa lebih mungkin untuk tidak
tertekan, lebih termotivasi, lebih terampil secara sosial, punya kebiasaan
berusaha yang baik, lebih kreatif, punya keahlian berbahasa yang lebih baik,
dan memperlihatkan kemampuan berhitung yang lebih baik.8
Suasana belajar merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kondisi psikologis anak, dengan suasana belajar yang menyenangkan anak
akan merasa nyaman dan senang belajar. Pendidik dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan melalui permainan yang dapat melatih
kemampuan matematika siswa, belajar dengan menggunakan alat peraga yang
dapat membantu siswa memahami pelajaran matematika dengan mudah,
mengembangkan pembelajaran terpadu yaitu dengan mengaitkan matematika
dengan mata pelajaran lainnya dan mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari, dengan pembelajaran seperti ini akan membuat
pelajaran matematika menjadi lebih bermakna bagi siswa. Selain itu sebisa
mungkin pendidik juga memberikan reward atau penghargaan kepada siswa
atas berbagai prestasi yang telah dicapainya karena hal ini dapat meningkatkan
rasa percaya diri siswa.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul: Pembelajaran Berbasis Developmentally Appropriate
Practice Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa Dalam Belajar
Matematika.
8 John W Santrock, Pendidikan Psikologi, (Jakarta: Kencana, 2007), cet ke-1, hal.105
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dijabarkan, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan tidak
menyenangkan.
2. Siswa memiliki sikap belajar yang tidak baik dalam pelajaran matematika
3. Pendidik menggunakan metode pembelajaran yang tidak tepat sehingga
membuat pelajaran matematika menjadi tidak menarik dan membosankan.
4. Terciptanya suasana belajar yang tegang dan tidak menyenangkan sehingga
membuat siswa merasa takut belajar matematika.
5. Pendidikan terhadap anak yang diberikan oleh orang tua atau pun pendidik
dilakukan dengan cara yang kurang tepat.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
1. Rasa percaya diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasa yakin
yang dimiliki oleh seseorang terhadap kemampuannya dalam belajar
matematika dan berusaha meningkatkan prestasinya sendiri.
2. Pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate Practice
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang disesuaikan
dengan usia dan tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar, yang
mengarah pada tiga hal yaitu penggunaan alat peraga, belajar melalui
permainan, dan pembelajaran terpadu.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Untuk lebih memfokuskan masalah, maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut: Apakah pembelajaran berbasis
Developmentally Appropriate Practice dapat menumbuhkan percaya diri siswa
dalam belajar metematika?
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dijabarkan menjadi
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate
Practice dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar
matematika?
2. Apakah pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate
Practice dapat menumbuhkan sikap belajar yang baik terhadap pelajaran
matematika?
3. Apakah pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate
Practice dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui bahwa pembelajaran berbasis Developmentally
Appropriate Practice tepat digunakan pada pembelajaran matematika
di sekolah dasar.
b) Untuk mengetahui bahwa pembelajaran berbasis Developmentally
Appropriate Practice dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa
dalam belajar matematika.
c) Untuk mengetahui bahwa pembelajaran matematika berbasis
Developmentally Appropriate Practice dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
2. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan bahan masukan bagi program pendidikan matematika.
Bagi pihak-pihak yang terkait, yakni:
a) Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan rasa percaya
diri dan hasil belajar matematika siswa.
b) Bagi guru, diharapkan Developmentally Appropriate Practice menjadi
alternatif yang dapat digunakan dalam mengajarkan matematika agar
lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan dan
memperbaiki kualitas pengajaran matematika untuk jenjang sekolah
dasar.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teoritis
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari mathema dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar”. Juga matematikor
yang diartikan sebagai “sukar belajar”.1 Menurut Johnson dan Rissing,
matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang
logik, matematika itu bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas, akurat, refresentasinya dengan simbol dan padat. Jadi
dapat disimpulkan matematika merupakan suatu pengetahuan tentang ilmu
bilangan, logika mengenai bentuk, susunan besaran dan konsep-konsep
dimana dalam mempresentasikannya menggunakan simbol-simbol. Beberapa
karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum2,
yaitu:
a. Memiliki objek kajian abstrak.
b. Bertumpu pada kesepakatan.
c. Berpola fikir deduktif.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan.
f. Konsisten dalam sistemnya.
Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dalam dunia
pendidikan, karena mata pelajaran matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan bilangan simbol. Ada
dua hal yang harus diperhatikan dalam belajar matematika, yaitu cara
1http://id.wikipedia.org/wiki/matematika#ikhtisar_dan_sejarah_matematika.
2 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia,
(DEPDIKNAS, 1999/2000), hal.13
penyampaian pelajaran matematika dan batas kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran matematika.
b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah aktifitas yang paling penting dalam kehidupan
manusia, khususnya dalam pendidikan. Ini berarti bahwa keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses
belajar dapat berlangsung efektif.
Beberapa definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Skinner, mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangung secara progresif.
2. Sutikno, mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
3. Hakim, mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir dan lain-lain kemampuannya.3
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang
setelah melakukan aktifitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah
proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan
usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang
dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.
Kita dapat mengidentifikasi beberapa perubahan yang merubah
perilaku belajar, antara lain:
1. Perubahan intrapersonal dalam arti perubahan yang terjadi kerena
intensitas pengalaman, praktik atau latihan yang dilakukan secara sengaja.
3 Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rineka Aditama, 2007), cet.1,
hal. 5
2. Perubahan menuju arah positif, dalam arti sesuai dengan yang dihapakan
(normative) atau kriteria keberhasilan (criteria of success) baik dipandang
dari segi siswa, guru maupun lingkungan sosial.
3. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna
tertentu bagi siswa-setidaknya sampai batas waktu tertentu, baik demi
alasan penyesuaian diri maupun dalam rangka mempertahankan
kelangsungan hidupnya.4
Adapun pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar
pada diri peserta didik. Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang
digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita
menggunakan istilah “proses belajar mengajar” dan “pengajaran”. Istilah
pengajaran merupakan terjemahan dari “Instruction”. Menurut Gagne, Briggs
dan Wager, pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Instruction is a set of
events that effect learners in such a way learning facilitated. (Pengajaran
merupakan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar yang lebih mudah bagi siswa).
Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi
yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu.
Meteri pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran
mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik dan media
dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan
melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara optimal.5
4 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembagan, (Jakarta: Terazu Mizan, 2004), cet. 1, hal.
122 5Udin. S. Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),
cet.1, hal.1.19
2. Percaya Diri
Rasa percaya diri merupakan sikap positif yang harus dimiliki oleh
setiap orang, tidak hanya harus dimiliki oleh orang dewasa tetapi anak-anak
juga memerlukannya dalam perkembangannya menjadi dewasa. Dalam belajar
sikap ini sangat penting dimiliki oleh setiap siswa, karena sangat berpengaruh
terhadap prestasi yang akan mereka capai.
Menurut Anita Lie (2004), percaya diri berarti yakin akan
kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah.6 Hal ini
berarti bahwa orang yang memiliki percaya diri dapat menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau
setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas
tersebut. Orang yang percaya diri mempunyai keberanian dan kemampuan
untuk meningkatkan prestasinya sendiri. Dan menurut Anita Lie ciri-ciri
perilaku yang tercermin dari anak yang memiliki kepercayaan diri, adalah
yakin kepada diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu,
merasa diri berharga, tidak menyombongkan diri, memiliki keberanian untuk
bertindak.
Selanjutnya Dariyo (2007), menyatakan bahwa percaya diri juga
diartikan kemampuan individu untuk dapat memahami dan menyakini seluruh
potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri
dengan lingkungan hidupnya. Orang yang percaya diri biasanya mempunyai
inisiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari
kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berpikir positif menganggap semua
permasalahan pasti ada jalan keluarnya. 7
Sedangkan menurut Lauster, percaya diri merupakan sikap atau
perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang
bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa
bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat
6 Anita Lie, 101Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2004), cet.3, hal. 4 7 Agoes Dariyo, Psi, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Rafika Aditama, 2007), cet.1, hal.206
menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi
serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya. Terdapat beberapa
karakateristik untuk menilai kepercayaan diri seseorang, yaitu percaya pada
kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki
konsep diri yang positif dan berani mengungkapkan pendapat.8
Dalam belajar matematika, rasa percaya diri anak harus kita
tumbuhkan karena sikap ini sangatlah penting. Pada umumnya disekolah
sering kita menemukan anak yang malu bertanya ketika mereka kurang
mengerti tentang materi yang dijelaskan oleh guru, anak enggan menjawab
pertanyaan karena khawatir jawaban mereka salah, anak malu mengerjakan
soal didepan kelas, anak mencontek ketika mereka ujian. Sikap ini merupakan
gambaran bahwa mereka kurang memiliki rasa percaya pada kemampuan diri
mereka sendiri. Sedangkan sebaliknya anak yang memiliki rasa percaya diri
yang tinggi tidak akan takut untuk menjawab pertanyaan guru, tidak akan malu
untuk bertanya ketika mereka tidak memahami apa yang dijelaskan dengan
guru mereka, tidak akan malu mengerjakan soal didepan kelas, tidak akan
mencontek ketika ujian, berusaha mengerjakan tugas sendiri dan tidak merasa
takut untuk mempelajari materi pelajaran yang baru karena mereka yakin
mereka mampu belajar matematika.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa menjadi kurang
percaya diri, yaitu:9
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri,
perasaan dan sikap batin yang kurang sehat yang terbentuk dalam diri anak
yang dapat mempengaruhi anak menjadi kurang percaya diri, misalnya:
a. Merasa diri tidak berharga
Penghargaan diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang
dirinya sendiri. Sebab utama seseorang punya penghargaan diri yang
rendah (rendah diri) adalah karena mereka tidak diberi dukungan
emosional dan penerimaan sosial yang memadai. Seorang siswa
8http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12&itemi
d=11 9 Lairin Yono Prasetyo, Jurnal WIDYA, Jakarta: Nopember 2003/No.218 Tahun XX
menjadi rendah diri dalam belajar dapat disebabkan karena dalam
proses pembelajaran sering mendapatkan teguran ketika melakukan
kesalahan dalam mengerjakan tugas, salah menjawab pertanyaan,
lambat memahami materi pelajaran yang diberikan dan mendapatkan
hasil ujian yang tidak memuaskan. Rasa rendah diri yang terus
menetap dan berlebihan akan sangat berpengaruh buruk terhadap
prestasi belajar siswa.
b. Minat.
Minat sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar, siswa yang
memiliki minat yang kurang terhadap belajar anatara lain pada
pelajaran matematika, akan memiliki sikap belajar belajar yang tidak
baik, siswa akan merasa pelajaran tersebut adalah suatu beban, dan
sesuatu yang membosanan. Siswa akan menunjukan sikap acuh tak
acuh dan tidak tertarik untuk belajar.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri,
interaksi sosial dan kondisi lingkungan sekitar sangat berpengaruh dan
menentukan keberhasilan seseorang. Interaksi antara pendidik dan siswa
yang kurang terjalin dengan baik, pendidik mudah memberikan hukuman
kepada siswa, sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai
serta lingkungan belajar yang tidak kondusif, tidak nyaman dan tidak
menyenangkan dapat menghambat kegiatan belajar mengajar dan
memberikan dampak yang negatif terhadap perkembangan psikologis
seseorang. Siswa akan merasa takut, cemas dan terancam ketika berada
dalam lingkungan belajar yang menegangkan dan kaku, dengan kondisi
seperti ini otak anak tidak dapat bekerja secara optimal, untuk menerima
dan memahami pelajaran, yang menyebabkan siswa merasa tidak mampu
belajar dan menurunnya rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan
dirinya.
Untuk membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri dalam
belajar matematika, salah satu caranya dijelaskan oleh Carol Gestwicki,
bahwa: 10
Young children need opportunities to use number concepts and skill
to explore, discover and solve meaningful problems. Young children
think better when the physically act upon objects. An important goal
of primary mathematics curricula is to help children develop
confidence in their ability to think things through. To assess
children’s confidence in math, a visitor can walk around the
classroom while children are completing a worksheet and stop to ask
individual children, “how did u get this answer?” (pointing to a
correct answers). Many children immediately reach for their
erasers, indicating their lack of confidence in their own ideas.
Dari uraian tersebut berarti bahwa, tujuan utama dari pelajaran
matematika adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa akan
kemampuannya, seorang pendidik dapat membantu menumbuhkan
kepercayaan diri siswa dengan memberikan tugas/permasalahan dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar, bereksplorasi dan
berusaha menemukan atau menyelesaikannya dengan menggunakan benda/
alat-alat yang dapat membantu mereka memahami konsep matematika
sehingga siswa dapat menemukan dan menyelesaikan tugas mereka sendiri.
Dengan cara seperti ini akan melatih kemandirian dan kepercayaan terhadap
kemampuan mereka sendiri.
Dalam memberikan tugas kita harus memperhatikan tingkat
kesulitannya, jangan memberikan tugas yang terlalu sulit dan tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan mereka. Karena ketika anak tidak bisa
menyelesaikan tugas dan menguasai materi pelajaran yang seharusnya belum
mereka pelajari atau pelajaran itu terlalu abstrak hal ini dapat menjatuhkan
rasa percaya diri mereka.
Menurut Erikson (Lie, 2004) usia 6-12 tahun merupakan tahapan
pertentangan antara dorongan untuk membuktikan kemampuan diri dan
10
Carol Gestwicki, Developmentally Appropriate Practice, (Canada, Thomson Delmar Learning,
2007), 3th
edition, hal. 382.
kejatuhan dalam rasa minder. Pada tahapan ini kemampuan kognitif anak
berkembang, daya konsentrasi mereka meningkat dan anak dapat berfikir serta
berimajinasi dengan baik serta membentuk sistem logika. Pada saat anak
duduk dibangku sekolah dasar, dia harus menghadapi banyak tantangan baik
di sekolah maupun di lingkungan rumah.11
Selanjutnya menurut Hartley-Brewer menyebutkan bahwa tahap
perkembangan pada usia 6-12 tahun, bagi anak moral dan perilaku yang baik
adalah yang dapat menyenangkan atau membantu orang lain. Anak akan
mencari persetujuan dan peneguhan dari orang sekitarnya tentang perilaku
yang baik dan tidak baik dilakukan. Pada masa ini kita dapat membantu
menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan memberikan rasa aman dan
nyaman, memberikan pujian untuk pekerjaan baik yang mereka lakukan,
memberikan mereka tanggung jawab dan memberikan mereka kesempatan
untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi serta memberikan mereka
kesempatan dalam mengambil keputusan.12
Menurut Carol Gestwicki ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa, yaitu: 13
Primary-aged children continue to grow in self esteem when teachers
creat environments in which:
1. Children are able to succeed because the adults have chosen
learning tasks and methods appropriate to their developmental
level.
2. Primary-aged children begin to use social comparison as a
method of defining themselves.
3. Children perceive that teachers expect and believe they are
capable of learning, no matter what their social class, ethnic
background, or gender.
4. Children are encouraged to be independent and self-reliant, to
rely on their own thinking, answer, choices, and solutions.
5. Teacher plan games and classroom activities designed to enhance
self-esteem and awareness.
11
Anita Lie, 101Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak…, hal. 65. 12
Elizabeth Hartley-Brewer, Menumbuhkan Rasa Pede Pada Anak, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer, 2005), cet.1 13
Carol Gestwicki, Developmentally Appropriate Practice…, hal. 270.
6. Children participate in democratic discipline. They are
encouraged to take an active role classroom regulation, including
participating with the teacher in developing positive classroom
rules and in problem-solving.
7. Select learnig tasks that are too difficult for children and
teaching methods that ignore their natural learning style.
8. Consistently hold up talented and gifted students as the exemplars
for all.
9. Expect too much or too little of children and convey an attitude of
differential responsiveness-for example, by having reading
groups for the poorest readers, which imply that these children
are less capable and which “children clearly identify as the smart
group and the dumb group.
10. Ignore cultural and other differences or treat some children, such
as English language learners, as if they are expected to learn
less.
11. Rely heavily on reward and punishment systems of discipline in
the classroom, assuming a position of powerful judge and rule
enforcer.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik dapat
membantu menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan taraf
perkembangan anak, dan memberikan tugas dengan tingkat kesulitan yang
bertahap sesuai dengan kemampuan siswa serta membimbing siswa untuk
menyelesaikan tugas itu sendiri karena dengan cara seperti ini dapat melatih
siswa untuk belajar mandiri dan percaya terhadap kemampuan mereka sendiri.
Mencipatakan suasana belajar yang menyenangkan salah satunya belajar
melalui permaian, mendisain kegiatan kelas dan melatih siswa untuk terlibat
dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan tersebut dan melatih mereka untuk
memecahakan persoalan dan membuat keputusan sendiri. Memberikan reward
bagi siswa yang melakukan tugas dengan baik dan memberikan hukuman bagi
siswa yang telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan tanpa melihat
perbedaan latar belakang sosial, agama dan kebudayaan.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti memberikan definisi
operasional kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap kemampuannya dalam belajar matematika
dan berusaha untuk meningkatkan prestasinya sendiri, tidak bergantung pada
orang lain, memiliki keberanian untuk bertindak dan memiliki konsep diri
yang positif.
3. Developmentally Appropriate Practice (DAP)
Munculnya konsep DAP dikarenakan banyaknya kurikulum yang
dikembangkan di sekolah-sekolah Amerika pada kurun waktu tahun 1960-an
sampai akhir 1970-an yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak
(terutama untuk anak usia dibawah 8 tahun). Kurikulum-kurikulum tersebut
dianggap telah gagal menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan.14
Ciri-ciri kurikulum
tersebut adalah:
Orientasi hanya menghafal materi pelajaran (rote memorization).
Latihan intensif mengerjakan soal lebih banyak mengandalkan
kemampuan kognitif (akademik) dan sedikit melibatkan aspek lain (sosial,
emosi dan spiritual).
Materi pelajaran bersifat abstrak dan tidak konkret.
Materi pelajarannya terpisah, tidak berhubungan atau tidak terintegrasi
dengan mata pelajaran lainnya (fragmented curriculum).
Materi pelajarannya tidak kontekstual atau tidak relevan dengan
kehidupan nyata, sehingga siswa tidak mengetahui manfaat nyata dari
materi yang sedang dipelajari.
Guru berceramah dan anak hanya menjadi pendengar pasif.
Siswa lebih banyak duduk di kelas dalam mengerjakan tugas tanpa
berinteraksi dengan kawannya.
Ujian atau ulangan yang diberikan lebih mengutamakan pilihan berganda
(multiple choice).
Pada awal tahun 1980-an NAEYC (National Association for the
Education of Young Children) yang dimotori oleh Sue Bredekamp
mencetuskan pendidikan yang sesuai dengan konsep DAP. Konsep
Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah “pendidikan yang patut
14
Ratna Megawangi, Pendidikan Yang Patut...,hal.1.
sesuai dengan tahapan perkembangan anak”. Perkembangan adalah pola
perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan
terus berlanjut di sepanjang hayat. Pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan, artinya pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada
tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan atau terlalu mudah
dan menjemukan.
Menurut Sue Bredekamp terdapat tiga dimensi kepatutan/ketepatan
yang harus diperhatikan dalam mendidik anak sesuai dengan konsep
Developmentally Appropriate Practice, yaitu tepat menurut umur, tepat
menurut lingkungan sosial dan budaya, dan tepat menurut anak sebagai
individu yang unik.15
Prinsip kepatutan/ketepatan menurut umur didasari dari
teori perkembangan kognitif J. Peaget yang membagi tahapan perkembangan
kognitif anak sebagai berikut:
1. Tahap sonsorimotor (usia 0 – 2 tahun).
2. Tahap pre-operasional (usia 2 – 7 tahun).
3. Tahap operasi konkret (usia 7 – 11 tahun).
4. Tahap operasi formal (usia 11 tahun keatas).
Anak yang duduk dibangku sekolah dasar pada umumnya berusia 7 hingga 11
tahun, pada usia ini anak masih berada pada tahap pra-operasional dan mulai
memasuki tahap operasioanal konkret. Pada tahapan ini umumnya cara berfikir
anak masih sederhana dan tergantung pada objek konkret untuk dapat
memahami suatu konsep. Anak mulai berfikir secara logis dan dapat
menerapakannya dalam menyelesaikan masalah yang konkret.
Menurut teori konstruktivisme Piaget bahwa pengetahuan seseorang
merupakan bentukan (konstruksi) orang itu sendiri. Contohnya pengetahuan
tentang matematika yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan
suatu objek atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini tidak dapat diperoleh dari
membaca atau mendengarakan orang berbicara tetapi dibentuk dari tindakan
15
Ratna Megawangi, Pendidikan Yang Patut...,hal.5.
seseorang terhadap suatu objek.16
Pembelajaran akan lebih efektif kalau
seorang anak dihadapkan pada konflik serta tindakan atau pengalaman nyata.
Menurut Vigotsky bermain dan aktivitas yang bersifat konkret dapat
memberikan momentum bagi anak untuk belajar sesuatu yang sesuai dengan
tahap perkembangan umurnya (age-appropriate) dan kebutuhan spesifik anak
(individual needs), anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep
baru ketika mereka mencoba memecahkan masalah dengan objek-objek
konkret (tidak abstrak). Hal ini sesuai dengan teori perkembangan Piaget
bahwa pada usia antara 7-12 tahun anak berada pada tahap operasional
konkret (concrete operational thinking), pada tahap ini Piaget menyarankan
dalam pembelajaran matematika condong untuk mulai dari yang konkret dan
baru perlahan-lahan ke yang abstrak.
Pembelajaran untuk tingkat SD yang sesuai dengan konsep DAP
adalah pembelajaran terpadu (Integrated Learning), dengan mengaitkan mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari sehingga bagi anak pembelajaran seperti ini akan
menjadi lebih bermakna. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga atau
media pembelajaran, dengan mencelupkan anak dalam pengalaman konkret
sehingga mereka dapat secara aktif melakukan sesuatu yang melibatkan
seluruh potensinya (kognitif, emosi, imajinasi dan kreatifitas), dan subjek
yang diajarkan dapat mudah dimengerti oleh anak sehingga akan
meningkatkan daya minat anak, anak lebih percaya diri, dan akhirnya anak
akan terus bersemangat belajar, dan belajar sambil bermain.17
Dalam hubungan ini bermain merupakan ciri kegiatan belajar anak
sekolah dasar. Proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan sebagaimana dalam permainan. Guru harus menciptakan
suasana bermain dalam belajar dan suasana belajar dalam bermain, sehingga
16
Paul Suparna, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Jakarta: Kanisius, 2001), cet-1, h.
120 17
Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004), cet-1,
hal. 123.
anak akan memperoleh banyak manfaat dalam proses pembelajaran.18
Guru
juga harus dapat menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat
dan media atau alat peraga sehingga memudahkan siswa untuk memahami
materi yang disampaikan, dan harus dapat menciptakan kondisi kelas yang
kondusif dan nyaman untuk anak belajar, dengan kondisi yang demikian akan
mengaktifkan bagian neo-cortex (otak berfikir), sehingga dapat
mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak.19
Usia sekolah dasar adalah usia yang paling kritis dalam pembentukan
kepribadian anak, masa ini adalah masa yang paling kirtis bagi anak-anak
untuk mengembangkan kepercayaan dirinya bahwa mereka mampu untuk
berkarya dan berekplorasi, pada masa ini anak-anak harus ditumbuhkan rasa
percaya pada kemampuan dirinya sendiri karena apabila tidak maka sikap
yang timbul adalah perasaan rendah diri atau minder. Mata pelajaran yang
terlalu abstrak dan terlalu sulit (tidak sesuai dengan konsep DAP) akan
berbahaya bagi perkembangan emosi anak, sementara suasana emosi sangat
berpengaruh dan menentukan efektifitas belajar.
Menurut Santrock, dalam proses pembelajaran di sekolah sering kita
menemukan pendidik yang menggunakan strategi mengajar yang tidak efektif
dan tidak tepat untuk anak usia sekolah dasar, misalnya:20
1. Guru menggunakan pelajaran yang sangat terstruktur dan pembelajaran
hanya terpusat pada guru.
2. Guru mengarahkan semua aktivitas anak, apa yang harus mereka lakukan
dan kapan mereka harus melakukannya.
3. Anak terbiasa duduk pasif hanya mendengarkan, melihat, mencatat
pelajaran, dan mengerjakan tugas yang diberikan.
Agar tercipta suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, ada beberapa
strategi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu:
18
IG. A. K Wardani.M.Sc, Psiokologi Belajar, (Jakarata: Universitas Terbuka, 1999), hal. 2.22 19
Ratna Megawangi, Pendidikan Holistik, (Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2008), cet-2,
hal. 41. 20
John W Santrock, Pendidikan Psikologi..., hal.106.
1. Pendidik menyiapkan lingkungan untuk anak belajar melalui eksplorasi
dan membiarkan anak berinteraksi dengan teman dan materi yang ada
disekitarnya.
2. Anak diberikan kesempatan memilih sendiri aktivitas yang ingin mereka
kerjakan.
3. Anak-anak dibiasakan aktif secara mental dan fisik selama proses
pembelajaran.
Menurut Carol Gestwicki dalam bukunya yang berjudul
Developmentally Appropriate Practice menjelaskan: 21
Developmentally appropriate math curricula reflect the idea that
children learn from their experiences, and allow children to make
sense of those experiences in their own way. Developmentally
appropriate practice for primary-aged children related to math
includes:
1. Opportunities to develop number concept by action in contexts
that are personally meaningful to children.
2. Daily life experiences in the classroom for children to use
mathematical concept.
3. Opportunities to solve practical problems, investigate, and make
decisions by themselves.
4. Many objects to classify, seriate, create patterns with, count, add
and subtract, weigh and measure. Teacher use their own
creativity, community resources, and them ideas to collect
projects for classroom manipulation.
5. Mini them projects that use math skill-such as building, cooking,
measuring-and provide a context for math.
6. Opportunities to work together on solving math problems in
noncompetitive activities that encourage discussions of the
reasoning that led to the answer, enabling children to clarify
their thingking.
7. Mini lessons for individuals and/or small group, as teachers
assess growth in math understanding and discover areas children
are ready to procced in math learning.
8. Classroom investigation activities.
9. Much time devoted to playing math games as a vehicle for the
repetition needed for children to learn number recognition and
value.
10. Linking book with learning math can help children read to
understand how math is a natural part of their physical and
21
Carol Gestwicki, Developmentally Appropriate Practice…, hal. 382
sosial world and to use the natural context of stories to discuss
and reason about mathemathical ideas (whitin and whitin 2005).
Dalam buku yang berjudul “Developmentally Appropriate Practice“,
Carol Gestwicki menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran pendidik
dapat memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun
berkelompok dan memberikan mereka kesempatan untuk menemukan dan
berusaha memecahkan persoalan tersebut, dalam pembelajaran siswa dapat
menggunakan benda konkret atau benda manipulatif yang dapat memudahkan
mereka memecahkan persoalan dan memahami konsep matematika. Selain itu
pembelajaran juga dapat dilakukan melalui permainan, pendidik dapat
menciptakan kegiatan ataupun permainan yang menarik dan dapat melatih
kemampuan matematika siswa, dan pendidik juga dapat menghubungkan
matematika dengan mata pelajaran lain ataupun menjelaskan manfaat
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mendiskusikan persoalan yang
dapat diselesaikan dengan matematika. Dengan cara pembelajaran seperti ini
akan melatih kemandirian siswa dan dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa serta dapat menumbuhkan
ketertarikan siswa untuk belajar.
Dari yang sudah diuraikan diatas tentang pembelajaran berbasis
Developmetally Appropriate Practice maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam proses pembelajaran sebaiknya menggunakan alat peraga yang
dapat memudahkan anak untuk belajar dan memahami suatu konsep
matematika.
2. Belajar dapat dilakukan melalui permainan.
3. Mengembangkan pembelajaran terpadu, dengan mengaitkan satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, dengan menjelaskan manfaat dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membuat pelajaran
menjadi lebih bermakna dan menumbuhkan rasa ingin tahu dan
ketertarikan anak untuk belajar.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Yuli Ismayanti, dalam penelitiannya yang berjudul ”Pembelajaran
Matematika Berbasis Developmentally Appropriate Practice Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa”, memberikan
kesimpulan bahwa motivasi belajar matematika siswa lebih meningkat
setelah diterapkan konsep Developmentally Appropriate Practice dalam
proses pembelajaran.
2. Nur Asnah, dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Penerapan
Developmentally Appropriate Practice Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa
yang menerapkan konsep Developmentally Appropriate Practice dalam
proses pembelajarannya lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar
matematika siswa yang tidak diberikan pembelajaran dengan penerapan
konsep DAP.
3. Haratua Tiur Maria, Sesilia Seli, dan Okiana Tarigan, dalam penelitian
mereka yang berjudul ”Penerapan Developmentally Appropriate Practice
Melalui Pembelajaran Terintegrasi Menggunakan Permainan Puzzle Kayu
Untuk Meningkatkan Hasil dan Minat Belajar Siswa Kelas 1 SD”, Hasil
dari penelitian tersebut adalah rata-rata aktivitas siswa setelah dilakukan
tindakan meningkat menjadi 88,57% dan hasil tes yang diperoleh pada
akhir pembelajaran yaitu nilai rata-rata siswa 9,17, hasil ini telah mencapai
ketuntasan pemahaman konsep yaitu 70% dari jumlah siswa menjawab
benar minimal 65% dari soal ang diberikan. Kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah bahwa dengan diterapkan konsep Developmentally
Appropriate Practice dalam proses pembelajaran aktifitas, minat, dan hasil
belajar siswa meningkat lebih baik.
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Diterapkannya pembelajaran berbasis Developmentally Appropriate
Practice (DAP), dapat membuka ruang yang luas bagi siswa untuk mengalami
sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan dan
menyenangkan. Pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP
menitikberatkan pada pembelajaran yang sesuai dengan taraf perkembangan
siswa. Pendidik tidak hanya memperhatikan materi yang disampaikan kepada
siswa tetapi juga harus memperhatikan tingkatan usia dan kondisi psikologis
siswa karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan dan kematangan
siswa untuk belajar.
Pada tingkatan sekolah dasar perkembangan kognitif siswa masih
berada pada tahap operasional konkret sehingga dalam mamahami suatu
konsep pelajaran siswa masih sangat membutuhkan benda-benda konkret.
Dengan mencelupkan siswa kedalam pengalaman konkret, siswa dapat secara
aktif melakukan sesuatu yang melibatkan seluruh potensinya (kognitif, emosi,
imajinasi dan kreatifitas) dan tingkat kesukaran materi yang diberikan harus
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa agar dapat mudah dimengerti
sehingga akan meningkatkan daya minat, percaya diri dan semangat belajar
siswa.
Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan diatas, maka
diharapkan bahwa penerapan pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP
dapat meningkatkan percaya diri, kemandirian dan hasil belajar matematika
siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDI Ruhama Cirendeu, waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2009 sampai dengan Januari
2010.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas atau classroom action research, yaitu suatu
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus
sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi)
dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu
tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.1 Ada empat tahapan penting
dalam penelitian tindakan, yaitu:
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam
proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat
beberapa instrumen penelitian yang terdiri dari angket kepercayaan
diri, lembar observasi dan lembar wawancara.
Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (Acting).
1Kunandar, S.Pd, M.Si, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal. 44
Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan
tindakaan kelas.
Tahap 3: Pengamatan (Observing)
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan agar memperoleh data yang akurat untuk
perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai
kegiatan mengamati, menggali dan mendokumentasikan semua gejala
atau indikator yang terjadi selama proses penelitian. Dalam penelitian
ini, peneliti dibantu oleh seorang observer yang membantu peneliti
untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Tahap 4: Refleksi (Reflecting).
Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga
dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai
tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini
dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian
sebelumnya.
Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan
dilanjutkan dengan siklus II. Apabila hasil dari siklus II sudah menunjukan
bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi
apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian akan
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Tabel 3.1
Diagram Desain Penelitian Tindakan Kelas
Permasalahan
Kurangnya percaya diri
siswa dalam belajar
matematika.
Perencanaan
Tindakan I
Pengamatan/
pengumpulan
data I
Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi I
Permasalahan baru
hasil refleksi I
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Pengamatan/
pengumpulan
data II
Refleksi II
Apabila masalah
belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke
siklus
berikutnya.
Siklus I
Siklus II
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti akan menjadikan siswa kelas V-B SDI
RUHAMA sebagai subjek penelitian. Jumlah siswa dalam kelas ini sebanyak
34 orang yang terdiri dari 14 orang murid laki-laki dan 20 orang murid
perempuan. Keputusan ini berdasarkan hasil observasi yang dilakukan,
peneliti melihat pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa
cenderung pasif, siswa terlihat takut dan malu bertanya ataupun menjawab
pertanyaan guru, dan pada saat mengerjakan tugas banyak siswa yang
berulang kali maju ke depan kelas untuk menanyakan hasil pekerjaan mereka
pada guru bahkan tidak sedikit siswa yang mencontek pekerjaan siswa lain. Ini
merupakan indikasi rendahnya kepercayaan diri siswa dalam belajar
matematika.
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan
pelaksana kegiatan, melakukan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis
data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu
oleh seorang observer (pengamat) yang bertugas mengamati aktivitas siswa
selama proses belajar mengajar berlangsung.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan melakukan pra
penelitian (penelitian pendahuluan) dan akan dilanjutkan dengan tindakan
pertama dalam siklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan
analisa dan refleksi pada siklus I dan apabila indikator keberhasilan belum
tercapai maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus II.
Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukan bahwa
indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi
apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan
dilanjutkan ke siklus siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil refleksi
siklus II.
Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Pendahuluan
1. Observasi proses pembelajaran dikelas.
2. Wawancara dengan guru kelas.
3. Wawancara dengan siswa.
Tabel 3.3
Tahap Penelitian Siklus I
Perencanaan.
1. Membuat rencana pembelajaran berbasis DAP.
2. Menyiapkan media dan alat pembelajaran.
3. Membuat lembar kerja siswa.
4. Membuat lembar evaluasi
5. Membuat pedoman observasi.
6. Membuat soal tes akhir siklus I.
Tindakan.
1. Melaksanakan cenario dan rencana pembelajaran sesuai dengan rencana
tindakan ditunjang dengan alat peraga dan media pembelajaran.
2. Menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan konsep DAP (menggunakan
alat peraga, belajar sambil bermain, pembelajaran terpadu).
Observasi.
1. Mengamati jalannya proses pembelajaran.
2. Mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran.
3. Mendokumentasikan kegiatan siswa.
4. Mengamati tes siklus I.
Refleksi.
Hasil pengamatan dianalisis dan direfleksikan untuk memperoleh masukan
bagi tindakan siklus berikutnya.
Tabel 3.4
Tahap Penelitian Siklus II.
Perencanaan.
1. Membuat rencana pembelajaran berbasis DAP sesuai dengan hasil
refleksi siklus I.
2. Menyiapkan media dan alat pembelajaran.
3. Membuat lembar kerja siswa.
4. Membuat lembar evaluasi.
5. Membuat pedoman observasi.
6. Membuat soal tes akhir siklus II.
Tindakan.
1. Melaksanakan skenario dan rencana pembelajaran sesuai dengan rencana
tindakan ditunjang dengan alat peraga dan media pembelajaran.
2. Menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan konsep DAP (menggunakan
alat peraga, belajar sambil bermain, pembelajaran terpadu)
3. Mewawancarai siswa.
4. Tes akhir siklus II.
Observasi.
1. Mengamati jalannya proses pembelajaran.
2. Mengamati aktifitas siswa selama pembelajaran.
3. Mendokumentasikan kegiatan siswa.
4. Mengamati tes siklus II.
5. Menganalisis data yang dikumpul pada setiap pertemuan.
Refleksi.
Hasil dari pengamatan dianalisis dan direfleksikan untuk memperoleh
masukan apakah tindakan yang dilaksanakan berhasil atau tidak dan untuk
mendapatkan data apabila akan dilaksanakan siklus selanjutnya.
Berdasarkan desain tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus
selanjutnya perlu dilakukan atau tidak, sedangkan penelitian ini akan berakhir
atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebaga berikut:
1. Adanya peningkatan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika, hal
ini dapat dilihat berdasarkan skor rata-rata angket kepercayaan diri siswa
pada tiap indikator ≥ 65%.
2. Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukan bahwa 70% dari
jumlah seluruh siswa sudah mendapatkan nilai lebih dari nilai KKM yaitu
6,5.
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas dalam menerapkan
pembelajaran matematika berbasis DAP, hasil penelitian yang diharapkan
adalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif.
1. Data kualitatif; hasil observasi proses pembelajaran, hasil wawancara
kepada guru dan siswa, hasil angket kepercayaan diri belajar matematika
siswa, hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).
2. Data kuantitatif; nilai tes siswa pada setiap akhir siklus.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas dan peneliti.
H. Intrumen-Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis,
yaitu:
1. Instrumen Tes
Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap
akhir siklus, dan tes evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran. Tes
ini bertujauan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diberikan dan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar matematika siswa. Berikut kisi-kisi instrumen tes siklus I dan
siklus II.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Tes Siklus I
No Indikator
Kompetensi
Jumlah C
1
C
2
C
3
1. Menentukan persentase sederhana dari
banyak barang tertentu. 2 1
2. Menentukan jumlah benda yang
diambil jika persentase dan jumlah
total benda diketahui.
3 5 2
3. Mengubah persen kedalam pecahan
biasa atau desimal, atau megubah
desimal kedalam pecahan atau persen
1 2
4. Membandingkan 2 jenis pecahan yang
tak sejenis. 4 1
Jumlah 6
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Tes Siklus II
2. Instruman Non-tes
Dalam instrumen non-tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
No Indikator
Kompetensi
Jumlah C
1
C
2
C
3
1. Melakukan operasi penjumlahan berbagai
bentuk pecahan berpenyebut beda. 1 2 2
2. Melakukan operasi pengurangan berbagai
bentuk pecahan berpenyebut beda. 3 1
3. Melakukan operasi hitung campuran
berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. 4 1
Jumlah 4
a. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran matematika berbasis DAP terlaksana dengan baik,
bagaimana interaksi yang terjadi dikelas, serta untuk mengetahui
kekurangan dalam proses pembelajaran.
b. Lembar angket kepercayaan diri.
Angket ini bertujuan untuk mengukur rasa percaya diri siswa dalam
upaya meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam belajar
matematika. Berikut kisi-kisi angket kepercayaan diri belajar
matematika:
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Angket Kepercayaan Diri
DIMENSI INDIKATOR
1. Percaya pada kemampuan
diri sendiri.
a. Yakin pada diri sendiri.
b. Tidak putus asa.
2. Mandiri. a. Tidak bergantung pada orang
lain.
b. Bertanggung jawab
c. Ingin berprestasi tinggi
3. Memiliki keberanian
untuk bertindak.
a. Berani mengungkapkan
pendapat
c. Lembar wawancara.
Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-
masalah yang dihadapi dikelas.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian itu adalah sebagai
berikut:
1. Nilai hasil belajar siswa; data diperoleh dari tes akhir siswa yang
dilakukan pada setiap akhir siklus.
2. Angket kepercayaan diri; angket diberikan kepada siswa setiap akhir
siklus yang dijadikan sebagai acuan untuk mengukur tingkat kepercayaan
diri siswa dalam belajar matematika.
3. Lembar observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
4. Hasil wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan
siswa pada tahap pra penelitian dan setiap akhir siklus.
5. Hasil dokumentasi; berupa foto-foto yang diambil pada saat proses
pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus.
Setelah data terkumpul, peneliti bersama observer melakukan diskusi
dan menganalisis data, mengetahui kekurangan dalam proses data
pembelajaran dan membuat rencana untuk tindakan siklus berikutnya.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi.
Untuk memperoleh data yang valid, peneliti menggunakan beberapa
teknik, yaitu teknik triangulasi, saturasi dan member ckeck.2
1. Teknik triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau
analisis dari si peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra peneliti.
Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yatiu sudut pandang
guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa dan sudut pandang mitra
peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi.
2. Teknik saturasi yaitu menggali data dari sumber yang berbeda untuk
memperoleh informasi tentang hal yang sama.
3. Member check yaitu memeriksa kembali data yang sudah terkumpul, baik
tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya serta
mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
Agar diperolah data yang valid, instrumen angket kepercayaan diri
siswa diujicobakan untuk mengetahui dan mengukur validitas dan
reliabilitasnya.
2 Kunandar, S.Pd, M.Si, Penelitian Tindakan Kelas..., hal. 107
a. Validitas.
Untuk menghitung validitas instrumen angket kepercayaan diri digunakan
rumus korelasi poin biserial (rpbi), yaitu:3
p t
pbi
t
M M pr
SD q
rpbi = Koefisien korelasi biserial.
Mp = Mean (rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh peserta tes yang
menjawab betul.
Mt = Mean skor total yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.
SDt = Deviasi standar total.
p = Proporsi peserta yang menjawab betul.
q = Proporsi peserta yang menjawab salah.
b. Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas instrument angket digunakan rumus
koefisien alpha, yaitu:
21
1
i i
ii
t
p qkr
k s
rii = Koefisien reliabilitas tes.
k = Cacah butir.
piqi = varian skor butir
st2 = Varian skor total.
K. Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara
deskriptif-analitis. Analisis data dilakukan pada berbagai kesempatan dari
awal penelitian sampai akhir proses penelitian. Hasil dari analisis ini berupa
informasi berbentuk kalimat-kalimat yang memberi gambaran proses
penelitian.
3 Pudji Mulyono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Grasindo 2008), hal. 90
Untuk menganalisis setiap indikator kepercayaan diri siswa
digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut:
100%f
P Xs
Keterangan:
P = Persentase kepercayaan diri siswa.
f = Frekuensi siswa yang melakukan indikator kepercayaan diri.
s = Jumlah siswa yang hadir.
L. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pada siklus I selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka akan
ditindak lajuti dengan melakukan siklus selanjutnya dengan perencanaan
pembelajaran yang telah diperbaiki sebelumnya.
Penelitian ini akan berakhir apabila persentase skor rata-rata angket
kepercayaan diri siswa pada tiap indikator telah mencapai ≥65%, hal ini
menunjukan bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
berbasis Developmentally Appropriate Practice (DAP) dalam meningkatkan
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika telah berhasil.
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA,
INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di
SDI RUHAMA Cirendeu. Kegiatan ini meliputi wawancara dengan guru
matematika dan siswa, serta melakukan observasi proses pembelajaran
matematika di kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan
yang dihadapi pada proses pembelajaran matematika di SDI RUHAMA
Cirendeu. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V, pihak sekolah
menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian adalah kelas V-B
dengan alasan karena tidak ada perbedaan mengenai kemampuan siswa
dengan kelas V yang lainnya.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas V
pada tanggal 17 Nopember 2009. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui
proses pembelajaran matematika di kelas V dan mengetahui tentang
kemampuan dan sikap belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa metode
pembelajaran matematika yang selama ini digunakan adalah dengan
menggunakan metode ceramah dan latihan. Karena materi pelajaran
matematika yang terlalu padat sehingga menyebabkan guru tidak dapat
mencoba menggunakan metode pembelajaran lain.
Dari hasil wawancara tersebut juga diperoleh informasi bahwa sikap
belajar siswa terhadap pelajaran matematika selama ini cenderung pasif,
kurang adanya interaksi antara guru dan siswa dan sebagian besar siswa
kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Ketika pelajaran matematika
berlangsung siswa cenderung merasa takut, malas, tidak bersemangat dan
siswa takut untuk bertanya pada guru jika ada pelajaran yang tidak dimengerti
sehingga tidak sedikit siswa jika diberikan tugas oleh guru tidak
mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, bahkan ada juga siswa yang tidak
mengerjakan, siswa juga sering tidak mengerjakan PR yang diberikan, siswa
sering terlihat mengerjakan PR di kelas ketika jam pelajaran matematika
hampir dimulai, jika tidak selesai siswa mencontek pekerjaan siswa lain.
Hukuman yang diberikan guru bagi siswa yang tidak tertib dan tidak
mengerjakan tugas adalah siswa diminta berdiri di depan kelas atau keluar
kelas. Kemampuan berhitung siswa pun terbilang lemah, siswa sangat sulit
menyelesaikan perhitungan pada operasi perkalian, pembagian bahkan
pengurangan, siswa terlihat malas jika materi yang dipelajari banyak rumus
yang harus dihafal dan siswa cenderung sangat kesulitan menyelesaikan soal.
Dalam belajar siswa sulit sekali berkonsentrasi, tidak sedikit siswa yang
ngobrol bahkan ada beberapa siswa yang berjalan keliling kelas ketika guru
menjelaskan pelajaran.
Peneliti melakukan observasi pada tanggal 18 Nopember 2009,
peneliti mengamati langsung sikap siswa ketika belajar matematika, dari
mulai guru memasuki kelas, terlihat sebagian besar siswa mengeluh jika
saatnya jam pelajaran matematika, siswa cenderung sulit diatur dan terlihat
enggan mengeluarkan buku pelajaran. Ketika pelajaran berlangsung siswa
cenderung pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat
materi yang diberikan, jika merasa bosan mereka ngobrol dengan teman
ataupun bermain handphone (hp). Bahkan tidak sedikit siswa yang tidak
mencatat pelajaran dengan alasan tulisan di papan tulis tidak terlihat dengan
jelas. Pada saat guru memberikan tugas banyak siswa yang terdiam dan tidak
langsung mengerjakan tugas yang diberikan, ketika mengerjakan tugas terlihat
beberapa siswa melihat pekerjaan temannya, ada juga beberapa siswa lain
yang berulang kali maju kedepan bertanya pada guru menanyakan hasil
pekerjaannya.
Untuk mengetahui bagaimana perasaan siswa saat belajar
matematika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas V-B
setelah pelajaran matematika selesai. Hasil wawancara tersebut adalah
sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran matematika karena
pelajarannya memusingkan, terlalu banyak hitungan, materi yang disampaikan
terlalu banyak sehingga membingungkan dan terlalu banyak tugas yang
diberikan padahal mereka belum mengerti. Beberapa siswa yang menyukai
pelajaran matematika mengatakan bahwa mereka menyukai matematika
karena mereka telah mempelajari materi yang sama ditempat yang lain
sehingga mereka sering mendapatkan nilai bagus pada pelajaran matematika.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
pendahuluan yang dilakukan adalah:
a. Metode pembelajaran matematika yang sering digunakan oleh guru
matematika adalah metode ceramah dan penugasan.
b. Materi yang padat menyulitkan guru untuk mencoba menggunakan metode
pembelajaran lain dalam belajar matematika.
c. Respon siswa dalam belajar matematika masih terlihat kurang baik. Siswa
masih takut untuk bertanya kepada guru, kurang memperhatikan
penjelasan guru, kemampuan berhitung sebagian besar siswa masih
tergolong rendah, dan siswa sangat sulit berkonsentrasi pada saat belajar.
d. Masih banyak siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri dalam belajar
ini terlihat dari banyaknya siswa yang malas mengerjakan soal disebabkan
mereka tidak mengerti cara menyelesaikannya, banyak siswa yang melihat
pekerjaan teman dan beberapa siswa yang berulang kali bertanya kepada
guru ketika mereka mengerjakan soal.
2. Tindakan pembelajaran siklus I
a. Tahap perencanaan
Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 5 pertemuan dengan 3
pertemuan berdurasi 2 x 35 menit dan 2 pertemuan berdurasi 3 x 35 menit. Hal
ini dikarenakan dalam satu minggu jumlah jam pelajaran matematika adalah 7
jam pelajaran.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus I
adalah peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi untuk
setiap pertemuan. Materi yang diajarkan pada siklus I ini adalah menentukan
besar persentase, merubah persen kedalam pecahan atau desimal, dan
membandingkan dua pecahan.Untuk memudahkan siswa memahami materi
yang akan dipelajari peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa
kelereng, manik-manik, lingkaran yang terbuat dari karton, lembar percent
grids dan beberapa alat lainnya yang dapat membantu siswa lebih mudah
memahami materi yang disampaikan. Selain itu peneliti juga telah
menyiapkan lembar observasi kegiatan belajar siswa untuk setiap pertemuan,
dan angket kepercayaan diri yang akan diberikan pada akhir siklus I.
b. Tahap pelaksanaan.
Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 5 pertemuan dengan
menerapkan pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate
Practice (DAP) yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak, dalam hal ini pembelajaran matematika yang
menggunakan media atau alat-alat yang dapat memudahkan siswa memahami
materi yang disampaikan sehingga pelajaran matematika yang dipelajari tidak
menjadi abstrak bagi siswa. Adapun materinya adalah menentukan persentase
dan jumlah benda (pertemuan ke-1 dan ke-2), mengubah persen kedalam
pecahan atau desimal (pertemuan ke-3), membandingkan dua pecahan yang
tak sejenis (pertemuan ke-4) dan pelaksanaan tes siklus I (pertemuan ke-5).
Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1. Pertemuan ke-1/ Selasa 5 Januari 2010
Pertemuan pertama berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam
pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan pertama ini ada 30 orang dan ada
4 orang siswa yang tidak hadir tanpa keterangan
Pada pertemuan pertama ini peneliti bertindak sebagai guru. Materi
yang disampaikan adalah menentukan persentase sederhana dari jumlah
barang tertentu. Pelajaran dimulai dengan guru menanyakan kepada siswa
tanda ”%” (persen), apa arti yang mereka ketahui dari tanda tersebut dan
dimana mereka pernah melihat tanda tersebut. Sebagian besar siswa
mengetahui tanda ”%” (persen) dan sering melihatnya di mall. Setelah itu
guru memberikan penjelasan mengenai tanda ”%” (persen) dan sedikit
mengulang kembali tentang materi pecahan. Kemudian guru memberikan
Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) yang berisi tentang kegiatan dan meteri yang
akan dipelajari pada pertemuan hari itu. Sebagian besar siswa merasa bingung
dan takut ketika guru memberikan LKS, karena mereka berpikir guru akan
memberikan ulangan harian.
Kegiatan selanjutnya adalah guru mengeluarkan kotak yang berisi
100 manik-manik berwarna dan meminta 3 orang siswa maju kedepan kelas
untuk mengambil sejumlah manik yang mereka inginkan, tampak siswa masih
terlihat takut dan malu untuk maju kedepan kelas, belum ada siswa yang
berani maju kedepan sebelum disuruh terlebih dahulu. S1 adalah siswa yang
pertama kali maju kedepan setelah disuruh oleh guru, S1 mengambil sebanyak
23 manik-manik, kemudian guru meminta S19 dan S32 untuk maju kedepan
untuk mengambil sejumlah manik yang mereka inginkan, S19 mengambil
sebanyak 19 manik dan S32 mengambil sebanyak 12 manik. Guru meminta
semua siswa untuk mencatat nama dan jumlah manik yang telah diambil oleh
teman mereka pada LKS, kemudian guru memberikan tepuk tangan sebagai
pujian bagi siswa yang sudah berani maju kedepan.
Setelah itu guru membimbing siswa menentukan persentase dari
manik yang telah diambil oleh S1, menentukan berapa sisa manik dan
besarnya persentase dari manik yang tersisa. Selanjutnya guru meminta siswa
untuk mencoba menentukan persentase manik yang diambil oleh S19 dan S32,
berapa manik yang tersisa dan persentasenya, sebagian besar siswa terlihat
sibuk menghitung dan mereka dapat menyelesaikannya dengan baik.
Pada kegiatan 2 terdapat percent grids, siswa diminta untuk
mengarsir kotak sebanyak 39 dan 57 kotak kemudian menentukan
persentasenya, sebagian siswa masih ada yang bingung bagaimana cara
menyelesaikannya, kemudian guru membimbing siswa yang merasa kesulitan.
Sebagian besar siswa terlihat sibuk mengarsir sejumlah kotak yang diminta
dan berusaha sendiri menentukan persentasenya tanpa bertanya dan meminta
bantuan dari guru, karena sebagian besar siswa terlihat sudah sangat
memahami bagaimana cara menentukan persentasenya. Beberapa orang siswa
terlihat begitu semangat untuk menyelesaikan tugas berikutnya, dan siswa
terlihat tidak menemukan kesulitan untuk menentukan persentase dari kotak
yang diarsir.
Gambar 2
Percent grids 100
Selanjutnya pada kegiatan 4, guru meminta 3 orang siswa maju
kedepan untuk mengambil manik dari kotak-kotak yang telah disediakan.
Kotak 1 berisi 80 manik, kotak 2 berisi 50 manik dan kotak 3 berisi 20 manik.
S7 mangambil manik dari kotak 1 sebanyak 20 manik, S21 mengambil manik
dari kotak 2 sebanyak 40 manik dan S16 mengambil manik dari kotak 3
sebanyak 19 manik. Guru meminta siswa mencatat jumlah manik yang telah
diambil oleh teman-teman mereka dan guru memberikan tepuk tangan sebagai
pujian bagi siswa yang sudah berani maju kedepan.
Gambar 2 Gambar 3
Percent grids 80 Percent grids 50
Gambar 4
Percent grids 20
Sebagian besar siswa bingung menentukan persentasenya karena
jumlah seluruh manik disetiap kotak tidak seratus Kemudian guru
menjelaskan bagaimana menentukan persentase dari sejumlah benda yang
diambil jika jumlah seluruh benda itu tidak seratus dengan menggunakan
percent grids yang terbuat dari kertas karton, dan siswa menggunakan lembar
percent grids yang telah disediakan pada LKS.
Untuk kegiatan 5 terlihat sebagian besar siswa dapat
menyelesaikannya sendiri meskipun ada beberapa siswa yang masih terlihat
bingung. Dan pada kegiatan 6 siswa diminta untuk menentukan jumlah kotak
yang diarsir jika persentase dari kotak yang diarsir itu diketahui, ada beberapa
siswa yang langsung bisa menyelesaikannya, dan masih ada juga siswa yang
bingung menentukan jumlah kotak, ada juga beberapa siswa yang keliru
ketika mengarsir kotak.
Diakhir pelajaran guru memeriksa catatan LKS siswa dan
memberikan tanda bintang bagi siswa yang mencatat lengkap semua materi
hari itu, namun ada beberapa siswa yang tidak mencatatnya dengan lengkap
bahkan ada siswa yang tidak mencatat sama sekali, setelah itu guru
memberikan siswa tes evaluasi 1 yang berjumlah 2 soal, guru meminta siswa
berusaha mengerjakan sendiri soal yang diberikan.
Beberapa siswa mengeluh ketika menerima lembar evaluasi karena
soal berbentuk cerita, sebagian siswa terlihat bersemangat menyelesaikannya
karena mereka merasa materi ini mudah, tetapi masih ada beberapa siswa yang
terlihat malas mengerjakannya karena mereka tidak mau membaca dan
memahami soal, ketika mengerjakan soal evaluasi siswa masih banyak siswa
yang berulang kali bertanya pada guru cara menyelesaikannya, ada juga siswa
yang bertanya hasil pekerjaannya karena tidak yakin, meskipun mereka sudah
bisa menyelesaikannya.
2. Pertemuan ke-2/ Rabu 6 Januari 2010
Pertemuan kedua berlangsung selama 3 x 35 menit (3 jam pelajaran).
Siswa yang hadir dalam pertemuan ini sebanyak 29 orang dan siswa yang
tidak hadir ada 5 orang 4 orang tidak masuk dikarenakan izin dan satu tanpa
keterangan.
Pelajaran dimulai dengan sedikit mengulang materi yang telah
dipelajari kemarin karena pada pertemuan kedua ini masih membahas tentang
persentase. Kemudian guru membagikan LKS 2 yang berisi materi dan
kegiatan pembelajaran hari ini. Pada kegiatan pertama guru mengeluarkan
kotak yang berisi 20 kelereng yang terdiri dari 7 kelereng berwarna abu-abu, 2
kelereng biru, 3 kelereng hijau dan 8 kelereng coklat. Guru meminta 2 orang
siswa maju kedepan untuk mengambil kelereng sesuai dengan warna yang
mereka sukai.
Pada pertemuan kedua ini siswa masih terlihat terlihat takut dan
malu maju kedepan, S7 dan S21 bersedia maju kedepan setelah disuruh oleh
guru. S21mengambil 2 kelereng berwarna biru dan S7 mengambil 8 kelereng
berwarna coklat. Kemudian guru meminta siswa menentukan masing-masing
persentase kelereng yang diambil oleh S7 dan S21. Pada pertemuan kedua ini
guru mengajarkan dua cara untuk menentukan persentase dari sejumlah benda
yang diambil, cara pertama seperti yang telah diajarkan kemarin yaitu
menggunakan percent grids, dengan menggunakan cara ini siswa terlihat tidak
mengalami kesulitan untuk menentukan persentasenya, bahkan ada beberapa
siswa yang sudah langsung dapat menentukan persentasenya tanpa
menggambarkan kotak-kotaknya terlebih dahulu. Cara yang kedua guru
mengarahkan siswa dengan menggunakan rumus sederhana, dengan cara ini
siswa terlihat kesulitan memahami rumus dan terutama kesulitan dalam hal
perhitungannya, Kemudian guru menjelaskan kembali bagaimana menentukan
persentase dengan menggunakan cara yang kedua. Sebagian siswa dapat
memahami namun mereka masih kesulitan dalam hal perhitungan. Kemudian
guru meminta siswa mencoba menentukan persentase kelereng yang diambil
oleh S7 dengan menggunakan cara yang kedua. Terlihat sebagian siswa yang
terlihat bingung dan kesulitan dalam menyelesaikan perhitungan.
Selanjutnya pada kegiatan yang kedua guru mengadakan permainan
pemilihan pengurus kelas. Guru meminta dua orang yang bersedia dicalonkan
menjadi pengurus kelas, S25 dan S32 bersedia dicalonkan menjadi pengurus
kelas. Guru menentukan aturan permainan bagi yang setuju S25 atau S32
menjadi ketua kelas siswa diminta mengangkat tangan mereka. Jumlah seluruh
siswa kelas V-B adalah 34 orang, karena ada 5 siswa yang tidak hadir maka
guru meminta 5 orang siswa lain untuk menggantikan suara temannya yang
tidak hadir. Dari hasil perhitungan suara S25 mendapatkan 6 suara dan S32
mendapatkan 28 suara. Kemudian guru dan siswa bersama-sama menghitung
persentase perolehan suara S25 dan S32. Pada proses penghitungan siswa
sangat kesulitan karena angka yang dihasilkan berupa bilangan desimal.
Setelah mendapatkan hasilnya guru dan siswa memberikan tepuk tangan
kepada S32 karena memperoleh suara terbanyak. Pada kegiatan kedua ini
siswa terlihat begitu senang meskipun mereka mengalami kesulitan dalam
perhitungan.
Selanjutnya pada kegiatan ketiga guru mengeluarkan kotak yang
berisi 40 manik-manik berwarna hijau, permasalahan yang diberikan pada
kegiatan yang ketiga ini berbeda dengan yang sebelumnya. Jika pada kegiatan
sebelumnya siswa diminta untuk mengambil sejumlah benda sebanyak yang
mereka inginkan dan menentukan persentasenya namun pada kegiatan yang
ketiga ini siswa diminta menentukan jumlah benda yang diambil jika
persentasenya diketahui. Pada kegiatan ketiga ini sebagian besar anak-anak
sudah bisa menentukan jumlah manik yang diambil dengan menggunakan
percent grids, bahkan ada anak yang langsung menjawab tanpa menggunakan
percent grids, kemudian guru mengarahkan agar siswa mencoba menentukan
jumlah manik yang diambil itu dengan menggunakan rumus yang sudah
diajarkan. Setelah mendapatkan hasilnya manik yang harus diambil adalah 12
butir, guru meminta seorang siswa yaitu S9 mengambil sebanyak 12 manik
dalam kotak, kemudian guru meminta siswa menentukan manik yang tersisa
dan berapa persentasenya.
Kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan keempat,
permasalahan yang diberikan sama seperti kegiatan ketiga menentukan jumlah
benda yang diambil jika persentasenya diketahui. Pada kegiatan keempat ini
guru menggunakan lingkaran yang terbuat dari karton kemudian pada satu sisi
guru membagi lingkaran itu menjadi 8 bagian yang sama besar dan pada sisi
yang lain guru mengarsir 37,5% bagian dari lingkaran itu dengan warna
kuning. Guru meminta siswa menentukan berapakah bagian yang diarsir itu.
Dengan menggunakan rumus sederhana yang telah dijelaskan, guru
membimbing siswa menyelesaikan soal itu, namun masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan menyelesaikan perhitungannya, seperti terlihat pada
contoh berikut ini:
Gambar 5
Hasil kerja siswa yang kesulitan menyelesaikan perhitungan
Dari gambar 5 kita dapat melihat bahwa siswa tersebut keliru melakukan
dalam memahami soal dan belum dapat mengubah soal cerita kedalam kalimat
matematika dengan benar.
Selanjutnya pada kegiatan kelima guru memberikan kasus jual beli,
guru meminta dua orang siswa melakukan transaksi jual beli didepan kelas,
yaitu S7 dan S8. Pada kegiatan yang kelima sebagian besar siswa tidak
mengalami kesulitan memahami kasus yang diberikan, karena sebagian besar
dari mereka sudah sering melakukan transaksi seperti ini.
Diakhir pelajaran guru memeriksa LKS siswa untuk memastikan
siswa mencatat semua kegiatan yang telah dilakukan. Guru memberikan tanda
bintang pada LKS bagi siswa yang mencatat dengan lengkap, dan ada
beberapa siswa yang hanya mencatat sebagian saja dengan alasan terlalu
banyak catatan. Setelah itu guru melanjutkan dengan memberikan tes evaluasi
sebanyak 2 soal, karena waktu yang tinggal sedikit guru meminta siswa hanya
mengerjakan 1 soal saja
Ketika mengerjakan tes evaluasi terlihat masih banyak siswa yang
malas membaca dan memahami soal, bercanda ketika sedang mengerjakan
soal, dan banyak siswa yang terlihat tidak yakin dengan jawabannya sendiri
sehingga bertanya dengan teman bahkan melihat jawaban teman, meskipun
sebelumnya guru sudah meminta agar setiap siswa mengerjakan tugas sendiri.
3. Pertemuan ke-3/ Jum’at 8 Januari 2010
Pertemuan ketiga berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran).
Siswa yang hadir pada pertemuan ketiga ini ada 31 siswa, dan ada 3 siswa
yang tidak hadir yaitu 2 orang tidak hadir dikarenakan sakit dan satu orang
tanpa keterangan.
Pada pertemuan ketiga ini materi yang akan dibahas adalah
mengubah persen kedalam bentuk pecahan dan desimal. Sebelum memulai
pelajaran guru sedikit mengulang materi persentase yang telah dipelajari
kemarin, ada beberapa siswa yang mengatakan tidak mengerti sama sekali
karena mereka tidak masuk. Guru membagikan LKS 3 berisi materi yang akan
dipelajari hari itu. Pada kegiatan pertama terdapat diagram yang menunjukan
persentase tiga mata pelajaran yang disukai siswa kelas V-B. Kemudian siswa
diminta untuk merubah bentuk persen tersebut kedalam bentuk pecahan dan
desimal. Guru menjelaskan bagaimana merubah persentase siswa yang
menyukai pelajaran matematika kedalam pecahan dan desimal, terlihat
sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan sehingga mereka dapat
merubah persentase dua mata pelajaran lainnya kedalam bentuk pecahan dan
desimal.
Pada kegiatan kedua, siswa diberikan persoalan untuk merubah
bilangan desimal kedalam bentuk pecahan dan persen. Terlihat siswa sedikit
mengalami kesulitan ketika menemukan bilangan desimal yang hanya
memiliki satu angka dibelakang koma. Selanjutnya guru menjelaskan
bagaimana merubah bentuk pecahan kedalam desimal, siswa terlihat kesulitan
karena kemampuan siswa menyelesaikan soal pembagian dan perkalian
terbilang lemah.
Kemudian guru meminta siswa merubah persen kedalam bentuk
pecahan yang paling sederhana, untuk dapat menyelesaikan soal seperti ini
siswa harus mengerti tentang faktor persekutuan terbesar (FPB), materi ini
telah diberikan pada semester 1 namun ketika guru menanyakan kembali
ternyata semua siswa sudah lupa. Guru menjelaskan kembali bagaimana
mencari FPB, untuk materi ini siswa terlihat kurang bersemangat karena
menurut mereka materi ini terbilang sulit.
Diakhir pelajaran seperti biasa guru memeriksa LKS siswa dan
memberikan tanda bintang bagi siswa yang mencatat dengan lengkap.
Dilanjutkan dengan memberikan tes evaluasi yang terdiri dari 6 soal, 3 soal
pertama siswa diminta merubah bentuk persen kedalam bentuk desimal, dan 3
soal terakhir siswa diminta merubah bentuk desimal kedalam persen.
4. Pertemuan ke-4/ Selasa 12 Januari 2010
Pertemuan keempat berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam
pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan keempat ada 32 siswa dan ada 2
orang siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit.
Pada pertemuan keempat materi yang akan dipalajari adalah
membandingkan 2 pecahan yang tak sejenis. Guru membagikan LKS 4 yang
berisi materi yang akan dipelajari hari itu. Untuk memudahkan siswa
membandingkan dua pecahan yang tak sejenis guru menggunakan fraction bar
(batang pecahan), sebelum memulai pelajaran guru sedikit mengulang materi
pecahan.
Pada kegiatan pertama guru mempraktekan bagaimana
membandingkan 2 jenis pecahan yang berbeda dengan menggunakan batang
pecahan. Siswa diminta membagi batang pecahan menjadi beberapa bagian
yang sama besar sesuai dengan penyebut pada pecahan tersebut. Kemudian
siswa diminta mengarsir beberapa bagian sesuai dengan pembilangnya.
Setelah itu barulah siswa diminta untuk membandingkan dua pecahan yang
berbeda.
Pada LKS 4 ini siswa diminta menyelesaikan beberapa soal yaitu
membandingkan dua pecahan yang tak sejenis. Sebagian siswa terlihat tidak
menemui kesulitan dalam menyelesaikannya, bahkan ada yang mengatakan
materi ini sangatlah mudah karena mereka dapat melihat langsung
perbedaannya. Namun guru memperhatikan ada banyak siswa yang salah
dalam membagi batang pecahan. Sebagian besar siswa tidak teliti, banyak
diantara mereka membagi batang pecahan tidak sama besar, meskipun
demikian mereka yang sudah dapat menentukan mana pecahan yang lebih
besar dan lebih kecil, namun ada juga siswa yang salah dalam
membandingkan hal ini dikarenakan mereka tidak membagi batang pecahan
menjadi beberapa bagian yang sama besar.
Kegiatan selanjutnya guru meminta siswa melakukan diskusi,
pertama guru membagi siswa menjadi beberapa 7 kelompok, 6 kelompok
teridiri dari 5 orang siswa dan 1 kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Mereka
diminta membandingkan beberapa pecahan dengan menggunakan batang
pecahan kemudian mengurutkannya dari yang terkecil sampai yang terbesar
dengan menyusun kartu pecahan pada karton yang telah disediakan. Karena
waktu yang sangat sedikit sehingga setiap kelompok hanya diminta
menyelesaikan satu soal saja, dalam kegiatan ini masih banyak siswa yang
tidak tertib, mereka ngobrol, bercanda, dan berlari-lari.
Kemudian guru memeriksa kelengkapan catatan LKS siswa, dan
memberikan tanda bintang bagi siswa yang mencatat dengan lengkap.
Selanjutnya guru memberikan tes evaluasi yang terdiri dari 1 soal. Ketika
mengerjakan tes evaluasi siswa terlihat tenang dan sebagian besar siswa
mengerjakan sendiri tanpa bertanya dengan guru, namun masih banyak siswa
yang salah dalam membagi batang pecahan, mereka tidak membaginya
menjadi beberapa bagian yang sama besar. Berikut ini beberapa contoh hasil
jawaban soal pada tes evaluasi 4:
Gambar 6
Hasil kerja siswa yang belum bisa membagi
batang pecahan dengan benar.
Pada gambar 6, kita dapat melihat dengan menggunakan batang
pecahan siswa tersebut sudah dapat membandingkan dua pecahan dengan
benar dan menentukan pecahan yang memiliki nilai lebih besar dan lebih kecil
namun siswa tersebut masih belum bisa membagi batang pecahan menjadi
beberapa bagian yang sama besar.
Gambar 7
Hasil kerja siswa yang sudah bisa
membagi batang pecahan dengan benar.
Dari gambar 7, dengan menggunakan batang pecahan siswa tersebut
sudah dapat menentukan pecahan yang memiliki nilai yang lebih besar dan
lebih kecil dengan benar dan membagi batang pecahan menjadi bagian yang
sama besar.
Gambar 8
Hasil kerja siswa yang dapat membandingkan dua pecahan
tanpa menggunakan batang pecahan.
Pada gambar 8, jika dibandingkan dengan cara penyelesaian dua
orang siswa sebelumnya yang masih harus menggunakan batang pecahan
sepertinya siswa tersebut sudah sangat memahami konsep pecahan dengan
baik sehingga tanpa menggunakan batang pecahan siswa tersebut sudah dapat
menentukan nilai pecahan yang lebih besar dan lebih kecil.
5. Pertemuan ke-5/ Rabu 13 Januari 2010
Pertemuan kelima berlangsung selama 3 x 35 menit (3 jam
pelajaran). Siswa yang hadir sebanyak 33 siswa dan 1 orang siswa tidak hadir
dikarenakan sakit. Pada pertemuan ini guru akan mengadakan tes siklus 1
berupa soal tes uraian tentang materi menentukan persentase suatu benda,
merubah persen kedalam bentuk pecahan dan desimal, dan membandingkan
dua pecahan yang tak sejenis, soal tes siklus 1 berjumlah 5 soal dengan alokasi
waktu 60 menit, dilanjutkan dengan tes angket kepercayaan diri yang
berjumlah 26 pernyataan dengan alokasi waktu 35 menit.
Pada tes siklus 1 ini masih banyak siswa yang panik dan takut
menghadapi tes, terutama siswa yang sudah beberapa kali tidak masuk kelas,
mereka mengatakan belum siap mengerjakan tes meskipun guru sudah
memberitahukan sebelumnya. Suasana kelas menjadi sedikit gaduh, banyak
siswa yang minta agar tes siklus 1 ini diundur pada pertemuan berikutnya,
namun guru meyakinkan siswa bahwa semua dapat mengerjakan soal dengan
baik karena semua telah dipelajari bersama.
Pada saat mengerjakan tes banyak siswa yang terlihat tidak teliti
membaca dan memahami soal, bahkan ada siswa yang malas dan tidak mau
membaca soal bahkan ada siswa yang tidak mau mengerjakan dan menangis
saat mengerjakan soal dan mengerjakan soal dengan asal menjawab saja.
Masih banyak siswa yang bertanya pada guru bagaimana cara
menyelesaikannya dan ada beberapa siswa yang terlihat mencontek jawaban
teman, atau bekerjasama dengan temannya, bahkan ada beberapa siswa yang
tidak yakin dengan jawaban mereka dan menanyakannya pada guru, namun
guru selalu mencoba membimbing siswa untuk mandiri dan yakin pada hasil
jawaban yang telah mereka kerjakan.
Setelah waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal tes selesai,
masih ada beberapa siswa yang belum selesai menjawab semua pertanyaan,
dan ada diantara mereka yang langsung asal menjawab. Guru memberikan
siswa waktu untuk beristirahat beberapa menit, kemudian guru melanjutkan
dengan memberikan tes angket kepercayaan diri. Sebelum mengerjakan tes
angket ini guru meminta siswa agar membaca setiap pernyataan dengan teliti
dan menjawabnya dengan jujur. Sebagian besar siswa terlihat tenang
mengerjakan tes angket meskipun ada beberapa siswa yang masih bertanya
maksud pernyataan dalam angket tersebut.
c. Tahap observasi dan analisis.
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Observer melakukan pengamatan langsung tentang aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa
melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Siklus 1
No Aspek yang diamati Pert.1 Pert.2 Pert.3 Pert.4 Rata-rata
1 Memperhatikan
penjelasan guru. 46,67% 51,72% 67,74% 62,5% 57,16%
2 Betanya pada guru. 20% 13,79% 16,12% 25% 18,73%
3 Menjawab pertanyaan
guru. 10% 6,89% 12,90% 18,75% 12,14%
4 Mencatat pelajaran. 90%
75,86%
77,42%
81,25% 81,13%
5 Mengerjakan tugas
yang diberikan guru. 96,67% 100% 93,54% 100% 97,55%
6 Berusaha mengerjakan
tugas sendiri. 6,67% 13,79% 29,03% 40,63% 22,53%
7 Mengerjakan soal
didepan kelas. 0% 0% 9,68% 6,25% 7,97%
8
Terlibat aktif dalam
kegiatan belajar
dikelas
20% 20,69% 19,35% 40,63% 25,17%
Jumlah siswa yang hadir 30 29 31 32
Rata-rata aktivitas total 40,30%
Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar
siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan penjelasan guru.
Rata-rata persentase siswa yang memperhatikan penjelasan guru
sebanyak 57,16%, ini menunjukan bahwa hanya sebagian siswa dalam kelas
yang memperhatikan penjelasan guru sementara sebagian siswa lain bercanda,
ngobrol dengan teman, bermain handphone (hp), berjalan keliling kelas dan
banyak juga siswa yang mengganggu siswa lainnya ketika guru sedang
menjelaskan pelajaran. Kondisi belajar mengajar seperti ini sangat tidak baik
sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II.
2. Bertanya dan menjawab pertanyaan guru.
Aktivitas siswa bertanya dan menjawab pertanyaan guru dari tabel
diatas didapatkan rata-rata persentase 18,73% dan 12,14%. Angka ini masih
sangat kecil sekali. Dalam pembelajaran matematika siklus I sebagian besar
siswa masih terlihat takut bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru,
terutama apabila ada materi yang mereka tidak mengerti, siswa tidak berani
mengatakan dan meminta guru untuk mengulangi lagi. Pada saat guru
memberikan pertanyaan sebagian besar siswa terdiam tidak menjawab, alasan
yang sering mereka katakan adalah karena takut salah. Hal inilah yang
menunjukan rendahnya sikap percaya diri siswa dalam mengungkapkan
pendapat.
3. Mencatat pelajaran.
Aktivitas mencatat pelajaran rata-rata yang dicapai adalah 81,13%.
Dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa sudah cukup baik
melakukan kegiatan ini, mungkin hal ini disebabkan karena guru memberikan
LKS yang berisi materi dan semua kegiatan yang akan dilakukan pada tiap
kali pertemuan sehingga memudahkan siswa mencatat materi yang dipelajari.
Meskipun demikian masih ada beberapa siswa yang malas mencatat dengan
alasan terlalu banyak atau karena tulisan tidak terlihat dengan jelas dari tempat
duduk mereka.
4. Mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Pada siklus I aktivitas mengerjakan tugas merupakan kegiatan yang
paling tinggi dikerjakan siswa yaitu dengan persentase 97,55%. Setiap
pertemuan guru selalu memberikan tes evaluasi diakhir pelajaran dan hampir
seluruh siswa mengerjakannya. Namun masih sedikit sekali siswa yang mau
berusaha mengerjakan tugas sendiri, dari tabel diatas menunujukan rata-rata
persentase siswa yang berusaha mengerjakan tugas sendiri hanya sebesar
22,53%. Sebagian besar siswa masih sering bertanya pada guru ketika
mengerjakan soal, hal ini mencerminkan rendahnya sikap kemandirian siswa
dalam belajar, dan siswa juga sering terlihat bekerjasama bahkan melihat/
mencontek pekerjaan siswa lain. Hal ini sangat menunjukan rendahnya rasa
percaya diri siswa terhadap kemampuannya sendiri.
5. Mengerjakan soal didepan kelas.
Pada siklus I, sebagian besar siswa tidak mau mengerjakan soal yang
diberikan guru didepan kelas dengan alasan takut salah dan malu. Setiap kali
guru meminta siswa maju siswa saling menunjuk siswa yang lain. Dari tabel
diatas menunjukan 7,79% rata-rata persentase siswa yang mau mengerjakan
soal didepan kelas, aktivitas ini merupakan yang paling kecil sehingga perlu
adanya perbaikan pada siklus II.
6. Terlibat aktif dalam kegiatan belajar dikelas.
Dari tabel diatas, terlihat sedikit sekali siswa yang terlibat aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Pada pertemuan pertama hingga pertemuan
ketiga hanya 6 siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan pada
pertemuan keempat guru mengadakan diskusi kelompok jumlah siswa yang
terlibat aktif dalam pembelajaran bertambah, namun siswa yang membuat
gaduh dan mengganggu siswa lainnya juga bertambah. Dalam setiap
kelompok guru memperhatikan hanya ada 1 atau 2 orang siswa yang terlibat
aktif dan yang lain hanya mengandalkan hasil kerja temannya saja. Rata-rata
persentase pada siklus I ini hanya sebesar 25,17%.
Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara pada
akhir siklus I untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Siswa menyukai belajar matematika dengan alat peraga dan mengaitkan
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka lebih
mudah memahami materi yang disampaikan.
2. Suasana belajar yang menyenangkan dan santai membuat siswa mulai
berani bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru.
3. Pemberian reward membuat siswa lebih semangat lagi belajar dan
mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik.
4. Siswa masih takut dan malu bila disuruh mengerjakan soal didepan kelas.
5. LKS yang diberikan disetiap pertemuan memudahkan siswa mencatat dan
memahami materi yang disampaikan.
Pada pertemuan kelima guru dilakukan tes akhir siklus I, tes yang
diberikan berupa soal uraian sebanyak 5 soal. Dari hasil tes siklus ini akan
didapat gambaran tentang kemampuan belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran berbasis DAP selama satu siklus ini. Hasil tes akhir siklus I
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Nilai Tes Akhir Siklus I
Interval F f relatif f relatif kumulatif
29 – 40 6 18,18% 18,18%
41 – 52 8 24,24% 42,42%
53 – 64 5 15,15% 57,57%
65 – 76 6 18,18% 75,75%
77 – 88 6 18,18% 93,93%
89 – 100 2 6,07% 100%
Keterangan:
Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 33
Nilai terendah = 30 Rata-rata = 60,91
Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada
siklus I ini mencapai nilai rata-rata 60,91. Hal ini menunjukan bahwa hasil
belajar siswa pada siklus I ini masih belum baik, masih ada 19 siswa yang
mendapat nilai dibawah KKM yaitu 6,5.
Pada siklus I soal yang diberikan sebanyak 5 soal, berikut ini soal
dan beberapa contoh hasil jawaban siswa:
1. Isilah titik-titik dibawah ini!
a. 4/5 = . . . . (rubah dalam bentuk desimal)
b. 2,45 = . . . . . . (rubah dalam bentuk persen).
2. Pak Arsyad mempunyai 1 keranjang jambu air, kemudian Pak Arsyad
memberikan kepada 3 orang tetangganya, 25 buah untuk Pak Rusdi, 10
buah untuk Pak Yanto dan 15 buah untuk Pak Candra. Hitung berapa
persen jambu air yang diterima Pak Yanto!
3. Nabila pergi ke toko buku untuk membeli pensil warna dan buku gambar.
Jika harga pensil warna Rp. 15.000 dengan diskon 20%, sedangkan harga
buku gambar Rp.10.000 dengan diskon 40%. Berapakah total uang yang
harus dibayar Nabila untuk membeli buku gambar dan pensil warna?
4. Andi dan Kamal lari pagi bersama-sama, mereka membawa botol air
minum masing-masing. Ketika Andi dan Kamal merasa haus mereka
minum air yang mereka bawa. Sisa air dibotol minum Andi 7/10 bagian
dan sisa air minum dibotol Kamal ¾ bagian. Siapakah yang memiliki sisa
air minum lebih banyak?
5. Pada bulan November perpustakaan SDI RUHAMA memiliki 60 buah
koleksi buku bacaan. Dan pada bulan Desember jumlah buku tersebut
bertambah sebanyak 40%. Berapa banyak jumlah buku bacaan yang
dimiliki perpustakaan sekarang?
Gambar 9
Hasil jawaban siswa tes siklus I
yang masih menggunakan percent grids
Gambar 9 adalah salah satu contoh lembar jawaban siswa, pada soal
nomor 1a siswa tersebut sudah memahami konsep merubah pecahan menjadi
bilangan desimal namun masih kesulitan menyelesaikan soal perhitungannya.
Dari hasil jawaban terlihat siswa tersebut sudah dapat memahami soal dengan
baik namun untuk menyelesaikan soal nomor 2 dan 5 siswa tersebut masih
menggunakan bantuan percent grids,
Gambar 10
Hasil jawaban siswa tes siklus I
Pada gambar 10 terlihat kesalahan siswa kurang memahami soal.
Contohnya pada soal nomor 3 dan 5, pada soal nomor 3 siswa sudah dapat
menentukan besar potongan harga dengan cara yang benar namun pada soal
tersebut yang ditanyakan adalah besar uang yang harus dibayarkan, siswa
tidak mengurangkan total harga barang dengan besar potongan harganya. Dan
pada soal nomor 5 siswa mencoba menyelesaikan dengan menggunakan
rumus sederhana, siswa diminta menentukan jumlah seluruh buku jika dalam
1 bulan buku bertambah sebanyak 40%, siswa sudah dapat menentukan
banyak jumlah buku yang bertambah dengan cara yang benar namun siswa
tidak menjumlahkan banyak buku yang bertambah dengan banyak buku mula-
mula.
Dan untuk melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti juga
menyebarkan angket kepercayaan diri kepada siswa. Angket ini diberikan
untuk mengetahui tingkat awal kepercayaan diri siswa dalam belajar
matematika pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran berbasis DAP. Hasil
angket tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Persentase Angket Percaya Diri Belajar Matematika Siswa
Siklus I
No Indikator Persentase
1 Yakin pada diri sendiri 56,28%
2 Tidak putus asa 49,09%
3 Tidak bergantung pada orang lain 42,42%
4 Bertanggung jawab 71,21%
5 Ingin berprestasi tinggi 72,73%
6 Berani mengungkapkan pendapat 50,76%
Jumlah rata-rata 48,93%
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata persentase kepercayaan
diri siswa dalam belajar matematika masih rendah dan masih ada beberapa
indikator kepercayaan diri yang persentase rata-ratanya masih belum
mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥65%, Dari tabel tersebut menunjukan
masih rendahnya rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Dengan
data tersebut maka harus dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya agar
siswa lebih semangat dan lebih percaya diri dalam belajar matematika,
sehingga dengan begitu diharapkan kemampuan dan hasil belajar matematika
siswa pun akan meningkat.
d. Tahap refleksi
Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan refleksi terhadap
hasil dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I.
Berdasarkan pada lembar observasi, tes siklus I, dan angket kepercayaan diri
siswa ditemukan beberapa kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil refleksi
dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 4.4
Refleksi tindakan pembelajaran siklus I
No Kendala/ kesulitan Perbaikan
1 Kurangnya penguasaan guru
terhadap siswa.
Guru bertindak lebih tegas lagi
dalam memberikan reward dan
hukuman kepada siswa, terutama
siswa yang tidak dapat diatur
dan disiplin.
2 Kurangnya waktu yang
diberikan ketika siswa
mengerjakan soal.
Memberikan waktu mengerjakan
soal latihan sesuai dengan
alokasi waktu yang telah
ditentukan setiap pertemuan.
3 Masih rendahnya aktivitas
belajar siswa dan hasil belajar
siswa yang masih rendah.
Guru harus lebih interaktif
dengan siswa dan memotivasi
siswa untuk lebih aktif lagi.
4 Konsentrasi belajar siswa
masih kurang
Guru harus lebih mengontrol
siswa pada saat menjelaskan
pelajaran sehingga tidak ada lagi
siswa yang ngobrol dan tidak
memperhatikan penjelasan guru.
5 Kesulitan dalam meningkatkan
kepercayaan diri siswa
Guru harus bisa lebih
meyakinkan dan mendorong
siswa agar lebih yakin pada
kemampuan diri sendiri.
Dengan banyaknya kekurangan yang ada pada siklus I, maka pada
perencanaan siklus II diperlukan perbaikan-perbaikan yang telah disusun
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
3. Tindakan pembelajaran siklus II
a. Tahap Perencanaan.
Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS dan lembar evaluasi untuk
setiap pertemuan, lembar observasi kegiatan belajar siswa, soal tes akhir
siklus II dan angket kepercayaan diri. Pada siklus II ini ada 5 pertemuan, 4
pertemuan akan membahas tentang operasi penjumlahan dan pengurangan
pada pecahan dan pertemuan kelima akan diadakan tes akhir siklus II.
Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah agar rasa percaya
diri siswa dalam belajar matematika dapat tumbuh dan meningkat sehingga
tidak ada lagi siswa yang malu bertanya dan tidak yakin terhadap kemampuan
dirinya sendiri.
b. Tahap pelaksanaan.
Pembelajaran pada siklus II ini terdiri dari 5 pertemuan, adapun
materi yang akan dibahas adalah operasi penjumlahan pada pecahan
(pertemuan ke-6 dan ke-7), operasi pengurangan pada pecahan (pertemuan ke-
8 dan ke-9) dan pelaksanaan tes siklus II (pertemuan ke-10).
Adapun uraian proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut
1. Pertemuan ke-6/ 15 Januari 2010
Pertemuan keenam berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam
pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan keenam ini ada 33 siswa dan
yang tidak hadir tanpa keterangan ada 1 orang siswa.
Sebelum memulai pelajaran guru mengumumkan nilai hasil tes akhir
siklus I, banyak siswa yang sedih dengan hasil nilai tes yang mereka peroleh
namun guru mengatakan akan ada tes kedua dan siswa diminta belajar lebih
semangat agar nilai tes kedua lebih baik lagi.
Seperti biasanya guru memberikan siswa LKS. Untuk mengingatkan
siswa, pelajaran diawali dengan sedikit mengulang kembali materi tentang
pecahan. Guru menjelaskan pecahan dengan menggunakan batang pecahan,
membagi batang pecahan menjadi beberapa bagian sama besar sesuai dengan
penyebut pecahan tersebut dan mengarsirnya sebanyak pembilang dari
pecahan itu, guru mendemonstrasikan bagaimana cara membagi batang
pecahan agar memiliki besar yang sama, kemudian guru meminta siswa
mencoba melakukannya sendiri dari beberapa nilai pecahan yang sudah
ditentukan. Guru melihat masih banyak siswa yang belum bisa membagi
batang pecahan menjadi beberapa bagian yang sama besar, terutama bila
penyebut merupakan bilangan ganjil.
Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan operasi penjumlahan pada
pecahan berpenyebut sama, guru menjumlahkan pecahan-pecahan yang batang
pecahannya yang sudah dibuat oleh siswa. Guru meminta dua orang siswa
maju kedepan, pada pertemuan keenam ini banyak siswa yang terlihat sudah
tidak takut bila disuruh maju kedepan kelas, guru sudah tidak terlalu sulit
meminta siswa maju kedepan bahkan ada beberapa siswa yang langusng maju
tanpa disuruh. S3 dan S32 yang pertama bersedia maju kedepan, kemudian
guru meminta S3 dan S32 masing-masing membagi satu batang pecahan
menjadi 7 bagian yang sama besar dan meminta S3 mengarsir sebanyak 2
bagian, S32 mengarsir 4 bagian lalu menggunting bagian yang sudah mereka
arsir kemudian menjumlahkannya. Setelah itu guru meminta beberapa siswa
maju untuk melakukan hal yang sama. Siswa terlihat bersemangat dan tidak
kesulitan menyelesaikan soal penjumlahan pecahan berpenyebut sama.
Kemudian guru menjelaskan penjumlahan pecahan berpenyebut
beda, untuk mencari kelipatan penyebut guru menjelaskan dengan dua cara,
yang pertama dengan menggunakan kertas berkotak, guru mendemonstrasikan
bagaimana cara mencari kelipatan dari dua penyebut, menentukan pembilang
setelah penyebut disamakan kemudian menjumlahkannya. Siswa diminta
untuk mencoba menyelesaikan soal yang ada di LKS dengan cara yang sudah
diajarkan tadi, sebagian besar siswa tidak menemukan kesulitan dan mereka
terlihat sibuk menyelesaikan soal yang diberikan.
Kemudian cara kedua, mencari kelipatan penyebut dari dua pecahan
guru menjelaskan dengan mencari kelipatan persekutuan terkecil (KPK),
materi mencari KPK sebenarnya sudah diajarkan pada semester satu namun
sebagian besar siswa sudah lupa, kemudian guru menjelaskan kembali. Siswa
terlihat kesulitan mencari KPK dari dua penyebut, karena kemampuan
berhitung sebagian siswa kelas 5-B ini terbilang lemah. Siswa menghabiskan
waktu selama 30 menit untuk menyelesaikan dua soal penjumlahan pecahan.
Diakhir pelajaran guru memeriksa LKS siswa dan memberikan tanda
bintang bagi siswa yang mencatat dengan lengkap meteri pelajaran hari itu,
selanjutnya guru memberikan tes evaluasi sebanyak satu soal. Pada saat
banyak siswa yang terlihat tidak yakin dengan hasil perhitungannya, ada
beberapa siswa yang bertanya hasil perhitungan yang diperolehnya pada guru,
dan ada beberapa siswa yang bertanya pada temannya atau melihat hasil
perhitungan teman, namun guru menekankan agar mereka berkerja sendiri dan
yakin dengan perhitungan yang diperolehnya. Jam pelajaran matematika
hampir selesai namun guru melihat lembar jawaban S12 dan S29 masih
kosong, kemudian guru menegur kedua siswa tersebut, ketika guru menegur
S12 menangis karena tidak mau mengerjakan soal, guru memperhatikan
mereka tidak sungguh-sungguh mengerjakan soal., guru memperingatkan
kepada S29 jika tidak mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan pada
pertemuan berikutnya akan mendapatkan hukuman.
2. Pertemuan ke-7/ Selasa 19 Januari 2010.
Pertemuan ketujuh berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam
pelajaran). Siswa yang hadir sebanyak 31 siswa dan 3 orang siswa tidak hadir
dikarenakan sakit. Sebelum memulai pelajaran guru sedikit mengulang materi
yang telah dipelajari pada pertemuan keenam, karena pelajaran pada
pertemuan ketujuh merupakan lanjutan dari materi yang telah diajarkan
kemarin.
Selanjutnya guru memberikan LKS, ada beberapa siswa yang terlihat
langsung mengerjakan soal yang ada di LKS, siswa tersebut telihat
bersungguh-sungguh mengerjakannya meskipun masih kesulitan mencari
KPK dari penyebut, pada pertemuan kali ini guru tidak banyak memberikan
penjelasan kepada siswa, guru hanya sedikit memberikan bimbingan kepada
siswa yang membutuhkan, dan meminta siswa mencoba menyelesaikan
sendiri latihan yang ada pada LKS, hal ini bertujuan untuk melatih
kemandirian dan kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya sendiri.
Guru melihat ada siswa yang sudah selesai menyelesaikan soal kemudian
meminta siswa tersebut untuk mengerjakannya lagi didepan kelas, S19 siswa
yang pertama maju dan menyeselesaikan dengan benar, kemudian guru dan
siswa yang lain memberikan tepuk tangan. Hal ini membuat siswa lain
bersemangat berusaha menyelesaikan soal berikutnya.
Siswa terlihat cukup aktif, siswa yang mendapatkan kesulitan tidak
hanya bertanya pada guru tetapi ada beberapa diantara mereka yang bertanya
dengan siswa lain, guru melihat beberapa siswa mengajarkan temannya yang
mendapat kesulitan menyelesikan soal, seperti S19 mengajarkan S20, S16 dan
S18, kemudian S3 mengajarkan S2, S4 dan S5, S1 mengajarkan S6.
Selanjutnya guru meminta siswa yang sudah menyelesaikan soal berikutnya
maju dan menyelesaikan lagi dipapan tulis, S3 yang maju menyelesaikan soal
nomor 2, dari penyelesaian yang dikerjakan S3 ada siswa yang belum
mengerti kemudian guru meminta S3 untuk menjelaskannya, guru dan siswa
memberikan tepuk tangan. Guru melihat cara seperti ini dapat membangkitkan
semangat dan kepercayaan diri siswa, terlihat pada pertemuan ini siswa
terlihat tidak malu bertanya pada guru ataupun siswa lain, siswa tidak takut
maju kedepan untuk menyelesaikan soal.
Pada soal selanjutnya terlihat siswa bingung menyelesaikannya,
karena soal yang diberikan penjumlahan pada pecahan biasa dan pecahan
campuran. Kemudian guru menjelaskan tentang pecahan campuran dengan
menggunakan batang pecahan. Ketika guru menjelaskan sebagian besar siswa
terlihat serius memperhatikan, siswa terlihat sungguh-sungguh menyelesaikan
soal nomor3, S11 lebih dulu menyelesaikan soal dan mengerjakan didepan
kelas, soal nomor 4 satupun siswa belum dapat menyelesaikan, mereka masih
bingung pada penjumlahan pecahan campuran, kemudian guru menjelaskan
lagi dengan menggunakan batang pecahan, siswa meminta guru memberikan
tipe soal yang sama karena mereka ingin mencoba menyelesaikannya sendiri.
Dalam RPP pertemuan ini guru merencanakan memberikan siswa
tugas kelompok untuk menyelesaikan soal penjumlahan pada pecahan, karena
waktu yang sangat singkat kegiatan tersebut dibatalkan, selanjutnya guru
memeriksa LKS setiap siswa dan memberikan tes evaluasi sebanyak dua soal
dalam waktu 15 menit. Pada pertemuan kali ini terdapat banyak kemajuan,
siswa tidak takut maju dan menyelesaikan soal didepan kelas, siswa tidak
malu dan takut bertanya pada guru, dan pada saat mengerjakan tes evaluasi
siswa yang bertanya pada guru, melihat jawaban siswa lain berkurang
jumlahnya.
3. Pertemuan ke-8/ Rabu 20 Januari 2010
Pertemuan ke-8 berlangsung selama 3 x 35 menit (3 jam pelajaran).
Siswa yang hadir pada pertemuan ini ada 31 siswa, 2 orang siswa tidak hadir
dikarenakan sakit dan satu orang siswa tidak hadir tanpa keterangan.Materi
yang akan dibahas pada pertemuan ini adalah pengurangan pada pecahan.
Proses belajar diawali dengan memberikan LKS, kemudian guru
sedikit mengulang materi penjumlahan pada pecahan yang telah dipelajari
kemarin. Guru menjelaskan operasi pengurangan pada pecahan yang
berpenyebut sama dengan menggunakan batang pecahan. Guru meminta siswa
mendemonstrasikan pengurangan pada pecahan dengan menggunakan batang
pecahan didepan kelas. Beberapa siswa langsung maju kedepan tanpa disuruh.
Selanjutnya guru menjelaskan pengurangan pada pecahan yang
berpenyebut beda, pada materi ini siswa terlihat tidak menemui kesulitan
karena cara menyelesaikan soal sama dengan pada operasi penjumlahan, untuk
soal seperti ini siswa tidak perlu lagi menggunakan batang pecahan, mereka
langsung mencari KPK dari dua penyebut pecahan.
Pada akhir pelajaran guru memeriksa LKS siswa dan memberikan tes
evaluasi. Pada pertemuan ini sikap belajar siswa sudah cukup baik, siswa
sudah terlihat lebih mandiri, berani dan percaya diri.
4. Pertemuan ke-9/ Jumat 22 Januari 2010
Pertemuan kesembilan berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam
pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan ini ada 28 siswa, 5 orang siswa
tidak hadir karena sakit dan satu orang siswa tidak hadir tanpa keterangan.
Pada pertemuan ini masih akan membahas pengurangan pada
pecahan. Guru sedikit mengulang materi yang telah dipelajari kemarin dan
memberikan siswa LKS. Pada pertemuan ini guru tidak banyak memberikan
penjelasan, guru memberikan beberapa soal pada LKS, siswa terlihat
bersemangat mengerjakan latihan soal, beberapa siswa langsung mengerjakan
tanpa disuruh, dan ada siswa yang mengajukan diri mengerjakan soal didepan
kelas.
Pada pertemuan ini siswa terlihat aktif, mereka mengerjakan soal
secara individu ataupun berdiskusi dengan siswa lain. Dan siswa juga terlihat
semangat mengerjakan soal didepan kelas kemudian tidak malu untuk
menjelaskannya Perubahan sikap terlihat jelas pada salah satu, tidak seperti
sebelumnya yang tidak pernah mencatat pelajaran dan selalu menangis bila
disuruh mengerjakan soal, pada dua pertemuan terakhir ini siswa tersebut
terlihat begitu semangat dan mau berusaha menyelesaikan soal sendiri,
bahkan dia sangat senang mangerjakan soal didepan kelas. Pemahaman siswa
dalam materi operasi penjumlahan dan pengurangan ini sudah cukup baik,
meskipun siswa masih terlihat kesulitan dan lambat menyelesaikan
perhitungannya. Diakhir pelajaran siswa diberikan tes evaluasi, siswa terlihat
tenang dan mandiri ketika mengerjakan soal, banyak siswa yang dapat
menyelesaikan tes evaluasi kurang dari waktu yang telah ditentukan.
5. Pertemuan ke-10/ Selasa 26 Januari 2010
Pertemuan kesembilan berlangsung selama 2 x 35 menit (3 jam
pelajaran), siswa yang hadir pada pertemuan ini sebanyak 34 orang siswa.
Pada pertemuan ini akan dilakukan tes siklus II, yaitu dengan materi operasi
penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. Tes ini berupa soal uraian yang
berjumlah 4 soal dengan alokasi waktu 40 menit dilanjutkan dengan tes angket
kepercayaan diri yang berjumlah 20 pernyataan dengan alokasi waktu 20
menit.
Pelaksanaan tes siklus II ini berjalan dengan lancar, ketika
mengerjakan soal siswa terlihat tenang, mandiri dan lebih percaya diri.
Mereka terlihat bersungguh-sungguh dan berusaha mengerjakan sendiri soal
tes, namun masih ada beberapa siswa yang masih bertanya jawaban kepada
guru ataupun siswa lain, dan guru hanya memberikan sedikit teguran.
Setengah dari jumlah siswa dapat menyelesaikan tes soal kurang dari waktu
yang sudah ditentukan. Setelah menyelesaikan tes soal dilanjutkan dengan
memberikan tes angket kepercayaan diri, angket ini diberikan untuk
mengatahui tingkat kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika selama
dua siklus ini.
c. Tahap observasi dan analsis
Tindakan pembelajaran pada siklus II ini secara umum dapat
dikatakan lebih baik dibandingkan dengan siklus I, berdasarkan observasi
yang dilakukan terdapat peningkatan pada kualitas belajar siswa, siswa lebih
aktif dalam proses belajar mengajar, siswa mulai tidak takut bertanya ataupun
menjawab pertanyaan guru, siswa lebih mandiri dan percaya pada
kemampuannya sendiri, hal ini menunjukan adanya peningkatan aktivitas
belajar dan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
Hasil observasi yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5
Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Siklus 1I
No Aspek yang diamati Pert.1 Pert.2 Pert.3 Pert.4 Rata-rata
1 Memperhatikan
penjelasan guru. 78,79% 93,55% 95,55% 92,86% 90,19%
2 Betanya pada guru. 33,33% 48,39% 41,94% 60,71% 46,10%
3 Menjawab pertanyaan
guru. 33,33% 54,84% 48,39% 46,43% 45,74%
4 Mencatat pelajaran. 90,91% 96,77% 96,77% 100% 96,11%
5 Mengerjakan tugas
yang diberikan guru. 93,94% 100% 96,77% 100% 97,68%
6 Berusaha mengerjakan
tugas sendiri. 48,48% 70,97% 70,97% 64,29% 63,68%
7 Mengerjakan soal
didepan kelas. 15,15% 32,26% 25,80% 32,14% 26,34%
8
Terlibat aktif dalam
kegiatan belajar
dikelas
48,48% 35,48% 25,80% 32,14% 70,95%
Jumlah siswa yang hadir 33 31 31 28
Rata-rata aktivitas total 67,10%
Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar
siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik dibandingkan
dengan siklus I. Pada proses pembelajaran siklus II terjadi interaksi yang
cukup baik, siswa sudah mulai aktif hal ini dapat terlihat jelas dengan adanya
peningkatan rata-rata persentase dari seluruh aktivitas belajar siswa dari tabel
diatas.
Peningkatan aktivitas yang sangat baik terjadi pada siklus II ini
adalah jumlah siswa yang ngobrol, bercanda ataupun mengganggu siswa lain
sudah berkurang, sebagian besar siswa memperhatikan guru ketika
menjelaskan pelajaran. Dalam proses belajar siswa cukup aktif, siswa sudah
tidak takut lagi bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru, siswa tidak malu
mengerjakan soal didepan kelas dan mau menjelaskan kepada teman-
temannya. Ketika mengerjakan soal jumlah siswa yang bertanya jawaban pada
guru atau mencontek jawaban temanpun berkurang, siswa terlihat bersungguh-
sungguh mengerjakan soal dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Dari
meningkatnya aktivitas belajar siswa menunjukan bahwa adanya peningkatan
rasa percaya diri dan kemandirian siswa dalam belajar matematika.
Hasil wawancara siswa pada akhir siklus II ini menunjukan
perubahan yang positif, hasil wawancara dengan siswa dirangkum sebagai
berikut:
a. Sebagian besar siswa menyukai pelajaran matematika dan tidak takut lagi
saat belajar matematika.
b. Sebagian besar siswa merasa senang bila dapat menyelesaikan soal
didepan kelas dan menjelaskan kepada siswa lain.
c. Siswa mengaku tidak takut lagi bertanya ataupun menjawab pertanyaan
guru. Siswa menyukai belajar sambil berdiskusi dengan teman.
d. Siswa menjadi sangat bersemangat bila guru memberikan reward kepada
siswa yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik.
Menigkatnya rasa percaya diri siswa tidak hanya ditunjukan dengan
meningkatnya aktivitas belajar tetapi juga ditunjukan dengan meningkatnya
hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat adanya peningkatan nilai tes siklus II
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Nilai Tes Akhir Siklus II
Interval F f relatif f relatif kumulatif
47 – 55 1 2,94% 2,94%
56 – 64 3 8,82% 11,76%
65 – 73 4 11,77% 23,53%
74 – 82 9 26,47% 50%
83 – 91 4 11,76% 61,76%
92 – 100 13 38,24% 100%
Keterangan:
Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 34
Nilai terendah = 50 Rata-rata = 83,38
Dari tabel 4.6 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus II ini, jika pada siklus I nilai rata-rata hasil tes siswa hanya 60,91 pada
siklus II ini nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 83,38 nilai ini sudah
cukup baik meskipun masih ada 4 orang siswa yang masih mendapatkan nilai
dibawah KKM yaitu 6,5. Hasil belajar tes siklus II ini sudah mencapai
indikator keberhasilan dimana sudah lebih dari 70% siswa mendapatkan nilai
tes lebih dari nilai KKM.
Pada siklus II ini soal yang diberikan pada saat tes sebanyak 4 soal,
berikut ini soal dan beberapa contoh hasil jawaban siswa:
Gambar 11
Jawaban siswa yang belum bisa memahami soal dengan baik
pada soal nomor 3 pada tes siklus II
TES SIKLUS 2
NAMA :
KELAS :
HARI/ TANGGAL :
WAKTU : 45 menit.
Isilah titik-titik dibawah ini!
1. Rahma mempunyai 2 pita, masing-masing 3
1 meter dan
5
2 meter. Jika
pita tersebut digabungkan, berapa meter panjang pita Rahma?
2. Ibu membeli gula 4
11 kg, terigu
5
32 kg dan mentega
3
1kg. Berapa kg
berat seluruh belanjaan ibu?
3. Ryan menyelesaikan suatu pekerjaan selama tiga hari. Pada hari pertama
dapat diselesaikan 4
3 bagian pekerjaan, hari kedua
5
1 bagian pekerjaan,
berapa bagiankah pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari ketiga?
4. Andika mempunyai 6
5liter susu kemudian diminum sebanyak
3
2liter,
setelah itu Andika menambahkan lagi sebanyak 4
1liter. Berapa liter susu
Andika sekarang?
Gambar 11 adalah contoh hasil lembar jawaban salah satu siswa pada
tes siklus II, kesalahan yang dilakukan pada siswa tersebut adalah pada soal
nomor 3 siswa tidak memahami soal dengan baik, siswa belum bisa merubah
soal cerita kedalam kalimat matematika dengan benar.
Gambar 12
Jawaban siswa yang salah menentukan KPK
untuk soal nomor 3 pada tes siklus II
Pada gambar 12 dapat terlihat bahwa siswa tersebut sudah dapat
memahami soal dengan baik, siswa tersebut sudah dapat mengubah soal cerita
kedalam kalimat matematika, namun kesalahan yang dilakukan siswa tersebut
adalah tidak teliti dalam menentukan KPK penyebut dari pecahan sehingga
siswa tersebut kesulitan menyelesaikan perhitungannya.
Gambar 13
Jawaban siswa yang belum dapat menentukan KPK dengan tepat
untuk soal nomor 4 pada tes siklus II
Gambar 14
Jawaban siswa yang belum memahami soal dengan baik
untuk soal nomor 4 pada tes siklus II
Dari gambar 13, untuk soal nomor 4 siswa tersebut sudah dapat
memahami soal dengan baik namun siswa masih keliru dalam menentukan
KPK penyebut dari ketiga pecahan tersebut dan siswa masih kurang teliti
dalam perhitungan sedangkan pada gambar 14 siswa tersebut sudah dapat
menentukan KPK penyebut dengan benar namun belum dapat memahami soal
dengan baik sehingga menghasilkan perhitungan yang salah.
Selain itu kita juga dapat melihat peningkatan skor kepercayaan diri
siswa dalam belajar matematika. Hasil angket tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7
Persentase Angket Percaya Diri Belajar Matematika Siswa
Siklus II
No Indikator Persentase
1 Yakin pada diri sendiri 81,86%
2 Tidak putus asa 67,65%
3 Tidak bergantung pada orang lain 67,65%
4 Bertanggung jawab 79,41%
5 Ingin berprestasi tinggi 75%
6 Berani mengungkapkan pendapat 80,15%
Jumlah rata-rata 75,29%
Pada siklus II, angket kepercayaan diri siswa menunjukan bahwa
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika semakin meningkat. Pada
siklus I persentase rata-rata kepercayaan diri siswa secara keseluruhan 48,93%
dan masih ada beberapa indikator yang rata-rata persentasenya rendah dan
belum mencapai indikator keberhasilan sedangkan pada siklus II persentase
rata-rata tiap indikator sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan
yaitu tiap indikator harus mencapai persentase rata-rata ≥65% dan persentase
rata-rata kepercayaan diri siswa secara keseluruhan meningkat menjadi
75,29%.
d. Tahap refleksi
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran berbasis Developmentally
Appropriate Practice (DAP) telah berhasil membuat siswa merasa lebih santai
dan senang dalam belajar, namun tidak menghilangkan semangat siswa untuk
terus berprestasi dalam belajar matematika. Perasaan senang siswa dalam
belajar matematika sudah semakin terlihat ditunjukan dengan keaktifan siswa
dalam belajar.
Rasa malu dan ketakutan siswa baik dalam belajar maupun dalam
ujian matematika sudah mulai berkurang. Siswa sudah terlihat lebih mandiri
dan yakin pada kemampuannya sendiri, hal ini ditunjukan dengan
berkurangnya jumlah siswa yang mencontek jawaban teman ataupun
menanyakan jawaban kepada guru. Dengan diterapkannya konsep DAP dalam
pembelajaran matematika siswa terlebih tertarik dan senang belajar
matematika.
Dengan adanya data-data yang mengarah kepada meningkatnya
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika, maka penelitian ini
dihentikan pada siklus II dan dianggap penerapan konsep DAP dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam
belajar matematika.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya angket
kepercayaan diri dalam belajar matematika. Instrumen disebar pertama kali
pada tanggal 13 Januari 2010, kemudian angket tersebut diuji validitas dan
reliabilitasnya. Dari 26 pernyataan yang uji terdapat 20 pernyataan yang valid
dengan tingkat reliabilitasnya 0,82. Angket kemudian diberikan lagi pada
tanggal 26 Januari 2010 untuk mengetahui apakah ada perubahan pada skor
kepercayaan diri siswa.
Selain dengan menggunakan angket, pada penelitian ini juga
digunakan lembar observasi dan wawancara yang ditujukan untuk guru dan
siswa. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan sedangkan wawancara
dilakukan setiap akhir siklus. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
valid dan memiliki tingkat keterpercayaan tinggi, dilakukan member check.
Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali keterangan atau informasi yang
diperoleh selama observasi dari narasumber, memeriksa apakah data tersebut
tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan
memastikan kebenaran data. Selain melakukan member check, untuk
mendapatkan data yang absah juga dilakukan tehnik triangulasi melalui
pengamatan terhadap aktivitas siswa apakah menunjukan peningkan
kepercayaan diri dalam belajar matematika. Hal ini bertujuan untuk menggali
data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Peneliti
juga secara rutin melakukan diskusi dengan guru kolaborator mengenai hasil
observasi yang diperoleh, dibaca berulang-ulang, dan menghilangkan data
yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data yang
diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
C. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada
dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:
1. Lembar observasi
Pada setiap pelaksanaan tindakan, peneliti didampingi oleh observer.
Observer diberikan lembar observasi yang berfungsi sebagai alat
pengamatan untuk mengetahui dan mengukur aktivitas yang
mencerminkan rasa percaya siswa dalam belajar matematika. Lembar
observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus
tindakan pertama. Hasil dari observasi tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.8
Hasil analisis lembar observasi
Aktivitas Belajar Matematika Siswa
No Aspek yang dinilai Persentase Rata-rata
Siklus I Siklus II
1 Memperhatikan
penjelasan guru. 57,16% 90,19%
2 Betanya pada guru. 18,73% 46,10%
3 Menjawab pertanyaan
guru. 12,14% 45,74%
4 Mencatat pelajaran. 81,13% 96,11%
5 Mengerjakan tugas yang
diberikan guru. 97,55% 97,68%
6 Berusaha mengerjakan
tugas sendiri. 22,53% 63,68%
7 Mengerjakan soal
didepan kelas. 7,97% 26,34%
8 Terlibat aktif dalam
kegiatan belajar dikelas 25,17% 70,95%
Jumlah 40,30% 67,10%
Berdasarkan tabel 4.8 pada pembelajaran siklus I rata-rata aktivitas
siswa dalam belajar hanya mencapai 40,30% sedangkan pada siklus II terjadi
peningkatan aktivitas siswa pada proses belajar mengajar dikelas rata-ratanya
mencapai 67,10%. Hal ini menunjukan bahwa selama diterapkan
pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP aktivitas belajar siswa dapat
meningkat.
2. Angket
Angket kepercayaan diri diberikan kepada siswa sebanyak 2 kali
yaitu pada akhir siklus I dan siklus II. Angket terdiri dari 20 pernyataan
dengan 2 pilihan jawaban yaitu ya atau tidak
Tabel 4.9
Persentase Percaya Diri
No Indikator Siklus I Siklus II
1 Yakin pada diri sendiri 56,28% 81,86%
2 Tidak putus asa 49,09% 67,65%
3 Tidak bergantung pada orang lain 42,42% 67,65%
4 Bertanggung jawab 71,21% 79,41%
5 Ingin berprestasi tinggi 72,73% 75%
6 Berani mengungkapkan pendapat 50,76% 80,15%
Jumlah rata-rata 48,93% 75,29%
Berdasarkan tabel 4.9, pada siklus II, angket kepercayaan diri siswa
menunjukan bahwa kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika semakin
meningkat. Pada siklus I persentase rata-rata kepercayaan diri siswa secara
keseluruhan 48,93% dan masih ada beberapa indikator yang rata-rata
persentasenya rendah dan belum mencapai indikator keberhasilan sedangkan
pada siklus II persentase rata-rata tiap indikator sudah mencapai indikator
keberhasilan yang ditentukan yaitu tiap indikator harus mencapai persentase
rata-rata ≥65% dan persentase rata-rata kepercayaan diri siswa secara
keseluruhan meningkat menjadi 75,29%.
3. Data hasil tes formatif pada setiap siklus (Tes akhir siklus)
Dari penjelasan diatas bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dan
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika setelah menerapkan
pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP dalam pelajaran matematika,
tentunya hal ini juga akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
belajar matematika yang dapat terlihat dari hasil tes yang diberikan setiap
akhir siklus. Data hasil tes siklus disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.10
Persentase Tingkat Penguasaan Belajar Setiap Siklus
Tingkat penguasaan Siklus I Siklus II
Nilai tertinggi 100 100
Nilai terendah 30 50
Rata-rata nilai 60,91 83,38
Dari tabel 4.10 menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa, jika
pada siklus I rata-rata nilai tes siswa pada akhir siklus adalah 60,91 dan ada 19
siswa yang mendapatkan nilai tes dibawah nilai KKM yaitu 6,5. sedangkan
pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata nilai siswa yaitu menjadi 83,38 dan
jumlah siswa yang mendapatkan nilai tes dibawah KKM berkurang jumlahnya
menjadi 4 orang.
4. Wawancara
Selain data yang diperoleh dari lembar observasi, angket dan hasil
tes siswa pada akhir siklus, penelitian ini juga diperkuat dengan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti pada guru dan siswa. Wawancara
dilakukan sebelum tindakan dan setelah tindakan. Wawancara yang dilakukan
sebelum tindakan kepada guru matematika mendapatkan hasil sebagai berikut:
a. Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah
dan penugasan.
b. Siswa selalu terlihat bingung dan mengeluh jika guru memberikan
tugas matematika. Dan siswa cenderung takut pada pelajaran
matematika, dan sebagian besar kemampuan berhitung siswa tergolong
lemah.
c. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa sehingga siswa
cenderung pasif pada saat pembelajaran matematika. Pada saat proses
belajar siswa jarang bertanya pada guru namun pada saat mengerjakan
tugas siswa berulang kali menanyakan cara dan jawabannya kepada
guru.
d. Siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka akan
memperhatikan jika ditegur oleh guru.
Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa
sebelum tindakan adalah sebagai berikut:
a. Sebagian besar siswa kurang menyukai pelajaran matematika, mereka
takut dengan pelajaran matematika dan malas karena mereka merasa
setiap pelajaran matematika mereka selalu diberikan soal dan PR yang
banyak.
b. Matematika pelajaran yang sulit karena terlalu banyak menghitung.
c. Kurang semangat dalam belajar matematika dikarenakan pembelajaran
yang cenderung monoton setiap harinya.
d. Siswa merasa takut bertanya dengan guru matematika jika ada
pelajaran yang mereka tidak mengerti.
Sedangkan hasil rangkuman wawancara kepada siswa selama
siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Sebagian besar siswa menyukai pelajaran matematika, mereka lebih
bersemangat dengan reward yang diberikan.
b. Sebagian besar siswa tidak takut ataupun malu menjawab dan bertanya
kepada guru.
c. Siswa merasa senang bila diminta menyelesaikan soal didepan kelas,
karena siswa merasa tertantang dan berkompetisi dengan siswa
lainnya.
d. Siswa merasa senang belajar dengan alat peraga dan merasa nyaman
dengan suasana kelas yang santai, dan siswa juga menyukai belajar
sambil berdiskusi dengan siswa lain seperti yang dilakukan pada siklus
II.
e. Siswa selalu berusaha mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
dengan baik.
D. Interpretasi Hasil Analisis
Setelah menerapkan konsep DAP pada pembelajaran matematika
dalam hal ini adalah penggunaan alat peraga sehingga pelajaran tidak menjadi
abstrak dan sulit bagi siswa membuat siswa semangat dan senang belajar
matematika. Sikap senang terhadap suatu pelajaran ini bagi siswa dapat
menumbuhkan rasa percaya pada kemampuan diri sendiri. Dan dengan
mencipatakan suasana belajar yang menyenangkan salah satu caranya adalah
dengan memberikan reward bagi siswa yang melakukan pekerjaan dengan
baik dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajar matematika yang
pada akhirnya akan berpengaruh baik terhadap peningkatan kemampuan dan
hasil belajar siswa.
Pada siklus I masih banyak terdapat kekurangan dalam proses
pembelajaran sehingga hasil yang diinginkan belum tercapai secara maksimal.
Pada pembelajaran siklus I masih banyak siswa yang takut, malu dan malas
belajar matematika namun guru mulai melatih keaktifan dan keberanian siswa.
Pada siklus I proses pembelajaran belum berjalan dengan baik.
Pada siklus II perbaikan yang ada pada siklus I dilakukan dengan
baik sehingga indikator yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai. Pada
siklus II siswa terlihat lebih percaya diri, hal ini dapat ditunjukan dengan
meningkatnya aktivitas dan semangat siswa dalam belajar matematika, siswa
terlihat tidak takut bertanya pada guru dan menjawab pertanyaan guru, tidak
takut mengerjakan soal didepan kelas, siswa banyak yang terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Dengan meningkatnya sikap positif dan keaktifan siswa
dalam belajar matematika meningkat juga kemampuan dan hasil belajar
siswa,hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan pada setiap akhir siklus.
Berdasarkan hasil pengamatan, angket dan hasil wawancara terlihat
bahwa penerapan konsep DAP dalam pembelajaran matematika pada siswa
sekolah dasar dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa terhadap
kemampuan dirinya sendiri.
E. Pembahasan Temuan Penelitian
1. Penerapan konsep DAP pada siswa sekolah dasar dapat meningkatkan
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
Penerapan konsep DAP dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika. Hal ini
dapat terlihat dari angket yang diberikan pada akhir siklus I, hasil yang
diperoleh masih ada beberapa indikator kepercayaan diri yang belum
memenuhi indikator keberhasilan yaitu ≥65% dan persentase rata-rata
secara keseluruhan hanya mencapai 48,93% sedangkan pada akhir siklus II
persentase rata-rata tiap indikator kepercayaan diri sudah memenuhi
indikator keberhasilan dan persentase rata-rata secara keseluruhanpun
meningkat menjadi 75,29%. Berdasarkan hasil skor angket pada siklus I
hasil dari siklus I dan siklus II terdapat peningkatan yang cukup baik. Dan
berdasarkan hasil wawancara, setelah menerapkan konsep DAP dalam
pembelajaran siswa menyatakan senang belajar matematika.
2. Penerapan konsep DAP dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar
matematika.
Penerapan konsep DAP dapat meningkatkan aktiviatas siswa
dalam belajar matematika, karena prinsip pembelajaran ini adalah sebuah
pembelajaran yang memiliki karakteristik pemberdayaan peserta didik,
aktivitas, pemodelan, demonstrasi dan terintegrasi dengan kehidupan nyata
peserta didik. Jadi dalam setiap pembelajaran yang lebih berperan aktif
adalah siswa.
Dalam proses pembelajaran guru memberikan reward bagi
siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dapat mendorong siswa menjadi
lebih aktif dan lebih semangat dalam belajar. Peningkatan aktivitas belajar
matematika siswa ini dapat terlihat dari hasil observasi yang menunjukan
bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah
40,30% dan meningkat pada siklus II menjadi 67,10%.
3. Penerapan konsep DAP dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa.
Dengan meningkatkan aktivitas belajar dan rasa percaya diri
siswa dalam belajar matematika maka hasil belajar siswa juga akan
mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat terlihat dari
hasil tes siklus I dan siklus II yang nilai rata-ratanya meningkat, pada
siklus I nilai rata-rata siswa adalah 60,91 dan pada siklus II nilai rata-rata
siswa meningkat menjadi 83,38.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan observasi dan hasil wawancara yang dilakukan pada tahap pra
penelitian, faktor yang menyebabkan siswa memiliki rasa percaya diri yang
rendah dalam belajar matematika karena siswa merasa sulit memahami
pelajaran yang disampaikan guru, dan guru matematika selalu serius dalam
menerangkan pelajaran sehingga menimbulkan anggapan bagi siswa bahwa
matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan.
2. Pembelajaran matematika yang menerapkan konsep DAP dapat
meningkatkan semangat dan aktivitas siswa karena pembelajaran seperti
ini dapat memberikan suasana baru yang menyenangkan bagi siswa,
berdasarkan observasi yang dilakukan selama proses belajar mengajar
berlangsung persentase aktivitas siswa pada siklus I hanya sebesar 40,30%
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 67,10%
3. Penerapan konsep DAP dalam belajar matematika dapat menumbuhkan
dan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Hal
ini berdasarkan data hasil angket kepercayaan diri belajar matematika
siswa, pada siklus I rata-rata skor persentase kepercayaan diri siswa hanya
sebesar 48,93% dan belum mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan sedangkan pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi
75,29%.
4. Dengan meningkatnya aktivitas dan rasa percaya diri siswa dalam belajar
matematika setelah diterapkan konsep DAP dalam pembelajaran
matematika berpengaruh positif terhadap kemampuan belajar matematika
siswa yang dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan pada akhir siklus,
nilai rata-rata tes pada akhir siklus I hanya sebesar 60,91 dan pada siklus II
nilai rata-rata tes meningkat menjadi 83,38.
B. Saran
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa penerapan konsep
DAP dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan
sikap positif siswa dalam belajar matematika sehingga meningkat pula
kemampuan dan hasil belajar matematika siswa, dengan demikian
diharapakan pada tingkat sekolah dasar guru dapat menerapkan konsep
DAP ini dalam pelajaran matematika.
2. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
bagi siswa, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap sikap siswa dalam
belajar.
3. Guru harus melatih siswa untuk aktif dalam belajar dan memperhatikan
perkembangan aktivitas belajar siswa dan guru juga harus melatih
kemandirian dan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuannya sendiri.
4. Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan dalam menerpakan
konsep DAP ini dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai
sehingga memudahkan guru mengajarkan matematika.
5. Pada setiap pembelajaran sebaiknya guru selalu menganalisis kekurangan-
kekurangan yang ada pada setiap pertemuan sehingga pada pembelajaran
selanjutnya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1999
Azhari, A, Psikologi Umum dan Perkembangan, Bandung: Teraju Mizan, 2004.
Dariyo, A, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rafika Aditama, 2007.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia,
DEPDIKNAS, 1999/2000
Fathurrahman, P, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rineka Aditama,
2007.
Gunawan, A, Genius Learning Strategy, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2006
Gestwicki, C, Developmentally Appropriate Practice, Canada: Thomson Delmar
Learning, 2007
Hartley-Brewer, E, Menumbuhkan Rasa Pede Pada Anak, Jakarta: PT. Bhuana
Ilmu Populer, 2005
http://analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=22576:t
ak-perlu-takut-belajar-matematika&catid=371:28juli2009&itemid=218
http://id.wikipedia.org/wiki/matematika#ikhtisar_dan_sejarah_matematika
http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view
&id=12&itemid=11
Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rajawali Pers, 2008
Lie, A, 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2004
Megawangi, R, Pendidikan Holistik, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation,
2008
Megawangi, R, Pendidikan Karakter, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation,
2004
Megawangi, R, Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan, Jakarta: Indonesia
Heritage Foundation, 2004
Mulyono, P, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008
Prasetyo, L, Jurnal WIDYA, Jakarta: Nopember 2003/ No.218 Tahun XX
Suparman, P, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Jakarta: Kanisius, 2001
Santrock, J, Pendidikan Psikologi, Jakarta: Kencana, 2007
Wardani, IG. A.K, Psikologi Belajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999
Winataputra, U, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka,
2007.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata pelajaran : Matematika
Satuan pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/ semester : V / Genap
Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : Mengubah Pecahan kebentuk persen dan desimal serta
sebaliknya.
Pertemuan ke-1 (2 x 35 menit).
Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, penugasan
Indikator.
Menentukan persentase sederhana dari jumlah barang tertentu.
Kegiatan Pembelajaran.
1. Pendahuluan (10 menit).
Apersepsi : - Guru mengingatkan kembali tentang materi pecahan.
- Guru menanyakan apakah siswa pernah melihat tanda %
(persen) disekeliling mereka, dan apakah siswa dapat
membaca tanda tersebut.
Motivasi : Agar siswa mengerti bagaimana menentukan besarnya
persentase dari jumlah tertentu.
2. Kegiatan inti (40 menit).
Guru mendemonstrasikan 1 kotak berisi 100 manik-manik dan meminta
beberapa siswa megambil sejumlah manik-manik yang mereka inginkan
dan membimbing mereka menentukan persentasenya.
Guru membimbing siswa menentukan persentase sejumlah benda yang
jumlahnya 100 dengan menggunakan percent grids.
Guru mendemonstrasikan 1 kotak berisi manik-manik yang jumlahnya
kurang dari 100 dan meminta beberapa siswa mengambil sejumlah manik-
manik yang mereka inginkan dan membimbing mereka menentukan
persentasenya.
Guru membimbing siswa menentukan banyak benda yang diambil jika
jumlah seluruh benda itu kurang dari 100 dan diketahui persentasenya
dengan menggunakan percent grids.
3. Penutup (20 menit).
Guru memberikan tugas siswa mengerjakan evaluasi 1.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Media
Media
Manik-manik, kertas karton (percent grids, fraction bars), dan LKS 1.
Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis : Evaluasi 1.
Pertemuan ke-2 (3 x 35 menit)
Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, penugasan.
Indikator.
Menentukan banyaknya benda yang diambil jika persentase dan total
jumlah benda diketahui.
Mengubah pecahan biasa kedalam persen.
Kegiatan Pembelajaran.
1. Pendahuluan (10 menit).
Apersepsi : Guru mereview kembali materi yang telah dipelajari kemarin.
Motivasi : Agar siswa dapat menghitung besar potongan harga/diskon
ketika mereka melakukan transaksi jual beli.
2. Kegiatan inti (70 menit).
Guru mendemonstrasikan 20 kelereng dan meminta siswa mengambil
sejumlah kelereng yang mereka inginkan dan membimbing mereka
menentukan persentasenya.
Guru memberikan kasus tentang perolehan suara pemilihan ketua kelas 5
kemudian siswa diminta menentukan persentase dari masing-masing suara
yang diperolah.
Guru mendemonstrasikan sejumlah manik-manik dan membimbing siswa
menentukan berapa banyak manik yang diambil jika persentasenya
diketahui.
Guru mendemonstrasikan sebuah lingkaran dan membimbing siswa
menentukan berapa banyak bagian dari lingkaran yang sesuai dengan
warnanya jika persentasenya diketahui.
Guru menjelaskan bagaimana menentukan besarnya potongan harga/diskon
suatu barang dengan mencerikan suatu kasus transaksi jual beli yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Penutup (25 menit).
Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 2.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Media
Media
Manik-manik, kelereng, kertas karton (lingkaran, percent grids, fraction
bars), LKS 2
Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis : Evaluasi 2.
Pertemuan ke-3 (2 x 35 menit)
Pendekatan/ metode : Ceramah, penugasan.
Indikator.
Mengubah persen kedalam pecahan dan desimal.
Mengubah desimal kedalam pecahan dan persen.
Kegiatan Pembelajaran.
1. Pendahuluan (10 menit).
Apersepsi : Guru mereview materi tentang pecahan dan materi yang yang
telah dipelajari kemarin.
2. Kegiatan inti (40 menit).
Guru menjelaskan cara merubah persen kedalam pecahan biasa atau
desimal.
Guru melatih kemampuan siswa dengan memberikan diagram lingkaran
yang berisi tentang besarnya persentase pelajaran yang paling digemari
anak kelas 5.
Guru menjelaskan cara merubah desimal kedalam pecahan atau persen.
Guru melatih kemampuan siswa dengan memberikan latihan soal.
3. Penutup (20 menit).
Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 3.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Media
Media : Lembar Kerja Siswa 3
Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis : Evaluasi 3.
Pertemuan ke-4 (2 x 35 menit)
Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, games, penugasan.
Indikator.
Membandingkan 2 pecahan yang sejenis.
Membandingkan 2 pecahan yang tak sejenis.
Kegiatan Pembelajaran.
1. Pendahuluan (10 menit).
Apersepsi : Guru mereview materi tentang pecahan dan materi yang yang
telah dipelajari kemarin.
Motivasi : Agar siswa dapat membandingkan bagian atau volume yang
lebih besar dan lebih kecil.
2. Kegiatan inti (40 menit).
Guru menjelaskan pecahan yang lebih besar dan lebih kecil dari 2 pecahan
yang sejenis (perpenyebut sama) dengan menggunakan fraction bars.
Guru memperkenalkan 2 pecahan tak sejenis dan menjelaskan bagaimana
menentukan pecahan yang lebih kecil, lebih besar atau senilai (sama).
Guru membimbing siswa melakukan games, yaitu menyusun kertas
pecahan yang telah disediakan pada garis bilangan.
3. Penutup (20 menit).
Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 4.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Media dan Sumber Belajar
Media
Kertas karton, LKS 4
Sumber
1. Matematika SD kelas 5 semester 2.
2. Lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru.
Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis : Evaluasi 4.
Jakarta, Januari 2010
Peneliti
Siti Chodijah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata pelajaran : Matematika
Satuan pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/ semester : V / Genap
Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : Mengubah Pecahan kebentuk persen dan desimal serta
sebaliknya.
Indikator.
Melakukan operasi penjumlahan berbagai bentuk pecahan berpenyebut sama.
Melakukan operasi penjumlahan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda.
Pertemuan ke-6 (2 x 35 menit)
Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, penugasan.
Kegiatan Pembelajaran.
3. Pendahuluan (10 menit).
Apersepsi : Guru mengingatkan kembali tentang materi pecahan.
Motivasi : Agar siswa mengerti bagaimana menentukan jumlah benda yang
bernilai pecahan.
4. Kegiatan inti (40 menit).
Guru menjelaskan operasi penjumlahan pada pecahan yang berpenyebut sama
dengan menggunakan batang pecahan.
Guru melatih kemampuan siswa dengan memberikan latihan soal.
Guru menjelaskan operasi penjumlahan pada pecahan yang berpenyebut beda
dengan menggunakan batang pecahan.
3. Penutup (20 menit).
Guru memberikan tugas siswa mengerjakan evaluasi 6.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Media
Media
Karton batang pecahan.
Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis : Evaluasi 6.
Pertemuan ke-7 (2 x 35 menit)
Pendekatan/ metode : Ceramah, kelompok, penugasan.
Kegiatan Pembelajaran.
1. Pendahuluan (10 menit).
Apersepsi : Guru mereview kembali materi yang telah dipelajari kemarin.
2. Kegiatan inti (40 menit).
Guru mengulang menjelaskan tentang operasi penjumlahan dengan
menggunakan batang pecahan.
Guru menjelaskan tentang operasi penjumlahan pada pecahan yang berpenyebut
beda dengan mencari KPK penyebutnya.
Guru membentuk kelompok dan memberikan tugas siswa melakukan
penjumlahan pecahan dan meminta siswa mengurutkan hasil dari masing-masing
kelompok mulai dari yang terkecil sampai terbesar.
3. Penutup (20 menit).
Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 7.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Media
Media
Karton batang pecahan., kartu pecahan.
Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis : Evaluasi 7.
Indikator.
Melakukan operasi pengurangan berbagai bentuk pecahan berpenyebut sama.
Melakukan operasi pengurangan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda.
Melakukan operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda.
Pertemuan ke-8 (2 x 35 menit)
Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, penugasan
Kegiatan Pembelajaran.
1. Pendahuluan (10 menit).
Apersepsi : Guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari kemarin.
Motivasi : Agar siswa mengerti bagaimana menentukan jumlah benda yang
bernilai pecahan.
2. Kegiatan inti (40 menit).
Guru Guru menjelaskan operasi penguragan pada pecahan yang berpenyebut
sama dengan menggunakan batang pecahan.
Guru melatih kemampuan siswa dengan memberikan latihan soal.
Guru menjelaskan operasi pengurangan pada pecahan yang berpenyebut beda
dengan menggunakan batang pecahan.
3. Penutup (20 menit).
Guru memberikan tugas siswa mengerjakan evaluasi 8.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Media
Media
Karton batang pecahan.
Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis : Evaluasi 8.
Pertemuan ke-9 (2 x 35 menit)
Pendekatan/ metode : Ceramah, kelompok, penugasan.
Kegiatan Pembelajaran.
1. Pendahuluan (10 menit).
Apersepsi : Guru mereview kembali materi yang telah dipelajari kemarin.
2. Kegiatan inti (40 menit).
Guru menjelaskan tentang operasi pengurangan pada pecahan yang berpenyebut
beda dengan mencari KPK penyebutnya.
Guru menjelaskan operasi hitung campuran pada pecahan yang berpenyebut
beda.
Guru membentuk kelompok dan memberikan tugas siswa menyelesaikan operasi
hitung campuran pecahan yang ada pada kartu pecahan.
3. Penutup (20 menit).
Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 9.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Media
Media
Karton batang pecahan., kartu pecahan.
Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis : Evaluasi 9.
Jakarta, Januari 2010
Guru Mata Pelajaran
Siti Chodijah
LEMBAR KERJA SISWA 1
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah!
1. Ada 1 kotak berisi manik-manik. Beberapa siswa masing-masing
mengambil sejumlah manik-manik sebanyak yang mereka inginkan.
Kemudian tentukanlah persentasenya!
No Nama siswa Jumlah manik
yang diambil Persentase
Persentase manik
yang tersisa
1.
2.
3.
2. a. jika ada 39 kotak yang diarsir,
tentukan berapa persentasenya!
b. jika ada 57 kotak yang diarsir, tentukan
berapa pesentasenya!
3. Dari 100 kotak tentukan berapa banyak kotak yang harus diarsir jika!
a. ada 10% kotak yang diarsir
b. ada 5 % kotak yang diarsir
c. ada 25% kotak yang diarsir
4. Ada 3 kotak berisi sejumlah manik dan 3 orang siswa mengambil sejumlah
manik-manik dari masing-masing kotak tersebut. Tentukan berapa manik-
manik yang diambil!
Kotak Jumlah manik Banyak manik
yang diambil Persentase
Persentase
manik yang
tersisa
1 80 manik
2 50 manik
3 20 manik
5. Tentukan persentase dari kotak yang diarsir!
a. Dari 70 kotak, ada 42 kotak yang diarsir.
b. Dari 40 kotak, ada 30 kotak yang diarsir.
c. Dari 90 kotak, ada 18 kotak yang diarsir.
6. Tentukan berapa banyak kotak yang diarsir jika,
a. Dari 60 kotak ada 35% kotak yang diarsir.
b. Dari 50 kotak ada 40% kotak yang diarsir.
c. Dari 40 kotak ada 25% koyak yang diarsir.
Kelengkapan Kerapihan Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 2
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah!
1. Dalam 1 kotak ada 20 butir kelereng berwarna abu-abu, biru, hijau dan
coklat, 2 orang siswa masing-masing mengambil kelereng sesuai dengan
warna yang mereka sukai. Tentukanlah persentase kelereng yang mereka
ambil!
a. siswa 1 =
warna kelereng =
jumlah kelereng =
persentase =
cara II
Kelereng yang diambil = . . . . . . .%
Jumlah kelereng
. . . . . . . = . . . . . . .
. . . . . . . 100
= . . . . . . . X . . . . . . .
. . . . . . .
= . . . . . . .
b. siswa 2=
warna kelereng =
jumlah kelereng =
persentase =
cara II
2. Guru matematika dan siswa kelas 5 yang berjumlah 34 siswa sedang
mengadakan pemilihan pengurus kelas. Ada 2 orang siswa yang akan
dicalonkan menjadi ketua kelas. Hitunglah jumlah suara yang diperoleh
dan tentukan persentasenya!
No Nama siswa Suara yang
diperoleh Jumlah suara Persentase
1.
2.
Kelereng yang diambil = . . . . . . .%
Jumlah kelereng
. . . . . . . = . . . . . . .
. . . . . . . 100
= . . . . . . . X . . . . . . .
. . . . . . .
= . . . . . . .
3. Dari 40 butir manik ada 30% manik berwarna hijau. Hitunglah berapa
jumlah manik yang berwarna hijau itu!
4. Sebuah lingkaran dipotong menjadi 8 bagian, 37,5% dari lingkaran itu
berwarna merah, dan sisanya berwarna biru. Hitunglah berapa banyak
bagian yang berwarna merah dan berapa banyak bagian yang berwarna
biru!
Manik berwarna hijau = . . . . . . .%
Jumlah semua manik
. . . . . . . = . . . . . . .
. . . . . . . 100
= . . . . . . . X . . . . . . .
. . . . . . .
= . . . . . . .
Bagian berwarna merah = . . . . . . .%
Jumlah bagian lingkaran
. . . . . . . = . . . . . . .
. . . . . . . 100
= . . . . . . . X . . . . . . .
. . . . . . .
= . . . . . . .
Bagian yang berwarna biru =
. . . . . .% - . . . . . . % = . . . . . . %
. . . . bagian - . . . . bagian = . . . .bagian
5. Nabila membeli buku tulis dikoperasi sekolah, harga buku tulis itu Rp.
4500. Nabila mendapatkan potongan harga (diskon) sebesar 20%. Berapa
harga buku itu setelah mendapatkan diskon?
Kelengkapan Kerapihan Ketelitian
Besarnya potongan harga (diskon)
Potongan harga = . . . . . . .%
Harga sebenarnya
Rp. . . . . . . . = . . . . . . .
Rp. . . . . . . . 100
= Rp. . . . . . . . X . . . . . . .
Rp. . . . . . . .
= Rp. . . . . . . .
Harga buku setelah mendapatkan diskon
= . . . . . . . . . . . . . . . . - . . . . . . . . . . . . . . .
= Rp. . . . . . . . . – Rp. . . . . . . . . . = Rp. . . . . . . . . .
LEMBAR KERJA SISWA 3
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah soal dibawah ini!
Diagram lingkaran berikut menunjukan persentase mata pelajaran yang
disukai siswa kelas 5 SDI RUHAMA. Perhatikan diagram tersebut,
kemudian lengkapilah tabel dibawahnya!
No Mata pelajaran Pernyataan dalam
persen
Pernyataan dalam
pecahan
Pernyataan dalam
desimal
1.
2.
3.
Matematika
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
Mtk 35%
Bhs.inggris
Bhs. Indonesia
45%
Lengkapilah tabel dibawah ini!
No Pernyataan dalam
desimal
Pernyataan dalam
pecahan
Pernyataan dalam
persen
1.
2.
3.
4.
0,15
0,7
3,2
2,45
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
Nyatakan dalam bentuk desimal
a. ½ = . . . b. ¾ = . . . c. 3/5 = . . .
Nyatakan dalam bentuk persen
a. 0,35 = . . b. 0,6 = c. 1,25
Nyatakan dalam bentuk pecahan yang paling sederhana
a. 16% = . . . b. 28% = c. 50% =
LEMBAR KERJA SISWA 4
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah soal dibawah ini!
Dengan menggunakan batang pecahan, isilah titik-titik dengan tanda ›, ‹
atau = !
a. 2/3 . . . . 1/4
b. 2/5 . . . . 1/2
c. 7/8 . . . . 3/4
d. 3/6 . . . . 1/2
TUGAS KELOMPOK
Diskusikan dengan teman kelompok !
Susunlah kertas pecahan berikut secara berurutan dari yang terkecil!
1. 1/3, 3/4, 3/5, 3/12, 1/6
2. 1/2, 1/3, 1/4, 1/5, 1/6
3. 1/4, 3/4, 1/2, 4/5, 2/3
4. 3/4, 1/8, 3/16, 1/2, 3/8
5. 4/5, 7/10, 8/9, 7/8, 1/2
Kelengkapan Kerapihan Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 5
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikan penjumlahan pecahan berikut ini!
1. 1/3 + 3/4 =
Dengan mencari KPK kedua penyebut, selesaikanlah penjumlahan berikut
ini!
2. 2/3 + 1/5 = penyebut kedua pecahan adalah 3 dan 5
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 3 dan 5
3 =
5 =
3. 1/6 + 3/7 = penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 7
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 6 dan 7.
6 =
7 =
Kelengkapan Kerapihan Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 6
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikan penjumlahan pecahan berikut ini!
Dengan mencari KPK kedua penyebut, selesaikanlah penjumlahan berikut
ini!
1. 3/20 + 4/5 = penyebut kedua pecahan adalah 20 dan 5
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 20 dan 5
20 =
5 =
4. 9/10 + 3/15 = penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 15
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 10 dan 15.
10 =
15 =
5. 2 ¾ + 1/5 = penyebut kedua pecahan adalah 4 dan 5
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 4 dan 5
4 =
5 =
6. 4 2/3 + 6 2/7 = penyebut kedua pecahan adalah 3 dan 7.
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) 3 dan 7
3 =
7 =
Kelengkapan Kerapihan Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 7
NAMA :
KELAS :
HARI / TANGGAL :
Selesaikanlah pengurangan pecahan berikut ini!
Dengan mencari KPK kedua penyebut, selesaikanlah
pengurangan berikut ini !
1.
KPK 5 dan 2
5 =
2 =
2.
KPK 8 dan 6
8 =
6 =
3.
KPK 7 dan 5
7 =
5 =
4.
KPK 2 dan 6
2 =
6 =
5.
KPK 3 dan 6
3 =
6 =
Nilai Paraf Guru Paraf Orang
Tua
LEMBAR KERJA SISWA 8
NAMA :
KELAS :
HARI / TANGGAL :
Selesaikanlah pengurangan pecahan berikut ini!
Dengan mencari KPK kedua penyebut, selesaikanlah
pengurangan berikut ini !
6.
7.
=
8.
KPK 5, 3 dan 4 adalah
5 =
3 =
4 =
9.
KPK dari 10, 2 dan 5 adalah
10.
11.
=(2 + 1 – 1) +
KPK dari 9, 6 dan 2 adalah
Nilai Paraf Guru Paraf Orang
Tua
EVALUASI SISWA 1
NAMA :
KELAS :
HARI / TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini!
1. Ayah membeli 1 peti telur yang berisi 60 butir telur. Setelah dihitung
ternyata ada 21 butir telur pecah. Tentukanlah berapa prosentase telur
yang pecah!
2. Nadia mempunyai 80 buah koleksi buku bacaan, 10% buku komik, 15%
majalah, 40% buku pelajaran dan 35% buku dongeng. Hitunglah berapa
banyak masing-masing buku bacaan Nadia!
JAWABAN
Nilai Paraf Guru Paraf Orang
Tua
EVALUASI SISWA 2
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini!
1. Ibu mempunyai tepung terigu seberat 40 kg. Hari senin ibu menggunakan
6 kg untuk membuat roti, dan hari selasa ibu mengambil 9 kg. Hitunglah
berapa kg teopung terigu yang tersisa dan tentukan persentasenya!
Tepung terigu yang sudah ibu gunakan = . . . . kg + . . . . kg = . . . . kg
Sisa tepung terigu ibu = . . . . .kg - . . . . .kg = . . . . .kg
Sisa tepung terigu = . . . . .%
Total berat tepung terigu
. . . . . = . . . . .
. . . . . 100
= . . . . . X . . . . .
. . . . .
= . . . . .
2. Satu bulan yang lalu uang tabungan Bana sebesar Rp. 60.000, karena
Bana selalu menyisihkan uang jajannya untuk ditabung, uang tabungan
Bana sekarang bertambah 40%. Hitunglah berapa uang tabungan
Banasekarang!
Nilai Paraf Guru Paraf Orang
Tua
Besarnya uang Bana yang bertambah
Uang Bana yang bertambah = . . . . . . .%
Uang tabungan Bana mula-mula
Rp. . . . . . . . = . . . . . . .
Rp. . . . . . . . 100
= Rp. . . . . . . . X . . . . . . .
Rp. . . . . . . .
= Rp. . . . . . . .
Uang tabungan Bana sekarang
= Rp. . . . . . . . . + Rp. . . . . . . . . . = Rp. . . . . . . . . .
EVALUASI SISWA 3
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini!
Pernyataan dalam
persen
Pernyataan dalam
pecahan
Pernyataan dalam
desimal
15%
45%
37%
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
Pernyataan dalam
desimal
Pernyataan dalam
pecahan
Pernyataan dalam
persen
0.25
1.14
0.5
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
EVALUASI SISWA 4
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini!
1. Ibu mempunyai jus jeruk, 2/5 liter diberikan kepada Andika dan ¼ liter
diberikan kepada Kiki. Siapakan yang mendapatkan jus jeruk paling
sedikit?
Nilai Paraf Guru Paraf Orang
Tua
EVALUASI SISWA 5
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini!
1. Ibu membeli 3/4 liter minyak goreng, kemudian ibu membeli lagi
sebanyak 1/6 liter minyak goreng. Berapa jumlah minyak goreng yang
ibu beli!
Jawaban:
Nilai Paraf Guru Paraf Orang
Tua
EVALUASI SISWA 6
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini!
1. ½ + 1 ¾ =
Jawaban:
2. ibu mempunyai sebatang coklat yang dibagikan kepada Vanesa, dan
Shifa. Vanesa mendapatkan 1/5 bagian, Shifa 1/3 bagian. Berapakan
jumlah coklat yang diterima Vanesa dan Shifa?
Jawaban:
Nilai Paraf Guru
Paraf Orang
Tua
EVALUASI SISWA 7
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini!
1. Angga mempunyai 4/7 bagian kue keju kemudian kue itu diberikan
kepada Zakky sebanyak 3/8 bagian. Berapa kue Angga yang tersisa?
Nilai Paraf Guru Paraf Orang
Tua
EVALUASI SISWA 8
NAMA :
KELAS :
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini!
1. 7/9 + 5/6 – ½ =
2. Ali mempunyai 2/3 tali dan Iqbal mempunyai ¼ tali, tali Ali dan Iqbal
digabungkan menjadi satu kemudian diberikan kepada Kiki sebanyak 5/6
bagian. Berapa tali yang tersisa?
Nilai Paraf Guru Paraf Orang
Tua
KISI-KISI INSTRUMEN TES
SIKLUS I
POKOK MATERI : Waktu
ALOKASI WAKTU : 60 menit
BENTUK SOAL : Uraian
No Indikator Kompetensi
Jumlah C 1 C 2 C 3
1. Menentukan persentase sederhana dari banyak
barang tertentu. 2 1
2. Menentukan jumlah benda yang diambil jika
persentase dan jumlah total benda diketahui. 3 5 2
3. Mengubah persen kedalam pecahan biasa atau
desimal, atau megubah desimal kedalam pecahan
atau persen
1 2
4. Membandingkan 2 jenis pecahan yang tak sejenis. 4 1
Jumlah 6
TES SIKLUS 1
NAMA :
KELAS :
HARI/ TANGGAL :
WAKTU : 60 menit.
Isilah titik-titik dibawah ini!
1. Isilah titik-titik dibawah ini!
a. 4/5 = . . . . (rubah dalam bentuk desimal)
b. 2,45 = . . . . . . (rubah dalam bentuk persen).
2. Pak Arsyad mempunyai 1 keranjang jambu air, kemudian Pak Arsyad
memberikan kepada 3 orang tetangganya, 25 buah untuk Pak Rusdi, 10
buah untuk Pak Yanto dan 15 buah untuk Pak Candra. Hitung berapa
persen jambu air yang diterima Pak Yanto!
3. Nabila pergi ke toko buku untuk membeli pensil warna dan buku gambar.
Jika harga pensil warna Rp. 15.000 dengan diskon 20%, sedangkan harga
buku gambar Rp.10.000 dengan diskon 40%. Berapakah total uang yang
harus dibayar Nabila untuk membeli buku gambar dan pensil warna?
4. Andi dan Kamal lari pagi bersama-sama, mereka membawa botol air
minum masing-masing. Ketika Andi dan Kamal merasa haus mereka
minum air yang mereka bawa. Sisa air dibotol minum Andi 7/10 bagian
dan sisa air minum dibotol Kamal ¾ bagian. Siapakah yang memiliki sisa
air minum lebih banyak?
5. Pada bulan November perpustakaan SDI RUHAMA memiliki 60 buah
koleksi buku bacaan. Dan pada bulan Desember jumlah buku tersebut
bertambah sebanyak 40%. Berapa banyak jumlah buku bacaan yang
dimiliki perpustakaan sekarang?
KISI-KISI INSTRUMEN TES
SIKLUS 2
POKOK MATERI : Waktu
ALOKASI WAKTU : 45 menit
BENTUK SOAL : Uraian
No Indikator Kompetensi
Jumlah C 1 C 2 C 3
1. Melakukan operasi penjumlahan berbagai bentuk
pecahan berpenyebut beda. 1 2 2
2. Melakukan operasi pengurangan berbagai bentuk
pecahan berpenyebut beda. 3 1
3. Melakukan operasi hitung campuran berbagai
bentuk pecahan berpenyebut beda. 4 1
Jumlah 4
TES SIKLUS 2
NAMA :
KELAS :
HARI/ TANGGAL :
WAKTU : 45 menit.
Isilah titik-titik dibawah ini!
1. Rahma mempunyai 2 pita, masing-masing 3
1 meter dan
5
2 meter. Jika
pita tersebut digabungkan, berapa meter panjang pita Rahma?
Jawab
2. Ibu membeli gula 4
11 kg, terigu
5
32 kg dan mentega
3
1kg. Berapa kg
berat seluruh belanjaan ibu?
Jawab
3. Ryan menyelesaikan suatu pekerjaan selama tiga hari. Pada hari pertama
dapat diselesaikan 4
3 bagian pekerjaan, hari kedua
5
1 bagian pekerjaan,
berapa bagiankah pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari ketiga?
Jawab
4. Andika mempunyai 6
5liter susu kemudian diminum sebanyak
3
2liter,
setelah itu Andika menambahkan lagi sebanyak 4
1liter. Berapa liter susu
Andika sekarang?
Jawab
nilai paraf
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN BELAJAR SISWA Pertemuan ke- :
Hari/ tanggal :
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang menurut anda sesuai.
N
o Aspek yang dinilai
Nama siswa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1. Memperhatikan penjelasan guru
2. Bertanya pada guru
3 Menjawab pertanyaan guru
4. Mencatat pelajaran
5. Mengerjakan tugas yang diberikan guru
6. Berusaha mengerjakan tugas sendiri.
7. Mengerjakan soal didepan kelas.
8.
Terlibat aktif dalam kegiatan belajar
dikelas.
Lampiran 10
Lembar Pedoman Wawancara Dengan Guru
Tahap : Penelitian Pendahuluan
Hari/ tanggal :
Tujuan wawancara : Untuk mengetahui sikap belajar siswa dan minat siswa dalam
belajar matematika dan permasalahan yang dihadapi siswa
dalam belajar matematika.
Daftar pertanyaan:
1. Bagaimana minat siswa terhadap pelajaran matematika ?
2. Bagaimana tingkat kemampuan matematika siswa dikelas V?
3. Apa saja kesulitan yang siswa hadapi dalam belajar matematika?
4. Metode pembelajaran apa saja yang sudah bapak gunakan dalam mengajar
matematika?
5. Apakah siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan materi pelajaran yang
bapak sampaikan?
6. Bagaimana respon siswa ketika bapak mengajukan pertanyaan ataupun
memberikan soal?
7. Apakah siswa bertanya tentang materi pelajaran yang bapak sampaikan?
8. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas yang bapak berikan dengan baik?
9. Apakah bapak sering memberikan reward kepada siswa yang berhasil mengerjakan
tugas dengan baik? Apa saja reward yang bapak berikan dan bagaimana respon
mereka?
10. Apakah bapak sering memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mematuhi
perintah yang anda berikan? Apa saja hukuman yang anda berikan dan bagaimana
respon mereka?
Lampiran 11
Lembar Pedoman Wawancara Dengan Siswa
Tahap : Penelitian pendahuluan
Hari/ Tanggal :
Tujuan wawancara : Untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran
matematika.
Daftar pertanyaan:
1. Apakah adik-adik menyukai pelajaran matematika?
2. Mengapa adik-adik suka/ tidak menyukai pelajaran matematika?
3. Apakah adik-adik pernah merasa bosan ketika belajar matematika?
4. Pada saat pelajaran matematika apa saja yang adik-adik lakukan?
5. Apakah adik-adik mendengarkan dan memperhatika penjelasan guru?
6. Apakah adik-adik bertanya pada guru jika ada pelajaran yang tidak dimengerti?
7. Apabila guru memberikan pertanyaan, apakah adik-adik menjawabnya?
8. Apakah adik-adik mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru?
9. Berapa nilai matematika yang sering adik-adik peroleh?
Tahap : Akhir siklus I dan II
Hari/ Tanggal :
Tujuan wawancara : Untuk mengetahui sikap dan minat siswa dalam belajar
pelajaran matematika.
Daftar pertanyaan:
1. Apakah adik-adik menyukai pelajaran matematika dengan alat peraga ataupun
permainan?
2. Apabila guru menjelaskan pelajaran, apakah adik-adik memperhatikan dan
mendengarkan?
3. Apabila diminta menyelesaikan soal didepan kelas, apakah adik-adik bersedia
menyelesaikannya?
4. Apakah adik-adik bertanya pada guru jika ada pelajaran yang tidak dimengerti?
5. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh guru selalu adik-adik kerjakan dengan
baik?
6. Apakah adik-adik selalu mencatat pelajaran matematika? Dan apa tanggapan adik-
adik tentang LKS yang selalu diberikan setiap pertumuan?
7. Apakah adik-adik senang dengan reward yang diberikan?
Lampiran 12
KISI-KISI ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA
PADA PELAJARAN MATEMATIKA SEBELUM UJI VALIDITAS
DIMENSI INDIKATOR ITEM
JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE
2. percaya
pada
kemampu
an diri
sendiri.
a. yakin pada
diri sendiri.
1, 7, 15 8, 16, 19, 23 7
b. Tidak putus
asa.
5, 12, 24 9, 25 5
3. mandiri. d. Tidak
bergantung
pada orang
lain.
20 4 2
e. Bertanggung
jawab 10, 17, 22 2, 6, 11 6
f. Ingin
berprestasi
tinggi
14 21 2
4. memiliki
keberanian
untuk
bertindak.
b. Berani
mengungkap
kan
pendapat
3, 26 13, 18 4
JUMLAH 13 13 26
Lampiran 13
LEMBAR ANGKET
KEPERCAYAAN DIRI SISWA
Nama :
Kelas :
Petunjuk pengisian.
1. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan baik dan jujur sesuai
dengan yang kamu alami dan rasakan dalam belajar matematika.
2. Berikan tanda ceklis (√) pada gambar yang kamu anggap paling
sesuai dengan pendapatmu.
pilih gambar ini jika kamu setuju dengan pernyataan tersebut.
pilih gambar ini jika kamu tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
NO PERTANYAAN Ya TIDAK
1. Saya tidak pernah mancontek ketika ujian.
2. Saya ngobrol dengan teman ketika guru
sedang menjelaskan pelajaran. 3. Bila guru mengajukan pertanyaan saya
berusaha menjawab.
NO PERTANYAAN Ya TIDAK
4. Saya banyak bertanya pada guru ketika
mengerjakan soal latihan. 5. Saya bersemangat belajar matematika
sambil bermain. 6. Saya sering tidak mengumpulkan latihan
soal. 7. Bila disuruh mengerjakan soal didepan
kelas, saya mampu mengerjakannya. 8. Ketika ujian saya sering melihat jawaban
teman. 9. Saya malas mengerjakan soal matematika
yang sulit. 10. Saya selalu memperhatikan guru ketika
sedang menjelaskan pelajaran matematika. 11. Saya sering tidak mencatat pelajaran
matematika. 12. Saya tetap semangat belajar matematika
meskipun materi yang dipelajari sulit. 13. Saya tidak pernah menjawab pertanyaan
guru karena takut salah. 14. Bila nilai matematika saya rendah saya
akan lebih giat belajar. 15. Alat peraga membuat pelajaran
NO PERTANYAAN Ya TIDAK
matematika lebih mudah dimengerti.
16. Saya malas mengerjakan soal didepan kelas
karena takut salah. 17. Saya selalu mengerjakan soal dan
mengumpulkannya tepat waktu. 18. Saya malu bertanya pada guru bila ada
pelajaran matematika yang saya tidak
mengerti.
19. Bila tidak dipuji guru saya tidak semangat
belajar matematika. 20. Saya berusaha mengerjakan sendiri soal
matematika yang diberikan guru. 21. Saya sudah puas mendapat nilai
matematika 6. 22. Saya selalu mencatat pelajaran
matematika. 23. Saya cepat bosan belajar matematika
dengan alat peraga. 24. Soal yang sulit membuat saya lebih
semangat belajar matematika. 25. Materi yang sulit membuat saya pusing
belajar matematika.
NO PERTANYAAN Ya TIDAK
26. Bila saya tidak mengerti pelajaran
matematika, saya langsung bertanya pada
guru.
DIMENSI INDIKATOR ITEM
JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE
3. percaya pada
kemampuan diri
sendiri.
a. yakin pada diri
sendiri.
1, 8, 13 7, 18, 19 6
b. Tidak putus asa.
16 6, 14 2
4. mandiri. g. Tidak bergantung
pada orang lain.
- 12 1
h. Bertanggung jawab 17 2, 5, 10 5
i. Ingin berprestasi
tinggi 4 9 2
5. memiliki
keberanian untuk
bertindak.
c. Berani
mengungkapkan
pendapat
3, 20 11, 15 4
JUMLAH 8 12 20
LEMBAR ANGKET
KEPERCAYAAN DIRI SISWA
Nama :
Kelas :
Petunjuk pengisian.
3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan baik dan jujur sesuai
dengan yang kamu alami dan rasakan dalam belajar matematika.
4. Berikan tanda ceklis (√) pada gambar yang kamu anggap paling
sesuai dengan pendapatmu.
pilih gambar ini jika kamu setuju dengan pernyataan tersebut.
pilih gambar ini jika kamu tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
NO PERTANYAAN Ya TIDAK
1. Saya tidak pernah mancontek ketika ujian.
2. Saya ngobrol dengan teman ketika guru
sedang menjelaskan pelajaran. 3. Bila guru mengajukan pertanyaan saya
berusaha menjawab.
NO PERTANYAAN Ya TIDAK
4. Bila nilai matematika saya rendah saya
akan lebih giat belajar. 5 Saya sering tidak mengumpulkan latihan
soal. 6. Saya malas mengerjakan soal matematika
yang sulit. 7. Ketika ujian saya sering melihat jawaban
teman. 8. Bila disuruh mengerjakan soal didepan
kelas, saya mampu mengerjakannya. 9. Saya sudah puas mendapat nilai
matematika 6. 10. Saya sering tidak mencatat pelajaran
matematika. 11. Saya tidak pernah menjawab pertanyaan
guru karena takut salah. 12. Saya banyak bertanya pada guru ketika
mengerjakan soal latihan. 13. Alat peraga membuat pelajaran
matematika lebih mudah dimengerti. 14. Materi yang sulit membuat saya pusing
belajar matematika. 15. Saya malu bertanya pada guru bila ada
NO PERTANYAAN Ya TIDAK
pelajaran matematika yang saya tidak
mengerti.
16. Soal yang sulit membuat saya semangat
belajar matematika. 17. Saya selalu mencatat pelajaran
matematika. 18. Saya cepat bosan belajar matematika
dengan alat peraga. 19. Saya malas mengerjakan soal didepan kelas
karena takut salah. 20. Bila saya tidak mengerti pelajaran
matematika, saya langsung bertanya pada
guru.
Lampiran 8
1 2 3 4 5 6 7 8 I II
1. S1 100 100 100 100 100 90 100 100 80 95
2. S2 80 100 100 100 75 100 100 60 70 70
3. S3 60 100 100 100 100 100 100 80 50 100
4. S4 80 100 100 100 100 100 100 0 60 85
5. S5 80 100 100 100 100 90 100 0 50 85
6. S6 0 0 100 100 75 100 100 80 60 100
7. S7 20 100 92 100 100 50 100 30 30 60
8. S8 100 100 100 100 100 90 100 100 60 95
9. S9 100 100 100 100 100 100 100 80 100 100
10. S10 100 100 100 100 100 100 100 80 80 95
11. S11 100 100 100 100 100 0 100 100 80 100
12. S12 0 0 0 100 0 100 100 100 40 100
13. S13 100 100 0 100 100 90 0 55 70 85
14. S14 100 100 100 100 100 100 100 30 70 80
15. S15 0 0 100 100 0 100 100 0 50 60
16. S16 100 100 100 100 100 100 100 80 80 100
17. S17 100 100 100 100 100 100 100 0 50 85
18. S18 100 100 100 100 100 100 100 0 80 80
19. S19 100 100 100 100 100 100 100 100 0 75
20. S20 100 100 100 100 100 100 100 100 80 95
21. S21 100 100 100 100 100 100 100 80 90 95
22. S22 20 100 100 0 85 100 100 100 70 80
23. S23 0 100 75 100 100 100 100 50 50 70
24. S24 40 100 92 100 100 0 100 80 60 80
25. S25 60 100 0 100 100 30 0 0 60 75
26. S26 80 100 67 100 75 100 100 100 40 80
27. S27 20 100 75 100 100 100 100 60 70 100
28. S28 0 100 83 100 100 100 100 80 50 70
29. S29 0 0 67 50 0 10 0 0 30 50
30. S30 0 0 75 100 60 100 100 80 70 80
31. S31 0 100 75 100 60 80 100 50 50 70
32. S32 60 100 100 75 100 70 100 0 50 80
33. S33 40 100 92 100 100 100 100 30 40 100
34. S34 20 100 0 0 100 0 0 0 40 60
100 100
30 50
60.91 83.38
Tingkat penguasaan tertinggi
Tingkat penguasaan terendah
Rata-rata tingkat penguasaan
DAFTAR NILAI TES EVALUASI, SIKLUS I DAN II
NoKode
Siswa
Nilai Tes Evaluasi Nilai Tes Akhir
SiklusPertemuan Ke-
Lampiran 15
1 2 3 4 6 7 8 9 11 13 14 15 16 18 21 22 23 24 25 26
1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15 225
2 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 9 81
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
4 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 10 100
5 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 13 169
6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 15 225
7 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 144
8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 256
9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 324
10 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 7 49
11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17 289
12 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 16 256
13 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8 64
14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 7 49
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17 289
16 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 25
17 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 6 36
18 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 15 225
19 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 14 196
20 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6 36
21 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 169
22 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 8 64
23 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 12 144
24 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 8 64
25 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 12 144
26 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 6 36
27 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 25
28 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 13 169
29 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 8 64
30 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 5 25
31 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 5 25
32 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 9 81
33 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5 25
Jumlah 14 13 10 15 26 9 25 13 25 14 25 26 13 15 23 28 15 13 15 18 355 4473
p 0.4242 0.3939 0.3030 0.4545 0.7879 0.2727 0.7576 0.3939 0.7576 0.4242 0.7576 0.7879 0.3939 0.4545 0.6970 0.8485 0.4545 0.3939 0.4545 0.5455
q 0.5758 0.6061 0.6970 0.5455 0.2121 0.7273 0.2424 0.6061 0.2424 0.5758 0.2424 0.2121 0.6061 0.5455 0.3030 0.1515 0.5455 0.6061 0.5455 0.4545
(St) 19.8200
(Rii) 0.8233
Perhitungan Reliabilitas Angket Kepercayaan Diri Belajar Matematika Siswa
Siswa
Pernyataan
Xt (Xt)2
Lampiran 19
Indikator 1
1 7 8 13 18 19 6 14 16 12 2 5 10 17 4 9 3 11 15 20
S1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
S2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
S3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0
S5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
S6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
S7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
S8 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S10 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S11 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S12 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
S13 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1
S15 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
S16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1
S17 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
S18 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
S19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S20 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0
S21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
S22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
S23 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
S25 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
S26 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
S27 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1
S28 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
S29 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
S30 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
S31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S32 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
S33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
S34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
67.65% 75.29%80.15%81.86% 67.65% 79.41% 75.00%
Perhitungan Skor Akhir Kepercayaan Diri Belajar Matematika Siswa
Siswa
Dimensi 1 Dimensi 2 Dimensi 3
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 18 324
2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 16 256
3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 576
4 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 14 196
5 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 18 324
6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 21 441
7 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289
8 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 21 441
9 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 23 529
10 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 11 121
11 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 18 324
12 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 21 441
13 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 13 169
14 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11 121
15 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 18 324
16 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10 100
17 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 10 100
18 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 18 324
19 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 17 289
20 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 11 121
21 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 256
22 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 10 100
23 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 15 225
24 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 12 144
25 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 17 289
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 7 49
27 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 8 64
28 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 15 225
29 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 13 169
Perhitungan Validitas Angket Kepercayaan Diri Belajar Matematika Siswa
Siswa
Pernyataan
Xt (Xt)2
30 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 8 64
31 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 10 100
32 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 15 225
33 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64
Jumlah 14 13 10 14 18 26 11 25 12 20 25 23 14 25 26 13 29 15 27 14 23 28 14 13 15 17 484 7784
p 0.424 0.394 0.303 0.424 0.545 0.788 0.333 0.758 0.364 0.606 0.758 0.697 0.424 0.758 0.788 0.394 0.879 0.455 0.818 0.424 0.697 0.848 0.424 0.394 0.455 0.515
q 0.576 0.606 0.697 0.576 0.455 0.212 0.667 0.242 0.636 0.394 0.242 0.303 0.576 0.242 0.212 0.606 0.121 0.545 0.182 0.576 0.303 0.152 0.576 0.606 0.545 0.485
Mp 17.64 17.62 18.3 16.64 12.67 15.81 17.82 15.92 18.08 15.6 15.64 15.61 17.36 15.56 15.69 17.15 14.76 16.53 15.37 16.36 16.09 15.5 17.14 16.62 16.73 16.29
Mt 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67 14.67
Sdt 4.557
r bis 0.561 0.522 0.526 0.372 -0.481 0.483 0.489 0.486 0.567 0.254 0.378 0.313 0.507 0.347 0.434 0.44 0.054 0.374 0.328 0.318 0.473 0.433 0.466 0.345 0.414 0.368
rt: 5% = 0,344val val val val tidak val val val val tidak val tidak val val val val tidak val tidak tidak val val val val val val