perencanaan jalan dan bangunan pelengkap serta rencana anggaran biaya
DESCRIPTION
skripsiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konstruksi jalan raya adalah sebagai sarana trasportasi merupakan
unsur yang sangat penting dalam usaha meningkatkan kehidupan manusia
untuk mencapai kesejahtraannya. Dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai
makhluk sosial kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, maka dengan
adanya prasarana jalan ini, maka hubungan antara suatu kawasan dengan
kawasan yang lain dalam suatu daratan terjalin dengan baik. Sarana yang di
maksud ini adalah sarana perhubungan yang melalui darat, laut, udara. Dari
ketiga sarana tersebut akan di tinjau prasarana melalui darat.
Dalam perencanaan geometrik termasuk juga perencanaan tebal
perkerasan jalan, karena dimensi dari perkerasan jalan merupaka bagian dari
perencanaan geometrik sebagai suatu perencanaan jalan yang seutuhnya.
Keberadaan jalan raya di Kab. Kutai Kartanegara khususnya akses
masuk Desa Sabintulung peranannya sangat penting karena selain
penunjang jalan perekonomian masyarakat, juga dapat mempermudah
transportasi yang berbentuk jalur yang berfungsi sebagai prasarana
trasportasi, baik menggunakan kendaraan maupun tidak.
Dengan beberapa alasan tersebut maka dilakukalah perencanan jalan
pada ruas jalan masuk Desa Sabintulung, Kec. Muarakaman guna
meningkatkan geometrik jalan. Dengan pesyaratan membangun jalan
dengan aman, nyaman, lancar, dan ekonomis.
1.2. Permasalah
a. Bagaimana merencanakan geometrik jalan akses masuk desa
Sabintulung sesuai fungsinya.
b. Bagaimana merencanakan tebal perkerasan yang dibutuhkan diruas
jalan tersebut.
c. Bagaimana menentukan kelas jalan tersebut.
d. Merencanakan bangunan pelengkap jalan yang dibutuhkan jalan
tersebut.
1
e. Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai dengan anggaran
yang dibutuhkan.
f. Bagaimana merencanakan jalan dengan aman, nyaman, lancar, dan
ekonomis.
1.3. Maksud Dan Tujuan
1.3.1. Maksud
Maksud dari tugas akhir ini adalah perencanaan jalan pada ruas
jalan akses masuk ke desa Sabintulung di antaranya yaitu
merencanakan geometrik jalan sesuai persyaratan yang berlaku.
1.3.2. Tujuan
a. Merencanakan Geometrik jalan.
b. Merencanakan tebal perkerasan pada ruas jalan tersebut.
c. Merencanakan Drainase permukaan jalan.
d. Menghitung Rencana Anggaran Dan Biaya (RAB).
1.4. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan perencanaan peningkatan jalan masuk desa
sabintulung dari kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kukar yang jarak
langsungnya dari STA 0+000 s/d 5+987 dengan kondisi Eksisting jalan
tersebut hanya perkerasan Telford batu gunung, ruas jalan ini tergolong
jalan Lokal dengan Site Plan sebagai berikut :
2
Gambar 1.1 peta lokasi proyek
3
KE TENGGARONG
KE MUARA KAMAN
Awal ProyekSTA. 0+000E = 475320.933N = 9991929.534Z = 30.301
DESA SABINTULUNG
Akhir ProyekSTA. 5+987E = 9986706.347N = 476197.607Z = 22.729
STA. 1+000
STA. 2+000
STA. 3+000
STA. 4+000
STA. 5+000
SI TE PLANKEGI ATAN : PERENCANAAN PENI NGKATAN J ALAN MASUK DESA SAMBI NTULUNGKEC. MUARA KAMAN
1.5. Batasan Masalah
Aagar pembahasan tidak keluar dari tujuan yang telah di tetapkan,
maka di lakukan batasan yang meliputi :
a. Perencanaan geometrik jalan.
b. Menghitung perencanaan tebal perkerasan dengan metode Bina
marga.
c. Perencanaan Bangunan Pelengkap Jalan (Drainase Permukaan).
d. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Umum
Jalan raya adalah jalur – jalur tanah diatas permukaan bumi yang
dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran – ukuran dan jenis
konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas
orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke
tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
Jalan raya pada umumnya dikelompokan menjadi beberapa jenis
berdasarkan status, fungsi dan jumlah lalu lintas jalan yang
menggunakannya.
2.2. Klasifikasi Jalan
Jalan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan status,
fungsi dan dan jumlah lalulintas yang menggunakannya.
Klasifikasi jalan mengacu pada UU Jalan No : 38 2004 dan PP 34 th 2006
Table 2.1 : Kelas jalan dan penggunaannya
KELAS FUNGSI
Dimensi dan MST kendaraan bermotor yangharus mampu ditampung
Lebar Panjang MST TinggiJALAN JALAN
maksimummaksimu
mmaksimum maksimum
(mm) (mm) (Ton) (mm)
IArteri
2500 18000 > 10
4200
dan
tida
k le
bih
ting
gi
dari
1,7
xLeb
ar k
enda
raan
II 2500 18000 ≤ 10
IIIAArteri atau
2500 18000 ≤ 8Kolektor
IIIB Kolektor 2500 12000 ≤ 8
IIICLokal
2100 9000 ≤ 8dan lingkungan
5
Tabel 2.2 Kelas jalan berdasarkan penyediaan prasarana dan Spesifikasi nya Spesifikasi
Fungsi Jalan
Jenis angkutan
JarakKecepatan rata-rata
Persimpangan Jumlah Lebar badan
yang dilayani perjalananrencanan km/jam
Sebidang aksesjalan
minimum (m)
ARTERIAngkutan
JauhTinggi
Diatur Dibatasi
11,00utama VRmin=60
KOLEKTORPengumpul
SedangSedang
9,00atau pembagi VRmin=40
LOKALAngkutan
Dekat
Rendah
Tidak diaturTidak
7,50setempat VRmin=20
LINGKUNGANAngkutan Rendah dibatasi
3,50-6,50lingkungan VRmin=10-15
Untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata –rata kendaraan
dalam mobil penumpang harus dikonversikan kedalam besaran yang disebut
“Satuan Mobil Penumpang“ atau “SMP “, besarnya faktor pengali adalah
sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Nilai Satuan Mobil Penumpang
Jenis Kendaraan Nilai SMP
- Sepeda
- Mobil penumpang / Sepeda Motor
- Truk ringan (berat kotor (5 ton)
- Truk sedang (berat kotor 5-10 ton)
- Truk berat (berat kotor > 10 ton)
- Bus
- Kendaraan Tak bermotor
0,5
1,0
2,0
2,5
3,0
3,0
7,0
2.3. Perencanaan Geometrik
Perencanaan Geometrik jalan raya adalah perencanaan route dari suatu
ruas jalan secara lengkap, yang meliputi beberapa elemen yang disesuaikan
6
kelengkapan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan
telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.
2.3.1. Alinyement Horisontal
Pada perencanaan alinyemen horizontal, pada umumnya akan
ditemui dua jenis bagian jalan, yaiyu : bagian lurus dan bagian
lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari tiga jenis
tikungan yang yang di gunakan, yaitu :
A. Lingkaran (Full Circle = FC)
Bentuk tikungan ini adalah jenis tikungan yang terbaik
dimana mempunyai jari- jari besar dengan sudut yang kecil.
Pada pemakaian bentuk lingkaran penuh. FC (Full Circle),
adalah jenis tikungan yang hanya terdiri daribagian suatu
lingkaran saja.
Gambar 2.1 : Lengkungan Full Circle
Rumus yang Digunakan:
TC= Rc tan ½ ∆
Ec = Tc tan ¼ ∆
Lc =∆ π Rc360˚
7
B. Spiral – Lingkaran – Spiral (Spiral–Circle–Spiral = S-C-S)
Lengkung spiral pada tikungan jenis S - C – S ini adalah
peralihan dari bagian tangen ke bagian tikungan dengan
panjangnya diperhitungkan perubahan gaya sentrifugal.
Gambar 2.2 : Spiral – Lingkaran – Spiral
Rumus yang Digunakan:
Xs = Ls 1 -Ls²
40 Rc²
Ys =Ls²6 Rc
90 Lsπ Rc
θs =
Rc 1- Cos θsp =Ls²6 Rc
-
C. Spiral – Spiral (S-S)
Penggunaan lengkung spiral – spiral dipakai apabila hasil
perhitungan pada bagian lengkung S – C – S tidak memenuhi
syarat yang telah ditentukan.
8
k = Ls -Ls³6 Rc
- Rc 1- Sin θs
Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k
Es = (Rc + p) sec ½ ∆ - Rc
x π x RcLc =∆ - 2 θs
180
Ltot = Lc + 2 Ls
Gambar 2.3 : Spiral – Spiral
Rumus yang Digunakan:
Lc = 0 dan θs = ½ ∆
Ltot = 2 Ls
D. Diagram Super Elevasi
Diagram superelevasi adalah suatu diagram yang
memperlihatkan panjang yang diperlukan untuk merubah
kemiringan melintang dari keadaan normal sampai
superelepasi penuh dan juga memperlihatkan besarnya
superelepasi yang terjadi pada setiap bagian tikungan.
a. Diagram Superelevasi Pada F – C
Gambar 2.4 : Diagram superelevasi pada F – C
9
90 Lsπ Rc
θs =
Ls =θs . π . Rc
90
Rc 1- Cos θsp =Ls²6 Rc
-
k = Ls -Ls³6 Rc
- Rc 1- Sin θs
Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k
Es = (Rc + p) sec ½ ∆ - Rc
b. Diagram Superelevasi Pada S – C – S
Gambar 2.5 : Diagram superelevasi pada S – C – S
c. Diagram Superelevasi Pasa S–S
Gambar 2.6 : Diagram superelevasi pada S–S
E. Jarak pandang
Jarak pandang terdiri dari :
a. Jarak Pandang Henti (Jh)
Jarak pandang henti adalah jarak pandang minimum
yang diperlukan pengemudi untuk menghentikan kendaraan
yang sedang berjalan setelah melihat adanya rintangan pada
jalur yang dilaluinya.
Rumus yang Digunakan:
Jh = Jht + Jhr
VR 2
3,6+
2gfpJh =
VR
3,6T
Untuk jalan datar dengan kelandaian tertentu :
Jh = 0,278 VTR +254 (f p ± L)
VR²
10
b. Jarak Pandang Mendahului (Jd)
Jarak pandang mendahului ( Jd ) adalah jarak yang
memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain
di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut
kembali ke lajur semula. (Lihat gambar di bawah ini)
Gambar 2.7 : Jarak pandang Mendahului
Rumus yang Digunakan:
Jd = d1+d2+d3+d4 ………………….
d2 = 0,278 VR T2
d3 = antara 30-100 m
c. Daerah Bebas Samping
Jarak pandang pengemudi pada lengkung horizontal
(di tikungan), adalah pandangan bebas pengemudi dari
halangan benda-benda di sisi jalan (daerah bebas samping).
Gambar 2.8 : daerah bebas samping
ditikungan untuk Jh < Lt.
11
h = 0,287 VR - m + a . T1
2
Rumus yang Digunakan:
- Jika Jh < Lt :
- Jika Jh > Lt
2.3.2. Alinyemen Vertikal
Alinement vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh
bidang Vertikal melalui sumbu jalan. Profil ini menggambarkan
tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli.
Tabel 2.4 : Syarat panjang kritis maksimum
Landai maksimum (%) 3 4 5 6 7 8 10 12
Panjang Kritis (m) 40
0
330 25
0
200 17
0
150 13
5
120
Lengkung Vertikal terdiri dari dua jenis yaitu :
A. Potongan Memanjang
1. Lengkung Cembung
+g1% -g2%
1/2LV 1/2LV
+g1%
-g2%
1/2LV 1/2LV
Gambar 2.9 : Lengkung Vertical Cembung
12
E = 1 - Cos 28,65 Jh
R'
28,65 JhR'
+Jh - Lt
2SinE = R 1 - Cos
28,65 JhR'
2. Lengkun Vertikal Cekung
-g1% +g2%
1/2LV 1/2LV
-g1%+g2%
1/2LV 1/2LV
Gambar 2.10 : Vertical Cekung
Rumus yang digunakan :
A = | g1 - g2 |
B. Potongan Melintang
Potongan melintang adalah bidang penampang potongan yang
sejajar terhadap bidang jalan utamanya.
1. Lebar lalu lintas
13
Ev =A . Lv800A
200 LvX²=Y
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk
lalulintas kendaraan yang. Lebar jalur minimum adalah 4,5
meter.
2. Bahu jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu
lintas lalu diperkeras. Kemiringan bahu jalan normal antara
3-5%.
-2% - 4 %
3%-5% 3%-5%
-2% - 4 %
J ALUR LALU LI NTASSELOKANBAHUSELOKAN BAHU
Gambar 2.11 : Potongan melintang jalan
3. Galian dan Timbunan
Dalam menghitung galian dan timbunan harus diketahui
luas penampang pada station yang akan dihitung
galian/timbunannya yang kemudian dikalikan dengan
jarak galian/timbunan yang akan dilakukan pada station
tersebut, untuk menghitung luas digunakan cara koordinat,
lihat gambar dibawah ini :
CL
X1 : Y1
X4 : Y4
X2 : Y2
X3 : Y3
Gambar 2.12 : Galian timbunan
Luasan :
X X1 X2 X3 X4 X1
Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y1
a = {( X 1 xY 2 )+( X 2xY 3 )+ ( X 3xY 4 )+( X 4 xY 1 ) }−{( X 2 xY 1 )+( X 3 xY 2 )+( X 4 xY 3 )+ ( X 1 xY 4 ) }
14
A = | a
2| (m2)
V = A x jarak galian dan timbunan (m3)
2.4. Perencanaan Tebal Perkerasan
Jenis konstruksi perkerasan yang akan dibahas adalah konstruksi
perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikat, lapisan - lapisan perkerasannya bersifat
memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
LAPI S PERMUKAAN (SURFACE COURSE)
LAPI S PONDASI ATAS (BASE COURSE)
LAPI S PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE)
LAPI S TANAH DASAR (SUBGRADE)
Gambar 2.13 : Susunan Lapisan Perkerasan Lentur (ideal)
A. Daya dukung tanah (DDT)
Nilai DDT dilihat pada nomogram sesuai dengan nilai CBR tanah yang
didapat dari hasil pengujian DCP di lokasi pekerjaan. Grafik Korelasi
DDT dan CBR Terlampir
B. Lalu lintas ekivalen rencana
a. Angka ekivalen (AE)
Nilai angka ekivalen didapat dari tabel, tabel angka ekivalen
terlampir.
b. Lalu lintas ekivalen permulaan (LEP)
LEP = ∑ LHRo x C x AE
c. Lalu lintas ekivalen akhir (LEA)
LEA = ∑ LHR A x C x AE
d. Lalu lintas ekivalen tengah (LET)
LET = LEA + LEP2
15
e. Lalu lintas ekivalen rencana (LER)
LER = LET x FP
FP = UR10
C. Indeks permukaan pada awal UR (IPo)
Nilai indeks permukaan pada awal UR didapat sesuai dengan material
lapis permukaan yang digunakan. Tabel indeks permukaan pada awal
umur rencana ( IPo) terlampir.
D. Indeks permukaan akhir (IPt)
Nilai indeks permukaan akhir didapat dari hubungan nilai LER dan
klasifikasi jalan. Tabel indeks permukaan akhir (IPt) terlampir.
E. Faktor regional (FR)
Nilai faktor regional didapat dari hubungan antara kelandaian, curah
hujan dan persentase kendaraan berat. Tabel faktor regional terlampir.
% Kendaraan Berat = Jumlah Kendaraan yang beratnya ≥ 5 tonJumlah Kendaraan Keseluruhan
x 100 %
F. Indeks tebal perkerasan (ITP)
Dilihat sesuai nomogram yang sesuai dengan nilai IPo dan IPt.
Nilai indeks tebal perkerasan dilihat pada nomogram hubungan antara
DDT, LER maka didapat ITP, kemudian dihubungkan dengan FR maka
didapat ITP.
G. Menentukan tebal perkerasan
a. Alternatif I
ITP__
= a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
b. Alternatif II
16
ITP1 = a1× D1
ITP2 = a1 .D1 + a2 .D2
ITP3 = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
Batas minimum tebal masing – masing lapis perkerasan :
Tabel 2.5 : Lapis Permukaan
ITPTebal
BahanMinimum (cm)
< 3.00 5Lapis Pelindung : (BURAS / BURTU / BURDA)
3.00 - 6.70
5LAPEN/Aspal Macadam, HRA, LASBUTAG, LASTON
6.71 - 7.49
7.5LAPEN/Aspal Macadam, HRA, LASBUTAG, LASTON
7.50 - 9.99
7.5 LASBUTAG, LASTON
≥ 10.00 10 LASTON
Tabel 2.6 : Lapis Pondasi Atas
ITPTebal
BahanMinimum (cm)
< 3.00 15Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur
3.00 - 6.70 20*)Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur
7.50 - 9.99
10 LASTON Atas
20Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam
10 - 12.14
15 LASTON Atas
20
Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,
LAPEN, LASTON Atas
17
≥ 12.25 25
Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,
LAPEN, LASTON Atas
*) bats 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi
bawah digunakan material berbutir kasar
Untuk setiap nilai ITP digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah
10 cm.
2.5. Bangunan Pelengkap
A. Saluran Samping
Drainase Permukaan adalah Sistem Drainase yang dibuat Untuk
mengendalikan air (limpasan) permukaan akibat hujan. Tujuan dari
Drainase ini, untuk memelihara agar jalan tidak tergenang air hujan dalam
waktu yang cukup lama (yang akan mengakibatkan kerusakan konstruksi
jalan), tetapi harus segera dibuang melalui sarana drainase jalan.
Dimensi sarana Drainase ditentukan berdasarkan kapasitas yang
diperlukan, yaitu harus dapat menampung besarnya debit aliran rencana
yang timbul akibat hujan pada darah aliran, dengan dengan melalui proses
perhitungan. Proses perhitungan hujan rencanan sampai dengan debit
rencanan ini adalah analisis hidrologi.
Rumus yang digunakan :
a = Luas penampang m
Q = Debit (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
Dimana :
B. Gorong – Gorong (Culvert)
Pada sarana drainase jalan, gorong – gorong termasuk dalam
drainase permukaan yang berfungsi sabagai penerus aliran dari saluran
18
QV
a =
13.6
C . I . AQ =
samping ketempat pembuangan. Gorong – gorong ini ditempatkan
melintang pada badan jalan di beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan.
2.6. Rencana Anggaran Dan Biaya (RAB)
Rencana anggaran dan biaya merupakan perkiraan biaya dari suatu
pekerjaan yang dihitung berdasarkan volume pekerjaan, upah pekerja, harga
material dan lain – lainnya.
A. Harga satuan dasar alat
Harga satuan dasar alat adalah keluaran dari analisa alat yang meliputi
biaya pemilikan ( biaya pasti ) serta biaya operasi dan pemeliharaan
B. Analisa harga satuan
Didalam analisa harga satuan ini dilakukan perhitungan untuk
menentukan bahan, upah tenaga kerja, dan peralatan setelah terlebih
dahulu menentukan asumsi-asumsi dan faktor-faktor serta prosedur
kerja.
C. Harga satuan pekerjaan
Harga satuan adalah harga suatu jenis pekerjaan tertentu persatuan
tertentu berdasarkan rincian metode pelaksanaan yang memuat jenis,
kuantitas, dan harga satuan dasar dari komponen bahan, peralatan dan
tenaga kerja yang diperlukan dan didalamnya sudah termasuk biaya
umum dan keuntungan.
D. Harga pekerjaan
Harga pekerjaan tercantum dalam daftar kuantitas dan harga yang
merupakan hasil perkalian dari volumen pekerjaan dengan harga satuan
pekerjaan.
E. Estimasi biaya proyek
Harga total pekerjaan diperoleh dari jumlah dari total harga pekerjaan
ditambah dengan pajak pertambahan nilai.
19
BAB III
DATA LAPANGAN DAN METODE PEMBAHASAN
3.1. Deskripsi Proyek
Panjang jalan perencanaan jalan Sabintulung ini adalah 5897 m
Gambar 3.1 : Peta Lokasi Proyek
3.1.1. Data Tanah
DATA DCP DATA DCP
NO STA CBR NO STA CBR
20
KE TENGGARONG
KE MUARA KAMAN
DESA SABINTULUNG
STA. 0+000
STA. 5+897
Kulampai
G. TERUSkEJ AWI
J anglangkapTeluk selerang
KarokahLoahtebu
Tenggarong
G. AMBEN
Muarayoyak
Benuabaru
Serdang
Timbau
Tanjunglaong
G. BUKITBIRU
BT. SERDANG
SebuluBT. NAGABAHULU Reloro
J itan
Buas
G. ASAM
Loa Janan
Samboja
Lampatan
Klampa
Sideman
Sedulang
Muara Kaman
Rantaupedamaran
Sepanggil
Sebintulung
Marang KayuLOKASI PROYEKKEC. MUARA KAMAN
Tabang
G. MENDAMG. MENDAMG. MENDAM
KAB.MALINAU
Muara Badak
Anggana
G. MANGUAJ I
Kembang Janggut
G Belayan
TabangTaban
Muara RitanMuara RitanMuara Ritan
sanga sanga
Tenggarong Sbr
SAMARINDA
Muara Jawa
Kedangipil
Pegatan
Siduling
Tanjungasam
BT. NGAWANG
Kota Bangun
G. BOAN
Loa Kulu
KAB. KUTAI TIMUR
Rantausuntang
Muarasiran
Sibuntai
Pegading
Lebakmantan
Induanjat
Lebakcelong
Muara Muntai
Tanjungbora
G. KLAWET
GentingtanahGentingtanahGentingtanah
KAHALA
Lemenpulut
KEMBANG J ANGGUT
Siran
Lahap
Kenohan
Muara Wis
BenuapuhunSebulu
Mantong
BT-TINJ AWAN
1 0+000 10.65 10 1+800 12.70
2 0+200 13.34 11 2+000 12.90
3 0+400 14.12 12 2+200 13.80
4 0+600 13.22 13 2+400 13.50
5 0+800 15.60 14 2+600 12.60
6 1+000 11.20 15 2+800 15.00
7 1+200 12.70 16 3+000 15.30
8 1+400 14.60 17 3+200 15.40
9 1+600 14.10 18 3+400 15.23
3.1.2. Data Topografi
DATA TOPOGRAFI
No. Northing Easthing ElevationRaw Desc Full Desc
0 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground
1 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground
2 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground
3 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground
4 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground
5 9991926.987 475337.741 28.456 existing Ground
6 9991930.778 475312.726 28.856 existing Ground
7 9991927.587 475333.786 28.956 existing Ground
8 9991927.886 475331.808 29.256 existing Ground
9 9991930.718 475313.122 29.256 existing Ground
10 9991930.838 475312.331 29.256 existing Ground
11 9991928.336 475328.842 29.456 existing Ground
12 9991930.658 475313.517 29.656 existing Ground
13 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground
14 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground
15 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground
16 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground
17 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground
18 9991928.71 475326.371 29.956 existing Ground
19 9991930.359 475315.495 29.956 existing Ground
21
20 9991929.534 475320.933 30.031 existing Ground
3.1.3. Data Lalulintas Harian rata – Rata (LHR)
Sepeda Motor = 438 Kendaraan/hari
Mobil Penumpang = 96 Kendaraan/hari
Truk 2 as = 140 Kendaraan/hari
22
3.1.4. Data Curah Hujan
Tabel 3.1: Data Curah Hujan(Badan Pusat Statistik, 2010)
23
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MMJANUARI 23 558 17 352.0 19 348.0 9 185.0 15 476.0 17 442.3 10 404.0 13 357.1 3 110.6 10 293.9 125 352.7FEBRUARI 14 406 16 363.0 16 309.0 11 351.0 10 257.0 16 538.7 13 253.9 18 562.9 15 834.1 12 271 148 414.7MARET 12 443 6 90.0 8 164.0 10 353.0 0 0.0 12 216.7 18 511.9 19 417.6 7 221.1 13 316 93 273.3APRIL 3 47 7 121.0 3 39.5 2 30.0 0 0.0 13 309.5 12 279.7 9 213.3 9 193 12 252 49 148.5MEI 3 65 3 23.0 1 27.0 5 85.0 0 0.0 2 7.0 5 107.3 0 0.0 6 296 9 340 24 95.0JUNI 6 148 0 0.0 0 0.0 4 48.0 3 54.0 0 0.0 4 90.2 0 0.0 1 161 8 126.2 19 62.7JULI 2 29 0 0.0 0 0.0 0 0.0 6 219.5 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 4 47.6 10 29.6AGUSTUS 0 0 1 3.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 2.5 0 0.6SEPTEMBER 1 5 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 16 395.5 1 40.1OKTOBER 17 595 0 0.0 7 87.0 0 0.0 10 134.9 0 0.0 4 50.1 5 136.5 3 210 17 171.3 47 138.5NOPEMBER 15 278 10 257.0 10 552.5 13 250.0 7 412.7 0 0.0 11 210.6 11 305.2 8 106.9 15 156.8 91 253.0DESEMBER 18 370 13 190.5 18 468.0 17 749.0 22 815.2 7 187.4 19 633.4 14 355.3 5 48 15 373.5 146 419.0
JUMLAH 114 2,944 73 1,399.5 82 1,995 71 2,051 73 2,369.3 67 1,701.6 96 2,541.1 89 2,347.9 57 2180.7 133 2,746 754 2,227.6
RATA-RATA 9.5 245.3 6.1 116.6 6.8 166.3 5.9 170.9 6.1 197.4 5.6 141.8 8.0 211.8 7.4 195.7 8.8 335.49 11.1 228.9 62.8 185.6
DATA CURAH HUJAN 10 TAHUN TERAKHIR (2001-2010)
BULAN20102001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 RATA-RATA
MUARA BADAK
3.2. Metode Pembahasan
3.2.1. Geometrik jalan
Dalam perencanaan geometrik jalan raya ini mengacu pada
Peraturan Klasifikasi jala pada UU Jalan No : 38 th 2004 dan PP 34
th 2006
yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Bina Marga sebagai berikut :
a. Penentuan klasifikasi dan kelas jalan.
b. Perencanaan alinyemen.
c. Pelebaran pada tikungan.
d. Penggambaran geometrik jalan.
Perhitungan tebal perkerasan lentur menggunakan metode analisa
komponen (SKBI – 2.3.26. 1987) sesuai dengan data – data yang
ada.
Gambar 3.2 : Susunan perkerasan jalan
3.2.2. Bangunan Pelengkap
A. Saluran Samping
Dimensi sarana Drainase ditentukan berdasarkan kapasitas
yang diperlukan, yaitu harus dapat menampung besarnya debit
aliran rencana yang timbul akibat hujan pada darah aliran,
dengan dengan melalui proses perhitungan.
Rumus yang digunakan :
a = Luas penampang m
Q = Debit (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
Dimana :
24
QV
a =
13.6
C . I . AQ =
B. Gorong – Gorong (Culvert)
Pada sarana drainase jalan, gorong – gorong termasuk
dalam drainase permukaan yang berfungsi sabagai penerus aliran
dari saluran samping ketempat pembuangan. Gorong – gorong
ini ditempatkan melintang pada badan jalan di beberapa lokasi
sesuai dengan kebutuhan.
C. Rencana Anggaran dan Biaya (RAB)
Perhitungan rencana anggaran dan biaya (RAB) untuk item
pekerjaan tanah, pelebaran perkerasan, pekerja, bahu jalan,
pekerjaan drainase, perkerasan berbutir dan pekerjaan aspal.
Sedangkan untuk harga satuan menggunakan harga satuan tahun
anggaran 2013 untuk wilayah Kutai Kartanegara. Dan metode
perhitungan yang digunakan adalah metode Bina Marga yang
terdiri dari:
a. Perhitungan analisa harga satuan
b. Perhitungan volume pekerjaan
c. Rekapitulasi
d. Hasil perhitungan rencana anggaran dan biaya
25
3.3. Bagan Alir (Flowchart)
Gambar 3.3 : Bagan alir perencanaan geometrik jalan
26
Gambar 3.4 : Bagan alir perencanaan perkerasan jalan dengan Metode Bina
Marga
27
Gambar 3.5 : Skema perencanaan sistem drainase jalan pedoman
Dinas Pekerjaan Umum T-02-2006-B
28
Gambar 3.6 : Bagan alir perhitungan rencana anggaran dan biaya (RAB)
29
3.4. Time Schedule
Tabel 3.2. Time Schedule
Rencana Kegitan Tugas Akhir
No
Nama KegitanTahun 2013
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Pecarian Data2 Pengajuan Judul3 Review Judul TA4 Pembuatan Proposal
5 Seminar Proposal & Revisi
6 Penyusunan Tugas Akhir
7 Sidang Tugas Akhir
8 Revisi Tugas Akhir
9Penjilidan dan Pengumpulan Tugas Akhir
30