pergeseran struktur ekonomi berbasis sektor unggulan di

17
186 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan Muh. Said Saggaf ABSTRCT Economic structural change is important to economic growth of an area, including Discrict of Bantaeng in Province of South Sulawesi. Bantaeng’s economic structural change has been accelerated by optimal utilization of local based competency or basic competitive sectors. These factors have an important impact on economic perfor- mance through the allocation of natural resources from one economic activity to another. This study aims to analyze the trend of shifting economic structure in Bantaeng based on GRDP of Bantaeng and South Sulawesi Province, as well as analyzing the economic sectors of the fastest-growing as the basis for the develop- ment of local competence in the District Bantaeng. The analytical method used is Shift Share Analysis and Location Quotient Analysis (Budiharsono, 2001) and descriptive analysis (Kadariah, 1985). The results showed, there was a tendency of shifting the economic structure from agriculture to mining and quarrying sector and services sector in the District Bantaeng. Then, the agricultural sector remains the leading economic sector of the most rapidly growing as the basis for the development of local competence, as though each year has decreased, but the sector remains the largest contributor to the GDP. The next sectors are mining and quarrying sector, the services sector, as well as the industrial sector, mainly home industry. Bantaeng government has made various efforts to continuously improve the local economy, including a partnership with the private sector both from domestic and abroad. In addition, the government also tried to allocate Bantaeng District funds through the budget to increase the production of each sector. KEY WORD: Economic growth, GRDP, Shift Share Analysis, and Location Quo- tient Analysis

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

186 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

Pergeseran Struktur Ekonomi BerbasisSektor Unggulan di Kabupaten BantaengProvinsi Sulawesi SelatanMuh. Said Saggaf

ABSTRCT

Economic structural change is important to economic growth of an area, includingDiscrict of Bantaeng in Province of South Sulawesi. Bantaeng’s economic structuralchange has been accelerated by optimal utilization of local based competency or basiccompetitive sectors. These factors have an important impact on economic perfor-mance through the allocation of natural resources from one economic activity toanother. This study aims to analyze the trend of shifting economic structure inBantaeng based on GRDP of Bantaeng and South Sulawesi Province, as well asanalyzing the economic sectors of the fastest-growing as the basis for the develop-ment of local competence in the District Bantaeng. The analytical method used is ShiftShare Analysis and Location Quotient Analysis (Budiharsono, 2001) and descriptiveanalysis (Kadariah, 1985). The results showed, there was a tendency of shifting theeconomic structure from agriculture to mining and quarrying sector and services sectorin the District Bantaeng. Then, the agricultural sector remains the leading economicsector of the most rapidly growing as the basis for the development of localcompetence, as though each year has decreased, but the sector remains the largestcontributor to the GDP. The next sectors are mining and quarrying sector, the servicessector, as well as the industrial sector, mainly home industry. Bantaeng governmenthas made various efforts to continuously improve the local economy, including apartnership with the private sector both from domestic and abroad. In addition, thegovernment also tried to allocate Bantaeng District funds through the budget toincrease the production of each sector.

KEY WORD: Economic growth, GRDP, Shift Share Analysis, and Location Quo-tient Analysis

Page 2: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 - 187

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

ABSTRAK

Perubahan struktural ekonomi merupakan suatu yang penting bagi pertumbuhanekonomi suatu daerah, termasuk Kabupaten Bantaeng, Propinsi Sulawesi Selatan.Struktur ekonomi Bantaeng telah mengalami perubahan yang cepat denganpemanfaatan optimal kompetensi berbasis lokal atau sektor unggulan utama. Faktor-faktor ini memiliki dampak penting pada kinerja ekonomi melalui alokasi sumber dayaalam dari satu kegiatan ekonomi ke sector lainnya. Penelitian ini bertujuan menganalisiskecenderungan pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Bantaeng berdasarkanPDRB Kabupaten Bantaeng dan Propinsi Sulawesi Selatan, serta menganalisis sektor-sektor ekonomi yang paling pesat pertumbuhannya sebagai basis pengembangankompetensi lokal di Kabupaten Bantaeng. Metode analisis yang digunakan adalahAnalisis Shift Share dan Analisis Location Quotient (Budiharsono, 2001) dan analisisdeskriptif (Kadariah, 1985). Hasil penelitian menunjukkan, terjadi kecenderunganpergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor pertambangan danpenggalian serta sektor jasa-jasa di Kabupaten Bantaeng. Kemudian, sektor pertaniantetap menjadi sektor ekonomi unggulan yang paling pesat pertumbuhannya sebagaibasis pengembangan kompetensi lokal, karena meskipun setiap tahun mengalamipenurunan, tetapi tetap menjadi sektor penyumbang terbesar dalam PDRB. Sektorunggulan berikutnya adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa-jasa,serta sektor industri terutama sektor industri rumahan. Pemerintah KabupatenBantaeng telah melakukan berbagai upaya untuk terus meningkatkan perekonomiandaerahnya, di antaranya menjalin kerjasama dengan pihak swasta baik dari dalamnegeri maupun luar negeri. Selain itu, pemerintah Kabupaten Bantaeng juga berusahamengalokasikan sejumlah dana melalui APBD untuk meningkatkan produksi tiapsektor.

KATA KUNCI: Pertumbuhan ekonomi, PDRB, Analisis Shift Share, Analisis Loca-tion Quotient

* Muh. Said SaggafMahasiswa Program Doktor Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik PPS UniversitasNegeriMakassar; Mantan Bupati Bantaeng dan Mamasa; saat ini menjadi Widyiswara Luar Biasa padaBadan Diklat Sulawesi Selatan dan Staf Pengajar di LAN Makassar. Alamat kontak:

Page 3: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

188 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPembangunan daerah merupakan pem-

bangunan yang tidak terpisahkan daripembangunan nasional. Kegiatan pembangun-an yang dilaksanakan pemerintah di daerah-daerah dimaksudkan untuk meningkatkanpembangunan nasional begitu pula sebaliknya.Peningkatan pembangunan nasional akanmendatangkan dampak positif terhadap pem-bangunan daerah, yaitu dapat meningkatkanpendapatan daerah, dalam hal ini ProdukDomestik Nasional Bruto (PDRB) yang akanmempengaruhi tingkat pengeluaranpemerintah, rumah tangga, dan swasta.

Pembangunan yang dilaksanakan dalamwujud perubahan yang terencana padaberbagai aspek dengan memanfaatkansegenap potensi sumber daya (manusia, alam,kelembagaan) yang tersedia pada hakikatnyabertujuan untuk meningkatkan taraf hidupdan kesejahteraan masyarakat. Dengandemikian, usaha untuk meningkatkan per-tumbuhan ekonomi yang dibarengi denganusaha untuk mengubah struktur ekonomi daridominasi sektor primer ke arah peningkatansektor sekunder dan tersier merupakan suatukeniscayaan. Sejalan dengan itu, untuk tumbuhdan berkembangnya suatu daerah tentu sajatergantung pada dinamika interaksi di antarakegiatan di daerah tersebut dengan daerahatau wilayah lain sekitarnya. Hal ini didasarkanpada kenyataan bahwa suatu wilayahmempunyai problematika yang khas danterkadang cukup kompleks, sehingga berbedaantar daerah yang satu dengan daerah lainnya.Menurut sebagian pakar, perbedaan persoalansetiap daerah antara lain disebabkan oleh

perbedaan potensi ekonomi, sosial budaya,demografi, serta latar belakang politik.Berkaitan dengan perbedaan karakteristiksetiap wilayah, maka laju pembangunan setiapwilayah juga cenderung berbeda. Atas per-bedaan tersebut, setiap wilayah atau daerahsejatinya memiliki kebijakan tersendiri dalamkegiatan perencanaan dan pelaksanaan pem-bangunan guna memacu pertumbuhanekonominya, agar tidak tertinggal dari daerahlainnya. (Kadariah, 2007).

Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melaluipeningkatan investasi. Namun, mengingatbegitu luas dan beragam aktivitas ekonomimaka penentuan arah dan penekanan padaprioritas ekonomi akan semakin rumit. Jikaaktifitas ekonomi dapat diklasifikasikan ke dalamsektor-sektor dan subsektor yang membawapara perencana pada konsep ekonomipembangunan yang kompleks, maka PDRBmemiliki peranan penting dalam mengukurtingkat pertumbuhan dan perkembanganekonomi, struktur ekonomi, serta berbagaiindikator tingkat kemakmuran suatu daerah.Besar kecilnya PDRB sangat tergantung padapotensi sumber daya alam dan sumber dayamanusia yang dimiliki suatu daerah. Mencermatihal tersebut, pemerintah Kabupaten Bantaengtelah melakukan berbagai upaya dalampeningkatan PDRB dan upaya tersebut telahmenunjukkan hasil yang menggembirakan.

1.2. Rumusan MasalahUntuk mensukseskan program pembangun-

an yang dilaksankan di Kabupaten Bantaeng,maka sejak lama mengikuti dan telah meng-implementasikan strategi pembangunan daerahSulawesi Selatan yang disebut Trikonsepsi.Trikonsepsi ini terdiri atas 3 (tiga) paket strategi

Page 4: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 - 189

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

kebijakan yang dilaksanakan secara simultanyaitu: 1) perwilayahan komoditas, 2) “petik-olah-jual”, disingkat PELAJU dan 3) perubahanpola pikir dan perilaku” (Tim Pengendali Pro-gram Trikonsepsi Pembangunan PertanianPropinsi Sulawesi Selatan, 1994).

Program Trikonsepsi tersebut telahdilaksanakan di seluruh wilayah Propinsi SulawesiSelatan, termasuk di wilayah KabupatenBantaeng. Seiring perjalanan waktu, programtersebut terus mengalami perbaikan hinggasampai pada saat ini yang kemudian disebutGerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat(GERBANG EMAS). Hasil yang diharapkan (ex-pected outcomes) dari Gerbang Emas adalahtumbuhnya kegairahan, kreativitas, dankebanggaan masyarakat dalam berusaha disektor informal, baik pada sektor produksi,pengolahan maupun perdagangan. Demikianpula volume transaksi usaha, mikro, kecil danmenengah (UMKM), baik transaksi kapitalmaupun barang dan jasa secara lokal, regional,nasional, dan internasional meningkat, sertaberpengaruh signifikan terhadap peningkatanPDRB dan pertumbuhan ekonomi daerah. Padasaat yang sama pendapatan pelaku UMKMmengalami peningkatan yang signifikan disertaimeluasnya kesempatan berusaha, menurunnyajumlah pengangguran dan berkurangnya jumlahpenduduk miskin. Sedangkan dampak yangdiharapkan dari pelaksanaan Program GerbangEmas adalah tumbuhnya kepercayaanmasyarakat terhadap program pembangunanekonomi yang diinisiasi oleh pemerintah dansekaligus tumbuh rasa percaya diri di kalanganpemerintah untuk lebih banyak menginisiasiprogram-program pembangunan yanglangsung menyentuh kepentingan danperbaikan kualitas hidup masyarakat.

Dari perkembangan yang ada, makapertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitianini adalah 1) bagaimana kecenderunganpergeseran struktur ekonomi KabupatenBantaeng berdasarkan PDRB KabupatenBantaeng dan Propinsi Sulawesi Selatan?; 2)Sektor-sektor ekonomi apa saja yang palingpesat pertumbuhannya sebagai basispengembangan kompetensi lokal di KabupatenBantaeng?; 3) Bagaimana konsistensi programperencanaan prioritas yang mengarah padapercepatan pertumbuhan ekonomi, dilihat darialokasi pengeluaran pembangunan APBDKabupaten Bantaeng?

1.3. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalahnya,

penelitian ini bertujuan untuk:• Menganalisis kecenderungan pergeseran

struktur ekonomi Kabupaten Bantaengberdasarkan PDRB Kabupaten Bantaengdan Propinsi Sulawesi Selatan.

• Menganalisis sektor-sektor ekonomi yangpaling pesat pertumbuhannya sebagai ba-sis pengembangan kompetensi lokal diKabupaten Bantaeng.

• Menjelaskan konsistensi programperencanaan prioritas yang mengarah padapercepatan pertumbuhan ekonomi, dilihatdari alokasi pengeluaran pembangunanAPBD Kabupaten Bantaeng.

2. KAJIAN PUSTAKAPergeseran struktur ekonomi merupakan

hal yang mutlak pada suatu daerah yangberkembang. Hal ini diperlukan untuk memacupercepatan pertumbuhan ekonomi yangdidominasi kegiatan perekonomian pedesaanyang bergerak menuju kegiatan perekonomian

Page 5: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

190 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

perkotaan dalam industri dan jasa. Secaraumum, pergeseran struktur ekonomi ditandaioleh peralihan dan pergeseran kegiatanperekonomian dari sektor produksi primer(pertanian) menuju kepada sektor sekunder(industri, manufaktur, konstruksi, dan sektorjasa).

Menurut Kuznest (dalam Sukirno, 2002),terjadinya pergeseran struktur ekonomi dalamproses pembangunan bukan hanya karenaadanya perubahan persentase penduduk yangbekerja di berbagai sektor dan subsektorekonomi, tetapi juga karena adanya perubahankontribusi berbagai sektor ekonomi kepadaproduk nasional dalam proses tersebut.Kuznets menyimpulkan bahwa terjadiperubahan sumbangan sektor pertanian,sektor industri, dan sektor jasa terhadapproduksi nasional. Corak perubahan tersebutdi antaranya adalah: 1) kontribusi sektorpertanian terhadap produksi nasionalmenurun; 2) kontribusi sektor industri terhadapproduksi nasional meningkat; dan 3) kontribusisektor jasa terhadap produk nasional tidakmengalami perubahan berarti dan perubahanitu tidak konsisten sifatnya.

Pergeseran struktur ekonomi dapatdipahami dengan menggunakan konsepprimer, sekunder, dan tersier. Pergeseranstruktur ekonomi juga dapat dipahami dariproses perubahan kegiatan ekonomi tradisionalke arah ekonomi modern, dari ekonomisubsistem ke ekonomi pasar, dan dari kondisiketergantungan kepada kemandirian.

Perubahan atau pergeseran struktur dapatdilihat dengan menggunakan analisis ShiftShare. Analisis Shift Share pertama kalidiperkenalkan oleh Dunn, Asby (Soepono,1993) yang menyatakan bahwa analisis ini

merupakan teknik yang relatif sederhana untukmenganalisis perubahan struktur ekonomi lokaldalam hubungannya dengan perekonomianyang lebih besar. Analisis Shift Share mengakuiadanya perbedaan dan persamaan antar re-gion atau wilayah. Dalam hubungan ini, analisisShift Share mengasumsikan bahwapertumbuhan suatu region dapat dibagi dalamtiga komponen yaitu:a. Komponen pertumbuhan nasional (na-

tional growth component). Dipahamisebagai perubahan kesempatan kerja ataupendapatan yang disebabkan oleh adanyaperubahan kesempatan kerja ataupendapatan nasional, atau karenaperubahan dalam hal-hal yangmempengaruhi sektor ekonomi secaraseragam, misalnya devaluasi mata uangnegara, trend inflasioner, pengangguran,kebijakan perpajakan, dan sebagainya.Komponen pertumbuhan nasionalmerupakan perubahan dalam Gross Do-mestic Product (GDP) yang disebabkanoleh perubahan dalam kondisiperekonomian secara umum. Komponenpertumbuhan nasional dihitung dengancara mengalikan pendapatan nasionalsetiap sektor pada tahun dasar denganpersentase perubahan pendapatannasional” (Lucas dan Prim, 1997).

b. Komponen pertumbuhan proporsional (pro-portional/industrial mix growth compo-nent). Timbul karena adanya perbedaanpada output akhir, perbedaan ketersediaanbahan mentah, perbedaan kebijakan industri,dan perbedaan tingkah laku dan kinerjapasar setiap sektor ekonomi secara nasional,atau karena adanya perbedaan tingkat

Page 6: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 - 191

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

pertumbuhan pendapatan antara suatusektor ekonomi tertentu secara nasionaldengan tingkat pertumbuhan proporsional.Sedangkan komponen proporsional timbulkarena adanya perbedaan dalam permintaanproduk akhir industri atau komoditi,perbedaan dalam penawaran danketersediaan bahan baku, perbedaan dalamkebijakan industri, dan perbedaan dalamtingkah laku. Komponen proporsionaldihitung dengan cara mengalikanpendapatan nasional setiap sektor padatahun dasar dengan tingkat pertumbuhansektor-sektor tersebut secara nasional.Hasilnya menunjukkan perubahanpendapatan karena adanya pengaruhkomponen pertumbuhan proporsional.”(Lucas dan Prim, 1979).

c. Differential/region share growth compo-nent. Pertumbuhan daya saing wilayahtimbul karena adanya peningkatan ataupenurunan tingkat pendapatan suatuwilayah yang lebih cepat atau lebih lambatdaripada wilayah lainnya berdasarkankeunggulan komparatif, dukungankelembagaan, mudahnya akses ke pasarinput atau ke pasar output, infrastruktursosial dan ekonomi, dan kebijakan ekonomiregional yang dimiliki. Komponenpertumbuhan ini menunjukkan posisi dayasaing daerah. Komponen pertumbuhandapat dihitung dengan cara mengalikanpendapatan nasional sektor tertentu padatahun dasar dengan selisih antara tingkatpertumbuhan pendapatan sektor diwilayah yang sama dengan tingkatpertumbuhan pendapatan nasional sektortersebut.” (Lucas dan Prim, 1979).

3. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah desktiptif-

kuantitatif dengan menggunakan metodesurvai. Fokus penelitian ini menganalisispergeseran struktur ekonomi dan identifikasisektor unggulan di Kabupaten BantaengProvinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Populasi dan Sampel PenelitianPopulasinya adalah data PDRB dan data

tenaga kerja Kabupaten Bantaeng periode2001-2009. Nilai tambah bruto yang dimaksudadalah nilai yang ditimbulkan oleh aktifitasfaktor-faktor produksi dalam mengubah/memproses bahan baku dan penolongsehingga lebih dekat kepada pengguna ataunilai barang dan jasa yang ditimbulkan olehfaktor produksi. Di samping itu, data AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD) TahunAnggaran 2007-2009 Kabupaten Bantaeng.Data tersebut digunakan untuk memahamibesaran alokasi yang diperoleh setiap sektorbaik untuk peningkatan nilai PDRB maupununtuk penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang dimaksud. Sampel diperolehdengan menggunakan teknik samplingsistematis.

3.3. Teknik Pengumpulan DataData dikumpulkan dari berbagai sumber,

yaitu dari kantor Badan Pusat statistik (BPS)Kabupaten Bantaeng dan Propinsi SulawesiSelatan, kantor Badan PerencanaanPembangunan Daerah (Bappeda), BadanPengelola Keuangan dan Aset Daerah, sertalembaga lainnya yang terkait.

Page 7: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

192 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

3.4. Teknik Analisa DataMetode analisis yang digunakan adalah

Analisis Shift Share dan Analisis Location Quo-tient (Budiharsono, 2001) dan analisis deskriptif(Kadariah, 1985). Analisis Shift Share digunakanuntuk mengukur pergeseran struktur ekonomilokal dalam hubungannya denganperekonomian yang lebih besar. SedangkanAnalisis Location Quotient digunakan untukmenganalisis surplus tidaknya suatu sektor disuatu daerah, apakah sektor tersebut termasuksektor basis atau non-basis.

4. HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASANPerekonomian daerah Kabupaten Bantaeng

didominasi sektor pertanian, khususnyatanaman pangan, selanjutnya sub-sektorperkebunan, sub-sektor peternakan dan sub-sektor perikanan. Sedangkan pola tanampertanian tanaman pangan adalah padi-padi-palawija. Luas panen tanaman padi di

Kabupaten Bantaeng akhir tahun 2009 sebesar14.268 hektar, sedangkan produksinya tercatat81.397 ton gabah kering giling atau rata-rataproduksi 5,61 ton/hektar.

Sektor pertanian di Kabupaten Bantaengmengalami peningkatan secara terus menerusdari tahun 2004 sampai tahun 2009. Berbedahalnya dengan data perkembangan sektorpertanian di Provinsi Sulawesi Selatan yangjustru mengalami fluktuasi yang tidak menentu,seperti pada tahun 2002 sampai 2004 mengalamipenurunan yang sangat signifikan, namunkemudian pada tahun 2004 dan 2005 mengalamipeningkatan yang sangat signifikan. Hal inidisebabkan karena banyaknya daerah yangmengalami gagal panen dan terjadinya bencanaalam seperti banjir dan kemarau panjang.

Sektor industri pengolahan merupakan salahsatu sektor yang cukup potensial untukmempercepat laju pertumbuhan ekonomi.Jumlah unit usaha sektor industri pengolahandi Kabupaten Bantaeng tahun 2009 tercatat

Page 8: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 - 193

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

1.560. Adapun jumlah tenaga kerja yang diserapoleh sektor industri pengolahan pada tahun2009 sebanyak 4.730. Sektor industri menjadipilihan kedua untuk dikembangkan yang daritahun ke tahun mengalami peningkatan.Pengembangan sektor industri sangatberpeluang di masa mendatang, namunmembutuhkan investor yang sangat kuat.Perkembangan sektor industri ini membawadampak positif karena mampu meningkatkanpendapatan masyarakat juga menyerap banyaktenaga kerja. Industri yang berkembang antaralain adalah pembersih biji kemiri, pembuatangula merah, pertenunan godongan, pembuatanperabot rumah tangga dari kayu, anyamanbambu atau daun lontar, dan lain-lain.

Perkembangan sektor industri pengolahanbaik di Kabupaten Bantaeng maupun di PropinsiSulawesi Selatan tidak menentu. Sektor pertani-

an di Kabupaten Bantaeng mengalami pening-katan pada tahun 2002 hingga tahun 2004kemudian menurun dari tahun 2004 hinggatahun 2006. Kemudian secara perlahan-lahannaik dengan rata-rata 0,22 persen dari tahun2006 sampai tahun 2009. Hal ini disebabkanoleh pertumbuhan sub-sektor yang men-dukung sektor ini terbilang lambat. Diantarasembilan sub-sektor yang ada, hanya subsektorsemen dan barang galian bukan obat yang me-nunjukkan peningkatan signifikan. Hal itu tidakbanyak berbeda dengan sektor industri peng-olahan di Propinsi Sulawesi Selatan karenamangalami keadaan yang juga tidak menentu.

Perdagangan adalah kegiatan sebagianpenduduk dan merupakan salah satu sektoryang penting dalam pembangunan ekonomi.Kegiatan perdagangan dalam hal ini tidakhanya menangani suatu komoditas tertentu

Page 9: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

194 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

dari produsen kepada konsumen tetapitermasuk pula jasa angkutan. Jasa komunikasidan kegiatan penyuluhan pemerintah terlihatdari adanya kemudahan pemberian pelayanandi dalam proses perijinan usaha sesuai denganketentuan yang berlaku. Jumlah perusahaanyang memperoleh surat izin usahaperdagangan menurut golongan usaha diKabupaten Bantaeng pada tahun 2009sebanyak 145 usaha, yakni perdagangan keciltercatat 78 usaha sedangkan perdaganganmenengah tercatat 32 usaha.

Sektor perdagangan di Kabupaten Bantaengmengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2002sampai tahun 2004 mengalami penurunan,kemudian meningkat secara signifikan padatahun 2005, tetapi menurun secara signifikan ditahun berikutnya. Peningkatan pertumbuhansektor perdagangan kembali terjadi dari tahun

2006 hingga tahun 2009 dengan rata-rata 0,60persen. Berbeda dengan Kabupaten Bantaeng,sektor perdagangan di Propinsi Sulawesi Selatanjustru mengalami kanaikan secara gradual daritahun 2001 hingga tahun 2009.

Perkembangan sarana dan pasaranaperhubungan, baik langsung maupun tidaklangsung, akan berpengaruh padaperkembangan kehidupan sosial ekonomisuatu wilayah, demikian juga sebaliknya.Perhubungan menjadi penting karena akanmemperlancar arus penumpang, barang danjasa. Kebijakan pembangunan transportasidiarahkan untuk berperan sebagai urat nadikehidupan perekonomian daerah dan sekaligusmenunjang mobilitas manusia, barang danjasa, mendukung pengembangan wilayah danhubungan antara daerah sekaligus membukadaerah yang masih terisolasi. Panjang jalan di

Page 10: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 - 195

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

Kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahunmengalami peningkatan, demikian juga dengankondisinya. Pada tahun 2009 panjang jalanKabupaten telah mencapai 556,15 km. Sedang-kan panjang jalan propinsi pada tahun 2009sepanjang 18,77 km. Jadi panjang jalan diKabupaten Banteng pada tahun 2009 telahmencapai 600,92 km.

Sektor angkutan dan komunikasi jugamengalami fluktuasi seperti halnya sektorperdagangan. Sektor ini sebenarnya memilikipotensi yang besar dengan pertumbuhansubsektor komunikasi yang terus meningkatpesat setiap tahun. Bahkan pertumbuhansektor ini di Kabupaten Bantaeng memilikipertumbuhan yang lebih besar daripadapertumbuhan sektor perdagangan di PropinsiSulawesi Selatan. Namun, sektor ini terhambat

pertumbuhannya oleh sub-sektor angkutanjalan raya yang mengalami penurunan per-tumbuhan sebagai dampak adanya perbaikanjalanan sehingga mengganggu mobilitas lalulintas jalan raya.

Berdasarkan data Produk Domestik Re-gional Bruto (PDRB) menurut lapangan usahaatas dasar harga konstan, dapat dilihat strukturekonomi Kabupaten Bantaeng pada awalanalisis (2001) yaitu sektor pertanian mem-berikan kontribusi paling besar dengan nilaiproduksi Rp 290.147,01 juta (63,35 persen),disusul kemudian sektor perdagangan, hoteldan restoran Rp 46.855,24 juta (10,39 persen),sektor jasa-jasa Rp 42.533,96 (9,44 persen),sektor bangunan Rp 20.644,78 (4,58 persen),sektor keuangan Rp 20.236,98 (4,49 persen),sektor industri pengolahan Rp 15.905,7 (3,53

Page 11: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

196 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

persen), sektor angkutan dan komunikasi Rp9.692,58 (2,15 persen), sektor pertambangandan penggalian Rp 2.513,23 (0,56 persen),sektor listrik, gas dan air bersih Rp 2.300,12(0,51 persen). Sedangkan pada akhir periodeanalisis (2009), sektor pertanian berada padatingkat teratas dengan nilai sebesar Rp393.421,09 juta (56,98 persen), sedangkansektor jasa-jasa yang menempati urutan ketigapada awal periode analisis menempati urutankedua pada akhir analisis dengan nilai sebesarRp 86.681,32 juta (12,56 persen) dan sektorperdagangan, hotel dan restoran yangmenempati urutan kedua pada awal analisis,bergeser menempati urutan ketiga pada akhirperiode analisis dengan produksi sebesar Rp74.214,13 juta (10,75 persen).

Selama periode analisis (2001-2009) nampakbahwa ratio PDRB Kabupaten Bantaeng (ri)berada pada ratio PDRB agregat (RA) yangmencapai 1,591 yaitu pada sektor angkutanyang mencapai 2,308, sektor jasa-jasa 2,037,sektor keuangan, persewaan/jasa perusahaan2,024, sektor bangunan 1,954. Hal ini mencirikanbahwa keempat sektor ini memilikipertumbuhan yang lebih cepat dari sektor lain,sedangkan sektor lain yang pertumbuhannyacepat walaupun masih di bawah dari keempatsektor tersebut yakni sektor pertambangandan penggalian, sektor listrik, gas dan airbersih, sektor industri pengolahan, sektorperdagangan, hotel dan restoran, dan sektorpertanian.

Page 12: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 - 197

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

Apabila dibandingkan antara ratio PDRBPropinsi Sulawesi Selatan (Ri) dengan ratio PDRBagregat (RA), sektor yang memiliki pertumbuhanyang cepat yakni sektor keuangan, persewaan/jasa perusahaan, sektor bangunan, sektorangkutan dan komunikasi, dan sektor listrik,gas dan air bersih, sektor industri pengolahan,dan sektor perdagangan karena memiliki ratioyang lebih besar dari ratio PDRB agregat.Sedangkan sektor jasa-jasa, sektor pertanian,dan sektor pertambangan dan penggalianpertumbuhannya lambat, karena memiliki ratioyang lebih kecil dari ratio PDRB agregat.

Selama periode analisis, sektor pertanianmengalami perubahan produksi dengan nilaisebesar Rp 103.274,08 juta yang terdistribusi kedalam komponen pertumbuhan nasional (NG)sebesar 171.476.88 juta, komponen pertumbuh-an proporsional (IMG) Rp -79.790,43 juta, dan

komponen pertumbuhan daya saing (RSG)sebesar Rp 11.605,88 juta, yang berarti per-tumbuhannya lambat, tetapi memiliki daya saingwilayah yang kuat. Pergeseran bersih yangditimbulkan sebagai akibat dari komponenpertumbuhan proporsional dan komponenpertumbuhan daya saing wilayah sebesar Rp -68.184,55 juta, yang berarti sektor pertanian diKabupaten Bantaeng pertumbuhannyatermasuk dalam kelompok yang mundur.

Dilihat dari pergeseran bersih setiap sektor,secara keseluruhan rata-rata pergeseran bersihpositif, yang berarti pertumbuhannya termasukdalam kelompok maju, dari sembilan sektortersebut tiga sektor mempunyai tingkatpergeseran bersih yang tinggi, yaitu sektorjasa-jasa, sektor keuangan, persewaan/jasapersewaan dan sektor bangunan.

Page 13: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

198 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

Sektor angkutan dan komunikasi memilikipersentase perubahan produksi terbesardengan nilai 130,75 persen, kemudian sektorjasa-jasa dengan nilai 103,7 persen, dan sektorkeuangan persewaan/ jasa persewaaan 102,44persen. Besarnya persentase perubahanproduksi sebagai akibat besarnya sharekomponen pertumbuhan nasional (59,1persen), komponen proporsional (45,7 persen),dan komponen pertumbuhan daya saingwilayah (26 persen) berarti bahwa sektorangkutan dan komunikasi pertumbuhannyalambat tetapi memiliki daya saing wilayah yangkuat. Selanjutnya besarnya persentase sektorkeuangan persewaan/ jasa perusahaan sebagaikomponen nasional (59,1 persen), komponenpertumbuhan proporsional (106,9 persen), dankomponen pertumbuhan daya saing wilayah(-63,6 persen), berarti bahwa sektor tersebut

pertumbuhannya cepat tetapi daya saingwilayahnya lemah. Sektor jasa-jasa yangpersentase perubahannya mencapai 103,7persen terbagi atas share komponen nasional59,1 persen, komponen pertumbuhanproporsional -6,2 persen, dan komponenpertumbuhan daya saing wilayah 50,8 persen,menunjukkan bahwa pertumbuhannya lemahdengan daya saing wilayah yang lemah pula.

Persentase efek bersih masing-masingsektor ekonomi Kabupaten Bantaeng, yaknisektor pertanian sebesar -23,5 persen. Hal iniberarti bahwa sektor pertanian merupakanpengurang pada PDRB Propinsi SulawesiSelatan sebesar -23,5 persen, demikian jugasektor-sektor lainnya yang nilai efek bersihnyanegatif merupakan pengurang PDRB PropinsiSulawesi Selatan.

Page 14: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 - 199

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

Apabila kesembilan sektor struktur ekonomitersebut dilebur menjadi tiga kategori sektoryaitu sektor primer (pertanian danpertambangan), sekunder (industripengolahan; listrik, gas dan air bersih; danbangunan), dan tersier (perdagangan;angkutan dan komunikasi; keuangan;

persewaan/ jasa persewaan; dan jasa-jasa) terlihatbahwa pada tahun awal periode analisis (2001)sektor primer memberikan kontribusi paling besaryaitu sebesar Rp 292.660,24 juta, disusul olehsektor tersier dan sekunder. Hal yang sama jugaterjadi pada akhir periode analisis.

Page 15: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

200 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

Nilai rasio Kabupaten Bantaeng (ri) sebesar1,361 (sektor primer), 1,748 (sektor sekunder),dan 1,879 (sektor tersier) umumnya berada dibawah rasio PDRB agregat (RA) sebesar 1,591.Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga sektorini memiliki pertumbuhan yang lebih lambat.

Sektor primer mengalami perubahanproduksi dengan nilai sebesar Rp 105.617,25juta yang terdistribusi ke dalam komponennasional (NG) sebesar Rp 172.962,2 juta,komponen pertumbuhan proporsional (IMG)Rp -82.237,53 juta, dan komponenpertumbuhan daya saing wilayah (RSG) Rp14.925,67 juta. Ini berarti sektor primer inipertumbuhannya lambat dan daya saingwilayahnya lemah. Sektor sekunder mengalamiperubahan produksi dengan nilai sebesar Rp29.054,44 juta, sebagai akibat dari komponennasional (NG) sebesar Rp 22.960,71 juta,komponen pertumbuhan proporsional (IMG)Rp. 4.739,77 juta, dan komponen pertumbuhandaya saing wilayah (RSG) Rp. 1.359,77 juta. Iniberarti sektor sekunder pertumbuhannya cepattetapi daya saing wilayahnya lemah. Sektortersier dengan nilai perubahan produksi

sebesar Rp 104.889,67 juta terdistribusi kedalam komponen nasional (NG) sebesar Rp70.529,21 juta, komponen pertumbuhanproporsional (IMG) Rp 33.534,19 juta, dankomponen pertumbuhan daya saing wilayah(RSG) Rp. 853,37 juta. Ini berarti sektor primerini pertumbuhannya cepat namun daya saingwilayahnya sangat lemah.

Persentase efek bersih masing-masingsektor ekonomi Kabupaten Bantaeng, yaknisektor primer sebesar -23,0 persen. Hal iniberarti sektor primer merupakan pengurangpada PDRB Propinsi Sulawesi Selatan sebesar -23,0 persen, sedangkan sektor lainnyamerupakan penambah PDRB Propinsi SulawesiSelatan, yakni sektor sekunder sebesar 15,7persen dan sektor tersier sebesar 28,9 persen.Jika dilihat berdasarkan kenaikan aktual makasektor primer dengan nilai 36,1 persen,kemudian sektor sekunder dengan nilai sebesar74,8 persen dan sektor tersier 88,0 persen.Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa tidakterjadi pergeseran struktur dari sektor primerke sektor lain.5. SIMPULAN DAN SARAN

Page 16: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012 - 201

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

5.1. Simpulana. Terjadi kecenderungan pergeseran struktur

ekonomi dari sektor pertanian ke sektorpertambangan dan penggalian serta sektorjasa-jasa di Kabupaten Bantaeng.

b. Sektor pertanian tetap menjadi sektorekonomi unggulan yang paling pesatpertumbuhannya sebagai basispengembangan kompetensi lokal, karenameskipun setiap tahun mengalamipenurunan, tetapi tetap menjadi sektorpenyumbang terbesar dalam PDRB. Sektorunggulan berikutnya adalah sektorpertambangan dan penggalian, sektor jasa-jasa, serta sektor industri terutama sektorindustri rumahan.

c. Pemerintah Kabupaten Bantaeng telahmelakukan berbagai upaya untuk terusmeningkatkan perekonomian daerahnya,di antaranya menjalin kerjasama denganpihak swasta baik dari dalam negeri maupunluar negeri. Selain itu, pemerintah KabupatenBantaeng juga berusaha mengalokasikansejumlah dana melalui APBD untukmeningkatkan produksi tiap sektor.

5.2. Sarana. Sektor pertanian tetap harus mendapatkan

perhatian khusus dari pemerintah meskipunmengalami penurunan, karena sektorpertanian yaitu beras dan jagung menjadikomoditas unggulan bagi KabupatenBataeng dan Propinsi Sulawesi Selatan.

b. Sektor lainnya sebaiknya mendapatperhatian dan dukungan yang sama sepertisektor pertanian, dengan penerapan pro-gram dan kegiatan yang lebih efektif danefisien, serta alokasi anggaran dari APBDyang lebih tepat sasaran.

c. Pemerintah Kabupaten Bantaeng sebaiknyamembuka peluang yang sebesar-besarnyabagi swasta untuk membuka usaha,terutama bagi investor dalam negeri. Padaakhirnya dengan banyaknya lapanganusaha yang terbuka akan berimbas padaterbukanya kesempatan kerja yang lebihmelibatkan panduduk lokal.

Page 17: Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di

202 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 41 No. 2 | Maret - April 2012

Pergeseran Struktur Ekonomi Berbasis Sektor Unggulan di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. (2005). Pengantar Perencanaan danPembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BalaiPenerbit Fakultas Ekonomi.

Aziz, Iwan Jaya (2001). Ilmu Ekonomi Regional danbeberapa Aplikasinya di Indonesia. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia.

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik (2010).Statistik Daerah Kabupaten Bantaeng 2010.Bantaeng: Badan Pusat Statistik KabupatenBantaeng.

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik (2011).Berita Resmi Statistik Popinsi Sulawesi Selatan. 5(24/05/73) Makassar: Badan Pusat StatistikPropinsi Sulawesi Selatan.

Budiharsono, S. (2001). Teknik AnalisisPembangunan Wilayah Pesisir dan Latihan. Jakarta:PT Pradnya Paramita.

Glasson, Jhon (1997). Pengantar PerencanaanRegional. Terjemahan oleh Sitohang, P. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia, Jakarta.

Jhingan, M. L. (2000). The 3 Economic ofDevelopment and Planning. Terjemahan oleh DGuritno. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kadariah (2007). Ekonomi perencanaan. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia, Jakarta.

Lucas, Ernesto C and Prim B. K. (1979). Identify theDepress Regions and Declining Industries InIndonesia Kuala Lumpur Malaysia, 3rd Biennalmeeting of the Agriculture Economic Society ofSouth East Asia.

Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah Tahun Anggaran 2012 (2011).Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia Tahun2011 Nomor 311.

Tim Gerbang Emas (2010). Gerakan PembangunanEkonomi Masyarakat (Gerbang Emas) SulawesiSelatan. Makassar: Gerbang Emas.

Tim Pengendali Program Trikonsepsi PembangunanPertanian Provinsi Sulawesi Selatan (1994). TriKonsepsi Strategi Dasar Pembangunan DaerahTingkat I Sulawesi Selatan. Makassar: PemerintahDaerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik(2010). Bantaeng Dalam Angka Tahun 2010.Bantaeng: BPS Kabupaten Bantaeng.

Seksi Neraca Produksi Bidang Neraca Wilayah danAnalisis (2011). Makassar Dalam Angka Tahun2010. Makassar: BPS Provinsi Sulawesi Selatan.

Seksi Neraca Produksi Bidang Neraca Wilayah danAnalisis (2005). Produk Domestik Regional BrutoPropinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005. Makassar:BPS Provinsi Sulawesi Selatan.

Seksi Neraca Produksi Bidang Neraca Wilayah danAnalisis (2009). Produk Domestik Regional BrutoPropinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009. Makassar:BPS Provinsi Sulawesi Selatan.

Seksi Neraca Produksi Bidang Neraca Wilayah danAnalisis (2008). Propinsi Sulawesi Selatan DalamAngka Tahun 2008. Makassar: BPS SulawesiSelatan.

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik (2005).Produk Domestik Regional Bruto KabupatenBantaeng Tahun 2005. Bantaeng: BPS KabupatenBantaeng.

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik (2010).Produk Domestik Regional Bruto KabupatenBantaeng Tahun 2010. Bantaeng: BPS KabupatenBantaeng.

Seksi Statistik Sosial. (2009). Indeks PembangunanManusia Bantaeng. Bantaeng: BPS KabupatenBantaeng.

Seksi Statistik Sosial (2010). Indikator kesejahteraanRakyat Kabupaten Bantaeng Tahun 2009.Bantaeng: BPS Kabupaten Bantaeng.

Soepono, P. (1993). “Analisis Shift Share,Perkembangan dan Penerapan,” Jurnal Ekonomidan Bisnis 2 (1), 43-45.

Sukirno, Sadono (2002). Ekonomi PembangunanProses Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia.

Todaro, P. M. (2011). Economic DevelopmentEleventh Edition. Eidenburg Gate Harlow. AddisonWesley. Logman Limited.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah (2004).Jakarta: Sinar Grafika.